Upload
others
View
24
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
IDENTIFIKASI PROTOZOA PARASITIK PADA
IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DAN IKAN MAS
(Cyprinus carpio) DARI BURSA IKAN HIAS LALADON,
BOGOR
VEENU KUMAR
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Protozoa
Parasitik pada Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) dan Ikan Mas (Cyprinus
carpio) dari Bursa Ikan Hias Laladon, Bogor adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Augustus 2016
Veenu Kumar
NIM B 04118003
ABSTRAK
VEENU KUMAR. Identifikasi Protozoa Parasitik pada Ikan Patin (Pangasius
hypophthalmus) dan Ikan Mas (Cyprinus carpio) dari Bursa Ikan Hias Laladon,
Bogor. Dibimbing oleh UMI CAHYANINGSIH dan ARIFIN BUDIMAN
NUGRAHA.
Protozoa parasitik pada ikan patin (Pangasius hypophthalmus) dan ikan
mas (Cyprinus carpio) adalah Trichodina sp., Ichthyophthirius sp. dan Myxobolus
sp. Protozoa ini berpotensi menimbulkan kerugian ekonomi dan kematian pada
ikan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan protozoa parasitik
pada kulit, insang dan usus ikan patin dan ikan mas. Sampel diambil dari Bursa
Ikan Hias Laladon, Bogor masing-masing sebanyak 30 ekor. Pemeriksaan kulit,
insang dan usus dilakukan dengan metode pemeriksaan natif dan pewarnaan
Lugol. Protozoa parasitik diidentifikasi berdasarkan morfologi (ukuran dan
bentuk). Jenis protozoa parasitik yang ditemukan pada kulit, insang dan usus
adalah Trichodina sp., Ichthyophthirius sp. dan Myxobolus sp. Trichodina sp.
ditemukan di organ kulit sebanyak 29 sampel (96.7%) dari ikan patin dan 30
sampel (100%) dari ikan mas. Ichthyophthirius sp. ditemukan di organ insang
sebanyak 2 sampel (6.7%) pada ikan patin dan 1 sampel (3.3%) dari ikan mas
positif. Myxobolus sp. ditemukan pada organ usus sebanyak 11 sampel (36.7%)
dari ikan patin dan 2 sampel (6.7%) dari ikan mas. Trichodina sp. yang ditemukan
berdasarkan morfologi adalah Trichodina giurusi.
Kata kunci: Cyprinus carpio, Pangasius hypophthalmus, protozoa parasitik
ABSTRACT
VEENU KUMAR. Protozoan Parasites Identification of Catfish (Pangasius
hypophthalmus) and Common Carp (Cyprinus carpio) in Bursa Ikan Hias
Laladon, Bogor. Supervised by UMI CAHYANINGSIH and ARIFIN BUDIMAN
NUGRAHA.
Protozoan parasites of catfish (Pangasius hypophthalmus) and common
carp (Cyprinus carpio) are Trichodina sp., Ichthyophthirius sp. and Myxobolus sp.
These protozoa are potential to cause economic losses and fish mortality. This
research was conducted to figure the existence of protozoan parasites of the skin,
gills and intestines of catfish and common carp. Samples were taken from Bursa
Ikan Hias Laladon, Bogor each consisting 30 individuals. Examination of the skin,
gills and intestines were done using native method and Lugol staining. Parasitic
protozoa were identified based on morphology and structure. The parasitic
protozoa found on the skin, gills and intestines were Trichodina sp.,
Ichthyophthirius sp. and Myxobolus sp. Trichodina sp. were found at the skin,
consisting 29 samples (96.7%) of catfish and 30 samples (100%) of common carp.
Ichthyophthirius sp. were found at the gills of 2 samples (6.7%) of catfish and 1
sample (3.3%) of common carp. Myxobolus sp. were found at the intestines,
consisting 11 samples (36.7%) of catfish and 2 samples (6.7%) of common carp.
The type of Trichodina sp. found based on morphology was Trichodina giurusi.
Keywords: Cyprinus carpio, Pangasius hypophthalmus, protozoan parasites
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
pada
Fakultas Kedokteran Hewan
IDENTIFIKASI PROTOZOA PARASITIK PADA
IKAN PATIN (Pangasius hypophthalmus) DAN IKAN MAS
(Cyprinus carpio) DARI BURSA IKAN HIAS LALADON,
BOGOR
VEENU KUMAR
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan pada Tuhan yang telah melimpahkan
segala rahmat, karunia dan nikmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini dengan baik. Judul penelitian yang dipilih adalah Identifikasi
Protozoa Parasitik pada Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) dan Ikan Mas
(Cyprinus carpio) dari Bursa Ikan Hias Laladon, Bogor. Skripsi ini ditulis sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Kedokteran Hewan, Fakultas
Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
Prof Dr Drh Umi Cahyaningsih, MS. dan Drh Arifin Budiman Nugraha, MSi.
selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, dorongan,
nasehat serta segala kemudahan yang diperoleh penulis mulai dari penelitian
sampai penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih sebesar-besarnya juga
disampaikan kepada Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan IPB, Prof Drh
Agus Setiyono, MS. Ph.D, APVet. Ungkapan terima kasih sebesar-besarnya juga
disampaikan kepada keluarga besar atas segala doa, kasih sayang dan dorongan
moral tanpa keluhan. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Arif
Rahman Jabal atas penyempurnaan materi dan bantuannya.
Penulis menyadari adanya kekurangan dan keterbatasan dalam skripsi ini.
Oleh karena itu, segala kritik dan saran terhadap skripsi ini sangat diharapkan.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat untuk pembaca dan yang berkepentingan.
Bogor, Agustus 2016
Veenu Kumar
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
TINJAUAN PUSTAKA
Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus) 2
Ikan Mas (Cyprinus carpio) 3
Penyakit Ikan yang disebabkan Protozoa 4
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian 10
Alat dan Bahan 10
Metode Pemeriksaan dan Identifikasi Protozoa 11
Penghitungan Jumlah Protozoa 11
HASIL DAN PEMBAHASAN
Trichodina sp. 11
Ichthyophthirius sp. 13
Myxobolus sp. 14
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan 15
Saran 16
DAFTAR PUSTAKA 16
RIWAYAT HIDUP 18
DAFTAR TABEL
1 Protozoa pada ikan budidaya air tawar di Indonesia 4
2 Hasil Pemeriksaan Positif pada Trichodina sp. 12
3 Karakteristik Trichodina giurusi pada ikan patin, ikan mas dan ikan butini 13
4 Karakteristik Trichodina giurusi berdasarkan organ 13
5 Hasil Pemeriksaan Positif pada Ichthyophthirius sp. 14
6 Hasil Pemeriksaan Positif pada Myxobolus sp. 14
DAFTAR GAMBAR
1 Morfologi ikan patin (Axelrod 1995) 2
2 Morfologi ikan mas (Afrianto 1992) 3
3 Morfologi Trichodina sp. (Dana 2009) 5
4 Siklus hidup Trichodina sp. (Zajac 2012) 5
5 Morfologi Ichthyophthirius sp. (Bowman 2009) 7
6 Siklus hidup Ichthyophthirius sp. (Woo 1995) 7
7 Morfologi Myxobolus sp. (Bowman 2009) 9
8 Siklus hidup Myxobolus sp. (Bowman 2009) 9
9 Morfologi Trichodina sp. dengan perbesaran 400 kali 12
10 Morfologi Ichthyophthirius sp. dengan perbesaran 400 kali 14
11 Morfologi Myxobolus sp. dengan perbesaran 400 kali 15
PENDAHULUAN
Sektor perikanan memegang peranan penting dalam penyediaan protein
hewani bagi masyarakat Indonesia. Produksi ikan mencapai kurang lebih 2 juta
ton per tahun, sebagian besar (74%) berasal dari laut dan sisanya (26%) dari
perairan tawar (Rochdianto 2007). Ikan merupakan sumber protein hewani yang
berprotein tinggi dan mudah dicerna oleh tubuh, serta dapat memenuhi kebutuhan
gizi masyarakat Indonesia (Rokhmani 2009). Oleh karena itu, kebutuhan akan
sumber protein hewani asal ikan semakin meningkat. Peningkatan produksi juga
diiringi dengan merebaknya penyakit pada ikan. Dewasa ini, petani ikan sering
mengeluh masalah penyakit yang terjadi pada ikan, terutama ikan air tawar
(Tumbol 2011). Faktor yang berperan dalam timbulnya penyakit adalah faktor
internal dan eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari
lingkungan dalam seperti gangguan genetik, kekebalan dan metabolisme tubuh.
Faktor eksternal dipengaruhi oleh agen patogen yaitu parasit, virus, jamur dan
bakteri, sedangkan agen non-patogen disebabkan oleh suhu, kualitas air, pH, gas
beracun dan nutrisi (FAO 2001).
Penyakit pada ikan merupakan salah satu masalah yang sering dijumpai
dalam usaha budidaya ikan. Adanya penyakit ikan erat hubungannya dengan
manajemen habitat ikan itu tersebut (Purivirojkul 2012).
Ikan patin (Pangasius hypophthalmus) dan ikan mas (Cyprinus carpio)
selain dijadikan ikan konsumsi juga dapat dijadikan ikan hias terutama yang
berukuran kecil. Usaha budidaya ikan air tawar terutama ikan patin dan ikan mas
saat ini menghadapi masalah penyakit ikan. Masalah tersebut menyebabkan
penurunan produksi, penurunan kualitas ikan bahkan kematian total, sehingga
menyebabkan kerugian ekonomi kepada petani budidaya ikan air tawar (Dana
2009).
Secara global, potensi kerugian ekonomi akibat wabah penyakit yang
ditimbulkan oleh infeksi mikroorganisme patogen cukup signifikan. Menurut
Novriadi (2014), kerugian ekonomi pada industri budidaya akibat wabah penyakit
diperkirakan mencapai US$ 9 miliar per tahun dan berdampak kepada penurunan
jumlah produksi ikan budidaya di seluruh dunia.
Penyakit yang sering ditemukan pada ikan air tawar adalah trichodiniasis,
myxosporidiasis dan ichthyophthiriasis (Noga 2010). Ketiga penyakit tersebut
disebabkan oleh protozoa yang menyebabkan kerusakan pada insang, usus dan
kulit. Trichodiniasis disebabkan oleh parasit Trichodina sp. (Kabata 1985), dan
banyak dijumpai di bagian insang. Parasit Myxobolus sp. menyebabkan
myxosporidiasis (Gunadi 2008), parasit ini banyak dijumpai di bagian organ
pencernaan ikan. Sementara itu, ichthyophthiriasis merupakan penyakit yang
disebabkan oleh parasit Ichthyophthirius sp. (Noe 2006; Bowman 2009). Parasit
tersebut terdapat di bagian epitel kulit serta selaput lendir ikan air tawar (ikan hias
dan ikan konsumsi). Penyakit ini dikenal dengan istilah ich atau White spot,
sedangkan di Indonesia lebih dikenal dengan penyakit bintik putih. Oleh karena
itu perlu dilakukan penelitian terhadap kejadian penyakit tersebut untuk
memudahkan pengendalian penyakit.
2
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi protozoa parasitik yang
terdapat pada kulit, insang dan saluran pencernaan pada ikan patin dan ikan mas.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah memperoleh informasi tentang adanya
protozoa parasitik pada ikan patin dan ikan mas sehingga dapat dilakukan
pencegahan dan pengendalian terhadap protozoa tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA
Taksonomi
1.Ikan patin
Ikan patin termasuk dalam famili Pangasidae, genus Pangasius. Secara
anatomi tubuhnya memanjang dan pipih. Tubuhnya berwarna putih keperak-
perakan, sedangkan di bagian punggungnya berwarna kebiru-biruan. Permukaan
tubuhnya licin dan tidak mempunyai sisik (Khairuman 2005). Menurut Axelrod
(1995), taksonomi ikan patin adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidei
Famili : Pangasidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius hypophthalmus
Gambar 1 Morfologi ikan patin (Axelrod 1995)
3
Ikan patin termasuk ke dalam golongan catfish, memiliki ukuran kepala
yang kecil dan memiliki dua pasang kumis terletak di bagian bawah mulut. Kumis
tersebut berfungsi sebagai indera peraba. Selain itu, ikan patin memiliki patil yang
terletak di bagian punggung (Gunandi 2008).
Habitat ikan patin
Ikan patin hidup di perairan umum, sungai dan rawa. Ikan patin baik
dibudidayakan pada ketinggian 0-200 meter di atas permukaan laut (Khairuman
2005) dengan pH 6-8, suhu optimal 26-28ºC dan termasuk ikan nocturnal karena
ikan ini beraktivitas pada malam hari (Fraser 2006).
2.Ikan Mas
Ikan mas merupakan jenis ikan konsumsi air tawar yang mempunyai
bentuk tubuh pipih memanjang dan bertubuh lunak. Ikan ini mulai banyak
dipelihara oleh masyarakat sejak tahun 475 sebelum masehi di China (Khairuman
2005). Sementara itu, di Indonesia ikan mas mulai dipelihara sekitar tahun 1920.
Ikan mas yang terdapat di Indonesia merupakan ikan mas yang dibawa dari China,
Eropa, Taiwan dan Jepang. Menurut Lerman (1997), taksonomi ikan mas adalah
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Subkelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Cyprinoidea
Famili : Cypirinidae
Genus : Cyprinus
Spesies : Cyprinus carpio
Budidaya ikan mas di Indonesia telah berkembang pesat di kolam biasa, di
sawah, waduk, sungai air deras bahkan ada yang dipelihara dalam keramba di
perairan umum. Adapun sentra produksi ikan mas terdapat di wilayah Ciamis,
Sukabumi, Tasikmalaya, Bogor, Garut, Bandung, Cianjur dan Purwakarta.
Gambar 2 Morfologi ikan mas (Afrianto 1992)
4
Habitat ikan mas
Ikan mas hidup di perairan sungai atau danau yang berada pada ketinggian
150-1600 meter di atas permukaan laut dengan pH 7-8 dan suhu optimal 20-25ºC
(Mansoor 2010).
Penyakit ikan yang disebabkan Protozoa
Protozoa adalah mikroorganisme bersel satu (uniselluler) yang memiliki
struktur kompleks sebagai alat pergerakan, pelekatan dan perlindungan (Dana
2009). Protozoa dapat menyebabkan penyakit dan kematian yang tinggi serta
berdampak kerugian ekonomi (Novriadi 2014). Parasit protozoa yang menyerang
ikan patin dan ikan mas dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Protozoa pada ikan budidaya air tawar di Indonesia
Spesies ikan Parasit
Ikan Patin Trichodina sp., Myxobolus sp., Ichthyo-
phthirius sp., Henneguya sp., Balan-
tidium sp., Epistylis sp. (Gunadi 2008)
Ikan Mas Trichodina sp., Myxobolus sp., Ichthyo-
phthirius sp., Chilodonella sp., Argulus
sp., Chilodonella sp., Apiosoma sp.,
Epistylis sp. (Anshary 2008)
Trichodiniasis
Klasifikasi
Trichodiniasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit
Trichodina sp. Parasit ini dapat menimbulkan kematian mendadak pada ikan
(Lom 1995). Menurut Levine (1985), taksonomi Trichodina sp. adalah sebagai
berikut:
Filum : Protozoa
Subfilum : Ciliophora
Kelas : Ciliata
Ordo : Peritrichida
Subordo : Mobilina
Famili : Trichodinidae
Genus : Trichodina
Spesies : Trichodina sp.
Morfologi
Trichodina sp. merupakan protozoa parasitik yang mempunyai bentuk
seperti cakram dengan diameter sekitar 100 mikron. Trichodina sp. memiliki gigi-
gigi yang terdapat di bagian tengah dan silia pada bagian permukaan luar.
Trichodina sp. mempunyai dentikel bulat yang berbentuk seperti cincin dan
biasanya menyerang insang dan kulit (Lom 1995).
5
Gambar 3 Morfologi Trichodina sp. (Dana 2009)
Keterangan: 1. Dentikel 2. Radial pin 3. Silia
Siklus hidup
Siklus hidup Trichodina sp. sangat sederhana, dengan cara menempel pada
insang atau kulit (Post 1987). Trichodina sp. mempunyai stadium bebas yang
dinamakan theront. Transmisi Trichodina sp. terjadi melalui theront yang
memakan cairan tubuh inang dan mengeras sehingga dapat dilihat oleh mata,
bentukan ini disebut tropont. Tropont kemudian membentuk kista dan stadium ini
dinamakan tomont. Tomont akan memproduksi ratusan tomite dalam kista yang
kemudian berenang bebas dalam bentuk theront (Cahyono 2006).
Gambar 4 Siklus hidup Trichodina sp. (Zajac 2012)
6
Patogenesis dan Gejala Klinis
Trichodina sp. menginfeksi dengan cara menempel pada lapisan epitel
ikan dengan bantuan ujung membran yang tajam. Setelah menempel, parasit
masuk ke dalam sel-sel epitel sehingga mengakibatkan iritasi yang serius (Kabata
1985).
Gejala klinis yang ditimbulkan adalah ikan sulit bernafas, terjadi
perdarahan atau peradangan pada kulit dan insang serta ikan berwarna pucat dan
berlendir (Fraser 2006).
Ichthyophthiriasis
Klasifikasi
Ichthyophthiriasis adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit
Ichthyophthirius sp. (Noe 2006). Ichthyophthirius sp. merupakan parasit yang
patogen, karena habitat parasit ini terdapat pada kulit, mata dan insang (Rokhmani
2002). Menurut Levine (1985), taksonomi Ichthyophthirius sp. adalah sebagai
berikut:
Filum : Protozoa
Subfilum : Ciliophora
Kelas : Ciliata
Subkelas : Holotrichia
Ordo : Hymenostomatida
Famili : Ophryoglenia
Genus : Ichthyophthirius
Spesies : Ichthyophthirius sp.
Morfologi
Ichthyophthirius sp. mempunyai panjang tubuh 0.1-1.0 mm, yang muda
memiliki diameter antara 30-50 μm, sedangkan pada stadium dewasa dapat
mencapai ukuran dengan diameter 50-100 μm. Parasit ini memiliki bentuk tubuh
oval dengan silia sebagai alat geraknya yang merata di sekeliling tubuhnya selain
memiliki satu buah inti makro yang berbentuk seperti tapal kuda dan sebuah inti
mikro yang kecil. Inti mikro berfungsi untuk melakukan reproduksi, sedangkan
inti makro untuk melakukan fungsi vegetatif (Noe 2006).
7
Gambar 5 Morfologi Ichthyophthirius sp. (Bowman 2009)
Keterangan: 1. Silia 2. Makronukleus 3. Mikronukleus
Siklus hidup
Siklus hidup dari parasit ini dengan cara menempel dan menembus
permukaan kulit (Woo 1995). Siklus hidupnya dimulai dari stadium dewasa atau
stadium memakan (tropozoit) yang berkembang dalam kulit atau jaringan
epitelium insang dari inang. Setelah fase makannya selesai, Ichthyophthirius sp.
akan memecahkan epitelium dan keluar dari inangnya untuk membentuk kista.
Kista berlarva tersebut akan menempel pada tumbuhan, batuan atau obyek lain
yang ada di perairan. Parasit yang masih muda biasanya mencari inang definitif
berupa ikan yang berumur muda, sebab pada ikan yang berumur muda mudah
terserang oleh penyakit ini karena sistim kekebalan tubuhnya masih rendah
(Bowman 2009).
Gambar 6 Siklus hidup Ichthyophthirius sp. (Woo 1995)
8
Patogenesis dan Gejala Klinis Ichthyophthirius sp. menginfeksi dengan cara melekat pada permukaan
epitel kulit kemudian masuk ke kulit atau insang dalam waktu 5 menit. Saat
masuk ke dalam kulit, Ichthyophthirius sp. akan membesar dan membentuk
rongga dalam lapisan epitel yang terlihat sebagai bintik putih berukuran 1 mm
pada permukaan kulit dan insang (Noe 2006).
Gejala klinis yang ditimbulkan dari parasit ini adalah terjadi kerusakan
pada epitel kulit, timbul bintik-bintik putih atau white spot disease pada
permukaan kulitnya (Fraser 2006). Jika ikan yang terserang oleh parasit ini dalam
jumlah banyak dapat menimbulkan kematian pada ikan.
Cara Penularan
Penularan Ichthyophthirius sp. menyebar melalui air dan kontak langsung
antara ikan terinfeksi dan ikan yang sehat (Bondad-Reantaso 2005).
Myxosporidiasis
Klasifikasi
Myxosporidiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit
Myxobolus sp. Parasit ini umumnya menyerang usus pada ikan dan menyebabkan
perdarahan dan peradangan pada usus (Bowman 2009). Menurut Levine (1985),
taksonomi Myxobolus sp. adalah seperti berikut:
Filum : Protozoa
Kelas : Sporozoa
Subkelas : Neosporidia
Ordo : Cnodosporidia
Famili : Myxobolidae
Genus : Myxobolus
Spesies : Myxobolus sp.
Morfologi
Myxobolus sp. mempunyai bentuk oval atau lonjong, mempunyai ukuran
10 – 20µm, mempunyai dua sampai enam polar kapsul di kedua ujungnya dan
mempunyai sporoplasma. Pada setiap polar kapsulnya terdiri atas polar filament
dan pada bagian dalam sporoplasmanya terdapat spora (Morgan 1955).
9
Gambar 7 Morfologi Myxobolus sp. (Bowman 2009)
Keterangan: 1. Polar capsule 2. Suture line 3. Sporoplasma
Siklus hidup
Myxobolus sp. memiliki siklus hidup yang tidak langsung yaitu melibatkan
avertebrata sebagai inang antara yang berasal dari kelas oligochaeta atau
polichaeta untuk menyelesaikan siklus hidupnya (Rustikawati 2004). Parasit dari
golongan ini fase infektifnya berupa spora dan berada dalam tubuh ikan dengan
membentuk kista yang biasanya dilapisi dengan jaringan ikat. Kista Myxobolus sp.
menyebar melalui kotoran atau feses ikan. Cacing oligochaeta akan terinfeksi
setelah mencerna myxospora yang terlepas dari ikan (Fraser 2006). Aktinospora
akan keluar dari cacing dan menginfeksi ikan lain untuk melanjutkan siklus
hidupnya.
Gambar 8 Siklus hidup Myxobolus sp. (Bowman 2009)
Patogenesis dan Gejala Klinis Myxobolus sp. yang menyerang usus menyebabkan hemoragi usus
sehingga sel-sel epitel usus terlepas dan terjadi inflamasi pada usus. Selain itu,
nafsu makan pada ikan menurun. Apabila menyerang syaraf spinal cord, terjadi
kelainan bentuk pada tulang ikan (Fraser 2006).
Gejala klinis pada ikan yang terserang oleh Myxobolus sp. adalah
mempunyai ekor yang khas dan mudah dikenali, yaitu ekor ikan menjadi
10
berwarna gelap sehingga disebut “black tail”. Selain itu, terjadi deformasi tulang
sehingga bentuk tubuh, kepala dan rahang ikan bengkok dan ikan memperlihatkan
abnormalitas, yaitu berenang berputar-putar seperti sedang mengejar ekornya
sendiri. Gejala abnormalitas tersebut dinamakan whirling (Bowman 2009).
Cara Penularan
Penyebaran Myxobolus sp. terjadi jika spora Myxobolus sp. keluar dari
tubuh ikan mati atau luka pada tubuh ikan, selanjutnya masuk ke perairan dan
menginfeksi ikan yang lain (Rustikawati 2004).
Pengendalian dan Pengobatan terhadap Trichodina sp., Ichthyophthirius sp.,
Myxobolus sp.
Untuk mencegah agar tidak terjadi timbulnya penyakit adalah dengan cara
menjaga kualitas dan kebersihan air pada tempat hidupnya dengan cara mengganti
air, mengeringkan kolam, menjaga sanitasi pakan dan pemberian Vitamin C yang
cukup pada pakan (Bondad-Reantaso 2005). Pengobatan yang dapat dilakukan
adalah dengan cara melakukan perendaman dengan formalin 10% sebanyak 40
ppm selama 24 jam atau 150-200 ppm selama 15 menit, kemudian ikan diberi air
yang segar atau dapat juga dengan perendaman dengan larutan NaCl 0.1 gr/m3
selama 24 jam (Noga 2010). Pengobatan lain yang dapat dilakukan adalah dengan
cara melakukan perendaman dengan formalin 10% 40 ppm yang dicampur dengan
Malachite Green Oxalate 0.1 gr/m3
selama 12-24 jam dan dilakukan secara
berulang selama 3 hari kemudian ikan diberi air bersih (Noga 2010).
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2015. Sampel
ikan diambil dari Bursa Ikan Hias Laladon, Bogor. Pemeriksaan sampel
dilaksanakan di Laboratorium Protoozoologi, Departemen Ilmu Penyakit Hewan
dan Kesehatan Masyarakat Veteriner, FKH IPB.
Alat dan Bahan
Sampel ikan diperoleh dari Bursa Ikan Hias Laladon, Bogor. Sampel
diambil secara acak sebanyak 60 ekor yang terdiri atas 30 ekor ikan patin dengan
bobot badan ± 5 gram dan 30 ekor ikan mas dengan bobot badan ± 5 gram,
kemudian dibawa ke Laboratorium Protozoologi untuk dilakukan pemeriksaan
terhadap parasit pada ikan.
Alat yang digunakan meliputi obyek gelas, gelas penutup, kertas penanda,
spidol permanen, pulpen, pensil, mikroskop, pengaris, pinset, gunting, kapas,
Lugol 1%, akuades, penetes, minyak emersi, timbangan dan silet.
11
Metode Pemeriksaan dan Identifikasi Protozoa
Pemeriksaan parasit dilakukan pada beberapa bagian tubuh ikan yaitu
kerokan kulit, insang dan saluran pencernaan. Adapun prosedur pengambilan
sampel sebagai berikut:
a. Kerokan kulit
Pemeriksaan parasit yang menempel di permukaan tubuh dilakukan
dengan cara scrapping (kerokan) dengan menggunakan silet dari arah cranial ke
caudal secara hati-hati, pada bagian superficial. Selanjutnya, kerokan kulit
diulaskan di atas gelas obyek.
b. Insang
Pemeriksaan bagian insang dilakukan dengan cara mengambil langsung
lembaran insang dengan gunting, kemudian diulaskan di atas gelas obyek.
c. Saluran pencernaan
Pemeriksaan usus dilakukan dengan cara menyayat usus dan
mengeluarkan isi usus, kemudian diulaskan di atas gelas obyek. Metode
pemeriksaan dan identifikasi dilakukan dengan dua metode, yaitu pemeriksaan
natif dan pewarnaan Lugol. Pemeriksaan natif dilakukan dengan menambahkan
satu tetes akuades di gelas obyek pada bagian kerokan organ (kulit, insang dan
usus) ikan yang diperiksa dan ditutup dengan gelas penutup. Untuk pewarnaan
Lugol gelas obyek diberikan satu tetes aquades dan satu tetes Lugol 1%. Setelah
itu, kerokan kulit, insang dan usus diambil dan diulaskan seperti prosedur
sebelumnya. Preparat diamati dengan mikroskop secara zig-zag pada perbesaran
100 kali dan 400 kali.
Penghitungan Jumlah Protozoa
Penghitungan jumlah protozoa dilakukan dengan cara menghitung seluruh
protozoa teramati pada 20 lapang pandang. Perhitungan jumlah dan identifikasi
jenis protozoa dilakukan pada setiap lapang pandang.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil identifikasi pada ikan patin dan ikan mas, jenis protozoa parasitik yang
ditemukan pada sisik atau kulit, insang dan usus adalah Trichodina sp.,
Ichthyophthirius sp. dan Myxobolus sp.
1. Trichodina sp. Hasil identifikasi menunjukkan sebanyak 29 sampel (96.7%) ikan patin
positif terinfeksi Trichodina sp. pada organ kulit dan 19 sampel (63.3%) positif
terinfeksi pada bagian insang. Selain itu, Trichodina sp. juga ditemukan pada
organ kulit, insang dan usus ikan mas. Infeksi paling tinggi ditemukan pada organ
kulit sebanyak 30 sampel (100%) dan 29 sampel (96.7%) positif terinfeksi pada
bagian insang (Tabel 2).
12
Tabel 2 Hasil Pemeriksaan terhadap Trichodina sp. pada ikan patin dan ikan mas
Jenis ikan
Jumlah
(ekor)
Hasil Pemeriksaan Positif
Terinfeksi (%)
Kulit Insang Usus
Patin 30 29(96.7) 19(63.3) 12(40)
Mas 30 30(100) 29(96.7) 3(10)
Menurut Lom (1995), Trichodina sp. dapat menginfeksi ikan terutama pada
bagian insang dan kulit. Hal tersebut dikarenakan Trichodina sp. mempunyai
dentikel yang dapat menempel pada organ ikan sehingga dapat menginfeksi ikan.
Trichodina sp. mempunyai dentikel atau gigi kait yang terdapat di permukaan
tubuhnya, bentuknya bulat seperti cakram. Trichodina sp. berasal dari kelas ciliata
yang mempunyai alat gerak silia atau rambut getar pada bagian permukaan
tubuhnya. Umumnya ikan yang sehat mampu mengontrol jumlah parasit yang ada
di tubuhnya. Namun, pada jumlah yang sangat banyak Trichodina sp. mampu
menurunkan sistem kekebalan tubuh dan membuka jalur infeksi bagi organisme
lainnya, seperti bakteri.
Faktor tingginya infeksi Trichodina sp. diduga karena manajemen
pemeliharaan di Bursa Ikan Hias Laladon yang kurang baik. Salah satunya adalah
frekuensi penggantian air yang tidak teratur serta kepadatan ikan dalam akuarium
yang kurang diperhatikan. Trichodina sp. akan memakan bakteri yang berada di
permukaan tubuh ikan, sehingga dapat menstimulasi reproduksi Trichodina sp.
secara pembelahan sel. Menurut Fraser (2006), trichodiniasis disebabkan oleh
kondisi lingkungan yang kurang optimal, kepadatan ikan yang tinggi , manajemen
kolam air dan pakan yang kurang baik.
Gambar 9 Morfologi Trichodina sp. dengan perbesaran 400 kali
Keterangan: 1. Radial pin 2. Dentikel 3. Silia
13
Kejadian trichodiniasis pada ikan mas lebih tinggi dibanding ikan patin.
Salah satunya karena struktur tubuh ikan mas yang mempunyai sisik sehingga
dentikel Trichodina sp. mudah menempel pada organ ikan dibandingkan ikan
patin yang mempunyai kulit berlendir. Menurut penelitian yang dilakukan
Cahyono (2006), Trichodina sp. juga ditemukan pada kulit dan insang benih ikan
tawes (Puntius javanicus).
Jenis Trichodina sp. yang ditemukan adalah Trichodina giurusi. Jenis ini
mempunyai kisaran diameter antara 24.4-34.8 μm seperti terlihat dalam Tabel 3
dan Tabel 4. Trichodina giurusi tergolong sebagai Trichodina sp. yang berukuran
kecil (Mitra 2005). Trichodina sp. ukuran kecil memiliki patogenitas lebih tinggi
dibandingkan yang berukuran lebih besar (Tucker 2004).
Tabel 3 Karakteristik Trichodina giurusi pada ikan patin, ikan mas dan ikan butini
Karakteristik Kisaran
(rata-rata ± sd)
Kisaran
(rata-rata ± sd)
Kisaran
(rata-rata ± sd)
Diameter tubuh
(dalam μm)
16.96 - 36.07
(24.6 ± 3.5)
14.37 - 41.01
(23.6 ± 4.0)
24.4 - 34.8
(29.7 ± 2.7)
Jumlah T.giurusi 297 769 20
Inang Ikan patin Ikan mas Ikan butini
Negara Indonesia Indonesia India
Pustaka Hasil Penelitian Hasil Penelitian Mitra (2005)
Tabel 4 Karakteristik Trichodina giurusi pada ikan patin dan ikan mas berdasarkan
organ
Karakteristik Organ Ikan patin Ikan mas
Diameter tubuh
(dalam μm)
Kisaran (rata-rata ± sd)
[Jumlah T.giurusi]
Kulit 17.31 – 34.51
(24.5 ± 3.4)
[236]
14.37 – 41.01
(24.5 ± 4.0)
[560]
Insang 17.11 – 30.35
(24.5 ± 3.3)
[43]
14.61 – 29.13
(21.0 ± 2.5)
[203]
Usus 16.96 – 36.07
(25.3 ± 4.9)
[18]
17.19 – 24.08
(20.7 ± 2.8)
[6]
2. Ichthyophthirius sp. Hasil penelitian menunjukkan bahwa infeksi Ichthyophthirius sp. ditemukan
hanya pada organ insang ikan patin sebanyak 2 sampel (6.7%) dan ikan mas
sebanyak 1 sampel (3.3%) positif terinfeksi seperti dapat dilihat pada Tabel 5.
Ichthyophthirius sp. merupakan protozoa yang mampu menyerang kulit dan
insang ikan dalam waktu yang relatif singkat dan berasal dari kelas ciliata.
Kondisi lingkungan yang kurang baik seperti sanitasi kolam air yang kurang baik,
suhu dan salinitas air yang kurang sesuai selain lemahnya daya tahan tubuh pada
ikan, sehingga ikan menjadi lebih mudah stress dan terinfeksi Ichthyophthirius sp.
14
Tabel 5 Hasil Pemeriksaan terhadap Ichthyophthirius sp. pada ikan patin dan ikan
mas
Jenis ikan
Jumlah
(ekor)
Hasil Pemeriksaan Positif
Terinfeksi (%)
Kulit Insang Usus
Patin 30 0(0) 2(6.7) 0(0)
Mas 30 0(0) 1(3.3) 0(0)
Menurut Noe (2006), Ichthyophthirius sp. menyerang dengan menempel
pada lapisan lendir dan menghisap sel darah merah. Namun sampel kulit dan usus
pada kedua ikan menunjukkan negatif terhadap Ichthyophthirius sp. yang dapat
disebabkan oleh pola makan ikan, daya tahan ikan dan kondisi lingkungan ikan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Yuliartati (2011), Ichthyophthirius sp.
ditemukan pada kerokan kulit dan insang ikan patin.
Gambar 10 Morfologi Ichthyophthirius sp. dengan perbesaran 400 kali
3. Myxobolus sp. Berdasarkan Tabel 6, sebanyak 11 sampel (36.7%) ikan patin positif
terinfeksi terhadap Myxobolus sp. pada usus dan 2 sampel (6.7%) ikan mas positif
terinfeksi Myxobolus sp. pada usus.
Tabel 6 Hasil Pemeriksaan terhadap Myxobolus sp. pada Ikan patin dan Ikan mas
Jenis ikan
Jumlah
(ekor)
Hasil Pemeriksaan Positif
Terinfeksi (%)
Kulit Insang Usus
Patin 30 0(0) 0(0) 11(36.7)
Mas 30 0(0) 0(0) 2(6.7)
15
Myxobolus sp. berasal dari kelas sporozoa. Ikan patin lebih rentan terhadap
infeksi Myxobolus sp. karena pola makan yang berbeda dengan ikan mas. Ikan
mas merupakan omnivora atau pemakan campuran sehingga flora usus lebih baik
dari ikan patin yang cenderung karnivora atau pemakan daging.
Myxobolus sp. dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar karena
menyebabkan penurunan absorbsi nutrisi dari pakan serta gangguan pertumbuhan.
Menurut Anshary (2008), Myxobolus sp. dapat menular melalui feses ikan yang
terinfeksi dan kemudian tertelan oleh ikan yang sehat. Sampel kulit dan insang
pada kedua ikan menunjukkan negatif terhadap Myxobolus sp. Hal ini sesuai
dengan (Fraser 2006) bahwa habitat Myxobolus sp. terdapat pada saluran
pencernaan (usus) ikan. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Dana (2009),
Myxobolus sp. juga ditemukan pada usus ikan betutu (Oxyeleotris marmorata).
Gambar 11 Morfologi Myxobolus sp. dengan perbesaran 400 kali
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil dari pemeriksaan menunjukkan bahwa jenis protozoa yang ditemukan
pada ikan patin (Pangasius hypophthalmus) dan ikan mas (Cyprinus carpio)
adalah Trichodina sp., dan Ichthyophthirius sp. yang termasuk ciliata serta
Myxobolus sp. yang termasuk sporozoa.
Protozoa yang paling banyak ditemukan pada kulit dan insang ikan patin
(Pangasius hypophthalmus) serta ikan mas (Cyprinus carpio) adalah Trichodina
sp. (ciliata), sedangkan protozoa paling banyak ditemukan pada usus adalah
Myxobolus sp. (sporozoa).
16
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai protozoa parasitik sampai
tingkat molekuler untuk mengetahui spesies, jenis dan sifat patogen dari tiap
protozoa parasitik selain pemeriksaan morfologi terhadap protozoa pada ikan air
tawar.
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto E. 1992. Pengendalian Hama dan Penyakit Ikan. Jakarta (ID): Penerbit
Kansius.
Anshary H. 2008. Tingkat infeksi parasit pada ikan mas (Cyprinus carpio) pada
beberapa lokasi budidaya ikan hias di Makassar dan Gowa. J Sains dan
Teknologi. 8(2):139-147.
Axelrod HR, Warren EB, Cliff WE. 1995. Dr Axelrod’s Mini Atlas of Freshwater
Aquarium Fishes Mini Edition. Amerika Serikat (US): TFH Publications
Inc.
Bondad-Reantaso, Subasinghe R. 2005. Disease and health management in Asian
aquaculture. J Vet Parasitol. 132:249-272.
Bowman DD. 2009. Georgis’ Parasitology for Veterinarians. Ed ke-9. Amerika
Serikat (US): Saunders.
Cahyono. 2006. Identifikasi ektoparasit protozoa pada benih ikan tawes (Puntius
javanicus) di Balai Benih Ikan Sidabowa Kabupaten Banyumas dan Balai
Benih Ikan Kutasari Kabupaten Purbalingga. [Internet]. [diunduh 2016
Jun 24]; Tersedia pada :
ejournal.umm.ac.id/index.php/protein/article/view/64/62
Dana DI, Effendi K, Sumawidjaja Y, Hadiroseyani. 2009. Parasit Trichodina pada
benih Ikan Betutu (Oxyeleotris marmorata). J Akuakultur Indonesia. 1:5-
8.
[FAO] Food and Agriculture Organization. 2001. Asia Diagnostic Guide to
Aquatic Animal Diseases.
Fraser CM. 2006. The Merck Veterinary Manual, A Hand Book of Diagnosis
Therapy and Disease Prevention and Control for Veterinarians. Ed ke-7.
Amerika Serikat (US): NIT Publications Inc.
Gunadi. 2008. Budidaya ikan mas secara intensif. [Internet]. [diunduh 2015 Mei
8]; Tersedia pada : http://www.agromedia.net/Perikanan/Budi-Daya-Ikan-
Mas-Secara-Intensif/Detailed-product-flyer.html
Kabata. 1985. Parasite and Disease of Fish Cultured in Tropics. London (UK):
Taylor Francis Publications Inc.
Khairuman. 2005. Budi Daya Ikan Secara Intensif . Jakarta (ID): Agro Media
Pustaka.
Lerman L. 1997. Marine Biology: Environment, Diversity and Ecology. Amerika
Serikat (US): Elsevier.
Levine N. 1985. Protozoologi Veteriner. Soekardono S, penerjemah;
Brotowidjojo MD, editor. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
Lom J. 1995. Trichodinid ciliates (Peritrichida: Urceolariidae) from some marine
fishes. Folia Parasitol. 17:113-125.
17
Mansoor TN. 2010. Protozoans infection of Cyprinus carpio from Bab Muatham
fish markets, Baghdad City. Iraqi J Vet Med. 34(1):158-160. [Internet]
[diunduh 2015 Jul 31]; Tersedia pada:
http://www.iasj.net/iasj?func=fulltext&aId=2456
Mitra AK, Haldar DP. 2005. Descriptions of Two New Species of the Genus
Trichodina Ehrenberg, 1838 (Protozoa: Ciliophora: Peritrichida) from
Indian Fresh Water Fishes. Acta Protozool. 44: 159-165. [Internet]
[diunduh 2016 Jul 7]; Tersedia pada:
www1.nencki.gov.pl/pdf/ap/ap808.pdf
Morgan BB, Hawskin PA. 1955. Veterinary Protozoology. Amerika Serikat (US):
Burgess Publishing Company.
Noe JG. 2006. Sustained growth of Ichthyophthirius multifiliis at low temperature
in the laboratory. J Parasitol. 81(6): 1022-1024.
Noga EJ. 2010. Fish Disease: Diagnosis and Treatment. Iowa (US): Wiley
Blackwell.
Novriadi. 2014. Penyakit Ikan Air Laut di Indonesia. [Internet] [diunduh 2016
Jan 29]; Tersedia pada :
http://www.academia.edu/7680033/Daftar_Penyakit_Pada_Budidaya_Ikan
_Laut_di_Indonesia
Post G. 1987. Text Book of Fish Health. Amerika Serikat (US): TFH Publications
Inc.
Purivirojkul W. 2012. Histological change of aquatic animals by parasitic
infection. [Internet] [diunduh 2016 Feb 25]; Tersedia pada :
http://www.intechopen.com/books/histopathology-reviews-and-recent-
advances/histological-change-of-aquatic-animals-by-parasitic-infection
Rochdianto. 2007. Analisis finansial usaha pembenihan ikan karper (Cyprinus
carpio linn) Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Bali. [skripsi].
Universitas Tabanan (ID).
Rokhmani. 2002. Beberapa Parasit pada Budidaya Ikan Gurami di Kabupaten
Banyumas. Sains Akuatik. Yogyakarta (ID): UGM Pr.
Rokhmani. 2009. Keragaman dan tingkat serangan ektoparasit pada gurame
(Osphronemus gouramy) tahap pendederan I dengan ketinggian lokasi
pemeliharaan yang berbeda. J Biotika. 7(2):87-93.
Rustikawati I. 2004. Intensitas dan prevalensi ektoparasit pada benih ikan mas
(Cyprinus carpio) yang berasal dari kolam tradisional dan longyam di
Desa Sukamulya Kecamatan Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. J
Akuakultur Indonesia. 3:33-39.
Tucker CS, Hargreaves JA. 2004. Biology and Culture of Channel Catfish.
[Internet]. [diunduh 2016 Jul 7]; Tersedia pada :
https://books.google.com.sg/books?isbn=0080472206
Tumbol AR, Longdong NS, Kanoli AT. 2011. Identifikasi, tingkat insidensi,
indeks dominasi, dan tingkat kesukaan parasit pada sidat (Anguilla
marmorata). J Biotika. 16(1):114-127.
Woo PTK. 1995. Fish Diseases and Disorders. London (UK): CABI Publishing
Company.
Yuliartati E. 2011. Tingkat serangan ektoparasit pada ikan patin (Pangasius
hypophthalmus) pada beberapa pembudidaya ikan di Kota Makassar.
[skripsi]. Universitas Hasanuddin (ID).
18
Zajac AM, Conboy AG. 2012. Veterinary Clinical Parasitology. Ed ke-8.
Amerika Serikat (US): Wiley-Blackwell.
RIWAYAT HIDUP
Veenu Kumar dilahirkan di Kuala Lumpur pada tanggal 27 November
1993 dari pasangan Bapak T Vijay Kumar dan Ibu N Malar. Penulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara. Pada tahun 2005 penulis menyelesaikan
pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Sekolah Kebangsaan Bukit Beruntung selama 6
tahun. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah
Kebangsaan Rawang Bt.16 dan diselesaikan pada tahun 2010. Pada tahun 2011
penulis diterima sebagai Mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan, Institut
Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Mandiri (UTM).
Selama masa perkuliahan, penulis aktif dalam bidang olahraga cabang
atletik. Penulis merupakan juara 1 Olimpiade Mahasiswa IPB (OMI) dan
Olimpiade Veteriner IPB (OLIVE) pada tahun 2015 untuk acara sprint 100m
putra.