76
Drs. Badwan, M.Ag Farkhani, S.HI., S.H., M.H HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM MENGGUNAKAN NORMA-NORMA AGAMA DI PENGADILAN NEGERI PURWOREJO

HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

  • Upload
    others

  • View
    14

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

Drs. Badwan, M.AgFarkhani, S.HI., S.H., M.H

HUKUM TRANSENDENTAL;ARGUMENTASI HUKUM

MENGGUNAKAN NORMA-NORMA AGAMADI PENGADILAN NEGERI PURWOREJO

Page 2: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM MENGGUNAKAN NORMA-NORMA AGAMA DI PENGADILAN NEGERI PURWOREJO

Drs. Badwan, M.AgFarkhani, S.HI., S.H., M.H

Cetakan, 201716 x 24 cm; vi + 70 hlm.

Penerbit:LP2M-Press,Institut Agama Islam Negeri (IAIN) SALATIGAJl. Tentara Pelajar 02, Kode Pos 50721, SalatigaEmail: [email protected]

ISBN 978-602-51155-4-7

All Right reserved. Hak cipta dilindungi undang-undangDilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa puntanpa ijin tertulis dari penerbit.

Page 3: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

iii

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt dan shalawat serta salam semoga tetaptercurah kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat danpengikutnya sampai akhir zaman.

Kajian keilmuan di bidang hukum, berjalan dan beriring denganperkembangan keilmuan secara umum dalam dunia global. Iabergerak mengikuti siklus pergerakan keilmuan secara umum, adasaat dimana ia muncul, berkembang dan tegak di atas permukaankeilmuan, terkadang pula tertutupi oleh tren kemajuan danperkembangan keilmuan dalam sektor lain. Dalam keilmuan hukumberlaku pula falsifikasi, dekontruksi maupun rekonstruksi danbahkan pula ia berkutat dalam satu tren kemudian bergerak secaraevolutif menuju kejenuhan terhadap tren yang dianggapnya sudahtidak lagi kompatibel terhadap kebutuhan dan pergeseran kehidupanmasyarakat.

Di Indonesia, proses seperti ini terasa pula dalam perkembanganpewacanaan ilmu hukum. Positivisme hukum yang pernah jaya dandiagungkan mulai dikritisi karena berbagai kegagapan dankegagalan dalam mewujudkan cita-cita hukum. Berdasarkan padaargumentasi ini, ditopang semakin goyahnya positivisme menujupost positivisme (bermula dari gerakan modernisme menuju postmodernisme) serta keinginan untuk mengkaji pada apa yang disebuthukum yang berkeindonesiaan, muncullah berbagai macam tawaranwacana atau pradigma keilmuan dalam ilmu hukum, sebut sajahukum progresif, hukum non-sistemik, hukum profetik, hukum alaal-takwil al-ilmi dan hukum transendental.

Penelitian ini mencoba memperbincang hukum transendental,yakni suatu ajaran hukum yang bersumber pada nilai-nilai suci yangterkandung dalam ragam kitab suci yang ada pada agama-agamadunia (yang diakui di Indonesia) yang selanjutnya diobjektifikasi

Page 4: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

iv

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

dalam ranah realitas hukum yang dihadapi, yang diharapkanmenghasilkan satu produk hukum yang bernilai ilahiyah sekaliguskompatibel bagi perkembangan kehidupan manusia, yang sudahbarang tentu, salah satu hasilnya tercermin dalam ragamargumentasi hukum yang dilakukan oleh para pembelajar hukum,termasuk hakim-hakim pada sistem peradilan yang berlaku diIndonesia.

Oleh karenanya dalam buku ini, kajian-kajian yang adadidalamnya adalah berkenaan dengan apa yang dimaksud denganhukum transendental dan bagaimana mula perbincangan hukumtransendental ini terlacak. Kemudian bagaimana aplikasi danprospek hukum transendatal itu dalam ranah realitas hukum, salahsatunya dipergunakan dalam argumentasi hukum yang biasadipakai oleh hakim dalam memutuskan sebuah perkara. Untukmelihat perbincangan tersebut, secara spesifik, buku ini mengkajisalah satu Putusan Pengadilan Negeri Purworejo (Putusan Nomor:61/Pid.B/2011/PN.Pwr). Dari sana, kita dapat melihat bagaimanapradigma berfikir hakim yang mencoba menerapkan hukumtransendental dalam putusan pengadilannya.

Akhirnya, penulis bersyukur kepada Allah Swt yangmemberikan kekuatan untuk menyelesaikan buku kecil ini,selanjutnya selaku penulis mengharap adanya koreksi dari berbagaipihak terutama para pembaca yang insya Allah akan kami jadikansebagai bahan revisi buku pada kesempatan yang akan datang.Selamat membaca dan terima kasih.

Penulis

Drs. Badwan, M.AgFarkhani, S.HI., S.H., M.H

Page 5: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

v

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

DAFTAR ISI

Pengantar ..............................................................................................Daftar Isi ...............................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ........................................................1A. Gerak dan Arah Perkembangan Pemikiran

Hukum di Indonesia ..............................................1B. Norma Agama Sebagai SumberHukum

Transendental ........................................................6

BAB II HUKUM TRANSENDENTAL DANARGUMENTASI HUKUM DALAMPUTUSAN HAKIM .....................................................9A. Hukum Transendental ...........................................9B. Akar Diskursus Hukum Transendental .............14C. Argumentasi Hukum dalam Putusan Hakim...20D. Implementasi Hukum Transendental

sebagai Argumentasi Hukum dalam PutusanHakim ...................................................................24

BAB III KABUPATEN PURWOREJE DANPENGADILAN NEGERI PURWOREJO ...............30A. Sekilas Kabupaten Purworejo .............................30B. Pengadilan Negeri Purworejo .............................34C. Norma Agama dalam Putusan Hakim

di Pengadilan Negeri Purworejo .........................39

Page 6: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

vi

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

BAB IV PARADIGMA BERFIKIR HUKUMHAKIM PENGADILAN NEGERI PURWOREJO....DALAM PUTUSANNOMOR: 61/Pid.B/2011/PN.Pwr. ...........................46A. Paradigma Berfikir Hukum ................................46B. Analisis Paradigma Berfikir Hukum

Hakim Pengadilan Negeri Purworejodalam Putusan Nomor: 61/Pid.B/2011/PN.Pwr.49

BAB V PENUTUP ...................................................................65A. Kesimpulan...........................................................65B. Saran .....................................................................66C. Tindak Lanjut .......................................................66

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................67

Page 7: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

1

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

BAB I

PENDAHULUAN

A. Gerak dan Arah Perkembangan Pemikiran Hukum diIndonesia

Gerak dan wacana hukum, dalam perkembangannya terusmengalami perubahan dan pergeseran. Bermula dari kajian tentangfilsafat alam yang berkembang pada zaman Yunani Kuno, kemudiandengan kehadiran Socrates, Plato dan Aristoteles filsafat yang semulahanya memperbincangkan perdebatan diseputar penciptaan alamkemudian bergeser pada problem keseharian hidup manusia atausituasi manusiawi (Otje Salman S, 2012: 2). Pada masa ini, alamdimana manusia itu tinggal dianggap sebagai suatu kekuasaan yangmengancam manusia. Oleh karenanya perlu ada orang yang mampumenghadapi alam sebagai sesuatu yang penuh misteri dan sakralitu dan sebab manusia itu juga hidup dalam alam, maka manusiapun dianggap sesuatu yang mengandung misteri juga (Theo Huijber,1982: 19).

Socrates, Plato dan Aristoteles mencoba merubah paradigmamasyarakakat Yunani Kuno yang religio primitif, menjadi lebihrealitis dan rasionalis dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaanmendasar tentang tujuan hidup. Ajaran yang dibawakan oleh tigafilosof guru dan murid jelas merubah alam pemikiran manusia yangsebelumnya bahwa kehidupan itu berjalan sebagai suatu keharusanalamiah saja menjadi lebih manusiawi. Bermula dari pemikiranmereka, lalu muncul pemikiran tentang hukum. Sebab pemikiranawal yang muncul adalah tentang filsafat alam, maka aliran hukumyang pertama muncul adalah aliran filsafat hukum alam, kemudianseiring perkembangan zaman muncul aliran-aliran hukum lainnyaseperti positifisme, utulitarianisme, aliran hukum wahyu dan lain-

Page 8: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

2

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

lain. Diantara aliran-aliran itu ada dominasi dalam penerapan hukumada pula yang berhenti dalam tataran makna dan hanya berlakudalam kurun waktu yang pendek kemudian berhenti dalamdiskursus ilmu pengetahuan hukum.

Dari banyaknya aliran pemikiran hukum pada masa klasiksampai pada post modernisme, Stanley L. Poulsen dan Shidartamembaginya dalam dua model aliran hukum yang pembagiantersebut berangkat dari pola hubungan antara hukum, fakta danmoral; pertama hukum yang menyatu dengan fakta (reductive thesis)dan terpisah dari fakta (normativity thesis). Kedua, hukum menyatudengan moral (morality thesis) dan terpisah dari moral (separabilitythesis). Dari pola ini Poulsen tidak merinci pada banyak aliran-aliranpemikiran dalam hukum, ia hanya melampirkan tiga aliranpemikiran hukum, yaitu; aliran hukum kodrat (natural law theory),aliran legisme hukum ala Kelsenian (Klesen’s pure theory of law) danaliran realisme hukum (empirico-positivist theory of law) (Shidartadalam Absori dkk, 2017: 4).

Pada masa dasa warsa terakhir, muncul ragam tawaranpemikiran hukum baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Didalam negeri muncul aliran hukum progresif yang diinisiasi olehbegawan hukum dari Universitas Dipenogoro Semarang, SatjiptoRaharjo, hukum non sistemik yang dipelopori oleh Anthon F. Susantoseorang dosen Fakultas Hukum Universitas Pasundan Bandung, diUnivesitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta muncul ide penafsiranhukum al-ta’wil al-ilmi yang berawal dari model pembacaan teksdengan model bayani, burhani dan irfani-nya Syed Hossein Naser,di Univeritas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas IslamIndonesia (UII) Yogyakarta muncul ide hukum profetik. Ilmu HukumProfetik yang digaungkan di UII Yogyakarta belum memiliki arahpemikiran yang jelas, sementara Ilmu Hukum Profetik yangdikembangkan di UM Surakarta, oleh Kelik Wardionodikembangkan dengan meminjam pola pemikiran Ilmu SosialProfetik yang dikenalkan oleh Kuntowijoyo (Absori dkk, 2015, dan

Page 9: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

3

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

Kelik Wardiono, 2016) dan akhir-akhir ini UniversitasMuhammadiyah Surakarta sedang gencar menyebarkan wacanahukum transendental. Istilah wacana hukum langitan juga pernahdilontarkan oleh Anthon F. Susanto yang ditulisnya dalam sebuahbuku kecil yang dikhususkan untuk mengkritisi wacana hukumprofetik yang kedua buku tersebut dilaunching pada acara KonferensiAsosiasi Filsafat Hukum Indonesia (AFHI) ke-5 di UniversitasMuhammadiyah Surakarta (Anthon F. Susanto, 2015). Terakhiradalah istilah hukum langit dari prosiding disertasi Muhyar Fanani(2008) yang menjelaskan upaya nasionalisasi hukum Islam danIslamisasi hukum nasional.

Munculnya wacana pemikiran hukum yang beyondpostmodernisme di Indonesia itu tidak lain adalah bermula padakegagalan legal positifisme hukum dalam memecahkan persoalan-persoalan kontemporer hukum yang sesungguhnya tidak an sichmembutuhkan kepastian hukum dan legalitas atas segala perbuatanhukum, baik yang bersifat onrechtsmatigedaad maupun yangzaakwarneming. Kasus-kasus seperti pencurian biji kakao oleh nenekMinah, semangka afkiran oleh Kholil dan Basar, sandal jempit olehpelajar SMK di Palu, kayu bakar oleh nenek Asyani, pisang batuoleh kakek Klijo Sumarto, minyak kayu putih oleh nenek Hasnah,piring oleh nenek Rasminah, penebang pohon Mangrove oleh Busridan beberapa kasus semisal lainnya berbanding terbalik oleh kasuspembakaran hektaran hutan di Riau, dan korupsi menjadi buktinyata ketidakmampuan positifisme hukum dalam menciptakantujuan hukum diantara keadilan, kemanfaatan dan kepastianhukum.

Mengubah arah pemikiran hukum dari para penegak hukumdi Indonesia bukan urusan semudah membelah pisang. Penancapanalur fikir legal positifisme sangat panjang, dimana awal masamunculnya pemikiran hukum legal formalisme pada tahun 1650M, Belanda melalui VOC-nya dan pemerintahan kolonialnya telahmenancapkan kuku imperialisme besarta tatanan nilai-nilai (norma

Page 10: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

4

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

dan teori) hukum, hingga masa akhir kejayaan paham teori ini (awalabad 19) Belanda masih tetap bercokol di Bumi Indonesia. Masatanam dan internalisasi norma dan produk hukum kolonial yangpositifistik ini jelas telah mengurat akar, dan sangat sulit dihilangkandalam sejarah perkembangan hukum di Indonesia, maka dapat sajadipahami mengapa hakim-hakim itu mayoritas terkungkung dannyaman terjebak dalam lingkaran legal formalistik yang positifitik,rasionalistik dan empiristik (Farkhani dan Evi Aryani, 2016: 31).

Legal formalistik yang positifistik, seusungguhnya tidak begituburuk bilamana konsistensi dalam menjalankan hukum untukkeadilan dan kepastian hukumnya diterapkan secara adil kepadasiapapun, prinsip atau azas equal before the law dipegangi denganteguh oleh seluruh penegak hukum.

Ketidakkonsistenan yang selama ini diperlihatkan membuatpesimistis terhadap sistem hukum dan peradilan selama ini. Realitasyang kasat mata mempertontonkan para penegak hukum menjadisangat cekatan, tegas dan mantap memproses hukum pada paraterdakwa dari kalangan masyarakat kaum proletar, membunyikanperaturan perundang-undangan dan sedikit berkreasi bila kasusnyadi publish dan di blow up oleh berbagai media massa, baik cetak danelektronik dan diikuti oleh aksi demontrasi dari kalangan mahasiswa,lembaga swadaya masyarakat dan aksi solidaritas lainnya.Sementara pada kasus-kasus yang melibatkan politisi, birokrat,selebriti, penguasa dan pemilik modal, kebenaran dan keadilanhukum diperdagangkan (Farkhani dan Evi Aryani, 2016: 32).Equality before the law hanya menjadi mimpi buruk bagi para pencarikeadilan hukum dari masyarakat proletar.

Zaman terus bergerak dan berubah, ilmu pengetahuan terusdikembangkan, kesenjangan antara idealita dan kehidupan praksisterus didekatkan dalam semua sisi kehidpan manusia, termasukdalam hal pemikiran ilmu hukum dan penerapannya dalam kasusperkasus. Para hakim sebagai benteng terakhir penegakan hukum,mulai ada yang berani membuka diri, menggali ilmu, nilai dan

Page 11: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

5

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

norma yang dapat dipedomani sebagai sumber hukum. Norma adat,norma kesopanan, norma kesusilaan dan norma agama mulai lebihsering dilirik, dijadikan bahan hukum guna tercapainya keadilanhukum sedekat mungkin dengan keadilan yang sesungguhnya.

Terkhusus dengan norma agama, hakim yang hidup dalamnegara Indonesia yang berke-Tuhan-an Yang Maha Esa dan dalamsetiap irah-irah putusannya tercantum “Demi Keadilan yangberdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”, menjadikan hakimsebagai “wakil” Tuhan di muka bumi untuk penegakan keadilanbagi seluruh manusia. Artinya bahwa setiap putusan yang hakimkeluarkan harus benar-benar dapat dipastikan bahwa putusannyaitu dapat dipertangungjawabkan dihadapan Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam sejarah putusan pengadilan di Indonesia, sunguh telahada hakim yang memiliki pemikiran bahwa hakim adalah “wakil”Tuhan. Nama Bismar Siregar (dalam posisi sebagai judex facti)menjadi rujukan utama sebagai salah satu hakim yang paling seringmenggunakan argumentasi yang berlandaskan norma-normaagama dalam setiap putusannya. Beliau menjadi hakim yang palingberani melawan aras hukum yang menjadi ideologi hukum parahakim pada umumnya. Norma-norma agama, terutama ajarandalam al-Quran dan Injil sering kali beliau jadikan sebagaiargumentasi untuk jatuhnya putusan dalam akhir sebuahpersidangan. Hal ini menunjukan bahwa norma hukumtransendental dapat pula dijadikan sebagai bahan pertimbangansebagai argumentasi hukum dalam putusan pengadilan, dan sangatmungkin ada peluang untuk menjadikannya sebagai norma hukumnasional.

Setelah era Bismar Siregar, sulit didapatkan hakim yangmenggunakan norma agama menjadi salah satu argumentasi dalammemutuskan perkara dalam persidangan, bukan berarti tidak ada.Akhir-akhir ini muncul putusan hukum yang semisal dengan apayang pernah dilakukan oleh Bismar Siregar. Dalam sebuahpersidangan pada perkara pembunuhan berencana di Pengadilan

Page 12: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

6

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

Negeri Purworejo, majlis hakim yang diketuai oleh PurnawanNarsongko, S.H., dengan hakim anggota Alex. TMH. Pasaribu, S.H.dan Mardiana Sari, S.H., M.H., menggunakan norma-norma agamasebagai salah satu argumentasi pemberian hukuman pada terdakwaAdriawan bin Subarjo.

Penelitian ini mencoba untuk mengkaji putusan hukum hakimPengadilan Negeri Purworejo dalam menggunakan norma agamasebagai argumen hukum untuk pemberian hukuman padaterdakwa, dan bertolak dari persoalan ini juga akankah semakinterbuka dan berani para penegak hukum untuk menggunakannorma hukum transendental sebagai norma hukum yangkeberlakuannya diakui secara terbuka dan menasional.

B. Norma Agama Sebagai Sumber Hukum Transendental

Ilmu modern yang bercorak rasional positifistik dianggap bukansegala-galanya, sebab alam kehidupan manusia tidak melulu yangbersifat wadag dan dapat ditangkap oleh rasio manusia yangmemiliki keterbatasan. Rasionalisasi yang dipegangteguhi olehpositifisme jelas akan sangat terbata-bata untuk memperbincangkansegala hal yang bersifat batiniyah. Sebab positifisme erat terkaitdengan tangkapan indrawi dan bukti empirik. Akal manusiadijadikan sebagai alat ukur terhadap suatu problem dengan jawabanpasti; logis dan tidak logis.

Menurut Absori (dalam Absori dkk, 2017: 14-15), pemikirantransendental berkaitan dengan pemahaman yang menempatkanilmu pada jangkauan yang lebih luas melampaui batas-batasnormatif kaidah ilmu yang bersifat rasional. Binkai ilmunya bersifatmetafisik, supranatural dan sering kali irasional. Immanuel Kantmemaknai transendental sebagai sebuah pemahaman yangmelampaui batas-batas pengalaman. Menurut kaum Skolastik,transendental dipahami bersifat superkategoris, yakni mencakupsegala hal yang lebih luas dari kategorisasi tradisional, baik dalambentuk, potensi dan aksi. Transendental mampu mengungkap ciri

Page 13: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

7

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

universal dan adiindrawi dari yang ada yang ditangkap melalui intuisiyang melampaui pengalaman apapun. Transendental menunjukkaneksistensi melalui akumulasi kegiatan berfikir, kesadaran dan dunia(Lorens Bagus, 1996: 1118-1122).

Roger Garaudy, memaknai transendental dalam tiga perspektif;pertama, pengakuan ketergantungan manusia kepada Sang Pencipta,kedua, pengakuan terhadap kontinuitas dan ukuran bersama antarTuhan dan manusia dan ketiga, mengakui keunggulan norma-norma mutlak yang melampaui akal manusia (M. Fahmi, 2005: 97).Dari pemahaman ini semua, diyakini bahwa agama, spiritual, etikadan moral sebagai bagian dari transendensi dalam kehidupanmanusia.

Agama (penuh muatan transendensi) diyakini sebagai suatusistem nilai dan ajaran memiliki fungsi yang jelas dan pasti untukpengembangan kehidupan umat manusia yang lebih beradab dansejahtera. Dalam perspektif ajaran dan sejarah, agama apa pun turunke dunia untuk memperbaiki moralitas manusia, dari kebiadabanmenuju manusia bermoral. Di dalam agama terdapat nilai-nilaitransenden berupa iman, kepercayaan kepada Tuhan, serangkaianibadah ritual dan petunjuk kehidupan manusia sebagai manifetasikepercayaan dan kepatuhan kepada Sang Pencipta. Menurut AbdA’la (dalam Adi Sulistyono, 2008: 2), transendensi agama bersifatfungsional, bukan sekadar untuk kehidupan akhirat yang bersifatekskatologis murni dan terpisah dari kehidupan sekarang. Namunhal itu juga berfungsi praktis dan applicable untuk kehidupan dunia.

Agama sebagai petunjuk hidup yang didalammnya terterabanyak norma, termasuk norma yang bermuatan hukum, dapatdijadikan sebagai sumber hukum dan dapat pula dijadikan sebagaiargumen hukum dalam mempertimbangan pemberian hukumanbagi pelanggar hukum. Bermula dari pemahaman ini kemudianmuncul istilah hukum transendental yang sedangdikembangwacanakan oleh para sarjana hukum di UniversitasMuhammadiyah Surakarta. Konsep hukum transendental tercipta

Page 14: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

8

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

setelah mengelaborasi; (1) berbagai pemahaman dari para sarjanatentang transendental, (2) introdusir Spiritual Intellegence-nya DanarZohar dan Ian Marshall yang diyakininya sebagai The UltimateIntellegence, (3) konsep Emotional Spiritual Quotient-nya AriGinanjar Agustian dan (4) konsep hukum yang membahagiakannyaSatjipto Rahardjo diperolehlah pemahaman bahwa yang dimaksuddengan hukum transendental adalah hukum yang mendasarkanpada nilai dan norma luhur agama, spiritual, etik dan moral untukmengatur perilaku tutur dan tingkah laku masyarakat hukum agartercipta kehidupan yang harmoni, mensejahterakan danmembahagiakan lahir dan batin. Hukum transendental juga tidakhanya menghendaki konten hukumnya tetapi juga pada sikap parapenegak hukumnya yang menginternalisasi nilai-nilai transendensi.

Argumentasi hukum sifatnya wajib bagi hakim dalam setiappemberian hukuman kepada pelanggar hukum. Keberadaannya dipastikan ada pada setiap putusan pengadilan pada saat mengakhiripersidangan. Dalam Terminologi Hukum (Rahuhandoko, 1996: 67),istilah ‘argument’ diartikan sebagai berusaha mempercayakan oranglain dengan mengajukan alasan-alasan. Dalam Kamus Filasafat(Rakhmad, 1995: 22-23), ‘argument’ dari bahasa Latin ‘arguere’ yangberarti menjelaskan alasan-alasan (bukti) yang ditawarkan untukmendukung atau menyangkal sesuatu. Adapun hukum secara ringkasdiartikan sebagai aturan. Sehingga dapat dimakna bahwa yangdimaksud dengan argumentasi hukum adalah alasan-alasan yangdianggap logis yang memuat norma-norma hukum yang bertujuanmeyakinkan pihak lain atas alasan yang dikemukakan. Argumentasihukum yang biasa dijadikan pertimbangan pemberian putusan bagihakim meliputi unsur-unsur legal justice, moral justice dan social justice.

Aspek-aspek yang termasuk dalam moral justice adalah falsafahhumanisme, psikologi, pendidikan dan agama. Aspek (norma)agama sangat jarang diungkap secara tegas dalam putusan-putusanhakim pengadilan, terkhusus pengadilan negeri dan lebih khususpada kasus pidana.

Page 15: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

9

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

BAB II

HUKUM TRANSENDENTAL DANARGUMENTASI HUKUM DALAM

PUTUSAN HAKIM

A. Hukum Transendental

Kebebasan beragama (religious freedom) menjadi salah satubagian terpenting dalam kluster hak asasi manusia. Dalam sejarahpembentukan dan perubahan konstitusi di Indonesia, klausulkebebasan beragama tidak pernah hilang, bahkan mengalamipenguatan dari waktu ke waktu dan semakin diperhatikankeberadaannya. Sebab sangat urgennya hak kebebasan beragama(religious freedom) dimasukan dalam klasifikasi sebagai non-derogableright - hak lainnya; hak atas hidup (freedom to life), hak bebas daripenyiksaan (rights to be free from torture), hak bebas dariperbudakan (rights to be free from slavery), hak bebas dari penahanankarena gagal memenuhi perjanjian (utang), hak bebas daripemidanaan yang berlaku surut, hak atas kebebasan berfikir,keyakinan dan agama-, artinya hak kebebasan beragama adalahhak yang tidak boleh dikurangi dalam kondisi apapun (bencana,darurat ataupun perang) (Ifdhal Kasim, 2001: xii-xiii). Hak non-derogable right ini juga secara tegas tertuang dalam UUD 1945 pasal28 huruf I ayat 1.

Kebebasan beragama (religious freedom) tidak boleh dikurangi,hanya diperbolehkan dilakukan pembatasan dengan alasan-alasanyang dibenarkan dan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan. Adapun keterangan yang dimaksud dengan pembatasanadalah sebagiamana terangkum dalam;1. Konvensi internasional hak sipil dan politik yan telah diratifikasi

melalui Undang-Undang No. 12 tahun 2005 dalam pasal 18

Page 16: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

10

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

ayat 3 yang berbunyi; “kebebasan untuk menjalankan agama ataukepercayaannya seseorang hanya dapat dibatasi oleh ketentuanhukum, yang diperlukan untuk melindungi keamanan, ketertiban,kesehatan atau moral masyarakat atau hak dan kebebasan mendasarorang lain”.

2. Deklarasi hak asasi manusia PBB (DUHAM) terangkum dalampasal 29 ayat 2; “dalam menjalankan hak-hak dan kebebasan-kebebasannya, setiap orang harus tunduk hanya pada pembatasan-pembatasan yang ditetapkan oleh undang-undang yang tujuannyasemata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatanyang tepat terhadap hak-hak dan kebebasan-kebebasan orang lain,dan untuk memenuhi syarat-syarat yang adil dalam hal kesusilaan,ketertiban dan kesejahteraan umum dalam suatu masyarakat yangdemokratis”.

3. Deklarasi PBB tentang Penghapusan Segala Bentuk DiskriminasiBerdasarkan Agama dan Kepercayaan (Declaration on theElimination of All Forms of Intolerance and of DiscriminationBased on Religion and Belief) tahun 1981, pada pasal 1 Ayat 3;“Setiap orang berhak atas kehidupan, kebebasan dan keamananpribadi”.

4. Konvensi Hak-Hak Anak Persyarikatan Bangsa-Bangsa(Convention on the Rights of the Child), terdapat dalam pasal 14ayat 3; “kebebasan untuk menyatakan agama seseorang ataukepercayaan seseorang, dapat tunduk hanya pada pembatasan-pembatasan seperti yang ditentukan oleh undang-undang dan yangdiperlukan untuk melindungi keselamatan umum, ketertibanumum, kesehatan atau kesusilaan atau hak-hak atau kebebasan-kebebasan dasar orang lain”.Komponen-komponen yang menjadi pembatasan dari hak

kebebasan beragama yang tercantum dalam berbagai konvensi dandeklarasi internasional itu, kemudian dijadikan bahan untukmenyusun pasal 28 huruf j UUD 1945; (1) Setiap orang wajibmenghormati hak asasi manusia orang lain dalam tertib kehidupan

Page 17: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

11

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.(2) Dalam menjalankan danmelindungi hak asasi dan kebebasannya, setiap orang wajib tundukkepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang denganmaksud semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatanatas hak dan kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi tuntutan yangadil sesuai dengan pertimbangan moral, nilai-nilai agama, keamanan,dan ketetiban umum.

Berkenaan dengan hal tersebut, ada perdebatan yang cukupmenarik antar hakim Mahkamah Konstitusi dalam Putusan MK No.140/PUU-VII/2009 berkenaan dengan penodaan agama, yangberpusat pada dua titik pemahaman dalam memahami kebebasanberagama dalam secara forum internum (sikap batiniyah) dan forumeksternum (sikap lahiriyah) (Suparman Marzuki, 2013: 200-203).

Berkaitan dengan persolan ini, mendasarkan pada UUD 1945pasal 28 huruf I ayat 1, sangat mungkin melahirkan kebebasanberfikir dan berpendapat yang berdasarkan pada pemahaman ataskeyakinan agama seseorang. Oleh karena tidak dapat disangkal bilakemudian ditemukan pemikiran-pemikiran dari para cerdik cendikiayang berkompeten di bidangnya masing-masing, ada kalanyamengikutsertakan pemahaman atau keilmuan yang berkaitandengan agama pada persoalan yang sedang diperbincangkan ataubahkan menjadi landasan argumentasi dalam pandangan-pandangannya, baik secara tertulis maupun lisan.

Dalam ranah hukum, penyampaian argumentasi ataupendapat pribadi yang dikaitkan pada persoalan hukum yangsedang dihadapi bisa saja terjadi; apakah berasal dari para pihakyang bersengketa, terdakwa, kuasa hukum, penuntut umum bahkandari hakim itu sendiri dalam pertanyaan-pertanyaan di persidangansampai pada argumentasi hukum dalam putusannya.

Argumentasi yang mendasarkan pada hak kebebasanberagama termasuk didalamnya menggunakan diktum-diktumajaran agama dalam kehidupan, biasa digunakan dengan istilahnorma agama. Norma agama adalah norma luhur dan adi luhung,

Page 18: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

12

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

atau ia adalah norma yang melampaui batas-batas rasionalitas(rasionalisme) yang didukung oleh kemampuan daya tangkap dandaya tampung panca indera manusia (empirisme). Selanjutnya nilaiatau norma tersebut dikenal dengan istilah transendental.

Pengenalan istilah transendental sejatinya telah lama, yaknisuatu pola pemikiran yang terlahir dari phythagorianisme yangmempengaruhi pemikiran Plato dan para pengikutnya serta kaumNeoplatonis, dan terus diperbincangkan dalam zaman Skolastik sertabeberapa sarjana mewacanakannya sebagai anti tesis dari wacanayang telah popoler dan berkembang sebelumnya. Diantara tokohyang mengangkat tesis ini adalah Immanuel Kant.

Tesis Kant (trancendental philosophy) tentang hal ini bermula dariperdebatan antara paham rasionalisme dan empirisme, khususnyarasionalisme G.W. Leibniz (1646-1716), dan empirisme David Hume(1711-1776). Kritik Kant berkenaan dua paham yang salingberoposisi melahirkan satu tesis baru yang “melampaui” batas-batasparadigma yang dipergunakan oleh dua paham tersebut. Kant tidakterpuaskan oleh argumentasi-argumentasi yang digunakan olehrasionalisme yang lebih mengandalkan pada hasil pemikiran rasiosemata. Ia menentang jargon yang diusung oleh Rene Descrtates“cogito erga sum” (saya berfikir maka saya ada”. Pemikiran Descratesini seolah-olah tidak ada jalan pemikiran dan keilmuan kecualidengan cara mengeksploitasi kemampuan pikir manusia.Ketidaksetuajuan Kant terhadap empirisme juga terlihat nyata, iatidak sepakat atau tidak terpuaskan dengan argumentasi kaumempirisme yang menyatakan bahwa satu satunya sumberpengetahuan adalah pengalaman inderawi, atau dengan kata lainbahwa sesuatu dapat dikatakan ilmu kebenaran yang dipancarkandari ilmu itu dapat ditangkap dan dibuktikan secara nyata olehindera manusia.

Kritik Immanuel Kant terhadap rasionalisme dan empirisme inisebab keduanya tidak mampu atau mengeluarkan segala sesuatuatau pengetahuan yang berasal dari sumber yang berada di luar

Page 19: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

13

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

rasia dan inderawi, misalkan memperbincangkan tentang Tuhan danjiwa (ruh). Pemikiran Kant yang berkecenderungan bersifat metafisismemang mengalami pertentang-pertentangan dalam zamannya,namun pemikirannya sampai saat ini tidak hilang bahkan menjadijalan lain (alternatif) atas kebuntuan-kebuntuan dari ilmu yangterpapar rasionalisme dan empirisme. Transendentalisme menjaditren baru di fase post modernisme.

Begitu pula dalam ranah hukum, kejenuhan terhadap ragamproduk dan pemikiran hukum yang bersifat rasional dan empirimulai diragukan karena ketidakmampuannya untuk melahirkankeadilan dan rasa keadilan masyarakat yang menjadi subyek darihukum itu sendiri. Hukum yang bersifat transendental mulaidiangkat sebagai upaya lain untuk menerobos kekakuan-kekakuanhukum yang selama ini menjadi persoalan pelik dan selalu debatable,terutama dalam ranah law enforcment dari produk-produk hukumyang lebih mengunggulkan kepastian hukum.

Transendental, dalam bahasa Inggris ‘transcendent’, berasal daribahasa Latin ‘trancender’. Trans bermakna seberang, atas, melampauidan scender bermakna memanjat. Dari arti bahasa ini, munculbeberapa pengertian tentang makna istilah dari transendental; 1)sesuatu yang lebih tinggi, unggul, agung, melampaui, superlatif, 2)melampaui apa yang dalam pengalaman, 3) berhubungan denganapa yang selamanya melampaui pemahaman terhadap pengalamanbiasa dan penjelasan ilmiah, 4) tidak tergantung dan sendiri.

Dari penjelasan awal muncul wacana transendentalia pada abadpertengahan, dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengantransendental adalah sesuatu yang berada di luar batas kemampuandan pengalaman-pengalaman yang berawal dari eksploitasi ruangrasio dan inderawi manusia, ia adalah sesuatu yang tinggi, agung,suci, dan unggul, metafisis dan sangat mungkin bersifat ilahiyah.

Bila pengertian ini diterapkan pada ranah hukum, disebutsebagai hukum transendantal, secara sederhana adalah hukum yangtidak hanya terpaku pada produk-produk hukum yang argumentasi

Page 20: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

14

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

dan tafsirnya yang terpancang pada segala apa yang dapatditangkap oleh logika hukum yang rasionalistik empiristik, tetapimelampaui batas-batas itu yang bersifat metafisis dan ilahiyah. Sebabdalam ranah hukum, produk hukum akan selalu terkait dengansumber hukumnya dan idea of law, maka jalur yang paling singkatdan mudah untuk menemukan dan memahaminya adalah dalamnorma-norma agama yang tersimpan rapih dalam diktum-diktumajaran agama dalam masing-masing kitab suci agama. Selanjutnyalebih mudah menyebutnya sebagai norma dan/atau nilai agama.Singkatnya hukum transendental adalah objektifikasi norma dan/atau nilai agama menjadi hukum bagi manusia.

Jujur diakui bahwa wacana ini belum begitu populer dalamperkembangan ilmu hukum, tetapi telah ada dan mulai dilirik dalamberbagai kesempatan dalam ranah hukum terutama pada aspekargumentasi hukum dan ada pula produk-produk hukum diIndonesia.

B. Akar Diskursus Hukum Transendental

Diskursus mengenai hukum dan aliran hukum terus melaju danberkembang, dimulai ketika para filsuf memperbincangkan manusiadan alam. Oleh karenanya pemikiran yang lahir pada masa awal –yang diyakini sebagai- lahirnya filsafat adalah berkaitan denganmanusia, jiwa, alam raya dalam satu lingkaran makro kosmos.

Para ilmuan mengatakan bahwa orang yang pertama kalimemperbincangankan manusia dengan segala yang terkait dengankehidupannya adalah Socrates. Dia-lah yang mengangkat temamanusia dengan segala seginya, termasuk bagaimana seharusnyamanusia berperilaku pada diri dan alam sekitarnya. Berperilaku disinibermakna seharusnya manusia memposisikan diri sebagai organmakro kosmos untuk tunduk pada aturan-aturan alamiah. Pemikiranutama Socrates ini kemudian diperbincangkan dalam berbagaiperspektif dan dari sini pula diyakini perbincangan tentang filsafathukum termasuk kategorisasi aliran-aliran pemikiran hukum mulai

Page 21: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

15

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

berkembang. Pemikiran awal tentang hukum ini kemudian masukdalam kategori aliran pemikiran hukum alam atau filsafat hukumalam.

Masa berikutnya adalah masa Plato. Plato adalah muridSocrates, maka tidak heran bila pandangan filsafatnya (filsafathukum) banyak dipengaruhi oleh pemikiran Socrates. Tetapi perludiketahui pula bahwa Plato mengenal filsafat tidak hanya dariSocrates, ia juga belajar pada filsuf-filsuf yang disebut sebagai filsufpra sokratik, diantaranya Kratylos dan Heraklietos. Plato juga belajardari kaum Sofis, walaupun banyak bertentangan dengan konseprelativisme moral kaum Sofis.

Dari hasil belajarnya, Plato memiliki idea filsafatnya sendiri. Iamemulai bahwa apa yang ditangkap oleh indrawi adalah sebuahrealitas yang bisa dipertanggungjawabkan. Namun ia jugamenyadari bahwa alam inderawi senantiasa berada dalamperubahan, tidak tetap, tidak sempurna, tidak abadi, majemuk danpuspa ragam (J.H. Rapar, 2001: 46). Pemikiran Plato jugamenjunjung dunia idea, dimana alam idea seringkali tidak dapatditangkap oleh alam inderawi. Untuk kepentingan keduanya, perluada penghubung antar keduanya, dan Plato menyebutnya “jiwa”,dalam bahasa lain adalah “ruh” (J.H. Rapar, 2001: 47). Dengandemikian, jelas pengaruh Socrates sangat kental dalam pemikiranfilsafatnya, yang tidak mau dengan serta merta meninggalkanajaran gurunya yang beraliran hukum alam. Sedangkan hukumalam menurut Otje Salman (2002: 63) adalah hukum yangnormanya berasal dari Tuhan Yang Maha Esa, dari alam semestadan dari akal budi manusia.

Berawal dari pemikiran filsafat Plato ini, penulis meyakinisebagai cikal bakal aliran filsafat hukum positif (positifisme, realismehukum). Statemen ini semakin jelas pemikiran hukum Aristotelsyang merupakan murid langsung dari Plato. Otje Salman (2002:64) menyebut Aristoteles sebagai pemikir hukum yang pertama-tamamembedakan antara hukum alam dan hukum positif.

Page 22: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

16

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

Perdebatan atau diskursus biner antara hukum alam dan hukumpositif terus berlanjut sampai pada masa jauh setelah zaman Yunanikuno, diantaranya Thomas Aquinas dan Hugo Grotius sebagai filsufhukum yang lebih condong beraliran hukum alam walau denganbahasan yang lebih rinci dan klasifikasi kategoris yang mendasarkanpada asal sumber pemikiran hukumnya. Aquinas mengatakan bilaantara hukum positif dengan hukum alam terjadi pertentangan,maka yang dimenangkan adalah hukum alam. Adapun Grotiusmengatakan bahwa hukum alam adalah hukum yang riil dan samadengan hukum positif (Otje Salman, 2002: 64-65).

Abad Pertengahan (18-19 M) adalah abad kejayaan pemikiranpositifisme –aliran hukum positif. Para penstudi hukum sepakatbahwa pelopor aliran pemikiran hukum ialah John Austin (1790-1859) yang berpendirian bahwa hukum adalah perintah daripenguasa. Hakikat hukum sendiri menurut Austin terletak padaunsur “perintah” (command). Hukum dipandang sebagai suatusistem atau corpus yang tetap, logis, dan tertutup. Pemikiran itukemudian berkelindan dengan pemikir yang serupa seperti AugustComte (1798-1857) yang berpendapat bahwa perlu adanya kepatiandari hukum untuk mengikuti perkembangan untuk mengatur rohmanusia dan segala gejala hidup bersama dan itulah secara mutlak.Comte juga hanya mau mengakui hukum yang dibuat oleh negara.

Setelah dua tokoh itu, muncul Hans Kelsen (1881-1973) yangmengusung teori hukum murni. Hans Kelsen semakin mempertegasposisi dan kedudukan hukum positif di tengah menguatnyapemikiran dan praktik negara modern. Dalam bukunya “The PureTheory of Law”, ia menyatkan “bahwa hukum itu harus dibersihkandari anasir-anasir yang tidak yuridis seperti etika, sosiologi, politik,sejarah, dan lain sebagainya”. Selanjutnya menurut Kelsen bahwaorang menaati hukum karena ia merasa wajib untuk menaatinyasebagai suatu kehendak negara. hukum itu tidak lain merupakansuatu kaidah ketertiban yang menghendaki orang menaatinyasebagaimana seharusnya.

Page 23: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

17

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

Pada masa ini pergulatan antara hukum yang bersumber padaidea Tuhan, kehendak alam dan akal budi manusia dan moraldengan hukum adalah hukum yang dibuat oleh negara lebihbanyak unggul yang terakhir, kecuali pada negara-negara dibelahanTimur, terkhusus negara-negara Islam yang berada dalamkekhilafahan Turki Utsmani. Sampai pada persoalan ini John Gilisemdan Frits Gorle (dalam Anton F. Susanto, 2010: 74) menerangkanbahwa sejarah memperlihatkan hukum berkembang dari apa yangkita kenal sebagai tatanan-tatanan hukum yang primitif menjaditatanan hukum yang modern. Perkembangan selanjutnya menjadisemakin miris, karena melihat dunia hukum hanya dari teleskopperundang-undangan belaka untuk kemudian menghakimiperistiwa-peristiwa yang terjadi (Khudzaifah Dimyati, 2005: 60).

Aliran pemikiran hukum yang digjaya pada abad itu tentu sajamempengaruhi alam pemikiran hukum di Indonesia. Sebab padakurun abad itu Indonesia di jajah oleh beberapa bangsa Eropa yangmenggunakan alam pemikiran positivisme (hukum) pada peraturanperundang-undangannya, terutama Belanda. Tentu saja denganberbagai argumentasi, terutama asas konkordasi, hukum yangmereka miliki diterapkan begitu saja kepada negara jajahannya sertadiperkuat dengan pembelajaran ilmu hukum yang mendukungmadzhab pemikiran hukum yang berjaya pada masa itu. Baikdengan cara menyediakan sekolah-sekolah hukum bagi pribumi dinegara mereka dan/atau mendirikan sekolah hukum di negerijajahan.

Sebab perkembangan yang demikian itu, menjadi wajar hal itujuga memperngaruhi alam pemikiran hukum di Indonesia. Olehsebab itu corak pemikiran hukum para sarjana hukum dan peraturanperundang-undangan yang ada masyoritas bergenre positivisme.Tercermin jelas pada penekanan aspek legalitas, lebih seringmengesamping aspek-aspek moralitas, etika dan agama dalampraktek produksi dan penegakan peraturan perundang-undangan.Sebagai penguat atas statemen dimuka, sebagian kecil kasus yang

Page 24: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

18

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

sempat menjadi tranding topic pada beberapa tahun terakhir tulisanini dibuat, diantaranya; pencurian minyak angin, pencurian bijikakao, ketumbar, sandal jepit, pisang dan beberapa kasus lainnyadengan skema penanganan yang serupa, siapa yang berbuat salah,ketangkap, pencocokan antara perbuatan dengan paraturanperundangan dan vonis.

Skema pemidanaan dalam pola positivistik hukum

Tangkap Pelanggar Hukum

Vonis Hukuman

Temukan Peraturannya

Fakta dan skema hukum yang terlihat tersebut menunjukkanbahwa hukum itu tidak lain adalah yang terdapat dalam undang-undang, dan bukan apa yang seharusnya, serta mengabaikan aspekmoral, agama dan sosial di masyarakat.

Selanjutkan sebab berbagai fakta yang terjadi dalam dunia ilmuhukum dan hukum di Indonesia yang sangat terpengaruh olehpositivisme hukum, menjadikan hukum di Indonesia terpenjaradalam teks book peraturan perundang-undangan, mengabaikanterwujudnya cita hukum yang hakiki, meninggalkan kekacauan danragam problema dalam hukum baik dalam teks maupunimplementasinya dalam law enforcment.

Kegagalan positivisme hukum yang demikian massif itumenimbulkan ragam kritik, yang intinya bahwa terjadinya kegagalanhukum dalam memainkan peranan yang sejati adalah akibatpenerapan teori positivisme hukum dalam pembangunan hukum.

Dalam berapa kajian dan kritik yang dilakukan terhadappositivisme hukum, termasuk terhadap penerapan positivismehukum di Indonesia datang dari para penganut penganut hukum

Page 25: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

19

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

responsif–sintesis dari berbagai aliran hukum, terutama aliranHukum Alam, Madzhab Sejarah Hukum, Aliran SociologicalJurisprudence, Legal Realisme, maupun Critical Legal Studiesmovement. Ilmu hukum modern mulai digoyang, di geser keberbagai lompatan wacana post modernisme yang inginmembebaskan diri pada terkungkungan teks dan rasionalitas empirisdalam berbagai ilmu yang selama ini diagungkan.

Hukum responsif (Philip Nonet dan Shilzinek) misalnya,menganggap positivisme hukum itu sekedar menempatkan hukumdi sebuah ruang hampa, menjadi “aturan mati “sebagaimana yangtertera di dalam kitab-kitab hukum. Positivisme hukum telahmenjadikan hukum itu sesuatu yang a sosial, padahal hukum itudiciptakan untuk manusia demi tujuan sosial tertentu. GerakanCritical Legal Studie, sebagai diyakini oleh para penggeraknya –diantaranya Roberto M. Unger- bahwa produk hukum (perundang-undangan) sangat sarat dengan kepentingan (politik), olehkarenanya setiap produk perundangan-undangan sangat terbukauntuk dicurigai ada muatan kepentingan tertentu yang membuattujuan dari penciptaan hukum tidak tercapai.

Anton F Susanto dalam buku Ilmu Hukum Non Sitemik (2010)menolak klaim bahwa hukum berada dalam wilayah rasional-dogmatik dan statis yang dipegang erat oleh positivistik hukum, tetapimerupakan wilayah yang senantiasa mengalami retakan danrekahan sehingga setiap saat akan muncul tatanan baru yangmenggantikan tatanan lama dan usang. Sementara Kelik Wardiono(2016) mencoba memberikan tawaran wacana Hukum Profetik,dimana hukum seharus memperhatikan pula nilai-nilai luhur yangbersifat moralitas tertinggi dan nilai-nilai nubuwat. Walaupun apayang ditawarkan oleh Kelik itu masih perlu pendalaman ataupenegasan apa sesungguhnya hukum profetik itu.

Paling mutakhir yang sedang dikembangkan dan terusdiupayakan penggaliannya adalah wacana hukum transendental.Absori (2016) dan para sarjana hukum Universitas Muhammadiyah

Page 26: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

20

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

Surakarta sedang gencar menyuarakan aliran baru ini. Sebuah aliranyang berkeinginan mem-breakdown-kan nilai-nilai ajaran ilahiyahyang tertampung dalam ragam kitab suci untuk menjadi solusi atasketidakberhasilan ragam ilmu hukum yang dikembangkanberdasarkan pada rasio dan meta rasio manusia.

C. Argumentasi Hukum dalam Putusan Hakim

Dari perkembangan tawaran aliran hukum transendental ini,terus disebarkan kepada para pemegang kepentingan atas tegaknyahukum yang sering kali terlihat semakin tidak menentu arahnya,sering meleset dari rel keadilan dan jauh dari rasa keadilanmasyarakat.

Upaya-upaya untuk pembenahan untuk terciptanya hukum yangideal terus diupayakan, termasuk merubah mainset para penegakhukum dan menggunakan argumentasi hukum yang sebelumnyasangat terkotak dalam idealita positivisme hukum. Terutama paradigmapemikiran hukum para hakim sebagai benteng keadilan hukum yangterakhir. Putusan-putusan pengadilan yang merupakan hasil karyapemikiran para hakim, selama ini mayoritas didominasi pola pemikiranpositivistik. Argumentasinya lebih sering tertuju lebih banyakberlandaskan kitab-kitab hukum (law in book law), sangat jarangmencari argumentasi hukum berdasarkan pada norma-norma lainyang hidup dan diakui dalam sistem hukum di Indonesia.

Andaipun ada, ujung-ujungnya hukum atau sanksi yangditerapkan kembali lagi pada peraturan perundangan yang sudahada, sangat jarang yang hasil akhirnya out of the box dari positivisme.

Berkenaan dengan argumentasi hukum yang dapat saja dipakaioleh siapa saja yang memiliki perkara atau kepentingan yangberkaitan dengan hukum. Argumentasi hukum menjadi wajib untukdikemukakan agar pihak lain memahami persoalan yang sedangdiperbincangkan atau dihadapi.

Argumentasi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(Departemen Pendidikan Nasional, 2015) bermakna “alasan untuk

Page 27: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

21

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, ataugagasan”. Sedangkan dalam Black Law Dictionary (2004: 327), kataargumentasi (argument) bermakna sebuah pernyataan yangmencoba membujuk., biasanya digunakan dalam menganalisis danmenunjukkan atau menolak kesimpulan yang diinginkan, atasbantuan pembuat keputusan. Dalam Kamus Hukum (Sudarsono,1992: 36), istilah ‘argumen’ berarti sebagai alasan yang dapat dipakaiuntuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian, ataugagasan. Istilah argumentasi, diartikan sebagai pemberian alasanuntuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian ataugagasan. Berargumentasi berarti memberikan alasan untukmemperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan.

Berdasar pada arti bahasa argumentasi, kemudian sambungkandengan kata hukum yang secara sederhana berarti norma atauperaturan yang mengatur tingkah laku manusia untuk berbuat atautidak berbuat, maka makna dari frasa argumentasi hukum adalahalasan atau landasan pijak norma atau peraturan yang digunakanuntuk meyakinkan secara logic dan yuridis pendapat hukumnyaatau menolak pendapat atau gagasan hukum orang lain. KusnuGoesniadhie memberikan pengertian argumentasi hukum adalah“alasan berupa uraian penjelasan yang diuraikan secara jelas, berupaserangkaian pernyataan secara logis, untuk memperkuat ataumenolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan, berkaitan denganasas­ hukum, norma hukum dan peraturan hukum konkret, sertasistem hukum dan penemuan hukum”.

Berbicara dan menggunakan argumentasi hukum dalampraktik, tidak bisa dipisahkan dengan penalaran (logika) hukumdan penafsiran (interpretasi) hukum. Penalaran (logika) secaraterminologi adalah suatu metode yang penilaian terhadap ketepatanpenalaran yang dipakai untuk suatu argumentasi, sedangkan teoriargumentasi ialah cara untuk mengkaji bagaimana menganalisisdan merumuskan suatu argumentasi (secara tepat dan jelas), sertarasional yang kemudian diimplementasikan dengan cara

Page 28: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

22

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

mengembangkan kriteria universal dan/atau kriteria yuridis sebagaisuatu landasan rasional argumentasi hukum (Feteris, E.T., 1994: 2).

Penalaran (logika) hukum yang diajukan dapat benar dan dapatpula sesat. Benar, apabila ada korelasi logis antara premis dankonklusi dan sesat, bila tidak ada korelasi logis antara premis dankonklusi. Oleh sebab itu nalar yang baik dan benar perlu dilatihdengan berbagai metode hingga ia menjadi sebuah keterampilanyang inhern pada pola pikir seseorang. Peran nalar yang baik danbenar, runut dan argumentatif sangat penting perannya dalammemberikan argumentasi hukum.

Adapun interpretasi hukum lebih merupakan suatu teknikuntuk memahami norma hukum (peraturan perundangan)agardapat menangkap pesan yang hendak dicapai oleh norma yang ada.Karena hukum dalam bentuk peraturan perundang-undanganadalah buah karya manusia dan merupakan produk politik yangsarat akan kepentingan. Walaupun kodifikasi tersebut telahdiupayakan dengan sungguh-sungguh detail-detailnya tetap sajatidak akan sempurna, tetap menyisakan celah yang dapatdimanfaatkan oleh siapa saja agar terhindar dari jerat hukum. Apalagiakselerasi dinamika perubahan dan kemajuan kehidupan manusiaselalu lebih cepat daripada hukum yang terkodifikasi tersebut. Olehsebab itu muncul model-model penafsiran (interpretasi) hukum,kodifikasi hanya berfungsi sebagai pedoman agar ada kepastianhukum. Jangankan hukum yang diproduk manusia, hukum yangditurunkan Tuhan melalui kitab suci nabi-nabi-Nya ternyatamemunculkan pula metode-metode penafsiran.

Bertalian dengan penafsiran hukum tersebut, WirjonoProdjodikoro menegaskan bahwa segala hukum baik yang tertulisyang termuat dalam pelbagai undang-undang, maupun yang tidaktertulis, yaitu berdasar atas adat kebiasaan seperti hukum adat, selalumembuka kemungkinan ditafsirkan secara bermacam-macam.Tergantung dari tafsiran inilah sebetulnya bagaimana isi dan maksudsebenarnya dari suatu peraturan hukum harus dianggap. Kalau

Page 29: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

23

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

diingat, bahwa pada akhirnya penafsiran dari hakimlah yang mengikatkedua belah pihak, maka dapat dikatakan bahwa hakim adalahperumus dari hukum yang berlaku. Dengan demikian pekerjaanhakim mendekati sekali pekerjaan pembuat undang-undang selakupencipta hukum (judge made law) (Farkhani, 2014: 97-98).

Interpretasi hukum hasil akhirnya adalah temuan hukum.Namun demikian, norma hukum tidak dapat diinterpretasikan bilatidak menggunakan alat yang disebut nalar hukum sebagaimanaditerangkan di atas.

Nalar hukum dan interpretasi hukum sebagai bahan utamaargementasi hukum harus benar-benar rasional. Argumentasihukum yang rasional mencakup tiga struktut1. Struktur Logika:

Alur premis menuju pada konklusi dari suatu argumentasi haruslogis. Penalaran yg digunakan bisa berupa penalaran deduksi -pendekatan UU - pendekatan precedence .

2. Struktur Dialektika:Agar argumentasi tidak monoton, maka hrs diberikan sentuhandialektika, dan di dalam dialektika itu suatu argumentasi diuji,terutama pada argumentasi prokontra.

3. Struktur Prosedural:Dalam pemeriksaan pengadilan diatur oleh hukum formal ygsekaligus merupakan rule of law dalam proses argumentasidalam penanganan perkara di pengadilan. Prosedur dialektikadi pengadilan diatur oleh hukum acara (http://nanangsuprijadi.blogspot.co.id).Putusan pengadilan diibaratkan sebagai karya ilmuah hakim. Karena

ia dapat dikatakan sebagai sebuah karya ilmiah, maka argumentasihukum yang dikemukakan oleh hakim sangat penting. Dari argumentasihukum itulah kualitas hakim dapat dinilai professionalitas, akuntabiltassekaligus integritasnya sebagai seorang hakim.

Argumentasi hukum juga merupakan pencerminan seoranghakim (yuris) sampai mana ia mengetahui atau menguasai hukum

Page 30: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

24

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

itu sendiri. Jadi para yuris haruslah memiliki suatu argumentasihukum yang masuk akal atau sesuai dengan aturan dan rasional.Realitas di lapangan ada kalanya para yuris yang ahli berargumenmembawa argumentasi kearah yang membingungkan untuktujannya pribadi ataupun kepentingan kelompoknya. Pada beberapakasus terakhir lemahnya argumentasi hukum dari para hakim bukankarena lemahnya intelektualitas, tetapi lebih sering dipengaruhi olehfaktor eksternal yang membuat independensi dan kemerdekaanhakim menjadi rusak.

Ada 2 (dua) jenis argumentasi hukum, argumentasi tertulis danlisan serta argumentasi internal dan eksternal. Dalam persoalan yangsedang kita bahas, yang diperlukan adalah arumentasi tertulis danargumentasi lisan, dan lebih khusus argumnetasi hukum secaratertulis. Argumentasi hukum tertulis adalah argumentasi hukumyang dirumuskan secara tertulis. Di dalam materi argumentasitertulis terkandung makna penemuan hukum dan pembentukanhukum yang dilandasi dengan ilmu hukum, prinsip-prinsip hukum,asas-asas hukum, teori hukum dan falsafah hukum. Argumentasitertulis merupakan landasan untuk melakukan argumentasi lisan.Seorang atau beberapa orang ahli hukum dapat melakukanartikulasi dan improvisasi dengan mengacu kepada argumentasitertulis. Oleh karena itu, argumentasi lisan tidak boleh bertentangandengan argumentasi tertulis. Argumentasi lisan akan memperkayadan memperjelas apa yang terkandung di dalam argumentasi tertulis.(Tommy Hendra P., 2011).

D. Implementasi Hukum Transendental sebagai ArgumentasiHukum dalam Putusan Hakim

Secara teoritis dan praktis, hakim adalah “wakil” Tuhan yangdiberi wewenang oleh undang-undang untuk menghukum siapa sajayang telah nyata dan terbukti dalam sidang pengadilan sebagai orangyang bersalah atas tindakan atau perbuatan melawan hukum yangdilakukannya. Adapun dalam persepsi masyarakat pada umumnya

Page 31: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

25

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

tentang hakim adalah orang yang mengadili perkara di lembagaperadilan, berpakaian toga hitam dan memiliki tingkat prestise yangbaik dalam strata sosial masyarakat pada umumnya. Hakimdipandang sebagai orang “suci” karena kedudukannya danpemahamannya terhadap setiap persoalan hukum yang ada. Persepsimasyarakat tentang hakim yang demikian itu tidak salah, akan tetapimemahami secara mendalam tentang hakim sangat penting, terutamabagi para peminat ilmu hukum (Farkhani dan Evi Ariyani, 2016: 41).

Pengertian hakim yang diberikan oleh para ahli memangtidak jauh dari persoalan tersebut. Kata hakim secara khusus memilikidua makna, yaitu; 1) pembuat hukum, yang menetapkan, yangmemunculkan dan sumber hukum, 2) yang menemukan hukum,menjelaskan, memperkenalkan, dan yang menyingkap hukum(Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, 2005: 76). Oleh sebabitu, hakim tidak boleh menolak untuk memeriksa perkara danmengadili perkara apapun, baik perkara yang serta merta iamengetahui hukum ataupun yang ia yakini belum ada hukum yangmengaturnya. Mengadili dalam hal ini adalah serangkaian tindakanhakim, untuk menerima memeriksa dan memutus perkara pidana,perdata, tata usaha negara ataupun yang lainnya berdasarkan asasbebas, jujur dan tidak memihak disidang pengadilan dalam hal danmenurut cara yang diatur dalam pasal 1 ayat 9 KUHAP.Konklusinya, hakim dianggap mengetahui aneka hukum (curialusnovit). Jika aturan hukum tidak ada ia harus menggalinya denganilmu pengetahuan hukum, jika aturan hukum kurang jelas maka iaharus menafsirkannya. Hakim sebagai pejabat negara dan penegakhukum wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukumdan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat serta dalammempertimbangkan hukuman yang tepat pada setiap perkara yangdihadapinya. Ketentuan tersebut tertera jelas sebagai perintah UUNo. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Tugas berat tersebut diperberat dengan kaharusan memulaipembukaan setiap putusan hukum yang dikeluarkannya dengan

Page 32: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

26

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

klausul “demi keadilan yang berdasarkan Ketuhanan Yang MahaEsa” (pasal 2 {1} UU No. 49 tahun 2009). Dari frase ini saja sudahdapat dikatakan bahwa hakim adalah wakil Tuhan dalammenetapkan keadilan di dunia. Jadi keadilan yang lebih utama yangharus ditegakkan bukan hukum (kepastian hukum). Memang sesuaidengan pasal 1 ayat (1) dan pasal 2 ayat (2) menyatakan bahwakekuasaan kehakiman dan peradilan adalah menegakkan hukumdan keadilan. Tetapi asas kemerdekaan hakim dan kebebasan hakimuntuk berbeda pendapat dalam menilai dan memberi putusan padasuatu dakwaan kasus. Disinilah ruang penegakkan keadilan yangseharusnya menonjol.

Tidak mudah untuk menemukan keadilan, karena persepsi setiaporang terhadap keadilan berbeda. Putusan yang dianggap hakimsebagai suatu keadilan belum tentu akan terasa adil bagi para pihakyang berperkara ataupun bagi masyarakat. Ditambah lagi dengantak ada satu kata sepakat untuk devinisi tentang keadilan. LordDenning yang seorang Hakim Agung Inggris pernah mengatakanbahwa “Justice is not something you can see. It is not temporal but eternal.How does a man know what is justice. It is not the product of his intellectbut of his spirit” (dalam Farkhani dan Evi Ariyani, 2016: 43-44).

Irah-irah putusan yang berbunyi “demi keadilan yangberdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” dan statemen HakimAgung Inggris Lord Denning menunjukkan bahwa hakim tidakboleh lepas dari spirit transendental dalam memutuskan setiapperkara. Transendensi, menurut Kontowijoyo (2006: 98) secarasingkat dijelaskan sebagai implementasi keimanan kepada Tuhan,dalam Islam dibahasakan sebagai tu’minuna billah (QS. Ali Imran:110). Atau dapat pula diperlebar bahwa transendensi adalahmenempatkan nilai nilai agama pada kedudukan yang sentral dantinggi dalam ragam ilmu. Dalam ranah hukum dapat dimaknaibahwa hukum transendental berisi nilai-nilai suci agama yangdiimplementaskan dalam produk hukum, termasuk didalamnyaputusan pengadilan yang dibuat oleh hakim.

Page 33: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

27

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

Pemikiran ini merupakan reaksi atas ekses-ekses negatif yangditimbulkan oleh modernisasi dalam bidang ilmu sosial khusunya(hukum) sehingga mendorong terjadinya gairah untuk menangkapkembali alternatif-alternatif yang ditawarkan oleh agama untukmenyelesaikan persoalan-persoalan kemanusiaan. Dalam bingkaimodernisasi yang selama ini berlangsung menempatkanmenempatkan manusia sebagai produk renaissance yang berakarpada rasio manusia. Pusaran antroposentrisme menjadikan manusiasebagai pusat dunia, manusia merasa cukup dengan dirinya sendiridan melepaskan diri dari nilai-nilai di luar dirinya (sekularisasi). Dariproyek ini selanjutnya adalah menempatkan rasio manusia di atassegalanya, manusia memproklamirkan dirinya sebagai penguasadiri dan alam raya. Kesombongan rasio ini pada akhirnya manusiamenjalani kehidupannya tanpa makna, termasuk pada setiap produkyang dihasilkan dari rasionya. Rasionalisasi miskin transendensi,miskin transendensi berati miskin makna, mengesampingkanmoralitas, terperangkap dalam penjara yang tertangkap indera.

Nilai-nilai transendensi yang diadopsi dalam dunia hukum akanmenjadi dasar dari humanisasi dan liberasi manusia yang menjadisubyek hukum. Transendensi hukum (hukum transendental)diharapkan akan memberi arah kemana dan untuk tujuan apahumanisasi dan liberasi itu dilakukan. Transendensi hukum disamping berfungsi sebagai dasar nilai bagi praksis humanisasi danliberasi, juga berfungsi sebagai kritik. Dengan kritik transendensi,kemajuan teknik dapat diarahkan untuk mengabdi padaperkembangan manusia dan kemanusiaan, bukan padakehancurannya.

Dalam putusan hakim, dikenal istilah legal reasoning. Pengertianlegal reasoning digunakan dalam dua arti, yaitu dalam arti luas dansempit. Dalam arti luas, legal reasoning berkaitan dengan prosespsikologi yang dilakukan Hakim, untuk sampai pada keputusanatas kasus yang dihadapinya. Studi legal reasoning dalam arti luasmenyangkut aspek psikologi dan aspek biographi. Legal reasoning

Page 34: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

28

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

dalam arti sempit, berkaitan dengan argu­mentasi yang melandasisatu keputusan. (Golding, 1984: 1).

Legal reasoning atau argumentasi hukum keberadaannya adalahwajib dalam setiap putusan pengadilan. Karena tidak mungin seoranghakim atau juris pada umumnya, menghadapi persoalan hukumdalam ruang hampa, pasti ada pijakan-pijakan yang akan dipilihuntuk menyusun logika argumentatif, menyesuaikan antara teksdengan konteks. Hakim harus bertanggung jawab atas penetapandan putusan yang dibuatnya serta di dalam membuat pertimbanganhukum hakim harus berdasarkan pada alasan dan dasar hukum yangtepat dan benar (pasal 68 A UU No. 49 Tahun 2009). Pada prakteknya,hakim lebih sering berargumentasi hukum dengan hukum positifdengan simplikasi lebih terjamin kepastian hukumnya.

Realita yang demikian walaupun mayoritas tidak berarti harusdiikuti untuk semua perkara hukum. Karena banyak juga kegagalan-kegagalan yang ditimbulkan yang semata-mata mengacu padahukum positif sementara fakta tidak mesti sama persis dengan apayang diinginkan oleh hukum positif.

Marni Emmy Mustafa (www.pt-bandung.go.id) menegaskanbahwa kepastian hukum tidak selalu menghasilkan keadilan.Mendiskusikan kepastian hukum dalam bentuk “pro-contra” adalahtidak ada manfaatnya. Kepastian hukum mungkin saja bergunauntuk memastikan seberapa jauh nilai yang dapat diberikanterhadap kepastian hukum dalam kasus tertentu, sebagaimanadihadapkan pada pertimbangan-pertimbangan lain yangmelemahkan nilai kepastian hukum. Argumentasi untuk kepastianhukum dalam kasus yang berbeda satu sama lain akan beragamsesuai dengan ukuran yang pada gilirannya akan berubah-ubahsesuai waktu dan tempat terjadinya kasus tersebut. Berbagai alasanyuridis yang berbeda-beda akan dipergunakan atau berbagaimacam metoda penemuan hukum akan diterapkan, agar disamping kepastian hukum, putusan akhir pengadilan juga akandilandaskan pada pertimbangan akan keadilan.

Page 35: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

29

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

Oleh karenanya yang perlu diperhatikan oleh hakim adalahkesesuaian antara fakta dengan norma, norma yang dimaksud tidakhanya berhenti pada norma hukum saja akan tetapi dapat jugamempertimbangkan norma moral, doktrin bahkan norma agamayang transendental dan bersumber pada kitab suci agama. Padaposisi seperti ini, hakim memainkan posisi kunci dalam penggunaannorma yang akan dijadikan sebagai pertimbangan atau argumentasihukum. Bahkan sangat mungkin apa yang dilakukan oleh hakimakan lebih berarti dibandingkan dengan sekedar membunyikanundang-undang atau peraturang perundangan lainnya. Frankenmenegaskan bahwa pembentukan pembentukan hukum oleh hakimdianggap sebagai suatu hal yang baik karena hakim melakukanperumusan aturan-aturan sedemikian rupa sehingga melaluiperumusan tersebut juga ditetapkan fakta yang dalam hal ini adalahfakta hukum hasil pemeriksaan mana dalam kasus tertentu menjadirelevan dan kemudian putusan akhir akan mengalir darinya sebagaisatu cara penyelesaian konkret dari sengketa (Herlien Budiono, 2006:267).

Berlandaskan pada pemaparan dimuka dan didukung olehUndang-Undang No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakimandan Undang-Undang No. 49 tahun 2009 tentang Peradilan Umum,penggunaan agrgumentasi hukum yang bersifat transendentalsungguh sangat terbuka bagi hakim untuk semua level. Hinggaseharusnya mendorong untuk lahir hakim-hakim semacam BismarSiregar yang dikenal sangat kental argumentasi hukumtransendentalnya dalam setiap putusan yang dibuatnya.

Page 36: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

30

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

BAB III

KABUPATEN PURWOREJE DANPENGADILAN NEGERI PURWOREJO

A. Sekilas Kabupaten Purworejo

1. Letak Geografi dan Sejarah Singkat Kabupaten PurworejoKabupaten Purworejo merupakan salah satu Kabupaten di

Provinsi Jawa Tengah yang terletak antara 109°47’28’’ sampai110°8’20" Bujur Timur dan antara 7°32’’ sampai 7° 54’’ LintangSelatan. Sebelah Utara Kabupaten Purworejo berbatasan denganKabupaten Wonosobo dan Magelang dan sebelah selatan berbatasandengan Samudra Indonesia. Sebelah barat berbatasan denganKabupaten Kebumen dan sebelah timur berbatasan dengan wilayahDaerah Istimewa Yogyakarta tepatnya Kabupaten Kulonprogo.

Kabupaten Purworejo terbagi dalam 16 kecamatan dan 494desa/kelurahan. Wilayah Kabupaten Purworejo pada tahun 2016mempunyai luas 103.481 ha atau sekitar 3,18 persen dari luas ProvinsiJawa Tengah. Lahan seluas 103.481 ha di Kabupaten Purworejo terdiridari 87.105 ha (84,18 persen) lahan pertanian dan 16.375 ha (15,82persen) bukan lahan pertanian. Lahan pertanian yang adadigunakan sebagai lahan sawah 30.225 ha (34,70 persen) dan bukanlahan sawah 56.880 ha (65,30 persen).

Page 37: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

31

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

Peta Kabupaten Purworejo

Wilayah Administrasi Kabupaten Purworejo terbagi dalam 16Kecamatan. Wilayah tersebut terdiri dari 469 desa dan 25 kelurahan.(Badan Pusat Statistik Kab. Purworejo, 2017: 3).

2. Sejarah Singkat Kabupaten PurworejoSejarah keberadaan Purworejo sebagai sebuah wilayah

administrasi pemerintahan dapat dilihat pada Prasasti Kayu AraHiwang ditemukan di Desa Boro Wetan (Kecamatan Banyuurip), jikadikonversikan dengan kalender Masehi adalah tanggal 5 Oktober 901.Ini menunjukkan telah adanya pemukiman sebelum tanggal itu.Bujangga Manik, dalam petualangannya yang diduga dilakukanpada abad ke-15 juga melewati daerah ini dalam perjalanan pulangdari Bali ke Pakuan. Sampai sekarang, kapan tepatnya tanggal ulangtahun berdirinya Kabupaten Purworejo, masih jadi bahan perdebatan.Ada yang berpatokan pada pada tanggal prasasti diatas, ada jugayang berpatokan pada diangkatnya bupati Purworejo I pada 30 Juni1830. Pada masa Kesultanan Mataram hingga abad ke-19 wilayah ini

Page 38: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

32

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

lebih dikenal sebagai Bagelen (dibaca /ba·gY·l[n/). Saat ini Bagelenmalah hanya merupakan kecamatan di kabupaten ini.

Setelah Kadipaten Bagelen diserahkan penguasaannya kepadaHindia Belanda oleh pihak Kesultanan Yogyakarta (akibat PerangDiponegoro), wilayah ini digabung ke dalam Karesidenan Kedu danmenjadi kabupaten. Belanda membangun pemukiman baru yangdiberi nama Purworejo sebagai pusat pemerintahan (sampaisekarang) dengan tata kota rancangan insinyur Belanda, meskipuntetap mengambil unsur-unsur tradisi Jawa. Kota baru ini adalah kotatangsi militer, dan sejumlah tentara Belanda asal Pantai Emas(sekarang Ghana), Afrika Barat, yang dikenal sebagai Belanda Hitamdipusatkan pemukimannya di sini. Sejumlah bangunan tua bergayaindisch masih terawat dan digunakan hingga kini, seperti MasjidJami’ Purworejo (tahun 1834), rumah dinas bupati (tahun 1840), danbangunan yang sekarang dikenal sebagai Gereja GPIB (tahun 1879).Alun-alun Purworejo, seluas 6 hektare, konon adalah yang terluasdi Pulau Jawa. (Wikipedia, diakses 28 Agustus 2017).

3. Jumlah Penduduk dan Prosentasi Pemeluk AgamaMenurut Angka Proyeksi Sensus Penduduk Tahun 2010,

Penduduk Kabupaten Purworejo pada tahun 2016 berjumlah 712.686 jiwa dengan komposisi 49,32 persen penduduk laki-laki dan 50,68persen penduduk perempuan. Kabupaten Purworejo dengan luaswilayah 1.034,82 km² maka kepadatan penduduk setiap km² sebesar689. Laju pertumbuhan pada tahun 2016 sebesar 0,32 persen (BadanPusat Statistik Kab. Purworejo, 2017: 63).

Page 39: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

33

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

Persentase Penduduk Dirinci Menurut Agama yang DianutPer Kecamatan di Kabupaten Purworejo Tahun 2016

Kecamatan Islam Katolik Kristen Budha Hindu Lainnya Jumlah Grabag 99.20 0.40 0.40 - - - 100 Ngombol 88.98 10.31 0.70 - 0.01 - 100 Purwodadi 96.84 1.40 1.70 0.05 0.01 - 100 Bagelen 96.33 1.00 1.10 1.55 0.02 - 100 Kaligesing 97.70 1.40 0.90 - - - 100 Purworejo 92.54 3.80 3.50 0.06 0.10 - 100 Banyuurip 97.38 1.10 1.50 - 0.02 - 100 Bayan 99.39 0.20 0.40 0.01 - - 100 Kutoarjo 93.98 2.60 3.30 0.08 0.01 - 100 Butuh 99.09 0.10 0.80 0.01 0.01 - 100 Pituruh 99.58 0.10 0.30 0.02 - - 100 Kemiri 99.60 0.10 0.30 - - - 100 Bruno 99.79 0.10 0.10 0.01 - - 100 Gebang 99.76 0.10 0.10 - 0.04 - 100 Loano 99.40 0.40 0.20 0.01 - - 100 Bener 99.70 0.10 0.20 - - - 100 Jumlah 97.28 1.46 1.16 0.08 0.02 0.00 100 Tahun 2015 97.28 1.46 1.16 0.08 0.02 0.03 100 Tahun 2014 97.46 1.45 0.96 0.11 0.01 0.08 100

Sumber: Kantor Kementerian Agama Kabupaten Purworejo

Aktivitas ekonomi kabupaten ini bergantung pada sektorpertanian dan perkebunan, di antaranya padi, jagung, ubi kayu danhasil palawija lain. Di tingkat Provinsi Jawa Tengah, Purworejomenjadi salah satu sentra penghasil rempah-rempah (Bahasa Jawa:empon-empon), yaitu: kapulaga, kemukus, temulawak, kencur,kunyit dan jahe. Selain itu Purworejo dikenal sebagai sentra kelapayang produksinya selain dimanfaatkan sebagai kelapa sayur, jugadiolah menjadi gula merah dan minyak kelapa serta merupakanpusat penghasil mlinjo. Disamping itu Purworejo juga pernahmemiliki produk unggulan di bidang peternakan dan perikanan.Pengembangan kambing Etawa peranakan sampai pernah eksporke Malaysia. Adapun di bidang industri, Kabupaten Purworejo tidakbanyak memiliki sentra industri dan yang ada tidak banyak

Page 40: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

34

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

menyerap tenaga kerja. Begitupula dari sisi pariwisata, walaupunada sebagian daerahnya menghadap ke laut namun belum adapantai yang bisa dijual untuk tujuan pariwata yang menarik minatpelancong. Destinasi pariwisata yang adapun tidak begitu terkenalsampai keluar Purworejo (https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Purworejo).

Dilihat dari sisi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) kondisiperekonomian Kabupaten Purworejo dalam kurun waktu tahun2005-2009, PDRB Kabupaten Purworejo atas harga berlaku berturut-turut sebesar 2.951.647,48; 3.443.170,90; 4.094.294,69; 4.660.785,05dan 5.328.179,09 juta rupiah atau meningkat tiap tahun sebesar14,21%. PDRB Perkapita atas dasar harga berlaku dalam kurunwaktu 2005-2009 adalah 4.812.345,86; 5.707.718,23; 6.478.747,52;7.376.755,82; dan 8.098.565,72 rupiah atau tiap tahun naik sebesar13,94%.

Jika PDRB perkapita tersebut diperbandingkan dengan bebanhidup masyarakat per tahun dapat dilihat dari selisih antaraKebutuhan Hidup Minimum (KHM) dan Upah Minimum Regional(UMR)/Upah Minimum Kabupaten (UMK). Pada tahun 2005-2009standar UMK di Kabupaten Purworejo adalah Rp. 410.000,-; Rp.460.000,-; Rp. 500.000,-; Rp. 555.000,-. Dan Rp. 643.000 Sedang untukKHM masyarakat Rp. 420.893,-; Rp. 545.308,-; Rp. 586.219,-; 623.319,-.; 623.319,- Perbandingan Kebutuhan Hidup Minimum (KHM) danUpah Minimum Kabupaten (UMK) Kabupaten Purworejo Tahun2005-2009 sebagaimana tersaji pada gambar 4.5 berikut(bappeda.purworejokab.go.id).

B. Pengadilan Negeri Purworejo

Purworejo, sebagai wilayah administrasi yang tidak terlalu luasdan dengan dominasi kehidupan masyarakat pedesaan yangcenderung guyub dan rukun, tidak begitu banyak peristiwa hukumyang menimbulkan aksi hukum (legal action) yang harusdiselesaikan melalui meja peradilan. Oleh karena tidak begitu banyak

Page 41: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

35

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

perkara yang masuk di meja Pengadilan Negeri Purworejo, kelasPN Purworejo masuk kategori 1B.

Contoh Statistik Perkara di Bulan September 2017

No Klasifikasi Sisa

Bulan Lalu

Perkara Masuk

Putus Minutasi

Belum

Minutasi Sisa

1 Gugatan 19 4 2 1 1 21 2 Permohonan 3 1 4 3 1 O 3 Kepailitan 0 0 0 0 0 0 4 Penundaan

Kewajiban Pembayaran Utang

0 0 0 0 0 0

5 Hak Kekayaan intelektual

0 0 0 0 0 0

6 Pengadilan Hubungan Industrial

0 0 0 0 0 0

7 Perlawanan/Bantahan 0 0 0 0 0 0 8 Gugatan Sederhana 0 0 0 0 0 0 9 Pidana Biasa 36 6 11 4 7 30

10 Pidana Singkat 0 0 0 0 0 0 11 Pidana Cepat 0 31 31 31 0 0 12 Perkara Lalu-Lintas 0 2242 2242 2242 0 0 13 Pidana Anak 2 1 0 0 0 3 14 Pidana Praperadilan 0 0 0 0 0 0 Total 54

Sumber: pn-purworejo.go.id

1. Sejarah Singkat PN PurworejoPengadilan Negeri di Purworejo dahulu ada 2 (dua) yaitu

Pengadilan Negeri yang terletak di Purworejo dan Pengadilan Negeridi Kutoarjo, Pada masa Mr. Wirjono Prodjodikoro menjadi KetuaPengadilan Negeri Purworejo oleh beliau Pengadilan Negeri Kutoarjodihapuskan dan dimasukkan dalam wilayah hukum PengadilanNegeri Purworejo. Daerahnya meliputi seluruh daerah tingkat IIPurworejo yang terdiri dari 16 (enam belas) kecamatan dan terdapat496 (empat ratus sembilan puluh enam) desa, yang luas seluruhnya104.137.788 Ha yang terdiri dari tanah darat dan dan tanah sawah.

Page 42: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

36

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

Gedung Pengadilan Negeri Purworejo mempunyai 2 (dua)kantor, Kantor lama terletak di Jalan Mayjend Sutoyo No.10Purworejo, dibangun pada zaman penjajahan Belanda di atas tanahseluas 2142 M2. Keadaan gedung sudah tua dan kurang luas baikuntuk persidangan maupun tempat bekerja untuk para pegawaiyang bertambah jumlahnya. Pada Tahun Anggaran 1979/1980Pengadilan Negeri Purworejo pernah menerima DIP No.76/XIII/3/1979 tertanggal 25 Mei 1979 untuk pembelian tanah danpembangunan gedung kantor baru namun baru memperolehtanahnya saja, sedang pembangunan gedung kantor tersebut tidakdapat diselesaikan karena :a. Sumber dana yang diterima dari pusat sangat lambatb. Setelah gambar diterima ternyata harus ada ketentuan dari

Dinas Pekerjaan Umum Magelang, bahwa untuk daerah KeduSelatan termasuk daerah gempa, sehingga gambar dari CiptaKarya tidak disetujui sehingga harus dirubah konstruksipondasinya.

c. Perubahan nama memakan waktu lama sehingga pada waktutendernya tidak ada rekanan yang mau melaksanakan danuntuk merenovasi DIP-nya sudah tidak mungkin.Pada Tahun Anggaran 1986/1987 Pengadilan Negeri Purworejo

telah menerima DIP No.096/XIII/3/1986 tertanggal 1 Maret 1986untuk untuk pembangunan gedung kantor baru yang terletakdijalan Tentara Pelajar KM.04 Purworejo, di atas tanah seluas 5000M2 dan luas bangunan 624 M2 serta pengerasan tempat parkir seluas600 M2. Mengingat bertambahnya pegawai pada kantor PengadilanNegeri Purworejo, maka pengadilan Negeri Purworejo pada TahunAnggaran 1993/1994 mendapat DIP No.42/XIII/3/1993 tertanggal17 Maret 1993 guna perluasan gedung kantor baru seluas 600 M2.

2. Wilayah Kompetensi Relatif PN PurworejoPengadilan Negeri Purworejo merupakan salah satu pelaksana

kekuasaan kehakiman di lingkungan peradilan umum. Tugas pokok

Page 43: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

37

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

Pengadilan Negeri Purworejo adalah sebagai berikut:1. Mengadili, dan menyelesaikan perkara yang diajukan

kepadanya sesuai dengan Undang-Undang No. 4 Tahun 2004tentang Kekuasaan Kehakiman.

2. Menyelenggarakan Administrasi Perkara dan AdministrasiUmum lainnya.Pengadilan Negeri Purworejo masuk dalam wilayah hukum

Pengadilan Tinggi Jawa Tengah, dengan luas wilayah kurang lebih1034,82 Km2 yang terdiri dari 16 (enam belas) kecamatan dan 496(empat ratus sembilan puluh enam) Desa / Kelurahan sebagai berikut:1. Kecamatan Purworejo, terdiri dari 17 (tujuh belas) Desa /

Kelurahan yaitu:2. Kecamatan Banyuurip, terdiri dari 27 (dua puluh tujuh) Desa /

Kelurahan3. Kecamatan Bayan, terdiri dari 26 (dua puluh enam) Desa /

Kelurahan4. Kecamatan Bener, terdiri dari 28 (dua puluh delapan) Desa /

Kelurahan5. Kecamatan Bruno, terdiri dari 18 (delapan belas) Desa /

Kelurahan6. Kecamatan Butuh, terdiri dari 41 (empat puluh satu) Desa /

Kelurahan7. Kecamatan Gebang, terdiri dari 25 (dua puluh lima) Desa /

Kelurahan8. Kecamatan Grabag, terdiri dari 32 (tiga puluh dua) Desa /

Kelurahan9. Kecamatan Kaligesing, terdiri dari 21 (dua puluh satu) Desa /

Kelurahan10. Kecamatan Kemiri, terdiri dari 40 (empat puluh) Desa /

Kelurahan11. Kecamatan Kutoarjo, terdiri dari 27 (dua puluh tujuh) Desa /

Kelurahan

Page 44: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

38

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

12. Kecamatan Loano, terdiri dari 21 (dua puluh satu) Desa /Kelurahan

13. Kecamatan Ngombol, terdiri dari 57 (lima puluh tujuh) Desa /Kelurahan

14. Kecamatan Pituruh, terdiri dari 49 (empat puluh sembilan) Desa/ Kelurahan

15. Kecamatan Purwodadi, terdiri dari 40 (empat puluh) Desa /Kelurahan

16. Kecamatan Purworejo, terdiri dari 25 (dua puluh lima) Desa /Kelurahan.

Struktur Organisasi

Sebagaimana tradisi dalam kepemimpinan di lingkunganMahkamah Agung, termasuk didalamnya berkenaan denganstruktur organisasi pada lembaga peradilan di seluruh Indonesia,struktur organisasi di Pengadilan Negeri Purworejo juga terusberubah dari waktu ke waktu bahkan dalam rentang waktu yangtidak lama. Dalam struktur terbaru, wakil ketua FX. Heru Santoso,S.H., M.H, kini posisinya digantikan oleh Sutarno, S.H., M.Hum.

Page 45: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

39

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

Gedung Pengadilan Negeri Purworejo

C. Norma Agama dalam Putusan Hakim di Pengadilan NegeriPurworejo

Hukum diciptakan untuk terciptanya keadilan dalamkehidupan, bermanfaat bagi kehidupan dan menjamin adanyakepastian hukum. Ketertiban, keadilan, kedamaian dankesejahteraaan adalah core utama dari terciptanya hukum, walaupunbanyak yang abai terhadap tujuan substansi hukum itu diciptakan.Demi terwujudnya tujuan penciptaan hukum, maka perlu adanyasanksi (pidana, perdata atau lainnya).

Institusi yang diperlukan untuk tegaknya dan tercapainyatujuan hukum adalah tersedianya lembaga peradilan yangindependen dan bermartabat. Lembaga peradilan menjadi organyang melaksanakan tugas mengadili ragam pelangggaran hukumsesuai dengan kompetensi relatif dan absolutnya. Aktor utamasekaligus benteng terakhir dari proses penegakan hukumnya adalahhakim.

Hakim adalah pejabat yang memimpin persidangan. Ia yangmemutuskan hukuman bagi pihak yang dituntut. Hakim harusdihormati di ruang pengadilan dan pelanggaran akan hal ini dapat

Page 46: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

40

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

menyebabkan hukuman. Hakim biasanya mengenakan bajuberwarna hitam. Sedangkan menurut UU No. 48 tahun 2009 tentangKekuasaan Kehakiman, hakim adalah pejabat yang melakukankekuasaan kehakiman yang diatur oleh undang-undang (pasal 31).Adapun yang dimaksud dengan kekuasaan kehakiman adalahkekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilanguna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demiterselenggaranya negara hukum Republik Indonesia (pasal 1).

Hakim disebut sebagai aparatur penegak hukum yang diberikedudukan tinggi dan wewenang oleh undang-undang diharapkanmemberikan putusan yang seadil-adilnya, memberi kepastian danmanfaat hukum yang tepat untuk setiap kasus yang diajukanpadanya.

Agar kedudukan hakim tetap pada pada posisinya yang mulia,berbagai “rekayasa” agar kemuliaan hakim terjaga. Mulai dari sitemseleksi calon hakim yang diperbaiki dari waktu ke waktu, ruangsidang dan peraturan dalam ruang sidang yang dikondisikansedemikian rupa, kesejahteraan hakim diperhatikan, kemampuandan professionalitasnya terus ditingkatkan dan perilakunya diawasi.Namun hakim adalah manusia yang sangat mungkin memilikikelemahan, kekurangan dan kesalahan. Pada posisi seperti ituditangkap dengan jeli oleh para perongrong hukum untukmenjadikan putusan hakim tidak berdiri di atas kebenaran dankeadilan (Farkhani dan Evi Ariyani, 2016: 125-126).

Soerjono Soekanto (1982: 51) mengatakan bahwa pada diriseseorang memiliki faktor-faktor yang dapat mempengaruhikarakter dan kepribadiannya, yaitu;1. Raw in put yaitu faktor-faktor individual dan latar belakang

kehidupan yang bersangkutan, misalnya pengaruh orang tua,2. Instrumental in put yaitu faktor-faktor pendidikan formal,

misalnya pengaruh sekolah,3. Environmental in put yaitu faktor-fakor yang berasal dari

lingkungan sosialnya secara luas.

Page 47: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

41

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

Pendapat tersebut dikuatkan juga oleg Bismar Siregar (1986:51), ia mengatakan bahwa “kemandirian dan kebebasan hakimsangat bergantung pada pribadinya dan kemandirian hakim bukanterletak pada jaminan undang-undang tapi iman”.

Sebab begitu urgennya posisi hakim dalam penegakan hukum,maka hakim diberikan kebebasan seluasnya untuk menggunakannorma sebagai jaminan kemerdekaannya. Jaminan itu telah tertuangdalam konstitusi pasal 24 UUD 1945 dan dipertegas dengan Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

Kebebasan yang dimaksud dalam peraturan perundangantersebut, termasuk didalamnya kebebasan dalam menentukanargumentasi hukum yang digunakan sebagai dasar pemberianhukum dalam putusan suatu perkara hukum.

Begitupula dengan para hakim yang ada di Pengadilan NegeriPurworejo, mereka memiliki kebebasan dalam membuatargumentas hukum dalam setiap putusan-putusan pengadilan padaperkara yang ditanganinya, termasuk menuangkan norma dariajaran-ajaran agama sebagai bagian dari argmentasi hukum dalamputusannya.

Setelah periode atau masa Bismar Siregar, tidak tampakmencolok dalil-dalil hukum yang berasal dari norma jaran agamadipergunakan oleh hakim sebagai argumentasi hukumnya.Kelangkaan pasca masa Bismar ini, seolah-olah menguatkan kembalipada pemikiran para hakim aliran positivisme hukum dalam duniaperadilan di Indonesia, mengesampingkan nilai ajaran agamasebagai norma.

Oleh karenanya kasus yang terjadi di Pengadilan NegeriPurworejo yang mengutip banyak norma agama-agama yangberlaku di Indonesia menjadi satu pertanda atau angin segarterbukanya kembali norma hukum yang bersifat transendentalmewarnai putusan-putusan pengadilan di Indonesia, walaupun titikawal pusarannya dari pengadilan “kecil” kelas 1B di sebuahkabupaten yang tidak begitu terkenal di pesisir Jawa bagian Selatan.

Page 48: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

42

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

Putusan yang dimaksud adalah Putusan Nomor: 61/Pid.B/2011/PN.Pwr. dalam kasus “percobaan berencana secara berbarengan danpercobaan pembunuhan”. Majelis Hakim yang terlibat dalampembuatan putusan tersebut adalah Alex T.M.H. Pasaribu, S.H.,Mardiana Sari, S.H., M.H., sebagai Hakim Anggota dan PurnawanNarsongko, S.H., sebagai Hakim Ketua.

Argumentasi hukum yang diintrodusir dari norma-normaajaran agama-agama dalam putusan tersebut sebagai berikut;

“Bahwa ditinjau dari aspek EDUKATIF dan AGAMIS/RELIGIUSDIMANA TERDAKWA TINGGAL dan DIBESARKANseharusnya tidaklah membentuk tingkah laku negatif. Padadasarnya, pendidikan yang dimiliki terdakwa (sampai pada kelas2 SMEA) seharusnya tidak menjadikan diri terdakwa melakukanperbuatan dan tindakan yang negatif meskipun terdakwa memilikikeinginan untuk mencari pekerjaan akan tetapi dikarenakanterdakwa tidak memiliki ongkos untuk pergi ke Jakarta makamembuat diri terdakwa lepas kontrol dan berniat untukmelakukan pencurian guna mendapatkan ongkos gunamewujudkan keinginannya pergi ke Jakarta sehingga terdakwamelakukan pembunuhan dua orang umat manusia dan seorangyang diberikan kehidupan kedua oleh Tuhan Yang Maha Esasehingga perbuatan PEMBUNUHAN yang dilakukan olehterdakwa terhadap korban AGNES SRI HARYATI DAN SRIUNDARI dapat terungkap dengan cepat. Dimana perbuatanterdakwa tersebut bertentangan dengan norma dan ajaran pelbagaiagama. Begitu pula dalam agama dan iman KATOLIK yang dianutoleh korban AGNES SRI HARYATI serta menurut agamaKRISTEN PROTESTAN pembunuhan dilarang dalam KITABKELUARAN 20:13 dan Injil Mateus 5: 21 yang berbunyi : “janganmembunuh; siapa yang membunuh harus dihukum.” Kemudiandalam agama HINDHU diatur dalam KITAB SUCI WEDA yaituATHARVAVEDA X:1:29 ditulis, bahwa : Jangan pernahmembantai orang tidak bersalah, pembunuh orang yang tidakbersalah berkesudahan di dalam malapetaka, jangan membunuhmanusia dan binatang bermanfaat.” Serta dalam Kitab

Page 49: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

43

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

SARASAMUSCCAYA pada CLOKA 141 disebutkan : “…Sekali-kali tidak pernah menyakiti mahluk lain, tidak mengikatnya, tidakmembunuhnya…”. Di samping itu, khusus dari aspek agamaISLAM yang dianut oleh korban SRI UNDARI dan dimanaterdakwa ANDRIAWAN Bin SUBARJO sebagai pemeluknya makapembunuhan merupakan suatu dosa dan Agama Islam sendiriadalah Agama yang mengajarkan cinta kasih kepada sesamamahluk, mengajarkan perdamaian, kerja sama dalam 65 kebaikan,kerukunan dan persaudaraan antar sesama umat. Islam tidakmengajarkan kekerasan apalagi pembunuhan terhadap sesamaManusia yang merupakan hak Azasi Manusia. Khusus mengenaihak hidup yang merupakan hak Azasi Manusia yang harusdihormati dan dilindungi. Banyak ayat-ayat Al Qur’an yangmelarang agar orang jangan melakukan pembunuhan terhadaporang lain kecuali atas dasar alasan yang sah. Misalnya terdapatdalam Al Qur’an Surah. Al-Isra 17:33 “Dan janganlah kamumembunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya),kecuali dengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapadibunuh secara zalim, maka sungguh kami telah memberikekuasaan kepada walinya, tetapi janganlah walinya itumelampaui batas dalam pembunuhan .Sesungguhnya diaadalah orang yang mendapat pertolongan”; dan perbuatanterdakwa yang telah melakukan pembunuhan kepada para korbansehingga apabila terdakwa menyesali akan perbuatan yang telahdilakukannya maka pintu ampunan terbuka bagi orang yangbertobat dimana menurut pandangan agama ISLAM terhadap dosayang dilakukan umat manusia termaktub dalam AL-QUR’ANNURKARIM sebagai berikut:

a. “Dan barang siapa mengerjakan kejahatan dan menganiayadirinya, kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscayadia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Penyayang”. (ANNISAA 4 : 110);

b. “Dan Allah tidak akan mengazab mereka, sedang engkau beradadiantara mereka. Dan tidak (pula) Allah akan mengazab mereka,sedang mereka memohon ampun”. (AL ANFAAL 8 : 33)

Page 50: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

44

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

kemudian “Dan (juga) orang - orang yang bila berbuat keji atauzalim terhadap dirinya, mereka ingat kepada Allah, lalu merekamemohon ampun atas dosa-dosanya. Dan siapa lagi yang dapatmengampunkan dosa melainkan Allah? Dan mereka tidakmeneruskan perbuatan keji itu, sedang mereka mengetahui”.(ALI IMRON 3 : 135).

Selanjutnya menurut HADIST RIWAYAT TURMUDZImengemukakan dalam HADIST SAHIHNYA, sebagaimanatermuat dalam Buku terjemahan yang berjudul: “RIYADHUSSHALIHIN”, JILID 2, Karangan IMAM NAWAWI, Penerbit:PUSTAKA AMANI, JAKARTA, Halaman 668 dimana salahseorang sahabat Nabi Besar MUHAMMAD S.A.W. yang bernamaANAS RODHIALLAHU-ATAS NAMA telah meriwayatkansebagai berikut : “Saya mendengar RASULULLAH S.A.W.bersabda: “Allah Ta’ala berfirman: “Wahai Anak Adam selamakamu berdoa dan mengharap kepadaku niscaya Aku ampuni dosayang telah kamu lakukan dan aku tidak memperdulikan berapabanyaknya. Wahai Anak Adam, seandainya dosa - dosamu bagaikanawan di langit, kemudian kamu minta ampun kepada-Ku niscayaAku mengampunimu, dan Aku tidak memperdulikan berapabanyak dosamu. Wahai anak Adam, seandainya kamu datangkehadapan-Ku dengan membawa dosa se isi bumi, kemudianbertemu dengan AKU tanpa menyekutukan sesuatu apapundengan-KU, niscaya AKU akan mengampuni dosa yang se isi bumiitu.” Berdasarkan pandangan terhadap sesuatu dosa yang diperbuatumat manusia, yaitu sesuai wahyu ALLAH dalam AL-QUR’ANdan HADIST 66 NABI MUHAMMAD S.A.W. sebagaimanadikemukakan di atas, maka dapat dikonklusikan menurut ajaranagama ISLAM bahwa pintu ampunan atas tobat umat manusiaadalah mutlak milik ALLAH dan merupakan rahasia ALLAH,bahwa bagi hamba TUHAN, yaitu mahluk manusia yang telahmelakukan perbuatan dosa, baik berupa dosa besar berupa perbuatankeji maupun dosa kecil, maka pintu tobat dan ampunan masihterbuka dihadapan ALLAH dengan syarat si hamba atau manusiaitu sendiri dengan sungguh- sungguh bertawaduk dan menghadapkepada ALLAH SUBHAANAWA TA’ALLA untuk tidak

Page 51: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

45

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

mengulangi perbuatannya, serta tidak menyekutukan ALLAHkepada selain ALLAH, juga si hamba atau manusia tersebut dengan

penyerahan diri secara mutlak berupa kepasrahan hati yang mutlakkepada ALLAH dan melaksanakan seluruh perintah ALLAH sertamenjauhi segala larangan-NYA (Putusan Nomor: 61/Pid.B/2011/PN.Pwr. hal. 64-66)”

Page 52: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

46

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

BAB IV

PARADIGMA BERFIKIR HUKUMHAKIM PENGADILAN NEGERI

PURWOREJO DALAM PUTUSANNOMOR: 61/Pid.B/2011/PN.Pwr.

A. Paradigma Berfikir Hukum

Thomas Khun (18 Juli 1922 – 17 Juni 1996), diyakini sebagaiilmuan yang pertama kali memperkenalkan konsep paradigma.Walaupun sebenarnya paradigma telah ada dalam setiapperkembangan dan perbedaan cara pandangan ilmuan dalammengupas soalan dalam ilmu pengetahuan. Hanya saja kita harusmengakui bahwa Khun adalaah orang yang pertama kali menyusunkonsepsi paradigma dalam bukunya yang berjudul The Structure ofScientific Revolutions.

Paradigma berasal dari bahasa Yunani klasik “paradeigma”,yang berarti ‘pola atau model berpikir’. Sedangkan dalam bahasaInggris disebut “paradigm” dan bahasa Perancis “paradigme”, iaberasal dari bahasa Latin “para” dan deigma”. Para berarti disisi,disamping dan “deigma” berarti contoh, pola, model. Sedangkandeigma dalam bentuk kata kerja deiknynai berarti menunjukkan ataumempertunjukkan sesuatu. Dengan begitu, secara epistimologis,paradigma berarti disisi model, disamping pola atau disisi contoh.Paradigma berarti pula sesuatu yang menampakkan pola, modelatau contoh. Paradigma juga sinonim dengan guiding principle, basicpoint of view atau dasar perspektif ilmu, gugusan pikir, model, pola,kadang ada pula yang menyebutnya konteks. Secara terminologi,paradigma berarti jalinan ide dasar beserta asumsi dengan variabel-variabel idenya (Zumri Bestado Sjamsuar, 2009: 12).

Page 53: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

47

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

Bernard S. Phillips dalam bukunya “Social Research: Strategyand Tactics” (1971) mengatakan, “A paradigm is a set of assumptions,both stated and unstated, which provides the basis on which scientificideas rest.” Sementara Earl Babbie dalam buku “The Practice ofSocial Research” (2001) menyatakan, “A paradigm is fundamentalmodel or frame of reference we use to organize our observations andreasoning.” (Shidarta dalam http://business-law.binus.ac.id) SoetandyoWignyosoebroto (https://soetandyo.wordpress.com) memahamipradigma sebaga “suatu pangkal (an) atau pola berpikir yang akanmensyarati kepahaman interpretatif seseorang secara individual atausekelompok orang secara kolektif pada seluruh gugus pengetahuanberikut teori-teori yang dikuasainya”

Dari bebapa pengertian yang disampaikan oleh para ahli, dapatdipahami bahwa paradigma merupakan cara, fondasi, titik tolakatau latar pandang yang digunakan untuk melihat, menganalisis,meginterpretasi terhadap suatu subyek kajian. Sebab paradigmayang digunakan maka dapat saja terjadi saling menegasikan, salingmemperkuat atau bahkan memberikan tawaran alternatif yangsama sekali baru dari yang sebelumnya.

Bila demikian adanya, maka sesungguhnya konsep paradigmaitu selalu berkelindan dari satu masa ke masa yang lain secarasimultan dengan pemikiran filosofis dan keilmiahan. Simultan berartidapat muncul dan dikembangkan bersamaan, berbarengan, tersurat,tersirat, dan berkohesif dengan model pembentukan danpengembangan asumsi, postulat, asas, konsep, teori, dalil, dan logikayang dihasilkan oleh pemikiran filosofis dan keilmiahan.

Menurut Shidarta (http://business-law.binus.ac.id) dalampemikiran ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan, kerap ditampilkan tigakelompok paradigma, yaitu positivisme, interpretif atau fenomenologi(terkadang disebut dengan pospositivisme, naturalisme, ataukonstruktivisme), dan kritikal. Kaum positivis memandang objek adadi luar subjek. Oleh karena realitas ada di luar diri si individu yangmengamati, maka diyakini akan ada realitas objektif itu. Sebaliknya,

Page 54: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

48

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

penganut fenomenologi menyatakan realitas justru diciptakan olehsi subjek melalui interpretasi subjektif. Kaum kritikal di sudut lainberpendapat bahwa realitas berada di antara subjektivitas danobjektivitas. Realitas terjadi melalui ketegangan-ketegangan antarasubjek-subjek.

Pengelompokan paradigma sebagaimana yang disampaikanShidarta, serta perkembangannya dalam dunia ilmu pengetahuansosial, terjadi pula dalam ilmu pengetahuan hukum. Paradigma ilmuhukum ikut terbawa dalam tren perkembangan ilmu pengetahuansecara umum.

Bila melihat tren dalam dasawarsa belakangan, mulai adakejengahan dari para ilmuan untuk terus mengusung ilmu-ilmumodern yang lebih bersifat positivistik-rasional-empirik. Kajian-kajian keilmuan yang bersifat post modernisme digalakkan,termasuk dalam cara pandang yang digunakan (paradigma) dibidang ilmu hukum.

Paradigma transendental hukum kini sedang digalakan karenamelaihat tawaran-tawaran baru tentang cara pandang terhadaphukum dianggap belum memuaskan. Loncatan paradigma hukumbaru berpindah dari rasionalis menuju relativis sebagaimana yangditawarkan oleh gerakan kritik legal studi yang dipopulerkan olehReberto M. Unger dan Hukum Non-Sistemik yang disampaikan olehAnton F. Susanto. Paradigma hukum transendental hadir denganmaksud melampaui apa yang sebelumnya ada, menjadi sintesa dariekstrim kanan dan ekstrim kiri dalam pemikiran hukum, yaknidengan mendasarkan pada norma agama yang terkandung dalamkitab suci yang dihormati oleh setiap ilmuan yang beragama.

Dalam sejarah putusan peradilan di Indonesia modern, carapandang atau paradigma transendental itu sebenarnya telahdilakukan, namun hanya oleh segelintir orang dan diperjuangkansecara pribadi. Untuk menghadirkan contoh ini adalah putusan-putusan pengadilan yang hadir didalamnya Bismar Siregar. Itu pun,apa yang dilakukan oleh Bismar yang saat itu berperan sebagai hakim

Page 55: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

49

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

“judex factie” selalu dikalahkan dalam jenjang peradilan lebih tinggiketika putusannya diajukan banding oleh terdakwa.

Kini paradigma hukum transendental sedang digalakan dandisemai keseluruh pembelajar hukum, dan bersamaan dengan prosesini, telah ada sebuah putusan pengadilan di Pengadilan NegeriPurworejo yang memiliki jiwa yang sama sebagaimana pernahdilakukan oleh Bismar Siregar, yakni pada PUTUSAN NOMOR:61/Pid.B/2011/PN.Pwr.

B. Analisis Paradigma Berfikir Hukum Hakim PengadilanNegeri Purworejo dalam Putusan Nomor: 61/Pid.B/2011/PN.Pwr.

Sebagaimana telah disampaikan pada bab sebelumnya, bahwahukum tidak hadir dalam ruang hampa. Paling tidak anggapansecara sosiologis membenarkan premis ini, sebab hukum tidak akanmungkin berdaya guna apapun bila ia tidak hadir dalam komunitasmasyarakat dan memiliki keterkaitan dengan indivudu atau entitastertentu yang memiliki kewenangan untuk mendayagunakanhukum itu. Sebagai contoh untuk memperkuat premis tersebutadalah kehadiran hukum Islam yang bersumber pada kitab suci al-Qur’an, walaupun ia ciptaan Tuhan tetapi Tuhan tidak menafikanbahwa hukum itu diperuntukan bagi manusia, sehingga ia tidakmenutup sama sekali terhadap budi, daya dan karsa yang ada padamanusia. Abdullah Ahmed al-Na’im (2001: 214) mengatakan:“....(hukum, pen) Islam tidak memulai dari lembaran putih karenaia tidak hadir dalam ruang hampa keagamaan, ekonomi, sosial danpolitik...Islam merupakan kelanjutan dan kulminasi tradisi Ibrahimi.Selain itu hukum Islam dalam syari’ah menerima dan memodifikasibanyak aspek adat dan praktik Arab pra-Islam”.

Dari sisi hakim sebagai pejabat negara yang menjalankanfungsi kekuasaan yudikatif dijamin oleh undang-undang untukbebas dan mandiri dalam mengambil putusan, termasuk dalammenyampaikan secara tertulis dan lisan argumentasi yang

Page 56: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

50

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

digunakannya. Dari sisi hakim sebagai manusia biasa yang adaketerbatasan di dalam pribadinya tidak akan dapat terlepas dartberbagai faktor yang mempengaruhinya. Dalam menjalankanfunggsinya hakim tidak dapat bekerja sendiri. Hakim tidak dapatterlepas dart organisasi peradilan, institusi lain termasuk denganterdakwa maupun masyarakat. Hakim bebas dari korektifa danrekomendasi baik dari eksekutif maupun pihak lain. Kebebasan dankemandirian ini segalanya tergantung pada pribadi hakim. Namunyang perlu diingat adalah bahwa ketika putusan itu telah dibacakandimuka sidang, maka putusan itu telah menjadi milik publik. Mulaisaat itulah putusan hakim dapat dieksaminasi oleh siapapun untukmengukur seberapa profesionalnya ia, kapabilitas dan integritasnya,termasuk dari sisi prosedur.

Berawal dari sinilah putusan pengadilan yang dibuat oleh hakimdapat dianalisis pada konten putusan yang telah ia buat yang berartipula dapat dilihat paradigma berfikir hukum dari para hakim dalammejelis hakim yang menyidangkan suatu perkara.

Harus dipahami bahwa tugas hakim sungguh berat, terutamapada saat akan mengambil putusan hukuman apa dan berapa lamaatau berapa banyak denda yang harus dibanyar, atau dalammenentukan kedudukan hukum pada subyek hukum.

Putusan dalam ranah keilmuan hukum dianggap sebagai karyailmiah yang bisa saja dieksaminasi oleh pemerhati hukum (khalayak)dan teman sejawat. Ketepatan hukum yang diambil akanmendatangkan keadilan dan menenangkan rasa keadilanmasyarakat, kesalahannya akan mendatangkan caci maki dansidang kode etik yang dapat saja berakibat pada karir hakimterhenti. Tidak hanya itu, irah-irah “demi keadilan berdasarkanKetuhanan Yang Maha Esa”, menuntut hakim tidak hanya benardi hadapan manusia tapi benar pula di hadapan Tuhan Yang MahaPengadil. Artinya putusan yang hakim jatuhkan akandipertimbangkan pula di akherat kelak. Bagi hakim yang beragama,beban ini bukan beban yang ringan, membawa tekanan tersendiri.

Page 57: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

51

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

Dalam pandangan Hakim Agung Amerika Serikat, OliverWendell Holmes Jr., tugas hakim sebagai pemutus perkara, bahwamemutus bukan semata-mata proses silogisme matematis danmekanis, namun sebuah makna yang sangat luas “... the life of thelaw has not been logic; it is has been experience. The felt necessities ofthe time, the prevalent moral and political theories, institution of publicpolicy avowed or unconscious, even the prejudices which judges sharewith their fellow ....” Holmes juga mengatakan, “The law embodiesthe story of a nation’s development through many centuries, and it cannot be dealt with as if it contained only the axioms and corollaries of abook of mathematics”. Dengan demikian putusan hakim merupakancermin dari sikap, moralitas, penalaran dan banyak hal lainnya yangdigambarkan oleh Holmes sebagai pengalaman. Hal itumengisyaratkan bahwa putusan hakim akan sangat berwatakrelativisme kultural, atau dengan mengambil pandangan Tamanahatentang “mirror thesis” maka putusan merefleksikan seperti cermindari si pemutusnya” (Komisi Yudisial, 2014: 7-8).

Sekalipun tugas hakim sangat berat, hakim tetaplah seorangmanusia biasa yaitu makhluk biologis, yang memiliki juga hakpsikologis yaitu untuk menjadi takut, berani, jujur, khilaf, danlainnya. Fakta sosiologisnya, tipologi hakim bermacam-macam, takada satu model hakim yang menjadi model untuk penyeragamankarena hakim adalah manusia, yang hanya bisa disergamkan dalamtoga dan prosedur beracara, pada titik ini kita dapat melihat hakimtidak hanya sebagai seorang birokrat hukum semata (Abraham S.Blumberg, 1970), namun juga sebagai manusia, yang terdiri dariberbagai variabel yang dapat melekat pada seorang hakim, sepertiusia, latar belakang sosial, ras atau etnis, agama, pendidikan,pengalaman, dan lain-lain yang keseluruhannya memiliki peluanguntuk turut menentukan bagaimana kecenderungan seorang hakimuntuk memutus (Komisi Yudisial, 2014: 9). Berkenaan dengan tipologihakim dalam memutus perkara, Satjipto Rahardjo (2003: 225)berpendapat paling tidak ada dua tipe hakim. Pertama, hakim yang

Page 58: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

52

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

apabila memeriksa, terlebih dahulu menanyakan hati-nuraninyaatau mendengarkan putusan hati nuraninya dan kemudian mencaripasal-pasal dalam peraturan untuk mendukung putusan tersebut.Kedua, hakim yang apabila memutus terlebih dahulu berkonsultasidengan kepentingan perutnya dan kemudian mencari pasal-pasalutuk memberikan legitimasi terhadap putusan perutnya.

Dalam ilmu Manajemen Kepemimpinan, Siagian (1991)menyatakan bahwa ada aspek-aspek tertentu bersifat internal daneksternal yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan(berlaku pla bagi hakim). Adapun aspek internal tersebut antara lain:a. Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara langsungmaupun tidak langsung akan berpengaruh terhadappengambilan keputusan. Biasanya semakin luas pengetahuanseseorang semakin mempermudah pengambilan keputusan.

b. Aspek kepribadianAspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata tetapi besarperanannya bagi pengambilan keputusan.Aspek eksternal dalam pengambilan keputusan, antara lain :

a. KulturKultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagiperbuatan individu. Hal ini berpengaruh terhadap prosespengambilan keputusan.

b. Orang lainOrang lain dalam hal ini menunjuk pada bagaimanaindividu melihat contoh atau cara orang lain (terutamaorang dekat) dalam melakukan pengambilan keputusan.Sedikit banyak perilaku orang lain dalam mengambil keputusanpada gilirannya juga berpengaruh pada perilkau individu dalammengambil keputusan.Arroba (1998) menyatakan ada beberapa hal yang dapat

mempengaruhi pengambilan keputusan yang dilakukan olehseseorang, antara lain: 1) Informasi yang diketahui perihal

Page 59: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

53

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

permasalahan yang dihadapi, 2) Tingkat pendidikan, 3) Personality,4. Coping, dalam hal ini dapat berupa pengalaman hidup yangterkait dengan permasalahan (proses adaptasi), dan 5. Kultur.

Dilihat dari berbagai hal yang telah dibahas sebelumnya, sekalilagi bahwa putusan hakim atau putusan pengadilan apabila telahditulis dan dibacakan dimuka sidang, setelahnya menjadi hak publikuntuk dapat mengaksesnya, termasuk pada Putusan PengadilanNegeri Purworejo, dalam hal ini Putusan Nomor: 61/Pid.B/2011/PN.Pwr.

Dalam Putusan Nomor: 61/Pid.B/2011/PN.Pwr., Majelis Hakimyang terlibat dalam pembuatan putusan tersebut adalah Alex T.M.H.Pasaribu, S.H., Mardiana Sari, S.H., M.H., sebagai Hakim Anggotadan Purnawan Narsongko, S.H., sebagai Hakim Ketua. Dari identitasagama dari majlis hakim, satu orang beragama katolik dan duaorang beragama Islam. Walaupun hanya ada dua agama yangdianut oleh majlis hakim, ternyata 3 (tiga) kitab suci agama besar diIndonesia diintrodusir sebagai argumentasi hukum untukmemperkuat pemberian hukuman bagi terdakwa.

Alex T.M.H. Pasaribu, S.H. yang beragama Katolik rupanyapaham betul bahan kejahatan pembunuhan di larang dalam agamayang dianutnya (bible). Dalam iman Kristen pembunuhan adalahperbuatan yang dilarang. Majelis Hakim mengutip Kitab Keluaran20:13 dan Injil Mateus 5: 21 yang berbunyi : “jangan membunuh;siapa yang membunuh harus dihukum.”

Sesungguhnya tidak hanya satu ayat yang berbicara tentangpembunuhan, karena ditelisik pada bibel ada banyak ayat yangberbicara tentang pidana pembunuhan, hanya saja yang palingumum dan tidak menunjuk secara jelas hukuman apa yang akandijatuhkan pada pelaku kejahatan pembunuhan, diktum itulah yangpaling mewakili.

Sementara itu ayat-ayat yang membahas tentang pidanapembunuhan dengan jenis hukuman yang lebih jelas diantaranya;dalam kitab Kejadian 9: 6 sangat jelas berkata: “Siapa yang

Page 60: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

54

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

menumpahkan darah manusia, darahnya akan tertumpah oleh manusia,sebab Allah membuat manusia itu menurut gambar-Nya sendiri.”Dalam Bilangan 35: 16 disebutkan “Jika ia membunuh seseorangdengan senjata besi, ia adalah pembunuh, dan ia harus mati”.

Dalam firman kelima Perjanjian Lama melarang merampaskehidupan dengan sengaja, dari seseorang yang tidak bersalah danyang tidak memberi perlawanan: “Jika seseorang memukul orangdengan benda besi (atau dengan sebuah batu atau dengan bendakayu) supaya mati dan orang itu mati, maka ia adalah seorangpembunuh. Pembunuh itu akan dimatikan” (Bil 35: 16-18). Bahkandikatakan: “jika ia dengan rasa permusuhan memukul dia dengantangannya, dan orang itu mati, maka ia adalah seorang pembunuh;penebus (goel) darah harus mematikan pembunuh itu”

Penyajian ayat-ayat tentang pembunuhan dalam Bibel di atasadalah sebagian kecil saja dari banyak ayat yang berbicara tentangpembunuhan dan balasan (hukuman) yang harus diberikan padapembunuh. Oleh karenanya, secara garis besar dapat disimpulkanbahwa menurut Bibel (Injil) pembunuh dihukum bunuh pula.

Dari temuan banyaknya ayat yang berbicara tentangpembunuhan dan sanksi hukumnya, kemudian dibandingkandengan argmentasi Mejelis Hakim yang salah satu diantara anggotaMajelis Hakim itu beragama Katolik dengan Bibel sebagai kitabsucinya, menunjukan kurang mendalamnya Majelis Hakim dalammenggali norma (hukum) transendental yang terkandung dalamkitab suci Injil.

Selain mengutip salah satu ayat dalam bibel, Mejelis Hakim jugamengutip norma yang ada dalam agama Hindu argumentasi hukumdalam putusannya, -padahal dalam Majelis Hakim itu tidak adasatupun yang beragama Hindu, tepatnya dari kitab suci Weda yaituAtharvaveda X: 1: 29, bahwa: “Jangan pernah membantai orangtidak bersalah, pembunuh orang yang tidak bersalahberkesudahan di dalam malapetaka, jangan membunuhmanusia dan binatang bermanfaat.” Serta dalam Kitab

Page 61: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

55

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

Sarasamusccaya pada Cloka 141 disebutkan: “…Sekali-kali tidakpernah menyakiti mahluk lain, tidak mengikatnya, tidakmembunuhnya…”.

Dalam argumentasi berlandaskan norma transendental agamaHindu, Majelis Hakim hanya menampilkan satu norma tentanglarangan membunuh, dengan tidak menampilkan melandaskanargumentasi pada norma yang memuat tentang sanksi yang harusditanggung. Padahal perbuatan membunuh manusia di dalamajaran Hindu dikategorikan sebagai perbuatan kejam dengansebutan sad atatayi dalam Kitab Perundangan Majapahit disebutkejahatan astadusta. Dalam Kitab Slokantara, 71: 32 dijelaskan“Orang yang membakar rumah, suka meracuni, dukun jahat,pembunuh, pemerkosa perempuan, penghianat, keenam ini dimasukandalam golongan “Atatayi”. Karena kategorisasi kejahatan yangkejam, dalam kitab Hindu lainnya, sanksi membunuh adalahdibunuh sebagai karma (balasan) atas perbuatannya sekaligussebagai penghapus dosa “… orang-orang yang telah melakukanpidana dan telah pula dihukum oleh raja akan pergi ke surga karenatelah bersih seperti halnya mereka yang telah melakukan perbuatan yangbajik (Manawa Dharmasastra VIII.318).

Pada argumentasi yang berasal dari kitab suci agama Hindujuga, hakim tidak begitu maksimal untuk menggali dan menemukannorma transendental Hinduisme untuk perkara pembunuhan. Sekalilagi Majelis Hakim hanya mengambil norma yang bersifat sangatumum. Ajaran tentang Karma, yang bisa saja dikaitkan dalamperistiwa pembunuhan dalam kasus ini seharusnya disampaikansebagai argumentasi hukum guna menunjukkan kepada terdakwadan khalayak bahwa pembunuhan apapun yang dilakukan olehumat Hindu akan berakibat yang sama padanya, hanya persoalanwaktu, tempat dan cara saja si pembenuh akan menerima karmamatinya yang serupa di kemudian hari sebagaimana ia melakukanhal yang sama kepada orang lain yang telah dibunuhnya.

Page 62: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

56

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

Argumentasi hukum yang berasal dari norma transendentalhukum Islam adalah dengan memberikan penjelasan bahwa Islamadalah agama damai dan perbuatan penghilangan nyawa tanpa hakadalah perbuatan yang dilarang dalam Islam. Majelis Hakimmengutip al-Qur’an Surah Al-Isra 17:33 “Dan janganlah kamumembunuh orang yang diharamkan Allah (membunuhnya), kecualidengan suatu (alasan) yang benar. Dan barangsiapa dibunuh secara zalim,maka sungguh kami telah memberi kekuasaan kepada walinya, tetapijanganlah walinya itu melampaui batas dalam pembunuhan.Sesungguhnya dia adalah orang yang mendapat pertolongan”. Selain ituMajelis Hakim juga menerangkan bahwa perbuatan terdakwa yangtelah melakukan pembunuhan kepada para korban sehingga apabilaterdakwa menyesali akan perbuatan yang telah dilakukannya makapintu ampunan terbuka bagi orang yang bertobat dimana menurutpandangan agama Islam terhadap dosa yang dilakukan umat manusiatermaktub dalam al-Qur’an al-Karim sebagai berikut:a. “Dan barang siapa mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya,

kemudian ia memohon ampun kepada Allah, niscaya dia mendapatiAllah Maha Pengampun lagi Penyayang”. (QS. Al-Nisa, 4: 110) ;

b. “Dan Allah tidak akan mengazab mereka, sedang engkau beradadiantara mereka. Dan tidak (pula) Allah akan mengazab mereka,sedang mereka memohon ampun”. (QS. Al-Anfal, 8: 33) kemudian“Dan (juga) orang- orang yang bila berbuat keji atau zalim terhadapdirinya, mereka ingat kepada Allah, lalu mereka memohon ampunatas dosa-dosanya. Dan siapa lagi yang dapat mengampunkan dosamelainkan Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan kejiitu, sedang mereka mengetahui”. (QS. Ali Imran, 3: 135).Selain mengutip beberapa ayat al-Qur’an, Majelis Hakim juga

mengutip hadits yang menerangkan tentang pertaubatan manusiadari segala perbuatan dosa, yaitu hadits riwayat Turmudzi buku“Riyadhus Shalihin”, Anas r.a. telah meriwayatkan sebagai berikut:

“Saya mendengar Rasulullah Saw.. bersabda: “Allah Ta’alaberfirman: “Wahai Anak Adam selama kamu berdoa dan

Page 63: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

57

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

mengharap kepadaku niscaya Aku ampuni dosa yang telah kamulakukan dan aku tidak memperdulikan berapa banyaknya. WahaiAnak Adam, seandainya dosa - dosamu bagaikan awan di langit,kemudian kamu minta ampun kepada-Ku niscaya Akumengampunimu, dan Aku tidak memperdulikan berapa banyakdosamu. Wahai anak Adam, seandainya kamu datang kehadapan-Ku dengan membawa dosa seisi bumi, kemudian bertemu denganAKU tanpa menyekutukan sesuatu apapun dengan-KU, niscayaAKU akan mengampuni dosa yang seisi bumi itu.”

Setelah mengutip beberapa ayat dan hadits, kemudian MajelisHakim menambahkan pandangannya terhadap perbuatanpembunuhan itu dengan argumentasi sebagai berikut:

“Berdasarkan pandangan terhadap sesuatu dosa yang diperbuatumat manusia, yaitu sesuai wahyu Allah dalam al-Qur’an danHadits Nabi Muhammad Saw. sebagaimana dikemukakan diatas, maka dapat dikonklusikan menurut ajaran agama Islambahwa pintu ampunan atas tobat umat manusia adalah mutlakmilik Allah dan merupakan rahasia Allah, bahwa bagi hambaTuhan, yaitu mahluk manusia yang telah melakukan perbuatandosa, baik berupa dosa besar berupa perbuatan keji maupundosa kecil, maka pintu tobat dan ampunan masih terbukadihadapan Allah dengan syarat si hamba atau manusia itusendiri dengan sungguh-sungguh bertawaduk dan menghadapkepada Allah Swt. untuk tidak mengulangi perbuatannya, sertatidak menyekutukan Allah kepada selain Allah, juga si hambaatau manusia tersebut dengan penyerahan diri secara mutlakberupa kepasrahan hati yang mutlak kepada Allah danmelaksanakan seluruh perintah Allah serta menjauhi segalalarangan-Nya”.

Mendasarkan pada kitab suci al-Qur’an sebagai argumentasihukum transendentalnya, berbeda ketika merujuk pada dua kitabsebelumnya (Injil dan Weda). Ayaut suci al-Qur’an yang dikutip olehMejelis Hakim memberikan petunjuk yang jelas bahwa sanksihukum jarimah pembunuhan adalah dibunuh, dalam bahasa al-Qur’an yang lainnya disebut qishash.

Page 64: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

58

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

Dalam hal argumentasi hukum ini, 2 (dua) orang hakim yangberagama Islam juga tidak melakukan pengkajian yang layak, sepertimencoba mengkaji delik pembunuhan dalam perspektif Fiqh Jinayah.Pengkajian terhadap jarimah pembunuhan dalam perspektif FiqhJinayah akan terungkap hukuman apa yang layak, pantas dankompatibel terhadap pembunuhan yang telah dilakukan. Para hakim,sekali lagi hanya mengutip dalil-dalil agama yang bersifat umum tanpaada keinginan untuk mengkajinya secara mendalam menurut kitabsuci-kitab suci yang dijadikan landasan sumber hukumnya.

Memperhatikan beberapa argumentasi hukum Mejelis Hakimyang beberapa norma agama (transendental) sebagai bagian dariargumentasi hukumnya, secara umum, paradigma berfikir hukumtransendal yang dilakukan oleh hakim sudah dapat dikatakan baiksebagai sebuah terobosan dan awal mula pembiasaan berargumentasihukum dengan memperhatikan norma lain di luar norma hukumpositif.

Namun argumentasi hukum yang diantaranya mengintrodusirnorma hukum transendental dari Majelis Hakim terkesan hanyamemilih dan memilah norma hukum hukum agama (transendental)yang bersifat umum. Dalam hal ini hanya memilih norma (diktumsuci) agama (transendental) mengenai larangan perbuatanmembunuh tanpa disertai dengan ancaman sanksi atas perbuatanyang dimaksud. Padahal di dalam Bibel (Injil), Weda, al-Qur’an danHadits terdapat banyak diktum-diktum suci yang menyebutkansanksi atas kejahatan pembunuhan yang dilakukan baik secarasengaja maupun tidak sengaja. Adapun kasus yang dihadapi dapatdikategorikan sebagai perbuatan yang disengaja denganargumentasi pelaku pembunuhan (terpidana) telah mempersiapkandan membawa senjata tajam (golok) untuk digunakan sebagai alatmenghilangkan nyawa orang bila perbuatan jahatnya diketahui olehorang lain. Lebih dalam lagi, bahwa pembunuhan (penghilangannyawa) mengakibatkan 2 (dua) korban meninggal dunia dan 1 (satu)korban terluka arah akibat perbuatan terdakwa.

Page 65: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

59

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

Melihat pada fakta persidangan, tuntutan jaksa penuntut umumdan alasan untuk meringankan hukuman terhadap pelaku olehkuasa hukum dan mempertimbangkan norma hukum positif disertadengan argumentasi hukum dan non hukum lainnya, Majelis Hakimmerumuskan perbuatan terdakwa sebagai perbuatan yang sesuaipasal 340 KUHP “Barangsiapa dengan sengaja dan dengandirencanakan lebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain, dihukumkarena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati ataupenjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluhtahun” jo pasal 65 ayat (1) KUHP “dalam hal perbarengan beberapaperbuatan yang harus dipandang sebagai perbuatan yang berdiri sendirisehingga merupakan beberapa kejahatan, yang diancam dengan pidanapokok yang sejenis, maka dijatuhkan hanya satu pidana” dan ketigaprimair pasal 338 KUHP “barangsiapa dengan sengaja merampasnyawa orang lain, diancam karena pembunuhan dengan pidana penjarapaling lama lima belas tahun” jo pasal 53 ayat (1) KUHP “mencobamelakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata danadanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu,bukan semata-mata disebabkan karena kehendaknya sendiri.

Berdasarkan legalitas KUHP di atas, dalam perkara Adriawanbin Subarjo hakim menjatuhkan hukuman sebagaimana yangdituntut oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU), maka dalam hal iniargumentasi hukum transendental dengan cara mengintrodusirnorma agama sebagai bagian dari argumentasi hukum dalamputusan belum atau tidak berpengaruh apa-apa terhadap putusanyang dibuat oleh Majelis Hakim. Artinya argumentasi hukumtransendental yang tertuang dalam Putusan Nomor: 61/Pid.B/2011/PN.Pwr. belum menuntun Majelis Hakim untuk menjatuhkanhukuman maksimal (hukuman mati) sebagaimana yang terteradalam pasal 340 KUHP.

Dari pembahasan atas konten argumentasi hukumtransendental Mejelis Hakim dalam Putusan Nomor: 61/Pid.B/2011/PN.Pwr, paradigma berfikir hukum transendenntal pada para

Page 66: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

60

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

hakim yang terlibat, pertama, baru sebatas argumentasi yang hanyamenghiasai lembar-lembar putusan pengadilan saja, belum sampaipada adanya pengaruh yang cukup signifikan terhadap hasil akhirdari putusan hakim tersebut. Hal tersebut dapat dipahami karenaMajelis Hakim dalam perkara ini hanya memilih dan memilahdiktum suci yang bersifat umum terhadap larangan perbuatanpidana tanpa menyertakan sanksi hukum apa yang layak untukperbuatan berupa kejahatan pembunuhan berencana, apa lagikorbannya lebih dari satu orang meninggal dunia.

Kedua, penyajian argumentasi hukum transendental berupapengampunan terhadap perbuatan dosa yang ada dalam 4 (empat)diktum suci agama hanya sebatas sebagai pemberitahuan atauinformasi saja kepada terdakwa untuk menerima hukuman, belumsampai pada upaya obyektifikasi terhadap diktum tersebut untukaplikasinya dalam realitas hukum yang dihadapi.

Pengkajian paradigma transendental hukum justru terjadi padadaerah dimana hampir tidak ada kasus hukum yang menjadi sorotanberita nasional (PN Purworejo), walaupun begitu ini adalah awalyang menggembirakan untuk penyemaian hukum Indonesia yangtransendentalis.

Paradigma berfikir hukum transendental yang tertuang dalamargumentasi hukum dalam putusan pengadilan ini, terjadi padasebah Pengadilan Negeri Purworejo dengan klasifikasi 1B.Sedangkan telah menjadi maklum bahwa kelas pengadilan inimenunjukkan tidak begitu banyak persidangan yang dilakukan olehPN Purworejo, walaupun secara kompetensi relatif, wilayahkekuasaan Kabupaten Purworejo cukup luas. Kiranya dominasiwilayah pedesan yang mayoritas dengan tipologi rural society yangguyub dan rukun menjadikan problematika atau sengketa hukumtidak begitu banyak ditangani oleh PN Purworejo. Dari sisikeragaman beragama, Islam mayoritas di seluruh wilayahkecamatan yang ada dalam Kabupaten Purworejo.

Page 67: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

61

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku dan JurnalAbdullah Ahmed al-Na’im, 2001, Dekonstruksi Syari’ah: Wacana

Kebebasan Sipil, Hak Asasi Manusia dan HubunganInternasioanl dalam Islam, Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara.

Abraham S. Blumberg, 1970, Criminal Justice, Toronto: Burns andMac Eachem Ltd.

Absori dkk, 2017, Transendensi Hukum Prospek dan Implementasi,Yogyakarta: Gentha Publishing.

Anton F. Susanto, 2015, Kritik Teks Hukum Ulasan dan KomentarTerhadap “Wacana Hukum Langitan”, Bandung: LogosPublishing.

Anton F. Susanto, 2010, Ilmu Hukum non Sistemik, Fondasi FilsafatPengembangan Ilmu Hukum Indonesia, Yogyakarta: GentaPublishing.

Badan Pusat Statistik Kab. Purworejo, 2017, Kabupaten Purworejodalam Angka, Purworejo: Sekretariat Badan Pusat StatistikKab. Purworejo.

Bryan A. Garner, 2004, Black’s Law Dictionary Eight Edition, NewYork: West Publising Co.

Departemen Pendidikan Nasional, 2015, Kamus Besar BahasaIndonesia, Jakarta: Balai Pustaka.

Farkhani, 2014, Pengantar Ilmu Hukum Cetakan Keempat, Salatiga:STAIN Salatiga Press.

Farkhani dan Evi Aryani, 2016, Hukum dan Wajah Hakim dalamDinamika Hukum Acara Peradilan, Surakarta: PustakaIltizam.

Feteris, E.T., 1994, Redelijkheid in Jurisdische Argumentatie, EenOverzicht van Theorieen Over Het Rechtvaardigen vanJuridische Beslissingen, W.E.J. Tjeenk Willink, Zwolle.

Page 68: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

62

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

Herlien Budiono, 2006, Asas Keseimbangan bagi Hukum PerjanjianIndonesia, Hukum Perjanjian Berlandaskan Asas-Asas WigatiIndonesia, Bandung: P.T. Citra Aditya Bakti

Ifdhal Kasim, 2001, Hak Sipil dan Politik, Jakarta: Elsam.IPM. Ranuhandoko, 1996, Terminologi Hukum, Jakarta: Sinar

Grafika.Jalaluddin Rakhmad, 1995, Kamus Filsafat, Jakarta: Rosda Karya.J.H. Rapar, 2001: Filsafat Politik: Plato Aristoteles Augustinus

Machiavelli, Jakarta: Raja Grafindo Persada.Kelik Wardiono, 2016, Paradigma Profetik Pembaruan Basis

Epistimologi Ilmu Hukum, Yogyakarta: Gentha Publishing.Khudzaifah Dimyati, 2005, Teorisasi Hukum: Studi tentang

Perkembangan Pemikiran Hukum di Indonesia 1945-1990,cetakan keempat, Surakarta: MuhammadiyahUniversityPress.

Komisi Yudisial, 2014, Kualitas Hakim dalam Putusan, Jakarta:Sekretaris Jenderal Komisi Yudisial Republik Indonesia.

Kuntowijoyo, 2006, Islam Sebagai Ilmu: Epistimologi, Metodologi danEtika, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Loren Bagus, 1996, Kamus Filsafat, Jakarta: Gramedia.Martin P. Golding, 1984, Legal Reasoning, New York: Alfreda A. Knoff

Inc.M. Fahmi, 2005, Islam Transendental, Menelusuri Jejak-Jejak Pemikiran

Islam Kuntowijoyo, Yogyakarta: Pilar Religia.Muhyar Fanani, 2008, Membumikan Hukum Langit Nasionalisasi

Hukum Islam dan Islamisasi Hukum Nasional PascaReformasi, Yogyakarta: Tiara Wacana.

Otje Salman, 2012, Filsafat Hukum (Perkembangan dan DinamikaMasalah), Bandung: Refika Aditama.

Robert M. Unger, 2010, Teori Hukum Kritis Posisi Hukum dalamMasyarakat, Bandung: Nusa Media.

Satjipto Rahardjo, 2003, Sisi-Sisi Lain dari Hukum Indonesia, Jakarta:Kompas.

Page 69: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

63

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

Soerjono Soekanto, 1982, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: CV.Rajawali.

Sondang P. Siagian, 1991, Organisasi, Kepemimpinan dan PerilakuAdministrasi, Jakarta: Gunung Agung.

Sudarsono, 1992, Kamus Hukum, Jakarta: Rineka Cipta.Theo Huijbers, 1982, Filsafat Hukum dalam Lintasan Sejarah,

Yogyakarta: Kanisius.Totok Jumantoro dan Samsul Munir Amin, 2005, Kamus Ilmu

Tasawuf, Bukittinggi: IAIN Bukittinggi.T. Arroba,1998, “Decision Making by Chinese –US”, Journal of Social

Psychology. Vol. 38.Zumri Bestado Sjamsuar, 2009, Paradigma Manusia Surya,

Membongkar Mitos Parokhialitas Sumber Daya Manusia.Pontianak: Yayasan Insan Cita.

Suparman Marzuki, 2013, “Pertarungan Antara Kuasa dan Tafsir”,Jurnal Yudisial Vol. 6 No. 3 Desember 2013.

Tommy Hendra P, “Penafsiran, Penalaran dan ArgumentasiHukum”, MMH, Jilid 40 No. 2 April 2011

.B. Situs Internetbappeda.purworejokab.go.id, diakses 28 September 2017https://soetandyo.wordpress.com, diakses tanggal 19 Oktober 2017.http://nanangsuprijadi.blogspot.co.id, diakses tanggal 9 Oktober 2017http://business-law.binus.ac.id diakses tanggal 20 Oktober 2017pn-purworejo.go.id diakses 29 September 2017Shidarta dalam http://business-law.binus.ac.id, diakses tanggal 20

Oktober 2017.

Page 70: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …
Page 71: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

65

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasar dari analisis data dalam penelitian ini dengan acuanfocus penelitian yang dituangkan dalam rumusan masalah, makapenelitian ini dapat disimpulkan dan sebagai jawaban dari rumusanmasalah, yaitu, Bagaimana pluralisme dalam perspektif tokoh lintasagama di Salatiga? dan Bagaimana realitas kehidupan dalammasyrakat plural di Salatiga?

Kesimpulan Penelitian; Pluralisme dalam perspektif tokoh lintasagama di Salatiga, bahwa para tokoh memahami pluralisme sebagaisuatu paham yang mentoleransi adanya keragaman pemikiran,peradaban, ras, suku, budaya, adat-istiadat, dan agama, bukanhanya mentoleransi adanya keragaman pemahaman tersebut, tetapibahkan mengakui kebenaran masing-masing pemahaman,setidaknya menurut logika para pengikutnya.Kesediaan kita untukmenerima keberagaman (pluralitas) untuk hidup bersama secarabertoleran pada tatanan masyarakat.

Realitas kehidupan dalam masyarakat plural di Salatiga, dipahami olehtokoh lintas agama bahwahak beragama merupakanhak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaanapapun, dan harus diatur dalam tata kehidupan bermasyarakat,berbangsa, dan bernegara dengan saling menghargai danmenghormati antar pemeluk agama yang plural.

Aturan dan kebijakan pemerintah terkait perlindungan terhadapumat dan kerukunan antar dan intern umat beragama dipahamipara tokoh lintas agama bahwa memang regulasinya bagus, tetapibelum semua masyarakat menyadarinya, mungkin juga peranpemuka agama yang belum maksimal perlu ditingkatkan dan

Page 72: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

66

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

disosialisasikan di masyarakat dan perlunya kegiatan-kegiatan lintasagama dari generasi muda yang riil.

B. Saran

Memberi tanpa mengingat dan menerima tanpa melupakanakan diberkahi, kalimat inilah yang menginspirasi peneliti untukmemberikan saran-saran yang bersifat normative dan regulative bagipara tokoh lintas agama dan umat beragama dimana saja beradadalam wilayah kesatuan Republik Indonesia khususnya KotaSalatiga, saran-sarannya sebagai berikut;- Menerima perbedaan sebagai keniscayaan yang merupakan

kodrat dan anugerah dari Tuhan yang Maha Kuasa.- Mengedepankan persamaan diatas perbedaan dan menjadikan-

nya sebagai asset bangsa untuk membangun bangsa yang lebihmaju, karena berbeda itu indah.

- Hidup rukun antar umat beragama dan intern umat beragamadan pemerintah .

- Saling menghargai dan menghormati antar umat beragama dantidak mencampuri urusan agama umat lain beribadah sesuaidengan agama dan kepercayaan masing-masing.

C. Tindak Lanjut

Penelitian ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu untukditindak lanjuti oleh peneliti lain yang memilih tema yang serupaguna memperkaya khasanah keilmuan. Kepada pembaca penelitianini mohan kiranya untuk menyempurnakan penelitian ini diperlukansaran dan kritik yang konstruktif karena kritikan bagai pupuk bagirumput di halaman kadar yang cukup menyuburkan terlalu banyakmematikan.

Page 73: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

67

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik.Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, B. (2012). Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.

Emzir. (2014). Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif danKualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Moleong, L.J. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Mudlofir, A. (2012). Pendidik Profesional. Jakarta: PT. RajaGrafindoPersada.

Muhadjir, Nung. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif.Yogyakarta: Rake Sarasin.

Nasution, S. (1992). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif.Bandung: Tarsito.

Echols, J.M. & Shadili, H. (1996).Kamus Inggris Indonesia.Jakarta:PT.Gramedia.

Moleong, L.J. (2010). Metode penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosda Karya.

Poerwodarminto WJS. (2007).Kamus Umum BahasaIndonesia.Bandung: Balai

Pustaka.Schumann, Olaf Herbert. 2001. Agama dalam Dialog – Pencerahan,

Pendamaian, dan Masa depan. Jakarta : Gunung MuliaTim Penyusun Pusat Kamus. (1994).Kamus Besar Bahasa

Indonesia.Bandung: Balai Pustaka.Usman, M.B. (2002).Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta:

Ciputat Press.Yusuf, Mundizirin dkk. (2005). Islam Budaya Lokal. Yogyakarta :

Pokja Akademik UINSunan Kalijaga.

Page 74: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

68

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

Naim Ngainun, Ahmad Sauqi. (2008.)Pendidikan MultikulturalKonsep dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruz Media

Riyadi Irfan M, Basuki. (2009.)Membangun Inklusivisme FahamKeagamaan. Ponorogo

Wahid, Abdurrahman (editor), 2009, Ilusi Negara Islam : EkspansiGerakan Islam Transnasional di Indonesia (versi digital),Jakarta: Kerja sama LibForAll Foundation, Gerakan BhinekaTunggal Ika, the Wahid Institute, dan Maarif Institute.

Yulika, Febri,dan , A. Sudiardja, SJ, 2001, Refleksi moral atas tindakkekerasan dalam kehidupan bersama. Yogyakarta: Tesis UGM

Zada, Khamami, 2002, Islam Radikal: Pergulatan Ormas-Ormas IslamGaris Keras di Indonesia, Jakarta: Teraju.

INTERNEThttp://hds.harvard.edu/people/diana-l-eck, diakses pada tanggal 2

April 2017.http://www.worldwisdom.com/public/authors/Rene-Guenon.aspx

diakses pada tanggal 4 April 2017.http://kbbi.web.id/pluralisme, diakses pada tanggal 5 April 2017.http://spektrum.irankultur.com/wp-content/uploads/2013/05/

Religious-Plurality-and-the-transcendent-Unity-of-Religions.pdf diakses pada tanggal 7 April 2017.

http://digilib.uin-suka.ac.id/805/1/BAB%20I%2C%20V.pdf dapatdiakses pada tanggal 8 April 2017.

http://substantiajurnal.org/index.php/subs/article/viewFile/13/11diakses pada tanggal 13 April 2017.

http://www.iptek.its.ac.id/index.php/jsh/article/view/588 diaksespada tanggal 14 April 2017.

http://ejournal.uksw.edu/cakrawala/article/view/49 diakses padabulan April 2017.

https://www.komnasham.go.id/index.php/news-archives/2016/01/diakses pada tanggal 29 September 2017.

Page 75: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

69

Drs. Badwan, M.Ag dan Farkhani, S.HI., S.H., M.H

https://student.-cnnindonesia.com/edukasi/20160520135623-317-132226/bonus-demografi-kado-hari-kebangkitan-nasional/diakses pada tanggal 1 Oktober 2017.

http://bisnis.liputan6.com/read/2307067/indonesia-harus-manfaatkan-bonus-demografi-seperti-korseldiakses padatanggal 1 Oktober 2017.

https://nasional.tempo.co/read/847866/elsa-kasus-intoleransi-bermunculan-di-semarang, diakses pada tanggal 2 Oktober2017.

https://www.tempo.co/tag/ujaran-kebencian-hate-speech diaksespada tanggal 2 Oktober 2017.

http://crcs.ugm.ac.id/id/artikel/1343/pluralisme-pancasila.htmldiakses pada tanggal 4 Oktober 2017.

Kota Salatiga. Januari 2017. Toleransi Antar Umat Beragama KotaSalatigahttp://www.kotasalatiga.com/1-265-tahun-hidupnya-toleransi-antar-umat beragama-di-kota-salatiga/2/

Metro News. Oktober 2016. Toleransi Agama Salatigahttp://news.metrotvnews.com/read/2015/12/28/205702/toleransi-

agama-tirulah-salatiga?q=Search... – 16/10/16)

PROCEEDINGWasim, Alef Theria, “Ekologi Agama dan Studi Agama-agama:

Dialog atau Harmoni” dalam Harmoni Kehidupan Beragama:Problem, Praktik dan Pendidikan, Proceeding KonferensiRegional International Association for the History of Religion,(Yogyakarta: Oasis Publisher 2004).

TESISKhoiriyah, (2015) Pluralisme Agama Dalam Perspektif Alwi Shihab.

Undergraduate thesis, UIN Sunan Ampel Surabaya.Fihif Dhillah,(2003)Pluralisme Agama Dalam Pandangan Nurcholis

Madjid. Thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Page 76: HUKUM TRANSENDENTAL; ARGUMENTASI HUKUM …

70

Hukum Transendental; Argumentasi Hukum Menggunakan Norma-norma Agama...

TERBITAN BERKALAZainal Abidin Bagir, dkk, Laporan Tahunan Kehidupan Beragama di

Indonesia 2011, Program Studi Agama dan Lintas Budaya,Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah mada Yogya-karta, Indonesia, 2012.

Zainal Abidin Bagir, dkk, Laporan Tahunan Kehidupan Beragama diIndonesia 2012, Program Studi Agama dan Lintas Budaya,Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada Yogya-karta, Indonesia, 2013.