15
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya suatu “hubungan”, baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain. Adakalanya hubungan antara seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan, sehingga seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Sebagai contoh sebagai akibat terjadinya hubungan pinjam meminjam saja seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Atau contoh lain dalam hal terjadinya putusnya perkawinan seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Ketentuan mengenai hukum perdata ini diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) atau lebih dikenal dengan BW (Burgelijke Wetboek). Hukum perdata merupakan hukum yang meliputi semua hukum “Privat materil”, yaitu segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan. 2. Rumusan Masalah Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah : - Apa itu Hukum Orang (Persoonrecht ) - Apa itu Hukum keluarga ( Familierecht )

Hukum Perdata Pembagian KUH Perdata Buku 1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Hukum Perdata Pembagian KUH Perdata Buku 1

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pada dasarnya kehidupan antara seseorang itu didasarkan pada adanya suatu “hubungan”,

baik hubungan atas suatu kebendaan atau hubungan yang lain. Adakalanya hubungan antara

seseorang atau badan hukum itu tidak berjalan mulus seperti yang diharapkan, sehingga

seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Sebagai contoh sebagai akibat terjadinya

hubungan pinjam meminjam saja seringkali menimbulkan permasalahan hukum. Atau contoh

lain dalam hal terjadinya putusnya perkawinan seringkali menimbulkan permasalahan hukum.

Ketentuan mengenai hukum perdata ini diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata (KUH Perdata) atau lebih dikenal dengan BW (Burgelijke Wetboek).

Hukum perdata merupakan hukum yang meliputi semua hukum “Privat materil”, yaitu

segala hukum pokok yang mengatur kepentingan-kepentingan perseorangan.

2. Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah :

- Apa itu Hukum Orang (Persoonrecht )

- Apa itu Hukum keluarga ( Familierecht )

Page 2: Hukum Perdata Pembagian KUH Perdata Buku 1

BAB II

PEMBAHASAN

1. Hukum Orang

A. Pengertian Hukum Orang

 Dalam arti sempit

Hukum orang hanya ketentuan orang sebagai subjek hukum

 Dalam arti luas

Hukum orang tidak hanya ketentuan orang sebagai subjek hukum tetapi juga termasuk

aturan hukum keluarga

B. Tempat Pengaturan Hukum Orang

Hukum orang sebagian besar terdapat didalam Buku 1 KUH Perdata dan Buku 1 NBW Baru

Belanda. Buku 1 KUH Perdata tidak hanya mengatur Hukum Orang, tetapi juga mengatur

tentang Hukum Keluarga. Buku 1 KUH Perdata terdiri atas 495 pasal dan 18 Bab, dan

masing-masing bab dibagi dalam beberapa bagian.

 

C. Subjek Hukum

Subjek hukum adalah pembawa hak dan kewajiban.

Kategori Subjek Hukum :

1. Manusia (Natuurlijk Persoon)

2. Badan Hukum (Rechts persoon)

- Manusia / Natuurlijk Persoon

Berlakunya seseorang sebagai pembawa hak, mulai dari saat dia lahir dan berakhir pada saat ia

meninggal.

Terdapat pengecualian :

Dapat dihitung surut, apabila memang untuk kepentingannya, dimulai ketika orang tersebut

masih berada di dalam kandungan ibunya.  (Teori Fiksi Hukum)

Hal ini terdapat pada Pasal 2 KUHPer, bahwa bayi yang masih ada di dalam kandungan ibunya

dianggap telah lahir dan menjadi subjek hukum jika kepentingannya mengehendaki seperti

dalam hal kewarisan. Namun, apabila lahir dalam keadaan meninggal dunia, maka menurut

hukum ia dianggap tidak pernah ada, sehingga ia bukan termasuk subjek hokum.

Page 3: Hukum Perdata Pembagian KUH Perdata Buku 1

Jadi, syarat – syarat terjadinya teori fiksi hukum adalah :

1. Telah dibenihkan

2. Lahir dalam keadaan hidup

3. Ada kepentingan yang menghendaki

a. Kecakapan Bertindak Hukum

Golongan manusia yang tidak cakap menurut hukum diatur di dalam Pasal 1330 KUHP :

1. Anak dibawah umur, belum dewasa dan belum menikah

2. Orang yang berada di bawah pengampuan (Curatele) yaitu orang yang sakit ingatan,

pemabuk, pemboros     

3. Wanita bersuami

Namun, dengan adanya Pasal 31 UU No.1/1974 dan SEMA No.3/1963, maka Pasal

yang mengatur ini dihapuskan, dan kedudukan istri seimbang dengan suami.

b. Kedewasaan

Kedewasaan seseorang berbeda menurut UU :

KUHPerdata / BW

Kedewasaan seseorang adalah usia 21 tahun atau telah menikah

Pasal 330 KUHPer

UU No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan

Pasal 47, menyatakan anak yang sudah berumur 18 tahun

Pasal 50, menyatakan seseorang dianggap dewasa apabila sudah mencapai umur 18

tahun, tidak berada di bawah kekuasaan orangtua

Menurut Prof. Wahyono, usia dewasa adalah usia 21 tahun atau sudah pernah menikah.

Karena :

1. UU perkawinan tidak mengatur masalah kedewasaan dan tidak menyebutkan

batas usia dewasa adalah 18 tahun

2. Usia menikah adalah 19 tahun dan 16 tahun menuru UU no.1

c. Pendewasaan / Handlichting

Suatu lembaga hukum agar semua orang yang belum dewasa tetapi telah menempuh syarat –

syarat tertentu dalam hal tertentu dan sampai batas – batas tertentu menurut ketentuan UU

memiliki kedudukan hukum yang sama dengan orang dewasa.

Page 4: Hukum Perdata Pembagian KUH Perdata Buku 1

Macam – macam Handlichting  

Pendewasaan penuh ( Venia Aetatis, Pasal 420 – 425 KUHPer)

Syarat, berusia 20 tahun dan telah mengajukan permohonan kepada Presiden

1. Pendewasaan Terbatas (Pasal 426 – 431 KUHPer)

Syarat, berusia 18 tahun, diajukan kepada Pengadilan Negeri, dan dapat ditarik kembali.

Pendewasaan ini hanya untuk hal – hal tertentu sifat kedewasaannya, misalkan hanya

untuk hal waris saja)

- Badan Hukum / Rechts Persoon

Suatu perkumpulan atau lembaga yang dibuat oleh hukum dan mempunyai tujuan tertentu

a. Ciri – ciri Badan Hukum

1. Kekayaan terpisah

2. Organisasi teratur

3. Ada tujuan tertentu

4. Ada pengurus

5.

b. Pembagian Badan Hukum

Pembagian badan hukum menurut :

Sifat :

1. Mengejar keuntungan ekonomi : Koperasi dan PT

2. Bersifat ideal : Yayasan dan partai politik

 Pendiriannya :

1. Berdasarkan UU : Lembaga Negara dan Perusahaan Umum

2. Diakui pemerintah berdasarkan UU melalui proses pendaftaran : PT (UU No.

1/1995 digantikan dengan UU No. 40/2007), Koperasi (UU No.26/1992),

Yayasan (UU No.16/ 2001)

 Cirinya:

1. Ada harta kekayaan

2. Ada tujuan tertentu

3. Ada kepentingan

4. Ada organisasi teratur

Page 5: Hukum Perdata Pembagian KUH Perdata Buku 1

c. LAHIRNYA BADAN HUKUM

Syarat sahnya badan hukum adalah :

1. Akte pendirian di depan Notaris

2. Disahkan oleh Menteri Hukum dan HAM

3. Didaftarkan (Dept. Perindustrian dan Perdaganga)

4. Diumumkan di berita negara

Teori Badan Hukum

1. Teori Fiksi ( Karl von Savigny) 

2. Badan hukum pengaturannya oleh negara. Oleh karena itu badan hukum sebenarnya tidak

ada. Badan hukum  adalah orang buatan hukum

3. Teori Kekayaan / Harta (Holder dan Binder)

Badan hukum adalah suatu badan yang mempunyai harta dan berdiri sendiri yang tidak

dimiliki oleh badan hukum itu tetapi oleh pengurusnya diserahi tugas untuk mengurus

Teori Organ

Badan hukum bukan merupakan suatu fiksi melainkan makhluk yang sungguh – sungguh

ada dan mempunyai organ – organ yang dapat berpikir dan bertindak sebagai subjek

hokum

D. Hubungan antara Hukum, Hak dan Kewajiban

Hukum mempunyai kedudukan dan peranan yang sangat penting dalam kehidupan

berbangsa, bernegara dan bermasyarakat karena hukum itu berfungsi untuk melindungi

kepentingan manusia ( law as tool of social enginering ) dan membagi hak dan kewajiban

( Sudikno Mertokusumo, 1991:1-2; Satjipto Raharjo, 1986:83;Roscou Pound, dalam Lili

Rasyidi, 1988:288 ).

Hak itu memberi kenikmatan dan keleluasaan kepada individu dalam

melaksanakannya, sedangkan kewajiban merupakan pembatasan dan beban.

Page 6: Hukum Perdata Pembagian KUH Perdata Buku 1

2. Hukum Keluarga

a. Pengertian Hukum Keluarga

Hukum keluarga diartikan sebagai keseluruhan ketentuan yang mengenai hubungan

hukum yang bersangkutan dengan kekeluargaan sedarah dan kekeluargaan karena

perkawinan (perkawinan, kekuasaan orang tua, perwalian, pengampunan, keadaan tak hadir).

Kekeluargaan sedarah adalah pertalian keluarga yang terdapat antara beberapa orang

yang mempunyai keluhuran yang sama. Kekeluargaan karena perkawinan adalah pertalian

keluarga yang terdapat karena perkawinan antara seorang dengan keluarga sedarah dari istri

(suaminya).

b. Sumber Hukum Keluarga

Hukum Keluarga dapat dibedakan menjadi dua macam sumbernya yaitu sumber

hukum keluarga tertulis dan tidak tertulis.

- Hukum Keluarga tertulis adalah kaidah-kaidah hokum yang bersumber dari UU,

yurisprudensi dan traktat.

- Hukum Keluarga tidak tertulis adalah kaidah-kaidah hokum keluarga yang timbul,

tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat ( kebiasaan ).

c. Esensi Perkawinan

1. Pengertian Perkawinan

Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan YME

(UU No. 1 Thn. 1974)

2. Tujuan Perkawinan

Yang menjadi tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal

berdasarkan ketuhanan yang maha Esa. Ini berarti bahwa perkawinan itu :

- Berlangsung seumur hidup

- Cerai diperlukan syarat-syarat yang ketat dan merupakan jalan terakhir

- Suami – istri membantu untuk mengembangkan diri.

Page 7: Hukum Perdata Pembagian KUH Perdata Buku 1

3. Syarat-syarat dan Momentum Sahnya Perkawinan

Syarat-Syarat intern Perkawinan

Menurut UU No. 1 Thn. 1974 adalah sebagaimana disebutkan dalam pasal 6 s.d 12 adalah sebagai berikut :

2. 1) adanya persetujuan kedua calon mempelai3. 2) adanya izin kedua orang tua (wali bagi calon mempelai yang belum berusia 21 tahun 4. 3) usia calon mempelai pria sudah mencapai 19 Thn dan wanita mencapai 16 Thn. 5. 4) Antara calon mempelai pria dan wanita tidak ada hubungan darah6. 5) Tidak ada dalam ikatan perkawinan7. 6) Tidak melarang ke3 kalinya untuk menikah8. 7) Tidak dalam masa idah bagi calon mempelai wanita

syarat-syarat perkawinan dalah KUH Peradata beberapa yang harus diindahkan. Syarat-syarat ini dibeda-bedakan antara :a. Syarat materiil (syarat inti)Syarat ini masih dapat diperinci lagi antara syarat materiil absolut dan syarat materil relatif.Syarat materiil absolut adalah syarat yang mengenai pribadi seorang yang harus diindahkan untuk perkawinan pada umumnya.Syarat ini adalah sebagai berikut :1. Monogamy2. Persetujuan antara kedua calom suami istri3. Orang yang hendak kawin harus memenuhi batas umur minimal (pasal 29)4. Seoang perempuan yang pernah kawin dan hendak kawin lagi harus mengindahkan waktu 300 hari setelah perkawinan yang dahulu dibubarkan (pasal 34)5. Untuk kawin diperlukan ijin dari sementara orang (pasal 35-49)

Syarat materiil relatif adalah mengenai ketentuan-ketentuan yang merupakan larangan bagi seorang untuk kawin dengan orang tertentu.Ketentuan-ketentuan ini ada 2 macam :1. Larangan untuk kawin dengan orang yang sangat dekat di dalam kekeluargaan sedarah atau karena perkawinan.2. Larangan untuk kawin dengan orang, dengan siapa orang itu pernah melakukan perbuatan zinah.3. Larangan untuk memperbaharui perkawinan setelah adanya perceraian jika belum lewat waktu 1 tahun.

b. Syarat FormalIni dapat dibagi dalam syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum dilangsungkan perkawinan, dan syarat-syarat yang harus dipenuhi berbarengan dengan dilangsungkannya perkawinan itu sendiri.Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum perkawinan dilangsungkan perkawinan adalah :

Page 8: Hukum Perdata Pembagian KUH Perdata Buku 1

1. Pemberitahuan tentang maksud untuk kawin2. Pengumuman tentang maksud untuk kawin

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi berbarengan dengan dilangsungkannya perkawinan diatur dalam pasal 71-82 yang antara lain menentukan :1. Calon suami istri harus memperlihatkan akta kelahirannya masing-masing.2. Akta yang memuat izin untuk perkawinan dari mereka yang harus memberi izin, atau

akta dimana ternyata telah ada perantara dari pengadilan.3. Jika perkawinan itu untuk kedua kalinya, harus diperlihatkan akta perceraian, akta

kematian atau di dalam hal ketidak hadiran suami (istri) yang dahulu, turunan izin hakim untuk kawin.

4. Bukti bahwa pengumuman kawin telah berlangsung, tanpa pencegahan.5. Dispensasi untuk kawin, di dalam hal dispensasi itu diperlukan6. Jika ada perselisihan pendapat antara Pegawai Catatan Sipil dan calon suami istri tentang

soal lengkap atau tidaknya surat-surat yang diperlukan untuk kawin, maka hal ini dapat diajukan kepada pengadilan yang akan memberi keputusan tanpa banding.

Page 9: Hukum Perdata Pembagian KUH Perdata Buku 1

BAB III

PENUTUP

Demikian penjelasan pembahasan dari makalah ini. Maka dapat kami simpulkan

1. Hukum orang hanya ketentuan orang sebagai subjek hokum

2. Kategori Subjek Hukum : Manusia (Natuurlijk Persoon),Badan Hukum (Rechts persoon)

3. Hukum keluarga diartikan sebagai keseluruhan ketentuan yang mengenai hubungan hukum

yang bersangkutan dengan kekeluargaan sedarah dan kekeluargaan karena perkawinan

(perkawinan, kekuasaan orang tua, perwalian, pengampunan, keadaan tak hadir).

4. Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan wanita sebagai suami istri

dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan YME

(UU No. 1 Thn. 1974)

Page 10: Hukum Perdata Pembagian KUH Perdata Buku 1

Daftar Pustaka

http://akta-online.com/main/index.php?option=com_content&view=article&id=188%3Ahukum-

perorangan-dan-kekeluargaan-perdata-barat-2&Itemid=58

http://pengantarhukumindonesia.blogspot.com/2008/11/bab-iv-hukum-keluarga-bag1.html

http://tutorialkuliah.blogspot.com/2009/05/hukum-keluarga-adalah-bagian-dari-hukum.html

http://excellent-lawyer.blogspot.com/search/label/Perdata

Page 11: Hukum Perdata Pembagian KUH Perdata Buku 1

MAKALAH HUKUM PERDATA

HUKUM ORANG DAN HUKUM KELUARGA

OLEH :

RUSDIN

INDRA EFENDI

NURWAHIDAH

NENI ROSMAWATI

DOSEN PENGAMPU : TITIN TRIANA, SH

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM INDRAGIRI

TEMBILAHAN

2010