Upload
parlin
View
221
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
1/18
MAKALAH
IDENTIFIKASI FAKTOR BAHAYA
DI PUSKESMAS
Nama
AMELYA FRANSISKA
NPM. 13420070
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN REPRODUKSI
UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
2/18
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
3/18
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya kepada kita semua diberikan karunia-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung dalam menyelesaikan tugas mandiri ini. Kami juga mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat saya harapkan demi untuk perbaikan dalam
penyelesaian tugas lainnya. Semoga tugas yang saya susun ini bermanfaat untuk
kita semua.
Bandar Lampung, Desember 2014
Penulis
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
4/18
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
A. Identifikasi Faktor Bahaya di Puskesmas ............................................ 3
B. Upaya Pengendalian ............................................................................. 10
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
5/18
BAB I
PENDAHULUAN
Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang
dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya
penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi
menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau
bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan
sistem kerja. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada
Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup
atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki
tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber
bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan
sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan
tempat kerja tersebut. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan
kerusakan dan Kerugian.
Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi
bahaya di tempat kerja, Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan
dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat
dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka
pencegahan penyakit akibat kerja yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi
bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara
lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada
peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri; 2) faktor
lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
6/18
lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik
produk antara maupun hasil akhir; 3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya
yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut
tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit fungsional
pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota
atau kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, pencegahan dan
penanganan kasus-kasus penyakit di wilayah kerjanya, secara terpadu dan
terkoordinasi. Puskesmas merupakan tempat kerja serta berkumpulnya orang-
orang sehat (petugas dan pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien), sehingga
puskesmas merupakan tempat kerja yang mempunyai resiko kesehatan maupun
penyakit akibat kecelakaan kerja. Oleh karena itu petugas puskesmas tersebut
mempunyai resiko tinggi karena sering kontak dengan agent penyakit menular,
dengan darah dan cairan tubuhmaupun tertusuk jarum suntik bekas yang mungkin
dapat berperan sebagai transmisi beberapa penyakit seperti hepatitis B, HIV AIDS
dan juga potensial sebagai media penularan penyakit yang lain.
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
7/18
BAB II
PEMBAHASAN
A. Identifikasi Faktor Bahaya di Puskesmas
Puskesmas ataupun Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang
menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai
tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Puskesmas ataupun
Rumah sakit merupakan salah satu tempat bagi masyarakat untuk
mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai
fasilitas dan peralatan kesehatannya. Rumah sakit sebagai tempat kerja yang
unik dan kompleks tidak saja menyediakan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat, tetapi juga merupakan tempat pendidikan dan penelitian
kedokteran. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi suatu rumah sakit
maka semakin kompleks peralatan dan fasilitasnya.
Potensi bahaya di sarana pelayanan kesehatan, selain penyakit-penyakit
infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan
kondisi di tempat pelayanan tersebut, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran,
kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber
cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi,
gangguan psikososial, dan ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya tersebut
jelas mengancam jiwa bagi kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para
pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan puskesmas.
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
8/18
Sarana pelayanan kesehatan ini mempunyai karakteristik khusus yang
dapat meningkatkan peluang kecelakaan. Misalnya, petugas acapkali
menggunakan dan menyerahkan instrumen benda-benda tajam tanpa melihat
atau membiarkan orang lain tahu apa yang sedang mereka lakukan. Ruang
kerja yang terbatas dan kemampuan melihat apa yang sedang terjadi di area
operasi bagi sejumlah anggota tim (perawat instrumen atau asisten) dapat
menjadi buruk. Hal ini dapat mempercepat dan menambah stres kecemasan,
kelelahan, frustasi dan kadang-kadang bahkan kemarahan. Pada akhirnya,
paparan atas darah acapkali terjadi tanpa sepengetahuan orang tersebut,
biasanya tidak diketahui hingga sarung tangan dilepaskan pada akhir prosedur
yang memperpanjang durasi paparan. Pada kenyataannya, jari jemari acap kali
menjadi tempat goresan kecil dan luka, meningkatkan risiko infeksi terhadap
patogen yang ditularkan lewat darah. Kondisi gawat darurat dapat terjadi
setiap waktu dan mengganggu kegiatan rutin. Mencegah luka dan paparan
(agen yang menyebabkan infeksi) pada kondisi ini sesungguhnya suatu yang
menantang (Advanced Precaution for Todays OR). Dari berbagai potensi
bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan
bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu manajemen resiko di temapt
pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3
rumah sakit lebih efektif, efesien dan terpadu diperlukan sebuah manajemen
resiko di rumah sakit baik bagi pengelola maupun karyawan rumah sakit.
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
9/18
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) (Adverse Event)
Pengertian:
Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada
pasien karena suatu tindakan (commision) atau karena tidak bertindak
(ommision), dan bukan karena underlying disease atau kondisi pasien
(KKP-RS). KTD yang tidak dapat dicegah (unpreventable adverse event): -
suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
yang mutakhir (KKP-RS). Masalah KTD bisa terjadi dikarenakan (AHRQ
Publication No.04-RG005, Agency for Healthcare Research and Quality
December 2003):
1.
Masalah komunikasi. Penyebab yang paling umum terjadi medical errors.
Kegagalan komunikasi: verbal/tertulis, miskomunikasi antar staf, antar
shif, informasi tidak didokumentasikan dengan baik / hilang, masalah-
masalah komunikasi: tim layanan kesehatan di 1 lokasi, antar berbagai
lokasi, antar tim layanan dengan pekerja non klinis, dan antar staf dengan
pasien.
2. Masalah SDM. Gagal mengikuti kebijakan, SOP dan proses-proses,
dokumentasi suboptimal dan labeling spesimen yang buruk, kesalahan
berbasis pengetahuan, staf tidak punya pengetahuan yang adekuat, untuk
setiap pasien pada saat diperlukan. Hal-hal yang berhubungan dengan
pasien. Idenifikasi pasien yang tidak tepat, asesmen pasien yang tidak
lengkap, kegagalan memperoleh consent, pendidikan pasien yang tidak
adekuat
3. Pola SDM / alur kerja. Para dokter, perawat,, dan staf lain sibuk karena
SDM tidak memadai, pengawasan / Supervisi yang tidak adekuat.Kegagalan-kegagalan teknis. Kegagalan alat / perlengkapan: pompa infus,
monitor. Komplikasi / kegagalan implants atau grafts. Instruksi tidak
adekuat, peralatan dirancang secara buruk bisa sebabkan pasien cidera.
Kegagalan alat tidak teridentifikasi secara tepat sebagai dasar cideranya
pasien, dan diasumsikan staf yang buat salah. RCA yang lengkap, sering
tampilkan kegagalan teknis, yang mula-mula tidak tampak, terjadi pada
suatu KTD
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
10/18
4. Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat. Pedoman cara pelayanan
dapat merupakan faktor penentu terjadinya banyak medical errors.
Kegagalan dalam proses layanan dapat ditelusuri sebabnya pada buruknya
dokumentasi, bahkan tidak ada pencatatan, atau SOP klinis yang adekuat
Perencanaan Proaktif Untuk Mengurangi Faktor Resiko Yang Berhubungan
Dengan High-Alert Medications
Tipe obat Faktor Resiko Umum Rencana Proaktif
Insulin Tidak ada system cek dosis
botol-botol insulin dan heparin
dicampur dan dijaga dalamkedekatan tertutup satu sama lainnya
pada unit keperawatan.
untuk unit-unit dalam order.(dapatdibingungkan dengan O, mudah
overdosis 10x lipat).
Angka kesalahan terjadi ke dalamcairan infus
Menetapkan sistem pengecekan
yang mana satu perawat membuat
preparat dosis dan perawat lainnyamelakukan review terhadapnya.
Menyimpan insulin dan heparintidak berdekatan.
Melakukan ejaan untuk setiap unitlebih baik daripada menyingkatnya
Menetapkan sebuah sistempengecekan yang independen untuk
angka pompa infuse dan pengaturan
konsentrasi.
Opiates dan
narkotik
Faktor resiko umum
Narkotik parenteral disimpansebagai stok dasar di area
keperawatan.
Hydromorphine dibingungkan
dengan morphine
Patient-controled analgesia (PCA)
mengacaukan konsentrasi.
Membatasi ketersediaan opium dan
narkotik dalam stok dasar.
Mengajarkan para staff tentang
kemungkinan pencampuranhydromorphone dan morphine.
Menyediakan Protocol peralatanPCA untuk dua kali cek obat,
pengaturan pompa, dan dosis.
Penyuntikan
potassium
chloride/phosphate
concentrate
Menyimpan concentrated potassiumchloride/phosphate di luar farmasi.
Mencampur tanpa persiapan daripotassium chloride/phosphate
Reguests for unusual concentrations
Memindahakan potassiumchloride/phosphate dari stok dasar.
Memindahakan preparasi obat dangunakan pra campuran komersial
dari IV.
Menetapkan standard an batasi
konsentrasi obat.
Sodium chlorinesolutions di atas
0.9%
menyimpan sodium chloridesolution di atas 0.9 % di atas nursing
unit.
Tersedianya banyak
konsentrasi/formula
Tidak ada sistem pengecekan dua
kali.
Membatasi jalan masuk sodiumchloride solutions di atas 0.9%:
pindahkan solutions ini dari nursing
unit.
Membuat satandar dan batasan obatdan konsentrasi.
Menyediakan protokol peralatanuntuk double-check angka pompaobat, konsentrasi, dan garis
tambahan.
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
11/18
Berikut ini adalah faktor bahaya biologis yang mungkin timbul:
1.
Virus
Dilingkungan puskesmas mungkin akan banyak sekali ditemukan virus.
Seperti virus Hepatitis yang merupakan bahaya potensial bagi petugas
kesehatan dan mereka yang bekerja di lingkungan rumah sakit. Virus
Hepatitis B merupakan salah satu faktor resiko gangguan kesehatan yang
ditularkan dengan kontak melalui cairan tubuh. Sedangkan untuk virus
Hepatitis C merupakan jenis pathogen yang tinggi resiko penularannya
pada kelompok pekerja rumah sakit. Risiko penularan Hepatitis C ini
tergantung pada frekuensi terkena darah dan produk darah dan termasuk
dengan cara tertusuk jarum suntik. (Kepmenkes RI, 2007)
2. Bioaerosol
Salah satu faktor biologis yang mengganggu kesehatan dapat masuk
kedalam tubuh melalui inhalasi bioaerosol. Bioaerosol adalah disperse
jasad renik atau bahan lain dari bagian jasad renik di udara. Sumber
bioaerosol adalah kapang, jamur, protozoa dan virus. Sumbersumber
tersebut menimbulkan bahanbahan alergen, pathogen dan toksin
dilingkungan.
3. Bakteri dan Patogen lainnya
Petugas kesehatan dan pekerja lain di puskesmas mempunyai resiko
terinfeksi beberapa jenis bakteri dan pathogen lainnya. Salah satunya
adalah Mycobacterium tuberculosis. Beberapa patogen penyebab infeksi
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
12/18
saluran nafas yang banyak terdapat di puskesmas dan laboratorium dapat
dilihat dari tabel berikut.
Tabel
Patogen penyebab infeksi saluran nafas pada pekerja di puskesmas
(Kepmenkes RI, 2007)
Nama umum Organisme penyebab
Q fever Coxiella burnetti
Psittacosis Chlamidya psittacia
Histoplasmosis Histoplasma capsulatum
Blastomycosis Blastomyces dermatitidis
Coccidioidomycosis Coccidioides immitis
Anthrax Bacillus anthracis
Demam hemoragic dengan sindromrenal
Fransicella tularensis
Selain virus, jamur, bakteri dan parasit faktor biologis penyebab penyakit
akibat kerja yang lain berasal dari binatang pengganggu seperti serangga, tikus,
dan binatang pengganggu lainnya. Untuk binatang pengganggu jenis serangga
memang memerlukan pengawasan lebih dari binatang yang lain karena
sifatsifatnya lebih banyak mendatangkan penyakit. Diantara jenis serangga
yang bisa menyebabkan infeksi bila menggigit manusia karena bibit penyakit
yang dibawa serangga masuk ke tubuh manusia, contohnya adalah nyamuk aedes
aegypti pembawa virus DHF. Jenis serangga lain yang hidup ditempattempat
kotor seperti kecoa, sangat berbahaya bila merayap dialatalat dapur seperti
piring, cangkir dan lainlain karena alat dapur tersebut bisa terkontaminasi
oleh bibit penyakit.
Kemudian serangga yang suka hinggap pada kotoran yang mengandung
bibit penyakit, lalu terbang dan hinggap pada makanan yang menyebabkan
makanan tersebut terkontaminasi bibit penyakit. Contohnya lalat. Untuk itu
pengendalian terhadap serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
13/18
perlu dilakukan untuk mengurangi populasinya sehingga keberadaannya tidak
menjadi vektor penularan penyakit.
Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di RS meliputi: (Kepmenkes,
2007)
No Bahaya
Potensial
Lokasi Pekerjaan yang paling
beresiko
1 Fisik:
Bising
gedung genset Karyawan yang bekerja
dilokasi tersebut
Getaran Ruang mesinmesin dan
peralatan yangmenghasilkan getaran(ruang gigi dll)
Perawat, cleaning service
dll.
Debu Genset, bengkel kerja,laboratorium gigi, gudang
rekam medis, incenerator.
Petugas sanitasi, teknisi gigi,petugas IPS dan
rekam medis.
2 Kimia:
disinfektan
Semua area Petugas kebersihan, perawat
Cytotoxics Farmasi, tempat
pembuangan limbah,bangsal
Pekerja farmasi, perawat,
petugas pengumpul sampah.
Formaldehyde Laboratorium, gudang
farmasi.
Petugas laboratorium dan
farmasi.
Methyl:
Methacrylate, Hg
Ruang pemeriksaan gigi. Petugas/dokter gigi, dokter
bedah, perawat..
Solvents Laboratorium, bengkel
kerja, semua area
Teknisi, petugas
laboratorium, petugas
pembersih.
Cytomegalovirus Ruang kebidana , ruanganak.
Perawat, dokter yang bekerjadibagian ibu dan anak.
Rubella Ruang ibu dan anak Dokter dan perawat.
Tuberculosis Bangsal, laboratorium,
ruang isolasi.
Perawat, petugas
laboratorium, fisioterapis.
Ergonomik:
Pekerjaan yang
dilakukan secara
manual
Area pasien dan tempat
penyimpanan barang
(gudang).
Petugas yang menangani
pasien dan barang.
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
14/18
Postur yang
salah dalam
Semua area Semua Karyawan
Pekerjaan yang
berulang
Semua area Dokter gigi, petugas
pembersih, fisioterapis, sopir,
operator computer, yangberhubungan dengan pekerjaan
juru tulis.
5 Psikososial:
Sering kontak
Semua area Semua karyawan
B. Upaya pengendalian
Upaya pengendalian untuk virus, bakteri, jamur dan parasit dapat
dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:
1. Upaya pengendalian dengan Eliminasi
Eliminasi merupakan pengendalian resiko faktor bahaya yang
harus diterapkan pertama kali. Eliminasi dilakukan dengan cara
meniadakan atau menghilangkan objek yang menyebabkan kecelakaan
atau penyakit akibat kerja. Tetapi kita tahu bahwa objek utama yang
menyebabkan penyakit akibat kerja adalah pasien itu sendiri, jadi sangat
tidak mungkin kalau kita menghilangkan pasien sebagai penyebab utama.
Jadi dalam hal ini eliminasi tidak dapat dilaksanakan.
2.
Upaya pengendalian dengan Subtitusi
Jika eliminasi tidak berhasil untuk mengendalikan faktor resiko maka
subtitusi merupakan langkah yang harus diambil selanjutnya. Subtitusi
dilakukan dengan cara mengganti bahanbahan dan peralatan yang
berbahaya dengan bahanbahan dan peralatan yang kurang berbahaya.
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
15/18
3. Upaya pengendalian dengan Rekayasa Teknik
Rekayasa Teknik untuk pengendalian faktor bahaya biologis dapat
dilakukan dengan cara memisahkan alatalat bekas perawatan pasien,
seperti jarum suntik, perban kedalam wadah tersendiri. Hal ini
dimaksudkan untuk memudahkan dalam proses pembuangan dan
pengolahannya, selain itu juga untuk menghindarkan menyebarnya virus
dari pasien.
4. Upaya Pengendalian Administratif
Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu
sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar
potensi bahaya. Di Instalasi Rawat Inap I bangsal penyakit dalam, upaya
untuk pengendalian secara administratif sudah dilakukan misalnya dengan
perputaran jadwal kerja bagi petugas kesehatan yang dibagi dalam
tiga shift kerja. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi pajanan bahaya
kepada tenaga kerja.
5. Upaya pengendalian dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
Alat Pelindung Diri merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem
pengendalian resiko. Untuk pengendalian faktor bahaya biologis dapat
menggunakan Alat Pelindung Diri berupa masker, sarung tangan, penutup
kepala, yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. Pemakaian APD
tersebut dapat mengurangi resiko paparan penularan penyakit kepada
petugas kesehatan.
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
16/18
Sedangkan untuk pengendalian dan pemberantasan serangga, tikus
dan binatang pengganggu lainnya di bangsal penyakit dalam Instalasi
Rawat Inap sudah dilakukan sebagaimana mestinya. Misalnya dengan
menjaga kebersihan lingkungan. Hal tersebut dilakukan dengan cara
menyapu dan mengepel lantai setiap hari, membuang dan mengolah
sampah sesuai dengan syarat kesehatan, menutup celah atau lubang yang
berpotensi sebagai tempat tinggal serangga dan tikus. Hal ini dilakukan
untuk mengurangi keberadaan serangga, tikus dan binatang
pengganggu lainnya di lingkungan puskesmas.
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
17/18
BAB III
PENUTUP
Kesehatan Kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat
didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan
kerja yang merupakan terjemahan dari occupational health, cenderung diartikan
sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi masalahmasalah kesehatan secara
menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usahausaha
promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, penyesuaian faktor manusia
terhadap pekerjaannya dan sebagainya. Upaya kesehatan kerja adalah
penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap
pegawai dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri
maupun masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang
optimal. (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23) (7). Tujuan utama program
kesehatan kerja adalah mendapatkan pegawai yang sehat dan produktif dengan
pokok kegiatan yang bersifat preventif dan promotif disamping kuratif dan
rehabilitatif.
8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas
18/18
DAFTAR PUSTAKA
Depnaker RI, 1970. Undangundang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan
Kerja. Jakarta : Depnaker.
Depnaker RI, 1970. Undangundang No. 2 Tahun 1970 Tentang Pembentukan
PK3. Jakarta : Depnaker.
Kepmenkes RI, 2007. Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit. Jakarta :
Menkes. Kepmenkes RI, 2004. Persyaratan Kesehatan Lingkungan
Rumah Sakit. Jakarta: Menkes
Permenaker RI, 1987. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan. Jakarta: Menkes.
Sumamur, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko
Gunung Agung. Sumamur, 1996. Keselamatan dan Pencegahan
Kecelakaan Kerja. Jakarta : CV. Haji Masagung.