iki wes tugase.docx

Embed Size (px)

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangSaat ini perkembangan IPTEK sangat pesat. Hal tersebut berdampak semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan. Salah satu masalah yang dihadapi adalah rendahnya kualitas pendidikan. Berdasarkan data Education For Global Monitoring Report 2012 oleh UNESCO setiap tahunnya menunjukkan bahwa pendidikan Indonesia berada di peringkat ke-64 dari 120 negara, sedangkan menurut data Education Development Index (EDI), pendidikan di Indonesia berada pada peringkat ke-69 dari 127 negara pada tahun 2011 (Harahap, 2013).Selain itu, menurut The Political and Economic Risk Consultancy (PERC) yang merupakan lembaga konsultan dari Hongkong menyatakan kualitas pendidikan di Indonesia sangat rendah, Indonesia berada di peringkat ke-12 dari negara-negara di Asia Syamsuri (2010).Salah satu upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia adalah mengadakan perbaikan kurikulum. Pada tahun 2006 pemerintah Indonesia memberlakukan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sejalan dengan penerapan KTSP, guru memiliki kebebasan dalam berinovasi dan memilih model pembelajaran yang diterapkan di kelas untuk menciptakan pembelajaran yang berpusat pada siswa serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya pada pembelajaran biologi.Pembelajaran biologi yang berpusat pada siswa memberikan kesempatan siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran sehingga mampu meningkatkan kreativitas dan kompetensi siswa. Pembelajaran biologi yang berpusat pada siswa dimaksudkan untuk melibatkan siswa dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya sehingga siswa lebih dominan dalam pembelajaran. Hal tersebut dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap percaya diri siswa. Selain itu, proses pembelajaran biologi harus berdasarkan data dan fakta ilmiah agar diperoleh suatu pembelajaran yang bermakna Ala, (2010).Tujuan pembelajaran biologi yang ingin dicapai dari proses pendidikan adalah hasil belajar biologi siswa yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga ranah tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sementara itu, kegiatan pembelajaran biologi selama ini kurang memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Peranan guru masih sangat dominan dan kurang optimal dalam menggunakan pendekatan pembelajaran, sehingga membuat siswa kurang aktif dalam pembelajaran dan kualitas belajar siswa menjadi rendah. Kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran biologi tersebut akan menyebabkan konsep-konsep biologi tidak bermakna dan selanjutnya tidak dapat dipahami dengan baik (Nurhidayat, 2011)Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada saat proses belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran IPA di kelas XII Boga 1, pembelajaran IPA yang dilakukan guru di kelas masih didominasi dengan model Direct Instruction, belum menggunakan variasi model pembelajaran lainnya serta kurang memberikan gambaran yang nyata kepada siswa terkait materi yang sedang diajarkan. Hal tersebut mengakibatkan siswa tidak memperhatikan guru dan sibuk dengan temannya sendiri sehingga kelas menjadi gaduh. Selain itu, sebagian besar siswa menganggap biologi sebagai ilmu hafalan yang hanya diperoleh dari buku referensi saja dan tidak berdasarkan proses ilmiah. Hal tersebut berdampak pada hasil belajar siswa yang kurang maksimal, yakni 45% siswa hasil belajar biologi pada materi Polusi di Lingkungan Kerja belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 70 dengan nilai rata-rata yang dicapai siswa sebesar 55,35 pada materi Polusi di Lingkungan Kerja. Hasil diskusi peneliti dengan guru bidang studi IPA dapat ditarik kesimpulan bahwa rendahnya hasil belajar IPA siswa kelas XII semester ganjil tahun pelajaran 2015/2016 diantaranya adalah rendahnya kemampuan siswa untuk memahami beberapa konsep ilmu Biologi jika hanya dijelaskan dengan menggunakan media papan tulis saja (konvensional). Untuk itu dalam mempelajari ilmu IPA, masing-masing siswa harus mampu melakukan proses pengamatan secara langsung pada suatu obyek dan mampu menyerap semua materi yang telah di sampaikan oleh guru.Upaya dalam menghadapi permasalahan di atas yaitu dibutuhkan suatu inovasi model pembelajaran yang efektif untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa, sehingga dapat memenuhi KKM. Model pembelajaran yang dapat digunakan adalah model pembelajaran yang menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Model pembelajaran Problem Based Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mengarah pada kemampuan berpikir kritis dan mendorong siswa untuk melakukan pemecahan masalah sesuai dengan kehidupan nyata. Problem Based Learning dapat merangsang siswa untuk aktif dalam pembelajaran dan menghasilkan sebuah produk atau karya (Mahanal, 2007 : 3). Model Problem Based Learning diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar siswa terhadap konsep biologi, karena siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang siswa dapatkan. Hasil penelitian Arnyana (2007) menunjukkan bahwa Problem Based Learning mampu meningkatkan keefektifan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada pelajaran biologi.Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa kelas XII SMK Sritajung Banyuwangi.1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, maka dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah penelitian ini adalah : Apakah penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas XII SMK Sritanjung Kabupaten Banyuwangi Semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016?1.3 Tujuan PenelitianTujuan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Researche) dengan menggunakan penerapan strategi Think Pair Share (TPS) ini adalah : Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam bidang studi IPA sehingga Pembelajaran IPA menjadi lebih menyenangkan melalui Penerapan Strategi Problem Based Learning (PBL).

1.4 Manfaat PenelitianManfaat yang dapat dicapai dari hasil penelitian ini adalah : 1. Bagi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan :Sebagai acuan yang digunakan untuk mengadakan penelitian sejenis. 2. Bagi Lembaga SMK Sritanjung Banyuwangi : - Memperbaiki proses belajar mengajar dalam pelajaran IPA - Memperbaiki hasil belajar bidang studi IPA, siswa kelas XII di SMA SMK Sritanjung Kabupaten Banyuwangi. 3. Bagi Guru : Dapat menjadi pertimbangan dalam memilih strategi pembelajaran yang akan diterapkan di kelas4. Bagi Siswa : Menciptakan rasa senang dan lebih kerasan belajar IPA selama Pelajaran berlangsung serta memperbaiki hasil belajar siswa5. Bagi Peneliti :Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan di dunia pendidikan khususnya dalam masalah Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Researche)1.5 Ruang LingkupUntuk menghindari terjadinya pengembangan masalah serta salah tafsiran dalam penterjemahan dari pengertian judul yang digunakan, maka perlu adanya batasan atau ruang lingkup penelitian sehingga hasil penelitian dapat dipahami dengan mudah. Adapun Ruang Lingkup sebagai berikut :a. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran Problem (PBL)b. Indikator hasil belajar siswa mata pelajaran biologi yang dinilai adalah ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorikc. Materi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu objek dan permasalahan biologi, materi seterusnya hingga siklus ke dua terselesaikanPenelitian diadakan di SMK Sritanjung Kabupaten Banyuwangi, khususnya pada siswa kelas XI semester Ganjil Tahun Pelajaran 2010/2011, dari siklus yang akan dilaksanakan.1.6 Definisi Operasional VariabelBerdasarkan judul yang peneliti ambil yaitu : Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Leaening (PBL) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas XII SMK Sritanjung Banyuwangi Tahun Ajaran 2015/2016, maka diperlukan batasan-batasan pengertian variabel untuk menghindari adanya salah penafsiran maksud dan isi kandungan dari skripsi ini. Adapun batasan-batasan pengertian variabel tersebut sebagai berikut : a. Strategi Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian yang didesain untuk mrncapai tujuan pendidikan tertentu.b. Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah.c. Hasil belajar adalah suatu penilaian yang didapatkan baik dari sejak proses belajar mengajar berlangsung maupun didapat dari tes atau evaluasi setelah pelajaran selesai.

Bab IITinjauan Pustaka2.1 Penelitian TerdahuluSetyowati (2010) Peningkatan Partisipasi dan Hasil Belajar Biologi Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Problem Based Learning Pada Materi Pokok Fotosintesis Untuk Siswa Kelas VIII A SMP Muhammadiyah 3 Depok Tahun Ajaran 2009/2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan partisipasi dapat dilihat dari masing-masing aspek partisipasi yang meliputi aspek memberi ide atau pendapat sebesar 13,88%, menerima pendapat orang lain sebesar 36,11%, melaksanakan tugas yang diberikan kelompok sebesar 8,33%, kerjasama dalam kelompok sebesar 30,55%, dan aspek yang terakhir adalah kepedulian terhadap kesulitan sesama anggota kelompok sebesar 22,23%. Peningkatan hasil belajar siswa ditunjukkan dengan adanya nilai effect size sebesar 0,86. Tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning adalah positif, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem-Based Learning dapat membuat siswa lebih tertarik untuk belajar Biologi khususnya pada materi pokok fotosintesis di kelas VIII A SMP Muhammadiyah 3 Depok.Siswidyawati (2009) Implikasi Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pelajaran Biologi Kelas Vii-A Smp Negeri 1 Gesi Tahun Ajaran 2007/2008. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: Penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII-A SMP Negeri 1 Gesi tahun ajaran 2007/2008 terhadap materi pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan. Hal ini dapat dilihat dari tercapainya target nilai pada semua ranah. Pada ranah kognitif siklus I persentase rata-rata kelas 73,54% sedangkan pada siklus II 76,31%. Pada ranah afektif persentase rata-rata kelas siklus I 76,93% sedangkan siklus II 81,75. Pada ranah psikomotorik persentase rata-rata kelas siklus I 48,75% sedangkan siklus II 75%.

2.2 Problem Based Learning (PBL)2.2.1 Pengertian Problem Based Learning (PBL)Problem Based Learning (PBL) merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat menolong siswa untuk meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan pada pada era globalisasi saat ini. Problem Based Learning (PBL) dikembangkan untuk pertama kali oleh Prof. Howard Barrows sekitar tahun 1970-an dalam pembelajaran ilmu medis di McMaster University Canada (Amir, 2009). Model pembelajaran ini menyajikan suatu masalah yang nyata bagi siswa sebagai awal pembelajaran kemudian diselesaikan melalui penyelidikan dan diterapkan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah.Beberapa definisi tentang Problem Based Learning (PBL) :1. Menurut Duch (1995), Problem Based Learning (PBL) merupakan model pembelajaran yang menantang siswa untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah ini digunakan untuk mengikat siswa pada rasa ingin tahu pada pembelajaran yang dimaksud.2. Menurut Arends (Trianto, 2007), Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa dihadapkan pada masalah autentik (nyata) sehingga diharapkan mereka dapat menyusun pengetahuannya sendiri, menumbuhkembangkan keterampilan tingkat tinggi dan inkuiri, memandirikan siswa, dan meningkatkan kepercayaan dirinya.3. Menurut Glazer (2001), mengemukakan Problem Based Learning (PBL) merupakan suatu strategi pengajaran dimana siswa secara aktif dihadapkan pada masalah kompleks dalam situasi yang nyata.Dari beberapa uraian mengenai pengertian Problem Based Learning (PBL) dapat disimpulkan bahwa PBL merupakan model pembelajaran yang menghadapkan siswa pada masalah dunia nyata (real world) untuk memulai pembelajaran dan merupakan salah satu model pembelajaran inovatif yang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa. Problem Based Learning (PBL) adalah pengembangan kurikulum dan proses pembelajaran. Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki strategi belajar sendiri serta kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk memecahkan masalah atau tantangan yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari hari (Amir, 2009).Model Problem Based Learning (PBL) bercirikan penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai suatu yang harus dipelajari siswa. Dengan model PBL diharapkan siswa mendapatkan lebih banyak kecakapan daripada pengetahuan yang dihafal. Mulai dari kecakapan memecahkan masalah, kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan pengolahan informasi (Amir, 2007). Savery, Duffy, dan Thomas (1995) mengemukakan dua hal yang harus dijadikan pedoman dalam menyajikan permasalahan. Pertama, permasalahan harus sesuai dengan konsep dan prinsip yang akan dipelajari. Kedua, permasalahan yang disajikan adalah permasalahan riil, artinya masalah itu nyata ada dalam kehidupan sehari-hari siswa.Dalam PBL pembelajarannya lebih mengutamakan proses belajar, di mana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu siswa, mencapai keterampilan mengarahkan diri. Guru dalam model ini berperan sebagai penyaji masalah, penanya, mengadakan dialog, membantu menemukan masalah, dan pemberi fasilitas pembelajaran. Selain itu, guru memberikan dukungan yang dapat meningkatkan pertumbuhan inkuiri dan intelektual siswa. Model ini hanya dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan membimbing pertukaran gagasan.2.2.2 Karakteristik Model Problem Based Learning (PBL)Ciri yang paling utama dari model pembelajaran PBL yaitu dimunculkannnya masalah pada awal pembelajarannya.. Menurut Arends (Trianto, 2007), berbagai pengembangan pengajaran berdasarkan masalah telah memberikan model pengajaran itu memiliki karakteristik sebagai berikut :a. Pengajuan pertanyaan atau masalah1. Autentik, yaitu masalah harus berakar pada kehidupan dunia nyata siswa daripada berakar pada prinsip-prinsip disiplin ilmu tertentu.2. Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.3. Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan harusnya mudah dipahami siswa dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan siswa.4. Luas dan sesuai tujuan pembelajaran. Luas artinya masalah tersebut harus mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang, dan sumber yang tersedia.5. Bermanfaat, yaitu masalah tersebut bermanfaat bagi siswa sebagai pemecah masalah dan guru sebagai pembuat masalah.b. Berfokus pada keterkaitan antar disiplin ilmuMasalah yang diajukan hendaknya melibatkan berbagai disiplin ilmu.c. Penyelidikan autentik (nyata)Dalam penyelidikan siswa menganalisis dan merumuskan masalah, mengembangkan dan meramalkan hipotesis, mengumpulkan dan menganalisis informasi, melakukan eksperimen, membuat kesimpulan, dan menggambarkan hasil akhir.d. Menghasilkan produk dan memamerkannyaSiswa bertugas menyusun hasil belajarnya dalam bentuk karya dan memamerkan hasil karyanyae. KolaboratifPada model pembelajaran ini, tugas-tugas belajar berupa masalah diselesaikan bersama-sama antar siswa.Adapun beberapa karakteristik prosel PBL menurut Tan (Amir, 2007) diantaranya :a. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran.b. Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yangdisajikan secara mengambang.c. Masalah biasanya menuntut perspektif majemuk. Solusinya menuntut siswa menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa ilmu yang sebelumnya telah diajarkan atau lintas ilmu ke bidang lainnya.d. Masalah membuat siswa tertantang untuk mendapatkan pembelajaran di ranah pembelajaran yang baru.e. Sangat mengutamakan belajar mandiri (self directed learning).f. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja.g. Pembelajarannya kolaboraif, komunikatif, dan kooperatif. Siswa bekerja dalam kelompok, berinteraksi, saling mengajarkan (peer teaching), dan melakukan presentasi.Dari beberapa penjelasan mengenai karakteristik proses PBL dapat disimpulkan bahwa tiga unsur yang esensial dalam proses PBL yaitu adanya suatu permasalahan, pembelajaran berpusat pada siswa, dan belajar dalam kelompok kecil.2.2.3. Beberapa Teori yang Melandasi Problem Based Learning (PBL)Dalam perkembangannya, pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dilandasi oleh teori belajar konstruktivisme, teori perkembangan kognitif, dan teori belajar penemuan Jerome Burner.a. Teori Belajar KonstruktivismeTeori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokkan dalam teori pembelajaran konstruktivisme. Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama, dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak sesuai (Trianto ,2007). Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesutunya sendiri, dan berusaha dengan susah payah dengan ide-idenya sendiri (Trianto, 2007).Menurut teori konstruktivisme ini, satu prinsip yang paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekadar memberikan pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini dengan memberi kesempatan siswa menemukan atau menerapkan ide-ide mereka sendiri dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar.b. Teori Perkembangan KognitifTeori belajar kognitif pertama kali dikenalkan oleh Piaget. Menurutnya, perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu, Nur (Trianto, 2007) berpendapat bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya beragumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis.Menuru teori Piaget, setiap individu pada saat mulai dari bayi yang baru lahir sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif tersebut diantaranya (Dahar, 1989) :1. Sensori-motor (mulai lahir-2 tahun)2. Pra-operasional (2-7 tahun)3. Operasional konkret (7-11 tahun)4. Operai formal (11 tahun- dewasa)Teori Perkembangan Piaget, memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses di mana anak secara aktif membangun sistem makna dan memahami realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.c. Teori Penemuan Jerome BrunerTeori belajar yang paling melandasi pembelajaran PBL adalah teori belajar penemuan (discovery learning) yang dikembangkan oleh Jerome Bruner pada tahun 1966. Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benarbenar bermakna (Dahar, 1989).Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melaui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakukan eksperimeneksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prisip-prinsip itu sendiri.

2.2.4. Tahap-Tahap dalam Problem Based Learning (PBL)Pelaksanaan model Problem Based Learning (PBL) terdiri dari 5 tahapproses, yaitu :Tahap pertama, adalah proses orientasi peserta didik pada masalah. Pada tahap iniguru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan mengajukan masalah.Tahap kedua, mengorganisasi peserta didik. Pada tahap ini guru membagi peserta didik kedalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.Tahap ketiga, membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Pada tahap ini guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.Tahap keempat, mengembangkan dan menyajikan hasil. Pada tahap ini guru membantu peserta didik dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model, dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesama temannya.Tahap kelima, menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalah. Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan.Kelima tahap yang dilakukan dalam pelaksanaan model PBL ini selengkapnya dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tahap-Tahap Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)Tahapan PembelajaranKegiatan Guru

Tahap 1Orientasi peserta didik pada masalahGuru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah,memotivasi siswa untuk terlibat dalam aktivitaspemecahan masalah.

Tahap 2Mengorganisasi peserta didikGuru membagi siswa ke dalam kelompok, membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.

Tahap 3Membimbing penyelidikan individu maupun kelompokGuru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.

Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasilGuru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan laporan, dokumentasi, atau model, dan membantu mereka berbagi tugas dengan sesame temannya.

Tahap 5Menganalisis dan mengevaluasi proses dan hasil pemecahan masalahGuru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap proses dan hasil penyelidikan yang mereka lakukan.

2.2.5. Kelebihan dan Kelemahan Model Problem Based Learning (PBL)a. KelebihanSebagai suatu model pembelajaran, Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa kelebihan, diantaranya :1. Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa.2. Meningkatakan motivasi dan aktivitas pembelajaran siswa.3. Membantu siswa dalam mentransfer pengetahuan siswa untuk memahami masalah dunia nyata.4. Membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.5. Disamping itu, PBM dapat mendorong siswa untuk melakukan evaluasi sendiri baikterhadap hasil maupun proses belajarnya.6. Mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka untuk menyesuaikan dengan pengetahuan baru.7. Memberikan kesemnpatan bagi siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata.8. Mengembangkan minat siswa untuk secaraterus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.9. Memudahkan siswa dalam menguasai konsep-konsep yang dipelajari guna memecahkan mkasalah dunia nyata.(Sanjaya, 2007)b. KelemahanDisamping kebihan di atas, PBL juga memiliki kelemahan, diantaranya:1. Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencobanya.2. Untuk sebagian siswa beranggapan bahwa tanpa pemahaman mengenai materi yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah mengapa mereka harus berusaha untuk memecahkan masalah yang sedang dipelajari, maka mereka akan belajar apa yang mereka ingin pelajari.(Sanjaya, 2007)2.3 Hasil BelajarSetiap orang memiliki pandangan yang berbeda untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar mengajar berhasil atau tidak. Proses belajar mengajar dinyatakan berhasil atau tidak dapat dilihat dari hasil usaha yang diperoleh sesudah melakukan kegiatan belajar. Dan memang tidak semua orang menyadari bahwa setiap saat selalu melakukan pekerjaan evaluasi. Dalam beberapa kegiatan sehari-hari, jelas akan mengadakan pengukuran dan penilaian dengan istilah lain disebut dengan hasil dari kegiatan, yang mana dalam dunia pendidikan disebut dengan hasil belajar.Hasil belajar adalah suatu penilaian yang didapatkan baik dari sejak proses belajar mengajar berlangsung maupun didapat dari tes atau evaluasi setelah pelajaran selesai.Perlu diketahui bahwa hasil belajar tersebut dapat berupa ranah kognitif, ranah afektif, ataupun berupa ranah psikomotorik.Syah (2009) menjelaskan bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamenntal dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Abdillah dalam Aunurrahman (2009)Belajar merupakan kegiatan yang kompleks. Hasil belajar berupa kapasitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Gagne dalam Dimyati dan Mudjiono (2009)2.3.1 Ranah KognitifRanah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak, dalam perspektif psikologi kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Syah (2009)Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padanannya knowing, berarti mengetahui. Chplin berpendapat bahwa istilah kognitif meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan dan keyakinan. Ranah ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afektif (perasaan) yang bertalian dengan ranah rasa. Syah (2009)Kompetensi bidang kognitif artinya kemampuan intelektual seperti penguasaan mata pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengejar, pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku individu, pengetahuan tentang penilaian hasil belajar siswa, serta kemampuan tentang pengetahuan umum lainnya. Hamzah (2009)Kemampuan atau tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif adalah : Pengetahuan, Pemahaman, Penerapan, Analisis, Sintesis, dan Evaluasi. Daryanto (1997)a. Yang dimaksud dengan pengetahuan (knowledge) adalah tingkat kemampuan yang hanya meminta responden untuk mengenal atau mengetahui konsep, fakta, atau istilah-istilah tanpa harus mengerti, atau dapat menilai, atau dapat menggunakannya. Contohnya: mendefinisikan, :mengidentifikasikan, menjodohkan, menyebutkan, dll.b. Yang dimaksud dengan pemahaman (comprehension) adalah tingkat kemampuan yang mengharapkan tesee mampu memahami arti atau konsep, situasi, serta fakta yang diketahuinya. Contoh : membedakan, menduga, menerangkan, dll.c. Yang dimaksud dengan penerapan (application) adalah penggunaan abtraksi tersebut dapat berupa ide, teori, atau petunjuk teknis. Contoh : menghitung, menghubungkan dll.d. Yang dimaksud dengan analisis (analysis) adalah tingkat kemampuan tesee untuk meguraikan suatu integritas atau suatu situasi tertentu kedalam komponen-komponen atau unsur-unsur pembentuknya. Hal ini dapat berupa kemampuan untuk memahami dan menguraikan bagaimanakah terjadinya sesuatu, cara kerjanya sesuatu, atau mungkin sistematisnya.e. Yang dimaksud dengan sintesis (syinthesis) adalah penyatuan unsur-unsur atau bagian-bagian ke dalam suatu bentuk yang menyeluruh. Dengan kemampuan sintesis seseorang dituntut untuk dapat menemukan hubungan kausa atau urutan tertentu.f. Tipe hasil belajar kognitif adalah evaluasi. Dengan kemampuan evaluasi, tesee dituntut untuk membuat sesuatu penilaian tentang suatu pertanyaan, konsep, situasi, dll.Majid (2008) juga menuliskan, bahwa tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif ada enam yaitu : Pengetahuan, Pemahaman, penerapan, Analisis, Sintesis, dan Evaluasi.

2.3.2 Ranah AfektifBersikap adalah merupakan wujud keberanian untuk memilih secara sadar. Setelah itu ada kemungkinan tindaklanjuti dengan mempertahankan pilihan lewat argumentasi yang bertanggung jawab.Afektif adalah membina sikap mental (mental attitude) yang mantap dan matang. Majid (2008)Kompetensi bidang sikap artinya kesiapan dan kesediaan siswa terhadap berbagai hal yang berkenaan dengan tugasnya. Hamzah (2009)Kemampuan atau tipe hasil belajar yang termasuk aspek afektif adalah : Penerimaan (receiving), Partisipasi (responding), Penilaian (valuing), Pengorganisasian (Organising), Pembentukan (characterization by value or value complex). Arikunto (2003)a. Penerimaan (receiving), meliputi : menanyakan, memilih, mendiskripsikan, mengikuti, memberikan, menjawab, dll.b. Partisipasi (responding) meliputi : membantu, mendiskusikan, dll.c. Penilaian (valuing) meliputi : melengkapi, menggambarkan, membedakan, menerangkan, mengikuti, dll.d. Pengorganisasian (organising) meliputi : mengubah, mengatur, dll.e. Pembentukan (characterization by value or value complex) meliputi : membedakan, menerapkan, mengusulkan, memperagakan, mendengarkan,memecahkan, dll.Menurut Rosyada dalam Majid (2008) juga menuliskan, bahwa kemampuan hasil belajar yang termasuk aspek afektif adalah : penerimaan, tanggapan, penanaman nilai, pengorganisasian nilai-nilai, karakteristik kehidupan.Rumusan penilaian untuk ranah afektif adalah sebagai berikut : A = skor X 100% 45 Keterangan :A : Ranah Afektif skor : Jumlah dari kriteria yang dinilai 45 : Skor maksimal

2.3.3 Ranah psikomotorikKeberhasilan pengembangan ranah kognitif juga akan berdampak positif terhadap perkembangan ranah psikomotor. Kecakapan psikomotor adalah segala amal jasmaniyah yang kongkrit dan mudah diamati, daik kuantitas ataupun kualitasnya, karena sifatnya yang terbuka. Syah (2009)Kemampuan atau tipe hasil belajar yang termasuk aspek psikomotorik menurut Rosyda dalam Majid (2008) meliputi :a. Observing (memperhatikan),b. Imitation (peniruan),c. Practicing (pembiasaan),d. Adapting (penyesuaian).Sedangkan menurut Arikunto (2003) menjelaskan bahwa aspek yang dihasilkan oleh ranah psikomotorik ini adalah :a. Muscular or motor skills, meliputi : menunjukkan hasil, mempertontonkan gerak, menampilkan dsb.b. Manipulations of materials or objects, meliputi : menyusun membersihkan, menggeser, memindahkan, dsb.c. Neuromuscular coordination, meliputi : mengamati, menerapkan, menghubungkan, memasang, memotong, dan lain-lain.Rumusan penilaian untuk ranah psikomotor adalah sebegai berikut : P = skor X 100% 36Keterangan :P : Ranah Psikomotor skor : Jumlah dari kriteria yang dinilai36 : Skor maksimal2.3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Proses dan Hasil BelajarBelajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomor.Perubahan yang terjadi itu sebagai akibat dari kegiatan belajar yang telah dilakukan oleh individu. Perubahan itu adalah hasil yang telah dicapai dari proses belajar. Jadi, untuk mendapatkan hasil belajar dalam bentuk perubahan harus melalui proses tertentu yang dipengarui oleh faktor dalam diri individu dan diluar individu. Proses di sini tidak dapat dilihat karena bersifat psikologis. Kecuali bila seseorang telah berhasil dalam belajar, maka seseorang itu telah mengalami proses tertentu dalam belajar. Oleh karena itu, proses belajar telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, karena aktivitas belajar yang telah dilakukan. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dari tidak berilmu menjadi berilmu, dan sebagainya. Djamarah (2002)Djamarah (2002) juga menguraikan berbagai faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar, diantaranya sebagai berikut :a. Faktor lingkungan Lingkungan merupakan bagian dari kehidupan anak didik. Dalam lingkunganlah anak didik hidup dan berinteraksi dalam rantai kehidupan yang disebut ekosistem. Saling ketergantungan antar lingkungan biotik dan abiotik tidak dapat dihindari. Itulah hukum alam yang harus dihadapi oleh anak didik sebagai makhuk hidup yang tergolong kelompok biotik. Faktor lingkungan ini meliputi : lingkungan alam dan lingkungan sosial budaya.b. Faktor Instrumental Setiap sekolah mempunyai tujuan yang akan dicapai. Tujuan tertentu saja pada tingkat kelembagaan. Dalam rangka melicinkan kearah itu diperlukan seperangkat kelengkapan dalam berbagai bentuk dan jenisnya. Faktor instrumental ini meliputi : kurikulum, program (pendidikan), sarana dan fasilitas, dan guru.c. Kondisi Fisiologis Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Orang yang dalam keadaan segar jasmaninya akan berlainan belajarnya dari orang yang dalam keadaan kelelahan. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuan belajarnya dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi, mereka lekas lelah, mudah ngantuk, dan sukar menerima pelajaran. Noehi Nasution dalam Djamarah (2002)d. Kondisi Psikologis Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologis. Oleh karena itu, semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Djamarah (2002)Menurut Munadi (2008) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa adalah :1. Faktor Internala. Faktor fisiologis meliputi : kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dll.b. Faktor Psikologis meliputi : intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motivasi, dan kognitif dan daya nalar.2. Faktor Eksternala. Faktor lingkungan Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat pula berupa lingkungan sosial. Misalnya : keadaan suhu, kelembapan, dlb. Faktor InstrumentalAdalah faktor yang keberadaan dan penggunaanya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Misalnya : kurikulum, sarana dan fasilitas, dan guru.Sedangkan Syah (2009) juga menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa antara lain :1. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yaitu keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Meliputi : aspek psiologis dan aspek psikologis. 2. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yaitu kondisi lingkungan disekitar siswa. Meliputi : lingkungan sosial dan lingkungan non sosial.Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yaitu jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.2.4 Hubungan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan Hasil BelajarPembelajaran Problem Based Learning merupakan model pembelajaran dengan melibatkan sebuah permasalahan yang harus dipecahkan oleh peserta didik. Dengan menerapkan Problem Based Learning siswa disisni lebih aktif, sehingga materi yang diberikan dapat diterima dengan baik dan meningkatkan hasil dalam pelajaran IPA. Dengan penerapan Problem Based Learning diharapkan terdapat perubahan peningkatan sikap, pengetahuan dan kemampuan dari siklus 1 ke siklus 2. Dengan catatan hasil belajar siklus 2 harus lebih baik dari siklus 1. Apabila sudah tercapai, maka bisa dikatakan penelitian menggunakan Problem Based Learning berhasil. Belajar IPA belajar tentang ilmu pengetahuan yang mempelajari seluk beluk kehidupan. Dalam mempelajari IPA banyak hal yang dapat diketahui tentang alam sehingga bisa mengenal tentang kehidupan. Tapi masih banyak siswa yang menganggap mata pelajaran IPA ini membosenkan karena banyak guru menggunakan metode konvensional karena kebanyakan guru didominasi pembelajaran dengan menerangkan saja. Apabila mata pembelajaran IPA pokok pembahasan Ekologi. Maka dalam penyampaiannya harus menggunakan strategi yang tepat, yaitu salah satunya menggunakan pembelajaran model Problem Based Learning.Berdasarkan uraian diatas pembelajaran Problem Based Learning bisa dilakukan dengan efektif dalam menyampaikan materi dan dapat meningkatkan interaksi dalam proses belajar mengajar. Jadi hubungan antara model pembelajaran Problem Based Learning sangat erat kaitannya karena sebuah model pembelajaran sangat berpengaruh terhadap hasil pembelajaran.2.5 HipotesisHipotesis Tindakan dalam penelitian adalah Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dapat Meningkatkan Hasil Belajar IPA Pada Siswa Kelas XI Boga 1 SMK Sritanjung Banyuwangi Tahun Pelajaran 2015/2016.

BAB IIIMETODE PENELITIAN

3.1 Subjek PenelitianPenentuan tempat penelitian menggunakan metode purposive yaitu tempat penelitian ditentukan dengan sengaja. Penelitian ini dilakukan di kelas XII SMK Sritanjung Kabupaten Banyuwangi. Pertimbangan yang mendasari peneliti memilih tempat penelitian di kelas XII SMK Sritanjung adalah berawal dari permasalahan yaitu kesulitan siswa dalam belajar, strategi yang kurang tepat dan kesulitan guru dalam meningkatkan hasil belajar.Subjek penelitian adalah siswa kelas XII SMK Sritanjung Kabupaten Banyuwangi Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016. Teknik pengambilan responden atau subjek penelitiannya adalah dengan system populasi. Populasi adalah keseluruan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti. Populasi dalam penelitian ini yaitu keseluruhan dari siswa kelas XII Boga-1 SMK Sritanjung yaitu 42 siswa.3.2 Rancangan PenelitianPenelitian ini menggunakan Rancangan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hal ini sesuai dengan karakteristik permasalahan dan tujuan penelitian yakni untuk memperbaiki dan peningkatan layanan pembelajaran.Dalam konteks tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini, secara rinci Kunandar (2009) mengemukakan sebagai berikut :a. Peningkatan kualitas praktis pembelajaran di kelas secara terus menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepatb. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaranc. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatnya motivasi belajar siswad. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan kependidikane. Menumbuhkembangkan budaya akademik dilingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan. Kurt Lewin dalam Ghony (2008) menjelaskan bahwa prosedur pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Researche) dilaksanakan melalui proses pengkajian berdaur yang terdiri dari empat tahap yakni : Perencanaan (planning), Tindakan (acting), Observasi (observing), Refleksi (reflecting).Penelitian ini merupakan pengembangan daripada metode dan strategi pembelajaran, yakni menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Researche), yaitu suatu penelitian yang dikembangkan bersama dalam bentuk kolaboratif dan dapat untuk melakukan perbaikan.Adapun alat pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain : catatan guru, observasi, hasil ulangan siswa atau test, dan berbagai dokumen yang terkait dengan penilaian siswa.Aspek yang diamati dalam setiap siklusnya adalah kegiatan atau aktifitas siswa disaat mata pelajaran Biologi berlangsung, hal ini dilakukan untuk melihat perubahan dan untuk mengetahui tingkat kemajuan belajar siswa kelas XI SMK Sritanjung, dimana perubahan tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil belajar dengan alat pengumpulan data yang telah disebutkan di atas.Data yang diambil adalah data kuantitatif dari hasil tes, nilai tugas serta data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa, partisipasi dan kerjasama siswa pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan metode deskriptif kualitatif.Sebagaimana yang telah disebutkan diatas, bahwa prosedur penelitian yang dipakai adalah terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, obsevasi, dan refleksi dalam tahap bersiklus dan akan berulang kembali pada siklus-siklus berikutnya. Diagram siklus pelaksanaan tindakan kelas sebagai berikut :

Bagan 3.1 : Bagan Alur Penelitian Tindakan Kelas

Perencanaan Tindakan IPelaksanaan Tindakan IPerencanaan Tindakan IPerencanaan Tindakan IPermasalahan

Observasi IRefleksi IPermasalahan baru hasil refleksi

Perencanaan Tindakan IIPerencanaan Tindakan II

Permasalahan baru hasil refleksi

Observasi IIRefleksi II

3.2.1 Siklus I (satu)

3.2.1.1 Perencanaan (Planning)Perencanaan (planning) adalah mengembangkan rencana tindakan yang secara kritis untuk meningkatkan apa yang telah terjadi. Kunandar (2009:71) Dan perencanaan merupakan langkah awal dalam Penelitian Tindakan Kelas, setelah peneliti mengetahui bahwa pada suatu kelas terdapat masalah yang harus segera diselesaikan, yakni dengan menetapkan fokus permasalahan penelitian.Penelitian ini merupakan pengembangan metode dan strategi pembelajaran. Metode penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Researche), yakni untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Biologi Siswa Kelas XI Boga-1 SMK Sritanjung Kabupaten Banyuwangi Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 dengan menggunakan strategi PBL (Problem Based Learning).Penelitian ini dilakukan sebanyak dua siklus dan apabila pada siklus ke-dua dirasa masih belum ada perubahan, maka akan dilanjutkan pada siklus ke-tiga. Penelitian ini dilaksanakan selama enam kali pertemuan, yakni pada siklus pertama tiga kali pertemuan dan siklus ke-dua juga tiga kali pertemuan. Dan kira-kira penelitian berlangsung selama dua bulan.Siklus pertama dilaksanakan tiga kali pertemuan, yakni : pertemuan pertama adalah 2 x 45 menit yakni penyampaian materi, pertemuan ke-dua 2 x 45 menit yakni penggunaan strategi PBL (Problem Based Learning). dan pada pertemuan ke-tiga 2 x 45 menit yakni akan diadakan evaluasi. Begitu juga pada siklus ke-dua akan dilakukan hal yang sama dengan siklus pertama.Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut :1) Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah2) Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam proses belajar mengajar3) Menetapkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (membuat Silabus, RPP, Bahan Ajar, dan evaluasi)4) Memilih bahan pelajaran, Menentukan scenario pembelajaran dengan strategi PBL (Problem Based Learning).5) Mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan6) Menyusun lembar kerja siswa7) Mengembangkan format observasi pembelajaran8) Mengadakan evaluasiBerikut adalah langkah-langkah desain pembelajaran :9

3

187654

210

Keretangan gambar :1. Mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran2. Melaksanakan analisis pembelajaran 3. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa4. Merumuskan tujuan Performansi5. Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan6. Mengembangkan strategi pembelajaran7. Mengembangkan dan memilih material pembelajaran 8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi9. Merevesi bahan pembelajaran10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif

3.2.1.2 Pelaksanaan (Acting)Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Researche) ini adalah Penerapan model pembelajaran PBL (Problem Based Learning).Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran IPA Siswa Kelas XI Boga 1 Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016 dilaksanakan Di SMK Sritanjung Kabupaten Banyuwangi. Prosedurnya adalah sebagai berikut :a. Menerapkan tindakan yang mengacu pada skenario pembelajaranb. Siswa membaca materi yang terdapat pada buku pelajaranc. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang terdapat pada buku pelajarand. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang materi yang dipelajarie. Melaksanakan PBL (Problem Based Learning).

3.2.1.3 Observasi (Observing)Pada bagian pengamatan, dilakukan perekaman data yang meliputi proses dan hasil dari pelaksanaan kegiatan. Tujuan dilakukan pengamatan ini adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan agar dapat dievaluasi dan dijadikan landasan dalam melakukan refleksi.a. Melakukan observasi dengan memakai format observasi yang sudah disiapkan untuk mengumpulkan datab. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan format lembar kerja siswa.3.2.1.4 Refleksi (Reflecting)a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasi mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakanb. Melakukan pertemuan dengan guru bidang studi untuk membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran dan lembar kerja siswac. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya.3.2.2 Siklus II (dua)3.2.2.1 Perencanaan (Planning)a. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternatif pemecahan masalahb. Menetapkan indikator pencapaian hasil belajar (memuat Silabus, RPP, Bahan Ajar, dan evaluasi)c. Pengembangan program tindakan II3.2.2.2 Pelaksanaan (Acting)Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternatif pemecahan masalah yang sudah ditentukan, antara lain :a. Guru melakukan appersepsib. Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaranc. Siswa mulai melaksanakan kegiatan belajar dengan Think Pair Share (TPS)d. Guru memberi batasan waktu kepada siswa e. Bila diskusi sudah selesai, perwakilan beberapa siswa maju didepan untuk presentasif. Guru memberi kesimpulang. Penutup3.2.2.3 Observasi (Observing)Melakukan obsevasi dengan format yang telah disiapkan dan mencatat hal-hal yang diperlukan yang terjadi selama proses belajar mengajar berlangsung, kemudian menilai hasil tindakan sesuai dengan format yang sudah dikembangkan.3.2.2.4 Refleksi (Reflecting)Yang perlu dilakukan pada tahap ini yakni :a. Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang telah dikumpulkanb. Membahas hasil evaluasi tentang skenario pembelajaran pada siklus IIc. Merangkum kesimpulan pada siklus II3.3 Pengumpulan DataDalam berbagai macam penelitian, pengumpulan data sangatlah diperlukan, hal ini untuk melihat sejauh mana keberhasilan siswa. Tinggal metode apa yang digunakan oleh seorang peneliti gunakan. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Researche) ini bentuk dan alat penelitian yang dipakai adalah menggunakan metode observasi dan tes.3.3.1 ObservasiObservasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.Menurut Ghony (2008), menyatakan bahwa Observasi merupakan upaya yang dilakukan oleh peneliti tindakan kelas untuk merekam segala peristiwa dan kegiatan yang terjadi selama kegiatan penelitian tindakan kelas berlangsung dengan menggunakan alat bantu ataupun tidak.Secara garis besar teknik observasi dapat dibagi menjadi dua yakni : structured or controlled observation (Observasi yang direncanakan) dan unstructured or informal observation (Observasi yang tidak direncanakan). Pada structured observation, biasanya pengamatan menggunakan blanko-blanko daftar isian yang tersusun, dan di dalamnya telah tersusun aspek-aspek yang perlu diperhatikan pada waktu pengamatan itu dilakukan. Dan unstructured observation, pada umumnya pengamatan belum mengetahui sebelumnya apa yang sebenarnya harus dicatat dalam pengamatan ini. Misalnya dilakukan pada saat siswa mengerjakan suatu mata pelajaran atau pada saat siswa sedang bermain. Mengenai berapa lamanya melakukan observasi itu dilakukan, tidak dapat ditentukan dengan pasti, hal itu berkaitan langsung dengan tujuan evaluasi yang dilakukan dengan observasi itu. Jadi lamanya ditentukan oleh kegiatan dan tujuan yang didasarkan atas analisis tentang situasi yang diamati.Tabel 3.1. Pedoman observasi siswa pada Siklus I dan 2 pertemuan 1Indikator /aspek yang diamatiSekor1 2 3Ket.

I. Pra Pembelajaran1. Siswa membawa buku pelajaran2. Siswa duduk menempati tempat duduknya masing-masingII. Saat Pembelajaran 3. Siswa mendengarkan penjelasan yang sedang disampaikan oleh guru.4. Siswa yang berani maju disuruh oleh guru untuk menjelaskan.5. Menjawab pertanyaan guru/siswa6. Berbicara/ngobrol saat pelajaran berlangsung7. Mengumpulkan tugasIII. Pasca Pembelajaran 8. Menjawab post test dari guru/siswa.

rentang nilai adalah sebagai berikut:Baik: 69 -102Cukup: 35 68Kurang: 00 34

Tabel 3.2. Pedoman observasi guru Siklus 1 dan 2 Indikator /aspek yang diamatiSekor1 2 3Ket.

I. Pra pembelajaran1. Memeriksa kesiapan siswa (bertanya kabar, dll) 2. Melakukan kegiatan apersepsi (prolog)

II. Kegiatan inti pembelajaran7. Penguasaan materi pembelajaran7. Pendekatan media pembelajaran7. Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran7. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa7. Penialaian proses dan hasil belajar7. Penggunaan bahasa

III. Penutup7. Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan melibatkan siswa7. Melakukan tindak lanjut dengan memberikan arahan, atau kegiatan, atau tugas sebagai bahan remidi/pengayaan

Keterangan :Baik : 21-30Cukup: 11-20Kurang: 00-10

3.3.2 TesIstilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Arikunto (2003)Salah satu yang digunakan untuk mengumpulkan data yang bersifat angka atau nilai hasil belajar adalah dengan mengadakan teknik pengukuran. Untuk melakukan evaluasi hasil belajar, diperlukan alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan, alat atau instrument tersebut tergantung dari metode evaluasi yang digunakan. Pada penelitian ini teknik pengukuran yang akan dipakai adalah menggunakan tes. Mudjiono dan Dymyati (2009)Unsur-unsur tes antara lain : bahwa tes itu berbentuk suatu tugas, tes itu diberikan kepada anak didik untuk dikerjakan, dan bahwa respon anak itu perlu dinilai.Berdasarkan jumlah pesertanya, tes hasil belajar dapat dibedakan atas dua jenis yaitu :1. Tes individual, yaitu tes yang pada saat diberikannya kita hanya menghadapi satu orang anak.2. Tes kelompok, yaitu jika pada saat tes itu diberikan, kita menghadapi beberapa anak.Keunggulan metode tes adalah :a. Lebih akurat karena tes berulang-ulang direvisib. Instrumen penelitian yang objektif.Sedangkan kelemahan metode tes adalah :a. Hanya mengukur satu aspek datab. Memerlukan jangka waktu yang panjangkarena harus dilakukan secara berulangPada siklus I dan II pertemuan ke-tiga, peneliti mengadakan evaluasi dengan maksud untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam menyerap pelajaran yang telah diterima, disamping itu untuk mengevaluasi pelajaran yang telah disampaikan kepada anak didik oleh peneliti sejauh mana peneliti dalam menguasai kelas, apakah dapat menuai hasil dengan baik atau malah sebaliknya.Evaluasi ini, peneliti membuat soal dan mengadakan konsultasi serta mengadakan diskusi dengan guru bidang studi. Setelah soal evaluasi diterima dan di acc oleh guru bidang studi.

3.4 Analisis DataDiadakannya penelitian adalah untuk menjawab persoalan-persoalan yang eksis, disamping untuk mengekspresikan fenomena sosial ataupun fenomena natural. Analisis data merupakan proses yang berlangsung secara berkesinambungan yang dapat dilaksanakan pada hampir semua fase.Dalam penelitian tindakan kelas ini analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif, yang mana dalam analisis data ini berdasarkan data dari kegiatan observasi, dan tes tulis. Sehingga data observasi dan tes dapat dilakukan pengolahan yang pada akhirnya dapat disajikan dalam bentuk angka dan pengambilan kesimpulan.

a. Nilai Ranah Kognitif Ranah psikologis siswa yang terpenting adalah ranah kognitif. Ranah kejiwaan yang berkedudukan pada otak, dalam perspektif psikologi kognitif adalah sumber sekaligus pengendali ranah-ranah kejiwaan lainnya, yakni ranah afektif (rasa) dan ranah psikomotor (karsa). Syah (2009)Majid (2008) menjelaskan, bahwa tipe hasil belajar yang termasuk aspek kognitif ada enam yaitu : Pengetahuan, Pemahaman, penerapan, Analisis, Sintesis, dan Evaluasi.

b. Nilai Ranah Afektif Tabel 3.3 Lembar Observasi Nilai Ranah afektifNONamaL/PAspek yang dinilaiJmlRata- rata

Urt.Ind.12345

1

2

3

4

5

Dst

Jumlah

Nilai Rata-rata

Ket :

1Penerimaan (resiving)

2Partisipasi (responding)

3Penilaian (valuing)

4Pengorganisasian (organising)

5Pembentukan

Rumusan penilaian untuk ranah afektif adalah sebagai berikut : A = skor X 100% 45 Keterangan :A : Ranah Afektif skor : Jumlah dari kriteria yang dinilai45 : Skor maksimalc. Nilai Ranah PsikomotorikTabel 3.4 Lembar Observasi Nilai Ranah PsikomotorNONamaL/PAspek yang dinilaiJmlRata- rata

Urt.Ind.1234

1

2

3

4

5

Dst

Jumlah

Nilai Rata-rata

Ket :

1Memperrhatikan (observing)

2Peniruan (imitation)

3Pembiasaan (practicing)

4Penyesuaian (adapting)

Rumusan penilaian untuk ranah psikomotor adalah sebegai berikut : P = skor X 100% 36Keterangan :P : Ranah Psikomotor skor : Jumlah dari kriteria yang dinilai36 : Skor maksimal33