28
 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Diakui bahwa bangsa Indonesia saat ini adalah bangsa yang sangat terpuruk diantara bangsa bangsa lain di dunia. Satu satunya kemajuan yang mungkin bisa sedikit mengurangi nilai keterpurukan total bangsa Indonesia adalah perubahan di  bidang politik. Di Bidang politik inilah bangsa Indonesia cukup berhasil melakukan  beberapa perbaikan yan g berarti. Tetapi, meskipun serangkaian bentuk perubahan politik telah terjadi, tetap masih perlu dipertanyakan apakah bangsa Indonesia sudah mendekati bentuk demokrasi yakni refomasi politik yang matang? Atau dengan kata lain, sudah cukupkah alasan untuk mengatakan bahwa demokrasi di Indonesia sudah menjalankan agenda penting reformasi guna menjadikan republik ini sebagai sebuah  bangsa dan negara yang menegakkan demokrasi secara penuh ? Dari gambaran ini tentunya dapat diketahui secara bersama bahwa demokrasi di Indonesia ibarat “teater” politik yang ditentukan oleh para aktor merangkap sutradara. Mayoritas rakyat bagaikan penonton yang tak kuasa mengubah jalan cerita. 1  Nilai-nilai demokrasi seakan-akan dihempas oleh angin yang tak tau dibawa kemana arah dan tujuanya. Proses demokratisasi di Indonesia saat ini ibarat masakan nasi yang masih setengah matang tetapi telah terlanjur dihidangkan dan langsung dikeroyok beramai ramai. Atas nama demokrasi, kini banyak orang yang ingin makan sekenyang 1  Bima Arya Sugiarto,  Anti Partai , (Jakarta :Gramat Publishing, 2010 ), h. 8

Iain Syar Eli Pks

Embed Size (px)

DESCRIPTION

proposal IAIN Ambon

Citation preview

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Diakui bahwa bangsa Indonesia saat ini adalah bangsa yang sangat terpuruk

    diantara bangsa bangsa lain di dunia. Satu satunya kemajuan yang mungkin bisa

    sedikit mengurangi nilai keterpurukan total bangsa Indonesia adalah perubahan di

    bidang politik. Di Bidang politik inilah bangsa Indonesia cukup berhasil melakukan

    beberapa perbaikan yang berarti.

    Tetapi, meskipun serangkaian bentuk perubahan politik telah terjadi, tetap

    masih perlu dipertanyakan apakah bangsa Indonesia sudah mendekati bentuk

    demokrasi yakni refomasi politik yang matang? Atau dengan kata lain, sudah

    cukupkah alasan untuk mengatakan bahwa demokrasi di Indonesia sudah

    menjalankan agenda penting reformasi guna menjadikan republik ini sebagai sebuah

    bangsa dan negara yang menegakkan demokrasi secara penuh ? Dari gambaran ini

    tentunya dapat diketahui secara bersama bahwa demokrasi di Indonesia ibarat

    teater politik yang ditentukan oleh para aktor merangkap sutradara. Mayoritas

    rakyat bagaikan penonton yang tak kuasa mengubah jalan cerita.1 Nilai-nilai

    demokrasi seakan-akan dihempas oleh angin yang tak tau dibawa kemana arah dan

    tujuanya.

    Proses demokratisasi di Indonesia saat ini ibarat masakan nasi yang masih

    setengah matang tetapi telah terlanjur dihidangkan dan langsung dikeroyok beramai

    ramai. Atas nama demokrasi, kini banyak orang yang ingin makan sekenyang

    1 Bima Arya Sugiarto, Anti Partai, (Jakarta :Gramat Publishing, 2010 ), h. 8

  • 2

    kenyangnya, dan atas nama demokrasi pula banyak orang melakukan apa saja untuk

    mengalahkan orang lain dalam kompetisi politik. Hal ini tentunya bertentangan

    dengan nilai-nilai demokrasi. Perlu diketahui demokrasi bukan hanya kompetisi

    politik bebas dengan menggunakan segala cara untuk merebut jabatan pemerintahan,

    tetapi demokrasi adalah menghormati harkat martabat hidup manusia dalam

    membangun sistim politik, ekonomi dan sosial yang berkeadilan.

    Berdasarkan hal tersebut, secara teoritis bangsa Indonesia barangkali telah

    memasuki era demokrasi, Larri Diamond menyebutkan bahwa demokrasi bukanlah

    tujuan, melainkan sekedar alat dalam rangka mewujudkan agenda reformasi seperti

    tegaknya supremasi sipil, terbentuknya pemerintah yang bersih dari korupsi, dan

    tegaknya keadilan serta supremasi hukum. Ironisnya, hampir semua agenda

    reformasi cenderung berhenti sebagai retorika. para elite politik dalam

    mempertahankan dan atau merebut posisi politik di legeslatif dan eksekutif, baik di

    tingkat pusat maupun di daerah.2

    Tampaknya, semua itu merupakan biaya politik yang harus dibayar bangsa ini

    yang cenderung para politisi sipil berselingkuh secara politik dengan sisa sisa rezim

    ototriter orde baru.

    Dalam konteks ini dapatlah di katakan bahwa dewasa ini kekuatan masyarakat

    sesungguhnnya memegang momentum atau mempunyai giliran mengelola Negara

    dengan mempercayakan tugas itu kepada partai. Hal ini bahkan merupakan sesuatu

    yang hakiki dalam demokrasi, berakhirnya kekuasan rezim otoriter, secara otomatis

    meminta kehadiran yang sebesar besarnya peran partai partai politik. potensi yang

    2 Arfani Riza Noer, Demokrasi Indonesia Kontemporer, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,

    1996), h. 84.

  • 3

    terkandung dalam diri kekuatan masyarakat yang kemudian terkristalisasi ke dalam

    parpol saharusnya sudah saatnya untuk di aktualisasikan secara sungguh sungguh.3

    Hakikat reformasi di Indonesia adalah tampilnya partisipasi penuh kekuatan

    kekuatan masyarakat yang di salurkan melalui partai partai politik sebagai pilar

    demokrasi. Karena partai politik adalah organisasi yang bersifat nasional dan di

    bentuk oleh sekelompok warga Negara Indonesia secara suka rela atas dasar

    kesamaan kehendak dan cita cita untuk memperjuangkan dan menbeli kepentingan

    politik anggota, masyarakat, bangsa dan Negara, serta memilihara keutuhan Negara

    kesatuan republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

    1945.4 Partai politik juga merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam

    mengembangkan kehidupan demokrasi dan menjunjung tinggi kebebasan yang

    bertanggung jawab.5 tapi disayangkan Indonesia partai politik belum berhasil

    mengemban tugas tersebut. Hal ini merupakan sebuah ironi mengingat kegagalan

    partai terjadi ketika kekuatan Negara seperti birokrasi sipil, dan birokrasi militer

    telah semakin mengurangi peran politiknya secara signifikan dan mendasar.

    Akibat belum berperanya partai politik (parpol) sebagaimana mestinya, hal

    mencolok yang dapat dilihat dengan segera ialah bahwa kekuatan masyarakat yang

    secara tradisional telah sejak lama mengambil peran sebagai pelopor dan kampiun

    pembaharuan, yaitu kaum intelektual dan mahasiswa, masih kukuh mengisi peran

    para pekerja parpol. Para pekerja parpol pada kenyataanya lebih menonjol dalam hal

    3 MD. Maruto dan WMK. Anwari, Reformasi Politik dan Kekuatan Masyarakat : Kendala dan

    Peluang Menuju Demokrasi, (Jakarta : Pustaka LP3ES Indonesia, 2002), h. 25. 4Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik, (Bandung :

    PT. Citra Umbara, 2008), h.2. 5 Ibid, h. 1.

  • 4

    perburuan kekuasaan yang acapkali mengabaikan etika politik dan kepentingan

    publik.

    Partai politik sebagai institusi inti rezim demokratik kini tersandra oleh para

    elitnya yang memonopoli akses terhadap sumber sumber kekuasan. Dalam hal ini,

    Robert Agger maengatakan bahwa secara politis, sinisme politik menampilkan diri

    dalam perasaan bahwa politik adalah urusan kotor politisi tidak dapat dipercaya,

    kekuasaan diselenggarakan oleh orang orang tanpa muka dan ujung-ujungnya

    hanyalah berada di genggaman segelintir elit politik belaka dari para aktor politik

    untuk menuju panggung kekuasaan.

    Deretan beberapa contoh membuktikan ketidakpercayaan mayoritas masyarakat

    terhadap partai dan sistem kepartaian di Indonesia. Tingginya angka golongan putih

    (golput) dalam berbagai pilkada, pemilihan legislatif dan pilpres bahkan pemilu

    menjadi indikasi fundamental bahwa memang masyarakat semakin tidak percaya

    terhadap pelaku pelaku partai yang hanya manis di bibir dan lain di hati . Dalam

    keadaan kritis seperti itu sebenarnya publik tidak lagi berharap banyak kepada para

    elit politik di negeri yang kita kenal dengan Indonesia ini. Logika sederhananya

    adalah para elit politik melanggar etika politik, itulah persoalannya.

    Kondisi ini juga dinilai berbagai kalangan menimpa PKS (Partai Keadilan

    Sejahtera), dimana para elit partainya telah memunculkan isu-isu kontroversial yang

    yang seakan-akan mencoba merubah haluan gerak politik partai. Hal ini dapat dilihat

    pada perhelatan Musyawarah Nasional (Munas) yang berlangsung di Hotel The Ritz

    Calrton Jakarta pada tahun 2010 lalu. Ada beberapa isu kontroversial muncul dalam

    pelaksanaan kegiatan ini. Yang pertama adalah pemilihan Hotel The Ritz Calrton

  • 5

    sendiri dan yang paling penting adalah deklarasi menjadi partai terbuka. Isu-isu

    ini menjadi ijtihad politik bagi PKS, yang kemudian banyak mendapat sorotan baik

    dari kader dan simpatisan PKS maupun umat Islam dan masyarakat secara umum.

    Gagasan menjadi partai terbuka memang mengagetkan umat Islam. Banyak

    pihak yang mempertanyakan mengapa PKS harus meninggalkan idealismenya

    sebagai partai dakwah demi tujuan pragmatis meraih suara di pemilu 2014 nanti.

    Kalangan yang mempertanyakan keputusan ini menganggap bahwa PKS telah

    menyimpang dari khittah partai pada saat pendiriannya sebagai partai dakwah.

    Jika partai dakwah ditinggalkan, maka PKS tidak memiliki lagi kekhasannya dan

    akan sama dengan partai Islam lainnya yang bersifat terbuka. Mereka juga

    mengaitkan hal tersebut dengan proses pembinaan melalui tarbiyah yang menjadi

    basis perekrutan kader sekaligus internalisasi ideologi partai. Jika ada kalangan

    non-muslim bagaimana mungkin hal tersebut dijalankan ? Bukankah ini adalah

    kesalahan dalam memilih strategi ? Mereka juga kahwatir bahwa kebijakan ini

    justru akan menjauhkan kader-kader yang berlatar belakang tarbiyah dari PKS

    sendiri.

    Keraguan ini dijawab oleh para elitnya dengan mengatakan bahwa kondisi

    politik terkini memaksa partai untuk membuka diri. Artinya PKS mutlak harus

    bersifat inklusif untuk memperbesar konstituen partai. Kegagalan di Pemilu 2009 dan

    pemilukada di beberapa daerah seperti Banten dan Jakarta menjadi pelajaran bagi

    PKS. Posisi PKS sebagai partai Islam dikeroyok oleh partai-partai sekuler.

    Kekhawatiran PKS akan ditinggalkan kadernya dibantah Tifatul Sembiring dengan

    mengatakan bahwa PKS tetap berasas Islam dan menjunjung pluralisme. Syariah

  • 6

    Islam tetap mejadi pedoman pribadi bagai kader partai. Dengan demikian PKS

    mengambil dua kepentingan sekaligus, yakni menjunjung tinggi idealisme partai

    dengan asas Islam bagi pribadi kader-kadernya sekaligus menyuarakan keterbukaan,

    dan inklusifisme untuk memperbesar perolehan suara dalam pemilu.6

    Seperti yang disampaikan oleh Ketua Dewan Syuro PKS Hilmi Aminuddin,

    inklusifisme adalah bagian dari pelaksanaan ajaran Islam. Pelaksanaan ajaran Islam

    harus menerima pluralitas sebagai bagian dari dinamika kehidupan. Menurut

    Aminuddin, inklusif ini bukan taktik atau strategi, tapi pelaksanaan ajaran Islam yang

    hakiki. Selanjutnya pernyataan yang lebih ambisius disampaikan oleh Sekjen PKS

    Anis Mata yang menyatakan bahwa kami (PKS) harus mengadakan lompatan besar

    untuk masuk menjadi tiga besar pada pemilu 2014, dan Parpol Islam harus tidak lagi

    menampilkan citra yang kaku, eksklusif dan ideologis, melainkan justru tampil segar,

    ringan, pluralis.7

    Atas dasar inilah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) paska Musyawarah Nasional

    (Munas) di Hotel The Ritz Calrton Jakarta, tampil dengan model gerakan baru

    hingga saat ini, mulai dari pusat hingga ke cabang-cabangnya di daerah, termasuk di

    Kota Ambon. Sama dengan di daerah atau kota lainnya, maka Partai Keadilan

    Sejahtera (PKS) di Kota Ambon, menggunakan beberapa model gerakan di antaranya

    adalah gerakan sosial dan gerakan dawah melalui syiar keagamaan. Gerakan ini di

    pakai dengan tujuan untuk bisa menarik simpati masyarakat terhadap PKS di Kota

    Ambon. Dengan semangat inilah PKS terlibat secara aktif dalam kegiatan kegiatan

    6 http://alinur.wordpress.com/2008/02/24/ijtihad-politik-pks-menjadi-partai-terbuka/. Diakses

    pada tanggal 8 Desember 2011 7 http://www.eramuslim.com/berita/analisa/segalanya-berakhir-di-the-ritz-carlton.htm. Diakses

    pada tanggal 8 Desember 2011

  • 7

    yang dilakukan oleh masyarakat dalam bentuk kegiatan apapun. Dari gerakan-

    gerakan ini diharapkan minat dan kepercayaan masyarakat muslim di kota Ambon

    terhadap partai ini lebih baik lagi.

    Terkait gerakan politik PKS ini, maka tidak terlepas juga dari visi dan misi

    PKS itu sendiri. Dimana visi umum PKS sebagai partai dawah penegak keadilan dan

    kesejahteraan dalam bingkai persatuan ummat dan bangsa, sedangkan visi khusus

    nya adalah menjadi partai berpengaruh baik secara kekuatan politik, partisipasi

    maupun opini dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang madani. Dari visi ini

    akan mengarahkan Partai Keadilan Sejahtera sebagai :

    1. Partai da'wah yang memperjuangkan Islam sebagai solusi dalam kehidupan

    berbangsa dan bernegara.

    2. Kekuatan transformatif dari nilai dan ajaran Islam di dalam proses pembangunan

    kembali umat dan bangsa di berbagai bidang.

    3. Kekuatan yang mempelopori dan menggalang kerjasama dengan berbagai

    kekuatan yang secita-cita dalam menegakkan nilai dan sistem Islam yang

    rahmatan lil 'alamin.

    4. Akselerator bagi perwujudan masyarakat madani di Indonesia.

    Selanjutnya untuk mewujudukan visi tersebut maka partai PKS mempunyai

    misi sebagai berikut :

    1. Menyebarluaskan da'wah Islam dan mencetak kader-kadernya sebagai anashir

    taghyir.

    2. Mengembangkan institusi-institusi kemasyarakatan yang Islami di berbagai

    bidang sebagai markaz taghyir dan pusat solusi.

  • 8

    3. Membangun opini umum yang Islami dan iklim yang mendukung bagi penerapan

    ajaran Islam yang solutif dan membawa rahmat.

    4. Membangun kesadaran politik masyarakat, melakukan pembelaan, pelayanan dan

    pemberdayaan hak-hak kewarganegaraannya.

    5. Menegakkan amar ma'ruf nahi munkar terhadap kekuasaan secara konsisten dan

    kontinyu dalam bingkai hukum dan etika Islam.

    6. Secara aktif melakukan komunikasi, silaturahim, kerjasama dan ishlah dengan

    berbagai unsur atau kalangan umat Islam untuk terwujudnya ukhuwah Islamiyah

    dan wihdatul-ummah, dan dengan berbagai komponen bangsa lainnya untuk

    memperkokoh kebersamaan dalam merealisir agenda reformasi.

    7. Ikut memberikan kontribusi positif dalam menegakkan keadilan dan menolak

    kedhaliman khususnya terhadap negeri-negeri muslim yang tertindas.

    Berbicara tentang gerakan politik PKS khususnya bila diitnjau dalam perspektif

    hukum Islam, maka perlu diketahui pengertian politik yang benar (sesuai dengan

    Syara). Politik, realitanya pasti berhubungan dengan masalah mengatur urusan rakyat

    baik oleh negara maupun rakyat. Sehingga definisi dasar menurut realita dasar ini

    adalah netral. Hanya saja tiap ideologi (kapitalisme, sosialisme, dan Islam) punya

    pandangan tersendiri tentang aturan dan hukum mengatur sistem politik mereka. Dari

    sinilah muncul pengertian politik yang mengandung pandangan hidup tertentu dan

    tidak lagi netral.8

    Adapun definisi politik dari sudut pandang Islam adalah pengaturan urusan-

    urusan (kepentingan) umat baik dalam negeri maupun luar negeri berdasarkan

    8http://tomysmile.wordpress.com/defenisi-politik-dalam-perspektif-islam.2%/ulimidin. Diakses

    pada tanggal 8 Desember 2011

  • 9

    hukum-hukum Islam. Pelakunya bisa negara (khalifah) maupun kelompok atau

    individu rakyat. Rasulullah saw bersabda : Adalah Bani Israel, para Nabi selalu

    mengatur urusan mereka. Setiap seorang Nabi meninggal, diganti Nabi berikutnya.

    Dan sungguh tidak ada lagi Nabi selainku. Akan ada para Khalifah yang banyak

    (HR Muslim dari Abu Hurairah ra). Hadits ini dengan tegas menjelaskan bahwa

    Khalifahlah yang mengatur dan mengurus rakyatnya (kaum Muslim) setelah nabi

    saw. hal ini juga ditegaskan dalam hadits Rasulullah : Imam adalah seorang

    penggembala dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas gembalaannya.

    Jadi, esensi politik dalam pandangan Islam adalah pengaturan urusan-urusan rakyat

    yang didasarkan kepada hukum-hukum Islam. Adapun hubungan antara politik dan

    Islam secara tepat digambarkan oleh Imam Al-Ghazali: Agama dan kekuasaan

    adalah dua saudara kembar. Agama adalah pondasi (asas) dan kekuasaan adalah

    penjaganya. Segala sesuatu yang tidak berpondasi niscaya akan runtuh dan segala

    sesuatu yang tidak berpenjaga niscaya akan hilang dan lenyap.9

    Hal ini berbeda dengan pandangan Barat politik diartikan sebatas pengaturan

    kekuasaan, bahkan menjadikan kekuasaan sebagai tujuan dari politik. Akibatnya

    yang terjadi hanyalah kekacauan dan perebutan kekuasaan, bukan untuk mengurusi

    rakyat. Hal ini bisa kita dapati dari salah satu pendapat ahli politik di barat, yaitu

    Loewenstein yang berpendapat politic is nicht anderes als der kamps um die

    Macht (politik tidak lain merupakan perjuangan kekuasaan).

    Karena itu berpolitik adalah kewajiban bagi setiap muslim baik itu laki-laki

    maupun perempuan. Adapun dalil yang menunjukkan itu antara lain :

    9 Ibid.

  • 10

    Pertama, dalil-dalil syara telah mewajibkan bagi kaum Muslim untuk mengurus

    urusannya berdasarkan hukum-hukum Islam. Sebagai pelaksana praktis hukum

    syara, Allah SWT telah mewajibkan adanya ditengah-tengah kaum Muslim

    pemerintah Islam yang menjalankan urusan umat berdasarkan hukum syara. Firman

    Allah SWT yang artinya .Maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang

    diturunkan oleh Allah SWT dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka

    dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu (QS. Al-Maidah :48)

    Kedua, syara telah mewajibkan kaum Muslim untuk hirau terhadap urusan

    umat sehingga keberlangsungan hukum syara bisa terjamin. karenanya dalam Islam

    ada kewajiban untuk mengoreksi penguasa (muhasabah li al-hukkam). Kewajiban ini

    didasarkan kepada Firman Allah SWT yang artinya: ... Dan hendaklah ada diantara

    kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang

    maruf dan mencegah dari yang mungkar. Merekalah orang-orang yang beruntung

    (QS. Ali Imran : 104).

    Dengan demikian, hubungan Islam dan politik adalah jelas. Melalaikan diri dari

    aktivitas politik Islam juga jelas bahayanya bagi kaum Muslim. Inilah saatnya kaum

    Muslim bangkit dari tidurnya yang panjang, berjuang secara politik untuk melawan

    penjajah yang selama ini telah menindas mereka. Dan disinilah letak penting bagi

    kaum Muslim mempelajari lebih jauh politik Islam. Dan tentu saja setelah itu, terjun

    langsung dalam masalah politik, tidak hanya diam dan menunggu datangnya

    pertolongan Allah SWT.

    Berangkat dari fenomena-fenomena gerakan politik PKS dan platform partai

    PKS serta pengertian politik dalam Islam di atas, maka penulis tertarik untuk

  • 11

    mengkaji lebih lanjut tentang gerakan politik PKS di Kota Ambon dilihat dalam

    perspektif Hukum Islam

    B. Rumusan dan Batasan Masalah

    1. Rumusan Masalah

    Berdasarkan pokok pikiran di atas, maka permasalahan pokok yang

    diajukan adalah bagaimanakah gerakan politik PKS di Kota Ambon bila dilihat

    dalam perspektif hukum Islam ?

    Pokok masalah tersebut dapat dijabarkan dalam dua sub masalah, yaitu :

    a. Bagaimana politik PKS dalam menjalankan gerakan sosialnyanya di Kota

    Ambon ?

    b. Bagaimana perspektif hukum Islam melihat gerakan PKS dalam kancah

    perpolitikan di kota Ambon.

    2. Batasan Masalah

    Untuk menghindari adanya perluasan dalam pembahasan nanti serta lebih

    mengena pada substansi permasalahan, maka dalam penulisan ini penulis

    membatasi masalah hanya pada gerakan sosial PKS dan menganalisis gerakan

    politik PKS di Kota Ambon berdasarkan perspektif hukum Islam.

    C. Pengertian Judul dan Defenisi Operaisonal

    Di bawah ini akan diuraikan pengertian kata yang terdapat dalam draf skripsi

    yang dianggap kurang jelas sehingga akan lebih mempermudah pemahaman dan

    dapat memberikan gambaran tentang apa yang akan diuraikan pada pembahasan

    berikutnya :

  • 12

    Gerakan adalah suatu perubahan tempat atau perpindahan dari suatu tempat ke

    tempat lain dengan sebuah titik referensinya (titik orientasi).10

    Sedangkan dalam

    kamus besar bahasa Indonesia, gerakan adalah perbuatan atau keadaan bergerak,

    usaha, atau kegiatan dalam lapangan sosial (politik dan sebagainya).11

    Politik adalah pengetahuan tentang seluk beluk ketatanegaraan.12

    Politik

    merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasan dalam masyarakat yang

    antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khusus dalam Negara. Politik

    sangat erat kaitanya dengan masalah kekuasan, pengambilan keputusan, kebijakan

    publik, dan alokasi atau distribusi.

    Menurut Robert Politik adalah seni memerintah dan mengatur masyarakat

    manusia. Sedangkan menurut Ibnu Aqil politik adalah hal-hal praktis yang lebi

    mendekati kemaslahatan bagi manusia dan lebih jauh dari kerusakan meskipun tidak

    di gariskan oleh Rasulullah Saw.13

    PKS, (Partai Keadilan Sejahtera) adalah sebuah partai politik yang berbasis

    Islam di Indonesia. Partai ini dulunya bernama Partai Keadilan (disingkat PK),

    didirikan di Jakarta pada tanggal 20 juli 1998 dan kemudian dirubah menjadi Partai

    Keadilan Sejahtera (PKS), didirikan di Jakarta pada tanggal 20 april 2002.14

    Perspektif merupakan suatu kumpulan asumsi maupun keyakinan tentang

    sesuatu hal, dengan perspektif orang akan memandang sesuatu hal berdasarkan cara-

    cara tertentu, dan cara-cara tersebut berhubungan dengan asumsi dasar yang menjadi

    10

    http://www.wikipedia Ensiklopedia .com.(di ambil pada 3 November 2001). 11

    S.S. Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap,( Surabaya : Penerbit Apollo, 1997), h. 233.

    12 Ibid, h. 489.

    13 Budiardjo Miriam,Dasar Dasar Ilmu Politik, (Jakarta :PT. Gramedia Pustaka Utama,

    1972), h. 8. 14

    http//www.carapedia.com. (di ambil pada 3 Desember 2011).

  • 13

    dasarnya, unsur-unsur pembentuknya dan ruang lingkup apa yang dipandangnya.

    secara ringkas dapat disimpulkan bahwa perspektif adalah kerangka kerja

    konseptual, sekumpulan asumsi, nilai, gagasan yang mempengaruhi perspektif

    manusia sehingga menghasilkan tindakan dalam suatu konteks situasi tertentu.15

    Hukum Islam menurut Muhammad Ali At-Tahanawi dalam kitabnya Kisyaaf

    Ishthilaahaat al-Funun memberikan pengertian hukum Islam (syariah) mencakup

    seluruh ajaran Islam, meliputi bidang aqidah, ibadah, akhlaq dan muamallah

    (kemasyarakatan). Syariah disebut juga syara, millah dan diin. Menurut Mahmud

    Syaltout, syariat adalah peraturan yang diciptakan oleh Allah supaya manusia

    berpegang teguh kepadaNya di dalam perhubungan dengan Tuhan dengan

    saudaranya sesama Muslim dengan saudaranya sesama manusia, beserta

    hubungannya dengan alam seluruhnya dan hubungannya dengan kehidupan. 16

    Sedangkan menurut Zainuddin Ali, mengatakan Hukum Islam mencerminkan

    seperangkat norma Ilahi yang mengatur tata hubungan manusia dengan Allah,

    hubungan manusia dengan manusia lainnya dalam kehidupan sosial hubungan

    manusia dengan benda dan alam lingkungan hidupnya. 17

    Jadi, maksud judul skripsi ini adalah Pandangan Hukum Islam terhadap

    Gerakan politik PKS di Kota Ambon dalam menjalankan gerakan politik baik

    gerakan sosial maupun gerakan dawah.

    15

    W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet. I, Jakarta : Balai Pustaka,

    2002), h.460. 16

    Ahmad Azhar Basjir, Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), (Yogyakarta : Perpustakaan Fakultas Hukum UII, 1990), h.1.

    17 H. Zainuddin Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia (Cet.I, Jakarta :

    Bumiaksara, 2006), h. 22

  • 14

    D. Tinjauan Pustaka

    Pada dasarnya telah banyak buku-buku yang membahas tentang masalah

    pekerja anak, akan tetapi dalam penulisan draf skripsi ini ada beberapa buku acuan

    yang penulis gunakan antara lain :

    Miriam Budiardjo dalam bukunya yang berjudul Dasar Dasar Ilmu Politik,

    mengulas tentang konsep konsep seperti politik termasuk ideologi, kekuasaan,

    pembuatan keputusan (decision making), dia juga menjelaskan tentang undang

    undang dasar, kelompok - kelompok politik dewan perwakilan rakyat baik di dalam

    maupun di luar Indonesia, serta hak hak asasi manusia, dalam buku dimaksud.

    Ramlan Surbakti dalam bukunya Memahami Ilmu Politik, menerangkan

    tentang pengertian dasar ilmu politik, model model sistem politik. Penentuan dasar

    kenegaraan dan pemerintahan, pembahasan di dalamnya berusaha menggali dan

    memperdalam pengetahuan tentang penyelenggaraan Negara dan pemerintahan,

    kelembagaan dan kekuasaan.18

    Rusadi Kantapawira dalam buku berjudul Sistem Politik Indonesia, Suatu

    model pengantar, yang dalam buku tersebut membahas pengertian dan peristilahan

    sistem politik, proses politik di Indonesia, dia juga menjelaskan tentang fungsi atau

    peranan dalam sistem politik Indonesia.19

    Maruto MD. dan Anwar WMK dalam bukunya yang berjudul Reformasi

    Politik dan Kekuatan Masyarakat, kendala dan peluang menuju demokrasai,

    Membahas hal hal yang berkaitan dengan demokrasi dan sistem politik, masyarakat

    18

    Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta : Grasindo, 1992), h. 1-113.

    19 Rusadi Kantapawira, Sistim Politik Indonesia (Bandung : Sinar Baru Algesindo, 1999),

    h. 1-15

  • 15

    dan kultur demokrasi, dia juga menjelaskan bahwa hakikat reformasi di Indonesia

    adalah tampilnya partisipasi penuh kekuatan kekuatan masyarakat yang disalurkan

    melalui partai partai politik sebagai pilar demokrasi.20

    Asep Saepul Muhtadi dalam buku Komunikasi Politik Indonesia, Dinamika

    Islam Politik Pasca Orde Baru. Di dalam buku ini mengulas tentang konsep dasar

    komunikasi politik, unsure-unsur komunikasi politik, komunikasi politik dan opini

    publik, komunikasi politik dan sistem politik, tapi juga menjelaskan pentingnnya

    memahami komunikasi politik dan praktek komunikasi politik di masyarakat.21

    Bima Arya Sugiarto dalam bukunya Anti Partai, menggugat praktik para elit

    politik di bangsa ini, yang mempermainkan permasalahan permasalahan yang

    menyangkut dengan sistem demokrasi dan kepartaian di negri ini. Di dalam buku ini

    juga dijelaskan bahwa para elit politik melanggar etika politik, Itulah persoalannya.22

    Riza Noer Arfani dalam bukunya yang berjudul Demokrasi Indonesia

    Kontemporer, Selain mengulas tentang nilai nilai demokrasi, nilai dan kriteria

    proses demokrasi, agama dan demokrasi di Indonesia, dia juga menjelaskan bahwa

    sala satu hal yang sangat menganggu pengembangan demokrasi di Indonesia adalah

    karena campur tangan politik yang begitu besar dari birokrasi.23

    Berdasarkan tinjauan pustaka di atas, maka cukup banyak referensi yang mem-

    bahas masalah tentang perpolitikan di Indonesia, namun belum ada karya yang

    secara spesifik mengkaji masalah gerakan politik PKS dalam kaitannya dengan

    20

    Maruto MD dan Anwar WMK, Reformasi Politik dan Kekuatan Masyarakat, Kendala dan

    Peluang Menuju Demokrasi (Jakarta : LP3ES Indonesia, 2002), h. 108-127. 21

    Asep Saepul Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia, Dinamika Islam Politik Pasca Orde

    Baru 22

    Bima Arya Sugiarto, Op.cit, h. 37 23

    Riza Noer Arfani, Terima Kasih Indonesia Kontemporer (Jakarta : PT. Radja Grafindo

    Persada, 1996), h. 26.

  • 16

    perspektif hukum Islam. Jika di kemudian hari terdapat karya yang sama pem-

    bahasannya, diharapkan dapat menambah bobot dari skripsi ini.

    E. Metode Penelitian

    1. Tipe Penelitian

    Sesuai dengan masalah yang dikemukakan dalam penulisan ini, maka tipe

    penelitian yang di gunakan adalah kualitatif deskriptif, yakni melihat realita yang

    tejadi di masyarakat terutama yang berhubungan dengan permasalahan yang di ambil

    serta menggambarkan kondisi riil yang terjadi di lapangan.24

    Pendekatan dilakukan

    dengan metode metode syari, sesuai dengan masalah yang dikemukakan dalam

    skripsi ini. Maka penulis menggunakan pendekatan syari, yakni pendekatan yang

    melihat dari segi hukum Islam.

    2. Waktu dan Tempat Penelitian

    Penelitian ini direncanakan dilakukan setelah proposal penelitian in telah

    selesai diseminarkan, dan tempat penelitian pada Kantor DPRD Provinsi Maluku,

    DPRD Kota Ambon, dan Kantor Sekretariat PKS Kota Ambon/

    3. Jenis dan Sumber Data

    a. Jenis data

    Jenis data yang di butuhkan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif,

    dimana data kualitatif adalah data yang berbentuk kata kata, kalimat kalimat,

    narasi narasi.25

    24

    Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, (Cet. Ke-2, Bandung : CV. Alfabeta, 2000) 25

    Rahmat Kriyanto,, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana, 2007 ), h. 41.

  • 17

    b. Sumber data

    Sebagaimana penjelasan dalam jenis data di atas, maka sumber data yang di

    butuhkan dalam penelitian ini terdiri dari; data primer, dan data sekunder. Data

    primer adalah data yang diperoleh dari sumber data pertama atau tangan pertama

    di lapangan. Dalam penelitian ini sumber data primer diperoleh dari anggota

    DPRD PKS Kota Ambon, Ketua, Sekretaris PKS (Provinsi dan Kota),

    fungsionaris PKS dan simpatisan PKS. Sedangkan data sekunder adalah data

    yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder.26

    4. Teknik Pengumpulan Data

    Untuk mendapatkan informasi yang diharapkan, pengumpulan data dilakukan

    melalui tiga instrumen, yakni :

    a. Wawancara (Interview )

    Metode wawancara merupakan sebuah metode yang sangat efektif dalam

    penelitian kualitatif. Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    wawancara berstruktur, yaitu dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang

    tertulis terlebih dahulu sebagai pedoman akan tetapi unsur kebebasan masih

    dipertahankan, sehingga kewajaran masih dicapai secara maksimal untuk

    memperoleh data secara mendalam. Dengan adanya variasi-variasi pertanyaan

    yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi tersebut bertujuan untuk

    memperoleh keterangan rinci dan mendalam mengenai pandangan informan dan

    memperoleh informasi mengenai suatu peristiwa, situasi, dan keadaan tertentu.

    26

    Ibid, h.43.

  • 18

    Dalam pelaksanaan wawancara ini, peneliti menemui langsung informan

    dan subyek penelitian sesuai dengan waktu dan lokasi yang telah disepakati

    untuk memperoleh data yang sesuai dengan pokok permasalahan yang diajukan.

    Guna untuk dapat memperoleh informasi yang dapat dipercaya atau paling tidak

    informasinya obyektif, peneliti akan cermat dalam menentukan orang-orang

    (informan) yang akan di wawancara, yaitu para informan yang dapat dipercaya,

    yang dapat memberikan jawaban-jawaban obyektif dan tidak mengada-ada.

    Karena itulah sebabnya peneliti perlu mengetahui sejauhmana kelayakan

    informan.

    b. Teknik Observasi

    Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik

    terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Pengamatan dan pencatatan

    yang dilakukan terhadap objek di tempat terjadi atau berlangsungnya peristiwa,

    sehingga observer berada bersama objek yang diselidiki, disebut observasi

    langsung. Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan yang

    dilakukan tidak pada saat berlangsungnya peristiwa yang akan diselidiki

    misalnya peristiwa tersebut diamati melalui film, rangkaian slide atau rangkaian

    photo. (Rachman,1999: 77).

    c. Teknik dokumentasi

    Dalam penelitian ini, metode dokumentasi dilakukan dengan cara dimana

    peneliti mengumpulkan data-data melalui pencatatan atau data-data tertulis yang

    ada terkait dengan gerakan politik PKS, seperti pada media cetak (surat kabar dan

    majalah), media elektronik (internet/website, televisi), maupun melalui dokumen

  • 19

    yang berupa laporan kegiatan PKS, platform PKS dan lain-lain dari Sekretariat

    DPD PKS Kota Ambon.

    5. Metode Analisa Data

    Analisis mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam penelitian. Analisis

    data menurut Moleong (2002: 103) adalah proses mengorganisasikan dan

    mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat

    ditemukan dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti yang disarankan oleh data.

    Tahap analisis data dalam penelitian ini dilakukan melalui empat tahap

    sebagaimana versi Miles dan Huberman (1992:15) yaitu:

    a. Pengumpulan data, yaitu mencari dan mengumpulkan data yang diperlukan yang

    dilakukan terhadap berbagai jenis dan bentuk data yang ada dilapangan dengan

    menggunakan berbagai metode.

    b. Reduksi data, yaitu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

    penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari

    catatan-catatan lapangan. Reduksi data akan dilakukan terus-menerus selama

    penelitian berlangsung. Dalam proses redukasi data yang akan dilakukan peneliti

    berusaha melakukan pilihan-pilihan terhadap data yang hendak dikode, mana

    yang dibuang dan mana yang merupakan kebutuhan analisis. Menajamkan,

    menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan

    mengorganisasikan data. Dengan cara demikian harapannya kesimpulan-

    kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.

  • 20

    b. Sajian Data, yaitu menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang

    memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dalam pengambilan

    tindakan.

    c. Penarikan kesimpulan/verifikasi data, yaitu langkah terakhir dari analisa data.

    Dalam penarikan simpulan ini didasarkan pada reduksi data dan sajian data yang

    merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam penelitian.

    Keempat tahapan di atas merupakan satu kesatuan pada saat sebelum, selama,

    dan sesudah pengumpulan data dalam bentuk yang sejajar untuk membangun

    wawasan umum yang disebut analisis. Hal ini digambarkan melalui bagan sebagai

    berikut:

    Gambar 1.

    Analisis data versi Miles dan Huberman (1992: 20)

    G. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    a. Untuk mengetahui bagaimana politik PKS dalam menjalankan gerakan

    sosialnya di Kota Ambon ?

  • 21

    b. Untuk mengetahui bagaimana gerakan politik PKS dilihat dalam perspektif

    hukum Islam.

    2. Kegunaan Penelitian

    Dalam mengacu pada tujuan penulisan, maka kegunaan yang ingin dicapai

    dalam penelitian ini adalah:

    a. Dapat dijadikan acuan atau referensi awal bagi peneliti selanjutnya.,

    b. Kegunaan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah agar masyarakat

    bias mengerti sekaligus memahami gerakan politik PKS di Kota Ambon.

    c. Untuk menambah wawasan pengetahuan penulis tentang kasus di atas dalam

    pandangan hukum Islam, sekaligus sebagai prasyarat penulisan skripsi.

    H. Garis-Garis Besar Isi Skripsi

    Dalam pembahasan skripsi ini terdapat beberapa bab yang diantara bab satu

    dengan yang lainnya saling berhubungan. Diantara keterkaitannya ini merupakan

    uraian gambaran keseluruhan dari isi skripsi ini.

    Bab Pertama menguraikan tentang Pendahuluan, yaitu berisikan tentang Latar

    Belakang, Rumusan dan Batasan Masalah, Hipotesis, Pengertian Judul, Tinjauan

    Pustaka, Metode Penelitian, Tujuan dan Kegunaan Penelitian, Garis Garis Besar Isi

    Skripsi.

    Bab Kedua menguraikan tentang Gambaran Umum PKS di Kota Ambon. yang

    kemudian penulis jabarkan dalam beberapa sub bab di antaranya, sejarah berdirinya

    PKS di Kota Ambon, Struktur Organisasi PKS di Kota Ambon, Sistim Administrasi

    dan Pola Kerja PKS di Kota Ambon.

  • 22

    Bab Ketiga menguraikan tentang Gerakan Politik PKS di Kota Ambon, yang

    kemudian penulis jabarkan dalam beberapa sub bab di antaranya ideologi dan manhaj

    dakwah PKS, Dakwah, Politik dan Demokrasi di PKS, PKS dan plurarisme berbasis

    syariat, dan Gerakan sosial PKS di Kota Ambon

    Bab Keempat menguraikan tentang Analisis Hukum Islam Terhadap Gerakan

    Politik PKS dalam Menjalankan Gerakan Sosial di Kota Ambon yang kemudian

    penulis jabarkan dalam beberapa sub bab di antaranya Politik dalam Perspektif

    Islam, Pemikiran Politik Islam Versus Pemikiran Islam Politik, dan Analisis Gerakan

    Politik PKS ditinjau dalam Perspektif Hukum Islam.

    Bab Kelima merupakan bab Penutup yang berisikan Kesimpulan dan Saran

  • 23

    DAFTAR PUSTAKA

    Arfani Riza Noer, Demokrasi Indonesia Kontemporer, (Jakarta : PT Raja Grafindo

    Persada, 1996)

    Ahmad Azhar Basjir, Asas-asas Hukum Muamalat (Hukum Perdata Islam), (Yogyakarta : Perpustakaan Fakultas Hukum UII, 1990)

    Asep Saepul Muhtadi, Komunikasi Politik Indonesia, Dinamika Islam Politik Pasca

    Orde Baru

    Bima Arya Sugiarto, Anti Partai, (Jakarta :Gramat Publishing, 2010 )

    H. Zainuddin Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum Islam di Indonesia (Cet.I,

    Jakarta : Bumiaksara, 2006)

    http://alinur.wordpress.com/2008/02/24/ijtihad-politik-pks-menjadi-partai-terbuka/ .

    Diakses pada tanggal 8 Desember 2011

    http://www.eramuslim.com/berita/analisa/segalanya-berakhir-di-the-ritz-carlton.htm.

    Diakses pada tanggal 8 Desember 2011

    http://www.wikipedia Ensiklopedia .com.(di ambil pada 3 November 2001).

    http://tomysmile.wordpress.com/defenisi-politik-dalam-perspektif-islam.2%/ulimidin

    Diakses pada tanggal 8 Desember 2011

    http//www.carapedia.com. (di ambil pada 3 Desember 2011).

    Lexy J. Moelong. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung : PT. Remaja

    Rosdakarya.

    Miles, Mathew B. dan Huberman, A. Michael. Analisis Data Kualitatif. (Jakarta: UI

    Press, 1992)

    MD. Maruto dan WMK. Anwari, Reformasi Politik dan Kekuatan Masyarakat :

    Kendala dan Peluang Menuju Demokrasi, (Jakarta : Pustaka LP3ES

    Indonesia, 2002)

    Miriam Budiardjo, Dasar Dasar Ilmu Politik, (Jakarta :PT. Gramedia Pustaka

    Utama, 1972)

    Maruto MD dan Anwar WMK, Reformasi Politik dan Kekuatan Masyarakat,

    Kendala dan Peluang Menuju Demokrasi (Jakarta : LP3ES Indonesia, 2002),

    h. 108-127.

    Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik (Jakarta : Grasindo, 1992), h. 1-113.

    Rusadi Kantapawira, Sistim Politik Indonesia (Bandung : Sinar Baru Algesindo,

    1999), h. 1-15

    Riza Noer Arfani, Terima Kasih Indonesia Kontemporer (Jakarta : PT. Radja

    Grafindo Persada, 1996), h. 26.

  • 24

    Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, (Cet. Ke-2, Bandung : CV. Alfabeta, 2000)

    S.S. Daryanto, Kamus Bahasa Indonesia Lengkap,( Surabaya : Penerbit Apollo, 1997)

    Undang Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik,

    (Bandung : PT. Citra Umbara, 2008)

    W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Cet. I, Jakarta : Balai

    Pustaka, 2002)

    Rahmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, (Jakarta : Kencana, 2007 ).

    Rahman, Maman. 1999. Strategi dan Langkah Penelitian Pendidikan. Ambon : IKIP

    Semarang Press

  • 25

    GERAKAN POLITIK PKS DI KOTA AMBON (Ditinjau dalam Perspektif Hukum Islam)

    DRAFT SKRIPSI

    Diajukan Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Mencapai Gelar Sarjana Hukum Islam

    Jurusan Jinayah Siyasah (JS) Fakultas Syariah

    Institut Agama Islam Negeri Ambon

    Oleh :

    ELI LAWATAKA LATAR

    NIM : 050 101 4015

    FAKULTAS SYARIAH

    INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI AMBON

    2011

  • 26

    PERSETUJUAN PEMBIMBING

    Pembimbing penulisan skripsi Saudara Eli Lawataka Latar, NIM. 0501014015

    Mahasiswa Fakultas Syariah Jurusan Jinayah Siyasah Institut Agama Islam Negeri

    (IAIN) Ambon, setelah dengan seksama meneliti dan mengoreksi skripsi yang

    bersangkutan dengan judul : Gerakan Politik PKS di Kota Ambon (Ditinjau dalam Perspektif Hukum Islam), memandang bahwa skripsi ini telah memenuhi syarat-syarat ilmiah dan dapat diajukan ke seminar draf.

    Demikian persetujuan ini diberikan untuk diproses selanjutnya.

    Ambon, 10 Pebruari 2012

    Pembimbing I,

    Dr. Hasbollah Toisuta, M.Ag

    NIP. 19660129 199303 1 003

    Pembimbing II,

    Drs. Husen Maswara, M.Th.I

    NIP. 19610705 199803 1 001

  • 27

    KOMPOSISI BAB

    BAB I. PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Dan Batasan Masalah C. Pengertian Judul D. Tinjauan Pustaka E. Metode Penelitian F. Tujuan Dan Kegunaan Penelitian G. Garis-Garis Besar Isi Skripsi

    BAB II . GAMBARAN UMUM PKS DI KOTA AMBON

    A. Sejarah berdirinya PKS di Kota Ambon B. Manhaj dan Sistem Pengkaderan PKS di Kota Ambon C. Sistem Administrasi dan Pola Kerja PKS di Kota Ambon

    BAB III POLITIK DALAM KONSEP ISLAM

    A. SeJARAH Perpolitikan Islam B. Konsep Politik Islam

    BAB IV. ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP GERAKAN POLITIK PKS

    DALAM MENJALANKAN GERAKAN SOSIAL DI KOTA AMBON

    A. Gerakan Politik PKS Kota Ambon B. Gerakan Politik PKS ditinjau dalam Perspektif Hukum Islam

    BAB V. PENUTUP

    A. Kesimpulan B. Saran

  • 28

    ELI LAWATAKA LATAR

    TTL : Banda Ely, 25 November 1985

    Juru/Prodi : Syariah J.S

    Alamat : Kapaha

    Telp. 0821 9969 2459