Upload
lydung
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kersen
Tanaman kersen (Muntingia calabura L.) adalah tanaman yang memiliki
pertumbuhan yang cepat dan proporsinya ramping. Tanaman ini asli dari Benua
Amerika dan banyak dibudidayakan didaerah yang hangat seperti di Asia.
Tanaman ini memiliki nama lain: pohon strawberry, cherry jamaican (Inggris),
cherry cina atau cherry jepang (India) dan cherry chettu (Telugu). Tanaman
kersen merupakan tanaman perdu yang tingginya mencapai 2-10 m dengan daun
yang berderet dan dahan menjuntai. Daun kersen memiliki ciri bentuk daun lanset,
permukaan bulunya halus, ujung daun runcing, pangkal daun tumpul, tepi daun
bergerigi dengan panjang 4–14 cm dan lebar 1–4 cm, daging daun kersen
menyerupai kertas dengan tulang daun mennyirip. Mahkota bunganya berbentuk
bulat telur terbalik dan berwarna putih. Gambar daun kersen disajikan pada
Gambar 1.
Gambar 1. Daun Kersen
6
Dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan, tanaman kersen
diklasifikasikan sebagai berikut.
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Sub kingdom : Tracheobionta (berpembuluh)
Super divisi : Spermatophyta (berbiji)
Divisi : Magnoliophyta (berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub kelas : Dilleniidae
Bangsa : Malvales (Culumniferae)
Suku : Elaeocarpaceae
Marga : Muntingia
Jenis : Muntingia calabura L.
Daun dan kulit batang Muntingia calabura L. mengandung alkaloid, tanin,
saponin, flavonoida, polifenol, flavonol (kaemferol dan kuersetin) serta
proantosianidin dan sianidin, beberapa mioinositol. Serta setiap 100 gram
tanaman ini memiliki kandungan : 76,3 g air, 2,1 g protein, 2,3 g lemak, 17,9 g
karbohidrat, 4,6 g serat, 1,4 g abu, 125 mg kalsium, 94 mg fosfor, 0,015 mg
vitamin A, 90 mg vitamin C. Nilai energinya 380 kJ/100 g.
7
Daun kersen memiliki sistem pertulangan yang menyirip, daun tidak simetris dan
tepinya bergerigi sedangkan bunganya berisi 1-3 kuntum, terletak di ketiak agak
sebelah atas tumbuhnya daun; bertangkai panjang; berkelamin dua dan
berbilangan 5, kelopak berbagi dalam, taju meruncing bentuk benang, berambut
halus, mahkota bertepi rata, bundar telur terbalik, putih tipis, gundul. Benang sari
berjumlah banyak, 10 sampai lebih dari 100 helai. Bunga yang mekar menonjol
keluar, keatas helai-helai daun, namun setelah menjadi buah menggantung ke
bawah, tersembunyi dibawah helai daun. Umumnya hanya satu sampai dua bunga
yang menjadi buah dalam tiap berkasnya.
Daun kersen merupakan salah satu dari sekian banyak tanaman yang dapat
dimanfaatkan potensinya untuk membantu menjaga kesehatan tubuh. Daun kersen
dapat dijadikan minuman yang berkhasiat mengobati penyakit seperti diabetes,
asam urat, kolesterol tinggi, dll. Hal tersebut karena daun kersen memiliki
kandungan kimia antara lain air (77,8 g), protein (0,38 g), lemak (1,56 g),
karbohidrat (17,9 g), serat (4,6 g), kalsium (124,6 g), fosfor (84 mg), besi (1,18 g),
karoten (0,02 g), tianin (0,55 g) dan kandungan vitamin (80,5 mg).
Tanaman ini kaya akan flavonoid, flavon dan flavonon. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa simplisia daun kersen dan ekstrak metanol daun ini
mengandung senyawa golongan flavonoid, kuinon, polifenolat, saponin, steroid,
triterpenoid, monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Penelitian tentang isolasi
senyawa flavanon, flavon, kalkon dan isoflavon serta struktur senyawanya telah
dilakukan di Chicago dan hasil penelitiannya yaitu 7-methoxy-3,5,8-
trhydroxyflavanone, 5-hydroxy-7-methoxyflavanone; 2,4 dihydroxychalcone;
8
4,2,4-trihydorxychalcone,7-hydroxyisoflavone;7,3,4-trimethoxyisoflavone.Kersen
merupakan salah satu jenis dari marga Muntingia yang tumbuh selalu hijau
sepanjang tahun. Tumbuhan ini kaya senyawa flavonoid dengan jenis flavon,
flavonon, flavan dan biflavon sebagai kandungan yang penting. Salah satu
manfaat dari kandungan flavonoid adalah sebagai antiokasidan. Aktivitasnya telah
banyak diteliti bahwa flavonoid memiliki kemampuan untuk mengubah atau
mereduksi radikal bebas dan juga sebagai anti radikal bebas. Selain itu juga
memiliki kemampuan prooksidan tergantung dari konsentrasi dan sumber radikal
bebasnya. Flavonoid berguna sebagai antioksidan melawan radikal bebas tetapi
dapat juga berperan sebagai prooksidan jika digunakan pada logam transisi.
Daun kersen berwarna hijau dan berbulu berkhasiat sebagai obat batuk,
peluruh dahak, antitumor dan rebusan daun kersen dapat menghambat
pertumbuhan mikroba seperti Corynebacterium diphteriae, Staphylococcus
aureus dan Staphylococcus epidermidis serta dapat digunakan sebagai antiseptik,
dan dapat mengatasi penyakit gula darah. Secara tradisional daun kersen telah
lama digunakan di negara Peru dengan pemakaian seperti mengkonsumsi teh
untuk menghilangkan rasa sakit seperti sakit kepala dan juga antiradang (Haki,
2009). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan dari Peru bahwa
kandungan senyawa flavonoid yang terkandung dalam daun kersen ternyata
memiliki khasiat dapat menghambat sel kanker (Hariyono, 2010). Buah kersen
dapat dimanfaatkan untuk mengobati sakit kuning, serta jus buah kersen sangat
baik dijadikan sebagai minuman bagi seorang atlet untuk mencegah cedera otot
saat beraktivitas.
9
Bagian-bagian tanaman ini telah digunakan sebagai obat-obatan di daerah
Asia Tenggara dan di bagian tropis Benua Amerika. Akar kersen telah digunakan
sebagai abortifacient di Malaysia. Bunga kersen telah biasa digunakan untuk
mengobati sakit kepala, antiseptik, antikejang, dan diaporetik. Cairan pada bunga
tanaman kersen di minum sebagai obat penenang.
B. Antioksidan
Antioksidan merupakan zat kimia yang secara bertahap akan teroksidasi
dengan adanya efek seperti cahaya, panas, logam peroksida atau secara langsung
bereaksi dengan oksigen. Ada dua macam antioksidan, yaitu antioksidan alam dan
antioksidan sintesis. Sebagai contoh α tokoferol (vitamin E) merupakan
antioksidan alam yang terdapat dalam lemak dan minyak yang diperoleh dari biji
tanaman (Zapsalis,1985).
Mekanisme kerja antioksidan dibagi dalam beberapa jenis diantaranya
antioksidan primer, yaitu senyawa yang mengakhiri rantai radikal bebas dalam
jenis reaksi oksidasi. Beberapa senyawa antioksidan jika dicampur dapat
mempengaruhi kinerjanya dengan efek sinergi. Sinergi yaitu senyawa yang
mempunyai sedikit sifat antioksidan dan tetapi dapat memperbesar efek dari
antioksidan primer. Asam askorbat dan asam sitrat memberi efek sinergi terhadap
antioksidan yang lain dan sering dipakai sebagai antioksidan dalam pangan
(Ketaren, 1986).
Sedangkan sumber-sumber antioksidan dapat dikelompokkan menjadi 2
kelompok yaitu antioksidan sintetik (antioksidan yang diperoleh dari hasil sintesa
10
reaksi kimia) dan antioksidan alami (antioksidan hasil ekstraksi bahan alami)
(Ardiansyah, 2007). Berdasarkan fungsinya, antioksidan dapat dibedakan menjadi
5 (lima) yaitu sebagai berikut :
1. Antioksidan primer yang berfungsi untuk mencegah terbentuknya radikal
bebas baru karena ia dapat merubah radikal bebas yang adamenjadi molekul
yang berkurang dampak negatifnya, yaitu sebelum sampai bereaksi.
Antioksidan primer yang ada dalam tubuh yang sangat terkenal adalah
enzim superoksida dismutase. Enzim ini sangat penting karena dapat
melindungi hancurnya sel-sel dalam tubuh akibat serangan radikal bebas.
Bekerjanya enzim ini sangat dipengaruhi oleh mineral-mineral seperi
mangan, seng, tembaga, dan selenium yang harus terdapat dalam makanan
dan minuman;
2. Antioksidan sekunder berfungsi menangkap radikal bebas serta mencegah
terjadinya reaksi berantai sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih besar.
Contoh yang popular dari antioksidan sekunder adalah vitamin E, vitamin
C, dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-buahan;
3. Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki sel-sel dan
jaringan yang rusak karena serangan radikal bebas. Biasanya yang termasuk
kelompok ini adalah jenis enzim misalnya metionin sulfoksidan reduktase
yang dapat memperbaiki DNA dalam inti sel. Enzim tersebut bermanfaat
untuk memperbaiki DNA pada penderita kanker;
11
4. Oxygen Scavanger yang mengikat oksigen sehingga tidak mendukung
reaksi oksidasi, misalnya vitamin C;
5. Chelators atau Sequesstrants mengikat logam yang mampu mengkatalisis
reaksi oksidasi misalnya asam sitrat dan asam amino (Kumalaningsih,
2006).
Dalam uji DPPH, kemampuan scavenging terhadap DPPH dilakukan
dengan mengamati penurunan absorbansi pada 515-517 nm. Penurunan
absorbansi terjadi karena penambahan elektron dari senyawa antioksidan pada
elektron yang tidak berpasangan pada gugus nitrogen dalam struktur senyawa
DPPH. Larutan DPPH berwarna ungu. Intensitas warna ungu akan menurun
ketika radikal DPPH tersebut berikatan dengan hidrogen. Semakin kuat aktivitas
antioksidan sampel maka akan semakin besar penurunan intensitas warna
ungunya (Osawa, 1981).
Mekanisme reaksi penangkapan radikal DPPH oleh antioksidan adalah
DPPH• + AH DPPH-H + A•. Reaksi yang cepat dari radikal DPPH terjadi dengan
beberapa fenol, misalnya α-tokoferol, tetapi reaksi sekunder lambat menyebabkan
penurunan absorbansi yang progresif, sehingga keadaan steady state tidak akan
dicapai untuk beberapa jam (Pokorny, 2001).
C. Fenol
Senyawa fenol bisa berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya
meniadakan radikal-radikal bebas dan radikal peroksida sehingga efektif dalam
menghambat oksidasi lipida (Kinsella et al, 1993). Beberapa grup senyawa kimia
12
utama yang bersifat anti mikroba adalah fenol dan senyawa fenoli, alkohol, logam
berat dan senyawanya, zat warna dan deterjen, senyawa ammonium
khemosterilan.
Fenol adalah senyawa yang mempunyai sebuah cincin aromatik dengan
satu atau lebih gugus hidroksil. Senyawa fenol pada bahan makanan dapat
dikelompokkan menjadi fenol sederhana dan asam folat (P-kresol, 3-etil fenol,
3,4-dietil fenol, hidroksiquinon, vanilin dan asam galat), turunan asam hidroksi
sinamat (p-kumarat, kafeat, asam fenolat dan asam kloregenat) dan flavonoid
(katekin, proantosianin, antisianidin, flavon, flavonol dan glikosidanya. Fenol
juga dapat menghambat okidasi lipid dengan menyumbangkan atom hidrogen
kepada radikal bebas. Senyawa fenol (AH) jika berdiri sendiri tidak aktif sebagai
antioksidan, substitusi grup alkil pada posisi 2, 4 dan 6 dapat meningkatkan
densitas elektron gugus hidroksil, sehingga meningkatkan keaktifannya terhadap
radikal lipid. Reaksi fenol dengan radikal lipid membentuk radikal fenoksil (A-)
yang dapat terokidasi lebih lanjut menghasilkan radikal bebas sebagai berikut :
AH + ROO- A
- + ROOH
-
AH + RO- A
- + ROH
A- + 02 AOO
-
AOO- + RH AOOH + R
-
A- + RH AH + R
-
(Widiyanti,2006)
13
Salah satu untuk mengetahui kandungan total fenol dalam suatu bahan
adalah dengan menggunakan metode Folin-Ciocalteu. Prinsip metode Folin-
Ciocalteu adalah oksidasi gugus fenolik hidroksil. Pereaksi ini mengoksidasi
fenolat (garam alkali), mereduksi asam heteropoli menjadi suatu kompleks
molibdenum-tungsten (Mo-W). Fenolat hanya terdapat pada larutan basa, tetapi
pereaksi Folin-Ciocalteu dan produknya tidak stabil pada kondisi basa. Selama
reaksi berlangsung, gugus fenolik-hidroksil bereaksi dengan pereaksi Folin-
Ciocalteu, membentuk kompleks fosfotungstat-fosfomolibdat berwarna biru
dengan struktur yang belum diketahui dan dapat dideteksi dengan
spektrofotometer. Warna biru yang terbentuk akan semakin pekat setara dengan
konsentrasi ion fenolat yang terbentuk, artinya semakin besar konsentrasi senyawa
fenolik maka semakin banyak ion fenolat yang akan mereduksi asam heteropoli
sehingga warna biru yang dihasilkan semakin pekat (Singleton dan Rossi, 1965).
Beikut ini adalah gugus senyawa fenolik dan reaksi dengan Folin-Ciocalteu yang
ditunjukkan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Gambar 2. Senyawa fenolik dalam suasana basa
14
Gambar 3. Reaksi senyawa fenol dengan pereaksi Folin-Ciocalteu
D. Pengeringan
Di dalam operasi teknik kimia, pengeringan biasanya didefinisikan sebagai
pengambilan air yang relatif kecil dari suatu zat padat. Sebagai contoh : suatu
bahan padat yang basah seperti kayu, kain atau kertas dapat dikeringkan dengan
cara menguapkan airnya baik dengan aliran gas panas maupun tidak.
Secara umum, pengeringan didefinisikan sebagai pengambilan sejumlah
air yang relatif sedikit dari zat pembawanya (asalnya) baik berupa padat, cair
maupun gas. Kandungan air yang diinginkan dalam hasil bahan kering bervariasi
tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan, antara lain garam-garam 0,5 %,
batu bara 4 % dan beberapa produk bahan makanan sekitar 5 % (Bambang
Pramudono, 1988).
Pada umumnya kandungan air bahan dikurangi sampai batas dimana
mikroba tidak dapat tumbuh lagi di dalamnya. Pengeringan dapat pula diartikan
sebagai suatu penerapan panas dalam kondisi terkendali , untuk mengeluarkan
15
sebagian besar air dalam bahan pangan melalui evaporasi (pada pengeringan
umum) dan sublimasi (pada pengeringan beku). Menurut Hendrasty (2003), ada
beberapa tujuan pengeringan, antara lain :
1. Mengurangi resiko kerusakan karena kegiatan mikrobia;
2. Menghemat ruang penyimpanan atau pengangkutan;
3. Mendapatkan produk yang lebih sesuai dengan penggunanya, misalnya kopi
instan;
4. Mempertahankan nutrien yang berguna yang terkandung dalam bahan
pangan, misalnya mineral, vitamin, dsb.
Pada prinsipnya pengeringan adalah menguapkan air yang ada dalam
bahan dengan jalan pemanasan. Kemudian menimbang bahan sampai berat
konstan yang berarti semua air sudah diuapkan. Cara ini relatif mudah dan murah.
Kelemahan cara ini adalah :
1. Bahan lain disamping air juga ikut menguap dan ikut hilang bersama dengan
uap air misalnya alkohol, asam asetat, minyak atsiri dan lain-lain;
2. Dapat terjadi reaksi selama pemanasan yang menghasilkan air atau zat mudah
menguap. Contoh gula mengalami dekomposisi atau karamelisasi, lemak
mengalami oksidasi;
3. Bahan yang dapat mengikat air secara kuat sulit melepaskan airnya meskipun
sudah dipanaskan.
16
Cara mempercepat penguapan air serta menghindari terjadinya reaksi yang
menyebabkan terbentuknya air ataupun reaksi yang lain karena pemanasan, maka
dapat dilakukan dengan suhu rendah dan tekanan vakum. Dengan demikian akan
diperoleh hasil yang lebih mencerminkan kadar air yang sebenarnya. (Sudarmadji
dkk.2003).
Jenis bahan yang akan dikeringkan, mutu hasil akhir yang dikeringkan dan
pertimbangan ekonomi mempengaruhi pemilihan alat dan kondisi pengering yang
akan digunakan misalnya untuk jenis bahan padatan atau yang berbentuk lempeng
maka alat yang sesuai untuk mengeringkan bahan tersebut adalah pengering
kabinet atau tray dryer, oven dan rotary dryer, sedangkan bahan yang berbentuk
pasta alat yang sesuai untuk mengeringkan adalah pengering drum (Brenna dkk,
1974 dan Novilia, 2006 dalam Wati, 2011). Ada beberapa kriteria yang digunakan
untuk mengelompokkan mesin pengering yang dapat dilihat pada Tabel 1.
17
Tabel 1. Pengelompokkan Mesin Pengering Berdasarkan Kriteria
Kriteria Jenis
Modus operasi
Batch. Contohnya : try and
compartment dryer, through circulation
dryer, vacuum rotary dryer, vacuum try
dryer
Kontinyu. Contohnya : pneumatic
dryer, tunnel dryer, rotary dryer,
fluidized bed dryer, drum dryer,
cylinder dryer, tray dryer, spray dryer
Metode perpindahan panas
Konduksi. Contohnya : belt conveyor
dryer, rotary dryer, flash dryer, spray
dryer, tray dryer, fluidized bed dryer
Konveksi. Contohnya : drum dryer,
vacuum tray dryer, steam jacket rotary
dryer
Radiasi. Contohnya : microwave
Tekanan operasi
Vakum. Contohnya :vacuum rotary
dryer, vacuum tray dryer freeze dryer
Tekanan atmosfer. Contohnya : rotary
dryer, tunnel dryer, drum dryer,
cylinder dryer, tray dryer, spray dryer
Waktu bahan dalam mesin pengering
Singkat (<1 menit). Contohnya : flash
dryer, spray dryer, drum dryer
Sedang (1-120 menit). Contohnya : belt
conveyor dryer, fluidized bed dryer,
rotary dryer, tray dryer
Panjang (> 120 menit). Contohnya :
tray dryer (batch)
Sumber : Mujumdar dan Menon, 1995
Penggunaan alat pengering buatan merupakan salah satu alternatif untuk
mendapatkan bahan olahan yang lebih baik karena terhindar dari kontaminasi
18
debu, serangga, burung. Dari segi biaya, pengeringan matahari lebih
menguntungkan, tetapi dari segi kulitas penggunaan alat pengering buatan akan
menghasilkan simplisia yang lebih baik.
Berikut ini cara pengeringan beberapa tanaman (Anonim, 2017):
1. Bahan yang berasal dari daun (folium)
Pengolahan bahan tanaman yang berupa daun, seperti daun tempuyung,
kumis kucing, dan sambiloto, harus diperlakukan secara hati-hati untuk
melindungi warna, aroma, serta kandungan zat berkhasiat dan senyawa
kimianya. Daun-daun segar mudah mengalami kerusakan selama
pengolahan. Bila penanganannya salah akan mengakibatkan perubahan
warna atau bahkan tercemar mikroba. Penanganan yang benar tersebut
dimulai sejak masa pemanenan. Senyawa-senyawa yang mudah menguap
sebaiknya dipanen pada pagi atau sore hari. Selanjutnya daun dilayukan
dibawah naungan dan tidak dijemur langsung dibawah sinar matahari.
Fermentasi atau jamur pada daun dapat dicegah dengan menyimpan daun
dalam keadaan kering dan kondisi dingin. Mempertahankan supaya daun
tetap segar maka sebelum dikeringkan maka penyimpanan harus dilakukan
pada suhu rendah atau dibawah 100°C.
2. Bahan yang berasal dari kulit (cortex) dan akar (radix)
Kulit kayu dan akar dapat langsung dijemur dibawah sinar matahari
setelah dibersihkan dari kotoran yang melekat. Apabila menggunakan alat
pengering buatan maka suhu perlu dijaga antara 50-60°C.
19
3. Bahan yang berasal dari buah (fructus) atau biji (semen)
Bahan yang berupa biji-bijian biasanya setelah dipanen dapat langsung
dijemur tanpa dikupas terlebih dahulu, seperti adas, ketumbar dan
kapulaga.
4. Bahan yang berasal dari rimpang (rhizoma)
Bahan yang berasal dari rimpang seperti jahe, kencur, bengle dan
temulawak dan kunyit harus diiris. Pengirisan rimpang dilakukan ranpa
dikuliti terlebih dahulu untuk memperkecil penguapan minyak atsiri yang
terkandung didalamnya. Pada waktu penjenuran, bahan harus sering
dibolak-balik untuk menghindarifermentasi yang menyebabkan bahan
menjadi busuk.
5. Bahan yang berasal dari bunga (Flos)
Pemanenan dilakukan pagi atau sore hari untuk menghindari kehilangan
senyawa-senyawa yang mudah menguap. Setelah dipanen, bunga akan
menjadi kering, maka bunga tidak langsung dijemur dibawah sinar
matahari. Selama pelayuan sebaiknya sering dibalik untuk menghindari
berubahnya warna bunga menjadi coklat.
6. Bahan herba
Perlakuan sama seperti pengeringan daun
20
7. Bahan batang (tuber)
Batang dibersihkan, dipotong-potong kemudian dijemur.
8. Bahan umbi (bulbus)
Perlakuan sama seperti rimpang atau digunakan dalam bentuk segar
(seperti bawang merah dan bawang putih).
Salah satu contoh jenis pengeringan adalah pengeringan kabinet (cabinet
drying). Metode ini menggunakan alat pengering untuk sistem batch dengan
proses pengeringan dilakukan pada suhu konstan. Alat pengering ini biasanya
digunakan untuk pengembangan produk baru sebelum diproduksi skala besar.
Pengering kabinet merupakan pengering paling murah pembuatannya, mudah
pemeliharaannya, dan sangat luwes penggunaannya. Umumnya digunakan untuk
penelitian dehidrasi sayuran dan buah-buahan di dalam laboratorium dan dalam
skala kecil serta digunakan secara komersial yang bersifat musiman (Anonim,
2010).
Pada beberapa proses pengeringan yang memerlukan biaya yang cukup
tinggi maka menggunakan suhu yang tinggi dan dalam waktu yang singkat,
namun penggunaan suhu yang tinggi ini disesuaikan dengan keadaan masing-
masing bahan. Pengeringan dengan sinar matahari mempunyai kelemahan antara
lain :
1. Tergantung dari cuaca;
2. Sukar dikontrol;
21
3. Memerlukan tempat penjemuran yang luas;
4. Mudah terkontaminasi;
5. Memerlukan waktu yang lama.
Pengeringan dengan menggunakan alat mekanis (pengeringan buatan)
yang menggunakan tambahan panas, memberikan beberapa keuntungan
diantaranya :
1. Tidak tergantung pada cuaca;
2. Kapasitas pengeringan dapat dipilih sesuai dengan yang diperlukan;
3. Tidak memerlukan tempat yang luas;
4. Kondisi pengeringan dapat dikontrol.
(Gunarif, 1998)
Pada penelitian ini, menggunakan pengering kabinet. Alat pengering ini
memiliki rak-rak untuk menempatkan bahan yang akan dikeringkan. Satu alat
pengering kabinet rata-rata memiliki 3-4 rak sebagai wadah atau tempat hasil
tanaman yang akan dikeringkan. Rak-rak ditempatkan secara tersusun dalam alat
dan dengan penyebaran udara panas kedalamnya selama waktu yang telah
ditentukan. Pengeringan akan berlangsung dengan baik mendekati pengeringan
sempurna dengan sinar matahari. Penelitian ini menggunakan suhu 55°C dan
waktu 5 jam. Daun kersen yang telah dilayukan selama 24 jam dimasukkan ke
dalam alat dan ditunggu sesuai suhu dan waktu yang diinginkan. Daun kersen
22
yang telah kering didiamkan agar dingin dan diblender untuk mendapatkan bubuk
daun kersen
E. Penyangraian
Penyangraian menurut bahasa berasal dari kata sangrai yang artinya
menggoreng tanpa minyak. Sehingga penyangraian dapat diartikan sebagai proses
menggoreng bahan tanpa menggunakan minyak. Bahan yang diolah menggunakan
penyangraian adalah biji kopi, kakao, dan biji kacang-kacangan. Menurut
Mawaddah (2012), penyangraian adalah proses pindah panas baik tanpa media
maupun mengunakan pasir dengan tujuan mendapatkan cita rasa tertentu.
Contoh: penyangraian kerupuk, kopi, biji kakao, dan kacang. Diidentifikasi
terdapat beberapa tipe dasar pengeringan konveksi, konduksi, radiasi, pemanasan
dielektrik maupun kombinasi satu atau lebih dari model-model tersebut.
Pengeringan secara konvensional dengan aliran udara panas atau
pengeringan konveksi banyak dilakukan karena relatif mudah penanganannya dan
tidak berakibat terkontaminasinya produk biji-bijian yang dikeringkan. Menurut
Keey (1972); disebutkan bahwa pemanfaatan udara sebagai media pengeringan
merupakan suatu proses yang tidak efisien akibat dari udara yang akan menjadi
jenuh sebelum kalor sensibel digunakan. Proses pengeringan biji-bijian hasil
pertanian dapat juga dilakukan secara kontak langsung melalui proses pencelupan
dengan pengadukan produk didalam bahan butiran atau partikel (particulate
materials) panasyang dikenal sebagai penyangraian. Beberapa kelebihan dapat
diperoleh dari proses penyangraian ini, diantaranya adalah efisiensi termal yang
23
relatif tinggi (>60 %) dengan waktu penyangraian yang relatif singkat (Richard
dan Raghavan, 1984).
Pengolahan bahan pangan dengan cara penyangraian dapat dilakukan baik
secara manual maupun menggunakan mesin. Penyangraian secara manual
menggunakan wajan baik yang terbuat dari besi maupun wajan yang terbentuk
dari tanah. Proses penyangraian dengan menggunakan wajan yaitu terjadi
perpindahan panas dari permukaan pemanas ke dalam bahan. Panas yang masuk
ke bahan menyebabkan perubahan suhu dalam bahan. Panas yang menyebabkan
perubahan temperatur tersebut disebut dengan panas sensible. Kondisi ini akan
berakhir ketika keadaan mulai jenuh yaitu bila suhu bahan semakin meningkat
sampai mendekati suhu penyangraian. Keadaan seperti ini diakibatkan oleh
adanya panas laten penguapan yang menyebabkan terjadinya proses perubahan
massa air yang terkandung dalam bahan.
Menurut Sivetz (1963) bahwa faktor yang harus diperhatikan dalam
penyangraian adalah suhu penyangraian dan pengadukan. Suhu penyangraian
dikendalikan sehingga dapat menghasilkan kematangan yang merata dalam dan
luar bahan. Pengadukan harus dilakukan terus menerus selama penyangraian agar
panas yang digunakan merata sehingga kematangan yang dihasilkan seragam.
Lama penyangraian karena semakin lama penyangraian maka suhu akan semakin
meningkat, sehingga produk yang dihasilkan menjadi gosong.
Warna suatu komoditi hasil pertanian ditentukan oleh pigmen alami
tanaman yang mudah mengalami perubahan kimia. Pigmen sangat peka terhadap
24
pengaruh kimia dan fisik selama pengolahan terutama panas. Perubahan warna
menjadi coklat tua disebabkan karena karamelisasi gula menjadi warna coklat tua.
Selain itu perubahan warna dapat ditimbulkan dari reaksi kimia antara gula dan
asam amino dari protein yang dikenal sebagai rekasi pencoklatan non-enzimatik
atau reaksi maillard (Sari, 2001). Reaksi maillard mengakibatkan munculnya
senyawa bergugus karbonis (gugus reduksi) dan bergugus amini. Reaksi maillard
adalah reaksi browning enzimatik yang menghasilkan senyawa kompleks dengan
berat molekul tinggi.
Pada penelitian ini, penyangraian dilakukan secara manual dengan
menggunakan wajan dari tanah liat. Pengukuran suhu dilakukan secara manual
dengan cara memasukkan termometer ke dalam wajan. Suhu wajan diukur
terlebih dahulu sampai suhu yang diinginkan tercapai (70°C) kemudian bahan
dasar (daun kersen yang telah dilayukan) dimasukkan ke dalam wajan tersebut.
Sumber panas yang digunakan adalah kompor gas dengan api kecil. Daun kersen
diaduk sampai suhu dan waktu yang diinginkan. Pengontrolan suhu dilakukan
dengan menghidupkan dan mematikan api kompor gas. Daun kersen yang telah
kering didiamkan agar dingin dan diblender untuk mendapatkan bubuk daun
kersen.
25
D. Hipotesis
Metode pengeringan dan konsentrasi bubuk daun kersen mempengaruhi aktivitas
antioksidan dan total fenol ekstrak bubuk daun kersen.
26