23
Kelompok Sembilan IKHLAS (Menjauhi Perbuatan Riya’ atau Syirik Kecil) (Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Kelompok Pada Mata Hadits) Semester I Tahun Ajaran 2008-2009 Disusun Oleh: ARIF RAHMAN NIM : 0821019 Dosen Pembimbing: NAZARMANTO, M.A FAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1

ikhlas & riya

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kelompok SembilanIKHLAS (Menjauhi Perbuatan Riya’ atau Syirik Kecil)(Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Kelompok Pada Mata Hadits) Semester I Tahun Ajaran 2008-2009Disusun Oleh: ARIF RAHMAN NIM : 0821019Dosen Pembimbing: NAZARMANTO, M.AFAKULTAS TARBIYAH JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG 20081Kelompok SembilanPENDAHULUAN Seorang ulama yang bernama Sufyan Ats Tsauri pernah berkata, “Sesuatu yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan ad

Citation preview

Page 1: ikhlas & riya

Kelompok Sembilan

IKHLAS(Menjauhi Perbuatan Riya’ atau Syirik Kecil)

(Makalah Ini Disusun Sebagai Tugas Kelompok Pada Mata Hadits)Semester I Tahun Ajaran 2008-2009

Disusun Oleh:

ARIF RAHMAN NIM : 0821019

Dosen Pembimbing:NAZARMANTO, M.A

FAKULTAS TARBIYAHJURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2008

1

Page 2: ikhlas & riya

Kelompok Sembilan

PENDAHULUAN

Seorang ulama yang bernama Sufyan Ats Tsauri pernah berkata, “Sesuatu

yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niatku, karena begitu seringnya ia

berubah-ubah.” Niat yang baik atau keikhlasan merupakan sebuah perkara yang sulit

untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan sering berbolak-baliknya hati kita. Terkadang ia

ikhlas, di lain waktu tidak. Padahal, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama,

ikhlas merupakan suatu hal yang harus ada dalam setiap amal kebaikan kita. Amal

kebaikan yang tidak terdapat keikhlasan di dalamnya hanya akan menghasilkan kesia-

siaan belaka. Bahkan bukan hanya itu, ingatkah kita akan sebuah hadits Rasulullah

yang menyatakan bahwa tiga orang yang akan masuk neraka terlebih dahulu adalah

orang-orang yang beramal kebaikan namun bukan karena Allah?. Ya, sebuah amal

yang tidak dilakukan ikhlas karena Allah bukan hanya tidak dibalas apa-apa, bahkan

Allah akan mengazab orang tersebut, karena sesungguhnya amalan yang dilakukan

bukan karena Allah termasuk perbuatan kesyirikan yang tak terampuni dosanya

kecuali jika ia bertaubat darinya

Dalam mengerjakan ibadah untuk berbuah ikhlas biasanya terbentur dengan

problematika riya’. Riya’ yang menjadikan ibadah itu bisa sia-sia dan bahkan

berdosa. Maka dalam makalah singkat ini akan di jelaskan tentang riya’ dan

keikhlasan serta cara mengatasinya.

Dengan hadirnya tulisan ini tentunya akan mennambahkan pengetahuan kita

seputar Riya’ yang merupakan termasuk syirik kecil, sehingga kita dapat

mengaplikasikannya dalam kehidupan kita sehari-hari tentunya lebih berhati-hati lagi

dalam menjalankan ibadah yang semestinya hanya untuk Allah Swt.

2

Page 3: ikhlas & riya

Kelompok Sembilan

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ikhlas dan Riya’

Makna ikhlas sebagaimana dikatakan oleh Dr. Yusuf Al

Qardhawy: menghendaki keridhaan Allah Swt dengan suatu amal,

membersihkan dari segala noda individual maupun duniawi. Noda-

noda tersebut seperti kecenderungan pada diri sendiri, harta,

kedudukan, takut tercela, ketenaran, dsb.

Adapun Riya’ adalah melakukan sesuatu sekedar ingin dilihat

atau dinilai oleh orang lain, bukan ikhlas karena Allah SWT. Dalam

sebuah hadis disebutkan bahwa: “Orang Islam itu sia-sia, kecuali

yang mukmin, yang mukminpun sia-sia kecuali yang pandai atau

alim, tapi yang alimpun sia-sia kecuali yang beramal, dan yang

beramalpun sia-sia kecuali yang ikhlas.”1

Seorang ulama yang bernama Sufyan Ats Tsauri pernah berkata, “Sesuatu

yang paling sulit bagiku untuk aku luruskan adalah niatku, karena begitu seringnya ia

berubah-ubah.” Niat yang baik atau keikhlasan merupakan sebuah perkara yang sulit

untuk dilakukan. Hal ini dikarenakan sering berbolak-baliknya hati kita. Terkadang ia

ikhlas, di lain waktu tidak. Padahal, sebagaimana yang telah kita ketahui bersama,

ikhlas merupakan suatu hal yang harus ada dalam setiap amal kebaikan kita. Amal

kebaikan yang tidak terdapat keikhlasan di dalamnya hanya akan menghasilkan kesia-

siaan belaka. Bahkan bukan hanya itu, ingatkah kita akan sebuah hadits Rasulullah

yang menyatakan bahwa tiga orang yang akan masuk neraka terlebih dahulu adalah

orang-orang yang beramal kebaikan namun bukan karena Allah?. Ya, sebuah amal

1Al-Imam Asy-syeikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisy , "Muhtashor Minhajul Qoshidin, Edisi Indonesia: Minhajul Qashidhin Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk", penerjemah: Kathur Suhardi (Pustaka al-Kautsar, Jakarta Timur, 1997), hal. 271-286

3

Page 4: ikhlas & riya

Kelompok Sembilan

yang tidak dilakukan ikhlas karena Allah bukan hanya tidak dibalas apa-apa, bahkan

Allah akan mengazab orang tersebut, karena sesungguhnya amalan yang dilakukan

bukan karena Allah termasuk perbuatan kesyirikan yang tak terampuni dosanya

kecuali jika ia bertaubat darinya, Allah berfirman:

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia

mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-

Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat

dosa yang besar.” (QS. An Nisa : 48)

Ibnu Rajab dalam kitabnya Jami’ul Ulum Wal Hikam menyatakan, “Amalan

riya yang murni jarang timbul pada amal-amal wajib seorang mukmin seperti shalat

dan puasa, namun terkadang riya muncul pada zakat, haji dan amal-amal lainnya

yang tampak di mata manusia atau pada amalan yang memberikan manfaat bagi

orang lain (semisal berdakwah, membantu orang lain dan lain sebagainya).

Keikhlasan dalam amalan-amalan semacam ini sangatlah berat, amal yang tidak

ikhlas akan sia-sia, dan pelakunya berhak untuk mendapatkan kemurkaan dan

hukuman dari Allah.” 2

Tanda yang paling jelas adalah, dia merasa senang jika ada orang yang

melihat ketaatannya. Berapa banyak orang yang ikhlas mengerjakan amal secara

ikhlas dan tidak bermaksud riya' dan bahkan membencinya. Dengan begitu amalnya

menjadi sempurna. Tapi jika ada orang-orang yang melihat dia merasa senang dan

bahkan mendorong semangatnya, maka kesenangan ini dinamakan riya' yang

tersembunyi. Andaikan orang-orang tidak melihatnya, maka dia tidak merasa senang.

Dari sini bisa diketahui bahwa riya' itu tersembunyi di dalam hati, seperti api yang

tersembunyi di dalam batu. Jika orang-orang melihatnya, maka bisa menimbulkan 2http:// www.muslim.or.id

4

Page 5: ikhlas & riya

Kelompok Sembilan

kesenangannya. Kesenangan ini tidak membawanya kepada hal-hal yang

dimakruhkan, tapi ia bergerak dengan gerakan yang sangat halus, lalu

membangkitkannya untuk menampakkan amalnya, secara tidak langsung maupun

secara langsung.3

Kesenangan atau riya' ini sangat tersembunyi, hampir tidak mendorongnya

untuk mengatakannya, tapi cukup dengan sifat-sifat tertentu, seperti muka pucat,

badan kurus, suara parau, bibir kuyu, bekas lelehan air mata dan kurang tidur, yang

menunjukkan bahwa dia banyak shalat malam.

Yang lebih tersembunyi lagi ialah menyembunyikan sesuatu tanpa

menginginkan untuk diketahui orang lain, tetapi jika bertemu dengan orang-orang,

maka dia merasa suka merekalah yang lebih dahulu mengucapkan salam, menerima

kedatangannya dengan muka berseri dan rasa hormat, langsung memenuhi segala

kebutuhannya, menyuruhnya duduk dan memberinya tempat. Jika mereka tidak

berbuat seperti itu, maka ada yang terasa mengganjal di dalam hati.

Orang-orang yang ikhlas senantiasa merasa takut terhadap riya' yang tersembunyi,

yaitu yang berusaha mengecoh orang-orang dengan amalnya yang shalih, menjaga

apa yang disembunyikannya dengan cara yang lebih ketat daripada orang-orang yang

menyembunyikan perbuatan kejinya. Semua itu mereka lakukan karena mengharap

agar diberi pahala oleh Allah pada Hari Kiamat.

Noda-noda riya' yang tersembunyi banyak sekali ragamnya, hampir tidak

terhitung jumlahnya. Selagi seseorang menyadari darinya yang terbagi antara

memperlihatkan ibadahnya kepada orang-orang dan antara tidak memperlihatkannya,

maka di sini sudah ada benih-benih riya'. Tapi tidak setiap noda itu menggugurkan

pahala dan merusak amal. Masalah ini harus dirinci lagi secara detail.

Telah disebutkan dalam riwayat Muslim, dari hadits Abu Dzarr Radliyallahu Anhu,

dia berkata, "Ada orang yang bertanya, "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat

engkau tentang orang yang mengerjakan suatu amal dari kebaikan dan orang-orang

3Op.Cit., Al-Imam Asy-syeikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisy, hal. 271-286

5

Page 6: ikhlas & riya

Kelompok Sembilan

memujinya?" Beliau menjawab, "Itu merupakan kabar gembira bagi orang Mukmin

yang diberikan lebih dahulu di dunia."Namun jika dia ta'ajub agar orang-orang tahu

kebaikannya dan memuliakannya, berarti ini adalah riya'.4

B. Riya’ Termasuk Syirik Kecil

1. Waspada terhadap riya’

Keterangan beberapa hadits:

“Sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kamu sekalian ialah syirik

paling kecil. Maka beliau ditanya tentang itu. Beliau berkata: Riya”

Hadits tersebut disitir oleh syeikh Muhammad bin Abdul Wahab tanpa

mengulas panjang lebar. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Thabrani, Ibnu Abid

Dunya dan Baihaqi di dalam Az Zahdu.

Berikut ini lafaz Ahmad: Yunus menceritakan kepadaku, menceritakan

kepadaku Laits dari Yazid, yakni Ibnu Ilhad, dari Amru dari Mahmud bin Labid.

Bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan

menimpa kamu sekalian ialah syirik yang paling kecil. Mereka bertanya: Apakah itu

syirik yang paling kecil ya Rasulullah? Beliau menjawab: Riya! Allah berfirman pada

hari kiamat, ketika memberikan pahala terhadap manusia sesuai perbuatan-

perbuatannya: Pergilah kamu sekalian kepada orang-orang yang kamu pamerkan

perilaku amal kamu di dunia. Maka nantikanlah apakah kamu menerima balasan dari

mereka itu.”

Sabda beliau: “Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan menimpa kamu

sekalian ialah syirik yang paling kecil.” Ini karena kasihnya Nabi Shallallahu ‘alaihi

wa sallam terhadap ummat dan belasnya kepada mereka dan memperingatkan

terhadap apa yang ditakutkan yang akan merongrong ummatnya. Maka kebaikanlah

4 Ibid., hal. 271-286.

6

Page 7: ikhlas & riya

Kelompok Sembilan

bagi manusia setelah ditunjukkan oleh beliau karena waspada dan khawatir terhadap

riya itu.

2. Godaan riya’

Dan tatkala jiwa-jiwa berambisi tertarik kepada wibawa dan kedudukan di

dalam hati manusia -kecuali tentunya jiwa orang-orang yang diselamatkan oleh Allah,

tidak ambisius- ini adalah godaan yang paling dikhawatirkan oleh orang-orang

shaleh, karena kuatnya godaan kepadanya, sedangkan orang yang terpelihara ialah

barangsiapa yang dipelihara oleh Allah.

Hal yang serupa ini, berbeda dengan ajakan kepada syirik besar, karena

godaan ini adakalanya tidak tergores di dalam hati orang-orang mukmin yang

sempurna, dan oleh sebab itu terdapatnya mereka dalam neraka lebih gampang lagi

daripada kekufuran. Adakalanya godaan ke sana adalah lemah, ini beserta

keselamatan. Dan adakalanya dengan bala bencana, maka Allah menetapkan mereka

yang beriman dengan kemantapan dalam kehidupan dunia dan akherat.

Sedangkan orang-orang yang zalim itu adalah menyesatkan dirinya sendiri

dan Allah memperbuat apa-apa yang dikehendakinya. Justru itulah Nabi Shallallahu

‘alaihi wa sallam sangsi dan kuatir terhadap ummatnya tergoda oleh riya, lebih sangat

karena kuat daya tariknya, bisa tergiur karena banyaknya daripada syirik besar.

Bersamaan dengan itu, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitahukan

bahwa pasti terjadi penyembahan berhala di kalangan ummatnya. Lalu beliau

memperingatkan, bahwa seyogyanya bagi manusia takut dirinya ditimpa oleh syirik

besar, sedangkan orang-orang yang shaleh khawatir terhadap syirik yang paling kecil,

karena semuanya itu mengurangi iman dan maksiat kepada Allah, ini kehendak dari

syeikh kita . Beliau juga menyimpulkan bahwa di dalamnya terdapat keterangan

bahwa riya itu adalah termasuk syirik, dan walaupun terkecil namun ditakuti

7

Page 8: ikhlas & riya

Kelompok Sembilan

menimpa orang-orang yang shaleh dan didalamnya terdapat pendekatan syurga dan

neraka, seakan-akan berbarengan keduanya: Amal sama macamnya, rupanya juga

sama, lagi mirip. 5

C. Agar Bisa Ikhlas dan Terhindar dari Riya’

Setan akan senantiasa menggoda dan merusak amal-amal kebaikan yang

dilakukan oleh seorang hamba. Seorang hamba akan terus berusaha untuk melawan

iblis dan bala tentaranya hingga ia bertemu dengan Tuhannya kelak dalam keadaan

iman dan mengikhlaskan seluruh amal perbuatannya. Oleh karena itu, sangat penting

bagi kita untuk mengetahui hal-hal apa sajakah yang dapat membantu kita agar dapat

mengikhlaskan seluruh amal perbuatan kita kepada Allah semata, dan di antara hal-

hal tersebut adalah:

Banyak Berdoa

Di antara yang dapat menolong seorang hamba untuk ikhlas adalah dengan

banyak berdoa kepada Allah. Lihatlah Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa

sallam, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah doa:

0ع+و-ذ+ » أ 3ي 5ن إ :ه+م7 0لل 0م+ ا 0ع-ل أ 0 ال 5م0ا ل ك0 0غ-ف5ر+ ت س-0 و0أ 0م+ 0ع-ل أ 0ا 0ن و0أ 5ك0 ب ر5ك0 +ش- أ 0ن- أ 5ك0 «ب

“Ya Allah, aku memohon perlindungan kepada-Mu dari perbuatan menyekutukan-

Mu sementara aku mengetahuinya, dan akupun memohon ampun terhadap perbuatan

syirik yang tidak aku ketahui.” (Hadits Shahih riwayat Ahmad)

Nabi kita sering memanjatkan doa agar terhindar dari kesyirikan padahal

beliau adalah orang yang paling jauh dari kesyirikan. Inilah dia, Umar bin Khattab

radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat besar dan utama, sahabat terbaik setelah Abu

5Syeikh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abul Wahhab, Taisirul ‘azizil hamid fi syarhi kitabit tauhid ,Edisi Indonesia: Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam , penerjemah: Drs. Ja’far Soejarwo., (Al Ikhlas, Surabaya, 1986), hal. 152-153,

8

Page 9: ikhlas & riya

Kelompok Sembilan

Bakar, di antara doa yang sering beliau panjatkan adalah, “Ya Allah, jadikanlah

seluruh amalanku amal yang saleh, jadikanlah seluruh amalanku hanya karena ikhlas

mengharap wajahmu, dan jangan jadikan sedikitpun dari amalanku tersebut karena

orang lain.”

Menyembunyikan Amal Kebaikan

Hal lain yang dapat mendorong seseorang agar lebih ikhlas adalah dengan

menyembunyikan amal kebaikannya. Yakni dia menyembunyikan amal-amal

kebaikan yang disyariatkan dan lebih utama untuk disembunyikan (seperti shalat

sunnah, puasa sunnah, dan lain-lain). Amal kebaikan yang dilakukan tanpa diketahui

orang lain lebih diharapkan amal tersebut ikhlas, karena tidak ada yang

mendorongnya untuk melakukan hal tersebut kecuali hanya karena Allah semata.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda dalam sebuah hadits, “Tujuh

golongan yang akan Allah naungi pada hari di mana tidak ada naungan selain dari

naungan-Nya yaitu pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh di atas ketaatan

kepada Allah, laki-laki yang hatinya senantiasa terikat dengan mesjid, dua orang

yang mencintai karena Allah, bertemu dan berpisah karena-Nya, seorang lelaki yang

diajak berzina oleh seorang wanita yang cantik dan memiliki kedudukan, namun ia

berkata: sesungguhnya aku takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan

menyembunyikan sedekahnya tersebut hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa

yang diinfakkan oleh tangan kanannya dan seseorang yang mengingat Allah di waktu

sendiri hingga meneteslah air matanya.” (HR Bukhari Muslim).

Apabila kita perhatikan hadits tersebut, kita dapatkan bahwa di antara sifat

orang-orang yang akan Allah naungi kelak di hari kiamat adalah orang-orang yang

melakukan kebaikan tanpa diketahui oleh orang lain. Dalam hadits lain, Rasulullah

bersabda “Sesungguhnya sebaik-baik shalat yang dilakukan oleh seseorang adalah

shalat yang dilakukan di rumahnya kecuali shalat wajib.” (HR. Bukhari Muslim)

9

Page 10: ikhlas & riya

Kelompok Sembilan

Rasulullah menyatakan bahwa sebaik-baik shalat adalah shalat yang

dilakukan di rumah kecuali shalat wajib, karena hal ini lebih melatih dan mendorong

seseorang untuk ikhlas. Syaikh Muhammad bin Sholih Al Utsaimin rahimahullah

dalam Syarah Riyadush Sholihin menyatakan, “di antara sebabnya adalah karena

shalat (sunnah) yang dilakukan di rumah lebih jauh dari riya, karena sesungguhnya

seseorang yang shalat (sunnah) di mesjid dilihat oleh manusia, dan terkadang di

hatinya pun timbul riya, sedangkan orang yang shalat (sunnah) di rumahnya maka hal

ini lebih dekat dengan keikhlasan.” Basyr bin Al Harits berkata, “Janganlah engkau

beramal agar engkau disebut-sebut, sembunyikanlah kebaikanmu sebagaimana

engkau menyembunyikan keburukanmu.”

Seseorang yang dia betul-betul jujur dalam keikhlasannya, ia mencintai untuk

menyembunyikan kebaikannya sebagaimana ia menyembunyikan kejelekannya.

Maka dari itu wahai saudaraku, marilah kita berusaha untuk membiasakan diri

menyembunyikan kebaikan-kebaikan kita, karena ketahuilah, hal tersebut lebih dekat

dengan keikhlasan.

Takut Akan Tidak Diterimanya Amal

Allah berfirman:

0و-ا آت م0ا +ون0 +ؤ-ت ي 7ذ5ين0 اج5ع+ون0 و0ال ر0 3ه5م- ب ر0 5ل0ى إ 7ه+م- ن0 أ W0ة ل و0ج5 +ه+م- +وب و0ق+ل

“Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan, dengan hati

yang takut, (karena mereka tahu bahwa) Sesungguhnya mereka akan kembali kepada

Tuhan mereka.” (QS. Al Mu’minun: 60)

10

Page 11: ikhlas & riya

Kelompok Sembilan

Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa di antara sifat-sifat orang mukmin

adalah mereka yang memberikan suatu pemberian, namun mereka takut akan tidak

diterimanya amal perbuatan mereka tersebut ( Tafsir Ibnu Katsir ).6

Hal semakna juga telah dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa

sallam yang diriwayatkan dari Aisyah ketika beliau bertanya kepada Rasulullah

tentang makna ayat di atas. Ummul Mukminin Aisyah berkata, “Wahai Rasulullah

apakah yang dimaksud dengan ayat, “Dan orang-orang yang memberikan apa yang

telah mereka berikan, dengan hati yang takut, (karena mereka tahu bahwa)

Sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka” adalah orang yang

mencuri, berzina dan meminum khamr kemudian ia takut terhadap Allah?. Maka

Rasulullah pun menjawab: Tidak wahai putri Abu Bakar Ash Shiddiq, yang dimaksud

dengan ayat itu adalah mereka yang shalat, puasa, bersedekah namun mereka takut

tidak diterima oleh Allah.” (HR. Tirmidzi dengan sanad shahih )

Ya saudaraku, di antara hal yang dapat membantu kita untuk ikhlas adalah

ketika kita takut akan tidak diterimanya amal kebaikan kita oleh Allah. Karena

sesungguhnya keikhlasan itu tidak hanya ada ketika kita sedang mengerjakan amal

kebaikan, namun keikhlasan harus ada baik sebelum maupun sesudah kita melakukan

amal kebaikan. Apalah artinya apabila kita ikhlas ketika beramal, namun setelah itu

kita merasa hebat dan bangga karena kita telah melakukan amal tersebut. Bukankah

pahala dari amal kebaikan kita tersebut akan hilang dan sia-sia? Bukankah dengan

demikian amal kebaikan kita malah tidak akan diterima oleh Allah? Tidakkah kita

takut akan munculnya perasaan bangga setelah kita beramal sholeh yang

menyebabkan tidak diterimanya amal kita tersebut? Dan pada kenyataannya hal ini

sering terjadi dalam diri kita. Sungguh amat sangat merugikan hal yang demikian itu.

6 Safuan Al Fandi, Kumpulan Khutbah Jum’at Modern, (Solo: Sendang Ilmu, 2005), cet I, hlm. 56-57.

11

Page 12: ikhlas & riya

Kelompok Sembilan

Tidak Terpengaruh Oleh Perkataan Manusia

Pujian dan perkataan orang lain terhadap seseorang merupakan suatu hal yang pada

umumnya disenangi oleh manusia. Bahkan Rasulullah pernah menyatakan ketika

ditanya tentang seseorang yang beramal kebaikan kemudian ia dipuji oleh manusia

karenanya, beliau menjawab, “Itu adalah kabar gembira yang disegerakan bagi

seorang mukmin.” (HR. Muslim)

Begitu pula sebaliknya, celaan dari orang lain merupakan suatu hal yang pada

umumnya tidak disukai manusia. Namun saudaraku, janganlah engkau jadikan pujian

atau celaan orang lain sebagai sebab engkau beramal saleh, karena hal tersebut

bukanlah termasuk perbuatan ikhlas. Seorang mukmin yang ikhlas adalah seorang

yang tidak terpengaruh oleh pujian maupun celaan manusia ketika ia beramal saleh.

Ketika ia mengetahui bahwa dirinya dipuji karena beramal sholeh, maka tidaklah

pujian tersebut kecuali hanya akan membuat ia semakin tawadhu (rendah diri) kepada

Allah. Ia pun menyadari bahwa pujian tersebut merupakan fitnah (ujian) baginya,

sehingga ia pun berdoa kepada Allah untuk menyelamatkannya dari fitnah tersebut.

Ketahuilah wahai saudaraku, tidak ada pujian yang dapat bermanfaat bagimu maupun

celaan yang dapat membahayakanmu kecuali apabila kesemuanya itu berasal dari

Allah. Manakah yang akan kita pilih wahai saudaraku, dipuji manusia namun Allah

mencela kita ataukah dicela manusia namun Allah memuji kita ?

Menyadari Bahwa Manusia Bukanlah Pemilik Surga dan Neraka

Sesungguhnya apabila seorang hamba menyadari bahwa orang-orang yang dia

jadikan sebagai tujuan amalnya itu (baik karena ingin pujian maupun kedudukan yang

tinggi di antara mereka), akan sama-sama dihisab oleh Allah, sama-sama akan berdiri

di padang mahsyar dalam keadaan takut dan telanjang, sama-sama akan menunggu

keputusan untuk dimasukkan ke dalam surga atau neraka, maka ia pasti tidak akan

meniatkan amal perbuatan itu untuk mereka. Karena tidak satu pun dari mereka yang

12

Page 13: ikhlas & riya

Kelompok Sembilan

dapat menolong dia untuk masuk surga ataupun menyelamatkan dia dari neraka.

Bahkan saudaraku, seandainya seluruh manusia mulai dari Nabi Adam sampai

manusia terakhir berdiri di belakangmu, maka mereka tidak akan mampu untuk

mendorongmu masuk ke dalam surga meskipun hanya satu langkah. Maka saudaraku,

mengapa kita bersusah-payah dan bercapek-capek melakukan amalan hanya untuk

mereka?

Ibnu Rajab dalam kitabnya Jamiul Ulum wal Hikam berkata: “Barang siapa yang

berpuasa, shalat, berzikir kepada Allah, dan dia maksudkan dengan amalan-amalan

tersebut untuk mendapatkan dunia, maka tidak ada kebaikan dalam amalan-amalan

tersebut sama sekali, amalan-amalan tersebut tidak bermanfaat baginya, bahkan

hanya akan menyebabkan ia berdosa”. Yaitu amalan-amalannya tersebut tidak

bermanfaat baginya, lebih-lebih bagi orang lain.

13

Page 14: ikhlas & riya

Kelompok Sembilan

KESIMPULAN

Makna ikhlas sebagaimana dikatakan oleh Dr. Yusuf Al

Qardhawy: menghendaki keridhaan Allah Swt dengan suatu amal,

membersihkan dari segala noda individual maupun duniawi. Noda2

tersebut seperti kecenderungan pada diri sendiri, harta, kedudukan,

takut tercela, ketenaran, dsb.

Sedangkan Riya’ adalah melakukan sesuatu sekedar ingin

dilihat atau dinilai oleh orang lain, bukan ikhlas karena Allah SWT.

Dalam sebuah hadis disebutkan bahwa: “Orang Islam itu sia-sia,

kecuali yang mukmin, yang mukminpun sia-sia kecuali yang pandai

atau alim, tapi yang alimpun sia-sia kecuali yang beramal, dan yang

beramalpun sia-sia kecuali yang ikhlas.”

Agar bisa Ikhlas dan terhindar dari Riya’

Banyak Berdoa Menyembunyikan Amal Kebaikan

Takut Akan Tidak Diterimanya Amal

Tidak Terpengaruh Oleh Perkataan Manusia

Menyadari Bahwa Manusia Bukanlah Pemilik Surga dan Neraka

14

Page 15: ikhlas & riya

Kelompok Sembilan

DAFTAR PUSTAKA

Alquranul karim

,Al-Maqdisy Al-Imam Asy-syeikh Ahmad bin Abdurrahman bin Qudamah, "Muhtashor Minhajul Qoshidin, Edisi Indonesia: Minhajul Qashidhin Jalan Orang-orang yang Mendapat Petunjuk", penerjemah: Kathur Suhardi (Pustaka al-Kautsar, Jakarta Timur, 1997)

Abul Wahhab, Syeikh Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin, Taisirul ‘azizil hamid fi syarhi kitabit tauhid ,Edisi Indonesia: Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam , penerjemah: Drs. Ja’far Soejarwo., (Al Ikhlas, Surabaya, 1986),

Al Fandi, Safuan, Kumpulan Khutbah Jum’at Modern, (Solo: Sendang Ilmu, 2005)

http:// www.muslim.or.id

15

Page 16: ikhlas & riya

Kelompok Sembilan

16