Upload
lydieu
View
233
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI KONTRAK KERJA ANTARA PT HERDA CARTER
IND & ASS. DENGAN DINAS PEKERJAAN UMUM DITJEN BINA
MARGA KABUPATEN KULON PROGO PROPINSI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
Penulisan Hukum
(Skripsi)
Disusun dan Diajukan untuk
Melengkapi Persyaratan Guna Meraih Derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum
pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
HERDHIAN INDRAKUSUMA
E 0005180
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Penulisan Hukum (Skripsi)
IMPLEMENTASI KONTRAK KERJA ANTARA PT HERDA CARTER
IND & ASS. DENGAN DINAS PEKERJAAN UMUM DITJEN BINA
MARGA KABUPATEN KULONPROGO PROPINSI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
Disusun oleh :
HERDHIAN INDRAKUSUMA
NIM. E 0005180
Disetujui Untuk Dipertahankan Dihadapan Dewan Penguji Penulisan
Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Surakarta,
Dosen Pembimbing
Endang Mintorowati, S.H.,M.H.
NIP. 1949050519800332001
iii
PENGESAHAN PENGUJI
Penulisan Hukum ( Skripsi )
IMPLEMENTASI KONTRAK KERJA ANTARA PT HERDA CARTER
IND & ASS. DENGAN DINAS PEKERJAAN UMUM DITJEN BINA
MARGA KABUPATEN KULONPROGO PROPINSI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA
Disusun oleh :
HERDHIAN INDRAKUSUMA
NIM. E 0005180
Telah diterima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum ( Skripsi )
Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
Pada :
Hari :
Tanggal :
TIM PENGUJI
1. Djuwiyastuti, S.H. : _______________________ 2. Endang Mintorowati S.H.,M.H. : _______________________ 3. Diana Tantri C., S.H.,M.Hum. : _______________________
Mengetahui
Dekan,
Mohammad Jamin, S.H, M.Hum.
NIP.19610930 198601 1 001
iv
PERNYATAAN
Nama : HERDHIAN INDRAKUSUMA
NIM : E 0005180
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa penulisan hukum (skripsi) berjudul :
IMPLEMENTASI KONTRAK KERJA ANTARA PT HERDA CARTER
IND & ASS. DENGAN DINAS PEKERJAAN UMUM DITJEN BINA
MARGA KABUPATEN KULONPROGO PROPINSI DAERAH
ISTIMEWA YOGYAKARTA adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang
bukan karya saya dalam penulisan hukum (skripsi) ini diberi tanda citasi dan
ditunjukkan dalam daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti pernyataan
saya tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa
pencabutan penulisan hukum (skripsi) dan gelar yang saya peroleh dari penulisan
hukum (skripsi) ini.
Surakarta, 20 April 2010
Yang membuat pernyataan
HERDHIAN INDRAKUSUMA
NIM. E 0005180
v
ABSTRAK
Herdhian Indrakusuma, 2010. “IMPLEMENTASI KONTRAK KERJA ANTARA PT HERDA CARTER IND & ASS. DENGAN DINAS PEKERJAAN UMUM DITJEN BINA MARGA KABUPATEN KULON PROGO PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ”. Penulisan Hukum (Skripsi), Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi kontrak kerja antara PT. Herda Carter dengan Dinas Pekerjaan Umum Ditjen Bina Marga Kulon Progo dalam Paket Proyek Peningkatan Jalan Wates-Toyan-Karangnongko sudah sesuai dengan kontrak apa belum dan untuk mengetahui permasalahan yang menghambat pelaksanaan kontrak kerja antara PT Herda Carter dengan Dinas Pekerjaan Umum Ditjen Bina Marga Kulon Progo dalam Paket Proyek Peningkatan Jalan Wates-Toyan-Karangnongko dan penyelesaiannya.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Jenis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah data sekunder dan primer yang terdiri dari data sekunder yang berupa Kontrak Kerja Konsultan Dalam Paket Proyek Pengawasan Teknik Pembangunan Jalan dan Jembatan Field Team Wates-Toyan-Karangnongko, UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, KUH Perdata, Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan peran Masyarakat Jasa Kontruksi, Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dan Peraturan pemerintah No. 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi, dokumen-dokumen, buku-buku literatur yang relevan dengan penelitian ini, kamus Bahasa Indonesia, kamus Bahasa Inggris, dan kamus hukum, serta data primer yang berupa keterangan-keterangan yang diperoleh secara langsung dari lapangan. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan adalah studi kepustakaan dan wawancara. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan non-doktrinal. Analisis data menggunakan analisis data sosiologis kualitatif. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa implementasi kontrak kerja antara PT. Herda Carter dengan Dinas Pekerjaan Umum Ditjen Bina Marga Kulon Progo sudah berjalan dengan baik meskipun dalam pelaksanaannya masih terdapat pelanggaran(wanprestasi),namun pelanggaran tersebut tergolong ringan sehingga kedua belah pihak tidak dikenai ganti kerugian,serta faktor yang menghambat implementasi kontrak kerja tersebut adalah keadaan ekstern dari PT. Herda Carter dimana adanya perubahan desain, namun hal tersebut dapat terselesaikan dengan membuat kontrak baru.
Saran yang dapat diberikan sebaiknya agar dalam pelaksanaan kontrak dapat berjalan dengan lancar dan baik, hendaknya dalam pemenuhan kontrak kerja dilandasi dengan prinsip kesetaraan dalam hubungan kerja yang bersifat terbuka, timbal balik dan sinergis. Untuk menjamin kepentingan para pihak baik Konsultan maupun pemberi tugas, dalam pembuatan kontrak kerja hendaknya mencantumkan ketentuan mengenai overmacht / keadaan memaksa. Dengan maksud agar apabila terjadi overmacht, masing – masing pihak dapat memiliki kedudukan yang sejajar dimata hukum. Kata kunci : implementasi, kontrak, hukum perdata.
vi
ABSTRACT Herdhian Indrakusuma, 2010, “THE IMPLEMENTATION OF JOB CONTRACT BETWEEN PT HERDA CARTER Ind & Ass. AND OCCUPATIONAL OFFICIAL OF DITJEN BINA MARGA KABUPATEN KULON PROGO DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PROVINCE”. Law Script Writting (Scription), Law Faculty of Sebelas Maret University Surakarta.
This research aims to know the implementation of job contract between PT Herda Carter Ind & Ass. And occupational official of Ditjen Bina Marga Kabupaten Kulon Progo of Improvement Project Package of Wates-Toyan-Karangnongko had been appropriate with contract or not and to know the obstacle of the implementation of job contract between PT Herda Carter and occupational official of Ditjen Bina Marga Kulon Progo of Improvement Project of Wates-Toyan-Karangnongko as well as the completion.
This research belongs tto descriptive empiric law. Kinds of data used in this research is secondary and primary data consists of consultant job contract of Development Technique and Bridge Field Team Monitoring Project Package of Wates-Toyan-Karangnongko, rule number 18 in the year 1999 about Construction Service, Civil Law Code, Government Regulation No. 28 in the year 2000 about Effort and Social Act of Construction Service, Government Regulation No. 29 in the year 2000 about the Implementation of Construction Service, and Govenrment Regulation No. 30 in the year 2000 about the Implementation of Construction Service Coordination, Documents, Literacy books related with this research, Indonesian Dictionary, and Law Dictionary, as well as primary data like direct explanation from field. Collecting data technique used is literacy study and interview. This research also uses non-doktrinal approach. Data analysis used sociologic qualitative analysis.
Based on the research done, it is found that the implementation of job contract between PT Herda Carter with occupational official of Ditjen Bina Marga Kulon Progo is good, although in the implementation there is violation, but is categorizes minor so that both of them do not pay loss, as well as factor that impedes that job contract is extern condition from PT Herda Carter where there is design change, but it finished well by making new contract.
To reach well contract implementation, it should be based on equivalent principle with synergic, fedback and openness relationship. To guarantee the importance of both consultant and job giver, in making job contract it should graft stipulation about overmacht. In order that if there has overmacht, both consultant and job giver has equivalent settle in law. Keywords : implementation, contract, civil law.
vii
MOTTO
Sesungguhnya orang yang benar-benar beriman itu ialah mereka yang apabila
disebut “ Allah “ gemetar hati mereka dan apabila dibacakan ayat-ayat Allah
bertambahlah iman mereka dan kepada Tuhan mereka bertawakal.
-QS. Al Anfal : 2 –
Kebahagiaan datang jika kita berhenti mengeluh terhadap kesulitan-kesulitan
yang datang menimpa kita dan mengucapkan terima kasih pada kesulitan-
kesulitan yang tidak datang menimpa kita
- Penulis –
Kebahagian adalah berakhirnya duka cita, dan mustahil duka lara berakhir
kecuali kebahiaan hadir, maka kedua hal itu adalah satu dan tidak terpisahkan
- Penulis –
Ambillah pelajaran dari manusia melalui perbuatan mereka, bukan melalui
perkataan mereka
- Penulis -
Kebesaran manusia yang sebenarnya terletak pada kapasitasnya untuk terus
menerus meraih kemajuan
- Penulis -
Janganlah terbuai dengan mimpi-mimpi indah yang melengkapi khayalan, namun
bergegaslah bangun tuk wujudkan mimpi-mimpi itu menjadi sebuah kenyataan.
- Penulis -
viii
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini penulis persembahkan
kepada :
Allah SWT, pencipta alam semesta,
yang senantiasa memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, junjungan umat
Islam Nabi Muhammad SAW, suri
tauladan umat muslim ;
Bapak & ibu, serta Nenek yang telah
memberi semangat, doa, kasih, sayang,
serta kehangatan dalam perjalanan
Penulis;
Kakakku Rikky dan adikku Rika
yang selalu memberikan semangat
serta candaan yang hangat bagi
Penulis;
Sahabat-sahabatku Eko Joko, Aditya
Burhan, Andry Ertanto, Nining, Hesti,
Prima, Ika, Galih, Teman-teman
magang Kejaksaan Boyolali;
Semua pihak yang telah membantu
penulis selama studi di fak hukum
UNS yang tidak dpt penulis sebutkan
satu persatu, terima kasih;
Almamaterku, Universitas Sebelas
Maret Surakarta
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan
hukum ini dengan judul “ IMPLEMENTASI KONTRAK KERJA ANTARA
PT HERDA CARTER IND & ASS. DENGAN DINAS PEKERJAAN UMUM
DITJEN BINA MARGA KABUPATEN KULON PROGO PROPINSI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA”. Penulisan hukum ini merupakan
syarat untuk memperoleh derajat sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas
Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya laporan penulisan hukum atau
skripsi ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan, baik materil maupun moril
yang diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
dengan rendah hati Penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada :
1. Bapak Moh Jamin, S.H., M.Hum. selaku Dekan Fakultas Hukum UNS yang
telah memberi izin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini.
2. Ibu Ambar Budi S, S.H.,M.H selaku Ketua Bagian Hukum Perdata yang telah
membantu dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Pujiono, S.H,M.H selaku Pembimbing Akademik Penulis yang telah
memberi bimbingan dan semangat selama penulis menempuh perkuliahan di
Fakultas Hukum UNS.
4. Ibu Endang Mintorowati, S.H.,M.H. sebagai dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk membimbing penulis dan memberikan banyak
masukan serta saran demi kemajuan penulis dan sempurnanya penulisan.
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada Penulis sehingga
dapat dijadikan bekal dalam penulisan skripsi ini dan semoga dapat Penulis
amalkan dalam kehidupan masa depan nantinya.
x
6. Segenap Staff Perpustakaan Fakultas Hukum dan Perpustakaan Universitas
Sebelas Maret atas bantuannya yang memudahkan Penulis mencari bahan-
bahan referensi untuk penulisan penelitian ini.
7. Kedua orang tuaku yang aku sayangi (Andry Wisrawan & Sri Yetty
Murdyaningsih), kakakku (Rikky Widyartanto), adikku (Rika Kartika
Widyartanti), serta nenek di rumah yang selalu menyayangi dan memberikan
semangat kepada penulis dalam menjalani hidup.
8. Sahabat-sahabat penulis selama menempuh perkuliahan di Fakultas Hukum
UNS Henry, Prima, Hesti, Nining, Ika, Galih terima kasih atas semua bantuan
tanpa pamrih dan sumbangan pemikirannya.
9. Teman – teman magang di Kejaksaan Negeri Boyolali Eko Joko P.(Kompir),
Andry Ertanto(Andrek), Aditya Burhan(Copet), Heri Widi, Heri Iskandar,
Roni(Tape), Fahmi, Endrika terima kasih atas dukungan semangat dan
kebersamaannya selama ini.
10. Ayu, yang selalu memberi semangat, dukungan dan segalanya tanpa henti dan
telah banyak membantuku. Semoga doa kita berdua terkabul. Amien.
11. Teman-teman FH angkatan’05 yang selama ini telah bersama-sama membawa
nama besar Almamater tercinta dengan segala suka dan duka.
12. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam bantuannya baik
dorongan moril dan sebagainya, terima kasih atas bantuannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan hukum ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan lapang dada seluruh saran dan kritikan
yang bersifat membangun akan penulis terima.
Demikian mudah-mudahan penulisan hukum ini dapat memberikan manfaat
kepada kita semua, terutama untuk penulisan, akademisi, praktisi serta masyarakat
umum.
Surakarta, 20 April 2010
Penulis
HERDHIAN INDRAKUSUMA
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .................................................... iii
PERNYATAAN........................................................................................... iv
ABSTRAK .............................................................................................. v
ABSTRACT.................................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO .............................................................................. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................. ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................ 5
C. Tujuan Penelitian ................................................................ 6
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 6
E. Metode Penelitian ............................................................... 7
F. Sistematika Penulisan Hukum ............................................. 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 11
A. Kerangka Teori ................................................................... 11
1. Tinjauan Umum Tentang Implementasi.………………... 11
a. Pengertian Implementasi..……………………………. 11
b. Faktor-faktor Implementasi.......................................... 13
2. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian............................... . 15
a. Pengertian Perjanjian.................................................... 15
b. Asas-asas Perjanjian ................................................. 16
c. Syarat sah Perjanjian ................................................ 19
xii
d. Macam-macam Perjanjian....………………………... 23
3. Tinjauan Umum Tentang Kontrak .................................... 28
a. Pengertian Kontrak...................................................... 28
b. Perbedaan Kontrak dan Perjanjian............................... 30
c. Persamaan Kontrak dan Perjanjian............................... 34
4. Tinjauan Umum Tentang Kontrak Konstruksi................... 34
5. Tinjauan Umum Tentang Prestasi, Kontra Prestasi,
Wanprestasi, dan Overmacht................. ......................... 36
a. Pengertian Prestasi......................................................... 36
b. Pengertian Kontra Prestasi................................... ...... 36
c. Pengertian Wanprestasi................................................. 37
d. Pengertian Overmacht................................................... 39
6. Tinjauan Umum Tentang Jasa Konsultan.......................... 40
7. Tinjauan Umum Tentang Dinas Pekerjaan Umum............. 41
B. Kerangka Pemikiran................................................................. 44
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN........................... 46
A. Deskripsi Lokasi Penelitian........................................................ 46
B. Deskripisi Lokasi Departemen Pekerjaan Umum
Kulon Progo Propinsi DIY......................................................... 54
C. Hasil Penelitian........................................................................... 55
1. Implementasi Kontrak Kerja Antara Jasa Konsultan
Pengawas Jalan PT Herda Carter dengan Dinas Pekerjaan
Umum Ditjen Bina Marga Kulon Progo................................ 55
2. Permasalahan yang timbul dalam Kontrak Kerja Antara
Jasa Konsultan Pengawas Jalan PT Herda Carter dengan
Dinas Pekerjaan Umum Ditjen Bina Marga
Kulon Progo........................................................................ 63
D. Pembahasan............................................................................... 64
1. Implementasi Kontrak Kerja Antara Jasa Konsultan
Pengawas Jalan PT Herda Carter dengan Dinas Pekerjaan
Umum Ditjen Bina Marga Kulon Progo.............................. 64
xiii
2. Permasalahan yang timbul dalam Kontrak Kerja
Antara Jasa Konsultan Pengawas Jalan PT Herda Carter
dengan Dinas Pekerjaan Umum Ditjen Bina Marga
Kulon Progo......................................................................... 81
BAB IV PENUTUP ............................................................................... 87
A. Simpulan ............................................................................. 87
B. Saran ................................................................................... 88
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka Pemikiran............................................................. 44
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia sebagai negara berkembang, pada saat ini sedang giat – giatnya
melaksanakan pembangunan. Seperti yang telah disebutkan dalam Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 mengamanatkan
agar dalam melaksanakan pembangunan digunakan pendekatan regional sebagai
salah satu strategi dalam mencapai tujuan pembangunan. RPJPN tersebut terbagi
dalam 4 tahap, periode 2010-2014 adalah tahap kedua yang diterjemahkan dalam
bentuk Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014.
Pembangunan ini dapat diartikan sebagai pembangunan untuk seluruh masyarakat
untuk mencapai keadilan sosial yang menjadi tujuan dan cita – cita kemerdekaan
yaitu untuk menciptakan masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan
spirituil dalam wadah Negara Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD
1945.
Bangsa Indonesia memang sedang bergerak cepat menuju tahapan baru
dalam pembangunan di seluruh bidang. Berkembangnya pasar domestik yang
cepat membuat perekonomian Indonesia menjadi sangat menarik bagi investasi
baik di sektor produksi, jasa, maupun pembangunan infrastruktur (Ginandjar,
1997: 7 ).
Kegiatan pembangunan dalam pelaksanaannya meliputi aspek fisik dan
nonfisik. Dalam aspek fisik pembangunanya dapat berwujud rehabilitasi jalan,
jembatan, pelabuhan, gedung perumahan rakyat maupun kantor-kantor
pemerintah. Semuanya itu diusahakan pemerintah untuk menunjang tercapainya
kesejahteraan rakyat ( Djumialdji, 1991:2 ).
Untuk keberhasilan pelaksanaan pembangunan tersebut, Pemerintah
dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum sangat memerlukan dukungan serta
partisipasi aktif dari masyarakat. Salah satu ujud partisipasi tersebut adalah
xv
dengan ikut sertanya pihak swasta untuk berperan aktif dalam kegiatan
pembangunan.
Sesuai dengan perkembangan jaman, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, maka timbul spesialisasi dalam bidang – bidang pekerjaan yang
dilaksanakan oleh unsur atau peserta pembangunan, yaitu antara lain: Layanan
jasa Konsultasi perencanaan pekerjaan konstruksi, layanan jasa pelaksanaan
pekerjaan konstruksi, layanan jasa konsultasi pengawasan pekerjaan konstruksi.
Demi tercapainya nilai pekerjaan yang baik, maka tugas dari unsur – unsur atau
peserta pembangunan tersebut harus dilakukan secara terpisah dan tidak
dibenarkan dikerjakan secara rangkap, karena akan menimbulkan sistem atau
mekanisme kerja yang tidak jelas sehingga akan menyulitkan dalam hal
pemberian keputusan. Juga pada dasarnya keahlian tidak dapat berpusat pada satu
tangan saja. Hal tersebut juga ditegaskan dalam UU No. 18 tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi Bab IV Pasal 16 ayat 1 dan 2 yang menyatakan ( UU Jasa
Konstruksi, 1999 : 8 ) :
1) Penyedia jasa Konstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
huruf b terdiri dari : a. perencana konstruksi b. pelaksana konstruksi c. pengawas konstruksi
2) Layanan jasa yang diberikan oleh penyedia jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tiap – tiap penyedia jasa secara terpisah dalam pekerjaan konstruksi.
Pembangunan nasional suatu negara harus didahului oleh perencanaan
yang matang hal ini merupakan suatu upaya yang berkaitan dengan jasa
konsultasi atau jasa konsultan. Orientasi pembangunan adalah memperbaiki,
meningkatkan, memajukan dan mengembangkan suatu kondisi awal yang kurang
baik atau biasa – biasa saja, merancang alternatif pemecahannya, sekaligus
mengawasi, memonitor, serta mengevaluasi proses pelaksanaannya menuju suatu
kondisi yang lebih baik, lebih maju dan berkembang. Dengan demikian tampak
bahwa peranan layanan jasa konsultan dalam proses pembangunan suatu negara
xvi
memang sangat strategis dan semakin hari kehadirannya semakin dirasakan oleh
setiap pemerintahan didunia.
Konsultan dalam proses pembangunan adalah melekat ( inherent ),
menyatu, tidak terpisahkan. Jadi kapanpun dan apapun kegiatan pembangunan
keterlibatan konsultan adalah sangat penting. Konsultan berfungsi sebagai
fasilitator proses pembangunan dan sebaliknya, pembangunan memberikan
kesempatan kepada konsultan untuk memperlihatkan keahliannya sesuai dengan
bidangnya.
Untuk melaksanakan tugas tersebut dan agar terjalin hubungan atau
koordinasi yang baik antara pemberi tugas ( Departemen Pekerjaan Umum )
dengan penerima tugas (Konsultan pengawas ) maka dibuat perjanjian yang isinya
mengatur kepentingan – kepentingan kedua belah pihak.
Berbagai pengalaman selama ini memperlihatkan bahwa perkembangan
pesat yang terjadi dalam bidang jasa konstruksi hanya menyangkut masalah
peningkatan jumlah dan kompleksitas pembangunan konstruksi. Artinya, hanya
menyangkut aspek teknisnya saja, antara lain lemahnya posisi Konsultan dalam
menghadapi klien atau pemberi tugas. Sebagai contoh, bukan hal yang luar biasa
jika klien atau pemberi tugas, baik swasta maupun pemerintah, melakukan
wanprestasi yang merugikan Konsultan maupun kontraktor, tetapi jika itu
dilakukan oleh Konsultan maupun Kontraktor, akibatnya akan fatal.
Di Propinsi DIY tahun 2007-2008 terdapat proyek Perencanaan dan
Pengawasan jalan Propinsi DIY untuk paket Pengawasan Teknik Jalan Wates –
Toyan - Karangnongko. Proyek tersebut didasarkan pada kontrak kerja yang
dilakukan oleh Pemerintah RI melalui DPU dengan Perusahaan Jasa Konsultan
Pengawas Teknik Jalan PT Herda Carter Ind & Ass. yang dituangkan dalam Surat
Perjanjanjian kontrak kerja Nomor : No. KU.08.08/CTR/BLN/PW-PLJ/04 yang
di keluarkan oleh Pimpinan Proyek Perencanaan dan Pengawasan jalan dan
jembatan Propinsi DIY Departemen Pekerjaan Umum Pemerintah RI pada tanggal
17 Mei 2007.
xvii
Di dalam KUH Perdata Pasal 1338 dinyatakan bahwa tiap orang bebas
mengadakan perjanjian asal tidak bertentangan dengan undang – undang,
ketertiban umum dan kesusilaan. Hal ini sesuai dengan azas kebebasan berkontrak
yang terkandung dalam Pasal 1338 ayat 1 KUH Perdata yang berbunyi: “Semua
perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi mereka
yang membuatnya”. Dengan menekankan pada perkataan semua, maka Pasal
tersebut seolah-olah berisikan suatu pernyataan kepada masyarakat diperbolehkan
membuat perjanjian yang berupa dan berisi tentang apa saja dan diperbolehkan
pula membuat undang-undang sendiri, asalkan tidak bertentangan dengan undang-
undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Lebih tegasnya para pihak yang
membuat perjanjian dapat menciptakan suatu ketentuan sendiri untuk kepentingan
mereka sesuai dengan apa yang dikehendaki. Sedangkan, mengenai perjanjian
pekerjaan secara umum disebut dalam Pasal 1601 KUH Perdata, yang menyatakan
bahwa persetujuan untuk melakukan pekerjaan di kenal ada tiga hal ( Subekti,
1985 : 59 ) :
1. Perjanjian untuk melakukan jasa – jasa
2. Perjanjian Perburuhan
3. Perjanjian pemborongan pekerjaan
Sering kali dalam pelaksanaan pekerjaan dapat timbul perselisihan antara
para pihak dalam perjanjian. Diantaranya dapat timbul karena salah satu pihak
ingkar janji atau wanprestasi atau melakukan penyimpangan dari apa yang telah
diperjanjikan.
Selain itu komunikasi yang tidak intensif antara perencana, pelaksana,
pemanfaat dan pengelola jalan dapat mengakibatkan penyebab kegagalan
bangunan jalan, yang nantinya akan berakibat menghilangkan fungsi jalan yaitu
menyediakan fasilitas sebagai mobilitas kendaraan angkutan dan penumpang.
Sehingga bila terjadi hambatan pada kelancaran lalu lintas akibat rusaknya
sebagian atau seluruh bangunan jalan dapat didefinisikan bahwa telah terjadi
kegagalan bangunan jalan yang bersangkutan.
xviii
Oleh karena itu, agar tercipta keteraturan dan ketertiban dalam
penyelenggaraan pekerjaan tersebut, peran hukum diuji kemampuannya untuk
mengayomi kepentingan – kepentingan para pihak. Sebab jika dikembalikan pada
proporsinya betapa hukum itu merupakan suatu kebutuhan yang melekat pada
kehidupan sosial itu sendiri, yaitu sebagai sarana untuk melayani hubungan
diantara sesama anggota masyarakat sehingga terdapat kepastian hukum dalam
lalu lintas hubungan tersebut (Satjipto Rahardjo, 1980 : 11 ).
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti ingin meneliti
implementasi kontrak kerja antara Jasa konsultan Pengawas Jalan PT. Herda
Carter Ind & Ass. dengan Dinas Pekerjaan Umum Ditjen Bina Marga Kulonprogo
dalamn Paket Proyek Peningkatan Jalan Wates – Toyan - Karangnongko.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah implementasi kontrak kerja antara jasa konsultan pengawas jalan
PT. Herda Carter Ind & Ass. dengan Dinas Pekerjaan Umum Ditjen Bina
Marga Kulon Progo dalam Paket Proyek Peningkatan Jalan Wates – Toyan
– Karangnongko sudah sesuai dengan kontrak ?
2. Permasalahan apakah yang menghambat pelaksanaan kontrak kerja antara
jasa konsultan pengawas jalan PT. Herda Carter Ind & Ass. dengan Dinas
Pekerjaan Umum Ditjen Bina Marga Kulon Progo dalam Paket Proyek
Peningkatan Jalan Wates – Toyan – Karangnongko dan bagaimanakah
penyelesaiannya ?
xix
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada perumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin
dicapai pada penelitian ini adalah:
1. Tujuan Teoritis
Untuk mengetahui teori-teori hukum perjanjian, khususnya perjanjian
kontrak kerja konsultan dan penerapannya di lapangan.
2. Tujuan Praktis
a. Untuk mengetahui apakah implementasi kontrak kerja antara jasa
konsultan pengawas jalan PT. Herda Carter Ind & Ass. dengan Dinas
Pekerjaan Umum Ditjen Bina Marga Kulon Progo dalam Paket
Proyek Peningkatan Jalan Wates – Toyan – Karangnongko sudah
sesuai dengan kontrak apa belum
b. Untuk mengetahui permasalahan apakah yang menghambat
pelaksanaan kontrak kerja antara jasa konsultan pengawas jalan PT.
Herda Carter Ind & Ass. dengan Dinas Pekerjaan Umum Ditjen Bina
Marga Kulon Progo dalam Paket Proyek Peningkatan Jalan Wates –
Toyan – Karangnongko dan bagaimanakah penyelesaiannya
D. Manfaat Penelitian
Sejalan dengan tujuan penelitian di atas, diharapkan hasil penelitian ini
dapat memberikan sumbangan dan manfaat berupa :
1. Manfaat Teoritis
a. Untuk mengembangkan ilmu hukum khususnya dalam bidang Hukum
Perdata mengenai kontrak kerja.
b. Mampu memberikan pandangan pemikiran berupa konsep atau teori di
bidang hukum, khususnya mengenai kontrak kerja antara PT. Herda
Carter Ind & Ass. dengan Dinas Pekerjaan Umum Ditjen Bina Marga
Kulon Progo dalam Paket Proyek Peningkatan Jalan Wates – Toyan –
Karangnongko.
xx
2. Manfaat Praktis
a. Memberi jawaban atas permasalahan yang diteliti.
b. Untuk memberikan gambaran yang lebih nyata mengenai kontrak
kerja antara PT. Herda Carter Ind & Ass. dengan Dinas Pekerjaan
Umum Ditjen Bina Marga Kulon Progo dalam Paket Proyek
Peningkatan Jalan Wates – Toyan – Karangnongko dan sebagai
pengetahuan tambahan untuk dapat di baca dan dipelajari lebih lanjut
khususnya oleh mahasiswa Fakultas Hukum.
E. Metode Penelitian
Status penelitian agar menghasilkan data-data yang akurat dan tidak
meragukan mesti dilakukan secara sistematis, sehingga penentuan metode yang
akan dipakai merupakan langkah awal dalam penelitian. Adapun metode-metode
yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:
1. Metode Pendekatan
Metode pendekatan yang penulis gunakan adalah metode pendekatan
non doktrinal. Dalam hal ini hukum adalah manifestasi makna – makna
simbolik para perilaku sosial sebagai tampak dalam interaksi antar
mereka (Soetandyo, 1992 : 35).
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian hukum empiris ini ditinjau dari sifatnya adalah jenis
penelitian deskriptif, karena penelitian ini bermaksud memberikan data
yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala
lainnya (Soerjono Soekanto, 1986 : 10 ).
3. Sumber Data
Dalam hal ini sumber data, penulis peroleh dari :
a. Sumber data sekunder
xxi
Sumber data sekunder merupakan data yang diperoleh dari bahan
kepustakaan yang berupa :
1) Bahan hukum primer meliputi Kontrak Kerja Konsultan Dalam
Paket Proyek Pengawasan Teknik Pembangunan Jalan dan
Jembatan Field Team Wates-Toyan-Karangnongko, UU No. 18
Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi, KUH Perdata, Peraturan
Pemerintah No. 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan peran
Masyarakat Jasa Kontruksi, Peraturan Pemerintah No. 29
Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi dan
Peraturan pemerintah No. 30 Tahun 2000 Tentang
Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi.
2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang ada
hubungannya dengan bahan hukum primer dan dapat
membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer
dalam hal ini meliputi dokumen – dokumen, buku – buku
literatur yang relevan dengan penelitian ini.
3) Bahan hukum tertier merupakan bahan hukum yang dapat
menunjang bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder,
dalam hal ini meliputi kamus bahasa Indonesia, kamus bahasa
Inggris dan kamus hukum.
b. Sumber data primer
Sumber data primer adalah data yang berupa keterangan –
keterangan yang diperoleh secara langsung dari lapangan atau dari
PT. Herda Carter dan DPU Kulonprogo melalui wawancara dengan
pihak – pihak yang dipandang mengetahui obyek yang diteliti, untuk
memperoleh data atau dokumen – dokumen yang ada hubungannya
dengan penelitian ini.
4. Metode Pengumpulan data
xxii
Dalam penelitian ini penulis ingin menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut :
a. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan yaitu suatu pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara mempelajari data sekunder yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti.
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu metode pengumpulan data primer yang
dilakukan melalui wawancara atau tanya jawab secara langsung
dengan Bapak Ir. Panut Gianto selaku Site Engineer PT Herda
Carter Ind & Ass.
5. Teknik analisis data.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik analisis data
sosiologis kualitatif (HB. Sutopo, 2002 : 57), yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara mengkonsepkan hukum sebagai regulaties yang
terjadi dalam kehidupan sehari-hari atau dalam alam pengalaman karena
di sini hukum adalah tingkah laku atau aksi-aksi dan interaksi manusia
yang secara aktual dan potensial akan terpola. Selain itu, penelitian
kualitatif lebih menelaah fenomena-fenomena sosial dan budaya dalam
suasana yang berlangsung secara wajar atau alami, bukan dalam kondisi
yang terkendali atau laboratories sifatnya.
F. Sistematika Penulisan Hukum
Untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh dari penulisan
hukum yang disusun, maka penulis menyusun suatu sistematika penulisan
hukum sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
xxiii
Pada bab I ini diuraikan mengenai pendahuluan dari penelitian
ini yang terdiri dari latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode
penelitian.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Pada bab II ini, penulis membagi menjadi dua kategori, yaitu
kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori berisi:
pertama: Tinjauan Umum Tentang Implementasi yang meliputi
Pengertian Implementasi, faktor-faktor yang mempengaruhi
Implementasi, proses Implementasi; kedua : tinjauan umum
tentang Perjanjian yang meliputi asas-asas perjanjian, syarat
sah perjanjian, macam-macam perjanjian; ketiga : tinjauan
umum tentang Kontrak yang meliputi definisi kontrak,
perbedaan dan persamaan kontrak dengan perjanjian; keempat :
tinjauan umum tentang Kontrak Konstruksi yang meliputi
deskripsi tentang kontrak konstruksi; kelima : tinjauan umum
tentang prestasi, kontraprestasi, wanprestasi, dan overmacht;
keenam : tinjauan umum tentang Jasa Konsultan yang meliputi
definisi jasa konsultan; ketujuh : tinjauan umum tentang DPU
yang meliputi sejarah DPU. Kerangka pemikiran berisi :
kerangka atau landasan yang penulis gunakan dalam penulisan
hukum ini.
BAB III : PEMBAHASAN
Dalam Bab III ini penulis akan menguraikan tentang
bagaimana implementasi kontrak kerja antara jasa konsultan
pengawas jalan PT. Herda Carter Ind & Ass. dengan Dinas
Pekerjaan Umum Dirjen Bina Marga Kulon Progo dalam Paket
Proyek Peningkatan Jalan Wates – Toyan – Karangnongko
sudah sesuai dengan kontrak apa belum dan faktor apakah
yang menghambat pelaksanaan kontrak kerja tersebut
BAB IV : PENUTUP
xxiv
Dalam bab IV sebagai penutup, penulis akan menyajikan
simpulan berdasarkan analisis data sebagai jawaban
permasalahan yang telah dirumuskan serta saran-saran yang
dapat peneliti berikan atas permasalahan yang peneliti teliti.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xxv
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Tinjauan Umum Tentang Implementasi
a. Pengertian Implementasi
Van Meter dan Van Horn merumuskan “proses implementasi sebagai
tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu/pejabat atau kelompok
pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang
telah digariskan dalam keputusan kebijakan” (Solihin Abdul Wahab, 2004:
45).
Istilah implementasi itu sendiri berasal dari kata dalam bahasa Inggris
“Implementation” yang artinya pelaksanaan. Dalam kamus Webster yang
kemudian diterjemahkan oleh Solichin Abdul Wahab disebutkan bahwa
“mengimplementasikan berarti menyediakan sarana untuk melaksanakan
sesuatu serta menimbulkan dampak atau akibat tertentu” (Solihin Abdul
Wahab, 2004: 50).
Pengertian implementasi itu sendiri menurut Soenarko diartikan
sebagai “kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam
kebijaksanaan pemerintah tersebut (Sunarko, 2003: 56). Oleh karena itu dapat
pula disebut sebagai kegiatan administrasi. Sedang dalam administrasi
terdapat kegiatan penting yaitu kepemimpinan”.
Sementara itu menurut Van Meter & Van Horn, “implementasi adalah
tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu, pejabat-pejabat
atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada
tercapainya tujuan yang digariskan”. Proses pelaksanaan kebijaksanaan
(policy implementation) merupakan proses yang dapat panjang dan meluas
guna tercapainya tujuan kebijaksanaan itu, karena penerapannya (aplication)
xxvi
kebijaksanaan itu adalah terhadap rakyat, dan rakyat ini mempunyai sifat yang
berkembang dengan kesadaran nilai-nilai yang berkembang pula.
Proses implementasi strategi merupakan salah satu proses yang dapat
dikatakan menjadi penentu keberhasilan suatu kebijakan, hal ini disebabkan
karena implementasi strategi merupakan aspek yang penting dari keseluruhan
tahap kebijakan, seperti yang diungkapkan oleh Udoji yang menyatakan:
“bahwa pelaksanaan suatu kebijakan adalah sesuatu yang penting bahkan jauh
lebih penting daripada pembuatan kebijakan. Kebijakan akan sekedar berupa
impian atau rencana bagus yang tersimpan rapi dalam arsip kalau tidak
diimplementasikan”.
Menurut Udoji, pengukuran keberhasilan implementasi strategi
ditentukan oleh variabel isi kebijakan dan konteks kebijakan. Isi kebijakan
terdiri atas (Solihin Abdul Wahab, 2004: 61) :
a. Kepentingan yang dipengaruhi
Kebijakan yang menyangkut banyak kepentingan yang berbeda-beda
bahkan lebih sulit diimplementasikan dibanding yang menyangkut
sedikit kepentingan.
b. Tipe Manfaat
Kebijakan yang memberikan manfaat yang aktual dan langsung dapat
dirasakan sasaran akan lebih mudah diimplementasikan.
c. Derajat perubahan yang diharapkan
Kebijakan cenderung lebih mudah diimplementasikan jika dampak
yang diharapkan dapat memberikan hasil yang pemanfaatannya jelas
dibandingkan dengan yang bertujuan merubah sikap dan perilaku
penerima kebijakan.
d. Letak Pengambilan Keputusan
Kedudukan pembuat kebijakan akan mempengaruhi implementasi
kebijakannya.
e. Pelaksana Program
xxvii
Keputusan mengenai siapa yang ditugasi untuk mengimplementasikan
kebijakan dapat mempengaruhi pelaksanaannya dan juga hasil yang
diperoleh. Dalam hal ini tingkat kemampuan, keaktifan, keahlian dan
dedikasi yang tinggi akan berpengaruh pada proses pelaksanaan
kebijakan.
f. Sumber daya yang dilibatkan
Siapa dan berapa sumber dana yang digunakan dan dari mana asalnya
akan berpengaruh terhadap proses implementasi kebijakan.
b. Faktor-faktor Implementasi
Adapun Van Meter dan Van Horn menyatakan bahwa faktor-faktor
yang mempengaruhi implementasi strategi adalah (Solihin Abdul Wahab,
2004: 62) :
a. Sasaran dan standard kebijakan
Suatu kebijakan haruslah memiliki standard atau sasaran yang jelas.
Standard dan sasaran ini menjelaskan rincian tujuan kebijakan secara
menyeluruh. Melalui penentuan standard dan sasaran, maka akan
diketahui keberhasilan yang telah dicapai.
b. Sumber daya
Kebijakan menuntut ketersediaan sumber daya akan memperlancar
implementasi strategi. Sumber daya dapat berupa dana dan insentif
lainnya yang akan mendukung implementasi strategi secara efektif.
c. Komunikasi antar organisasi pelaksana
Implementasi strategi yang efektif akan selalu menuntut sasaran dan
standard yang jelas. Kejelasan ini ditunjang dengan pola komunikasi
inter organisasi yang jelas sehingga tujuan yang akan dicapai tersebut
dapat dipahami.
d. Karakteristik badan pelaksana
xxviii
Berkaitan dengan karakteristik badan pelaksana, norma dan pola
hubungan yang potensial maupun aktual sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan implementasi strategi.
e. Kondisi sosial, politik dan ekonomi
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pada
dasarnya implementasi merupakan tindakan-tindakan yang dilaksanakan
dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan.
Proses implementasi yang dilakukan setelah ditetapkan dan
dilegitimasinya kebijakan dimulai dari interpretasi terhadap kebijakan itu
sendiri. Menurut Samodra Wibawa (1994: 25) :
“Pada pengertiannya yang steril, pembuat kebijakan, di satu pihak merupakan proses yang memiliki logika bottom-up, dalam arti proses ini diawali dengan pemetaan kebutuhan atau pengakomodasian tuntuan lingkungan lalu diikuti dengan pencarian alternative cara pemenuhannya. Sebaliknya, implementasi kebijakan, dipihak lain, pada dirinya sendiri mengandung logika yang top-down”
Formulasi: bottom – up Implementasi top-down
Policy maker Policy maker Pelaku 1 Birokrasi/pelaksana Pelaku II Kelompok sasaran
Bagan. 2. Logika Formulasi dan Implementasi Kebijakan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
implementasi merupakan kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam kebijaksanaan pemerintah melalui proses yang panjang dan
xxix
meluas guna tercapainya tujuan kebijaksanaan itu, karena penerapannya
(aplication) kebijaksanaan itu adalah terhadap rakyat.
2. Tinjauan Umum Tentang Perjanjian
a. Pengertian Perjanjian
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada
orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang
tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu
perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian
itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau
kesanggupan yang diucapkan atau ditulis (Subekti, 2002 : 1).
Hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian
itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, disamping
sumber-sumber lainnya. Suatu perjanjian juga dinamakan persetujuan,
karena dua pihak itu setuju untuk melakukan sesuatu. Dapat dikatakan
bahwa dua perkataan (perjanjian dan persetujuan) itu adalah sama artinya.
Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan.
Memang, perikatan itu paling banyak diterbitkan oleh suatu perjanjian,
tetapi sebagaimana sudah dikatakan tadi, ada juga sumber-sumber lain yang
melahirkan perikatan. Sumber-sumber lain ini tercakup dengan nama
undang-undang, jadi ada perikatan yang lahir dari perjanjian dan ada
perikatan yang lahir dari undang-undang.
Sumber yang-sumber yang tercakup dalam satu nama, yaitu undang-
undang, diperinci lagi, dibedakan antara undang-undang saja, sedangkan
yang terakhir ini diperinci pula, yaitu dibedakan antara perbuatan yang halal
dan perbuatan melanggar hukum (Subekti, 2002 : 2).
xxx
Undang-undang meletakkan kewajiban kepada orang tua dan anak
untuk saling memberi nafkah. Ini adalah suatu perikatan yang lahir dari
undang-undang semata-mata atau dari undang-undang saja. Antara pemilik-
pemilik pekarangan yang bertentangan, berlaku beberapa hak dan kewajiban
yang berdasarkan atas ketentuan-ketentuan undang-undang (Pasal 625 Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata).
b. Asas-asas perjanjian
Asas-asas hukum perjanjian, antara lain :
1) Asas konsensualisme
Pada dasarnya perjanjian dari perikatan yang timbul karenanya itu
sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kesepakatan. Asas
konsensualisme ini lazimnya disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1)
KUH Perdata yang menyatakan bahwa untuk sahnya suatu perjanjian
diperlukan empat syarat.
Pada syarat yang pertama adalah kesepakatan mereka yang
mengikatkan dirinya. Dalam pasal tersebut tidak disebutkan suatu
formalitas tertentu di samping kesepakatan yang telah tercapai itu, yang
pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa setiap perjanjian sudah sah
apabila tercapai kesepakatan mengenai hal-hal yang pokok dari
perjanjian itu.
2) Asas kekuatan mengikat dari perjanjian
Para pihak harus memenuhi apa yang telah dijanjikan,
sebagaimana disebutkan dalam Pasal 1338 KUH Perdata, bahwa
perjanjian berlaku sebagai undang-undang bagi para pihak. Undang-
Undang memang menentukan demikian, akan tetapi dalam suatu
perjanjian yang paling penting adalah isinya, keterikatan para pihak pada
suatu perjanjian, padahal isinya ditentukan atau dalam hal-hal tertentu
dianggap ditentukan oleh para pihak sendiri. Hal ini dilakukan karena
xxxi
isinya ditentukan sendiri oleh para pihak, maka dapat dikatakan bahwa
orang terikat dengan pihak lain dalam perjanjian. Jadi, orang terikat
bukan karena memang menghendaki tetapi karena memberikan janjinya.
3) Asas kebebasan berkontrak
Suatu asas hukum penting yang berkaitan dengan berlakunya
kontrak adalah asas kebebasan berkontrak. Artinya, pihak-pihak bebas
untuk membuat kontrak apa saja, baik yang sudah ada pengaturannya
maupun yang belum ada pengaturannya dan bebas menentukan sendiri isi
kontrak (Bintang dan Dahlan, 2000 : 176). Namun kebebasan tersebut
tidak mutlak karena terdapat pembatasannya, yaitu tidak boleh
bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan.
“Bahwa semua orang bebas membuat atau tidak membuat perjanjian,
bebas menentukan isi, berlakunya dan syarat-sarat perjanjian,
dengan berbentuk tertentu atau tidak dan bebas memilih undang-
undang mana yang akan dipakai untuk perjanjian”.
Apabila dihubungkan dengan antara Pasal 1320 dan Pasal 1338
KUH Perdata, maka dapat disimpulkan suatu asas hukum perjanjian yang
tidak kalah pentingnya, yaitu asas kebebasan berkontrak. Berdasarkan
Pasal 1320 jo. Pasal 1338 KUH Perdata orang bebas menutup kontrak,
mengatur sendiri isi perjanjian yang akan mengikat pembuatnya. Dengan
bersama-sama menaruh tanda tangan di bawah pernyataan-pernyataan
tertulis, merupakan suatu bukti bahwa kedua belah pihak telah
menyetujui segala apa yang tertera di atas tulisan tersebut.
Asas kebebasan berkontrak ini mempunyai arti bahwa setiap
orang boleh melakukan perjanjian apapun juga, baik yang diatur oleh
xxxii
undang-undang maupun yang belum diatur. Asas ini merupakan
perwujudan dari kehendak bebas yang sesuai dengan hak asasi manusia.
Kehendak bebas tidak mempunyai arti yang sebebas-bebasnya.
Melainkan mempunyai batas-batas tertentu antara lain seperti yang
termuat dalam Pasal 1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata :
1) Tidak dilarang oleh undang-undang;
2) Tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada di dalam
masyarakat;
3) Tidak bertentangan dengan kepentingan umum.
Jadi, semua perjanjian atau seluruh isi perjanjian, asalkan
pembuatannya memenuhi syarat, berlaku bagi para pembuatnya, sama
seperti perundang-undangan. Pihak-pihak bebas untuk membuat
perjanjian apa saja dan menuangkan apa saja di dalam isi sebuah kontrak.
Ketentuan hukum yang ada di dalam KUH Perdata hanya bersifat
pelengkap saja, yang baru akan berlaku bagi pihak-pihak apabila pihak-
pihak tidak mengaturnya sendiri di dalam isi kontrak, kecuali ketentuan-
ketentuan yang bersifat memaksa yang memang wajib dipatuhi. Oleh
karena itu, disebutkan bahwa hukum perjanjian dalam KUH Perdata
bersifat terbuka. Artinya, memberikan kebebasan kepada para pihak
untuk memakai atau tidak memakainya. Apabila para pihak tidak
mengaturnya sendiri di dalam kontrak, berarti dianggap telah memilih
aturan dalam KUH Perdata tersebut.
4) Asas itikad baik
Asas itikad baik ini biasa dilakukan pada waktu membuat
perjanjian maupun pada waktu membuat perjanjian berarti “kejujuran”
orang yang beritikad baik menaruh kepercayaan sepenuhnya pada pihak
lawan yang dianggap jujur dan tidak menyembunyikan sesuatu yang
buruk yang kemudian hari dapat menimbulkan kesulitan-kesulitan. Itikad
baik pada waktu perjanjian berarti “kepatutan” yaitu suatu penilaian baik
xxxiii
terhadap tindak tanduk satu pihak dalam melaksanakan apa yang telah
diperjanjikan, sebagaimana bunyi Pasal 1338 (3) KUH Perdata, yaitu :
“persetujuan-persetujuan harus dilaksanakan dengan itikad baik”.
Asas itikad baik pada waktu pelaksanaan perjanjian dimaksudkan
agar pelaksanaan perjanjian tersebut berjalan dengan mengindahkan
norma-norma kepatutan serta asas-asas itikad baik ini bertujuan
mencegah kelakuan yang tidak patut atau sewenang-sewenang dalam
pelaksanaan perjanjian tersebut.
c. Syarat Sah Perjanjian
Menurut Pasal 1320 KUH Perdata, untuk sahnya perjanjian
diperlukan 4 (empat) syarat, yaitu :
1) Sepakat mereka untuk mengikatkan diri
2) Cakap untuk membuat suatu perjanjian
3) Mengenai suatu hal tertentu
4) Suatu sebab yang halal
Syarat 1 dan 2 yaitu syarat sepakat, mereka yang mengikatkan
dirinya dan cakap untuk membuat suatu perjanjian dinamakan syarat
subyektif karena mengenai subyeknya, yaitu orang-orang yang
mengadakan perjanjian. Sedangkan untuk syarat 3 dan 4, yaitu mengenai
suatu sebab yang halal dan mengenai suatu hal tertentu, merupakan suatu
perjanjian yang dinamakan syarat obyektif karena mengenai obyek dari
perjanjian itu sendiri (Subekti, 1990 : 57)
Adapun yang dimaksud dalam Pasal 1320 KUH Perdata adalah :
1) Sepakat mengikatkan diri.
Sepakat di sini merupakan kedua subyek yang mengadakan
perjanjian harus sepakat, setuju dan seia sekata mengenai hal-hal yang
pokok dari perjanjian yang diadakan itu apa yang dikehendaki pihak
yang satu, juga dikehendaki oleh pihak yang lain (Subekti, 1990)
xxxiv
Kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara saru
orang atau lebih dengan pihak lainnya. Yang sesuai itu adalah
pernyataanya, karena kehendak itu tidak dapat dilihat atau diketahui
orang lain. Tujuan pembuatan perjanjian secara tertulis adalah agar
memeberikan kepasatian hukum bagi para pihak dan sebagai alat bukti
yang sempurna, dikala timbul sengketa dikemudian hari.
2) Cakap untuk membuat suatu perjanjian.
Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk
melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang
akan menimbulkan akibat hukum. Orang-orang yang akan
mengadakan perjanjian haruslah orang-orang yang cakap dan
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum,
sebagaimana yang ditentukan oleh Undang-Undang. Orang yang cakap
mempunyai wewenang untuk melakukan perbuatan hukum adalah
orang yang sudah dewasa.
Pada asasnya setiap orang yang sudah dewasa dan sehat
pikirannya, adalah cakap menurut hukum. Dalam Pasal 1330 KUH
Perdata disebut sebagai orang orang yang tidak cakap untuk membuat
suatu perjanjian, yaitu:
a) Orang yang belum dewasa
b) Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan
"Subyek berupa seorang manusia harus memenuhi syarat umum, untuk dapat melaksanakan suatu perjanjian yaitu harus sudah dewasa, sehat pikirannya dan tidak oleh peraturan hukum dilarang atau diperbatasi dalam melakukan perbuatan hukum yang sah" (Prodjodikoro, 1981 : 177) Subyek badan usaha dalam melaksanakan perjanjian dilakukan
oleh pengurus badan usaha itu sendiri karena para pengurus badan
usaha adalah sekedar tentang itu tidak telah diatur secara lain dalam
surat pendiriannya, persetujuan-persetujuannya dan reglemen-
reglemennya, berkuasa untuk bertindak atas nama perkumpulan,
xxxv
mengikat perkumpulan kepada orang-orang pihak ketiga dan
sebaliknya.
Dalam Pasal 1330 ayat (1) KUH Perdata:
"Belum dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur dua
puluh satu tahun clan tidak lebih dahulu telah kawin".
Dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, Pasal 50
menyebutkan bahwa :
"Usia kedewasaan adalah 18 tahun dan belum berumur 18 tahun
tetapi pernah melangsungkan pernikahan".
Berdasarkan pasal tersebut di atas bahwa orang yang belum
dewasa adalah mereka yang belum mencapai umur 18 tahun dan belum
menikah. Untuk mereka yang di bawah pengampuan diatur dalam
Pasal 433 KUH Perdata yaitu :
"Setiap orang dewasa, yang selalu berada dalam keadaan dungu, sakit otak atau mata gelap harus ditaruh di bawah pengampuan, pun jika ia kadang-kadang cakap mempergunakan pikirannya. Seorang dewasa boleh juga ditaruh di bawah pengampuan karena keborosannya".
Hal ini dimaksudkan karena yang bersangkutan tidak mampu
menyadari untuk mengadakan perjanjian, maka seorang dewasa yang
telah ditaruh di bawah pengampuan harus diwakili oleh pengampu atau
kuratornya (Prodjodikoro, 1990 : 256)
3) Suatu Hal Tertentu
Yang dimaksud suatu hal tertentu adalah merupakan pokok
perjanjian, merupakan prestasi yang harus dipenuhi dalam suatu
perjanjian dan merupakan obyek perjanjian. Prestasi adalah apa yang
menjadi kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak kreditur Oleh
karena itu, yang diperjanjikan dalam suatu perjanjian, haruslah suatu
hal atau suatu barang yang cukup jelas atau tertentu. Pengertian
tertentu di sini mengandung suatu pengertian paling sedikit ditentukan
jenis dari benda itu, sedangkan jumlahnya tidak perlu disebutkan asal
xxxvi
saja kemudian dapat dihitung atau ditetapkan. Hal tersebut diatur
dalam Pasal 1333 KUH Perdata, yaitu bahwa dalam suatu perjanjian
harus mempunyai sebagai pokok suatu barang yang paling sedikit
ditentukan jenisnya. Selanjutnya ayat (2) Pasal 1333 KUH Perdata
tersebut menetapkan bahwa diperbolehkan mengadakan perjanjian
jumlah barang belum ditentukan, asal saja jumlah itu kemudian
dapat ditentukan atau dihitung. Syarat bahwa prestasi itu harus
tertentu gunanya ialah untuk menetapkan hak dan kewajiban kedua
belah pihak jika timbul perselisihan dalam pelaksanaan perjanjian.
4) Suatu sebab yang halal
Sebab atau causa yang halal dari suatu perjanjian adalah isi
dari perjanjian itu sendiri. Tentang pengertian sebab yang halal
dapat diketahui dalam Pasal 1337 KUH Perdata yaitu sebab yang
tidak halal adalah apabila dilarang oleh undang-undang, atau
berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum. Menurut Pasal
1335 KUH Perdata, perjanjian tanpa sebab yang halal atau telah
dibuat karena sesuatu sebab yang palsu tidak mempunyai kekuatan
hukum atau batal demi hukum.
Sehubungan dengan syarat kesepakatan mereka yang mengikat
diri dalam KUH Perdata dicantumkan beberapa hal yang merupakan
faktor yang dapat menimbulkan cacat pada kesepakatan tersebut.
Dilihat dari syarat-syarat sahnya perjanjian ini, maka Asser (dalam
Nugroho Hariadi, P, 2008 : 25) membedakan bagian perjanjian, yaitu
bagian inti (wezenlijk oordeel) dan bagian yang bukan inti (non
wezenlijk oordeel). Bagian inti disebutkan esensialia, bagian non inti
terdiri dari naturalia dan aksidentialia.
Esensialia : bagian ini merupakan sifat yang harus ada di dalam
kontrak, sifat yang menentukan atau menyebabkan
kontrak itu tercipta (constructieve oordeel). Seperti,
persetujuan antara para pihak dan objek perjanjian.
xxxvii
Naturalia : bagian ini merupakan sifat bawaan (natuur) perjanjian
sehingga secara diam-diam melekat pada kontrak, seperti
menjamin tidak ada cacat dalam benda yang dijual
(vrijwaring).
Aksidentialia: bagian ini merupakan sifat yang melekat pada
perjanjian dalam hal secara tegas diperjanjikan oleh para
pihak, seperti ketentuan-ketentuan mengenai domisili
para pihak.
d. Macam - macam Perjanjian
Perjanjian menurut macamnya dibedakan menjadi :
1) Perjanjian timbal balik dan perjanjian sepihak.
Menurut Abdul Kadir Muhammad, perjanjian timbal balik
merupakan perjanjian yang menimbulkan hak dan kewajiban pada kedua
belah pihak, dimana hak dan kewajiban itu mempunyai hubungan satu
dengan yang lainnya. Misalnya perjanjian sewa menyewa, perjanjian jual
beli, perjanjian pemborongan(Abdul Kadir Muhammad, 1992 : 17).
Perjanjian sepihak merupakan perjanjian yang menimbulkan
kewajiban pada satu pihak saja, sedangkan pihak yang lain hanya ada hak
dan kewajiban dari pihak lainnya. Misalnya hibah atau hadiah, pihak
yang satu berkewajiban menyerahkan benda yang menjadi obyek
perjanjian dan pihak lainnya berhak menerima benda yang diberikan
tersebut.
Sedangkan Menurut J. Satrio, perjanjian sepihak adalah perjanjian
dimana hanya terdapat kewajiban pada salah satu pihak saja. Contohnya
adalah Hibah.Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang memberikan
hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak. Contohnya adalah
perjanjian jual beli(J. Satrio, 1992 : 68).
2) Perjanjian bernama dan perjanjian tidak bernama.
xxxviii
Menurut Abdul Kadir Muhammad, Perjanjian bernama adalah
perjanjian yang mempunyai nama sendiri atau diberi nama oleh undang-
undang yang dikelompokkan sebagai perjanjian khusus sebab jumlahnya
terbatas. Perjanjian bernama diatur dalam Buku III Bab V sampai dengan
Bab XIII ditambah titel VIlA Kitab Undang Undang Hukum Perdata.
Perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang dikenal dalam
kehidupan sehari-hari yang tidak mempunyai nama tertentu dan tidak
diatur dalam undang-undang. Lahirnya perjanjian didasarkan pada asas
kebebasan berkontrak yang berlaku dalam hukum perjanjian.
Sedangkan menurut J. Satrio, perjanjian bernama adalah yang
diberikan suatu nama khusus nama-nama tersebut adalah nama-nama
yang diberikan oleh undang-undang seperti jual beli, sewa menyewa.
Perjanjian pemborongan, perjanjian asuransi dan lain-lainnya, di samping
undang-undang juga memberikan pengaturan khusus atas perjanjian-
perjanjian bernama tersebut (Satrio, 1992 : 89).
Perjanjian tidak bernama adalah perjanjian yang dalam undang-
undang tak dikenal dengan suatu nama tertentu. Pengertian diatas dalam
kehidupan praktek sehari-hari mempunyai sebutan atau nama tertentu
tetapi tidak diatur didalam undang-undang. Setidaknya di Indonesia
belum memberikan pengaturan secara khusus, seperti perjanjian sewa
beli fidusia.
3) Perjanjian konsensuil, perjanjian ril dan perjanjian formil.
Menurut Abdul Kadir Muhammad, Perjanjian konsensuil
merupakan perjanjian yang timbul karena adanya kata sepakat para
pihak. Perjanjian menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata pada
umumnya bersifat konsensuil, kecuali beberapa perjanjian tertentu yang
bersifat formal dan perjanjian rill merupakan perjanjian yang hanya
berlaku apabila barang yang menjadi pokok perjanjian telah diserahkan,
sehingga tidak hanya kesepakatan saja, tetapi harus ada penyerahan
barang secara nyata, misalnya perjanjian jual-beli barang bergerak,
xxxix
perjanjian penitipan, perjanjian pinjam pakai (Pasal 1694, 1740, 1754
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata) (Abdul Kadir Muhammad, 1992
: 90)
Perjanjian formil merupakan perjanjian yang menurut undang-
undang harus dilakukan dengan suatu bentuk tertentu atau formalis
tertentu. Perjanjian yang sah selain adanya kesepakatan para pihak, harus
dituangkan dalam bentuk akta otentik atau dalam bentuk tertulis,
misalnya perjanjian kawin, perjanjian pemberian kuasa memasang
hipotik.
Sedangkan menurut J. Satrio, perjanjian konsensual adalah
perjanjian dimana adanya kata sepakat antara para pihak saja, sudah
cukup untuk timbulnya suatu perjanjian. Contohnya: perjanjian menurut
BW pada umumnya bersifat konsensuil, kecuali beberapa perjanjian
tertentu (yang rill dan formal) (J. Satrio, 1992 : 101).
Perjanjian rill adalah perjanjian yang baru terjadi kalau barang
yang menjadi pokok perjanjian telah diserahkan. Contohnya : Utang
piutang, pinjam pakai, penitipan barang.
Perjanjian formal adalah suatu perjanjian tertentu, yang harus
dilakukan dengan suatu bentuk tertentu dengan cara tertulis. Contohnya:
Perjanjian kawin, perjanjian pemberian kuasa.
4) Perjanjian atas beban dan perjanjian cuma-cuma
Menurut J. Satrio, perjanjian atas beban adalah persetujuan
dimana terhadap prestasi yang satu selalu ada kontra prestasi pihak lain,
dimana kontra prestasinya bukan semata-mata merupakan pembatasan
atas prestasi yang satu atau sekedar menerima kembali prestasinya
sendiri. Contoh: dalam pinjam pakai dimana kontra prestasinya adalah
sekedar mengembalikan apa yang dipinjam dan yang tak lain adalah
prestasinya pihak lain itu sendiri (J. Satrio, 1992 : 79).
Suatu perjanjian dengan cuma-cuma adalah suatu perjanjian
dengan mana pihak yang satu memberikan suatu keuntungan kepada
xl
pihak lain, tanpa menerima suatu manfaat bagi dirinya sendiri.
Contohnya adalah : hibah, pinjam pakai cuma-cuma, pinjam mengganti
cuma-cuma, penitipan barang Cuma-cuma.
Sedangkan menurut Abdul Kadir Muhammad, perjanjian cuma-
cuma terdapat dalam Pasal 1314 ayat 2 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata berbunyi : "Suatu perjanjian dibuat dengan cuma-cuma atau atas
beban" yaitu suatu perjanjian di mana pihak yang satu memberikan suatu
keuntungan kepada pihak yang lain misalnya perjanjian hibah (Abdul
Kadir Muhammad, 1992 : 68).
Perjanjian dengan atas hak yang membebani adalah perjanjian
dari pihak yang satu selalu ada yang mana antara kedua prestasi. Kontra
prestasi itu dapat berupa kewajiban dipihak yang lain, tetapi dapat juga
berupa imbalan. Misalnya, seseorang memberikan sejumlah uang kepada
pihak lain tersebut memberikan sesuatu. Perjanjian ini diatur dalam Pasal
1314 ayat 3 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Dalam hal ini Abdul
Kadir Muhammad masih ada menambahkan tentang perjanjian menurut
macamnya (Abdul Kadir Muhammad, 1992 : 35), yaitu:
Perjanjian kebendaan dan perjanjian obligatoir, perjanjian
kebendaan merupakan perjanjian untuk memindahkan hak milik untuk
dialihkan kepada pihak lain. Perjanjian kebendaan merupakan
pelaksanaan dari perjanjian obligatoir.
Perjanjian obligatoir adalah perjanjian yang menimbulkan
perikatan, artinya sejak perjanjian itu lahir, timbul hak dan kewajiban
antara para pihak, dimana pihak yang satu berhak mendapatkan benda
sedangkan pihak yang lain berhak mendapatkan pembayaran (Subekti,
1987 : 14).
5) Perjanjian campuran
Perjanjian campuran adalah perjanjian yang diatur secara khusus
di dalam undang-undang tetapi dalam praktek mempunyai nama sendiri
yang unsur-unsurnya mirip atau sama dengan unsur-unsur perjanjian
xli
bernama, tetapi terjalin menjadi satu sedemikian rupa, sehingga
perjanjian yang demikian itu tak dapat dipisah-pisahkan sebagai
perjanjian yang berdiri sendiri-sendiri. Contohnya: perjanjian inde kost
antara anak kost dengan pemiliknya di dalam perjanjian tersebut terdapat
unsur-unsur yang mirip atau sama dengan perjanjian sewa menyewa
(menyediakan kamar untuk tinggal). Perjanjian jual titip barang antara
perusahaan ritel dengan suplier di dalam perjanjian tersebut terdapat
kesamaan unsur dengan perjanjian jual beli dan penitipan barang.
6) Perjanjian Jual Beli
Untuk mengetahui pengertian perjanjian jual beli dapat dilihat
pada Pasal 1457 KUH Perdata yang menentukan “jual beli adalah suatu
persetujuan yang mengikat pihak penjual berjanji menyerahkan suatu
barang/benda (zaak) dan pihak lain yang bertindak sebagai pembeli
mengikatkan diri berjanji untuk membayar harga”.
Wirdjono Prodjodikoro mengatakan jual beli adalah suatu
persetujuan dimana suatu pihak mengikatkan diri untuk berwajib
menyerahkan suatu barang, dan pihak lain berwajib membayar harga,
yang dimufakati mereka berdua (Projodikoro, 1991 : 107)
7) Perjanjian Titip Barang
Sedangkan penitipan barang diatur dalam Pasal 1694 KUH
Perdata. Penitipan adalah terjadi, apabila seseorang menerima sesuatu
barang dari seseorang lain, dengan syarat bahwa dia akan menyimpannya
dan mengembalikannya dalam ujud asalnya.
Pasal 1706 KUH Perdata mewajibkan si penerima titipan,
mengenai perawatan barang yang dipercayakan kepadanya,
memeliharanya dengan minat yang sama seperti ia memelihara barang
miliknya sendiri.
Ketentuan tersebut menurut Pasal 1707 KUH Perdata harus
dilakukan lebih keras dalam beberapa hal, yaitu:
xlii
a. jika si penerima titipan telah menawarkan dirinya untuk
menyimpan barangnya;
b. jika ia telah meminta diperjanjikannya suatu upah untuk
menyimpan itu;
c. jika penitipan telah terjadi sedikit banyak untuk kepentingan si
penerima titipan;
d. jika telah diperjanjikan bahwa si penerima titipan akan
menanggung segala macam kelalaian.
Tidak sekali-kali si penerima titipan bertanggung jawab tentang
peristiwa-peristiwa yang tak dapat disingkiri, kecuali apabila lalai dalam
pengembalian barang yang telah dititipkan. Bahkan dalam hal yang
terakhir ini ia tidak bertanggung jawab jika barangnya juga akan musnah
seandainya telah berada ditangan orang yang menitipkan (Pasal 1708
KUH Perdata).
Hanya saja dalam perjanjian perjanjian campuran jual titip ini
perusahaan ritel hanya sebagai perantara yang memiliki kewajiban untuk
menjual barang yang dihasilkan oleh suplier, kemudian atas jasa
penitipan barang yang dilakukan oleh perusahaan ritel berhak untuk
mendapatkan komisi (Subekti, 1987 : 18).
3. Tinjauan Umum Tentang Kontrak
a. Pengertian Kontrak
Banyak sekali definisi atau pengertian tentang kontrak yang telah
diberikan oleh para pakar, bergantung kepada bagian – bagian mana dari
kontrak tersebut yang dianggap sangat penting dan bagian tersebutlah yang
ditonjolkan dalam definisi tersebut.
Definisi kontrak yang diberikan oleh salah satu kamus bahwa kontrak
adalah suatu kesepakatan yang diperjanjikan ( promissory agreement )
diantara dua atau lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi atau
menghilangkan hubungan hukum ( Black, Henry Campbell, 1968 : 394 ).
xliii
Menurut Peter Mahmud Marzuki, kontrak lebih sempit pengertiannya
dari pada perjanjian. Kontrak merujuk kepada suatu pemikiran akan adanya
keuntungan komersial yang diperoleh kedua belah fihak. Sedangkan
perjanjian dapat saja berarti social agreement yang belum tentu
menguntungkan kedua belah fihak secara komersial (Peter Mahmud, 2002 :
1).
Kontrak menurut Hobbes adalah metode dimana hak – hak
fundamental dari manusia dapat dialihkan. Sebagaimana halnya dengan
hukum alam yang menekankan tentang perlu adanya kebebasan bagi manusia,
maka hal itu berlaku juga berkaitan dengan kontrak – kontrak ( Aronstam,
1979 : 1 ).
Selanjutnya ada juga yang memberikan pengertian kepada kontrak
sebagai suatu perjanjian atau serangkaian perjanjian dimana hukum
memberikan ganti rugi terhadap wanprestasi terhadap kontrak tersebut, atau
terhadap pelaksanaan kontrak tersebut oleh hukum dianggap sebagai suatu
tugas ( Gifis, Steven H., 1984 : 94 ).
Dewasa ini dengan memakai istilah hukum kontrak ada konotasi
bahwa hukum kontrak dimaksudkan sebagai hukum yang mengatur tentang
perjanjian – perjanjian tertulis semata – mata. Hukum kontrak dimaksudkan
sebagai hukum yang mengatur tentang perjanjian – perjanjian dalam dunia
bisnis semata – mata. Hukum kontrak semata – mata dimaksudkan sebagai
hukum yang mengatur tentang perjanjian – perjanjian yang prestasinya
dilakukan oleh kedua belah pihak, jadi akan janggal jika digunakan istilah
kontrak untuk “Kontrak Hibah”, “Kontrak Warisan” dan sebagainya.
Pada dasarnya, fungsi kontrak adalah untuk mengamankan transaksi.
Tanpa kontrak tidak mungkin hubungan bisnis dapat dilakukan. Kontrak dapat
dilakukan secara lisan maupun tertulis. Bahkan dalam Convention on
xliv
International Sale of Goods tahun 1980 kontrak secara lisan diakui. Akan
tetapi mengingat bahwa fungsi kontrak adalah untuk mengamankan transaksi
bisnis, jika kontrak secara lisan oleh para fihak dapat dipandang aman karena
integritas masing – masing pihak memang dapat dijamin, mereka tidak perlu
membuat kontrak tertulis (Peter Mahmud Marzuki, 2002 : 21 ). Jadi kontrak
menurut peneliti adalah perjanjian tertulis yang dibuat para pihak yang
berfungsi untuk mengamankan bisnis.
b. Perbedaan Kontrak dan Perjanjian
Perikatan merupakan istilah yang paling luas cakupannya. Istilah
tersebut merupakan kesepadanan dari istilah dalam Bahasa Belanda
Verbintenis. Istilah Perikatan ini mencakup semua ketentuan dalam buku
ketiga dari KUH Perdata. Karena itu, istilah hukum perikatan terdiri dari
dua golongan besar yaitu Hukum perikatan yang berasal dari undang –
undang dan hukum perikatan yang berasal dari perjanjian.
Istilah “perjanjian” merupakan kesepadanan dari istilah Overeenkomst
dalam Bahasa Belanda, atau Agreement dalam Bahasa Inggris. Karena itu
istilah perjanjian mempunyai cakupan yang lebih sempit dari istilah
perikatan. Jika istilah perikatan dimaksudkan untuk mencakup semua
bentuk perikatan dalam buku ketiga KUH Perdata, jadi ikatan hukum yang
berasal dari perjanjian dan ikatan hukum yang terbit dari undang – undang,
maka dengan istilah hukum perjanjian hanya dimaksudkan sebagai
pengaturan tentang ikatan hukum yang terbit dari perjanjian saja.
Istilah kontrak dalam istilah hukum kontrak merupakan kesepadanan
dari istilah Contract dalam Bahasa Inggris. Istilah kontrak dalam Bahasa
Indonesia sebenarnya sudah lama ada dan bukan istilah asing. Misalnya
dalam hukum kita sudah lama dikenal istilah “Kebebasan Berkontrak”
bukan bukan berperjanjian ataupun berperikatan.
xlv
Lain halnya dengan pendapat Budiono Kusumo Hamidjojo, kontrak
itulah yang didalam bahasa Indonesia sering disebut juga “Perjanjian”.
Meskipun demikian apa yang dalam Bahasa Indonesia disebut perjanjian,
dalam Bahasa Inggris tidak selalu sepadan dengan contract. Kepustakaan
hukum dalam Bahasa Inggris menunjukkan bahwa istilah contract
digunakan dalam kerangka hukum nasional atau internasional yang bersifat
perdata. Dalam kerangka hukum internasional publik, yang kita sebut
dengan perjanjian, dalam bahasa Inggris sering kali disebut treaty atau
kadang – kadang juga covenant ( Kusumo Hamidjojo, 2001 : 7 ).
Pengaturan tentang perjanjian dapat ditemui dalam buku III bab II
Pasal 1313 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, yang
menyatakan ( KUHPerdata , 1985 : 338 ) :
“Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”.
Rumusan tersebut jika diperhatikan adalah kurang sempurna dalam
arti tidak lengkap dan sangat luas. Tidak lengkap karena perjanjian tersebut
hanya menyebut sepihak saja. Sangat luas karena dipergunakan perkataan ‘
suatu perbuatan’ ( handeling ) , perbuatan hukum ( rechts handeling ).
Dengan demikian konsekuensinya adalah setiap perbuatan apapun baik
perbuatan hukum ( rechtmatigedaad ) maupun perbuatan melawan
hukum ( onrechtmatigedaad ) atau bahkan perbuatan yang tidak ada
kaitannya sama sekali dengan hukum dapat dikatakan sebagai perjanjian.
Selain itu mencakup juga perwakilan sukarela sebagaimana diatur dalam
Pasal 1365 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata. Sehubungan dengan
hal ini R. Setiawan mengemukakan bahwa perlu adanya perbaikan
mengenai definisi tersebut, yaitu ( R. Setiawan, 1994 : 25 ) :
1. Kata perbuatan harus diartikan sebagai perbuatan hukum, yaitu
perbuatan yang bertujuan untuk menimbulkan akibat hukum.
xlvi
2. Menambahkan perkataan “......atau saling mengikatkan dirinya” dalam
Pasal 1313 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata.
Dengan demikian menurut R. Setiawan perumusannya menjadi
sebagai berikut: “Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum dimana dua
orang atau lebih mengikatkan dirinya atau saling menjadi mengikatkan
dirinya terhadap satu orang atau lebih” ( R. Setiawan, 1994 : 30 ).
Selanjutnya, menurut Abdulkadir Muhammad, Pasal 1313 Kitab
Undang – Undang Perdata tersebut sebagai berikut ( Abdulkadir
Muhammad, 1992 : 78 ) :
a. Hanya menyangkut satu pihak saja
Pada pernyataan satu orang atau lebih mengikatkan diri
terhadap satu orang atau lebih. Kata mengikatkan sifatnya hanya
datang dari satu pihak saja. Sebaiknya perumusan di atas
menggunakan kata saling mengikatkan, sehingga terlihat adanya
suatu hubungan timbal balik yang didasarkan adanya konsensus
antara kedua belah pihak.
b. Kata perbuatan mencakup juga tanpa konsensus
Kata perbuatan mencakup banyak hal, termasuk juga
tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa dan tindaka melawan
hukum, dimana tindakan tersebut tidak mengandung suatu
konsensus. Sebaiknya digunakan kata persetujuan saja.
c. Pengertian perjanjian terlalu luas
Pengertian perjanjian dalam pasal tersebut diatas terlalu luas
karena mencakup juga pelangsungan perkawinan, janji kawin yang
diatur dalam lapangan hukum keluarga. Padahal yang dimaksud
adalah hubungan antara debitur dan kreditur dalam lapangan
kekayan saja. Perjanjian yang dikehendaki buku ketiga Kitab
Undang – Undang Hukum Perdata sebenarnya hanyalah perjanjian
yang bersifat kebendaan, bukan perjanjian yang bersifat personal.
xlvii
d. Tanpa menyebut tujuan
Dalam pasal tersebut tidak disebutkan tujuan mengadakan
perjanjian sehingga pihak – pihak mengikatkan dirinya itu tidak
jelas untuk apa.
Sehingga menurut Abdulkadir Muhammad perumusannya menjadi
sebagai berikut ( Abdulkadir Muhammad, 1992 : 79 ) :
“Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih
saling mengikatkan dirinya untuk melaksanakan suatu hal dalam
lapangan harta kekayaan”.
Pengertian perjanjian menurut Subekti adalah (Subekti, 1990 : 1) :
“Suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada seorang lain atau
dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal “.
Sedangkan pengertian perjanjian menurut Sudikno Mertokusumo
adalah ( Sudikno, 1996 : 96 ) :
“Hubungan hukum antara dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menentukan peraturan atau keadaan atau hak – hak dan kewajibannya yang mengikat mereka untuk menimbulkan hak dan kewajiban dan kalau kesepakatan itu dilanggar maka bagi sipelanggar akan dikenakan akibat atau sanksi.”
Definisi perjanjian yang dikemukakan tersebut di atas merupakan
pendapat umum para sarjana (communis oprorio doctorum) dan masih
dianggap memiliki kelemahan. Pada umumnya para sarjana berpendapat
mengenai definisi perjanjian dengan bertitik tolak pada suatu pemahaman
bahwa suatu perjanjian adalah suatu perbuatan hukum yang bersisi dua
(eentwelzijdige rechtshandeling) untuk menimbulkan persesuaian kehendak
dan melahirkan akibat hukum. Dari sisi satu perbuatan hukum yang
dimaksud adalah penawaran (aanbod, offer) dan penerimaan (aan vaarding,
acceptance). Definisi perjanjian dengan bertitik tolak dari pemahaman
bahwa perjanjian adalah perbuatan hukum merupakan definisi yang
xlviii
konvensional. Perjanjian bukan merupakan satu perbuatan hukum,
melainkan dua perbuatan hukum yang masing – masing bersisi satu
(tweelenzijdige rechtshandelingen). Oleh karena itu dikatakan bahwa
perjanjian itu bukan satu perbuatan hukum, melainkan dua perbuatan hukum
yang berhubungan satu sama lain. Sehubungan dengan hal tersebut,
Mertokusumo berpendapat bahwa perjanjian adalah hubungan hukum antara
dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat
hukum (Mertokusumo, 1988 : 97).
c. Persamaan Kontrak dan Perjanjian
Persamaan, dalam kedua definisi tersebut adalah sama – sama
mengakibatkan hukum yang diterapkan kepada subjek hukum yang dengan
maksud para pihak yang menjadi salah satu subjek hukum melalui
persetujuan yang telah disepakati oleh kedua belah pihak atau lebih dan
kedua definisi tersebut sama – sama menjelaskan bahwa perjanjian
dilakukan dalam bentuk tertulis agar terbukti keabsahanya dan diatur oleh
hukum, tanpa memandang berapapun badan instrumen yang berkaitan dan
juga tanpa memandang namanya.
4. Tinjauan Umum Tentang Kontrak Konstruksi
Pasal – pasal dalam KUH Perdata berkenaan dengan kontrak
konstruksi ini adalah Pasal 1604 sampai dengan Pasal 1617, terdapat dalam
Bab VII A, bab A, bab mana mengatur tentang perjanjian melakukan
pekerjaan yang membagi perjanjian melakukan pekerjaan kedalam 3 kategori :
a. Perjanjian perburuhan
b. Perjanjian menyelenggarakan jasa tertentu
c. Perjanjian pemborongan pekerjaan.
xlix
Di antara ketiga jenis perjanjian tersebut sangat mirip – mirip, tetapi
sebenarnya dapat dibedakan sebagai berikut ( Munir Fuady, 1998 : 14 ):
a. Beda antara Perjanjian Pemborongan dan Perjanjian Perburuhan
Dalam hal ini perbedaannya adalah mengenai interrelasi di antara
para pihak. Dalam perjanjian perburuhan, terdapat hubungan
vertikal antara buruh dan majikan, yaitu buruh sebagai pihak yang
kedudukannya lebih rendah dari kedudukan majikannya. Dengan
demikian terdapat hubungan atasan-bawahan. Sebaliknya dalam
kontrak konstruksi, terdapat hubungan horisontal antara pihak
kontraktor dengan pihak bouweer, yang kedudukan kedua – duanya
sama tinggi. Jadi tidak ada hubungan atasan – bawahan.
b. Beda antara Perjanjian Menyelenggarakan Jasa dan Perjanjian
Konstruksi
Perbedaan antara perjanjian menyelenggarakan jasa dengan
perjanjian konstruksi terletak pada dua hal berikut:
1) Prestasi
Dalam kontrak penyelenggaraan jasa prestasi dari
penyelenggaraan jasa adalah memberikan jasa tertentu tetapi
dengan tidak membangun atau melakukan sesuatu secara
fisik. Misalnya jasa pemberian konsultansi dan lain – lain.
Sementara itu, dalam kontrak konstruksi, prestasi yang
diberikan oleh pihak kontraktor adalah melakukan atau
membangun sesuatu secara fisik. Misalnya membangun
sebuah gedung.
2) Fee yang dibayar oleh Pemberi Kerja
Dalam suatu kontrak penyelenggaraan jasa tertentu, maka
fee yang diberikan kepada penyelenggara jasa tersebut
dalam suatu tarif tertentu, sementara dalam suatu kontrak
konstruksi, fee yang diberikan kepada pemborong tidak
l
dengan tarif tertentu, melainkan sejumlah uang tertentu atau
sejumlah hasil tertentu yang bersifat negosiatif.
Dalam kontrak perdagangan jasa, hal ini tidak sebagaimana barang
yang terdapat waktu antara memproduksi dan konsumsi, pada jasa antara
waktu memproduksi dan mengkonsumsi boleh dikatakan berimpit yaitu begitu
jasa diproduksi langsung dikonsumsi oleh pembeli. Dalam hal semacam ini,
ketentuan mengenai penyerahan nyata yang terdapat mengenai benda
berwujud tidak berlaku untuk jasa. Kerangka hukum mengenai perdagangan
jasa ini tertuang dalam salah satu perjanjian WTO, yaitu dalam General
Agreement on Trade in Services ( GATS ). Alasan dimasukkan GATS
kedalam putaran Uruguay karena pada saat ini terdapat peningkatan didalam
perdagangan jasa secara internasional. Perdagangan jasa secara tradisional
dilakukan melalui kontrak – kontrak teknik dan jasa konstruksi. Kemudian
terjadi perkembangan yaitu adanya perpaduan antara kontrak teknik dan jasa
konstruksi dalam bentuk turn key contract (Sutan Remy Sjahdeini, 1993 : 19
).
Model – model kontrak konstruksi baru, yang diterbitkan oleh FIDIC
antara lain Conditions of Contract for Works of Civil Engineering
Construction, Conditions of Contract for Electrical and Mechanical Work
serta Conditions of Contract for Design – Buil and Turnkey. Salah satu sebab
mengapa banyaknya variasi dari model – model kontrak konstruksi karena
pesatnya perkembangan jenis pembiayaan gaya baru yang disebut dengan
Pembiayaan Proyek untuk proyek – proyek raksasa, yang akhirnya membawa
konsekuensi langsung terhadap perkembangan sektor hukum dibidang yang
bersangkutan, termasuk berkembangnya model – model kontrak konstruksi
(Peter Mahmud, 2002 : 89).
5. Tinjauan Umum Prestasi, Kontra Prestasi, Wanprestasi dan Overmacht
a. Prestasi
li
Suatu hal tertentu yang harus dilaksanakan oleh para pihak setelah
melakukan perjanjian. Prestasi terbagi dalam hal bentuk prestasi debitur
dalam perjanjian yang berupa berbuat sesuatu, hal ini harus dilakukan yaitu
sejak pada saat debitur berbuat sesuatu yang harus dilakukan sesuai dalam
perjanjian. Sedangkan bentuk prestasi debitur yang berupa berbuat sesuatu
yang memberikan sesuatu apabila batas waktunya ditentukan dalam
perjanjian maka menurut Pasal 1238 KUH Perdata debitur dianggap
melakukan prestasi bila tepat dilaksanakan sesuai dengan waktu yang
diperjanjikan.
b. Kontraprestasi
Kontra prestasi adalah merupakan kewajiban bila pelaksana membuat
suatu janji (promise) untuk pemenuhuan prestasi (kontra prestasi) itu. Pihak
yang mempunyai kewajiban biasanya disebut sebagai debitur, sedangkan
pihak yang berhak atas kewajiban itu disebut sebagai kreditur.
Kontra prestasi adalah merupakan syarat bila pihak yang melakukan
prestasi tidak berjanji untuk melaksanakannya, melainkan hanyalah
merupakan syarat (tangguh) atau condition precedent yaitu merupakan suatu
prestasi yang harus dilakukan terlebih dahulu agar menimbulkan kewajiban
untuk memenuhi kontra prestasi dari pihak lawannya. Prestasi atau kontra
prestasi yang merupakan syarat ini (bukan kewajiban) tidaklah dapat
dipaksakan pelaksanaannya secara hukum bila tidak dilakukan. Jadi pihak
yang melakukan prestasi (kontra prestasi) yang merupakan syarat, bukanlah
pihak yang berkewajiban dan karena itu ia bukan sebagai debitur, sehingga
ia tidak dapat digugat telah melakukan wanprestasi (breach of contract) juga
tidak dapat dituntut untuk membayar penggantian kerugian.
Dalam hal suatu prestasi atau kontra prestasi adalah merupakan suatu
kewajiban dan juga merupakan syarat (disebut sebagai promissory
condition) maka pihak yang harus melakukan prestasi (kontra prestasi) ini
adalah merupakan debitur dan kewajibannya ini haruslah dilaksanakan
lii
terlebih dahulu dari pelaksanaan kontra prestasi pihak lawannya (Subekti,
1987 : 64).
c. Wanprestasi
Yang dimaksud wanprestasi adalah suatu keadaan yang dikarenakan
kelalaian atau kesalahannya, debitur tidak dapat memenuhi prestasi seperti
yang telah ditentukan dalam perjanjian dan bukan dalam keadaan memaksa.
Sedangkan menurut Subekti, bentuk wanprestasi ada empat macam yaitu:
(a) Melakukan apa yang disanggupi akan dilakukan;(b)Melaksanakan apa
yang dijanjikannya tetapi tidak sebagaimana dijanjikannya; (c)Melakukan
apa yang dijanjikannya tetapi terlambat;(d)Melakukan sesuatu yang menurut
perjanjian tidak boleh dilakukan ( Subekti, 1987 : 49).
Dalam hal bentuk prestasi debitur dalam perjanjian yang berupa tidak
berbuat sesuatu, akan mudah ditentukan sejak kapan debitur melakukan
wanprestasi yaitu sejak pada saat debitur berbuat sesuatu yang tidak
diperbolehkan dalam perjanjian. Sedangkan bentuk prestasi debitur yang
berupa berbuat sesuatu yang memberikan sesuatu apabila batas waktunya
ditentukan dalam perjanjian maka menurut Pasal 1238 KUH Perdata debitur
dianggap melakukan wanprestasi dengan lewatnya batas waktu tersebut.
Dan apabila tidak ditentukan mengenai batas waktunya maka untuk
menyatakan seseorang debitur melakukan wanprestasi, diperlukan surat
peringatan tertulis dari kreditur yang diberikan kepada debitur. Surat
peringatan tersebut disebut dengan somasi.
Somasi adalah pemberitahuan atau pernyataan dari kreditur kepada
debitur yang berisi ketentuan bahwa kreditur menghendaki pemenuhan
prestasi seketika atau dalam jangka waktu seperti yang ditentukan dalam
pemberitahuan itu. Menurut Pasal 1238 KUH Perdata yang menyakan
bahwa: “Si berutang adalah lalai, apabila ia dengan surat perintah atau
dengan sebuah akta sejenis itu telah dinyatakan lalai, atau demi perikatan
sendiri, ialah jika ini menetapkan bahwa si berutang harus dianggap lalai
liii
dengan lewatnya waktu yang ditentukan”. Dari ketentuan pasal tersebut
dapat dikatakan bahwa debitur dinyatakan wanprestasi apabila sudah ada
somasi (in gebreke stelling). Adapun bentuk-bentuk somasi menurut Pasal
1238 KUH Perdata adalah: Surat perintah: Surat perintah tersebut berasal
dari hakim yang biasanya berbentuk penetapan. Dengan surat penetapan ini
juru sita memberitahukan secara lisan kepada debitur kapan selambat-
lambatnya dia harus berprestasi. Hal ini biasa disebut “exploit juru Sita”
Akta sejenis: Akta ini dapat berupa akta dibawah tangan maupun akta
notaris. Tersimpul dalam perikatan itu sendiri.
Dalam perkembangannya, suatu somasi atau teguran terhadap debitur
yang melalaikan kewajibannya dapat dilakukan secara lisan akan tetapi
untuk mempermudah pembuktian dihadapan hakim apabila masalah tersebut
berlanjut ke pengadilan maka sebaiknya diberikan peringatan secara tertulis.
Ada 4 akibat yang dapat terjadi jika salah satu pihak melakukan wanprestasi
(Subekti, 1987 : 60) yaitu:
1) Membayar kerugian yang diderita oleh pihak lain berupa ganti-rugi
2) Dilakukan pembatalan perjanjian
3) Peralihan resiko
4) membayar biaya perkara jika sampai berperkara dimuka hakim
d. Overmacht
Peristiwa tertentu yang dimaksud adalah keadaan memaksa
(overmacht) diatur dalam Pasal 1244 dan 1245 KUH Perdata. Keadaan
memaksa adalah suatu keadaan dimana debitur tidak dapat melakukan
prestasinya kepada kreditur yang disebabkan adanya kejadian yang berada
di luar kekuasaannya, misalnya karena adanya gempa bumi, banjir, lahar
dan lain-lain. Keadaan memaksa dapat dibagi menjadi dua macam
(Subekti, 1987 : 81)yaitu :
1) keadaan memaksa absolut adalah suatu keadaan di mana debitur sama
sekali tidak dapat memenuhi perutangannya kepada kreditur, oleh
liv
karena adanya gempa bumi, banjir bandang, dan adanya lahar.
Akibat keadaan memaksa absolut (force majeur) :
a. debitur tidak perlu membayar ganti rugi (Pasal 1244 KUH Perdata);
b. kreditur tidak berhak atas pemenuhan prestasi, tetapi sekaligus demi
hukum bebas dari kewajibannya untuk menyerahkan kontra prestasi,
kecuali untuk yang disebut dalam Pasal 1460 KUH Perdata.
2) keadaan memaksa yang relatif adalah suatu keadaan yang menyebabkan
debitur masih mungkin untuk melaksanakan prestasinya, tetapi
pelaksanaan prestasi itu harus dilakukan dengan memberikan korban
besar yang tidak seimbang atau menggunakan kekuatan jiwa yang di
luar kemampuan manusia atau kemungkinan tertimpa bahaya kerugian
yang sangat besar. Keadaan memaksa ini tidak mengakibatkan beban
resiko apapun, hanya masalah waktu pelaksanaan hak dan kewajiban
kreditur dan debitur.
6. Tinjauan Umum Tentang Jasa Konsultan
Definisi jasa adalah salah satu bentuk produk yang ditawarkan kepada
konsumen untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan. Russel dan Bernard
mendefinisikan jasa sebagai berikut ( Russel, 1993 : 13 ) :
“Suatu jasa adalah berbagai tindakan atau kinerja yang ditawarkan suatu
pihak kepada yang lain yang pada dasarnya tidak dapat dilihat dan
menghasilkan hak milik terhadap sesuatu, produksinya dapat
berkembang dengan sebuah produksi fisik atai tidak “
Sedangkan Tjiptono mendefinisikan jasa sebagai berikut ( Tjiptono,
1996 : 12 ) :
“Suatu produk yang merupakan bentuk dari aktivitas atau manfaat yang disediakan untuk pelanggan dengan memiliki ciri intangibility atau jasa tidak nyata, inseparability atau jasa yang di produksi secara khusus, variability atau jasa yang berbeda – beda dan perishability atau jasa tidak dapat disimpan”
lv
Karena karakteristik tersebut, maka kualitas pelayanan merupakan hal
yang penting bagi industri jasa. Dimensi – dimensi penting dalam kualitas
pada perusahaan jasa adalah kinerja, tepat waktu dan kecepatan pelayanan dan
kejujuran serta kesopanan.
Dalam hal ini klarifkasi terminologi pengertian konsultan yaitu bahwa
kata konsultan dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris, consultant
( kata benda ), yang dibentuk dari kata kerja to consult. Secara sederhana pula,
kata consultant diartikan sebagai orang yang memberikan nasihat (Rissard,
1997 : 3).
Menurut Rissard Pehiadang yang dimaksud Konsultan adalah (
Pehiadang, 1997 : 8 ) :
“perusahaan yang karena profesinya, siap memenuhi kebutuhan dan
berupaya mengerjakan prospek layanan jasa konsultansi yang
diterimanya dari pihak yang membutuhkan, berdasarkan lingkup tugas
yang disepakati bersama”
Pengertian Jasa Konsultan menurut Rissard Pehiadang adalah
(Pehiadang, 1997: 11) :
“seluruh aktivitas mulai dari tahap penjajakan hingga penyerahan tugas klien kepada konsultan dan terutama didalam proses pengerjaan tugas tersebut, sampai tugas tersebut dinyatakan berakhir. Layanan jasa konsultansi dapat berlangsung jika terdapat pihak yang memerlukan dan pihak yang karena keahliannya, mampu memenuhi kebutuhan tersebut”
Jasa Konsultan menurut Hamid Shahab adalah (Hamid Shahab, 1996 :
126 ) :
“Jasa yang harus diberikan konsultan (nama perusahaan) yang nama – nama sahnya dinyatakan dalam surat perjanjian beserta nama – nama semua perusahaan yang ikut serta perusahaan – perusahaan yang bekerjasama dan hubungannya dengan kontrak termasuk pewaris atau kekuasaanya yang sah untuk melaksanakan pengawasan teknik dilapangan serta memberikan bantuan teknis untuk mengatasi kesulitan – kesulitan dalam pelaksanaan fisik dilapangan”
lvi
Jasa konsultansi tidak sekedar sistem produksi jasa serta jasa
konsultansi juga tidak identik dengan tugas atau proyek jasa konsultansi. Jasa
konsultan adalah sebagai salah satu wahana yang menjembatani kebutuhan
dan upaya untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Aktivitas layanan Jasa
Konsultansi berupa arahan tentang bagaimana kebutuhan manusia itu
diadakan dan pengalihan pengetahuan dan ketrampilan serta teknologi.
7. Tinjauan Umum Tentang Dinas Pekerjaan Umum
Departemen Pekerjaan Umum, biasa disebut Departemen PU, sempat
bernama "Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah" (1999-
2000) dan "Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah" (2000-2004),
adalah departemen dalam Pemerintah Indonesia yang membidangi urusan
pekerjaan umum. Departemen PU dipimpin oleh seorang Menteri Pekerjaan
Umum.
Setelah Indonesia memproklamirkan Kemerdekaan pada tanggal 17-8-
1945, maka semenjak itu Pemuda-pemuda Indonesia mulai berangsur-angsur
merebut kekuasaan Pemerintahan dari tangan Jepang baik di pusat
pemerintahan (Jakarta/Bandung) maupun Pemerintahan Daerah-daerah.
Sesudah Pemerintahan Indonesia membentuk Kabinet yang pertama,
maka pada Menteri mulai menyusun organisasi serta sifatnya. Pekerjaan
Umum pada waktu itu (1945) berpusat di Bandung, dengan mengambil tempat
bekas gedung V.&W. (dikenal dengan nama "Gedung Sate").
Ketika Belanda ingin mengembalikan kekuasaaan pemerintahan di
Hindia Belanda sebelum perang, datang mengikuti Tentara Sekutu masuk ke
Indonesia. Akibat dari keinginan Pemerintahan Belanda ini, terjadilah
pertentangan fisik dengan Pemuda Indonesia yang ingin mempertahankan
tanah air berikut gedung-gedung yang telah didudukinya, antara lain "Gedung
lvii
Sate" yang telah menjadi Gedung Departemen Pekerjaan Umum pada waktu
itu (peristiwa bersejarah itu dikenal dengan peristiwa "3 Desember 1945").
Pada waktu revolusi fisik dari tahun 1945 s/d 1949, Pemerintah Pusat
RI di Jakarta terpaksa mengungsi ke Purworejo untuk selanjutnya ke
Yogyakarta, begitu juga Kementerian PU. Sesudah Pemerintahan Belanda
tahun 1949 mengakui kemerdekaan Republik Indonesia maka pusat
pemerintahan RI di Yogyakarta, berpindah lagi ke Jakarta.
Sejak tahun 1945 itu, Pekerjaan Umum (PU) telah sering mengalami
perobahan pimpinan dan organisasi,sesuai situasi politik pada waktu itu.
Sebagai gambaran garis besar organisasi PUT diuraikan sebagai berikut:
Sebelum tentara Belanda masuk ke Yogyakarta Susunan Kemerdekaan PU.
Perhubungan dapat dibagi menjadi 8 Jawatan dan 4 Balai.
Khusus pada masa Republik India Serikat Kementerian Perhubungan
dan POU RIS dibagi dalam beberapa Departemen dan beberapa Jawatan dan
beberapa instansi yang hubungan erat dengan tugas dari dep.PU. RIS.
Kementerian Perhubungan PU.RIS tersebut terdiri atas penggabungan 3
Departemen prae federal yaitu: Departemen Verkeer, Energie dan Mynbouw
dulu (kecuali Mynbouw yang masuk dalam kementerian Kemakmuran).
Departemen Van Waterstaat di Wederopbouw.
Penggabungan dari 3 Departemen dari pemerintahan prae federal
dalam satu Kementerian yaitu Kementerian Perhubungan Tenaga dan PU.RIS
dianggap perlu, supaya hubungan 3 Departemen tersebut satu dengan lain
menjadi sangat erat, terlebih-lebih jika diingat, bahwa untuk pembangunan
Negara akan diadakan koordinasi dan rasionalisasi yang baik dan adanya
tenaga ahli dan pula untuk melancarkan semua tugas yang dibebankan pada
Kementerian Perhubungan Tenaga dan PU.RIS.
Khusus pada permulaan terbentuknya Negara Kesatuan RI, maka
susunan Kementerian berbeda sebagai berikut: Dalam masa prolog G 30 S.
lviii
PKI terjadilah dalam sejarah Pemerintahan RI suatu Kabinet yang besar
disebut dengan nama Kabinet DwiKora atau Kabinet 100 Menteri, dimana
pada masa ini dibentuk Koordinator Kementerian. Tidak luput Departemen
PUT. yang pada masa itu ikut mengalami perubahan organisasi menjadi 5
Dept. dibawah Kompartemen PUT Kabinet Dwikora, dipimpin Jenderal
Suprajogi. Adapun Kompartemen PUT ketika membawahi, antara lain:
Departemen Listrik dan Ketenagaan , Departemen Bina Marga, Departemen
Cipta Karya Konstruksi, Departemen Pengairan Dasar Departemen Jalan Raya
Sumatera.
Setelah peristiwa G.30S PKI Pemerintah segera menyempurnakan
Kabinet Dwikora dengan menunjuk Ir.Soetami, sebagai menteri PUT untuk
memimpin Kompartemen PUT. Kabinet yang disempurnakan itu tidak dapat
lama dipertahankan. Kabinet Ampera, sebagai Kabinet pertama dalam masa
Orde Baru. Kembali organisasi PUT dibentuk dengan Ir.Soetami, sebagai
Menteri. Dengan Surat Keputusan Menteri PUT tertanggal 17 Juni 1968
N0.3/PRT/1968 dan dirobah dengan Peraturan Menteri PUT tertanggal 1 Juni
1970 Nomor 4/PRT/1970. Departemen PUT telah memiliki suatu susunan
struktur Organisasi.
lix
Kontrak Kerja Jasa Pengawasan Proyek Peningkatan Jalan Wates-
Toyan- Karangnongko DIY
Implementasi Kontrak Kerja
Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter
Sesuai dengan kontrak
Hak dan kewajiban
Prestasi / kontraprestasi Faktor Penghambat Pelaksanaan kontrak
Penyelesaian (pengadilan / di luar
pengadilan)
Tidak sesuai kontrak
Departemen Pekerjaan Umum
B. Kerangka Pemikiran
Untuk memudahkan penulis dalam mempermudah dalam menyusun
penulisan ilmiah ini, maka diperlukan suatu alur pemikiran yang dapat dijelaskan
dalam kerangka berpikir seperti di bawah ini :
lx
Kerangka berpikir ini beranjak dari adanya proyek peningkatan jalan Wates-
Toyan-Karangnongko Propinsi DIY yang merupakan sudah program dari
pemerintah pusat dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum. Demi kelancaran
pelaksanaan pekerjaan peningkatan jalan tersebut, maka Departemen Pekerjaan
Umum membutuhkan bantuan Jasa Konsultan Pengawas untuk mengawasi
jalannya pelaksanaan proyek peningkatan jalan Wates-Toyan-Karangnongko
Propinsi DIY. Mengingat besarnya biaya dan resiko yang besar, maka demi
mengamankan pekerjaan maka dibuatlah Kontrak Kerja Jasa Pengawasan Proyek
Peningkatan Jalan Wates-Toyan-Karangnongko Propinsi DIY. Kontrak tersebut
dibuat dalam bentuk tertulis dan merupakan kontrak standart. Para pihak yang
terdapat dalam kontrak kerja tersebut yaitu Departemen Pekerjaan Umum dan
Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter . Didalam kontrak yang telah
disepakati bersama terdapat hak dan kewajiban masing–masing pihak, namun
dalam pelaksanaannya mungkin saja terdapat permasalahan yang nantinya akan
menghambat pelaksanaan dan kelancaran pembangunan. Untuk itu, dalam
penelitian ini penulis akan mencari dan melihat bagaimanakah implementasi
kontrak kerja yang dilakukan Departemen Pekerjaan Umum dan Jasa Konsultan
Pengawas PT. Herda Carter dalam Paket proyek peningkatan jalan Wates-Toyan-
Karangnongko Propinsi DIY, serta faktor apa saja yang menghambat pelaksanaan
kontrak tersebut.
lxi
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Bapak Ir. Panut Gianto,
selaku Site Engineer PT. Herda Carter dalam paket Pengawasan Teknik Jalan
Wates – Toyan - Karangnongko, pada awalnya PT. Herda Charter bernama
PT. Herda Carter Utama. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 4 Mei 1975 dan
disahkan di depan Notaris Hartojo Reksowiguna, SH, dengan Akta nomor 8.
Lingkup pelayanan dari PT. Herda Carter bergerak dibidang
perencanaan dan supervisi atau pengawasan umum yang meliputi sipil terdiri
dari pembangunan jalan, jembatan, gedung, bendungan dan lain – lain,
perencanaan dan pengawasan tambak, pertanian dan lain – lain. PT. Herda
Carter berkantor pusat di Jalan Sultan Hasanudin No. 12 Blok M3, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan. Dalam hal ini yang berkedudukan sebagai Direktur
Utama PT. Herda Charter adalah Ir. Pudjo Rahardjo Msp, Kepala Direktur
Administrasi Keuangan adalah Drs. PM. Broto Sunaryo Msp., Direktur
Pemasaran yang juga merangkap sebagai Asisten Direktur Utama adalah Ir.
Widayanto, Direktur Teknik adalah Ir. Sudarto dan sebagai kasir adalah Tri
Astuti H. Bsc.
a. Struktur Organisasi PT. Herda Carter dalam Paket Pengawasan Teknik Jalan
Wates-Toyan-Karangnongko Propinsi DIY.
Struktur Organisasi yang terdapat pada Konsultan Supervisi PT.
Herda Carter dan Assosiate Paket Asian Development Bank Road
Rehabilitation (sector) Project - RRSP No. 1798-Loan INO Paket AN-03
Wates – Toyan - Karangnongko Propinsi DIY yaitu, Site Team tersebut di
pimpin oleh seorang Site Engineer yaitu Bapak Ir. H. Panut Gianto. Site
Engineer tersebut membawahi beberapa orang karyawan di lapangan dan di
lxii
administrasi kantor yang masing – masing terdiri dari Quality Engineer atau
Chief Inspector (Didik Hestra Asmono, BE), Inspector (Ir. Wondowinarso),
Surveyor (Ir. Sutarno) sedangkan Lab. Technician (Ir. Teguh Widodo).
Selain itu, untuk karyawan administrasi kantor terdiri dari administrasi atau
sekretaris (Yunianto, SIp.) , Office Boy (Maryono) sedangkan Office Guard
atau penjaga malam (Suliyo). Dalam struktur organisasi, Site Engineer atau
Ir. Panut Gianto selaku pimpinan team berhak mengkomando bawahannya
untuk melakukan pekerjaan supaya sesuai yang terdapat dalam kontrak.
Dalam pekerjaan di lapangan, Inspector (Ir. Wondowinarso), Surveyor (Ir.
Sutarno) sedangkan Lab. Technician (Ir. Teguh Widodo) harus senantiasa
melakukan koordinasi. Ketiganya bertanggung jawab langsung dan
senantiasa berada di bawah pengawasan Quality Engineer atau Chief
Inspector (Didik Hestra Asmono, BE). Selain itu, baik Inspector, Surveyor
dan Lab. Technician apabila mengalami kesulitan di lapangan dapat
melakukan konsultasi langsung kepada Quality Engineer atau chief
Inspector. Begitu juga pada Quality Engineer, Administrasi atau sekretaris,
Office boy dan Office Guard, masing – masing dapat langsung mengadakan
konsultasi kepada pimpinan Team yaitu Ir. Panut Gianto yang dalam hal ini
berkedudukan sebagai Site Engineer apabila mengalami kesulitan di
lapangan.
b. Tugas dan Tanggung Jawab Personil Site PT. Herda Carter dalam Paket
Pengawasan Teknik Jalan Wates – Toyan – Karangnongko DIY.
1) Site Engineer
Pada Jasa Konsultan PT. Herda Carter, Tugas dan Tanggung jawab
Site engineer dalam hal ini dijabat oleh Ir. H. Panut Gianto adalah
melakukan inspeksi secara teratur ke paket pekerjaan. Paket pekerjaan
tersebut berupa paket penanganan lapis ulang jalan Pamanukan – Eretan
Kulon sepanjang 18 KM dan pelebaran jalan sepanjang 800 M, serta
melakukan monitoring pada kondisi pekerjaan dan melakukan perbaikan
lxiii
– perbaikan agar pekerjaan dapat direalisasikan sesuai dengan ketentuan
dan persyaratan yang telah ditentukan.
Selama memimpin proyek tersebut Site Engineer harus senantiasa
membuat pernyataan penerimaan atau penolakan terhadap material
ataupun bahan produk pekerjaan yang datang sebelum dilakukannya
pekerjaan di lapangan. Hal tersebut dilakukan karena sering kali timbul
kecurangan yang dilakukan oleh pihak pelaksana pekerjaan atau
kontraktor. Sebagai contoh bentuk kecurangan yang dilakukan pihak
kontraktor yaitu biasanya bahan atau material yang seharusnya digunakan
untuk pekerjaan tersebut bermutu A dengan harga yang tinggi dan
kualitas yang terbaik, namun oleh pihak pelaksana diganti dengan
material yang sama dengan mutu B dan harga yang relatif murah. Maka
untuk mengantisipasi hal – hal tersebut Site Engineer diharuskan aktif
meneliti bahan atau material yang datang sebelum digunakan untuk
melakukan pekerjaan. Apabila memang mutu barang tersebut tidak sesuai
dengan yang ada di dalam kontrak maka Site Engineer harus melakukan
penolakan atas material tersebut begitu juga sebaliknya.
Dalam melakukan tugasnya Site Engineer harus memberikan
pengawasan dan pengarahan kepada kontraktor, sebab pekerjaan yang
sedang dilakukan oleh Kontraktor maupun konsultan ada batas waktu
atau target penyelesaian proyek. Dalam Proyek Pengawasan Teknik Jalan
Pamanukan – Eretan Kulon ini di persiapkan untuk menghadapi arus
Natal, Lebaran dan Tahun Baru. Untuk itu Site Engineer dituntut untuk
selalu melaporkan kepada pihak DPU ( Departemen Pekerjaan Umum )
Jateng apabila ada kemajuan maupun keterlambatan lebih dari 15 % dari
rencana serta membuat penanggulangan serta perbaikan.
Selain itu Pekerjaan Jalan yang dilakukan oleh Pelaksana proyek
tidak selalu sesuai dengan yang ada di dalam rancangan proyek atau
dengan kata lain apa yang ada di dalam rincian rencana pekerjaan tidak
lxiv
selalu sesuai dengan yang ada di lapangan sebab kondisi di lapangan
akan mengalami banyak perubahan yang di karenakan cuaca, situasi
kondisi sosiologis masyarakat maupun harga material yang selalu
berubah. Untuk itu Site Engineer harus selalu siap dalam melakukan
perubahan maupun melakukan review desain serta selalu ikut serta dalam
pengecekan proses pengukuran akhir pekerjaan.
Proyek pengawasan Teknik Jalan Wates – Toyan – Karangnongko
DIY ini dilakukan selama 27 Bulan dan setiap bulannya Site Engineer
harus menyusun laporan bulanan dan menandatangani dokumen
pembayaran bulanan.
2) Quality Engineer
Didik Hestra Asmono, BE selaku Quality Engineer pada Jasa
Konsultan PT. Herda Carter yang mengawasi Paket Pekerjaan Jalan
Wates – Toyan – Karangnongko DIY memiliki tugas dan kewajiban
sebagai berikut Sesuai dengan struktur organisasi yang ada, Quality
Engineer harus bertanggung jawab kepada Site Engineer dalam
melakukan pengawasan dan pemantauan. Pengawasan yang di lakukan
Quality Engineer ini berupa pengawasan terhadap peralatan laboratorium
kontraktor dan semua kegiatan pemeriksaan mutu bahan dan pekerjaan.
Selain itu Quality Engineer harus melakukan analisis semua hasil test
termasuk usulan komposisi agar pelaksanaan pekerjaan selalu di dukung
tersedianya tenaga dan peralatan pengendalian mutu sesuai dengan
dokumen kontrak. Himpunan data bulanan mengenai pengendalian
tersebut harus di serahkan kepada Site Engineer paling lambat tanggal 14
bulan berikutnya.
3) Inspector
Tugas Inspector adalah membantu chip Inspector melaksanakan
tugas pengawasan pekerjaan atau supervisi di lapangan yang meliputi
lxv
antara lain : mengecek atau memeriksa permohonan pelaksanaan
pekerjaan kontraktor atau approvel request. Semua pekerjaan yang akan
di laksanakan mengenai hari, tanggal, jam, pelaksanaan pekerjaan, lokasi
pekerjaan pada kilometer berapa, berapa panjang, lebar atau luas
pekerjaan yang akan dilaksanakan, berikut sopdrawing atau gambar –
gambar pelaksanaannya. Mengecek peralatan yang akan dipakai untuk
melaksanakan pekerjaan, sudah lengkap atau belum, memenuhi
persyaratan spesifikasi teknik atau tidak, mencek bahan – bahan atau
material yang akan dipakai untuk melaksanakan pekerjaan, mengawasi
pelaksanan pekerjaan di awal sampai dengan akhir apakah sudah sesuai
dengan spesifikasi teknik yang disyaratkan atau belum. Misalnya,
campuran aspal berikut temperaturnya, campuran beton, campuran spacy
dan lain – lain. Mengukur hasi pekerjaan kontraktor atau Opname
Pekerjaan yang telah terpasang sesuai dengan jumlah item pekerjaan dan
mencatatnya, dan selanjutnya melaporkan pekerjaan di atas kepada Chip
Inspector atau Quantity Engineer. Memeriksa bake up data Quantitas
bersama – sama dengan Quantity Engineer untuk pekerjaan yang telah
terpasang dan ditagihkan pada Monthly Certificate atau MC pada bulan
yang bersangkutan. Memeriksa asbuilt drawing untuk pekerjaan yang
telah terpasang yang dibuat oleh kontraktor. Memeriksa buku laporan
harian, laporan mingguan dan laporan bulanan dari Kontraktor.
Mengumpulkan foto–foto atau dokumentasi pelaksanaan proyek.
Mengumpulkan tiket – tiket material yang dikirim dari base camp untuk
di pasang di lapangan dan di pakai sebagai cross check bake up data pada
MC atau Monthly Certificate bulan yang bersangkutan.
4) Surveyor
Dalam melaksanakan pekerjaan pengawasan jalan Wates – Toyan
– Karangnongko Propinsi DIY, tugas Surveyor adalah membantu
atasannya yaitu Chip Inspektor atau Chip Surveyor dalam hal
pengambilan data atau pengukuran yang di butuhkan di proyek antara
lxvi
lain mengawasi kontraktor dalam melaksanakan pengukuran panjang
jalan atau long section, mengawasi kontraktor dalam melaksanakan
pengukuran lebar jalan, bahu jalan, saluran samping, daerah milik jalan,
daerah pengawasan jalan dan daerah manfaat jalan. Mengawasi
kontraktor dalam menghitung LHR atau Lalu lintas Harian Rata – rata
yang lewat melalui jalan tersebut baik dari arah Wates – Toyan –
Karangnongko Propinsi DIY dari masing – masing ujung proyek, pada
jam tujuh pagi, satu siang, tujuh malam selama 24 jam penuh mengawasi
pekerjaan kontraktor dalam pengambilan testpit atau hasil penggalian tepi
aspal jalan dengan lebar 40 x 40 sampai sedalam badan jalan yang akan
terlihat struktur perkerasan jalan 1 cm . Misalnya : paling atas Aspal Hot
Mix AC tebal 4 cm kemudian dibawahnya ATB atau Aspal Pondasi 5
cm, ATBL tebal 6 cm, batu atau timbunan batu pecah 15 cm atau
agregate base klas A dengan tebal 15 cm, tebal agregate klas B misalnya
25 cm, tebalnya subgrade atau tanah dasar misalnya batu cadas, pasir
atau tanah liat. Mengawasi pekerjaan kontraktor untuk stationing atau
STA, mengawasi pekerjaan kontraktor dalam pengambilan data – data
bengklemen bean atau daya dukung tanah dengan menggunakan alat
bengklemen bean dari PU. Mengawasi pengambilan pengukuran evalasi
dan contur tanah. Semua yang tersebut di atas, di pakai untuk
perencanaan tebal perkerasan jalan yang akan dibangun.
5) Lab. Technician
Tugasnya berupa membantu Quantity Engineer selaku atasannya
langsung yang berupa mengawasi kontraktor dalam mengambil sampel
material ke lokasi sumber material antara lain pasir yang terdiri dari pasir
cor untuk beton, pasir urug untuk lantai dan pasir pasang untuk bata, batu
belah untuk pondasi, batu blondos yang nantinya menjadi batu kecil –
kecil atau kricak, semen, besi beton, aspal curah dan lain – lain untuk di
bawa ke Laboratoriun Kantor Departemen Pekerjaan Umum sebagai
bahan acuan untuk menyusun JMF atau Joob Mix Formula dimana joob
lxvii
mix formula tersebut untuk aspal panas jenis AC atau Aspal Kongkrit,
ATB atau Aspal Treated Base dan ATBL atau aspal perata. Contohnya
job mix formula beton mutu K-225 memiliki satandar uji desak beton
dengan luas penampang 1 cm mempunyai kekuatan tekan 225 kg/cm.
Selain itu tugas lab Technician yaitu memeriksa semua peralatan
laboratorium baik di base camp maupun dilapangan, memeriksa semua
peralatan di base camp antara lain AMP Aspal atau Missing plan atau alat
pencampur aspal panas, Stone cruiser atau alat pemecah batu, memeriksa
timbangan aspal atau Truck skill atau jembatan timbang, memeriksa
dump truck, mengecek alat – alat tes lapangan contoh mesin core drill
atau alat pengebur beton ). Mengecek hammer test atau mengecek
kekuatan beton. Mengecek alat–alat lapangan yang berada di base camp
antara lain kompresor atau alat yang di gunakan untuk membersihkan
debu yang berada di aspal sedangkan yang di semprotkan adalah tack
coat yang di pergunakan sebagai lem, aspal spryer atau mesin yang di
gunakan untuk menyemprot aspal, aspal finisher atau alat yang di
gunakan untuk menggelar aspal panas dan Tendum atau still well roller
atau orang awam sering menyebutnya dengan “setom” , dan pemadat
ban karet atau PTR ( Pneumatic Tire Roller ). Mengecek alat termometer
yang di gunakan untuk mengecek panasnya aspal sebagai contoh aspal
hot mix baru boleh di gilas dengan stoom bila panas aspal tersebut sudah
turun menjadi 120 sampai dengan 130 derajat celcius. Kemudian pada
saat 110 derajat maka pemadat PTR boleh dijalankan. Jadi pengukuran
panas dengan menggunakan termometer di sini menjadi sangat penting
sebab aspal hot mix yang baru dimasak panasnya sektar 150 derajat,
apabila tidak ada pengukuran atau pengecekan pada pelaksanaan
pekerjaan, bisa jadi aspal tersebut akan terbakar atau malah peralatan
yang digunakan akan rusak karena lengket dengan aspal. Selain itu, tugas
dari lap technician adalah menunggu produksi aspal, menunggu
timbangan aspal, menunggu produksi batu pecah, mengontrol hasil
produksi batu pecah, menandatangani tiket aspal dan batu agregate yang
lxviii
akan dikirim kelapangan. Apabila proses pengaspalan dilapangan sudah
selesai, laptek juga harus mengecek ulang ketebalan aspal yang di
hampar sudah sesuai dengan spesifikasi tecknik atau belum.. Mengecek
hasil core drill di lapangan dengan tujuan untuk melihat campuran aspal
tersebut sudah sesuai dengan Joob Mix Formula atau tidak. Menguji atau
mengetes beton dengan menggunakan hammer test. Mengambil sample
hasil pekerjaan dan mengambil sample atau test kepadatan tanah dengan
menggunakan alat send cone, membuat peta lokasi sumber material, dan
membuat lampiran hasil akstraksi atau pengetesan beton untuk
diserahkan kepada Quantity Engineer.
6) Secretary merangkap keuangan
Pada PT. Herda Charter dalam paket pengawasan teknik Wates –
Toyan – Karangnongko Propinsi DIY, tugas sekretaris yang merangkap
keuangan adalah bertanggung jawab terhadap urusan surat menyurat
antara lain pengetikan surat keluar, mengekspedisikan surat – surat
keluar, mengagendakan surat – surat yang masuk, mengambil uang di
bank atau kiriman uang dari PT. Herda Charter dalam rekening Site
Engineer, memanage keuangan, memegang kas keuangan, memberikan
gaji bulanan, membuat laporan pertanggung jawaban pada PT. Herda
Charter dan sebagai operator telepon.
7) Office Boy
Melakukan pekerjaan membersihkan kantor, mengatur ruangan
kantor, membuat minum karyawan dan mengantar surat–surat.
8) Penjaga Malam
Menjaga kantor dan seisinya pada malam hari dan pada hari libur.
lxix
B. Deskripsi Lokasi Departemen Pekerjaan Umum Kabupaten Kulon Progo
Propinsi DIY
Tugas Pokok dan Fungsi
Direktorat Jenderal Bina Marga mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas pokok Departemen Pekerjaan Umum dalam perumusan dan
pelaksanaan kebijakan dan standarisasi teknis di bidang jalan.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Direktorat
Jenderal Bina Marga menyelenggarakan fungsi:
1) Perumusan kebijakan teknik di bidang jalan sesuai peraturan
perundang-undangan.
2) Penyusunan program dan anggaran serta evaluasi kinerja pelaksanaan
kebijakan di bidang jalan.
3) Pelaksanaan kebijakan teknik di bidang jalan nasional meliputi jalan
nasional, jalan bebas hambatan dan sebagian jalan kota.
4) Pembinaan teknis penyelengggaraan jalan propinsi/ kabupaten/kota.
5) Pengembangan sistem pembiayaan dan pola investasi bidang jalan.
6) Penyusunan norma, standar, pedoman, dan manual di bidang jalan.
7) Pelaksanaan urusan administrasi Direktorat Jenderal
Dalam paket proyek peningkatan Jalan Wates – Toyan –
Karangnongko Propinsi DIY, terdapat beberapa tugas dari jabatan yang
diduduki oleh beberapa personil. Rincian tugas dari masing-masing jabatan
adalah:
Ketua PMU (Ir. Taufik Widjoyono, M.Sc) Bertugas memberikan
pengarahan kegiatan PMU, memberi saran tindak turun tangan kepada Steering
Committee, dan melaksanakan kebijakan yang digariskan oleh Steering
Committee.
Ketua Pelaksanaan Harian PMU (Ir. Budi Harimawan, M.Eng. Sc)
bertugas membantu ketua PMU dalam menjalankan tugasnya, melaksanakan
lxx
manajemen,koordinasi kegiatan dan memonitor kegiatan PMU berkaitan
dengan pelaksanaan proyek secara keseluruhan
C. Hasil Penelitian
1. Implementasi kontrak kerja antara jasa konsultan pengawas jalan PT.
Herda Carter dengan Dinas Pekerjaan Umum Ditjen Bina Marga
Kulon Progo dalam Paket Proyek Peningkatan Jalan Wates – Toyan –
Karangnongko Propinsi DIY
Berdasarkan penelitian yang telah penulis lakukan di Jasa Konsultan
Pengawas PT. Herda Carter dalam paket pengawasan jalan Wates-Toyan-
Karangnongko Propinsi DIY, kontrak kerja jasa konstruksi yang dilakukan
antara Jasa Konsultan PT. Herda Carter dan pemberi tugas dalam hal ini
DPU. Kontrak dibuat dalam bentuk tertulis karena berkaitan dengan biaya
dan resiko yang besar. Kemudian kontrak tersebut di tuangkan dalam
perjanjian kontrak kerja No. KU.08.08/CTR/BLN/PW-PLJ/04.
Kontrak kerja jasa konstruksi yang dilakukan Jasa Konsultan PT.
Herda Carter dan DPU terdiri dari dua syarat kontrak yaitu syarat umum
kontrak dan syarat khusus kontrak. Berdasarkan data yang penulis peroleh
dari penelitian, hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh PT. Herda
Carter dalam kontrak kerja tersebut adalah sebagai berikut :
a. Kewajiban Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter ( Bab III
bagian 3.01 ) adalah :
1) mengikuti pedoman yang diberikan oleh Kantor/Satuan
Kerja/Proyek. Konsultan harus mengerahkan segala
kemampuan, perhatian, ketekunan, serta efisiensi dan
efektifitas sebagai tenaga ahli (profesional), dalam
malaksanakan tugas- tugasnya. Konsultan harus memenuhi
standar profesi yang berlaku, menggunakan praktek
teknik/teknologi tepat guna, administrasi dan keuangan yang
lxxi
baik pada masing – masing bidang yang digunakan dalam
jasa. Konsultan harus bekerja untuk kepentingan
Kantor/Satuan Kerja/Proyek;
2) menyusun dan menyampaikan usulannya kepada
Kantor/Satuan Kerja/Proyek berkenaan dengan maksudnya
untuk memperbaiki fasilitas dan atau sistem itu tanpa biaya
lagi dari Kantor/Satuan Kerja/Proyek sampai pada waktu
fasilitas dan atau sistem tersebut memenuhi standar kinerja;
3) menunjuk seorang karyawan tetap senior sebagai pemimpin
tim yang bertempat tinggal tetap di tempat tugas sepanjang
waktu pelaksanaan jasa, kecuali selama cuti atau
ketidakhadiran yang diijinkan oleh kantor satuan kerja
proyek. Pemimpin tim harus selalu berhubungan dengan
kantor satuan kerja proyek selama pelaksanaan kontrak.
Pemimpin tim adalah wakil sah konsultan;
4) mempekerjakan personil yang ditunjuk dalam jadwal
penugasan selama jangka waktu yang telah ditentukan.
Menjamin bahwa personil hanya akan dipekerjakan tidak
terlibat dalam kegiatan usaha lain atau kegiatan profesional
lain selama penugasannya berdasarkan kontrak;
5) memegang kerahasiaan negara dan melarang serta mencegah
personilnya memberitahukan kepada siapapun atau badan
hukum mengenai informasi yang dirahasiakan;
6) menjaga kepentingan kantor satuan kerja proyek dengan
menyimpan semua informasi, dokumentasi, data, peta,
gambar, dokumen design dan laporan dengan sangat rahasia;
7) menyimpan catatan dan perhitungan biaya yang akurat dan
sitematis sehubungan dengan jasa dalam bentuk dan rincian
yang dapat digunakan untuk menetapkan secara akurat bahwa
telah dikeluarkan biaya dan pengeluaran yang dirujuk dalam
biaya dan pembayaran;
lxxii
8) menyampaikan laporan kemajuan pekerjaan dan laporan
penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang dinyatakan dalam
Kerangka Acuan Kerja;.
9) menjamin bahwa spesifikasi, desain dan semua dokumentasi
yang berhubungan dengan pengadaan jasa konstruksi barang
dan jasa untuk proyek disusun berdasarkan asas tidak
memihak dan sesuai dengan cara pelaksanaan yang baik dan
peraturan - peraturan yang berlaku pada proyek.
b. Hak Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter (Bab V bagian
5.01 ) adalah :
1) mendapatkan pembayaran dari kantor satuan kerja proyek
berdasarkan kontrak dengan jumlah uang yang telah
disebutkan dalam perjanjian;
2) mendapatkan tambahan biaya sebagai pengganti bantuan, jasa
dan fasilitas yang belum disediakan oleh kantor satuan kerja
proyek sesuai dengan kesepakatan bersama;
3) menunjuk bank dalam rangka pembayaran oleh kantor satuan
kerja proyek;
4) mendapatkan uang muka yang mencakup biaya
pemberangkatan personil dan biaya langsung untuk memulai
jasa;
5) memilih dan mengangkat personil di lapangan atau kantor site
team
Selanjutnya hak dan kewajiban Departemen Pekerjaan Umum adalah
sebagai berikut :
a. Kewajiban Departemen Pekerjaan Umum (Bab IV bagian 4.01)
ialah :
1) menyediakan barang dan fasilitas yang diperlukan tanpa biaya
bagi konsultan untuk pelaksanaan jasa;
lxxiii
2) mengangkat seorang pemimpin proyek yang diberi kuasa dan
wewenang untuk mengambil dan melaksanakan keputusan di
proyek;
3) memberikan ganti kerugian, melindungi dan membela
konsultan terhadap semua tuntutan hukum, tuntutan lainnya,
dan tanggungan yang timbul karena kesalahan, kecerobohan
dan pelanggaran kontrak yang dilakukan oleh pegawai
Departemen Pekerjaan Umum;
4) membayar jasa konsultan berdasarkan kontrak.
b. Hak Departemen Pekerjaan Umum ( Bab VI bagian 6.01 ) adalah :
1) mendapatkan laporan dan data yang terkait seperti peta,
diagram, disain, dan bahan pendukung lain yang dihimpun
selama berlangsungnya jasa.
2) berhak atas peralatan yang dibeli atau dimiliki atas nama
Departemen Pekerjaan Umum yang digunakan oleh konsultan.
Setelah peneliti melihat gambaran tentang kontrak kerja yang di buat
Jasa Konsultan PT. Herda Carter dan DPU maka penulis dapat melihat
bahwa dalam praktek atau pelaksanaan di lapangan, ada hak atau kewajiban
yang dapat dilaksanakan dan tidak dapat dilaksanakan di lapangan oleh
masing – masing pihak yaitu:
a. Hak dan Kewajiban PT. Herda Carter
1) Kewajiban Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter yang
Dapat Dilaksanakan, antara lain:
a) Pada Bab III tentang kewajiban konsultan bagian 3.01 (1)
yang berisi “Mengikuti pedoman yang diberikan oleh
Kantor/Satuan Kerja/Proyek. Konsultan harus mengerahkan
segala kemampuan, perhatian, ketekunan, serta efisiensi dan
efektifitas sebagai tenaga ahli (profesional), dalam
malaksanakan tugas- tugasnya. Konsultan harus memenuhi
standar profesi yang berlaku, menggunakan praktek
lxxiv
teknik/teknologi tepat guna, administrasi dan keuangan yang
baik pada masing – masing bidang yang digunakan dalam
jasa. Konsultan harus bekerja untuk kepentingan
Kantor/Satuan Kerja/Proyek”.
b) Pada Bab III tentang kewajiban jasa konsultan bagian 3.01
(2) yang berisi “menyusun dan menyampaikan usulannya
kepada Kantor/Satuan Kerja/Proyek berkenaan dengan
makudnya untuk memperbaiki fasilitas dan atau sistem
sampai pada waktu fasilitas dan atau sistem tersebut
memenuhi standar kinerja”
c) Pada Bab III tentang Kewajiban Jasa Konsultan bagian 3.01
(3) yang berisi, “menunjuk seorang karyawan tetap senior
sebagai pemimpin tim yang bertempat tinggal tetap di
tempat tugas sepanjang waktu pelaksanaan jasa, kecuali
selama cuti atau ketidakhadiran yang diijinkan oleh kantor
satuan kerja proyek. Pemimpin tim harus selalu
berhubungan dengan kantor satuan kerja proyek selama
pelaksanaan kontrak. Pemimpin tim adalah wakil sah
konsultan”.
d) Pada Bab III tentang kewajiban Jasa konsultan bagian 3.01
(5) yang berisi “memegang kerahasiaan negara dan
melarang serta mencegah personilnya memberitahukan
kepada siapapun atau badan hukum mengenai informasi
yang dirahasiakan”.
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan dalam wawancara
tanggal 3 Februari 2010 dengan Bapak Ir. Panut Gianto selaku Site
Engineer PT Herda Charter, selama pelaksanaan proyek atau selama proyek
berlangsung pihak Jasa konsultan PT. Herda Carter belum pernah sekalipun
lxxv
memberikan informasi apapun dan kepada siapapun berkaitan dengan
informasi yang dirahasiakan perusahaan.
a) Pada Bab III tentang kewajiban jasa konsultan bagian 3.01 (6)
yang berbunyi “menjaga kepentingan kantor satuan kerja
proyek dengan menyimpan semua informasi, dokumentasi,
data, peta, gambar, dokumen design dan laporan dengan sangat
rahasia”.
b) Pada Bab III tentang Kewajiban Jasa Konsultan bagian 3.01 (7)
yang berbunyi “menyimpan catatan dan perhitungan biaya yang
akurat dan sistematis sehubungan dengan jasa dalam bentuk
dan rincian yang dapat digunakan untuk menetapkan secara
akurat bahwa telah dikeluarkan biaya dan pengeluaran yang
dirujuk dalam biaya dan pembayaran”.
c) Pada Bab III tentang kewajiban Jasa Konsultan bagian 3.01 (8)
yang berisi “menyampaikan laporan kemajuan pekerjaan dan
laporan penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang dinyatakan
dalam Kerangka Acuan Kerja”.
d) Pada Bab III tentang kewajiban jasa konsultan bagian 3.01 (9)
yang berisi “menjamin bahwa spesifikasi, desain dan semua
dokumentasi yang berhubungan dengan pengadaan jasa
konstruksi barang dan jasa untuk proyek disusun berdasarkan
asas tidak memihak dan sesuai dengan cara pelaksanaan yang
baik dan peraturan - peraturan yang berlaku pada proyek”.
2) Kewajiban Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter yang
tidak dapat dilaksanakan ialah berkewajiban “mempekerjakan
personil yang ditunjuk dalam jadwal penugasan selama jangka
waktu yang telah ditentukan. Menjamin bahwa personil hanya
akan dipekerjakan tidak terlibat dalam kegiatan usaha lain atau
kegiatan profesional lain selama penugasannya berdasarkan
kontrak”.
lxxvi
3) Hak Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter yang Dapat
Dilaksanakan
a) Pada Bab V tentang hak jasa konsultan bagian 5.01 (1) yang
berisi “mendapatkan pembayaran dari kantor satuan kerja
proyek berdasarkan kontrak dengan jumlah uang yang telah
disebutkan dalam perjanjian”.
b) Pada Bab V tentang hak jasa konsultan bagian 5.01 (2) yang
berisi, “mendapatkan tambahan biaya sebagai pengganti
bantuan, jasa dan fasilitas yang belum disediakan oleh
kantor satuan kerja proyek sesuai dengan kesepakatan
bersama”.
c) Pada Bab V tentang hak jasa konsultan bagian 5.01 (3) yang
berisi, “menunjuk bank dalam rangka pembayaran oleh
kantor satuan kerja proyek atau DPU”.
d) Pada Bab V tentang hak jasa konsultan bagian 5.01 (5) yang
berisi, “ memilih dan mengangkat personil di lapangan atau
kantor site team”
4) Hak Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter yang tidak
dapat dilaksanakan ialah hak “mendapatkan uang muka yang
mencakup biaya pemberangkatan personil dan biaya langsung
untuk memulai jasa”.
b. Hak dan Kewajiban Departemen Pekerjaan Umum
1) Kewajiban Departemen Pekerjaan Umum yang Dapat
Dilaksanakan ialah :
a) Pada Bab IV bagian 4.01 (1) yang berisi “menyediakan
barang dan fasilitas yang diperlukan tanpa biaya bagi
konsultan untuk pelaksanaan jasa”.
b) Pada Bab IV tentang kewajiban Departemen Pekerjaan
Umum bagian 4.01 (2) yang berisi “mengangkat seorang
lxxvii
pemimpin proyek yang diberi kuasa dan wewenang untuk
mengambil dan melaksanakan keputusan di proyek”
c) Pada Bab IV tentang kewajiban Departemen Pekerjaan
Umum bagian 4.01 (4) yang berisi, “membayar jasa
konsultan berdasarkan kontrak”.
2) Kewajiban Departemen Pekerjaan Umum yang Tidak Dapat
Dilaksanakan
Pada Bab IV tentang Kewajiban Departemen Pekerjaan
Umum bagian 4.01 (3) yang berisi, “memberikan ganti
kerugian, melindungi dan membela konsultan terhadap semua
tuntutan hukum, tuntutan lainnya, dan tanggungan yang timbul
karena kesalahan, kecerobohan dan pelanggaran kontrak yang
dilakukan oleh pegawai Departemen Pekerjaan Umum”.
3) Hak Departemen Pekerjaan Umum yang Dapat Dilaksanakan :
a) Pada Bab VI tentang hak Departemen Pekerjaan Umum
bagian 6.01 (1) yang berisi, “mendapatkan laporan dan data
yang terkait seperti peta, diagram, disain, dan bahan
pendukung lain yang dihimpun selama berlangsungnya
jasa”.
b) Pada Bab VI tentang hak Departemen Pekerjaan Umum
bagian 6.01 (2) yang berisi, “berhak atas peralatan yang
dibeli atau dimiliki atas nama Departemen Pekerjaan Umum
yang digunakan oleh konsultan”.
4) Hak Departemen Pekerjaan Umum yang Tidak Dapat
Dilaksanakan
Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan dengan
Bapak Ir. Panut Gianto selaku Site Engineer PT Herda Charter
pada tanggal 3 Februari 2010, beliau mengatakan bahwa selama
pelaksanaan proyek berlangsung Departemen Pekerjaan Umum
selalu mendapatkan hak – haknya seperti yang terdapat dalam
lxxviii
kontrak kerja antara Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter
dan Departemen Pekerjaan Umum dalam paket proyek
pengawasan jalan Wates- Toyan – Karangnongko Propinsi
DIY.
2. Permasalahan yang timbul dalam kontrak kerja antara jasa konsultan
pengawas jalan PT. Herda Carter dengan Dinas Pekerjaan Umum
Dirjen Bina Marga Kulon Progo dalam Paket Proyek Peningkatan
Jalan Wates – Toyan – Karangnongko dan penyelesaiannya
Dalam pelaksanaan kegiatan tidak selalu dapat berjalan dengan
lancar, demikian juga dalam pelaksanaan Kontrak Kerja antara Jasa
Konsultan Pengawas PT. Herda Carter dan Departemen Pekerjaan Umum
dalam Paket Proyek Peningkatan Jalan Wates – Toyan – Karangnongko.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan Bapak Didik Hestra
Asmono, BE selaku Quality Engineer pada tanggal 3 Februari 2010, faktor
– faktor yang menjadi hambatan dalam pelaksanaan kontrak kerja antara
Jasa Konsultan PT Herda Carter dan Departemen Pekerjaan Umum, antara
lain karena adanya perubahan rencana anggaran belanja negara yang
merubah Daftar Usulan Proyek, sehingga proyek – proyek pembangunan
jalan maupun jembatan yang biasanya dapat dilaksanakan, menjadi mundur
pelaksanaannya.
Faktor lain yang menghambat pelaksanaan proyek adalah adanya
keterlambatan pihak kontraktor dalam melaksanakan pekerjaan yang
berdasarkan wawancara dengan Bapak Didik Hestra Asmono, BE Selaku
Quality Engineer keterlambatan pihak kontraktor tersebut dikarenakan
adanya pengalihan kontrak atau subkontrak dari Kontraktor PT. Yala
Persada Angkasa yang beralamat di Jalan Sultan Hasanudin No. 12 Blok
M3, Kebayoran Baru Jakarta Selatan di subkontraktorkan kepada PT. Jati
Agung Arsitama yang beralamat di Jl. Harjuno RT. 42/19 Gadingan, Wates
Kulon Progo, Yogyakarta yang masih memiliki kelas dibawah PT. Yala
lxxix
Persada Angkasa. Peralatan berat yang dimiliki PT. Jati Agung Arsitama
tidak dapat memenuhi kebutuhan pelaksanaan kerja konstruksi secara
otomatis juga akan mengakibatkan keterlambatan laporan yang dibuat oleh
jasa konsultan dan harus Keadaan lain yang menghambat pelaksanaan
kontrak adalah adanya pergantian personil jasa konsultan yang merangkap
pekerjaan. Faktor lain yang juga mempengaruhi terlambatnya pelaksanaan
kontrak adanya perubahan review desain yang memang sudah tidak relevan
lagi dengan keadaan pada saat proyek akan berlangsung.
D. Pembahasan
1. Implementasi kontrak kerja antara jasa konsultan pengawas jalan PT.
Herda Carter dengan Dinas Pekerjaan Umum Dirjen Bina Marga
Kulon Progo dalam Paket Proyek Peningkatan Jalan Wates – Toyan –
Karangnongko
Kontrak dalam pekerjaan kontsruksi merupakan elemen yang paling
penting dalam suatu proses kerjasama antara berbagai pihak untuk
mewujudkan tujuan dari persetujuan yang telah di sepakati (Wulfram E.
Ervianto, 2002: 99)
Dalam hal ini teori yang mengajarkan bahwa yang terpenting dari
suatu kontrak adalah pelaksanaan (Implementasi) dari kontrak yang
bersangkutan, yang dalam hal ini dilaksanakan oleh badan – badan
pengadilan atau badan penyelesaian sengketa lainnya (Munir Fuady, 2001:
10). Sebab, yang menjadi tujuan utama dari setiap pembuatan kontrak
adalah agar para pihak untuk membayar hutangnya, melaksanakan janjinya
dan bertindak secara benar dalam hubungan dengan kontrak antara para
pihak tersebut, untuk itu perlu tindakan – tindakan yang dapat memberikan
efek yang bersifat menghalang – halangi wanprestasi. Pelaksanaan kontrak
tersebut (termasuk pemberian sanksi bagi si pelanggar kontrak) dalam
hukum kontrak sama pentingnya dengan perlindungan hak milik dalam
hukum benda atau pemidanaan dalam hukum pidana.
lxxx
Menurut pendapat Gifis dan Steven H, pengertian kontrak adalah
sebagai suatu perjanjian atau serangkaian perjanjian yang mana hukum
memberikan ganti rugi terhadap wanprestasi terhadap kontrak tersebut, atau
terhadap pelaksanaan kontrak tersebut oleh hukum dianggap sebagai suatu
tugas ( Gifis, Steven H, 1984:94).
Pada dasarnya, fungsi kontrak adalah untuk mengamankan transaksi.
Tanpa kontrak tidak mungkin hubungan bisnis dapat dilakukan. Kontrak
dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Untuk itu dalam kontrak selalu
ada hak dan kewajiban yang harus dilakukan oleh masing – masing pihak.
Subyek perjanjian atau kontrak pada umumnya terdiri dari sedikitnya
dua orang atau dua pihak baik sebagai seorang pribadi atau badan hukum.
Subyek perjanjian adalah subyek yang terikat dalam perjanjian atau
kontrak. Hukum yang terikat dalam perjanjian terdiri dari pihak yang
berkewajiban untuk berprestasi yang disebut sebagai debitur dan pihak yang
berhak atas prestasi disebut sebagai kreditur.
Dalam Studi Implementasi Kontrak Kerja antara Jasa Konsultan
Pengawas PT. Herda Carter dan DPU dalam Paket Peningkatan Jalan Wates
– Toyan – Karangnongko Propinsi DIY, yang menjadi subyek kontrak
adalah :
1. Pihak Departemen Pekerjaan Umum sebagai pihak pengguna jasa
2. Pihak Jasa Konsultan PT. Herda Carter yaitu badan hukum yang
menyediakan jasa
Sedangkan menurut ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata,
menyebutkan bahwa, suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih.
Rumusan tersebut jika diperhatikan adalah kurang sempurna dalam
arti tidak lengkap dan sangat luas. Tidak lengkap karena perjanjian tersebut
lxxxi
hanya menyebut sepihak saja. Sangat luas karena dipergunakan perkataan
“perbuatan”mencakup juga perwakilan sukarela sebagaimana diatur dalam
pasal 1365 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata.
Pengertian “orang” menurut ketentuan Pasal 1313 KUH Perdata
mengandung dua unsur sebagai subyek perjanjian (Sudikno Merto Kusumo,
1998 : 53 ) :
1. Seorang manusia atau suatu badan hukum yang mendapat beban
kewajiban untuk melakukan sesuatu.
2. Seorang manusia atau suatu badan hukum yang mendapat hak atas
pelaksanaan kewajiban itu.
Dengan demikian subyek hukum dalam Implementasi Kontrak Kerja
antara Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter dan DPU dalam Paket
Proyek Peningkatan Jalan Wates – Toyan – Karangnongko Propinsi DIY
telah sesuai dengan Pasal 1313 KUH Perdata. Pihak pengguna jasa dalam
hal ini Departemen Pekerjaan Umum berupa badan hukum dan pihak
penyedia jasa yaitu PT. Herda Carter juga merupakan badan hukum.
Menurut Peter Mahmud Marzuki, kontrak merujuk kepada suatu
pemikiran akan adanya keuntungan komersial yang diperoleh kedua belah
fihak (Peter Mahmud Marzuki, 2002: 1).
Untuk itu menurut pendapat J. Satrio, untuk mengamankan kontrak
tersebut maka dibuatlah suatu perjanjian tertulis diantara dua atau lebih
orang atau pihak yang menciptakan hak dan kewajiban untuk melakukan
atau tidak melakukan suatu hal yang khusus.
Dalam melaksanakan proyek peningkatan jalan Wates – Toyan –
Karangnongko Propinsi DIY, pemerintah telah menyediakan dana sebesar
Rp. 222.750.000,00 ( dua ratus dua puluh juta tujuh ratus lima puluh ribu
rupiah ) termasuk PPN. Sumber dana pembiayaan ini berasal dari dana
sector program Loan OECF INP – 23 ( suplemen ) Nomor Registrasi :
lxxxii
21447801 dibebankan melalui DIP Proyek Pengawasan Jalan tahun
anggaran 2001 – 2002 dan tahun anggaran 2002 – 2003. Mengingat
besarnya biaya dan besarnya risiko yang menyangkut keselamatan umum,
maka dalam melaksanakan proyek peningkatan jalan tersebut dibuatlah
kontrak kerja dalam bentuk tertulis, karena selain berguna bagi kepentingan
pembuktian juga demi tercapainya tertib bangunan, sehingga kontrak yang
dibuat oleh Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter dan Departemen
Pekerjaan dibuat dalam bentuk kontrak standart yang dituangkan dalam
Kontrak Kerja antara Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter dan
Departemen Pekerjaan Umum dalam Paket Proyek Peningkatan Jalan Wates
– Toyan – Karangnongko Propinsi DIY.
Kontrak standart merupakan kontrak yang hampir seluruh klausul –
klausulnya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada
dasarnya tidak mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta
perubahan.
Menurut analisis penulis, kontrak yang dibuat oleh PT. Herda Carter
dengan proyek pemerintah dalam hal ini Departemen Pekerjaan Umum
dibuat dalam bentuk tertulis dan dalam bentuk perjanjian standart, artinya
format perjanjian dibuat dalam bentuk model formulir yang isinya
ditentukan secara sepihak oleh pihak yang memberikan pekerjaan. Maka
jelaslah bahwa dengan ditandatanganinya kontrak oleh PT. Herda Carter hal
itu berarti bahwa kontrak standart dapat diterima sebagai perjanjian
berdasarkan adanya kemauan dan kepercayaan bahwa para pihak
mengikatkan dirinya pada kontrak tersebut. Jika PT. Herda Carter
menerima dokumen perjanjian itu, berarti ia secara suka rela setuju pada isi
perjanjian itu. Hal ini sesuai dengan pendapat Rutten. Rutten mengatakan
bahwa setiap orang yang menandatangani perjanjian bertanggung jawab
pada isi dan apa yang ditandatanganinya.. Jika ada orang yang
membubuhkan tanda tangan mengetahui dan menghendaki isi formulir yang
lxxxiii
ditandatangani, tidak mungkin seseorang menandatangani apa yang tidak
diketahui isinya.
Selain itu, seperti yang terdapat dalam Undang – Undang Jasa
Konstruksi Tahun 1999 pasal 23, dalam kontrak kerja konstruksi sekurang –
kurangnya harus memuat uraian mengenai :
a. Para pihak.
b. Rumusan pekerjaan
c. pokok – pokok pekerjaan yang diperjanjikan
d. Pertanggungan dalam kontrak kerja konstruksi
e. Tenaga ahli
f. Hak dan kewajiban para pihak dalam kontrak kerja konstruksi
g. Cara pembayaran
h. Ketentuan mengenai cidera janji
i. Ketentuan pemutusan kontrak kerja
j. Keadaan memaksa memaksa
k.Kewajiban para pihak dalam kegagalan bangunan
l. Perlindungan pekerja
m. Aspek lingkungan
Meskipun kontrak yang dibuat oleh para pihak tidak sama persis
dengan apa yang terdapat didalam Pasal 23 Undang – Undang Jasa
Konstruksi Tahun 1999, kontrak tersebut tetap sah. Pada dasarnya syarat
sah kontrak berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata adalah :
1. Kesepakatan kehendak
2. Wenang berbuat
3. Perihal tertentu
4. Kausa yang legal
lxxxiv
Jadi, meskipun kontrak yang dibuat dan disepakati oleh Jasa
Konsultan PT. Herda Carter dan Departemen Pekerjaan Umum tidak sama
persis namun secara garis besar telah memuat apa yang terdapat dalam Pasal
23 UU Jasa Konstruksi Tahun 1999, kontrak tersebut tetap sah dan berlaku
sebagai undang – undang bagi mereka yang membuatnya.
Berdasarkan uraian diatas, maka jelas bahwa Kontrak Kerja yang
telah disepakati oleh Jasa Konsultan PT. Herda Carter dan Departemen
Pekerjaan Umum telah sesuai dengan pendapat Peter Mahmud Marzuki dan
pendapat J. Satrio.
Dalam pembahasan ini, penulis akan menjelaskan mengenai hak dan
kewajiban para pihak dalam penyelenggaraan kontrak jasa konstruksi.
Namun sebelumnya penulis akan memberikan penjelasan mengenai
kewajiban pengguna jasa dan penyedia jasa menurut UU No. 18 Tahun
1999 tentang Jasa Konstruksi.
Dalam penyelenggaraan kontrak pekerjaan konstruksi menurut Pasal
24 huruf e Undang – Undang No 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi,
kewajiban para pihak dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi:
1. Hak dan Kewajiban Pengguna Jasa antara lain meliputi :
a. Hak Pengguna Jasa
1. mengubah sebagian isi kontrak kerja konstruksi tanpa
mengubah lingkup kerja yang telah diperjanjikan atas
kesepakatan penyedia jasa
2. menghentikan pekerjaan sementara apabila penyedia jasa
tidak mampu memenuhi ketentuan kontrak kerja konstruksi.
3. Menghentikan pekerjaan secara permanen dengan cara
pemutusan kontrak kerja konstruiksi apabila penyedia jasa
tidak mampu memenuhi ketentuan kontrak kerja konstruksi
lxxxv
4. Menolak isi sebagian kontrak kerja konstruksi yang diusulkan
penyedia jasa
5. Menolak bahan atau hasil pekerjaan penyedia jasa yang tidak
memenuhi persyaratan teknis
6. Menetapkan dan atau mengubah besaran serta persyaratan
pertanggungan atas kesepakatan dengan penyedia jasa
7. Mengganti tenaga penyedia jasa karena dinilai tidak mampu
melaksanakanpekerjaan
8. Menghentikan pekerjaan sementara apabila penyedia jasa
tidak memenuhi kewajibannya
9. Menolak usul sub penyedia jasa dan atau pemasok yang
diusulkanpenyedia jasa
b. Kewajiban Pengguna Jasa
1) menyerahkan sarana kerja kepada penyedia jasa untuk
pelaksanaan pekerjaan sesuai kesepakatan kontrak kerja
konstruksi
2) memberikan bukti kemampuan membayar biaya
pelaksanaan pekerjaan
3) meneroma bahan dan atau hasil pekerjaan yang telah
memenuhi persyaratan teknis dan administrasi
4) memberikan imbalan atas prestasi lebih
5) membayar tepat waktu dan tepat jumlah sesuai tahapan
proses pembayaran yang disepakati
6) memenuhi pembayaran kompensasi atas kelalaian atau
kesalahan pengguna jasa
7) menjaga kerahasiaan dokumen / proses kerja yang diminta
penyedia jasa
8) melaksanakan pengawasan dan koreksi – koreksi terhadap
pelaksanaan pekerjaan
lxxxvi
2. Hak dan Kewajiban Penyedia Jasa antara lain meliputi :
a. Hak Penyedia Jasa
1) mengajukan usul perubahan atas sebagian isi kontrak kerja
konstruksi
2) mendapatkan imbalan atas prestasi lebih yang dilakukannya
3) mendapatkan kompensasi atas kerugian yang timbul akibat
perubahan isi kontrak kerja konstruksi yang diperintahkan
pengguna jasa
4) menghentikan pekerjaan sementara apa bila pengguna jasa
tidak memenuhi kewajibannya
5) mengtehentikan pekerjaan secara permanen dengan cara
pemutusan kontrak kerja konstruksi, apabila pengguna jasa
tidak mampu melanjutkan pekerjaan atau tidak mampu
memenuhi kewajibannya dan penyedia jasa berhak
mendapat kompensasi atas kerugian yang timbul akibat
pemutusan kontrak kerja konstruksi
6) menolak usul sub penyedia jasa dan atau pemasok atas
persetujuan pengguna jasa
b. Kewajiban Penyedia Jasa
1) memberikan pendapat kepada pengguna jasa atau
penugasannya, dokumen yang menjadi acuan pelaksanaan
pekerjaan, data pendukung kualitas sarana pekerjaan atau hal
– hal lainnya yang dipersyaratkan pada kontrak kerja
konstruksi
2) memperhitungkan resiko pelaksanaan dan hasil pekerjaan
3) memenuhi ketentuan pertanggungan membayar denda dan
atau ganti rugi sesuai yang dipersyaratkan pada kontrak
kerja konstruksi.
Dalam pelaksanaan kontrak kerja antara Jasa Konsultan Pengawas
PT. Herda Carter dan DPU dalam Paket Proyek Pengawasan Jalan Wates –
lxxxvii
Toyan – Karangnongko Propinsi DIY ada pantangan atau larangan yang
tidak boleh dilakukan oleh pihak penyedia jasa yaitu wanprestasi, dalam hal
ini penulis akan menguraikan tentang wanprestasi.
Wanprestasi artinya tidak terpenuhinya suatu kewajiban yang telah
ditetapkan dalam kontrak. Menurut Subekti wanprestasi dapat berupa empat
macam (Subekti, 1984: 45) :
1. Tidak melaksanakan apa yang disanggupi untuk dilaksanakan
2. Melaksanakan apa yang dijanjikan tidak sebagaimana yang
dijanjikan
3. Melaksanakan apa yang dijanjikan tetapi terlambat
4. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.
Sedangkan menurut Pasal 23 huruf g UU NO. 18 Tahun 1999
tentang Jasa Konstruksi, ketentuan mengenai cidera janji meliputi :
1. Bentuk cidera janji oleh penyedia jasa meliputi :
a. tidak menyelesaikan tugas
b. tidak memenuhi mutu
c. tidak memenuhi kualitas
d. tidak menyerahkan hasil pekerjan
2. Bentuk cidera janji oleh pengguna jasa meliputi :
a. terlambat membayar
b. tidak membayar
c. terlambat menyerahkan sarana pelaksanaan pekerjaan
Menurut data yang penulis peroleh, pihak DPU dan pihak Jasa
Konsultan PT. Herda Carter pernah melakukan wanprestasi yang berupa :
1. Wanprestasi yang Dilakukan Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda
Carter
a. Kewajiban Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter yang
Tidak dapat Dilaksanakan
lxxxviii
Pada Bab III tentang Kewajiban jasa konsultan pada bagian
3.01 (4)
Salah satu unsur jasa konsultan dari pihak Site Team
yang memiliki kedudukan sebagai Quantity Engineer yaitu Ir.
Eko Widyatmoko ternyata masih memiliki ikatan kontrak kerja
dengan perusahaan Jasa Konsultan lain yang ternyata masih
aktif melakukan proyek pengawasan jalan di Jalan Lingkar
Kaliwungu.
Dalam menyelesaikan masalah tersebut hal yang
dilakukan oleh DPU dengan Jasa Konsultan yaitu dengan cara
musyawarah mufakat atau menggabungkan cara mediasi,
dimana dialog dilakukan dengan menyertakan atau
mempertimbangkan pendapat tenaga ahli profesional atas
masalah yang dipersengketakan. Pendapat tersebut sangat
membantu memperkecil masalah – masalah sengketa dimana
diberlakukan kompromi dan adaptasi antara DPU dengan PT.
Herda Carter dari kondisi yang berubah atau yang belum diatur
secara eksplisit dalam perjanjian.
Selain itu, Jasa Konsultan PT. Herda Carter juga lebih
dominan mengutamakan musyawarah mufakat. Ir. Panut Gianto
juga menjelaskan bahwa kurang efektifnya pemecahan masalah
melalui arbitrasi yaitu dikarenakan seringnya arbiter yang
menangani kurang memiliki ketrampilan dalam menangani
sengketa dan tidak memiliki cukup kualitas serta integritas yang
diperlukan. Untuk sengketa yang intinya berkisar mengenai
pengertian hukum atas pasal – pasal kontrak atau aplikasinya
bisa memakan waktu yang lama dan bisa juga akhirnya harus
dialihkan kelitigasi. Dalam hal sengketa hukum yang
konsekuensi materinya relatif kecil, biaya sengketa akan
menjadi tinggi, bisa karena sewa ruang untuk sidang maupun
lxxxix
jika masing – masing pihak akhirnya memilih pengacara masing
– masing di samping memilih dan mempercayakan Arbiter yang
notabene disepakatinya hal ini juga berakibat pada ketidak
mampuan satu pihak khususnya atas biaya tidak bisa
dipertimbangkan dan untuk merealisasikan keputusan Arbitrase
adakalanya diperlukan enforcement melalui pengadilan.
Adapun bentuk kongkrit penyelesaiannya adalah
dengan cara mengganti personil Jasa Konsultan Site Team
Wates – Toyan – Karangnongko Propinsi DIY. Dalam hal ini Ir.
Eko Widyatmoko yang pada mulanya menjadi Quantity
Engineer untuk pengawasan teknik jalan Wates – Toyan –
Karangnongko Propinsi DIY, namun karena masih menjabat
sebagai Quantity Engineer pada perusahaan Jasa Konsultan yang
lain yang juga masih aktif melakukan pengawasan di Jalan
Lingkar Kaliwungu, maka pihak DPU dan PT. Herda Carter
mengadakan musyawarah mufakat yang intinya mengadakan
penggantian personil Jasa Konsultan. Yang semula Quantity
Engineer tersebut diisi oleh Ir.Eko Widyatmoko, sebagai
konsekuensinya PT. Herda Carter harus menggantinya dengan
personil yang memiliki kualitas sebanding dengan Ir. Eko
Widyatmoko dan itupun masih akan di tes atau di uji ulang oleh
pihak DPU.
Penggantian Personil Konsultan yang dilakukan setelah
ada kesepakatan antara pihak DPU dengan PT. Herda Carter
harus dilakukan secara tertulis dalam artian kualifikasi personil
konsultan yang diusulkan dan yang namanya tidak tercantum
dalam kontrak kerja awal, harus disampaikan kepada DPU untuk
memperoleh persetujuan sebelum personil baru tersebut
berangkat atau mobilisasi ketempat tugas. Selain itu, Pihak DPU
akan meninjau kembali besarnya beban biaya personil perbulan
xc
bagi personil pengganti. Maka dibuatlah perubahan kontrak
kerja antara DPU dengan pihak konsultan PT. Herda Carter
yang isinya mencakup masalah kualifikasi, beban biaya personil,
alasan penggantian personil serta persetujuan dari pihak DPU.
Perubahan Perjanjian kontrak kerja tersebut dituangkan dalam
Addendum II terhadap surat perjanjian kerja paket pengawasan
teknik jalan Wates – Toyan – Karangnongko Propinsi DIY
Nomor: 04/KTR/SPL-OECF/ 07-A /V/2007, dengan dasar
pembuatan addendum Surat dari Departemen Pekerjaan Umum,
Nomor: PW 03 01-Bp.11.01/22 tanggal 21 Juni 2007 perihal :
Persetujuan Penggantian Personil Konsultan Supervisi Paket
pengawasan Teknik Jalan Pamanukan – Eretankulon, Berita
Acara Penelitian Kontrak Paket Pengawasan Teknik Jalan
OECF nomor : 15/PAN.LIT/LOAN BP-07A /X/2007.
Adanya perubahan tersebut pihak konsultan harus
menanggung semua biaya yang timbul atau biaya tambahan
sebagai akibat pemindahan atau penggantian personil. Beban
biaya personil yang dibayarkan kepada personil yang
ditugaskan sebagai pengganti tidak melebihi beban biaya
personil yang digantikan.
Menurut analisa penulis dan berdasarkan paparan di
atas, hal ini jelas bahwa Jasa Konsultan PT. Herda Carter tidak
melaksanakan kontrak yang telah disepakati antara kedua belah
pihak.
Padahal untuk mencapai nilai pekerjaan yang baik
tidak dibenarkan suatu pekerjaan dikerjakan secara rangkap,
karena akan menimbulkan sistem atau mekanisme kerja yang
tidak jelas.
Dengan demikian Jasa Konsultan PT. Herda Carter
telah melakukan wanprestasi yaitu melakukan sesuatu yang
xci
menurut perjanjian tidak boleh dilakukan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Subekti, dan praktek wanprestasi yang telah dilakukan
Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter ini tidak sesuai
dengan bentuk praktek wanprestasi yang dilakukan oleh
penyedia jasa seperti yang terdapat didalam Undang – Undang
Jasa Konstruksi Tahun 1999.
b) Hak Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter yang Tidak
dapat Dilaksanakan.
Pada Bab V tentang Hak Jasa Konsultan bagian 5.01 (4)
Pada saat mobilisasi atau hingga personil konsultan
berangkat ke lapangan, Departemen Pekerjaan Umum masih
belum memberikan uang muka yang sedianya akan digunakan
sebagai biaya pemberangkatan personil dan biaya langsung
untuk memulai jasa. Keterlambatan pihak Departemen
Pekerjaan Umum tersebut berlangsung hingga lebih dari dua
bulan. Untuk menutup pengeluaran – pengeluaran yang
digunakan oleh jasa konsultan sebagai biaya pemberangkatan
personil dan biaya langsung untuk memulai jasa, Sebagai
solusinya, pihak jasa konsultan PT. Herda Carter memberi
pinjaman terlebih dahulu demi terlaksananya proyek hingga ada
penggantian atau dana yang turun dari Departemen Pekerjaan
Umum.
Berdasarkan paparan di atas, menurut analisis penulis,
seharusnya dengan diterimanya hak atas pembayaran uang
muka oleh Jasa Knsultan Pengawas PT. Herda Carter,
mobilisasi dan mulainya jasa pengawasan proyek yang
dilakukan oleh PT. Herda Carter tentu tidak akan terlambat,
Namun dengan adanya keterlambatan pemberian uang muka
oleh Departemen Pekerjaan Umum kepada Jasa Konsultan
Pengawas PT. Herda Carter, maka mobilisasi dan mulainya
xcii
layanan jasapun menjadi terlambat. Dalam hal ini da[pat
penulis katakan wanprestasi yang dilakukan Jasa Konsultan PT.
Herda Carter adalah melaksanakan apa yang diperjanjikan
tetapi terlambat. Namun hal ini tidak lepas dari adanya praktek
wanprestasi yang telah dilakukan oleh Departemen Pekerjaan
Umum yaitu adanya keterlambatan selama dua bulan dalam
pemberian uang muka untuk mobilisasi dan memulai pelayanan
jasa.
Jadi, kesimpulan yang dapat penulis ambil disini adalah,
bahwa wanprestasi yang telah dilakukan oleh Jasa Konsultan
PT. Herda Carter sesuai dengan pendapat Subekti yaitu
melaksanakan apa yang diperjanjikan tetapi terlambat.
Sedangkan wanprestasi yang telah dilakukan oleh
Departemen Pekerjaan Umum juga telah sesuai dengan
pendapat Subekti yaitu melaksanakan apa yang diperjanjikan
tetapi terlambat dan telah sesuai dengan pengertian wanprestasi
yang dilakukan oleh pengguna jasa menurut Undang – Undang
Jasa Konstruksi tahun 1999 yaitu adanya keterlambatan
membayar.
2. Wanprestasi yang dilakukan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
a. Kewajiban Departemen Pekerjaan Umum yang Tidak dapat
Dilaksanakan
1) Pada Bab IV tentang Kewajiban Departemen Pekerjaan
Umum bagian 4.01 (3)
Selama pelaksanaan proyek pengawasan jalan
Pamanukan – Eretankulon tidak ada kesalahan, kecerobohan
atau pelanggaran kontrak yang dilakukan oleh pegawai
Departemen Pekerjaan Umum yang mengakibatkan jasa
konsultan harus memberikan ganti kerugian. Oleh karena itu
xciii
meskipun dalam kontrak disebutkan bahwa DPU akan
membela konsultan apa bila terdapat kecerobahan dan
kesalahan dari pegawai DPU, namun pada kenyataannya,
meskipun terjadi pelanggaran terhadap kontrak dalam hal ini
adanya keterlambatan pengiriman gaji yang sebenarnya hal
itu juga merugikan pihak konsultan, namun tetap saja pihak
jasa konsultan yang harus mengalah dengan cara tidak
memperpanjang permasalahan hingga ke Pengadilan. Jasa
Konsultan lebih dominan mencari solusi sendiri yaitu
dengan cara memberikan pinjaman uang terlebih dahulu
sebelum DPU memberikan tranfer atau mengirim biaya
untuk melaksanakan proyek.
b. Hak Departemen Pekerjaan Umum yang Tidak dapat
Dilaksanakan
Selama pelaksanaan proyek berlangsung Departemen
Pekerjaan Umum selalu mendapatkan hak – haknya seperti
yang terdapat dalam kontrak kerja antara Jasa Konsultan
Pengawas PT. Herda Carter dan Departemen Pekerjaan Umum
dalam paket proyek pengawasan jalan Wates – Toyan –
Karangnongko Propinsi DIY.
Dari data dan hasil penelitian di atas, maka dapat dilihat
bahwa pada prakteknya kontrak kerja jasa konsultan pengawas
PT. Herda Carter dan Departemen Pekerjaan Umum meskipun
kontrak tersebut tetap dilaksanakan namun dalam
pelaksanaannya masih tetap terjadi pelanggaran kontrak
( contract violation ) atau wanprestasi.
Dalam hal ini penulis akan menjelaskan mengenai
akibat hukum dari praktek wanprestasi yang telah dilakukan
masing – masing pihak.
xciv
Untuk sampai pada fase dimana debitur dinyatakan
wanprestasi, maka perlu adanya pernyataan lalai dari kreditur.
“Jadi maksud berada dalam keadaan lalai ialah peringatan atau
pernyataan dari kreditur tentang saat selambat – lambatnya
debitur wajib memenuhi prestasi “ (Subekti, 1990 : 48).
Berdasarkan Pasal 1238, kreditur harus menyatakan
debitur lalai dengan “suatu surat perintah” atau dengan “akta
sejenis” surat perintah, yang dimaksud adalah surat kreditur
kepada debitur yang berisi pernyataan atau perintah agar
debitur memenuhi kewajibannya selambat – lambatnya pada
suatu saat yang ditentukan. Surat yang demikian itu disebut
sebagai sommatie.
Hukuman atau akibat – akibat wanprestasi bagi debitur
dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu (Subekti, 1990:
45) :
1. Membayar kerugian atau ganti rugi
2. Pembatalan perjanjian atau pemecahan perjanjian
3. Peralihan resiko
4. Membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di
Pengadilan.
Menurut Pasal 26 dan 27 UU No. 18 tahun 1999 tentang
Jasa Konstruksi :
Pasal 26 UU No. 18 Tahun 1999 :
Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena
kesalahan perencana atau pengawas konstruksi, dan hal
tersebut terbukti menimbulkan kerugian bagi pihak lain,
maka perencana atau pengawas konstruksi wajib
bertanggung jawab sesuai dengan bidang profesi dan di
kenakan ganti rugi.
xcv
Pasal 27 UU No. 18 Tahun 1999 :
Jika terjadi kegagalan bangunan yang disebabkan karena
kesalahan pengguna jasa dalam pengelolaan bangunan dan
hal tersebut menimbulkan kerugian bagi pihak lain, maka
pengguna jasa wajib bertanggung jawab dan di kenai ganti
rugi.
Menurut penjelasan pasal di atas adalah bahwa,
pengertian kerugian yang diderita oleh pengguna jasa atau
penyedia jasa tidak termasuk keuntungan yang akan diperoleh
ataupun bagian dari biaya atas pelayanan yang sudah dinikmati.
Pelanggaran kontrak adalah pelanggaran terhadap satu
atau lebih persyaratan yang terkandung dalam kontrak, dengan
konsekuensi yang harus ditanggung oleh pihak yang bersepakat
(Wulfram I. Erfianto, 2002: 103). Dalam hal ini pelanggaran
kontrak yang telah terjadi yaitu bahwa baik Jasa Konsultan
(pengawas) maupun Departemen Pekerjaan Umum (pengguna
jasa) telah melanggar sebagian kontrak. Akibat pelanggaran
kontrak tersebut salah satu pihak mengalami kerugian.
Pada dasarnya, dalam menilai kadar pelanggaran
dikenal konsep pelanggaran material dan pelanggaran imaterial.
Dikatakan sebagai pelanggaran material jika menyangkut
masalah aspek vital dari suatu kontrak. Sebaliknya suatu
pelanggaran terhadap kontrak dikatakan pelanggaran imaterial
jika menyangkut aspek yang kurang atau tidak penting dari
suatu perjanjian. Dalam pelaksanaannya pelanggaran kontrak
yang dilakukan baik PT. Herda Carter dan Departemen
Pekerjaan Umum lebih bersifat pelanggaran imaterial karena
menyangkut aspek – aspek yang tidak penting atau kurang
penting dalam suatu kontrak.
xcvi
Berdasarkan analisis diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa, hak dan kewajiban Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda
Carter dan Departemen Pekerjaan Umum yang dituangkan
dalam kontrak kerja jasa konstruksi Nomor : No.
KU.08.08/CTR/BLN/PW-PLJ/04 dalam paket proyek
pengawasan jalan Wates – Toyan – Karangnongko Propinsi
DIY tetap dilaksanakan meskipun dalam pelaksanaannya masih
terdapat pelanggaran (wanprestasi). Adapun bentuk pelanggaran
yang dilakukan baik Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter
dan Departemen Pekerjaan Umum tergolong pelanggaran
imaterial atau pelanggaran ringan karena menyangkut aspek
yang tidak begitu penting sehingga baik Jasa Konsultan
Pengawas PT. Herda Carter maupun DPU yang merupakan
pelanggar kontrak sama sekali tidak dikenai ganti kerugian.
2. Permasalahan yang timbul dalam kontrak kerja antara jasa konsultan
pengawas jalan PT. Herda Carter dengan Dinas Pekerjaan Umum
Dirjen Bina Marga Kulon Progo dalam Paket Proyek Peningkatan
Jalan Wates – Toyan – Karangnongko dan penyelesaiannya
Hambatan dalam pelaksanaan kontrak konstruksi menurut Munir
Fuady dalam bukunya manajemen proyek konstruksi, dapat disebabkan
oleh dua faktor yaitu faktor makro dan faktor mikro (Munir Fuady, 1998 :
198) :
a. Faktor Makro
Faktor makro adalah faktor yang secara umum berkaitan
dengan adanya kebijakan sosial politik pemerintah (perubahan
rencana anggaran belanja negara yang merubah DUP), sehingga
proyek – proyek pembangunan jalan maupun jembatan yang
biasanya dapat dilaksanakan, menjadi batal pelaksanaannya.
xcvii
b. Faktor Mikro
Faktor Mikro dapat disebabkan dua hal yaitu keadaan
intern jasa konsultan dan keadaan extern jasa konsultan. Keadaan
intern jasa konsultan antara lain keterlambatan pihak kontraktor
dalam melaksanakan pekerjaan yang secara otomatis juga akan
mengakibatkan keterlambatan laporan yang dibuat oleh jasa
konsultan dan harus diserahkan tiap satu bulan sekali , tiga bulan
sekali dan akhir proyek. Keadaan lain yang menghambat
pelaksanaan kontrak adalah adanya pergantian personil jasa
konsultan yang merangkap pekerjaan.
Keadaan ekstern jasa konsultan yaitu berubahnya review
desain yang memang sudah tidak relevan lagi dengan keadaan
pada saat proyek akan berlangsung.
Dalam pelaksanaan kontrak kerja konstruksi tidak selamanya
sesuai rencana. Hal lain yang juga dapat menjadi faktor penghambat
pelaksanaan kontrak adalah dikarenakan keadaan memaksa atau overmacht.
Overmacht adalah suatu peristiwa yang terjadi diluar kesalahan debitur,
mengingat hal tersebut tidak dapat diduga atau diperhitungkan sebelumnya.
Dalam keadaan memaksa, debitur berusaha menunjukkan bahwa tidak
terlaksananya apa yang dijanjikan disebabkan oleh hal – hal yang sama
sekali tidak dapat diduga dan dimana ia tidak dapat berbuat apa – apa
terhadap keadaan yang timbul akibat peristiwa yang timbul diluar dugaan
(Subekti, 1990 : 55 ). Pada kenyataannya di dalam kontrak tersebut tidak
disebutkan apabila terjadi overmacht baik itu mengenai penanggungan
resiko maupun hal-hal lain yang berkaitan dengan hal tersebut. Hal inilah
yang mungkin juga menjadi salah satu penghambat pelaksanaan kontrak
konstruksi itu sendiri, karena tentunya kedua belah pihak juga sama-sama
tidak ingin dirugikan apabila terjadi overmacht, meskipun mungkin pada
kenyataannya hal tersebut tidak terjadi di lapangan
xcviii
Pasal 1244 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata menetapkan:
“ Jika ada alasan untuk itu, si berutang harus dihukum mengganti,
bahwa hal tidak atau tidak pada waktu yang tepat dilaksanakannya
perikatan itu, disebabkan karena suatu hal yang tidak diduga, pun tidak
dapat dipertanggung jawabkannya. Padanya, kesemuanya itu pun jika
itikad buruk tidaklah ada pada pihaknya”.
Pasal 1245 Kitab Undang – Undang Hukum Perdata menetapkan
“ Tidaklah biaya, rugi dan bunga harus digantikannya, apabila
karena keadaan memaksa atau karena suatu kejadian yang tidak disengaja,
siberhutang berhalangan memberikan atau berbuat sesuatu yang
diwajibkan atau karena hal – hal yang sama telah melakukan perbuatan
yang terlarang”.
Dari kedua pasal di atas pada dasarnya mengatur hal yang sama,
yaitu dibebaskannya si debitur dari kewajiban mengganti kerugian, karena
suatu kejadian yang dinamakan keadaan memaksa.
Ada dua teori tentang Overmacht, yaitu ( J. Satrio, 1983 : 254 ):
1. Teori Obyektif
Suatu overmacht dianggap ada jika terjadi suatu peristiwa yang
menyebabkan orang tidak dapat memenuhi kewajiban secara mutlak
2. Teori Subyektif
Suatu overmacht dianggap ada jika debitur yang bersangkutan telah
berusaha dengan baik, kemudian tidak dapat memenuhi
kewajibannya.
Berdasarkan data yang penulis peroleh, pada pelaksanaan kontrak
antara PT. Herda Carter dan Departemen Pekerjaan Umum dalam Paket
Proyek Pengawasan Jalan Wates - Toyan - Karangnongko Propinsi DIY
hambatan yang terjadi yaitu adanya perbedaan kualitas dan harga satuan
barang pada saat pelelangan berbeda dengan harga dan kualitas barang
pada saat proyek akan dilaksanakan. Perbedaan ini yang menjadi
xcix
penghambat pelaksanaan kontrak, karena kontraktor tidak mampu
melaksanakan proyek tersebut dikarenakan anggaran yang diberikan
pemerintah tidak cukup untuk melaksanakan proyek.
Dalam hal ini agar proyek dapat terlaksana maka perlu diadakan
perubahan besar review desain dan yang terlibat dalam pelaksanaan review
desain tersebut adalah konsultan perencana. Secara otomatis mundurnya
jadwal pelaksanaan proyek yang dilakukan oleh kontraktor juga
mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan kontrak yang disepakati antara.
Jasa Konsultan Pengawas PT Herda Carter dan DPU.
Kontrak kerja antara jasa konsultan PT. Herda Carter dan
Departemen Pekerjaan Umum yang sebenarnya akan dilaksanakan pada
bulan Pebruari tahun 2007, karena adanya review desain tersebut terpaksa
mundur menjadi bulan Mei tahun 2008. Meskipun pada akhirnya kontrak
tersebut dapat berjalan, namun pelaksanaan kontrak menjadi terhambat
dikarenakan kontrak tersebut harus mundur satu tahun lebih. Hal ini jelas
mengakibatkan dampak yang tidak baik pada sistem transportasi nasional
atau dengan kata lain mobilitas barang dan jasa dari propinsi yang satu ke
propinsi yang lain menjadi terhambat.
Menurut pendapat penulis, sebagaimana tercermin dari uraian di
atas, hal tersebut terjadi dikarenakan oleh dua faktor :
1. Faktor internal
Pada umumnya jasa konstruksi nasional masih mempunyai
kelemahan dalam manajemen, penguasaan teknologi dan
permodalan serta keterbatasan tenaga ahli dan tenaga terampil.
Struktur usaha jasa konstruksi nasional masih belum tertata
secara utuh dan kokoh tercermin dari kenyataan belum
terwujudnya kemitraan yang sinergi antara penyedia jasa dalam
berbagai klasifikasi dan atau kualifikasi
c
2. Faktor eksternal
Kekurang setaraan hubungan kerja antara pengguna jasa dan
penyedia jasa. Belum mantapnya dukungan berbagai sektor secara
langsung maupun tidak langsung yang mempengaruhi kinerja dan
keandalan jasa konstruksi nasional antara akses kepada
permodalan, kesediaan bahan dan komponen bangunan yang
standar.
Dengan demikian, menurut analisis penulis faktor yang menjadi
penghambat dalam melaksanakan kontrak antara PT. Herda Carter dan
Departemen Pekerjaan Umum adalah faktor mikro keadaan extern Jasa
Konsultan PT. Herda Carter adanya perubahan desain yang besar yang
memerlukan pengesahan dari Departemen Pekerjaan Umum. Hal ini sesuai
dengan pendapat Munir Fuady tentang hambatan pelaksanaan kontrak.
Dalam hal adanya keterlambatan yang mengakibatkan
terhambatnya pelaksanaan kontrak, menurut UU No. 18 Tahun 1999
tentang Jasa Konstruksi disebutkan dalam Pasal 23 huruf g ayat (2)
bahwa, “ dalam hal terjadinya keterlambatan pekerjaan yang dilakukan
oleh penyedia jasa atau pengguna jasa, pihak yang dirugikan berhak untuk
memperoleh kompensasi yang masing – masing disesuaikan dengan
kegiatan tahapan pelaksanaan dan pengawasan”.
Berdasarkan penjelasan di atas dan data yang penulis peroleh,
ternyata pelaksanaan di lapangan tidak sesuai dengan pendapat Munir
Fuady yang menyatakan tentang hambatan pelaksanaan kontrak konstruksi
disebabkan oleh Faktor Makro, karena selama ini proyek pengawasan jalan
dapat dilaksanakan. Selain itu pelaksanaan dilapangan juga tidak sesuai
dengan teori overmacht sebab hambatan yang terdapat didalam
melaksanakan kontrak bukan dikarenakan suatu peristiwa yang tidak
dapat diduga atau diperhitungkan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya, hal
ini juga tidak sesuai dengan peraturan yang ada dalam UU No. 18 Tahun
ci
1999 Pasal 23 huruf g ayat (2) yang menyatakan pihak penyedia jasa atau
pihak yang dirugikan berhak memperoleh kompensasi atau ganti kerugian.
Namun dalam kenyataannya dalam hal ini Jasa Konsultan Pengawas PT
Herda Carter tidak memperoleh kompensasi atau ganti kerugian apapun
dari Departemen Pekerjaan Umum sehubungan dengan keterlambatan
pelaksanaan kontrak kerja yang dikarenakan kesalahan pihak ketiga atau
pengguna jasa ( DPU ) dalam pelaksanaan kontrak.
Dalam hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa faktor yang
menjadi penghambat dalam melaksanakan kontrak antara PT. Herda Carter
dan Departemen Pekerjaan Umum adalah faktor mikro keadaan extern
Jasa Konsultan PT. Herda Carter. Hal ini sesuai dengan pendapat Munir
Fuady tentang hambatan pelaksanaan kontrak dan ternyata pelaksanaan
dilapangan tidak sesuai dengan teori atau peraturan yang ada dalam UU
No. 18 Tahun 1999 Pasal 23 huruf g ayat (2). Atau dengan kata lain pihak
penyedia jasa dalam hal ini Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter
tidak memperoleh kompensasi atau ganti kerugian dari Departemen
Pekerjaan Umum sehubungan dengan keterlambatan pelaksanaan kontrak
kerja yang dikarenakan kesalahan pihak ketiga atau pengguna jasa ( DPU )
dalam pelaksanaan kontrak.
cii
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang diuraikan dalam bab III
di muka, dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Implementasi Kontrak Kerja Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter
dengan Dinas Pekerjaan Umum Dirjen Bina Marga Kulon Progo dalam Paket
Proyek Peningkatan Jalan Wates – Toyan – Karangnongko, telah terlaksana
dengan baik, dimana hak dan kewajiban Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda
Carter dan Departemen Pekerjaan Umum yang dituangkan dalam kontrak
kerja jasa konstruksi Nomor : No. KU.08.08/CTR/BLN/PW-PLJ/04 dalam
paket proyek pengawasan jalan Wates – Toyan – Karangnongko Propinsi DIY
tetap dilaksanakan meskipun dalam pelaksanaannya masih terdapat
pelanggaran (wanprestasi). Adapun bentuk pelanggaran yang dilakukan baik
Jasa Konsultan Pengawas PT. Herda Carter dan Departemen Pekerjaan Umum
tergolong pelanggaran immaterial atau pelanggaran ringan karena menyangkut
aspek yang tidak begitu penting sehingga baik Jasa Konsultan Pengawas PT.
Herda Carter maupun DPU yang merupakan pelanggar kontrak sama sekali
tidak dikenai ganti kerugian.
2. Faktor yang menjadi hambatan dalam melaksanakan kontrak kerja antara Jasa
Konsultan PT. Herda Carter dengan Dinas Pekerjaan Umum Dirjen Bina
Marga Kulon Progo dalam Paket Proyek Peningkatan Jalan Wates – Toyan –
Karangnongko adalah faktor mikro yang disebabkan karena keadaan ekstern
Jasa Konsultan PT. Herda Charter. Bentuk kongkrit hambatan pelaksanaan
kontrak adanya perubahan desain yang besar yang memerlukan pengesahan
dari Departemen Pekerjaan Umum sehingga mengakibatkan pelaksanaan
kontrak menjadi mundur selama satu tahun, sedangkan untuk penyelesaian
masalah tersebut yang dapat dilakukan adalah dengan membuat kontrak baru
guna melengkapi kontrak yang sebelumnya telah disepakati, sehingga dalam
ciii
hal ini tidak ada pihak-pihak yang dirugikan secara materiil karena adanya
hambatan tersebut.
B. Saran
1. Agar dalam pelaksanaan pekerjaan Jasa Konstruksi dapat berjalan dengan
lancar dan baik, hendaknya dalam pemenuhan kontrak kerja dilandasi
dengan prinsip kesetaraan dalam hubungan kerja yang bersifat terbuka,
timbal balik dan sinergi yang memungkinkan para pihak untuk melakukan
fungsinya masing – masing secara konsisten.
2. Untuk menjamin kepentingan para pihak baik Konsultan maupun pemberi
tugas, dalam pembuatan kontrak kerja hendaknya mencantumkan
ketentuan mengenai overmacht / keadaan memaksa. Dengan maksud agar
apabila terjadi overmacht, masing – masing pihak dapat memiliki
kedudukan yang sejajar dimata hukum.
civ
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Abdulkadir Muhammad, Pokok – pokok Hukum Pertanggungan, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1982.
Perjanjian Baku dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Bandung : Citra Aditya Bakti. 1992.
Black, Henry Campell, Black’s Law Dictionary. St. Paul. Minnesota, USA : West Publishing Co. 1968.
Budiono Kusumo Hamidjojo, Panduan untuk Merancang Kontrak, Penerbit Grasindo, 2001.
FX. Djumialdji, Himpunan Peraturan Perundang – undangan Perburuhan bidang Pemutusan Hubungan Kerja, Jakarta : Citra Aditya Bakti, 1991.
Gifis, Steven H. Law Dictionary, New York, USA : Baron’s Educational Series. Inc., 1984.
Ginanjar Kartasasmita, Jasa Konstruksi dari Masa ke masa, Jakarta : Media Elexkomputindo, 1997.
Hamid Shahab, Aspek Hukum dalam Sengketa Bidang Konstruksi, Jakarta : Penerbit Djambatan, 1996.
HB. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif ( Dasar teori dan terapannya dalam penelitian ), Surakarta : UNS Press, 2002.
Munir Fuady, Hukum Kontrak Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Bandung : Penerbit Citra Aditya Bhakti, 2001.
Kontrak Pemborongan Mega Proyek, Bandung : Penerbit Citra Aditya Bhakti, 1998.
Peter Aronstam. 1979. Consumer Protection, Freedom of Contract And The Law. Cope Town : Juta & Company Limited.
Peter Mahmud Marzuki. 2002. Kontrak dan Pelaksanaannya, Surakarta : Depdiknas Prog. Pascasarjana Progdi Ilmu Hukum UNS.
cv
Rissard Pehiadang, Konsultan Indonesia Dalam Perspektif, Jakarta : Penerbit Gramedia, 1997
R. Setiawan, Pokok – Pokok Hukum Perikatan, Jakarta : Bina Cipta, 1994
Russel and Bernard, Cultural Constrait in Management Theories, Academy of Management Executive, 1993.
Samodra Wibawa. Kebijakan Publik Proses dan Analisis. Jakarta: Intermasa.1994.
Soedibyo, Pihak – pihak yang Melaksanakan Pembangunan, Jakarta : Pradnya Paramita, 1984
Soenarko. Public Policy pengertian Pokok Untuk Memahami dan Analisa Kebijaksanaan Pemerintah. Jakarta: Erlangga.2003.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : UI Press, 1984
Solihin Abdul Wahab. Analisa Kebijakan dari Formulasi ke Implementasi Kebijakan. Jakarta : Bumi Aksara.2004.
Subekti, Pokok – Pokok Hukum Perdata, Jakarta : Intermasa, 1985.
Aneka Perjanjian. Bandung.: Penerbit Alumni, 1987.
Hukum Perjanjian, Jakarta : Intermasa, 1990.
Kitab Undang – Undang Hukum Perdata, Jakarta : Pradnya Paramita, 1995.
Sutan Remy Sjahdeini. Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia. Jakarta : Penerbit Institut Bankir Indonesia, 1993.
Tjiptono, Strategi Pemasaran, Yogyakarta : Penerbit Andi Offset, 1995. Kamus :
C.S.T Kansil. Kamus Istilah Aneka Hukum. Jakarta: Jala Permata.2009.
cvi
Suharso dan Ana Retnoningsih. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Widya Karya.2005.
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.1976.
Umi Chulsum dan Windi Novia. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko.2006.
Peraturan Perundang-undangan : Kontrak Kerja Konsultan Dalam Paket Proyek Pengawasan Teknik
Pembangunan Jalan dan Jembatan Field Team Wates-Toyan-Karangnongko.
UU No. 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi.
Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2000 Tentang Usaha dan peran Masyarakat Jasa Kontruksi.
Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi.
Peraturan pemerintah No. 30 Tahun 2000 Tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi.
Jurnal :
Daniel Markovits.2004.”Contract and Collaboration”.The Yale Law Journal.Vol.113.No.1417.
Alan Schwartz and Robert E. Scott.2003.”Contract Theory and the Limits of Contract Law”.The Yale Law Journal.Vol.113.No.541.
cvii
D E P A R T E M E N P E K E R J A A N U M U M D I R E K T O R A T J E N D E R A L B I N A M A R G A D I R E K T O R A T J A L A N D A N J E M B A T A N W I L A Y A H B A R A T JL. PATIMURA NO.20. Gd. SAPTA TARUNA LANTAI VII KEBAYORAN BARU, JAKARTA SELATAN – 12110, TELP ( 021 ) 7 3 9 4 9 5 6 . F A X : ( 0 2 1 ) 7 2 5 1 9 0 5
KONTRAK KERJA KONSULTAN
PENGAWASAN TEKNIK PEMBANGUNAN
JALAN DAN JEMBATAN
FIELD TEAM WATES – TOYAN -
KARANGNONGKO
BAGIAN PELAKSANA KEGIATAN
PEMBANGUNAN JALAN DAN JEMBATAN
WATES – TOYAN - KARANGNONGKO
PROVINSI DIY
TECHNICAL ASS ISTANCE FOR CONSTRUCTION SUPERVISION CONSULTANT (CSC-1)
F OR N O N M E TR O P O L ITA N R O A D S O F S TR A TE G IC R O A D S IN F R A S T RU C TU R E P R O J E C T( S R IP )
U N DE R IB R D LO A N N O . 4 8 3 4 - IN D
CECI Joint Venture with PT. HERDA CARTER Field Team WATES-TOYAN-KARANGNONGKO
Murbai Street No.12, Rt. 10, Rw. 01 Sumur Boto Kulon Progo. Telphone : (0274) 328513. Fax - KP : 56172. Email : [email protected]
cviii
T E C H N IC A L A S S I S T A N C E F O R C O N S TR U C T I O N SU P E R V I S IO N C O N S U L TA N T (CSC-1)
F O R N O N M E T R O P O L I T A N R O A D S O F S T R A T E G I C R O A D S I N F R A S T R U C T U R E P R O J E C T ( S R I P )
U N D E R I B R D L O A N N O . 4 8 3 4 - I N D
CECI Joint Venture with PT. HERDA CARTER Field Team Wates – Toyan - Karangnongko
Murbai Street No.12, Rt. 10, Rw. 01 Sumur Boto Kulon Progo. Telphone : (0274) 328513. Fax- KP : 56172. Email : [email protected]
BAB I Definisi
Surat perjanjian kontrak kerja menyatakan pihak Kesatu Proyek Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Departemen Pekerjaan Umum Kulon Progo yang beralamat di Jalan Murbai - Sumurboto, Kulon Progo setuju menugaskan Pihak Kedua PT. Herda Charter untuk melaksanakan Paket Pengawasan Teknik Jalan Wates – Toyan – Karangnongko Propinsi DIY. Pihak kedua setuju memberikan jasa berdasarkan syarat dan ketentuan yang ditetapkan dalam kontrak dan kedua belah pihak untuk sepakat melaksanakan ketentuan-ketentuan yang termuat di dalam Kontrak Nomor: No. KU.08.08/CTR/BLN/PW-PLJ/04.
BAB II Jasa
Sumber dana pembiayaan ini berasal dai sektor loan noor registrasi: 21447801 di bebankan melalui DIP proyek Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan Propinsi DIY Tahun Anggaran 2007 – 2008. Atas jasa yang diberikan oleh pihak kedua Proyek Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan Propinsi DIY membayar dengan cara yang dinyatakan dalam kontrak sebagaimana yang ditetapkan dalam lampiran C (biaya ), yaitu sebesar tidak lebih dari Rp. 222.750.000 (dua ratus dua puluh dua juta tujuh ratus lima puluh ribu rupiah) termasuk PPN
BAB III Kewajiban dan tanggung jawab konsultan
cix
10) mengikuti pedoman yang diberikan oleh Kantor/Satuan
Kerja/Proyek. Konsultan harus mengerahkan segala kemampuan,
perhatian, ketekunan, serta efisiensi dan efektifitas sebagai tenaga
ahli (profesional), dalam malaksanakan tugas- tugasnya. Konsultan
harus memenuhi standar profesi yang berlaku, menggunakan praktek
teknik/teknologi tepat guna, administrasi dan keuangan yang baik
pada masing – masing bidang yang digunakan dalam jasa. Konsultan
harus bekerja untuk kepentingan Kantor/Satuan Kerja/Proyek;
11) menyusun dan menyampaikan usulannya kepada
Kantor/Satuan Kerja/Proyek berkenaan dengan maksudnya untuk
memperbaiki fasilitas dan atau sistem itu tanpa biaya lagi dari
Kantor/Satuan Kerja/Proyek sampai pada waktu fasilitas dan atau
sistem tersebut memenuhi standar kinerja;
12) menunjuk seorang karyawan tetap senior sebagai pemimpin
tim yang bertempat tinggal tetap di tempat tugas sepanjang waktu
pelaksanaan jasa, kecuali selama cuti atau ketidakhadiran yang
diijinkan oleh kantor satuan kerja proyek. Pemimpin tim harus selalu
berhubungan dengan kantor satuan kerja proyek selama pelaksanaan
kontrak. Pemimpin tim adalah wakil sah konsultan;
13) mempekerjakan personil yang ditunjuk dalam jadwal
penugasan selama jangka waktu yang telah ditentukan. Menjamin
bahwa personil hanya akan dipekerjakan tidak terlibat dalam kegiatan
usaha lain atau kegiatan profesional lain selama penugasannya
berdasarkan kontrak;
14) memegang kerahasiaan negara dan melarang serta
mencegah personilnya memberitahukan kepada siapapun atau badan
hukum mengenai informasi yang dirahasiakan;
15) menjaga kepentingan kantor satuan kerja proyek dengan
menyimpan semua informasi, dokumentasi, data, peta, gambar,
dokumen design dan laporan dengan sangat rahasia;
cx
16) menyimpan catatan dan perhitungan biaya yang akurat dan
sitematis sehubungan dengan jasa dalam bentuk dan rincian yang
dapat digunakan untuk menetapkan secara akurat bahwa telah
dikeluarkan biaya dan pengeluaran yang dirujuk dalam biaya dan
pembayaran;
17) menyampaikan laporan kemajuan pekerjaan dan laporan
penyelesaian pekerjaan sebagaimana yang dinyatakan dalam
Kerangka Acuan Kerja;.
18) menjamin bahwa spesifikasi, desain dan semua
dokumentasi yang berhubungan dengan pengadaan jasa konstruksi
barang dan jasa untuk proyek disusun berdasarkan asas tidak
memihak dan sesuai dengan cara pelaksanaan yang baik dan
peraturan - peraturan yang berlaku pada proyek.
BAB IV
Tanggung jawab Departemen Pekerjaan Umum 5) menyediakan barang dan fasilitas yang diperlukan tanpa biaya bagi
konsultan untuk pelaksanaan jasa;
6) mengangkat seorang pemimpin proyek yang diberi kuasa dan
wewenang untuk mengambil dan melaksanakan keputusan di proyek;
7) memberikan ganti kerugian, melindungi dan membela konsultan
terhadap semua tuntutan hukum, tuntutan lainnya, dan tanggungan
yang timbul karena kesalahan, kecerobohan dan pelanggaran kontrak
yang dilakukan oleh pegawai Departemen Pekerjaan Umum;
8) membayar jasa konsultan berdasarkan kontrak
BAB V Biaya dan pembayaran
cxi
6) mendapatkan pembayaran dari kantor satuan kerja proyek
berdasarkan kontrak dengan jumlah uang yang telah disebutkan
dalam perjanjian;
7) mendapatkan tambahan biaya sebagai pengganti bantuan, jasa dan
fasilitas yang belum disediakan oleh kantor satuan kerja proyek
sesuai dengan kesepakatan bersama;
8) menunjuk bank dalam rangka pembayaran oleh kantor satuan kerja
proyek;
9) mendapatkan uang muka yang mencakup biaya pemberangkatan
personil dan biaya langsung untuk memulai jasa;
10) memilih dan mengangkat personil di lapangan atau kantor site team
BAB VI
Pemilikan laporan dan peralatan
3) mendapatkan laporan dan data yang terkait seperti peta, diagram,
disain, dan bahan pendukung lain yang dihimpun selama
berlangsungnya jasa.
4) berhak atas peralatan yang dibeli atau dimiliki atas nama Departemen
Pekerjaan Umum yang digunakan oleh konsultan.
BAB VII
Sanksi, pemutusan kontrak dan penyelesaian perselisihan
Pemutusan kontrak dapat dilaksanakan apabila konsulan tidak berhasil memperbaiki suatu kegagalan pelaksanaan kewajiban berdasarkan kontrak, konsultan tidak mampu lagi membayar hutang-hutangnya atau bangkrut, konsultan gagal memenuhi putusan akhir arbirase, konsultan menyampaikan suatu pernyataan yang tidak benar kepada Kantor Satuan Proyek yang mana pernyataan tersebut berpengaruh terhadap hak dan kewajiban atau kepentingan kantor satuan proyek , konsultan tidak bisa melaksanakan sebagian besar jasanya untuk jangka waktu sekurang-kurangnya enam puluh hari atau kantor satuan proyek atas kehendaknya
cxii
sendiri atau karena sesuatu hal, memutus kontrak. Pemberitahuan akan disampaikan sekurang-kurangnya tiga puluh hari sebelum pemutusan kontrak
BAB VIII
Perubahan kontrak, Bahasa, satuan ukuran, satuan berat, dan peraturan kerja lapangan.
Segala ketentuan yang belum diatur dalam perjanjian ini akan diatur
selanjutnya dalam adendum yang merupakan bagian tak terpisahkan dari
perjanjian ini dan akan diputuskan secara bersama
BAB IX
Wakil sah, pemberitahuan dan permintaan
Egala bentuk laporan yang dihasilkan konsultan wajib di berikan kepada Kantor Satuan Proyek selaku wakil sah dari DPU Kulon Progo DIY yang meliputi data pengendalian pekerjaan, hasil pemantauan kemajuan fisik, yang diwujudkan dalam daily report, weekly report dan mothly certificate. Konsltan dapat mengajukan permintaan Final payment kepada kantor satuan proyek setelah semua report terpenuhi
BAB X Berlakunya kontrak
. Masa pelaksanaan kontrak adalah dua belas bulan sejak tanggal dimulai, sesuai dengan rincian yang dinyatakan dalam jadwal jasa lampiran B pada kontrak
cxiii
Kulonprogo 15 Maret 2010
SITE ENGINEER IR. H. PANUT GIANTO
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Biaya Upah Professional Staff
No. Jabatan Harga Satuan ( Rp )
1 Site Engineer 5000.000
2 Quality / Quantity Engineer 4.650.000
B. Biaya Upah Sub Professional Staff
No. Jabatan HargaSatuan ( Rp )
1 Inspector 850.000
2 Surveyor 850.000
3 Lab. Technician 850.000
C. Supporting Staff
No. Jabatan Harga Satuan ( Rp )
1 Administrasi / sekretaris 625.000
2 Operator Computer 625.000
3 Pesuruh 350.000
4 Penjaga 350.000
D. Biaya Perjalanan Mobilisasi
No. Ongkos Perjalanan Biaya Satuan ( Rp )
1 Professional Staff 100.000
E. Biaya Perjalanan Dinas
cxiv
No. Perjalanan Dinas / Lab Biaya Satuan
1 Site Engineer 125.000
2 Quality / Quantity Engineer 125.000
F. Fasilitas Kerja
No. Perlengkapan Kantor Harga Satuan ( Rp )
1 Sewa kantor lapangan 150.000
2 Meja Gambar Mesin Gambar 75.000
3 Computer, monitor, printer 340.000
4 Komunikasi Kantor ( telpon, fax, telex dan surat - surat
125.000
5 Bahan Operasional Kantor 75.000
G. Akomodasi
No. Akomodasi Harga Satuan ( Rp )
1 Sewa kendaraan roda empat 1. 750. 000
2 Sewa Kendaraam roda dua 250.000
H. Perumahan
No. Perumahan Harga Satuan ( Rp )
1 Perumahan Professional staff 100.000
I. Laporan
No. Lain - lain Harga Satuan ( Rp )
1 Laporan Bulanan 825.000
2 Laporan Triwulan 337.500
3 Laporan Teknik 232.500
4 Laporan Akhir 900.000
cxv
Fasilitas yang diberikan DPU kepada Jasa Konsultan PT. Herda Charter
No. Item Harga Satuan ( Rp. )
1. Sewa Kantor Lapangan 150.000
2 Meja gambar dan mesin gambar 75.000
3 Komputer, monitor dan printer 340.000
4 Telpon, Fax, Telex , surat - surat 125.000
5 Bahan Operasional kantor 75.000
6 Sewa Mobil 1. 750.000
7 Sewa Sepeda Motor 250.000
8 Tunjangan Perumahan 100.000
Total 2. 865. 000
Fasilitas yang diperlukan tanpa biaya bagi konsultan untuk pelaksanaan jasa
No. Item Harga Satuan ( Rp. )
1. Sewa Kantor Lapangan 150.000
2 Meja gambar dan mesin gambar 75.000
3 Komputer, monitor dan printer 340.000
4 Telpon, Fax, Telex , surat - surat 125.000
5 Bahan Operasional kantor 75.000
6 Sewa Mobil 1. 750.000
7 Sewa Sepeda Motor 250.000
8 Tunjangan Perumahan 100.000
Total 2. 865. 000
cxvi
Pembayaran yang diberikan Departemen Pekerjaan Umum kepada jasa konsultan dilakukan setiap akhir bulan yang besarnya meliputi .
A. Site Engineer
No. Item Harga Satuan ( Rp. )
1 Biaya / Upah 5.000.000
2 Ongkos Perjalanan 100.000
3 Perjalanan Dinas 125.000
4 Sewa Mobil 1.750.000
5 Perumahan 100.000
Total 7. 075.000
B. Quality Engineer
No. Item Harga Satuan
1. Biaya / Upah 4. 650.000
2. Perjalanan Dinas 125.000
3. Sewa Sepeda Motor 250.000
Total 5.625.000
C. Inspector
No. Item Harga Satuan ( Rp )
1 Biaya / Upah 850.000
Total 850.000
D. Surveyor
No. Item Harga Satuan ( Rp )
1 Biaya / Upah 850.000
Total 850.000
E. Lab. Technician
No. Item Harga Satuan ( Rp. )
cxvii
1 Biaya / Upah 850.000
Total 850.000
F. Sekretaris
No. Item Harga Satuan ( Rp. )
1 Biaya / Upah 625.000
Total 625.000
G. Operator Komputer
No. Item Harga Satuan ( Rp. )
1 Biaya / Upah 625.000
Total 625.000
H. Pesuruh
No. Item Harga Satuan ( Rp. )
1 Biaya / Upah 350.000
Total 350.000
I. Penjaga Malam
No. Item Harga Satuan ( Rp. )
1 Biaya / Upah 350.000
Total 350.000
cxviii
TECHNICAL ASS ISTANCE FOR CONSTRUCTION SUPERVISION CONSULTANT (CSC-1)
F OR N O N M E TR O P O L ITA N R O A D S O F S TR A TE G IC R O A D S IN F R A S T RU C TU R E P R O J E C T( S R IP )
U N DE R IB R D LO A N N O . 4 8 3 4 - IN D
CECI Joint Venture with PT. HERDA CARTER Field Team WATES-TOYAN-KARANGNONGKO
Murbai Street No.12, Rt. 10, Rw. 01 Sumur Boto Kulon Progo. Telphone : (0274) 328513. Fax - KP : 56172. Email : [email protected]
Hal : Surat Penelitian Yogyakarta, 10 Desember 2009
Lamp : -
Kepada :
Yth. Dekan Fakultas Hukum
Universitas Sebelas Maret
Di Surakarta
Dengan hormat,
Yang bertanda tangan di bawah ini adalah Site Engineer PT Herda Carter Field Team
Wates-Toyan-Karangnongko, menyatakan sebenar-benarnya bahwa mahasiswa :
Nama : Herdhian Indrakusuma
Fakultas : Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta
telah benar-benar mengadakan penelitian di PT Herda Carter Field Team Wates-Toyan-
Karangnongko untuk menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Kontrak Kerja
Antara PT Herda Carter Dengan Dinas Pekerjaan Umum Ditjen Bina Marga Kabupaten
Kulon Progo Propinsi DIY”.
Demikian surat keterangan ini untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.
Yogyakarta, 10 Desember 2009
Ir. Panut Gianto
Site Engineer