Upload
phamnhan
View
301
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
IDENTIFIKASI JENIS HIJAUAN MAKANAN TERNAK DI
KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK) SAPI PERAH
KECAMATAN CIBUNGBULANG DAN PAMIJAHAN
KABUPATEN BOGOR
IKHWAN IBNU ARBI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Jenis
Hijauan Makanan Ternak di Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah
Kecamatan Cibungbulang dan Pamijahan Kabupaten Bogor adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Ikhwan Ibnu Arbi
NIM D24100083
ABSTRAK
IKHWAN IBNU ARBI. Identifikasi Jenis Hijauan Makanan Ternak di Kawasan
Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah Kecamatan Cibungbulang dan
Pamijahan Kabupaten Bogor. Dibimbing oleh ASEP TATA PERMANA dan M
AGUS SETIANA.
Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) merupakan kawasan peternakan sapi
perah yang berdiri pada tahun 1995 dan terletak di Kecamatan Cibungbulang dan
Pamijahan Kabupaten Bogor. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi
jenis hijauan pakan yang tersebar di kawasan KUNAK menggunakan aplikasi
sistem informasi geografis dan gps, mengukur keragaman, serta mengukur
kandungan serat kasar dan protein kasarnya. Penelitian ini menggunakan aplikasi
ArcGIS, analisis proksimat, analisis komposisi botani, dan analisis vegetasi. Hasil
komposisi botani pada daerah KUNAK 1 adalah rumput Ottochloa nodosa
(Kunth) 11.83 %, Brachiaria ruziziensis Mez. 10.34 % dan Pennisetum
purpureum Schum. 8.88 %. Pada KUNAK 2 yaitu Pennisetum purpureum Schum.
14.24 %, Ottochloa nodosa (Kunth) 13.37 % dan urutan ketiga yaitu Eleusine
indica L. Gaertn 7.40%, sementara itu hasil analisis vegetasi terkait keragaman
hijauan untuk KUNAK 1 dan 2 bernilai sedang. Kualitas protein kasar (PK) dan
serat kasar (SK) pada Ottochloa nodosa (Kunth) masing-masing 9.1 % dan
28.4 %, Brachiaria ruziziensis Mez. 7.4 % and 25.4 %, serta Pennisetum
purpureum Schum. 8.6% dan 30.7%.
Kata kunci: hijauan pakan, komposisi botani, KUNAK, sapi perah
ABSTRACT
IKHWAN IBNU ARBI. Identification of Forage in The Dairy Cattle Farm
(KUNAK) Cibungbulang and Pamijahan District of Bogor Regency. Supervised
by ASEP TATA PERMANA and M AGUS SETIANA.
KUNAK is a dairy farm area which located at Cibungbulang and Pamijahan
district, Bogor regency, it was built on 1995. The aim of this research was to
identify types of forage of areas in KUNAK diversity analysis, and identification
of its crude fiber and crude protein. This research used ArcGis application,
descriptive analysis, proximate analysis, botanical composition analysis, and
vegetation analysis. The result of botanical composition in KUNAK 1 is
Ottochloa nodosa (Kunth) 11.83 %, Brachiaria ruziziensis Mez. 10.34 % and
Pennisetum purpureum Schum. 8.88 %, while in KUNAK 2 Pennisetum
purpureum Schum. 14.24 %, Ottochloa nodosa (Kunth) 13.37 % and Eleusine
indica L. Gaertn 7.40 %. Based on vegetation analysis, vegetation diversity in
KUNAK 1 and 2 were clasified as medium. The result of proximate analysis,
crude protein (CP) and crude fiber (CF) Ottochloa nodosa (Kunth) were 9.1 %
and 28.4 %, Brachiaria ruziziensis Mez. 7.4 % and 25.4 % and Pennisetum
purpureum Schum. 8.6 % and 30.7 %.
Keywords: botanical composition, dairy cattle, forage, KUNAK
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Peternakan
pada
Departemen Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan
IDENTIFIKASI JENIS HIJAUAN MAKANAN TERNAK DI
KAWASAN USAHA PETERNAKAN (KUNAK) SAPI PERAH
KECAMATAN CIBUNGBULANG DAN PAMIJAHAN
KABUPATEN BOGOR
IKHWAN IBNU ARBI
DEPARTEMEN ILMU NUTRISI DAN TEKNOLOGI PAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
Judul Skripsi : Identifikasi Jenis Hijauan Makanan Ternak di Kawasan Usaha
Peternakan (KUNAK) Sapi Perah Kecamatan Cibungbulang dan
Pamijahan Kabupaten Bogor
Nama : Ikhwan Ibnu Arbi
NIM : D24100083
Disetujui oleh
Ir Asep Tata Permana, MSc
Pembimbing I
Ir M Agus Setiana, MS
Pembimbing II
Diketahui oleh
Prof Dr Ir Panca Dewi MHK, MSi
Ketua Departemen
Tanggal Lulus: ( )
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2013 ini ialah
identifikasi, dengan judul Identifikasi Jenis Hijauan Makanan Ternak di Kawasan
Usaha Peternakan (KUNAK) Kecamatan Cibungbulang dan Pamijahan
Kabupaten Bogor.
Identifikasi hijauan pakan di kawasan KUNAK menjadi bahasan utama
pada penelitian ini karena hijauan merupakan pakan utama bagi ternak sapi perah
yang memproduksi susu. Keragaman hijauan yang tersebar di KUNAK dapat
dijadikan sebagai pakan potensial sehingga mampu meningkatkan produktivitas
hasil ternak di KUNAK.
Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini tentu masih membutuhkan
banyak hal agar dirasa cukup sebagai karya ilmiah yang layak. Oleh karena itu,
kritik, saran, dan masukan yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan karya ilmiah ini di masa yang akan datang. Penulis sangat
mengharapkan adanya manfaat yang bisa ditemukan dari skripsi ini baik bagi
masyarakat dan peternak KUNAK terkhusus penulis secara pribadi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Ikhwan Ibnu Arbi
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL xi
DAFTAR GAMBAR xi
DAFTAR LAMPIRAN xi
PENDAHULUAN 1
METODE PENELITIAN 2
Alat dan Bahan 2
Tempat dan Waktu Penelitian 2
Prosedur 2
Pengumpulan data 2
Pembuatan Herbarium dan Identifikasi Hijauan 2
Pembuatan Peta Tematik 2
Analisis Komposisi Botani 3
Analisis Vegetasi 3
Kualitas Hijauan Pakan 4
HASIL DAN PEMBAHASAN 4
Kondisi Umum KUNAK 4
Kondisi Peternakan KUNAK 5
Sejarah 5
Populasi Ternak 6
Produksi Susu 6
Karakteristik Peternak 7
Komposisi Botani Lokasi KUNAK 1 dan 2 9
Komposisi Botani KUNAK 1 9
Komposisi Botani KUNAK 2 12
Keragaman Jenis Hijauan Pakan KUNAK 1 dan 2 12
Kualitas Hijauan Pakan Lokasi KUNAK 15
SIMPULAN DAN SARAN 16
DAFTAR PUSTAKA 16
LAMPIRAN 18
RIWAYAT HIDUP 24
UCAPAN TERIMA KASIH 24
DAFTAR TABEL
1 Perhitungan analisis vegetasi 4 2 Populasi ternak lokasi KUNAK 1 dan 2 6 3 Satuan ternak lokasi KUNAK 1 dan 2 6 4 Produksi susu KUNAK 1 dan 2 7 5 Karakteristik peternak KUNAK 1 dan 2 berdasarkan status kepemilikan 7
6 Karakteristik peternak KUNAK 1 dan 2 8
7 Komposisi botani KUNAK 1 9
8 Komposisi botani KUNAK 2 12
9 INP hijauan pakan lokasi KUNAK 1 13
10 INP hijauan pakan lokasi KUNAK 2 14
11 Analisis keragaman hijauan pakan KUNAK 1 dan 2 14
12 Kualitas nutrisi hijauan pakan di KUNAK 15
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram pembuatan peta 3
2 Peta lokasi KUNAK 1 dan 2 5
3 Peta komposisi botani KUNAK 1 10
4 Peta komposisi botani KUNAK 2 11
DAFTAR LAMPIRAN
1 Perhitungan komposisi botani KUNAK 1 18
2 Perhitungan komposisi botani KUNAK 2 18
3 Perhitungan jumlah satuan ternak (ST) lokasi KUNAK 20
4 Populasi ternak Sapi potong, ayam broiler, kambing, dan kuda (ekor) 20
5 Tetapan koefisien komposisi botani 20
6 Waypoints komposisi botani 21
7 Hijauan di lokasi penelitian 23
1
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan negara yang terdapat berbagai jenis hijauan
yang sangat melimpah dan beranekaragam. Pengelolaan sumberdaya yang
tepat menjadi suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan (Seda 2006).
Tingkat keragaman hijauan yang tinggi ini memiliki potensi besar dalam
mengembangkan peternakan khususnya ternak ruminansia yang
membutuhkan hijauan sebagai pakan utamanya. Menurut Soedrajat (2000),
komponen utama dalam pengembangan peternakan adalah ketersediaan
lahan, pakan, dan ternak. Kabupaten Bogor memiliki tingkat curah hujan
pertahun cukup tinggi yang mencapai 2 400 mm tahun-1
(KPS-UPB 2012),
sehingga menjadi daerah yang ditumbuhi banyak hijauan khususnya hijauan
pakan ternak. Kebutuhan hijauan sebagai pakan ternak menjadi kunci yang
sangat penting karena dibutuhkan secara terus-menerus untuk mencukupi
kebutuhan pakan ternak dan menjaga kestabilan dalam usaha peternakan.
Syarief dan Sumoprastowo (1985) menyatakan kebutuhan rata-rata hijauan
makanan ternak untuk ternak sapi perah yaitu 30 kg ekor-1
hari-1
. Sementara
Soetanto (1994) menyatakan jumlah minimum pemberian hijauan makanan
ternak pada sapi laktasi sebanyak 36 kg hari-1
dengan konsentrat 12.7 kg
hari-1
. Di Kabupaten Bogor terdapat suatu kawasan yang merupakan salah
satu sentra sapi perah yang menyuplai susu untuk pemenuhan kebutuhan
susu di Indonesia. Kawasan tersebut bernama KUNAK (Kawasan Usaha
Peternakan) Sapi Perah yang terletak di Kecamatan Cibungbulang dan
Pamijahan. Daerah KUNAK terbagi menjadi KUNAK 1 dan KUNAK 2.
KUNAK 1 terletak di Kecamatan Cibungbulang dan KUNAK 2 di
Kecamatan Pamijahan (KPS-UPB 2012).
Produksi hasil ternak melibatkan banyak aspek kompleks dan salah
satu faktor yang menentukan baik buruknya pertumbuhan ternak ruminansia
adalah pakan (McDowell 1972). Kondisi KUNAK yang merupakan daerah
peternakan sapi perah memiliki berbagai problem seperti kurangnya
ketersediaan dan rendahnya kualitas hijauan pakan yang diberikan ke ternak
sapi perah, sehingga produktivitasnya tidak stabil. Sejauh ini, para
peternak KUNAK memberikan pakan berupa rumput atau legum baik yang
ditanam di lahan sendiri atau dari lahan lainnya, jerami, konsentrat dan
limbah pertanian yang ketersediaannya tidak pasti. Dalam penelitian
sebelumnya, Dziyauddin (2012) menyimpulkan dari penggunaan Sistem
Informasi Geografis (SIG) bahwa KUNAK memerlukan lahan tambahan
seluas 101.5 ha yang digunakan untuk menanam hijauan pakan sehingga
bisa memenuhi kecukupan hijauan yang dibutuhkan ternak yang ada.
Identifikasi jenis dan kualitas hijauan yang ada di KUNAK dapat
memberikan solusi dalam penentuan pakan hijauan yang berpotensi
diberikan ke ternak agar mampu meningkatkan produktivitas dan kualitas
susu yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis potensi
keragaman dan penyebaran hijauan pakan di KUNAK.
2
METODE PENELITIAN
Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah
kuadran berukuran 0.5 m x 0.5 m, gunting, cutter, kantong sampel, plastik,
alat tulis, kertas HVS A4, GPS merk Garmin Oregon seri 550, aplikasi
ArcGIS® 10.1, kamera dengan 16.1 megapixel, koran, kardus, alkohol 70%,
label, log book, tali rafia, timbangan, dan kuisioner. Bahan yang digunakan
yaitu kuisioner yang diberikan kepada peternak dengan metode wawancara
dan bahan herbarium diambil dari pengamatan hijauan di seluruh titik
sampel.
Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Kawasan Usaha
Peternakan (KUNAK) Sapi Perah Kabupaten Bogor seluas 94.41 ha.
KUNAK 1 di Kecamatan Cibungbulang dan KUNAK 2 di Kecamatan
Pamijahan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September hingga
Desember 2013.
Prosedur
Pengumpulan Data
Pengumpulan data yaitu berupa data sekunder dan data primer. Data
sekunder yang diambil yaitu data kepemilikan kavling dan ternak, produksi
HMT, populasi ternak, produksi susu. Sementara data primer berupa data
yang diambil dari observasi lapang dan wawancara dengan menggunakan
kuisioner.
Pembuatan Herbarium dan Identifikasi Hijauan
Identifikasi rumput menggunakan herbarium hijauan dengan
mengacu pada metode Stone (1983) yaitu eksplorasi koleksi herbarium.
Pembuatan herbarium basah yaitu dengan cara mengambil bagian utama
setiap jenis hijauan lalu disemprotkan alkohol 70% pada seluruh bagian
tanaman, kemudian diletakkan pada kertas HVS A4 atau koran dengan
direkatkan selotip dan ditutup secara rapat dengan kardus. Data yang dicatat
berupa nama identifikasi sendiri dan nama latin tiap jenis yang dicocokkan
dengan literatur yang ada.
Pembuatan Peta Tematik
Dasar pembuatan peta dengan Sistem Informasi Geografis (SIG)
menggunakan peta tematik yang berisi data spasial antara lain denah lokasi
seluruh kavling, jalan, fasilitas, dan batas administrasi wilayah. Data spasial
tersebut dipadukan dengan data vektor yang diperoleh dari atribut GPS agar
data tersebut bisa diolah menjadi peta dalam format shp. Data vektor
tersebut terdiri dari hasil GPS KUNAK 1 dengan atribut berisi 82 waypoints
3
dan 52 tracks, sementara KUNAK 2 dengan atribut berisi 78 waypoints dan
36 tracks.
Software SIG (ESRI 1998) digunakan untuk mengolah data vektor,
membuat atribut dan layer tambahan serta penerapan peta spasial sehingga
bisa dibaca sebagai bentuk dan ukuran peta yang sebenarnya pada
permukaan bumi. SIG digunakan untuk kalkulasi perjalanan dengan GPS
dan untuk identifikasi serta merekam setiap perjalanan yang dilakukan
(ESRI 1998). Data-data layer tersebut diolah menurut atribut-atribut dan
diinterpolasikan dengan peta dasar. Diagram alur pembuatan peta
dijelaskan pada Gambar 1 di bawah ini.
Gambar 1. Diagram pembuatan peta
Analisis Komposisi Botani
Analisis komposisi botani yang dilakukan dengan menggunakan
metode “Dry Weight Rank” menurut Mannetje dan Haydock (1963).
Metode ini digunakan untuk menaksir komposisi botani suatu kawasan.
Dalam analisis ini digunakan bingkai kuadran 0.5 m x 0.5 m disebar secara
acak sebanyak 75 kali untuk masing-masing KUNAK, kemudian dicatat
spesies yang ada dan dihitung berdasarkan tetapan koefisien yang tercantum
pada Lampiran 4 dan penetapan titik waypoints dengan menggunakan GPS
yang dapat dilihat pada lampiran 5.
Analisis Vegetasi
Metode analisis vegetasi tumbuhan bawah tanah dengan dibuat petak
pengamatan berukuran 20 m x 20 m, dengan 5 plot berukuran 2 m x 2 m
didalam petak pengamatan lalu didapatkan frekuensi tanaman disetiap plot
tersebut. Soerianegara dan Indrawan (2008) menyatakan beberapa rumus
perhitungan dalam analisis vegetasi adalah INP (Indeks Nilai penting), H’
(Indeks Keragaman), R1 (Indeks Kekayaan), E (Indeks Kemerataan), ID
(Indeks Dominasi), dan IS (Indeks Kesamaan) sebagai berikut :
Peta.shp Input data
Polygone Polyline Point
Add shapefile
Arc Katalog
File.gps
GPSGarmin
Oregon 550
Layer vektor
Global
mapper 12
Peta dasar
Peta hasil
4
Tabel 1 Perhitungan analisis vegetasi Nilai Rumus Keterangan
INP KR + FR INP : Indeks nilai penting
K
( ) K
KR
:
:
Kerapatan
Kerapatan relatif
KR
F
FR
:
:
Frekuensi
Frekuensi relatif
F
FR
H’ ∑
H’
ni
N
:
:
:
Indeks keragaman jenis
INP jenis i
total INP
R1 ( - )
( ( ))
R1
S
N
:
:
:
Indeks kekayaan
Jumlah jenis yang ditemukan
Jumlah total individu
E
( )
E
H’
S
:
:
:
Indeks kemerataan jenis
Indeks keragaman jenis
Jumlah jenis
ID ∑ (
)
ID
ni
N
:
:
:
Indeks dominasi
INP jenis i
total INP
IS
IS
w
a
b
:
:
:
:
Indeks kesamaan komunitas
jumlah jenis yang sama antara
komunitas a dan b jumlah jenis
yang terdapat pada komunitas a
jumlah jenis yang terdapat pada
komunitas b
Sumber : Soerianegara dan Indrawan (2008)
Kualitas Hijauan Pakan
Sampel hijauan yang telah diambil tiap daerah KUNAK 1 dan
KUNAK 2 tertentu dianalisis berupa berat kering (BK), protein kasar (PK),
dan serat kasar (SK). Analisa proksimat ini dilakukan di laboratorium
sumberdaya hayati dan bioteknologi, Gedung Penelitian Antar Universitas
(PAU), Institut Pertanian Bogor. Jenis hijauan yang dianalisis adalah jenis
yang menduduki peringkat terbanyak pertama, kedua, dan ketiga dalam
komposisi botani.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum KUNAK
Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK) Sapi Perah terletak di Jawa
Barat, Kabupaten Bogor, berada dalam dua wilayah yaitu KUNAK 1
terletak di Gunung Sarangseng, Kecamatan Cibungbulang dengan luas
52.43 ha dan KUNAK 2 terletak di Gunung Geulis, Kecamatan Pamijahan
dengan luas 41.98 ha. Lokasi ini berada diantara 06°37’046”LS -
5
06°38’180”LS dan 106°38’545”BT - 106°39’544”BT dengan ketinggian
350.7 – 451.3 mdpl dan suhu udara diantara 20-28°C serta curah hujan rata-
rata 2 400 mm tahun-1
(KPS-UPB 2012). Wilayah KUNAK 1 terdiri dari
tiga kelompok peternak, yaitu kelompok Tertib, kelompok Segar, dan
kelompok Bersih. Sementara wilayah KUNAK 2 terdiri dari tiga kelompok
peternak yaitu kelompok Indah, kelompok Aman, dan kelompok Mandiri.
Gambar 2 Peta lokasi KUNAK 1 dan 2
Kondisi Peternakan KUNAK
Sejarah
Sejarah awal mula berdirinya Kawasan Usaha Peternakan (KUNAK)
didasarkan atas suatu tujuan untuk mengumpulkan para peternak-peternak
sapi perah yang tersebar di lingkup Kabupaten dan Kota Bogor. Para
peternak-peternak tersebut berkumpul untuk mengajukan bantuan
pengembangan KUNAK, akhirnya pada tahun 1995 KUNAK mendapatkan
bantuan Presiden Soeharto dan dilakukan pembangunan selama dua tahun
sampai awal tahun 1997. Pada tanggal 7 Januari 1997, Presiden Soeharto
meresmikan KUNAK sebagai kawasan usaha peternakan sapi perah (KPS-
UPB 2012).
Daerah yang dipilih sebagai kawasan peternakan ini berada di
Kecamatan Cibungbulang dan Kecamatan Pamijahan, karena pada tahun
tersebut sudah banyak komunitas peternak sapi perah yang tinggal disana,
selain itu daerah KUNAK juga tidak terlalu dekat dengan permukiman
masyarakat sehingga tidak mengganggu kenyamanan warga sekitar.
KUNAK 1
KUNAK 2
Kota
Bogor
6
Populasi Ternak
Populasi ternak yang tercatat di KPS Bogor untuk wilayah KUNAK
1 dan KUNAK 2 selain sapi perah terdapat berbagai macam ternak lainnya
yaitu sapi potong, ayam broiler, kambing, dan kuda yang dapat dilihat pada
Lampiran 4. Populasi sapi perah yang ada di KUNAK yaitu terdiri dari
induk laktasi, induk kering, jantan dewasa, dara bunting, dara kosong, pedet
betina, dan pedet jantan. Lokasi KUNAK 1 jumlah ternak sapi perah
dewasa sebanyak 484 ekor (481.40 ST), sapi muda 149 ekor (89.64 ST), dan
ternak pedet sebanyak 197 ekor (49.8 ST). Sementara lokasi KUNAK 2
jumlah ternak dewasa sebanyak 737 ekor (736.27 ST), sapi muda sebanyak
69 ekor (43.55 ST), dan ternak pedet sebanyak 231 ekor (57.04 ST). Data
populasi ternak di KPS Bogor dapat dilihat pada Tabel 2 dan 3.
Tabel 2 Populasi ternak lokasi KUNAK 1 dan 2
No Kelompok Lokasi
Dewasa (ekor) Muda (ekor) Anak (ekor)
Induk
laktasi Induk
Kering Jan
tan Bun
ting Kosong Betina Jan
tan
1 Tertib KUNAK 1 158 15 1 9 27 33 17
2 Segar KUNAK 1 150 4 5 4 79 47 54
3 Bersih KUNAK 1 132 18 1 14 16 25 21
4 Indah KUNAK 2 135 21 9 4 24 30 62
5 Aman KUNAK 2 196 86 17 5 15 51 23
6 Mandiri KUNAK 2 194 46 30 0 21 32 33
Sumber: KPS Bogor (2014)
Tabel 3 Satuan ternak lokasi KUNAK 1 dan 2
Lokasi Jumlah ternak (ekor)* Jumlah ternak (ST)**
Dewasa Muda Anak Dewasa Muda Anak
KUNAK 1 484 149 197 481.40 89.64 49.80
KUNAK 2 737 69 231 736.27 43.55 57.04 *Sumber: Data KPS Bogor (2014); **Hasil perhitungan menurut satuan ternak
Produksi Susu
KUNAK 1 dan KUNAK 2 adalah kawasan dimana peternaknya
merupakan anggota KPS Bogor yang ditugaskan untuk memproduksi susu
dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Sejauh ini, KUNAK 1 mampu
menghasilkan rata-rata 5 406 ± 60.11 liter hari-1
dan KUNAK 2 mampu
menghasilkan rata-rata 4 125 ± 71.16 liter hari-1
. Angka tersebut masih
terbilang sangat kecil jika melihat populasi induk laktasi yang mencapai 965
ekor atau setara dengan 51.77% dari total populasi yang ada. Kondisi ini
terjadi karena tidak semua peternak yang menyetorkan susunya ke KPS
KUNAK, beberapa peternak lebih memilih menjual keluar KUNAK karena
harga jual yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan data produksi susu riil
KUNAK 1 dan 2 lebih tinggi dibandingkan dengan data produksi susu yang
terekam di KPS Bogor yang hanya mencapai 6 907 ± 431.53.
7
Tabel 4 Produksi susu KUNAK 1 dan 2
Lokasi Produksi riil (liter hari-1
)
Data KPS Bogor (liter hari-1
)
KUNAK 1 5 406 ± 60.11 6 907 ± 431.53
KUNAK 2 4 125 ± 71.16
Sumber: Pengolahan data primer dan sekunder (2014)
Tabel 4 menunjukkan data produksi susu yang dihasilkan peternak
KUNAK 1 dan 2 dengan data produksi susu yang terekam di KPS Bogor,
kenyataannya jumlah produksi susu yang terekam di KUNAK lebih sedikit
dibandingkan dengan data yang didapatkan secara langsung ke peternak.
Jumlah yang tidak tercantum oleh KPS Bogor mencapai 2 624 liter hari-1
,
hal ini dikarenakan banyak peternak yang menjual susu ke luar KPS
KUNAK untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi.
Karakteristik Peternak
Karakteristik peternak KUNAK terbagi berdasarkan umur peternak,
tingkat pendidikan, jenis pekerjaan utama, dan lama beternak. Karakteristik
peternak KUNAK 1 dan 2 dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Karakteristik peternak di KUNAK 1 dan 2 berdasarkan status
kepemilikan
KUNAK 1 KUNAK 2
Parameter Pemilik
sendiri Gaduhan
Pemilik
sendiri Gaduhan
Peternak (orang) 3 40 4 28 Jumlah ternak
(ST) orang-1
16.52 ± 8.87 16.77 ± 6.47 19.30 ± 3.78 17.08 ± 8.02
Pendidikan
formal (tahun)*
12.67 ± 4.71 6.00 ± 1.18 12.50 ± 4.09 6.86 ± 1.77
Pengalaman
(tahun)
14.00 ± 7.12 8.92 ± 4.11 12.00 ± 5.79 9.75 ± 4.41
Umur (tahun) 35.67 ± 1.89 36.05 ± 7.03 40.50 ± 3.84 40.93 ± 12.77
* Lulus SD: 6 tahun, SMP: 9 tahun, SMA: 12 tahun, S1: 16 tahun.
Karakteristik peternak di KUNAK dibedakan berdasarkan
kepemilikan pribadi dan gaduhan yang disajikan pada Tabel 5. Berdasarkan
hasil sidik ragam, karakteristik peternak di KUNAK berdasarkan status
kepemilikannya menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata. Berdasarkan
rataan tingkat pendidikan, pengalaman, dan umur karakteristik peternak dari
kepemilikan sendiri relatif lebih tinggi dibandingkan kepemilikan gaduhan,
namun rataan tingkat kepemilikan ternak gaduhan lebih tinggi dibandingkan
dengan kepemilikan sendiri. Hal ini dimungkinkan semakin banyak pemilik
ternak yang enggan memelihara sendiri ternaknya sehingga membutuhkan
bantuan dari peternak gaduhan. Pengalaman beternak pemilik sendiri jauh
lebih lama dibandingkan dengan dengan peternak gaduhan, hal ini
dimungkinkan karena peternak sendiri lebih menyukai pekerjaan sebagai
peternak sejak muda, sementara peternak gaduhan memilih beternak sebagai
suatu pekerjaan untuk memperoleh penghasilan. Pengalaman beternak
8
merupakan indikator keberhasilan dalam beternak sehingga dapat
meningkatkan produksi pada masa yang akan datang (Hoda 2002).
Tabel 6 Karakteristik peternak KUNAK 1 dan 2
Parameter
KUNAK 1 KUNAK 2
Responden
(peternak)
Persentase
(%)
Responden
(peternak)
Persentase
(%)
Umur (tahun)
21- 30 8 18.6 5 15.6
31- 40 23 53.5 11 34.4
41- 50 11 25.6 12 37.5
>50 1 2.3 4 12.5
Pendidikan*
SD 38 88.4 23 71.9
SMP 2 4.7 4 12.5
SMA 1 2.3 3 9.3
D3 dan S1 2 4.7 2 6.2
Pekerjaan
Utama
Peternak 42 97.7 31 96.9
Lainnya 1 2.3 1 3.1
Lama beternak
(tahun)
1 – 5 10 23.3 6 18.8
6 – 10 17 39.5 12 37.5
11 – 20 16 37.2 14 43.75 Sumber: Pengolahan data primer (2014); *Lulus SD: 6 tahun, SMP: 9 tahun, SMA: 12
tahun, S1: 16 tahun.
Berdasarkan umur peternak, kategori terbanyak adalah peternak
yang berusia dalam rentang 31-40 tahun baik KUNAK 1 maupun KUNAK
2 yaitu sebanyak 53.5% dan 34.4%. Rentang umur 31-40 dalam beternak
merupakan umur yang masih tergolong produktif, karena peternak masih
mampu untuk melakukan pekerjaannya sebagai peternak seperti mengarit
rumput untuk memenuhi konsumsi ternak setiap harinya. Sementara
berdasarkan tingkat pendidikannya, di lokasi KUNAK 1 terdapat 88.4%
peternak adalah lulusan SD, lulusan SMP 4.7%, lulusan SMA 2.3%, serta
D3 dan S1 sebanyak 4.7%, sementara di KUNAK 2 terdapat 71.29%
peternak lulusan SD, 12.5% lulusan SMP, 9.3% lulusan SMA, dan 6.2%
lulusan D3 dan S1. Mubyarto (1986) menyatakan bahwa tingkat pendidikan
peternak akan memengaruhi pola berpikir, kemampuan belajar, dan taraf
intelektual. Dengan pendidikan formal maupun informal maka peternak
akan memiliki pengetahuan dan wawasan yang luas sehingga lebih mudah
merespon suatu inovasi yang menguntungkan bagi usahanya.
Berdasarkan pekerjaan, 97.7% peternak KUNAK 1 dan 96.9%
peternak KUNAK 2 menempatkan pekerjaan beternak sebagai pekerjaan
utamanya, sementara hanya 2.3% peternak KUNAK 1 dan 3.1% peternak
KUNAK 2 yang memiliki pekerjaan lain dan beternak sebagai pekerjaan
9
sampingan. Tingginya presentase beternak sebagai pekerjaan utama
dimungkinkan karena sistem pemeliharaan sapi perah yang dilakukan secara
intensif sehingga sulit untuk meluangkan waktu mencari pekerjaan lain.
Menurut Sudono (1999) bahwa salah satu keuntungan dalam usaha ternak
sapi perah adalah memberikan jaminan pendapatan. Sementara berdasarkan
lama beternak, 39.5% peternak di KUNAK 1 menyatakan telah beternak
selama 6-10 tahun dan 37.2% lainnya menyebutkan telah beternak selama
11-20 tahun. Hal ini dimungkinkan karena alasan kesukaan peternak dalam
beternak sehingga lebih memilih untuk memelihara sapi perah dalam jangka
waktu yang lama.
Komposisi Botani Wilayah KUNAK 1 dan 2
Komposisi Botani KUNAK 1
Identifikasi hijauan makanan ternak yang ada di daerah KUNAK 1
dan 2 menggunakan metode “Dry Weight Rank” menurut Mannetje dan
Haydock (1963), komposisi botani dengan menentukan presentase hijauan
yang tersebar di beberapa titik. Hasil komposisi botani KUNAK 1 dan 2
dapat dilihat pada Tabel 7 dan 8 berikut.
Tabel 7 Komposisi botani KUNAK 1
No Jenis Nama latin Nama lokal % Jenis
1 Rumput Ottochloa nodosa (Kunth) - 11.83
2 Rumput Brachiaria ruziziensis Mez. - 10.34
3 Rumput Pennisetum purpureum Schum. Rumput gajah 8.88
4 Rumput Panicum maximum var.
Gatton
- 8.53
5 Rumput Axonopus affinis Chase. - 7.19
6 Rumput Cenchrus ciliaris L. - 7.01
7 Rumput Brachiaria mutica (Forsk.)
Stapf
- 6.19
8 Rumbah Wedelia montana var pilosa
H.
Jotang liar 5.05
9 Rumput Eleusine indica (L.) Gaertn Ki pait 5.03
10 Rumbah Eupathorium odoratum L.f. Jotang munding 2.95
Sumber: Pengolahan data primer (2014)
12
Komposisi Botani KUNAK 2
Tabel 9 Komposisi botani KUNAK 2
No Jenis Nama latin Nama lokal % Jenis
1 Rumput Pennisetum purpureum Schum. Rumput
gajah
14.24
2 Rumput Ottochloa nodosa (Kunth) - 13.37
3 Rumput Eleusine indica L. Gaertn Ki pait 7.40
4 Legum Mimosa pudica L. Putri malu 6.92
5 Rumput Brachiaria ruziziensis Mez. Lamata 5.60
6 Rumput Axonopus affinis Chase. - 4.54
7 Rumput Panicum repens L. Jajahean 4.54
8 Rumput Axonopus compressus (Sw.) P.
Beauv
Lelempeng 3.49
9 Rumput Imperata cylindrica Beauv. Alang-alang 3.49
10 Rumput Brachiaria mutica (Forsk.)
Stapf
- 3.20
Sumber: Pengolahan data primer (2014)
Komposisi botani KUNAK 1 didominasi oleh Ottochloa nodosa
(Kunth) sebesar 11.83 %, Brachiaria ruziziensis Mez. sebesar 10.34 %, dan
Pennisetum purpureum Schum. sebesar 8.88%. Sementara lokasi KUNAK 2
yaitu didominasi Pennisetum purpureum Schum. sebesar 14.24 %,
Ottochloa nodosa (Kunth) sebesar 13.37 % dan urutan ketiga yaitu
Eleusine indica (L.) Gaertn sebesar 7.40 %. Menurut Suryaningtyas dan
Terry (1993), Ottochloa nodosa (Kunth) adalah rumput yang tumbuh
dengan panjang diantana 30-120 cm. Penyebaran rumput ini utamanya di
kawasan Asia Tenggara, rumput ini tumbuh di perkebunan dan pinggiran
lahan atau ladang yang luas. Perbedaan komposisi botani antara KUNAK 1
dan KUNAK 2 di mungkinkan karena lokasi pengambilan titik sampel yang
berbeda sehingga mempengaruhi jenis hijauan yang ditemukan.
Pemanfaatan lahan kosong di KUNAK 2 banyak ditanami Pennisetum
purpureum Schum. dan di jadikan kebun rumput yang ditanami jenis rumput
tersebut, sehingga Pennisetum purpureum Schum. mendominasi komposisi
botani, sementara pada daerah KUNAK 1 Ottochloa nodosa (Kunth) lebih
dominan karena lokasi KUNAK 1 yang berbukit dan terdapat beberapa
bangunan pemukiman warga yang bukan berprofesi sebagai peternak.
Keragaman Jenis Hijauan Pakan KUNAK 1 dan KUNAK 2
Keragaman jenis hijauan pakan dapat diketahui melalui analisis
vegetasi. Soerianegara dan Indrawan (1998) menyatakan bahwa analisis
vegetasi adalah suatu metode untuk mempelajari susunan dari bentuk
vegetasi tumbuh-tumbuhan. Analisis vegetasi dinilai dari Indeks Nilai
Penting (INP) yang didapatkan dari penjumlahan Kerapatan Relatif (KR)
dengan Frekuensi Relatif (FR). Menurut Indriyanto (2006) kerapatan
adalah jumlah individu organisme per satuan ruang. Sedangkan frekuensi
dipergunakan untuk menyatakan proporsi antara jumlah sampel yang berisi
suatu spesies terhadap jumlah total sampel, sehingga spesies yang paling
13
dominan tentu memiliki nilai INP yang paling besar. Nilai INP dapat dilihat
pada Tabel 10 dan 11.
Tabel 10 INP hijauan pakan lokasi KUNAK 1
No Nama latin Nama
lokal
Jumlah
individu
KR
(%)
FR
(%)
INP*
(%)
1 Ottochloa nodosa
(Kunth)
- 100 21.01 12 33.01
2 Eupathorium odoratum
L.f.
Jotang
munding
54 11.34 12 23.34
3 Cenchrus ciliaris L. - 52 10.92 12 22.92
4 Pennisetum purpureum
Schum
Rumput
gajah
61 12.82 4 16.82
5 Brachiaria mutica Lamata 39 8.19 8 16.19
6 Brachiaria ruziziensis
Mez.
- 21 4.41 8 12.41
7 Eleusine indica (L.)
Gaertn
Ki pait 40 8.40 4 12.40
8 Brachiaria decumbens
(Stapf)
- 17 3.57 8 11.57
9 Mimosa pudica L. Putri
malu
11 2.31 8 10.31
10 Amaranthus gracilis
Desf.
- 29 6.09 4 10.09
Sumber: Pengolahan data primer (2014); *Berdasarkan perhitungan INP (Kusmana 1997),
KR: kerapatan relatif, FR: frekuensi relatif, INP: indeks nilai penting
Tabel 11 INP hijauan pakan lokasi KUNAK 2
No Nama latin Nama lokal Jumlah
individu
KR
(%)
FR
(%)
INP*
(%)
1 Mimosa pudica L. Putri malu 65 11.86 13.64 25.50
2 Pennisetum purpureum
Schum.
Rumput
gajah
55 10.04 13.64 23.67
3 Brachiaria mutica
(Forssk.) Stapf
Lamata 56 10.22 9.09 19.30
4 Imperata cylindrica
Beauv.
Alang-
alang
77 14.05 4.55 18.60
5 Panicum repens L. Jajahean 57 10.40 4.55 14.95
6 Cenchrus ciliaris L. - 26 4.75 9.09 13.84
7 Axonopus affinis
Chase.
- 48 8.76 4.55 13.30
8 Axonopus compressus
(Sw.) P. Beauv
Lelempeng 36 6.57 4.55 11.12
9 Eleusine indica (L.)
Gaertn
Ki pait 30 5.47 4.55 10.02
10 Ottochloa nodosa
(Kunth)
- 25 4.56 4.55 9.11
Sumber: Pengolahan data primer (2014); *Berdasarkan perhitungan INP (Kusmana 1997),
KR: kerapatan relatif, FR: frekuensi relatif, INP: indeks nilai penting
14
Lokasi KUNAK 1 memiliki keragaman dengan total jenis hijauan
sebanyak 15 jenis, Tabel 10 menunjukkan 10 jenis hijauan yang
mendominasi keragaman yang didaerah masing-masing. Pada lokasi ini,
nilai INP tertinggi yaitu pada Ottochloa nodosa (Kunth) sebesar 33.01 %,
kemudian Eupatorium odoratum 23.34 % dan Cenchrus ciliaris L. 22.92 %,
sementara di daerah KUNAK 2 dengan total 16 jenis hijauan. Nilai INP
tertinggi di lokasi ini yaitu legum Mimosa pudica L. sebesar 25.50 %,
Pennisetum purpureum Schum. sebesar 23.67 % dan Brachiaria mutica
(Forssk.) Stapf sebesar 19.30 %.
Analisis Keanekaragaman Hijauan Pakan KUNAK 1 dan 2
Tabel 12 Analisis keragaman hijauan pakan KUNAK 1 dan 2
Lokasi H’ R1 E ID IS (%)
KUNAK 1 2.56 2.27 0.94 0.09 83.87
KUNAK 2 2.66 2.38 0.96 0.08 Sumber: Pengolahan data primer (2014); H’ (Indeks keragaman), R1 (Indeks kekayaan), E
(Indeks kemerataan), ID (Indeks dominasi), dan IS (Indeks kesamaan).
Keanekaragaman hijauan pakan dapat dianalisis berdasarkan Indeks
Keragaman Jenis (H’) yang menggambarkan ciri tingkatan komunitas di
suatu lokasi, Indeks Kekayaan Jenis (R1), Indeks Kemerataan Jenis (E)
menunjukkan bagaimana kelimpahan jenis terdistribusi secara merata pada
banyaknya individu yang ada, Indeks Dominasi Jenis (ID) yang merupakan
parameter untuk menunjukkan spesies hijauan yang dominan di dalam suatu
komunitas, dan Indeks Kesamaan (IS) yang digunakan untuk mengetahui
tingkat kesamaan antara beberapa tegakan, unit sampling, atau komunitas.
Menurut Magurran (1988) nilai keanekaragaman jenis rendah jika
H’< 2.0, sedang 2.0 < H’< 3.0; dan tinggi H’> 3.0. Dilihat dari Tabel 12,
pada analisis keragaman jenis (H’), nilai H’ antara KUNAK 1 dan KUNAK
2 tidak begitu berbeda jauh yaitu 2.56 dan 2.66. Nilai tersebut menandakan
bahwa daerah KUNAK 1 dan KUNAK 2 memiliki tingkat keanekaragaman
hijauan yang sedang.
Nilai Indeks Kekayaan Jenis (R1) menurut Indriyanto (2005) bahwa
jika R>1 maka nilai kekayaan jenis tinggi dan pada daerah tersebut memiliki
jenis yang banyak, sedangkan jika R<1 maka nilai kekayaan jenisnya rendah
untuk KUNAK 1 dan KUNAK 2 berturut-turut yaitu 2.27 dan 2.38, artinya
nilai tersebut tergolong tinggi.
Magurran menyatakan bahwa nilai kemerataan jenis tergolong
rendah jika E < 3.0, sedang jika 3.0 < E < 6.0, dan tinggi jika E > 6.0.
Indeks kemerataan jenis tinggi menunjukkan bahwa tidak ada dominasi
suatu hijauan yang tumbuh pada suatu ekosistem, sementara jika indeks
kemerataan rendah artinya ada suatu hijauan yang mendominasi pada suatu
ekosistem. Nilai Indeks Kemerataan (E) KUNAK 1 dan KUNAK 2 yaitu
0.94 dan 0.96 yang berarti bahwa kemerataan jenis hijauan yang ada di dua
lokasi tersebut tergolong rendah dengan E < 3.0, sehingga di lokasi
KUNAK 1 dan 2 ada dominasi suatu jenis hijauan yang tumbuh didaerah
tersebut.
15
Nilai indeks dominasi jenis menurut Krebs (1978), yang mendekati
angka nol, artinya beberapa jenis hijauan pakan mendominasi bersama-sama
suatu ekosistem yang ada dan dominasi jenis per-individunya rendah.
Indeks Dominasi Jenis pada KUNAK 1 dan KUNAK 2 didapat dengan nilai
0.09 dan 0.08. Pada KUNAK 1 dan KUNAK 2 menunjukkan bahwa
terdapat dominasi vegetasi oleh beberapa jenis hijauan.
Indeks Kesamaan (IS) merupakan cara untutk mengetahui tingkatan
kesamaan vegetasi yang ada dari dua area. Menurut Istomo dan Kusmana`
(1997) nilai IS menunjukkan perbedaan vegetasi didua tempat berbeda jika
IS<75%. Soerianegara dan Indrawan (1998) mengatakan nilai IS yang
mendekati 100 % menunjukkan tingkat kesamaan vegetasi yang tinggi di
antara dua komunitas. IS antara KUNAK 1 dan KUNAK 2 bernilai 83.87 %.
Sehingga nilai tersebut menunjukkan tingkat kesamaan vegetasi yang tinggi
pada lokasi tersebut.
Kualitas Hijauan Pakan KUNAK
Tabel 13 Kualitas nutrisi hijauan pakan di KUNAK 1 dan 2
Nama Latin PK (%)* SK (%)**
Ottochloa nodosa (Kunth)1)
9.1 28.4
Brachiaria ruziziensis Mez.1)
7.4 25.4
Pennisetum purpureum Schum.1)
8.6 30.7
Eleusine indica (L.) Gaertn1)
8.1 26.5 1)
Hasil analisis Laboratorium Pusat Penelitian Sumberdaya Hayati dan Bioteknologi,
Institut Pertanian Bogor (2014); *PK (protein kasar), **SK (serat kasar).
Kualitas hijauan pakan yang dominan tersebar di KUNAK yaitu
Ottochloa nodosa (Kunth) dengan PK 9.1%, Brachiaria ruziziensis Mez.
7.4%, Pennisetum purpureum Schum. 8.6%, dan Eleusine indica (L.) Gaertn
8.1%. Nilai PK tertinggi adalah Ottochloa nodosa (Kunth) sebesar 9.1%,
sedangkan nilai PK Pennisetum purpureum Schum. 8.6%, namun peternak
lebih memilih menggunakan Pennisetum purpureum Schum. karena
kuantitas produksinya yang lebih banyak dibandingkan lainnya. Jenis
Pennisetum purpureum Schum. yang banyak ditanami oleh peternak dan
dijadikan pakan hijauan utama di KUNAK memiliki nilai yang cukup baik
yaitu 8.6%. Menurut Lowry B.J et all (1992) pada Australian Centre for
International Agricultural Research (ACIAR) menyatakan bahwa
kandungan PK Pennisetum purpureum yaitu 7% pada masa panen empat
minggu dan 10% pada masa panen 6 minggu. Sementara itu, kandungan
serat kasar (SK) yang terkandung pada Ottochloa nodosa (Kunth) 28.4%,
Brachiaria ruziziensis Mez. 25.4%, Pennisetum purpureum Schum. 30.7%,
dan Eleusine indica (L.) Gaertn 26.5%.
16
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Identifikasi hijauan pakan KUNAK 1 dengan dominasi terbanyak
berasal dari rumput Ottochloa k nodosa (Kunth), Brachiaria ruziziensis Mez.
dan Pennisetum purpureum Schum., sementara KUNAK 2 ditemukan
Pennisetum purpureum Schum., Ottochloa nodosa (Kunth) dan Eleusine
indica (L.) Gaertn. Keragaman hijauan di lokasi KUNAK 1 dan 2 bernilai
sedang.
Saran
Menindaklanjuti penelitian ini, diharapkan adanya penelitian dalam
menentukan kualitas hijauan pakan yang diambil secara komposit
sebagaimana pakan yang dikonsumsi ternak setiap harinya.
DAFTAR PUSTAKA
Dziyauddin M. 2012. Aplikasi Sistem Informasi Geografis Untuk Melihat
Penyediaan Hijauan Pakan dan Pemanfaatan Lahan di Kawasan Usaha
Peternakan Sapi Perah Kabupaten Bogor. [skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
[ESRI] Environmental Systems Research Institute. 1998. Understanding
GIS-The Arc/Info Method. New York (US): John Wiley and Sons inc.
Hoda A. 2002. Potensi pengembangan sapi potong pola usaha tani terpadu
di wilayah Maluku Utara. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Indriyanto. 2005. Ekologi Hutan. Jakarta (ID): Bumi Aksara.
Istomo, Kusmana C. 1997. Penuntun Praktikum Ekologi Hutan. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Kusmana C. 1997. Metode Survei Vegetasi. Bogor (ID): IPB Pr.
Lowry JB, Petheram RJ, Tangendjaja B. 1992. Plants Fed to Village
Ruminants in Indonesia. Canberra (AU): ACIAR.
Krebs CJ. 1978. Ecology The Experimental Analysis of Distribution and
Abudance. New York (US): Harper and Row Publisher.
[KPS-UPB] Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan Bogor. 2012.
Laporan Pertanggungjawaban Pengurus KPS-Bogor Tahun Buku 2012.
Bogor (ID): KPS Bogor.
[KPS-UPB] Koperasi Produksi Susu dan Usaha Peternakan Bogor. 2013.
Laporan Sementara Pengurus KPS-Bogor tahun 2013. Bogor (ID):
KPS Bogor.
Magurran AE. 1988. Ecological Diversity and Its Measurement. Princeton
NJ (US): Princeton University Pr.
Mannetje L , Haydock KP. 1963. The dry weight rank method for the
botanical analysis of pasture. J Brit Grassl Soc. 18 (4): 268-275.
17
Mc Dowell RE. 1972. Improvement of Livestock Production in Warm
Climates. San Francisco (US): Freeman.
Mubyarto. 1986. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta (ID): LP3ES.
Soedrajat S. 2000. Potensi dan Prospek Bahan Pakan Lokal dalam
Menggembangkan Industri Peternakan di Indonesia. Bogor (ID).
Buletin Peternakan. Edisi Tambahan: 11-15.
Soerianegara I dan Indrawan A. 2008. Ekologi Hutan Indonesia. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Soetanto, H. 1994. Upaya Efisiensi Penggunaan Konsentrat dalam Ransum
Sapi Perah Laktasi. Prosiding Pertemuan Ilmiah Pengolahan dan
Komunikasi Hasil Penelitian Sapi Perah. 26 Maret 1994. Pasuruan
(ID): Sub Balai Penelitian Ternak Grati. Vol. 46 439-456.
Stone BC. 1983. A Guide to Collecting Pandanaceae (Pandanus,
Freycinetia, Sararanga). Ann Missouri Bot Gard. 70: 137-14.
Sudono A. 1999. Ilmu Produksi Ternak Sapi Perah. Bogor (ID). Institut
Pertanian Bogor.
Suryaningtyas H, Terry PJ. 1993. Critical Period of Weed Competition in
Rubber Seedlings. Proceedings of an International Conference. 22-25
November 1993. Brighton (UK): Farnham. Vol. 3 1177-1181.
Syarief MZ, Sumoprastowo RM. 1985. Ternak Perah. Jakarta (ID):
Yasaguna.
18
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perhitungan komposisi botani KUNAK 1
No Nama latin Ranking Konversi
Jumlahd
%
jenise 1
a 2
b 3
c 1 2 3
1 Ottochloa nodosa
(Kunth.)
7 10 1 56.28 24.1 1 81.28 11.83
2 Brachiaria
ruziziensis Mez.
8 2 2 64.32 4.82 2 71.14 10.34
3 Pennisetum
purpureum
Schum.
7 2 2 56.28 4.82 0 61.1 8.88
4 Pannicum
maximum var.
Gatton
5 3 2 56.28 2.41 0 58.69 8.53
5 Axonopus affinis
Chase.
6 0 0 40.20 7.23 2 49.43 7.19
6 Cenchrus ciliaris
L.
5 1 0 48.24 0.00 0 48.24 7.01
7 Brachiaria mutica
(Forsk.) Stapf.
3 4 1 40.20 2.41 0 42.61 6.19
8 Wedelia montana
var. pilosa H.
3 4 1 24.12 9.64 1 34.76 5.05
9 Eleusine indica
(L.) Gaertn
4 1 0 32.16 2.41 0 34.57 5.03
10 Amaranthus
gracilis Desf.
0 8 1 0.00 19.2
8
1 20.28 2.95
11 Melastoma
malabathricum L.
2 1 1 16.08 2.41 1 19.49 2.83
12 Panicum repens
L.
2 1 0 16.08 2.41 0 18.49 2.69
13 Leucaena
leucocephala
Lamk.
2 0 0 16.08 0.00 0 16.08 2.34
14 Paspalum
dilatatum Poir.
2 0 0 16.08 0.00 0 16.08 2.34
15 Cromolaena
odorata (L.) R.M.
King
1 2 1 8.04 4.82 1 13.86 2.01
16 Lantana camara
L.
1 0 0 8.04 0.00 0 8.04 1.17
17 Brachiaria
decumbens
(Stapf)
1 0 0 8.04 0.00 0 8.04 1.17
Total 602.28 100
a: konversi ranking 1 = rangking 1 x 8.04, b: konversi ranking 2 = rangking 2 x
2.41, c: konversi ranking 3 = rangking 3 x 1, d: jumlah = konversi R1 + konversi
R2 + konversi R3, e: % Jenis = (jumlah jenis hijauan/total jumlah jenis hijauan) x
100%
19
Lampiran 2 Perhitungan komposisi botani KUNAK 2
No Nama latin Ranking Konversi
Jumlahd
%
jenise 1
a 2
b 3
c 1 2 3
1 Pennisetum
purpureum
Schum.
11 7 3 88.44 16.87 3 108.31 14.24
2 Ottachloa nodosa
(Kunth.)
10 8 2 80.40 19.28 2 101.68 13.37
3 Eleusine indica
(L.) Gaertn
7 0 0 56.28 0.00 0 56.28 7.40
4 Mimmosa pudica
L.
4 6 6 32.16 14.46 6 52.62 6.92
5 Brachiaria
ruziziensis Mez.
5 1 0 40.20 2.41 0 42.61 5.60
6 Axonopus affinis
Chase.
4 1 0 32.16 2.41 0 34.57 4.54
7 Panicum repens
L.
4 1 0 32.16 2.41 0 34.57 4.54
8 Axonopus
compressus
(Swartz.) Beauv
3 1 0 24.12 2.41 0 26.53 3.49
9 Imperata
cylindrica Beauv.
3 1 0 24.12 2.41 0 26.53 3.49
10 Brachiaria
mutica (Forsk.)
Stapf
2 3 1 16.08 7.23 1 24.31 3.20
11 Ageratum
conyzoides L.
2 1 1 16.08 2.41 1 19.49 2.56
12 Chloris gayana
Kunth.
2 1 0 16.08 2.41 0 18.49 2.43
13 Wedelia montana
var. Pilosa H.
1 4 0 8.04 9.64 0 17.68 2.32
14 Cenchrus ciliaris
L.
2 0 0 16.08 0.00 0 16.08 2.11
15 Paspalum
dilatatum Poir.
2 0 0 16.08 0.00 0 16.08 2.11
16 Gliricidia
maculata
(H.B.K) Steud.
2 0 0 16.08 0.00 0 16.08 2.11
Total 611.91 100
a: konversi ranking 1 = rangking 1 x 8.04, b: konversi ranking 2 = rangking 2 x
2.41, c: konversi ranking 3 = rangking 3 x 1, d: jumlah = konversi R1 + konversi
R2 + konversi R3, e: % Jenis = (jumlah jenis hijauan/total jumlah jenis hijauan) x
100%
20
Lampiran 3 Perhitungan jumlah ternak (ST) lokasi KUNAK
Lokasi Jenis
ternak
Jumlah
(ekor)
Konversi Jumlah
ternak (ST)* D1)
M2)
A3)
KUNAK 1 Sapi perah 830 481.40 89.64 49.80 420.24
KUNAK 2 Sapi perah 1 037 736.27 43.55 57.04 836.86
1)D: dewasa;
2)M: muda;
3)A: anak; *jumlah ternak (ST) =
( )
100 x
jumlah ternak (ekor) x b
Lampiran 4 Populasi ternak sapi potong, ayam broiler, kambing, dan kuda
(ekor)
Lokasi Sapi potong Ayam broiler Kambing Kuda
KUNAK 1 27 10 000 25 0
KUNAK 2 37 0 164 3
Lampiran 5 Tetapan koefisien komposisi botani
Ranking Tetapan koefisien
1 8.04
2 2.41
3 1
Konversi Lokasi Ternak D M A
a Persentase (%) KUNAK 1 Sapi perah 58 18 24
KUNAK 2 Sapi perah 71 7 22
b Konversi satuan
ternak (ST)
KUNAK 1
dan KUNAK 2
Sapi perah 1 0.6
0.25
21
Lampiran 6 Waypoints komposisi botani
KUNAK 1 KUNAK 2
Titik
ke - Lokasi
Titik
ke- Lokasi
1 S6o37’.041 E106
o39’.123 1 S6
o37’.312 E106
o38’.311
2 S6o37’.053 E106
o39’.124 2 S6
o37’.315 E106
o38’.312
3 S6o37’.068 E106
o39’.128 3 S6
o37’.326 E106
o38’.315
4 S6o37’.076 E106
o39’.132 4 S6
o37’.328 E106
o38’.317
5 S6o37’.088 E106
o39’.136 5 S6
o37’.332 E106
o38’.318
6 S6o37’.094 E106
o39’.141 6 S6
o37’.335 E106
o38’.321
7 S6o37’.096 E106
o39’.148 7 S6
o37’.339 E106
o38’.324
8 S6o37’.117 E106
o39’.152 8 S6
o37’.346 E106
o38’.326
9 S6o37’.119 E106
o39’.155 9 S6
o37’.349 E106
o38’.327
10 S6o37’.122 E106
o39’.159 10 S6
o37’.366 E106
o38’.329
11 S6o37’.124 E106
o39.’163 11 S6
o37.’375 E106
o38’.331
12 S6o37’.125 E106
o39’.166 12 S6
o37’.384 E106
o38’.333
13 S6o37’.138 E106
o39’.169 13 S6
o37’.412 E106
o38’.336
14 S6o37’.130 E106
o39’.172 14 S6
o37’.417 E106
o38’.336
15 S6o37’.132 E106
o39’.174 15 S6
o37’.421 E106
o38’.337
16 S6o37’.137 E106
o39’.181 16 S6
o37’.425 E106
o38’.338
17 S6o37’.147 E106
o39’.189 17 S6
o37’.447 E106
o38’.339
18 S6o37’.149 E106
o39’.192 18 S6
o37’.449 E106
o38’.343
19 S6o37’.143 E106
o39’.197 19 S6
o37’.456 E106
o38’.340
20 S6o37’.145 E106
o39’.217 20 S6
o37’.483 E106
o38’.340
21 S6o37’.154 E106
o39’.236 21 S6
o37’.501 E106
o38’.341
22 S6o37’.159 E106
o39’.247 22 S6
o37’.503 E106
o38’.341
23 S6o37’.164 E106
o39’.253 23 S6
o37’.505 E106
o38’.342
24 S6o37’.167 E106
o39’.263 24 S6
o37’.506 E106
o38’.342
25 S6o37’.161 E106
o39’.279 25 S6
o37’.507 E106
o38’.345
26 S6o37’.261 E106
o39’.033 26 S6
o37’.641 E106
o38’.411
27 S6o37’.261 E106
o39’.038 27 S6
o37’.646 E106
o38’.414
28 S6o37’.261 E106
o39’.039 28 S6
o37’.658 E106
o38’.415
29 S6o37’.261 E106
o39’.043 29 S6
o37’.659 E106
o38’.421
30 S6o37’.261 E106
o39’.049 30 S6
o37’.661 E106
o38’.427
31 S6o37.’261 E106
o39’.051 31 S6
o37’.667 E106
o38’.432
32 S6o37’.271 E106
o39’.055 32 S6
o37’.672 E106
o38’.437
33 S6o37.’273 E106
o39’.059 33 S6
o37’.677 E106
o38’.439
34 S6o37’.275 E106
o39’.063 34 S6
o37’.682 E106
o38’.452
35 S6o37.’276 E106
o39.’066 35 S6
o37’.687 E106
o38’.454
36 S6o37’.278 E106
o39’.068 36 S6
o37’.696 E106
o38’.463
37 S6o37’.279 E106
o39’.072 37 S6
o37’.738 E106
o38’.467
38 S6o37’.281 E106
o39’.073 38 S6
o37’.743 E106
o38’.468
39 S6o37’.283 E106
o39’.077 39 S6
o37’.751 E106
o38’.471
40 S6o37’.284 E106
o39’.078 40 S6
o37’.763 E106
o38’.482
41 S6o37’.285 E106
o39’.083 41 S6
o37’.761 E106
o38’.485
42 S6o37’.287 E106
o39’.084 42 S6
o37’.772 E106
o38’.494
22
Lampiran 6 Waypoints komposisi botani (lanjutan)
KUNAK 1 KUNAK 2
Titik
ke - Lokasi
Titik
ke- Lokasi
44 S6o37’.291 E106
o39’.087 44 S6
o37’.823 E106
o38’.501
45 S6o37’.295 E106
o39’.093 45 S6
o37’.831 E106
o38’.503
46 S6o37’.298 E106
o39’.098 46 S6
o37’.824 E106
o38’.505
47 S6o37’.301 E106
o39’.103 47 S6
o37’.827 E106
o38’.311
48 S6o37’.302 E106
o39’.106 48 S6
o37’.823 E106
o38’.313
49 S6o37’.302 E106
o39’.109 49 S6
o37’.834 E106
o38’.314
50 S6o37’.304 E106
o39’.113 50 S6
o37’.845 E106
o38’.317
51 S6o37’.341 E106
o39’.065 51 S6
o37’.847 E106
o38’.321
52 S6o37’.341 E106
o39’.063 52 S6
o37’.853 E106
o38’.324
53 S6o37’.345 E106
o39’.073 53 S6
o37’.856 E106
o38’.326
54 S6o37’.346 E106
o39’.075 54 S6
o37’.857 E106
o38’.327
55 S6o37’.347 E106
o39’.079 55 S6
o37’.862 E106
o38’.331
56 S6o37’.347 E106
o39’.082 56 S6
o37’.866 E106
o38’.332
57 S6o37’.348 E106
o39’.083 57 S6
o37’.868 E106
o38’.332
58 S6o37’.348 E106
o39’.085 58 S6
o37’.873 E106
o38’.333
59 S6o37’.348 E106
o39’.091 59 S6
o37’.876 E106
o38’.335
60 S6o37’.349 E106
o39’.093 60 S6
o37’.881 E106
o38’.336
61 S6o37’.349 E106
o39’.097 61 S6
o37’.884 E106
o38’.340
62 S6o37’.351 E106
o39’.131 62 S6
o37’.892 E106
o38’.341
63 S6o37’.351 E106
o39’.133 63 S6
o37’.895 E106
o38’.342
64 S6o37’.352 E106
o39’.143 64 S6
o37’.927 E106
o38’.342
65 S6o37’.353 E106
o39’.147 65 S6
o37’.944 E106
o38’.343
66 S6o37’.353 E106
o39’.153 66 S6
o37’.957 E106
o38’.345
67 S6o37’.356 E106
o39’.158 67 S6
o37’.969 E106
o38’.345
68 S6o37’.358 E106
o39’.163 68 S6
o37’.972 E106
o38’.347
69 S6o37’.361 E106
o39’.166 69 S6
o37’.985 E106
o38’.351
70 S6o37’.362 E106
o39’.169 70 S6
o37’.946 E106
o38’.351
71 S6o37’.362 E106
o39’.173 71 S6
o38’.004 E106
o38’.352
72 S6o37’.364 E106
o39’.174 72 S6
o38’.008 E106
o38’.354
73 S6o37’.365 E106
o39’.181 73 S6
o38’.014 E106
o38’.354
74 S6o37’.367 E106
o39’.184 74 S6
o38’.019 E106
o38’.356
75 S6o37’.368 E106
o39’.187 75 S6
o38’.021 E106
o38’.358
24
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Balikpapan pada tanggal
3 November 1991. Penulis adalah anak keempat dari
empat bersaudara dari pasangan Saleh (alm.) dan
Sulastri. Awal pendidikan dasar ditempuh penulis di
SD 027 Balikpapan Selatan pada tahun 1998.
Pendidikan menengah pertama pada tahun 2004 di
SMP Muhammadiyah 3 Al-Mujahidin Balikpapan
dan melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA
Muhammadiyah 2 Al-Mujahidin Balikpapan pada
tahun 2007. Penulis masuk di Fakultas Peternakan
jurusan Ilmu Nutrisi dan Teknologi Pakan melalui
jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) dari Kementrian Agama RI. Selama
menempuh jenjang sarjana, penulis aktif diberbagai organisasi
kemahasiswaan yaitu sebagai staff komisi 1 DPM-KM (2010/2011),
anggota BP Hubla MPM-KM (2010/2011), anggota Departemen Polkastrat
BEM D’Oreamnos (2011/2012), dan Wakil ketua Himpro HIMASITER
(2012/2013). Penulis juga aktif di organisasi ekstra kampus yaitu sebagai
Ketua Departemen PSDM CSS MoRA IPB (2011/2012), Pendiri sekaligus
Ketua Departemen PSDM Omda “KPMKT” Kalimantan Timur
(2011/2013). Penulis mendapat prestasi akademik dengan memperoleh
dana hibah DIKTI pada Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) bidang
Pengabdian Masyarakat tahun 2011 dan bidang Penelitian tahun 2012.
Selain itu, penulis juga menjadi salah satu delegasi Internship Program dari
South East Asia Animal Science Student Networking (SEAASS-Net) di
UiTM Perlis-Malaysia tahun 2013.
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT atas segala
karunia yang telah diberikan sampai saat ini. Terima kasih penulis
sampaikan kepada Ir Asep Tata Permana MSc dan Ir M Agus Setiana MS
selaku dosen pembimbing skripsi, Dr Iwan Prihantoro S.Pt M.Si selaku
dosen panitia seminar, panitia sidang, penguji seminar, sekaligus penguji
sidang, Baihaqi S.Pt M.Sc selaku penguji sidang skripsi atas bimbingan,
motivasi, masukan, pelajaran, nasihat, dan segala hal lainnya dalam
penyusunan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
Kementerian Agama RI atas bantuan dana pendidikan dan penelitian selama
penulis menempuh studi. Penulis mengucapkan terima kasih dengan penuh
rasa hormat dan cinta yang tak terhingga kepada Papa Saleh (alm.), Mama
Sulastri, Mba Risya Zahrah (almh.), Mba Dina Silmiyah, dan Mba Annisa
Khairati atas semua doa, dukungan moral dan materi, serta kasih sayangnya
yang senantiasa diberikan, kepada Ichsan GP yang membantu penulis dalam
melakukan penelitian, Sahabat WUI, Wahyu Hadi dan Fahruddin, Kelas
D.Net, Kontrakan Arjuna, dan CSS MoRA 47 atas semua perhatian dan
dukungannya selama ini. Thanks!.