Upload
others
View
4
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman
pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan
subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang
(Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan
di Hastinapur Uttar Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India,
beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, dan
Vietnam.
Negara Indonesia adalah Negara agraris yang sebagian besar mata
pencaharian penduduknya adalah bercocok tanam. Kebijakan yang ditempuh
pemerintah untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional diantaranya adalah
dengan peningkatan kehidupan ekonomi yang dilakukan melalui pembangunan
pertanian (Hernanto, 2003).
Pembangunan pertanian Indonesia telah dilaksanakan secara bertahap dan
berkelanjutan dengan harapan dapat meningkatkan produksi pertanian semaksimal
mungkin sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani dalam mencapai
kesejahteraan, Peningkatan produksi pangan, peningkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani merupakan arah dan tujuan pembangunan pertanian
(Tjakrawiralaksana, 2002).
Potensi sosial ekonomi yang merupakan kekuatan sekaligus modal dasar
bagi pengembangan produksi padi di Indonesia antara lain adalah: beras karena
beras merupakan bahan pangan pokok bagi 95 persen penduduk Indonesia,
2
usahatani padi sudah merupakan bagian hidup dari petani di Indonesia sehingga
menciptakan lapangan kerja yang besar, dan kontribusi dari usahatani padi
terhadap pendapatan rumah tangga petani cukup besar. Sebagai bahan makanan
pokok, beras akan terus mempunyai permintaan pasar yang meningkat, sejalan
dengan pertumbuhan penduduk. Dari sisi petani, selama ada cukup air, petani di
Indonesia hampir bisa dipastikan menanam padi. Karena bertanam padi sudah
menjadi bagian hidupnya selain karena untuk ketahanan pangan keluarga, juga
sebagai sumber pendapatan rumah tangga. Karena itu, usahatani padi akan terus
dilakukan petani.
Dari aspek sosial ekonomi, peluang eksternal yang mendukung upaya
peningkatan produksi padi antara lain adalah: peningkatan permintaan beras
merupakan jaminan pasar bagi petani padi, sistem pemasaran beras yang stabil
dan efisien sehingga persentase marjin pemasaran cukup kecil, dan subsidi
sarana produksi (pupuk dan benih) sehingga dapat memperkecil biaya produksi.
Ketiga faktor di atas merupakan peluang yang dapat dimanfaatkan guna
meningkatkan keuntungan usahatani padi dan meningkatkan daya saing usahatani
padi. Semua peluang ini dapat meningkatkan motivasi petani dalam menanam
padi (Irawan, 2003).
Pembinaan usahatani melalui kelompok tani ini tidak lain adalah sebagai
upaya percepatan sasaran. Petani yang banyak jumlahnya dan tersebar di pedesaan
yang luas, sehingga dalam pembinaan kelompok diharapkan timbulnya cakrawala
dan wawasan kebersamaan memecahkan dan merubah citra usahatani sekarang
menjadi usahatani masa depan yang cerah dan tetap tegar. Adapun tujuan
dibentuknya kelompok tani adalah untuk lebih meningkatkan dan
3
mengembangkan kemampuan petani dan keluarganya sebagai subjek
pembangunan pertanian melalui pendekatan kelompok agar lebih berperan dalam
pembangunan. Kelompok tani merupakan suatu bentuk perkumpulan petani yang
berfungsi sebagai media penyuluhan yang diharapkan lebih terarah dalam
perubahan aktivitas usahatani yang lebih baik lagi. Aktivitas usahatani yang lebih
baik dapat dilihat dari adanya peningkatan-peningkatan dalam produktivitas
usahatani yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan petani sehingga
akan mendukung terciptanya kesejahteraan yang lebih baik bagi petani dan
keluarganya (Daniel. M, 2002).
Padang Rubek merupakan desa yang terdapat di Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya Propinsi Aceh.Rata-rata permasalahan yang dihadapi oleh
petani Padang Rubek adalah masalah rendahnya pendapatan.Dengan berlandaskan
permasalahan tersebut diatas, untuk itu maka penulis memilih judul “Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Tani Padi Sawah di Desa
Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka dapat
dirumuskan permasalahan yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah
seberapa besar pengaruh biaya (x1), luas lahan (x2) dan produksi (x3) berpengaruh
nyata terhadap pendapatan petani padi sawah di Desa Padang Rubek Kecamatan
Kuala pesisir Kabupaten Nagan Raya.
4
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk melihat seberapa besar pengaruh
Biaya, luas lahan dan produksi terhadap pendapatan petani padi sawah di Desa
Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
1.4. Kegunaan Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan akan dapat :
1. Bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan dalam menanam padi
terutama mengoptimalkan pendapatan petani padi di Desa Padang Rubek
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
2. Sebagai bahan referensi dan perbandingan bagi peneliti berikutnya yang
akan melakukan pengkajian masalah yang relavan.
1.5. Hipotesis
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat dikemukan
hipotesis dalam penelitian ini bahwa faktor biaya (x1), luas lahan (x2) dan
produksi (x3) berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sawah di Desa
Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Padi (Oryza sativa L)
Padi merupakan kebutuhan kebutuhan manusia yang paling mendasar,
sehingga ketersediaan pangan khususnya beras bagi masyarakat harus selalu
terjamin. Dengan terpenuhinya kebutuhan pangan masyarakat maka, masyarakat
akan memperoleh hidup yang tenang dan akan lebih mampu berperan dalam
memperoleh hidup yang tenang dan akan lebih mampu berperan dalam
pembangunan. Beras merupakan salah satu makanan pokok bangsa Indonesia.
Oleh karna itu, perhatian akan beras atau tanaman padi tidak ada henti-hentinya.
Perjalanan bangsa Indonesia dalam pengadaan beras pun berliku-liku yang pada
akhirnya dapat berswasembada beras pun berliku-liku yang pada akhirnya dapat
berswasembada beras pada tahun 1984. Keadaan tersebut tentunya perlu
dipertahankan hingga sekarang.Penyediaan pangan yang cukup merata dan
bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia khususnya masyarakat Kecamatan Kuala
Pesisir merupakan suatu prioritas terpenting guna mewujudkan ketersediaan
pangan.
Beras merupakan bahan pangan pokok yang vital bagi penduduk
Indonesia.Itulah sebabnya program swasembada beras menjadi sangat
penting.Pencetakan sawah baru dan program intensifikasi merupakan upaya
pemerintah agar Indonesia dapat terus berswasembada beras.Menanam padi di
sawah sudah mendarah daging bagi sebagian petani Indonesia.Pekerjaan ini
banyak diwariskan turun temurun dari genersi kegenerasi.Cara penanaman yang
dilakukan boleh dikatakan tidak berbeda dari system yang dilakukan nenek
6
moyang kita sejak mengenal lahan sawah.Sejak zaman dulu hingga sekarang.
salahsatu tujuan pembangunan pertanian adalah untuk menciptakan ketahanan
pangan dan peningkatan kesejahteraan petani, sehingga pemerintah mempunyai
kewajiban untuk selalu mengupayakan ketersediaannya, melalui berbagai langkah
kebijakan. Disamping itu, dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani,
diupayakan agar harga jual padi berada dalam tingkat yang mampu memberikan
keuntungan bagi petani. Bahan pangan yang memperoleh perhatian khusus adalah
bahan yang strategis, seperti beras, gula, jagung, kedelai, ubi kayu dan ikan
kering.
Lebih lanjut Husen Sawit dalam Widodo S, (2002) mengatakan bahwa
bagi negara-negara Asia termasuk Indonesia, pangan berarti beras. Hal ini
mengisyaratkan bahwa beras masih memegang peranan penting sebagai pangan
utama di Asia. Diperkirakan 40-80% kebutuhan kalori masyarakat berasal dari
beras. Beras menjadi sumber pendapatan yang penting bagi sebagian besar petani
kecil di Asia, karena diperkirakan 2/3 lahan pertanian di Asia dialokasikan untuk
tanaman padi.
Sayogya dan Mukhtar Saman (2000) mengungkapkan bahwa
menggunakan eqivalen konsumsi beras perkapita sebagai ukuran kemiskinan di
Indonesia. Di sebagian besar negara Asia. Beras mempunyai nilai politik strategis,
yang mempunyai implikasi, pemerintahan akan labil jika beras harganya tidak
stabil dan sulit diperoleh. Di Indonesia kondisi ini diperburuk dengan adanya
kendala disisi produksi. Ada empat masalah yang berkaitan dengan kondisi
pemberasan di Indonesia, pertama rata-rata luas garapan petani hanya 0,3 ha,
kedua, sekitar 70% petani padi termasuk golongan masyarakat miskin dan
7
berpendapatan rendah. Ketiga, hampir seluruh petani padi adalah net konsumer
beras dan keempat, rata-rata pendapatan dari usaha tani padi hanya sebesar 30%
dari total pendapatan keluarga.
Dengan kondisi ini hampir semua sawah ditanami dengan cara
konvensional. Petani meneruskan cara budidaya yang biasa dilakukan orang tua
atau kenalannya. Orang tua atau kenalannya. Orang tua tersebut pun hanya meniru
atau mengikuti cara yang biasa dilakukan generasi sebelumnya.
Beberapa kelemahan ternyata tampak dalam system pengolahan tanah
yang biasa diterapkan petani.Air yang boros, tenaga kerja banyak, biaya relatif
besar, serta waktu yang relatif banyak yang dicurahkan petani merupakan hal
yang menonjol.Sesuai dengan perkembangan zaman berbagai permasalahan baru
dalam produksi padi mulai banyak timbul. Berkurangnya lahan sawah karena
digunakan kepentingan lain, kurangnya tenaga kerja produktif digampong-
gampong, berkurangnya ketersediaan air irigasi dan lainnya merupakan masalah
yang membutuhkan jalan keluarnya.
Sistem penanaman padi sawah biasanya didahului oleh pengolahan tanah
secara sempurna seraya petani melakukan persemaian. Mula-mula sawah dibajak.
Pembajakan dapat dilakukan dengan menggunakan mesin maupun hewan ternak
atau melalui pencangkulan oleh petani. Setelah dibajak tanah dibiarkan selama 2-3
hari, selanjutnya tanah dilumpurkan dengan cara dibajak lagi untuk kedua kalinya,
setelah itu bibit hasil semaian ditanam dan selanjutnya proses pemeliharaan
tanaman padi hingga proses pemanenan.
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor yang penting dalam
meningkatkan produksi tanaman padi sawah namun kenyataannya minat tenaga
8
kerja produktif sangat kurang dan kita ketahui bahwa dalam budidaya padi sawah
ini kebutuhan tenaga kerja sangat diperlukan dan setiap tahunnya biaya tenaga
kerja selalu meningkat. Sehingga hal ini dapat membengkakkan biaya produksi
sehingga dapat mengurangi pendapatan bagi pemerintah selalu daihadapkan pada
posisi sulit, satu sisi pemerintah harus menyediakan beras dengan harga yang
terjangkau oleh masyarakat, dan disisi lain pemerintah harus melindungi petani
produsen dan menjaga ketersediaan secara cukup (Achmad Suryana, 2003).
Program pembangunan pertanian di Indonesia dimulai sejak Pelita
Pertama, produksi beras menunjukkan kecenderungan meningkat, puncaknya pada
tahun 1984 Indonesia telah menyatakan diri sebagai negara yang berswasembada
beras. Dengan berjalannya waktu kondisi produksi beras di Indonesia tidak selalu
stabil, mengalami kenaikan dan penurunan. Sejak tahun 1994 Indonesia sudah
tidak lagi berswasembada beras (Sapuan, 2003).
Produksi beras Indonesia jauh tertinggal dari permintaan, sementara
tingkat partisipasi konsumsi beras baik di kota maupun di desa, di Jawa maupu
diluar Jawa cukup tinggi yaitu 97-100 persen, ini berarti hanya 3 persen rumah
tangga yang tidak mengkonsumsi beras. Kondisi ini membawa dampak semakin
besarnya ketergantungan terhadap beras (Achmad Suryana, 2001).
2.2. Pendapatan
Pada dasarnya ada dua pendekatan terhadap konsep pendapatan yang
dapat ditemukan dalam literatur akuntansi.
a. Pendekatan yang memusatkan pada arus masuk (inflow) aktiva yang
ditimbulkan oleh kegiatan operasional perusahaan, di mana pendapatan akan
diakui pada saat itu juga atau pada saat terjadinya penjualan, yaitu pada saat
9
terjadinya arus masuknya aktiva baru sebagai akibat dari hasil akhir kegiatan
operasional dan besarnya pendapatan itu dapat diukur menurut nilai dari
aktiva yang masuk tersebut.
b. Pendekatan yang memusatkan perhatian pada penciptaan barang dan jasa
serta penyalurannya kepada konsumen atau produsen lainya, misalnya kepada
para perusahaan kontraktor di mana dalam mengerjakan kontrak jangka
panjang dengan menggunakan persentase penyelesaian dalam mengakui
pendapatannya, maka pendapatan akan diakui sesuai dengan besarnya jasa
yang telah dikerjakan atau juga pekerjaan yang telah diselesaikan dan harus
diakui pada saat itu.
Dalam meningkatkan pendapatan, maka petani harus berusaha
meningkatkan hasil-hasil produksi agar memperoleh peningkatan pendapatan
dengan memaksimalkan input-input faktor yang mempengaruhi
(Tjakrawiralaksana 2001).
Menurut Harnanto (2003), ada beberapa ukuran pendapatan petani yaitu:
a. Pendapatan kerja petani (operator laborincome); diperoleh dengan
menghitung semua penerimaan yang berasal dari penjualan yang dikonsumsi
keluarga dan kenaikan nilai inventaris. Setelah itu dikurangi dengan semua
pengeluaran baik yang tunai maupun yang tidak diperhitungkan.
b. Penghasilan kerja petani (operator farmlabor earning); diperoleh dari
menambah pendapatan kerja petani ditambah dengan penerimaan tidak tunai.
c. Pendapatan kerja keluarga (family farmlabor earning); merupakan hasil balas
jasa dari petani dan anggota keluarga.
10
d. Pendapatan keluarga (family income); yaitu dengan menjumlahkan semua
pendapatan petani dan keluarganya dari berbagai sumber.
Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pendapatan (revenue)
adalah hasil operasional, berupa penambahan asset yang mengakibatkan
bertambahnya owner equity dan diukur berdasarkan barang atau jasa yang
diserahkan pada pembeli atau pelanggan serta dinyatakan dengan satuan uang dan
dilaporkan dalam laporan keuangan untuk suatu periode tertentu. Pendapatan juga
sering dikenal dengan sebutan berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa (fees),
bunga, deviden royalti dan sewa.
2.3. Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan
Menurut Suratiyah (2006) pendapatan usahatani ini dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. (a). faktor internal merupakan faktor yang dimiliki
petani yang erat kaitannya dalam mengelola usahatani (b). faktor eksternal
merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar kegiatan usahatani. Terdapat
banyak faktor yang mempengaruhi pendapatan usahatani. Artinya apabila salah
satu faktor tidak tersedia, maka tujuan yang dikehendaki untuk meningkatkan
pendapatan petani tidak akan tercapai.
2.3.1 Luas Lahan
Tanah merupakan faktor produksi pertanian yang penting. Keseimbangan
tanah dengan kandungan bahan organik, mikroorganisme dan aktivitas biologi
serta keberadaan unsur-unsur hara dan nutrisi sangat penting untuk keberlanjutan
pertanian kedepan, begitu juga dengan kesehatan manusia mempunyai hubungan
langsung dengan kesehatan tanah (Anonymous, 2008).
11
Salah satu permasalahan yang dihadapi banyak petani adalah kesehatan
dan kesuburan tanah yang semakin menurun. Hal ini ditunjukkan dengan gejala-
gejala sebagai berikut ; tanah cepat kering, retak-retak bila kurang air, lengket bila
diolah, lapisanolah dangkal, asam dan padat, produksi sulit meningkat bahkan
cenderung menurun. Kondisi ini semakin buruk karena penggunaan pupuk an-
organik terus meningkat dan pengguanaan pestisida untuk mengen dalikan
organisme pengganggu tumbuhan juga meningkat. Perilaku usaha tani lebih
tertuju pada cara memupuk tanaman, bukan cara memupuk tanah menjadi subur,
sehingga dapat menyediakan sekaligus memberikan banyak nutrisi pada tanaman.
Saat ini usaha tani secara umum belum melibatkan tanah sebagai komponen yang
mempengaruhi dan menentukan keputusan pengendalian dalam pengelolaan suatu
agroekosistem. Di beberapa tempat masih terjadi pembakaran sisa jerami sebelum
pengolahan lahan, sehingga mengakibatkan pencemaran udara dan rotasi unsur
hara tidak terjadi (Anonymous, 2008).
Luas lahan akan mempengaruhi skala usaha, dimana usaha ini pada
akhirnya akan mempengaruhi efesien atau tidaknya suatu usaha pertanian.
seringkali dijumpai, makin luas lahan yang dipakai sebagai usaha pertanian maka
lahan tersebut semakin tidak efesien. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa
luasnya lahan mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada
segi efesien akan berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya
pengawasan terhadap penggunaan faktor produksi semakin baik, sehingga usaha
pertanian ini lebih efesien.Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung
menghasilkan usaha yang tidak efesien pula (Arsyad, 2007, h. 12).
12
Menurut soekartawi (2003, h. 32) lahan pertanian dapat diartikan sebagai
tanah yang di siapkan untuk di usahakan oleh para petani misalnya
sawah.Sedangkan tanah pertanian adalah tanah yang belum tentu di usahakan
untuk pertanian.Ukuran luas lahan secara tradisonal perlu di pahami agar dapat di
transformasikan ke ukuran luas lahan yang nyata dengan skala hektar, di samping
itu selain ukuran luas lahan di perhatikan maka ukuran nilai tanah juga di
perhatikan.
Penggunaan lahan meliputi jenis penggunaan lahan dan proporsi masing-
masing penggunaanya. Adanya perkebunan akan menambah subjek penggunaan
lahan di area lokasi calon perkebunan. Subjek baru ini tentu akan bersaing dengan
subjek pengguna lahan yang sudah ada. Perusahaan perkebunan harus dapat
menghindari konflik sosial melalui program Community Development (CD) dan
Corporate Sosial Responsibility (CSR) dengan membentuk koperasi atau
kelompok kerja produktif bidang yang diminati masyarakat, misalnya beternak,
kerajinan, perdagangan umum dan sebagainya (Sukirno,2008, h. 46).
(Anonymous.2008, h. 14) luas lahan yang selalu digunakan dalam skala
usaha pertanian tradisional karena komunitas yang ditanam oleh petani
tradisional.Dengan demikian pedoman luas lahan juga secara otomatis mengacu
pada nilai modal, asset dan tenaga kerja.Kebun karet, kopi, kakao (coklat), kelapa
sawit juga bisa menggunakan acuan luas lahan untuk menentukan skala
usahanya.Menentukan kesesuaian lahan pertanaman bertujuan untuk menentukan
tingkat kesesuaian lahan suatu tanaman, sehingga dapat melakukan tindakan
pengelolaan lahan dengan baik.
2.3.2 Modal / Biaya
13
Modal/kapital mengandung banyak arti, tergantung pada penggunaannya.
Dalam arti sehari-hari, modal sama artinya dengan harta kekayaan yang dimiliki
seseorang yaitu semua harta semua uang, tanah, mobil, dan lain sebagainya.
Menurut Von Bohm Bawerk (Daniel Mohar, 2004), arti modal atau
kapital adalah segala jenis barang yang dihasilkan dan dimiliki masyarakat,
disebut dengan kekayaan masyarakat. Sebagian kekayaan itu digunakan untuk
memenuhi kebutuh konsumsi dan sebagian lagi digunakan untuk memproduksi
barang-barang baru dan inilah yang disebut modal masyarakat atau modal sosial.
Jadi, modal adalah “ setiap hasil/produk atau kekayaan yang digunakan untuk
memproduksi hasil selanjutnya atau hasil yang baru”. Secara umum modal ini
habis juga, tetapi tidak sama sekali terisap dalam hasil, contoh : cangkul, parang,
garuk, dll. Modal bergerak (Variabel Cost) adalah barang-barang yang digunakan
dalam proses produksi yang hanya bisa digunakan dalam proses produksi, contoh:
pupuk, pestisida, biaya produksi dll. Dalam usaha pertanian dikenal ada modal
fisik dan modal manusiawi tidak memberikan pengaruh secara lansung,
dampaknya akan kelihatan dimasa datang dengan meningkatnya kualitas dan
produktivitas sumber daya manusia pengelolanya. Yang dimasukkan dalam
kalkulasi modal usaha tani padi adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh petani
padi mulai dari pengelohan tanah sampai permanen hasil. Biaya yang dimaksud
yaitu pembelian bibit, pupuk, pestisida, alat-alat dan biaya lainnya yang
dikeluarkan untuk usaha tani padi yang dilakukan.
Modal adalah semua bentuk kekayaan atau uang yang dapat digunakan
dalam proses produksi untuk menambah output atau produk yang dihasilkan oleh
petani jagung yang diukur dalam satuan rupiah. Modal mengandung pengertian
14
sebagai hasil produksi yang digunakan untuk memproduksikan hasil
pertanian.Modal meliputi baik modal dalam bentuk uang (Geldkapital), maupun
dalam bentuk barang (sachkapital) seperti mesin barang-barang dagangan dan
lain-lain (Suryanto & Galih.2005).
Total biaya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost)
dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap (FC) adalah biaya yang relative
tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun hasil yang diperoleh banyak atau
sedikit. Biaya variabel (VC) adalah biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh
hasil panen/produksi yang diperoleh (Sastrosayono & Selardi,2006).
Modal merupakan unsur pokok usaha tani yang sangat penting. Dalam
pengertian ekonomi, modal adalah barang atau uang yang besama-sama dengan
faktor produksi lain dan tenaga kerja serta pengelolaan menghasilkan barang-
barang baru, yaitu produksi pertanian. Pada usaha tani yang dimaksud dengan
modal (Hernanto Fadholi, 2000) adalah :
a. Tanah
b. Bangunan-bangunan (gudang, kandang, lantai jemur, pabrik dan lain-lain)
c. Alat-alat pertanian (traktor, luku, garu, sprayer, cangkul, parang dan lain-
lain)
d. Tanaman, ternak dan ikan di kolam
e. Bahan-bahan pertanian (pupuk, bibit dan obat-obatan)
f. Piutang di bank
g. Uang tunai
Sedangkan menurut sifatnya modal dibedakan menjadi dua, yaitu:
15
1. Modal tetap artinya modal yang tidak habis pada satu periode produksi,
seperti tanah bangunan.
2. Modal bergerak meliputi alat-alat, bahan, uang tunai piutang di
bank,tanaman, ternak dan ikan. Jenis modal ini habis atau dianggap habis
dalam satu periode proses produksi.
2.3.3 Skill(keahlian)
Yang dimaksud dengan keahlian atau skill adalah manajemen atau
kemampuan petani menentukan manfaat penggunaan faktor produksi dalam
perubahan teknologi, sehingga usaha tani yang dikelolanya dapat memberikan
hasil (out put) yang lebih baik. Oleh karena itu kepada para petani harus diberikan
penyuluhan dalam menggunakan dan memanfaatkan faktor-faktor produksi pada
saat muncul teknologi baru yang dapat diterapkan dalm melakukan usaha tani
(Daniel Mohar, 2004).
2.3.4 Tenaga Kerja
Dalam ilmu ekonomi (Daniel Mohar, 2004) yang dimaksud tenaga kerja
adalah suatu latihan kekuatan fisik dan otak manusia yang tidak dapat dipisahkan
dari manusia dan ditujukan pada usaha produksi. Tenaga kerja ternak atau traktor
bukan termasuk faktor tenaga kerja, tetapi termasuk modal yang menggantikan
tenaga kerja.
Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik
didalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan jasa atau barang
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat (UU ketenagakerjaan No.14 tahun 1999).
Oleh karena itu perusahaan akan memberi balas jasa kepada pekerja dalam bentuk
16
upah. Menurut Daniel & Moehar (2004) dewasa ini terjadi lagi perkembangan
baru, ketika tenaga kerja upahan tidak lagi hanya terdapat pada usaha pertanian
yang luas.Bagi perkembangan baru, ketika tenaga kerja upahan tidak lagi hanya
terdapat pada usaha pertanian yang luas.
Menurut Kosasih Engkos(2003) tenaga artinya daya yang dapat
menggerakkan sesuatu, kegiatan bekerja, berusaha dan sebagainya, orang yang
bekerja atau mengerjakan sesuatu.Sedangkan kerja artinya kegiatan melakukan
sesuatu. Sumber daya manusia adalah tenaga kerja yang mampu bekerja
melakukan kegiatan untuk menghasilkan barang dan jasa yang mempunyai nilai
ekonomi dalam rangka memenuhi kebutuhan msyarakat.Tenaga kerja (man
power) adalah semua penduduk dalam usia kerja (working age population).
Faktor tenaga kerja dianggap sebagai faktor produksi variable yang
penggunaanya berubah-ubah sesuai dengan perubahan volume produksi.
Maksudnya adalah kedudukan petani dalam usaha tani, yakni tidak hanya sebagai
penyumbang tenaga kerja (labour) melainkan menjadi seorang manajer.
Kedudukan si petani tidak mampu merangkap kedua fungsi itu.Fungsi sebagai
tenaga kerja harus dilepaskan dan memusatkan diri pada fungsi sebagai pemimpin
usahatani (manajer).
Menurut Daniel & Moehar (2004) faktor produksi tenaga kerja,
merupakan faktor produk yang penting dan perlu diperhitungkan dalam proses
produksi dalam jumlah yang cukup bukan saja di lihat dari tersedianya tenaga
kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu pula diperhatikan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor produksi tenaga kerja adalah :
a. Jumlah tenaga kerja.
17
Jumlah tenaga kerja yang diperlukan sampai tingkat tertentu jumlahnya
optimal, jumlah tenaga kerja ini memang masih banyak dipengaruhi dan
dikaitkan dengan kualitas tenaga kerja, jenis kelamin, musim dan upah tenaga
kerja.
b. Kualitas tenaga kerja
Dalam proses produksi, apakah itu produksi barang-barang pertanian atau
bukan, selalu diperlukan spesialisasi. Persediaan tenaga kerja spesialisasi ini
diperlukan sejumlah tenaga kerja yang mempunyai spesialisasi pekerjaan
tertentu, dan ini tersedianya adalah dalam jumlah yang terbatas. Bila masalah
kualitas tenaga kerja ini tidak diperhatikan, maka akan terjadi kemacetan
dalam proses produksi. Sering dijumpai alat-alat teknologi canggih tidak
dioperasikan karena belum tersedianya tenaga kerja yang mempunyai
klasifikasi untuk mengoperasikan alat tersebut.
c. Jenis kelamin
Kualitas tenaga kerja juga dipengaruhi oleh jenis kelamin, apalagi dalam
proses produksi pertanian. Tenaga kerja pria mempunyai spesialisasi dalam
bidang pekerjaan tertentu seperti mengolah tanah dan tenaga kerja wanita
mengerjakan tanam.
d. Tenaga kerja musiman
Pertanian ditentukan oleh musim, maka terjadilah penyediaan tenaga kerja
musiman dan pengangguran tenaga kerja musiman.Bila terjadi pengangguran
semacam ini, maka konsekuensinya juga terjadi migrasi atau urbanisasi
musiman.
2.3.5 Alam
18
Alam merupakan semua kekayaan yang terdapat di alam untuk
dimanfaatkan dalam proses produksi, karena sudah begitu saja ada pada kita dan
sejak dulu dimanfaatkan untuk produksi, maka SDA ini termasuk faktor produksi
yang meliputi tanah, air, iklim, udara, dan sebagainya. Kekayaan alam yang besar
belum tentu menjamin tingkat kemakmuran yang tinggi, alam sebagai faktor
produksi hanya menyediakan bahan-bahan atau kemungkinan-kemungkinan untuk
berproduksi, jika kemungkinan-kemungkinan yang tersedia di dalam lingkungan
alam itu tidak dimanfaatkan, maka kemungkinan-kemungkinan itu tinggal potensi
belaka.
2.3.6 Produksi
Produksi merupakan salah satu kegiatan yang berhubungan erat dengan
kegiatan ekonomi. Melalui proses produksi bisa dihasilkan berbagai macam
barang yang dibutuhkan oleh manusia. Tingkat produksi juga dijadikan sebagai
patokan penilaian atas tingkat kesejahteraan suatu negara.Jadi tidak heran bila
setiap negara berlomba - lomba meningkatkan hasil produksi secara global untuk
meningkatkan pendapatan perkapitanya(Soekartawi, 2001).
2.3.7 Penerimaan
Penerimaan dapat diartikan sebagai nilai produk total dalam jangka
waktu tertentu baik yang dipasarkan maupun tidak (Soekartawi, 2001).
Penerimaan juga dapat didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari
penjualan.Penerimaan usahatani yaitu penerimaan dari semua sumber usahatani
meliputi nilai jual hasil, penambahan jumlah inventaris, nilai produk yang
dikonsumsi petani dan keluarganya.
19
2.4. Regresi Linear Berganda
Analisis ini digunakan sebagai analisis ramalan nilai pengaruh terhadap
veriabel terikat (Y) yang dihubungkan lebih dari satu variabel mungkin dua atau
tiga dan seterusnya variabel bebas (X1, X2) pendapat Hasan Ikbal (2003). Dimana
persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3+ ………..+b8 X8 + e...................(1)
Keterangan :
Y : Pendapatan
a, b1, b2, b3,....., bk : Koefisien Regresi
X1: Biaya
X2 : Luas Lahan
X3 : Produksi
E : tingkatan eror
2.5. Analisis Korelasi
Regresi artinya peramalan penaksiran atau pendugaan pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galtoon 1822-1911 (dalam Hasan
Ikbal 2003). Analisis regresi digunakan untuk menentukan bentuk dari hubungan
antar variabel. Tujuan utama dalam penggunaan analisis itu adalah untuk
meramalkan atau memperkirakan nilai dari suatu variabel dalam hubungannya
dengan variabel yang lain. Disamping hubungan linear dua variabel, hubungan
linear dari dua variabel bisa juga terjadi misalnya; hubungan antara hasil
penjualan dengan harga dan daya beli.
20
Analisis Korelasi adalah suatu analisis untuk mengetahui tingkat
hubungan antara dua variabel atau lebih yaitu x variable bebas dan y variabel
terikat.
2.6. Uji t
Uji-t (t-test) merupakan statistik uji yang sering kali ditemui dalam
masalah-masalah praktis statistika.Uji-t termasuk dalam golongan statistika
parametrik.Statistik uji ini digunakan dalam pengujian hipotesis. Seperti yang
telah dibahas dalam tulisan (post) lain di weblog ini, uji-t digunakan ketika
informasi mengenai nilai variance (ragam) populasi tidak diketahui.
Uji-t dapat dibagi menjadi 2, yaitu uji-t yang digunakan untuk pengujian hipotesis
1-sampel dan uji-t yang digunakan untuk pengujian hipotesis 2-sampel. Bila
dihubungkan dengan kebebasan (independency) sampel yang digunakan (khusus
bagi uji-t dengan 2-sampel), maka uji-t dibagi lagi menjadi 2, yaitu uji-t untuk
sampel bebas (independent) dan uji-t untuk sampel berpasangan (paired).
Dalam lingkup uji-t untuk pengujian hipotesis 2-sampel bebas, maka ada
1 hal yang perlu mendapat perhatian, yaitu apakah ragam populasi (ingat: ragam
populasi, bukan ragam sampel) diasumsikan homogen (sama) atau tidak. Bila
ragam populasi diasumsikan sama, maka uji-t yang digunakan adalah uji-t dengan
asumsi ragam homogen, sedangkan bila ragam populasi dari 2-sampel tersebut
tidak diasumsikan homogen, maka yang lebih tepat adalah menggunakan uji-t
dengan asumsi ragam tidak homogen. Uji-t dengan ragam homogen dan tidak
homogen memiliki rumus hitung yang berbeda.
21
III METODE PENELITIAN
3.1.Lokasi, Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala
PesisirKabupaten Nagan Raya. Penentuan Lokasi Tersebut dilakukan dengan cara
sengaja (Purposive Sampling), dikarenakan daerah ini merupakan sentra produksi
padi sawah yang terdapat di 1 Desa yaitu Desa Padang Rubek.
Objek penelitian adalah petani yang mengusahakan usaha tani padi sawah
diDesa Padang RubekKecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.Ruang
lingkup penelitian terbatas pada tingkat pengaruh biaya (x1), luas lahan (x2) dan
produksi (x3) berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani padi sawah di Desa
Padang Rubek Kecamatan Kuala pesisir Kabupaten Nagan Raya.
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah semua petani yang mengusahakan
usaha tani padi sawah di desa Padang Rubek. Pengambilan sampel dilakukan
menurut pendapatan Arikunto (2005) jika jumlah populasi sedikit atau di bawah
100 maka pengambilan populasi dalam penelitian dapat sekaligus menjadi sampel
atau pengambilan sampel secara total Sampling. Karena populasi dalam penelitian
ini adalah sebanyak 30 orang maka kesemua populasi tersebut menjadi sample
dalam penelitian usahatani padi sawah di desa Padang Rubek Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
22
3.3 Sumber dan Tekhnik Pengumpulan Data
1. Data Sekunder
Sumber data yang berbentuk dalam rangkaian waktu ini bersumber dari
Badan Pusat Statistik dan Dinas Pertanian Kabupaten Nagan Raya lain yang
terkait yang memiliki relevansi dengan pokok permasalahan pada penelitian ini.
2. Data Primer
Data primer adalah merupakan data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli (tidak melalui perantara), data primer secara khusus dikumpulkan
oleh peneliti untuk menjawab penelitian. Sumber data primer diperoleh dengan
melakukan wawancara kepada masyarakat yang menjadi petani padi irigasi yang
terpilih sebagai sampel didasarkan pada kuisioner yang telah disiapkan.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Library Research (Riset Kepustakaan)
Kegiatan penggumpulan data secara ilmiah dan teoritis, yaitu dengan
membaca dan mengutipnya secara langsung dari beberapa buku
yangberkaitan dengan masalah yang akan di bahas dalam penelitian ini. Hal
ini dilakukan agar data yang didapatkan lebih relevan.
b. Field Research (Riset Lapangan)
Metode ini dilakukan dengan cara melakukan tanya jawab secara langsung
kepada pihak-pihak yang dapat memberikan keterangan yang berhubungan
dengan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini. Dalam penelitian
ini, penulis melakukan wawancara langsung dengan petani padi sawah di
Desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
23
3.4 Model Analisis Data
Metode yang digunakan sebagai alat analisa data dalam penelitian ini
yaitu dengan menggunakan Analisa Regresi Berganda, Korelasi, dan Uji t yang
akan diolah dengan menggunakan rumus-rumus dengan penjelasan sebagai
berikut:
3.4.1 Analisis Regresi Berganda
Analisis ini digunakan sebagai analisis ramalan nilai pengaruh terhadap
veriabel terikat (Y) yang dihubungkan lebih dari satu variabel mungkin dua atau
tiga dan seterusnya variabel bebas (X1, X2) pendapat HasanIkbal (2003). Dimana
persamaan regresi linear berganda adalah sebagai berikut:
Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3+ e...................................................(1)
Keterangan :
Y : Variabel Terikat (Pendapatan )
a, b1, b2, b3,....., bk : Koefisien Regresi
X : Variabel Bebas
X1:Biaya
X2: Luas Lahan
X3 :Produksi
e : Kesalahan Penganggu (erorr term)
3.4.2 Analisis Korelasi
Analisis Korelasi adalah suatu analisis untuk mengetahui tingkat
hubungan antara dua variabel atau lebih yaitu X variable bebas dan Y variabel
24
terikat.Rumus analisis Korelasi berganda menurut Hasan Ikbal (2009) adalah
sebagai berikut:
n ∑xy - ( ∑x) ( ∑y )
r = ....................... (2)
√ [n ∑x2 –
( ∑x )2│n ∑y
2 -( ∑y )
2]
Keterangan :
r : Koefisien Korelasi Person
y : Variabel Terikat (Pendapatan)
x : Variabel Bebas (Variabel yang diteliti)
3.4.3 Uji t
Uji t digunakan untuk menguji hipotesis suatu parameter bila sampel
berukuran kecil (n ≤ 30) dan ragam populasi tidak di ketahui pendapat (Hasan
Ikbal. 2009). Dimana persamaan Uji t adalah sebagai berikut:
r√ n - 2
t = ................................................................................... (4)
√ 1 – r2
Keterangan :
n = Jumlah Sampel
r : Koefisien Korelasi
3.5 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Biaya adalah sejumlah pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh petani untuk
memproduksi padi.
b. Luas Lahan adalah besarnya luas lahan atau tanah yang digarap untuk
penanaman padi sawah.
25
c. Pendapatan adalah adalah penerimaan bersih setelah adanya pengurangan
antara penerimaan dan total biaya.
d. Petani Padi sawah adalah para petani yang menanam padi dengan
menggunakan tekhnik persawahan.
3.6 Pengujian Hipotesis
Hipotesis statistik yang digunakan dalam peneliian ini adalah sebagai
berikut:
H0 ; β = 0, Faktor-faktor yang diteliti secara bersama-sama tidak
memilikipengaruh yang signifikan dalam pendapatan padi sawah di
desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir KabupatenNagan Raya.
H1 ; β ≠ 0, Faktor-faktor yang diteliti secara bersama-sama memiliki pengaruh
yang signifikan dalam pendapatan padi sawah di desa Padang Rubek
Kecamatan Kuala Pesisir KabupatenNagan Raya.
Kriteria Uji hipotesis yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Apabila th>tt , maka Hoditolak Hi diterima, artinya terdapat pengaruh yang
signifikan antara faktor-faktor yang (faktor biaya, luas lahan dan produksi)
terhadap pendapatan padi sawah di desa Padang Rubek Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
b. Apabila th< tt , maka Hoditerima Hiditolak, artinya tidak terdapat pengaruh
yang signifikan antara faktor-faktor yang diteliti (faktor biaya, luas lahan dan
produksi) terhadap pendapatan padi sawah di desa Padang Rubek Kecamatan
Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
26
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Letak Geografis dan Luas Daerah
Kecamatan Kuala Pesisir merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten
Nagan Raya.Jarak lokasi penelitian dengan Ibukota Suka Makmue - Nagan Raya
30 km. Luas Daerah Kabupaten Nagan Raya seluruhnya ± 3.363,72
km².Kecamatan Kuala Pesisir terdiri dari 3 mukim yaitu Mukim Kuala Trang,
Kuala Tuha, dan Kuala Baro.Jumlah desa di Kecamatan Kuala Pesisir adalah
sebanyak 17 desa. Secara geografis kecamatan Kuala Pesisir terletak pada
ketinggian 0,6-1 m dpl dengan suhu rata-rata 21-330C.
Ibu kota Kecamatan Kuala Pesisir adalah Padang Rubek, luas wilayah
Kecamatan Kuala Pesisir 76,34 Km2. Adapun batas-batas wilayah Kecamatan
Kuala Pesisir sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasn dengan Kecamatan Kuala
Sebelah Selatan berbatasn dengan Samudera Hindia
Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Aceh Barat
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tadu Raya
4.2 Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel atau petani dalam penelitian ini adalah gambaran/
keadaan atau ciri-ciri para petani yang menjalankan pertanian padi sawah di desa
Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.Adapun
karakteristik petani meliputi Umur, Pendidikan, Luas Lahan, dan pengalaman
bertani.Karakteristik ini memiliki kaitan dengan tingkat pendapatan dan
kesejahteraan hidup petani, karena menggambarkan kemampuan bekerja,
27
produktifitas, pola pikir, perencanaan dan berbagai kemampuan lainnya terutama
dalam meningkatkan pertanian padi sawah.
1. Umur
Usia produktif adalah usia antara 15-50 tahun dan usia non produktif antara
0-14 tahun dan diatas 50 tahun. Jumlah dan persentase responden berdasarkan
kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.Karakteristik petani padi sawah di desa Padang Rubek Kecamatan
Kuala Pesisir berdasarkan umur.
No Kelompok Umur (Th) Jumlah Responden persentase
1 31-50 24 80%
2 51-60 6 20%
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer (diolah), 2014
Berdasarkan Tabel 1, dapat dapat diketahui bahwa jumlah responden
yaitu 30 orang yang terdiri dari 24 orang (80%) berumur produktif dan 6 orang
(20%) berumur tidak produktif, produktifitas kerja petani padi masih cukup tinggi
sehingga lebih potensial dalam menjalankan usaha pertaniannya. Pada usia
produktif kemampuan fisik para petani masih memadai, sehingga memungkinkan
pertanian padi sawah masih terus dapat dikembangkan karena para petani masih
memiliki produktifitas dan kemampuan bekerja yang tinggi. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada lampiran 2.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor yang paling penting untuk
responden dalam hal menerima dan menerapkan tekhnologi baru, disamping
kemampuan dan keterampilan dari para petani itu sendiri. Pendidikan akan
mempengaruhi pola pikir petani dalam menjalankan kegiatan usahanya dan
pengambilan keputusan dalam pemasaran padi yang dihasilkan. Selain itu
28
pendidikan juga akan mempengaruhi petani dalam menyerap informasi terbaru
yang dapat diterapkan dalam kegiatan usahanya.
Tabel 2.Karakteristik petani padi sawah di desa Padang Rubek Kecamatan
Kuala Pesisir berdasarkan tingkat pendidikan.
No Tingkat pendidikan Jumlah Responden Persentase (%)
1 SD 9 30,4%
2 SMP 14 34,5%
3 SMA 7 26,1%
Jumlah 30 100%
Sumber: Data Primer (diolah), 2013
Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa sebagian besar responden
adalah tamatan SMP sebanyak 14 orang (34,5 persen). Hal ini menunjukkan
tingkat pendidikan masih rendah. Pendidikan yang diperoleh diharapkan dapat
menjadi modal bagi para petani dalam menjalankan pertanian padi sawah, dapat
menghitung pengeluaran, pemasukan, keuntungan dan kerugian dari pertanian
padi sawah tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2.
3. Luas Lahan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan luas lahan dapat dilihat
pada Tabel 3.
Tabel 3.Karakteristik petani padi sawah di desa Padang Rubek Kecamatan
Kuala Pesisir berdasarkan luas lahan.
No Luas lahan (Rante) Jumlah Responden Persentase
1 8rante 14 43,5%
2 16rante 16 56,5%
Jumlah 30 100%
Sumber: Data Primer (diolah), 2013
Berdasarkan Tabel 3, diketahui bahwa jumlah petani yang memiliki luas
lahan terbanyak adalah pada luas lahan 16rante yaitu sebanyak 16 orang (56,5
persen), kemudian disusul dengan luas lahan 8rante yaitu sebanyak 14 orang (43,5
persen). Besar kecilnya luas lahan petani ini berpengaruh terhadap pendapatan
29
petani dari hasil pertaniannya, dimana panen padi sawah akan lebih sedikit jika
luas lahan petani kecil dan demikian sebaliknya, luas lahan pertanian yang
dimiliki oleh petani rata-rata adalah sebesar 12,3 rante.Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada lampiran 2.
4. Pengalaman Bertani
Jumlah dan persentase responden berdasarkan status kepemilikan lahan
dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4.Karakteristik petani padi sawah di desa Padang Rubek Kecamatan
Kuala Pesisir berdasarkan Pengalaman.
No Pengalaman Bertani Jumlah Responden Persentase
1 10-20 20 67%
2 21-30 10 33%
Jumlah 30 100
Sumber: Data Primer (diolah), 2013
Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa petani yang memilki
pengalaman bertani selama 10-20 tahun adalah sebanyak 20 orang (67%) dan
yang memiliki pengalaman bertani selama 21 sampai 30 tahun adalah sebanyak
10 orang (33%).Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2.
4.3 Analisis Penerimaan Petani
Analisis penerimaan petani adalah penerimaan yang didapatkan oleh para
petani dari hasil pemanenan padi yang dipanen.
Penerimaan petani didapat dari hasil panen dikali dengan harga jual
(volume padi yang dipanen) oleh para petani. Dimana volume padi yang dipanen
tersebut berbeda-beda jumlahnya tergantung pada luas lahan pertanian padi sawah
dan jumlah bibit padi yang ditanami pada sawah tersebut, jumlah keseluruhan
rata-rata volume padi adalah 3.870 Kg. Hasil pertanian padi sawah tersebut
30
kemudian dijual oleh para petani menurut harga pasaran yang berlaku, harga jual
padi per Kgnya adalah Rp. 4.700,-.
Total penerimaan petani dari panen pertanian padi sawah akan berbeda-
beda antara satu petani dengan petani lainnya tergantung pada luas lahan,
banyaknya jumlah bibit padi dan harga padi. Total penerimaan rata-rata petani
dari pertanian padi sawah adalah sebesar Rp. 18.189.900 per satu kali panen. Ini
adalah rata-rata penerimaan petani yang dapat disebut sebagai pendapatan kotor
petani karena belum dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk
pertanian padi sawah.Untuk lebih jelasnya tentang penerimaan petani dari
pertanian padi sawah di desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisirdapat dilihat
pada lampiran 8.
4.4 Jenis Biaya
Biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk pertanian padi sawah terdiri
dari beberapa jenis biaya yaitu biaya yang dikeluarkan petani untuk membeli
bibit, pupuk dan peptisida, Alat dan bahan dan biaya untuk tenaga kerja.
Total rata-rata biaya yang dikeluarkan petani untuk tenaga kerja adalah
Rp. 4.354.667,- sedangkan rata-rata biaya yang dikeluarkan petani untuk peralatan
(penyusutan) adalah Rp. 200.083,- kemudian rata-rata biaya yang dikeluarkan
petani untuk benih atau bibit adalah sebesar Rp. 137.867,- dan rata-rata biaya
yang dikeluarkan petani untuk pupuk dan pestisida adalah sebesar Rp. 806.353,-.
Total keseluruhan biaya yang dikeluarkan petani untuk pertanian padi
sawah adalah jumlah dari seluruh biaya yaitu biaya bibit, biaya pupuk, obat-
obatan, biaya tenaga kerja dan biaya peralatan kerja, yang mana rata-rata jumlah
total biaya yang dikeluarkan petani untuk pertanian padi sawah adalah sebesar
31
Rp. 5.498.970,-. Untuk lebih jelasnya total biaya yang dikeluarkan oleh petani
pertanian padi sawah di desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir dapat dilihat
pada lampiran 7.
4.5 Analisis Pendapatan petani
Analisis pendapatan petani adalah hasil pengurangan antara total
penerimaan yang diterima petani perpanennya dengan total biaya yang
dikeluarkan oleh petani perpanennya. Jumlah pendapatan per petani padi berbeda-
beda antara satu petani dengan petani lainnya tergantung pada besarnya jumlah
penerimaan dan biaya per petani dari pertanian padi sawah. Total rata-rata
pendapatan petani padi per panennya adalah sebesar Rp. 12.690.030,-. Pendapatan
petani ini adalah pendapatan bersih petani atau dapat juga dikatakan sebagai
keuntungan bagi petani dalam menjalankan usaha pertanian padi sawah.Untuk
lebih jelasnya tentang pendapatan petani pertanian padi sawah di desa Padang
Rubek Kecamatan Kuala Pesisir dapat dilihat pada lampiran 9.
4.6Anaslisis Data
Analisis regresi ini digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh
antara variabel bebas yaitu Biaya (X1),luas lahan(X2), dan produksi(X3) dengan
variabel terikat yaitu pendapatan(Y).
Dengan menggunakan bantuan perangkat komputer di peroleh model
regresi linear berganda yang dapat dilihat pada Tabel 3.berikut ini:
32
Tabel 5. Regresi Linear Berganda
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 260940.289 172151.029 1.516 .142
BIAYA 4.801 2.145 1.797 2.238 .034
LUAS
LAHAN
1.618E6 954871.130 1.355 1.695 .102
PRODUKSI 4884.699 181.687 1.429 26.885 .000
a. Dependent Variable: PENDAPATAN
Sumber: Data Primer (diolah) 2014.
Berdasarkan Tabel 5, di dapatkan persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 4801X1+1618X2 + 4884X3
Dari persamaan diatas dapat interprestasikan sebagai berikut:
Pendapatan petani akan meningkat sebesar Rp. 4801 untuk setiap tambahan
satu rupiah X1 (biaya) dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. Jadi
apabila modal mengalami peningkatan 1 rupiah, maka pendapatan
petaniakan meningkat sebesar Rp. 4801.
Pendapatan petani akan meningkat sebesar Rp. 1618untuk setiap tambahan
satu rante X2 (luas lahan) dengan asumsi variabel yang lainnya konstan. Jadi
apabila luas lahan mengalami penambahan 1 rante, maka pendapatan
petaniakan meningkat sebesar Rp. 1618.
Pendapatan petani akan meningkat sebesar Rp. 4884 untuk setiap tambahan
satu kilogram X3 (produksi) dengan asumsi variabel yang lainnya konstan.
Jadi apabila produksi mengalami peningkatan 1 Kg, maka pendapatan
petaniakan meningkat sebesar Rp. 4884kg.
33
Berdasarkan interpretasi di atas, dapat diketahui besarnya kontribusi
variabel bebas terhadap variabel terikat, antara lain Biaya (X1)sebesar 4487,dan
Produksi(X3) sebesar 4869. Sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel biaya
(X1) dan produksi(X3)berpengaruh nyata terhadap pendapatan petani. Sedangkan
variabelluas lahan(X2) sebesar 1504, Sehingga dapat disimpulkan bahwa luas
lahan (X2) tidakberpengaruh nyata terhadap pendapatan petani.
Untuk mengetahui diantara ketiga variabel bebas tersebut berpengaruh
paling dominan terhadap variabel terikat dapat dilihat dari nilai koefisien beta
masing-masing.Koefisien beta merupakan nilai dari koefisien regresi yang telah
distandarisasi dan berguna untuk membandingkan mana diantara variabel bebas
yang dominan terhadap variabel terikat.
Dari tabel diatas, dapat dilihat nilai koefisien beta untuk masing-masing
variabel bebas tersebut adalah sebagai berikut :
Nilai koefisien beta Biaya (X1)sebesar 1,797
Nilai koefisien beta luas lahan(X2) sebesar 1,355
Nilai koefisien beta produksi(X3) sebesar 1,429
Sehingga dapat disimpulkan bahwa diantara ketiga variabel bebas dalam
penelitian ini yang lebih dominan pengaruhnya adalah penerimaan dan produksi.
4.7 Analisis Korelasi Berganda
Analisis Korelasi adalah suatu analisis untuk mengetahui tingkat
hubungan antara dua variabel atau lebih yaitu X variable bebas dan Y variabel
terikat.
Dengan menggunakan bantuan perangkat komputer di peroleh nilai R
(Koefisien Korelasi) yang dapat dilihat pada Tabel 6.berikut ini:
34
Tabel 6. Korelasi Berganda
Model Summary
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .999a .997 .997 263876.267
a. Predictors: (Constant), PRODUKSI, LUAS LAHAN, BIAYA Sumber: Data Primer diolah, 2014.
Berdasarkan Tabel 6, didapatkan hasilkoefisien korelasi yang
menunjukkan besarnya hubungan antara variabel bebas yaitu variabel biaya
(X1),luas lahan(X2), dan produksi(X3) dengan variabel pendapatan petani, nilai R
(koefisien korelasi) Biaya (X1)sebesar 0,999,luas lahan(X2) sebesar 0,999, dan
produksi(X3) sebesar 0,999, nilai korelasi ini menunjukkan bahwa hubungan
antara variabel bebas yaitu biaya (X1),luas lahan(X2), dan produksi(X3)dengan
variabel pendapatan petani termasuk kategori sangat kuat karena berada pada
sedang 0,8 – 1. Selain itu didapatkan hasil bahwasanya Biaya (X1)sebesar 99,7%,
luas lahan(X2) sebesar 99,7%, dan produksi(X3) sebesar 99,7% Biaya (X1), luas
lahan(X2), dan produksi(X3)mempengaruhi pendapatan petani padi sawah di desa
Padang Rubek di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya atau diatas 90
persen ketiga variabel tersebut mempengaruhi pendapatan petani padi sawah di
desa Padang Rubek di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya dan
sebesar 10 persen pendapatan petani padi sawah di desa Padang Rubek di
Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya di pengaruhi oleh faktor
lainnya.
4.8 Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebas
secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
35
terikat.Dapat juga dikatakan jika thitung> ttabel atau -thitung< -ttabel maka hasilnya
signifikan dan berarti Hoditolak dan Hi diterima. Sedangkanjika thitung< ttabel atau -
thitung> -ttabel maka hasilnya tidak signifikan dan berarti Hoterima dan Hi ditolak.
Dengan menggunakan bantuan perangkat komputer di peroleh hasil thitung
yang dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini:
Tabel 7. Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 260940.289 172151.029 1.516 .142
BIAYA 4.801 2.145 1.797 2.238 .034
LUAS
LAHAN
1.618E6 954871.130 1.355 1.695 .102
PRODUKSI 4884.699 181.687 1.429 26.885 .000
a. Dependent Variable: PENDAPATAN Sumber: Data Primer diolah, 2014.
Berdasarkan Tabel 5. diperoleh hasil sebagai berikut :
Uji t antara X1 (biaya) dengan Y (pendapatan petani) menunjukkan thitung =
2.238. Sedangkan ttabel (a = 0.05 ; db residual = 26) adalah sebesar 2,056.
Karena thitung> ttabel yaitu 2.238> 2,056 maka pengaruh X1 adalahsignifikan
pada tingkat kesalahan a = 5%. Hal ini berarti Ho di tolak dan Hi diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan petani dapat dipengaruhi
secara signifikan oleh variabel biaya atau dengan kata lain bahwa biaya
merupakan faktor yang dapat meningkatkan pendapatan petani padi sawah
secara nyata di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
Uji t antara X2 (luas lahan) dengan Y (pendapatan petani) menunjukkan
thitung = 1.696. Sedangkan ttabel (a = 0.05 ; db residual = 26) adalah sebesar
36
2,056. Karena thitung< ttabel yaitu 1.696< 2,056 maka pengaruh X2 adalah
tidak signifikan pada tingkat kesalahan a = 5%. Hal ini berarti Ho di terima
dan Hi ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan petani tidak
dapat dipengaruhi secara signifikan oleh variabel luas lahan atau dengan
kata lain bahwa luas lahan merupakan faktor yang dapat meningkatkan
pendapatan petanipadi sawah tidak secara nyata di Kecamatan Kual Pesisir
Kabupaten Nagan Raya.
Uji t antara X3 (produksi) dengan Y (pendapatan petani) menunjukkan thitung
= 29.213. Sedangkan ttabel (a = 0.05 ; db residual = 26) adalah sebesar 2,056.
Karena thitung> ttabel yaitu 29.213 > 2,056 maka pengaruh X1 adalahsignifikan
pada tingkat kesalahan a = 5%. Hal ini berarti Ho di tolak dan Hi diterima,
sehingga dapat disimpulkan bahwa pendapatan petani dapat dipengaruhi
secara signifikan oleh variabel produksi atau dengan kata lain bahwa
produksi merupakan faktor yang dapat meningkatkan pendapatan petani
padi sawah secara nyata di Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan
Raya.
Berdasarkan uji t test dapat diketahui bahwa variabel bebas yang
mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (pendapatan
petani) adalahvariabel biaya dan produksi secara signifikan pada alpha 5%.
Sedangkan variabel luas lahan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat (pendapatan petani) tidak signifikan pada alpha 5%. Dan
dari ketiga variabel bebas tersebut yang memiliki pengaruh paling kuat dalam
meningkatkan pendapatan petani adalah variabel biaya dan produksi, karena
variabel biaya dan produksi memiliki nilai thitung yang paling tinggi.
37
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan interpretasi regtresi linear berganda, dapat diketahui
besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat, antara lain variabel
biaya (X1)sebesar 4801dan produksi(X3) sebesar 4884. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel biaya (X1) danproduksi(X3)berpengaruh secara nyata
terhadap pendapatan petani. Sedangkan luas lahan(X2) sebesar 1618, dapat
disimpulkan bahwa variabel luas lahan(X2)berpengaruh secara tidak nyata
terhadap pendapatan petani padi sawah di desa Padang Rubek Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya.
Selanjutnya hasil Koefisien Korelasi di ketahui bahwa sebesar 90
persenketiga variabel tersebut mempengaruhi pendapatan petani padi sawah di
desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya dan sebesar
10 persen pendapatan petani padi sawah di desa Padang Rubek Kecamatan Kuala
Pesisir Kabupaten Nagan Raya di pengaruhi oleh faktor lainnya.
Kemudian berdasarkan uji t test dapat diketahui bahwa variabel bebas
yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (pendapatan
petani) adalahvariabel biaya dan produksi secara signifikan pada alpha 5%.
Sedangkan variabel luas lahan tidak mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat (pendapatan petani) tidak signifikan pada alpha 5%. Dan
dari ketiga variabel bebas tersebut yang memiliki pengaruh paling kuat dalam
meningkatkan pendapatan petani adalah variabel biaya dan produksi, karena
variabel biaya dan produksi memiliki nilai thitung yang paling tinggi.
37
38
5.2 Saran
Diharapkan bagi para petani padi sawah agar lebih memperhatikan
faktor-faktor yang dapat meningkatkan pendapatan petani sehingga usaha
pertanian padi sawah khususnya di desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir
Kabupaten Nagan Raya yang dijalankan dapat memberikan hasil sesuai dengan
apa yang diharapkan.
Diharapkan kepada pemerintah agar petani diperhatikan dengan
pemberian bantuan modal, bibit unggul, pupuk dan peningkatan penyuluhan yang
kontinyu oleh PPL serta membantu penambahan cetak sawah baruuntuk usahatani
padi khususnya di desa Padang Rubek Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan
Raya.
39
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Suryana, 2001. Kebijakan Nasional Pemantapan Ketahanan Pangan.
Makalah pada Seminar Nasional Teknologi Pangan, Semarang
______________. 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan
Pangan, FE UGM.
Anonymous, 2008. Panduan Praktikum Pengantar Fisika Tanah. Laboratorium
Fisika Tanah. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang
Arikunto, S. (2005).Manajeman Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Arsyad.2007. Buku Pintar Mandor (BPM) Seri Budi Daya Tanaman Kelapa Sawit
Lembaga Pendidikan Perkebunan (LPPI). Penerbit: Press. Yogyakarta.
Daniel. M, 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Aksara, Jakarta.
________.2004. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Bumi Aksara. Jakarta
Hernanto, Fadholi. 2000. Ilmu Usaha Tani. Jakarta: Penebar Swadaya
Hasan, Iqbal. 2003. Pokok-pokok Materi Statistik 1 (Statistik Deskriptif).Edisi
dua.PT. Bumi Aksara. Jakarta.
__________. 2009. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik. Cetakan Keempat.
Penerbit: PT. Bumi Aksara. Jakarta.
Irawan. B. 2003. Konversi Lahan Sawah di Jawa dan Dampaknya terhadap
Produksi Padi (Land Conversion in Java and its impact on rice production)
in Kasryno et al. (Eds). Ekonomi Padi dan Beras Indonesia (Indonesian
Rice Economy).Indonesian Agency for Agricultural Research and
Development, Jakarta.
Kosasih Engkos. 2003. Kompetensi Ketatabahasaan, Cermat BerbahasaIndonesia.
Bandung: Yrama Widya.
Sapuan.2003. Arah Kebijakan Kelembagaan Produksi dan Produksi Beras.
Makalah Seminar Lokakarya Kebijakan Perberasan di Indonesia. PSKPG.
Lemlit IPB. Bogor
Sastrosayono & Selardi.2006. Budidaya Usahatani dan Penelitian untuk
Pengembangan Petani Kecil.Universitas Indonesia. Jakarta
Soekarwati. 2001. Analisis Usaha Tani. Jakarta: UI Press 2006. Analisis Usaha
Tani. Jakarta: UI Press.
40
_________ 2003.Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Departemen Ilmu Sosial
Ekonomi.Fakultas Pertanian Bogor. Bogor
Suryanto & Galih.2005. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan
Pedagang Konveksi.Skripsi Universitas Islam Indonesia.Dipublikasikan,
Didownload taanggal 10 April 2013.
Sayogya, Mukhtar Saman, 2000, Masalah penanggulangan kemiskinan. Refleksi
dari kawasan Indonesia Timur, 196. Puspa Swara. Jakarta
Sukirno.2008. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan Di
Kabupaten Langkat, Tesis S2. PSS USU. Medan
Suratiyah Amus. 2006. Ilmu Usaha Tani. Penebar swadaya Depok Jakarta:.
Tjakrawiralaksana A. 2001. Usahatani.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Jakarta
Widodo, S. (2002).Kebijakan Pangan Nasional Dalam Kerangka Otonomi Daerah.
MM Agribisnis UGM.
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
Achmad Suryana, 2001. Kebijakan Nasional Pemantapan Ketahanan Pangan.
Makalah pada Seminar Nasional Teknologi Pangan, Semarang , 9-10
Oktober 2001