Upload
ngophuc
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
204
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
HUBUNGAN TANGGUNG JAWAB LINGKUNGAN DENGAN
PERILAKU HEMAT ENERGI MAHASISWA DI KOTA MAKASSAR
Andi Zulfikar Syaiful1), Mulyadi2), Faizal Amir3), Moh. Ahsan S. Mandra4) 1Jurusan Teknik Kimia, FakultasTeknik, Universitas Bosowa
Email: [email protected] 2,3,4 Universitas Negeri Makassar
.
ABSTRAK Mahasiswa sebagai salah satu kelompok dalam masyarakat yang terdiri atas insan-insan calon intelektual,
cendekiawan muda, dan pemimpin masa depan, diharapkan memiliki rasa tanggung jawab terhadap
lingkungan dan perilaku hemat energi yang dapat ditularkan kepada kelompok masyarakat lainnya pada
saat sekarang. Dimasa depan apabila mereka telah menjadi pemimpin ataupun penentu kebijakan
diharapkan berpihak kepada kelestarian lingkungan dan penghematan energi. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui deskripsi tanggung jawab lingkungan dan perilaku hemat energi mahasiswa di
Kota Makassar serta mengetahui hubungan antara tanggung jawab lingkungan dengan perilaku hemat
energi mereka. Populasi penelitian adalah mahasiswa program studi teknik mesin jenjang pendidikan
strata satu (S1) yang aktif dan terdaftar pada perguruan tinggi negeri dan swasta di Kota Makassar.
Sedangkan sampel adalah mahasiswa dari program studi teknik mesin yang dipilih secara acak dari
perguruan tinggi Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Negeri Makassar (UNM), Universitas
Muslim Indonesia (UMI), dan Universitas Kristen Indonesia Paulus (UKIP) hingga mencapai jumlah 208
orang. Data penelitian diperoleh melalui kuesioner terstruktur dan dianalisis dengan metode korelasi
bivariate correlation rank Spearman. Perilaku hemat energi di kalangan mahasiswa kota Makassar yang
menjadi fokus penelitian ini, dibatasi hanya pada perilaku memanfaatkan energi sekunder yaitu bahan
bakar minyak (BBM) dan listrik, bukan dalam pengertian energi secara luas. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat hubungan yang kuat (r = 0,694) dan signifikan antara tanggung jawab lingkungan mahasiswa di
Kota Makassar terhadap terhadap perilaku hemat energi mereka. Artinya semakin tinggi rasa tanggung
jawab mahasiswa terhadap lingkungan disekitarnya, semakin tinggi pula perilaku hemat energi mereka.
Demikian pula sebaliknya, semakin rendah rasa tanggung jawab mereka terhadap lingkungan, semakin
rendah pula perilaku hemat energi mereka.
Kata Kunci: Tanggung Jawab Lingkungan, Perilaku Hemat Energi, Mahasiswa
1. PENDAHULUAN
Manusia adalah salah satu makhluk diantara makhluk-makhluk lainnya penghuni bumi ini
yang selalu berusaha mempertahankan dan mengembangkan eksistensinya. Telah menjadi
kodratnya bahwa semua makhluk penghuni bumi, membutuhkan energi untuk
mempertahankan dan mengembangkan kehidupannya. Tanpa energi yang telah disediakan
oleh Sang Pencipta, segala yang ada di bumi akan mengalami stagnasi dalam
perkembangannya, dan akhirnya akan berakhir dengan kematian.
Semakin meningkatnya jumlah manusia, akan berimplikasi kepada semakin meningkatnya
pula jumlah kebutuhan dan mobilitasnya. Hal ini tak dapat dipungkiri akan berdampak langsung
terhadap pemakaian/konsumsi energi dalam pemenuhan kebutuhan dan aktivitasnya itu.
205
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Cadangan energi yang paling banyak dikonsumsi manusia adalah bahan bakar minyak (BBM)
yang berasal dari fosil (penambangan minyak bumi) dan energi listrik. Setiap hari jutaan barrel
minyak bumi dieksploitasi dan dihabiskan untuk keperluan kita sehari-hari, yang tanpa kita
sadari cadangannya semakin menipis dan tidak akan kembali lagi.
Menyorot konsumsi energi Indonesia, berdasarkan data Direktorat Jenderal Energi Baru
Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM (2013) disebutkan, dalam beberapa tahun
terakhir pertumbuhan konsumsi energi Indonesia mencapai 7 persen per tahun (tertinggi di
dunia), sementara pertumbuhan konsumsi energi dunia hanya 2,6 persen per tahun. Sekretaris
Ditjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM (2013), Djadjang
Sukarna, menjelaskan, konsumsi energi yang tinggi ini menimbulkan masalah dan ketimpangan,
yaitu terjadinya pengurasan sumber daya fosil seperti minyak dan gas bumi serta batu bara
yang lebih cepat, jika dibandingkan dengan penemuan cadangan baru. Beliau menambahkan,
jika kondisi ini dibiarkan terus, Indonesia akan menjadi nett importer energi pada tahun 2030.
Pada kondisi itu, satu-satunya cara untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri adalah
dengan memanfaatkan energi baru terbarukan serta upaya melakukan konservasi energi.
Menurut Utomo (2012) selaku Wakil Ketua Dewan Pakar Masyarakat Ketenagalistrikan
Indonesia, kesadaran masyarakat Indonesia perlu ditumbuhkan bahwa cadangan energi yang
ada di bumi Indonesia tak lagi melimpah atau terbatas, selama ini terjadi persepsi dimasyarakat
bahwa sumber daya energi kita melimpah sehingga perilaku mereka dalam mengkonsumsi
energi menjadi boros dan tidak efisien.
Kementerian ESDM (2011) menyatakan, secara umum masalah pemborosan energi, 80
persennya disebabkan oleh faktor manusia dan sisanya 20 persen disebabkan oleh faktor
teknis. Keberhasilan penggunaan energi secara efisien sangat dipengaruhi oleh perilaku,
kebiasaan, kedisplinan dan kesadaran akan hemat energi.
Berdasarkan kajian-kajian yang dilakukan pemerintah, potensi penghematan dari perilaku
hemat, rata-rata mencapai 10-30 persen. Potensi penghematan yang dimungkinkan jika perilaku
hemat dilakukan, untuk sektor industri, potensi penghematan energi antara 10-30 persen dari
target tahun 2025 sebesar 17 persen, sektor komersial, potensi penghematan energi antara 10-
30 persen dari target tahun 2025 sebesar 15 persen. untuk sektor transportasi, 15-30 persen dari
target tahun 2025 sebesar 20 persen dan sektor rumah tangga, penghematan energi antara 15-
30 persen dengan target di tahun 2025 sebesar 15 persen (Kementerian ESDM, 2013).
Mahasiswa sebagai salah satu kelompok dalam masyarakat yang terdiri atas insan-insan
calon intelektual, cendekiawan muda, dan pemimpin masa depan, diharapkan memiliki
kepedulian dan perilaku hemat energi yang dapat ditularkan kepada kelompok masyarakat
lainnya pada saat sekarang. Dimasa depan apabila mereka telah menjadi pemimpin ataupun
penentu kebijakan diharapkan dapat berpihak kepada penghematan energi. Dengan
mengetahui pola perilaku mahasiswa dalam memanfaatkan energi, pemerintah dalam hal ini
melalui Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi diharapkan dapat menyusun suatu
kebijakan yang diarahkan kepada pengembangan kurikulum pendidikan tinggi yang bermuatan
peduli terhadap energi, sehingga terbentuk perilaku mahasiswa yang hemat dalam
memanfaatkan energi.
Menurut Fatmawati (2012), yang melakukan penelitian terhadap perilaku hemat listrik di
kalangan mahasiswa di Kota Yogyakarta melalui sikap dan niatnya mengatakan, perilaku hemat
206
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
listrik dikalangan mahasiswa masih rendah. Berdasarkan studi awal yang dilakukannya,
memperlihatkan bahwa mahasiswa yang berada dalam kelompok usia remaja ini,merupakan
kelompok yang tidak peduli terhadap upaya penghematan energi listrik. Mereka merasa tidak
bertanggungjawab atas pembayaran listrik, dan para mahasiswa inijuga tidak tahu alasan
mengapa harus berhemat listrik. Penyebab lain adalah mereka menganggap perilaku hemat
energi listrik akan mengurangi kenyamanan dan kesenangan, mereka juga beranggapan isu
kelangkaan energi hayalah isu yang dipolitisasi dan kelangkaan energi lebih disebabkan
kegagalan pemerintah dalam mengelola energi.
Analisis perilaku hemat energi mahasiswa, dapat didekati dengan mempertimbangkan dan
mengkombinasikan antara perilaku individu secara umum dan perilaku berwawasan lingkungan
(pro-lingkungan). Perilaku individu dapat dipengaruhi oleh niat, sikap,norma, dan persepsinya
terhadap sesuatu perilaku tertentu dengan berbagai faktor yang melatarbelakanginya (Ajzen &
Fishbein, 1980).Perilaku individu dalam mengkonsumsi sesuatu dipengaruhi oleh faktor-faktor
personal seperti: kepribadian/konsep diri, umur/siklus hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, dan
gaya hidup (lifestyle). Faktor-faktor sosial seperti: kelompok (group), keluarga, peran/status.
Faktor-faktor psikologi seperti: motivasi, persepsi, kepercayaan dan sikap. Faktor-faktor
kebudayaan seperti: subkultur, dan kelas sosial (Kotler, 2003).
Perilaku berwawasan lingkungan menurut Clayton and Myers (2009),dapat dipengaruhi
oleh faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal. Faktor-faktor internal yang berasal dari
diri si pelaku dapat berupa: pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), nilai-nilai (values), emosi
(emotion), kemampuan diri (self efficacy), dan rasa tanggung jawab (responsibility). Sedangkan
faktor-faktor eksternal dapat berupa:kemampuan (affordance), norma-norma sosial (social
norms), kemungkinan-kemungkinan penguatan (reinforcement contingencies), dorongan-
dorongan (promts), umpan balik (feedback), dan tujuan-tujuan (goals).
Berdasarkan teori-teori tentang perilaku individu, dan khususnya perilaku lingkungan yang
telah dikemukakan oleh para ahli, peneliti mengambil faktor tanggung jawab (responsibility)
lingkungan mahasiswa, hubungannya dengan perilaku hemat energi mereka sebagai kajian
penelitian ini. Perilaku hemat energi di kalangan mahasiswa kota Makassar yang menjadi fokus
penelitian, dibatasi hanya pada perilaku memanfaatkan energi sekunder yaitu bahan bakar
minyak (BBM) dan listrik, bukan dalam pengertian energi secara luas.
2. KAJIAN LITERATUR
2.1. Perilaku Hemat Energi
Pengertian perilaku dapat dibatasi sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berfikir,
bersikap, dan lain sebagainya yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik
maupun non fisik. Perilaku juga diartikan sebagai suatu reaksi psikis seseorang terhadap
lingkungannya, reaksi yang dimaksud digolongkan menjadi dua bagian, yakni dalam bentuk
pasif (tanpa tindakan nyata atau konkrit), dan dalam bentuk aktif (dengan tindakan konkrit),
Sedangkan dalam pengertian umum perilaku adalah segala perbuatan atau tindakan yang
dilakukan oleh makhluk hidup (Notoatmodjo, 2003).
Menurut KBBI (1995), perilaku diartikan sebagai tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan dari luar atau lingkungannya. Hal ini berarti bahwa perilaku, baru akan terwujud bila
ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan tanggapan yang disebut rangsangan, dengan
207
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
demikian maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan perilaku tertentu pula. Kwick
(1972) dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan
suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dipelajari.
Kata hemat berdasarkan KBBI (1995) berarti berhati-hati dalam membelanjakan uang atau
yang lain, tidak boros, dan cermat. Menghemat berarti menggunakan (sesuatu) dengan cermat
dan hati-hati (supaya jangan lekas habis, rusak, dan sebagainya). Kata hemat jika dirangkaikan
dengan kata energi, menjadi kata hemat energi yang dapat diartikan sebagai “menggunakan
energi dengan cermat dan hati-hati agar tidak cepat habis”.
Hemat energi dapat juga diartikan sebagai mengurangi jumlah penggunaan energi dengan
cara memanfaatkannya secara efisien atau tepatguna dimana manfaat yang sama diperoleh
dengan penggunakan energi yang lebih sedikit, ataudapat diartikan sebagai mengurangi
konsumsi dari kegiatan yang menggunakan energi (Lawrence Berkeley National Laboratory,
2016).
Berdasarkan pemaparan tentang pengertian perilaku, hemat, dan energi, maka perilaku
hemat energidalam penelitian ini, didefinisikan sebagai “tindakan atau perbuatan mahasiswa
dalam memanfaatkan energi (BBM dan listrik) secara tepatguna dan tidak boros, melakukan
perawatan dan perbaikan terhadap alat-alat yang menggunakan BBM dan listrik”. Indikator
yang digunakan untuk mengukur perilaku hemat energi mahasiswa dalam penelitian ini yaitu
tindakan pemanfaatan (utilization) BBM dan listrik, perawatan (treatment) terhadap alat-alat
yang menggunakan BBM dan listrik, dan perbaikan (repairing) terhadap alat-alat yang
menggunakan BBM dan listrik.
2.2. Tanggung Jawab Lingkungan
Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995) adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa
indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul, menanggung segala sesuatunya, dan
menanggung akibatnya.
Menurut Johannesen (1996) dalam Hidayati (2010), tanggungjawab mencakup unsur
pemenuhan tugas dan kewajiban, dapat dipertanggungjawabkan ketika dinilai menurut yang
disepakati, dan dapat dipertanggungjawabkan menurut hati nurani kita sendiri.
Menurut Keraff (2010) dalam Hidayati (2010) masalah lingkungan hidup memiliki kesatuan
yang amat integral dengan masalah moral, atau persoalan perilaku manusia. Krisis energi secara
global yang kita alami dewasa ini adalah juga merupakan persoalan yang berkaitan dengan
tanggung jawab moral, atau krisis moral secara global, karenanya kita perlu etika dan moralitas
untuk mengatasinya. Hanya bisa diatasi dengan melakukan perubahan cara pandang dan
perilaku manusia terhadap alam yang fundamental dan radikal. Dibutuhkan sebuah pola hidup
atau gaya hidup baru yang tidak hanya menyangkut orang per orang, tetapi juga budaya
masyarakat secara keseluruhan.
Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab pribadi yang tinggi, lebih mungkin memiliki
rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan juga lebih tinggi (Hines, 1987).Agar
seseorang dapat bertindak dan berperilaku pro-lingkungan, mereka perlu memiliki rasa
tanggung jawab pribadi terhadap masalah-masalah dan isu-isu mengenai lingkungan yang
sedang terjadi saat ini dan apa yang akan terjadi kemudian jika masalah-masalah atau isu-isu
lingkungan yang krusial itu tidak segera diatasi. Misalnya rasa tanggung jawabnya terhadap
208
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
pemanasan global (global warming) yang terjadi saat ini, dan berkurangnya sumber daya energi
dalam lingkup lokal dan global. Salah satu hambatan terbesar dalam mendorong perilaku pro-
lingkungan yang dikaitkan dengan rasa tanggung jawab adalah apa yang dikenal dengan istilah
“difusi tanggung jawab” atau diffusion of responsibility. Difusi tanggung jawab adalah anggapan
bahwa akan ada orang lain yang melakukannya, atau dengan mengatakan biarlah orang lain
yang melakukannya, jadi terjadi pengalihan/pelemparan tanggung jawab ke pihak lain, dan
pada akhirnya ia sendiri tidak melakukannya.Sebuah studi oleh Kaiser & Shimoda (1999)
menunjukkan bahwa rasa tanggung jawab pribadi untuk menangani polusi berhubungan erat
dengan perilaku pro-lingkungan.
Beberapa model perilaku ramah lingkungan menunjukkan bahwa tanggung jawab
merupakan faktor penting dari perilaku ramah lingkungan (environmentally friendly behaviour).
Salah satunya adalah Kohlberg & Candee (1984) yang percaya bahwa dorongan moral dalam
pribadi seseorang, bersifat kognitif, sehingga ia memasukkan tanggung jawab ke dalam model
penghakiman-tindakan (judgment-action model) yang dibangunnya, dimana tanggung jawab
dijadikan sebagai jembatan penghubung dari penghakiman moral (moral judgment) ke
tindakan moral (moral action). Tanggung jawab mengacu pada konsistensi antara jati diri dan
tindakan, sebuah kewajiban pribadi yang ketat (Blasi, 1983). Meskipun penilaian tanggung jawab
menyangkut aspek kognitif, akan tetapi penilaian tersebut sebagian besar ditentukan oleh
perasaan bertanggung jawab dan perasaan bersalah (Berndsen & Manstead, 2007; Kaiser &
Shimoda 1999). Tanggung jawab bisa muncul oleh pengaruh kausalitas seperti bunyi pernyataan
“saya akan bertanggung jawab atas kualitas udara hanya jika saya dapat mempengaruhinya
dengan tindakan saya”. Tanggung jawab dan kebebasan memilih secara konseptual terkait
dalam arti bahwa jika tidak ada kebebasan memilih, maka tidak akan ada tanggung jawab.
Kaiser & Shimoda (1999) dalam penelitiannya, menggunakan tanggung jawab sebagai konsep
kunci dalam menjelaskan perilaku ekologis anggota Asosiasi Transportasi Swiss. Perasaan
tanggung jawab terhadap lingkungan merupakan faktor penentu terhadap niat seseorang
untuk berperilaku ramah lingkungan (Kaiser, dkk., 1999) dan terhadap perilaku ramah
lingkungan (Stern, 2000).
Menurut Keraff (2010), salah satu prinsip yang perlu dilakukan dalam menjalin hubungan
antara manusia dan lingkungannya adalah prinsip tanggung jawab (moral responsibility for
nature). Prinsip tanggung jawab bersama (prinsip ke-2) terhadap alam menurut Keraf (2010),
mengandung makna setiap orang dituntut dan terpanggil untuk bertanggung jawab
memelihara alam semesta ini sebagai milik bersama dengan cara memiliki (sense of belonging)
yang tinggi, seakan alam ini adalah milik pribadinya, hal ini berarti, kelestarian dan kerusakan
alam merupakan tanggung jawab bersama seluruh umat manusia. Manusia dituntut untuk
mengambil prakarsa, usaha, kebijakan, dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga alam
semesta dengan segala isinya. Lebih lanjut tanggung jawab itu dapat diwujudkan dengan
mengingatkan, melarang, dan menghukum siapa saja baik sengaja ataupun tidak sengaja
berbuat merusak lingkungan.
Jika dihubungkan dengan perilaku hemat energi, tanggung jawab seseorang dapat timbul
karena kesadarannya, dan kepeduliannya terhadap masalah-masalah yang berkaitan dengan
energi, apa yang bakal terjadi akibat kurangnya energi bagi kehidupannya secara pribadi dan
bagi kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Tanggung jawab itu dapat mewujud berupa:
209
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
mengambil prakarsa, usaha, kebijakan, dan tindakan dalam mengingatkan, melarang dan
menghukum seseorang yang tidak berperilaku hemat listrik.
Memperhatikan penjelasan di atas, tanggung jawab dapat dilakukan secara oral dan
aksional. Secara oral, tanggung jawab dapat berupa tindakan mengingatkan, menganjurkan,
dan atau menyuruh orang lain untuk berperilaku sesuai dengan objek yang perlu
dipertanggungjawabkan, tanggung jawab jenis ini dapat dilakukan oleh individu maupun
kelompok/lembaga/institusi/pemerintah. Sedangkan secara aksional, tanggung jawab dapat
berupa tindakan memberi sanksi atau menghukum orang-orang yang berperilaku tidak
bertanggungjawab terhadap objek tertentu, tanggung jawab jenis ini lebih baik jika
dilaksanakan oleh pemerintah.
Berdasarkan uraian di atas, sesuai dengan objek dari penelitian ini, tanggung jawab
lingkungan dapat diartikan sebagai “kesadaran dan kepedulian mahasiswa terhadap lingkungan,
sehingga mendorongnya untuk melindungi, memelihara dan memperbaikilingkungan
disekitarnya”. Indikator-indikator yang digunakan untuk mengobservasi tanggung jawab
lingkungan mahasiswa dalam penelitian ini adalah tindakan perlindungan (protection),
pemeliharaan (maintenance), dan perbaikan (improvement) terhadap lingkungan.
3. METODE PENELITIAN
Karena banyaknya jumlah mahasiswa yang tersebar pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN)
dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di kota Makassar dengan berbagai program studi yang ada,
yang membutuhkan dana yang besar serta waktu yang lama dalam pelaksanaannya, maka
peneliti membatasi populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Teknik Mesin
Jenjang Strata Satu (S1) yang aktif dan terdaftar pada PTN dan PTS di kota Makassar.
Penelitian dilaksanakan selama empat bulan, dimulai pada bulan Mei sampai dengan bulan
Agustus 2015. Penelitian berlokasi di Universitas Hasanuddin (UNHAS), Universitas Negeri
Makassar (UNM), Universitas Muslim Indonesia (UMI), dan Universitas Kristen Indonesia Paulus
(UKIP).
Data dari penelitian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer dalam
penelitian ini adalah semua data-data yang berhubungan langsung dengan variabel penelitian
meliputi data karakteristik mahasiswa yang berhubungan dengan perilaku hemat energi dan
tanggung jawab lingkungan. Data primer diperoleh dari kuesioner yang berisi instrument-
instrumen pertanyaan terstruktur kepada responden/mahasiswa. Sedangkan data sekunder
adalah semua data yang sifatnya sebagai pendukung dan pelengkap dari data-data primer
seperti data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, asal SMU, asal daerah, status
tempat tinggal, dan pekerjaaan orangtua. Disamping itu data sekunder juga berupa data-data
yang telah ada dan atau telah dipublikasikan sebelumnya yang mendukung dan berhubungan
dengan penelitian ini dalam bentuk regulasi-regulasi, laporan-laporan, buku-buku, dan jurnal-
jurnal ilmiah yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemerintah dan lembaga-lembaga
penelitian dalam dan luar negeri.
Populasi dari penelitian ini adalah mahasiswa jenjang pendidikan strata satu (S1) program
studi teknik mesin yang masih aktif, memiliki alat transportasi dan alat-alat listrik pada
perguruan tinggi negeri dan swasta di Kota Makassar. Sedangkan sampelnya adalah mahasiswa
sesuai dengan kriteria dari populasi yang diambil dari empat perguruan tinggi penyelenggara
210
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
program studi teknik mesin terbesar di Kota Makassar yakni: Universitas Hasanuddin, Universitas
Negeri Makassar, Universitas Muslim Indonesia dan Universitas Kristen Indonesia Paulus.
Berdasarkan penelusuran di lapangan, informasi data dari laman forlap.dikti.go.id dan buku
Direktori Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah IX Sulawesi tahun 2015, diperoleh informasi
bahwa di Makassar ada 2 PTN yang menyelenggarakan program studi teknik mesin jenjang S1
yaitu Universitas Hasanuddin, dan Universitas Negeri Makassar, sedangkan untuk PTS terdapat 9
PTS yangmenyelenggarakannya dari 116 PTS di Kota Makassar. Selengkapnya PTN dan PTS
penyelenggara program studi S1 teknik mesin di Makassar ditampilkan pada
tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. PTN dan PTS Penyelenggara Program Studi S1 Teknik Mesin di Kota Makassar
No. Nama Perguruan Tinggi Jumlah Mahasiswa (orang)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
PTN:
Universitas Hasanuddin
Universitas Negeri Makassar
PTS:
Universitas Muslim Indonesia
Universitas Kristen Indonesia Paulus
Universitas Fajar
Universitas Pejuang Republik Indonesia
Universitas Patria Artha
Universitas Atma Jaya Makassar
Universitas Satria Makassar
Universitas Islam Makassar
STITEK Dharma Yadi Makassar
350
237
255
312
98
105
118
38
35
127
48
1733
Sumber: Data sekunder diolah, 2015
Penentuan jumlah sampel dari masing-masing perguruan tinggi yang dipilih/diacu,
dilakukan dengan menggunakan prinsip simple proportional sampling. Berdasarkan prinsip ini,
jumlah sampel dari masing-masing perguruan tinggi mengikuti rumus sebagai berikut:
ni = 𝑁𝑖
𝑁𝑥 𝑛 (Nazir, 1999)………………………………………………………...……..(1)
dimana:
ni = jumlah sampel tiap perguruan tinggi
Ni = jumlah populasi tiap perguruan tinggi
N = jumlah total populasi perguruan tinggi yang diacu
n = jumlah total sampel yang diinginkan
Sehingga proporsi sampel (responden) untuk masing-masing perguruan tinggi yang
diacu/dipilih dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:
211
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Tabel 2. Jumlah Sampel Mahasiswa Perguruan Tinggi yang Diacu
No. Nama Perguruan Tinggi Jumlah Mahasiswa Jumlah Sampel
1.
2.
3.
4.
Universitas Hasanuddin
Universitas Negeri Makassar
Universitas Muslim Indonesia
Universitas Kristen Indonesia Paulus
350
237
255
312
63
43
46
56
Jumlah Total: 1154 208
Sumber: Data sekunder, diolah 2015
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik responden
a. Jenis kelamin responden
Responden didominasi oleh laki-laki dengan persentase mencapai 94 % sedangkan
selebihnya adalah perempuan yang hanya 6 % saja.Dominannya jumlah laki-laki dibandingkan
jumlah perempuan, tidak terlepas dari program studi teknik mesin yang memang merupakan
prodi favorit bagi laki-laki yang mungkin juga bukan merupakan program studi favorit bagi
perempuanGambaran karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada
gambar 1, sebagai berikut:
Gambar 1. Jenis Kelamin Responden
b. Bentuk SLTA asal responden
Dilihat dari SLTA asal, kecuali UNHAS, responden mahasiswa dari UNM, UMI dan UKIP
sebahagian besar berasal dari jalur pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
dibandingkan dari jalur Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Madrasah Aliyah (MA). Hal ini
menunjukkan bahwa mereka memiliki perencanaan untuk melanjutkan di bidang studi yang
kurang lebih sama dengan bidang studi mereka saat di jenjang SLTA dahulu.Gambaran
mengenai SLTA asal responden, tersaji pada gambar 2.
57
4145
51
62 1
5
0
10
20
30
40
50
60
UNHAS UNM UMI UKIP
Laki-Laki Perempuan
212
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Gambar 2. Bentuk SLTA Asal Responden
c. Daerah asal responden
Sebahagian besar responden berasal dari luar kota Makassar yang mencapai angka 71 %,
selebihnya yaitu sebanyak 29 % berasal dari kota Makassar. Hal ini menunjukkan minat pelajar
untuk melanjutkan pendidikan tingginya di kota Makassar cukup tinggi, atau mungkin juga hal
ini disebabkan kurangnya perguruan tinggi di luar kota Makassar yang menyelenggarakan
program studi keteknikan pada umumnya dan program studi teknik mesin pada khususnya.
Gambar 3. Daerah Asal Responden
d. Status tempat tinggal responden
Responden, dalam hal ini mahasiswa lebih banyak tinggal secara indekos yaitu 63 %
dibandingkan yang bertempat tinggal di rumah keluarga (orangtua dan kerabat dekat) yaitu
hanya 37% saja. Hal ini sejalan dengan dominannya mahasiswa yang berasal dari luar kota
Makassar, atau mungkin juga adanya keinginan lebih kuat untuk hidup mandiri, tidak didikte
oleh orangtua dan kerabat lainnya.Gambaran mengenai masing-masing responden
berdasarkan status tempat tinggal, ditampilkan pada gambar 4 berikut ini.
52
13 15 1510
29 28
41
1 1 30
0
10
20
30
40
50
60
UNHAS UNM UMI UKIP
SMA SMK MAN
20
7
1713
43
36
29
43
0
10
20
30
40
50
UNHAS UNM UMI UKIP
MAKASSAR LUAR MAKASSAR
213
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Gambar 4. Status Tempat Tinggal Responden
2. Deskripsi statistik variabel
Pada tabel 3 menampilkan deskripsi statistik data penelitian secara umum untuk masing-
masing variabel. Variabel TJL : jumlah data (N) 208 orang, jumlah butir/item pertanyaan 22,
range data 53, skor minimum jawaban responden 32, skor maksimum jawaban responden 85,
skor total jawaban responden 11.890, rata-rata skor jawaban responden 57,16, dan standar
deviasi 9,410. Selengkapnya untuk masing-masing variabel, ditampilkan pada tabel 3.
Tabel 3. Deskripsi Statistik Variabel
No. Variabel N Butir Range Min. Max. Sum Mean SD
1. TJL 208 22 53 32 85 11890 57.16 9.410
2. PRIHE 208 34 50 68 118 20047 96.38 10.098
Valid N
(listwise) 208
Sumber: Data primer diolah, 2015
Keterangan:
TJL = Tanggung Jawab Lingkungan
PRIHE = Perilaku Hemat Energi
Berikut ini ditampilkan tabel frekuensi dan histogram dari masing-masing variabel beserta
interpretasinya.
a. Tanggung jawab lingkungan
Sebaran data untuk variabel tanggung jawab lingkungan dibagi kedalam lima kategori
yaitu: sangat rendah (SR), rendah (R), sedang (S), tinggi (T), dan sangat tinggi (ST). Kategori data
tersebut kemudian dikelompokkan kedalam lima selang kelas berdasarkan skor total jawaban
per responden. Tabel frekuensi variabel tanggung jawab lingkungan selengkapnya dapat dilihat
pada tabel 4.
32
6
18
2931
37
28 27
0
5
10
15
20
25
30
35
40
UNHAS UNM UMI UKIP
RUMAH KELUARGA INDEKOS
214
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
Tabel 4. Frekuensi Variabel Tanggung Jawab Lingkungan
No. Kategori Selang Kelas Frekuensi Persentase
1. SR 22-35 1 0
2. R 36-49 42 20
3. S 50-63 110 53
4. T 64-77 50 24
5. ST 78-91 5 2
Jumlah 208 100
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa tanggung jawab mahasiswa terhadap lingkungan
tergolong sedang, sesuai dengan skor jawaban dari mahasiswa terbanyak berada antara selang
50-63 (S) berjumlah 110 orang atau 53%. Sajian sebaran data dalam bentuk histogram
ditampilkan pada gambar 5 sebagai berikut:
Gambar 5. Histogram Tanggung Jawab Lingkungan
b. Perilaku hemat energi
Sebaran data untuk variabel perilaku hemat energi dibagi kedalam lima kategori yaitu:
sangat kurang (SK), kurang (K), sedang (S), baik (B), dan sangat baik (SB). Kategori data tersebut
kemudian dikelompokkan kedalam lima selang kelas berdasarkan skor total jawaban per
responden. Tabel frekuensi variabel perilaku hemat energi selengkapnya dapat dilihat pada
tabel 5.
Tabel 5. Frekuensi Variabel Perilaku Hemat Energi
No. Kategori Selang Kelas Frekuensi Persentase
1. SK 34-54 0 0
2. K 55-75 7 3
3. S 76-96 92 44
4. B 97-117 108 52
0
20
40
60
80
100
120
22-35 36-49 50-63 64-77 78-91
SR R S T ST
Frekuensi Persentase
215
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
No. Kategori Selang Kelas Frekuensi Persentase
5. SB 118-138 1 0
Jumlah 208 100
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasarkan tabel 5, secara umum dapat dikatakan bahwa perilaku hemat energi
mahasiswa tergolong baik, hal ini terlihat dari total skor jawaban yang diberikan oleh
mahasiswa,berada dalam selang antara 97-117 (B) lebih mendominasi yakni sebanyak 108 orang
atau 52%.
Gambar histogram variabel perilaku hemat energi ditampilkan pada gambar 6 di bawah ini.
Gambar 6. Histogram Variabel Pengetahuan Hemat Energi
3. Analisis Korelasi
Berdasarkan hasil analisis korelasi dengan metode bivariate correlation Rank Spearman
diperoleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,694. Hal ini mengindikasikan bahwa hubugan antara
tanggung jawab lingkungan mahasiswa dengan perilaku hemat energi mereka adalah kuat/erat.
Dengan kata lain, tanggung jawab mahasiswa terhadap lingkungan dapat dijadikan prediktor
terhadap perilaku hemat energi mahasiswa.
4. Uji Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji, yaitu pernyataan bahwa “tidak terdapat hubungan antara
tanggung jawab lingkungan mahasiswa dengan perilaku hemat energi mereka” (H0) melawan
pernyataan “terdapat hubungan antara tanggung jawab lingkungan mahasiswa dengan perilaku
hemat energi mereka” (Ha).
Berdasarkan Hasil statistik uji t (C,R) untuk mengetahui pengaruh tanggung jawab
lingkungan terhadap perilaku hemat energi, diperoleh nilai C,R sebesar 5,541 dan t tabel untuk
db = 207, α=0,05 adalah 1,971 dengan nilai signifikansi 0,000, karena C,R > t tabel (5,541 > 1,971)
dan nilai signifikansi lebih kecil dari taraf nyata 5% (0,000 <0,05), maka hipotesis yang
menyatakan bahwa “tanggung jawab lingkungan berpengaruh positif terhadap perilaku hemat
energi” terbukti.
0
20
40
60
80
100
120
34-54 55-75 76-96 97-117 118-138
SK K S B SB
Frekuensi Persentase
216
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
PEMBAHASAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanggung jawab lingkungan mahasiswa berpengaruh
signifikan terhadap perilaku hemat energi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi tanggung
jawab mahasiswa terhadap lingkungan disekitarnya, semakin tinggi pula perilaku hemat energi-
nya. Demikian juga sebaliknya. Hasil ini sejalan dengan pernyataan Hines (1987) bahwa
seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab pribadi yang tinggi, lebih mungkin memiliki rasa
tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan juga tinggi.
Jika perilaku hemat energi dimasukkan kedalam salah satu tindakan yang pro-lingkungan,
maka sesuai dengan hasil penelitian Kaiser & Shimoda(1999) menunjukkan bahwa tanggung
jawab pribadi untuk menangani polusi berhubungan erat dengan perilaku pro-
lingkungan.Tanggung jawab terhadap lingkungan merupakan faktor penentu terhadap niat
seseorang untuk berperilaku ramah lingkungan (Kaiser, et.all, 1999) dan terhadap perilaku
ramah lingkungan (Stern, 2000).
Pernyataan ini turut didukung juga oleh Kohlberg & Candee (1984) yang menyatakan
bahwa salah satu penghubung antara dorongan moral dengan tindakan moral dalam pribadi
seseorang adalah tanggung jawab.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikatakan bahwa tanggung jawab lingkungan dapat
dijadikan sebagai variabel prediktor dalam mengukur perilaku hemat energi mahasiswa dalam
hal bagaimana mereka memanfaatkan BBM dan listrik, melakukan perawatan dan perbaikan
terhadap alat-alat yang menggunakan BBM dan listrik.
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
1. Tanggung jawab mahasiswa terhadap lingkungan secara rata-rata, tergolong sedang dan
perilaku hemat energi mereka tergolong baik
2. Terdapat hubungan yang signifikan secara positif antara tanggung jawab lingkungan
dengan perilaku hemat energi mahasiswa
3. Semakin tinggi tanggung jawab mahasiswa terhadap lingkungannya, semakin tinggi pula
perilaku hemat energi mereka
5.2. SARAN
Saran bagi peneliti lain yang memiliki minat terhadap masalah-masalah energi terutama
yang berkaitan dengan aspek perilaku, dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam
dengan meneliti faktor intention (niat) dan locus of control yang kemungkinan dapat
menjembatani antara sikap, tanggung jawab dan gaya hidup terhadap perilaku seperti yang
dikemukakan oleh Fishbein & Ajzen (1975).
Dari segi metodologi peneliti lain dapat mengambil populasi yang lebih luas, misalnya
mahasiswa dalam lingkup fakultas teknik (mengambil beberapa program studi berbasis teknik),
atau dalam lingkup perguruan tinggi (membandingkan antar fakultas), misalnya antara
mahasiswa fakultas teknik dengan mahasiswa fakultas pertanian, atau dengan membandingkan
antara mahasiswa fakultas eksakta dan non-eksakta. Diharapkan dari penelitian dengan sampel
yang lebih luas, dapat memberikan gambaran yang jelas dalam lingkup yang luas tentang
perilaku hemat energi mahasiswa.
217
Seminar Ilmiah Nasional Teknik Sipil Universitas Bosowa SINALTSUB – I , 4 DESEMBER 2017
DAFTAR PUSTAKA
1. Ajzen, I. & Fishbein, M. 1980. Understanding attitudes and predicting social behavior.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall.
2. Berndsen, M., & Manstead, A. S. R. 2007. On the relationship between responsibility and
guilt: antecedent appraisal or elaborated appraisal?European Journal of Social Psychology,
Volume 37, pages 774–792.
3. Blasi, A. 1983. Moral Cognition and Moral Action: A Theoretical Perspective. Developmental
Review, 3, 178–210.
4. Clayton, S., & Myers, G. 2009. Conservation Psychology: Understanding and
PromotingHuman Care for Nature. Oxford, UK: Blackwell.
5. Direktori Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah IX Sulawesi 2015.
6. Fatmawati, I. 2012. Pengaruh Pembingkaian Pesan, Informasi Kelangkaan dan Perbedaan
Individual Pada Sikap, Niat dan Perilaku Hemat Energi Listrik.
7. Fishbein, M. & Ajzen, I. 1975. Belief, Attitude, Intention, and Behavior: an introduction to
theory and research (Reading, MA, Addison-Wesley).
8. Hidayati, L. 2010. Analisis Pembentukan Perilaku Hemat Listrik Dengan Pendekatan Norm
Activation Model (Kasus Pelanggan Listrik Rumahtangga di Kota Bogor).
9. Hines, J.M., Hungerford, H.R. & Tomera, A.N. (1986–87). Analysis and synthesis of research
on responsible pro-environmental behavior: a meta-analysis. The Journal of Environmental
Education, 18(2), pp. 1–8.
10. Kaiser, F. G., & Shimoda, T. 1999. Responsibility as a predictor of ecological behaviour.
Journal of Environmental Psychology, 19,243-253.
11. Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1995. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa
Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Balai Pustaka.
12. Kementerian ESDM. 23 Juli 2013. Potensi Penghematan Perilaku Hemat Capai 17 Persen.
13. _________________. 28 April 2011.Pemborosan Energi 80 Persen Faktor
Manusia.(http://www.esdm.go.id/berita/listrik/39-listrik/4448-pemborosan-energi-80-
persen-faktor-manusia-.html).
14. Kotler, P.2003. Manajemen Pemasaran. edisi kesebelas, Jakarta: Indeks kelompokGramedia.
15. Keraf, A. S. 2010. Etika Lingkungan Hidup. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
16. Kohlberg, L., & Candee, D. 1984. The relationship of moral judgment to moral action. In L.
Kohlberg (Ed.), Essays in moral development: Vol. 2. The psychology of moral development
(pp. 498–581). New York: Harper & Row.
17. Lawrence Berkeley National Laboratory. 2016. http://eetd.lbl.gov/ee/ee-1.html. Diakses
tanggal 21 Juli 2016.
18. Nazir, 1999. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
19. Notoatmodjo, S. 2003.Pendidikan dan Perilaku Kesehatan.Jakarta : Rineka Cipta.
20. Stern, P. C. 2000. Toward a Coherent Theory of Environmentally Significant Behavior.
National Research Council, Journal of Social Issues, Vol. 56, No. 3, 2000, pp. 407–424.
21. Utomo, E. 2012. Perlu Ditumbuhkan, Kesadaran Cadangan Energi Indonesia Terbatas.
Kementerian ESDM.