14
204 Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017 HUBUNGAN TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN DENGAN PERILAKU HEMAT ENERGI MAHASISWA DI KOTA MAKASSAR Andi Zulfikar Syaiful 1) , Mulyadi 2) , Faizal Amir 3) , Moh. Ahsan S. Mandra 4) 1 Jurusan Teknik Kimia, FakultasTeknik, Universitas Bosowa Email: [email protected] 2,3,4 Universitas Negeri Makassar . ABSTRAK Mahasiswa sebagai salah satu kelompok dalam masyarakat yang terdiri atas insan-insan calon intelektual, cendekiawan muda, dan pemimpin masa depan, diharapkan memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan dan perilaku hemat energi yang dapat ditularkan kepada kelompok masyarakat lainnya pada saat sekarang. Dimasa depan apabila mereka telah menjadi pemimpin ataupun penentu kebijakan diharapkan berpihak kepada kelestarian lingkungan dan penghematan energi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui deskripsi tanggung jawab lingkungan dan perilaku hemat energi mahasiswa di Kota Makassar serta mengetahui hubungan antara tanggung jawab lingkungan dengan perilaku hemat energi mereka. Populasi penelitian adalah mahasiswa program studi teknik mesin jenjang pendidikan strata satu (S1) yang aktif dan terdaftar pada perguruan tinggi negeri dan swasta di Kota Makassar. Sedangkan sampel adalah mahasiswa dari program studi teknik mesin yang dipilih secara acak dari perguruan tinggi Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas Muslim Indonesia (UMI), dan Universitas Kristen Indonesia Paulus (UKIP) hingga mencapai jumlah 208 orang. Data penelitian diperoleh melalui kuesioner terstruktur dan dianalisis dengan metode korelasi bivariate correlation rank Spearman. Perilaku hemat energi di kalangan mahasiswa kota Makassar yang menjadi fokus penelitian ini, dibatasi hanya pada perilaku memanfaatkan energi sekunder yaitu bahan bakar minyak (BBM) dan listrik, bukan dalam pengertian energi secara luas. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang kuat (r = 0,694) dan signifikan antara tanggung jawab lingkungan mahasiswa di Kota Makassar terhadap terhadap perilaku hemat energi mereka. Artinya semakin tinggi rasa tanggung jawab mahasiswa terhadap lingkungan disekitarnya, semakin tinggi pula perilaku hemat energi mereka. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah rasa tanggung jawab mereka terhadap lingkungan, semakin rendah pula perilaku hemat energi mereka. Kata Kunci: Tanggung Jawab Lingkungan, Perilaku Hemat Energi, Mahasiswa 1. PENDAHULUAN Manusia adalah salah satu makhluk diantara makhluk-makhluk lainnya penghuni bumi ini yang selalu berusaha mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya. Telah menjadi kodratnya bahwa semua makhluk penghuni bumi, membutuhkan energi untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya. Tanpa energi yang telah disediakan oleh Sang Pencipta, segala yang ada di bumi akan mengalami stagnasi dalam perkembangannya, dan akhirnya akan berakhir dengan kematian. Semakin meningkatnya jumlah manusia, akan berimplikasi kepada semakin meningkatnya pula jumlah kebutuhan dan mobilitasnya. Hal ini tak dapat dipungkiri akan berdampak langsung terhadap pemakaian/konsumsi energi dalam pemenuhan kebutuhan dan aktivitasnya itu.

HUBUNGAN TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN DENGAN … · adalah untuk mengetahui deskripsi tanggung jawab lingkungan dan perilaku ... peran /status. Faktor ... atau perbuatan mahasiswa dalam

  • Upload
    ngophuc

  • View
    226

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

204

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

HUBUNGAN TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN DENGAN

PERILAKU HEMAT ENERGI MAHASISWA DI KOTA MAKASSAR

Andi Zulfikar Syaiful1), Mulyadi2), Faizal Amir3), Moh. Ahsan S. Mandra4) 1Jurusan Teknik Kimia, FakultasTeknik, Universitas Bosowa

Email: [email protected] 2,3,4 Universitas Negeri Makassar

.

ABSTRAK Mahasiswa sebagai salah satu kelompok dalam masyarakat yang terdiri atas insan-insan calon intelektual,

cendekiawan muda, dan pemimpin masa depan, diharapkan memiliki rasa tanggung jawab terhadap

lingkungan dan perilaku hemat energi yang dapat ditularkan kepada kelompok masyarakat lainnya pada

saat sekarang. Dimasa depan apabila mereka telah menjadi pemimpin ataupun penentu kebijakan

diharapkan berpihak kepada kelestarian lingkungan dan penghematan energi. Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui deskripsi tanggung jawab lingkungan dan perilaku hemat energi mahasiswa di

Kota Makassar serta mengetahui hubungan antara tanggung jawab lingkungan dengan perilaku hemat

energi mereka. Populasi penelitian adalah mahasiswa program studi teknik mesin jenjang pendidikan

strata satu (S1) yang aktif dan terdaftar pada perguruan tinggi negeri dan swasta di Kota Makassar.

Sedangkan sampel adalah mahasiswa dari program studi teknik mesin yang dipilih secara acak dari

perguruan tinggi Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas

Muslim Indonesia (UMI), dan Universitas Kristen Indonesia Paulus (UKIP) hingga mencapai jumlah 208

orang. Data penelitian diperoleh melalui kuesioner terstruktur dan dianalisis dengan metode korelasi

bivariate correlation rank Spearman. Perilaku hemat energi di kalangan mahasiswa kota Makassar yang

menjadi fokus penelitian ini, dibatasi hanya pada perilaku memanfaatkan energi sekunder yaitu bahan

bakar minyak (BBM) dan listrik, bukan dalam pengertian energi secara luas. Hasil penelitian menunjukkan

terdapat hubungan yang kuat (r = 0,694) dan signifikan antara tanggung jawab lingkungan mahasiswa di

Kota Makassar terhadap terhadap perilaku hemat energi mereka. Artinya semakin tinggi rasa tanggung

jawab mahasiswa terhadap lingkungan disekitarnya, semakin tinggi pula perilaku hemat energi mereka.

Demikian pula sebaliknya, semakin rendah rasa tanggung jawab mereka terhadap lingkungan, semakin

rendah pula perilaku hemat energi mereka.

Kata Kunci: Tanggung Jawab Lingkungan, Perilaku Hemat Energi, Mahasiswa

1. PENDAHULUAN

Manusia adalah salah satu makhluk diantara makhluk-makhluk lainnya penghuni bumi ini

yang selalu berusaha mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya. Telah menjadi

kodratnya bahwa semua makhluk penghuni bumi, membutuhkan energi untuk

mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya. Tanpa energi yang telah disediakan

oleh Sang Pencipta, segala yang ada di bumi akan mengalami stagnasi dalam

perkembangannya, dan akhirnya akan berakhir dengan kematian.

Semakin meningkatnya jumlah manusia, akan berimplikasi kepada semakin meningkatnya

pula jumlah kebutuhan dan mobilitasnya. Hal ini tak dapat dipungkiri akan berdampak langsung

terhadap pemakaian/konsumsi energi dalam pemenuhan kebutuhan dan aktivitasnya itu.

205

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Cadangan energi yang paling banyak dikonsumsi manusia adalah bahan bakar minyak (BBM)

yang berasal dari fosil (penambangan minyak bumi) dan energi listrik. Setiap hari jutaan barrel

minyak bumi dieksploitasi dan dihabiskan untuk keperluan kita sehari-hari, yang tanpa kita

sadari cadangannya semakin menipis dan tidak akan kembali lagi.

Menyorot konsumsi energi Indonesia, berdasarkan data Direktorat Jenderal Energi Baru

Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM (2013) disebutkan, dalam beberapa tahun

terakhir pertumbuhan konsumsi energi Indonesia mencapai 7 persen per tahun (tertinggi di

dunia), sementara pertumbuhan konsumsi energi dunia hanya 2,6 persen per tahun. Sekretaris

Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM (2013), Djadjang

Sukarna, menjelaskan, konsumsi energi yang tinggi ini menimbulkan masalah dan ketimpangan,

yaitu terjadinya pengurasan sumber daya fosil seperti minyak dan gas bumi serta batu bara

yang lebih cepat, jika dibandingkan dengan penemuan cadangan baru. Beliau menambahkan,

jika kondisi ini dibiarkan terus, Indonesia akan menjadi nett importer energi pada tahun 2030.

Pada kondisi itu, satu-satunya cara untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri adalah

dengan memanfaatkan energi baru terbarukan serta upaya melakukan konservasi energi.

Menurut Utomo (2012) selaku Wakil Ketua Dewan Pakar Masyarakat Ketenagalistrikan

Indonesia, kesadaran masyarakat Indonesia perlu ditumbuhkan bahwa cadangan energi yang

ada di bumi Indonesia tak lagi melimpah atau terbatas, selama ini terjadi persepsi dimasyarakat

bahwa sumber daya energi kita melimpah sehingga perilaku mereka dalam mengkonsumsi

energi menjadi boros dan tidak efisien.

Kementerian ESDM (2011) menyatakan, secara umum masalah pemborosan energi, 80

persennya disebabkan oleh faktor manusia dan sisanya 20 persen disebabkan oleh faktor

teknis. Keberhasilan penggunaan energi secara efisien sangat dipengaruhi oleh perilaku,

kebiasaan, kedisplinan dan kesadaran akan hemat energi.

Berdasarkan kajian-kajian yang dilakukan pemerintah, potensi penghematan dari perilaku

hemat, rata-rata mencapai 10-30 persen. Potensi penghematan yang dimungkinkan jika perilaku

hemat dilakukan, untuk sektor industri, potensi penghematan energi antara 10-30 persen dari

target tahun 2025 sebesar 17 persen, sektor komersial, potensi penghematan energi antara 10-

30 persen dari target tahun 2025 sebesar 15 persen. untuk sektor transportasi, 15-30 persen dari

target tahun 2025 sebesar 20 persen dan sektor rumah tangga, penghematan energi antara 15-

30 persen dengan target di tahun 2025 sebesar 15 persen (Kementerian ESDM, 2013).

Mahasiswa sebagai salah satu kelompok dalam masyarakat yang terdiri atas insan-insan

calon intelektual, cendekiawan muda, dan pemimpin masa depan, diharapkan memiliki

kepedulian dan perilaku hemat energi yang dapat ditularkan kepada kelompok masyarakat

lainnya pada saat sekarang. Dimasa depan apabila mereka telah menjadi pemimpin ataupun

penentu kebijakan diharapkan dapat berpihak kepada penghematan energi. Dengan

mengetahui pola perilaku mahasiswa dalam memanfaatkan energi, pemerintah dalam hal ini

melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi diharapkan dapat menyusun suatu

kebijakan yang diarahkan kepada pengembangan kurikulum pendidikan tinggi yang bermuatan

peduli terhadap energi, sehingga terbentuk perilaku mahasiswa yang hemat dalam

memanfaatkan energi.

Menurut Fatmawati (2012), yang melakukan penelitian terhadap perilaku hemat listrik di

kalangan mahasiswa di Kota Yogyakarta melalui sikap dan niatnya mengatakan, perilaku hemat

206

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

listrik dikalangan mahasiswa masih rendah. Berdasarkan studi awal yang dilakukannya,

memperlihatkan bahwa mahasiswa yang berada dalam kelompok usia remaja ini,merupakan

kelompok yang tidak peduli terhadap upaya penghematan energi listrik. Mereka merasa tidak

bertanggungjawab atas pembayaran listrik, dan para mahasiswa inijuga tidak tahu alasan

mengapa harus berhemat listrik. Penyebab lain adalah mereka menganggap perilaku hemat

energi listrik akan mengurangi kenyamanan dan kesenangan, mereka juga beranggapan isu

kelangkaan energi hayalah isu yang dipolitisasi dan kelangkaan energi lebih disebabkan

kegagalan pemerintah dalam mengelola energi.

Analisis perilaku hemat energi mahasiswa, dapat didekati dengan mempertimbangkan dan

mengkombinasikan antara perilaku individu secara umum dan perilaku berwawasan lingkungan

(pro-lingkungan). Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh niat, sikap,norma, dan persepsinya

terhadap sesuatu perilaku tertentu dengan berbagai faktor yang melatarbelakanginya (Ajzen &

Fishbein, 1980).Perilaku individu dalam mengkonsumsi sesuatu dipengaruhi oleh faktor-faktor

personal seperti: kepribadian/konsep diri, umur/siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, dan

gaya hidup (lifestyle). Faktor-faktor sosial seperti: kelompok (group), keluarga, peran/status.

Faktor-faktor psikologi seperti: motivasi, persepsi, kepercayaan dan sikap. Faktor-faktor

kebudayaan seperti: subkultur, dan kelas sosial (Kotler, 2003).

Perilaku berwawasan lingkungan menurut Clayton and Myers (2009),dapat dipengaruhi

oleh faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor internal yang berasal dari

diri si pelaku dapat berupa: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), nilai-nilai (values), emosi

(emotion), kemampuan diri (self efficacy), dan rasa tanggung jawab (responsibility). Sedangkan

faktor-faktor eksternal dapat berupa:kemampuan (affordance), norma-norma sosial (social

norms), kemungkinan-kemungkinan penguatan (reinforcement contingencies), dorongan-

dorongan (promts), umpan balik (feedback), dan tujuan-tujuan (goals).

Berdasarkan teori-teori tentang perilaku individu, dan khususnya perilaku lingkungan yang

telah dikemukakan oleh para ahli, peneliti mengambil faktor tanggung jawab (responsibility)

lingkungan mahasiswa, hubungannya dengan perilaku hemat energi mereka sebagai kajian

penelitian ini. Perilaku hemat energi di kalangan mahasiswa kota Makassar yang menjadi fokus

penelitian, dibatasi hanya pada perilaku memanfaatkan energi sekunder yaitu bahan bakar

minyak (BBM) dan listrik, bukan dalam pengertian energi secara luas.

2. KAJIAN LITERATUR

2.1. Perilaku Hemat Energi

Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir,

bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik

maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap

lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi dua bagian, yakni dalam bentuk

pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit),

Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang

dilakukan oleh makhluk hidup (Notoatmodjo, 2003).

Menurut KBBI (1995), perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap

rangsangan dari luar atau lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku, baru akan terwujud bila

ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan

207

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula. Kwick

(1972) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan

suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.

Kata hemat berdasarkan KBBI (1995) berarti berhati-hati dalam membelanjakan uang atau

yang lain, tidak boros, dan cermat. Menghemat berarti menggunakan (sesuatu) dengan cermat

dan hati-hati (supaya jangan lekas habis, rusak, dan sebagainya). Kata hemat jika dirangkaikan

dengan kata energi, menjadi kata hemat energi yang dapat diartikan sebagai “menggunakan

energi dengan cermat dan hati-hati agar tidak cepat habis”.

Hemat energi dapat juga diartikan sebagai mengurangi jumlah penggunaan energi dengan

cara memanfaatkannya secara efisien atau tepatguna dimana manfaat yang sama diperoleh

dengan penggunakan energi yang lebih sedikit, ataudapat diartikan sebagai mengurangi

konsumsi dari kegiatan yang menggunakan energi (Lawrence Berkeley National Laboratory,

2016).

Berdasarkan pemaparan tentang pengertian perilaku, hemat, dan energi, maka perilaku

hemat energidalam penelitian ini, didefinisikan sebagai “tindakan atau perbuatan mahasiswa

dalam memanfaatkan energi (BBM dan listrik) secara tepatguna dan tidak boros, melakukan

perawatan dan perbaikan terhadap alat-alat yang menggunakan BBM dan listrik”. Indikator

yang digunakan untuk mengukur perilaku hemat energi mahasiswa dalam penelitian ini yaitu

tindakan pemanfaatan (utilization) BBM dan listrik, perawatan (treatment) terhadap alat-alat

yang menggunakan BBM dan listrik, dan perbaikan (repairing) terhadap alat-alat yang

menggunakan BBM dan listrik.

2.2. Tanggung Jawab Lingkungan

Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) adalah keadaan wajib

menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa

indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul, menanggung segala sesuatunya, dan

menanggung akibatnya.

Menurut Johannesen (1996) dalam Hidayati (2010), tanggungjawab mencakup unsur

pemenuhan tugas dan kewajiban, dapat dipertanggungjawabkan ketika dinilai menurut yang

disepakati, dan dapat dipertanggungjawabkan menurut hati nurani kita sendiri.

Menurut Keraff (2010) dalam Hidayati (2010) masalah lingkungan hidup memiliki kesatuan

yang amat integral dengan masalah moral, atau persoalan perilaku manusia. Krisis energi secara

global yang kita alami dewasa ini adalah juga merupakan persoalan yang berkaitan dengan

tanggung jawab moral, atau krisis moral secara global, karenanya kita perlu etika dan moralitas

untuk mengatasinya. Hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan

perilaku manusia terhadap alam yang fundamental dan radikal. Dibutuhkan sebuah pola hidup

atau gaya hidup baru yang tidak hanya menyangkut orang per orang, tetapi juga budaya

masyarakat secara keseluruhan.

Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab pribadi yang tinggi, lebih mungkin memiliki

rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan juga lebih tinggi (Hines, 1987).Agar

seseorang dapat bertindak dan berperilaku pro-lingkungan, mereka perlu memiliki rasa

tanggung jawab pribadi terhadap masalah-masalah dan isu-isu mengenai lingkungan yang

sedang terjadi saat ini dan apa yang akan terjadi kemudian jika masalah-masalah atau isu-isu

lingkungan yang krusial itu tidak segera diatasi. Misalnya rasa tanggung jawabnya terhadap

208

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

pemanasan global (global warming) yang terjadi saat ini, dan berkurangnya sumber daya energi

dalam lingkup lokal dan global. Salah satu hambatan terbesar dalam mendorong perilaku pro-

lingkungan yang dikaitkan dengan rasa tanggung jawab adalah apa yang dikenal dengan istilah

“difusi tanggung jawab” atau diffusion of responsibility. Difusi tanggung jawab adalah anggapan

bahwa akan ada orang lain yang melakukannya, atau dengan mengatakan biarlah orang lain

yang melakukannya, jadi terjadi pengalihan/pelemparan tanggung jawab ke pihak lain, dan

pada akhirnya ia sendiri tidak melakukannya.Sebuah studi oleh Kaiser & Shimoda (1999)

menunjukkan bahwa rasa tanggung jawab pribadi untuk menangani polusi berhubungan erat

dengan perilaku pro-lingkungan.

Beberapa model perilaku ramah lingkungan menunjukkan bahwa tanggung jawab

merupakan faktor penting dari perilaku ramah lingkungan (environmentally friendly behaviour).

Salah satunya adalah Kohlberg & Candee (1984) yang percaya bahwa dorongan moral dalam

pribadi seseorang, bersifat kognitif, sehingga ia memasukkan tanggung jawab ke dalam model

penghakiman-tindakan (judgment-action model) yang dibangunnya, dimana tanggung jawab

dijadikan sebagai jembatan penghubung dari penghakiman moral (moral judgment) ke

tindakan moral (moral action). Tanggung jawab mengacu pada konsistensi antara jati diri dan

tindakan, sebuah kewajiban pribadi yang ketat (Blasi, 1983). Meskipun penilaian tanggung jawab

menyangkut aspek kognitif, akan tetapi penilaian tersebut sebagian besar ditentukan oleh

perasaan bertanggung jawab dan perasaan bersalah (Berndsen & Manstead, 2007; Kaiser &

Shimoda 1999). Tanggung jawab bisa muncul oleh pengaruh kausalitas seperti bunyi pernyataan

“saya akan bertanggung jawab atas kualitas udara hanya jika saya dapat mempengaruhinya

dengan tindakan saya”. Tanggung jawab dan kebebasan memilih secara konseptual terkait

dalam arti bahwa jika tidak ada kebebasan memilih, maka tidak akan ada tanggung jawab.

Kaiser & Shimoda (1999) dalam penelitiannya, menggunakan tanggung jawab sebagai konsep

kunci dalam menjelaskan perilaku ekologis anggota Asosiasi Transportasi Swiss. Perasaan

tanggung jawab terhadap lingkungan merupakan faktor penentu terhadap niat seseorang

untuk berperilaku ramah lingkungan (Kaiser, dkk., 1999) dan terhadap perilaku ramah

lingkungan (Stern, 2000).

Menurut Keraff (2010), salah satu prinsip yang perlu dilakukan dalam menjalin hubungan

antara manusia dan lingkungannya adalah prinsip tanggung jawab (moral responsibility for

nature). Prinsip tanggung jawab bersama (prinsip ke-2) terhadap alam menurut Keraf (2010),

mengandung makna setiap orang dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab

memelihara alam semesta ini sebagai milik bersama dengan cara memiliki (sense of belonging)

yang tinggi, seakan alam ini adalah milik pribadinya, hal ini berarti, kelestarian dan kerusakan

alam merupakan tanggung jawab bersama seluruh umat manusia. Manusia dituntut untuk

mengambil prakarsa, usaha, kebijakan, dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam

semesta dengan segala isinya. Lebih lanjut tanggung jawab itu dapat diwujudkan dengan

mengingatkan, melarang, dan menghukum siapa saja baik sengaja ataupun tidak sengaja

berbuat merusak lingkungan.

Jika dihubungkan dengan perilaku hemat energi, tanggung jawab seseorang dapat timbul

karena kesadarannya, dan kepeduliannya terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan

energi, apa yang bakal terjadi akibat kurangnya energi bagi kehidupannya secara pribadi dan

bagi kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Tanggung jawab itu dapat mewujud berupa:

209

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

mengambil prakarsa, usaha, kebijakan, dan tindakan dalam mengingatkan, melarang dan

menghukum seseorang yang tidak berperilaku hemat listrik.

Memperhatikan penjelasan di atas, tanggung jawab dapat dilakukan secara oral dan

aksional. Secara oral, tanggung jawab dapat berupa tindakan mengingatkan, menganjurkan,

dan atau menyuruh orang lain untuk berperilaku sesuai dengan objek yang perlu

dipertanggungjawabkan, tanggung jawab jenis ini dapat dilakukan oleh individu maupun

kelompok/lembaga/institusi/pemerintah. Sedangkan secara aksional, tanggung jawab dapat

berupa tindakan memberi sanksi atau menghukum orang-orang yang berperilaku tidak

bertanggungjawab terhadap objek tertentu, tanggung jawab jenis ini lebih baik jika

dilaksanakan oleh pemerintah.

Berdasarkan uraian di atas, sesuai dengan objek dari penelitian ini, tanggung jawab

lingkungan dapat diartikan sebagai “kesadaran dan kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan,

sehingga mendorongnya untuk melindungi, memelihara dan memperbaikilingkungan

disekitarnya”. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengobservasi tanggung jawab

lingkungan mahasiswa dalam penelitian ini adalah tindakan perlindungan (protection),

pemeliharaan (maintenance), dan perbaikan (improvement) terhadap lingkungan.

3. METODE PENELITIAN

Karena banyaknya jumlah mahasiswa yang tersebar pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN)

dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di kota Makassar dengan berbagai program studi yang ada,

yang membutuhkan dana yang besar serta waktu yang lama dalam pelaksanaannya, maka

peneliti membatasi populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Teknik Mesin

Jenjang Strata Satu (S1) yang aktif dan terdaftar pada PTN dan PTS di kota Makassar.

Penelitian dilaksanakan selama empat bulan, dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan

Agustus 2015. Penelitian berlokasi di Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Negeri

Makassar (UNM), Universitas Muslim Indonesia (UMI), dan Universitas Kristen Indonesia Paulus

(UKIP).

Data dari penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer dalam

penelitian ini adalah semua data-data yang berhubungan langsung dengan variabel penelitian

meliputi data karakteristik mahasiswa yang berhubungan dengan perilaku hemat energi dan

tanggung jawab lingkungan. Data primer diperoleh dari kuesioner yang berisi instrument-

instrumen pertanyaan terstruktur kepada responden/mahasiswa. Sedangkan data sekunder

adalah semua data yang sifatnya sebagai pendukung dan pelengkap dari data-data primer

seperti data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, asal SMU, asal daerah, status

tempat tinggal, dan pekerjaaan orangtua. Disamping itu data sekunder juga berupa data-data

yang telah ada dan atau telah dipublikasikan sebelumnya yang mendukung dan berhubungan

dengan penelitian ini dalam bentuk regulasi-regulasi, laporan-laporan, buku-buku, dan jurnal-

jurnal ilmiah yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga

penelitian dalam dan luar negeri.

Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa jenjang pendidikan strata satu (S1) program

studi teknik mesin yang masih aktif, memiliki alat transportasi dan alat-alat listrik pada

perguruan tinggi negeri dan swasta di Kota Makassar. Sedangkan sampelnya adalah mahasiswa

sesuai dengan kriteria dari populasi yang diambil dari empat perguruan tinggi penyelenggara

210

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

program studi teknik mesin terbesar di Kota Makassar yakni: Universitas Hasanuddin, Universitas

Negeri Makassar, Universitas Muslim Indonesia dan Universitas Kristen Indonesia Paulus.

Berdasarkan penelusuran di lapangan, informasi data dari laman forlap.dikti.go.id dan buku

Direktori Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah IX Sulawesi tahun 2015, diperoleh informasi

bahwa di Makassar ada 2 PTN yang menyelenggarakan program studi teknik mesin jenjang S1

yaitu Universitas Hasanuddin, dan Universitas Negeri Makassar, sedangkan untuk PTS terdapat 9

PTS yangmenyelenggarakannya dari 116 PTS di Kota Makassar. Selengkapnya PTN dan PTS

penyelenggara program studi S1 teknik mesin di Makassar ditampilkan pada

tabel 1 berikut ini.

Tabel 1. PTN dan PTS Penyelenggara Program Studi S1 Teknik Mesin di Kota Makassar

No. Nama Perguruan Tinggi Jumlah Mahasiswa (orang)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

PTN:

Universitas Hasanuddin

Universitas Negeri Makassar

PTS:

Universitas Muslim Indonesia

Universitas Kristen Indonesia Paulus

Universitas Fajar

Universitas Pejuang Republik Indonesia

Universitas Patria Artha

Universitas Atma Jaya Makassar

Universitas Satria Makassar

Universitas Islam Makassar

STITEK Dharma Yadi Makassar

350

237

255

312

98

105

118

38

35

127

48

1733

Sumber: Data sekunder diolah, 2015

Penentuan jumlah sampel dari masing-masing perguruan tinggi yang dipilih/diacu,

dilakukan dengan menggunakan prinsip simple proportional sampling. Berdasarkan prinsip ini,

jumlah sampel dari masing-masing perguruan tinggi mengikuti rumus sebagai berikut:

ni = 𝑁𝑖

𝑁𝑥 𝑛 (Nazir, 1999)………………………………………………………...……..(1)

dimana:

ni = jumlah sampel tiap perguruan tinggi

Ni = jumlah populasi tiap perguruan tinggi

N = jumlah total populasi perguruan tinggi yang diacu

n = jumlah total sampel yang diinginkan

Sehingga proporsi sampel (responden) untuk masing-masing perguruan tinggi yang

diacu/dipilih dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:

211

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Tabel 2. Jumlah Sampel Mahasiswa Perguruan Tinggi yang Diacu

No. Nama Perguruan Tinggi Jumlah Mahasiswa Jumlah Sampel

1.

2.

3.

4.

Universitas Hasanuddin

Universitas Negeri Makassar

Universitas Muslim Indonesia

Universitas Kristen Indonesia Paulus

350

237

255

312

63

43

46

56

Jumlah Total: 1154 208

Sumber: Data sekunder, diolah 2015

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Karakteristik responden

a. Jenis kelamin responden

Responden didominasi oleh laki-laki dengan persentase mencapai 94 % sedangkan

selebihnya adalah perempuan yang hanya 6 % saja.Dominannya jumlah laki-laki dibandingkan

jumlah perempuan, tidak terlepas dari program studi teknik mesin yang memang merupakan

prodi favorit bagi laki-laki yang mungkin juga bukan merupakan program studi favorit bagi

perempuanGambaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

gambar 1, sebagai berikut:

Gambar 1. Jenis Kelamin Responden

b. Bentuk SLTA asal responden

Dilihat dari SLTA asal, kecuali UNHAS, responden mahasiswa dari UNM, UMI dan UKIP

sebahagian besar berasal dari jalur pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

dibandingkan dari jalur Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Madrasah Aliyah (MA). Hal ini

menunjukkan bahwa mereka memiliki perencanaan untuk melanjutkan di bidang studi yang

kurang lebih sama dengan bidang studi mereka saat di jenjang SLTA dahulu.Gambaran

mengenai SLTA asal responden, tersaji pada gambar 2.

57

4145

51

62 1

5

0

10

20

30

40

50

60

UNHAS UNM UMI UKIP

Laki-Laki Perempuan

212

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Gambar 2. Bentuk SLTA Asal Responden

c. Daerah asal responden

Sebahagian besar responden berasal dari luar kota Makassar yang mencapai angka 71 %,

selebihnya yaitu sebanyak 29 % berasal dari kota Makassar. Hal ini menunjukkan minat pelajar

untuk melanjutkan pendidikan tingginya di kota Makassar cukup tinggi, atau mungkin juga hal

ini disebabkan kurangnya perguruan tinggi di luar kota Makassar yang menyelenggarakan

program studi keteknikan pada umumnya dan program studi teknik mesin pada khususnya.

Gambar 3. Daerah Asal Responden

d. Status tempat tinggal responden

Responden, dalam hal ini mahasiswa lebih banyak tinggal secara indekos yaitu 63 %

dibandingkan yang bertempat tinggal di rumah keluarga (orangtua dan kerabat dekat) yaitu

hanya 37% saja. Hal ini sejalan dengan dominannya mahasiswa yang berasal dari luar kota

Makassar, atau mungkin juga adanya keinginan lebih kuat untuk hidup mandiri, tidak didikte

oleh orangtua dan kerabat lainnya.Gambaran mengenai masing-masing responden

berdasarkan status tempat tinggal, ditampilkan pada gambar 4 berikut ini.

52

13 15 1510

29 28

41

1 1 30

0

10

20

30

40

50

60

UNHAS UNM UMI UKIP

SMA SMK MAN

20

7

1713

43

36

29

43

0

10

20

30

40

50

UNHAS UNM UMI UKIP

MAKASSAR LUAR MAKASSAR

213

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Gambar 4. Status Tempat Tinggal Responden

2. Deskripsi statistik variabel

Pada tabel 3 menampilkan deskripsi statistik data penelitian secara umum untuk masing-

masing variabel. Variabel TJL : jumlah data (N) 208 orang, jumlah butir/item pertanyaan 22,

range data 53, skor minimum jawaban responden 32, skor maksimum jawaban responden 85,

skor total jawaban responden 11.890, rata-rata skor jawaban responden 57,16, dan standar

deviasi 9,410. Selengkapnya untuk masing-masing variabel, ditampilkan pada tabel 3.

Tabel 3. Deskripsi Statistik Variabel

No. Variabel N Butir Range Min. Max. Sum Mean SD

1. TJL 208 22 53 32 85 11890 57.16 9.410

2. PRIHE 208 34 50 68 118 20047 96.38 10.098

Valid N

(listwise) 208

Sumber: Data primer diolah, 2015

Keterangan:

TJL = Tanggung Jawab Lingkungan

PRIHE = Perilaku Hemat Energi

Berikut ini ditampilkan tabel frekuensi dan histogram dari masing-masing variabel beserta

interpretasinya.

a. Tanggung jawab lingkungan

Sebaran data untuk variabel tanggung jawab lingkungan dibagi kedalam lima kategori

yaitu: sangat rendah (SR), rendah (R), sedang (S), tinggi (T), dan sangat tinggi (ST). Kategori data

tersebut kemudian dikelompokkan kedalam lima selang kelas berdasarkan skor total jawaban

per responden. Tabel frekuensi variabel tanggung jawab lingkungan selengkapnya dapat dilihat

pada tabel 4.

32

6

18

2931

37

28 27

0

5

10

15

20

25

30

35

40

UNHAS UNM UMI UKIP

RUMAH KELUARGA INDEKOS

214

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

Tabel 4. Frekuensi Variabel Tanggung Jawab Lingkungan

No. Kategori Selang Kelas Frekuensi Persentase

1. SR 22-35 1 0

2. R 36-49 42 20

3. S 50-63 110 53

4. T 64-77 50 24

5. ST 78-91 5 2

Jumlah 208 100

Sumber: Data primer diolah, 2015

Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa tanggung jawab mahasiswa terhadap lingkungan

tergolong sedang, sesuai dengan skor jawaban dari mahasiswa terbanyak berada antara selang

50-63 (S) berjumlah 110 orang atau 53%. Sajian sebaran data dalam bentuk histogram

ditampilkan pada gambar 5 sebagai berikut:

Gambar 5. Histogram Tanggung Jawab Lingkungan

b. Perilaku hemat energi

Sebaran data untuk variabel perilaku hemat energi dibagi kedalam lima kategori yaitu:

sangat kurang (SK), kurang (K), sedang (S), baik (B), dan sangat baik (SB). Kategori data tersebut

kemudian dikelompokkan kedalam lima selang kelas berdasarkan skor total jawaban per

responden. Tabel frekuensi variabel perilaku hemat energi selengkapnya dapat dilihat pada

tabel 5.

Tabel 5. Frekuensi Variabel Perilaku Hemat Energi

No. Kategori Selang Kelas Frekuensi Persentase

1. SK 34-54 0 0

2. K 55-75 7 3

3. S 76-96 92 44

4. B 97-117 108 52

0

20

40

60

80

100

120

22-35 36-49 50-63 64-77 78-91

SR R S T ST

Frekuensi Persentase

215

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

No. Kategori Selang Kelas Frekuensi Persentase

5. SB 118-138 1 0

Jumlah 208 100

Sumber: Data primer diolah, 2015

Berdasarkan tabel 5, secara umum dapat dikatakan bahwa perilaku hemat energi

mahasiswa tergolong baik, hal ini terlihat dari total skor jawaban yang diberikan oleh

mahasiswa,berada dalam selang antara 97-117 (B) lebih mendominasi yakni sebanyak 108 orang

atau 52%.

Gambar histogram variabel perilaku hemat energi ditampilkan pada gambar 6 di bawah ini.

Gambar 6. Histogram Variabel Pengetahuan Hemat Energi

3. Analisis Korelasi

Berdasarkan hasil analisis korelasi dengan metode bivariate correlation Rank Spearman

diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,694. Hal ini mengindikasikan bahwa hubugan antara

tanggung jawab lingkungan mahasiswa dengan perilaku hemat energi mereka adalah kuat/erat.

Dengan kata lain, tanggung jawab mahasiswa terhadap lingkungan dapat dijadikan prediktor

terhadap perilaku hemat energi mahasiswa.

4. Uji Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji, yaitu pernyataan bahwa “tidak terdapat hubungan antara

tanggung jawab lingkungan mahasiswa dengan perilaku hemat energi mereka” (H0) melawan

pernyataan “terdapat hubungan antara tanggung jawab lingkungan mahasiswa dengan perilaku

hemat energi mereka” (Ha).

Berdasarkan Hasil statistik uji t (C,R) untuk mengetahui pengaruh tanggung jawab

lingkungan terhadap perilaku hemat energi, diperoleh nilai C,R sebesar 5,541 dan t tabel untuk

db = 207, α=0,05 adalah 1,971 dengan nilai signifikansi 0,000, karena C,R > t tabel (5,541 > 1,971)

dan nilai signifikansi lebih kecil dari taraf nyata 5% (0,000 <0,05), maka hipotesis yang

menyatakan bahwa “tanggung jawab lingkungan berpengaruh positif terhadap perilaku hemat

energi” terbukti.

0

20

40

60

80

100

120

34-54 55-75 76-96 97-117 118-138

SK K S B SB

Frekuensi Persentase

216

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggung jawab lingkungan mahasiswa berpengaruh

signifikan terhadap perilaku hemat energi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tanggung

jawab mahasiswa terhadap lingkungan disekitarnya, semakin tinggi pula perilaku hemat energi-

nya. Demikian juga sebaliknya. Hasil ini sejalan dengan pernyataan Hines (1987) bahwa

seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab pribadi yang tinggi, lebih mungkin memiliki rasa

tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan juga tinggi.

Jika perilaku hemat energi dimasukkan kedalam salah satu tindakan yang pro-lingkungan,

maka sesuai dengan hasil penelitian Kaiser & Shimoda(1999) menunjukkan bahwa tanggung

jawab pribadi untuk menangani polusi berhubungan erat dengan perilaku pro-

lingkungan.Tanggung jawab terhadap lingkungan merupakan faktor penentu terhadap niat

seseorang untuk berperilaku ramah lingkungan (Kaiser, et.all, 1999) dan terhadap perilaku

ramah lingkungan (Stern, 2000).

Pernyataan ini turut didukung juga oleh Kohlberg & Candee (1984) yang menyatakan

bahwa salah satu penghubung antara dorongan moral dengan tindakan moral dalam pribadi

seseorang adalah tanggung jawab.

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa tanggung jawab lingkungan dapat

dijadikan sebagai variabel prediktor dalam mengukur perilaku hemat energi mahasiswa dalam

hal bagaimana mereka memanfaatkan BBM dan listrik, melakukan perawatan dan perbaikan

terhadap alat-alat yang menggunakan BBM dan listrik.

5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

1. Tanggung jawab mahasiswa terhadap lingkungan secara rata-rata, tergolong sedang dan

perilaku hemat energi mereka tergolong baik

2. Terdapat hubungan yang signifikan secara positif antara tanggung jawab lingkungan

dengan perilaku hemat energi mahasiswa

3. Semakin tinggi tanggung jawab mahasiswa terhadap lingkungannya, semakin tinggi pula

perilaku hemat energi mereka

5.2. SARAN

Saran bagi peneliti lain yang memiliki minat terhadap masalah-masalah energi terutama

yang berkaitan dengan aspek perilaku, dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam

dengan meneliti faktor intention (niat) dan locus of control yang kemungkinan dapat

menjembatani antara sikap, tanggung jawab dan gaya hidup terhadap perilaku seperti yang

dikemukakan oleh Fishbein & Ajzen (1975).

Dari segi metodologi peneliti lain dapat mengambil populasi yang lebih luas, misalnya

mahasiswa dalam lingkup fakultas teknik (mengambil beberapa program studi berbasis teknik),

atau dalam lingkup perguruan tinggi (membandingkan antar fakultas), misalnya antara

mahasiswa fakultas teknik dengan mahasiswa fakultas pertanian, atau dengan membandingkan

antara mahasiswa fakultas eksakta dan non-eksakta. Diharapkan dari penelitian dengan sampel

yang lebih luas, dapat memberikan gambaran yang jelas dalam lingkup yang luas tentang

perilaku hemat energi mahasiswa.

217

Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017

DAFTAR PUSTAKA

1. Ajzen, I. & Fishbein, M. 1980. Understanding attitudes and predicting social behavior.

Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.

2. Berndsen, M., & Manstead, A. S. R. 2007. On the relationship between responsibility and

guilt: antecedent appraisal or elaborated appraisal?European Journal of Social Psychology,

Volume 37, pages 774–792.

3. Blasi, A. 1983. Moral Cognition and Moral Action: A Theoretical Perspective. Developmental

Review, 3, 178–210.

4. Clayton, S., & Myers, G. 2009. Conservation Psychology: Understanding and

PromotingHuman Care for Nature. Oxford, UK: Blackwell.

5. Direktori Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah IX Sulawesi 2015.

6. Fatmawati, I. 2012. Pengaruh Pembingkaian Pesan, Informasi Kelangkaan dan Perbedaan

Individual Pada Sikap, Niat dan Perilaku Hemat Energi Listrik.

7. Fishbein, M. & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior: an introduction to

theory and research (Reading, MA, Addison-Wesley).

8. Hidayati, L. 2010. Analisis Pembentukan Perilaku Hemat Listrik Dengan Pendekatan Norm

Activation Model (Kasus Pelanggan Listrik Rumahtangga di Kota Bogor).

9. Hines, J.M., Hungerford, H.R. & Tomera, A.N. (1986–87). Analysis and synthesis of research

on responsible pro-environmental behavior: a meta-analysis. The Journal of Environmental

Education, 18(2), pp. 1–8.

10. Kaiser, F. G., & Shimoda, T. 1999. Responsibility as a predictor of ecological behaviour.

Journal of Environmental Psychology, 19,243-253.

11. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1995. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka.

12. Kementerian ESDM. 23 Juli 2013. Potensi Penghematan Perilaku Hemat Capai 17 Persen.

13. _________________. 28 April 2011.Pemborosan Energi 80 Persen Faktor

Manusia.(http://www.esdm.go.id/berita/listrik/39-listrik/4448-pemborosan-energi-80-

persen-faktor-manusia-.html).

14. Kotler, P.2003. Manajemen Pemasaran. edisi kesebelas, Jakarta: Indeks kelompokGramedia.

15. Keraf, A. S. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.

16. Kohlberg, L., & Candee, D. 1984. The relationship of moral judgment to moral action. In L.

Kohlberg (Ed.), Essays in moral development: Vol. 2. The psychology of moral development

(pp. 498–581). New York: Harper & Row.

17. Lawrence Berkeley National Laboratory. 2016. http://eetd.lbl.gov/ee/ee-1.html. Diakses

tanggal 21 Juli 2016.

18. Nazir, 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

19. Notoatmodjo, S. 2003.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.

20. Stern, P. C. 2000. Toward a Coherent Theory of Environmentally Significant Behavior.

National Research Council, Journal of Social Issues, Vol. 56, No. 3, 2000, pp. 407–424.

21. Utomo, E. 2012. Perlu Ditumbuhkan, Kesadaran Cadangan Energi Indonesia Terbatas.

Kementerian ESDM.