Upload
hoanghanh
View
223
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ii
IKHTISAR EKSEKUTIF
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan sarana untuk menyampaikan pertanggungjawaban kinerja Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan beserta kepada Menteri Kesehatan, dan seluruh pemangku kepentingan serta sebagai sumber informasi untuk perbaikan perencanaan ke depan dan peningkatan kinerja secara berkelanjutan. Secara keseluruhan hasil capaian kinerja Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015 belum memenuhi target yang ditetapkan dalam perjanjian kinerja. Pencapaian indikator jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi sebanyak 93 Puskesmas (26,57% dari target 350 Puskesmas), sedangkan capaian untuk indikator Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional sebanyak 50 kabupaten/kota (53,19% dari target 94 Kabupaten/kota). Upaya yang telah dilakukan untuk pencapaian kedua indikator di atas adalah penyusunan regulasi, sosialisasi, advokasi, pengalokasian anggaran sesuai dengan kewenangannya, penyiapan SDM terlatih (pendamping dan surveior), dan
pendampingan terhadap fasilitas pelayanan kesehatan. Adapun permasalahan yang dihadapi adalah beberapa pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan yang dijadwalkan karena adanya revisi anggaran, masih kurangnya SDM (pendamping, surveior, dan tenaga kesehatan yang kompeten), masih
rendahnya komitmen daerah, masih adanya sarana prasarana fasyankes yang belum sesuai standar dan adanya rumah sakit yang waiting list untuk disurvei.
Upaya pemecahan masalah yang diusulkan adalah sosialisasi dan advokasi lintas program dan lintas sektor, pengalokasian dana dekonsentrasi untuk pelatihan pendamping dan surveior, Dana Alokasi Khusus fisik untuk peningkatan sarana
prasarana fasilitas pelayanan kesehatan, dan Dana Alokasi Khusus non fisik untuk pendampingan dan survei akreditasi. Realisasi anggaran sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 sebesar 87,5% dari alokasi Rp. 18.852.255.673.000,-. Dana ini dialokasikan berdasarkan kewenangannya, yaitu untuk kantor pusat, kantor daerah, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan. Di samping melaksanakan kegiatan di atas, Ditjen Bina Upaya Kesehatan juga melaksanakan kegiatan yang mendukung prioritas kesehatan nasional yaitu janji presiden, rencana aksi Open Government Indonesia, rencana aksi Quick Wins, dan
dukungan terhadap pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................
i
IKHTISAR EKSEKUTIF..................................................................................
ii
DAFTAR ISI....................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Penjelasan Umum Organisasi................................................. 1 B. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis yang Dihadapi
Organisasi................................................................................
2 C. Sistematika..............................................................................
7
BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Perencanaan Kinerja................................................................ 8 B. Perjanjian Kinerja.....................................................................
9
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Capaian Kinerja Organisasi
1. Prestasi Ditjen Bina Upaya Kesehatan............................... 2. Pencapaian Indikator Sasaran Ditjen Bina Upaya
Kesehatan .......................................................................... 3. Dukungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan terhadap Prioritas
Kesehatan Nasional ...........................................................
11
16
31
B. Realisasi Anggaran.................................................................. 37
C. Sumber Daya Lainnya.............................................................
39
BAB IV PENUTUP......................................................................................
43
DAFTAR TABEL ............................................................................................. 44
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................
45
LAMPIRAN 1. Perjanjian Kinerja.................................................................... 47 2 Daftar Puskesmas Tersertifikasi Akreditasi............................. 49 3. Daftar Rumah Sakit Umum Daerah yang Tersertifikasi
Akreditasi Nasional.................................................................... 54
1 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. PENJELASAN UMUM ORGANISASI
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/Menkes/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 35 Tahun 2013. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan mempunyai
tugas merumuskan serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di
bidang pembinaan upaya kesehatan.
Dalam melaksanakan tugas Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
menyelenggarakan fungsi :
1. perumusan kebijakan di bidang pembinaan upaya kesehatan;
2. pelaksanaan kebijakan di bidang pembinaan upaya kesehatan;
3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pembinaan
upaya kesehatan;
4. pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang pembinaan upaya
kesehatan; dan
5. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1144/Menkes/PER/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan, maka Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan terdiri atas :
1. Sekretariat Direktorat Jenderal;
2. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar;
3. Direktorat Bina Upaya Kesehatan Rujukan;
4. Direktorat Bina Pelayanan Keperawatan dan Keteknisian Medik;
5. Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan; dan
6. Direktorat Bina Kesehatan Jiwa.
2 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Gambar 1. Struktur Organisasi dan Nama Pejabat Eselon I dan Eselon II Ditjen Bina Upaya Kesehatan Keadaan tanggal 31 Desember 2015
B. ASPEK STRATEGIS ORGANISASI DAN ISU STRATEGIS YANG DIHADAPI
ORGANISASI
Program pembinaan upaya kesehatan bertujuan untuk meningkatkan akses
fasilitas pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas. Dari tahun 2009
sampai tahun 2013 telah terjadi peningkatan jumlah Puskesmas dengan laju
pertambahan setiap tahun sebesar 3-3,5%. Akan tetapi akses masyarakat
terhadap masih perlu ditingkatkan karena belum semua kecamatan memiliki
minimal satu Puskesmas dengan standar minimal pelayanan.
Jumlah rumah sakit (RS) dan tempat tidur (TT) mengalami peningkatan. Pada
tahun 2009 terdapat 1.523 RS dengan 164.480 TT dan pada tahun 2013
meningkat menjadi 2.228 RS dengan 278.450 TT, dengan laju pertumbuhan
jumlah sakit rata-rata 147 per tahun. Untuk peningkatan kualitas di fasilitas
kesehatan rujukan pada tahun 2010-2014 telah terakreditasi nasional 1.227 RS
dengan menggunakan instrumen akreditasi versi 2007. Diharapkan peningkatan
mutu RS dan Puskesmas secara langsung akan diikuti dengan peningkatan
kualitas pelayanan, sehingga pada tahun mendatang harus diupayakan
peningkatan Puskesmas dan RS yang terakreditasi.
STRKTUR ORGANISASI DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
3 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Pada tahun 2015 mulai berlaku Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), maka
Indonesia harus siap menghadapi ketatnya persaingan perdagangan bebas di
antara negara-negara ASEAN, termasuk bidang kesehatan. Untuk itu diperlukan
suatu kebijakan yang meliputi competition policy, consumer protection, dan
lainnya. MEA dapat dipandang suatu tantangan, tetapi dapat juga dipandang
sebagai peluang. Untuk itu perlu meningkatkan daya saing fasilitas pelayanan
kesehatan di Indonesia dengan negara-negara di ASEAN lainnya. Beberapa
upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
salahsatunya dengan akreditasi baik tingkat nasional maupun internasional.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 71 tahun 2013 tentang
pelayanan kesehatan pada Jaminan Kesehatan Nasional, menyatakan bahwa
fasilitas kesehatan tingkat pertama harus terakreditasi dan rumah sakit harus
memiliki sertifikat akreditasi.
Efektivitas dan kesinambungan program Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan dalam menjalankan berbagai misiya tidak dapat dilepaskan dari kondisi
mutu kelembagaan Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan. Hasil asesmen
yang dilakukan pada tahun 2014 menunjukkan bahwa kondisi maturitas
pengelolaan organisasi Ditjen Bina Upaya Kesehatan saat ini masih berada pada
level 2 (Hammer). Hal ini mengisyarakatkan bahwa masih diperlukan kerja keras
di masa yang akan datang untuk pembenahan kelembagaan Ditjen Bina Upaya
Kesehatan.
Berdasarkan kondisi di atas, maka tantangan strategis yang dihadapi oleh
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan dalam meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kesehatan yang tertuang di dalam Rencana Aksi Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan 2015-2019 adalah sebagai berikut:
1. Perlunya penguatan pelayanan kesehatan primer
2. Perlunya penetapan sistem regionalisasi rujukan di seluruh provinsi
3. Perlunya penetapan dan pembangunan sistem rujukan nasional
4. Tidak meratanya jumlah, jenis dan kompetensi SDM Kesehatan
5. Kapasitas manajemen puskesmas dan rumah sakit yang tidak merata, dan
belum berbasiskan sistem manajemen kinerja
4 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
6. Belum tersedianya sarana prasarana dan alkes pada PPK I yang sesuai standar
secara merata di seluruh Indonesia
7. Belum terintegrasinya data dan sistem informasi di pusat, daerah, rumah sakit
dan puskesmas.
8. Kebijakan pemerintah daerah yang belum tersinkronisasi dengan kebijakan
pemerintah pusat.
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan mempunyai tugas merumuskan
serta melaksanakan kebijakan dan standardisasi teknis di bidang pembinaan
upaya kesehatan. Dalam melaksanakan tugas tersebut Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan menetapkan visi:
Untuk mewujudkan visinya, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
menjalankan misi sebagai berikut:
1. Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang paripurna, merata, bermutu, dan berkeadilan
2. Menyelenggarakan tata kelola yang baik.
Sasaran strategis menggambarkan rincian dan penjabaran pencapaian Visi Ditjen
Bina Upaya Kesehatan 2019, yang diperoleh dari tantangan strategis dan
analisis SWOT. Sasaran strategis Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
2015-2019 adalah:
1. Terwujudnya Peningkatan Akses Pelayanan Kesehatan
2. Terwujudnya Peningkatan Kualitas Pelayanan Kesehatan (akreditasi
fasyankes)
3. Terwujudnya Inovasi pelayanan kesehatan
4. Terwujudnya kemitraan yang berdaya guna tinggi
5. Terwujudnya optimalisasi fungsi fasyankes
6. Terwujudnya sistem manajemen kinerja fasyankes
7. Terwujudnya sistem kolaborasi pendidikan nakes (dokter spesialis dan
layanan primer)
“AKSES PELAYANAN KESEHATAN YANG TERJANGKAU DAN
BERKUALITAS BAGI MASYARAKAT”
5 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
8. Terwujudnya penguatan sistem rujukan
9. Terwujudnya optimalisasi peran UPT Vertikal
10. Terwujudnya ketepatan alokasi anggaran
11. Terwujudnya penguatan mutu advokasi, pembinaan dan pengawasan
12. Terwujudnya sistem perencanaan yang terintegrasi
13. Terwujudnya penguatan mutu organisasi Ditjen Bina Upaya Kesehatan
14. Tersedianya dukungan regulasi
15. Tersedianya SDM kompeten dan berbudaya kinerja.
Dalam rangka pencapaian visi 2019, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
telah menetapkan suatu peta strategi yang menggambarkan hipotesis jalinan
sebab akibat dari 15 sasaran strategis (yang menggambarkan arah dan
prioritas strategis Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan yang diperlukan
guna memampukannya dalam mencapai target kinerja yang berkelanjutan di
masa yang akan datang). Peta strategi pencapaian visi tersebut disusun
berbasiskan pendekatan the balanced-score card dengan memperhatikan peta
strategi pada Renstra Kementerian Kesehatan 2015-2019.
Gambar 2. Peta Strategis Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015-2019
6 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Peta strategi disusun untuk mencapai visi Ditjen Bina Upaya Kesehatan 2019
menciptakan Akses pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas bagi
masyarakat. Visi tersebut dapat dijabarkan dalam bentuk 2 (dua) tujuan
strategis (outcome), yaitu: terwujudnya peningkatan akses pelayanan
kesehatan dan terwujudnya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
(akreditasi fasyankes).
Terwujudnya peningkatan akses pelayanan kesehatan dapat dicapai dengan
memastikan proses-proses strategis berikut dikerjakan secara ekselen yakni:
mewujudkan inovasi pelayanan kesehatan, mewujudkan sistem kolaborasi
pendidikan tenaga kesehatan (dokter spesialis dan dokter layanan primer),
mewujudkan kemitraan yang berdaya guna tinggi, mewujudkan penguatan sistem
rujukan dan mewujudkan optimalisasi fungsi fasyankes. Tiga sasaran strategis
terakhir juga menjadi kunci untuk memastikan terwujudnya peningkatan kualitas
pelayanan kesehatan. Selain itu, proses-proses strategis lain yang yang harus
dilaksanakan secara ekselen adalah mewujudkan sistem manajemen kinerja
fasyankes dan mewujudkan optimalisasi peran UPT vertikal. Sasaran-sasaran
strategis terkait upaya strategis yang harus dilakukan secara ekselen dalam
meningkatkan mutu kelembagaan organisasi Ditjen Bina Upaya Kesehatan
adalah: 1) terwujudnya ketepatan alokasi anggaran, 2) terwujudnya penguatan
mutu, advokasi, pembinaan dan mutu pengawasan, 3) terwujudnya sistem
perencanaan yang terintegrasi, 4) terwujudnya penguatan mutu organisasi Ditjen
Bina Upaya Kesehatan .
Agar sasaran-sasaran strategis terkait perspektif upaya strategis dapat dicapai
secara berkelanjutan, maka dua sasaran strategis terkait dengan perspektif
sumber daya harus diwujudkan: 1) tersedianya dukungan regulasi, 2) tersedianya
aparatur Ditjen Bina Upaya Kesehatan yang kompeten dan berbudaya kinerja.
Dua sasaran strategis ini merupakan fondasi utama yang sangat menentukan
pencapaian visi dan tujuan Kemenkes.
7 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
C. SISTEMATIKA
Sistematika penulisan laporan akuntabilitas kinerja Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan terdiri dari:
Bab I Pendahuluan A. Penjelasan Umum Organisasi B. Aspek Strategis Organisasi dan Isu Strategis yang Dihadapi
Organisasi C. Sistematika
Bab II Perencanaan Kinerja
A. Perencanaan Kinerja B. Perjanjian Kinerja
Bab III Akuntabilitas Kinerja
A. Capaian Kinerja Organisasi 1. Prestasi Ditjen Bina Upaya Kesehatan 2. Pencapaian Indikator Sasaran Ditjen Bina Upaya Kesehatan 3. Dukungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan Terhadap Prioritas
Kesehatan Nasional Lainnya B. Realisasi Anggaran C. Sumber Daya Lainnya
Bab IV Penutup
Lampiran
8 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
A. PERENCANAAN KINERJA
Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan
indikator kinerja berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah
ditetapkan dalam sasaran strategis. Dalam rencana kinerja Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan tahun 2015, sebagaimana telah ditetapkan dalam
Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan target masing-masing indikator
untuk mencapai sasaran strategis organisasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. HK.02.02/MENKES/52/2015
tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019,
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan melaksanakan program pembinaan
upaya kesehatan.
Sasaran strategis dan sasaran program/kegiatan yang ingin dicapai selama kurun
waktu 5 tahun sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019.
Tabel 1. Sasaran Program Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015-2019
No Sasaran Program
Indikator Kinerja Target
2015 2016 2017 2018 2019
1 Meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat
1
Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi
350 700 1.400 2.800 5.600
2
Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional
94 190 287 384 481
9 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
B. PERJANJIAN KINERJA
Perjanjian kinerja yang diwujudkan dalam penetapan kinerja merupakan dokumen
pernyataan kinerja atau kesepakatan kinerja atau perjanjian kinerja antara atasan
dan bawahan untuk mewujudkan target kinerja tertentu berdasarkan pada sumber
daya yang dimiliki. Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan menyusun
perjanjian kinerja tahun 2015 mengacu pada Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan tahun 2015-2019. Target kinerja ini menjadi komitmen bagi Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan untuk mencapainya dalam tahun 2015.
Tabel 2. Perjanjian Kinerja yang Berisi Sasaran Program, Indikator Kinerja dan Target Tahun 2015 Ditjen Bina Upaya Kesehatan
No Sasaran Program Indikator Kinerja Target
2015
1. Meningkatnya akses
pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan yang
berkualitas bagi
masyarakat
1. Jumlah kecamatan yang
memiliki minimal 1
Puskesmas yang
tersertifikasi akreditasi
350
2. Kabupaten/kota yang
memiliki minimal 1 RSUD
yang tersertifikasi akreditasi
nasional
94
10 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
A. CAPAIAN KINERJA ORGANISASI
Pengukuran kinerja dilakukan untuk tingkat kinerja yang dicapai dengan standar,
rencana, atau target dengan menggunakan indikator kinerja yang telah ditetapkan.
Pengukuran kinerja diperlukan untuk mengetahui sampai sejauh mana realisasi
atau capaian kinerja yang berhasil dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bina Upaya
Kesehatan dalam kurun waktu bulan Januari sampai dengan Desember 2015.
Tahun 2015 adalah tahun pertama dalam pelaksanaan Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019. Pengukuran kinerja dilakukan dengan
membandingkan realisasi capaian dengan rencana tingkat capaian (target) pada
setiap indikator program dalam Rencana Strategis, sehingga diperoleh gambaran
tingkat keberhasilan masing-masing indikator. Berdasarkan pengukuran kinerja
tersebut dapat diperoleh informasi pencapaian indikator, sehingga dapat
ditindaklanjuti dalam perencanaan program di masa yang akan datang, agar setiap
program yang direncanakan ke depan dapat lebih berhasil guna dan berdaya
guna.
Sasaran Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan adalah sebagai berikut:
.
Indikator pencapaian sasaran tahun 2015 dalam Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan Tahun 2015-2019 yang menjadi tanggung jawab Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan adalah sebagai berikut:
1. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi
akreditasi
MENINGKATNYA AKSES PELAYANAN KESEHATAN DASAR
DAN RUJUKAN YANG BERKUALITAS BAGI MASYARAKAT
11 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
2. Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi
nasional.
Di bawah ini akan disampaikan pencapaian program dan kegiatan Ditjen Bina
Upaya Kesehatan tahun 2015, yaitu:
1. PRESTASI DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
a. Rumah Sakit Terakreditasi Internasional
Dalam rangka menghadapi persaingan perdagangan bebas dunia terutama
di ASEAN, maka perlu meningkatan mutu fasilitas pelayanan kesehatan
sesuai dengan standar kelas dunia (internasional). Kementerian Kesehatan
berupaya untuk mewujudkan hal tersebut yaitu dengan adanya fasilitas
pelayanan kesehatan rujukan yang tersertifikasi akreditasi internasional
oleh lembaga independent dalam hal ini Joint Commision International (JCI).
Sampai dengan tahun 2015 terdapat 20 rumah sakit yang telah tersertifikasi
akreditasi dari JCI, yaitu
1) RSUP Cipto Mangunkusumo
2) RSUP Sanglah
3) RSUP Fatmawati
4) RSUP dr Wahidin S
5) RSUP dr Sardjito
6) RSPAD Gatot Soebroto
7) RSUP dr Kariadi
8) RS Siloam LV
9) RS Mata JEC Kedoya
10) RS Awal Bros BEkasi
11) RS Awal bros Tangerang
12) RS Awal Bros Pekanbaru
13) RS Awal bros Batam
14) RS Premier Surabaya
15) RS Premier Jatinegara
12 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
b. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer (FKTP) Berprestasi
Penganugerahan FKTP berprestasi dilaksanakan dengan tujuan
memberikan reward bagi keberhasilan fasilitas pelayanan kesehatan primer
dalam menjalankan program.
Kegiatan penganugerahan FKTP berprestasi dilaksanakan pada tanggal 27
November 2015. Adapun penilaian berdasarkan kategori :
1) Puskesmas Kawasan Terpencil dan Sangat Terpencil
Juara I: Puskesmas Siberut Kab Mentawai Sumbar
Juara II: Puskesmas Mahalona Kab. Luwu Timur Sulsel
Juara III: Puskesmas Kahala, Kab Kutai Kartanegara Kaltim.
2) Puskesmas Kawasan Pedesaan
Juara I: Puskesmas Nusa Penida I, Kab Klungkung Bali
Juara II: Puskesmas Sukamaju Kab. Luwu Utara, Sulsel
Juara III: Puskesmas Air Amo Kab Sijunjung Sumbar.
3) Puskesmas Kawasan Perkotaan
Juara I: Puskesmas Mantrijeron Kota Yogyakarta
Juara II: Puskesmas Malili Kab Luwu Timur Sulsel
Juara III: Puskesmas Cempaka Putih Kota Banjarmasin Kalsel.
4) Klinik Pratama
Juara I: Klinik Nurjaya Kab Badung Bali
Juara II: Klinik Fathir Kab Pinrang Sulsel
Juara III: Nayaka Husada Kota Mataram, NTB.
16) RS Premier Bintaro
17) RS Pondok Indah Puri Indah
18) RS Santosa Bandung
19) RS Eka Hospital Pekanbaru
20) RS Eka Hospital BSD.
13 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Gambar 3. Penganugerahan FKTP Berprestasi di Jakarta
c. Dukungan terhadap Sail Tomini
Acara Sail Tomini 2015 merupakan rangkaian Indonesia Sail yang ketujuh,
dan puncak acaranya berpusat di Parigi Mountong, Sulawesi Tengah yang
dilaksanakan pada 19 September 2015. Dukungan terhadap Sail Tomini
dilaksanakan dalam rangka terbentuknya sistem koordinasi pelayanan gawat
darurat terutama di Kabupaten Parigi Moutong dan Boalemo.
Gambar 4. Pembukaan Sail Tomini dan Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Terutama Gawat Darurat
d. Sistem Informasi, Perencanaan, Monitoring, dan Evaluasi (SIPERMON)
Dalam rangka menerapkan reward and punishment dalam siklus
penganggaran Ditjen Bina Upaya Kesehatan telah melaksanakan
SIPERMON. SIPERMON adalah integrasi antara sistem informasi,
perencanaan, monitoring dan evaluasi, dimana masing-masing sistem
tersebut saling terkait satu dengan yang lainnya. Alur kerja adalah setiap
satker sebelum menyampaikan usulan perencanaan tahun berikutnya
berkewajiban menyampaikan update data RS Online, melaporkan capaian
14 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
kegiatan Kantor Daerah dan DAK (Dana Alokasi Khusus), updating data
ASPAK (Aplikasi Sarana, Prasarana dan Alat Kesehatan) dan updating data
usulan hibah BMN (Barang Milik Negara). Apabila satker tidak
menyampaikan data tersebut di atas, maka tidak bisa mengusulkan
perencanaan tahun berikutnya melalui e-planning.
Gambar 5. Aplikasi SIPERMON Ditjen Bina Upaya Kesehatan
e. Penerapan Transparasi Informasi Melalui Penyediaan Data Secara
Online
1) SIRANAP (Sistem Informasi Rawat Inap)
Adanya keluhan masyarakat tentang kesulitan mendapatkan informasi
ketersediaan tempat tidur di rumah sakit direspon Ditjen Bina Upaya
Kesehatan dengan membangun sistem informasi rawat inap di
Indonesia. Sistem ini memberikan informasi ketersediaan jumlah dan
jenis tempat tidur di rumah sakit yang dapat diakses secara online
melalui situs sirs.buk.kemkes.go.id/si-ranap/ atau aplikasi yang diunduh
melalui smartphone berbasis android. Sampai dengan akhir tahun 2015
15 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
terdapat 17 RS UPT Vertikal yang telah menyediakan data tempat tidur
melalui aplikasi SIRANAP, yaitu: RSU Cipto Mangunkusumo, RSUP
Fatmawati, RSUP Persahabatan, RS Kanker Dharmais, RSJPD Harapan
Kita, RSAB Harapan Kita, RSPI Prof. Sulianti Saroso, RSUP Dr. Hasan
Sadikin, RSUP Dr. Sardjito, RSU Kariadi, RSU Dr. Wahidin
Sudirohusodo, RS Mata Cicendo, RS Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat,
RS Paru H.A. Rotinsulu, RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro, RSUP Sanglah,
dan RSU Prof. Dr. R.D. Kandou.
Gambar 6. Aplikasi SIRANAP Ditjen Bina Upaya Kesehatan
2) SIMPADU (Sistem Informasi Pelayanan Terpadu)
Citra pelayanan publik di sejumlah lembaga pemerintahan yang terkesan
lambat dan berbelit-belit menjadi perhatian khusus dalam program
percepatan reformasi birokrasi. Oleh karenanya, tuntutan pelayanan
publik yang cepat dan inovatif terus diupayakan sebagai salah satu dari
sembilan program percepatan reformasi birokrasi.
Dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik, Ditjen Bina Upaya
Kesehatan telah mengembangkan Sistem Informasi Pelayanan Terpadu
(Simpadu). Simpadu merupakan aplikasi berbasis web yang digunakan
di Loket 8 Unit Layanan Terpadu (ULT) Kementerian Kesehatan RI.
16 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Pada 4 Mei 2015 Loket 8 Ditjen Ditjen Bina Upaya Kesehatan membuka
layanan untuk pengurusan Daftar Usul Penetapan Angka Kredit
(DUPAK) jabatan fungsional kesehatan Ditjen Bina Upaya Kesehatan.
Inovasi yang berupa aplikasi SIMPADU BUK yang dapat di akses di
www.simpadubuk.net. Aplikasi ini memudahkan pemohon/pelanggan
dalam melakukan tracking berkas sehingga kepegurusan DUPAK dapat
lebih cepat, tepat, mudah, dan transparan.
Gambar 7. Aplikasi SIMPADU Ditjen Bina Upaya Kesehatan
2. PENCAPAIAN INDIKATOR SASARAN DITJEN BINA UPAYA KESEHATAN
Indikator kinerja program Ditjen Bina Upaya Kesehatan merupakan indikator
outcome. Dalam upaya mendapatkan capaian indikator outcome tersebut
diperlukan proses-proses strategis yang yang dapat diukur melalui indikator
kinerja kegiatan di masing-masing eselon II Kantor Pusat Ditjen Bina Upaya
Kesehatan. Pada LAKIP Ditjen Bina Upaya Kesehatan ini hanya memaparkan
pencapaian indikator kinerja program Ditjen Bina Upaya Kesehatan sesuai
dengan perjanjian kinerja. Adapun pencapaian indikator kinerja kegiatan dapat
dilihat di masing-masing LAKIP eselon II Kantor Pusat Ditjen Bina Upaya
Kesehatan
17 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan pada tahun 2015 telah
melaksanakan program dan kegiatan untuk mencapain indikator kinerja
program. Uraian pencapaian kinerja dari masing-masing indikator adalah
sebagai berikut:
a. Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang
tersertifikasi akreditasi
1) Sasaran strategis
Meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas bagi
masyarakat.
2) Definisi Operasional
Yang dimaksud kecamatan yang memiliki satu Puskesmas yang
tersertifikasi akreditasi yaitu kecamatan yang memiliki minimal satu
Puskesmas yang telah memiliki sertifikat akreditasi yang dikeluarkan
oleh Lembaga independen penyelenggara akreditasi atau Komisi
Akreditasi FKTP sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3) Cara Perhitungan
Cara perhitungan adalah dengan menjumlah seluruh kecamatan yang
memiliki minimal 1 Puskesmas yang terakreditasi pada tahun berjalan.
Sedangkan cara mengukur adalah dengan dibuktikan adanya sertifikat
akreditasi nasional untuk Puskesamas yang dikeluar oleh Komisi
Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
Akreditasi Puskesmas, Klinik, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi adalah pengakuan yang diberikan
oleh lembaga independen penyelenggara akreditasi yang ditetapkan
oleh Menteri setelah memenuhi standar akreditasi.
18 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
4) Pencapaian Kinerja
Tabel 3. Pencapaian Puskesmas yang Tersertifikasi Akreditasi
Indikator Target
2015
Realisasi
2015
Persentase
Capaian
Target
2019
Jumlah kecamatan
yang memiliki minimal
1 Puskesmas yang
tersertifikasi akreditasi
350
93
26,57%
5.600
Jika dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan, maka realisasi
tahun 2015 mencapai 93 kecamatan (26,57%) dari 350 kecamatan yang
memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi. Dari 93
kecamatan tersebut jumlah Puskesmas yang sudah terakreditasi
sebanyak 100 Puskesmas tersertifikasi akreditasi (sumber data dari
laporan Komisi Akreditasi per 31 Desember 2015). Apabila capaian
tersebut dibandingkan dengan target akhir tahun Rencana Strategis
(5.600 kecamatan), maka masih diperlukan upaya percepatan
pencapaian indikator tersebut. Akreditasi Puskesmas merupakan
kegiatan yang baru dilaksanakan mulai tahun 2015, sehingga tidak ada
pencapaian pada tahun-tahun sebelumnya.
Kegiatan yang dilakukan dalam pencapaian indikator program ini adalah:
a) Penyusunan regulasi dengan diterbitkannya Permenkes No. 46 Tahun
2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik
Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi.
b) Pertemuan sosialisasi dan advokasi kebijakan akreditasi Puskesmas,
klinik pratama, tempat praktik mandiri dokter dan tempat praktik
mandiri dokter gigi pada pertemuan rutin Direktorat Bina Upaya
Kesehatan Dasar.
19 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Gambar 8. Workshop Teknis Akreditasi FKTP yang Diselenggarakan pada tanggal 11-13 Mei 2015 di Jakarta
c) Peningkatan sarana dan prasarana Puskesmas melalui alokasi Dana
Tugas Pembantuan.
d) Operasional Komisi Akreditasi FKTP yang dibentuk oleh Menteri
berdasarkan Kepmenkes No. HK.02.02/059/2015. Komisi Akreditasi
FKTP memiliki tugas sebagai pelaksana survei dan penetapan status
akreditasi.
e) Pelatihan untuk surveior dan tim TOT tim pendamping tingkat propinsi
melalui DIPA Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar.
Gambar 9. Pelatihan Surveior Akreditasi FKTP yang Diselenggarakan pada tgl 31 Agustus sd 10 September 2015 di Yogyakarta
20 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
f) Pelatihan pendamping kabupaten/kota pada 14 propinsi melalui dana
dekonsentrasi. Ke empat belas provinsi tersebut adalah Aceh,
Bengkulu, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah
Istimewa Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan
Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Bali, dan NTB.
Gambar 10. Pelatihan TOT Pendamping Akreditasi FKTP yang Diselenggarakan pada tgl 5-19 April 2015 di Bapelkes Semarang
g) Penyusunan NSPK terkait akreditasi FKTP.
Berdasar kegiatan tersebut di atas maka, sampai dengan tanggal 31
Desember 2015 didapatkan hasil sebagai berikut:
a) Kab/Kota yang telah memiliki tim pendamping sebanyak 224 kab/kota.
Pendampingan pra akreditasi pada Puskesmas yang akan diusulkan
akan diakreditasi dilakukan oleh tim pendamping dari Dinas
Kesehatan Kab/Kota yang telah dilatih. Dalam pendampingan
Puskesmas, tim pendamping akan melakukan tahapan-tahapan
sebagai berikut :
Melaksanakan lokakarya di Puskesmas
Pelatihan pemahaman standar dan instrumen akreditasi
Puskesmas dan persiapan asesmen.
Penyiapan dokumen akreditasi Puskesmas.
Implementasi dokumen akreditasi Puskesmas.
21 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Pemilaian pra sertifikasi/ pra akreditasi sebagai dasar menilai
kesiapan Puskesmas apakah layak untuk diusulkan disurvei oleh
surveyor.
Pengajuan permohonan untuk disurvei oleh dinas kesehatan
kabupaten/kota melalui dinas kesehatan provinsi.
Pada tahun 2015 telah dialokasikan pelatihan pendamping akreditasi
FKTP melalui Dana Dekon bagi 14 provinsi. Selain melalui
pembiayaan Dana Dekon, pelaksanaan pelatihan pendamping
akreditasi FKTP bagi dinkes kab/kota juga melalui pembiayaan APBD
II. Jumlah kab/kota yang telah memiliki tim pendamping akreditasi
FKTP sebanyak 224 kab/kota.
b) Puskesmas yang sudah mengajukan untuk disurvei sebanyak 223
Puskesmas yang berasal dari 11 propinsi .
Sesuai dengan Permenkes No. 46 Tahun 2015 tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, dan Tempat Praktik Mandiri Dokter dan
Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi, selama lembaga independen
penyelenggara akreditasi belum terbentuk, pelaksanaan survey dan
penetapan status akreditasi menjadi tanggung jawab Komisi
Akreditasi FKTP. Berdasarkan laporan Komisi, hingga 31 Desember
2015 tercatat Puskesmas yang mengajukan untuk disurvei sebanyak
223 Puskesmas.
c) Puskesmas yang sudah disurvey sebanyak 126 Puskesmas
Survei dilakukan oleh tim surveior yang telah dilatih. Survei dilakukan
setelah ada permohonan survei yang disampaikan kepada Komisi
Akreditasi FKTP. Komisi Akreditasi FKTP akan menugaskan tim
surveior untuk melakukan survei. Survei dilakukan selama 3 (tiga) hari
efektif. Tim survei akan menyampaikan hasil survei ke Komisi
Akreditasi FKTP untuk ditetapkan hasil survei.Berdasarkan laporan
Komisi, hingga 31 Desember 2015 dari 223 usulan survey yang
masuk, Puskesmas yang sudah disurvei sebanyak 126 Puskesmas
22 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
d) Puskesmas yang sudah mendapatkan sertifikasi akreditasi
Berdasarkan laporan Komisi Akreditasi FKTP, hingga 31 Desember
2015 Puskesmas yang sudah mendapatkan sertifikasi akreditasi
sebanyak 100 Puskesmas yang terdapat di 93 kecamatan.
5) Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian indikator
adalah:
a) Faktor Dana:
Tidak cairnya dana refokusing APBN tahun 2015 mengakibatkan
tidak dapat dilaksanakannya pelatihan pendamping dan surveior
bagi 10 provinsi yang sudah mengusulkan akreditasi di tahun
2015
Tidak ada dana untuk pelaksanaan pendampingan dan survei di
kabupaten/kota karena keterbatasan APBD maupun proses revisi
anggaran, sehingga banyak kabupaten/kota yang sudah
mengusulkan di dalam roadmap tetapi tidak menindaklanjuti
dengan pengusulan survei.
b) Faktor Waktu
Pencairan dana dekon 04 (BUK) ke beberapa provinsi baru
terlaksana pertengahan tahun 2015 sehingga mempengaruhi
pelaksanaan pelatihan tim pendamping kab/kota, sebagai
akibatnya waktu untuk pendampingan ke Puskesmas terbatas
sehingga belum siap untuk disurvei
DIPA dana tugas pembantuan tahun 2015 untuk Direktorat Bina
Upaya Kesehatan Dasar terbit pada tanggal 30 Oktober 2015,
sehingga dinas kesehatan kab/kota yang mengalokasikan dana
untuk pembangunan fisik tidak dilaksanakan karena waktu
pelaksanaan sangat singkat.
Pengiriman berkas pengajuan survei oleh provinsi sebagian besar
pada bulan November 2015.
23 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
c) Faktor SDM
Masih kurangnya jumlah tim pendamping di beberapa
kabupaten/kota
Masih kurangnya jumlah tim surveior di provinsi
Tenaga kesehatan di Puskesmas belum semuanya memahami
konsep akreditasi.
d) Faktor Sarana
Komisi Akreditasi FKTP yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan
belum mempunyai ruangan tersendiri sehingga belum dapat
bekerja secara optimal
Mekanisme pengajuan berkas kelengkapan survei masih manual
lewat surat belum berbasis web.
6) Usulan Pemecahan Masalah
a) Dana :
Penganggaran dana pelatihan TOT pendamping dan pelatihan
surveior melalui APBN 2016
Penganggaran dana survei dan pendampingan melalui DAK non
fisik 2016
Integrasi menu DAK non fisik ke e planning.
b) Waktu :
Alokasi dana dekon 2016 menu akreditasi untuk provinsi yang
mengusulkan.
Pembahasan dukungan anggaran ke daerah baik DAK,
dekonsentrasi maupun tugas pembantuan perlu
memperhitungkan waktu pelaksanaan kegiatan.
Bersurat ke provinsi mengenai batas waktu pengiriman berkas
survei yang akan dilaksanakan tahun 2016.
24 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
c) SDM :
Peningkatan kompetensi SDM (pendamping dan surveior) melalui
pelatihan
Seleksi calon surveior baru
Sosialisasi ke lintas program dan lintas sektor.
d) Sarana :
Pengusulan ruangan untuk KAFKTP ke Biro Umum
Penganggaran kegiatan pembuatan sistem informasi akreditasi
untuk mempermudah pelaksanaan dan pengorganisasian survei
akreditasi FKTP.
7) Realisasi Anggaran
Tabel 4. Alokasi dan Realisasi Anggaran Kegiatan yang Mendukung Pencapaian Indikator Puskesmas Tersertifikasi Akreditasi
No Kewenangan Alokasi Realisasi %
1 Kantor Pusat
79.096.952.000
15.487.602.168
19,6
2 Dekonsentrasi
45.346.331.000
34.285.582.824
75,6
3 Tugas Pembantuan
679.500.104.000
490.862.180.234
72,2
803.943.387.000 540.635.365.226
67,2
Pada tahun 2015 alokasi anggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.
803.943.387.000,- dengan realisasi 67,2% (Rp.540.635.365.234,-).
Anggaran dialokasi berdasarkan kewenangan yaitu: kantor pusat, dana
dekonsentrasi, dan dana tugas pembantuan.
b. Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi
akreditasi nasional.
1) Sasaran strategis
Meningkatnya akses pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas
bagi masyarakat.
25 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
2) Definisi Operasional
RSUD adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada
semua bidang dan jenis penyakit yang penyelenggaraannya
dilaksanakan oleh daerah (kabupaten, kota atau propinsi).
Yang dimaksud kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang
tersertifikasi akreditasi nasional yaitu kabupaten/kota yang memiliki
minimal satu RSUD yang telah memiliki sertifikat akreditasi yang
dikeluarkan oleh Lembaga independen penyelenggara akreditasi atau
Komisi Akreditasi Rumah Sakit sesuai dengan peraturan yang berlaku.
3) Cara Perhitungan
Cara perhitungan adalah dengan menjumlahkan kabupaten/kota yang
memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional.
Sedangkan cara pengukuran hasil adalah dengan dibuktikan adanya
sertifikat akreditasi rumah sakit dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit.
4) Pencapaian Kinerja
Tabel 5. Pencapaian RSUD yang Tersertifikasi Akreditasi Nasional
Indikator Target
2015
Realisasi
2015
Pencapaian
2015
Target
2019
Kabupaten/kota yang
memiliki minimal 1 RSUD
yang tersertifikasi
akreditasi nasional
94 50 53,19% 481
Pada tahun 2015, pencapaian indikator sebanyak 50 kabupaten/kota
yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional
(53,19%). Dari 50 RSUD yang terakreditasi pada 50 kab/kota tersebut,
26 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
terdapat 22 RSUD yang menginginkan peningkatan status kelulusan
akreditasi. Data capaian berasal dari laporan Komisi Akreditasi Rumah
Sakit per 31 Desember 2015. Base line data capaian pada tahun 2014
sebanyak terdapat 10 kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD
yang tersertifikasi akreditasi nasional. Dan jika dibandingkan target akhir
jangka menengah (481 kab/kota), maka perlu upaya yang keras untuk
mencapainya.
Pada tahun 2015 terdapat 271 rumah sakit yang sudah terakreditasi
nasional (versi 2012) yang terdiri dari 25 RS Pemeintah Pusat, 55 RS
daerah, 18 RS Kementerian Lainnya, 5 RS BUMN, dan 168 RS swasta.
Kegiatan yang dilakukan dalam pencapaian indikator program ini adalah:
a) Penyusunan regulasi berupa draft petunjuk teknis standar akreditasi
rumah sakit
b) Peningkatan sarana dan prasarana RSUD melalui dana tugas
pembantuan dan dana alokasi khusus yang berupa pemenuhan
standar ruangan dan alat di IGD, ICU, ruang operasi, TT kelas III,
IPAL, dan ambulance.
c) Melakukan bimbingan teknis pra akreditasi nasional kepada rumah
sakit rujukan regional dan rumah sakit kabupaten/kota bersama
dengan tim dari Komisi Akreditasi Rumah Sakit atau tim pendamping
yang terlatih.
Gambar 11. Pelaksanaan Bimbingan Teknis di Rumah Sakit
27 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
d) Melakukan peningkatan kapasitas pendamping akreditasi rumah
sakit sebanyak 2 tahap dan dilaksanakan di Jakarta. Pendamping
dipilih dari RS vertikal yang sudah terakreditasi internasional maupun
terakreditasi nasional paripurna (RS Sanglah, RS Sardjito, RS
Kariadi, RS Fatmawati, RS Moh. Hoesin, RS Adam Malik, RS
Othopedi Surakarta) dan RSPAD Gatot Subroto. Jumlah total
pendamping saat ini sebanyak 76 orang.
Gambar 12. Peningkatan Kapasitas Pendamping Akreditasi di Rumah Sakit
e) Melakukan koordinasi dengan KARS mulai dari penyusunan road
map pelaksanaan akreditasi
f) Melakukan evaluasi penilaian akreditasi yang dilakukan oleh KARS.
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang diberikan
kepada 78 rumah sakit yang telah terakreditasi pada tahun 2014.
Dari hasil kegiatan tersebut di atas maka, sampai dengan tanggal 31
Desember 2015 didapatkan hasil adalah:
a) Rumah sakit yang telah mendapatkan pendampingan/visitasi dari
KARS sebanyak 145 rumah sakit
b) Rumah sakit yang sudah siap dan mengajukan survei simulasi
sebanyak 101 rumah sakit
c) Rumah sakit yang sudah disurvey sebanyak 79 rumah sakit
28 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
d) Rumah sakit yang sudah mendapatkan sertifikasi akreditasi: 192
rumah sakit. Dari 192 rumah sakit yang sudah terakreditasi tersebut,
yang berkategori sebagai RSUD sebanyak 50 rumah sakit.
5) Permasalahan
a) Dana
Belum semua Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran yang
mendukung pelaksanaan akreditasi di RSUD wilayah kerjanya.
b) Waktu
Proses akreditasi mulai dari pelatihan sampai terakreditasi
merupakan rangkaian yang panjang dan memakan waktu yang
lama.
RSUD yang akan melakukan workshop,bimbingan, maupun
survey simulasi harus masuk dalam waiting list oleh KARS karena
banyaknya permintaan RS sementara jumlah SDM pembimbing
terbatas. Padahal pengunaan pendanaan hanya berlaku 1 tahun.
c) SDM
Komitmen pemerintah daerah yang belum merata sehingga
kurang mendukung persyaratan pelaksanaan akreditasi yaitu
dengan menunjuk Direktur Rumah Sakit yang bukan Tenaga
Medis, sehingga struktur organisasi RS tidak sesuai dengan
Permenkes Nomor 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang
Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen
Kesehatan.
Komitmen Pimpinan RS dan pegawai yang kurang sehingga tidak
terlibat aktif dalam kegiatan persiapan akreditasi dan kurang
mendukung kegiatan akreditasi.
Ketersediaan SDM tenaga kesehatan yang masih belum
memenuhi kebutuhan pegawai sesuai dengan kelas RS.
29 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Diperlukan perubahan budaya kerja dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang senantiasa berorientasi pada
peningkatan mutu pelayanan sesuai dengan standar akreditasi.
Minimnya pelatihan SDM dalam memenuhi persyaratan akreditasi
seperti pelatihan bantuan hidup dasar, PPI, bencana dan
keselamatan pasien.
Kemampuan propinsi dalam persiapan akreditasi belum cukup
untuk dapat mendorong Dinkes dalam menjalankan fungsi
pembinaan sesuai Permenkes 12/2012.
d) Sarana dan Prasarana
Masih banyak Rumah Sakit yang akan diakreditasi, namun belum
memiliki sarana, prasarana dan alat kesehatan yang sesuai dengan
standar akreditasi.
6) Usulan Pemecahan Masalah
a) Dana
Menyediakan alokasi dana melalui DAK Non Fisik 2016 untuk 212
RSUD yang akan mencapai akreditasi pada tahun 2016.
b) Waktu
Mengkoordinasikan dengan KARS untuk menjadwalkan survei
simulasi akreditasi agar sesuai dengan target indikator RS
akreditasi.
Melakukan advokasi kepada Dinkes Propinsi untuk melakukan
bimbingan akreditasi ke RSUD Kab/Kota dalam mengatur proses
akreditasi mulai dari pelatihan sampai dengan survei akreditasi
dalam satu tahun anggaran.
c) SDM
Peningkatan keterlibatan dinas kesehatan dalam persiapan
akreditasi RS.
30 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Koordinasi dengan Kemendagri untuk dapat meningkatkan
komitmen Pimpinan Daerah dalam Akreditasi RS, dalam
penyusunan struktur organisasi RS dan penunjukan Direktur RS.
Melakukan koordinasi kepada PPSDM untuk melakukan
pemenuhan kebutuhan tenaga kesehatan sesuai dengan kelas
Rumah Sakit.
Membuat Pakta Integritas Direktur RS terutama RS Regional
dalam persiapan akreditasi.
Mensosialisasikan transformasi budaya kerja untuk meningkatkan
budaya Mutu.
Membentuk tim pendamping akreditasi yang dapat memberikan
bimbingan kepada RS yang membutuhkan sesuai dengan
penugasan Kemenkes.
d) Sarana dan prasarana
Mengalokasikan anggaran DAK Fisik 2016 untuk seluruh RSUD
dalam pemenuhan standar, prasarana dan alat kesehatan sesuai
kelas RS untuk standar akreditasi.
7) Realisasi Anggaran
Pada tahun 2015 alokasi anggaran untuk kegiatan ini sebesar Rp.
7.592.660.686.000,- dengan realisasi 90,0% (Rp. 6.836.588.953.723,-).
Alokasi anggaran berdasarkan kewenangan, yaitu kantor pusat,
dekonsentrasi, dan tugas pembantuan).
Tabel 6. Alokasi dan Realisasi Anggaran Kegiatan yang Mendukung Pencapaian Indikator RSUD Tersertifikasi Akreditasi
No Kewenangan Alokasi Realisasi %
1. Kantor Pusat
22.057.657.000
10.604.061.445 48,1
2. Dekonsentrasi
10.019.237.000
8.172.361.905 81,6
3. Tugas Pembantuan
2.412.173.316.000
1.896.634.969.171 78,6
2.444.250.210.000
1.915.411.392.521 78,4
31 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
3. DUKUNGAN DITJEN BINA UPAYA TERHADAP PRIORITAS KESEHATAN
NASIONAL LAINNYA
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan harus melaksanakan program dan
kegiatan untuk mencapaian target indikator yang telah ditetapkan. Di samping
itu Ditjen Bina Upaya Kesehatan yang merupakan salah satu unsur dari
Kementerian Kesehatan di samping berkewajiban untuk turut mendukung
pencapaian target dalam Nawacita/Janji Presiden, prioritas nasional
Kementerian Kesehatan, Sustainable Development Goals (SDGs), Quick Wins,
Percepatan Papua dan Papua Barat, dan lain-lainnya.
Dukungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan terhadap prioritas kesehatan nasional
lainnya adalah:
a. Janji Presiden
Presiden Joko Widodo menyampaikan beberapa janji untuk
menyejahterakan rakyat Indonesia. Pada tahun 2015 Kantor Staf Presiden
(KSP) memilih 100 program dan kegiatan prioritas nasional dari janji-janji
presiden dan wakil presiden. Dari 100 janji presiden yang dipantau oleh KSP
terdapat 10 janji di bidang kesehatan, dan yang menjadi tanggung jawab
Ditjen Bina Upaya Kesehatan sebanyak 2 janji, yaitu:
1) Pelayanan Puskesmas sesuai Standar di 6.000 Puskesmas
Untuk memberikan pelayanan kesehatan dasar yang berkualitas kepada
masyarakat diperlukan Puskesmas yang memberikan sesuai standar.
Adapun target 6.000 Puskesmas untuk tahun 2019 akan dicapai secara
bertahap seperti dalam tabel dibawah ini.
32 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Tabel 7. Target Indikator Puskesmas yang Memberikan Pelayanan Sesuai Standar Tahun 2015-2019
Indikator
Target
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah puskesmas non rawat
inap dan puskesmas rawat
inap yang memberikan
pelayanan sesuai standar
700 1.400 2.800 5.600 6.000
KSP memantau proses pencapaian indikator dengan melakukan
pemantauan pencapaian indikator proses yang telah disepakati bersama
antara KSP dengan Kemenkes setiap tiga bulan sekali. Sampai dengan
tanggal 31 Desember 2015 pencapaian sebesar 121% (847 Puskesmas)
dan mendapatkan rapor hijau.
2) Pelayanan Kesehatan Bergerak di 150 Kabupaten/kota
Adanya keterbatasan akses pelayanan kesehatan yang berkualitas di
daerah terpencil, perbatasan dan kepulauan, maka Kemenkes untuk
meningkatkan jangkauan dan pemerataan pelayanan kesehatan yang
berkualitas bagi masyarakat di daerah terpencil perbatasan dan
kepulauan, salah satunya dengan melaksanakan pelayanan kesehatan
bergerak.
Tabel 8. Target Indikator Kabupaten/kota yang Melakukan Pelayanan Kesehatan Bergerak di Daerah Terpencil dan Sangat Terpencil Tahun 2015-2019
Indikator
Target
2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah kabupaten/kota yang
melakukan Pelayanan
Kesehatan Bergerak di daerah
terpencil dan sangat terpencil
107 118 128 139 150
33 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Pencapaian sampai dengan tanggal 31 Desember 2015 sebesar 108%
(116 kabupaten/kota) dan mendapatkan rapor hijau.
b. Quick Wins
Quick Wins adalah program yang mempunyai daya ungkit (key leverage)
yang berkaitan dengan perbaikan pada core business. Hasil perbaikan
dapat dengan mudah terlihat dan manfaatnya dapat dirasakan oleh
masyarakat.
Berdasarkan kesepakatan antara Bappenas dan Kemenkes pada tahun
2015 Ditjen Bina Upaya Kesehatan bertanggungjawab terhadap 6 rencana
aksi, yaitu:
1) Pembuatan RPP/Perpres yang diperlukan untuk menindaklanjuti isi UU
44/2009 tentang Pengelolaan Dana Kesehatan oleh RSUD dan Pemda
Defisini operasional: RPP tindak lanjut UU Nomor 44 Tahun 2009 yang
berisi mengenai peraturan pembiayaan kesehatan di RSUD yang
berasal dari pemerintah/pemda.
Pencapaian: 100% yaitu telah tersusun RPP tentang subsidi atau
bantuan pemerintah untuk pembiayaan rumah sakit sedang dalam
proses legalisasi.
2) Sistem kerjasama Puskesmas dengan unit transfusi darah untuk
mencegah kematian ibu melahirkan
Definisi operasionalnya: tersedianya pedoman dan terlaksananya
program kerjasama puskesmas melalui Dinas Kesehatan dengan UTD
dan rumah sakit untuk rekrutmen dan seleksi donor guna persiapan
penyediaan darah bagi Ibu melahirkan.
Indikator dalam Renstra adalah Jumlah Puskesmas yang telah
bekerjasama melalui Dinkes dengan Unit Transfusi Darah (UTD) dan
rumah sakit. Target tahun 2015 = 200, tahun 2016 = 1.600, tahun 2017
= 3.000, tahun 2018 = 4.400, dan tahun 2019 = 5.600 Puskesmas.
34 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Pencapaian:
a) Telah terbit Permenkes 92/2015 tentang Juknis pelaksanaan
program kerja sama antara Puskesmas, UTD, dan RS dalam
pelayanan darah untuk menurunkan AKI.
b) Puskesmas yang telah bekerjasama melalui Dinkes dengan Unit
Transfusi Darah (UTD) dan rumah sakit sebanyak 212 Puskesmas
(106%).
3) Pendataan Kebutuhan Kapal Rumah Sakit di Kabupaten-kabupaten
Kepulauan
Definisi operasional: adanya data kebutuhan kapal rumah sakit di
kabupaten kepulauan.
Indikator dalam Renstra: jumlah dokumen tentang kebutuhan kapal RS
di daerah kepulauan. Target tahun 2015 = 1 dokumen dan tahun 2016 =
1 dokumen.
Pencapaian: telah tersusun satu dokumen tentang kebutuhan kapal RS
di daerah kepulauan.
4) Kesiapan 6000 Puskesmas dalam memberikan pelayanan termasuk
Puskemas Rawat Inap
Definisi operasional: sebanyak 6000 Puskesmas termasuk di dalamnya
Puskesmas Rawat Inap yang memenuhi standar pelayanan sesuai PMK
nomor 75 tahun 2014.
Indikator dalam Renstra: jumlah Puskesmas non rawat inap dan rawat
inap yang memberikan pelayanan sesuai standar. Target tahun 2015 =
700, tahun 2016 = 1.400, tahun 2017 = 2.800, tahun 2018 = 5.600, dan
tahun 2019 = 6.000 Puskesmas.
Pencapaian: Puskesmas non rawat inap dan rawat inap yang
memberikan pelayanan sesuai standar sebanyak 848 Puskesmas
(121%).
5) Pengembangan RS Rujukan Nasional dengan RS Rujukan Regional
yang menerapkan integrasi data rekam medis
35 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Definisi operasional: tersedia 60 RS Rujukan Nasional dengan RS
Rujukan Regional yang menerapkan integrasi data rekam medis.
Indikator dalam Renstra: jumlah RS Rujukan Nasional dengan RS
Rujukan Regional yang menerapkan integrasi data rekam medis. Target
tahun 2015 = 0, tahun 2016 = 15, tahun 2017 = 30, tahun 2018 = 45, dan
tahun 2019 = 60 RS.
Pencapaian: pada tahun 2015 Ditjen Bina Upaya Kesehatan masih
dalam proses persiapan (menyusun regulasi).
6) Jumlah RS Rujukan regional yang memiliki pelayanan sesuai standar
Definisi operasional: tersedianya 150 RS (180 RS/184 RS) rujukan
regional yang sesuai standar RS Rujukan Regional.
Indikator dalam Renstra: jumlah RS Rujukan Regional yang memiliki
pelayanan sesuai standar. Target tahun 2015 = 30, tahun 2016 = 60,
tahun 2017 = 90, tahun 2018= 120, tahun 2019 = 150 RS.
Pencapaian: RS Rujukan Regional yang memiliki pelayanan sesuai
standar sebanyak 8 RS (26,7%).
c. Open Government Indonesia
Open Government Indonesia (OGI) adalah sebuah gerakan bersama
pemerintah dengan masyarakat untuk mewujudkan keterbukaan
pemerintah Indonesia dan percepatan perbaikan pelayanan publik di
Indonesia sebagaimana sudah diamanahkan oleh UU No. 14 tahun 2008
tentang Keterbukaan Informasi Publik (KIP) dan UU No. 25 tahun 2009
tentang Pelayanan Publik. OGI mempunyai komitmen untuk
mengimplementasikan program yang berlandaskan pada 3 pilar:
transparansi, partisipasi, dan inovasi. OGI mulai didirikan pada tanggal 20
September 2011. OGI adalah bagian dari gerakan global Open Government
Partnership (OGP) yang saat ini memiliki 63 negara anggota.
Pada tahun 2015 Ditjen Bina Upaya Kesehatan melaksanakan 3 rencana
aksi OGI, yaitu: Badab Pengawas Rumah Sakit (BPRS) provinsi, sistem
kegawatdaruratan, dan (Orang Dengan Gangguan Jiwa) ODGJ.
36 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Tabel 9. Rencana Aksi Open Government Indonesia Tahun 2015
No
Rencana Aksi
Indikator
Target
Reali-
sasi
Capaian
1. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam peningkatan kualitas layanan kesehatan
Terbentuknya BPRS Provinsi sebanyak 20% dari total provinsi yang memiliki minimal 10 RS di tahun 2015 (kumulatif 6 Provinsi)
6 7 116,7%
2. Pengembangan infrastruktur pelayanan terintegrasi
Terbangunnya sistem kegawatdaruratan di 5 provinsi
5 7 140%
Terbangunnya sistem Call Center 119 yang terintegrasi dengan rumah sakit di 3 Provinsi
3 3 100%
3. Perlindungan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) melalui pemberdayaan masyarakat
Terlaksananya pengembangan komunitas peduli kesehatan jiwa di 10 provinsi
10 10 100%
Terlaksananya publikasi informasi fasilitas layanan kesehatan yang melayani ODGJ melalui website Kemenkes
100% 100% 100%
Terlaksananya kampanye publik menyangkut informasi kesehatan jiwa di 10 provinsi
10 10 100%
d. Jaminan Kesehatan Nasional
Dalam UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa setiap
orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber
daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang
aman, bermutu, dan terjangkau. Program Jaminan Kesehatan Nasional
(JKN) adalah suatu program Pemerintah dan Masyarakat/Rakyat dengan
tujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang menyeluruh bagi
setiap rakyat Indonesia agar penduduk Indonesia dapat hidup sehat,
produktif, dan sejahtera.
37 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Dalam era Jaminan Kesehatan Nasional maka sistem pelayanan kesehatan
harus diatur sedemikian rupa, sehingga masyarakat mendapatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan kebutuhannya. Untuk itu
maka Kementerian Kesehatan menyusun suatu sistem rujukan berjenjang
dalam pelayanan kesehatan, yaitu yang dimulai dari:
1) Pelayanan kesehatan dasar (puskesmas, klinik, dll);
2) Rumah sakit rujukan kabupaten/kota;
3) Rumah sakit rujukan regional; dan
4) Rumah sakit rujukan propinsi/nasional (tersier).
Dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan rujukan yang berkualitas,
maka seluruh rumah sakit perlu ditingkatkan mutunya termasuk rumah sakit
rujukan nasional (tertier). Untuk itu maka Kementerian Kesehatan
mengalokasikan dana untuk peningkatan sarana dan prasarana mulai dari
Puskesmas dan rumah sakit (termasuk di dalamnya RS UPT Vertikal).
B. REALISASI ANGGARAN
Tabel 10. Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015 Berdasarkan Kewenangan
NO KEWENANGAN ALOKASI REALISASI %
1 Kantor Pusat 961.458.985.000
323.144.925.523
33,6
2 Kantor Daerah 14.713.115.294.000
13.721.530.191.005
93,3
3 Dekonsentrasi 86.007.974.000
66.032.639.400
76,8
4 Tugas Pembantuan 3.091.673.420.000
2.387.497.149.405
77,2
18.852.255.673.000
16.498.204.905.333
87,5
(sumber: SAI unaudited)
Realisasi Ditjen Bina Upaya Kesehatan sampai dengan tanggal 31 Desember
2015 sebesar Rp. 16.498.204.905.333,- (87,5%). Persentase realisasi anggaran
yang paling rendah adalah kantor pusat, hal ini disebabkan lamanya revisi DIPA
di kantor pusat yang berdampak realisasi anggaran.
38 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Tabel 11. Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015 Berdasarkan Kegiatan
NO KEGIATAN ALOKASI REALISASI %
1 Pembinaan Upaya Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan
135.831.262.000 108.990.354.915 80,2
2 Pembinaan Pelayanan Keperawatan dan Ketehnisian Medis
15.907.182.000 11.246.317.070 70,7
3 Pembinaan Upaya Kesehatan Dasar
803.943.387.000 540.635.365.226 67,3
4 Pembinaan Upaya Kesehatan Rujukan
14.731.919.807.000 13.179.253.071.132 89,5
5 Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
3.148.244.951.000 2.643.717.476.276 84,0
6 Pembinaan Pelayanan Kesehatan Jiwa
16.409.084.000 14.362.320.714 87,5
18.852.255.673.000 16.498.204.905.333 87,5
(sumber: SAI unaudited)
Persentase realisasi anggaran berdasarkan kegiatan yang paling rendah adalah
pembinaan upaya kesehatan dasar. Turunnya DIPA kantor pusat dan DIPA TP
dasar yang terlambat. Hal ini menyebabkan sebagian satker TP dasar yang
mengambil menu fisik tidak dapat melaksanakan kegiatan tersebut karena
terbentur sempitnya waktu pelaksanaan.
Tabel 12. Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015 Berdasarkan Jenis Belanja
NO JENIS BELANJA ALOKASI REALISASI %
1 BELANJA PEGAWAI 2.343.097.786.000
2.060.062.516.461
87,9
2 BELANJA BARANG 10.624.265.289.000
9.964.074.379.677
93,8
3 BELANJA MODAL 5.884.892.598.000
4.474.068.009.195
76,0
18.852.255.673.000
16.498.204.905.333
87,5
(sumber: SAI unaudited)
39 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Persentase realisasi anggaran berdasarkan jenis belanja yang paling rendah
adalah belanja modal. Turunnya DIPA TP dasar yang terlambat sehingga sebagian
satker TP dasar yang mengambil menu fisik tidak dapat melaksanakan kegiatan
tersebut karena terbentur sempitnya waktu pelaksanaan.
Tabel 13. Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Bina Upaya Kesehatan Yang Mendukung Langsung Pencapaian Indikator Kinerja Tahun 2015
No Indikator Alokasi Realisasi %
1 Jumlah kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas yang tersertifikasi akreditasi
803.943.387.000 540.635.365.226 67,2
2 Kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional
2.444.250.210.000 1.915.411.392.521 78,4
3.248.193.597.000 2.456.046.757.747 75,6
(sumber: SAI unaudited)
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan telah mengalokasikan sebesar Rp.
3.248.193.597.000,- untuk mendukung pencapaian indikator kinerja program
dengan realisasi sebesar 75,6% (Rp. 2.456.046.757.747,-). Apabila Dana tersebut
dialokasikan ke berbagai satuan kerja berdasarkan kewenangannya, yaitu kantor
pusat, dekonsentrasi, dan tugas pembantuan.
Alokasi anggaran yang mendukung pencapaian indikator kinerja program sebesar
17,2% dari total alokasi anggaran Ditjen Bina Upaya Kesehatan tahun 2015.
Alokasi anggaran lainnya dipergunakan Ditjen Bina Upaya Kesehatan untuk
mendukung pelaksanaan prioritas kesehatan nasinal.
C. SUMBER DAYA LAINNYA
1. SUMBER DAYA MANUSIA
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang sangat penting
bahkan tidak bisa dilepaskan dari sebuah organisasi atau institusi. SDM dalam
hal ini disebut sebagai pegawai merupakan faktor yang mempengaruhi
perkembangan organisasi atau dapat dikatakan sebagai penggerak untuk
40 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
mencapai tujuan organisasi tersebut. Keadaan Pegawai Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan pada tanggal 31 Desember 2015 berjumlah 567 pegawai,
yang dapat dilihat secara lebih rinci pada tabel sebagai berikut :
Tabel 14. Distribusi Pegawai Ditjen Bina Upaya Kesehatan Berdasarkan Golongannya
No Golongan
Satuan Kerja
Jumlah Sekretariat BUKD BUKR
Kepera-
watan
Penun-
jang Keswa
1 Golongan IV 13 16 15 9 14 10 77
2 Golongan III 173 59 69 46 60 42 449
3 Golongan II 28 1 1 3 7 1 41
4 Golongan I 0 0 0 0 0 0 0
Total 214 76 85 58 81 53 567
Berdasar tabel di atas maka golongan pegawai di Ditjen Bina Upaya Kesehatan
yang terbanyak adalah golongan III, diikuti golongan IV dan golongan II.
Tabel 15. Distribusi Pegawai Ditjen Bina Upaya Kesehatan Berdasarkan Tingkat Pendidikannya
No Pendidikan
Satuan Kerja
Jumlah Sekretariat BUKD BUKR
Kepera-watan
Penun-jang
Keswa
1 S3 3 0 1 0 0 0 4
2 S2 27 40 44 21 30 22 184
3 Spesialis 1/2/A V
0 0 2 1 2 5 10
4 A IV 0 0 0 0 0 0 0
5 S1 101 26 21 23 26 13 210
6 D IV 0 0 0 4 1 1 6
7 D III 31 1 5 5 7 4 53
8 Akademi 2 0 1 0 0 1 4
9 SM 1 0 0 0 0 0 1
10 D II 0 0 0 0 0 0 0
11 DI 0 0 0 0 0 0 0
12 SMA 46 9 11 3 13 6 88
13 SMP 2 0 0 0 0 0 2
14 SD 1 0 0 1 1 0 3
15 Tidak ada dokumen
0 0 0 0 1 1 2
Total 214 76 85 58 81 53 567
Idealnya jumlah pegawai yang ada disesuaikan dengan hasil perhitungan
kebutuhan pegawai berdasarkan Analisis Beban Kerja (ABK) pada suatu unit
41 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
organisasi. ABK dapat digunakan sebagai tolak ukur bagi pegawai/unit
organisasi dalam melaksanakan kegiatannya yaitu berupa norma waktu
penyelesaian pekerjaan, tingkat efisiensi kerja dan standar beban kerja dan
prestasi kerja, menyusun formasi pegawai, serta penyempurnaan sistem
prosedur kerja dan manajemen lainnya. Selain itu ABK juga dapat dijadikan tolak
ukur untuk meningkatkan produktivitas kerja serta langkah-langkah lainnya
dalam rangka meningkatkan pembinaan, penyempurnaan dan pemberdayaan
aparatur negara baik dari segi kelembagaan, ketatalaksanaan maupu
kepegawaian.
Berdasarkan kedua tabel di atas dan hasil ABK tahun 2014 di linngkungan Ditjen
Bina Upaya Kesehatan diperoleh informasi bahwa jumlah pegawai tersebut
belum mencukupi kebutuhan organisasi dan tentunya hai ini mempengaruhi pada
pencapaian target kinerja di lingkungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan. Guna
mengefisienkan pegawai yang ada diperlukan penguatan kinerja pegawai.
Penguatan tersebut berupa program-program dalam kerangka pengembangan
kapasitas pegawai yang memerlukan dukungan dan komitmen para pimpinan
organisasi untuk segera merealisasikan dengan kegiatan-kegiatan dalam bentuk
investasi jangka panjang, misalnya peningkatan pendidikan formal pegawai
sampai ke jenjang strata 1, strata 2, dan strata 3 serta pengembangan diklat
khusus pegawai yang terpadu dan berkelanjutan. Peningkatan kapasitas
pegawai menjadi salah satu titik tolak yang dilaksanakan dalam rangka
pengembangan kapasitas pegawai sekaligus peningkatan kapasitas organisasi.
2. SUMBER DAYA SARANA DAN PRASARANA
Pengelolaan Barang Milik Negara Ditjen Bina Upaya Kesehatan selama periode
1 Januari s/d 31 Desember 2015, dapat dilaporkan dalam bentuk Intrakomtable,
Ekstrakomtable, Gabungan Intrakomtable dan Ekstrakomtable, Aset Tak
Berwujud dan Konstruksi dalam pengerjaaan.
Adapun laporan perkembangan masing-masing Barang Milik Negara adalah
sebagai berikut :
42 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
a. BMN INTRAKOMTABLE
Posisi Awal ( 1 Januari 2015 ) : Rp. 44.559.628.044.169,-
Penambahan : Rp. 5.657.562.762.291,-
Pengurangan : Rp. 1.743.628.578.779,-
Posisi Akhir ( 31 Desember 2015 ) : Rp. 48.473.562.227.681,-
b. BMN EKSTRAKOMTABEL
Posisi Awal ( 1 Januari 2015 ) : Rp. 59.016.294.754,-
Penambahan : Rp. 8.563.522.293,-
Pengurangan : RP. 1.714.951.528,-
Posisi Akhir ( 31 Desember 2015) : Rp. 65.864.865.559,-
c. BMN GABUNGAN INTRA & EKSTRA
Posisi Awal ( 1 Januari 2015) : Rp. 44.618.644.338.963,-
Penambahan : Rp. 5.666.126.284.584,-
Pengurangan : Rp. 1.745.343.530.307,-
Posisi Akhir ( 31 Desember 2015) : Rp. 48.539.427.093.240,-
d. BMN ASET TAK BERWUJUD
Posisi Awal ( 1 Januari 2015 ) : Rp. 67.475.128.087,-
Penambahan : Rp. 13.126.031.996,-
Aset Definitif : Rp. 1.300.000,-
Posisi Akhir ( 31 Desember 2015) : Rp. 80.603.860.083,-
e. KONTRUKSI DALAM PENGERJAAN
Posisi Awal ( 1 Januari 2015 ) : Rp. 1.748.477.690.272,-
Penambahan : Rp. 1.691.215.237.621,-
Pengurangan : Rp. 1.297.577.565.740,-
Posisi Akhir ( 31 Desember 2015) : Rp. 2.142.115.362.153,-
Berdasarkan hasil laporan Posisi Barang Milik Negara Direktorat Jenderal Bina
Upaya Kesehatan berdasarkan Neraca sampai dengan 31 Desember 2015
tercatat bruto sebesar Rp. 51.479.114.317.424,- dan netto sebesar Rp
30.223.013.694.221,- dengan angka penyusutan sebesar Rp.
21.256.100.623.203,- (Sumber : SIMAKBMN UAPPBE1 Ditjen BUK).
43 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
BAB IV
PENUTUP
Laporan Akuntabilitas Kinerja ini merupakan media untuk menyampaikan
pertanggungjawaban kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan kepada Menteri
Kesehatan, dan seluruh pemangku kepentingan baik yang terkait langsung maupun
tidak langsung selama periode 1 Januari sampai dengan 31 Desember 2015.
Tahun 2016 merupakan tahun pertama pelaksanaan Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan (Renstra Kemenkes), sehingga tahun 2016 ini oleh Ditjen Bina Upaya
Kesehatan digunakan untuk penyusunan regulasi, sosialisasi, advokasi, pelatihan
pendamping dan surveior. Secara umum dapat disimpulkan bahwa Ditjen Bina Upaya
Kesehatan belum dapat mencapai target program tahun 2015, khususnya yang
ditetapkan dalam Renstra Kemenkes Tahun 2015-2019.
Pencapaian pada tahun 2015 ini merupakan titik awal Renstra Kemenkes 2015-2019,
diharapkan dapat menjadi parameter agar kegiatan-kegiatan di masa mendatang
dapat dilaksanakan secara lebih efektif dan efisien. Sedangkan hal-hal yang
menghambat tercapainya target diharapkan dapat ditemukan solusi serta alternatif
penyelesaiannya dengan mengedepankan profesionalisme di lingkungan Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan.
Mengingat pencapaian pada tahun 2015 belum mencapai target, maka pada tahun
2016 Ditjen Bina Upaya harus melakukan teroboson inovatif yang berguna untuk
mengejar ketertinggalan dan mempercepat pencapaian target yang telah ditetapkan.
Hal ini dapat dilakukan dengan perencanaan yang baik dan pengimplementasian
kegiatan yang konsisten dengan perencanaan tersebut.
44 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
DAFTAR TABEL
Tabel 1. : Sasaran Program Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015-2019
Tabel 2. : Perjanjian Kinerja yang Berisi Sasaran Program, Indikator Kinerja dan
Target Tahun 2015 Ditjen Bina Upaya Kesehatan
Tabel 3. : Pencapaian Puskesmas Tersertifikasi Akreditas
Tabel 4. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Kegiatan yang Mendukung
Pencapaian Indikator Puskesmas Tersertifikasi Akreditasi
Tabel 5. : Pencapaian RSUD yang Tersertifikasi Akreditasi Nasional
Tabel 6. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Kegiatan yang Mendukung
Pencapaian Indikator RSUD Tersertifikasi Akreditasi Nasional
Tabel 7. : Target Indikator Puskesmas yang Memberikan Pelayanan Sesuai
Standar Tahun 2015-2019
Tabel 8. : Target Indikator Jumlah Kabupaten/Kota yang Melakukan
Pelayanan Kesehatan Bergerak di Daerah Terpencil dan Sangat
Terpencil Tahun 2015-2019
Tabel 9. : Rencana Aksi Open Government Indonesia Tahun 2015
Tabel 10. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Bina Upaya Kesehatan
Tahun 2015 Berdasarkan Kewenangan
Tabel 11. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Bina Upaya Kesehatan
Tahun 2015 Berdasarkan Kegiatan
Tabel 12. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Bina Upaya Kesehatan
Tahun 2015 Berdasarkan Jenis Belanja
Tabel 13. : Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Bina Upaya Kesehatan Yang
Mendukung Langsung Pencapaian Indikator Kinerja Tahun 2015
Tabel 14. : Distribusi Pegawai Ditjen Bina Upaya Kesehatan
Berdasarkan Golongannya
Tabel 15. : Distribusi Pegawai Ditjen Bina Upaya Kesehatan Berdasarkan
Tingkat Pendidikannya
45 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. : Struktur Organisasi dan Nama Pejabat Eselon I dan Eselon II Ditjen
Bina Upaya Kesehatan Keadaan tanggal 31 Desember 2015
Gambar 2. : Peta Strategis Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan Tahun
2015-2019
Gambar 3. : Penganugerahan FKTP Berprestasi di Jakarta
Gambar 4. : Pembukaan Sail Tomini dan Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan
Terutama Gawat Darurat
Gambar 5. : Aplikasi SIPERMON Ditjen Bina Upaya Kesehatan
Gambar 6. : Aplikasi SIRANAP Ditjen Bina Upaya Kesehatan
Gambar 7. : Aplikasi SIMPADU Ditjen Bina Upaya Kesehatan
Gambar 8. : Workshop Teknis Akreditasi FKTP yang Diselenggarakan pada
tanggal 11-13 Mei 2015 di Jakarta
Gambar 9. : Pelatihan Surveior FKTP yang Dselenggarakan pada tanggal 31
Agustus sd 10 September 2015 di Yogyakarta
Gambar 10. : Pelatihan TOT Pendamping Akreditasi FKTP yang Diselenggarakan
pada tanggal 5-19 April 2015 di Bapelkes Semarang
Gambar 11. : Pelaksanaan Bimbingan Teknis di Rumah Sakit
Gambar 12. : Peningkatan Kapasitas Pendamping Akreditasi di Rumah Sakit
46 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Perjanjian Kinerja
Lampiran 2 : Daftar Puskesmas yang Tersertifikasi Akreditasi
Lampiran 3 : Daftar Rumah Sakit yang Terakreditasi
47 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Lampiran 1. Perjanjian Kinerja
48 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
49 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Lampiran 2. Daftar Puskesmas Terakreditasi
NO KECAMATAN
PUSKESMAS
TERSERTIFIKASI
AKREDITASI KABUPATEN/KOTA PROVINSI
NO PUSKESMAS
1 Wonosobo 1 Wonosobo I Wonosobo Jateng
2 Selomerto 2 Selomerto I Wonosobo Jateng
3 Mojo Tengah 3 Mojo Tengah Wonosobo Jateng
4 Garung 4 Garung Wonosobo Jateng
5 Balapulang 5 Kalibakung Tegal Jateng
6 Adiwerna 6 Adiwerna Tegal Jateng
7 Wanadadi 7 Wanadadi I Banjarnegara Jateng
8 Purwanegara 8 Purwanegara I Banjarnegara Jateng
9 Mandiraja 9 Mandiraja I Banjarnegara Jateng
10 Klambu 10 Klambu Grobogan Jateng
11 Gabus 11 Gabus I Grobogan Jateng
12 Geyer 12 Geyer I Grobogan Jateng
13 Mlonggo 13 Mlonggo Jepara Jateng
14 Keling 14 Keling I Jepara Jateng
15 Welahan 15 Welahan I Jepara Jateng
16 Bangsri 16 Bangsri I Jepara Jateng
17 Tahunan 17 Tahunan Jepara Jateng
18 Sluke 18 Sluke Rembang Jateng
19 Sidomukti 19 Mangunsari Kota Salatiga Jateng
20 Gunung Pati 20 Gunung Pati Kota Semarang Jateng
21 Sukorejo 21 Sukorejo I Kendal Jateng
22 Ponjong 22 Ponjong I Gunung Kidul DI Yogyakarta
23 Wonosari 23 Wonosari I Gunung Kidul DI Yogyakarta
24 Galur 24 Galur II Kulonprogo DI Yogyakarta
25 Sentolo 25 Sentolo I Kulonprogo DI Yogyakarta
50 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
NO KECAMATAN
PUSKESMAS
TERSERTIFIKASI
AKREDITASI KABUPATEN/KOTA PROVINSI
NO PUSKESMAS
26 Pengasih 26 Pengasih II Kulonprogo DI Yogyakarta
27 Nanggulan 27 Nanggulan Kulonprogo DI Yogyakarta
28 Gamping 28 Gamping I Sleman DI Yogyakarta
29 Gamping II Sleman DI Yogyakarta
29 Moyudan 30 Moyudan Sleman DI Yogyakarta
30 Godean 31 Godean I Sleman DI Yogyakarta
32 Godean II Sleman DI Yogyakarta
31 Sleman 33 Sleman Sleman DI Yogyakarta
32 Mlati 34 Mlati I Sleman DI Yogyakarta
35 Mlati II Sleman DI Yogyakarta
33 Depok 36 Depok I Sleman DI Yogyakarta
37 Depok II Sleman DI Yogyakarta
38 Depok III Sleman DI Yogyakarta
34 Tempel 39 Tempel I Sleman DI Yogyakarta
35 Seyegan 40 Seyegan Sleman DI Yogyakarta
36 Ngemplak 41 Ngemplak II Sleman DI Yogyakarta
37 Minggir 42 Minggir Sleman DI Yogyakarta
38 Pakem 43 Pakem Sleman DI Yogyakarta
39 Kalasan 44 Kalasan Sleman D.I. Yogyakarta
40 Ngaglik 45 Ngaglik II Sleman D.I. Yogyakarta
41 Jetis 46 Jetis Kota Yogyakarta DI Yogyakarta
42 Mantrijeron 47 Mantrijeron Kota Yogyakarta DI Yogyakarta
43 Umbulharjo 48 Umbulharjo I Kota Yogyakarta DI Yogyakarta
49 Umbulharjo II Kota Yogyakarta DI Yogyakarta
44 Jetis 50 Jetis II Bantul DI Yogyakarta
45 Bambang Lipuro 51 Bambang
Lipuro
Bantul DI Yogyakarta
51 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
NO KECAMATAN
PUSKESMAS
TERSERTIFIKASI
AKREDITASI KABUPATEN/KOTA PROVINSI
NO PUSKESMAS
46 Ambulu 52 Ambulu Jember Jatim
47 Kencong 53 Kencong Jember Jatim
48 Sumberjambe 54 Sumberjambe Jember Jatim
49 Sumbersari 55 Sumbersari Jember Jatim
50 Tanggul 56 Tanggul Jember Jatim
51 Cerme 57 Cerme Gresik Jatim
52 Gresik 58 Alun-Alun Gresik Jatim
53 Kebomas 59 Kebomas Gresik Jatim
54 Manyar 60 Sukomulyo Gresik Jatim
55 Klakah 61 Klakah Lumajang Jatim
56 Sukomoro 62 Sukomoro Nganjuk Jatim
57 Nganjuk 63 Nganjuk Nganjuk Jatim
58 Berbek 64 Berbek Nganjuk Jatim
59 Gondang 65 Gondang Nganjuk Jatim
60 Diwek 66 Cukir Jombang Jatim
61 Peterongan 67 Peterongan Jombang Jatim
62 Mojoagung 68 Mojoagung Jombang Jatim
63 Gayungan 69 Gayungan Kota Surabaya Jatim
64 Benowo 70 Sememi Kota Surabaya Jatim
65 Simokerto 71 Tambakrejo Kota Surabaya Jatim
66 Tamanan 72 Tamanan Bondowoso Jatim
67 Panarukan 73 Panarukan Situbondo Jatim
68 Mangaran 74 Mangaran Situbondo Jatim
69 Sampang 75 Banyuanyar Sampang Jatim
70 Omben 76 Omben Sampang Jatim
71 Soko 77 Soko Tuban Jatim
52 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
NO KECAMATAN
PUSKESMAS
TERSERTIFIKASI
AKREDITASI KABUPATEN/KOTA PROVINSI
NO PUSKESMAS
72 Panekan 78 Panekan Magetan Jatim
73 Ngariboyo 79 Ngariboyo Magetan Jatim
74 Kawedanan 80 Kawedanan Magetan Jatim
75 Pesantren 81 Pesantren I Kota Kediri Jatim
76 Samarinda Ulu 82 Air Putih Kota Samarinda Kaltim
77 Palaran 83 Palaran Kota Samarinda Kaltim
84 Trauma Center Kota Samarinda Kaltim
78 Samarinda Ulu 85 Wonorejo Kota Samarinda Kaltim
79 Samarinda
Utara
86 Sempaja Kota Samarinda Kaltim
80 Tarakan Tengah 87 Sebengkok Kota Tarakan Kaltara
81 Tarakan Timur 88 Gunung Lingkas Kota Tarakan Kaltara
82 Tarakan Utara 89 Juata Laut Kota Tarakan Kaltara
83 Soa 90 Waepana Ngada NTT
84 Ujung 91 Lappadde Kota Pare Pare Sulawesi
Selatan
85 Ajangale 92 Ajangale Kota Bone Sulawesi
Selatan
86 Malili 93 Malili Luwu Timur Sulawesi
Selatan
87 Baranti 94 Baranti Sedereng Rappang Sulawesi
Selatan
88 Mattiro Bulu 95 Mattiro Bulu Pinrang Sulawesi
Selatan
89 Duampanua 96 Lampa Pinrang Sulawesi
Selatan
90 Wara Barat 97 Wara Barat Kota Palopo Sulawesi
Selatan
53 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
NO KECAMATAN
PUSKESMAS
TERSERTIFIKASI
AKREDITASI KABUPATEN/KOTA PROVINSI
NO PUSKESMAS
91 Payakumbuh
Selatan
98 Karambia Kota Payakubuh Sumatera Barat
92 Moswaren 99 Moswaren Sorong Selatan Papua Barat
93 Gunung Sari 100 Gunung Sari LombokBarat NTB
54 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
Lampiran 3. Daftar Rumah Sakit Terakreditasi
NO PROVINSI KABUPATEN NAMA RS STATUS
1 Aceh
1 Kota Banda Aceh RSU Dr. Zainoel Abidin Paripurna
2 Kab Aceh Timur RSUD Idi Rayeuk (dr. Zubir Mahmud)
Dasar
3 Kab Aceh Tengah RSUD Datu Beru Takengon
Paripurna
2 Sumatera Barat
4 Kab Sijunjung RSUD Kab Sijunjung Perdana
3 Jambi 5 Kota Jambi RSUD Abdul Manaf Madya
4 Sumatera Selatan
6 Kota Palembang RSUD Palembang Bari Paripurna
5 Jakarta 7 Kota DKI Jakarta RSU Haji Jakarta Paripurna
6
Banten
8 Kab Tangerang RSUD Balaraja Perdana
9 Kab Serang RSUD Dr. Dradjat Prawiranegara
Utama
7 Bali
10 Kab Badung RSUD Badung Paripurna
11 Kab Tabanan RSU Tabanan Paripurna
12 Kota Denpasar
RSUD Wangaya Paripurna
RS Khusus Mata Bali Mandara
Paripurna
13 Kab. Jembrana RSUD Negara Madya
14 Kab. Gianyar RSUD Sanjiwana Madya
15 Buleleng RSUD Buleleng Madya
55 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
NO PROVINSI KABUPATEN NAMA RS STATUS
8 Jawa Barat
16 Kota Cirebon RSUD Gunung Jati Paripurna
17 Kab Bandung Barat RS Jiwa Propinsi Jawa Barat
Paripurna
18 Kab Sumedang RSUD Sumedang Paripurna
19 Kab Bogor RSUD Ciawi Madya
20 Kota Bandung RSUD Ujung Berung Utama
9 Jawa Tengah
21 Kab Rembang RSUD dr. R. Soetrasno Rembang
Paripurna
22 Kota Surakarta
RSU Dr. Moewardi Surakarta
Paripurna
RS Jiwa Surakarta Paripurna
23 Kota Semarang
RSUD Tugurejo Semarang
Paripurna
RSUD Telogorejo Paripurna
RS Jiwa Amino Gondohutomo
Paripurna
24 Kab Klaten RS Jiwa Dr.R.M.Soedjarwadi Klaten
Paripurna
25 Kota Tegal RSU Kardinah Utama
26 Purworejo RSUD dr. Tjitrowardojo Utama
10 Jawa Timur
27 Kota Surabaya RSUD dr. Soetomo Paripurna
RSU Haji Surabaya Paripurna
RSUD Mohammad Soewandi
Utama
28 Kab Sidoarjo RSUD Sidoarjo Paripurna
29 Kota Malang RSU Dr. Saiful Anwar Paripurna
30 Kab Malang RSUD Lawang Perdana
RSUD Kanjururuhan Kepanjen
Utama
31 Kab Tulungagung RSUD dr. Iskak Tulungagung
Paripurna
32 Kota Madiun RSUD Dr. Soedono Madiun
Paripurna
33 Kab Ponorogo RSUD Dr. Hardjono S Paripurna
34 Kota Mojokerto RSU Dr. Wahidin Soedirohusodo
Paripurna
35 Kab Jombang RSUD Kab Jombang Utama
56 Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Bina Upaya Kesehatan Tahun 2015
NO PROVINSI KABUPATEN NAMA RS STATUS
11 Yogyakarta
36 Kab Bantul RSUD Penembahan Senopati
Paripurna
37 Kota Sleman RS Jiwa Ghrasia Paripurna
RSUD Prambanan Paripurna
38 Kota Yogjakarta RSUD Kota Yogjakarta Utama
39 Kab. Sleman RSUD Sleman Paripurna
12 NTB 40 Kab Lombok Barat RSUD Patut Patuh Patju
Perdana
13 NTT 41 Kab Ngada RSU Bajawa Perdana
14 Kalimantan Tengah
42 Kota Palangkaraya RS Jiwa Kalawa Atei Perdana
15 Kalimantan Barat
43 Kota Pontianak RSUD Soedarso Madya
16 Kalimantan Timur
44 Kab. Kutai Timur RSUD Kudunga Utama
17
Kalimantan Selatan
45 Kota Banjarmasin RSUD Anhari Saleh Paripurna
Kota Banjarmasin RSUD Ulin Banjarmasin
Utama
18 Sulawesi Selatan
46 Kab Sinjai RSU Sinjai Dasar
47 Kab Luwu Timur RSUD I Lagaligo Perdana
48 Kab Wajo RSUD Siwa Perdana
19 Maluku 49 Kota Ambon RSU Dr. M. Haulussy Ambon
Utama
20 Papua Barat
50 Kab Sorong Selatan
RS Scholoo Keyen Perdana