58
I N D U S T R I

I N D U S T R I - Kementerian PPN/Bappenas :: Home · Web viewJenis industri lain yang termasuk dalam industri angkutan meliputi industri kereta api, pesawat terbang dan perkapalan

Embed Size (px)

Citation preview

I N D U S T R I

BAB VIII

I N D U S T R I

A. PENDAHULUAN

Sebagaimana diarahkan dalaw Garis-garis Besar Haluan Ne-gara (GBHN) Tahun 1988, pembangunan industri merupakan bagian dari pembangunan ekonomi jangka panjang untuk mencapai struk-tur ekonomi yang semakin seimbang dengan sektor industri yang maju dan didukung oleh sektor pertanian yang tangguh. Selan-jutnya digariskan pula bahwa proses industrialisasi harus mampu mendorong berkembangnya industri, sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi, pencipta lapangan kerja baru, sum-ber peningkatan ekspor dan penghematan devisa, penunjang pem-bangunan daerah, penunjang pembangunan sektor-sektor lainnya serta sekaligus sebagai wahana pengembangan dan penguasaan teknologi.

Sejalan dengan arah dan kebijaksanaan tersebut, pem-bangunan sektor industri dilaksanakan secara bertahap melalui serangkaian Repelita. Dalam Repelita I dan II kebijaksanaan pembangunan sektor industri dititikberatkan pada pengembangan industri yang mendukung sektor pertanian dan industri yang menghasilkan barang-barang konsumsi kebutuhan rakyat banyak, serta, industri yang mengolah bahan mentah menjadi bahan baku. Dalam Repelita III kebijaksanaan pembangunan sektor industri selain diarahkan untuk meningkatkan hasil-hasil yang telah dicapai dalam Repelita sebelumnya, juga mulai diarahkan untuk

355

memperkuat struktur industri melalui pengembangan industri-industri hulu yang mengolah bahan setengah jadi dan sekaligus menyiapkan industri-industri penghasil barang modal.

Dalam Repelita IV kebijaksanaan pengembangan industri diarahkan agar dapat menciptakan kerangka landasan pembangun-an industri melalui upaya keterkaitan antar, industri dan antara sektor industri dengan sektor-sektor lainnya. Kebijak-sanaan tersebut mencakup upaya-upaya untuk meningkatkan pe-ngembangan industri kecil; mengembangkan industri permesinan dan elektronika; mengembangkan industri penghasil komoditi ekspor; meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi industri; dan mengembangkan kewiraswastaan dan tenaga profesi.

Sesuai dengan pengarahan GPM, pembangunan sektor indus-tri dalam Repelita V dititikberatkan pada pendorongan per-kembangan industri yang menghasilkan produk untuk diekspor, industri yang banyak menyerap tenaga kerja, industri peng-olahan hasil pertanian, serta industri yang dapat menghasil-kan mesin-mesin. Berdasarkan pengarahan tersebut, langkah-langkah pembangunan sektor industri yang dilaksanakan dan dimantapkan dalam Repelita V meliputi:

1. Pengembangan industri penghasil ekspor sebagai penggerak utama untuk mempercepat pertumbuhan industri; ,

2. Penguatan dan pendalaman strukturr industri nasional dalam rangka pemantapan keterkaitan baik antar industri maupun antara industri dengan sektor ekonomi lainnya; dalam rangka meningkatkan nilai tambah industri;

3. Pengembangan industri kecil, termasuk industri tradi-sional, dalam upaya menciptakan lapangan usaha dan la-pangan kerja yang lebih luas;

4. Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian dalam rangka pemanfaatan,seoptimal mungkin potensi sektor per-tanian dan potensi modal dasar lainnya;

5. Peningkatan kemampuan penelitian dan pengembangan yang diarahkan pada pengembangan kemampuan inovasi dalam pro-ses produksi dan untuk menghasilkan produk-produk baru, peningkatan efisiensi serta produktivitas industri, serta peningkatan penguasaan teknologi rancang bangun dan perekayasaan industri untuk pengembangan pembuatan mesin-mesin dan peralatan pabrik;

6. Pengembangan kewiraswastaan dan profesionalisme tenagaindustri yang mencakup aspek kualitas dan kuantitas.

356

Semua ini dilaksanakan dalam rangka mempertangguh daya tahan ekonomi bangsa.

B. PERKEMBANGAN INDUSTRI

Pembangunan sektor industri yang dilaksanakan sejak Re-pelita I sampai dengan tahun pertama Repelita V telah mem-berikan dampak positif bagi pembangunan ekonomi Nasional dan dalam memperkokoh Ketahanan Nasional. Berikut ini dipaparkan hasil-hasil yang telah dicapai dalam pembangunan sektor industri selama kurun waktu tersebut.

1. Perkembangan Industri Keseluruhan

Pelaksanaan pembangunan industri dalam Repelita V dilan-daskan pada hasil-hasil yang telah dicapai dalam Repelita sebelumnya. Sejak Repelita I sampai dengan tahun terakhir Re-pelita IV perkembangan yang pesat dari sektor industri secara bertahap telah mampu membawa perubahan terhadap struktur eko-nomi serta memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Apabila peranan sektor industri dalam Produk Domes-tik Bruto pada tahun terakhir Repelita I adalah sekitar 9,6%, maka pada tahun terakhir Repelita IV peranannya telah mening-kat menjadi sebesar 18,4%. Berkat dilaksanakannya kebijaksa-naan deregulasi dan debirokratisasi pada tahun-tahun setelah 1980 dan disertai dengan semakin berkembangnya industri orientasi ekspor, selama Repelita IV' pertumbuhan industri pengolahan non migas mencapai rata-rata sebesar 12,2% setiap tahunnya. Perkiraan sementara laju pertumbuhan industri peng-olahan non migas dalam tahun pertama Repelita V adalah sebe-sar 11,6%.

Meningkatnya peranan industri tersebut diiringi oleh semakin berkembangnya:

a. Ekspor berbagai hasil industri;b. Industri-industri pengolahan;c. Industri hulu yang menghasilkan bahan baku/penolong; d. Industri penghasil barang-barang modal;e. Keterkaitan antar industri dan antara sektor indus- tri dan sektor-sektor lain yang semakin luas.

357

Dalam Repelita I dan II pembangunan industri terutama diarahkan pada pengembangan industri-industri hilir dan ber-orientasi pada pasar dalam negeri. Dalam Repelita III pem-bangunan industri mulai diarahkan untuk mengembangkan indus-tri antara dan industri hulu, terutama industri yang mengolah potensi sumber daya alam. Sasaran pengembangan ini adalah untuk memperkuat struktur industri sehingga mampu mengurangi ketergantungan impor bahan baku/penolong dan barang modal. Program pendalaman struktur industri ini terus dimantapkan selama Repelita IV dan tahun pertama Repelita V. Pada awal Repelita V sektor industri telah mencapai tingkat perkembang-an yang sangat berarti. Kemajuan tersebut tidak saja ditun-jukkan oleh kenaikan dalam volume produksi, akan tetapi juga oleh keragaman jenis produk dan mutu yang semakin meningkat. Struktur industri semakin mantap dan industri-industri yangBeorientassi ekspor semakin berkembang.

Sementara itu, ekspor hasil industri berkembang pesat terutama dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 1983 jenis industri yang memasuki pasaran ekspor berjumlah 181 jenis dengan nilai ekspor sebesar US$ 3.209,4 juta. Pada tahun 1989 jumlah tersebut meningkat lagi menjadi 388 jenis industri dengan nilai ekspor berjumlah US$ 9.387,9 juta. Pada tahun 1989 meningkat lagi menjadi 418 jenis industri dengan nilai ekspor sebesar US$ 11.068,0 juta. Kelompok aneka industri merupakan penyumbang terbesar dalam ekspor hasil industri, sedangkan ekspor hasil industri kecil menunjukkan peranan yang semakin meningkat.

Sejalan dengan peningkatan investasi dan produksi, pe-nyerapan tenaga kerjapun meningkat. Jika pada tahun terakhir Repelita I tenaga kerja yang dapat diserap oleh sektor indus-tri baru berjumlah sekitar 2.320 ribu orang maka pada tahun pertama Repelita V jumlah tersebut diperkirakan meningkat menjadi lebih kurang 3 kali jumlah tersebut. Dalam kaitan ini kelompok industri kecil dan kelompok aneka industri telah memberikan peranan yang sangat besar. Sementara itu, pening-katan investasi mulai mendorong pertumbuhan industri di daerah, meskipun sebagian besar industri yang ada masih ber-lokasi di Jawa. Sejalan dengan konsep Wilayah Pusat Pertum-buhan Industri (WPPI) upaya penyebaran industri ke daerah-daerah berorientasi pada pertumbuhan zona-zona industri yang bertumpu pada pembangunan industri dasar yang memanfaatkan potensi sumber daya daerah.

358

Dalam jangka panjang pembangunan sektor industri harus didukung oleh kemampuan penguasaan teknologi yang kokoh. Ber-kenaan dengan itu, penelitian. dan pengembangan teknologi terapan maupun proses alih teknologi terus ditingkatkan. Pe- nguasaan teknologi di bidang rancang bangun dan perekayasaan industri semakin meningkat. Sampai dengan tahun pertama Repe-lita V rancang bangun dan perekayasaan yang dilaksanakan antara lain meliputi pembangunan pabrik-pabrik pengolah hasil pertanian dan hutan; pembuatan mesin dan peralatan pabrik industri kimia dan petrokimia seperti pabrik pupuk, pabrikkertas, pabrik farmasi; dan pembuatan peralatan pembangkit tenaga, peralatan transpor dan alat-alat besar dengan lisensi dari luar negeri.

2. Perkembangan Menurut Kelompok Industri

a. Industri Mesin, Logam Dasar dan Elektronika

Sampai dengan tahun pertama Repelita V, kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika secara umum menunjukkan perkembangan, baik dalam jumlah produksi maupun jenis produksi yang dihasilkan. Produksi yang dihasilkan umumnya berupa barang modal dan produk-produk antara yang menjadi bahan baku bagi industri maupun sektor lainnya. Pada awal Re-pelita I hanya beberapa jenis komoditi saja yang dihasilkan, antara lain mesin penumbuk padi, radio/televisi, kendaraan bermotor, besi beton dan pelat seng. Perkembangan produksi beberapa komoditi yang termasuk dalam kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika sejak tahun 1968 sampai dengan tahun pertama Repelita V dapat dilihat dalam Tabel VIII-1. Beberapa komoditi yang menunjukkan peningkatan pro-duksi sangat tinggi sejak tahun 1968 sampai dengan tahun per-tama Repelita V, antara lain radio/radio cassete, televisi, kendaraan bermotor roda empat, sepeda motor, besi beton, plat seng dan pipa las lurus.

Dalam Repelita I dan II kebijaksanaan pengembangan ke-lompok industri ini masih ditujukan untuk menunjang pembangun-an sektor pertanian dan memenuhi kebutuhan konstruksi bangun-an. Dalam Repelita III kebijaksanaan tersebut diperluas denganprogram pendalaman'struktur industri. Dalam Repelita IV pem-bangunan kelompok industri mesin, logam dasar dan elektronika semakin dikembangkan melalui peningkatan keterkaitan antar industri dan antara industri dengan sektor lainnya. Dalam perkembangannya dalam usaha ini masih ditemui masalah-masalah seperti: lemahnya daya saing terhadap barang impor, tingginya

359

TABEL VIII-1PRODUKSI INDUSTRI MESIN DAN LOGAM DASAR,

1968 – 1989/90

360

Lanjutan Tabel VIII-1

361

Lanjutan Tabel VIII-1

1) Angka sementara2) Angka diperbaiki

362

harga beberapa bahan baku dan masih belum memadainya tingkat penguasaan teknologi yang ada. Untuk mengatasi masalah ter-sebut, sejak saat itu dilakukan upaya: (1) mengusahakan peng-adaan bahan baku logam, khususnya untuk pengembangan industri permesinan; (2) meningkatkan kemampuan perangkat lunak dan program standardisasi produk industri; (3) kepada industri-industri yang telah berdiri terus didorong dan diberi peluang seluas-luasnya untuk melaksanakan program rehabilitasi, res-trukturisasi, diversifikasi dan perluasan.

Sementara itu, ekspor hasil kelompok industri mesin logam dasar dan elektronika dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan peningkatan, meskipun sebagian besar hasil pro-duksinya masih berorientasi pada pasar dalam negeri. Nilai ekspor pada tahun terakhir Repelita III, Repelita IV dan tahun pertama Repelita V masin -masing adalah sebesar US$ 264,9 juta, US$ 686,9 juta dan US$ 912,0 juta.

Peningkatan ekspor hasil industri mesin, logam dasar dan elektronika berasal dari berbagai komoditi, antara lain: pro-duk besi baja yang meliputi plat baja, baja beton, batang kawat, pipa baja, boiler dan bangunan lepas pantai; kendaraan bermotor serta suku cadang dan komponennya; produk aluminium, seperti aluminium ingot, plat lembaran aluminium dan alumi-nium foil; produk timah, tembaga dan kuningan; produk alat listrik dan elektronika, seperti komputer, generator dan radio broadcast, SSB; kapal pesiar dari fiber glass dan kapal-kapal dari karet lainnya.

Dalam pada itu, sejalan dengan peningkatan investasi dan produksi, tenaga kerja tambahan yang dapat diserap oleh ke-lompok industri mesin, logam dasar dan elektronika juga me-ningkat. Tenaga kerja tambahan yang diserap pada tahun 1984 berjumlah 18,5 ribu orang, pada tahun 1988 berjumlah 25,9ribu orang, dan pada tahun 1989 berjumlah 89,2 ribu orang. Secara keseluruhan jumlah tenaga kerja tambahan yang dapat diserap oleh kelompok industri ini selama enam tahun terakhir adalah sebanyak 182,9 ribu orang.

Jenis-jenis industri mesin perkakas mulai berkembang pada periode Repelita III. Perkembangan volume produksi cabang industri ini sampai dengan tahun pertama Repe- lita V pada umumnya masih belum stabil. Masalah pokok yang dihadapi adalah lemahnya daya saing terhadap barang impor serta belum berkembangnya perekayasaan, terutama perekayasaan untuk mesin perkakas pemotongan logam.

363

Volume produksi cabang industri esin dan peralatan per-tanian sejak pengembangannya dalam epelita II secara umum menunjukkan kecenderungan meningkat ari tahun ke tahun. Pe-ningkatan produksi antara lain tprjadi dalam produk: traktor tangan, mesin penumbuk padi, traktor mini, mesin perontok padi dan polisher. Sementara itu, penguasaan rekayasa dan kemampuan pemabrikan jenis-jenis industri dalam cabang indus-tri mesin dan peralatan pertanian terus dikembangkan.

Jenis-jenis industri dalam cabang industri alat berat dan konstruksi mulai berkembang dalam periode Repelita III. Kemampuan pemabrikan dan penguasaan rekayasa industri non swagerak, seperti mesin pengaduk beton, mesin pemecah batu, mesin pencampur aspal dan alat derek atau keran pengangkat, berkembang lebih cepat dibanding industri swagerak. Pembuatan mesin konstruksi umumnya dilakukan dengan proses pengerjaan pelat. Proses ini semakin memantapkan posisi daya saingnya, sehingga kebutuhan dalam negeri makin dapat dipenuhi dari produksi sendiri. Selama tahun 1989/90 volume produksi bebe-rapa jenis industri dalam cabang industri alat berat dan konstruksi, seperti asphalt mixing plant, motor grader, exca-vator dan mesin pengaduk beton, mengalami peningkatan masing-masing sebesar 50%, 80,9%, 26,4% dan 32,3% dibandingkan dengan volume produksi tahun 1988/89. Perkembangan produksi jenis industri tersebut pada umumnya sangat dipengaruhi oleh kegiatan pembangunan jalan dari waktu ke waktu serta perkem-bangan teknologi yang digunakan. Sementara itu, volume pro-duksi jenis industri keran pengangkat atau alat derek pada tahun tersebut sama dengan volume produksi tahun 1988/89.

Cabang industri mesin dan peralatan listrik antara lain terdiri atas jenis-jenis industri mesin pembangkit tenaga listrik, transmisi dan distribusi tenaga listrik. Industri-ihdustri ini cukup berkembang dan beberapa diantaranya dalam tahap menuju pemabrikan penuh, antara lain industri transfor-mator, Kwh meter dan panel listrik tegangan rendah. Selain itu pabrik komponennya juga mulai berkembang meskipun masih dalam tahap awal.

Pada tahun pertama Repelita V perkembangan volume pro-duksi cabang industri mesin dan peralatan listrik dipengaruhi oleh perkembangan sektor lain dan kemampuan teknologinya. Vo-lume produksi pada tahun 1989/90 dalam sebagian besar jenis industri ini mengalami penurunan, kecuali industri generator listrik yang mengalami peningkatan sebesar 17% dibanding tahun sebelumnya. Jenis-jenis industri panel listrik tegangan

364

rendah dan tinggi dan welding generator mengalami penurunan. Demikian pula jenis-jenis industri tranformator tenaga, KWH meter, pemutus arus (MCB), transformator distribusi dan motor listrik. Namun apabila dibandingkan dengan volume produksi pada akhir Repelita III, industri-industri ini mengalami pe-ningkatan masing-masing sebesar 100%, 162,6%, 242,5%, 146% dan 325%. Salah satu masalah dalam pengembangan cabang indus-tri ini adalah kemampuan rancang bangun dan perekayasaan yang masih perlu ditingkatkan. Di samping itu standardisasi dalam cabang industri ini masih harus dikembangkan dan sebagian ke-butuhan bahan baku dan komponennya masih harus dipenuhi dari impor.

Volume produksi jenis-jenis industri dalam cabang indus-tri elektronika sampai dengan Repelita V pada umumnya menun-jukkan kecenderungan meningkat. Sebagian besar hasil produksi cabang industri ini adalah untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Di bidang industri elektronika profesional, daya saing industri dalam negeri terhambat oleh adanya keterbatas-an kemampuan perangkat lunak, belum herkembangnya standardi-sasi dan keterkaitan antar industri, serta tingginya keter-gantungannya pada bahan baku impor. Namun untuk produk sistem telekomunikasi canggih, dengan rancang bangun dan perekayasa-an yang dikuasai, seperti stasiun bumi kecil, jenis industri ini telah mampu mengekspor. Perkembangan paling penting dalam cabang industri elektronika pada tahun 1989/90 adalah dalam industri alat komunikasi Very High Frequency/Ultra High Fre-quency (VHF/UHF) dan radio mobil. Jumlah produksi masing-masing jenis industri meningkat sebesar 172,8% dan 525,3% dibandingkan dengan produksi pada tahun 1988/89. Selain itu jenis-jenis industri sentral telepon dan Private Automatic Branch Exchange (PABX), High frequeney-Single Side Band (HF-SSB), radio transmitter, stasiun bumi kecil, integrated circuit dan komputer mikro, masing-masing mengalami pening-katan sebesar 16,9%, 82,6%, 8,3%, 53,8%, 43,7% dan 45,4%. Se-dangkan jenis-jenis industri Pulse Code Modulation (PCM)/ multiplex, TV relay station dan pesawat telepon, dalam kurun waktu tersebut mengalami penurunan. Sementara itu, jenis-jenis -industri elektronika konsumsi, yang meliputi produk-produk radio/radio cassete, televisi, radio/radio casette recorder mobil, tuner, loudspeaker dan resistor, pada tahun 1989/90 mengalami peningkatan produksi masing-masing sebesar 37,6%, 52,6%, 20,7%, S1,8%, 25% dan 52,9%. Umumnya jenis-jenis industri dalam cabang industri elektronika mulai ber-kembang dalam Repelita III. Radio/radio casette dan televisi yang telah dapat dihasilkan pada tahun 1968, produksinya pada

365

tahun 1989/90 masing-masing menjadi sebesar 2,6 kali dan 11,4 kali dibandingkan dengan produksi pada tahun 1973/74.

Produksi industri perakitan kendaraan bermotor dan kom-ponennya berfluktuasi dari tahun ke tahun. Dalam Repelita IV telah dihasilkan produk-produk baru komponen kendaraan ber-motor seperti mesin diesel, mesin bensin, kabin, as (axle), propeller shaft, rear body, sistem pengereman (brake system), peleg roda (wheel rim), pegas daun (leaf spring), sistem kopling (clutch system), sistem transmisi dan sistem kemudi (steering system). Produksi jenis kendaraan bermotor roda empat dan sepeda motor pada tahun 1989/90 mengalami pening-katan masing-masing sebesar 6,2% dan 8,1% bila dibandingkan dengan produksinya pada tahun 1988/89 dan telah mencapai lebih dari 73 kali dan 45 kali produksi masing-masing pada tahun 1968. Produksi industri komponen kendaraan bermotor pada umumnya menunjukkan kecenderungan meningkat selama Repe-lita III, IV dan tahun pertama Repelita V. Produk-produk kom-ponen tersebut antara lain meliputi peredam kejut (shock absorber), radiator, exhaust system, filter element, piston, piston ring dan busi. Demikian pula produk-produk yang baru dihasilkan dalam Repelita IV mengalami peningkatan produksi pada tahun 1989/90 bila dibandingkan dengan produksi tahun 1989/90, misalnya mesin bensin meningkat sebesar 471,4%, kabin (cabin) sebesar 11,5%, pegas daun (leaf spring) sebesar 1,9%, tempat duduk dan rangkanya (seat and seat frame) sebe-sar 10,0%, sistem kopling (clutch system) sebesar 8,3% dan sistem transmisi sebesar 16,1%.

Jenis industri lain yang termasuk dalam industri angkutan meliputi industri kereta api, pesawat terbang dan perkapalan. Dalam industri kereta api, produksi gerbong barang pada tahun 1989/90 adalah 70 unit, atau mengalami penurunan . sebesar 6,7% dibandingkan dengan produksi tahun 1988/89. Sedangkan tingkat produksi gerbong penumpang pada tahun 1989/90 tidak mengalami perubahan.

Industri pesawat terbang mengalami kemajuan, terutama dalam produksi jenis pesawat terbang tipe C-212, tipe CN-235 dan dalam produksi jenis pesawat helikopter yang meliputi tipe NBO-105, Super Puma NAS-332 dan NBELL-412. Sampai dengan tahun pertama Repelita V jumlah pesawat terbang (fixed wing aircraft) yang telah diserahkan kepada pembeli berjumlah 89 buah dan pesawat helikopter (rotary wing) berjumlah 123 buah. Produksi Oesawat terbang pada tahun 1989/90 berjumlah 7 buah

366

atau mengalami kenaikan sebesar 40% dibandingkan dengan pro-duksi tahun 1988/89, sedangkan produksi pesawat helikopter mengalami penurunan.

Perkembangan industri pembangunan kapal sampai dengan tahun pertama Repelita V cukup menggembirakan. Produksi kapal baja pada tahun 1989/90 berjumlah 21.762 BRT atau naik sebe-sar 25,4% dibandingkan dengan produksi pada tahun 1988/89 dan meningkat sebesar 46,2% dibandingkan dengan produksi pada tahun 1973/74. Sementara itu kegiatan reparasi kapal dan bangunan lepas pantai dalam tahun 1989/90 sedikit menyusut dan mencapai 3.965,3 ribu BRT dan 4.220 ton, atau mengalami penurunan sebesar 7,3% dan 42,8% dibandingkan dengan tahun 1988/89.

Volume produksi beberapa jenis industri dalam cabang industri mesin dan peralatan pabrik pada tahun 1989/90 menun-jukkan peningkatan bila dibandingkan dengan produksi yang dicapai pada tahun 1988/89. Industri mesin dan peralatan ke-lapa sawit, pabrik kopi dan boiler kecil menunjukkan pening-katan masing-masing sebesar 20,4%, 15,2t dan 102,9%. Produksi konstruksi baja, mesin diesel non automotif dan tangki baja masing-masing meningkat sebesar 24,6%, 43,4% dan 50% diban-dingkan dengan produksi tahun 1988/89, sedangkan produksi industri mesin dan peralatan pabrik teh pada tahun 1989/90relatif sama dibandingkan dengan produksi tahun 1988/89. Je-nis-jenis industri mesin dan perkakas pabrik yang mengalami penurunan adalah mesin dan peralatan pabrik gula, mesin dan peralatan pabrik karet, boiler besar dan blower. Pada umumnya jenis-jenis industri dalam cabang industri ini mulai berkem-bang dalam Repelita III. Sementara itu produksi mesin diesel non otomotif pada tahun pertama Repelita V meningkat menjadi lebih dari 23 kali produksi pada tahun terakhir Repelita I.

Dalam Repelita IV cabang industri logam dan produk dasar telah dapat menghasilkan beberapa produk baru seperti ferro silikon, tin plate, aluminium foil dan baja lembaran canaidingin (CRS). Perkembangan produksi jenis-jenis industri ini pada tahun 1989/90 menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan produksi tahun 1988/89, kecuali tin plate. Produk-produk logam lainnya yang telah dihasilkan sejak Repelita I, II, dan III sampai dengan tahun pertama Repelita V pada umumnya menunjuk-kan kecenderungan meningkat. Produk-produk itu antara lain adalah besi spon, ingot/billet baja, besi beton/profile, batang kawat, kawat baja dan slab baja yang produksinya pada tahun 1989/90 mengalami peningkatan masing-masing sebesar

3 6 7

46,4%, 27,6%, 30,9%, 20%, 0,1% dan 27,7% dibandingkan dengan volume produksi tahun 1988/89. Produk-produk baja lembaran canai panas (HRC), pipa las spiral, ferro silikon dan baja lembaran canai dingin (CRS) mengalami peningkatan masing-masing sebesar 31,2%, 137,8%, 25,6% dan 5,6%. Produksi besi beton, kawat baja, plat seng dan pipa las lurus pada tahun pertama Repelita V masing-masing meningkat MEnjadi lebih dari 9 kali, 3 kali, 2 kali dan 2 kali produksi masing-masing ko-moditi pada tahun terakhir Repelita I. Dalam industri logam bukan baja, produksi industri aluminium extrusion dan alumi-nium foil pada tahun 1989/90 mengalami peningkatan masing-masing sebesar 14,9% dan 29,6% dibandingkan dengan produksi tahun 1988/89.

b. Industri Kimia Dasar

Pembangunan kelompok industri kimia dasar dititikberat-kan pada pengembangan industri hulu yang memanfaatkan sumber daya alam, terutama dari hasil pertambangan, perkebunan dan kehutanan. Sasaran pengembangan sejak Repelita IV adalah pen-dalaman struktur industri kimia dasar dalam rangka memperkuat struktur industri secara keseluruhan dan adanya keterkaitan antara sektor industri dengan sektor ekonomi lainnya. Kebi-jaksanan pengembangan kelompok industri ini juga diarahkan untuk menunjang pembangunan sektor pertanian.

Pada tahun 1968 kelompok industri kimia dasar masih ter-batas pada beberapa jenis industri. Produk yang telah dihasil- kan antara lain adalah pupuk urea, kertas, ban, semen port- land, soda, zat asam, asam arang dan garam. Selama kurun waktu Repelita I sampai dengan Repelita IV kelompok industri ini terus berkembang. Pada akhir Repelita III terdapat 160 perusahaan yang seluruhnya menghasilkan 39 jenis komoditi. Sampai dengan akhir Repelita IV jumlah perusahaan industri dalam kelompok industri ini mencapai 341 perusahaan, seluruh- nya menghasilkan 71 jenis komoditi. Beberapa jenis komoditi baru yang mulai dihasilkan dalam Repelita IV antara lain meliputi pulp serat panjang, pulp rayon, kertas koran, kertas kantong semen, nylon tire cord methanol, bahan aktif pesti- sida, pure terephthalic acid (~PTA), dioctyl phtalate (DOP), phtalic anhydride (PA), maleic anhydride, sorbitol, asam for- mat, kalsium karbida, polystyrene dan aluminium fluorida.

Hasil produksi cabang industri agrokimia, yaitu industri pupuk dan pestisida, sangat penting dalam menunjang program sektor pertanian. Oleh karena itu pengembangannya selalu di-

368

sesuaikan dengan program peningkatan produksi di sektor per-tanian. Sejak permulaan Repelita I sampai tahun pertama Repe-lita V produksi cabang industri ini mengalami pertumbuhan yang cepat, sejalan dengan meningkatnya pembangunan sektor pertanian.

Peningkatan produksi pupuk dicapai dengan dilaksanakan-nya pembangunan pabrik-pabrik pupuk baru yang menghasilkan urea, ZA dan TSP. Hasil peningkatan kapasitas produksi pupuk urea telah cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri bahkan kelebihan produksinya dapat menembus pasaran ekspor. Produksi pupuk urea pada tahun 1989/90 meningkat hampir 47 kali diban-ding tahun 1968.

Pupuk ZA telah mulai diproduksi dalam Repelita I. Dalam Repelita III dilaksanakan peningkatan kapasitas pabriknya untuk memenuhi kebutuhan pupuk ZA di dalam negeri. Produksi pupuk ZA pada tahun 1989/90 meningkat sekitar 10,9% dibanding tahun 1988/89 dan mengalami peningkatan sekitar 4 kali di-banding produksi tahun 1973/74. Di samping itu, pupuk TSP yang mulai dihasilkap dalam Repelita III, produksinya terus meningkat. Pada tahun 1989/90 produksi pupuk TSP meningkat 2,9% dari produksi tahun 1988/89 dan meningkat 53,3% diban-dingkan produksi tahun `1983/84. Produksi formulasi pestisida sejak permulaan Repelita IV menurun terus. Hal ini disebabkan adanya larangan penggunaan sebanyak 57 jenis pestisida ter-hadap tanaman padi sejak tahun 1986. Sementara itu sejak awal masa Repelita IV telah dihasilkan bahan aktif pestisida di dalam negeri.

Komoditi penting yang termasuk dalam cabang industri selulosa dan karet antara lain adalah kertas, pulp, ban ken-daraan bermotor dan ban sepeda. Pulp serat pendek dan serat panjang, sebagai bahan baku kertas, telah dapat diproduksi dalam masa Repelita IV. Dalam tahun 1989/90 produksi pulp meningkat dengan 103,8% bila dibandingkan tahun 1988/89. Industri pulp, selain diarahkan untuk menunjang peningkatan industri kertas dalam negeri juga dikembangkan sebagai indus-tri yang berorientasi ekspor. Sementara itu, produksi indus-tri kertas mengalami perkembangan pesat. Sejak tahun 1968 sampai dengan tahun pertama Repelita V telah dapat diproduksi berbagai jenis produk kertas budaya dan kertas industri. Pada tahun 1989/90 produksi kertas mengalami kenaikan sekitar 19,4% jika dibandingkan dengan tahun 1988/89 atau lebih dari 113 kali produksi tahun 1968.

369

Jenis industri barang karet berhasil melaksanakan diver-sifikasi produk berupa bermacam jenis ban kendaraan dan barang teknik. Peningkatan produksi ban kendaraan bermotor dan sepeda disebabkan kenaikan permintaan pasar di dalam negeri dan ekspor. Berkembangnya industri ban ini juga mampu mendorong tumbuhnya industri baru dan berkembangnya industri yang telah ada, seperti industri nylon tyre cord, carbon black, karet sintetis dan seng oksida.

Cabang industri organik dalam Repelita III semakin ber-kembang sejalan dengan pelaksanaan program pendalaman struk-tur industri. Beberapa jenis industri yang mengolah sumber alam nabati telah berkembang baik dan mempunyai daya saing yang mantap. Jenis-jenis industri tersebut antara lain adalah industri asam glutamat (GA), vetsin (MSG), asam sitrat, oleo chemicals, surfactant, sodium lauryl. sulfat/sodium lauryl ethyl sulfat (SLS/SLES) dan etil asetat. Produksi industri vetsin pada tahun 1989/90 meningkat dengan 22,7% dibanding tahun 1988/90. Demikian pula produksi asam glutamat, yang merupakan bahan baku industri vetsin, pada tahun 1989/90 mengalami kenaikan sebesar 22,1% dibanding tahun 1988/89. Se-mentara itu, industri petrokimia berkembang ke arah hulu dan mampu menunjang pengembangan industri hilir dan industri antara, meskipun umumnya belum terkait ke pengolahan sumber alam migas. Jenis-jenis industri hulu tersebut meliputi industri methanol, dioctyl phtalate (DOP), phtalic anhydride (PA), pure terephthalic acid (PTA), P-amino, polystyrene dan asam format.

Dalam cabang industri kimia anorganik terdapat beberapa peningkatan, baik dalam volume produksi maupun dalam jenis produk yang dihasilkan. Beberapa jenis industri baru, sepertii industri asam fosfat dan asam sulfat dalam skala besar, industri aluminium fluorida, gypsum dan kalsium karbida, mulai berkembang dalam Repelita IV. Sementara itu sedang dilaksana- kan pembangunan proyek asam nitrat, ammonium nitrat dan sodium tripoly phosphate (STPP).

Produk-produk yang termasuk dalam industri silikat, se-perti semen portland, kaca lembaran dan sodium silikat, ber-kembang pesat, bahkan telah memasuki pasaran ekspor. Sejalan dengan peningkatan kegiatan pembangunan di bidang konstruksi, maka kebutuhan akan semen terus meningkat dari' tahun ke tahun. Perkembangan industri semen sampai dengan tahun per-tama Repelita V telah mencapai tingkat yang cukup tinggi sehingga mampu menghilangkan ketergantungan pada luar negeri,

370

bahkan kelebihan produksinya dapat diekspor. Produksi semen portland pada tahun 1989/90 menunjukkan kenaikan sebesar 18,3% bila dibandingkan dengan tahun 1989/90 dan meningkat - nya kegiatan industri otomotif dan kontruksi, produksi kaca lembaran mengalami peningkatan. Produksi kaca lembaran pada tahun 1989/90 telah meningkat 2,3% bila dibanding dengan produksi tahun 1988/89 sehingga mencapai kenaikan 13 kali lipat dibanding tahun 1973/74.

Perkembangan volume produksi beberapa industri dalam ke-lompok industri kimia dasar dalam kurun waktu 1968 sampai dengan 1989/90 dapat diamati pada Tabel VIII-2 dan Grafik VIII-1 serta Grafik VIII-2.

Meskipun pemasaran produk kelompok industri kimia dasar terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri, ekspor hasil kelompok industri ini selalu meningkat dari tahun ke tahun. Nilai ekspor, yang pada tahun 1983/84 baru mencapai US$ 75,6 juta, pada tahun 1988/89 mencapai US$ 585,3 juta dan pada tahun 1989/90 meningkat menjadi US$ 788,65 juta. Peningkatan ekspor tersebut terutama diperoleh dari ekspor hasil industri pulp dan kertas, ban, komoditi molases (vetsin dan asam glutamat), pupuk urea, semen dan kaca lembaran.

Meskipun dalam memasuki tahun pertama Repelita V kelom-pok industri kimia dasar telah menunjukkan perkembangan yang pesat masih ada beberapa masalah yang dihadapi. Masalah ter-sebut antara lain ialah lemahnya daya saing beberapa produk di pasaran internasional dan sulitnya memperoleh lisensi untuk produksi komoditi yang memerlukan teknologi canggih. Oleh karena itu maka dilaksanakan terus usaha peningkatan mutu produk dan peningkatan daya saing terhadap produk seje-nis di pasaran internasional.

c. Aneka Industri

Kelompok aneka industri memiliki peranan penting dalam memacu pertumbuhan sektor industri secara keseluruhan. Kelom-pok industri ini umumnya merupakan industri hilir dan sebagian besar produknya berupa barang konsumsi. Dalam kedudukan itu kelompok aneka industri juga berperan besar dalam: memperko-koh keterkaitan antara industri besar, menengah dan kecil;

371

TABEL VIII – 2PRODUKSI INDUSTRI KIMIA DASAR

1968 – 1989/90

1) Angka sementara2) Angka diperbaiki

372

GRAFIK VIII – 1PERKEMBANGAN PRODUKSI PUPUK

1968 – 1989/90

GRAFIK VIII – 2PERKEMBANGAN PRODUKSI SEMEN PORTLAND,

1968 – 1989/90

373

memperdalam struktur industri melalui keterkaitan antar industri dan antara industri dengan sektor ekonomi lainnya; memperluas lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja; mening-katkan pemanfaatan sumber daya alam/bahan baku dalam negeri; mendorong pembangunan daerah; dan menjadi penyumbang dalam ekspor hasil industri.

Selama Repelita I dan II pembangunan kelompok industri ini diarahkan pada pengembangan industri-industri yang meng-hasilkan barang-barang konsumsi kebutuhan rakyat banyak, khu-susnya pangan, sandang dan papan. Dalam pelaksanaannya, pe-ngembangan industri lebih berorientasi pada pasar dalam nege-ri, disertai dengan kebijaksanaan proteksi yang cukup tinggi sehingga memacu pertumbuhan industri-industri substitusi impor dengan cepat. Jenis-jenis industri dalam kelompok aneka industri, baik industri yang lama maupun yang baru, mengalami perkembangan relatif lebih cepat dibandingkan dengan perkem-bangan kelompok industri lainnya. Dalam kurun waktu tersebut perkembangan kelompok aneka industri berhasil mengurangi ke-tergantungan bangsa pada impor barang jadi atau barang kon-sumsi. Tetapi bersamaan dengan itu, impor bahan baku, barang setengah jadi dan barang modal juga menunjukkan kenaikan.

Kelompok aneka industri tumbuh dan berkembang lebih ce-pat dan efisien dalam Repelita III dan IV, sejalan dengan pe-laksanaan kebijaksanaan pendalaman struktur industri serta bersamaan dengan pelaksanaan kebijaksanaan deregulasi dan de-birokratisasi. Perkembangan dalam kelompok industri dasar yang memanfaatkan potensi sumber daya alam dan manusia meru-pakan pendukung perkembangan kelompok aneka industri. Ber-samaan dengan itu, secara bertahap pertumbuhan kelompok aneka industri mendorong perkembangan industri dan sektor ekonomi lainnya dalam hubungan keterkaitan yang lebih kokoh, serasi dan saling menunjang. Kemajuan yang dicapai sekaligus mendo-rong tumbuhnya industri-industri baru, peningkatan daya saing, peningkatan volume ekspor hasil industri dan penyerapan tenaga kerja.

Sampai dengan tahun pertama Repelita V telah tumbuh dan berkembang industri-industri yang mengolah hasil hutan seper-ti berbagai jenis industri pengolahan kayu dan rotan; indus-tri yang mengolah hasil laut dan yang berkaitan dengan itu, seperti cold storage, pengolahan ikan dan pengalengan; indus-tri yang mengolah hasil tanaman hortikultura, seperti peng-olahan buah-buahan dan pengolahan sayur-sayuran; dan industri yang mengolah hasil perkebunan, seperti produk-produk kelapa

374

sawit berupa minyak goreng, olein, stearin, fatty acid dan kosmetika, produk-produk karet, termasuk sepatu dan sarung tangan, serta produk-produk lainnya. Selain itu industri yang sebelumnya merupakan industri substitusi impor, seperti indus-tri tekstil dan industri pakaian jadi, berkembang menjadi industri yang berorientasi ekspor.

Demikian pula telah berkembang industri yang menghasil-kan kebutuhan rakyat banyak, seperti tekstil lembaran, sabun cuci, sabun mandi, detergen dan korek api; industri yang menunjang sektor transportasi; industri yang mempunyai keter-kaitan luas dengan industri kecil; industri y a n g m e n u n j a n gprogram listrik masuk desa dan industri yang menunjang sektor pendidikan.

Secara umum perkembangan produksi kelompok aneka indus-tri sejak awal Repelita I sampai dengan tahun pertama Repe-lita V menunjukkan peningkatan. Namun demikian terdapat pro-duksi beberapa komoditi yang menunjukkan kecenderungan menu-run, seperti mesin jahit dan rokok putih. Produksi minyak goreng kelapa sawit, tekstil, benang tenun, tapal gigi dan korek api menunjukkan peningkatan cukup tinggi sejak tahun 1968 sampai dengan tahun pertama Repelita V sehingga mampu memasuki pasaran ekspor, kecuali minyak goreng kelapa sawit. Produksi komoditi-komoditi tersebut pada tahun 1989/90 masing-masing telah mencapai sebesar lebih dari 37 kali, 14 kali, 26 kali, 45 kali dan 11 kali produksi masing-masing komoditi pada tahun 1968. Selain itu, dalam Repelita III beberapa komoditi mulai mengalami peningkatan produksi yang tinggi, misalnya: kayu lapis, kayu gergajian, accu, lampu pijar, rokok kretek, sabun mandi dan lain-lainnya.

Sejalan dengan peningkatan produksi, nilai ekspor kelom-pok aneka industri juga telah mengalami peningkatan yang pesat, terutama sejak tahun 1983. Pada tahun tersebut nilai ekspornya adalah US$ 1.964,7 juta (sekitar 61,2% dari total ekspor hasil industri), pada tahun 1988 menjadi US$ 6.066,2 juta (64,6%), dan pada tahun 1989 mencapai US$ 7.315,0 juta (66,1%). Nilai ekspor pada tahun 1989 mengalami kenaikan se-besar 272,3% jika dibandingkan dengan ekspor tahun 1983 dan meningkat sebesar 20,6% dibandingkan tahun 1988.

Peningkatan ekspor tersebut terutama berasal dari ekspor hasil industri barang karet, seperti crumb rubber, sepatu karet dan sarung tangan karet; hasil industri kayu olahan, seperti kayu gergajian, kayu lapis, papan partikel (particle

375

board) dan produk kayu olahan; hasil industri rotan seperti furniture dan lampit; hasil industri tekstil, terutama pakai-an jadi; hasil industri pengolahan minyak sawit mentah (CPO), seperti stearin, margarine, glyserol, fatty acid dan sabun; hasil industri kulit olahan, seperti kulit samak, sepatu dan barang-barang jadi dari kulit lainnya; hasil industri peng-olahan kelapa, seperti minyak goreng dan'desiccated coconout; bermacam-macam hasil industri pangan; hasil industri kimia, seperti minyak atsiri; hasil industri barang-barang plastik, pita rekaman dan film; hasil industri keramik dan gelas; dan hasil industri elektronika dan alat listrik rumah tangga, se-perti baterai kering, accu, suku cadang TV, lampu pijar, lampu TL dan kamera; dan kosmetika. Perkembangan produksi kelompok aneka industri sejak tahun 1968 sampai dengan tahun pertama Repelita V dapat dilihat pada Tabel VIII-3.

Dalam hubungannya dengan penyerapan tenaga kerja, tenaga kerja tambahan yang dapat diserap oleh kelompok aneka indus-tri pada tahun 1989 berjumlah 590,7 ribu orang (angka sementara), atau meningkat sebesar 16,2% bila dibandingkan dengan penyerapan tenaga kerja tambahan pada tahun 1988.

Perkembangan produksi cabang industri pangan pada tahun 1989/90 umumnya menunjukkan kenaikan dibandingkan dengan pro-duksi pada tahun 1988/89. Peningkatan terjadi antara lain terjadi dalam produksi minyak goreng kelapa, sebesar 1,7%, minyak goreng kelapa sawit, sebesar 16,2%, margarine, sebesar 10,9%, rokok kretek, sebesar 4,1%, susu kental manis, sebesar 3,8%, susu bubuk, sebesar 96,5%, buah-buahan dan sayur-sayur-an dalam kaleng, sebesar 1,5%, ikan dalam kaleng, sebesar 13,5% dan makanan ternak, sebesar 9,7%. Sedangkan komoditi yang produksinya mengalami penurunan adalah rokok putih dan susu cair yang masing-masing turun sebesar 1,1% dan 32,6%. Khusus terhadap komoditi sakarin dan siklamat dilakukan kebi-jaksanaan pembatasan produksi agar dapat menghindari gangguan terhadap kesehatan masyarakat yang dapat terjadi karena peng-gunaan yang kurang tepat.

Dalam cabang industri tekstil, produksi tekstil dan benang tenun mengalami peningkatan yang sangat pesat dalam periode Repelita I sampai dengan tahun pertama Repelita V.Industri pakaian jadi dan industri serat staple yang mulai berkembang masing-masing dalam Repelita III juga telah menun-jukkan perkembangan yang pesat sampai dengan tahtan pertama Repelita V dalam rangka memenuhi permintaan di dalam negeri yang semakin tinggi dan meningkatkan ekspornya. Produksi komo-

376

TABEL VIII – 3

PRODUKSI ANEKA INDUSTRI1968 – 1989/90

377

(Lanjutan Tabel VIII – 3)

1) Angka sementara2) Angka diperbaiki3) Termasuk “Shortening”4) Termasuk rajut5) Termasuk produksi industri kecil

378

diti-komoditi tersebut pada tahun pertama Repelita V masing-masing meningkat sebesar 119,3% dan 88,S% bila dibandingkan produksi masing-masing pada tahun terakhir Repelita III. Apa-bila dibandingkan dengan volume produksi tahun 1988/89, maka produksi tekstil lembaran pada tahun 1989/90 mengalami pe-ningkatan sebesar 28,3%, benang tenun sebesar 26,7%, pakaian jadi sebesar 25,1%, serat staple sebesar 6,5% dan zat warna tekstil sebesar 91,4%.

Demikian juga dalam cabang industri kimia, seluruh pro-duksi jenis-jenis industri dalam cabang ini pada tahun per-tama Repelita V mengalami peningkatan dibandingkan produksi pada tahun terakhir Repelita IV, kecuali karung plastik dan pita kaset kosong. Komoditi-komoditi yang mengalami pening-katan produksi pada tahun pertama Repelita V adalah sabun mandi, yang meningkat sebesar 7,0%, sabun cuci, sebesar 7,5%, detergen, sebesar 8,4%, tapal gigi, sebesar 14,4%, korek api, sebesar 6,3%, crumb rubber, sebesar 2,2%, kotak karton, sebe-sar 7,1%, pipa PVC (dan fitting), sebesar 4,5%, cat dan dem-pul, sebesar 6,4%, sepatu karet/kanvas, sebesar 251,3%, tinta cetak, sebesar 14,9%, pita video kosong, sebesar 5,0%, kulit imitasi, sebesar 1,4%, jaring ikan, sebesar 11,6% dan kertas diazo, sebesar 15,0%. Sedangkan komoditi karung plastik dan pita kaset kosong masing-masing mengalami penurunan sebesar 8,2% dan 47,5%.

Perkembangan produksi cabang industri alat listrik dan logam selama periode Repelita I sampai dengan tahun pertama Repelita V umumnya menunjukkan peningkatan, kecuali industri mesin jahit. Apabila dibandingkan dengan produksi tahun 1988/89, produksi jenis-jenis industri dalam cabang industri ini pada tahun pertama Repelita V mengalami peningkatan: accu sebesar 4,3%, alat pendingin sebesar 17,3%, lemari es sebesar 33,0%, lampu pijar/TL sebesar 44,6%,• baterai kering sebesar 5,9%, kabel listrik/telepon sebesar 9,7%, alat semprot hama sebesar 14,0% dan kipas angin sebesar 24,2%; sedangkan komo-diti mesin jahit mengalami penurunan sebesar 34,4%.

Dalam cabang industri bahan bangunan dan umum termasuk pula produksi komoditi-komoditi yang tidak dapat di asifi-kasikan dalam cabang-cabang industri lainnya dalamkelompok aneka industri. Secara umum perkembangan industri bahan bangunan mulai mengalami peningkatan yang sangat pesat dalam Repelita III, sedangkan untuk komoditi-komoditi papan parti-kel (particle board), pengerjaan kayu (wood working), genteng semen dan tiang listrik beton mulai menunjukkan peningkatan

379

dalam Repelita IV. Produksi komoditi yang termasuk dalam jenis industri bahan bangunan menunjukkan peningkatan cukup besar. Hal ini antara lain disebabkan oleh pesatnya pemba-ngunan perumahan di dalam negeri dan meningkatnya permintaan di luar negeri. Nilai tambah yang dihasilkan industri ini juga cukup besar mengingat bahan bakunya bersumber dari dalam negeri dan produksinya merupakan komoditi ekspor.

Apabila dibandingkan dengan produksi tahun 1988/89, se-mua jenis produksi industri bahan bangunan pada tahun 1989/90 mengalami peningkatan, kecuali papan partikel. Produksi jenis industri bahan bangunan yang mengalami peningkatan adalah: kayu lapis meningkat sebesar 10,8%, kayu gergajian sebesar 5,2%, kayu lapis dekorasi sebesar 6,5% dan pengerjaan kayu (termasuk mebel) sebesar 130,2%. Komoditi-komoditi lainnya, seperti sanitair, ubin dinding, asbes semen, marmer, genteng semen dan tiang listrik dari beton, masing-masing meningkat sebesar 16%, 4,1%, 3,6%, 9,9%, 2,4% dan 30,8%. Jika diban-dingkan tahun 1983/84, produksi komoditi papan partikel, sanitair, ubin dinding, asbes semen dan marmer pada tahun 1989/90 meningkat masing-masing sebesar 212,7%, 172,6%, 123,6%, 114,6% dan 280,7%. Produksi kayu lapis, kayu gergaji-an dan gelas/botol pada tahun 1989/90 telah meningkat masing-masing menjadi lebih 239 kali, 22 kali dan 3 kali lipat pro- duksi masing-masing pada tahun 1973/74. Peningkatan produksi yang dicapai tersebut telah mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri serta memberikan sumbangan yang cukup besar dalam nilai ekspor hasil industri.

Sementara itu, jenis industri umum juga menunjukkan pe-ningkatan produksi pada tahun 1989/90 dibandingkan dengan tahun 1988/89, kecuali industri organ, piano dan pianika. Kenaikan produksi terjadi untuk gelas dan'botol sebesar 7,3%, kulit sebesar 11,0%, pensil sebesar 5,2%, bollpoint sebesar 4,8%, karung goni sebesar 5,3%, sepatu kulit sebesar 1,1%, pecah belah dari keramik sebesar 19,5% dan rotan olahan sebe-sar 15,4%. Industri organ, piano dan pianika mengalami penu-runair-produksi sebesar 38,7% pada tahun yang sama. Jenis-jenis industri umum yang mulai berkembang dalam Repelita III seper- ti industri-industri kulit, pensil, bollpoint dan karung goni, produksinya pada tahun 1989/90 meningkat masing-masing sebesar 177,1%, 193,9%, 547% dan 163,9% dibanding dengan tahun 1983/84.

380

d. Industri Kecil

Kelompok industri kecil memiliki peranan penting dalam sektor industri dan perekonomian nasional terutama karena be-sarnya peranannya dalam pemerataan kesempatan berusaha dan perluasan lapangan kerja. Sebagian besar unit usaha industri kecil berada di daerah pedesaan, sehingga perkembangannya juga semakin penting bagi pembangunan pedesaan, terutama da-lam mendayagunakan pemanfaatan potensi daerah setempat.

Dalam Repelita I pembangunan industri kecil masih ter-batas pada pengembangan industri yang ada dan pada umumnya merupakan industri tradisional/rumah tangga yang menghasilkan barang dengan jenis dan mutu yang belum berkembang. Langkah-langkah pengembangan industri kecil dilakukan melalui antara lain bantuan dalam penyediaan bahan baku dan bantuan mekani-sasi dengan cara pinjaman. Selama Repelita II telah diadakan penyempurnaan pembinaan industri kecil, yaitu pemberian ban-tuan perangkat keras disertai juga dengan bantuan perangkat lunak melalui pelatihan bagi pengusaha kecil.

Dalam Repelita III strategi pembinaan industri kecil lebih disempurnakan. Pengembangan industri kecil tradisional diarahkan dalam rangka memperluas lapangan usaha dan penye-rapan tenaga kerja, sedangkan pengembangan industri kecil mo-dern diarahkan untuk menunjang program pendalaman struktur industri melalui keterkaitan antara industri kecil, menengah dan besar serta keterkaitan dengan sektor ekonomi lainnya. Di samping itu, dalam masa Repelita III juga telah didirikan sarana tempat usaha dalam bentuk Lingkungan Industri kecil (LIK), Perkampungan Industri Kecil (PIK) dan Sarana Usaha Industri Kecil (SUIK).

Upaya peningkatan produktivitas dan keterampilan dan ke-ahlian dalam industri kecil selama Repelita IV dan tahun per-tama Repelita V dilakukan melalui bimbingan teknis dan penyu-luhan yang mencakup aspek teknologi produksi, pemasaran, manajemen dan permodalan di sentra-sentra industri yang ter-sebar di seluruh daerah. Selain itu, dalam rangka meningkat= kan usaha industri kecil, peran serta Badan Usaha Milik Nega-ra (BUMtJ) dan swasta semakin ditingkatkan melalui penerapan pola bapak angkat. Selanjutnya pada tahun pertama Repe- lita V telah dikeluarkan paket kebijaksanaan bulan Januari 1990 yang antara lain menyangkut kebijaksanaan pencadangan 20% dari kredit yang diberikan oleh bank bagi pengusaha industri kecil.

381

Pembinaan dan pengembangan industri kecil yang dilaksa-nakan di sentra-sentra industri telah berhasil memberikan dampak positif dalam pemerataan kesempatan berusaha dan per-luasan lapangan kerja. Hal ini ditunjukkan dengan meningkat-nya jumlah unit usaha industri kecil dari tahun ke tahun. Bila pada tahun 1983 tercatat sekitar 1.544 ribu unit usaha, tahun 1988 menjadi 1.782 ribu unit usaha, dan tahun 1989telah mencapai sekitar 1.836 ribu unit usaha. Sejalan dengan itu, tenaga kerja yang diserap oleh sektor ini juga mening-kat. Pada tahun 1989 jumlah tenaga kerja yang dapat diserap sebanyak 6.115 ribu orang atau naik 38,3% dari tahun 1983 dan 5,7% dari tahun 1988. Selama Repelita III jumlah sentra industri yang telah dibina adalah 1.180 sentra dan selama Re-pelita IV 6.092 sentra, yang terdiri dari pembinaan lanjutan dan pengembangan sentra baru.

Pelaksanaan program keterkaitan melalui pola bapak angkat telah mampu menunjang peningkatan skala usaha industri kecil. Hal ini tercermin dari meningkatnya jumlah nilai transaksi antara bapak angkat dan industri kecil.selama beberapa tahun terakhir. Bila pada tahun -1986 nilai transaksi baru mencapai Rp 36,0 miliar atau sekitar 0,4% dari nilai produksi indus- tri kecil, tahun 1987 melonjak menjadi Rp 3.473,4 miliar, sekitar 38,4% dari nilai produksi industri kecil, atau lebih dari 100 kali transaksi tahun 1986. Dan tahun 1988 telah men-capai nilai Rp 4.483,5 miliar, sekitar 48,1% dari nilai pro-duksi industri kecil atau lebih dari 120 kali transaksi tahun 1986. Transaksi dalam rangka keterkaitan melalui pola bapak angkat ini meliputi antara lain pembelian suku cadang per-alatan dan barang logam, pakaian kerja, sepatu, peralatan kantor, mebel, bata, genteng dan lainnya. Bila selama ini perusahaan yang menjadi ba ak angkat masih terbatas pada Ba-dan Usaha Milik Negara (BUMN), sekarang perusahaan bapak angkat sudah meluas kepada perusahaan swasta. Sebagai peng-hargaan kepada perusahaan dan perorangan yang telah membantu serta membina industri kecil setiap tahun pemerintah memberi-kan penghargaan UPAKARTI.

Dalam rangka pengembangan kelembagaan usaha, maka kepada industri-industri kecil yang mulai atau telah berkembang di-dorong untuk membentuk Koperasi Industri Kecil dan Kerajinan (KOPINKRA). Manfaat pembentukan usaha industri kecil ini dalam wadah KOPINKRA ialah: akan dapat meningkatkan kemampuanpengusaha/pengrajin industri kecil dalam bidang pemasaran, penyediaan bahan baku dan teknologi produksi. Sampai tahun terakhir Repelita III telah dibentuk sebanyak 1.019 KOPINKRA yang tersebar di 13 propinsi. Pada tahun pertama Repelita V

382

TABEL VIII - 4

NILAI ELSPOR KOMODITI INDUSTRI KECIL,1968- 1989

2) 2) 1)Uraian Satuan 1968 1973 1978 1983 1988 1989

Voluce ton 55,6 15.758,6 35.456,9 79.778,0 702.445,1 1.079.136,0

Nilai ribu US$ 12.006,9 27.015,5 60.784,0 136.766,0 955.997,7 1.019.989,6

1) Angka sesentara 2) Angka diperbaiki

383

jumlah KOPINKRA telah mencapai 1.165 buah yang tersebar di propinsi: Daerah Istimewa Aceh 15 buah, Sumatera Utara 78 buah, Riau 3 buah, Bengkulu 7 buah, Lampung 5 buah, DKI Ja-karta 31 buah, Jawa Barat 149 buah, Jawa Tengah 180 buah, Daerah Istimewa Yogyakarta 93 buah, Jawa Timur 147 buah, Kalimantan Barat 20 buah, Kalimantan Timur 35 buah, Kalimantan Tengah 3 buah, Bali 182 buah, Nusa Tenggara Barat 10 buah, Nusa Tenggara Timur 6 buah, Sulawesi Utara 57 buah, Sulawesi Selatan 119 buah, Sulawesi Tenggara 23 buah dan Sulawesi Tengah 2 buah.

Peranan kelompok industri kecil dalam ekspor non migas juga semakin meningkat selama kurun waktu 1978 sampai dengan tahun 1989. Dalam tiga tahun terakhir kelompok ini menempati posisi terbesar kedua setelah kelompok aneka industri dalam kontribusinya terhadap jumlah keseluruhan nilai ekspor hasil industri. Perkembangan ekspor hasil industri kecil dari tahun 1973 sampai dengan tahun 1989 tampak seperti dalam Tabel VIII-4. Pada tahun 1989 nilai ekspor hasil industri kecil bila dibandingkan dengan nilai ekspor tahun 1988 menunjukkan kenaikan sebesar 6,.7% dan dibandingkan tahun 1973 menunjukkan peningkatan sekitar 37 kali. Peningkatan yang cukup tinggi terutama diperoleh dari ekspor hasil cabang industri kerajin-an dan umum seperti baiang-barang dari kulit, kerajinan dari kayu dan rotan, perhiasan dari logam mulia dan kerajinan pe-rak. Pada tahun 1989 cabang ini memberikan kontribusi sebesar 45,0% kepada keseluruhan nilai ekspor industri kecil. Cabang industri lainnya seperti cabang industri sandang dan kulit memberikan kontribusi sebesar 37,8%, cabang industri pangan sebesar 11,6% dan cabang industri kimia dan bahan bangunan sebesar 5,6%.

Sampai dengan tahun pertama Repelita V masalah pemasaran produksi dan permodalan masih menjadi hambatan bagi pengem-bangan`industri kecil. Di samping itu, pada umumnya daya saing komoditi industri kecil masih rendah. Hal ini disebab- kan antara lain oleh belum memadainya penguasaan teknologi produksi dan masih digunakannya mesin dan peralatan sederhana sehingga mutu produk rendah, heterogen dan sering tidak meme- nuhi standar yang ditetapkan. Demikian juga kesinambungan penyediaan bahan baku dan bahan penolong baik dalam jumlah, maupun mutu serta harganya masih merupakan hambatan terhadap pengembangan,industri kecil. Dalam hal permodalan baru seba- gian kecil pengrajin/pengusaha industri kecil yang dapat me-manfaatkan fasilitas yang disediakan baik oleh perbankan maupun oleh lembaga keuangan lainnya.

384