9
· Bagaimana pengertian I’jaz Al-Qur’an? · Apa saja macam-macam I’jaz Al-Qur’an? · Unsur-unsur dan Aspek kemukjizatan Al- Qur’an? I. Pengertian I’jaz Al-Qur’an Secara bahasa, kata I’jaz adalah isim mashdar dari ‘ajaza- yu’jizu-i’jazanyang mempunyai arti “ketidakberdayaan atau keluputan” (naqid al-hazm). Kata i’jaz juga berarti “terwujudnya ketidakmampuan”, seperti dalam contoh: A’jaztu zaidan “aku mendapati Zaid tidak mampu". Secara istilah: - Penampakan kebenaran pengklaiman kerasulan nabi Muhammad SAW dalam ketidakmampuan orang Arab untu menandingi mukjizat nabi yang abadi, yaitu al-Quran. - Perbuatan seseorang pengklaim bahwa ia menjalankan fungsi ilahiyah dengan cara melanggar ketentuan hukum alam dan membuat orang lain tidak mampu melakukannya dan bersaksi akan kebenaran klaimnya. Pengertian mukjizat: Mukjizat adalah Sebuah perkara luar biasa (khoriqun lil ‘adah) yang disertai tantangan (untuk menirunya), yang Selamat dari pengingkaran, dan muncul pada diri seorang yang mengaku Nabi menguatkan /menyesuaikan dakwahnya. II. Macam-macam I’jaz Al-Qur’an Dalam sebuah buku yang berjudul ”Al-I’jaz Qur’any fi Wujuhil Muktasyifah”, macam-macam i’jaz Al-Qur’an yan terungkap antara lain: i’jaz balaghi (berita mengenai hal ghaib), i’jaz tasyri’ (perundang-undangan), i’jaz ilmi, i’jaz lughawi (keindahan redaksi Al-Qur’an), i’jaz thibby (kedokteran), i’jaz falaky (astronomi), i’jaz adady (jumlah), i’jaz i’lami (informasi), i’jaz thabi’i (fisika) dan lain sebagainya.

i'jaz

  • Upload
    fiqah

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ijaz

Citation preview

Bagaimana pengertian Ijaz Al-Quran?

Apa saja macam-macam IjazAl-Quran?

Unsur-unsur dan Aspek kemukjizatan Al-Quran?

I.Pengertian Ijaz Al-Quran

Secara bahasa, kataIjazadalah isim mashdar dariajaza-yujizu-ijazanyang mempunyai arti ketidakberdayaan atau keluputan (naqid al-hazm). Kata ijaz juga berarti terwujudnya ketidakmampuan,seperti dalam contoh: Ajaztu zaidan aku mendapati Zaid tidak mampu".

Secara istilah:

-Penampakan kebenaran pengklaiman kerasulan nabi Muhammad SAW dalam ketidakmampuan orang Arab untu menandingi mukjizat nabi yang abadi, yaitu al-Quran.

-Perbuatan seseorang pengklaim bahwa ia menjalankan fungsi ilahiyah dengan cara melanggar ketentuan hukum alam dan membuat orang lain tidak mampu melakukannya dan bersaksi akan kebenaran klaimnya.

Pengertian mukjizat:

Mukjizat adalah Sebuah perkara luar biasa (khoriqun lil adah) yang disertai tantangan (untuk menirunya), yang Selamat dari pengingkaran, dan muncul pada diri seorang yang mengaku Nabi menguatkan /menyesuaikan dakwahnya.

II.Macam-macam Ijaz Al-Quran

Dalam sebuah buku yang berjudul Al-Ijaz Qurany fi Wujuhil Muktasyifah, macam-macam ijaz Al-Quran yan terungkap antara lain: ijaz balaghi (berita mengenai hal ghaib), ijaz tasyri (perundang-undangan), ijaz ilmi, ijaz lughawi (keindahan redaksi Al-Quran), ijaz thibby (kedokteran), ijaz falaky (astronomi), ijaz adady (jumlah), ijaz ilami (informasi), ijaz thabii (fisika) dan lain sebagainya.

Karena banyaknya berbagai macam ijaz Al-Quran, maka dalam hal ini akan diuraikan beberapa bagian dari macam-macam ijaz Al-Quran yang disebut dalam buku Al-Ijazal Qurany fi wujuhil Muktasyifah, antara lain:

1.Ijaz Balaghy (Berita Tentang Hal-hal yang Ghaib)

Sebagian ulama mengatakan bahwa mukjizat Al-Quran adalah berita ghaib, contohnya adalah Firaun yang mengejar Nabi Musa as, hal ini diceritakan dalam QS. Yunus: 92

Artinya: Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami (QS. Yunus:92)

2.Ijaz Lughawy (Keindahan Redaksi Al-Quran)

Menurut Shihab (dalam Rosihon Anwar, 2000:34) memandang segi-segi kemukjizatan Al-Quran dalam 3 aspek, di antaranya aspek keindahan dan ketelitian redaksinya. Dalam Al-Quran dijumpai sekian banyak contoh keseimbangan yang serasi antara kata-kata yang digunakan, yaitu: Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dan antonimnya. Keseimbangan jumlah bilangan kata dengan sinonimnya atau makna yang dikandungnya. Keseimbangan antara jumlah bilangan kata dengan jumlah yang menunjukkan akibatnya.

3.Ijaz Ilmi

Di dalam Al-Quran, Allah mengumpulkan beberapa macam ilmu, di antaranya ilmu falak, ilmu hewan. Semuanya itu menimbulkan rasa takjub. Beginilah ijaz Al-Quran ilmi itu betul-betul mendorong kaum muslimin untuk berfikir dan membukakan pintu-pintu ilmu pengetahuan.

Menurut Quraish Shihab, banyak sekali isyarat ilmiah yang ditemukan dalam Al-Quran, misalnya: Cahaya matahari bersumber dari dirinya sendiri dan cahaya bulan merupakan pantulan, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran surat Yunus ayat 5.

Kurangnya oksigen pada ketinggian dapat menyesakkan nafas. Hal itu diisyaratkan dalam firman Allah:

Barangsiapa yang Allah kehendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dada orang itu untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah dia sedang mendaki ke langit. (QS. Al-Anam: 125)

Perbedaan sidik jari manusia, sebagaimana diisyaratkan oleh firman Allah SWT:

Bukan demikian, sebenarnya Kami berkuasa menyusun (kembali) jari-jarinya dengan sempurna. (QS. Al-Qiyamah: 4)

Aroma manusia berbeda-beda, sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah SWT surat Yusuf ayat 94.

Masa penyusunan yang sempurna. Sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah surat Al-Baqorah ayat 233.

Adanya nurani (superego) dan bawah sadar manusia sebagaimana diisyaratkan dalam firman Allah surat Al-Qiyamah ayat 14-15.

Demikianlah petunjuk-petunjuk ilmiyah dan pandangan-pandangan orang yang terdapat dalam Al-Quran merupakan hidayah Allah. Oleh sebab itu orang harus memepergunakan akalnya untuk membahas dan memikirkannya. Sayyid Quthb dalam tafsirnya tentang firamnAllah yang berbunyi:

Mereka bertanya tentang bulan sabit, katakanlah bahwa bulan sabit itu adalah tanda-tanda waktu bagi manusia dan bagi (ibadah) haji. (QS. Al-Baqoroh: 189)

4.Ijaz Tasyrii

Al-Quran menetapkan peraturan pemerintah Islam, yakni pemerintah yang berdasarkan musyawarah dan persamaan serta mencegah kekuasaan pribadi. Firman Allah SWT:

Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu (QS. Ali Imron: 159)

Di dalam pemerintahan Islam, tasyrii itu tidak boleh ditinggalkan. Al-Quran telah menetapkan bila keluar dari tasyri Islam itu hukumnya kafir, dzalim, dan fasik. Firman Allah SWT:

Barangsiapa yang tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka ini adalah orang-orang kafir(QS. Al-Maidah: 44)

Al-Quran menetapkan perkara yang sangat dibutuhkan oleh manusia, yakni agama, jiwa, akal, nasab (keturunan) dan harta benda. Di atas lima perkara ini disusun sanksi-sanksi hukum yang berdasarkan Al-Quran dan Al-Hadits. Ini dapat dilihat dalam fiqh Islam, yaitu yang bersangkutan dngan jinayat dan huduud.

Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah masing-masingnya itu seratus kalii dera (QS. An-Nur: 2)

5.Ijaz Adady (Jumlah)

Ijaz adady merupakan rahasia angka-angka dalam Al-Quran. Seperti dikatakan saah disebutkan dalam Al-Quran sebanyak 24 kali, sama dengan jumlah jam dalam sehari semalam. Selain itu Al-Quran menjelaskan bahwa langit ada tujuh.

Penjelasan ini diulangi sebanyak tujuh kali pula dalam surat Al-Baqoroh: 29, surat Al-Isra: 44, surat Al-Mukminun: 86, surat Fushshilat: 12, surat Ath-Thalaq: 12, surat Al-Mulk: 3, dan surat Nuh: 15.

Adapula kata-kata yang menunjukkan utusan Tuhan, baik rasul atau nabi atau basyir (pembawa berita gembira) atau nadzir (pemberi peringatan), kesemuanya berjumlah 518 kali. Jumlah ini sama dengan penyebutan nama-nama nabi, rasul, dan pembawa berita yakni 518 kali.

III.Unsur-unsur dan Aspek Kemukjizatan Al-Quran

a.Unsur-unsur Mukjizat

Sebagaimana dijelaskan oleh Quraish Shihab (dalam Rosihon Anwar, 2000:11), bahwa unsur-unsur mukjizat adalah:

1. Hal atau peristiwa yang luar biasa.

Peristiwa-peristiwa alam, walaupun menakjubkan, tidak dinamai mukjizat, karena peristiwa tersebut merupakan sesuatu yang biasa, yang dimaksud dengan luar biasa. Yang dimaksud luar biasa adalah sesuatu yang berada di luar jangkauan sebab akibat yang hukum-hukumnya diketahui secara umum.

2.Terjadi atau dipaparkan oleh seorang Nabi.

Apabila keluarbiasaan bukan dari seoranag Nabi, tidak dinamai mukjizat. Demikian pula sesuatu yang luar biasa pada diri seseorang yang kelak bakal menjadi Nabi ini pun tidak dinamai mukjizat melainkan irhash dan keluarbiasaan yang terjadi pada seseorang yang taat dan dicintai oleh Allah SWT dinamakan karomah. Bertitik tolak dari keyakinan umat Islam bahwa Nabi Muhammad SAW adalah Nabi terakhir, maka jelas tidak mungkin lagi terjadi suatu mukjizat sepeninggalnya.

3.Mengandung Tantangan Terhadap Mereka yang Meragukan Nabi

Di saat ini, tantangan tersebut harus pula merupakan sesuatu yang sejalan dengan ucapan nabi. Kalau misalnya ia berkata batu ini dapat berbicara, tetapi ketika batu itu berbicara, dikatakannya bahwa sang penantang berbohong maka keluarbiasaan ini bukanlah mukjizat, tetapi Ihanah atau Istidraj.

4.Tantangan tersebut tidak mampu atau gagal dilayani

Bila yang ditantang berhasil melakukan hal yang serupa, berarti pengakuan sang penantang tidak terbukti.

b.Aspek Kemukjizatan Al-Quran

Pada umumnya ulama, pengarang dan buku-buku yang berkaitan dengan Ijaz al Quran mengemukakan banyak sekali kemukjizatan yang dikandung oleh al Quran. Al Qurthuby (w. 256 H/ 1258 M) mengemukakan sepuluh aspek kemukjizatan al Quran, yaitu:

1. Aspek bahasanya yang melampaui seluruh cabang bahasa Arab.

2. Gaya bahasanya yang melampaui keindahan gaya bahasa Arab pada umumnya.

3. Keutuhannya yang tidak tertandingi

4. Aspek peraturannya yang tidak terlampaui.

5. Penjelasannya tentang hal-hal yang ghaib hanya dapat ditelusuri lewat wahyu semata.

6. Tidak ada hal yang bertentangan dengan ilmu pengetahuan (science).

7. Memenuhi seluruh janjinya, baik tentang limpahan rahmat atau ancaman.

8. Pengetahuan yang dikandungnya.

9. Memenuhi keperluan dasar manusia.

10. Pengaruh terhadap qalbu manusia.

Sementara al Baqilani (w. 403 H/ 1013 M) dalam kitabnya Ijazat al Quran mengemukakan tiga aspek yaitu tentang 1) ke ummy-an Nabi SAW sebagai pengemban wahyu, 2) berita tentang hal yang ghaib, dan 3) tidak adanya kontradiksi dalam al Quran. Rusydi AM mengemukakan bahwa kemukjizatan al Quran terletak pada segi fashahah dan balaghah-nya, susunan dan gaya bahasanya, serta isinya yang tiada bandingannya.

Manna al Qaththan mengemukakan tiga pendapat tentang kadar kemukjizatan al Quran yaitu:

1. Mutazilah menyatakan keseluruhan al Quran merupakan mukjizat, bukan sebagian atau beberapa bagian saja.

2. Sebagian ulama lainnya berpendapat kemukjizatan al quran terletak pada sebagian kecil atau sebagian besar al Quran, tanpa terkait surat. Pendapat ini didasari firman Allah surat at Thur ayat 34 Maka hendaklah mereka mendatangkan kalimat yang semisal Al Quran itu jika mereka orang-orang yang benar.

3. Ulama lainnya berpendapat kemukjizatan cukup dengan satu surat lengkap, sekalipun hanya surat pendek. Atau dengan satu atau beberapa ayat.Setelah melalui penelitian yang cermat, akhirnya Manna al Qaththan memutuskan kadar kemukjizatan al Quran itu mencakup tiga Aspek yaitu, aspek bahasa, aspek ilmiah dan aspek tasyri (penetapan hukum).

Makna I'jaz dari Segi Lughah dan Istilah:

Dari segi lughah:

I'jaz bermakna ketidakupayaan ataupun lemah,sehingga tujuan diberikannya mukjizat kepada para Nabi adalah agar mereka dapat menunjukkan kebenaran tentang kenabian/kerasulan serta risalah yang mereka bawa.

Dari segi Istilah: Iaitu kelemahan yang diciptakan secara bertaburan ataupun terhimpun dan kemudian didatangkan dengan cabaran oleh Al-Quran - secara jelas, tersirat, ataupun kedua-duanya - yang mana cabaran itu tidak mampu disahut oleh manusia mahupun jin.

Peringkat Cabaran yang dikemukakan di dalam Al-Quran:

Ulama telah menjelaskan sebahagian cabaran yang dikemukan oleh Allah di dalam Al-Quran untuk membuktikan bahawa Al-Quran sememangnya adalah kitab suci dari Allah Taala dan bukannya ciptaan manusia. Antara cabaran yang dikemukakan oleh Al-Quran adalah:

Pertama: Cabaran Al-Quran kepada masyarakat Arab untuk menghasilkan kitab yang sama seperti Al-Quran, hatta cabaran itu juga dikemukan kepada para jin dan manusia untuk memerah tenaga dalam menghasilkan kitab yang sama seperti Al-Quran. Allah Taala berfirman di dalam surah Tur ayat 32 dan 33 yang bermaksud; {ataukah mereka berkata, Dia (Muhammad) mereka-rekanya. 'Tidak! Merekalah yang tidak beriman. Maka cubalah mereka membuat yang semisal dengannya (yakni Al-Quran) jika mereka orang-orang yang benar.} Juga disebutkan di dalam surah Al-Isra ayat 88 yang bermaksud; {Katakanlah, ;Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa (dengan) Al-Quran ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun mereka saling membantu satu sama lain.}

Kedua:Cabaran Al-Quran untuk menghasilkan sepuluh surah yang sama seperti Al-Quran seperti yang dijelaskan di dalam surah Hud ayat 13 yang bermaksud; {Bahkan mereka mengatakan, 'Dia (Muhammad) telah membuat-buat Al-Quran itu.'Katakanlah, '(Kalau demikian), datangkanlah sepuluh surah semisal dengannya (Al-Quran) yang dibuat-buat, dan ajaklah sesiapa sahaja di antara kamu yang sanggup selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.'}

Ketiga:Cabaran Al-Quran untuk menghasilkan satu ayat sahaja yang sama seperti ayat di dalam Al-Quran seperti yang dijelaskan di dalam surah Yunus ayat 38 yang bermaksud; {Apakah pantas mereka mengatakan dia (Muhammad) yang membuat-buatnya? Katakanlah, 'Buatlah sebuah surah yang semisal dengan surah (Al-Quran), dan ajaklah di antara kamu yang orang yang mampu (membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.'} dan firman Allah Taala di dalam surah Al-Baqarah ayat 23 yang bermaksud; {Dan jika kamu meragkan (Al-Quran) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.}

Sejarah I'jaz Al-Quran: Ilmu ini dibahaskan secara jelas pada kurun pertama dengan kemunculan kitab "Ta'wil Musykilah Al-Quran" oleh Abu Qotainah, dan kitab-kitab perundangan Al-Quran menonjol sehingga membawa kepada perbahasan kepada ilmu i'jaz Al-Quran ini. Kemudian, muncul peranan-peranan yang dibawa melalui tulisan-tulisan yang jelas seperti "Risalah An-Nuqat fi I'jaz Al-Quran" oleh Ali bin Isa Ar-Romani. Kemudian muncul juga penulisan lain di dalam i'jaz seperti "Bayan I'jaz Al-Quran" oleh Amad bin Muhammad Khatabi (meninggal 388 H). Beliau menolak pandangan pemikiran as-sarfah dari segi i'ja Al-Quran. As-sarfah bererti menolak pandangan yang mengatakan bahawa manusia sebenarnya mampu membuat yang semisal dengan Al-Quran, namun dipalingkan oleh Allah untuk melakukan hal itu. Pada kurun keempat, muncul pula kitab "I'jaz Al-Quran Lil Baqilaini" oleh Abu Bakar Muhammad bin At-Tiib Al-Ba'qilani (meninggal 403 H). Beliau memaparkan bahawa balaghah dan keistimewaan bahasanya masuk di dalam i'jaz Al-Quran. Beliau juga mengakui informasi Al-Quran berkaitan ilmu ghaib, peristiwa masa hadapan dan kisah-kisah umat yang terdahulu adalah i'jaz. Letak kemukjiatan ini pada nabi yang buta huruf, tidak tahu baca tulis dan tidak pernah membaca satu kitab pun sebelum Al-Quran. Kemudian, muncul Qodi Abdul Jabbar Al-Hamdani. Menurutnya, uslub Al-Quran merupakan segi utama i'jaz, kefasihannya membuatkan bangsa Arab lemah dan tidak mampu untuk menandinginya. Beliau tidak mengabai pentingnya makna, namun menegaskan fashahlah yag memberikan keistimewaan, sementara kefasihan Al-Quran berada pada tahap yang paling tinggi. Kemudian, muncul pula Abdul Qohir Al-Jurjani (meninggal 471H) dengan dua buah kitabnya. Kitab pertamanya, "Asrar Al-Balaghah" dan kitab kedua, "Dalail Al-I'jaz." Beliau dianggap sebagai pemikir pertama yang mengkaji nazham Al-Quran secara mendalam.