47
HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN OBAT ANTIDIABETES TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKPATUHAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh: Chyntia Natalix Mamiek Reinhard Rohi NIM : 168114061 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN

OBAT ANTIDIABETES TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH

BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KETIDAKPATUHAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Chyntia Natalix Mamiek Reinhard Rohi

NIM : 168114061

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

i

HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN

OBAT ANTIDIABETES TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH

BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

KETIDAKPATUHAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Chyntia Natalix Mamiek Reinhard Rohi

NIM : 168114061

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

iv

Halaman Persembahan

“Sebuah permata tidak akan dapat dipoles tanpa gesekan, demikian

juga seseorang tidak akan menjadi sukses tanpa tantangan” - Chinese

Proverbs

Karya ini kupersembahkan kepada :

Tuhan Yesus, Bunda Maria, dan Para Kudus

Bapa, Mama, Tanta, Om, Adik-adikku, serta semua keluarga

Teman-teman seperjuangan Farmasi USD 2016, dan Almamaterku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv

PRAKARTA ........................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... vii

DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x

ABSTRAK ............................................................................................................. xi

ABSTRACT ............................................................................................................ xii

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

METODE PENELITIAN ........................................................................................ 5

Desain dan Subjek Penelitian .............................................................................. 5

Izin dan Etika Penelitian ...................................................................................... 6

Penilaian Tingkat Kepatuhan Pasien ................................................................... 6

Penilaian Kadar Glukosa Darah .......................................................................... 6

Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian .................................................. 7

Pengumpulan Data .............................................................................................. 8

Analisis Statistika ................................................................................................ 8

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 10

KESIMPULAN ..................................................................................................... 18

SARAN ................................................................................................................. 19

LAMPIRAN .......................................................................................................... 24

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

ix

DAFTAR TABEL

Tabel I. Uji Reliabilitas ....................................................................................... 7

Tabel II. Karakteristik Responden ..................................................................... 10

Tabel III. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antidiabetes dengan

Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah .................................................. 12

Tabel IV. Profil Obat pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 .............................. 17

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Diri Pasien .............................................................................. 25

Lampiran 2. Form Kuesioner Kepatuhan Pasien ................................................ 27

Lampiran 3. Lembar Penjelasan kepada Calon Subjek Uji ................................. 28

Lampiran 4. Lembar Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian ............................. 29

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan..................................... 30

Lampiran 6. Etichal Clearance ............................................................................ 32

Lampiran 7. Surat Keterangan Analisis Data di Pusat Kajian CE&BU FK-

KMK Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ................................. 33

Lampiran 8. Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................... 34

Lampiran 9. Analisis Data ................................................................................... 36

Lampiran 10. Pengambilan Data ......................................................................... 38

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

xi

ABSTRAK

Laporan Survailans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas di DIY pada

tahun 2016 menunjukkan bahwa kasus diabetes mellitus (9.473 kasus) masuk

dalam urutan keempat di DIY. Pengendalian kadar gula darah merupakan hal

yang penting dalam penanganan diabetes mellitus untuk mencegah komplikasi

berupa kerusakan berbagai sistem tubuh terutama sistem saraf dan pembuluh

darah. Pasien diabetes perlu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi

pengendalian kadar gula darah, salah satunya yaitu kepatuhan minum obat

antidiabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat

kepatuhan penggunaan obat antidiabetes dengan kadar glukosa darah di

Puskesmas Ngaglik Yogyakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah

observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan

sampel dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah sampel 30 responden.

Pengumpulan data menggunakan kuesioner kepatuhan pasien buatan sendiri yang

telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, dan data rekam medis pasien. Data

yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Chi-square dengan nilai signifikan α <

0,05. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat hubungan bermakna antara

tingkat kepatuhan dan kadar glukosa darah pasien di Puskesmas Ngaglik

Yogyakarta (p = 0,001).

Kata kunci : Diabetes mellitus, Glukosa darah, Kepatuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

xii

ABSTRACT

The Health Center Integrated Disease Survey (STP) report in DIY in 2016

shows that diabetes mellitus cases (9.473 cases) are in fourth place in DIY.

Controlling blood sugar levels is important in the treatment of diabetes mellitus to

prevent complications in the form of damage to various body systems, especially

the nervous system and blood vessels. Diabetes patients need to understand the

factors that affect controlling blood sugar levels, one of which is adherence to

taking antidiabetic drugs. This study aims to determine the relationship between

the level of adherence to the use of antidiabetic drugs with blood glucose levels at

Ngaglik Health Center Yogyakarta. The research design used was analytic

observational with cross sectional study design. Sampling was done by purposive

sampling with a sample size of 30 respondents. Data collection using a self-made

patient compliance questionnaire that has been tested for validity and reliability,

and patient medical record data. The data obtained were analyzed using the Chi-

square test with a significant value α <0,05. The results obtained were that there

was a significant relationship between the level of adherence and blood glucose

levels of patients at Ngaglik Health Center Yogyakarta (p = 0,001).

Keywords: Diabetes mellitus, Blood glucose, Compliance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

1

PENDAHULUAN

Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak

menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa),

atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang

dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting,

menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi

target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,

lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau

penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya. Kriteria diagnosis diabetes mellitus

yaitu HbA1C ≥ 6,5%, gula darah puasa (GDP) 126 mg/dL (7.0 mmol/L), gula

darah 2 jam postprandial (GD2PP) 200 mg/dL (11.1 mmol/L), gula darah acak

(GDA) 200 mg/dL (11.1 mmol/L) (American Diabetes Association, 2014).

Pada tahun 2015 jumlah diabetes di dunia sebesar 415 juta jiwa,

mengalami kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di tahun 1980an. Pada tahun 2040

diperkirakan jumlahnya akan menjadi 642 juta (Kementerian Kesehatan RI,

2018). Laporan Survailans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas di DIY pada tahun

2016 menunjukkan bahwa kasus baru diabetes mellitus (9.473 kasus) masuk

dalam urutan keempat dari 10 besar penyakit di DIY. Kemudian pada tahun 2017

untuk Diabetes Mellitus ada 5.161 kasus baru dan masuk dalam 10 besar penyakit.

Berdasar Survailans Terpadu Penyakit (STP) puskesmas tahun 2017 jumlah kasus

diabetes mellitus tipe 2 sebanyak 8.321 kasus (Dinas Kesehatan DIY, 2017).

Menurut WHO (2014), pada tahun 2004 diperkirakan 3,4 juta orang diseluruh

dunia meninggal akibat tingginya kadar glukosa darah (Srikartika et al., 2016).

Seperti kondisi di dunia, diabetes mellitus kini menjadi salah satu penyebab

kematian terbesar di Indonesia. Data Sample Registration Survey tahun 2014

menunjukkan bahwa diabetes mellitus merupakan penyebab kematian terbesar

nomor 3 di Indonesia dengan persentase sebesar 6,7%, setelah stroke (21,1%) dan

penyakit jantung koroner (12,9%) (Kementerian Kesehatan RI, 2016).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

2

Penyakit diabetes yang tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan

hiperglikemia yang dari waktu ke waktu dapat mengakibatkan komplikasi berupa

kerusakan berbagai sistem tubuh terutama sistem saraf dan pembuluh darah.

Penyakit DM merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit jantung,

stroke, neuropati, retinopati, dan gagal ginjal. Seorang penderita DM memiliki

resiko kematian dua kali lebih cepat dibandingkan dengan bukan penderita DM

(Irfan dan Israfil, 2019). Resiko komplikasi kardiovaskular pada pasien DM tipe 2

akan mudah terjadi pada pasien yang memiliki kadar gula darah yang tinggi,

tekanan darah yang tinggi, kolesterol darah yang tinggi, merokok, usia >40 tahun

(Irfan dan Israfil, 2019). Kementerian Kesehatan RI (2018) menyatakan bahwa

gula darah yang tidak terkontrol mengakibatkan tambahan 2,2 juta kematian,

dengan meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular dan lainnya.

Terapi farmakologis bersama dengan pengaturan makan dan latihan

jasmani (gaya hidup sehat) dapat membantu mengontrol kadar glukosa darah.

Terapi farmakologis terdiri dari obat antihiperglikemia oral yaitu golongan

sulfonilurea, meglitinida, biguanid, thiazolidinediones, α-glucosidase inhibitors,

dipeptidyl peptidase-IV inhibitors. Insulin diperlukan pada keadaan: HbA1c > 9%

dengan kondisi dekompensasi metabolik; Penurunan berat badan yang cepat;

Hiperglikemia berat yang disertai ketosis; Krisis hiperglikemia; Gagal dengan

kombinasi OHO dosis optimal; Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark

miokard akut, stroke); Kehamilan dengan diabetes mellitus gestasional yang tidak

terkendali dengan perencanaan makan; Gangguan fungsi ginjal atau hati yang

yang berat; Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO; Kondisi perioperatif

sesuai dengan indikasi. Terapi kombinasi obat antihiperglikemia oral, baik secara

terpisah ataupun fixed dose combination, harus menggunakan dua macam obat

dengan mekanisme kerja yang berbeda. Pada keadaan tertentu apabila sasaran

kadar glukosa darah belum tercapai dengan kombinasi dua macam obat, dapat

diberikan kombinasi dua obat antihiperglikemia dengan insulin. Pada pasien yang

disertai dengan alasan klinis dimana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai,

terapi dapat diberikan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral (Soelistijo et al.,

2015).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

3

Pengendalian kadar gula darah merupakan hal yang penting dalam

penanganan diabetes mellitus. Pasien diabetes perlu memahami faktor-faktor yang

berpengaruh dalam mengendalikan kadar gula darah, yaitu diet, aktivitas fisik,

kepatuhan minum obat, dan pengetahuan. Keberhasilan pengelolaan DM untuk

mencegah komplikasi dapat dicapai salah satunya melalui kepatuhan dalam terapi

farmakologi (Nanda, Wiryanto dan Triyono, 2018). Kepatuhan adalah sebuah aksi

yang dilakukan oleh pasien untuk mengambil obat ataupun pengulangan resep

obat tepat waktu. Sementara itu, medication compliance adalah aksi yang

dilakukan pasien untuk mengonsumsi obat sesuai jadwal minumnya ataupun

sesuai yang diresepkan oleh dokter (Fauzi dan Nishaa, 2018).

Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan

terapinya, yaitu faktor pasien, faktor penyakit, faktor regimen terapi, dan faktor

interaksi dengan tenaga kesehatan. Faktor pasien, meliputi faktor keterbatasan dari

fungsional tubuh pasien. Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis

mengalami penurunan akibat degeneratif (penuaan). Pasien mendapatkan obat

dengan etiketnya beserta penjelasan penggunaan obatnya. Beberapa pasien

mengganti aturan pakai obat. Berbagai macam alasan diantaranya adalah rasa

takut jika terus-menerus mengkonsumsi obat dapat berdampak buruk bagi tubuh

diantaranya pada ginjal dan hati. Alasan lain yaitu timbulnya efek yang

mengganggu namun tidak dikonsultasikan kepada dokter sehingga pasien

berharap ketika minum lebih sedikit, efek tersebut tidak muncul lagi (Rosyida,

Priyandani, Sulistyarini, dan Nita, 2015).

Selain faktor keterbatasan dari fungsional tubuh pasien, sosial ekonomi

pasien juga berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pasien. Sebagian besar

penduduk lansia (sekitar 90%) masih memegang peranan penting di dalam

lingkungan rumah tangga berstatus kepala rumah tangga yang mempunyai

tanggung jawab besar dalam hal psikologis dan ekonomi. Pasien datang ke

puskesmas ketika benar-benar merasa sakit karena alasan finansial. Rumah pasien

cukup jauh dari puskesmas sehingga menbutuhkan biaya untuk dapat datang ke

puskesmas. Faktor penyakit adalah faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien.

Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang membutuhkan terapi jangka panjang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

4

yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan pasien (Rosyida, Priyandani,

Sulistyarini, dan Nita, 2015).

Faktor ketiga adalah faktor regimen terapi. Jumlah obat yang diterima

pasien juga berpengaruh terhadap tingkat kepatuhannya, bahwa pasien yang

mendapatkan terapi obat kombinasi cenderung tidak patuh. Regimentasi dari obat

yang diberikan kepada pasien berbeda-beda tergantung keadaaan pasien itu sendiri

(Rosyida, Priyandani, Sulistyarini, dan Nita, 2015). Interaksi antara tenaga

kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan

kepatuhan pasien. Tidak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika salah paham

tentang instruksi yang diberikan padanya. Namun kadang-kadang hal ini bisa juga

disebabkan oleh kegagalan tenaga kesehatan dalam memberikan informasi yang

lengkap, penggunaan istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus

diingat oleh pasien. Dukungan dari tenaga kesehatan merupakan faktor lain yang

dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan (Niven, 2012).

Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan peneliti, belum

dilakukannya penelitian tentang ―Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien pada

Penggunaan Obat Antidiabetes Terhadap Kadar Glukosa Darah di Puskesmas

Yogyakarta‖. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan tingkat

kepatuhan penggunaan obat dengan kadar glukosa darah di Puskesmas

Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat

kepatuhan penggunaan obat antidiabetes pada pasien diabetes mellitus tipe 2

terhadap kadar glukosa darah di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

5

METODE PENELITIAN

Desain dan Subjek Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan

rancangan penelitian cross sectional yaitu peneliti hanya melakukan observasi dan

pengukuran variabel pada satu saat tertentu saja, setiap subjek hanya dikenai satu

kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan penelitian

(Risnasari, 2014). Pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling

yang merupakan metode penetapan sampel berdasarkan kriteria tertentu (Sangadji

dan Sopiah, 2010). Teknik purposive sampling digunakan untuk pemilihan pasien

diabetes mellitus yang didasarkan pada kriteria inklusi. Subjek dalam penelitian

ini adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta.

Kriteria inklusi penelitian ini antara lain pasien yang telah didiagnosa

menderita diabetes mellitus tipe 2 yang berobat di Puskesmas Ngaglik

Yogyakarta, pasien yang bersedia menjadi subyek penelitian untuk mengisi

kuesioner yang dirancang sendiri dengan menandatangani informed consent, dan

mendapat obat antidiabetes oral. Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu pasien

wanita hamil.

Hasil perhitungan besar sampel minimal pada penelitian ini sebanyak 7

responden yang dibuat menjadi dua kelompok, sehingga besar sampel minimal

yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu 14 responden. Hasil perhitungan ini

menggunakan rumus besar sampel untuk desain penelitian analitik observasional

Cross Sectional dengan nilai Z1- α /2 yaitu 5% (1,96), nilai Z1-β yaitu 20% (0,84),

nilai P0 (proporsi derajat kadar glukosa darah tinggi dengan status tidak patuh)

yaitu 0,71 dan nilai Pa (proporsi derajat kadar glukosa darah tinggi dengan status

patuh) yaitu 0,23 (Irmawati dan Nurhaedah, 2017).

Penelitian ini menganalisis hubungan tingkat kepatuhan minum obat

antidiabetes dengan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah dianggap

terkontrol apabila HbA1C < 7%, kadar glukosa darah puasa (GDP) nilainya 80-

130 mg/dL (4,4-7,2 mmol/L), gula darah 2 jam postprandial (GD2PP) nilainya

<180 mg/dL (10,0 mmol/L) (American Diabetes Association, 2019), dan gula

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

6

darah sewaktu (GDS) nilainya < 180 mg/dL (10 mmol/L) (International Diabetes

Federation, 2014).

Izin dan Etika Penelitian

Penelitian ini telah mendapatkan izin dari Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan nomor : 256/II/2020 untuk melakukan

kegiatan penelitian di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta dan mendapatkan ethical

clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Kedokteran dan Kesehatan

Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dengan nomor :

KE/FK0475/EC/2020. .

Penilaian Tingkat Kepatuhan Pasien

Kuesioner kepatuhan pasien minum obat yang dibuat sendiri terdiri dari 15

pertanyaan. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, sisa jumlah pertanyaan

kuesioner kepatuhan pasien sebanyak 13 pertanyaan yang terdiri dari tiga bagian

yaitu faktor pasien dengan pertanyaan nomor 1-4, faktor regimen terapi dengan

pertanyaan nomor 5-8, dan faktor interaksi antara pasien dengan tenaga

kesehatan/keluarga dengan pertanyaan nomor 9-13. Penilaian tingkat kepatuhan

dilakukan dengan menilai jawaban responden pada kuesioner dengan beberapa

pertanyaan terbuka dan mengelompokkan tingkat kepatuhan pasien menjadi dua

kategori yaitu patuh dan tidak patuh. Dikategorikan patuh jika skor persentase

yang diperoleh yaitu ≥ 50% dan dikategorikan tidak patuh jika skor persentase

yang diperoleh yaitu < 50%. Penentuan skor tersebut diperoleh dari perhitungan

rumus umum interval yaitu angka tertinggi dalam skor jawaban (100%) dikurangi

angka terendah dalam skor jawaban (0%) dibagi banyaknya kategori dan

didapatkan data untuk menentukan kategori tingkat kepatuhan responden yaitu

kategori patuh dan kategori tidak patuh.

Penilaian Kadar Glukosa Darah

Penilaian kadar glukosa darah yang didapatkan dari data rekam medis

pasien setelah melakukan tes laboratorium kadar glukosa darah di Puskesmas

Ngaglik Yogyakarta. Kadar glukosa darah dikategorikan menjadi dua yaitu kadar

glukosa darah normal dan kadar glukosa darah tinggi. Kadar glukosa darah

dikatakan normal berdasarkan American Diabetes Association (2019), jika

HbA1C < 7%, kadar glukosa darah puasa nilainya 80-130 mg/dL (4,4-7,2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

7

mmol/L), gula darah 2 jam postprandial (GD2PP) nilainya <180 mg/dL (10,0

mmol/L), dan gula darah sewaktu (GDS) dikatakan normal berdasarkan

International Diabetes Federation (2014) jika < 180 mg/dL (10 mmol/L).

Sedangkan dikatakan tinggi berdasarkan American Diabetes Association (2019),

jika HbA1C > 7%, kadar glukosa darah puasa nilainya >130 mg/dL (7,2 mmol/L)

dan gula darah 2 jam postprandial (GD2PP) nilainya >180 mg/dL (10,0 mmol/L),

gula darah sewaktu (GDS) dikatakan normal berdasarkan International Diabetes

Federation (2014) jika > 180 mg/dL (10 mmol/L). Data glukosa darah yang telah

didapatkan, dikategorikan menjadi kategori glukosa darah normal dan glukosa

darah tinggi.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner

kepatuhan pasien. Kuesioner kepatuhan pasien disusun sendiri berdasarkan faktor-

faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dan terdiri dari 13 pertanyaan yang

menggambarkan kepatuhan pasien dalam minum obat antidiabetes. Sebelum

penelitian, kuesioner yang digunakan dilakukan uji validitas dan reliabilitas.

Untuk menguji validitas, dapat digunakan pendapat para ahli. Para ahli diminta

pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Para ahli akan memberikan

komentar terhadap kisi-kisi dan butir instrumen yang telah dibuat baik dari segi

teori yang digunakan maupun keterbacaannya. Jumlah ahli untuk pengujian

instrumen penelitian skripsi minimal 1 orang (Sugiyono, 2018). Pengujian

dilakukan pada responden yang berjumlah sekitar 30 orang yang diambil dari

populasi yang akan diteliti. Suatu pernyataan dikatakan valid jika mempunyai

koefisien korelasi terkoreksi minimal 0,3 (Sugiyono, 2018). Untuk mengetahui

nilai reliabilitas dari instrumen penelitian digunakan Cronbach Alpha. Nilai

Cronbach Alpha bisa diterima apabila semua pernyataan reliabel (minimal 0,3)

(Dahlan, 2014).

Tabel I. Uji Reliabilitas

Nilai Cronbach's Alpha Item Soal

0,803 13

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

8

Pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner dilaksanakan dengan

membagikan kuesioner kepada 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi,

kemudian jawaban-jawaban pada kuesioner yang telah diisi diuji menggunakan

bantuan SPSS. Uji validitas kuesioner dilihat dari nilai koefisien korelasi

terkoreksi (r) setiap butir pertanyaan. Hasil uji validitas dari 15 pertanyaan yang

dibuat sendiri, diperoleh hasil akhir ada 13 pertanyaan yang dinyatakan valid

dengan nilai koefisien korelasi ( r ) lebih dari 0,3. Kemudian kuesioner dilakukan

uji reliabilitas menngunakan Cronbach alpha. Hasil yang diperoleh yaitu nilai

Cronbach Alpha yaitu sebesar 0,803 artinya kuesinoner yang dibuat sudah

reliabel.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan penjelasan kepada

responden mengenai penelitian yang dilakukan dan mengenai pertanyaan yang

ada di dalam kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu.

Diperoleh data profil tingkat kepatuhan pasien yang diperoleh dari kuesioner yang

telah dijawab dengan lengkap oleh pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas

Ngaglik Yogyakarta yang sudah menandatangani Informed consent dengan

berpedoman pada kuesioner yang sudah disiapkan dan diperoleh juga kadar

glukosa darah dari data rekam medis yang didapatkan dari hasil pemeriksaan

laboratorium.

Analisis Statistika

Data yang sudah didapatkan dikelompokkan secara statistik dengan

program komputer dan dianalisis menggunakan program SPSS di pusat kajian

CE&BU Universitas Gadjah Mada. Pada penelitian ini menggunakan variabel

kategorik ordinal karena variabel yang digunakan mempunyai dua kategori. Lalu

dianalisis menggunakan uji komparatif Chi-square antara tingkat kepatuhan dan

kadar glukosa darah (Dahlan, 2014).

Uji dilakukan dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) yang artinya,

apabila diperoleh nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan antara tingkat kepatuhan

pasien dengan kadar glukosa darah. Jika, nilai p > 0,05 maka terdapat hubungan

tidak bermakna antara tingkat kepatuhan pasien dengan kadar glukosa darah pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

9

pasien di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta. Sedangkan nilai odds ratio digunakan

untuk melihat kekuatan hubungan antara tingkat kepatuhan pasien dan kadar

glukosa darah. Untuk data yang memenuhi syarat yaitu nilai dalam sel <5 tidak

lebih dari 20%, sedangkan untuk data yang tidak memenuhi syarat digunakan uji

Fisher.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat gambaran kepatuhan pasien

minum obat antidiabetes di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta. Jumlah total

responden yang mengikuti penelitian ini adalah sebanyak 30 orang yang

memenuhi kriteria inklusi dengan karakteristik yang bervariasi. Karakteristik

responden ditunjukkan pada tabel berikut :

Tabel II. Karakteristik Responden

Karakteristik n = 30 (%)

Jenis kelamin

Perempuan

Laki-laki

21 (70)

9 (30)

Usia

≤50 tahun

>50 tahun

7 (23,3)

23 (76,6)

Pendidikan

Tidak sekolah

SD

SMP

SMA

Perguruan tinggi

4 (13,3)

3 (10)

9 (30)

12 (40)

2 (6,6)

Pekerjaan

PNS/TNI/POLRI

Karyawan Swasta

Wiraswasta

Petani

Pensiunan

IRT

Lainnya

2 (6,6)

1 (3,3)

4 (13,3)

5 (16,6)

5 (16,6)

12 (40)

1 (3,3)

Jumlah Obat yang dikonsumsi

1 obat

2 obat

13 (43,3)

17 (56,6)

Kepatuhan

Patuh

Tidak patuh

18 (60)

12 (40)

Profil karakteristik pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngaglik

Yogyakarta tersaji dalam Tabel II. Dari hasil penelitian diperoleh data demografi

responden yaitu responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

11

(70%) dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 9 responden (30%). Hal ini bisa

disebabkan oleh proporsi sampel yang tidak seimbang, dapat ditinjau dari pasien

diabetes mellitus yang datang ke Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kadar

glukosa darah dan menerima obat lebih banyak dijumpai pasien perempuan

dibandingkan laki-laki. Berdasarkan penelitian Nanda, Wiryanto dan Triyono

(2018), perempuan memiliki resiko lebih tinggi mengalami diabetes mellitus

dibandingkan laki-laki. Hal tersebut disebabkan karena faktor gaya hidup, kurang

aktifitas fisik, dan faktor stress (Nanda, Wiryanto dan Triyono, 2018). Pasien

diabetes mellitus tipe 2 dengan usia ≤ 50 tahun lebih banyak yaitu 7 responden

(23,3%) dibandingkan dengan usia > 50 tahun yaitu 23 responden (76,6%). Pada

usia tua, resiko mengalami diabetes mellitus akan meningkat karena tubuh telah

mengalami penurunan fungsi tubuh secara fisiologis. Fungsi tubuh secara

fisiologis menurun karena terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin

sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang

tinggi kurang optimal (Rosyida, Priyandani, Sulistyarini, dan Nita, 2015).

Pada penelitian ini, jenis pekerjaan yang paling banyak yaitu ibu rumah

tangga (IRT) yaitu 12 responden (40%). Hal ini bisa disebabkan proporsi sampel

yang tidak seimbang, dapat ditinjau dari pasien diabetes mellitus yang datang ke

Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah dan menerima obat

lebih banyak dijumpai pasien perempuan yang berstatus sudah berkeluarga,

sehingga pasien yang bekerja sebagai ibu rumah tangga lebih banyak ditemukan

pada penelitian ini dibandingkan pekerjaan yang lain. Berdasarkan penelitian yang

diakukan oleh Putri dan Sudhana (2013) menyatakan bahwa bagi seorang ibu

rumah tangga yang tidak bekerja, pekerjaan rumah tangga menjadi fokus utama

karena sebagian besar waktu dihabiskan di dalam rumah. Pekerjaan rumah

merupakan pekerjaan yang monoton karena melakukan pekerjaan yang sama

setiap hari dan sebagian besar dilakukan didalam rumah. Keadaan ini dapat

memicu terjadinya stress pada seorang ibu rumah tangga (Putri dan Sudhana,

2013). Stress akan menyebabkan peningkatan hormon epinefrin yang dapat

menyebabkan mobilisasi glukosa, asam lemak, dan asam laktat. Hormon epinefrin

adalah hormon antagonis insulin sehingga menghambat kerja insulin dan dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

12

mempengaruhi kadar glukosa darah seseorang (Nanda, Wiryanto dan Triyono,

2018). Pendidikan terakhir responden yang paling banyak yaitu SMA sebanyak 12

responden (40%). Pendidikan tinggi yaitu bila responden berpendidikan antara

tamat SMA sampai tamat perguruan tinggi (Setyorogo dan Trisnawati, 2013).

Tingkat pendidikan yang lebih tinggi menunjukkan kepatuhan terapi yang lebih

baik, karena semakin tinggi pendidikan yang diperoleh maka akan semakin mudah

orang tersebut mendapat informasi, dan semakin banyak informasi yang diperoleh

maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang didapat (Nanda, Wiryanto dan

Triyono, 2018).

Pada pengobatan diabetes mellitus tipe 2, responden yang menggunakan

kombinasi antidiabetes oral lebih banyak yaitu sebanyak 17 responden (56,6%)

dibandingkan dengan monoterapi yaitu sebanyak 13 responden (43,3%). Hal ini

dapat terjadi karena pengobatan diabetes mellitus bersifat perorangan, apabila

terapi tunggal belum mencapai target maka diberikan terapi kombinasi 2 obat.

Terapi kombinasi obat antihiperglikemia oral, baik secara terpisah ataupun fixed

dose combination, harus menggunakan dua macam obat dengan mekanisme kerja

yang berbeda (Soelistijo et al., 2015). Pada penelitian ini pasien yang patuh

minum obat sebanyak 18 (60%) responden dan pasien yang tidak patuh sebanyak

12 (40%) responden. Sebagian pasien diabetes mellitus sudah patuh minum obat

antidiabetes sesuai dengan yang dianjurkan dokter atau tenaga kesehatan.

Keberhasilan suatu pengobatan ditentukan juga oleh kepatuhan dalam

menjalankan terapi. Begitupula dengan pengobatan farmakologis, hasil tidak akan

diperoleh secara optimal jika penderita tidak patuh dalam minum obat sesuai

anjuran dari tenaga kesehatan (Agustine, Ronel dan Welem, 2018).

Tabel III. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antidiabetes dengan

Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah

Tingkat Kepatuhan Kadar Glukosa Darah p-value OR (95%Cl)

Normal Tinggi

Faktor Pasien

(Pertanyaan 1-4)

Patuh

Tidak Patuh

16 (72,7%)

1 (12,5%)

6 (27,3%)

7 (87,5%)

0,009

18,667

(1,879-185,399)

Faktor Regimen

Terapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

13

(Pertanyaan 5-8)

Patuh

Tidak Patuh

16 (69,6%)

1 (14,3%)

7 (30,4%)

6 (85,7%)

0,025

13,714

(1,381-136,212)

Faktor interaksi pasien

dengan tenaga

kesehatan/keluarga

(Pertanyaan 9-13)

Patuh

Tidak Patuh

15 (68,2%)

2 (25,0%)

7 (31,8%)

6 (75,0%)

0,049

6,429

(1,026-40,261)

Total

(Pertanyaan 1-13)

Patuh

Tidak Patuh

15(50%)

2(6,7%)

3 (10%)

10(33,3%)

0,001

25,000

(3,522-177,477) *Uji Chi Square;

+Uji Fisher; nilai p<0,05 artinya ada hubungan antara tingkat kepatuhan minum

obat dengan kadar glukosa darah.

Berdasarkan Tabel III hasil penelitian ditinjau dari faktor-faktor yang

dapat membuat pasien tidak patuh minum obat sehingga mempengaruhi kadar

gukosa darah pasien diabetes mellitus tipe 2. Faktor yang pertama yaitu faktor

pasien, diperoleh pasien patuh dengan kadar glukosa darah normal sebanyak 16

(72,7%) responden, sedangkan pasien tidak patuh dengan kadar glukosa darah

tinggi sebanyak 7 (87,5%) responden. Hasil analisis dengan uji Chi Square

berdasarkan faktor pasien, diperoleh nilai p-value = 0,009 (p < 0,05) yang artinya

ada hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan kadar gula darah pada

pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta. Analisis besar

resiko didapatkan nilai OR berdasarkan faktor pasien yaitu sebesar 18,667 dengan

Cl 95% (1,879-185,399) yang berarti pasien diabetes mellitus tipe 2 yang patuh

minum obat memiliki kadar gula darah normal 18,667 kali di banding yang tidak

patuh. Faktor yang kedua yaitu faktor regimen terapi, diperoleh pasien patuh

dengan kadar glukosa darah normal sebanyak 16 (69,6%) responden, sedangkan

pasien tidak patuh dengan kadar glukosa darah tinggi sebanyak 6 (85,7%)

responden. Hasil analisis dengan uji Chi Square berdasarkan faktor regimen

terapi, diperoleh nilai p-value = 0,025 (p < 0,05) yang artinya ada hubungan

antara tingkat kepatuhan minum obat dengan kadar gula darah pada pasien

diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta. Analisis besar resiko

didapatkan nilai OR berdasarkan faktor regimen terapi yaitu sebesar 13,714

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

14

dengan Cl 95% (1,381-136,212) yang berarti pasien diabetes mellitus tipe 2 yang

patuh minum obat memiliki kadar gula darah normal 13,714 kali di banding yang

tidak patuh. Faktor yang ketiga yaitu faktor interaksi antara pasien dengan tenaga

kesehatan/keluarga, diperoleh pasien patuh dengan kadar glukosa darah normal

sebanyak 15 (68,2%) responden, sedangkan pasien tidak patuh dengan kadar

glukosa darah tinggi sebanyak 6 (75,0%) responden. Hasil analisis dengan uji Chi

Square berdasarkan faktor interaksi antara pasien dengan tenaga

kesehatan/keluarga, diperoleh nilai p-value = 0,049 (p < 0,05) yang artinya ada

hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan kadar gula darah pada

pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta. Analisis besar

resiko didapatkan nilai OR berdasarkan faktor interaksi antara pasien dengan

tenaga kesehatan/keluarga yaitu sebesar 6,429 dengan Cl 95% (1,026-40,261)

yang berarti pasien diabetes mellitus tipe 2 yang patuh minum obat memiliki

kadar gula darah normal 6,429 kali di banding yang tidak patuh. Berdasarkan hasil

uji hubungan pada pernyataan kuesioner terkait faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, diperoleh pasien

patuh dengan kadar glukosa darah normal sebanyak 15 responden (50%),

sedangkan pasien tidak patuh dengan kadar glukosa darah tinggi sebanyak 10

responden (33,3%). Berdasarkan analisis dengan uji Chi Square diperoleh nilai p-

value = 0,001 (p < 0,005) yang artinya ada hubungan antara tingkat kepatuhan

minum obat dengan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di

Puskesmas Ngaglik Yogyakarta. Analisis besar resiko didapatka nilai OR sebesar

25 dengan Cl 95% (3,522-177,477) yang berarti pasien diabetes mellitus tipe 2

yang patuh minum obat memiliki kadar gula darah normal 25 kali di banding

yang tidak patuh. Nilai odds ratio tersebut menunjukkan bahwa semakin patuh

pasien dalam minum obat antidiabetes oral maka glukosa darahnya akan semakin

terkontrol, namun jika pasien tidak patuh dalam minum obat antidiabetes oral

maka glukosa darahnya menjadi tidak terkontrol. Hasil penelitian ini sama dengan

penelitian yang dilakukan oleh Salistyaningsih, Puspita, dan Nugroho (2011) yang

menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pasien yang patuh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

15

dan tidak patuh dalam minum obat dengan kadar glukosa darah pasien diabetes

mellitus tipe 2.

Kuesioner kepatuhan pasien dibuat dalam beberapa faktor yang dapat

membuat pasien diabetes mellitus tipe 2 tidak patuh dalam menjalankan terapinya

yaitu terdiri dari faktor pasien, faktor regimen terapi, dan faktor interaksi dengan

tenaga kesehatan atau keluarga (Rosyida, Priyandani, Sulistyarini, dan Nita,

2015). Faktor pertama yang dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat yaitu

faktor pasien. Faktor pasien terdiri dari gangguan memori, masalah psikologis dan

keyakinan pribadi (Rasdianah, Martodiharjo, Andayani, dan Hakim, 2016).

Dengan bertambahnya umur fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat

degeneratif (penuaan), sehingga mengakibatkan pasien sering lupa. Selain itu

keyakinan dari pasien juga dapat mempengaruhi kepatuhan, pasien dapat merasa

takut jika terus-menerus mengkonsumsi obat dapat berdampak buruk bagi tubuh

diantaranya pada ginjal dan hati (Rosyida, Priyandani, Sulistyarini, dan Nita,

2015). Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang membutuhkan terapi jangka

panjang yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan pasien (Rosyida, Priyandani,

Sulistyarini, dan Nita, 2015). Pada umumnya semakin lama orang menderita

penyakit maka akan menjadi faktor pemicu seseorang menjadi bosan terhadap

pengobatan, sehingga menurunkan kepatuhan dalam menjalani terapi (Anggraini

dan Puspasari, 2019). Faktor kedua yang dapat mempengaruhi kepatuhan minum

obat yaitu rejimen pengobatan, lama pengobatan, multi terapi, dan efek samping

obat (Rosyida, Priyandani, Sulistyarini, dan Nita, 2015). Pasien yang menerima

lebih banyak obat cenderung memiliki ketaatan yang buruk (Marcum and Gellad,

2012). Jumlah obat (tunggal dan kombinasi) yang digunakan dapat mempengaruhi

kepatuhan pasien, namun secara praktis pasien yang mendapat obat tunggal lebih

taat daripada pasien yang mendapat terapi kombinasi (Rosyida, Priyandani,

Sulistyarini, dan Nita, 2015).

Faktor interaksi pasien dengan tenaga kesehatan juga dapat mempengaruhi

kepatuhan terapi pasien. Interaksi yang baik antara pasien dengan tenaga

kesehatan akan membuat pasien merasa yakin bahwa terapi yang dijalaninya

dapat berhasil. Seseorang dengan keyakinan yang baik akan keberhasilan terapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

16

yang dijalani, maka akan meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi

yang dilakukan (Ilmah dan Rochmah, 2015). Dalam menjalankan perilaku

kepatuhan, prioritas dokter dan pasien harus sejalan, jika dokter dan pasien

mempunyai prioritas dan keyakinan, dan harapan medis yang berbeda maka

kepatuhan pasien akan rendah. Secara umum, pasien yang merasa menerima

penghiburan, perhatian, dan pertolongan yang dibutuhkan dari seseorang atau

kelompok biasanya cenderung lebih mudah mematuhi nasehat medis, daripada

pasien yang kurang mendapat dukungan sosial (Safitri, 2013). Kurangnya

informasi dari tenaga kesehatan dapat menyebabkan pasien tidak mengetahui

bahaya menghentikan obat. Selain itu, kurangnya informasi mengenai obat,

terutama jika obat yang digunakan tidak memberikan efek langsung atau

membutuhkan waktu yang cukup lama, dapat mengakibatkan pasien merasa

bahwa obat yang digunakan tidak bermanfaat. Dukungan keluarga juga dapat

mempengaruhi kepatuhan pasien (Srikartika, Cahya, dan Hardiati, 2016).

Keluarga memiliki peranan penting dalam memberikan motivasi. Jika tidak

adanya dukungan keluarga baik secara psikologis maupun finansial, kondisi

demografis yang sulit menyebabkan pasien sulit untuk mendapatkan obat dan

pada akhirnya pengobatannya tidak rutin dan membuat penderita tidak patuh

minum obat (Agustine, Ronel dan Welem, 2018).

Berdasarkan hasil penelitian Srikartika, Cahya, dan Hardiati (2016)

menyatakan bahwa alasan pasien tidak patuh karena pasien memiliki aktivitas

yang padat sehingga pasien tidak memiliki waktu untuk memeriksakan diri ke

Rumah Sakit yang mengakibatkan pasien terlambat menebus obat. Kesibukan

juga mengakibatkan pasien lupa minum obat. Selain itu, pasien mengaku tidak

patuh minum obat dikarenakan lupa membawa obat ketika bepergian. Beberapa

pasien mengaku menghentikan obat bila merasa sehat, atau sengaja tidak minum

obat karena merasa obatnya tidak berefek atau membuatnya membaik. Kurangnya

informasi dari tenaga kesehatan menyebabkan pasien tidak mengetahui bahaya

jika pasien tidak patuh minum obat. Selain itu, kurangnya informasi mengenai

obat, terutama jika obat yang digunakan tidak memberikan efek langsung atau

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menunjukkan efek, dapat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

17

mengakibatkan pasien merasa bahwa obat yang digunakan tidak memberikan

manfaat apapun. Beberapa pasien juga beralasan tidak minum obat dikarenakan

merasa efek samping obat atau takut pada efek samping dari obat yang diminum

setiap hari. Selain itu, ada yang beralasan tidak minum obat karena tidak paham

cara penggunaan obat dan mengaku kesulitan minum obat karena obat yang

diminum banyak (Srikartika, Cahya, dan Hardiati 2016). Penelitian yang

dilakukan oleh Nanda, Wiryanto, dan Triyono (2018) menyatakan bahwa alasan

pasien tidak patuh minum obat yaitu pasien merasa terganggu dengan adanya

kewajiban untuk minum obat karena merasa bosan dengan kewajiban rutin

tersebut, alasan lainnya yaitu pasien sengaja tidak minum obat karena sudah

merasa sehat, dan ada juga pasien yang takut obat-obatan tersebut dapat merusak

ginjal sehingga pasien lebih beralih kepada pengobatan tradisional (Nanda,

Wiryanto dan Triyono, 2018). Alasan lain adalah lupa karena ketiduran, tidak ada

yang mengingatkan, serta sulit membedakan apakah sudah meminum obat atau

belum. Untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mengikuti aturan

pengobatan, semua hambatan kepatuhan perlu dipertimbangkan. Faktor yang

sangat berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan pengobatan adalah kontrol

pasien secara pribadi, interaksi pasien dengan petugas kesehatan, serta interaksi

pasien dengan sistem pelayanan kesehatan (Rasdianah, Martodiharjo, Andayani,

dan Hakim, 2016).

Tabel IV. Profil Obat pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2

Jenis Obat Patuh Tidak

Patuh

n = 30 (%) p-value OR

Metformin 10 3 13 (43,3) 0,201 3,750

(0,754-18,641) Metformin +

Glimepirid

8 9 17 (56,6)

*Uji Chi Square pada pasien diabetes mellitus tipe 2, nilai p>0,005 artinya tidak ada hubungan

antara jumlah obat DM yang diterima dengan kepatuhan pasien.

Obat yang paling sering diresepkan adalah kombinasi golongan biguanida

yaitu metformin dan golongan sufonilurea yaitu glimepirid sebanyak 56,6%. Hasil

ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosyida, Priyandi, Sulistarini,

Nita (2015) yang mengatakan bahwa pemberian terapi kombinasi golongan

biguanida dan sulfonilurea lebih banyak dari pada pemberian terapi tunggal.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

18

Pemberian terapi kombinasi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 disebabkan

karena kadar glukosa darah pasien belum mencapai sasaran (Soelistijo et al.,

2015). Lini pertama pengobatan diabetes adalah golongan biguanida (metformin)

(American Diabetes Association, 2019). Pasien yang menerima lebih banyak obat

cenderung memiliki ketaatan yang buruk (Marcum and Gellad, 2012). Hasil

analisis dengan uji Chi Square, diperoleh nilai p-value = 0,201 (p > 0,05) yang

artinya tidak ada hubungan antara jumlah obat DM yang diterima dengan tingkat

kepatuhan minum obat. Analisis besar resiko didapatkan nilai OR yaitu sebesar

3,750 dengan Cl 95% (0,754-18,641) artinya pasien diabetes mellitus tipe 2 yang

menerima terapi tunggal lebih patuh minum obat 3,750 kali di banding yang

menerima terapi kombinasi. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang

dilakukan oleh Srikartika, Cahya, dan Hardiati (2016) yang menyatakan bahwa

jumlah obat DM yang diterima pasien tidak berpengaruh terhadap kepatuhan

responden dalam minum obat dengan nilai p-value = 0,064 (p > 0,05).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Najiha, Utaminingrum, dan Wibowo

(2017) menyatakan bahwa pasien yang mendapatkan terapi tunggal tidak selalu

lebih patuh dari pasien yang mendapatkan terapi kombinasi, karena responden

merasa bosan harus mengkonsumsi obat setiap hari secara terus menerus dalam

jangka waktu panjang serta takut efek samping obat. Dalam penelitian yang

dilakukan oleh Xu, Yang, Lin, Shen, Wang, dan Zhan (2018) menunjukkan bahwa

penyesuaian dosis tidak tepat dan pemberian obat tambahan tidak tepat waktu, hal

ini mungkin karena kurangnya pengalaman klinis dari dokter atau karena

kekhawatiran mengenai hipoglikemia sehingga menyebabkan glukosa darah tetap

tidak terkontrol pada pasien dengan penggunaan terapi tunggal dalam jangka

waktu lama walaupun telah dilakukan penyesuaian dosis.

Kelemahan pada penelitian ini yaitu adanya faktor lain yang menjadi

penentu keberhasilan terapi antara lain ketepatan pemilihan obat (rasionalitas

obat) serta terapi non farmakologi yang harus ditaati oleh pasien seperti aktivitas

fisik dan pola makan. Faktor-faktor selain kepatuhan minum obat, tidak diamati

dalam penelitian ini. Sehingga terdapat pasien yang patuh tetapi kadar glukosa

darah masih tidak terkontrol. Selain itu, penelitian ini tidak mengukur HbA1C

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

19

sebagai parameter outcome klinik yang lebih mencerminkan terkendalinya

glukosa darah seseorang dalam tiga bulan terakhir jika dibandingkan GDS/GDP.

KESIMPULAN

Terdapat hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan kadar

gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta

dengan p value = 0,001 (p<0,005). Pasien diabetes mellitus tipe 2 yang patuh

minum obat mempunyai kemungkinan untuk mempunyai kadar glukosa darah

normal sebesar 25 kali dibandingkan dengan pasien diabetes mellitus tipe 2 yang

tidak patuh minum obat.

SARAN

Perlu dilakukan penelitian selanjutnya tentang ―Hubungan Tingkat

Kepatuhan Pasien pada Penggunaan Obat Antidiabetes Terhadap Kadar Glukosa

Darah‖, sehingga dapat mengetahui kepatuhan pasien diabetes dalam minum obat

antidiabetes. Saran kepada penelitian selanjutnya juga, yaitu pertanyaan pada

kuesioner harus dibuat lebih spesifik, yaitu pertanyaan tidak ditinjau dari

pengobatan tetapi dibuat juga pertanyaan mengenai pola hidup sehat dari

penderita diabetes mellitus karena pencapaian kadar glukosa darah normal

didukung dengan pengobatan dan gaya hidup yang sehat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

20

DAFTAR PUSTAKA

Agustine, U., Ronel, L. dan Welem, R. 2018. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat

Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Diabetes Melitus yang Berobat di

Balai Pengobatan Yayasan Pelayanan Kasih A dan A Rahmat Waingapu.

Jurnal Kesehatan Primer. 3(2). 116–123.

American Diabetes Association. 2014. Diagnosis and Classification of Diabetes

Mellitus. 37(S1). 81–90.

American Diabetes Association. 2019. Standards of Medical Care in Diabetes—

2019. Clinical Diabetes Journals. 42(S1). 1–24.

Anggraini, T. D. dan Puspasari, N., 2019. Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat

Antidiabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Apotek Sehat

Kabupaten Boyolali. Indonesian Journal On Medical Science. 6(2). 1–8.

Bulu, A., Wahyuni, T. D., Sutriningsih, A., 2019. Hubungan Tingkat Kepatuhan

Minum Obat dengan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus

Tipe II. Nursing News. 4(1).

Dahlan, S., 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.

Dinas Kesehatan DIY, 2017. Profil Kesehatan Provinsi Di Yogyakarta Tahun

2017. Profil Kesehatan Provinsi Yogyakarta. 38–39.

Ilmah, F. dan Rochmah, T. N., 2015. Kepatuhan Pasien Rawat Inap Diet Diabetes

Mellitus Berdasarkan Teori Kepatuhan Niven. Jurnal Administrasi

Kesehatan Indonesia. 3(1).

International Diabetes Federation, 2014. Global Guideline for Type 2 Diabetes.

Diabetes Research and Clinica Practice. 104. 1–52.

Irfan dan Israfil, 2019. Faktor Risiko Kejadian Komplikasi Kardiovaskuler pada

Pasien Diabetes Melitus ( DM ) Tipe 2. JPPNI. 4(3).

Irmawati dan Nurhaedah, 2017. Metodologi Peneitian.

Kementerian Kesehatan RI, 2014. Situasi dan Analisis Lanjut Usia.

Kementerian Kesehatan RI, 2016. Menkes : Mari Kita Cegah Diabetes dengan

Cerdik. 1–2.

Kementerian Kesehatan RI, 2018. Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018.

Marcum, Z. A. and Gellad, W. F., 2012. Medication Adherence to Multidrug

Regimens. CGM. 28(2). 287–300.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

21

Najiha, M. R., Utaminingrum, W., Wibowo, M. I. N. A., 2017. Peran

Homepharmacycare Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Prolanis

Terhadap Tingkat Kepatuhan dan Keberhasilan Terapi di BP Sentra

Medika Lebaksiu Tegal. Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry.

4(2). 2407-6090.

Nanda, O. D., Wiryanto, R. B. dan Triyono, E. A., 2018. Hubungan Kepatuhan

Minum Obat Anti Diabetik dengan Regulasi Kadar Gula Darah pada

Pasien Perempuan Diabetes Mellitus. Almerta Nutr. 340–348.

Niven, Neil., 2012. Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawat &

Profesional Kesehatan Lain.

Putri, K. A. K. dan Sudhana, H., 2013. Perbedaan Tingkat Stres Pada Ibu Rumah

Tangga yang Menggunakan dan Tidak Menggunakan Pembantu Rumah

Tangga. Jurnal Psikologi Udayana. 1(1). 94–105.

Rahmawati, F., Natosba, J., dan Jaji, 2016. Skrining Diabetes Mellitus Gestasional

dan Faktor Resiko yang Mempengaruhinya. Jurnal Keperawatan

Sriwijaya. 3(2).

Rasdianah, N., Martodiharjo, S., Andayani, T. M., dan Hakim, L., 2016.

Gambaran Kepatuhan Pengobatan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di

Puskesmas Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Farmasi Klinik

Indonesia. 5(4). 249–257.

Risnasari, N., 2014. Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus

dengan Munculnya Komplikasi di Puskesmas Pesantren II Kota Kediri.

Efektor. 1(25).

Rosyida, L., Priyandani, Y., Sulistyarini, A., Nita, Y., 2015. Kepatuhan Pasien

pada Penggunaan Obat Antidiabetes dengan Metode Pil-Count dan

MMAS-8 di Puskesmas Kedurus Surabaya. Jurnal Farmasi Komunitas.

2(2). 39–44.

Pascal, I. G., Ofoedu, J. N., Uchenna, N. P., Nkwa, A. A., Uchamma, G. U. E.,

2012. Blood Glucose Control and Medication Adherence Among Adult

Type 2 Diabetic Nigerian Attending A Primary Care Clinic in Under-

Resourced Environment of Eastern Nigeria. N Am J Med Sci. 4(7). 310-

315.

Pelle, C., Pondaag, L. dan Bataha, Y., 2016. Hubungan Pengetahuan Penggunaan

Insulin Dengan Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Melitus Di Poli

Penyakit Dalam RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Jurnal

Keperawatan UNSRAT. 4(2). 114461.

Putri, K. A. K. dan Sudhana, H. 2013. Perbedaan Tingkat Stres Pada Ibu Rumah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

22

Tangga yang Menggunakan dan Tidak Menggunakan Pembantu Rumah

Tangga. Jurnal Psikologi Udayana. 1(1). 94–105.

Rasdianah, N., Martodiharjo, T., Andayani, T. M., Hakim, L., 2016. Gambaran

Kepatuhan Pengobatan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas

Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. 5(4). 249–

257.

Rosyida, L., Priyandani, Y., Sulistyarini, A., Nita, Y., 2015. Kepatuhan Pasien

pada Penggunaan Obat Antidiabetes dengan Metode Pil-Count dan

MMAS-8 di Puskesmas Kedurus Surabaya. Jurnal Farmasi Komunitas.

2(2). 39–44.

Safitri, I. N., 2013. Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Ditinjau dari

Locus of Control. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 01(02). 273–290.

Salistyaningsih, W., Puspitawati, T. dan Nugroho, D. K., 2011. Hubungan Tingkat

Kepatuhan Minum Obat Hipoglikemik Oral dengan Kadar Glukosa darah

pada Pasien diabetes Mellitus Tipe 2. Berita Kedokteran Masyarakat.

27(4).

Sangadji E. M. dan Sopiah M.M., 2010. Metodologi Penelitian – Pendekatan

Praktis dalam Penelitian. C.V ANDI OFFSET. 186,188.

Setyorogo, S. dan Trisnawati, S., 2013. Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus

Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.

Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1). 6–11.

Soelistijo, S. A., Novida, H., Rudijanto, A., Soewondo, P., Suastika, K., Manaf,

A., Sanusi, H., Lindarto, D., Shahab, A., Pramono, B., Langi, Y. A.,

Purnamasari, D., Soetedjo, N. N., Saraswati, M. R., Dwipayana, M. P.,

Yuwono, A., Sasiarini, L., Sugiarto, Sucipto, K. W., Zufry, H., 2015.

Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015.

Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

Srikartika, V. M., Cahya, A. D., Hardiati, R. S. W., 2016. Analisis Faktor yang

Memengaruhi Kepatuhan Penggunaan Obat Pasien Diabetes Melitus Tipe

2. 6(3).

Sugiyono, 2018. Metode Penelitian Evaluasi.

Viviandhari, D. dan Wulandari, N., 2017. Edukasi pada Pengawas Minum Obat

dan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 untuk Meningkatkan Kepatuhan

Minum Obat. Media Farmasi. 14(2). 162–176.

Xu, Y., Yang, Z., Lin, H., Shen, P., Wang, H., Zhan, S., 2018. Long-Term

Patterns of Antidiabetic Medication Use in Patients with Type 2 Diabetes.

Clinical Research.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

23

Zamma, M. S. dan Sainudin, 2019. Hubungan Kepatuhan Pengobatan dengan

Kadar Gula Darah Sewaktu pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II. JNJ.

1(1).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

24

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

25

Lampiran 1. Data Diri Pasien

KUESIONER

A. DATA DIRI PASIEN

Nama :

Jenis Kelamin :

Laki – laki

Perempuan

Usia :………Tahun

Pendidikan Terakhir :

Tidak sekolah SMA

SD Perguruan Tinggi

SMP

Pekerjaan :

Pelajar/Mahasiswa

PNS/TNI/POLRI

Karyawan Swasta

Wiraswasta/Pedagang

Petani

Nelayan

Lainnya ……………..

Penghasilan Perbulan :

≥ Rp1.701.000,00

< Rp1.701.000,00

Jenis Asuransi yang Dimiliki :………………

Lama Menderita Diabetes :……………….. Bulan ……….Tahun

Distribusi Jumlah dan Jenis Antidiabetes yang Digunakan :

Jumlah obat yang dikonsumsi :………….

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

26

Jenis obat yang dikonsumsi : …………

Jumlah dosis yang dikonsumsi :………….

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

27

Lampiran 2. Form Kuesioner Kepatuhan Pasien

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

28

Lampiran 3. Lembar Penjelasan kepada Calon Subjek Uji

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

29

Lampiran 4. Lembar Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

30

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

31

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

32

Lampiran 6. Etichal Clearance

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

33

Lampiran 7. Surat Keterangan Analisis Data di Pusat Kajian CE&BU FK-

KMK Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

34

Lampiran 8. Uji Validitas dan Reliabilitas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

35

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

36

Lampiran 9. Analisis Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

37

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

38

Lampiran 10. Pengambilan Data

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN …

39

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul ―Hubungan Tingkat

Kepatuhan Pasien pada Penggunaan Obat

Antidiabetes Terhadap Kadar Glukosa Darah

Berdasarkan Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Ketidakpatuhan‖ bernama lengkap Chyntia Natalix

Mamiek Reinhard Rohi, lahir di Aimere Nusa

Tenggara Timur, 2 Desember 1997, merupakan anak

pertama dari pasangan Riswan Reinhard Rohi dan

Vincentia Philipa Bhoko serta kakak dari Ghoan

Reinhard Rohi, Yulius Sandy Reinhard Rohi, dan Abriano Reinhard Rohi. Penulis

menempuh pendidikan formal di TK Ade Irma Suryani Aimere (2002-2004), SD

Inpres Aimere (2004-2010), SMP Khatolik Kartini Mataloko (2010-2013), SMA

Khatolik Syuradikara Ende (2013-2016). Penulis melanjutkan pendidikan sarjana

di Fakultas Farmasi Sanata Dharma pada tahun 2016. Selama masa perkuliahan,

penulis juga terlibat dalam beberapa kegiatan kepanitiaan yang diadakan oleh

Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta yaitu menjadi anggota divisi dana

dan usaha dalam kegiatan Faction3 (2018), menjadi anggota divisi perlengkapan

dalam kegiatan Pelepasan Wisuda II (2018), mengikuti dua kali kegiatan Bakti

Sosial Walubi di Borobudur Yogyakarta, dan pernah menjadi asisten dosen

praktikum Pharmaceutical Care 3.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI