Upload
others
View
20
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH
PADA LAHAN PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)
DAN KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA GEDONG WANI,
KECAMATAN JATI AGUNG, LAMPUNG SELATAN.
( Skripsi )
Oleh
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
EKO PENTARA PRATAMA
ABSTRAK
IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH
PADA LAHAN PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)
DAN KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA GEDONG WANI,
KECAMATAN JATI AGUNG, LAMPUNG SELATAN
Oleh
EKO PENTARA PRATAMA
Ubi kayu merupakan salah satu bahan pangan pengganti beras yang cukup penting
peranannya dalam menopang ketahanan pangan suatu wilayah di Indonesia.
Penanaman ubi kayu yang dilakukan petani umumnya adalah secara monokultur
dan terus menerus dengan pengolahan tanah yang intensif, berbeda dengan lahan
pertanaman karet hanya dilakukan pada saat penanaman awal saja. Perbedaan
cara pengolahan tanah dan pola tanam dapat menciptakan suatu karakteristik
tanah yang sangat berpengaruh terhadap ciri morfologi dan sifat kimia tanah.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari morfologi dan sifat kimia tanah pada
lahan pertanaman ubi kayu dan karet di Desa Gedong Wani, Kecamatan Jati
Agung, Kabupaten Lampung Selatan. Penelitian ini dilaksanakan pada lahan
pertanaman ubi kayu dan karet milik masyarakat di Desa Gedong Wani,
Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan pada bulan Februari 2018.
Data diperoleh dari pengamatan profil tanah di lapangan dan analisis di
laboratorium Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Hasil yang
diperoleh menunjukkan bahwa lapisan pertama profil tanah lahan karet memiliki
warna yang lebih gelap dan struktur lebih baik dibandingkan dengan lapisan
pertama lahan kebun ubi kayu, namun secara umum lahan ubi kayu dan kebun
karet alam memiliki tekstur tanah yang sama yaitu lempung liat berpasir.
Eko Pentara Pratama
Konsistensi dan perakaran pada lahan karet alam lebih baik dibandingkan dengan
lahan ubi kayu. Selanjutnya, lapisan pertama profil tanah pada lahan karet
memiliki kandungan C-organik, KTK, Alumunium dapat ditukar, dan Nitrogen
total yang lebih tinggi dibandingkan lahan ubi kayu. Sedangkan pH tanah,
Kejenuhan Basa, rasio C/N dan P-tersedia pada lapisan pertama profil tanah pada
lahan ubi kayu lebih tinggi dibandingkan pada lahan karet.
Kata kunci: Morfologi tanah, pertanaman karet, sifat kimia tanah, ubi kayu.
IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT KIMIA TANAH
PADA LAHAN PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz)
DAN KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA GEDONG WANI,
KECAMATAN JATI AGUNG, LAMPUNG SELATAN.
Oleh
EKO PENTARA PRATAMA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PERTANIAN
Pada
Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2019
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tanjung Karang pada tanggal 05 Juni 1994. Penulis
merupakan putra pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Drs.Yudi
Trikoryadi. dan Ibu Rohaya. Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Dasar
Negeri 01 Biha, Kecamatan Pesisir Selatan, Pesisir Barat pada tahun 2006,
Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Pesisir Selatan, pada tahun 2009, dan
Sekolah Menengah Atas Negeri 01 Pesisir Selatan, pada tahun 2012. Penulis
terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Lampung pada tahun 2012 melalui jalur Ujian Mandiri (UM). Selama
menjadi mahasiswa penulis tergabung di organisasi Persatuan Mahasiswa
Agroteknologi (PERMA AGT) Fakultas Pertanian Universitas Lampung, sebagai
anggota bidang Kaderisasi Priode 2013-2014 hingga Priode 2014-2015. Dan
Kepala Bidang Kaderisasi Priode 2015-2016.
Pada bulan Januari-Februari 2015, penulis melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja
Nyata (KKN) Tematik Universitas Lampung di Desa Pemancar, Kecamatan
Pesisir Utara, Kabupaten Pesisir Barat. Pada bulan Juli-Agustus 2015, penulis
melaksanakan Praktik Umum di PTPN VII (P) Kebun Rejosari, Lampung Selatan,
Lampung.
“Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”
(QS. Asy-Syarh : 6)
“Orang yang paling aku sukai adalah yang menunjukkan
kesalahanku” (Umar bin Khattab)
“Maka barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat
dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya”
(Al-Zalzalah : 7)
“Aku tersenyum bukan berarti hidupku sempurna, aku
tersenyum karena aku menghargai hidupku”
(Monkey D. Luffy)
SANWACANA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat, nikmat, dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “IDENTIFIKASI MORFOLOGI DAN BEBERAPA SIFAT KIMIA
TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot esculenta
Crantz) DAN KARET (Hevea brasiliensis) DI DESA GEDONG WANI,
KECAMATAN JATI AGUNG, LAMPUNG SELATAN” adalah salah satu
syarat untuk memperoleh gelar sarjana Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terimakasih atas segala dukungan,
bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan skripsi ini. Penulis mengucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
2. Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi.
3. Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc., selaku Ketua Program Studi
Ilmu Tanah Universitas Lampung.
4. Ir. Didin Wiharso, M.Si., selaku Pembimbing Utama atas bimbingan,
arahan, saran, dan motivasi kepada penulis selama penelitian dan penulisan
skripsi.
5. Dr. Supriatin, S.P, M.Sc., selaku Pembimbing Kedua atas bimbingan,
arahan, saran, dan motivasi kepada penulis selama penelitian dan penulisan
skripsi.
6. Prof. Dr. Ir. Abdul Kadir Salam, M.Sc., selaku Pembahas atas saran, kritik,
dan arahan kepada penulis.
7. Prof. Dr. Ir. Purnomo, M. S., selaku Pembimbing Akademik atas nasihat,
motivasi, saran, dan arahan kepada penulis.
8. Seluruh dosen Program Studi Agroteknologi yang telah memberikan ilmu
pengentahuan kepada penulis selama menempuh pendidikan di Universitas
Lampung.
9. Kedua orang tua tercinta papah Drs.Yudi Trikoryadi dan mamah Rohaya
atas dukungan moril, nasihat, doa, dan kasih sayang yang tak pernah putus
diberikan selama ini.
10. Adikku tersayang Yuri Novrica S.Tr.Keb, atas doa, dukungan, motivasi,
dan kasih sayang yang diberikan selama ini.
11. Teman-teman seperjuangan Rahmadiani putri, Teguh saputra,Eko pramono,
Budi setiawan, Dimas santiaji, Riyan Younka, Dwi prayugo, Toni f,
Sidarlin, Rendi julian s, Aan rinaldi, Endah P, Riska C.Y, Nurul A.R, Mesva
R, Ayu pandansari, A rizki rachman, Wahyu W, atas dukungan, nasihat,
doa, rasa kekeluargaan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada
penulis.
12. Teman-teman setongkrongan bang Desta, bang Bagus, mbk Kiki, bang
Syamsu,bang Riski, bang Rifky, bang Santos, bang Ery, bang Putu, bang
Fachan, bang Wiwit, bang Yohan, bang Daus, bang Prayoga, Ery Frantana,
Tri febriyanto, Marcel pandiangan, A cahyo prabowo, Jaya, Rio, Dodi,
Hendra, Robin, Eko s, Fachri, Erik, Fandi, Diky, Dico, Ihsan dll, atas
motivasi, dorongan, semangat, dan waktu yang telah diberikan selama ini.
13. Keluarga besar FORMATIN FP UNILA atas dukungan, nasihat, rasa
kekeluargaan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis
14. Keluarga besar Agroteknologi terkhusus Agroteknologi 2012 yang tidak
dapat penulis sebutkan satu-persatu.
15. Keluarga besar PERMA AGT FP UNILA atas dukungan, rasa
kekeluargaan dan ilmunya yang telah diberikan kepada penulis.
Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan yang telah diberikan, dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Bandar Lampung, 2019
Penulis,
Eko Pentara Prata
i
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ..................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. vi
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian .......................................................................... 3
1.4 Kerangka Pemikiran ...................................................................... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 6
2.1 Morfologi Tanah ........................................................................... 6
2.1.1 Warna Tanah ....................................................................... 6
2.1.2 Tekstur Tanah ..................................................................... 7
2.1.3 Struktur Tanah .................................................................... 9
2.1.4 Konsistensi Tanah ............................................................... 10
2.1.5 Susunan Lapisan Tanah ...................................................... 11
2.2 Sifat Kimia Tanah ......................................................................... 12
2.2.1 Bahan Organik .................................................................... 13
2.2.2 Kapasitas Tukar Kation....................................................... 14
2.2.3 Kandungan Nitrogen Total ................................................. 15
2.2.4 pH Tanah ............................................................................. 16
2.2.5 Basa-basa Dapat Dipertukarkan dan Kejenuhan Basa ........ 17
2.3 Pengaruh Pertanaman dan Pengelolaan Tanah Terhadap
Morfologi Tanah dan Sifat Kimia Tanah ...................................... 18
ii
III. BAHAN DAN METODE ................................................................... 20
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 20
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................. 20
3.3 Metode Penelitian ......................................................................... 21
3.3.1 Persiapan Survei.................................................................. 21
3.3.2 Survei .................................................................................. 21
3.4 Pelaksanaan Penelitian .................................................................. 22
3.4.1 Pembuatan Profil Tanah di Lapang..................................... 22
3.4.2 Pengamatan Profil Tanah dan Pengambilan Contoh Tanah
di Lapang .......................................................................... 22
3.4.3 Penyiapan Contoh Tanah ..................................................... 22
3.4.4 Analisis Tanah di Laboratorium .......................................... 23
3.5 Pengumpulan Data ........................................................................ 23
3.6 Analisis Data ................................................................................. 23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 25
4.1 Keadaan Umum Wilayah .............................................................. 25
4.1.1 Letak Wilayah ...................................................................... 25
4.1.2 Iklim .................................................................................... 25
4.1.3 Vegetasi................................................................................ 27
4.2 Morfologi Tanah ........................................................................... 28
4.2.1 Warna Tanah ........................................................................ 28
4.2.2 Struktur Tanah ..................................................................... 30
4.2.3 Tekstur Tanah ...................................................................... 32
4.2.4 Konsistensi Tanah ................................................................ 34
4.3 Sifat Kimia Tanah ......................................................................... 35
4.3. 1 C-organik ............................................................................ 35
4.3. 2 Reaksi Tanah (pH) .............................................................. 37
4.3. 3 Kapasitas Tukar Kation (KTK) ........................................... 39
4.3. 4 Kejenuhan Basa (KB) ......................................................... 40
4.3. 5 Alumunium Dapat Dipertukarkan....................................... 42
4.3. 6 Hidrogen Dapat Dipertukarkan ........................................... 43
4.3. 7 Nitrogen Total ..................................................................... 44
iii
4.3. 8 Rasio C/N ............................................................................ 45
4.3. 9 P-tersedia............................................................................. 47
V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 49
5.1 Simpulan ...................................................................................... 49
5.2 Saran .............................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51
LAMPIRAN ............................................................................................... 55
Tabel 5-10 ................................................................................................... 56
Gambar 13-16.............................................................................................. 61
iv
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Warna tanah pada lahan pertanaman ubi kayu dan kebun karet di
Desa Gedong Wani, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung
Selatan .................................................................................................. 29
2. Struktur tanah pada lahan pertanaman ubi kayu dan karet di Desa
Gedong Wani, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung
Selatan. ................................................................................................. 31
3. Tekstur tanah pada lahan pertanaman ubi kayu dan karet di Desa
Gedong Wani, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung
Selatan. ................................................................................................. 33
4. Konsistensi tanah pada lahan pertanaman ubi kayu dan karet di
Desa Gedong Wani, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung
Selatan .................................................................................................. 34
5. Deskripsi morfologi tanah pada lahan pertanaman ubi kayu
(Manihot esculenta Crantz) di Desa Gedong Wani, Kecamatan Jati
Agung, Kabupaten Lampung Selatan .................................................. . 56
6. Deskripsi morfologi tanah pada lahan pertanaman karet di Desa
Gedong Wani, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung
Selatan .................................................................................................. 57
7. Konsistensi dan perakaran di lahan pertanaman ubi kayu dan karet
di Desa Gedong Wani, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten
Lampung Selatan ................................................................................. . 58
8. Kandungan fraksi pasir, debu dan liat pada lapisan tanah di lahan
pertanaman ubi kayu dan karet di Desa Gedong Wani, Kecamatan
Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan. ........................................... 58
v
9. Morfologi tanah pada lahan pertanaman ubi kayu dan karet di Desa
Gedong Wani, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung
Selatan .................................................................................................. 59
10. Sifat kimia tanah pada lahan pertanaman ubi kayu dan kebun karet
di Desa Gedong Wani, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung
Selatan 60
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Diagram segitiga tekstur menurut USDA .......................................... 9
2. Curah hujan rata-rata bulanan dalam 10 tahun terahir di
Kabupaten Lampung Selatan, arsip PT Politeknik Negeri
Lampung ............................................................................................ 26
3. Kedalaman tanah dan persentase partikel (a) pasir, (b) liat, (c)
debu. ................................................................................................... 33
4. Kedalaman tanah dan kandungan C-organik tanah ........................... 36
5. Kedalaman tanah dan pH tanah ......................................................... 38
6. Kedalaman tanah dan kapasitas tukar kation (KTK) tanah ............... 39
7. Kedalaman tanah dan kejenuhan basa (KB). ..................................... 41
8. Kedalaman tanah dan aluminium dapat dipertukarkan ..................... 42
9. Kedalaman tanah dan hidrogen dapat dipertukarkan......................... 44
10. Kedalaman tanah dan nitrogen total .................................................. 44
11. Kedalaman tanah dan rasio C/N tanah............................................... 46
12. Kedalaman tanah dan fosfor tersedia ..................................................... 47
13. Lokasi penelitian lahan pertanaman ubi kayu di Desa Gedong
Wani, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan. .......... 61
vii
14. Lokasi penelitian lahan pertanaman karet di Desa Gedong Wani,
Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan. ..................... 62
15. Lokasi profil tanah lahan pertanaman ubi kayu di Desa Gedong
Wani, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan ............ 63
16. Lokasi profil tanah lahan pertanaman karet di Desa Gedong Wani,
Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan ...................... 64
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ubi kayu (Manihot esculenta C.) merupakan salah satu bahan pangan pengganti
beras yang cukup penting peranannya dalam menopang ketahanan pangan suatu
wilayah. Di Indonesia, ubi kayu merupakan salah satu hasil pertanian yang besar
dan dapat digunakan sebagai bahan baku untuk produk pangan (Koswara, 2013).
Potensi ubi kayu sebagai bahan pangan yang penting di dunia ditunjukkan dengan
fakta bahwa setiap tahun 300 juta ton ubi–ubian dihasilkan di dunia dan dijadikan
bahan makanan sepertiga penduduk di negara-negara tropis.
Permasalahan umum pada pertanaman ubi kayu di Indonesia adalah produktivitas
lahan dan pendapatan petani yang rendah. Rendahnya produktivitas disebabkan
oleh belum diterapkannya teknologi budidaya ubi kayu dengan benar. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi ubi kayu adalah
pengelolaan lahan yang meliputi pengolahan tanah, pemupukan, pola tanam, dan
konservasi tanah (Balai Pengkajian Tanaman Pangan, 2008).
Penanaman ubi kayu yang dilakukan petani umumnya adalah secara monokultur
dan terus menerus dengan pengolahan tanah yang intensif sehingga dapat
2
mempercepat laju degradasi tanah. Menurut Wahyunie (2012), pengolahan tanah
terlalu sering dapat menyebabkan tanah menjadi lebih gembur dan terbuka dalam
jangka waktu lama, sehingga meningkatkan laju evaportranspirasi dan
mengurangi daya pegang tanah terhadap air. Kehilangan air yang terjadi
berakibat pada berkurangnya ketersediaan air dalam tanah. Selain itu, pengolahan
tanah intensif juga dapat merusak struktur tanah dan dapat meningkatkan oksidasi
tanah sehingga laju dekomposisi bahan organik meningkat, akibatnya residu
bahan organik tanah semakin menurun.
Berbeda dengan lahan pertanaman ubi kayu, pengolahan tanah pada lahan
pertanaman karet alam hanya dilakukan pada saat penanaman awal saja sehingga
tanah pada lahan pertanaman karet memiliki agregat yang lebih mantap dan
kemungkinan mengandung bahan organik yang lebih tinggi yang berasal dari sisa-
sisa dedaunan maupun gulma yang tumbuh di bawahnya. Tanaman karet memiliki
kanopi yang lebih rapat sehingga tanah tetap tertutup oleh tajuk tanaman,
akibatnya laju erosi dapat ditekan dan sifat kimia tanah dapat terjaga.
Perbedaan cara pengolahan tanah dan pola tanam dapat menciptakan suatu
karakteristik tanah yang sangat berpengaruh terhadap ciri morfologi dan sifat
kimia tanah. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka
dianggap perlu dilakukannya penelitian mengenai morfologi dan sifat kimia tanah
pada lahan yang ditanami ubi kayu ±20 tahun dan lahan yang telah ditanami karet
±14 tahun di Desa Gedong Wani, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung
Selatan.
3
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah terdapat perbedaan morfologi tanah pada lapisan tanah 1,5 m antara
lahan pertanaman ubi kayu dan karet?
2. Apakah terdapat perbedaan sifat kimia tanah pada lapisan tanah 1,5 m antara
lahan pertanaman ubi kayu dan karet?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari morfologi tanah pada lahan pertanaman ubi kayu dan karet di
Desa Gedong Wani, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan.
2. Mempelajari sifat kimia tanah pada lahan pertanaman ubi kayu dan karet di
Desa Gedong Wani, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan.
1.4 Kerangka Pemikiran
Ubi kayu dapat ditanam secara monokultur maupun tumpangsari. Pola
monokultur umumnya dikembangkan dalam usaha tani komersial atau usaha tani
alternatif pada lahan marjinal, dimana komoditas lain tidak produktif atau usaha
tani dengan input minimal bagi petani yang modalnya terbatas. Pola tumpangsari
diusahakan oleh petani berlahan sempit, baik secara komersial maupun subsisten.
4
Tanaman ubi kayu merupakan tanaman semusim dan memerlukan kondisi tanah
yang gembur untuk optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan umbinya. Hal
ini mengakibatkan pengolahan tanah dalam budidaya tanaman ubi kayu dilakukan
di setiap awal persiapan tanamnya. Menurut Utomo (2012), tujuan dilakukannya
pengolahan tanah adalah untuk menciptakan kondisi tanah yang gembur, sehingga
perakaran tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Pengolahan
tanah intensif seperti yang dilakukan pada persiapan tanam tanaman ubi kayu,
serta pertumbuhan tanaman ubi kayu yang lambat pada fase awal tanam
mengakibatkan tanah pada lahan pertanaman ubi kayu menjadi sering terbuka
oleh paparan sinar matahari dan pukulan butir-butir hujan (Islami dan Utomo,
1995). Kondisi tersebut akan mempercepat terjadinya perombakan bahan organik
dan memicu terjadinya erosi yang merupakan penyebab degradasi tanah (Utomo,
2012). Jika keadaan ini berlangsung dalam jangka waktu yang panjang tentunya
laju degradasi tanah akan berjalan lebih cepat, sehingga akan menurunkan kualitas
tanah. Salain itu, ubi kayu memiliki luas kanopi daun yang rendah sehingga
dianggap kurang mampu melindungi tanah dari pukulan air hujan dan menjadikan
lahan ubi kayu peka terhadap erosi. Di sisi lain, ubi kayu dianggap sebagai
tanaman yang menguruskan tanah karena ubi kayu menyerap unsur hara lebih
banyak dibandingkan dengan tanaman lain (Muddarisna dan Priyono, 2009).
Tanaman karet merupakan tanaman yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup
besar. Tinggi tanaman karet dewasa dapat mencapai 15-25 meter. Batang
tanaman karet biasanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi dan
memiliki kanopi yang luas. Akibatnya, erosi tanah pada lahan pertanaman karet
5
kemungkinan lebih rendah dibandingkan dengan lahan pertanaman ubi kayu dan
bahan organik tanah tidak mudah teroksidasi sehingga dapat dimanfaatkan secara
maksimal oleh tanaman. Menurut Ilyin (2016), warna tanah pada lahan karet
alam cenderung lebih gelap dibandingkan pada lahan pertanaman ubi kayu.
Tanah pada lapisan pertama di lahan ubi kayu memiliki struktur angular blocky
(gumpal bersudut) sedangkan pada lapisan pertama lahan karet alam memiliki
struktur tanah crumb (remah) karena tingginya kandungan C-organik pada lahan
karet alam. Pada lahan pertanaman ubi kayu maupun karet alam menunjukkan pH
yang berharkat sama yaitu sangat masam. Sementara pada indikator C-organik,
N-total, dan rasio C/N memperlihatkan bahwa lahan pertanaman ubi kayu
memiliki kadar yang lebih rendah dibandingkan pada lahan pertanaman karet
alam (Manan, 2016).
Menurut Azis (2016), nilai KTK pada pertanaman ubi kayu lebih tinggi
dibandingkan nilai KTK pada kebun karet alam. Kapasitas Tukar Kation tanah
tergantung pada tipe dan jumlah kandungan liat, kandungan bahan organik, dan
pH tanah. Sementara pada kejenuhan basa menunjukkan lapisan pertama
pertanaman karet alam memiliki kejenuhan basa yang lebih tinggi jika
dibandingkan dengan lahan ubi kayu. Hal ini sejalan dengan nilai pH pada lapisan
pertama pertanaman karet yang lebih tinggi dibandingkan dengan pH pada lapisan
pertama pertanaman ubi kayu. Sedangkan kandungan alumunium dapat ditukar
dan hidrogen dapat ditukar pada lahan pertanaman karet lebih tinggi dibandingkan
dengan lahan ubi kayu.
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Morfologi Tanah
Morfologi tanah adalah sifat-sifat tanah yang dapat diamati dan dipelajari di
lapang (Hardjowigeno, 1993). Morfologi tanah dapat memberikan gambaran
perubahan atau evolusi yang terjadi dalam tubuh tanah melalui deskripsi dan
interpretasi sifat-sifat profil tanah yang dapat dijadikan sebagai informasi awal
dalam mengklasifikasikan tanah. Ciri-ciri dari morfologi profil tanah merupakan
petunjuk dari proses-proses yang telah dialami suatu jenis tanah selama pelapukan
dan perkembangannya. Untuk menentukan sifat dan morfologi tanah, ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain horizon tanah, warna tanah,
tekstur tanah, struktur tanah, dan konsistensi (Purnomo, 2003).
2.1.1 Warna Tanah
Warna tanah adalah sifat tanah yang paling jelas dan mudah ditentukan, walaupun
warna mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kegunaan tanah, tetapi kadang-
kadang dapat dijadikan petunjuk adanya sifat-sifat khusus dari tanah. Warna
tanah disusun oleh tiga variabel yaitu: Hue, Value, dan Chroma. Hue adalah
warna spektrum yang dominan, sesuai dengan panjang gelombang. Value adalah
gelap terangnya warna, sesuai dengan banyaknya sinar yang dipantulkan. Kroma
7
adalah kemurnian atau kekuatan dari spektrum. Untuk menentukan warna tanah
digunakan Munsell Soil Color Chart yang terdiri dari 9 (sembilan) kartu berisikan
Hue antara kuning (yellow) dan merah (red) mulai dari 5 Y; 2,5 Y; 10 YR; 7,5
YR; 5 YR; 2,5 YR; 10 R; 7,5 R; 5 R (Hardjowigeno, 1993).
2.1.2 Tekstur Tanah
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah. Kelas tekstur tanah
dikelompokkan berdasarkan perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu dan
liat. Tanah-tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil
sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah-tanah bertekstur liat
mempunyai luas permukaan yang besar sehingga kemampuan menahan air dan
menyediakan unsur hara tinggi (Hardjowigeno, 1993). Dalam sistem klasifikasi
tanah berdasarkan tekstur, tanah diberi nama atas dasar komponen utama yang
dikandungnya, misalnya liat berpasir (sandy clay), liat berdebu (silty clay), dan
seterusnya (Braja, 1993).
Sifat fisik dan kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh tekstur tanah. Dari segi
fisik tanah, tekstur berperan pada struktur, air dan udara serta suhu tanah. Dari
segi kesuburan tanah, tekstur memegang peranan penting dalam pertukaran ion,
sifat penyangga dan kejenuhan basa. Fraksi liat merupakan fraksi yang paling
aktif dalam menentukan kesuburan tanah sedangkan kedua fraksi yang lain
disebut kurang aktif (Haridjadja, 1980). Braja (1993) menyatakan bahwa kelas
tekstur dapat ditetapkan dengan menggunakan diagram segitiga tekstur menurut
8
USDA. Sistem ini didasarkan pada ukuran batas dari butiran tanah yang meliputi
pasir dengan diameter 2,0 s.d. 0,05 mm, debu dengan diameter 0,05 s.d. 0,002
mm, dan liat dengan diameter lebih kecil dari 0,002 mm.
Di lapangan tekstur tanah dapat ditetapkan berdasarkan kepekaan indera perasa
(kulit jari jempol dan telunjuk) yang membutuhkan pengalaman dan kemahiran,
dengan merasakan derajat kekasaran, kelicinan dan kelengketan. Melalui
perbandingan rasa ketiganya maka secara kasar tekstur tanah dapat diperkirakan,
misalnya indera kulit merasakan partikel-partikel:
1. Terasa kasar, tanpa rasa licin dan tanpa rasa lengket, serta tidak bisa
membentuk gulungan atau lempengan kontinu, berarti tanah bertekstur pasir.
2. Sebaliknya jika partikel tanah terasa halus, lengket dan dapat dibuat gulungan
atau lempengan kontinu, berarti tanah bertekstur liat.
3. Tanah bertekstur debu akan mempunyai partikel-partikel yang terasa agak halus
dan licin tetapi tidak lengket, serta gulungan atau lempengan yang terbentuk
rapuh atau mudah hancur.
4. Tanah bertekstur lempung akan mempunyai partikel-partikel yang mempunyai
rasa ketiganya secara proporsional, apabila yang terasa lebih dominan adalah
sifat pasir, berarti tanah bertekstur lempung berpasir, dan seterusnya (Hanafiah,
2005).
9
Gambar 1. Diagram segitiga tekstur menurut USDA (Soil Survey Staff, 1990).
2.1.3 Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya
butir-butir tanah satu sama lain. Struktur tanah menunjukkan kombinasi atau
susunan partikel-partikel tanah primer (pasir, debu dan liat) sampai dengan
partikel-partikel sekunder atau ped (Nugroho dkk., 2009). Bentuk struktur
berfungsi untuk membedakan kelas struktur. Ada beberapa macam bentuk
struktur yaitu lempeng, prismatik, tiang, gumpal bersudut, gumpal membulat,
granular, dan remah, sedangkan yang tidak berstruktur disebut lepas dan pejal
(masif). Tingkat perkembangan struktur ditentukan berdasarkan kemantapan dan
10
ketahanan struktur tersebut terhadap tekanan. Tingkat perkembangan struktur
dibedakan dari yang mudah hancur sampai yang sulit hancur. Ukuran struktur
menunjukkan butur-butir struktur yang dibedakan dari sangat halus sampai sangat
kasar.
2.1.4 Konsistensi Tanah
Konsistensi tanah adalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan
ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang
menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi
(tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah. Cara
menentukan konsistensi tanah di lapangan ialah dengan cara memijit tanah, dalam
berbagai keadaan kandungan air seperti basah, lembab atau kering, di antara ibu
jari dan telunjuk. Pada tanah basah massa tanah dipijit lalu diamati plastisitas
(apakah massa tanah cukup liat untuk dapat dibuat bentuk-bentuk tertentu tanpa
retak-retak atau pecah) atau apakah tanah melekat pada jari-jari kita, sehingga
pemisahan antara ibu jari dan telunjuk sukar atau mudah. Pada tanah
lembab,konsistensi tanah ditentukan dengan mencoba meremukkan massa tanah
dengan telapak tangan, apakah gembur atau partikel tanah cukup saling melekat
dalam gumpalan teguh. Pada kondisi tanah kering penentuan konsistensi tanah
dilakukan dengan mencoba memecahkan atau meremukkan gumpalan tanah
kering (lunak atau keras) (Hardjowigeno, 1993).
11
2.1.5 Susunan Lapisan Tanah
Tanah akan selalu berkembang ke arah vertikal, sehingga menghasilkan lapisan-
lapisan horisontal yang dinamakan lapisan tanah atau horizon tanah. Ada enam
lapisan tanah (horizon) induk yang berurutan dari atas kebawah, masing-masing
ditandai dengan huruf besar O, A, E, B, C, dan R.
Horison O adalah lapisan tanah paling atas, dicirikan oleh lapisan tanah yang
subur karena mengandung bahan organik. Lapisan ini terdiri dari bahan organik
yang masih utuh dan sebagiannya lagi telah terdekomposisi. Horizon O
merupakan horizon organik yang mengandung bahan organik lebih dari 20% pada
seluruh penampang tanah.
Horizon A berada di bawah horison O dan di atas horison E. Benih-benih tanaman
dan akar-akar tumbuhan terlihat pada lapisan ini. Lapisan ini mempunyai ciri
berwarna gelap yang terdiri dari humus dan campuran partikel mineral. Bahan
organik akan terhumifikasi dan bercampur dengan bahan mineral, sehingga akan
memperlihatkan konsistensi struktur yang berbeda dengan horizon yang berada
langsung dibawahnya.
Horison E adalah horison eluviasi yang berwarna terang. Lapisan tanah ini
berpasir, serta sedikit mengandung mineral dan liat karena rembesan air yang
menembus masuk ke tanah. Ciri utamanya ialah terjadi proses penghilangan
12
lempung alumina silikat, Fe, Al, atau kombinasi ketiganya. Horizon ini dapat
berada langsung di bawah horizon O atau horizon A.
Horizon B adalah horizon "illuvial" atau biasa disebut juga dengan horizon
pengendapan, yang merupakan zona akumulasi dari bahan-bahan yang tercuci
(perembesan air) dari horizon di atasnya. Lapisan ini hanya mengandung sedikit
lempung dan partikel mineral.
Horizon C disebut juga lapisan regolith. Lapisan ini dicirikan oleh masih adanya
fragmen (pecahan) lapukan batuan asal. Akar tanaman sulit menembus lapisan ini,
sehingga lapisan ini hanya mengandung sedikit bahan organik. Horizon C terdiri
dari campuran bahan lapukan batuan dan mineral.
Horizon R adalah lapisan paling bawah dalam suatu profil tanah. Horizon R
tersusun atas batuan dasar yang keras, yang dapat dikatakan masih utuh dan belum
mengalami pelapukan. Sifat keras, kompak, dan tersementasi dari batuan dasar ini
merupakan ciri utama dari horizon R. Batu gamping, basalt, granit, dan batu pasir
adalah contoh batuan penyusun lapisan ini. Lapisan ini cukup kompak, sehingga
apabila hanya menggunakan sekop akan sulit untuk digali.
2.2 Sifat Kimia Tanah
Komponen kimia tanah berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah
serta kesuburan tanah. Uraian kimia tanah dalam hal ini bertujuan untuk
menjelaskan reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalah-masalah ketersediaan
unsur hara bagi tanaman (Hakim dkk., 1986).
13
2.2.1 Bahan Organik
Bahan organik tanah terbentuk dari jasad hidup tanah yang terdiri atas flora dan
fauna, perakaran tanaman yang hidup dan yang mati, yang terdekomposisi dan
mengalami modifikasi serta hasil sintesis baru yang berasal dari tanaman dan
hewan. Bahan organik tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat
di dalam tanah, termasuk fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme,
dan bahan organik yang stabil atau humus. Humus merupakan bahan organik
tanah yang sudah mengalami perubahan bentuk dan bercampur dengan mineral
tanah (Sutanto, 2002).
Bahan organik berperan penting dalam pembentukan agregat dan struktur tanah
yang baik, sehingga akan memperbaiki kondisi fisika tanah, dan pada akhirnya
akan mempermudah penetrasi air, penyerapan air, perkembangan akar, serta
meningkatkan ketahanan terhadap erosi. Bahan organik dapat memperbaiki
struktur tanah berlempung, sehingga tanah yang tadinya berat dengan
penambahan bahan organik akan menjadi lebih ringan. Selain itu bahan organik
dalam tanah akan mempertinggi kemampuan penyerapan air, sehingga tanah dapat
lebih banyak menyediakan air bagi tanaman (Murbandono, 1995). Bahan organik
tanah memegang peranan penting dalam meningkatkan dan mempertahankan
kesuburan kimia, fisika dan fisiko-kimia serta biologi tanah, yang akan
menentukan produktivitas tanaman dan keberlanjutan penggunaan lahan untuk
pertanian (Ding dkk., 2002). Kandungan bahan organik tanah biasanya diukur
berdasarkan kandungan C-organik. Kandungan karbon (C) bahan organik
14
bervariasi antara 45%-60% dan konversi C-organik menjadi bahan organik = %
C-organik x 1,724. Pengukuran kandungan bahan organik tanah dengan metode
Walkley and Black ditentukan berdasarkan kandungan C-organik (Foth, 1994).
2.2.2 Kapasitas Tukar Kation
Besarnya Kapasitas Tukar Kation tanah tergantung pada tekstur tanah, tipe
mineral liat tanah, dan kandungan bahan organik tanah. Semakin tinggi kadar liat
atau semakin halus tektur tanah maka KTK tanah akan semakin besar. Demikian
pula dengan kandungan bahan organik tanah, semakin tinggi bahan organik tanah
maka KTK tanah akan semakin tinggi (Mukhlis, 2007).
Kapasitas Tukar Kation (KTK) setiap jenis tanah berbeda-beda. Humus yang
berasal dari bahan organik mempunyai KTK jauh lebih tinggi (100-300
meq/100g). Koloid yang berasal dari batuan memiliki KTK lebih rendah (3-150
meq/100g). Secara kualitatif KTK tanah dapat diketahui dari tekstur tanahnya.
Tanah dengan kandungan pasir yang tinggi memiliki KTK yang lebih rendah
dibandingkan dengan tanah dengan kandungan liat atau debu yang tinggi. KTK
tanah yang rendah dapat ditingkatkan dengan menambahkan bahan organik seperti
kompos atau pupuk kandang. Penambahan hancuran batuan zeolit secara
signifikan juga dapat meningkatkan KTK tanah (Novizan, 2005).
Suatu tanah yang mengandung KTK tinggi memerlukan pemupukan kation
tertentu dalam jumlah banyak agar kation tersebut dapat tersedia bagi tanaman.
Bila diberikan dalam jumlah sedikit maka kation tersebut kurang tersedia bagi
15
tanaman karena lebih banyak terjerap. Sebaliknya, pada tanah-tanah yang ber-
KTK rendah, pemupukan kation tertentu tidak boleh banyak karena kation
tersebut mudah tercuci bila diberikan dalam jumlah berlebihan. Pemupukan kation
dalam jumlah banyak pada tanah ber-KTK rendah tidak efisien. Pengapuran
menghasilkan perubahan pH yang kecil jika kapasitas tukar kation terutama
tergantung pH. Keadaan ini dihasilkan dari peningkatan kapasitas tukar kation
seperti kapur menetralkan keasamaan tanah. Terdapat peningkatan dalam mili
ekivalen basa dapat ditukar, tetapi perubahan persentase kejenuhan basa kecil
(Foth, 1994).
2.2.3 Kandungan Nitrogen Total
Senyawa nitrogen digunakan oleh tanaman untuk membentuk asam amino yang
akan diubah menjadi protein. Nitrogen juga dibutuhkan untuk membentuk
senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat, dan enzim. Oleh karena itu
nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada setiap fase pertumbuhan
tanaman. Nitrogen di atmosfer merupakan sumber gas bebas utama dengan
komposisi 78% dari total gas di atmosfer. Nitrogen harus diubah ke dalam bentuk
nitrat atau amonium melalui proses-proses tertentu agar dapat digunakan oleh
tanaman. Peningkatan ketersediaan nitrogen tanah dapat dilakukan melalui
peningkatan nitrogen secara biologis atau penambahan nitrogen pupuk ke dalam
tanah (Atmojo, 2013).
Cara utama nitrogen masuk ke dalam tanah adalah akibat kegiatan jasad renik,
baik yang hidup bebas maupun yang bersimbiosis dengan tanaman. Dalam hal
16
yang terakhir, nitrogen yang diikat digunakan dalam sintesa amino dan protein
oleh tanaman inang. Pada tanaman atau jasad renik pengikat nitrogen bebas,
maka bakteri pembusuk membebaskan asam amino dari protein, kemudian bakteri
amonifikasi membebaskan amonium dari grup amino, yang kemudian dilarutkan
dalam larutan tanah. Lalu, amonium diserap tanaman, atau diserap setelah
dikonversikan menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi (Hakim dkk., 1986).
Hilangnya N dari tanah karena digunakan oleh tanaman atau mikroorganisme.
Nitrogen dalam bentuk NH4+ dapat diikat oleh mineral liat jenis illit sehingga
tidak dapat digunakan oleh tanaman. Nitrogen dalam bentuk NO3- mudah tercuci
oleh air hujan sehingga curah hujan yang tinggi dapat mengakibatkan kandungan
N tanah menjadi rendah, dan tanah berpasir mudah merembeskan air sehingga
kandungan N lebih rendah daripada tanah berliat (Hardjowigeno, 1993). Nitrogen
merupakan salah satu unsur yang paling mendapat perhatian karena ketersediaan
nitrogen di dalam tanah relatif sedikit, tetapi diambil dari dalam tanah cukup
banyak. Disamping itu, senyawa nitrogen anorganik sangat larut dan mudah
hilang dalam air drainase atau hilang ke atsmosfer (Bara dan Chozin, 2009).
2.2.4 pH Tanah
Kemasaman tanah (pH tanah) merupakan salah satu sifat yang sangat penting,
sebab terdapat hubungan pH tanah dengan ketersediaan unsur hara; juga terdapat
hubungan antara pH dan pembentukan tanah serta sifat-sifat tanah. Reaksi tanah
menunjukkan sifat kemasaman atau alkalis tanah yang dinyatakan dengan nilai
17
pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam
tanah, makin tinggi kadar ion H+ di dalam tanah, maka semakin masam tanah
tersebut. Pada tanah-tanah yang masam, konsentrasi ion H+ lebih `tinggi dari
pada konsentrasi ion OH-, sedangkan pada tanah yang bersifat alkalis kandungan
ion OH- lebih tinggi pada ion H+. Tanah yang masam umumnya terdapat pada
daerah dengan curah hujan tinggi dan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan
tanaman, sehingga kemasaman tanah harus diperhatikan karena merupakan sifat
tanah yang sangat penting (Hakim dkk., 1986).
2.2.5 Basa-basa Dapat Dipertukarkan dan Kejenuhan Basa
Basa-basa yang dapat dipertukarkan meliputi ion K+, Na+, Ca2+, dan Mg2+. Faktor
yang mempengaruhi penyerapan ion di dalam tanah adalah curah hujan yang
tinggi, karena koloid tanah akan lebih banyak didominasi oleh ion H+, yang
mengakibatkan kandungan basa-basa yang dapat dipertukarkan semakin rendah
disebabkan proses pencucian berjalan intensif. Pada lahan yang sering terbuka,
seperti pada lahan pertanaman ubi kayu, akan memicu terjadinya pencucian. Hal
ini akan mengakibatkan penurunan kandungan kation basa di dalam tanah.
Persen kejenuhan basa suatu tanah adalah perbandingan antara jumlah mili
equevalen (me) kation basa dengan mili equivalen (me) kapasitas tukar kation.
Kejenuhan basa suatu tanah sangat dipengaruhi oleh iklim (curah hujan) dan pH
tanah tersebut. Pada tanah di daerah beriklim kering, kejenuhan basa lebih besar
daripada tanah beriklim basah. Rendahnya kejenuhan basa pada tanah di daerah
18
beriklim basah kemungkinan disebabkan adanya pencucian kation basa oleh air
hujan. Demikian pula pada tanah ber-pH tinggi, kejenuhan basa tanahnya lebih
besar daripada tanah ber-pH rendah (Hakim dkk., 1986).
2.3 Pengaruh Pertanaman dan Pengolahan Tanah Terhadap Morfologi
Tanah dan Sifat Kimia Tanah
Tanaman secara tidak langsung dapat melindungi tanah dari kerusakan sifat
fisiknya, terutama kerusakan akibat aliran permukaan dan erosi. Adanya tanaman
akan menyebabkan air hujan yang jatuh tidak menghantam permukaan tanah
melainkan terlebih dahulu ditangkap oleh tajuk daun tanaman (Arifin, 2010).
Tanah di bawah vegetasi karet mengalami proses perkembangan yang lebih lanjut,
yang ditunjukkan oleh warna tanah yang cenderung lebih merah dan horizon
penampang profil yang semakin kompleks. Menurut Soepandi (1983) dalam
Purnomo (2003) tanah yang ditutupi lahan bervegetasi karet termasuk dalam
katagori tanah dewasa dimana tanah yang berada dalam keseimbangan dinamik
dengan iklim dan vegetasi serta profil tanah yang tidak cepat berubah. Sedangkan
pertumbuhan tanaman ubi kayu yang lambat pada fase awal tanam mengakibatkan
tanah pada lahan pertanaman ubi kayu menjadi sering terbuka oleh paparan sinar
matahari dan pukulan butir-butir air hujan sehingga rawan terjadi erosi dan
perubahan sifat kimia tanah.
Dalam jangka panjang sistem pengolahan tanah akan mempengaruhi struktur
tanah terutama pada horizon permukaan. Semakin tingginya pengolahan tanah
akan berpengaruh terhadap kandungan bahan organik yang akan semakin rendah,
19
hal ini yang dimungkinkan terjadi pada lahan ubi kayu. Semakin rendahnya
kandungan bahan organik pada lahan ubi kayu akan menyebabkan terjadinya
perubahan struktur tanah dari remah menjadi gumpal.
Hasil penelitian Triyanto (2002), bahwa pada beberapa pedon yang telah di
perlakukan dengan sistem olah tanah jangka panjang di Hajimena didapatkan
bahwa dalam 28 musim tanam, struktur tanah belum menunjukan perubahan yang
berarti dari berbagai cara pengolahan tanah (olah tanah intensif, olah tanah
konservasi dan olah tanah minimum) yaitu remah. Dari penelitian tersebut juga
dapat dimungkinkan terjadi pada lahan ubi kayu bahwa belum terjadinya
perbedaan dengan lahan campuran.
21
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada lahan pertanaman ubi kayu (Manihot esculenta
Crantz) dan karet (Hevea brasiliensis) milik masyarakat di Desa Gedong Wani,
Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan. Lokasi lahan pertanaman
ubi kayu dan karet terletak pada ketinggian 50 – 65 m di atas permukaan laut (dpl)
dengan letak geografis di sekitar yaitu 105º 20΄ 31,6΄΄ BT / 5º 15΄ 44,3΄΄ LS dan
bertopografi datar (kemiringan lereng ≤ 3%) sampai berombak (kemiringan lereng
5%). Pengamatan profil tanah dan pengambilan contoh tanah di lapang
dilaksanakan pada bulan Februari 2018. Selanjutnya, analisis sifat kimia contoh
tanah dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas
Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bor tanah, cangkul, klinometer,
pisau pandu, Munsell Soil Color Chart, kantong plastik, karet, karung, spidol,
label, penetrometer saku, meteran, ayakan 2 mm, GPS, alat tulis, serta alat-alat
yang digunakan untuk analisis tanah di laboratorium. Bahan yang digunakan
21
berupa contoh tanah terganggu, air dan bahan-bahan kimia yang digunakan untuk
analisis sifat kimia tanah di laboratorium.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode survei untuk menentukan
lokasi yang sesuai dengan kondisi yang telah ditentukan. Dalam pelaksanaannya
survei tersebut dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
3.3.1 Persiapan Survei
Pada tahap persiapan dilakukan pengurusan izin penelitian dan studi pustaka
lokasi untuk mendapatkan gambaran umum tentang lokasi penelitian, seperti iklim
dan karakteristik lahan.
3.3.2 Survei
Pada tahap survei dilakukan peninjauan lokasi dan penentuan titik pembuatan
profil tanah. Pembuatan profil tanah ditentukan dengan melakukan pengeboran
sedalam satu meter di tiga titik dengan jarak 60 cm hingga didapatkan keadaan
tanah yang sama. Hal ini dilakukan agar diketahui keseragaman jenis tanahnya.
Selanjutnya, dilakukan pengumpulan data melalui wawancara langsung kepada
pemilik lahan yang meliputi sejarah penggunan lahan, teknik pengolahan tanah
dan pemupukan.
22
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pembuatan Profil Tanah di Lapang
Pembuatan profil tanah dilakukan dengan cara membuat lubang penampang tanah
dengan ukuran panjang 2 m, lebar 1,5 m, dan kedalaman 1,5 m. Profil tanah
dibuat sebanyak 2 buah, yaitu 1 profil tanah pada lahan pertanaman ubi kayu dan
1 profil tanah pada lahan pertanaman karet. Pembuatan profil dilakukan agar
informasi yang didapat benar-benar menggambarkan keadaan lahan di lokasi
penelitian.
3.4.2 Pengamatan Profil Tanah dan Pengambilan Contoh Tanah di Lapang
Pengamatan pada profil tanah yang telah dibuat dilakukan untuk mendapatkan
data morfologi tanah di lapang yang berupa susunan lapisan tanah, struktur,
tekstur di lapang, warna (matriks dan karat), konsistensi tanah, vegetasi yang
tumbuh di atasnya dan penyebaran perakaran yang ada pada setiap lapisan tanah.
Pendeskripsian profil tanah dilakukan berdasarkan kriteria Soil Survey Manual
(1993). Selain itu, pengambilan contoh tanah terganggu dilakukan pada masing
masing profil tanah sebanyak 2 kg pada setiap lapisan tanah.
3.4.3 Penyiapan Contoh Tanah
Contoh tanah terganggu yang telah diambil dari lapang dikeringudarakan terlebih
dahulu kemudian ditumbuk dan diayak dengan menggunakan ayakan 2 mm.
23
3.4.4 Analisis Tanah di Laboratorium
Contoh tanah yang telah dikeringudarakan tersebut kemudian dianalisis di
Laboratorium Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, untuk
mengetahui sifat kimianya. Sifat kimia tanah tersebut meliputi pH H2O (metode
elektrode gelas), N-total (metode Kjeldahl), C-organik (metode Wallkey dan
Black), KTK (ekstrak NH4OAc 1N pH 7), basa-basa yang dapat dipertukarkan
(ekstrak NH4OAc 1N pH 7), P-tersedia (metode Bray dan Kurtz P-1), Al-dd dan
H-dd (metode KCl 1N).
3.5 Pengumpulan Data
Pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa
morfologi tanah yaitu deskripsi profil tanah berupa lapisan tanah, struktur, tekstur
di lapang, warna (matriks dan karat), konsistensi tanah, vegetasi yang ada di
atasnya dan perakaran yang ada pada setiap lapisan tanah. Selanjutnya, analisis
sifat kimia tanah di laboratorium meliputi penetapan pH H2O, N-total, C-organik,
KTK, basa-basa yang dapat dipertukarkan, P tersedia, Al-dd dan H-dd. Data
sekunder berupa geologi, curah hujan, dan peta lokasi Desa Gedong Wani,
Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan.
3.6 Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan pengolahan data morfologi tanah dan sifat-sifat
kimia tanah pada lahan pertanaman ubi kayu dan karet. Selanjutnya data tersebut
24
dibandingkan dengan kriteria penilaian sifat tanah menurut Balai Penelitian Tanah
(2005). Kemudian data yang diperoleh dari lahan pertanaman monokultur ubi
kayu jangka panjang dan lahan pertanaman karet dibandingkan secara kualitatif.
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Lapisan pertama profil tanah lahan karet memiliki warna yang lebih gelap
dan struktur lebih baik dibandingkan dengan lapisan pertama lahan kebun
ubi kayu, namun secara umum lahan ubi kayu dan kebun karet alam
memiliki tekstur tanah yang sama yaitu lempung liat berpasir. Konsistensi
dan perakaran pada lahan karet alam lebih baik dibandingkan dengan
lahan ubi kayu.
2. Lapisan pertama profil tanah pada lahan karet memiliki kandungan C-
organik, KTK, Alumunium dapat ditukar, dan Nitrogen total yang lebih
tinggi dibandingkan lahan ubi kayu. Sedangkan pH tanah, Kejenuhan
Basa, rasio C/N dan P-tersedia pada lapisan pertama profil tanah pada
lahan ubi kayu lebih tinggi dibandingkan pada lahan karet.
5.2 Saran
Adapun saran untuk penelitian ini adalah sebaiknya penelitian ini terus
dilanjutkan agar selalu mendapatkan informasi terbaru tentang perubahan
morfologi dan sifat kimia tanah antara lahan ubi kayu yang diolah secara terus
50
menerus dan pertanaman karet yang tidak dilakukan olah tanah sehingga data
yang didapatkan dapat berguna bagi masyarakat, khususnya petani.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, S.A., dan Sufardi. 1998. Pengaruh Ukuran Limbah Eceng Gondok dan
CaCO3 terhadap Ciri Muatan Koloid dan Pelepasan Fosfat Tanah Ultisols.
Jurnal Agrista Fakultas Pertanian Unsyiah, 2:87-99.
Arifin, M. 2010. Kajian Sifat Fisik Tanah dan Berbagai Penggunaan Lahan dalam
Hubungannya dengan Pendugaan Erosi Tanah. Jurnal Pertanian MAPETA,
12 (2): 72 – 144.
Atmojo, S. W. 2013. Peranan Bahan Organik terhadap Kesuburan Tanah dan
Upaya Pengelolaannya. Disertasi. Pengukuhan Guru Besar Universitas
Sebelas Maret. Surakarta. 36 hlm.
Azis, H.P.U 2016. Identifikasi Morfologi dan Sifat Kimia Tanah di Bawah
Vegetasi Ubi Kayu dan Karet Alam di Desa Kalibalangan Lampung
Utara. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 57 hlm.
Balai Penelitian Tanah. 2005. Petunjuk Teknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman,
Air dan Pupuk. Balai Penelitian Tanah, Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor. 136 hlm.
Balai Pengkajian Tanaman Pangan. 2008. Teknologi Budidaya Ubi Kayu. Balai
Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Bogor. 15 hlm.
Bara, A. dan M. A. Chozin. 2009. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Frekuensi
Pemberian Pupuk Urea terhadap Pertumbuhan dan Produksi Jagung (Zea
mays L.) di Lahan Kering. Makalah Seminar Departemen Agronomi dan
Hortikultura. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 7 hlm.
Braja, M.D. 1993. Mekanika Tanah (Prinsip-prinsip Rekayasa Geoteknis).
Erlangga. Jakarta. 281 hlm.
Caires, E.F., G. Barth, and F.J. Garbuio. 2006. Lime Application in the
Establishment of a No-till System for Grain Crop Production in Southern
Brazil. Soil & Tillage Research, 89: 3-12.
52
Caires, E.F., F.J. Garbuio, S. Churka, G. Barth, and J.C.I. Coreea. 2008. Effects of
Soil Amelioration by Surface Liming on no-till Corn, Soybean, and Wheat
Root Growth and Yield. European. Jurnal of Agronomy, 28: 57-63.
Conyers, M.K., D.P. Heenan, W.J. McGhie, and G.P. Poile. 2003. Amelioration
of Acidity with Time by Limestone under Contrasting Tillage. Soil &
Tillage Research, 72: 85-94.
Ding, G., J.M. Novak, D. Amarasiriwardena, P.G. Hunt, and B. Xing. 2002. Soil
Organic Matter Characteristics as Affected by Tillage Management. Soil
Science Society of America Journal. 66:421-429.
Foth, H. D. 1994. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Diterjemahkan Oleh S. Adisoemanto.
Erlangga. Jakarta. 374 hlm.
Hakim, N., M. Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, M. A. Diha, G. B. Hong,
dan H. H. Bailey. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.
Bandar Lampung. 488 hlm.
Hanafiah, K.A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 360 hlm.
Hasibuan, B. E. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. USU Press. Medan. 362-373
hlm.
Hardjowigeno, S. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akademika
Pressindo. Jakarta. 274 hlm.
Haridjadja, O. 1980. Pengantar Fisika Tanah. Departemen Ilmu Tanah IPB.
Bogor. 55 hlm.
Ilyin, D.R. 2016. Morfologi dan Beberapa Sifat Fisik Tanah di Bawah Vegetasi
Ubi Kayu dan Karet Alam di Desa Kalibalangan Lampung Utara. Skripsi.
Universitas Lampung. Bandar Lampung. 48 hlm.
Indranada, H. K. 1986. Pengelolaan Kesuburan Tanah. Jakarta: PT Bina Aksara.
90 hlm.
Islami, T. dan W.H. Utomo . 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP
Semarang Press. Semarang. 297 hlm.
Koswara S. 2013. Modul: Teknologi Pengolahan Umbi-Umbian Bagian 2:
Pengolahan Umbi Porang. Southeast Asian Food and Agricultural Science
and Technology (SEAFAST) Center. Bogor Agricultural University. 42
hlm.
Lakitan, B. 1997. Dasar-Dasar Klimatologi. PT. Radja Grafindo Persada. Jakarta.
174 hlm.
53
Manan, L.I. 2016. Identifikasi Beberapa Sifat Fisik dan Kimia Tanah pada Lahan
Pertanaman Ubi Kayu Monokultur dan Karet Alam di Kalibalangan
Lampung Utara. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 57 hlm.
Murbandono, L. 1995. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 45 hlm.
Moersidi S., D. Santoso, M. Soepartini, M. Al-Jibri, J.S. Adiningsih, dan M.
Sudjadi. 1989. Peta Keperluan Fosfat Tanah Sawah Jawa-Madura.
Pemberitaan Penelitian Tanah dan Pupuk. 6:24-25.
Muddarisna, N. dan S. Priyono. 2009. Implementasi Pemeliharaan Lahan
Budidaya Ubi Kayu Melalui Perbaikan dan Monitoring Kualitas Tanah.
Buana Sains, 9 (1):47-56.
Mukhlis, 2007. Analisis Tanah dan Tanaman. USU Press. Medan. 155 hlm.
Murbandono, L. 1995. Membuat Kompos. Penebar Swadaya. Jakarta. 45 hlm.
Nariratih, I., Damanik, MMB., dan Sitanggang, G. 2013. Ketersediaan Nitrogen
pada Tiga Jenis Tanah Akibat Pemberian Tiga Bahan Organik dan
Serapannya pada Tanaman Jagung. Jurnal Online Agroekoteknologi, 1(3):
479-488.
Novizan. 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. PT Agro Media Pustaka.
Tangerang. 130 hlm.
Nugroho., P. Ardi. dan Istianto. 2009. Karakteristik dan Potensi Tanah Ultisol
untuk Pengembangan Tanaman Karet di Sebagian Wilayah Pulau Laut,
Kalimantan Selatan. Jurnal Penelitian Karet, 27(2): 51-54.
Nurjaya, D. Nursyamsi, dan A. Kasno. 1995. Status Hara Fosfor dan Kalium
Tanah Sawah di Sumatera Selatan dan Sumatera Barat. Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat. Bogor.13:1-9.
Purnomo. 2003. Morfologi dan Beberapa Sifat Fisik Tanah di Bawah Vegetasi
Karet dan Vegetasi Campuran di Sekitar Areal Perkebunan PTPN VII Unit
Usaha Way Galih. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 75 hlm.
Radjit, B.S., Y. Widodo., N. Saleh., dan N. Prasetiaswati. 2014. Teknologi Untuk
Meningkatkan Produktivitas dan Keuntungan Usaha tani Ubi kayu di Lahan
Kering Ultisol. J. IPTEK Tanaman Pangan.
Soil Survey Staff. 1990. Key To Soil Taxonomy. Fourth Edition. SmSS Technical
Monograph no. 6. Nlacksburg, Virginia. 271-288 hlm.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 206 hlm.
54
Tan, K.H. 1991. Dasar-dasar Kimia Tanah. Penerbit Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.295 hlm.
Triyanto. 2002. Karakterisitik Sifat Fisik Dan Kima Tanah Pada Beberapa Pedon
yang Telah Diperlakukan Dengan Sistem Olah Tanah Jangka Panjang di
Lahan Kering Hajimena Bandar Lampung. Skripsi. Universitas lampung. 49
hlm.
Utomo, M. 2012. Tanpa Olah Tanah: Teknologi Pengelolahan Pertanian Lahan
Kering . Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 110
hlm.
Wahyunie E.D., Baskoro, D.P.T dan Sofyan, M. 2012. Kemampuan retensi air
dan Ketahanan penetrasi tanah pada sistem olah tanah intensif dan olah
tanah konservasi. Jurnal Tanah Lingkungan, 14(2),73-78.
Winarso, S. 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Gava
Media. Yogyakarta. 269 hlm.
Yusanto, N., 2009. Analisis Sifat Fisik Kimia dan Kesuburan Tanah pada Lokasi
Rencana Hutan Tanaman Industri PT Prima Multibuwana. Jurnal Hutan
Tropis Borneo, 10 (27): 222-229.
Yusuf, W.A., Jumberi, A., Haris, A., dan Simatupang, R. S. 2004. Pengaruh
Pemberian Pupuk Organik terhadap Fitotoksitas Alumunium pada Tanah
Masam. Jurnal Tanah Trop, 18:109-115.