29
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh kita dan terdapat di beberapa tempat di tubuh kita. Tubuh memiliki kurang lebih 600 kelenjar getah bening, namun pada orang sehat yang normal hanya teraba di daerah submandibula, aksila, atau inguinal. Seringkali timbul benjolan-benjolan di daerah tempat kelenjar getah bening berada dan seringkali pula hal itu menimbulkan kecemasan baik pada pasien, ataupun orang tua pasien apakah pembesaran ini merupakan hal yang normal, penyakit yang berbahaya ataukah merupakan suatu gejala dari keganasan. Sekitar 55% pembesaran kelenjar getah bening terjadi pada daerah kepala dan leher. Organ ini sangat penting untuk fungsi sistem kekebalan tubuh, dimana tugasnya adalah menyerang infeksi dan menyaring cairan getah bening (Bazemore, 2002 dan Ferrer, 1998). Pembesaran kelenjar getah bening 55% berada di daerah kepala dan leher, 1% pada supraklavikula, 5% pada bagian axilla, dan sekitar 14% di inguinal. Penyebab yang paling sering adalah infeksi yang biasanya terjadi adalah infeksi oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas (rinovirus, virus parainfluenza, coronavirus).

Idrus

Embed Size (px)

DESCRIPTION

regio colli

Citation preview

Page 1: Idrus

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kelenjar getah bening merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh kita

dan  terdapat di beberapa tempat di tubuh kita. Tubuh memiliki kurang lebih 600

kelenjar getah bening, namun pada orang sehat yang normal hanya teraba di daerah

submandibula, aksila, atau inguinal. Seringkali timbul benjolan-benjolan di daerah

tempat kelenjar getah bening berada dan seringkali pula hal itu menimbulkan

kecemasan baik pada pasien, ataupun orang tua pasien apakah pembesaran ini

merupakan hal yang normal, penyakit yang berbahaya ataukah merupakan suatu

gejala dari keganasan. Sekitar 55% pembesaran kelenjar getah bening terjadi pada

daerah kepala dan leher. Organ ini sangat penting untuk fungsi sistem kekebalan

tubuh, dimana tugasnya adalah menyerang infeksi dan menyaring cairan getah

bening (Bazemore, 2002 dan Ferrer, 1998).

Pembesaran kelenjar getah bening 55% berada di daerah kepala dan leher,

1% pada supraklavikula, 5% pada bagian axilla, dan sekitar 14% di inguinal.

Penyebab yang paling sering adalah infeksi yang biasanya terjadi adalah infeksi

oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas (rinovirus, virus parainfluenza,

coronavirus). Virus lainnya adalah virus Ebstein Barr, cytomegalovirus, rubela,

varicella zooster, herpes simpleks, coxsackievirus dan human immunodeficiency

virus (HIV). Bakteri yang menyebabkan peradangan pada kelenjar getah bening

adalah bakteri streptokokus beta hemolitikus grup A dan stafilokokus aureus. Selain

itu, dapat disebabkan oleh bakteri anaerob bila berhubungan dengan karies dan

penyakit gusi. Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyosarkoma dan

limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Obat-obatan juga menyebabkan

limfadenopati.

Page 2: Idrus

2

1.2 Tujuan

1.2.1 Mengetahui anatomi dan fisiologi kelenjar limfe pada leher

1.2.2 Mengetahui level kelenjar getah bening pada leher

1.2.3 Mengetahui pendekatan klinis pada pasien dengan limfadenopati colli

1.3   Manfaat

Menambah wawasan mengenai ilmu kedokteran pada umumnya, dan khusus

nya dalam ilmu THT-KL

Page 3: Idrus

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Limfadenopati

Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan

ukuran lebih besar dari 1 cm.2 Kepustakaan lain mendefinisikan limfadenopati

sebagai abnormalitas ukuran atau karakter kelenjar getah bening (Bazemore, 2002).

2.2 Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Limfa pada Leher

Sistem limfatik mempunyai peranan penting dalam sistem kekebalan tubuh.

Limfonodus/Kelenjar Getah Bening (KGB) menyaring cairan limfe yang beredar di

sistem limfe dalam seluruh tubuh. Limfonodus berkerja sama dengan limpa, timus,

tonsil, adenoid, agregat jaringan limfoid di lapisan dalam saluran pencernaan yang

disebut bercak peyer atau gut associated lymphoid tissue (GALT) terorganisir

sebagai pusat sel –sel imun untuk menyaring antigen dari cairan ekstraseluler.

(Sherwood, 2001)

Kelenjar limfe leher dibagi ke dalam gugusan superficial dan gugusan

profunda. Kelenjar limfe superficial menembus lapisan pertama fascia servical

masuk kedalam gugusan kelenjar limfe profunda. Meskipun kelenjar limfe nodus

kelompok superficial lebih sering terlibat dengan metastasis, keistimewaan yang

dimiliki kelenjar kelompok ini adalah sepanjang stadium akhir tumor, kelenjar limfe

nodus kelompok ini masih signifikan terhadap terapi pembedahan. (Asih, 2010)

Kelenjar limfe profunda sangat penting sejak kelenjar-kelenjar kelompok ini

menerima aliran limfe dari membran mukosa mulut, faring, laring, glandula saliva

dan glandula thyroidea sama halnya pada kepala dan leher. (Asih, 2010)

Page 4: Idrus

4

Gambar 1. Kelenjar Getah Bening Leher

Rantai jugular profunda terbentang dari dasar tengkorak sampai klavikula

dan membentuk kelompok superior, media, dan inferior dari nodul-nodul limfe.

Nodus jugular profunda superior menerima drainase utama dari palatum molle,

tonsil, palatoglossal, dan arcus palatofaringeal, lidah posterior, dasar lidah, sinus

piriformis, dan laring di atas vocal cord. Kelompok nodul limfe ini juga menerima

drainase dari nodus superior dari kepala bagian atas, dan leher (retrofaringeal,

spinal aksesorius, parotis, cervicalis superior, dan nodul submandibula). (Asih,

2010)

Nodul jugular profunda yang media menerima drainase utama dari laring di

atas pita suara, sinus piriformis bagian bawah, dan cricoid posterior. Sedangkan

drainase sekunder dari nodul jugular profunda diatasnya dan nodul retrofaringeal

bagian bawah. (Asih, 2010)

Nodul jugular profunda inferior menerima drainase utama dari tiroid, trakea,

dan esofagus bagian cervical. Sedangkan drainase sekunder dari nodul jugular

profunda di atasnya dan nodul paratrakeal.nodus retrofaringeal dan paratrakeal

Page 5: Idrus

5

berada di posterior dari visera bagian midline. Nodul ini menerima drainase dari

organ visera dan struktur organ dalam di midline kepala contohnya : nasofaring,

kavita nasal bagian posterior, sinus paranasal, orofaring posterior. Nodul ini

didrainese menuju rantai jugular profunda. (Asih, 2010)

Nodul superfisial cenderung mengalir menuju nodus profunda. Nodul

superfisial terdiri submental, cervical superficial, submandibular, spinal aksesorius,

dan skalenus anterior. Nodus submental mengalir menuju dagu, bibir bawah bagian

tengah, ujung lidah, dan mulut bagian anterior. Nodul ini mengalir ke nodul

submandibula. Nodul submandibula mengalir menuju nodul jugular profunda

superior. (Asih, 2010)

Nodul cervical superfisial berada sepanjang vena jugular externa, yang

didrainese dari kutaneus linfatik dari wajah, khususnya dari glandula parotis,

belakang telinga, nodul parotis dan oksipital. (Asih, 2010)

Nodus pada segitiga posterior berada sepanjang nervus spinalis aksesorius.

Nodul ini menerima aliran dari regio parietal dan oksipital dari kulit kepala.nodus

yang bagian atas mengalirkan ke nodul profunda superior sementara yang bagian

bawah mengalir menuju nodul supraklavikular. (Asih, 2010)

Nodus skalenus anterior (Virchow) menerima drainase dari duktus

thorasikus dan berada pada sambungan dari duktus thorasikus dan vena subklavia

kiri. Biasanya merupakan tempat metastase dari tubuh bagian bawah. Nodul

supraklavikular menrimadrainase dari nodul spinalis aksesoris dan dari bagian

infraklavikular. Semua sistem limfatik mengalir menuju sistem vena, bersamaan

dengan duktus torasikus bagian kiri atau duktus limfatikus kanan. (Asih, 2010)

Page 6: Idrus

6

Gambar 2. Lokasi kelenjar getah bening leher dan daerah drainasenya

Bagian-bagian KGB terdiri dari subkapsular, korteks (folikel primer, foliker

sekunder dan zona interfolikuler) folikel di korteks ada tempat sel B proliferasi,

interfolikuler adalah tempat diferensiasi dan prolferasi antigen-dependent T-cell .

Bagian terdalam dari KGB adalah bagian medulla yang terdiri dari sel plasma dan

small B lymphocytes yang memfasilitasi sekresi immunoglobulin keluar dari

kelenjar limfe. (Sherwood, 2001)

Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui

simpai (kapsul) dan membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan

aliran getah bening eferen keluar dari KGB melalui hilus. Cairan getah bening

masuk kedalam kelenjar melalui lobang-lobang di simpai. Di dalam kelenjar, cairan

Page 7: Idrus

7

getah bening mengalir dibawah simpai di dalam ruangan yang disebut sinus perifer

yang dilapisi oleh sel endotel (Ferrer, 1998).

Jaringan ikat trabekula terentang melalui sinus-sinus yang menghubungkan

simpai dengan kerangka retikuler dari bagian dalam kelenjar dan merupakan alur

untuk pembuluh darah dan syaraf (Ferrer, 1998 dan Fletcher, 2010).

Dari bagian pinggir cairan getah bening menyusup kedalam sinus

penetrating yang juga dilapisi sel endotel. Pada waktu cairan getah bening di dalam

sinus penetrating melalui hilus, sinus ini menempati ruangan yang lebih luas dan

disebut sinus meduleri. Dari hilus cairan ini selanjutnya menuju aliran getah bening

eferen (Ferrer, 1998 dan Fletcher, 2010).

2.3 Fungsi Kelenjar Getah Bening

Fungsi utama KGB adalah sebagai penyaring (filtrasi) dari berbagai

mikroorganisme asing dan partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau

metabolism (Ferrer, 1998).

2.4 Klasifikasi Limfadenopati

Menurut Fletcher, 2010 pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi

pembesaran KGB local (limfadenopati lokalisata) dan pembesaran KGB umum

(limfadenopati generalisata). Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai

pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan limfadenopati

generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang berjauhan

dan simetris.

2.5 Level Kelenjar Getah Bening Leher

Lokasi kelenjar getah bening daerah leher dapat dibagi menjadi 6 level.

Pembagian ini berguna untuk memperkirakan sumber keganasan primer yang

mungkin bermetastasis ke kelenjar getah bening tersebut dan tindakan diseksi leher

(Robbins, 2002).

Page 8: Idrus

8

Page 9: Idrus

9

Gambar 3. Level kelenjar getah bening leher

Page 10: Idrus

10

Tabel 1. Kelompok kelenjar getah bening leher berdasarkan level

2.6 Etiologi

Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah:

A. Infeksi

1. Infeksi virus

Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian

atas seperti Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory

Syncytial Virus (RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus. Virus

lainnya Ebstein Barr Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela,

Page 11: Idrus

11

Rubeola, Varicella-Zooster Virus, Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus,

dan Human Immunodeficiency Virus (HIV) (Bazemore, 2002).

Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati serivikalis yang

merupakan salah satu gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau

akut adalah penyakit yang dialami oleh sebagian orang pada beberapa hari

atau minggu setelah tertular HIV. Gejala lain termasuk demam dan sakit

kepala, dan sering kali penyakit ini dianggap penyakit flu (influenza like

illness) (Fletcher, 2010).

2. Infeksi bakteri

Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta

hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila

berhubungan dengan caries dentis dan penyakit gusi, radang apendiks atau

abses tubo-ovarian (Ferrer, 1998 dan Fletcher, 2010).

Tabel 2. Penyebab Infeksi pada Limfadenopati Servikalis

Bacteria

Gram-positive cocci

—Staphylococcus aureus

—Streptococcus pyogenes (group A)

—Streptococcus agalactiae (group B)

—Anaerobic organisms

Peptococcus sp

Peptostreptococcus sp

Gram-positive rods

—Bacillus anthracis

—Corynebacterium diphtheriae

Gram-negative rods

—Bartonella henselae

—Calymmatobacterium granulomatis

—Haemophilus influenzae

—Serratia marcescens

—Associated with the enteric tract

Acinetobacter sp

Viruses

DNA enveloped viruses

—Cytomegalovirus

—Epstein-Barr virus

—Herpes simplex virus types 1 and 2

—Human herpesvirus 6

—Varicella-zoster virus

DNA nonenveloped viruses

—Adenovirus

RNA enveloped viruses

—Human immunodeficiency virus

—Influenza virus

—Measles virus

—Mumps virus

—Parainfluenza virus

—Respiratory syncytial virus

—Rubella virus

RNA nonenveloped viruses

Page 12: Idrus

12

Escherichia coli

Proteus sp

Pseudomonas aeruginosa

Salmonella typhi

Shigella sp

—Associated with zoonoses

Brucella sp

Francisella tularensis

Yersinia pestis

Yersinia enterocolitica

Yersinia pseudotuberculosis

—Anaerobic

Bacteroides sp

Mycobacteria and Actinomycetes

Actinomyces israelii

Mycobacterium tuberculosis

Mycobacterium avium-intracellulare

Mycobacterium scrofulaceum

Nocardia asteroids

—Coxsackieviruses

—Rhinoviruses

Fungi

Aspergillus fumigatus

Candida sp

Cryptococcus neoformans

Dermatophytes

Histoplasma capsulatum

Paracoccidioides brasiliensis

Sporothrix schenckii

Protozoa

Leishmania sp

Toxoplasma gondii

Trypanosoma brucei gambiense

Trypanosoma brucei rhodesiense

Spirochetes

Leptospira interrogans

Treponema pallidum

Rickettsiae

Rickettsia tsutsugamushi

B. Gangguan imunologi

- Rheumatoid arthritis

- SLE (Sistemic Lupus Eritematous)

- Sjogren’s syndrome

- Hipersensitifitas obat

C. Keganasan

- Kelainan hematologi

- Hodgkin

- Non Hodgkin

Page 13: Idrus

13

- Akut Limfoblastik Leukimia

- Kronik Limfoblastik Leukimia

- Multiple myeloma

D. Penyakit endokrin

- Hipertiroid

- Insufisiensi adrenal

- Thyroiditis

2.7 Diagnosis

Menurut Bazemore, 2002 dan Ferrer, 1998 diagnosis limfadenopati

memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang apabila

diperlukan.

2.7.1 Anamnesis

Dari anamnesis dapat diperoleh keterangan lokasi, gejala-gejala penyerta,

riwayat penyakit, riwayat pemakaian obat dan riwayat pekerjaan.

a. Lokasi

Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya

disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh

penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila

berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh Mikobakterium,

Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus.

b. Gejala penyerta

Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi

saluran pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat

badan mengarahkan kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang

tidak jelas penyebabnya, rasa lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan

oleh penyakit kolagen atau penyakit serum (serum sickness), ditambah adanya

riwayat pemakaian obat-obatan atau produk darah.

c. Riwayat penyakit

Page 14: Idrus

14

Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil

sebelumnya, mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada

wajah atau leher atau tanda-tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi

Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi juga dapat mengarahkan

kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat

mengarahkan kepada Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV.

d. Riwayat pemakaian obat

Penggunaan obat-obatan Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-

obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol,

atenolol, captopril, carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin,

pirimetamine, quinidine, sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat

umumnya seluruh tubuh (limfadenopati generalisata).

e. Riwayat pekerjaan

Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan

infeksi saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberculosis turut

membantu mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau

pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat

mengakibatkan penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan

dapat terkena Tularemia.

2.7.2 Pemeriksaan Fisik

Secara umum malnutrisi atau pertumbuhan yang terhambat mengarahkan

kepada penyakit kronik seperti tuberkulosis, keganasan atau gangguan system

kekebalan tubuh.

Karakteristik dari KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. KGB

harus diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri

tekan, kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat

digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.

a. Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan

abnormal.

Page 15: Idrus

15

b. Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.

c. Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti

karet mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi;

fluktuatif mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.

d. Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak

bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau

keganasan.

Pembesaran KGB leher bagian posterior biasanya terdapat pada infeksi

rubela dan mononukleosis. Supraklavikula atau KGB leher bagian belakang

memiliki risiko keganasan lebih besar daripada pembesaran KGB bagian anterior.

Pembesaran KGB leher yang disertai daerah lainnya juga sering disebabkan

oleh infeksi virus. Keganasan, obat-obatan, penyakit kolagen umumnya dikaitkan

degnan pembesaran KGB generalisata.

Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan

dapat digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada

penekanan, baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan.

Adanya kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi

bakteri dan adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses. Bila limfadenopati

disebabkan keganasan tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB keras dan tidak

dapat digerakkan oleh karena terikat dengan jaringan di bawahnya.

Pada infeksi oleh mikobakterium, pembesaran kelenjar berjalan berminggu-

minggu sampai berbulan-bulan, walaupun dapat mendadak, KGB menjadi fluktuatif

dan kulit diatasnya menjadi tipis, dan dapat pecah dan terbentuk jembatan-jembatan

kulit di atasnya.

Adanya tenggorokan yang merah, bercak-bercak putih pada tonsil,

bintikbintik merah pada langit-langit mengarahkan infeksi oleh bakteri

streptokokus. Adanya selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit-langit yang

sulit dilepas dan bila dilepas berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak leher

(bull neck) mengarahkan kepada infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam-ruam

dan pembesaran limpa mengarahkan kepada infeksi Epstein Barr Virus (EBV).

Page 16: Idrus

16

Adanya radang pada selaput mata dan bercak koplik mengarahkan kepada

campak. Adanya pucat, bintik-bintik perdarahan (bintik merah yang tidak hilang

dengan penekanan), memar yang tidak jelas penyebabnya, dan pembesaran hati dan

limpa mengarahkan kepada leukemia. Demam panjang yang tidak berespon dengan

obat demam, kemerahan pada mata, peradangan pada tenggorok, strawberry

tongue, perubahan pada tangan dan kaki (bengkak, kemerahan pada telapak tangan

dan kaki) dan limfadenopati satu sisi (unilateral) mengarahkan kepada penyakit

Kawasaki.

2.7.3 Pemeriksaan Penunjang

1. FNAB

Biopsy tusuk jarum atau yang lebih dikenal dengan Fine Needle Aspiration

Biopsy, biasa disingkat FNAB. FNAB adalah suatu tindakan biopsi tumor atau

benjolan yang dilakukan dengan jarum halus 25G berdiameter 0,5 mm atau lebih

kecil, untuk mengambil contoh jaringan lalu memeriksanya dibawah mikroskop

secara sitologi. Dengan FNAB diperoleh diagnosis tumor apakah jinak atau ganas,

tanpa harus melakukan sayatan atau mengiris jaringan, sehingga keraguan seorang

penderita apakah dirinya menderita kanker atau tidak segera terjawab dengan cepat

dan akurat. Biopsi dilakukan, sesuai dengan kebutuhan pasien. Biopsi kelenjar

getah bening yang paling sederhana dikenal sebagai biopsi jarum atau fine needle

aspiration (FNA). Prosedur biopsi ini biasanya memakan waktu kurang dari 10

menit. Pasien berbaring di atas meja, kemudian dilakukan disinfeksi dan anestesi

pada daerah yang akan dibiopsi. Kemudian dimasukkan jarum ke dalam kelenjar

getah bening dan diambil sampel untuk diperiksa. Kemudian ditekan pada tempat

pengambilan sampel untuk menghentikan perdarahan dan diperban untuk menutup

luka dan mencegahan infeksi bakteri. (Shannon, 2015)

2. Biopsi terbuka

Biopsi terbuka adalah prosedur pembedahan yang menggunakan pembiusan

lokal atau umum untuk mengambil sampel jaringan. Dokter bedah membuat sayatan

Page 17: Idrus

17

eksisi atau insisi untuk menghapus seluruh atau sebagian lesi sehingga dapat dilihat

di bawah mikroskop. Sebuah biopsi eksisi menghapus seluruh massa atau area yang

abnormal, serta margin sekitarnya yang abnormal. Biopsi insinsi hanya mengambil

sebagian massa, biasanya pada lesi yang besar. (Shannon, 2015)

3. Ultrasonografi (USG)

USG merupakan salah satu teknik yang dapat dipakai untuk mendiagnosis

limfadenopati colli. Penggunaan USG untuk mengetahui ukuran, bentuk,

echogenicity, gambaran mikronodular, nekrosis intranodal dan ada tidaknya

kalsifikasi. (Shannon, 2015). USG dapat dikombinasi dengan biopsi aspirasi jarum

halus untuk mendiagnosis limfadenopati dengan hasil yang lebih memuaskan,

dengan nilai sensitivitas 98% dan spesivisitas 95%. (Shannon, 2015)

4. CT Scan

CT scan dapat mendeteksi pembesaran KGB leher dengan diameter 5 mm

atau lebih. Satu studi yang dilakukan untuk mendeteksi limfadenopati

supraklavikula pada penderita nonsmall cell lung cancer menunjukkan tidak ada

perbedaan sensitivitas yang signifikan dengan pemeriksaan menggunakan USG atau

CT scan. (Shannon, 2015)

Page 18: Idrus

18

Skema 1. Alur Diagnosis (Royal Children Hospital)

2.8 Terapi

Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya.

Banyak kasus dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak

membutuhkan pengobatan apapun selain observasi (Bazemore, 2002).

Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk

dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala

yang mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar

walau dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum

tepat (Bazemore, 2002).

Page 19: Idrus

19

Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa

disebabkan oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A).

Pemberian antibiotik dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon

positif dalam 72 jam. Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali

diagnosis dan penanganannya (Bazemore, 2002).

Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan evaluasi

dengan menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini (Bazemore,

2002).

Page 20: Idrus

20

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran

lebih besar dari 1 cm. Faktor yang menyebabkannya sendiri adalah multifaktorial, baik

itu dikarenakan infeksi (virus, bakteri, jamur, parasit), keganasan (Limfoma Hodgkin,

Akut Limfoblastik Leukimia, dll), autoimun (SLE, Rheumatoid Arthritis, dll) dan

penyakit endokrin (Thyroiditis, Hipertiroid, dll).

Diagnosis limfadenopati dapat ditegakkan melalui anamnesis, pemeriksaan

fisik, dan pemeriksaan penunjang. Anamnesis penting untuk mengevaluasi usia

penderita, lokasi, karakteristik, dan lamanya limfadenopati, serta gejala lain yang

menyertai untuk mengarahkan pada penyebab limfadenopati. Pemeriksaan fisik

penting untuk mengevaluasi ukuran, bentuk, konsistensi dan penempelannya. untuk

memperkuat hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat juga dilakukan pemeriksaan

penunjang seperti biopsi (FNAB, Biopsi terbuka, biopsi sentinel), CT-Scan dan USG.

Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya dan

pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses.

Page 21: Idrus

21

DAFTAR PUSTAKA

Roezin, Eferdi. Sistem Aliran Limfe Leher dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga,

Hidung, Tenggorok, Kepala Leher. Edisi keenam. Jakarta: Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia; 2008

Snell, Richard S. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Ed. 6. Jakarta : EGC

(2006)

Shannon, Jake. Lymph System : Lymph Node Biopsi. [online]

Available from : http://www.lymphsystem.net/lymphnode-biopsi

Bazemore AW. Smucker DR. Lymphadenopathy and malignancy. Am Fam Physician.

2002

Ferrer R. Lymphadenopathy: Diff erential diagnosis and evaluation. Am Fam Physician.

1998

Royal Children Hospital. Cervical Lymhadenopathy.

Available from : http://www.rch.org.au/clinicalguide/cpg.cfm?doc_id=5166

Spelman D. Tuberculous lymphadenitis. 2010

Available from: www.uptodate.com.