Upload
others
View
8
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS,
KELIMPAHAN DAN POLA SEBARAN KIMA
DI PERAIRAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
RIFKI ABDILLAH MUSTAQIM
NPM 230210160007
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2019
IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS,
KELIMPAHAN DAN POLA SEBARAN KIMA
DI PERAIRAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA
LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN
Diajukan Untuk Memenuhi Mata Kuliah Praktik Kerja Lapanganan pada
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Prodi Ilmu Kelautan
Universitas Padjadjaran
RIFKI ABDILLAH MUSTAQIM
NPM 230210160007
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
JATINANGOR
2019
JUDUL : IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS,
KELIMPAHAN DAN POLA SEBARAN KIMA
DI PERAIRAN TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA
NAMA : RIFKI ABDILLAH MUSTAQIM
NPM : 230210160007
Jatinangor, Januari 2019
Menyetujui,
Dosen Wali
Yeni Mulyani S.Si., M.Si
NIP. 19790819200801
ABSTRAK
Praktik Kerja Lapangan mengenai Identifikasi Keanekaragaman Jenis, Kelimpahan
dan Pola Sebaran Kima ini dilaksanakan di Balai Taman Nasional Karimunjawa,
SPTN Wilayah II, Jepara, Jawa Tengah. Pelaksanaannya dilaksanakan pada tanggal
16 Juli – 14 Agustus 2018. Adapun tujuan dari Praktik Kerja Lapangan ini yaitu
untuk mengetahui cara identifikasi keanekaragaman jenis, kelimpahan dan pola
sebaran kima yang ada di habitatnya. Kima merupakan salah satu jenis molusca laut
yang banyak ditemukan di perairan Taman Nasional Karimunjawa. Hewan ini
dilindungi di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Ditetapkan 6 lokasi pengamatan
yaitu: Penetasan Semi Alami Penyu, Nyamplung Ragas, Pantai Ujung Gelam,
Pulau Nyamuk Stasiun 1, Pulau Nyamuk Stasiun 2, dan Pulau Katang. Metode yang
digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi dengan teknik belt transek,
dan bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis, kelimpahan, dan pola
sebaran kima di perairan pulau Karimunjawa. Kima yang ditemukan di perairan
Taman Nasional Karimunjawa yaitu terdapat 4 jenis terdiri dari Tridacna
squamosa, Tridacna maxima, Tridacna crocea, dan Hippopus hippopus. Jenis
kima yang memiliki kelimpahan relatif tinggi di tiga lokasi pengamatan adalah jenis
T. maxima dengan presentase 58,823 % di lokasi Nyamplung Ragas, 72,972 % di
lokasi P. Nyamuk Stasiun 1, 78,571 % di lokasi P. Nyamuk Stasiun 2, sementara
jenis T. crocea memiliki kelimpahan relatif tinggi di dua lokasi dengan presentase
100 % di lokasi PSA Penyu, 58,181 % di lokasi P. Katang. Kelimpahan relatif kima
jenis T. crocea 100 % di lokasi PSA Penyu. Kelimpahan relatif tertinggi kima H.
hippopus ditemukan di Pulau Katang dengan nilai kelimpahan relatif 5,454 %.
Kemudian untuk kima jenis T. squomasa kelimpahan relatif tertinggi ditemukan di
Pulau Katang dengan nilai kelimpahan relatif 10,909 %. Pola sebaran 4 jenis kima
yang ditemukan dilokasi pengamatan memiliki pola sebaran yang sama yaitu
mengelompok.
Kata kunci: belt transect, kima, kelimpahan, perairan Taman Nasional
Karimunjawa, pola sebaran, praktik kerja lapangan
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Atas segala rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja
Lapangan (PKL) dengan judul: “Identifikasi Keanekaragaman Jenis, Kelimpahan
dan Pola Sebaran Kima di Perairan Taman Nasional Karimunjawa” yang
merupakan kewajiban mahasiswa setelah menyelesaikan PKL.
Penyusunan laporan praktik kerja lapangan ini tidak lepas dari peran
berbagai pihak yang telah membatu menyelesaikan laporan praktik kerja lapangan
ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Orang tua yang selalu mendukung dan mendo’akan penulis.
2. Dr. sc. Agr. Yudi Nurul Ihsan S.Pi., M.Si selaku Dekan Fakultas Prikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
3. Mega Laksmini Syamsudin, SPi., M.Si., Ph.D. selaku Ketua Program Studi Ilmu
Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.
4. Yeni Mulyani, S.Si., MSi selaku Dosen Wali dan Pembimbing praktik kerja
lapangan yang telah membantu memberikan pengarahan, motivasi dan
bimbingan dalam penulisan laporan ini.
5. Yeni Mulyani, S.Si., MSi, Mochamad Rudyansyah Ismail, S.Pi., M.Si, Ibnu
Faizal, S.Kel, M.T selaku tim dosen penanggung jawab kegiatan PKL yang
selalu membimbing dan mengarahkan penulis sebelum dan setelah
pelaksanaan PKL.
6. Agus Prabowo, S.H., M.Si Kepala Balai Taman Nasional Karimunjawa,
yang telah mengizinkan penulis untuk dapat melaksanakan PKL di Balai
Taman Nasional Karimunjawa SPTNW II.
7. Sutris Haryanta, S.H. Selaku Kepala Seksi Balai Taman Nasional
Karimunjawa SPTNW II beserta jajarannya yang telah mengizinkan dan
juga mengikut sertakan penulis dalam setiap kegiatan balai.
8. Kristiawan S. Bio selaku pembimbing selama PKL berlangsung, yang telah
membantu dan mengarahkan penulis dalam pelaksanaan PKL.
9. Alya Nida, Arief Durachman, Ghina Alhusna, Ilma Almira, Kholid Agil,
Putri Emya, dan Raka Arlianda selaku rekan tim PKL yang selalu
membantu dan mendukung dari sebelum pelaksanaan PKL hingga
penyusunan laporan ini.
ii
Semoga semua pihak yang telah membantu pelaksanaan PKL hingga
penyusunan laporan ini selalu diberi kesehatan, keselamatan dan keberkahan oleh
Allah SWT dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan praktik kerja lapangan
ini, masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun agar menjadi masukan yang berguna bagi penulis.
Jatinangor, Januari 2019
Rifki Abdillah Mustaqim
iii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................i
DAFTAR ISI ......................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. iv
DAFTAR TABEL ................................................................................... v
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................. 2
1.3 Ruang Lingkup ................................................................................... 3
1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan ............................................................... 3
BAB II PROFIL INSTANSI
2.1 Kawasan Taman Nasional Karimun Jawa ............................................ 4
2.2 Zonasi Taman Nasional Karimun Jawa ............................................... 4
2.3 Konservasi Kawasan ........................................................................... 5
2.4 Organisasi Balai Taman Nasional Karimun Jawa ................................ 6
2.5 Kegiatan Instansi ................................................................................. 7
2.6 Alamat dan Kontak Instansi ................................................................ 7
BAB III METODE PELAKSANAAN
3.1 Alat dan Bahan.................................................................................... 8
3.2 Metode Pengambilan Data .................................................................. 8
3.3 Analisis Data ....................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Komposisi Kima yang ditemukan ...................................................... 11
4.2 Kelimpahan Relatif ........................................................................... 14
4.3 Ukuran rata-rata cangkang kima ........................................................ 15
4.4 Sebaran Kima.................................................................................... 18
4.5 Kegiatan Harian PKL ........................................................................ 20
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ....................................................................................... 22
5.2 Saran ................................................................................................. 23
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 24
KESAN PESAN .................................................................................... 26
LAMPIRAN .......................................................................................... 28
iv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
1 Peta Zonasi Taman Nasional Karimun Jawa ........................... 5
2 Sketsa pengembilan sampel dengan metode belt transect ........ 9
3 Grafik Perbandingan Jumlah Individu Kima ........................... 13
4 Grafik Perbandingan Kelimpahan Relatif Jenis Kima ............. 15
5 Grafik Rata-rata Cangkang Kima ........................................... 16
v
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1 Kawasan Taman Nasional Karimunjawa ............................. 4
2 Alat dan Kegunaan ............................................................. 8
3 Bahan dan Kegunaan .......................................................... 8
4 Komposisi Kima Per Lokasi Pengamatan ........................... 12
5 Kelimpahan Relatif (%) Individu Kima Per Stasiun ............ 14
6 Ukuran Rata-rata Cangkang Kima ...................................... 16
7 Pola Distribusi Kima .......................................................... 19
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Lampiran 1. Surat Keterangan Telah Melaksanakan
Praktik Kerja Lapangan ........................................................ 29
2 Lampiran 2. Logbook Praktik Kerja Lapanganan .................. 30
3 Lampiran 3. Penilaian Dari Pembimbing Instansi .................. 32
4 Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan
Praktik Kerja Lapangan ........................................................ 33
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
PKL merupakan sarana bagi mahasiswa untuk menambah wawasan yang
lebih luas selain dari bangku perkuliahan serta untuk menambah kemampuan dalam
mengkaji serta menilai antara teori dengan kenyataan yang terjadi di lapangan yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas managerial mahasiswa dalam
mengamati permasalahan dan persoalan, baik dalam bentuk aplikasi teori maupun
kenyataan yang sebenarnya.
Kima merupakan kerang raksasa yang masuk kedalam jenis bivalvia yang
sering ditemukan pada perairan ekosistem karang. Kima hidup berasosiasi dengan
terumbu karang dengan cara menenggelamkan diri pada substrat (mengebor), serta
memiliki pigmen pada mantel yang berasal dari asosiasinya dengan alga
(Niartiningsih, 2012). Hewan ini dilindungi di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
Pada tahun 1987 pemerintah Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. 12/Kpts/II/1987 yang diperkuat dengan Peraturan Pemerintah No.
7 Tahun 1999 memasukkan ketujuh jenis kima yang hidup di Indonesia menjadi
hewan yang dilindungi. Penetapan tersebut berdasarkan kenyataan bahwa populasi
kima di alam sudah sangat menurun terutama disebabkan oleh pemanfaatan
manusia. Secara tradisional hewan ini dimanfaatkan oleh penduduk di sekitar pantai
yaitu sebagaibahan makanan, bahan bangunan, bahan souvenir maupun sebagai
hewan akuarium (Efendi, 2009). Kima tergolong dari megabentos yang tersebar
pada perairan tropis atau sub tropis. Dalam (Cappenberg, 2007), di Indonesia
terdapat 7 jenis kima yaitu: Tridacna gigas, Tridacna derasa, Tridacna maxima,
Tridacna squamosa, Tridacna crocea, Hippopus hippopus, Hippopus porcellanus.
Taman Nasional Karimunjawa merupakan salah satu Taman Nasional di
Indonesia yang secara geografis terletak pada koordinat 5°40’39”- 5°55’00” LS dan
110°05’ 57”-110°31’ 15” BT dan secara administratif termasuk kedalam wilayah
Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah. Kawasan Taman Nasional Karimunjawa
2
terdiri dari 22 pulau dan memiliki 5 tipe ekosistem yaitu ekosistem hujan tropis
dataran rendah, ekosistem hutan pantai, ekosistem mangrove, ekosistem lamun, dan
ekosistem terumbu karang. Banyak laporan dan penelitian yang menunjukkan
menurunnya populasi kima di alam di beberapa tempat di Indonesia serta di
beberapa wilayah di negara lain. Laporan menunjukan bahwa kepadatan kima
masih relatif sama, misalnya di pulau Burung dilaporkan sebesar 0,03 individu/m2
(Hadi, 2000), pulau Cemara Kecil dan Gosong Cemara sebesar 0,02 dan 0,04
individu/m2. Hasil survei terakhir menunjukkan populasi kima di Karimunjawa
khususnya di taka Puspa (antara Menjangan Kecil dan Menjangan Besar) hanya
sebesar 0,08 individu/m2 dan hanya ditemukan spesies kecil Tridacna crocea
(Ambariyanto, 2007).
Menurunnya populasi kima di alam karena eksploitasi besar- besaran dapat
menyebabkan punahnya kima juga kerusakan habitat kima hidup. (Chandika, 2007)
menyatakan bahwa populasi kima di alam menurun sangat drastis diseluruh dunia
akibat eksploitasi yang berlebihan. Kondisi seperti ini dapat saja terjadi di perairan
Taman Nasional Karimunjawa. Sebagai usaha untuk menjaga maupun
mengambangkan populasi kima di alam maka diperlukan suatu usaha konservasi
melalui sistem pengelolaan populasi kima yang tepat termasuk didalamnya adalah
penegakkan hukum dan peraturan Atas dasar tersebut maka dilakukan kegiatan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) untuk mengetahui bagaimana keanekaragaman
jenis, kelimpahan, dan pola sebaran dari kima yang ada di perairan Taman Nasional
Karimunjawa.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan pelaksanaan PKL ini adalah :
1. Tujuan Akademik : Sebagai salah satu persyaratan untuk menyelesaikan
mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL) pada Program Studi Ilmu
Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran.
2. Tujuan Fungsional : Untuk mendapatkan wawasan dan pengalaman kerja di
Balai Taman Nasional Karimunjawa SPTNW II.
3
3. Tujuan Keilmuan: Untuk mengetahui keanekaragaman jenis, kelimpahan,
dan pola sebaran kima di perairan kepulauan Karimunjawa.
1.3 Ruang Lingkup
1. Lingkup lokasi praktik : Praktik kerja lapangan ini dilaksanakan di Balai
Taman Nasional Karimunjawa SPTN II dan pengambilan data lapanganan
dilakukan di wilayah kawasan perairan yang memiliki ekosistem terumbu
karang yaitu di perairan sekitar Pulau Karimunjawa, Pulau Nyamuk, dan
Pulau Katang.
2. Lingkup batasan materi : Pengenalan fungsi dan tugas dari Balai Taman
Nasional Karimunjawa SPTN II, serta pengenalan cara identifikasi
keanekaragaman jenis, kelimpahan, dan pola sebaran kima menggunakan
metode observasi dengan teknik belt transek di perairan kepulauan
Karimunjawa.
1.4 Tempat dan Waktu Kegiatan
Praktik Kerja Lapangan ini dilaksanakan di Balai Taman Nasional
Karimunjawa, SPTN Wilayah II, Jepara, Jawa Tengah. Waktu Pelaksanaan PKL
ini dimulai pada tanggal 16 Juli sampai 14 Agustus 2018. Jam kerja balai tersebut
dilaksanakan setiap hari senin – jum’at dimulai pukul 08.00 – 16.00 WIB.
Lokasi pengamatan kima terbagi atas 6 stasiun pengamatan, yaitu di Pulau
Karimunjawa terdapat 3 stasiun bertempat di ; ( Tanjung Gelam, Nyamplung
Ragas, dan PSA Penyu), di Pulau Nyamuk terdapat 2 stasiun, dan 1 stasiun di Pulau
Katang. Stasiun pengamatan ditentukan berdasarkan keberadaan kima pada
kawasan perairan kepulauan Karimunjawa yang memiliki ekosistem terumbu
karang melalui informasi dan arahan dari pihak Balai Taman Nasional
Karimunjawa SPTN Wilayah II.
4
BAB II
PROFIL INSTANSI
2.1 Kawasan Taman Nasional Karimunjawa
Taman Nasional Karimunjawa secara geografis terletak pada koordinat
5°40’39”- 5°55’00” LS dan 110°05’ 57”-110°31’ 15” BT. Dalam Surat Keputusan
Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 78/Kpts-II/1999 tanggal 22 Februari 1999
dinyatakan bahwa kawasan Cagar Alam Karimunjawa dan sekitarnya yang terletak
di Kabupaten Dati II Jepara Propinsi Dati I Jawa Tengah ditetapkan menjadi Taman
Nasional dengan nama TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA dengan luasan
kawasan adalah 111.625 hektar dengan rincian sebagaimana tercantum dalam Tabel
dibawah ini.
No. Kawasan Luas (Hektar)
1 Wilayah daratan di Pulau Karimunjawa yang
berupa ekosistem hutan hujan tropis dataran
rendah
1.285,50
2 Wilayah daratan di Pulau Kemujan yang
berupa ekosistem hutan mangrove
222,20
3 Wilayah perairan Dalam perkembangannya
kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan
pelestarian alam (KPA) berdasarkan Surat
Keputusan Menhut No. 74/Kpts-II/2001
tanggal 15 Maret 2001.
110.117,30
Total Luas Kawasan 111.625,00
Tabel. 1 Kawasan Taman Nasional Karimunjawa
2.2 Zonasi Taman Nasional Karimunjawa
Undang-Undang No.5 tahun 1990 tentang Konservasi sumber Daya Alam
dan Ekosistemnya mendefinisikan taman nasional sebagai Kawasan Pelestarian
Alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang
dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang
budidaya, pariwisata dan rekreasi. Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal
PHKA No. SK 28/IV-SET/2012 tentang Zonasi Taman Nasional Karimunjawa,
saat ini terdapat 9 (sembilan) zona dalam kawasan Taman Nasional Karimunjawa.
5
Zonasi Taman Nasional Karimunjawa selengkapnya tersaji dalam Gambar dibawah
ini :
Gambar 1. Peta zonasi Taman Nasional Karimunjawa
2.3 Konservasi Kawasan
Perlindungan kawasan merupakan salah satu pilar pengelolaan kawasan
Taman Nasional Karimunjawa. Upaya perlindungan ini diwujudnyatakan melalui
berbagai kegiatan pengamanan kawasan yang dilakukan secara pre-emtif, preventif,
dan represif. Kegiatan pengamanan yang dilakukan di kawasan Taman Nasional
Karimunjawa adalah patroli rutin, Operasi Pengamanan Fungsional Darat, Operasi
Pengamanan Fungsional Perairan, Operasi Gabungan dan pelaksanaan Patroli
Bersama bersama Masyarakat Mitra Polhut. Secara umum, gangguan yang dihadapi
di kawasan konservasi adalah berupa pendudukan kawasan hutan walaupun masih
terbatas secara administratif, pencurian hasil hutan dan pengambilan satwa
dilindungi. Balai Taman Nasional Karimunjawa telah melakukan upaya patroli,
6
operasi pengamanan hingga penindakan hukum terhadap pelaku tindak pidana
kehutanan di kawasan sampai dengan tahap P21. Dari tahun 2002-2016, telah
dilakukan sejumlah 15 penindakan kasus pelanggaran hukum dengan pidana
berkisar antara 2 bulan penjara hingga 1 tahun penjara (Tabel 4). Berdasarkan
peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.18/MenLHK-II/2015
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan,
saat ini telah terbentuk Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Lingkungan Hidup
dan Kehutanan yang mempunyai tugas pokok dan fungsi menyelenggarakan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penurunan gangguan, ancaman
dan pelanggaran hukum lingkungan hidup dan kehutanan. Pada tahun 2016, Balai
TN Karimunjawa melaksanakan Anggaran DIPA Ditjen Penegakan Hukum
Lingkungan Hidup dan Kehutanan sejumlah Rp 511.531.000,00. Adapun realisasi
anggaran sampai dengan akhir tahun 2016 adalah sebesar Rp 455.599.135,00
(89,07%).
2.4 Organisasi Balai Taman Nasional Karimunjawa
Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No.
P.07/MenLHK/Setjen/OTL.1/1/2016 tanggal 10 Februari 2016 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional, Balai Taman Nasional
Karimunjawa merupakan Balai Taman Nasional Tipe B dengan susunan organisasi
terdiri dari :
1. Kepala Balai – Agus Prabowo, S.H., M.Si.
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha - Drs. Himawan Gunadi
3. Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (SPTN)
1. Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah I Kemujan -
Iwan Setiawan, S.H.
2. Kepala Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah II
Karimunjawa - Sutris Haryanta, S.H.
4. Kelompok Jabatan Fungsional
1. Polisi Kehutanan
2. Pengendali Ekositem Hutan
3. Penyuluh Kehutanan
7
2.5 Kegiatan Instansi
1. Patroli Laut
2. Patroli Hutan
3. Monitoring Ekosistem
4. Monitoring Biota Laut
5. Monitoring Biota Hutan
6. Monitoring Aktivitas Pengunjung
7. Rehabilitasi Ekosistem
2.6 Alamat dan Kontak Instansi
Alamat : Jl. Sinar Waluyo Raya No. 248 Semarang - 50723
Telp./Fax : (024) 76738248
E-mail : [email protected]
Kontak Pembimbing : 081325297820 (Kristiawan)
8
BAB III
METODE PELAKSANAAN
3.1 Alat dan Bahan
Tabel. 2 Alat dan Kegunaan
No Alat Kegunaan
1. Alat dasar selam Untuk menyelam kedalam air
2. Alat tulis dan papan dada Untuk mencatat hasil pengamatan
3. GPS Untuk menentukan Titik Koordinat (Titik
Sampling)
4. Lembar identifikasi Untuk mengidentifikasi hasil pengamatan
5. Roll meter Untuk mengukur transek
6. Under water camera Untuk mendokumentasikan lokasi dan sampel
Tabel. 3 Bahan dan Kegunaan
No. Bahan Kegunaan
1. Kima Sampel yang akan diamati
2. Buku identifikasi kima Untuk mengidentifiksi jenis-jenis kima
3.2 Metode Pengambilan Data
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi dengan
teknik belt transek. Prosedur Kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Tarik garis transect sepanjang 50 m seja-jar lurus dengan garis pantai pada
kedalam 3 m.
2. Pengamatan dilakukan pada tiap 2,5 m di sebelah kanan dan kiri garis transect.
3. Semua kima yang ditemukan diidentifikasi dan dihitung jumlahnya serta diukur
panjang, lebar cangkangnya dengan menggunakan mistar setelah itu di
dokumen-tasikan.
4. Identifikasi kima dilakukan dengan melihat bentuk cangkang dan habitat dari
jenis kima tersebut berdasarkan identifikasi jenis kima dengan mengacu pada
buku identifikasi dalam Knop, (1996).
6. Selain metode observasi digunakan metode koleksi bebas, apabila pada lokasi
ter-sebut tidak mendapatkan jenis-jenis kima pada daerah pengamatan maka
kami menggunakan koleksi bebas di luar daerah pengamatan dalam penggunaan
metode ini sampel diamati dengan cara snorkeling.
9
Gambar 2. Sketsa pengembilan sampel dengan metode belt transect.
3.3 Analisis Data
Secara umum data yang di peroleh akan di analisa kelimpahan kima ditiap
lokasi pengamatan dan sebaran kima ditiap lokasi pengamatan perairan Taman
Nasional Karimunjawa. Nilai kelimpahan (kepadatan spesies) merupakan jumlah
total spesies yang ditemukan dalam setiap area terukur (Bakus,1990). Kemudian
dihitung juga kelimpahan relatif individu kima pada lokasi pengamatan.
Selanjutnya untuk sebaran kima ditiap lokasi akan dianalisa secara deskriptif.
a. Kelimpahan Relatif
Kelimpahan kima yang dianalisis sebagai kelimpahan relatif yaitu jumlah
individu per total individu yang menempati, suatu area pengamatan atau suatu
habitat (Fachrul, 2007 ), untuk rumus kelimpahan relatif (KR) yaitu :
Keterangan :
KR = Kelimpahan relatif spesies
ni = Jumlah individu spesies-i
N = Jumlah total individu
KR = (ni / N) x 100 %
10
b. Indeks Morishita
Penghitungan Indeks Morishita (Brower, 1990) dilakukan untuk
mengetahui pola distribusi kima di Taman Nasional Karimunjawa yang dirumuskan
sebagai berikut:
Keterangan :
M = Indeks Morishita dimana jika M<1 kelimpahan terdistribusi acak, seragam jika
M=0 dan mengelompok jika M>1
n = Jumlah stasiun
N = Jumlah total individu dalam tiap titik pengamatan
∑𝑥2 = Jumlah kuadrat dari jumlah individu tiap plot
M = n ∑𝑥2−𝑁
𝑁(𝑁−1)
11
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini dilakukan di perairan Taman Nasional
Karimunjawa, dengan 6 lokasi pengamatan yang tersebar yaitu PSA Penyu,
Nyamplung Ragas dan Tanjung Gelam, ketiga lokasi tersebut berada di perairan
pulau Karimunjawa, dan merupakan lokasi yang sering dikunjungi oleh wisatawan,
sementara 3 lokasi lainnya tersebar di 2 stasiun Pulau Nyamuk, serta di Pulau
Katang, yang menurut laporan monitoring Balai Taman Nasional Karimunjawa,
dua pulau tersebut merupakan pulau dengan perairan yang masih memiliki
kelimpahan tinggi.
Kima juga termasuk salah satu biota yang hidupnya bergantung dengan
kualitas perairan dan substrat tempat melekatnya. Berdasarkan observasi peneliti
sendiri beberapa jenis kima sering dijumpai pada kawasan karang tepi (fringe reef)
dan beberapa kima di kawasan tubir. Kima membutuhkan perairan yang dangkal di
daerah terumbu karang sebagai habitatnya. Kedalaman perairan dimana sering
ditemukannya kima adalah pada terumbu karang dengan kedalaman 0,5 meter
sampai 25 meter (Niartiningsih, 2012).
4.1 Komposisi Kima yang ditemukan
Komposisi kima yang ditemukan pada masing- masing stasiun berbeda,
kima jenis H. hippopus ditemukan di lokasi P. Nyamuk 1, dan P. Katang, Jenis T.
crocea ditemukan di lokasi Nyamplung Ragas, PSA Penyu, P. Nyamuk 1, P.
Nyamuk 2, dan P. Katang, jenis T. maxima ditemukan di lokasi Nyamplung Ragas,
P. Nyamuk 1, P. Nyamuk 2, dan P. Katang, sedangkan jenis T. squomasa ditemukan
di P. Nyamuk 1, P. Nyamuk 2, dan P. Katang. Pada lokasi pengamatan Tanjung
Gelam tidak ditemukan satupun jenis kima. Perbedaan komposisi jenis dari masing-
masing stasiun diduga karena perbedaan kondisi habitat dan tingkat pemanfaatan
oleh masyarakat. Dari data yang didapatkan lokasi Tanjung Gelam, Nyamplung
Ragas, serta PSA penyu komposisi kima yang ditemukan sangat rendah, ini
disebabkan oleh kondisi perairan di tiga lokasi tersebut sudah mengalami
penurunan kualitas karena aktivitas pengunjung yang cukup tinggi.
12
Berbanding terbalik dengan 3 lokasi pengamatan lainnya yang tedapat di Pulau
Nyamuk stasiun 1, Pulau Nyamuk stasiun 2, dan Pulau Katang ketiga lokasi
pengamatan tersebut memiliki komposisi kima yang tinggi, dilokasi tersebut
aktivitas wisatawan rendah meskipun aktivitas nelayannya tinggi namun ekosistem
terumbu karangnya masih terjaga. Komposisi kima per stasiun dapat dilihat pada
Tabel 4.
Tabel 4. Komposisi Kima Per Lokasi Pengamatan
Lokasi
Jenis
Kima
Tanjung
Gelam
Nyamplung
Ragas
PSA
Penyu
P.
Nyamuk
Stasiun
1
P.
Nyamuk
Stasiun
2
P.
Katang
Total/
Jenis
H.
hippopus 0 0 0 1 0 3 4
T. crocea 0 7 1 8 4 32 52
T.
maxima 0 10 0 27 22 14 73
T.
squomasa 0 0 0 1 2 6 9
Total/
Lokasi 0 17 1 37 28 55 138
Jumlah kima terbanyak yang ditemukan pada lokasi pengamatan adalah
jenis T. maxima sedangkan yang paling sedikit ditemukan adalah jenis H. hippopus.
Menurut (Pasaribu, 1988, dan Taniera, 1988) bahwa menurunnya populasi kima di
alam, antara lain di sebabkan oleh pengambilan atau pemanenan kima secara
langsung di alam karena terdorong oleh kebutuhan penduduk disekitar pantai. Hal
serupa diduga terjadi pada lokasi penelitian ini, menurut (Laporan Monitoring
Kima Balai Taman Nasional Karimunjawa 2018) masyarakat P. Nyamuk banyak
memanfaatkan kima sebagai konsumsi, namun pengambilannya telah berkurang,
13
penurunan populasi kima yang sangat signifikan justru disebabkan oleh penurunan
kualitas kondisi habitat kima di perairan Kepulauan Karimunjawa, kondisi tersebut
dipengaruhi oleh aktivitas pengunjung yang tinggi. Grafik perbandingan
kelimpahan Kima di lokasi pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Grafik perbandingan jumlah individu kima per lokasi pengamatan
Menurut (Laporan Monitoring Pengunjung Balai Taman Nasional
Karimunjawa 2017) pantai Tanjung Gelam merupakan daerah yang paling banyak
pengunjung dengan presentase 52,4 %, sedangkan pantai Nyamplung Ragas
menjadi daerah kedua yang paling banyak dikunjungi dengan presentase
pengunjung 38,2 %, sementara Pantai Annora hanya dikunjungi sebanyak 10,4 %.
Data tersebut berbanding lurus dengan kelimpahan kima pada lokasi Tanjung
Gelam dan Nyamplung Ragas, pada lokasi Tanjung Gelam tidak ada satu jenis kima
pun yang ditemukan ini terjadi karena rusaknya habitat kima akibat aktivitas
pengunjung, begitu juga pada lokasi Nyamplung Ragas yang hanya ditemukan dua
jenis kima, sedangkan pada Lokasi PSA penyu hanya ditemukan satu jenis kima,
ini terjadi diduga karena pada lokasi PSA Penyu ini kedalaman nya mencapai 5- 8
meter sementara pengamatan hanya dilakukan dengan cara snorkeling, jadi
pengambilan data kurang maksimal pada lokasi PSA Penyu.
0 0 0 1 0 3 407 1
8 4
32
52
010
0
27 2214
73
0 0 0 1 2 6 90
171
3728
55
138
0
20
40
60
80
100
120
140
160
Kel
impah
an In
div
idu
Lokasi Pengamatan
Grafik Perbandingan Jumlah Individu Kima Per Lokasi
Pengamatan
H. hippopus
T. crocea
T. maxima
T. squomasa
Total/ Lokasi
14
4.2 Kelimpahan Relatif
Kelimpahan relatif kima merupakan indikasi melimpahnya jenis-jenis
tertentu disuatu lokasi perairan. Data mengenai kelimpahan relatif dari ke-4 spesies
kima yang ditemukan pada lokasi penelitian, dapat dilihat pada Tabel 4. Jenis kima
yang memiliki kelimpahan relatif tinggi di tiga lokasi pengamatan adalah jenis T.
maxima dengan presentase 58,823 % di lokasi Nyamplung Ragas, 72.972 % di
lokasi P. Nyamuk Stasiun 1, 78.571 % di lokasi P. Nyamuk Stasiun 2, sementara
jenis T. crocea memiliki kelimpahan relatif tinggi di dua lokasi pengamatan dengan
presentase 100 % di lokasi PSA Penyu, 58.181 % di lokasi P. Katang. Kelimpahan
relatif kima jenis T. crocea 100 % di lokasi PSA Penyu dikarenakan pada lokasi
tersebut hanya ditemukan satu jenis kima dengan jumlah satu individu. Sementara
itu untuk jenis kima H. hippopus kelimpahan relatif tertingginya ditemukan di
Pulau Katang dengan nilai kelimpahan relatif 5,454 %. Kemudian untuk kima jenis
T. squomasa kelimpahan relatif tertinggi ditemukan di Pulau Katang dengan nilai
kelimpahan relatif 10,909 %. Kima jenis T. maxima dan T. crocea lebih melimpah
dibandingkan kima jenis lainnya karena kedua jenis kima tersebut hidup dengan
membenamkan diri pada terumbu karang sehingga masyarakat susah mengambil
kedua jenis kima tersebut untuk dimanfaatkan.
Tabel 5. Kelimpahan Relatif (%) individu kima per stasiun
Lokasi
Jenis
Kima
Tanjung
Gelam
Nyamplung
Ragas
PSA
Penyu
P.
Nyamuk
Stasiun
1
P.
Nyamuk
Stasiun
2
P.
Katang
H.
hippopus 0 0 0 2.702 0 5.454
T. crocea 0 41.176 100 21.621 14.285 58.181
T.
maxima 0 58.823 0 72.972 78.571 25.454
T.
squomasa 0 0 0 2.702 7.142 10.909
15
Gambar 4. Grafik Perbandingan Kelimpahan Relatif Jenis Kima (%)
Per Lokasi Pengamatan
4.3 Ukuran rata- rata cangkang kima
Berdasarkan ukuran cangkang kima diketahui ukuran rata- rata cangkang
tertinggi jenis H. hippopus adalah 16,5 cm yang ditemukan di lokasi pengamatan P.
Katang. Untuk jenis T. crocea dengan ukuran rata- rata tertinggi ditemukan di lokasi
pengamatan P. Nyamuk Stasiun 1 dengan ukuran 9,8 cm. Jenis T. maxima dengan
ukuran rata- rata cangkang tertinggi ditemukan di lokasi pengamatan P. Nyamuk
Stasiun 1 dengan ukuran 12,4 cm. Sedangankan jenis T. squomasa dengan ukuran
rata-rata cangkang tertinggi ditemukan di lokasi pengamatan P. Nyamuk stasiun 2
dengan ukuran 40 cm, dan merupakan ukuran rata-rata cangkang tertinggi yang
ditemukan di lokasi pengamatan. Sedangkan ukuran rata- rata cangkang kima jenis
T. crocea yang ditemukan di lokasi pengamatan Nyamplung Ragas merupakan
ukuran rata- rata cangkang terendah dengan ukuran 3,4 cm. P. Nyamuk Stasiun 2
merupakan lokasi pengamatan dengan ukuran rata- rata cangkang kima tertinggi
dengan ukuran 20,1 cm. sedangkan PSA Penyu merupakan lokasi pengamatan
0
20
40
60
80
100
120
TanjungGelam
NyamplungRagas
PSA Penyu P. NyamukStasiun 1
P. NyamukStasiun 2
P. Katang
Kel
impah
an R
elat
if
Lokasi Pengamatan
Perbandingan Kelimpahan Relatif Jenis Kima (%)
Per Lokasi Pengamatan
H. hippopus
T. crocea
T. maxima
T. squomasa
16
dengan ukuran rata- rata cangkang kima terendah dengan ukuran 4,3 cm. Rata-rata
cangkang setiap jenis kima di seluruh lokasi pengamatan tersaji pada tabel 5.
Tabel 6. Ukuran Rata- rata Cangkang Kima di Lokasi Pengamatan
Lokasi
Jenis
Kima
Tanjun
g
Gelam
Nyamplun
g Ragas
PSA
Penyu
P.
Nyamu
k
Stasiun
1
P.
Nyamu
k
Stasiun
2
P.
Katan
g
Rata-
rata /
Jenis
H.
hippopus 0 0 0 10.5 0 16.5 13.5
T.
crocea 0 3.4 4.3 9.8 8.5 7.8 6.76
T.
maxima 0 11.2 0 12.4 11.8 11.2 11.65
T.
squomas
a
0 0 0 13.8 40 10.3 21.366
Rata-
rata /
lokasi
0 7.3 4.3 11.625 20.1 11.45
Gambar 5. Grafik Rata- rata Cangkang Kima di Lokasi Pengamatan
0 0 0
10.5
0
16.5
0
3.4 4.3
9.88.5 7.8
0
11.2
0
12.4 11.8 11.2
0 0 0
13.8
40
10.3
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
TanjungGelam
NyamplungRagas
PSA Penyu P. NyamukStasiun 1
P. NyamukStasiun 2
P. Katang
Rat
a-ra
ta C
ang
kan
g
Lokasi Pengamatan
Grafik Rata- rata Cangkang Kima di Lokasi Pengamatan
H. hippopus
T. crocea
T. maxima
T. squomasa
17
Ukuran cangkang kima dipengaruhi oleh umur dan laju pertumbuhan kima,
umur kima diduga dapat mencapai beberapa ratus tahun dengan perkiraan
kecepataan tumbuh kima berkisarantara 5 – 8 cm pertahun tergantung dari stadia
dan spesiesnya (Lucas, 1988).
Spesies Kima berukuran maksimum lebih besar akan mempunyai laju
pertumbuhan lebih cepat dibanding spesies yang berukuran maksimum lebih kecil
(Beckvar, 1981 dalam Panggabean, 1991). Pada penelitian ini jenis kima T.
squomasa memiliki ukuran rata- rata cangkang tertinggi dengan ukuran 40 cm,
ukuran tersebut diduga karena laju pertumbuhan kima tersebut tinggi. Menurut
(Beckvar, 1991, dalam Panggabean, 1991) laju pertumbuhan kima jenis T.
squomasa yaitu 2 – 4 cm/tahun. Itu berati kima dengan ukuran tertinggi tersebut
memiliki umur tua.
Laju pertumbuhan kima sendiri dipengaruhi oleh kondisi habitat kima
hidup, menurut (Copland dan Lucas, 1998) kima dapat hidup dalam perairan
dengan suhu antara 28 – 30 °C, sedangkan pada lokasi pengamatan hanya 4 lokasi
yang memenuhi kriteria suhu kima dapat hidup yaitu dilokasi PSA Penyu dan P.
Katang dengan suhu 30 °C, P. Sedangkan Nyamuk Stasiun 1 dan P. Nyamuk
Stasiun 2 dengan suhu 28 °C.
Kadar oksigen terlarut diperairan berpengaruh pada kima, menurut
(Niartiningsih, 2012) kisaran oksigen terlarut untuk kehidupan kima diperairan
berada pada kisaran antara 2 – 6,5 ppm. Pada lokasi penelitian semua lokasi
memenuhi kadar oksigen untuk kima hidup dengan nilai DO 2,8 ppm di Tanjung
Gelam, 4,2 ppm di Nyamplung Ragas, 4,5 di PSA Penyu, P. Nyamuk Stasiun 1 dan
P. Nyamuk Stasiun 2 memiliki nilai DO 5,7 ppm, dan P. Katang memiliki DO 6,1
ppm.
Suhu adalah salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan
organisme laut, karena mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun
perkembangbiakan organisme tersebut Menurut (Idrus, 1992) bahwa kisaran pH
yang dapat mendukung kelangsungan hidup kima berkisar 7 – 9, sedangkan hanya
3 lokasi yang memiliki pH yang sesuai yaitu lokasi P. Nyamuk Stasiun 1 dan P.
Nyamuk Stasiun 2 dengan suhu 8.3, sedangkan P. Katang memiliki pH 7,9.
18
Sementara lokasi Tanjung Gelam, PSA Penyu, dan Nyamplung Ragas memiliki pH
11,5 , 10,3 dan 10,8.
Salinitas air laut mempengaruhi penyebaran hewan benthos seperti bivalvia,
karena organisme laut hanya dapat bertoleransi terhadap perubahan salinitas yang
kecil dan perlahan. Menurut (Jameson, 1976) dalam (Marsuki et al, 2013) bahwa
salinitas yang baik untuk kima adalah 25 - 40 ppt. Salinitas yang didapat di setiap
lokasi penelitian memenuhi kriteria dengan nilai 32 ppt di Tanjung Gelam, 36,2 ppt
di PSA Penyu, 29 ppt di Nyamplung Ragas, 31 ppt di P. Nyamuk Stasiun 1 dan P.
Nyamuk Stasiun 2, sedangkan 34,4 ppt di P. Katang.
Kima hidup pada dasar perairan, sehingga kecerahan perairan yang
dibutuhkan kima pada umumnya mencapai dasar perairan. Menurut (Niartiningsih,
2012) Faktor kecerahan juga berpengaruh terhadap laju pertumbuhan kima karena
berkaitan dengan alga yang hidup bersimbiosis membutuhkan cahaya untuk
berfotosintesis. Kecerahan di perairan Kepulauan Taman Nasional Karimunjawa
umumnya masih cukup baik dengan nilai kecerahan 90 -100 % dengan kisaran
kedalaman 2 – 5 meter.
4.4 Sebaran kima
Selanjutnya untuk mengetahui distribusi atau pola penyebaran kima di
lokasi pengamatan perairan Kepulauan Taman Nasional Karimunjawa dilakukan
perhitungan Indeks Morishita terhadap kelimpahan kima di masing-masing lokasi
pengamatan. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa dari semua jenis kima yang
ditemukan menunjukan pola sebaran mengelompok. Pola persebaran mengelompok
menunjukan adanya pebedaan habitat dari setiap kima yang dijumpai pada lokasi
pengamatan. Menurut (Knop, 1996) jenis kima H. hippopus hidup di subtrat
berpasir dengan kedalaman 3 – 8 meter, jenis kima T. crocea hidup dengan
mengebor subtrat terumbu karang mati atau rubble dengan kedalaman 2 – 5 meter,
jenis kima T. maxima hidup dengan membenamkan dirinya pada terumbu karang
pada kedalaman 2 – 10 meter, sedangkan jenis kima T. squomasa hidup di subtrat
terumbu karang hidup maupun mati dengan kedalaman hingga 18 meter.
19
Tabel 7. Pola Distribusi Kima
No Jenis Kima Indeks Morista Kategori
1 H. hippopus 3 Mengelompok
2 T. crocea 2.4 Mengelompok
3 T. maxima 1.6 Mengelompok
4 T. squomasa 2.6 Mengelompok
20
4.5 Kegiatan Harian PKL
Kegiatan harian tim PKL di Balai Taman Nasional Karimunjawa SPTN II
terbagi menjadi dua jenis kegiatan yaitu kegiatan yang dikerjakan dikantor dan
kegiatan yang dikerjakan dilapanganan. Kegiatan yang dikantor sendiri meliputi
kegiatan berupa rapat kerja petugas Balai Taman Nasional yang biasa nya diadakan
setiap satu bulan sekali pada awal bulan, di dalam rapat kerja ini Kepala Seksi BTN
Karimunjawa SPTN II akan memaparkan rancangan kegiatan yang akan
dilaksanakan satu bulan kedepan. Berikutnya ada kegiatan evaluasi kerja yang
diadakan setiap satu bulan sekali pada akhir bulan, kegiatan ini diadakan untuk
mengevaluasi seluruh kegiatan yang telah berlangsung selama satu bulan
kebelakang, berikutnya ada kegiatan jumat bersih, yang merupakan kegiatan
bersih-bersih kantor yang biasanya dilakukan setiap hari jum’at pagi hari, terakhir
ada kegiatan studi literatur yang biasa dilakukan oleh mahasiswa PKL BTN
Karimunjawa SPTN II untuk memenuhi data yang dibutuhkan dengan bimbingan
pihak BTN Karimunjawa SPTN II.
Kegiatan lapanganan yang ada di BTN Karimunjawa SPTN II lebih banyak
daripada kegiatan yang dikerjakan di kantor, kegiatan- kegiatan tersebut meliputi
kegiatan patroli yang dilaksakan oleh Polhut (Polisi hutan), kemudian ada juga
kegiatan monitoring yang dilaksanakan oleh seorang PEH (Pengendali Ekosistem
Pesisir), kegiatan lainnya biasanya merupakan kegiatan kerjasama BTN
Karimunjawa SPTN II dengan instansi lain ataupun dengan kelompok masyarakat.
Adapun kegiatan patroli yang diikuti selama masa PKL yaitu kegiatan patrol
aktivitas nelayan, patrol ini dilaksanakan di perairan yang banyak dijadikan tempat
nelayan mencari ikan, tujuan dari patroli ini yaitu untuk mencegah terjadinya
penangkapan ikan yang dilindungi, dan pada pelaksanaanya terdapat beberapa
nelayan yang tetap saja menangkap ikan yang dilindungi meskipun telah
diperingatkan. Kegiatan berikutnya yaitu kegiatan monitoring, ada beberapa
kegiatan monitoring yang diikuti oleh mahasiswa PKL, pertama ada monitoring ke
PSA penyu, kegiatan ini bertujuan untuk melihat perkembangan telur yang
diletakan di tempat penetasan semi alami, serta melihat perkembangan tukik,
21
jika sudah cukup umur maka tukik- tukik tersebut akan dilepaskan, Selain di tempat
semi alami, monitoring habitat penyu juga dilakukan dipulau- pulau tempat
biasanya penyu singgah untuk bertelur. Kegiatan monitoring berikutnya yaitu
monitoring kolam hiu, kegiatan ini bertujuan untuk melihat perkembangan hiu yang
dikelola oleh beberapa resort yang ada di TN Karimunjawa.
Berikutnya ada kegiatan monitoring aktivitas wisatawan, kegiatan ini
bertujuan untuk melihat jumlah, asal dan daya tarik wisatan terhadap TN
Karimunjawa. Selain monitoring ada juga kegiatan pendataan
hotel/resort/homestay yang ada di TN Karimunjawa yang bertujuan untuk mendata
keberadaan hotel/resort/homestay tersebut untuk nantinya dipasarkan kedapa
wisatawan. Terakhir ada kegiatan- kegiatan yang bekerjasama dengan pihak luar,
salah satunya ada kegiatan Coastal Cleaning Up serta Under Water Cleaning Up
kedua kegiatan tersebut bekerjasama bersama HPI (Himpunan Pramuwisata
Indonesia) Karimunjawa dengan tujuan untuk membersihkan sampah dari lautan,
kegiatan lainnya yang dilakukan bersama HPI adalah kegiatan pemasangan
pelampung batas wilayah rehabilitasi karang, yang bertujuan agar wisatawan tidak
memasuki daerah tersebut karena sedang dalam masa rehabilitasi, terakhir ada
kegiatan yang bekerja sama dengan kelompok masyarakat sekitar yaitu bersih-
bersih kawasan tracking mangrove, yang bertujuan untuk menjaga kebersihan serta
keindahan lingkungan kawasan tracking mangrove.
22
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang bertempat
di Balai Taman Nasional Karimunjawa SPTNW II :
1. Penulis dapat memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktik Kerja Lapangan
(PKL) di Program Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Padjadjaran.
2. Penulis mendapatkan wawasan dan pengalaman kerja mengenai fungsi dan
tugas Balai Taman Nasional Karimunjawa SPTNW II.
3. Hasil pengamatan ditemukan 4 jenis kima di lokasi pengamatan diantaranya
yaitu ; H. hippopus, T. crocea, T. maxima, dan T. squomasa. . Kima jenis T.
crocea yang ditemukan di Pulau Katang memiliki kelimpahan tertinggi dengan
jumlah 32 individu, sementara kelimpahan terkecil di jumpai di lokasi Tanjung
Gelam degan 0 individu. Kima jenis T. maxima dengan kelimpahan tertinggi
ditemukan di stasiun 1 Pulau Nyamuk dengan jumlah 27 Individu, dan terendah
dijumpai dilokasi tanjung Gelam dengan 0 individu. Kima jenis T. Squamosa
dengan kelimpahan tertinggi ditemukan di stasiun katang dengan jumlah 6
Individu, sisanya ditemukan di pulau nyamuk, dan tidak dijumpai di lokasi
pengamatan pulau karimunjawa. Kima jenis H. hippopus dengan kelimpahan
tertinggi ditemukan di stasiun katang dengan jumlah 3 Individu, 1 individu lagi
ditemukan di stasiun 1 pulau nyamuk, dan tidak dijumpai di lokasi pengamatan
pulau karimunjawa. Pola sebaran 4 jenis kima yang ditemukan dilokasi
pengamatan memiliki pola sebaran yang sama yaitu mengelompok didasarkan
dari perhitungan indeks morishita, sehingga dapat diartikan bahwa 4 jenis kima
tersebut memiliki habitat berbeda.
23
5.2 Saran
1. Dilakukan sosialisasi mengenai teknis, prosedur dan penyusunan laporan
PKL yang cukup oleh pihak kampus.
2. Dilakukan pemahaman materi terlebih dahulu mengenai kegiatan PKL yang
akan dilakukan di Balai/Instansi terkait.
3. Dilakukan simulasi terlebih dahulu mengenai metode yang akan digunakan
pada saat PKL.
4. Pada Praktik Kerja Lapangan Kima lainnya khususnya di Taman Nasional
Karimunjawa mahasiswa PKL harus mengukur parameter perairan agar
mengetahui hubungan antara parameter peraiaran dengan kelimpahan kima
yang ada.
5. Dilakukan sosialisai kepada masyarakat mengenai status penegakan hukum,
peraturan, restocking, budaya dan peranan kima bagi ekosistem khususnya
di Taman Nasional Karimunjawa
6. Merancang usaha budidaya Kima berbasis konservasi dalam rangka
komersialisai kima di Taman Nasional Karimunjawa.
24
DAFTAR PUSTAKA
Ambariyanto. 2007. Pengelolaan Kima di Indonesia: Menuju Budidaya Berbasis
Konservasi. Seminar Nasional Moluska dalam Penelitian Konservasi dan
Ekonomi Jurusan Ilmu Kelautan, FIKP UNDIP, Semarang, 17 Juli 2007.
Bakus, G.J. 1990. Quantitative ecology and marine biology. Oxford & IBH
Publishing Co Pvt Ltd., New Delhi. 157 p.
Balai Taman Nasional Karimunjawa, Laporan Monitoring Kima di SPTN II
Karimunjawa tahun 2018.
Balai Taman Nasional Karimunjawa, Laporan Monitoring Aktivitas Pengunjung di
SPTN II Karimunjawa tahun 2017.
Balai Taman Nasional Karimunjawa, Laporan Data Statistik 1 Perairan di SPTN II
Karimunjawa tahun 2018.
Beckvar, N. 1981. Cultivation, spawning and growth in the giant clams Tridacna
gigas, Tridacna derasa and Tridacna squamosa in Palau, Carolina Islands.
Aquaculture 24 (1) : 11 -20.
Brower.J.E.J.H. Zar and N.E.Carl. 1990. Field and Laboratory Methods For
General Ecology. 3rd edition. WCB,W.M.C. Brown. Publisher Illionis
University.
Cappenberg, H.A.W. 2007. Makrobentos di perairan terumbu Pulau Morotai.
Laporan Penelitian. LIPI. Jakarta. 10 p.
Copland JW, Lucas JS. 1988. Giant Clams in Asia and Pasific. ACIAR. Canberra.
Fachrul, M.F. 2007. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta: Bumi Aksara
Hadi, S. 2000. Distribusi kima (Tridacnidae) di pulau Burung, Karimunjawa.
Laporan PKL. FPKUNDIP Semarang. 45 hal.
Idrus, 1992. Studi Perkembangan Larva Kima (H. hippopus) Hasil Pemijahan
dengan Rangsangan Injeksi Hidrogen Peroksida. Skripsi. Jurusan Perikanan
FIKP. Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang.
Jameson, S. 1976. Early life history of the giant clams Tridacna crocea Lamarck,
Tridacna maxima (Roding), and Hippopus hippopus (Linnaeus). Pasific
Science, 30: 219-233.
Knopp, D. 1996. Giant clams in a comprehensive guide to the identification and
care of Tridacnidae clams. Dahne Verlag Ettlingen, German. 255 p.
25
Lucas, J.S., Nash, W.J., Crawford, C.M., Braley, R.D., (1988). Environment
influences on growth and survival during the ocean-nursery rearing of giant
clams, Tridacna gigas (L.). Aquaculture. 80: 45-61.
Niartiningsih A. 2012. Kima, Biota Laut Langka: Budidaya dan Konservasinya.
Makassar: Identitas Universitas Hasanuddin.
Panggabean, L.M.G. 1990. Rahasia kehidupan kima : I. Swasembada pangan.
Oseana 15 (3): 157-163.
Pasaribu, B.P. (1988). Status of giant clams in Indonesia. In. Copland, J.W., Lucas,
J.S. (eds). Giant Clams in Asia and the Pacific. ACIAR Monograph No.9 p:
44-46.
26
KESAN DAN PESAN SELAMA PKL
Kesan
Selama kami menjalani praktik kerja lapanganan (PKL) di Balai Taman
Nasional Karimunjawa SPTN Wilayah II kami merasa senang dan nyaman, serta
kami juga mendapatkan ilmu dan pengalaman yang luas terutama dalam dunia kerja
petugas BTN Karimunjawa SPTNW II. Kami merasa sangat nyaman PKL di BTN
Karimunjawa karena para pembimbing bisa bekerja sama dengan kami dan
mempermudah kami dalam menyelesaikan tugas yang diberikan. PKL merupakan
kegiatan yang menuntut mahasiswa agar belajar disiplin dan tentunya di tuntut agar
dapat bekerja dengan menerapkan segala pengetahuan yang di berikan di
perkuliahan dalam menjalani PKL, tidak mudah seperti apa yang dibayangkan
sebelumnya karena di tempat PKL tidak semua materi yang diberikan diperkuliahan
didapatkan. Kegiatan PKL dapat membentuk mahasiswa agar dapat bekerja dengan
professional. Banyak ilmu ilmu baru yang didapat selama kegiatan PKL yang tentu
saja dapat dijadikan bahan dan pengalaman untuk modal bekerja di masa depan.
untuk penulis pribadi tentu cukup puas karena dapat menjalankan kegiatan PKL
dengan cukup baik hingga berakhirnya masa PKL.
Pesan
Pertama- tama penulis ucapkan terimakasih untuk Kepala Seksi BTN
Karimunjawa SPTNW II beserta jajarannya yang telah menerima kami untuk
melaksanakan kegiatan PKL selama 30 hari, juga kepada para pembimbing yang
telah mengarahkan kami selama pelaksanaan PKL hingga mempermudah kami
dalam pengerjaan tugas PKL kami.
Pesan penulis untuk kedepannya semoga kegiatan - kegiatan yang
dilaksanakan BTN Karimunjawa SPTNW II dapat lebih baik lagi, dengan
memaksimalkan sarana prasarana yang ada saat ini, hal ini untuk pengoptimalan
dalam upaya perlindungan ekosistem, khususnya ekosistem laut yang kian
terancam akibat aktivitas manusia dan perubahan iklim. Semoga kedepannya juga
mahasiswa PKL dapat mendapatkan fasilitas lebih seperti mess,
27
serta peralatan yang digunakan agar dalam pelaksanaan PKL mahasiswa tak
kesulitan untuk memenuhi kebutuhan- kebutuhan tugas PKL nya.
28
LAMPIRAN
29
Lampiran 1. Surat Keterangan Telah Menyelesaikan Praktik Kerja
Lapangan
30
Lampiran 2. Logbook Praktik Kerja Lapangan
31
32
Lampiran 3. Penilaian Dari Pembimbing Instansi
33
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Praktik Kerja Lapangan
Kima yang ditemukan di lokasi pengamatan
H. hippopus T. crocea
T. maxima T. squomasa
Proses Pengambilan Data Kima
Proses observasi keberadaan kima Proses pendataan dan identifikasi jenis
kima
34
Proses Pengambilan Data Mangrove
Survey Lokasi Hutan Mangrove Pengambilan Data
Monitoring Kolam Hiu
Monitoring kolam hiu Monitoring kolam hiu
Patroli Nelayan
Perampsan ikan yang dilindungi dari
nelayan
Perjalanan patrol nelayan
35
Pemasangan Pelampung Batas Kawasan Rehabilitasi
Persiapan pemasangan pelampung
batas kawasan rehabilitasi
Proses penurunan pelampung batas
kawasan rehabilitasi
Pendataan Hotel/Resort/Homestay
Dokumentasi bersama pemilik resort Dokumentasi bersama pemilik resort
Bersih- bersih Kawasan Tracking Mangrove
Proses Bersih- bersih Kawasan
Tracking Mangrove
Proses Bersih- bersih Kawasan
Tracking Mangrove
36
Rapat Kerja
Rapat kerja membahas rencana kerja Rapat kerja membahas rencana kerja
Presentasi Akhir
Presentasi laporan kegiatan pkl Presentasi laporan kegiatan pkl