Identifikasi Hama Tanaman Fix

Embed Size (px)

Citation preview

IDENTIFIKASI HAMA TANAMAN BIOEKOLOGI HAMA TANAMAN BUAH

Rusmi Sri Wiyati 09/281411/PN/11574 Burhan Murprasetyo 09/283198/PN/11623

JURUSAN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2011

BIOEKOLOGI HAMA TANAMAN BUAH

I.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil buah tropis yang memiliki keanekaragaman dan keunggulan cita rasa yang cukup baik bila dibandingkan dengan buah-buahan dari negara-negara penghasil buah tropis lainnya. Produksi buah tropika nusantara terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2007 produksi buah Indonesia sebesar 17.116.622 ton atau naik sekitar 4,18 % bila dibandingkan dengan produksi tahun 2008 sebesar 17.831.252 ton (Anonim, 2009). Salah satu buah unggulan yang diekspor Indonesia yaitu buah manggis. Buah ini memiliki sebutan khas yaitu Queen of Fruit. Menilik julukannya buah ini tentunya sangat istimewa. Beberapa negara yang menjadi tujuan ekspor buah ini antara lain Jepang, Hongkong, Korea, Taiwan, Cina, Singapura, Malaysia, Vietnam, India, Arab Saudi, Belanda, Swiss, Perancis, Jerman, Belgia (Anonim, 2009). Salah satu kendala dalam budi daya manggis adalah serangan organisme pengganggu tumbuhan (OPT). OPT pada manggis belum banyak diketahui, namun menurut beberapa sumber terdapat sekitar 25 spesies hama. Buah manggis dikatagorikan sebagai buah eksotik artinya penampilan merupakan hal yang paling utama selain katagori yang lain seperti rasa dan manfaat kesehatan. Salah satu kendala utama dalam agribisnis manggis adalah adanya serangan hama yang menyebabkan buah manggis menjadi burik dengan persentase serangan bisa mencapai 100 % dengan intensitas 40 %. Hal ini mengakibatkan penampilan buah tidak menarik dan tidak memenuhi kriteria standar mutu untuk ekspor. Burik pada buah manggis disebabkan oleh serangga hama thrips, Scirtothrips dorsalis Hood

dan Selenothrips rubrocintus Giard serta hama tungau, Brevipalpus sp. (Anonim, 2011a). Adanya standar CODEX STAN 204-1997 dan permintaan konsumen negara tujuan ekspor menyebabkan buah manggis yang berburik tidak masuk dalam kualitas ekspor. Menurut beberapa eksportir, kriteria manggis untuk ekspor salah satunya ditentukan oleh negara tujuan ekspor. Secara umum konsumen negara tujuan ekspor menghendaki buah manggis yang bebas burik. Di pasar domestik pun buah manggis yang berburik mempunyai harga jual yang lebih rendah dibandingkan buah manggis

yang berkulit mulus. Berdasarkan CODEX STAN 204-1997, AMD. 1-2005 standar buah manggis yang dapat diperjualbelikan di pasar dunia salah satunya mempunyai kriteria bebas dari hama/penyakit yang dapat mempengaruhi penampilan umum buah, bebas dari kerusakan akibat serangan hama dan/atau penyakit.

Tahun 2004, volume manggis yang masuk pasar luar negeri hanya 5,45% dari total produksi manggis Indonesia yang mencapai 62117 ton. Penyebab utama rendahnya volume manggis yang masuk kualitas ekspor adalah penyakit getah kuning dan burik (Manuwoto dan Gunawan, 2010). Selain buah manggis, Indonesia masih mempunyai banyak kekayaan buah yang lain. Salah satunya adalah jeruk. Jeruk memang bukan buah asli Indonesia dan bukan pula buah tropis. Akan tetapi jeruk mendapat banyak perhatian yang cukup besar karena banyak yang menggemari buah ini. Jeruk Indonesia disinyalir dibawa oleh bangsa Belanda dari Amerika dan Italia. Dipercaya bahwa buah jeruk berasal dari daratan China. Beberapa jenis jeruk yang dibudidayakan di Indonesia antara lain jeruk Keprok (Citrus reticulata/nobilis L.), jeruk Siem (C. microcarpa L. dan C.sinensis. L) yang terdiri atas Siem Pontianak, Siem Garut, Siem Lumajang, jeruk manis (C. auranticum L. dan C.sinensis L.), jeruk

sitrun/lemon (C. medica), jeruk besar (C.maxima Herr.) yang terdiri atas jeruk Nambangan-Madium dan Bali, jeruk nipis (C. aurantifolia), jeruk Purut (C. hystrix) dan jeruk sambal (C. hystix ABC) (Kementrian Riset dan Teknologi, 2011). Meskipun banyak varietas jeruk yang dibudidayakan di Indonesia, namun jumlah produksinya tidaklah berimbang. Pasaran domestik masih banyak dibanjiri oleh produk impor, terutama dari China. Selain karena keadaan iklim yang berbeda dengan daerah asalanya, perbedaan produktifitas ini juga dipengaruhi oleh serangan hama. Salah satu hama jeruk yang mendapat sorotan tajam adalah Diaphorina citri. Hama ini menjadi penting karena mampu menjadi vektor penyakit CVPD atau Huanglongbing yang saat ini endemik di Indonesia. Serangan Diaphorina citri sendiri tidak mengkhawatirkan jika tidak membawa patogen CVPD tersebut. Di Indonesia pernah dilaporkan penyakit CVPD merusak 9 dari 42,8 juta jumlah total tanaman jeruk. Kerugian ekonomis per tahunnya pun cukup tinggi, yaitu mencapai 35 milyar rupiah (Nurhadi cit. Poerwanto, 2000).

II.

ISI

Klasifikasi Diaphorina citri Klasifikasi dari serangga tersebut dapat dilihat di bawah ini Klasifikasi Kingdom Phylum Class Order Family Genus Species : Animalia : Arthropoda : Insecta : Homoptera : psyllid : Diaphorina : Diaphorina citri (Anonim,2011) Biologi Serangga Diaphorina citri a. Bagian-bagian Tubuh Diaphorina citriAntena Tungkai Thorax Sayap

Abdomen

(Anonim, 2011)

b. Metamorfosis Diaphorina citri Serangga D. citri mengalami metamorfosis paurometabola yaitu

perkembangan dimulai dari telur, nimfa dan imago, tanpa ada pupa.

Telur Telur berbentuk lonjong menyerupai buah apokat mempunyai panjang 0,4

mm, diameter pada bagian yang membesar 0,2 mm dan berwarna kuning muda. Bersamaan dengan perkembangan embrio warnanya berubah menjadi kuning terang atau oranye. Pada bagian pangkal telur terdapat semacam tangkai yang berfungsi untuk menancapkan telur pada jaringan tanaman. Telur diletakkan dalam tunas daun yang masih melipat dan pada ketiak daun. Waktu yang diperlukan telur untuk menetas kurang lebih 3 5 hari.

Gambar. 1. Telur pada pucuk (Anonim, 2011) Nimfa Nimfa yang baru menetas tetap tinggal di tempat telur diletakkan. Instar selanjutnya aktif berpindah dari satu bagian tanaman muda ke bagian tanaman muda lainnya. Stadium nimfa terdiri dari 5 instar, masing-masing instar berturut-turut selama 3, 2, 3, 3 dan 3 hari, sehingga lamanya stadium nimfa berkisar 14 hari. Menurut Mofit et al. (2000) bahwa nimfa D. citri yang hidup pada tanaman jeruk Siam sehat dan terinfeksi penyakit CVPD umurnya tidak berbeda yaitu berturutturut 15, 38 hari dan 15,57 hari. Bentuk nimfa pipih, panjang abdomennya berkisar antara 0,2 1 mm dan berwarna kuning sampai coklat (Soelarso 1996)

Gambar 2. Bentuk nimfa

Gambar 3. Perkembangan nimfa instar 1 sampai instar 5 yang serupa tetapi berbeda ukuran. Instar 1 (paling kiri) berukuran sangat kecil, sedangkan instar 5 (paling kanan) berukuran jauh lebih besar.

Gamabar 4. Nimfa bermacam-macam instar bergerombol

Gamabr 5. Buluh berlilin untuk membuang cairan lengket embun madu

Gambar 6. Kutu dewasa hinggap menungging dengan bagian kepala menempel dan pantat terangkat

Gambar 7. Kutu dewasa menggerombol di permukaan bawah daun muda pada tunas (Anonim, 2011) Imago Stadium imago ditandai dengan terbentuknya sayap dan dapat terbang atau meloncat. Imago berwarna abu-abu kecoklatan, sisi atas dan samping caput berwarna coklat muda sampai coklat tua. Mata berwarna merah tua. Sayap depan berwarna abu-abu dengan bercak coklat. Abdomen berwarna hijau kebiru-biruan

dan oranye. Tungkai berwarna coklat keabuan. Panjang tubuhnya 2 3 mm. Pada saat makan, serangga ini posisinya menungging atau membentuk sudut. Kopulasi berlangsung setiap saat dan terjadi setelah serangga dewasa berumur 3 7 hari. Kopulasi dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Pada kisaran suhu 19,5 31,5 0C dengan kelembaban 41,8 96,2% persentasenya cenderung meningkat. Imago betina bertelur 650 butir selama hidupnya, tetapi menurut Kalshoven (1981) telur yang dihasilkan mencapai 800 butir.

c. Bioekologi Diaphorina citri Kutu loncat jeruk selama perkembangannya mempunyai tiga stadia hidup yaitu telur, nimfa dan dewasa. Siklus hidupnya mulai dari telur sampai dewasa antara 16-18 hari pada kondisi panas, sedang pada kondisi dingin kutu ini mampu bertahan hidup sampai 45 hari. Seekor dewasa betina mampu meletakkan telur sebanyak 500-800 butir selama masa hidupnya. Telur biasanya diletakkan secara tunggal atau berkelompok pada kuncup dan tunas-tunas muda. Serangga ini tidak mengalami diapause, sehingga dalam satu tahun mampu menghasilkan 9-10 generasi. Kutu loncat jeruk tertarik pada tunas-tunas muda sebagai tempat peletakan telur, sehingga pertunasan tanaman merupakan faktor penting dalam

perkembangbiakannya. Pola pertunasan pada masing-masing daerah berbeda tergantung dari jumlah curah hujan dan pengairan. Periode pertunasan di Indonesia antara 2-5 kali dalam setahun. Penyebaran kutu loncat di Indonesia terdapat di Sumatera, Jawa, Bali, Sulawesi dan Kalimantan. (Anonim, 2011)

Klasifikasi Scirtothrips dorsalis Buah manggis dikatagorikan sebagai buah eksotik artinya penampilan merupakan hal yang paling utama selain katagori yang lain seperti rasa dan manfaat kesehatan. Salah satu kendala utama dalam agribisnis manggis adalah adanya serangan hama yang menyebabkan buah manggis menjadi burik dengan persentase serangan bisa mencapai 100 % dengan intensitas 40 %. Hal ini mengakibatkan penampilan buah tidak menarik dan tidak memenuhi kriteria standar mutu untuk ekspor. Burik pada buah manggis disebabkan oleh serangga hama thrips, Scirtothrips dorsalis Hood dan Selenothrips rubrocintus Giard

Kingdom: Animalia Phylum: Arthropoda Class: Insecta Ordo: Thysanoptera Family: Thripidae Subfamily: Thripinae Genus: Scirtothrips Species: S. dorsalis

Bioekologi Scirtothrips dorsalis Mode reproduksi seksual serta arrhentokous. Pada populasi lapangan, jumlah perempuan biasanya lebih dari laki-laki tetapi rasio adalah variabel. Masa inkubasi selesai pada 6 - 8 hari. Pembangunan nimfa selesai pada hari 6-7 dan periode

kepompong dalam 2 - 3 hari Panjang maksimum yang diamati adalah siklus hidup 22 hari dengan rata-rata 11 hari.Telur berbentuk ginjal 0,075 mm dan 0,070 mm lebar dan tertanam dalam jaringan daun. S. dorsalis tersebar melalui bagian tanaman yang mudah terifeksi - bunga potong, buah-buahan dan sayuran. Arus angin juga dapat berkontribusi dalam penyebaran thrips dewasa.

Gejala Serangan Scirtothrips dorsalis Gejala serangan thrips pada buah manggis adalah warna kulit buah menjadi memudar keperakan, kuning-pucat sampai kecoklatan, terdapat bekas seperti parutan memanjang dan mengeras agak kasar. Jika diamati pola burik tersebut seperti pola/model kulit buaya. Burik tersebut biasanya diawali pada daerah di sekitar kelopak buah atau pada bagian ujung bagian bawah buah, selanjutnya bisa menyelimuti seluruh bagian kulit buah. Serangan parah bisa mangakibatkan ukuran buah berkembang tidak normal. Sedangkan gejala serangan hama tungau pada kulit buah manggis sama dengan serangan hama thrips hanya saja jika diraba kulit buah tidak menjadi kasar.

III.

PENUTUP

Morfologi Serangga D. citri terdiri dari antena, thorax, tungkai, sayap dan sayap serta serangga D. citri mengalami metamorfosis paurometabola yaitu perkembangan dimulai dari telur, nimfa dan imago, tanpa ada pupa. Burik pada buah manggis disebabkan oleh serangga hama thrips, Scirtothrips dorsalis Hood dan Selenothrips rubrocintus Giard. Gejala serangan thrips pada buah manggis adalah warna kulit buah menjadi memudar keperakan, kuning-pucat sampai kecoklatan, terdapat bekas seperti parutan memanjang dan mengeras agak kasar.

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2009. Ekspor Buah Unggulan.

. Diakses pada 12 Desember 2011. Anonim. 2011. Teknologi Pengendalian Hama Penyebab Burik pada Buah Manggis. < http://www.sinartani.com/teknologi/agro-inovasi/5017-teknologi-pengendalianhama-penyebab-burik-pada-buah-manggis.html>. Diakses pada 12 Desember 2011. Anonim. 2011a. Teknologi Pengendalian Hama Penyebab Burik pada Buah Manggis. < http://www.sinartani.com/teknologi/agro-inovasi/5017-teknologi-pengendalianhama-penyebab-burik-pada-buah-manggis.html>. Diakses pada 12 Desember 2011. Anonim. 2011. CVPD. . Diakses pada 12 Desember 2011. Anonim. 2011. Hama Yang Menyerang Pada Tanaman Jeruk.

. Diakses pada 12 Desember 2011. Anonim. 2011. . Diakses pada 12 Desember 2011. Anonim. 2011.http://penyuluhthl.wordpress.com/2011/01/02/1503/>. Diakses pada 11 Desember 2011. Anonymous, 2011.Kutu Loncat Diaphorina

http://citrusbiosecurity.blogspot.com/2010/10/kutu-loncat-jerukasia-diaphorina citri.html >. Diakses pada 12 Desember 2011. Kementrian Riset dan Teknologi. 2011. Jeruk (Citrus sp.). . Diakses pada 12 Desember 2011. Manuwoto, S dan Gunawan, E. 2010. Penyakit Burik Manggis.