Upload
nguyennhi
View
250
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
III. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS
3.1. Kerangka Pikir Penelitian
Ekonomi wilayah dalam satu negara merupakan ekonomi terbuka dan
interaksi ekonomi antarwilayah berlangsung tanpa hambatan apapun. Dalam
kaitan ini terdapat berbaga konseptual pembangunan ekonomi wilayah,
diantaranya adalah Teori Basis Ekonomi (Economic Based Teory), Teori Pusat
Pertumbuhan (Growth Pole Theory), Teori Perdagangan Antarwilayah
(Interregional Trade Theory). Studi ini menggunakan Teori Basis Ekonomi.
Teori Basis Ekonomi mengelompokkan aktivitas ekonomi ke dalam dua
bagian, yakni Sektor Basis dan Sektor Non-basis. Aktivitas Sektor Non-basis
ditujukan semata-mata untuk memenuhi kebutukan lokal. Meningkatnya aktivitas
Sektor Non-basis semata-mata bersumber dari permintaan lokal. Permintaan
terhadap produksi sektor non-basis hanya dapat meningkat apabila pendapatan
lokal meningkat. Dengan demikian, permintaan sektor Non-basis sangat
dipengaruhi oleh tingkat pendapatan masyarakat setempat. Dengan kata lain,
Sektor Non-basis terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa
berkembang melebihi pertumbuhan alamiah region.
Di sisi lain aktivitas Sektor Basis ditujukan untuk memenuhi permintaan
luar wilayah. Semua kegiatan yang mendatangkan uang dari luar wilayah adalah
kegiatan basis. Tenagakerja yang berdomisili di suatu wilayah, tetapi bekerja dan
memperoleh uang dari wilayah lain termasuk dalam Sektor Basis. Apabila
permintaan dari luar wilayah meningkat maka permintaan input lokal meningkat,
pendapatan lokal meningkat, yang kemudian mendorong kegiatan produksi lebih
54
lanjut. Dengan demikian, lapangan kerja dan pendapatan di Sektor Basis adalah
fungsi permintaan yang bersifat eksogenus. Hal ini berarti bahwa Sektor Basis
akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi regional meningkat lebih tinggi dari
pertumbuhan alamiah regional. Teori Basis beranggapan bahwa ekspor daerah
(wilayah) merupakan penentu dalam pembangunan ekonomi regional. Dengan
demikian, permasalahan ekonomi wilayah adalah masalah neraca perdagangan.
Teori Basis digunakan sebagai landasan konseptual dalam studi ini, sehingga
model Interregional Social Accounting Matrix (IRSAM) cukup relevan sebagai
instrumen analisis.
3.2. Interregional Social Accounting Matrix
Dalam model Social Accounting Matrix (SAM), aktivitas ekonomi setiap
region (wilayah) direkam ke dalam tiga kelompok neraca, yakni : Neraca Sektor
Produksi, Neraca Faktor Produksi, dan Neraca Institusi (Thorbecke, 1989). Neraca
Sektor Produksi merupakan neraca output dari berbagai sektor produksi. Neraca
Faktor Produksi merupakan neraca distribusi pendapatan faktorial, yakni
konpensasi terhadap penggunaan kapital dan tenaga kerja. Sedangkan Neraca
Institusi merupakan neraca distribusi pendapatan institusional, yaitu distribusi
pedapatan kepada pemilik faktor produksi yang terdiri atas : rumahtangga,
perusahaan, dan pemerintah. Di sisi lain garis panah dalam Gambar 7,
menggambarkan arus uang sebagai wujud dari transaksi ekonomi antar neraca.
Garis panah (T13 dan T46) menggambarkan arus uang yang mengalir dari
Neraca Sektor Produksi sebagai imbalan atas penggunaan faktor produksi kapital
dan tenagakerja. Arus ini disebut distribusi pendapatan faktorial. Garis panah (T21
55
dan T54) menggambarkan arus uang dari Neraca Faktor Produksi ke Neraca
Institusi, yang terdistribusikan kepada rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah
sebagai pemilik faktor produksi. Arus ini disebut distribusi pendapatan
institusional. Garis panah (T32 dan T65) menggambarkan arus uang dari Neraca
Institusi ke Neraca Sektor Produksi; sebagai ujud dari transaksi belanja
rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah terhadap output yang dihasilkan oleh
Sektor Produksi yang berada di dalam region sendiri.
Sumber: Hadi (2001), Achjar et al., Rum Alim (2005).
Gambar 7. Kerangka Interregional Social Accounting Matrix
Dari sudut pandang Teori Basis, aktivitas ekonomi yang berlangsung
dalam suatu wilayah (region) tertentu pada dasarnya merupakan Sektor Non-basis.
Region I T36
T35
T32
T13
T21 T25 T51
Region II T63
T62
T65
T46
T52 T54
T24
The rest of Indonesia (7)
Sektor Produksi
(3)
Institusi
(2)
Faktor Produksi
(1)
Sektor Produksi
(6)
Institusi
(5)
Faktor Produksi
(4)
Keterangan :
: Transaksi intraregional : Transaksi interregional
The rest of world
The rest of world (7)
56
Dengan kata lain, pergerakan transaksi ekonomi yang ditunjukan oleh garis panah
T13, T46, T21, T54, T32, dan T65, tanpa adanya interaksi (transaksi) ekonomi lintas
region, adalah Sektor Non-basis. Sementara itu, transaksi ekonomi lintas region
(antarwilayah) seperti yang ditunjukan oleh garis panah T36, T63, T35,dan T62, T24,
T51, T25, dan T52 pada dasarnya merupakan Sektor Basis.
Garis panah (T36 dan T63) menunjukkan transaksi antar Sektor Produksi
antarwilayah (interregional), yang dalam hal ini merupakan transaksi yang
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan input (intermediate input) suatu wilayah
dari wilayah lain. Garis panah (T35 dan T62) menunjukkan belanja Institusi
(rumahtangga, perusahaan, dan pemerintah) atas output yang dihasilkan oleh
Sektor Produksi wilayah (region) lain. Garis panah (T24 dan T51) menunjukkan
distribusi pendapatan institusional dari suatu wilayah ke wilayah lain. Dalam
kaitan ini, faktor produksi (kapital dan tenagakerja) yang digunakan oleh Sektor
Produksi di suatu region merupakan milik region lain, sehingga konpensasinya
mengalir ke region asal faktor produksi tersebut. Sedangkan garis panah (T25 dan
T52) menggambarkan transfer pendapatan antar Institusi antarwilayah.
Berdasarkan kaitan sebagaimana ditunjukkan pada gambar diatas,
dibangun struktur IRSAM secara agregat dalam bentuk Tabel 4 dibawah ini.
Keterkaitan transaksi masing-masing region I dan region II dengan luar negeri
(daerah lain diluar kedua region) ditunjukkan oleh hubungan masing-masing
neraca dengan the rest of world.
57
Tabel 4. Kerangka Dasar Interregional Social Accounting Matrix (IRSAM)
Pengeluaran Penerimaan
Region I Region II Neraca Total
Faktor Produksi
Institusi Sektor
Produksi Faktor
Produksi Institusi
Sektor Produksi Eksogen
Penerimaan
1 2 3 4 5 6 7 8
Region I
Faktor Produksi
1
Institusi 2
Sektor Produksi
3
Region II
Faktor Produksi
4
Institusi 5
Sektor Produksi
6
Neraca Eksogen 7
Total Pengeluaran 8
catatan: Neraca eksogen terdiri neraca kapital, pajak tak langsung, subsidi, the rest of
Indonesia, dan the rest of world
Hubungan neraca sektor produksi dengan the rest of world menunjukkan
adanya perdagangan langsung masing-masing region dengan luar negeri,
sementara hubungan neraca faktor produksi dengan rest of the world
menggambarkan adanya aliran modal (capital flow) dari dan ke luar negeri.
Hubungan neraca institusi dengan the rest of world menunjukkan adanya transfer
institusi dari dan ke luar negeri. Pengertian notasi matrik sebagaimana diterangkan
dalam Tabel 5.
IRSAM memiliki beberapa kelebihan terhadap SAM region tunggal
berupa informasi tambahan dalam hubungan inter-regional terutama dalam arus
barang inter-regional, distribusi pendapatan inter-regional, dan keseimbangan
keragaman ekonomi makro interregional.
58
Tabel 5. Defenisi Neraca TransaksiInter-Regional Social Accounting Matrix
(IRSAM)
Neraca Defenisi
T13 ; T46 Pendapatan faktor produksi dari sektor produksi setiap region
T21 ; T54 Pendapatan institusi atas kepemilikan faktor produksi dalam region
T24 ; T51 Pendapatan institusi atas kepemilikan faktor produksi inter-regional
T22 ; T55 Transfer antar institusi dalam region
T32 ; T65 Permintaan atas barang dan jasa oleh institusi dalam (intra) region
T35 ; T62 Permintaan atas barang dan jasa oleh institusi inter-regional
T33 ; T66 Permintaan antara dalam (intra) region
T36 ; T63 Permintaan antara inter-regional
X17 ; X47 Pendapatan faktor produksi dari transfer luar negeri
X27 ; X57 Transfer luar negeri kepada institusi
X37 ; X67 Ekspor barang dan jasa setiap region
X71 ; X74 Permintaan luar negeri atas kepemilikan faktor produksi
X72 ; X75 Tabungan institusi
X73 ; X76 Import barang dan jasa setiap region
X77 Transfer lainnya
Y18 ; Y48 Distribusi pendapatan faktorial setiap region
Y28 ; Y58 Distribusi pendapatan institusional setiap region
Y38 ; Y68 Total output sektor produksi setiap region
Y78 Total penerimaan neraca lainnya
Y81 ; Y84 Distribusi pengeluaran faktorial setiap region
Y82 ; Y85 Distribusi pengeluaran institusional setiap region
Y83 ; Y86 Total input sektor produksi setiap region
Y87 Total pengeluaran neraca lainnya
3.2.1 Dekomposisi Multiplier Social Accounting Matrix dan IRSAM
Pengganda (multiplier) dapat didefenisikan sebagai dampak yang terjadi
terhadap variabel endogen (endogenous variable) akibat perubahan pada variable
eksogen (exogenous variable). Pengganda dimaksud, misalnya pengganda
pendapatan nasional dirumuskan sebagai dimana adalah
marginal prospensity to consume (kecenderungan marginal mengkomsumsi)
menjelaskan bahwa perubahan pendapatan nasional ditentukan oleh perubahan
. Semakin besar , maka semakin besar pendapatan nasional. Dalam
analisis SAM maupun Input-Output, bukan hanya terdapat satu besaran
59
pengganda namun beberapa (sekelompok) besaran pengganda yang dinyatakan
dalam bentuk matrik pengganda (multiplier matrix) yang selanjutnya digunakan
untuk melakukan analisis dampak (impact analysis) seperti analisis dampak
pendapatan, analisis dampak tenaga kerja dan lain-lain. Disebabkan analisis
pengganda (multipler analysis) digunakan untuk mencari dampak, maka
digunakan terminologi dampak pengganda (multiplier effect atau multiplier
impact).
Analisis multiplier dapat dikelompokkan menjadi 2 bagian besar yaitu
pengganda neraca (accounting multiplier) dan pengganda harga tetap (fixed price
multiplier). Accounting multiplier pada dasarnya tidak berbeda dengan multiplier
pada matriks invers Leontif dalam model Input-Output. Dengan demikian semua
analisis multiplier yang digunakan pada analisis Input-Output seperti own
multiplier, other linkage multiplier dan total multipler dapat diaplikasikan pada
analisis accounting multiplier dalam SAM. Analisis fixed price multiplier
mengarah pada pengukuran dan analisis respon rumahtangga terhadap perubahan
neraca eksogen dengan memperhitungkan expenditure prospensity.
Matrik transaksi antar blok dalam neraca endogen menunjukkan aliran
penerimaan dan pengeluaran yang dinyatakan dalam satuan moneter. Apabila
setiap sel dalam matriks T dibagi dengan jumlah kolomnya, maka akan diperoleh
sebuah matrik baru yang menunjukkan besarnya kecenderungan pengeluaran rata-
rata (average expenditure propensities). Matrik baru tersebut katakanlah matrik ,
dengan unsur-unsurnya yang didefenisikan sebagai perbandingan antara
pengeluaran/ pembayaran (payment) sektor untuk sektor ke dengan total
pengeluaran ke ) atau dapat dirumuskan sebagai berikut :
60
............................................................................................ (3.1)
Atau dalam bentuk matriks
[
] .......................................................................... (3.2)
Kembali kebelakang pada persamaan , bila dibagi dengan , maka
diperoleh:
⁄ ⁄ ⁄ ................................................................................ (3.3)
Persamaan (3.1) disubtitusikan ke persamaan (3.2) akan diperoleh :
⁄
...................................................................................... (3.4)
adalah koefisien yang mengambarkan pengaruh langsung (direct effect)
perubahan suatu sektor terhadap sektor lainnya. Jika disebut
matriks accounting multiplier yang mengambarkan pengaruh perubahan suatu
sektor terhadap sektor lain dalam keseluruhan SAM, maka akan diperoleh
persamaan matriks:
........................................................................................... (3.5)
Multiplier yang dihasilkan SAM secara prinsip dapat dibagi dua yaitu
multiplier standard dan multiplier SAM. Multiplier standard dihasilkan dari
model Input-Output (dalam SAM, matrik Input-Output berada pada neraca
aktifitas produksi) yang dihitung dengan menggunakan Leontif invers matrix :
[ ] ..................................................................................... (3.6)
dimana A = matrik koefisien teknologi untuk model Input-Output. Pada multiplier
Input-Output, faktor endogen hanya berupa aktifitas (sektor) produksi.
61
Multiplier SAM mencakup seluruh neraca endogen yaitu neraca faktor
produksi (kapital dan labor), institusi (rumahtangga, perusahaan dan pemerintah)
dan aktifitas (sektor) produksi. Multiplier SAM dihitung berdasarkan persamaan:
[ ] ................................................................................... (3.7)
dimana merupakan matriks direct propensities yang dihitung dari model SAM
Dengan kedua multiplier persamaan (3.5) dan (3.6), besaran efek lainnya
juga dapat dihitung seperti induced effect, direct effect dan indirect effect dengan
cara sebagai berikut (cardenete dan sancho, 2004):
Induced effect = ................................................................... (3.8)
Direct Effect = ........................................................................... (3.9)
Indirect Effect = ............................................................ (3.10)
Dengan demikian diperoleh effek total (MS) yaitu:
[ ] [ ] [ ] .......................................... (3.11)
Pyatt and Round (1985) dalam Daryanto (2001) melakukan dekomposisi
pada matrik accounting multiplier dengan hasil berbentuk multiplikatif yaitu :
.......................................................................... (3.12)
Secara additif dapat ditulis:
............ (3.13)
dimana:
adalah initial injection
adalah net contribution of transfer multiplier
adalah effect multiplier-cross atau loop open of on contribution
net
62
adalah effect multiplier loop-closed atau circular of on
contribution net
disebut juga dengan transfer multiplier yang menunjukkan pengaruh
dari satu blok neraca pada dirinya sendiri, yang dirumuskan sebagai berikut:
............................................................................ (3.14)
dimana
[
]
Sehingga diperoleh persamaan:
[
] ......................................... (3.15)
Notasi disebut dengan pengganda loop terbuka (open loop multiplier) atau
cross effect yang mengambarkan pengaruh langsung dari suatu blok (neraca) ke
blok lain (neraca lain) dalam neraca endogenous, dan dirumuskan sebagai berikut:
........................................................................... (3.16)
dimana
disebabkan
; dan
; serta
,
maka dapat dituliskan sebagai berikut :
[
] ................................................. (3.17)
Proses open loop multiplier antar blok ditampilkan pada Gambar 7. Bila
terjadi injeksi awal pada peningkatan permintaan ekspor ( ), maka output yang
63
memiliki kaitan dengan blok aktivitas produksi ( ) akan meningkat, lalu
memberikan pengaruh berikutnya terhadap pendapatan pada blok faktor produksi
( ) dengan nilai pengganda sebesar . Selanjutnya peningkatan pendapatan
pada blok faktor produksi akan memberikan pengaruh lanjutan terhadap
pendapatan pada blok institusi ( ) dengan nilai pengganda sebesar , dan
kemudian akan meningkatkan pendapatan blok produksi dengan nilai pengganda
sebesar .
Sumber: Thorbecke, (1998)
Gambar 8. Proses Pengganda antara Neraca Endogen SAM
Bila injeksi awal bersumber dari peningkatan pendapaxxtan blok faktor
produksi yang berasal dari luar negeri ( ), maka akan berpengaruh pada
pendapatan blok institusi dengan nilai pengganda sebesar dan selanjutnya
akan memberi pengaruh terhadap pendapatan pada blok aktivitas produksi dengan
nilai pengganda .
Y3
Aktivitas Produksi
(J - A33)-1X3
X3=Permintaan
ekspor
A*
32 = (I - A33)-1
A32
A*
21 = (I - A22)-1
A21
A*
31 = A13
(I - A22)-1
X2
X2= pendapatan non-faktor dari luar negeri
X1= Pendapatan
faktorial dari luar negeri
Y2
Distribusi Pendapatan
Institusi
Y1
Distribusi Pendapatan
faktor Produksi
64
Peningkatan pendapatan pada blok aktivitas produksi akan berpengaruh
terhadap pendapatan pada blok faktor produksi dengan nilai pengganda sebesar
. Bila injeksi berasal dari peningkatan pendapatan blok non-faktor produksi
yang berasal dari luar negeri ( ), maka injeksi ini akan berpengaruh terhadap
pendapatan pada blok aktivitas produksi dengan nilai pengganda sebesar , dan
selanjutnya akan berpengaruh terhadap pendapatan pada blok faktor produksi
dengan nilai pengganda sebesar . Peningkatan pendapatan pada blok faktor
produksi akan berpengaruh terhadap pendapatan padaa blok institusi dengan nilai
pengganda sebesar .
Notasi disebut dengan pengganda loop tertutup (closed loop
multiplier), yang menunjukkan pengaruh suatu blok (neraca) ke blok (neraca)
lainnya, yang selanjutnya kembali ke blok (neraca) semula, yang dapat ditulis
dalam bentuk persamaan:
............................................................................. (3.18)
atau:
[
]…(3.19)
Dekomposisi pengganda neraca (account multiplier) dapat dilakukan
dengan pendekatan rata-rata dan pendekatan marginal. Dekomposisi pengganda
neraca dengan pendekatan marginal memerlukan suatu matrik yang disebut
dengan marginal expenditure propensities . Disebabkan matrik dibentuk
dengan asumsi harga tetap (fixed price), maka disebut juga dengan pengganda
harga tetap (fixed price multiplier).
65
⁄ .......................................................................................... (3.20)
Dalam bentuk matrik dapat ditulis:
[
] ........................................................................ (3.21)
Karena , maka
.................................................................................. (3.22)
Dengan demikian :
........................................................................... (3.23)
Atau
.................................................................................... (3.24)
adalah pengganda harga tetap, yang kemudian di dekomposisikan pada
(transfer mltiplier), (open loop multiplier), dan (closed loop multiplier),
sehingga diperoleh:
.......................................................................... (3.25)
Bentuk matrik , , dan sama seperti matrik dekomposisi
sebelumnya, namun yang digunakaan adalah pengeluaran marjinal.
Pyatt dan Round (1985) menggunakan dekomposisi multiplier untuk inter-
regional SAM yaitu:
.......................................................................... (3.26)
Dimana:
= closed-loop multiplier effect within region
= inter-regional open-loop multiplier effect
= transfer effect within region
66
Persamaan (3.22) diperoleh dari persamaan berikut:
................................................................ (3.27)
................................................................ (3.28)
dimana :
, = Pengeluaran total masing-masing region
= Koefisien intra regional
= Koefisien inter-regional
= neraca eksogen
Berdasarkan persamaan (3.23) dan (3.24) selanjutnya diperoleh:
........................................ (3.29)
......................................... (3.30)
Bila persamaan (3.29) dan (3.30) ditulis dalam perkalian matrik, maka
diperoleh:
[
] [
] [
] [
] [
].
Bila = , dan =
, maka persamaan (3.31)
dapat di tulis menjadi:
[
] [
]
[
] [
] [
] ..... (3.32)
maka:
[
] ................................................... (3.33)
sedang:
[
] …….................. (3.34)
67
sehingga:
[
] [
] ….............. (3.35)
maka selanjutnya diperoleh:
[
] …………………………………….……......…... (3.36)
dan:
[
] ……..………………… (3.37)
3.2.2. Penyusunan Sistem Jaringan IRSAM
Sistem jaringan IRSAM disusun dengan asumsi hanya terdapat dua region
masing-masing dan . Setiap region memiliki sub-sistem ekonomi yaitu
aktivitas produksi, faktor produksi dan institusi dengan susunan jaringan inter-
regional sebagai berikut (Achyar et al. 2003):
[
]
……..….......… (3.38)
Pendekatan analisis dekomposisi digunakan untuk membangun Block
Structural Path Analysis (BSPA). Blok parsial matrik input langsung untuk tiga
blok dan invers leontif parsial untuk setiap region adalah:
1) Kombinasi institusi-aktivitas
[
] ........................................................................... (3.39)
Besarnya input dalam first layer feedback loop dalam kerangka IRSAM adalah:
68
........................................................................................ (3.40)
Bila invers leontif parsial digunakan, maka:
[ ] [
] …….……………….…….. (3.41)
dimana:
dan
........................................... (3.42)
2) Kombinasi faktor produksi-aktivitas
[
] ............................................................................. (3.43)
Bila invers leontif parsial digunakan, maka:
[ ] [
] ........................................... (3.44)
3) Kombinasi faktor produksi-aktivitas
[
] ........................................................................ (3.45)
Bila invers Leontif parsial digunakan, maka:
[ ] [
] ........................................ (3.46)
Dengan metode dekomposisi seperti pada BSPA, perluasan invers Leontif
untuk first layer feedback loop dalam inter-regional structural path analysis
(IRBSPA) adalah sebagai berikut:
[
]
69
[
] ....................................... (3.47)
[
]
Penyusunan (kompilasi) jaringan inter-regional digunakan untuk analisis
transformasi pengaruh sistem ekonomi dalam region yang terkait dengan
subsistem ekonomi dalam region . Perluasan invers Leontif suatu region seperti
persamaan (3.43) dipandang sebagai second layer of economic subsistem. Dengan
memasukkan first layer dari perluasan invers Leontif kedalam second layer, maka
pengaruh suatu sub-sistem ekonomi terhadap sub-sistem ekonomi secara
keseluruhan dapat diperoleh.
Dalam hal sub-blok matrik inter-regional digunakan untuk
membangun blok matrik direct input inter-regional parsial, maka aktivitas
produksi dan factor produksi dalam struktur intra maupun inter-regional dapat
dinyatakan sebagai berikut:
[
] .................................................................................. (3.48)
Dengan melakukan dekomposisi pada matrik yang sama seperti diatas,
first layer invers Leontif inter-regional parsial dapat diperoleh dari persamaan
(3.38) hingga (3.41). Pada SAM inter-regional dua arah, setiap region
mengandung tiga sub-sistem ekonomi, dan terdapat empat kelompok (cluster) dari
second layers invers Leontif yang diperluas. Setiap cluster memiliki tiga blok,
sehingga akan dijumpai 12 blok second layer invers Leontif yang diperluas,
seperti persamaan (3.48) sampai (3.49) sebagai berikut:
70
[
]
[
] ...... (3.49)
[
]
[
]
[
] .. (3.50)
[
]
[
]
[
] ..... (3.51)
[
]
[
]
[
] .. (3.52)
[
]
Bila jaringan inter-regional dimasukkan dalam persamaan (3.37), maka final
demand dan output total system tersebut adalah :
[
]
;
[
]
;
[
]
. (3.53)
Sonis dan Hewings (1998) menyatakan bahwa kumpulan hierarki feedback
loop yang menangkap effek feedback loop, yang diterima sistem ekonomi secara
keseluruhaan, dibangun sebagai berikut:
71
[
] [
]
Bentuk umum invers Leontif untuk sistem inter-regional dinyatakan
sebagai berikut:
[
]
[
] [
] (3.54)
Penyusunan rantai jaringan inter-regional dimulai dari dampak sendiri (self
influence)
, lalu pengeluaran institusi terhadap pendapatan institusi,
selanjutnya dampak pengeluaran institusi terhadap pendapatan faktorial
, dan output aktivitas-aktivitas
dinyatakan
sebagai berikut:
................ (3.55)
Dampak sendiri
yang diperoleh dari injeksi kedalam aktivitas
produksi , dan dampak dari injeksi terhadap pendapatan faktorial
,
dan pendapatan institusi
dinyatakan oleh rantai kompilasi
sebagai berikut:
..................... (3.56)
Feedback loop dari semua aktivitas, faktor produksi dan institusi sudah
masuk dalam persamaan (3.50) dan (3.51) diatas, namun rantai kompilasi tersebut
belum di dekomposisi ke asal dampak dari injeksi yang diturunkan dari suatu
region secara individual. Untuk memasukkan rest of the region dalam sistem
72
perekonomian nasional, maka rantai kompilasi persamaan (3.50) dan (3.51)
dibangun sebagai berikut:
1) Penyusunan jaringan injeksi institusi dari region
(
) (
) (
)
(
)(
)(
)(
)
(
)(
)(
)(
)(
)……..…..(3.57)
Feedback loop effect dari injeksi tersebut terhadap institusi region r dalam
IRSAM dapat di simplifikasi menjadi:
................................................... (3.58)
dimana:
- = injeksi pada institusi yang berasal dari region r
= pendapatan institusi yang diciptakan dalam region r (self-
influence income)
-
= ouput aktivitas-aktivitas pada region r
-
= pendapatan faktorial yang ditimbulkan dalam region r.
-
= Dampak eksternal terhadap pendapatan institusi dalam rewgion R
-
= permintaan untuk aktivitas dalam region R
-
= dampak terhadap pendapatan region R
73
2) Penyusunan jaringan injeksi aktivitas-aktivitas dari region r
(
) (
) (
) (
)(
)(
)
(
)(
)(
)(
) ........................... (3.59)
Pengaruh injeksi aktivitas produksi dari region dan dampaknya terhadap sub-
sistem ekonomi pada kedua region dan dapat disederhanakan dengan
penggunaan dekomposisi seperti institusi pada persamaan (3.53) sehingga
diperoleh
................................................ (3.60)
dimana:
- = injeksi pada institusi yang berasal dari region
-
= output yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas dalam region
= output yang dihasilkan dari aktivitas-aktivitas dalam region R
= pendapatan faktorial yang dihasilkan dalam region
= pendapatan faktorial yang dihasilkan dalam region dan
= dampak eksternal terhadap transfer pendapatan institusi dalam
region
= dampak eksternal terhadap transfer pendapatan institusi dalam
region
74
3.3. Metode Updating dan Balancing SAM
Data Input-Output yang digunakan pada model SAM umumnya disajikan
untuk interval waktu yang relatif panjang (5 tahun atau lebih), sementara data
pendukung seperti data produk dan pendapatan nasional tersedia setiap tahun.
Data pendukung dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain sensus/ survey
industri, tenaga kerja, pertanian, neraca pemerintah, neraca perdagangan dan
survey rumahtangga. Permasalahan dalam mengestimasi disagregasi SAM adalah
menemukan cara yang tepat dalam sinkornisasi data dan informasi dari berbagai
sumber, termasuk data dari tahun-tahun sebelumnya (Robinson, 2000).
Model SAM yang dibangun pada tingkat nasional maupun daerah banyak
yang masih agregat. Guna memperoleh SAM per tahun dan agregasi yang lebih
rinci, dapat dilakukan dengan metode RAS dan metode Cross-Enthrophy (CE).
Metode RAS mengasumsikan bahwa estimasi dimulai dari suatu SAM terdahulu
yang konsisten dan hanya mengetahui total baris dan kolom. Sebagai
pengembangan metode RAS, digunakan metode Cross-Enthropy yang lebih
fleksibel dan mampu mengestimasi SAM ketika data tersebar (scattered) dan
inkonsisten.
3.3.1. Metode RAS
Metode Bayesian RAS atau disingkat BAYRAS atau lebih sering disebut
dengan RAS merupakan metode balancing yang digunakan secara luas dalam
Input-Output maupun SAM. Metode ini digunakan bila eksisting matrik hendak
diperbaharui (up-date) dari matrik kolom dan baris yang tersedia. Dari matrik A
yang lama ( ) dibangun matrik A yang baru ( ) berukuran n x n dengan
menggunakan multiplier baris (r) dan kolom (s). Bila matrik transaksi SAM
75
adalah T, dimana adalah nilai sel (cell value) yang memenuhi kondisi
∑ . Koefisien matrik SAM ( ) dibangun dari matrik transaksi (T) dibagi
dengan sel-sel dalam setiap kolom dari T dengan jumlah total kolom yaitu:
……………………………………………………………. (3.61)
Pendekatan tradisional yang digunakan untuk membangun suatu matrik
baru ( ) dari matrik lama ( ) disebut dengan operasi proporsional ganda
(biproportional) baris dan kolom sebagai berikut:
…………………………..……………………….......... (3.62)
Dalam notasi matrik dinyatakan dengan:
……………………………..…………………….………
(3.58)
dimana ( ) adalah elemen matrik diagonal dan . Metode RAS merupakan
suatu algoritma iteratif dari penyesuaian proporsional ganda. Langkah dalam
operasi metode RAS adalah:
Langkah pertama:
∑
∑
…………..……(3.63)
Langkah kedua
∑
∑
…………….… (3.64)
Seterusnya sampai langkah ke t yaitu:
∑
∑
(3.65)
76
Proses ini dilakukan secara menerus sampai diperoleh iterasi yang konvergen.
Bila langkah-langkah ini diringkas menjadi:
(∏
) (∏
)
, untuk rank nilai ganjil,
....(3.66)
(∏
) (∏
)
, untuk rank nilai genap
….. (3.67)
dengan
(∏
) dan
(∏
) …………………….….... (3.68)
maka:
untuk rank nilai ganjil
…...….… (3.69)
untuk rank nilai genap
……….. (3.70)
Metode RAS memiliki keuntungan dalam solusi aplikasinya yang
sederhana, namun memiliki beberapa kelemahan yaitu: (1) memiliki pondasi
ekonomi yang lemah dan (2) tidak dapat mengakomodasi sumber data lain selain
total baris dan kolom. Berdasarkan kelemahan tersebut, peneliti umumnya
menggunakan Metode Cross-Enthropy yang lebih fleksibel untuk updating dan
balancing model SAM. Namun untuk updating dan balancing tabel Input-Output,
metode RAS masih menjadi pilihan.
3.3.2. Metode Estimasi Cross-Enthropy
Pendekatan cross-enthropy pertama sekali di aplikasikan untuk
menyeimbangkan SAM oleh Sherman Robinson dan kawan-kawan pada
konferensi IFPRI (Robinson, Cattaneo and El-Said, 1998). Proses penyeimbangan
(balancing) SAM hingga kini banyak yang dilakukan dengan menggunakan
metode Cross-Enthropy (metode CE). Kerangka CE mengacu pada rentang
informasi sebelumnya yang lebih luas untuk digunakan secara efisien dalam
estimasi (Robinson et al. 1998). Proses tabulasi matrik SAM dilakukan secara
77
vertikal dan horizontal. Sisi pengeluaran (expenditure) dari setiap kegiatan
ekonomi diisi secara vertikal, dan sisi horizontal untuk sisi penerimaan. Pada awal
pengisian, matrik SAM sisi pengeluaran (vertikal) tidak melihat aspek
keseimbangan neraca.
Dalam penerapan model estimasi CE, terdapat dua pendekatan yaitu
pendekatan determenistik dan pendekatan stokastik. Bila terdapat ketergantungan
yang bersifat fungsional antara satu perubah dengan perubah lainnya, maka
digunakan pendekatan deterministik. Sementara pendekatan stokastik digunakan
bila terdapat ketergantungan yang bersifat random antara satu perubah dengan
perubah lainnya (Robinson dan El Said, 2000).
Estimasi SAM dalam penelitian ini dilakukan pada tahun tertentu, serta
ketergantungan antar sektor yang akan disagregasi bersifat fungsional, maka akan
digunakan metode cross-enthropy dengan pendekatan deterministik. Matrik T
didefenisikan sebagai matrik transaksi SAM dimana adalah aliran pengeluaran
dari neraca kolom j ke neraca baris i yang memenuhi kondisi:
∑ ∑ ……………………………………………….... (3.71)
Jumlah baris harus sama dengan jumlah kolom , dimana koefisien
matrik A dapat dibentuk dari setiap sel pada matrik T dibagi jumlah kolomnya.
Dalam bentuk matematis ditulis:
………………………..……………………………….. (3.72)
Jarak enthropy antara koefisien matrik yang baru hasil estimasi dengan
koefisien matrik sebelumnya diminimumkan untuk memperoleh satu set koefisien
matrik yang baru (Robinson et al. 2000). Secara matematis dapat disajikan sebagai
berikut:
78
∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑ ………. (3.73)
dengan kendala :
∑
……………………………………………………….. (3.74)
∑ dan 0 ≤ ≤ 1 ……………..…………………………… (3.75)
dimana:
= matrik koefisien A sebelumnya
= matrik koefisien A yang diestimasi
= matrik vektor kolom yang diambil dari total masing-masing neraca.
Nilai dan diperoleh dari data yang dikumpulkan. Dalam hal beberapa sel
matrik A atau matrik vektor kolom total neraca (Y) tidak tersedia, maka sebagai
alternatif digunakan data yang tercantum dalam SAM Indonesia 2005.
Estimasi dengan metode CE digunakan sehingga diperoleh sebuah matrik
SAM yang baru dengan jumlah kolom dan baris yang seharusnya sama.
Disebabkan kemungkinan adanya nilai-nilai yang tidak logis menurut kewajaran
ekonomi, maka selanjutnya dilakukan koreksi terhadap matrik yang baru
dibangun tersebut. Nilai yang tidak wajar tersebut bisa terlalu besar, terlalu kecil
atau seyogianya tidak ada, dan selanjutnya dilakukan re-check dengan
menggunakan sumber informasi lain yang relevan. Agar syarat keseimbangan
tetap terpenuhi, dilakukan kembali perhitungan iterasi dengan menggunakan
metode CE. Mungkin saja tahapan iterasi ini dilakukan berulangkali sampai
diperoleh keseimbangan pengeluaran dan penerimaan untuk masing-masing
neraca.
79
3.4. Structural Path Analysis
Menurut Defourny dan Thorbecke (1988) dalam Daryanto (2001b) metode
dekomposisi yang konvensional tidak mampu untuk menguraikan multiplier ke
dalam transaksi komponennya atau untuk mengidentifikasi transaksi dengan
menyertakan suatu keterkaitan secara berurutan. Dekomposisi multiplier yang
konvensional hanya mampu menguraikan pengaruh-pengaruh dalam dan antara
neraca endogen saja. Melalui Structural Path Analysis (SPA) dapat ditelusuri
interaksi dalam suatu perekonomian yang dimulai dari suatu sektor tertentu dan
berakhir pada sektor tertentu lainnya. Metode SPA mampu menunjukkan
bagaimana pengaruh transmisi dari satu sektor ke sektor lainnya secara
bersambungan dalam suatu gambar. Di dalam SPA, masing-masing elemen pada
multiplier SNSE dapat didekomposisi ke dalam pengaruh langsung, total, dan
global. Ini berarti, SPA itu pada dasarnya adalah sebuah metoda yang dilakukan
untuk mengidentifikasi seluruh jaringan yang berisi jalur yang menghubungkan
pengaruh suatu sektor pada sektor lainya dalam suatu sistem sosial ekonomi.
Pengaruh dari suatu sektor ke sektor lainnya tersebut dapat melalui sebuah
jalur dasar (elementary path) atau sirkuit (circuit) (Prihawantoro, 2001) Disebut
jalur dasar apabila jalur tersebut melalui sebuah sektor tidak lebih dari satu kali.
Misalkan sektor i mempengaruhi sektor j. Pengaruh dari i ke j dapat terjadi secara
langsung, dapat pula terjadi melalui sektor-sektor lain, katakan x dan y. Apabila
dalam jalur i ke j tersebut i, x, y, dan j hanya dilalui satu kali, maka hal seperti ini
disebut seba gai jalur dasar, contohnya lihat Gambar 8.
80
Gambar 9. Jalur Dasar dalam Analisis Jalur
Gambar 10. Sirkuit dalam Analisis Jalur
Ada kalanya suatu sektor, setelah mempengaruhi sektor yang lain, pada
akhirnya akan kembali lagi mempengaruhi sektor itu sendiri. Misalkan pengaruh
sektor i ke j ternyata belum selesai. Jika j mempengaruhi z, dan z mempengaruhi i,
maka jalur dari i ke x ke y ke j ke z dan kembali ke i disebut sirkuit. Dalam jalur
ini setiap sektor dilalui hanya satu kali, kecuali i. Sektor i dilalui dua kali, yakni
pada awal jalur dan pada akhir jalur, lihat Gambar 9.
Pengaruh adalah ukuran yang mencerminkan besarnya dampak
pengeluaran dari suatu sektor ke sektor lainnya, dan karenanya menggambarkan
81
keeratan hubungan di antara kedua sektor tersebut. Besaran yang dipakai untuk
mengukur keeratan hubungan tersebut tergantung pendekatan yang digunakan,
apakah pendekatan rata-rata ataukah pendekatan marginal. Oleh karena itu dapat
digunakan besaran a ij atau cij.
Di dalam metodologi SPA ada tiga elemen penting untuk dibahas, yakni
jalur pengaruh langsung (direct influence), pengaruh total (total influence), dan
pengaruh global (global influence) (Daryanto, 2001b; Prihawantoro, 2001). Kita
akan mendiskusikan ketiga pengaruh tersebut berdasarkan Gambar 10.
Gambar 11. Contoh Dua Sektor
82
3.4.1. Pengaruh Langsung
Pengaruh langsung (direct influence) dari i ke j (ID i⟶j) menunjukkan
perubahan pendapatan atau produksi j disebabkan oleh perubahan satu unit i,
selama pendapatan atau produksi pada titik lain (kecuali pada jalur dasar yang
dilalu i dari i ke j) tidak mengalami perubahan. Dengan pendekatan rata-rata,
pengaruh langsung (IDi⟶j) dari i ke j adalah :
ID (i ⟶ j) = a ij
Gambar 12 menyajikan contoh tentang SPA untuk kasus dua sektor, jalur
dasar ini diukur sepanjang garis ij. Ini berarti petani (sektor j) tampak secara
langsung membeli bahan bakar dari produsen bahan bakar (sektor i). Karena jalur
yang dilalui hanya sekali, ini berarti jalur dasar dari i ke j mempunyai panjang
sebesar satu. Setiap kecenderungan pengeluaran rata -rata (average expenditure
propensity ), aij, dapat diinterpretasikan sebagai kekuatan dari pengaruh transmisi
dari sektor i ke sektor j.
Matriks An dalam model SNSE dapat dikatakan sebuah matriks pengaruh
langsung, yang ditentukan berdasarkan persamaan di atas. Pengaruh langsung dapat
juga diukur dengan jalur dasar yang memiliki panjang lebih dari satu.
Contohnya, misal kita lihat petani (sektor i) membeli bahan bakar dari
pedagang (sektor s) dimana pedagang membeli bahan bakar tersebut dari
produsen (sektor j). Karena tampak ada dua busur, berarti jalur dasar dari pengaruh
langsung ini mempunyai panjang sebesar dua. Keterkaitan ini dapat dirumuskan
sebagai berikut.
ID(i , sj ) = asi
83
3.4.2. Pengaruh Total
Pengaruh total (total influence) dari i ke j adalah perubahan yang dibawa
dari i ke j baik melalui jalur dasar maupun sirkuit yang menghubungkannya.
Pengaruh total (IT) merupakan perkalian antara pengaruh langsung (ID) dan
penggganda jalur atau path multiplier (M p), yang dapat dirumuskan
IT ( i ⟶ j ) = ID ( i⟶ j )
IT ( i ⟶ j ) = [ ]
dimana :
[ ]
Dalam Gambar 12, IT dijelaskan sepanjang tiga jalur busur, yaitu i x y j.
Dengan demikian IT mempunyai jalur dasar sebanyak tiga. Dalam hal ini dapat
dijelaskan bahwa para petani membeli input obat-obatan dari sektor jasa pedagang
besar atau pengecer (y) dimana mereka memperolehnya dari sektor industri obat
obatan pertanian (x). Kemudian untuk memproduksi obat-obatan, sektor industri
juga membutuhkan input dari produsen bahan bakar (j). Dari serangkaian jalur
transaksi tersebut kita melihat adanya pengaruh timbal balik baik secara langsung
maupun tidak langsung. Untuk kasus ini pengaruh timbal balik secara langsung
dapat terlihat pada jalur x ke y, yang mengindikasikan bahwa pedagang obat-
obatan (y) secara langsung membeli barang dagangannya dari sektor industri (x).
Sedangkan pengaruh timbal balik secara tidak langsung kelihatan pada jalur z ke y
dan x ke z, yang menunjukkan bahwa sektor jasa pedagang y) dapat membeli
output dari perusahaan yang bergerak dalam bidang penelitian dan pengembangan
(research and development firm) dimana perusahaan ini memperoleh inputnya
dari industri kimia (x).
84
3.4.3. Pengaruh Global
Pengaruh global (global influence) dari i ke j mengukur keseluruhan
pengaruh pada pendapatan atau produksi j yang disebabkan oleh satu unit
perubahan i. Pengaruh global (IG) sama dengan pengaruh total (IT ) sepanjang
jalur dasar yang saling berhubungan pada titik i dan titik j. Pengaruh global ini
dapat diturunkan dengan rumus berikut.
⟶ ∑ ⟶ ∑ ⟶
dimana :
⟶ = pengaruh global dari kolom ke i dalam SAM ke baris j,
= elemen ke ( j ,i ) pada matriks multplier Ma ,
⟶ = pengaruh total dari i ke j ,
⟶ = pengaruh langsung dari i ke j , dan
= multiplier sepanjang jalur p.
Dalam Gambar 12 titik asal i dan titik tujuan j sama-sama mempunyai tiga
jalur dasar. Contohnya ( i , x , y , j ) , ( i , s , j ) dan ( i , v , j ). Anggaplah untuk
ketiga jalur itu masing-masing kita beri inisial 1, 2 dan 3, maka kita dapat
menurunkan pengaruh global dari lintasan itu sebagai berikut.
⟶
⟶ ⟶ ⟶
⟶ ( )
⟶ ⟶ ⟶
Akhirnya, dapatlah dikatakan SPA itu telah membuktikan sebagai suatu
perangkat yang mampu untuk mengidentifikasi keterkaitan-keterkaitan yang
85
paling penting didalam model SNSE yang sangat kompleks. Kesulitan yang utama
dalam menggunakan pendekatan SPA ini adalah ketika kita ingin menghitung
jalur dasar dalam jumlah yang sangat besar, perhitungannya menjadi lebih rumit
dan kompleks. Akan tetapi dengan menggunakan komputer hal itu dapat diatasi
dan diselesaikan dengan baik. Beberapa software komputer yang terse dia untuk
menyelesaikan permasalahan-permasalahan semacam itu antara lain Matlab,
GAMs, Math , dan lain-lain khususnya yang dapat digunakan untuk pemecahan
perhitungan matematik.
3.5. Kerangka Pemikiran Operasional
Pulau Kalimantan mempunyai potensi sumberdaya alam yang sangat
berlimpah (nonrenewable). Seperti telah dijelaskan pada bagian sebelumnya
bahwa pembangunan ekonomi yang didasarkan pada sumberdaya alam tidak dapat
diperbaharui tidak akan berkesinambungan dalam jangka panjang, oleh karenanya
perlu dicarikan alternatif model pembangunan yang lebih fokus pada pemanfaatan
sumberdaya alam yang dapat diperbaharui, dalam rangka menuju pembangunan
yang berkelanjutan.
Adanya dorongan permintaan di pasar Global serta rencana kebijakan
pemerintah mengurangi ketergantungan akan bahan bakar minyak (energi mix)
membuat kebutuhan produk pertambangan bukan migas, utamanya batubara di
Kalimantan sebagai bahan energi baru akan meningkat. Kondisi ini sudah
dipastikan akan meningkatkan PDRB/PDB, APBN melalui pembayaran royalti
perusahaan, APBD Kalimantan melalui bagi hasil dan penerimaan langsung dari
pembayaran berbagai pajak dan retribusi yang dibayarkan oleh peruhaan tambang
dan juga pendapatan perusahaan yang semakin tinggi.
86
Dengan semakin tingginya permintaan produksi pertambangan di
Kalimantan menyebabkan kebutuhan barang modal (investasi) juga meningkat,
dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi. Oleh karena itu, dalam penelitian
ini ingin diketahui bagaimana dampak dari adanya kenaikan investasi sektor
pertambangan di Kalimantan baik terhadap perekonomian Kalimantan sendiri
maupun perekonomian nasional. Untuk mengetahui hal tersebut, sebagai alat
analisis dalam penelitian ini menggunakan model IRSAM Kalimantan dan non-
Kalimantan.
Gambar 12. Kerangka Pemikiran Operasional
Aktivitas Pertambangan
Meningkat
APBN Meningkat
Kebijkan Fiskal
- Permintaan Dunia - Kebijakan Batubara
Nasional
IRSAM 2008
(Updating)
Nasional Regional Kalimantan (Output,
TK, dan Distribusi Pendapatan Masyarakat)
Spillover effect
(Non Kalimantan)
Rekomendasi Kebijakan
Infrastruktur dan Pemberdayaan
Kontribusi
Pertambangan dalam
Perekonomian Meningkat
UU Nomor 33 Tahun
2004
Investasi/Infrastruktur
Pemberdayaan Masyarakat
Pendapatan Perusahaan
Bagi Hasil SDA
PAD
Pendapatan Lainnya
APBD Kalimantan
87
Sesuai dengan hipotesa dari penelitian ini bahwa dampak dari kebijakan
peningkatan investasi maupun peningkatan produksi pertambangan di Kalimantan
kurang berdampak luas pada perekonomian Kalimantan. Untuk merencanakan
perekonomian Kalimantan ke depan yang lebih baik, diperlukan koreksi kebijakan
dalam pengelolaan tambang di Kalimantan. Berbagai skenario kebijakan yang
akan dicoba disimulasikan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberi
alternatif pengelolaan tambang di Kalimantan menuju pembangunan
berkelanjutan.
Kerangaka pemikiran dari analisis peran dan dampak peningkatan
investasi sektor pertambangan di Kalimantan terhadap perekonomian nasional dan
regional disusun dengan skema sebagaimana disajikan pada Gambar 12.
3.6. Hipotesis
Beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
1. Peran pembangunan sektor pertambangan dalam perekonomian Kalimantan
cukup tinggi, akan tetapi kurang berdampak pada kesejahteraan masyarakat,
diduga akses masyarakat terhadap aktivitas di sektor pertambangan rendah.
Rendahnya akses terhadap ekonomi masyarakat menyebabkan nilai tambah
pertambangan tidak banyak dinikmati oleh masyarakat di Kalimantan atau
terjadi regional leakages.
2. Adanya perluasan aktivitas sektor pertambangan melalui peningkatan
investasi di sektor pertambangan diduga kurang berdampak pada
perekonomian di Kalimantan, terjadi spillover effect yang tinggi dalam
pembangunan sektor pertambangan di Kalimantan.
88
3. Terdapat kesenjangan yang cukup lebar antara pendapatan faktor produksi di
sektor pertambangan, diduga pendapatan banyak mengalir ke pemilik kapital
dan pendapatan kapital tersebut banyak yang mengalir ke luar wilayah.