Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN
OBAT ANTIDIABETES TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH
BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KETIDAKPATUHAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Chyntia Natalix Mamiek Reinhard Rohi
NIM : 168114061
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
HUBUNGAN TINGKAT KEPATUHAN PASIEN PADA PENGGUNAAN
OBAT ANTIDIABETES TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH
BERDASARKAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KETIDAKPATUHAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh:
Chyntia Natalix Mamiek Reinhard Rohi
NIM : 168114061
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
Halaman Persembahan
“Sebuah permata tidak akan dapat dipoles tanpa gesekan, demikian
juga seseorang tidak akan menjadi sukses tanpa tantangan” - Chinese
Proverbs
Karya ini kupersembahkan kepada :
Tuhan Yesus, Bunda Maria, dan Para Kudus
Bapa, Mama, Tanta, Om, Adik-adikku, serta semua keluarga
Teman-teman seperjuangan Farmasi USD 2016, dan Almamaterku
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL……………………………………………………………...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................ iv
PRAKARTA ........................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... vii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................... x
ABSTRAK ............................................................................................................. xi
ABSTRACT ............................................................................................................ xii
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
METODE PENELITIAN ........................................................................................ 5
Desain dan Subjek Penelitian .............................................................................. 5
Izin dan Etika Penelitian ...................................................................................... 6
Penilaian Tingkat Kepatuhan Pasien ................................................................... 6
Penilaian Kadar Glukosa Darah .......................................................................... 6
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian .................................................. 7
Pengumpulan Data .............................................................................................. 8
Analisis Statistika ................................................................................................ 8
HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 10
KESIMPULAN ..................................................................................................... 18
SARAN ................................................................................................................. 19
LAMPIRAN .......................................................................................................... 24
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
DAFTAR TABEL
Tabel I. Uji Reliabilitas ....................................................................................... 7
Tabel II. Karakteristik Responden ..................................................................... 10
Tabel III. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antidiabetes dengan
Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah .................................................. 12
Tabel IV. Profil Obat pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 .............................. 17
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Diri Pasien .............................................................................. 25
Lampiran 2. Form Kuesioner Kepatuhan Pasien ................................................ 27
Lampiran 3. Lembar Penjelasan kepada Calon Subjek Uji ................................. 28
Lampiran 4. Lembar Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian ............................. 29
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan..................................... 30
Lampiran 6. Etichal Clearance ............................................................................ 32
Lampiran 7. Surat Keterangan Analisis Data di Pusat Kajian CE&BU FK-
KMK Universitas Gadjah Mada Yogyakarta ................................. 33
Lampiran 8. Uji Validitas dan Reliabilitas .......................................................... 34
Lampiran 9. Analisis Data ................................................................................... 36
Lampiran 10. Pengambilan Data ......................................................................... 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
ABSTRAK
Laporan Survailans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas di DIY pada
tahun 2016 menunjukkan bahwa kasus diabetes mellitus (9.473 kasus) masuk
dalam urutan keempat di DIY. Pengendalian kadar gula darah merupakan hal
yang penting dalam penanganan diabetes mellitus untuk mencegah komplikasi
berupa kerusakan berbagai sistem tubuh terutama sistem saraf dan pembuluh
darah. Pasien diabetes perlu memahami faktor-faktor yang mempengaruhi
pengendalian kadar gula darah, salah satunya yaitu kepatuhan minum obat
antidiabetes. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
kepatuhan penggunaan obat antidiabetes dengan kadar glukosa darah di
Puskesmas Ngaglik Yogyakarta. Desain penelitian yang digunakan adalah
observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Pengambilan
sampel dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah sampel 30 responden.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner kepatuhan pasien buatan sendiri yang
telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, dan data rekam medis pasien. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Chi-square dengan nilai signifikan α <
0,05. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat hubungan bermakna antara
tingkat kepatuhan dan kadar glukosa darah pasien di Puskesmas Ngaglik
Yogyakarta (p = 0,001).
Kata kunci : Diabetes mellitus, Glukosa darah, Kepatuhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
ABSTRACT
The Health Center Integrated Disease Survey (STP) report in DIY in 2016
shows that diabetes mellitus cases (9.473 cases) are in fourth place in DIY.
Controlling blood sugar levels is important in the treatment of diabetes mellitus to
prevent complications in the form of damage to various body systems, especially
the nervous system and blood vessels. Diabetes patients need to understand the
factors that affect controlling blood sugar levels, one of which is adherence to
taking antidiabetic drugs. This study aims to determine the relationship between
the level of adherence to the use of antidiabetic drugs with blood glucose levels at
Ngaglik Health Center Yogyakarta. The research design used was analytic
observational with cross sectional study design. Sampling was done by purposive
sampling with a sample size of 30 respondents. Data collection using a self-made
patient compliance questionnaire that has been tested for validity and reliability,
and patient medical record data. The data obtained were analyzed using the Chi-
square test with a significant value α <0,05. The results obtained were that there
was a significant relationship between the level of adherence and blood glucose
levels of patients at Ngaglik Health Center Yogyakarta (p = 0,001).
Keywords: Diabetes mellitus, Blood glucose, Compliance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
PENDAHULUAN
Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena pankreas tidak
menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula darah atau glukosa),
atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif menggunakan insulin yang
dihasilkannya. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang penting,
menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas yang menjadi
target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia (Kementerian Kesehatan RI, 2018).
Diabetes melitus (DM) adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat,
lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau
penurunan sensitivitas insulin, atau keduanya. Kriteria diagnosis diabetes mellitus
yaitu HbA1C ≥ 6,5%, gula darah puasa (GDP) 126 mg/dL (7.0 mmol/L), gula
darah 2 jam postprandial (GD2PP) 200 mg/dL (11.1 mmol/L), gula darah acak
(GDA) 200 mg/dL (11.1 mmol/L) (American Diabetes Association, 2014).
Pada tahun 2015 jumlah diabetes di dunia sebesar 415 juta jiwa,
mengalami kenaikan 4 kali lipat dari 108 juta di tahun 1980an. Pada tahun 2040
diperkirakan jumlahnya akan menjadi 642 juta (Kementerian Kesehatan RI,
2018). Laporan Survailans Terpadu Penyakit (STP) Puskesmas di DIY pada tahun
2016 menunjukkan bahwa kasus baru diabetes mellitus (9.473 kasus) masuk
dalam urutan keempat dari 10 besar penyakit di DIY. Kemudian pada tahun 2017
untuk Diabetes Mellitus ada 5.161 kasus baru dan masuk dalam 10 besar penyakit.
Berdasar Survailans Terpadu Penyakit (STP) puskesmas tahun 2017 jumlah kasus
diabetes mellitus tipe 2 sebanyak 8.321 kasus (Dinas Kesehatan DIY, 2017).
Menurut WHO (2014), pada tahun 2004 diperkirakan 3,4 juta orang diseluruh
dunia meninggal akibat tingginya kadar glukosa darah (Srikartika et al., 2016).
Seperti kondisi di dunia, diabetes mellitus kini menjadi salah satu penyebab
kematian terbesar di Indonesia. Data Sample Registration Survey tahun 2014
menunjukkan bahwa diabetes mellitus merupakan penyebab kematian terbesar
nomor 3 di Indonesia dengan persentase sebesar 6,7%, setelah stroke (21,1%) dan
penyakit jantung koroner (12,9%) (Kementerian Kesehatan RI, 2016).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
Penyakit diabetes yang tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan
hiperglikemia yang dari waktu ke waktu dapat mengakibatkan komplikasi berupa
kerusakan berbagai sistem tubuh terutama sistem saraf dan pembuluh darah.
Penyakit DM merupakan salah satu faktor resiko terjadinya penyakit jantung,
stroke, neuropati, retinopati, dan gagal ginjal. Seorang penderita DM memiliki
resiko kematian dua kali lebih cepat dibandingkan dengan bukan penderita DM
(Irfan dan Israfil, 2019). Resiko komplikasi kardiovaskular pada pasien DM tipe 2
akan mudah terjadi pada pasien yang memiliki kadar gula darah yang tinggi,
tekanan darah yang tinggi, kolesterol darah yang tinggi, merokok, usia >40 tahun
(Irfan dan Israfil, 2019). Kementerian Kesehatan RI (2018) menyatakan bahwa
gula darah yang tidak terkontrol mengakibatkan tambahan 2,2 juta kematian,
dengan meningkatkan resiko penyakit kardiovaskular dan lainnya.
Terapi farmakologis bersama dengan pengaturan makan dan latihan
jasmani (gaya hidup sehat) dapat membantu mengontrol kadar glukosa darah.
Terapi farmakologis terdiri dari obat antihiperglikemia oral yaitu golongan
sulfonilurea, meglitinida, biguanid, thiazolidinediones, α-glucosidase inhibitors,
dipeptidyl peptidase-IV inhibitors. Insulin diperlukan pada keadaan: HbA1c > 9%
dengan kondisi dekompensasi metabolik; Penurunan berat badan yang cepat;
Hiperglikemia berat yang disertai ketosis; Krisis hiperglikemia; Gagal dengan
kombinasi OHO dosis optimal; Stress berat (infeksi sistemik, operasi besar, infark
miokard akut, stroke); Kehamilan dengan diabetes mellitus gestasional yang tidak
terkendali dengan perencanaan makan; Gangguan fungsi ginjal atau hati yang
yang berat; Kontraindikasi dan atau alergi terhadap OHO; Kondisi perioperatif
sesuai dengan indikasi. Terapi kombinasi obat antihiperglikemia oral, baik secara
terpisah ataupun fixed dose combination, harus menggunakan dua macam obat
dengan mekanisme kerja yang berbeda. Pada keadaan tertentu apabila sasaran
kadar glukosa darah belum tercapai dengan kombinasi dua macam obat, dapat
diberikan kombinasi dua obat antihiperglikemia dengan insulin. Pada pasien yang
disertai dengan alasan klinis dimana insulin tidak memungkinkan untuk dipakai,
terapi dapat diberikan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral (Soelistijo et al.,
2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Pengendalian kadar gula darah merupakan hal yang penting dalam
penanganan diabetes mellitus. Pasien diabetes perlu memahami faktor-faktor yang
berpengaruh dalam mengendalikan kadar gula darah, yaitu diet, aktivitas fisik,
kepatuhan minum obat, dan pengetahuan. Keberhasilan pengelolaan DM untuk
mencegah komplikasi dapat dicapai salah satunya melalui kepatuhan dalam terapi
farmakologi (Nanda, Wiryanto dan Triyono, 2018). Kepatuhan adalah sebuah aksi
yang dilakukan oleh pasien untuk mengambil obat ataupun pengulangan resep
obat tepat waktu. Sementara itu, medication compliance adalah aksi yang
dilakukan pasien untuk mengonsumsi obat sesuai jadwal minumnya ataupun
sesuai yang diresepkan oleh dokter (Fauzi dan Nishaa, 2018).
Beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalankan
terapinya, yaitu faktor pasien, faktor penyakit, faktor regimen terapi, dan faktor
interaksi dengan tenaga kesehatan. Faktor pasien, meliputi faktor keterbatasan dari
fungsional tubuh pasien. Dengan bertambahnya umur, fungsi fisiologis
mengalami penurunan akibat degeneratif (penuaan). Pasien mendapatkan obat
dengan etiketnya beserta penjelasan penggunaan obatnya. Beberapa pasien
mengganti aturan pakai obat. Berbagai macam alasan diantaranya adalah rasa
takut jika terus-menerus mengkonsumsi obat dapat berdampak buruk bagi tubuh
diantaranya pada ginjal dan hati. Alasan lain yaitu timbulnya efek yang
mengganggu namun tidak dikonsultasikan kepada dokter sehingga pasien
berharap ketika minum lebih sedikit, efek tersebut tidak muncul lagi (Rosyida,
Priyandani, Sulistyarini, dan Nita, 2015).
Selain faktor keterbatasan dari fungsional tubuh pasien, sosial ekonomi
pasien juga berpengaruh terhadap tingkat kepatuhan pasien. Sebagian besar
penduduk lansia (sekitar 90%) masih memegang peranan penting di dalam
lingkungan rumah tangga berstatus kepala rumah tangga yang mempunyai
tanggung jawab besar dalam hal psikologis dan ekonomi. Pasien datang ke
puskesmas ketika benar-benar merasa sakit karena alasan finansial. Rumah pasien
cukup jauh dari puskesmas sehingga menbutuhkan biaya untuk dapat datang ke
puskesmas. Faktor penyakit adalah faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien.
Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang membutuhkan terapi jangka panjang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan pasien (Rosyida, Priyandani,
Sulistyarini, dan Nita, 2015).
Faktor ketiga adalah faktor regimen terapi. Jumlah obat yang diterima
pasien juga berpengaruh terhadap tingkat kepatuhannya, bahwa pasien yang
mendapatkan terapi obat kombinasi cenderung tidak patuh. Regimentasi dari obat
yang diberikan kepada pasien berbeda-beda tergantung keadaaan pasien itu sendiri
(Rosyida, Priyandani, Sulistyarini, dan Nita, 2015). Interaksi antara tenaga
kesehatan dan pasien merupakan bagian yang penting dalam menentukan
kepatuhan pasien. Tidak seorang pun dapat mematuhi instruksi jika salah paham
tentang instruksi yang diberikan padanya. Namun kadang-kadang hal ini bisa juga
disebabkan oleh kegagalan tenaga kesehatan dalam memberikan informasi yang
lengkap, penggunaan istilah medis dan memberikan banyak instruksi yang harus
diingat oleh pasien. Dukungan dari tenaga kesehatan merupakan faktor lain yang
dapat mempengaruhi perilaku kepatuhan (Niven, 2012).
Berdasarkan penelusuran pustaka yang dilakukan peneliti, belum
dilakukannya penelitian tentang ―Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien pada
Penggunaan Obat Antidiabetes Terhadap Kadar Glukosa Darah di Puskesmas
Yogyakarta‖. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan tingkat
kepatuhan penggunaan obat dengan kadar glukosa darah di Puskesmas
Yogyakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat
kepatuhan penggunaan obat antidiabetes pada pasien diabetes mellitus tipe 2
terhadap kadar glukosa darah di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
METODE PENELITIAN
Desain dan Subjek Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah observasional analitik dengan
rancangan penelitian cross sectional yaitu peneliti hanya melakukan observasi dan
pengukuran variabel pada satu saat tertentu saja, setiap subjek hanya dikenai satu
kali pengukuran, tanpa dilakukan tindak lanjut atau pengulangan penelitian
(Risnasari, 2014). Pada penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling
yang merupakan metode penetapan sampel berdasarkan kriteria tertentu (Sangadji
dan Sopiah, 2010). Teknik purposive sampling digunakan untuk pemilihan pasien
diabetes mellitus yang didasarkan pada kriteria inklusi. Subjek dalam penelitian
ini adalah pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta.
Kriteria inklusi penelitian ini antara lain pasien yang telah didiagnosa
menderita diabetes mellitus tipe 2 yang berobat di Puskesmas Ngaglik
Yogyakarta, pasien yang bersedia menjadi subyek penelitian untuk mengisi
kuesioner yang dirancang sendiri dengan menandatangani informed consent, dan
mendapat obat antidiabetes oral. Kriteria eksklusi penelitian ini yaitu pasien
wanita hamil.
Hasil perhitungan besar sampel minimal pada penelitian ini sebanyak 7
responden yang dibuat menjadi dua kelompok, sehingga besar sampel minimal
yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu 14 responden. Hasil perhitungan ini
menggunakan rumus besar sampel untuk desain penelitian analitik observasional
Cross Sectional dengan nilai Z1- α /2 yaitu 5% (1,96), nilai Z1-β yaitu 20% (0,84),
nilai P0 (proporsi derajat kadar glukosa darah tinggi dengan status tidak patuh)
yaitu 0,71 dan nilai Pa (proporsi derajat kadar glukosa darah tinggi dengan status
patuh) yaitu 0,23 (Irmawati dan Nurhaedah, 2017).
Penelitian ini menganalisis hubungan tingkat kepatuhan minum obat
antidiabetes dengan kadar glukosa darah. Kadar glukosa darah dianggap
terkontrol apabila HbA1C < 7%, kadar glukosa darah puasa (GDP) nilainya 80-
130 mg/dL (4,4-7,2 mmol/L), gula darah 2 jam postprandial (GD2PP) nilainya
<180 mg/dL (10,0 mmol/L) (American Diabetes Association, 2019), dan gula
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
darah sewaktu (GDS) nilainya < 180 mg/dL (10 mmol/L) (International Diabetes
Federation, 2014).
Izin dan Etika Penelitian
Penelitian ini telah mendapatkan izin dari Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman Yogyakarta dengan nomor : 256/II/2020 untuk melakukan
kegiatan penelitian di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta dan mendapatkan ethical
clearance dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan Kedokteran dan Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada dengan nomor :
KE/FK0475/EC/2020. .
Penilaian Tingkat Kepatuhan Pasien
Kuesioner kepatuhan pasien minum obat yang dibuat sendiri terdiri dari 15
pertanyaan. Setelah dilakukan uji validitas dan reliabilitas, sisa jumlah pertanyaan
kuesioner kepatuhan pasien sebanyak 13 pertanyaan yang terdiri dari tiga bagian
yaitu faktor pasien dengan pertanyaan nomor 1-4, faktor regimen terapi dengan
pertanyaan nomor 5-8, dan faktor interaksi antara pasien dengan tenaga
kesehatan/keluarga dengan pertanyaan nomor 9-13. Penilaian tingkat kepatuhan
dilakukan dengan menilai jawaban responden pada kuesioner dengan beberapa
pertanyaan terbuka dan mengelompokkan tingkat kepatuhan pasien menjadi dua
kategori yaitu patuh dan tidak patuh. Dikategorikan patuh jika skor persentase
yang diperoleh yaitu ≥ 50% dan dikategorikan tidak patuh jika skor persentase
yang diperoleh yaitu < 50%. Penentuan skor tersebut diperoleh dari perhitungan
rumus umum interval yaitu angka tertinggi dalam skor jawaban (100%) dikurangi
angka terendah dalam skor jawaban (0%) dibagi banyaknya kategori dan
didapatkan data untuk menentukan kategori tingkat kepatuhan responden yaitu
kategori patuh dan kategori tidak patuh.
Penilaian Kadar Glukosa Darah
Penilaian kadar glukosa darah yang didapatkan dari data rekam medis
pasien setelah melakukan tes laboratorium kadar glukosa darah di Puskesmas
Ngaglik Yogyakarta. Kadar glukosa darah dikategorikan menjadi dua yaitu kadar
glukosa darah normal dan kadar glukosa darah tinggi. Kadar glukosa darah
dikatakan normal berdasarkan American Diabetes Association (2019), jika
HbA1C < 7%, kadar glukosa darah puasa nilainya 80-130 mg/dL (4,4-7,2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
mmol/L), gula darah 2 jam postprandial (GD2PP) nilainya <180 mg/dL (10,0
mmol/L), dan gula darah sewaktu (GDS) dikatakan normal berdasarkan
International Diabetes Federation (2014) jika < 180 mg/dL (10 mmol/L).
Sedangkan dikatakan tinggi berdasarkan American Diabetes Association (2019),
jika HbA1C > 7%, kadar glukosa darah puasa nilainya >130 mg/dL (7,2 mmol/L)
dan gula darah 2 jam postprandial (GD2PP) nilainya >180 mg/dL (10,0 mmol/L),
gula darah sewaktu (GDS) dikatakan normal berdasarkan International Diabetes
Federation (2014) jika > 180 mg/dL (10 mmol/L). Data glukosa darah yang telah
didapatkan, dikategorikan menjadi kategori glukosa darah normal dan glukosa
darah tinggi.
Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner
kepatuhan pasien. Kuesioner kepatuhan pasien disusun sendiri berdasarkan faktor-
faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dan terdiri dari 13 pertanyaan yang
menggambarkan kepatuhan pasien dalam minum obat antidiabetes. Sebelum
penelitian, kuesioner yang digunakan dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Untuk menguji validitas, dapat digunakan pendapat para ahli. Para ahli diminta
pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Para ahli akan memberikan
komentar terhadap kisi-kisi dan butir instrumen yang telah dibuat baik dari segi
teori yang digunakan maupun keterbacaannya. Jumlah ahli untuk pengujian
instrumen penelitian skripsi minimal 1 orang (Sugiyono, 2018). Pengujian
dilakukan pada responden yang berjumlah sekitar 30 orang yang diambil dari
populasi yang akan diteliti. Suatu pernyataan dikatakan valid jika mempunyai
koefisien korelasi terkoreksi minimal 0,3 (Sugiyono, 2018). Untuk mengetahui
nilai reliabilitas dari instrumen penelitian digunakan Cronbach Alpha. Nilai
Cronbach Alpha bisa diterima apabila semua pernyataan reliabel (minimal 0,3)
(Dahlan, 2014).
Tabel I. Uji Reliabilitas
Nilai Cronbach's Alpha Item Soal
0,803 13
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Pengujian validitas dan reliabilitas kuesioner dilaksanakan dengan
membagikan kuesioner kepada 30 responden yang memenuhi kriteria inklusi,
kemudian jawaban-jawaban pada kuesioner yang telah diisi diuji menggunakan
bantuan SPSS. Uji validitas kuesioner dilihat dari nilai koefisien korelasi
terkoreksi (r) setiap butir pertanyaan. Hasil uji validitas dari 15 pertanyaan yang
dibuat sendiri, diperoleh hasil akhir ada 13 pertanyaan yang dinyatakan valid
dengan nilai koefisien korelasi ( r ) lebih dari 0,3. Kemudian kuesioner dilakukan
uji reliabilitas menngunakan Cronbach alpha. Hasil yang diperoleh yaitu nilai
Cronbach Alpha yaitu sebesar 0,803 artinya kuesinoner yang dibuat sudah
reliabel.
Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara memberikan penjelasan kepada
responden mengenai penelitian yang dilakukan dan mengenai pertanyaan yang
ada di dalam kuesioner yang sudah diuji validitas dan reliabilitas terlebih dahulu.
Diperoleh data profil tingkat kepatuhan pasien yang diperoleh dari kuesioner yang
telah dijawab dengan lengkap oleh pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas
Ngaglik Yogyakarta yang sudah menandatangani Informed consent dengan
berpedoman pada kuesioner yang sudah disiapkan dan diperoleh juga kadar
glukosa darah dari data rekam medis yang didapatkan dari hasil pemeriksaan
laboratorium.
Analisis Statistika
Data yang sudah didapatkan dikelompokkan secara statistik dengan
program komputer dan dianalisis menggunakan program SPSS di pusat kajian
CE&BU Universitas Gadjah Mada. Pada penelitian ini menggunakan variabel
kategorik ordinal karena variabel yang digunakan mempunyai dua kategori. Lalu
dianalisis menggunakan uji komparatif Chi-square antara tingkat kepatuhan dan
kadar glukosa darah (Dahlan, 2014).
Uji dilakukan dengan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05) yang artinya,
apabila diperoleh nilai p < 0,05 maka terdapat hubungan antara tingkat kepatuhan
pasien dengan kadar glukosa darah. Jika, nilai p > 0,05 maka terdapat hubungan
tidak bermakna antara tingkat kepatuhan pasien dengan kadar glukosa darah pada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
pasien di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta. Sedangkan nilai odds ratio digunakan
untuk melihat kekuatan hubungan antara tingkat kepatuhan pasien dan kadar
glukosa darah. Untuk data yang memenuhi syarat yaitu nilai dalam sel <5 tidak
lebih dari 20%, sedangkan untuk data yang tidak memenuhi syarat digunakan uji
Fisher.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat gambaran kepatuhan pasien
minum obat antidiabetes di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta. Jumlah total
responden yang mengikuti penelitian ini adalah sebanyak 30 orang yang
memenuhi kriteria inklusi dengan karakteristik yang bervariasi. Karakteristik
responden ditunjukkan pada tabel berikut :
Tabel II. Karakteristik Responden
Karakteristik n = 30 (%)
Jenis kelamin
Perempuan
Laki-laki
21 (70)
9 (30)
Usia
≤50 tahun
>50 tahun
7 (23,3)
23 (76,6)
Pendidikan
Tidak sekolah
SD
SMP
SMA
Perguruan tinggi
4 (13,3)
3 (10)
9 (30)
12 (40)
2 (6,6)
Pekerjaan
PNS/TNI/POLRI
Karyawan Swasta
Wiraswasta
Petani
Pensiunan
IRT
Lainnya
2 (6,6)
1 (3,3)
4 (13,3)
5 (16,6)
5 (16,6)
12 (40)
1 (3,3)
Jumlah Obat yang dikonsumsi
1 obat
2 obat
13 (43,3)
17 (56,6)
Kepatuhan
Patuh
Tidak patuh
18 (60)
12 (40)
Profil karakteristik pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngaglik
Yogyakarta tersaji dalam Tabel II. Dari hasil penelitian diperoleh data demografi
responden yaitu responden berjenis kelamin perempuan sebanyak 21 responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
(70%) dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 9 responden (30%). Hal ini bisa
disebabkan oleh proporsi sampel yang tidak seimbang, dapat ditinjau dari pasien
diabetes mellitus yang datang ke Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kadar
glukosa darah dan menerima obat lebih banyak dijumpai pasien perempuan
dibandingkan laki-laki. Berdasarkan penelitian Nanda, Wiryanto dan Triyono
(2018), perempuan memiliki resiko lebih tinggi mengalami diabetes mellitus
dibandingkan laki-laki. Hal tersebut disebabkan karena faktor gaya hidup, kurang
aktifitas fisik, dan faktor stress (Nanda, Wiryanto dan Triyono, 2018). Pasien
diabetes mellitus tipe 2 dengan usia ≤ 50 tahun lebih banyak yaitu 7 responden
(23,3%) dibandingkan dengan usia > 50 tahun yaitu 23 responden (76,6%). Pada
usia tua, resiko mengalami diabetes mellitus akan meningkat karena tubuh telah
mengalami penurunan fungsi tubuh secara fisiologis. Fungsi tubuh secara
fisiologis menurun karena terjadi penurunan sekresi atau resistensi insulin
sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang
tinggi kurang optimal (Rosyida, Priyandani, Sulistyarini, dan Nita, 2015).
Pada penelitian ini, jenis pekerjaan yang paling banyak yaitu ibu rumah
tangga (IRT) yaitu 12 responden (40%). Hal ini bisa disebabkan proporsi sampel
yang tidak seimbang, dapat ditinjau dari pasien diabetes mellitus yang datang ke
Puskesmas untuk melakukan pemeriksaan kadar glukosa darah dan menerima obat
lebih banyak dijumpai pasien perempuan yang berstatus sudah berkeluarga,
sehingga pasien yang bekerja sebagai ibu rumah tangga lebih banyak ditemukan
pada penelitian ini dibandingkan pekerjaan yang lain. Berdasarkan penelitian yang
diakukan oleh Putri dan Sudhana (2013) menyatakan bahwa bagi seorang ibu
rumah tangga yang tidak bekerja, pekerjaan rumah tangga menjadi fokus utama
karena sebagian besar waktu dihabiskan di dalam rumah. Pekerjaan rumah
merupakan pekerjaan yang monoton karena melakukan pekerjaan yang sama
setiap hari dan sebagian besar dilakukan didalam rumah. Keadaan ini dapat
memicu terjadinya stress pada seorang ibu rumah tangga (Putri dan Sudhana,
2013). Stress akan menyebabkan peningkatan hormon epinefrin yang dapat
menyebabkan mobilisasi glukosa, asam lemak, dan asam laktat. Hormon epinefrin
adalah hormon antagonis insulin sehingga menghambat kerja insulin dan dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
mempengaruhi kadar glukosa darah seseorang (Nanda, Wiryanto dan Triyono,
2018). Pendidikan terakhir responden yang paling banyak yaitu SMA sebanyak 12
responden (40%). Pendidikan tinggi yaitu bila responden berpendidikan antara
tamat SMA sampai tamat perguruan tinggi (Setyorogo dan Trisnawati, 2013).
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi menunjukkan kepatuhan terapi yang lebih
baik, karena semakin tinggi pendidikan yang diperoleh maka akan semakin mudah
orang tersebut mendapat informasi, dan semakin banyak informasi yang diperoleh
maka akan semakin banyak pula pengetahuan yang didapat (Nanda, Wiryanto dan
Triyono, 2018).
Pada pengobatan diabetes mellitus tipe 2, responden yang menggunakan
kombinasi antidiabetes oral lebih banyak yaitu sebanyak 17 responden (56,6%)
dibandingkan dengan monoterapi yaitu sebanyak 13 responden (43,3%). Hal ini
dapat terjadi karena pengobatan diabetes mellitus bersifat perorangan, apabila
terapi tunggal belum mencapai target maka diberikan terapi kombinasi 2 obat.
Terapi kombinasi obat antihiperglikemia oral, baik secara terpisah ataupun fixed
dose combination, harus menggunakan dua macam obat dengan mekanisme kerja
yang berbeda (Soelistijo et al., 2015). Pada penelitian ini pasien yang patuh
minum obat sebanyak 18 (60%) responden dan pasien yang tidak patuh sebanyak
12 (40%) responden. Sebagian pasien diabetes mellitus sudah patuh minum obat
antidiabetes sesuai dengan yang dianjurkan dokter atau tenaga kesehatan.
Keberhasilan suatu pengobatan ditentukan juga oleh kepatuhan dalam
menjalankan terapi. Begitupula dengan pengobatan farmakologis, hasil tidak akan
diperoleh secara optimal jika penderita tidak patuh dalam minum obat sesuai
anjuran dari tenaga kesehatan (Agustine, Ronel dan Welem, 2018).
Tabel III. Hubungan Kepatuhan Minum Obat Antidiabetes dengan
Terkontrolnya Kadar Glukosa Darah
Tingkat Kepatuhan Kadar Glukosa Darah p-value OR (95%Cl)
Normal Tinggi
Faktor Pasien
(Pertanyaan 1-4)
Patuh
Tidak Patuh
16 (72,7%)
1 (12,5%)
6 (27,3%)
7 (87,5%)
0,009
18,667
(1,879-185,399)
Faktor Regimen
Terapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
(Pertanyaan 5-8)
Patuh
Tidak Patuh
16 (69,6%)
1 (14,3%)
7 (30,4%)
6 (85,7%)
0,025
13,714
(1,381-136,212)
Faktor interaksi pasien
dengan tenaga
kesehatan/keluarga
(Pertanyaan 9-13)
Patuh
Tidak Patuh
15 (68,2%)
2 (25,0%)
7 (31,8%)
6 (75,0%)
0,049
6,429
(1,026-40,261)
Total
(Pertanyaan 1-13)
Patuh
Tidak Patuh
15(50%)
2(6,7%)
3 (10%)
10(33,3%)
0,001
25,000
(3,522-177,477) *Uji Chi Square;
+Uji Fisher; nilai p<0,05 artinya ada hubungan antara tingkat kepatuhan minum
obat dengan kadar glukosa darah.
Berdasarkan Tabel III hasil penelitian ditinjau dari faktor-faktor yang
dapat membuat pasien tidak patuh minum obat sehingga mempengaruhi kadar
gukosa darah pasien diabetes mellitus tipe 2. Faktor yang pertama yaitu faktor
pasien, diperoleh pasien patuh dengan kadar glukosa darah normal sebanyak 16
(72,7%) responden, sedangkan pasien tidak patuh dengan kadar glukosa darah
tinggi sebanyak 7 (87,5%) responden. Hasil analisis dengan uji Chi Square
berdasarkan faktor pasien, diperoleh nilai p-value = 0,009 (p < 0,05) yang artinya
ada hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan kadar gula darah pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta. Analisis besar
resiko didapatkan nilai OR berdasarkan faktor pasien yaitu sebesar 18,667 dengan
Cl 95% (1,879-185,399) yang berarti pasien diabetes mellitus tipe 2 yang patuh
minum obat memiliki kadar gula darah normal 18,667 kali di banding yang tidak
patuh. Faktor yang kedua yaitu faktor regimen terapi, diperoleh pasien patuh
dengan kadar glukosa darah normal sebanyak 16 (69,6%) responden, sedangkan
pasien tidak patuh dengan kadar glukosa darah tinggi sebanyak 6 (85,7%)
responden. Hasil analisis dengan uji Chi Square berdasarkan faktor regimen
terapi, diperoleh nilai p-value = 0,025 (p < 0,05) yang artinya ada hubungan
antara tingkat kepatuhan minum obat dengan kadar gula darah pada pasien
diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta. Analisis besar resiko
didapatkan nilai OR berdasarkan faktor regimen terapi yaitu sebesar 13,714
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
dengan Cl 95% (1,381-136,212) yang berarti pasien diabetes mellitus tipe 2 yang
patuh minum obat memiliki kadar gula darah normal 13,714 kali di banding yang
tidak patuh. Faktor yang ketiga yaitu faktor interaksi antara pasien dengan tenaga
kesehatan/keluarga, diperoleh pasien patuh dengan kadar glukosa darah normal
sebanyak 15 (68,2%) responden, sedangkan pasien tidak patuh dengan kadar
glukosa darah tinggi sebanyak 6 (75,0%) responden. Hasil analisis dengan uji Chi
Square berdasarkan faktor interaksi antara pasien dengan tenaga
kesehatan/keluarga, diperoleh nilai p-value = 0,049 (p < 0,05) yang artinya ada
hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan kadar gula darah pada
pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta. Analisis besar
resiko didapatkan nilai OR berdasarkan faktor interaksi antara pasien dengan
tenaga kesehatan/keluarga yaitu sebesar 6,429 dengan Cl 95% (1,026-40,261)
yang berarti pasien diabetes mellitus tipe 2 yang patuh minum obat memiliki
kadar gula darah normal 6,429 kali di banding yang tidak patuh. Berdasarkan hasil
uji hubungan pada pernyataan kuesioner terkait faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, diperoleh pasien
patuh dengan kadar glukosa darah normal sebanyak 15 responden (50%),
sedangkan pasien tidak patuh dengan kadar glukosa darah tinggi sebanyak 10
responden (33,3%). Berdasarkan analisis dengan uji Chi Square diperoleh nilai p-
value = 0,001 (p < 0,005) yang artinya ada hubungan antara tingkat kepatuhan
minum obat dengan kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di
Puskesmas Ngaglik Yogyakarta. Analisis besar resiko didapatka nilai OR sebesar
25 dengan Cl 95% (3,522-177,477) yang berarti pasien diabetes mellitus tipe 2
yang patuh minum obat memiliki kadar gula darah normal 25 kali di banding
yang tidak patuh. Nilai odds ratio tersebut menunjukkan bahwa semakin patuh
pasien dalam minum obat antidiabetes oral maka glukosa darahnya akan semakin
terkontrol, namun jika pasien tidak patuh dalam minum obat antidiabetes oral
maka glukosa darahnya menjadi tidak terkontrol. Hasil penelitian ini sama dengan
penelitian yang dilakukan oleh Salistyaningsih, Puspita, dan Nugroho (2011) yang
menyatakan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pasien yang patuh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
dan tidak patuh dalam minum obat dengan kadar glukosa darah pasien diabetes
mellitus tipe 2.
Kuesioner kepatuhan pasien dibuat dalam beberapa faktor yang dapat
membuat pasien diabetes mellitus tipe 2 tidak patuh dalam menjalankan terapinya
yaitu terdiri dari faktor pasien, faktor regimen terapi, dan faktor interaksi dengan
tenaga kesehatan atau keluarga (Rosyida, Priyandani, Sulistyarini, dan Nita,
2015). Faktor pertama yang dapat mempengaruhi kepatuhan minum obat yaitu
faktor pasien. Faktor pasien terdiri dari gangguan memori, masalah psikologis dan
keyakinan pribadi (Rasdianah, Martodiharjo, Andayani, dan Hakim, 2016).
Dengan bertambahnya umur fungsi fisiologis mengalami penurunan akibat
degeneratif (penuaan), sehingga mengakibatkan pasien sering lupa. Selain itu
keyakinan dari pasien juga dapat mempengaruhi kepatuhan, pasien dapat merasa
takut jika terus-menerus mengkonsumsi obat dapat berdampak buruk bagi tubuh
diantaranya pada ginjal dan hati (Rosyida, Priyandani, Sulistyarini, dan Nita,
2015). Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang membutuhkan terapi jangka
panjang yang dapat menyebabkan ketidakpatuhan pasien (Rosyida, Priyandani,
Sulistyarini, dan Nita, 2015). Pada umumnya semakin lama orang menderita
penyakit maka akan menjadi faktor pemicu seseorang menjadi bosan terhadap
pengobatan, sehingga menurunkan kepatuhan dalam menjalani terapi (Anggraini
dan Puspasari, 2019). Faktor kedua yang dapat mempengaruhi kepatuhan minum
obat yaitu rejimen pengobatan, lama pengobatan, multi terapi, dan efek samping
obat (Rosyida, Priyandani, Sulistyarini, dan Nita, 2015). Pasien yang menerima
lebih banyak obat cenderung memiliki ketaatan yang buruk (Marcum and Gellad,
2012). Jumlah obat (tunggal dan kombinasi) yang digunakan dapat mempengaruhi
kepatuhan pasien, namun secara praktis pasien yang mendapat obat tunggal lebih
taat daripada pasien yang mendapat terapi kombinasi (Rosyida, Priyandani,
Sulistyarini, dan Nita, 2015).
Faktor interaksi pasien dengan tenaga kesehatan juga dapat mempengaruhi
kepatuhan terapi pasien. Interaksi yang baik antara pasien dengan tenaga
kesehatan akan membuat pasien merasa yakin bahwa terapi yang dijalaninya
dapat berhasil. Seseorang dengan keyakinan yang baik akan keberhasilan terapi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
yang dijalani, maka akan meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani terapi
yang dilakukan (Ilmah dan Rochmah, 2015). Dalam menjalankan perilaku
kepatuhan, prioritas dokter dan pasien harus sejalan, jika dokter dan pasien
mempunyai prioritas dan keyakinan, dan harapan medis yang berbeda maka
kepatuhan pasien akan rendah. Secara umum, pasien yang merasa menerima
penghiburan, perhatian, dan pertolongan yang dibutuhkan dari seseorang atau
kelompok biasanya cenderung lebih mudah mematuhi nasehat medis, daripada
pasien yang kurang mendapat dukungan sosial (Safitri, 2013). Kurangnya
informasi dari tenaga kesehatan dapat menyebabkan pasien tidak mengetahui
bahaya menghentikan obat. Selain itu, kurangnya informasi mengenai obat,
terutama jika obat yang digunakan tidak memberikan efek langsung atau
membutuhkan waktu yang cukup lama, dapat mengakibatkan pasien merasa
bahwa obat yang digunakan tidak bermanfaat. Dukungan keluarga juga dapat
mempengaruhi kepatuhan pasien (Srikartika, Cahya, dan Hardiati, 2016).
Keluarga memiliki peranan penting dalam memberikan motivasi. Jika tidak
adanya dukungan keluarga baik secara psikologis maupun finansial, kondisi
demografis yang sulit menyebabkan pasien sulit untuk mendapatkan obat dan
pada akhirnya pengobatannya tidak rutin dan membuat penderita tidak patuh
minum obat (Agustine, Ronel dan Welem, 2018).
Berdasarkan hasil penelitian Srikartika, Cahya, dan Hardiati (2016)
menyatakan bahwa alasan pasien tidak patuh karena pasien memiliki aktivitas
yang padat sehingga pasien tidak memiliki waktu untuk memeriksakan diri ke
Rumah Sakit yang mengakibatkan pasien terlambat menebus obat. Kesibukan
juga mengakibatkan pasien lupa minum obat. Selain itu, pasien mengaku tidak
patuh minum obat dikarenakan lupa membawa obat ketika bepergian. Beberapa
pasien mengaku menghentikan obat bila merasa sehat, atau sengaja tidak minum
obat karena merasa obatnya tidak berefek atau membuatnya membaik. Kurangnya
informasi dari tenaga kesehatan menyebabkan pasien tidak mengetahui bahaya
jika pasien tidak patuh minum obat. Selain itu, kurangnya informasi mengenai
obat, terutama jika obat yang digunakan tidak memberikan efek langsung atau
membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menunjukkan efek, dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
mengakibatkan pasien merasa bahwa obat yang digunakan tidak memberikan
manfaat apapun. Beberapa pasien juga beralasan tidak minum obat dikarenakan
merasa efek samping obat atau takut pada efek samping dari obat yang diminum
setiap hari. Selain itu, ada yang beralasan tidak minum obat karena tidak paham
cara penggunaan obat dan mengaku kesulitan minum obat karena obat yang
diminum banyak (Srikartika, Cahya, dan Hardiati 2016). Penelitian yang
dilakukan oleh Nanda, Wiryanto, dan Triyono (2018) menyatakan bahwa alasan
pasien tidak patuh minum obat yaitu pasien merasa terganggu dengan adanya
kewajiban untuk minum obat karena merasa bosan dengan kewajiban rutin
tersebut, alasan lainnya yaitu pasien sengaja tidak minum obat karena sudah
merasa sehat, dan ada juga pasien yang takut obat-obatan tersebut dapat merusak
ginjal sehingga pasien lebih beralih kepada pengobatan tradisional (Nanda,
Wiryanto dan Triyono, 2018). Alasan lain adalah lupa karena ketiduran, tidak ada
yang mengingatkan, serta sulit membedakan apakah sudah meminum obat atau
belum. Untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mengikuti aturan
pengobatan, semua hambatan kepatuhan perlu dipertimbangkan. Faktor yang
sangat berpengaruh terhadap peningkatan kepatuhan pengobatan adalah kontrol
pasien secara pribadi, interaksi pasien dengan petugas kesehatan, serta interaksi
pasien dengan sistem pelayanan kesehatan (Rasdianah, Martodiharjo, Andayani,
dan Hakim, 2016).
Tabel IV. Profil Obat pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Jenis Obat Patuh Tidak
Patuh
n = 30 (%) p-value OR
Metformin 10 3 13 (43,3) 0,201 3,750
(0,754-18,641) Metformin +
Glimepirid
8 9 17 (56,6)
*Uji Chi Square pada pasien diabetes mellitus tipe 2, nilai p>0,005 artinya tidak ada hubungan
antara jumlah obat DM yang diterima dengan kepatuhan pasien.
Obat yang paling sering diresepkan adalah kombinasi golongan biguanida
yaitu metformin dan golongan sufonilurea yaitu glimepirid sebanyak 56,6%. Hasil
ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Rosyida, Priyandi, Sulistarini,
Nita (2015) yang mengatakan bahwa pemberian terapi kombinasi golongan
biguanida dan sulfonilurea lebih banyak dari pada pemberian terapi tunggal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Pemberian terapi kombinasi pada pasien diabetes mellitus tipe 2 disebabkan
karena kadar glukosa darah pasien belum mencapai sasaran (Soelistijo et al.,
2015). Lini pertama pengobatan diabetes adalah golongan biguanida (metformin)
(American Diabetes Association, 2019). Pasien yang menerima lebih banyak obat
cenderung memiliki ketaatan yang buruk (Marcum and Gellad, 2012). Hasil
analisis dengan uji Chi Square, diperoleh nilai p-value = 0,201 (p > 0,05) yang
artinya tidak ada hubungan antara jumlah obat DM yang diterima dengan tingkat
kepatuhan minum obat. Analisis besar resiko didapatkan nilai OR yaitu sebesar
3,750 dengan Cl 95% (0,754-18,641) artinya pasien diabetes mellitus tipe 2 yang
menerima terapi tunggal lebih patuh minum obat 3,750 kali di banding yang
menerima terapi kombinasi. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang
dilakukan oleh Srikartika, Cahya, dan Hardiati (2016) yang menyatakan bahwa
jumlah obat DM yang diterima pasien tidak berpengaruh terhadap kepatuhan
responden dalam minum obat dengan nilai p-value = 0,064 (p > 0,05).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Najiha, Utaminingrum, dan Wibowo
(2017) menyatakan bahwa pasien yang mendapatkan terapi tunggal tidak selalu
lebih patuh dari pasien yang mendapatkan terapi kombinasi, karena responden
merasa bosan harus mengkonsumsi obat setiap hari secara terus menerus dalam
jangka waktu panjang serta takut efek samping obat. Dalam penelitian yang
dilakukan oleh Xu, Yang, Lin, Shen, Wang, dan Zhan (2018) menunjukkan bahwa
penyesuaian dosis tidak tepat dan pemberian obat tambahan tidak tepat waktu, hal
ini mungkin karena kurangnya pengalaman klinis dari dokter atau karena
kekhawatiran mengenai hipoglikemia sehingga menyebabkan glukosa darah tetap
tidak terkontrol pada pasien dengan penggunaan terapi tunggal dalam jangka
waktu lama walaupun telah dilakukan penyesuaian dosis.
Kelemahan pada penelitian ini yaitu adanya faktor lain yang menjadi
penentu keberhasilan terapi antara lain ketepatan pemilihan obat (rasionalitas
obat) serta terapi non farmakologi yang harus ditaati oleh pasien seperti aktivitas
fisik dan pola makan. Faktor-faktor selain kepatuhan minum obat, tidak diamati
dalam penelitian ini. Sehingga terdapat pasien yang patuh tetapi kadar glukosa
darah masih tidak terkontrol. Selain itu, penelitian ini tidak mengukur HbA1C
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
sebagai parameter outcome klinik yang lebih mencerminkan terkendalinya
glukosa darah seseorang dalam tiga bulan terakhir jika dibandingkan GDS/GDP.
KESIMPULAN
Terdapat hubungan antara tingkat kepatuhan minum obat dengan kadar
gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Ngaglik Yogyakarta
dengan p value = 0,001 (p<0,005). Pasien diabetes mellitus tipe 2 yang patuh
minum obat mempunyai kemungkinan untuk mempunyai kadar glukosa darah
normal sebesar 25 kali dibandingkan dengan pasien diabetes mellitus tipe 2 yang
tidak patuh minum obat.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian selanjutnya tentang ―Hubungan Tingkat
Kepatuhan Pasien pada Penggunaan Obat Antidiabetes Terhadap Kadar Glukosa
Darah‖, sehingga dapat mengetahui kepatuhan pasien diabetes dalam minum obat
antidiabetes. Saran kepada penelitian selanjutnya juga, yaitu pertanyaan pada
kuesioner harus dibuat lebih spesifik, yaitu pertanyaan tidak ditinjau dari
pengobatan tetapi dibuat juga pertanyaan mengenai pola hidup sehat dari
penderita diabetes mellitus karena pencapaian kadar glukosa darah normal
didukung dengan pengobatan dan gaya hidup yang sehat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
DAFTAR PUSTAKA
Agustine, U., Ronel, L. dan Welem, R. 2018. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
Kepatuhan Minum Obat pada Penderita Diabetes Melitus yang Berobat di
Balai Pengobatan Yayasan Pelayanan Kasih A dan A Rahmat Waingapu.
Jurnal Kesehatan Primer. 3(2). 116–123.
American Diabetes Association. 2014. Diagnosis and Classification of Diabetes
Mellitus. 37(S1). 81–90.
American Diabetes Association. 2019. Standards of Medical Care in Diabetes—
2019. Clinical Diabetes Journals. 42(S1). 1–24.
Anggraini, T. D. dan Puspasari, N., 2019. Tingkat Kepatuhan Penggunaan Obat
Antidiabetik Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Apotek Sehat
Kabupaten Boyolali. Indonesian Journal On Medical Science. 6(2). 1–8.
Bulu, A., Wahyuni, T. D., Sutriningsih, A., 2019. Hubungan Tingkat Kepatuhan
Minum Obat dengan Kadar Glukosa Darah pada Pasien Diabetes Mellitus
Tipe II. Nursing News. 4(1).
Dahlan, S., 2014. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan.
Dinas Kesehatan DIY, 2017. Profil Kesehatan Provinsi Di Yogyakarta Tahun
2017. Profil Kesehatan Provinsi Yogyakarta. 38–39.
Ilmah, F. dan Rochmah, T. N., 2015. Kepatuhan Pasien Rawat Inap Diet Diabetes
Mellitus Berdasarkan Teori Kepatuhan Niven. Jurnal Administrasi
Kesehatan Indonesia. 3(1).
International Diabetes Federation, 2014. Global Guideline for Type 2 Diabetes.
Diabetes Research and Clinica Practice. 104. 1–52.
Irfan dan Israfil, 2019. Faktor Risiko Kejadian Komplikasi Kardiovaskuler pada
Pasien Diabetes Melitus ( DM ) Tipe 2. JPPNI. 4(3).
Irmawati dan Nurhaedah, 2017. Metodologi Peneitian.
Kementerian Kesehatan RI, 2014. Situasi dan Analisis Lanjut Usia.
Kementerian Kesehatan RI, 2016. Menkes : Mari Kita Cegah Diabetes dengan
Cerdik. 1–2.
Kementerian Kesehatan RI, 2018. Hari Diabetes Sedunia Tahun 2018.
Marcum, Z. A. and Gellad, W. F., 2012. Medication Adherence to Multidrug
Regimens. CGM. 28(2). 287–300.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Najiha, M. R., Utaminingrum, W., Wibowo, M. I. N. A., 2017. Peran
Homepharmacycare Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II Prolanis
Terhadap Tingkat Kepatuhan dan Keberhasilan Terapi di BP Sentra
Medika Lebaksiu Tegal. Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry.
4(2). 2407-6090.
Nanda, O. D., Wiryanto, R. B. dan Triyono, E. A., 2018. Hubungan Kepatuhan
Minum Obat Anti Diabetik dengan Regulasi Kadar Gula Darah pada
Pasien Perempuan Diabetes Mellitus. Almerta Nutr. 340–348.
Niven, Neil., 2012. Psikologi Kesehatan: Pengantar Untuk Perawat &
Profesional Kesehatan Lain.
Putri, K. A. K. dan Sudhana, H., 2013. Perbedaan Tingkat Stres Pada Ibu Rumah
Tangga yang Menggunakan dan Tidak Menggunakan Pembantu Rumah
Tangga. Jurnal Psikologi Udayana. 1(1). 94–105.
Rahmawati, F., Natosba, J., dan Jaji, 2016. Skrining Diabetes Mellitus Gestasional
dan Faktor Resiko yang Mempengaruhinya. Jurnal Keperawatan
Sriwijaya. 3(2).
Rasdianah, N., Martodiharjo, S., Andayani, T. M., dan Hakim, L., 2016.
Gambaran Kepatuhan Pengobatan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di
Puskesmas Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Farmasi Klinik
Indonesia. 5(4). 249–257.
Risnasari, N., 2014. Hubungan Tingkat Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus
dengan Munculnya Komplikasi di Puskesmas Pesantren II Kota Kediri.
Efektor. 1(25).
Rosyida, L., Priyandani, Y., Sulistyarini, A., Nita, Y., 2015. Kepatuhan Pasien
pada Penggunaan Obat Antidiabetes dengan Metode Pil-Count dan
MMAS-8 di Puskesmas Kedurus Surabaya. Jurnal Farmasi Komunitas.
2(2). 39–44.
Pascal, I. G., Ofoedu, J. N., Uchenna, N. P., Nkwa, A. A., Uchamma, G. U. E.,
2012. Blood Glucose Control and Medication Adherence Among Adult
Type 2 Diabetic Nigerian Attending A Primary Care Clinic in Under-
Resourced Environment of Eastern Nigeria. N Am J Med Sci. 4(7). 310-
315.
Pelle, C., Pondaag, L. dan Bataha, Y., 2016. Hubungan Pengetahuan Penggunaan
Insulin Dengan Hipoglikemia Pada Pasien Diabetes Melitus Di Poli
Penyakit Dalam RSU GMIM Pancaran Kasih Manado. Jurnal
Keperawatan UNSRAT. 4(2). 114461.
Putri, K. A. K. dan Sudhana, H. 2013. Perbedaan Tingkat Stres Pada Ibu Rumah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Tangga yang Menggunakan dan Tidak Menggunakan Pembantu Rumah
Tangga. Jurnal Psikologi Udayana. 1(1). 94–105.
Rasdianah, N., Martodiharjo, T., Andayani, T. M., Hakim, L., 2016. Gambaran
Kepatuhan Pengobatan Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Puskesmas
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. 5(4). 249–
257.
Rosyida, L., Priyandani, Y., Sulistyarini, A., Nita, Y., 2015. Kepatuhan Pasien
pada Penggunaan Obat Antidiabetes dengan Metode Pil-Count dan
MMAS-8 di Puskesmas Kedurus Surabaya. Jurnal Farmasi Komunitas.
2(2). 39–44.
Safitri, I. N., 2013. Kepatuhan Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Ditinjau dari
Locus of Control. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan. 01(02). 273–290.
Salistyaningsih, W., Puspitawati, T. dan Nugroho, D. K., 2011. Hubungan Tingkat
Kepatuhan Minum Obat Hipoglikemik Oral dengan Kadar Glukosa darah
pada Pasien diabetes Mellitus Tipe 2. Berita Kedokteran Masyarakat.
27(4).
Sangadji E. M. dan Sopiah M.M., 2010. Metodologi Penelitian – Pendekatan
Praktis dalam Penelitian. C.V ANDI OFFSET. 186,188.
Setyorogo, S. dan Trisnawati, S., 2013. Faktor Resiko Kejadian Diabetes Melitus
Tipe II Di Puskesmas Kecamatan Cengkareng Jakarta Barat Tahun 2012.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. 5(1). 6–11.
Soelistijo, S. A., Novida, H., Rudijanto, A., Soewondo, P., Suastika, K., Manaf,
A., Sanusi, H., Lindarto, D., Shahab, A., Pramono, B., Langi, Y. A.,
Purnamasari, D., Soetedjo, N. N., Saraswati, M. R., Dwipayana, M. P.,
Yuwono, A., Sasiarini, L., Sugiarto, Sucipto, K. W., Zufry, H., 2015.
Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia 2015.
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.
Srikartika, V. M., Cahya, A. D., Hardiati, R. S. W., 2016. Analisis Faktor yang
Memengaruhi Kepatuhan Penggunaan Obat Pasien Diabetes Melitus Tipe
2. 6(3).
Sugiyono, 2018. Metode Penelitian Evaluasi.
Viviandhari, D. dan Wulandari, N., 2017. Edukasi pada Pengawas Minum Obat
dan Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 untuk Meningkatkan Kepatuhan
Minum Obat. Media Farmasi. 14(2). 162–176.
Xu, Y., Yang, Z., Lin, H., Shen, P., Wang, H., Zhan, S., 2018. Long-Term
Patterns of Antidiabetic Medication Use in Patients with Type 2 Diabetes.
Clinical Research.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
Zamma, M. S. dan Sainudin, 2019. Hubungan Kepatuhan Pengobatan dengan
Kadar Gula Darah Sewaktu pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe II. JNJ.
1(1).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Lampiran 1. Data Diri Pasien
KUESIONER
A. DATA DIRI PASIEN
Nama :
Jenis Kelamin :
Laki – laki
Perempuan
Usia :………Tahun
Pendidikan Terakhir :
Tidak sekolah SMA
SD Perguruan Tinggi
SMP
Pekerjaan :
Pelajar/Mahasiswa
PNS/TNI/POLRI
Karyawan Swasta
Wiraswasta/Pedagang
Petani
Nelayan
Lainnya ……………..
Penghasilan Perbulan :
≥ Rp1.701.000,00
< Rp1.701.000,00
Jenis Asuransi yang Dimiliki :………………
Lama Menderita Diabetes :……………….. Bulan ……….Tahun
Distribusi Jumlah dan Jenis Antidiabetes yang Digunakan :
Jumlah obat yang dikonsumsi :………….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
Jenis obat yang dikonsumsi : …………
Jumlah dosis yang dikonsumsi :………….
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Lampiran 2. Form Kuesioner Kepatuhan Pasien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Lampiran 3. Lembar Penjelasan kepada Calon Subjek Uji
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Lampiran 4. Lembar Persetujuan Menjadi Subjek Penelitian
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
Lampiran 5. Surat Izin Penelitian dari Dinas Kesehatan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
Lampiran 6. Etichal Clearance
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Lampiran 7. Surat Keterangan Analisis Data di Pusat Kajian CE&BU FK-
KMK Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Lampiran 8. Uji Validitas dan Reliabilitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Lampiran 9. Analisis Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
Lampiran 10. Pengambilan Data
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
BIOGRAFI PENULIS
Penulis skripsi dengan judul ―Hubungan Tingkat
Kepatuhan Pasien pada Penggunaan Obat
Antidiabetes Terhadap Kadar Glukosa Darah
Berdasarkan Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Ketidakpatuhan‖ bernama lengkap Chyntia Natalix
Mamiek Reinhard Rohi, lahir di Aimere Nusa
Tenggara Timur, 2 Desember 1997, merupakan anak
pertama dari pasangan Riswan Reinhard Rohi dan
Vincentia Philipa Bhoko serta kakak dari Ghoan
Reinhard Rohi, Yulius Sandy Reinhard Rohi, dan Abriano Reinhard Rohi. Penulis
menempuh pendidikan formal di TK Ade Irma Suryani Aimere (2002-2004), SD
Inpres Aimere (2004-2010), SMP Khatolik Kartini Mataloko (2010-2013), SMA
Khatolik Syuradikara Ende (2013-2016). Penulis melanjutkan pendidikan sarjana
di Fakultas Farmasi Sanata Dharma pada tahun 2016. Selama masa perkuliahan,
penulis juga terlibat dalam beberapa kegiatan kepanitiaan yang diadakan oleh
Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta yaitu menjadi anggota divisi dana
dan usaha dalam kegiatan Faction3 (2018), menjadi anggota divisi perlengkapan
dalam kegiatan Pelepasan Wisuda II (2018), mengikuti dua kali kegiatan Bakti
Sosial Walubi di Borobudur Yogyakarta, dan pernah menjadi asisten dosen
praktikum Pharmaceutical Care 3.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI