Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN PROKRASTINASI AKADEMIK DENGAN
PRESTASI BELAJAR KIMIA SISWA DI SMA NEGERI 6
KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana (S.Pd)
Oleh
Ilham Mahardika
NIM. 1114016000015
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF
HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
ii
iii
iv
v
ABSTRAK
Ilham Mahardika (NIM:11140162000015). Hubungan Prokrastinasi
Akademik dengan Prestasi Belajar Kimia Siswa Di SMA Negeri 6 Kota
Tangerang Selatan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Kimia. Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Perilaku menunda-nunda (prokrastinasi) sudah menjadi kebiasaan siswa
baik dalam mengerjakan tugas maupun persiapan belajar untuk ujian. Disisi
lain prestasi belajar yang optimal memerlukan usaha maksimal dari masing-
masing siswanya, terlebih pada pelajaran kimia yang tidak terlepas dari
rangkaian konsep dan skema yang saling berhubungan dan dikembangkan
dari hasil eksperimentasi atau observasi yang sesuai. Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui hubungan antara prokrastinasi akademik terhadap prestasi
belajar kimia. Penelitian ini menggunakan metode korelasional yang
digunakan untuk mengetahui bagaimana eratnya hubungan antara variabel
prokrastinasi akademik dengan variabel prestasi belajar kimia. Sampel
diambil dengan teknik purposive sampling pada siswa kelas XI IPA SMAN
6 Kota Tangerang Selatan yang berjumlah 141 siswa terdiri atas 90 siswa
perempuan dan 51 siswa laki-laki. Instrumen yang digunakan berupa angket
prokrastinasi akademik dan dokumentasi berupa nilai ujian tengah semester
tahun ajaran 2018/2019. Data dianalisis menggunakan korelasi product
momen. Hasil penelitian menunjukan bahwa baik secara keseluruhan
maupun berdasarkan gender terdapat hubungan yang negatif dan signifikan
antara prokrastinasi akademik dengan prestasi belajar kimia yakni sebesar -
0,332, -0,461(siswa laki-laki) dan -0,231(siswa perempuan). Kontribusi
prokrastinasi akademik terhadap menurunnya prestasi belajar secara
keseluruhan sebesar 11%, sedangkan berdasarkan gender kontribusi
prokrastinasi akademik siswa laki-laki lebih besar dibandingkan dengan
kontribusi prokrastinasi akademik siswa perempuan terhadap menurunnya
prestasi belajar kimia siswa.
Kata Kunci : Prokrastinasi, Prestasi Belajar dan Jenis Kelamin.
vi
ABSTRACT
Ilham Mahardika (NIM: 11140162000015). Relationship between Academic
Procrastination and Chemistry Learning Achievement. Chemistry Education
Departement. Faculty of Tarbiya and Teachers Training. Islamic State
University of Syarif Hidayatullah Jakarta.
Procrastination has become the habit of students both in working on
assignments and preparing for the exam. On the other hand optimal learning
achievement requires maximum effort from each of their students, especially
in chemistry lessons that are inseparable from a series of interconnected
concepts and schemes and are developed from the results of appropriate
experimentation or observation. This study aims to determine the
relationship between academic procrastination on chemistry learning
achievement. This research uses a correlational method that is used to
determine how closely the relationship between academic procrastination
and chemistry learning achievement. Samples were taken by purposive
sampling technique on students XI IPA of SMAN 6 South Tangerang City,
amounting to 141 students consisting of 90 female students and 51 male
students. The instruments used were academic procrastination
questionnaires and documentation in the 2018/2019 academic year midterm
scores. Data were analyzed using product moment correlation. The results
showed that both overall and gender based there was a negative and
significant relationship between academic procrastination and chemistry
learning achievement, -0,332, -0,461 (male) and -0,231(female). Academic
procrastination contributes to the decline in overall learning achievement by
11%, while based on gender the contribution of male academic
procrastination is greater than the contribution of female academic
procrastination to the decline in student chemistry learning achievement.
Keywords: Procrastination, Student Achievement and Gender.
vii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrohirm Alhamdullilahirobbil„alamiin. Puji
syukur kehadirat Allah Subhanahuu Wa Ta’ala yang telah memberikan
limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Prokrastinasi
Akademik dengan Prestasi Belajar Kimia Di SMA Negeri 6 Kota Tangerang
Selatan”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi
Muhammad Sholallahu Alaihi Wassalam beserta keluarga, sahabat, dan para
pengikutnya hingga akhir zaman. Ucapan terimakasih penulis ucapkan
kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuan dalam
penyusunan skripsi ini. Dengan tulus ikhlas dan rendah hati penulis
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Sururin, M.Ag., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.
2. Burhanudin Milama, M.Pd., Selaku Ketua Program Studi Pendidikan
Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta sekaligus sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan
waktu, ilmu, motivasi, semangat bimbingan kepada penulis dengan
penuh kesabaran.
3. Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd., selaku dosen pembimbing II yang telah
memberikan waktu, ilmu, bimbingan, motivasi, semangat, serta saran
dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dalam penyusunan skripsi ini
hingga akhir.
4. Tonih Feronika, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah
memberikan bimbingan, waktu, perhatian, motivasi, dan semangat
kepada penulis selama perkuliahan berlangsung.
5. Seluruh dosen Jurusan Pendidikan IPA, khususnya dosen Program Studi
Pendidikan Kimia FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah
mendidik dan memberikan ilmu kepada penulis selama penulis menjadi
mahasiswa di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
viii
6. Drs. H. Agus Hendrawan, M.Pd, selaku Kepala SMA Negeri 6
Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melakukan penelitian yang bapak pimpin.
7. Bangun T. Simanullang, S.Pd guru kimia tempat dilaksanakannya
penelitian yang memberikan izin dan membantu mengarahkan penulis
selama melaksanakan penelitian.
8. Ayahanda tercinta (Haryanto, M.Pd) dan Ibunda tersayang (Afnilis,
S.Pd.I) yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, motivasi
serta semua yang penulis butuhkan dalam penyelesaian masa studi ini.
9. Kakak tersayang Nita Nurhayati, M.Hum beserta keluarga (Kang Opik
dan Arya) yang tidak pernah lupa mengingatkan, memberikan doa, dan
semangat dalam menyelesaikan studi.
10. Teman-teman pejuang skripsi (Andini, Arini, Uut dan Yayang) yang
sering bertukar pikiran, saling membantu serta saling memotivasi baik
dalam menyelesaikan studi maupun dalam menyelesaikan skripsi.
11. Teman-Teman Kimia 2014 yang selalu memberikan semangat dan
motivasi dalam menyelesaikan studi.
12. Teman-teman PPKT, (Riri, Ayu, Dessy, Eha, Lisa, Naila, Riska, Tria
dan Rini) yang telah membantu penulis selama praktik mengajar di SMA
Negeri 11 Kota Tangerang Selatan.
13. Teman-teman bimbingan skripsi Bapak Burhanudin Milama, M.Pd dan
Ibu Evi Sapinatul Bahriah, M.Pd yang sudah berbagi waktu, kesabaran,
semangat dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Adik-adik SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan, yang telah membantu
penulis dalam memvalidasi serta penelitian.
15. Serta semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu, yang telah
membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak kekurangan, untuk itu penulis sangat mengharapkan
masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
skripsi ini. Semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi mahasiswa sebagai
ix
calon pendidik dan secara umum bagi pemberdayaan dan peningkatan
pendidikan berkualitas untuk generasi masa depan. Aamiin.
Wassalamualaikum warohmatullahi wabarokaatuh
Jakarta, Mei 2019
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ......................................... iii
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI....................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................................. v
ABSTRACT ........................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 4
D. Perumusan Masalah ..................................................................................... 5
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 5
BAB II KAJIAN TEORI ......................................................................................... 6
A. Kajian Teori ................................................................................................. 6
1. Prokrastinasi ............................................................................................. 6
2. Prestasi Belajar ....................................................................................... 13
B. Penelitian yang Relevan. ............................................................................ 24
C. Kerangka Berpikir ...................................................................................... 26
D. Hipotesis Penelitian .................................................................................... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 28
A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................................... 28
B. Metode Penelitian....................................................................................... 28
C. Alur Penelitian ........................................................................................... 28
D. Populasi dan Sampel .................................................................................. 30
xi
E. Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 30
F. Instrumen Penelitian................................................................................... 31
G. Uji Coba Instrumen .................................................................................... 33
H. Teknik Analisis Data .................................................................................. 35
I. Hipotesis Statistik ...................................................................................... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...................................... 40
A. Deskripsi Data ............................................................................................ 40
B. Pengujian Prasyarat Analisis dan Pengujian Hipotesis .............................. 44
C. Pembahasan Hasil Penelitian ..................................................................... 53
D. Keterbatasan Penelitian .............................................................................. 60
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ......................................... 61
A. Kesimpulan. ............................................................................................... 61
B. Implikasi ..................................................................................................... 61
C. Saran ........................................................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 63
LAMPIRAN .......................................................................................................... 69
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ............................................................................. 27
Gambar 3.1 Alur Prosedur Penelitian ................................................................... 29
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori Umum Ranah Kognitif ........................................................... 21
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 31
Tabel 3.2 Penskoran Skala Angket ....................................................................... 32
Tabel 3.3 Kisi-kisi Angket Prokrastinasi Akademik............................................. 32
Tabel 3.4 Kisi-kisi Angket Prokrastinasi Akademik Setelah Dilakukan Uji
Validitas ............................................................................................... 34
Tabel 3.5 Indeks Reliabilitas Angket Prokrastinasi Akademik ............................ 35
Tabel 3.6 Kategori Level Prokrastinasi Akademik ............................................... 36
Tabel 3.7 Rentang Hasil Uji Korelasi .................................................................. 38
Tabel 4.1 Hasil Angket Prokrastinasi Akademik Siswa Secara Keseluruhan ...... 40
Tabel 4.2 Hasil Angket Prokrastinasi Akademik Siswa Secara Keseluruhan
Berdasarkan Level ................................................................................ 41
Tabel 4.3 Data Hasil Angket Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Aspek ......... 41
Tabel 4.4 Data Hasil Angket Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Gender........ 42
Tabel 4.5 Hasil Angket Prokrastinasi Akademik Siswa Laki-laki dan Siswa
Perempuan Berdasarkan Level ............................................................. 42
Tabel 4.6 Data Prestasi Belajar Kimia .................................................................. 43
Tabel 4.7 Data Prestasi Belajar Kimia Siswa Berdasarkan Gender ...................... 44
Tabel 4.8 Hasil Uji Normalitas Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar
Kimia .................................................................................................... 45
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Prokrastinasi Akademik dan Prestasi Belajar
Kimia Siswa Laki-laki .......................................................................... 45
Tabel 4.10 Hasil Uji Normalitas Prokrastinasi Akademik dan Prestasi Belajar
Kimia Siswa Perempuan ....................................................................... 46
Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Gender
.............................................................................................................. 46
Tabel 4.12 Hasil Uji Homogenitas Prestasi Belajar Kimia Berdasarkan Gender . 47
Tabel 4.13 Hasil Uji Linieritas Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar
Kimia .................................................................................................... 47
Tabel 4.14 Hasil Uji Lineritas Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar
Kimia Siswa Laki-laki ......................................................................... 48
Tabel 4.15 Hasil Uji Linieritas Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar
Kimia Siswa Perempuan ....................................................................... 49
Tabel 4.16 Hasil Uji Hipotesis Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar
Kimia .................................................................................................... 50
Tabel 4.17 Hasil Uji Hipotesis Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar
Kimia Siswa Laki-laki .......................................................................... 50
Tabel 4.18 Hasil Uji Hipotesis Prokrastinasi Akademik dengan Prestasi Belajar
Kimia Siswa Perempuan ....................................................................... 51
Tabel 4.19 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Prokrastinasi Akademik Berdasarkan
Gender .................................................................................................. 52
xiv
Tabel 4.20 Hasil Uji Determinasi Masing-masing Variabel ................................. 52
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Validasi Isi dan Konstruk Instrumen Prokrastinasi Akademik Oleh
Dosen Ahli (1) .................................................................................. 70
Lampiran 2. Validasi Isi dan Konstruk Instrumen Prokrastinasi Akademik Oleh
Dosen Ahli (2) .................................................................................. 79
Lampiran 3. Instrumen Prokrastinasi Akademik Sebelum Diuji Coba ................. 88
Lampiran 4. Tabulasi Data Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen .................. 92
Lampiran 5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ................................ 94
Lampiran 6. Lembar Hasil Uji Validitas Instrumen Prokrastinasi Akademik ...... 97
Lampiran 7. Instrumen Prokrastinasi Akademik Setelah Diuji Coba .................. 99
Lampiran 8. Tabulasi Instrumen Prokrastinasi Akademik Siswa Secara
Keseluruhan ................................................................................... 102
Lampiran 9. Tabulasi Instrumen Prokrastinasi Akademik Siswa Laki-laki ....... 108
Lampiran 10.Tabulasi Instrumen Prokrastinasi Akademik Siswa Perempuan ... 111
Lampiran 11.Daftar Nilai Prestasi Belajar Kimia Siswa .................................... 115
Lampiran 12. Tabulasi Data Hasil Angket Prokrastinasi Akademik Berdasarkan
Aspek .................................................................................................. 123
Lampiran 13. Perhitungan Data Hasil Angket Prokrastinasi Akademik
Berdasarkan Aspek ............................................................................. 128
Lampiran 14.Perhitungan Statistik dengan SPSS ............................................... 130
Lampiran 15.Hasil Perhitungan Koefisien Determinasi Prokrastinasi Akademik
terhadap Prestasi Belajar Siswa ..................................................... 138
Lampiran 16.Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal dan Kecenderungan Skor
Prokrastinasi Akademik Siswa ....................................................... 139
Lampiran 17.Hasil Perhitungan Nilai Parameter Ideal dan Kecenderungan Skor
Prestasi Belajar Kimia Siswa ......................................................... 140
Lampiran 18.Surat Bimbingan Skripsi ................................................................ 141
Lampiran 19.Lembar Uji Referensi .................................................................... 143
Lampiran 20.Surat Izin Penelitian....................................................................... 157
Lampiran 21.Bukti Penelitian ............................................................................. 158
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghargai waktu dan bersungguh-sungguh saat mengerjakan sesuatu
sangat dianjurkan dalam agama islam. Seseorang yang hidup tanpa
memperhatikan waktu yang terus berjalan akan menyebabkan kerugian
(Warsiyah, 2015, hlm.63). Bahkan Allah SWT banyak bersumpah di dalam
Al-Qur’an dengan menyebut nama waktu seperti wal fajri, wad dhuha, wal
asri, wal laili dan sebagainya (Saleh, 2012, hlm.191).
Bertolak belakang dengan firman Allah SWT di atas. Fenomena yang
seringkali terjadi di masyarakat justru menunda pekerjaan dengan alasan
yang kurang dibenarkan seperti bad mood, masih mempunyai waktu luang
atau sejenisnya. Sebagai contoh ketika hendak belajar, membaca atau pun
menelaah bidang ilmu tertentu, seringkali kita berleha-leha dengan alasan
masih banyak waktu (Dzikran, 2017, hlm.204).
Perilaku menangguhkan atau menunda-nunda pekerjaan yang seharusnya
diselesaikan, dalam psikologi dikenal dengan istilah prokrastinasi (Schraw,
Lori dan Theresa, 2007). Menunda-nunda pekerjaan ibarat membangun
istana pasir, indah namun mudah sekali hancur. Sebab dari menunda-nunda,
pekerjaan yang seharusnya diselesaikan di waktu luang malah diselesaikan
di waktu yang lain. Sehingga pekerjaan semakin banyak dan tidak sedikit
pekerjaan yang akhirnya tidak terselesaikan (Dzikran, 2017, hlm.203).
Prokrastinasi terjadi di beragam area salah satunya di area akademik
(Burka dan Yuen, 2008, hlm.167). Siswa melakukan prokrastinasi akademik
sebagai akibat kebosanan dari kegiatan monoton yang dilakukan setiap hari
(Steel dan Katrin, 2016). Kegiatan tersebut antara lain sekolah, mengerjakan
tugas, dan berinteraksi sosial dengan waktu yang terbatas (Schraw, Lori dan
Theresa, 2007). Siswa ingin kegiatan yang berbeda-beda dan lebih menarik
untuk dilakukan (Steel dan Katrin, 2016).
2
Kebanyakan siswa cenderung melakukan prokrastinasi ketika
mengerjakan tugas seperti menulis makalah atau pun persiapan belajar untuk
menghadapi ujian (Grunschel, Justine dan Stefan, 2013). Kecenderungan
tersebut ditunjukan dengan cara menyimpan tugas sampai menit-menit akhir
kemudian mengerjakannya dengan tergesa-gesa tepat sebelum batas waktu
tugas berakhir (Goda, Masanori, Hiroshi Takeshi, Yutaka, dan Hiroyuki,
2014). Prokrastinasi pada tugas-tugas sekolah dapat terjadi karena tugas
yang diberikan oleh guru kurang menantang dan cenderung membosankan
bagi siswa, sehingga siswa enggan untuk mengerjakan tugas kemudian
menunda mengerjakannya (Corkin, Shirley, Christoper dan Margit, 2014).
Pada akhirnya tugas dikerjakan dengan sistem kebut semalam yaitu dengan
begadang semalaman hanya untuk mengerjakan tugas kemudian keesokan
harinya siswa kehabisan energi untuk melakukan kegiatan-kegiatan penting
lainnya (Blanchard dan Steve, 2004, hlm.xiii).
Mccloskey (2011, hlm.6) menyebutkan bahwa terdapat enam faktor yang
menjadi penyebab siswa melakukan prokrastinasi dalam bidang akademik
yakni: percaya akan kemampuan, gangguan perhatian, faktor sosial,
manajemen waktu, inisiatif diri dan malas. Ketidakmampuan siswa dalam
mengorganisir keenam faktor ini dengan baik dapat memicu munculnya
perilaku prokrastinasi siswa dalam bidang akademik.
Perilaku prokrastinasi menyebabkan kerugian besar pada kinerja siswa
(Moris dan Catherin, 2015). Hal ini dipertegas dalam penelitian Choi dan
Sarah (2009) yang menyebutkan bahwa prokrastinasi dianggap sebagai
prilaku negatif dengan indikasi malas yang dapat menyebabkan prestasi
yang buruk. Untuk menghindari konsekuensi negatif tersebut siswa
terkadang menyalin tugas hasil pekerjaan teman sekelasnya (Fulano,
Jennifer, Jose, Beatriz dan Pedro, 2018). Bahkan Patrzek, Sebastian, Floris,
Carola dan Stefan (2015) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa efek
perilaku prokrastinasi memunculkan prilaku yang tidak jujur seperti tidak
mengikuti ujian dengan menggunakan alasan palsu atau surat medis palsu,
plagiasi, mencontek, menyalin PR dan pemalsuan data.
3
Disisi lain prestasi juga memiliki faktor-faktor tersendiri yang
menyebabkan tinggi atau rendahnya prestasi yang dicapai siswa. Prestasi
merupakan hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk angka (Sinar, 2018,
hlm.20) kemudian angka ini didapat dari hasil evaluasi prestasi belajar baik
dengan cara evaluasi formatif, subsumatif maupun sumatif (Suardi, 2018,
hlm.198).
Salah satu mata pelajaran yang dapat dievaluasi adalah mata pelajaran
kimia. Tugas kimia yang diberikan oleh guru sangat beragam, baik tugas
yang berkaitan dengan rangkaian skema konseptual ataupun yang berkaitan
dengan observasi beserta laporannya, hal ini dikarenakan kimia merupakan
salah satu pelajaran sains yang tidak terlepas dari rangkaian konsep dan
skema saling berhubungan dan dikembangkan dari hasil eksperimentasi atau
observasi yang sesuai (Zulfiani, Tonih dan Kinkin, 2009, hlm. 48).
Bagi kebanyakan siswa kimia merupakan mata pelajaran yang sulit
(Suyanti, 2010, hlm.175; Pancaningtiyas, 2017, hlm.92; Chang, 2005,
hlm.4). Mempelajari kimia sama halnya dengan mempelajari bahasa baru,
hal ini dikarenakan kimia memiliki istilah-istilah asing yang jarang
digunakan dan memiliki beberapa konsep yang abstrak (Chang, 2005,
hlm.4). Selain itu ketidaktahuan siswa akan aplikasi ilmu kimia dalam
kehidupan sehari-hari membuat siswa merasa jenuh dan bosan terhadap
mata pelajaran kimia (Sartono dan Ernawati, 2016, hlm.iii). Sebagai mata
pelajaran sulit, guru harus lebih kreatif, lebih memotivasi serta
menumbuhkan karakter pantang menyerah bagi siswa untuk memahami
konsep-konsep kimia (Pancaningtiyas, 2017, hlm.92). Disamping itu, siswa
juga membutuhkan berbagai keterampilan yang dapat mengoptimalkan
prestasi belajar dalam pelajaran kimia yakni keterampilan mengatur waktu,
memprioritaskan tugas-tugas sekolah dibandingkan dengan bermain dan
memiliki kebiasaan belajar yang sistematis (Balkis dan Erdinc, 2009).
Penelitian sebelumnya oleh Akinsola, Adedeji dan Adeyinka (2007) yang
meneliti korelasi antara prokrastinasi akademik dengan prestasi belajar
matematika pada mahasiswa menunjukan bahwa prokrastinasi berkorelasi
4
negatif. Artinya semakin sering mahasiswa melakukan prokrastinasi
akademik maka prestasi yang dicapainya juga semakin rendah terutama pada
kemampuan mahasiswa mengatur diri dalam kegiatan belajar sehari-hari.
Namun instrumen Tuckman yang digunakan oleh Akinsola, dkk (2007)
dikembangkan pada tahun 1991, terlampau lama sehingga relevansi
pernyataan instrumen dengan kondisi pembelajaran terkini menjadi
berkurang.
Berdasarkan latar belakang, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
hubungan prokrastinasi akademik dengan prestasi belajar pada mata
pelajaran kimia dengan judul “Hubungan prokrastinasi akademik dengan
prestasi belajar kimia di SMA negeri 6 kota Tangerang Selatan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa
permasalahan yang muncul antara lain:
1. Terdapat siswa yang mengerjakan tugas di batas waktu penyelesaian
dengan alasan tidak dapat mengatur waktu mengerjakan tugas di rumah.
2. Terdapat siswa yang belajar hanya satu hari sebelum ujian dengan sistem
kebut semalam.
3. Terdapat siswa yang menyalin tugas temannya.
4. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia belum optimal.
C. Pembatasan Masalah
Dalam penelitian ini, penulis hanya membatasi pada permasalahan:
1. Perilaku prokrastinasi yang diukur berdasarkan alasan siswa melakukan
prokrastinasi yang terdiri dari enam faktor yaitu percaya akan
kemampuan, gangguan perhatian, faktor sosial, manajemen waktu,
inisiatif diri dan malas (Mccloskey, 2011).
2. Prestasi belajar yang diukur berdasarkan prestasi belajar dari aspek
kognitif. Peneliti membatasi prestasi belajar pada ujian tengah semester
pada mata pelajaran kimia.
5
D. Perumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah, maka perumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Bagaimanakah hubungan prokrastinasi akademik
dengan prestasi belajar siswa SMA?”
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara
prokrastinasi akademik dengan prestasi belajar kimia siswa SMA. Adapun
manfaat penelitian ini yaitu :
a. Secara Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat memberikan sumbangan
perkembangan ilmu pengetahuan mengenai ada tidaknya hubungan
prokrastinasi akademik dengan prestasi belajar kimia. Penelitian ini juga
diharapkan dapat memperkaya studi mengenai prokrastinasi dan prestasi
belajar.
b. Secara Praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
informasi yang berguna bagi para praktisi pendidikan dalam
menanggulangi masalah prokrastinasi.
1. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan menjadi bahan evaluasi diri untuk
menghindari sebab-sebab terjadinya prokrastinasi dan upaya
meningkatkan prestasi belajar
2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan dapat membantu dan menjadi bahan
pertimbangan antisipatif sebab-sebab terjadinya prokrastinasi serta
upaya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi
mahasiswa yang melakukan penelitian lanjutan di masa yang akan
datang.
6
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
1. Prokrastinasi
a. Pengertian Prokrastinasi
Istilah prokrastinasi dihimpun dari kata “pro” yang berarti
“mendorong atau maju” dan “crastinare” yang berarti “esok hari” (Knaus,
hlm.8; Ferrari, 1995, hlm.4). Menurut Combs (2013, hlm.23)
procrastinare berarti menunda hingga esok.
Menurut Cremer (2013, hlm.20-21) prokrastinasi sebenarnya adalah
sejenis sabotase yang dilakukan seseorang terhadap diri mereka sendiri
dengan menunda keputusan atau tindakan yang penting. Kemudian
menolak melakukan langkah-langkah perbaikan untuk menghentikan
kegalauan diri sehingga membiarkan masalah berlarut-larut. Pada akhirnya
prokrastinasi akan mengarah pada situasi yang tidak bisa dibenarkan lagi.
Prokrastinasi yang berlarut-larut menyebabkan prokrastinator merasa
bahwa tidak ada jalan untuk kembali lagi atau merasa putus asa.
Basco (2010, hlm.2) mendefinisikan prokrastinasi sebagai hal yang
menggiurkan, karena memungkinkan untuk memilih sedikit kesenangan,
suka cita dan pembebasan diri dari stress. Kemudian menghilangkan
semua pekerjaan yang benci untuk dilakukan dan menggantikan dengan
yang lebih baik. Menurutnya prokrastinasi sebagai suatu hambatan pada
jalan hidup seseorang, prokrastinasi dapat memperlambat progres
pekerjaan bahkan sampai keluar dari tujuan awalnya.
Knaus (2010, hlm.3) mendefinisikan prokrastinasi sebagai penundaan
yang tidak perlu dari aktivitas yang tepat waktu. Knaus (2010, hlm.xvi)
menambahkan bahwa prokrastinasi memiliki definisi yang lebih luas tidak
hanya sekedar menunda-nunda sesuatu. Prokrastinasi merupakan suatu
masalah kebiasaan untuk menunda-nunda aktivitas penting yang
7
membutuhkan waktu di waktu yang lain. Proses menunda-nunda tersebut
mungkin memiliki konsekuensi bagi pelakunya.
Santrock (2009, hlm.235) dalam buku psikologi pendidikannya
mendefinisikan prokrastinasi sebagai perilaku tidak efektif yang dilakukan
siswa, untuk melindungi diri dari kegagalan dengan cara sengaja
menghambat diri mereka sendiri tanpa melakukan usaha, menunda proyek
hingga menit akhir, atau bermain-main pada malam sebelum ujian.
Andreou dan Mark (2010, hlm.114) mendefinisikan prokrastinasi
sebagai prilaku menunda-nunda dengan alasan yang kurang dibenarkan.
Lively (1999, hlm.7) mendefinisikan prokrastinasi adalah tidak
mengerjakan pekerjaan yang seharusnya dikerjakan.
Menurut definisi dari peneliti-peneliti tersebut dapat disimpulkan
bahwa prokrastinasi adalah masalah kebiasaan menunda-nunda untuk
mengerjakan tugas sehingga tidak dapat diselesaikan dengan tepat waktu
dan dapat menimbulkan konsekuensi bagi pelakunya.
b. Bidang-bidang Prokrastinasi
Setiap orang memiliki bidang prokrastinasi yang berbeda-beda,
sebagian orang melakukan prokrastinasi di bidang spesifik, Misalnya
seorang perempuan yang telah menikah, bekerja, memiliki dua orang anak
juga mengatur pekerjaan rumah. Meskipun baik dalam mengelola
semuanya perempuan ini merasa kewalahan ketika melihat pesan di kotak
masuk sudah banyak. Kemudian memutuskan untuk tidak membalas
pesan-pesannya. Sebagiannya lagi melakukan prokrastinasi hampir di
semua bidang misalnya seorang pilot di suatu maskapai yang menunda
membayar pajaknya selama bertahun-tahun, menunda perbaikan rumah
dan mobil, menunda membayar kartu kredit, menunda menikah dan
menunda untuk berhenti merokok. Sangat jarang ditemukan seseorang
melakukan prokrastinasi disemua area kehidupannya, bahkan pilot pun
selalu tepat waktu dalam bekerja sebagai seorang pilot (Burka dan Lenora,
2008, hlm.167).
8
Area-area prokrastinasi yang sering menjadi sasaran prilaku
prokrastinasi diantaranya yaitu, sekolah, rumah tangga, perawatan diri,
kesehatan pribadi, pekerjaan, hubungan sosial dan manajemen keuangan
(Burka dan Lenora, 2008, hlm.167 :Andreuo dan Mark, 2010, hlm.185).
c. Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi dapat dilakukan di berbagai jenis area (Knaus, 2010,
hlm.xix). Salah satunya pada area akademik yaitu prokrastinasi yang
dilakukan siswa dalam kegiatan belajar dan pembelajaran (Steel dan
Katrin, 2016, hlm.37). Prokrastinasi akademik terjadi di semua umur dan
di beragam tingkatan siswa, selama siswa tersebut masih mengikuti proses
pembelajaran di sekolah (Mccloskey, 2011). Sikap dan kebiasaan buruk
siswa yang menunda-nunda mengerjakan tugas dan hanya belajar pada
saat akan ujian dapat menghambat proses-proses belajar siswa (Majid,
2011, hlm.226-227). Prokrastinasi akademik terjadi ketika siswa menunda-
nunda pekerjaan yang tidak perlu seperti menyelesaikan tugas yang
berkaitan dengan nilai akademik (Mccloskey, 2011).
Menurut ahli prokrastinasi akademik Solomon dan Eather (1984,
hlm.505) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa terdapat tiga area yang
sering menjadi objek prokrastinasi akademik bagi siswa yaitu:
1. Menulis makalah, esay dan lain-lain
2. Belajar untuk ujian,
3. Mengerjakan tugas mingguan
Ketiga area ini merupakan area yang paling penting dalam menentukan
prestasi belajar siswa. Jika siswa tidak selesai menulis makalah, tidak
mengerjakan tugas mingguan dan tidak belajar untuk tes tentunya siswa
tidak akan lulus. Namun sayangnya banyak siswa melakukan prokrastinasi
pada tiga area ini (Tefula, 2014, hlm.34).
Mesikupun siswa berbeda-beda dalam kecenderungan menunda-nunda
mengerjakan tugas ataupun menunda-nunda mengerjakan tugas, faktor-
faktor lain yang berperan dalam prokrastinasi akademik siswa. Siswa yang
biasanya tidak menunda-nunda dikesehariannya, mereka dapat menunda-
9
nunda dalam tugas-tugas akademik karena kurangnya pemahaman
memenejemen waktu, tidak memiliki kebiasaan belajar yang baik atau
mereka memiliki kepercayaan yang salah bahwa mereka mampu
mengerjakan tugas diakhir waktu meskipun menunda-nunda di waktu
senggang (Mccloskey, 2011). Oleh karena itu penelitian ini membahas
perilaku prokrastinasi akademik siswa melalui faktor-faktor yang
mempengaruhinya.
d. Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik
Prokrastinasi muncul dengan alasan yang berbeda-beda, jika dapat
mengetahui alasan melakukan prokrastinasi seseorang dapat mengevaluasi
diri untuk menjadi lebih baik (Knaus, 2010, hlm.11). Masalah utama
dalam menyajikan prokrastinasi akademik adalah banyaknya faktor untuk
melakukan prokrastinasi dalam area akademik, namun dalam
penelitiannya Schouwenburg (1992, hlm.234) menyebutkan bahwa siswa
yang melakukan prokrastinasi akan menunjukan beberapa faktor saja,
tanpa memandang sebagian faktor lebih penting daripada faktor lainnya.
Mccloskey (2011) menyajikan faktor-faktor yang menyebabkan siswa
melakukan prokrastinasi dalam area akademik antara lain;
(1) Keyakinan akan Kemampuan
Dalam mengerjakan tugas atau melakukan kegiatan tertentu, setiap
orang mempunyai kekuatan dan kelemahan dalam kemampuan yang
membuatnya relatif unggul antara seseorang dengan orang lainnya
(Sedarmayanti, 2010, hlm.23). Kemampuan merupakan suatu kapasitas
individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan
(Sedarmayanti, 2010, hlm.23).
Individu yang mengenali dan meyakini akan kemampuan dirinya
dapat memberikan manfaat diantaranya:
1. Menimbulkan kesadaran bahwa kemampuan setiap orang memiliki
keistimewaan masing-masing.
10
2. Mengenalkan secara lengkap potensi diri dan menjelaskan titik-
titik lemah dan titik-titik potensial pada diri siswa.
3. Sadar akan kemampuan diri akan memotivasi siswa untuk
menggapai cita-cita hidupnya (Ridha, 2002, hlm.22).
Siswa yang melakukan prokrastinasi memiliki keyakinan pada
kemampuan mereka untuk bekerja di bawah tekanan. Sikap siswa yang
memiliki pandangan positif seperti ini membuat siswa memilih belajar
diakhir waktu dengan tergesa-gesa baik dalam mengerjakan tugas
ataupun dalam menghadapi ujian, namun belajar tergesa-gesa di
malam sebelumnya tentu keesokan harinya memiliki dampak yang
tidak baik bagi kegiatan belajar di sekolah (Mccloskey, 2011, hlm.6-
7).
(2) Gangguan Perhatian
Belajar yang baik adalah kegiatan belajar yang sepi dari gangguan.
Gangguan adalah musuh utama dalam belajar, ketika siswa sedang
belajar sekali waktu pasti akan menemui gangguan. Gangguan dapat
datang dari diri siswa sendiri maupun dari lingkungan sekitar siswa.
Gangguan ini dapat menyebabkan siswa sukar berkonsentrasi,
sehingga merasa kesulitan dalam belajar (Djamarah, 2011, hlm.103).
Lingkungan yang bising dengan suara televisi, radio atau tape recorder
pada waktu belajar juga mengganggu siswa untuk berkonsentrasi pada
belajarnya (Slameto, 2010, hlm.63).
Siswa yang melakukan prokrastinasi mudah terganggu oleh
kegiatan yang lebih menarik atau lebih menyenangkan. Alih-alih
mengerjakan tugas yang lebih penting, siswa yang melakukan
prokrastinasi cenderung untuk memilih menonton televisi, bermain,
bahkan tidur (Mccloskey, 2011, hlm.7). Gangguan muncul saat siswa
merasa terbebani dengan tugas sehingga membiarkan diri terganggu.
Kemudian lari dari kenyataan bahwa siswa tidak bisa menyelesaikan
tugasnya (Perry, 2006, hlm.76). Terlebih pada era teknologi sekarang
ini, siswa memiliki cara-cara baru untuk menunda-nunda mengerjakan
11
tugas sekolahnya. Berselancar di dunia maya, bermain game dan media
sosial seperti facebook, twitter dan lain lain, membuat perhatian siswa
mudah teralihkan, awalnya memiliki niat untuk belajar hingga
kehilangan komitmen untuk belajar ataupun mengerjakan tugas
(Combs, 2013, hlm.5).
Pemusatan perhatian diperlukan dalam belajar. Siswa yang tidak
mampu memusatkan perhatian dalam belajar akan menghasilkan kesia-
siaan. Hilangnya konsentrasi siswa disebabkan oleh buyarnya pusat
perhatian siswa terhadap suatu obyek, sehingga pada akhirnya apa
yang diinginkan siswa dari kegiatan belajar tidak didapatkan.
Perlu disadari betapa pentingnya pemusatan perhatian dalam
belajar. Tanpa pemusatan perhatian, motivasi yang besar pun tidak
akan banyak dapat berbuat untuk membantu mengatasinya (Djamarah,
2011, hlm.97).
(3) Faktor Sosial
Sebagian orang melakukan prokrastinasi sebagai akibat gangguan
aktivitas sosial untuk menunda-nunda dan bersenang-senang
melakukan prokrastinasi dengan santai, mereka terlalu yakin jika
menunda sekarang akan sukses nantinya (Burka dan Lenora, 2008,
hlm.8). Faktor-faktor sosial seperti teman atau keluarga dapat
membantu siswa agar terhindar dari perilaku prokrastinasi (Mccloskey,
2011, hlm.8). Dukungan orangtua diperlukan siswa untuk memberikan
pengetahuan manajemen waktu belajar yang baik, tanpa memberikan
tekanan atau paksaan untuk mencapai target tertentu yang harus
dicapai siswa (Won, 2018, hlm.212).
(4) Keterampilan Memanajemen waktu
Waktu adalah tantangan besar bagi prokrastinator. Mereka asyik
dengan waktu dan menganggap waktu bukan masalah sama sekali
(Burka dan Lenora, 2008, hlm.193). Penelitian He, dkk (2017, hlm.22)
menemukan banyak prokrastinator menghabiskan waktu dengan
bermain internet, terutama sosial media. Semakin lama prokrastinator
12
bermain sosial media, semakin sering juga siswa menunda
mengerjakan tugasnya.
Manajemen waktu dimulai dengan menilai secara akurat berapa
banyak waktu yang dimiliki untuk menyelesaikan berbagai hal seperti
halnya mengestimasi berapa banyak waktu yang diambil untuk
mengerjakan suatu tugas. Prokrastinator cenderung menipu diri dengan
menganggap bahwa masih memiliki banyak waktu mengerjakan tugas
sampai selesai (Basco, 2010, hlm.167).
Lebih jauh lagi manajemen waktu meliputi bagaimana waktu
digunakan, menetapkan prioritas, perencanaan dan penjadwalan untuk
berkonsentrasi pada apa yang paling penting dilakukan untuk saat ini.
Manajemen waktu yang lebih baik dapat menyediakan kesempatan
waktu tambahan untuk melakukan suatu pekerjaan (Knaus, 2010,
hlm.116). Jika seseorang dapat menetapkan tujuan yang realistis,
memperkirakan waktu secara akurat dan memiliki komitmen yang
tinggi untuk menyelesaikan tugas tepat waktu, orang tersebut akan
berada dalam posisi yang lebih baik untuk mengendalikan
kecenderungan dalam menunda-nunda tugas (Basco, 2010, hlm.167).
Oleh karenanya manajemen waktu penting untuk menentukan
keberhasilan. Dengan manajemen waktu yang baik, kegiatan dapat
terjadwal secara sistematis dan semuanya terselesaikan secara rapi
(Samadani,2014, hlm.69).
(5) Inisiatif Diri
Prokrastinasi dapat terjadi tidak hanya karena faktor sosial atau
situasional saja tetapi juga karena sikap atau karakter personal seperti
inisiatif diri dan takut gagal. Inisiatif diri identik dengan motivasi
internal. Jika siswa kurang inisiatif, mereka tidak dapat menyelesaikan
tugas dengan tepat waktu. (Mccloskey,2011, hlm. 9)
Untuk memulai sebuah rencana tidak ada waktu yang benar-benar
ideal. Sekarang adalah waktu yang sangat tepat untuk memulai
melaksanakan apa yang diimpikan. Apabila siswa memberikan
13
kesempatan pada dirinya untuk menunda-nunda maka akan kehilangan
semangat untuk selamanya (Munadi, 2005, hlm.183).
(6) Kemalasan
Scrhaw, Lori dan Theresa, (2007, hlm.19) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa malas sebagai salah satu penyebab utama siswa
melakukan prokrastinasi. Malas dipandang sebagai konsekuensi dari
kebosanan sehingga dapat memicu prilaku menunda-nunda. Suwarno
dalam (Hanafiah dan Cucu, 2009, hlm.10-11) menambahkan bahwa
malas belajar pada siswa disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya
adalah siswa tidak memiliki kebiasaan belajar yang teratur, siswa tidak
mempunyai catatan pelajaran yang lengkap, tidak membuat PR, sering
membolos dari sekolah dan seringkali lebih mengharapkan bocoran
soal ulangan atau bahkan mencontek untuk mendapat nilai yang bagus.
Sikap yang berharap nilai bagus tanpa adanya usaha seperti ini, timbul
sebagai akibat motivasi belajar siswa yang rendah, sehingga
menyebabkan gaya hidup yang mau banyak senang.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Kata prestasi berasal dari bahasa belanda yaitu “Prestatie” yang
memiliki arti “hasil usaha”. Berbeda dengan hasil belajar, prestasi belajar
pada umumnya berkaitan dengan aspek pengetahuan sedangkan hasil
belajar pada umumnya berkaitan dengan pembentukan watak siswa
(Arifin, 2010, hlm.12). Prestasi belajar merupakan hasil dari proses
belajar, maka prestasi belajar tidak dapat dipisah dengan kegiatan belajar
sebab belajar merupakan suatu proses (Darmadi, 2017, hlm.295). Menurut
Sinar (2018, hlm.20) prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dapat
ditunjukan dengan kamampuan siswa menjawab soal-soal tes baik formatif
maupun sumatif yang menyangkut tiga ranah afektif, kognitif dan
psikomotorik yang di tuangkan dalam bentuk angka oleh guru.
14
Darmadi (2017, hlm.299) menambahkan prestasi merupakan tingkat
pencapaian siswa dalam mengerjakan tugas-tugas atau materi pelajaran
yang diterima dalam jangka waktu tertentu.
Prestasi merupakan puncak kemampuan siswa dari proses-proses
belajar. Bila proses-proses belajar seperti penerimaan, pengaktifan, pra-
pengolahan, pengolahan, penyimpanan, pemanggilan untuk pembangkitan
pesan serta pengalaman yang tidak baik. Siswa dapat memiliki prestasi
yang rendah atau bahkan gagal dalam berprestasi (Dimyati dan Mudjiono,
2009, hlm.243).
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi
belajar adalah hasil yang dicapai siswa dalam penguasaan tugas-tugas atau
materi pelajaran yang diterima dalam jangka waktu tertentu. Prestasi
belajar umumnya dinyatakan dalam angka atau huruf sehingga dapat
dibandingkan dengan satu kriteria yang lain.
b. Fungsi Prestasi Belajar
Prestasi belajar memiliki beberapa fungsi utama antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan
yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan atau
dapat dijadikan sebagai pendorong bagi peserta didik dalam
meningkatkan ilmu pengetahuan.
4) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik.
Dari beberapa fungsi prestasi belajar di atas Cronbach dalam Arifin
(2009, hlm.12-13) menambahkan bahwa kegunaan prestasi banyak
ragamnya antara lain “sebagai umpan balik bagi guru dalam mengajar,
untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan untuk keperluan seleksi untuk
kepentingan penjurusan, dan untuk menentukan kebijakan sekolah”.
15
c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Belajar merupakan proses perubahan tingkahlaku siswa, dalam proses
merubah tingkah laku terdapat faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat diklasifikasikan
menjadi dua bagian yaitu faktor internal yang berasal dari dalam diri
siswa dan faktor eksternal yang berasal dari lingkungan keseharian siswa
(Sardiman, 2012, hlm.39).
1. Faktor Internal
Faktor internal siswa terdiri dari keadaan jasmani (fisiologis) dan
psikologis (tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap, bakat, minat dan
motivasi)
1) Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis mencakup kondisi dan kesehatan jasmani dari
siswa. Kondisi fisik setiap orang berbeda-beda. Ada siswa yang
dapat belajar dengan waktu lama, ada juga siswa yang hanya dapat
belajar beberapa jam saja. Kondisi fisik juga menyangkut
kelengkapan dan kesehatan indra yang menunjang proses
pembelajaran (Sukmadinata, 2009, hlm.162). Lemahnya kondisi
fisik akan menurunkan kualitas belajar untuk menguasi materi
pelajaran. Sehingga proses pembelajaran menjadi tidak optimal.
Begitu juga dengan siswa berkebutuhan khusus yang memiliki
kekurangan dalam keadaan fisiknya, sehingga memerlukan
perlakuan khusus untuk mengoptimalkan proses pembelajaran
(Helmawati, 2016, hlm.199).
2) Faktor Psikologis
Faktor psikologis tidak kalah pentingnya dengan faktor
fisiologis siswa (Sukmadinata, 2009, hlm.162). Faktor psikologis
siswa menyangkut kondisi intelegensi, bakat, minat dan motivasi
yang dimiliki siswa.
16
(1) Intelegensi
Intelegensi merupakan suatu kemampuan mental yang bersifat
umum atau kemampuan berpikir seseorang yang dapat digunakan
untuk menganalisis, memecahkan masalah, serta menarik
kesimpulan ketika berhadapan dengan suatu stimulus (Helmawati,
2016, hlm.200). Intelegensi memiliki tiga jenis kecakapan yaitu:
kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan dalam sistuasi
yang baru dengan cepat dan efektif, kecakapan untuk
menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif dan
kecakapan untuk mengetahui relasi dan mempelajari dengan cepat
(Slameto, 2010, hlm.56).
Setiap siswa memiliki kelebihan tertentu yang berbeda dengan
siswa lainnya, sehingga memungkinkan siswa yang memiliki
kemampuan dalam suatu bidang tetapi kurang dalam bidang
lainnya. Sebagai contoh siswa memiliki kelebihan dalam berhitung
tetapi kurang dalam hal berkomunikasi. Namun, ada juga siswa
yang memiliki kelebihan dalam beberapa kecerdasan sekaligus
yang dikenal dengan istilah multitalenta (Helmawati, 2016,
hlm.200).
Dalam kondisi yang sama, intelegensi berdampak besar
terhadap kemajuan belajar. Siswa yang tingkat intelegensinya lebih
tinggi akan lebih mampu menghadapi masalah-masalah belajar
dibandingkan dengan siswa yang memiliki intelegensi rendah
(Slameto, 2010, hlm.56).
(2) Sikap
Sikap merupakan kecenderungan siswa dalam merespon
dengan cara yang relatif tetap terhadap objek (orang, barang dan
sebagainya) baik secara positif maupun negatif. Sikap positif siswa
dalam memandang pelajaran tentu saja akan berdampak positif
terhadap peningkatan kemampuannya. Sebaliknya sikap tidak
menyukai pelajaran akan berdampak negatif yang mengakibatkan
17
kurang optimalnya kemampuan yang dikeluarkan siswa untuk
belajar (Helmawati, 2016, hlm.200-201).
(3) Bakat
Merujuk definisi chaplin dalam (Helmawati, 2016, hlm.201)
bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap
siswa memiliki keunikan tersendiri pada bakatnya, walaupun
antara satu siswa dengan siswa lainnya memiliki bakat yang sama
pastinya mereka memiliki kemampuan pendalaman yang berbeda
dalam mengembangkan bakatnya. Oleh karena itu guna
mengoptimalkan bakat yang dimiliki siswa, guru hendaknya
cermat dalam melihat potensi yang dimiliki siswa. Jika materi ajar
yang dipelajari siswa sesuai dengan bakatnya, maka prestasi
belajarnya akan lebih baik karena ia merasa senang proses
pembelajaran yang sejalan dengan bakatnya, oleh karenanya pada
pembelajaran selanjutnya siswa lebih giat lagi dalam belajar
(Slameto, 2010, hlm.57-58).
(4) Minat
Ketertarikan yang tinggi atau keinginan yang kuat terhadap
sesuatu merupakan definisi dari minat (Helmawati, 2016,
hlm.201). Minat berdampak besar terhadap pembelajaran siswa,
materi pelajaran yang tidak diminati siswa membuatnya tidak
belajar dengan sungguh-sungguh (Slameto, 2010, hlm.57).
Siswa yang memiliki minat tinggi dalam pelajaran tertentu
akan lebih memusatkan perhatian dan waktu untuk lebih giat guna
mencapai prestasi yang tinggi. Sebaliknya jika siswa merasa
terpaksa dan memiliki minat yang rendah dengan mata pelajaran
tertentu, siswa akan menghadapi banyak kendala sehingga proses
belajarnya menjadi tidak optimal bahkan menghadapi kegagalan
(Helmawati, 2016, hlm.201-202).
18
(5) Motivasi
Motivasi merupakan kondisi psikologis internal siswa yang
mendorong untuk berbuat sesuatu. Motivasi yang berasal dari
dalam diri siswa dikenal dengan motivasi intrinsik seperti perasaan
senang terhadap materi pelajaran tertentu. Sedangkan motivasi
yang berasal dari luar dikenal dengan motivasi ekstrinsik, sebagian
contohnya adalah pujian, hadiah, dan hukuman (Helmawati, 2016,
hlm.202). Dalam proses belajar perlu diketahui apa yang menjadi
motivasi siswa agar mampu belajar dengan baik. Motif-motif yang
kuat agar siswa belajar dengan baik dapat ditanamkan dengan cara
memberikan latihan-latihan atau kebiasaan-kebiasaan yang dapat
mendorong siswa untuk berpikir, merencanakan dan melaksanakan
kegiatan yang menunjang siswa untuk belajar, kadang-kadang juga
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan (Slameto, 2010, hlm.58).
2. Faktor Eksternal
Keadaan lingkungan yang dapat mempengaruhi proses belajar
siswa disebut dengan faktor eksternal siswa. Keadaan lingkungan
terbagi menjadi dua katagori yaitu: lingkungan sosial dan lingkungan
non sosial (Helmawati, 2016, hlm.202).
1) Lingkungan Sosial
Siswa tidak lepas dari kodratnya manusia sebagai homo socius,
yakni makhluk sosial yang membutuhkan interaksi sosial dalam
kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu siswa pasti menerima
dampak baik ataupun buruk ketika siswa berinteraksi dengan
lingkungan sosialnya (Djamarah, 2011, hlm.178-179). Helmawati
membagi lingkungan sosial menjadi tiga bagian yaitu: lingkungan
sosial dalam keluarga, lingkungan sosial dalam sekolah dan
lingkungan sosial dalam masyarakat.
a. Keluarga
Keluarga diakui peranannya dalam dunia pendidikan sebagai
lembaga pendidikan informal luar sekolah. Peranan keluarga dalam
19
dunia pendidikan sangatlah penting, baik sesudah ataupun sebelum
siswa memasuki lembaga pendidikan formal (sekolah), keluargalah
yang membentuk karakter siswa yang giat dalam belajar di luar
sekolah (Djamarah, 2011, hlm.241). Banyak hal yang di dapat siswa
dari keluarga diantaranya yaitu belajar tentang nilai-nilai keyakinan,
etika, norma-norma bertenggang rasa, saling menghormati dan
menghargai (Helmawati, 2016, hlm.202).
Keluarga yang harmonis tentunya akan lebih mudah
mengkondisikan suasana rumah menjadi tempat belajar yang
nyaman. Namun sebaliknya, apabila tidak ada keharmonisan dalam
keluarga bahkan tidak peduli terhadap pendidikan anaknya tentunya
hal ini akan menyebabkan sulitnya membentuk suasana yang
nyaman untuk siswa belajar di luar sekolah (Djamarah, 2011,
hlm.241).
b. Sekolah
Sebagai lembaga pendidikan yang menjadi rumah kedua
tentunya sekolah memiliki dampak besar bagi siswanya. Apabila
sekolah mampu menyediakan lingkungan yang kondusif, kreatif
serta memiliki sarana dan prasarana yang memuaskan tentunya
ketenangan dan kenyamanan dalam belajar akan didapatkan oleh
siswa. Namun, bila sekolah tidak mampu menyediakan penunjang
belajar bagi siswa maka wajarlah bermunculan siswa yang kesulitan
dalam belajar (Djamarah, 2011, hlm.238-239). Lingkungan sekolah
dan keluarga hendaknya mampu menjadi mitra penting. Meski
sekolah mampu mengawasi tingkah laku siswa ketika berada di
sekolah, namun perilaku tersebut sangat mungkin lenyap apabila
nilai-nilai yang diajarkan di sekolah tidak di dukung dari rumah
(Lickona, 2013, hlm.49).
c. Masyarakat
Di luar lingkungan keluarga, lingkungan sekitar rumah
memberikan pengaruh sosial pertama kepada siswa. Pada
20
lingkungan masyarakat siswa berkenalan dengan kelompok yang
lebih besar dengan perilaku yang beraneka ragam (Nasution, 2016,
hlm.155). Lingkungan masyarakat baik yang berasal dari teman-
teman siswa ataupun anggota masyarakat lainnya tidak kalah besar
pengaruhnya. Apabila siswa bergaul dengan orang pandai, maka
siswa tersebut bisa ikut pandai, tetapi apabila siswa bergaul dengan
teman-teman yang melulu ke pesta, tempat-tempat permainan tanpa
mengenal waktu sekolah, maka prestasi belajarnya akan terganggu
(Thabrany, 1995, hlm.36)
2) Lingkungan Nonsosial
a. Lingkungan Tempat Belajar
Lingkungan tempat belajar yang bersih, luas serta memiliki
ventilasi yang cukup berpengaruh pada kenyamanan siswa dalam
belajar. Sebaliknya apabila lingkungan tempat siswa belajar kotor,
sempit dan gelap membuat proses belajar siswa menjadi kurang
optimal (Helmawati, 2016, hlm.203).
b. Alat-alat Belajar
Alat-alat belajar menjadi instrumen penting yang menunjang
proses pembelajaran siswa. Siswa yang memiliki alat belajar dan
siswa yang tidak memiliki alat belajar jika dibandingakan akan
memiliki hasil yang berbeda. terlebih pelajaran yang diikuti siswa
diiringi dengan praktik, ketiadaan alat-alat akan menghambat siswa
menjadi anak yang terampil (Helmawati, 2016, hlm.204).
c. Keadaan alam
Kondisi cuaca mempengaruhi tekad siswa dalam belajar.
Kondisi cuaca yang cerah tentunya akan menambah semangat
belajar siswa. Sebaliknya kondisi cuaca yang gelap, hujan deras di
pagi hari, banjir atau terjadinya bencana alam gunung meletus akan
mengecilkan tekad dan semangat siswa dalam belajar (Helmawati,
2016, hlm.204).
21
d. Waktu
Setiap anak memiliki waktu yang tepat dalam belajar
bergantung pada kondisi psikologis siswa. Misalnya, waktu yang
tepat untuk belajar di pagi hari karena kondisi fisik dan pikiran
masih segar dan bersih. Selanjutnya, sore hari pada saat siswa
istirahat dari rutinitas sekolah. Ada juga yang memiliki waktu
belajar pada malam atau dini hari karena pada waktu itu tidak
terlalu ramai (Helmawati, 2016, hlm.204).
d. Cara untuk Mengevaluasi Prestasi Belajar Ranah Kognitif
Prestasi adalah hasil pembelajaran yang diperoleh dari evaluasi
pembelajaran. Setiap siswa memiliki ragam prestasi yang berbeda-beda,
prestasi yang diperoleh siswa dari hasil pembelajaran dapat saja rendah,
sedang ataupun tinggi (Helmawati, 2016, hlm.205). Kebanyakan guru
lebih menitikberatkan evaluasi atau penilaian terhadap prestasi belajar
pada ranah kognitif. Ranah kognitif dari prestasi belajar meliputi
penguasan konsep, ide, pengetahuan faktual dan lain sebagainya yang
berkenaan dengan keterampilan-keterampilan intelektual (Jufri, 2013,
hlm.60) Ranah kognitif memiliki kategori umum diantaranya mengingat,
memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan berkreasi
(Musfah, 2012, hlm.211).
Tabel 2.1 Kategori Umum Ranah Kognitif
Katagori Implikasi Kognitif
Mengingat Mengetahui dan mengingat konsep,
fakta simbol dan prinsip
Memahami Memahami Makna
Mengaplikasikan Menerapkan pengetahuan dalam
situasi baru
Menganalisis Mengeliminir masalah kompleks
menjadi lebih sederhana
Mengevaluasi Memanfaatkan gagasan yang sudah
ada untuk mendapatkan gagasan
baru
Berkreasi Menggabungkan beberapa unsur
menjadi suatu bentuk kesatuan
22
Mengevaluasi prestasi siswa pada aspek kognitif dapat dilakukan
dengan berbagai cara baik dengan tes tulis maupun tes lisan. Tes lisan saat
ini hampir tidak pernah digunakan karena membutuhkan waktu yang tidak
sedikit akibat dari pelaksanaannya berhadapan langsung antara guru dan
siswa sedangkan jumlah siswa di sekolah-sekolah semakin banyak, selain
itu tes lisan juga tes lisan juga memiliki subjektivitas tinggi, soal yang
diberikan oleh guru kadangkala berbeda tingkat kesukarannya antara siswa
satu dengan siswa lainnya yang menyebabkan penilaian prestasi siswa
menjadi kurang adil (Syah, 2014, hlm.152).
Tes prestasi bertujuan untuk mengukur kemampuan baru dari hasil
kegiatan belajar yang baru dijalani. Proses pembelajaran yang baru dijalani
tentu saja dalam batas-batas bakat yang dimiliki murid atau pelajar yang
bersangkutan. Kemampuan yang menjadi sasaran tes prestasi memiliki
asal usul yang spesifik dan jelas. Dalam konteks pendidikan formal, tes
prestasi lazim dikaitkan dengan mata pelajaran tertentu untuk tingkat kelas
tertentu pada jenjang pendidikan tertentu (Supratiknya, 2014, hlm.66)
Berdasarkan tujuan dan ruang lingkupnya tes prestasi belajar dapat
digolongkan kedalam tiga jenis yakni (1) Tes Formatif, (2) Tes
Subsumatif, (3) Tes Sumatif (Suardi, 2018, hlm.198).
(1) Tes Formatif
Tes formatif digunakan untuk menilai satu atau beberapa pokok bahasan
guna memperoleh gambaran tentang kemampuan siswa terhadap pokok
bahasan tersebut, kemudian hasil tes ini dimanfaatkan untuk mengevaluasi
proses belajar mengajar bahan tersebut dalam waktu tertentu.
(2) Tes Subsumatif
Tes subsumatif digunakan untuk menilai sejumlah pelajaran tertentu yang
telah diajarkan dalam waktu tertentu. Tujuannya adalah memperoleh
gambaran daya serap siswa untuk meningkatkan tingkat prestasi belajar
siswa. Hasil tes subsumatif dimanfaatkan untuk memperbaiki proses
belajar mengajar dan diperhitungkan dalam menentukan nilai rapor.
(3) Tes Sumatif
23
Tes sumatif digunakan untuk mengevaluasi kemampuan siswa terkait
pemahaman terhadap materi ajar pada mata pelajaran tertentu dengan
kurun waktu satu semester atau bahkan lebih dari satu semester. Selain
dapat dimanfaatkan menentukan kenaikan kelas, menyusun peringkat serta
sebagai ukuran mutu sekolah, tes ini juga dapat digunakan sebagai sarana
evaluasi diri bagi siswa untuk meningkatkan keberhasilan siswa dalam
belajar (Suardi, 2018, hlm.198).
e. Prestasi Belajar Kimia
Kimia merupakan mata pelajaran yang sulit bagi kebanyakan siswa,
karena sebelumnya kimia terintegrasi pada pelajaran sains di sekolah
dasar. Sebagai mata pelajaran sulit, guru harus berusaha lebih keras untuk
memotivasi siswa mempelajari konsep-konsep kimia, tanpa minat dan
motivasi yang tinggi, maka konsep-konsep kimia sulit dipahami siswa
dengan baik sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai (Suyanti, 2010,
hlm. 175).
Tujuan pembelajran kimia bukan hanya terfokus pada penanaman
pengetahuan kimia, sebagaimana masih banyak dipahami oleh banyak
praktisi pendidikan, melainkan lebih luas dari itu (Firman, 2009,
hlm.228). Keberadaan kimia dalam kurikulum SMA, selain dipandang
sebagai ilmu dasar, kimia juga dapat dijadikan “kendaraan” untuk
mengembangkan kecerdasan siswa antara lain kemampuan bernalar dan
memecahkan permasalahan secara ilmiah (Firman, 2009, hlm.225).
Salah satu masalah yang dihadapi pengajar kimia adalah perolehan
hasil belajar yang kurang memuaskan sekalipun pengajar telah berusaha
secara maksimal untuk mengajarkan kimia dengan baik, hal ini
menunjukan akan tingginya kompleksitas persoalan dalam pembelajaran
kimia. Disamping itu harus diakui bahwa ilmu pendidikan kimia belum
sampai pada taraf yang cukup matang untuk dapat berperan sebagai
“pemandu” bagi para pendidik dalam mengajarkan kimia. masih
diperlukan pengkajian, penelitian dan pemikiran yang melibatkan para
24
praktisi, pakar ilmu pendidikan kimia dan pakar ilmu kimia secara
bersama-sama dalam mengembangkan alternatif-alternatif pendekatan
dan strategi yang efektif dalam mengajarkan kimia (Firman, 2009,
hlm.229).
Untuk memperoleh prestasi belajar kimia diperlukan beberapa tahap
diantaranya yaitu (1) perumusan tujuan pembelajaran kimia, (2) penilaian
awal guna mengetahui sejauh mana siswa memiliki kemampuan-
kemampuan atau keterampilan yang diperlukan untuk mempelajari mata
pelajaran kimia (3) penyediaan pengalaman belajar, pada tahap ini
penilaian merupakan usaha untuk memonitor kemajuan belajar siswa,
sekaligus mendiagnosis kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh
siswa (4) penilaian akhir, yang tujuannya melihat bagaimana prestasi
siswa dalam mata pelajaran kimia. Prestasi siswa yang diukur dalam
penilaian sumatif biasanya menjadi bahan laporan kepada orang tua siswa
tentang kemajuan belajar anak-anaknya (Nasoetion, 2008, hlm.8.5-8.6).
Prestasi belajar kimia yang diteliti pada penelitian ini berupa hasil
usaha siswa yang didapatkan setelah mengerjakan soal ulangan tengah
semester yang diberikan oleh guru kemudian dituangkan dalam bentuk
angka. Menurut Periantalo (2015, hlm.172) dokumentasi prestasi belajar
dapat berupa nilai ulangan harian, ulangan tengah semester maupun nilai
ujian akhir siswa
B. Penelitian yang Relevan.
Penelitian yang relevan pada penilitian ini antara lain:
a. Penelitian yang dilakukan oleh Roghani, Taghi dan Fazlollah (2015)
dengan judul The Relationship between the Academic Procrastination
and the Academic Achievements in Female High School Student in
Isfahan in the 2013-2014 Academic Year. Penelitian ini meneliti 116
siswi untuk mengetahui bagaimana hubungan prokrastinasi akademik
dan efikasi diri terhadap prestasi belajar siswa perempuan. Instrumen
yang digunakan pada penelitian ini adalah procrastination assestmen
student scale (PASS). Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
25
prokrastinasi memiliki korelasi yang negatif dan signifikan terhadap
efikasi diri dan prestasi belajar siswa.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Akinsola, Adedeji dan Adeyinka (2007)
dengan judul Correlates of Academic Procrastination and Mathematics
Achiement of University Undergraduate Students. Penelitian ini
meneliti hubungan prokrastinasi akademik dengan prestasi belajar
matematika pada 150 mahasiswa jurusan matematika. Instrumen yang
digunakan pada penelitian ini adalah skala prokrastinasi akademik yang
dikembangkan oleh Tuckman. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
prokrastinasi akademik memiliki korelasi yang signifikan terhadap
prestasi belajar matematika mahasiswa.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Danya M. Corkin, dkk (2014) dengan
judul The Role of The College Classroom Climate on Academic
Procrastination. Penelitian ini menunjukan sejauh mana iklim kelas
dapat memprediksi prokrastinasi yang dilakukan oleh mahasiswa.
Penelitian ini menggunakan kuesioner The Pure Procrastination Scale
(2010) sebanyak 12 item pernyataan untuk prokrastinasi dan kuisioner
iklim kelas sebanyak 30 item pernyataan. Sampel dalam penelitian
sebanyak 248. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa iklim kelas
memiliki korelasi yang signifikan terhadap terhadap prokrastinasi
akademik pada mahasiswa.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Bilge Uzun Ozer dan Mesut Sackes
(2011) dengan judul Effect of Academic Procrasination on Collage
Student Life Satisfaction. Penelitian ini meneliti 314 mahasiswa dengan
menggunakan instrumen berupa kuisioner Tuckman Procrastination
Scale (1991) dengan 14 item pernyataan. Penelitian ini menunjukan
bahwa mahasiswa yang lebih sering melakukan prokrastinasi memiliki
kepuasan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan yang jarang
melakukan prokrastinasi.
e. Penelitian yang dilakukan oleh Yoshiko Goda, dkk (2014) dengan judul
Procrastination and Other Learning Behavioral Types in E-learning
26
and Their Relationship with Learning Outcomes. Penelitian ini meneliti
hubungan prokrastinasi dan tipe prilaku belajar lainnya dengan prestasi
belajar. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa terdapat 37 siswa dari
441 siswa yang gagal menyelesaikan tugasnya sampai akhir semester.
Sebagai akibat dari prilaku belajar yang lambat pada 8 minggu pertama
selama satu semester. Sehingga berkonsekuensi negatif terhadap
performa akademik siswa.
C. Kerangka Berpikir
Setiap siswa tentunya ingin menjadi siswa yang berprestasi. Selain
didorong oleh berbagai faktor yang mempengaruhinya prestasi yang didapat
siswa akan sesuai dengan usaha yang dilakukannya. Sayangnya fenomena
yang terjadi dikalangan pelajar justru kerap kali menunda-nunda
mengerjakan tugas yang menjadi alat evaluasi utama dalam menentukan
prestasinya dalam bidang akademik. Menunda-nunda kegiatan akademik
dapat dilihat dalam aspek percaya akan kemampuan, Dengan demikian
penulis menduga bahwa prilaku siswa menunda-nunda memiliki hubungan
yang signifikan terhadap prestasi belajar. Adapun kerangka berpikir dapat
digambarkan sebagai berikut :
27
Gambar 2.1 Kerangka Beripikir
D. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis penelitian dalam penelitian ini adalah terdapat
hubungan yang signifikan antara prokrastinasi terhadap prestasi belajar
siswa.
Pengukuran prokrastinasi
akademik
Prokrastinasi akademik disebabkan
oleh:
1.Keyakinan akan kemampuan
2. Gangguan perhatian
3. Faktor sosial
4. Manajemen waktu
5. Inisiatif diri
6. Malas
Bagaimana hubungan prokrastinasi akademik dengan prestasi belajar
Prestasi belajar kimia dipengaruhi
oleh:
1.Internal
a.Fisiologis
b. Psikologis
2. Eksternal
a. Sosial
b. Non Sosial
Penilaian prestasi belajar
Masalah
1. Siswa sering mengerjakan tugas di batas waktu penyelesaian dengan alasan
tidak dapat mengatur waktu mengerjakan tugas di rumah.
2. Siswa sering siswa yang belajar hanya satu hari sebelum ujian dengan
sistem kebut semalam.
3. Tedapat siswa yang menyalin tugas temannya.
4. Prestasi belajar siswa pada mata pelajaran kimia belum optimal
Prilaku Prokrastinasi
Akademik Tugas dan Ujian merupakan alat
evaluasi utama dalam menentukan
prestasi siswa
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan tahun
pelajaran 2018/2019. Adapun pelaksaan penelitian ini dilakukan pada bulan
Oktober tahun 2017 sd bulan Maret tahun 2019.
B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian korelasional. Menurut
Sukmadinata (2005, hlm.56) penelitian korelasional ditujukan untuk
mengetahui hubungan suatu variabel dengan variabel-variabel lain.
Hubungan antara satu dengan beberapa variabel lain dapat dinyatakan
dengan besarnya koefisien korelasi dan keberartian (signifikansi). Koefisien
korelasi dilambangkan dengan “r”, memiliki rentang interval -1 ≤ r ≤ 1.
Semakin mendekati 1 atau -1 antar variabel yang diteliti semakin kuat
(Mahmud, 2011, hlm.104). Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui arah
hubungan variabel prokrastinasi akademik dengan variabel prestasi belajar
kimia serta bagaimana eratnya hubungan antar kedua variabel tersebut.
C. Alur Penelitian
Adapun alur penelitian dalam penelitian ini yaitu:
29
Tahap Perencanaan
------------------------------------------------------------------------------------
Tahap Pelaksanaan
------------------------------------------------------------------------------------
Tahap Penyelesaian
Gambar 3.1 Alur Prosedur Penelitian
Analisis Kebutuhan
Penelitian
Studi Literatur Perilaku Prokrastinasi
Akademik
Penyusunan Instrumen Penelitian
Angket Prokrastinasi Akademik
Validitas dan Reliabilitas
Instrumen
Pengambilan Data
Angket Prokrastinasi
Akademik
Nilai Ujian Tengah
Semester
Temuan Data
Analisis Data
Kesimpulan:
Terdapat hubungan yang signifikan antara
prokrastinasi akademik dengan prestasi belajar kimia
siswa.
30
D. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah siswa kelas XI IPA
SMA Negeri 6 Kota Tangerang Selatan tahun pelajaran 2018/2019 yang
berjumlah 180 orang.
2. Sampel
Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah siswa kelas XI IPA 1,
XI IPA 2, XI IPA 4 dan XI IPA 5 yang berjumlah 141 siswa terdiri dari 51
siswa laki-laki dan 90 siswa perempuan. Pengambilan sampel
menggunakan nonprobability sampling (penarikan sampel tidak acak / non
sampling) yaitu tidak memberikan kesempatan yang sama dari setiap
anggota populasi untuk menjadi sampel dengan kata lain penarikan sampel
dalam penelitian ini tidak ditujukan untuk menarik kesimpulan umum
(generalisasi) hanya bersiat penelitian atau studi kasus, dengan teknik
purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dari populasi
berdasarkan tujuan atau disesuaikan dengan tujuan penelitian
(Sukmadinata, 2005, hlm.254). Menurut Seputra (2013, hlm.14) jika
teknik purposive sampling digunakan pada penelitian pendidikan, maka
sampel yang diambil adalah orang-orang atau objek maupun ahli yang
terkait dalam bidang pendidikan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan
peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2007, hlm.100). Adapun
teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini di antara lain:
31
Tabel 3.1 Teknik Pengumpulan Data
Data Instrumen Keterangan
Hubungan
prokrastinasi
akademik dengan
prestasi belajar kimia
1. Angket
prokrastinasi
Akademik
2. Nilai Ujian
Tengah Semester
1. Angket
diberikan
setelah siswa
melakukan ujian
tengah semester.
2. Dokumen
berupa nilai
ujian tengah
semester siswa
F. Instrumen Penelitian
Instrumen merupakan alat bantu bagi peneliti di dalam menggunakan
metode pengumpulan data (Arikunto, 2007, hlm.101). Adapun instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Angket
Angket merupakan daftar yang berisi pertanyaan atau pernyataan yang
disusun secara khusus yang menggali atau menghimpun keterangan atau
informasi yang cocok untuk di analisis. Dalam hal ini teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah angket tertutup (angket berstruktur), dimana
“angket tertutup ialah angket yang disajikan dengan sedemikian rupa
sehingga responden diminta untuk memilih satu jawaban yang sesuai
dengan karakteristik dirinya (Sukmadinata, 2005, hlm. 230). Skala yang
digunakan merupakan modifikasi skala likert dengan empat alternatif
jawaban yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju dan sangat tidak setuju.
Kemudian siswa diminta untuk memilih salah satu jawaban yang dianggap
paling sesuai dengan dirinya dengan cara memberikan tanda checklist (√)
pada salah satu alternatif jawaban yang terdapat pada angket (Supratiknya,
2014, hlm.271). Adapun penskoran dalam angket terdapat dalam tabel 3.2
berikut ini;
32
Tabel. 3.2 Penskoran Skala Angket
No. Alternatif Jawaban
Pernyataan
Positif
Pernyataan
Negatif
Skor Skor
1. Sangat Setuju 4 1
2. Setuju 3 2
3. Tidak Setuju 2 3
4. Sangat Tidak Setuju 1 4
Angket yang digunakan yaitu angket prokrastinasi akademik hasil
adaptasi dari angket Academic Procrastination Scale yang dikembangkan
oleh Justin Mccloskey tahun 2011. Angket prokrastinasi akademik
digunakan untuk mengukur tinggi-rendahnya perilaku menunda-nunda
yang dilakukan oleh siswa dalam bidang akademik, angket prokrastinasi
akademik diberikan setelah siswa mengikuti ujian tengah semester.
Adapun kisi-kisi angket prokrastinasi akademik ini adalah sebagai berikut
:
Tabel. 3.3 Kisi-kisi angket prokrastinasi akademik
Variabel Dimensi No. Pertanyaan
+ -
Prokrastinasi
Akademik
Keyakinan
akan
kemampuan
1, 2, 5 dan
8
3, 4, 6 dan 7
Gangguan
Perhatian
9, 10 dan 14 11, 12 dan
13
Faktor Sosial 15, 17 dan
18
16, 19 dan
20
Manajemen
Waktu
21, 23 dan
25
22, 24 dan
26
Inisiatif Diri 28, 31 dan
32
27 29 dan
30
Kemalasan 33, 35 dan
37
34, 36 dan
38
Jumlah 38
2. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik untuk mempelajari dan
menganalisis bahan-bahan tertulis (Arifin, 2011, hlm.243). Dokumen
33
prestasi belajar siswa dapat berupa nilai rapor, IPK, nilai, UH dan nilai
UTS (Periantalo, 2015, hlm.172). Dalam penelitian ini dokumentasi
yang digunakan berupa nilai hasil ujian tengah semester siswa SMA.
G. Uji Coba Instrumen
Dalam menyusun sebuah instrumen, instrumen tersebut harus benar-
benar dapat menggambarkan tujuan dari penelitiannya (valid) dan juga dapat
konsisten apabila pernyataan tersebut dijawab dalam waktu yang berbeda
(reliabel) (Noor, 2012, hlm.164).
a. Uji Validitas
Validitas instrumen penelitian berguna untuk mengetahui apakah
instrumen itu dapat mengukur apa yang akan diukur (Nurgiyantoro,
Gunawan dan Marzuki, 2012, hlm.338). Validitas instrumen dibedakan ke
dalam dua katagori yaitu validitas yang pertimbangannya lewat analisis
rasional dan yang kedua berdasarkan analisis empirik (Nurgiyantoro,
Gunawan dan Marzuki, 2012, hlm.339).
Jenis validitas yang pertimbangannya melalui analisis rasional
validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi berguna untuk mengetahui
kesesuaian antara instrumen dengan tujuan dan deskripsi masalah yang
akan diteliti. Sedangkan validitas konstruk berguna untuk mengetahui
apakah butir-butir pertanyaan dalam instrumen itu telah sesuai dengan
konsep keilmuan yang bersangkutan (Nurgiyantoro, Gunawan dan
Marzuki, 2012, hlm.339). Dalam penelitian ini instrumen prokrastinasi
akademik dilakukan validitas isi dan konstruk kepada dua dosen ahli.
Jenis validitas kedua yang bersifat empirik memerlukan data-data di
lapangan dari hasil uji coba yang berwujud data kuantitatif (Nurgiyantoro,
Gunawan dan Marzuki, 2012, hlm.340). Adapun perhitungan validitas
pada penelitian ini menggunakan SPSS 22. Jika terdapat yang signifikan
maka indikator tersebut dikatakan valid dan sebaliknya jika tidak
signifikan maka indikator tersebut tidak valid (Supriyadi, 2014, hlm.33-
38).
34
Validitas instrumen penelitian ini diujikan pada kelas XI IPA 3 SMAN
6 Kota Tangerang Selatan yang berjumlah 36 siswa. Siswa diberikan
angket prokrastinasi akademik yang terdiri dari 38 item pernyataan. Hasil
analisis instrumen menunjukan bahwa dari 38 item pernyataan terdapat 31
item pernyataan yang valid dan 7 item pernyataan yang tidak valid, hal ini
dapat dilihat dari taraf signifikansi hasil pengolahan SPSS atau
membandingkan besaran rhitung dengan rtabel, jika rhitung > rtabel maka item
pernyataan dapat dikatakan valid. Nilai rtabel dengan N yang berjumlah 36
dan taraf signifikansi 5% adalah 0,349. Berikut adalah kisi-kisi angket
prokrastinasi akademik setelah dilakukan uji validitas.
Tabel. 3.4 Kisi-kisi angket prokrastinasi akademik setelah dilakukan
uji validitas.
VARIABEL Dimensi No. Pernyataan
+ -
Prokrastinasi
Akademik
Keyakinan
akan
kemampuan
1 dan 2 4, 6 dan 7
Gangguan
Perhatian
9, 10 dan 14 11, 12 dan
13
Faktor Sosial 15, 17 dan
18
19
Manajemen
Waktu
21, 23 dan
25
22, 24 dan
26
Inisiatif Diri 28, 31 dan
32
27 dan 30
Kemalasan 33, 35 dan
37
36 dan 38
Jumlah 31
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah derajat konsistensi instrumen, apabila instrumen
itu digunakan lagi sebagai alat ukur (Supriyadi, 2014, hlm.29). Uji
reliabilitas menggunakan rumus Chronbach‟s Alpha yang pada
penelitian ini diolah dengan menggunakan program SPSS.22
Adapun hasil uji reliabilitas instrumen terdapat pada tabel 3.5 berikut ini:
35
Tabel. 3.5 Indeks reliabilitas angket prokrastinasi akademik Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.939 31
Dari tabel 3.5 menunjukan bahwa nilai Cronbach’s Alpha angket
prokrastinasi akademik sebesar 0,939, menurut supriyadi apabila nilai
Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,70 maka angket tersebut dapat
dikatakan reliabel (Supriyadi, 2014, hlm.32)
Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas yang telah dilakukan
menunjukan bahwa terdapat 31 dari 38 item pernyataan yang valid dan
reliabel.
H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Deskripsi Data
Data yang diperoleh dideskripsikan dengan menganalisis bagaimana
hubungan ukuran pemusatan data prokrastinasi akademik dan prestasi
belajar kimia siswa yang terdiri dari nilai rata-rata (mean), nilai tengah
(median) dan modus (Martono, 2010, hlm.69). Ukuran pemusatan belum
memberikan gambaran yang mencukupi bagi sekolompok data, data selain
memiliki kecenderungan memusat data juga memiliki kecenderungan
memencar (dispersi), oleh karena itu dalam penelitian juga dianalisis
ukuran pemencaran data (Wibisono, 2009, hlm.193). Dalam penelitian ini
informasi yang dapat melengkapi mengenai pemencaran data salah satunya
dengan besaran standar deviasi (Arikunto, 2007, hlm.286). Ukuran variasi
data dapat diukur dengan statistik varian yang merupakan hasil bagi antara
standar deviasi dengan rata-rata. Semakin besar nilai statistik varian, maka
semakin tinggi variasi data begitu juga sebaliknya (Gulo, 2010, hlm.148).
36
Level prokrastinasi akademik dibagi berdasarkan penelitian He (2017) yang
membagi prokratinasi akademik menjadi lima level yaitu selalu, sangat
sering, sering, jarang dan tidak pernah, adapun pengkategorisasian menjadi
lima kategori diambil dari total skor angket prokrastinasi akademik berikut
ini:
Tabel 3.6 Kategori Level Prokrastinasi Akademik
Interval Skor Kategori
> Mi + 1,5 SDi Selalu
> Mi + 0,5SDi s.d Mi + 1,5 SDi Sangat Sering
> Mi - 0,5 SDi s.d Mi + 0,5 SDi Sering
> Mi - 1,5 SDi s.d Mi + 0,5 SDi Jarang
< Mi - 1,5 SDi Tidak Pernah
(Wijaya, 2016, hlm. 24).
Setiap aspek prokrastinasi akademik menyumbangkan kontribusi yang
berbeda-beda, untuk mengetahui persen kontribusi masing-masing aspek
prokrastinasi akademik digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
NP : Nilai persen yang dicari/diharapkan
P : Rata-rata masing-masing aspek
SM : Rata-rata total
2. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum peneliti melakukan teknik statistik parametrik atau non
parametrik yang digunakan untuk menganalisis data, terlebih dahulu harus
melakukan pengujian terhadap data yang dimiliki, untuk melakukan teknik
statistik parametrik misalnya mensyaratkan bahwa data yang akan
dianalisis harus berdistribusi normal, homogen dan linier (Arikunto, 2007,
hlm.300). Oleh karena itu data prokrastinasi akademik dan prestasi belajar
kimia siswa pada penelitian ini dilakukan uji prasyarat analisis berupa uji
normalitas, homogenitas dan linieritas.
37
a. Uji Normalitas
Uji normalitas pada penelitian ini digunakan Kolmogorov smirnov.
Jika Kolmogorov-smirnov hitung atau nilai signifikansi F lebih besar
dari 5%, maka sebaran data bersifat normal. Sebaliknya jika
signifikansi F kurang dari 5%, maka sebaran data bersifat tidak normal
(Supranto dan Nandan, 2013, hlm. 91). Dalam penelitian ini uji
normalitas diolah dengan menggunakan program SPSS.22
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk menguji kelompok data
sampel yang diteliti berasal dari populasi yang memiliki variansi yang
sama (Supranto dan Nandan, 2013, hlm.155). Pada penelitian ini
homogenitas diuji dengan menggunakan program SPSS.22
c. Uji Linieritas
Salah satu syarat melakukan uji hipotesis adalah garis persamaan
regresi berbentuk linier dengan cara mencari persamaan garis regresi
variabel bebas X terhadap variabel terikat Y (Supranto dan Nandan
2013, hlm. 157). Pada penelitian ini dilakukan uji linieritas
menggunakan SPSS 22.
3. Uji Hipotesis
a. Uji Korelasi
Uji korelasi digunakan untuk menguji hubungan antara dua variabel
yang tidak menunjukan hubungan fungsional. Uji korelasi tidak
membedakan variabel dependen ataupun variabel independen. Keeratan
hubungan ini dinyatakan dalam bentuk koefisien korelasi (Nuraida dan
Halid, 2009, hlm.132).
Uji korelasi yang populer dalam menyelediki hubungan antara dua
variabel adalah korelasi product momen atau korelasi pearson (Tim
Penelitian dan Pengembangan, 2003, hlm.138). Uji korelasi pearson
digunakan untuk data yang berdistribusi normal dan memiliki hubungan
variabel yang linier (Tim Penelitian dan Pengembangan, 2003, hlm.140).
38
Sebenarnya tidak ada ketentuan yang tepat mengenai apakah angka
korelasi tertentu menunjukkan tingkat korelasi kuat atau lemah, namun
bisa dijadikan pedoman sederhana bahwa angka korelasi di atas 0,5
menunjukan korelasi yang cukup kuat, sedang di bawah 0,5 korelasi lemah
(Santoso, 2015, hlm.320). Koefisien korelasi memiliki rentang antara 0
sampai 1 atau 0 sampai -1. Tanda posistif dan negatif menunjukan arah
hubungan. Tanda positif menunjukan arah hubungan searah. Jika satu
variabel naik, variabel yang lain naik. Tanda negatif menunjukan
hubungan berlawanan. Jika satu variabel naik, variabel yang lain malah
turun (Trihendradi, 2010, hlm.129).
Tabel 3.7 Rentang Hasil Uji Korelasi
Interval Skor Kategori
(+/-) 0 sd 0,5 Lemah
(+/-) 0,5 sd 1 Kuat
(Santoso, 2015, hlm. 320).
b. Uji t
Uji t merupakan pengujian hipotesis tentang dua parameter rata-rata,
bertujuan untuk mempelajari perbedaan rata-rata variabel kriterium dari
dua kelompok atau yang dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok
(Kadir, 2016, hlm.295). Uji t juga dilakukan untuk mengetahui apakah
suatu populasi memiliki nilai yang sama atau tidak sama, lebih tinggi atau
tidak lebih tinggi, lebih rendah atau tidak lebih rendah dengan suatu nilai
pembanding (Suharjo, 2013, hlm.52). Dalam penelitian ini dilakukan uji
t dengan SPSS.22 untuk melihat bagaimana perbedaan rata-rata
prokrastinasi akademik siswa laki-laki dibandingkan dengan prokrastinasi
akademik siswa perempuan.
4. Uji Determinasi
Uji determinasi atau koefisien determinasi (koefisien penentuan)
dilakukan untuk mengetahui besar kontribusi variabel X terhadap naik atau
turunnya variabel Y. Adapun rumus untuk menghitung koefisien
penentuan adalah sebagai berikut :
39
KP = r 2
x 100%
Keterangan :
KP : Koefisien penentuan
r : Koefisien korelasi pearson (Supranto, 1995, hlm.146).
I. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik berdasarkan hipotesis yang telah ditetapkan, yaitu:
H0: ρ = 0
H1: ρ ≠ 0
Keterangan :
H0 = terdapat hubungan antara prokrastinasi akademik dengan prestasi
belajar kimia siswa
H1 = tidak terdapat hubungan antara prokrastinasi akademik dengan prestasi
belajar kimia siswa
61
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan.
Berdasarkan hasil peneltian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang lemah antara prokrastinasi akademik dengan
prestasi belajar kimia siswa yakni sebesar -0,332, kontribusi
prokrastinasi akademik terhadap menurunnya prestasi belajar kimia
sebesar 11%.
2. Terdapat hubungan yang lemah antara prokrastinasi akademik yang
dilakukan siswa laki-laki maupun siswa perempuan dengan prestasi
belajar kimia yakni sebesar -0,461 (siswa laki-laki) dan -0, 231 (siswa
perempuan).
3. Kontribusi prokrastinasi akademik yang dilakukan siswa laki-laki lebih
tinggi dibandingkan dengan kontribusi prokrastinasi akademik yang
dilakukan siswa perempuan yakni sebesar 21,2% (siswa laki-laki) dan
5,3% (siswa perempuan).
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikemukakan implikasi teoritis
dan praktis sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
Perilaku prokrastinasi akademik memiliki hubungan yang signifikan
terhadap prestasi belajar kimia. Hal tersebut menunjukan bahwa
prokrastinasi akademik merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi turunnya prestasi belajar kimia. Siswa dengan level
prokrastinasi akademik yang rendah tentunya memiliki prestasi belajar
kimia yang belum optimal.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini digunakan sebagai masukan bagi guru, orang tua
dan siswa itu sendiri agar dapat bekerjasama dalam mengoptimalkan
62
62
prestasi belajar kimia siswa dengan cara mengurangi perilaku-perilaku
prokrastinasi akademik yang sering terjadi dan mencari solusi terbaik
dalam pembelajaran kimia guna meningkatkan prestasi belajar.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas terdapat beberapa
saran yang dapat dikemukakan yaitu:
1. Bagi pihak-pihak yang terkait dalam bidang pendidikan, khususnya
sekolah dan orang tua siswa, hendaknya memberikan fasilitas dan
layanan yang dapat mengantisipasi perilaku prokrastinasi akademik
pada siswa.
2. Bagi guru, hendaknya perlu diperhatikan akan hal-hal yang dapat
mengganggu perhatian siswa dalam mengerjakan tugas ataupun belajar
untuk menghadapi ujian, terlebih dalam memberikan saran yang
bersifat konstruktif yang dapat membantu siswa fokus pada kegiatan
belajarnya. Hal ini dapat dibuktikan dalam penelitian ini, bahwa
gangguan perhatian memberikan kontribusi terbesar yakni 20,9%
terhadap prokrastinasi akademik.
3. Bagi siswa, hendaknya mampu membagi waktu serta dapat
memfokuskan diri pada kegiatan belajarnya, sehingga dapat
meminimalisir perilaku prokrastinasi akademik dan mampu mencapai
prestasi belajar kimia yang optimal.
4. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya meniliti lebih detail terkait aspek-
aspek yang mempengaruhi perilaku prokrastinasi akademik siswa yang
belum ada pada penelitian ini.
63
DAFTAR PUSTAKA
Akinsola ,M. K., Adedeji dan Adeyinka. (2007). Correlates of Academic
Procrastination and Mathematics Achievement of Univerty Undergraduate
Students. Eurasia Journal of Mathematics. Science and Technology
Education. 3(4). 363-370.
Andreou, C dan Mark, D.W. (2010). The Thief of Time Philosophical Essays on
Procrastination. New York: Oxford University Press.
Arifin, Zaenal. (2010). Evaluasi Pembelajaran Prinsip Teknik dan Prosedur.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arifin, Zaenal. (2011). Metode dan Paradigma Baru Penelitian Pendidikan.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Arikunto, Suharsismi. (2007). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Balkis, M., dan Erdink, D. (2009). Prevalance of Academic Procrastination
Behavior Among Pre-Service Teachers, And Its Relationship With
Demographics and Individual Preferences. Journal Theory and Practice in
Education. 5 (1): 18-32.
Basco, M.R. (2010). The Procrastinator‟s Guide to Getting Things Done. New
York: The Guilford Press.
Blanchard, Ken dan Steve Gottry. (2004). The On Time, On Target Manager:
How a “Last Minute Manager” Conquered Procrastination. New York.
William Morrow.
Burka. J., dan Lenora M. Y. (2008). Why You Do It, What to Do About It Now.
Cambridge. Da Capo Press.
Chang, R. (2005). Kimia Dasar Konsep-konsep Inti Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
Choi, J.N dan Sarah. V.N. (2009). Why Not Procrastinate? Development and
Validation of a New Active Procrastination Scale. Journal of Social
Psychology.(2) 195-211.
Combs, J. (2012). The Procrastination Cure – 7 Langkah Menghentikan Sikap
Menunda-nunda. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Corkin,D., dkk. (2014). The Role Collage Classroom Climate on Academic
Procrastination. Learning an Individual Differences. 32, 294-303.
Cremer, D.D. (2013). The Proactive Leader How to Overcame Procrastination
and Be a Bold Decision Maker. New York : Palgrave Macmillan.
64
64
Darmadi. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa.Yogyakarta : Deepublish.
Day,V., David,M., dan Michael, O. (2000). Patterns of Academic
Procrastination. Journal of Collage Reading and Learning. 30 (2) 120-134.
Dimyati dan Mudjiono.(2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djamarah, S.B. (2011). Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Dzikran, A. (2017). Kuasai Dirimu Panduan Membangun Mind-set dan Mental
Sukses. Tangerang Selatan: Gemilang
Ferrari, J.R, Judith L.J dan William G.M. (1995). Procrastination and Task
Avoidance, Theory, Research and Treatment. New York: Plenum Press.
Firman, H. (2009). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, Pendidikan Kimia. Bandung:
Imperial Bakti Utama.
Fulano,C. dkk. (2018). Mozambican Adolescents‟ Perspective on The Academic
Procrastination Process. School Psychologicy International. 1-18.
Goda, Y,. dkk. (2014). Procrastination and Other Learning Behavioral Types in
E-Learning and Their Relationship With Learning Outcomes. Learning and
Individual Differences. 1-7.
Grunschel,C., Justine,P., dan Stefan,F. (2013). Exploring Reason and
Consequences of Academic Procrastination: an Interview Study. Eur
Psychological Education. 28, 841-861.
Gulo, W. (2010). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT.Grasindo.
Hanafiah, N. dan Cucu, S. (2009). Konsep Strategi Pembelajaran. Bandung:
Refika Aditama.
He, S. (2017). A Multivariate Investigation Into Academic Procrastination of
University Students. Journal Of Social Sciences. 5, 12-24.
Helmawati. (2016). Pendidikan Keluarga Teoritis dan Praktis. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Jufri, Wahab.(2013). Belajar dan Pembelajaran Sains. Bandung: Pusaka Reka
Cipta.
Kadir. (2016). Statiskan Terapan Konsep dan Analisis Data dengan Program
SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: P.T Raja Grafindo
65
65
Kemendikbud. (2015). Rencana Strategis Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan Indonesia 2015-2019. Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan.
Katz. I, Keren dan Noa (2014). I‟ll do it Later : Type of Motivation, Self Efficacy
and Homework Procrastination. Motiv Emot. 38. 111-119.
Knaus, W. -. The Procrastination Workbook. New Harbinger Publications Inc.
Knaus. W. (2010). End Procrastination Now! Get It Done with a Proven
Psychological Approach. New York: The McGraw Hill Companies.
Krause, K dan Alexandra (2014). Delay or Procrastination- A Comparison of
Self Report and Behavioral Measures of Procrastination and Their Impact
on Affective Well-Being. Personality and Individual Diffference. 63. 75-80.
Kristin Waschle, dkk. (2013) . Procrastination and self-efficacy Tracing vicious
and virtuous circles in self regulated learning. Journal of Learning and
Instruction, 29, 103-114.
Lickona, Thomas. (2013). Pendidikan Karakter : Panduan Lengkap Mendidik
Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Bandung: Nusa Media.
Lively,L. (1999). The Procrastinator‟s Guide to Success. New York: McGraw-
Hill.
Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Majid, A. (2011). Perencanaan Pembelajaran Mengembangkan Standar
Kompetensi Guru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Martono, Nanang. (2010). Statistik Sosial Teori dan Aplikasi Program SPSS.
Yogyakarta: Gaya Media.
Mccloskey,J. (2011). Finally My Thesis on Academic Procrastination. Univertas
Arlington Texas.
Moris,P., Catherine, O,. (2015). Conscienstiousness and Procrastination Predict
Academic Coursework Marks Rather Than Examination Performance.
Learning and Individual Differences. 1-6
Munadi, Imam. (2005). Saya Bisa! Menyibak Rahasia di Balik Fenomena Sukses,
Sebuah Bekal untuk Pemuda Islam. Jakarta: Skil Publishing.
Musfah, J (2012). Pendekatan Holistik, Pendekatan Lintas Persepektif. Jakarta:
Kencana.
Nasution. (2016). Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
66
66
Nasoetion, N. (2008). Materi Pokok Pengembangan Evaluasi Pembelajaran
Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka.
Noor,J. (2012). Metodelogi Penelitian: Skripsi, Tesis, Desertasi dan Karya
Ilmiah Edisi Pertama Cetakan Ke-2. Jakarta: Kencana.
Nuraida dan Halid, A. (2009). Metedologi Penelitian Pendidikan. Ciputat:
Islamic Research Publishing.
Nurgiyantoro, B., Gunawan dan Marzuki. (2012). Statistik Terapan Untuk Ilmu-
ilmu Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ozer, B. dan Mesut, S. (2011). Effect of Academic Procrastination on Collage
Students‟ Life Satisfaction. Procedia Social and Behaviour. 12: 512-519.
Pancaningtyas, L (2017). Guru (bukan) Tersangka: Esai Pilihan Pendidikan
Karakter. Gresik: Caremedia Communication.
Patrzek, J. dkk. (2015). Investigating The Effect of Academic Procrastination on
The Frequency and Variety of Academic Misconduct: a Panel Study.
Studies in Higher Education. 40 (6) 1014-1029.
Periantalo,J. (2015). Validitas Alat Ukur Psikologi Aplikasi Praktis. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Perry, Martin. (2006). Confidence Boosters, Pendongkrak Kepercayaan Diri.
Jakarta: Esensi.
Pugazheniyan, G dan Babu. (2015). Student Achievement in Chemistry at
Engineering Collage Level. Journal of Research and Method in Education.
5 (3): 1-3.
Ramadhan, R.P dan Hendri W. (2016). Prokrastinasi Akademik Menurunkan
Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran. 1. 1.
163-169.
Ridha, Akrim . (2002). Menjadi Pribadi Sukses. Bandung: Asy Syamil.
Saleh, Akh.Muwafik. (2012). Membangun Karakter dengan Hati Nurani:
Pendidikan Karakter untuk Generasi Bangsa. Jakarta: Erlangga.
Samadani, Adil. (2014). Sukses Itu Mudah, 9 Strategi untuk Menghancurkan
Kegagalan. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Santoso, S. (2015). SPSS 20, Pengolahan Data Statistik di Era Informasi.
Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Santrock. J.W. (2009). Psikologi Pendidikan. Jakarta : Salemba Humanika.
67
67
Sardiman. (2012). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali
Pers.
Sartono dan Ernawati. (2016). Pedoman Cerdas Kimia SMA. Depok: Huta
Media.
Schouwenburg, H.C. (1992). Procrastination and Failure: An Exploration of
Reasons or Procrastination. European Journal of Personality. 6. 225-236.
Schraw.G., Lori. O., dan Theresa. W. (2007). Doing the Thing We Do: A
Grounded Theory of Academic Procrastination. Journal of Educational
Psychology. 99. 12-25.
Sedarmayanti. (2010). Pengembangan Kepribadian Pegawai. Bandung: Mandar
Maju.
Seputra, Y.E.A. (2013). Belajar dan Analisis Tuntas Statistika Berbasis
Komputer. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Sinar. (2018). Metode Active Learning Upaya Peningkatan Keaktifan dan Hasil
Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Solomon. L.J dan Eather. D.R. (1984). Academic Procrastination: Frequency
and Cognitive-Behavioral Correlates. American Psychological Assosiation.
31(4), 503-509.
Steel, P., and Katrin B Klingsieck. (2016). Academic Procrastination:
Psychological Antecedents Revisited. . Australian Psychological Society.
51, 36-46.
Stoneberg, B. (2017). Biology and Chemistry Achievement In Idaho High School.
K-12 Research Idaho. 1-9.
Suardi, M. (2018). Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta: Deepublish.
Suharjo, Bambang. (2013). Statistika Terapan Disertai Contoh Aplikasi dengan
SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sukmadinata, N. S. (2009). Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
68
68
Supranto dan Nandan,L. (2013). Petunjuk Praktis Penelitian Ilmiah Untuk
Menyusun Skripsi, Tesis dan Desertasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Supranto, J. (1995).Statistik Teori dan Aplikasi. Jakarta: Erlangga.
Supratiknya, A. (2014). Pengukuran Psikologis. Yogyakarta: Sanata Dharma
University Press.
Supriyadi, E. (2014). SPSS Plus Amos. Jakarta: In Media.
Susanto, Ahmad. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana.
Suyanti, R.D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia.Yogyakarta: Graha Ilmu.
Syah, Muhibbin. (2014). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Cet ke
19, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Tan, C. dkk. (2008). Correlates of Academic Procrastionation and Student‟s
Grade Goals. Curr Psychol. 27, 135-144.
Tefula, M. (2014). Student Procrastination Seize The Day and Get More Work
Done. Bringstoke. Palgrave Macmillan.
Thabrany, H. (1995). Rahasia Sukses untuk Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Tim Penelitian Pengembangan. (2007). Pengolahan Data Statistik Dengan SPSS
11.5. Jakarta: Salemba Infotek.
Trihendradi, C, (2010). Step by Step SPSS 18 Analisis Data Statistik. Yogyakarta:
Andi.
Warsiyah. (2015). Menyontek,Prokrastinasi dan Keimanan. Yogyakarta:
Trussmedia Grafika.
Wijaya, H. (2016). Excel Tabel Analisis. Jakarta: Alex Media Komputindo.
Wibisono, Yusuf. (2009). Metode Statistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Won,S., dan Shirley,I. (2018). Relations of Perceived Parental Autonomy
Support and Control With Adolescents‟ Academic Time Management and
Procrastination. Learning and Individual Differences. 61, 205-215.
Zulfiani, Tonih, F., dan Kinkin S. (2009). Strategi Pembelajaran Sains. Jakarta
Selatan: Lembaga Penelitian UIN Jakarta.