Upload
vonhan
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
I. PENDAHULUAN
I. 1. LATAR BELAKANG
Korupsi di Indonesia perkembangannya sudah sangat memprihatinkan dan terjadi secara meluas dalam hampir semua lini kehidupan masyarakat. Dari tahun ke tahun tindak pidana korupsi perkembangannya terus meningkat, baik dari jumlah kasus yang terjadi dan jumlah kerugian keuangan Negara maupun dari segi kualitas tindak pidana yang dilakukan semakin sistematis serta lingkupnya yang memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat.
Instrumen normatif ternyata belum cukup untuk memberantas korupsi. Permasalahan utama pemberantasan korupsi juga berhubungan erat dengan sikap dan perilaku. Struktur dan sistem politik yang korup telah melahirkan apatisme dan sikap yang cenderung toleran terhadap perilaku korupsi. Akibatnya sistem sosial yang terbentuk dalam masyarakat telah melahirkan sikap dan perilaku yang permisif dan menganggap korupsi sebagai suatu hal yang wajar dan normal.
Untuk menanggulangi dampak-dampak negatif tersebut dan mempercepat pemberantasan korupsi, Presiden RI telah mengeluarkan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi. Inpres tersebut berisi instruksi umum kepada seluruh jajaran pemerintahan dan instruksi khusus kepada instansi tertentu untuk melaksanakan tugas-tugas tambahan tertentu. Inpres tersebut kemudian diejawantahkan dalam Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi 2004-2009 sebagai Living Document yang disusun oleh 92 instansi Pemerintah, LSM dan Perguruan Tinggi.
Demi tercapainya Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi 2004-2009 dibutuhkan suatu lingkungan kondusif dengan visi dan komitmen Pemerintah, pengadaan sumber daya yang memadai dengan penerapan strategi, perencanaan dan pendekatan yang terdiri dari tindakan Pencegahan dan tindakan Penindakan, serta peran aktif dari masyarakat, Monitoring dan Evaluasi dari Pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan Korupsi 2004-2009.
Dengan menggarisbawahi pentingnya pelaksanaan RAN-PK 2004-2009, selain mekanisme internal yang dikonsep secara matang, diperlukan pula sebuah konsultasi publik dalam bentuk forum terbuka, dimana para pelaksana RAN-PK dapat berdialog langsung dengan penerima manfaat (masyarakat).
Selama tahun 2005, Bappenas telah melaksanakan kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK 2004-2009 di enam provinsi, yakni Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Kalimantan Selatan dan Jawa Timur. Kegiatan konsultasi dan kampanye publik RAN-PK dimaksudkan untuk mendapatkan masukan-masukan lokal mengenai penyempurnaan pelayanan publik dan pemberantasan korupsi di bidang pelayanan publik yang tertuang dalam dokumen RAN-PK 2004-2009. Sedangkan secara khusus, pelaksanaan kegiatan ini
1
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
ditujukan untuk mengetahui kesiapan instansi pelaksana RAN-PK menyusun rencana tindak yang lebih rinci dan konkrit dari isu/kegiatan yang telah disepakati dalam Matriks RAN-PK 2004-2009.
Pelaksanaan kegiatan konsultasi dan kampanye publik RAN-PK untuk tahun 2006 disepakati akan dilakukan oleh Bappenas bersama-sama dengan Kemitraan. Beberapa daerah pilot yang akan menjadi tujuan kegiatan konsultasi dan kampanye publik RAN-PK Bappenas dan Kemitraan antara lain, Bali, Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Papua, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Kalimantan Barat. Pada tahun 2006 ini Bappenas hendak membawa implementasi RAN-PK 2004-2009 ke tahap lebih lanjut yaitu, penerapan program-program pemberantasan korupsi yang telah disepakati dalam RAN-PK melalui suatu Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi (RAD-PK) di masing-masing daerah pilot.
Berdasarkan pemikiran tersebut maka pelaksanaan kegiatan konsultasi dan kampanye publik RAN-PK di ke 5 (lima) daerah pilot tahun 2006 akan dilaksanakan dengan menggunakan 2 (dua) metode yaitu, Seminar Publik dan Focus Group Discussion (FGD) yang masing-masing diharapkan dapat menjaring masukan publik yang komprehensif bagi penyempurnaan dokumen RAN-PK 2004-2009 dan mempercepat penyusunan RAD-PK serta Rencana Aksi (Action Plan) di masing-masing departemen/instansi daerah pilot.
Sebagai tambahan, Bappenas dan Kemitraan juga mengadakan kerja sama untuk program dukungan RAN-PK 2004-2009 berupa Kampanye Media (Media Campaign) untuk mendukung sosialisasi RAN-PK kepada masyarakat luas dengan tujuan menggugah kesadaran masyarakat sebagai suatu mekanisme pengawasan eksternal, menjaring lebih banyak masukan untuk penyempurnaan dan pada akhirnya dapat membantu proses Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan RAN-PK 2004-2009 yang juga merupakan kewenangan Kementerian PAN serta diseminasi informasi kepada masyarakat lokal akan penyusunan RAD-PK masing-masing daerah pilot. Proses implementasi media campaign ini akan dilaksanakan bersamaan dengan kegiatan konsultasi dan kampanye publik RAN-PK serta kegiatan penyusunan RAD-PK di kelima daerah pilot.
I.2. TUJUANPenyelenggaraan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK 2004-2009 di
Provinsi DIY terdiri dari tiga kegiatan pokok yaitu Media Campaign, seminar konsultasi dan kampanye publik RAN-PK 2004-2009 serta Focus Group Discussion di mana masing masing kegiatan bertujuan :
1. Media Campaign, terdiri atas Editor’s Meeting dan Radio Talkshow. Kegiatan ini bertujuan untuk: 1) Memberikan informasi kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK 2004-2009 di Provinsi DIY; 2) Mendapatkan dukungan dari rekan–rekan media bagi sosialisasi RAN-PK dan RAD-PK di tingkat lokal; dan 3) Mempererat koordinasi pusat, daerah dan media dalam perbaikan sektor pelayanan publik dan pemberantasan korupsi.
2
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
2. Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK yang bertujuan untuk:
Memberikan media kepada departemen/instansi pelaksana RAN-PK untuk menjelaskan dan memberikan klarifikasi tentang program-program departemen/instansi mereka dalam rangka pelaksanaan RAN-PK;
Mendapatkan masukan dan tanggapan dari berbagai pihak dalam rangka implementasi RAN-PK di departemen/instansi terkait;
Merumuskan prioritas-prioritas kegiatan yang perlu segera dilaksanakan;
Merumuskan pelibatan Masyarakat dan Sektor Swasta dalam implementasi RAN-PK.
3. Sedangkan tujuan diselenggarakannya FGD adalah memberikan asistensi pusat kepada departemen/instansi pelaksana RAD-PK di daerah dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan RAD-PK di daerah.
I.3. RUANG LINGKUPKegiatan konsultasi dan kampanye publik RAN PK 2004-2009 di Provinsi DIY
mencakup kegiatan seminar, FGD, dan Media Campaign.
I.4. INDIKATOR KEBERHASILANIndikator keberhasilan dari konsultasi publik ini, yaitu:
1. Adanya pemahaman peserta terhadap RAN PK dan adanya input bagi perbaikan substansi RAN PK.
2. Adanya input dari publik tentang isu-isu prioritas untuk perumusan rancangan RAD–PK Provinsi DIY.
3. Tersusunnya rancangan RAD–PK yang kemudian akan diakomodasikan ke dalam kebijakan Pemerintah Provinsi DIY tahun 2007.
I.5. PESERTA I.5.1. Seminar RAN-PK
Peserta kegiatan seminar Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK terdiri dari unsur Pemerintah, Sektor Swasta serta Tokoh Masyarakat, antara lain: Bappenas, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), BKPM, Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik, BPN, Ditlantas POLRI, Kemitraan, Muspida
3
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
Provinsi DIY, DPRD, Polda, Pengadilan Negeri dan Pengadilan Tinggi, Pengadilan Agama, Pengadilan Tata Usaha Negara, Kejaksaan Tinggi, Bappeda, Bawasda, Kantor Imigrasi, Kantor Bea dan Cukai, Jasa Raharja, Dinas Pendidikan, Dinas Sosial, ulama setempat, KADIN, LSM, Fakultas Hukum Universitas Gajah Mada, Fakultas Hukum Universitas Atmajaya, Media Lokal, dsbnya.
Peserta Seminar Publik RAN-PK di Provinsi DIY Rabu, 15 November 2006
No Nama Instansi/Lembaga
1. Sahirno Kantor imigrasi
2. Widodo Pengadilan Negeri Yogyakarta
3. Jasiruddin Pengadilan Agama Provinsi DIY
4. Udjiono Jasa Raharja
5. Baskara Aji Dinas Pendidikan
6. Maryano Dinas Kimpraswil Provinsi DIY
7. Hindro B. Sigit Bawasda Kabupaten Kulon Progo
8. Makrina Bawasda Provinsi DIY
9. Samsul Hadi BPN Provinsi DIY
10. H. Said Husin Pengadilan Tinggi Agama Provinsi DIY
11. Mustaqiem Fakultas Hukum UII
12. Surachmanta Bappeda
13. Tatang Samantri Ditreskrim Polda DIY
14. Marsuid Irwasda Polda DIY
15. Sugeng Widodo Polda DIY
16. Didik AP PTUN
17. Djaundjang Bappeda Kota Yogyakarta
18. Totok Jaka KPPD Kota
4
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
19. Amirullah Kejaksaan Tinggi Provinsi DIY
20. Harmanto Bea dan Cukai Provinsi DIY
21. B. Hestu Fakultas Hukum Universitas Atmajaya DIY
22. Tri Agus Kanwil DJP
23. Suharjo Bappeda Kabupaten Gunung Kidul
24. Sudjono Bappeda Kota Yogyakarta
25. Irawan Jatmiko Bappeda Kabupaten Gunung Kidul
26. W. Restu DIM 0734
27. Yitno Bawasda Kabupaten Bantul
28. Sumadi Biro Hukum Provinsi DIY
29. Stephan Ditlantas Polda DIY
30. Koesdarto Distrantib DIY
31. Mansyur Slamet Ditlantas POLRI
32. Mulyanto BPKD
33. Irawati Dinas Sosial Provinsi DIY
34. Harry P Fakultas Hukum UGM
35. Suryanto Pengadilan Tinggi DIY
36. Subandrio Bupati
37. Koesnan Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi DIY
38. A. Djunaedi BID Provinsi DIY
39. Hardono Bawasda
40. Priyo Bawasda
41. Edy Darmono PPO Bappeda-UNDP
42. Idham Kemitraan DIY
43. B. Sarwono Lembaga Ombudsman Daerah DIY
5
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
44. Setyoso Bappeda Provinsi DIY
45. Kunto Bappeda Kabupaten Sleman
46. Nanik Bappeda kabupaten Gunung Kidul
47. Sukardi KADIN
48. Hardiyanto Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY
49. Roy Disnakertrans Provinsi DIY
50. Dasya Dinas Pertanian Provinsi DIY
51. Muhaimin Bawasda Kabupaten Sleman
52. Robert Hutagalung Kejaksaan Negeri Yogyakarta
53. Sukiyadi Dinas Perhubungan Provinsi DIY
54. Rini PH Protokol
55. M. Lestari Bappeda
56. Supanto Biro Umum
57. Galuh Bappeda
58. Eny Bappeda
59. Wahyu Ardi Pemda Gunung Kidul
61. Tri Heri Polda DIY
62. Harsito Polda DIY
63. Andrie DPRD Kota Yogyakarta
64. Setyo Hastuti Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY
65. Melani Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY
66. Rany Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi DIY
67. Switi Andari Lembaga Ombudsman Daerah DIY
68. Bambang W DPD Gapeknas DIY
6
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
69. AT. Erik Triadi Lapera Indonesia
70. Nanang Ismuhartoyo LKY
71. Triyandi Mulkan KPK LSM
72. Aman Saragih Jogjakarta Transparansi
73. Widi SKEPO
74. Masduki Kantor Berita Antara
75. Winartoro Kantor Berita Antara
76. Hari Santoso Sonora
77. Mawar Kompas
78. Intro Agustin RBTV
79. Wawan Prasetya RBTV
80. Ayu Bunga Jogya TV
81. Sigit Jogja TV
82. Bowo Wawasan
83. Kusmo Radar Jogja
84. Satria Radio Trijaya
85. Nadia Rana Production
I.5.2. Focus Group Discussion (FGD)
Peserta kegiatan FGD terdiri dari unsur pemerintah pusat dan daerah, Sektor Swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) serta Tokoh Masyarakat, antara lain: Bappenas, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), BKPM, Badan Pertanahan Nasional (BPN), Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik, Ditlantas POLRI, DPD Provinsi DIY, Fakultas Hukum Universitas Atmajaya, Bappeda, Bawasda, KADIN, serta departemen/instansi terkait daerah.
7
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
Peserta FGD Penyusunan RAD-PK Provinsi DIY Kamis, 16 November 2006
No Nama Instansi/Lembaga
1. H. Said Husin Pengadilan Tinggi Agama Provinsi DIY
2. Jasiruddin Pengadilan Agama Provinsi DIY
3. Sahirno Kantor Imigrasi Provinsi DIY
4. Switi Andari Lembaga Ombudsman Daerah
5. Harmanto Bea dan Cukai Provinsi DIY
6. Amiarsi Bappeda Provinsi DIY
7. B. Hestu Fakultas Hukum Universitas Atmajaya Yogyakarta
8. Agung W Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY
9. Muh. Farkhan Bappeda Kabupaten
10. R. Lakukum Pengadilan Negeri Yogyakarta
11. Djandjong Bappeda Kota Yogyakarta
12. Sri Bea dan Cukai Provinsi DIY
13. Totok Jaka KPPD Kota Yogyakarta
14. Haryono BPKD
15. Susana Bappeda Provinsi DIY
16. Sukiyadi Dinas Perhubungan Provinsi DIY
17. Melani Dinas Kehutanan dan Perkebunan Provinsi DIY
18. Muhani Bawasda Kabupaten Sleman
19. Suyono Bappeda Kabupaten
20. Handono Bawasda Kota Yogyakarta
21. Sukardi KADIN
8
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
22. Maryano Dinas Kimpraswil Provinsi DIY
23. Surachmanto Bappeda Kota Yogyakarta
24. Eni Kantor Imigrasi Provinsi DIY
25. Firman Gani BID Provinsi DIY
26. M. Hatta Bawasda
27. B. Sarwono Lembaga Ombudsman Daerah
28. Reny
29. Achmad BPN Provinsi DIY
30. Baskara Aji Dinas Pendidikan Provinsi DIY
31. Tri Heri Polda Provinsi DIY
32. M. Lestari Bappeda Provinsi DIY
33. Eny Diyah Bappeda Provinsi DIY
34. Galuh Bappeda
35. Sukardi Bawasda Provinsi DIY
36. Sumadi Biro Hukum Provinsi DIY
37. Roy Disnakertrans
38. Harsito Polda Provinsi DIY
39. Samsul Hadi BPN Provinsi DIY
40. Andrie S DPRD WK I Provinsi DIY
41. Setyoso Bappeda Provinsi DIY
42. Subardo Bappeda Provinsi DIY
43. Mulyadi Bappeda Provinsi DIY
44. Masduki Kantor Berita Antara
45. Priyo Harian Sindo
9
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
46. Asru
47. Kisno Radar Yogya
48. Bambang W DPD Gapeknas Provinsi DIY
49. Triyandi Mulkan KPK LSM Yogyakarta
50. Aman Saragih Jogjakarta Transparansi
51. Ivan LPH Yogya
52. Chalib Sitam
53. Makrina Bawasda Provinsi DIY
I.5.3 Media Campaign
- Editor’s Meeting
Kegiatan ini dilakukan pada hari Selasa, 14 November 2006. Pada kesempatan ini panitia dan beberapa perwakilan dari pusat melakukan temu wicara dan dialog dengan media massa DIY seperti Kantor Berita Antara, Radio Sonora, Yogya TV, Radio Trijaya, Harian Sindo, dengan himbauan agar media turut berperan aktif dengan berkontribusi dalam RAD PK DIY ini dengan melakukan diseminasi informasi mengenai kegiatan tersebut kepada publik, serta menginformasikan isu-isu rawan korupsi di Provinsi DIY khususnya di bidang pelayanan publik.
- Radio Talkshow
Kegiatan ini dilakukan pada hari Rabu, 15 November 2006 setelah pelaksanaan kegiatan Seminar Publik RAN-PK. Radio Talkshow dilaksanakan di salah satu stasiun radio di kota Yogyakartan dan kegiatan ini bersifat interaktif. Dalam kegiatan ini, narasumber berasal dari Bappenas, Kemitraan, KPK dan Bappeda Provinsi DIY.
10
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
II. PELAKSANAAN KEGIATAN KONSULTASI DAN KAMPANYE PUBLIK RAN-PK 2004-2009 DAN FOCUS GROUP DISCUSSION (FGD) PENYUSUNAN RAD-PK
PROVINSI DIY DAN PEMETAAN PERMASALAHAN PELAYANAN PUBLIK LOKAL
Pelaksanaan kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK dan FGD Penyusunan RAD-PK Provinsi DIY yang diselenggarakan oleh BAPPENAS-Kemitraan ini merupakan suatu kesinambungan dari Preliminary FGD yang dilaksanakan di Bogor pada tanggal 7-9 April 2006 yang lalu. Pada saat penyelenggaraan Preliminary FGD RAN-PK di Bogor tersebut Bappenas dan Kemitraan bersama dengan Kepala Bappeda dan perwakilan LSM dari Provinsi Bali, NAD, Papua, DIY dan Kalimantan Barat telah memetakan permasalahan pelayanan publik rawan korupsi yang terjadi di masing-masing daerah. Dalam FGD tersebut, para perwakilan daerah, baik dari unsur Bappeda maupun LSM, telah memberikan komitmen untuk menindaklanjuti penanggulangan permasalahan-permasalahan yang ada dengan membentuk suatu Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi di daerah mereka masing-masing sekaligus sebagai tindak lanjut pelaksanaan amanat yang terkandung dalam dokumen RAN-PK 2004-2009.
Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK 2004-2009 yang diselenggarakan di Provinsi DIY terbagi atas dua kegiatan utama, Seminar Publik dan FGD Penyusunan RAD-PK Provinsi DIY, diiringi dengan aktivitas media campaign RAN-PK. Seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan selama 3 (tiga) hari berturut-turut (14 November sampai dengan 16 November 2006).
Rangkaian Media Campaign RAN-PK di DIY dimulai dengan Editors Meeting yang diselenggarakan pada tanggal 14 November 2006 yang dihadiri oleh perwakilan dari pusat (Bappenas, KPK, BKPM, BPN, Ditlantas Polri dan Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik Bappenas), Bappeda Provinsi DIY dan perwakilan dari berbagai media di Provinsi DIY. Pada keesokan harinya Media Campaign dilanjutkan dengan peliputan Seminar Publik dan FGD oleh beberapa media lokal dan penyelenggaraan dialog radio interaktif mengenai RAN-PK di salah satu stasiun radio lokal di Yogyakarta dengan pembicara dari Bappenas, Kemitraan, KPK dan Bappeda Provinsi DIY.
Kegiatan Seminar Publik yang diselenggarakan pada tanggal 15 November 2006 ditujukan untuk mengkonfirmasi sekaligus mengklarifikasi isu-isu pelayanan publik rawan korupsi di Provinsi DIY, antara lain: perizinan usaha dan investasi, pertanahan, SAMSAT dan pengadaan barang dan jasa, yang sebelumnya telah dipetakan dalam Preliminary FGD RAN-PK di Bogor dan pertemuan di Bappenas. Pada saat yang bersamaan, kegiatan pada hari ini juga merupakan media sosialisasi RAN-PK kepada pihak-pihak pemda maupun masyarakat sipil yang belum begitu memahami konsep RAN-PK. Pelaksanaan FGD penyusunan RAD-PK Provinsi DIY merupakan pencerminan tindak lanjut komitmen pemda, swasta dan LSM di DIY untuk melaksanakan RAN-PK di Provinsi DIY dan mengakomodasi langkah-langkah perbaikan untuk menanggulangi berbagai permasalahan pelayanan publik rawan korupsi di Provinsi DIY sesuai dengan permasalahan yang telah dipetakan sebelumnya dalam Preliminary FGD di Bogor dan klarifikasi yang diperoleh dalam Seminar Publik sebelumnya. Peserta kegiatan Seminar Publik RAN-PK dan FGD
11
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
Penyusunan RAD-PK Provinsi DIY terdiri dari berbagai macam unsur, seperti yang telah diungkapkan di atas, yang mewakili unsur pelayanan publik pada tingkat pusat dan daerah, masyarakat sipil (LSM), akademisi, dan swasta.
Berdasarkan diskusi yang berlangsung dalam setiap bagian kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK di Provinsi DIY, dapat dilihat bahwa isu pelayanan publik yang tersinyalir rawan korupsi lebih terfokus pada isu pengadaan barang dan jasa. Hal ini berbeda dengan provinsi-provinsi lain yang umumnya mengidentifikasikan lebih dari satu isu rawan korupsi di bidang pelayanan publik, namun hal ini tidak menyurutkan antusias peserta dalam mengikuti kegiatan selanjutnya. Dengan demikian, isu tersebut menjadi pusat diskusi yang akan dibahas dalam penjabaran kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK di Provinsi DIY di bagian selanjutnya.
II.1. Selasa, 14 November 2006 (Editor’s Meeting)Sebelum kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik dimulai, tanggal 14
November 2006, dilaksanakan kegiatan Editor’s Meeting di Hotel Santika Yogyakarta. Acara dimulai pada pukul 20.00 WIB dengan dihadiri oleh Bappenas, Kemitraan, KPK, BPN, BPKM, Ditlantas POLRI, Bappeda Provinsi DIY, dan Media Massa. Kegiatan ini dipimpin langsung oleh Ibu Diani Sadiawati selaku Direktur Hukum dan HAM Bappenas. Dalam pertemuan ini, beliau memaparkan mengenai Inpres Nomor 5 Tahun 2004 serta kaitannya dengan RAN-PK 2004-2009 serta perkembangan pelaksanaannya yang telah dan akan dilaksanakan di beberapa provinsi. Selain itu dijelaskan pula mengenai kegiatan RAN-PK di tingkat pusat sebagai bentuk komitmen pemerintah terhadap pemberantasan korupsi, sehingga diharapkan pula kerjasama dari pemerintah dan masyarakat di daerah-daerah. Komitmen semua pihak dalam pemberantasan korupsi ini sangat diperlukan, mengingat Indonesia sudah meratifikasi United Nations Convention Against Corruption (UNCAC) 2003 atau Konvensi PBB Anti Korupsi, dengan demikian pemberantasan korupsi sudah menjadi komitmen dan tanggung jawab negara-negara di dunia termasuk Indonesia.
Paparan selanjutnya adalah dari Kepala Bappeda Provinsi DIY yaitu oleh Bapak Setyoso. Dalam kesempatan tersebut Kepala Bappeda Provinsi DIY menyampaikan bahwa kegiatan seperti ini sangat diperlukan untuk mengumpulkan informasi mengenai pemberantasan korupsi khususnya mengenai RAN-PK, agar pemerintah dan masyarakat di daerah dapat ikut berpartisipasi dalam upaya-upaya pemberantasan korupsi. Menurut beliau dalam acara seperti ini, diperlukan pula kehadiran dari pihak swasta dalam hal ini seperti KADIN, GAPENSI dan sebagainya, untuk menginformasikan mengenai pelaksanaan RAN-PK maupun menjaring berbagai isu-isu rawan korupsi yang ada di Provinsi DIY. Selain itu, beliau memaparkan bahwa bidang pengadaan barang dan jasa merupakan bidang yang dianggap paling rawan korupsi khususnya yang berkaitan dengan pembangunan infrastuktur dan program-progam dalam rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa di Provinsi DIY.
Kemudian Ibu Diani Sadiawati memperkenalkan panitia dari Bappenas dan Kemitraan serta para pembicara dari instansi-instansi pusat seperti KPK, BPN, BKPM,
12
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
Ditlantas POLRI dan Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik.
Selanjutnya, Bapak Dadang Trisasongko dari Kemitraan memberikan beberapa tanggapan tentang pemberantasan korupsi yang sudah tidak dapat ditunda lagi sehingga diperlukan peran yang lebih besar dari masyarakat, khususnya bidang-bidang yang berdekatan secara langsung dengan masyarakat, yang pada akhirnya masyarakat akan dapat menikmati hasilnya. Namun yang terpenting pada kegiatan ini adalah agar dapat menggali lebih dalam mengenai aspirasi-aspirasi di daerah dan mendapatkan masukan dari masyarakat mengenai prioritas-prioritas yang harus diperhatikan dalam pemberantasan korupsi.
Setelah mendengarkan beberapa paparan tersebut, acara dilanjutkan dengan diskusi yang disambut dengan antusias oleh para peserta. Salah satu pertanyaan yang umumnya ditanyakan oleh para peserta dari Koran Merapi, Kantor Berita Antara, Harian Suara Merdeka dan Radio Republik Indonesia (RRI) adalah mengenai keberadaan lembaga atau instansi yang dibentuk dalam rangka pemberantasan korupsi seperti KPK dan Timtas Tipikor serta kaitannya dengan keberadaan RAN-PK ini, apakah yang menjadi perbedaan dari lembaga-lembaga tersebut mengingat keduanya sama-sama memfokuskan kegiatannya pada pemberantasan korupsi dan apakah makna dari pelayanan publik yang diprioritaskan dalam RAN-PK ini. Keberadaan lembaga-lembaga tersebut merupakan suatu bentuk realisasi dari ekspetasi masyarakat yang semakin hari semakin tinggi untuk memberantas korupsi. Selain itu, ada hal mendasar yang membedakan antara KPK, Timtas Tipikor dan RAN-PK. KPK merupakan lembaga yang memfokuskan kegiatannya dalam pemberantasan korupsi dengan melakukan koordinasi, supervisi, monitoring dan sebagainya. Sedangkan Timtas Tipikor berperan dalam penindakan. RAN-PK sendiri merupakan percepatan atau upaya-upaya kongkrit yang dilakukan oleh para pemangku kepentingan dalam untuk mempercepat perbaikan atau penyempurnaan kebijakan dan/atau kelembagaan di bidang pelayanan publik. Dengan demikian, baik KPK, Timtas Tipikor, dan RAN-PK sama-sama merupakan suatu bentuk upaya pemberantasan korupsi dengan fokus kegiatan yang berbeda-beda.
Makna dari pelayanan publik yang diprioritaskan dalam RAN-PK ini adalah bidang pembangunan yang strategis dan rawan terhadap terjadinya penyimpangan baik dalam bentuk kolusi, korupsi dan nepotisme dengan mempertimbangan keterbatasan kemampuan pemerintah dan masyarakat dan serta sumber daya yang terbatas pada saat ini. Namun secara ideal pemberantasan korupsi memang harus di setiap bidang baik di pemerintahan, masyarakat maupun swasta.
Salah satu pertanyaan lain yang mengemuka sebagaimana yang diajukan oleh peserta Koran Merapi, Kantor Berita Antara dan RRI adalah apa yang menjadi target dari kegiatan ini. Sebagaimana yang telah dipaparkan, tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menginformasikan mengenai RAN-PK dalam rangka menampung aspirasi dan masukan dari daerah-daerah khususnya dalam penyusunan RAD-PK Provinsi DIY di bidang pelayanan publik yang dapat dicapai dalam waktu 1 tahun.
Beberapa permasalahan yang tertampung dalam diskusi tersebut antara lain mengenai belum adanya standarisasi harga barang dan jasa di Provinsi DIY, penarikan dana dari orang tua murid di pendidikan yang tidak jelas, pembelian buku-
13
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
buku pelajaran dan ketidaktransparan dalam pengelolaan uang hasil tilang. Pada akhir acara Bapak Dadang Trisasongko dari Kemitraan memberikan masukan yang cukup penting dalam setiap upaya pemberantasan korupsi yaitu menumbuhkan rasa optimisme seluruh masyarakat dalam melakukan perubahan yang berdampak positif, membangun daya kritis masyarakat terhadap upaya-upaya perubahan tersebut dan reformasi pelayanan publik. Kegiatan hari pertama ini selesai pada pukul 22.00 WIB.
II.2. Rabu, 15 November 2006 (Seminar Publik RAN-PK 2004-2009 dan FGD Penyusunan RAD-PK Provinsi DIY)
Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK di Provinsi DIY pada hari ini agendanya adalah penyelenggaraan Seminar Publik RAN-PK. Peserta pada hari ini sebagian besar berasal dari muspida Provinsi DIY dan pegawai pemda terkait yang datang dari seluruh kabupaten dan kota di Provinsi DIY. Peserta lainnya berasal dari kalangan LSM, akademisi, dan sektor swasta serta media.
Acara yang dimulai pada pukul 09.00 WIB ini diawali dengan sambutan dari Direktur Hukum dan HAM Bappenas mewakili Deputi Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan Bappenas berupa penyampaian sedikit latar belakang dari RAN-PK dan Inpres Nomor 5 Tahun 2004 serta memberikan pula penjelasan singkat mengenai RAD-PK, Konsultasi dan Kampanye Publik serta Focus Group Discussion (FGD) Penyusunan RAD-PK, sekaligus mengenai ratifikasi United Nation Convention Against Corruption (UNCAC) atau Konvensi PBB Anti Korupsi oleh Indonesia dan implikasinya bagi hukum nasional maupun aksi pemberantasan korupsi nasional dengan bidang-bidang seperti pencegahan, penindakan, pengembalian aset dan kerjasama internasional. Selanjutnya sambutan diberikan dari Kemitraan oleh Bapak Dadang Trisasongko. Beliau dalam kesempatan ini menjelaskan mengenai pentingnya akuntabilitas pemerintah karena prioritas pemberantasan korupsi harus mampu mengakomodir aspirasi masyarakat agar berdampak secara langsung kepada masyarakat. Salah satu upaya dari hal tersebut adalah dengan diadakannya kegiatan Kampanye dan Konsultasi Publik RAN-PK ini serta Penyusunan RAD-PK Provinsi DIY. Selain itu, akuntabilitas pemerintah juga diperlukan untuk mendukung kewajiban Indonesia sebagai salah satu negara yang telah meratifikasi UNCAC untuk melaporkan kegiatannya kepada PBB dalam pemberantasan korupsi. Sambutan sekaligus peresmian pembukaan Seminar Publik RAN-PK di Provinsi DIY disampaikan oleh Asisten I Pemerintahan Gubernur Provinsi DIY yang mewakili Pejabat Gubernur Provinsi DIY. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan mengenai korupsi dalam konsep klasik dan modern. Korupsi dalam konsep klasik timbul ketika mulai ada pemisahan antara keuangan pribadi dan umum, sedangkan korupsi dalam konsep modern timbul ketika ada perlakuan atau fasilitas istimewa kepada pejabat negara dan menyalahi aturan yang ada. Korupsi dapat terjadi di setiap struktur masyarakat baik di lingkungan pemerintahan seperti pengadaan barang dan jasa ataupun masyarakat luas seperti pembuatan KTP, SIM dan berbagai perizinan. Perkembangan praktek korupsi mendorong pemberantasan korupsi dengan lebih giat lagi, terutama dengan kondisi Indonesia yang sudah cukup memprihatinkan dengan semakin banyaknya praktek korupsi serta ketidakjelasan dan ketidaktuntasan penyelesaian kasus-kasus korupsi. Dengan demikian, forum ini diharapkan dapat
14
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
menjadi momentum strategis dalam pemberantasan korupsi sebagai wujud komitmen pemerintah daerah dalam mendukung upaya-upaya pemerintah dalam pemberantasan korupsi.
Setelah penyampaian serangkaian sambutan dan pembukaan Seminar Publik RAN-PK, acara kemudian dilanjutkan dengan presentasi mengenai penjelasan RAN-PK dan RAD-PK sebagai penjabaran RAN-PK pada tingkat daerah yang diberikan oleh Direktur Hukum dan HAM Bappenas, KPK dan Kepala Bappeda Provinsi DIY. Dalam paparannya, Direktur Hukum dan HAM menjelaskan mengenai RAN-PK dan RAD-PK serta gambaran umum kegiatannya yang sudah dilaksanakan di beberapa provinsi. Selain itu, beliau juga menjelaskan mengenai pengintegrasian anggaran RAD-PK dalam Rencana Kerja Tahunan atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dari masing-masing pemerintahan daerah. Hal lain yang juga dijelaskan oleh beliau adalah mengenai UNCAC dan hasil yang telah dicapai dalam pertemuan pertama dalam rangka implementasi UNCAC yang melibatkan berbagai instansi dan departemen serta kalangan akademisi dan praktisi. Paparan selanjutnya adalah dari KPK, yang memaparkan berbagai hal, antara lain mengenai ranking Indonesia sebagai salah satu negara yang masuk dalam kategori terkorup; kondisi kesejahteraan masyarakat Indonesia yang cukup memprihatinkan; perlunya peningkatan akses masyarakat terhadap informasi; perlunya penerapan Good Governance dan peningkatan pelayanan publik; harmonisasi hukum yang berkaitan dengan UNCAC, dimana pasal korupsi dapat juga dikenakan pada sektor swasta; perlunya partisipasi masyarakat dalam menangani masalah korupsi yang sering dijumpai pada pelayanan publik; dan kerjasama dengan provinsi-provinsi seperti Riau, Kalteng, Denpasar mengenai pelaksanaan pakta island of integrity. Selain itu, beliau juga menjelaskan pentingnya komitmen pimpinan dan masyarakat serta perbaikan sistem yang akan memberikan efek jera kepada pelaku-pelaku korupsi.
Paparan selanjutnya disampaikan oleh Kepala Bappeda Provinsi DIY, yang menjelaskan mengenai RAD-PK Provinsi DIY yang sebaiknya memfokuskan pada pelayanan publik dan meningkatkan implementasi good governance di lingkungan pemerintahan daerah baik eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Selain itu, beliau mengharapkan agar RAD-PK Provinsi DIY ini dapat ditindaklanjuti dengan SK Gubernur agar dapat dilaksanakan oleh semua unsur terkait. Dalam paparannya tentang gambaran substansi RAD-PK hasil FGD di Bogor yang lalu dimana beliau memaparkan tentang fokus-fokus pada bidang pengadaan barang dan jasa, transparansi pelaksanaan rehabilitasi dan rekonstruksi pasca gempa dan perbaikan pelayanan perizinan khususnya Izin Mendirikan Bangunan (IMB).
Setelah pemaparan dari ketiga narasumber tersebut, kegiatan berikutnya dilanjutkan dengan pemaparan dari instansi pusat, antara lain dari Kepala Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Publik, Inspektur Bidang Pertanahan Wilayah III BPN, Direktur Lalu Lintas POLRI dan Direktur Aplikasi Pelayanan BKPM. Rangkaian presentasi dari ketiga instansi pelayanan publik tersebut secara garis besar menerangkan mengenai pelaksanaan RAN-PK dan perbaikan yang telah dicapai di lingkungan keempat instansi pelayanan publik tersebut, baik di pusat maupun di daerah. Namun ada beberapa point penting yang disampaikan oleh masing-masing pembicara dari instansi pusat tersebut seperti diharapkan adanya perbaikan mekanisme pengadaan barang dan jasa yang dapat
15
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
mendorong persaingan usaha yang sehat dan penghematan dari sisi keuangan agar dapat lebih dialokasikan untuk perbaikan renumerasi pegawai, perlunya keberanian masyarakat dalam memberikan informasi mengenai penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam pelayanan publik di SAMSAT dan perlunya pula kerjasama antara pemerintah, masyarakat dan swasta dalam mewujudkan pelayanan investasi dan penanaman modal yang maksimal.
Setelah presentasi dari masing-masing instansi pelayanan publik tersebut dilanjutkan dengan diskusi bersama peserta seminar. Salah satu pertanyaan yang mengemuka dari Bapak Sukardi (KADIN Provinsi DIY) adalah mengenai ketidakkonsistenan Keppres Pengadaan Barang dan Jasa yang sudah beberapa kali mengalami perubahan dan minimnya keikutsertaan peserta tender walaupun informasi mengenai tender sudah cukup banyak. Menanggapi hal tersebut, Kepala Pusat Pengembangan Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Bappenas mengemukakan tentang perubahan Keppres terakhir yang dapat dijadikan pedoman. Selain itu, mengenai informasi pengadaan barang dan jasa dan peserta tender memang sebaiknya disertai dengan transparansi dan komitmen pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Beberapa isu rawan korupsi yang muncul pada saat diskusi tersebut antara lain mengenai pengadaan buku-buku pelajaran, pengadaan obat-obatan dan perizinan di SAMSAT. Namun isu rawan korupsi yang paling banyak dikemukakan oleh peserta adalah pengadaan barang dan jasa. Hal ini pula terkait dengan beberapa isu rawan korupsi lain yang muncul seperti pengadaan buku-buku pelajaran dan obat-obatan akhirnya memang bermuara pada permasalahan di pengadaannya.
Pada sesi kedua kegiatan hari ini dilanjutkan dengan pengidentifikasian isu-isu rawan korupsi yang dipandu oleh fasilitator dari SKEPO Bandung. Untuk mengakrabkan para peserta maka dimulai dengan perkenalan para peserta yang disertai dengan mengungkapkan semboyan anti korupsi masing-masing. Setelah itu, fasilitator menjelaskan tentang penyusunan RAD-PK yang terdiri dari pengklarifikasian bidang-bidang pelayanan publik yang rawan korupsi serta isu-isu rawan korupsi dari bidang-bidang tersebut dan pemetaan masalah. Berdasarkan FGD di Bogor bidang-bidang pelayanan publik di Provinsi DIY yang rawan korupsi adalah pertanahan, SAMSAT, perizinan serta pengadaan barang dan jasa. Untuk lebih menampung aspirasi peserta, maka fasilitator menawarkan kepada peserta untuk mengungkapkan bidang-bidang lain diluar yang telah dihasilkan pada FGD di Bogor yang diindikasikan rawan korupsi. Tanggapan peserta atas tawaran fasilitator tersebut terdiri atas beberapa hal penting, yaitu sebagai berikut :
a. hasil-hasil FGD di Bogor dimaksudkan untuk diklarifikasi lebih lanjut dalam forum yang lebih luas seperti pada kegiatan hari ini, agar dapat dikomunikasikan kepada setiap instansi-instansi di daerah yang terlibat, sebagaimana yang dipaparkan oleh peserta dari Bawasda Kabupaten Sleman;
b. pemetaan-pemetaan seperti ini sudah sering dilakukan namun tidak ada aksi kongkritnya, sehingga disarankan agar baik RAN-PK maupun RAD-PK ini lebih difokuskan kepada penyelesaian dan penindakan kasus-kasus yang telah ada dan belum terselesaikan sebagai bentuk kongkrit dari aksi pemberantasan korupsi;
16
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
c. upaya pencegahan dan penindakan harus dilaksanakan secara seimbang untuk mencegah munculnya penyimpangan-penyimpangan baru khususnya penindakan terhadap kasus korupsidi bidang pengadaan barang dan jasa yang sedang marak terjadi;
d. untuk menentukan prioritas bidang dan isu rawan korupsi sebaiknya mempertimbangkan seberapa besar dan sejauh mana dampaknya bagi masyarakat.
Beberapa tanggapan dari narasumber terhadap hal-hal tersebut, antara lain sebagai berikut :
a. dokumen RAN-PK sebagaimana sifatnya yang berupa living document tidak berarti final, sehingga dengan demikian masih diperlukan penyempurnaan berdasarkan masukan dari masyarakat agar menjadi lebih operasional dalam implementasinya;
b. RAN-PK memang lebih memfokuskan kegiatannya di bidang pencegahan khususnya pada pelayanan publik yang rawan korupsi;
c. diperlukan peran masyarakat dan media untuk melakukan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan RAD-PK ini nanti di daerah.
Berdasarkan diskusi tersebut maka para peserta merasa bahwa bidang yang saat ini paling rawan korupsi di Provinsi DIY adalah pengadaan barang dan jasa, karena berdasarkan diskusi pada sesi yang sebelumnya hampir semua masalah yang diungkapkan pada akhirnya bermuara kepada pengadaan barang dan jasa, seperti pengadaan buku-buku pelajaran, pengadaan obat-obatan dan pengadaan barang dan jasa itu sendiri. Para peserta melihat bahwa akan lebih baik agar memfokuskan penyusunan RAD-PK di satu sektor yang nantinya akan berdampak positif bagi sektor itu sendiri dan sektor-sektor lain dan yang dapat dilaksanakan dalam jangka waktu 1 tahun. Dengan demikian berdasarkan kesepakatan seluruh peserta pada hari pertama, FGD penyusunan RAD-PK esok hari akan memfokuskan kepada bidang pengadaan barang dan jasa, yang meliputi aspek pencegahan dan penindakan. Kegiatan pada hari pertama berakhir pada pukul 17.00 WIB.
II.3. Kamis, 16 November 2006 (FGD Penyusunan RAD-PK Provinsi DIY)Kegiatan hari ini dimulai pada pukul 09.00 WIB. Agendanya adalah diskusi
lanjutan hari pertama mengenai penyusunan RAD-PK Provinsi DIY, yang akan difokuskan pada bidang pengadaan barang dan jasa yang tetap akan dipandu oleh fasilitator.
Masalah-masalah pengadaan barang dan jasa yang muncul dalam diskusi yaitu peluang-peluang yang disebabkan oleh ketentuan-ketentuan dalam Keppres Pengadaan Barang dan Jasa, pelaksanaan yang tidak sesuai dengan ketentuan, serta mark up harga dalam perencanaan dan RAB.
Dalam kegiatan FGD pada hari ketiga ini, pemetaan permasalahan yang telah dihasilkan dalam Seminar Publik mengalami penajaman dengan fokus permasalahan
17
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
yang menyangkut pengadaan barang dan jasa. Berikut hasil pengidentifikasian masalah-masalah bidang pengadaan barang dan jasa dalam diskusi :
1. Minimnya monitoring
Pengawasan masyarakat yang masih lemah
Tidak adanya tim pengawas yang independen
Sertifikasi perusahaan yang kurang fair (monopoli)
Tidak ada institusi yang mengawasi tarif atau standar harga
Panitia lelang tidak melibatkan pihak independen
Tidak ada evaluasi atas pekerjaan yang dilelang
2. Penyalahgunaan wewenang
Rencana pengadaan yang diarahkan
Rekomendasi lisan pimpinan
Perintah lisan gubernur atau bupati atau walikota atau sekda atau DPRD
Lelang tanpa tender
Rencana pengadaan yang digagalkan
Intervensi penguasa atau pimpinan (diarahkan kepada pihak tertentu)
Legislatif atau eksekutif mempengaruhi lelang
Rangkap jabatan (gubernur merangkap menjadi direktur atau pemegang saham atau komisaris perusahaan tertentu)
Ada lelang di balik lelang
Pendelegasian kewenangan yang tendesius
Kolusi dan nepotisme dalam penetapan penyedia barang dan jasa
Kualifikasi yang mengarahkan kepada rekanan tertentu
3. Penyimpangan kontrak
Pemakaian bahan yang tidak sesuai kontrak
Pengurangan kualitas barang
Proyek-proyek yang dikejar waktu sehingga menjadi tidak berkualitas
Pemalsuan barang
Mark up harga dalam RAB
Rekanan menawar jauh dibawah HPS atau DE
18
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
4. Permufakatan jahat antara pejabat publik dan rekanan
Pungutan atau komisi pada saat pencairan dana
Pungutan atau komisi agar menang tender
Pembicaraan rahasia pimpro dengan rekanan
Pemenang lelang dijual
Pengusaha yang hanya mencari untung atau komisi
Pengalihan pelaksanaan kontrak di bawah tangan
Persekongkolan
5. Manipulasi dan ketidatransparan
Penilaian yang dicari-cari
Multi interpretasi antar panitia lelang
Aturan yang diperumit
Mark up harga dalam perencanaan
Minimnya honor panitia dan pimpro
Pembelian barang yang kurang bermanfaat
Manipulasi pengumuman lelang
6. Kelemahan SDM
Jumlah panitia bersertifikat terbatas atau sedikit
Inkompetensi panitia
Lemahnya reward and punishment di badan publik
7. Banyaknya kasus-kasus korupsi yang tidak terselesaikan
Interpretasi hukum yang “cair”
Berdasarkan kesepakatan peserta maka dari permasalahan-permasalahan tersebut disepakati bahwa isu yang akan diangkat dalam penyusunan RAD-PK Provinsi DIY antara lain :
1. Penyalahgunaan wewenang;
2. Minimnya monitoring; dan
3. Banyaknya kasus-kasus korupsi yang tidak terselesaikan.
Dari isu-isu yang disepakati tersebut, maka dilakukan pembagian kelompok diskusi menjadi 3 kelompok berdasarkan pembahasan per isu dan minat maupun
19
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
pengalaman para peserta. Berikut akan disampaikan penajaman permasalahan per isu dan kelompok :
Kelompok 1 – Isu Penyalahgunaan WewenangBerdasarkan diskusi kelompok, dengan berpedoman kepada format RAD-PK
maka penajaman masalah dilakukan dengan mengikuti alur dalam RAD-PK, yaitu sebagai berikut :
A. Hasil penajaman identifikasi permasalahan dari diskusi sebelumnya :
1. Perintah lisan Gubernur atau Bupati atau Wagub atau Sekda atau DPRD;
2. Intervensi atasan atau pimpinan (dengan maksud mengarahkan);
3. Legislatif dan eksekutif mempengaruhi lelang;
4. Kualifikasi mengarahkan rekanan tertentu;
5. Kolusi dan nepotisme dalam pengadaan barang dan jasa.
B. Tujuan strategis yang ingin dicapai :
Tidak ada intervensi dari pimpinan atau pemegang kekuasaan dalam proses rencana pengadaan dari proses lelang sampai dengan selesainya pelaksanaan proyek, melalui perbaikan sistem yang membatasi kewenangan-kewenangan dari pimpinan dalam hal ini unsur eksekutif dan legislatif (contoh penentuan sistem lelang) melalui kegiatan :
1. Membuat peraturan yang jelas mengenai pendelegasian kewenangan yang lebih luas dari pejabat penguasa dalam proses pengadaan kepada pejabat pelaksana di bawahnya (rekomendasi untuk Keppres Nomor 80 Tahun 2003);
2. Membatasi akses rekanan terhadap pemegang kekuasaan dalam bentuk aturan bahwa surat permohonan untuk mendapatkan pekerjaan dikirimkan kepada pejabat pelaksana.
C. Hasil yang diharapkan :
Membuat peraturan yang jelas mengenai pendelegasian kewenangan yang lebih luas dari pejabat penguasa dalam proses pengadaan kepada pejabat pelaksana di bawahnya (rekomendasi untuk Keppres No.80 Tahun 2003).
D. Output :
Dengan cara mengeluarkan surat rekomendasi tentang peraturan yang jelas mengenai pendelegasian kewenangan yang lebih luas dari pejabat penguasa dalam proses pengadaan kepada pejabat pelaksana di bawahnya.
20
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
E. Outcome :
Perubahan Keppres mengenai pendelegasian kewenangan yang lebih luas dari pejabat penguasa dalam proses pengadaan kepada pejabat pelaksana di bawahnya.
Kelompok 2 – Minimnya MonitoringBerdasarkan diskusi kelompok yang diikuti dengan pengisian RAD-PK, berikut
beberapa hal penting yang juga dihasilkan dalam diskusi yaitu :
1. Monitoring seharusnya dilakukan mulai dari tahap persiapan, pelaksanaan, sampai dengan tahap penyerahan barang dan jasa;
2. Pihak-pihak yang terlibat dalam monitoring tersebut antara lain :
a. Pengawas internal (Bawasda dan Pengawasan Melekat);
b. DPRD; dan
c. Masyarakat umum (LSM, pers, swasta, serta akademisi).
3. Tujuan strategis yang diharapkan tercapai yaitu :
a. Mendapatkan data dan informasi secara langsung sebagai bahan evaluasi; dan
b. Meminimalisir penyimpangan.
Kelompok 3 – Banyaknya Kasus-Kasus Korupsi yang Tidak TerselesaikanA. Tujuan strategis atau kondisi ideal yang diharapkan :
1. Adanya transparansi
2. Adanya progress report secara periodik
3. Adanya peraturan yang tidak kontradiktif
4. Anggaran yang memadai dalam proses penyidikan
5. Adanya reformasi birokrasi di lingkungan penegak hukum
6. Adanya perspektif yang sama antara penyidik dan auditor
7. Konsistensi dan konsekuensi atasan atau pimpinan
B. Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan tujuan-tujuan strategis tersebut :
1. Harus ada forum koordinasi diantara pihak atau instansi yang berkepentingan untuk mewujudkan transparansi.
2. Penyusunan progress report secara periodik
3. Untuk mewujudkan peraturan yang tidak kontradiktif dilakukan :
21
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
a. Peningkatan status dari Keppres menjadi UU supaya tidak mudah dirubah untuk kepentingan tertentu dan tidak menimbulkan masalah yang berkaitan dengan hierarki;
b. Ada sanksi bagi pelanggar.
4. Untuk mewujudkan anggaran yang memadai dalam proses penyidikan dilakukan :
a. Dana penyidikan kasus korupsi langsung dari APBD;
b. Izin memeriksa pejabat yang terlibat kasus korupsi dihilangkan.
5. Untuk mewujudkan adanya reformasi birokrasi di lingkungan penegak hokum dilakukan dengan mengefektifkan lembaga pengawasan independen (Komisi Kepolisian, Kejaksaan, dan Komisi Yudisial).
6. Untuk mewujudkan adanya perspektif yang sama antara penyidik dan auditor diperlukan aturan yang mempertegas kualifikasi korupsi.
7. Menciptakan konsistensi dan konsekuensi atasan/pimpinan.
Setelah presentasi dari masing-masing kelompok dan pembicaraan mengenai tindak lanjut penyusunan RAD-PK Provinsi DIY maka FGD Penyusunan RAD-PK Provinsi DIY berakhir pada pukul 16.00 WIB dan secara resmi ditutup.
22
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
III. HASIL DAN TINDAK LANJUT PENYUSUNAN RAD-PK PROVINSI DIY UNTUK TAHUN IMPLEMENTASI 2007-2009
III.1. Hasil Rencana Aksi Daerah Pemberantasan Korupsi DIY (RAD-PK Provinsi DIY) Isu Pengadaan Barang dan Jasa dengan Fokus Penyalahgunaan Wewenang, Banyaknya Kasus-kasus Korupsi yang Tidak Terselesaikan dan Monitoring untuk Tahun 2007-2009, (Lampiran I)
III.2. Integrasi RAD-PK kedalam Rencana Pembangunan Provinsi DIYPosisi RAD-PK di dalam perencanaan pembangunan Provinsi sebenarnya
sudah jelas. Dalam mekanisme perencanaan pembangunan, maka RAD-PK sebaiknya masuk menjadi salah satu isu yang harus diangkat dan didiskusikan dalam Musrenbang (Musyawarah Perencanaan Pembangunan) mulai dari tingkat pedesaan hingga provinsi. Integrasi berbagai persoalan untuk RAD-PK dalam hasil Musrenbang akan memastikan pengalokasian dana anggaran untuk penyelesaian persoalan di tingkat nasional dan daerah.
Salah satu landasan yang dapat dijadikan dasar hukum dalam penganggaran pelaksanaan RAD-PK terdapat dalam Permendagri nomor 26 tahun 2006 tentang pedoman penyusunan APBD tahun 2007, yaitu: prioritas ke 5: penegakan hukum dan ham, pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi:
“…sasaran prioritas penegakan hukum dan ham, pemberantasan korupsi dan reformasi birokrasi antara lain dapat dicapai pemerintah daerah melalui program dan kegiatan mendukung optimalisasi rencana aksi nasional di bidang pemberantasan korupsi...”
Diharapkan pula penganggaran RAD-PK terintegrasi dalam RKSKPD masing-masing daerah
III.3. Mekanisme Monitoring dan EvaluasiMonitoring dan evaluasi akan dikoordinasikan oleh Bawasda Provinsi DIY
beserta tim Kormonev Daerah yang melibatkan berbagai pihak, terutama masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam memantau dan evaluasi sangat penting untuk memastikan dan mengukur peningkatan kinerja pelayanan publik.
III.4. Komitmen Tindak Lanjut Penyusunan RAD-PK Provinsi DIY1. Para peserta menyetujui bahwa untuk sementara penyusunan
program ditargetkan dapat mencakup satu tahun masa pelaksanaan dan akan mulai dilaksanakan pada tahun 2007 (2007-2009).
23
Laporan Kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK danFGD Penyusunan RAD-PK Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Hotel Santika, Yogyakarta, 15-16 November 2006Bappenas-Kemitraan
2. Para peserta sepakat bahwa rancangan dokumen RAD-PK yang telah berhasil disusun selama kegiatan ini akan lebih dikembangkan lagi sesuai dengan kebutuhan dan akan disesuaikan dengan format matriks kegiatan yang ada dalam dokumen RAN-PK.
3. Setelah penyusunan RAD-PK Provinsi DIY maka tim penyusun sepakat akan mendiseminasikan informasi mengenai RAD-PK kepada instansi daerah terkait sebelum pelaksanaannya di tahun 2007 melalui mekanisme konsultasi dan kampanye publik ke seluruh kabupaten dan kota di Provinsi DIY.
4. Hasil kegiatan Konsultasi dan Kampanye Publik RAN-PK dan penyusunan RAD-PK Provinsi DIY akan diinformasikan kepada Gubernur dan instansi pusat terkait serta kepada Presiden sebagai laporan baik oleh Bappenas maupun unsur Pemda DIY, dalam hal ini oleh Bappeda Provinsi DIY. Bappenas, KPK dan seluruh peserta dari berbagai unsur di daerah berharap bahwa penyusunan RAD-PK Provinsi DIY akan mendapat dukungan penuh dari Gubernur dan Presiden untuk pengesahan dan pelaksanaannya.
24