Upload
yudanto
View
1.477
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
IBCN = Indonesia Brain Circulation Network
Citation preview
i
KATA PENGANTAR PANITIA SEMINAR
Banyaknya jumlah warga Negara Indonesia di Malaysia yang terdiri dari berbagai
profesi pekerjaan seperti pekerja perkebunan, pekerja bangunan, pembantu rumah
tangga, pekerja pabrik, tenaga-tenaga ahli dibidang perminyakan, teknologi
informasi, teknik sipil, penerbangan, pendidikan dan bidang-bidang lainnya serta
keberadaan pelajar dan mahasiswa yang secara keseluruhan sudah mencapai
sekitar dua (2) juta orang.
Jumlah ini merupakan suatu hal yang penting bagi hubungan Indonesia –
Malaysia, karena hampir 80% dari jumlah tersebut adalah pekerja-pekerja aktif
dan produktif. Keberadaan mereka disini pada umumnya adalah untuk mencari
nafkah tetap sesuai dengan profesi masing-masing, walaupun status mereka hanya
sebagai pekerja kontrak yang selalu diperpanjang dari tahun ke tahun bahkan
sudah ada yang mencapai puluhan tahun.
Beberapa tahun terakhir ini, sejak tahun 2002 pertambahan tenaga ahli bidang
perminyakan Indonesia ke Malaysia meningkat cukup pesat. Dari awal yang
hanya berkisar 10 -20 orang, saat ini sudah mencapai sekitar 200 orang.
Begitupula dengan tenaga ahli di bidang pendidikan yang sudah mencapai 400
orang terdiri daripada lulusan S2 dan S3 serta profesor.
Para ahli pendidikan ini sudah banyak tersebar di perguruan perguruan tinggi
terkemuka seperti Institute Islam Antar Bangsa, Universiti Teknologi Petronas,
Universiti Kebangsaan Malaysia, University of Malaya dan lain-lainnya.
Sedangkan para tenaga ahli bidang perminyakan sejauh ini sudah turut serta
berpartisipasi dalam menambah cadangan migas Petronas Malaysia baik cadangan
migas di dalam negeri maupun diluar Malaysia seperti di Afrika dan Asia Tengah.
Para ahli ini tergabung dalam IATMI-KL yang berdiri sejak tahun 2002.
Dari para ahli perminyakan yang tergabung dalam IATMI Kuala Lumpur inilah
tumbuh pemikiran untuk mengumpulkan para tenaga ahli Indonesia tersebut
dalam suatu seminar Indonesia 1 yang bertemakan : “ Kebangkitan Nasional,
HUT RI ke -63 dan 10 Tahun Reformasi : Kontribusi Masyarakat Indonesia di
Malaysia untuk Mengukuhkan Kebangkitan Bangsa”
ii
Besar harapan kami bahwa seminar ini tidak hanya dipenuhi oleh slogan-slogan,
tapi benar-benar merupakan suatu kontribusi nyata dalam bentuk pemikiran yang
didapat dari pengalaman bekerja selama di Malaysia dan dituangkan dalam bentuk
tulisan dan presentasi-presentasi selama seminar ini. Semoga seminar ini
merupakan awal dari seminar-seminar para tenaga ahli Indonesia selanjutnya
dalam memberikan kontribusi nyata pada pembangunan di Tanah Air tercinta
Indonesia.
Kuala Lumpur, 5 Juli 2008.
Koordinator Seminar Indonesia
Ir. H. Edison Sirodj MT., MM.
iii
Sambutan dari Ketua IATMI Komisariat Kuala Lumpur
Semangat pribumi golongan terpelajar Indonesia seabad lalu mampu
menumbuhkan kebangkitan berbangsa, hal ini telah memberi inspirasi
diadakannya Seminar Indonesia 1. Tercatat Serikat Dagang Islam (1905), Boedhi
Oetomo (1908), Indische Vereniging/Perhimpoenan Indonesia (1908) merupakan
wadah mereka berhimpun. Mayoritas dari mereka mendapatkan pendidikan Barat,
namun para pionir ini terbukti mampu memelopori dan memimpin pergerakan
nasional.
Derita dan tumpahan darah dengan perjuangan terus menerus serta dilandasi do’a
tak terputus hingga akhirnya mampu memerdekakan Indonesia dari penjajah.
Kini di usia kemerdekaan ke-63, kami, Warga Negara Indonesia yang
bermodalkan Semangat Merah Putih dari Kuala Lumpur berniat memberikan
Kado Kemerdekaan dalam bentuk Seminar Indonesia. Pertemuan antar organisasi,
baik profesi (IATMI, MyCommIT), pelajar (PPI), pengajar (UKM, IIU, UTP),
pengusaha (HIPMI), organisasi partai politik dan lain-lain dimana bertujuan
menggalang pengalaman/prestasi kerja, memberikan sumbangan pemikiran,
mempererat tali persaudaraan dan semangat kebersamaan, juga membangun
motivasi etos kerja setiap insan Indonesia di perantauan.
Tak jarang kita mendapat kritik dimana kami termasuk dari pribadi-pribadi
penyumbang proses Brain Drain Indonesia. Salah satu harapan dari suksesnya
Seminar Indonesia kali ini adalah terobosan untuk membangun landasan proses
Brain Circulation yang memang sudah saatnya didukung dengan komitmen
berbagai pihak. Patutlah kita mencontoh pola masyarakat Tionghoa dan India
dimana mereka yang telah sukses di perantauan memiliki tanggung jawab untuk
menginformasikan proses-proses kesuksesan yang dicapai kepada teman
sejawatnya di Tanah Air mereka.
Seminar ini diharapkan dapat diadakan secara rutin setiap dua tahun sekali atau
bahkan setahun sekali. Sehingga dapat menjaga kesinambungan program. Pihak
penyelenggara dapat dilakukan secara bergiliran antar organisasi yang ada di
Kuala Lumpur.
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada Panitia,
KBRI, Sponsor, Pembicara, moderator serta seluruh Peserta Seminar yang
terhormat.
Kami persembahkan Kado Kemerdekaan
Untuk Indonesia.
Hari Primadi
Tanah Airku, tidak kulupakan ‘kan terkenang selama hidupku
Biarpun saya pergi jauh Tidak kan hilang dari kalbu
Tanah ku yang kucintai,….engkau kuhargai
Walaupun banyak negri kujalani, Yang mashyur permai dikata orang
Tetapi kampung dan rumahku, Disanalah ku rasa senang
Tanah, ku tak kulupakan…. Engkau kubanggakan
iv
JADWAL ACARA SEMINAR INDONESIA 1
Tempat : Ruang Pertemuan Hasanuddin KBRI Kuala Lumpur
Waktu : Sabtu, 5 July 2008 ; Pk 08.00 s.d. 18.00 08.00 - 09.00 Registrasi
09.00 - 10.00 Pembukaan 1. Laporan Ketua Panitia Seminar, Ir. H. Edison Sirodj
MT, MM.
2. Sambutan Ketua IATMI KL, Ir. Hari Primadi, MT
3. Sambutan Dubes RI, Jend Pol.(Purn) Dai Bahtiar
4. Doa oleh Ir. H. Mardhan Abdullah
5. Tarian Pendet mengiringi pembukaan seminar
10.00 - 11.00 Keynote Speaker : "Kebangkitan Nasional,
Kemerdekaan RI dan Reformasi : Mengukuhkan
Kebangkitan Nasional"
Moderator : Djoko Harjanto, MA. ; Ir. Paul Kristanto
1. Laksamana (Pur) Widodo A.S., Menteri Koordinator
Politik dan Keamanan RI
2. Prof.Dr. Gumilar Rusliwa Somantri, Rektor
Universitas Indonesia, Jakarta
11.00 - 12.30 Sesi I: Pendidikan Nasional dan Kebangkitan Bangsa
Moderator : Drs.M.Imran Hanafi, MA., MEc.; Prof.
Agus Geter
1. Prof. Dr. Anwar Arifin, Anggota Komisi X DPR RI
2. Dr. Alfitra Salam, LIPI Jakarta
3. Assoc.Prof. Muhammad Akhyar Adnan, PhD, MBA,
UIA Malaysia
4. Assoc Prof., Dr. Iis Sopyan, MEng., UIA Malaysia
12.30 - 12.50 Presentasi Bank Muamalat Indonesia
13.00 - 14.00 ISHOMA dan Hiburan 14.00 - 16.00 Sesi II : Pengelolaan Sumber Daya Alam,
Kesejahteraan Rakyat dan Kebangkitan Bangsa Moderator : Ir. Hari Primadi, MT ; Ir. Teguh Prasetyo
1. Ir. Hilmi Panigoro, MSc , PT Medco Energi Indonesia
2. Prof. Dr. H.D. Tjia, Universiti Kebangsaan Malaysia
3. Ir. Rovicky DP, Exploration Supervisor, Amereda
HESS Oil Malaysia
4. Wahyudin Suwarlan BSc., Ir. Isra Ismail, Petronas
Carigali
16.00 - 18.00 Sesi III : Perbandingan Antar Bangsa dalam
Kemajuan Industri dan Kebijakan untuk
Kebangkitan Nasional Moderator : Ir. Danu Ismadi; Afar Alzubaid Mbai ST.,
S.Sos, MSc.
1. Askar Triwiyanto ST., PPI Malysia
2. Dr. Riza Muhida, IIU Malaysia
3. Taufik Kadarusman, ST , Vantage Point Consulting
v
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Panitia Seminar........................................................... i
Kata Sambutan dari Ketua IATMI Komisariat Kuala Lumpur ........... iii
Jadwal Acara Seminar Indonesia 1 ..................................................... iv
Daftar Isi .............................................................................................. v
Sesi I : Pendidikan Nasional dan Kebangkitan Bangsa ................. 1
Menuju Penataan Kebutuhan Pendidikan Warga Perantau Indonesia
di Malaysia …………………………………………………………..
2
Beberapa Pemikiran Mengenai Usaha – Usaha Untuk Memajukan
Pendidikan Tinggi Di Indonesia........................................................... 9
Sesi II : Pengelolaan Sumber Daya Alam, Kesejahteraan Rakyat
dan Kebangkitan Bangsa ..................................................................
12
Tumbukan Meteorit yang Berpotensi Menyediakan Wadah Minyak
dan Gas Bumi di Asia Tenggara .........................................................
13
Peran Migas dalam Masa Peralihan Energi ......................................... 19
Upaya Peningkatan Produksi Minyak dari Lapangan Tua (Brown
Field) dengan Infil Drilling di Petronas Carigali, Malaysia – Sebuah
Studi Kasus ..........................................................................................
32
Sesi III : Perbandingan Antar Bangsa dalam Kemajuan Industri dan Kebijakan untuk Kebangkitan Nasional .................................
35
Tragedi 13 Mei di Malaysia dan Indonesia : Studi Komparasi Bagi
Tantangan Proses Transisi Demokrasi ................................................
36
Meningkatkan Daya Saing Bangsa Indonesia dengan Brain
Circulation Network ( Jaringan Orang-orang Indonesia Professional
di Luar Negeri ) ...................................................................................
47
TI Indonesia diantara Data & Fakta serta Harapan di Masa akan
Datang ) ...............................................................................................
53
Makalah – Makalah Lain ................................................................. 58
Beberapa Upaya Pengurangan Subsidi BBM untuk Sektor
Transportasi .........................................................................................
59
Mengapa Memilih Bekerja di Malaysia? ............................................ 65
Merah Putih di Puncak Kinabalu ........................................................ 68
Holding Company BUMN di Malaysia dan Potensi Aplikasinya di
Indonesia ........................................... .................................................
73
Pengembangan Keunggulan Indonesia Lebih Baik Fokus ke Proses
Kreatif Daripada Bisnis Offshoring ....................................................
77
Biografi Pemakalah …………………………………………………. 81
Susunan Panitia Seminar Indonesia 5 Juli 2008 …………………… 96
1
SESI I : PENDIDIKAN NASIONAL DAN
KEBANGKITAN BANGSA
2
Menuju Penataan Kebutuhan Pendidikan Warga
Perantau Indonesia di Malaysia1
Muhammad Akhyar Adnan2
Mohamad Fany Alfarisi3
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum, sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
(QS: Ar-Ra’d: 11)
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, Dia
mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(QS : Al-‘Alaq 1 -5)
1 Makalah ini disampaikan dalam Seminar di KBRI Kuala Lumpur dalam rangka memperingati
HUT RI ke-63, 5 Juli 2008. 2 Adalah Ketua Pengurus Cabang Istimewa Muhammadiyah (PCIM) Kuala Lumpur dan staf
pengajar di International Islamic University Malaysia 3 Adalah Mahasiswa Pasca Sarjana pada International Islamic University Malaysia, dan staf
pengajar di Universitas Andalas, Padang, Indonesia.
3
Pendahuluan Sudah menjadi rahasia umum bahwa
Malaysia sudah menjadi salah satu tujuan
favorit perantauan bangsa Indonesia, tidak
hanya bagi kelas rendah atau mereka yang
kurang berpendidikan, tetapi juga bagi
sejumlah tenaga ahli dari berbagai bidang
kehidupan atau lapangan kerja. Bahkan,
tidak sedikit pula warga Indonesia yang
datang ke Malaysia untuk tujuan pendidikan,
baik untuk tingkat sekolah dasar, sekolah
tingkat menengah pertama atau atas, sarjana (S1), master (S2) hingga program doktoral
(S3).
Tidak mengherankan kalau jumlah warga
Indonesia yang merantau di negeri jiran ini
telah mencapai angka 2 jutaan4, dengan
berbagai latar belakang yang telah
disebutkan di muka. Namun, juga tidak
perlu dibantah bahwa, mayoritas mereka
berasal dari kalangan yang kurang terdidik,
yang bekerja di berbagai sektor informal atau formal, tetapi dengan sejumlah
keterbatasan5. Harus diakui bahwa secara
kuantitas, mereka yang bekerja dalam sektor
formal dengan fasilitas memadai, jumlahnya
jauh lebih sedikit, walau pendapatan mereka
jauh lebih tinggi.
Dengan banyaknya jumlah WNI di
Malaysia, tentu saja ada kisah suka dan duka
yang terjadi, serta peluang dan juga
tantangan. Sekedar ingin membagi cerita,
mungkin telah banyak kita dengar misalnya pelecehan terhadap WNI di Malaysia dengan
pemakaian istilah ‘indon’ bagi orang
Indonesia atau bangsa Indonesia. Selain itu
juga ada kasus kriminal yang dilakukan oleh
4 Dari situs KBRI Kuala Lumpur
(http://www.kbrikl.org.my/konsular/bantuan
hukum.html)
diperoleh data jumlah WNI legal yang
berada di Malaysia, sekitar 820.000 orang,
namun jumlah itu belum termasuk WNI ilegal yang diperkirakan berjumlah 1,5 juta
orang. 5 Yang dimaksud adalah para Tenaga Kerja
Indonesia (TKI) yang umumya bekerja di
berbagai kilang dan atau sektor pertanian.
Meskipun begitu, mereka umumnya betah
tinggal di Malaysia karena pendapatan
mereka jauh lebih baik dari pada bekerja
atau tinggal di Indonesia.
WNI, baik yang terkait dengan dokumen
perjalanan dan imigrasi, serta kasus yang
telah masuk dalam tindak pindana berat,
seperti: pembunuhan, pencurian dan
perampokan. Tidak hanya itu, beberapa kali
juga kita dengar Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) yang disiksa dan dilecehkan oleh
majikan, seperti kasus yang menimpa
saudari Nirmala Bonat dan beberapa TKI
lainnya.
Namun ditengah derita kelam yang kerap menerpa TKI di Malaysia, juga perlu diakui
bahwa TKI termasuk penyumbang devisa
bagi Indonesia. Dari Kompas online,
diberitakan bahwa untuk kabupaten
Sukabumi saja, per harinya, kantor Pos
mencatat kiriman uang dari TKI di luar
negeri mencapai Rp 400 - Rp 500 juta, dan
jumlah ini akan semakin meningkat terutama
ketika menjelang Hari Raya Idul Fitri6.
Sementara dari Gatra online, Deputi
Pemimpin Bank Indonesia (BI) Kediri, Marlison Hakim, di Kediri, Kamis,
menyebutkan, dalam Triwulan I (Januari-
Maret 2008) jumlah incoming remittance
tercatat mencapai Rp343,7 miliar7. Jadi,
dapat kita bayangkan berapa pemasukkan
devisa bagi Indonesia terutama di daerah
dengan adanya kiriman uang dari TKI
tersebut. Meskipun di luar negeri mereka
menderita, namun tetap dapat memberikan
sumbangsih bagi tanah air melalui uang
yang mereka kirimkan.
Sementara itu dari kami melihat dari sisi
peluang, khususnya dengan keberadaan
WNI di Malaysia, adalah, WNI dapat
meningkatkan tidak hanya kesejahteraannya
semata namun juga kapasitas dan kualitas
sumber daya manusia dan jaringan usaha.
Dengan meneruskan pendidikan di
Malaysia, tentu WNI, khususnya pelajar,
dapat memanfaatkan keadaan tersebut.
Sehingga setelah selesai belajar di Malaysia,
mereka dapat menjadi insan-insan pembangunan di tanah air. Kemudian untuk
WNI yang bekerja di Malaysia, pengalaman
6http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/
13/15025532/tki.sukabumi.kirim.rp500.juta.
per.hari 7http://www.gatra.com/artikel.php?id=11535
2
4
Namun di balik peluang tentu ada tantangan.
Tantangan yang kami amati dengan
keberadaan WNI di Malaysia adalah
tantangan eksistensi dan pemenuhan
kebutuhan. Maksud dari tantangan eksistensi
dan pemenuhan kebutuhan ini adalah, walau
bagaimanapun, WNI di Malaysia adalah
warga negara asing yang tidak mungkin
mendapat fasilitas serta perlakuan yang
sama dengan warga negara Malaysia. Salah
satu kebutuhan yang kami amati sulit
dipenuhi oleh WNI adalah kebutuhan pendidikan, terutama untuk anak usia
sekolah dasar dan menengah. Berdasarkan
laporan dari situs Kapanlagi.com pada 27
Mei 2007, tercatat kurang lebih 24.000 anak
TKI di Sabah Malaysia, belum pernah
menikmati pendidikan dasar (SD) dan
SLTP. Angka tersebut belum termasuk
sejumlah besar WNI (khususnya TKI) di
Malaysia yang tersebar di Kuala Lumpur
dan Selangor, Johor, Penang. Memang telah
ada Sekolah Indonesia Kuala Lumpur (SIK), yang merupakan sarana pendidikan bagi
WNI di Malaysia. Namun dari pantuan
kami, SIK telah kelebihan siswa dari daya
tampungnya yang optimal. Dari beberapa
diskusi dengan WNI yang telah mendapat
status permanent resident (IC merah) pun
ternyata ada perbedaan perlakuan terhadap
anak mereka di sekolah kebangsaan
meskipun si anak berstatus sebagai warga
negara Malaysia (IC biru).
Berdasarkan situasi di atas, kami mencoba memberikan wacana dan usulan kepada
pemerintah RI dan WNI di Malaysia
mengenai pendirian sekolah dan institusi
pendidikan yang dapat menampung WNI
usia sekolah dasar dan menengah dan dapat
menjadi sarana pendidikan ketrampilan
(vokasi) bagi TKI di Malaysia. Tujuan
utama yang ingin kami raih dengan usulan
ini adalah, Pertama, terpenuhinya kebutuhan
pendidikan bagi WNI usia sekolah dasar dan
menengah dan TKI di Malaysia. Kedua, meningkatnya kapasitas dan kualitas
individu WNI di Malaysia dan terakhir,
membaiknya citra WNI di Malaysia,
sehingga WNI, siapapun ia, dipandang
sebagai sosok yang terpelajar, berkualitas
tinggi dan dapat beradaptasi dengan
lingkungan sekitar.
Pendidikan Menurut Undang-Undang No 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(UU Sisdiknas), pendidikan didefinisikan
sebagai:
…usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.
Sementara itu pada Bab II Pasal 3 UU
Sisdiknas, mengenai pendidikan nasional, di
situ di sebutkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab.
Dari dua definisi di atas, ada beberapa
catatan yang dapat kita ambil mengenai
pendidikan. Pertama, pendidikan merupakan
suatu usaha sadar dan terencana. Kedua,
pendidikan merupakan suatu proses dan sarana untuk pengembangan diri individu.
Ketiga, tujuan akhir dari pendidikan aalah,
agar rakyat Indonesia memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian,kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Perhatian terhadap bidang pendidikan
merupakan kunci menuju kesuksesan suatu
bangsa. Beberapa contoh dapat kita ambil sebagai pelajaran, misalnya, kesuksesan
Jepang bangkit setelah perang dunia ke II,
Majunya Singapura dan Malaysia dan
meningkatnya perekonomian India dan Cina.
Semua contoh keberhasilan tersebut adalah
karena perhatian yang serius dan investasi
besar dari pemerintah negara tersebut pada
bidang pendidikan. Menurut Hallak (1990),
dalam bukunya yang berjudul “Investing in
5
the Future: Setting Educational Priorities in
the Developing World”, memaparkan
pentingnya bidang pendidikan bagi
kemajuan bangsa. Di situ ia menjelaskan:
Broadly defined, human resources
development (HRD) relates to the education,
training and utilisation of human potensials
for social economic progress. Accoding to
UNDP, there five ‘energisers’ of HRD:
education; health and nutrition; the
environment; employment; and political and
economic freedom. These energisers are
interlinked and interdependent, but
education is the basis for all the others, an
essential factor in the improvement of health
and nutrition, for maintaining a high-
qualitiy environment, for expanding and
improving labour pools, and for sustaining
political and economic responsibility.
Berdasarkan kutipan di atas, jelas dapat kita
lihat bahwa, seluruh aspek pembangunan
suatu bangsa tidak akan dapat berjalan dengan baik, kecuali dimulai dari bidang
pendidikan. Pendidikan merupakan basis
bagi pembentukan SDM yang berkualitas,
dan SDM yang berkualitas merupakan
elemen utama bagai pembangunan dan
kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu,
hanya dengan menempatkan bidang
pendidikan sebagai prioritas pembangunan
maka bangsa Indonesia dapat mencapai
kemajuan yang dicita-citakan.
Penyelenggaraan Pendidikan
Pada bagian ini ada tiga hal yang kami
sampaikan. Pertama, bagaimana bentuk
sekolah atau lembaga pendidikan yang ingin
dibuat. Kedua, siapa yang akan mengelola
dan menjalankan lembaga pendidikan
tersebut, misalnya menjadi guru atau kepala
sekolah. Ketiga, Dari mana dana dapat
diperoleh untuk pembangunan sekolah dan
operasional sehari-hari.
Penyelenggaraan pendidikan menurut UU
Sisdiknas tahun 2003 pada BAB III Prinsip
Penyelenggaraan Pendidikan disebutkan
dalam pasal 4 ayat 1:
Pendidikan diselenggarakan secara
demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak
asasi manusia, nilai keagamaan, nilai
kultural, dan kemajemukan bangsa.
Sementara itu pada BAB IV pasal 5 ayat 1
dan 5 disebutkan:
Setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan yang
bermutu.
Setiap warga negara berhak mendapat
kesempatan meningkatkan pendidikan
sepanjang hayat.
Kemudian pada BAB IV pasal 6 ayat 1 dan
2 disebutkan:
Setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai dengan lima belas tahun wajib
mengikuti pendidikan dasar.
Setiap warga negara bertanggung jawab
terhadap keberlangsungan penyelenggaraan
pendidikan.
Berdasarkan ayat UU di atas dapat kita lihat
bahwa inti dari penyelenggaraan pendidikan adalah kesamaan kesempatan. Dengan kata
lain, tidak boleh ada diskriminasi yang
terkait SARA, ataupun kelas sosial yang
kemudian menjadi penghalang bagi
seseorang untuk tidak boleh mendapatkan
pendidikan. Kemudian, seluruh komponen
bangsa bertanggung jawab terhadap
penyelenggaraan pendidikan dan tidak hanya
menyerahkan tanggung jawab ini kepada
pemerintah semata.
Mengenai usulan tentang pendirian sekolah bagi WNI dan TKI yang ada di Malaysia,
maka kami melihat bahwa perlu dipikirkan
suatu bentuk pendidikan yang dapat
memenuhi kebutuhan kita semua,
diusahakan dan juga dikelola oleh kita
semua. Maksud dari pernyataan kami itu
adalah, hendaknya seluruh pihak terlibat
dalam ide ini. Sehingga langkah ke depan
dari ide ini akan terasa ringan, dibandingkan
jika dilakukan sendiri-sendiri.
Jumlah WNI yang ada di Malaysia, baik
TKI, pelajar, ekspatriat, dan WNI yang telah
mendapat status permanent resident,
maupun perwakilan pemerintah yang
direpresentasikan dengan kehadiran
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI)
Kuala Lumpur, dan beberapa konsulat yang
tersebar di beberapa kota di Malaysia, yang
konon jumlahnya mencapai angka 2 juta
6
orang, maka itu merupakan suatu potensi
dan tanggungjawab besar yang harus
dikelola oleh kita semua. Selain itu di
Malaysia juga banyak terdapat perwakilan
partai politik, organisasi keagamaan dan
masyarakat, paguyuban - paguyuban
masyarakat dari berbagai suku dan daerah di
Indonesia yang tentu juga dapat membantu
bagi pewujudan harapan kita akan adanya
suatu lembaga pendidikan bagi WNI di
Malaysia.
Mengenai bentuk pendidikan yang kami
usulkan adalah, suatu bentuk pendidikan
yang mengacu pada sistem pendidikan
nasional Indonesia yang dimodifikasi
dengan mengambil muatan-muatan lokal dan
internasional. Jadi sekolah ini tetap mengacu
kepada UU Sisdiknas Tahun 2003, baik dari
segi level pendidikan mulai dari sekolah
dasar, sekolah menengah pertama dan atas
maupun dari segi kurikulum nasional .
Selain itu kami juga mengusulkan agar dapat juga dibuat suatu lembaga pendidikan
keterampilan bagi TKI khususnya dan WNI
pada umumnya yang dapat memberikan
pelatihan keterampilan dalam berbagai
bidang, misalnya bahasa, komputer dan
teknologi informasi, pertukangan dan
industri, serta keterampilan-keterampilan
lain yang relevan dengan kebutuhan WNI di
Malaysia.
Oleh karena itu, akan lebih baik sekiranya
dapat dibentuk suatu yayasan, misalnya Yayasan Masyarakat Indonesia di Malaysia,
yang dapat menjadi payung hukum dan
wadah utama bagi pembentukan sekolah dan
lembaga pendidikan ke depannya. Kami
merasa optimis bahwa ide ini selain
bermanfaat namun juga layak untuk
dijalankan. Mungkin ada yang bertanya
mengenai dana awal, dana operasional dan
siapa yang akan menjadi pengelola lembaga
pendidikan tersebut. Memang dana awal dari
lembaga pendidikan ini perlu kita pikirkan bersama. Namun usulan saya adalah, dengan
dibentuknya suatu yayasan, maka yayasan
tersebut dapat menjadi wadah bagi
pengumpulan dana awal bagi pendirian
sekolah tersebut, misalnya dengan membuat
suatu malam amal bagi pengumpulan dana
awal bagi pendirian sekolah ini. Dalam acara
itu dapat saja diundang, pemerintah RI,
masyarakat Indonesia yang ada di Malaysia
serta para pengusaha Malaysia yang
memiliki bisnis di Indonesia. Selain itu,
kami melihat pemerintah dapat juga
mengalokasikan dana untuk mendirikan
sekolah ini dengan memanfaatkan dana fee
uang kiriman TKI dari luar negeri. Dengan
kata lain, pemerintah dapat membuat suatu
peraturan yang mengharuskan bagi lembaga-
lembaga keuangan yang memberikan jasa
pengiriman uang TKI agar dapat
menyisihkan sebagian fee yang mereka
terima untuk sekolah yang nanti akan dibuat ini. Kami juga melihat adanya prospek untuk
memanfaatkan sukuk dan reksadana syariah
(Islamic unit trust) sebagai alat memobilisasi
dana bagi pengembangan lembaga
pendidikan ini kedepannya.
Pihak yang paling berperan dalam suatu
sekolah atau lembaga pendidikan adalah
pihak manajemen dan SDM pengajar. Kami
melihat, dengan adanya para pelajar
Indonesia yang sedang menimba ilmu di Malaysia baik dari jenjang S1, S2 maupun
S3, maka mereka merupakan SDM potensial
yang dapat diharapkan untuk mengelola dan
mengajar di sekolah ini nantinya baik full-
time maupun part-time. Disini kami ingin
agar prinsip profesionalitas juga dapat
ditegakkan. Para pelajar Indonesia yang
nantinya akan mengajar di sekolah ini harus
yang kompeten dan mau mengorbankan
waktu, tenaga dan pikirannya untuk
kemajuan lembaga pendidikan ini, dan
sebagai imbalannya maka juga perlu diberikan gaji yang memadai bagi.
Kemudian, pemerintah, menurut hemat
kami, tidak perlu mengirim guru-guru dari
Indonesia untuk mengajar di sekolah ini
karena dengan melibatkan para pelajar
Indonesia di Malaysia, maka kita telah
membangun kebersamaan dalam berbuat,
jadi seluruh pihak dapat dilibatkan
sementara itu, di sisi lain, hal ini dapat
menghemat keuangan negara.
Kemudian, khususnya untuk pendidikan
vokasi, tenaga pengajar, selain dari pelajar
Indonesia di Malaysia, dapat juga
melibatkan para TKI yang telah memiliki
keterampilan dalam bidang-bidang tertentu,
misalnya pertukangan, perbengkelan,
membuat kue, dan keterampilan lainnya
yang dapat ditularkan dan diajarkan kepada
rekan-rekan yang lain. Pendidikan vokasi
7
ini kami lihat dapat memainkan peran
penting untuk memberikan pelatihan
keterampilan yang dapat meningkatkan
kapasitas TKI di Malaysia. Menurut hemat
kami, keterampilan bahasa seperti bahasa
Inggris, bahasa Mandarin dan bahasa
Malaysia, mutlak di kuasai oleh TKI di
Malaysia. Karena dengan menguasai
bahasa-bahasa tersebut, maka TKI dapat
berkomunikasi dengan baik dengan
atasannya dan juga dapat memiliki daya
saing yang tinggi. Selanjutnya yang tidak kalah penting adalah keterampilan komputer
dan Teknologi Informasi (TI). Sehingga TKI
dari Indonesia tidak lagi dipandang rendah
karena di Malaysia, mayoritas masyarakat
sudah memiliki akses terhadap internet.
Kami juga melihat adanya kerja sama yang
dapat dilakukan antara pemerintah, agen
penyalur tenaga kerja, perusahaan di
Malaysia dan lembaga pendidikan vokasi
ini untuk memberikan pelatihan bagi para
TKI yang akan atau sudah bekerja di Malaysia. Memang perusahaan besar
biasanya sudah memiliki kegiatan pelatihan
dan fasilitas training yang memadai, namun
tidak semua perusahaan memberikan
pelatihan bagi karyawannya, apalagi yang
bergerak di sektor informal. Oleh karena itu,
kehadiran lembaga pendidikan vokasi ini
diperlukan untuk mengisi kesenjangan
tersebut.
Terakhir yang tidak kalah penting dalam
bidang pendidikan adalah kesamaan kesempatan mendapat pendidikan. Sekolah
merupakan lembaga pendidikan yang
bermotif sosial. Oleh karena itu sekolah
tidak ditujukan untuk menghasilkan
keuntungan. Terkait dengan rencana
pendirian sekolah ini, maka sekolah ini ke
depan, sepatutnya juga mengakomodasi
kalangan kurang mampu. Jadi niat mulia
untuk memberikan pendidikan untuk semua
dapat terpenuhi, tanpa harus
mendiskriminasi orang karena tidak mampu bayar uang pendidikan atau mengorbankan
kualitas pendidikan yang diberikan.
Mekanisme yang perlu dilakukan untuk
memfasilitasi keinginan tersebut adalah:
pertama, melakukan subsidi silang. Jadi
setiap orang tua murid membayar uang
pendidikan sesuai dengan tingkat
pendapatannya. Orang tua murid yang
memiliki pendapatan tinggi membayar uang
pendidikan lebih mahal daripada orang tua
murid yang pendapatannya rendah atau
berstatus sebagai pelajar di Malaysia.
Kedua, mekanisme yang dapat dilakukan
untuk menutupi biaya operasional sekolah
ini kedepannya adalah dengan membentuk
suatu badan wakaf yang berfungsi untuk
mengelola sumbangan harta wakaf dan
sedekah dari para donatur yang kemudian
dapat diinvestasikan ke bentuk-bentuk
investasi yang halal dan menguntungkan.
Selanjutnya keuntungan yang didapat, bisa disalurkan untuk menutupi biaya operasional
sekolah atau memberikan beasiswa bagi
siswa yang berprestasi. Sehingga, dengan
adanya badan wakaf ini, diharapkan lembaga
pendidikan ini dapat mandiri terutama dalam
soal pendanaan. Contoh lembaga wakaf
yang berhasil dalam bidang pendidikan
adalah lembaga wakaf Universitas Al-Azhar
Mesir, badan wakaf Pondok Pesantren
Gontor Ponorogo, dan badan wakaf
Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Jadi kita juga dapat mencontoh
kesuksesan pengelolaan dalam badan wakaf
khususnya untuk lembaga pendidikan yang
kita butuhkan ini.
Penutup
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah
keadaan suatu kaum, sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri.
(QS: Ar-Ra’d: 11)
Mengutip dari firman Allah SWT di atas,
jelas bahwa kita harus berbuat sesuatu untuk
melakukan perubahan, karena perubahan
merupakan sesuatu yang harus diusahakan.
Setiap insan tentu paham, bahwa setiap
perbuatan baik yang kita lakukan, apapun
bentuknya tentu akan dinilai oleh Allah
SWT sebagai amal dan insyaAllah akan
mendapat ganjaran di dunia dan di akhirat
kelak. Terkait dengan wacana yang kami usulkan mengenai pendirian lembaga
pendidikan bagi WNI di Malaysia, maka
kami melihat hal ini merupakan salah satu
ikhtiar kita untuk merubah keadaan dan citra
yang sudah melekat pada WNI di Malaysia.
Dengan pendidikan maka kita dapat
memberantas dua hal sekaligus, kebodohan
dan kemiskinan. Dalam konteks kehadiran
8
WNI di Malaysia, dengan kehadiran
lembaga pendidikan maka kita dapat
memperbaiki keadaan terutama untuk
generasi penerus yang akan melanjutkan
episode perjalananan bangsa Indonesia.
Memang gagasan ini masih jauh dari
sempurna, namun dengan berjalannya waktu
dan dukungan dari berbagai elemen bangsa
Indonesia di sini, insyaAllah kami yakin,
bahwa gagasan ini merupakan sesuatu yang
sangat mungkin untuk dikerjakan bersama-
sama.
Daftar Pustaka
Hallak, Jacques, (1990), Investing in the
Future: Setting Educational
Priorities in the Developing World,
Unesco: International Institute for
Educational Planning, Pergamon
Press, Oxford.
http://www.inherent-
dikti.net/files/sisdiknas.pdf
http://news.melayuonline.com/?a=a0xWdS9
1UGlaM1ZBY2E%3D=
http://www.republika.co.id/koran_detail.asp
?id=328548&kat_id=514
http://www.antara.co.id/arc/2008/1/28/kirim
an-uang-tki-kabupaten-sukabumi-capai-
rp501-miliar/
http://www.kapanlagi.com/h/0000173283.html
http://www.kbrikl.org.my/konsular/bantuanh
ukum.html
http://www.kompas.com/read/xml/2008/06/
13/15025532/tki.sukabumi.kirim.rp500.juta.
per.hari
http://www.gatra.com/artikel.php?id=11535
2
Muro, James J, (1995), Creating and
funding educational foundations: a
guide for local school districts, A
Longwood Professional Book,
Massachusetts.
World Bank, (1991), Vocational and
Technical Education and Training,
A World Bank Policy Paper, The
World Bank, Washington, D.C.
9
Beberapa Pemikiran Mengenai Usaha – Usaha Untuk
Memajukan Pendidikan Tinggi Di Indonesia
Assoc. Prof. Dr. Iis Sopyan
Department of Manufacturing and Materials Engineering,
Faculty of Engineering, International Islamic University Malaysia
Pendahuluan Universitas sebagai pusat pendidikan
merupakan penggerak utama pengembangan
ilmu pengetahuan. Universitas adalah
tempat melahirkan insan terdidik dan para
pemimpin yang menentukan masa depan
Negara. Universitas juga sering dijadikan sebagai barometer bagi tingkat kemajuan
iptek suatu bangsa.
Kita memiliki banyak univesitas-universitas
unggul. Setiap tahun universitas –universitas
tersebut menerima siswa-siswa lulusan
SLTA yang berkualitas melalui seleksi yang
cukup ketat. Pendidikan dasar dan
menengah kita yang cukup baik, mungkin
termaju di rantau ini, memungkinkan
universitas-universitas kita menghasilkan
tenaga-tenaga terdidik yang unggul.
Dengan SDM yang berkualitas, seharusnya
level pendidikan tinggi di Negara kita bisa
jauh lebih baik dari yang ada sekarang.
Namun sayang sekali, banyaknya kelemahan
dalam system pendidikan tinggi kita dan
perhatian yang kurang sungguh-sungguh
dari pemerintah terhadap kemajuan tinggi
kita, menyebabkan tingkat pendidikan tinggi
kita menjadi jauh di belakang negara lain.
Tidak usah kita bandingkan dengan negara-negara maju. Kalau kita menengok negara-
negara tetangga seperti Singapura, Thalland,
dan bahkan negara yang dulu banyak belajar
dari kita, Malaysia, level pendidikan kita
secara umum masih dibelakang.
Tulisan ini menyajikan beberapa sumbangan
pemikiran untuk memperbaiki mutu
pendidikan tinggi di Tanah Air kita.
Penerapan status BHMN kepada Universitas.
Penerapan status BHMN kepada beberapa
universitas saat ini memang banyak
memberikan keuntungan secara financial.
Terlebih dalam situasi ekonomi yang sulit
seperti sekarang, strategi ini mungkin
berhasil untuk menyelesaikan masalah.
Tetapi dilain pihak banyak efek samping
timbul yang jika dibiarkan dalam jangka panjang akan merurunkan makna unversitas
sebagai institusi tempat pengajaran dan
pembelajaran ilmu. Sekarang bisa dilihat
dari beberapa fakta bahwa untuk memasuki
unvesitas-universitas top cukup mempunyai
sejumlah uang tertentu tanpa melewati suatu
ujian formal yang cukup ketat sebagaimana
yang diterapkan sebelumnya. Universitas-
universitas top hanya akan menjadi milik
orang kaya bukan orang pandai. Dalam
banyak kasus, tugas akademisi menjadi
terdistorsi, bukan menjalankan tugas akademik tapi tugas bisnis. Menerapkan
status BHMN adalah strategi yang cukup
baik, tapi pemerintah harus tetap mengontrol
melalui penerapan regulasi/kebijakan yang
memungkinkan level universitas kita tetap
terangkat dan pada saat yang sama pelajar –
pelajar yang berbakat menjadi tuan di
universitas-universitas besar bukan pelajar-
pelajar yang sekedar punya uang.
Pendidikan tinggi sebagai pusat pendapatan nasional Banyak pendapat, dan ini mungkin mewakili
mayoritas, pendidikan hanya menjadi salah
satu pusat belanja nasional bukan investasi
nasional. Pemerintah belum menganggap
pendidikan sebagai faktor terpenting dalam
pembangunan nasional yang, dalam jangka
panjang menghasilkan devisa bagi negara.
Prioritas yang rendah ini bisa dilihat dari
porsi rendah untuk bidang pendidikan dalam
APBN kita (< 5%). Saat ini negera-negara maju di Eropa, Amerika Utara, serta
Australian, Selandia Baru, dan Jepang
10
menerima income yang tinggi hanya dari
sector pendidikan tinggi. Setiap tahun
mahasiswa-masiswa dari Timur Tengah,
Asia Tenggara, dan Asia Timur memasuki
universitas-universitas di negara maju.
Pendidikan adalah penyumbang GDP (income) terbesar ke-2 untuk Australia.
Dalam waktu dekat, posisi tersebut segera
akan diikuti oleh Singapura, Korea, dan
bahkan Malaysia. Memang saat ini banyak
juga mahasiswa asing belajar di universitas-
universitas kita, tapi kita tidak mempunyai
program nasional terpadu yang membawa
universiatas-universitas kita lebih siap
dimasukki mahasiswa-mahasiswa asing.
Beberapa strategi bisa diterapkan untuk
meningkatkan level pendidikan tinggi di Indonesia antara lain meningkatkan
tunjangan fungsional (bukan structural) para
staf akademik. Kita memang tidak bisa lepas
dari paradigma politik pemerintahan saat ini
di mana posisi structural diberi perhatian
lebih dibanding posisi fungsional. Namun ke
depan perlu memperhatikan hal ini.
Kita harus melengkapi infrastruktur
universitas sebagai lembaga pengajaran dan
pengembangan ilmu. Pemerintah harus
memberikan dana lebih banyak untuk
pengembanagn lab, perpustakaan, dan sarana kelas yang lebih baik. Kualitas riset
dan publikasi kita sangat minim. Sistem
akreditasi jurnal juga harus diperbaiki. Saat
ini kalau tidak salah hanya sedikit
universitas yang menerbitkan jurnal dalam
bahas Inggris.Untuk memberikan lebih
paparan (exposure) pelajar-pelajar Indonesia
ke system pendidikan internasional,
pemerintah perlu membuka kesempatan
kepada universitas asing yang ternama untuk
membuka cabang di Indonesia. Kita melihat banyak sekali pelajar-pelajar kita ke luar
negeri untuk belajar, dan ini tentu saja
membawa keluar devisa negara.
Dengan infrastruktur yang lebih baik, saya
yakin akan lebih banyak lagi mahasiswa
asing belajar ke negara kita yang bisa
mendatangkan devisa bagi negara.
Menggunakan bahasa Inggris sebagai
medium pengajaran dan pembelajaran Universitas-universitas kita sangat local-
minded. Ini bisa dilihat dari situs-situs
perguruan tinggi; hanya sebagaian yang
memasang versi bahasa Inggris. Ini adalah
problem nasional sebenarnya. Karena
banyak lembaga-lembaga negara yang juga
tidak mempunyai situs berbahasa Inggris.
Menggunakan bahas Inggris sebagai media
pengajaran dan pembelajaran mungkin hal yang akan bisa diterapkan dalam jangka
panjang. Namun kita bisa memulainya
minimal melalui metode evaluasi seperti di
soal-soal ujian, kuiz, dll. Penggunakan
bahasa Inggris akan menghasilkan sarjana
yang international market oriented, dan tentu
saja membuka pintu yang lebih luas kepada
pelajar asing untuk memasuki universitas-
universitas kita.
Perlu revisi kurukulum yang berkala untuk mengantisipasi situasi
kontemporer. Mata kuliah bahasa Inggris harus diberikan
porsi kredit yang lebih banyak. Di Jepang,
mahasiswa harus menyelesaikan 8 kredit
untuk matakuliah wajib, ditambah beberapa
matakuliah pilihan untuk bahasa Inggris
yang diperuntukkan untuk tujuan-tujuan
tertentu sesuai program masing-masing.
Hasilnya adalah sarjana-sarjana Jepang,
apalagi lulusan paska sarjana rata-rata mahir
menulis dalam bahasa Inggris. Attachment ke industry dalam bentuk kerja
praktek dll harus diberikan perhatian lebih.
Kesempatan attachment ke industry ini
seharusnya diberikan juga ke para dosen.
Departemen Diknas bisa bekerja sama
dengan Depperindag dalam membuat
regulasi yang memungkinkan berjalannya
system ini.
Membuka program-program yang global
oriented. Sebelum tahun 1970-an, beberapa program
menjadi favorit misalnya teknik
perminyakan, teknik sipil, teknik elektro,
dan teknik mesin. Memasuki tahun 1980-an,
favorit itu pindah ke bioteknologi, IT dan
computer. Namun memasuki tahun 2000 –
sekarang, beberapa bidang “baru”
(sebetulnya tidak baru) menjadi perhatian
antara lain teknik lingkungan,
nanoteknologi, energy baru, biomedical
engineering. Program-program yang terkait
dengan ke-empat bidang tersebut harus diperbanyak mengingat demand yang sangat
banyak. Perlu diingat bahwa ditahun-tahun
mendatang tiga bidang aplikasi yang akan
11
terus menjadi primadona: energi, kesehatan,
dan lingkungan. Energi dan kesehatan
merupakan kebutuhan dasar hidup manusia
sementara lingkungan menjadi bidang
penting terkini karena semakin banyaknya
problem lingkungan timbul akibat mengingkatnya jumlah aktivitas penduduk.
Dua bidang yang harus diperhatikan untuk
menyeleseaikan 3 bidang aplikasi:
bioteknologi dan nanoteknologi. Tetangga
kita di Asia seperti India, China bahkan
Thailand dan Malaysia sudah membuat
program-program pengembangan
nanoteknologi secara nasional dan
pemerintah mereka mendukung secara
financial.
Penutup Demikianlah beberapa sumbangan
pemikiran bagi usaha-usaha untuk
memajukan pendidikan tinggi di Indonesia.
12
SESI II : PENGELOLAAN SUMBER DAYA
ALAM, KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN
KEBANGKITAN BANGSA
13
Tumbukan Meteorit yang Berpotensi Menyediakan
Wadah Minyak dan Gasbumi di Asia Tenggara
Prof. Dr. H.D. Tjia Universiti Kebangsaan Malaysia
Sejak Bumi terbentuk 4,6 milyar tahun yang lalu, telah banyak meteorit yang
berjatuhan di permukaannya. Benda langit berdiameter sampai beberapa
kilometer ini telah menghujani Bumi. Di antaranya satu tumbukan meteorit di
zaman alihan Kapur dan Tersier yang kemungkinan telah menyebabkan punahnya
dinosaurus 65 juta tahun yang lalu. Sebelumnya telah terjadi satu tumbukan yang
mengakhiri jenis-jenis kehidupan pada 250 juta tahun yang lalu. Bumi setidaknya
telah mengalami kepunahan global sebanyak lima kali. Ada yang lebih percaya
malapetaka kepunahan disebabkan oleh kegiatan gunungapi yang terjadi pada
waktu tertentu sepanjang sejarah Bumi.
Kajian pada akhir-akhir ini telah membuktikan adanya empat lokasi jatuhan
meteorit, tiga diantaranya terdapat di Semenanjung Malaysia dan satu di Sabah.
Lebih dari lima puluh tempat lain memperlihatkan ciri-ciri tertentu sebagai hasil
jatuhan benda langit. Salahsatu cirinya yaitu terdiri dari mineral kuarsa yang
memiliki beberapa set ira (sedangkan dalam keadaan biasa kuarsa menghablur
tanpa ira), “kemosaikan” (pemadaman optik dalam hablur tertentu yang dapat
dilihat dengan mikroskop bercahaya terpolarisasi) pada kuarsa. Selain daripada
itu adanya suevit (suatu jenis batuan hancur dimana pada tempat lain di Bumi
telah terbukti sebagai hasil tumbukan dengan meteorit), kawah di permukaan,
bangun gegelang bergarispusat hingga 60 km, keanehan gayaberat di Langkawi
yang menunjukkan bentuk kawah diselimuti sedimen muda sehingga tidak terlihat
sebagai suatu cekungan. Kuarsa dan kawah yang berasosiasi dengan lava
bersifat basalt di suatu daerah yang berdekatan dengan Kuantan, Pahang,
menunjukkan bahwa jatuhan meteorit tersebut terjadi 1,6 juta tahun. Umur
geologi dari jatuhan yang lain masih dalam tahap penyelidikan.
Tumbukan oleh meteorit lazimnya menghasilkan retakan hingga hancuran pada
batuan yang mengalami tumbukan dahsyat itu. Batuan yang retak jelas
menyediakan wadah untuk menampung cairan, seperti gas- dan minyakbumi.
Sejumlah lapangan hidrokarbon di luar Asia Tenggara ternyata memiliki
reservoir dalam batuan padat yang porositasnya dialihkan oleh tumbukan dengan
meteorit. Satu di antaranya ialah Chicxulub di Semenanjung Yucatan, Meksiko.
Chicxulub juga dipercayai sebagai lokasi jatuhnya meteorit yang menyebabkan
kepunahan dinosaurus. Umumnya, eksplorasi hidrokarbon mengabaikan tempat-
tempat di mana sedimen yang masih muda dan masih lembut dengan ketebalan
tidak melebihi 1 kilometer. Paparan Sunda antara Cekungan Natuna Barat,
Natuna Timur, Jawabarat Baratlaut antara kawasan yang demikian. Batuan
dasarnya yang padat, berusia pra-Tersier telah lama terdedah kepada tumbukan
14
dengan meteorit. Sumber hidrokarbonnya terdapat di cekungan yang telah
disebut.
Tujuan: yaitu Mengetengahkan pandangan bahwa
batuan yang terkena benturan meteorit akan
membentuk cekungan minyak dan gas bumi
di Asia Tenggara
Intisari :
1. Probabilitas tersedinya Cekungan. 2. Indikator jatuhan meteorit.
3. Lapangan - lapangan migas akibat
benturan meteorit.
4. Sistem hidrokarbon yang menunjang
konsep ini.
5. Cekungan yang sudah teruji.
15
Di Malaysia telah dipetakan 60 buah
cekungan akibat benturan meteorit, 4
diantaranya dicirikan oleh PDFs, Breksi
impak atau suevit dan kawah.
• Langkawi :
- Lingkaran Mahsuri; - Lingkaran Malut;
- Pulau Tepor
• Kota Tampan, Perak (Suevit & PDF).
• Bt. Paloh, Terengganu – Pahang
(Kawah).
• Marak Parak – Sabah (Lingkaran &
PDF).
16
17
18
Kesimpulan
Di perairan dangkal paparan Sunda pasti
tersedia cekungan akibat meteorit ini.
Lapisan batuan yang terkena jatuhan
meteorit akan menyediakan batuan reservoir
yang retak-retak bersama perangkap yang
terbentuk, sedangkan hidrokarbonnya akan
diperoleh dari sumber dalam cekungan
Tersier berdekatan
19
Peran Migas Dalam Masa Peralihan Energi
Ir. Rovicky Dwi Putrohari, MSc.
Exploration Supervisor, HESS Oil Malaysia
Peran minyak dan gas bumi yang akan
dibahas dalam tulisan ini merupakan
sebagian kecil dari permasalahan geopoltik
yang merupakan sebuah fenomena kompleks
di penghujung abad 21 ini. Peranan Migas di
Indonesia sangat berarti dalam kajian
geopolitik terutama dalam kondisi
kekhawatiran dunia akan berkurangnya supply bahan bakar atau energi.
Minyak dan Gas bumi di Indonesia tidak
hanya berperan sebagai sumberdaya untuk
memperkuat ketahanan Negara, namun juga
sebagai sumberdaya yang perlu dijaga secara
khusus karena peran strategisnya. Selain
untuk kebutuhan eksport namun disisi lain
juga sangat diperlukan untuk kebutuhan
energi dalam negeri.
Kondisi geografis serta keterdapatan migas
di Indonesia merupakan sebuah kombinasi
unik yang harus diperhitungkan secara
matang. Perhitungan ini terutama dalam
mengantisipasi perubahan percaturan politik
dunia yang berubah cepat dalam era
informasi ini.
Kedua tantangan perubahan peran serta
kondisi geopolitik di atas akan dibahas
secara sepintas dalam tulisan ini.
Geopolitik Dalam teori politik, geopolitik diketahui
berasal dari dua kata, yaitu "geo" dan
"politic". Dengan demikian ketika berbicara
geopolitik, tentusaja tidak terlepas dari
pembahasan mengenai masalah geografi dan
politik. Seorang ahli geografi Preston E.
James, memberikan pengertian geografi
sebagai ilmu tata ruang, yaitu segala sistem
yang memerlukan suatu ruang di permukaan Bumi. Sedangkan politik, sering
diasosiasikan dengan kekuasaan, kekuatan
dan juga pemerintahan.
Dalam studi Hubungan Internasional,
geopolitik tentusaja akan selalu menyangkut
masalah teritorial atau perbatasan
kekuasaan. Sedangkan dalam pengertian
kekuatan negara, peran pengetahuan
geopolitik adalah bagaimana memanfaatkan
sumberdaya alami dalam memperkuat
pertahanan dan ketahanan negara sebagai pengisi kebutuhan dalam negeri.
Dengan pengertian diatas, geopolitik dapat
disederhanakan sebagai suatu studi yang
mengkaji kondisi geografis, sejarah dan ilmu
sosial, dengan merujuk kepada politik
internasional. Geopolitik mengkaji makna
strategis dan politis suatu wilayah geografi,
yang mencakup lokasi, luas serta sumber
daya alam wilayah tersebut. Geopolitik
mempunyai 4 unsur yang pembangun, yaitu keadaan geografis, politik dan strategi,
hubungan timbal balik antara geografi dan
politik, serta unsur kebijakan.
Migas di Indonesia Keberadaan migas di dunia sebagai sumber
energi di dunia dimulai sejak akhir abad 18
atau awal abad 20. Di Indonesia eksplorasi
migas diawali dengan pengeboran sumur
minyak Telaga Said di Sumatra Utara tahun
1980-an. Perkembangan industri migas di Indonesia menjadi sangat penting di dunia
setelah Indonesia mulai mengeksplorasi dan
memproduksi minyaknya sejak 1900-an,
namun eksplorasi dan produksi mulai
meningkat tajam sejak tahun 1965.
Industri migas di Indonesia melampaui masa
keemasan pada saat produksi migas
mencapai angka sekitar 1,5 juta barrel
minyak perhari pada tahun 1975 hingga
sekitar tahun 2000. Namun produksi minyak ini merosot tajam sejak tahun 2000 hingga
sekarang yang hanya dibawah 900 ribu
barrel perhari.
20
Disisi lain produksi gas di Indonesia mulai
meningkat sejak tahun 1975. Gas yang
sebelumnya dibakar karena sebagai sisa
produksi minyak akhirnya dapat
dimanfaatkan sebagai sumber energi.
Gambar 1. Produksi minyak dan gas bumi
Indonesia pada abad 20.
Geopolitik Peranan pemahaman geopolitik dalam suatu
negara sangatlah penting. Menurut ”Buku
Putih Hankam” peranan-peranan tersebut
antara lain adalah:
• Menghubungkan kekuasaan negara
dengan potensi alam yang tersedia;
• Menghubungkan kebijaksanaan suatu
pemerintahan dengan situasi dan
kondisi alam;
• Menentukan bentuk dan corak politik
luar dan dalam negeri;
• Menggariskan pokok-pokok haluan
negara, misalnya pembangunan;
• Berusaha untuk meningkatkan posisi
dan kedudukan suatu negara
berdasarkan teori negara sebagai
organisme, dan teori-teori geopolitik lainnya;
• Membenarkan tindakan-tindakan
ekspansi yang dijalankan oleh suatu
negara.
Uraian selanjutnya dibawah ini akan
berkonsentrasi terutama pada dua hal paling
atas yang menyangkut kondisi alam
(geografis) serta pentingnya sumber daya
migas dalam pembangunan dalam
memperkuat posisi negara. Serta peran
pentingnya dalam kebijakan energi menapaki abad ke 21.
Ancaman dari luar dan ancaman dari
dalam Dalam pembicaraan geopolitik sangat sering
(bahkan hampir selalu) dibicarakan adalah
ancaman dari luar karena adanya tetangga
yang ”nakal” (baik tetangga dekat maupun
tetangga jauh) yang
mengancam eksistensi
negara. Namun kalau
dilihat dalam dekade
terakhir ini, kasus-
kasus perbatasan di Asia Tenggara tidak
hanya karena
ancaman luar, namun
juga kelemahan
didalam yang
”memicu dan
memacu” pihak luar
menjadi lebih agresif.
Salah satu prinsip dalam dunia pertahanan
adalah keseimbangan. Selain kelebihan pihak luar yang sering memicu gangguan
pihak luar adalah penurunan ketahanan
dalam negeri sendiri, Kasus Sipadan-Ligitan
dan juga kasus Ambalat merupakan
contoh jelas kenyataan bahwa tetangga yang
menjadi kuat akan cenderung menjadi
semakin rakus ketika kondisi Indonesia
melemah. Kedua kasus itu juga sangat jelas
terlihat akibat adanya perebutan sumberdaya
migas yang ada.
Demikian juga permasalahan perbatasan di Asia Tenggara pada dekade terakhir ini
hampir semua dibumbui oleh “perebutan”
sumberdaya minyak bumi. Gambar 2
memperlihatkan bagaimana konflik di Asia
tenggara yang didominasi oleh kepentingan
perebutan sumberdaya alam terutama
minyak dan gas bumi.
Di kawasan Asia Tenggara, ketidakjelasan
batas antar dua negara dialami oleh beberapa
negara yang berbatasan, termasuk di laut Cina Selatan.
Indonesia juga memiliki permasalahan
perbatasan dengan negara-negara lain,
terlebih lagi mengingat demikian luasnya
wilayah darat dan perairan. Indonesia
memiliki sepuluh negara tetangga yang
berbatasan, yakni Malaysia, Singapura,
21
Thailand, India, Filipina, Vietnam, Papua
Nugini, Australia, Palau dan Timor Leste.
Dibawah ini memperlihatkan gambaran
daerah Asia tenggara di sekitar Natuna
dimana kasus-kasus “disputed área” hampir
semua merupakan tumpang tindih dalam
memberikan kesempatan eksplorasi migas
kepada kontraktor asing.
Gambar 2. Peta daerah-daerah yang masih
menjadi permasalahan perbatasan territorial
negara-negara di Asia Tenggara yang dipicu
oleh sumberdaya migas.
Indonesia sebagai Negara
Kepulauan Seperti yang sering terbaca
dalam kajian geografis, Indonesia merupakan suatu
negeri yang amat unik. Hanya
sedikit negara di dunia, yang
bila dilihat dari segi
geografinya, memiliki
kesamaan dengan Indonesia.
Negara - negara kepulauan di
dunia, seperti Jepang dan Filipina, masih
kalah kompleksitanya bila dibandingkan
dengan negara kepulauan Indonesia.
Indonesia adalah suatu negara, yang terletak di sebelah tenggara benua Asia,
membentang sepanjang 3,5 juta mil, atau
sebanding dengan seperdelapan panjang
keliling Bumi, serta memiliki tak kurang
dari 13.662 pulau.
Jika dilihat sekilas, hal ini adalah suatu
kebanggaan dan kekayaan, yang tidak ada
tandingannya lagi di dunia ini. Tapi bila
dipikirkan lebih jauh, hal ini merupakan
suatu kerugian atau kelemahan
tersendiri bagi bangsa dan negara Indonesia.
Indonesia terlihat seperti pecahan-pecahan
yang berserakan. Dan sebagai 13.000
pecahan yang tersebar sepanjang 3,5 juta
mil, Indonesia dapat dikatakan sebagai
sebuah negara yang amat sulit untuk dapat
dipersatukan.
Penduduk di Indonesia ini sangat tidak tersebar
merata. Lebih dari 60%
berada di Jawa. Maka,
untuk mempersatukan
Bangsa Indonesia,
diperlukan sebuah
konsep Geopolitik yang
benar-benar cocok
digunakan oleh Bangsa
Indonesia. Sebelum
menuju pembahasan tentang konsep
geopolitik Indonesia,
terlebih dahulu kami
akan membahas tentang kondisi serta
keadaan Indonesia ditinjau dari segi
geografisnya.
Gambar 3. Kepulauan Indonesia serta
distribusi penduduk yang tidak merata
Ada beberapa jenis kondisi geografis bangsa
Indonesia. Yaitu kondisi fisis, serta kondisi
Indonesia ditinjau dari lokasinya.
1. Kondisi fisis Indonesia,
• Letak geografis;
• Posisi Silang;
• Iklim;
• Sumber-Sumber Alam;
• Faktor-Faktor Sosial Politik.
Populasi di Indonesia
22
2.Lokasi Fisikal Indonesia. Keberadaan pada
lokasi ini adalah faktor utama yang
mempengaruhi politik di Indonesia.
Indonesia berada pada dua benua, yaitu
Asia dan Australia. Indonesia pun
berada diantara dua samudera, yaitu
Samudera Pasifik dan Hindia.
Posisi silang, seperti yang telah dijelaskan
pada poin kondisi fisikal,
menyebabkan Indonesia
menjadi suatu daerah Bufferzone, atau daerah
penyangga. Hal ini bisa
dilihat pada aspek-aspek
dibawah ini:
• Politik
Indonesia berada
diantara dua sistem
politik yang berbeda,
yaitu demokrasi
Australia dan
demokrasi Asia Selatan;
• Ekonomi
Indonesia berada di antara sistem
ekonomi liberal Australia dan sistem
ekonomi sentral Asia;
• Ideologis
Indonesia berada diantara ideologi
kapitalisme di Selatan dan komunis di
sebelah utara;
• Sistem Pertahanan
Indonesia berada diantara sistem pertahanan maritim di selatan, dan
sistem pertahanan kontinental di utara.
Bila masalah-masalah yang timbul dari
beberapa faktor di atas dapat diatasi dengan
baik oleh Bangsa Indonesia, maka akan
tercapailah suatu keadaan yang
dinamakan ketahanan nasional. Untuk
mencapai keadaan tersebut, terdapat suatu
prosedur yang dinamakan “geostrategi”.
Secara umum, geostrategi merupakan upaya untuk memperkuat ketahanan di berbagai
bidang, yaitu bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, militer, kehidupan
beragama, dan pembangunan.
Produksi Minyak dan Gas di Indonesia. Selama ini produksi migas lapangan-
lapangan di Indonesia berasal dari lapangan-
lapangan lama yang diketemukan sebelum
tahun 1970. Ciri lapangan-lapangan ini
diantaranya adalah, berlokasi di darat
memiliki kedalaman kurang dari 3000 ft
(1000meter), merupakan lapangan minyak
dengan API sedang.
Gambar 4. Distribusi lapangan-lapangan migas yang sudah dan sedang berproduksi di
Indonesia. (hijau = minyak, merah = gas).
Walaupun kebanyakan lapangan yang sudah
atau sedang berproduksi ini merupakan
lapangan minyak namun juga ada lapangan-
lapangan gas yang juga sudah memulai
produksi pada akhir tahun 1970-an. (lihat
gambar 1).
Produksi minyak Indonesia mengalami
penurunan yang telah berlangsung sejak 1995. Penurunan produksi minyak tersebut
disebabkan oleh karena sebagian besar,
hampir 90% merupakan lapangan-
lapangan minyak tua yang telah
melewati puncak produksi dan secara
alamiah seperti layaknya sumber daya
alam lain yang habis pakai (depletable)
mengalami penurunan sebesar 15% per
tahun. Kegiatan eksplorasi, juga ditambah
dengan optimalisasi produksi serta
penerapan teknologi modern telah mampu mempertahankan penurunan produksi
menjadi sekitar 6% pertahun ditahun 2004.
23
Perlu diketahui, ekonomi nasional masih
menggantungkan devisa dari minyak dan gas
bumi untuk mengisi sekitar 25-30% dari
APBN, yang berarti produksi minyak dan
gas nasional masih merupakan usaha
strategis. Pada saat ini cadangan minyak
kurang dari 9 milyar barel yang cenderung
menurun sejak tahun 1999.
Gambar 5. Perkembangan sisa cadangan
minyak (remaining oil reserves) di
Indonesia yang menurun sejak tahun 1999.
Disisi lain lapangan lapangan yang sudah
diketemukan namun belum berproduksi
(Non Producing Fields) di Indonesia ini
sebagian besar berupa lapangan gas.
Lapangan-lapangan yang belum berproduksi
ini sebagian besar tersebar di laut, berukuran
kecil dan tersebar baik di Indonesia barat
maupun di Indonesia Timur.
Gambar 6. Distribusi lapangan-lapangan migas di Indonesia yang belum berporduksi.
(merah = gas, hijau = minyak)
Jumlah total sisa cadangan gas di Indonesia
saat ini sekitar 160 triliun cubicfeet. Jumlah
cadangan gas di Indonesia meningkat pesat
Pemanfaatan energi minyak bumi yang
”masih” mendominasi sebagai energi
primer. Disamping itu listrik masih
merupakan energi yang siap digunakan oleh
rakyat dan industri, sehingga
menyebabkan problem utama
dalam masalah distribusi energi
ini adalah distribusi energi listrik. Dengan melihat
terdistribusinya energi di
Indonesia terutama minyak,
gas bumi, batubara serta
geothermal di negeri ini, maka
diperlukan kebijakan khusus
dalam mengembangkan
penggunaan energi terutama
dalam pembangkitan listrik
(lihat Caption-1).
Migas dimasa Transisi
Pengisi Sumberdaya Energi Nasional Indonesia masih mempunyai potensi minyak
dan gas bumi yang cukup besar di 60
cekungan yang tersebar di seluruh
wilayah Indonesia. Tentu kita berharap
dikemudian hari Indonesia mampu
melakukan diversifikasi ekonomi untuk
tidak tergantung lagi dengan minyak dan gas
bumi. Namun kondisi dunia saat ini sudah
mulai bersiap-siap untuk mengganti energi alternatif non migas sebagai pengisi sumber
energi. Untuk itu tentusaja
mengharapkan investasi asing
untuk melakukan Eksplorasi migas
di 60 cekungan di Indonesia
memerlukan usaha yang ekstra
dalam mengakselerasi penambahan
cadangan.
Selain minyak dan gas bumi yang
masih menjadi andalan sumberdaya energi di Indonesia, Indonesia
memiliki banyak sumberdaya
energi lain yang dapat dipergunakan sebagai
sumber energi dan motor penggerak
ekonomi.
24
Gambar 7. Perkembangan cadangan gas
(remaining gas reserves) di Indonesia yang cenderung terus meningkat.
Dibawah ini tabel potensi energi nasional
Indonesia tahun 2004 yang memperlihatkan
beberapa sumber energi yang dapat
dimanfaatkan dimasa mendatang.
Tabel 1. Potensi energi Nasional 2004
(Sumber KEN 2005).
Dari tabel di atas terlihat bahwa
pemanfaatan potensi energi non-migas
nasional masa depan harus segera dimulai.
Potensi geothermal yang sudah dimulai
tahun 1974 menunjukkan jumlah potensi
yang setara dengan 9 milyar barrel minyak. Potensi geothermal ini baru tergarap 20%
dari yang sudah terdeteksi hingga kini.
Transisi perubahan ini memerlukan
pengetahuan tentang :
- Jumlah cadangan migas yang masih
tersisa.
- Jumlah serta perkembangan kebutuhan
energi.
- Potensi energi non-migas yang masih belum tergali.
Konsumsi Minyak dan Gas Saat Ini. Konsumsi energi di Indonesia masih di
dominasi oleh minyak bumi dengan
puncaknya di tahun 2004 - 2005 ketika
Indonesia mulai menjadi net importir.
Ketergantungan terhadap sumber energi
minyak ini sepertinya masih akan berlanjut
akibat kurang berkembangnya energi substitusinya selama ini.
25
Gambar 8. Laju produksi dan konsumsi
minyak di Indonesia (1986-2006).
Walaupun produksi gas terus
meningkat sejak awal tahun
1980-an, namun konsumsi
gas bumi di dalam negeri
tidak menunjukkan
peningkatan setajam kebutuhan konsumsi
minyak bumi. Juga
pemanfaatan gas tidak
menunjukkan setara dengan
laju produksinya. Gas ini
lebih banyak diekspor keluar
dalam bentuk LNG. Perlu diingat bahwa
harga gas tidak berubah secepat harga
minyak karena penjualan gas menggunakan
kontrak jangka panjang, sehingga
peningkatan harga minyak saat ini tidak banyak mempengaruhi harga penjualan gas.
Seandainya gas ini dapat lebih banyak
dipergunakan sebagai energi primer pada
pembangkit listrik, mungkin peningkatan
harga minyak tidak banyak mengganggu
sektor listrik ini.
Gambar 9. Laju produksi dan konsumsi gas di Indonesia (1984-2006)
Total kebutuhan energi
nasional saat ini masih
didominasi oleh BBM (oil)
hingga hampir 40%.
Sedangkan penggunaan
gas dan batubara masing-
masing 17% dan 14%.
Artinya ketergantungan
minyak masih sangat
tinggi. Yang meng-
khawatirkan adalah ke-
cenderungan penggunaan BBM yang meningkat
lebih tajam, sedangkan
kebutuhan energi primer
selain BBM (minyak) tidak setajam minyak.
Gambar 10. Total supply energi primer
tahun 2005. Minyak masih mendominasi
hingga 37 % total kebutuhan energi di
Indonesia
Transisi Pergeseran Energi Primer Pergeseran energi primer di Indonesia
sebenarnya sudah dicanangkan dalam KEN
2005. Peran migas dalam hal ini adalah
sebagai energi primer yang harus mampu
menjadi sponsor utama dalam pergantian ini.
Melihat perkembangan dari kelompok
energi primer yang dipergunakan di
Indonesia, mengurangi total penggunaan energi tidaklah mudah.
Mengurangi konsumsi perlu dilakukan
melalui efisiensi tetapi bukan
mengurangi input energi. Minyak masih
sangat sulit untuk dialihkan. Menggeser
penggunaan energi primer minyak
bumi ke energi lain salah satunya
dengan mengkonversi energi yang dipakai
untuk pembangkit listrik.
26
Gambar 11. Perkembangan penggunaan
energi primer di Indonesia.
Gas serta geothermal merupakan dua energi
primer yang paling menguntungkan untuk
dipergunakan di dalam negeri. Sedangkan
batubara merupakan komoditi yang masih
memungkinkan dieskpor untuk meningkat-
kan devisa.
Transisi pergeseran energi primer ini mengacu pada kenyataan saat ini sebagai
berikut :
- Produksi minyak bumi diperkirakan akan terus berkurang dan diperkirakan
tidak akan signifikan pada sekitar tahun
2030.
- Potensi dan produksi gas di Indonesia masih akan bertahan kemungkinan akan
mencapai pincaknya pada tahun 2050.
Pengembangan Gas memerlukan waktu
yang lebih lama karena seringkali
menunggu pembeli (buyer) sebelum
membangun infrastruktur dan fasilitas
produksi.
- Pada saat ini energi geothermal masih hanya 20% dari potensi yang sudah
diketahui.
- Batubara merupakan jenis energi primer yang mudah ditransportasikan sehingga
merupakan sumber energi primer yang relatif lebih mudah dipakai sebagai bahan
komoditi (dieksport).
Dengan melihat kenyataan diatas perlu
dibuat prioritas pengembangan dan
pemanfaatan energi primer dalam memenuhi
kebutuhan dalam negeri.
27
Gambar 12. Urutan pengembangan energi
sesuai dengan kebutuhan dan kesiapan (need
and readyness)
Kesimpulan
Kondisi kekuatan geopolitik negara tidak
hanya dikontrol oleh faktor luar saja. Faktor
kekuatan dan daya tahan di dalam negeri
dapat menjadi pemicu konflik dengan pihak
luar.
Kebutuhan energi di dalam negeri Indonesia
sudah tidak memungkinkan lagi hanya
mengandalkan minyak dan gas bumi. Perlu
pemanfaatan sumber energi yang lain
sebagai pengisi dan substitusi. Idealnya,
pengembangan serta pemanfaatan energi
selain migas ini sudah harus dimulai
sebelum krisis energi muncul.
Sumber energi yang paling siap saat ini
adalah sumber energi geothermal dimana
besarnya jumlah energi ini paling tidak setara dengan 9 milyar barrel ekivalen atau
setara dengan produksi minyak
sebesar 800-900 Barrel perhari.
Time
Geothermal
2008
? Oil
Gas
28
Caption 1
Perlunya “Geographical Source Based Energy Policy”
Indonesia merupakan negara kepulauan
terdiri atas ribuan pulau serta sangat
beragam kandungan sumberdaya alamnya.
Demikian juga kandungan sumberdaya
energi alamiah di masing-masing daerah ini
sangat beragam. Alam memiliki cara
tersendiri untuk menyebarkan kemakmuran
dengan menebar berbagai macam
sumberdaya untuk daerah-daerah tertentu.
Sayangnya manusia sering malas untuk menyelami bagaimana alam ini sudah
membuat distribusi dengan lebih sempurna.
Pembangunan PLTU-PLTU di Jawa PLTU
Jabar Selatan (2×300 MW), PLTU Jabar
Utara
(2x 300 MW), PLTU Jatim Selatan (2x 300
MW), PLTU Labuan (300 MW), PLTU
Marunda (600 MW), PLTU Rembang (2 x
300 MW) PLTU Suralaya (2x 600 MW),
PLTU Teluk Naga (2 x 300 MW), PLTU Awar-awar (600 MW) dan PLTU Paiton
Baru (2x 600 MW). Merupakan sebuah
kebijakan yang kurang menghargai
bagaimana tersebarnya sumberdaya energi
alami di masing-masing pulau di Indonesia,
Gambar C1. Sumber bahan bakar penggerak generator listrik di Indonesia. Conventional
thermal termasuk didalamnya dengan bahan
baker/bahan baku energi dari batubara dan
BBM/diesel.
Pembangunan PLTU diatas seolah sebuah
berita penambahan daya PLN utk kebutuhan
di Jawa, namun sayangnya pembangkit-pembangkit yg dibangun ini harus
mendatangkan sumber bahan bakarnya dari
daerah lain. Batubara sebagai sumber bahan
bakar PLTU ini harus didatangkan dari
Kalimantan. Tentusaja dengan adanya
proses pengangkutan serta pemindahan
bahan bakar ini akan menyebabkan
menurunnya efisiensi pemanfaatan energi.
Dengan melihat hukum fisika sederhana
saja, sebenarnya sudah terlihat bahwa
pengangkutan bahan baku atau bahan
bakarnya saja sudah akan membutuhkan energi, dan dapat dipastikan
pengangkutannya menggunakan BBM
(karena semua kapal menggunakan BBM).
Rasanya kebijakan menyeluruh soal energi
sangat memerlukan perlunya pemahaman
kondisi geografi Indonesia yang sangat unik
ini. “Geographical Source Based Energy
Policy” adalah kebijakan pemanfaatan
energi disesuaikan dengan ketersediaannya
secara alami yang tersebar secara geografis.
Distribusi energi primer di Indonesia sangat
bervariasi dan tidak mengikuti kepadatan
penduduk atau rakyat yang membutuhkan
energi sekundernya:
• Sumatra Utara terdapat sumberdaya alam gas bumi dan geothermal.
• Sumatra Tengah merupakan sumber
penghasil minyakbumi. Tentunya
pembakaran minyak mentah-pun akan
cukup untuk membangkitkan energi listrik
di daerah ini.
• Sumatra Selatan juga merupakan lumbung
minyak serta gasbumi.
• Pulau Jawa merupakan tempat
berkumpulnya energi Geothermal dan
juga gas alam di Jawa Barat dan Jawa Timur.
• Pulau Bali, Pulau Lombok dan Pulau Nusa
Tenggara merupakan tempat
berkumpulnya sumber daya energi
geothermal.
• Kalimantan merupakan tempat terbanyak
untuk deposit batubara.
29
Dengan demikian pembangunan PLTU -
pembangkit listrik tenaga uap di Jawa
kemungkinan merupakan tindakan yang kurang tepat dari sisi geografi dan
geostrategi energi nasional. Pembangunan
PLTU ini akan justru mengurangi
rangsangan pemanfaatan potensi Geothermal
di Jawa nantinya. Nilai keekonomian energi
akan menjadi bias dan nantinya hanya akan
menyatakan “terlanjur” yg hanya akan
disesali dikemudian hari.
Dengan demikian sangatlah perlu adanya
“Geographical Source Based Energy
Policy” di Indonesia dimana merupakan penerjemahan kondisi geologi-geografi yang
sangat beragam ini.
Caption 2
Potensi Geothermal vs Minyak Bumi
Seberapa besar potensi geothermal ini?
Cadangan energi fosil sangat tergantung dari
jumlah (volume) yg dapat diambil atau
“ditambang”. Angka ini akan diskrit (secara
teoritis) karena akan “habis” pada suatu saat
nanti.
Energi Geothermal bukanlah energi fosil
sehingga perhitungan potensial yg dapat
dipakai untuk membangkitkan energi lain (dalam hal ini energi listrik) yang dapat
dipakai utk memperkirakan perbandingan
dengan sumber energi fosil. Kurang
diketahui bagaimana angka-angka dalam
naskah Blueprint PEN-Pengelolaan Energi
Nasional 2005 (lampiran B1) ini diperoleh.
Namun yg sering dipakai adalah potensi
pembangkitan listrik dari geothermal adalah
sebesar 20.000 MW. Angka ini yg dicoba
dipakai sebagai dasar perbandingan dengan
energi minyak bumi. Sumber lain
menyebutkan total kapasitas geothermal ini
27.000 MW.
Tabel Potensi energi Nasional tahun 2004.
(Sumber Kebijakan Energi Nasional)
Kalau saja untuk membangkitkan listrik 1 Kwh membutuhkan 0.28 liter BBM, maka:
• 1MWh membutuhkan 280 liter atau kira-
kira 2 barel.
• Kalau potensi geothermal di Indonesia itu
20.000 MW maka satu jam setara
5.600.000 liter atau 35.223 barel).
• Dalam satu hari potensi geothermal adalah
setara 134.400.000 liter atau 845.351 barel
BBM.
30
• Dalam satu bulan sudah bernilai
4.032.000.000 liter BBM atau 25.360.518
barel.
• Dalam satu tahun bisa menghemat
48.384.000.000 liter sekitar 304.326.214
barel.
• Potensi geothermal dihitung untuk jangka
30 tahun karena potensi ini diestimasi
berdasarkan usia sumur geothermal dan
usia mesin pembangkit yg rata-rata akan
bertahan selama 20-30 tahun, seperti satu
kali masa kontrak PSC yang lamanya
antara 20-30 tahun. Sebagai gambaran Lapangan geothermal Kamojang sudah
berusia 27 tahun dan masih memilIki
kapasitas 93% dari yg terpasang.
• Maka dalam 30 tahun nilainya akan
menjadi setara 1.451.520.000.000 liter
BBM atau 9.129.786.412 barel-ekivalen
(~ 9 milyar barrel ekivalen).
Asumsi yg diambil adalah 0,28 liter BBM
ini hanya memproduksi 1 Kwh. Faktor
konversi liter/Kwh ini sangat tergantung dari kemampuan mesin pembangkit. Mesin
pembangkit yang bagus dan efisien
barangkali bisa saja membutuhkan kurang
dari 0,28 liter/Kwh.
Kalau dilihat dari produksi minyak mentah
(crude oil) Indonesia maka dalam satu hari
potensial geothermal ini lebih besar dari
produksi Indonesia saat ini yang hanya
sekitar 6-7 ratus ribu barel/hari (proyeksi
dalam blueprint PEN 2005 hanya 500 rb
bph).
Perhitungan potensi geothermal diatas
tentusaja dibatasi oleh current technology yg
tercermin pada efisiensi pembangkitan (0,28
liter/Kwh) dan dalam dalam masa 30 tahun,
namun secara teoritis energi geothermal tidak akan habis dalam ribuan tahun.
Dari perbandingan beberapa tipe pembangkit
ternyata Capacity Factor untuk pembangkit
listrik yang paling tinggi adalah dari
Geothermal (Kamojang 93%, Wayang
windu 94%, Darajat 93%). Coba bandingkan
dg pembangkit yg menggunakan BBM/BBG
(Muara karang, 65%), Batubara (Suralaya
67%), PLTA (Saguling 36%, Barantas
39%). Bahkan ada beberapa pembangkit dengan BBM memilki kapasitas dibawah 20
%, salah satu penyebabnya karena kesulitan
pasokan bahan bakar.
31
Mengapa Geothermal memiliki kapasitas
sangat besar ? mungkin karena jalur
suplainya langsung dari dalam tanah (dari
sumur langsung ke turbin) , jadi tidak
banyak tangan, apalagi “tangan-tangan”
kepentingan ini kepentingan itu. Hal ini
terbukti dari PLTP pertama di Kamojang yg
sudah berumur 27 tahun tetap saja masih
tinggi daya kemampuannya sepanjang
beroperasinya. Dan tdk ada gangguan di
suplai energi primernya !.
Dibandingkan energi non migas lainnya, energi primer geothermal ini sudah terbukti
secara tehnis serta keberadaan potensinya di
Indonesia. Bahkan secara ekonomis sudah
mampu dipakai sebagai penggerak generator
listrik. Namun karena Indonesia merupakan
salah satu pemilik 40% energi geothermal
dunia, maka teknologi serta
pengembangannya justru harus dilakukan
oleh Indonesia. Mengandalkan riset dan
teknologi yang dibawa investor negara lain
akan mengakibatkan ketergantungan teknologi dimasa mendatang.
Pengalaman dengan lamanya masa belajar
industri perminyakan di Indonesia,
semestinya menjadikan Indonesia mampu
menguasai teknologi geothermal dunia ini.
Tidak seperti penguasaan teknologi migas
yang selama ini justru didominasi teknologi
dari luar.
32
Upaya Peningkatan Produksi Minyak dari Lapangan Tua
(Brown Field) dengan Infill Drilling di Petronas Carigali,
Malaysia – Sebuah Studi Kasus
Ir. Isra Yendhi Ismail & Wahyudin Suwarlan BSc. IATMI-KL
Pemerintah Indonesia saat ini sedang berusaha keras untuk meningkatkan
produksi minyaknya, untuk kembali menjadi self sufficient di tahun 2010. Untuk
itu diperlukan upaya-upaya nyata dari dunia perminyakan Indonesia untuk
mendukung usaha pemerintah ini, salah satunya dengan meningkatkan produksi
lapangan-lapangan tua yang sangat banyak jumlahnya di Indonesia.
Sebagai perbandingan, makalah ini berusaha melihat upaya-upaya yang
dilakukan oleh Petronas Carigali dalam upayanya meningkatkan produksi minyak
dari lapangan-lapangan tua yang telah habis masa kontrak PSCnya dan
dikembalikan ke Petronas. Petronas Carigali yang diberikan hak pengelolaan
kemudian melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan produksi minyak di
lapangan-lapangan tua tersebut. Mudah-mudahan apa yang dilakukan Petronas
ini bisa menjadi masukan bagi Indonesia.
Studi kasus ini meninjau pelaksanaan tiga projek peningkatan produksi lapangan
tua yang dilakukan Petronas Carigali. Projek pertama melakukan pemboran 8
sumur baru yang berhasil meningkatkan produksi lapangan tua tersebut sebanyak
4800 bbl/hari dan 6 MMSCF/hari gas. Sedangkan projek kedua sesudah
melakukan infill drilling juga berhasil menemukan lapangan baru yang
merupakan saddle area. Infill drilling menghasilkan tambahan produksi 5000
bbl/hari dari 5 sumur baru sedangkan dari 3 sumur di lapangan baru (saddle
area) yang dibor kemudian dihasilkan 6000 bbl/hari. Projek ketiga berhasil
mempertahankan produksi lapangan sebesar 50,000 bbl/hari walaupun sudah
berumur 40 tahun dan merupakan penyumbang produksi kedua terbesar Petronas
Carigali.
Upaya peningkatan produksi ini dilaksanakan oleh projek-projek kecil yang
terdiri dari Geoscientist dan Engineer dari berbagai disiplin dan didampingi
junior staff. Para junior staff dilibatkan secara aktif sambil belajar dan metode ini
merupakan cara yang efektif untuk alih teknologi. Tenaga ahli Indonesia banyak
terlibat dalam projek-projek ini.
Pemerintah Indonesia saat ini sedang
berusaha keras untuk meningkatkan
produksi minyaknya, untuk kembali menjadi
self sufficient di tahun 2010. Untuk itu
diperlukan upaya-upaya nyata dari dunia
perminyakan Indonesia untuk mendukung
usaha pemerintah ini, salah satunya dengan
meningkatkan produksi lapangan-lapangan
tua yang sangat banyak jumlahnya di
Indonesia.
33
Sebagai perbandingan, makalah ini berusaha
melihat upaya-upaya yang dilakukan oleh
Petronas Carigali dalam usahanya
meningkatkan produksi minyak dari
lapangan-lapangan tua yang telah habis
masa kontrak PSCnya dan dikembalikan ke
Petronas. Petronas Carigali yang diberikan
hak pengelolaan kemudian melakukan
upaya-upaya untuk meningkatkan produksi
minyak di lapangan-lapangan tua tersebut.
Mudah-mudahan apa yang dilakukan
Petronas ini bisa menjadi masukan bagi Indonesia.
Sesudah ditunjuk sebagai operator untuk
mengelola lapangan eks PSC tersebut
Petronas Carigali melakukan evaluasi
lapangan secara menyeluruh dari subsurface
dan surface atau disebut Full Field Review
(FFR) untuk mengidentifikasi cadangan dan
potensi produksi yang bisa diraih. FFR studi
bisa dilakukan sendiri ataupun dilaksanakan
oleh konsultan. Dari studi itu FFR kemudian merekomendasikan beberapa upaya yang
perlu dilakukan untuk menaikkan produksi,
misalnya melakukan workover (perbaikan
sumur), well services (melakukan stimulasi
misalnya dengan acidizing, fracturing dll
untuk meningkatkan produksi), pressure
maintenance, ataupun melakukan infill
drilling. Infill drilling adalah pemboran
sumur-sumur baru untuk menyedot minyak
dari area yang tidak terjangkau oleh sumur-
sumur yang telah ada.
Studi kasus ini meninjau pelaksanaan tiga
projek peningkatan produksi dari puluhan
projek serupa yang telah dilakukan Petronas
Carigali dan berhasil meningkatkan
produksinya. Ketiga projek ini dilakukan di
tiga lapangan tua yang sudah berumur lebih
dari 40 tahun. Lapangan-lapangan ini
terletak di lepas pantai (offshore) dengan
anjungan produksinya tersebar di seluruh
lapangan.
Projek pertama dilakukan di sebuah
lapangan yang mempunyai 4 anjungan
produksi dengan total 60 sumur. FFR
merekomendasikan untuk melakukan
pemboran 8 sumur baru dari dua anjungan di
lapangan tersebut. Diharapkan tambahan
produksi dari sumur-sumur baru ini 5000
bbl/hari. Setelah dibor dan diproduksikan,
tambahan produksi yang diperoleh adalah
4800 bbl/hari ditambah 6 MMSCF/hari gas.
Projek kedua dilakukan di sebuah lapangan
tua yang mempunyai 72 sumur. Sesudah
melakukan infill drilling 5 sumur baru
Project Team juga berhasil menemukan
lapangan baru yang merupakan saddle area
dari lapangan yang ada. Infill drilling di
projek kedua ini menghasilkan tambahan
produksi 5000 bbl/hari dari 4 sumur baru
(satu sumur gagal berproduksi) sedangkan dari 3 sumur di lapangan baru (saddle area)
yang dibor 3 tahun kemudian dihasilkan
6000 bbl/hari.
Projek ketiga juga dilakukan di lapangan tua
yang sudah berumur 40an tahun. Lapangan
ini mempunyai 8 anjungan produksi dengan
jumlah sumur sekitar 175 buah. Berkat
program-program peningkatan produksi
yang dilakukan terus-menerus di lapangan
tua ini, produksinya bisa dipertahankan di sekitar 50.000 bbl/hari. Bahkan pernah
mencapai 57.000 bbl/hari dan merupakan
lapangan penyumbang produksi kedua
terbesar Petronas Carigali.
Kalau diamati apa yang dilakukan Petronas
dalam meningkatkan produksi lapangan-
lapangan tua ini sebenarnya tidaklah
istimewa, karena merupakan hal-hal yang
memang seharusnya dilakukan oleh setiap
perusahaan minyak. Dia menjadi istimewa
karena dilakukan secara konsisten dan serius, dengan keyakinan berapapun
peningkatan produksi yang diperoleh dari
suatu sumur akan memberikan sumbangan
tambahan produksi Petronas Carigali secara
keseluruhan. Padahal biaya pemborannya
jauh lebih besar karena dilakukan di lepas
pantai dibanding pemboran yang dilakukan
di darat (di darat satu sumur dengan
kedalaman 10.000 ft menelan biaya sekitar
USD 4-7 juta, sedang di offshore bisa
mencapai USD 7-15 juta).
Projek pertama dan kedua masing-masing
dilakukan oleh suatu team kecil yang intinya
terdiri dari ahli ahli Geology, Geophysics,
Petrophysics, Reservoir Engineering,
Production Technology, Drilling
Engineering, Completion Engineering dan
Surface Facilities Engineering, didampingi
oleh para junior staff. Karena banyaknya
34
projek serupa yang dilaksanakan dan
semuanya membutuhkan tenaga ahli maka
tenaga ahli tersebut harus menangani lebih
dari satu lapangan dalam satu waktu.
Petronas melakukan terobosan dengan
memperkerjakan tenaga ahli dari luar,
termasuk dari Indonesia. Sebagian besar
projek ini dimotori oleh tenaga ahli
Indonesia. Project Manager dan para junior
staff biasanya orang Malaysia.
Tugas Project Team adalah mematangkan dan menajamkan hasil studi FFR dari semua
disiplin dan kemudian membuat
perencanaan, persiapan dan pelaksanaan
pemboran sumur-sumur baru tersebut,
termasuk juga penambahan fasilitas
produksi dan lainnya yang diperlukan. Para
junior ikut dilibatkan secara aktif sambil
belajar dan ternyata metoda ini merupakan
cara alih teknologi yang efektif sehingga
para junior belajar lebih cepat dan cepat
matang. Kadang-kadang karena kekurangan tenaga senior, para junior ini langsung
bekerja penuh dengan mendapat dukungan
dari tenaga ahli dari departemen terkait.
Dengan cara begini mereka bisa mencapai
tahap senior setelah berpengalaman 3-5
tahun. Padahal secara umum di dunia
perminyakan tahap senior itu biasanya
dicapai setelah 7-10 tahun pengalaman.
Projek ini biasanya memakan waktu sekitar
2 tahun. Setelah projek selesai personilnya
kemudian dipindahkan ke projek lain yang
membutuhkan.
Untuk projek ketiga, karena mempunyai
banyak lapangan-lapangan kecil dan
dilakukan secara berkesinambungan, maka
dilaksanakan oleh satu Project Department
yang terdiri atas beberapa team Geoscientist
dan Engineer. Team ini yang melakukan
studi, perencanaan dan juga pelaksanaan
pemboran. Team-team ini melakukan
studinya secara sistematis dan hasilnya
diteruskan ke team perencana dan kemudian pelaksana yang semuanya berada di
departemen tersebut. Dengan studi dan
eksekusi yang berkesinambungan ini
cadangan minyak di lapangan ini bisa
ditingkatkan dan produksinyapun bisa
dipertahankan bahkan ditingkatkan sehingga
tetap menjadi produser terbesar kedua di
Petronas Carigali.
Satu hal lagi yang penting adalah Reservoir
Management System yang diterapkan
dengan ketat. Setelah selesai pemboran
maka Reservoir Engineer memberikan
guideline cara produksi untuk setiap sumur.
Disitu ditentukan maksimum produksi dan
ukuran “choke” yang dibolehkan untuk
masing-masing sumur. Tujuannya adalah
untuk menjaga agar reservoirnya berada
dalam kondisi optimum, dan memanjangkan
masa produksi minyak dengan
menghindarkan terproduksinya air dan gas secara dini. Guideline ini wajib diikuti oleh
bagian produksi, mereka tidak boleh
seenaknya menggenjot produksi misalnya
karena harga minyak sedang tinggi atau
karena alasan-alasan lainnya.
Kesimpulan 1. Petronas berhasil mempertahankan
produksinya melalui intensifikasi
lapangan-lapangan tua bekas PSC dengan melakukan infill drilling.
2. Program peningkatan produksi ini
dilakukan oleh satu project team kecil
untuk setiap lapangan, yang
melaksanakannya dengan benar,
konsisten dan serius.
3. Masing-masing projek ini berusia rata-
rata sekitar 2 tahun, sejak
pembentukannya sampai pekerjaan
selesai. Setelah projek selesai tenaga
ahlinya dipindahkan ke projek lain atau
projek baru yang membutuhkan. 4. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga ahli
Petronas merekrut experts dari luar
termasuk dari Indonesia.
5. Tenaga-tenaga junior dilibatkan secara
aktif di projek-projek tersebut, sambil
belajar mereka melakukan alih
teknologi. Melalui program ini mereka
cepat matang dan bisa mencapai level
senior dalam 3-5 tahun, lebih cepat dari
biasanya.
6. Reservoir Mangement System memberikan guideline cara produksi
untuk masing-masing sumur yang wajib
diikuti oleh bagian produksi. Tujuannya
untuk menjaga agar reservoir tetap
dalam kondisi optimum dan untuk
memanjangkan masa produksi sumur.
35
SESI III : PERBANDINGAN ANTAR
BANGSA DALAM KEMAJUAN INDUSTRI
DAN KEBIJAKAN UNTUK
KEBANGKITAN NASIONAL
36
Tragedi 13 Mei di Malaysia dan Indonesia : Studi
Komparasi Bagi Tantangan Proses Transisi Demokrasi
Askar Triwiyanto ST. International Islamic University Malaysia
Huru-hara di sebuah Negara dalam banyak hal menjadi momen bersejarah yang
membawa babak baru bagi perubahan-perubahan baik kearah yang lebih baik
maupun ketidakpastian perjalanan sebuah bangsa. Tulisan berikut ini mencoba
mengkomparasi dua negara bertetangga yaitu Malaysia dan Indonesia yang
pernah mengalami masa-masa sulit dalam transisi demokrasi dan perjalanan
politiknya. Beberapa hal menarik yang patut dikaji secara lebih mendalam terkait
dengan kesamaan tanggal yakni 13 Mei dan kemiripan isu seperti kerentanan
hubungan sosial-ekonomi antar warga bangsa yakni pribumi dan etnis Cina.
Dalam kaitan itu penulis membatasi bahasan pada latar belakang terjadinya
kerusuhan, keadaan pasca kerusuhan dan tindakan yang diambil otoritas
penguasa saat itu dan implikasinya pada periode berikutnya. Komparasi yang
diperoleh memperlihatkan perbedaan yang sangat signifikan dalam hal upaya-
upaya mengatasi keadaan dan implikasinya. Malaysia yang kami sebut terlebih
dahulu mengalami masa sulit ini di tahun 1969. Namun secara berkesinambungan
penyikapan trauma sejarah ini ditangani dan diantisipasi untuk menghindari
terulangnya kejadian ini dan saat ini telah cukup memperlihatkan hasil positif
walau tetap menyimpan luka yang mendalam dan tetap menjadi bahaya laten ,
sementara itu keadaan yang sangat kontras bisa kita temukan dalam
membandingkan penanganan kasus serupa di Indonesia pada tahun 1998 dengan
rentang waktu yang relatif sama dimana kami jadikan parameter adalah 10 tahun
pasca tragedi kerusuhan Mei tersebut. Tentunya dengan tidak mengabaikan skala
kerusuhan berikut luas dan besarnya perbedaan populasi penduduk kedua Negara
diharapkan kajian ini dapat turut memperkaya khazanah pendidikan serta
mengambil manfaat dan pelajaran kehidupan berbangsa khususnya bagi para
pengambil kebijakan.
Latar Belakang Kerusuhan atau huru-hara terjadi kala
sekelompok orang berkumpul bersama
untuk melakukan tindak kekerasan, biasanya
sebagai tindak balas terhadap perlakuan yang dianggap tidak adil ataupun sebagai
upaya penentangan terhadap sesuatu. Alasan
yang sering menjadi penyebab kerusuhan
termasuk kondisi hidup yang buruk,
penindasan pemerintah terhadap rakyat,
konflik agama atau etnis, atau sekedar
kekecewaan atas hasil sebuah pertandingan
olahraga. (Wikipedia Indonesia)
Kerusuhan bukan hanya terjadi di Negara-
negara berkembang, tapi juga pernah terjadi
dalam berbagai sejarah politik eropa dimasa
lalu. Dalam salah satu bukunya Benjamin
Franklin yang pernah bekerja sebagi juru cetak di London pada tahun 1769,
mengatakan bahwa Huru-hara menjadi
endemik dalam sejarah Inggris di abad ke
18, beliau mengatakan :
I have seen within a year riots in the country
about corn; riots about elections; riots
about workhouses; riots of colliers; riots of
weavers; riots of coalheavers; riots of
37
sawyers; riots of Wilkesites; riots of
government chairmen; riots of smugglers, in
which custom-house officers and excisemen
have been murdered, the King’s armed
vessels and troops fired at.¹
( A. H. Smyth (ed.), The Writings of
Benjamin Franklin (New York, 1907), x.
239, cited in Gilmour, Riot, Risings and
Revolution (Pimlico, 1992), 15.)
Indonesia dan Malaysia pernah mengalami
tragedi kerusuhan yang merupakan episode rumit dan membahayakan eksistensi kedua
bangsa tersebut yakni kerusuhan yang terjadi
di bulan dan tanggal yang sama, hanya
berbeda dalam tahun kejadian . Bila
dibandingkan terdapat perbedaan yang
signifikan dimana Malaysia yang bekerja
keras menjadikan Tragedi 13 Mei 1969
sebagai sarana dalam peñata-ulangan
konfigurasi sosio-ekonomi masyarakatnya,
sementara kerusuhan 13-15 Mei 1998 di
Indonesia masih menyisakan banyak tanda tanya. Sebab dan alasan kerusuhan ini masih
banyak diliputi ketidakjelasan dan
kontroversi sampai hari ini. Namun
demikian umumnya orang setuju bahwa
peristiwa ini merupakan sebuah lembaran
hitam sejarah Indonesia, sementara beberapa
pihak, terutama pihak Cina, berpendapat ini
merupakan tindakan pembasmian orang-
orang tersebut.
Kerusuhan antar etnis di Malaysia 13 Mei 1969 Malaysia sebagai sebuah Negara yang terdiri
dari tiga etnis besar yang meliputi Melayu,
Cina dan India pernah mengalami masa-
masa rumit dalam transisi Politiknya berupa
kerusuhan yang cukup menjadi Trauma
Sejarah negaranya, trauma itu adalah
kerusuhan yang terjadi pada tanggal 13 Mei
1969. Kekacauan yang dahsyat itu
diilustrasikan hampir menghancurkan
Negara oleh penulis berkebangsaan Inggris Leon Comber dalam bukunya Chinese
Malaysian Relation with Malays History
yang diberi kata pengantar oleh Tunku
Abdul Rahman Perdana Menteri pertama
Malaysia (1959-1970) saat kerusuhan 13
Mei 1969 terjadi. Beberapa hal terkait
kejadian itu saat ini masih terus dikaji dan
menjadi isu sensitif dalam perumusan
kebijakan politik kontemporer, isu ini
disebut sensitif dan dilarang
mendiskusikannya di muka umum kecuali
disampaikan oleh otoritas politik dan di
forum tertentu pula seperti yang dituangkan
Prof Syed Arabi Idid dalam pendahuluan
buku Malaysia at 50 : Achievements and
Aspirations, IIUM & Thomson , 2008.
Kerusuhan Mei tersebut berawal dari Parade
perayaan kemenangan sebagian aktivis DAP
selepas perhitungan suara Pemilihan Umum
1969. Parade ini juga memprovokasi isu-isu Rasial di kawasan yang padat komunitas
Melayu yakni Kampung Baharu dengan
sangat demonstratif mereka mengumpat,
menghina dengan mengeluarkan kata-kata
seperti ‘Melayu sudah Jatuh’, Kuala
Lumpur sekarang Cina punya’, ‘Ini negeri
bukan Melayu punya’ kita mahu halau
semua orang Melayu’ dan kata-kata
seumpama itu. (Goh, op.cit., hal 21;).
Parade kemenangan ini digambarkan oleh
Tunku Abdul Rahman sebagai sesuatu yang telah diadakan secara tidak teratur dari segi
politik dan diikuti tindakan kasar tanpa
memperdulikan arahan otoritas keamanan
dalam hal ini Polisi yakni tidak dibenarkan
melalui jalan-jalan tertentu yang juga
mengakibatkan kemacetan lalu-lintas.
Pada petang hari 13 Mei 1969, sekumpulan
anggota masyarakat pendukung UMNO
(United Malays National Organisation)
berkumpul di depan rumah Menteri besar
Selangor dengan tujuan mengadakan demontrasi tandingan terhadap parade DAP
(Democratic Action Party-transformasi
partai Lee Kuan Yew setelah Singapura
menyatakan berpisah dari Federasi Malaya)
sebelumnya. Tak lama setelah itu meletuslah
huru-haru dan konflik horizontal antar etnis
Melayu dan Cina. Keadan ini diikuti dengan
kerusuhan yang merambah ke beberapa
tempat di Kuala Lumpur. Jelas sekali bahwa
otoritas pemerintah sedang menghadapi
keadaan darurat. Orang-orang Melayu dan Cina sudah terlibat saling bunuh, terjadi
penjarahan besar-besaran dan kebakaran
yang maha hebat. Polisi berupaya keras
mengatasi keadaan, tapi dikarenakan luasnya
skala kerusuhan dan berlangsung terus-
menerus keadaan tak bisa teratasi lagi
akhirnya tentara terpaksa dipanggil. Polisi
dan tentara juga dikerahkan dari luar Kuala
Lumpur. Saat itu keadaan tetap tidak bisa
38
dikuasai oleh pihak keamanan hingga pukul
8 malam 13 Mei 1969.
“Kuala Lumpur telah terbakar”, tulis Tunku
Abdul Rahman tentang huru-haru tersebut. “
Saya dapat melihat dengan jelas api
menjulang tinggi dari tempat kediaman saya
diatas bukit. Saya tidak pernah berfikir
bahwa saya akan melihat pemandangan
mengerikan seperti ini dalam hidup saya.
Sebenarnya segala yang saya curahkan dan
usahakan untuk menjadikan Malaysia
sebagai sebuah Negara yang aman, damai
untuk didiami sejak beberapa tahun yang
lalu, dan impian saya untuk menjadi
Perdana Menteri yang paling bahagia di
dunia menjadi musnah begitu saja termakan
api.” (Rahman, op.cit., hlm. 76).
Keesokan harinya 14 Mei keadaan Kuala
Lumpur masih mencekam, terdengar
tembakan secara sporadis terjadi dibeberapa
tempat . Kumpulan orang Melayu dan Cina sesekali terlibat pertikaian dengan
menggunakan berbagai jenis senjata yang
mereka dapati. The London Times
melaporkan “ Dijalan raya, mobil, motor,
dan scooter telah terbalik dan terbakar
tanpa diketahui nasib penumpang dan
pengemudinya”
Pertumpahan darah terus berlangsung pada
15 Mei 1969. Tembak menembak terjadi
antara pasukan keamanan dengan beberapa
orang bersenjata. Asap terkepul-kepul naik ke udara dari berbagai bangunan, toko-toko
dan pasar-pasar yang terbakar. Serta jalan-
jalan raya sangat kotor oleh sampah yang
berserakan.
Huru-hara, kehilangan nyawa dan
musnahnya harta benda telah meliputi
Malaysia disebabkan kerusuhan antar etnis
Cina dan Melayu. Kerusuhan ini terus
berlanjut selama beberapa hari sampai
keadaan dapat diatasi kembali oleh pihak keamanan. Akhirnya otoritas pemerintah
mengambil langkah-langkah dalam
menanggulangi situasi darurat tersebut yakni
Perintah untuk larangan keluar rumah 24
jam / jam malam diberlakukan diseluruh
pantai Barat Semenanjung Malaysia, yaitu
Selangor, Negeri Sembilan, Perak, Kedah,
Pulau Pinang dan Melaka. Puncak dari
keadaan ini menyebabkan transportasi kereta
api, bis dan perhubungan udara berikut
hubungan dengan dunia luar menjadi
lumpuh total. Penerbitan Koran dan media
lain juga terhenti selama beberapa hari.
Tanggal 29 Mei 1969 di Kuala Lumpur
keadaan ini mulai mereda, walau masih
diliputi suasana tegang.
Data resmi mengenai dampak kerusuhan
akan kami paparkan pada penjelasan analisa
dan perbandingan. (The Strait Times, 9 June
1969 ; Rahman, op.cit., hlm. 177.)
DYMM Seri Paduka Yang di-Pertuan
Agong telah mengumumkan Keadaan
Darurat di seluruh Negara pada 14 Mei
1969, dengan terbitnya Fasa 2 Akta 150
Perlembagaan Malaysia, ‘Untuk menjamin
keselamatan Negara dan juga mengekalkan
keamanan’, Perlembagaan dan parlemen
telah dibekukan dan Pilihan Raya di
Malaysia Timur telah ditangguhkan sampai
waktu yang belum ditentukan. Dua hari kemudian tanggal 16 Mei 1969, Perdana
Menteri Tunku Abdul Rahman
mengumumkan dibentuknya Majelis
Gerakan Negara yang terdiri dari sepuluh
orang dan diketuai oleh Tun Abdul Razak-
Deputy PM yang bertanggung jawab untuk
penyelenggaraan Negara dalam keadaan
darurat tersebut. Serta melantik sejumlah
menteri baru yang lebih tinggi otoritasnya
dari Majlis Gerakan (MAGERAN). (The
Strait Times, 17 Mei 1969).
Perdana Menteri secara tegas menyatakan
bahwa beliau tetap menjabat Perdana
Menteri dan berkuasa penuh diseluruh
Negara dan Majelis Gerakan Negara
bertanggungjawab kepadanya. Berdasarkan
pembentukan dan pelantikan lembaga
Majelis Gerakan Negara (MAGERAN) pada
tanggal 1 Juli 1969 segera saja lembaga ini
bekerja untuk merestorasi/menata ulang
masyarakat serta mengatasi keadaan dan
mengembalikan Malaysia pada Stabilitas kemanan dan Demokrasi. Hasil investigasi
Majelis ini terhadap kerusuhan Mei 1969
dilaporkan pada 9 Oktober 1969 secara
resmi menuduh peranan Partai Komunis
Malaya beserta kongsi-kongsi gelap (secret
society) Cina. Disamping menyebut
beberapa faktor lain juga, hal ini juga
termasuk perbedaan penafsiran terhadap
perlembagaan yang dilakukan oleh orang-
39
orang Melayu dan bukan Melayu dan juga
golongan pendatang tertentu terhadap
beberapa peruntukan yang terkait dengan
hak-hak istimewa orang Melayu serta, isu
bahasa Melayu sebagi bahasa Kebangsaan.
Selain itu MAGERAN juga melaporkan
penegasan tentang isu-isu sensitif yang bisa
menyulut konflik antar etnis/perkauman
pada saat Pemilihan Umum, terutama seperti
apa yang dilakukan aliansi partai/perikatan
dan partai-partai oposisi/pembangkang serta
penghinaan kaum dan ancaman yang dilakukan oleh DAP, berikut parade
kemenangan di Kuala Lumpur. Pada tahun
1970, otoritas pemerintah telah mengakui
bahwa kerusuhan itu disebabkan oleh ‘sikap
permusuhan dan perasaan tidak seimbang
antar kaum’. Dengan kata lain, perasaaan
kesepahaman tidak terwujud diantara orang-
orang Cina dan Melayu. Terdapat juga
perasaan tidak puas dikalangan orang
melayu disebabkan oleh kecemburuan
terhadap kemakmuran ekonomi yang dimiliki orang-orang Cina. (Gordon P.
Means, Malaysian Politics, Hodder &
Stoughton, London 1976 2nd. ed, hlm. 408.).
Politik Huru-hara 13-15 Mei 1998 di
Indonesia
Kerusuhan Mei 1998 adalah kerusuhan
yang terjadi di Indonesia pada 13 Mei - 15
Mei 1998, khususnya di ibu kota Jakarta
namun juga terjadi di beberapa daerah lain. Kerusuhan ini diawali oleh krisis finansial
Asia dan dipicu oleh tragedi Trisakti. Pada
kerusuhan ini banyak toko-toko dan
perusahaan-perusahaan dihancurkan oleh
amuk massa — terutama perusahaan-
perusahaan yang dianggap ada hubungannya
dengan keluarga Soeharto dan pengusaha
yang menikmati fasilitas dan mengelilingi
kekuasaan Presiden — dirusak secara
membabi-buta oleh massa yang mengamuk.
Selain itu banyak warga Indonesia keturunan Cina juga menjadi sasaran amuk massa,
terutama di Jakarta dan Surakarta. Sampai
saat ini belum begitu jelas siapa yang
menunggangi mereka. Sebab dan alasan
kerusuhan ini masih banyak diliputi
ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari
ini. Namun demikian umumnya orang setuju
bahwa peristiwa ini merupakan sebuah
lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara
beberapa pihak, terutama pihak Cina,
berpendapat ini merupakan tindakan
pembasmian orang-orang tersebut.
Rangkaian aksi kerusuhan di Indonesia
dimasa orde Reformasi mencapai puncaknya
ditandai dengan meletusnya Tragedi Trisakti
pada 12 Mei 1998. Hal ini membawa
Indonesia pada babak baru perjalanan
bangsa. Rezim Soeharto yang telah berkuasa
lebih dari tiga dasawarsa akhirnya jatuh.
Pada waktu itu, mahasiswa Universitas Trisakti sedang melaksanakan aksi unjuk
rasa, namun mereka dihadang oleh aparat
keamanan, dan terjadilah bentrokan yang
menewaskan empat orang mahasiswa akibat
tembakan peluru tajam. Tragedi ini menjadi
pemicu bagi rangkaian kerusuhan yang lebih
besar pada tanggal 13-15 Mei 1998.
Kerusuhan juga berlangsung di beberapa
daerah, telah menimbulkan korban ratusan
jiwa melayang dan harta benda yang
musnah. Aksi-aksi kekerasan massa, perusakan, pembakaran, penjarahan hingga
tindakan asusila, menimbulkan kesedihan
dan luka yang mendalam bagi bangsa
Indonesia. Aksi kekerasan ini adalah
perbuatan diluar dugaan, karena dilakukan
sesama rakyat Indonesia yang sebelumnya
terkenal dengan keramahan dan
kesantunannya. Siapa yang berada dibalik
aksi-aksi kerusuhan tersebut, hingga saat ini
belum tuntas pelaku dan mastermind-nya.
Radio komunikasi TNI / Polri yang tiba-tiba
tidak berfungsi saat tragedi tersebut juga masih menjadi pertanyaan yang belum
terjawab hingga kini.
Dalam laporan akhir TGPF tentang fakta
korban seri 4. 1998. p.7 disebutkan korban
meninggal dunia, luka-luka serta hilang
adalah: meninggal dunia 1217 orang
(dimana 1190 orang diantaranya meninggal
akibat terbakar), luka-luka 91 orang, dan
hilang 31 orang . Hal lain yang menjadi
relevan untuk dielaborasi adalah berkembangnya opini bahwa sebagian besar
korban tragedi kerusuhan Mei 1998 adalah
etnis Cina. Hal ini bisa dilihat dalam laporan
tentang kasus-kasus perkosaan pada saat
kerusuhan yang dilakukan oleh kelompok
muslim terhadap wanita keturunan etnis cina
yang terkesan dibesar-besarkan dan
cenderung memojokkan ummat Islam.
Kesan ini secara kentara terlihat dalam
40
sebuah artikel bertajuk Vivian yang dimuat
dalam majalah Jakarta-Jakarta No. 609
edisi Juli 1998 disebutkan bahwa para
pemerkosa melontarkan kata-kata “You must
be raped because you are Chinese and non-
muslim”. Indikasi manipulasi isu ini juga
membesar-besarkan opini perkosaaan massal
saat itu dengan memuat foto-foto perkosaan
di internet, yang dikemudian hari ternyata
bukan gambar wanita di Indonesia tetapi
wanita-wanita di Hongkong dan beberapa
Negara lain. Hal ini juga diperkuat dalam situs berbahasa Inggris
http://www.huaren.com/Indo/atrocities.html
tertanggal 13 Juli 1998 berjudul THE
RAPES IN THE SERIES OF RIOTS yang
dilaporkan oleh I. Sandyawan Sumardi, SJ
selaku sekretaris THE VOLUNTEERS
TEAM FOR HUMANITY (Tim Relawan
Kemanusiaan-TRK). Yang berisi klaim
sepihak dari TRK mengenai data korban
Perkosaan yang dikatakan bersifat massal
sepanjang kerusuhan tersebut, hal ini terbukti dengan tidak bisa dikonfirmasinya
sumber data secara akurat seperti yang
diungkapkan Pangdam Jaya Sjafrie
Syamsudin dalam sebuah wawancara.
Ketidakjelasan isu perkosaan massal ini
membuat Indonesia lebih tercoreng lagi
dengan tidak adanya penegakkan hukum
terhadap kemungkinan pembohongan publik
terkait foto-foto perkosaan ini setelah
terungkapnya manipulasi informasi yang
dimuat di internet.
Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF)
Peristiwa tanggal 13-15 Mei 1998
Adalah tim yang dibentuk berdasarkan
Keputusan bersama Menhankam/Pangab,
Menteri Kehakiman, Menteri Dalam Negri,
Menteri Luar Negri, Menteri Negara
Peranan Wanita dan Jaksa Agung pada
tanggal 23 Juli 1998 untuk masa waktu 3
bulan hingga 23 Oktober 1998. Tugas TGPF adalah mengungkap fakta, pelaku dan latar
belakang Peristiwa 13-15 Mei 1998. Tim
yang beranggotakan 18 orang ini terdiri dari
unsur pemerintah, Komnas HAM, LSM dan
organisasi masyarakat lainnya di bawah
pimpinan Marzuki Darusman, SH. Hasilnya,
TGPF membuat Sembilan kesimpulan dalam
laporan akhir TGPF yang disiarkan pada 3
November 1998 di Departemen Kehakiman
oleh Ketua TGPF Marzuki Darusman, SH
dihadapan ratusan wartawan. Enam Menteri
yang mengeluarkan keputusan bersama tidak
hadir, sedangkan 2 anggota TGPF
meninggalkan rapat. Kesimpulan pertama
TGPF berbunyi :
Sebab pokok peristiwa Kerusuhan 13-14 mei
1998 adalah terjadinya persilangan ganda
antara dua proses pokok yakni proses
pergumulan elit politik yang bertalian
dengan masalah kelangsungan kekuasaan
kepemimpinan nasional dan proses
pemburukan ekonomi moneter yang cepat.
Di dalam proses pergumulan elit politik itu,
ada pemeran- pemeran kunci di lapangan
pada waktu kerusuhan. Dalam kaitan ini,
pertemuan Makostrad tanggal 14 Mei 1998,
patut diduga dapat mengungkap peranan
pelaku dan pola pergumulan yang menuju
pada kerusuhan yang terjadi.
Sejalan dengan itu, TGPF
merekomendasikan : Pemerintah perlu melakukan penyelidikan
lanjutan terhadap sebab- sebab pokok dan
pelaku utama peristiwa kerusuhan 13-14
mei 1998, dan kemudian menyusun serta
mengumumkan buku putih mengenai
peranan dan tanggung jawab serta
keterkaitan satu sama lain dari semua pihak
yang bertalian dengan kerusuhan tersebut.
Untuk itu, pmerintah perlu melalukan
penyelidikan terhadap pertemuan di
Makostrad pada tanggal 14 Mei 1998 guna
mengetahui dan mengungkap serta
memastikan peran Letjen Prabowo dan
pihak-pihak lainya, dalan seluruh proses
yang minimbulkan terjadinya kerusuhan.
Esok sorenya sebagian orang yang disebut
dalam laporan akhir TGPF ikut terlibat
dalam pertemuan di Makostrad tanggal 14
Mei 1998 ganti mengadakan konfrensi Pers
membantah laporan TGPF. Mereka adalah
Fadli Zon, Farid Prawiranegara dan Hashim
Djojohadikusumo adik Prabowo Subiyanto. Mereka menjelaskan kronologi pertemuan di
Makostrad, berikut siapa saja yang hadir dan
apa yang dibicarakan. Fadli Zon dalam
bukunya Politik Huru-hara Mei 1998
halaman 126 menanggapi laporan TGPF
yang tidak didasarkan atas fakta dan punya
pretensi mencemarkan nama baik . Hasil
TGPF ini lebih sebagi teori, satu dugaan dan
asumsi ketimbang satu fakta. Fadli
41
menambahkan seharusnya TGPF melakukan
klarifikasi terhadap orang-orang yang hadir
dalam pertemuan 14 Mei tersebut dan hal itu
bisa dilakukan dengan mudah. Semuanya
masih ada di Jakarta. Beberapa hari
kemudian mereka yang juga hadir di
Makostrad tanggal 14 Mei 1998 seperti
Adnan Buyung Nasution, WS Rendra,
Setiawan Djodi dan Fahmi Idris turut
membantah laporan TGPF tersebut.
ANALISA DAN PERBANDINGAN
KEDUA TRAGEDI KERUSUHAN
Latar Belakang Kejadian Malaysia 13
Mei 1969 Hasil investigasi Majelis Gerakan Negara
terhadap kerusuhan Mei 1969 dilaporkan
pada 9 Oktober 1969 secara resmi menuduh
peranan Partai Komunis Malaya beserta
kongsi-kongsi gelap (secret society) Cina.
Disamping menyebut beberapa faktor lain juga, hal ini juga termasuk perbedaan
penafsiran terhadap perlembagaan yang
dilakukan oleh orang-orang Melayu dan
bukan Melayu dan juga golongan pendatang
tertentu terhadap beberapa peruntukan yang
terkait dengan hak-hak istimewa orang
Melayu serta, isu bahasa Melayu sebagi
bahasa Kebangsaan. Selain itu MAGERAN
juga melaporkan penegasan tentang isu-isu
sensitif yang bisa menyulut konflik antar
etnis/perkauman pada saat Pemilihan
Umum, terutama seperti apa yang dilakukan aliansi partai/perikatan dan partai-partai
oposisi/pembangkang serta penghinaan
kaum dan ancaman yang dilakukan oleh
DAP, berikut parade kemenangan di Kuala
Lumpur. Pada tahun 1970, otoritas
pemerintah telah mengakui bahwa
kerusuhan itu disebabkan oleh ‘sikap
permusuhan dan perasaan tidak seimbang
antar kaum’. Dengan kata lain, perasaaan
kesepahaman tidak terwujud diantara orang-
orang Cina dan Melayu. Terdapat juga perasaan tidak puas dikalangan orang
melayu disebabkan oleh kecemburuan
terhadap kemakmuran ekonomi yang
dimiliki orang-orang Cina. (Gordon P.
Means, Malaysian Politics, Hodder &
Stoughton, London 1976 2nd. ed, hlm. 408.).
Latar Belakang Kejadian Indonesia 13
Mei 1998 TGPF membuat Sembilan kesimpulan dalam
laporan akhir TGPF yang disiarkan pada 3
November 1998 di Departemen Kehakiman
oleh Ketua TGPF Marzuki Darusman, SH
dihadapan ratusan wartawan. Enam Menteri
yang mengeluarkan keputusan bersama tidak
hadir, sedangkan 2 anggota TGPF
meninggalkan rapat. Kesimpulan pertama
TGPF berbunyi :
Sebab pokok peristiwa Kerusuhan 13-14 mei
1998 adalah terjadinya persilangan ganda
antara dua proses pokok yakni proses
pergumulan elit politik yang bertalian
dengan masalah kelangsungan kekuasaan
kepemimpinan nasional dan proses
pemburukan ekonomi moneter yang cepat.
Di dalam proses pergumulan elit politik itu,
ada pemeran- pemeran kunci di lapangan
pada waktu kerusuhan. Dalam kaitan ini,
pertemuan Makostrad tanggal 14 Mei 1998,
patut diduga dapat mengungkap peranan
pelaku dan pola pergumulan yang menuju
pada kerusuhan yang terjadi.
Namun seperti diketahui Laporan akhir
TGPF dibantah banyak kalangan yang
dianggap cenderung menyederhanakan
masalah dan pengkambing-hitaman sebagian
kalangan (Politik Huru-hara Mei 1998,
Fadli Zon, hlm.104)
Data Skala Kerusakan Malaysia 13 Mei
1969 Data resmi mengenai dampak kerusuhan 13
Mei dengan pemberlakuan keadaan Darurat
sejak 13 Mei hingga 31 Juli 1969 di
Malaysia melaporkan 196 orang dinyatakan
tewas dan 180 orang dinyatakan terluka oleh
senjata api dan 259 terluka oleh senjata lain.
Tetapi data ini dibantah oleh oleh media
lokal ditempat kerusuhan terjadi,
pemberitaan tersebut menyatakan 9143
orang telah ditangkap dan 5561 orang
didakwa di mahkamah. Sedangkan 6000 orang telah kehilangan tempat tinggal dan
sekurangnya 211 kendaraan rusak parah
serta 753 bangunan rusak atau terbakar. (The
Strait Times, 9 June 1969 ; Rahman, op.cit.,
hlm. 177.)
42
Data Skala Kerusakan Indonesia Mei
1998 Dalam laporan akhir TGPF tentang fakta
korban seri 4. 1998. p.7 disebutkan korban
meninggal dunia, luka-luka serta hilang
adalah : meninggal dunia 1217 orang
(dimana 1190 orang diantaranya meninggal
akibat terbakar), luka-luka 91 orang, dan
hilang 31 orang . Laporan Gubernur DKI,
Sutiyoso, kepada pers mengumumkan
sedikitnya 4939 bangunan rusak dibakar,
1119 mobil pribadi hangus, angkutan umum 66 buah, dan 821 sepeda motor hangus
terbakar. Rumah penduduk yang terbakar
mencapai 1026 buah. Kerusuhan ini juga
merusak 13 pasar, 2476 ruko, 40 mal/plaza,
1604 toko, 45 bengkel, 2 kantor kecamatan,
11 Polsek, 383 kantor swasta, 24 restoran,
12 hotel, 9 pom bensin, 486 rambu lalu
lintas, 11 taman, 18 pagar. Sementara
jumlah bank yang dirusak sebanyak 64,
terdiri dari 313 kantor cabang, 179 kantor
cabang pembantu, dan 26 kantor kas. Total kerugian fisik bangunan diperkirakan
mencapai 2.5 Trilyun rupiah lebih belum
termasuk isinya.
Pada tanggal 17 Mei 1998 Gubernur BI,
Syahril Sabirin, melaporkan ada 501 kantor
bank dan 220 ATM mengalami kerusakan
akibat pembakaran, kerusakan dan
penjarahan. Kepala badan Urusan
Logistik/BULOG melaporkan 500 ton beras
senilai Rp 600 juta habis dijarah berikut
1800 ton gula senilai Rp 3,24 milyar, dan toko koperasi senilai Rp 400 juta. Total
kerugian BULOG mencapai Rp 4,24 milyar.
Tersangka kerusuhan tersebut mencapai
sekitar 1000 orang yang sempat ditangkap
pihak keamanan. Mereka adalah pelaku
kerusuhan dan penjarahan di Jakarta dan
sekitarnya.
Langkah-langkah Otoritas Pemerintah dalam Mengatasi Keadaan Malaysia 13
Mei 1969 Setelah kembali dari Alor Star Kedah pukul
19.45 Perdana Menteri Tunku Abdul
Rahman, pada pukul 8.00 malam beliau baru
mengumumkan Negara dalam keadan
Darurat serta diberlakukannya jam malam.
DYMM Seri Paduka Yang di-Pertuan
Agong telah mengumumkan Keadaan
Darurat di seluruh Negara pada 14 Mei
1969, dengan terbitnya Fasa 2 Akta 150
Perlembagaan Malaysia, ‘Untuk menjamin
keselamatan Negara dan juga mengekalkan
keamanan’, Perlembagaan dan parlemen
telah dibekukan dan Pilihan Raya di
Malaysia Timur telah ditangguhkan sampai
waktu yang belum ditentukan. Dua hari
kemudian tanggal 16 Mei 1969, Perdana
Menteri Tunku Abdul Rahman mengumumkan dibentuknya Majelis
Gerakan Negara yang terdiri dari sepuluh
orang dan diketuai oleh Tun Abdul Razak-
Deputy PM yang bertanggung jawab untuk
penyelenggaraan Negara dalam keadaan
darurat tersebut. Serta melantik sejumlah
menteri baru yang lebih tinggi otoritasnya
dari Majlis Gerakan (MAGERAN). (The
Strait Times, 17 Mei 1969).
Perdana Menteri secara tegas menyatakan bahwa beliau tetap menjabat Perdana
Menteri dan berkuasa penuh diseluruh
Negara dan Majelis Gerakan Negara
bertanggungjawab kepadanya. Berdasarkan
pembentukan dan pelantikan lembaga
Majelis Gerakan Negara (MAGERAN) pada
tanggal 1 Juli 1969 segera saja lembaga ini
bekerja untuk merestorasi/menata ulang
masyarakat serta mengatasi keadaan dan
mengembalikan Malaysia pada Stabilitas
kemanan dan Demokrasi. Pada bulan
Januari 1970, Lembaga Perpaduan negara dan Majelis Perunding negara dibentuk,
keduanya merupakan lembaga resmi yang
berkoordinasi dengan MAGERAN. Tugas
lembaga ini adalah untuk merumuskan
“Penyelesaian yang tuntas terhadap
masalah perkauman serta untuk memastikan
bahwa tragedi 13 mei 1969 tidak akan
berulang kembali”. Dalam beberapa hal
Majelis Runding Negara merupakan institusi
yang dibentuk sebagai ganti parlemen, jadi
saat Parlemen diaktifkan kembali otomatis majelis Runding Negara dihapuskan. Jabatan
Perpaduan Negara di bawah koordinasi
MAGERAN telah diwujudkan untuk
menangani isu-isu dalam penataan-ulang
integrasi/perpaduan masyarakat di negara ini
pada waktu itu. Hal-hal penting yang
dihasilkan lembaga ini adalah lahirnya
‘Rukun Negara’ dan menyusun ‘Dasar
Ekonomi Baru’ yang berisi konsep peñata-
43
ulangan masyarakat Malaysia yang
bermakna menghapuskan identifikasi etnis
dalam konteks fungsi ekonomi. Dan
kebijakan lain yang dihasilkan lembaga ini
adalah pembenahan aspek pendidikan
nasional sebagai sarana integrasi. Setelah
pembubaran MAGERAN, Majlis Penasihat
Perpaduan Negara telah dibentuk pada 23
Februari 1971. Tanggungjawab lembaga ini
adalah memupuk dan memelihara perpaduan
di antara kaum di negara ini dan dibawah
koordinsi Jabatan Perpaduan Negara. Pada tahun 1990 – 2004, Jabatan Perpaduan
Negara dialihkan di bawah Kementerian
Perpaduan Negara dan Pembangunan
Masyarakat sebelum dikembalikan di bawah
Jabatan Perdana Menteri dengan nama
Jabatan Perpaduan Negara dan Integrasi
Nasional (JPNIN).
Berikut latar belakang dibentuknya lembaga
yang bernama Jabatan Perpaduan Negara :
“Selepas peristiwa 13 Mei 1969, Kerajaan
telah merangka dan memberi penekanan
kepada beberapa dasar dalam bidang sosio-
ekonomi yang menjurus kepada perpaduan
dan keharmonian masyarakat pelbagai
kaum serta integrasi nasional. Dasar-dasar
yang dimaksudkan termasuklah Dasar
Pendidikan Kebangsaan, Dasar
Kebudayaan Kebangsaan dan Dasar
Ekonomi Baru. Dasardasar tersebut telah
diperkukuhkan lagi dengan memperkenalkan
‘Rukun Negara’ sebagai ideologi
kebangsaan dan usaha-usaha bagi
mengurangkan tindak-tanduk politik boleh
memecahbelahkan rakyat menerusi
pembentukan ‘Barisan Nasional’. Sebagai
tindakan susulan dalam memperlengkap dan
memperkukuhkan usaha pembentukan
Bangsa Malaysia, beberapa dasar lain telah
dibentuk. Antaranya ialah Dasar
Pembangunan Negara, Dasar Wawasan
Negara dan Dasar Sosial Negara.”
Setelah sebelumnya pemerintah menyusun Rencana Pembangunan Nasional (National
Development Plans - NDPs) fase pertama
1956-1970, pasca kerusuhan 13 Mei 1969
NDPs disusun ulang oleh Tun Abdul Razak
selaku Perdana Menteri kedua yang dilantik
pada 22 September 1970 maka istilah Dasar
Ekonomi Baru (DEB) menjadi lebih
populer.
Walau Malaysia saat ini masih tetap
dibayang-bayangi trauma kerusuhan dimasa
lalu, terutama pasca pengumuman hasil
Pemilihan umum 8 Maret lalu yang cukup
mengubah konstelasi politik Malaysia,
urgensi mengkaji proses-proses perumusan
kebijakan dalam menyikapi keadaan darurat
dan implikasinya dimasa berikutnya tetap
menjadi krusial dan relevan.
Langkah-langkah Otoritas Pemerintah
dalam Mengatasi Keadaan Indonesia Mei 1998 Pada tanggal 14 Mei, kurang lebih pukul
11.00 atas dasar perkembangan situasi yang
ditimbulkan oleh aksi kerusuhan yang terjadi
di wilayah Jakarta, Tangerang dan Bekasi
dan terjadi penarikan anggota Polri dari
Posnya (dikarenakan Polri diopinikan
bertanggungjawab sebagai pembunuh 4
Mahasiswa Trisakti 12 Mei 1998 dan
akhirnya Polisi termasuk sebagai sasaran
para perusuh) , maka dilakukan pengambil alihan Komando Pengendalian (Kodal)
Operasi kepada Pangdam Jaya. Pangdam
selaku Kodal merumuskan Rencana
Kontijensi dengan mendistribusikan pasukan
dan memfokuskan pengamanan dan
penjagaan terhdap simpul-simpul kehidupan
yang secara langsung berkaitan dengan
kelangsungan hidup Negara di Jakarta, yakni
: Pertama, simpul bahan pokok yaitu gudang
logistic, seperti gudang beras Bulog. Kedua,
simpul bahan baker di lumping dan di
Kresek. Ketiga, simpul ekonomi rakyat, pasar tradisional seperti Pasar Tanah Abang,
Pasar Senen, Pasar Jatinegara, Pasar Blok
M, dan Pasar Kenari. Keempat, simpul
ekonomi strategis seperti kawasan segitiga
emas : Thamrin, Sudirman, dan Kuningan.
Kelima, simpul produksi yakni pabrik-
pabrik. Keenam, instansi Pemerintah yaitu
simbol Negara dan Kepresidenan,
diplomatic dan instansi DPR-MPR. Dan
Ketujuh, obyek vital seperti RRI, Telkom,
Bank Indonesia, PLN dan PAM.
Pada 15 Mei 1998, Presiden Soeharto telah
kembali ke tanah air dari lawatannya ke
Kairo, Mesir. Dan melalui Menteri
Penerangan saat itu Alwi Dahlan,
membantah pernyataan bahwa beliau ingin
mundur seperti yang ditulis di media massa.
Berikutnya pada tanggal 16-20 Mei
berbagai pertemuan para Pejabat Negara dan
44
tokoh masyarakat berlangsung yang
bermuara pada seputar tuntutan agar
Presiden Soeharto mengundurkan diri.
Tanggal 21 Mei 1998 Presiden Soeharto
mengundurkan diri. Habibie secara otomatis
menjadi Presiden dengan mewarisi berbagai
permasalahan berupa krisis Politik,
Ekonomi, Kerawanan Sosial dan Krisis
Integrasi Nasional yang secara detail
digambarkan dalam buku beliau Detik-detik
yang menentukan : Jalan Panjang Indonesia
menuju Demokrasi.
Terkait dengan upaya pengungkapan kasus
huru-haru 13-15 Mei 1998. Barulah tanggal
23 Juli 1998 dibentuk Tim Gabungan
Pencari Fakta (TGPF) berdasarkan
Keputusan bersama Menhankam/Pangab,
Menteri Kehakiman, Menteri Dalam Negri,
Menteri Luar Negri, Menteri Negara
Peranan Wanita dan Jaksa Agung pada
untuk masa waktu 3 bulan hingga 23 Oktober 1998. Tugas TGPF adalah
mengungkap fakta, pelaku dan latar
belakang Peristiwa 13-15 Mei 1998. Tim
yang beranggotakan 18 orang ini terdiri dari
unsur pemerintah, Komnas HAM, LSM dan
organisasi masyarakat lainnya di bawah
pimpinan Marzuki Darusman, SH.
Kesimpulan dan Rekomendasi kebijakan:
Terdapat sedikit kemiripan diantara peristiwa penting dalam perjalanan bangsa
Indonesia dan Malaysia yang merupakan
episode rumit dan membahayakan eksistensi
kedua bangsa tersebut yakni kerusuhan yang
terjadi di bulan dan tanggal yang sama,
hanya berbeda tahun kejadian . Berbeda
dengan Malaysia yang bekerja keras
menjadikan Tragedi 13 Mei 1969 sebagai
pelajaran dalam peñata-ulangan konfigurasi
sosio-ekonomi masyarakatnya, kerusuhan
13-15 Mei 1998 di Indonesia masih menyisakan banyak tanda tanya. Sebab dan
alasan kerusuhan ini masih banyak diliputi
ketidakjelasan dan kontroversi sampai hari
ini. Namun demikian umumnya orang setuju
bahwa peristiwa ini merupakan sebuah
lembaran hitam sejarah Indonesia, sementara
beberapa pihak, terutama pihak Cina,
berpendapat ini merupakan tindakan
pembasmian orang-orang tersebut.
Terdapat pula beberapa Irisan yang bisa kita
tarik benang merah atasnya, bahwa
Kerusuhan merupakan artikulasi dari
kekecewaan masyarakat atas hal-hal yang
terjadi dalam kerumitan hidup yang mereka
alami baik di Malaysia dan Indonesia
dimana kedua fenomena kerusuhan tersebut
bertemu pada kerentanan atas jurang sosial-
ekonomi antar etnis. Kemudian juga
perlunya pencermatan terhadap proses-
proses politik berikut perilaku politisi dalam
proses tersebut dan dampaknya pada level grassroot. Euphoria kemenangan sebagian
partai bisa menjadi pintu masuk terhadap
anarkisme para pendukungnya seperti yang
terjadi di Malaysia, sementara di Indonesia
kerusuhan ini juga disebabkan oleh
bertemunya kegelisahan grassroot dengan
ketidakpastian politik- ekonomi. Hal penting
yang perlu dicermati oleh para pemimpin
adalah, ketidak hadiran fisik pucuk
pimpinan sebuah Negara seolah memberi
ruang keadaan yang tidak pasti. Walaupun fungsi Negara tetap dapat berlangsung
dengan pendelegasian pada jajaran
dibawahnya, tapi yang terjadi di Malaysia
dan Indonesia membuktikan hal tersebut.
Kerusuhan terjadi saat Tunku Abdul
Rahman pergi dari Kuala Lumpur ke Alor
Star untuk merayakan kemenangan hasil
Pemilu, dan baru kembali pada petang
harinya kemudian mengumumkan keadaan
darurat. Kekosongan kepemimpinan di
Ibukota Negara juga terjadi saat kerusuhan
Mei 1998, saat itu Presiden Soeharto mengadakan lawatan ke Kairo , Mesir dan
baru kembali ke Jakarta setelah Jakarta
dibumi-hanguskan Perusuh. Ketiadaaan
kesatuan Komando yang kokoh terlihat dari
perbedaan sikap dan langkah yang diambil
pimpinan ABRI dan Polri dalam menangani
kerusuhan dan pra-kondisi kerusuhan yakni
lambatnya pengusutan pelaku penembakan
yang menyebabkan kematian 4 Mahasiswa
Trisakti pada 12 Mei 1998.
Sementara itu, ketidak-jelasan pengungkapan Tragedi Mei ini juga dikotori
oleh peran petualang Politik yang
memanfaatkan kesempatan dalam
kesempitan dalam menghambat penegakan
hukum yang tegas pada para pelaku dan
aktor intelektualnya. Pada 2004 Komnas
HAM mempertanyakan kasus ini kepada
Kejaksaan Agung namun sampai 1 Maret
45
2004 belum menerima tanggapan dari
Kejaksaan Agung.
Rekomendasi yang dapat penulis sampaikan
terkait kesimpulan yang diambil adalah :
1. Pemerintah Indonesia perlu untuk punya
kerangka antisipasi terhadap kejadian
seperti kerusuhan Mei 1998, dalam rangka
membangun safety/preventive net
mencegah terulangnya kejadian serupa dimasa yang akan datang. Pengalaman
Malaysia dalam menataulang
masyarakatnya pasca kerusuhan 13 Mei
1969 menjadi sebuah kajian yang
bermanfaat dalam perumusan kebijakan
yang kontinyu dan komprehensif. Untuk
kerja seperti ini baiknya dipimpin
langsung oleh Presiden/Wakil dalam satu
task force yang bekerja secara long-term.
2. Belajar dari pengalaman Malaysia dalam menangani kerusuhan 13 Mei 1969
menjadi krusial bagi otoritas Indonesia
memiliki kerangka penuntasan kasus-
kasus yang tidak tambal sulam. Kekuatan
pemimpin dan kekokohan tim yang
menjadi inner circle pemimpin menjadi
kunci penyelesaian dan recovery tragedi
kemanusiaan seperti Mei 1998
3. Menghidari penanganan kasus-kasus
hukum dan politik yang berlaru-larut
hingga hukum menjadi tidak tegak, harus ada prioritas kerja yang difokuskan pada
hal-hal yang paling menyangkut hajat
hidup orang banyak dan persepsi
masyarakat global, berikutnya instrumen
dan kesigapan aparat yang jujur dan komit
menjadi niscaya.
4. Perlunya kajian dan penyelesaian kasus
secara jujur dan komprehensif terkait
dengan trend-trend kerusuhan yang terjadi
di masa lalu berupa; data-data laporan dan kajian intelejen dari dalam dan luar negri
yang terkait isu-isu sensitif dimasyarakat
dan apa saja yang bisa menstimulir
kerusuhan tersebut. Inventarisir saksi-
saksi hidup dan laporannya bisa diperkuat
dengan Undang-undang perlindungan
saksi.
5. Membangun kesadaran pentingnya
ketahanan nasional dengan sosialisasi dan
kampanye yang ringkas dan mudah
dicerna semua lapisan masyarakat secara
rutin, hal ini menjadi relevan dengan
tradisi Pertahanan rakyat semesta dimasa
lalu.
6. Perlunya Reformasi dalam Rekrutmen dan
Pendidikan bagi para Calon prajurit TNI
dan Polri dalam memahami dan
menyikapi dinamika proses Demokrasi dan penegakan HAM
7. Perlunya rekrutmen yang selektif terhadap
anggota berbagai macam tim yang
dibentuk Pemerintah seperti TGPF dan
lain-lain dengan mengedepankan
kredibilitas Moral, Sosial dan Intelektual.
Hingga produk yang dihasilkan mereka
punya wibawa dan solutif bukan
menimbulkan masalah baru seperti
kesimpulan TGPF tentang pertemuan di Makostrad 14 Mei 1998 dan laporan
investigasi Tim Relawan Kemanusiaan
tentang Perkosaan massal yang tidak
akurat dan dibantah oleh banyak kalangan.
8. Mengingat aktor utama Reformasi Mei di
Indonesia adalah mahasiswa tidak
terbantah pentingnya saling komunikasi,
informasi dan edukasi sebagai linkage
antar pihak kampus terutama mahasiswa
/sivitas akademika dengan aparat dalam
menjalankan tugasnya hingga membuahkan interaksi yang sehat dan
jauh dari sikap saling curiga. Hal ini bisa
dilaksanakan dengan membiasakan dialog
rutin dan saling silaturrahim diantara
sesamanya
REFERENSI
1. Leon Comber, Peristiwa 13 Mei :
Sejarah Perhubungan Melayu-Cina,
IBSbuku, 2nd ed. 2007 2. Jabatan Perpaduan Negara dan Integrasi
Nasional Malaysia, Perpaduan dan
Khidmat Negara : Perpaduan Negara
dan Integrasi Nasional, 12 April 2005
3. Syed Arabi Idid, et.al, Malaysia at 50 :
Achievement and Aspiration, IIUM &
Thomson Learning, 2008
4. Fadli Zon, Politik Huru-hara Mei 1998.
Institute for Policy Studies, 2004
46
5. BJ Habibie, Detik-detik yang
menentukan: Jalan Panjang Indonesia
menuju Demokrasi, THCmandiri, 2007
6. Tim Gabungan Pencari Fakta Peristiwa
tanggal 13-15 Mei 1998 : Laporan akhir
TGPF tentang fakta korban seri 4.
1998. p.7
7. Kevin O’Rourke, Reformasi : The
Struggle for power in post-Soeharto
Indonesia, Allen & Unwin Publs. 2002
8. Bhumika Muchala, et.al. Ten Years
After : Revisiting the Asian Financial
Crisis, Woodrow Wilson International
Center for Scholar, October 2007
9. A History of Race Relations in Malaysia
from www.huaren.org.
10. Wikipedia Indonesia, Kerusuhan.htm.
47
Meningkatkan Daya Saing Bangsa Indonesia dengan
Brain Circulation Network ( Jaringan Orang-orang
Indonesia Professional di Luar Negeri )
Riza Muhida1, Deddy H. B. Wicaksono
2, Muhamad Reza
2, Roby Muhamad
3,
Ahmad Unggul1, Yulfian Aminanda
1, Rifki Muhida
1, Syarif Junaidi
4
1International Islamic University, Malaysia,
2Delft University of Technology, the
Netherlands; 3Columbia University, New York, USA;
4Universiti Kebangsaan
Malaysia
Dimasa yang akan datang tingkat persaingan ekonomi di dunia ini akan semakin
meningkat. Bangsa yang mampu bertahan survive adalah bangsa yang memiliki
sumber daya manusia yang hebat dan memiliki kemampuan ekonomi
berlandaskan teknologi yang kuat (technological-based economy). Hal ini sudah
dibuktikan oleh Korea, Jepang, serta negara-negara di benua Eropa yang
memiliki minim sumber daya alam tapi memiliki daya saing nasional yang tinggi
(National competitiveness). Tulisan ini akan memaparkan tentang stratetegi
bagaimana membangun jaringan antara orang-orang Indonesia di Luar Negeri
untuk berkonstribusi dalam meningkatkan daya saing nasional.
1. Pendahuluan
Definisi: Brain Drain: adalah seorang yang
terlatih atau professional yang beremigrasi ke negara lain dan terlibat
dalam perkembangan negara tersebut
(bukan turis atau jalan-jalan).
Braid Gain: adalah berlawanan situasi
dari Brain Drain, dimana banyak orang
terlatih atau professional yang masuk ke
suatu negara dan terlibat dalam
perkembangan negara tersebut.
Brain Circulation: adalah suatu bentuk
usaha transformasi Dimana orang terlatih
atau professional di luar negeri kembali ke negara nya dengan membawa banyak
peluang.
Ternyata sudah banyak orang Indonesia
yang bermigrasi ke negara-negara maju
atau negara tetangga, baik untuk kegiatan
pendidikan, penelitian atau profesional
(kenaikan rata-rata: 5% per tahun,
Sumber Kompas: 20 Mei 2006). Orang-
orang yang beremigrasi ke luar negeri ini
adalah orang-orang yang secara rata-rata
memiliki kelebihan baik dari segi
kepandaian atau ketrampilan, jika dibanding
dengan penduduk Indonesia yang lain, karena
secara internasional kemampuan mereka diakui
sehingga dapat bekerja dan dibutuhkan di
negara lain. Orang-orang ini sebenarnya memiliki potensi yang besar dan dapat
berkontribusi dalam pembangunan di Indonesia
akan tetapi mereka memilih untuk pergi dan
terlibat dalam perkembangan pembangunan di
negara lain baik langsung (pegawai staf ahli
pemerintah negara tsb.) maupun tidak langsung
(menjadi staf professional di perusahaan).
Di dalam banyak kasus, setelah mereka pindah
maka potensi mereka tidak bisa digunakan
(tenggelam) kecuali kalau masih menjalin kontak dengan kawan-kawannya yang masih
menggunakan tenaga atau pemikirannya melalui
komunikasi jarak jauh seperti mahasiswa atau
kawannya dahulu. Hal ini berbeda jika
dibandingkan dengan Cina atau India, walaupun
mereka (orang-orang cina atau India) berada di
luar negeri tetapi tetap dapat memberikan
konstribusi yang besar ke negaranya.
Keperluan menghadirkan orang-orang terlatih
atau professional sudah merupakan bagian dari
usaha peningkatan ekonomi dan daya saing
48
nasional suatu negara, di beberapa
negara hal ini sudah menjadi suatu
strategi nasional melalui program brain
gain, karena untuk membangun
diperlukan orang-orang yang
professional, saat ini bukan zamannya
lagi membeli teknologi yang sudah jadi,
karena sudah banyak contoh negara yang
tertipu karena membeli teknologi usang,
atau teknologi yang sudah dimodifikasi
untuk mendapatkan keuntungan bagi
negara penjual. Dengan hadirnya orang terlatih maka kinerja perusahaan akan
semakin meningkat dan akan
menghasilkan pendapatan yang juga
bertambah.
Salah satu factor kunci untuk
menstransformasikan Indonesia sejajar
dengan negara-negara maju adalah
memunculkan masyarakat yang kritis
yang terdiri dari gabungan ilmuwan dan
profesional, dalam berbagai keahlian
yang mampu mengimplementasikan hasil penelitian dan kerjanya ke aplikasi
nyata dan komersialisasi, melalui inovasi
yang mereka buat.
Agar kelompok masyarakat kritis ini
selalu tersedia maka diperlukan suatu
strategi untuk mengumpulkan orang-
orang yang terlatih dan professional baik
di dalam maupun di luar negeri untuk
bahu-membahu memberikan konstribusi
bagi perkembangan Indonesia. Strategi
yang diusulkan ini adalah melalui Program Sirkulasi Brain yaitu proses
pemercepat (akselerator atau katalis)
pembangunan ekonomi dan teknologi di
Indonesia melalui peningkatan modal
insan yang memacu perkembangan
penelitian, teknologi, dan komersialisasi.
2. Situasi saat ini
1) Banyak lulusan Master (MSc) atau Ph.D yang lulus dari universitas luar
negeri dan kembali ke Indonesia
kehilangan vitalitas untuk bekerja
dan melakukan penelitian
sebagaimana mereka telah lakukan
ketika berada di luar negeri.
Beberapa penyebab kenapa hal ini
terjadi dirangkum sbb:
• Sulit untuk mendapatkan referensi
paper yang baik dan up to date. Hal ini
terjadi karena universitas dan lembaga
Penelitian Indonesia tidak mampu
berlangganan atau jurnal-jurnal
berkualitas internasional.
• Sulit untuk mendapatkan dana yang
cukup untuk penelitian. Sebagaimana
mereka bisa melakukan penelitian
dengan dana yang besar, tetapi setelah
kembali ke Indonesia mereka
menghadapi dana penelitian yang minim.
• Sulit untuk menghubungkan kerja
penelitian yang mereka lakukan
dengan apa yang Indonesia butuhkan.
Permasalahan penelitian Indonesia
lebih banyak terkait dengan kondisi
alam Indonesia, permasalahan rakyat
sehari-hari dan transfer teknologi.
Sedangkan penelitian yang telah
dilakukan saat di luar negeri adalah
penelitian tingkat lanjut atau terdepan.
2) Kalau melihat negara lain. Orang-orang
Cina dan India yang telah berhasil
mencapai sukses di luar negeri memiliki
tanggung jawab untuk menginformasikan
kepada kawan-kawannya agar kembali
pulang dan mencoba mendapatkan sukses
seperti yang sudah mereka dapatkan di luar
negeri. Hal ini belum begitu nampak dalam
komunitas orang Indonesia di luar negeri.
Misalkan bagi yang telah berhasil
cenderung tetap di luar negeri, atau kalaupun pulang ke Indonesia cenderung
saat usia pensiun, dan tidak berminat
dengan aktivitas jaringan.
3) Banyak insinyur, dosen, peneliti dan
professional dari Indonesia yang pindah ke
beberapa Institusi di Malaysia, Singapura,
USA, Eropa dsb. Dengan alasan pindah:
Lingkungan kerja yang tidak kondusif,
kurangnya kolaborasi antara universitas dan
Industri, infrastruktur yang kurang mendukung, dana riset yang kurang, teman
sekerja yang kurang trampil, rajin dan
berpengalaman. Kurangnya komersialisasi
hasil penelitian, kurangnya penghargaan
terhadap hak karya intelektual, kurangnya
budaya yang menghargai inovasi dan
entrepreneur. Alasan lain, kerja di luar
negeri lebih membanggakan, apalagi kerja
di top institusi di luar negeri.
49
3. Brain Circulation Network
Seperti sudah disinggung di atas bahwa
pembentukan masyarakat yang kritis
adalah penting untuk menjadikan
Indonesia maju. Sedangkan masyarakat
ilmuwan dan profesional Indonesia
terdapat tidak hanya di dalam negeri,
tetapi juga tersebar di seantero dunia.
Apabila orang-orang Indonesia yang
terpelajar dan professional ini disatukan
dan memiliki misi yang sama dalam membangun Indonesia ke depan, maka
akan dapat dibayangkan bahwa negara
Indonesia akan mudah atau lebih cepat
maju dibandingkan kondisi sekarang.
Konsep Brain Circulation dikemukakan
di sini, dimana orang-orang terlatih dan
professional ini bersirkulasi terus seperti
air mengisi suatu kolam renang, dimana
air ini dikucurkan kemudian dihisap dan
dikucurkan lagi. Dalam zaman
globalisasi dan era informasi, konsep kembali ke negaranya dalam definisi
brain circulation di atas tidak berarti
secara fisik tinggal di Indonesia, tetapi
dengan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi mereka bisa
terlibat di dalam pengembangan
Indonesia misalkan: kontribusi dalam
meningkatkan inovasi, modal insan dan
kompetisi nasional. Para expert orang
Indonesia di luar negeri bisa membuat
karyanya melalui penelitian di luar
negeri kemudian mentransfer karyanya melalui orang di Indonesia tentunya hak
cipta tetap dimiliki oleh expert tersebut.
Untuk itu diperlukan suatu forum yang
mewadahi, mengelola dan memonitor
agar proses sirkulasi ini bisa berjalan
dan forum ini merupakan integrasi dari
pemerintah, LSM dan universitas. Kita
dapat mencotoh forum seperti ini yang
sudah banyak terbentuk seperti di Cina
dan India.
4. Strategi
Berikut ini diusulkan strategi yang
mungkin dapat dilakukan untuk
mengembangkan proses sirkulasi
tersebut, yaitu:
1) Mendirikan suatu jaringan
Internasional ilmuwan dan
professional Indonesia. Ini dapat dilakukan
dengan membuat suatu professional
komunitas web, melengkapi dengan Jalan
untuk interaksi, penemuan-penemuan
dalam penelitian, even untuk
mempertemukan secara langsung antar
ekpert melalui jaringan kerja,
mempertemukan langsung ekpert ini
dengan pemimpin nasional.
2) Mengembangkan Database/Bank data
untuk seluruh modal Insan yang dimiliki
Indonesia, dengan personal dan professional profile information untuk
mengidentifikasi, track dan secara kontinu
dapat terus melekat (engage) dengan para
ilmuwan atau professional Indonesia di
mana saja.
3) Mendirikan dan mengintegrasikan
Organisasi Brain Circulation berdasarkan
prioritas area atau bidang. Organisasi ini
memberikan single interface dengan
ilmuwan/professional.
4) Memfasilitasi kolaborasi R&D dan komersialisasi, menyediakan
wadah/research grant agar kolaborasi
R&D/komersialisasi antara ekpert
Indonesia di luar negeri dan di dalam negeri
tersebut bisa terwujud.
5) Menyediakan dan mensupport jembatan
komersialisasi hasil-hasil karya para expert
di luar negeri, sehingga dapat digunakan
untuk membangun industri di Indonesia.
6) Mengembangkan lingkungan penelitian
yang kondusif di Indonesia dimana akan
mempermudah kolaborasi antara dunia akademik dan industri, tersedianya
infrastruktur untuk riset, grant untuk riset,
penghargaan dan perlindungan kepada hak
karya intelektual, penghargaan terhadap
hasil inovasi dan enterprener.
7) Mengundang expert Indonesia di luar
negeri untuk menjadi pembicara dalam
forum lokal dan membentuk kolaborasi
dengan ilmuwan lokal.
8) Menyediakan karier lanjutan bagi ilmuwan
lokal untuk mengembangkan karier mereka di luar negeri untuk waktu yang pendek
seperti kunjungan penelitian, sabbatical dll
guna mendapatkan network diantara
ilmuwan/profesial Indonesia dan luar
negeri.
9) Mengundang expert Indonesia di luar
negeri untuk melakukan komersialisai hasil
karya mereka di Indonesia.
50
10) Menghargai peneliti terbaik
Indonesia baik di dalam maupun di
luar negeri, dengan memberikan
penghargaan dari pemerintah untuk
memotivasi penelitian mereka.
11) Membangun link dengan perusahaan
–perusahaan Industri di Indonesia:
Melakukan training, konsultasi,
komersialisasi, Akuisisi IP dan
mengajak untuk terlibat dalam R&D
perusahaan di Indonesia.
12) Membangun aturan-aturan, kebijakan dan insentif yang kondusif
agar expert tersebut mudah
berkonstribusi dalam pembangunan
di Indonesia, seperti:
• Insetif pajak untuk
ilmuwan/professional yang
terlibat dalam program ini.
• Fasilitas kemudahan dalam
prosedur imigrasi dan servis.
• Meningkatkan hukum-hukum
hak-hak karya intelektual to mendorong inovasi, penulisan
dan komersialisasi.
5.Mencontoh dari Keberhasilan
Singapura dan Irlandia
Strategi yang disebutkan di atas
bukanlah dari hasil pemikiran penulis,
tetapi didapatkan dari analisi strategi
yang telah diterapkan oleh beberapa
negara seperi Singapura, Ireland, India dan Cina dan ternyata dengan strategi
tersebut berhasil mendokrak ekonomi
negara tersebut dan meningkatkan daya
saing negara tersebut di mata dunia.
Irlandia melaksanakan program Brain
gain melalui sebuah organisasi yaitu
Science Foundation Ireland (SFI) dan
Singapura melalui organisasi
(A*START) Singapore’s Agency for
Science and Technology Research yang memberi kuasa untuk mengembangkan
modal insan untuk sain dan teknologi.
Karakteristik dari organisasi ini adalah:
1) Agensi yang memiliki High power
(otoritas tinggi) yang terbagi dalam
4 atau 5 divisi untuk
menformulasikan kebijakan, sistem
pendanaan, servis perusahaan,
manajemen beasiswa,
komersialisasi, support untuk hak karya
intelektual.
2) Memiliki link yang kuat dengan dewan
ekonomi nasional dan aktivitas investasi.
3) Komitmen yang kuat dari pemimpin negara
(SFI diketuai oleh Mary Harney, wakil
perdana menteri dan juga salah satu menteri
di Irlandia; A*STAR’s Biomedical
Research Council diketuai oleh Tony Tan,
wakil perdana menteri Singapura.
4) Memiliki mekanisme pendanaan untuk
grand dan modal ventura untuk mempromosikan kolaborasi penelitian
Internasional.
6.Beberapa Langkah yang telah dibuat oleh
masyarakat Indonesia di Luar Negeri
Untuk mewujudkan strategi di atas bukanlah hal
yang mudah, sambil menunggu upaya dari
pemerintah, LSM dan masyarakat Indonesia
mewujudkan strategi di atas, ternyata masayarakat Indonesia di luar negeri sudah
membuat beberapa aktivitas pendahuluan,
mungkin suatu saat kalau aktivitas tersebut
dikembangkan, akan membentuk Brain
Circulation Network seperti yang disebutkan di
atas. Beberapa contoh yang disebutkan di sini
adalah:
1. Jepang
• Salah satu tujuan utama pelajar
Indonesia untuk belajar sains dan
teknologi.
• Persatuan Pelajar Indonesia di Jepang
melakukan pertemuan tahunan untuk
sains dan teknologi.
• Beberapa kegiatan untuk membuat
network ilmuwan dan professional
Indonesia di Jepang:
• Temu Ilmiah Tahunan
• Zemi on Air (ZOA), seminar melalui
internet.
• Membentuk Indonesian Society on
Electrical, Electronics, Communications and Information
(IECI).
• Mengadakan Sinergy Forum on
Biotechnology.
• Mengadakan Indonesian Policy
Dialogue Forum (IPDF).
• Menerbitkan majalah DIMENSI
diterbitkan oleh ISTECS (Institute for
Science and Technology Studies)
51
2. Belanda
• Belanda menjadi pilihan orang
Indonesia untuk belajar atau
bekerja.
• Kegiatan di Belanda hampir
sama dengan di Jepang di mana
orang-orang ilmuwan dan
professional Indonesia di
belanda membentuk forum yang
dipanggil the Scientific and
Professional Forum for
Indonesians in the Netherlands (SPINET) is initiated.
3. USA
• Terdapat kurang lebih 13,000
orang Indonesia yang sedang
belajar di Amerika Serikat.
• Ada organisasi pelajar yaitu
PERMIAS (Persatuan
Mahasiswa Indonesia di
Amerika Serikat)
• Kegiatannya hamper mirip dengan kegiatan di Jepang.
4. Malaysia
• Malaysia adalah negara terdekat
dari Indonesia, dimana paling
banyak orang Indonesia yang
tinggal dan bekerja di negara
tersebut.
• Merupakan negara yang
mencoba untuk mencapai
negara maju, sehingga sistem manajemen negara maju banyak
digunakan di negara itu.
• Banyak menyerap tenaga ahli
dari Indonesia.
• Hubungan transportasi yang
paling dekat dengan Indonesia,
sehingga banyak aktifitas tukar
menukar ilmuwan/professional
antara kedua negara.
• Untuk kegiatan pelajarnya ada
PPI yang mengadakan pertemuan ilmiah dan
kekeluargaan bagi anggotanya,
juga menerbitkan jurnal ilmiah
Paksi.
• Untuk kalangan profesionalnya
ada IATMI, persatuan dosen
Indonesia (ILRAM), IA ITB
dsb. Dimana organisasi ini
melakukan pertemuan rutin baik
kegiatan kekeluargaan maupun
professional.
7. Kesimpulan
Untuk membangun Indonesia dan meningkatkan
daya saing internasional diperlukan strategi
untuk mengumpulkan ilmuwan dan professional
Indonesia agar mereka dapat berkonstribusi
dalam pembangunan di Indonesia sebagaimana
dicontohkan oleh negara-negara: Singapura, Ilrandia, Cina dan India. Strategi tersebut
diformulakan dalam Brain Circulation Network.
Kita mengharapkan agar proses sirkulasi ini
akan berjalan dan berkembang. Beberapa
kegiatan kecil dalam sebagai langkah permulaan
dalam Brain Circulation Ntwirk sudah
dicontohkan oleh beberapa persatuan
mahasiswa dan professional Indonesia di
Jepang, Belanda, Amerika Serikat dan
Malaysia.
References 1) Zeily Nurachman, Membangun Jaringan
Intelektual, Kompas, 29 Juli 2003
2) Pamela Yatsko, Chinese high-tech
professionals such as Hua Zheng are
returning home from Silicon Valley. They
might eventually help create a competitor to
the U.S,
http://members.forbes.com/global/2002/091
6/058.html
3) A. Fatih Syuhud, A Few Indonesian Men in Silicon Valley,
http://afsyuhud.blogspot.com/2006/04/blog
ger-indonesia-of-week-34-carlos.html
4) WIPO meeting discusses African and
Colombian proposals, SUNS #5973 Friday
24 February 2006
5) Ian R Dobson, Bob Birrell, Virginia
Rapson, T Fred SmithBrain drain and brain
gain: the challenges of internationalisation
Brain Drain: Fact or Fiction?, Conference
on tren in the management of human Resources in Higher Education
6) Michel Beinea, Fréderic Docquierb and
Hillel Rapoportc, Brain drain and human
capital formation in developing countries:
winners and losers, Milken Institute Award
for Distinguished Economic Research,
2003
7) Damtew Teferra, Brain Circulation:
Unparalleled Opportunities, Underlying
52
Challenges, and Outmoded
Presumptions, Symposium on
International Labour and Academic
Mobility: Emerging Trends and
Implications for Public Policy.
October 21st and October 22nd
2004. World EducationServices.
Toronto, Ontario, Canada.
8) Hisham Foad, The Brain Drain
Leveling the Playing Field or
Widening the North-South Divide?,
Emory University, 2005. 9) Fusion Magazine, Malaysia, October
2004
53
TI Indonesia diantara Data & Fakta serta Harapan di
Masa akan Datang
Taufik Kadarusman, ST Praktisi TI, My-Commit / Vantage Point Consulting
Abstrak Sudah tidak dipungkiri lagi bahwa Indonesia adalah salah satu negara besar di
dunia baik dari segi jumlah penduduk maupun potensi-potensi lainnya yg dimiliki.
Posisi Indonesia di mata dunia juga sangat vital terutama dalam hal ekonomi,
keamanan regional, kehidupan maritim dll. Sudah sejak tahun 1945 Indonesia
menyatakan kemerdekaannya.
Pada kenyataannya bangsa ini belum sesuai dengan impian para penduduknya.
Indonesia masih terus berbenah diantara tantangan baik eksternal maupun
internal. Begitu juga halnya dengan perkembangan TI (Teknologi Informasi) yang
masih bergelut di tengah derasnya arus informasi dan perkembangan tekhnologi
yang begitu cepat.
Pentingnya TI TI dalam istilah asalnya adalah IT atau
Information techology. Menurut Information
Technology Association of America (ITAA),
TI adalah segala aktifitas berkenaan dengan
pembelajaran, perancangan, pengembangan,
pelaksanaan, pengaturan yang didasari
system informasi komputer khususnya
aplikasi perangkat lunak & perangkat keras.
TI juga berhubungan secara langsung
dengan penggunaan alat-alat komputer
elektronik, perangkat lunak, perangkat keras
untuk mengubah, menyimpan, melindungi,
memproses, mengirimkan & menerima
informasi.
Hampir setiap individu pada zaman sekarang
ini tidak bisa lepas baik secara langsung
ataupun tidak langsung dengan TI. Bagi
sebagian orang TI merupakan kebutuhan
vital sehari-hari. Disitulah posisi TI yang
begitu pentingnya bagi manusia.
Data & Fakta Menurut estimasi PBB Jumlah penduduk Indonesia sampai July 2007 diperkirakan
sebanyak 234,693,997 jiwa atau 3.47%
jumlah penduduk dunia. Ini berarti no.4
terbesar di dunia dan tentunya no.1 di
ASEAN. Indonesia juga memiliki kekayaan
alam berlimpah sebagai contoh no.2 untuk
keanekaragaman flora-fauna setelah Brazil,
bijih besi no.1 dunia, belum lagi karet, minyak sayur dll.
Daya Saing Industri TI Indonesia ada di urutan ke-57 dunia dan
urutan ke-14 di kawasan Asia Pasifik untuk
urusan daya saing industri teknologi
informasi (TI) berdasarkan studi terbaru
yang dilakukan secara independen oleh
Economist Intelligence Unit.
Singapura yang menempati urutan 11 (dengan skor 63,1), Malaysia di posisi 36
(34,9), Thailand di urutan 41 (31,9) serta
Filipina di urutan 47 (28,7), sementara
Indonesia hanya mampu berada di atas
Vietnam yang menempati posisi ke 61
(19,9).
Menurut hasil survey, kelemahan fatal
Indonesia terletak di infrastruktur TI yang
berada di peringkat 64 dari 64 negara yang
disurvey. Sementara Negara-negara tetangga kita seperti Singapura yang berada di urutan
ke-12 (skor 58,8), Malaysia peringkat ke-33
(16,5), Thailand urutan ke-49 (6,4), Filipina
urutan ke-55 (2,2) dan Vietnam di urutan ke-
60 (0,6). Katagori ini meliputi belanja
54
hardware, software dan layanan TI,
kepemilikan komputer dekstop dan laptop,
koneksi broadband, serta server Internet
yang aman, yang dihitung berdasarkan
hitungan per kapita.
Hasil survey ini seolah-olah pararel dengan
nilai HDI (Human Development Index) yang
dikeluarkan UNDP (PBB). Hasil survey ini
menempatkan Indonesia di posisi ke 107
dari 177 negara yang disurvei. Aspek
penilaian dalam hal ini meliputi harapan
hidup, kebebasan, kenyamananan, dll.
Negara HDI
Japan (8) 0.953
Hongkong (21) 0.937
Singapore (25) 0.922
Brunei (30) 0.894
Malaysia (63) 0.811
Thailand (78) 0.781
China (81) 0.777
Philippines (90) 0.771
Vietnam (105) 0.733
Indonesia (107) 0.728
India (128) 0.619
Boleh jadi secara tidak langsung hal ini
dipengaruhi juga salah satunya oleh kondisi
tingkat korupsi di negara ini yang cukup
tinggi. Transparancy International
mempublikasikan laporan tahunan yang
dinamakan Corruption Perception Index
(CPI) tahun 2007. Cukup mencengangkan
ternyata kita ada diurutan 143 dari 179
negara yang disurvey. Bandingkan dengan
Negara-negara tetangga kita (kecuali
Myanmar) sbb :
Negara Ranking
Singapore 4 4
Malaysia 43 43
India / China 72 72
Thailand 84 84
Timor Leste / Vietnam 123 123
Philippines 131 131
Indonesia 143
Myanmar 179 179
Upah Tenaga Kerja TI Indonesia
Terendah Kedua di Dunia Ini menjadi salah satu kenyataan pahit bagi
umumnya praktisi TI di Indonesia. Hasil survei perusahaan konsultan internasional
HK Kearney Consulting pada maret 2007
menyatakan bahwa upah tenaga kerja TI
00.10.20.30.40.50.60.70.80.9
1
Nilai
Japan (8
)
Hongkong (2
1)
Sin
gapore
(25)
Bru
nei (3
0)
Mala
ysia
(63)
Thaila
nd (7
8)
Chin
a (8
1)
Philip
pin
es (9
0)
Vie
tnam
(105)
Indonesia
(107)
India
(128)
Negara
HDI (UNDP) 2007
55
Indonesia merupakan yang
terendah ke dua setelah
Vietnam. Ini juga artinya
masih lebih rendah dari
Ghana dan Filipina.
Dari sisi skill, Indonesia
berada di peringkat 14.
Namun dari sisi business
environment Indonesia
masuk di jajaran paling
buncit, yaitu posisi ke-49 dari 50 negara, hanya unggul
sedikit dari Senegal.
Akses Internet Secara keseluruhan internet di Indonesia
belum begitu akrab dibanding Negara-
negara Singapur, Malaysia, Thailand dan
Brunei bagi penduduknya. Berikut ini list
sebagian negara-negara dengan pengakses
terbanyak dari segi prosentase penduduk.
List Negara-Negara dengan Jumlah
Pengguna Internet (dalam %) 2007
Ranking Negara % Penduduk
1 Norway 88.00%
2 Netherlands 87.80%
3 Iceland 85.40%
4 Sweden 77.30%
5 United States 75.00%
11 Hong Kong 69.90%
31 Malaysia 56.30%
36 Singapore 53.20%
45 Brunei 47.00%
91 Vietnam 21.40%
110 China 6.70%
114 Philippines 15.40%
122 Thailand 13.00%
141 Indonesia 8.50%
Indonesia di peringkat ke 141 dengan
penetrasi 8.50% jumlah penduduk atau
sekitar 20,000,000 pengguna. Di sisi lain hal
ini bisa menjadi peluang besar bagi dunia
usaha untuk bisa ekspansi lebih besar lagi.
Dengan jumlah penduduk yang besar, dari
sisi jumlah penduduk pengakses internet, Indonesia ada di peringkat 15 dunia, 1 di
ASEAN, dan no.5 di Asia.
e-Readiness e-Readiness adalah kemampuan untuk
menggunakan Teknologi Informasi &
komunikasi (Information and
Communication Technologies, ICT) untuk
mengembangkan perekonomian dan
memajukan kemakmuran. Hasil survey IBM
dan EIU (Economist Intelligence Unit)
menempatkan Indonesia di peringkat 68.
Aspek yang dievaluasi diantaranya sbb:
infrastruktur tekhnologi & konektivitas,
56
suasana bisnis, social & buadaya, hokum,
kebijakan pemerintah.
Penggunaan Telepon Genggam (HP) Menurut catatan CIA terdapat 63,803,000
pengguna HP di Indonesia di tahun 2006. Ini
berarti sekitar 27.55% saja dari total
penduduk Indonesia. Tahun 2008
meningkat menjadi 115,600,000 pengguna. Mungkin saja pada sebagian
orang Indonesia, HP masih berupa barang
mahal sehingga bukan menjadi saatu
kebutuhan utama. Bandingkan dengan di
Rusia yang mencapai angka 121.2% atau
172,000,000 pengguna atau Malaysia
dengan 19,464,000 pengguna (70.80%).
e-Government Istilah e-Government berasal dari electronic
government, dikenal juga sebagai e-gov,
digital government, online government,
adalah penggonaan tekhnologi internet
sebagai platform untuk pertukaran
informasi, penyediaan pelayanan, transaksi
dengan warga Negara, pelaku bisnis, dan
pemerintahan lain. Dilihat dari relasinya terbagi menjadi 4 jenis yaitu Government-to-
Citizen or Government-to-Customer (G2C),
Government-to-Business (G2B) and
Government-to-Government (G2G) &
Government-to-Employees (G2E).
Dibanding Negara besar lainnya Indonesia
termasuk ketinggalan dalam aplikasi ini.
Sangat minimnya implementasi juga
kesiapan pemerintah Indonesia mungkin
menjadikan Indonesia berada di urutan 106
dari 182 negara yang di survey UNPAN
(united Nation Public Administration
Network), salah satu
E-Government Readiness Index 2008
(by UNPAN)
Ranking Negara Index
1 Sweden 0.915
7
6 Republic of Korea 0.831
7
23 Singapore 0.700
9
34 Malaysia 0.606
3
64 Thailand 0.503
1
65 China 0.501
7
66 Philippines 0.500
1
87 Brunei Darussalam
0.4667
91 Viet Nam 0.455
8
106 Indonesia 0.410
7
113 India 0.381
4
144 Myanmar 0.292
2
Rintangan/Hambatan Dibawah ini beberapa poin yang mungkin menjadi hambatan TI di Indonesia secara
umum, diantaranya sbb:
- SDM, kemampuan komunikasi dalam
bahasa Inggris dirasakan kurang. Sehingga
terkadang kalah bersaing dengan India
atau Philippina.
- Pemerintah, budaya “comfort zone”
sehingga cenderung tidak mau banyak
perubahan (e-Gov masih rendah)
- Tingginya tingkat korupsi secara tidak
langsung berpengaruh pada implementasi TI di Indonesia
- Infrastuktur TI masih rendah, belanja TI
belum tinggi. Penetrasi broadband hanya
0.3%, 60% wilayah Indonesia belum
terkoneksi dengan telekomunikasi,
penetrasi PC masih 1,38% (sementara di
India 2.2%)
Economist Intelligence Unit e-readiness
rankings
2007
Ranking Negara Index
1 United States 8.95
2 Hong Kong 8.91
6 Singapore 8.74
34 Malaysia 6.16
47 Thailand 5.22
55 Philippines 4.90
56 China 4.85
65 Vietnam 4.03
68 Indonesia 3.59
57
- Gap yang sangat besar antara wilayah
pedesaan dan perkotaan. Kemiskinan
masih menjadi salah satu kendala
rendahnya penetasi TI.
- research and development masih rendah
yaitu 0,05% dari GDP.
- Kebijakan pemerintah yang masih sedikit
untuk mendorong kemajuan TI.
Harapan Mudah-mudahan adanya rencana pemerintah
untuk mengaplikasikan passport elektronik
(e-passport) di tahun 2010 membawa angin
segar bagi bidang TI. DepkumHAM sendiri
telah membangun system biometrik dan
aplikasi e-Office seharga Rp 42 miliar di
Ditjen Keimigrasian sebagai platform untuk
e-passport tersebut nantinya.
Kita berharap dengan bangkitnya TI
Indonesia diantara negara-negara kuat bisa lebih membuka banyak lapangan kerja. Ini
juga salah satu solusi dari pengurangan
jumlah angka pengangguran yang besarnya
9.7% atau sekitar 20 juta jiwa (paling besar
dari segi % juga jumlah di ASEAN).
Tentunya kita semua berharap perbaikan
seperti pada kebijakan pemerintah untuk
terus menstimulasi perkembangan TI di
Indonesia. Pemerintah juga harus
memberikan kebebasan para praktisi untuk
mengembangkan diri, berkretifitas. Juga berlaku untuk para pelaku bisnis agar bisa
mendorong perkembangan TI. Hendaknya
pemerintah juga membuat banyak pusat-
pusat research & development tentunya bisa
saja bekerjasama dengan pihak swasta.
Aliran modal bagi para pelaku bisnis di
bidang TI perlu diperbanyak untuk
merangsang pertumbuhan TI. Dukungan
moril dan matrial pemerintah akan sangat
diperlukan jika ingin TI di Indonesia maju.
Tentunya dengan berharap faktor tidak langsung yaitu stabilitas politik & keamanan
yang kondusif.
e-Government sebagai upaya pemerintah
untuk bersiap diri di kancah TI. Upaya-
upaya real selain e-passport yang bisa
dilakukan pemerintah boleh jadi sbb:
• e-KTP, di Malaysia dikenal dengan IC /
Identity Card yang diolah secara
sentralisasi, data online. Ini bisa
mengurangi penyalahgunaan
KTP/Passport juga sebagai gudang
informasi statistik penduduk (jumlah
keluarga miskin, pekerjaan, agama dll.)
• E-Learning, proses pembelajaran online
hingga ke desa-desa terpencil
• System komputerisasi di instansi
pemerintah, di Malaysia kantor-kantor
pemerintah/public banyak yang sudah menerapkan komputerisasi secara online
dan tentunya transparant.
• Menurunkan biaya akses internet &
telekomunikasi, sehingga merangsang
pertumbuhan TI sekaligus memudahkan
masyarakat menikmati manfaat TI
• Membuka VoIP (Voice Over Internet
Protocol) sehingga tidak ada lagi sekat
komunikasi hanya karena biaya mahal.
• Website-website Pariwisata & instansi-
instansi pemerintah supaya dibuat lebih gencar & sistematis sehingga
memudahkan masyarakat mencari
informasi.
• Tidak lupa untuk memagari TI dengan
Cyber Law-nya.
Kesimpulan TI di Indonesia masih harus terus berjuang
untuk menjadi pemain handal di dunia.
Dengan potensi besar yang dimiliki bukan tidak mungkin hal ini bisa terwujud. Perlu
usaha yang keras dari pihak-pihak terkait.
Dukungan dan aksi pemerintah yang
dirasakan sangat kurang sejauh ini sangat
perlu ditingkatkan. Selain tantangan yang
begitu besar yang dimiliki Indonesia,
tersembunyi peluang yang hebat.
Daftar Pustaka wikipedia.org
internetworldstats.com
cia.gov
unpan.org
sda-indo.com
detiknet.com
58
59
MAKALAH – MAKALAH LAIN
60
Beberapa Upaya Pengurangan Subsidi BBM untuk
Sektor Transportasi
Dr. Herman Agustiawan Universiti Teknologi Petronas Malaysia
1. Pendahuluan
Dalam satu dekade terakhir harga minyak
mentah (crude oil) meningkat tajam seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Beberapa
penyebab kenaikan tersebut antara lain
adalah: (i) tidak maksimalnya produksi
minyak di Irak sebagai produsen minyak
terbesar kedua di dunia, (ii) pertumbuhan
ekonomi India dan China yang pesat dalam
satu dekade terakhir (economic shift from
the west to the east), dan (iii) diperkirakan
bahwa negara-negara OPEC tidak dapat
memenuhi kapasitas produksinya, sehingga
terjadi ketidakseimbangan antara pasokan dan konsumsi/permintaan minyak di dunia.
Gambar 1. Harga minyak mentah dunia
1998-2008
Sebagai akibat dari kenaikkan harga minyak
mentah dunia tersebut, Indonesia seperti
halnya negara-negara lain di dunia, juga
harus menyesuaikan harga Bahan Bakar
Minyak (BBM) sebagai produk turunan dari
minyak mentah. Penyesuaian ini sudah pasti
akan berdampak kepada besarnya subsidi
yang harus dialokasikan pemerintah untuk BBM. Pada Tabel 1 diperlihatkan komponen
BBM dengan dan tanpa subsidi.
Pada tahun 2005 pemerintah RI telah
mengeluarkan Perpres No. 55 tentang Harga
Eceran BBM dalam negeri, kemudian pada Perpres No. 9/2006 tentang perubahan
Perpres No. 55/2005. Pemerintah juga baru-
baru ini melalui Peraturan Menteri ESDM
No. 16/2008 telah menyesuaikan harga jual
eceran BBM jenis minyak tanah, bensin
premium, dan minyak solar untuk keperluan
rumah tangga, usaha kecil, usaha perikanan,
transportasi, dan pelayanan umum.
Jenis penggunaan BBM dapat dibedakan
kedalam empat sektor, yaitu sektor Transportasi, Pembangkit, Industri dan
Rumah Tangga.
Menurut data yang
dikeluarkan oleh
Departemen ESDM
pada tahun 2008
menunjukkan bahwa
penjualan BBM untuk
sektor transportasi
adalah yang terbesar
yaitu sebanyak 62,1%,
disusul oleh sektor industri 21,53%, dan
sektor rumah tangga
16,55%, sebagaimana
diperlihatkan pada
Gambar 2.
Oleh karena subsidi diberikan kepada BBM
yang sebagian besar digunakan pada sektor
transportasi, maka secara umum upaya
pengurangan subsidi dapat diartikan sebagai
pengurangan penggunaan BBM yang bersubsidi, tanpa harus menekan laju
kebutuhan BBM. Hal ini karena BBM (atau
energi pada umumnya) memang sangat
diperlukan guna melakukan semua aktivitas
yang pada akhirnya diharapkan dapat
meningkatkan pertumbuhan ekonomi
nasional.
61
0%
20%
40%
60%
80%
100%
2005 2006 2007 2008
Listrik
Industri
Rumah Tangga
Transportasi
Tabel 1 Jenis BBM dengan dan tanpa
subsidi
(Sumber: Blueprint Pengelolaan Energi
Nasional, Kementrian ESDM Indonesia
2005)
Gambar 2. Konsumsi BBM per sektor tahun
2005-2008 (Data Departemen ESDM)
Atas dasar hal tersebut, dalam makalah ini pembahasan hanya difokuskan pada
berbagai masalah BBM di sektor
transportasi saja. Oleh karena sektor ini
umumnya terjadi di kota-kota besar, maka
masalah dan solusi yang dibahas umumnya
terjadi di kota-kota besar di Pulau Jawa
seperti Jakarta, Surabaya, dan Bandung.
2. Permasalahan
Hal-hal yang menyebabkan meningkatnya
penggunaan BBM di sektor transportasi antara lain adalah:
i. Jumlah kendaraan ber-BBM semakin
banyak.
ii. Sarana dan prasarana belum memadai
iii. Sistem pelayanan publik yang tidak
efisien dan efektif
62
3. Solusi
Beberapa usulan solusi untuk mengatasi
ketiga masalah di atas adalah sebagai
berikut:
a. Pengendalian laju pertambahan
kendaraan ber-BBM.
Pertumbuhan kendaraan baik umum
maupun pribadi cukup tinggi. Beberapa
laporan menyebutkan bahwa jumlah
kendaraan tidak berkurang bahkan meningkat meskipun harga BBM
dinaikkan. Kenaikan ini juga diperkirakan
sebagai akibat dari pertumbuhan populasi
dan/atau pertumbuhan ekonomi. Selain itu
juga dipengaruhi oleh perilaku konsumen
yang beralih dari kendaraan umum ke
kendaraan pribadi, karena beberapa alasan
seperti fasilitas kendaraan umum kurang
baik, tidak menjangkau perumahan, dan
ongkos yang relatif mahal.
Tidak dapat dipungkiri bahwa di kota-kota
besar pertambahan kendaraan ber-BBM
banyak disumbang oleh kendaraan
pribadi. Laju pertambahan ini dapat
ditekan dengan menambah jumlah
kendaraan umum dengan fasilitas yang
lebih baik dan ongkos yang lebih murah.
Hal ini hanya bisa dimungkinkan dengan
transportasi publik dimana pemerintah
mengambil bagian yang lebih besar.
Cara lain adalah dengan penambahan kendaraan dengan mesin non dan semi
BBM. Kendaraan non BBM adalah
menggunakan bahan bakar alternatif
(biofuels: ethanol, biodiesel dsb) dan gas
alam. Sebagai contoh adalah penggunaan
gas alam sebagai bahan bakar kendaraan
bermotor yang telah diprogramkan
pemerintah beberapa tahun yang silam.
Teknologi untuk memungkinkan
penggunaan mesin bakar konvensional
dengan gas alam sudah tersedia. Dalam hal ini untuk menggantikan BBM dengan
gas alam cukup melalui pengaturan injeksi
bahan bakar dan waktu pembakarannya.
Kit konversi sudah tersedia dengan harga
yang cukup murah. Contoh penggunaan
kit ini adalah kendaraan dual-fuel (BBM
& Gas) yang sudah diterapkan di
Indonesia, Malaysia, dan beberapa negara
lainnya.
Pengalaman membuktikan bahwa upaya
pengurangan konsumsi BBM dengan cara
ini belum berhasil secara maksimal. Di
Selandia Baru misalnya, sejak tahun 1970-
an telah merancang penggantian BBM
dengan gas alam tetapi program tersebut
tidak berhasil. Di negara lainnya seperti
Indonesia dan Malaysia, program ini
seperti jalan di tempat hal ini terbukti
dengan jumlah pemakainya yang rendah.
Bila ditinjau dari cadangan gas alam yang
masih sangat besar dan lebih ramah lingkungan dibandingkan BBM,
penggunaan gas alam sebenarnya sangat
menguntungkan. Paling sedikitnya
terdapat dua penyebab ketidak-berhasilan
program tersebut yakni, belum adanya
ketegasan pemerintah dan ketersediaan
infrastruktur.
Ketegasan pemerintah sangat diperlukan,
karena penggunaan bahan bakar alternatif
akan berlangsung dengan sendirinya apabila nilai ekonomi dari penggunaan
tersebut dapat menyelesaikan solusi bisnis
para pelaku ekonomi. Untuk maksud
tersebut maka diperlukan keberpihakan
atau ‘tekanan’ dari pemerintah sedemikian
rupa hingga para pengguna BBM secara
bertahap berkurang sejalan dengan waktu.
Hal ini dapat dicapai misalnya dengan
memberikan tax and rebate.
Pajak (tax) ditambahkan atau subsidi
dihilangkan kepada BBM sedangkan potongan harga (rebate) diberikan kepada
pembelian bahan bakar alternatif termasuk
komponen yang diperlukan (conversion
kit) kepada yang memerlukannya untuk
jangka waktu tertentu. Potongan harga
tersebut sebaiknya dilakukan secara
bertahap. Sebagai contoh program ini
akan dijalankan dalam kurun waktu 5
tahun. Potongan pada tahun pertama dapat
diberikan, misal, sebesar 50%, tahun
kedua 40% dan seterusnya. Tekanan yang lebih keras lagi adalah berupa kewajiban
para pengguna kendaraan untuk
mengurangi baku mutu emisi dari hasil
pembakaran kendaraannya, seperti halnya
yang dilakukan di California-USA dan
India.
Diperkirakan bahwa hampir disemua
negara yang tidak mewajibkan
penggunaan gas alam, program ini tidak
63
berhasil karena pengguna tidak tertarik
untuk menukar atau menambah sumber
bahan bakar kendaraannya dengan gas
alam, meskipun harga gas alam lebih
rendah dibandingkan BBM. Hal ini karena
pemerintah tidak mewajibkan dan/atau
hanya menyediakan stasiun pengisian gas
alam di sekitar kota-kota besar saja.
Penerapan yang cukup berhasil adalah di
India, Pakistan, Italia, dan Argentina yang
memberlakukan kewajiban penggunaan gas alam untuk sektor transportasi
tertentu. Pemberian izin untuk perusahaan
taksi dan kendaraan umum lainnya hanya
diberikan kepada kendaraan yang
memakai bahan bakar gas alam saja.
Dengan demikian pada tahap awal,
konsumsi bahan bakar gas alam sudah
bisa dipercepat untuk mencapai tahap
komersial. Keterlambatan pencapaian
tahap komersial akan menghilangkan
keuntungan gas alam bagi pengguna, dan menghalangi pihak industri untuk
berinvestasi lebih jauh. Selain itu
penyediaan infrastruktur pengisian bahan
bakar gas juga harus dipercepat. Kesulitan
akses ke stasiun pengisian bahan bakar
gas dapat menyebabkan ketidak-
tertarikkan pengguna untuk mengkonversi
kendaraannya kepada bahan bakar gas.
Kenyataan bahwa sektor transportasi
sudah sangat tergantung pada kendaraan
berbahan bakar minyak telah menjadikan kita sangat tergantung terhadap BBM (oil
addiction). Untuk itu perlu ketegasan dan
keseriusan dari pemerintah dalam
menekan jumlah kendaran yang
menggunakan BBM.
Hal yang serupa juga dapat berlaku untuk
sumber energi terbarukan seperti ethanol,
biodiesel, dan lainnya. Artinya, selama
tidak diwajibkan oleh pemerintah dan
pada saat yang sama disediakan infrastruktur dengan jumlah dan lokasi
yang memadai maka penggantian BBM
oleh BB jenis lainnya tidak akan berhasil
dengan baik.
Selain masalah konversi bahan bakar dan
stasiun pengisian yang harus dipenuhi,
bahan bakar alternatif juga harus dijamin
lebih murah dan tersedia dalam kuantitas
yang cukup serta berkelanjutan. Dalam hal
ini pemerintah harus menetapkan strategi
penyediaannya mulai dari penanaman
bahan baku (tebu, jagung, kelapa sawit,
kedelai, jarak dll), termasuk proses
eksplorasi dan produksi gas alam, sampai
ke produk akhir dapat disalurkan ke
stasiun pengisian.
Sudah pasti bahwa pemerintah tidak
mungkin mencoba dan menyediakan
semua jenis bahan bakar alternatif dimaksud. Selain pemerintah harus
mempertimbangkan kemampuan untuk
memproduksi bahan mentah menjadi
bahan bakar, juga harus disiapkan
alternatif pengalihannya dan melihat
kaitannya terhadap sektor-sektor lainnya.
Sebagai contoh adalah ethanol yang dibuat
dari jagung dan biodiesel yang dibuat dari
kedelai (soybeans) dan canola (Canadian
oil, low acid: sejenis lobak yang semuanya
dapat mengakibatkan berkurangnya ketersediaan bahan pangan). Bila bahan-
bahan tersebut digunakan sebagai bahan
baku pengganti BBM, maka akan
melambungkan harga makanan dan pada
akhirnya dapat mematikan sektor-sektor
usaha lain yang bergantung pada bahan-
bahan tersebut. Sebagaimana kita ketahui
bahwa kedelai adalah “satu-satunya”
bahan baku industri makanan (tahu,
tempe, dan kecap), sehingga bila kedelai
hanya diprioritaskan untuk dijadikan
biodiesel maka pada akhirnya dapat mematikan industri makanan tersebut.
Sementara itu, pohon jarak tidak bisa
dijadikan produk lain selain biofuel. Ini
adalah pilihan tidak aman karena bila
modal sudah ditanamkan untuk produksi
biofuel, sedangkan program tidak bisa
dilanjutkan karena satu dan lain hal, maka
modal akan menjadi mubadzir. Di lain
pihak ada bahan baku seperti kelapa sawit
yang bisa dijadikan biofuel dan produk lain seperti minyak goreng. Tetapi dalam
hal ini minyak goreng tidak harus
diproduksi dari kelapa sawit karena bahan
lain seperti kelapa juga bisa dibuat
menjadi minyak goreng. Sehingga kelapa
sawit dapat difokuskan oleh pemerintah
sebagai bahan baku biodiesel.
64
Contoh kendaraan semi BBM adalah
kendaraan hibrid listrik-bakar (hybrid
electric-combustion vehicles) dan kereta
listrik dalam kota. Keuntungan dari
penggunaan mesin hibrid listrik-bakar
diantaranya adalah:
- Efisiensi tinggi dibandingkan pembakaran
- Dari sisi pembangkitan listrik, tersedia banyak alternatif PLTU batubara, Gas
alam, Panas bumi, Nuklir, dan lainnya.
- Baterai untuk kendaraan hibrid listrik-bakar sudah tersedia terbuat dari bahan
yang tidak berbahaya (lithium dan
nikel).
- Pengisian listrik untuk baterai dapat dilakukan pada saat beban utilitas listrik
rendah (malam hari).
- Dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan listrik yang memungkinkan
efisiensi kapasitas terpasang dapat
digunakan secara optimal.
- Dari sisi lingkungan, kendaraan dengan
BBM akan mengeluarkan 1 pound CO2
untuk setiap jarak tempuh 1 mile, sedangkan hibrida listrik-bakar hanya
0.7 pound CO2.
Sama halnya dengan program bahan bakar
alternatif, di sini pemerintah juga perlu
melakukan langkah yang tegas dalam
penerapannya. Dalam hal ini penetapan
target penggunaan kendaraan hibrida
listrik-bakar harus diprogramkan oleh
pemerintah, termasuk jadwal dan langkah-
langkah untuk pencapaiannya. Seperti halnya dengan gas alam dan biofuels, di
sini pemerintah juga harus mewajibkan
pembelian kendaraan hibrid listrik-bakar
misalnya untuk kendaraan dinas atau jenis
kendaraan untuk angkutan umum.
Dana subsidi BBM secara bertahap dapat
dihapuskan dan dialihkan untuk program
pembelian kendaraan hibrid, kit konversi,
penyediaan infrastruktur pengisian bahan
bakar, dan infrastruktur pembangkitan/ distribusi listrik. Untuk menarik investasi
dari industri diperlukan insentif berupa
pengurangan pajak dan kemudahan
membangun fasilitas riset dan fabrikasi.
b. Sarana dan Prasarana Transportasi
Sarana meliputi jenis kendaraan (umum)
termasuk efisiensi teknologi yang
dimilikinya. Sementara prasarana
berkaitan dengan jalan/tol, jembatan,
stasiun pengisian bahan bakar dan unsur
terkait/penunjang. Selama ini laju
pertambahan kendaraan belum dapat
diatasi dengan penambahan prasarana,
sehingga terjadi kemacetan dan
pemborosan penggunaan BBM. Tidak
tersedia lahan merupakan kendala utama
untuk penambahan prasarana.
Pembangunan prasarana jalan perlu diprioritaskan untuk mengimbangi laju
pertambahan jumlah kendaraan. Oleh
karena kapasitas jalan terutama di kota
besar tidak mungkin ditingkatkan secara
cepat maka infrastruktur yang ada perlu
dikelola untuk prioritas kendaraan yang
dapat mengangkut penumpang lebih
banyak. Sebagai contoh di beberapa jalan
protokol Jakarta telah diberlakukan sistem
three-in-one dan jalur khusus busway.
Infrastruktur sistem transportasi massal seperti kereta listrik/monorail dalam kota
(subway) harus segera diimplementasikan.
Dengan demikian pengurangan
pemborosan BBM akibat kemacetan dapat
dilakukan.
Penyediaan prasarana pengisian bahan
bakar alternatif perlu segera direalisasikan
sejalan dengan jumlah kendaraan yang
memang diharuskan menggunakan bahan
bakar alternatif. Kendaraan yang
diharuskan menggunakan bahan bakar alternatif antara lain adalah kendaraan
umum (taxi, bus) dan kendaraan
pemerintah.
c. Sistem pelayanan publik berbasis
elektronik (e-gov)
Hampir semua kegiatan memerlukan
kehadiran atau perpindahan manusia dari
satu tempat ke tempat lain. Namun tidak
semua kegiatan mengharuskan kehadiran
sesorang pada suatu tempat apabila hal ini dapat dilakukan dengan/atau
memanfaatkan teknologi. Ketidak-
efisienan sistem pelayanan publik dapat
mengakibatkan pemborosan energi
khususnya BBM.
Mengurangi perpindahan manusia/barang
melalui pemanfaatan sistem elektronika
terdistribusi harus segera dilakukan. Hal
65
ini bisa mencontoh pembayaran listrik, air,
dan telepon yang sudah berjalan dengan
baik. Namun pengurusan pajak dan plat
nomor kendaraan yang bukan merupakan
kompetensi utama kepolisian dapat
dilakukan melalui bank, kantor pos, atau
loket-loket umum. Secara umum
pengendalian kegiatan di suatu lokasi
perlu memperhatikan kelengkapan sarana
dan prasarana yang tersedia guna
mencapai lokasi tersebut, termasuk di
dalam lokasi tersebut. Sehingga mobilitas dan kemacetan dapat dikurangi/dihindari.
4. Kesimpulan
Pengurangan subsidi BBM dapat diperoleh
bila BBM digunakan secara efisien dan
efektif.
Hal ini dilakukan tanpa harus menghambat
kebutuhan BBM /Energi karena memang diperlukan untuk menjalankan semua
aktivitas guna peningkatan pertumbuhan
ekonomi.
66
Mengapa Memilih Bekerja di Malaysia?
Ir. Hari Primadi MT.
IATMI – KL
Sejak lebih seperempat abad Indonesia dikenal sebagai penyedia jasa tenaga
kerja bagi Malaysia dan Timur Tengah. Tenaga Kerja Indonesia (TKI), yaitu
warga negara Indonesia yang bekerja di luar negeri, bertebaran di berbagai
negeri. Begitu banyak kisah duka menimpa mereka saat berada jauh dari desa
asal dan lebih mengenaskan ketika tiba di Tanahair menjadi mangsa ‘mafia’
bandara tanpa nurani. Padahal mereka diakui pemerintah sebagai Pahlawan
Devisa, namun minim proteksi.
TULISAN berikut ini bukan membahas
fakta di atas maupun upaya advokasi
untuk mereka, namun bermaksud
membuka tabir yang selama ini belum
banyak diketahui. Tenaga Kerja Indonesia yang bergerak diberbagai
bidang profesi dengan kaliber
Internasional ternyata ada!
Jumlahnyapun ribuan!
Apabila dianalogikan mereka ini bagai
Pasukan Elit yang siap berkarya secara
mandiri maupun kelompok, senyap
namun sigap untuk tujuan jangka
pendek maupun panjang; taktikal
maupun strategis. Mereka tersebar di
berbagai negara dan perusahaan. Kaliber mereka tidak diragukan terbukti dengan
perpanjangan kontrak kerja mereka
secara berkesinambung-an. sebagai
imbalannya merekapun dibayar
tinggi bahkan tidak sedikit yang
melebihi gaji manager dan CEO
lokal. Fasilitas tempat tinggal
merekapun diibaratkan berada di
“ring satu” dimana tempat
tinggal dan tempat bekerjanya
bisa dicapai dengan berjalan kaki dalam waktu tidak lebih dari 10
menit. Fasilitas belajar
Internasional bagi anak-anak
mereka ditunjang asuransi
kesehatan yang memuaskan.
Fenomena ini belumlah lama,
baru satu dasa warsa namun
meningkat cepat dalam kurun 5
tahun terakhir ini. Karena terbatasnya database,
maka hanya satu sektor yang kami bahas yaitu
profesi dibidang MIGAS.
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia
(IATMI) dengan komisariat ke-10 berkedudukan di Kuala Lumpur ini merupakan
wadah kami berhimpun. Dalam usinya ke-5
tahun ini Anggota kami mendekati 200 ahli
tersebar di Peninsula hingga Sabah dan
Serawak.
Kajian statistik berdasarkan bidang keilmuan
Anggota IATMI-KL terdiri dari:
- Geology & Geophysicist: 40%
- Petroleum Engineer: 21%
- Surface Facility: 12%
- Drilling: 11%
- IT: 5% - Managerial: 4%
- Lain-lain: 7%
Dalam tampilan grafis sebagai berikut:
67
Dari latar belakang keahlian tersebut
dapat kita kelompokan pula berdasarkan
perusahaan yang menampung mereka.
- Petronas: 61%
- Murphy Oil: 8%
- Shell: 6%
- Schlumberger: 6%
- RML: 3%
- Lain-lain: 16%
Dalam tampilan grafis sebagai berikut:
Kajian statistik di atas menunjukkan
tingkat kepercayaan pemerintah Malaysia melalui Kementrian Tenaga
Kerja dan Imigrasi demikian tinggi akan
minat merekrut para ahli perminyakan
Indonesia. Tidak hanya mereka yang
berpengalaman kerja lebih
dari 10 tahun bahkan
merekapun merekrut sarjana
yang baru lulus (fresh
graduate) dari Tanahair.
Beberapa bulan lalu, kami
menerima e-mail dari seorang wartawati di Jakarta
yang menanyakan perihal
mengapa kami tertarik
bekerja di Malaysia dan
tidak memilih Uni Eropa
maupun ke AS? Apa
keinginan atau harapan untuk Indonesia,
terutama dari pemerintah dimana banyak
sekali ahli-ahli Indonesia berada di luar
negeri?
Dua pertanyaan mendasar tersebut tentu
akan berbeda-beda bila diajukan orang-
perorang. Untuk itu pada bulan April lalu
kami mengadakan survei pendapat
diantara Anggota IATMI-KL guna
mendapatkan suatu pandangan obyektif.
Responden yang menanggapi terdiri dari
berbagai usia pengalaman kerja, mencakup
variasi disiplin keilmuan, juga terdiri dari laki-
laki dan wanita. Walau survei tersebut mendapat
respon kurang dari separo Anggota kami anggap
cukup mewakili komunitas ini, bahkan mungkin
dapat dipergunakan sebagai bahan pembanding
komunitas lainnya apabila dilakukan survei
serupa di Malaysia.
Adapun hasil polling tersebut
dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1. Gaji & benefit: 12 responden
(14%)
2. Kualitas hidup (fasos, fasum,
keluarga: 12 responden
(14%)
3. Dekat (dengan kampung
halaman): 10 responden (12%)
4. Kultur (makanan, bahasa
pengantar, culture shock): 9 responden
(11%)
5. Dihargai (sebagai Duta bangsa, ekspatriat):
8 responden (10%)
6. Peluang (tidak diterima saat melamar kerja
di Indonesia): 8 responden (10%)
7. Pahlawan devisa: 6 responden (7%)
8. Eksposur Internasional: 4 responden (5%)
9. Sekolah anak (pergaulan, kesinambung- an
ke jenjang universitas): 4 responden (5%)
10. Pengembangan diri (coaching, mentor- ing, training): 3 responden (4%)
11. Hubungan kerja (load, environment): 3
responden (4%)
12. Batu loncatan: 3 responden (4%)
13. Pajak: 2 responden (2%)
68
14. Lain-lain (berobat, program “my
second home”): 2 responden (2%)
Dalam tampilan grafis sebagai berikut:
Dari hasil polling di atas terlihat bahwa
responden menempatkan faktor Gaji &
benefit bersama Kualitas hidup pada
tempat teratas yaitu 14%. Walau tidak
semua responden khususnya mereka
yang senior menyatakan perolehan gaji
disini lebih dari yang selama ini
diperoleh di Tanahair, namun sebagian besar lainnya setuju bahwa mereka
bekerja di luar Indonesia memang
mencari penghasilan lebih tinggi,
ditunjang dengan tempat yang nyaman
dimana fasos (fasilitas sosial), fasum
(fasilitas umum) nya bagus, dekat
dengan kampung halaman sehingga
sedikit pengaruh kejutan kultur (cultural
shock), bisa menyekolahkan anak di
sekolah Internasional sehingga eksposur
mereka ke dunia luar diharapkan semakin bagus nantinya. Selain itu
secara resmi diakui sebagai Pahlawan
Devisa.
Adapun harapan kami untuk Indonesia,
terutama dari pemerintah terangkum
sebagai berikut:
1. Dengan pajak progresif 35% di
Indonesia kita bisa menikmati
kesejahteraan seperti di Malaysia
yang hanya memungut 21% pajak
ke warga negaranya, 2. Memberikan kesempatan yang
lebih besar kepada para tenaga
ahli yang saat ini tersebar di luar
negara untuk kembali berkarya di
Tanahair,
3. Menghilangkan pembatasan
struktur gaji maksimal bagi
tenaga ahli yang telah terbukti
berkaliber internasional serta
handal.
Akankah fenomena ini akan terus
berlanjut sehingga kekawatiran
kekurangan tenaga ahli (brain drain) di
Indonesia akan terjadi? Kami percaya
bahwa fakta di atas merupakan proses di
era globalisasi, bahwa batas demarkasi
suatu Negara tidak ada kaitan langsung
dengan keberadaan warga negaranya
untuk berkarya, untuk terus membangun
Indonesia. Jayalah Bangsaku, Adil dan Makmur
Negeriku.
69
Merah Putih Di Puncak Kinabalu
Adhika Adipratama Penantian dua bulan lamanya akhirnya tiba untuk melakukan pendakian gunung
dan mengibarkan Sang Saka Merah Putih di ketinggian lebih dari 4000 meter itu.
Dalam setiap promosi wisata, Malaysia menyebutkan Gunung Kinabalu sebagai
gunung tertinggi di Asia Tenggara. Kenyataannya tidaklah demikian, setidaknya
Puncak Jaya (Carstenz Pyramid) di Pegunungan Sudirman - Papua Indonesia
dan Hkakabo Razi di Myanmar menjulang lebih dari 5000m dengan selimut salju
abadi.
DUA bulan waktu yang diperlukan untuk
melakukan ‘booking’ agar mendapat izin
untuk mendaki gunung ini. Dimusim libur bulan Juni-Juli-Agustus memang
tercatat sekitar 150 pendaki tiap harinya
belum termasuk yang menginap di
kawasan Taman Kinabalu untuk
‘trekking’ dan aktifitas ‘outdoor’
lainnya. Kemudahan sarana dan
prasarana menjadi kunci utama
kunjungan wisata alam Kinabalu. Semua
pemesanan berkaitan dengan penginapan
di ‘basecamp’ di ketinggian 3273m dapat
dilakukan lewat telepon dan internet.
Informasinya juga sangat mudah dimengerti dan langsung mendapat
respon dalam waktu singkat. Saya
membayangkan seandainya seluruh
gunung di Indonesia yang sering didaki
memiliki sistem reservasi seperti ini
tentu akan semakin ramai wisatawan
minat khusus berkunjung. Kawasan
Konservasi Gunung Gedhe-Pangrango di
Jawa Barat barangkali merupakan sistem
pengelolaan termaju di Indonesia sangat
disayangkan masih kalah jauh manajemen pengelolaannya.
Taman Kinabalu terletak sekitar 90km
dari Kota Kinabalu (KK) dengan luas
kawasan 75.370 hektar dan berada di
ketinggian 1563m ini, ditempuh dalam
dua jam perjalanan darat selepas
melewati pintu imigrasi di Bandar udara
dimana saat itu thermometer mengukur
suhu 34oC, terasa gerah memang.
Banyak turis manca Negara menyertai
kedatangan kami, sebagian besar
membawa tas punggung (backpack)
mengingatkan akan kota budaya ‘Jogja’
(Yogyakarta). Kami bersama-sama mendatangi gerai informasi yang terletak di latar depan
bandara. Pertanyaan yang serupa kami lontarkan
yaitu sarana mencapai Kinabalu ‘Park’, waktu
tempuh dan berapa biayanya. Cara termudah
dan tercepat adalah menggunakan taksi yang
banyak tersedia di depan bandara. Cara kedua
adalah menuju bandar dengan menggunakan bis
yang juga setiap waktu tertentu berhenti di pintu
bandara untuk selanjutnya dilanjutkan dengan
berkongsi taksi menuju Taman Kinabalu. Cara
ketiga adalah menggunakan bis antar kota yang
berangkat sore hari dari bandar. Ditilik dari sisi biaya, tentu cara pertama paling besar dalam
ongkos mengingat kenyamanan dan kecepatan
tiba di kaki gunung.
Perjalanan sore itu disertai kabut dan hujan
cukup lebat, kami sempatkan singgah di dusun
Nabalu untuk memotret matahari terbenam.
Petang itu kami tiba di Kinabalu ‘Park Head
Quarter’ dimana petugas berseragam hijau
dengan ramah menyambut kami dan
menyiapkan kunci penginapan yang telah kami pesan melalui internet. Selepas makan malam di
restoran taman konservasi, malam itu kami
beristirahat di Grace Hostel dimana satu kamar
terdiri dari 3 buah tempat tidur susun (bunk
beds), berkongsi dengan pendaki dari manca
Negara lainnya.
70
Pagi yang sejuk selepas pukul 6 kami
telah berkemas untuk memulai
pendakian hari pertama. Sesaat kami
menunggu tepat pukul 7 dimana kantor
pendaftaran dibuka. Kantor yang buka hingga tengah malam, pagi ini telah buka
sesuai jadwal, sungguh luar biasa . Disini
kami mengisi data dan membayar biaya
pendakian, asuransi dan pemandu
(guide). Merupakan suatu keharusan
bahwa setiap rombongan harus memiliki
setidaknya satu pemandu. Baik itu satu
orang pendaki maupun lebih dari
duapuluh orang sekalipun. Biaya
pendakian untuk warga asing dikenakan
RM 100 untuk dewasa dan RM 50 untuk
anak berusia dibawah 18 th, biaya asuransi RM 2, dan biaya pemandu RM
80. Sedangkan porter (pengangkut
barang) tidak diharuskan, namun bila
memerlukan dikenakan RM 7 untuk
setiap kilogram.
Tidak lebih dari 20 menit waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan semua
administrasi sekaligus mendapat ‘name
tag’ yang berisi nama kita, tanggal
pendakian, nama kelompok dan urutan anggota. Sungguh, tanda pengenal ini
tidak boleh hilang dan harus selalu
dikenakan selama pendakian. Bila ada
yang tidak mengenakan, secara syah
petugas di pintu gerbang berhak untuk
menghentikan pendakian orang tersebut.
Buat kita sendiri, tanda pengenal ini bisa
sebagai sebagai kenang-kenangan
berkesempatan mendaki Gunung
Kinabalu.
Tujuan pendakian hari pertama ini adalah Laban
Rata, kawasan ‘basecamp’ berada dekat batas vegetasi di ketinggian 3273m. Disini terdapat
penginapan yang bisa dikategorikan ‘mewah’.
Bagaimana tidak, bila elevasi sedikit lebih
tinggi dari puncak Gunung Merbabu di Jawa
Tengah ini terdapat listrik, fasilitas kamar
berpenghangat (heater), kamar mandi dengan air
hangat, serta juga restoran! Inilah waktu dua
bulan yang kami maksud sebenarnya untuk bisa
mendapatkan kenyamanan di Laban Rata.
Selain Laban Rata ‘Resthouse’, terdapat
penginapan sederhana lainnya sebutlah Waras Hut, Burlington Hut, Pana Laban Hut, serta
Gunting Lagadan Hut yang berada di elevasi
3323m.
Terdapat dua jalur klasik untuk mencapai
puncak Kinabalu, yaitu melalui pintu gerbang
Timpohon dan gerbang Mesilau. Jalur
Timpohon paling diminati karena jaraknya
relatif dekat dan mudah. Waktu tempuh hingga
mencapai Laban Rata sekitar 4 hingga 6 jam.
Sedangkan jalur Mesilau sedikit lebih jauh
dengan perbedaan waktu tempuh sekitar dua jam. Kami memilih jalur kedua karena menurut
informasi jalur Mesilau ini menyajikan
pemandangan elok dan juga variasi trek.
Perjalanan pagi itu memang menyenangkan,
cuaca sungguh bersahabat, naik turun bukit,
71
menyeberangi lembah menggunakan
jembatan gantung serta variasi flora dan
fauna di Taman Konservasi ini. Menurut
Kitayama, seorang botanis dari
Honolulu, USA, tahun 1992 membagi
spesies tumbuhan hutan tudung (forest
canopy) menjadi empat berdasar elevasi
(altitude). Digolongkan menjadi lowland
(<1200m), lower montane (1200 hingga
2000-2350m), upper montane (2000-
2350 hingga 2800m), dan subalpine
(2800 hingga batas vegetasi, 3400m). Namun yang lebih menyenangkan, setiap
500m hingga 1 kilometer terdapat
pondok untuk beristirahat. Lebih
mencengangkan bahwa ditiap pondok itu
terdapat toilet dan air keran dari mataair.
Sungguh segar meneguk air pegunungan
ini.
Jalur Mesilau ini akhirnya bertemu
dengan jalur dari Timpohon di suatu
tempat yang disebut Layang-layang. Disini kami mulai bertemu dengan
sejumlah pendaki lainnya. Satu jam
menjelang Laban Rata mendung
menggantung sejak lepas tengah hari tadi
mulai turun berupa hujan. Tentu kami
sudah mengantisipasinya dengan
menggenakan mantel hujan sehingga
tidak menghambat sisa perjalanan
tersebut. Menurut pemandu kami,
seminggu sebelumnya badai cukup besar
terjadi di kawasan ini, sehingga cukup
merepotkan pendaki. Cukup membuat risau akan kemungkinan cuaca berubah
setiap waktu, terutama untuk pendakian
hari kedua esok. Besar kemngkinan
pendakian akan dilarang bila dini hari
esok terjadi hujan disertai badai.
Hujan masih mengguyur saat kami tiba
di laban Rata, bangunan berlantai 3
berada di depan kami sementara di
tempat kami berdiri saat itu berupa
dataran dengan jaring terpasang untuk bermain sepak takraw! Sebuah tiang
dengan pengukur curah hujan berada
ditempat tersebut. Saat memasuki
ruangan tengah, telah ramai para pendaki
berada disana. Sekilas lebih dari 70
orang tengah bersantap, ternyata ruang
itu berupa restoran mungkin lebih tepat
disebut kantin. Kami segera menuju
pojok ruangan dimana kami meregristasi
ulang sekaligus menerima kunci kamar. Malam
itu kembali kami berkongsi kamar dengan dua
pendaki lain. Hangatnya ruangan serta penat
perjalanan sehari tadi seharusnya membuat tidur
kami pulas, namun kenyataannya tidak.
Barangkali karena berada diketinggian,
metabolism tubuh belumlah cukup beradaptasi.
Walau demikian kami berusaha bisa
memejamkan mata dan melemaskan otot-otot
kaki.
Alarm digital membangunkan kami, rupanya sempat juga kami tertidur. Sungguh berat
rasanya turun dari tempat tidur susun saat tubuh
mulai menyesuaikan terhadap kondisi sekitar.
Namun mau tak mau karena inilah puncak
penantian itu, sejam lagi para pendaki akan
memulai pendakian hari keduanya secara
hampir berbarengan. Saat itu memang masih
pukul satu dini hari, namun kami harus
berkemas kembali menyiapkan pakaian dan
bekal makan dan minum. Berbeda dari
pendakian sehari sebelumnya, dari pakaian, kami mengenakan 3 lapis. Lapis pertama berupa
layer tipis wool kemudian ditutup lapis kedua
berupa jaket berbahan sintetis (fleece), dan di
bagian luar ditutup dengan jaket hujan berfungsi
sekaligus penahan angin (wind breaker)
berbahan goretex. Tak lupa penutup kepala dan
telinga sering kita menyebutnya ‘kerpus’ atau
‘kupluk’, juga kaus tangan kedap air. Demikian
juga untuk penutup bagian bawah, kaus kaki
berbahan wool dan sepatu boot berbahan
goretex. Hal ini penting untuk menghindari
seminimal mungkin kehilangan panas tubuh (hypothermia) mengingat cuaca di kawasan
puncak konon bisa mencapai titik beku akibat
hujan disertai angin kencang. Kami juga
berbekal makanan energi dan minuman energi
ditambah satu termos kecil air panas turut
melengkapi.
Sir Hugh Low, seorang pejabat kolonial
berbangsa Inggris tercatat sebagai orang
pertama mendaki gunung ini di tahun 1851.
Namanya kemudian diabadikan untuk puncak tertinggi (Low’s Peak). Sedangkan wanita
pertama mendaki Gunung Kinabalu tercatat
Miss Lilian Gibbs (1910), seorang botanis yang
di tugaskan untuk museum Inggris, melakukan
tugas pendataan tumbuhan. Namanya di
abadikan untuk beberapa species tanaman
(Bambusa gibbsiae salah satu spesies bambu).
Bisa terbayang bagaimana lebatnya menembus
hutan hujan tropis ini lebih dari 150 tahun yang
72
lalu. Saat inipun medan terjal kami
tempuh dalam kecepatan lambat,
sekalipun telah ada anak-anak tangga
dari kayu, sekalipun licin namun terasa
sangat membantu pijakan sepatu boot
kami. Di depan dan di belakang kami
berpuluh pendaki berbagai usia, ras dan
bangsa berada dalam satu formasi
menuju puncak bagai ular naga meliuk-
liuk, tampak dari lampu penerangan yang
mereka kenakan di kepala maupun dalam
genggaman. Suhu dini hari itu tercatat 5oC cukup dingin memang namun tidak
sampai membuat tubuh menggigil karena
kami terus bergerak. Pendakian hari
kedua ini kami tidak disertai pemandu
karena tiba-tiba dia merasa kurang sehat,
sehingga kami berdua bergabung dengan
grup lainnya.
Selepas batas vegetasi kemungkinan di
ketinggian 3400m, sampailah kami di
dinding granit masif. Masih dalam remang malam dan hanya dari sumber
cahaya lampu kepala, kami meraba
mendadak teringat dongeng “Raksasa
dan Liliput” dinding ini benar-benar
bagai perut raksasa tidur. Perlahan kami
merambati rekahan granit dimana telah
dipasang secara permanen tali nilon
putih berdiameter sekitar 1 inci yang
berfungsi sebagai pegangan saat
memanjat dinding ini sekaligus petunjuk
jalur pendakian kami. Betul-betul sangat
membantu mencambangi dinding dengan kemiringan 45-65o. Pengelola Taman
Kinabalu sangat memperhatikan faktor
keselamatan pendaki, terlihat dari
kondisi tali yg relatif baru. Bila terjadi
badai dengan jarak pandang terbatas, tali
ini akan mampu sebagai petunjuk jalan
sekaligus pegangan terpercaya.
Setengah jam kira-kira waktu yang diperlukan
untuk melintasi dinding curam bagai perut
raksasa, tibalah pada pintu gerbang Sayat-Sayat.
Disini terdapat pos pemeriksaan tanda pengenal
sekaligus izin menuju puncak. Bisa jadi pada
kondisi cuaca buruk, para pendaki akan terhenti
disini dan tidak akan diizinkan naik.
Mengagumkan namun bisa juga terasa sebagai
penghambat. Sebagian para pendaki ini berasal
dari sisi belahan dunia dan telah mengeluarkan
biaya dan upaya tidak sedikit untuk mencapai
posisi saat ini, namun keputusan mutlak ditangan petugas jaga. Kita sering mendengar
istilah ‘juru kunci’, disini benar-benar berlaku
karena petugas ini memiliki kuasa penuh demi
keselamatan dan menjaga amanah. Lebih
mengagumkan, di Sayat-Sayat ini terdapat satu
pondok yang bisa dipergunakan untuk
berlindung lengkap dengan toilet. Satu hal yang
lebih mengagetkan, disampingnya terdapat dua
buah telepon umum yang berfungsi dengan koin
dan kartu telepon ‘TM’ (Telekom Malaysia)!
Bisakah dibayangkan? Elevasi saat itu 3668m setingkat dengan puncak gunung tertinggi di
Jawa, Gunung Semeru!
Dengan cuaca bersahabat selepas hujan lebat
semalam, semua pendaki menjelang terbitnya
mentari mendapat kelulusan untuk meneruskan
pendakiannya. Kondisi jalur sudah tidak terjal
lagi dan tampaknya kemiringan semakin landai.
Sepanjang jalur terdapat papan petunjuk yang
menunjukkan posisi kita saat itu lengkap dengan
jarak dan elevasi. Barusan kami melintasi papan
petunjuk 7.0km, pengukuran jarak ini berawal
dari Gerbang Timpohon. Hampir sejam kemudian kilometer 8.0 kami lewati.
Sekalipun jalur relatif datar namun pendakian
tidak bisa berjalan cepat, dikarenakan elevasi
setinggi itu menyebabkan kandungan oksigen
menipis, sehingga perlu tarikan nafas lebih
dalam untuk meraih oksigen dan
73
mendistribusikannya dalam darah dan
otak agar keseimbangan tubuh tetap
terjaga. Pada kondisi seperti ini pendaki
sering mengalami mual dan pusing yang
dikenal sebagai sakit ketinggian
(mountain sickness) momok yang cukup
menghantui pendaki dimana saat akhir
dari pendakian tidak dapat dituntaskan
dengan sempurna.
Perlahan tapi pasti, kami bergerak terus hingga
papan tanda menunjukkan kilometer 8.5 dengan
elevasi 4008m, artinya Puncak tertinggi tidaklah
jauh. Tigapuluh menit terasa cepat karena kami
sibuk mengatur tarikan nafas dan detak jantung
sambil mencari jalur diantara bongkah-bongkah
besar granit yang tiba-tiba menjadi terjal di
beberapa ratus meter terakhir. Akhirnya tibalah
ujung pendakian hari kedua ini di ketinggian
4095.2m dan kami ucapkan syukur dengan
mengheningkan cipta dan kami kibarkan bendera Merah Putih. Dirgahayu Indonesia ke-
63. Indonesia BISA!
Tentang Penulis: Adhika Adipratama (14th) pelajar di Kuala
Lumpur. Pendakian ini merupakan keempat
baginya yang dimulai sejak berumur 8th.
Tulisan aslinya ditulis Adhika dalam bahasa
Inggris, kemudian dialih bahasakan oleh Hari
Primadi, ayahnya.
74
"Holding Company" BUMN di Malaysia dan Potensi
Aplikasinya di Indonesia
Ir. Bonie Erwanto, MBA., MAFIS.
My-Commit
BUMN Indonesia dengan aset 1300
triliun rupiah lebih memang sangat
strategis. Tak pelak tangan-tangan
pusat kekuasaan acap
menghampirinya. Hal itu menjadikan
iklim di BUMN tidak sehat. Motif-
motif politik sering menghantui
keputusan-keputusan strategis. Para
pemimpin BUMN sering harus
sowan ke DPR, untuk sebuah
keputusan yang semestinya menjadi
wewenang-nya. Situasi politik acap
menggiring mereka untuk selalu
mencari cantolan politik, ketimbang
memperbaiki kinerja.
Kultur politik ini semakin
membenamkan BUMN dalam
budaya birokrasi yang lamban dan
berbelit. Banyak direksi yang tidak
berani mengambil keputusan, dan
budaya entrepreneur yang bercirikan
kecepatan dan keberanian
mengambil risiko dalam derajat
tertentu dan terukur menjadi luntur.
Intervensi politik yang di luar
takaran itu menjadikan orientasi
bisnisnya melemah, dan tentu saja
tidak dapat diharapkan kinerjanya.
Akar historis BUMN kita tidak
terlepas dari Pasal 33 UUD, yang
sebenarnya bukan hal yang aneh
dalam konsep negara kesejahteraan
(welfare state). BUMN masih
dianggap sebagai tangan negara
untuk membantu menciptakan
kesejahteraan rakyat. Porsi public
social obligation yang dibebankan
negara kepada sebagian BUMN
cukup besar dan mempunyai
pengaruh cukup signifikan terhadap
orientasi bisnisnya.
Platform “Holding” Sebagai
Instrumen Agenda Nasional
BUMN Indonesia yang berjumlah
139 buah, serta anak perusahaan dan
cucu perusahaan yang kalau ditotal
bisa lebih dari 600 unit, tentu
membutuhkan pengelolaan lebih
sistematik, sekaligus membangun
benteng terhadap intervensi politik.
Dan wadah itu adalah holding
company.
Khazanah Nasional
Jika kita menengok Khazanah
Nasional, holding company milik
Pemerintah Malaysia ini memiliki
strategi serupa, walaupun tidak
seagresif Temasek (Singapura)
dalam berinvestasi di luar negeri.
Seperti halnya Temasek, Khazanah
yang di antaranya masuk ke Bank
Lippo dan Excelcomindo, tidak
terlibat secara langsung dalam
perusahaan-perusahaan yang menjadi
portofolionya. Keterlibatan struktural
terjadi di level sektoral pengemban
misi investasi luar negeri tersebut,
seperti CIMB untuk Bank Niaga dan
75
TM International untuk
Excelcomindo.
Mirip Temasek, Khazanah berusaha
menciptakan kepemimpinan yang
kuat dan kapabel pada setiap
perusahaan yang menjadi
portofolionya. Yang juga menjadi
perhatian Khazanah adalah
memastikan berfungsinya dengan
baik sistem dan kontrol yang telah
dirancang.
Dari negara tetangga ini kita
mendapat pelajaran betapa
pentingnya bagi perusahaan holding
untuk memberi otonomi kepada
jajaran direksi, memilih orang yang
tepat, mengembangkan
kepemimpinan, dan memastikan
berfungsinya sistem dan
pengawasan. Sesuatu yang
sebenarnya tidak terlalu istimewa,
tetapi barangkali inilah yang "sulit"
terjadi.
Satu hal yang perlu digarisbawahi
adalah tata kelola (governance)
antara perusahaan holding dengan
perusahaan portofolionya.
"Holdingisasi" yang sedang dibentuk
oleh kementerian BUMN memang
suatu keharusan, mengingat aset
keseluruhan BUMN kita sebenarnya
lebih besar daripada milik tetangga.
Yang harus diperhatikan adalah
adanya perbedaan mendasar dengan
mereka, sebagian besar BUMN kita
kental dengan misi sosialnya (public
services obligation), yang tentu saja
harus menjadi pertimbangan penting.
Ini membawa penulis untuk
mempertanyakan 3 (tiga) hal
mendasar untuk perkembangan
BUMN di Indonesia:
• Dengan perkembangan situasi
ekonomi 5-10 tahun yad.,
mampukah BUMN mengemban
tugasnya sebagai kontributor
organik terbesar untuk
pertumbuhan aset negara secara
independen (“aset nasional
seutuhnya”) dan konsisten, dan
tetap ‘disiplin’ dalam misi sosial
yang dimaksud ? Bentuk
‘holding’ apa yang cocok dengan
iklim Indonesia untuk mencapai
misi tersebut ?
• Bagaimana ‘holding’ dapat
menjadi instrumen nasional
dalam membentuk sosok BUMN
sehingga memikat talenta-talenta
Indonesia yang terpendam dan
tersebar di dalam dan luar Tanah
Air ?
• Apakah ‘holding’ ini nantinya
mampu mendorong orientasi ke
level internasional seperti yang
sudah dilakukan negara-negara
tetangga, i.e. Malaysia dan
Singapura ? Jika mampu, sejauh
mana ‘political will’ nya?
Tentu saja pertanyaan tersebut perlu
diskusi secara mendalam dengan
pihak yang berwenang. Dalam
mencoba menjawab hal di atas,
penulis bermaksud mengetengahkan
cuplikan Khazanah Nasional sebagai
penggerak utama transformasi
Government-Linked Companies
(GLC) di Malaysia dan kemungkinan
aplikasinya di Indonesia.
(Data disadur dari tulisan
A.B.Susanto di Suara Pembaruan)
76
77
78
Pengembangan Keunggulan Indonesia Lebih Baik Fokus ke
Proses Kreatif Daripada Bisnis Offshoring
Yudanto Hendratmoko ST. My-Commit
Offshoring merupakan usaha korporasi untuk memangkas biaya. Indonesia
dengan kelebihan dan kekurangannya tidak perlu mengikuti Malaysia dengan
bisnis offshoring. Pengembangan keunggulan Indonesia dapat difokuskan ke
proses kreatif dan pengembangan perangkat lunak. Prasarana tentu saja
diperlukan untuk proyek pengembangan ini yang pembiayaannya berupa
reksadana atau modal ventura.
Offshoring dan Outsourcing
Offshoring adalah relokasi suatu proses
bisnis dari satu negara ke negara lain. Ini agak rancu dengan istilah outsourcing.
Outsourcing adalah memindahkan proses
bisnis ke perusahaan lain. Perusahaan ini
bisa berlokasi negara lain bisa di negara
yang sama. Sementara pemindahan
proses bisnis bisa berlaku internal
dengan lokasi di negara lain. Offshoring
bisa sekaligus outsourcing.
Beberapa alasan sebuah perusahaan
menerapkan offshoring adalah untuk
mendapatkan biaya jasa dan barang yang lebih murah. Efisiensi biaya adalah
hakikatnya. Pemangkasan biaya ini bisa
dilakukan karena infrastruktur sudah siap
diimbangin dengan sumber daya manusia
yang berkemampuan tinggi.
Dari gambar 1 bisa dilihat bahwa tiga
besar negara tujuan offshoring adalah
India, Cina dan Malaysia. Mereka
membuat beberapa kemudahan agar
iklim bisnis menarik para korporasi membuka
offshoring. Di antaranya adalah penundaan
pajak,kemudahan ijin tenaga asing, pembiayaan
modal dan lain-lain.
Beberapa faktor kunci yang diperhatikan oleh
korporasi dalam mengoperasikan offshoring
adalah:
1. Struktur finansial, seperti biaya gaji, biaya infrastruktur dan peraturan perpajakan.
2. Ketrampilan dan ketersediaan tenaga kerja,
seperti akumulasi pengalaman bisnis,
pendidikan, ketersediaan orang, ketrampilan
berbahasa dan pertumbuhan pekerjaan
3. Lingkungan bisnis, dengan contoh kondisi
ekonomi politik, kualitas infrastruktur,
adaptasi budaya dan perlindungan hak
intelektual.
Dilihat dari 25 negara tujuan utama offshore,
India menjadi tujuan utama karena keunggulan dari tiga faktor di atas. Negara ASEAN yang
termasuk dalam negara tujuan utama adalah
Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina dan
Vietnam.
79
Gambar 1. Negara-negara tujuan
offshore, diambil dari AT Kearney’s
2004 Offshore Location Attractiveness
Index
Malaysia
Malaysia dengan program Multimedia
Super Coridor (MSC) mencoba
mengimbangi Singapura dari sisi keuangan sementara ketrampilan tenaga
kerjanya mengungguli negara ASEAN
selain Singapura. Terdapat 2006
perusahaan yang terdaftar sebagai MSC
status. Sejak dikonsepkan tahun 1996,
program ini telah membuat 63.000
pekerjaan baru. Bukan pekerjaan
berkemahiran rendah, tetapi pekerjaan
yang melibatkan pengetahuan teknologi
informasi. Penelitian dan pengembangan
sudah menelan biaya 814 juta ringgit (2,2 trilyun rupiah). Pendapatan yang
dihasilkan adalah 13 trilyun ringgit (35
ribu trilyun rupiah). Kegunaan yang didapatkan
perusahaan adalah fasilitas teknologi kelas
dunia, biaya hidup yang tidak terlalu tinggi
dibandingkan negara maju termasuk Singapura,
prosedur yang jelas, kemudahan meminjam dari
luar negeri, dan perizinan tenaga kerja yang
mudah.
Indonesia Indonesia terkenal dengan orang-orangnya yang
kreatif. Jumlah karya budaya Indonesia sangat
besar, sampai merambah ke manca negara, baik
hasil karyanya maupun artis kreatifnya. Dari
produk sinetron, walaupun banyak yang tidak
berkualitas, lagu, sampai film nasional sering
disiarkan stasiun televisi negara lain. Selain itu
artis seni Indonesia sering memenangkan lomba
lagu internasional. Belum lagi ditambah seni
fotografi dan seni digital yang cukup dikuasai
orang Indonesia di kawasan ASEAN. Indonesia yang multi budaya memperkaya khasanah
kreatifitas orang Indonesia. Dalam pergaulan
80
sehari-hari, orang Indonesia
diperkenalkan dengan keberagaman
agama, suku budaya dan bahasa daerah.
Secara tipikal, orang Indonesia
menguasai bahasa Indonesia dan bahasa
pergaulan / bahasa daerah.
Prestasi anak negeri di ajang
internasional juga membanggakan.
Seringnya utusan Indonesia menang di
ajang kompetisi perancangan chip VLSI
(Very Large Scale Integrated) membuktikan kehandalan putra
Indonesia. Ajang lomba algoritma dan
pemrograman juga mulai dimenangi oleh
delegasi Indonesia. Dari Google Jam
Code dan topcoder, anak negeri bersaing
dengan jagoan-jagoan programer dari
seluruh dunia dan menjadi finalis atau
juara. Olimpiade Fisika dan Matematika
merupakan tempat persemaian calon
cendikia dan Indonesia menjadi
langganan semifinalis atau finalis kompetisi internasional itu.
Ada nama-nama Indonesia yang familiar.
Disini akan disebut dua: Anggun dan
Marvell. Anggun adalah orang Indonesia
yang bermigrasi ke Perancis dan menjadi
artis unggulan di negeri itu. Marvell
adalah perusahaan orang Indonesia yang
bersekolah di Amerika dan membangun
perusahaan pembuat chip yang skalanya
mampu menyaingi Texas Instrument dan
Hewlett-Packard.
Di sisi lain, infrastruktur yang jelek
membuat Indonesia kurang diminati oleh
investor luar negeri untuk tujuan
offshoring. Selain itu, birokrasi yang
tidak efisien dan ekonomi biaya tinggi
merupakan hal utama yang harus
dipertimbangkan jika suatu korporasi
hendak membangun bisnis di Indonesia.
Kericuhan sosial dan keamanan nasional
mulai menjadi perhatian perusahaan negara maju untuk merelokasi proses
bisnisnya ke Indonesia.
Fokus Program
Dengan melihat kekuatan Indonesia pada
kreativitas dan inovasi, sebaiknya
program pengembangan potensi negara
berfokus pada faktor-faktor keunggulan
tadi. Beberapa bidang yang secara potensi bisa
menghasilkan devisa dan memperkuat
kedudukan ekonomi politik adalah:
Desain dan Seni. Ini mencakup seni digital dan
fotografi. Ditambah lagi dengan kreasi musik
dan sastra.
Pengembangan program open source. Web 2.0
merupakan tren yang bisa dimanfaatkan
Indonesia, selain untuk membawa masuk
devisa, juga mengembangkan solusi open
source itu sendiri. Potensi anak negeri sudah ada
untuk mencetuskan disruptive technology, teknologi yang memecah kejumudan dan
membuat genre tekno baru. Tinggal pengarahan
dan fasilitas yang bisa membuat ini terjadi.
Perancangan chip VLSI. Sementara Malaysia
membuat pabrikasi chip di Penang, Indonesia
bisa mulai membuat perancangan VLSI besar-
besaran di Bandung.
Prasarana
Prasarana yang diperlukan adalah sambungan internasional suara dan data berkapasitas tinggi.
Sambungan internet yang menghubungkan
Indonesia sekarang ini berada di pulau Jawa.
Untuk lebih memeratakan pembangunan dan
menyuburkan semangat inovasi, perlu dibangun
infrastruktur sambungan internet dari pulau-
pulau selain Jawa:
1. Sumatra, melalui Medan sebagai kota
terbesar di pulau itu, tersambung ke
Malaysia
2. Kalimantan, dengan Pontianak sebagai hub,
melalui jalur terhubung dengan Singapura 3. Sulawesi terkoneksi langsung dengan
Filipina dari kota Manado
4. Bali sebagai pusat pariwisata dihubungkan
kabel bawah laut dengan Australia
5. Irian Jaya tersambung dengan Australia
secara langsung
Untuk referensi jaringan internet antar negara
Asia saat ini bisa dilihat di Gambar 2.
Gambar 2: Jaringan kabel bawah laut Asia, diambil dari www.starhub.com
Pembiayaan
Untuk membiayai proyek pembangunan
prasarana internet ini, beberapa cara bisa
ditempuh. Suatu reksadana infrastruktur jangka
panjang dapat dibuat oleh bank investasi atau
81
badan permodalan nasional. Reksadana
ini selain untuk membiayai proyek
pembangunan juga bisa dilanjutkan
untuk perawatan dan perbaikan
infrastruktur. Alternatif lain adalah
dengan modal ventura. Suatu institusi
permodalan dapat membiayai proyek ini
dari awal bekerjasama dengan beberapa
pengusaha daerah atau koperasi daerah.
Exit plan dari modal ventura ini dipakai
saat aplikasi dan servis yang berjalan di
atas infrastruktur baru ini menampakkan hasil yang menggembirakan.
Penghasilan jaringan internet berasal
utamanya dari pelanggan jaringan. Selain
itu persentase dari penyedia aplikasi
dapat menambah pemasukan.
Wirausahawan daerahlah yang lebih tahu
mengenai daerahnya dan bisa menggali
potensi daerah.
Jika badan permodalan ingin menjual sahamnya, badan usaha milik daerah dan
badan usaha milik negara dapat
membelinya. Dengan pembelian oleh
BUMD/BUMN, pembinaan
kewirausahaan dapat diteruskan oleh
pemerintah selain melindungi
kepentingan nasional. Bisa juga penjualan
saham dilakukan melalui bursa efek.
Mudah-mudahan rencana ini bisa dijalankan.
Referensi
Friedman, Thomas, The World is Flat: A Brief
History of The Globalized World in The 21st
Century, Penguin Group, 2005
Tapscott, D, Williams, A. D., Wikinomics: How Mass Collaboration Changes Everything,
Penguin Group, 2006
http://www.mscmalaysia.my/topic/1207305075
3950
http://www.techcrunch.com/2008/01/09/sign-of-
the-times-web-20-outsourcing-humor/
http://en.wikipedia.org/wiki/Offshoring_IT_Ser
vices
http://bebas.vlsm.org/v06/Kuliah/Seminar-
MIS/2007/205/
http://www.starhub.com http://yudanto.wordpress.com
82
BIOGRAFI PEMAKALAH
83
Assoc. Prof. Muhammad Akhyar Adnan, Ph.D, MBA lahir di Pekanbaru pada
tanggal 13 Juni 1958. Beliau memiliki seorang istri dan dua orang anak. Lulus S1
dari jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada pada tahun
1985, kemudian melanjutkan studinya dengan mengambil S2 di University of
Wollongong Department of Management, Faculty of Commerce yang selesai pada
tahun 1991 dan S3 di universitas dan fakultas yang sama pada Department of
Accounting and Finance yang selesai pada tahun 1996.
Karirnya dimulai sebagai Junior Auditor di Kantor Akuntan Publik Dr. Moechtar
Talib, MBA dari tahun 1983 hingga 1985. Kemudian pada tahun 1985 hingga
1986 menjadi Kepala Bagian Akuntansi di PT Pembangunan Perumahan cabang
Jawa Timur & Kalimantan Timur. Dari tahun 1986 hingga 2006, beliau menjadi
pengajar di Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Beberapa jabatan
pernah diemban beliau diantaranya Direktur Program Doktor dan Wakil Rektor
UII. Dari tahun 2006 hingga saat ini menjadi Associate Professor di International
Islamic University Malaysia (IIUM).
Bidang yang diminati olehnya diantaranya adalah akuntansi, bisnis, ekonomi,
perbankan, pendidikan, da’wah Islamiyyah dan lain-lain. Beliau juga aktif di
berbagai organisasi seperti Muhammadiyah, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia,
Ikatan Ahli Ekonomi Islam Indonesia, Masyarakat Ekonomi Syariah dan lain –
lain.
Beliau aktif menghasilkan karya tulis baik berupa makalah dan buku. Makalah
terbarunya yang dipublikasikan di Jurnal Akuntansi dan Investasi pada bulan
Januari 2006 berjudul “Toward an Ideal Balance if Islamic Banking Products
Portfolio; The Case of Sharia Bank Industry in Indonesia”. Beliau juga mengarang
buku bersama Irma H. Labatjo dengan judul “Sejarah Akuntansi Dalam Perspektif
Islam: Benarkah Luca Pacioli Bapak Akuntansi Modern?” yang diterbitkan pada
tahun 2006.
84
Mohamad Fany Alfarisi, SE lahir di Jakarta pada tanggal 27 Mei 1979. Lulus S1
dari Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Andalas Padang pada
tahun 2002.
Saat ini beliau sedang meneruskan studinya dengan mengambil S2 di International
Islamic University Malaysia (IIUM) dengan program M.Sc in Finance pada
Kulliyyah of Economics and Management Sciences.
Beliau berkarir sebagai pengajar di Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi,
Universitas Andalas, Padang, Sumatera Barat dari tahun 2003 hingga saat ini.
Selain itu beliau juga menjadi Graduate Research Assistant dan Graduate
Teaching Assistant di Kuliyyah of Economics and Management, IIUM. Beliau
menjadi anggota Islamic Economic Forum for Indonesia Development (ISEFID)
Kuala Lumpur Malaysia serta aktif sebagai Editor in Chief ISEFID Review.
85
Assoc. Prof. Dr. Iis Sopyan lahir di Indramayu pada tanggal 13 Juni 1966. Lulus
S1 dari Department of Pure and Applied Chemistry, Faculty of Science and
Technology, Tokyo University of Science pada tahun 1991 kemudian melanjutkan
studinya dengan mengambil program S2 dari jurusan, Fakultas dan Universitas
yang sama dari tahun 1991 hingga 1993. Program S3 diambilnya dari tahun 1993
hingga 1996 dari department of Applied Chemistry, Faculty of Engineering, The
University of Tokyo.
Beliau memulai karirnya di Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dari
tahun 1996 hingga tahun 2004 dengan jabatan terakhir sebagai Kepala Grup
Teknologi Keramik, Pusat Teknologi Material. Selain itu beliau juga mengajar di
Universitas Indonesia (1999) dan Institut Sains dan Teknologi Nasional (2000-2004).
Sejak Tahun 2004 hingga kini, beliau bekerja sebagai dosen di International Islamic
University Malaysia (IIUM). Selain menjadi dosen, beliau juga menjadi Chairman of
Biomedical Engineering Research Group dan juga Manager of Biomaterials Laboratory di IIUM.
Beliau mempunyai ketertarikan di bidang biomaterial, photocatalytic engineering, sol-
gel science, nanomaterial, fine ceramics dan biopolymers. Sudah banyak penghargaan
yang beliau terima, diantaranya yang terbaru adalah “Gold Award” pada British
Innovation and Technology Show tahun 2007 dan “Gold Medal” untuk inovasi dalam
“Bioactive Dense Bone Implants” pada 56th EUREKA International Invention and
Innovation Show di Brussel, Belgia pada 22-25 November 2007. Publikasi terakhir
beliau dan kawan-kawan yang dimuat dalam jurnal internasional berjudul “The
Influence of Ca/P ratio on the properties of hydroxyapatite bioceramics”. Sementara
publikasi beliau dan kawan-kawan yang dipresentasikan di International Conference
on MEMS and Nanotechnology berjudul “The Development of Cement Bonded TiO2 Photocatalyst for Phenol Removal”.
86
Prof. Dr. Tjia Hong Djin lahir di Bandung pada tahun 1934. Lulus S1 dari Fakultas
Teknik Universitas Indonesia di Bandung pada tahun 1957, lulus S2 dari jurusan
geologi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1959. Beliau mengambil studi post-
graduate di Columbia University Amerika Serikat pada tahun 1960 – 1961. Beliau
mendapatkan gelar Doktor Ilmu Pasti dan Ilmu Alam dari Istitut Teknologi Bandung
pada tahun 1966.
Beliau mengawali karirnya sebagai dosen muda di Jurusan Geologi Insitut
Teknologi Bandung pada tahun 1959 hingga 1968. Dari tahun 1968 hingga tahun
1993 bekerja sebagai professor di departemen geologi Universitas Kebangsaan
Malaysia. Saat ini beliau bekerja sebagai Honorary Senior Fellow of LESTARI
(Institute for the Environment and Development) Universitas Kebangsaan
Malaysia. Beliau mendapatkan penghargaan sebagai professor emeritus dari
Universitas Kebangsaan Malaysia pada bulan Agustus 2004. Selain itu beliau
pernah menjadi Technical Advisor (Upstream) Petronas Research & Scientific
Services Sdn. Bhd. Dari tahun 1993 hingga 2002 dan juga menjadi Structural
Geologist di Petronas Carigali Sdn. Bhd. Dari tahun 2002 hingga 2004.
Beliau telah mempublikasikan sekitar 250 artikel pada jurnal lokal dan
internasional yang meliputi geologi struktur, tektonik , geomorfologi, perubahan
muka air laut, geologi kuarter, geologi planet dan lain – lain. Selain itu beliau
menyumbangkan karyanya sebanyak 2 bab dalam buku ” Petronas Petroleum
Geology” (1999).
87
Ir. Rovicky Dwi Putrohari M.Sc lahir di Yogyakarta pada 12 Maret 1963.
Beliau memiliki seoraang istri dan dua anak. Lulus S1 Teknik Geologi Universitas
Gajah Mada pada tahun 1987 dan S2 Geofisika Universitas Indonesia tahun 2000.
Beliau telah bekerja selama 16 tahun di bidang Eksplorasi dan Produksi minyak
dan gas bumi, baik itu onshore ataupun offshore, termasuk diantaranya operasi
pemboran di lapangan, studi eksplorasi dan eksploitasi untuk aktivitas eksplorasi
lanjut, aktivitas pencarian lapangan baru hingga intepretasi seismik untuk
karakterisasi reservoir.
Karir beliau diawali sebagai operation geologist di Hudbay Oil pada tahun 1988
hingga 1990. Kemudian karirnya dilanjutkan di LASMO Malacca Strait sebagai
regional (exploration) geologist dari tahun 1990 hingga 1992 dan LASMO
Indonesia sebagai new venture geologist dari tahun 1992 hingga 1995. Pada tahun
1995 hingga 2001, beliau berkarir di Kondur Petroleum S.A. dengan jabatan
terakhir sebagai manajer geologi. Sejak tahun 2001 hingga 2005, beliau bekerja
sebagai konsultan eksplorasi di berbagai perusahaan seperti Brunei Shell
Petroleum, Total E&P Indonesie dan Murphy Oil. Sejak tahun 2005 hingga
sekarang beliau bekerja sebagai geological advisor di HESS Oil and Gas.
Beliau sangat tertarik pada aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi baru pada
eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi. Beliau menjadi anggota dari
organisasi-organisasi seperti: IPA (Indonesian Petroleum Association), IAGI
(Ikatan Ahli Geologi Indonesia), HAGI (Himpunan Ahli Geofisika Indonesia),
AAPG (American Association of Petroleum Geology) dan SEG (Society of
Exploration Geophysicist). Publikasi terbarunya yang dipresentasikan pada
konvensi IPA pada tahun 2007 adalah “PSC : Terms And Conditions And
Implementation In South East Asia”. Hingga saat ini beliau terus mencari
tantangan baru dengan bekerja pada aplikasi dari ilmu pengetahuan dan teknologi
di industri minyak dan gas bumi seluruh dunia.
88
Wahyudin Suwarlan, B.Sc merupakan lulusan Teknik Geofisika Colorado
School of MinesAmerika Serikat pada tahun 1987.
Beliau mengawali karirnya di dunia perminyakan di Vico Indonesia dari tahun
1987 sampai 1992. Kemudian beliau melanjutkan karir di Lapindo Brantas sampai
than 2001 dengan posisi terakhir sebagai manajer eksplorasi. Setelah itu beliau
melanjutkan karirnya di Kondur Petroleum dari tahun 2001 sampai tahun 2003
dengan posisi terakhi sebagai manajer G & G (Geologi & Geofisika). Sejak 2003
bekerja di Petronas Carigali dan banyak terlibat dalam proyek-proyek
pengembangan lapangan tua di daerah offshore Sarawak. Posisi beliau saat ini
sebagai Senior Geoscientist dan Subsurface Team Leader untuk Project Baram
dan Temana.
Beberapa karya tulis teknikal telah dipublikasikan dan dipresentasikan di beberapa
konferensi seperti IPA, PGCE, SEAPEX dan SPE baik sebagai penulis maupun
penulis bersama.
89
Ir. Isra Yendhi Ismail merupakan lulusan Teknik Perminyakan ITB, Bandung
dan sejak September 2002 bekerja di Petronas Carigali Sdn Bhd sebagai Senior
Drilling Engineer.
Karir di dunia perminyakan diawali di Mobil Oil Indonesia dari tahun 1980
sampai 1996. Dimulai sebagai Reservoir Engineer kemudian pindah jalur menjadi
Drilling Engineer dengan jabatan terakhir Drilling Engineering Supervisor. Selain
di Indonesia, pernah juga bekerja di Mobil Exploration & Production U.S. di New
Orleans, Louisiana (USA) tahun 1988-1989 sebagai Senior Drilling Engineer dan
Senior Drilling Supervisor.
Setelah berhenti dari Mobil Oil Indonesia, tahun 1997 bekerja sebagai Senior
Drilling Supervisor untuk Asamera Oil yang kemudian menjadi Gulf Resources
(Indonesia) Ltd selama satu tahun, dan kemudian untuk Total Indonesie sebagai
konsultan Senior Drilling Supervisor selama 7 bulan. Tahun 1998-2002 bekerja
untuk JOB Pertamina-HEDI sebagai Senior Drilling Engineer dan Drilling
Superintendent.
Sejak September 2002 bekerja di Petronas Carigali dan banyak terlibat dalam
proyek-proyek infill drilling. Mulai Juni 2008 menjadi anggota project assessment
team untuk S.E. Asia.
Selain itu juga menulis buku “Haji – Persiapan dan Pelaksanaannya” yang
diterbitkan oleh BDI (Badan Dakwah Islam) Mobil Oil Indonesia tahun 1994.
90
Askar Triwiyanto, ST lahir di Jakarta pada 17 Maret 1976. Beliau lulus dari
Departemen Metalurgi Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI) pada tahun
2000. Saat ini beliau sedang melanjutkan studi dengan mengambil program master
di jurusan Material Engineering International Islamic University Malaysia.
Semasa menjadi mahasiswa UI, beliau aktif di organisasi kemahasiswaan yaitu
senat mahasiswa UI. Pada tahun 1999-2000 beliau menjadi ketua Senat
mahasiswa Fakultas Teknik UI. Ketika masa reformasi. beliau menjadi
koordinator lapangan Aksi Damai Mahasiswa menolak Anarki, Salemba 13-15
Mei 1998. Hingga kini Askar Triwiyanto tetap aktif di organisasi kemahasiswaan
dengan menjadi ketua steering commitee Kongres X PPI Malaysia pada tanggal
31 Mei 2008.
Publikasi terakhir beliau berjudul “Tragedi 13 Mei : Studi Komparasi Malaysia-
Indonesia” dipresentasikan di “International Indonesian Student Conference” di
Kuala Lumpur pada bulan Mei 2008. Makalah yang sama akan di presentasi
kembali di seminar kali ini.
91
Dr. Riza Muhida lahir di Jakarta pada tanggal 28 Maret 1969. Beliau memiliki
seorang istri dan seorang anak. Lulus S1 dari Teknik Fisika Istitut Teknologi
Bandung pada tahun 1995, beliau meneruskan studinya di Kokusai Kotoba
Gakuin Japanese School di Jepang untuk mengambil program diploma bahasa
Jepang dari tahun 1996 sampai tahun 1998. Beliau melanjutkan studinya dengan
mengambil S2 Teknik Elektro di Osaka University yang diselesaikan pada tahun
2001 yang kemudian dilanjutkan dengan mengambil S3 di bidang Semiconductor
and Optical Electronics di universitas yang sama yang diselesaikan pada tahun
2004.
Karir beliau dimulai sebagai teaching assistant di Osaka University dari tahun
2001 hingga tahun 2004. Sejak tahun 2004 hingga sekarang beliau mengajar di
Department of Mechatronics Engineering Intenational Islamic University
Malaysia (IIUM) dan sejak 2006 beliau menjadi senior assistant professor di
IIUM.
Dr. Riza aktif di organisasi IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineer)
dan menjadi anggota Executive Committee IEEE Malaysia Section pada tahun
2007. Beliau telah banyak mempublikasikan hasil penelitiannya di berbagai
konferensi internasional.Penelitian terbaru beliau bersama kolega-koleganya
berjudul “Nanoscopic Chaacterization of Textured Substrate for Thin Film Solar
Cells” yang dipresentasikan di “5th
International Conference on Physical and
Numerical Simulation of Materials Processing” di Zhengzhou Cina tahun 2007.
92
Taufik Kadarusman, ST lahir di Sukabumi pada tanggal 21 Oktober 1975.
Beliau memiliki seorang istri dan empat orang anak. Beliau lulus dari Teknik Sipil
Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1998. Beliau memulai karirnya di
PT. Berlian Sistem Informasi dengan jabatan terakhir sebagai senior programmer.
Dari tahun 2005 sampai saat ini beliau berkarir di Vantage Point Consulting Sdn.
Bhd. Sebagai SAP Senior Consultant. Saat ini beliau aktif di organisasi My-
commit sebagai fasilitator. Programming dan web design adalah bidang yang
sangat digemarinya.
93
Ir. Hari Primadi, MT saat ini menjabat sebagai Ketua IATMI (Ikatan Ahli
Teknik Perminyakan Indonesia) Komisariat Kuala Lumpur. Sehari-hari bekerja
sebagai Independent Consultant di bidang Reservoir/Geomodeling. Beliau lulus
S1 dari jurusan geologi Universitas Pembangunan Nasional (UPN) “Veteran”
Yogyakarta dan lulus S2 dari jurusan geologi Institut Teknologi Bandung (ITB)
Bandung.
Beliau sangat aktif berorganisasi. Sebelum menjadi Ketua IATMI – KL, beliau
pernah menjabat sebagai sekretaris Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI)
Komisariat Duri, Riau dan anggota pengurus Serikat Pekerja Caltex Pacific
Indonesia di Duri, Riau. Minatnya terhadap kegiatan di alam terbuka sangat
tinggi. Hal ini terlihat dari pengalaman organisasi yang pernah diikuti seperti
Ketua Pencinta Alam semasa SMA, sekretaris sekaligus pendiri Kelompok
Penelusur dan Peneliti Gua “ASC” Yogyakarta pada tahun 1984. Beliau juga
pernah menjadi koordinator Ekspedisi Speleologi di Blora dan menjadi anggota
Ekspedisi Anglo-Australia-Indonesia (1984-1986) yang juga menemukan gua
terpanjang di Indonesia.
94
Adhika Adipratama lahir di Pekanbaru 8 Juli 1993. Saat ini berstatus Pelajar di
Mutiara International MIGS, Kuala Lumpur dan akan masuk Grade 10 pada tahun
ajaran yang akan datang.
Pendakian pertamanya saat berusia 8 tahun ke Gunung Merapi di Jogja tahun
2001. Ketika itu mbah Maridjan selaku Juru Kunci Gunung Merapi sempat
berfoto bersama. Gunung Kinabalu merupakan pendakian ke-4 yang dilakukan
pada bulan Juli tahun lalu. Hingga kini telah 5 gunung didakinya, yaitu Merapi (2
kali), Gede, Kinabalu, dan Rinjani.
Selain mendaki gunung Adhika juga menggemari penelusuran gua, termasuk gua
vertikal yang menggunakan tali dengan teknik Single Rope Technique (SRT)
untuk menuruninya. Wall climbing juga ditekuninya sejak 2 tahun lalu.
95
Ir. Bonie Erwanto, MBA., MAFIS. lahir di Cirebon pada tanggal 27 Oktober
1972. Beliau memiliki seorang istri dan dua orang anak. Lulus S1 dari Teknik
Sipil Universitas Trisakti pada tahun 1997. Pada tahun 1998 mendapat gelar
Master of Business Administration dari Cleveland State University dan pada
tahun 1999 mendapat gelar Master of Accountancy and Financial Information
System dari universitas yang sama.
Karirnya dimulai sebagai Consultant Process and Change Management di
Accenture dari tahun 2000 hingga 2002. Pada tahun 2002 hingga 2006 berkarir di
PT Excelcomindo Pratama, Tbk sebagai Senior Manager Corporate Process and
Systems. Dari tahun 2006 hingga kini menjabat sebagai General Manager/Head of
Division Business Performance di TM International Bhd (Holding).
Beliau meminati bidang makro dan mikro ekonomi, strategi dan kinerja
perusahaan, merger dan akuisisi, dan teknologi dan aplikasinya. Beliau pernah
menjadi pembicara dalam TM Forum ASEAN Regional Summit, Kuala Lumpur
September 2005, dengan judul makalah “eTOM in XL: Process Architecture in
Action – Case Study”. Beliau juga pernah menjadi dosen tamu di Fakultas
Magister Teknologi Informasi Universitas Indonesia pada bulan Mei 2005 dengan
judul makalah ” The Need for Managing Process Performance to Positively
Impact Your Business” dan menjadi dosen luar biasa di Fakultas Magister
Akuntansi Universitas Trisakti selama tahun 2005 hingga 2006 dengan materi
“Corporate Performance and Metrics, Balanced Scorecard”.
96
Ir. Yudanto Hendratmoko lahir di Jakarta pada tahun 1969. Beliau memiliki
seorang istri dan satu orang anak. Lulus S1 dari Teknik Informatika Institut
Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1995 dan saat ini sedang mengambil S2 di
program Master of Business Administration Universiti Teknologi Malaysia.
Sejak awal karirnya, beliau bekerja sebagai SAP Consultant. Dimulai di Astra
International dari tahun 1996 hingga 1999, kemudian di Arthur Andersen
Business Consulting dari tahun 1999 hingga 2000, lalu di Pricewaterhouse
Coopers / IBM dari tahun 2000 hingga 2003 dan terakhir di Shell IT International
dari tahun 2003 hingga saat ini.
Bidang yang diminati oleh beliau antara lain adalah manajemen rantai suplai,
kreatifitas dan inovasi, dan ekonomi syari’ah. Saat ini beliau menjadi anggota My-
commit dan ikatan alumni ITB cabang Malaysia. Beliau mempunyai blog pribadi
sebagai media untuk mempublikasikan karyanya. Blog tersebut dapat dikunjungi
di http://yudanto.blogspot.com/ (pemikiran), http://yudanto.blogspot.com/ (sastra)
dan http://www.flickr.com/photos/yudanto/ (foto).
97
Susunan Panitia Seminar Indonesia 5 Juli 2008
Penanggung Jawab : KBRI Kuala Lumpur / IATMI - KL
Koordinator : 1 Ir. H. Edison Sirodj, MT, MM.
Senior Geoscientist, PCSB, L16, T2, PTT, KLCC,
50088, Kuala Lumpur, Malaysia
603-23317295 / 60129356285
2 Ir. Choky Nasution
Senior Drilling Engineer, PCSB, L22, T1, PTT,
KLCC, 50088, Kuala Lumpur, Malaysia
603-23319302 / 60143288236
Bendahara / Dana Usaha : 1 Fierzan Muhammad, ST.
Geoscientist, PCSB, L11, T2, PTT, KLCC, 50088, Kuala Lumpur, Malaysia
603-23317660 / 60126377315
2 Desia Suzana, ST.
Geoscientist, PCSB, L11, T2, PTT, KLCC, 50088, Kuala Lumpur, Malaysia
603-23317976 / 60123425819
Sekretaris : 1 Putri Eka Julivia, ST.
Drilling Engineer, PCSB, L22, T1, PTT, KLCC,
50088, Kuala Lumpur, Malaysia
603-23319127 / 60123425798
2 Anggie Rengganis, ST.
Geoscientist, PCSB, L23, T2, PTT, KLCC, 50088,
Kuala Lumpur, Malaysia
603-23315647 / 60163839074
Acara : 1 Ir. Theresia H. Kuswardhany, MBA.
Senior Geoscientist, PMU, L22, T2, PTT, KLCC,
50088, Kuala Lumpur, Malaysia
603-23318031 / 60122287291
2 Ir. Prama Arta
Senior Geoscientist, PCSB, L44, T2, PTT, KLCC, 50088, Kuala Lumpur, Malaysia
603-23315397 / 60129263953
3 Wahyu Singgih Prastetyotomo, ST.
Geoscientist, PCSB, L10, T2, PETT, KLCC,
50088, KL, Malaysia
603-23316863 / 60129172695
98
MC : 1 Septiana Dewi Nugraeni, ST.
Reservoir Engineer, PMU, L22, T2, PTT, KLCC, 50088, Kuala Lumpur, Malaysia
603-23315936 / 60176880975
Perlengkapan : 1 Hendra Iriansyah Darmawan, ST.
Geoscientist, PCSB, L15, T2, PTT, KLCC, 50088,
Kuala Lumpur, Malaysia
603-23319437 / 60126377374
Dokumentasi / Publikasi : 1 Mochamad Arie Arizona, ST.
Geoscientist, PCSB, L15, T2, PTT, KLCC, 50088,
Kuala Lumpur, Malaysia
603-23319441/ 60123468982
2 Ritchie Martua Simamora, ST.
Geoscientist, PCSB, L15, T2, PTT, KLCC, 50088,
Kuala Lumpur, Malaysia
603-23319432 / 60123469037
Makalah / Paper : 1 Rizki Krishna Pratama, ST.
Geoscientist, PCSB, L15, T2, PTT, KLCC, 50088, Kuala Lumpur, Malaysia
603-23319516 / 60173425960
2 Muhammad Aip, ST.
Geoscientist, PCSB, L11, T2, PTT, KLCC, 50088, Kuala Lumpur, Malaysia
603-23317714 / 60126377325
Umum : 1 Radityo Herbasuki, ST.
Drilling Engineer, PCSB, L22, T1, PTT, KLCC,
50088, Kuala Lumpur, Malaysia
603-23319401 / 60146207151
Konsumsi : 1 Ibu Niken Edison Sirodj
2 Ibu Niken Hari Primadi
Koordinator Moderator : 1 Afar Alzubaid Mbai, ST.,S.Sos.,MSc.
Senior Petroleum Engineer, Petronas PMU,L27,T1,PTT,KLCC,50088,KL,Malaysia
603-23318527 / 60172261597
2 Paul Judagama Kristianto, Ir
Sales Manager-SEA, Rohas Perkasa 11th Flr, Jln Perak No 8, Kuala-Lumpur Malaysia
603-27308855 / 60123902031