6
I. PENDAHULUAN 1.1 LataI' Belal<ang Titik berat pembangunan nasional jangka panJang adalah pembangunan ekonomi, dengan sasaran tercapainya keseimbangan antara sektor pertanian dan sektor industri yaitu industri yang kuat ditunjang oleh pertanian yang tangguh dan kemudian dapat membawa perubahan fundamental dalam struktur perekonomian. Hubungan timbal balik antara sektor pertanian dan sektor industri harus dipadukan dan diselaraskan menuju suatu pola pembangunan dan pengembangan kearah agroindustri yang sesual dengan sumber daya industri serta kondisi wilayah. Peningkatan peranan agroindustri melllbutuhkan peranan sektor pertanian tidak hanya sekedar pemasok bahan baku komoditi pertanian tetapi juga sebagai pemasok bahan baku primer untuk kebutuhan industri. Agribisnis lllelllpunyai karakteristik yang sangat kompleks dan luas bergerak dari sektor hulu hingga hilir yang pada gilirannya adalah untuk llleningkatkan nilai tambah dari semua produk (Collado, 1994). Dari produk pertanian primer dapat langsung dipasarkan, tetapi dengan pengolahan akan terjadi proses yang meningkatkan nilai talllbah produk dan pada masing-masing pengolahan sudah dapat dipasarkan. Sebagai contoh adalah kayu gelondongan (log) diproses menjadi kayu gergajian, kayu lapis, kemudian diproses menjadi jumilu", partisi dan sebagainya. Pada tahap kayu gelondongan, kayu lapis at au pun tahap barang jadi fumilu", telah dapat dipasarkan. Dengan demikian melakukan bisnis dengan bahan baku kayu tidak harus berproduksi hingga produk akhir/jadi .. r http://www.mb.ipb.ac.id/

I. PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/582/4/1-04-Sonny-pendahuluan.pdf · I. PENDAHULUAN 1.1 LataI' Belal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: I. PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/582/4/1-04-Sonny-pendahuluan.pdf · I. PENDAHULUAN 1.1 LataI' Belal

I. PENDAHULUAN

1.1 LataI' Belal<ang

Titik berat pembangunan nasional jangka panJang adalah pembangunan

ekonomi, dengan sasaran tercapainya keseimbangan antara sektor pertanian dan

sektor industri yaitu industri yang kuat ditunjang oleh pertanian yang tangguh dan

kemudian dapat membawa perubahan fundamental dalam struktur perekonomian.

Hubungan timbal balik antara sektor pertanian dan sektor industri harus dipadukan

dan diselaraskan menuju suatu pola pembangunan dan pengembangan kearah

agroindustri yang sesual dengan sumber daya industri serta kondisi wilayah.

Peningkatan peranan agroindustri melllbutuhkan peranan sektor pertanian tidak

hanya sekedar pemasok bahan baku komoditi pertanian tetapi juga sebagai

pemasok bahan baku primer untuk kebutuhan industri.

Agribisnis lllelllpunyai karakteristik yang sangat kompleks dan luas

bergerak dari sektor hulu hingga hilir yang pada gilirannya adalah untuk

llleningkatkan nilai tambah dari semua produk (Collado, 1994). Dari produk

pertanian primer dapat langsung dipasarkan, tetapi dengan pengolahan akan terjadi

proses yang meningkatkan nilai talllbah produk dan pada masing-masing

pengolahan sudah dapat dipasarkan. Sebagai contoh adalah kayu gelondongan

(log) diproses menjadi kayu gergajian, kayu lapis, kemudian diproses menjadi

jumilu", partisi dan sebagainya. Pada tahap kayu gelondongan, kayu lapis atau pun

tahap barang jadi fumilu", telah dapat dipasarkan. Dengan demikian melakukan

bisnis dengan bahan baku kayu tidak harus berproduksi hingga produk akhir/jadi

.. r

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 2: I. PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/582/4/1-04-Sonny-pendahuluan.pdf · I. PENDAHULUAN 1.1 LataI' Belal

2

Salah satu produk agribisnis yang berbahan baku kayu adalah panel kayu

yang terdiri dari kayu lapis (plywood), Blockboard, MDF (medium dellcity

fiberboard) dan papan partikel (particle board). Produk kayu lapis menggunakan

bahan baku kayu gelondongan, blockboard menggunakan potongan-potongan kayu

dari industri kayu lapis, MDF menggunakan serat-serat kayu sedangkan papan

partikel menggunakan bahan baku berupa limbah kayu, baik limbah industri kayu

lapis ataupun limbah dari industri blockboard dan MDF, dapat juga berupa limbah

pertanian (Iimbah sagu, bagas dan sebagainya) (Kliwon, 1990).

Berdasarkan laporan FAO (tahun 1995), konsumsi panel kayu dunia sejak

tahun 1960 terus meningkat. Konsumsi tahun 2000 diperkirakan meningkat 50 %

atau berjumlah 167 juta m' dibandingkan tahun 1985 tingkat konsumsi dunia

sebesar 109 juta m', sementara supply bahan baku dari seluruh hutan dunia akan

menurun karena luasan hutan tidak dapat bertambah dan cenderung menurun.

Dapat diperhitungkan di masa datang, bahan baku kayu akan menurun sedangkan

permintaan akan produk berbahan baku kayu akan tetap meningkat sehingga posisi

produk tersebut harus dicarikan penggantinya.

Produk MDF di Indonesia masih merupakan barang impor, sehingga

pengadaannya banyak menyedot devisa negara. Daya serap pasar Tndonesia

terhadap MDF dari tahun ke tahun tefllS meningkat, pada tahun 1991 volume

impor MDF Indonesia adalah 4.000 m' pada tahun 1995 berjumlah 27.000 m' dan

hal ini akan naik terus (FAO, 1995).

Salah satu produk alternatif yang dapat menggantikan produk berbahan

baku kayu (kayu lapis, blockboard dan MDF) adalah papan partikel. Hal ini dapat

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 3: I. PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/582/4/1-04-Sonny-pendahuluan.pdf · I. PENDAHULUAN 1.1 LataI' Belal

3

Salah satu produk alternatif yang dapat menggantikan produk berbahan

baku kayu (kayu lapis, blackboard dan MDF) adalah papan partikel. Hal ini dapat

dimungkinkan karena papan partikel menggunakan bahan baku dari limbah industri

pengolahan kayu atau limbah pertanian lainnya.

Dengan meningkatnya perhatian masyarakat dunia akan keselamatan

lingkungan, nilai ekonomis produk, selera konsumen akan bentuk dan model

produk, maka produk papan partikel akan menjawab permintaan tersebut.

Sehingga peningkatan produksi dan pemasaran guna perluasan pangsa pasar papan

partikel perlu dikembangkan lebih jauh lagi.

1.2 Perumusan Masalah

Kebutuhan konsumen baik industri maupun perorangan akan panel kayu

(kayu lapis, blackboard, MDF, papan partikel), terus meningkat dari tahun ke

tahun sehingga produksi panel kayu juga meningkat sesuai dengan permintaan

pasar. Ketersediaan bahan baku kayu dari hutan belum dapat digantikan oleh

hutan industri dan kemampuan hutan dunia. Untuk memenuhi kebutuhan industri

panel kayu yang terus meningkat (Dep. Kehutanan Rl, 1995), sementara

permintaan pasar akan produk terus meningkat dan mengikuti selera konsumen

yang menginginkan barang-barang dengan bahan baku panel kayu. Peningkatan

kepedulian masyarakat dunia akan keselamatan lingkungan menempatkan industri

berbahan baku kayu pada posisi yang tidak menguntungkan dan hal ini sudah

menjadi komitmen masyarakat dunia untuk dilaksanakan.

Pada Repelita VI dinyatakan bahwa hutan utuh adalah 92.000.000 ha dari

jumlah tersebut hanya 46.100.000 juta ha yang merupakan hutan produksi dan

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 4: I. PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/582/4/1-04-Sonny-pendahuluan.pdf · I. PENDAHULUAN 1.1 LataI' Belal

4

18.700.000 ha merupakan hulan konversi. Menurut ramalan pada tahun 2030

sekitar 20 - 25 % hulan akan hilang terutama pada hutan konversi dan produksi

(FAG, 1991). Bila menggunakan asumsi bahwa laju perusakan hulan adalah

800.000 Halthn, maka pada lahun 2003 Indonesia akan kehilangan hUlan

5.600.000 ha dan pada tahun 2020. Indonesia akan kehilangan hutan 19.200.000

ha. Sehingga hutan utuh Indonesia pada tahun 2020 hanya seluas 73.200.000 ha

(Tabel I).

Tabel I. Perkiraan Laju Perusakan di Indonesia

(000 Ha)

Fuktur Sumber Pcrkinlllll

WB t9911' FAO 1991 I TAG 1991 J MoFr 1992' Dick 1991 '

Tr3l1smigrasi 300 65,0 300 78,4

Pcrkcbunan 250 274 1t ,4 160 11,4

Pengcmb..1ngan Rnwa 85 30,4 Ie 30,4

Transmigmsi SpCllIlilll 500 461 156,S 3110 178,5

Pcrtanian Tmdisiollal Ie Ie Ie Ie 135,5

Eksploitasi Ilutan 80 80 Ie 77 120,0

Kcb..1karHll 70 113 Ie 478 70,0

To I a 1 900 UI3 263.3 U15~ 624,2

Catalan:Ie : tidak ada ~rkimall

a1: Rata-rata kcmS:lkan akib..'ll kcbakarnn (idak h.:nnasuk kchaknran hcsm di Kalimantan( ... ) = PcnjUlnlalmn Tolal dipcrlxlikiI. World Bank Indonesin: SustHinabk Development or Fon,:sl, Land .11ld Wulcr. 19902. Food & Agriculture Organiwlioll (FAO). Situation lind Outlook 01" Ihe Forestry Sector in Indonesia,

1990.3. Transmigmlioll Advisol)' Group (TAG). Forcst Clearance Study. Ministry ofTransmigralion, 1991.4. Ministry or Forcstry (MoFr), Indoncsia Tropical Forcstry Action Progmm, 1992.5. Dick. J. Forcst Land Usc, Forcst Usc ZOllation, and Dclorc::st<ltioll in Indoncsia, BackgrolUld paper for

Un Confcrcncc on Environmcnt and Dcvelopmcnt, prcparcd lor KLiI and BAPEDAL, GOL, 199 J.

Sumbcr : World Hmlk (1994). IndollCsii.Ul Environmcnt and Dcvclopml:lIt : Ch'lllcngcs for thc Future.

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 5: I. PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/582/4/1-04-Sonny-pendahuluan.pdf · I. PENDAHULUAN 1.1 LataI' Belal

5

menu rut Dick (1991) perusakan hutan 0,6 juta haith, menurut F AO (1991)

perusakan hutan sebesar 1,3 juta haith, sedangkan menu rut Departemen Kehutanan

kerusakan hutan hanya 0,8 juta halth. Menurut Dick yang menarik bahwa

perusakan hutan sebanyak 67 % disebabkan oleh perubahan-perubahan yang

didukung oleh pemerintah seperti perkebunan, transmigrasi dan pengembangan

rawa.

Situasi global di atas dapat dijadikan bahan analisis guna memberikan solusi

yang terbaik sehingga perlindungan terhadap keselamatan lingkungan dan

kebutuhan konsumen akan produk-produk dengan bahan baku panel kayu tetap

terpenuhi. Agar industri berbasis bahan baku panel kayu dapat terus berlanjut maka

alternatif terbaik sebagai pengganti kayu lapis, blockboard dan MDF adalah papan

partikel (particle board) (Kliwon, 1990).

Dengan menjadikan papan partikel sebagai barang substitusi/pengganti

kayu lapis h!ockboard dan MDF untuk kebutuhan industri maupun kebutuhan

konsumen perorangan merupakan suatu kajian tersendiri sehingga dibutuhkan

suatu analisis yang mendalam agar pemasaran papan partikel dapat merupakan

suatu prospek pasar yang memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan

produk kayu lapis, blockboard dan MDF

Permasalahan lainnya adalah bahwa seluruh produk MDF yang dikonsumsi

di dalam negeri adalah produk impor, yang jumlahnya semakin meningkat. lmpor

produk MDF dimungkinkan karena produk ini belum dapat diproduksi di dalam

negeri. Produk MDF belakangan ini juga diekspor oleh Indonesia tetapi hal ini

bukanlah produksi Indonesia. Melainkan merupakan re-ekspor, hal ini disebabkan

http://www.mb.ipb.ac.id/

Page 6: I. PENDAHULUAN - repository.sb.ipb.ac.idrepository.sb.ipb.ac.id/582/4/1-04-Sonny-pendahuluan.pdf · I. PENDAHULUAN 1.1 LataI' Belal

6

negen. Produk MDF belakangan ini juga diekspor oleh Indonesia tetapi 1m

bukanlah produksi Indonesia. Melainkan merupakan re-ekspor, hal ini disebabkan

biaya investasi untuk mendirikan pabrik MDF sangat mahal dibanding dengan

industri panel kayu lainnya dan untuk menjaga konsumen yang menggunakan

produk MDF tetap menggunakan produk hasil pabrik Indonesia. Sehingga sudah

selayaknya dicarikan solusi untuk menggantikan MDF yang diimpor tersebut

dengan produk lain antara lain papan partikel.

1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian 1m

adalah:

I. Menelaah perkembangan bisnis berbahan baku kayu,

2. Menelaah kendala-kendala yang akan dihadapi industri berbahan baku kayu,

3. Mengindentifikasikan keunggulan-keunggulan komparatif papan partikel

dibandingkan dengan kayu lapis, blackboard dan MDF.

Penelitian ini diharapkan berguna bagi:

I. Penulis, untuk melatih dan menerapkan anal isis prospek bisnis khususnya

di sektor Agribisnis.

2. Investor, untuk mengetahui prospek pasar dan peluang-peluang yang akan

diperoleh di masa datang khususnya Agribisnis di bidang industri berbahan

baku papan partikel.

3. Perusahaan-perusahaan/industri yang berbahan baku kayu MDF, untuk bahan

evaluasi di masa datang, bahwa bahan baku kayu lapis blackboard dan

http://www.mb.ipb.ac.id/