Upload
dangminh
View
239
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
18
IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
DALAM MEMBENTUK BRAND EQUITY
Studi Kasus Program Menara Air Muamalat Di Baitul Maal
Bank Muamalat
Tia Nurapriyanti
Program Studi Ilmu Komunikasi, Universitas Buddhi Dharma
ABSTRAK
CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan salah satu
kewajiban yang harus dilaksanakan oleh perusahaan sesuai dengan isi
pasal 74 Undang- Undang Perseroan Terbatas (UUPT) yang terbaru,
yakni UU Nomer 40 Tahun 2007, melalui undang-undang ini, industri
atau koprasi-koprasi wajib untuk melaksanakannya. Meningkatnya
tingkat kepedulian kualitas kehidupan, harmonisasi sosial dan
lingkungan ini juga mempengaruhi aktivitas dunia bisnis, maka,
lahirlah gugatan terhadap peran perusahaan agar mempunyai
tanggungjawab sosial. Data dalam penelitian ini dianalisis secara
kualitatif , yaitu data skunder yang berupa teori, definisi dan
substansinya dari berbagai literatur, dan peraturan perundang-
undangan, serta data primer yang diperoleh dari wawancara, observasi
dan studi lapangan. Paradigma yang dipakai adalah Post-Positivisme
mencoba memperoleh gambaran yang lebih mendalam dan holistic.
Dengan memakai teori pemangku kepentingan (stakeholders
theory) yang pertama kali di perkenalkan oleh Freeman (1984), yang
menyatakan bahwa, perusahaan adalah organ yang berhubungan
dengan pihak lain yang berkepentingan, baik yang ada didalam atau luar
perusahaan. Dengan pendekatan studi kasus. Berdasarkan hasil analisa,
diperoleh kesimpulan bahwa dalam mengimplementasikan tanggung
jawab sosialnya, Baittul Maal Muamalat melakukan kegiatan-kegiatan
Pembangunan Masyarakat yaitu beasiswa pendidikan anak kru, Aksi
Tanggap Muamalat, Berbagi Cahaya qur’ban, Berbagi Cahaya
Ramadhan, Penenaman Mangrove, Kepedulian terhadap Flora dan
Fauna, Pengadaan irigasi (ex. Menara Air Muamalat). Kendala-kendala
yang ditemui adalah waktu, dana dan tempat. Yang di bantu oleh Pihak
ketiga sebagai pelaksana Implementasi CSR yang berlokasi di Desa
Dekoro sehingga bangunan Menara Air Muamalatpun terealisasi
dengan baik. Bahkan Menara tersebut menjadi icon Kota Pekalongan.
Kata kunci: framing berita, analisis framing, dan konstruksi realitas
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
19
ABSTRACT
CSR Corporat Social Responsibility is one of compulsory that
must be held by company according to the new Law of Limited Liability
Company (UUPT) article 74, UU Nomber 40 year 2007. This law
obligates industry or cooperation to carry it out. Rising of life quality
care, of social harmonization, and of environtment influence on
business. So, it brings suit up on company role in order to have social
responsibility. The analysis of the research data is qualitative: the
secondary data i.e. theory, definition and substance from some
literature, and law and regulation and the primary data from interview,
observation and field study. The paradigm that is used is Post-
Positivism traying to get deeper and holistic describtion.
The theory is stackeholders theory by Freeman (1984) stating
that company is an organ relating to other sides that is corcerned, in or
out of the company. The approach is case study. Based on the analiysis
result, it is reached that the social responsibility realization of Baitul
Maal Muamalat is making society developments: Scholarship crew
children education, Muamalat Perceptive Act. Sharing of Cahaya
Qur’ban, Sharing of Cahaya Ramadhan, Mangrove Plantation, Flora
and Fauna Care, Irigation Creation (ex. Muamalat Water Tower). The
obstacles faced were time, fund and place, but it was helped by the third
side as CSR Implementator located in Dekoro Village. So, Muamalat
Water Tower is built well. Even it becomes the icon of Pekalogan.
Key word : framing news, framing analysis, and construction of reality
PENDAHULUAN
Dewasa ini persaingan bukan hanya pada permasalahan produk
akan tetapi merupakan suatu perang image atau citra konsumen.
Dimana image konsumen dapat dibangun melalui jalur merek.
Membangun merek yang kuat merupakan hal yang terpenting bagi
perusahaan. Hal ini merupakan suatu bagian berharga dari property
hukum yang dapat mempengaruhi perilaku konsumen, dalam membeli
dan menjual barang dan memberikan keamanan pendapatan masa
depan yang berkelanjutan bagi perusahaan (Kotler dan Keller, 2009).
Tidak sebatas itu merek juga memiliki peran penting dalam membantu
konsumen untuk melakukan pemilihan atas produk. Meskipun produk
yang ditawarkan sama persis, konsumen biasanya akan lebih memilih
produk dengan merek yang sudah kuat dipasaran (Durianto, 2004).
Suatu produk memiliki merek yang kuat dipasaran apabila produk
tersebut memiliki brand equity yang kuat (durianto, 2004).
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
20
Dengan memiliki brand equity yang kuat suatu perusahaan
memiliki suatu keunggulan bersaing yang sulit di tiru oleh
kompetitornya. Bukan Cuma itu Brand equity yang kuat akan
memberikan nilai tambah bagi perusahaan dan juga bagi konsumennya.
Oleh karena itu sangat penting bagi perusahaan untuk mengelola brand
equity yang dimilikinya yaitu dengan maksud meningkatkan maupun
menjaga eksistensi merek dari produk mereka yang pada akhirnya dapat
meningkatkan profitabilitas perusahaan.
Dalam hal ini Peran Marketing PR menjadi penting dalam
membangun Brand Equity sebagaimana di harapkan sesuai dengan
fungsinya Marketing PR dimanfaatkan untuk memikat pasar, untuk
menggunakan jasa yang dimiliki oleh sebuah perusahaan atau
organisasi.
Dalam menjalankan bisnis, perusahaan tidak lagi hanya
memikirkan bagaimana mengelola merek dengan baik dalam rangka
meningkatkan profitabilitasnya, akan tetapi perusahaan saat ini dituntut
melaksanakan tanggung jawab moral kepada lingkungan sekitar demi
menjaga kelangsungan hidup bisnisnya. Hal ini berkaitan dengan
tingginya masalah-masalah social yang timbul seiring dengan
meningkatnya persaingan dan perkembangan perusahaan dalam
mengurangi dampak negative ini. Kini banyak perusahaan yang
mengembangkan dan melakukan apa yang disebut dengan corporat
responsibility social (CSR).
Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa lebih dari
75% konsumen mengatakan bahwa tanggung jawab perusahaan
merupakan hal yang penting bagi konsumen dalam memilih atau
membeli suatu merek atau produk. Dan sekitar 55% konsumen
cenderung memilih merek dan produk yang mendukung suatu isu atau
masalah social tertentu ketika memilih produk dengan karakteristik
yang hamper sama (www.davidid.com). Survei lain yang dilakukan
oleh booth-harris trust monitor pada tahun 2001 menunjukkan bahwa
mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu produk yang
mempunyai citra yang buruk (Sutopoyudo, 2009). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa seorang konsumen dalam melakukan keputusan
pembelian tidak hanya dipengaruhi oleh atribut berwujud seperti harga
dan kualitas, akan tetapi juga dipengaruhi oleh atribut tidak berwujud
seperti kepercayaan, asosiasi merek dan citra atau reputasi perusahaan
(Cretu dan Brodie, 2007; mudambi et. al., 1997 dalam Lai et. al., 2010)
dimana atribut tidak berwujud tersebut dibangun melalui penerapan
CSR. Selain merupakan suatu bentuk tanggung jawab perusahaan
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
21
kepada masyarakat , kegiatan CSR juga merupakan suatu strategi bagi
perusahaan dalam membangun equity secara social. Kegiatan CSR
dapat menjadi sarana dalam membangun hubungan antara produk atau
merek dengan konsumen dan masyarakat. Sehingga, kegiatan CSR
yang dilakukan tidak lagi hanya sebatas pada kontek korporat semata,
akan tetapi kegiatan tersebut juga dilakukan oleh perusahaan dalam
kontek produk atau merek yang mereka miliki. Hal ini disebabkan
mulainya era baru dimana merek tidak lagi dipandang sebagai suatu
nilai bagi konsumen melainkan bagaimana konsumen dan masyarakat
menilai merek tersebut. Konsumen atau masyarakatlah yang akan
menilai apakah merek tersebut benar-benar memiliki nilai atau tidak.
Inilah yang disebut dengan social equity brand dimana pandangan ini
mengungkapkan kompleksitas dan dinamika bagaimana sebuah merek
kini harus berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, tidak hanya
untuk keuntungan merek semata tetapi juga untuk kesejahteraan
masyarakat sekitar (Champniss dan Vila, 2011). Social equity brand
melihat bagaimana suatu brand membangun kepercayaan dimasyarakat
dengan cara membangun hubungan/relationship melalui interaksi-
interaksi yang dilakukan dengan masyarakat dalam rangka
menunjukkan rasa kepedulian perusahaan. Inilah mengapa setiap
perusahaan atau brand masing-masing memiliki kegiatan CSR yang
berbeda-beda dan terkadang tidak berhubungan sama sekali dengan
kegiatan usahanya.
Maka dari itu peneliti ingin sekali mengetahui bagaimana Bank
Muamalat melalui BBM Baitul Maal Muamalat mengimplementasikan
CSR dalam membangun Brand equity melalui progam Menara Air
Muamalat untuk mengetahui implementasi CSR yang sesuai dengan
visi korporasi dan amanat pasal 74 Undang-undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas, dan menganalisa apa saja kendala-kendala
yang dihadapi oleh Bank Muamalat BMM Baitul Maal Muamalat
dalam implementasi Corporate Social Responsibility pada program
Menara air Muamalat tersebut.
KERANGKA PEMIKIRAN
Implementasi
Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau
penerapan. Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002),
mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky
(dalam Nurdin dan Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa
”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”.
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
22
Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan
juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004).
Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan
bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.”
Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul
Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan mengemukakan
pendapatnya mengenai implementasi atau pelaksanaan sebagai berikut
:
“Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan
proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk mencapainya serta
memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”(Setiawan,
2004:39).
Brand
Brand adalah adalah salah satu atribut yang penting dalam
sebuah produk dimana merek dapat memberikan nilai tambah terhadap
produk tersebut. Merek memegang peranan penting dalam pemasaran.
Hal ini dikarenakan produk bisa dengan mudah ditiru oleh pesaing,
sedangkan merek memiliki keunikan yang relative sukar dijiplak
maupun ditiru.
Menurut Aaker (1991), merek adalah nama dan atau symbol
khusus (seperti logo, cap atau kemasan) yang bertujuan untuk
memperkenalkan barang atau jasa dari seorang penjual atau
sekelompok penjual serta membedakan barang atau jasa tersebut dari
barang atau jada yang dihasilkan oleh pesaing. Sebuah merek
menunjukkan kepada pelanggan asal/sumber produk dan melindungi
keduanya, baik produsen maupun konsumen dari pesaingnya yang
memproduksi produk produk yang terlihat mirip.
Perusahaan harus memutuskan bagaimana suatu merek dapat
menerangkan sebuah nama merek pada produknya. Pemberian merek
menjadi sangat penting, Sehingga jarang ditemukan produk yang tidak
bermerek. Menurut Rangkuti (2009) merek memiliki manfaat bagi
perusahaan, distributor dan konsumen, yakni:
Manfaat merek bagi perusahaan:
Nama merek memudahkan penjual untuk mengolah pesanan-
pesanan dan memperkecil timbulnya permasalahan.
Nama merek dan tanda dagang akan secara hokum melindungi
penjualan dari pemalsuan ciri-ciri produk, karena apabila tidak,
setiap pesaing akan meniru produk yang telah berhasil dipasaran.
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
23
Merek memberikan peluang bagi penjual untuk mempertahankan
kesetiaan konsumen terhadap produknya, dimana kesetiaan
konsumen akan melindungi penjual dari persaingan serta membantu
memperketat pengendalian dalam merencanakan strategi bauran
pemasaran.
Merek dapat membantu penjual dalam pengelompokan pasar
kedalam segmen-segmen.
Citra perusahaan dapat dibina dengan adanya nama yang baik.
Dengan membawa nama perusahaan, merek-merek itu sekaligus
mengiklankan kualitas dan besarnya perusahaan.
a. Manfaat merek bagi distributor:
Memudahkan penangan produk
Mengidentifikasi pendistribusian produk
Meminta produksi agar berada pada standar mutu tertentu
Meningkatkan pilihan para pembeli
b. Manfaat merek bagi konsumen:
Memudahkan untuk mengenali mutu
Dapat berjalan dengan mudah dan efisien, terutama pada
saat kembali membeli produk yang sama.
Dengan adanya merek tertentu, konsumen dapat
mengkaitkan status dan prestisenya, seperti Piere Cardin,
Kenzo, Aqua dan lain sebagainya.
Brand Equity
Berbagai merek memiliki variasi dalam hal kekuatan dan nilai
yang dimiliki didalam pasar, dimana merek yang kuat merupakan
merek dengan ekuitas yang tinggi. Merek dengan ekuitas yang tinggi
merupakan kekayaan yang sangat berharga bagi perusahaan.
Menurut Aaker (1991 : 15), brand equity adalah:
“a set of brand assets and liabilities linked to a brand, its name and
symbol, that add to or subtract from the value provided by a product or
service to a firm and/or to that firm’s customer”
Dari definisi diatas dapat dijabarkan bahwa ekuitas merek perlu
dibangun, karena semakin kuat ekuitas sebuah merek, maka semakin
tinggi nilai tambah yang diperoleh oelh perusahaan dan konsumen.
Merek merupakan asset sebuah perusahaan, yang setelah dibangun
harus dikelola dengan baik karena nilai yang dimiliki oleh merek
tidaklah mudah untuk diukur seperti halnya goowill atau nama baik
perusahaan.
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
24
Dari sisi konsumen, brand equity memiliki pengertian yaitu
keinginan seseorang untuk melakukan pembelian kembali atau tidak
terhadap merek tertentu (Kotler dan Keller, 2009). Sedangkan dari sisi
perusahaan, menurut Keller (2008) brand equity dapat membantu
perusahaan untuk meningkatkan marginal cash flow (keuntungan)
melalui penambahan nilai dari produk atau jasa yang ditawarkan kepada
konsumen.
Gambar 1 : Konsep Brand Equity
Brand equity memiliki peran ganda, yaitu memberikan nilai kepada
konsumen dan memberikan nilai kepada produsen. Nilai yang diberikan
tersebut adalah sebagai berikut (Aaker, 1991):
Nilai bagi konsumen, adalah:
Mempermudah interpretasi dan pemrosesan informasi mengenai
suatu produk. Dengan brand equity yang kuat, suatu merek akan
membantu konsumen dan menafsirkan, memproses dan menyimpan
informasi terkait dengan produk dan merek tersebut.
Meningkatkan keyakinan dalam melakukan keputusan pembelian.
Tingginya brand equity dari suatu produk juga dapat mempengaruhi
brand equity (nama ; symbol)
brand perceived
brand loyality
other proprietary brand
assets
brand awarenes
s
brand associatio
n
memberikan nilai kepada pelanggan dengan memperkuat:
- interpretasi/proses informasi,
-rasa percaya diri dalam pembelian;
- perncapaian kepuasandari pelanggng
Memberikan nilai pada perusahaan dengan memperkua:
- efisiensi dan efektivitas program pemasaran;
- brand loyality;
- harga/laba;
- perluasan merek;
- peningkatan
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
25
rasa percaya diri konsumen dalam melakukan pembelian, baik atas
dasar pengalaman masa lalu dalam penggunaan ataupun kedekatan
dengan merek tersebut dan karakteristiknya.
Menurut Aaker (1991), brand equity dapat dikelompokkan
menjadi lima kategori, yaitu:
a. Brand Awareness (Kesadaran Merek)
b. Brand Assosiasion (Asosiasi Merek)
c. Perceived Quality (Persepsi Kualitas)
d. Brand Loyalty (Loyalitas Merek)
e. Other Proprietary Brand Assets (asset-aset merek lainnya)
Corporat Social Responsibility (CSR)
CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu tindakan
atau konsep yang dilakukan oleh perusahaan (sesuai kemampuan
perusahaan tersebut) sebagai bentuk tanggungjawab mereka terhadap
sosial/lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada. Contoh bentuk
tanggungjawab itu bermacam-macam, mulai dari melakukan kegiatan
yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perbaikan
lingkungan, pemberian beasiswa untuk anak tidak mampu, pemberian
dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk
desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan berguna untuk
masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar
perusahaan tersebut berada. Corporate Social Responsibility (CSR)
merupakan fenomena strategi perusahaan yang mengakomodasi
kebutuhan dan kepentingan stakeholder-nya. CSR timbul sejak era
dimana kesadaran akan sustainability perusahaan jangka panjang
adalah lebih penting daripada sekedar profitability.
Menurut Carrol (2006), suatu perusahaan melakukan CSR
berdasarkan 4 jenis motif tanggung jawab social, yaitu: economice
responsibilities (tanggung jawab ekonomi), legal responsibilities
(tanggung jawab hukum), ethical responsisbilities (tanggung jawab
etika) dan philanthropic responsibilities (tanggung jawab sukarela).
Berikut ini adalah penjelasannya mengenai kempat tanggung jawab
tersebut.
Economice responsibilities (tanggung jawab ekonomi)
Legal responsibilities (tanggung jawab hukum)
Ethical responsisbilities (tanggung jawab etika)
Philanthropic responsibilities (tanggung jawab sukarela)
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
26
Kotler dan lee (2005), menjelaskan bahwa tedapat beberapa
jenis kegiatan yang ada dalam praktek CSR, yaitu: Cause Promotion,
Cause Related Marketing, Corporat Social Marketing, Corporat
Philanthropy, Community Volunteering, Sosial Responsibility
Business Practies
Public Relation
Public relation adalah usaha yang direncanakan secara terus-menerus
dengan sengaja, guna membangun dan mempertahankan pengertian
timbal balik antara organisasi dan masyarakatnya. Pendapat ini
menunjukkan bahwa public relation dianggap sebuah proses atau
aktivitas yang bertujuan untuk menjalin komunikasi antara organisasi
dan pihak luar organisasi (Coulsin-Thomas, 2002). Pengertian public
relation adalah: Interaksi dan menciptakan opini publik sebagai input
yang menguntungkan untuk kedua belah pihak, dan merupakan profesi
yang profesional dalam bidangnya karena merupakan faktor yang
sangat penting dalam pencapaian tujuan organisasi dengan secara tepat
dan dengan secara terus menerus karena public relation merupakan
kelangsungan hidup organisasi yang bersangkutan (Maria, 2002:7).
Public biasanya disebut dengan istilah penerimaan, sasaran,
bacaan, pendengar, pemirsa, audience, decorder, atau komunikan.
Khalayak adalah salah satu actor dalam proses komunikasi, karena itu
unsur khalayak tidak boleh diabaikan, sebab berhasil dan tidaknya suatu
proses komunikasi sangat ditentukan oleh khalayak.
Public dalam studi komunikasi dapat berupa individu,
kelompok atau masyarakat. Menjadi tugas seorang komunikator untuk
mengetahui siapa yang akan menjadi khalayak sebelum proses
komunikasi berlangsung. Berikut 10 publik yang diidentifikasikan oleh
Jefkins dalam Yadin (2003:81), kesepuluh public tersebut adalah:
1. Masyarakat luas
2. Calon pegawai atau anggota
3. Para pegawai atau anggota
4. Pemasok jasa dan berbagai macam barang
5. Para investor
6. Para distributor
7. Konsumen dan pemakaian produk organisasi
8. Para pemimpin pendapat umum
9. Serikat-serikat pekerja
10. Media masa
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
27
Menurut Rumanti (2002:39-42) menyatakan empat tugas
pokok PR adalah sebagai berikut:
1. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian
informasi secara lisan, tertulis, melalui gambar (visual) kepada
public, supaya public mempunyai pengertian yang benar tentang
organisasi atau perusahaan.
2. Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat
umum dan masyarakat.
3. Memperbaiki citra organisasi
4. Tanggung jawab social (social responsibility). Public Relations
merupakan instrument yang bertanggung jawab terhadap semua
kelompok yang berhak mendapatkan tanggung jawab tersebut.
Terutama kelompok public internal, public eksternal dan pers.
PR MIX
Menurut Ruslan dalam Ardianto (2009:71-73), bauran Publik
Relation (PR) jika dijabarkan secara rinci dalam korelasi komponen
utama peran Public Relations adalah sebagai berikut:
1. Publications (publikasi dan publisitas)
Setiap fungsi dan tugas PR adalah menyelenggarakan publikasi atau
menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang
kegiatan perusahaan atau organisasi, yang pantas untuk diketahui
public. Selain itu, PR juga menghasilkan publisitas untuk
memperoleh tanggapan positif secara lebih luas dari masyarakat.
2. Events (penyusuna program acar)
PR juga merencang acara tertentu yang dipilih dalam jangka waktu,
tempat dan objek tertentu yang secara khusus untuk mempengaruhi
public. Biasanya even tersebut ada beberapa jenis, dianataranya
sebagai berikut: calendar event, special evens, dan moment evens.
3. News (menciptakan berita)
Upaya untuk menciptakan berita melalui perss release, news letter,
bulletin dan lain-lain yang biasanya mengacu pada teknis
penulisan 5W + 1H (Who, What, Where, When, Why, and How).
Sistematika penulisannya adalah “piramida terbalik” yang paling
penting adalah diletakkan di batang berita.
4. Community Involvement (kepedulian pada komunitas)
Tugas seorang PRO Public Relation Officer adalah mengadakan
kontak social dengan kelompok masyarakat tertentu, serta
menjaga hubungan baik dengan pihak organisasi atau lembaga yang
diwakili.
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
28
5. Inform or Image (memberitahukan atau meraih citra)
Ada dua fungsi dari PR, yakni memberitahukan kepada public, atau
menarik perhatian sehingga diharapkan akan memperoleh tanggapan
berupa citra positif. Proses dari “nothing” menjadi “something”.
Dari yang tidak tahu menjadi tahu, setelah tau menjadi suka dan
kemudian diharapkan timbul sesuatu (something) yaitu berupa citra.
6. Lobbying and negotiating (pendekatan dan bernegosiasi)
Keterampilan untuk melobi secara personal, dan kemampuan
bernegosiasi sangat diperlukan nagi seorang PRO, agar semua
rencana, ide, atau gagasan kegiatan suatu lembaga memperoleh
dukungan dari individu dan lembaga yang berpengaruh, sehingga
timbul situasi yang menguntungkan (win-win-solution).
7. Social responsibility (tanggung jawab social)
Aspek tanggung jawab social dalam Publik Relation sangat penting.
PR tidak hanya memikirkan keuntungan bagi lembaga atau
organisasi serta tokoh yang diwakilinya, tetapi juga kepedulian
kepada masyarakat. Hal ini penting, supaya ia memperoleh simpati
atau empati dari khalayaknya. Inilah yang didalam teori Publik
Relation disebut Social Marketing.
Marketing PR
Menurut Thomas L. Harris, pencetus pertama konsep Marketing
Public Relations dalam bukunya berjudul The Marketer’s Guide to
Public Relations dengan konsepsinya sebagai berikut :
“Marketing Public Relations is the process of planning and evaluating
programs, that encourage purchase and customer through credible
communication of information and impression that identify companies
and their products with the needs, concern of customer”.
Marketing Public Relations (MPR) merupakan proses
perencanaan dan pengevaluasian program-program yang merangsang
pembelian dan kepuasan konsumen melalui komunikasi mengenai
informasi yang dapat dipercaya dan melalui kesan-kesan yang
menghubungkan perusahaan dan produknya sesuai dengan kebutuhan,
keinginan, perhatian dan kepentingan para konsumen.
(Ruslan,2002:253).
Marketing Public Relations sebagai suatu proses perencanaan,
pelakasanaan dan pengevaluasian program-program yang
memungkinkan terjadinya pembelian dan pemuasan konsumen melalui
komunikasi yang baik mengenai informasi dari perusahaan terhadap
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
29
citra merek (Brand Image) terhadap suatu produk tertentu. (Saka
abadi,1994:p.46). Definisi menurut Philip kotler mengatakan bahwa :
” Marketing Public Relations works because works it adds value
to product through it’s unique ability to lend credibility to product
message”
Marketing Public Relations diciptakan untuk menambah atau
memberikan nilai bagi produk melalui kemampuan yang unik untuk
menunjukkan kredibilitas pesan produk (Ruslan, 2002, p.254).
Menurut Rhenald Kasali, khalayak marketing public relation
adalah masyarakat dan konsumen (2003:105). Berdasarkan pendapat-
pendapat tersebut, MPR dapat diartikan sebagai pengelolaan
komunikasi untuk memotivasi pembelian, dan kepuasan pelanggan,
konsumen dan masyarakat.
Peranan Marketing Public Relations dalam upaya mencapai
tujuan utama organisasi menurut Rosady Ruslan :
Menumbuhkembangkan kesadaran konsumennya terhadap produk
yang tengah diluncurkan itu, Membangun kepercayaan konsumen
terhadap citra perusahaan atau manfaat (benefit) atas produk yang
ditawarkan / digunakan, Mendorong antusiasme (sales force) melalui
suatu artikel sponsor (advertorial) tentang kegunaan dan manfaat suatu
produk., Menekan biaya promosi iklan komersial, baik di media
elektronik maupun media cetak dan sebagainya demi tercapainya
efisiensi biaya, Komitmen untuk meningkatkan pelayanan-pelayanan
kepada konsumen, termasuk upaya mengatasi keluhan-keluhan
(complain handling) dan lain sebagainya demi tercapainya kepuasan
pihak pelanggannya, Membantu mengkampanyekan peluncuran
produk-produk baru dan sekaligus merencanakan perubahan posisi
produk yang lama, Mengkomunikasikan terus menerus melalui media
Public Relations (House PR Journal) tentang aktivitas dan program
kerja yang berkaitan dengan kepedulian sosial dan lingkungan hidup
agar tercapainya publikasi yang positif di mata masyarakat / public,
Membina dan mempertahankan citra perusahaan atau produk barang
dan jasa, baik dari segi kuantitas maupun kualitas pelayanan yang
diberikan kepada konsumennya, Berupaya secara proaktif dalam
menghadapi suatu kejadian negatif yang mungkin akan muncul di masa
mendatang . (Ruslan, 2002: p.262).
CSR Dalam PR
Idris (2005) mengemukakan sesungguhnya substansi
keberadaan CSR adalah dalam rangka memperkuat keberlanjutan
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
30
perusahaan itu sendiri di sebuah kawasan, dengan jalan membangun
kerjasama antar stakeholders yang difasilitasi perusahaan tersebut
dengan menyusun program-program pengembangan masyarakat
sekitarnya. Atau dalam pengertian kemampuan perusahaan untuk dapat
beradaptasi dengan lingkungannya, komunitas dan stakeholder yang
terkait dengannya, baik lokal, nasional, maupun global. Karenanya
pengembangan CSR ke depan seyogianya mengacu pada konsep
pembangunan yang berkelanjutan (Sustainability development).
Prinsip keberlanjutan ini mengedepankan pertumbuhan,
khususnya bagi masyarakat miskin dalam mengelola lingkungannya
dan kemampuan institusinya dalam mengelola pembangunan, serta
strateginya adalah kemampuan untuk mengintegrasikan dimensi
ekonomi, ekologi, dan sosial yang menghargai kemajemukan ekologi
dan sosial budaya. Kemudian dalam proses pengembangannya tiga
stakeholders inti diharapkan mendukung penuh, di antaranya adalah;
perusahaan, pemerintah dan masyarakat.
Komunikasi Pemasaran
Kegiatan komunikasi pemasaran merupakan rangkaian kegiatan
untuk mewujudkan suatu produk, jasa, ide, dengan menggunakan
bauran pemasaran (promotion mix) yaitu: iklan (advertising), penjualan
tatap muka (personal selling), promosi penjualan (sales promotion),
hubungan masyarakat dan publisitas (public relation and publicity)
serta pemasaran langsung (direct marketing) (Purba, dkk, 2006: 126 –
127). Banyak ahli yang sepakat bahwa konsep inti komunikasi
pemasaran adalah pertukaran (exchange). Alasan yang mendasari
bahwa konsep inti pemasaran adalah pertukaran yaitu bahwa seluruh
aktivitas yang dilakukan satu individu dengan individu yang lainnya
merupakan pertukaran. Tidak ada individu yang mendapatkan sesuatu
tanpa memberikan sesuatu baik langsung ataupun tidak langsung.
Alasan terjadinya pertukaran adalah untuk memuaskan kebutuhan.
Pertukaran yang terjadi baik langsung maupun tidak langsung
memerlukan komunikasi yang berperan serta. Dengan demikian
komunikasi memegang peranan penting dalam proses pertukaran. Pada
tingkat dasar komunikasi dapat menginformasikan dan membuat
konsumen potensial menyadari akan produk yang ditawarkan.
Komunikasi dapat berusaha membujuk konsumen agar berhasrat masuk
dalam hubungan pertukaran (exchange relationship) pada pemasaran.
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
31
METODE
Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian
kualitatif, dengan menggunakan varian penelitian studi kasus. Oleh
karena itu perlu melakukan penggalian informasi dan data yang
mendalam dan intensif terhadap suatu permsalahan atau kasus yang
terjadi dalam sebuah organisasi yaitu Baitul Mall Muamalat, Bank
Muamalat.
Penggunaan studi kasus dalam penelitian ini karena peneliti
melihat beberapa keunikan kasus diantatanya adalah di Jakarta terdapat
banyak bank di swasta bahkan banyak pula dan hampir semua
perusahaan menjalankan fungsi CSR nya, namun ada keunikan
tersendiri Bank Muamalat menamakan untuk CSR nya adalah dengan
Baitul Mall Muamalat dan salah satu program yang menarik yaitu
Menara Air Muamalat. unik dimana programa CSR di Baitul Maal
Muamalat dapat di request oleh nasabah yang memiliki dana deposit
atau tabungan yang banyak di bank muamalat serta unik nya lagi ketika
BMM melaksanakan kegitan CSR nya Menara Air Muamalat ini berdiri
dengan megah dan didominasi atau dihias dengan desain batik
pekalongan yaitu disesuaikan dengan budaya yang ada di local.
Study kasus adalah pengujian intensif menggunakan berbagai
sumber bukti (yang bisa jadi kualitatif, kuantitatif atau kedua-duanya).
Pada umumnya, studi kasus dihubungkan dengan sebuah lokasi
kasusnya mungkin sebuah organisasi, sekumpulan orang seperti
Fenomena untuk mencapai
tujuan Brand Equity Agent
Penny
MPR
(Marketing Public Relation)
CSR BRAND EQUITY
IMPLEMENTASI CSR dalam
membangun Brand Equity
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
32
kelompok kerja atau kelompok social, peristiwa, proses, isu maupun
kampanye” (Daymon dan Immy, 208 : 4 ).
Adapun studi kasus ini menggunakan desain studi kasus
tunggal, karena peristiwa program Menara Air Muamalat yang
diadalakan oleh BMM yang diangka dan dieksplorasi secara mendalam
adalah dari sebuah fenomena. Seperti dikemukakan of casen Barbara
M. Wildemuth bahwa “in a research context, a case study is defined as
a research study focused on a single case or set of cases”. (Wildemuth,
2009 : 51).
Penentuan studi kasus tunggal juga didasarkan pada bahwa
kasus dari fenomena yang diteliti adalah unik. Rasional yang kedua
untuk kasus tunggal ialah kasus tersebut ,menyajikan suatu kasus
ekstrem atau unik (Yin, 2008 : 48).
Sifat penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif.
Menurut Bogdan dan Biklen (2008 : 4-5 ) Penelitian kualitatif adalah
deskriftif. Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang
bentuk, fungsi, dan makna ungkapan larangan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong (2002: 3) yang
menyatakan ”metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain,
penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena merupakan penelitian
yang tidak mengadakan perhitungan.
Penelitian kualitatif harus mempertimbangkan metodologi
kualitatif itu sendiri. Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang
menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan di
masyarakat bahasa (Djajasudarma, 2006: 11). Lebih lanjut dijelaskan
bahwa pendekatan kualitatif yang menggunakan data lisan suatu bahasa
memerlukan informan. Pendekatan yang melibatkan masyarakat bahasa
ini diarahkan pada latar dan individu yang bersangkutan secara holistik
sebagai bagian dari satu kesatuan yang utuh.
Oleh karena itu, dalam penelitian bahasa jumlah informan tidak
ditentukan jumlahnya. Dengan kata lain, jumlah informannya
ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian.
Adapun terori yang di gunakan adalah teori pemangku
kepentingan (stakeholders theory) yang pertama kali di perkenalkan
oleh Freeman (1984), yang menyatakan bahwa, perusahaan adalah
organ yang berhubungan dengan pihak lain yang berkepentingan, baik
yang ada didalam atau luar perusahaan. Penjelasan yang lain tentang
teori pemangku kepentingan mengatakan bahwa, perusahaan bukanlah
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
33
entitas yang hanya hanya beroperasi untuk kepentingannya sendiri
namun harus memberikan manfaat bagi pemangku kepentinganya.
Penelitian ini menggunakan studi kasus tunggal holistic karena meneliti
satu kasus yaitu Implementasi Corporat Social Responsibility Dalam
Membentuk Brand Equity Pada Program Menara Air Muamalat Baitul
Maal Muamalat, Bank Muamalat, Indonesia.
PEMBAHASAN
Peran Marketing PR BMM dalam Implementasi Program Menara
Air Muamalat
Implementasi PR secara konkrit pada organisasi di masa
mendatang, menurut Hubeis (2001) perlu diikuti dengan kegiatan
seperti personal development, dan leadership building (konsep
pengembangan diri, teknik presentasi yang menarik dan efektif,
meningkatkan percaya diri, dan mentalitas sukses); pendirian maupun
pemberdayaan pusat data dan informasi untuk mendukung
pengembangan program unggulan, yang dimulai dari tahapan
mengumpulkan, menyaring, mengolah dan menyebarluaskan
informasi; temu aksi (demo, diskusi dan gelar produksi), dalam rangka
mengembangkan tingkat komunikasi yang sesuai (intraindividual,
interpersonal, intraorganizational dan extraorganizational); pengenalan
sikap mitra kerja (teliti, konservatif, berkepala dingin, sensitif, keras
dan berpandangan sempit); dan permasalahan yang sedang berkembang
di masyarakat, dengan memperhatikan jangkauan media massa yang
semakin luas, semakin tinggi tingkat kesadaran pengguna akan haknya
terhadap barang atau jasa yang ditawarkan, tingginya mobilitas
masyarakat desa ke kota, perubahan iklim politik yang sulit diduga,
semakin kritis LSM dalam menyampaikan keluhan konsumen dan
adanya produsen pesaing.
Dalam lingkungan bisnis yang berubah, PR ditempatkan pada
platform yang lebih tinggi. Kebutuhan perusahaan yang berkembang
tidak hanya mengembangkan produk atau jasa, tetapi harus berbuat
lebih yakni membina hubungan positif dan konsisten dengan pihak-
pihak yang terlibat dengan organisasi. Bank Muamalat sendiri guna
membina hubungan baik dengan konsumenya yang di sebut dengan
nasabah, setiap nasabah dapat meminta program yang ada seperti CSR
sesuai kebutuhannya, dan itu bukan tanpa kecuali. Adapun nasabah-
nasabah yang mendapatkan kesempatan ini adalah nasabah yang
banyak menyimpan deposit dana di bank muamalat.
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
34
Hak ini dilakukan agar PR berkembang dan berfungsi optimal,
sehingga harus di dukung oleh beberapa pihak, caranya adalah
membangun hubungan baik perusahaan dengan nasabahnya.
Bank Muamalat dalam pelaksanaan CSR didukung oleh
berbagai pihak, Yaitu:
a. BMM Baitul Maal Muamalat
b. CV. Suria Pratama
c. Wali Kota Pekalongan
BMM Baitul Maal Muamalat yang mana merupakan yayasan
atau anak perusahaan Bank Muamalat yang bergerak dalam bidang
sosial, yang menjalankan fungsi Marketing PR dalam kegiatan CSR-
nya. Dalam fungsi pelaksanaan program CSR adalah pada departemen
Sosial kemanusiaan.
CV. Suria Pratama adalah badan usaha yang di tunjuk oleh
pihak BMM Baitul Maal Muamalat dalam pelaksanaan Pembangunan
CSR Menara Air Muamalat, Yang merupakan pihak ke 3 dalam
pelaksanaan pembangunan dan merealisasikan berdirinya Menara Air
Muamalat.
Wali Kota Pekalongan, merupakan nasabah Bank Muamalat
yang loyality dan memiliki kualifikasi untuk meminta program CSR di
daerahnya.
Dalam implementasi program CSR Menara Air Muamalat,
ketiga elemen di atas saling berinteraksi dan mendukung, saling
partisipasi aktif masing-masing stakeholders sehingga dapat bersinergi,
dan mewujudkan dialog secara komprehensif. Sehingga pengambilan
keputusan, menjalankan keputusan, dan pertanggung jawaban dari
implementasi CSR akan di emban secara bersama, contohnya dalam hal
keputusan yang diambil saat nasabah bank muamalat meminta CSR
Menara Air Muamalat di bentuk atau di desaint dengan batik yang
menandakan diri khas budaya pekalongan hal ini di setujui oleh semua
elamet tersebut dan bertanggung jawab bersama selama pelaksanaan
pembangunan CSR Menara Air Muamalat bahkan bukan sampai disitu,
komunikasi tetap terjalin karena masih ada terus monitoring terhadap
Menara Air Muamalat yang telah didirikan sebagai bukti keberlanjutan
CRS atau kepedulian Bank Muamalat terhadap Masyarakat secara
berkelanjutan.
Tapi dalam hal memandang dan menyikapi CSR ke depan,
sesungguhnya perlu ada kajian dan sosialisasi yang serius di internal
perusahaan yakni Baitul Maal Muamalat dan dari semua departemen di
dalamnya. Paling tidak untuk menyamakan persepsi di antara pelaku
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
35
yaitu BMM dan CV. Suria Pratama serta pengambil kebijakan yaitu
Bank Muamalat, hal ini dikarenakan akan kekehawatiran atas
perubahan paradigma pengelolaan perusahaan seperti yang terjadi saat
ini, yang telah terjadi ditingkat lokal maupun global. Diharapkan jika
telah ada sosialisasi akan meminimalia adanya hambatan secara internal
maupun eksternal perusahaan.
Implementasi Corporat Responsibility (CSR) BMM Baitul Maal
Muamalat Pada Program Menara Air Muamalat
BMM dalam mengimplementasikan Program ini sempat
terhenti selama 2 tahun. Program ini merupkan permintaan BMI
Cabang Pekalongan yang di ajukan sejak tahun 2011. Dikarenakan
beberapa hal teknis dan SDM, selanjutnya program bisa dilanjutkan
pada bulan Juli tahun 2013 setelah adanya mitra Program CSR yang
menghandle program tersebut. Tanggal 5-6 September team melakukan
assesement ulang kepekalongan, mengapa demikian karena program
telah terhenti selama 2tahun sehingga perlu assesement ulang.
Bersadarkan assesement tersebut ditemukan bahwa lokasi yang semula
di daerah panjang wetan sudah mendapatkan dana APBD, sehingga
dinas PU setempat merekomendasikan lokasi baru yang lebih strategis
yaitu desa dekoro kec. Pekalongan Timur. Setelah dilakukan tes tanah
ternayata kedalaman tanah keras mencapai 15,8 m sehingga melebihi
RAB sebelumnya yaitu 12m sehingga ada penyesuaian RAB kembali,
yaitu naek 6,23 % menjadi Rp. 494.300.000,-. Dikarenakan design
menara dari konsultan yang cukup megah. Hal ini diharapkan menjadi
icon kota pekalongan sekaligus branding Bank Muamalat. Penambahan
anggaran project air bersih sudah di ACC oleh directur eksekutif BMM,
selanjutnya adalah pencairan penandatanganan MOU dengan CV Suria
Pratama.
Corporate Social Responsibility dalam pemberdayaan dan
tanggung jawab kepada mayarakat adalah merupakan tuntutan public
dan hokum, karena bisnis saat ini harus memberlakukan “being ethical
and social responsibility” dengan berlaku etis dan tanggung jawab
social, bisnis akan langgeng sehingga akan terjadi hubungan jangka
panjang dalam interaksi yang harmonis antara perusahaan dengan
masyarakat. Corporat Social Responsibility merupakan konsep yang
sangat luas, yang berhubungan dengan kewajiban perusahaan atau
organisasi dalam memaksimalkan Impact positif terhadap masyarakat.
Dalam hal ini Corporat Social Responsibility dibedakan dalam dua
jaluryang berbeda yaitu:
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
36
1. Jalur relasi Primer, Misalnya memenuhi kontrak yang sudah
dilakukan dengan perusahaan lain, memenuhi janji, membayar
hutang, memberi pelayanan kepada konsumen, dan pelanggan secara
memuaskan, bertanggung jawab dalam menawarkan barang dan jasa
kepada masyarakat dengan mutu yang baik, memperhatikan
karyawan dan keluarganya serta pendidikan karyawan dan
sebagainya.
2. Terhadap relasi sekunder , bertanggung jawab atas operasi dan
dampak bisnis terhadap masyarakat pada umumnya, atas masalah-
masalah social seperti lapangan kerja, membantu program
pengentasan kemiskinan dan sebagainya.
Berdasarkan isi tanggung jawab social tersebut, maka tanggung
jawab social perusahaan Bank Muamalat berada pada jalur relasi primer
dimana program Menara Air Muamalat ini upaya pelayanan perusahaan
kepada konsumen.
Secara umum, perusahaan - perusahaan di berbagai Negara
dianjurkan mengimplementasikan program CSR atas pertimbangan
empat hal, yaitu:
1. Kewajiban Moral Perusahaan memiliki kewajiban untuk menjadi
warga yang baik, dan melakukan hal-hal yang baik. Perusahaan
mencapai kesuksesan dengan cara-cara
2. yang menghargai nilai-nilai etika serta menghormati orangorang,
masyarakat dan lingkungan alam.
3. Keberlanjutan Keberlanjutan ditekankan pada kepedulian terhadap
lingkungan dan masyarakat. Seperti halnya yang dinyatakan oleh
WBCSD (2001), bahwa keberlanjutan berarti memenuhi kebutuhan
saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang
untuk memenuhi kebutuhannya.
4. Ijin Beroperasi Ijin beroperasi perusahaan diperoleh dari pemerintah,
masyarakat, dan stakeholder lainnya, baik secara eksplisit maupun
yang tidak terucapkan.
5. Reputasi Reputasi digunakan oleh berbagai perusahaan sebagai
alasan melakukan program CSR dalam rangka memperbaiki citra
perusahaan, memperkuat merek atau bahkan menaikkan harga
sahamnya (Porter dan Kramer).
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
37
Program Menara Air Muamalat
Dimensi Publik Bank Muamalat mengisyaratkan bukan hanya
kepemilikan dan pengawasan oleh public, tetapi juga menggambarkan
“Public Purpose” (bertujuan public, masyarakat sebagai sasaran). Dan
“public interest” (berorientasi kepada kepentingan masyarakat).
Dalam komunitas masyarakat, dimanapun berada tentu saja
memiliki potensi sumber daya dari lingkungan alam atau dari sumber
daya yang dimilikinya. Potensi alam yang ada akan mencapai titik
maksimal jika potensi tersebut diberdayakan. Pemberdayaan
lingkungan tentunya membutuhkan dukungan dari masyarakat sekitar
selanjutnya pula tentu harus ada sebuah perusahaan yang memiliki
komitmen untuk pemberdayaan lingkungan dengan mengadakan public
facility. dengan dapat bekerja sama dengan pemerintah setempat.
Kerjasama ketiga komponen inilah yang akan mendukung adanya
public facility yang di butuhkan masyarakat sekitar.
Implementasi CV Suria Pratama dalam CSR Menara Air Muamalat
CV Surya Pratama merupakan Vendor atau EO dalam
pelaksanaan CSR Menara Air Muamalat yang di tunjuk oleh Baitul
Maal Muamalat. Lalu apa saja kah yang dilakukan oleh CV Surya
Pratama sebagai EO. Yaitu membuat MOU, bangunan Menara
Muamalat sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat. Pada hari rabu
20 November 2013 Pkl. 10.00 wib, telah dilaksanakan peletakan batu
pertama pembangunan MCK sekaligus menara air bersih 5 lantai di
Ds.Dekoro Kec. Pekalongan Timur. Bangunan yang di buat dengan
design batik yang menandakan khas pekalongan. Yang sekarang
menara tersebut menjadi icon kota pekalongan karena berdiri dengan
megah di Ds. Dekoro.
Event organizer adalah istilah untuk penyedia jasa profesional
penyelenggara acara. Meski bisa dialih bahasakan, namun umumnya
istilah aslinya tetap dipergunakan. Atau untuk mudahnya disebut EO.
Pada dasarnya, tugas dari EO. adalah membantu kliennya (client) untuk
dapat menyelenggarakan acara yang diinginkan. Bisa jadi hal ini karena
keterbatasan sumber daya atau waktu yang dimiliki klien, namun
penggunaan jasa EO. juga dimungkinkan dengan alasan agar
penyelenggaraannya profesional sehingga hasilnya lebih bagus dari
pada bila dikerjakan sendiri.
Moh. Jafar Hafsah menyebut kerjasama adalah kemitraan, yang
artinya adalah suatu strategi bisnis yang dilakukan oleh dua pihak atau
lebih dalam jangka waktu tertentu untuk meraih keuntungan bersama
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
38
dengan prisip saling membutuhkan dan saling membesarkan. CV Suria
Pratama merupakan Vendor yang di tunjuk oleh BMM Baitul Maal
Muamalat dalam pengerjaan proyek CSR Menara Air Muamalat.
Dengan tujuan dapat merealisasikan Proyek CSR Menara Air
Muamalat. Bukan hal yang mudah dalam melakukan kerjasama ini,
karena Baitul Maal Muamalat tidak serta merta menunjuk CV Suria
Pratama, karena BMM membuka proyek ini dan saat itu ada 3
perusahaan yang menawarakn kerjasamaan pengerjaan Menara Air
Muamalat.CV Suria Muamalat sebelum memenangkan proyek
pengerjaan membuat proposal kerja sama vendor.
KESIMPULAN
Hasil penemuan di lapangan bahwa masih banyak perusahaan
yang membutuhkan tenaga kerja diluar badan perusahaan untuk
melaksanakan program-program perusahaan, salah satunya adalah
BMM Baitul Maal Muamalat dalam pengimplementasian kegiatan CSR
Corporat Social Responsibility BMM menggunakan CV Suria Pratama.
CV Suria Pratama merupakan EO atau Vendor yang di tunjuk oleh
BMM. Hal ini dilakukan karena BMM sangat sulit jika harus
melakukan semua kegitan sendiri secara internal sehingga diberikan
kepada ahli nya yaitu vendor yang bersedia dan telah ditunjuk untuk
melaksakan pembangunan Menara Air Muamalat. Bukan hanya BMM
yang memakai jasa pendor atau EO, Bank yang lain contoh Citi Bank-
Pun menerapkan system yang sama yaitu menggunakan pihak ke tiga
dalam pengimplementasi-an program CSR nya.
Ada hal yang menarik dalam program CSR pada bank muamalat
yang di manajemeni oleh BMM dapat disesuaikan dengan keinginan
nasabah. Nasabah yang banyak menitipkan dananya pada bank
Muamalat dapat meminta program CSR ditempat dan jenis CSR nya.
Serta berikut ini hal-hal yang dapat kita ambil sebagai benang merah
agar penerapan CSR berhasil. CSR harus dipahami sebagai total
business impact, bukan hanya sebagai kegiatan sesaat atau
kedermawanan, tapi harus ada unsur pemberdayaan masyarakat baik
secara ekonomi, sosial, pendidikan, kesehatan, maupun lingkungan
hidup yang berkaitan dengan supply chain bahan baku sampai
pendistribusian, operasional bisnis, dan keterlibatan masyarakat. CSR
yang dilakukan dengan baik akan berpengaruh positif terhadap reputasi
perusahaan. Namun membutuhkan waktu yang panjang agar terbentuk
reputasi positif perusahaan dan terbangun brand equity yang
diharapkan dapat menambah kepuasan dan meningkatkan loyalitas
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
39
merek. Agar aktivitas CSR yang lebih condong ke Marketing PR dapat
mendukung strategi diferensiasi program tersebut harus konsisten dan
melibatkan seluruh elemen dalam perusahaan sehingga aktivitas
tersebut akan berkontribusi terhadap pembentukan reputasi perusahaan
dan brand equity yang dimiliki perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David A. 1991. “Managing Brand Equity: Capitalizing on the
Value of a Brand Name”. New York: The Free Press.
Adnanputra, Ahmad S.,”Marketing Publik Relations Alternatif Baru
Menganisipasi Persaingan”, LM-FEUI.
Bugin, Burhan, H.M. 2011. “Metodologi Penelitian Sosial : Format-
Format Kuantitatif
dan Kualitatif”. Airlangga University Press : Surabaya.
Bugin, Burhan, H.M. 2006. “Sosiologi Komunikasi (Teori Paradigm
Dan Diskursus Teknologi)”
Effendy, Onong Uchjana. 2003.” Ilmu, Teori dan Filsafat
Komunikasi”. PT Citra
Aditya Bakti : Bandung.
Em Giffin, 2003, “A First Look at Communication Theory, McGrraw-
Hill Companies
Kotler, Philip dan Nancy Lee. “Corporate Social Responsibility Doing
the Most Good for Your Company and Your Cause”. New
Jersey: John Wiley & Sons, Inc. 2005.
Moleong, Lexy, “Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Refisi”, PT
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Mulyana, Deddy, “Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar”, PT Remaja
Rosdakarya Bandung, 2007
Abidin, Miranty (2006), “CSR di Indonesia” Dalam MIX III (10):17,
Jakarta.
Delgado, E., Munuera, J.L, (2005). Does Brand Trust Matter To Brand
Equity,
Journal Of Product and Brand Management, Vol. 14 No. 3, pp.
187-196.
Ditya Sari, Yustisia. “Implementasi Corporate Social Responsibility
(CSR) terhadap sikap komunitas pada program perusahaan;
Studi kuantitaif implementasi CSR terhadap sikap komunitas
pada Program Street children sponsorship migas hess
Indonesia, 2012.
Convergence (ISSN: 2528-648X) Vol. 1 No. 2, Januari 2016
40
Suriany, Linda. “Penerapan Corporate Social Responsibility”, Jurnal
Vol. 5 hal 25-40, FISIP Universitas Atma Jaya Yogyakarta.
2008.
Rakhmat, Agung. “Good Corporate Governance (GCG) sebagai
prinsip Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR);
Studi Kasus pada Community Development Center PT Telkom
Malang”, Jurnal Skirpsi/ Agung Rakhmat/ FEB UB/ 2013.
Chairi, Anis dan Firman Aji Nugroho. “Retorika dalam pelaporan
CSR: Analisis Semiotic atas Sustainability”, Fakultas
Ekonomi Universitas Diponogoro, 2009.
Maulana, Firkan. “Eksplorasi Persepsi Masyarakat Desa Sekitar Hutan
terhadap Pola Pengelolaan Hutan Secara bersama (Studi
Kasus Tiga Desa sekitar Kawasan hutan zona inti DAS Hulu
RPH Desa Sekitar Kecamatan Kertasari Kabupaten
Bandung”, 2002.