7
Hubungan Wanita Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Umar, Rachmiyani p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 231 – 237, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9529 231 HUBUNGAN WANITA HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH Aida Umar 1 , Irmiya Rachmiyani 2* 1 Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia 2 Bagian Obstetri dan ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia *Penulis koresponden: [email protected] ABSTRAK Latar Belakang: Merokok adalah masalah Kesehatan masyarakat utama diseluruh dunia termasuk Indonesia. Perokok pasif (orang yang terpapar asap rokok) terpapar zat yang sama seperti perokok aktif, yaitu termasuk tar, nikotin, karbon dioksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon aromatik polisiklik Paparan asap rokok pada wanita hamil yang tidak merokok dapat menyebabkan gangguan pada kehamilan salah satunya adalah berat badan lahir bayi rendah (BBLR) Tujuan Penelitian: Menentukan adanya hubungan wanita hamil perokok pasif dengan kejadian BBLR Metode yang digunakan adalah studi analitik dengan desain Cross Sectional. Cross sectional merupakan desain studi yang bersifat observasi dimana penelitian tersebut hanya pengambilan data dilakukan hanya sekali saja pada setiap responden. Penelitian akan dilakukan di beberapa puskesmas di Jakarta Timur pada November 2017 sampai Desember 2017. Populasi pada penelitian ini merupakan wanita yang melahirkan bayi secara aterm di beberapa puskesmas di Jakarta Timur pada Januari hingga Juni 2017, didapatkan 132 Subjek. Subjek dipilih jika memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Bahan penelitian menggunakan data primer yaitu kuesioner dan data sekunder yaitu rekam medis. Analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square untuk mendapatkan nilai probabilitas wanita hamil perokok pasif dan BBLR dengan menggunakan derajat kepercayaan (CI) 95% dan tingkat kemaknaan < 0,05. Pada studi ini berdasarkankan uji statistik chi-square didapatkan p = 0,492, yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara ibu hamil perokok pasif dengan kejadian berat badan lahir rendah. Kesimpulan: Tidak ada hubungan bermakna antara ibu hamil perokok pasif dengan BBLR SEJARAH ARTIKEL Diterima 22 April 2021 Revisi 23 Mei 2021 Disetujui 18 Juni 2021 Terbit online 26 Juni 2021 KATA KUNCI Wanita hamil, Perokok pasif, Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

HUBUNGAN WANITA HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN …

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN WANITA HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN …

Hubungan Wanita Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Umar, Rachmiyani

p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 231 – 237, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9529

231

HUBUNGAN WANITA HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH

Aida Umar1, Irmiya Rachmiyani2* 1Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia 2Bagian Obstetri dan ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia *Penulis koresponden: [email protected]

ABSTRAK Latar Belakang: Merokok adalah masalah Kesehatan masyarakat utama diseluruh dunia termasuk Indonesia. Perokok pasif (orang yang terpapar asap rokok) terpapar zat yang sama seperti perokok aktif, yaitu termasuk tar, nikotin, karbon dioksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon aromatik polisiklik Paparan asap rokok pada wanita hamil yang tidak merokok dapat menyebabkan gangguan pada kehamilan salah satunya adalah berat badan lahir bayi rendah (BBLR) Tujuan Penelitian: Menentukan adanya hubungan wanita hamil perokok pasif dengan kejadian BBLR Metode yang digunakan adalah studi analitik dengan desain Cross Sectional. Cross sectional merupakan desain studi yang bersifat observasi dimana penelitian tersebut hanya pengambilan data dilakukan hanya sekali saja pada setiap responden. Penelitian akan dilakukan di beberapa puskesmas di Jakarta Timur pada November 2017 sampai Desember 2017. Populasi pada penelitian ini merupakan wanita yang melahirkan bayi secara aterm di beberapa puskesmas di Jakarta Timur pada Januari hingga Juni 2017, didapatkan 132 Subjek. Subjek dipilih jika memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Bahan penelitian menggunakan data primer yaitu kuesioner dan data sekunder yaitu rekam medis. Analisis univariat disajikan dalam bentuk tabel dan narasi. Analisis bivariat menggunakan uji Chi-square untuk mendapatkan nilai probabilitas wanita hamil perokok pasif dan BBLR dengan menggunakan derajat kepercayaan (CI) 95% dan tingkat kemaknaan < 0,05. Pada studi ini berdasarkankan uji statistik chi-square didapatkan p = 0,492, yang berarti tidak ada hubungan bermakna antara ibu hamil perokok pasif dengan kejadian berat badan lahir rendah. Kesimpulan: Tidak ada hubungan bermakna antara ibu hamil perokok pasif dengan BBLR

SEJARAH ARTIKEL

Diterima 22 April 2021

Revisi 23 Mei 2021

Disetujui 18 Juni 2021

Terbit online 26 Juni 2021

KATA KUNCI Wanita hamil,

Perokok pasif,

Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)

Page 2: HUBUNGAN WANITA HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN …

Hubungan Wanita Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Umar, Rachmiyani

p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 231 – 237, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9529

232

1. PENDAHULUAN

Merokok adalah masalah Kesehatan masyarakat utama diseluruh dunia (Chao et al., 2015).

Lebih dari 4000 bahan kimia telah diidentifikasi dalam asap tembakau, tidak kurang 50 zat didalam

asap rokok bersifat karsinogenik. Asap rokok dapat menyebar dari 1 ruangan keruangan lainnya.

Seseorang yang berada diruang berasap rokok dapat terkena racun dalam kadar yang tinggi. Polusi

dari asap rokok dapat mencapai tingkat yang jauh lebih tinggi daripada tingkat racun lingkungan

lainnya, seperti partikel yang ditemukan di knalpot mobil (Mostafa, 2011).

Prevalensi merokok di Indonesia masih tinggi diantara berbagai negara berkembang lainnya.

Indonesia menduduki peringkat ke-3 jumlah perokok seluruh dunia setelah Cina dan India. Riset

Kesehatan dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan bahwa 36% penduduk Indonesia adalah perokok aktif.

Riskesdas 2013 menunjukkan proporsi perokok pria sebanyak 64,9% dan wanita 2,1%. Tingginya angka

penduduk yang merupakan perokok aktif menghasilkan jumlah perokok pasif yang tinggi di masyarakat

(Sihombing & Notohartojo, 2015). Perokok pasif /second-hand tobacco smoking (SHTS), disefinisikan

sebagai orang yang menghirup asap rokok secara tidak sengaja dari orang lain yang merupakan

perokok aktif (Ardelia et al., 2019). Konsentrasi racun berbahaya yang terkandung dalam asap

tembakau, yang terhirup oleh perokok pasif melebihi konsentrasi yang dihirup oleh perokok aktif.

Perokok pasif terpapar zat yang sama seperti perokok aktif, yaitu termasuk tar, nikotin, karbon

dioksida, karbon monoksida, dan hidrokarbon aromatik polisiklik (Goel et al., 2004).

Berbagai penelitian menunjukkan dampak merokok secara aktif terhadap Kesehatan. Penelitian

lainnya menunjukkan perokok aktif pasif mempunyai risiko yang tidak berbeda terhadap berbagai

penyakit seperti kanker payudara, rhinitis alergi, dermatitis alergi dan alergi makanan (Chao et al.,

2015). The International Consultation on Environmental Tobacco Smoke (ETS) and Child Health

menyatakan bahwa wanita yang merokok saat hamil adalah penyebab penurunan berat badan bayi,

penurunan fungsi paru, kematian bayi mendadak. Paparan asap rokok pada wanita hamil yang tidak

merokok juga dapat menyebabkan berat badan lahir bayi rendah (Ardelia et al., 2019).

Kategori dari berat badan lahir rendah (BBLR) adalah ketika berat badan kurang 2500 gram pada

saat lahir (Goel et al., 2004). Berdasarkan World Health Organization (WHO), BBLR merupakan

penyebab dasar kematian 2/3 dari kematian neonatus. Sembilan puluh persen BBLR terdapat pada

negara berkembang dengan angka mortalitas 35 kali lebih tinggi dibandingkan bayi yang dilahirkan

dengan berat yang ideal atau di atas 2500 gram. BBLR dianggap dapat dijadikan parameter dari

kesehatan masyarakat karena berhubungan dengan angka kematian, kesakitan, dan kejadian kurang

gizi (Wahyuningsih et al., 2016). Berdasarkan Riskesdas 2018 proporsi berat badan lahir<2500gr pada

anak usia 0-59 bulan di Indonesia sebesar 6,2% (Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

Page 3: HUBUNGAN WANITA HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN …

Hubungan Wanita Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Umar, Rachmiyani

p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 231 – 237, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9529

233

Kementrian Kesehatan RI, 2018) BBLR memiliki berdampak penting terhadap kualitas generasi yang

akan datang, dikarenakan BBLR akan memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, yang

nantinya akan mempengaruhi fungsi kognitif dan kecerdasan. BBLR juga mempunyai efek yang lebih

luas hingga dewasa, berupa peningkatan risiko penyakit kardiovaskular, dan diabetes melitus.

(Pramono & Muzakkiroh, 2011).

Hasil studi Goel et al. (2004) mengatakan wanita yang terpapar asap rokok memiliki insiden lahir

preterm dan kecil masa kehamilan yang lebih tinggi dan daripada wanita yang tidak terpapar asap

rokok. Penelitian oleh Kobayashi et al. (2019) ibu hamil perokok pasif dengan kadar nikotin yang tinggi

pada rambut berhubungan dengan berat janin yang rendah. Hasil berbeda ditunjukkan oleh Sadler et

al. (1999) yang mengatakan tidak ada efek paparan asap tembakau lingkungan pada pertumbuhan

janin yang pada kelompok perempuan kelas menengah atas yang homogen terpapar pada tingkat

rendah. Penelitian Almeida et al. (2011) juga menunjukan tidak terdapat hubungan antara berat badan

lahir pada ibu hamil perokok pasif berdasarkan pengukuran kadar nikotin pada rambut.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti adanya hubungan antara

wanita hamil perokok pasif dengan kejadian BBLR.

2. METODE PENELITIAN

Studi yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik dengan desain Cross Sectional. Untuk

mengetahui kejadian berat badan lahir rendah dan wanita hamil perokok pasif, peneliti menggunakan

pengambilan data berupa rekam medis dan kuesioner. Penelitian dilakukan di beberapa puskesmas di

Jakarta Timur. Waktu penelitian dilakukan mulai bulan November-Desember 2017. Sampel dipilih jika

memenuhi kriteria inklusi (Usia ibu 20-35 tahun, Ibu yang melahirkan bayi secara aterm di beberapa

puskesmas di Jakarta Timur pada bulan Januari-Juni 2017 dan Ibu dan bayi memiliki rekam medis di

beberapa puskesmas di Jakarta Timur) dan eksklusi (Faktor ibu yang mempengaruhi BBLR seperti

komplikasi kehamilan, umur wanita saat hamil, jumlah persalinan, jarak kehamilan, status gizi, sosial

ekonomi rendah, ibu merokok, riwayat BBLR dan anemia pada kehamilan, faktor janin yang

mempengaruhi BBLR seperti cacat kongenital dan kehamilan ganda, kelainan pada kehamilan seperti

terminasi kehamilan dalam kondisi emergency, hidramnion, plasenta previa dan solutio plasenta,

faktor lingkungan yang mempengaruhi BBLR seperti paparan radiasi). Pengambilan sampel

menggunakan teknik consecutive sampling sebanyak 132 subjek. Subjek yang memenuhi kriteria,

diminta untuk mengisi informed consent. Subjek yang bersedia menjadi sampel kemudian diminta

untuk mengisi kuesioner kriteria perokok pasif dari National Cancer Institute. Dilakukan pencatatan

Page 4: HUBUNGAN WANITA HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN …

Hubungan Wanita Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Umar, Rachmiyani

p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 231 – 237, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9529

234

hasil penelitian kemudian dilakukan editing dan coding kemudian data tersebut diolah pada program

komputer IBM SPSS versi 22. Analisis dikerjakan menggunakan uji chi-square.

3. HASIL 3.1 Distribusi Karakteristik Responden

Analisis univariat digunakan untuk mengetahui distribusi frekuensi dari wanita hamil perokok

pasif dan BBLR.

Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden

Karakteristik responden Frekuensi (n) Persentase (%)

Wanita Hamil Perokok Pasif - Ya (≥ 3 poin) - Tidak (< 3 poin)

99 33

75 25

BBLR - Ya - Tidak

21

111

15.9 84.1

Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa dari 132 responden yang merupakan wanita hamil

perokok pasif adalah sebanyak 99 responden (75%) dan 21 responden (15.9%) memiliki bayi dengan

BBLR.

Tabel 2. Hubungan antara wanita hamil perokok pasif dan BBLR

Variabel BBLR Chi square Ya (n) Tidak (n)

Wanita Hamil Perokok Pasif - Ya - Tidak

17 4

82 29

0,492a

a: Uji statistik chi-square

n: Jumlah responden

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil 82 subjek yang merupakan perokok pasif tidak memiliki bayi

dengan BBLR. Terdapat 29 responden yang bukan perokok pasif tidak memiliki bayi dengan BBLR. Hasil

uji chi-square didapatkan p = 0,492. Dengan hasil tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat hubungan yang bermakna antara wanita hamil perokok pasif dengan BBLR.

4. PEMBAHASAN

Page 5: HUBUNGAN WANITA HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN …

Hubungan Wanita Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Umar, Rachmiyani

p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 231 – 237, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9529

235

Berdasarkan studi yang dilaksanakan pada beberapa puskesmas Jakarta Timur yaitu Puskesmas

Ciracas, Kramat Jati, Makasar, Jatinegara dan Duren Sawit yang dilaksanakan pada bulan November

hingga Desember 2017 didapatkan hasil penelitian yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan

antara wanita hamil perokok pasif dengan frekuensi kejadian berat badan lahir rendah berdasarkan

hasil penghitungan uji Chi-Square (p = 0,492).

Hal ini selaras dengan hasil penelitian Pramono & Muzakkiroh (2011) bahwa status perokok

pasif ibu tidak berpengaruh terhadap kejadian BBLR. Hasil serupa dipublikasikan dalam studi

Mahdalena et al. (2014) bahwa didapatkan tidak terdapat hubungan antara paparan asap rokok

terhadap berat badan lahir berdasarkan sampel yang terdiri dari wanita hamil perokok aktif, pasif dan

non-perokok. Menurut Mahdalena berat badan lahir bayi dipengaruhi oleh empat faktor yaitu faktor

ibu, janin, plasenta dan lingkungan.

Kebiasaan ibu dalam menentukan jenis nutrisi yang dikonsumsinya juga memberikan kontribusi

yang besar terhadap optimalisasi dan idealnya pembentukan tumbuh kembang janin pada masa

kandungan. Tentunya keputusan ini menjadi terbentuk atas dasar kekuatan ekonomi para ibu

tersebut. Semakin rendah kekuatan ekonomi yang dimiliki, maka akan semakin sulit atau semakin

rendah akses ibu terhadap nutrisi penting dalam masa kehamilan. Belum lagi apabila ibu hamil berada

pada lingkungan yang kurang mendukung tumbuh kembang bayi, misalkan lingkungan yang terpapar

limbah atau sampah.

Hasil penelitian sebelumnya yang berlawanan yaitu dari Ramadhan (2012) didapatkan

hubungan yang signifikan antara ibu hamil yang merupakan perokok pasif dengan kemunculan BBLR

namun wanita hamil perokok pasif bukan merupakan faktor tunggal. BBLR merupakan dampak yang

sifatnya multifaktorial, sehingga selain faktor perokok pasif, terdapat faktor-faktor lain seperti asupan

gizi, paritas, dan keadaan sosial dan perekonomian (Ramadhan, 2012).

Penelitian menunjukkan suami merupakan sumber asap merokok yang terbesar dirumah dan

sedikit wanita yang terpapar asap rokok ketika mereka berada di tempat bekerja. Wanita yang

terpapar asap rokok ditemukan berusia lebih muda, berpendidikan kurang, memiliki pendapatan

rumah tangga yang lebih rendah dan cenderung berada di status social ekonomi rendah. (Adah dan

Salinah, 2014).Wanita yang terpapar asap rokok memiliki juga paritas yang tinggi dan Pendidikan yang

lebih rendah. (Goel al., 2004).

Hubungan asap rokok dan BBLR dapat terjadi akibat adanya akumulasi dari nikotin dan karbon

monoksida yang terhirup, sampai ke neonates dengan melewati plasenta sehingga mencegah janin

tidak menerima nutrisi dan oksigen yang diperlukan untuk tumbuh. Seorang wanita hamil yang

terpapar asap rokok dikarenakan suaminya yang merupakan perokok aktif yang mengkonsumsi antara

Page 6: HUBUNGAN WANITA HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN …

Hubungan Wanita Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Umar, Rachmiyani

p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 231 – 237, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9529

236

11 hingga 20 batang sehari berisiko 4,06x lebih tinggi terhadap BBLR apabila dibandingkan dengan

wanita hamil yang tidak terpapar asap rokok (Khattar, 2013).

Asap rokok merupakan substansi yang sangat berbahaya bagi kehamilan dan tentu memiliki

dampak tersendiri bagi ibu hamil ketika terpapar asap rokok. Sebagaimana ditampilkan dalam

peringatan pemerintah pada setiap kemasan rokok sendiri, paparan asap rokok memiliki potensi yang

tinggi untuk mengganggu status kehamilan dan kesehatan janin. Tentunya ibu hamil yang terpapar

asap rokok akan memiliki potensi gangguan kehamilan yang cukup signifikan. Meski demikian, pada

kenyataannya berdasarkan penelitian ini dan hasil dari perhitungan dengan menggunakan Chi Square,

dihasilkan bahwa tidak terdapat dampak yang signifikan terhadap kejadian BBLR. Meski demikian,

tentunya hasil ini dapat saja mencerminkan sejumlah keterbatasan yang dihadapi peneliti dalam

proses penelitian yang dilakukan.

Keterbatasan pada penelitian ini yaitu populasi yang sangat spesifik. Pada penelitian ini, peneliti

mencoba untuk mengurangi bias pada penelitian dengan membuat kriteria penelitian dan

menyingkirkan faktor-faktor berat badan lahir rendah selain asap rokok yaitu komplikasi kehamilan,

usia ibu, paritas, jarak kehamilan, status gizi, sosial ekonomi rendah, ibu merokok, riwayat BBLR

sebelumnya, anemia pada kehamilan, cacat kongenital, kehamilan ganda, terminasi kehamilan dalam

kondisi emergensi, hidramnion, plasenta previa, solutio plasenta dan paparan radiasi. Hal ini

menyebabkan jumlah responden penelitian tidak seimbang antara berat badan lahir rendah dan

normal karena untuk menyingkirkan faktor-faktor BBLR selain asap rokok.

Jumlah batang rokok dan kadar nikotin yang terdapat didalam rokok merupakan faktor penentu

yang dapat menyebabkan ibu yang merupakan perokok pasif mengalami kejadian BBLR. Namun pada

penelitian ini, jumlah konsumsi rokok per hari dan kadar nikotin didalam rokok yang terkena pada

responden tidak menjadi fokus dari peneliti dan peneliti pun tidak mengetahui kadar nikotin pada

tubuh responden.

KESIMPULAN

Ibu hamil yang melahirkan di beberapa Puskesmas Jakarta Timur mempunyai kriteria penilaian

dengan hasil terbukti perokok pasif 75 %, sebanyak 25% ibu hamil dengan hasil bukan perokok pasif.

Ibu hamil yang melahirkan di beberapa Puskemas Jakarta Timur memiliki bayi dengan tingkat berat

badan kurang dari 2500 gram saat dilahirkan berjumlah sebanyak 15,9 %, bayi dengan tingkat berat

badan lahir lebih dan sama dengan 2500 gram sebanyak 84,1 %. Dengan demikian, dapat kami

simpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara ibu hamil yang merupakan perokok

pasif dengan terjadinya BBLR atas dasar nilai p = 0,492.

Page 7: HUBUNGAN WANITA HAMIL PEROKOK PASIF DENGAN …

Hubungan Wanita Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah Umar, Rachmiyani

p-ISSN 0853-7720; e-ISSN 2541-4275, Volume 6, Nomor 2, halaman 231 – 237, Juli 2021 DOI : http://dx.doi.org/10.25105/pdk.v6i2.9529

237

5. REFERENCES Adah NB, Salinah O. 2014. The Effect of Second-Hand Smoke Exposure during Pregnancy on the

Newborn Weight in Malaysia. Malays J Med Sci. 21(2): 44–53 Almeida ND, Koren G, Platt RW. 2011. Hair Biomarker as Measures of Maternal Tobacco Smoke

Exposure and Predictors of Fetal Growth. Nicotine & Tobacco Research. 13(5): 328–35. Ardelia KIA, Hardianto G, Nuswantoro D. 2019. Passive Smoker During Pregnancy is A Risk Factor of

Low Birth Weight. Maj Obs Gin. 27: 12-6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset Kesehatan Dasar.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI; 2018. h https://kesmas.kemkes.go.id/assets/upload/dir_519d41d8cd98f00/files/Hasil-riskesdas-2018_1274.pdf

Chao S, Yang C, Gan Y. 2015. The Health Effects of Passive Smoking: An Overview of Systematic Reviews Based on Observational Epidemiological Evidence. Plos One. October 6: 1-2.

Goel P, Radotra A, Singh I. 2004. Effects of passive smoking on outcome in pregnancy Effects of passive smoking on outcome in pregnancy. J Postgrad Med March. 50(1): 12-6.

Khattar, Divya, Awasthi, S, Das, V. 2013. Residential Environment Tobacco Smoke Exposure During Pregnancy and Low Birth Weight of Neonatus Case Control Study in a Public Hospital in Lucknow, India. Indian Pediatric. 50: 134-138.

Kobayashi S, Sata F, Hanaoka T. 2019. Association between Maternal Passive Smoking and Increased Risk of Delivering Small-For-Gestational-Age Infants At Full-Term Using Plasma Cotinine Levels from The Hokkaido Study: A Prospective Birth Cohort. BMJ Open. 9: 1-9.

Mahdalena, Ningsih ESP, Sugian N. 2014. Pengaruh Rokok terhadap Berat Badan Bayi Baru Lahir di RSUD Banjarbaru. Jurnal Skala Kesehatan. 5(2): 1-6.

Mostafa RM. 2011. Dilemma of Women’s Passive Smoking. Annals of Thoracic Medicine. 6(2): 55-6. Pramono MS, Muzakkiroh U. 2011. Pola Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah dan Faktor yang

Memengaruhinya di Indonesia Tahun 2010. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan. 14(3): 209-217. Ramadhan N. 2012. Hubungan Antara Ibu Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Bayi Berat Badan Lahir

Rendah di Badan Layanan Umum Daerah RSU Meuraxa Banda Aceh. Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah. 1(2): 27-33.

Sadler L, Belanger K, Saftlas A. (1999). Environmental Tobacco Smoke Exposure and Small-for-Gestational-Age Birth. Am j Epidemiol. 150(7): 695-705.

Sihombing N, Notohartojo IT. 2015. Gambaran Sosiodemografi Perokok Pasif dengan Ispa dan Factor yang Berhubungan dengan Kejadian Ispa pada Balita di Indonesia (Analisis Data Riskesdas 2013). Jurnal Ekologi Kesehatan. 14(4): 284-295.

Wahyuningsih CS, Trisnowati H, Fitriani A. 2016. Hubungan Paparan Asap Rokok dalam Rumah dan Usia Ibu Bersalin dengan Berat Bayi Lahir di RSUD Wonosari Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Formil KesMas Respati. 1(2): 121-129.