6
Diskusi Kelompok II Ilmu Pengetahuan Lingkungan Disusun Oleh : Aqin Rizka Ayati (K3312010) Ayu Aryanti Putri (K3312012) Dewi Ponco Wati (K3312018) Dwi Hari Sugiarto (K3312024) Dyah Muawiyah (K3312026) Rezni Surya Ningrum (K3312062) Pendidikan Kimia

Ilmu Pengetahuan Lingkungan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Ilmu Pengetahuan Lingkungan

Diskusi Kelompok IIIlmu Pengetahuan Lingkungan

Disusun Oleh :

Aqin Rizka Ayati (K3312010)Ayu Aryanti Putri (K3312012)Dewi Ponco Wati (K3312018)Dwi Hari Sugiarto (K3312024)Dyah Muawiyah (K3312026)

Rezni Surya Ningrum (K3312062)

Pendidikan KimiaFakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas MaretSurakarta

2013

Page 2: Ilmu Pengetahuan Lingkungan

Pertanyaan Diskusi Kelompok 2 :Apakah kita sebagai orang intelektual yang mengerti permasalahan lingkungan hanya menyerahkan kepercayaan pada badan-badan pengendali dan pengelola lingkungan, organisasi pemuda, PKK, sekolah formal/nonformal, dan pondok-pondok pesantren?

Jawaban Pertanyaan Diskusi Kelompok 2: Tentu saja tidak. Sebagai orang intelektual yang lebih mengerti bagaimana

menangani permasalahan lingkungan, seharusnya langsung turun tangan dalam mengatasi masalah tersebut. Logikanya, apabila orang intelektual tersebut hanya tahu teori untuk menangani permasalahan lingkungan kemudian mengajarkan teori tersebut kepada orang lain dan orang lain tersebut yang bekerja untuk menangani permasalahan lingkungan, sama saja orang intelektual tersebut tingkatannya berada di bawah orang yang bekerja menangani permasalahan lingkungan. Alasannya, orang intelektual hanya mengetahui teori namun tidak bisa menerapkannya, sedangkan orang-orang yang bekerja tersebut mengetahui teori dan mampu menerapkannya secara nyata. Teori dan pemikiran-pemikiran yang hebat tidak ada gunanya apabila tidak dapat diterapkan secara nyata dan tidak berguna bagi orang lain maupun lingkungan.

Pada mulanya, kaum intelektual haruslah memiliki kewibawaan di dalam masyarakat. Lalu mereka menciptakan ide-ide kreatif guna menangani permasalahan lingkungan, dan menerapkan ide-ide tersebut secara langsung kepada masyarakat, dengan tujuan masyarakat maupun kaum intelektual lainnya dapat tergerak hatinya untuk ikut langsung menangani masalah lingkungan, tanpa harus menyerahkan kepercayaan kepada orang lain.

Contoh pertama dari orang intelektual yang langsung menangani permasalahan lingkungan tanpa menyuruh orang lain adalah Pak Sutanto dari Fakultas MIPA. Setiap hari sabtu dan minggu, beliau turun langsung untuk mengurusi tanaman-tanaman yang ada di fakultas MIPA. Bahkan, beliau sempat dikira tukang kebun oleh orang tua calon mahasiswa MIPA.

Contoh kedua dari orang intelektual yang langsung menangani permasalahan lingkungan adalah beberapa dosen dari Fakultas Teknik yang mampu membuat alat untuk mengolah limbah batik, agar limbah batik yang di buang ke sungai tidak terlalu mencemari sungai. Beberapa dosen tersebut terjun langsung ke lapangan dan mempraktikkan kepada masyarakat bagaimana cara kerja dari alat tersebut.

Contoh ketiga adalah kolaborasi antara pihak UNS dengan beberapa UKM di UNS. Seperti yang kita ketahui, permasalahan lingkungan tidak hanya terjadi di lingkungan alam, namun juga di lingkungan sosial. Contohnya adalah para pedagang Pasar Tumpah yang berjualan di depan UNS setiap minggu pagi. Beberapa pedagang tersebut telah berjualan di sana selama puluhan tahun, sehingga tidak mengherankan apabila saat ini Pasar Tumpah tersebut semakin berkembang. Namun, karena tidak ada yang mengelola dengan baik, maka kehadiran Pasar Tumpah ini pun membawa permasalahan lingkungan dan sosial. Permasalahan lingkungan yang terjadi di sini adalah sampah dari barang dagangan. Sedangkan permasalahan sosial adalah para pedagang yang kurang mampu memanajemen penjualannya dengan baik. Oleh karena itulah, sebagai orang intelektual yang bertanggung jawab terhadap pemrasalahan

Page 3: Ilmu Pengetahuan Lingkungan

lingkungan, maka pihak UNS berkolaborasi dengan beberapa UKM untuk mengelola atau menertibkan Pasar Tumpah tersebut. Pasar Tumpah tersebut dipindahkan ke dalam UNS, kemudian para pedagang di tempatkan secara beraturan sehingga tampak rapi dan tertata dengan baik. Selain itu, secara tidak langsung mahasiswa dapat mengajarkan teori-teori kewirausahaan yang di dapatnya kepada para pedagang, sehingga pedagang dapat meningkatkan kualitasnya dalam berdagang. Selain itu mahasiswa dapat belajar kewirausahaan secara langsung dan nyata serta dapat menerapkan ilmu-ilmu kewirausahaan yang di dapatnya di bangku kuliah.

Namun, tidak jarang pula orang-orang intelektual tersebut hanya mengandalkan orang lain, tanpa mau bersusah payah dan hanya mencari jalan instannya saja.

Contoh pertama dari orang intelektual yang hanya mengandalkan orang lain dan lepas tangan dalam mengatasi permasalahan lingkungan adalah seseorang yang sebelumnya tinggal di kota kemudian pindah di desa. Di desanya ini tidak terdapat Tempat Pembuangan Sampah (TPS) sehingga ia kesulitan dalam membuang sampah. Orang ini bekerja di sebuah perusahaan di kota. Maka ketika ia pergi bekerja, ia akan membawa sampah dari rumahnya ke kantor untuk di buang ke kantor. Orang ini tidak memikirkan cara untuk mengatasi permasalahan tidak adanya TPS di desa tersebut. Dia hanya mau mengambil jalan instan dalam mengatasi permasalahannya.

Contoh kedua adalah banyaknya orang tua atau masyarakat yang mayoritas merupakan kaum intelektual lebih memilih untuk menyerahkan tanggung jawab pendidikan terhadap anaknya kepada lembaga-lembaga seperti pesantren dan sekolah, tanpa peduli akan perkembangan anaknya. Mereka lepas tangan dari tanggung jawabnya terhadap anak, dan apabila anaknya berkelakuan buruk, mereka hanya akan menyalahkan pihak sekolah atau pesantren.

Contoh ketiga terjadi di suatu lingkungan, dimana mayoritas didiami oleh kaum-kaum intelektual, namun kurang peduli terhadap masalah sosial yang terjadi di sekitarnya. Misal terjadi pencurian di lingkungan tersebut, mereka hanya mampu menyalahkan satpam atau RT setempat. Padahal, keamanan lingkungan adalah tanggung jawab bersama.

Pertanyaan dari Kelompok Lain :Bagaimana cara menumbuhkan rasa tanggung jawab untuk mengatasi permasalahan lingkungan? Karena biasanya rasa tanggung jawab dalam diri kita tersebut hanya bertahan sebentar dan kemudian hilang.

Jawaban Pertanyaan dari Kelompok Lain : Setiap manusia itu mempunyai dua sisi, sisi baik dan sisi jahat. Manusia

dengan sisi baik yang dominan adalah manusia yang mengetahui permasalahan lingkungan dan berusaha secara langsung untuk mengatasi permasalahan lingkungan tersebut. Sedangkan manusia dengan sisi buruk yang lebih dominan adalah manusia yang tidak mengatasi permasalahan lingkungan, namun menambah permasalahan lingkungan yang sudah ada.

Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab di dalam diri kita, kita dapat mengikuti seminar-seminar tentang lingkungan. Namun rasa tanggung jawab yang muncul dari seminar-seminar yang kita ikuti tidak akan bertahan lama

Page 4: Ilmu Pengetahuan Lingkungan

apabila kita tidak bergaul dengan orang-orang yang memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi pula.

Jadi, untuk meningkatkan rasa tanggung jawab terhadap permasalahan lingkungan, kita harus bergaul dengan lingkungan yang tepat. Bergaul dengan orang-orang yang memiliki kesadaran di dalam hatinya untuk tidak menambah masalah, namun mengatasi masalah. Dengan intensitas pergaulan yang tinggi dengan mereka, maka secara tidak langsung kita pasti akan merasakan kesadaran dan tanggung jawab terhadap permasalahan lingkungan.

Tanggapan dari Pak Slamet : Kebanyakan kaum intelektual-lah penyumbang permasalahan lingkungan

terbesar di sekitar kita. Contohnya pengusaha-pengusaha yang mendapatkan keuntungan besar, tanpa peduli terhadap lumpur lapindo yang disebabkan oleh usaha mereka. Contoh lainnya adalah pengusaha-pengusaha batik, mereka mendapatkan keuntungan dari batik-batik yang mereka jual, tanpa peduli akan limbah-limbah batik yang dihasilkan dan pada akhirnya mencemari sungai.

Orang-orang yang membuat alat-alat untuk mengatasi permasalahan lingkungan, contohnya dosen-dosen dari Fakultas Teknik, mereka bukan mengatasi permasalahan lingkungan seutuhnya, namun hanya “mengurangi” dampak dari permasalahan lingkungan yang dihasilkan.