Upload
melati-setia-ningsih
View
350
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
IDENTIFIKASI BAKTERI VIBRIO PARAHAEMOLYTICUS PADA BIOTA LAUT
PADANG SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS SEAFOOD DI KOTA
PADANG
BIDANG KEGIATAN
PKM-PENELITIAN
BAYU GEMILANG 1010312007 Angkatan 2010
MELATI SETIA NINGSIH 1010312107 Angkatan 2010
WIRA DITYA 1010312035 Angkatan 2010
PUTRI ANINDITA 1010312078 Angkatan 2010
HARRY PASCA RULLIAN 1110312137 Angkatan 2011
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2012
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan................................................................................................................i
Daftar Isi...........................................................................................................................ii
A. Judul............................................................................................................................1
B. Latar Belakang...............................................................................................................1
C. Rumusan Masalah..........................................................................................................2
D. Tujuan...........................................................................................................................2
E. Kegunaan......................................................................................................................2
F. Luaran yang Diharapkan.................................................................................................2
G. Tinjauan Pustaka...........................................................................................................3
G.1 Karakteristik Bakteri Vibrio parahaemolyticus.................................................3
G.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Bakteri Vibrio
parahaemolyticus............................................................................................4
G.3 Pengaruh Infeksi Vibrio parahaemolyticus Terhadap Kesehatan......................5
H. Metode Penelitian........................................................................................................6
H.1 Desain Penelitian.............................................................................................6
H.2 Tempat Penelitian...........................................................................................6
H.3 Bahan dan Alat................................................................................................6
H.4 Cara Kerja........................................................................................................7
I. Jadwal Kegiatan..............................................................................................................7
J. Rancangan Biaya.............................................................................................................8
K. Daftar Pustaka...............................................................................................................8
L. Lampiran.......................................................................................................................10
BAB.
1
A. JUDUL
Identifikasi Bakteri Vibrio parahaemolyticus pada Biota Laut Padang sebagai
Upaya Meningkatkan Kualitas Seafood di Kota Padang.
B. LATAR BELAKANG
Laut adalah konstituen terluas yang membentuk permukaan bumi, sehingga sumber
makanan banyak berasal dari laut. Ikan, kerang-kerangan, cumi-cumi, dan udang
merupakan biota laut yang sering digunakan sebagai bahan makanan seafood karena
rasanya yang lezat dan memiliki nilai gizi yang tinggi. Di kawasan pantai Padang,
seafood merupakan menu andalan dari rumah makan-rumah makan di sekitar kawasan.
Biota laut yang digunakan sebagai bahan seafood terutama diperoleh dari nelayan yang
mayoritas berdomisili di sekitar kawasan pantai Padang.
Seafood mencukupi ketentuan sebagai bahan konsumsi jika memiliki nilai gizi
yang tinggi dan bebas dari zat-zat atau mikroorganisme yang berbahaya bagi kesehatan
manusia. Keamanan mengonsumsi seafood mulai menjadi sorotan setelah wabah
foodborne disease di Jepang pada tahun 1950 yang diduga disebabkan oleh Vibrio
parahaemolyticus (Yeung, Boor: 2004), dan sekarang foodborne disease paling umum
ditemukan di negara-negara Asia, dimana penduduknya sering mengonsumsi makanan
laut (Wong, 2003). Indonesia, menurut Nair et al. (2007), termasuk wilayah penyebaran
kasus pandemik yang disebabkan oleh bakteri Vibrio parahaemolyticus.
Bakteri Vibrio parahaemolyticus merupakan bakteri gram negatif halofilik,
berbentuk batang bengkok, bersifat anaerob fakultatif, hidup secara alami di laut dan
muara, dan dikenal sebagai penyebab gastroenteritis foodborne diseasae (Daniels et al.,
2000; Wong, 2003; Ansaruzzaman et al., 2005; Nair, et al., 2007). Infeksi dapat terjadi
karena mengkonsumsi makanan yang terkontaminasi oleh bakteri patogen, makanan
yang dimasak setengah atau tidak matang, atau makanan yang dikonsumsi tanpa dimasak
(Wong, 2003). Jika Vibrio parahaemolyticus masuk ke dalam tubuh manusia dapat
menyebabkan 3 sindrom utama dari klinis penyakit—gastroenteritis (sindrom yang
paling umum), infeksi luka, dan septikemia.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika Serikat, 1973—1998,
memonitor bahwa rata-rata angka serangan terinfeksi Vibrio parahaemolyticus sekitar
56% (Daniels et al., 2000). Di Taiwan, dalam kurun waktu 1986—1995, sebanyak 35,5%
2
(197/555 kasus) adalah kasus yang disebabkan oleh Vibrio parahaemolyticus (Pan et al.,
1997). Di negara Asia lainnya, seperti Vietnam, ditemukan sebanyak 548 pasien dengan
infeksi Vibrio parahaemolyticus pada tahun 1997—1999 (Tuyet et al., 2002). Indonesia
sendiri pernah terjadi kasus sebesar 3.7% (19/514 pasien) dengan gastroenteristis akut
dan diketahui positif Vibrio parahaemolyticus sepanjang tahun 1974 (Bonang et al.,
1974).
C. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah biota laut yang digunakan sebagai makanan seafood di kawasan pantai
Padang terinfeksi bakteri Vibrio parahaemolyticus?
2. Manakah biota laut yang digunakan sebagai makanan seafood di kawasan pantai
Padang yang paling berpotensi sebagai pembawa bakteri Vibrio
parahaemolyticus?
D. TUJUAN
D.1 Umum
Mengidentifikasi bakteri Vibrio parahaemolyticus pada biota laut yang digunakan
sebagai makanan seafood di kawasan pantai Padang.
D.2 Khusus
Mengidentifikasi jenis biota laut yang paling berpotensi sebagai pembawa bakteri
Vibrio parahaemolyticus.
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah data dari jenis biota laut yang
berpotensi sebagai pembawa bakteri Vibrio parahaemolyticus.
F. KEGUNAAN
1. Memberikan informasi kepada dunia kesehatan dan masyarakat mengenai
keberadaan bakteri Vibrio parahaemolyticus pada biota laut yang digunakan sebagai
bahan seafood di kawasan Pantai Padang.
3
2. Memberikan informasi kepada dunia kesehatan dan masyarakat mengenai jenis biota
laut yang berpotensi sebagai pembawa bakteri Vibrio parahaemolyticus.
3. Upaya untuk mencegah peningkatan insiden foodborne disease aibat bakteri Vibrio
parahaemolyticus khususnya di Padang.
4. Sebagai sumber acuan yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya bagi
perkembangan ilmu kedokteran.
G. TINJAUAN PUSTAKA
G.1 Karakteristik Bakteri Vibrio parahaemolyticus
Taksonomi
Kelas :Gamma proteobacteria
Ordo :Vibrionales
Famili :Vibrionaceae
Genus :Vibrio
Species :V. parahaemolyticus
Vibrio parahaemolyticus adalah salah satu spesies bakteri dari famili Vibrionaceae yang
merupakan bakteri Gram negatif yang mempunyai ciri-ciri morfologi berbentuk batang
(curved atau straight ) dengan ukuran panjang antara 2-3 µm. Di pusat koloni berwarna hijau
tua, anaerob fakultatif, tidak membentuk spora, pleomorfik, bersifat motil dengan satu
flagella pada ujung sel (Vasanthakumari, 2007). Bakteri ini mempunyai tiga antigen: antigen
somatik O, antigen kapsul K, antigen flagel H. Serotipe berdasarkan antigen O dan K( Parija,
2009).
Bakteri ini merupakan bakteri halofilik, bisa hidup dalam media sederhana namun
membutuhkan garam untuk tumbuh. Bakteri ini akan gagal tumbuh pada media tanpa Sodium
Klorida (Parija, 2009). Tumbuh dengan baik dengan kisaran garam mencapai 8% dan
optimum pada konsentrasi garam 2-3% (Parija, 2009).
Karakteristik biokimianya adalah melakukan fermentasi terhadap glukosa, maltosa,
manitol, mannose, arabinose hanya dengan produksi asam. Sedangkan laktosa, sukrosa,
xylose, adonitol, inositol, sorbitol, dan salicin tidak difermentasi (Vasanthakumari, 2007).
Selain itu, Vibrio parahaemolyticus memberi reaksi positif terhadap oxidase, catalase, nitrate,
4
indole dan sitrat. Dapat tumbuh pada suhu 10-44oC (optimum suhu 37oC), dimana waktu
generasi bakteri pada fase eksponensial adalah 9-13 menit di kondisi optimum
pertumbuhannya dalam kisaran pH 4,8-11 (optimum pada 7,8-8,6) dan dalam media padat
bakteri ini tumbuh dengan menggunakan flagel lateral7. Bakteri ini dapat bertahan dalm
periode yang lama saat dibekukan dan akan hancur saat dikeringkan, terekspos panas pada
600 C dalam 15 menit, terekspos oleh cuka atau air hasil penyulingan (Vasanthakumari,
2007).
Vibrio parahaemolyticus tidak berkembang dengan baik pada media yang digunakan
untuk Salmonella dan Shigellae, tetapi ia berkembang baik pada agar darah. Ia juga tumbuh
baik pada TCBS(Thiosulfate-Citrate-Bile-Sucrose), dimana mereka membentuk koloni hijau.
Vibrio parahaemolyticus biasanya diidentifikasi dari pertumbuhan oxidase-positive pada agar
darah (Jawetz, 2007).
G.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keberadaan Vibrio parahaemolyticus
Vibrio parahaemolyticus sering diisolasi dari laut dan seafood pada zona iklim sedang
di seluruh dunia dan sering menyebabkan foodborne disease di Jepang dimana konsumsi ikan
mentah sangat populer. Selain itu sumber yang umumnya banyak menyebabkan
gastroenteritis di US berhubungan dengan konsumsi tiram dan beberapa makanan terkait
seperti kepiting, udang, lobster. Tidak seperti konsumsi ikan mentah di jepang, makanan ini
biasa disajikan dalam keadaan sudah dimasak. Kesalahan dalam pengolahan seperti
pendinginan yang tidak baik, memasak kurang matang, dan kontaminasi menjadi penyebab
terjangkitnya penyakit. (kaysner dan DePaola, 2001).
Vibrio Parahaemolyticus ditandai dengan pertumbuhannya yang cepat. Dapat tumbuh
dalam 9 menit pada media agar atau 12 menit dalam seafood (Lane, 2005). Kepadatan V.
Parahaemolyticus dalam lingkungan perairan dan seafood sangat dipengaruhi oleh musim,
lokasi, polutan (fekal), tipe sampel dan metode analisis. Temperatur air laut adalah faktor
yang paling penting untuk mengontrol level kesehatan lingkungan dari V. Parahaemolyticus
dengan peningkatan kepadatan 10-300. Hidup dalam kadar garam 5-35 ppt dengan kadar
optimal 22ppt.(lane, 2005).
Tidak semua strain dari vibrio parahemolitikus yang menyebabkan penyakit dan dua
dari grup yang telah ditetapkan: strain patogen kanagawa positif yang menyebabkan
5
foodborne disease, dan kanagawa negatif. Vibrio parahemolitikus sebagian makanan yang
berasal dari laut.dan juga terjadi ketika seafood telah mengalami kontaminasi silang oleh ikan
mentah yang telah dimasak dan sesudah itu berada di suhu yang salah. Seafood lainya yang
bisa terjangkit yaitu ketam, tiram, remis, udang dan kepiting (Lawley, 2005).
G.3 Pengaruh infeksi Vibrio parahaemolyticus Terhadap Kesehatan
Vibrio parahaemolyticus, bakteri yang berhubungan dengan diare yang disebabkan
oleh konsumsi makanan. ikemia. Di daerah beriklim sedang, kejadian musiman pada kerang
dan manusia yang terinfeksi telah dilaporkan. Semua starin memberikan antigen H, tapi
sampai saat ini diketahui 12 tipe antigen O dan 65 tipe K. V. Haemolyticus dapat
memproduksi.
Strain kanagawa positif dari v. Parahemolitikus memproduksi hemolisin tahan panas
Thermostable Direct Haemolycin (TDH) yang bertanggung jawab dalam menimbulkan
penyakit. TDH adalah protein ekstraseluler denga perkiraan berat molekul 44.000 Dalton dan
menpunyai struktur sub unit yang nyata. Mekanisme aksinya belum dimengerti namun
bersifat letal pada tikus dewasa karena menyebabkan akumulasi cairan pada usus tikus. TDH
juga mempunyai kemampuan sitolitik dan kardiotoksik (Lund et. al., 2000). Pada dekade
selanjutnya, ditemukan jenis haemolicin kedua yang berhubungan dengan penyakit
gastroenteritis yang 60% bagiannya homolog dengan TDH. Jenis hemolisin ini disebut
Termostable related haemolycin (TRH) (Kaysner dan DePaola, 2001). TRH diproduksi oleh
strain V. Haemolyticus yang diisolasi dari pasien yang terjangkit penyakit di Maldives (Lund
et. al, 2000). Strain ini tidak memproduksi TDH. Karakteristik kedua hemolisin ini mirip
tetapi tidak identik. Kebanyakan penyakit diakibatkan oleh bakteri yang mempunyai kedua
jenis gen tdh dan trh. Tapi ada juga bakteri yang hanya bisa memproduksi TDH saja atau
TRH saja. Ketiga jenis bakteri ini sama-sama bisa menyebabkan penyakit (Lund et.al, 2000).
Walaupun kadar infektif minimum V parahemoliticus belum diketahui, tapi penelitian yang
dilakukan pada sukarelawan, menunjukkan bahwa 105-10
7 strain kanagawa positif
dibutuhkan untuk menyebabkan penyakit. Kadar infektif dapat lebih rendah ketika orgnisme
ini dikonsumsi bersamaan dengan antacid (Lawley, 2005)
Waktu inkubasi berkisar 4-96 jam (rata-rata 15 jam). Organisme ini menyebabkan
gastroenteritis ringan sampai sedang dengan kram perut dan diare.dapat juga terjadi mual,
6
muntah, sakit kepala dan demam (Lawley, 2005). Gejala terjadi dalam 24 jam khususnya
setelah mengkonsumsi ikan mentah atau belum matang. Gejalan dapat berakhir dalam 3-7
hari. Pada banyak kasus diare juga disertai dengan darah dan lendir (Wiedmann, 2005).
Kebanyakan strain klinis menginduksi hemolisis tipe beta ketika tumbuh dalam agar darah
khusus yaitu Wagatsuma Agar. Fenomena ini disebut kanagawa phenomenon yang
disebabkan oleh TDH. Tidak semua strain yang bisa membentu KP, hanya sekitar 1-2% dan
ini sebagai penanda virulensi. Namun, strain dengan KP negatif mampu membentuk TDH
related hemolisin (TRH) . studi molekuler genetik, strain yang dapat menghasilkan TDH,
TRH ataupun keduanya, merupakan strain yang virulen (Lane, 2005)
TDH terdiri dari dua subunit yang sama. Bersifat hemolitik pada sel eritrosit dan
sitotoksik pada semua sel hewan, meningkatkan permeabilitas vaskular pada kulit kelinci.
Pada pemanasan 1000 tidak dapat menginaktivasi aktivitas hemolitik dari TDH (lane, 2005).
H. METODE PENELITIAN
H.1 Desain penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang memberi gambaran keberadaan bakteri
Vibrio parahaemolyticus pada biota laut tanpa ada intervensi ataupun mencari hubungan
sebab-akibat.
H.2 Tempat Penelitian
Pengambilan sampel seafood dilakukan pada penjaja seafood yang berda di kawasan
Pantai Padang. Selanjutnya isolasi dan identifikasi bakteri Vibrio parahaemolyticus dilakukan
di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Unand.
H.3 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah udang, ikan, kepiting dan
kerang, medium Alkaline Peptone Water (APW) + 3% NaCl, Medium Thiosulphate Citrate
Bile Salt (TCBS) + 3% NaCl, Medium Semisolid Indol Motility (SIM) + 3 % NaCl, Medium
Chromagar, Larutan Kovaks. Semua medium dalam keadaan steril. Alat yang digunakan
7
dalam penelitian ini adalah otoklaf, inkubator, tabung reaksi, cawan Petri, kompor
listrik, jarum inokulasi, gelas Becker, kapas, lampu spirtus, plastik, penggerus, boks
pendingin.
J.4 Cara Kerja
1. Seafood yang telah diambil dari penjual seafood sebanyak 20 sampel dimasukkan dalam
boks pendingin hingga tiba di laboratorium.
2. Beberapa seafood dimasukkan ke dalam plastik dan digerus dalam keadaan tertutup. Lebih
kurang 2 gram cuplikan sampel dimasukkan ke dalam tabung yang berisi 20 mL medium
APW + 3 % NaCl, diinkubasi pada suhu 35 ˚C selama 8 jam.
3. Biakan dari APW selanjutnya diambil dengan menggunakan jarum inokulasi, dibuat
penipisan Koch pada medium (TCBS) + 3 % NaCl dalam cawan Petri, dan diinkubasi pada
suhu 37 ˚C selama 18-24 jam.
4. Koloni tersangka V. Parahaemolyticus pada medium TCBS adalah koloni berwarna
kehijauan, bulat, dan agak keruh dengan diameter koloni 1-2mm. Koloni ini selanjutnya
dibiakkan pada medium Chromagar pada suhu 370 C selama 18-24 jam. Timbulnya warna
ungu pada media menandakan bahwa koloni tersebut adalah Vibrio parahaemolyticus.
I. JADWAL KEGIATAN
Kegiatan
Hari ke-
1 2 3 4 5 6
Persiapan sampel
Inkubasi sampel dalam medium APW
Inkubasi dalam medium TCBS
Inkubasi dalam Medium Chromagar
8
J. RANCANGAN BIAYA
No. Jenis Barang Harga Satuan Jumlah Total Harga
1. Udang Rp. 50.000
2 Kepiting Rp. 50.000
3 Ikan Rp. 50.000
4 Kerang Rp. 50.000
5 Medium Alkaline Pepton
Water (APW)
Rp. 3.500/gr 500gr Rp. 1.750.000
6 Medium Semisolid Indol
Motility (SIM)
Rp. 4000/gr 500gr Rp. 2.000.000
7 Medium Chromagar Rp. 1.500.000
8 Larutan Kovaks Rp. 550.000 Rp. 550.000
Total Rp. 6.000.000
K. DAFTAR PUSTAKA
Ansaruzzaman, M., Marcelino Lucas, 2005. Pandemic serovars (O3:K6 and O4:K68) of
Vibrio parahaemolyticus Associated with Diarrhea in Mozambique: Spread of the Pandemic
into the African Continent. Journal of Clinical Microbiology. Vol. 43. No. 6. P2559-2562.
Bonang, G., Lintong M, and Santoso U.S..1974. The Isolation and Susceptibility to
Various Antimicrobial Agents of Vibrio Parahaemolyticus from Acute Gastroenteritis Cases
and from Seafood in Jakarta. p. 27. In T. Fugino, R. Sakaguchi, and V. Takeda (ed.), Int.
Symp. Vibrio parahaemolyticus: Saikon Publ.Co.Tokyo.
Daniels, NA, MacKonnon L, and Bishop R. 2000. Vibrio parahaemolyticus Infections in
the United States, 1973-1998: J Infect Dis. 181 (5).
Lane, Hewitz. 2005. Foodborne Pathogens. UK: Caister Academic Press.
Lawley, Richard, Laurie Curties, and Judy Davis. 2005. The Food Safety Hazard Guide
Book: RSC Publishing
Lund, Barbara M, Toni C. Baird-Parker, Ghahame W. Gould. 2000. Microbial Safety
and Quality of Food. United States: Aspen Publisher.
Nair, G. Balakrish, et. al.. 2007. Global Dissemination of Vibrio parahaemolyticus
Serotype O3:K6 and Its Serovariants. Clinical Microbiology Reviews, Vol. 20, No. 1, p39-
48.
9
Parija, Subhas Candra. 2009. Textbook of Microbiology and Immunology. Elsevier.
Tuyet, D. T., et. al.. 2002. Clinical, Epidemiological and Socioecomonic Analysis of An
Outbreak of Vibrio parahaemolyticus in Khanh Hoa Province, Vietnam. J. Infect. Dis. 186:
1615-1620.
Wiedmann, Martin. 2005. Genomic of Foodborne Bacterial Pathogens: Springer
Wong, Hin Chung. 2003. Detecting and Molecular Typing of Vibrio parahaemolyticus.
Jurnal of Food and Drug Analysis Vol. 11, No.2, pages 100-107.
Vasanthakumari, R. 2007. Textbook of Microbiology: BI Publication Pvt Ltd
L. LAMPIRAN
L.1 Biodata Pengusul
Ketua Pelaksana
Nama Lengkap : Bayu Gemilang
NIM : 1010312007
Jurusan : Pendidikan Dokter
Alamat Rumah/No. HP : Kompl. Pelangi Indah Blok B2 No.3,
Padang/08566373960
Anggota Pelaksana
1. Nama Lengkap : Melati Setia Ningsih
NIM : 1010312107
Jurusan : Pend. Dokter
Alamat Rumah/ No. Hp : Jln Gurun Laweh no 8/ 083182215541
2. Nama Lengkap : Wira Ditya
NIM : 1010312035
Jurusan : Pend. Dokter
Alamat Rumah/ No. Hp : Jl. Jati V No. 10 D, Padang/ 085263370542
3. Nama Lengkap : Putri Anindita
NIM : 1010312079
Jurusan : Pend. Dokter
Alamat Rumah/ No. Hp : Kompl. Hipocrates By Pass, Padang/ 085263370542
4. Nama Lengkap : Harry Pasca Rullian
NIM : 1110312137
Jurusan : Pend. Dokter
Alamat Rumah/ No. Hp : Kompl. Harka Pasir Permai Blok B/16, Pasir Kandang,
Padang/ 085263604275