Ibadah Unggulan Di Bulan Ramadhan+Semangat Ramdhan

Embed Size (px)

Citation preview

15 Ibadah Unggulan di Bulan Ramadhan (bagian 1) Ibadah adalah segala aktifitas yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik yang terdiri dari ucapan atau perbuatan yang tersembunyi dan yang tampak. Allah berfirman, Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.(QS-Adz Dzariyat 56).

SYAHADAT, shalat, puasa, zakat, haji adalah bagian dari ibadah. Begitu juga jujur, berkata yang baik, menunaikan amanah, berbakti kepada orangtua, menepati janji, menyambung tali silaturrahim, berjihad,mengajak orang pada kebaikan, mencegah mereka dari kemungkaran, berbuat baik kepada teman, tetangga, memberi makan sesama dan hewan, menyiram tumbuhan dan memelihara tanaman, bekerja untuk mencari rizki yang halal juga termasuk ibadah. Bersabar atas mushibah, bersyukur atas nikmat, ikhlas dalam berbuat, bertawakkal kepada Allah SWT dalam hidup, berharap pertolongan dan ridha-Nya juga bagian dari ibadah. Tidak hanya di bulan Ramadhan saja kita disuruh memperbanyak ibadah, di bulan-bulan lainnya juga kita diperintahkan untuk beribadah. Hanya saja saat bulan Ramadhan tiba, kita dianjurkan untuk meningkatkankuantitas ibadah kita, lebih giat lagi dan lebih bersemangat. Tapi kenyataannya, tak jarang kita jumpai kaum muslimin yang membaca al-Qur'an, shalat malam atau shalat sunnah, beri'tikaf dan bersedekah bila ada di bulan Ramadhan saja. Sebelum datang Ramadhan, atau setelah berlalu dari bulan Ramadhan,banyak yang lalai dan berpaling dari Allah. AlQur'an mengingatkan kita, "Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang ajal (kematian) kepadamu." (QS. Al-Hijr: 99). Abu Barzah al-Aslami berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Tidaklah kedua kaki seorang hamba melangkah pada hari kiamat, kecuali ia akan ditanya; tentang umurnya, untuk apa ia habiskan. Tentang ilmunya, untuk apa ia gunakan. Tentang hartanya, dari mana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan. Tentang badannya, untuk apa ia manfaatkan." (HR. Tirmidzi, no. 2341 dan ia nyatakan hadits hasan shahih. Syekh al-Albani jugamenshahihkannya, no. 946). Bagaimana caranya agar kita bisa memanfaatkan waktu-waktu yang ada di bulan Ramadhan ini untuk meraih pahala lebih banyak daripada bulan-bulan lain? Sementara aktifitas dan kegiatan kita di bulan Ramadhan ini tidak berkurang, sama dengan bulan-bulan lainnya, bahkan bisa jadi malah bertambah.Aktifitas boleh sama padatnya, tapi semangat beribadah tidak boleh sama kendornya, antara bulan-bulan lain dengan bulan Ramadhan. Kita harus selektif dalam memilih aktifitas dan cerdik dalam mengatur waktu yang ada. Dan yang tak kalah pentingnya adalah, memilih ibadah-ibadah unggulan (utama) untuk mengisi lembaran harian kita. 1. Puasa Puasa menurut bahasa artinya menahan. Menurut istilah syari'at, puasa adalah menahan lapar, haus dan persetubuhan dari Shubuh sampai Maghrib disertai dengan niat. (Kitab at-Ta'rifat: 139). Puasa dalam bulan Ramadhan menjadi ibadah yang paling pokok, sehingga bulan Ramadhan juga disebut bulan puasa. Bagi mereka yang imannya kuat dan hatinya sehat, tidak akan merasa keberatan sama sekali untuk berpuasa Ramadhan, meskipun harus sebulan penuh. Tapi bagi mereka yang imannya lemah dan hatinya sakit, maka puasa merupakan beban hidup yang sangat berat. Abu Umamah berkata, "Aku pernah mendatangi Rasulullah dan berkata, 'Perintahlah aku untuk melaksanakan amalan yang bisa memasukkanku ke surga!' Beliau bersabda, 'Hendaklah kamu berpuasa, karena ia adalah ibadah yang tiada tandingannya'. Lalu aku mendatanginya lagi dan meminta hal yang sama. Beliau bersabda, 'Hendaklah kamu berpuasa'." (HR. Ahmad, no. 21128, Hakim dan ia menshahihkannya). Dalam riwayat lain, Abu Hurairah berkata, "Bahwasanya Rasulullah telah bersabda, Antar shalat lima waktu, Jum'at dengan Jum'at yang lain, Ramadhan dengan Ramadhan yang lain adalah pelebur

dosa-dosa, selama para pelakunya menjauhi dosa-dosa besar." (HR. Muslim, no. 344). Pada riwayat lain, Rasulullah bersabda, "Barangsiapa berpuasa sehari ikhlas karena Allah, maka Allah akan menjauhkan dirinya dari neraka selama 70 tahun." (HR. Bukhari, no. 2628 dan Muslim, no. 1949). Di riwayat lain, "Setiap amal anak Adam, pahalanya dilipatgandakan 10 hingga 700 kali lipat. Kecuali puasa, karena ia dikerjakan khusus untuk-Ku dan Akulah yang akan memberi balasan tersendiri, ia meninggalkan syahwat dan makanannya karena Aku." Begitulah Rasulullah menegaskan dalam hadits qudsi riwayat Imam Muslim, no. 1945. Puasa adalah ibadah yang sangat besar pahalanya, apalagi puasa di bulan Ramadhan. Bila kita laksanakan dengan ikhlas, pahalanya besar dan dosa-dosa kita yang telah berlalu diampuni. "Barangsiapa puasa di bulan Ramadhan karena iman dan ikhlas, maka dosanya yang telah berlalu diampuni." (HR. Bukhari dan Muslim). Sangat disayangkan kalau kita tidak berpuasa di bulan Ramadhan, padahal tidak ada alasan ('udzur) yang dibenarkan secara syari'at. Dalam kitab shahihnya, Imam Bukhari menyebutkan hadits marfu' dari Abu Hurairah, "Barangsiapa tidak berpuasa sehari di bulan Ramadhan tanpa udzur syar'i dan bukan karena sakit, maka (pahala yang hilang) tidak cukup bila diganti dengan puasa setahun (di bulan lain)." (HR. Bukhari, Bab: Apabila bersetubuh di bulan Ramadhan). 2. Shalat Berjamaah "Orang yang rajin shalat dalam kesehariannya, ia tidak akan meninggalkan puasa Ramadhan. Dan banyak orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, tapi ia tidak shalat lima waktu." Begitulah gambaran nyata kondisi umat Islam dewasa ini. Itu pemandangan yang ironis, tapi realistis. Meskipun seharusnya hal itu tidak boleh terjadi. Karena puasa Ramadhan dan shalat lima waktu termasuk rukun Islam yang lima dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim mukallaf. Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Ikatan Islam dan pondasi agama ada tiga, tiga pilar itulah landasan Islam. Barangsiapa yang meninggalkan salah satunya, maka ia telah kafir dan halal darahnya. Yaitu, Syahadat, bahwa tidak ada Tuhan selain Allah. Shalat wajib lima waktu. Dan Puasa bulan Ramadhan." (HR. Abu Ya'la, no. 2349. Imam al-Haitsami menyatakan sanadnya hasan, dan Imam adz-Dzahabi menyatakan haditsnya shahih). Perhatian kita terhadap pelaksanaan shalat lima waktu dan puasa Ramadhan harus sama besarnya. Keduanya harus kita laksanakan sebagai kewajiban seorang muslim, agar 'titel' keislaman kita tidak lepas dan tiang agama kita tetap kokoh. Dan usahakan dalam pelaksanaan shalat lima waktu bisa dilakukan secara berjamaah, apalagi dalam bulan Ramadhan. Bagi yang laki-laki berjamaah di masjid, dan bagi yang perempuan bisa berjamaah di masjid atau di rumah masing-masing. Berangkat ke masjid untuk shalat berjamaah bisa mencuci dosa-dosa, bagaikan seseorang yang mandi untuk mencuci kotoran yang ada di badannya. Bila ada orang yang mandi lima kali dalam sehari, pasti badannya akan bersih dari kotoran. Begitu juga orang yang shalat berjamaah di masjid, ia akan suci dari kotoran dosa dan kesalahan. Jabir bin Abdullah berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Perumpamaan shalat lima waktu seperti sungai yang mengalir deras di depan pintu kalian. Dengannya kalian akan mandi sebanyak lima kali. Jabir berkata, 'Hasan menambahkan, 'Dengan mandi seperti itu, niscaya tak ada lagi kotoran di badan'." (HR. Muslim, no. 1072). Shalat berjamaah di masjid akan bertambah nilainya jika kita laksanakan pada awal waktunya. Ketika imam mulai bertakbiratul ihram (takbir rakaat yang pertama), langsung bisa kita ikuti takbir tersebut. Kalau hal itu bisa kita lakukan setiap hari lima kali (setiap shalat lima waktu) selama 40 hari, maka diri kita akan terbebas dari sifat munafik dan terhindar dari adzab neraka. Begitulah Rasulullah SAWmengajarkan. Anas bin Malik berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang shalat berjamaah(ikhlas) karena Allah selama 40 hari dan selalu menjumpai takbir pertama (imam), maka ia akan mendapatkan dua pembebasan. Bebas dari adzab neraka dan bebas dari kemunafikan." (HR. Tirmidzi, no. 224). 3. Membaca al-Qur'an Rasulullah SAW selalu bertadarrus dengan Malaikat Jibril dalam bulan Ramadhan, dan beliau bisa mengkhatamkan sekali. Tapi di tahun akhir hayatnya, beliau mengkhatamkan hingga dua kali. Simaklah riwayat berikut, bagaimana Rasulullah SAW mendidik shahabat dan umatnya untuk aktif berinteraksi dengan al-Qur'an, terutama di bulan Ramadhan. Abdullah bin 'Amr bin 'Ash

pernah bertanya kepada Rasulullah. "Dalam berapa hari saya mengkhatamkan al-Qur'an?" Rasulullah menjawab, 'Khatamkanlah al-Qur'an dalam setiap bulan'. Abdullah berkata, 'Wahai nabi Allah, aku kuat bila kurang dari itu'. Rasulullah bersabda, 'Khatamkanlah dalam dua puluh hari'. Abdullah berkata, 'Wahai nabi Allah, aku kuat bila kurang dari itu'. Rasulullah bersabda, 'Khatamkanlah dalam sepuluh hari'. Abdullah berkata, 'Wahai nabi Allah, aku kuat bila kurang dari itu'. Rasulullah bersabda, 'Khatamkanlah dalam tujuh hari dan jangan kau kurangi lagi'. (Abdullah berkata, "Aku telah minta yang berat, dan hal itu memang berat bagiku"). Rasulullah bersabda kepadaku, "Kamu tidak tahu, bagaimana bila umurmu panjang". Abdullah berkata lagi, "Dan memang umurku panjang sebagaimana yang disabdakan Rasulullah, sehingga aku makin terasa beratdalam menunaikan tugas itu. Dan ketika aku sudah tua, aku menyesal, kenapa dahulu tidak aku terima dispensasi yang diberikan Rasulullah." (HR. Bukhari dan Muslim). Mari kita bercermin kepada para shahabat dan para ulama dalam interaksi bersama al-Qur'an. Utsman bin Affan setiap malam mengkhatamkan al-Qur'an dalam shalatnya. (Fadhailul Qur'an: 35). Ubay bin Ka'abmengkhatamkannya setiap 8 hari sekali. Tamim ad-Dari mengkhatamkannya 7 hari sekali. (Shafwatus Shafwah: 1/476). Sa'id bin Jubeir mengkhatamkannya 2 malam sekali, dan pada bulan Ramadhan mengkhatamkannya antara Maghrib dan Isya'. (Hilyatul Auliya': 4/273). Dari generasi Tabi'in, Hasan al-Bashrimengkhatamkan al-Qur'an antara Dhuhur dan 'Ashar, sebagaimana ia sering mengkhatamkannya antara Maghrib dan Isya' pada bulan selain Ramadhan. (Hilyatul Auliya': 3/58). 'Alqamah mengkhatamkannya 5 harisekali. (Shafwatus Shafwah: 3/27). Al-Aswad bin Yazid an-Nakha'i mengkhatamkannya pada bulan Ramadhan setiap 2 malam sekali, di luar bulan Ramadhan, ia mengkhatamkannya setiap 6 hari sekali. (Hilyatul Auliya': 2/103). Imam Qatadah mengkhatamkan al-Qur'an dalam waktu 7 hari sekali, dan di bulan Ramadhanmengkhatamkannya 3 hari sekali. Dan bila memasuki 10 hari terakhir, ia mengkhatamkannya setiap malam.(Hilyatul Auliya': I/338). Bagaimana dengan 4 Imam madzhab? Imam Abu Hanifah (pelopor madzhab Hanafi) mengkhatamkan al-Qur'an setiap malam dalam shalatnya (biasanya di waktu sahur). (Siyaru A'lamin Nubala': 6/400). Imam Malik (pelopor madzhab Maliki), ia menutup majlis taklim yang mengajarkan ilmu hadits dan lainnya di bulan Ramadhan, kemudian mengkonsentrasikan diri membaca alQur'an." (Majalis Ramadhaniyyah: 23). Imam Muhammad bin Idris as-Syafi'i (pelopor madzhab Syafi'i) terbiasa mengkhatamkan al-Qur'an dalamshalatnya sebanyak enam puluh kali selama Ramadhan." (Siyaru A'lamin Nubala': 10/ 83). Ahmad bin Hanbal (pelopor madzhab Hanbali), "Setiap hari ayahku terbiasa membaca al-Qur'an sebanyak 7 kali, danmengkhatamkannya setiap 7 hari sekali," kata anaknya." (Hilyatul Auliya': 9/181). Membaca al-Qur'an di bulan Ramadhan menjadi ibadah unggulan yang sangat istimewa nilainya di sisiAllah SWT . Meskipun kita belum mampu untuk mengkhatamkan al-Qur'an dalam beberapa hari seperti para ulama' pendahulu kita, kita bisa mengkhatamkannya dalam sebulan. Dan tidak lupa kita sisihkanwaktu untuk membaca terjemah maknanya atau menghadiri kajian tafsirnya, agar kita bisa memahami makna ayat-ayat dan menjadikannya sebagai petunjuk hidup. 4. Tarawih dan Qiyamullail 'Amr bin Murroh al-Juhani berkata, "Telah datang seorang laki-laki dari Qudho'ah ke Rasulullah dan bertanya, 'Wahai Rasulullah, apa pendapatmu, j i ka aku telah bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan kamu adalah utusan Allah, dan a k u tegakkan shalat lima waktu, aku berpuasa di bulan Ramadhan dan melaksanakan tarawih di malamnya, dan aku tunaikan zakat.' Rasulullahbersabda, 'Barangsiapa yang mati dalam keadaan seperti itu, maka ia akan masuk golongan orang-orangj u j u r dan orang-orang mati syahid." (HR. Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan dishahihkan Syekh al-Albani, no.2262). Abu Hurairah berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Barangsiapa yang beribadah di malam Ramadhan karena iman dan ikhlas, maka dosa-dosanya yang telah berlalu diampuni." (HR. Bukhari, no. 36 dan Muslim, no. 1266). Begitu besar keutamaan yang didapatkan oleh orang-orang yang rajin shalat tarawih. Karena ibadah yang satu ini sangat berat bagi mereka yang imannya masih lemah. Banyak godaan yang harus dihadapi. Di antaranya, waktu malam adalah waktu istirahat. Banyak orang cenderung

bersantai saat itu. Capek karena lelah setelah bekerja seharian. Malas karena perutnya kekenyangan saat berbuka puasa. Berat untuk meninggalkan sinetron favorit di layar kaca yang selama ini rutin ditonton sebelum Ramadhan. Bagaimana kita bisa mendapatkan gelar taqwa dalam bulan Ramadhan, kalau kita berat untuk meninggalkan kesenangan diri demi memenuhi panggilan Ilahi. Ramadhan adalah bulan jihad, kita harus mengobarkan peperangan melawan kemalasan, bujukan hawa nafsu dan ajakan syetan, baik itu syetanmanusia maupun syetan jin. Ingatlah sabda Rasulullah, "Sopanlah dalam berbicara, sebarkanlah salam, sambunglah persaudaraan dan shalatlah di waktu malam ketika manusia terlelap tidur, niscaya kamu akan masuk surga dengan selamat." (HR. Ibnu Hibban dan dishahihkan Syekh al-Albani, no. 569). Islam tidak melarang para wanita pergi ke masjid untuk shalat berjamaah. Tapi mengatur mereka dan mengarahkannya agar tidak menimbulkan fitnah bagi yang lain, yang akhirnya membahayakan keselamatan dirinya dan mengancam kesucian. Syekh Sayyid Sabiq rahimahullah berkata, "Wanita boleh datang ke masjiduntuk shalat berjamaah dengan syarat; ia harus menjauhi hal-hal yang bisa membangkitkan syahwat atauyang bisa menimbulkan fi tnah, tidak berhias dan tidak memakai wangi-wangian." Karena Rasulullah telahbersabda, "Janganlah kalian melarang wanita-wanita muslimah untuk datang ke masjid". (HR. Muslim, no. 668). Dan di riwayat lain, "Wanita siapapun yang telah memakai wangi-wangian, janganlah ia hadir bersama kami untuk berjamaah shalat Isya' di malam hari." (HR. Muslim, no. 675). (Kitab Fiqhus Sunnah: I/171). 5. Shalat Dhuha Waktu Dhuha adalah waktu pagi, dimulai dari matahari terbit setinggi dua tombak sampai matahari hampir tepat di atas kepala kita. Dalam waktu ini ada shalat sunnah yang sangat dianjurkan oleh Allah SWT, sayang kalau ditinggalkan. Di luar bulan Ramadhan saja, Rasulullah SAW mewanti-wanti umatnya agartidak meninggalkan shalat sunnah yang satu ini, apalagi dalam bulan Ramadhan. Abu Hurairah berkata, "Rasulullah telah berwasiat kepadaku 3 perkara. Yaitu puasa tiga hari setiap bulan (di pertengahan bulan Hijriyah), dua rakaat shalat sunnah Dhuha, dan shalat witir sebelum tidur." (HR. Bukhari, no. 1845 dan Muslim, no. 1182). Adapun jumlah rakaat shalat Dhuha, paling sedikit 2 rakaat dan paling banyak 8 rakaat atau 12 rakaat dalam riwayat lainnya. Dalam riwayat lain, dijelaskan bahwa dua rakaat shalat Dhuha keutamaannya sama dengan pahala 360 shadaqah (HR. Abu Daud, no. 1094). Dan dalam hadits qudsi diriwayatkan, "Allah berkata, 'wahai IbnuAdam, shalatlah kamu empat rakaat di permulaan siang (waktu Dhuha), maka akan Kucukupi kebutuhanmu pada hari itu." (HR. Tirmidzi, no. 437 dan dia katakan hadits hasan gharib).

15 Ibadah Unggulan di Bulan Ramadhan (bagian 2)6. Shalat Ba'da Wudhu Bersuci diri dari hadats kecil dengan cara berwudhu ternyata punya banyak keutamaan, tidak hanya sebatas basah-basahan dengan air. Tapi itu merupakan ibadah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Tidak hanya saat kita mau shalat, di luar shalat pun kalau kita mau bersuci saat telah batal, maka wudhu sangat dianjurkan. Apalagi kalau hal itu kita lakukan dalam bulan Ramadhan, sehingga kita setiap saat bisa beribadah kepada Allah SWT dengan kondisi lebih baik karena kita dalam keadaan bersuci.

Termasuk keutamaan wudhu, Rasulullah SAW bersabda, "Istiqomahlah kalian dan jangan mengendor, ketahuilah bahwa termasuk amalan yang paling utama adalah shalat. Dan tidaklah mampu menjaga wudhu (suci dari hadats kecil) selain orang mukmin." (HR. Ibnu Majah, no. 237). Di riwayat lain, "Barangsiapaberwudhu dan ia menyempurnakan wudhunya, maka dosa-dosanya akan keluar dari badannya bahkan ada yang keluar dari balik kuku-kukunya." (HR. Muslim, no. 361).

Luar biasa, air wudhu yang kita basuhkan pada anggota badan kita, tidak hanya membersihkan kotoran luar yang melekat pada anggota badan tersebut, tapi kucuran atau tetesan airnya juga mampu menggelontorkandosa-dosa dan kesalahan kita. Subhanalloh. Saat kita berkumur, bersihlah dosa yang disebabkan lisan. Saat kita membasuh muka, bersihlah dosa yang ada di muka. Saat kita membasuh tangan, bersihlah dosa yang dilakukan tangan. Saat kita mengusap kepala, dosa yang mengotori kepala ikut terusap. Saat kita menyiram kaki, luluhlah dosa-dosa yang mengotori kaki. Dan setelah itu, lengkapilah proses pencucian dosa itu dengan shalat dua rakaat pasca wudhu. Rasulullah bersabda: Humran berkata, "Aku telah melihat Utsmanbin Affan berwudhu, (lalu ia menceritakan cara wudhu Utsman). 'Utsman berkata, 'Aku telah melihat Rasulullah berwudhu seperti cara wudhuku ini. Kemudian beliau bersabda, 'Barangsiapa berwudhu dengan cara wudhuku ini, lalu ia shalat dua rakaat tidak memikirkan hal lain dalam shalatnya (khusyu'), maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah berlalu." (HR. Bukhari, no. 1798)."Tidaklah seorang muslim berwudhu dan ia membaguskan wudhunya (menyempurnakannya), lalu ia melaksanakan shalat dua rakaat, khusyu' dengan segenap pikiran dan hatinya, kecuali ia berhak untuk masuk surga." (HR. Muslim). Dan masih dalam riwayat yang sama, Umar bin Khatthab menyambung lidah Rasulullah SAW, bahwa beliau juga bersabda : "Tidaklah salah seorang dari kalian menyempurnakan wudhunya, lalu membaca: 'Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah, dan Muhammad adalah hamba Allah dan rasul-Nya', kecuali Allah akan membukakan baginya pintupintu surga yang jumlahnya delapan, dan ia diberi kebebasan untuk masuk melalui pintu yang mana saja." (HR. Muslim, no. 345). Itulah yang dimaksud dengan ibadah unggulan di bulan Ramadhan. Alangkah bahagianya kalau kita bisa melaksanakan hal itu dalam bulan Ramadhan ini, dan kita lanjutkan pasca Ramadhan kelak. Sungguh sangat beruntung bila kita berhasil menunaikan ibadah yang satu ini. 7. Menyegerakan Berbuka Mungkin kita pernah mendengar istilah 'ta'jil'. Apalagi dalam bulan Ramadhan, kalimat itu lebih sering kita dengar. Pada beberapa masjid di negeri kita ini disediakan makanan ringan dan minuman (kue, buah, kurma, kolak, air es, air putih) menjelang Maghrib tiba. Mereka menyebutnya dengan istilah ta'jil. Dan itu merupakan tradisi yang harus dikembangkan, karena banyak manfaat dan keutamaannya. Ta'jil arti sebenarnya adalah bersegera atau menyegerakan. Yang dimaksud di sini adalah menyegerakan berbuka puasa dengan makan makanan ringan yang manis atau sekadar minum air putih atau teh hangat. Rasulullah SAW bersabda, "Kondisi orang yang berpuasa akan senantiasa baik-baik saja, selama mereka menyegerakan berbuka. Segerakanlah berbuka, karena orang-orang Yahudi kalau berpuasa mereka suka mengakhirkan (menunda) berbuka." (HR. Ibnu Majah, no. 1688). Hadits serupa juga diriwayatkan Bukhari, no. 1821 dan Muslim, no. 1838. Dan do'a yang dianjurkan untuk dibaca saat berbuka, di antaranya: ' Dzahabazh Zhoma-u, wabtallatil 'uruq, wa tsabatal ajru insya Allah'. (Telah hilang dahaga dan telah basah urat-urat nadi, dan pahala pun telah ditetapkan, insya Allah). (HR. Abu Daud, no. 2010). Anas bin Malik berkata, Rasulullah apabila berbuka, beliau makan beberapa butir kurma matang dan segar sebelum shalat. Jika tidak ada kurma matang dan segar, beliau makan beberapa kurma biasa. Kalau kurma biasa tidak ada, beliau minum beberapa teguk air. (HR. Abu Daud, no 2009). 8. Mengakhirkan Sahur Dalam al-Qur'an, Allah SWT telah menyebutkan karakter orang yang berbuat baik (Muhsin) di antaranya, "Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam. Dan di akhir-akhir malam, mereka memohon ampunan (kepada Allah)." (QS. adz-Dzariyat: 17-18). Akhir-akhir malam adalah waktu sahur, yaitu sekitar satu j am sebelum Shubuh. Itulah waktu yang mustajab, waktu yang cocok untuk memperbanyak istighfar dan beribadah kepada Allah SWT ." Oleh karena itulah, kita dianjurkan oleh Rasulullah SAW untuk mengakhirkan sahur. Dan beliau juga berpesan kepada ummatnya agar tidak meninggalkan sahur. Meskipun kita merasa perut telah kenyang, dan kita merasa mampu atau kuat berpuasa walau tanpa makan sahur. Makan sahur merupakan pembeda antara model puasa orang mukmin dengan puasa ahlul

kitab (Yahudi dan Nashrani). "Perbedaan antara puasa kita (muslim) dengan puasa ahlul kitab adalah pada makan sahur." (HR. Muslim, no. 1836). Dan Rasulullah juga menginformasikan bahwa dalam makan sahur terdapat banyak keberkahan. "Makan sahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada keberkahan." (HR. Bukhari, no. 1789 dan Muslim, no. 1835). Beliau juga menganjurkan kita untuk mengakhirkan sahur, "Ummatku senantiasa baik-baik saja (saat puasa) selama mereka mengakhirkan makan sahur." (HR. Ahmad, no. 20530).

Makan sahur tidak harus makan berat, seperti sepiring nasi atau yang sejenisnya. Yang penting kita bangun pada saat itu. Kalau kita merasa lapar, makanlah sesuai kebutuhan. Kalau tidak lapar, makanlah makanan ringan atau minum beberapa teguk. Yang utama kalau kita makan beberapa kurma saat sahur, "Sebaik-baik sahur seorang mukmin adalah beberapa butir kurma." (HR. Abu Daud, no. 1998). Dan usahakan sahur kita selesai sekitar 10 menit sebelum adzan Shubuh, seperti sahurnya Rasulullah." (HR. Bukhari dan Muslim). Setelah itu kita siap-siap untuk melaksanakan shalat Shubuh berjamaah. Abu Said al-Khudri berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Sahur adalah makanan yang berkah, janganlah kalian meninggalkannya, meskipun hanya dengan seteguk air. Karena Allah melimpahkan karunia-Nya kepada orang-orang yang sahur, dan para malaikat-Nya berdo'a untuk mereka." (HR. Ahmad, no. 10969). Sungguh ibadah yang satu inisangat istimewa dan utama, pantas menjadi ibadah unggulan di bulan puasa. 9. Dua Rakaat Fajar Setelah makan sahur, sisakan waktu 10 menit (waktu Imsak) untuk rehat sejenak dan siap-siap pergi ke Masjid terdekat untuk shalat Shubuh berjamaah. Ketika telah mendengar adzan Shubuh, shalatlah dua rakaat fajar (sunnah qabliyah Shubuh) di rumah atau langsung pergi ke Masjid dan shalat di sana. Shalat sunnah satu ini sangat istimewa bagi Rasulullah SAW dan punya nilai utama di sisi Allah SWT. Dan sangattepat kalau kita jadikan sebagai amalan unggulan di bulan Ramadhan. Apa nilai keutamaannya? Simaklah riwayat berikut. Aisyah berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Dua rakaat shalat sunnah Fajar (Shubuh), nilainya lebih baikdaripada dunia dan apa yang terkandung di dalamnya." (HR. Muslim, no. 1193). Dalam riwayat lain, "Dan peliharalah shalat dua rakaat sunnah Fajar, karena ia termasuk ibadah yang utama." (HR. Abu Daud, no. 5285). Di riwayat lain, "Shalat sunnah dua rakaat Fajar lebih baik nilainya daripada dunia secara keseluruhan." (HR. Ahmad, no. 25083). Aisyah berkata, ketika Rasulullah ditanya tentang shalat sunnah Fajardua rakaat, beliau menjawab, Dua rakaat itu lebih aku cintai daripada dunia dan isinya." (HR. Ahmad, no. 23108). 10. I'tikaf 10 Hari Hukum asal dari i'tikaf adalah sunnah, kecuali yang mewajibkan diri dengan bernadzar. Meskipun sunnah, ibadah yang satu ini menjadi istimewa pada saat Ramadhan, terutama di 10 hari terakhir. Karena Rasulullah SAW sejak hijrah ke Madinah, tidak pernah meninggalkannya setiap Ramadhan. Istiqamahnya Rasulullah inilah yang membuat i'tikaf di 10 hari terakhir bulan Ramadhan menjadi ibadah unggulan. Aisyah berkata, "Apabila Rasulullah memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadhan), beliau menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya, mengencangkan ikat pinggangnya (meningkatkan ibadahnya dan menjauhi isterinya)." (HR. Muslim, no. 2008, Bab I'tikaf). Aisyah berkata, "Bahwasanya Rasulullah senantiasa beri'tikaf pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan hingga beliau wafat, kemudian para isterinya juga beri'tikaf sepeninggal beliau." (HR. Bukhari, no. 1886). Syarat i'tikaf. Pertama, niat. Berdasarkan hadits, "Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya bagi setiap orang apa yang ia niatkan." (HR.Bukhari dan Muslim). Kedua, puasa. MenurutImam Malik dan Abu Hanifah. Berdasarkan hadits, "Barangsiapa beri'tikaf, maka hendaklah ia puasa." (HR. Abdur Razaq dengan sanad shahih). Sedangkan Imam Syafi'i berpendapat: "Puasa bukanlah syarat sahnyai'tikaf. Berdasarkan hadits, "Sesungguhnya Umar bernadzar untuk i'tikaf semalam, lalu Rasulullah menyuruhnya untuk menepati nadzarnya." (HR. Bukhari dan Muslim). Ketiga, masjid. Orang yang i'tikaf harus berada di Masjid dengan niat taqarrub

kepada Allah dan berdiam diri disitu. Ibnu Hajar berkata: "Masjid merupakan syarat sahnya i'tikaf." (Kitab Fathul Bari: 4/277). Keempat, tidak mengumpuli istrinya. Allah berfirman, "Dan janganlah, kamu campuri mereka itu (isteri-isteri), sedang kamu beri'tikaf." (QS. AlBaqarah: 187). Wanita boleh beri'tikaf di 10 hari Ramadhan, berdasarkan riwayat dari Aisyah di atas. Pada dasarnya i'tikaf wanita sama dengan i'tikaf laki-laki, hanya saja perlu diperhatikan rambu-rambu berikut ini. Pertama, adaizin dari suaminya (bila sudah bersuami). Kedua, wanita lebih utama i'tikaf di masjid rumahnya (menurut Abu Hanifah). Sebagaimana diperbolehkan juga i'tikaf di masjid lain. Kalau di masjid umum, diutamakan yang tempatnya paling dekat dengan rumahnya, dan ada tempat khusus perempuan. Ketiga, jika dia haidh atau nifas, maka otomatis i'tikafnya batal. Dan boleh baginya untuk melanjutkan jika sudah suci. Keempat, hendaklah tidak sendirian, tapi ada wanita lain yang menemaninya.

http://www.ghoibruqyah.com/index.php/Bahasan/15-Ibadah-Unggulan-di-BulanRamadhan-bagian-2.html

Memasuki Ramadan dengan Amalan UtamaHM Husain D MahmudKakanwil Kementerian Agama Provinsi Kalimantan Barat Ramadan adalah bulan yang paling mulia di antara 12 bulan yang ada dalam satu tahun, karena dalam bulan ini Allah SWT mewajibkan kepada orang-orang yang beriman untuk beribadah puasa selama sebulan penuh. Di samping itu, bulan Ramadan adalah bulan diturunkannya Alquran dari Lauh al-Mahfuzh ke Baitul Izzah di kawasan langit yang paling bawah, serta bulan untuk pertama kalinya ayat-ayat Alquran diturunkan kepada Rasulullah SAW yang terjadi pada tanggal 17 Ramadan tahun pertama kenabian. Bahkan menurut Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya Tafsir Ibnu Katsir juz I halaman 380, bulan Ramadan adalah bulan diturunkannya Kitab Taurat kepada Nabi Musa AS, Kitab Zabur kepada Nabi Daud AS, serta Kitab Injil kepada Nabi Isa AS. Mengingat betapa mulianya bulan Ramadan ini, maka Allah SWT menurunkan rahmat dan maghfirah-Nya kepada setiap orang mukmin yang melakukan puasa dan qiyamul lail pada malam harinya, semata-mata atas dorongan iman dan mengharapkan ridha Allah SWT. Ibadah sunnah di bulan Ramadan nilai pahalanya sama dengan nilai pahala ibadah fardu di luar bulan Ramadan. Ibadah fardu di bulan Ramadan, nilai pahalanya dilipatgandakan 70 kali dibanding ibadah fardu di luar bulan Ramadan. Barang siapa melaksanakan ibadah tepat pada malam Lailatul Qadar, maka nilai pahalanya lebih baik daripada melaksanakan ibadah selama 1.000 bulan atau sekitar 83 tahun di luar malam Lailatul Qadar. Sehubungan dengan hal tersebut, maka seluruh umat Islam diperintahkan meningkatkan amal ibadahnya di bulan suci Ramadan, memperbanyak sedekah dan silaturahmi, serta menjauhkan segala bentuk perbuatan dosa dan maksiat. Dengan demikian pintu surga akan terbuka, pintu neraka akan tertutup serta setan-setan akan terbelenggu sehingga tidak mampu menggodanya, karena orang-orang mukmin yang berpuasa pada siang hari dan qiyamul lail pada malam hari, maka itu berarti bahwa mereka telah mampu menaklukkan hawa nafsu yang selalu mendorong manusia melakukan perbuatan jahat. Selain melaksanakan ibadah puasa dengan menahan diri dari makan, minum, hubungan suami-istri, dan segala macam dorongan nafsu sejak terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari, selama bulan suci Ramadan umat Islam diperintahkan untuk melaksanakan berbagai macam amalan dan ibadah sebagai realisasi dari peningkatan iman dan takwa kepada Allah SWT. Berikut ini adalah sebagian amalan utama dan ibadah yang diperintahkan Allah SWT dan rasul-Nya untuk kita kerjakan di bulan suci Ramadan. 1. Mengakhirkan waktu makan sahur Rasulullah SAW telah memberikan tuntunan kepada seluruh umat Islam yang melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan, untuk mengakhirkan waktu makan sahur. Lalu apa rahasia dan hikmah yang ada di balik anjuran Rasulullah tersebut?

Hal itu tidak lain dimaksudkan agar rentang waktu berpuasa tidak terlalu lama, sehingga stamina orang yang berpuasa tetap terjaga ataupun tidak terlalu lemas. Di samping itu, sesungguhnya pengakhiran makan sahur itu juga mengandung berkah. Karena itulah, ketika akan makan sahur, kita disunnahkan untuk membaca doa sebagai berikut, Ya Allah (Zat yang Melimpahkan Rezeki), berikanlah rezeki yang telah Engkau limpahkan kepada kami, dan kami memohon perlindungan kepada-Mu dari siksa api neraka. Dan jika pada malam hari kita belum niat berpuasa, maka kita harus berniat pada waktu sahur. Adapun niat puasa adalah sebagai berikut, Saya niat melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan, semata-mata karena mengharapkan ridho Allah SWT. 2. Mempercepat berbuka puasa Jika waktu magrib yang sesuai dengan jadwal imsakiah yang disusun oleh BHR (Badan Hisab dan Rukyat) Kalbar telah tiba, maka orang-orang berpuasa, disunnahkan mempercepat berbuka puasa meskipun hanya dengan meminum seteguk air atau makanan kue (kurma) sebelum melaksanakan Salat Magrib. Hal itu dimaksudkan, agar stamina dan konsentrasi (kekhusyukkan) orang yang berpuasa tetap terjaga dengan baik ketika mengerjakan Salat Magrib. Karena jika orang yang berpuasa diperintahkan untuk Salat Magrib terlebih dahulu, tanpa ada sepotong makanan ataupun seteguk air, maka ibadah Salat Magrib-nya kemungkinan besar tidak khusyuk, karena pikirannya tertuju pada makanan yang dihidangkan. 3. Memperbanyak tadarus Alquran Setiap umat Islam memang diperintahkan Allah SWT untuk membaca, memahami, menghayati, serta mengamalkan isi dan kandungan Alquran setiap harinya. Terlebih lagi pada bulan suci Ramadan, umat Islam diperintahkan untuk lebih aktif lagi melakukan tadarus Alquran seperti yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Karena sebaik-baiknya orang Islam adalah orang yang mau mempelajari dan mengajarkan Alquran. 4. Melakukan Salat Tarawih dan Witir Setiap bulan Ramadan, umat Islam disunnahkan melaksanakan Salat Tarawih sesuai dengan kemampuan dan kesanggupannya. Bagi mereka yang mampu 20 rakaat dengan tetap menjaga ketertiban dan kekhusyukkan salat, maka mereka dipersilakan melaksanakan Salat Tarawih 20 rakaat ditambah Salat Witir 3 rakaat. Namun bagi mereka yang hanya mampu Salat Tarawih sebanyak 8 rakaat ditambah Salat Witir 3 rakaat, maka disunnahkan melaksanakannya dengan tetap menjaga ketertiban dan kekhusyukan salat. 5. Melakukan iktikaf di dalam masjid Iktikaf adalah salah satu perbuatan sunnah yang bersikap preventif, yakni supaya kita tidak terjatuh dalam perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat di waktu-waktu luang yang kita miliki. Umat Islam disunnahkan iktikaf untuk melaksanakan salat berjemaah, membaca, mempelajari serta menghayati isi Alquran, berzikir, bertobat, dan sebagainya. 6. Membayar zakat fitrah dan zakat mal (harta) Umat Islam yang hidup pada akhir bulan Ramadan dan menjumpai bagian awal bulan Syawal, diwajibkan membayar zakat fitrah, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk keluarga yang menjadi tanggung jawabnya, termasuk bayi yang baru lahir. Sedangkan zakat mal adalah zakat yang diwajibkan atas harta benda yang kita miliki, yang telah mencapai nishab dan haulnya.

http://www.equator-news.com/kolom/20110727/memasuki-ramadan-denganamalan-utamaPerbuatan-Perbuatan yang Menyempurnakan Ibadah Puasa Ramadhan Ramadhan adalah bulan yang istimewa dan penuh berkah. Bulan Ramadhan adalah bulan yang selalu ditunggu-tunggu oleh umat Muslim sedunia. Di bulan Ramadhan pahala ibadah dilipatgandakan. Bahkan tidurnya orang puasa itu adalah ibadah. Tapi jangan mentang-mentang tidur orang berpuasa itu ibadah, di bulan Ramadhan ini kita jadi terus-terusan tidur tanpa ada aktivitas lain (kayak hibernasi aja).

Berikut ini adalah perbuatan-perbuatan yang menyempurnakan ibadah puasa Ramadhan.

1. Melaksanakan makan sahurBersahurlah kamu karena makan sahur itu ada berkahnya (HR. Bukhari Muslim). Makan sahur yang paling baik ialah yang hampir mendekati waktu shubuh. Saran untuk yang makannya lama, lebih baik sahurnya di awal-awal aja.

2. Mempercepat berbuka apabila telah tiba waktunya

Manusia senaniasa dalam kebajikan, selama mereka cepat-cepat berbuka puasa. (HR. Bukhari dan Muslim). Berbuka yang lebih baik ialah berbuka dengan makan buah-buahan manis. Salah satunya buah Kurma. Pada waktu berbuka

dianjurkan untuk membaca doa. Hapal kan doa berbuka puasa? , minimal membaca basmalah. Jangan sampe kebanyakan makannya ya. Nanti malah

tumbang sebelum shalat tarawih.

3. Memperbanyak membaca Al-Quran

Orang-orang yang berkumpul di masjid dan membaca al-Quran (dan mempelajari), maka kepada mereka akan diturunkan Tuhan ketenangan bathin, dilimpahi dengan rahmat. (HR. Muslim). Ayo, mari berlomba-lomba khatamkan Al-Qur'an di bulan Ramadhan..

4. Memperbanyak shadaqah

Shadaqah yang paling utama ialah shadaqah pada bulan Ramadhan. Nabi termasuk orang yang banyak memberi dan menolong, lebih-lebih pada bulan Ramadhan. Salah satunya disebutkan dalam hadits dibawah ini : Spoiler untuk Hadits: Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani, Rasulullah SAW bersabda : Barangsiapa memberi makanan untuk berbuka, maka ia mendapat pahala yang sama dengan orang yang berpuasa, sedangkan pahala orang yang berpuasa itu sendiri tidak berkurang sedikitpun. (HR. Turmudzi. Ia berkata : Hadits ini hasan dan shohih)

5. Shalat Tarawih

Bisa dilakukan dengan berjamaah atau sendiri-sendiri, boleh di masjid dan boleh di rumah atau di tempat-tempat lain. Waktunya sesudah shalat Isya sebelum waktu shubuh. Semua bacaan-bacaannya sama dengan shalat fardhu. Barang siapa melakukan shalat malam pada bulan Ramadhan, dengan iman kepada Allah dan mengharapkan pahalanya, maka akan diampuni dosanya (HR. Muslim)

6. ItikafYaitu berdiam di masjid, dengan melakukan ibadah terutama pada malam 20 sampai akhir Ramadhan. Rasulullah saw selalu mengerjakan itikaf pada sepuluh hari yang terakhir Ramadhan, sampai saat beliau wafat (HR. Bukhari, Muslim). Pelaksanaannya ialah pertama-tama masuk mesjid dengan shalat tahiyyatul masjid, kemudian melaksanakan ibadah di dalamnya.

7. Meningkatkan ibadah terutama pada malam 20 Ramadhan ke atas

Apabila sudah masuk sepuluh malam yang terakhir Ramadhan, maka Rasulullah

sangat bersungguh-sungguh ibadah dan sepanjang malam beliau beramal serta membangunkan keluarga (HR. Bukhari dan Muslim). Salah satu fenomena yang terjadi di sekitar rumah saya adalah pada awal2 bulan Ramadhan, masyarakat begitu semangat beribadah, terutama saat tarawih di Mesjid. Tapi begitu memasuki akhir bulan Ramadhan, ketika tarawih hanya beberapa shaf saja yang terisi. Saya pun ikut-ikutan jadi korban yang tereliminasi dari shalat tarawih di

Mesjid. bulan.

Mudah2an kali ini bisa semangat terus ibadahnya sampe akhir

8. Banyak menjauhkan diri dari perbuatan dosa dan yang mengurangi

nilai dan hikmat puasa Banyak di antara yang berpuasa, tapi hasilnya hanya lapar dan dahaga (HR. Ibnu Huzaimah). Spoiler untuk sumber: Drs. Miftah Faridl : Pokok-Pokok Ajaran Islam Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf Annawawy, Terjemah Riadhus Shalihin Tarbawi edisi 15 Th 2 Ramadhan 1421 Said bin Muhammad Daib Hawwa, Mensucikan Jiwa : Konsep Tazkiyatun nafs Terpadu Dr. Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyah Ruhiyah : Petunjuk Praktis Mencapai Derajat Taqwa

Sepuluh Amalan Menyambut RamadhanOleh: Mochamad Bugi

1. Berdoalah agar Allah swt. memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu dengan bulan Ramadan dalam keadaan sehat wal afiat. Dengan keadaan sehat, kita bisa melaksanakan ibadah secara maksimal di bulan itu, baik puasa, shalat, tilawah, dan dzikir. Dari Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Rasulullah saw. apabila masuk bulan Rajab selalu berdoa, Allahuma bariklana fii rajab wa syaban, wa balighna ramadan. Artinya, ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan Syaban; dan sampaikan kami ke bulan Ramadan. (HR. Ahmad dan Tabrani) Para salafush-shalih selalu memohon kepada Allah agar diberikan karunia bulan Ramadan; dan berdoa agar Allah menerima amal mereka. Bila telah masuk awal Ramadhan, mereka berdoa kepada Allah, Allahu akbar, allahuma ahillahu alaina bil amni wal iman was salamah wal islam wat taufik lima tuhibbuhu wa tardha. Artinya, ya Allah, karuniakan kepada kami pada bulan ini keamanan, keimanan, keselamatan, dan keislaman; dan berikan kepada kami taufik agar mampu melakukan amalan yang engkau cintai dan ridhai. 2. Bersyukurlah dan puji Allah atas karunia Ramadan yang kembali diberikan kepada kita. Al-Imam Nawawi dalam kitabAdzkar-nya berkata, Dianjurkan bagi setiap orang yang mendapatkan kebaikan dan diangkat dari dirinya keburukan untuk bersujud kepada Allah sebagai tanda syukur; dan memuji Allah dengan pujian yang sesuai dengan keagungannya. Dan di antara nikmat terbesar yang diberikan Allah kepada seorang hamba adalah ketika dia diberikan kemampuan untuk melakukan ibadah dan ketaatan. Maka, ketika Ramadan telah tiba dan kita dalam kondisi sehat wal afiat, kita harus bersyukur dengan memuji Allah sebagai bentuk syukur.

3. Bergembiralah dengan kedatangan bulan Ramadan. Rasulullah saw. selalu memberikan kabar gembira kepada para shahabat setiap kali datang bulan Ramadan, Telah datang kepada kalian bulan Ramadan, bulan yang penuh berkah. Allah telah mewajibkan kepada kalian untuk berpuasa. Pada bulan itu Allah membuka pintupintu surga dan menutup pintu-pintu neraka. (HR. Ahmad). Salafush-shalih sangat memperhatikan bulan Ramadan. Mereka sangat gembira dengan kedatangannya. Tidak ada kegembiraan yang paling besar selain kedatangan bulan Ramadan karena bulan itu bulan penuh kebaikan dan turunnya rahmat. 4. Rancanglah agenda kegiatan untuk mendapatkan manfaat sebesar mungkin dari bulan Ramadan. Ramadhan sangat singkat. Karena itu, isi setiap detiknya dengan amalan yang berharga, yang bisa membersihkan diri, dan mendekatkan diri kepada Allah. 5. Bertekadlah mengisi waktu-waktu Ramadan dengan ketaatan. Barangsiapa jujur kepada Allah, maka Allah akan membantunya dalam melaksanakan agenda-agendanya dan memudahnya melaksanakan aktifitas-aktifitas kebaikan. Tetapi jikalau mereka benar terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. [Q.S. Muhamad (47): 21] 6. Pelajarilah hukum-hukum semua amalan ibadah di bulan Ramadan. Wajib bagi setiap mukmin beribadah dengan dilandasi ilmu. Kita wajib mengetahui ilmu dan hukum berpuasa sebelum Ramadan datang agar puasa kita benar dan diterima oleh Allah. Tanyakanlah kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada mengetahui, begitu kata Allah di Al-Quran surah Al-Anbiyaa ayat 7. 7. Sambut Ramadan dengan tekad meninggalkan dosa dan kebiasaan buruk. Bertaubatlah secara benar dari segala dosa dan kesalahan. Ramadan adalah bulan taubat. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung. [Q.S. An-Nur (24): 31] 8. Siapkan jiwa dan ruhiyah kita dengan bacaan yang mendukung proses tadzkiyatun-nafs. Hadiri majelis ilmu yang membahas tentang keutamaan, hukum, dan hikmah puasa. Sehingga secara mental kita siap untuk melaksanakan ketaatan pada bulan Ramadan. 9. Siapkan diri untuk berdakwah di bulan Ramadhan dengan: buat catatan kecil untuk kultum tarawih serta bada sholat subuh dan zhuhur. membagikan buku saku atau selebaran yang berisi nasihat dan keutamaan puasa. 10. Sambutlah Ramadan dengan membuka lembaran baru yang bersih. Kepada Allah, dengan taubatan nashuha. Kepada Rasulullah saw., dengan melanjutkan risalah dakwahnya dan menjalankan sunnahsunnahnya. Kepada orang tua, istri-anak, dan karib kerabat, dengan mempererat hubungan silaturrahmi. Kepada masyarakat, dengan menjadi orang yang paling bermanfaat bagi mereka. Sebab, manusia yang paling baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. (Disadur dari artikel kiriman seorang sahabat) www.dakwatuna.com

http://sman1brebes.sch.id/ruang-informasi/55-sepuluh-amalan-menyambutramadhan.html

DIBACA: 506 KALI.

OLEH ADMIN KAMIS, 05 AGUSTUS 2010 07:52 Oleh : Syaikh Muhammad Musa Nasr Sesungguhnya kita akan menyambut tamu yang mulia, yang hilang dan tidak datang kepada kita melainkan sekali saja dalam setahun. Ia (tamu yang) jarang mengunjungi kita, hingga kita sangat merindu padanya. Tamu yang membuat hati berdebar-debar karena begitu cinta padanya. Leher-leherpun melongok untuk melihatnya, (demikian juga) mata mengamat-amati untuk melihat hilalnya, dan jiwa-jiwa yang beriman beribadah kepada Rabbnya pada saat itu.

Tamu yang mulia dan diberkahi ini telah diketahui dengan pasti oleh orang beriman, karena merekalah yang menunaikan haknya dan mengagungkannya dengan pengagungan yang semestinya, serta memuliakan utusannya secara jujur dan adil.

Sesungguhnya Allah mengangkat derajat tamu ini dalam Al Qur'an dan melalui lisan Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa Sallam , kemudian Allah menjadikan kebaikan seluruhnya ada padanya, baik di awalnya, tengahnya ataupun akhirnya. Allah berfirman :

"Bulan Ramadhan bulan yang didalamnya diturunkan Al qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang batil)" (QS Al-Baqarah :185)

Tidak disangsikan lagi, tentunya anda tahu -wahai saudaraku- siapakah gerangan tamu itu?! Akan diperlihatkan (dalam risalah ini insya Alloh, pent) apa saja kekhususan dan keutamaannya!! Agar anda bersiap sedia untuk menyambut dan menyingsingkan lengan anda secara sungguh-sungguh untuk memperoleh keutamaan-keutamaannya dan agar anda memperoleh apa yang Allah janjikan padanya berupa kebaikan, barakah dan rahmat.

Di bulan inilah Allah menurunkan Al-Qur'an, seandainya tidak ada keutamaan pada bulan Ramadhan melainkan hanya ini saja, niscaya sudah mencukupi.

Betapa tidak, di dalamnya terdapat keutamaan yang Allahlah lebih tahu tentangnya, berupa ampunan terhadap dosa-dosa, diangkatnya derajat orangorang yang beriman, dilipatgandakannya kebaikan-kebaikan, dan dimaafkannya segala kesalahan, serta Allah membebaskan hamba-hamba-Nya pada tiap malamnya dari neraka.

Bulan Ramadhan adalah bulan dibukanya pintu-pintu surga, ditutupnya pintupintu neraka, dan syaithan-syaithan dibelenggu. Pada bulan itu, turun dua malaikat, yang pertama mengatakan: "Wahai orang yang mengharap kebaikan, datanglah!". Yang kedua mengatakan : "Wahai orang yang mengharap kejahatan, tahanlah!". Dalam bulan itu terdapat satu malam, barangsiapa diharamkan pada malam itu maka ia telah diharamkan dengan kebaikan yang banyak. Ia adalah suatu malam yang diputuskan setiap perkara yang bijaksana. Sesunguhnya malam itu adalah Lailatul Qodar, yang satu malam di dalamnya lebih baik dari seribu bulan.

Sesungguhnya, mencukupkan diri dengan petunjuk Nabi dalam setiap ketaatan adalah perkara yang sangat penting, khususnya (mencukupkan diri dengan) petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam pada bulan Ramadhan. Karena amal shalih seseorang tidak diangkat kecuali jika apabila ia ikhlash karena Allah dan hanya mengikuti tuntunan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Sesungguhnya ikhlas dan mutaaba'ah (mengikuti Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam) merupakan dua syarat esensial diterimanya amal shalih. Keduanya ibarat dua sayap burung, maka alangkah jauhnya (dari realita) jika ada burung yang terbang dengan satu sayap !!

Di dalam risalah ini -wahai para pembaca budiman-, kita akan mempelajari bagaimana keadaan Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam di dalam bulan Ramadhan secara singkat dan ringkas, dengan harapan agar semoga anda dapat mengetahui dengan jelas petunjuk beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Ketahuilah, barangsiapa yang tidak bersama Rasul di dalam mengikuti petunjuknya di dunia ini, niscaya dia tidak akan bersama beliau di akhirat kelak. Karena setiap kesuksesan ada pada ittiba' (mengikuti) Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam baik secara zhahir maupun bathin, dan hal ini tidak akan diperoleh kecuali dengan ilmu yang bermanfaat, dan ilmu yang bermanfaat tidak bakal dapat dicapai melainkan dengan amal yang shalih. Maka buah ilmu yang bermanfaat adalah amal yang shalih.

Wahai hamba Allah, inilah penjelasan sebagian keadaan-keadaan Rasulullah dan petunjuk beliau dalam bulan Ramadhan [Hadits-hadits yang terdapat dalam makalah ini adalah hadits-hadits shahih, sebagian besar terdapat dalam shahih Bukahri dan Muslim, atau salah satu dari keduanya], agar anda dapat

meneladaninya sehingga anda memperoleh kecintaan kepadanya dan dikumpulkan bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam kelak.

Berikut ini kami kemukakan beberapa keadaan dan petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam di bulan Ramadhan :

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam tidak berpuasa hingga ru'yah (melihat) hilal dengan penglihatan yang pasti, atau dari berita seorang yang adil dalam penentuan awal bulan Ramadhan, atau menyempurnakan bilangan bulan Sya'ban menjadi 30 hari. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam merasa cukup dengan persaksian satu orang, ini merupakan hujjah diterimanya khabar ahad. Tersebut dalam hadits shahih bahwa kaum muslimin berpuasa hanya dengan ru'yah yang dilakukan oleh seorang Arab Badui yang datang dari padang pasir, kemudian ia memberitahukan kepada Nabi bahwa ia telah melihat hilal, maka beliau memerintahkan Bilal agar mengumumkan untuk puasa. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam melarang umatnya untuk mendahului bulan Ramadhan dengan berpuasa sehari atau dua hari (sebelumnya) dengan alasan berhati-hati, kecuali apabila ia merupakan kebiasaan salah seorang diantara kalian, oleh karena itu dilarang berpuasa pada hari yang diragukan. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam berniat puasa pada malam hari sebelum fajar dan memerintahkan kepada umatnya (untuk berniat), dan hukum ini khusus untuk puasa wajib. Adapun puasa nafilah (sunnah) maka tidak wajib. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam tidak menahan dari makan dan minum serta hal-hal yang membatalkan puasa hingga ia melihat fajar shadiq dengan penglihatan yang pasti, sebagai pengimplementasian firman Allah :

"Dan makan dan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam yaitu fajar" (Al Baqarah : 187)

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menerangkan pada umatnya bahwa fajar ada dua yaitu shadiq dan kadzib. Selama fajar kadzib, tidak diharamkan makan, minum dan jima'. Rasulullah tidak pernah memberatkan umatnya baik dalam bulan Ramadhan atau selainnya, beliau tidak pernah mensyariatkan apa yang dinamakan oleh kaum muslimin ini sebagai adzan (seruan) imsak.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur, serta memerintahkan umatnya untuk melaksanakan hal ini. Beliau bersabda :

"Senantiasa umatku selalu selalu dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka".

Jarak antara sahur beliau dan shalat fajar (shubuh) adalah kurang lebih seperti membaca 50 ayat.

Adapun tentang akhlak beliau, maka ceritakanlah dan tidak mengapa. Sungguh Rasulullah adalah manusia yang paling baik akhlaknya. Betapa tidak, padahal sungguh akhlak beliau adalah Al-Qur'an, sebagaimana disifatkan oleh Ummul Mu'minin Aisyah radhiyallahu 'anha. Beliau telah memerintahkan umatnya supaya berakhlak baik, terlebih lagi bagi orang yang sedang berpuasa, beliau bersabda :

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan melakukannya, maka Allah tidak memerlukan ia meninggalkan makanan dan minumannya".

Beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam menjaga keluarganya dan memperbaiki cara bergaulnya dengan mereka pada bulan Ramadhan melebihi bulan lainnya.

Puasa yang beliau kerjakan tidak menghalanginya mencium istri-istrinya atau menyentuh mereka. Namun beliau adalah seorang yang paling mampu mengendalikan syahwatnya.

Beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam tidak meninggalkan siwak baik pada bulan Ramadhan atau selain bulan Ramadhan, beliau senantiasa mensucikan mulutnya.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam berbekam dalam keadaan berpuasa, dan beliau memberi keringanan bagi orang yang bepuasa untuk berbekam, adapun hadits yang menyelisihi hal ini telah mansukh (terhapus).

Beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam berjihad di bulan Ramadhan, dan memerintahkan sahabatnya untuk berbuka agar kuat dalam menghadapi musuh.

Diantara rahmat beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam kepada umatnya, yaitu bagi musafir diberi keringanan untuk tidak berpuasa, demikian juga orang yang sakit, laki-laki dan perempuan tua (jompo), perempuan hamil dan menyusui. Bagi musafir harus mengganti puasanya (dihari lain), sedangkan orang yang sudah lanjut usia, perempuan hamil atau menyusui yang khawatir terhadap diri dan bayinya, maka ia mengganti puasanya dengan memberi makan (fakir miskin).

Beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam bersungguh-sungguh dalam ibadah dan shalat malam pada bulan Ramadhan melebihi kesungguhannya pada bulanbulan lainnya, terutama pada 10 malam terakhir, beliau mencari Lailatul Qodar.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam beri'tikaf pada bulan Ramadhan, khususnya 10 hari yang terakhir. Pada tahun dimana beliau wafat, Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam beri'tikaf selama 20 hari. Beliau tidaklah beri'tikaf melainkan dalam keadaan berpuasa.

Adapun dalam hal mengulangi (bacaan) Al-Qur'an, maka tidak ada seorangpun yang memiliki kesungguhan seperti kesungguhan beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Jibril menemui beliau untuk mengulangi Al Qur'an dalam bulan Ramadhan, dikarenakan bulan Ramadhan adalah bulan Al-Qur'an.

Adapun kedermawanan beliau dalam bulan Ramadhan tidaklah dapat digambarkan. Beliau seperti angin yang berhembus (membawa kebaikan), sebagaimana keadaan orang yang tidak takut miskin.

Nabi Shallallahu 'alaihi wa Sallam adalah mujahidin yang paling agung, puasa tidaklah menjadi penghalang baginya dari mengikuti peperangan-peperangan. Beliau Shallallahu 'alaihi wa Sallam telah mengikuti 6 peperangan dalam 9 tahun, semuanya di bulan Ramadhan. Demikian pula beliau melakukan amalan-

amalan yang besar di bulan Ramadhan, diantaranya penghancuran Masjid Dhirar (masjid yang didirikan orang-orang munafik), penghancuran berhala terbesar di Jazirah Arab, menyambut utusan-utusan, menikah dengan Hafshah Ummul Mu'minin, dan membebaskan kota Mekkah (dari kekuasaan musyrikin) pada bulan Ramadhan.

Ringkasan : Bulan Ramadhan adalah bulan kesungguhan, bulan jihad dan bulan pengorbanan bagi kehidupan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Sallam. Tidak sebagaimana yang difahami oleh mayoritas kaum muslimin pada zaman ini, yang memahami bulan Ramadhan adalah bulan istirahat, bulan bermalasmalasan, kelemahan dan pengangguran.

Ya Allah berilah petunjuk kepada kami untuk mengikuti Nabi-Mu dan hidupkanlah kami di atas sunnahnya, dan wafatkan kami diatas syariatnya Shallallahu 'alaihi wa Sallam.

(dialihbahasakan dari Majalah Al-Ashalah edisi III hal 66-69 oleh Abu Salma) http://www.alquran-sunnah.com/artikel/fiqh/319-bersama-nabi-di-bulanramadhan.html

MENJAGA SEMANGAT RAMADHANTak terasa Ramadhan telah berlalu . Alhamdulillah kita diberi nikmat dapat berjumpa dengan bulan penuh berkah, yaitu bulan Ramadhan. Di bulan Ramadhan yang penuh berkah tersebut, Allah melipatkan pahala dibanding dengan pahala ibadah yang sama diluar bulan Ramadhan. Ramadhan adalah bulan yang selalu disambut dengan berbagai ekspresi cinta di seluruh pelosok negeri muslim. Namun sayang, kebanyakan kita hanya mampu mencintainya sesaat saja. Ketika ia menjelma, cinta kita begitu menggebu, namun kerap kali cinta itu berlalu seiring dengan berlalunya sang waktu. Banyak fenomena yang terjadi di bulan Ramadhan kita amat sangat giat beribadah, namun setelah Ramadhan berlalu semangat kita luntur dan ibadah pun berkurang dibanding pada saat Ramadhan. Tidak hanya itu setelah Ramadhan berakhir kita kembali ke kebiasaan kita sebelum Ramadhan tanpa ada peningkatan ibadah. Hal yang seperti ini perlu kita waspadai dan hindari. untuk itulah kita harus pandai mensiasati diri, supaya kita dapat menjadi hamba Allah yang dapat mempertahankan bahkan meningkat kualitas ibadahnya setelah Ramadhan. Setiap kita tentu telah amat paham betapa amal yang paling disukai Allah Swt adalah aktivitas kebaikan yang kita lakukan secara kontinyu dan berkesinambungan. Prinsip menjaga kesinambungan amal adalah bagian yang tidak terpisahkan dalam rangkaian ibadah dalam Islam, bahkan ia menjadi satu ruh yang menjiwai amalan tersebut berkwalitas atau tidak. Nabi Shallallahu' alaihiwasallam pernah ditanya: "Apakah amalan yang paling dicintai Allah? Beliau menjawab: "Amalan yang dilaksanakan secara berkesinambungan (kontinyu) walaupun sedikit" (HR. Bukhari). Aisyah Ummul

Mukminin menjelaskan bahwa Rasulullah adalah orang yang paling konsisten dalam melakukan amalan/ibadah (HR.Muslim). Akan tetapi sebagai individu, manusia mempunyai hati, yang kondisinya berubah-ubah setiap saat. Ada kalanya hati sedang ingin berlomba-lomba untuk beribadah kepada Allah, namun ada kalanya juga hati ini ingin bersantai-santai dalam beribadah. Untuk itu kita harus pandai-pandai menjaga hati kita agar amal ibadah yang kita lakukan akan berlanjut secara berkesinambungan. Berikut beberapa hal yang perlu dilakukan dalam rangka menjaga kesinambungan pelaksanaan ibadah. 1. Menetapkan target. Target disini sebaiknya bukan hanya target secara garis besar, akan tetapi dibagi untuk waktu yang lebih singkat seperti target harian atau mingguan atau per-10 harian. Dengan menetapkan target, kita dapat menjadwalkan diri kita, hari ini tugas kita adalah a, b, c dan seterusnya. 2. Mengevaluasi hasil ibadah kita. Dengan target yang telah kita tentukan kita perlu mengevaluasikan ibadah yang sudah dilalui. Bila kita dapat mencapai target kita bersyukur kepada Allah dan juga tak lupa berikan hadiah untuk diri sendiri, dapat berupa pujian atau hal lain, agar diri kita pun terpacu mengejar target selanjutnya. Begitu pula sebaliknya, bila target tidak terpenuhi, kita evaluasi apakah kendala kita dalam mencapai target tersebut, bagaimana kita atasi kendala tersebut dan follow up-nya di hari selanjutnya. Setelah bulan Ramadhan selesai, bukan berarti ibadah yang kita lakukan terhenti. Kita teruskan amalan-amalan yang sudah kita lakukan selama bulan Ramadhan dan dengan bekal itu kita tetapkan lagi target yang goalnya adalah untuk persiapan bulan Ramadhan selanjutnya. Ada beberapa nilai ataupun amaliah Ramadhan yang seharusnya tetap kita jaga untuk kesinambungan gerak amal kita pasca berlalunya bulan ini, diantaranya: a. Muraqabatullah (Pengawasan Allah). Kita sebagai umat muslim khususnya, harus senantiasa merasa berada dalam pengawasan Allah Swt.. Perasaan seperti ini akan sangat membantu untuk tetap berpegang teguh dengan rambu-rambu Allah. Selain itu, muraqabatullah merupakan pilar utama menuju keikhlasan amal dan ghirah untuk melakukan apapun demi mencapai keridhaan-Nya. Puasa telah mendidik kita untuk selalu dalam muraqabatullah. Jika kita perhatikan, puasa menuntut kita untuk jujur dan mengikhlaskan semua amal hanya karena Allah. Siapapun tidak akan tahu apakah kita betul-betul berpuasa atau tidak. Pantas bila Allah katakan dalam hadits qudsi: as-shoum li wa ana ajzi bihi. Alangkah indahnya jika kita tetap mempertahankan hal tersebut pasca Ramadan. Allah sangat menyukai amalan hambanya yang dilakukan atas dasar ikhlas. Disamping itu muraqabatullah adalah senjata bagi seorang mukmin untuk terhindar dari hal-hal tercela yang merugikan dirinya dan orang lain. b. Amanah Terhadap Nikmat Allah Swt. Amanah merupakan salah satu ciri keimanan hakiki. Sebagai Umat muslim, kita harus menjaga amanah yang telah di berikan Allah kepada kita, tentunya dengan semampu kita. Amanah merupakan refleksi dari rasa syukur terhadap nikmat yang diberikan Allah. Deretan karunia Allah yang melekat di tubuh ini, hakikatnya hanyalah titipan Allah semata. Layaknya sebuah titipan, ia akan kembali ditagih suatu waktu kelak. Semuanya memang mesti kita jaga. Semuanya hanya patut kita pergunakan untuk menopang peribadatan kepada Allah, sekaligus menebar kebaikan untuk sesama. c. Menyambung Silaturrahim

Tidak akan berdiri sebuah bangunan kokoh menjulang tanpa ada kesatuan dari unsur bahan-bahan bangunan itu. Begitulah perumpamaan diri kita. Perlu kita sadari, bahwa sebagai orang beriman kita memiliki tujuan yang jelas dalam hidup ini, yaitu menegakkan kalimat La Ilaha Illa-Allah. Akan tetapi, layaknya barang berharga, tentunya memerlukan pengorbanan untuk meraihnya. Dan pasti akan banyak cobaan dan rintangan yang menghalang. Disinilah perlunya kebersamaan dalam berbuat. Tidak ada kesuksesan yang mampu dirajut dalam kesendirian. Demikian juga halnya kita sebagai muslimah, seperti bangunan tadi, kita tidak akan bisa berdiri sendiri untuk memajukan diri dan agama ini. Perlu ada kesatuan gerak yang berkesinambungan. Perlu ada jalinan ukhuwah yang erat antara sesama kita. Penting kita ingat, bahwa eratnya jalinan persaudaraan tidak akan terbina tanpa kita mau menjaga nilai-nilai dan adab muamalah sesuai dengan tuntunan agama kita. Jika kita mampu menjaganya, yakinlah, insya Allah kita mampu membangun diri lebih maju untuk kejayaan Islam di muka bumi ini. Ramadan adalah madrasah ukhuwah yang paling ideal. Rasulullah sebagai qudwah kita adalah seorang yang sangat pemurah terhadap sesama dan lebih sangat pemurah disaat-saat Ramadan. Rasulullah ingin mengajarkan kepada kita bahwa sebaik-baik manusia adalah orang yang bisa memberikan yang terbaik kepada orang lain, sehingga dengan demikian rabithah ukhuwah dan silaturahim akan senantiasa terjaga. d. Selalu Bersama Al-Quran Bila di bulan suci Ramadan kita dengan semangat tinggi membiasakan tilawah ayat-ayat suci Al-Quran, kini apa yang terjadi setelah Ramadan berlalu? Ternyata berbagai kesibukan telah menyita waktu kita, keseharian kita sibuk dengan Dunia Pekerjaan, study, organisasi, rumah tangga, dan sebagainya. Tanpa kita sadari semua itu telah merebut perhatian kita dari Al-Quran. Seharusnya membaca Al-Quran menjadi kebutuhan vital kita tanpa mengenyampingkan kewajiban-kewajiban lainnya. Karena dengannya kita bisa menumbuhkan motivasi dan semangat, khususnya ketika dalam kondisi futur. Bila di bulan Ramadan dengan semangat menggebu kita bisa mengkhatamkan Al-Quran, bahkan mungkin lebih dari sekali, lantas kenapa kita sering berat hanya untuk sekadar membaca satu atau dua halaman Al Quran setelah kita menyelesaikan shalat? Ketangguhan seorang pejuang dijalan Allah tidak pernah lepas dari Al-Quran, maka sebagai umat muslim dan calon-calon pencetak generasi rabbani, sudah sepantasnya kita hidupkan Al-Quran dalam ruh kita. e. Menahan Nafsu Nafsu merupakan fitrah yang tidak bisa dipisahkan dari hakikat manusia. Manusia bukanlah malaikat yang terbebas dari kungkungan syahwat. Seperti yang kita ketahui, nafsu mengarah pada keburukan. Allah Swt. berfirman: Sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan (QS.Yusuf:53) . Akan tetapi, bila nafsu diarahkan sesuai tuntutan Al-Quran dan sunnah, maka ketenangan jiwa yang hakiki akan selalu mendampingi kita. Mangapa kita lebih mampu menahan pandangan, menjaga lidah, menghindari ghibah, serta tuntutan-tuntutan nafsu lainnya di bulan Ramadan? Ternyata amal ibadah yang berorientasi mendekatkan diri kepada Allah dapat membantu kita dalam menjaga diri dari segala hal yang tidak sesuai dengan norma agama ini. 3. Memberi suplemen semangat. Suplemen semangat disini bisa kita dapat dengan mengkomunikasikan ibadah yang sedang kita lakukan kepada pasangan atau kepada anak-anak, keluarga, juga pada teman kita. Kepada pasangan kita sampaikan pujian, Kepada anak, kita bisa janjikan kepada mereka hadiah bila mereka dapat mencapai target mereka. Dan yang paling besar perannya adalah melakukan ibadah ini bersama-sama. Dengan melakukan ibadah bersama-sama kita bisa saling menyemangati sehingga terpacu melakukan ibadahibadah lainnya.

Sumber: 1. (http://www.dakwatuna.com/) 2. (http://muslim.or.id/

TETAP SEMANGAT SAAT RAMADHANOleh redaksi

Rabu, 18 Agustus 2010 15:54 Assalamualaikum, Bagaimana caranya agar kita mampu menjaga semangat menjalankan ibadah dan berbagai aktivitas saat Ramadhan? Izzah, Bogor Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuhu, Izzah yang shalehah, Menurut teteh, semangat itu seperti panas api, ia berpotensi membakar yang lain atau hanya sekedar membakar dirinya sendiri. Maka ketika kita memiliki panas api itu dalam diri, agar ia tetap menyala dan panasnya dapat tetap terasa, memang diperlukan penjagaan. Yakni penjagaan dari dalam dirinya dan penjagaan dari lingkungan sekitarnya. Adapun, penjagaan dari dalam diri. Hal ini berkaitan erat dengan landasan munculnya semangat yang kita miliki, atau dalam bentuk tanya motivasi apa sih yang menjadikan diri kita bersemangat beribadah di bulan Ramadhan?. Nah, jika teteh tadi menganalogikan semangat itu seperti panasnya api, maka pertanyaan landasan motivasi tersebut merujuk pada sumber munculnya api itu. Apakah misalnya dari lilin, kayu bakar, batu bara, dll. Dimana satu sama lain memiliki daya / kekuatan menghasilkan panas yang berbeda-beda (ada yang daya panasnya kecil, ada yang besar, ada yang sifatnya cepat habis terbakar, ada yang mampu terus terjaga). Demikianlah, landasan motivasi itu mempengaruhi panasnya semangat yang kita miliki. Apakah semangat itu adalah semangat yang mudah padam atau mampu terjaga bergantung pada landasan motivasi diri kita. Sebagai seorang muslim, kita harus paham dan yakin bahwa landasan motivasi yang benar itu harus sematamata karena Allah. Yakni menjadikan keyakinan kepada Allah SWT sebagai motor kita dalam bergerak atau melakukan berbagai aktivitas (amalan) ibadah. Terlebih dalam momentum bulan Ramadhan ini. Jika di bulan Ramadhan ini kita shaum atau melakukan berbagai aktivitas (amalan) ibadah yang lain dengan landasan yang salah bukan karena Allah, misal karena landasan ikut-ikutan, karena di suruh orang tua, gak enak sama temen, atau karena ingin sekedar mendapatkan pujian dari sang guru yang menandatangani buku catatan Ramadhan kita, maka teteh yakin semangat beribadah yang kita miliki (atau api semangat dalam diri kita itu) tidak akan mampu bertahan lama. Karena motivasi kita bukanlah motivasi yang benar karena Allah (tidak mampu terjaga / tidak hakiki). Maka gambaran berikutnya, Ramadhan hanya akan ia jalani sebagai rutinitas orang-orang yang berpuasa, dengan sekedar menahan lapar dan dahaga, tanpa makna mendalam untuk menempa diri menjadi lebih baik. Naudzubillah, semoga kita bukanlah termasuk golongan di dalamnya. Lantas, bagaimana penampakan seseorang yang berupaya melandaskan motivasi semangat dirinya di bulan Ramadhan ini hanya karena Allah?

Izzah yang shalehah, Semangat yang dilandasi oleh keimanan karena Allah akan menghantarkan seseorang untuk mempersiapkan dirinya menghadapi bulan Ramadhan dengan optimal. Ia akan berupaya memahami keutamaan-keutamaan bulan Ramadhan, ia akan membuat berbagai program amalan pribadinya setiap hari, yang kemudian ia lakukan evaluasi sebagai bentuk kesungguhannya menempa diri menjadi lebih baik (berbagai program yang tidak untuk di paraf atau ditandatangani sang guru). Bagi orang-orang yang melandasi semangat dirinya hanya karena Allah, maka baginya bertemu Ramadhan adalah kenikmatan tak terkira, sebuah kesempatan untuk berkarya, untuk menanam kebaikan dan pahala yang besar di dunia. Ia nikmati hari dan jam-nya dengan berbagai aktivitas (amal shaleh), seperti shaum di siang hari dan shalat di malam hari, banyak bertaubat, membaca dan mengkaji Al-quran lebih dalam, mengkaji hadits dan sirah nabawiyah, menjaga lisan, bersedekah, berzakat, itikaf pada sepuluh malam terakhir, mengajak orang lain memahami Islam, menghadiri majelis-majelis ilmu, berkumpul dengan orangorang shaleh dan para pemikir, dll. Demikianlah berbagai kegiatan atau program tersebut ia jalankan dengan sungguh-sungguh, dalam rangka menjaga semangatnya (untuk semakin mengkohkan keimanannya kepada Allah SWT). Begitupun dengan kita saat ini, mari kita jaga semangat beribadah di bulan Ramadhan ini dengan memaknainya sebagai syahrut taubat (bulan taubat), syahru tilawati wa tafhimi quran (bulan membaca dan memahami al-quran), syahru tafhimi al-hadits wa sirah (bulan memahami hadits dan sirah), syahrush shadaqah wa dzakat (bulan shodaqah dan zakat), syahru iffati lisan wa islahi dzati bainal muslimin (bulan penjagaan lisan dan islahnya kaum muslimin untuk bersatu menegakkan Islam). Yakni dengan bersama-sama berkumpul dengan jamaah orangorang yang merindui tegaknya Islam, yang dengannya kita saling menjaga keimanan dan berlomba dalam kebaikan. Sebagaimana Sabda Rasulullah SAW, Dari Abu Hurairah ra, Rasulullah SAW bersabda,Shalat yang lima waktu, satu jumat ke jumat berikutnya, dan satu Ramadhan ke Ramadhan berikutnya, menjadi penebus dosa yang dilakukan diantara keduanya, selama ia menjauhi dosa-dosa besar. (HR. Muslim & Ahmad) Dari Abu Hurairah ra ia berkata, Rasulullah bersabda,Sungguh rugi seseorang ketika (nama)ku disebut disampingnya tetapi ia tidak bershalawat atasku. Sungguh rugi seseorang yang bertemu dengan Ramadhan, lalu Ramadhan itu berlalu darinya sebelum dosa-dosa dirinya diampuni, dan sungguh rugi seseorang yang mendapati kedua orangtuanya dalam keadaan renta, tetapi keduanya tidak (menjadi sebab yang) memasukannya ke dalam syurga. Ribi berkata: Aku tidak tahu kecuali dia berkata: atau salah satu dari kedua orang tuanya. (HR. Ahmad, Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, dan Al-Hakim) Barangsiapa yang berpuasa di Bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan dengan mengharapkan ridlaNya, maka diampunilah dosa-dosa yang dilakukannya di masa lalu. (HR. Bukhari, an-Nasai, ibnu Majah, Ahmad, dan Ibnu Hibban) Oleh karenanya, cukuplah ingatan yang disampaikan oleh Baginda yang mulia Rasulullah SAW diatas menjadi cambuk diri kita untuk bersegera memperbaiki atau memperkokoh motivasi semangat kita di bulan Ramadhan ini semata karena keimanan kita pada Allah SWT. Dan mari kita juga terus berupaya menjaga semangat itu dengan berkumpul bersama mereka yang tak kenal lelah menempa diri-dirinya menjadi agenagen kebaikan dan kebenaran di tengah-tengah umat ( untuk membangun kepekaan dan kesadaran sosial). Sungguh, pahala dan kasih sayang Allah tidak akan pernah habis (bahkan akan Allah lipatgandakan, insyaAllah) dengan kita memanfaatkan momentum Ramadhan ini untuk berbagi (menyampaikan kebenaran dan melakukan kebaikan) serta mau peduli pada orang lain.

Seluruh perbuatan anak Adam akan dilipatgandakan. Kebaikannya akan menjadi sepuluh kali lipat hingga tujuhratus kali lipat. Allah Azza wa jalla berfirman: kecuali puasa. Sesungguhnya puasa itu untuk-Ku, dan akulah yang membalasnya... (HR. Muslim, an-Nasai, ad-Darimi, dan al-Baihaqi)

Hanya bagi Allah-lah segala puji, karena dengan kasih sayang dan kesempatan dari-Nya, kita bisa merasakan indahnya bulan Ramadhan. Bulan yang di dalamnya penuh berkah, rahmat, dan ampunan dari Allah, insyaAllah. Sebuah kesempatan berharga, guna memenuhi seruan Allah, menggapai kemanangan dan kemuliaan dari-Nya sebagai hamba yang bertaqwa (QS.Al-Baqarah [2]: 183), insyaAllah. Barakallahu lana wa lakum. Wallahualam. Marhaban yaa Ramadhan... (DIasuh Oleh Cicin Yulianty, BKLDK IPB)http://dakwahkampus.com/mahasiswi/konsultasi/1171-tetap-semangat-saatramadhan.html