HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    1/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 1

    HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA:Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi

    Kurun Waktu 1983 - 1996

    OlehOswar Mungkasa

    I. Pendahuluan

    1.1 Latar Belakang

    Sejak awal pemerintahan Orde baru, pemerintah memberlakukan kebijakan

    defisit anggaran yang secara terus menerus ditutup dengan pembiayaan dari

    bantuan luar negeri 1. Gejala ini merupakan hal yang lazim bagi negara

    berkembang, sebagai suatu usaha kompensasi untuk menutupi kesenjangan antaratabungan domestik dan kebutuhan investasi serta untuk mengimbangi defisit

    transaksi berjalan pada neraca pembayaran ( Basri, 1997 ).

    Jumlah pinjaman luar negeri terus meningkat, dan dengan berjalannya

    waktu, maka tercipta suatu ketergantungan akan bantuan luar negeri sebagai

    sumber pembiayaan pembangunan. Ketergantungan ini menjadi beresiko tinggi

    tidak hanya karena beratnya beban pembayaran bunga dan cicilan, tetapi juga

    karena adanya resiko currency realignment yaitu ter jadinya perubahan nilai tukarantar mata uang dunia sehingga meningkatkan beban pembayaran hutang luar

    negeri ( Ahmad, 1991 ). Sebagaimana terjadi pada awal tahun 1990, beberapa negara

    Asia mengalami pertambahan beban hutang luar negeri disebabkan banyaknya

    hutang luar negeri yang tidak dilindungi ( hedge ) terhadap fluktuasi nilai tukar

    terhadap Yen Jepang. Indonesia juga mengalami hal yang sama pada tahun 1993-

    1995. Sekitar 37 persen dari hutang luar negeri Indonesia dalam mata uang Yen

    Jepang, sementara sekitar 90 persen penerimaan ekspor dalam mata uang dollar

    Amerika ( Cassard, 1997 ).

    Krisis ekonomi pada tahun 1997 yang dipicu oleh terpuruknya nilai tukar

    rupiah, kemudian sekali lagi menyebabkan bertambahnya beban hutang luar negeri

    tetapi dengan dampak yang jauh lebih besar karena juga menjangkau pinjaman luar

    negeri swasta dan perbankan 2. Akibatnya terjadi krisis perbankan nasional yang

    1 Defisit dalam anggaran belanja negara diartikan sebagai selisih di antara jumlah pengeluaran (pengeluaranrutin dan pengeluaran pembangunan) dengan jumlah pemasukan dari dalam negeri yang negatif ( Arif, 1987 ). 2 Beberapa kebijakan pemerintah Orde Baru mendorong kemudahan pihak swasta untuk melakukan pinjamanluar negeri. Pada saat yang sama dengan asumsi bahwa kondisi perekonomian relatif stabil (penurunan nilai

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    2/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 2

    mengakibatkan banyaknya bank kolaps dan biaya rekapitulasinya harus ditalangi

    oleh pemerintah. Konsekuensinya anggaran pemerintah semakin defisit dan

    kebutuhan bantuan luar negeri membesar untuk menutup defisit. Kondisi ini telah

    menyebabkan hutang luar negeri pemerintah melonjak tajam dari 83 milyar dollar

    AS (1993) menjadi 123 milyar dollar AS (2001). Menurut Morgan Stanley Dean

    Witter, bank investasi yang berbasis di London, kondisi ini menyebabkan semakin

    banyaknya proporsi output nasional yang tersedot untuk membayar utang,

    Akibatnya pemerintah Indonesia dikhawatirkan akan jatuh dalam perangkap hutang

    permanen ( permanent debt trap ) (Kompas, 27 Februari 2001 )

    Puncaknya adalah kondisi perekonomian Indonesia saat ini (April 2001)

    yang sudah dalam kondisi sekarat . Banyak indikator yang dapat menunjukkan

    kebenaran klaim ini 3. Salah satunya adalah membesarnya defisit dalam Anggaran

    Pembangunan dan Belanja Negara (APBN) Tahun 2001, yang sebelum dilakukan

    revisi sesuai dengan anjuran IMF adalah mencapai sebesar lebih kurang Rp. 80

    Triliun (lebih dari 6 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB)) sebagai akibat

    melemahnya Rupiah. Walaupun kemudian di revisi kembali menjadi sekitar Rp. 52

    Trilun seperti pada kondisi awal, melalui pencanangan lima langkah penghematan

    pemerintah 4 tetapi sepertinya langkah tersebut tidak cukup memadai untuk dapat

    menurunkan defisit tersebut. Keadaan ini akan semakin berat jika Paris Club

    kemudian menunda kesepakatan penjadwalan utang pemerintah, yang berakibat

    pada adanya kebutuhan dana sebesar Rp. 35 triliun untuk membayar utang 5

    (Kompas, 23 April 2001 ). Sebagai konsekuensinya maka Indonesia dapat

    dinyatakan default atau ingkar janji (wan prestasi) untuk kemudian dinyatakan

    bankrut. Akibat selanjutnya adalah Indonesia kemudian dapat diisolasikan oleh

    dunia.

    rupiah terhadap dollar diperkirakan stabil pada kisaran 3-6 persen per tahun) dan untuk penghematan biayamaka pinjaman luar negeri tersebut tidak dilindungi (hedge) terhadap kemungkinan perubahan nilai tukar oleh pihak swasta.

    3 Beberapa indikator tersebut adalah (i) makin melemahnya rupiah terhadap dollar, (ii) menurunnya pendapatan ekspor, (iii) meningkatnya tingkat pengangguran, (iv) bertambahnya jumlah penduduk miskin, (v)meningkatnya inflasi;

    4 Lima langkah penghematan pemerintah adalah (i) meningkatkan penerimaan pajak; (ii) menarik kembalidana perimbangan; (iii) penurunan subsidi BBM; (iv) privatisasi dan penjualan asset Badan PenyehatanPerbankan Nasional (BPPN); (v) pengurangan porsi dana pemerintah dalam pembiayaan proyek berbantuanluar negeri.

    5 Paris Club, forum negara-negara pemberi pinjaman bilateral, menulis surat pada pemerintah yang prinsipnya menunda kesepakatan penjadwalan utang sebesar 2,97 milyar dollar AS untuk jangka waktu 1 April2001-31 Maret 2002.

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    3/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 3

    Kondisi ini kemudian memungkinkan kita untuk melihat kembali pada

    tujuan dari bantuan luar negeri itu sendiri. Dasar filosofis dari bantuan luar negeri

    pada awal mulai diperkenalkannya adalah sebagai sumber luar yang dipergunakan

    sebagai dasar bagi percepatan investasi dan pertumbuhan ( Chennery, 1973 ). Untuk

    kemudian oleh Organization of Economic Cooperation and Development (OECD)

    diformulasikan tujuan pemberian bantuan luar negeri sebagai alat untuk mencapai

    pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya, tingkat kesejahteraan yang makin

    meningkat seraya menjaga stabilitas keuangan, dan dengan demikian menyumbang

    pada perekonomian dunia ( Djamin,1995 ). Pada prinsipnya bantuan luar negeri

    adalah untuk peningkatan perekonomian negara penerima, dan selanjutnya

    perekonomian dunia.

    Kenyataan yang dihadapi ternyata agak berbeda. Bantuan asing dikritik

    sebagai tidak bermanfaat dan bahkan kontra produktif ( Burnside, 1997 ). Hasil

    pengamatan empiris dari berbagai penelitian menunjukkan hasil yang berbeda-

    beda. Sebagian terbesar memperlihatkan bahwa bantuan luar negeri kurang

    bermanfaat bagi peningkatan perekonomian negara-negara penerima bantuan,

    sementara sebagian bukti empiris menunjukkan bahwa bantuan luar negeri

    mempunyai dampak yang signifikan terhadap perekonomian negara penerima

    bantuan.

    Jika efektifitas dari bantuan luar negeri sendiri masih dipertanyakan,

    sementara resiko yang dihadapi demikian besar maka menjadi suatu hal yang

    krusial bagi negara penerima bantuan luar negeri untuk menyikapi hal ini.

    Kebijakan pembiayaan pembangunan akan banyak bergeser mengikuti kesimpulan-

    kesimpulan hasil penelitian empiris para ekonom.

    Dari berbagai penelitian empiris yang dilakukan selama ini, maka dampak

    bantuan luar negeri terhadap perekonomian suatu negara diukur melalui

    pertumbuhan ekonomi dan tingkat tabungan. Hal ini sesuai dengan tujuan awal dari

    pemberian bantuan luar negeri yaitu untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi

    dan pada akhirnya mengurangi defisit pembiayaan ( financing gap ).

    Memperhatikan beban hutang luar negeri Indonesia yang sedemikian besar,

    yang sejalan dengan tingkat resiko yang juga besar, kemudian bukti empiris yang

    masih mempertanyakan efektifitas hutang luar negeri, maka makalah ini berusaha

    untuk menunjukkan efektifitas hutang luar negeri Indonesia dengan melihat pada

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    4/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 4

    dampak hutang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi dan tabungan domestik.

    Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjelaskan seberapa bermanfaat bantuan

    luar negeri bagi Indonesia.

    1.2 Hutang Luar Negeri Pemerintah1.2.1 Perkembangan Hutang Luar Negeri Pemerintah

    Perkembangan hutang luar negeri Indonesia relatif sulit dijelaskan secara

    rinci karena tidak tersedianya data yang akurat. Beberapa hal tercatat sebagai

    penyebabnya antara lain sebagaimana dikemukakan Todaro (1977) bahwa sering

    dicampuradukkan antara bantuan luar negeri bersifat hibah dan utang. Komponen

    utang mengandung unsur biaya bunga sementara komponen hibah tidak. Kerumitan

    bertambah karena bantuan luar negeri juga mengandung ikatan-ikatan tertentuseperti keharusan mengimpor bahan baku dan mengekspor hasilnya ke negara

    donor. Selain itu, nilai nominal dan nilai riil utang sering berubah pada masa inflasi

    tinggi. Hal ini kemudian menjadikan sumber data hutang luar negeri kita sebagian

    besar menggunakan data World Bank atau International Monetary Fund (IMF)

    ( Hiong, 1994 ).

    Indonesia telah mulai memanfaatkan hutang luar negeri sebagai salah satu

    sumber pembiayaan pembangunannya sejak ditandatanganinya perjanjian HattaPlan pada tahun 1947. Dalam perjanjian tersebut ditetapkan bahwa pinjaman luar

    negeri dijadikan sebagai unsur untuk membelanjai perekonomian Indonesia.

    Hutang luar negeri pemerintah meningkat terus, dari sebesar Rp. 966

    Milyar pada sepanjang Pelita I (1969/1970 1973/1974) kemudian meningkat

    menjadi Rp. 39.537 Milyar pada sepanjang Pelita V (1989/1990 1993/1994).

    Bahkan sejak awal Pelita VI sampai sebelum krisis tahun 1996/1997 maka jumlah

    hutang luar negeri pemerintah mencapai angka Rp. 42.920 Milyar ( Saefulloh,

    1998 ).

    Pada awal tahun 1990-an jumlah pinjaman baru meningkat tajam. Lonjakan

    ini terjadi sebagai akibat menurunnya penerimaan minyak sementara hutang luar

    negeri periode sebelumnya telah jatuh tempo, ditambah pula oleh depresiasi nilai

    tukar yen terhadap US Dollar. Lonjakan ini tercermin dalam DSR yang cukup

    tinggi.

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    5/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 5

    1.2.2 Peran Hutang Luar Negeri Pemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan

    Belanja Negara

    Menurut Sritua Arief, sejak pemerintahan Orde baru, defisit anggaran

    belanja negara 6 terus menerus ditutup dengan sumber pembiayaan luar negeri (lihat

    Tabel 1). Dengan adanya hutang luar negeri maka saldo keuangan negara menjadi

    positip kecuali pada beberapa tahun yang menunjukkan negatip.

    Sumbangan hutang luar negeri pemerintah (dalam tabel 1 diklasifikasikan

    sebagai penerimaan pembangunan) terhadap pengeluaran pembangunan

    menunjukkan angka yang signifikan. Sumbangan hutang luar negeri pemerintah

    terhadap pengeluaran pembangunan terlihat mencapai puncaknya masing-masing

    pada tahun 1988/1989 dan tahun 1998/1999. Di luar tahun tersebut sumbangannya

    rata-rata di atas 30 persen. Sementara peran hutang luar negeri pemerintah dalam

    APBN cukup signifikan berkisar antara 10 sampai 30 persen. Hal ini menunjukkan

    betapa pentingnya peran dari hutang luar negeri pemerintah sebagai sumber

    pembiayaan pembangunan Indonesia.

    Sementara pada Tabel 2 terlihat perkembangan dominasi besarnya

    kewajiban pembayaran hutang luar negeri pemerintah (debt servicing) terhadap

    APBN. Sejak tahun Anggaran 1986/1987, kewajiban pembayaran hutang luar

    negeri pemerintah telah mencapai proporsi di atas 20 persen terhadap APBN.

    Sementara hutang luar negeri pemerintah setiap tahun sejak tahun anggaran

    1987/1988 tidak dapat menutupi besarnya pembayaran kembali hutang luar negeri

    pemerintah yang telah jatuh tempo berikut bunganya. Hal ini menunjukkan bahwa

    pemerintah Indonesia dalam kondisi gali lubang tutup lubang bahkan

    menggunakan sumber dana domestik untuk menutup kekurangan pembayaran

    kembali hutang luar negeri. Akibatnya sebagian terbesar dari pengeluaran rutin

    APBN dialokasikan untuk pembayaran pinjaman tersebut, yang porsinya telah

    mencapai sekitar 38 persen pada tahun 1998/1999.

    Implikasi lebih lanjut adalah kontraksi fiskal, yang dapat berakibat

    kontraksi ekonomi pula secara langsung baik dari sisi pengeluaran maupun sisi

    penerimaan. Dari sisi pengeluaran, implikasi pertama adalah alokasi anggaran

    pemerintah untuk berbagai proyek pembangunan menjadi berkurang. Berarti

    kemampuan menciptakan lapangan kerja berkurang, dan pertumbuhan ekonomi

    6 Defisit anggaran belanja negara adalah selisih antara jumlah pengeluaran (rutin dan pembangunan) dengan jumlah pemasukan dari dalam negeri yang menunjukkan posisi negatip

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    6/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 6

    semakin menurun. Hal kedua adalah alokasi anggaran rutin semakin ketat, sehingga

    belanja pegawai menjadi berkurang, yang berakibat menurunnya kesejahteraan

    pegawai negeri. Hal ketiga adalah semakin sulitnya anggaran untuk program sosial.

    Dari sisi penerimaan, maka sumber penerimaan dalam negeri akan diintensifkan

    ( Hiong, 1994 ).

    1.2.3 Beban Hutang Luar Negeri Pemerintah

    Indikator beban hutang suatu negara bervariasi dari yang sederhana seperti

    Debt Service Ratio (DSR) dan Debt GDP ratio (Rasio Hutang terhadap Produk

    Domestik Bruto) 7, rasio utang terhadap ekspor, rasio nilai sekarang dari utang

    terhadap ekspor, rasio nilai sekarang terhadap PDB dan jumlah utang jangka

    pendek, sampai konsep yang lebih kompleks seperti Debt Sustainability.

    Walaupun banyak indikator yang dapat digunakan, namun biasanya dipilih

    indikator yang sederhana. Alasan utama pemilihan analisis utang luar negeri

    dengan menggunakan indikator sederhana (menghiraukan kekurangannya) adalah

    bahwa terdapat kesulitan dalam menggunakan prinsip teoritis dalam menilai

    kapasitas utang. Menerapkan prinsip teoritis memerlukan pengetahuan rinci tentang

    parameter fungsi utilitas antarwaktu dan teknologi produksi, kejutan terms of

    trade, perilaku pemberi utang, dan faktor lainnya. Nuansa dan kompleksitas utang

    internasional mengakibatkan tidak terdapat model sederhana yang cukup relevan

    menggambarkan dimensi dari posisi utang suatu negara (McDonald, 1982).

    Ukuran yang sering dipergunakan adalah DSR dan Debt GDP Ratio,

    walaupun kemudian terjadi perdebatan tentang indikator yang paling tepat.

    Menurut McLeod, ukuran yang ideal adalah rasio hutang terhadap PDB karena

    ekspor tidak relevan mengukur kemampuan membayar utang ( McLeod, 1996 ).

    Radelet menyatakan DSR adalah indikator yang ideal, walaupun bukan satu-

    satunya, yang dapat memberikan informasi yang berguna tentang kendala likuiditas

    yang tidak dapat ditunjukkan oleh indikator lainnya. Dilain pihak rasio hutang luar

    negeri terhadap PDB tidak dapat memberikan gambaran tentang komposisi mata

    uang, dan aliran perdagangan luar negeri. Cuddington (1989) menemukan bahwa

    lebih sering rasio hutang terhadap PDB tidak signifikan ( Radelet, 1996 ). Sachs

    membandingkan negara-negara Asia yang lebih berhasil menangani krisis utangnya

    7 Penggunaan Produk Domestik Bruto (PDB) lebih disukai dibanding Produk Nasional Bruto (PNB) karenahutang luar negeri harus dibayar dari nilai total dari output nasional, sementara pembayaran bunga tidak termasuk dalam PNB (McLeod, 1996).

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    7/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 7

    dibandingkan dengan negara-negara Amerika Latin menunjukkan rasio hutang

    terhadap PDB yang relatif sama, tetapi menjadi berbeda sekali jika menggunakan

    rasio jumlah kewajiban yang jatuh tempo terhadap ekspor (DSR) dengan negara-

    negara Asia menunjukkan rasio yang jauh lebih baik ( Sachs, 1993 ).

    Hal yang relatif sama dikemukakan oleh Radelet dengan memberi ilustrasi

    dua negara (A dan B) dengan tingkat hutang luar negeri dan PDB yang relatif

    sama. Negara A mempunyai hutang luar negeri jangka pendek dengan bunga

    pinjaman tinggi. Negara B dengan hutang luar negeri jangka panjang dan bunga

    rendah. Tentu saja negara A rentan terhadap krisis hutang jika terjadi guncangan

    eksternal (external shock). Tetapi karena rasio hutang terhadap PDB sama pada

    kedua negara maka tidak akan banyak informasi tentang kerentanan Negara A

    terhadap guncangan eksternal ( Radelet, 1996 ).

    Memperhatikan penjelasan di atas maka pada kesempatan ini kami hanya

    menggunakan indikator DSR 8 saja. Indikator DSR dapat menjelaskan besarnya

    beban hutang luar negeri dengan melihat dari kemampuan pemerintah dalam

    melunasi hutang luar negeri melalui besarnya nilai ekspor negara yang diterima.

    Semakin kecil nilai ekspor relatif terhadap kewajiban pembayaran hutang luar

    negeri pemerintah maka semakin besar beban hutang suatu negara. Pada gilirannya

    hal ini menunjukkan rentannya negara tersebut terhadap krisis hutang 9. Batas

    bahaya yang ditetapkan oleh Bank Dunia untuk DSR adalah 20 persen.

    Pada Tabel 3 terlihat sejak tahun anggaran 1987/1988 besarnya DSR berada

    pada kisaran batas kritis 20 persen. Bahkan pada tahun anggaran 1987/1988 sampai

    1990/1991 menunjukkan angka diatas 20 persen. Hal ini menunjukkan bahwa

    posisi beban hutang luar negeri pemerintah Indonesia sudah dalam batas yang

    mengkhawatirkan. Jika terjadi gangguan terhadap sumber penerimaan ekspor,

    maka negara kita dapat terbelit hutang.

    Peningkatan jumlah kewajiban yang jatuh tempo (debt-servicing)

    menyebabkan berkurangnya jumlah dana yang bisa dikerahkan untuk investasi,

    sehingga laju pertumbuhan PDB semakin menurun, yang selanjutnya

    8 Debt Service Ratio adalah rasio jumlah kewajiban (cicilan dan bunganya) yang harus dibayar terhadap nilaiekspor.9 Menurut Dornbusch (1989), krisis utang mencakup ketidakmampuan negara peminjam untuk memenuhi

    jadwal pembayaran utang (cicilan dan bunga) tepat waktu (Radelet, 1996).

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    8/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 8

    memperlemah kemampuan memenuhi kewajiban yang jatuh tempo di masa

    selanjutnya ( Basri, 1997 ).

    1.3 Sistematika Penulisan

    Makalah ini terdiri dari empat bagian yaitu (i) Pendahuluan yang

    menjabarkan latar belakang dan perkembangan hutang luar negeri pemerintah; (ii)

    Tinjauan Literatur, menjelaskan dampak hutang luar negeri terhadap tabungan

    domestik dan pertumbuhan ekonomi; (iii) Dampak Hutang Luar Negeri

    Pemerintah, dengan menggunakan data periode 1983-1996 maka dilakukan uji

    empiris terhadap dampak bantuan luar negeri terhadap tabungan dan pertumbuhan

    ekonomi pada; (iv) Kesimpulan dan Rekomendasi.

    II. Tinjauan Literatur

    2.1 Beberapa Pengertian dan Definisi

    2.1.1 Bantuan Luar Negeri

    Development Assistance Committee of OECD (1971) merumuskan bantuan

    luar negeri sebagai bantuan pembangunan secara resmi yang terdiri dari dana yang

    disediakan oleh pemerintah atas persyaratan konsesional terutama untuk

    meningkatkan perkembangan ekonomi dan kesejahteraan negara berkembang

    ( Djamin, 1995 ).

    Bantuan luar negeri dapat berupa berbagai macam bentuk tetapi dapat

    diringkas menjadi dua kategori besar yaitu (i) bantuan pembangunan terdiri dari

    bantuan proyek, bantuan program, dan bantuan teknis, (ii) bantuan darurat. Yang

    lebih ditujukan untuk memberikan dukungan sementara bagi penanganan bencana

    alam dan kondisi darurat lainnya seperti perang, dari pada tujuan peningkatan

    pertumbuhan ekonomi.

    2.1.2 Pertumbuhan Ekonomi

    Pertumbuhan Ekonomi, bersangkut paut dengan proses peningkatan

    produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Pertumbuhan

    menyangkut perkembangan yang berdimensi tunggal dan diukur dengan

    meningkatnya hasil produksi dan pendapatan ( Djojohadikusumo, 1994 )

    2.1.3 Tabungan Domestik

    Beberapa definisi penting yang terkait dengan tabungan domestik yang

    digunakan dalam penelitian ini adalah: (a) Tabungan merupakan sisa pendapatan

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    9/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 9

    yang tidak dikonsumsi atau konsumsi yang ditunda; (b) Tabungan luar negeri

    merupakan sumber pembiayaan kesenjangan tabungan dan investasi (sama dengan

    defisit transaksi berjalan); (c) Tabungan rumah tangga adalah sisa pendapatan

    rumah tangga yang tidak dikonsumsi; (d) Tabungan perusahaan adalah sisa hasil

    usaha (laba) yang tidak dibagikan kepada pemegang saham; (e) Tabungan

    pemerintah didefinisikan sebagai selisih antara penerimaan pemerintah diluar utang

    dengan pengeluaran rutin.

    Tabungan domestik adalah (a) tabungan nasional yang terdiri dari

    tabungan rumah tangga, tabungan perusahaan dan tabungan pemerintah; dan (b)

    tabungan luar negeri.

    2.2. Pentingnya Pertumbuhan Ekonomi

    Memperhatikan perbedaan pendapatan per kapita yang signifikan antar

    negara-negara di dunia, maka untuk memahaminya diperlukan pengertian tentang

    perbedaan yang tajam dari tingkat pertumbuhan ekonomi diantara negara-negara

    tersebut dalam jangka panjang. Perbedaan tingkat pertumbuhan ekonomi yang

    sangat sedikit pun dalam jangka panjang mempunyai dampak yang besar terhadap

    kondisi kesejahteraan negara tersebut dibandingkan terhadap fluktuasi bisnis

    jangka pendek yang biasanya menarik perhatian dari ahli ekonomi makro. Dengan

    kata lain, jika kita dapat mempelajari tentang pilihan kebijakan pemerintah yang

    bahkan hanya mempunyai dampak relatif kecil terhadap tingkat pertumbuhan

    jangka panjang, maka kita dapat menyumbangkan jauh lebih banyak terhadap

    perbaikan tingkat kesejahteraan daripada yang telah dihasilkan oleh analisis makro

    kebijakan siklus bisnis jangka pendek. Pertumbuhan ekonomi adalah bagian dari

    ekonomi makro yang sangat penting ( Barro, 1995 ).

    .2.3. Tabungan dan Pertumbuhan Ekonomi

    Teori pertumbuhan ekonomi dimulai melalui model Harrod-Domar (Domar

    1946, 1947; Harrod, 1939 ). Ditunjukkan bahwa laju pertumbuhan ekonomi 10 (gy)

    pada kondisi kesetimbangan sama dengan produktifitas modal dikalikan dengan

    tingkat tabungan atau investasi (s), sehingga:

    10 Harrod menyebutnya pertumbuhan ekonomi yang dijamin (warranted rate of growth)

    gy = s

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    10/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 10

    Untuk penyederhanaan, produktifitas modal dianggap tetap, sehingga

    pertumbuhan ekonomi dipengaruhi langsung oleh tingkat tabungan. Lebih jauh, ini

    yang memungkinkan munculnya postulat hubungan timbal balik antara tingkat

    tabungan dan pertumbuhan ekonomi. Hubungan ini dapat terjadi satu arah maupun

    dua-arah seperti yang secara empiris terjadi dalam tahap petumbuhan ekonomi

    yang tinggi. ( Hossain, 1998 ). Tetapi berdasar hasil studi pada sembilan Negara

    Asia Timur, ternyata pertumbuhan ekonomi dapat mempunyai pengaruh yang

    signifikan terhadap tingkat tabungan tetapi pengaruh sebaliknya kurang terlihat

    (World Bank, 1993 ).

    Model di atas mengacu pada ekonomi tertutup, dengan tabungan

    merupakan satu-satunya sumber investasi. Tetapi dalam ekonomi terbuka, investasi

    dapat dibiayai oleh pinjaman luar negeri, yang disebut tabungan luar negeri.

    Meskipun begitu, kekurangan tabungan domestik akhirnya akan mengurangi

    tingkat investasi, baik langsung atau melalui kendala beban pembayaran hutang

    luar negeri yang dibebankan pada tabungan domestik ( World Bank, 1993 ).

    Tingkat pertumbuhan ekonomi merupakan variabel yang dapat menjelaskan

    tingkat tabungan berdasar dua alasan (i) tabungan dan pertumbuhan ekonomi telah

    dihubungkan sejak lama pada berbagai negara dan tahapan pembangunan; (ii)

    Tabungan dihubungkan langsung dengan output melalui investasi, sehingga pada

    kondisi dibutuhkan peningkatan investasi maka bertambahnya tabungan akan

    menghasilkan penambahan output, selama ekonomi belum mencapai

    kesetimbangan ( Hicklin, 1997 )

    Norman Loayza dkk. (1999) dalam makalahnya What Drives Private

    Saving Across the World ? menyimpulkan beberapa hal penting bahwa (a) faktor

    yang berpengaruh positip adalah pendapatan per kapita, dan tingkat bunga riil; dan

    (b) faktor yang berpengaruh negatif adalah terms of trade (rasio pendapatan

    ekspor terhadap impor), rasio urbanisasi, rasio ketergantungan penduduk usia

    muda, dan laju inflasi. Sementara Gringer test yang dilakukan menunjukkan

    gy = laju pertumbuhan ekonomi ;= produktiftas modal;

    s = tingkat tabungan

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    11/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 11

    bahwa tabungan mendahului investasi, dan pertumbuhan ekonomi mendahului

    tabungan (Loayza, 1999).

    2.2 Peran Bantuan Luar Negeri

    Dasar pemikiran tentang bantuan luar negeri sebenarnya merupakan refleksi

    dari kisah sukses rencana Marshal pada tahun 1940-an yang berhasil

    menyelesaikan persoalan resesi di masa itu. Sukses ini kemudian mengilhami

    negara maju untuk melakukan pemindahan sumber daya ke negara berkembang

    yang biasanya kekurangan modal untuk menggerakkan ekonominya. ( Rachbini,

    1991 ).

    Pada saat tingkat tabungan tidak dapat mencukupi kebutuhan pembiayaan

    maka dipergunakan sumber lain antara lain bantuan luar negeri. Diharapkan bahwa

    dengan adanya bantuan luar negeri maka tingkat tabungan akan meningkat dan

    kesenjangan antara tabungan dan kebutuhan pembiayaan akan berkurang. Selain

    itu, injeksi modal ini selanjutnya dapat memperbaiki pertumbuhan ekonomi negara

    penerima tanpa mengurangi kesempatan kerja dan meningkatkan taraf konsumsi

    masyarakat.

    Pada saatnya nanti, tabungan dapat membiayai keseluruhan kebutuhan

    pembiayaan, dan bantuan luar negeri tidak dibutuhkan lagi. Hal ini sesuai dengan

    tujuan utama dari pemberian bantuan luar negeri.

    Dampak ekonomi makro dari bantuan luar negeri selain terhadap tabungan

    domestik dan pertumbuhan ekonomi, terdapat beberapa dampak lainnya yaitu (i)

    meningkatkan penggunaan teknologi sehingga menciptakan pertumbuhan

    berkelanjutan. Contohnya penggunaan teknologi pangan meningkatkan

    kemampuan pengadaan pangan berkelanjutan pada negara Asia Selatan; (ii)

    melalui bantuan teknis, negara penerima bantuan terbantu dalam meningkatkan

    kemampuan administratif, manajerial dan kemampuan sumber daya manusia; (iii)

    melalui persyaratan yang ditetapkan dalam bantuan, negara penerima dapat

    memperbaiki kebijakan ekonomi; (iv) dukungan langsung dan tidak langsung bagi

    peneliti, lembaga perguruan tinggi, konsultan dalam meningkatkan pemahaman

    terhadap permasalahan negara berkembang (Hossain,1998).

    Selain peran dari bantuan luar negeri sebagaimana disebutkan di atas, maka

    beberapa kritik tajam terhadap bantuan luar negeri juga banyak diungkapkan oleh

    peneliti. Diantaranya yang terdepan adalah Friedman (1958), Bauer dan Yamei

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    12/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 12

    (1992) dan Griffin (1978) yang pada prinsipnya menyatakan bahwa bantuan luar

    negeri tidak berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi, malahan mengurangi

    tabungan dan mengurangi kemandirian perekonomian suatu negara. Beberapa

    ekonom radikal bahkan menyatakan bahwa bantuan luar negeri merupakan alat

    untuk mempertahankan agar negara penerima bantuan tetap miskin dan bergantung

    pada negara donor.

    Sachs menunjukkan salah satu dampak yang diakibatkan oleh krisis hutang

    luar negeri melalui perbandingan data-data pertumbuhan output negara-negara

    yang mengalami krisis hutang luar negeri dan negara-negara yang tidak

    mempunyai masalah krisis hutang luar negeri selama periode 1977-1989. Hasilnya

    menunjukkan bahwa sebelum era 1970-an kedua kelompok negara tersebut

    menunjukkan kinerja yang relatif sama, tetapi berubah drastis setelah era 1980-an

    ketika krisis hutang luar negeri telah dimulai. Pertumbuhan output negara-negara

    krisis hutang luar negeri menurun tajam, sementara negara tanpa krisis hutang luar

    negeri tetap bertumbuh. Kondisi yang sama terjadi dengan investasi. Investasi rata-

    rata terhadap PDB menurun tajam pada negara-negara krisis hutang luar negeri

    sementara negara-negara tanpa krisis hutang luar negeri tidak mengalami gejala

    penurunan tingkat investasi (Sachs, 1993).

    2.5 Dampak Bantuan Luar Negeri terhadap Tabungan Domestik dan

    Pertumbuhan Ekonomi

    Bantuan luar negeri diyakini akan mengikuti pola teoritis dari modal

    Harrod-Domar dimana pemanfaatannya untuk investasi akan mengembangkan

    kapasitas produksi sistem ekonomi di negara penerima ( Rachbini, 1991 ).

    Dikaitkan dengan tujuan tersebut, maka penelitian empiris selalu

    mengaitkan antara bantuan luar negeri dengan tingkat tabungan dan pertumbuhan

    ekonomi sebagai dasar analisis keberhasilan bantuan luar negeri.

    Studi empiris awal terhadap dampak ekonomi makro dari bantuan luar

    negeri terfokus pada hubungan antara bantuan, tabungan domestik, dan

    pertumbuhan ekonomi, dengan menggunakan tipe model Harrod-Domar (misalnya

    model two -gap) sebagai dasar regresi. Pada beberapa tahun terakhir, literatur

    tentang efektifitas bantuan telah menggunakan model yang lebih mutakhir dan

    menyempurnakan beberapa kelemahan ekonometrik dari studi terdahulu ( Tsikita,

    1998 ).

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    13/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 13

    Studi Bank Dunia tentang tabungan yang dilakukan terhadap 122 negara

    mengidentifikasikan terdapat delapan faktor yang mendorong tabungan yaitu

    pendapatan, pertumbuhan ekonomi, kebijakan fiskal, perbaikan pensiun,

    liberalisasi keuangan, pinjaman luar negeri, kondisi penduduk, dan ketidaktentuan.

    Beberapa kesimpulan penting terkait dengan faktor berpengaruh tersebut adalah (a)

    Pendapatan per kapita berpengaruh positip terutama pada negara berkembang; (b)

    Pertumbuhan ekonomi dan tabungan saling mempengaruhi secara positip.

    Pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen meningkatkan tabungan sebsar 1 persen;

    (c) Dampak pinjaman luar negeri terhadap tabungan tidak jelas ( World Bank,

    1999 ).

    Zegeye (1994), melakukan studi hubungan tabungan dengan pertumbuhan

    ekonomi. Menggunakan data panel pada 47 negara berkembang pada periode tahun

    1966-1986 ditemukan beberapa hasil penting yaitu (i) bahwa berkaitan dengan

    tabungan maka: (a) pendapatan per kapita dan pertumbuhan ekonomi berhubungan

    positip dan signifikan dengan tingkat tabungan domestik; (b) pemasukan modal

    asing secara si gnifikan berhubungan negatif dengan tingkat tabungan; ( c) tabungan

    domestik berperan lebih besar daripada modal asing terhadap pertumbuhan

    ekonomi. Sementara berkaitan dengan (ii) pertumbuhan ekonomi maka: (a) tingkat

    tabungan mempunyai pengaruh positif dan signifika n terhadap pertumbuhan

    ekonomi.

    Teori Pertumbuhan Model Harrod-Domar (Domar 1946; Harrod 1939)

    Ditunjukkan bahwa tingkat pertumbuhanekonomi (g y) pada kondisi kesetimbangansama dengan produktifitas modal ( )dikali dengan tingkat tabungan (s) atauinvestasi sehingga:

    gy = sUntuk memudahkan maka dianggap konstan, sehingga pertumbuhan ekonomiberkorelasi langsung dengan tingkat tabungan. Selanjutnya hubungan ini dapat berbentuk hubungan dua-arah.

    Meningkatkan tingkat tabunganmerupakan kunci dari pertumbuhanekonomi.

    Model T wo-Gap Model two - gap didasarkan pada tiga asumsi yang berkaitan. Pertama, impor barang modal merupakan halmendasar bagi produksi domestik di negaraberkembang. Kedua, keberadaan perdagangan luar negeri untuk mengimpor barang lebih merupakankendala pertumbuhan ekonomi dibanding ketersediaantabungan domestik. Ketiga, permintaan dari luar lebihmerupakan kendala dari pada penawaran domestik bagibarang-barang ekspor terhadap kemampuan negaraberkembang untuk mendapatkan devisa melaluiekspor.(Hossain, 1998)

    Jika asumsi ini valid maka bantuan luar negeri dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, tidak melalui

    peningkatan sumber daya yang ada tetapi denganmeningkatkan ketersediaan devisa untuk mengimpor barang modal (Eaton, 1989).

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    14/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 14

    Pada umumnya ekonom peneliti telah menguji dampak bantuan luar negeri

    pada sejumlah indikator ekonomi makro seperti tabungan domestik, investasi, dan

    pajak pemerintah, untuk menilai kontribusi bantuan terhadap pertumbuhan

    ekonomi. Beberapa yang sering dikutip antara lain yaitu Griffin dan Enos (1970),

    Rahman (1968), Chenery dan Eckstein (1970), Weiskopf (1972) dan Areskong

    (1973). Mereka menyatakan bahwa bantuan kemungkinan tidak meningkatkan

    sumber daya produktif disebabkan bantuan mengurangi tabungan domestik.

    Papanek (1972) mengkritik hasil studi ini dengan menyatakan bahwa studi tersebut

    menggunakan alat analisis yang kurang tepat. Namun Chenery dan Syrquin (1975),

    melalui studi lintas negara menegaskan temuan terdahulu bahwa bantuan

    mempunyai dampak mengurangi tabungan domestik. Studi terkini pun menegaskan

    hal yang sama sebagai contoh Hadjimichael (1995) menunjukkan bahwa walaupun

    keseluruhan tabungan meningkat tetapi tabungan domestik berkurang. Demikian

    pula Burnside (1997), walaupun telah dilakukan pengklasifikasian berdasar adanya

    kebijakan ekonomi jangka panjang yang memadai, ternyata bantuan tidak

    menunjukkan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi. Walaupun tabungan

    dan investasi merupakan saluran utama bagi bantuan mempengaruhi pertumbuhan

    ekonomi, terdapat beberapa studi yang mengukur secara langsung dampak bantuan

    terhadap pertumbuhan ekonomi. Contohnya Mosley, Hudson dan Horrell (1987),

    melalui studi lintas negara, menemukan bahwa tidak terdapat cukup bukti terhadap

    adanya pengaruh bantuan terhadap pertumbuhan ekonomi ( Hossain, 1998 ).

    Terdapat dua masalah dalam menganalisis dampak bantuan terhadap

    pertumbuhan ekonomi yaitu (i) pertumbuhan ekonomi tidak hanya dipengaruhi

    oleh satu faktor saja sehingga faktor lain perlu disertakan; (ii) pertumbuhan negara

    penerima rendah karena alasan non-ekonomi (seperti bencana, perang dan lainnya).

    Untuk itu dalam studi literatur terakhir (1990 an) fokus studi empiris mulai

    Tingkat Tabungan di Jepang Jepang merupakan salah satu negara dengan tingkat tabungan tertunggi di dunia. Banyak ekonom percaya bahwa ini merupakan kunci kesuksesan ekonomi Jepang. Dalam dua puluh tahun terakhir (1971-1991) tingkat tabungan bersih Jepang mencapai dua kali Amerika Serikat. Model Solowmenunjukkan bahwa dalam jangka panjang, tingkat tabungan adalah faktor penentu utama daritingkat pendapatan suatu negara. Hal ini yang menyebabkan banyak ekonom meluangkan waktunyamempelajari perbedaan tingkat tabungan dari berbagai negara (Mankiw, 1992)

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    15/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 15

    bergerak dari investasi ke insentif, yaitu dari modal ke institusi dan kebijakan yang

    mendorong pertumbuhan melalui dukungan investasi yang efisien, pengembangan

    sumber daya manusia, dan pengembangan teknologi lanjut. Oleh Bank Dunia,

    pergeseran ini dipergunakan sebagai jawaban terhadap banyaknya kritik terhadap

    bantuan luar negeri, dengan menyatakan bahwa secara total memang tidak terdapat

    pengaruh bantuan terhadap pertumbuhan tetapi jika negara penerima bantuan

    diklasifikasikan berdasar kemampuan manajerial ternyata terdapat pengaruh yang

    positif bagi pertumbuhan di negara-negara dengan kemampuan manajerial yang

    memadai ( World Bank, 1998 ). Jika mengikuti pandangan Bank Dunia ini, maka

    sepertinya kita terjebak dalam lingkaran setan, karena sebagian besar masalah di

    negara berkembang adalah kemampuan manajerial yang rendah. Artinya negara

    donor dihadapkan pada dua pilihan (i) memberi bantuan hanya pada negara

    tertentu; atau (ii) memberi bantuan pada setiap negara dengan resiko tidak

    efektifnya bantuan. Pilihan ini memberi perspektif baru bagi negara donor untuk

    melakukan pembenahan terhadap program bantuan yang ditawarkan.

    Sementara Cassen (1988) menyatakan bahwa pengaruh hutang luar negeri

    terhadap pertumbuhan ekonomi harus dilihat kasus per kasus yaitu (i) berdasar

    jenis bantuan. Harus dibedakan antara bantuan untuk pangan/konsumsi dengan

    bantuan untuk investasi; (ii) penelitian berdasar negara per negara, dan bukan

    analisis ekonometrika kerat lintang antarnegara.

    2.6 Beberapa Hasil Penelitian Terdahulu

    Walaupun secara umum dasar teori yang dipergunakan relatif sama, tetapi

    variabel yang dipilih sebagai variabel bebas sangat beragam. Beberapa studi yang

    telah dilakukan akan dirangkum secara singkat pada bagian ini. Pada bagian awal

    dari sub-bab ini dikutip dari Laporan Bank Dunia berjudul Assessing Aid: What

    Works, What Does Not, Why (1998) yang menjelaskan hasil penelitian terbaru.

    Sementara pada bagian akhir dijelaskan hasil penelitian di Indonesia.

    Dasar teori terbaru penelitian pertumbuhan didasarkan pada model dinamis

    dari optimisasi antar-waktu. Pada model ini akumulasi modal dan tenaga kerja

    bergantung pada kondisi awal dan institusi serta kebijakan yang mempengaruhi

    return on savings and investment. Sehingga, pertumbuhan adalah fungsi dari

    kondisi awal, institusi dan kebijakan, dan gangguan luar seperti perubahan

    perdagangan, dan pola cuaca.

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    16/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 16

    Analisis ini harus memperhitungkan kenyataan rendahnya pertumbuhan

    yang mungkin mempengaruhi keinginan negara donor memberi bantuan. Bantuan

    dibedakan antara bantuan reguler dan bantuan darurat. Hanya bantuan reguler yang

    diperhitungkan. Variabel tak-bebas adalah tingkat pertumbuhan pendapatan per

    kapita rata-rata pada periode 1970-1993. Terdapat enam periode empat tahunan

    (1970- 1973.1990 -1993) dan 56 negara berkembang sebagai sampel. Penelitian

    kemudian dilakukan sebanyak 8 (delapan) kali dengan membuat perbedaan dalam

    jumlah dan jenis variabel, serta jumlah observasinya. Hasil selengkapnya lihat

    Tabel 4.

    Regresi A menjelaskan pertumbuhan sebagai fungsi dari kondisi awal,

    insentif dan error term yang m enggambarkan gangguan eksternal. Insentif disini

    adalah tingkat inflasi, surplus anggaran, perdagangan bebas, dan kualitas institusi.

    Tingkat konsumsi pemerintah juga dipertimbangkan.

    Indeks manajemen digunakan yang didapatkan dari rata-rata tertimbang

    tingkat inflasi, surplus anggaran, perdagangan bebas, dan kualitas institusi, dengan

    rata-ratanya merupakan koefisien regresi A. Indeks ini dapat dinterpretasikan

    sebagai tingkat pertumbuhan.

    Pada Regresi B, indeks menggantikan komponen individu, yang dapat

    dilihat mempunyai hubungan yang sangat kuat dengan pertumbuhan. Regresi C

    memperkenalkan proporsi bantuan luar negeri relatif terhadap PDB. Regresi D

    memasukkan interaksi bantuan luar negeri dengan indeks manajemen dan juga

    kuadrat dari interaksi bantuan dan indeks manajemen. Koefisien positif pada

    interaksi bantuan dan manajemen dan koefisien negatif pada kuadrat interaksi

    tersebut menunjukkan bahwa bantuan mempunyai hubungan positip terhadap

    pertumbuhan dalam kondisi manajemen yang baik tetapi berlaku hukum

    diminishing marginal returns of aid. Sehingga pada titik tertentu, pertambahan

    jumlah bantuan malah akan menurunkan pertumbuhan ekonomi.

    Regresi F-H mengulang regresi C-E, tetapi menghilangkan negara

    berpenghasilan menengah. Hasilnya lebih kuat dalam dua hal: Pertama, perkiraan

    dampak bantuan terhadap pertumbuhan dalam kondisi manajemen yang baik

    meningkat; dan kedua, tingkat kepercayaan statistik juga meningkat.

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    17/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 17

    Dampak bantuan terhadap pertumbuhan terlihat positip pada kondisi manjemen

    baik. Konsumsi pemerintah tidak mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan,

    walaupun bantuan seringkali dipergunakan membiayai konsumsi pemerintah.

    Sementara di Indonesia, paling tidak terdapat tiga studi yang berusaha

    memetakan dampak dari bantuan terhadap pertumbuhan dan tabungan domestik

    yaitu yang dilakukan oleh Engelina Pattiasina (1982), Sritua Arief (1987), dan

    Mudrajad Kuncoro (1989).

    Engelina Pattiasina (1982), tanpa menggunakan model ekonometrika,

    menyimpulkan bahwa secara kuantitatif modal asing memberikan sumbangan yang

    besar untuk pertumbuhan ekonomi, demikian juga pembentukan modal terutama di

    sektor industri dengan konsentrasi pada lokasi Jakarta dan Jawa Barat

    Sritua Arief (1987) dalam bukunya Modal Asing, Beban Hutang Luar

    Negeri dan Ekonomi Indonesia mengemukakan Model Hojman 11 . Model ini

    diturunkan dari fungsi tabungan berdasar two -gap model yang telah direvisi.

    Adapun modelnya adalah :

    Pada prinsipnya model ini ingin melihat dampak dari arus bersih modal

    asing yang masuk terhadap pemupukan tabungan domestik Sementara dampak

    bantuan luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi diformulasikan sebagai berikut

    Dari hasil penelitiannya disimpulkan bahwa arus bersih modal asing pada

    periode 1970-1986 tidak menimbulkan dampak positip terhadap tabungan

    11 Diambil dari D.E. Hojman. The External Debt Contribution to output, employment,Productivity and Consumption: A Model and An Aplication to Chile. Economic Modelling, january 1986, hal. 53-71.

    S = 0 + 1 Y + 2 F

    S = Tabungan domestik Y = Output nasionalF = Arus bersih modal asing yang masuk

    Y = 0 + 1 F/Y

    Y = Tingkat pertumbuhan outputnasional per tahun

    F/Y = rasio arus bersih modal asing yangmasuk terhadap output Out put nasional

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    18/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 18

    domestik, malah negatip. Hal ini berarti arus modal asing telah mensubstitusi

    tabungan domestik dan bukan menambahnya. Demikian pula halnya pengaruh

    modal asing terhadap pertumbuhan ekonomi. Efek pertumbuhan yang ditimbulkan

    oleh modal asing telah habis terkuras oelh arus keluar sumber-sumber nasional. Di

    satu sisi, modal asing menimbulkan growth promoting effect, tetapi di sisi lain

    meni mbulkan proses yang bersifat growth defeating, sehingga secara netto

    efeknya negatif ( Arief, 1987 ).

    Mengenai Model Hojman, walaupun relatif sederhana tetapi ditengarai

    kurang memenuhi syarat. Hal ini disebabkan bahwa dalam menganalisis dampak

    dari bantuan luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi maka faktor lain harus

    dipertimbangkan selain juga bahwa bentuk bantuan itu sendiri harus dibedakan

    antara bantuan reguler atau bantuan darurat 12 (World Bank, 1998 ).

    Mudrajad Kuncoro (1989) dalam penelitiannya menggunakan Model Rana

    Dowling 13 dengan periode penelitian 1969-1984 menyimpulkan bahwa (i) bantuan

    luar negeri memberi dampak langsung dan dampak total yang negatip bagi

    pertumbuhan ekonomi, yang berarti terjadinya ketidakefektifan penggunaan

    bantuan luar negeri; (ii) selain itu juga dampak langsung bantuan yang negatip

    terhadap tabungan domestik menunjukkan bantuan luar negeri telah berperan

    sebagai substitusi tabungan domestik. Sementara dampak total bantuan yang

    positip terhadap tabungan domestik memberikan indikasi adanya kenaikan proporsi

    tabungan dari masyarakat yang memperoleh kenaikan pendapatan.

    Dapat disimpulkan bahwa terlihat perbedaan kesimpulan dari ketiga

    penelitian tentang Indonesia tersebut. Walaupun demikian karena penggunaan

    model ekonometrika pada kedua penelitian terakhir, maka sepertinya kesimpulan

    kedua penelitian terakhir yang lebih signifikan. Disimpulkan bahwa hutang luar

    negeri tidak mempunyai dampak signifikan terhadap tabungan domestik dan

    pertumbuhan ekonomi, bahkan terlihat berdampak negatip. Hal ini sebenarnya

    banyak didukung oleh hasil penelitian lintas negara.

    12 Bantuan darurat adalah bantuan bagi kebutuhan darurat dan segera seperti bantuan korban bencana alam.13 Akan dijelaskan pada bagian berikut secara lebih rinci, karnea sekaligus merupakan model yangdipergunakan dalam makalah ini.

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    19/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 19

    III. Dampak Hutang Luar Negeri Pemerintah terhadap TabunganDomestik dan Pertumbuhan Ekonomi

    3.1 Model yang Digunakan

    Dalam melakukan penelitian terhadap dampak hutang luar negeripemerintah, maka dipergunakan Model Rana dan Dowling (1988) 14 sebagaimana

    dikemukakan oleh Mudrajad Kuncoro (1989), dengan beberapa penyesuaian

    sebagai akibat terjadinya multikorelasi pada saat perhitungan (lihat Lampiran).

    Model Rana Dowling pada dasarnya merupakan persamaan simultan yang terdiri

    atas dua persamaan yaitu persamaan pertumbuhan (persamaan 1) dan persamaan

    tabungan (persamaan 2). Spesifikasi modelnya adalah sebagai berikut:

    Persamaan (1) diturunkan dari model dua sektor yang membandingkan

    sektor ekspor dan non-ekspor. Persamaan (2) adalah tipe standar dari fungsi

    tabungan yang dipengaruhi oleh variabel ekspor, pendapatan per kapita dan laju

    pertumbuhan PDB.

    Variabel ekspor dimasukkan dalam persamaan (1) setidaknya karena ekspor

    menyebabkan spesialisasi produksi komoditas yang mempunyai keunggulan

    komparatif. Sumber daya yang dihemat dapat dipergunakan untuk investasi.

    14 Diambil dari Pradumna B. Rana dan J.Malcolm Dowling Jr. The Impact of Foreign Capital on Growth: Evidence from Asian Developing Countries. The Developing Economies Vol XXVI No. 1 Maret 1988.

    Persamaan Struktural

    GR = a 0 + a 1 AID + a 2 FPI + a 3 S +a 4 CX + a 5 CLF + u (1)

    S = a 6 + a 7 AID + a 8 FPI + a 9 CX + a 10 GDPN + a 11 GR + v .. (2)

    Persamaan Bentuk Ringkas

    GR = 0 + 1 AID + 2 FPI + 3 S + 4 CX + 5 CLF + e (3)

    S = 6 + 7 AID + 8 FPI + 9 CX + 10 GDPN + 11 GR + f .. (4)

    GR = laju pertumbuhan PDB GDPN = PDB per kapita AID = rasio bantuan terhadap PDB CLF = laju pertumbuhan angkatan kerjaFPI = rasio investasi asing swasta terhadap PDB CX = rasio ekspor terhadapPDBS = rasio tabungan domestik kotor terhadap PDB u, v, e, f = variabel gangguanai = koefisien parameter estimasi model struktural i = koefisien parameter estimasi bentuk ringkas

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    20/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 20

    Perdagangan menimbulkan manfaat dinamik seperti perluasan produksi, dan akses

    terhadap teknologi baru. Selain itu, perdagangan dapat digunakan untuk membiayai

    impor.

    Kinerja ekspor juga diharapkan mempengaruhi tingkat tabungan karena (i)

    ekspor menimbulkan konsentrasi pendapatan; (ii) teori yang ada menunjukkan

    bahwa pendapatan dari ekspor cenderung ditabung; (iii) negara dengan kinerja

    ekspor bagus kurang menghadapi kendala langkanya devisa bagi investasi; (iv)

    pajak ekspor merupakan salah satu penerimaan pemerintah, sehingga cenderung

    menaikkan tabungan pemerintah.

    Variabel pertumbuhan dimasukkan karena pertumbuhan yang cepat

    cenderung menyebabkan perubahan pendapatan relatif dan pola konsumsi seumur

    hidup. Pendapatan per kapita mencerminkan keadaan pembangunan suatu negara,

    yang karenanya diharapkan menimbulkan dampak yang menguntungkan bagi

    tingkat tabungan.

    3.2 Metode Estimasi Model Terpilih

    Sebagaimana telah dijelaskan terdahulu bahwa pertumbuhan ekonomi dapat

    mempengaruhi tingkat tabungan dan sebaliknya, sehingga model persamaan

    simultan merupakan pilihan yang sesuai untuk kebutuhan kali ini. Dalam

    persamaan simultan peubah bebas dapat sekaligus juga berfungsi sebagai peubah

    tidak-bebas dan sebaliknya. Kondisi ini menyebabkan peubah-peubah berperan

    ganda (sebagai peubah bebas dan tak-bebas) nilainya ditentukan secara bersama-

    sama ( Gujarati, 1988 ).

    Teknik pendugaan (estimasi) Ordinary Least Square (OLS) tidak dapat

    digunakan begitu saja untuk menduga parameter simultan. Apabila OLS digunakan

    untuk menduga parameter persamaan simultan maka akan dihasilkan dugaan

    parameter yang bias dan tidak konsisten. Teknik pendugaan alternatif adalah

    Indirect Least Square (ILS), Two Stage Least Square (2SLS), dan Limited

    Information maximum Likelihood (LIML) ( Pindyck dan Rubinfield, 1976 ).

    Untuk keperluan penaksiran model Rana dan Dowling digunakan teknik

    2SLS (Two-Stage Least Square). Ide dasar dibalik teknik 2SLS adalah

    membersihkan variabel bebas (GR, S) dari pengaruh gangguan (u, v). Sesuai

    dengan namanya, penerapan 2SLS mengikuti dua tahapan yaitu (i) Tahap I,

    gunakan OLS untuk menaksir persamaan bentuk ringkas (lihat rumus 1); (ii) Tahap

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    21/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 21

    II, menggantikan GR dan S yang terdapat pada sisi kanan persamaan struktural

    dengan nilai taksiran GR dan S. Selanjutnya gunakan OLS untuk menaksir

    persamaan struktural transformasi untuk memperoleh taksiran parameter

    strukturalnya ( Kuncoro, 1989 )

    Data yang dipergunakan untuk analisis adalah data tahun 1983-1996.

    Pertimbangan utama dalam menentukan periode ini adalah (i) bahwa sejak tahun

    1985 persoalan hutang luar negeri pemerintah terasa agak serius setelah mulai

    terjadinya transfer netto modal keluar 15; (ii) bahwa sejak tahun 1997 telah terjadi

    krisis ekonomi sehingga kondisi perekonomian menjadi tidak normal, sehingga

    dikhawatirkan akan mempengaruhi hasil analisis keseluruhan.

    3.3 Hasil Pengujian Empiris dan Analisis

    Hasil pengujian empiris (tabel rinci pada Lampiran) menunjukkan

    terjadinya proses multikorelasi pada kedua persamaan, sehingga kemudian

    dilakukan penanganan untuk menghindari terjadinya bias pada hasil penelitian.

    Langkah yang dilakukan adalah dengan mengeluarkan variabel nilai ekspor dari

    persamaan. Hal ini diasari pada pertimbangan bahwa hasil ekspor pada dasarnya

    akan meningkatkan tabungan, sehingga variabel niali ekspor terwakili melalui

    variabel tabungan domestik. Adapun hasil pengujian empiris sebagai berikut:

    15 Transfer netto modal keluar terjadi jika cicilan hutang luar negeri lebih besar dari pada jumlah hutang baru pada tahun yang sama .

    Persamaan Struktural

    G = 6,835657 48,00141 AID + 7,966811 FPI + 16,66595 S + 0,045485 CLF (1) (0,0295) (0,1866) (0,7647) (0,3061) (0,6569)

    S = - 0,040233 + 0,175923 AID + 0,687149 FPI + 0,000000 GDPN + 0,001024 G (2) (0,5331) (0,8031) (0,1237) (0,0116) (0,8519)

    Persamaan Bentuk Ringkas

    G = - 7,636502 + 51,81765 AID + 3,545690 FPI + 0,000001 GDPN - 0,046275 CLF .. (3)

    S = 0,0480528 0,228984 AID 0,690780 FPI 0,000000 GDPN + 0,000047CLF (4)

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    22/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 22

    3.3.1 Analisis Hasil Estimasi Persamaan Pertumbuhan

    Dari hasil estimasi persamaan pertumbuhan ekonomi (G) diperoleh nilai R2

    sebesar 73,08 persen yang berarti keseluruhan variabel bebas yang tercakup dalam

    persamaan cukup mampu menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi.

    Bila dilihat dampak dari masing-masing variabel, maka tidak terlihat

    adanya variabel yang mempunyai pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan

    ekonomi. Walaupun tidak signifikan, tetapi ternyata pengaruh hutang luar negeri

    terhadap pertumbuhan ekonomi adalah negatip. Hasil ini sejalan dengan beberapa

    hasil penelitian baik di luar negeri seperti yang dihasilkan oleh Rana Dowling

    sendiri, maupun di Indonesia seperti yang dihasilkan oleh Sritua Arief dan

    Mudradjad Kuncoro. Hal ini berarti bahwa terjadi ketidakefisienan dalam

    penggunaan hutang luar negeri pemerintah. Karena ketidaktersediaan data yang

    lebih rinci, maka tidak dapat dijelaskan secara tepat penyebab ketidakefisienan ini.

    Tetapi berdasar pada sinyalemen Dowling dan Hiemenz, berdasar kajiannya

    terhadap negara-negara di Asia, yang menyatakan bahwa sebab ketidakefisienan ini

    adalah (i) hutang luar negeri umumnya diperuntukkan bagi pembangunan soc ial

    overhead capital ternyata telah dialokasikan untuk memperbesar konsumsi

    pemerintah dalam bentuk kenaikan gaji pegawai negeri, memperbesar angkatan

    bersenjata, atau diinvestasikan dalam bentuk proyek padat modal dan prestisius

    seperti industri pesawat terbang; (ii) kebijaksanaan yang menitikberatkan strategi

    industrialisasi substitusi impor di sektor pertanian dan industri yang dibarengi

    pengawasan pemerintah yang ketat terhadap aktivitas ekonomi, akan meningkatkan

    COR dan berarti menurunkan produk marjinal dari hutang luar negeri ( Kuncoro,

    1989 )

    Kemungkinan lain dari pengaruh negatip tersebut adalah meningkatnya

    sumber hutang yang berasal dari kreditur swasta. Hal ini terjadi karena Indonesia

    mulai dianggap sebagai negara yang cukup maju perekonomiannya, sehingga

    hutang luar negeri dengan bunga rendah sudah mulai sulit didapatkan. Sementara

    pada saat yang bersamaan kewajiban pengembalian hutang semakin membesar,

    akibatnya akan menghambat pertumbuhan ekonomi ( Arief, 1987 ).

    3.3.2 Analisis Hasil Estimasi Persamaan Tabungan

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    23/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 23

    Dari hasil estimasi persamaan tabungan (S) diperoleh nilai R2 sebesar 88,8

    persen yang berarti keseluruhan variabel bebas yang tercakup dalam persamaan

    cukup mampu menjelaskan variasi pertumbuhan ekonomi.

    Bila dilihat dampak masing-masing variabel bebas secara sendiri-sendiri,

    terlihat bahwa hanya variabel pendapatan per kapita yang mempunyai pengaruh

    signifikan terhadap tabungan domestik.

    Koefisien hasil regresi yang positip dari hutang luar negeri menunjukkan

    bahwa walaupun pengaruhnya tidak signifikan tetapi hutang luar negeri telah

    berfungsi sebagai pelengkap tabungan domestik dalam pembiayaan pembangunan

    di Indonesia.

    Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang relatif berseberangan dengan

    penelitian Kuncoro (1989) yang menunjukkan bahwa bantuan, ekspor, dan

    pertumbuhan angkatan kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap tabungan.

    3.3.3 Analisis Dampak

    Penggunaan persamaan simultan memungkinkan kita untuk mengetahui

    dampak langsung dari variabel eksogen terhadap variabel endogen. Besarnya

    dampak total (dampak langsung dan tidak langsung) diperoleh dari koefisien

    persamaan bentuk ringkas, sedang dampak langsung diperoleh dari koefisien model

    struktural.

    Hasil persamaan bentuk ringkas ternyata sedikit berbeda dengan hasil

    persamaan struktural. Dampak total hutang luar negeri ternyata positip terhadap

    pertumbuhan ekonomi, sementara terhadap tabungan domestik berdampak negatip.

    IV. KESIMPULAN dan IMPLIKASI KEBIJAKAN

    4.1 Kesimpulan

    Secara ringkas beberapa kesimpulan dapat ditarik dari makalah ini yaitu:

    a. Kebutuhan akan dana pembangunan suatu negara berkembang yang tidak

    dapat dipenuhi oleh tabungan domestik mengakibatkan diperlukannya

    bantuan luar negeri.

    b. Bantuan luar negeri pada dasarnya dimaksudkan untk meningkatkan

    pertumbuhan ekonomi dan mengurangi financing gap', tetapi kemudian

    yang terjadi adalah banyak negara terperangkap dalam beban hutang yang

    berat.

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    24/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 24

    c. Kondisi ini kemudian menimbulkan pertanyaan akan efektifitas bantuan

    luar negeri. Ternyata berdasarkan beberapa studi empiris menunjukkan

    bahwa dampak dari bantuan luar negeri tehadap pertumbuhan ekonomi dan

    tabungan domestik tidak signifikan. Walaupun relatif sedikit, tetapi

    beberapa studi memperlihatkan hal yang sebaliknya seperti yang dilakukan

    oleh Bank Dunia.

    d. Dalam melihat seberapa efektif penggunaan dana bantuan luar negeri, maka

    dipergunakan variabel pertumbuhan ekonomi dan tabungan domestik

    sebagai kriteria efektifitas bantuan.

    e. Penelitian pada makalah ini dengan menggunakan Model Rana Dowling

    yang disesuaikan dan data yang dipergunakan adalah data periode 1983

    1996, menunjukkan bahwa hutang luar negeri tidak menunjukkan pengaruh

    signifikan baik terhadap pertumbuhan ekonomi maupun tabungan domestik

    Bahkan ditemukan bahwa hutang luar negeri berpengaruh negatip terhadap

    pertumbuhan ekonomi.

    4.2 Implikasi Kebijakan

    Berdasar kondisi tidak adanya pengaruh yang signifikan dari hutang luar

    negeri pemerintah terhadap tabungan domestik dan pertumbuhan ekonomi,

    membawa kita pada kesadaran untuk mempertanyakan kefisienan dan kefektifan

    penggunaan hutang luar negeri sebagai sumber penting dalam pembiayaan

    pembangunan di Indonesia.

    Untuk itu, mobilisasi dana dari dalam negeri menjadi salah satu alternatif

    penting. Mobilisasi dana dalam negeri setidaknya akan sedikit mengurangi

    ketergantungan terhadap bantuan luar negeri. Banyak langkah yang dapat

    dilakukan untuk meningkatkan dana dalam negeri diantaranya (i) penggalakan

    pemungutan pajak yang bersifat progresif dan berdasar kemampuan membayar; (ii)

    pengetatan pengeluaran pemerintah baik melalui pengurangan berbagai jenis

    subsidi terutama subsidi yang tidak tepat seperti subsidi BBM, mendorong

    partisipasi swasta dalam pendanaan program pembangunan; (iii) meminjam dari

    sumber dalam negeri seperti menjual obligasi pemerintah pada masyarakat umum.

    Cara ini mengandung resiko meningkatkan tingkat bunga dalam negeri yang akan

    memperlambat investasi dan mendorong stagnasi ekonomi ( Ramli, 1991 ); (iv)

    mengurangi ekspor barang dengan import content yang tinggi, karena akan

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    25/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 25

    menguras devisa. Dianjurkan agar dilakukan (a) upaya diversifikasi komoditas

    perdagangan; (b) menggalakkan pengolahan hasil bumi hingga mempunyai nilai

    tambah yang lebih tinggi (Kuncoro, 1989).

    Selain itu, perlu dipikirkan juga untuk meningkatkan sumber modal asing

    berupa penanaman modal asing langsung karena mempunyai paling tidak beberapa

    keunggulan yaitu (i) pembiayaan melalui pemilikan menjadikan resiko usaha

    ditanggung bersama secara proprosional sementara hutang luar negeri harus

    dibayar kembali tanpa mempedulikan kondisi ekonomi negara; (ii) pembayaran

    pada investor asing dapat diatur, sementara pembayaran hutang luar negeri relatif

    lebih sulit.

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    26/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 26

    DAFTAR PUSTAKA

    Buku

    1. Arief, Sritua dan Adi Sasono. Modal Asing, Beban Hutang Luar Negeridan Ekonomi Indonesia. Jakarta, Lembaga Studi Pembangunan danPenerbit Universitas Indonesia, 1987

    2. Bachriadi, Dianto. Utang Luar Negeri: Urgensi dan Bebannya bagiIndonesia dalam Menyingkap Retorika dan Realita Refleksi dan Visi Jejak 50 Tahun Indonesia oleh Hetifah Sayifudindan Juni Thamrin (ed.).Bandung, Akatiga, 1995.

    3. Barro, Robert J. dan Sala-i-Martin, Xavier. Economic Growth. McGrawHill Inc, Singapore, 1995.

    4. Basri, Faisal. Perekonomian Indonesia Menjelang Abad XXI. Distorsi,Peluang dan Kendala. Jakarta, Penerbit Erlangga, 1997.

    5. Djamin, Zulkarnaen. Sumber Luar Negeri bagi Pembangunan Indonesia.Sejak IGGI hingga CGI serta Permasalahannya. Jakarta, UI Press, 1995.

    6. Djojohadikusumo, Sumitro. Perkembangan Pemikiran Ekonomi. DasarTeori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. Jakarta,LP3ES, 1994.

    7.

    Hicklin, John et. al. (ed.) Macroeconomic Issues Facing Asian Countries.Washington, Interbational Monetary Fund, 1997.

    8. Hossain, Akhtar dan Aris Chowdhury. Open-Economy Macro Economicsfor Developing Countries. Northampton, Edwar Elgar, 1998.

    9. Mankiw, N. Gregory. Macroeconomics. Delhi, CBS Publishers,1992.

    10. Sachs, Jeffrey D. dan Larrain, Felipe. Macroeconomics in the GlobalEconomy. New Jersey, Prentice-Hall, Inc, 1993.

    11. Saefuloh, A. Ahmad. Kebijakan Utang Luar Negeri dalam APBN dalamKebijakan APBN selama Orde Baru oleh Tim Ekonomi P3I. Jakarta, PusatPengkajian dan Pelayanan Informasi, Setjen DPR-RI, 1998.

    12. Wiranta Sukarna. Hutang Luar Negeri: Masalah dan Kecenderungannyadalam Indonesia Menapak Abad 21. Kajian Ekonomi Politik oleh LIPI.Jakarta, Millinium Publishers, 2000.

    13. World Bank. The East Asian Miracle. Economic Growth and PublicPolicy. Oxford University Press, 1993.

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    27/28

    Makalah Akhir Semester Perekonomian Indonesia 27

    Jurnal dan Majalah

    1. Ahmad, Mubariq. Hutang Luar Negeri Indonesia Periode 1967-1988.Sebab-sebab Kenaikannya. Prisma, Tahun XX No. 9, 1991

    2. Burnside, Craig dan David Dollar. Aid, Policies, and Growth. World Bank Working Paper No. 1777 (Washington, June 1997).

    3. Cassard, Massard dan David Folkerts-Landau. Sovereign Debt: Managingthe Risks. Finance and Development, Desember 1997.

    4. Chennery, Hollis B. dan Nicholas G. Carter. Foreign Assistance danDevelopment Performance 1960-1970. The American Economic Review,Vol LXIII No. 2, Tahun 1973.

    5. Hiong, Tan Tai. Utang Luar Negeri Indonesia: Sebuah Catatan. MiniEconomica No. 20 Tahun 1994.

    6. Kuncoro, Mudrajad. Dampak Arus Modal Asing terhadap PertumbuhanEkonomi dan Tabungan Domestik. Prisma No.9 Tahun XVIII, 1989.

    7. McLeod, Ross H. Indonesian Foreign Debt. A Comment. Bulletin of Indonesian Economic Studies Vol. 32 No. 2 August 1996.

    8. Pattiasina, Engelina. Dampak-Dampak Kegiatan Penanaman Modal Asingterhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia. Analisa No. 9 Tahun 1982.

    9. Rachbini, Didik J. Konsekuensi Hutang Luar Negeri. Prisma, Tahun XXNo. 9, Tahun 1991.

    10. Radelet, Steven. Indonesian Foreign Debt. A Reply. Bulletin of Indonesian Economic Studies Vol. 32 No. 2 August 1996.

    11. Rahardja, Sjamsu. Keseimbangan Pasar Dana Pinjaman Internasional.Mini Economica No. 20 Tahun 1994.

    12. Ramli, Rizal. Hutang Luar Negeri Indonesia. Kontraksi dan Beban

    Ekonomi. Prisma Tahun XVIII Nomor 9 Tahun 1991.

    13. Syafaat, Nizwar. Pendugaan Parameter Persamaan Simultan denganMetoda Pendugaan OLS, 2SLS, LIML dan 3SLS. Ekonomi dan KeuanganIndonesia, Vol. XLIV Nomor 4 Tahun 1996.

    14. Tsikita, Tsidi M. Aid Effectiveness: A Survey of the Recent EmpiricalLiterature. Washington, International Monetary Fund, 1998.

    Terbitan Khusus

    1. A World Bank Policy Research Report. Assessing Aid: What Works,What Does Not, Why. New York, Oxford University Press, 1998.

  • 7/31/2019 HUTANG LUAR NEGERI PEMERINTAH INDONESIA: Dampaknya terhadap Tabungan Domestik dan Pertumbuhan Ekonomi Kurun Waktu 1983 - 1996

    28/28

    2. Loayza, Norman dkk. What Drives Private Saving Across the World?.World Bank Working paper, September 1999.

    3. Radelet, Steven. Indonesian Foreign Debt: Headed for A Crisis forFinancing Sustainable Growth?. Harvard Institute for International

    Development, Maret 1995.

    Surat Kabar

    1. Indonesia Terancam Perangkap Utang Permanen. Kompas 27 Februari2001.

    2. Indonesia Menuju Perangkap Utang dan Destabilisasi Permanen. Kompas,20 April 2001.

    3. APBN 2001, Paris Club dan Sidang Pra-CGI. Tak Menjawab Masalah.Analisis Ekonomi Sri Mulyani. Kompas 23 April 2001.