10

ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 - ap.fip.um.ac.idap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/JIP-Vol-41-No-2-Juli... · ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 Jurnal Kajian Teori dan Volume

  • Upload
    hadien

  • View
    217

  • Download
    2

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 - ap.fip.um.ac.idap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/JIP-Vol-41-No-2-Juli... · ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 Jurnal Kajian Teori dan Volume
Page 2: ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 - ap.fip.um.ac.idap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/JIP-Vol-41-No-2-Juli... · ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 Jurnal Kajian Teori dan Volume
Page 3: ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 - ap.fip.um.ac.idap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/JIP-Vol-41-No-2-Juli... · ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 Jurnal Kajian Teori dan Volume

ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307Jurnal Kajian Teori dan Volume 41, Nomor 2, Juli 2014Praktik Kependidikan Halaman 109-199

Pemberdayaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Sekolah Inklusi 109-115Achmad Taopiq Sudayat, Nurul Ulfatin, Ahmad Yusuf Sobri

Pembelajaran Karakter Kejujuran di Taman Kanak-Kanak 116-122Ahmad Samawi

Penerapan Lesson Study melalui Pembelajaran Copperative - Jigsaw untuk 123-132Meningkatkan Partisipasi Mahasiswa dalam Matakuliah BK Pribadi SosialArbin Janu Setiyowati

Manajemen Sumber Daya Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PTK) SMP Satu Atap 133-143Dariyanto

Upaya Mengembangkan Profesionalitas Guru melalui Implementasi Supervisi 144-149Kepala Sekolah di Sekolah DasarEndang Susilawati

Peningkatan Kompetensi Guru dalam Menyusun Tes melalui Rapat Kerja KKG 150-154H. Mohammad Ali

Uupaya Meningkatkan Kinerja Ilmiah melalui Model Pembelajaran Berbasis 155-161Masalah di Sekolah Menengah AtasNasir Suprapto

Pengorganisasian Masyarakat dan Transformasi Perspektif Mahasiswa 162-169Sopingi

Penerapan Model Numbered Heads Together dengan Media Gambar untuk 170-178Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VII C SMPN 2 PonorogoSri Harmini

Penggunaan Sumber Belajar Lingkungan Sekitar untuk Meningkatkan Motivasi 179-185dan Hasil BelajarSuryono, Hariyono, Punadji Setyosari

Penerapan Quiz -Quiz Trade dan Carousel Feedback untuk Meningkatkan 186-194Motivasi dan Hasil Belajar IPSSuyati, Budi Ekosoetjipto, Ruminiati

Pengembangan Multimedia Pembelajaran IPS Materi Lingkungan Hidup Kelas VIII 195-199di SMPN 2 Plakat Tinggi Kabupaten Musi BamyuasiWicaksono

Indeks Subyek

Indeks Pengarang

Daftar Nama Mitra Bestari

Page 4: ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 - ap.fip.um.ac.idap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/JIP-Vol-41-No-2-Juli... · ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 Jurnal Kajian Teori dan Volume

PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYAMANUSIA PADA SEKOLAH INKLUSI

Achmad Taopiq SudayatNurul Ulfatin

Ahmad Yusuf Sobri

Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 MalangEmail: [email protected], [email protected]

Abstract: Empowerment and Development of Human Resources in the School Inclusion. Limitationof special needs education services that has been served at special schools that are usually locatedat the center of a city/county makes many children with special needs unable to get education thatmeets their needs. Regular schools also have not yet implemented inclusive educationcomprehensively, due to the lack of socialization and the limitedness of ability and number ofeducators. This research is to describe (1) human resources potentials, (2) individual empowerment,(3) group empowerment, (4) developed competency, (5) individual development, and (6) groupdevelopment. To describe those six focuses, the researcher employs qualitative approach with multicases study research plan. Data is collected through in depth interviews, observation, and documentstudy. The analysis uses constant comparative study. The setting of the research is SDN Sumbersari1 and SDK Bhakti Luhur Malang.

Keywords: empowerment, development, human resources, elementary schools, inclusive

Abstrak: Pemberdayaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia pada Sekolah Inklusi.Keterbatasan layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus, menyebabkan mereka tak dapatmengakses pendidikan sesuai kebutuhannya. Sekolah reguler belum menerapkan layanan pendidikaninklusif secara menyeluruh, dikarenakan kurangnya sosialisasi dan keterbatasan kemampuan tenagapendidik. Penelitian ini difokuskan untuk mendeskripsikan (1) potensi sumber daya manusia, (2)pemberdayaan bersifat individual, (3) pemberdayaan bersifat kelompok, (4) kompetensi yangdikembangkan, (5) pengembangan bersifatindividu, dan (6) pengembangan bersifat kelompok. Untukdapat mendeskripsikan keenam fokus tersebut, digunakan pendekatan kualitatif dengan rancanganpenelitian studi multikasus. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam,observasi dan studi dokumen. Analisis menggunakan studi komparatif konstan. Latar penelitianadalah SDN Sumbersari 1 dan SDK Bhakti Luhur Kota Malang. Hasil penelitian diketahui bahwapotensi sumber daya manusia di kedua sekolah itu telah mengidentifikasikan potensi sumber dayamanusia dan memberdayakan untuk tugas masing-masing

Kata Kunci: pemberdayaan, pengembangan, sumber daya manusia, sekolah dasar, inklusif

Persamaan kesempatan memperoleh pendidikanmerupakan salah satu hak dasar setiap orang.Negara manapun di dunia wajib menjamin hak-hakfundamental tersebut. Hak-hak fundamental yangmembuat orang diperlakukan selayaknya sebagaimanusia ini, kemudian dikenal sebagai hak asasimanusia (human right). Secara eksplisit ketentuantentang pendidikan bagi seluruh anak di Indonesiaterdapat pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada BabIII tentang prinsip pelaksanaan pendidikan.Disebutkan pada pasal 4 ayat (1) bahwa pendidikandiselenggarakan secara demokratis dan berkeadilanserta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggihak asasi manusia, nilai keagamaan, nilaikultural,dan kemajemukan bangsa. Persamaan mendapatkanpendidikan termasuk di dalamnya bagi anak yangmemiliki kebutuhan khusus.

109

Page 5: ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 - ap.fip.um.ac.idap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/JIP-Vol-41-No-2-Juli... · ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 Jurnal Kajian Teori dan Volume

Menurut data Direktorat Jenderal PendidikanKhusus dan Layanan Pendidikan Khusus (DitjenPK-PLK) di Indonesia masih terdapat 330.000anak berkebutuhan khusus tingkat pendidikandasar. Namun dari jumlah itu yang mengenyampendidikan sebanyak 116.000 anak, jadi masih ada65% anak berkebutuhan khusus yang belumterlayani pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwaamanah yang diemban pemerintah untukmengakomodasi persamaan kesempatanpendidikan bagi seluruh anak masih mengalamikendala dan belum dapat dicapai dengan sempurna.Kenyataannya saat ini masih banyak satuanpendidikan yang belum menerapkan layananpendidikan inklusif, dikarenakan kurangnyasosialisasi, keterbatasan tenaga pendidik, kesulitanmanajemen serta alasan-alasan konflik internal daneksternal yang terjadi di sekolah. Terkadangbeberapa sekolah enggan untuk menerima muridbaru yang memiliki keterbatasan. Selain faktorkekurangan biaya, banyak orang tua yangcenderung menyembunyikan anaknya karenamerasa malu.

Salah satu aspek yang harus disesuaikandalam pelaksanaan pendidikan inklusif di sekolahdasar adalah penyediaan tenaga pendidik yangkompeten pada bidang layanan pendidikan khususdan diikuti penyesuaian kurikulum yangdiadaptasikan bagi anak berkebutuhan khusus.Tenaga pendidik pada sekolah inklusi dituntut untukmemiliki kemampuan lebih dari pada tenagapendidik pada umumnya. Kemampuan gurusebagaimana dimiliki oleh guru-guru di sekolahreguler tentu belum cukup bila dibandingkan denganguru di sekolah inklusi. Daftar kompetensi gurupendidikan kebutuhan khusus, seperti yang dirujukJohnsen & Skjørten (2001) dipublikasikan oleh TheAmerican Council of Exceptional Children,adalah daftar yang umum ditemukandalam literaturmengenai bidang pengetahuan dan keterampilanyang diharapkan dimiliki oleh guru pendidikankebutuhan khusus. Setiap bidang sasaran itumenuntut kompetensi yang cenderung ditandai olehaspek-aspek pengetahuan professional, sepertipengetahuan atas (1) landasan filosofis, historis danlegal pendidikan khusus, (2) karakteristik siswa,(3) asesmen, diagnosis dan evaluasi, (4) isi materidan praktek mengajar, (5) perencanaan danpengelolaan lingkungan belajar dan mengajar, (6)pengelolaan perilaku dan keterampilan interaksisosial siswa, (7) komunikasi dan kemitraankolaboratif, dan (8) profesionalisme dan prakteketis.

Keterbatasan sekolah untuk menyediakantenaga pendidik dengan kompetensi pada bidangpendidikan kebutuhan khusus merupakanhambatan utama yang ditemui sebagian besarsekolah dalam melaksanakan pendidikan inklusifdengan maksimal. Salah satu upaya yang dapatmengatasi permasalahan tersebut adalahpemberdayaan dan pengembangan sumber dayamanusia yang telah ada di sekolah. Pemberdayaandapat diartikan sebagai usaha untuk melepaskanpotensi-potensi yang telah ada pada individu agardapat menjalankan tugas-tugasnya dengan lebihbaik. Menurut Johnson (dalam Lashley 2001:3),“Empowerment is the realization andactualization of potential and opportunity justwaiting to be unleashed”. Pemberdayaanmemberikan kesempatan kepada setiap individudi sekolah untuk memaksimalkan segenapkemampuannya dalam rangka pelayananpendidikan inklusif. Pengembangan sumber dayamanusia terus dilakukan untuk mengatasi segalakekurangan dan ketidakmampuan individu dalammelaksanakan layanan pendidikan inklusif.Pendekatan terhadap pelaksanaan pendidikanakan terus berubah, Castallo (1992:127)mengingatkan bahwa perubahan adalah sesuatuyang tetap maka dari itu pengembangan akan terusdiperlukan oleh karyawan maupun organisasisebagai salah satu pendekatan modern.

Penelitian ini difokuskan pada (1) potensisumber daya manusia, (2) pemberdayaan bersifatindividual, (3) pemberdayaan bersifat kelompok,(4) kompetensi yang dikembangkan, (5)pengembangan bersifat individu, dan (6)pengembangan bersifat kelompok pada sekolahyang melaksanakan pendidikan inklusif, denganharapan dapat memberikan gambaran yangmenyeluruh dari temuan-temuan yang dihasilkanterhadap kemajuan pendidikan khususnya padabidang layanan pendidikan kebutuhan khusus.

METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatankualitatif dengan rancangan penelitian studimultikasus. Pada dasarnya penelitian inimenjelaskan tindakan yang dilakukan manajerpendidikan dalam rangka mengelola lembaganyapada aspek sumber daya manusia, yaitu di SekolahDasar Negeri Sumbersari 1 dan Sekolah DasarKatholik Bhakti Luhur Kota Malang Provinsi JawaTimur. Kehadiran dan keterlibatan peneliti dilapangan sangat diutamakan, sebab peneliti

110 ILMU PENDIDIKAN, VOLUME 41, NOMOR 2, JULI 2014: 109-115

Page 6: ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 - ap.fip.um.ac.idap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/JIP-Vol-41-No-2-Juli... · ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 Jurnal Kajian Teori dan Volume

merupakan instrumen utama untuk mengumpulkandata penelitian. Data yang dikumpulkan bersumberdari manusia dan non manusia denganmenggunakan teknik wawancara mendalam,observasi partisipan dan studi dokumen. Penentuansumber data menggunakan teknik purposivesampling dan dilanjutkan dengan teknik snowballsampling.

Pengumpulan data dilakukan dalam tigatahap, yaitu diawali dengan pengumpulan databerupa rekaman wawancara dan dokumen-dokumen dari masing-masing kasus, langkahselanjutnya dilakukan analisis isi termasukmereduksi data terhadap keseluruhan data, danselanjutnya dilakukan analisis komparatif konstanyaitu membandingkan, proposisi lintas kasus, danmempertentangkan temuan-temuan konseptualpada masing-masing kasus individu untukmenyusun pernyataan konseptual dan teorisubstantif sebagai akhir temuan penelitian. Untukmemeriksa keabsahan data, dilakukan triangulasisumber, dan triangulasi teknik. Untuk memenuhikriteria kredibilitas, dan transferabilitas suatupenelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan

Potensi Sumber Daya Manusia

Berdasarkan temuan penelitian, terdapatupaya atau kiat dari sekolah dalam memanfaatkanpotensi SDM yang ada. Kedua sekolah telahmelakukan identifikasi potensi SDM yang ada disekolah, untuk kemudian memanfaatkannya dalampenentuan suatu tugas yang sesuai dengankemampuan yang dimilikinya. Tugas-tugas yangdiperlukan dalam mengelola suatu lembagapendidikan berupa tenaga administratif dan tenagaedukatif, sebagai berikut (1) kepala sekolah, (2)wakil kepala sekolah, (3) bendahara, (4) manajerinklusi, (5) petugas tata usaha, (6) penjaga sekolah,(7) guru kelas, (8) guru mata pelajaran, (9) gurupembimbing khusus, dan (10) guru shadow.

Upaya menemukan dan mengetahui potensipegawai yang dipimpin oleh seorang kepalasekolah sangat penting untuk dilakukan, sepertidinyatakan oleh Stewart (1998:78), jika tujuanorganisasi dapat dicapai dengan baik, maka sumberdaya fisik, finansial, dan pribadi, perlu dimiliki.Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwasebelum melakukan program-programpemberdayaan sekolah, seorang pemimpin harus

menyadari kekuatan dan kelemahan yang dimilikioleh setiap individu pegawainya, yang kemudiansegala kekuatan dan kelemahan pada diri pegawaidisebut dengan potensi. Lebih lanjut Stewartmengemukakan bahwa pemanfaatan potensi dalampemberdayaan SDM termasuk ke dalam dengandimensi enabling, yaitu satu kegiatan untukmemastikan bahwa staf memiliki segala sumberdaya yang diperlukan untuk dapat diberdayakansecara penuh.

Sekolah perlu melakukan upaya-upaya dalamrangka pemberdayaan SDM dengan caramenentukan tugas-tugas kepada pegawai melaluisuatu jabatan dalam bidang tenaga pendidik dantenaga kependidikan dengan berdasar pada potensiyang dimiliki oleh masing-masing pegawai secaraindividu. Potensi pegawai yang ada dimaksimalkandengan memberdayakan pegawai pada posisitertentu untuk mencapai tujuan sekolah.

Pemberdayaan Sumber Daya ManusiaBersifat Individu

Berdasarkan temuan penelitian, terdapatupaya atau kiat dari sekolah dalammemberdayakan sumber daya manusia (SDM)secara individual. Langkah-langkah yang dilakukansekolah dalam memberdayakan pegawai secaraindividu berupa (1) memastikan potensi pegawai,(2) memotivasi, (3) memberikan konsultasi, (4)pelibatan dalam perumusan kebijakan sekolah, (5)mendelegasikan tugas, (6) melatih danmembimbing, dan (7) melakukan penilaian kinerja.

Pemberdayaan merupakan prosesmemberikan daya, kemampuan dan kewenangankepada pegawai secara individu. Pemberdayaanbersifat individu akan meningkatkan kepercayaanakan kemampuan diri (self esteem) dari pegawai,karena ia merasa diperhatikan dan dihargaikapasitasnya dalam suatu organisasi. Pegawaiyang diberdayakan secara individu akan merasalebih bertanggung jawab atas pekerjaannya,sehingga meningkatkan kepuasan kerja.Pelaksanaan pemberdayaan SDM secaraindividual berangkat dari pemahaman bahwa setiapindividu perlu diperlakukan secara manusiawiselayaknya manusia bukan sebagai mesin.Manusia perlu dihargai keberadaannya, hak-haknya, kemampuannya, dan segala aktivitasnyadalam suatu organisasi.

Salah satu cara memotivasi pegawai adalahdengan memenuhi kebutuhan dasar manusiasebagaimana teori hirarkhi motivasi dari Abraham

Sudayat dkk, Pemberdayaan dan Pengembangan Daya Manusia... 111

Page 7: ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 - ap.fip.um.ac.idap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/JIP-Vol-41-No-2-Juli... · ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 Jurnal Kajian Teori dan Volume

Maslow. Teori Maslow (1943) menggambarkanlima level kebutuhan individu yaitu: (1) kebutuhanfisiologis, yakni kebutuhan seperti makan, minum,tempat tinggal yang dianggap sebagai titik awalkebutuhan manusia yang sering juga disebutsebagai tuntutan fisik, (2) kebutuhan keamanan,ketika kebutuhan fisiologis sudah terpuaskan, makaakan timbul suatu bidang kebutuhan yang secaragaris besar dinyatakan sebagai kebutuhan akankeamanan, (3) kebutuhan sosial, ketika kebutuhanfisiologis dan keamanan sudah terpenuhi, makaakan timbul kebutuhan akan cinta, kasih sayangdan kebersamaan, (4) kebutuhan pengakuan,umumnya orang akan menginginkan kehidupanyang stabil dan kokoh, punya penilaian diri yangtinggi, harga diri, dan dihargai oleh orang lain, (5)kebutuhan aktualisasi diri, setelah semuakebutuhan terpenuhi dan berada pada posisinyaman, berkecukupan dan bekerja sesuai dengankeinginannya maka pada diri seseorang akanmuncul kebutuhan akan aktualisasi diri.

Menghargai eksistensi pegawai adalahdengan cara memberikan kepercayaan kepadapegawai dalam penyelesaian suatu tugas. Bagipegawai yang diberdayakan ada makna tugas yanglebih tinggi, yaitu kesadaran bahwa yang merekalakukan adalah penting bagi sekolah. Pegawaimerasa bahwa kerja mereka berpengaruh padapencapaian tujuan sekolah. Dengan kata lainpemberdayaan memenuhi kebutuhan pegawaiakan pengakuan diri. Dari pembahasan tersebutdapat disimpulkan bahwa pemberdayaan secaraindividual dilakukan dengan pemahaman bahwasetiap individu memerlukan pengakuan diri sebagaimanusia. Seorang pemimpin harus selalu berusahauntuk membuat mampu pegawai dengan caramemenuhi kebutuhan dasar manusia seperti apayang dikemukakan Maslow dengan teori hirarkhimotivasinya. Hal ini untuk menumbuhkan motivasidiri pegawai sehingga merasa diberdayakan danmemiliki rasa tanggung jawab terhadap pekerjaan.

Pemberdayaan Sumber Daya ManusiaBersifat Kelompok

Berdasarkan temuan penelitian, terdapatupaya dari sekolah dalam memberdayakan SDMsecara berkelompok, yaitu melalui (1)pembentukan tim kerja dalam berbagai kegiatanresmi terprogram, (2) kolaborasi antara pegawai-kepala sekolah dan antar pegawai, serta (3)dukungan pembiayaan dan sarana.

Sesungguhnya setiap pemberdayaan memilikitujuan akhir terwujudnya kerja sama diantarapegawai dengan pimpinan. Kerja sama secarabebas dan terbuka memungkinkan seluruhkekayaan kecakapan dan pengetahuan dalamorganisasi dapat dimanfaatkan untuk mencapaitujuan organisasi. Pemberdayaan SDM dilakukanmelalui suatu kerja sama dalam sebuah tim ataukelompok. Manajer yang ingin menerapkanpemberdayaan dalam organisasi ataudepartemennya, perlu bekerja sama dengan stafuntuk melaksanakan pekerjaannya (Stewart,1998:91).

Pemberdayaan yang dilakukan terhadapkelompok membutuhkan kemampuan pemimpinuntuk memperlakukan pegawai sebagai mitra danbukan sebagai bawahan. Kelompok yang berdayadalam suatu organisasi dapat memberikan suatupertimbangan dalam pengambilan suatu keputusankepada pimpinan organisasi. Bahkan, lebih tinggilagi kelompok tersebut dapat mengambil keputusansendiri berdasarkan kebutuhan dan kondisikelompoknya. Kelompok atau tim memiliki otonomisendiri dalam menentukan kebutuhan dan langkah-langkah yang akan dilakukan kelompoknya.

Pemberdayaan berkelompok dilakukan atasdasar kondisi seperti terdapat suatu tugas yang sulitatau bidang pekerjaan yang tidak dikuasai olehpegawai, dengan cara membangun suatu hubungankerja yang kondusif, menciptakan kolaborasi antarapara guru. Langkah-langkah yang dapat dilakukanoleh sekolah dalam memberdayakan pegawaisecara berkelompok berupa pembentukan tim kerjadalam tugas-tugas kedinasan, berkolaborasidengan teman sejawat dalam penyelesaian tugas,serta memberikan dukungan bagi kelangsungantim-tim kerja. Tim-tim kerja dibentuk dalamkegiatan kedinasan seperti tim penerimaan siswabaru, tim penyusun kurikulum, tim pelaksana ujianakhir, tim penentu kelulusan, tim pelaksanaakreditasi, dan tim-tim lain yang berhubungandengan kegiatan kedinasan. Kolaborasi dilakukanantar pegawai dalam kegiatan-kegiatan non-kedinasan seperti kolaborasi dalam penanganansiswa. Pimpinan juga dapat berkolaborasi dalampembuatan perangkat pembelajaran, pengelolaankeuangan, dan penilaian hasil kerja siswa. Untukmemelihara kerja sama antar pegawai tersebutmaka sekolah menyediakan dukungan berupadukungan finansial dan dukungan sarana danprasarana agar kerja sama dapat terlaksanadengan maksimal.

112 ILMU PENDIDIKAN, VOLUME 41, NOMOR 2, JULI 2014: 109-115

Page 8: ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 - ap.fip.um.ac.idap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/JIP-Vol-41-No-2-Juli... · ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 Jurnal Kajian Teori dan Volume

Kompetensi Yang Dikembangkan Di SekolahInklusi

Sekolah telah melakukan berbagai upayadalam mengembangkan kompetensi para guru danpegawai. Diantaranya adalah melalui diklat,penataran, workshop, seminar, dan studi lanjut.Harapannya, kompetensi mereka semakinmeningkat. Kompetensi yang dikembangkan disekolah inklusi itu terdiri atas kompetensipedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensisosial, kompetensi profesional, dan kompetensiprofesional layanan khusus.

Kompetensi berhubungan dengan duniaprofesi yang mengandung pengertian mengenaipemilikan pengetahuan, keterampilan, dankemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu.Kompetensi yang dimaksud seperti dijelaskandalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005tentang Guru dan Dosen meliputi kompetensipedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensisosial, dan kompetensi profesional yang diperolehmelalui pendidikan profesi. Selain keempatkompetensi tersebut, pengembangan kompetensiguru pada sekolah inklusi juga mencakup padakompetensi profesional pendidikan khusus dalammenjalankan program pendidikan inklusif.

Direktorat Jenderal Pendidikan Luar BiasaKemdikbud menyebutkan pengembangankompetensi guru pendidikan khusus sebagaimanapanduan yang dikeluarkan oleh Dit-PLB (2009).Kompetensi pendidikan khusus yang dilandasi olehkeempat kompetensi pokok di atas, terdiri atas tigakemampuan utama, yaitu (1) kemampuan umum,(2) kemampuan dasar, dan (3) kemampuan khusus.Kemampuan umum (general ability) merupakankemampuan yang harus dimiliki yang berkaitandengan perannya sebagai warga negara dalamlingkungannya. Kemampuan dasar (basic ability)adalah kemampuan yang harus dimiliki guru dalammemahami dan melayani anak berkebutuhankhusus, merancang, melaksanakan, danmengevaluasi pembelajaran ABK, memilikipengetahuan tentang aspek medis dan implikasinyaterhadap penyelenggaraan pendidikan khusus.Kemampuan khusus (specific ability) adalahkemampuan keahlian yang dipilih sesuai denganminat dan kebutuhan tenaga pendidik dalammelaksanakan pembelajaran.

Kemampuan yang dituntut pada guru disekolah inklusi lebih luas dari pada kemampuanguru yang dimiliki oleh guru di sekolah-sekolahreguler. Hal ini disebabkan dalam sekolah inklusi

terdapat kesenjangan kemampuan, karakteristikdan cara pemerolehan belajar pada peseta didiknya.Kemampuan guru yang harus dimiliki oleh guru disekolah inklusi terdiri atas kompetensi umum dankompetensi khusus. Kompetensi umum adalahkemampuan yang diperlukan untuk mendidik anakpada umumnya (anak normal), sedangkankompetensi khusus adalah kemampuan yangdiperlukan untuk melayani dan membimbing anakberkebutuhan khusus.

Pengembangan Sumber Daya ManusiaBersifat Individual

Upaya sekolah dalam mengembangkankompetensi pegawai secara individu terdiri atasmeningkatkan kualifikasi pendidikan ke jenjangyang lebih tinggi, mengusulkan dan melaksanakankenaikan pangkat, mengikutkan guru dalamkegiatan-kegiatan pelatihan, mengikutkan gurudalam kegiatan seminar, mengikutkan guru dalamkegiatan workshop, melakukan rotasi jabatan,mengikutkan guru dalam kegiatan magang disekolah yang lebih maju, mendorong danmemfasilitasi penulisan karya ilmiah guru.

Pengembangan sumber daya manusiamerupakan hal yang harus dilakukan pada sebuahorganisasi yang menginginkan kemajuan danpencapaian tujuan yang efektif. PengembanganSDM pada akhirnya harus dapat membantuorganisasi dalam mengidentifikasi kesenjangankemampuan pegawai antara kemampuan aktualpegawai saat ini dengan kemampuan ideal pegawaiyang sesuai harapan. Pengembangan SDM jugadapat memenuhi kebutuhan individu pegawai dalampencapaian pribadi dan memenuhi kebutuhanorganisasi dalam pencapaian tujuan bersama.

Rotasi jabatan merupakan salah satu pilihandalam rangka pengembangan kemampuan SDMdi sekolah. Pegawai yang dirotasi memperolehpengalaman, suasana kerja, pengetahuan danpemahaman dalam pekerjaan yang baru. Selainitu, rotasi jabatan merupakan salah satu upayadalam rangka mempersiapkan pegawai untuksuatu jabatan yang lebih tinggi (promosi) yangmemerlukan kemampuan manajerial. Rotasijabatan termasuk ke dalam teknik on the jobtraining dan memiliki banyak kelebihan. Jenispengembangan ini relatif murah; peserta belajarsambil bekerja, tidak memerlukan fasilitas di luartempat kerja yang mahal. Ia menggunakan metodeyang memudahkan belajar; karena di sini pesertabelajar sambil melakukan dan mendapatkan umpan

Sudayat dkk, Pemberdayaan dan Pengembangan Daya Manusia... 113

Page 9: ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 - ap.fip.um.ac.idap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/JIP-Vol-41-No-2-Juli... · ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 Jurnal Kajian Teori dan Volume

balik perbaikan secara cepat. Melalui rotasi adakesempatan bagi pegawai untuk mempelajari peranlain dalam bidang pekerjaannya yangmembutuhkan pengetahuan dan keterampilan lebihlanjut sehingga pada akhirnya akan mempunyaidasar yang lebih luas untuk mencapai kemajuan.

Pengembangan SDM bersifat Kelompok

Berdasarkan pada temuan penelitian, terdapatupaya dari kedua sekolah dalam mengembangkankompetensi secara kelompok. Pengembangankompetensi secara kelompok di sekolah inklusiterdiri atas dukungan pembiayaan, dukunganpenyediaan sarana dan prasarana, mengikutikegiatan kelompok kerja guru (KKG), mengikutikegiatan kelompok kerja kepala sekolah (KKKS),mengadakan pelatihan internal denganmendatangkan ahli dari luar, mendatangkan pejabatpemegang otoritas, pertemuan rutin intern sekolah,menciptakan iklim kerja yang kondusif danmelakukan studi banding dan karya wisata.

Kelompok kerja dalam suatu organisasimerupakan suatu kerangka kerja yang dapatdiandalkan oleh seluruh sistem manajemen untukmendapatkan hasil yang efektif dan efisien.Hubungan antarmanusia dalam sebuah kelompokatau tim kerjaperlu dijaga keharmonisannya.Organisasi itu harus memiliki unsur kolektif yangsaling berkaitan dan mendukung untuk kemajuansuatu organisasi. Ini berarti pula bahwa setiaporganisasi memerlukan pengorganisasian yang baikdan pengembangan yang berfokus pada kelompoksehingga organisasi tersebut dapat berjalan padatrack dengan semestinya.

Pengembangan kompetensi melalui kegiatankolektif guru seperti KKG atau KKKS merupakansalah satu langkah dalam menciptakan organisasipembelajar. Titik awal dari upaya pengembanganSDM dan peningkatan kinerja adalah perlunyamenjadikan organisasi sebagai pembelajar (learningorganization). Terdapat tiga komponen pentingdalam rangka membentuk organisasi pembelajar,yaitu perbaikan, pengembangan, dan pembelajaran.Ketiga komponen tersebut sangat penting dalamupaya mendorong terwujudnya organisasi pembelajar.Kesuksesan organisasi pada saat ini sangattergantung pada kemampuan organisasi tersebutuntuk belajar dan merespon perubahan-perubahanyang terjadi dengan cepat. Di sinilah letak pentingnyaorganisasi pembelajar. Organisasi pembelajar adalahpengembangan kapasitas organisasi untuk terusbelajar, beradaptasi dan berubah.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Usaha memberdayakan SDM di sekolahdimulai dengan memastikan potensi-potensi yangdimiliki SDM pendidikan yang memandang dari segikelebihan yang dimiliki setiap individu dengan caramelakukan pendataan, pengukuran, dan observasipotensi guru. Potensi-potensi tersebut, selanjutnyadilakukan pemberdayaan, baik secara individualmaupun kelompok. Dalam rangka pemberdayaansecara individual, sekolah dapat melakukan upayamemotivasi pegawai, memberikan konsultasi,pelibatan pegawai dalam setiap pengambilankeputusan, mendelegasikan tugas, melakukanpelatihan dan bimbingan, dan melakukan penilaiankinerja pegawai. Dalam rangka pemberdayaansecara kelompok, sekolah dapat melakukannyadengan pembentukan tim kerja, kolaborasi antarapegawai-kepala sekolah dan antarpegawai yangmemungkinkan terjadinya suatu kolaborasi diantarapegawai untuk menyelesaikan suatu tugas, dandukungan pembiayaan dan sarana.

Untuk mengatasi kesenjangan antarakemampuan guru dengan standar kompetensi yangharus dimiliki individu di sekolah inklusi, sekolahdapat melakukan pengembangan SDM secaraindividu maupun kelompok dengan memperhatikankompetensi yang harus dimilikinya. Dalam rangkapengembangan kompetensi guru di sekolah inklusikepada sekolah dapat mengembangkannya sesuaidengan peraturan dan perundang-undangan yangberlaku, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensikepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensiprofesional. Kompetensi khusus adalah kompetensipada bidang layanan pendidikan inklusi yangmencakup pemahaman perilaku, pembelajaranpendidikan khusus, penanganan suatu gejala, danperawatan terhadap peserta didik, dan termasukpada ranah kompetensi professional. Dalam rangkapengembangan SDM bersifat individu, kepadasekolah dapat melakukannya dengan caramembuka peluang kepada guru untuk terusmeningkatkan kemampuan dan keterampilannyasecara berkelanjutan melalui meningkatkankualifikasi, kenaikan pangkat/promosi, memberikanpelatihan, seminar dan workshop, rotasi jabatandan mendorongpenyusunan karya tulis ilmiah.Selanjutnya dalam rangka pengembangan bersifatkelompok, kepada sekolah melakukannya denganmengikutkan pegawai dalam kegiatan kelompokkerja guru (KKG), kegiatan kelompok kerja kepala

114 ILMU PENDIDIKAN, VOLUME 41, NOMOR 2, JULI 2014: 109-115

Page 10: ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 - ap.fip.um.ac.idap.fip.um.ac.id/wp-content/uploads/2017/03/JIP-Vol-41-No-2-Juli... · ILMU PENDIDIKAN ISSN 0854-8307 Jurnal Kajian Teori dan Volume

sekolah (KKKS), menyelenggarakan pelatihaninternal dari ahli, menyelenggarakan pertemuanrutin intern sekolah, menciptakan iklim kerja yangkondusif, pembinaan dari pejabat pemegangotoritas, dan pelaksanaan kegiatan studi bandingpengalaman lembaga lain yang dianggap lebih maju.

Saran

Berdasarkan kesimpulan yang dipaparkan,dapat dikemukakan beberapa saran yang ditujukankepada pihak-pihak yang terkait denganpemberdayaan dan pengembangan SDM pendidikan.Saran yang dikemukakan sejalan dengan manfaatyang diharapkan dari hasil penelitian tentangpemberdayaan dan pengembangan SDM. Pertamakepala sekolah hendaknya memberdayakan gurusecara efektif sesuai dengan potensi yang dimilikioleh setiap individu, menghargai keberadaan pegawaisebagai manusia dengan menugaskan pekerjaan yangsesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya dalamrangka meningkatkan partisipasi guru untukmeningkatkan produktivitas sekolah. Selain itu kepalasekolah juga perlu menciptakan kegiatan-kegiatanyang mendukung peningkatan kompetensi pedagogik,kepribadian, sosial, profesional dan kompetensipendidikan khusus untuk mengembangkankompetensi guru dan pegawai dalam pelaksanaanlayanan pendidikan inklusif.

Kedua guru disarankan untuk lebih banyakterlibat dalam pembuatan keputusan di sekolah,

selalu menyediakan diri untuk mau terlibat danmemberikan masukan-masukan yang membangundalam suatu pengambilan keputusan agar hasilkeputusan dapat lebih efektif dan sesuai dengantuntutan pekerjaan. Guru juga disarankan untuklebih proaktif dalam mengikuti semua kegiatanpengembangan kompetensi, terbuka pada setiapperubahan yang menuju perubahan yang lebih baikbagi kemajuan sekolah.

Ketiga dinas Pendidikan dan KebudayaanKota Malang sebagai pemegang otoritas pendidikandi daerah perlu memfasilitasi kegiatan-kegiatanyang dapat mendorong pengembangan profesionalguru dan pegawai untuk menunjang keberhasilanprogram pendidikan inklusi. Menyerap aspirasi dankebutuhan dari pelaku pendidikan secara langsung,dalam hal ini guru, untuk menentukan programpelatihan yang akan dilaksanakan pada sekolahinklusi. Keempat penelitian ini dapat dijadikan DinasPendidikan dan Kebudayaan di luar Kota Malangsebagai sumber informasi dalam pelaksanaanpengelolaan sumber daya manusia pada sekolahinklusi, terutama pada bidang pemberdayaan danpengembangan sumber daya manusia. Kelimapeneliti yang melakukan penelitian yang samadisarankan agar mengeksplorasi kegiatanpemberdayaan dan pengembangan SDM dalambentuk yang lain atau kasus yang lain, jugamemperluas kasus penelitian pada sekolah yangmemiliki SDM yang lebih besar jumlahnya.

Sudayat dkk, Pemberdayaan dan Pengembangan Daya Manusia... 115

DAFTAR RUJUKAN

Castallo, R. 1992. School PersonnelAdministration: A Practitioner Guide.New York: Allyn and Bacon.

Ditjen Pendidikan Luar Biasa. 2009. PedomanKhusus Penyelenggaraan PendidikanInklusif: Pengadaan dan PembinaanTenaga Pendidik. Jakarta: Kemendiknas.

Forum Komunikasi PK-PLK Se-Indonesia. 2012.Pemerintah Baru Akomodir 30% AnakBerkebutuhan Khusus. (online), (http://www.pk-plk.com /2012/ 06/pemerintah-baru-akomodir-30%-anak.html), diakses 09April 2013.

Johnsen, B.H. & Skjørten, M.D. 2001. Education– Special Needs Education. (D.Tarsidi,Ed.). Alih Bahasa Rakhmawati. Oslo:Unifub Forlag Press. Dari IDP Norway,

(online), (http://www.idp-europe.org),diakses 30 April 2013.

Lashley, C. 2001. Empowerment: HR strategiesfor Services Excellent. London:Butterworth-Heinemann.

Maslow, A.H. 1943. A Theory of HumanMotivation: E-text Conversion byNalanda Digital Library. Calicut: RegionalEngineering College India.

Stewart, A.M, 1998. Empowering People:Pemberdayaan Sumber Daya Manusia:Edisi V. Jakarta: Kanisius.

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003tentang Sistem Pendidikan Nasional.2003. Jakarta: Depdiknas.

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005tentang Guru dan Dosen. 2005. Jakarta:Depdiknas.