27
1. A. Teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons Parson lahir tahun 1902 di Colorado Spring, Colorado. Ia berasal dari latar belakang religius dan intelektual. Ayahnya seorang Pendeta, profesor dan akhirnya menjadi rektor sebuah perguruan tinggi kecil. Parsons mendapat gelar sarjana muda dari Universitas Amherst tahun 1924 dan menyiapkan disertasinya di London School of Economics. Di tahun berikutnya ia pindah ke Heidelberg, Jerman. Max Weber lama berkarir di Heildelberg dan meski ia telah meninggal 5 tahun sebelum kedatangan Parsons, pengaruh Weber tetap bertahan dan jandanya terus menyelengarakan diskusi ilmiah di rumah dan Parsons menghadirinya. Parson sangat dipengaruhi oleh karya Weber dan sangat dipengaruhi oleh karya Weber dan akhirnya menulis disertainya di Heidelberg, yang sebagian menjelaskan karya Weber. Parsons mengajar di Harvard pada 1927 dan meski berganti jurusan beberapa kali, ia tetap di Harvard hingga akhir hayatnya tahun 1979. Kemajuan kariernya tak begitu cepat. Ia tak mendapatkan jabatan profesor hingga tahun 1939. dua tahun sebelumnya ia menerbitkan The Structure Social Action, sebuah buku yang tak hanya memperkenalkan pemikiran sosiolog utama seperti Weber kepada sejumlah besar sosiolog, tetapi juga meletakkan landasan bagi teori yang dikembangkan Parsons sendiri. Sesudah itu karier akademis Parsons maju pesat. Dia menjadi ketua jurusan sosiologi di Harvard pada 1944 dan dua tahun kemudian mendirikan Departemen Hubungan Sosial yang tak hanya memasukkan sosiolog, tetapi juga berbagai sarjana ilmu sosial lainnya. Tahun 1949, ia terpilih menjadi Presiden The American Sociological Association. Tahun 1950-an dan

Ilmu Sosial Dasar: Teori-Teori Dalam Masyarakat

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Teroi Menurut Para Ahli

Citation preview

1. A. Teori fungsionalisme struktural Talcott ParsonsParson lahir tahun 1902 di Colorado Spring, Colorado. Ia berasal dari latar belakang religius dan intelektual. Ayahnyaseorang Pendeta, profesor dan akhirnya menjadi rektor sebuah perguruan tinggi kecil. Parsons mendapat gelar sarjana muda dari Universitas Amherst tahun 1924 dan menyiapkan disertasinya di London School of Economics. Di tahun berikutnya ia pindah ke Heidelberg, Jerman. Max Weber lama berkarir di Heildelberg dan meski ia telah meninggal 5 tahun sebelum kedatangan Parsons, pengaruh Weber tetap bertahan dan jandanya terus menyelengarakan diskusi ilmiah di rumah dan Parsons menghadirinya. Parson sangat dipengaruhi oleh karya Weber dan sangat dipengaruhi oleh karya Weber dan akhirnya menulis disertainya di Heidelberg, yang sebagian menjelaskan karya Weber.Parsons mengajar di Harvard pada 1927 dan meski berganti jurusan beberapa kali, ia tetap di Harvard hingga akhir hayatnya tahun 1979. Kemajuan kariernya tak begitu cepat. Ia tak mendapatkan jabatan profesor hingga tahun 1939. dua tahun sebelumnya ia menerbitkan The Structure Social Action, sebuah buku yang tak hanya memperkenalkan pemikiran sosiolog utama seperti Weber kepada sejumlah besar sosiolog, tetapi juga meletakkan landasan bagi teori yang dikembangkan Parsons sendiri.Sesudah itu karier akademis Parsons maju pesat. Dia menjadi ketua jurusan sosiologi di Harvard pada 1944 dan dua tahun kemudian mendirikan Departemen Hubungan Sosial yang tak hanya memasukkan sosiolog, tetapi juga berbagai sarjana ilmu sosial lainnya. Tahun 1949, ia terpilih menjadi Presiden The American Sociological Association. Tahun 1950-an dan menjelang tahun 1960-an, dengan diterbitkan buku seperti The Social System (1951) Parsons menjadi tokoh dominan dalam sosiologi Amerika

Robert K. MertonRobert K. Merton (04 Juli 1910-23 Februari 2003) adalah seorang sosiolog asal Amerika yang mengakui bahwa pendekatan ini telah membawa kemajuan bagi sosiologis, dan dia juga mengakui bahwa fungsionalisme struktural mungkin tidak akan mampu mengatasi seluruh masalah sosial. Paradigma analisa fungsional Merton, mencoba membuat batasan-batasan beberapa konsep analisis dasar dari berbagai analisa fungsional dan menjelaskan beberapa ketidakpastian arti yang terdapat didalam postulat-postulat kaum fungsional. Robert K. Merton mengutip tiga postulat yang terdapat didalam analisa fungsional yang kemudian disempurnakannya satu demi satu. Yang pertama yaitu postulat kesatuan fungsional masyarakat, yang dapat dibatasi sebagai suatu keadaan dimana seluruh bagian dari sistem sosial bekerja sama dalam suatu tingkat keselarasan atau konsistensi internal yang memadai, tanpa menghasilkan konflik yang berkepanjangan yang tidak dapat diatasi, seluruh kepercayaan dan praktik sosial budaya standard bersifat fungsional bagi masyarakat secara keseluruhan maupun bagi individu dalam masyarakat, hal ini berarti sistem sosial yang ada pasti menunjukan tingginya level integrasi. Terdapat dari sini Merton berpendapat bahwa, hal ini tidak hanya berlaku pada masyarakat kecil tetapi generalisasi pada masyarakat yang lebih besar.B. Teori konflik Karl marxKarl Marx, pelopor utama gagasan "sosialisme ilmiah" dilahirkan tahun 1818 di kota Trier, Jerman, Ayahnya ahli hukum dan di umur tujuh belas tahun Karl masuk Universitas Bonn,juga belajar hukum. Belakangan dia pindah ke Universitas Berlin dan kemudian dapat gelar Doktor dalam ilmu filsafat dari Universitas Jena.

Entah karena lebih tertarik, Marx menceburkan diri ke dunia jurnalistik dan sebentar menjadi redaktur Rheinische Zeitung di Cologne. Tapi, pandangan politiknya yang radikal menyeretnya ke dalam rupa-rupa kesulitan dan memaksanya pindah ke Paris. Di situlah dia mula pertama bertemu dengan Friederich Engels. Tali persahabatan dan persamaan pandangan politik mengikat kedua orang ini selaku dwi tunggal hingga akhir hayatnya.

Marx tak bisa lama tinggal di Paris dan segera ditendang dari sana dan mesti menjinjing koper pindah ke Brussel. Di kota inilah, tahun 1847 dia pertama kali menerbitkan buah pikirannya yang penting dan besar The poverty of philosophy (Kemiskinan filsafat). Tahun berikutnya bersama bergandeng tangan dengan Friederich Engels mereka menerbitkan Communist Manifesto, buku yang akhirnya menjadi bacaan dunia. Pada tahun itu juga Marx kembali ke Cologne untuk kemudian diusir lagi dari sana hanya selang beberapa bulan. Sehabis terusir sana terusir sini, akhirnya Marx menyeberang Selat Canal dan menetap di London hingga akhir hayatnya.

Ralf DahrendorfDahrendorf adalah salah satu tokoh terkenal di Eropa dan Amerika Serikat. Nama lengkapnya adalah Ralf Gustav Dahrendorf. Lahir pada tanggal 1 Mei 1929 di Hamburg, Jerman. Saat berumur belasan tahun di Nazi German, Ralf Dahrendorf ikut pemusatan kemah dalam menentang negaranya sehingga lama kelamaan ia masuk dalam dunia politik.Dahrendorf menjadi anggota Parlemen Daerah dan menjadi Parlemen di Jerman Barat. Dia pernah bekerja pada akademik di Jerman, Inggris dan Amerika Serikat. Beliau adalah seorang tokoh sosiologi, philosophi dan tokoh politik. Beliau adalah seorang tokoh pemikir yang memberikan kontribusinya pada masyarakat mengenai pengertiannya tentang dunia modern.Pada tahun 1947-1952 dia belajar philosophi, philoshophy klasik dan sosiologi di Hamburg dan London. kemudian dia menjadi doctor of Philosophy (dr. Phil ) dan menjadi 24 honorer yang diterima kemudian mendapat gelar PhD di London School of Economic. 1952-1954 beliau mengajar di universitas Saabrucken kemudian masuk menjadi republik Federal German sebelum diajukan belajar di pusat ilmu tingkah laku Palo Alto.Pada tahun1958-1960 bergerak ke universitas Tubingan selama enam tahun. Pada tahun 1966-1969, beliau mengajar di universitas Konstanz. Tahun 1969-1970 beliau menjadi anggota dari the European Economics Comunity di Brussel, Belgium. tahun 1974- 1984 beliau kembali lagi menjadi profesor ilmu sosial selama tiga tahun dan menjadi seorang direktur pada sekolah tinggi ekonomi di London.Kedudukannya mulai meningkat menjadi pengawas pada St. Antonys Collage, Oxford University dan sekarang menduduki Majelis Tinggi di Inggris. Sebagai seorang teoritisi konflik maka Dahrendorf menyatakan dua perhatiannya pada konflik yaitu tentang teory masyarakat yang dianggap sebagai dirinya yang merupakan sebuah contoh dari penjelasan sosial. Dan yang kedua mengenai konflik itu sendiri yang dianggap sebagai konflik aktif yang merupakan sebuah argument atas pemikirannya dan Marx.Disamping menjadi penghias ksatria panglima perang, beliau juga mendapat award dari pemerintahan Jerman Barat, Austria, Belgia, Luxemburg dan Senegal. Dahrendorf adalah seorang penulis yang memberikan pengumuman umum bahwa dia bekerja tepat waktu memberikan pembenaran asli dan penulis ilmu sosial dan politik yang menginspirasi. Dahrendorf adalah seorang pemikir sosiologi modern yang terkenal akan teori konfliknya. pada abad ke 18 beliau melakukan survey konflik sosial dan politik pada masyarakat barat yaitu tentang kebebasan orang barat. Bukunya yang terkenal adalah Class and Class Conflik in Industrial SocietyC. Teori Pertukaran Sosial Bronislaw MalinowskiBronisaw Kasper Malinowski(lahir7 April1884meninggal16 Mei1942pada umur 58 tahun) adalah nama seorangantropologPolandiayang diakui sebagai salah satu antropolog terpenting pada abad ke-20 karena jasa dan kontribusinya yang besar dalam bidangetnografi,reciprocity, dan penelitian tentangMelanesia.Malinowski lahir diKrakw,Austria-Hungaria(Polandiasaat ini) dalam sebuah keluarga ekonomi menengah-atas. Ayahnya adalah seorang profesor dan ibunya adalah putri dari keluarga seorang tuan tanah. Di masa kecilnya, ia adalah seorang yang pesakitan dan lemah, namun sangat pintar secara akademik. Ia menerima gelar doktor dariJagiellonian Universitypada tahun1908, dengan konsentrasi ilmu matematika dan fisika. Ia kemudian melanjutkan pendidikannya di Universitas Leipizig selama dua tahun, tempat dimana ia mulai dipengaruhi pemikiranWilhem Wundtdan teorinya tentangfolk psychology. Hal tersebut kemudian memancing Malinowski untuk mendalami ilmu antropologi. Ketika itu,James Frazerdan beberapa penulis Inggris lainnya terkenal sebagai antropolog-antropolog terbaik, sehingga Malinowski memutuskan untuk berlayar keInggrisuntuk belajar diLondon School of Economicspada tahun1910Pada tahun1914ia pergi kePapua(Papua New Guinea saat ini]]) dan melakukan penelitian di Mailo dan kemudian, yang lebih terkenal, diKepulauan Trobriand. Ia sempat mendapatkan masalah pada penelitian itu.Perang Dunia Ipecah, dan sebagai orang Polandia yang berada di teritori Inggris ia ditahan dan tidak diperbolehkan untuk meninggalkan wilayah itu. Setelah beberapa lama, ia kemudian memutuskan untuk mempelajari suku pribumi Trobrainders dan tinggal bersama komunitas mereka hingga akhirnya ia dapat menguasai bahasa mereka, menjalin persahabatan dengan penduduk dan bahkan dikabarkan menjalin cinta dengan seorang wanita pribumi. Dalam periode itu lah ia mulai melakukan penelitian diKuladan menghasilkan teoriParticipant observationyang menjadi salah satu kunci metodologi antropologi saat ini. Patut diakui bahwa tanpa adanya perang dan terisolasinya Malinowski, teori yang banyak memengaruhi antropologi modern itu tak akan pernah ada.Pada tahun1922Malinowski mendapatkan gelar doktor antropologi dan mulai mengajar di London School of Economics. Pada tahun itu pula bukunya yang berjudulArgonauts of the Western Pacificditerbitkan. Buku itu diakui secara luas sebagai sebuah mahakarya dan Malinowski dinobatkan menjadi salah satu antropologi terbaik yang bernah ada. Selama tiga dekade selanjutnya Malinowski membawa LSE menjadi pusat pembelajaran antropologi terbaik di Inggris. Ia mengajar banyak orang, termasuk siswa dari daerah koloni Inggris yang kemudian menjadi figur penting di negaranya.Ia kemudian mengajar diYale University, Amerika Serikat, sampai ia wafat pada tahun1942.

Marcell MaussMarcel Mauss adalah seorang filsuf, sosiolog, dan antropolog abad 20 dari Prancis yang menginspirasi gerakan strukturalisme. Ia lahir di Epinal, 10 Mei 1872. Mauss adalah keponakan dari sosiolog dunia, Emile Durkheim, yang pemikirannya sangat mempengaruhi perkembangan intelejensi Mauss. Mauss adalah orang yang berhasil merobohkan tembok pemisah antara ilmu sosiologi dan antropologi dimana kedua disiplin tersebut seharusnya saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Selama hidupnya, Mauss menulis beberapa buku dan karyanya yang paling terkenal adalah Essai sur le don atau "The Gift" tahun 1923.Mauss, seperti Emile Durkheim, dibesarkan di lingkungan keluarga Yahudi Ortodoks. Ia pertama kali belajar ilmu filosofi di Bordeaux, tempat sang paman mengajar, kemudian hijrah ke Paris untuk mempelajari perbandingan agama dan Bahasa Sanskrit. Ia mempelajari beberapa bahasa seperti Yahudi, Yunani, Latin, dan Iran di Pratique des Hautes Etudesm, sebuah perguruan tempatnya mengajar nanti. Di tempat itu pula Mauss memperoleh pengetahuan tentang Sejarah Agama dan Masyarakat KunoDiantara sekian banyak buku yang ditulisnya, yang paling fenomenal adalah "The Gift". Buku ini berisi tentang pemikirannya bahwa tidak ada suatu pemberian pun yang "bebas/ gratis". Hal ini, menurutnya, didukung oleh sejarah manusia yang terus berulang dimana sebuah karunia selalu menuntut timbal balik. Satu pertanyaan Mauss yang terkenal mengenai timbal balik ini adalah "kekuatan apa yang melekat pada objek yang diberikan sehingga penerima harus membayar kembali?" Jawabannya ialah bahwa pemberian merupakan 'total prestation' yang disertai oleh mekanisme spiritual yang melibatkan kehormatan kedua belah pihak. Bagi Mauss, proses transaksi tersebut agak ajaib, sebab si pemberi tidak hanya memberikan benda namun juga bagian dari dirinya. Dengan kata lain, sebuah benda tidak akan pernah bisa terpisah seluruhnya dari orang-orang yang melakukan transaksi. Mauss menjabarkannya dalam tiga kewajiban, yaitu memberi, menerima, dan timbal balik.Pemikiran Mauss banyak menginspirasi tokoh-tokoh yang lebih muda darinya, misalnya Claude Levi-Strauss dan Georges Bataille. Namun, tidak sedikit juga yang mengkritik pemikiran Mauss itu. Salah satunya adalah antropolog Prancis Alain Testart yang berpendapat bahwa ada pemberian yang tidak terikat dengan timbal balik, misalnya ketika seseorang memberi uang kepada pengemis di sebuah kota besar. Si pemberi dan pengemis tidak saling mengenal dan kemungkinan tidak akan pernah bertemu lagi sehingga tidak akan ada hubungan timbal balik atau saling ketergantungan seperti yang dicetuskan oleh Mauss.Dalam karirnya, Mauss pernah menjadi Guru Besar Agama Primitif di cole des Hautes tudes Pratique, Paris pada tahun 1902 dan menjadi pengajar di College de France pada tahun 1931 hingga 1939 setelah mengambil studi Sosiologi di tempat yang sama. Ia juga merupakan salah satu pendiri Institut Etnologi Universitas Paris tahun 1925. Mauss menutup mata pada 20 Februari 1950 di Paris, Prancis.

D. Teori Interaksionisme Simbolik G. H. MeadGeorge Herbert Mead lahir di South Hadley, Massachussetts, Amerika pada tanggal 27 Februari 1863. Dia merupakan anak dari seorang pendeta. Ayahnya bernama Hiram Mead. Selain sebagai pendeta, ayah Mead juga merupakan pengajar di seminar teologi di Oberlin, Ohio. Ibu Mead yang bernama Elizabeth Storrs Billings merupakan pengajar di Oberlin College selama dua tahun kemudian menjadi presiden di Mount Holyoke College selama sepuluh tahun.

Mead masuk ke Harvard University selama satu tahun untuk mengkaji filsafat dan psikologi beserta bahasa Latin, Yunani, dan subyek lainnya. Mead tertarik pada filsafat romantik dan idealistik milik Hegel. Oleh karena itu dia pergi ke Jerman selama tiga tahun sebagai murid filsafat dan psikologi di Leipzig dan Berlin. Dalam prosesnya menuntut ilmu inilah Mead lebih tertarik pada psikologi ketimbang filsafat. Tahun 1891, Mead kembali ke AS dan mengajar di Universitas Michigan selama tiga tahun. Dan pada tahun 1894, ia bergabung dengan Departemen Filosofi di Universitas Chicago dan tetap di sana hingga meninggal pada tahun 1931.

Dalam hidupnya, Mead tidak pernah mengeluarkan atau menulis buku. Setelah dia meninggal, para mahasiswa Mead seperti Herbert Blumer dan William I. Thomas mengeluarkan buku tentang pemikiran Mead. Buku itu merupakan rangkuman pelajaran yang pernah Mead ajarkan kepada para mahasiswanya. Ini merupakan hasil pemikiran Mead yang didokumentasikan dari catatan para mahasiswanya. Oleh sebab itu buku tentang teori Mead dianggap kurang sistematis. C. H. CooleySosiolog Amerika Serikat ini lahir di Ann Arbor, dekat Michigan, 17 Agustus 1864. Ayahnya seorang pengacara dan hakim terkemuka di Michigan. Menamatkan sarjana mudanya di universitas Michigan tahun 1887. Setelah itu ia belajar ekonomi. Memulai kerjanya di pemerintahan, departemen komisi pengawas dan kantor sensus. Cooley menikah dengan anaknya professor di universitas Michigan, Elsie Jones ditahun 1890. Tahun 1892, Cooley menjadi dosen ilmu ekonomi, politik, sosiologi di universitas Michigan. Cooley ikut berperan atas terbentuknya sosiologis American society ditahun 1905. Akhir tahun 1928 kesehatannya menurun, didiagnosis terkena kanker dan akhirnya meninggal dunia, 8 Mei1929, usia 64 tahun.Selama hidupnya Cooley menghasilkan karya-karya ilmiah, yaitu; Human Nature and Social Order (3 jilid 1902), Social Organization (1909), Social Process (1918).Dalam sejarah tokoh sosiologi, Cooley dimasukan dalam sosiolog interaksionisme simbolik klasik. Cooley intens mempelajari interakasi antara individu dan masyarakat. Menurut Cooley diri seseorang berkembang dengan interaksi orang lain, dianalogikan diri yang melihat cermin, yaitu diri seseorang memantulkan apa yang dirasakannya sebagai tanggapan masyarakat terhadapnya. Bagi Cooley individu dan masyarakat saling melengkapi, dimana individu hanya akan menemukan bentuknya di dalam masyarakat.

E. Teori Perubahan Sosial Barat dan Wacana Teori Perubahan Sosial IslamF. Teori Perubahan Sosial dalam Prespektif Weber dan Ogburn Maximilian Weber(lahir diErfurt,Jerman,21 April1864meninggal diMnchen,Jerman,14 Juni1920pada umur 56 tahun) adalah seorang ahli ekonomi politik dan sosiolog dariJermanyang dianggap sebagai salah satu pendiri ilmu sosiologi dan administrasi negara modern. Karya utamanya berhubungan dengan rasionalisasi dalam sosiologi agama dan pemerintahan, meski ia sering pula menulis di bidangekonomi. Karyanya yang paling populer adalah esai yang berjudulEtika Protestan dan Semangat Kapitalisme, yang mengawali penelitiannya tentang sosiologi agama. Weber berpendapat bahwa agama adalah salah satu alasan utama bagi perkembangan yang berbeda antara budaya Barat dan Timur. Dalam karyanya yang terkenal lainnya,Politik sebagai Panggilan, Weber mendefinisikan negara sebagai sebuah lembaga yang memiliki monopoli dalam penggunaan kekuatan fisik secara sah, sebuah definisi yang menjadi penting dalam studi tentang ilmu politik Barat modern. William Fielding Ogburn lahir di Butler, Georgia pada tanggal 29 Juni 1886. Setelah beliau lulus dari Universitas Penyalur Tekstil, Georgia pada tahun 1905, beliau menginginkan untuk memasuki pekerjaan professional. Ogburn kemudian memulai studinya pada bidang sosiologi. Beliau adalah seorang profesor sosiologi di sebuah Perguruan Tinggi di Portland, Oregon. Selama 4 tahun beliau berda di sana. Kemudian beliau kembali ke Universitas Columbia. Pada tahun 1927, Ogburn dipanggil ke Chicago untuk mengajar pada sebuah Perguruan Tinggi. Beliau menerima gelar akademis kehormatan LL.D dari almamaternya dan juga dari Universitas Carolina Utara.W.F. Ogburn merupakan ilmuwan pertama yang melakukan penelitian terinci mengenai proses perubahan yang sebenarnya terjadi. Beliau telah mengemukakan beberapa teori, suatu yang terkenal mengenai perubahan dalam masyarakat yaituCultural Lag(artinya ketinggalan kebudayaan) adalah perbedaan antara tarif kemajuan dari berbagai bagian dalam kebudayaan dari suatu masyarakat. Ogburn berusaha untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan antara teori biologis dengan berbagai teori evolusi tanpa mengesampingkan konsep evolusi secara menyeluruh. W.F. Ogburn akhirnya meninggal di Tallahassee, Florida pada tanggal 27 April 1959, (Yuliyantho, 2010).

2. Latar belakang terbentiknya teori tentang masyarakatA. Teori fungsionalisme struktural Talcott Parsons Robert K. MertonDalam teori Fungsionalisme Strukturalnya, Robert K Merton mengkritik 3 postulat yang di kembangkan oleh malinowksi dan redcliffe-Brown.Postulat tersebut antara lain; Postulat Kesatuan masyarakat yang fungsional, Postulat Fungsionalisme Universal, Postulat Indespensability.Pendapat merton , bahwa seluruh postulat fungsional tersebut bersandar pada pernyataan non empiris yang didasarkan pada sistem teoritis abstrak. Keyakinan merton bahwa uji empiris, bukan pernyataan teoritis, adalah sesuatau yang krusial bagi analisis fungsional. Dari sudut pandang tersebut merton menjelaskan bahwa analisis structural-fungsional memusatkan perhatian pada kelompok, organisasi, masyarakat, dan kebudayaan. Ia menyatakan bahwa objek apa pun yang dapat dianalisis secara struktural fungsional harus mempresentasikan unsur unsur standar ( berulang dan berpola ).Fokus pada fungsionalisme struktural harus diarahkan pada fungsi fungsi sosial ketimbang pada motif individu.Fungsimenurut merton, didefinisikan sebagai konsekuensi konsekuensi yang di sadari dan yang menciptakan adaptasi atau penyesuaian suatu sistem. Namun, jelas terdapat bias ideologis ketika orang hanya memusatkan perhatiannya pada adaptasi atau penyesuaian, karena selalu ada konsekuensi positif. Namun perlu di ketahui bahawa suatu fakta sosial dapat mengandung konsekuensi negative bagi fakta sosial lain. Untuk memperbaiki kelemahan Fungsionalisme Struktural ini, Merton mengembangkan gagasan tentangDisfungsi.Ketika struktur atau institusi dapat memberikan kontribusi pada terpeliharanya bagian lain sistem sosial, mereka pun dapat mengandung konsekuensi negative bagi bagian -bagian yang lain.Merton mengemukakan gagasan tentangnonfungsi, yang ia definisikan sebagai konsekuensi yang tidak relevan bagi sistem tersebut. Termasuk di dalamnya adalah bentuk -bentuk sosial yang masih bertahan. Meskipun bentuk bentuk tersebut mungkin mengandung konsekuensi negative atau positif di masa lalu, tidak efek signifikan yang mereka berikan pada masyarakat sekarang. Merton juga memeperkenalkan konsep fungsiManifestdan fungsiLaten.FungsiManifestadalah fungsi yang di kehendaki dan fungsilatenadalah yang tidak di kehendaki. Contohnya untuk meningkatkan produktivitas ekonomi kawasan selatan, namun ia memiliki fungsi laten yaitu menghasilkan begitu banyak kelas budak yang berfungsi meningkatkan status sosial warga kulit putih di selatan, kaya atau miskin. Gagasan ini terkait dengan konsep merton yang lain (konsekuensi yang terantisipasi). Tindakan mengandung konsekuensi yang dikehendaki maupun yang tidak di kehendaki. Meski setiap orang menyadari konsekuensi konsekuensi tersebut.

B. Teori konflik Karl marxKarya tulisan Marx merumuskan dasar teoritis Komunisme. Ditilik dari perkembangan luarbiasa gerakan ini di abad ke-20, sangat layaklah kalau dia mendapat tempat dalam urutan tinggi buku ini. Masalahnya, seberapa tinggi?

Faktor utama bagi keputusan ini adalah perhitungan arti penting Komunis jangka panjang dalam sejarah. Sejak tumbuhnya Komunisme sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah masa kini, terasa sedikit sulit menentukan dengan cermat perspektif masa depannya. Kendati tak seorang pun sanggup memastikan seberapa jauh Komunisme bisa berkembang dan berapa lama ideologi ini bisa bertahan, yang sudah pasti dia merupakan ideologi kuat dan tangguh serta berakar kuat menghunjam ke bumi, dan sudah bisa dipastikan punya pengaruh besar di dunia untuk paling sedikit beberapa abad mendatang.

Pada saat kini, sekitar seabad sesudah kematian Marx, jumlah manusia yang sedikitnya terpengaruh oleh Marxisme sudah mendekati angka 1,3 milyar banyaknya. Jumlah penganut ini lebih besar dari jumlah penganut ideologi mana pun sepanjang sejarah manusia. Bukan sekedar jumlahnya yang mutlak, melainkan juga sebagai kelompok dari keseluruhan penduduk dunia. Ini mengakibatkan kaum Komunis, dan juga sebagian yang bukan Komunis, percaya bahwa di masa depan tidak bisa tidak Marxisme akan merebut kemenangan di seluruh dunia. Namun, adalah sukar untuk memantapkan kebenarannya dengan keyakinan yang tak bergoyah. Telah banyak contoh-contoh ideologi yang tampaknya sangat punya pengaruh penting pada jamannya tapi pada akhirnya melayu dan sirna. (Agama yang didirikan oleh Mani bisa dijadikan misal yang menarik). Jika kita surut ke tahun 1900, akan tampak jelas bahwa demokrasi konstitusional merupakan arus yang akan jadi anutan masa depan. Berpegang pada harapan, tampaknya memang begitu, tapi sekarang tak ada lagi orang yang yakin segalanya sudah terjadi sebagaimana bayangan semula.

Ralf DahrendorfAdapun asumsi yang mendasari teori sosial nonMarxian dibawa oleh Dahrendorf. Ralf Dahrendorf mempunyai pandangan lain dalam melihat konflik sosial. Bagi Dahrendorf, konflik di masyarakat disebabkan oleh berbagai aspek sosial. Bukan melulu persoalan ekonomi sebagaimana menurut Karl Marx. Aspek-aspek sosial yang ada di masyarakat ini kemudian terwujud dalam bentuk teratur dalam organisasi sosial. Konflik sosial merupakan sesuatu yang endemik dalam pandangan Dahrendorf.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori konflik Dahrendorf dimana manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai andil dalam terjadinya disintegrasi dan perubahan sosial. Masyarakat selalu dalam keadaan konflik menuju proses perubahan. Masyarakat dalam berkelompok dan hubungan sosial didasarkan atas dasar dominasi yang menguasai orang atau kelompok yang tidak mendominasi.[2] Teori konflik memandang masyarakat disatukan oleh ketidakbebasan yang dipaksakan. Dengan demikian, posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan otoritas terhadap posisi yang lain. Fakta kehidupan sosial ini mengarahkan Dahrendorf kepada tesis sentralnya bahwa perbedaan distribusi otoritas selalu menjadi faktor yang menentukan konflik sosial sistematis.C. Teori Pertukaran Sosial Bronislaw MalinowskiDalam masyaraka primitif ada kecondongan naluri antara individunya untuk secara spontan taat kepada adat istiadat. Namun pendirian ini ditentang oleh Malinowski, menurutnya berbagai macam sistem tukar menukar yang ada di masyarakat serupa itu merupakan daya pengikat dan daya gerak dari masyarakat. Sistem menyumbang untuk menimbulkan kewajiban membalaas itu merupakan suatu dasar yang mengaktifkan kehidupan masyarakat yang disebutnya dengan prinsip timbal balik. Suatu pendirian penting dari Malinowski adalah mitologi atau himpunan dongeng-dongeng suci dalam masyarakat.Teori Fungsional tentang Kebudayaan. Dalam buku Malinowski A Scientific Theory of Culture and Other Essays (1994), ia menggembangkan tentang fungsi unsur-unsur kebudayaan yang sangat kommplex. Inti dari teori itu adalah pendirian bahwa segala aktivitas kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah kebutuhan naluri makhluk manusia yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya.Malinowski tentang Perubahan Kebudayaan. Pada akhir hidupnya ia berhasil menulis sebuah buku yang berjudul The Dynamucs of Culture Change, An Inquiry into Race Relation in Africa (!945). Dalam buku itu mengajukan suatu metode untuk mencatat dan menganalisa sejarah dan proses-proses perubahan kebudayaan dalam suatu masyarakat yang hidup. Marcell Mauss

D. Teori Interaksionisme Simbolik G. H. MeadBahasa atau komunikasi melalui simbol-simbol adalah merupakan isyarat yang mempunyai arti khusus yang muncul terhadap individu lain yang memiliki ide yang sama dengan isyarat-isyarat dan simbol-simbol akan terjadi pemikiran (mind). Manusia mampu membayangkan dirinya secara sadar tindakannya dari kacamata orang lain; hal ini menyebabkan manusia dapat membentuk perilakunya secara sengaja dengan maksud menghadirkan respon tertentu dari pihak lain. Tertib masyarakat didasarkan pada komunikasi dan ini terjadi dengan menggunakan simbol-simbol. Proses komunikasi itu mempunyai implikasi pada suatu proses pengambilan peran (role taking). Komunikasi dengan dirinya sendiri merupakan suatu bentuk pemikiran (mind), yang pada hakikatnya merupakan kemampuan khas manusia. Konsep diri menurut George Herbert Mead, pada dasarnya terdiri dari jawaban individu atas pertanyaan "Siapa Aku". Konsep diri terdiri dari kesadaran individu mengenai keterlibatannya yang khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang sedang berlangsung. Kesadaran diri merupakan hasil dari suatu proses reflektif yang tidak kelihatan, dan individu itu melihat tindakan-tindakan pribadi atau yang bersifat potensial dari titik pandang orang lain dengan siapa individu ini berhubungan. Pendapat Goerge Herbert Mead tentang pikiran, menyatakan bahwa pikiran mempunyai corak sosial, percakapan dalam batin adalah percakapan antara "aku" dengan "yang lain" di dalam aku. Untuk itu, dalam pikiran saya memberi tanggapan kepada diri saya atas cara mereka akan memberi tanggapan kepada saya. "Kedirian" (diri) diartikan sebagai suatu konsepsi individu terhadap dirinya sendiri dan konsepsi orang lain terhadap dirinya Konsep tentang "diri" dinyatakan bahwa individu adalah subjek yang berperilaku dengan demikian maka dalam "diri" itu tidaklah semata-mata pada anggapan orang secara pasif mengenai reaksi-reaksi dan definisi-definisi orang lain saja. Menurut pendapatnya diri sebagai subjek yang bertindak ditunjukkan dengan konsep "I" dan diri sebagai objek ditunjuk dengan konsep "me" dan Mead telah menyadari determinisme soal ini. Ia bermaksud menetralisasi suatu keberatsebelahan dengan membedakan di dalam "diri" antara dua unsur konstitutifis yang satu disebut "me" atau "daku" yang lain "I" atau "aku". Me adalah unsur sosial yang mencakup generalized other. Teori George Herbert Mead tentang konsep diri yang terbentuk dari dua unsur, yaitu "I" (aku) dan "me" (daku) itu sangat rumit dan sulit untuk di pahami.

C. H. CooleyLatar belakang uraian Cooley tentang kelompok primer adalah kejengkelannya melihat perkembangan masyarakat modern, dimana pergaulan dan kerjasama individu-kelompok lebih berdasarkan perhitungan untung rugi, dan makin berkurangnya bentuk-bentuk kehidupan bersama yang berdasarkan kasih sayang seperti keluarga, rukun tetangga dan kelompok-kelompok persahabatan.Sebagai sosiolog, Cooley begitu romantik. Pemikiran Cooley banyak dipengaruhi oleh George Herbert Mead, Sigmund Frued, dan suasana damai kota Ann Arbor. Pemikirannya cukup berpengaruh dan memberikan inspirasi, utamanya bagi perintis Teori Interaksi Simbol seperti Mead dan Blumer

E. Teori Perubahan Sosial Barat dan Wacana Teori Perubahan Sosial IslamF. Teori Perubahan Sosial dalam Prespektif Weber dan Ogburn Maximilian WeberWeber sebenarnya hidup tatkala Eropa Barat sedang menjurus kearah pertumbuhan kapitalisme modern. Situasi demikian ini yang mendorongnya untuk mencari sebab-sebab hubungan antara tingkah laku, agama dan ekonomi, terutama di masyarakat Eropa Barat yang mayoritas masyarakatnya memeluk agama protestan.Apa yang menjadi bahan perhatian Weber dalam hal ini sesungguhnya juga telah menjadi perhatian Karl Marx, dimana pertumbuhan kapitalisme modern pada masa itu telah menimbulkan keguncangan hebat di lapangan kehidupan social masyarakat Eropa Barat.Muncul dan berkembangnya kapitalisme di Eropa Barat berlangsung secara bersamaan dengan perkembangan sekte Calvinisme dalam agama protestan. Argumennya adalah ajaran Calvinisme mengharuskan umatnya untuk menjadikan dunia tempat yang makmur. Hal ini dapat dicapai dengan usaha dan kerja keras dari individu itu sendiri.Ajaran Calvinisme mewajibkan umatnya hidup sederhana dan melarang segala bentuk kemewahan apalagi digunakan untuk berpoya-poya. Akibat ajaran Calvinisme, para penganut agama ini menjadi semakin makmur karena keuntungan yang mereka peroleh dari hasil usaha tidak dikonsumsikan, melainkan ditanamkan kembali dalam usaha mereka. Melalui cara inilah, kapitalisme di Eropa Barat berkembang.Sosiolog Weberian dipandang sebagai salah satu alternative pemikiran tentang kelas social yang sebelumnya didominasi oleh arus pemikiran Marxian. Yakni adanya kaum tuan tanah (borjuis). Walaupun mempunyai concern yang sama terhadap fenomena kelas dan struktur dalam masyarakat, namun Weber dan Marx menghasilkan dua arah pemikiran yang berbeda. Bila Marx, lebih dikuasai dengan karakter utama reduksionis dan deterministic dalam pemikirannyaWeber justru memperlihatkan kompleksitas dan pluralisme dalam memandang fenomena social di masyarakat. Namun, secara garis besar dalam keseluruhan tulisannya dapat dikatakan bahwa Max Weber sangat dipengaruhi oleh Marx. Dalam karya Weber mengembangkan analisis social yang jauh lebih luas dari Marx yang selalu berawal dan berakhir dalam dimensi ekonomi. Perhatian Weber terhadap factor-faktor pembentuk struktur masyarakat diluar ekonomi meliputi nilai, religi, ide dan budaya yang dianggapnya mempunyai peran yang sejajar dengan factor ekonomi.Inilah titik tolak yang menjadi pembeda antara Marx dan Weber dimana Marx menganggap ekonomi adalah dasar utama bagi pembentukan struktur dalam masyarakat. Perbedaan diantara dua pemikir besar ini sangat mungkin disebabkan oleh dua hal:Pertama adalah konteks social yang dihadapi keduanya sangat berbeda. Weber hidup setelah Marx ketika kapitalisme telah jauh berkembang dan menunjukkan eksistensi bentuk dan pola produksi yang telah berubah dengan bentuk awal yang diperhatikan oleh Marx. Sedangkan yang kedua adalah, bila Marx menjadikan Inggris khususnya dan Eropa Barat pada umumnya sebagai pijakan pengamatan realitas social, Weber justru mengalami fase penting perkembangan intelektualnya di Amerika yang struktur dan kontruksi masyarakatnya jauh berbeda dengan di Inggris. William FieldingOgburn memusatkan perhatian pada perkembangan teknologi dan ia menjadi terkenal karena mengembangkan ide mengenai ketertinggalan budaya dan penyesuaian tak terelakkan dari faktor-faktor kebudayaan terhadap teknologi.Teori ketertingalan kebudayaan ini melibatkan dua variable yang telah menunjukkan penyeswuaian pada waktu tertentu. Tetapi karena penciptaan atau penemuan baru, salah satu variabel berubah lebih cepat daripada varuiabel lain. Dengan kata lain, bila laju perubahan bagian-bagian yang saling tergantung dari satu kebudayaan tidak sama, maka kita berhadapan dengan kondisi ketertinggalan kebudayaan, dan penyesuaian selanjutnya kurang memuaskan dengan tujuan yang dicapai mula-mula, (Lauer, 1993: 209).Ketidakmampuan menyesuaikan diri yang dikemukakan Ogburn ini berakibat bagi kualitas hidup manusia. Ia menyatakan ada dua jenis penyesuaian sosial. Pertama, penyesuaian antara berbagai bagian kebudayaan. Kedua, enyesuaian antara kebudayaan dan manusia. Masalah penyesuaian manusia terlihat dalam berbagai jenis ketegangan dan perampasan hak, kejahata, pelacuran, dan berbagai masalah sosial lain yang merupakan tanda-tanda ketidakmampuan menyesuaikan diri dalam kehidupan sosial, (Lauer, 1993: 210).Teori Materialis yang disampaikan oleh William F. Ogburn pada intinya mengemukakan bahwa:1.Penyebab dari perubahan adalah adanya ketidakpuasan masyarakat karena kondisi sosial yang berlaku pada masa yang mempengaruhi pribadi mereka.2.Meskipun unsur-unsur sosial satu sama lain terdapat hubungan yang berkesinambungan, namun dalam perubahan ternyata masih ada sebagian yang mengalami perubahan tetapi sebagian yang lain masih dalam keadaan tetap (statis). Hal ini juga disebut dengan istilahcultural lag, ketertinggalan menjadikan kesenjangan antar unsur-unsur yang berubah sangat cepat dan yang berubah lambat. Kesenjangan ini akan menyebabkan kejutan sosial pada masyarakat. Ketertinggalan budaya menggambarkan bagaimana beberapa unsur kebudayaan tertinggal di belakang perubahan yang bersumber pada penciptaan, penemuan dan difusi. Teknologi, menurut Ogburn, berubah terlebih dahulu, sedangkan kebudayaan berubah paling akhir. Dengan kata lain kita berusaha mengjar teknologi yang terus menerus berubah dengan mengadaptasi adat dan cara hidup kita untuk memenuhi kebutuhan teknologi. Teknologi menyebabkan terjadinya perubahan sosial cepat yang sekarang melanda dunia.

3. Asumsi dasarA. Teori fungsionalisme struktural Talcott ParsonsAsumsi dasar dari Teori Fungsionalisme Struktural, yaitu bahwa masyarakat terintegrasi atas dasar kesepakatan dari para anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu yang mempunyai kemampuan mengatasi perbedaan-perbedaan sehingga masyarakat tersebut dipandang sebagai suatu sistem yang secara fungsional terintegrasi dalam suatu keseimbangan. Dengan demikian masyarakat adalah merupakan kumpulan sistem-sistem sosial yang satu sama lain berhubungan dan saling ketergantungan.Teori Fungsionalisme Struktural yang mempunyai latar belakang kelahiran dengan mengasumsikan adanya kesamaan antara kehidupan organisme biologis dengan struktur sosial dan berpandangan tentang adanya keteraturan dan keseimbangan dalam masyarakat tersebut dikembangkan dan dipopulerkan oleh Talcott Parsons. Robert K. Merton

B. Teori konflik Karl marxAda beberapa asumsi dasar dari teori konflik ini. Teori konflik merupakan antitesis dari teori struktural fungsional, dimana teori struktural fungsional sangat mengedepankan keteraturan dalam masyarakat. Teori konflik melihat pertikaian dan konflik dalam sistem sosial. Teori konflik melihat bahwa di dalam masyarakat tidak akan selamanya berada pada keteraturan. Buktinya dalam masyarakat manapun pasti pernah mengalami konflik-konflik atau ketegangan-ketegangan. Kemudian teori konflik juga melihat adanya dominasi, koersi, dan kekuasaan dalam masyarakat. Teori konflik juga membicarakan mengenai otoritas yang berbeda-beda. Otoritas yang berbeda-beda ini menghasilkan superordinasi dan subordinasi. Perbedaan antara superordinasi dan subordinasi dapat menimbulkan konflik karena adanya perbedaan kepentingan.Teori konflik juga mengatakan bahwa konflik itu perlu agar terciptanya perubahan sosial. Ketika struktural fungsional mengatakan bahwa perubahan sosial dalam masyarakat itu selalu terjadi pada titik ekulibrium, teori konflik melihat perubahan sosial disebabkan karena adanya konflik-konflik kepentingan. Namun pada suatu titik tertentu, masyarakat mampu mencapai sebuah kesepakatan bersama. Di dalam konflik, selalu ada negosiasi-negosiasi yang dilakukan sehingga terciptalah suatu konsensus.Menurut teori konflik, masyarakat disatukan dengan paksaan. Maksudnya, keteraturan yang terjadi di masyarakat sebenarnya karena adanya paksaan (koersi). Oleh karena itu, teori konflik lekat hubungannya dengan dominasi, koersi, dan power. Ralf DahrendorfAdapun asumsi yang mendasari teori sosial nonMarxian dibawa oleh Dahrendorf. Ralf Dahrendorf mempunyai pandangan lain dalam melihat konflik sosial. Bagi Dahrendorf, konflik di masyarakat disebabkan oleh berbagai aspek sosial. Bukan melulu persoalan ekonomi sebagaimana menurut Karl Marx. Aspek-aspek sosial yang ada di masyarakat ini kemudian terwujud dalam bentuk teratur dalam organisasi sosial. Konflik sosial merupakan sesuatu yang endemik dalam pandangan Dahrendorf.Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori konflik Dahrendorf dimana manusia adalah makhluk sosial yang mempunyai andil dalam terjadinya disintegrasi dan perubahan sosial. Masyarakat selalu dalam keadaan konflik menuju proses perubahan. Masyarakat dalam berkelompok dan hubungan sosial didasarkan atas dasar dominasi yang menguasai orang atau kelompok yang tidak mendominasi.[2] Teori konflik memandang masyarakat disatukan oleh ketidakbebasan yang dipaksakan. Dengan demikian, posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan otoritas terhadap posisi yang lain. Fakta kehidupan sosial ini mengarahkan Dahrendorf kepada tesis sentralnya bahwa perbedaan distribusi otoritas selalu menjadi faktor yang menentukan konflik sosial sistematis.C. Teori Pertukaran Sosial Bronislaw MalinowskiMalinowski dan Brown dipengaruhi oleh ahli-ahli sosiologi yang melihat masyarakat sebagai organisme hidup, dan keduanya menyumbangkan buah pikiran mereka tentang hakikat, analisa fungsional yang dibangun di atas model organis. Di dalam batasannya tentang beberapa konsep dasar fungsionalisme dalam ilmu-ilmu sosial, pemahaman Radcliffe-Brown (1976:503-511) mengenai fungsionalisme struktural merupakan dasar bagi analisa fungsional kontemporer : Fungsi dari setiap kegiatan yang selalu berulang, seperti penghukuman kejahatan, atau upacara penguburan, adalah merupakan bagian yang dimainkannya dalam kehidupan sosial sebagai keseluruhan dan, karena itu merupakan sumbangan yang diberikannya bagi pemeliharaan kelangsungan struktural (Radcliffe-Brown (1976:505). Marcell MaussMenyatakan bahwa inti dari teori ini ialah bahwa manusia adalah makhluk yang mencari keuntungan dan menghindari biaya manusia, dalam prespektif para penganut teori pertukaran, merupakan makhluk pencari imbalan.Dan dalam perlembangannya teori ini meninggalkan asumsi utamanya yaitu, bahwa manusia tidak hanya mencari dan menukarkan komoditas material saja namun juga nonmaterial seperti jasa dan perasaan.

D. Teori Interaksionisme Simbolik G. H. MeadMenurut Mead, manusia mempunyai sejumlah kemungkinan tindakan dan pemikiranya sebelum ia memulai tindakan yang sebenarnya dengan melalui pertimbangan. Karena itu, dalam tindakan manusia terdapat suatu proses mental yang tertutup yang mendahului proses tindakan yang sesungguhnya.Berpikir menurut Mead adalah suatu proses individu berinteraksi dengan dirinya sendiri dengan memilih dan menggunakan simbol-simbol yang bermakna. Melaui proses interaksi dengan dirinya sendiri itu, individu memilih mana diantara stimulus yang tertuju padanya akan ditanggapinya. Dengan demikian, individu tidak secara langsung menanggapi stimulus, tetapi terlebih dahulu memilih dan kemudian memutuskan stimulus yang akan ditanggapinya.Simbol atau tanda yang diberikan oleh manusia dalam melakukan interaksi mempunyai makna-makna tertentu , sehingga dapat menimbulkan komunikasi. Menurut Mead, komunikasi secara murni baru terjadi bila masing-masing pihak tidak saja memberikan makna pada perilaku mereka sendiri, tetapi memahami atau berusaha memahami makna yang diberikan oleh pihak lain. Dalam hubungan ini, Habermas mengemukakan dua kecendrungan fungsional dalam argument bahasa dan komunikasi serta hubungan dengan perkembangan manusia. Pertama, bahwa manusia dapat mengarahkan orientasi perilaku mereka pada konsekuensi-konsekuensi yang paling positif . Kedua, sebagai kenyataan bahwa manusia terlibat dalam interaksi makna yang kompleks dengan orang yang lain, dapat memaksa mereka untuk cepat berinteraksi dengan apa yang diinginkankan orang lain.Pada awal perkembangannya, interaksi simbolik lebih menekankan studinya tentang perilaku manusia pada hubungan interpersonal, bukan pada keseluruhan kelompok atau masyarakat. Proporsi paling mendasar dari interaksi simbolik adalah perilaku dan interaksi manusia itu dapat dibedakan, karena ditampilkan lewat symbol dan maknanya. Mencari makna dibalik yang sensual menjadi penting didalam interaksi simbolis. Secara umum, ada enam proporsi yang dipakai dalam konsep interaksi simbolik, yaitu;1.Perilaku manusia mempunyai makna dibalik yang menggejala;2.Pemaknaan manusia perlu dicari sumber pada ineraksi social manusia;3. Masyarakat merupakan proses yang berkembang holistic, tak terpisah, tidak linear, tidak terduga;4.Perilaku manusia itu berlaku berdasarkan berdasar penafsiran fenomenlogik, yaitu berlangsung atas maksud, pemaknaan, dan tujuan, bukan didasarkan atas proses mekanik dan otomatis.5.Konsep mental manusia itu berkembang dialektik; dan6.Prilaku manusia itu wajar dan konstruktif reaktif.

C. H. CooleyTeori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang mengemukakan tentang diri sendiri (the self) dan dunia luarnya. Di sini Cooley menyebutnya sebagai looking glass self. Artinya setiap hubungan sosial di mana seseorang itu terlibat merupakan satu cerminan diri yang disatukan dalam identitas orang itu sendiri. Jadi maksudnya kita bisa melihat atau mengoreksi diri kita dengan melalui orang lain. Esensi dari teori ini adalah simbol dan makna. Makna adalah hasil dari interaksi sosial. Ketika kita berinteraksi dengan orang lain, ita berusaha mencari makna yang cocok dengan orang tersebut. Kita juga berusaha mengintepretasikan maksud seseorang melalui simbolisasi yang dibangun. Seperti namanya, teori ini berhubungan dengan media simbol dimana interaksi terjadi. Tingkat kenyataan sosial sosial yang utama yang menjadi pusat perhatian interaksionisme simbolik adalah pada tingkat mikro, termasuk kesadaran subyektif dan dinamika interaksi antar pribadi. Teori interaksionisme simbolik memberikan gambaran mengenai hakikat kenyataan sosial yang berbeda secara kontras yang terdapat dalam interaksionisme simbolik. Bagi interaksionisme simbolik, organisasi sosial tidak menentukan pola-pola interaksi. Organsisasi muncul dari proses interaksi.

E. Teori Perubahan Sosial Barat dan Wacana Teori Perubahan Sosial IslamF. Teori Perubahan Sosial dalam Prespektif Weber dan Ogburn Maximilian WeberMax Weber bertolak dari asumsi dasar bahwa rasionalitas adalah unsur pokok peradaban Barat yang mempunyai nilai dan pengaruh universal. Dalam kegiatan ekonomi dapat dilihat bahwa banyak peradaban dalam sejarah yang mengenal mencari laba. Akan tetapi hanya di Baratlah aktivitas mencari laba tersebut diselenggarakan lebih terorganisir secara rasional. Selanjutnya inilah akar utama system perekonomian kapitalis yang mewujudkan diri dalam perilaku ekonomi tertentu, Max Weber (Deliarnov, 2007:134). William Fielding