31
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) DI KELURAHAN MORO KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2012-2014 NASKAH PUBLIKASI Oleh ABDUL RASID HERY SURYADI KUSTIAWAN PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN…jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan

Embed Size (px)

Citation preview

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN)

DI KELURAHAN MORO KECAMATAN MORO KABUPATEN

KARIMUN TAHUN 2012-2014

NASKAH PUBLIKASI

Oleh

ABDUL RASID

HERY SURYADI

KUSTIAWAN

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

1

SURAT PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING

Yang bertanda tangan dibawah ini adalah Dosen Pembimbing Skripsi mahasiswa yang

disebut dibawah ini :

Nama : Abdul Rasid

NIM : 110565201104

Jurusan/ Prodi : Ilmu Pemerintahan

Alamat : Kp. Ujung Mukah RT 002 RW 006 Kel. Moro Kec. Moro

Kabupaten Karimun

Nomor Telp : 0856 6638 435

Email : [email protected]

Judul Naskah : Implementasi Kebijakan Program Beras Miskin (Raskin)

Di Kelurahan Moro Kecamatan Moro Kabupaten

Karimun Tahun 2012-2014

Menyatakan bahwa judul tersebut sudah sesuai dengan aturan tata tulis naskah ilmiah dan

untuk dapat diterbitkan.

Tanjungpinang, 01 Februari 2017

Yang menyatakan,

Dosen Pembimbing I

Hery Suryadi, M.Si

NIP. 197006211998021001

Dosen Pembimbing II

Kustiawan, M.Pol,Sc

NIDN. 0507097301

2

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM BERAS MISKIN (RASKIN) DI

KELURAHAN MORO KECAMATAN MORO KABUPATEN KARIMUN

TAHUN 2012-2014

ABDUL RASID

HERY SURYADI

KUSTIAWAN

Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Maritim Raja Ali Haji

ABSTRAK

Salah satu program yang diadakan oleh pemerintah di Indonesia adalah Beras Miskin

(Raskin). Program ini adalah salah satu program bantuan beras bersubsidi bagi

masyarakat berpendapatan rendah dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

program ketahanan pangan. Program ini sebagai upaya meningkatkan akses dalam

memenuhi hak dasar masyarakat miskin terhadap kebutuhan pangan.

Penyaluran Beras Miskin bagi kelompok masyarakat miskin bertujuan untuk

mengurangi beban pengeluaran RTS-PM dalam memenuhi kebutuhan pangan. Jika dilihat

Kelurahan Moro sebagian masyarakatnya masih tergolong miskin dan mata

pencahariannya yang sangat beragam mulai dari petani, nelayan, kuli bangunan, dan lain-

lain yang mana dari penghasilan tersebut dirasa kurang dapat memenuhi kebutuhan hidup

yang layak.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana implementasi

kebijakan program Beras Miskin (Raskin) yang sudah dilaksanakan. Lokasi penelitian

yaitu di Kelurahan Moro Kecamatan Moro Kabupaten Karimun dan metode penelitian

yang digunakan adalah penelitian Kuantitatif dengan format diskriptif. Teori yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teori Syukur yang mengemukakan adanya tiga

unsur penting dalam proses implementasi yaitu Adanya program atau kebijaksanaan yang

dilaksanakan, Target group, Unsur Pelaksana (implementor) baik organisasi atau

perorangan.

Kesimpulan dari penelitian ini berdasarkan teori yang digunakan adalah bahwa

Implementasi Kebijakan Program Beras Miskin (Raskin) di Kelurahan Moro Kecamatan

Moro Kabupaten Karimun Tahun 2012-2014 baik. Hal ini berdasarkan hasil penelitian

yaitu adanya program atau kebijaksanaan persentasenya 87% mendekati adanya program

atau kebijaksanaan, target group persentasenya 79% mendekati target group, unsur

peleksana persentasenya 55% mendekati unsur pelaksana. Bantuan Raskin sudah sangat

membantu mengurangi beban pengeluaran masyarakat yang berpendapatan rendah, tetapi

peningkatan kesejahteraan dan perubahan dikehidupan ekonominya belum dirasakan,

karena mereka masih saja bergantung dengan bantuan yang diberikan pemerintah

sehingga mereka tidak mandiri untuk melakukan usaha yang lebih baik lagi agar

kehidupannya menjadi sejahtera.

Kata Kunci : Implementasi Kebijakan, Program Beras Miskin (Raskin)

3

ABSTRACT

One of the program that held by the government in Indonesia was Beras Miskin (Raskin).

This program was one of the rice aid with a subsidy for citizens in low income and the inseparable

part from the food andurance program. This program was an effort to increase the access to fulfill

poor citizens basic authority towards food requirements.

Distributing of Beras Miskin for poor group citizens having a goal to decrease RTS-PM

expending cost in complete the food need. If it be looked in village Moro must of the citizens still

belonged to poor and many livel hood like farmer, fisherman, buildings porter, etc which is from

those income still could not fulfill the need of proper life.

The purpose of this research was to know how is the implementation of the program of Beras

Miskin (Raskin) policy that had been held. The location of this research was village Moro

subdistrict Karimun district and the method of this research that is used was quantitative with

descriptive form. The theory that was used in this research was Syukur theory that bring up there

are three important components in implementation process such as there is program or wisdom

that was held, group target, implementer components (implementor) in organization or individual.

The conclusion of this research was based on the theory that is used was the Implementation

of the Program of Beras Miskin (Raskin) Policy in Village Moro Subdistrict Karimun District on

2012-2014 was good. Based on the result of the research, the percentase of program and polic

was 87% come close to the program or policy, the percentase of group target was 79% come close

to group target, the percentase of implementer component was 55% come close to implementer

component. Raskin’s aid has very help to decrease the citizens expending in low income, but the

improving of safety and the change in economy life has not feel yet, because they still depend on

the help that was given by the government, so they did not independent in doing better effort so

that the life is safe.

Keywords : Policy’s Implementation, Beras Miskin (Raskin) Program

4

A. PENDAHULUAN

Pangan adalah salah satu hak azasi

manusia dan sebagai komoditi strategis yang

di lindungi oleh Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Indonesia 95% dari jumlah penduduknya

mengkonsumsi beras sebagai pangan utama

dengan rata-rata konsumsi beras sebesar

113,7 kg/jiwa/tahun. Tingkat konsumsi

tersebut jauh jauh di atas rata-rata konsumsi

dunia yang hanya sebesar 60

kg/kapita/tahun. Dengan demikian indonesia

menjadi negara konsumen beras terbesar di

dunia. Beras menjadi komoditas nasional

yang sangat strategis. Instabilitas perbesaran

nasional dapat mengakibatkan gejolak dalam

berbagai aspek kehidupan baik sosial,

politik, maupun ekonomi (Pedum Raskin,

2014 : 2).

Salah satu program yang diadakan

oleh pemerintah di Indonesia adalah Beras

Miskin (Raskin). Program ini adalah salah

satu program bantuan beras bersubsidi bagi

masyarakat berpendapatan rendah dan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari program ketahan pangan. Program ini

sebagai upaya meningkatkan akses dalam

memenuhi hak dasar masyarakat miskin

terhadap kebutuhan pangan.

Hal tersebut di pertegas lagi dalam

Undang-undang No.7 Tahun 1996

mendefenisikan ketahanan pangan “kondisi

dimana terjadi kecukupan penyedian pangan

bagi rumah tangga yang diukur dari

ketercukupan pangan dalam jumlah dan

kualitas serta serta adanya jaminan atas

keamanan (safety), detribusi yang merata

dan kemampuan membeli.” Undang-undang

ini kemudian dipertegas dalam PP No. 68

Tahun 2002 dimana ketehanan pangan

didefenisikan sebagai “ kondisi terpenuhinya

pangan bagi rumah tangga yang tercermin

dari tersedianya pangan yang cukup, baik

jumlah maupun mutunya, aman, merata dan

terjangkau.

Program Raskin ini merupakan

implementasi dari Intruksi Presiden tentang

kebijakan perberasan nasional. Presiden

mengintruksikan kepada Menteri dan Kepala

Lembaga Pemerintah non Kementerian

tertentu, serta Gubernur dan

Bupati/Walikota di seluruh Indonesia untuk

melakukan upaya peningkatan pendapatan

petani, ketahanan pangan, pengembangan

ekonomi perdesaan dan stabilitas ekonomi

nasional.

Pelaksanaan Program Raskin perlu

diciptakan harmonisasi dan sinergitas antara

Kementerian/Lembaga terkait dalam

pelaksanaan program serta

pertanggungjawabannya sehingga dapat

dicapai hasil yang efektif. Sebagai

Implementasinya maka dibentuk Tim

Koordinasi Raskin di pusat, provinsi,

kabupaten/kota, kecamatan dan pelaksana

Distribusi Raskin di

desa/kelurahan/pemerintah setingkat.

Penyaluran Raskin dari Titik Distibusi (TD)

sampai Titik Bagi (TB) menjadi tanggung

jawab Pemerintah Daerah (Provinsi dan

Kabupaten/Kota).

Tim Koordinasi Raskin/Pelaksana

Distribusi Raskin melakukan pemeriksaan

kualitas dan kuantitas beras yang diserahkan

5

oleh Perum BULOG di Titik Distribusi

(TD). Apabila ditemukan Raskin yang tidak

sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang

ditetapkan, maka Tim Koordinasi

Raskin/Pelaksana Distribusi harus menolak

dan langsung mengenbalikan kepada Perum

Bulog untuk diganti dengan kualitas yang

sesuai,dan menambah kekuranagan

kuantitas, dan penyaluran Raskin dari Titik

Distribusi ke Titik Bagi dan RTS-PM dapat

dilakukan secara reguler oleh Kelompok

Kerja (Pokja), atau melalui Warung Desa,

Kelompok Masyarakat dan Padat Karya

Raskin (Pedum Raskin, 2014 : 23-24).

Menteri Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat bertanggung jawab

atas pelaksanaan Program Raskin Nasional

dan membentuk tim koordinasi raskin pusat.

Tugas dari Tim Koordinasi Raskin Pusat

melakukan koordinasi, sinkrinisasi,

harmonisasi dan pengendalian dalam

perumusan kebijakan, perencanaan,

penganggaran, sosialisasi, penanganan,

pengaduan, serta monitoring dan evalusi.

Gubernur bertanggung jawab atas

pelakanaan Program Raskin diwilayahnya

dan membentuk Tim Koordinasi Raskin

Provinsi. Tim Koordinasi Raskin Provinsi

mempunyai tugas melakukan koordinasi

perencanaan, anggaran, sosialisasi,

pelaksanaan distribusi, monitoring, dan

evaluasi, menerima dan menangani

pengaduan dari masyarakat serta

melaporkan hasilnya kepada Tim Koordinasi

Raskin Pusat.

Tim Koordinasi Raskin

Kabupaten/Kota yang berkedudukan dan

bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota

atas pelaksanaan Program Raskin di

wilayahnya. Tim Koordinasi Raskin

Kabupaten/Kota mempunyai tugas

melakukan koordinasi perencanaan,

anggaran, sosialisasi, pelaksanaan

penyaluran, monitoring dan evaluasi,

penanganan pengaduan, memilih dan

menentukan salah satu dari empat alternatif

pola penyaluran Raskin (penyaluran raskin

reguler, warung desa, kelompok masyarakat,

padat karya raskin), serta melaporkan

hasilnya kepada Tim Koordinasi Raskin

Provinsi.

Tim Koordinasi Raskin Kecamatan

pelaksana Program Raskin di kecamatan,

yang berkedudukan di bawah dan

bertanggung jawab kepada Camat. Tim

Koordinasi Raskin Kecamatan mempunyai

tugas merencanakan, melaksanakan,

mengendalikan, sosialisasi, monitoring, dan

evaluasi Program Raskin di tingkat

kecamatan serta melaporkan hasilnya

kepada Tim Koordinasi Raskin

Kabupaten/Kota. Kepala Desa/Lurah/Kepala

pemerintah setingkat bertanggung jawab

atas pelaksanaan Program Raskin di

wilayahnya, dan membentuk Pelaksanaan

Distribusi Raskin di wilayahnya. Pelaksana

Distribusi Raskin mempunyai tugas

memeriksa, menerima dan menyerahkan

beras, menerima uang pembayaran Harga

Tebus Beras (HTR), dan menyelesaikan

administrasi. Pelaksana distribusi

mempunyai fungsi pemeriksanaan dan

penerima/penolakan Raskin dari Perum

Bulog di Titik Distribusi. Untuk

6

desa/kelurahan/pemerintah setingkat yang

Titik Distribusinya tidak berada di

desa/kelurahan/pemerintahan setingkat,

maka petugas yang memeriksa dan

menerima/menolak Raskin diatur dalam

petunjuk teknis (Juknis).

Program Raskin (Beras Miskin)

dilaksanakan di bawah tanggung jawab

Departemen Dalam Negeri sesuai dengan

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.:

900/2634/SJ tahun 2013 tentang

pengalokasian biaya penyaluran Raskin dari

titik distribusi ke titik bagi. Yang melibatkan

instansi terkait, Pemerintah Daerah dan

masyarakat. Program Raskin merupakan

subsidi pangan sebagai upaya dari

pemerintah untuk meningkatkan ketahanan

pangan dan memberikan perlindungan pada

keluarga miskin melalui pendistribusian

beras yang diharapkan mampu menjangkau

keluarga miskin. Program Raskin ini

bertujuan untuk mengurangi beban

pengeluaran Rumah Tangga Sasaran melalui

pemenuhan sebagian kebutuhan pangan

beras. Sasaran program Raskin ini adalah

berkurangnya beban pengeluaran 15.530.897

Rumah Tangga Sasaran dalam mencukupi

kebutuhan pangan beras melalui penyaluran

beras bersubsidi dengan alokasi sebanyak 15

kg/RTS/bulan (Pedum Raskin, 2014 : 7).

Kelurahan Moro Kecamatan Moro

Kabupaten Karimun adalah salah satu

daerah yang berhak menerima pemanfaatan

dari program pemerintah salah satunya

Program Raskin. Kelurahan Moro lebih

banyak penerima Raskin dari pada

kelurahan/Desa lain yang berada di

Kecamatan Moro, oleh karena itu dana

untuk program Raskin ini pun lebih besar

dibandingkan dengan kelurahan lainnya.

Pelaksanaan Program Raskin di

Kelurahan Moro kerap kali terjadi

penyimpangan ataupun masalah-masalah

yang dihadapi pelaksana maupun

masyarakat miskin sebagai penerima beras

miskin. Salah satunya adalah banyaknya

masyarakat yang sejahtera tetapi tetap

mendapatkan Beras Miskin, sedangkan

masyarakat yang betul-betul dalam kategori

miskin tidak merasakan program ini.

Dimana ada masyarakat yang telah

sejahtera, tetap menerima Beras Miskin

dikarenakan data yang diterima dikatakan

bahwa masyarakat tersebut masih dalam

kategori miskin.

Permasalahan lainnya adalah

pendistribusian Beras Miskin kepada

masyarakat Kelurahan Moro yang kadang

terlambat. Pendistribusian ini dilakukan

dengan cara memberitahukan kepada RT

satu persatu, dikarenakan tidak adanya

jadwal yang pasti mengenai datangnya Beras

Miskin ini dari Perum BULOG.

Keluarga miskin di Kecamatan Moro

yang terdiri dari 2 Kelurahan dan 10 Desa

pada tahun 2012-2014 berjumlah 5729

rumah tangga yang terbagi dalam 1401

Rumah Tangga Sasaran. Guna mengurangi

beban pengeluaran Rumah Tangga Sasaran

melalui pemenuhan kebutuhan dasar pangan

di Kelurahan Moro Kecamatan Moro

Kabupaten Karimun dikucurkan bantuan

Program Beras Miskin (Raskin) sebanyak

194 KK.

7

Berdasarkan data yang penulis dapat

dari lapangan menunjukkan bahwa

pelaksanaan Program Raskin di Kelurahan

Moro dari tahun 2012 – 2014 masih belum

efektif, dimana pembagian Raskin di

Kelurahan Moro tidak merata sesuai

kebutuhan masyarakat. Jumlah Penerima

Raskin di Kelurahan Moro dari tahun 2012 –

2014 yang paling sedikit yaitu Kampung

Paya Lebar hanya 6 KK yang mendapatkan

raskin,di bandingkan Kampung Sidomoro

jumlah penerima Raskin itu lebih banyak

yaitu sebanyak 84 KK. Padahal berdasarkan

survei di lapangan masih banyak masyarakat

Kampung Paya Lebar yang berhak

menerima Program Raskin yang di

laksanakan oleh pihak Kelurahan Moro.

Melihat dari uraian masalah tersebut

sehingga penelitian ini dapat dirumuskan

permasalahan yang harus dijawab yaitu :

Bagaimanakah Implementasi

Kebijakan Program Beras Miskin

(Raskin) di Kelurahan Moro

Kecamatan Moro Kabupaten Karimun

Tahun 2012 – 2014 ?

Adapun yang menjadi tujuan dalam

penelitian ini adalah :

Untuk mengetahui implementasi

Kebijakan Program Beras Miskin

(Raskin) di Kelurahan Moro

Kecamatan Moro Kabupaten Karimun

dari Tahun 2012 – 2014.

Hasil penelitian ini diharapkan akan

bermanfaat untuk :

1. Dilihat dari kegunaan penelitian

secara akademis penelitian ini

berguna bagi peneliti lain yang

meneliti persoalan atau permasalahan

yang sama dengan subjek yang

berbeda. Menjadi referensi tugas

mahasiswa FISIP UMRAH terutama

program studi Ilmu Pemerintahan

2. Dan dilihat dari kegunaan penelitian

ini secara praktis Penelitian ini

diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi pihak Kelurahan Moro

Kecamatan Moro Kabupaten

Karimun dan pihak yang

berkepentingan dalam pelaksanaan/

implementasi kebijakan program

raskin di Kelurahan Moro Kecamatan

Moro Kabupaten Karimun.

B. KONSEP TEORI

1. Kebijakan

Kebijakan pada dasarnya merupakan

ketentuan-ketentuan yang dijadikan

pedoman atau petunjuk bagi setiap usaha

untuk mencapai tujuan, sehingga setiap

kegiatan memiliki kejelasan dalam

bergerak. Menurut Carl Friedrich (Budi

Winarno, 2012 : 20) ia memandang

“kebijakan sebagai suatu arah tindakan

yang diusulkan oleh seseorang, kelompok

atau pemerintah dalam suatu lingkungan

tertentu memberikan hambatan-hambatan

dan peluamg-peluang terhadap kebijakan

yang diusulkan untuk menggunakan dan

mengatasi dalam rangka mencapai suatu

tujuan atau merealisasikan suatu sasaran

atau suatu maksud tertentu.”

Sedangkan menurut Anderson (Budi

Winarno, 2012 : 21) mendefenisikan

“kebijakan merupakan arah tindakan yang

8

mempunyai maksud yang ditetapkan oleh

seorang aktor atau sejumlah aktor dalam

mengatasi suatu masalah atau suatu

persoalan.”

Menurut Ndraha (2003: 483) yang

dimaksud “kebijakan dalam proses

pemerintahan adalah sistem nilai kebijakan

atau kebijakan diatas yang lahir dari

kearifan aktor atau lembaga yang

bersangkutan.” Banyak upaya yang

dilakukan oleh pemerintah untuk

meminimalisirkan masalah kemiskinan ini

seperti melalui Program Raskin (Beras

Miskin). Program Beras Miskin ini

sebenarnya merupakan salah satu dari

usaha pemerintah yang dilakukan guna

menanggulangi masalah kemiskinan.

Program Raskin (Program Penyaluran

Beras Untuk Keluarga Miskin)

dilaksanakan di bawah tanggung jawab

Departemen Dalam Negeri sesuai dengan

Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.:

900/2634/SJ tahun 2013 tentang

pengalokasian biaya penyaluran Raskin

dari titik distribusi ke titik bagi, yang

melibatkan instansi terkait, Pemerintah

Daerah dan masyarakat. Dimana Secara

sederhana mustofadijaya (Sumaryadi,

2005:18) merumuskan batasan kebijakan

sebagai.

“keputusan suatu organisasi (publik

atau bisnis) yang bertujuan mengatasi

permasalahan tertentu untuk mencapai

tujuan tertentu, berisikan ketentuan-

ketentuan yang dapat dijadikan pedoman

berperilaku dalam (a) pengambilan

keputusan lebih lanjut, yang harus

dilakukan oleh kelompok sasaran ataupun

unit organisasi pelaksana kebijaksanaan,

dan (b) penerapan atau pelaksanaan dari

suatu kebijaksanaan yang telah ditetapkan,

baik dalam hubungan dengan unit

organisasi pelaksana maupun dengan

sasaran kelompok yang dimaksudkan. “

2. Kebijakan Publik

Kebijakan publik adalah apapun yang

dipilih pemerintah untuk dilakukan atau

tidak dilakukan, juga masalah yang

komplek yang dinyatakan dan

dilaksanakan oleh pemerintah. Kebijakan

publik harus mengabdi pada kepentingan

masyarakat. Kesimpulannya kebijakan

public (public policy) adalah serangkaian

tindakan yang ditetapkan dan dilaksanakan

oleh pemerintah yang mempunyai tujuan

tertentu demi kepentingan masyarakat.

Kebijakan publik adalah suatu program

pencapaian tujuan. Nilai nilai, dan praktek-

praktek yang terarah. Kebijakan publik

juga dapat diartikan sebagai susunan

rancangan tujuan-tujuan yang sistematis

dan dasar-dasar pertimbangan program-

program pemerintah yang berhubungan

erat dengan masalah-masalah tertentu yang

tengah dihadapi masyarakat.

Menurut William N. Dunn dalam

Subarsono (2005:8) menyatakan bahwa

proses analisis kebijakan publik adalah

serangkaian aktivitas intelektual yang

dilakukan dalam proses kegiatan yang

bersifat politis, tahap-tahap pembuatan

kebijakan publik menurut William Dunn

adalah sebagai berikut:

9

a. Penyusunan Agenda

Agenda setting adalah sebuah fase

dan proses yang sangat strategis dalam

realitas kebijakan publik. Dalam proses

inilah memiliki ruang untuk memaknai

apa yang disebut masalah public dan

prioritas dalam agenda publik

dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil

mendapatkan status sebagai masalah

publik, dan mendapat prioritas dalam

agenda publik, maka isu tersebut berhak

mendapat alokasi sumber daya publik

yang lebih daripada isu lain. Dalam

agenda setting juga sangat penting untuk

menentukan suatu isu publik yang akan

diangkat dalam suatu agenda pemerintah.

Isu kebijakan (policy issues) sering

disebut juga sebagai masalah kebijakan

(policy problem). Policy issues biasanya

muncul karena telah terjadi silang

pendapat diantara para aktor mengenai

arah tindakan yang telah atau akan

ditempuh, atau pertentangan pandangan

mengenai karakter permasalahan

tersebut. Isu kebijakan merupakan

produk atau fungsi dan adanya

perdekatan baik tentang rumusan,

rincian, penjelasan maupun penilaian

atas suatu masalah tertentu. Namun tidak

semua isu bisa masuk menjadi suatu

agenda kebijakan, ada beberapa kriteria

isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan

publik. diantaranya adalah:

1. Telah mencapai tingkat kritis

tertentu, jika diabaikan akan

menjadi ancaman yang serius.

2. Telah mencapai tingkat

partikulantas tertentu yang

berdampak dramatis.

3. Menyangkut emosi. tertentu dan

sudut kepentingan orang banyak

(umat manusia) dan mendapat

dukungan media massa

Menjangkau dampak yang amat

luas.

4. Mempermasalahkan kekuasaan

dan keabsahan dalam masyarakat.

5. Menyangkut persoalan yang

fasionable (sulit dijelaskan tetapi

mudah dirasakan kehadirannya).

b. Formulasi Kebijakan

Masalah yang sudah masuk dalam

agenda kebijakan kemudian dibahas oleh

para pembuat kebijakan. Masalah-

masalah tadi didefinisikan untuk

kemudian dicari pemecahan masalah

yang terbaik, Pemecahan masalah

tersebut berasal dan berbagai altemativ

atau pilihan kebijakan yang ada, sama

halnya dengan perjuangan suatu masalah

untuk masuk dalam agenda kebijakan

dalam tahap perumusan kebijakan

masing-masing alternative bersaing

untuk dapat dipilih sebagai kebijakan

yang diambil untuk memecahkan

masalah.

c. Adopsi Legitimasi Kebijakan

Tujuan legitimasi adalah untuk

memberikan otoritas pada proses dasar

pemerintahan. jika tindakan legitimasi

dalam suatu masyarakat diatur oleh

kedaulatan rakyat warga Negara akan

mengikuti arahan pemerintah. namun

10

warga negara harus percaya tindakan

pemerintah yang sah bukan dukungan

untuk rezim yang menentang, Legitimasi

dapat dikelola melalui manifulasi

simbolsimbol tertentu, dimana proses ini

orang belajar untuk mendukung

pemerintah.

d. Implementasi Kebijakan (Monitoring

Kebijakan)

Monito ring (pemantauan) adalah

salah satu tahap penting yang

menentukan keberhasilan suatu

kebijakan publik. Telaah yang

menyangkut monitoring terhadap suatu

kebijakan biasanya disebut juga studi

implementasi. Implementasi kebijakan

juga memberikan informasi mengenai

konsekuensi sekarang dan masa lalu dan

diterapkannya altematif kebijakan

termasuk kendala-kendalanya.

e. Penilaian / Evaluasi Kebijakan

Secara umum evaluasi kebijakan

dapat dikatakan sebagai kegiatan yang

menyangkut evaluasi atau penilaian

kebijakan yang mencakup substansi,

implementasi dan dampak. Dalam hal ini

evaluasi dipandang sebagai suatu

kegiatan fungsional, artinya evaluasi

kebijakan tidak banyak dilakukan pada

tahap akhir saja melainkan dilakukan

dalam seluruh proses kebijakan. Dengan

demikian evaluasi kebijakan bisa

meliputi tahap perumusan masalah-

masalah kebijakan, program-program

yang diusulkan untuk menyelesaikan

masalah kebijakan, implementasi,

maupun tahap dampak kebijakan.

Selanjutnya menurut Parson dalam

Ndraha (2011:492) menguraikan

berbagai konsep public, mulai dari

tinjauan etimoligik sampai pada

pembedaannya dengan konsep private.

Mengingat akan luasnya arti konsep

public, maka sebaiknya kata itu tidak

perlu diterjemahkan menjadi Negara

(seperti dalam Administrasi Negara) atau

pemerintah, melainkan bentuknya

diindonesiakan menjadi publik.

Sedangkan menurut Syafi’i (2006:49)

publik adalah sejumlah manusia yang

memiliki kebersamaan berpikir,

perasaan, harapan, sikap dan tindakan

yang benar dan baik berdasarkan nilai-

nilai norma yang mereka miliki. Lebih

lanjut Easton dalam dalam Ndraha

(2011:492) mendefinisikan public policy

sebagai “authoritative allocation of value

for the whole society.” Pemegang

authority tersebut tidak lain adalah

pemerintah: “public policy is Whatever

governments choose to do or not to do”,

yang berarti bahwa kebijakan publik

adalah segala sesuatu yang dipilih

pemerintah untuk dilakukan dan yang

untuk tidak dilakukan.

3. Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan dipandang

dalam pengertian yang luas, merupakan

tahap dari proses keijakan segera setelah

penetapan undang-undang. Implementasi

dipandang secara luas mempunyai makna

pelaksanaan undang-undang dimana

berbagai aktor, organisasi, prosedur, dan

teknik bekerja bersama-sama untuk

11

menjalankan kebijakan dalam upaya untuk

meraih tujuan-tujuan kebijakan atau

program-program. Implementasi pada sisi

yang lain merupakan fenomena yang

kompleks yang mungkin dapat dipahami

sebagai suatu proses, suatu keluaran

(output) maupun sebagai suatu dampak

(outcome). Implementasi juga bisa

diartikan dalam konteks keluaran, atau

sejauh mana tujuan-tujuan yang telah

direncanakan mendapatkan dukunngan,

seperti tingkat pengeluaran belanja bagi

suatu program. Implementasi juga

melibatkan sejumlah aktor, orgnisasi, dan

teknik-teknik pengendalian.

Ripley dan Franklin (Winarno, 2012 :

148) berpendapat bahwa implementasi

adalah :“apa yang terjadi setelah undang-

undang ditetapkan yang memberikan

otoritas progam, kebijakan, keuntungan

(benefit), atau suatu jenis keluaran yang

nyata (tangible output).”Istilah

implementasi menunjuk pada sejumlah

kegiatan mengikuti pernyataan maksud

tentang tujuan-tujuan program dan hasil-

hasil yang diinginkan oleh para pejabat

pemerintah.

Menurut Winarno (2002 : 174)

mengemukakan ”implementasi kebijakan

adalah salah satu tahap kebijakan publik,

antara pembentukan kebijakan dan

konsekuensi-konsekuensi kebijakan bagi

masyarakat yang dipengaruhinya.”

Sedangkan menurut Van Meter dan Van

Horn (Budi Winarno, 2012 : 149),

membatasi implementasikan kebijakan

sebagai “Tindakan-tindakan yang

dilakukan oleh individu-individu (atau

kelompok-kelompok) pemerintah maupun

swasta yang diarahkan untuk mencapai

tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam

keputusan-keputusan kebijakan

sebelumnya.” Dikatakan Sumaryadi (2005

: 85) pengertian “implementasi adalah

implementasi dari kebijakan dari

perspektif target group lebih terkait dengan

jaminan bagi kelompok sasaran dan

masyarakat seluruhnya untuk dapat

menerima dan menikmati hasil atau

keuntungan dari kebijakan.”

Pelaksanaan program pemerintah ini

tentang Program Raskin harus dapat

diimplementasikan namun kenyataannya

ada yang bekerja tidak efesien dalam

mengimplementasikan program tersebut

sehingga kebijakan yang dibuat sulit untuk

diimplementasikan. Sebagaimana yang

telah dijelaskan oleh Wahab ( 2002 : 62 )

tidak terimplementasikan mengandung arti

bahwa: “Suatu kebijaksanaan tidak

terlaksana sesuai dengan rencana, mungkin

karena pihak-pihak yang terlibat di dalam

pelaksanaannya tidak mau bekerjasama,

atau mereka telah bekerja secara tidak

efesien, bekerja setengah hati, atau karena

mereka tidak sepenuhnya menguasai

permasalahan yang di garap diluar

jangkauannya sehingga betapa pun gigih

usaha mereka, hambatan-hambatan yang

ada tidak sanggup mereka tanggulangi,

akibatnya implementasi yang efektif sukar

untuk dipenuhi.”

Berdasarkan pengertian implementasi

di atas dapat disimpulkan bahwa untuk

12

menjalan suatu program berjalan

sebagaimana semestinya yang ingin di

terapkan di Kelurahan Moro harus di

dukung oleh pihak-pihak yang terkait

untuk bekerja sama seperti Kepala

Desa/lurah, Pelaksana Distribusi dan

masyarakat.

Menurut Goggin et al ( purwanto dan

sulistyastuti, 20012 : 89), Faktor- faktor

yang bekerja dalam proses implementasi “

kebijakan diasumsikan sebagai suatu

“pesan” dari pemerintah federal (pusat)

kepada pemerintah daerah.” Keberhasilan

implementasi pesan tersebut sangat

dipengaruhi oleh 3 hal pokok:

- Isi kebijakan yaitu meliputi

sumberdaya, manfaat kebijakan, serta

keterlibatan publik

- Format kebijakan terdiri dari kejelasan

kebijakan (policy clarity), konsistensi

kebijakan (policy consistency),

frequency serta penerimaan isi

kebijakan ( receipt of massage)

- Reputasi aktor terdiri dari legitimasi

dan kredibilitas aktor-aktor pemerintah

daerah.

Sedangkan Rodinelli dan Cheema

(Purwanto dan Sulistyastuti, 2012 : 90)

mengidentifikasi empat faktor yang

mempengaruhi kinerja implementasi, yaitu

: a) Kondisi lingkungan, b) hubungan antar

organisasi, c) sumberdaya, d) karakteristik

institusi implementor.

Menurut Syukur (Sumaryadi, 2005 :

79) yang mengemukakan adanya tiga

unsur penting dalam proses implementasi

yaitu :

1. Adanya program atau kebijaksanaan

yang dilaksanakan.

Berdasarkan ringkasasan ini

diketahui bahwa implementasi

kebijaksanaan adalah suatu aktivitas atau

kegiatan dalam rangka mewujudkan atau

merealisasikan kebijaksanaan yang telah

ditetapkan sebelumnya, yang dilakukan

oleh organisasi birokrasi pemerintahan

atau badan pelaksana lain melalui proses

administrasi dan manajemen dengan

memanfaatkan segala sumber daya yang

tersedia untuk mencapai tujuan tertentu.

Dengan demikian peran organisasi badan

pelaksana (birokrasi) besar sekali

peranannya dalam tahap implementasi

ini.

2. Target group yaitu kelompok

masyarakat yang menjadi sasaran dan

diharapkan akan menerima manfaat

dari program, perubahan atau

peningkatan.

Implementasi kebijakan dari

perspektif target group lebih terkait

dengan jaminan bagi kelompok sasaran

dan masyarakat seluruhnya untuk dapat

menerima dan menikmati hasil atau

keuntungan dari kebijakan. Jika

masyarakat diharapkan menjadi pihak

yang akan menikmati hasil

kebijakan/beneficaries, maka pandangan

mereka mungkin saja serupa dengan

pandangan dan persepsi para pejabat

pusat yakni sejauhmanakah pelayanan

yang direncanakan melalui kebijakan itu

benar-benar telah diberikan. Sekalipun

demikian, kelompok sasaran itu

13

kemungkinan akan lebih memusatkan

perhatian pada permasalahan apakah

pelayanan/jasa yang telah diberikan

tersebut benar-benar mengubah pola

hidupnya, benar-benar memberikan

dampak positif dalam jangka panjang

bagi peningkatan mutu hidup termasuk

pendapatan mereka.

3. Unsur pelaksana (implementor) baik

organisasi atau perorangan untuk

bertanggung jawab dalam memperoleh

pelaksanaan dan pengawasan dari

proses implementasi tersebut.

Adapun unsur pelaksana atau

implementor yang bertanggung jawab

terhadap keberhasilan program adalah

aparat birokrasi pemerintah secara

berjenjang, mulai dari aparat birokrasi

pada tingkat desa/kelurahan, kecamatan,

kabupaten/kota, provinsi hingga tingkat

nasional. Dengan demikian, keberadaan

birokrasi pemerintahan merupakan salah

satu unsur penting dalam implementasi.

4. Program Beras Miskin

Penyaluran RASKIN (Beras untuk

Rumah Tangga Miskin) sudah dimulai

sejak 1998. Krisis moneter tahun 1998

merupakan awal pelaksanaan RASKIN

yang bertujuan untuk memperkuat

ketahanan pangan rumah tangga terutama

rumah tangga miskin. Pada awalnya

disebut program Operasi Pasar Khusus

(OPK), kemudian diubah menjadi

RASKIN mulai tahun 2002, RASKIN

diperluas.

fungsinya tidak lagi menjadi program

darurat (social safety net) melainkan

sebagai bagian dari program perlindungan

sosial masyarakat. Melalui sebuah kajian

ilmiah, penamaan RASKIN menjadi nama

program diharapkan akan menjadi lebih

tepat sasaran dan mencapai tujuan

RASKIN.

Indonesia, 95% dari jumlah

penduduknya mengkonsumsi beras sebagai

pangan utama, dengan rata-rata konsumsi

beras sebesar 113,7 kg/jiwa/tahun (BPS,

2011). Tingkat konsumsi tersebut jauh di

atas rata-rata konsumsi dunia yang hanya

sebesar 60 kg/kapita/tahun. Dengan

demikian Indonesia menjadi Negara

konsumen beras terbesar di dunia. Beras

menjadi komoditas nasional yang sangat

strategis. Instabilitas perberasan nasional

dapat mengakibatkan gejolak dalam

berbagai aspek kehidupan baik sosial,

politik maupun ekonomi.

Program Raskin merupakan

implementasi dari Instruksi Presiden

tentang kebijakan perberasan nasional.

Presiden menginstruksikan kepada Menteri

dan Kepala Lembaga Pemerintah non

Kementerian tertentu, serta Gubernur dan

Bupati/WaliKota di seluruh Indonesia

untuk melakukan upaya peningkatan

pendapatan petani, ketahanan pangan,

pengembangan ekonomi perdesaan dan

stabilitas ekonomi nasional.

Secara khusus kepada Perum BULOG

diinstruksikan untuk menyediakan dan

menyalurkan beras bersubsidi bagi

kelompok masyarakat berpendapatan

rendah, dan rawan pangan yang

penyediaannya mengutamakan pengadaan

14

gabah/beras dari petani dalam negeri.

Penyaluran beras bersubsidi bagi

kelompok masyarakat berpendapatan

rendah bertujuan untuk mengurangi beban

pengeluaran para RTSPM dalam

memenuhi kebutuhan pangan. Selain itu

juga untuk meningkatkan akses

masyarakat berpendapatan rendah dalam

pemenuhan kebutuhan pangan pokok,

sebagai salah satu hak dasarnya.

Berdasarkan Pedum Raskin peraturan

perundangan yang menjadi landasan

pelaksanaan program RASKIN adalah:

1. Undang-Undang No. 18 Tahun 2012,

tentang Pangan.

2. Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun

2002, tentang Ketahanan Pangan.

3. Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun

2003, tentang Pendirian Perusahaan

umum BULOG.

4. Inpres No. 3 Tahun 2012 tentang

Kebijakan Pengadaan Gabah/Beras

dan Penyaluran Beras oleh

Pemerintah.

5. Permenkeu tentang Penunjukan

Kementerian Sosial sebagai Kuasa

Pengguna Anggaran (KPA) Program

Raskin;

6. Kepmenko Kesra No. 57 Tahun 2012

tentang Tim Koordinasi Raskin

Pusat;

7. Surat Edaran Menteri Dalam Negeri

No.: 900/2634/SJ tahun 2013 tentang

Pengalokasian Biaya Penyaluran

Raskin dari Titik Distribusi ke Titik

Bagi.

Penyaluran Raskin diawali dari

permintaan alokasi melalui Surat

Permintaan Alokasi (SPA) dari Pemerintah

Kabupaten/Kota yang bersangkutan. SPA

tersebut ditujukan kepada Kadivre/

Kasubdivre yang membawahi wilayah

tersebut. Atas SPA tersebut, oleh Tim

Koordinasi Raskin setempat dibahas

jadwal penyalurannya untuk memberikan

kesempatan kepada masyarakat

menyiapkan waktu, tenaga dan dana pada

saat penyaluran. Sebelum jadwal

pengiriman beras ke Titik Distribusi, Tim

Koordinasi Raskin melakukan pengecekan

kondisi beras Raskin yang akan disalurkan.

Beras Raskin kemudian dikrimkan ke Titik

Distribusi tujuan sesuai dengan jumlah

RTS yang terdata di wilayah tersebut.

Tidak ada penambahan dan pengurangan

jumlah oleh BULOG. Apabila ada

perubahan data RTS (Rumah Tangga

Sasaran) adalah kewenangan Musyawarah

Desa/Kelurahan dan Musyawarah

Kecamatan.

Tujuan Program Raskin adalah

mengurangi beban pengeluaran Rumah

Tangga Sasaran melalui pemenuhan

sebagian kebutuhan pangan beras. Sasaran

Program Raskin Tahun 2015 adalah

berkurangnya beban pengeluaran

15.530.897 RTS dalam mencukupi

kebutuhan pangan beras melalui

penyaluran beras bersubsidi dengan

alokasi sebanyak 15 kg/ RTS/bulan.

Kemudian manfaat yang hendak dicapai

dari terlaksananya Program Raskin adalah

sebagai berikut:

15

1. Stabilisasi harga beras di pasaran.

2. Pengendalian inflasi melalui

intervensi Pemerintah dengan

menetapkan harga beras bersubsidi

sebesar Rp.1.600,-/kg, dan menjaga

stok pangan nasional.

3. Peningkatan ketahanan pangan di

tingkat rumah tangga sasaran,

sekaligus mekanisme perlindungan

sosial dan penanggulangan

kemiskinan.

4. Peningkatan akses pangan baik

secara fisik (beras tersedia di TD),

maupun ekonomi (harga jual yang

terjangkau) kepada RTS.

5. Sebagai pasar bagi hasil usaha tani

padi.

6. Membantu pertumbuhan ekonomi

daerah

C. KONSEP OPERASIONAL

Untuk lebih memperjelas didalam

menjawab permasalahan peneliti, maka

dalam hal ini peneliti mencoba

mengoperasionalisasikan konsep, yaitu

menguraikan secara spesifik tentang konsep

yang akan digunakan. Maka berkaitan

dengan itu, untuk menghindari kemungkinan

terjadinya kekeliruan yag digunakan, maka

penelitian mengunakan konsep tentang

Proses Implementasi. Konsep yang

dioperasionalkan oleh peneliti disesuaikan

dengan keadaan yang ada pada masyarakat

pada Implementasi Kebijakan Program

Beras Miskin (Raskin) di Kelurahan Moro

Kecamatan Moro Kabupaten Karimun

Tahun 2012-2014. Adapun teori yang

peneliti gunakan ialah menurut pendapat

dari Syukur (Sumaryadi, 2005 : 79) yang

mengemukakan adanya tiga unsur penting

dalam proses implementasi yaitu :

1. Adanya program atau kebijaksanaan

yang dilaksanakan

Berdasarkan ringkasasan ini diketahui

bahwa implementasi kebijaksanaan adalah

suatu aktivitas atau kegiatan dalam rangka

mewujudkan atau merealisasikan

kebijaksanaan yang telah ditetapkan

sebelumnya, yang dilakukan oleh

organisasi birokrasi pemerintahan atau

badan pelaksana lain melalui proses

administrasi dan manajemen dengan

memanfaatkan segala sumber daya yang

tersedia untuk mencapai tujuan tertentu.

Dengan demikian peran organisasi badan

pelaksana (birokrasi) besar sekali

peranannya dalam tahap implementasi ini.

Kegiatan ini merupakan suatu program

yang menjadi kebijakan pemerintah untuk

mewujudkan kesejahteraan dikalangan

masyarakat yang kurang mampu, hal ini

dapat dilihat dari indikator sebagai berikut

a. Adanya program Beras Miskin

(Raskin) yang dilaksanakan oleh

Kelurahan Moro

b. Pelaksanaan program Beras Miskin

(Raskin) dapat berjalan sesuai dengan

peraturan dan ketentuan yang

berlaku.

2. Target group yaitu kelompok

masyarakat yang menjadi sasaran dan

diharapkan akan menerima manfaat

dari program, perubahan atau

peningkatan.

16

Implementasi kebijakan dari perspektif

target group lebih terkait dengan jaminan

bagi kelompok sasaran dan masyarakat

seluruhnya untuk dapat menerima dan

menikmati hasil atau keuntungan dari

kebijakan. Dengan adanya sasaran yang

menjadi target dari program Beras Miskin

(Raskin) guna menanggulangi masalah

kemiskinan dikalangan masyarakat kurang

mampu, hal ini dapat dilihat dari indikator

sebagai berikut.

a. Masyarakat dapat menerima manfaat

hak atas pangan yang menjadi

sasaran Program Beras Miskin

(Raskin)

b. Masyarakat dapat mengalami

perubahan ketahanan pangan rumah

tangga dan mencegah penurunan

konsumsi energi dan protein dengan

adanya program Raskin

3. Unsur pelaksana (implementor) baik

organisasi atau perorangan untuk

bertanggung jawab dalam

memperoleh pelaksanaan dan

pengawasan dari proses implementasi

tersebut.

Adapun unsur pelaksana atau

implementor yang bertanggung jawab

terhadap keberhasilan program adalah

aparat birokrasi pemerintah secara

berjenjang, mulai dari aparat birokrasi

pada tingkat desa/kelurahan, kecamatan,

kabupaten/kota, provinsi hingga tingkat

nasional, hal ini dapat dilihat dari indikator

sebagai berikut.

a. Adanya peran dari Kelurahan/Kepala

Desa untuk membantu dalam

mengatasi masalah kemiskinan

masyarakat kelurahan/desa yang

sedang dihadapi.

b. Adanya kerjasama semua pihak yang

terkait dalam melaksanakan program

Beras Miskin (Raskin) agar berjalan

sebagai mana mestinya

D. METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini penulis akan

menggunakan tipe penelitian kuantitatif

dengan format diskriptif. Penelitian dengan

format diskriptif bertujuan menjelaskan,

meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi

atau berbagai variabel yang timbul di

masyarakat yang menjadi objek penelitian

itu berdasarkan apa yang terjadi. Kemudian

mengangkat kepermukaan karakter atau

gambaran kondisi, situasi atau pun variabel

tersebut dan menggunakan hipotesa atau

praduga awal terhadap hasil penelitian.

Lokasi penelitian ini terletak di

Kelurahan Moro, Kecamatan Moro,

Kabupaten Karimun. Adapun alasan

mengapa peneliti memilih Kelurahan Moro

sebagai lokasi penelitian adalah : Kelurahan

Moro merupakan salah satu daerah yang

padat penduduk di Kecamatan Moro. dan

sebagian masyarakatnya masih tergolong

miskin dan mata pencahariannya yang

sangat beragam mulai dari petani, nelayan,

kuli bangunan, dan lain-lain yang mana dari

penghasilan tersebut dirasa kurang dapat

memenuhi kebutuhan hidup yang layak.

Jenis data dalam penelitian ini adalah :

a. Data primer adalah data yang

diperoleh langsung pada objek yang

17

di teliti utuk memperoleh data-data

yang dibutuhkan. Studi lapangan

yang dilakukan datang langsung

kelokasi penelitian dengan cara

menyebarkan angket atau kuisoner

kepada responden yang dijadikan

sebagai sampel penelitian.

b. Data sekunder adalah data yang

diperoleh dari dokumen-dokumen,

catatan-catatan, arsi-arsip resmi, serta

literature lainnya yang relevan dalam

melengkapi data primer penelitian.

Dalam penelitian ini penulis

menggunakan sampel dengan teknik Simple

Random Sampling ( probability Sampling).

Untuk lebih memfokuskan dalam penentuan

sampel, peneliti mengambil sampel di 6

kampung yang terdapat di Kelurahan Moro

yang terdiri dari 6 RW dan 19 RT dengan

cara undian, dan dihasilkan Kampung

Tengah Barat, Kampung Paya Lebar,

Kampung Benteng Kampung Batu Ampar,

Kampung Rawamangun, Kampung

Sidomoro yang berlokasi di wilayah RW 01,

02, 03, 04, 05 dan RW 06. Jumlah

keseluruhan sampel yang diambil sebanyak

66:6 Kampung/RW = 11 orang.

Adapun sampel di Kampung Tengah

Barat atau RW 01 jumlah sampel yang ada

sebanyak 10 orang, Kampung Paya Lebar

atau RW 02 jumlah sampel yang ada

sebanyak 6 orang, dan Kampung

Rawamangun atau RW 05 jumlah sampel

yang ada sebanyak 10 orang, jadi untuk

melengkapi sampel menjadi 11 orang maka

diambil dari Kampung Benteng sebanyak 2

orang, Kampung Batu Ampar sebanyak 2

orang dan Kampung Sidomoro sebanyak 3

orang, untuk melengkapi sampel yang tidak

mencukupi tersebut.

Untuk memperoleh data, alat

pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian ini meliputi: kuesioner, yaitu

pengumpulan data yang dilakukan dengan

memberi pertanyaan-pertanyaan kepada

responden mengenai hal-hal yang berkaitan

dengan Implementasi Kebijakan Program

Raskin (Beras Miskin) di Kelurahan Moro

Kecamatan Moro Kabupaten Karimun

Tahun 2012 -2014, dengan menggunakan

alat berupa angket.

E. PEMBAHASAN

1. Adanya Program atau Kebijaksanaan

yang dilaksanakan

Adanya Program atau Kebijaksanaan

yang dilaksanakan adalah suatu aktivitas

atau kegiatan dalam rangka mewujudkan

atau merealisasikan kebijaksanaan yang

telah ditetapkan sebelumnya, sehingga untuk

menjalan program agar berjalan

sebagaimana semestinya dan harus didukung

oleh pihak-pihak yang terkait untuk bekerja

sama dengan memanfaatkan segala sumber

daya yang tersedia untuk mencapai tujuan

program.

Adapun indikatornya dapat dilihat

sebagai berikut :

a. Adanya program Beras Miskin

(Raskin) yang dilaksanakan oleh

pihak Kelurahan Moro

b. Pelaksanaan program Beras Miskin

(Raskin) dapat berjalan sesuai dengan

18

peraturan dan ketentuan yang

berlaku.

Hal ini menunjukkan bahwa Program

Beras Miskin yang dilakukan oleh Pihak

Kelurahan sudah terbukti ada, dimana

seluruh penerima Manfaat Program Beras

Miskin ini sudah merasakan dan

mendapatkan kartu Raskin yang di

keluarkan oleh pihak Kelurahan Moro.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa

yang mendapatkan Program beras miskin ini

dibagikan berdasarkan Rumah Tangga

Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM),

begitu juga untuk kartu raskin ini yang

mendapatkannya itu adalah RTS-PM yang

dikeluarkan oleh pihak Kelurahan Moro.

Kartu raskin ini yang dikeluarkan oleh pihak

Kelurahan merupakan atas inisiatif sendiri,

agar masyarakat tidak perlu lagi bertanya

saat datang di kantor kelurahan apakah

mereka masih mendapatkan Beras tersebut.

Dengan adanya kartu raskin ini penerima

manfaat lebih mudah untuk mengambil

beras raskin ini dengan menunjukkan kartu

tersebut, sehingga apabila datang di kantor

Kelurahan tidak perlu lagi mencari nama,

karena dikartu tersebut sudah terdapat nama

dan nomor urut penerima manfaat.

Dan informasi tentang jumlah beras

dan harga beras yang seharusnya diterima

dan dibayar telah disampaikan kepada

penerima manfaat dimana hampir semua

penerima manfaat Beras Miskin ini sudah

mengetahui hal tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian

dilapangan bahwa pihak Kelurahan telah

menyampaikan informasi melalui RT atau

RW ditempat tinggal penerima manfaat

sebelum pengambilan Beras Miskin,

sehingga penerima manfaat tidak perlu lagi

bertanya di pihak Kelurahan tentang berapa

jumlah beras dan harga beras tersebut yang

seharusnya diterima dan di bayarkan.

Sehingga apabila datang dikantor Kelurahan,

penerima manfaat menyerahkan uang untuk

menebuskan beras dengan harga yang telah

di informasikan dan jumah beras yang

seharusnya di terima telah disediakan oleh

pihak Kelurahan, penerima langsung

membawa pulang beras yang telah di bayar

ke Petugas penyaluran Beras Miskin.

Berdasarkan hasil peneitian yang

dilakukan oleh penulis bahwa bantuan Beras

bersubsidi atau Beras Miskin ini yang

diberikan oleh pemerintah sudah disalurkan

dengan baik ke wilayah RT atau RW di

Kelurahan Moro yang terdiri dari 19 RT dan

7 RW. Proses penyaluranya juga sudah

berjalan dengan baik sesuai dengan

peraturan dan ketentuan yang telah

ditentukan oleh pemerintah pusat dan

dijalankan dengan baik oleh pemerintah

daerah setempat.

Berdasarkan data yang penulis

dapatkan dilapangan menunjukkan tingkat

adanya program atau kebijaksanaan yang

dilakukan oleh pemerintah daerah untuk

menjamin kelancaran proses penyaluran

raskin ini terbilang rendah. Hal ini

menunjukkan bahwa bantuan beras yang

diberikan pemerintah selalu datang tidak

tepat waktu, dimana beras yang diberikan

kepada RTS-PM itu seharusnya satu bulan

sekali.

19

Berdasarkan hasil penelitian

dilapangan yang dilakukan oleh penulis

bahwa bantuan Beras Miskin ini yang

diberikan pemerintah selalu datang tidak

tepat waktu, yang terjadi dilapangan

pembagian raskin ini diberikan pertiga bulan

sekali dengan tanggal yang tidak ditentukan.

Hal tersebut dikarenakan lambatnya

pembayaran uang tebusan beras disetiap

desa dan Kelurahan yang berada di

Kecamatan Moro yang dibayarkan ke

Kabupaten, sehingga harus menunggu beras

dari Kabupaten untuk disalurkan ke

Kelurahan atau desa tersebut.

Oleh karena itu, jika ada keterlambatan

waktu saat penyaluran Beras Miskin yang

diberikan pihak Kabupaten kepada

Kelurahan maka pihak Kelurahan

menginformasikan kepada masyarakat, agar

masayarakat tersebut tidak bertanya-tanya

lagi kapan beras datang. Hal ini juga

menjadi kendala masyrakat miskin untuk

menebus harga Beras Miskin yang terlalu

mahal bagi mereka dan juga menimbulkan

beban kepada masyarakat penerima beras

miskin tentang biaya yang seharusnya

dikeluarkan dalam membeli raskin sebesar

Rp. 72.000/45kg/3 bulan. Jika tidak ada

keterlambatan waktu, saat penyaluran

tentunya mereka mampu untuk membeli

beras miskin dengan harga Rp.

24.000/15kg/1 bulan. Jadi selama ada

keterlambatan waktu dalam penyaluran

beras miskin ini sampai tiga bulan sekali,

masyarakat merasa keberatan untuk

membeli beras tersebut, sehingga dengan

terpaksa mereka harus menebus dengan

harga tersebut.

Pada penyaluran program raskin yang

dilakukan oleh Kelurahan Moro telah sesuai

prosedur atau ketentuan yang berlaku

walaupun penyalurannya digabungkan

menjadi tiga bulan sekali dengan jumlah

beras yang diterima oleh penerima manfaat

sebanyak 45 kg/3 bulan. pada pelaksanaan

program beras miskin ini pemerintah juga

melakukan penyesuaian terhadap harga yang

ditetapkan untuk masyarakat penerima

mafaat dengan harga beras sebesar 1.600/kg

yang dibayarkan kepada pelaksana distribusi

raskin secara tunai.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa

terlihat jelas kejadian dilapangan untuk

harga beras ini yang ditetapkan pemerintah

pusat ke pemerintah daerah setempat harga

berasnya sama diseluruh Indonesia, tidak

ada perbedaan. Harga beras miskin ini yang

ditentukan oleh pemerintah pusat sebesar

Rp. 1.600/kg atau sama dengan Rp.

24.000/15kg, harga tersebut bisa dikatakan

sesuai untuk membantu pengeluaran

masyarakat miskin yang berpendapatan

rendah yang berhak mendapatkan bantuan

raskin ini dan tidak ada sama sekali

penambahan ataupun pengurangan harga

dari pemerintah pusat maupun pihak

Kelurahan.

Berdasarkan pembahasan di atas dapat

juga dianalisis apakah ada aktivitas atau

kegiatan pelaksanaan Program Raskin yang

dilaksanakan di Kelurahan Moro. Dengan

pengukuran sebagai berikut :

20

= 87 %

Berdasarkan perhitungan di atas,

diperoleh hasil sebesar 87% dan berdasarkan

pengukuran yang telah ditetapkan jika hasil

perhitungan berjumlah 0 sampai dengan

50% maka dapat dikatakan tidak ada

aktivitas atau kegiatan pelaksanaan program

raskin, dan jika perhitungan berjumlah 51%

sampai dengan 100%, maka dapat dikatakan

ada aktivitas atau kegiatan pelaksanaan

program raskin. Sehingga dengan demikian

dapat disimpulkan bahwa Implementasi

Kebijakan Program Beras Miskin (Raskin)

di Kelurahan Moro termasuk kedalam

adanya aktivitas atau kegiatan pelaksanaan

program raskin, karena masyarakat

berpendapatan rendah bisa merasakan

program tersebut. Selain itu juga bisa

meningkatkan akses masyarakat

berpendapatan rendah dalam pemenuhan

kebutuhan pangan pokok sebagai salah satu

hak dasarnya, dan bantuan kebijakan

program raskin dari pemerintah juga sudah

jelas dapat membantu dan mengurangi

beban pengeluaran pendapatan rumah

tangga sasaran khususnya di kebutuhan

pangan mereka.

2. Target Group

Target group yaitu kelompok

masayarakat yang menjadi sasaran dan

diharapkan akan menerima manfaat dari

program, perubahan atau peningkatan.

Implementasi kebijakan dari perspektif

target group lebih terkait dengan jaminan

bagi kelompok sasaran dan masyarakat

seluruhnya untuk dapat menerima dan

menikmati hasil atau keuntungan dari

kebijakan. Kelompok sasaran ini lebih

memusatkan perhatian pada permasalahan

apakah pelayanan/jasa yang telah diberikan

tersebut benar-benar mengubah pola hidup

mereka, benar-benar memberikan dampak

positif dalam jangka panjang bagi

peningkatan mutu hidup termasuk

pendapatan mereka.

Adapun indikatornya dapat dilihat

sebagai berikut :

a. Masyarakat dapat menerima manfaat

hak atas pangan yang menjadi

sasaran Program Beras Miskin

(Raskin)

b. Masyarakat dapat mengalami

perubahan ketahanan pangan rumah

tangga dan mencegah penurunan

konsumsi energi dan protein dengan

adanya program Raskin

Suatu kebijakan harus terdapat

beberapa jenis manfaat yang dihasilkan

setelah sebuah kebijakan tersebut dijalankan.

Manfaat yang diharapkan ini tentunya

berdampak positif bagi masyarakat

Kelurahan Moro yang ditimbulkan dari

adanya suatu pengimplementasian progam.

Penyaluran Beras Miskin (Raskin) bagi

kelompok masyarakat miskin ini bertujuan

untuk mengurangi beban pengeluaran RTS-

PM Kelurahan Moro dalam memenuhi

kebutuhan pangan. Selain itu juga untuk

meningkatkan akses masyarakat miskin

21

dalam pemenuhan kebutuhan pangan yang

menjadi hak dasarnya. Bagi mereka manfaat

dari beras miskin ini dirasakan cukup

membantu pemenuhan pangan bagi

penerima manfaat dan dengan adanya

program ini dapat meringankan pengeluran

mereka. Pengaruh yang berarti juga bagi

mereka penerima manfaat apabila beras

miskin ini tidak ada ataupun nmengalami

keterlambatan kedatangan.

Berdasarkan hasil penelitian penulis

dilapangan bahwa sebagian besar dari

responden merasakan manfaat dari program

raskin yaitu sebesar 98% atau 65 responden

sementara sebagian kecil dari mereka tidak

merasakan manfaat dari program tersebut

dikarenakan tidak ada perubahan yang

dirasakan dalam meringankan beban

pengeluaran mereka.

Dan sebanyak 5 responden atau 8%

mengatakan bahwa mereka merasa program

beras miskin ini tidak dapat membantu

mengurangi beban pengeluaran mereka,

mereka merasa keberatan dengan

mengeluarkan uang untuk menebus beras

sebanyak 45kg/3 bulan. Berdasarkan

penelitian dilapangan yang dilakukan oleh

penulis bahwa bantuan kebijakan program

beras miskin dari pemerintah sudah jelas

dapat membantu dan mengurangi beban

pengeluaran pendapatan rumah tangga

sasaran khusunya di kebutuhan pangan

mereka.

Dimana harga beras yang jenisnya

sama yaitu beras bulog melambung tinggi

dipasaran dengan harga Rp. 8000/kg, jika

dikalikan dengan 15 kg sama dengan Rp.

120.000 mereka tidak akan sanggup untuk

membelinya. Tetapi semenjak adanya

bantuan beras miskin tersebut dengan harga

Rp. 1.600/kg mereka merasa senang dan

merasa sangat terbantu karena mengurangi

beban pengeluaran mereka untuk membeli

beras yang sangat terjangkau murah

harganya.

Tim koordinasi beras miskin/pelaksana

distribusi beras miskin melakukan

pemeriksaan kualitas dan kuantitas beras

yang diserahkan oleh perum bulog di titik

distribusi. Apabila beras yang ditemukan

tidak layak dikonsumsi atau tidak sesuai

dengan kualitas dan kuantitas maka tim

koordinasi beras miskin/pelaksana distribusi

harus menolak dan langsung

mengembalikan kepada perum bulog untuk

digantikan dengan kualitas beras yang layak

untuk dikonsumsi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh penulis dilapangan terlihat jelas bahwa

kualitas beras yang didistribusikan oleh

perum bulog ke Kelurahan Moro layak

untuk dikonsumsi dan beras tersebut bisa

dikatakan bagus.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan

penulis dilapangan bahwa beras miskin yang

diberikan sebesar 15 kg ini tidak mencukupi

kebutuhan mereka, bagi mereka dengan

beras 15 kg ini hanya bertahan selama 2

minggu dan tidak mencapai 1 bulan beras

yang di berikan sudah habis. Apabila beras

miskin ini habis mereka terpaksa membeli

beras dengan harga yang lebih mahal untuk

menutupi kebutuhan mereka selama 1 bulan.

Hal ini membuat mereka merasa dengan 15

22

kg beras miskin yang diberikan tidak

mencukupi kebutuhan keluarga mereka

selama 1 bulan.

Berdasarkan data diatas dapat juga

dianalisis apakah sesuai dengan target group

dimana rumah tangga sasaran yang berada di

Kelurahan Moro mengalami perubahan dan

peningkatan kesejahteraan taraf hidup

dikalangan masyarakat penerima manfaat.

Dengan pengukuran sebagai berikut :

= 79 %

Berdasarkan perhitungan diatas,

diperoleh hasil yaitu sebesar 79% dan

berdasarkan standard pengukuran yang telah

ditetapkan jika hasil perhitungan berjumlah

0 sampai dengan 50%, maka dapat

dikategorikan tidak sesuai target group

dimana rumah tangga sasaran tidak

mengalami perubahan dan peningkatan

kesejahteraan taraf hidup dikalangan

masyarakat penerima manfaat. Jika hasil

perhitungan 51% sampai dengan 100%

maka dapat dikategorikan sesuai target

group dimana rumah tangga sasaran

mengalami perubahan dan peningkatan

kesejahateraan taraf hidup dikalangan

masyarakat penerima manfaat. Sehingga

dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

Implementasi Kebijakan Program Beras

Miskin (Raskin) di Kelurahan Moro

termasuk target group dimana rumah tangga

sasaran mengalami perubahan dan

peningkatan kesejahteraan taraf hidup

dikalangan masayarakat penerima manfaat

karena masyarakat berpendapatan rendah

bisa merasakan program tersebut. Selain itu

juga bisa meningkatkan akses masyarakat

berpendapatan rendah dalam pemenuhan

kebutuhan pangan pokok sebagai salah satu

hak dasarnya, dan bantuan kebijakan

program raskin dari pemerintah juga sudah

jelas dapat membantu dan mengurangi

beban pengeluaran pendapatan rumah

tangga sasaran khususnya di kebutuhan

pangan mereka.

3. Unsur Pelaksana

Unsur pelaksana (implementor) baik

organisasi atau perorangan untuk

bertanggung jawab dalam memperoleh

pelaksanaan dan pengawasan dari proses

implementasi tersebut.

Adapun unsur pelaksana atau

implementor yang bertanggung jawab

terhadap keberhasilan program adalah aparat

birokrasi pemerintah secara berjenjang,

mulai dari aparat birokrasi pada tingkat

desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota,

provinsi hingga tingkat nasional.

Adapun indikatornya dapat dilihat

sebagai berikut :

a. Adanya peran dari Kelurahan/Kepala

Desa untuk membantu dalam

mengatasi masalah kemiskinan

masyarakat kelurahan/desa yang

sedang dihadapi.

b. Adanya kerjasama semua pihak yang

terkait dalam melaksanakan program

Beras Miskin (Raskin) agar berjalan

sebagai mana mestinya.

23

Pada pelaksanaan kebijakan program

beras miskin ini sasaran utamanya adalah

masyarakat miskin yang berpendapatan

rendah agar dapat membantu untuk

memenuhi kebutuhan pangan keluarga

mereka.

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan oleh penulis bahwa terlihat jelas

dilapangan bantuan beras yang diberikan

pemerintah tidak tepat sasaran untuk

masyarakat miskin yang membutuhkan

bantuan beras tersebut. Hal ini terjadi karena

pendataan penetuan masyarakat miskin dari

pihak BPS yang tidak sama dengan pihak

kelurahan tersebut. BPS juga mendata

dengan tidak teliti dan ingin cepat mencapai

target yang ditentukan oleh pusat, sehingga

masih banyak masyarakat yang benar-benar

termasuk kedalam kategori miskin tidak

terdata oleh BPS untuk mendapatkan

bantuan beras miskin, bahkan masyarakat

yang tergolong mampu yang mendapatkan

bantuan beras miskin tersebut.

Berdasarkan penelitian dilapangan

yang dilakukan oleh penulis bahwa masih

banyak masayarakat yang seharusnya

menerima program beras miskin ini, tetapi

masyarakat tersebut tidak termasuk sebagai

sasaran program beras miskin. Hal ini

dikarenakan pendataan yang dilakukan oleh

BPS (Badan Pusat Statistik) tidak mendata

langsung kelapangan, akibatnaya masih ada

masayarakat yang belum terdata sebagai

penerima manfaat. Sehingga masyarakat

merasa kecewa dengan pendataan yang

dilakukan, dan masyarakat yang merasa

dirinya tidak termasuk sebagai penerima

manfaat selalu menanyakan kepada RT,

RW, maupun kepada pihak Kelurahan

kenapa mereka tidak termasuk sebagai

penerima manfaat. Mereka menilai

pendataan penerima manfaat yang dilakukan

oleh BPS (Badan Pusat Statistik) tidak tepat

sasaran, penerimanya kebanyakan yang bisa

dikategorikan masayarakat mampu.

Selain itu dapat dilihat dari pendataan

yang dilakukan oleh BPS (Badan Pusat

Statistik) yang jarang sekali melakukan

pendataan ulang setiap tahunnya dalam

menentukan apakah masih ada masyarakat

yang termasuk dalam kategori miskin dan

apakah masyarakat yang sudah termasuk

dalam kategori miskin ini mengalami

perubahan dari yang tidak kurang mampu

menjadi mampu. Maka pihak BPS

semestinya mendata untuk masyarakat yang

sudah mampu diganti dengan masyarakat

yng kurang mampu. Hal ini menunjukkan

bahwa pihak BPS jarang sekali melakukan

pendataan ulang setiap tahunnnya malahan

bisa dikatakan tidak pernah sama sekali

melakukan pendataan ulang untuk

masyarakat yang kurang mampu di

Kelurahan Moro.

Dapat dilihat bahwa masih banyak

masyarakat merasa tidak puas dengan hasil

pendatan yang dilakukan oleh BPS,

masyarakat merasa pendataan yang

dilakukan itu tidak sesuai dengan kenyataan

dilapangan. Hal ini menunujukkan masih

banyak masyarakat yang termasuk dalam

kategori kurang mampu tidak didata,

malahan untuk masyarakat yang didata itu

termasuk dalam kategori mampu yang

24

mendapatkan program dari pemerintah

pusat. Sehingga masyarakat perlu didata

ulang agar tidak ada lagi masyarakat yang

berhak mendapatkan program tersebut tidak

terdata namanya sebagai rumah tangga

sasaran penerima manfaat (RTS-PM) di

Kelurahan tempat mereka tinggal.

Berdasarkan penelitian dilapangan

yang dilakukan penulis bahwa Kelurahan

Moro telah mampu melaksanakan program

Raskin ini dengan sebaik-baiknya, dan bisa

dikatakan sudah cukup baik. Kelurahan

Moro juga telah menyalurkan program ini

sesuai dengan data yang diterima sebagai

rumah tangga sasaran penerima manfaat

(RTS-PM), dan masayarakat tidak merasa

kesulitan dalam pengambilan jatah beras,

dikarenakan beras telah disiapkan oleh

pelaksana penyaluran beras miskin dan

sudah ditimbang sesuai dengan aturan yang

berlaku. Hal ini sesuai dengan

tanggungjawab dan tugas dari pelaksanaan

program di tingkat Kelurahan dimana

Lurah/Kepala Desa beranggungjawab atas

pelaksanaan program Beras Mskin di

wilayahnya, dan pelaksana Distribusi Beras

Miskin mempunyai tugas memeriksa,

menerima dan menyerahkan beras,

menerima uang pembayaran harga tebus

beras (HTR), dan menyelesaikan

administrasi.

Penelitian dilapangan yang dilakukan

penulis bahwa pelayanan yang diberikan

oleh pihak Kelurahan Moro sudah baik dan

dilayani dengan sebaik-baiknya. Masyarakat

merasa terlayani saat datang di kantor

Kelurahan dan langsung mendapatkan beras

jatah tersebut setelah menyelesaikan

administrai, dan penerima tidak perlu lagi

menunggu begitu lama di kantor kelurahan

dan tidak perlu berdesak-desakan dengan

penerima yang lain. Sehingga masyarakat

merasa puas dengan kinerja yang dilakukan

oleh pihak Kelurahan, pelaksanaan

penyaluran beras miskin bekerja dengan

sungguh-sungguh dan tidak adanya

penyelewengan dalam pembagian beras

miskin dalam melaksanakan penyaluran

program ini. Respon pelaksana di Kelurahan

Moro dalam menjalankan tugas Beras

Miskin ini mencerminkan respon yang baik

dan mereka sadar betul bahwa pekerjaan

mereka merupakan pelayanan kepada

masyarakat.

Kebijakan yang dikeluarkan oleh

pemerintah untuk mengatasi masalah

tentunya akan dilakukan pengawasan

dengan adanya pelaksanaan kebijakan.

Pengawasan berupa pemantauan dengan

penilaian untuk tujuan pengendalian

pelaksanaan agar pelaksanaan sesuai dengan

rencana yang telah ditetapkan dan

merupakan pencapaian kinerja dari

implementasi atau pelaksanaan. Hal ini

diharapakan kepada pemerintah daerah bisa

bekerja sama dengan instansi Kelurahan

untuk melakukan pengawasan dan

monitoring setiap penyaluran raskin di

Kelurahan Moro, agar pelaksanaan

penyaluran raskin di Kelurahan Moro dapat

berjalan dengan baik sehingga tidak ada lagi

masalah yang timbul akibat kurangnya

pengawasan dari pemerintah daerah demi

25

terciptanya tujuan yang ingin dicapai oleh

pemerintah pusat.

Berdasarkan data diatas dapat juga

dianalisis apakah unsur pelaksana

bertanggungjawab dalam pelaksanaan dan

pengawasan dari proses implemetasi

program raskin mulai dari aparat birokrasi

pada tingkat kelurahan/desa, kecamatan,

kabupaten/kota, provinsi, hingga tingkat

nasional. Dengan pengukuran sebagai

berikut :

= 55%

Berdasarkan perhitungan diatas,

diperoleh hasil yaitu sebesar 55% dan

berdasarkan standard pengukuran yang telah

ditetapkan jika hasil perhitungan berjumlah

0 sampai dengan 50%, maka dapat

dikategorikan unsur pelaksana tidak

terlaksana dengan baik atau tidak berhasil

dalam proses implentasi program raskin

dimana terdapat masyarakat yang kurang

mampu tidak merasakan program raskin

tersebut. Jika hasil perhitungan 51% sampai

dengan 100% maka dapat dikategorikan

unsur pelaksana terlaksana dengan baik atau

berhasil dalam proses implentasi program

raskin. Sehingga dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa Implementasi Kebijakan

Program Beras Miskin (Raskin) di

Kelurahan Moro termasuk unsur

pelaksanaanya bertanggungjawab dalam

melaksanakan program raskin dimana

adanya kerjasama dari instansi yang terkait

sehingga pelaksanaan program raskin ini

bisa berjalan sesuai dengan aturan yang

berlaku. Program ini tidak akan berjalan

dengan baik apabila tidak adanya kerjasama

dari instansi-instansi yang terkait sehingga

proses program raskin tidak berjalan dengan

semestinya.

F. PENUTUP

Berdasarkan rumusan masalah dalam

penelitian ini dapat disimpulkan bahwa

Implementasi Kebijakan Program Beras

Miskin (Raskin) di Kelurahan Moro

Kecamatan Moro Kabupaten Karimun

Tahun 2012-2014, penulis membagi tiga

kategori atau tiga dimensi yaitu adanya

program atau kebijaksanaan yang

dilaksanakan, target group, dan unsur

pelaksana serta indikator-indikatornya

kemudian dikembangkan menjadi 20

pertanyaan dalam bentuk kuesioner. Hal ini

berdasarkan hasil penelitian dengan

indikator sebagai berikut:

1. Adanya Program atau Kebijaksanaan

yang dilaksanakan

Dari hasil kuesioner yang ditebarkan

kepada responden dan dianalisis pada bab

sebelumnya dengan persentase 87% proses

implementasi program raskin di Kelurahan

Moro dapat dikatakan adanya aktivitas

atau kegiatan implementasi/pelaksanaan

kebijakan program beras miskin (raskin),

karena masyarakat berpendapatan rendah

bisa merasakan program tersebut. Selain

itu juga bisa meningkatkan akses

masyarakat berpendapatan rendah dalam

26

pemenuhan kebutuhan pangan pokok

sebagai salah satu hak dasarnya, dan

bantuan kebijakan program raskin dari

pemerintah juga sudah jelas dapat

membantu dan mengurangi beban

pengeluaran pendapatan rumah tangga

sasaran khususnya di kebutuhan pangan

mereka.

2. Target Group

Selanjutnya pada dimensi target group

hasil kuesioner yang ditebarkan kepada

responden dan dianalisis pada bab

sebelumnya yaitu sebesar 79% terlihat

bahwa Implementasi Kebijakan Program

Beras Miskin (Raskin) di Kelurahan Moro

sesuai dengan target group dimana rumah

tangga sasaran mengalami perubahan dan

peningkatan kesejahteraan taraf hidup

dikalangan masayarakat penerima manfaat

karena masyarakat berpendapatan rendah

bisa merasakan program tersebut. Selain

itu juga bisa meningkatkan akses

masyarakat berpendapatan rendah dalam

pemenuhan kebutuhan pangan pokok

sebagai salah satu hak dasarnya, dan

bantuan kebijakan program raskin dari

pemerintah juga sudah jelas dapat

membantu dan mengurangi beban

pengeluaran pendapatan rumah tangga

sasaran khususnya di kebutuhan pangan

mereka.

3. Unsur Pelaksana

Kemudian dari dimensi unsur

pelaksana, dapat disimpulkan bahwa

berdasarkan kuesioner yang diberikan

kepada responden dengan persentase

sebesar 55% bahwa Implementasi

Kebijakan Program Beras Miskin (Raskin)

di Kelurahan Moro termasuk unsur

pelaksanaanya bertanggungjawab dalam

melaksanakan program raskin dimana

adanya kerjasama dari instansi yang terkait

sehingga pelaksanaan program raskin ini

bisa berjalan sesuai dengan aturan yang

berlaku. Program ini tidak akan berjalan

dengan baik apabila tidak adanya

kerjasama dari instansi-instansi yang

terkait sehingga proses program raskin

tidak berjalan dengan semestinya.

Berdasarkan hasil pemaparan tentang

implementasi kebijakan program beras

miskin (raskin) di kelurahan moro

kecamatan moro kabupaten karimun tahun

2012-2014, dapat penulis simpulkan bahwa

pelaksanaan program beras miskin di

kelurahan moro sudah berjalan baik

walaupun ada beberapa indikator penyaluran

yang tidak sesuai dengan tujuan dan

keberhasilan program. Penyaluran yang

dilaksanakan telah diterima oleh seluruh

penerima manfaat dan tidak adanya

penyelewengan yang dilakukan oleh

kelurahan moro. Bantuan beras bersubsidi

atau beras miskin ini yang diberikan oleh

pemerintah pusat yang dijalankan oleh

pemerindah daerah sudah disalurkan dengan

baik ke wilayah RT atau RW di kelurahan

moro yang terdiri dari 19 RT dan 7 RW.

Proses penyaluran juga sudah berjalan

dengan baik sesuai dengan peraturan dan

ketentuan yang telah ditentukan oleh

pemerintah pusat dan dijalankan dengan

baik oleh pemerintah daerah.

27

Adapun indikator penyaluran yang

dilaksanakan tidak sesuai dengan tujuan

keberhasilan program yaitu sasaran dan

waktu yang belum sepenuhnya tercapai

seperti hipotesa peneliti yang telah

dijelaskan pada bab sebelumnya mengenai

masyarakat yang sejahtera tetapi tetap

mendapatkan Beras Miskin, sedangkan

masyarakat yang betul-betul dalam kategori

miskin tidak merasakan program ini, hal ini

terjawab dari jawaban masyarakat penerima

program beras miskin dimana 36 orang dari

66 responden atau 55% menjawab masih ada

masyarakat yang berhak menerima program

beras miskin ini tetapi tidak mendapatkan

program tersebut. Maka dari itu, penulis

simpulkan bahwa terlihat jelas dialapangan

bantuan beras miskin yang diberikan

pemerintah tidak tepat sasaran untuk

masyarakat miskin yang membutuhkan

bantuan beras terebut. Hal ini terjadi karena

pendataan penetuan masyarakat miskin dari

pihak BPS yang tidak sama dengan pihak

kelurahan tersebut, sehingga masih banyak

masyarakat yang benar-benar termasuk

kedalam kategori miskin tidak terdata oleh

BPS untuk mendapatkan bantuan beras

miskin, bahkan masyarakat yang tergolong

mampu yang mendapatkan bantuan beras

miskin tersebut.

Fenomena lainnya adalah pendistribusian

Beras Miskin kepada masyarakat Kelurahan

Moro yang kadang terlambat.

Pendistribusian ini dilakukan dengan cara

memberitahukan kepada RT satu persatu,

dikarenakan tidak adanya jadwal yang pasti

mengenai datangnya Beras Miskin ini.

Pelaksanaan penyaluran beras miskin yang

dilakukan oleh pemerintah daerah agar

kelancaran waktu proses penyaluran beras

miskin ini terbilang rendah dimana bantuan

beras miskin yang diberikan pemerintah

selalu datang tidak tepat waktu, pembagian

beras miskin ini diberikan pertiga bulan

sekali dengan tanggal yang tidak ditentukan.

Selama ada ada keterlambatan waktu saat

penyaluran Beras Miskin pihak Kelurahan

menginformasikan kepada RT, agar

masayarakat tersebut tidak bertanya-tanya

lagi kapan beras datang. Hal ini juga

menjadi kendala masyrakat miskin untuk

menebus harga Beras Miskin yang terlalu

mahal bagi mereka dan juga menimbulkan

beban kepada masyarakat penerima beras

miskin tentang biaya yang seharusnya

dikeluarkan dalam membeli raskin.

Bersadarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan, dengan beberapa permasalahan

yang dihadapi dari hasil penelitian ini,

sebagaimana yang penulis jelaskan diatas,

maka penulis ingin memberikan saran-saran

sebagai berikut:

1. Kepada Pemerintah kabupaten

Karimun beserta instansi Kelurahan

Moro diharapkan agar lebih

meningkatkan pengawasan dan

monitoring evaluasi setiap tahunnya,

agar pelaksanaan penyaluran Raskin

berjalan dengan baik, tidak ada

masalah lagi demi terciptanya tujuan

yang dicapai;

2. Kepada pihak BPS diharapkan bisa

bekerja sama dengan pihak Kelurahan

Moro dalam pendataan, agar tidak ada

28

lagi masyarakat yang benar-benar tidak

mampu tidak mendapatkan bantuan

Raskin;

3. Diharapkan kepada Perum BULOG

bisa menjaga kualitas beras yang

datang dari pemerintah pusat, agar

kebutuhan pangan masyarakat bisa

terpenuhi dengan baik;

4. Kepada masyarakat diharapkan bisa

memahami benar tujuan utama dari

program Raskin ini, hanya untuk

membantu mengurangi beban

pengeluaran pendapatan masyarakat

yang berpendapatan rendah, agar

masyarakat tersebut bisa merasakan

kehidupan yang sejahtera.

DAFTAR PUSTAKA

Hafsah, Mohammad Jafar. 2008. Pengetasan

Kemiskinan Melalui Pemberdayaan

Masyarakat, Bandung: Iris Press.

Muhammad, Abdul Kadir. 2007, Metodologi

Penelitian, Bandung: Citra Aditya.

Nugroho, Riant. 2003. Kebijakan Publik,

Formulasi, Implementasi, dan

Evaluasi, Jakarta: PT Elex Media

Komputindo.

Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernologi

(Ilmu Pemerintahan Baru). Jakarta:

Rineka Cipta.

Ndraha, Talizuhu. 2011. KYBERNOLOGY:

Ilmu Pemerintahan Baru jilid 2,

Jakarta: Rineka Cipta

Patilima, Hamid. 2007. Metode Penelitian

Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Purwanto, Irwan Agus dan Dyah Ratih

Sulistyastuti. 2012. Implementasi

Kebijakan Publik: Konsep dan

Aplikasinya di Indonesia.

Yogyakarta: Gava Media.

Sarwono, Jonatahan. 2005. Metode

Penelitian Kualitatif dan Kualitatif.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Singarimbun, Masri dan Effendi Sofian.

1989. Metode Penelitian Survei.

Jakarta : LP3ES.

Subarsono. 2005. Analisis Kebijakan Publik,

Konsep, Teori dan Aplikasi.

Yogyakarta: Pustaka pelajar

Sumaryadi, I. Nyoman, 2005, Efektivitas

Implementasi Kebijakan Otonomi

Daerah. Jakarta, Citra Utama

Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kualitatif,

Kuantitatif, dan R&D. Bandung,

Alfabeta,cv.

Suyanto, Bagong dan Sutinah. 2005. Metode

Penelitian Sosial : Berbagai

29

Alternatif Pendekatan, Malang:

Intrans Publishing.

Syafi'i,Inu Kencana, dkk. 2006. Ilmu

Administrasi Publik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Usman, Husaini. Akbar, dan Purnomo

Setiady. 2006. Metodologi

Penelitian Sosial. Bandung: Bumi

Aksara

Umar, Husein, 2011, Metode Penelitian

Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis,

Jakarta : Rajawali Pers.

Wahab, Solichin Abdul. 2002. Analisis

Kebijakan (dari Faktor Formulasi

ke Implementasi Kebijaksanaan

Negara, Edisi Kedua). Jakarta:

Bumi Aksara

Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik

Teori dan Proses. Yokyakarta:

Media Presindo.

. 2012. Kebijakan Publik (Teori,

Proses,dan Studi

Kasus),Yogyakarta: Caps.

Jurnal

Agus Astuti, Ardiana. 2015, Implementasi

kebijakan Program Beras Miskin

(Raskin) Di Kelurahan Kijang Kota

Kabupaten Bintan. Tanjungpinang:

Universitas Mritim Raja Ali Haji.

Maizarah. 2015, Evaluasi Kebijakan

ProgramRaskin (Studi Di

Kelurahan Tanjungpinang Barat

Kecamatan Tanjungpinang Barat

Kota Tanjungpinang Tahun 2014).

Tanjungpinang: Universitas

Maritim Raja Ali Haji.

Wahyuni, Ayu. 2014, Implementasi

Kebijakan Raskin (Beras Untuk

Rumah Tngga Miskin) Studi Kasus

Desa Toapaya Selatan Kecamatan

Toapaya Kabupaten Bintan Tahun

2012. Tanjungpinang: Universitas

Maritim Raja Ali Haji.

Puji Astuti, Rina. 2014, Studi Tentang

Pelaksanaan Program Beras

Miskin (Raskin) Bagi Keluarga

Miskin Di Desa Gunung Makmur

Kecamatan Babulu Kabupaten

Penajam Paser Utara. Samarinda:

Universitas Mulawarman.

Dokumen

Kementerian Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat Republik

Indonesia tentang Pedoman Umum

Raskin 2014

30

Daftar Realisasi Penyaluran Raskin

Peraturan Undang – Undang

Undang-undang No. 7 Tahun 1996, Tentang

Pangan.

Peraturan Pemerintah No. 68 Tahun 2002,

Tentang Ketahanan Pangan.