22
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendish 1. Taksonomi Menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam sistematika (taksonomi) tanaman pisang cavendish diklasifikasian sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Famili : Musaceae Genus : Musa Spesies : Musa spp. 2. Morfologi Tanaman pisang Cavendish memiliki batang yang berlapis-lapis. Lapisan ini merupakan dasar dari pelepah daun yang dapat menyimpan air (sukulenta) sehingga lebih tepat disebut batang semu (pseudostem). Daun pisang Cavendish berwarna hijau tua. Lembaran daun (lamina) pisang lebar dengan urat daun utama menonjol dan berukuran besar sebagai pengembangan dari morfologis lapisan

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tanaman Pisang Cavendish

1. Taksonomi

Menurut Tjitrosoepomo (1988) dalam sistematika (taksonomi) tanaman pisang

cavendish diklasifikasian sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledonae

Famili : Musaceae

Genus : Musa

Spesies : Musa spp.

2. Morfologi

Tanaman pisang Cavendish memiliki batang yang berlapis-lapis. Lapisan ini

merupakan dasar dari pelepah daun yang dapat menyimpan air (sukulenta)

sehingga lebih tepat disebut batang semu (pseudostem). Daun pisang Cavendish

berwarna hijau tua. Lembaran daun (lamina) pisang lebar dengan urat daun utama

menonjol dan berukuran besar sebagai pengembangan dari morfologis lapisan

Page 2: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

10

batang semu. Batang pisang sesungguhnya terdapat di dalam tanah, yaitu

bonggol. Pada sepertiga bagian bonggol sebelah atas terdapat tunas anakan.

Bunga pisang muncul dari primordia yang terbentuk pada bonggolnya yang

kemudian memanjang ke atas hingga menembus inti batang semu dan keluar

diujung batang semu tersebut. Panjang Tandan berkisar antara 60-100 cm

dengan berat 15-30 kg. Setiap tandan terdiri dari 8-13 sisir dan setiap sisir ada 12

- 22 buah. Daging buah berwarna putih kekuningan, rasanya manis agak asam,

dan lunak. Sedangkan kulit buah agak tebal berwarna hijau kekuningan sampai

kuning muda halus (Rismunandar, 1990; Robinson & Souco, 2010).

3. Syarat Tumbuh

a. Iklim

Tanaman pisang dapat tumbuh dan berkembang dengan baik pada daerah yang

memiliki iklim tropis basah, lembab dan panas. Walaupun demikian tanaman

pisang masih dapat tumbuh di daerah subtropis. Selain itu pada kondisi tanpa air,

pisang masih tetap tumbuh karena air disuplai dari batangnya yang berair tetapi

produksinya sangat sedikit. Curah hujan optimal adalah 1,520–3,800 mm/tahun

dengan 2 bulan kering. Variasi curah hujan harus diimbangi dengan ketinggian

air tanah agar tanah tidak tergenang (Rismunandar, 1990; Robinson & Souco,

2010).

b. Media Tanam

Syarat media tanam untuk pertumbuhan tanaman pisang yaitu tanah yang kaya

humus dan mengandung kapur atau tanah berat. Air harus selalu tersedia tetapi

Page 3: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

11

tidak boleh menggenang karena pertanaman pisang harus diairi dengan intensif.

Ketinggian air tanah di daerah basah adalah 50-200 cm, di daerah setengah basah

100-200 cm dan di daerah kering 50-150 cm. Tanah yang telah mengalami erosi

tidak akan menghasilkan panen pisang yang baik. Tanah harus mudah

meresapkan air dan tanaman pisang tidak dapat tumbuh dan berkembang pada

tanah yang mengandung garam 0,07% (Rismunandar, 1990; Robinson & Souco,

2010).

c. Ketinggian Tempat

Tanaman pisang cukup toleran terhadap ketinggian dan kekeringan. Di

Indonesia, umumnya tanaman dapat tumbuh di dataran rendah sampai

pegunungan setinggi 2.000 m dpl. Sedangkan untuk pisang ambon, nangka dan

tanduk tumbuh baik sampai ketinggian 1.000 m dpl (Rismunandar, 1990;

Robinson & Souco, 2011).

4. Budidaya Tanaman Pisang

a. Pembibitan

Budidaya tanaman pisang Cavendish melalui pembibitan secara kultur jaringan

terbagi dalam dua proses, yaitu proses di laboratorium dan nursery.

(1) Pembuatan Bibit secara Kultur Jaringan di Laboratorium

Tahap awal pembuatan bibit tanaman pisang secara kultur jaringan diawali

dengan pemilihan tanaman sebagai sumber eksplan. Tanaman pisang yang dipilih

yaitu tanaman pisang dari induk yang subur, produktif, sehat, dan bebas dari

Page 4: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

12

patogen. Setelah didapatkan eksplan yang baik kemudian ditumbuhkan pada

media MS. Setelah itu planlet (bibit kecil) diaklimatisasi pada media pasir dan

kompos dan diletakkan di rumah kaca atau tempat nurseri (Yusnita, 2004; Avivi

& Ikrawati, 2004).

(2) Proses di Nurseri (Aklimatisasi)

Pada proses ini, dipersiapkan media berupa campuran pasir dan kompos

(perbandingan 1:2) kemudian disterilisasi dengan uap air panas selama beberapa

jam. Setelah media dingin dimasukkan ke dalam bak plastik dan dicapur dengan

pupuk NPK (dengan perbandingan 1:1:1) sebanyak 3 g setiap baknya. Kemudian

planlet diambil dari media MS dan dibilas atau dicuci, kemudian dicelupkan ke

dalam larutan Dithane dan larutan fungisida (Benlate dan Agrymycin 1 g/l lalu

ditiriskan. Selanjutnya planlet ditanamkan ke media pasir dan kompos dalam bak

plastik (Suhardiman, 1997; Avivi & Ikrawati, 2004).

Planlet yang telah dipindahkan ke dalam bak plastik disungkup dengan sungkup

plastik selama 1 minggu agar kelembabaan mencapai 95%. Kemudian sungkup

dibuka selama 1 minggu, lalu bibit diletakkan di tempat pembibitan dan media

tanam disiram setiap hari. Tempat pembibitan harus terlindung dari sinar matahri

langsung, misalnya dengan diberi net (jaring) pada atapnya. Setelah berumur 2-4

minggu bibit dalam bak plastik dipindahkan ke dalam polybag tang berisi

campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Polybag yang berukuran

18x24 cm disusun berjajar dengan kerapatan 64 buah polybag per m2.

Aklimatisasi dilakukan selama 6-10 minggu sebelum ditanam (Suhardiman,

1997; Avivi & Ikrawati, 2004).

Page 5: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

13

b. Penanaman

Tempat yang akan ditanami pisang terlebih dahulu diberi ajir dengan jarak 2,5x4

m. Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam

berukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm. Tanah galian lapisan atas dipisahkan dengan

tanah galian lapisan bawah . Tanah galian tersebut dibiarkan selama satu minggu

hingga kering. Setelah tanah galian kering, lapisan bawah tanah dimasukkan lagi

ke bagian bawah. Tanah lapisan atas dicampur dengan 20 kg pupuk kandang

yang sudah matang ditambah dengan 2 sendok makan pupuk NPK serta 1 sendok

makan Furadan. Setelah tanah tercampur rata dengan pupuk , kemudian

dimasukkan ke dalam lubang tanam (Suhardiman, 1997; Avivi & Ikrawati, 2004).

Polybag yang berisi bibit pisang dibuka secara hati-hati, lalu bibit pisang hasil

aklimatisasi dimasukkan ke dalam lubang tanam, masing-masing satu bibit.

Penanaman sebaiknya dilakukan pada awal musim hujan sehingga tidak

memerlukan penyiraman. Bila penanaman pisang dilakukan pada lahan yang

sangat luas dan penanaman sering terlambat, perlu diusahan agar tidak terjadi

kekeringan, misalnya dengan pemberian mulsa, pelindung, ataupun melakukan

penyiraman (Suhardiman, 1997; Avivi & Ikrawati, 2004).

c. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman pisang terdiri atas sanitasi, pembuatan rorak, penyapihan

anakan, pemangkasan, dan pemupukan.

Page 6: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

14

(1) Sanitasi

Sanitasi merupakan usaha pembersihan rumput, gulma, sisa pelepah, dan daun

kering di sekitar tanaman pisang. Sanitasi bertujuan untuk mencegah atau

mengendalikan serangan hama dan penyakit. Pembersihan rumput ataupun gulma

tergantung beberapa faktor misalnya musim, pada musim hujan akan lebih banyak

rumput yang tumbuh daripada musim kemarau, gangguan hama dan penyakit dan

tenaga kerja (Suhardiman, 1997)

(2) Pembuatan Rorak

Pembuatan rorak di antara tanaman dapat berfungsi sebagai tempat mengubur

gulma. Gulma yang membusuk dapat menambah kesuburan tanaman. Selain itu,

pembuatan rorak dapat mencegah erosi dengan menampung air hujan yang

mengalir di permukaan tanah sebelum tanaman cukup besar (Suhardiman, 1997).

(3) Penyapihan Anakan

Pisang yang telah berumur sekitar 3 bulan sebaiknya tidak terganggu oleh adanya

anakan. Anakan pisang dapat menghambat peryumbuhan dan menyebabkan

persaingan dengan induknya. Jumlah anakan harus dibatasi hanya sampai dua

atau tiga batang saja supaya produksi dan kualitas buah tidak menurun. Jumlah

anakan pisang dipengaruhi oleh kesuburan tanah dan pupuk yang diberikan.

Pembuangan atau penyapihan anakan harus dilakukan secara hati-hati agar tidak

melukai tanaman induk (Suhardiman, 1997).

Page 7: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

15

(4) Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan dengan memotong daun dan pelepah yang kering dan

memotong jantung pisang. Pemotongan jantung pisang dilakukan apabila

pembentukan sisir buah sudah sangat lambat dan kecil. Jenis pisang Cavendish

dapat membentuk tandan buahdengan optimal sebanyak tujuh sampai delapan

sisir. Pemotongan jantung diharapkan dapat memacu pertumbuhan buah dan

mempercepat pemasakannya (Suhardiman, 1997).

(5) Pemupukan

Pisang memerlukan unsur-unsur hara makro, terutama kalium dalam jumlah besar.

Untuk satu hektar, pisang memerlukan 207 kg urea, 138 kg super fosfat, 608 kg

KCl dan 200 kg batu kapur sebagai sumber kalsium. Pupuk N diberikan dua kali

dalam satu tahun yang diletakkan di dalam larikan yang mengitari rumpun

tanaman. Setelah itu larikan ditutup kembali dengan tanah. Pemupukan fosfat dan

kalium dilaksanakan 6 bulan setelah tanam (dua kali dalam setahun)

(Rismunandar, 1990).

(6) Pengairan dan Penyiraman

Pisang akan tumbuh subur dan berproduksi dengan baik selama pengairannya

terjaga. Tanaman diairi dengan cara disiram atau mengisi parit-parit/saluran air

yang berada di antara barisan tanaman pisang (Rismunandar, 1990).

Page 8: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

16

B. Penyakit Layu Fusarium Pada Tanaman Pisang

1. Penyebab Penyakit Layu Fusarium

Penyakit layu fusarium disebabkan oleh Fusarium oxysporum f.sp. cubense (Foc)

yang merupakan salah satu penyakit penting pada tanaman pisang. Klasifikasi

jamur Fusarium oxysporum f.sp. cubense menurut Alexopoulus & Mims (1979)

adalah sebagai berikut ini:

Kingdom : Mycetae

Divisi : Amastigomycota

Subdivis : Deuteromycotina

Kelas : Deuteromycetes

Ordo : Hypocreales

Famili : Nectriaceae

Genus : Fusarium

Species : Fusarium oxysporum f.sp. cubense

Secara mikroskopis konodiofor bercabang-cabang dengan panjang rata-rata 70

µm. Cabang-cabang samping biasanya bersel 1, panjangnya sampai 14 µm.

Konidium terbentuk pada ujung cabang utama atau cabang samping.

Mikrokonidium bersel 1 atau bersel 2, hialin, jorong atau memanjang, berukuran

5-7 x 2,5-3 µm. Makrokonodium berbentuk sabit, bertangkai kecil, umumnya

bersel 4, hialin, berukuran 22-36 x 4-5 µm. Klamidiospora bersel 1, jorong atau

bulat, berukuran 7-13 x 7-8 µm, terbentuk di tengah hifa atau pada

makrokonidium, sering kali berpasangan. Miselium jamur terutama terdapat di

dalam sel, khususnya di dalam pembuluh kayu. Di samping itu jamur membentuk

Page 9: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

17

miselium yang terdapat di antara sel-sel, yaitu dalam kulit dan di jaringan

parenkim di dekat tempat terjadinya infeksi (Semangun, 2007). Secara

makroskopis, koloni pada media mencapai diameter 3,5- 5,0 cm. miselium tampak

jarang atau banyak seperti kapas, kemudian menjadi seperti beludru, berwarna

putih dan biasanya agak keunguan yang tampak lebih kuat pada permukaan

medium (Gandjar et al., 1999).

2. Ras dan Persebaran Fusarium oxysporum f.sp. cubense

Penyakit layu fusarium yang dikenal juga dengan sebutan penyakit Panama,

pertama kali ditemukan di daerah Panama pada tahun 1890. Penyakit ini

menghancurkan pertanaman pisang Ambon “Gros Michel” (AAA) di Amerika

Tengah dan Caribbean pada tahun1910-an, saat ini penyakit layu fusarium sudah

banyak ditemukan di daerah tropis maupun subtropis. Fusarium oxysporum f.sp.

cubense mempunyai 4 ras yaitu ras 1 menyerang kultivar pisang ambon “Gros

Michel”(AAA), Maqueno (AAB), Silk (AAB), Pome (AAB ), Pisang Awak

(ABB), dan hasil hibrida “I.C.2” (AAAA). Ras 2 menyerang kultivar pisang batu

“Bluggoe” (ABB), dan keturunan tetraploid. Ras 3 menyerang Heliconia spp.

Ras 4 merupakan ras yang paling virulen, selain dapat menyerang tanaman inang

dari ras 1 dan 2, ras 4 juga dapat menyerang pisang jenis Cavendish (Stover,

1990). Foc ras 4 yang menyerang tanaman pisang di wilayah tropis (Asia dan

Australia Utara) disebut dengan ras 4 (TR4), sedangkan untuk wilayah subtropis

(Afrika Selatan, Australia, Taiwan dan Kepulauan Canary disebut dengan ras 4

(STR4).

Page 10: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

18

Foc TR4 lebih virulen dibandingkan dengan Foc STR4, Foc TR4 mampu

menyerang tanaman pisang dalam kondisi stress lingkungan maupun tidak stress

lingkungan, sedangkan Foc STR4 hanya menyerang dalam kondisi stress

lingkungan (Sutherland et al., 2012). STR4 akan memiliki tingkat virulensi yang

lebih tinggi apabila menyerang tanaman di daerah dengan suhu dingin, stress air

dan pada tanah yang miskin unsur hara (Daly et al.,2006).

3. Daur Penyakit

Fusarium oxysporum f.sp. cubense adalah jamur tular tanah (soil borne) yang

dapat bertahan lama dalam tanah sebagai klamidiospora, yang terdapat banyak

dalam akar-akar tanaman yang sakit. Klamidiospora ini mampu bertahan selama

lebih dari 30 tahun di dalam tanah walaupun tidak terdapat tanaman inangnya.

Jamur dapat bertahan pada akar-akar rumput, dan pada tanaman yang mempunyai

hubungan kerabat dekat dengan pisang, misalnya Heliconia spp. (Ploetz, 1990).

Infeksi jamur terjadi melalui akar, adanya luka pada akar akan meningkatkan

infeksi. Akan tetapi jamur tidak dapat menginfeksi batang atau akar-rimpang

meskipun bagian ini dilukai. Nematoda (Radhopholus similis) membantu dalam

proses infeksi (Hwang, 1989). Fusarium oxyporum f.sp. cubense menghasilkan

enzim yang dapat mendegradasi dinding sel, di antaranya endo-polygalacturonase

(pg1), exo-polygalacturonase (pgx4), pectate lyase (pl1), dan xylanase

(Sutherland et al., 2012). Setelah masuk ke dalam akar jamur berkembang

sepanjang akar menuju ke batang dan disini jamur berkembang secara meluas

dalam jaringan pembuluh sebelum masuk ke dalam batang semu. Pada tingkat

infeksi lanjut miselium dapat meluas dari jaringan pembuluh ke parenkim. Jamur

Page 11: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

19

membentuk banyak spora dalam jaringan tanaman, dan mikrokonidium dapat

terangkut dalam arus transpirasi (Semangun, 2007).

Penyakit terutama menular karena perakaran tanaman sehat berhubungan dengan

spora yang dilepaskan oleh tanaman sakit di dekatnya. Pemakaian bahan tanaman

yang sakit juga dapat memencarkan penyakit. Jamur dapat terbawa oleh tanah

yang melekat pada alat-alat pertanian. Perendaman tanah dan air pengairan dapat

juga menyebabkan terjadinya pemencaran setempat (Semangun, 2007).

4. Gejala Serangan

Gejala penyakit diawali dengan perubahan warna pada tepi daun bawah menjadi

berwarna kuning tua, kemudian menjadi coklat dan akhirnya mengering. Tangkai

daun patah di sekeliling batang palsu, terkadang lapisan luar batang terbelah dari

permukaan tanah. Gejala yang paling khas adalah gejala pada bagian dalam. Jika

pangkal batang dibelah membujur, maka akan terlihat garis-garis coklat atau

hitam menuju ke semua arah, dari bonggol ke atas melalui jaringan pembuluh ke

pangkal daun dan tangkai. Berkas pembuluh akar biasanya tidak berubah

warnanya, namun seringkali akar tanaman sakit berwarna hitam dan membusuk

(Semangun, 2007).

5. Pengendalian Penyakit Layu Fusarium

Pengendalian penyakit layu fusarium dapat dilakukan dengan menggabungkan

beberapa teknik pengendalian di antaramya:

Page 12: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

20

a. Sterilisasi Area Pertanaman dan Alat Pertanian

Daerah yang endemik penyakit layu fusarium dilakukan fumigasi terlebih dahulu.

Bahan aktif fumigant yang dipakai salah satunya ialah methyl bromide, setelah

fumigasi dilakukan, maka area pertanaman tersebut tidak boleh ditanami dengan

tanaman sampai dengan 24 bulan (Ploetz & Pegg, 2000). Selanjutnya sterilisasi

alat-alat pertanian yang dipakai ialah dengan cara mencuci bersih dan penggunaan

disinfektan, hal ini dilakukan supaya tidak adanya inokulum yang terbawa dari

alat-alat pertanian yang dipakai. Tanaman yang sakit beserta dengan tanah di

sekelilingnya dibongkar dan dikeluarkan dari kebun (Semangun, 2007).

Solarisasi tanah merupakan salah satu metode kultur teknis dalam pengendalian

patogen akar (Agrios, 2005). Solarisasi tanah merupakan suatu metode untuk

menaikkan suhu tanah dengan cara menutup permukaan tanah menggunakan

plastik mulsa transparan. Metode tersebut bekerja sesuai dengan efek green

house, temperatur tanah mencapai suhu 50-60 0C pada kedalaman 10 cm. Hal

tersebut sudah cukup besar dalam mengendalikan patogen tular tanah (soil borne)

(Horiuchi, 1982). Solarisasi tanah dapat menurunkan inokulum patogen sehingga

akan mengurangi potensi terjadinya panyakit (Agrios, 2005).

b. Penggunaan Varietas Tahan

Penggunaan varietas tahan sangat diperlukan pada daerah yang terinfeksi patogen.

Di Lampung dilaporkan bahwa penanaman klon Cavendish yang tahan, yang

disertai dengan perbaikan sistem tanam dan pemberian bahan organik dapat

Page 13: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

21

menurunkan kerugian ekonomi yang disebabkan oleh Foc ras 4 (Wardhana et al.,

2004; Ploetz & Pegg, 2000) .

c. Pengendalian Hayati

pengendalian hayati merupakan penggunaan mikroorganisme antagonis pada saat

setelah atau sebelum terjadinya infeksi patogen. Mekanisme dari biokontrol

organisme yaitu dalam melemahkan atau membunuh patogen tanaman dengan

perlawanan yaitu memparasit patogen secara langsung, memproduksi antibiotik

(toksin), dan kemampuannnya dalam kompetisi ruang dan nutrisi, produksi enzim

untuk melawan komponen sel patogen, menginduksi respon ketahanan tanaman,

dan produksi metabolisme tanaman dalam mensetimulasi perkecambahan spora

patogen (Agrios, 2005)

Beberapa jamur yang dapat dimanfaatkan sebagai agensia hayati diantaranya

Gliocladium sp., Trichoderma sp., dan Chaetonium sp. (Djatnika & Nuryani,

1992). Selain itu bakteri Pseudomonas fluorescens dapat digunakan sebagai

agensia hayati, memperbaiki sistem perakaran tanaman pisang, dan diharapkan

dapat mengimbas ketahanan pisang terhadap penyakit layu fusarium. Penggunaan

Fusarium non-patogenik dan mikoriza vesikula arbuskula dapat digunakan dalam

pengendalian hayati penyakit layu fusarium (Semangun, 2007).

d. Kultur Jaringan

Kultur jaringan adalah suatu metode penanaman protoplas, sel, jaringan, dan

organ pada media buatan dalam kondisi aseptik sehingga dapat beregenerasi

Page 14: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

22

menjadi tanaman lengkap. Perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan

memiliki beberapa keuntungan, yaitu diperolehnya bibit yang seragam dalam

jumlah besar dan bebas penyakit sehingga meningkatkan hasil dan mencegah

penyebaran penyakit (Yusnita, 2004).

C. Trichoderma spp.

1. Taksonomi dan Morfologi

Klasifikasi jamur Trichoderma harzianum menurut Alexopoulus dan Mims

(1979) adalah sebagai berikut ini :

Kingdom : Mycetae

Divisi : Amastigomycota

Subdivis : Deuteromycotina

Kelas : Deuteromycetes

Ordo : Moniliales

Famili : Moniliaceae

Genus : Trichoderma

Species : Trichoderma spp.

Trichoderma spp. merupakan jamur Deuteromycetes dengan konidiofor tegak,

bercabang banyak, agak berbentuk kerucut, dapat membentuk klamidospora.

Pada umumnya koloni dalam biakan tumbuh dengan cepat, berwarna putih sampai

hijau. Koloni Trichoderma spp. pada media biakan PDA tumbuh dengan cepat

pada suhu 25- 30º C. Koloni ini akan berubah warna menjadi hijau tua

sedangkan bagian bawahnya tidak berwarna (Domsch, et al., 1993).

Page 15: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

23

Susunan sel Trichoderma bersel banyak berderet membentuk benang halus yang

disebut dengan hifa. Hifa pada jamur ini berbentuk pipih, bersekat, dan

bercabang-cabang membentuk anyaman yang disebut miselium. Miseliumnya

dapat tumbuh dengan cepat dan dapat memproduksi berjuta-juta spora, karena

sifatnya inilah Trichoderma dikatakan memiliki daya kompetitif yang tinggi.

Dalam pertumbuhannya, bagian permukaan akan terlihat putih bersih, dan

bermiselium kusam. Setelah dewasa, miselium memiliki warna hijau kekuningan.

Jamur ini memiliki bagian yang khas antara lain miselium berseptat, bercabang

banyak, konidia spora berseptat dan cabang yang paling ujung berfungsi sebagai

sterigma. Konidiofornya bercabang berbentuk verticillate. Pada bagian ujung

konidiofornya tumbuh sel yang bentuknya menyerupai botol (fialida), sel ini dapat

berbentuk tunggal maupun berkelompok. Konidianya berwarna hijau cerah

bergerombol membentuk menjadi seperti bola dan berkas-berkas hifa terlihat

menonjol jelas di antara konidia spora. Trichoderma berkembangbiak secara

aseksual dengan membentuk spora di ujung fialida atau cabang dari hifa.

T. harzianum mempunyai hifa berseptat, bercabang dan mempunyai dinding

licin, tidak berwarna , diameter 1,5-12 µm. Percabangan hifa membentuk sudut

siku-siku pada cabang utama. Cabang-cabang utama konidiofor berdiameter 4-5

µm dan menghasilkan banyak cabang- cabang sisi yang dapat tumbuh satu-satu

tetapi sebagian besar berbentuk dalam kelompok yang agak longgar dan kemudian

berkembang menjadi daerah-daerah seperti cincin. Pada ujung konidiofor

terbentuk konidiospora berjumlah 1-3, berbentuk pendek, dengan kedua ujungnya

meruncing dibandingkan dengan bagian tengah, berukuran 5-7 x 3-3,5 µm,

diujung konidiofor terdapat konidia berbentuk bulat, berdinding rata denga warna

Page 16: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

24

hijau suram, hijau keputihan, hijau terang atau agak kehijauan (Gandjar et al.,

1999).

T. pseudokoninggii pada awalnya berwarna krem, secara bertahap berubah

menjadi kehijauan, pertama di sebagian koloni, kemudian seluruh koloni. Secara

mikroskopis, hifa hialin memiliki lembar sampai dengan 10 µm. Konidiofor

bercabang menyerupai piramida, bercabang di sudut kanan sebelum ujung cabang

dan pada cabang di bagian bawah (Gandjar et al., 1999).

2. Peranan Trichoderma spp.

a. Trichoderma spp. sebagai Agensia Hayati

Trichoderma spp. adalah jamur tular tanah (soil borne) yang dapat diisolasi dari

perakaran tanaman. Trichoderma spp. berperan sebagai agensia hayati dalam

pengendalian penyakit tanama, stimulator pertumbuhan tanaman dan sebagai

organisme pengurai. Trichoderma spp. mempunyai kemampuan untuk dapat

menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman

antara lain Fusarium oxysporum (Herlina, 2009; Christopher et al., 2010; John et

al., 2010), Colletotrichum acutatum (Stanley et al., 2004), Rigidoporus lignosus

(Hutahaean & Junita, 2009), Rhizoctonia solani (Howell et al., 1999),

Colletotrichum graminicola (Harman et al., 2004), dan Phytopthora capsici

(Ahmed et al., 2000).

Menurut Harman (2004a), mekanisme utama pengengendalian patogen tanaman

oleh Trichoderma spp. terjadi melalui mikoparasit (memarasit miselium jamur

lain dengan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel untuk mengambil

Page 17: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

25

nutrisi dari dalam sel sehingga jamur akan mati). Trichoderma spp. menghasilkan

antibiotik seperti alametichin, paracelsin, trichotoxin yang dapat menghancurkan

sel jamur patogen dengan merusak permiabilitas membran sel dan enzim

chitinase, laminarinase yang dapat menyebabkan lisis dinding sel. Trichoderma

spp. mempunyai kemampuan berkompetisi yang tinggi dalam memperebutkan

tempat hidup dan makanan. Selanjutnya Trichoderma spp. mempunyai

kemampuan melakukan interfensi hifa. Hifa Trichoderma spp. akan

mengakibatkan perubahan permeabilitas dinding patogen.

b. Trichoderma spp.sebagai Dekomposer

Sebagai organisme pengurai biakan jamur, Trichoderma spp. dalam media bahan

organik dapait diberikan ke areal pertanaman. Limbah organik seperti sampah

dedaunan, seresah, kotoran-kotoran binatang ternak tidak bisa langsung diberikan

ke tanaman. Limbah organik harus dihancurkan/dikomposkan terlebih dahulu

oleh mikroba tanah menjadi unsur-unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman.

Secara alami proses pengkomposan ini memakan waktu yang sangat lama,

berkisar antara 6 bulan hingga setahun sampai bahan organik tersebut benar-benar

tersedia bagi tanaman. Proses penghancuran limbah organik dapat dipercepat

dengan menggunakan mikroba penghancur (decomposer) yang memilki

kemampuan tinggi. Penggunaan mikroba penghancur ini dapat mempersingkat

proses dekomposisi daru beberapa bulan menjadi beberapa minggu saja.

Trichoderma spp. mampu mempercepat proses pengomposan menjadi sekitar 2

sampai 3 minggu (Isroi, 2008).

Page 18: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

26

c. Trichoderma spp. sebagai Pengimbas Ketahanan (Induksi Ketahanan)

Induksi ketahanan lokal maupun sistemik umumnya twerjadi pada tanaman

sebagai respon serangan oleh mikroorganisme patogen, kerusakan fisik, serangan

serangga maupun faktor lainnya. Induksi ketahanan oleh Trichoderma spp. tidak

banyak dipelajari, hal ini mungkin karena mekanisme antagonis Trichoderma spp.

dapat terjadi secara langsung yaitu melalui mikoparasit dan antibiosis. Pada

tanaman yang terinduksi ketahanannya akan terjadi perubahan-perubahan faktor

kimia di dalam tanaman tersebut sehingga akan terjadi pengurangan gejala akibat

serangan patogen. Mekanisme induksi ketahanan terjadi dengan peningkatan

aktivitas jalur sikhimat, sehingga meningkatkan produksi senyawa fenol. Turunan

senyawa fenol dapat bersifat racun langsung terhadap patogen sehingga berfungsi

sebagai fitoaleksin (Harman, 2004a)

D. Bahan Organik

Bahan organik mencakup semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan

hewan, baik yang hidup maupun yang telah mati pada berbagai tahap dekomposisi

(Stevenson, 1982). Di samping berpengaruh terhadap pasokan hara tanah, bahan

organik juga berperan penting terhadap sifat fisik dan kimia tanah lainnya.

1. Peran Bahan Organik Terhadap Kesuburan Fisik Tanah dan

Pertumbuhan Tanaman

Bahan organik merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang

berperan sebagai bahan perekat antarpartikel tanah, sehingga bahan organik

penting dalam pembentukan struktur tanah. Mekanisme pembentukan egregat

tanah oleh adanya peran bahan organik ini dapat digolongan dalam empat bentuk.

Page 19: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

27

(1) Penambahan bahan organik dapat meningkatkan populasi mikroorganisme

tanah baik jamur maupun actinomycetes. Melalui pengikatan secara fisik butir-

butir primer oleh miselium jamur dan actinomycetes, maka akan terbentuk

agregat walaupun tanpa adanya fraksi lempung. (2) Pengikatan secara kimia

butir-butir lempung melalui ikatan antara bagian–bagian positif dalam butir

lempung dengan gugus negatif (karboksil) senyawa organik yang berantai

panjang (polimer). (3) Pengikatan secara kimia butir-butir lempung melalui

ikatan antara bagian-bagian negatif dalam lempung dengan gugusan negatif

(karboksil) senyawa organik berantai panjang dengan perantaraan basa-basa Ca,

Mg, Fe dan ikatan hidrogen. (4) Pengikatan secara kimia butir-butir lempung

melalui ikatan antara bagian-bagian negatif dalam lempung dengan gugus positif

(gugus amina, amida, dan amino) senyawa organik berantai panjang (polimer)

(Seta, 1987).

Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisika tanah yang lain adalah terhadap

peningkatan porositas tanah. Porositas tanah adalah ukuran yang menunjukkan

bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah yang terisi oleh udara dan air.

Pengaruh bahan organik terhadap peningkatan porositas tanah di samping

berkaitan dengan aerasi tanah, juga berkaitan dengan status kadar air dalam tanah.

Penambahan bahan organik akan meningkatkan kemampuan menahan air

sehingga kemampuan menyediakan air tanah untuk pertumbuhan tanaman

meningkat. Kadar air yang optimal bagi tanaman dan kehidupan mikroorganisme

adalah sekitar kapasitas lapang. Penambahan bahan organik di tanah pasiran akan

meningkatkan kadar air pada kapasitas lapang, akibat dari meningkatnya pori

yang berukuran menengah (meso) dan menurunnya pori makro, sehingga daya

Page 20: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

28

menahan air meningkat, dan berdampak pada peningkatan ketersediaan air untuk

pertumbuhan tanaman (Scholes et al., 1994).

2. Peranan Bahan Organik Terhadap Kesuburan Kimia Tanah dan

Pertumbuhan Tanaman

Pengaruh bahan organik terhadap kesuburan kimia tanah antara lain

terhadap kapasitas pertukaran kation, kapasitas pertukaran anion, pH tanah, daya

sangga tanah dan terhadap keharaan tanah. Penambahan bahan organik akan

meningkatkan muatan negatif sehingga akan meningkatkan kapasitas tukar

kation (KTK). Bahan organik memberikan konstribusi yang nyata terhadap

KTK tanah. Sekitar 20–70% kapasitas tukar tanah pada umumnya bersumber

pada koloid humus (contoh: Molisol), sehingga terdapat korelasi antara bahan

organik dengan KTK tanah (Stevenson, 1982).

Dalam suasana sangat masam (pH rendah), hidrogen akan terikat kuat pada gugus

aktifnya yang menyebabkan gugus aktif berubah menjadi bermuatan positif

(COOH2+ dan OH2

+), sehingga koloid-koloid yang bermuatan negatif menjadi

rendah, akibatnya KTK turun. Sebaliknya dalam suasana alkali (pH tinggi)

larutan tanah banyak OH-, akibatnya terjadi pelepasan H

+ dari gugus organik dan

terjadi peningkatan muatan negatif (COO- dan O

-), sehingga KTK meningkat

(Parfit, 1980).

Pengaruh penambahan bahan organik terhadap pH tanah dapat meningkatkan atau

menurunkan tergantung oleh tingkat kematangan bahan organik yang kita

tambahkan dan jenis tanahnya. Penambahan bahan organik yang belum masak

(misal pupuk hijau) atau bahan organik yang masih mengalami proses

Page 21: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

29

dekomposisi, biasanya akan menyebabkan penurunan pH tanah, karena selama

proses dekomposisi akan melepaskan asam-asam organik yang menyebabkan

menurunnya pH tanah. Namun apabila diberikan pada tanah yang masam dengan

kandungan Al tertukar tinggi, akan menyebabkan peningkatan pH tanah, karena

asam-asam organik hasil dekomposisi akan mengikat Al membentuk senyawa

komplek (khelat), sehingga Al tidak terhidrolisis lagi. Peningkatan pH tanah juga

akan terjadi apabila bahan organik yang kita tambahkan telah terdekomposisi

lanjut (matang), karena bahan organik yang telah termineralisasi akan melepaskan

mineralnya, berupa kation-kation basa.

3. Peranan Bahan Organik Terhadap Biologi Tanah dan Pertumbuhan

Tanaman

Bahan organik merupakan sumber energi bagi fauna-makro dan fauna-mikro

tanah. Penambahan bahan organik dalam tanah akan menyebabkan aktivitas dan

populasi mikrobiologi dalam tanah meningkat, terutama yang berkaitan dengan

aktivitas dekomposisi dan mineralisasi bahan organik. Beberapa mikroorganisme

yang beperan dalam dekomposisi bahan organik adalah fungi, bakteri dan

actinomycetes. Di samping mikroorganisme tanah, fauna tanah juga berperan

dalam dekomposi bahan organik antara lain yang tergolong dalam protozoa,

nematoda, Collembola, dan cacing tanah. Fauna tanah ini berperan dalam proses

humifikasi dan mineralisasi atau pelepasan hara, bahkan ikut bertanggung jawab

terhadap pemeliharaan struktur tanah (Tian, G. 1997). Flora-mikro dan fauna

tanah ini saling berinteraksi dengan kebutuhannya akan bahan organik, karena

Page 22: II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Pisang Cavendishdigilib.unila.ac.id/1263/3/Bab 2.pdf · Tempat-tempat yang diberi ajir tersebut digali untuk membuat lubang tanam ... pembuatan rorak,

30

bahan organik menyediakan energi untuk tumbuh dan bahan organik memberikan

karbon sebagai sumber energi.

Pengaruh positif yang lain dari penambahan bahan organik adalah pengaruhnya

pada pertumbuhan tanaman. Terdapat senyawa yang mempunyai pengaruh

terhadap aktivitas biologis yang ditemukan di dalam tanah adalah senyawa

perangsang pertumbuhan (auxin), dan vitamin (Stevenson, 1982). Senyawa-

senyawa ini di dalam tanah berasal dari eksudat tanaman, pupuk kandang,

kompos, sisa tanaman dan juga berasal dari hasil aktivitas mikrobia dalam tanah.

Di samping itu, diindikasikan asam organik dengan berat molekul rendah,

terutama bikarbonat (seperti suksinat, ciannamat, fumarat) hasil dekomposisi

bahan organik, dalam konsentrasi rendah dapat mempunyai sifat seperti senyawa

perangsang pertumbuhan, sehingga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan

tanaman.