23
1. Pengertian Ideologi Secara etimologis, istilah ideologi berasal dari kata Yunani yaitu ‘idea’ yang berarti pemikiran, gagasan dan konsep keyakinan serta ‘logos’ yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata eidos yang artinya adalah bentuk, maka secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengertian dasar. Sedangkan menurut para ahli, ideologi memiliki beberapa pengertian yaitu : 1. Karl Marx Menurut Karl Marx Ideologi adalah kesadaran palsu. Hal ini didasarkan karena ideologi merupakan hasil pemikiran yang diciptakan oleh pemikirnya, padahal kesadaran para pemikir tersebut pada dasarnya ditentukan oleh kepentingannya. Jadi ideologi menurut Karl Marx adalah pengandalan-pengandalan spekulatif yang berupa agama moralitas, atau keyakinan politik . 2. Louis Althuser. Menurut Louis Althuser Ideologi adalah gagasan spekulatif tetapi ideologi bukan gagasan palsu karena gagasan spekulatif tersebut bukan dimaksudkan untuk menggambarkan realitas melainkan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana semestinya manusia menjalani hidupnya. Sesungguhnya setiap orang membutuhkan ideologi, karena setiap orang perlu memiliki keyakinan

Ideologi dalam Pancasila.docx

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pkn

Citation preview

1. Pengertian IdeologiSecara etimologis, istilah ideologi berasal dari kata Yunani yaitu idea yang berarti pemikiran, gagasan dan konsep keyakinan serta logos yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata eidos yang artinya adalah bentuk, maka secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengertian dasar. Sedangkan menurut para ahli, ideologi memiliki beberapa pengertian yaitu :1. Karl MarxMenurut Karl Marx Ideologi adalah kesadaran palsu. Hal ini didasarkan karena ideologi merupakan hasil pemikiran yang diciptakan oleh pemikirnya, padahal kesadaran para pemikir tersebut pada dasarnya ditentukan oleh kepentingannya. Jadi ideologi menurut Karl Marx adalah pengandalan-pengandalan spekulatif yang berupa agama moralitas, atau keyakinan politik .2. Louis Althuser.Menurut Louis Althuser Ideologi adalah gagasan spekulatif tetapi ideologi bukan gagasan palsu karena gagasan spekulatif tersebut bukan dimaksudkan untuk menggambarkan realitas melainkan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana semestinya manusia menjalani hidupnya. Sesungguhnya setiap orang membutuhkan ideologi, karena setiap orang perlu memiliki keyakinan tentang bagaimana semestinya ia menjalankan kehidupannya.3. Sorjanto Poespowardoyo.Beliau berpendapat bahwa Ideologi sebagai kompleks pengetahuan dan macam-macam nilai,yang secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya itu, seseorang menangkap apa yang dilihat baik dan tidak baik.

Dari berbagai pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa Ideologi adalah suatu ide-ide dasar, kumpulan dasar gagasan, keyakinan serta kepercayaan yang sifatnya sistematis yang dapat dijadikan sebagai pedoman sekaligus memberikan arah dan juga tujuan yang akan dicapai dalam kehidupan nasional suatu Negara.

2. Jenis-jenis IdeologiIdeologi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu:a. Ideologi doktrinerIdeologi ini bersifat ketat dan mengandung ajaran-ajaran yang disusun secara jelas dan sistematis, serta diindoktrinasikan pada komunitasnya dengan pengawasan ketat dalam rangka pelaksanaan ideologi dan seringkali dimonopoli oleh rezim yang berkuasa. Dalam hal ini, berarti pemimpin suatu negara memiliki kendali penuh dan kekuasaan dalam pelaksanaan negara beserta ideologi yang dianut. Kedudukan pemimpin negara seolah berada di atas kedudukan ideologi dan sistem pemerintahan akan bersifat otoriter (Emile Durkheim dalam George Simpson, New York, Free Press, 1964.54).b. Ideologi pragmatisIdeologi ini bersifat tidak ketat dan mengandung ajaran-ajaran yang tidak disusun secara rinci, tidak diindoktrinasikan, serta tidak memiliki pengawasan yang ketat dalam pelaksanaannya (Emile Durkheim dalam George Simpson, New York, Free Press, 1964.54).

3. Unsur-unsur dalam Ideologia. Memiliki suatu pandangan, gagasan dasar, sistem nilai yang bersifat sistematis dan tegas bahkan sering kali diyakini sekalipun belum dibuktikan secara empiris.b. Adanya sekelompok manusia sebagai pendukung atau penganut ideologi tersebut.c. Adanya sekelompok manusia yang mendukung direalisasikannya gagasan-gagasan dasar atau nilai-nilai yang dirangkum ideologi tersebut sehingga tercapai suatu tujuan dan cita-cita.

4. Ciri dan Sifat Ideologi:Ciri-ciri ideologi adalah sebagai berikut:a. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan kenegaraan.b. Mewujudkan suatu asas kerohanian, pandangan dunia, pandangan hidup, pedoman hidup, pegangan hidup yang dipelihara diamalkan dilestarikan kepada generasi berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan berkorban.

Sifat-sifat dari ideologi bisa diukur dengan melihat sifat pendukung ideologi terhadap ideologinya. Maka akan menimbulkan dua sifat dari ideologi yaitu:a. Ideologi bersifat terbuka, bila pendukungnya masih mempunyai hak untuk melakukan penafsiran yang bebas dan melakukan kritik terhadap ideologinya. Dengan kata lain pendukungnya masih mau menerima pengaruh dari luar dan mampu untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman. Ideologi ini mempunyai sifat yang rasional.b. Ideologi bersifat tertutup, bila pendukungnya tidak mempunyai hak untuk melakukan penafsiran yang bebas dan melakukan kritik-kritik terhadap ideologinya. Atau bisa dikatakan bahwa ideologi ini tidak mau menerima pengaruh dari asing, sehingga mempunyai sifat yang dogmatis.

Ada beberapa cara dalam mengungkapkan suatu ideologi, yaitu:a. Simbol Simbol yang utaa untuk suatu ideologi adalah bahasa. Simbol-simbol itu biasanya tampak berupa semboyan-semboyan yang seperti Demokrasi, Republik, Liberty, Fasis, dan sebagainya. Simbol merupakan penyederhanaan dari atau generalisasi dari pada wujud ideologi yang diperjuangkan. Peranan lain dari penggunaan bahasa yang tepat adalah untuk menanamkan keyakinan kepada para pendukungnya tentang kebenaran dari ideologi yang dianut dan mengungkapkan kesalahan atau keburukan dari ideologi yang lain.b. MitosMerupakan suatu bagian yang penting dari ideologi, walaupun kepercayaan yang ditanamkan agar diyakini kebenaran ideologi yang ada dan adanya hal-hal yang dimitoskan itu hanyalah khayalan semata. Sebagai contoh adalah nostalgia dimasa lalu atau ramalan yang gemilang tentang masa depan suatu negara.c. Dikaitkan dengan landasan dari ilmu pengetahuanSupaya suatu ideologi bisa lebih dalam diterima dan tertanam dalam diri para pendukungya, suatu ideologi sering kali dikaitkan dengan landasan ilmu pengetahuan yang rasional. Untuk masa sekarang ini sering kali tampak bahwa ideologi itu diarahkan dan bahkan berusaha untuk mendapatkan legitimasi dari agama.

5. Fungsi Dan Makna Ideologi Bagi Suatu NegaraIdeologi sebagai hasil pemikiran yang akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku masyarakat mempunyai fungsi sebagi berikut:1) Alat untuk membentuk identitas atau kepribadian (ciri) suatu bangsa.2) Pemberi harapan pada masyarakat untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah sosialnya, dengan demikian gagasan atau ideologi itu diaktualisasikan oleh pendukungnya.3) Mengatasi berbagai pertentangan, konflik atau ketegangan sosial dalam negara.4) Ideologi berfungsi mempengaruhi, ideologi daharapkan dapat mempengaruhi dan menyesuaikan perilaku pendukungnya dengan gagasan-gagasan yang ada dalam ideologi tersebut .Fungsi Ideologi menurut beberapa pakar dibidangnya:a. Sebagai sarana untuk memformulasikan dan mengisi kehidupan manusia secara individual. (Cahyono, 1986)b. Sebagai jembatan pergeseran kendali kekuasaan dari generasi tua (founding fathers) dengan generasi muda. (Setiardja, 2001)c. Sebagai kekuatan yang mampu memberi semangat dan motivasi individu, masyarakat, dan bangsa untuk menjalani kehidupan dalam mencapai tujuan. (Hidayat, 2001)

Ideologi pada akhirnya mampu mempengaruhi pola berpikir, bersikap, dan berperilaku masyarakat dalam mencapai tujuan hidup yang dicita-citakan akan memegang peranan penting dalam memberikan arah dan gerak pertumbuhan, perkembangan, dan pembangunan masyarakat suatu bangsa.Dari segi politik, Hazzar dan Steffenson dalam bukunya Politiscal Science mengupas peranan ideology politik sebagai berikut:Ideologi politik adalah suatu perumusan keyakinan atau program yang dimiliki oleh suatu negara, suatu partai politik atau perkumpulan politik yang mempunyai maksud untuk mencapai tujuan politik yang khusus. Disamping itu ideologi politik menafsirkan atau menganalisis kejadian sosial ekonomi dan lembaga dalam rangka mencapai tujuan yang dikehendaki.

6. Pancasila sebagai Ideologi BangsaIdeologi Pancasila adalah suatu ideologi yang mendasarkan pada nilai-nilai pancasila baik itu nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Ideologi Pancasila adalah Ideologi terbuka, artinya bahwa Ideologi Pancasila dapat mengikuti perkembangan yang terjadi pada negara lain yang memiliki ideologi yang berbeda dengan Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.Hal ini disebabkan karena ideologi Pancasila memiliki nilai-nilai yang meliputi; nilai praktis, nilai instrumental, dan nilai praktis. Selain itu, Pancasila bukan merupakan ide baru atau perenungan suatu kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pancasila berasal dari nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa. Dengan demikian, Pancasila pada hakikatnya berlaku untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara keseluruhan. Oleh karena itu, ciri khas Pancasila memiliki kesesuaian dengan bangsa Indonesia.Berdasarkan pengertian tentang ideologi terbuka tersebut, nilai-nilai yang terkandung dalam ideologi Pancasila adalah sebagai berikut:1) Nilai Dasar, yaitu hakikat kelima sila Pancasila yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai dasar ini merupakan esensi sila-sila Pancasila yang bersifat universal, sehingga didalamnya terkandung cita-cita, tujuan serta nilai yang baik dan benar. Nilai dasar ideologi tersebut terdapat dalam pembukaan UUD 1945, sehingga sifat pembukaan itu sendiri sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental.2) Nilai Instrumental, yang merupakan arahan, kebijakan, strategi, serta lembaga pelaksanaannya atau bisa juga dikatakan sebagai penjabaran lebih lanjut dari nilai-nilai dasar ideologi Pancasila. Misalnya perundang-undangan, departemen-departemen, serta lembaga pelaksanaan lain.3) Nilai Praktis, merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam pengalaman yang bersifat nyata dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dalam realisasinya, nilai-nilai ini selalu berkembang dan dapat dilakukan perubahan dan perbaikan sesuai dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan, dan aspirasi dalam masyarakat.

Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara, Pancasila diangkat dari nilai-nilai adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan, serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara. Dengan kata lain, unsur-unsur yang merupakan materi Pancasila diangkat dari pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri. Sebagai contoh, kebiasaan gotong royong dan bermusyawarah adalah nilai-nilai luhur budaya bangsa yang terdapat dalam Pancasila. Pancasila sebagai Ideologi sebagai Pancasila dijadikan sebagai pandangan hidup bagi bangsa Indonesia.Menurut Alfian, Pancasila memiliki kualitas yang tinggi sebagai suatu ideologi karena mengandung 3 dimensi yang diperlukan untuk itu, yaitu:a) Dimensi Identitas, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila yang bersifat sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai yang terkandung dalam kelima sila dari Pancasila yaitu nilai Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan.b) Dimensi Realitas yaitu suatu ideologi harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan berkembang dalam masyarakat. Nilai Pancasila pun berasal dari nilai socio budaya bangsa kita sendiri.c) Dimensi Fleksibelitas, yaitu bahwa ideologi tersebut memiliki keluwesan yang memungkinkan dan dapat merangsang pengembangkan bangsa yang baru yang relevan terhadap dirinya, tanpa menghilangkan hakikat atau jati diri yang terkandung dalam nilai-nilai dasarnya.

Pancasila sebagai dasar Negara Indonesia merupakan ideologi yang terbuka. Artinya Pancasila memiliki nilai-nilai yang bersifat tetap dan tidak dapat berubah, namun dalam praktik sehari-hari Pancasila dapat mengikuti perkembangan zaman tanpa harus mengubah kandungannya. Pancasila memberikan orientasi ke depan, mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam segala bidang. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa dan budaya bangsa Indonesia dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.Pemikiran Pancasila sebagai ideologi terbuka tersirat di dalam penjelasan UUD 1945 antara lain disebutkan Maka telah cukup jika Undang-Undang Dasar hanya membuat garis-garis besar sebagai instruksi kepada pemerintah pusat dan lain-lain penyelenggara negara untuk menyelenggarakan kehidupan negara dan kesejahteraan sosial terutama bagi negara baru dan negara muda, lebih baik hukum dasar yang tertulis itu hanya memuat aturan-aturan pokok, sedang aturan-aturan yang menyelenggarakan aturan pokok itu diserahkan kepada undang-undang yang lebih mudah membuat, merubah, dan mencabut.Dari kutipan tersebut dapat dipahami bahwa UUD 1945 pada hakikatnya mengandung unsur keterbukaan, karena dasar dari UUD 1945 adalah Pancasila, maka Pancasila yang merupakan ideologi nasional bagi bangsa Indonesia bersifat terbuka pula. Beberapa hal yang harus diperhatikan sehubungan dengan gagasan Pancasila sebagai ideologi terbuka, yaitu:1) Ideologi Pancasila harus mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi zaman yang terus mengalami perubahan. Akan tetapi bukan berarti bahwa nilai dasar Pancasila dapat diganti dengan nilai dasar lain atau meniadakan jati diri bangsa Indonesia.2) Pancasila sebagai ideologi terbuka, mengandung makna bahwa nilai-nilai dasar Pancasila dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman secara kreatif, dengan memperhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia sendiri.3) Sebagai ideologi terbuka, Pancasila harus mampu memberikan orientasi ke depan, mengharuskan bangsa Indonesia untuk selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi globalisasi dan keterbukaan.4) Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa dan budaya bangsa Indonesia dalam wadah dan ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Moerdiono (BP7, 1992:32) menyebutkan terdapat beberapa faktor yang mendorong pemikiran Pancasila sebagai suatu ideologi yang bersifat terbuka. Diantaranya adalah:1) Dalam proses pembangunan nasional berencana, dinamika masyarakat kita berkembang amat cepat. Dengan demikian tidak semua persoalan kehidupan dapat ditemukan jawabannya secara ideologis dalam pemikiran ideologi-ideologi sebelumnya.2) Kenyataan bangkrutnya ideologi tertutup seperti marxisme leninisme/komunisme. Dewasa ini kubu komunisme dihadapkan pada pilihan yang amat berat, menjadi suatu ideologi terbuka atau tetap mempertahankan ideologi lainnya.3) Pengalaman sejarah politik kita sendiri dengan pengaruh komunisme sanagt penting. Karena pengaruh ideologi komunisme yang pada dasarnya bersifat tertutup, Pancasila pernah merosot menjadi semacam dogma yang kaku. Pancasila tidak lagi tampil sebagai acuan bersama, tetapi sebagai senjata konseptual untuk menyerang lawan-lawan politik. Kebijaksanaan pemerintah disaat itu menjadi absolute. Konsekuensinya, perbedaan-perbedaan menjadi alasan untuk langsung dicap sebagai anti Pancasila.4) Tekad kita untuk menjadikan Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai catatan, istilah Pancasila sebagai satu-satunya asas telah dicabut berdasarkan ketetapan MPR tahun 1999, namun pencabutan ini kita artikan sebagai pengembalian fungsi utama Pancasila sebagai dasar Negara. Dalam kedudukannya sebagai dasar Negara, Pancasila harus dijadika jiwa bangsa dan bernegara terutama dalam pengembangan Pancasila sebagai ideologi terbuka.

7. Penerapan Pancasila Pada Masa Orde Lama, Orde Baru, Dan Reformasi

ORDE LAMAPada masa Orde lama, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi dunia yang diliputi oleh tajamnya konflik ideologi. Pada saat itu kondisi politik dan keamanan dalam negeri diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada dalam suasana transisional dari masyarakat terjajah (inlander) menjadi masyarakat merdeka. Masa orde lama adalah masa pencarian bentuk implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalam bentuk yang berbeda-beda pada masa orde lama. Periode 1945-1950, konstitusi yang digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945 yang presidensil, namun dalam praktik kenegaraan sistem presidensil tak dapat diwujudkan. Setelah penjajah dapat diusir, persatuan mulai mendapat tantangan. upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara dengan faham komunis oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun tahun 1948 dan oleh DI/TII yang akan mendirikan negara dengan dasar islam. Periode 1950-1959, penerapan Pancasila selama periode ini adalah Pancasila diarahkan sebagai ideology liberal yang ternyata tidak menjamin stabilitas pemerintahan. walaupun dasar negara tetap Pancasila, tetapi rumusan sila keempat bukan berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak (voting). Dalam bidang politik, demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis periode 1956-1965 dikenal sebagai periode demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan berada pada kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada kekuasaan pribadi presiden Soekarno.Terjadilah berbagai penyimpangan penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi. Akibatnya Soekarno menjadi otoriter, diangkat menjadi presiden seumur hidup, politik konfrontasi, dan menggabungkan Nasionalis, Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak cocok bagi NKRI. Terbukti adanya kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan nilai-nilai Pancasila, dan berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain. Dalam mengimplentasikan Pancasila, Bung Karno melakukan pemahaman Pancasila dengan paradigma yang disebut USDEK. Untuk memberi arah perjalanan bangsa, beliau menekankan pentingnya memegang teguh UUD 45, sosialisme ala Indonesia, demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan kepribadian nasional. Hasilnya terjadi kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang memprihatinkan.

ORDE BARUOrde baru berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang telah menyimpang dari Pancasila melalui P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) atau Ekaprasetia Pancakarsa. Orde Baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara sekaligus berhasil mengatasi paham komunis di Indonesia. Akan tetapi, implementasi dan aplikasinya sangat mengecewakan. Beberapa tahun kemudian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai dengan jiwa Pancasila. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah dan tertutup bagi tafsiran lain. Demokratisasi akhirnya tidak berjalan, dan pelanggaran HAM terjadi dimana-mana yang dilakukan oleh aparat pemerintah atau negara. Pancasila selama Orde Baru diarahkan menjadi ideologi yang hanya menguntungkan satu golongan, yaitu loyalitas tunggal pada pemerintah dan demi persatuan dan kesatuan hak-hak demokrasi dikekang.

ORDE REFORMASIEksistensi Pancasila sejauh ini masih banyak dimaknai sebagai konsepsi politik yang substansinya belum mampu diwujudkan secara riil. Reformasi belum berlansung dengan baik karena Pancasila belum difungsikan secara maksimal sebagaimana mestinya. Banyak masyarakat yang hafal butir-butir Pancasila, tetapi belum memahami makna sesungguhnya.Berbagai perubahan dilakukan untuk memperbaiki sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara di bawah payung ideologi Pancasila. Namun, faktanya masih banyak masalah sosial-ekonomi yang belum terjawab. Eksistensi dan peranan Pancasila dalam reformasi pun dipertanyakan. Meskipun negara ini masih menjaga suatu konsensus dengan menyatakan Pancasila sebagai ideologi bangsa. Namun secara faktual, sepertinya kita harus mempertanyakannya kembali. Karena saat ini debat tentang masih relevan atau tidaknya Pancasila dijadikan ideologi masih kerap terjadi. Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer seperti pada masa lalu. Elit politik dan masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Di era reformasi ini ada gejala Pancasila ikut terdeskreditkan sebagai bagian dari pengalaman masa lalu yang buruk. Pancasila ikut disalahkan dan menjadi sebab kehancuran. Orang gamang untuk berbicara Pancasila dan merasa tidak perlu untuk membicarakannya. Ketua Umum Gerakan Mahasiswa dan Pemuda Indonesia M Danial Nafis pada penutupan Kongres I GMPI di Asrama Haji Pondok Gede, Jakarta, Senin, 3 Maret 2008 bahwa kaum muda yang diharapkan menjadi penerus kepemimpinan bangsa ternyata abai dengan Pancasila. Pernyataan ini didasarkan pada hasil survey yang dilakukan oleh aktivis gerakan nasionalis tersebut pada 2006 bahwa sebanyak 80 persen mahasiswa memilih syariah sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara. Sebanyak 15,5 persen responden memilih aliran sosialisme dengan berbagai varian sebagai acuan hidup dan hanya 4,5 persen responden yang masih memandang Pancasila tetap layak sebagai pandangan hidup berbangsa dan bernegara. Eksistensi Pancasila di era reformasi ini mestinya menjadi dasar, acuan atau paradigma baru. Pancasila adalah dasar negara yang sesuai dengan pokok-pokok pikiran yang terkandung dalam UUD 1945. Tetapi sekarang bangsa ini sering mengenyampingkan Pancasila. Padahal reformasi yang benar justru melaksanakan atau mengamalkan Pancasila untuk kehidupan berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat. Mungkin Rezim Reformasi mempunyai cara sendiri mempraktikkan Pancasila. Rezim ini tidak ingin dinilai melakukan indoktrinasi Pancasila dan tidak ingin menjadi seperti dua rezim sebelumnya yang menjadikan Pancasila sebagai ideologi kekuasaan Sesungguhnya jika dikatakan bahwa rezim sekarang alergi terhadap Pancasila tidak sepenuhnya benar.Pernyataan tegas dari negara mengenai Pancasila menurut penulis dewasa ini adalah dikeluarkannya ketetapan MPR No XVIII/ MPR /1998 tentang Pencabutan Ketetapan MPR RI No II / MPR / 1978 tentang Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Prasetya Pancakarsa) dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai dasar Negara. Pada pasal 1 Ketetapan tersebut dinyatakan bahwa Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 adalah dasar negara dari Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten dalam kehidupan bernegara. Dokumen kenegaraan lainnya adalah Peraturan Presiden No 7 tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004-2009. Salah satu kutipan dari dokumen tersebut menyatakan bahwa dalam rangka Strategi Penataan Kembali Indonesia, bangsa Indonesia ke depan perlu secara bersama-sama memastikan Pancasila dan Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 tidak lagi diperdebatkan. Untuk memperkuat pernyataan ini, Presiden Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada salah satu bagian pidatonya yang bertajuk "Menata Kembali Kerangka Kehidupan Bernegara Berdasarkan Pancasila" dalam rangka 61 tahun hari lahir Pancasila meminta semua pihak untuk menghentikan perdebatan tentang Pancasila sebagai dasar negara, karena berdasarkan Tap MPR No XVIII /MPR/1998, telah menetapkan secara prinsip Pancasila sebagai dasar negara. Berdasar uraian di atas menunjukkan bahwa di era reformasi ini elemen masyarakat bangsa tetap menginginkan Pancasila meskipun dalam pemaknaan yang berbeda dari orde sebelumnya. Demikian pula negara atau rezim yang berkuasa tetap menempatkan Pancasila dalam bangunan negara Indonesia. Selanjutnya juga keinginan menjalankan Pancasila ini dalam praktek kehidupan bernegara atau lazim dinyatakan dengan istilah melaksanakan Pancasila. Justru dengan demikian memunculkan masalah yang menarik yaitu bagaimana melaksanakan Pancasila itu dalam kehidupan bernegara ini.

DAFTAR PUSTAKA

Al Marsudi Subandi H. 2003. Pancasila dan UUD45 dalam Paradigma Reformasi. Jakarta : Rajawali Pers.Setiady Elly M, Panduan Kuliah Pendidikan Pancasila, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.Wahana, Paulus. 1993. Filsafat Pancasila. Kanisius. Yogyakarta. hal 20Suwarno, P.J., 1993,Pancasila Budaya Bangsa Indonesia, Yogyakarta: Kanisius

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAANPANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI

Oleh :Nur Adilla145020200111015 / 2014Rofi Miftahul A.145020200111025 / 2014Rindang Cahyaningsih.145020200111035 / 2014

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015