Click here to load reader
Upload
phungtu
View
212
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sesuatu yang universal dan berlangsung terus tak terputus
dari generasi ke generasi dimanapun di dunia ini. Upaya memanusiakan manusia
melalui pendidikan itu di selenggarakan sesuai dengan pandangan hidup dan
dalam latar sosial-kebudayaan setiap masyarakat tertentu. Oleh karena itu,
meskipun pendidikan itu universal, namun terjadi perbedaan-perbedaan tertentu
sesuai dengan pandangan hidup dan latar sosiokultural tersebut. Dengan kata lain,
pendidikan diselenggarakan berlandaskan filsafat hidup serta berlandaskan
sosiokultural setiap masyarakat, termasuk di Indonesia. Kajian ketiga landasan itu
(filosofis, sosiologis, dan kultural) akan membekali setiap tenaga kependidikan
dengan wawasan dan pengetahuan yang tepat tentang bidang tugasnya.
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
semakin pesat, telah memberi dampak terhadap perubahan kehidupan
masyarakat., baik di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan, khususnya
menjelang abad ke 20. Sehubungan dengan hal tersebut, kegiatan pendidikan
formal juga terus mengalami perkembangan seperti halnya di Indonesia, mulai
dari masa kolonial Belanda, masa pendudukan Jepang dan masa kemerdekaan.
Perkembangan pendidikan yang ada saat ini tidak terlepas dari hasil
perkembangan pendidikan yang tumbuh dalam sejarah pengalaman bangsa kita
pada masa yang telah lewat.dalam realitasnya, “pendidikan tidak beridiri sendiri
1
2
sendiri akan tetapi senantiasa dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan politik, sosial,
ekonomi, dan kultural”.
Kegiatan pendidikan seiring dengan perkembangan sejarah pendidikan.
seperti halnya di Gowa mengalami pasang surut. Pada masa Kolonial Belanda,
pendidikan berlangsung secara diskriminatif, karena adanya pemisahan antara
golongan bangsa Belanda, Eropa dan Timur asing, untuk golongan atas yang
disetarakan dengan Belanda dan pendidikan untuk golongan bawah atau rakyat
jelata. Kegiatan pendidikan tersebut merupakan politik balas budi untuk
mendapatkan legitimasi birokrasi pemerintahan Belanda.
Saat pendudukan Jepang, kegiatan pendidikan berlangsung 6 tahun dalam
pada tingkat sekolah dasar, dengan maksud untuk memudahkan pengawasan
terhadap aktivitas sekolah. Namun kemudian, seiring dengan perubahan politik,
dimana setelah Jepang kalah dari sekutu dan Indonesia memasuki masa
kemerdekaan (1945), pendidikan sudah menjadi hak bagi setiap warga Negara dan
dalam penyelenggaraannya diatur dengan dalam suatu sistem pengajaran nasional.
Hal ini tertuang dalam Pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945, yaitu: (1) tiap-tiap
warga Negara berhak mendapat pengajaran dan (2) pemerintahan mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan
undang-undang.
Kemudian dalam UU RI No. 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan
Nasional Pasal 1 telah ditetapkan antara lain bahwa “pendidikan adalah usaha
3
sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran,
dan/atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang”1.
Terjadinya perubahan dan perkembangan dalam sistem pendidikan,
khususnya di daerah Gowa tidak terlepas dari proses perubahan sistem
pemerintahan yang dianut, baik oleh pemerintah Hindia Belanda, masa
pendudukang Jepang dan masa kemerdekaan. Pada hakikatnya semua sistem
pendidikan yang diterapkan dalam tiga masa/periode tersebut tentunya memiliki
maksud dan tujuan tertentu, walaupun dalam pelaksanaannya pada masa
pemerintahan Hindia Belanda dan pendukung Jepang terdapat diskriminasi,
khususnya masalah kesempatan bagi rakyat biasa dalam memperoleh pendidikan.
Sebelum pendidikan formal masuk ke daerah Sulawesi Selatan , pewarisan
nilai ditransfer melalui nasehat, pesan, dan pemberian contoh-contoh praktis.
Lembaga Pendidikan Dasar, atau Sekolah Dasar mulai didirikan pada tahun 1906
di Gowa. Bangsa Indonesia mulai mengenal lembaga pendidikan formal dengan
adanya sekolah Melayu.
Metode pendidikan berlangsung secara Islamisasi dan dimulai sejak
masuknya Islam di Sulawesi Selatan pada Abad ke XVII. Sejak agama Islam
masuk ke Sulawesi Selatan, pemindahan nilai atau pengetahuan keagamaan
melalui nasihat sang pemimpin peribadatan, yang disebut imam. Sehabis
memimpin sembahyang, ia membalikkan dirinya mengahadapi pengikutnya
(jemaah) dan menyampaikan pesan-pesan atau pengajaran agama. Lama
kelamaan, murid-murid yang sesungguhnya anggota jemaah itu bertambah,
1Umar Tirtarahardja. Pengantar Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), hlm. 30
4
sehingga memerlukan tempat atau ruang khusus. Pendidikan yang dilangsungkan
didalam mesjid atau tempat sembahyang lainnya dinamakan pendidikan langgar.
Sistem pendidikan tersebut kemudian dikenal sebagai pendidikan non formal.
Dari pendidikan langgar dengan ini mata pelajaran membaca Al-Qur’an,
kitab suci ummat Islam, berkembang ke pendidikan madrasah. Pada madrasah
yang modern, memasukkan mata pelajaran umum bersama-sama pelajaran agama
guna dipelajari murid-murid. Ada pula sejenis pesantren, yang hanya mengajarkan
pendidikan agama Islam semata.
di Gowa sendiri sistem pendidikan yang dilakukan berupa (a) pendidikan
islam lewat dialog (b) tabligh atau pidato (c) pendidikan Islam lewat perbuatan,
(d) penagajian, sistem pendidikan pada saat itu masih bersifat non formal. Adapun
penjelasan dari sistem pendidikan tersebut yaitu :
1. Pendidikan Islam lewat dialog
Dengan dialog pemahaman akan ajaran lebih cepat dicapai, proses
pendidikan nilai keagamaan melalui dialog ini dilakukan oleh Datuk Sulaeman
dan Syech Yusuf yang di gelar Tuanta Salamaka,dialog ini dilkukan di tempat
terbuka sehingga disaksikan oleh banyak orang.
2. Pendidikan melalui tabligh atau pidato
Bentuk penyampaian ini disebut dengan system ceramah, murid-murid
mendengarkan materi pelajaran melalui ucapan sang guru agama atau imam. Sisti
pendidikan ini dilakukan di Mesjid atau Langgar, murid-murid membawa alat
tulis menulis untuk mencatat materi yang di tabghkan, pendidikan tabligh ini sama
5
halnya dengan kursus atau les, dengan demikian terbentuklah pendidikan surau
yang cukup banyak tersebar di sulawesi Selatan.
Metode penyampaian pengetahuan agama lewat tabligh atau pidato tidak
menggunakan bahasa arab, sebagai pengganti tabligh ialah sure’ pengngaja
dilakukan dengan suara merdu, sure’ pengngaja biasanya dilakukan oleh wanita
baik diacara perkawinan, sunatan (khitanan), maupun penamatan Al-Quran.
3. Pendidikan Islam lewat perbuatan
Pendidikan Islam lewat perbuatan mencakup tingkah laku sehari-hari,
misalnya cara bergaul sesama manusia,cara makan di meja makan, setiap ulama
menjadi pedoman dalam bertingkah laku, dengan demikian tugas para ulama
cukup berat, ia harus bebas dari perbuatan tercela.
4. Pengajian
Pengajian berpusat pada pembacaan kitab suci Al Quran, pokok pelajaran
ialah bagaimana bisa menghafal semua ayat-ayat suci Al Quran atau 30 juz,
pembacaan kitab suci Al Quran dianggap sebagai dasar pengenalan Agama Islam.
Karena itu sejak umur 5 Tahun, anak- anak dilatih menghafal bacaan singkat yang
disebut juz amma, tamatan dari bacaan juz amma dilanjutkan ke pembacaan
surah-surah yang panjang, tingkat kesulitanpun meningkat2.
Pada masa pemerintahan Jepang (1942-1945), sekolah-sekolah model
Belanda yang ditinggalkan juga tetap diteruskan oleh Jepang. Pada tanggal 1
Oktober 1945, para pembuka Islam pro-Republik mendirikan Perguruan Islam
Datumusseng dibawah pimpinan Haji Mansyur Daeng Tompo di Makassar.
2Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Pendidikan Daerah Sulawesi Selatan, (Ujung Pandang : 1982), hlm 39-42
6
Pembukaan sekolah karena terdorong oleh reaksi terhadap penjajah yang tidak
memperhatikan pendidikan Islam dan mempersatukan umat Islam menentang
penjajahan serta menampung pemuda pejuang yang ingin melanjutkan
pendidikannya3.
Selama terusirnya Belanda di Sulawesi Selatan sampai kedatangan Jepang
tahun 1942 sistem pendidikan yang pernah hadir di Gowa adalah sistem
pendidikan yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda yaitu Sekolah
Rakyat. Perkembangan pendidikan/pengajaran tingkat Sekolah Rakyat pada masa
lampau sangat menyedihkan. Segala kesukaran ini bertalian dengan perbaikan
mutu pelajaran yang telah merosot akibat pendudukan Jepang dan pergolakan
revolusi nasional serta penyempurnaan Sekolah Rakyat 3 tahun menjadi Sekolah
Rakyat 6 tahun. Dengan adanya sistem pendidikan yang pernah hadir di Gowa
mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kondisi masyarakat sekitarnya
terutama masyarakat Gowa sendiri dalam mningkatkan kualitas pribadi atau
sumber daya manusianya.
Pengkajian tentang perkembangan pendidikan daerah Gowa merupakan
suatu kajian sejarah yang akan menelusuri perkembangan pendidikan di Gowa.
Pengkajian Perkembangan pendidikan formal didaerah Gowa, khususnya periode
tahun 1945-1950 sangat penting artinya kerena pendidikan saat ini pada haikatnya
merupakan bagian dari perkembangan pendidikan masa sebelumnya yang terus
mengalami perubahan demi pengembangan sumber daya yang terdiri manusia,
khususnya daerah Gowa.
3Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sejarah Kebudayaan Sulawesi, (Jakarta : 1995), hlm 134-135
7
Perhatian pemerintah Republik Indonesia terhadap pentingnya pendidikan
sejak masa kemerdekaan yang dituangkan dalam Undang-Undang Dasar 1945,
tercantum pada Bab XIII pasal 31 yang terdiri atas dua ayat, yaitu ayat 1 berbunyi
“semua warga Negara berhak mendapatkan pengajaran” sedangkan dalam ayat 2
berbunyi “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu system
pengajaran nasional yang diatur dengan Undang-Undang.
Rumusan diatas menunjukkan salah satu perhatian pmerintah Indonesia
terhadap pendidikan di tanah air, walaupun mengalami pasang surut seiring
dengan terjadinya revolusi fisik di Indonesia pada umumnya dan di daerah Gowa
pada khususnya saat sekutu masuk di Indonesia dan berbagai perlawanan rakyat
yang muncul di tanah air dan khususnya di daerah Gowa.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka menarik minat penulis
untuk mengkajinya secara mendalam dengan mengangkat judul “perkembangan
pendidikan formal di Gowa (1945-1950).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan judul dan latar belakang yang telah di uraikan diatas, maka
pokok permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana latar belakang Pendidikan Formal di Gowa ?
2. Bagaimana perkembangan Pendidikan Formal di Gowa 1945-1950 ?
C. Batasan Masalah
Agar penelitian ini dapat saling terkait dari berkesinambungan maka peneliti
akan membatasi ruangnya dengan lingkup spasial, temporalnya, maupun tematik.
Adapun batasan waktu yang penulis gunakan dalam penelitian adalah 1945-1950.
8
Tentunya akan mengungkapkan latar belakang terbentuknya Pendidikan Formal di
Gowa, demikian pula pekembangan Pendidikan Formal di Gowa.
Batasan spasialnya, batasan ini merupakan batasan ruang atau tempat yang
digunakan dalam penulisan skripsi. Gowa sebagai wilayah yang memiliki letak
geografis yang strategis, yaitu daerah berbatasan dengan Kota Makassar yang
merupakan pusat pendidikan yang cukup lengkap di Sulawesi Selatan ini tentunya
memberikan pengaruh yang besar terhadap perkembangan pendidikan formal
yang ada di Gowa.
Batasan temporalnya, batasan ini merupakan batasan waktu yang di
gunakan dalam proses penulisan skripsi. Peneliti memulai tahun 1945 karna
merupakan awal kemerdekaan yang membawa perubahan dalam pendidikan,
sedangkan tahun 1950 dijadikan sebagai akhir pembahasan karena pada tahun
tersebut, telah lahir Undang-undang tentang Dasar-dasar Pendidikan dan
Pengajaran di sekolah yang akan mempengaruhi pelaksanaan pendidikan formal
termasuk di Gowa.
Adapun batasan tematiknya, batasan ini merupakan batasan tema yang akan
dibahas. Jadi dalam batasan ini penulis akan menentukan apa yang ingin dibahas
serta sampai dimana ingin membahasnya . Dalam skripsi ini batasan tematiknya
dimulai dari bagaimana latar belakang pendidikan formal di Gowa sampai dengan
perkembangan pendidikan formal di Gowa.
9
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui latar belakang terbentuknya Pendidikan Formal di Gowa.
2. Untuk mengetahui perkembangan Pendidikan Formal di Gowa.
E. Manfaat penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan pada penelitian ini sebagai beikut :
1. Agar menambah wawasan informasi mengenai Pendidikan Formal di Gowa.
2. Agar menambah wawasan mengenai perkembangan Pendidikan Formal di
Gowa.
F. Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Penelitian merupakan suatu proses untuk mencari teman-teman baru yang
tentu saja sesuai kaidah penelitian. Dalam penelitian peneliti membandingkan
hasil penelitian dengan berbagai sumber yang mendukung objek peneliti. Dalam
hal ini, mengenai keterkaitan sumber dan penyusunan skripsi ini, maka
dibutuhkan kemudian sumber menjadi hal yang penting dan mendasar dalam
sebuah tulisan. Sumber ini dapat berupa buku, arsip, artikel, jurnal, skripsi dan
lainnya. Oleh karena itu penulis melakukan kajian terhadap hasil penelitian
terdahulu yang mengangkat tentang pendidikan formal di Gowa.
Penelitian pendidikan formal di Gowa belum ada dilakukan. Dalam buku
karya Poesponegoro yang berjudul Sejarah Nasional Indonesia telah disebutkan
mengenai pendidikan. Penulisan dan penelitian lebih dekat mengenai pendidikan
formal di Gowa telah ada dalam buku karya Sarita Pawiloy yang berjudul “Arus
10
Revolusi 45 di Sulawesi Selatan yang mengkaji tentang sistem pendidikan formal
yang dikembangkan di Gowa.
Kabupaten Gowa mempunyai fungsi yang sangat strategis karena
berbatasan dengan Ibu Kota Propinsi Sulawesi Selatan yakni Makassar. Hal ini
menyebabkan Gowa dari waktu ke waktu kedudukan dan peranannya terhadap
perkembangan Sulawesi Selatan menjadi semakin penting dan besar.
Keberadaan berbagai tulisan dan penelitian sebagaimana yang disebutkan
diatas selanjutnya memberikan gambaran kepada kita perhatian untuk menulis
mengenai pendidikan formal di Gowa. Dengan masih sedikitnya buku, karya tulis,
laporan yang terkait masalah pendidikan, oleh karena itu diperlukan pembahasan
secara keseluruhan sistem pendidikan formal yang dikembangkan di Gowa.
G. Metode Penelitian
Pemikiran analitas lazimnya suatu gejala sejarah hendak didefenisikan
dalam suatu proses sejarah dan sekaligus melihat hubungan kualitasnya dengan
gejala sejarah yang lain, yakni yang terjadi sebelumnya atau sesudahnya atau ada
hubungan fungsionalnya dalam konteks suatu sistem.
Tumbuh dan berkembanganya kehidupan masyarakat modern menuntut
alat-alat intelektual yang dapat memahami lingkungan secara mendalam dan
penuh arti, sehingga tidak terikat atau terpaku pada rasa keinginan belaka dan
mampu mengamansipasikan diri dari gejolak musim-musiman, lebih-lebih dari
tekanan kekuatan sosial dan seperti apa yang telah diucapkan langlois, seignobos,
sejarah mempunyai pengaruh higenis terhadap jiwa kita karena membebaskan dari
sifat percaya belaka.
11
Metode penelitian sejarah berbeda dengan metode penelitian disiplin ilmu
lain, karena dalam disiplin ilmu sejarah berusaha merekontruksi peristiwa masa
lampau. Usaha mengungkapkan dan merekonstruksi objek permasalahan ini maka
diperlukan cara kerja yang mantap agar meringankan bebas dan mengurangi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi penulis, cara kerja yang dimaksud adalah :
1. Heuristik
Penelitian mengenai pendidikan formal di Gowa (1945-1950) penulis
menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan metode penulisan sejarah yaitu
kajian pustaka, menurut M. Saleh Madjid (2007 :27). Mengingat sifatnya
sistematis, maka tahap-tahap dari metode sejarah tidak dapat ditukar-balik atau
mendahulukan kritik, interpretasi, ataupun historiografi. Semua jenis tulisan atau
penelitian tentang sejarah menempatkan sumber sejarah sebagai syarat mutlak
yang harus ada. tanpa sumber sejarah, kisah masa lalu tidak dapat direkonstruksi
oleh sejarawan.
Heuristik merupakan proses pencarian atau pengumpulan sumber-sumber
sebagai langkah pertama yang dilakukan dalam metode sejarah. Penentuan
sumber sejarah akan mempengaruhi tempat (dimana) atau siapa (sumber informasi
lisan) dan cara memperolehnya4. Dalam proses heuristiik, peneliti melakukan
pengumpulan sumber-sumber yang berkaitan dengan tema atau judul penelitian.
Adapun cara mendapatkan sumber-sumber tersebut, penulis menempuh dua cara
yaitu penelitian pustaka dan penelitian lapangan :
4Saleh Madjid. Pengantar Ilmu Sejarah, (Makassar : FIS UNM Pendidikan Sejarah, 2007) hlm. 30-36
12
a. Penelitian Pustaka
Merupakan langkah pengumpulan data dengan mencari dokumentasi,
membaca arsip, nasional yang relevan, buku-buku, website dan lain-lain yang
berkaitan dengan topik Pendidikan Formal di Gowa. Sumber tersebut dapat
diperoleh dari beberapa lembaga di Makassar seperti perpustakaan Universitas
Negeri Makassar, perpustakaan multimedia, perpustakaan wilayah, dan tempat-
tempat lainnya.
b. Penelitian Lapangan
Dalam penelitian lapangan adalah mengadakan pengumpulan data secara
langsung terhadap objek yang menjadi sasaran penelitian. Dalam hal ini penulis
menggunakan kegiatan dengan cara observasi dan wawancara dengan tujuan
melakukan pengamatan langsung untuk mendapatkan sumber primer.
Observasi ialah pengamatan secara langsung terhadap obyek yang akan
diteliti atau terhadap lokasi penelitian. Metode observasi yang penulis maksud
adalah mengadakan pengamatan dan penginderaan langsung terhadap masyarakat
atau obyek penelitian. Dalam hal ini peneliti akan melakukan observasi ketempat
penelitian untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan nyata mengenai kondisi
realitas dari pendidikan formal di Gowa sebagai objek yang diteliti.
Kegitan wawancara yang dilakukan penulis kepada orang-orang mengetahui
banyak mengenai pendidikan formal di Gowa. Wawancara yang dilakukan oleh
peneliti pada dasarnya bertujuan menciptakan hubungan yang bebas dan wajar
dengan para informan. Dalam hal ini dimaksudkan agar para informan tidak
merasa terpaksa memberikan keterangan yang diperlukan oleh penulis.
13
Wawancara yang dilakukan tentu mendalam untuk menggali informasi yang lebih
dalam pula sehingga dari penelitian wawancara.Informasi mengenai pendidikan
formal di Gowa dapat diketahui. Hasil wawancara ini dapat direkam dan dicatat
untuk selanjutnya diperbaiki pada saat penyusunan laporan penelitian. Selain itu
peneliti juga menggunakan dokumentasi penelitian. Hal tersebut dilakukan agar
data yang diperoleh peneliti sifatnya objektif dan dapat dipertanggung jawabkan.
2. Verifikasi
Tahapan verifikasi (kritik sumber) ini sebagai bagian dari penafsiran dan
pengkajian sumber. Selanjutnya kritik sumber untuk menentukan otensitas dan
kredibilitas dari sumber sejarah yang telah dikumpulkan. Kemudian dilakukan
juga kritik terhadap sumber lisan yang diperoleh yakni orang-orang yang di
wawancarai di kritik kredibilitasnya dalam memberikan informasi. Kegiatan kritik
dilakukan dengan dua cara yaitu ektern dan intern.
a. Kritik ekstern
Kritik ekstern atau kritik luar dilakukan untuk meneliti keaslian sumber,
yaitu apakah sumber tersebut valid, asli atau tiruan, sumber tersebut utuh dalam
arti belum berubah. Dalam penelitian ini, sumber yang berkaitan dengan
pendidikan formal di Gowa (1945-1950). Kritik dilakukan terhadap latar belakang
penulis, asal daerah, waktu penulisan.
b. Kritik intern
Kritik intern atau kritik dalam dilakukan untuk meneliti sumber yang
berkaitan dengan masalah penelitian dan penulisan skripsi. Untuk mengetahui
keabsahan sumber, maka dapat dilakukan dengan membandingkan antara sumber
14
yang satu dengan sumber yang lainnya dengan masalah yang sama dan bahan
rujukan yang berbeda dengan orang yang pernah mengalami atau mengetahui
peristiwa sejarah. Hasil dari kritik sejarah, baik eksternal maupun internal
diharapkan mendapatkan data yang akurat, kredibel yang disebut dengan fakta
sejarah.
3. Interpretasi
Setelah dilakukan kritik sumber diketahui validitas dan akurasi data
penelitian untuk kemudian merekonstruksi peristiwa yang terjadi, maka dilakukan
interpretasi atau penafsiran terhadap fakta sejarah yang diperoleh dalam bentuk
penjelasan terhadap fakta tersebut subyektif mungkin fakta yang diperoleh dari
kritik sumber masih berdiri sendiri, maka diperlukan penafsiran berupa pemberian
keterangan tentang makna suatu fakta, sehingga terjalin adanya jalinan atau
hubungan antar fakta dan fakta-fakta tersebut akan menjadi suatu kesatuan.
4. Penulisan (Historiografi)
Tahap terakhir adalah historiografi atau penulisan yang merupakan puncak
segala-galanya. Seperti yang dikemukakan oleh Taufik Abdullah bahwa penulis
sejarah mencoba menangkap dan memahami history realite atau sejarah
sebagaimana yang terjadi.
Hsitoriografi merupakan puncak dari penelitian yang dilakukan. Dalam
metode ini, penulis mencoba menangkap dan memahami realita sejarah, dimana
penulis tidak hanya terpaku pada jawaban dari “apa”, “kapan”, “dimana”, dan
“bagaimana”. Suatu peristiwa itu terjadi tetapi melakukan suatu eksplanasi secara
kritis tentang “bagaimana” dan “mengapa” atau penyebab peristiwa tersebut
15
terjadi. Pada tahap ini fakta-fakta yang telah diperoleh dan diinterpretasikan
selanjutnya akan dirangkaikan untuk mengungkapkan peristiwa sejarah yang
menjadi permasalahan dalam karya ilmiah ini secara kronologis dan
mengungkapkan maknanya. Tujuan penulisan ini diorentasikan untuk
menciptakan totalitas daripada fakta sejarah dengan tidak mengubah keaslian dari
sejarah tersebut.
Sebagai tahap akhir dari prosedur kerja metodologi sejarah adalah
historiografi. Dalam hal ini fakta-fakta sejarah akan diungkapkan dalam kisah
sejarah, sehingga akan tergambar : (a) latar belakang pendidikan formal di Gowa,
(b) perkembangan pendidikan formal di Gowa 1945-1950.