Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

  • Upload
    parlin

  • View
    221

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    1/18

    MAKALAH

    IDENTIFIKASI FAKTOR BAHAYA

    DI PUSKESMAS

    Nama

    AMELYA FRANSISKA

    NPM. 13420070

    FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

    PROGRAM PASCA SARJANA KESEHATAN REPRODUKSI

    UNIVERSITAS MALAHAYATI

    BANDAR LAMPUNG

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    2/18

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    3/18

    KATA PENGANTAR

    Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat

    dan hidayah-Nya kepada kita semua diberikan karunia-Nya sehingga kami dapat

    menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat waktu.

    Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

    mendukung dalam menyelesaikan tugas mandiri ini. Kami juga mengucapkan

    terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

    makalah ini.

    Kami menyadari bahwa dalam penyelesaian tugas ini masih banyak

    kekurangan dan jauh dari kata sempurna, oleh sebab itu kritik dan saran yang

    bersifat membangun sangat saya harapkan demi untuk perbaikan dalam

    penyelesaian tugas lainnya. Semoga tugas yang saya susun ini bermanfaat untuk

    kita semua.

    Bandar Lampung, Desember 2014

    Penulis

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    4/18

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................... i

    KATA PENGANTAR .................................................................................. ii

    DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

    BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3

    A. Identifikasi Faktor Bahaya di Puskesmas ............................................ 3

    B. Upaya Pengendalian ............................................................................. 10

    BAB III PENUTUP ......................................................................................... 14

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    5/18

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang

    dapat mempengaruhi kesehatan tenaga kerja atau dapat menyebabkan timbulnya

    penyakit akibat kerja. Potensi bahaya adalah segala sesuatu yang berpotensi

    menyebabkan terjadinya kerugian, kerusakan, cidera, sakit, kecelakaan atau

    bahkan dapat mengakibatkan kematian yang berhubungan dengan proses dan

    sistem kerja. Undang-Undang No 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pada

    Pasal 1 menyatakan bahwa tempat kerja ialah tiap ruangan atau lapangan, tertutup

    atau terbuka, bergerak atau tetap, dimana tenaga kerja, atau yang sering dimasuki

    tenaga kerja untuk keperluan suatu usaha dan dimana terdapat sumber-sumber

    bahaya. Termasuk tempat kerja ialah semua ruangan, lapangan, halaman dan

    sekelilingnya yang merupakan bagian-bagian atau yang berhubungan dengan

    tempat kerja tersebut. Potensi bahaya mempunyai potensi untuk mengakibatkan

    kerusakan dan Kerugian.

    Untuk menghindari dan meminimalkan kemungkinan terjadinya potensi

    bahaya di tempat kerja, Pengenalan potensi bahaya di tempat kerja merupakan

    dasar untuk mengetahui pengaruhnya terhadap tenaga kerja, serta dapat

    dipergunakan untuk mengadakan upaya-upaya pengendalian dalam rangka

    pencegahan penyakit akibat kerja yagmungkin terjadi. Secara umum, potensi

    bahaya lingkungan kerja dapat berasal atau bersumber dari berbagai faktor, antara

    lain : 1) faktor teknis, yaitu potensi bahaya yang berasal atau terdapat pada

    peralatan kerja yang digunakan atau dari pekerjaan itu sendiri; 2) faktor

    lingkungan, yaitu potensi bahaya yang berasal dari atau berada di dalam

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    6/18

    lingkungan, yang bisa bersumber dari proses produksi termasuk bahan baku, baik

    produk antara maupun hasil akhir; 3) faktor manusia, merupakan potensi bahaya

    yang cukup besar terutama apabila manusia yang melakukan pekerjaan tersebut

    tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima baik fisik maupun psikis.

    Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah unit fungsional

    pelayanan kesehatan terdepan sebagai unit pelaksana teknis dinas kesehatan kota

    atau kabupaten yang melaksanakan upaya penyuluhan, pencegahan dan

    penanganan kasus-kasus penyakit di wilayah kerjanya, secara terpadu dan

    terkoordinasi. Puskesmas merupakan tempat kerja serta berkumpulnya orang-

    orang sehat (petugas dan pengunjung) dan orang-orang sakit (pasien), sehingga

    puskesmas merupakan tempat kerja yang mempunyai resiko kesehatan maupun

    penyakit akibat kecelakaan kerja. Oleh karena itu petugas puskesmas tersebut

    mempunyai resiko tinggi karena sering kontak dengan agent penyakit menular,

    dengan darah dan cairan tubuhmaupun tertusuk jarum suntik bekas yang mungkin

    dapat berperan sebagai transmisi beberapa penyakit seperti hepatitis B, HIV AIDS

    dan juga potensial sebagai media penularan penyakit yang lain.

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    7/18

    BAB II

    PEMBAHASAN

    A. Identifikasi Faktor Bahaya di Puskesmas

    Puskesmas ataupun Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang

    menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai

    tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Puskesmas ataupun

    Rumah sakit merupakan salah satu tempat bagi masyarakat untuk

    mendapatkan pengobatan dan pemeliharaan kesehatan dengan berbagai

    fasilitas dan peralatan kesehatannya. Rumah sakit sebagai tempat kerja yang

    unik dan kompleks tidak saja menyediakan pelayanan kesehatan bagi

    masyarakat, tetapi juga merupakan tempat pendidikan dan penelitian

    kedokteran. Semakin luas pelayanan kesehatan dan fungsi suatu rumah sakit

    maka semakin kompleks peralatan dan fasilitasnya.

    Potensi bahaya di sarana pelayanan kesehatan, selain penyakit-penyakit

    infeksi juga ada potensi bahaya-bahaya lain yang mempengaruhi situasi dan

    kondisi di tempat pelayanan tersebut, yaitu kecelakaan (peledakan, kebakaran,

    kecelakaan yang berhubungan dengan instalasi listrik, dan sumber-sumber

    cedera lainnya), radiasi, bahan-bahan kimia yang berbahaya, gas-gas anestesi,

    gangguan psikososial, dan ergonomi. Semua potensi-potensi bahaya tersebut

    jelas mengancam jiwa bagi kehidupan bagi para karyawan di rumah sakit, para

    pasien maupun para pengunjung yang ada di lingkungan puskesmas.

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    8/18

    Sarana pelayanan kesehatan ini mempunyai karakteristik khusus yang

    dapat meningkatkan peluang kecelakaan. Misalnya, petugas acapkali

    menggunakan dan menyerahkan instrumen benda-benda tajam tanpa melihat

    atau membiarkan orang lain tahu apa yang sedang mereka lakukan. Ruang

    kerja yang terbatas dan kemampuan melihat apa yang sedang terjadi di area

    operasi bagi sejumlah anggota tim (perawat instrumen atau asisten) dapat

    menjadi buruk. Hal ini dapat mempercepat dan menambah stres kecemasan,

    kelelahan, frustasi dan kadang-kadang bahkan kemarahan. Pada akhirnya,

    paparan atas darah acapkali terjadi tanpa sepengetahuan orang tersebut,

    biasanya tidak diketahui hingga sarung tangan dilepaskan pada akhir prosedur

    yang memperpanjang durasi paparan. Pada kenyataannya, jari jemari acap kali

    menjadi tempat goresan kecil dan luka, meningkatkan risiko infeksi terhadap

    patogen yang ditularkan lewat darah. Kondisi gawat darurat dapat terjadi

    setiap waktu dan mengganggu kegiatan rutin. Mencegah luka dan paparan

    (agen yang menyebabkan infeksi) pada kondisi ini sesungguhnya suatu yang

    menantang (Advanced Precaution for Todays OR). Dari berbagai potensi

    bahaya tersebut, maka perlu upaya untuk mengendalikan, meminimalisasi dan

    bila mungkin meniadakannya, oleh karena itu manajemen resiko di temapt

    pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3

    rumah sakit lebih efektif, efesien dan terpadu diperlukan sebuah manajemen

    resiko di rumah sakit baik bagi pengelola maupun karyawan rumah sakit.

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    9/18

    Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) (Adverse Event)

    Pengertian:

    Suatu kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan pada

    pasien karena suatu tindakan (commision) atau karena tidak bertindak

    (ommision), dan bukan karena underlying disease atau kondisi pasien

    (KKP-RS). KTD yang tidak dapat dicegah (unpreventable adverse event): -

    suatu KTD akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan

    yang mutakhir (KKP-RS). Masalah KTD bisa terjadi dikarenakan (AHRQ

    Publication No.04-RG005, Agency for Healthcare Research and Quality

    December 2003):

    1.

    Masalah komunikasi. Penyebab yang paling umum terjadi medical errors.

    Kegagalan komunikasi: verbal/tertulis, miskomunikasi antar staf, antar

    shif, informasi tidak didokumentasikan dengan baik / hilang, masalah-

    masalah komunikasi: tim layanan kesehatan di 1 lokasi, antar berbagai

    lokasi, antar tim layanan dengan pekerja non klinis, dan antar staf dengan

    pasien.

    2. Masalah SDM. Gagal mengikuti kebijakan, SOP dan proses-proses,

    dokumentasi suboptimal dan labeling spesimen yang buruk, kesalahan

    berbasis pengetahuan, staf tidak punya pengetahuan yang adekuat, untuk

    setiap pasien pada saat diperlukan. Hal-hal yang berhubungan dengan

    pasien. Idenifikasi pasien yang tidak tepat, asesmen pasien yang tidak

    lengkap, kegagalan memperoleh consent, pendidikan pasien yang tidak

    adekuat

    3. Pola SDM / alur kerja. Para dokter, perawat,, dan staf lain sibuk karena

    SDM tidak memadai, pengawasan / Supervisi yang tidak adekuat.Kegagalan-kegagalan teknis. Kegagalan alat / perlengkapan: pompa infus,

    monitor. Komplikasi / kegagalan implants atau grafts. Instruksi tidak

    adekuat, peralatan dirancang secara buruk bisa sebabkan pasien cidera.

    Kegagalan alat tidak teridentifikasi secara tepat sebagai dasar cideranya

    pasien, dan diasumsikan staf yang buat salah. RCA yang lengkap, sering

    tampilkan kegagalan teknis, yang mula-mula tidak tampak, terjadi pada

    suatu KTD

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    10/18

    4. Kebijakan dan prosedur yang tidak adekuat. Pedoman cara pelayanan

    dapat merupakan faktor penentu terjadinya banyak medical errors.

    Kegagalan dalam proses layanan dapat ditelusuri sebabnya pada buruknya

    dokumentasi, bahkan tidak ada pencatatan, atau SOP klinis yang adekuat

    Perencanaan Proaktif Untuk Mengurangi Faktor Resiko Yang Berhubungan

    Dengan High-Alert Medications

    Tipe obat Faktor Resiko Umum Rencana Proaktif

    Insulin Tidak ada system cek dosis

    botol-botol insulin dan heparin

    dicampur dan dijaga dalamkedekatan tertutup satu sama lainnya

    pada unit keperawatan.

    untuk unit-unit dalam order.(dapatdibingungkan dengan O, mudah

    overdosis 10x lipat).

    Angka kesalahan terjadi ke dalamcairan infus

    Menetapkan sistem pengecekan

    yang mana satu perawat membuat

    preparat dosis dan perawat lainnyamelakukan review terhadapnya.

    Menyimpan insulin dan heparintidak berdekatan.

    Melakukan ejaan untuk setiap unitlebih baik daripada menyingkatnya

    Menetapkan sebuah sistempengecekan yang independen untuk

    angka pompa infuse dan pengaturan

    konsentrasi.

    Opiates dan

    narkotik

    Faktor resiko umum

    Narkotik parenteral disimpansebagai stok dasar di area

    keperawatan.

    Hydromorphine dibingungkan

    dengan morphine

    Patient-controled analgesia (PCA)

    mengacaukan konsentrasi.

    Membatasi ketersediaan opium dan

    narkotik dalam stok dasar.

    Mengajarkan para staff tentang

    kemungkinan pencampuranhydromorphone dan morphine.

    Menyediakan Protocol peralatanPCA untuk dua kali cek obat,

    pengaturan pompa, dan dosis.

    Penyuntikan

    potassium

    chloride/phosphate

    concentrate

    Menyimpan concentrated potassiumchloride/phosphate di luar farmasi.

    Mencampur tanpa persiapan daripotassium chloride/phosphate

    Reguests for unusual concentrations

    Memindahakan potassiumchloride/phosphate dari stok dasar.

    Memindahakan preparasi obat dangunakan pra campuran komersial

    dari IV.

    Menetapkan standard an batasi

    konsentrasi obat.

    Sodium chlorinesolutions di atas

    0.9%

    menyimpan sodium chloridesolution di atas 0.9 % di atas nursing

    unit.

    Tersedianya banyak

    konsentrasi/formula

    Tidak ada sistem pengecekan dua

    kali.

    Membatasi jalan masuk sodiumchloride solutions di atas 0.9%:

    pindahkan solutions ini dari nursing

    unit.

    Membuat satandar dan batasan obatdan konsentrasi.

    Menyediakan protokol peralatanuntuk double-check angka pompaobat, konsentrasi, dan garis

    tambahan.

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    11/18

    Berikut ini adalah faktor bahaya biologis yang mungkin timbul:

    1.

    Virus

    Dilingkungan puskesmas mungkin akan banyak sekali ditemukan virus.

    Seperti virus Hepatitis yang merupakan bahaya potensial bagi petugas

    kesehatan dan mereka yang bekerja di lingkungan rumah sakit. Virus

    Hepatitis B merupakan salah satu faktor resiko gangguan kesehatan yang

    ditularkan dengan kontak melalui cairan tubuh. Sedangkan untuk virus

    Hepatitis C merupakan jenis pathogen yang tinggi resiko penularannya

    pada kelompok pekerja rumah sakit. Risiko penularan Hepatitis C ini

    tergantung pada frekuensi terkena darah dan produk darah dan termasuk

    dengan cara tertusuk jarum suntik. (Kepmenkes RI, 2007)

    2. Bioaerosol

    Salah satu faktor biologis yang mengganggu kesehatan dapat masuk

    kedalam tubuh melalui inhalasi bioaerosol. Bioaerosol adalah disperse

    jasad renik atau bahan lain dari bagian jasad renik di udara. Sumber

    bioaerosol adalah kapang, jamur, protozoa dan virus. Sumbersumber

    tersebut menimbulkan bahanbahan alergen, pathogen dan toksin

    dilingkungan.

    3. Bakteri dan Patogen lainnya

    Petugas kesehatan dan pekerja lain di puskesmas mempunyai resiko

    terinfeksi beberapa jenis bakteri dan pathogen lainnya. Salah satunya

    adalah Mycobacterium tuberculosis. Beberapa patogen penyebab infeksi

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    12/18

    saluran nafas yang banyak terdapat di puskesmas dan laboratorium dapat

    dilihat dari tabel berikut.

    Tabel

    Patogen penyebab infeksi saluran nafas pada pekerja di puskesmas

    (Kepmenkes RI, 2007)

    Nama umum Organisme penyebab

    Q fever Coxiella burnetti

    Psittacosis Chlamidya psittacia

    Histoplasmosis Histoplasma capsulatum

    Blastomycosis Blastomyces dermatitidis

    Coccidioidomycosis Coccidioides immitis

    Anthrax Bacillus anthracis

    Demam hemoragic dengan sindromrenal

    Fransicella tularensis

    Selain virus, jamur, bakteri dan parasit faktor biologis penyebab penyakit

    akibat kerja yang lain berasal dari binatang pengganggu seperti serangga, tikus,

    dan binatang pengganggu lainnya. Untuk binatang pengganggu jenis serangga

    memang memerlukan pengawasan lebih dari binatang yang lain karena

    sifatsifatnya lebih banyak mendatangkan penyakit. Diantara jenis serangga

    yang bisa menyebabkan infeksi bila menggigit manusia karena bibit penyakit

    yang dibawa serangga masuk ke tubuh manusia, contohnya adalah nyamuk aedes

    aegypti pembawa virus DHF. Jenis serangga lain yang hidup ditempattempat

    kotor seperti kecoa, sangat berbahaya bila merayap dialatalat dapur seperti

    piring, cangkir dan lainlain karena alat dapur tersebut bisa terkontaminasi

    oleh bibit penyakit.

    Kemudian serangga yang suka hinggap pada kotoran yang mengandung

    bibit penyakit, lalu terbang dan hinggap pada makanan yang menyebabkan

    makanan tersebut terkontaminasi bibit penyakit. Contohnya lalat. Untuk itu

    pengendalian terhadap serangga, tikus dan binatang pengganggu lainnya

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    13/18

    perlu dilakukan untuk mengurangi populasinya sehingga keberadaannya tidak

    menjadi vektor penularan penyakit.

    Bahaya potensial berdasarkan lokasi dan pekerjaan di RS meliputi: (Kepmenkes,

    2007)

    No Bahaya

    Potensial

    Lokasi Pekerjaan yang paling

    beresiko

    1 Fisik:

    Bising

    gedung genset Karyawan yang bekerja

    dilokasi tersebut

    Getaran Ruang mesinmesin dan

    peralatan yangmenghasilkan getaran(ruang gigi dll)

    Perawat, cleaning service

    dll.

    Debu Genset, bengkel kerja,laboratorium gigi, gudang

    rekam medis, incenerator.

    Petugas sanitasi, teknisi gigi,petugas IPS dan

    rekam medis.

    2 Kimia:

    disinfektan

    Semua area Petugas kebersihan, perawat

    Cytotoxics Farmasi, tempat

    pembuangan limbah,bangsal

    Pekerja farmasi, perawat,

    petugas pengumpul sampah.

    Formaldehyde Laboratorium, gudang

    farmasi.

    Petugas laboratorium dan

    farmasi.

    Methyl:

    Methacrylate, Hg

    Ruang pemeriksaan gigi. Petugas/dokter gigi, dokter

    bedah, perawat..

    Solvents Laboratorium, bengkel

    kerja, semua area

    Teknisi, petugas

    laboratorium, petugas

    pembersih.

    Cytomegalovirus Ruang kebidana , ruanganak.

    Perawat, dokter yang bekerjadibagian ibu dan anak.

    Rubella Ruang ibu dan anak Dokter dan perawat.

    Tuberculosis Bangsal, laboratorium,

    ruang isolasi.

    Perawat, petugas

    laboratorium, fisioterapis.

    Ergonomik:

    Pekerjaan yang

    dilakukan secara

    manual

    Area pasien dan tempat

    penyimpanan barang

    (gudang).

    Petugas yang menangani

    pasien dan barang.

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    14/18

    Postur yang

    salah dalam

    Semua area Semua Karyawan

    Pekerjaan yang

    berulang

    Semua area Dokter gigi, petugas

    pembersih, fisioterapis, sopir,

    operator computer, yangberhubungan dengan pekerjaan

    juru tulis.

    5 Psikososial:

    Sering kontak

    Semua area Semua karyawan

    B. Upaya pengendalian

    Upaya pengendalian untuk virus, bakteri, jamur dan parasit dapat

    dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu:

    1. Upaya pengendalian dengan Eliminasi

    Eliminasi merupakan pengendalian resiko faktor bahaya yang

    harus diterapkan pertama kali. Eliminasi dilakukan dengan cara

    meniadakan atau menghilangkan objek yang menyebabkan kecelakaan

    atau penyakit akibat kerja. Tetapi kita tahu bahwa objek utama yang

    menyebabkan penyakit akibat kerja adalah pasien itu sendiri, jadi sangat

    tidak mungkin kalau kita menghilangkan pasien sebagai penyebab utama.

    Jadi dalam hal ini eliminasi tidak dapat dilaksanakan.

    2.

    Upaya pengendalian dengan Subtitusi

    Jika eliminasi tidak berhasil untuk mengendalikan faktor resiko maka

    subtitusi merupakan langkah yang harus diambil selanjutnya. Subtitusi

    dilakukan dengan cara mengganti bahanbahan dan peralatan yang

    berbahaya dengan bahanbahan dan peralatan yang kurang berbahaya.

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    15/18

    3. Upaya pengendalian dengan Rekayasa Teknik

    Rekayasa Teknik untuk pengendalian faktor bahaya biologis dapat

    dilakukan dengan cara memisahkan alatalat bekas perawatan pasien,

    seperti jarum suntik, perban kedalam wadah tersendiri. Hal ini

    dimaksudkan untuk memudahkan dalam proses pembuangan dan

    pengolahannya, selain itu juga untuk menghindarkan menyebarnya virus

    dari pasien.

    4. Upaya Pengendalian Administratif

    Pengendalian administrasi dilakukan dengan menyediakan suatu

    sistem kerja yang dapat mengurangi kemungkinan seseorang terpapar

    potensi bahaya. Di Instalasi Rawat Inap I bangsal penyakit dalam, upaya

    untuk pengendalian secara administratif sudah dilakukan misalnya dengan

    perputaran jadwal kerja bagi petugas kesehatan yang dibagi dalam

    tiga shift kerja. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi pajanan bahaya

    kepada tenaga kerja.

    5. Upaya pengendalian dengan Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)

    Alat Pelindung Diri merupakan pilihan terakhir dari suatu sistem

    pengendalian resiko. Untuk pengendalian faktor bahaya biologis dapat

    menggunakan Alat Pelindung Diri berupa masker, sarung tangan, penutup

    kepala, yang sesuai dengan jenis pekerjaannya. Pemakaian APD

    tersebut dapat mengurangi resiko paparan penularan penyakit kepada

    petugas kesehatan.

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    16/18

    Sedangkan untuk pengendalian dan pemberantasan serangga, tikus

    dan binatang pengganggu lainnya di bangsal penyakit dalam Instalasi

    Rawat Inap sudah dilakukan sebagaimana mestinya. Misalnya dengan

    menjaga kebersihan lingkungan. Hal tersebut dilakukan dengan cara

    menyapu dan mengepel lantai setiap hari, membuang dan mengolah

    sampah sesuai dengan syarat kesehatan, menutup celah atau lubang yang

    berpotensi sebagai tempat tinggal serangga dan tikus. Hal ini dilakukan

    untuk mengurangi keberadaan serangga, tikus dan binatang

    pengganggu lainnya di lingkungan puskesmas.

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    17/18

    BAB III

    PENUTUP

    Kesehatan Kerja merupakan bagian dari kesehatan masyarakat

    didalam suatu masyarakat pekerja dan masyarakat lingkungannya. Kesehatan

    kerja yang merupakan terjemahan dari occupational health, cenderung diartikan

    sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi masalahmasalah kesehatan secara

    menyeluruh bagi masyarakat pekerja. Menyeluruh dalam arti usahausaha

    promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, penyesuaian faktor manusia

    terhadap pekerjaannya dan sebagainya. Upaya kesehatan kerja adalah

    penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja agar setiap

    pegawai dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan dirinya sendiri

    maupun masyarakat disekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang

    optimal. (UU Kesehatan Tahun 1992 Pasal 23) (7). Tujuan utama program

    kesehatan kerja adalah mendapatkan pegawai yang sehat dan produktif dengan

    pokok kegiatan yang bersifat preventif dan promotif disamping kuratif dan

    rehabilitatif.

  • 8/10/2019 Identifikasi Faktor Bahaya Di Puskesmas

    18/18

    DAFTAR PUSTAKA

    Depnaker RI, 1970. Undangundang No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan

    Kerja. Jakarta : Depnaker.

    Depnaker RI, 1970. Undangundang No. 2 Tahun 1970 Tentang Pembentukan

    PK3. Jakarta : Depnaker.

    Kepmenkes RI, 2007. Pedoman Manajemen K3 di Rumah Sakit. Jakarta :

    Menkes. Kepmenkes RI, 2004. Persyaratan Kesehatan Lingkungan

    Rumah Sakit. Jakarta: Menkes

    Permenaker RI, 1987. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

    Serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan. Jakarta: Menkes.

    Sumamur, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT. Toko

    Gunung Agung. Sumamur, 1996. Keselamatan dan Pencegahan

    Kecelakaan Kerja. Jakarta : CV. Haji Masagung.