76
i IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES MEDIASI PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016 SKRIPSI Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Oleh ATI BUDIARSIH 8111415280 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

i

IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM

PROSES MEDIASI PERKARA PERDATA BERDASARKAN

PERMA NOMOR 1 TAHUN 2016

SKRIPSI

Disusun Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh

ATI BUDIARSIH

8111415280

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

ii

Page 3: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

iii

Page 4: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

iv

Page 5: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

v

Page 6: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah dengan cepat, namun Kesuksesan dapat

dicapai dengan kerja keras dan doa.

Persembahan :

Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Allah SWT yang selalu memberikan limpahan Rahmat dan HIdayah-Nya;

2. Kedua orang tua saya, ayah Slamet Raksa dan ibu Siti Masitoh yang telah

mendukung, memotivasi, dan mendoakan saya untuk menyelesaikan skripsi

ini;

3. Adik saya Dwi Rahmawati yang senantiasa memberi semangat dan

mendoakan saya untuk menyelesaikan skripsi ini;

Page 7: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

hidayah-Nya, sehingga Peneliti dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul

“IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES

MEDIASI PERKARA PERDATA BERDASARKAN PERMA NOMOR 1 TAHUN

2016”. Peneliti menyadari Penelitian ini dapat terselesaikan atas bantuan dari

berbagai pihak, oleh karena itu Peneliti mengucapkan terimakasih kepada yang

terhormat :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang;

2. Dr. Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si., Dekan Fakultas Hukum Unuversitas Negeri

Semarang;

3. Dr. Martitah, M.Hum., Wakil Dekan Bidang Akademik. Rasdi, S.Pd., M.H.,

Wakil Dekan Bidang Umum dan Keuangan. Tri sulistiyono, S.H., M.H.,

Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang;

4. Dr. Duhita Driyah Suprapti, S.H.,M.Hum., Ketua Bagian Perdata Dagang

Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang;

5. Dian Latifiani, S.H.,M.H. sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan

bimbingan, motivasi, bantuan kritik, dan saran yang dengan sabar, ikhlas, dan

sepenuh hati sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan;

Page 8: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

viii

6. Saru Arifin, S.H., LL.M selaku dosen wali yang telah memberikan motivasi,

bantuan dan saran dengan ikhlas dalam rangka penyusunan skripsi ini;

7. Seluruh Dosen dan Staf Akademik Fakultas Hukum Universitas Negeri

Semarang;

8. Bapak Anis Jundrianto, S.H. selaku Panitera Muda Pengadilan Negeri

Ungaran yang telah bersedia memberikan ilmu, wawasan, informasi secara

jelas dan rinci dalam penelitian ini;

9. Bapak Andri Sufari, S.H., M.Hum. dan Bapak Makmur Pakpahan selaku

Hakim Mediator Pengadilan Negeri Ungaran telah bersedia memberikan ilmu,

wawasan, informasi secara jelas dan rinci dalam penelitian ini;

10. Bapak Nekka yang telah bersedia memberikan informasi dan ilmu dalam

penelitian ini;

11. Kedua orang tua saya, ayah Slamet Raksa dan ibu Siti Masitoh yang telah

mendukung, memotivasi, dan mendoakan saya untuk menyelesaikan skripsi

ini;

12. Adik saya Dwi Rahmawati yang senantiasa menyemangati dan mendoakan

saya dalam menyelesaikan skripsi ini;

13. Teman-teman saya Zakky, Devie, Dita, Dinda, Pipit, Alif, Ica, Sakinah,

Ayuni, Satria, Naila, Faricha, Aik, Wakhyu, Ade, Ayuk, teman-teman Kost

Page 9: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

ix

Page 10: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

x

ABSTRAK

Ati Budiarsih. 2019. “Implementasi Itikad Baik Sebagai Syarat Dalam Proses

Mediasi Perkara Perdata Berdasarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2016 (Sudi di

Pengadilan Negeri Ungaran)” Skripsi. Prodi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum

Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Dian Latifiani, S.H., M.H.

Kata Kunci : Itikad Baik, Mediasi, Perkara Perdata, Pengadilan.

Mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa secara damai yang tepat,

efektif, dan dapat membuka akses yang lebih luas kepada para pihak untuk

memperoleh penyelesaian yang memuaskan serta berkeadilan. Mediasi merupakan

salah satu upaya penyelesaian sengketa dimana para pihak yang berselisish atau

bersengketa bersepakat untuk menghadirkan pihak ketiga yang independen guna

bertindak sebagai mediator (penengah) hal ini sesuai dengan yang disebutkan dalam

PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. PERMA ini

mewajibkan bagi para pihak yang berperkara di pengadilan untuk beritikad baik

dalam melaksanakan proses mediasinya

Rumusan masalah pada penelitian ini : (1) Bagaimana implementasi itikad

baik dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2016 di Pengadilan Negeri Ungaran? (2)

Bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan apabila para pihak atau salah satu pihak

tidak beritikad baik?

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian

yuridis normatif. Sumber data penelitian berasal dari data primer berupa wawancara,

studi dokumen, dan observasi. Selanjutnya untuk sumber data sekunder yaitu studi

kepustakaan dari Undang-undang, PERMA, dan peraturan lainya, buku-buku, jurnal,

artikel ilmiah, dan makalah-makalah. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini

dilakukan dengan wawancara langsung kepada hakim mediator Pengadilan Negeri

Ungaran, studi dokumen pada bagian kearsipan Pengadilan Negeri Semarang, dan

observasi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) PERMA Nomor 1 Tahun 2016

tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan menekankan itikad baik dalam

pelaksanaanya sebagai upaya peningkatan keberhasilan mediasi. Parameter dari itikad

baik dalam proses mediasi di pengadilan merupakan kehadiran principal baik di

dampingi oleh kuasa hukum atau tidak dan dapat diwakilan oleh kuasa hukum

bersadarkan alasan yang sah seperti yang tercantum dalam Pasal 6 Ayat (4) PERMA

No 1 Tahun 2016. (2) Akibat hukum apabila tidak beritikad baik bagi penggugat

adalah putusan NO dan kewajiban membayar biaya mediasi dan bagi tergugat yang

tidak beritikad baik maka dikenai kewajiban membayar biaaya mediasi.

Adapun simpulan penelitian ini adalah implementasi itikad baik dalam proses

mediasi di Pengadilan Negeri Ungaran masih kurang maksimal seperti sebagaimana

diatur dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan.

Kurangnya perhatian para pihak untuk beritikad baik dan tidak bersungguh-sungguh

dalam proses mediasi yang di jalaninya menjadi penyebab sulitnya keberhasilan

mediasi untuk tercapai dan berujung pada penumpukan perkara di pengadilan.

Page 11: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................... ii

PENGESAHAN ............................................................................................... iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................. iv

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................................ v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi

KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii

ABSTRAK ...................................................................................................... x

DAFTAR ISI ................................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xiv

DAFTAR BAGAN ......................................................................................... xv

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xvi

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xviii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ....................................................................... 10

1.3 Pembatasan Masalah ...................................................................... 11

1.4 Rumusan Masalah .......................................................................... 12

1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................ 12

1.6 Manfaat Penelitian .......................................................................... 13

Page 12: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

xii

BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 15

2.1 Penelitian Terdahulu ...................................................................... 15

2.2 Landasan Teori ............................................................................... 19

2.3 Landasan Konseptual ..................................................................... 23

2.3.1 Tinjauan Umum Implementasi ............................................. 23

2.3.2 Mahkamah Agung ................................................................ 26

2.3.2.1.Pengertian Mahkamah Agung ................................. 26

2.3.2.2 Struktur Organisasi Mahkamah Agung .................. 28

2.3.2.3.Tugas Mahkamah Agung ......................................... 29

2.3.2.4 Fungsi Mahkamah Agung ....................................... 30

2.3.3 Tinjauan Umum Peraturan Mahkamah Agung .................... 31

2.3.3.1.Pengertian Dan Kedudukan Mahkamah Agung ...... 31

2.3.3.2 Eksistensi Peraturan Mahkamah Agung Sebagai

Regulasi Tertulis ..................................................... 35

2.3.4 Itikad Baik Dalam Mediasi di Pengadilan............................ 37

2.4 Kerangka Berfikir ........................................................................... 46

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 48

3.1 Pendekatan Penelitian .................................................................... 48

3.2 Jenis Penelitian ............................................................................... 50

3.3 Fokus Penelitian ............................................................................. 52

3.4 Lokasi Penelitian ............................................................................ 53

3.5 Sumber Data ................................................................................... 54

Page 13: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

xiii

3.6 Teknik Pengambilan Data .............................................................. 57

3.7 Validitas Data ................................................................................. 60

3.8 Analisis Data .................................................................................. 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 65

4.1. Hasil Penelitian ............................................................................. 65

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................... 65

4.1.1.1. Profil dan Sejarah Pengadilan Negeri Ungaran ...... 65

4.1.1.2 Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Ungaran .... 70

4.1.2. Implementasi Itikad Baik Dalam Perma Nomor 1 Tahun

2016 di Pengadilan Negeri Ungaran ................................... 71

4.1.3. Akibat Hukum Yang Timbul Apabila Para Pihak Atau Salah

Satu PihakTidak Beritikad Baik Dalam Proses Mediasi ..... 83

4.2. Pembahasan ................................................................................... 86

4.2.1 Implementasi Itikad Baik Dalam Perma Nomor 1 Tahun

2016 di Pengadilan Negeri Ungaran ................................... 86

4.2.2 Akibat Hukum Yang Timbul Apabila Para Pihak Atau Salah

Satu PihakTidak Beritikad Baik Dalam Proses Mediasi. .... 112

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 119

5.1 Simpulan ......................................................................................... 119

5.2 Saran ............................................................................................... 120

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 122

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 14: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

xiv

DAFTAR SINGKATAN

PERMA : Peraturan Mahkamah Agung

HIR : Het Herzeiene Indonesich Reglement

PMH : Perbuatan Melawan Hukum

PN Unr : Pengadilan Negeri Ungaran

ADR : Alternative Dispute Resolution

KUH Perdata : Kitab Undang-undang Hukum Perdata

NO : Neit Ontvankelijke Verklaard

Rbg : Rechtsreglement voor de Buitengewesten

UUD : Undang-Undang Dasar

SK :Surat Keputusan

Page 15: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

xv

DAFTAR BAGAN

Bagan : Halaman

Bagan 2.3 Struktur Organisasi Mahkamah Agung RI ..................................... 29

Bagan 2.4 Kerangka Berfikir ........................................................................... 47

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Ungaran ............................ 71

Bagan 4.2 Prosedur Pelaksanaan Mediasi Berdasarkan Perma Nomor 1

Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan ................. 81

Page 16: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel : Halaman

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ........................................................................ 15

Tabel 4.1 Laporan Register Perkara Pengadilan Negeri Ungaran Tahun

2016 - 2019 ...................................................................................... 82

Tabel 4.2 Daftar Mediator Pengadilan Negeri Ungaran Tahun 2018 ........... 83

Tabel 4.3 Perbandingan Perma Nomor 1 Tahun 2008 dengan Perma

Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan . 89

Tabel 4.4 Identifikasi 4 Perkara Yang Telah Dimediasi di Pengadilan Negeri

Ungaran Dengan Karakteristik Berbeda ...................................... 104

Tabel 4.5 Implementasi Itikad Baik Dalam 4 Perkara Yang Dimediasi di

Pengadilan Negeri Ungaran ............................................................. 105

Page 17: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar : Halaman

Gambar 4.1 Peta Administrasi Kabupaten Semarang ...................................... 70

Page 18: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran : Halaman

Lampiran 1. Daftar Hadir Proses Mediasi Perkara Nomor

26/Pdt.G/2018/PN Unr ............................................................. 130

Lampiran 2. Kesepakatan Perdamaian Perkara Nomor 26/Pdt.G/2018/PN

Unr ............................................................................................ 133

Lampiran 3. Daftar Hadir Proses Mediasi Perkara Nomor

67/Pdt.G/2018/PN Unr ............................................................. 136

Lampiran 4. Kesepakatan Perdamaian Perkara Nomor 67/Pdt.G/2018/PN

Unr ......................................................................................... 140

Lampiran 5. Putusan NO Pada Perkara Nomor 85/Pdt.G/2018/PN Unr......... 142

Lampiran 6. Laporan Hasil Mediasi dan Daftar Hadir Perkara Nomor

77/Pdt.G/2018/PN Unr ............................................................. 143

Lampiran 7. Surat Izin Observasi .................................................................... 145

Lampiran 8. Surat Izin Penelitian..................................................................... 146

Lampiran 9. Surat Keterangan Sudah Melakukan Penelitian .......................... 147

Page 19: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hukum dibuat untuk memberikan perlindungan kepada masyarakat. Agar

kepentingan masyarakat terlindungi, hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan

hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi terdapat juga terjadi

karena pelanggaran hukum. Dalam hal ini hukum yang telah dilanggar harus

ditegakkan. Melalui penegakan inilah hukum menjadi kenyataan. (Mertokusumo,

1993: 1)

Fiat justicia ruat caelum (hukum harus ditegakkan meskipun langit

runtuh). Ungkapan yang menyanjung tinggi hukum ini mengacu pada keadilan

yang harus ditegakan apapun yang terjadi. Penegakan dan penerapan hukum

khususnya di Indonesia seringkali menghadapi kendala berkaitan dengan

perkembangan masyarakat. Seiring dengan pesatnya kemajuan globalisasi yang

menyebabkan tingginya potensi sengketa, diperlukan penyelesaian secara hukum

dengan tidak menganulir norma-norma dan asas yang hidup dan tumbuh dalam

tatanan kehidupan masyarakat. Berbagai kasus yang terjadi menggambarkan

sulitnya penegakan hukum, sehingga aparat hukum mencari cara agar hukum

dapat sejalan dengan norma masyarakat yang ada. Pada kenyataanya

perkembangan masyarakat lebih cepat dari perkembangan peraturan perundang-

Page 20: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

2

undangan, hal ini mengakibatkan perkembangan dalam masyarakat tersebut

menjadi titik tolak dari keberadaan suatu peraturan. (Astarini, 2013: 1)

Semakin berkembangnya masyarakat, berkembang pula berbagai macam

konflik atau pertentangan dalam suatu masyarakat itu sendiri. Baik pertentangan

atau konfilk antar individu maupun antar suatu kelompok manusia dari satu pihak

ke pihak yang lain.

Penyelesaian sengketa melalui litigasi atau melalui sistem peradilan

dipandang sebagai jalan terbaik dalam menyelesaikan sengketa, sehingga setiap

kali mucul konflik maka yang timbul dalam pikiran adalah penyelesaianya

melalui pengadilan. Padahal penyelesaian perkara di pengadilan cenderung

berlangsung berlarut-larut, memakan waktu yang lama dan biaya mahal. Selain

itu pengadilan menganut sistem win-lose solution dalam penyelesaian sengketa.

Sehingga selalu akan ada pihak yang diuntungkan dan dirugikan, hali ini

terkadang menimbulkan rasa ketidakpuasan salah satu pihak karena merasa

putusan yang dijatuhi tidak adil.

Sengketa perdata merupakan sengketa-sengketa mengenai masalah yang

terjadi diantara para pihak atau lebih sering disebut sebagai sengketa privat karena

hukum perdata adalah hukum privat. Yang dimaksud dengan perkara perdata

ialah suatu perkara perdata yang terjadi antar pihak yang satu dengan pihak lainya

dalam hubungan keperdataan. Dalam hubungan keperdataan atara pihak yang

Page 21: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

3

sedang berperkara umumnya diselesaikan melalui pengadilan untuk mendapat

keadilan yang seadil-adilnya. (Sarwono, 2012: 5)

Indonesia telah mengenal dan mengakui mediasi sebagai alternatif

penyelesaian sengketa sejak dikeluarkanya Peraturan Mahkamah Agung

(PERMA) Nomor 2 Tahun 2003 yang kemudian diganti dengan Peraturan

Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2008 tentang Prosedur Mediasi di

Pengadilan dan yang terakhir diganti dengan Peraturan Mahkamah Agung

(PERMA) Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan hal ini

merupakan implementasi dari Hukum Acara Perdata Pasal 130 Herziene

Inlandsch Reglemen (HIR) dan Pasal 154 Rechtsreglemen voor de

Buitengewesten (R.Bg) yang pada intinya mengisyaratkan upaya perdamaian

dalam menyelesaikan sengketa.

Hukum acara mengatur bagaimana cara dan siapa yang berwenang

menegakan hukum materiil dalam hal apabila terjadi pelanggaran terhadap hukum

materiil. Hukum acara perdata secara umum yaitu peraturan hukum yang

mengatur proses penyelesaian perkara perdata melalui hakim di pengadilan sejak

diajukan gugatan, dilaksanakanya gugatan, sampai pelaksanaan putusan hakim.

Hukum acara perdata yang berlaku baik ketentuan dalam Pasal 130 HIR

maupun Pasal 154 RBg mewajibkan hakim untuk mendorong para pihak

menempuh proses perdamaian, yang dapat diidentifikasikan dengan cara

mengintegrasikan proses mediasi tersebut ke dalam prosedur berperkara di

Page 22: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

4

Pengadilan Negeri maupun Pengadilan Agama. Dalam hal ini negara-negara maju

yaitu Kanada, Amerika Serikat, Jepang, dan Australia telah melakukan hal yang

serupa dengan mengintreagsikan proses mediasi sebagai bagian dari prosedur

berperkara di pengadilan. Hal ini dikarenakan penyelesaian sengketa secara

alternatif merupakan upaya untuk mengurangi derasnya arus perkara yang masuk

ke pengadilan.

Konsideran PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi Di

Pengadilan menyebutkan bahwa mediasi merupakan cara penyelesaian sengketa

secara damai yang tepat, efektif, dan dapat membuka akses yang lebih luas

kepada para pihak untuk memperoleh penyelesaian yang memuaskan serta

berkeadilan dan dibentuknya PERMA ini bertujuan sebagai penyempurna dari

PERMA Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan yang

belum optimal memenuhi kebutuhan pelaksanaan mediasi yang lebih

berdayaguna dan mampu meningkatkan keberhasilan mediasi di Pengadilan.

Ketentuan terbarunya menyebutkan, sebelum suatu perkara perdata dimulai

di pengadilan ada suatu usaha hakim untuk mendamaiakan kedua belah pihak

yaitu mediasi. Hal ini tertulis dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2016 Pasal 4 (1)

yaitu Semua sengketa perdata yang diajukan ke Pengadilan termasuk perkara

perlawanan (verzet) atas putusan verstek dan perlawanan pihak berperkara (partij

verzet) maupun pihak ketiga (derden verzet) terhadap pelaksanaan putusan yang

telah berkekuatan hukum tetap, wajib terlebih dahulu diupayakan penyelesaian

melalui Mediasi, kecuali ditentukan lain berdasarkan Peraturan Mahkamah Agung

Page 23: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

5

Pengadilan tidak hanya berwenang dan bertugas memeriksa, mengadili, dan

menyelesaikan perkara yang diterimanya, tetapi juga berkewajiban

mengupayakan perdamaian antara pihak-pihak yang berperkara. Pengadilan yang

selama ini terkesan sebagai lembaga penegakan hukum dan keadilan, tetapi

setelah munculnya PERMA ini pengadilan juga menampakan diri sebagai

lembaga yang mencarikan solusi dalami antara pihak-pihak yang berperkara.

Pemakaian lembaga mediasi di pengadilan ini pada dasarnya lebih

menguntungkan para pihak, karena sengketa dapat diselesaikan secara adil

menurut kehendak pihak-pihak yang bersengketa, karena tidak banyak formalitas

yang diperlukan dan biaya relatif lebih murah. Prosedur litigasi ditempuh sebagai

upaya terakhir jika mediasi tidak membuahkan hasil. Disamping itu,

dibandingkan dengan mediasi di luara pengadilan, mediasi dalam proses

penyelesaian sengketa di pengadilan memiliki nilai lebih (jika berhasil) antara

lain karena executable, sehingga memiliki kewibawaan. Mekanisme penyelesaian

sengketa di pengadilan juga dapat mendorong upaya damai sebagai solusi utama

oleh para pihak yang bertikai. (Sutiyono, 2006: 66).

Meskipun penyelesaian sengketa melalui mediasi di pengadilan ini

mengandung berbagai keuntungan, tetapi dalam prakteknya juga merupakan

mekanisme yang rentan. Maksudnya, kemungkinan untuk gagal juga sangat besar.

Untuk mengantisipasinya memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi misalnya

kepercayaan, kesediaan, atau kerelaan untuk melepaskan sebagian hak dari

Page 24: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

6

masing-masing pihak yang bersengketa. Hal ini terbukti dengan keberhasilan

mediasi yang masih rendah meskipun telah dilakukan berbagai upaya.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

Mahkamah Agung RI Tahun 2017 presentase perkara yang penyelesainya melalui

mediasi sepanjang tahun 2015 sampai dengan 2017 adalah masing-masing 67,1%,

76,8% dan 75,8% dengan indikator perbandingan jumlah perkara yang berhasil di

mediasi dengan jumlah perkara yang dilakuakan mediasi. Pada tahun 2017

perkara di lingkungan peradilan tingkat pertama yang berhasil diselesaikan

melalui mediasi realisasinya adalah 3,79%, dengan demikian jumlah perkara

yang dilakukan mediasi adalah 75,8%. Adapun jumlah perkara mediasi pada

Pengadilan Negeri di seluruh Indonesia tahun 2017 adalah 16.344 dengan 925

perkara berhasil dimesiasi, 14.711 tidak berhasil dimediasi dan 648 perkara yang

tidak dapat dilaksanakan mediasi.

Pengadilan Negeri Ungaran merupakan lembaga peradilan tingkat pertama

di Indonesia sekaligus sebagai salah satu pelaksana kekuasaan kehakiman yang

telah menerapkan mediasi dalam penyelesaian sengketa perdata. Sengketa perdata

di Pengadilan Negeri Ungaran secara garis besar diantaranya mencakup tentang

percaraian, pembagian harta, wanprestasi, perbuatan melawan hukum (PMH),

perjajian, tanah, dan waris. Namun penyelesaian sengketa perdata melalui upaya

mediasi di Pengadilan Negeri Ungaran belum mencapai hasil yang maksimal.

Dari 129 perkara yang masuk pada tahun 2017, hanya 7 perkara saja yang

Page 25: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

7

berhasil diselesaikan dengan cara mediasi. Sedangkan pada periode Januari

sampai dengan November tahun 2018 dari 114 perkara yang masuk hanya 4

perkara yang berhasil dimediasi. Data ini menunjukan bahwa tingkat keberhasilan

penyelesaian sengketa perdata melalui mediasi di Pengadilan Negeri Ungaran

masih relatif rendah.

Berdasarkan pra penelitian yang dilakukan peneliti di Pengadilan Negeri

Ungaran, faktor utama yang mendasari keberhasilan mediasi itu sendiri

merupakan kesediaan dari masing-masing pihak untuk berdamai. Akan menjadi

persoalan, apabila para pihak yang berperkara tidak mempunyai keinginan atau

kemauan untuk melakukan mediasi, hal ini akan menyebabkan keadaan atau

situasi yang tidak efektif terhadap kewajiban melakukan mediasi di pengadilan.

Kemudian perlu dipahami bahwa kemampuan para pihak melihat sebuah

alternatif dalam menyelesaikan perkara yang dihadapi biasanya terbatas, sehingga

perlu didorong untuk dapat melihat dan mengetahui cara-cara yang tidak

terpikirkan dan terbayangkan sebelumnya. Dengan kondisi tersebut, diharapkan

para pihak mampu menemukan dan melihat sisi positif dari proses mediasi yang

ditawarkan.

Dalam aturan terbaru tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan yaitu

Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) Nomor 1 Tahun 2016 terdapat beberapa

perubahan dari Perma sebelumnya. Perubahan yang paling mendasar adalah

sebagai berikut : Pertama, yaitu tekait batas waktu pelaksanaan mediasi yang

Page 26: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

8

semula 40 hari menjadi 30 hari terhitung sejak penetapan perintah melakukan

mediasi. Kedua, adanya kewajiban bagi para pihak (inpersoon) untuk menghadiri

secara langsung pertemuan mediasi dengan atau tanpa didampingi oleh kuasa

hukum, kecuali ada alasan sah seperti kondisi kesehatan yang tidak

memungkinkan hadir dalam pertemuan mediasi berdasarkan surat keterangan

dokter; di bawah pengampuan; mempunyai tempat tinggal, kediaman atau

kedudukan di luar negeri; atau menjalankan tugas negara, tuntutan profesi atau

pekerjaan yang tidak dapat ditinggalkan. Ketiga, hal yang paling baru dan

menjadi pokok penelitian ini adalah adanya aturan tentang Itikad Baik dalam

proses mediasi dan akibat hukum bagi para pihak yang tidak beriktikad baik

dalam proses mediasi.

Perma Mediasi sebelumnya mengatur bahwa apabila proses mediasi tidak

ditempuh oleh para pihak dalam suatu perkara perdata, maka hal tersebut

merupakan suatu pelanggaran atas ketentuan Pasal 130 Het Herzeiene Indonesich

Reglement (HIR) yang mengakibatkan suatu putusan dalam perkara perdata

menjadi batal demi hukum (null and void). Namun dalam Perma Mediasi terbaru

lebih menitikberatkan pada penerapan asas itikad baik (te goeder trouw) dalam

proses mediasi.

Definisi dari itikad baik (te goeder trouw), belum ada suatu peraturan yang

dengan rinci memberikan definisi dan batasan dari suatu itikad baik tersebut.

Bahkan dalam Undang-undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Page 27: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

9

Alternatif Penyelesaian Sengketa sebagai payung hukum utama dari prosedur

mediasi juga tidak mendefinisikan tentang itikad baik. Namun dalam prakteknya

para Hakim Mediator di Pengadilan Negeri Ungaran menafsirkan bahwa inti dari

itikad baik dalam mediasi merupakan kehadiran para pihak dan kesediaan para

pihak untuk dimediasi.

Pada pasal 22-23 Perma Nomor 1 Tahun 2016 dijelaskan, akibat hukum bagi

salah satu pihak yang tidak beritikad baik dalam proses mediasi adalah

pengenaan kewajiban pembayaran biaya mediasi. Namun apabila pihak yang

tidak beritikad baik itu merupakan penggugat, maka gugatanya akan dinyatakan

tidak dapat diterima oleh Hakim Pemeriksa Perkara. Lebih lanjut, terhadap

putusan yang menyatakan gugatan tidak dapat diterima serta penetapan

pengenaan kewajiban pembayaran biaya mediasi tidak dapat dilakukan upaya

hukum lebih lanjut (Pasal 35 ayat (2) Perma Nomor 1 Tahun 2016).

Apabila para pihak berhalangan hadir berdasarkan alasan sah sebagaimana

dimaksud dalam pasal 6 ayat (4), kuasa hukum dapat mewakili para pihak untuk

melakukan mediasi dengan menunjukan surat kuasa khusus yang memuat

kewenangan kuasa hukum untuk mengambil keputusan . Kuasa hukum yang

bertindak mewakili para pihak sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) wajib

berpartisipasi dalam proses mediasi dengan itikad baik dan dengan cara yang

tidak bertentangan dengan pihak lain atau kuasa hukumnya.

Page 28: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

10

Mediator yang bertugas untuk memediasi para pihak yang bersengketa di

Pengadilan Negeri Ungaran adalah Hakim mediator. Hakim mediator adalah

hakim yang menjalankan tugas mediasi atas penunjukan ketua majelis dan

mendapat surat keputusan (SK) dari ketua pengadilan. Dalam pelaksanaanya,

mediator terlebih dahulu mendengarakan penjelasan dari kedua belah pihak, hal

ini bertujuan agar tidak ada pihak yang dirugikan dengan keputusan yanga akan

diambil nantinya. Upaya yang dilakukan mediator agar mencegah kegagalan

mediasi adalah dengan menggunakan pendekatan secara persuasif bergantung

pada masalah yang dihadapi para pihak. Umumnya mediator menggunakan

pendekatan agama, sosial dan kekeluargaan. Selain itu, proses mediasi dapat

diperpanjang apabila mediator menilai para pihak mempunyai kesempatan besar

untuk berdamai. Selain itu peggunaan bahasa yang sederhana oleh hakim

mediator juga dapat mempengaruhi keberhasilan mediasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis dalam skripsi ini akan

membahas mengenai Implementasi Iktikad Baik Sebagai Syarat Dalam Proses

Mediasi Perkara Perdata Berdasarkan Perma Nomor 1 Tahun 2016.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas memberikan gambaran

permasalahan yang dapat diidentifikasi tentang “ Implementasi Iktikad Baik

Sebagai Syarat Dalam Proses Mediasi Perkara Perdata Berdasarkan Perma Nomor

1 Tahun 2016” sebagai berikut:

Page 29: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

11

1. Pelaksanaan iktikad baik dalam mediasi yang dilakukan oleh Pengadilan

Negeri Ungaran.

2. Masih rendahnya tingkat keberhasilan mediasi di Pengadilan Negeri

Ungaran.

3. Faktor-faktor keberhasilan mediasi di Pengadilan Negeri Ungaran.

4. Kehadiran sebagai tolak ukur hakim mediator dalam menilai itikad baik

para pihak yang bersengketa.

5. Kurangnya kesadaran dan kesedian masyarakat yang berperkara untuk

melakukan mediasi.

6. Masyarakat yang bersedia melakukan medasi biasanya tidak dilakukan

dengan sepenuh hati dan hanya di lakukan sebagai bentuk formalitas saja.

1.3. Pembatasan Masalah

Penelitian berdasarkan fakta lapangan ini, hanya pada instansi yang di

sebutkan dalam latar belakang di atas, yaitu Pengadilan Negeri Ungaran. Dalam

penelitian ini dibatasi hanya sampai dengan:

1. Implementasi iktikad baik dalam mediasi perkara perdata yang di lakukan

di Pengadilan Negeri Ungaran.

Page 30: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

12

2. Perkara perdata yang merupakan semua jenis sengketa perdata yang

diajukan ke Pengadilan kecuali sengketa yang dikecualikan dalam

PERMA Nomor 1 Tahun 2016 Pasal 4 Ayat (2).

3. Akibat hukum apabila para pihak atau salah satu pihak tidak beriktikad

baik dalam proses mediasi.

1.4. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan maka penulis merumuskan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana Implementasi iktikad baik dalam PERMA No.1 Tahun 2016

di Pengadilan Negeri Ungaran?

2. Bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan apabila para pihak atau salah

satu pihak tidak beriktikad baik ?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi tujuan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis Implementasi iktikad baik dalam

PERMA No.1 Tahun 2016 di Pengadilan Negeri Ungaran.

Page 31: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

13

2. Untuk mengetahui dan menganalisis akibat hukum yang ditimbulkan para

pihak atau salah satu pihak tidak beriktikad baik.

1.6. Manfaat Penelitian

Suatu penelitian diharapkan dapat memberikan suatu manfaat, begitu juga

yang diharapkan dari penulisan skripsi ini. Adapun manfaat dari penulisan skripsi

ini yakni:

1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Sebagai media pembelajaran metode penelitian hukum sehingga

dapat menunjang kemampuan mahasiswa dalam kehidupan

masyarakat, berbangsa dan bernegara.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang

bernilai ilmiah bagi pengembangan khazanaah ilmu pengetahuan,

khususnya yang berkaitan dengan Implementasi Iktikad Baik

Sebagai Syarat Dalam Proses Mediasi Perkara Perdata Berdasarkan

Perma Nomor 1 Tahun 2016.

3) Dapat dijadikan referensi untuk penelitian berikutnya.

2. Manfaat Praktis

Page 32: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

14

Penelitian ini ditujukan agar masyarakat mengerti bahwa dalam PERMA

No.1 Tahun 2016 mempunyai fungsi yang positif dan efektif dalam hal

pelaksanaan mediasi di Pengadilan, sehingga masyarakat mengetahui

mengenai pelaksanaan mediasi serta syarat yang harus dipenuhi serta

konsekuensinya apabila beritikad buruk saat melakukan mediasi di

pengadilan khususnya di Pengadilan Negeri Ungaran.

Page 33: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

15

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu acuan penulis dalam melakukan

penelitian sehingga penulis dapat memperkaya teori yang digunakan dalam

mengkaji penelitian yang dilakukan. Dari penelitian terdahulu, penulis tidak

menemukan penelitian dengan judul yang sama seperti judul penelitian penulis.

Namun penulis mengangkat beberapa penelitian sebagai referensi dalam

memperkaya bahan kajian pada penelitian penulis. Sebagai bahan pertimbangan

untuk mengetahui orisinilitas pengetahuan saya, maka saya akan menunjukkan

beberapa penelitian yang senada atau serupa dengan beberapa hasil penelitian

terdahulu oleh beberapa peneliti, diantaranya :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Judul Pembahasan

1.

Imamatus

Sholihah

(Universitas

Islam Negeri

Maulana Malik

Implementasi

Tahapan Mediasi

Oleh Mediator

Pengadilan Agama

Kelas 1A

Kabupaten Kediri

Dalam Skripsi ini di bahas mengenai

pelaksanaan tugas mediator di

Pengadilan Agama Kabupaten

Kediri. Penerapan Tahapan Tugas

mediator di Pengadilan Agama

Kabupaten Kediri tetap dilakukan,

Page 34: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

16

Ibrahim

Malang, 2017)

meskipun hanya secara global saja.

Sedangkan kefahaman dari para

pihak yang berperkara mengenai

mediasi itu juga cukup sebatas

global saja, bahwa mereka hanya

mengetahui mediasi adalah

perdamaian dan menemukan solusi

dari permasalahan mereka. Yang

menjadi indikator keberhasilan

mediasi di Pengadilan Agama

Kabupaten Kediri adalah tergantung

kesadaran para pihak yang

berperkara itu sendiri. Apakah

mereka memiliki kesadaran tentang

dampak negative bagi anak jika

mereka melakukan perceraian. Jadi

kejelian, kepiawaian dan

pengaplikasian tahapan tugas

mediator tidak terlalu di perhatikan

karena yang penting proses mediasi

sudah dilakukan dan di harapkan

terjadi perdamaian antar pihak yang

berperkara.

2. Ajrina Yuka

(Universitas

Airlangga,

2018)

Itikad

Baik

Dalam

Proses

Mediasi

Dalam jurnal ini lebih fokus kepada

iktikad baik dalam proses mediasi

perkara perdata secara ideal atau

yang semestinya sebagaimana diatur

dalam Peraturan Mahkamah Agung

Page 35: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

17

Perkara

Perdata Di

Pengadilan

Nomor 1 Tahun 2016. Dengan

adanya Itikad baik Mahkamah

Agung mengharapkan tingkat

keberhasilan mediasi di tingkat

pertama dapat meningkat sehingga

mengurangi jumlah penumpukan

perkara ditingkat mahkamah agung.

Itikad baik sebagai kewajiban bagi

para pihak dalam Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun

2016 dijelakan pada Pasal 7 ayat 1,

dimana ada akibat hukum bagi para

pihak yang dianggap tidak beritikad

baik dengan melakukan hal-hal yang

tertera pada Pasal 7 ayat 2, yakni

Pasal 22 untuk penggugat dan Pasal

23 untuk tergugat.

3. Sunarya

(Magister Ilmu

Hukum,

Universitas

Esa

Unggul,2014)

Penerapan Iktikad

Baik Dalam

Penyelesaian

Sengketa Merek Di

Luar Pengadilan

Penelitian ini lebih kepada penerapan

itikad baik pada mediasi di luar

pengadilan terhadap sengketa merek.

Sengketa atau beda pendapat perdata

dapat diselesaikan oleh para pihak

melalui alternatif penyelesaian

sengketa yang didasarkan pada itikad

baik dengan mengesampingkan

penyelesaian secara litigasi di

Pengadilan Negeri. Yang maksud

itikad baik dalam pasal ini adalah

Page 36: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

18

bahwa dalam penyelesaian sengketa

itikad baik merupakan salah satu

prinsip yang dapat mencegah

timbulnya sengketa lebih lanjut,

sehingga hubungan baik para pihak

dapat tetap terjaga. Itikad baik juga

menjadi persyaratan yang harus

dimaksukkan ke dalam klausul

penyelesaian sengketa melalui

Alternatif Penyelesaian Sengketa

(APS) atau Alternative Dispute

Resolution (ADR). Itikad baik ini

dimaksudkan agar para pihak dengan

kesungguhan dan niat didalam

hatinya, memilih penyelesaian

sengketa melalui perdamaian dan

menutup rapat – rapat penyelesaian

sengketa melalui pengadilan, yang

tentu saja harus diimbangi dengan

sikap mental serta komunikasi yang

baik sehingga tercipta suasana yang

ramah dan penuh kekeluargaan.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil judul “Implementasi Iktikad Baik

Sebagai Syarat Dalam Proses Mediasi Perkara Perdata Berdasarkan Perma No 1

Tahun 2016” yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian

sebelumnya adalah penelitian ini lebih fokus kepada penerapan iktikad baik dalam

Page 37: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

19

mediasi di Pengadilan Negeri Ungaran serta akibat hukum apabila pihak yang

berperkara tidak beriktikad baik, dan menganalisis faktor- faktor apa sajakah yang

mempengaruhi keberhasilan mediasi di Pengadilan Negeri Ungaran.

2.2. Landasan Teori

Pada penelitian kualitatif, peran teori sangat penting sebagai dasar atau

landasan dalam suatu riset/penelitan. Karena tanpa landasan teori maka penelitian

akan berujung pada kesalahan atau sering dikenal dengan trial and error. Dengan

adanya landasan teori ini, maka dapat memberikan ciri bahwa penelitian itu

merupakan cara ilmiah untuk memperoleh data. Setiap teori bisa dikatakan

sebagai dugaan sementara, karena hal tersebut dipastikan memerlukan

pembuktian. Suatu teori akan memperoleh arti penting mana kala ia lebih banyak

dapat melukiskan, menerangkan dan meramalkan gejala-gejala yang ada

(Sugiyono, 2008:53). Fungsi teori dalam penelitian ini adalah untuk

menstrukturisasikan penemuan-penemuan selama penelitian, membuat beberapa

pemikiran, prediksi atas dasar penemuan dan menyajikan dalam bentuk

penjelasan-penjelasan dan pertanyaan-pertanyaan. Hal ini berarti teori bisa

digunakan untuk menjelaskan fakta dan peristiwa hukum yang terjadi. Untuk itu,

orang dapat meletakan fungsi dan kegunaan teori dalam penelitian sebagai

analisis pembahasan tentang peristiwa atau fakta hukum yang diajukan dalam

masalah penelitian.

Page 38: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

20

Teori Keadilan Menurut John Rawls

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia istilah keadilan (iustitia) berasal

dari kata “adil” yang berarti tidak berat sebelah, tidak memihak, bepihak kepada

yang benar sepatutnya, tidak sewenang-wenang. Dari definisi tersebut dapat di

pahami bahwa pengertian keadilan adalah semua hal yang berkenaan dengan

sikap dan tindakan dalam hubungan antar manusia, keadilan berisi sebuah

tuntutan agar orang memperlakukan sesamanya sesuai dengan hak dan

kewajibannya, perlakuan tersebut tidak pandang bulu atau pilih kasih melainkan

semua orang diperlakukan sama sesuai dengan hak dan kewajibannya.

Keadilan dapat dipastikan sebagai salah satu poros utama dalam diskursus

hukum, tidak hanya dalam tatanan teoritis, tetapi juga dalam tataran praktis.

Keadilan merupakan sumbu utama penegakan hukum, karena pembicaraan

mengenai hukum hampir dapat dipastikan akan menyentuh dimensi keadilan.

Plato mendefinisikan keadilan sebagai “the supreme virtue of the good state”,

sedang orang yang adil adalah “the self diciplined man whose passions are

controlled by reasson”. Bagi Plato keadilan tidak dihubungkan secara langsung

dengan hukum. Baginya keadilan dan tata hukum merupakan substansi umum dari

suatu masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam konsep Plato

tentang keadilan dikenal adanya keadilan individual dan keadilan dalam negara.

Untuk menemukan pengertian yang benar mengenai keadilan individual, terlebih

dahulu harus ditemukan sifat-sifat dasar dari keadilan itu dalam negara, untuk itu

Plato mengatakan : “let us enquire first what it is the cities, then we will examine

Page 39: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

21

it in the single man, looking for the likeness of the larger in the shape of the

smaller”. Walaupun Plato mengatakan demikian, bukan berarti bahwa keadilan

individual identik dengan keadilan dalam negara. Hanya saja Plato melihat bahwa

keadilan timbul karena penyesuaian yang memberi tempat yang selaras kepada

bagian-bagian yang membentuk suatu masyarakat. Keadilan terwujud dalam suatu

masyarakat bilamana setiap anggota melakukan secara baik menurut

kemampuannya fungsi yang sesuai atau yang selaras baginya. (Gie, 2002: 22)

Aristoteles, (Rahardjo 2000 : 258) membedakan keadilan menjadi keadilan

distributif dan keadilan korektif. Keadilan yang pertama menyangkut soal

pembagian barang-barang dan kehormatan kepada masing-masing orang sesuai

dengan tempatnya dalam masyarakat. Ia menghendaki agar orang-orang yang

mempunyai kedudukan sama memperoleh perlakuan yang sama pula di hadapan

hukum. Keadilan yang kedua memberikan ukuran bagi menjalankan hukum

sehari-hari. Dalam menjalankan hukum sehari-hari kita harus mempunyai suatu

standar yang umum guna memperbaiki konsekuensi-konsekuensi dari suatu

tindakan yang dilakukan orang dalam hubungannya satu sama lain.

Secara spesifik, John Rawls mengembangkan gagasan mengenai prinsip-

prinsip keadilan dengan menggunakan sepenuhnya konsep ciptaannya yang

dikenal dengan “posisi asli” (original position) dan “selubung ketidaktahuan”

(veil of ignorance) (Faiz, 2009:135). Pandangan Rawls memposisikan adanya

situasi yang sama dan sederajat antara tiap-tiap individu di dalam masyarakat.

Tidak ada pembedaan satus, kedudukan atau milik posisi lebih tinggi antara satu

Page 40: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

22

dengan yang lainnya, sehingga satu pihak dengan pihak lainnya dapat melakukan

kesepakatan yang seimbang yang didasari oleh ciri rasionalitas (rationality),

kebebasan (freedom) dan persamaan (equality) guna mengatur struktur dasar

masyarakat (basic structure of society).

Prinsip pertama yang dinyatakan sebagai prinsip kebebasan yang sama (equal

liberty principle), seperti kebebasan beragama (freedom of religion), kemerdekaan

berpolitik (political of liberty), kebebaan berpendapat dan mengemukakan

ekspresi (freedom of speech and expression), sedangkan prinsip kedua dinyatakan

sebagai prinsip perbedaan (difference principle), yang menghipotesakan pada

prinsip persamaan kesempatan (equal opportunity principle). Dengan demikian,

prinsip perbedaan menuntut diaturnya struktur dasar masyarakat sedemikian rupa,

sehingga kesenjangan prospek mendapat hal-hal utama kesejahteraan, pendapatan

otoritas diperuntukan bagi keuntungan orang-orang yang paling kurang

beruntung. Ini berarti keadilan sosial harus diperjuangkan untuk dua hal: (a)

melakukan koreksi dan perbaikan terhadap kondisi ketimpangan yang dialami

kaum lemah dengan menghadirkan institusi-institusi sosial, ekonomi dan politik

yang memberdayakan. (b) setiap aturan harus memposisikan diri sebagai

pemandu untuk mengembangkan kebijakan-kebijakan untuk mengkoreksi

ketidakadilan yang dialami kaum lemah. (Fauzan dan Heru, 2006:101-102).

Menurut John Rawls, Hasrat alami manusia untuk mencapai kepentinganya

terlebih dahulu baru kemudian kepentingan umum adalah untuk mencapai

kebahagian juga merupakan ukuran pencapaian keadilan. Dengan demikian harus

Page 41: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

23

ada kebebasan untuk memenuhi kepentingan ini. Namun realitasnya masyarakat

menunjukan bahwa kebebasan tidak sepenuhnya terwujud karena adanya

perbedaan kondisi dalam masyarakat. Perbedaan ini menjadi dasar untuk

memberikan keuntungan bagi mereka yang lemah. Apabila sudah ada persamaan

derajat, maka semua harus memperoleh kesempatan yang sama untuk memenuhi

kepentinganya. Walaupun nantinya memunculkan perbedaan, bukan suatu

masalah asalkan dicapai berdasarkan kesepakatan dan titik berangkat yang sama.

(Fattah, 2013: 31)

2.3. Landasan Konseptual

2.3.1. Tinjauan Umum Implementasi

Pengertian implementasi jika merujuk pada Kamus Besar Bahasa

Indonesia adalah pelaksanaan atau penerapan. Bentuk dari kata kerjanya

adalah mengimplmentasikan yang artinya melaksanakan atau menerapkan.

Implementasi hendaknya dilakukan sesuai dengan rancangan yang telah

dibuat, jika tidak maka hasilnya tidak akan sesuai dengan yang diharapkan.

Implementasi juga merupakan hal yang sangat penting dalam keseluruhan

rangkaian kegiatan. Rencana yang sudah dibuat dengan sangat baik akan tidak

berarti apabila tidak dilaksanakan atau dilaksanakan dengan asal-asalan.

Selain memerlukan aksi nyata juga membutuhkan konsistensi dalam

pelaksanaanya. Dalam pengimplementasikan suatu rancangan tentu akan ada

Page 42: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

24

kendala dan hambatan yang dihadapi. Oleh karena itu sangat dibutuhkan

konsistensi agar seluruh rancangan dapat di jalankan dengan benar agar dapat

memperoleh hasil yang memuaskan.

Menurut Budi Winarno (2005), pengertian dari implementasi

merupakan tindakan-tindakan yang harus dilakukan oleh sekelomok individu

yang telah ditunjuk untuk menyelesaikan suatu tujuan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Selanjutnya Nurdin Usman (2002) berpendapat bahwa

implementasi bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme

suatu system. Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan

yang terencana dan untuk mencapai suatu tujuan. Sedangkan menurut Van

Meter dan Van Horn Adalah pelaksanaan tindakan oleh individu, pejabat,

instansi pemerintah atau kelompok swasta yang bertujuan untuk mencapai

tujuan yang telah digariskan dalam keputusan tertentu. Badan-badan ini

melaksanakan tugas-tugas pemerintahan yang berdampak pada warga.

Segala kebijakan publik yang menyangkut hajat hidup orang banyak

pasti menuntut implementasi yang baik dan efektif. Indikator suksesya suatu

kebijakan adalah implementasinya yang baik dan efektif cenderung tanpa

memiliki hambatan. Menurut George C. Edward III, “implementasi

dipengaruhi oleh 4 (empat) variabel, yakni komunikasi, sumberdaya,

disposisi, struktur birokrasi” (Subarsono, 2015:90).

Page 43: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

25

1. Komunikasi

Komunikasi merupakan salah satu tolak ukur dalam keberhasilan

implementasi suatu kebijakan. Apa yang menjadi tujuan dan sasaran

kebijakan harus ditransmisikan kepada kelompok sasaran sehingga

akan mengurangi penyimpangan pada implementasi. Komunikasi

tersebut penting adanya karena memang pelaksanaan Peraturan

Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 Tentang Tata Cara

Penyelesaian Gugatan Sederhana membutuhkan komunikasi antara

pihak yang ingin berperkara dengan pihak Pengadilan selaku pemberi

keadilan, agar pihak-pihak yang berperkara menggunakan

penyelesaian melalui Gugatan Sederhana, sehingga dapat terciptanya

tujuan dari diundangkannya Gugatan Sederhana.

2. Sumber daya

Meskipun tujuan dan sasaran dari kebijakan sudah tersampaikan

dengan jelas dan baik, namun apabila implementor kekurangan sumber

daya untuk melaksanakan suatu kebijakan, maka kebijakan tersebut

tidak akan berjalan efektif. Sumber daya adalah faktor penting untuk

implementasi kebijakan agar efektif. ”Tanpa sumber daya, kebijakan

hanya mejadi dokumen saja”.

Page 44: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

26

3. Disposisi

“Disposisi adalah watak dan karakteristik yang dimiliki implemetor,

seperti komitmen, kejujuran, dan sifat demokratis”.

4. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi merupakan variabel yang juga menunjang proses

implementasi agar dapat berjalan dengan baik. “Salah satu dari aspek

struktur yang penting dari setiap organisasi adalah adanya standar

operasi prosedur (SOP). SOP menjadi pedoman bagi setiap

implementor dalam bertindak”.

2.3.2. Mahkamah Agung

2.3.2.1. Pengertian Mahkamah Agung

Mahkamahah Agung dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia diartikan sebagai badan tertinggi yang melaksanakan

kekuasaan kehakiman. Kekuasaan Kehakiman ini merupakan

kekuasaan yang merdeka “an independent judiciary”, yang

pada masa lalu disebut “een onafhankelijke rechterlijke macht”

(peradilan yang independen) yakni kekuasaan kehakiman yang

bebas, tidak tergantung kepada kekuasaan lain (Harahap,

2008:1). Kekuasaan Kehakiman juga merupakan kekuasaan

yang menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum

Page 45: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

27

dan keadilan, agar ketertiban masyarakat dapat tercipta (to

achieve social order) dan ketertiban masyarakat terpelihara (to

maintain social order).

Pengadilan negara tertinggi Mahkamah Agung

berkedudukan di Ibukota Negara Republik Indonesia, yang

lebih tepatnya pada Jalan Medan Merdeka Utara No. 9-13,

Jakarta Pusat. Mahkamah Agung membawahi Badan Peradilan

dalam Lingkungan Peradilan Umum, Lingkungan Peradilan

Agama, Lingkungan Peradilan Militer, Lingkungan Peradilan

Tata Usaha Negara:

a. Peradilan Umum pada tingkat pertama dilakukan oleh

Pengadilan Negeri, pada tingkat Banding dilakukan

oleh Pengadilan Tinggi dan pada tingkat Kasasi

dilakukan oleh Mahkamah Agung.

b. Peradilan Agama pada tingkat pertama dilakukan oleh

Pengadilan Agama, pada tingkat Banding dilakukan

oleh Pengadilan Tinggi Agama dan pada tingkat Kasasi

dilakukan oleh Mahkamah Agung.

c. Peradilan Militer pada tingkat pertama dilakukan oleh

Pengadilan Militer, pada tingkat Banding dilakukan

Page 46: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

28

oleh Pengadilan Tinggi Miiter dan pada tingkat Kasasi

dilakukan oleh Mahkamah Agung.

d. Peradilan Tata Usaha Negara pada tingkat pertama

dilakukan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara, pada

tingkat Banding dilakukan oleh Pengadilan Tinggi Tata

Usaha Negara dan pada tingkat Kasasi dilakukan oleh

Mahkamah Agung.

Mahkamah Agung merupakan salah satu dari

Kekuasaan Kehakiman dan Kekuasan Kehakiman (judicial

power) adalah kekuasaan Negara. Dengan demikian Kekuasaan

Kehakiman merupakan salah satu bagian atau cabang dari alat

perlengkapan atau alat kekuasaan Negara. Seperti yang

dikatakan Merriam Webster’s Dictionary of Law, bahwa

“judicial power: the power granted to the juduciala branch of

a government” (kekuatan peradilan adalah kekuatan yang

diberikan kepada cabang peradilan dari pemerintah (Harahap,

2008:15).

2.3.2.2. Struktur Organisasi Mahkamah Agung

Mahkamah Agung merupakan lembaga peradilan tertinggi

negara. Susunan Mahkamah Agung terdiri dari Pimpinan,

Page 47: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

29

Hakim Anggota, Panitera dan seorang Sekretaris. Pimpinan

Mahkamah Agung terdiri dari seorang Ketua, Wakil Ketua dan

beberapa Ketua Muda (www.mahkamahagung.go.id). Berikut

merupakan gambar struktur organisasi Mahkamah Agung

Republik Indonesia:

Bagan 2.3 Struktur Organisasi Mahkamah Agung

Sumber : Website Resmi Mahkamah Agung

2.3.2.3. Tugas Mahkamah Agung

Mahkamah Agung berwenang dalam mengadili pada

tingkat kasasi terhadap putusan yang diberikan pada tingkat

terakhir oleh pengadilan disemua lingkungan peradilan yang

Page 48: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

30

berada di bawah Mahkamah Agung kecuali undang-undang

menentukan lain, menguji peraturan perundang-undangan di

bawah undang-undang terhadap undang-undang, dan

kewenangan lainnya yang diberikan undang-undang (Pasal 20

ayat 2 Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009). Mahkamah

Agung dapat memberi keterangan, pertimbangan, dan nasihat

masalah hukum kepada lembaga negara dan lembaga

pemerintahan. Ketentuan mengenai pemberian keterangan,

pertimbangan dan nasihat masalah hukum kepada lembaga

negara dan lembaga pemerintahan diatur dalam undang-undang

2.3.2.4. Fungsi Mahkamah Agung

Mahkamah Agung sebagai pula pengawas tertinggi atas

perbuatan Hakim dari semua lingkungan peradilan. Sejak tahun

1970 tersebut Mahkamah Agung mempunyai organisasi,

administrasi dan keuangan sendiri. Mahkamah Agung

menjalankan tugasnya dengan melakukan 5 fungsi, sebagai

berikut:

1) Fungsi Peradilan;

2) Fungsi Pengawasan

3) Fungsi Pengaturan;

4) Fungsi Memeberi Nasehat;

5) Fungsi Administrasi.

Page 49: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

31

2.3.3. Tinjauan Umum Peraturan Mahkamah Agung

2.3.3.1. Pengertian dan Kedudukan Peraturan Mahkamah

Agung

Hukum pada dasarnya harus sesuai dengan nilai-nilai

luhur bangsa yang bersangkutan. Sampai saat ini masih banyak

peraturan perundang-undangan yang tidak sesuai dengan nilai-

nilai luhur bangsa Indonesia, khususnya peraturan perundang-

undangan peninggalan Pemerintah Hindia Belanda, salah

satunya adalah hukum yang mengatur tata cara penyelesaian

sengketa keperdataan, seperti Hukum Acara Perdata. Hukum

Acara Perdata adalah hukum formil yang berfungsi

mempertahankan dan menegakkan hukum perdata materiil

apabila terjadi pelanggaran. (Tjukup, 2015:145)

Peraturan perundang-undangan Hukum Acara Perdata

yang ada dan berlaku sampai saat ini tersebar dalam berbagai

peraturan perundang-undangan, yaitu antara lain dalam:

1. Het Herziene Indonesisch Reglement (HIR);

2. Het Rechhtsreglement voor de Buitengewesten (RBg);

3. Reglement op de Burgelijke Rechtsvordering voor

Europeanen (Rv);

Page 50: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

32

4. Buku IV Burgelijke Wetboek (BW) tentang Pembuktian

dan Daluwarsa;

5. Reglement op het houden der Register van den Burgelijke

stand voor de Europeanen;

6. Reglement Burgelinje Stand Christen Indonesisch;

7. Reglement op het houden der Register van den Burgelijke

stand voor de Chineezen;

8. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1947 tentang Peradilan

Ulangan di Jawa dan Madura;

9. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Jo PP No 9 Tahun 1975;

10. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang

Mahkamah Agung sebgaimana telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 dan terakhir

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009;

11. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 tentang Peradilan

Umum sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2004 dan terakhir Undang-Undang Nomo

49 Tahun 2009;

12. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan

Umum sebagaiamana telah diubah dengan Undang-

Page 51: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

33

Undang Nomor 9 Tahun 2004 dan terakhir Undang-

Undang Nomor 51 Tahun 2009; dan

13. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang

Kekuasaan Kehakiman.

Masyarakat pencari keadilan sering menemukan proses

peradilan yang panjang dan berbelit-belit. Prosedur yang

panjang dalam acara pemeriksaan perkara perdata ini tidak

mencerminkan asas sederhana, cepat dan biaya ringan. Selain

itu penyelesaian yang dihasilkan memposisikan adanya pihak

yang menang dan kalah saling berhadapan, meskipun

dituangkan dalam putusan Hakim yang memiliki kekuatan

hukum mengikat bagi para pihak. Sehingga dalam rangka

mewujudkan asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan,

maka Mahkamah Agung melakukan upaya hukum melalui

pembuatan PERMA (Peraturan Mahkamah Agung) maupun

SEMA (Surat Edaran Mahkamah Agung) (Ariadi, 2015:56).

Peraturan Mahkmah Agung atau yang disingkat

PERMA adalah peraturan yang berisi ketentuan yang bersifat

hukum acara sebagaimana dimaksud Lampiran Keputusan

Ketua Mahkamah Agung RI Nomor 57/KMA/SK/1V/2016

Tentang Perubahan Atas Keputusan Ketua Mahkamah Agung

Page 52: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

34

RI Nomor 27/KMA/SK/X/2013 Tentang Pedoman

Penyusunan Kebijakan Mahkamah Agung RI.

Kedudukan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA)

diatur dalam Pasal 79 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985

tentang Mahkamah Agung (UU MA). PERMA berdasarkan

undang-undang tersebut berperan untuk mengisi kekosongan

hukum terhadap materi yang belum diatur dalam undang-

undang. Mahkamah Agung sebagai lembaga yudikatif

diberikan kewenangan yang bersifat atributif untuk

membentuk suatu peraturan, namun kewenangan ini dibatasi

dalam penyelenggaraan peradilan. Paragraf pertama penjelasan

Pasal 79 Undang-Undang Mahkamah Agung menjelaskan

bahwa apabila dalam jalannya peradilan terdapat kekurangan

atau kekosongan hukum dalam suatu hal (Sholikin, 2017:1).

Ada tiga hal yang menarik dicermati dari ketentuan

Pasal 79 dan penjelasannya, pertama terkait batasan materi

PERMA, kedua terkait ruang lingkup pengaturan PERMA

sebatas pada penyelenggaraan peradilan yang berkaitan dengan

hukum acara, ketiga penjelasan Pasal 79 pada paragraf kedua

antara lain menyebutkan bahwa peraturan yang dikeluarkan

oleh Mahkamah Agung dibedakan dengan peraturan yang

dibentuk oleh pembentuk undang-undang (Solikhin, 2017:2).

Page 53: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

35

2.3.3.2. Eksistensi Peraturan Mahkamah Agung Sebagai

Regulasi

Mahkamah Agung adalah salah satu lembaga yang

menjalankan kekuasaan kehakiman. Kekuasaan kehakiman

adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan

keadilan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sebagai salah satu

penyelenggara Kekuasaan Kehakiman di Indonesia,

berdasarkan Pasal 24D Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia tahun 1945, Mahkamah Agung berwenang

mengadili pada tingkat Kasasi, menguji peraturan perundang-

undangan di bawah undang-undang terhadap undang-undang

dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan undang-

undang. Dengan demikian Mahkamah Agung diberikan

kewenangan oleh undang-undang untuk menerbitkan suatu

regulasi atau peraturan yang berfungsi sebagai pengisi

kekosongan ataupun pelengkap aturan kekurangan terhadap

hukum acara demi memperlancar penyelenggaraan peradilan,

hal tersebut diatur dalam Pasal 78 Undang-Undang Nomor 14

Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

Page 54: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

36

Sejak pertama kali diterbitkan pada tahun 1954

peraturan yang diperoleh berdasarkan delegasi kewenangan itu

dinamakan Peraturan Mahkamah Agung yang biasa disingkat

dengan PERMA. Terkait dengan eksistensi PERMA paling

tidak terdapat tiga hal yang patut dicermati, yakni kewenangan

Mahkamah Agung sebagai lembaga yudikatif di dalam

mengeluarkan sebuah peraturan yang terkadang memiliki

karakteristik sebagai suatu perundang-undangan, kedudukan

PERMA di dalam sistem perundang-undangan Indonesia dan

tentang peranan peraturan itu di dalam memenuhi kebutuhan

penyelenggaraan pemerintahan, khususnya di bidang peradilan.

Selaras dengan prinsip pemisahan kekuasaan

(separation of power), kewenangan membuat peraturan yang

bersifat mengikat dan membatasi kebebasan setiap warga

negara bukanlah merupakan kewenangan Mahkamah Agung

sebagai lembaga yudikatif, tetapi menjadi ranah dari lembaga

legislatif. Selain itu, sesuai prinsip judge made law di dalam

sistem hukum Eropa Kontinental dalam bentuk

rechtsheppinng, seharusnya Mahkamah Agung menciptakan

hukum melalui putusan-putusan Hakim berupa yurisprudensi.

Utamanya jika belum tersedianya aturan perundang-undangan

yang dapat memenuhi kebutuhan hukum masyarakat. Pasal 8

Page 55: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

37

ayat 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang

Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan telah mengakui

keberadaan PERMA sebagai salah satu jenis peraturan

perundang-undangan dan mempuyai kekuatan hukum yang

mengikat sepanjang diperintahkan langsung oleh Peraturan

Perundang-Undangan yang lebih tinggi dan dibentuk

berdasarkan kewenangan (Harahap, 2014:116).

Otoritas publik di dalam sebuah negara hukum haruslah

senantiasa diatur secara formal berdasarkan perundang-

undangan, baik secara atributif maupun delegatif. Beberapa

ketentuan yang terdapat dalam Undang-Undang tentang

Mahkamah Agung beserta dengan beberapa kali perubahannya,

telah menjadi dasar kewenangan delegatif yang dimiliki

Mahkamah Agung untuk menerbitkan peraturan yang berkaitan

dengan hukum acara.

2.3.4. Itikad Baik dalam Mediasi di Pengadilan

Menurut PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di

Pengadilan dinyatakan bahwa mediasi adalah cara penyelesaian sengketa

secara damai yang tepat, efektif, dan dapat membuka akses yang lebih luas

kepada para pihak untuk memperoleh penyelesaian yang memuaskan serta

berkeadilan. Mediasi merupakan salah satu upaya penyelesaian sengketa

Page 56: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

38

dimana para pihak yang berselisish atau bersengketa bersepakat untuk

menghadirkan pihak ketiga yang independen guna bertindak sebagai mediator

(penengah). Bentuk penyelesaian sengketa dengan cara mediasi yang sekarang

dipraktikan terintegrasi dengan proses peradilan. Penyelesaian sengketa

dengan cara mediasi di pengadilan saat ini memiliki kekhasan, yaitu dilakukan

ketika perkara telah didaftarkan dipengadilan (connected to the court).

Pelembagaan dan pemberdayaan mediasi di pengadilan (court

connected mediation) juga tidak terlepas pula dari landasan filosofis yang

bersumber pada dasar negara kita, yaitu : Pancasila, terutama sila keempat

yang bunyinya “ Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan

dalam Permusyawaratan/ Perwakilan.” Sila ke empat dari pancasila ini di

antaranya menghendaki, bahwa upaya penyelesaian sengketa/konflik/perkara

dilakukan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat yang setiap

sengkete/konflik/perkara hendaknya diselesaikan melalui proses perundingan

atau perdamaian di atara para pihak yang bersengketa untuk memperoleh

kesepakatan bersama. Semula mediasi di pengadilan cenderung bersifat

fakkultatif atau sukaela (voluntary), tetapi kini mengarah pada sifat imperatif

atau memaksa (compulsory). Dapat dikatakan bahwa mediasi di pengadilan

ini merupakan hasil mengembangan dan pemberdayaan kelembagaan

perdamaian sebagaimana yang diatur dalam ketentuan Pasal 130 HIR/154

RBg, yang megharuskan hakim yang menyidangkan suatu perkara dengan

Page 57: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

39

sungguh-sungguh mengusahakan perdamaian diantara para pihak yang

berperkara. (Usman, 2012: 26)

Menurut Ian Thrushell. Dkk, (2016: 101) The key principles of

mediation are its voluntary nature, flexibility, impartiality and confidentiality.

Awide range of models of mediation exist, although the main mediation uses a

similar process as principled negotiation of identifying issues, considering the

options and recording agreement. Although there is no set procedure for

mainstream mediation, it generally takes the form of the parties meeting the

mediator in plenary session.

M. Yahya Harahap (2008: 241) menyebutkan bahwa kenyataan praktik

yang dihadapi, jarang dijumpai putusan perdamaian. Produk yang dihasilkan

peradilan dalam penyelesaian perkara yang diajukan kepadanya hamper

seratus persen berupa putusan konvensional yang bercorak menang atau kalah

(winning or losing). Jarang ditemukan penyelesaian berdasarkan konsep

sama-sama menang (win-win solution). Berdasarkan fakta ini kesungguhan,

kemampuan, dan dedikasi hakim untuk mendamaikan boleh dikatakan sangat

mandul. Akibatnya, keberadaan Pasal 130 HIR/ Pasal 154 RBg dalam hukum

acara tidak lebih dari hiasan belaka atau rumusan mati.

Urgensi dan motivasi dari mediasi adalah agar pihak-pihak yang

berperkara menjadi damai dan tidak melanjutkan perkaranya dalam proses

pengadilan. Apabila ada hal-hal yang mengganjal yang selama ini menjadi

Page 58: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

40

masalah, maka harus diselesaikan secara kekeluargaan dengan musyawarah

mufakat. Tujuan utama mediasi adalah untuk mencapai perdamaian anatar

pihak-pihak yang bertikai. Pihak-pihak yang bertikaiatau yang berperkara

biasanya sangat sulit untuk mencapai kata sepakat apabila bertemu dengan

sendirinya. Titik temu yang selama ini beku mengenai hal-hal yang

dipertikaikan itu biasanya dapat menjadi cair untuk mempertemukan pihak-

pihak yang berperkara dengan difasilitasi oleh seorang atau lebih mediator

untuk memfilter persoalan-persoalan agar menjadi jernih dan pihak-pihak

yang bertikai mendapatkan kesadaran akan pentingnya perdamaian antara

mereka. (Karmawan, 2017: 118)

Mediasi bukan hanya sekedar untuk memenuhi syarat legalitas formal,

tetapi merupakan upaya yang sungguh-sungguh yang harus dilakukan oleh

pihak-pihak terkait untuk mencapai perdamaian. Mediasi merupakan upaya

pihak-pihak berperkara untuk berdamai demi kepentingan para pihak itu

sendiri. Bukan kepentingan lembaga mediasi atau mediator, juga bukan

kepentingan mediator. Sehingga dengan demikian segala biaya yang timbul

karena proses mediasi ini ditanggung oleh pihak-pihak yang berperkara.

Dimasa depan pengadilan diharapkan bisa menjadi filter dari persoalan-

persoalan dan pertikaian yang terjadi didalam masyarakat sehingga

masyarakat menjadi tentram dan damai, bukan malah memunculkan masalah-

masalah baru yang pada giliranya akan mengganggu proses pembangunan

pada umumnya. Apabila masyarakat selalu berada didalam kondisi konflik,

Page 59: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

41

maka secara psikologis kehidupan berbangsa akan menjadi terganggu yang

pada giliranya akan memacetkan rencana pemberdayaan perekonomian

masyarakat. (Usman, 2012: 26)

Black’s Law Dictionary menjelaskan bahwa itikad baik (good faith)

adalah: “ A state of mind consisting in (1) honesty in belief of purpose, (2)

faithfulness to one’s duty or obligation, (3) observance of reasonable

commercial standarts of fair dealing in a given trade or business, or (4)

obsence of intent to defraund or to seek unconscionable advantage.”

Menurut Wirjono Prodjodikoro (2000: 102), dalam melaksanakan

perbuatan apapun harus didasarkan pada kejujuran dan berjalan dalam hati

sanubari seorang manusia. Jadi apapun yang dilakukan manusia sebagai

anggota masyarakat harus jauh dari sifat merugikan orang lain dan

menguntungkan diri sendiri.

Wirjono Prodjodikoro (2000: 102) berpendapat bahwa itikad baik

diperlukan karena hukum tidak dapat menjangkau keadaan-keadaan di masa

mendatang. Beliau menjelaskan:

“Tidak ada buah perbuatan orang-orang manusia yang

sempurna. Oleh karena peraturan-peraturan tersebut di atas

hanya terbikin, oleh orangorang manusia saja, maka peraturan-

peraturan itu tidak ada yang sempurna. Peraturan-peraturan

Page 60: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

42

tersebut hanya dapat meliputi keadaan-keadaan yang pada

waktu terbentuknya peraturan-peraturan itu telah diketahui

akan kemungkinannya. Baru kemudian ternyata ada

keadaankeadaan yang seandainya dulu juga sudah diketahui

kemungkinannya, tentu atau sekiranya dimasukkan dalam

lingkungan peraturan. Dalam hal keadaan-keadaan semacam

inilah nampak penting faktor kejujuran dari pihak yang

berkepentingan.”

Dengan demikian dapat disederhanakan bahwa itikad baik sebenarnya

merupakan gagasan yang dipakai untuk menghindari tindakan itikad buruk

dan ketidakjujuran yang mungkin dilakukan oleh salah satu pihak, baik dalam

tahap pembutan perjanjian maupun pelaksanaan. Pada akhirnya, itikad baik

sebenarnya hendak mengajarkan bahwa dalam pergaulan hidup di tengah

peradaban masyarakat bagi pihak yang jujur atau beritikad baik patut

dilindungi. Sebaliknya, pihak yang beritikad buruk harus merasakan akibatnya

tanpa perlindungan bahkan dikenai sanksi.

Dalam Symposium Badan Pembinaan Hukum Nasional (BPHN)

memberikan beberapa pokok pengertian asas itikad baik, yaitu: (1) kejujuran

pada waktu membuat kontrak, (2) pada tahap pembuatan kontrak yang

dilakukan dihadapan pejabat, parapihak dianggap telah beritikad baik, (3)

sebagai kepatutan dalam tahap pelaksanan, yaitu terkait suatu penilaian baik

Page 61: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

43

terhadap perilaku para pihak dalam melaksanakan apa yang telah disepakati

dalam kontak semata-mata bertujuan untuk mencegah perilaku yang tidak

patut dalam pelaksaan kontrak tersebut. (Anita D.A Kolopaking, 2013: 105)

Sistem hukum common law mengartikan iktikad baik adalah

“kejujuran” dalam perilaku atau kejujuran dalam bertransaksi dagang,

termasuk di dalamnya adalah kejujuran dalam fakta dan penghormatan

terhadap standar-standar dagang yang wajar dan transaksi dagang yang jujur.

Sedangkan dalam civil law, iktikad baik itu diartikan, bahwa iktikad baik

adalah suatu tindakan atau prilaku yang diharapkan dari seorang yang

terhormat atau jujur yang diminta dalam setiap bentuk transaksi. Iktikad baik

tersebut tidak hanya mengacu kepada iktikad baik para pihak, tetapi harus

pula mengacu kepada nilai-nilai yang berkembang dalam

masyarakat.(Ariyanto, 2016: 1)

Itikad baik dalam mediasi dituangkan sebagai syarat dalam pasal 7

ayat 1 PERMA Nomor 1 Tahun 2016 yang berbunyi “Para pihak dan/atau

kuasa hukumnya wajib menempuh mediasi dengan itikad baik”, mengenai

itikad baik dalam mediasi merupakan hal yang baru karena tidak tertuang

dalam peraturan sebelumnya.

Menurut Irsyadul Ibad (2017 : 23) ada dua bentuk itikad baik dalam

mediasi yaitu: Bentuk Pertama untuk para pihak yang bersengketa, artinya

pihak-pihak yang bersengketa berusaha menyelesaikan sengketa dengan cara-

Page 62: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

44

cara yang patut secara moral, etika dan hukum positif. Bisa jadi ada sengketa

yang diatur atau direkayasa untuk mengambil alih hak milik orang lain

melalui proses mediasi di pengadilan. Bentuk sengketa tersebut dari awal

tidak dimulai dengan itikad baik, mediator harus bisa meneliti substansi

sengketa perdata yang dihadapi. Bila perlu para pihak diperintahkan untuk

membawa bukti yang bisa digunakan untuk menilai sejauhmana kualitas

sengketa yang dihadapi. Jangan sampai proses mediasi digunakan untuk

menguasai hak milik pihak ketiga yang sebenarnya tidak mempunyai masalah

dan tidak terkaid dengan sengketa yang sedang berjalan dalam proses

mediasi.Bentuk kedua apabila salah satu pihak saja yang tidak menempuh

proses mediasi dengan itikad baik, maka pihak lainya bisa menyatakan

mediasi tidak layak. Mengenai bentuk kedua ini pengertianya adalah apabila

salah satu pihak menilai pihak lainya tidak bersungguh-sungguh dalam

menjalani proses mediasi, menghambat jalanya mediasi, memberikan

pernyataan yang tidak benar dalam mediasi, bertindak emosional, menghina

pihak lawan, tidak menghormati lembaga mediasi, tidak menghargai mediator,

tidak hadir lebih dari dua kali sesi mediasi tanpa pemberitahuan dan lain

sebagainya. Pada keadaan mediasi di mana salah satu pihak tidak

menggungakan standar moralitas dalam mediasi, maka pihak lain berhak

menyatakan mediasi tidak layak.

Pasca diberlakukanya PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur

Mediasi di Pengadilan dengan itikad baik sebagai fokus pembaharuannya,

Page 63: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

45

mulai dikenal pengembangan aspek pengertian dari konsep itikad baik

sebagaimana diatur dalam Pasal 7 PERMA Nomor 1 Tahun 2016. Yaitu

bahwa kehadiran salah satu pihak atau masing-masing pihak adalah parameter

dari itikad baik dalam acara mediasi. Di dalam Pasal 7 ayat (2) menyatakan:

Salah satu pihak atau Para Pihak dan/atau kuasa hukumnya dapat dinyatakan

tidak beriktikad baik oleh Mediator dalam hal yang bersangkutan:

a) tidak hadir setelah dipanggil secara patut 2 (dua) kali berturut-turut dalam

pertemuan Mediasi tanpa alasan sah

b) menghadiri pertemuan Mediasi pertama, tetapi tidak pernah hadir pada

pertemuan berikutnya meskipun telah dipanggil secara patut 2 (dua) kali

berturut-turut tanpa alasan sah

c) ketidakhadiran berulang-ulang yang mengganggu jadwal pertemuan

Mediasi tanpa alasan sah

d) menghadiri pertemuan Mediasi, tetapi tidak mengajukan dan/atau tidak

menanggapi Resume Perkara pihak lain dan/atau

e) tidak menandatangani konsep Kesepakatan Perdamaian yang telah

disepakati tanpa alasan sah.

Pokok dari Pasal 7 Ayat (2) tersebut merupakan dorongan agar para

pihak melakukan mediasi secara bersungguh-sungguh. Yang termasuk dalam

kesungguhan dalam mediasi adalah kehadiran pada sesi mediasi yang telah

Page 64: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

46

disepakati bersama mediator. Juga menyangkut pengajuan resume atau

tanggapan terhadap pihak lawan. Urgensi pengajuan resume adalah agar

masing-masing pihak dapat mengerti keinginan pihak lawan. Bagi mediator

dengan adanya resume, maka memudahkan untuk mencari formula

penyelesaian karena resume tersebut mediator bisa mengarahkan dialog dalam

sesi mediasi kearah yang konstruktif bagi percepatan penyelesaian sengketa.

Ini dapat disimpulkan bahwa itikad baik adalah aspek pokok yang

menyertai setiap jenis hubungan perdata. Dalam setiap jenis hubungan yang

bersifat perjanjian, itikad baik merupakan pengakuan mengenai pentingnya

moralitas oleh para pihak yang melakukan hubungan perdata. Yang dimaksud

dengan moralitas disini adalah niat baik untuk hal-hal yang disepakati dalam

klausal perjanjian serta melaksanakanya.

2.4. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan penjelasan sementara terhadap suatu

gejala yang menjadi objek permasalahan kita. Kerangka berfikir ini disusun

berdasarkan pada tinjauaan pustaka dan hasil penelitian yang relevan atau

terkait. Dalam hal penyusunan suatu kerangka berpikir sangat diperlukan

argumentasi ilmiah yang dipilih dari teori-teori yang relevan atau saling

terkait, maka kerangka berfikir harus disusun secara logis dan sistematis.

Kerangka berfikir yang Implementasi Iktikad Baik Sebagai Syarat Dalam

Page 65: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

47

PERMA Nomor 1 Tahun 2016 mengatur mengenai kewajiban

menempuh mediasi dengan itikad baik (Pasal 7 Ayat (1))

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah MA RI Tahun 2017

pasca berlakunya PERMA Nomor 1 Tahun 2016 mencatat

keberhasilan penyelesaian perkara melalui mediasi di

Pengadilan masih rendah

Kebehasilan penyelesaian

perkara perdata melalui mediasi

di Pengadilan Negeri Ungaran

masih rendah

Hasil studi pendahuluan dan

wawancara dengan Hakim

Mediator Pengadilan Negeri

Ungaran

Implementasi itikad baik dalam mediasi di

Pengadilan Negeri Ungaran

1. Menilai kehadiran

para pihak yang

bersengketa dengan

Melihat daftar hadir

pertemuan mediasi.

2. Melihat kesediaan

para pihak yang

berperkara

menandatangani

kesepakatan

perdamaian.

Tolak ukur tidak

beritikad baik

tercantum dalam

Pasal 7 Ayat (2)

PERMA Nomor

1 Tahun 2016

Akibat hukum tidak

beritikad baik terdapat pada

pasal 22 dan 23 PERMA

Nomor 1 Tahun 2016

Teori Keadilan

John Rawls

Proses Mediasi Perkara Perdata Berdasarkan Perma No 1 Tahun 2016 ,

adalah sebagai berikut :

Bagan 2.4 Kerangka Berfikir

Page 66: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

119

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti tentang

“Implementasi Itikad Baik Sebagai Syarat Dalam Proses Mediasi Perkara

Perdata Berdasarkan PERMA Nomor 1 Tahun 2016, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Implemetasi itikad baik dalam proses mediasi di Pengadilan

Negeri Ungaran masih belum maksimal seperti sebagaimana

diatur dalam Pasal 7 PERMA Nomor 1 Tahun 2016 tentang

Prosedur Mediasi di Pengadilan. Hal ini disebabkan kurangnya

perhatian para pihak yang berperkara utuk beritikad baik dan

tidak bersungguh-sungguh dalam proses mediasi yang di jalani.

Para pihak yang berperkara di pengadilan menjalankan

kewajiban beritikad baik dalam proses mediasi perkara perdata

hanya sebagai formalitas dan sebagai bentuk taat hukum bagi

para pihak untuk melaksanakan mediasi meskipun tidak

menginginkan sebuah penyelesaian perdamaian melalui mediasi

sehingga proses mediasi yang dilaksanakan gagal dan menjadi

Page 67: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

120

penyebab sulitnya keberhasilan mediasi untuk tercapai dan

berujung pada penumpukan perkara di Pengadilan.

2. Pengaturan mengenai akibat hukum yang ditimbulkan apabila

para pihak atau salah satu pihak tidak beritikad baik dalam hal

ini penggugat atau tergugat disebutkan dalam PERMA Nomor 1

Tahun 2016. Apabila Penggugat dinyatakan tidak beriktikad

baik sebagaimana dimaksud pada Pasal 7 ayat (2) PERMA

Nomor 1 Tahun 2016, kemudian oleh Mediator dinyatakan tidak

beriktikad baik, hal tersebut cukup bagi Hakim Pemeriksa

Perkara untuk kemudian menjatuhkan putusan yang menyatakan

gugatan tidak dapat diterima (Putusan NO). Putusan tersebut

langsung dijatuhkan setelah Majelis Hakim Pemeriksa menerima

laporan dari Mediator, tanpa melalui acara persidangan berupa

jawab jinawab, apalagi proses pembuktian (Pasal 22 ayat (4)

PERMA Nomor 1 Tahun 2016). Penggugat yang tidak bertikad

tidak baik juga dikenakan kewajiban membayar biaya mediasi

(Pasal 22 ayat 2 PERMA Nomor 1 Tahun 2016). Sebaliknya

apabila tergugat dinyatakan tidak beritikad baik, maka

terhadapnya dikenakan kewajiban untuk membayar biaya

mediasi (Pasal 23 ayat 1 PERMA Nomor 1 Tahun 2016).

Namun pada pelaksanaanya akibat hukum dari tidak beritikad

Page 68: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

121

baik belum berjalan secara maksimal, hal ini terlihat pada kasus

yang telah ditangani bahwa penghukuman bagi pihak yang tidak

beritikad baik belum dikenakan secara serius.

5.2 Saran

1. Perlu adanya kesadaran bagi pihak yang bersengketa di

pengadilan untuk melaksanakan mediasi dengan itikad baik yang

tulus. Apabila para pihak memiliki ego untuk memenangkan

perkara yang di hadapinya melalui persidangan maka

keberhasilan mediasi sulit tercapai. Penentu keberhasilan

mediasi adalah kembali pada para pihak itu sendiri yang dengan

sungguh-sungguh serta beritikad baik akan mewujudkan mediasi

yang mengarah pada prinsip cepat, mudah dan biaya ringan dan

berkorelasi dengan menghindari penumpukan perkara di

pengadilan.

2. Perlu adanya ketegasan hakim untuk mengenakan sanksi bagi

pihak yang tidak beritikad baik. Ketegasan dalam pemberlakuan

akibat hukum dari perilaku tidak beritikad baik akan membuat

para pihak yang melaksanakan proses mediasi di pengadilan

lebih bersungguh-sungguh mengupayakan perdamaian.

Sehingga akan berdampak pada peningkatan keberhasilan

mediasi yang pada saat ini dinilai masih rendah.

Page 69: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

122

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Abbas, Syahrizal. 2011. Mediasi Dalam Prespektif Hukum Syariah, Hukum Adat

dan Hukum Nasional. Jakarta: Kencana.

Allan J, Stitt. 2004. Mediation : A Practical Guide. London: Routledge

Cavendish.

Amriani, N. 2011. Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata Di

Pengadilan. Jakarta: Rajawali.

-------------. 2012. Mediasi Alternatif Penyelesaian Sengketa Perdata. Jakarta:

Raja Grafindo Persada.

Astarini, Dwi. 2013. Mediasi Pengadilan : Salah Satu Bentuk Penyelesaian

Sengketa Berdasarkan Asas Peradilan Cepat, Sederhana, Biaya

Ringan. Bandung: Alumni.

Black, Henry Campbell. 1968. Black’s Law Dictionary. USA: West Publishing

Bryan A. Garner, Black’s Law Dictianory, Tenth Edition, (West Publishing

Company, USA).

Gie, The Liang. 2002. Teori-teori Keadilan. Yogyakarta: Sumber Sukses.

Page 70: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

123

Gunawan, Imam. 2013. Metode Penelitian Kualitatif dan Praktik. Jakarta: Bumi

Aksara

Harahap, M. Yahya. 2006. Arbitrase. Jakarta: CV Sinar Grafika.

-----------------------. 2008. Hukum Cara Perdata tentang Gugatan, Persidangan,

Penyitaan, Pembuktian dan Putusan Pengadilan. Jakarta: CV Sinar

Grafika.

Hidayat, Maskur. 2016. Strategi Dan Taktik Mediasi Berdasarkan Perma Nomor

1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi Di Pengadilan. Jakarta:

Kencana.

J.H. Rapar. 2019. Filsafat Politik Plato. Jakarta: Rajawali Press.

Kolopaking, Anita D.A. 2013. Asas Iktikad Baik Dalam Penyelesaian Sengketa

Kontrak Melalui Arbitrase. Bandung: Penerbit Alumni.

Laurence Boulle (1996). Mediation: Principle, process, practice. Sydney:

Butterworths.

Lubis, M Solly. 1994. Filsafat Hukum Dan Penelitian. Bandung: Mandar Maju.

Margono S, Drs. 2007. Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK.

Jakarta : Rineka Cipta.

Mertokusumo, Soedikno. 1993. Bab-bab Tentang Penemuan Hukum. Bandung:

Citra Aditya Bakti.

Page 71: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

124

Meter, Donal Van And Carl E Van Horn. The Policy Implementation Process.

Baverly Hill: Sage Publication.

Moleong, Lexy. J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Mandar Maju

---------------------. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Kosda Karya.

Muhammad, Abdul Kadir. 1986. Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung:

Citra Aditya Bakti

Prasetyo, Teguh dan A Halim Barkatullah. 2011. Ilmu Hukum dan Filsafat

Hukum Studi Hukum Pemikiran Ahli Hukum Sepanjang Zaman.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Prodjodikoro, Wirjono. 2000. Azas-Azas Hukum Perjanjian. Mandar Maju

Raharjo, Adisasmita. 2000. Pengembangan Wilayah Konsep dan Teori.

Yogyakarta: Graha Ilmu

Riduwan. 2004. Metode Riset. Jakarta : Rineka Cipta

Sarwono. 2012. Hukum Acara Perdata Teori dan Praktik. Jakarta: Sinar

Grafika.

Setiono. 2010. Pemahaman Terhadap Metodologi Penelitian Hukum. Surakarta:

Program Studi Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Page 72: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

125

Soekanto, Soerjono. 2007. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press

Soemitro, Ronny Hanitijio. 1983. Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Subarsono, A.G. 2005. Analisis Kebijakan Publik (Konsep, Teori dan Aplikasi).

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta.

------------. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sutantio, Retnowulan dan Iskandar. 2009. Hukum Acara Perdata Dalam Teori

Dan Praktek. Bandung: CV Mandar Maju.

Sutiyono, Bambang. 2006. Penyelesaian Sengketa Bisnis: Solusi Dan Antisipasi

Bagi Peminat Bisnis Dalam Menghadapi Sengketa Kini Dan

Mendatang. Yogyakarta: Citra Media

Suyud, Margono. 2000. Alternative Dispute Resolution Dan Arbritase. Jakarta:

Ghalia Indonesia.

Usman, Nurdin. 2002. Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Bandung: CV

Sinar Baru.

Usman, Rachmadi. 2012. Mediasi Di Pengadilan Dalam Teori dan Praktik.

Jakarta: CV Sinar Grafika.

Page 73: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

126

Winarno, Budi. 2005. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: Media

Pressindo.

Jurnal :

Ariyanto. 2016. Perbandingan Asas Iktikad Baik: Dalam Perjanjian Menurut

Sistem Hukum Civil Law (Eropa Continental) dan Common Law

(Anglosaxon). Jurnal Komunikasi Hukum, 2(2), 2356-4164.

Yogyakarta. Universitas Gajah Mada.

Fattah, Damanhuri. 2013. Teori Keadilan Menurut John Rawls. Jurnal TAPIs.

Vol.9 (2)

Karmawan. 2017. Diskursus Mediasi Dan Upaya Penyelesaianya. Jurnal

Kordinat. Vol. XV1 (1). Tanggerang: Universitas Islam Syekh Yusuf

(UNIS).

Korah, Revy.S.M. 2013. Mediasi Merupakan Salah Satu Alternatif Penyelesaian

Sengketa Perdagangan Internasional. Vol. XX1(3).

Latifiani, Dian. 2015. Permasalahan Pelaksanaan Putusan Hakim. Jurnal Hukum

Acara Perdata ADHAPER. 1 (1).: 15-29.

------------------. 2018. Contributing Factors Of Mediation Failure In The Tribunal

In Divorce cases. SEAJBEL. Vol. 15 : 51-54.

Page 74: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

127

Mohammad Faiz, Pan. 2009. Teori Keadilan John Rawls. Jurnal Konstitusi,

Vol.6 (1)

Trushell, Ian. Bryan Clark and Andrew Agapiou. 2016. Construction Mediation

In Scotland: An Investigation Into Attitudes And Experiences Of

Mediation Practicioner. IJLBE. 8(2). England: University Of New

Englad (AUS)

Yuka, Ajrina. 2018. Itikad Baik Dalam Proses Mediasi Perkara Perdata Di

Pengadilan. Jurnal Media Iuris, 1(2), 2621-5225. Surabaya:

Universitas Airlangga.

Skripsi Dan Thesis:

Sholikhah, Imamatus. 2017. Implementasi Tahapan Mediasi Oleh Mediator

Pengadilan Agama Kelas I A Kabupaten Kediri. Malang: Skripsi

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Sunarya. 2014. Penerapan Itikad Baik Dalam Penyelesaian Sengketa Merek Di

Luar Pengadilan. Jakarta: Tesis Universitas Esa Unggul.

Hidayat, Nur. 2011. Efektifitas Mediasi di Pengadilan Agama (Studi

Implementasi Perma No. 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di

Pengadilan Agama Bekasi. Jakarta: Skripsi Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah.

Page 75: IMPLEMENTASI ITIKAD BAIK SEBAGAI SYARAT DALAM PROSES ...lib.unnes.ac.id/36079/1/8111415280_Optimized.pdf · Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,

128

Ibad, Irsyadul. 2017. Efektifitas Penerapan Perma No.1 Tahun 2016 Dalam

Kewajiban Beriktikad Baik Pada Mediasi Yang Diwakilkan Kepada

Kuasa Hukum (Studi Lapangan Di Pengadilan Agama Gresik).

Malang: Skripsi Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim

Malang.

Peraturan Perundang-Undangan :

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif

Penyelesaian Sengketa.

Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

Paraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2003 Tentang Prosedur Mediasi Di

Pengadilan.

Paraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi Di

Pengadilan.

Paraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 Tentang Prosedur Mediasi Di

Pengadilan.

Internet :

Apriyanto, Eko. (2019). Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan

Mediasi Di Pengadilan Agama Kabupaten Malang. Online.