36
IDENTIFIKASI TULANG MANUSIA Oleh : Dr. H. MISTAR RITONGA, SpF BAGIAN KEDOKTERAN KEHAKIMAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT UMUM H. ADAM MALIK & PIRNGADI MEDAN

Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ortho

Citation preview

Page 1: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

IDENTIFIKASI TULANG MANUSIA

Oleh :

Dr. H. MISTAR RITONGA, SpF

BAGIAN KEDOKTERAN KEHAKIMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARARUMAH SAKIT UMUM H. ADAM MALIK & PIRNGADI

MEDAN

Page 2: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

PENDAHULUANPenjahat Penyidik Dokter Tulang – tulang Science

TAHAPAN IDENTIFIKASI TULANGI. Membedakan tulang manusia & hewan

II. Mengetahui tulang berasal dari individu yg sama.

III. Menentukan jenis kelamin.

IV. Menentukan umur

V. Menentukan umur tulang itu sendiri

VI. Menentukan tinggi badan

VII. Menentukan ras

VIII. Menentukan lamanya kematian

IX. Menentukan rudapaksa ante mortem - post mortem

X. Menentukan penyebab kematian

Page 3: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

PEMBAHASAN

Ad. I. Membedakan tulang manusia dgn tulang hewan a) Melihat bentuk anatomis tulang

b) Tes Kimia PRESIPITIN TESTAd. II. Untuk mengetahui tulang berasal dari satu

individua) Melihat kesamaan tulangb) Jumlah tulangc) Melihat kiri kanannya tulangd) Melihat kesamaan warna tulange) Melihat kesamaan besar tulangf) pemeriksaan serologisg) Sidik jari DNA

Page 4: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Ad. III. Penentuan jenis kelamin dari tulang – tulang.Menurut KROGMAN :

• Dari tulang PELVIS : 95%• Dari tulang TENGKORAK : 92%• Dari tulang PELVIS & TENGKORAK : 98%• Dari tulang – tulang panjang : 80-85%• Dari tulang – tulang panjang & tengkorak : 95%• Dari tulang – tulang panjang & pelvis : 98%• Dari tulang sternum• Dari bentuk tulang sacrumBila tulang – tulang kecil dengan sidik jari DNA

Page 5: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

IDENTIFIKASI TULANG MANUSIA ATAU TULANG HEWAN

KETIDAKTAHUAN SERING MENIMBULKAN KESALAHPAHAMAN

Contoh : - Kasus di Chaukidar : sekelompok tulang burung disangka sebagai tulang bayi sebagai suatu kasus abortus kriminalis

a. MELIHAT BENTUK ANATOMIS TULANG

- Mudah, bila yang ditemukan tulang secara keseluruhan (berupa rangka/kerangka tubuh)

- Bila hanya sepotong tulang panjang perlu pemeriksaan yang teliti

Page 6: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

b. TEST KIMIA

- Dengan “PRESIPITIN TEST”

Prinsip : Adanya ikatan Antigen – Antibody yang membentuk presipitat putih seperti awan.

- Test ini sangat sensitif untuk membuktikan tulang

berasal dari manusia

- Test ini masih memberi hasil positif :

Tulang berumur < 25 tahun

Mummi berumur > 4000 tahun

Page 7: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Metodenya :

1 cm2 sum – sum tulang diekstraksi dgn NaCl 0,9% pH 7

+

NaCl 0,9 % +

1 cm2 sum – sum tulang

Serum anti manusia

NaCl + SSTL

Serum anti manusia

Reaksi cincin

Page 8: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Cara pembuatan serum Anti Manusia :

KELINCI Injeksi darah manusia

5 – 9 hari

Terbentuk antibody : menetralisir darah manusia.

Darah kelinci tersebut diambil dipisahkan, dan serum yang mengandung antibodi diisolir ini yang disebut sebagai “SERUM ANTI MANUSIA”

Page 9: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Ad. III. Penentuan Jenis Kelamin Dari Tulang Tengkorak

Tengkorak pria : Lebih besar, lebih berat, tulang lebih tebal, tonjolan – tonjolan lebih jelas

Tulang dahi : Pria lebih miring, wanita tegak lurus

Cavum Orbita Pria

Cavum Orbita Wanita

Rahang bawah : Angulus mandibula pd pria < 900

Angulus mandibula pd wanita >900

Page 10: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Menurut Acsadi dan Nemeskeri

Page 11: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Penilaian : Nilai –2 s/d +2• Hiper Feminim -2• Feminim -1• Netral 0• Hiper masculin +2• Masculin +1• Netral 0

Menurut Acsadi dan Nemeskeri

Page 12: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

PENENTUAN JENIS KELAMIN DARI TULANG – TULANG PANJANG

a. Bentuk anatomisOs. Humerus : Laki – Laki Perempuan

Lebih besar Lebih kasar Tub. Del. lebih besar Tub. Mayus lebih besar Sulcus intestubecularis lebih

dalam

Lebih ringan Lebih halus Lebih halus Lebih kecil Lebih dangkal

Os. Femur :

Lebih berat Lebih kasar Trochanter Mm lebih menonjol Fossa Trochasilerica lebih dalam Fovea capitis lebih besar Linea aspera lebih menonjol

Lebih ringan Lebih halus Trochanter Mm kurang menonjol Fossa Trochasilerica lebih

dangkal Fovea capitis lebih kecil Linea aspera kurang menonjol

Page 13: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

TabelPenentuan jenis kelamin (menurut Acsadi & Nemeskeri (1970) & Ferembach (1979), Martin Knussman (1988)

Ciri Bobot

Hyper

Feminim

-2

Feminim

-1

Netral

0

Maskulin

+1

Hyper

Maskulin

+2

Sulcus pre Auricularis

3Mendalam,

batas jelas

Lebih dangkal

& jelasHanya bekas

Hampir

tak kentaraTidak ada

Incicura Ischiadica Major

3Sangat terbuka,

Bentuk V

Terbuka,

Bentuk VPeralihan Bentuk U

Sempit, jelas.

Bentuk U

Angulus

Sub Pubicus2 >1000 900 – 1000 600 – 900 450 – 600 < 450

Fossa Coxae 2

Rendah, lebar, sayap luas, relief otot kurang jelas

Ciri feminim kurang jelas

Peralihan

Ciri maskulin kurang jelas

Tinggi, sempit, relief otot sangat jelas

Page 14: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Ciri Bobot

Hyper

Feminim

-2

Feminim

-1

Netral

0

Maskulin

+1

Hyper

Maskulin

+2

Arc. Compose 2 Dua lengkung Satu lengkung

Foramen Obturatum

2 , runcing Tak jelas OvalOval,

bulat

Corpus Ossis Ischii

2

Sangat sempit, tuber ishiciadicum kurang jelas

Sempit Sedang Lebar

Sangat lebar

T.I sangat kuat

Crista Iliaca 1Bentuk S nya sangat dangkal

Bentuk S-nya dangkal

SedangJelas bentuk S

Sangat jelas bentuk S

Fossa Iliaca 1Sangat rendah dan lebar

Rendah & lebar

Tinggi & lebarnya sedang

Tinggi & sempit

Sangat tinggi & sempit

Page 15: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Ciri Bobot

Hyper

Feminim

-2

Feminim

-1

Netral

0

Maskulin

+1

Hyper

Maskulin

+2

Pelvis mayor 1 Sangat lebar Lebar Sedang SempitSangat sempit

Pelvis minor 1Sangat lebar & oval

Lebar & oval

Lebarnya sedang & bulat

Sempit, berbentuk “Harten”

Sangat sempit, berbentuk “Harten”

Penilaian :Nilai bobot x nilai dimorfis (-2 s/d 2), hasil perkalian ditambah, kemudian dibagi dengan jumlah ciri yang dipergunakan

a) Bila >0 maskulin

b) Bila <0 feminim

Page 16: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Ad. IV. Penentuan Umur Dibedakan Masa – Masa Berikut

1 Infans I : Lahir sampai dengan tumbuh gigi M1 sampai 7 tahun

2 Infans II : Tumbuh gigi M1 sampai dengan tumbuh M2 13 – 16 tahun

3 Juvenis : Tumbuh gigi M1 sampai dengan tumbuh M3 18 – 22 tahun

4 Adultus : M3 sudah tumbuh, tanda pertama keausan gigi (+). Obliterasi sutura mulai. Ossifikasi epiphysis selesai 30 tahun.

5 Maturus : Keausan gigi lanjut. Obliterasi suturan lanjut 50 tahun.

6 Senilis : Oblitari sutura sempurna, kehilangan gigi, tertautnya lobang gigi, processus alveolaris mulai susut/memendek

Page 17: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)
Page 18: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)
Page 19: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

B. UMUR MENURUT TUMBUHNYA GIGI

Gigi susu Gigi Seri I Bawah : 6 – 8 bulan Gig Seri I Atas : 7 – 9 bulan Gigi Seri II Bawah : 10 – 12 bulan Gigi Seri II Atas : 7 – 9 bulan Gigi Geraham I : 12 – 14 bulan Gigi Taring : 17 – 18 bulan Gigi Geraham I I : 20 – 30 bulan

Page 20: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Permanen M1 Geraham 1 : 6 – 7 tahun

I1 Seri 1 : 6 – 8 tahun

I2 Seri 2 : 7 – 9 tahun

P1 Premolar 1 : 9 – 11 tahun

P2 Premolar 2 : 10 – 12 tahun

C. Taring : 11 – 12 tahun M2 Geraham2 : 12 – 14 tahun

M3 Geraham3 : 17 – 25 tahun

Page 21: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

C. UMUR MENURUT DERAJAT KEAUSAN GIGI

Kriteria derajat keausan gigi (Martin, 1957)

0 Tidak terlihat keausan apa – apa

1 Enamel aus sedikit, tapi benjolan kunyah positif

2 Pada beberapa tempat telah terlihat dentin berwarna kuning

3 Seluruh permukaan enamel telah aus/kuning

4 Sebagian besar mahkota gigi aus sampai leher gigi

Page 22: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)
Page 23: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Ad. V. Perkiraan Umur Dari Tulang – Tulang Panjang

Dapat dilihat dari penyatuan Epiphysisnya

A. Epiphysis dari os. femur, tibia, febula

Diaphysis masih terpisah dari tulang : <18 thn Diaphysis masih terlihat seperti garis : 17 – 18 thn Diaphysis sudah bersatu sempurna : > 18 thn

B. Distal epiphysis dari os. radius dan ulna

Terpisah seluruhnya : 18 – 19 thn

Sebagian terpisah, sebagian bersatu : 18 – 19 thn Bersatu membentuk garis : 19 – 20 thn Bersatu sempurna : > 20 thn

Page 24: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

C. Head of humerus

Diaphysis terpisah seluruhanya : < 20 thn

Sebagian terpisah, sebagian bersatu : 19 – 20 thn

Bersatu membentuk garis : 20 – 21 thn

Bersatu sempurna : >21 thn

Page 25: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Ad. VI. Cara Menentukan Tinggi Badan Dari Tulang

A. Dari panjang tulang belakang

Menurut TOPMAID dan ROLLER bahwa panjang tulang belakang adalah 35% dari tinggi badan

B. Dari panjang tulang – tulang panjang

1. Dengan memakai formula STEVENSON

2. Dengan memakai formula TROTTER dan GLESSER

3. Dengan memakai formula PEARSON

C. Dari tinggi tulang hidung

Dengan memakai formula G.S. KLER, yaitu :

♂ : 1507,1 + 4,3 X + 63,3

♀ : 1439,4 + 3,1 X + 48,9

Page 26: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Caucasoid Mongoloid Negroid

Bentuk tengkorak Bulat Persegi Oval

Muka Relatif sempit Agak lebar dan datar.

Tulang menonjol

Sedang

Maximal

Menonjol

Cavum Orbita Segitiga Bulat persegi

Ad. VII. Cara Menentukan Ras

Page 27: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Ad. VIII. Menentukan Lamanya Kematian Dari Tulang

1. Limur Tulang – Umur Individu

(Bab V) (Bab IV)

2. Dari Bau Tulang

- Berbau busuk < 5 bulan

- Tidak berbau busuk > 5 bulan

3. Warna Tulang

- Kekuning – kuningan < 7 bulan

- Agak keputihan > 7 bulan

Page 28: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

4. Kepadatan Tulang

- Mulai berpori – pori > 1 tahun

- Berpori – pori yg merata & rapuh > 3 tahun

Catatan :

Keadaan ini berlaku bagi korban yang ditanam dalam tanah

Page 29: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Ad. IX. Cara Menentukan Rudapaksa/Fraktur Ante Mortem/Post Mortem

1. Perobahan warna pada pinggir tulang fraktur

2. Melihat penyembuhan fraktur (callus)

3. Radio grafik

Radiopositas pd ujung fraktur ante mortem

4. Pewarnaan air tanah pada ujung fraktur

Ujung fraktur lebih gelap atau hampir sama

ante mortem

Ujung fraktur lebih pucat

post mortem

Page 30: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

Ad. X. Menentukan Penyebab Kematian

• Agak sulit ditentukan, namun bila dijumpai adanya fraktur pada cranium dapat diarahkan penyebab kematian, serta benda yang dimakan, mis :

- dipukul dengan benda tumpul (fraktur kompresi)

- kasus KLL (fraktur linier)

- berbentuk corong akibat peluru

- benda tajam (fraktur bercelah)• Pada kasus – kasus keracunan logam berat

mis : - Arsen dengan GUTZEIT TEST

Page 31: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

KESIMPULAN

1. Membedakan tulang hewan dengan manusia

- Bentuk anatomis

- Test Precipitasi

2. Tulang berasal dari satu individu

- Jumlah tulang

- Besar tulang

- Kiri/kanan tulang

3. Menentukan jenis kelamin

- Bentuk tengkorak - Serologis

- Bentuk panggul - Sidik jari DNA

- Bentuk tulang panjang

Page 32: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

4. Menentukan umur individu

- Derajat obliterasi sutura

- Pertumbuhan gigi

- Derajat keausan gigi

- Perubahan pada symphisis pubis

5. Menentukan umur tulang

- Penentuan kandungan Nitrogen

- Penentuan kandungan Asam Amino

- Reaksi Benzidine

- Fluorisasi sinar ultra violet

- Immunologi

Page 33: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

6. Menentukan tinggi badan

- Dari panjang tulang belakang

- Dari panjang tulang – tulang panjang

- Dari tinggi hidung

7. Menentukan ras

Dengan melihat bentuk tengkorak

8. Waktu Kematian

Umur tulang - Umur korban

Page 34: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)

9. Ante Mortem / Post Mortem

- Warna Tulang

- Radiografi

- Callus

10. Penyebab kematian

- Fraktur

- Toxicologi

Page 35: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)
Page 36: Ident. Tulang Mns(Dr.mr)