14
1.1 Latar Belakang Humerus adalah tulang panjang. Tulang yang terpanjang dari lengan atas dan teridir dari sebuah batang dan ujung atas serta bawah. Ujung atas os humerus adalah (kepala) caput humeri yang paling bagus permukaannya yang berhubungan dengan tulang belikat (scapula) dan membentuk persendian yaitu sendi bahu (shoulder joint / articulatio humeri). Lalu berujung pada condylus humeri yang terdiri dari capitulum humeri dan trochlea humeri yang bersendi pada os radius dan os ulna yang disebut sebagai sendi siku (elbow joint / articulatio cubiti). Dalam humeri memiliki beberapa indikasi pemeriksaan yaitu fraktur, dislokasi bahu, cidera syaraf, lesi syaraf radialis, kekakuan sendi, non-union. Fraktur itu sendiri terdiri dari beberapa macam klisnis diantaranya, fraktur suprakondilar humeri, interkondiler humerus, batang humeri dan kolum humeri. Angkle joint merupakan sendi synovial (bebas bergerak). dibentuk oleh malleolus tibia dan fibula serta talus. Diperkuat oleh ligamen deltoideum dan liga-men collateral lateral.Pada sisi medial ankle joint diperkuat oleh 5 ikatan ligamen yang kuat, 4 ligamen yang menghubungkan malleolus medial tibia

Humeri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SDASF

Citation preview

1.1 Latar Belakang

Humerus adalah tulang panjang. Tulang yang terpanjang dari lengan atas dan teridir dari sebuah batang dan ujung atas serta bawah. Ujung atas os humerus adalah (kepala) caput humeri yang paling bagus permukaannya yang berhubungan dengan tulang belikat (scapula) dan membentuk persendian yaitu sendi bahu (shoulder joint / articulatio humeri). Lalu berujung pada condylus humeri yang terdiri dari capitulum humeri dan trochlea humeri yang bersendi pada os radius dan os ulna yang disebut sebagai sendi siku (elbow joint / articulatio cubiti).

Dalam humeri memiliki beberapa indikasi pemeriksaan yaitu fraktur, dislokasi bahu, cidera syaraf, lesi syaraf radialis, kekakuan sendi, non-union. Fraktur itu sendiri terdiri dari beberapa macam klisnis diantaranya, fraktur suprakondilar humeri, interkondiler humerus, batang humeri dan kolum humeri.

Angkle joint merupakan sendi synovial (bebas bergerak). dibentuk oleh malleolus tibia dan fibula serta talus. Diperkuat oleh ligamen deltoideum dan liga-men collaterallateral.Padasisi medial ankle joint diperkuat oleh 5 ikatan ligamen yang kuat, 4 ligamen yang menghubungkan malleolus medial tibia dengan tulang tarsal bagian posterior, calcaneus, talus dan navicular.

Pada sisi medial talotibial joint di topang dengan kuat oleh medial malleolus dan ligamen medial collateral, yang lebih kuat dari ligamen di sisi lateralnya. Pada sisi lateral terdapat penopang fleksibel yang dibentuk oleh lateral complex yang terdiri dari fibula, syndesmosis dan lateral Collateral bands.

Syndesmosis merupakan serat pengubung antara tibia dan fibula yang dibentuk oleh ligamen tibiofibular anterior dan posterior yang letaknya setinggi cekungan tibia dan ligamen intraosseus yang tebal, berada di bawah membran intraosseus dan terletak 2 cm di atas cekungan tibia dimana ruang kecil bagian superior dari persendian berakhir.Ligamen tibiofibula anterior dan posterior sering sebut sebagai syndesmosis anterior dan posterior. Ligamen lateral collateral menghubungkan distal fibula dengan talus dan calcaneus. Fleksibilitas dari lateral complex membuat talus dan fibula bergerak dan berputar selama pergerakan normal dari ankle. Pergerakan fibula ini pada syndesmosis merupakan bagian penting dari fungsi normal ankle.

Pada pemeriksaan angkle joint, terdapat 3 proyeksi untuk mengetahui indikasi yang terjadi yaitu proyeksi AP, Proyeksi Mortise dan Proyeksi Lateral. Stabilitas pada mortise ankle bergantung pada struktur tulang-tulang dan ligamen. Persendian utama berada diantara talus dan cekungan tibia. Talus yang berbentuk seperti pelana kuda sangat pas kedudukannya dengan cekungan tibia dan benturan kecil saja pada keharmonisan dari tibiotalar joint ini akan mengurangi contact area dan akan membebani articular cartilago yang akan menyebabkan arthrosis.

Untuk mengatasi indikasi indikasi tersebut harus dilakukan pemeriksaan rontgen terlebih dahulu agar dihasilkan foto rontgen untuk dijadikan sebagai diagnosa. Setiap tulang memeliki pemeriksaan dalam proyeksi yang berbeda beda.

1.2 Tujuan

Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan secara tepat sesuai dengan indikasi / keterangan yang diberikan oleh pasien serta mengetahui struktur anatomi tulang.

1.3 Manfaat

Untuk meningkatkan pemahaman mengenai fraktur maupun indikasi lainnya pada humerus dan angkle joint sehingga dalam menangani kasus sudah mengetahui proyeksi yang akan digunakan.

1.4 Batasan masalah

Kami membatasi masalah ini dengan maksud menjelaskan indikasi yang terjadi pada humerus dan angkle joint serta pemeriksaan yang umum dilakukan.

BAB IIISI1. HUMERUS

2.1.1 Indikasi Klinis pada Humerus

1. Fraktur

1) Fraktur Suprakondilar humerus

Jenis ekstensi yang terjadi karena trauma langsung pada humerus distal melalui benturan pada siku dan lengan bawah pada posisi supinasi dan lengan siku dalam posisi ekstensi dengan tangan terfiksasi.

Jenis fleksi pada anak biasanya terjadi akibat jatuh pada telapak tangan dengan tangan dan lengan bawah dalam posisi pronasi dan siku dalamposisi sedikit fleksi.

Gambar 1a. Hasil Rontegen Fraktur Suprakondiler

Gambar 1b. Gambar Fraktur Suprakondiler

2) Fraktur Interkondiler humeri

Fraktur yang sering terjadi pada anak adalah fraktur kondiler lateralis dan fraktur kondiler medialis humerus.

Gambar 1c. Hasil rontgen fraktur interkondiler

3) Fraktur Batang Humeri

Fraktur ini disebabkan oleh trauma langsung yang mengakibatkan fraktur transvesal atau gaya memutar tak langsung yang mengakibatkan fraktur spiral (fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi)

Gambar 1d. Macam-macam fraktur batang humeri

Gambar 1d. Macam macam Fraktur batang

Gambar 1e. Hasil Rontegen fraktur batang humeri

4) Fraktur Kolum Humeri

Fraktur ini dapat terjadi pada kolum anatomikum ( terletak di bawah kaput humeri) dan kolum sirurgikum ( terletak di bawah tuberkulum )

Gambar 1f. Macam macam fraktur kolum humeri

Gambar 1g. Hasil rontgen fraktur kolum humeri

Gambaer 1h. Hasil rontgen humeri yang telah diberi pen.

Gambar 1h. Hasil ronten tulang humeri yang telah diberi pen

1. Dislokasi bahu

Fraktur-dislokasi baik anterior maupun posterior sering terajdi. Dislokasi biasanya dapat direduksi secara tertutup dan kemudian diterapi seperti biasa.

1i. Gambar dislokasi bahu

1. Cidera syaraf

Kelumpuhan saraf radialis dapat terjadi pada fraktur humerus bila tidak ada tindakan yang berarti.

1. Kekakuan sendi

Kekakuan pada sendi terjadi jika tidak dilakukan aktivitas lebih awal.

Gambar 1j. Pembekuan pada sendi bahu

1. Non union

Penyembuhan tulang tidak terjadi walaupun telah memakan waktu lama karena :

Terlalu banyak tulang rusak pada cedera sehingga tidak ada yang menjembatani fragmen

Terjadi nekrosa tulang karena tidak ada aliran darah

Anemi endoceime imbalance (ketidakseimbangan endokrin atau penyebab sistemik yang lain.

Gambar 1k. non-union

2.1.2 Pemeriksaan

1. Proyeksi AP

Ukuran film : 24 x 30 cm

Posisi pasien :

Note : jika pasien tidak dapat berdiri atau duduk, pemeriksaan dapat dilakukan dengan posisi supine dengan shoulder joint ditinggikan oleh sponges untuk menempatkan humerus seolah olah berhubungan dengan meja pemeriksaan atau kaset. Ingat, luka pada humerus, dan biasanya posisi erect lebih nyaman bagi pasien.

- Posisikan pasien berdiri atau duduk dengan membelakangi meja pemeriksaan atau vertical grid.

- Tempatkan pasien sehingga tangan berada pada pertengahan grid, dan abduksikan tangan secukupnya untuk menghindari superposisi pada humerus dengan bagian tubuh lainnya

- Berikan pelindung gonad

Posisi objek :

- Tempatkan humerus sejajar dengan plane dari grid (jika perlu, rotasikan pasien sedikit kearah humerus)

- Supinasikan lengan (menghadap ke atas) dan ekstensikan elbow joint sebisa pasien.

Note: ingat,agar keseluruhan humerus dengan kedua persendian tercakup. Lakukan ini, jika perlu abduksikan lengan atas sehingga humerus di sepanjang diagonal kaset.

-

Gambar 2a. Posisi pasien humerus proyeksi AP

Raba lateral dan medial epikondilus dengan ibu jari dan jari telunjuk

- Atur bidang coronal sehingga epicondilus sejajar dengan film

- Atur hingga humerus berada pada pertengahan kaset.

CR : Tegak Lurus

CP : Pertengahan humerus

Faktor Eksposi :

- Kv : 55

- mA : 3,0

- s : 0,16

- mAs : 6,0

Kriteria gambar :

- Keseluruhan humerus (termasuk shoulder dan elbow joint)

- Humerus terlihat dalam posisi AP (dibuktikan oleh terlihatnya kedua caput humeri dan tuberositas mayor dari profil humerus)

- Tuberositas minor dari humerus terlihat superposisi antara caput humeri dan tuberositas mayor

-Lateral dan medial epicondylus terlihat tanpa rotasi

Gambar 2b. Kriteria Gambar Humerus AP

1. Proyeksi Lateral

Ukuran Film : 11 x 14 in (30 x 35 cm)

Posisi pasien :

Note : jika pasien tidak memungkinkan berdiri atau duduk, pemeriksaan dapat dilakukan dengan posisi supine.

- Posisikan pasien berdiri atau duduk menghadap vertical grid.

- Tempatkan pasien sehingga humerus berada pada pertengahan grid

- Berikan pelindung gonad

Posisi objek :

- Fleksikan elbow dan tempat lengan pada perut

- Abdusikan humerus untuk mencegah superposisi pada humerus dengan bagian tubuh lainnya

- ingat,agar keseluruhan humerus dengan kedua persendian tercakup. Lakukan ini, jika perlu abduksikan lengan atas sehingga humerus di sepanjang diagonal kaset.

-

Gambar 2c. Posisi pasien humerus proyeksi lateral

Tempatkan garis imaginer yang menyambungkan lateral dan medial epikondilus tegak lurus pada film

- Tengahkan kaset (dalam bucky tray) pada pertengahan humerus

CR : Tegak lurus

CP : Pertengahan humerus

Kriteria Gambar :

- Keseluruhan humerus (termasuk shoulder dan elbow joint)

- Humerus terlihat dalam posisi lateral (dibuktikan dengan superposisinya caput humeri dengan tuberositas mayor)

-

Gambar 2d. Kriteria gambar humerus lateral

Lateral dan medial epicondylus terlihat superposisi

1. ANGKLE JOINT

2.2.1 Indikasi Klinis

1. Fraktur

1) Fraktur pada medial maleolus

Fraktur jenis ini dapat disebut dengan avulsion fraktur. Dari letak fraktur yang berada di medial malleolus meng-indikasikan bahwa saat terjadi cidera, kaki berada pada posisi pronasi. Oleh karena itu cidera seperti ini disebut dengan pronation exorotation injury (PER) tingkat 1 atau lebih.

Gambar 3a. Hasil rontgen fraktur pada medial maleolus

2) Fraktur transversal yang memanjang dari lateral malleolus sampai ke talus (lihat panah)

Gambar 3b. Hasil rontgen fraktur transversal

3) Dislokasi akibat fraktur

Tampak terjadi dislokasi pada ankle joint akibat fraktur pada kedua malleolus. Lateral malleolus terdorong dari anterior ke posterior. Fraktur dimulai dari ankle joint dan terus ke arah proximal.

Gambar 3c. Hasil rontgen dislokasi akibat fraktur

2.2.2 Pemeriksaan

1. Proyeksi Lateral (Mediolateral)

Ukuran film : 8 x 10 in (18 x 24 cm)

Posisi pasien :

- Pasien diposisikan supine atau duduk diatas meja pemeriksaan

- Putar ankle joint membentuk posisi lateral

Posisi objek :

- Tempatkan panjang sumbu kaset sejajar dengan panjang sumbu kaki pasien, dan pusatkan pada pergelangan kaki

- Pastikan permukaan lateral dari kaki berhubungan dengan kaset.

- Dorsiflex kaki, dan atur kaki pada posisi lateral. Dorsiflexion dibutuhkan untuk mencegah rotasi lateral pada angkle joint.

-

Gambar 4a. Posisi objek

Berikan pelindung gonad

Central Ray : Tegak Lurus ke angkle joint

Central Point : Medial malleolus

Factor Eksposi :

Kv : 48-55 Kv