23
Ideologi Islam http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi_Islam Ideologi Islam (Arab : لام س لا اɪ (bantuan ·info ) al-'islāmiyya) adalah sistem politik yang berdasar akidah agama Islam. istilah dan definisi ideologi Islam mempunyai istilah dan definisi yang berbeda-beda di antara para pemikir terkemuka Islam. (lihat: Islamisme ) Islam berasal dari kata Aslama yang memiliki arti sebuah sifat Tunduk, Taat, dan Patuh. Islam bersifat Universal untuk siapapun, bahkan Alam Semestapun sudah Tunduk, Taat, dan patuh (Aslama) pada Hukum atau Ketetapan Tuhan Semesta Alam, TuhanNya Manusia. Maka siapapun, dimanapun, kapanpun, Agama apapun, suku apapun, jika dia Tunduk, Taat, dan Patuh dapat di katakan Islam/Aslama. Islam dilahirkan dari proses berfikir yang menghasilkan keyakinan yang teguh terhadap keberadaan (wujud) Allah sebagai Sang Pencipta dan Pengatur Kehidupan, alam semesta dan seluruh isinya, termasuk manusia. Darinya lahir keyakinan akan keadilan dan kekuasaan Allah Yang Maha Tahu dan Maha Pengatur, Allah telah mewahyukan aturan hidup, yaitu syariat Islam yang sempurna dan diperuntukkan bagi manusia. Syariat Islam tersebut bersumber pada Kitabullah dan Sunah Rasul . Dari keyakinan ini tumbuhlah keyakinan akan adanya Rasul dari golongan manusia , yang menuntun dan mengajarkan manusia untuk mentaati penciptanya, dan meyakini akan adanya hari perjumpaan dengan Allah SWT. Aturan hidup yang dimaksud merupakan aturan hidup yang bersumber dari wahyu Allah. Aturan ini mengatur berbagai cara hidup manusia yang berlaku dimana saja dan kapan saja, tidak terikat ruang dan waktu. Dari peraturan yang mengikat individu ataupunmasyarakat dan bahkan sistem kenegaraan. Seluruhnya ada diatur dalam Islam .

Ideologi Islam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KUMPULAN BEBERAPA ARTIKEL TENTANG IDEOLOGI ISLAM

Citation preview

Page 1: Ideologi Islam

Ideologi Islam

http://id.wikipedia.org/wiki/Ideologi_Islam

Ideologi Islam (Arab:  ɪ (bantuan·info) al-'islāmiyya) adalah sistem politikاإلسالم yang berdasar akidah agama Islam. istilah dan definisi ideologi Islam mempunyai istilah dan definisi yang berbeda-beda di antara para pemikir terkemuka Islam. (lihat: Islamisme)

Islam berasal dari kata Aslama yang memiliki arti sebuah sifat Tunduk, Taat, dan Patuh. Islam bersifat Universal untuk siapapun, bahkan Alam Semestapun sudah Tunduk, Taat, dan patuh (Aslama) pada Hukum atau Ketetapan Tuhan Semesta Alam, TuhanNya Manusia. Maka siapapun, dimanapun, kapanpun, Agama apapun, suku apapun, jika dia Tunduk, Taat, dan Patuh dapat di katakan Islam/Aslama. Islam dilahirkan dari proses berfikir yang menghasilkan keyakinan yang teguh terhadap keberadaan (wujud) Allah sebagai Sang Pencipta dan Pengatur Kehidupan, alam semesta dan seluruh isinya, termasuk manusia. Darinya lahir keyakinan akan keadilan dan kekuasaan Allah Yang Maha Tahu dan Maha Pengatur, Allah telah mewahyukan aturan hidup, yaitu syariat Islam yang sempurna dan diperuntukkan bagi manusia. Syariat Islam tersebut bersumber pada Kitabullah dan Sunah Rasul. Dari keyakinan ini tumbuhlah keyakinan akan adanya Rasul dari golongan manusia, yang menuntun dan mengajarkan manusia untuk mentaati penciptanya, dan meyakini akan adanya hari perjumpaan dengan Allah SWT. Aturan hidup yang dimaksud merupakan aturan hidup yang bersumber dari wahyu Allah. Aturan ini mengatur berbagai cara hidup manusia yang berlaku dimana saja dan kapan saja, tidak terikat ruang dan waktu. Dari peraturan yang mengikat individu ataupunmasyarakat dan bahkan sistem kenegaraan. Seluruhnya ada diatur dalam Islam.

Ciri ideologi Islam[sunting | sunting sumber]

Di bawah ini adalah ciri-ciri ideologi Islam menurut beberapa pihak:

Sumber: Wahyu Allah SWT kepada Rasul-rasul Allah. Menjadi landasannya. Dasar kepemimpinan ideologis: La ilaha illallah (menyatukan antara hukum Allah

SWT dengan kehidupan). Kesesuaian dengan fitrah: Islam menetapkan manusia itu lemah. Jadi, segala aturan

apapun harus berasal dari Allah SWT lewat wahyu-Nya. Pembuat hukum dan aturan: Allah SWT lewat wahyu-Nya. Akal manusia berfungsi

menggali fakta dan memahami hukum dari wahyu. Fokus: Individu merupakan salah satu anggota masyarakat. Individu diperhatikan

demi kebaikan masyarakat, dan masyarakat untuk kebaikan individu. Ikatan perbuatan: Seluruh perbuatan terikat dengan hukum syaro'. Perbuatan baru

bebas dilakukan bila sesuai dengan hukum syaro'. Tujuan tertinggi yang hendak dicapai: Ditetapkan oleh Allah SWT, sebagaimana telah

dibahas.

Page 2: Ideologi Islam

Tolak ukur kebahagiaan: Mencapai ridho Allah SWT, yang terletak dalam ketaatan dalam setiap perbuatan.

Kebebasan pribadi dalam berbuat: Distandarisasi oleh hukum syaro'. Bila sesuai, bebas dilakukan. Bila tidak, maka tidak boleh dilakukan.

Pandangan terhadap masyarakat: Masyarakat merupakan kumpulan individu yang memiliki perasaan dan pemikiran yang satu serta diatur oleh hukum yang sama.

Dasar perekonomian: Setiap orang bebas menjalankan perekonomian dengan membatasi sebab pemilikan dan jenis pemiliknya. Sedangkan jumlah kekayaan yang dimiliki tidak boleh dibatasi.

Kemunculan sistem aturan: Allah SWT telah menjadikan bagi manusia sistem aturan untuk dijalankan dalam kehidupan yang diturunkan pada Nabi Muhammad SAW. Manusia hanya memahami permasalahan, lalu menggali hukum dari Al Qur'an dan As Sunnah.

Tolok ukur: Halal dan haram. Penerapan

http://islamicideologis.blogspot.com/2012/10/islam-adalah-ideologi-mabda.html

Islam adalah Ideologi (Mabda')

Pernahkah anda mendengar orang perna menyebutkan kata Ideologi?Apakah arti sebuah Ideologi?Apakah menurut anda istilah ini adalah istilah asing jadi tidak layak digunakan untuk defenisi di dalam agama islam.Jika anda memahami bahwa istilah ideologi adalah istilah yang tidak layak digunakan dalam bahasan agama Islam berarti anda berada pada tulisan yang tepat karena dalam tulisan ini akan dibahas terkait dengan ideologi itu.

Defenisi Ideologi.

Menurut wikipedia Ideologi adalah Ideologi kumpulan ide atau gagasan.Menurut wikipedia Ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yg dijadikan asas pendapat (kejadian) yg memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup.Menurut Muhammad Ismail dalam bukunya Al Fikru Al Islamiy, menyatakan bahwa idelogi (mabda’) merupakan ‘aqidah ‘aqliyyah yanbatsiqu ‘anha an nizham. Artinya; ‘aqidah ‘aqliyyah yang melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan (nizham).

Menurut hemat saya defenisi ideologi yang sempurna dan paling tepat adalah defenisi yang terakhir yakni yang didefenisikan oleh Muhammad Ismail. Menurut definisi yang beliau tuliskan, nampak bahwa sesuatu disebut ideologi bila memiliki dua syarat, yaitu memiliki ‘aqidah ‘aqliyyah sebagai fikroh (ide) dan memiliki sistem (aturan) sebagai thariqah (metode penerapan). Bila tidak memiliki kedua hal tersebut, maka tidak bisa

Page 3: Ideologi Islam

dikatakan sebagai ideologi.

Jenis - Jenis Ideologi

Karena Syarat utama Ideologi harus memiliki ide (fikroh) dan metode (thoriqoh) maka ideologi di dunia ini hanya ada 3 :

1. Ideologi Kapitalisme.

Ideologi kapitalisme adalah ideologi yang berasal dari eropa, Kelahiranya disebabkan karena adanya penindasan kaum gereja terhadap rakyat, kaum gereja acap kali menjadikan nama tuhan untuk mengambil semua kebijakanya. kebijakan tersebut sering sekali merugikan banyak rakyat, seperti pengambilan pajak terhadap rakyat mereka gunakan nama tuhan, untuk menentukan ilmu pengetahuan kaum gereja juga mengatasnamakan tuhan, hal itu tersu terjadi sehingga rakyat banyak yang menderita dan akhirnya kebijakan gereja dilawan oleh rakyat yang menyebabkan kaum gereja dilarang untuk mengatur urusan dunia, kaum gereja hanya mengatur urusan gereja saja. ide seperti ini kemudian melahirkan sebuah ide dasar yakni Sekulerisme yaitu pemisahan antara kehidupan dan agama. ini lah ide (Fikroh) kapitalisme.Karena Ide dasarnya adalah Sekulerime sehingga seluruh perbuatan manusia tidak lagi diatur oleh tuhan melainkan diatur sebebas-bebasnya oleh manusia sehingga dikenal pula adanya kebebasan(Freedom). inilah yang menjadi metode ideologi ini untuk berbuat, ideologi ini berbuat sekehendak manusia tidak lagi mementingkan apa dan bagaimana yang penting manusianya maju dan sejahtera, tak perduli manusia yang lain maju atau tidak, sehingga mereka juga bebas untuk menjajah seluruh negeri-negeri yang ada di dunia, mereka sungguh serakah karena kebebasan mereka. itulah Kapitalisme yang menjadi Ideologi terkuat di zaman sekarang, ideologi ini dipimpin oleh Amerika dan negara-negara sekutunya.

2. Ideologi Sosialisme - Komunisme

Semenjak lahirnya ideologi kapitalis ini maka seluruh manusia benar - benar dalam kebebasan, seluruh manusia bertindak sekehendak mereka tanpa memperdulikan tuhan. sehingga di benak manusia benar - benar ada sebuah pemahaman bahwa mengapa tuhan diam saja padahal aturanya tidak digunakan, bahkan mereka menganggap tuhan benar - benar tidak ada. ide ini lah yang menjadi ide dasar dari ideologi ini yakni tuhan tidak ada dan manusia itu ada dengan sendirinya karena manusia adalah materi sehingga sama dengan materi yang lain yang ada dengan sendirinya. ide ini lah yang menjadi ide (Fikroh) komunis.sementara metode (thoriqoh) nya tidak jauh berbeda dengan kapitalisme.ideologi ini tidak ada lagi dalam bentuk negara, tidak seperti kapitalis yang di emban oleh

Page 4: Ideologi Islam

amerika, karena ideologi komunis sudah hancur pada tahun 1991 pada saat itu yang mengembanya adalah uni sovyet (rusia) yang di hancurkan oleh Amerika, tapi ideologi ini tidak akan mati sekalipun Negaranya, pengembanya sudah mati dan hancur. Suatu saat ideologi ini bisa saja bangkit kembali jika diperjuangkan oleh orang yang bersgungguh-sungguh sekalipun ideologi ini adalah ideologi sesat layaknya kapitalisme.

3. Ideologi Islam

Islam merupakan ajaran yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat jibril yang berfungsi untuk mengatur hubungan manusia dengan dirinya sendiri, hubungan manusia dengan Allah SWT dan hubungan manusia dengan manusia lain. inilah Islam yang sempurna itu.kesempurnaanya juga meliputi Ide (Fikroh) dan metode (Thoriqoh).ini lah yang dikatakan oleh Allah SWT dalam Al-Quran surat Al Maidah ayat 3 :Ayat di atas menjadi bukti akan kesempurnaan Islam, sehingga tidak ada lagi alasan manusia untuk tidak setuju untuk mengatakan bahwa islam adalah sebuah ideologi.

“Hari ini telah Aku sempurnakan agama kamu dan telah Aku cukupkan nikmatKu untukmu, serta Aku ridlai Islam sebagai agama bagimu.”(QS Al Maidah: 3)

Perbandingan Ideologi

No Perihal Islam Kapitalisme Sosialisme-Komunisme

1 Sumber Wahyu Allah SWT  kepada

Rasulullah SAW

Buatan akal manusia  yang

memangterbatas

Buatan akal manusia yang

memang terbatas

2 Dasar qiyadah fikriyah

La ilaha illallah; menyatukan antara hukum Allah SWT dengan kehidupan

Sekularisme; memisahkan  agama dari  kehidupan

masyarakat dan negara

Materialisme dan evolusi, menolak

keberadaan agama

3 Kesesuaian dengan fitrah (dalam hal ini

adanya manusia  yang lemah dan perlu pencipta

Sesuai. Islam menetapkan

manusia itu lemah. Oleh sebab itu,

segala aturan apa pun harus berasal

Tidak sesuai. Sebab, disatu sisi

mengakui keberadaan

‘Tuhan’ namun pada saat yang

Tidak sesuai. Sebab tidak

percaya adanya Pencipta. Manusia

dianggap pusat

Page 5: Ideologi Islam

yang Maha Mengatur)

dari Allah SWT lewat wahyu-Nya.

sama manusialah yang dianggap layak dan tidak

punya kekurangan

untuk menetapkan

aturan.

segalanya.

4 Pembuat Hukum dan Aturan

Allah SWT lewat wahyu-Nya. Akal manusia  berfungsi menggali fakta dan mamahami hukum

dari wahyu.

Manusia Manusia

5 Fokus Individu merupakan salah

satu anggota masyakat. Individu diperhatikan demi 

kebaikan masyarakat, dan

masyarakat diperhatikan untuk kebaikan individu

Individu di  atas segalanya. Masyarakat

adalah kumpulan individu individu

saja.

Negara di atas segalanya. Individu

merupakan salah satu gigi roda dalam roda

masyarakat yang berupa sumber

daya alam, manusia, barang

produksi dan lain-lain.

6 Ikatan perbuatan Seluruh perbuatan terikan dengan hukum syara’. Perbuatan baru bebas dilakukan

bila sesuai dengan hukum syara’

Serba bebas (liberalisme)

dalam masalah ‘aqidah,

pendapat, pemilikan dan

kebebasan pribadi

Tidak ada kebebasan dalam

‘aqidah dan pemilikan.

Dalam perbuatan bebas

7. Tujuan tertinggi yang hendak

dicapai

Ditetapkan oleh Allah SWT seperti

telah dibahas

Ditetapkan manusia sesuai

kondisi

Ditetapkan manusia sesuai

kondisi8. Tolok ukur

kebahagiaanMencapai ridla

Allah SWT yang terletak dalam

ketaatannya dalam

Meraih sebanyak–

banyak materi (berupa pangkat,

Meraih sebanyak–

banyak materi (berupa pangkat,

Page 6: Ideologi Islam

setiap perbuatan kedudukan, pujian dll.)

kedudukan, pujian dll.)

9. Kebebasan pribadi dalam berbuat

Distandarisasi  oleh hukum

syara’. Bila sesuai bebas dilakukan, bila tidak maka

tidak boleh dilakukan

Mendewakan kebebasan

pribadi demi meraih

kebahagiaan yang mereka definisikan

Mendewakan kebebasan

pribadi demi meraih

kebahagiaan yang mereka definisikan

10. Pandangan terhadap

masyarakat

Masyarakat merupakan

kumpulan individu yang memiliiki 

perasaan dan pemikiran yang satu serta diatur

oleh hukum yang sama.

Masyarakat merupakan kumpulan individu-individu.

Masyarakat merupakan

kumpulan dan kesatuan

manusia, alam dan interaksinya

dengan alam

11. Dasar Perekonomian

Setiap orang bebas menjalankan

perekonomian dengan membatasi sebab pemilikan 

dan jenis pemiliknya.

Sedangkan jumlah kekayaan yang boleh dimiliki tidak dibatasi.

Ekonomi berada di tangan para pemilik modal.

Setiap orang bebas menempuh

cara apa saja. Tidak dikenal sebab-sebab pemilikan.

Jumlahnya pun bebas dimiliki tanpa batasan.

Ekonomi di tangan negara.

Tidak ada sebab pemilikan,

semua orang boleh mencari

kekayaan dengan cara apa pun.

Namun jumlah kekayaan yang boleh dimiliki

dibatasi.12. Kemunculan

sistem aturanAllah telah 

menjadikan bagi manusia sistem

aturan untuk dijalankan dalam kehidupan yang diturunkan pada nabi Muhammad SAW . Manusia

hanya memahami permasalahan, lalu

Manusia membuat hukum

bagi dirinya berdasar fakta

yang dilihatnya

Sistem aturan diambil dari alat-

alat produksi

Page 7: Ideologi Islam

menggali hukum dari Al Qur’an dan

As Sunah.13. Tolok ukur Halal - haram Manfaat

kekinianTolok ukur

materi14 Penerapan hukum Atas dasar

ketaqwaan individu, kontrol masyarakat dan penerapan dari 

masyarakat

Terserah individu

Tangan besi dari negara

Bangkit dengan Ideologi Islamhttp://hizbut-tahrir.or.id/2008/05/21/bangkit-dengan-ideologi-islam/ “Barat maju karena meninggalkan agamanya sementara kaum muslim mundur karena meninggalkan agamanya atau ideologinya.” Demikian ceramah yang disampaikan oleh aktivis Hizbut Tahrir, Ust Harun Al Rasyid, di depan ratusan peserta Majelis Taqarub Ilaa Llah, yang memadati Masjid Raya Bogor, Ahad, 18/5. Menurutnya, kebangkitan yang didasarkan pada sekularisme seperti yang terjadi di Barat, itu adalah kebangkitan yang semu. Karena itu kalau umat Islam ingin maju harus kembali kepada ideologi Islam bukan pada sekulerisme.Inilah kebangkitan yang sebenarnya. “Kebangkitan yang hakiki adalah kebangkitan yang didasarkan pada ideologi Islam,” ujarnya. Itulah fakta yang terjadi pada umat Islam dahulu.Ketika Nabi Muhammad berdakwah di Mekkah, lanjutnya, Rasulullah tidak hanya mengajarkan Ahlak, tapi juga membongkar system kufur dan mendakwahkan system Islam sebagai pengganti system kufur. Dari situlah umat Islam bangkit. Islam kemudian berkembang seluruh jazirah Arab. Selanjutnya menyebar ke seluruh penjuru dunia. “Faktanya Islam itu bisa menyatukan suku-suku dari mulai Andalusia hingga Asia. Dan dari Maroko hingga Merauke,” terangnya.Ustadz Harun Al Rasyid juga menjelaskan, negara yang tidak jelas Ideologinya seperti Indonesia, tak mungkin akan bangkit. Indonesia menyatakan bukan negara sekuler tapi juga bukan negara agama (Islam). “Kita setengah-setengah, tidak jelas sehingga jadi negara bukan-bukan. Jadi wajar bila tidak bangkit-bangkit, karena landasan kebangkitannya tak ideologis,” ujarnya.Wajar pula bila akhirnya Indonesia hingga kini tetap terpuruk. Kita tak punya harga diri, sehingga tak dihargai oleh bangsa lain. Padahal, lanjutnya, umat Islam di Indonesia ini mayoritas. Namun sayang, meski umat Islam mayoritas, system hidup yang diterapkan bukan Islam. Akibatnya, umat Islam di Indonesia tidak menjadi agen perubahan, tapi menjadi objek perubahan. “Kita dijajah, ditekan, harta kita dirampas, dan kita tak berdaya. Kita hanya menjadi budak-budak orang kafir, ” tegas Ustadz Al Rasyid.

Page 8: Ideologi Islam

Umat Islam di Indonesia harusnya menjadi pelaku kebangkitan. Karena itu Umat Islam di negeri ini seharusnya berani untuk mengatakan, “Saksikanlah oleh kalian, bahwa kami adalah orang-orang Islam.”Setidaknya ada dua hal yang bisa dilakukan untuk mencapai kebangkitan, yaitu pertama melakukan perubahan secara aktif, yakni dengan membuat perencanaan, target dan menyiapkan tujuannya. Kedua memulai perubahan itu dari diri manusianya yakni pemikiran dan perasaan.Kebangkitan sebenarnya akan cepat dicapai bila partai-partai Islam melakukan pencerahan kepada umat. Sebab salah satu faktor penghambat kebangkitan adalah jauhnya pemahaman umat akan ideologi Islam. “Karena itu tugas partai Islamlah untuk mencerdaskan umat,” terang Al Rasyid. [LI/Abu Ziad]

Opini: Apakah Islam Adalah Ideologi? Jawaban untuk Syekh Hamza Yusuf

http://hizbut-tahrir.or.id/2014/02/19/opini-apakah-islam-adalah-ideologi-jawaban-untuk-syekh-hamza-yusuf/

Syekh Hamza Yusuf baru-baru ini membuat update status Facebook yang mengatakan hal sebagai berikut :“Islam bukanlah sebuah ideologi, politik ataupun sebaliknya. Islam adalah wahyu dari Allah yang menjelaskan dan mengingatkan manusia akan tugas mereka terhadap Sang Pencipta untuk menghormati dan menyembah Tuhan dengan rasa syukur atas karunia kehidupan dan semua hal yang menyertainya, dan tugas mereka terhadap sesama makhluk sebagai ciptaan Allah yang unik dan dilindungi. ”Ketika ambiguitas dapat menyebabkan penegasan atas kesalahpahaman kepada masyarakat, maka penting untuk memperjelas makna dari apa yang kita katakan, dan memastikan hal itu sejelas mungkin. Di sini, Syekh Hamza Yusuf membuat batasan tentang arti kata “ideologi” dan hubungannya dengan Islam, dan dalam artikel lain (https://sandala.org/blog/the-importance-of-being-ambiguous-or-the-sin-tax-of-ignoring-syntax) menjelaskan bahwa yang dia maksud  berbeda, dengan arti kata yang kurang lazim digunakan. Artikel kedua ini lebih panjang, dan Syekh Hamza Yusuf mempostingnya sebagai respon status Facebook baru-baru ini sebagai penjelasan tentang apa yang dia maksudkan.Berikut ini adalah tanggapan terhadapnya :1 – Dimulai dengan kata “ideologi.” Meskipun, sebagai Muslim, kita mengartikannya sebagai sesuatu yang sangat spesifik ketika kita mengatakan “ideologi”, namun kata tersebut juga didefinisikan dalam banyak kamus dengan arti yang mirip dengan definisi kami tentang arti “ideologi.” Misalnya, Kamus Merriam- Webster mengatakan “ideologi” adalah :a – sekumpulan konsep sistematis terutama mengenai kehidupan manusia atau budayab – cara atau muatan karakteristik berpikir dari individu, kelompok , atau budaya

Page 9: Ideologi Islam

c – pernyataan-pernyataan, teori-teori dan tujuan-tujuan yang terintegrasi yang merupakan suatu program sosial politikDan Islam memuat ketiga hal tersebut. Islam adalah “ideologi” menurut hampir semua definisi kamus.Sebagai seorang muslim, ketika kita berbicara tentang “ideologi,” kita sebenarnya mengacu pada terjemahan dari kata bahasa Arab yang artinya adalah : “mabda’ ” atau yang berarti : 1 ) Dasar dimana sudut pandang kehidupan anda diatur, dari mana ,مبدأanda mengambilnya 2 ) seperangkat solusi untuk hidup sesuai dengannya.Dengan kata lain, ideologi Islam adalah : 1) Akidah Islam sebagai dasar pandangan hidup kita, dan 2 ) Al-Qur’an dan Sunnah sebagai sumber dari segala solusi bagi kehidupan.Hal itu adalah sebuah ideologi. Tanpa diragukan lagi, Islam adalah sebuah ideologi.2 – Kemudian disebutkan “politik atau sebaliknya.” Apakah Islam adalah sebuah sistem politik atau sebaliknya ?Pertama-tama, Nabi Saw. bersabda, bahwa semua nabi adalah para politisi dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al – Bukhari : “Dulu Bani Israil dipimpin/diurus (disini menggunakan kata “politik”) oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi wafat, nabi yang lain menggantikannya. Namun, tidak ada nabi setelahku, dan yang akan ada adalah para khalifah, yang berjumlah banyak.” Sejak hijrah sampai tahun 1924 M, Islam telah menjadi entitas politik, dan tidak ada yang dapat menyangkalnya. Siapa yang dapat menyangkal bahwa sesungguhnya Abu Bakar ra. adalah seorang politisi? Atau bahwa sesungguhnya Umar ra. adalah seorang politisi? Mengapa para Sahabat memilih Abu Bakar ra. sebagai Khalifah pertama? Karena beliau adalah seorang Muslim terbaik di antara mereka, juga pemimpin dan penguasa terbaik di antara mereka.Dan Islam jelas memiliki hukum dan solusi untuk semua urusan politik. Islam memiliki sistem pemerintahan yang lengkap, sistem ekonomi yang lengkap, kebijakan luar negeri yang lengkap, kebijakan pendidikan yang lengkap, sistem sosial yang lengkap, hukum pidana yang lengkap, dan sebagainya. Rincian sistem ini telah mendalam dijelaskan dalam kitab-kitab Hizbut Tahrir.Tanpa keraguan, Islam adalah sistem politik.3 – Dan ketiga, disebutkan “Islam merupakan wahyu dari Allah … yang mengingatkan orang akan tugas mereka terhadap Sang Pencipta mereka … dan tugas mereka terhadap sesama makhluk … ”Ya, ini benar. Islam adalah seperangkat hukum, yang juga dikenal sebagai “Petunjuk” atau “Huda,” ( هدى ) seperti yang disebutkan pada ayat Al- Qur’an : ” Sesungguhnya petunjuk Allah itulah (yang sebenarnya) petunjuk”. Jadi, mengapa Sheikh Hamza Yusuf percaya bahwa petunjuk ini tidak ada pada petunjuk sosial, pemerintah, dan global?Tugas kita terhadap Allah Swt. disebut sebagai “Ibadah” (tindakan peribadatan individual) dalam Islam. Dan tugas kita terhadap sesama makhluk disebut “Mu’amalah” (transaksi) dalam Islam.

Page 10: Ideologi Islam

Ini adalah sistem Islam. Ini adalah ideologi politik yang memecahkan semua masalah kehidupan: mulai dari masalah bagaimana menyembah Sang Pencipta kita (Ibadah), hingga masalah pribadi untuk mengetahui bagaimana mengatur kehidupan pribadi kita (seperti makanan, pakaian, dan lain-lain), bagaimana mengatur masalah-masalah sosial kita, hingga mengetahui bagaimana mengatur interaksi manusia (Mu’amalaah), termasuk mengatur masyarakat dan pemerintahan.Tidak seorang pun yang  waras yang akan berpikir bahwa Allah Swt. akan menurunkan sebuah sistem lengkap tanpa memberikan kita seperangkat solusi yang lengkap untuk mengatur masyarakat kita, yang sangat kita butuhkan bimbingan-Nya. Islam adalah seperangkat solusi yang lengkap, dengan jelas dinyatakan dalam ayat Al-Qur’an : “Hari ini telah Aku sempurnakan bagimu Agamamu … ” .4 – Adapun artikel yang diposting kemudian menjelaskan apa yang dimaksud dengan “ideologi” dan “politik ,” anda mengatakan di dalamnya :“Selain itu, anda bahkan tidak dapat menemukan satu katapun dalam bahasa Arab klasik yang menunjukkan makna ‘ideologi'; tidak ada padanan kata yang dapat ditemukan dalam kamus otoritatif  Ibn Manzur tentang bahasa Arab klasik ,  Kamus Lisan al – Arab, dan hal ini tentunya tidak dapat ditemukan di dalam Al-Qur’an atau hadits. Tidak kaum Salaf dan tidak juga para ulama Islam yang menggunakan istilah itu selama 1300 tahun yang lalu. Sebenarnya, istilah ini menjadi tersebar luas setelah munculnya ideologi-ideologi di dunia Islam, yang tercemar oleh pemikiran Marxis, dan mulai membentuk kembali Islam sebagai gerakan perlawanan kolonial dan paska – kolonial.  Karena orang-orang Arab bahkan tidak memiliki kata itu atas fenomena ini dalam bahasa klasik mereka, mereka harus membuat satu kata untuk mengekspresikan ide itu, ketika kita mencari kata ‘ideologi’ di dalam setiap kamus bahasa Inggris – Arab modern, kita menemukan kata ‘idiolojiyyiah ” .Jika anda melihat kembali sepanjang tahun 1900-an, anda akan menemukan bahwa munculnya gerakan-gerakan Islam yang bekerja untuk mengembalikan Khilafah berlangsung di dunia Arab, bukan di dunia yang menggunakan bahasa Inggris. Jadi, untuk memperdebatkan arti kata “ideologi” dalam bahasa Inggris begitu berlebihan dan tidak akurat. Kata yang digunakan oleh gerakan-gerakan ini dan para ulama adalah kata “mabda” atau مبدأ . Kata ini jelas ada dalam buku-buku para ulama klasik, dan setumpuk kamus Arab (Lisaan Al – Arab, Al – Qamoos Al – Muheet , dan lain-lain). Orang-orang yang meng-Arabkan kata ideologi menjadi “idiolojiyyah” adalah orang-orang yang tidak berpengalaman dalam topik ini.Oleh karena itu, kata yang tepat untuk digunakan adalah : mabda ‘(مبدأ). Silahkan luangkan waktu anda untuk mengkaji arti kata itu lebih dalam, dan anda akan menemukan bahwa Islam, tanpa diragukan lagi, merupakan sebuah ‘mabda’, sejalan dengan makna historis kata tersebut dan maknanya dalam kehidupan modern sehari-hari.5 – Dan di bagian lain dari artikel yang sama, anda membahas politik , dan berkata : “Tetapi untuk mengatakan bahwa politik itu penting untuk mempraktekan Islam yang membantah kumpulan hadist al- Bukhari : di mana Nabi Saw. berkata kepada Hudzaifah

Page 11: Ideologi Islam

bahwa jika tidak ada pemimpin yang jelas dari umat Islam maka hendaknya melepaskan diri dari semua kelompok dan berpegang teguh hanya kepada Islam. ”Bahkan jika terjemahan dan interpretasi anda dari hadits ini adalah akurat (Anda tahu, seperti halnya yang saya lakukan bahwa hadits itu ambigu dan mengandung banyak arti), hal itu tidak ada hubungannya dengan fakta bahwa Islam memiliki kewajiban politik ( maupun (عين) bahwa kita umat Islam bertanggung jawab baik secara individu ( فرائضkelompok (كفاية) .Untuk menyangkal bahwa politik itu penting bagi praktek yang dilakukan seseorang dalam Islam, berarti menyangkal semua kewajiban yang penting bagi seseorang dalam Islam.Hadits Al – Bukhari yang dikutip itu mengacu pada tidak adanya Khilafah dan adanya “kelompok” (negara-negara yang berdasarkan bendera dan kebangsaan). Kita diberitahu untuk menjauhkan dari mereka semua (menjauh dari nasionalisme dan loyalitas kepada pemerintah mereka), dan tidak bergabung dengan mereka. Hal ini tidak berarti meninggalkan kewajiban politik dalam Islam. Ini hanya berarti menjauhkan diri untuk bergabung dengan politik yang terpecah belah, jika anda tidak dapat menemukan Jama’ah Muslim (yaitu Khilafah) .Semoga Allah Swt. membimbing kita kepada segala yang dapat membahagiakan-Nya, dan membuka hati kita untuk mendengarkan orang lain atas saran yang diberikan. Rasulullah Saw. bersabda dalam Hadits Mutawaatir: “Semoga Allah memuliakan orang-orang yang mendengar perkataanku ini, dan memahami mereka, dan kemudian menyebarkan kata-kata itu persis seperti yang dia dengar. Karena mungkin orang yang membawanya lebih baik untuk memahami dari pada orang yang mendengarnya, dan mungkin bahwa seorang yang mengajarkan Fiqih akan membawanya kepada seseorang yang memiliki pemahaman Fiqih yang lebih dari dia.” (rz/www.siyasahpress.org)

MEMBUMIKAN AL-QURAN: MEMBUTUHKAN NEGARAhttp://hizbut-tahrir.or.id/2009/09/08/membumikan-al-quran-membutuhkan-negara/

[Al-Islam 472] Bulan Ramadhan sering disebut sebagai bulan al-Quran (syahr al-Qru’ân), setidaknya karena dua hal. Pertama: pada bulan Ramadhanlah Allah menurunkan al-Quran, sebagaimana firman-Nya:

Bulan Ramadlan, bulan yang di dalamnya diturunkan al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang haq dan yang batil (QS al-Baqarah [2]: 185).Allah SWT juga berfirman:Sesungguhnya Kami menurunkan al-Quran pada suatu malam yang diberkahi (QS ad-Dukhan [44]: 3).Sesungguhnya Kami telah menurunkan al-Quran pada Malam Kemuliaan (QS al-Qadr [97]: 1).

Page 12: Ideologi Islam

Karena itu, pada bulan Ramadhan ini—biasanya tanggal 17 Ramadhan—sebagian Muslim menyelenggarakan Peringatan Nuzulul Quran.Kedua: pada bulan ini pula biasanya kaum Muslim lebih banyak dan lebih sering membaca dan mengkaji al-Quran dibandingkan dengan bulan-bulan yang lain. Dalam tradisi kaum Muslim di Tanah Air, selama Ramadhan ada aktivitas rutin yang dikenal dengan istilah tadarus, yakni aktivitas membaca al-Quran, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan saling menyimak.Tentu baik menyelenggarakan Peringatan Nuzulul Quran. Dengan itu, setiap Muslim, paling tidak setiap setahun sekali, diingatkan tentang peristiwa turunnya kitab suci mereka, yakni al-Quran. Tentu baik pula, bahkan akan memperoleh balasan berlipat ganda, membiasakan tadarus selama bulan Ramadhan. Sebab, di luar Ramadhan saja, Baginda Rasulullah saw. telah menjanjikan pahala dari Allah berupa sepuluh kebaikan bagi setiap huruf al-Quran yang kita baca (HR at-Tirmidzi). Pahala membaca al-Quran tentu akan makin berlipat ganda jika dilakukan selama Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi saw. (HR Ibn Khuzaimah).Namun demikian, sejatinya kaum Muslim tidak lantas berhenti di sini, apalagi merasa puas hanya dengan Peringatan Nuzulul Quran dan kegiatan membaca al-Quran. Kaum Muslim hendaknya tidak hanya memperlakukan al-Quran sebagai kitab bacaan. Sebab, dalam ayat pertama yang dikutip di atas, jelas bahwa al-Quran Allah turunkan agar berfungsi sebagai hud[an] (petunjuk), bayyinât (penjelasan) danfurq[an] (pembeda; yang haq dengan yang batil) (QS al-Baqarah [2]: 125). Dalam ayat lain al-Quran juga menegaskan dirinya sebagai penjelas segala sesuatu (tibyân[an] li kulli syay’[in]), petunjuk (hud[an]) dan rahmat (rahmat[an]) bagi manusia (QS an-Nahl [16]: 89). Al-Quran bahkan merupakan obat penawar bagi kaum Mukmin (QS al-Isra’ [17]: 82)Pertanyaannya, sudahkah kaum Muslim saat ini mendudukkan al-Quran sesuai dengan seluruh fungsinya di atas? Ataukah al-Quran saat ini baru dijadikan sebagai kitab bacaan semata?Jangan Mengabaikan al-QuranAllah SWT berfirman:Berkatalah Rasul, “Tuhanku, sesungguhnya kaumku menjadikan al-Quran ini sebagai sesuatu yang diabaikan.” (QS al-Furqan [25]: 30).Ayat di atas menceritakan bahwa Rasulullah saw. mengadukan kepada Allah SWT perilaku umatnya yang menjadikan al-Quran sebagai mahjûr[an]. Kata mahjûr[an] merupakan bentuk maf‘ûl. Ia bisa berasal dari kata al-hujr, yakni kata-kata keji dan kotor. Dengan demikian, maksud ayat ini, mereka mengucapkan kata-kata batil dan keji terhadap al-Quran, seperti tuduhan al-Quran adalah sihir, syair atau dongengan orang-orang terdahulu (QS al-Anfal [8]: 31). (Ash-Shabuni, I/260). Kata mahjûr[an] juga bisa berasal dari kata al-hajr, yakni at-tark (meninggalkan, mengabaikan). Jadi, mahjûr[an] juga bisa bermakna matrûk[an] (yang ditinggalkan, diabaikan) (Al-Qanuji, IX/305).

Page 13: Ideologi Islam

Banyak sikap dan perilaku yang oleh para mufassir dikategori hajr al-Qur’ân (meninggalkan atau mengabaikan al-Quran). Di antaranya adalah menolak untuk mengimani dan membenarkannya; tidak men-tadabbur-i dan memahaminya; tidak mengamalkan dan mematuhi perintah dan larangannya; berpaling darinya menuju yang lain baik berupa syair, ucapan, nyanyian, permainan, ucapan atautharîqah yang diambil dari selainnya; tidak mau menyimak dan mendengarkan al-Quran (Ibn Katsir, I/1335).Tidak mau berhukum dengan al-Quran, baik dalam perkara ushûl ad-dîn maupun furû’-nya, menurut Ibnu al-Qayyim, juga terkategori meninggalkan atau mengabaikan al-Quran (Wahbah Zuhaili, IXX/61).Semua tindakan tersebut haram (dosa) karena dikaitkan dengan ayat berikutnya:Seperti itulah Kami mengadakan bagi tiap-tiap nabi musuh dari para pendosa (QS al-Furqan [25]: 31).Dalam ayat ini, jelas orang-orang yang meninggalkan dan mengabaikan al-Quran disejajarkan dengan musuh para nabi dari kalangan para pendosa.Bentuk-bentuk Pengabaian al-QuranJika kita cermati, gejala pengabaian al-Quran banyak dilakukan kaum Muslim—baik secara sadar ataupun tidak—dari berbagai level. Pertama: pada level masyarakat Muslim kebanyakan (awam), baik di kalangan bawah maupun kalangan menengah, kita sudah lama menyaksikan bagaimana al-Quran sekadar disimpan di rak-rak buku tanpa pernah dibaca, apalagi dikaji isinya dan diamalkan dalam realitas kehidupan. Kalaupun dibaca, biasanya sekadar pada bulan Ramadhan, seperti saat ini. Karena jarang dibaca, otomatis al-Quran pun jarang dikaji. Karena jarang dikaji, otomatis pula al-Quran jarang diamalkan. Masyarakat lebih tertarik dan bersemangat untuk membaca koran atau rajin menonton TV, misalnya, ketimbang membaca al-Quran. Wajar jika kemudian mereka, misalnya, lebih gandrung dengan apa yang dipropagandakan oleh koran atau TV—yang notabene lebih banyak mengusung gagasan-gagasan atau pesan-pesan yang bersumber dari akidah Sekularisme—ketimbang gagasan-gagasan dan pesan-pesan yang berasal dari al-Quran. Dalam tataran pemikiran, hal ini dapat dibuktikan dengan penerimaan sebagian besar masyarakat yang lebih gandrung dengan demokrasi, HAM, kebebasan, emansipasi dll ketimbang gagasan-gagasan dan pesan-pesan Islam seperti penerapan syariah Islam secara kâffah (total). Dalam tataran kehidupan praktis, hal ini dapat diindikasikan dengan gandrungnya sebagian besar masyarakat terhadap gaya hidup Barat yang cenderung bebas dan liar. Kaum wanita Muslim, misalnya, banyak yang lebih suka berpakaian ala Barat yang mempertontonkan sebagian (bahkan sebagian besar) auratnya ketimbang menutup auratnya dengan jilbab dan kerudung. Para remaja banyak yang lebih suka bergaul bebas ketimbang terikat dengan aturan-aturan syariah.Kedua: pada level kaum intelektual Muslim, kita juga menyaksikan bagaimana al-Quran diperlakukan secara ‘semena-mena’; sesekali dikritisi, bahkan tak jarang digugat—meskipun tentu tidak secara terang-terangan alias dibungkus dengan berbagai istilah dan jargon, seperti ‘reaktualisasi’ ataupun ‘reinterpretasi’ al-Quran. Munculnya sikap ‘kritis’ terhadap al-Quran tidak lain karena didasarkan pada praanggapan bahwa al-Quran—

Page 14: Ideologi Islam

meskipun dipandang suci—hakikatnya adalah kumpulan teks, yang sama dengan teks-teks lain. Bahkan Nashr Hamid Abu Zayd, misalnya, dalam Mafhûm an-Nash; Dirâsât fî ‘Ulûm al-Qur’ân, secara tegas menyatakan bahwa al-Quran bukanlah kalamullah, ia hanyalah produk budaya (muntâj ats-tsaqâfi); hasil persepsi Muhammad saw. terhadap kalam Allah yang sebenarnya.Ketiga: pada level negara/penguasa, upaya mengabaikan al-Quran sesungguhnya lebih kentara lagi. Bagaimana tidak? Selama ini, al-Quran nyaris tidak dilirik, bahkan cenderung dicampakkan. Enggannya penguasa untuk menerapkan hukum-hukum Allah SWT yang bersumber dari al-Quran dan malah lebih rela melakukan legislasi hukum-hukum sekular buatan manusia adalah bukti nyata dari tindakan mereka melakukan pengabaian al-Quran. Allah SWT telah mengecam sikap demikian:Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengaku dirinya telah mengimani apa saja yang telah diturunkan kepadamu dan pada apa yang diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhukum pada thâghût, padahal mereka telah diperintah untuk mengingkarinya. Setan bermaksud menyesatkan mereka sejauh-jauhnya (QS an-Nisa’ [4]: 60).Yang lebih tragis, pejuang syariah Islam diperlakukan oleh penguasa—secara langsung ataupun karena tekanan Barat (baca: AS) sebagai teroris, atau paling tidak, sebagai ancaman; seolah-olah memperjuangkan tegaknya syariah Islam lebih jahat daripada tindakan kriminal seperti korupsi, misalnya. Sikap ini—ditegaskan oleh al-Quran—adalah sikap orang-orang munafik:

[Jika dikatakan kepada mereka, "Marilah kalian (tunduk) pada hukum yang telah Allah turunkan dan pada hukum Rasul," niscaya kalian melihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kalian (QS an-Nisa’ [4]: 61).

Membumikan al-Quran, Membutuhkan NegaraWacana tentang pentingnya membumikan al-Quran sudah sering dilontarkan oleh para ulama, intelektual dan aktivis Muslim. Namun, hingga kini wacana itu masih tetap berupa wacana, tidak mewujud menjadi realita. Al-Quran masih dijadikan sekadar kitab bacaan, tidak dijadikan pedoman, apalagi dijadikan sebagai sumber hukum dan perundang-undangan. Padahal al-Quran berisi sistem kehidupan yang harus diterapkan. Di dalamnya terdapat hukum yang mengatur seluruh segi dan dimensi kehidupan (QS an-Nahl [16]: 89).Harus disadari, sebagian hukum itu hanya bisa dilakukan oleh negara, semisal hukum-hukum yang berkaitan dengan pemerintahan dan kekuasaan, plitik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan politik luar negeri; termasuk pula hukum-hukum yang mengatur pemberian sanksi terhadap pelaku pelanggaran hukum syariah (‘uqûbât). Hukum-hukum seperti itu tidak boleh dan tidak mungkin diterapkan oleh individu. Semua itu hanya

Page 15: Ideologi Islam

mungkin dan sah dilakukan oleh negara (penguasa). Dalam Islam, negara semacam ini adalah Khilafah, dan penguasanya disebut khalifah.Berdasarkan fakta ini, keberadaan negara (Khilafah) adalah dharûrî (sangat penting). Tanpa Khilafah, mustahil kita bisa membumikan al-Quran. Tanpa Khilafah, banyak sekali ayat al-Quran yang dicampakkan. Padahal menelantarkan al-Quran—walaupun sebagian—termasuk tindakan haram (dosa). Karena itu, berdirinya Khilafah—tentu Khilafah ‘ala Minhâj an-Nubuwwah) harus disegerakan agar tidak ada satu ayat al-Quran pun yang diabaikan. Inilah seharusnya yang dijadikan pesan penting dalam Peringatan Nuzul Quran seperti saat ini.Wallâh a‘lam bi ash-shawâb. []