22
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Pada dasarnya, setiap orang memiliki kebutuhan yang sama. Akan tetapi karena terdapat perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berfikir keras dan bergerak untuk berusaha mendapatkan. Kebutuhan fisiologis atau kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan yang paling mendasar yang harus terpenuhi agar kelangsungan hidup bisa bertahan. Ada beberapa kebutuhan fisik manusia yang akan dibahas yaitu Mobilisasi yang merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur serta pengaturan posisi sebagai salah satu cara mengurangi resiko menghindari terjadinya dekubitus/pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh dan mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan body aligmen ( struktur tubuh ). Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment ( gangguan pada alat/organ tubuh ) yang bersifat fisik atau mental. Keperawatan klinik menghendaki perawatan untuk menggabungkan ilmu pengetahuan dan keterampilan ke dalam praktik. Salah satu komponen dari ilmu pengetahuan dan keterampilan adalah mekanika Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 1

IMOBILITAS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah imobilisasi

Citation preview

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Manusia memiliki kebutuhan dasar yang bersifat heterogen. Pada dasarnya,

setiap orang memiliki kebutuhan yang sama. Akan tetapi karena terdapat

perbedaan budaya, maka kebutuhan tersebut pun ikut berbeda. Dalam

memenuhi kebutuhannya, manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang

ada. Lalu jika gagal memenuhi kebutuhannya, manusia akan berfikir keras

dan bergerak untuk berusaha mendapatkan.

Kebutuhan fisiologis atau kebutuhan fisik manusia merupakan kebutuhan

yang paling mendasar yang harus terpenuhi agar kelangsungan hidup bisa

bertahan. Ada beberapa kebutuhan fisik manusia yang akan dibahas yaitu

Mobilisasi yang merupakan suatu kemampuan individu untuk bergerak

secara bebas, mudah dan teratur serta pengaturan posisi sebagai salah satu

cara mengurangi resiko menghindari terjadinya dekubitus/pressure area

akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh dan mempertahankan

posisi tubuh dengan benar sesuai dengan body aligmen ( struktur tubuh ).

Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat

berbagai penyakit atau impairment ( gangguan pada alat/organ tubuh ) yang

bersifat fisik atau mental.

Keperawatan klinik menghendaki perawatan untuk menggabungkan ilmu

pengetahuan dan keterampilan ke dalam praktik. Salah satu komponen dari

ilmu pengetahuan dan keterampilan adalah mekanika tubuh, suatu istilah

yang digunakan untuk menggambarkan usaha dalam mengkoordinasikan

system musculoskeletal dan saraf.

Imobilisasi dapat dilakukan terhadap sel maupun terhadap enzim, Imobilisasi

enzim dapat dianggap sebagai metode yang mengubah enzim dari bentuk

larut dalam air “bergerak” menjadi keadaan “tak bergerak” yang tidak larut.

Imobilisasi mencegah difusi enzim ke dalam campuran reaksi dan Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 1

mempermudah memperoleh kembali enzim tersebut dari aliran produk

dengan teknik pemisahan padat/cair yang sederhana. Imobilisasi dapat

dilakukan dengan berbagai cara, antara lain melalui pengikatan kimiawi

molekul enzim pada bahan pendukung, atau dengan menjebak enzim

didalam membrane polimer.

B.RUMUSAN MASALAH

Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, maka Tim Penulis

mengemukakan beberapa rumusan masalah, yaitu:

a. Apa dan bagaimana itu Imobilisasi bagi seorang perawat?

b. Bagaimana bentuk/kebutuhan dasar Imobilisasi dalam Keterampilan Dasar

Keperawatan?

c. Bagaimana jenis dan tingkatan imobilisasi?

d. Seperti apa dampak fisik dan psikologis imobilisasi?

e. Bagaimana posisi pasien berhubungan dengan imobilisasi?

C.TUJUAN PENULISAN

Tujuan dibentuknya makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Rekan-rekan mahasiswa keperawatan dapat memahami apa itu

Imobilisasi

b. Untuk memenuhi apa dan bagaimana Imobilisasi sesuai dengan

Keterampilan Dasar Keperawatan

c. Mengetahui tingkatan dan jenis dari Imobilisasi

d. Mengetahui dampak fisik dan psikologis Imobilisasi

e. Mengetahui posisi pasien pada Imobilisasi

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 2

BAB II

PEMBAHASAN

A.DEFINISI IMOBILISASI

1. PENGERTIAN MOBILISASI

Imobilisasi merupakan suatu keadaan dimana seseorang tidak dapat

bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu pergerakan

atau aktifitas misalnya pada eltremitas dan sebagainya.

Imobilisasi adalah keadaan dimana pasien berbaring lama ditempat tidur,

tidak dapat bergerak secara bebas karena kondisi yang mengganggu

pergerakan ( aktifitas ). Imobilisasi dapat disebabkan oleh penyakit yang

dideritanya, trauma, fraktur pada ekstremitas, atau menderita

kecacatan(Asmadi, 2008). Keadaan imobilisasi ini menyebabkan pasien

tidak dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri sehingga

memerlukan bantuan perawat maupun keluarga dalam pemenuhan

kebutuhannya termasuk dalam pemenuhan kebutuhan kebersihan diri.

Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat

berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat/organ tubuh)

yang bersifat fisik atau mental. Imobilisasi dapat juga diartikan sebagai

suatu keadaan tidak bergerak/tirah baring yang terus-menerus selama 5

hari atau lebih akibat perubahan fungsi fisiologis. Di dalam praktek medis

imobilisasi digunakan untuk menggambarkan suatu sindrom degenerasi

fisiologis akibat dari menurunnya aktivitas dan ketidakberdayaan.

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 3

Imobilisasi merupakakan ketidakmampuan seseorang untuk

menggerakkan tubuhnya sendiri. Imobilisasi dikatakan sebagai faktor

resiko utama pada munculnya luka dekubitus baik di rumah sakit

maupun di komunitas. Kondisi ini dapat meningkatkan waktu penekanan

pada jaringan kulit, menurunkan sirkulasi dan selanjutnya

mengakibatkan luka dekubitus. Imobilisasi disamping mempengaruhi

kulit secara langsung, juga mempengaruhi beberapa organ tubuh.

Misalnya pada sistemkardiovaskuler, gangguan sirkulasi darah perifer,

system respirasi, menurunkan pergerakan paru untuk mengambil

oksigen dari udara (ekspansi paru ) dan berakibat pada menurunnya

asupan oksigen ke tubuh (Lindren et al.2004).

Gangguan mobilisasi ( Imobilisasi ) didefinisikan menurut North America

Nursing Association (NANDA) sebagai suatu keadaan ketika individu

mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik (Kim et

al.1995). Individu yang mengalami atau beresiko mengalami

keterbatasan gerakan fisik, antara lain: lansia, individu dengan penyakit

yang mengalami penurunan kesadaran lebih dari 3 hari atau lebih,

individu yang kehilangan fungsi anatomic akibat perubahan fisiologik

( kehilangan fungsi motorik, klien dengan stroke, klien pengguna kursi

roda ), penggunaan alat eksternal ( seperti gips atau traksi ) dan

pembatasan gerakan volunteer ( potter,2005 ).

Imobilisasi merupakan suatu kondisi yang relative. Maksudnya, individu

tidak hanya kehilangan kemampuan geraknya secara total, tetapi juga

mengalami penurunan aktifitas dari kebiasaan normalnya. Ada beberapa

alasan dilakukannya imobilisasi:

Pembatasan gerak yang bertujuan untuk pengobatan atau terapi.

Keharusan, ini biasanya disebabkan oleh ketidakmampuan primer.

Pembatasan secara otomatis sampai dengan gaya hidup.

Kesimpulan dari beberapa pengertian diatas bahwa imobilisasi

merupakan keterbatasan fisik atau ketidakmampuan seseorang unttuk

melaksanakan aktivitas sehari-hari yang disebabkan adanya gangguan Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 4

fisik, penurunan fungsi fisik yang dikarenakan suatu proses penyakit atau

sebagai proses terapi pasien.

2. EPIDEMIOLOGI

Imobilisasi lama bisa terjadi pada semua orang tetapi kebanyakan terjadi

pada orang-orang lanjut usia, pasca operasi yang membutuhkan tirah

baring lama. Dampak imobilisasi lama terutama dekubitus mencapai 11%

dan terjadi dalam kurun waktu 2 minggu, perawatan emboli paru berkisar

0,9%, dimana tiap 200.000 orang meninggal tiap tahunnya.

3. PENYEBAB

Berbagai perubahan terjadi pada system musculoskeletal, meliputi tulang

keeropos ( osteoporosis ), pembesaran sendi, pengeseran tendon,

keterbatasan gerak, penipisan discus intervetebralis, dan kelemahan

otot, terjadi pada proses penuaan.

Pada lansia, struktur kolagen kurang mampu menyerap energy.

Kaartilagosendi mengalami degenarasi didaerah yang menyangga tubuh

dan menyembuh lebih lama. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya

osteoarthritis. Begitu juga masa otot dan kekuatannya juga berkurang.

Istrahat di tempat tidur lama dan inaktivitas menurunkan aktivitas

metabolism umum. Hal ini mengakibatkan penurunan kapasitas

fungsional system tubuh yang multipel, dengan manifestasi klinis

sindrom imobilisasi.

Konsekuensi metaboliknya tidak tergantung penyebab untuk apa

mobilisasi diresepkan. Hal ini bisa disebabkan oleh:

a. Cedera tulang

Penyakit reumatik seperti pengapuran tulang atau patah tulang

( fraktur ) tentu akan menghambat pergerakan.

b. Penyakit saraf

Adanya sroke, penyakit Parkinson, paralisis, dan gangguan saraf tapi

juga menimbulkan gangguan pergerakan dan mengakibatkan

imobilisasi.

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 5

c. Penyakit jantung dan pernapasan

Penyait jantung dan pernapasan akan menimbulkan kelelahan dan

sesak napas ketika beraktivitas. Akibatnya pasien dengan gangguan

pada organ-organ tersebut akan menggurangi mobilisasinya. Ia

cenderung lebih banyak duduk dan berbaring.

d. Gips ortopedk dan bidai

e. Penyakit kritis yang memerlukan istrahat

f. Menetap lama pada posisi gravitasi berkurang, seperti saat duduk

atau berbaring.

g. Keadaan tanpa bobot diruang hampa

Yaitu pergerakan tidak dibatasi, namun tanpa gaya gravitasi.

B. JENIS IMOBILISASI

Secara umum, ada beberapa macam imobilisasi yaitu

1. Imobilisasi fisik

Merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan

mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan, seperti pada

pasien dengan hemiplegia yang tidak mampu mempertahankan tekanan

di daerah paralisis sehingga tidak dapat mengubah posisi tubuhnya

untuk mengurangi tekanan. Kondisi ketika seseorang mengalami

keterbatasan fisik yang disebabkan oleh factor lingkungan maupun

kondisi orang tersebut.

2. Imobilisasi intelektul

Kondisi ini disebabkan oleh kurangnya pengetahuan untuk dapat

berfungsi sebagaimana mestinya. Dimana ketika seseorang mengalami

keterbatasan daya piker, seperti pada pasien yang mengalami kerusakan

otak akibat suatu penyakit.

3. Imobilisasi emosional

Kondisi ini bisa terjadi akibat proses pembedahan atau kehilangan

seseorang yang dicintai. Keadaan ketika seseorang mengalami

pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba

dalam menyesuaikan diri. Sebagai contoh, keadaan stress berat dapat

disebabkan karena bedah amputasi ketika seseorang mengalami

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 6

kehilangan bagian anggota tubuh atau kehilangan sesuatu yang paling

dicintai.

4. Imobilisasi social

Kondisi ini bisa menyebabkan penurunan interaksi social yang sering

terjadi akibat penyakit.

C.TINGKATAN IMOBILISASI

Tingkatan imobilisasi bervariasi, diantaranya yaitu:

1. Imobilisasi complete

Imobilisasi ini dilakukan pada individu yang mengalami gangguan tingkat

kesadaran.

2. Imobilisasi parsial

Imobilisasi ini dilakukan pada pasien yang mengalami fraktur

3. Imobilisasi karena alasan pengobatan

Imobilisasi ini dilakukan pada individu yang menderita gangguan

pernapasan atau pada penderita panyakit jantung.

D.DAMPAK FISIK DAN PSIKOLOGIS IMOBILISASI

1. DAMPAK IMOBILISASI BAGI FISIK

Dampak dari imobilisasi dalam tubuh dapat mempengaruhi system tubuh,

seperti perubahan pada metabolism tubuh, ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit, gangguan dalam kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi

gastrointestinal, perubahan system pernapasan, perubahan

kardiovaskular, perubahan system musculoskeletal, perubahan kulit,

perubahan eliminasi ( buang air besar dan kecil ), vertigo ( pusing tujuh

keliling ), dan perubahan perilaku.

a. Perubahan Metabolisme

Perubahan metabolism imobilisasi dapat mengakibatkan proses

anabolisme menurun dan katabolisme meningkat. Keadaan ini dapat

beresiko meningkatkan gangguan metabolisme. Proses imobilisasi

dapat juga menyebabkan penurunan ekskresi urine dan peningkatan

nitrogen. Hal tersebut dapat ditemukan pada pasien yang mengalami

imobilitas pada hari kelima dan keenam. Beberapa dampak perubahan

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 7

metabolism, diantaranya adalah pengurangan jumlah metabolism,

atropi kelenjar dan katabolisme protein, ketidakseimbangan cairan dan

elektrolit, demineralisasi tulang, gangguan dalam mengubah zat gizi,

dan gangguan gastrointestinal.

b. Ketidakseimbangan Cairan Dan Elektrolit

Dampak dari imobilisasi akan mengakibatkan persediaan protein

menurun dan konsentrasi protein serum berkurang sehingga dapat

mengganggu kebutuhan cairan tubuh.

c. Gangguan Pengubahan Zat Gizi

Terjadinya gangguan zat gizi yang disebabkan oleh menurunynya

pemasukan protein dan kalori dapat mengakibatkan pengubahan zat-

zat makanan pada tingkat sel menurun, dimana sel tidak lagi menerima

glukosa, asam amino, lemak dan oksigen dalam jumlah yang cukup

untuk melaksanakan aktivitas metabolisme.

d. Gangguan Fungsi Gastrointestinal

Immobilisasi dapat menurunkan hasil makanan yang dicerna, sehingga

penurunan jumlah masukan yang cukup dapat menyebabkan keluhan,

seperti perut kembung, mual, dan nyeri lambung yang dapat

menyebabkan gangguan proses eliminasi.

e. Perubahan Sistem Pernafasan

Akibat imobilisasi, kadar hemoglobin menurun, ekspansi paru menurun,

dan terjadinya lemah otot yang dapat menyebabkan proses metabolism

terganggu. Terjadinya penurunan kadar Hb dapat menyebabkan

penurunan aliran oksigen dari alveoli ke jaringan, sehingga

mengakibatkan anemia. Penurunan ekspansi paru dapat terjadi karena

tekanan yang meningkat oleh permukaan paru.

f. Perubahan Kardiovaskuler

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 8

Perubahan system kardiovaskuler akibat imobilisasi antara lain dapat

berupa hipotensi ortostatik, meningkatnya kerja jantung, dan terjadinya

pembentukan thrombus, terjadinya hipotensi orostatik dapat

disebabkan oleh menurunnya kemampuan saraf otonom. Pada posisi

yang tetap dan lama, refleks neurovascular akan menurun dan

menyebabkan vasokonstriksi, kemudian darah terkumpul pada vena

bagian bawah sehinnga aliran darah ke system sirkulasi pusat

terhambat. Meningkatnya kerja jantung dapat disebabkan karena

imobilitas dengan posisi horizontal. Dalam keadaan normal, darah yang

terkumpul pada ekstremitas bawah bergerak dan meningkatkan vena

kembali ke jantung dan akhirnya jantung akan meningkatkan kerjanya.

Terjadinya thrombus juga disebabkan oleh meningkatnya vena statis

yang merupakan hasil penurunan kontraksi muscular sehingga

meningkatkan arus balik vena.

g. Perubahan Sistem Muskuloskeletal.

Gangguan Muskular.

Menurunnya massa otot sebagai dampak imobilisasi dapat

menyebabkan turunnya kekuatan otot secara langgsung.

Menurunnya fungsi kapasitas otot ditandai dengan menurunnya

stabilitas. Kondisi berkurangnya massa otot dapat menyebabkan

otopi pada otot. Sebagai contoh, otot betis seseorang yang telah

dirawat lebih dari enam minggu ukurannya akan lebih kecil selain

menunjukan tanda lemah atau lesu.

Gangguan Skeletal.

Akan mudah terjadi kontraktur sendi dan osteoporosis. Kontraktur

merupakan kondisi abnormal dengan criteria adanya fleksi dan

fiksasi yang disebabkan otropi dan memendeknya otot. Terjadinya

kontraktur dapat menyebabkan sendi dalam kedudukan yang tidak

berfungsi . Osteoporosis terjadi karena reabsorbsi tulang semakin

besar, sehingga yang menyebabkan jumlah kalsium ke dalam darah

menurun dan jumlah kalsium yang dikeluarkan malalui urine

semakin besar.

h. Perubahan Sistem Integumen. Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 9

Perubahan system integumen yang terjadi berupa penurunan elastisitas

kulit karena menurunnya sirkulasi darah akibat imobilitas dan terjadinya

iskemia serta nekrosis jaringan superficial dengan adanya luka

dekubitus sebagai akibat tekanan kulit yang kuat dan sirkulasi yang

menurun ke jaringan.

2. DAMPAK IMOBILISASI BAGI PSIKOLOGIS

Terjadinya perubahan perilaku sebagai akibat imobilisasi, antara lain

timbulnya rasa bermusuhan, bingung, cemas, emosional tinggi, depresi,

perubahan siklus tidur, dan menurunnya koping mekanisme. Terjadinya

perubahan perilaku tersebut merupakan dampak imobilisasi karena

selama proses imobilisasi seseorang akan mengalami perubahan peran,

konsep diri, kecemasan dan lain-lain.

Beberapa pasien mengalami kemunduran dalam memecahkan masalah

yang dihadapi dan sering kali mengekspresikan emosi dalam berbagai

cara misalnya menarik diri, apatis atau agresif. Pada keadaan lebih lanjut

pasien mengalami perubahan konsep diri.

E. UPAYA PENCEGAHAN AKIBAT IMOBILISASI

Beberapa upaya dapat dilakukan pengasuh pasien untuk mencegah

timbulnya penyakit akibat imobilisasi. Bila memungkinkan berkonsultasilah

selalu dengan dokter atau perawat.

Hal-hal yang dapat dilakukan oleh pengasuh, sebagai berikut:

1. Infeksi saluran kemih

Pada keadaan tersebut pasien harus dimotivasi untuk minum cukup

banyak cairan.

2. Sembelit

Mengkonsumsi makanan tinggi serat seperti sayur dan buah, serta minum

cukup dapat membantu mencegah atau paling tidak mengurangi

timbulnya masalah sembelit akibat imobilisasi.

3. Infeksi paru

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 10

Perubahan posisi dan tepuk-tepuk dada atau punggung secara teratur

dapat membantu memindahkan sputum tersebut sehingga mudah

dikeluarkan.

4. Masalah sirkulasi atau aliran darah

Diperlukan fisioterapi dan mungkin kaos kaki khusus.

5. Luka tekan

Untuk mencegah terjadinya luka tekan ini pasien yang mengalami

imobilisasi harus diubah-ubah posisinya ( miing kanan-kiri ) sekitar setiap

jam.

F. PENGATURAN POSISI PADA IMOBILISASI

Pada kasus imobilisasi ada beberapa posisi yang biasa dilakukan untuk

membantu pasien, yaitu

1. Posisi Fowler

Posisi Flower adalah posisi duduk atau setengah duduk ( semifowler ), di

mana bagian kepala tempat tidur lebih tinggi dinaikkan. Posisi ini

dilakukan untuk mempertahankan kenyamanan dan memfasilitasi fungsi

pernapasan pasien.

Masalah umum yang terjadi pada klien dengan posisi Fowler:

Meningkatnya fleksi servikal karena bantal di kepala tebal dan kepala

terdorong ke depan.

Ekstensi lutut memungkinkan klien meluncur ke bagian kaki tempat

tidur.

Tekanan lutut bagian posterior, menurunkan sirkulasi ke kaki.

Rotasi luar pada piggul.

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 11

Lengan menggantung di sisi klien tanpa disokong.

Kaki yang ttidak tersokong.

Titik penekanan di sacrum di tumit yang tidak terlindungi

Cara pelaksanaan:

Jelaskan produser yang akan dilakukan.

Dudukkan pasien.

Berikan sandaran/bantal pada tempat tidur pasien atau atur tempat

tidur, untuk posisi semifowler ( 30-450 ) dan untuk fowler ( 900 ).

Anjurkan pasien untuk tetap berbaring setengah duduk.

Tujuan:

Mengurangi komplikasi akibat immobilisasi.

Meningkatkan rasa nyaman.

Meningkatkan dorongan pada diagfragma sehingga meningkatnya

ekspansi dad dan ventilasi paru.

Menggurangi kemungkinan tekanan pada tubuh akibat posisi yang

menetap.

2. Posisi Sims

Posisi miring ke kanan atau ke kiri. Dilakukan untuk member kenyamanan

dan untuk mempermudah tindakan pemeriksaan rectum atau pemberian

huknah atau obat-obatan lain melalui anus (suposutoria).

Masalah umum pada posisi Sims adalah sebagai berikut:

Fleksi lateral pada leher

Rotasi dalam, adduksi, atau kurang sokongan di bahu dan pinggul

Kurang sokongan di kaki

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 12

Kurang perlindungan dari titik penekanan di tulang ilium, humerus,

klavikula, lutut dan pergelangan kaki.

Cara Pelaksanaan

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.

Pasien dalam keadaan sadar berbaring, kemudian ke kiri dengan

posisi bdan setengah telungkup dan kaki kiri lurus lutut. Paha kanan

ditekuk diarahkan ke dada.

Tangan kiri di atas kepala atau di belakang punggung dan tanggan

kanan di atas tempat tidur.

Bila pasien miring kekanan dengan posisi badan setengah telungkup

dan kaki kanan lurus, lutut dan paha kiri ditekuk diarahkan ke dada.

Tangan kanan diatas kepala atau dibelakang punggung dan tangan

kiri di atas tempat tidur.

Tujuan:

Meningkatkan drainage dari mulut pasien dan mencegah aspirasi

Menguranggi penekanan pada tulang sacrum dan trochanter mayot

otot pinggang.

Memasukan obat supositoria

Mencegah dekubitus.

3. Posisi Trendelenburg

Posisi pada pasien berbaring di tempat tidur dengan bagian kepala lebih

rendah daripada bagian kaki. Dilakukan untuk melancarkan peradaran

darah ke otak, dan pada pasien shock dan pada pasien yang dipasang

skintraksi pada kakinya.

Cara Pelaksanaan:Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 13

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien

Pasien dalam keadaan terbaring terlentang, letakkan bantal di

antara kepala dan ujung tempat tidur pasien dan berikan bantal

dibawah lipatan lutut

Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur atau atur

tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.

Tujuan:

Supaya darah lebih banyak mengalir ke daerah kepala

Memudahkan operasi di daerah perut.

4. Posisi Dorsal Rucumbent

Posisi berbaring terlentang dengan kedua lutut fleksi (ditarik atau

diranggangkan) diatas tempat tidur. Dilakukan untuk merawat dan

memeriksa genitalia serta proses persalinan.

Cara Pelaksanaan:

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.

Pasien dalam keadaan berbaring telentang, pakaian bawah dibuka

Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap ke tempat

tidur, dan renggangkan kedua kaki.

Pasang selimut.

Tujuan:

Meningkatkan kenyamanan pasien terutama dengan ketagangan

punggung belakang.

5. Posisi Lithotomic

Posisi berbaring terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan

menariknya ke atas bagian perut. Dilakukan untuk memeriksa genitalia

pada proses persalinan dan memasang alat kontrasepsi.

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 14

Cara Pelaksanaan:

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.

Pasien dalam keadaan berbaring terlentang, kemudian angkat

kedua pahanya dan tarik kea rah perut

Tungkai membentuk sudut 900 terhadap paha

Letakkan bagian lutut/kaki pada tenpat tidur khusus untuk posisi

lithotomic

Pasang selimut.

Tujuan:

Memudahkan pemeriksaan daerah rongga panggul, missal vagina

taucher, pemeriksaan rectum, dan sistoscopy.

Memudahkan pelaksanaan proses persalinan, operasi ambeien,

pemasangan alat intra uterine device (IUD), dan lain-lain.

6. Posisi Genu Pectoral

Posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada

bagian atas tempat tidur. Dilakukan untuk memeriksa daerak rectum dan

sigmoid dan untuk membantu merubah letak kepala pada bayi yang

sungsang.

Cara Pelaksanaan:

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 15

Jelaskan prosedur yang akan dilakukan pada pasien.

Anjurkan pasien untuk menungging dengan kedua kaki ditekuk dan

dada menempel pada kasur te mpat tidur.

Pasang selimut pada pasien.

Tujuan:

Memudahkan pemeriksaan daerah rectum, sigmoid dan vagina.

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Imobilisasi merupakan keterbatasan fisik atau ketidakmampuan seseorang

unttuk melaksanakan aktivitas sehari-hari yang disebabkan adanya

gangguan fisik, penurunan fungsi fisik yang dikarenakan suatu proses

penyakit atau sebagai proses terapi pasien.

Imobilisasi terdapat 5 jenis serta beberapa tingkatan. Terdapat 2 dampak

dari imobilisasi yaitu dampak psikologis ( penurunan motivasi, kemunduran

kemampuan pengetahuan dalam memecahkan masalah, perubahan konsep

diri, kesesuaian antara emosi dan situasi) dan dampak fisik (perubahan pada

metabolism tubuh, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, gangguan dalam Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 16

kebutuhan nutrisi, gangguan fungsi gastrointestinal, perubahan system

pernapasan, perubahan kardiovaskular, perubahan system musculoskeletal,

perubahan kulit, perubahan eliminasi ( buang air besar dan kecil ), vertigo

( pusing tujuh keliling ), dan perubahan perilaku ).

Pada immobilisasi juga terdapat beberapa posisi ( posisi Fowler, Posisi Sims,

Posisi Trendelenburg, Posisi Dorsal Rucumbent, Posisi Genu Pectoral dan

Posisi Lithotomic ) yang harus tepat pelaksanaannya, karena terdapat tujuan-

tujuan tertentu di setiap posisi pasien.

B.SARAN

Pembaca dan terutama Tim Penulis dapat mengetahui, memahami dan

menjelaskan tentang Imobilisasi, baik itu jenisnya, tingkatannya, dampaknya

serta posisi pada pasien beserta semua prinsipnya agar dapat

mengaplikasikannya dalam dunia keperawatan dan memenuhi keterampilan

keperawatan dasar.

Kelompok 4 IMOBILISASI Kelas E5| 17