Upload
doanduong
View
422
Download
18
Embed Size (px)
Citation preview
Materi Mekanika Rekayasa 4 Statika : 1. Deformasi pada Konstruksi Rangka Batang : - Cara Analitis : metoda unit load - Cara Grafis : - metoda welliot - metoda welliot mohr 2. Deformasi pada Konstrusi Balok dan Portal : - Metoda unit load - Metoda luas momen (moment area) - Metoda conjugated beam 3. Konstruksi Statis Tak Tentu : - Metoda persamaan 3 momen - Metoda consistent deformation
I. DEFORMASI TITIK SIMPUL DARI STRUKTUR RANGKA BATANG
Struktur Rangka Batang adalah suatu struktur yang terdiri dari batang-batang kaku yang satu sama lain
dihubungkan dengan sendi dan membentuk suatu struktur yang kokoh dan stabil yang terdiri dari bentuk dasar
segitiga . Batang-batang tersebut hanya mengalami gaya tarikan dan gaya desakan (tekan) yang disebut gaya
normal akibat adanya gaya luar P yang bekerja di titik-titik simpulnya maupun akibat perubahan temperatur
pada batang-batangnya. Dengan adanya gaya normal tersebut, yang dalam hal ini disebut gaya dalam, maka
batang-batang kaku dari Struktur Rangka Batang tersebut akan berubah panjangnya, bisa bertambah panjang
(akibat gaya normal tarik) atau bertambah pendek (akibat gaya normal tekan ). Besarnya perubahan panjang
batang tersebut dipengaruhi oleh luas penampang batang, besarnya gaya batang, panjang batang serta
modulus elastisitas batang, dimana jika dirumuskan adalah sebagai berikut :
ΔLi = 𝑆𝑖 𝑥 𝐿𝑖
𝐴𝑖 𝑥 𝐸𝑖 , dimana :
ΔLi = Perubahan panjang batang (satuan : m , cm) Si = Gaya batang yang bekerja ( satuan : ton, kg ) Li = panjang batang (satuan : m, cm) Ai = Luas penampang batang (satuan m2, cm2) Ei = modulus elastisitas batang, berdasarkan sifat bahan (ton/m2 , kg/cm2)
Akibat perubahan panjang pada batang-batang kaku tersebut, maka titik simpulnya akan berubah letaknya,
baik dalam arah horizontal maupun arah vertical .
Untuk mencari perpindahan titik-titik simpul tersebut digunakan dua metoda yaitu metoda analitis dan metoda
grafis sebagai berikut :
I. 1. Metoda Unit Load (Analitis)
Pada penggunaan metoda unit load ini , dalam 1 perhitungan hanya bisa digunakan untuk menghitung
deformasi pada satu titik simpul saja, caranya yaitu untuk menghitung deformasi dalam arah vertikal pada suatu
titik simpul, kita berikan beban sebesar 1 satuan beban vertikal pada titik simpul yang akan dicari deformasinya.
Selanjutnya, dihitung besarnya gaya-gaya batang akibat beban 1 satuan vertikal tersebut yang disimbulkan
dengan αi . Masing-masing nilai gaya batang akibat beban 1 satuan tersebut (αi) dikalikan dengan masing-
masing nilai perubahan panjang batang ΔLi baik akibat beban luar maupun akibat perubahan suhu . Jumlah
dari masing-masing perkalian tersebut (∑αi x ∆Li ) merupakan nilai defleksi di titik simpul tersebut (dalam arah
vertical). Jika hasilnya positip maka arah defleksinya sesuai dengan arah beban 1 satuan vertical yang
diberikan, jika bernilai negatif maka defleksinya berlawanan dengan arah beban 1 satuan vertical yang
diberikan.
Demikian pula untuk menghitung deformasi dalam arah horizontal , kita berikan beban 1 satuan horizontal pada
titik simpul yang akan dicari deformasinya. Selanjutnya, dihitung besarnya gaya-gaya batang akibat beban 1
satuan horisontal tersebut yang disimbulkan dengan αi . Masing-masing nilai gaya batang akibat beban 1
satuan tersebut (αi) dikalikan dengan masing-masing nilai perubahan panjang batang ΔLi baik akibat beban
luar maupun akibat perubahan suhu . Jumlah dari masing-masing perkalian tersebut (∑αi x ∆Li ) merupakan
nilai translasi di titik simpul tersebut (dalam arah horisontal). Jika hasilnya positip maka arah translasinya sesuai
dengan arah beban 1 satuan horizontal yang diberikan, jika bernilai negatif maka translasinya berlawanan
dengan arah beban 1 satuan horizontal yang diberikan.
I.2. Metoda Grafis
Akibat perubahan panjang batang, ada yang bertambah panjang untuk batang tarik dan ada yang bertambah
pendek untuk batang tekan , maka secara logika titik-titik simpul pada konstruksi rangka batang akan
mengalami deformasi atau perpindahan titik . Untuk mencari deformasi pada setiap titik simpul pada konstruksi
rangka batang dengan metoda grafis ada 2 metoda yaitu welliot dan welliot-mohr . Metoda welliot bisa
diterapkan pada konstruksi rangka batang statis tertentu dimana antara tumpuan sendi dan tumpuan roll
dihubungkan hanya dengan 1 batang saja atau pada konstruksi rangka batang yang bersifat simetris.
I.2.1. Mencari deformasi titik-titik simpul pada konstruksi rangka batang statis tertentu dengan metoda
welliot.
Sebelum menggambar lukisan welliot, kita terlebih dahulu perlu mencari besarnya perubahan panjang masing-
masing batang akibat beban-beban yang bekerja , yaitu ΔLi . Selanjutnya ΔLi tersebut digambar sesuai urutan
penggambaran titik , untuk lebih jelasnya berikut adalah penyelesaian contoh soal di atas , dikerjakan dengan
metoda welliot :
Contoh Soal 2 ) Cari deformasi di semua titik ; delta horisontal dan delta vertikal (A, B dan C ), susun hasilnya
dalam tabel, Data –data Penampang : A = 15 cm2 dan E = 2x105 kg/cm2 metoda yang digunakan yaitu welliot :
P=1000kg
BA
C
1.5 m 1.5 m
2m
Terlebih dahulu hitung gaya-gaya batang akibat beban yang bekerja, selanjunya hitung ΔLi , dan hasilnya
adalah sebagai berikut :
Batang Si (kg) Li
(cm) A (cm2)
E (kg/cm2)
ΔLi = (Si x Li)/(Ai x Ei) (cm)
AC 833.3333 250 15 200000 0.069444444
BC -833.333 250 15 200000 -0.069444444
AB 500 300 15 200000 0.05
Selanjutnya kita menggambar konstruksi rangka batang secara proporsional , karena skala yang dipakai
diutamakan untuk ΔLi , maka untuk panjang batang kita sesuaikan yang penting bentuk gambarnya
proporsional. Disini kita menggunakan skala (drawing scale di microsoft visio) yaitu : 1 cm = 0.01 cm .
Rangka batang digambar secara proporsional (misal : panjang batang AB bisa digambar sepanjang 0.06 cm
untuk panjang 3 m, maka untuk batang AC dan BC digambar 0.05 cm, karena panjangnya 2.5 m), disertai
notasi batangnya dan nilai ΔLi nya seperti tergambar berikut :
Gambar welliotnya di mulai dari menggambar titik tetap yaitu titik sendi (merupakan titik tetap karena sendi tidak
bisa bergeser baik arah vertikal maupun arah horisontal ) A=A’ ( kita beri nomor 1, maksudnya langkah ke 1),
selanjutnya menggambar titik B’ dengan menarik garis AB sepanjang ΔAB=0.05 cm ke kanan karena batang AB
merupakan batang tarik sehingga jika titik A tetap maka titik B akan bergeser ke kanan karena panjang batang
AB bertambah panjang. Cara menarik garis AB, cukup dengan menyalin garis AB (lakukan copy paste),
letakkan di titik A, arah garis ke kanan A, lalu klik pointer tool untuk membaca panjang garis, karena
terbaca 0.06 cm sedangkan seharusnya ΔAB=0.05 cm maka geser titik kanan ke kiri hingga panjang garis
terbaca 0.05 cm, titik yg kanan tersebut dinamai B‘(kita beri nomor 2, artinya langkah ke 2). Selanjutnya , dari
titik A‘ dan B“, kita bisa memperoleh titik C‘ karena pertemuan 2 batang AC dan BC yaitu titik C, caranya dari A‘
tarik garis AC sepanjang ΔAC=0.07 cm ke kanan atas ,karena batang AC tarik, dengan ketentuan A tetap,
maka titik C akan bergeser ke kanan atas karena batang bertambah panjang,caranya salin garis AC letakkan di
titik A dengan arah garis ke kanan atas, lalu klik pointer tool untuk membaca panjang garis, karena terbaca
0.05 cm sedangkan seharusnya ΔAC=0.07 cm, maka geser titik kanan hingga panjang garis AC menjadi 0.07
cm , tandai dengan nomor 3, artinya langkah ke 3. Selanjutnya dari B‘ tarik garis BC sepanjang ΔBC= -0.07 cm
ke kanan bawah ,karena batang BC tekan, dengan ketentuan B‘ tetap, maka titik C akan bergeser ke kanan
bawah karena batang bertambah pendek,caranya copi garis BC letakkan di titik B dengan arah garis ke kanan
bawah, lalu klik pointer tool untuk membaca panjang garis, karena terbaca 0.05 cm sedangkan seharusnya
ΔBC=0.07 cm, maka geser titik kanan hingga panjang garis BC menjadi 0.07 cm , tandai dengan nomor 4,
artinya langkah ke 4. Karena titik 3 dan 4 ini berpencar sedangkan seharusnya kedua titik tersebut bersatu
sebagai titik C’, maka dari garis AC ditarik garis yang tegak lurus dengan garis AC ( garis berwarna merah) ,
dan dari garis BC ditarik garis yang tegak lurus dengan garis BC ( garis berwarna biru) titik potong kedua garis
tersebut adalah titik C’ (kita beri nama 5, yaitu langkah ke 5). Untuk membuat garis yang tegak lurus AC,
caranya : baca arah garis AC, yaitu bersudut 53.13o , maka kita buat garis merah yang bersudut -36.87o
seperti berikut:
Untuk membuat garis yang tegak lurus BC, caranya : baca arah garis BC, yaitu bersudut -53.13o , maka kita
buat garis biru yang bersudut 36.87o seperti berikut:
Secara berurutan ,langkah-langkahnya tergambar berikut :
Hasil deformasi titik-titik simpulnyanya, diukur terhadap titik tetap A=A’
Secara lengkap hasil deformasinya adalah sebagai berikut :
Titik ΔV (cm) ΔH (cm)
A 0 0
B 0 0.05
C -0.019 0.142
Tanda negatif dan positip menunjukkan letak pergeseran titiknya , positif ke kanan atau ke atas, negatif ke kiri
atau ke bawah.
Contoh lain, untuk konstruksi rangka batang statis tertentu dengan batang-batang yang lebih banyak,
langkahnya sama seperti di atas, misalnya untuk rangka batang berikut ini :
1)
+0.5m
m
-0.9mm -0.9mm
+0.
5mm
+2.1mm
+1.4mm-0.7mm
A
C
ED B
+0.5
A=A’
B’
-0.7
+2.1mm
C’
+1.4mm
+0.5
-0.9mm
D’-0.9mm
E’
de
lta v
ertik
al d
i E =
8.2
5 m
m
de
lta v
di C
= 2
.6m
m
deltaH
diC=0.7mmdeltaH diD=0.9mm
de
lta v
ertik
al d
i D=
3.1
mm
2)
0m
m+
1.8
mm
0m
m-1
.8m
m
+9.0mm
+7.0
mm
-7.0mm
-1.0mm +2.0mm
0mm +2.0mm
+2.8
mm
-2.8mm
A B
CD
E
GF H
4m
4m
3m 3m
+9.0A'=AB'
+7.0
-7.0 D'
-1
+1.8
C'
+2.0
-1.8
E'
-2.8
-2.8
G' +2.0
0
H'
0
0
F'
delta horisontal di H = 26.6 mm ke kanan
3)
0 mm + 1.3 mm
- 2.4 mm 0
mm
0 mm
- 3.7 mm
- 2.4 mm
4)
C D E
A B
B=B’=A’
- 3.7 mm
0
D’0
C’+ 1.3 mm
- 2.4 mm
E’
delta horisontal di E = 4.38 mm
delta horisontal di C dan D = 3.08 mm
del ta vertikal di C dan E
= - 2.4 m
m
del ta vertikal di D =
- 2.31 mm
5) Konstruksi rangka batang dengan tumpuan sendi – sendi akibat beban-beban yang bekerja mengalami
perubahan panjang batang (ΔLi) seperti tertera dalam gambar, dalam satuan mm. Deformasi yang terjadi pada
semua titik simpul dicari dengan metoda welliot dimulai dari titik A=A’=D’ (karena A dan D merupakan tumpuan
sendi, makanya deformasinya = 0 sehingga titik A’ berimpit dengan D’) selanjutnya dari A’ dan D’ dicari titik E’,
dst. seperti tergambar berikut ini :
-0.1875 mm -0.1875 mm
+0.46875 mm
0 m
m
2 m
1.5 m 1.5 m
-0.
326
mm +0.651
A B C
D E
A=A’=D’
-0.1875 +0.46875 mm
-0.
326
E’
0
B’-0.1875
+0.651
C’
ΔV
c =
- 2.2
1 m
m
ΔHc= - 0.38 mm
Metoda welliot bisa juga diterapkan pada konstruksi rangka batang yang bersifat simetris (simetris yang
dimaksud disini selain bentuknya simetris, beban-beban yang bekerja juga simetris sehingga hasil gaya-gaya
batangnya juga simetris) ,sekalipun tumpuan sendi dan tumpuan roll tidak dihubungkan oleh 1 batang saja
tetapi ada beberapa batang seperti konstruksi rangka batang berikut ini, disini hanya digambarkan welliotnya
setengah saja, sedangkan untuk sisi kanan, langkahnya sama dan akan menghasilkan gambar yang simetris
dengan gambar berikut : 6)
-1.2 mm -1.2mm
+2.4mm +2.4mm
+1
.6m
m
-1.0
mm
-1.0
mm
+4.8mm
0 m
m
-1.6
mm
0mm
-1.6
mm
-1.6mm
-1.6mm
BA
CI
D
EF G
H
+4.8
+1.6
-1.6
+2.4-1.0
0
F'-1.6
I' -1.2
C'
E'
A=A'
3 m 6m 3m
3 m
3 m
delta horisontal di I = 13.313 mm
delta vertikal di I =
15.627 mm
de
lta V
di G
= 1
0.9
mm
CONTOH PERHITUNGAN DEFORMASI KRB DENGAN CARA WELLIOT , dimulai dari batang FG
Skala
1cm = 1mm delta Li
Karena deformasi yang terjadi simetris maka
diagram welliot dimulai di FG dengan asumsi :
delta vertikal di F dan di G adalah sama
G’
Contoh lain untuk metoda welliot untuk konstruksi rangka batang simetris :
7)
Dikerjakan dengan metoda welliot, dimulai dari G’ ke H’
-1,11 mm -1,48 mm -1,11 mm-0
.9 m
m
+0.56 mm
+0.9 mm
+1.3 mm +1.3 mm +0.56 mm
-0.3
mm
+0.3
mm
+0.3 mm
-0.3 mm
-0.9 mm
+0.9
mm
3 m
4 m 4 m 4 m 4 m
A
F G H I
C D EB
-1,48 mmG’H’
0.30.3
D’
+1,3 mm
0.3
C’
+0.9
-1,11 mm
F’
- 0.9
+0.56
A’=A
+1,3 mm
0.3
E’
- 0.9
-1,11 mm
I’
+0.9
+0.56
B’delta Horisontal di B = 3.75 mm
de
lta v
ertik
al d
i D =
9.3
2 m
m
8)
Welliot dimulai di batang yang berada dalam posisi simetris yaitu batang GD , jadi dimulai di G’ lalu D’.
+1.11 mm +1.48 mm +1.48 mm +1.11 mm
+ 0
.63
mm
- 1.74 m
m
+ 0
.42
mm
+ 0
.63
mm
-1.11 mm -1.11 mm
- 0.58 m
m - 0.58 mm
- 1.74 mm
4 m 4 m 4 m 4 m
3 m
A
C D EB
FG H
+0.42
+1.48
G’
D’
-0.58
C’
0.63
-1.11
F’ -1.74
+1.11
A=A’
-0.58
+1.48
+1.11
E’
0.63
-1.11
H’
- 1.74 mm
B’
delta vertikal di D =
11.7 mm
delta vertikal di G =
11.3 mm
delta vertikal di C dan E
= 8.4 m
m
delta vertikal di F dan H
= 7.8 m
m
delta horisontal di B = 5.1 mm
delta horisontal di
D/G = 2.6 mm
I.2.b. Mencari deformasi titik-titik simpul pada konstruksi rangka batang statis tertentu dengan metoda
welliot - mohr.
Seperti kita ketahui, dari beberapa contoh di atas bahwa metoda welliot hanya bisa digunakan untuk bentuk-
bentuk struktur rangka batang yang tertentu saja yaitu ada tiga kriteria yaitu :
1. Perletakan struktur rangka batang tersebut terdiri dari sendi dan roll , dimana sendi dan roll tersebut
dihubungkan oleh satu batang seperti terlihat pada contoh 1), 2), 3) dan 4) dimana diagram welliot bisa
dimulai dari titik tetap sendi dan titik berikutnya roll, titik simpul ketiga yang bisa dicari perpindahannya
adalah titik simpul yang merupakan pertemuan dua batang dari perletakan sendi dan roll yang sudah
bisa diketahui perpindahannya,demikian seterusnya sampai semua titik diketahui perpindahannya.
2. Perletakan struktur rangka batang terdiri dari sendi – sendi dan batang-batang dimana salah satu
ujungnya adalah sendi-sendi tersebut bertemu di satu titik , seperti terlihat dalam contoh 5
3. Struktur rangka batang simetris, baik bentuk maupun deformasinya, diagram welliot bisa dimulai dari
batang yang membagi simetris struktur rangka batang tersebut, seperti terlihat dalam contoh 6), 7) dan
8) .
Selanjutnya, bagaimana dengan bentuk struktur rangka batang yang tidak memenuhi ketiga kriteria tersebut?
Untuk itulah dikembangkan metoda grafis yang lain yaitu metoda welliot – mohr. Perhatikan struktur rangka
batang berikut ini, akibat beban luar batang-batang mengalami perubahan panjang seperti tertera dalam
gambar :
Dalam mencari perpindahan titik dengan metoda welliot, karena tumpuan sendi dan roll tidak dihubungkan oleh
satu batang , maka untuk sementara roll dipindah ke C, sehingga diagram welliot bisa dimulai dari titik A=A’
kemudian ke C’ dengan menggambar +ΔAC (serong ke kanan atas) dari A’ . Selanjutnya dari A’ dan C’
didapatkan titik D’, kemudian dari C’ dan D’ didapatkan titik B’, seperti terlihat dalam gambar berikut :
Titik B seharusnya tidak berpindah ke atas, karena Δ VB = 0, maka titik B’ seharusnya terletak pada garis AB,
maka B’ diputar ke titik B”, maka titik-titik yang lain harus diputar juga (atau dikoreksi dengan sudut putar θA),
sehingga perpindahan masing-masing titik adalah : AA, CC”, DD” dan BB” . Perhatikan bahwa
besarnya koreksi C’C’’, D’D”, B’B” adalah sebanding dengan jarak terhadap A, koreksi-koreksi ini merupakan
bentuk yang sebangun dengan Konstruksi Rangka Batang semula.
Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh soal berikut :
Konstruksi rangka batang seperti tergambar berikut mengalami perubahan panjang batang (ΔLi) akibat beban-
beban yang bekerja padanya seperti tertera dalam gambar, dalam satuan mm.
+0.7
7m
m
+1.1
2 m
m-1.12 m
m
-1.4
6 m
m
-0.42 mm
+1.8
1 m
m
-0.7 mm
+1.12 mm 0
3 m
3 m
3 m 3 m
AB
C
D E
F
Untuk mencari deformasi semua titik dengan metoda welliot-mohr,maka tumpuan roll perlu dipindah sementara,
yaitu ke titik C (salah satu titik terdekat A), maka gambar welliot-mohr dimulai dari titik tetap A=A’ selanjutnya
gambar ΔAC sebesar +1.12 mm ke kanan maka diperoleh titik C’, selanjutnya dari titik A’ dan C” didapatkan titik
D’, kemudian dari C’ dan D’ didapatkan titik E’ , dari D’ dan E’ didapatkan titik F’ dan terakhir dari C’ dan E’
didapatkan titik B’ . Selanjutnya, buat titik B” dengan cara menarik garis horizontal dari titik B’ ke kiri hingga
persis di atas titik A=A’ yang juga sama dengan titik A” , selanjutnya kita buat gambar konstruksi rangka batang
yang sebangun (yang bernotasi A”C”B”D”E”F”) seperti terlihat dalam gambar berikut, dan deformasi titik simpul
diukur dari notasi ..” ke notasi ..’ :
+0.7
7m
m
+1.1
2 m
m-1.12 m
m
-1.4
6 m
m
-0.42 mm
+1.8
1 m
m
-0.7 mm
+1.12 mm 0
3 m
3 m
3 m 3 m
A BC
D E
F
+1.12A=A’=A” C’
+0.7
7
-0.42
D’
-0.7
+
1.81
E’
+
1.12
-1.12
F’
-1.4
6
0
B’
ΔHB=1.12mmB”
ΔV
di C
1.6
9m
m
E”
F” C”
D”
ΔH di F = 6.53 mm
ΔH di E = 3.48 mm
ΔH di D = 4.19 mm
ΔV
E=
1.4
6m
m
+0.7
7
ΔVd=0.77cm
ΔHC=1.12mm3
.38
1 m
m s
eta
ra d
en
ga
n A
B=
6m
1.69 mm1.69 mm
Contoh-contoh lain mencari deformasi titik simpul pada konstruksi rangka batang dengan metoda welliot - mohr
adalah sebagai berikut :
1)
+3.3mm
+1.9
mm
+3.0mm +3.0mm
-2.6mm
-4.7mm
0m
m
-2.1
mm
+1.5
mm
3m
2m 2m
A BC
D
E F
+3.0A=A" C' +3.0
-2
.1
+1
.9
+1
.5
D'
-2.6
E'
-4.7
B'
+3.3
F'
A"B
" = 2
2.3
mm
B"F" = (3/4)x22.3mm = 16.7 mm
B"
B"C
" = 1
1.1
5 m
m
F"
D" C"
E"
delta horisontal di F = 20 mm ke kanan
welliot mohr dimulai dari A=A' ke C'
roll sementara di C
0m
m
-1.2mm -2.7mm -2.7mm
-1.2
mm
0mm
+1.5mm
+3.3mm-1
.7m
m
+2.3mm
+1.9mm
A
C E F B
D
G
3m 3m 3m
3m
DIAGRAM WELLIOT MOHR DIMULAI DARI A=A'=A" KE D'
ROLL SEMENTARA DI D
-1.2
A'=A"=A=D'
+2.3
C'-1.2 -1.7
E' +1.9
+1.5
G'
-2.7
-0.8
F'-2.7
+3.3
B'A"C" = (3/9)x32.7mm=10.9mm
F"
B'B" = 0.1mm
A"B
" = 3
2.7
mm
A"D
" = (3
/9)x
32
.7m
m=
10
.9m
m
A"C
" = (3
/9)x
32
.7m
m=
10
.9m
m
5.5mmG"
E" D"
C"
de
lta v
ertik
al d
i D 1
0.9
mm
ke
ba
wa
h
2)
+0.4mm +0.4mm
+2.0mm 0mm
-6.7
mm
-3.0
mm
-2.2
mm
-1.4mm
+5.
4mm
A
D E F
CB
3m
2m2m
+2.0A=A'=A" C'
-2.2
-1.4
D'+0.4
-3.0
E'+0.4
+5.
4
F' A
"B" =
13
.2 m
m
delta H di
B=2mm ke
kanan
B"
D"
F"
C"E"
3)
-6.7
0
B'
B"C
" = (1
/2).1
3,2
mm
= 6
.6m
m
C"E" = (3/4).13,2mm = 9.9mm
de
lta v
ertik
al d
i C=
6.6
mm
ke
ba
wa
h
de
lta v
ertik
al d
i E =
9.6
mm
ke
ba
wa
h
+3.9mm +3.9mm
-1.0
mm
0m
m
-3.2mm
-5.5mm-2
.3mm
A
D
E
BC
4)
2m
2m
3m 3m
+3.9
A=A'=A"
B'
0
-2.3
E' -3.2
-1
-5.5
+3.9
C'
D'
A"B
" 2
5.7
4 m
m
delta H di C = 7.8mm ke kananC"
B"C
" = (3
/6).2
5,7
4m
m=
12
.9m
m
(4/6).25,74 = 17.2 mm
B"E"
D"
delta H di D = 17.5 mm ke kanan
delta V di D
1mm ke bawah
A
F
G
H
B
C D E
A=A' C'
-4.0
0F'-4.3
+5.5
D'
-2.8
+3.1
G'
-4.3
0
H'
+2.7
0
E' +2.7
-4.3
B'B"
11
1.4
mm
se
tara
de
ng
an
8m
D"G"=(3/8).111.4mm=41.8mm
(4/8
).11
1.4
mm
=5
5.7
mm
D"G"
B"E
"=(2
/8).1
11
,4m
m=
27.9
mm
A"C
"=(2
/8).1
11
,4m
m=
27
.9m
m
E"H"
F"C"
deltaHdiD
=11.5mm
de
lta v
ertik
al d
i D 2
7.2
mm
ke
ba
wa
h
delta H di B=16.5mm
kekanan
de
lta v
ertik
al d
i G=
23
.9m
m k
e b
aw
ah
+5.5 mm
0 m
m
+ 5.5 mm + 2.7 mm
0 m
m
+ 2.7 mm
- 4 m
m
- 2.8
mm
- 4.3 mm
- 4.3 mm 0
mm
- 4.3 mm
2 m 2 m 2 m 2 m
+ 3
.1 m
m
3 m
+5.5
5)
0
+1
.04
-1.0
4 m
m0 +1.86 mm
0
+ 2.9
mm
-2.9 mm
0
A
CD
E
F
4 m4 m
3 m
3 m
B
Dikerjakan dengan welliot mohr, roll
sementara di C
+ 2.9
A=A’=A”=C’
0
D’
+1
.04
0
F’
-2.9
+1.86
pa
nja
ng
A”B
” = 2
0.0
9 m
m
E’
0
B’E”
D”F”
C”
B”
delta H di F = 10.42 mm
-1.0
4
delta H di B = 11.46 mmpanjang B”E”=3/8x20.09=7.54 mm
pa
nja
ng
D”E
”=4/8
x2
0.0
9=
10.0
45
mm
de
lta V
di F
= 4
.14
mm
6)
7) Dikerjakan dengan metoda welliot mohr, roll
sementara di B
-1.1
2m
m
+0.59m
m
+0.864mm
+0.57mm
+0.33mm
-0.35mm
+0.35m
m
-0.2
5m
m
+1.0
mmA
B C
D
E F
2 m 2 m3 m
1.5
m1
.5 m
+0.59
A=A’=A”
B’
-1.1
2
+0.864mm
E’
+1.0
mm
+0.57mm
C’
+0.33
-0.2
5
F’
-0.35
+0.35
D’
pa
nja
ng
A”D
” =
5.7
28
mm
delta H di D = 1.874 mmD”
C”D” = 1.5/7x5.728=1.23 mm
D”F
”=2
/7x5
.72
8=
1.6
4m
m
B” E”
C” F”
delta H di F = 1.3 mm
Dikerjakan dengan cara welliot mohr,
roll sementara di C
+1.11 mm +1.48 mm +1.48 mm +1.11 mm
+0.63 m
m
+0.42 m
m
+0.63 m
m
-1.11 mm-1.11 mm
-1.74 mm
-0.58 mm
- 0.58 mm
- 0.58 mm
3 m
4 m 4 m 4 m 4 m
A
C
F G H
D E B
+1.11A=A’=A” C’
-1.74 mm
+0.63
F’-1.11
-0.58
G’-1.11
+1.48
+0.42
D’ +1.48
- 0.58
E’
+0.63
H’
- 1.74 mm
+1.11
B’
pa
nja
ng
AB
= 3
4 m
m s
eta
ra d
en
ga
n 1
6 m
, ja
di A
C =
4m
/16
m x
34
mm
= 8
.5 m
m
D”G”
B”delta horisontal di B = 5.2 mm
H” E”
F”
de
lta
ve
rtik
al d
i D
= 1
1.9
mm
C"
8)
-2
+2.0
0-5 m
m
-5mm
4m
A+2.0 +2.0
D F
C E B
3m
4m 4m
Skala delta :
1 cm = 2 mm
+2.0A=A'=A"
C'-5mm
+1.2+1.2
+1.2D'
+2.0
0
E'
+1.2
-2.0
F'
-5
+2.0
B'B"
F" E"
D" C"
delta H diB=6mm
de
lta V
di E
=1
4.6
mm
CONTOH PERHITUNGAN
DEFORMASI KRB
DENGAN CARA WELLIOT
MOHR DIMULAI DARI
BATANG AC
9)
-0.4
cm
+0.6
-1.0
A
C D B
E
+0.2
+0.3 +0.6
-0.1
A=A'
+0.3
+0.6
-0.1
C'
D'
+0.2
+0.6
-0.4
E'
-1.0
B'
delta H di E = 2.773 cm
B"
D"
C"
E"
3m
3m
4m 4m
CONTOH PERHITUNGAN
DEFORMASI KRB DENGAN
CARA WELLIOT MOHR
DIMULAI DARI BATANG AC
10)
I.3. PENGGUNAAN SAP2000 PADA KONSTRUKSI RANGKA BATANG
Deformasi titik simpul
Hitung deformasi yang terjadi pada Konstruksi Rangka Batang akibat beban-beban yang bekerja seperti tergambar
berikut ini , abaikan berat sendiri batang, gunakan metoda welliot mohr, metoda unit load dan menggunakan software
SAP2000, adapun data – data penampang adalah sebagai berikut :
Luas penampang A = 66.45 cm2
Modulus elastisitas bahan E = 7000 kN/cm2
Menghitung deformasi titik simpul pada Konstruksi Rangka Batang dengan metoda welliot mohr.
Untuk menghitung deformasi titik simpul pada konstruksi rangka batang, langkah-langkahnya adalah :
1. Menghitung gaya-gaya batang (Si), bisa menggunakan metoda Cremona , seperti terlihat pada gambar berikut .
2 m 2 m 2 m 2 m 2 m
2 m
2 m
2 m
3 m
90 kN
90 kN
90 kN
45 kN 45 kN
50 kN50 kN50 kN50 kN
A BC D E F
G
H
I
J
90 kN
2. Menghitung perubahan panjang batang (∆Li) dengan menggunakan rumus ∆Li = 𝑆𝑖 𝑥 𝐿𝑖
𝐴𝑖 𝑥 𝐸𝑖 , dan hasilnya terlihat
pada gambar berikut :
0.8026mm 0.8026mm 0.9029mm 1.2039mm 1.2039mm
0.3
22
5 m
m
0.2
15
mm
1.0
31
9 m
m
3.3
53
8 m
m
-2.6
117
mm
-1.2037 mm
-1.8056 mm
-2.4075 mm
-0.6529 mm
-1.4
965 m
m
0.60
18 m
m
2 m 2 m 2 m 2 m 2 m
2 m
2 m
2 m
3 m
90 kN
90 kN
90 kN
45 kN 45 kN
50 kN50 kN50 kN50 kN
A BC D E F
G
H
I
J
-1.9
588
mm
90 kN
3. Selanjutnya, menggambar diagram welliot mohr , hasilnya untuk salah satu titik simpul yaitu ∆ VH = 8.33 mm ke arah bawah .
Menghitung deformasi titik simpul pada Konstruksi Rangka Batang dengan metoda unit load.
Metoda unit load , hanya bisa menghitung deformasi salah satu titik dalam 1 arah saja, misalnya menghitung ∆ VH , maka
terlebih dahulu menghitung gaya-gaya batang akibat beban 1 satuan vertikal di H (alpha i) , dan hasilnya dirangkum
dalam tabel berikut , dimana ∆ VH = 8.345 mm ke arah bawah .
Menghitung deformasi titik simpul pada Konstruksi Rangka Batang dengan menggunakan sap2000 .
Untuk menghitung deformasi titik simpul pada konstruksi rangka batang dengan menggunakan SAP2000, langkah-
langkahnya yaitu :
1. Menggambar Konstruksi Rangka Batang sebagai berikut :
2. Membuat penampang batang (frame section) sebagai berikut :
Lakukan frame release untuk mengkondisikan struktur rangka batang sebagai berikut :
Selanjutnya, lakukan analisis, hasilnya adalah sebagai berikut, klik kanan pada joint H, untuk melihat hasil secara detail .
II. DEFORMASI PADA BALOK DAN PORTAL
II. 1. MENCARI DEFORMASI PADA BALOK /PORTAL DENGAN METODA UNIT LOAD
Salah satu metoda yang digunakan untuk mencari deformasi yang terjadi pada balok akibat gaya-gaya dalam
yang terjadi yaitu metoda unit load . Deformasi yang terjadi pada balok akibat gaya-gaya dalam yang terjadi
berupa defleksi (ΔV), translasi (ΔH) dan rotasi (θ). Adapun rumus-rumus unit load untuk mencari deformasi
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Defleksi ΔVi =∫𝑀 𝑚𝑖
𝐸 𝐼 dx , dimana :
M = persamaan momen akibat beban luar
m = persamaan momen akibat beban 1 satuan vertical di titik i
2. Translasi ΔHi =∫𝑀 𝑚𝑖
𝐸 𝐼 dx , dimana :
M = persamaan momen akibat beban luar
m = persamaan momen akibat beban 1 satuan horisontal di titik i
3. Rotasi θi =∫𝑀 𝑚𝑖
𝐸 𝐼 dx , dimana :
M = persamaan momen akibat beban luar
m = persamaan momen akibat beban 1 satuan momen di titik i
Contoh Soal :
Balok Statis Tertentu mendapat beban – beban seperti tergambar ;
EI EI
P = 4 tonq = 2 t/m
3 m 3 m 2 m
A BCD
Ditanyakan :
a. Hitung ΔVC !
b. Hitung ΔVD !
c. Hitung θA !
d. Hitung θB !
Penyelesaian : Karena ada 4 deformasi yang ditanyakan, maka perlu 4 persamaan momen unit load (mi) dan 1
persamaan momen akibat beban luar (M), sebagai berikut :
Akibat beban luar :
EI EI
P = 4 tonq = 2 t/m
3 m 3 m 2 m
A BCD
VA= 4/3 ton VB= 20/3 ton
Aibat beban 1 satuan vertical di C :
EI EI
1
3 m 3 m 2 m
A BCD
VA= 1/2 VB= 1/2
Akibat beban 1 satuan vertical di D :
EI EI
1
3 m 3 m 2 m
A BCD
VA= 1/3 VB= 4/3
Akibat beban 1 satuan momen di A :
EI EI
1
3 m 3 m 2 m
A BCD
VA= 1/6 VB= 1/6
Akibat beban 1 satuan momen di B :
EI EI
1
3 m 3 m 2 m
A BCD
VA= 1/6 VB= 1/6
Selanjutnya, untuk mempermudah kita buat tabel persamaan sebagai berikut :
Balok AC CB BD
Titik Awal A B D
Batas-batas (dlm m) 0 - 3 0 - 3 0 - 2
Persamaan M ( ton m ) 4
3 x
20
3 x – 4 (x+1) =
8
3 x – 4 -X2
Persamaan mi (ΔVC) (m) 1
2 x
1
2 x 0
Persamaan mi (ΔVD) (m) − 1
3 x
4
3 x – 1(x+2) =
1
3 x - 2 -x
Persamaan mi (θA) (m) 1 - 1
6 x
1
6 x 0
Persamaan mi (θB) (m) 1
6 x 1 -
1
6 x 0
Menghitung deformasi :
ΔVC =∫𝑀 𝑚𝑖 (𝛥𝑉𝐶)
𝐸 𝐼 dx =
1
𝐸𝐼 ∫ {
4
3
3
0 x .
1
2x } dx +
1
𝐸𝐼 ∫ {[
8
3
3
0 x – 4 ] .
1
2x } dx +
1
𝐸𝐼 ∫ {
2
0−x2 . 0 } dx
ΔVC = 9
𝐸𝐼
Jika dikerjakan dengan Microsoft mathematics, hasilnya sebagai berikut :
ΔVD =∫𝑀 𝑚𝑖 (𝛥𝑉𝐷)
𝐸 𝐼 dx =
1
𝐸𝐼 ∫ {
4
3
3
0x . −
1
3x } dx +
1
𝐸𝐼 ∫ {[
8
3
3
0 x – 4 ] .[
1
3x – 2] } dx +
1
𝐸𝐼 ∫ {
2
0−x2 . -x } dx =
2
𝐸𝐼
Jika dikerjakan dengan Microsoft mathematics, hasilnya sebagai berikut :
θA =∫𝑀 𝑚𝑖 (𝜃𝐴)
𝐸 𝐼 dx =
1
𝐸𝐼 ∫ {
4
3
3
0 x .(1-
1
6x) } dx +
1
𝐸𝐼 ∫ {[
8
3
3
0 x – 4 ] .
1
6 x } dx +
1
𝐸𝐼 ∫ {
2
0−x2 . 0 } dx
θA = 5
𝐸𝐼
Jika dikerjakan dengan microsoft mathematics , hasilnya sebagai berikut :
θB =∫𝑀 𝑚𝑖 (𝜃𝐵)
𝐸 𝐼 dx =
1
𝐸𝐼 ∫ {
4
3
3
0 x .
1
6x } dx +
1
𝐸𝐼 ∫ {[
8
3
3
0 x – 4 ] [1 −
1
6 x]} dx +
1
𝐸𝐼 ∫ {
2
0−x2 . 0 } dx
θB = 1
𝐸𝐼
Jika dikerjakan dengan microsoft mathematics , hasilnya sebagai berikut :