59
1 Modus Operandi, Deteksi Dini, dan Pencegahannya

Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kejahatan

Citation preview

Page 1: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

1

Modus Operandi, Deteksi Dini, dan Pencegahannya

Page 2: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

2

Kejahatan Korupsi di perbankan berada pada tiga bidang …

Bidang Kredit

Bidang Simpanan / Operasional

Bidang Logistik

Page 3: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

3

pelaku

Oknum petugas bank, untuk kepentingan oknum petugas bank sendiri

Oknum nasabah / debitur / pihak ketiga di luar bank

Kerjasama antara oknum petugas bank dengan oknum petugas lainnya atau nasabah / pihak ketiga

(“…..Oknum kekuasaan…..”)

Page 4: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

4

Bidang Kredit

Page 5: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

5

…modus operandi

Mark-up Nilai proyek yang dibiayai Mark-up Nilai jaminan Jaminan palsu, aspal, dan/atau bermasalah Dokumen yang disyaratkan palsu (Perijinan, Kontrak,

SPK) Analisa Kredit tidak akurat Analisa yang berorientasi untuk meloloskan pemberian

kredit

Page 6: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

6

…modus operandi (lanjutan)

Pemberian kredit melanggar ketentuan dan prosedur perkreditan internal dan eksternal (BI)

Kerjasama oknum petugas kredit bank dengan debitur / calon debitur

Penggunaan kredit tidak sesuai dengan peruntukkan

Putusan Kredit bersifat Top-Down Memberikan kemudahan terhadap prosedur dan

syarat kredit Kredit fiktif, topengan, tempelan.

Page 7: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

7

Deteksi dini

Adanya pemberian

“imbalan” secara berlebihan dari nasabah kepada petugas kredit bank.

Penggunaan rekomendasi / “surat sakti” dari pejabat

tertentu, untuk mempengaruhi putusan

kredit.

Diabaikannya kajian / analisa kualitatif maupun kuantitatif yang bersifat

obyektif.

Kredit tetap dicairkan meskipun syarat-syarat yang ditetapkan belum

dipenuhi.

Page 8: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

8

Deteksi dini (lanjutan)

Tidak dilakukan cross check kepada instansi yang

berwenang atas dokumen-dokumen yang diserahkan oleh debitur / calon debitur.

Pemberian suplesi yang jumlahnya sangat signifikan dibandingkan dengan kredit

sebelumnya.

Adanya peningkatan portfolio kredit secara

signifikan untuk segmen tertentu

Tidak dilakukan pengecekan pada Sistem Informasi

Debitur dari BI

Page 9: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

9

Bidang Simpanan / Operasional

Page 10: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

10

Penyalahgunaan

Password

Password diserahkan kepada bawahan secara terus-menerus didasarkan pada kepercayaan yang berlebihan.

Tidak mengganti password sesuai prosedur yang ditetapkan.

Page 11: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

11

Pelayananyang

berlebihankepada

nasabah

Menyimpan buku tabungan / simpanan nasabah dengan alasan untuk memberikan pelayanan, namun disalahgunakan untuk:

Mencatat kode rahasia nasabah simpanan yaitu Passbook Serial dan Passbook Balance

Memalsukan tanda tangan untuk melakukan transaksi

Menggandakan buku tabungan nasabah pada buku tabungan yang sebenarnya (terkait dengan pengawasan pengelolaan buku tabungan).

Perintah pemindahbukuan hanya berdasarkan perintah via telepon / fax, tanpa ditindaklanjuti dengan cross check dan dikirimkannya dokumen asli.

Page 12: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

12

Melakukan error correction dengan

tujuan untuk menarik tunai / memindahkan

dana untuk kepentingan

pribadi

Setoran nasabah yang telah dibuku sesuai dengan ketentuan kemudian dikoreksi dan validasi, error correction-nya tidak dicetak pada Bukti kas / slip setoran nasabah melainkan ke kertas (sembarang kertas yang ada).

Terlalu sering melakukan error correction.

Page 13: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

13

Penyimpanganprosedur

operasional

Fungsi Maker, Checker, Signer (MCS) tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Kurangnya kontrol atasan, karena terlalu percaya, atau memang atasannya tidak kompeten.

Penyimpangan prosedur karena alasan pelayanan kepada nasabah.

Transaksi tidak didukung dengan dokumen sekunder.

Rekening nasabah belum ditutup padahal oleh nasabah yang bersangkutan telah dimintakan untuk ditutup, dengan maksud untuk dijadikan rekening penampungan uang hasil penyelewengan.

Fungsi Dual Control (misalnya: pemegang kunci brankas / ATM) tidak dilaksanakan sesuai ketentuan.

Page 14: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

14

Memanfaatkan

kelemahan

pada saat

perubahan

sistem

operasional

Banyaknya saldo tidak normal pada rekening-rekening tertentu.

Banyaknya Poska yang belum terselesaikan

Adanya transaksi yang tidak normal.

Page 15: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

15

Pencurian

uang di

brankas / kluis

dan ATM

Kantor / ATM terletak di lokasi yang rawan / remote area.

Lemahnya pengamanan secara fisik.

Page 16: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

16

Bidang Logistik

Page 17: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

17

Sesuai dengan PP No. 12 Tahun 1998 tentang Perseroan, untuk BUMN tidak berlaku

ketentuan Kepres No. 18 Tahun 2000 tentang Pengadaan Barang dan Jasa.

Bank BUMN dapat mengatur sendiri ketentuan dan prosedur mengenai Pengadaan Barang dan Jasa

Page 18: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

18

Modus operandi

Pemecahan pengadaan dengan tujuan (1) agar tidak perlu ijin atasan yang berwenang; dan (2) agar pengadaan dapat dilakukan dengan metode penunjukkan langsung.

Pengadaan tidak dilakukan dengan cara tender terbuka.

Mark-up harga pengadaan Penyusunan Owner Estimate (Harga Perkiraan

Sendiri – HPS) tanpa patokan yang jelas. Memenangkan vendor tertentu.

Page 19: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

19

Modus operandi (lanjutan)

Membuat dokumen tender (termasuk spesifikasi barang/jasa) yang mengarah kepada vendor/merek tertentu.

Kualitas barang/jasa tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.

Mengabaikan prosedur pengadaan dengan alasan waktu yang mendesak.

Pelaksanaan lelang kepada vendor yang itu-itu saja tanpa mempertimbangkan calon vendor baru.

Page 20: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

20

Deteksi dini

Pengadaan barang yang sama dalam frekuensi yang relatif sering, dengan alasan repeat order.

Pengadaan yang tidak terencana sehingga menyebabkan menumpuknya persediaan atas barang tersebut.

Seringkali melakukan pengadaan dalam waktu yang mepet dengan jadwal yang ditentukan, dengan tujuan agar dapat melakukan penunjukkan langsung.

Page 21: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

21

Deteksi dini (lanjutan)

Bargaining power Bank lemah dibandingkan dengan vendor.

Penentuan Owner estimate (Harga Perkiraan Sendiri – HPS) hanya didasarkan pada satu atau dua data pembanding

Hubungan yang terlalu dekat antara bank dengan vendor / calon vendor.

Page 22: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

22

Deteksi dini secara umum dari sisi petugas Bank

Page 23: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

23

Petugas ybs terlalu lama menduduki posisi tertentu.

Petugas ybs tidak pernah / jarang sekali cuti.

Perubahan gaya hidup dari petugas ybs yang cukup signifikan.

Page 24: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

24

Hubungan yang terlalu dekat dengan nasabah / debitur / vendor.

Over-service petugas bank terhadap nasabah / debitur / vendor.

Lemahnya pengawasan / monitoring petugas bank.

Page 25: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

25

Prinsip dasar pencegahan korupsi

Page 26: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

26

Perilaku dasar untuk pencegahan tindak kejahatan korupsi perbankan sangat sederhana yaitu diawali dengan:

DISIPLINDI SEGALA BIDANG,khususnya…..

Perilaku Administrasi Monitoring

Page 27: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

27

Disiplin perilakuTelitiSalah satu kebiasaan buruk dari manusia terutama manusia Indonesia adalah kurang serius dan kurang teliti dalam mengerjakan tugasnya.

Cepat TanggapApabila terdeteksi penyimpangan, segera koreksi, jangan menunggu, jangan berperilaku prokastinator.

Hands on to detailAtasan memberikan contoh bahwa perilaku menunda tidak profesional dan harus dihindari. Atasan harus mempunyai waktu sesuai dengan tingkat jabatannya untuk hands on to detail.

Page 28: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

28

Contoh hands on to detail Sesuai dengan jenjang jabatannya, seorang atasan

harus bersedia membaca sampai detil perjanjian yang mengikat bank dengan pihak ketiga, mengingat konsekwensi legalnya di kemudian hari.

Bahkan seorang Direktur Utama wajib hukumnya untuk membaca sampai tuntas draft perjanjian apabila menyangkut jumlah besar tertentu dalam konsorsium dengan lembaga Bank lainnya.

Perilaku ini merupakan tindakan preventif yang bertanggung jawab dan akan memotivasi bawahan untuk lebih berhati-hati.

Page 29: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

29

Disiplin perilaku (lanjutan)Saling tegur dan ingatkanAtasan mampu menegur bawahan dan bawahan berani mengingatkan atasan apabila terjadi penyimpangan

KebersamaanHarus terdapat semangat kebersamaan, dimana baik atasan maupun bawahan berorientasi kepada kepentingan lembaga, bukan orientasi pribadi dalam menyelesaikan masalah.

Keep profesionalismBersikap teguh dan profesional apabila terdapat tekanan baik politis maupun kekuasaan, yang cenderung menyimpang dari sistem baku. Berserah diri kepada Allah SWT.

Page 30: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

30

Disiplin administrasi (1): Check-list

Penuhi semua ketentuan-ketentuan tertulis mengenai hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaannya.

Apabila memang sistem mengharuskan adanya pengisian check-list maka harus benar-benar dipenuhi dengan mencantumkan ciri pertanggungjawaban yang jelas, misalkan paraf penanggung jawab yang dapat dilacak ulang (trace-back).

Page 31: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

31

Disiplin administrasi (2): Catatan

Kewajiban untuk mencatat, dijadikan suatu sistem baku. Apa-apa saja yang terjadi dan patut dapat diduga akan berpengaruh terhadap sesuatu kegiatan di saat ini maupun masa yang akan datang, harus dicatat secara tertib dan dengan kejelasan pertanggungjawabannya.

Contoh: Buatlah notulen pada setiap rapat baik yang sifatnya teknis maupun strategis.

Page 32: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

32

Terapkanlah kata bijak Cina klasik:

Saya melihat, maka saya tahu Saya mendengar, maka saya mengerti saya mencatat, maka saya ingat

Page 33: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

33

Disiplin administrasi (3): dokumentasi

Rapikan semua dokumen perbankan yang patut dapat diduga akan mempengaruhi jalannya Bank saat ini maupun di masa yang akan datang.

Contohnya adalah dokumen perkreditan. Kalau perlu sewa biro hukum eksternal yang kompeten untuk merapikannya (Corporate Lawyer)

Page 34: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

34

Disiplin monitoring

Kewajiban

Kewajiban monitoring merupakan kewajiban pengawasan atasan kepada bawahan secara rutin.

BerkalaSemua kegiatan harus dimonitor oleh atasannya langsung secara berkala, dan dijadikan suatu sistem baku yang dapat dilacak ulang (trace-

back)

Tugas ANDAHindarkan kebiasaan terjebak oleh rutinitas dan menganggap bahwa monitoring hanya merupakan tugas SPI maupun auditor eksternal.

Page 35: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

35

Agenda bagi KPK dalam menangani korupsi di perbankan

Page 36: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

36

Bank adalah lembaga yang highly regulated and oversight, mulai dari Peraturan BI hingga GCG. Untuk Bank BUMN, pengawasannya bertambah: Meneg BUMN, Depkeu (BPKP), dan BPK. Untuk yang go public ditambah Bapepam.

Bank mempunyai peran yang unik dalam perekonomian. Bisnisnya adalah bisnis kepercayaan. Sekali jatuh kepercayaan, terjadi rush, dan efek dominonya sangat buruk.

Penindakan “dugaan korupsi” bagi seorang bankir harus dilakukan dengan asas kewajaran, keseimbangan, proporsional, dan profesional.

Apabila ditemukan tidak melakukan korupsi, KPK harus bersedia melakukan “rehabilitasi nama baik” dari bankir dan bank yang bersangkutan.

Page 37: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

3737

BEBERAPA CONTOH KASUS PERBANKAN YANG BEBERAPA CONTOH KASUS PERBANKAN YANG BELUM TENTU SEMUANYA TERBUKTI BENARBELUM TENTU SEMUANYA TERBUKTI BENAR

Pemalsuan tanda tangan pemilik agunan.Pemalsuan tanda tangan pemilik agunan. Penggelapan sertifikat tanah.Penggelapan sertifikat tanah. Penipuan.Penipuan. Penyalahgunaan wewenang dalam Penyalahgunaan wewenang dalam

pemberian kredit.pemberian kredit. Proses pemberian kredit tidak memenuhi Proses pemberian kredit tidak memenuhi

prosedur yang ada.prosedur yang ada. Rekayasa dalam proses pemberian kredit.Rekayasa dalam proses pemberian kredit. Nilai agunan yang ada tidak cukup menjamin Nilai agunan yang ada tidak cukup menjamin

jumlah kredit.jumlah kredit.

Page 38: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

3838

ILUSTRASI CONTOH KASUS ILUSTRASI CONTOH KASUS POLA SURAT HUTANGPOLA SURAT HUTANG

Ditengarai Sebagai Pola Menghimpun Dana Masyarakat oleh Ditengarai Sebagai Pola Menghimpun Dana Masyarakat oleh Lembaga Bukan Bank–Masuk dalam kategori Bank Gelap ?Lembaga Bukan Bank–Masuk dalam kategori Bank Gelap ?

Pola Surat Hutang Pola Surat Hutang PT/Group X adalah nasabah giro pada Bank Y dan PT/Group X adalah nasabah giro pada Bank Y dan

beberapa Bank lain.beberapa Bank lain. PT/Group X menghimpun dana masyarakat/nasabah Bank PT/Group X menghimpun dana masyarakat/nasabah Bank

dengan cara :dengan cara : Marketing Bank Y menawarkan kepada Marketing Bank Y menawarkan kepada

masyarakat/nasabahnya “ surat hutang “ dengan opsi “ masyarakat/nasabahnya “ surat hutang “ dengan opsi “ dicairkan tunai atau pembayaran uang muka pembelian dicairkan tunai atau pembayaran uang muka pembelian kavling “ dengan diskonto melebihi bunga bank atau kavling “ dengan diskonto melebihi bunga bank atau diatas penjaminan pemerintah.diatas penjaminan pemerintah.

Masyarakat yang berminat atau tertarik menyetorkan Masyarakat yang berminat atau tertarik menyetorkan dananya ke rekening PT/Group X pada bank Y dan dananya ke rekening PT/Group X pada bank Y dan lainnya.lainnya.

Page 39: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

3939

ILUSTRASI CONTOH KASUS ILUSTRASI CONTOH KASUS POLA SURAT HUTANGPOLA SURAT HUTANG

Nasabah atau masyarakat menerima bukti setor Nasabah atau masyarakat menerima bukti setor berupa sertifikat “ Surat Hutang “ dari Pegawai/Pejabat berupa sertifikat “ Surat Hutang “ dari Pegawai/Pejabat Bank Y. Pegawai yang memasarkan produk tersebut Bank Y. Pegawai yang memasarkan produk tersebut menerima menerima feefee dari penerbit PT/Group X yang dari penerbit PT/Group X yang jumlahnya cukup besar.jumlahnya cukup besar.

Sertifikat memuat No.Surat Hutang, nama nasabah, Sertifikat memuat No.Surat Hutang, nama nasabah, tanggal jatuh tempo, nominal uang pada saat jatuh tanggal jatuh tempo, nominal uang pada saat jatuh tempo, opsi dicairkan tunai atau sebagai pembayaran tempo, opsi dicairkan tunai atau sebagai pembayaran uang muka pembelian “ Kavling “ dan tanda tangan uang muka pembelian “ Kavling “ dan tanda tangan penerbit dan kalusula bahwa “ Surat Hutang “ tersebut penerbit dan kalusula bahwa “ Surat Hutang “ tersebut tidak dapat diperalihkan.tidak dapat diperalihkan.

Page 40: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

4040

ILUSTRASI CONTOH KASUS ILUSTRASI CONTOH KASUS POLA SURAT HUTANGPOLA SURAT HUTANG

Dari penelitian sejumlah nasabah, mereka Dari penelitian sejumlah nasabah, mereka menempatkan dana dalam surat hutang PT/Group X menempatkan dana dalam surat hutang PT/Group X tersebut tidak dimaksudkan untuk membeli kavling tersebut tidak dimaksudkan untuk membeli kavling seperti tercantum dalam opsi, namun motivasinya seperti tercantum dalam opsi, namun motivasinya adalah mendapatkan keuntungan berupa diskonto adalah mendapatkan keuntungan berupa diskonto yang lebih besar dari bunga bank dan tanpa dipotong yang lebih besar dari bunga bank dan tanpa dipotong pajak ( PPh ).pajak ( PPh ).

Seluruh kegiatan penghimpunan dana, pembayaran Seluruh kegiatan penghimpunan dana, pembayaran diskonto dan pengelolaan dana yang masuk diketahui diskonto dan pengelolaan dana yang masuk diketahui dan disetujui oleh managemen PT/Group X.dan disetujui oleh managemen PT/Group X.

Kegiatan penghimpunan dana tersebut telah menarik Kegiatan penghimpunan dana tersebut telah menarik banyak minat masyarakat.banyak minat masyarakat.

Page 41: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

4141

ILUSTRASI CONTOH ILUSTRASI CONTOH KASUS POLA D OKASUS POLA D O

PT X adalah nasabah giro pada Bank Y.PT X adalah nasabah giro pada Bank Y. PT X menghimpun dana masyarakat atau nasabah PT X menghimpun dana masyarakat atau nasabah

Bank Y dengan cara :Bank Y dengan cara : Marketing Bank Y menawarkan kepada Marketing Bank Y menawarkan kepada

masyarakat/nasabahnya “ Penitipan Uang “ dengan masyarakat/nasabahnya “ Penitipan Uang “ dengan kedok “ jaminan pembelian barang (DO) dan memberi kedok “ jaminan pembelian barang (DO) dan memberi penalti ( bunga melebihi bunga bank/di atas jaminan penalti ( bunga melebihi bunga bank/di atas jaminan pemerintah ).pemerintah ).

Masyarakat yang tertarik menyetorkan dananya ke Masyarakat yang tertarik menyetorkan dananya ke rekening PT. X pada bank Y.rekening PT. X pada bank Y.

Nasabah/masyarakat membawa bukti setor ke PT X Nasabah/masyarakat membawa bukti setor ke PT X untuk ditukarkan dengan voucher “ Penerimaan Uang untuk ditukarkan dengan voucher “ Penerimaan Uang Titipan “ yang ditandatangani oleh kasir PT.X.Titipan “ yang ditandatangani oleh kasir PT.X.

Page 42: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

4242

ILUSTRASI CONTOH ILUSTRASI CONTOH KASUS POLA D O KASUS POLA D O

Voucher memuat nama nasabah, tanggal jatuh tempo, Voucher memuat nama nasabah, tanggal jatuh tempo, bunga/penalti, nominal uang yang disetor, dan rekening bunga/penalti, nominal uang yang disetor, dan rekening penyetoran dana setelah jatuh tempo.penyetoran dana setelah jatuh tempo.

Aktivitas penghimpunan dana dicatat dalam Aktivitas penghimpunan dana dicatat dalam penmbukuan/neraca PT X yang direkap dalam penmbukuan/neraca PT X yang direkap dalam “Rekapitulasi Deposito”.“Rekapitulasi Deposito”.

Pembayaran pinalti dan pokok jatuh tempo oleh Dirut Pembayaran pinalti dan pokok jatuh tempo oleh Dirut PT X dengan memberi kuasa kepada Sekretarisnya PT X dengan memberi kuasa kepada Sekretarisnya untuk menandatangani giro PT X.untuk menandatangani giro PT X.

Seluruh kegiatan penghimpun dana, pembayaran Seluruh kegiatan penghimpun dana, pembayaran pinalti dan pengelolaan dana yang masuk diketahui pinalti dan pengelolaan dana yang masuk diketahui dan disetujui oleh management PT X.dan disetujui oleh management PT X.

Page 43: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

4343

ILUSTRASI CONTOH ILUSTRASI CONTOH KASUS POLA D O KASUS POLA D O

Kegiatan penghimpun dana tsb s.d. Mei 2005 menarik Kegiatan penghimpun dana tsb s.d. Mei 2005 menarik banyak masyarakat dan jumlah kumulatif besar.banyak masyarakat dan jumlah kumulatif besar.

Barang bukti sementara antara lain tembusan voucher Barang bukti sementara antara lain tembusan voucher penerimaan uang titipan, rekap deposito dan rekening penerimaan uang titipan, rekap deposito dan rekening koran PT, dan daftar nama nasabah.koran PT, dan daftar nama nasabah.

Masyarakat yang menyetor dana tidak bermaksud Masyarakat yang menyetor dana tidak bermaksud untuk memberi barang PT X tsb dab tidak semua untuk memberi barang PT X tsb dab tidak semua penyetor dana merupakan distributor produk PT X penyetor dana merupakan distributor produk PT X (perorangan) namun motivasi penempatan dana untuk (perorangan) namun motivasi penempatan dana untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar dari bunga memperoleh keuntungan yang lebih besar dari bunga bank dan tidak dipungut pajak (PPh).bank dan tidak dipungut pajak (PPh).

Page 44: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

4444

ILUSTRASI CONTOH ILUSTRASI CONTOH KASUS POLA PT QSAR KASUS POLA PT QSAR

PT QSAR mengadakan proyek kerjasama agribisnis PT QSAR mengadakan proyek kerjasama agribisnis dengan pejabat, eks pejabat,pengusaha, karyawan eks dengan pejabat, eks pejabat,pengusaha, karyawan eks PHK dan masyarakat dengan menguasai tanah seluas PHK dan masyarakat dengan menguasai tanah seluas 369 Ha di Kabupaten Sukabumi.369 Ha di Kabupaten Sukabumi.

Proyek tsb diikuti oleh banyak orang di seluruh Proyek tsb diikuti oleh banyak orang di seluruh Indonesia, bahkan sampai di luar negeri (Arab, Indonesia, bahkan sampai di luar negeri (Arab, Singapura, Malaysia dan Korea).Singapura, Malaysia dan Korea).

Proposal yang ditawarkan berupa penawaran investasi Proposal yang ditawarkan berupa penawaran investasi untuk komoditi tanaman dan perikanan dengan untuk komoditi tanaman dan perikanan dengan pembagian keuntungan yaitu pengelola memperoleh pembagian keuntungan yaitu pengelola memperoleh 40% dari penghasilan bersih dan pemodal memperoleh 40% dari penghasilan bersih dan pemodal memperoleh 60% dari penghasilan bersih ditambah pengembalian 60% dari penghasilan bersih ditambah pengembalian modal investasi.modal investasi.

Page 45: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

4545

ILUSTRASI CONTOH ILUSTRASI CONTOH KASUS POLA PT QSAR KASUS POLA PT QSAR

Ternyata investasi masyarakat tsb tdk seluruhnya digunakan Ternyata investasi masyarakat tsb tdk seluruhnya digunakan untuk melakukan kegiatan usaha di bidang agribisnis tetapi untuk melakukan kegiatan usaha di bidang agribisnis tetapi digunakan juga untuk kegiatan-kegiatan lain.digunakan juga untuk kegiatan-kegiatan lain.

Akibatnya, kegiatan usaha pokok di bidang agribisnis itu Akibatnya, kegiatan usaha pokok di bidang agribisnis itu tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena itu, baik tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena itu, baik modal maupun keuntungan tidak dapat dibayarkan kepada modal maupun keuntungan tidak dapat dibayarkan kepada masyarakat yang telah menyerahkan uangnya kepada PT masyarakat yang telah menyerahkan uangnya kepada PT QSAR tsb.QSAR tsb.

Berdasarkan Keputusan M.A. No. 308 K/PiD/2004, tanggal Berdasarkan Keputusan M.A. No. 308 K/PiD/2004, tanggal 11 Mei 2004, diputuskan Ramli Araby – Dirut PT. QSAR 11 Mei 2004, diputuskan Ramli Araby – Dirut PT. QSAR telah terbukti dengan sah dan meyakinkan bersalah telah terbukti dengan sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana Perbankan yaitu menghimpun melakukan tindak pidana Perbankan yaitu menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa ijin dari dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa ijin dari Pimpinan Bank Indonesia.Pimpinan Bank Indonesia.

Page 46: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

4646

CONTOH SERTIFIKAT CONTOH SERTIFIKAT

KAVLING “SRS”KAVLING “SRS”No:…………………………..No:…………………………..

This KAVLING “SRS” is issued by:This KAVLING “SRS” is issued by:

PT “X “ Tbk., domiciled in ………., having its registered office at ……….., (hereinafter PT “X “ Tbk., domiciled in ………., having its registered office at ……….., (hereinafter referred to as “KAVLING SRS’S issuer ”); to :referred to as “KAVLING SRS’S issuer ”); to :

…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………. . (hereinafter referred to as “KAVLING SRS’S RECIPIENT”);(hereinafter referred to as “KAVLING SRS’S RECIPIENT”);

Having received the fund transferred by KAVLING SRS’S RECIPIENT and a commitment Having received the fund transferred by KAVLING SRS’S RECIPIENT and a commitment from KAVLING SRS’S ISSUER to make the CASH VALUE payment in the amount of: from KAVLING SRS’S ISSUER to make the CASH VALUE payment in the amount of: ================== IDR ………………………………….. ============ ================== IDR ………………………………….. ============ (…………………………………………………………..) Indonesian Rupiah).(…………………………………………………………..) Indonesian Rupiah).

The above specified amount may be used by KAVLING SRS’ RECIPIENT to exercise the The above specified amount may be used by KAVLING SRS’ RECIPIENT to exercise the option on the MATURITY DATE, either:option on the MATURITY DATE, either:

Page 47: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

4747

CONTOH SERTIFIKAT CONTOH SERTIFIKAT 1.1. To buy SPECIFIC PRODUCT(S) and/or REGULAR PRODUCT(S) of KAVLING SRS To buy SPECIFIC PRODUCT(S) and/or REGULAR PRODUCT(S) of KAVLING SRS

ISSUER’S PRODUCT by taking into consideration the CASH VALUE as a down ISSUER’S PRODUCT by taking into consideration the CASH VALUE as a down payment;payment;

OROR

2.2. To accept the CASH VALUE payment to be transferred by KAVLING SRS’S ISSUER To accept the CASH VALUE payment to be transferred by KAVLING SRS’S ISSUER to the appointed bank account.to the appointed bank account.

By issuance of this KAVLING SRS, KAVLING SRS’S ISSUER and KAVLING SRS’S By issuance of this KAVLING SRS, KAVLING SRS’S ISSUER and KAVLING SRS’S RECIPIENT mutually agree to be around and obligated to comply with the Terms and RECIPIENT mutually agree to be around and obligated to comply with the Terms and Conditions as written at the back of this KAVLING SRS, which forms an inseparable part of Conditions as written at the back of this KAVLING SRS, which forms an inseparable part of this KAVLING SRS.this KAVLING SRS.

This KAVLING SRS will automatically be cancelled or void on post MATURITY DATE, the This KAVLING SRS will automatically be cancelled or void on post MATURITY DATE, the same will apply in the case of termination.same will apply in the case of termination.

ISSUANCE DATE :……………………ISSUANCE DATE :……………………

MATURITY DATE :……………………MATURITY DATE :…………………… KAVLING SRS’S ISSUERKAVLING SRS’S ISSUER

Page 48: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

4848

CONTOH SERTIFIKAT CONTOH SERTIFIKAT Finance/Accounting copyFinance/Accounting copy

(Internal Only)(Internal Only)

The Bank Account as approved byThe Bank Account as approved by

Kavling SRS’s RecipientKavling SRS’s Recipient

Original Kavling SRSOriginal Kavling SRS

Received by:Received by: Name : ………………………………Name : ………………………………

A/C No. : ………………………………A/C No. : ………………………………

Bank : ………….. Branch:…………Bank : ………….. Branch:…………

(…………………………)(…………………………)

Date :………………..Date :………………..

Page 49: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

4949

CONTOH SERTIFIKAT CONTOH SERTIFIKAT

Certificate Number : Certificate Number : Serial Number : …………. Serial Number : ………….

(The “Issuer”)(The “Issuer”)

DEBENTUREDEBENTUREThe issuer promises to pay to:The issuer promises to pay to:

NAMENAME ::

REDEMPTION AMOUNTREDEMPTION AMOUNT : :

ISSUE DATEISSUE DATE ::

MATURITY DATEMATURITY DATE ::

On the above mentioned maturity date, the above redemption amount, upon presentation and On the above mentioned maturity date, the above redemption amount, upon presentation and surrender of this debenture certificate, during normal business hours at the office of the Issuer surrender of this debenture certificate, during normal business hours at the office of the Issuer at ………………. . Interest payable upon maturity is included in redemption amount and is at ………………. . Interest payable upon maturity is included in redemption amount and is subject to withholding tax in accordance with Indonesian Laws and regulations.subject to withholding tax in accordance with Indonesian Laws and regulations.

This debenture certificate is only valid and may only be redeemed, if it is signed by the Issuer This debenture certificate is only valid and may only be redeemed, if it is signed by the Issuer and manually authenticated by the Administration Agent, and shall be subject to the Terms and and manually authenticated by the Administration Agent, and shall be subject to the Terms and Conditions stated overleaf.Conditions stated overleaf.

The Issues,The Issues,

……………………………………………………………………..

Page 50: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

5050

ILUSTRASI CONTOH ILUSTRASI CONTOH KASUSKASUS

Perlu dicermati, benarkah bahwa praktek Perlu dicermati, benarkah bahwa praktek penghimpunan dana tersebut merupakan penghimpunan dana tersebut merupakan modus praktek bank gelap ?modus praktek bank gelap ?

Apa yang dimaksud dengan menghimpun Apa yang dimaksud dengan menghimpun dana sebagai suatu kegiatan usaha bank itu ?dana sebagai suatu kegiatan usaha bank itu ?

Apakah yang dimaksud dengan simpanan itu Apakah yang dimaksud dengan simpanan itu menurut UU Perbankan ?menurut UU Perbankan ?

Apakah “ Surat hutang “ tersebut adalah surat Apakah “ Surat hutang “ tersebut adalah surat berharga atau bukan surat berharga ; efek berharga atau bukan surat berharga ; efek atau bukan efek; surat yang berharga atau atau bukan efek; surat yang berharga atau bukan surat yang berharga?bukan surat yang berharga?

Page 51: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

5151

Beberapa Pasal RujukanBeberapa Pasal Rujukan

Pasal 1(2):Pasal 1(2): ““Bank adalah badan usaha yang Bank adalah badan usaha yang

menghimpun danamenghimpun dana dari masyarakat dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.

Page 52: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

5252

Beberapa Pasal RujukanBeberapa Pasal Rujukan

Pasal 1 (5):Pasal 1 (5): ““Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh

masyarakat kepada Bank berdasarkan perjanjian masyarakat kepada Bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk Giro, Deposito, penyimpanan dana dalam bentuk Giro, Deposito, Sertifikat Deposito, Tabungan dan/atau bentuk lainnya Sertifikat Deposito, Tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu”. Pasal 1 (5):yang dipersamakan dengan itu”. Pasal 1 (5):

““Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat kepada Bank berdasarkan perjanjian masyarakat kepada Bank berdasarkan perjanjian penyimpanan dana dalam bentuk Giro, Deposito, penyimpanan dana dalam bentuk Giro, Deposito, Sertifikat Deposito, Tabungan dan/atau bentuk lainnya Sertifikat Deposito, Tabungan dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu”.yang dipersamakan dengan itu”.

Page 53: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

5353

Beberapa Pasal RujukanBeberapa Pasal Rujukan

Pasal 1(6) :Pasal 1(6) : ““Giro adalah simpanan yang Giro adalah simpanan yang

penarikannya dapat dilakukan setiap saat penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah lainnya atau dengan sarana perintah lainnya atau dengan pemindahbukuan”.pemindahbukuan”.

Page 54: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

5454

Beberapa Pasal RujukanBeberapa Pasal Rujukan

Pasal 1(7):Pasal 1(7): ““Deposito adalah simpanan yang penarikannya Deposito adalah simpanan yang penarikannya

hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan berdasarkan perjanjian nasabah penyimpan dengan Bank”.dengan Bank”.

Pasal 1 (8) :Pasal 1 (8) : ““Sertifikat Deposito adalah simpanan dalam Sertifikat Deposito adalah simpanan dalam

bentuk Deposito yang sertifikat bukti bentuk Deposito yang sertifikat bukti penyimpanannya dapat dipindahtangankan”.penyimpanannya dapat dipindahtangankan”.

Page 55: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

5555

Beberapa Pasal RujukanBeberapa Pasal Rujukan

Pasal 1 (9):Pasal 1 (9): ““Tabungan adalah simpanan yang Tabungan adalah simpanan yang

penarikannya hanya dapat dilakukan penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro,dan/atau alat lainnya yang bilyet giro,dan/atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu”.dipersamakan dengan itu”.

Page 56: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

5656

Beberapa Pasal RujukanBeberapa Pasal Rujukan

Pasal 1 (10) :Pasal 1 (10) : ““Surat Berharga adalah surat pengakuan Surat Berharga adalah surat pengakuan

hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas hutang, wesel, saham, obligasi, sekuritas kredit atau setiap derivatifnya atau kredit atau setiap derivatifnya atau kepentingan lain atau suatu kewajiban kepentingan lain atau suatu kewajiban dari penerbit, dalam bentuk yang lazim dari penerbit, dalam bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar modal dan diperdagangkan dalam pasar modal dan pasar uang”.pasar uang”.

Page 57: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

5757

Beberapa Pasal RujukanBeberapa Pasal Rujukan

Pasal 16 (1) : Pasal 16 (1) : ““Setiap pihak yang melakukan kegiatan Setiap pihak yang melakukan kegiatan

menghimpun dana dari masyarakat dalam menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan wajib terlebih dahulu bentuk simpanan wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum memperoleh izin usaha sebagai Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan atau Bank Perkreditan Rakyat dari Pimpinan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan Bank Indonesia, kecuali apabila kegiatan menghimpun dana dari masyarakat dimaksud menghimpun dana dari masyarakat dimaksud diatur dengan undang-undang tersendiri”.diatur dengan undang-undang tersendiri”.

Page 58: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

5858

Beberapa Pasal RujukanBeberapa Pasal Rujukan

Pasal 46 (1):Pasal 46 (1): ““Barangsiapa menghimpun dana dari Barangsiapa menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa izin masyarakat dalam bentuk simpanan tanpa izin usaha dari Pimpinan Bank Indonesia usaha dari Pimpinan Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, diancam dengan pidana penjara sekurang-diancam dengan pidana penjara sekurang-kurangnya 5 (lima)tahun dan paling lama 15 kurangnya 5 (lima)tahun dan paling lama 15 (lima belas) tahun serta denda sekurang-(lima belas) tahun serta denda sekurang-kurangnya Rp 10.000.000.000,-- (sepuluh kurangnya Rp 10.000.000.000,-- (sepuluh miliar rupiah) dan paling banyak Rp miliar rupiah) dan paling banyak Rp 200.000.000.000,-- (dua ratus miliar rupiah)”.200.000.000.000,-- (dua ratus miliar rupiah)”.

Page 59: Hukum Perbankan 6 (Kejahatan Perbankan)

5959

Beberapa Pasal RujukanBeberapa Pasal Rujukan

Pasal 46(2) :Pasal 46(2) : ““Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud Dalam hal kegiatan sebagaimana dimaksud

dalam ayat (1) dilakukan oleh badan hukum dalam ayat (1) dilakukan oleh badan hukum yang berbentuk PT, perserikatan, yayasan atau yang berbentuk PT, perserikatan, yayasan atau koperasi, maka penuntutan terhadap badan-koperasi, maka penuntutan terhadap badan-badan dimaksud dilakukan baik terhadap badan dimaksud dilakukan baik terhadap mereka yang memberi perintah melakukan mereka yang memberi perintah melakukan perbuatan itu atau yang bertindak sebagai perbuatan itu atau yang bertindak sebagai pimpinan dalam perbuatan itu atau terhadap pimpinan dalam perbuatan itu atau terhadap kedua-duanya”.kedua-duanya”.