Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Hubungan Wanita Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Umar, Rachmiyani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 231 – 237, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9529
231
HUBUNGAN WANITA HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH
Aida Umar1, Irmiya Rachmiyani2* 1Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia 2Bagian Obstetri dan ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia *Penulis koresponden: [email protected]
ABSTRAK Latar Belakang: Merokok adalah masalah Kesehatan masyarakat utama diseluruh dunia termasuk Indonesia. Perokok pasif (orang yang terpapar asap rokok) terpapar zat yang sama seperti perokok aktif, yaitu termasuk tar, nikotin, karbon dioksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon aromatik polisiklik Paparan asap rokok pada wanita hamil yang tidak merokok dapat menyebabkan gangguan pada kehamilan salah satunya adalah berat badan lahir bayi rendah (BBLR) Tujuan Penelitian: Menentukan adanya hubungan wanita hamil perokok pasif dengan kejadian BBLR Metode yang digunakan adalah studi analitik dengan desain Cross Sectional. Cross sectional merupakan desain studi yang bersifat observasi dimana penelitian tersebut hanya pengambilan data dilakukan hanya sekali saja pada setiap responden. Penelitian akan dilakukan di beberapa puskesmas di Jakarta Timur pada November 2017 sampai Desember 2017. Populasi pada penelitian ini merupakan wanita yang melahirkan bayi secara aterm di beberapa puskesmas di Jakarta Timur pada Januari hingga Juni 2017, didapatkan 132 Subjek. Subjek dipilih jika memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Bahan penelitian menggunakan data primer yaitu kuesioner dan data sekunder yaitu rekam medis. Analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square untuk mendapatkan nilai probabilitas wanita hamil perokok pasif dan BBLR dengan menggunakan derajat kepercayaan (CI) 95% dan tingkat kemaknaan < 0,05. Pada studi ini berdasarkankan uji statistik chi-square didapatkan p = 0,492, yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara ibu hamil perokok pasif dengan kejadian berat badan lahir rendah. Kesimpulan: Tidak ada hubungan bermakna antara ibu hamil perokok pasif dengan BBLR
SEJARAH ARTIKEL
Diterima 22 April 2021
Revisi 23 Mei 2021
Disetujui 18 Juni 2021
Terbit online 26 Juni 2021
KATA KUNCI Wanita hamil,
Perokok pasif,
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Hubungan Wanita Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Umar, Rachmiyani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 231 – 237, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9529
232
1. PENDAHULUAN
Merokok adalah masalah Kesehatan masyarakat utama diseluruh dunia (Chao et al., 2015).
Lebih dari 4000 bahan kimia telah diidentifikasi dalam asap tembakau, tidak kurang 50 zat didalam
asap rokok bersifat karsinogenik. Asap rokok dapat menyebar dari 1 ruangan keruangan lainnya.
Seseorang yang berada diruang berasap rokok dapat terkena racun dalam kadar yang tinggi. Polusi
dari asap rokok dapat mencapai tingkat yang jauh lebih tinggi daripada tingkat racun lingkungan
lainnya, seperti partikel yang ditemukan di knalpot mobil (Mostafa, 2011).
Prevalensi merokok di Indonesia masih tinggi diantara berbagai negara berkembang lainnya.
Indonesia menduduki peringkat ke-3 jumlah perokok seluruh dunia setelah Cina dan India. Riset
Kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa 36% penduduk Indonesia adalah perokok aktif.
Riskesdas 2013 menunjukkan proporsi perokok pria sebanyak 64,9% dan wanita 2,1%. Tingginya angka
penduduk yang merupakan perokok aktif menghasilkan jumlah perokok pasif yang tinggi di masyarakat
(Sihombing & Notohartojo, 2015). Perokok pasif /second-hand tobacco smoking (SHTS), disefinisikan
sebagai orang yang menghirup asap rokok secara tidak sengaja dari orang lain yang merupakan
perokok aktif (Ardelia et al., 2019). Konsentrasi racun berbahaya yang terkandung dalam asap
tembakau, yang terhirup oleh perokok pasif melebihi konsentrasi yang dihirup oleh perokok aktif.
Perokok pasif terpapar zat yang sama seperti perokok aktif, yaitu termasuk tar, nikotin, karbon
dioksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon aromatik polisiklik (Goel et al., 2004).
Berbagai penelitian menunjukkan dampak merokok secara aktif terhadap Kesehatan. Penelitian
lainnya menunjukkan perokok aktif pasif mempunyai risiko yang tidak berbeda terhadap berbagai
penyakit seperti kanker payudara, rhinitis alergi, dermatitis alergi dan alergi makanan (Chao et al.,
2015). The International Consultation on Environmental Tobacco Smoke (ETS) and Child Health
menyatakan bahwa wanita yang merokok saat hamil adalah penyebab penurunan berat badan bayi,
penurunan fungsi paru, kematian bayi mendadak. Paparan asap rokok pada wanita hamil yang tidak
merokok juga dapat menyebabkan berat badan lahir bayi rendah (Ardelia et al., 2019).
Kategori dari berat badan lahir rendah (BBLR) adalah ketika berat badan kurang 2500 gram pada
saat lahir (Goel et al., 2004). Berdasarkan World Health Organization (WHO), BBLR merupakan
penyebab dasar kematian 2/3 dari kematian neonatus. Sembilan puluh persen BBLR terdapat pada
negara berkembang dengan angka mortalitas 35 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang dilahirkan
dengan berat yang ideal atau di atas 2500 gram. BBLR dianggap dapat dijadikan parameter dari
kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan angka kematian, kesakitan, dan kejadian kurang
gizi (Wahyuningsih et al., 2016). Berdasarkan Riskesdas 2018 proporsi berat badan lahir<2500gr pada
anak usia 0-59 bulan di Indonesia sebesar 6,2% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Hubungan Wanita Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Umar, Rachmiyani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 231 – 237, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9529
233
Kementrian Kesehatan RI, 2018) BBLR memiliki berdampak penting terhadap kualitas generasi yang
akan datang, dikarenakan BBLR akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, yang
nantinya akan mempengaruhi fungsi kognitif dan kecerdasan. BBLR juga mempunyai efek yang lebih
luas hingga dewasa, berupa peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, dan diabetes melitus.
(Pramono & Muzakkiroh, 2011).
Hasil studi Goel et al. (2004) mengatakan wanita yang terpapar asap rokok memiliki insiden lahir
preterm dan kecil masa kehamilan yang lebih tinggi dan daripada wanita yang tidak terpapar asap
rokok. Penelitian oleh Kobayashi et al. (2019) ibu hamil perokok pasif dengan kadar nikotin yang tinggi
pada rambut berhubungan dengan berat janin yang rendah. Hasil berbeda ditunjukkan oleh Sadler et
al. (1999) yang mengatakan tidak ada efek paparan asap tembakau lingkungan pada pertumbuhan
janin yang pada kelompok perempuan kelas menengah atas yang homogen terpapar pada tingkat
rendah. Penelitian Almeida et al. (2011) juga menunjukan tidak terdapat hubungan antara berat badan
lahir pada ibu hamil perokok pasif berdasarkan pengukuran kadar nikotin pada rambut.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti adanya hubungan antara
wanita hamil perokok pasif dengan kejadian BBLR.
2. METODE PENELITIAN
Studi yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik dengan desain Cross Sectional. Untuk
mengetahui kejadian berat badan lahir rendah dan wanita hamil perokok pasif, peneliti menggunakan
pengambilan data berupa rekam medis dan kuesioner. Penelitian dilakukan di beberapa puskesmas di
Jakarta Timur. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan November-Desember 2017. Sampel dipilih jika
memenuhi kriteria inklusi (Usia ibu 20-35 tahun, Ibu yang melahirkan bayi secara aterm di beberapa
puskesmas di Jakarta Timur pada bulan Januari-Juni 2017 dan Ibu dan bayi memiliki rekam medis di
beberapa puskesmas di Jakarta Timur) dan eksklusi (Faktor ibu yang mempengaruhi BBLR seperti
komplikasi kehamilan, umur wanita saat hamil, jumlah persalinan, jarak kehamilan, status gizi, sosial
ekonomi rendah, ibu merokok, riwayat BBLR dan anemia pada kehamilan, faktor janin yang
mempengaruhi BBLR seperti cacat kongenital dan kehamilan ganda, kelainan pada kehamilan seperti
terminasi kehamilan dalam kondisi emergency, hidramnion, plasenta previa dan solutio plasenta,
faktor lingkungan yang mempengaruhi BBLR seperti paparan radiasi). Pengambilan sampel
menggunakan teknik consecutive sampling sebanyak 132 subjek. Subjek yang memenuhi kriteria,
diminta untuk mengisi informed consent. Subjek yang bersedia menjadi sampel kemudian diminta
untuk mengisi kuesioner kriteria perokok pasif dari National Cancer Institute. Dilakukan pencatatan
Hubungan Wanita Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Umar, Rachmiyani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 231 – 237, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9529
234
hasil penelitian kemudian dilakukan editing dan coding kemudian data tersebut diolah pada program
komputer IBM SPSS versi 22. Analisis dikerjakan menggunakan uji chi-square.
3. HASIL 3.1 Distribusi Karakteristik Responden
Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari wanita hamil perokok
pasif dan BBLR.
Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden
Karakteristik responden Frekuensi (n) Persentase (%)
Wanita Hamil Perokok Pasif - Ya (≥ 3 poin) - Tidak (< 3 poin)
99 33
75 25
BBLR - Ya - Tidak
21
111
15.9 84.1
Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa dari 132 responden yang merupakan wanita hamil
perokok pasif adalah sebanyak 99 responden (75%) dan 21 responden (15.9%) memiliki bayi dengan
BBLR.
Tabel 2. Hubungan antara wanita hamil perokok pasif dan BBLR
Variabel BBLR Chi square Ya (n) Tidak (n)
Wanita Hamil Perokok Pasif - Ya - Tidak
17 4
82 29
0,492a
a: Uji statistik chi-square
n: Jumlah responden
Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil 82 subjek yang merupakan perokok pasif tidak memiliki bayi
dengan BBLR. Terdapat 29 responden yang bukan perokok pasif tidak memiliki bayi dengan BBLR. Hasil
uji chi-square didapatkan p = 0,492. Dengan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara wanita hamil perokok pasif dengan BBLR.
4. PEMBAHASAN
Hubungan Wanita Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Umar, Rachmiyani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 231 – 237, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9529
235
Berdasarkan studi yang dilaksanakan pada beberapa puskesmas Jakarta Timur yaitu Puskesmas
Ciracas, Kramat Jati, Makasar, Jatinegara dan Duren Sawit yang dilaksanakan pada bulan November
hingga Desember 2017 didapatkan hasil penelitian yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara wanita hamil perokok pasif dengan frekuensi kejadian berat badan lahir rendah berdasarkan
hasil penghitungan uji Chi-Square (p = 0,492).
Hal ini selaras dengan hasil penelitian Pramono & Muzakkiroh (2011) bahwa status perokok
pasif ibu tidak berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Hasil serupa dipublikasikan dalam studi
Mahdalena et al. (2014) bahwa didapatkan tidak terdapat hubungan antara paparan asap rokok
terhadap berat badan lahir berdasarkan sampel yang terdiri dari wanita hamil perokok aktif, pasif dan
non-perokok. Menurut Mahdalena berat badan lahir bayi dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor
ibu, janin, plasenta dan lingkungan.
Kebiasaan ibu dalam menentukan jenis nutrisi yang dikonsumsinya juga memberikan kontribusi
yang besar terhadap optimalisasi dan idealnya pembentukan tumbuh kembang janin pada masa
kandungan. Tentunya keputusan ini menjadi terbentuk atas dasar kekuatan ekonomi para ibu
tersebut. Semakin rendah kekuatan ekonomi yang dimiliki, maka akan semakin sulit atau semakin
rendah akses ibu terhadap nutrisi penting dalam masa kehamilan. Belum lagi apabila ibu hamil berada
pada lingkungan yang kurang mendukung tumbuh kembang bayi, misalkan lingkungan yang terpapar
limbah atau sampah.
Hasil penelitian sebelumnya yang berlawanan yaitu dari Ramadhan (2012) didapatkan
hubungan yang signifikan antara ibu hamil yang merupakan perokok pasif dengan kemunculan BBLR
namun wanita hamil perokok pasif bukan merupakan faktor tunggal. BBLR merupakan dampak yang
sifatnya multifaktorial, sehingga selain faktor perokok pasif, terdapat faktor-faktor lain seperti asupan
gizi, paritas, dan keadaan sosial dan perekonomian (Ramadhan, 2012).
Penelitian menunjukkan suami merupakan sumber asap merokok yang terbesar dirumah dan
sedikit wanita yang terpapar asap rokok ketika mereka berada di tempat bekerja. Wanita yang
terpapar asap rokok ditemukan berusia lebih muda, berpendidikan kurang, memiliki pendapatan
rumah tangga yang lebih rendah dan cenderung berada di status social ekonomi rendah. (Adah dan
Salinah, 2014).Wanita yang terpapar asap rokok memiliki juga paritas yang tinggi dan Pendidikan yang
lebih rendah. (Goel al., 2004).
Hubungan asap rokok dan BBLR dapat terjadi akibat adanya akumulasi dari nikotin dan karbon
monoksida yang terhirup, sampai ke neonates dengan melewati plasenta sehingga mencegah janin
tidak menerima nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk tumbuh. Seorang wanita hamil yang
terpapar asap rokok dikarenakan suaminya yang merupakan perokok aktif yang mengkonsumsi antara
Hubungan Wanita Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Umar, Rachmiyani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 231 – 237, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9529
236
11 hingga 20 batang sehari berisiko 4,06x lebih tinggi terhadap BBLR apabila dibandingkan dengan
wanita hamil yang tidak terpapar asap rokok (Khattar, 2013).
Asap rokok merupakan substansi yang sangat berbahaya bagi kehamilan dan tentu memiliki
dampak tersendiri bagi ibu hamil ketika terpapar asap rokok. Sebagaimana ditampilkan dalam
peringatan pemerintah pada setiap kemasan rokok sendiri, paparan asap rokok memiliki potensi yang
tinggi untuk mengganggu status kehamilan dan kesehatan janin. Tentunya ibu hamil yang terpapar
asap rokok akan memiliki potensi gangguan kehamilan yang cukup signifikan. Meski demikian, pada
kenyataannya berdasarkan penelitian ini dan hasil dari perhitungan dengan menggunakan Chi Square,
dihasilkan bahwa tidak terdapat dampak yang signifikan terhadap kejadian BBLR. Meski demikian,
tentunya hasil ini dapat saja mencerminkan sejumlah keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam
proses penelitian yang dilakukan.
Keterbatasan pada penelitian ini yaitu populasi yang sangat spesifik. Pada penelitian ini, peneliti
mencoba untuk mengurangi bias pada penelitian dengan membuat kriteria penelitian dan
menyingkirkan faktor-faktor berat badan lahir rendah selain asap rokok yaitu komplikasi kehamilan,
usia ibu, paritas, jarak kehamilan, status gizi, sosial ekonomi rendah, ibu merokok, riwayat BBLR
sebelumnya, anemia pada kehamilan, cacat kongenital, kehamilan ganda, terminasi kehamilan dalam
kondisi emergensi, hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta dan paparan radiasi. Hal ini
menyebabkan jumlah responden penelitian tidak seimbang antara berat badan lahir rendah dan
normal karena untuk menyingkirkan faktor-faktor BBLR selain asap rokok.
Jumlah batang rokok dan kadar nikotin yang terdapat didalam rokok merupakan faktor penentu
yang dapat menyebabkan ibu yang merupakan perokok pasif mengalami kejadian BBLR. Namun pada
penelitian ini, jumlah konsumsi rokok per hari dan kadar nikotin didalam rokok yang terkena pada
responden tidak menjadi fokus dari peneliti dan peneliti pun tidak mengetahui kadar nikotin pada
tubuh responden.
KESIMPULAN
Ibu hamil yang melahirkan di beberapa Puskesmas Jakarta Timur mempunyai kriteria penilaian
dengan hasil terbukti perokok pasif 75 %, sebanyak 25% ibu hamil dengan hasil bukan perokok pasif.
Ibu hamil yang melahirkan di beberapa Puskemas Jakarta Timur memiliki bayi dengan tingkat berat
badan kurang dari 2500 gram saat dilahirkan berjumlah sebanyak 15,9 %, bayi dengan tingkat berat
badan lahir lebih dan sama dengan 2500 gram sebanyak 84,1 %. Dengan demikian, dapat kami
simpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ibu hamil yang merupakan perokok
pasif dengan terjadinya BBLR atas dasar nilai p = 0,492.
Hubungan Wanita Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Umar, Rachmiyani
p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 231 – 237, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9529
237
5. REFERENCES Adah NB, Salinah O. 2014. The Effect of Second-Hand Smoke Exposure during Pregnancy on the
Newborn Weight in Malaysia. Malays J Med Sci. 21(2): 44–53 Almeida ND, Koren G, Platt RW. 2011. Hair Biomarker as Measures of Maternal Tobacco Smoke
Exposure and Predictors of Fetal Growth. Nicotine & Tobacco Research. 13(5): 328–35. Ardelia KIA, Hardianto G, Nuswantoro D. 2019. Passive Smoker During Pregnancy is A Risk Factor of
Low Birth Weight. Maj Obs Gin. 27: 12-6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI; 2018. h https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf
Chao S, Yang C, Gan Y. 2015. The Health Effects of Passive Smoking: An Overview of Systematic Reviews Based on Observational Epidemiological Evidence. Plos One. October 6: 1-2.
Goel P, Radotra A, Singh I. 2004. Effects of passive smoking on outcome in pregnancy Effects of passive smoking on outcome in pregnancy. J Postgrad Med March. 50(1): 12-6.
Khattar, Divya, Awasthi, S, Das, V. 2013. Residential Environment Tobacco Smoke Exposure During Pregnancy and Low Birth Weight of Neonatus Case Control Study in a Public Hospital in Lucknow, India. Indian Pediatric. 50: 134-138.
Kobayashi S, Sata F, Hanaoka T. 2019. Association between Maternal Passive Smoking and Increased Risk of Delivering Small-For-Gestational-Age Infants At Full-Term Using Plasma Cotinine Levels from The Hokkaido Study: A Prospective Birth Cohort. BMJ Open. 9: 1-9.
Mahdalena, Ningsih ESP, Sugian N. 2014. Pengaruh Rokok terhadap Berat Badan Bayi Baru Lahir di RSUD Banjarbaru. Jurnal Skala Kesehatan. 5(2): 1-6.
Mostafa RM. 2011. Dilemma of Women’s Passive Smoking. Annals of Thoracic Medicine. 6(2): 55-6. Pramono MS, Muzakkiroh U. 2011. Pola Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah dan Faktor yang
Memengaruhinya di Indonesia Tahun 2010. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 14(3): 209-217. Ramadhan N. 2012. Hubungan Antara Ibu Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir
Rendah di Badan Layanan Umum Daerah RSU Meuraxa Banda Aceh. Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah. 1(2): 27-33.
Sadler L, Belanger K, Saftlas A. (1999). Environmental Tobacco Smoke Exposure and Small-for-Gestational-Age Birth. Am j Epidemiol. 150(7): 695-705.
Sihombing N, Notohartojo IT. 2015. Gambaran Sosiodemografi Perokok Pasif dengan Ispa dan Factor yang Berhubungan dengan Kejadian Ispa pada Balita di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2013). Jurnal Ekologi Kesehatan. 14(4): 284-295.
Wahyuningsih CS, Trisnowati H, Fitriani A. 2016. Hubungan Paparan Asap Rokok dalam Rumah dan Usia Ibu Bersalin dengan Berat Bayi Lahir di RSUD Wonosari Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Formil KesMas Respati. 1(2): 121-129.