Upload
nguyennhu
View
215
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK
DI SMPN SE-KABUPATEN PATI
SKRIPSI
Disusun sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Bimbingan dan Konseling
Oleh
Novi Nurfitasari
1301409021
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO:
“Cintailah dirimu seperti engkau mencintai pekerjaanmu dan bersungguh-sungguhlah karena ALLAH SWT akan senantiasa menunjukkan jalan-Nya”
PERSEMBAHAN:
Seiirng rasa syukur dan atas Ridho-Mu, skripsi ini kupersembahkan kepada:
Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat serta perhatian yang untuk selalu berusaha dan tawakal.
Adikku Khoirul Fu’ad Yudha, yang selalu memberikan semangat
dan selalu berada disampingku Almamater
iv
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan karena atas berkat
rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “
Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati”
dengan baik.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan
dan motivasi yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang
2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang, yang telah memberikan pembinaan dan motivasi dalam skripsi ini.
3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling
Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan motivasi, petunjuk dan
saran – saran kepada penulis.
4. Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons., Pembimbing I yang telah
banyak memberikan bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
5. Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd., Kons., Pembimbing II yang telah
memberikan bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Kepala Sekolah dan Konselor SMPN se-Kabupaten Pati yang telah membentu
memperlancar pelaksanaan penelitian.
v
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan dorongan baik mental maupun
moral kepada penulis.
8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuannya sehingga
skripsi ini dapat selesai.
Semoga Allah SWT memberikan balasan rahmat sesuai dengan amal dan
kebaikan yang telah diberikan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan
mahasiswa bimbingan dan konseling pada khususnya.
Semarang, Desember 2013
Penulis
vi
ABSTRAK
Nurfitasari, Novi. 2013. Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN
se-Kabupaten Pati. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang. Dosen Pembimbing I Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons.
dan Pembimbing II Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd., Kons..
Kata kunci: Implementasi, layanan konseling kelompok
Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas
penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau
masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk
pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang
dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Fenomena yang terjadi di
lapangan menunjukkan bahwa pelayanan konseling kelompok kurang optimal.
Perencanaan layanan layanan konseling kelompok kurang sesuai dengan standar
pelaksanaan layanan konseling kelompok, pembentukan kelompok yang tidak
sesuai dengan prosedur pembentukan kelompok, besarnya kelompok yang
melebihi batas maksimal pelaksanaan layanan konseling kelompok, peran
pemimpin kelompok yang kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban
profesionalnya, tahapan pelaksanaan terkadang melupakan tahap pembentukan
dan tahap peralihan, evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok
terkadang terlupakan oleh konselor. Tujuan penelitian untuk mendapatkan
informasi implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan
deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh konselor di SMPN se-
Kabupaten Pati. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
metode purposive sampling. Penelitian mengambil sampel 40 dari keseluruhan
populasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Analisis
data menggunakan analisis deskriptif presentase.
Hasil analisis deskriptif presentase diperoleh data implementasi layanan
konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati termasuk dalam kategori baik
(73.3%). Pencapaian presentase pada sub variabel secara keseluruhan tergolong
baik yaitu Perencanaan (74.1%); Pelaksanaan (72.2%); Evaluasi (71.4%); Analisis
hasil evaluasi (75%); Tindak Lanjut (77.5%); Faktor Pendukung dan Faktor
Penghambat (76.3%).
Simpulan penelitian ini yakni konselor di SMPN se-Kabupaten Pati sudah
mengimplementasikan layanan konseling kelompok dengan kriteria baik. Adapun
saran yang diajukan kepada konselor untuk senantiasa meningkatkan kemampuan
professional khususnya dalam pelaksanaan dan evaluasi layanan konseling
kelompok dan kepada pihak sekolah untuk memfasilitasi dan mendorong guru BK
dalam mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah sehingga dapat meningkatkan kualitas
professional konselor dalam mengimplementasikan layanan konseling kelompok.
vii
DAFTAR ISI
JUDUL .............................................................................................................. i
PENGESAHAN ............................................................................................... ii
PERNYATAAN ............................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
KATA PENGANTAR ...................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 6
1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1. Teoretis .................................................................................................. 7
1.4.2. Praktis .................................................................................................... 7
1.5 Garis Besar Sistematika Skripsi ................................................................... 8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 10
2.2 Implementasi ................................................................................................ 12
2.2.1 Perencanaan ........................................................................................... 12
2.2.2 Pengorganisasian .................................................................................... 13
2.2.3 Pemimpin ............................................................................................... 13
2.2.4 Pengawasan ............................................................................................ 14
2.3 Layanan Konseling Kelompok ................................................................... 14
2.3.1 Pengertian Layanan Konseling Kelompok ............................................ 14
2.3.2 Tujuan Layanan Konseling Kelompok .................................................. 15
2.3.3 Etika dalam Layanan Konseling Kelompok ......................................... 17
2.3.4 Kelebihan Layanan Konseling Kelompok ............................................. 23
2.3.5 Pemimpin Kelompok ............................................................................. 25
2.3.5.1 Karakteristik Pemimpin Kelompok yang Efektif .................................... 25
2.3.5.2 Tugas Pemimpin Kelompok ................................................................... 27
2.3.5.3 Fungsi Pemimpin Kelompok ................................................................. 28
2.3.5.4 Ciri - Ciri Kepemimpinan Kelompok ..................................................... 29
2.3.6 Tahapan dalam Layanan Konseling Kelompok ..................................... 29
2.4 Implementasi Layanan Konseling Kelompok .............................................. 42
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................. 49
viii
3.2 Variabel Penelitian… ................................................................................... 50
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. 50
3.2.2 Definisi Operasional .............................................................................. 51
3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................... 52
3.3.1 Populasi .................................................................................................. 52
3.3.2 Sampel .................................................................................................... 54
3.4 Prosedur Penyusunan Instrumen .................................................................. 55
3.5 Validitas dan Reliabilitas ............................................................................. 56
3.5.1 Validitas ................................................................................................. 56
3.5.2 Reliabilitas ............................................................................................. 57
3.6 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 58
3.7 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ........................................................... 62
3.7.1 Hasil Uji Coba Validitas ........................................................................ 61
3.7.2 Hasil Uji Coba Reliabilitas .................................................................... 61
3.8 Teknik Analisis Data .................................................................................... 62
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 65
41.1 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian Secara
Keseluruhan ........................................................................................... 65
41.2 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian pada
Sub Variabel ........................................................................................... 73
4.1.2.1 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel
Perencanaan Layanan Konseling Kelompok ......................................... 73
4.1.2.2 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel
Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok .......................................... 79
4.1.2.3 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel
Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ................................................ 83
4.1.2.4 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel
Analisis Hasil Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ........................ 86
4.1.2.5 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel
Tindak Lanjut Layanan Konseling Kelompok ....................................... 89
4.1.2.6 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung
dan Faktor Penghambat Layanan Konseling Kelompok ....................... 91
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................................... 93
4.3 Keterbatasan Peneliti ................................................................................. 100
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ..................................................................................................... 102
5.2 Saran ........................................................................................................... 103
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 104
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... 106
ix
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 3.1 SMPN se-Kabupaten Pati .................................................................. 53
Tabel 3.2 Sampel Penelitian di SMPN se-Kabupaten Pati ................................ 54
Tabel 3.3 Kategori Jawaban dan Cara Pemberian Skor Angket
Implementasi Layanan Konseling Kelompok .................................... 61
Tabel 3.4 Kriteria Implementasi Layanan Konseling Kelompok ...................... 64
Tabel 4.1 Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok
di SMPN se-Kabupaten Pati ............................................................. 66
Tabel 4.2 Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok
dengan Kriteria Cukup Baik dan Kurang Baik ................................. 68
Tabel 4.3 Presentase Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling
Kelompok .......................................................................................... 73
Tabel 4.4 Presentase Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling
Kelompok .......................................................................................... 79
Tabel 4.5 Presentase Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ... 84
Tabel 4.6 Presentase Sub Variabel Analisis hasil Evaluasi Layanan
Konseling Kelompok ........................................................................ 87
Tabel 4.7 Presentase Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling
Kelompok .......................................................................................... 89
Tabel 4.8 Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor
Penghambat Layanan Konseling Kelompok ..................................... 91
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penyusunan Instrumen ........................................ 55
Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Imlpementasi Layanan Konseling
Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati ....................................... 66
Gambar 4.2 Grafik Implementasi Layanan Konseling Kelompok
di SMPN se-Kabupaten Pati ......................................................... 67
Gambar 4.3 Grafik Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling
Kelompok ..................................................................................... 74
Gambar 4.4 Grafik Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling
Kelompok ..................................................................................... 79
Gambar 4.5 Grafik Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok .... 84
Gambar 4.6 Grafik Sub Variabel Analisis hasil Evaluasi Layanan
Konseling Kelompok ................................................................... 87
Gambar 4.7 Grafik e Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling
Kelompok ..................................................................................... 90
Gambar 4.8 Grafik Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor
Penghambat Layanan Konseling Kelompok ................................ 91
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Lampiran 1 Daftar konselor yang mengikuti try out ...................................... 106
Lampiran 2 Kisi – kisi dan angket implementasi layanan konseling
kelompok sebelum try out ............................................................ 107
Lampiran 3 Kisi – kisi dan angket implementasi layanan konseling
kelompok setelah try out .............................................................. 115
Lampiran 4 Hasil try out angket implementasi layanan konseling
kelompok ...................................................................................... 122
Lampiran 5 Perhitungan validitas angket implementasi layanan konseling
kelompok ...................................................................................... 126
Lampiran 6 Perhitungan reliabilitas angket implementasi layanan konseling
kelompok ...................................................................................... 127
Lampiran 7 Daftar konselor yang menjadi sampel penelitian ........................ 128
Lampiran 8 Analisis presentase implementasi layanan konseling
kelompok se-kabupaten Pati ....................................................... 129
Lampiran 9 Surat ijin penelitian dari Kantor Penelitian dan Pengembangan .. 134
Lampiran 10 Surat keterangan telah melakukan penelitian dari sekolah-
sekolah ......................................................................................... 135
xii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan untuk
peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan
berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi,
sosial, belajar dan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung
berdasarkan norma yang berlaku.
Dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdapat beberapa jenis
layanan, salah satunya adalah layanan konseling kelompok. Layanan konseling
kelompok merupakan upaya memberikan bantuan kepada individu dalam suasana
kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan dan diarahkan kepada
pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya
(Natawidjaya dalam Wibowo 2005: 32).
Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan
dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan
rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi,
pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing – masing
anggota kelompok. Sejumlah siswa yang tergabung dalam kelompok akan saling
memberikan bantuan secara psikologis.
Melalui layanan konseling kelompok, siswa akan mampu meningkatkan
1
kemauan mengembangkan pribadi, mengatasi masalah – masalah pribadi, terampil
dalam mengambil alternatif dalam memecahkan masalah serta memberikan
kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu untuk melakukan
tindakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki secara maksimal. Tujuan yang
ingin dicapai dalam konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi,
pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing
anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan
cepat melalui bantuan anggota kelompok yang lain (Wibowo 2005: 20).
Konseling kelompok hanya dapat dilaksanakan oleh konselor sebagai
seorang profesional. Sebab untuk menjadi pemimpin kelompok haruslah seorang
yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan konseling profesional (Prayitno
2004: 4). Dalam konseling kelompok terdapat sosok seorang pemimpin kelompok
(konselor) yang sangat berperan atas keberhasilan layanan tersebut. Secara khusus
pemimpin kelompok diwajibkan untuk mampu menghidupkan dinamika
kelompok diantara anggota kelompok yang mampu mengarahkan tujuan umum
dan tujuan khusus yang hendak dicapai dalam layanan konseling kelompok.
Idealnya konselor mampu memberikan layanan konseling kelompok
secara optimal sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling kelompok
yang meliputi perencanaan, pembentukan kelompok, pemimpin kelompok,
pelaksanaan kegiatan, evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok.
Berdasarkan wawancara dan observasi di SMPN 1 Winong dan SMPN 2
Jakenan diperoleh informasi sebagai berikut : perencanaan layanan layanan
konseling kelompok kurang sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling
2
kelompok, pembentukan kelompok yang tidak sesuai dengan prosedur
pembentukan kelompok, besarnya kelompok yang melebihi batas maksimal
pelaksanaan layanan konseling kelompok, peran pemimpin kelompok yang
kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban profesionalnya, tahapan pelaksanaan
layanan kelompok terkadang melupakan tahap pembentukan dan tahap peralihan,
evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok terkadang terlupakan oleh
konselor sehingga layanan konseling kelompok kurang optimal.
Perencanaan layanan konseling kelompok yang kurang sesuai dengan
standar pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat dilihat dari sarana dan
prasarana serta janji kerahasiaan. Sarana dan prasarana untuk melaksanakan
layanan konseling kelompok kurang diperhatikan oleh konselor terutama dari
tempat pelaksanaan layanan konseling kelompok yang sebagian besar masih
menggunakan ruang kelas.
Mengikrarkan janji kerahasiaan merupakan hal yang sangat penting untuk
menjaga kerahasiaan dari masing – masing anggota kelompok yang sudah
menyampaikan masalah dan anggota kelompok yang masalahnya dibahas.
Konselor (pemimpin kelompok) terkadang mengabaikan janji kerahasiaan
tersebut karena sudah terbawa emosi dengan semangat anggota kelompok yang
bersedia menyampaikan masalah pribadinya untuk dibahas secara kelompok.
Proses pembentukan kelompok terkadang konselor (pemimpin kelompok)
kurang memenuhi syarat besarnya kelompok. Dalam perekrutan anggota
kelompok sebaiknya pemimpin kelompok hendaknya memberikan pengumuman
yang sederhana secara professional yang memberikan gambaran secara akurat
3
tentang kelompok apa yang akan mereka masuki (Prayitno 1995: 32). Besarnya
kelompok sangat berpengaruh terhadap dinamika kelompok. Dinamika kelompok
merupakan suasana yang hidup, yang bergerak dan berkembang yang ditandai
dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok.
Pelaksanaan layanan konseling kelompok yang melebihi batas maksimal
10 anggota kelompok ditemukan di sebagian besar SMPN. Di SMPN 1 Winong
dan SMPN 2 Jakenan, pelaksanaan layanan konseling kelompok lebih sering
dilaksanakan secara klasikal atas pertimbangan tidak ada kegiatan lain bagi siswa
yang tidak menjadi anggota kelompok dan keterbatasan pelaksanaan layanan
konseling kelompok pada jam pelajaran di kelas.
Dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan jumlah anggota
kelompok yang besarnya melebihi standar maksimal anggota kelompok sangat
mempengaruhi kerja dari kelompok tersebut. Anggota kelompok belum bisa
menjalankan perannya secara baik karena masih ada sebagian anggota kelompok
yang mendominasi sehingga tidak muncul dinamika kelompok.
Pelaksanaan layanan konseling kelompok sangat dipengaruhi oleh peranan
pemimpin kelompok atau konselor, dalam menjalankan peranannya sebagai
pemimpin kelompok kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban profesionalnya
untuk melaksanakan layanan konseling kelompok. Pemimpin kelompok
hendaknya mampu menghidupkan dinamika kelompok yang kondusif dan mampu
mengarahkan kelompok untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai bersama.
Pada umumnya tiap layanan bimbingan dan konseling memiliki tahap-
tahap yang harus dijalankan, dalam layanan konseling kelompok terdapat
4
beberapa tahapan antara lain tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap
pelaksanaan kegiatan dan tahap pengakhiran. Setiap tahapan dalam layanan
konseling kelompok sangat berpengaruh terhadap tahapan selanjutnya. Pemimpin
kelompok terkadang melupakan tahapan- tahapan dalam layanan konseling
kelompok terutama dalam tahap pembentukan dan tahap peralihan.
Selain itu ditemukan bahwa konselor terkadang melupakan evaluasi.
Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan yang hendak dicapai
dalam kelompok dan memberikan umpan balik, apakah perlu mendapatkan
layanan konseling lanjutan atau tidak. Tidak adanya evaluasi dalam layanan
konseling kelompok sangat berpengaruh terhadap pemberian layanan selanjutnya,
karena dengan tidak adanya evaluasi maka tidak adapula tingkat ketercapaian
dalam mencapai tujuan kelompok dan tidak ada refleksi diri untuk konselor itu
sendiri serta tidak ada umpan balik untuk permasalahan anggota kelompok yang
dibahas dalam layanan konseling kelompok. Hal ini dapat menghambat
pertumbuhan dan perkembangan anggota kelompok yang masalahnya dibahas.
Permasalahan implementasi layanan konseling kelompok yang tidak
sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat
mempengaruhi perkembangan layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang
berdampak kurang baik karena tidak mendapatkan perhatian dan kepercayaan dari
siswa untuk terus memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan tersebut, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian yang berjudul “Implementasi Layanan Konseling
Kelompok di SMPN se – Kabupaten Pati”.
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang muncul dalam penelitian ini
dapat dirumuskan masalah yaitu :
1. Bagaimana implementasi perencanaan layanan konseling kelompok di
SMPN se-Kabupaten Pati?
2. Bagaimana implementasi tahap - tahap layanan konseling kelompok di
SMPN se-Kabupaten Pati?
3. Bagaimana implementasi evaluasi layanan konseling kelompok di
SMPN se-Kabupaten Pati?
4. Bagaimana implementasi analisis hasil evaluasi layanan konseling
kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati?
5. Bagaimana implementasi tindak lanjut layanan konseling kelompok di
SMPN se-Kabupaten Pati?
6. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat layanan konseling
kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh
data empiris tentang :
1. Perencanaan layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten
Pati.
2. Tahap-tahap layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.
3. Evaluasi layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.
6
4. Analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok di SMPN se-
Kabupaten Pati.
5. Tindak lanjut layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten
Pati.
6. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam memberikan layanan
konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoretis
Diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan ilmu
pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling yaitu
implementasi layanan konseling kelompok.
1.4.2 Praktis
1. Konselor
Bagi konselor sekolah bermanfaat sebagai evaluasi diri terhadap kinerja
dalam memberikan layanan konseling kelompok dan mampu meningkatkan
kinerja konselor sekolah terutama kompetensi professional konselor sehingga
mampu memberikan layanan konseling kelompok di sekolah secara optimal.
2. Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah bermanfaat untuk meningkatkan kualitas kompetensi
sebagai kepala sekolah dalam memfasilitasi konselor dan pelayanan konseling
kelompok.
7
3. Penulis
Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah khazanah
ilmu pengetahuan terutama dalam layanan konseling kelompok.
1.5 Garis Besar Sistematika Skripsi
Pada bagian skripsi terdapat lima bab yang terdiri dari pendahuluan,
tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasannya serta
penutup.
Bab I Pendahuluan, berisi tentang tentang latar belakang masalah terkait
dengan fenomena yang terjadi pada objek penelitian, permasalahan yang ada,
tujuan diadakannya penelitian, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dan
garis besar sistematika skripsi.
BAB II Tinjauan Pustaka, dalam bab ini diuraikan tentang layanan
konseling kelompok yang meliputi(1) Implementasi, (2) Pengertian layanan
konseling kelompok, (3) Tujuan layanan konseling kelompok, (4) Etika dalam
layanan konseling kelompok, (5) Kelebihan layanan konseling kelompok, (6)
Pemimpin kelompok, (7) Tahapan dalam layanan konseling kelompok, (8)
Implementasi layanan konseling kelompok di sekolah.
Bab III Metode penelitian, Pada bab ini dijelaskan metode penelitian
antara lain meliputi: jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel
serta teknik pengambilan sampel, prosedur penyusunan instrumen, validitas dan
reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
8
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi tentang hasil
penelitian, pembahasan, dan keterbatasan peneliti.
Bab V Penutup, dalam bab ini memuat penyajian simpulan dan penyajian
saran atas dasar temuan dan hasil penelitian.
9
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan tentang penelitian terdahulu sebelum membahas
lebih jauh tinjauan pustaka yang melandasi penelitian implementasi layanan
konseling kelompok di SMPN yang meliputi antara lain (1) Implementasi, (2)
Pengertian layanan konseling kelompok, (3) Tujuan layanan konseling kelompok,
(4) Etika dalam layanan konseling kelompok, (5) Kelebihan layanan konseling
kelompok, (6) Pemimpin kelompok, (7) Tahapan dalam layanan konseling
kelompok, (8) Implementasi layanan konseling kelompok di sekolah.
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya oleh peneliti dengan mendapatkan hasil yang empiris. Tujuannya
adalah sebagai bahan masukan bagi pemula dan untuk membandingkan antara
penelitian yang satu dengan penelitian yang lain. Dalam penelitian terdahulu akan
diuraikan pokok bahasan sebagai berikut :
Fatmawati, Dwi Arti (2010) tentang studi pelaksanaan layanan konseling
kelompok berdasarkan pendekatan sistem di SMP Negeri se-Kecamatan
Kalimanah Kabupaten Purbalingga dengan hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa pelaksanaan layanan konseling kelompok pada sistem input tidak berjalan
secara berkesinambungan, untuk komponen proses tidak memenuhi aspek yang
10
seharusnya ada dalam proses konseling kelompok, untuk output tidak memberikan
hasil pada siswa, sedangkan untuk komponen balikan tidak memberikan evaluasi
dan monitoring yang mendalam untuk seperangkat sistem dalam layanan
konseling kelompok. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa
pelaksanaan layanan konseling kelompok di SMP Negeri se-kecamatan
Kalimanah kabupaten Purbalingga tidak berjalan sesuai dengan layanan konseling
kelompok sebagai suatu sistem yang menjadi satu kesatuan yang
berkesinambungan untuk memperoleh keberhasilan dalam pelaksanaan konseling
kelompok secara optimal
Santoso, Eko (2012) tentang studi deskriptif pelaksanaan layanan
bimbingan dan konseling di SMA Negeri se-Kabupaten Batang dengan hasil
penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan
konseling di SMA Negeri se-Kabupaten Batang sudah terlaksana dengan baik
sesuai dengan operasionalisasi tahap pelaksanaan layanan dengan menunjukkan
hasil pelaksanaan layanan konseling kelompok memperoleh presentase 62%
dengan kategori baik.
Sutrisno (2012) tenatang evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling di SMA Negeri se-Kabupaten Pemalang dengan hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang
dilaksanakan di SMA Negeri di Kabupaten Pemalang secara umum sudah berjalan
dengan baik, lancar dan kondusif. Hal ini ditunjukkan dengan presentase rata –
rata pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di SMA
Negeri di Kabupaten Pemalang dalam kategori tinggi.
11
Dari berbagai penjelasan diatas merupakan suatu langkah awal untuk
diadakannya suatu penelitian tentang Implementasi Layanan Konseling Kelompok
di SMPN se-Kabupaten Pati.
2.2 Implementasi
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga berdampak, baik berupa
perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap (Mulyasa 2006:
93). Dalam proses penerapan terdapat suatu manajemen, manajemen sendiri
merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan
mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspek agar tujuan organisasi dapat
tercapai secara efektif dan efisien (Fattah 2013: 1).
2.2.1 Perencanaan
Perencanaan merupakan suatu proses penentuan tujuan atau sasaran yang
hendak dicapai dan menetapakan jalan dan sumber yang diperlukan untuk
mencapai tujuan seefisien dan seefektif mungkin (Roger A. Kauffman dalam
Fattah 2013: 49). Perencanaan yang matang maka akan tujuan yang hendak
dicapai akan tercapai secara optimal. Dalam merencanakan program bimbingan
dan konseling, seorang konselor hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai
berikut (Sugiyo 2011: 36) :
a) Analisis kebutuhan/permasalahan siswa
b) Penentuan tujuan yang ingin dicapai
c) Analisis situasi dan kondisi sekolah
d) Penentuan jenis kegiatan yang akan dilakukan
e) Penentuan teknik dan strategi kegiatan
f) Penentuan personel-personel yang akan melaksanakan
12
g) Perkiraan biaya dan fasilitas yang digunakan
h) Mengantisipasi kemungkinan hambatan dalam pelaksanaan
kegiatan bimbingan konseling
i) Waktu dan tempat artinya kapan kegiatan dilakukan dan
dimana kegiatan itu dilakukan
2.2.2 Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan suatu proses membagi kerja ke dalam tugas-
tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas kepada orang yang sesuai
dengan kemampuan, mengalokasikan sumber daya serta mengkoordinasikan
dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan (Fattah 2013: 71). Dalam organisasi
dibentuk kelompok-kelompok dengan tujuan untuk mempermudah pencapaian
tujuan. Efektifitas suatu kelompok sangat bergantung pada individu dalam
kelompok tersebut.
2.2.3 Pemimpin
Pada hakikatnya pemimpin adalah seseorang yang mempunyai
kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam kerjanya dengan
menggunakan kekuasaan. Menurut H. Jodeph Reitz (dalam Fattah 2013: 98)
terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin, antara lain:
a. Kepribadian, pengalaman, masa lalu, dan harapan
b. Harapan dan perilaku atasan
c. Karakteristik, harapan, dan perilaku bawaan
d. Kebutuhan tugas
e. Iklim dan kebijakan organisasi
f. Harapan dan perilaku rekan
13
2.2.4 Pengawasan
Menurut Mudick (dalam Fattah 2013: 101) pengawasan adalah suatu
proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan
luasnya suatu organisasi. Proses pengawasan terdiri dari tiga tahap antara lain
(Fattah 2013: 101): (1) menetapkan standar pelaksanaan, (2) pengukuran
pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar dan (3) menentukan
kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.
2.3 Layanan Konseling Kelompok
2.3.1 Pengertian Layanan Konseling Kelompok
Konseling kelompok dikenal sebagai kelompok pemecahan masalah
antarpribadi untuk memecahkan masalah kehidupan yang umum melalui
dukungan antarpribadi dan pemecahan masalah (Gladding, Samuel T. 2012: 304).
Konseling kelompok merupakan proses interpersonal yang dinamis yang berpusat
pada kesadaran berpikir dan tingkah laku, melibatkan fungsi terapeutis,
berorientasi pada kenyataan, ada rasa saling percaya, mempercayai, ada
pengertian, penerimaan dan bantuan (Wibowo 2005: 18). Menurut Winkel, W.S.
dan M.M. Sri Hastuti (2007: 589), konseling kelompok merupakan wawancara
konseling antara konselor professional dengan beberapa orang sekaligus yang
tergabung dalam suatu kelompok kecil.
Gibson, Robert L dan Marianne H. Mitchell (2011: 275) mengemukakan
bahwa konseling kelompok mengacu pada penyesuaian rutin atau pengalaman
perkembangan dalam lingkup kelompok yang difokuskan untuk membantu
14
konseli mengatasi problem mereka lewat penyesuaian diri dan perkembangan
kepribadian sehari – hari. Menurut Natawidjaya, konseling kelompok merupakan
upaya memberikan bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang
bersifat pencegahan dan penyembuhan dan diarahkan kepada pemberian
kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya (dalam Wibowo
2005: 32). Prayitno dan Erman Amti (2004: 311) mengemukakan bahwa
konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang
dilaksanakan dalam suasana kelompok.
Dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok
merupakan suatu proses pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan
topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia yang bertujuan untuk
pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang
dialami oleh masing – masing anggota kelompok.
2.3.2 Tujuan Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok bertujuan untuk membantu peserta
mengembangkan kemampuan yang sudah dimiliki dalam pemecahan masalah
antarpribadi sehingga peserta lebih mampu mengatasi masalah pribadinya di
kemudian hari (Gladding, Samuel T. 2012: 304). Prayitno mengemukakan bahwa
tujuan layanan konseling kelompok hampir sama dengan tujuan layanan
bimbingan kelompok yaitu ada tujuan umum dan ada tujuan khusus (2004: 2).
a. Tujuan umum
Tujuan umum dalam layanan konseling kelompok adalah berkembangnya
kemampuan sosialisasi siswa.
15
b. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam layanan konseling kelompok adalah fokus
pada permasalahan pribadi anggota. Layanan konseling kelompok yang intensif
dalam upaya pemecahan masalah, anggota kelompok memperoleh dua tujuan
sekaligus yaitu :
1. Berkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap
terarah kepada tingkah laku khususnya dalam bersosialisasi.
2. Terpecahkan masalah anggota kelompok yang masalahnya dibahas dan
bagi anggota kelompok yang memperoleh dampak positif dari
pemecahan masalah tersebut.
Menurut Gazda (dalam Wibowo 2005: 33) mengemukaan bahwa layanan
konseling kelompok dapat membantu individu dalam menyelesaikan tugas – tugas
perkembangan dalam tujug bidang antara lain psikososial, vokasional, kognitif,
fisik, seksual, moral dan afektif. Sedangkan Mahler ( dalam Wibowo 2005: 35)
mengemukakan tujuan konseling kelompok erat kaitannya dengan sejumlah
kemampuan yang dikembangkan yaitu :
1. Pemahaman tentang diri yang mendukung penerimaan diri dan
perasaan diri yang berharga.
2. Hubungan social khususnya hubungan antarpribadi serta menjadi
efektif untuk situasi – situasi sosial.
3. Pengambilan keputusan dan pengarahan diri.
4. Sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain dan empati.
5. Perumusan komitmen dan upaya mewujudkannya.
16
Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui layanan konseling kelompok
dalam penelitian ini adalah memperoleh data empiris tentang implementasi
layanan konseling kelompok di SMPN.
2.3.3 Etika dalam Layanan Konseling Kelompok
“Etika kerja kelompok adalah etika – etika yang disetujui yang konsisten
dengan komitmen etika dalam arti yang lebih luas (politik, moral dan agama)
yang dianggap masuk akal dan yang bisa diterapkan oleh klien maupun pihak
pemberi bimbingan” (Wibowo 2005: 341). Etika dalam kelompok bersifat
fleksibel yang artinya bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Menurut Wibowo (2005: 342) etika dalam konseling
kelompok meliputi :
1) Kepemimpinan kelompok
a. Pemimpin Kelompok
Dalam memimpin suatu kelompok terdapat beberapa petunjuk yang dapat
membantu efektivitas kerja pemimpin kelompok dalam layanan konseling
kelompok, antara lain :
a) Pemimpin kelompok memiliki kode etik standar pelaksanaan layanan
konseling kelompok.
b) Pemimpin kelompok pernah mengikuti pelatihan kepemimpinan.
c) Pemimpin kelompok memiliki data keefektivan pelaksanaan layanan
konseling kelompok yang dilihat dari data sebelum diberikan layanan
konseling kelompok dengan data sesudah diberikan layanan konseling
kelompok.
17
d) Pemimpin kelompok memiliki model secara konseptual untuk
melakukan perubahan tingkah laku.
e) Pemimpin kelompok memiliki sertifikat, surat ijin dan bukti yang
dapat diterima secara umum terkait dengan layanan konseling
kelompok.
f) Pemimpin kelompok yang tidak memiliki surat mandat kerja
melaksanakan tugas dibawah pengawasan (supervisi) seseorang yang
berkualitas dalam layanan konseling kelompok.
g) Pemimpin kelompok mengikuti pelatihan – pelatihan , lokakarya dan
sebagainya untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian serta
mendapatkan evaluasi tentang keterampilan dan kerja.
h) Pemimpin kelompok memiliki serangkaian aturan dasar yang jelas
dalam melaksanakan layanan konseling kelompok.
i) Pemimpin kelompok sudah paham tentang undang – undang dan
hukum – hukum yang mengatur kerahasiaan.
j) Pemimpin kelompok bersikap adil dengan tidak memihak salah satu
anggota kelompok.
k) Pemimpin kelompok paham dengan jelas hak – hak dan kewajiban
anggota kelompok
l) Pemimpin kelompok menggali informasi terkait harapan dari masing –
masing anggota kelompok dan keiikutsertaan serta kerahasiaan dalam
kelompok.
18
m) Pemimpin kelompok mengidentifikasi dan memberikan intervensi
dengan jelas sesuai dengan permasalahan.
b. Rekrutmen peserta kelompok
Berikut petunjuk rekrutmen peserta kelompok dengan latar belakang
institusi yang bersifat tidak begitu eksplisit :
a) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tujuan kelompok, jangka
dan panjang waktu serta jumlah peserta.
b) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tentang kualifikasi
pemimpin kelompok.
c) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tentang honor pemimpin
dengan rician jasa kerja
d) Anggota kelompok dipaksa untuk masuk dalam suatu kelompok.
e) Pernyataan ketidakpuasan seharusnya tidak dibuat karena tidak dapat
dibuktikan secara ilmiah.
c. Penyaringan peserta kelompok
Prosedur penyaringan peserta kelompok dilakukan untuk menyeleksi calon
anggota kelompok, berikut petunjuk penyaringan peserta kelompok :
a) Calon anggota kelompok dihargai atas kemampuannya dan anggota
kelompok yang tidak potensial dalam kelompok lebih baik tidak
dimasukkan ke dalam kelompok tetapi dibentuk kelompok tersendiri.
b) Calon anggota kelompok diinformasikan bahwa keiikutsertaanya
bersifat sukarela.
19
c) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang harapan, resiko dan
teknik yang digunakan pemimpin kelompok.
d) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa ada kebebasan untuk
keluar dari kelompok.
e) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa ada kebebasan untuk
menolak saran dari pemimpin dan anggota kelompok.
f) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa kerahasian merupakan
bagian dari syarat keanggotaan atau tidak.
g) Calon anggota kelompok diberitahukan secara jelas tentang hal – hal
apa yang pemimpin kelompok nyatakan sebagai hal yang tidak rahasia.
h) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang penelitian ang
dilakukan terhadap kelompok tersebut.
i) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang adanya perekaman.
j) Calon anggota kelompok seharusnya disangsikan untuk menentukan
apakah dalam perlakuan yang sama atau tidak.
k) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa pemimpin kelompok
dapat memindahkan anggota kelompok yang dianggap mengganggu ke
dalam kelompok yang lain.
l) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa pengelompokan
menyesuaikan dengan keadaan Calon anggota kelompok.
m) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang kapan anggota
kelompok harus berkonsentrasi penuh untuk mencapai tujuan yang
diharapkan, mengenali resiko dan batasan – batasan.
20
n) Kelompok dengan anggota yang belum dewasa memerlukan perhatian
yang khusus dan perlunya peranan orang tua.
2) Kerahasiaan
Kerahasiaan sebagai syarat pengembangan kepercayaan, kohesi dan kerja
produktif dalam konseling kelompok, berikut beberapa petunjuk umum tentang
kerahasiaan :
a. Pemimpin kelompok mampu menahan diri dan membuka data anggota
kelompok hanya dal kelompok tersebut.
b. Data yang diperoleh dari anggota kelompok untuk tujuan penelitian
harus mendapatkan ijin tertulis dari anggota kelompok.
c. Pemimpin kelompok menyamarkan semua data yang
mengidentifikasikan anggota kelompok .
d. Pemimpin kelompok secara berkala mengingatkan anggota kelompok
tentang pentingnya kerahasiaan .
e. Pemimpin kelompok menjelaskan batasan – batasan hukum
kerahasiaan pemimpin dan anggota kelompok.
f. Pemimpin kelompok bertanggungjawab penuh terhadap rekaman data.
g. Pemimpin kelompok memastikan anggota kelompok telah membuat
catatan secara tertulis dan prosedur apa yang digunakan konseli untuk
membuat catatan.
h. Catatan tidak disebarluaskan tanpa pemberitahuan dan ijin konseli.
i. Penyimpanan data dengan menggunakan teknologi misalnya
penggunaan komputer harus dijaga benar kerahasiaannya.
21
j. Tidak memberikan informasi lengkap.
k. Pastikan untuk merusak atau menghapus auditape atau videotape.
l. Pemimpin kelompok memahami tingkat kerahasiaan yang dijanjikan
pada anak yang belum menginjak dewasa.
3) Penghentian dan tindak lanjut
Pentunjuk – petunjuk untuk penghentian dan tindak lanjut adalah sebgai
berikut :
a. Pemimpin kelompok merencanakan upaya tindak lanjut bagi kelompok
jangka pendek yang terbatas waktu.
b. Pemimpin kelompok mengetahui dan memiliki komitmen dari seorang
professional untuk mengarahkan anggota kelompok.
c. Anggota kelompok diberitahukan tentang narasumber yang
berkompeten sehingga mereka bisa datang kembali apabila mereka
membutuhkan bantuan.
4) Kelompok tanpa pemimpin
Liberman, Yalom, dan Miles (dalam Wibowo 2005:348) menyebutkan
bahwa kelompok tanpa pemimpin bisa efektif.
5) Prosedur umum untuk menangani tindakan yang tercela, yang tidak
sesuai dengan kode etik
Kode etik merupakan standar etika yang mengatur para professional untuk
mengetahui tanggungjawab etikanya dan menjalankan dengan baik. Secara umum,
seorang profesioanl menganggap konseli sebagai orang yang tidak bermasalah
dalam jangka waktu tertentu dan memberitahukan secara perlahan atas tindakan
22
yang dianggap tidak etis dan diminta untuk memperbaikinya.
2.3.4 Kelebihan Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan
yang sedang berkembang dan memiliki kelebihan – kelebihan yang tidak dimiliki
oleh layanan lain. Berikut beberapa kelebihan layanan konseling kelompok
menurut Wibowo (2005: 41) :
1) Konseling kelompok memiliki waktu yang realtif singkat untuk
memenuhi kebutuhan siswa dalam suasana kelompok yang berkaitan
dengan pencegahan, pengembangan pribadi dan pengentasan masalah.
2) Konseling kelompok merupakan mikrokosmik social yang artinya jika
seseorang mampu menunjukkan perubahan dalam kelompok maka
diharapkan dapat berubah pula di masyarakat, dalam suasana
kelompok dimanfaatkan untuk latihan pembentukan perilaku baru.
3) Konseling kelompok memungkinkan anggota kelompok
berkomunikasi aktif dengan anggota kelompok lainnya, dimana
anggota kelompok dapat mengekspresikan perasaan, memberikan
perhatian, berbagi pengalaman dan belajar untuk meningkatkan
kepercayaan diri.
4) Konseling kelompok memberikan kesempatan bagi anggota kelompok
untuk mempelajari keterampilan sosial, dimana anggota kelompok
akan meniru anggota kelompok yang lain yang sudah terampil, dapat
belajar memberikan umpan balik dan belajar memimpin kelompok.
23
5) Konseling kelompok memberikan kesempatan untuk saling memberi
bantuan dan berempati dalam kelompok. Hal ini akan menumbuhkan
harga diri, keyakinan diri dan suasana positif dalam kelompok.
6) Dengan konseling kelompok mampu menumbuhkan motivasi dan
interaksi antar anggota kelompok.
7) Setiap usaha untuk mengubah perilaku manusia di luar lingkungan
dimana individu bekerja dan hidup sangat tergantung pada efektifitas
tingkat transfer pelatihan yaitu perilaku – perilaku baru, pemahaman
dan sikap yang baru ditransfer secara sukses dari setting konseling
kelompok.
8) Konseling kelompok sebagai miniature situasi social yang tidak hanya
mempelajari perilaku – perilaku baru tetapi bisa mencoba.
9) Dengan konseling kelompok individu – individu mencapai tujuannya
dan hubungan antar individu yang produktif dan inovatif (McClure
1990 dalam Wibowo 2005: 43).
10) Konseling kelompok lebih sesuai untuk siswa yang membutuhkan
belajar lebih memahami orang lain dan lebih menghargai kepribadian
orang lain, bertukar pikiran dan berbagi perasaan dengan orang lain.
11) Dalam konseling kelompok interaksi antar anggota kelompok
merupakan ciri khas dalam konseling kelompok.
12) Konseling kelompok merupakan daerah awal untuk anggota kelompok
memasuki konseling individual.
Kekuatan dalam konseling kelompok salah satunya adalah konseling
24
kelompok memungkinkan anggota kelompok berkomunikasi aktif dengan anggota
kelompok lainnya mengenai segala kebutuhan yang terfokus pada pengembangan
diri, pencegahan, pengentasan masalah yang dialami oleh setiap anggota
kelompok sehingga mampu melatih anggota kelompok untuk dapat
mengekspresikan perasaan dan saling terbuka, memberikan perhatian, berbagi
pengalaman, belajar untuk meningkatkan kepercayaan diri dengan
mengungkapkan saran, ide maupun kritikan gunan membantu memecahkan
masalah yang sedang dihadapi oleh anggota kelompok
2.3.5 Pemimpin Kelompok
2.3.5.1 Karakteristik Pemimpin Kelompok yang Efektif
Pemimpin kelompok (PK) merupakan konselor yang terdidik, terlatih dan
berwenang untuk menyelenggarakan praktik konseling secara professional
(Prayitno 2004: 4). Dalam konseling kelompok, konselor bertindak sebagai
pemimpin kelompok yang tidak terlalu aktif hanya memberikan pengarahan
dalam pemecahan masalah yang sedang dialami oleh salah satu anggota
kelompok. Kemudian muncul komunikasi antar pribadi diantara anggota
kelompok serta menggali lebih dalam pribadi dari masing – masing anggota
kelompok. Pemimpin kelompok dilihat sebagai pribadi dan sebagai professional
dalam kelompok (Corey dalam Wibowo 2005: 110).
1. Kepribadian dan karakter
Corey (dalam Wibowo 2005: 118) mengemukakan bahwa ciri – ciri
pribadi sangat berhubungan dengan kepemimpinan kelompok yang efektif :
kehadiran, kekuatan pribadi, keberanian, kemauan untuk mengkonfrontasi diri
25
sendiri, kesadaran diri, kesungguhan atau ketulusan, keaslian, mengerti identitas,
keyakinan atau kepercayaan dalam proses kelompok, kegairahan (antusiasme),
daya cipta dan kreativitas, daya tahan (stamina).
2. Pemimpin sebagai seorang professional
Syarat pemimpin kelompok akan dilihat dari keterampilan dalam
memimpin kelompok, dengan keterampilan akan terlihat keefektifannya sebagai
pemimpin, gaya kepemimpinan dan peranannya sebagai pemimpin kelompok.
Keterampilan dasar dalam konseling antara lain : aktif mendengar, refleksi,
menguraikan dan menjelaskan pertanyaan, meringkas, penjelasan singkat dan
pemberian informasi, mendorong dan mendukung, pengaturan nada suara,
pemberian model dan menyingkap diri, penggunaan mata (Wibowo 2005: 123).
Adapun karakteristik pemimpin kelompok dalam menjalankan tugas dan
kewajiban professional sebagai pemimpin kelompok, antara lain (Prayitno 2004:
5):
1. Mampu membentuk dan mengarahkan kelompok sehingga muncul
dinamika kelompok dengan interaksi antar anggota kelompok.
2. Berwawasan luas sehingga mampu menjembatani bahasan dalam
aktifitas kelompok.
3. Memiliki kemampuan hubungan antarpersonal.
Empat karakteristik pemimpin kelompok yang efektif menurut Yalom
(dalam Gladding, Samuel T. 2012:317), yaitu : (1) Perhatian, semakin banyak
perhatian semakin baik kelompok yang dipimpinnya; (2) Hubungan yang
bermakna termasuk penjelasan, klarifikasi dan memberikan kerangka kerja
26
kognitif untuk perubahan perilaku; (3) Rangsangan emosional yang meliputi
aktifitas, tantangan, pengambilan resiko dan pengungkapan diri; (4) Fungsi
eksekutif meliputi pengembangan norma – norma, struktur dan prosedur.
Pemimpin kelompok mampu menempatkan diri antara dua kutup, antara
rangsangan emosional dan fungsi eksekutif sehingga dapat membantu
perkembangan optimal anggota kelompok. Pemimpin kelompok yang efektif
adalah pemimpin yang mampu memahami kekuatan kelompok, mengambil
langkah – langkah untuk mengelola kelompok dengan baik atas bantuan anggota
kelompok (Kottler dalam Gladding, Samuel T. 2012:318).
2.3.5.2 Tugas Pemimpin Kelompok
Pemimpin kelompok memiliki beberapa tugas dalam memimpin
kelompok, berikut tugas – tugas pemimpin kelompok menurut Yalom (dalam
Wibowo 2005: 107):
1. Membuat dan mempertahankan kelompok
Kelompok dibentuk melaui seleksi yang dilakukan oleh pemimpin
kelompok untuk menentukan anggota kelompok, setelah kelompok terbentuk
pemimpin kelompok harus memperhatikan hal – hal yang mempengaruhi
kohesivitas kelompok. Pemimpin kelompok harus mampu menciptakan sistem
social dan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam kelompok.
2. Membentuk budaya dalam kelompok
Pemimpin kelompok memiliki tugas untuk membawa kelompok dari satu
faktor kuratif ke faktor kuratif yang lainnya melalui pembentukan budaya
kelompok.
27
3. Membentuk norma – norma dalam kelompok
Norma – norma dalam kelompok dibentuk berdasarkan harapan – harapan
anggota kelompok. Pemimpin kelompok menjadi pusat perhatian dari anggota
kelompok yang mengharapkan adanya pengarahan.
2.3.5.3 Fungsi Pemimpin Kelompok
Menurut Bates (dalam Wibowo 2005: 154) mengemukakan bahwa ada
empat fungsi utama pemimpin kelompok, antara lain:
1. Sebagai pengatur lalu lintas
Pemimpin kelompok harus mampu mengatur jalannya konseling
kelompok, misalnya dalam memberikan kesempatan kepada anggota kelompok
untuk mengungkapkan pendapatnya.
2. Sebagai model perilaku yang sesuai
Pemimpin kelompok mampu menjadi teladan atau contoh perilaku yang
sesuai dengan norma – norma kehidupan bagi anggota kelompok yang
dipimpinnya sehingga tujuan dalam konseling kelompok dapat tercapai.
3. Sebagai katalisator interaksi
Pemimpin kelompok mampu menumbuhkan suasana dinamika kelompok
sehingga terjadi interaksi saling membantu untuk memecahkan masalah anggota
kelompok yang masalahnya dibahas.
4. Sebagai fasilitator komunikasi
Pemimpin kelompok mampu merangkum kembali pendapat dari masing –
masing anggota kelompok sehingga muncul pemahaman yang sama dalam
membantu mengentaskan masalah.
28
2.3.5.4 Ciri-Ciri Kepemimpinan Kelompok
Ciri – ciri kepemimpinan kelompok sangat berpengaruh terhadap
kehidupan kelompok (Prayitno 1995: 37) :
1. Tut Wuri Handayani
Pemimpin kelompok bersifat tut wuri handayani adalah mengikuti
kegiatan dengan cermat, ikut serta dalam suasana kelompok dan memberikan
bantuan secara tepat sehingga tujuan konseling kelompok dalam mengentaskan
masalah anggota kelompok dapat optimal.
2. Mengayomi vs mengawasi
Mengayomi bukan berarti pemimpin berada diatas anggota kelompok
melainkan mengutamakan kepentingan anggota kelompok. Pemimpin kelompok
mampu masuk dalam suasana kelompok dan menjadi bagian dari kelompok serta
mampu menerima segala hal yang disampaikan oleh anggota kelompok.
3. Pemimpin kelompok sebagai tokoh
Pemimpin kelompok sangat berpengaruh terhadap proses, kegiatan,
suasana dan keberhasilan kelompok, sebagai pemimpin kelompok harus mampu
menjadi contoh yang baik bagi anggota kelompok.
2.3.6 Tahapan dalam Layanan Konseling Kelompok
Setiap layanan dalam bimbingan dan konseling terdapat tahap – tahap
yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Dalam layanan
konseling kelompok ada empat tahapan, yaitu:
a. Tahap Permulaan (Beginning Stage)
Pada tahap ini, pemimpin kelompok mempersiapkan upaya untuk
29
menumbuhkan minat bagi terbentuknya kelompok yang meliputi pemberian
penjelasan tentang adanya layanan konseling kelompok bagi anggota kelompok,
penjelasan pengertian, tujuan dan kegunaan konseling kelompok (Wibowo 2005:
86). Dalam tahap pengenalan ini, umumnya para anggota saling memperkenalkan
diri. Pemimpin kelompok melakukan kesepakatan waktu, seberapa lama konseling
kelompok akan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama.
Menurut Corey (dalam Wibowo 2005: 86), terdapat beberapa hal penting
yang perlu dibahas konselor untuk mempersiapkan anggota kelompok memasuki
kelompok, antara lain :
(1) Pernyataan yang jelas tentang tujuan kelompok
(2) Deskripsi tentang bentuk kelompok, prosedur dan peraturan
– peraturan mainnya
(3) Kecocokan proses kelompok dengan kebutuhan peserta
(4) Kesempatan mencari informasi tentang kelompok yang
akan dimasuki, mengajukan pertanyaan dan menjajagi hal
hal yangmenarik dalam kegiatan kelompok itu
(5) Pernyataan yang menjelaskan pendidikan, latihan, dan
kualifikasi pemimpin kelompok
(6) Informasi biaya yang harus ditanggung peserta dan apakah
biaya itu mencakup kegiatan lanjut, disamping juga
informasi tentang besarnya kelompok, banyaknya
pertemuan, lama pertemuan, arah pertemuan, serta teknik –
teknik yang digunakan
(7) Informasi tentang resiko psikologis dalam kegiatan
kelompok itu
(8) Pengetahuan tentang keterbatasan kerahasiaan dalam
kelompok yaitu pengetahuan tentang keadaan dimana
kerahasiaan itu harus dilanggar karena kepentingan
bersama dan karena alasan hokum, etis dan professional
(9) Penjelasan tentang layanan yang dapat diberikan dalam
kegiatan kelompok itu
(10) Bantuan dari pimpinan kelompok dalam mengembangkan
tujuan – tujuan pribadi peserta
(11) Pemahaman yang jelas mengenai pembagian
tanggungjawab antara pemimpin kelompok dan peserta dan
(12) Diskusi mengenai hak dan kewajiban anggota kelompok.
30
Setelah pembentukan, pemimpin kelompok melakukan hal – hal sebagai
berikut (Wibowo 2005: 88) :
1. Perkenalan
Hal pertama yang perlu dilakukan oleh pemimpin kelompok adalah
memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada anggota kelompok kemudian
pemimpin kelompok meminta masing – masing anggota kelompok untuk
memperkenalkan diri. Jika masing – masing anggota kelompok sudah saling
mengenal, pemimpin kelompok perlu meningkatkan kualitas hubungan antar
anggota kelompok sehingga muncul sikap saling percaya, saling menghargai,
saling menghormati, saling menghargai, saling mengerti dan rasa kebersamaan
dalam kelompok.
2. Pelibatan Diri
Pemimpin kelompok memunculkan dirinya sebagai seorang pemimpin
dalam kelompok yang mengandung penghormatan kepada anggota kelompok,
ketulusan hati, kehangatan dan empati. Pemimpin kelompok mampu
memunculkan keterlibatan anggota kelompok dalam suasana kelompok yang
diharapkan dan mampu mebangkitkan minat, kebutuhan dan rasa berkepentingan
anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan kelompok.
3. Agenda
Setelah anggota kelompok mampu memasuki suasana kelompok,
pemimpin kelompok memberikan kesempatan pada anggota kelompok untuk
menentukan agenda. Agenda adalah tujuan yang hendak dicapai dalam kelompok.
Agenda dapat dibagi menjadi dua yaitu agenda jangka panjang dan agenda jangka
31
pendek, aagenda jangka panjang yaitu tujuan yang hendak dicapai anggota
kelompok setelah kelompo selesai. Agenda jangka pendek yaitu agenda untuk
pertemuan hari itu juga.
4. Norma Kelompok
Norma kelompok pertama kali yang sangat penting adalah kerahasiaan.
Rochman Natawidjaya (dalam Wibowo 2005:89) mengemukakan bahwa
kerahasian merupakan persoalan pokok yang paling penting dalam konseling
kelompok. Selain itu kehadiran dan absensi merupakan hal yang sangat penting,
diharapkan setiap anggota kelompok memberikan informasi atas
ketidakhadirannya dalam kelompok.
5. Penggalian Ide dan Perasaan
Dalam pertemuan ini perlu digali lebih dalam terkait ide – ide dan
perasaan yang muncul sehingga perasaan yang mengganjal dapat terungkap
sebelum dilanjutkan pada tahap berikutnya. Pertemuan awal dapat digunakan
sebagai prediksi tentang komitmen dari masing – masing anggota kelompok.
b. Tahap Transisi (Transition Stage)
Tahap peralihan disebut juga tahap transisi (Transition Stage). Tahap
peralihan diawali dengan masa badai , dimana anggota kelompok bersaing dengan
yang lain untuk mendapatkan tempat dalam kelompok. Masa badai merupakan
masa munculnya suatu konflik dari ketegangan primer ke ketegangan sekunder
(Wibowo 2005: 90) Dalam tahap ini, terjadi awal pembentukan suatu hubungan
sosial yang dicirikan dengan adanya tanggapan yang negatif dan kritikan dari
anggota baik terhadap semua anggota maupun terhadap pemimpin kelompok.
32
Di tahap ini dimungkinkan anggota kelompok akan menolak untuk
mengekspresikan perasaan negatifnya karena belum terjadi saling hubungan satu
sama lain dan mungkin juga membentuk suatu kelompok lain yang disebut sub-
kelompok. Hal ini terjadi karena adanya reaksi negatif sehingga angota membuat
kesepakatan di luar kelompok dan mereka akan pasif dalam pertemuan kelompok
yang sedang di bangun. Tugas konselor atau pemimpin kelompok adalah
membentu anggota kelompok mengenal dan mengatasi halangan, kegelisahan,
keengganan, sikap mempertahankan diri dan tidak sabar (Gladding dalam
Wibowo 2005: 94).
Masa ini merupakan masa produktif bagi anggota kelompok untuk
memperbaiki sosialisasinya di masa lalu yang tidak produktif, membuat
pengalaman – pengalaman yang baru dan menetapkan tempatnya dalam kelompok
(Wibowo 2005:94). Dalam hal ini sangat diperlukan kepekaan pemimpin
kelompok untuk mengelola kelompok dan mengenali suasana kelompok, misalnya
kepekaan waktu dalam memberikan intervensi yang disertai dengan adanya
pengamatan yang akurat.
c. Tahap Kegiatan (Working Stage)
Wibowo (2005: 94) mengemukakan bahwa tahap kegiatan merupakan
tahap kehidupan konseling kelompok yang sebenarnya yaitu ketika anggota
kelompok memusatkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai dengan
mempelajari materi baru, berdiskusi berbagai topik, menyelesaikan tugas dan
mempraktekan perilaku baru. Anggota kelompk belajar hal – hal yang baru,
melakukan diskusi tentang berbagai topik atau saling berbagi pengalaman dan
33
mengungkapkan diri serta masalah pribadinya. Kelompok benar – benar diarahkan
untuk pencapaian tujuan yaitu memecahkan masalah anggota kelompok yang
masalahnya dibahas.
Hal yang menjadi perhatian khusus dalam konseling kelompok adalah sifat
isi dari pembicaraan. Sebagaimana dalam konseling perorangan, konseling
kelompok menghendaki agar anggota kelompok mampu mengungkapkan
keadaan diri masing – masing secara terbuka. Sikap pemimpin kelompok dan
anggota kelompok serta suasana kelompok harus sejalan dengan asas kerahasiaan,
sehingga muncul kepercayaan bagi anggota kelompok untuk mengungkapkan hal
apa yang menjadi masalah dalam dirinya dan sedang dialami sekarang.
Santoso (2004: 5) mengemukakan bahwa dinamika kelompok adalah suatu
kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan
psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lainnya. Dinamika
kelompok bermanfaat untuk mencapai tujuan konseling kelompok, dengan
dinamika kelompok mampu menciptakan hubungan interpersonal antar anggota
kelompok. Dinamika kelompok pada dasarnya sebagai upaya untuk meningkatkan
efisiensi dan efektivitas hubungan antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan
kelompok (Wibowo 2005: 62).
Faktor – faktor dalam dinamika kelompok yang erat kaitannya dengan
konseling kelompok yaitu (Wibowo 2005: 65) :
a) Pembinaan harapan
Pembinaan harapan dalam konseling kelompok sangat penting untuk
menumbuhkan kepercayaan anggota kelompok. Semakin tinggi harapan dan
34
kepercayaan akan keberhasilan maka akan semakin tinggi pula perubahan yang
akan terjadi, dalam hal ini perubahan yang positif.
b) Universalitas
Kesamaan masalah dan penerimaan yang penuh dari seluruh anggota
kelompok disertai dengan penerimaan secara emosional disebut universalitas.
Perasaan senasib yang dialami akan menumbuhkan rasa satu dan akan
meningkatkan kepercayaan terhadap kelompok.
c) Pemberian informasi
Pemberian informasi dalam kelompok bersifat dikdaktis yang dapat
diberikan oleh professional maupun anggota kelompok. Instruksi didaktis dapat
digunakan untuk emberikan informasi, menyusun kelompok, dan membentuk
norma.
d) Altruisme
Altruisme adalah rasa ingin membantu. Altruisme mendorong individu
untuk lebih menghargai dirinya sendiri dan bermanfaat untuk orang lain. Dalam
konseling kelompok hubungan antar anggota kelompok akan menimbulkan rasa
untuk saling membantu.
e) Pengulangan korektif keluarga awal
Konseling kelompok yang dalam akan menumbuhkan rasa persaudaraan
antar anggota kelompok sehingga menimbulkan susunan keluarga asal, dengan
susunan keluarga asal memberikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk
mengulang konflik.
35
d. Tahap Pengakhiran (Termination Stage)
Kegiatan dalam suatu kelompok tidak dapat berlangsung terus-menerus
tanpa berhenti. Setelah tahap ketiga di mana kegiatan kelompok memuncak,
kegiatan kelompok tersebut kemudian menurun, dan selanjutnya kelompok
mengakhiri kegiatannya pada saat yang dianggap tepat. Secara umum dikatakan
bahwa pengakhiran kegiatan konseling kelompok tepat dilakukan pada saat tujuan
individual anggota kelompok dan tujuan kelompok telah dicapai dan perilaku baru
dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari – hari diluar kelompok (Wibowo
2005: 99).
Peranan pemimpin kelompok di sini adalah memberikan penguatan
(reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu,
khususnya terhadap keikutsertaan secara aktif para anggota dan hasil-hasil yang
telah dicapai oleh masing-masing anggota kelompok. Terkadang dalam suatu
kelompok tertentu ada anggota kelompok yang keluar atau berhenti mengikuti
kegiatan kelompok sebelum kelompok tersebut secara keseluruhan menghentikan
kegiatan. Anggota-anggota yang berhenti sebelum waktunya, dapat menghentikan
berhasilnya kelompok. Dalam hal ini, pemimpin kelompok perlu memiliki
pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali (sejak awal) anggota-anggota
yang nantinya akan berhenti sebelum waktunya.
Pemimpin kelompok memberikan penguatan (reinforcement) terhadap
hasil – hasil yang telah dicapai oleh anggota kelompok khususny keikutsertaan
secara aktif anggota kelompok dan hasil – hasil yang telah dicapai masing –
masing anggota kelompok. Dapat dikatakan bahwa pemimpin kelompok dituntut
36
agar menjadikan kelompoknya lebih menarik dan lebih bermanfaat bagi anggota
kelompok. Pada akhir kegiatan hendaknya para anggota kelompok merasa telah
memetik suatu hasil yang cukup berharga dari kegiatan kelompok tersebut.
Sedangkan menurut Winkel (2006: 614) mengemukakan bahwa ada lima
fase dalam layanan konseling kelompok, antara lain : (1) Pembukaan, dalam
kegiatan pembukaan ini adalah membangun hubungan pribadi konselor dengan
anggota kelompok; (2) Penjelasan masalah, dalam kegiatan ini pemimpin
kelompok menerima ungkapan masing – masing anggota kelompok, menunjukkan
penghayatan dan membantu mengungkapkan diri secara memadai; (3) Penggalian
latar belakang masalah, dalam kegiatan ini pemimpin kelompok membantu
mengungkakan latar belakang masalah yang dihadapi anggota kelompok; (4)
Penyelesaian masalah,dalam kegiatan ini pemimpin kelompok membantu anggota
kelompok dalam menentukan cara penyesuaian yang tepat; (5) Penutup, dalam
kegiatan ini pemimpin kelompok mengakhiri proses layanan konseling kelompok.
Tahap tahap pelaksanaan layanan konseling kelompok diatas didukung
oleh Prayitno (1995: 40) yang mengemukakan bahwa tahap layanan konseling
kelompok sebagai berikut :
a. Tahap awal (Pembentukan)
Dalam tahap awal ini, umumnya para anggota saling memperkenalkan
diri, melakukan orientasi dan penggalian meliputi penentuan struktur kelompok,
pengenalan dan penggalian harapan. Pemimpin kelompok melakukan kesepakatan
waktu, seberapa lama konseling kelompok akan dilaksanakan sesuai dengan
kesepakatan bersama. Peranan pemimpin kelompok pada tahap awal yaitu : (1)
37
Menampilakan diri secara utuh dan terbuka; (2) Menampilkan penghormatan
kepada orang lain , hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati; (3)
Bertindak sebagai contoh.
Rekrutmen anggota kelompok dilakukan dengan pengumpulan individu
berdasarkan (Prayitno 2004: 16) :
1) Satu kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok.
2) Kelas – kelas yang berbeda dijadikan satu kelompok.
3) Lokasi dan kondisi yang berbeda dikumpulkan menjadi satu kelompok.
b. Tahap kedua (Peralihan)
Dalam tahap ini, terjadi awal pembentukan suatu hubungan sosial yang
dicirikan dengan adanya tanggapan yang negatif dan kritikan dari anggota baik
terhadap semua anggota maupun terhadap pemimpin kelompok. Di tahap ini
dimungkinkan anggota kelompok akan menolak untuk mengekspresikan perasaan
negatifnya karena belum terjadi saling hubungan satu sama lain dan mungkin juga
membentuk suatu kelompok lain yang disebut sub-kelompok. Hal ini terjadi
karena adanya reaksi negatif sehingga angota membuat kesepakatan di luar
kelompok dan mereka akan pasif dalam pertemuan kelompok yang sedang di
bangun.
Peranan pemimpin kelompok pada tahap ini yaitu : (1) Menerima suasana
yang ada secara sabar dan terbuka; (2) Tidak mempergunakan cara – cara yang
bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya; (3) Mendorong dibahasnya
suasana perasaan; (4) Membuka diri sebagai contoh dan empati.
38
c. Tahap ketiga (Kegiatan)
Tahap ketiga merupakan tahap kegiatan atau ini dalam kegiatan layanan
konseling kelompok sehingga aspek isi yang menjadi pengiringnya cukup banyak.
Hal yang menjadi perhatian khusus dalam konseling kelompok adalah sifat isi dari
pembicaraan. Sebagaimana dalam konseling perorangan, konseling kelompok
menghendaki agar anggota kelompok mampu mengungkapkan keadaan diri
masing – masing secara terbuka. Sikap pemimpin kelompok dan anggota
kelompok serta suasana kelompok harus sejalan dengan asas kerahasiaan,
sehingga muncul kepercayaan bagi anggota kelompok untuk mengungkapkan hal
apa yang menjadi masalah dalam dirinya dan sedang dialami sekarang.
Anggota kelompok berperan aktif dalam proses konseling dalam
menyampaikan pendapatnya tentang solusi suatu masalah yang dibahas dalam
kelompok. Prayitno (1995: 32) menyebutkan bahwa ada beberapa peranan
anggota kelompok dalam menumbuhkan dinamika kelompok, antara lain :
1) Membantu terbinanya suasana keakraban dalam kelompok antar
anggota kelompok.
2) Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan
kelompok.
3) Berusaha agar yang dilakukannya untuk mencapai tujuan bersama.
4) Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya
dengan baik.
5) Benar – benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh
kegiatan kelompok.
39
6) Mampu berkomunikasi secara terbuka.
7) Berusaha membantu anggota kelompok lain untuk mengentaskan
masalah yang sedang dihadapi.
8) Memberi kesempatan kepada anggota kelompok untuk
mengungkapkan pendapat.
9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.
Peranan pemimpin kelompok pada tahap ini yaitu : (1) Sebagai pengatur
lalu lintas atas jalannya kegiatan secara sabar dan terbuka; (2) Aktif tetapi tidak
banyak cerita; (3) Memberikan dorongan serta penguatan dengan penuh empati.
d. Tahap keempat (Pengakhiran)
Kegiatan dalam suatu kelompok tidak dapat berlangsung terus-menerus
tanpa berhenti. Setelah tahap ketiga di mana kegiatan kelompok memuncak,
kegiatan kelompok tersebut kemudian menurun, dan selanjutnya kelompok
mengakhiri kegiatannya pada saat yang dianggap tepat. Peranan pemimpin
kelompok di sini adalah memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil-
hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu, khususnya terhadap keikutsertaan
secara aktif para anggota dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing
anggota kelompok.
Terkadang dalam suatu kelompok tertentu ada anggota kelompok yang
keluar atau berhenti mengikuti kegiatan kelompok sebelum kelompok tersebut
secara keseluruhan menghentikan kegiatan. Anggota-anggota yang berhenti
sebelum waktunya, dapat menghentikan berhasilnya kelompok. Dalam hal ini,
pemimpin kelompok perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam
40
mengenali (sejak awal) anggota-anggota yang nantinya akan berhenti sebelum
waktunya.
Pemimpin kelompok memberikan penguatan (reinforcement) terhadap
hasil – hasil yang telah dicapai oleh anggota kelompok khususnya keikutsertaan
secara aktif anggota kelompok dan hasil – hasil yang telah dicapai masing –
masing anggota kelompok. Dapat dikatakan bahwa pemimpin kelompok dituntut
agar menjadikan kelompoknya lebih menarik dan lebih bermanfaat bagi anggota
kelompok. Pada akhir kegiatan hendaknya para anggota kelompok merasa telah
memetik suatu hasil yang cukup berharga dari kegiatan kelompok tersebut.
Dari beberapa pendapat tentang tahapan dalam proses layanan konseling
kelompok dapat disimpulkan bahwa tahapan dalam layanan konseling kelompok
adalah sebagai berikut : (a) Tahap permulaan, tahap ini merupakan tahap
pengenalan , perlibatan diri atau memasukkan diri dalam suasana kelompok; (b)
Tahap transisi, dalam tahap ini pemimpin kelompok dituntut untuk memunculkan
dinamika kelompok yaitu menumbuhkembangkan hubungan antar anggota
kelompok; (3) Tahap kegiatan, tahap ini merupakan tahap inti dari proses kegiatan
layanan konseling kelompok yaitu mengentasakan permasalahan anggota
kelompok yang masalahnya dibahas; (4) Tahap pengakhiran, dalam tahap ini
pemimpin kelompok mengakhiri kegiatan konseling kelompok yang diawali
dengan pengungkapan pesan dan kesan dari tiap anggota kelompok selama
kegiatan berlangsung.
41
2.4 Implementasi Layanan Konseling Kelompok di Sekolah
Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas
penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau
masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk
pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang
dialami oleh masing – masing anggota kelompok. Dalam Persiapan dan
pelaksanaan layanan konseling kelompok terdapat beberapa hal yang perlu
diperhatikan dan dipersiapkan meliputi perencanaan kegiatan, pelaksanaan
kegiatan meliputi (a) persiapan pelaksanaan; (b) pelaksanaan tahap kegiatan,
evaluasi kegiatan, analisis dan tindak lanjut (Prayitno 1995: 76).
(1) Perencanaan
Layanan konseling kelompok dapat terlaksana berdasarkan tahap
perencanaan yang matang. Perencanaan kegiatan layanan konseling
kelompok,meliputi :
a. Materi layanan
Materi layanan dalam layanan konseling kelompok menyesuaikan dengan
permasalahan anggota kelompok.
b. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok
Hal – hal yang sudah menjadi fokus utama dalam proses pemberian
layanan dan menyesuaikan dengan kebutuhan serta permasalahan dari anggota
kelompok yang masalahnya sedang dibahas.
c. Sasaran kegiatan yaitu kelompok yang dimaksud
Pengelompokan peserta menyesuaikan dengan kebutuhan dan masalah.
42
Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan dinamika kelompok dan komunikasi yang
efektif dalam kelompok.
d. Bahan atau sumber tertentu yang dipersiapkan oleh konselor
Materi layanan adalah suatu bahan pemberian layanan yang diambil dari
sumber – sumber yang dapat dipercaya, misalnya dari buku – buku yang
merupakan hasil dari penelitian.
e. Rencana penilaian
Perencanaan penilaian dilakukan dengan melihat aspek – aspek
pelaksanaan layanan konseling kelompok, misal dari keaktifan anggota kelompok,
dinamika kelompok yang muncul, dll.
f. Waktu dan tempat
Perencanaan waktu dan tempat harus dipersiapkan dengan baik, untuk
waktu pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi konselor dan peserta atas
kesepakan bersama sedangkan untuk tempat layanan konseling kelompok
disediakan ruangan khusus yang kedap suara sehingga permasalahan yang sedang
dibahas dalam kelompok tidak terdengar dari luar.
(2) Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan meliputi persiapan pelaksanaan dan pelaksanaan
tahapan kegiatan layanan konseling kelompok.
a. Persiapan pelaksanaan
Persiapan pelaksanaan layanan konseling kelompok meliputi :
a) Persiapan Menyeluruh
1. Persiapan fisik meliputi tempat dan kelengkapan sarana dan prasarana
43
Persiapan fisik dilakukan untuk menyiapkan hal – hal yang menjadi
kelengkapan layanan konseling kelompok, seperti halnya penataan tata ruang
untuk layanan konseling kelompok.
2. Persiapan bahan atau sumber bahan tertentu
Persiapan bahan pemberian layanan konseling kelompok menyesuaikan
dengan kebutuhan dan permasalahan peserta.
3. Persiapan keterampilan
Persiapan keterampilan dilakukan untuk memberikan tanggapan yang
tepat dalam proses pemberian layanan konseling kelompok.
4. Persiapan administrasi meliputi daftar hadir, janji kerahasiaan,dll.
Persiapan administrasi sangat diperlukan untuk kelangsungan proses
pemberian layanan sehingga dapat berjalan dengan lancar dan efektif
b) Persiapan keterampilan
Persiapan dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok diharapkan
konselor mampu menerapkan teknik sebagai berikut :
1. Teknik umum :
1) “Tiga M” yaitu mendengarkan dengan baik, memahami secara utuh
dan memberikan respon secara tepat dan positif
2) Dorongan minimal
3) Penguatan
4) keruntutan
2. Keterampilan memberikan tanggapan :
1) Mengenal perasaan peserta
44
Konselor dituntut untuk mampu mengenali keadaan seluruh peserta
sehingga proses layanan konseling kelompok tidak hanya terfokus pada satu
peserta.
2) Mengungkapkan perasaan sendiri
Konselor mampu menyampaikan pendapat dengan jelas dan bisa dipahami
oleh seluruh peserta sehingga proses pemberian layanan dapat berjalan dengan
efektif.
3) Merefleksikan
Konselor mampu merasakan permasalahan yang sedang dibahas dalam
kelompok dan mampu membawa diri seperti masalah yang sedang dibahas.
3. Keterampilan memberikan pengarahan :
1) Memberikan informasi
2) Memberikan nasehat
3) Bertanya secara langsung dan terbuka
4) Memperngaruhi dan mengajak
5) Menggunakan contoh pribadi
6) Memberikan penafsiran
7) Mengkonfrontasikan
8) Mengupas masalah
9) Menyimpulkan
c) Asas Kerahasiaan
Segala sesuatu yang dibicarakan oleh anggota kelompok tidak boleh
disampaikan pada orang lain terlebih hal atau kepentingan yang tidak boleh atau
45
tidak layak diketahui orang lain. Asas kerahasiaan merupakan kunci dalam
konseling kelompok agar pemimpin kelompok mendapat kepercayaan dari
anggota kelompok.
b. Pelaksanaan tahapan kegiatan
Pelaksanaan tahapan dalam layanan konseling kelompok adalah sebagai
berikut : (a) Tahap permulaan, tahap ini merupakan tahap pengenalan , perlibatan
diri atau memasukkan diri dalam suasana kelompok; (b) Tahap transisi, dalam
tahap ini pemimpin kelompok dituntut untuk memunculkan dinamika kelompok
yaitu menumbuhkembangkan hubungan antar anggota kelompok; (3) Tahap
kegiatan, tahap ini merupakan tahap inti dari proses kegiatan layanan konseling
kelompok yaitu mengentasakan permasalahan anggota kelompok yang
masalahnya dibahas; (4) Tahap pengakhiran, dalam tahap ini pemimpin kelompok
mengakhiri kegiatan konseling kelompok yang diawali dengan pengungkapan
pesan dan kesan dari tiap anggota kelompok selama kegiatan berlangsung.
(3) Evaluasi
Evaluasi atau penilaian layanan konseling kelompok dapat diarahkan
secara khusus pada anggota kelompok yang masalah yang dibahas. Penilaian
dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan, secara tertulis dapat dilakukan baik
menggunakan essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana sedangkan secara
lisan dapat dilakukan dengan anggota kelompok diminta untuk mengungkapkan
secara langsung hal-hal yang paling berharga atau kurang disenangi selama
kegiatan berlangsung.
46
Penilaian terhadap layanan konseling kelompok lebih bersifat penilaian
dalam proses yang dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1. Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan
berlangsung.
2. Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas.
3. Mengungkapkan manfaat layanan dan hasil dari keikutsertaan dalam
kelompok.
4. Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kegiatan lanjutan.
5. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana pelaksanaan kegiatan.
(4) Analisis
Dari hasil evaluasi atau penilaian perlu dilakukan analisis lebih mendalam
untuk mengetahui kemajuan anggota kelompok dan pelaksanaan kegiatan layanan
konseling kelompok. Konselor sebagai pemimpin kelompok perlu meninjau
kembali secara cermat tentang jalannya dinamika kelompok, peranan dan aktivitas
sebagai peserta, homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok, kedalam dan
keluasan pembahasan, kemungkian keterlaksanaan alternatif pemecahan masalah
yang muncul dalam kelompok, dampak pemakaian teknik oleh pemimpin
kelompok dan keyakinan pemakaian teknik baru, masalah waktu, tempat, bahan
acuan, narasumber dan sebagainya.
(5) Tindak Lanjut
Tindak lanjut mengikuti arah dan hasil analisis, tindak lanjut dapat
dilakukan melalui konseling kelompok lanjutan atau bentuk layanan lainnya.
47
Tindak lanjut yang berupa kegiatan layanan atau lainnya memerlukan
perencanaan dan persiapan tersendiri dengan mengikutsertakan secara aktif
anggota kelompok yang bersangkutan dan sumber-sumber lain yang diperlukan.
48
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan langkah yang harus ditempuh dalam suatu
penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian
yang dilakukan yaitu dengan menggunakan teknik apa dan prosedurnya
bagaimana suatu penelitian itu dilakukan. Peneliti harus memahami dan
menguasai metode penelitian agar hasil dari penelitian tidak diragukan. Hal
terpenting yang perlu diperhatikan bagi peneliti adalah penggunaan metode yang
sesuai dengan obyek penelitian dan tujuan yang ingin dicapai agar penelitian
dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Metode penelitian yang digunakan
harus tepat sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam metode penelitian ditetapkan langkah – langkah untuk
mengumpulkan data yang diperlukan untuk menganalisis data dan menyimpulkan.
Langkah – langkah yang digunakan adalah menetukan jenis penelitian,
menetapkan variabel yang akan diteliti, menentukan populasi dan sampel yang
akan digunakan, menentukan metode dan alat pengumpul data, perhitungan
validitas dan reliabilitas serta teknik analisis data. Langkah – langkah tersebut
akan diuraikan sebagai berikut :
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini berjudul “Implementasi Layanan Konseling Kelompok di
49
SMPN se – Kabupaten Pati”. Berdasarkan judul tersebut, penelitian ini termasuk
penelitian deskriptif karena penelitian ini menggambarkan kenyataan atau
kejadian sebagaimana di lapangan. Penelitian deskriptif merupakan penelitian
yang menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan, berbagai kondisi, situasi,
fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah maupun rekayasa
manusia (Sukmadinata 2009: 72).
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk kuantitatif deskriptif
untuk memberikan gambaran tentang hasil penelitian yang diperoleh. Jenis
penelitian deskriptif pada penelitian ini berdasarkan pertimbangan tujuan
penelitian yaitu ingin mendapatkan data empiris tentang Implementasi Layanan
Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Sutrisno Hadi (dalam Arikunto 2010: 159) mendefinisikan “variabel
sebagai gejala yang bervariasi” sedangkan menurut Sugiyono (2009 : 61),
“variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat nilai orang, obyek atau kegiatan
yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari
dan kemudian ditarik kesimpulan”. Gejala adalah objek penelitian, sehingga
variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel merupakan salah
satu komponen penting dalam penelitian karena konsep-konsep dapat diteliti
secara empiris jika mereka dioperasionalisasikan menjadi sebuah variabel
50
sehingga dapat diukur secara kuantitatif. Hasil pengukuran bisa konstan ataupun
berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi. Berhubung dalam penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif, maka tidak terdapat variabel terikat dan variabel
bebas. Variabel penelitian ini adalah implementasi layanan konseling kelompok.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal sehingga tidak ada variabel
terikat maupun variabel bebas.
3.2.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional merupakan suatu definisi yang didasarkan atas sifat-
sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Definisi operasional
dalam penelitian ini adalah implementasi layanan konseling kelompok.
Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas penerapan
pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang
bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan
pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing –
masing anggota kelompok.
Implementasi layanan konseling kelompok meliputi :
(6) Perencanaan
g. Materi layanan
h. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok
i. Sasaran kegiatan yaitu kelompok yang dimaksud
j. Bahan atau sumber tertentu yang dipersiapkan oleh konselor
k. Rencana penilaian
l. Waktu dan tempat
51
(7) Pelaksanaan
c. Tahap permulaan
d. Tahap transisi
e. Tahap kegiatan
f. Tahap pengakhiran
(8) Evaluasi
a. Penilaian hasil
b. Penilaian proses
(9) Analisis Hasil Evaluasi
a. Diagnosis
b. Prognosis
(10) Tindak Lanjut
(11) Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
a. Komponen Sekolah
b. Fasilitas
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Menurut Azwar (2004:77), populasi adalah ialah keseluruhan individu atau
objek yang diteliti yang memiliki beberapa karakteristik yang sama yang hendak
dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi adalah seluruh objek penelitian
(Arikunto, 2010:173). Dari pengertian – pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek yang akan diteliti dengan sifat
52
yang relatif sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konselor di SMPN
se – kabupaten Pati.
Tabel 3.1
SMPN se-Kabupaten Pati
No. Nama Sekolah Alamat Konselor
1. SMPN 1 Batangan Jl. Raya Batangan – Jaken Km 06 3
2. SMPN 2 Batangan Ds. Bumimulyo Kec. Batangan 2
3. SMPN 1 Cluwak Jl. Raya -Tayu Jepara Km.9 2
4. SMPN 1 Dukuhseti Ds. Alasdowo 2
5. SMPN 2 Dukuhseti Jl. Tpi Puncel 2
6. SMPN 1 Gabus Jl. Gabus Tologoayu Kec. Gabus 3
7. SMPN 2 Gabus Jl. Raya Pati – Gabus Km 05 2
8. SMPN 1 Gembong Jl. Raya Pati – Gembong Km 11 3
9. SMPN 1 Gunungwungkal Jl. Raya Gunungwungkal 3
10. SMPN 2 Gunungwungkal Jl. Raya Sumberejo 2
11. SMPN 1 Jaken Jl. Jakenan – Jaken Km 6 3
12. SMPN 2 Jaken Ds. Sidoluhur Kec. Jaken 2
13. SMPN 1 Jakenan Jl. Juana - Pucakwangi 4
14. SMPN 2 Jakenan Jl. Ds. Glonggong - Jakenan 3
15. SMPN 1 Juwana Jl. Silugonggo No. 46 Juwana 3
16. SMPN 2 Juwana Jl. Juwana – Tayu Km 02 Juwana 3
17. SMPN 3 Juwana Jl. Hangtuah Desa Kudukeras Kec.
Juwana
2
18. SMPN 4 Juwana Jl. Raya Tluwah - Juwana 2
19. SMPN 1 Kayen Jl. Raya Kayen - Pati 4
20. SMPN 2 Kayen Jl. Raya Pati – Kayen Km 14 2
21. SMPN 1 Margorejo Jl. Ds. Langenharjo 2
22. SMPN 2 Margorejo Jl. Ds. Badegan 3
23. SMPN 1 Margoyoso Jl. Kiai Cebolang 17 Margoyoso 3
24. SMPN 2 Margoyoso Jl. Tambakbuntu-Purworejo 2
25. SMPN 1 Pati Jl. Pemuda 287 Pati 4
26. SMPN 2 Pati Jl. Ronggowarsito Gang 7 Pati 4
27. SMPN 3 Pati Jl. Kol.R.Sugiyono No.17 Pati 4
28. SMPN 4 Pati Jl. P. Sudirman No. 18 Pati 4
29. SMPN 5 Pati Jl. P. Sudirman Pati 4
30. SMPN 6 Pati Jl. Kustin 3
31. SMPN 7 Pati Jl. Pati Tayu Km. 3 4
32. SMPN 8 Pati Jl. Ra. Kartini No. 1 Pati 4
33. SMPN 1 Pucakwangi Jl. Raya Pucakwangi No.7 3
34. SMPN 2 Pucakwangi Ds. Kepohkencono 2
35. SMPN 1 Sukolilo Jl. Sunan Prawoto No. 933 2
36. SMPN 2 Sukolilo Jl. Sunan Prawoto Km 06 2
37. SMPN 1 Tambakromo Jl. Raya Tambakromo – Pati 5
53
38. SMPN 2 Tambakromo Jl. Tambakromo - Maitan Km.12 2
39. SMPN 3 Tambakromo Jl. Tambakromo - Kayen Km. 3 2
40. SMPN 1 Tayu Jl. Ra. Kartini 50 Tayu 3
41. SMPN 2 Tayu Jl. Luwang,Tayu 2
42. SMPN 1 Tlogowungu Pati - Gunungrowo 2
43. SMPN 2 Tlogowungu Jl. Lahar-Pasucen Ds. Lahar 2
44. SMPN 1 Trangkil Ds. Ketanen 3
45. SMPN 2 Trangkil Jl. Juwana-Tayu Km.11 2
46. SMPN 1 Wedarijaksa Jl.Lahar-Pasucen Ds. Lahar 5
47. SMPN 2 Wedarijaksa Ds. Kepoh 3
48. SMPN 1 Winong Jl. Winong-Gabus Km 0.5 5
49. SMPN 2 Winong Ds. Danyangmulyo Kec. Winong 3
Jumlah 141
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Pati dan masing – masing SMPN
3.3.2 Sampel
Menurut Arikunto (2010: 174), sampel adalah sebagian objek penelitian
dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi
yang diteliti. Maka, sampel penelitian yang baik adalah sampel yang benar –
benar mampu mewakili sifat–sifat populasi. Semakin mendekati sifat populasi,
semakin baik sampel yang diambil sehingga hasil penelitian semakin akurat.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konselor di SMPN se – kabupaten
Pati. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
purposive sampling. Metode purposive sampling adalah pengambilan sampel dari
populasi dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2009: 124). Penelitian ini
mengambil sampel 40 konselor dari keseluruhan populasi.
Tabel 3.2
Sampel Penelitian di SMPN se – Kabupaten Pati
No. Nama Sekolah Alamat Konselor
1. SMPN 1 Pati Jl. Pemuda 287 Pati 4
2. SMPN 4 Pati Jl. P. Sudirman No. 18 Pati 4
3. SMPN 8 Pati Jl. RA. Kartini No. 1 Pati 4
54
4. SMPN 1 Winong Jl. Winong-Gabus Km 0.5 5
5. SMPN 1 Tambakromo Jl. Raya Tambakromo - Pati 5
6. SMPN 1 Jakenan Jl. Juwana - Pucakwangi 4
7. SMPN 1 Wedarijaksa Jl.Lahar-Pasucen Ds. Lahar 5
8. SMPN 1 Jaken Jl. Jakenan – Jaken Km 6 3
9. SMPN 1 Kayen Jl. Raya Kayen - Pati 4
10. SMPN 1 Margorejo Jl. Ds. Langenharjo 2
Jumlah 40
Sumber : masing – masing SMPN
3.4 Prosedur Penyusunan Instrumen
Langkah – langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian
melalui beberapa tahap. Menurut Arikunto (2010: 1), prosedur yang ditempuh
adalah perencanaan, penulisan butir soal, penyuntingan, uji coba, analisis hasil,
revisi dan instrumen jadi. Sedangkan dalam penelitian ini, langkah – langkah yang
ditempuh oleh peneliti dalam pengadaan instrumen antara lain : membuat kisi –
kisi instrumen, kemudian dikonsultasikan, hasil konsultasi direvisi jika perlu,
instrumen yang telah direvisi diujicobakan kemudian direvisi dan instrumen jadi
yang siap disebarkan.
Untuk lebih jelasnya, langkah – langkah yang ditempuh oleh peneliti dapat
dilihat pada bagan berikut :
Gambar 3.1
Bagan Prosedur Penyusunan Instrumen
Teori Kisi – kisi Instrumen Instrumen
Uji Coba Instrumen Jadi Revisi
55
Langkah – langkah dalam menyusun instrumen dilakukan dalam beberapa
tahap. Dalam pembuatan maupun uji coba, peneliti menyusun kisi – kisi
pengembangan instrumen yang meliputi variabel, subvariabel, indikator,
deskriptor dan nomor item. Tahap pertama, instrumen diujicobakan kemudian
dioleh validitas dan reliabilitasnya. Setelah itu direvisi dan kemudian menjadi
hasil revisian yang siap untuk diberikan kepada konselor sekolah.
3.5 Validitas dan Reliabilitas
3.5.1 Validitas
Jenis validitas yang digunakan peneliti adalah jenis validitas konstruk.
Validitas konstruk merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu
instrumen mengukur trait atau konstruk teoritik yang hendak diukur (Allen&Yen
dalam Azwar 2012: 45). Uji validitas yang digunakan dalam uji validitas konstruk
menggunakan rumus product moment. Alasan penggunaan formula product
moment dalam pengujian validitas instrumen dikarenakan instrumen yang dibuat
berskala interval. Skala dikatakan valid jika rxy > rtabel dengan taraf signifikansi
sebesar 5 %.
Rumus Product Moment :
Keterangan :
rxy : Koefisien korelasi product moment
∑X : Jumlah skor seluruh responden
: Jumlah skor seluruh responden skala dikuadratkan
2222xy
Y)( - YN)X( XN
Y))( X( - XY N r
2X
56
: Jumlah skor seluruh aitem skala
: Jumlah skor seluruh aitem skala dikuadratkan
: Jumlah skor seluruh responden dikalikan jumlah skor
seluruh aitem
N : Jumlah responden pengisi skala (Arikunto 2010: 213)
3.5.2 Reliabilitas
Reliabilitas dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability.
Jadi reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran tetap dipercaya.
Estimasi reliabilitas kedua skala dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
konsistensi internal yang didasarkan pada data dari sekali pengenaan satu bentuk
alat ukur pada sekelompok subjek (Azwar 2004: 182).
Penghitungan reliabilitas dilakukan dengan formula Alpha. Data dalam
perhitungan koefisien reliabilitas Alpha diperoleh lewat pengujian satu bentuk
skala yang dikenakan hanya sekali saja pada kelompok responden. Perhitungan
dalam instrumen ini dilakukan dengan membelah data menjadi sebanyak jumlah
aitem.
Formula Alpha yang digunakan dalam pembelahan data adalah sebagai
berikut:
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2
= Jumlah varian butir
Y
2Y
XY
r11 = (1k
k) ( 1 –
∑𝜎𝑏 ²
𝜎 ²𝑡)
57
Σ2
t = Varians total (Arikunto 2010: 239)
Alasan penggunaan Alpha dalam penghitungan reliabilitas instrumen ini
dikarenakan data yang dihasilkan memiliki ciri :
a. Data rating skala (1,2,3, dan 4 )
b. Bisa digunakan untuk jumlah item ganjil maupun genap
Besar kecilnya koefisien mengidentifikasikan kuat dan lemahnya
hubungan yang ada. rhitung yang besarnya lebih dari rtabel menunjukkan bahwa
instrumen semakin reliabel. Sedangkan jika rhitung < rtabel berarti instrumen semakin
berkurang reliabilitasnya.
3.6 Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah suatu langkah yang standar dan
sistematis untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam suatu
penelitian. Agar diperoleh data yang lengkap maka harus digunakan teknik
pengumpulan data yang tepat sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang tepat
dan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan.
Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian
ini yaitu menggunakan angket (kuesioner). Angket merupakan suatu teknik
pengumpulan data secara tidak langsung (Sukmadinata 2009: 219). Sedangkan
menurut Sutoyo (2009 : 167), “Angket atau kuesioner didefinisikan sebagai
sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data faktual atau opini yang
berkaitan dengan diri responden, yang dianggap fakta atau kebenaran yang
diketahui dan perlu dijawab oleh responden”.
58
Dilihat dari bentuknya angket ada dua yaitu angket tertutup dan angket
terbuka. Angket tertutup merupakan angket dengan pertanyaan tertutup dimana
responden tinggal memilih jawaban dari alternatif – alternatif jawaban yang telah
disediakan. Dengan demikian responden tinggal memilih jawaban yang ada
sehingga responden tidak bebas menjawab pertanyaan – pertanyaan. Angket
terbuka yaitu angket yang mengandung pertanyaan – pertanyaan yang sifatnya
terbuka dalam arti responden dapat menjawab dengan bebas pertanyaan yang ada
dalam angket tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket tertutup karena
jawabannya sudah ada dalam pertanyaan. Dilihat dari pelaksanaannya angket ada
dua macam yaitu angket langsung dan angket tidak langsung. Angket langsung
yaitu angket yang diberikan langsung kepada responden yang dikenainya tanpa
menggunakan perantara, sedangkan angket tidak langsung adalah angket yang
menggunakan perantara dalam menjawab sehingga jawaban tidak diperoleh dari
sumber yang pertama tetapi dari sumber kedua atau sumber perantara. Peneliti
menggunakan angket langsung dalam penelitian ini karena dapat dibagikan secara
serentak dan hasilnya dapat langsung diambil.
Kelebihan menggunakan metode pengumpulan data dengan angket yaitu
(Arikunto 2010: 195):
1. Tidak memerlukan hadirnya penelitti
2. Dapat dibagi serentak kepada seluruh responden
3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan dan waktu senggang
4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dalam menjawab
59
5. Dapat dibuat terstandar sehingga semua responden dapat diberi
pertanyaan yang benar – benar sama.
Selain terdapat kelebihan menggunakan angket, terdapat pula kelemahan
menggunakan angket yaitu (Arikunto 2010: 195):
1. Sukar dicari validitasnya
2. Meskipun dibuat anonim, terkadang resonden tidak bisa menjawab
dengan jujur sesuai dengan keadaan diri responden
3. Sering tidak kembali terutama jika dikirim lewat pos
4. Waktu pengembalian tidak serempak sama
Untuk mengatasi kelemahan – kelemahan angket atau kuesioner di atas,
maka peneliti berusaha untuk menekan sekecil mungkin kelemahan – kelemahan
tersebut, antara lain :
1. Penyebaran dilaksanakan secara langsung dan peneliti diupayakan
hadir sehingga apabila ada kesulitan dari responden peneliti dapat
menjelaskan.
2. Menggunakan angket tertutup untuk menghindari jawaban responen
yang terlalu melebar
3. Memberikan penjelasan sebelum menyebarkan angket sehingga
responden bersedia mengisi angket tanpa adanya perasaan terpaksa.
4. Memberikan petunjuk – petunjuk dengan singkat dan lengkap untuk
menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengisian
angket agar responden dapat memberikan jawaban jujur.
5. Dalam penyusunan angket, peneliti melakukan uji validitas dengan
60
cara melakukan uji coba (Try out)
6. Dalam uji coba (Try out) responden diberikan kesempatan untuk
memberikan saran – saran , perbaikan bagi angket yang diujicobakan.
7. Mengamati dan meneliti kembali jawaban yang telah diisi oleh
responden agar tidak ada pertanyaan yang terlewati atau belum
dijawab.
Dengan demikian pemilihan angket sebagai instrumen sangat membantu
peneliti dalam memperoleh data tentang implementasi layanan konseling
kelompok. Dalam menyusun angket menggunakan skala likert dengan interval
sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kategori Jawaban dan Cara Pemberian Skor
Angket Implementasi Layanan Konseling Kelompok
No. Kategori Jawaban Positif Skor No. Kategori Jawaban Negatif Skor
1. Sangat Sesuai (SS) 4 1. Sangat Sesuai (SS) 1
2. Sesuai (S) 3 2. Sesuai (S) 2
3. Tidak Sesuai (TS) 2 3. Tidak Sesuai (TS) 3
4. Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4. Sangat Tidak Sesuai (STS) 4
Untuk mengatasi kecenderungan kebanyakan responden memilih jawaban
setuju, maka dalam penyusunan butir pernyataan dibuat pernyataan positif dan
pernyataan negatif.
3.7 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
3.7.1 Hasil Uji Coba Validitas
Sebuah instrumen dinyatakan valid apabila instrumen tersebut mampu
61
mengukur data dari variabel secara tepa. Hasil uji coba dianalis validitasnya
dengan menggunakan rumus Product Moment. Butir angket dinyatakan valid jika
rxy ≥ rtabel. Dari 74 butir pernyataan, diperoleh 9 butir pernyataan yang tidak valid
yaitu nomor 10, 12, 16, 18, 23, 58, 62, 70, 74. Butir pernyataan tersebut memiliki
koefisien korelasi yang kurang dari rtabel pada α = 5% dengan n=20 yaitu 0.423.
Selanjutnya butir pernyataan yang tidak valid tidak dilakukan perbaikan, karena
dari 65 pernyataan yang valid sudah mewakili masing – masing indikator dari
variabel penelitian.
3.7.2 Hasil Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen tersebut dapat dipercaya untuk
digunakan sebagai alat pengumpul data, untuk mengetahui reliabilitas instrumen
digunakan formula Alpha dengan pertimbangan bahwa skor dalam penelitian ini
merupakan rentangan dari 1- 4. Hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien
reliabilitas sebesar 0.8864 ≥ 0.423 (rtabel pada α = 5% dengan n=20), sehingga
dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel.
3.8 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah cara yang ditempuh untuk mengurai data
menurut unsur-unsur yang ada di dalamnya sehingga mudah dibaca dan
dipresentasikan. Data yang terkumpul perlu diolah untuk mengetahui kebenaran
sehingga diperoleh hasil yang meyakinkan. Analisis yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dengan deskriptif persentase.
Analisis data dalam penelitian ini memakai distribusi frekuensi yaitu
62
menganilisis data dengan melihat jawaban responden dalam jawaban kuesioner.
Adapun rumus yang digunakan yaitu :
N = %100X
SI
SN
Keterangan:
N = Skor dalam presentase
SN = Jumlah skor nyata/ jawaban
SI = Jumlah skor ideal (Arikunto 2010: 286)
Dalam mendeskripsikan implementasi layanan konseling kelompok yang
memiliki rentangan skor 1 – 4, dibuat interval kriteria nilai implementasi yang
ditentukan dengan cara sebagai berikut :
1) Menghitung persentase maksimum
4
4 𝑥 100% = 100%
2) Menghitung persentase minimum
1
4 𝑥 100% = 25%
3) Menghitung range
= 100% - 25%
= 75%
4) Menentukan interval kelas persentase
= Range : Banyak kelas
= 75% : 4
= 18.75%
63
Berdasarkan panjang interval kelas tersebut maka kriteria tingkat
implementasi layanan konseling kelompok dapat disusun sebagai berikut :
Tabel 3.4
Kriteria Implementasi Layanan Konseling Kelompok
Interval Kriteria
81.25% ≤ % ≤ 100% Sangat Baik
62.25% ≤ % < 81.25% Baik
43.75% ≤ % < 62.25% Cukup Baik
% < 43.75 % Kurang Baik
64
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan menguraikan penjelasan hasil penelitian yang telah
dilaksanakan disertai dengan analisis data secara deskriptif dan pembahasannya
tentang “Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten
Pati”.
4.1 Hasil Penelitian
Pada sub bab hasil penelitian ini akan diuraikan tentang hasil analisis
deskripstif presentase data penelitian secara keseluruhan dan hasil analisis
deskriptif presentase pada sub variabel.
4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian Secara
Keseluruhan
Hasil analisis deskriptif presentase implementasi layanan konseling
kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati menggunakan kriteria presentase
instrumen angket. Hasil analisis data penelitian secara keseluruhan tentang
implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati
menunjukkan bahwa dari 40 responden diperoleh data 3 konselor (7.5%)
diantaranya memiliki tingkat implementasi layanan konseling kelompok pada
kriteria sangat baik. Sedangkan 37 konselor (92.5%) diantaranya memiliki tingkat
implementasi layanan konseling kelompok pada kriteria baik.
65
Berikut ini adalah diagram frekuensi hasil analisis data penelitian secara
keseluruhan:
Gambar 4.1
Diagram Frekuensi Imlpementasi Layanan Konseling Kelompok
di SMPN se-Kabupaten Pati
Secara keseluruhan hasil penelitian mengenai implementasi layanan
konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati dengan responden konselor
secara keseluruhan disajikan pada table berikut ini :
Tabel 4.1
Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok
di SMPN se-Kabupaten Pati
Responden Sub Variabel Skor % Kriteria
Konselor 1. Perencanaan 1185 74.1 Baik
2. Pelaksanaan 4041 72.2 Baik
3. Evaluasi 685 71.4 Baik
4. Analisis hasil evaluasi 360 75 Baik
5. Tindak Lanjut 372 77.5 Baik
6. Faktor Pendukung dan Faktor
Penghambat
976 76.3 Baik
Presentase rata-rata 7619 73.3 Baik
Sangat
Baik, 7.5%
(3 Orang)
Baik,
92.5%
(37 Orang)
66
Berikut grafik implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-
Kabupaten Pati:
Gambar 4.2
Grafik Implementasi Layanan Konseling Kelompok
di SMPN se-Kabupaten Pati
Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas penerapan
pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang
bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan
pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing –
masing anggota kelompok.
Berdasarkan tabel 4.1 hasil analisis deskriptif presentase implementasi
layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati secara keseluruhan
mendapatkan kriteria baik dengan hasil presentase sebesar 73.3%. Hal tersebut
74.10%
72.20%
71.40%
75%
77.50%
76.30%
73.30% 73.30% 73.30% 73.30% 73.30% 73.30%
68.00%
69.00%
70.00%
71.00%
72.00%
73.00%
74.00%
75.00%
76.00%
77.00%
78.00%
Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Analisis hasil
evaluasi
Tindak
Lanjut
Faktor
Pendukung
dan Faktor
Penghambat
Sub variabel Rata -rata
67
menggambarkan bahwa konselor telah menjalankan perannya dalam implementasi
layanan konseling kelompok dengan kriteria baik, yang meliputi perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut, faktor pendukung dan
faktor penghambat. Namun terdapat dua subvariabel yang berada dibawah rata-
rata dari keseluruhan subvariabel yaitu pelaksanaan dan evaluasi.
Meskipun hasil presentase untuk setiap sub variabel sudah menunjukkan
hasil baik, tetapi masih terdapat beberapa indikasi yang belum
mengimplementasikan layanan konseling kelompok dengan baik. Hal tersebut
dapat ditinjau dari hasil indikator:
Tabel 4.2
Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok
dengan Kriteria Cukup Baik dan Kurang Baik
Responden Indikator % Frekuensi Kriteria
Konselor 1. Materi layanan 2.5 1 Cukup Baik
2. Tujuan yang ingin dicapai - - -
3. Sasaran kegiatan 15 6 Cukup Baik
2.5 1 Kurang Baik
4. Bahan atau sumber tertentu 15 6 Cukup Baik
2.5 1 Kurang Baik
5. Rencana penilaian 5 2 Cukup Baik
6. Waktu dan tempat 5 2 Cukup Baik
2.5 1 Kurang Baik
7. Tahap permulaan - - -
8. Tahap transisi 22.5 9 Cukup Baik
9. Tahap kegiatan 2.5 1 Cukup Baik
10. Tahap pengakhiran - - -
11. Penilaian hasil 5 2 Cukup Baik
12. Penilaian proses 2.5 1 Cukup Baik
13. Diagnosis 5 2 Cukup Baik
14. Prognosis - - -
15. Tindak lanjut 5 2 Cukup Baik
16. Komponen sekolah - - -
17. Fasilitas 7.5 3 Cukup Baik
68
Dari hasil angket, untuk indikator materi layanan diperoleh presentase
sebesar 2.5% dengan kriteria cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
besar konselor sudah mengimplementasikan penentuan materi layanan dalam
layanan konseling kelompok dengan baik sehingga hanya diperlukan sedikit
perbaikan dan peningkatan pelaksanaan menjadi lebih baik.
Untuk indikator tujuan yang ingin dicapai tidak terdapat kriteria cukup
baik atau kurang baik. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa konselor sudah
menerapkan tujuan yang ingin dicapai dalam layanan konseling kelompok dengan
baik sehingga hanya perlu peningkatan kualitas konselor dalam menerapkan
tujuan layanan konseling kelompok.
Adapun indikator sasaran kegiatan diperoleh presentase sebesar 15%
dengan kriteria cukup baik dan 2.5% dengan kriteria kurang baik. Hal ini dapat
menggambarkan bahwa konselor masih belum sepenuhnya mampu menentukan
sasaran layanan konseling kelompok dengan baik. Berdasarkan hasil tersebut,
konselor diharapkan mendapatkan materi dan pelatihan kembali tentang layanan
konseling kelompok khususnya sasaran kegiatan layanan konseling kelompok.
Pada indikator bahan atau sumber tertentu diperoleh presentase sebesar
15% dengan kriteria cukup baik dan 2.5% dengan kriteria kurang baik. Dari hasil
tersebut dapat dideskripsikan bahwa konselor masih belum sepenuhnya siap untuk
melaksanakan layanan konseling kelompok dengan baik sehingga sehingga
diperlukan peningkatan pengetahuan cara mengatasi berbagai permasalahan
dalam kehidupan sehari – hari khususnya perkembangan masa remaja.
69
Untuk indikator rencana penilaian diperoleh presentase sebesar 5% dengan
kriteria cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah
mempersiapkan dengan sangat baik rencana penilaian layanan konseling
kelompok. sehingga perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitas perencanaan
penilaian layanan konseling kelompok.
Untuk indikator waktu dan tempat diperoleh presentase sebesar 5%
dengan kriteria cukup baik dan 2.5% dengan kriteria kurang baik. Hal ini
menggambarkan bahwa konselor sudah sangat baik dalam kesepakatan penentuan
waktu dan tempat pelaksanaan layanan konseling kelompok.
Pada indikator tahap permulaan tidak terdapat kriteria cukup baik atau
kurang baik. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa konselor sudah menerapkan
tahap permulaan dalam layanan konseling kelompok dengan baik sehingga hanya
perlu peningkatan kualitas konselor dalam menerapkan tahap permulaan layanan
konseling kelompok.
Adapun indikator tahap transisi diperoleh presentase sebesar 22.5%
dengan kriteria cukup baik. Hal ini dapat menggambarkan bahwa konselor masih
belum sepenuhnya menerapkan tahap transisi dengan baik. Berdasarkan hasil
tersebut, konselor diharapkan mendapatkan materi dan pelatihan kembali tentang
layanan konseling kelompok khususnya pentingnya tahap transisi dalam
pelaksanaan layanan konseling kelompok.
Kemudian pada indikator tahap kegiatan diperoleh presentase sebesar
2.5% dengan kriteria cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
konselor sudah melaksanakan dengan baik tahapan yang merupakan inti dari
70
layanan konseling kelompok. sehingga perlu dipertahankan dan ditingkatkan
kualitas tahap kegiatan layanan konseling kelompok.
Untuk indikator tahap pengakhiran tidak terdapat kriteria cukup baik atau
kurang baik. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa konselor sudah menerapkan
dengan baik tahap pengakhiran dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok
sehingga perlu ditingkatkan untuk memberikan kesan yang baik terkait layanan
konseling kelompok.
Pada indikator penilaian hasil diperoleh presentase sebesar 5% dengan
kriteria cukup baik. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa konselor sudah
melaksanakan penilaian dengan baik terkait hasil pemecahan masalah dalam
kelompok. Dalam hal ini, konselor perlu meninjau kembali kesesuaian antara hasil
layanan konseling kelompok dengan permasalahan yang sedang dialami anggota
kelompok dan menyesuaikan dengan kondisi anggota kelompok yang masalahnya
dibahas.
Kemudian untuk indikator penilaian proses diperoleh presentase sebesar
2.5% dengan kriteria cukup baik. Hal ini dapat menggambarkan bahwa konselor
masih belum sepenuhnya melaksanakan penilaian proeses dengan baik.
Berdasarkan hasil tersebut, konselor diharapkan melaksanakan penilaian proses
setelah pelaksanaan layanan konseling kelompok.
Adapun dalam indikator diagnosis diperoleh presentase sebesar 5%
dengan kriteria cukup baik. Dari hasil tersebut dapat dideskripsikan bahwa
sebagian besar konselor sudah melaksanakan diagnosis berdasarkan hasil evaluasi
71
pelaksanaan layanan konseling kelompok sehingga diharapkan konselor selalu
melakukan diagnosis hasil evaluasi.
Untuk indikator prognosis tidak terdapat kriteria cukup baik atau kurang
baik. Hal ini menunjukkan bahwa konselor sudah melaksanakan prognosis atau
perencanaan layanan lanjutan. Perencanaan layanan lanjutan sangat diperlukan
untuk pemecahan masalah secara tuntas sehingga siswa dapat berkembang secara
optimal sesuai masa perkembangannya.
Pada indikator tindak lanjut diperoleh presentase sebesar 5% dengan
kriteria cukup baik. Hal ini menggambarkan bahwa konselor sudah memberikan
layanan lanjutan sebagai tindak lanjut dari pemecahan masalah yang belum tuntas
ketika menggunakan layanan konseling kelompok.
Untuk indikator komponen sekolah tidak terdapat kriteria cukup baik atau
kurang baik. Berdasarkan hasil tersebut dapat dideskripsikan bahwa sebagian
besar komponen sekolah yang meliputi kepala sekolah, staff guru dan warga
sekolah lainnya mendukung pemberian layanan konseling kelompok. Dalam
layanan konseling kelompok diharapkan seluruh komponen sekolah memiliki
peran aktif untuk keberhasilan pemberian layanan konseling kelompok.
Kemudian indikator fasilitas diperoleh presentase sebesar.5% denagn
kriteria cukup baik. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar SMPN
sudah memenuhi syarat fasilitas pelaksanaan layanan konseling kelompok
sehingga diharapkan di setiap SMPN memiliki fasilitas baik untuk menunjang
pelaksanaan layanan konseling kelompok secara optimal.
72
4.1.2 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian pada Sub Variabel
Penjelasan mengenai hasil analisis deskriptif presentase data penelitian
pada sub variabel meliputi: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) evaluasi; 4)
analisis hasil evaluasi; 5) tindak lanjut; 6) faktor pendukung dan faktor
penghambat.
4.1.2.1 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Perencanaan
Layanan Konseling Kelompok
Layanan konseling kelompok dapat terlaksana berdasarkan tahap
perencanaan yang matang. Seorang konselor hendaknya melakukan perencanaan
yang matang sebelum memberikan layanan konseling kelompok kepada siswa.
Hal ini erat keitannya dengan ketercapaian tujuan yang henak dicapai dengan
layanan tersebut. Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel
perencanaan layanan konseling kelompok terbagi ke dalam enam indikator yang
meliputi materi layanan, tujuan yang ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau
sumber tertentu, rencana penilaian, waktu dan tempat.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Presentase Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling Kelompok
Responden Indikator Skor % Kriteria
Konselor 1. Materi layanan 259 80.9 Baik
2. Tujuan yang ingin dicapai 248 77.5 Baik
3. Sasaran kegiatan 198 61.9 Cukup Baik
4. Bahan atau sumber tertentu 212 66.3 Baik
5. Rencana penilaian 134 83.8 Sangat Baik
6. Waktu dan tempat 134 83.8 Sangat Baik
Presentase rata - rata 1185 74.1 Baik
73
Berikut grafik subvariabel perencanaan layanan konseling kelompok:
Gambar 4.3
Grafik Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling Kelompok
Berdasarkan tabel 4.3 rata-rata hasil presentase menunjukkan hasil
presentase sebesar 74.1% dengan kriteria baik, yang menggambarkan konselor
menilai diri telah mengimplementasikan perencanaan layanan konseling
kelompok meliputi materi layanan, tujuan yang ingn dicapai, sasaran kegiatan,
bahan dan sumber tertentu, rencana penilaian, waktu dan tempat.
Berikut akan dijelaskan lebih lanjut terkait hasil analisis deskriptif
presentase data penelitian tiap indikator pada sub variabel perencanaan,
diantaranya sebagai berikut:
1) Materi layanan
Hasil analisis deskriptif presentase indikator materi layanan menunjukkan
presentase sebesar 80.9% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut dapat
80.90%77.50%
61.90%66%
83.80% 83.80%
74.10% 74.10% 74.10% 74.10% 74.10% 74.10%
0.00%
10.00%
20.00%
30.00%
40.00%
50.00%
60.00%
70.00%
80.00%
90.00%
Materi
layanan
Tujuan yang
ingin dicapai
Sasaran
kegiatan
Bahan atau
sumber
tertentu
Rencana
penilaian
Waktu dan
tempat
Indikator Rata -rata
74
dideskripsikan bahwa konselor dapat mengeimplementasikan penentuan materi
layanan konseling kelompok dengan baik. Berdasarkan gambar 4.3 dalam grafik
menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator materi layanan
berada diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel perencanaan
layanan konseling kelompok. Materi dalam layanan konseling kelompok bersifat
pribadi dan berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengangakat permasalahan
yang sedang dialami oleh salah satu anggota kelompok. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar konselor sudah mengimplementasikan penentuan materi
layanan dalam layanan konseling kelompok dengan baik sehingga diperlukan
sedikit perbaikan dan peningkatan pelaksanaan menjadi lebih baik.
2) Tujuan yang ingin dicapai
Hasil analisis deskriptif presentase indikator tujuan yang ingin dicapai
diperoleh presentase sebesar 77.5% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa konselor sudah mengimplementasikan tujuan yang hendak
dicapai dalam layanan konseling kelompok dengan baik. Tujuan yang ingin
dicapai dalam konseling kelompok menjadi fokus utama dalam proses pemberian
layanan dan menyesuaikan dengan kebutuhan serta permasalahan dari anggota
kelompok yang masalahnya sedang dibahas. Berdasarkan gambar 4.3 dalam
grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator tujuan
yang ingin dicapai berada diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam
subvariabel perencanaan layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan
bahwa sebagian besar konselor sudah mengimplementasikan tujuan yang ingin
dicapai dalam layanan konseling kelompok dengan baik yaitu membantu
75
mengentaskan permasalahan pribadi siswa dengan suasana kelompok sehingga
perlu diperbaiki dan ditingkatkan pengetahuan tentang tujuan yang ingin dicapai
dengan layanan konseling kelompok.
3) Sasaran kegiatan
Hasil analisis deskriptif presentase indikator sasaran kegiatan
menunjukkan presentase sebesar 61.9% dengan kriteria cukup baik. Hal tersebut
menggambarkan bahwa dalam rekrutmen anggota kelompok kurang sesuai
dengan kriteria rekrutmen anggota kelompok dalam layanan konseling kelompok,
dalam rekrutmen anggota kelompok semestinya berdasarkan pada hasil
identifikasi kebutuhan siswa sehingga proses pelaksanaan layanan konseling
kelompok dapat berjalan dengan baik. Pengelompokan perserta menyesuaikan
dengan kebutuhan dan permasalahannya. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan
dinamika kelompok dan komunikasi yang efektif dalam kelompok. Berdasarkan
gambar 4.3 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase
indikator sasaran kegiatan berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator
dalam subvariabel perencanaan layanan konseling kelompok. Hal ini
menunjukkan bahwa masih terdapat konselor yang belum menerapkan sasaran
layanan konseling kelompok dengan baik. Ketidaksesuaian sasaran kegiatan
berawal dari pengelompokan atau perekrutan anggota kelompok yang tidak sesuai
dengan hasil identifkasi kebutuhan siswa sehingga berpengaruh terhadap
kelancaran proses pelaksanaan layanan konseling kelompok. Seyogyanya
konselor perlu mendalami tentang sasaran yang tepat dan sesuai dalam layanan
konseling kelompok.
76
4) Bahan dan sumber tertentu
Hasil analisis deskriptif presentase indikator bahan dan sumber tertentu
menunjukkan presentase sebesar 66.3% dengan kriteria baik. Hal tersebut dapat
dideskripsikan bahwa sebelum memberikan layanan konseling kelompok pada
siswa, konselor sudah mempelajari permasalahan dalam kehidupan remaja.
Berdasarkan gambar 4.3 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis
deskriptif presentase indikator bahan dan sumber tertentu berada dibawah rata-
rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel perencanaan layanan konseling
kelompok. Hal ini disebabkan kurangnya partisipasi aktif konselor untuk
meningkatkan pengetahuan tentang permasalahan-permasalahan yang umum
dialami oleh siswa di era globalisasi dengan pesatnya kemajuan teknologi.
Seorang konselor hendaknya membaca referensi contoh permasalahan dalam
kehidupan remaja dan cara mengatasinya sehingga konselor dapat mengarahkan
kelompok dalam pemecahan masalah dengan baik.
5) Rencana penilaian
Hasil analisis deskriptif presentase indikator rencana penilaian
menunjukkan presentase sebesar 83.8% dengan kriteria sangat baik, dapat
dimaknai bahwa konselor telah sangat baik dalam merencanakan penilaian
layanan konseling kelompok. Berdasarkan gambar 4.3 dalam grafik menunjukkan
bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator rencana penilaian berada
diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel perencanaan layanan
konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah
mengimplementasikan perencanaan penilaian. Perencanaan penilaian dilakukan
77
dengan melihat aspek-aspek pelaksanaan layanan konseling kelompok, misal
dari keaktifan anggota kelompok, dinamika kelompok yang muncul, dll. Melalui
perencanaan penilaian, konselor dapat mengetahui seberapa besar keberhasilan
pemberian layanan konseling kelompok terhadap masing-masing anggota
kelompok. Selain itu, konselor dapat mengetahui hambatan-hambatan dalam
pelaksanaan layanan konseling kelompok sehingga dapat segera ditindak lanjuti
dengan pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan. Seyogyanya seorang
konselor senantiasa meningkatkan kualitas professional.
6) Waktu dan tempat
Hasil analisis deskriptif presentase indikator waktu dan tempat
menunjukkan presentase sebesar 83.8% dengan kriteria sangat baik. Dari hasil
tersebut dapat menggambarkan bahwa dalam perencanaan waktu dan tempat
pemberian layanan sudah sangat baik sesuai dengan layanan yang diberikan yaitu
layanan konseling kelompok. Berdasarkan gambar 4.3 dalam grafik menunjukkan
bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator waktu dan tempat berada
diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel perencanaan layanan
konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah
tepat dan sesuai dengan kriteria dalam perencanaan waktu sesuai dengan
kesepakan bersama dan tempat disediakan ruangan khusus yang kedap suara
sehingga permasalahan yang sedang dibahas dalam kelompok tidak terdengar
dari luar sehingga perlu ditingkatkan pengetahuan tentang perencanaan tempat
dan waktu dalam layanan konseling kelompok.
78
4.1.2.2 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Pelaksanaan
Layanan Konseling Kelompok
Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel pelaksanaan layanan
konseling kelompok terbagi ke dalam empat indikator yang meliputi tahap
permulaan, tahap transisi, tahap kegiatan, tahap pengakhiran. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4
Presentase Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok
Responden Indikator Skor % Kriteria
Konselor 1. Tahap permulaan 948 74 B
2. Tahap transisi 981 68 B
3. Tahap kegiatan 119 74 B
4. Tahap pengakhiran 933 73 B
Presentase rata-rata 4041 72 B
Berikut grafik subvariabel pelaksanaan layanan konseling kelompok:
Gambar 4.4
Grafik Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok
74.00%
68.00%
74%
73%
72.00% 72.00% 72.00% 72.00%
64.00%
65.00%
66.00%
67.00%
68.00%
69.00%
70.00%
71.00%
72.00%
73.00%
74.00%
75.00%
Tahap permulaan Tahap transisi Tahap kegiatan Tahap pengakhiran
Indikator Rata -rata
79
Berdasarkan tabel 4.4 rata – rata hasil presentase menunjukkan hasil
presentase sebesar 72% dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
pelaksanaan layanan konseling kelompok, sebagian besar konselor telah
mengimplementasikan dengan baik yang meliputi tahap permulaan, tahap transisi,
tahap kegiatan, tahap pengakhiran. Namun berdasarkan gambar 4.4 dalam grafik
menunjukkan bahwa terdapat satu indikator yaitu tahap transisi yang masih berada
dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan
layanan konseling kelompok, hal ini bisa disebabkan karena kurangnya
pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya tahap transisi untuk kelancaran
tahap selanjutnya.
Berikut akan dijelaskan lebih lanjut terkait hasil analisis deskriptif
presentase data penelitian tiap indikator pada sub variabel pelaksanaan,
diantaranya sebagai berikut:
1) Tahap permulaan
Hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap permulaan
menunjukkan presentase sebesar 74% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut
dapat dideskripsikan bahwa konselor dalam tahap permulaan telah melaksanakan
dengan baik yang meliputi mengungkapan pengertian dan tujuan layanan
konseling kelompok, tata cara dalam konseling kelompok, menggunakan teknik
khusus dan menggunakan permainan untuk lebih mengakrabkan diri dengan
anggota kelompok. Berdasarkan gambar 4.4 dalam grafik menunjukkan bahwa
hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap permulaan berada diatas rata-
rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling
80
kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah
mengimplementasikan tahap permulaan dengan baik sehingga untuk konselor
yang masih kurang baik perlu mempelajari dan memahami kembali hal-hal
penting yang perlu diperhatikan dalam tahap permulaan.
2) Tahap transisi
Hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap transisi menunjukkan
presentase sebesar 68% dengan kriteria baik. Hal tersebut menggambarkan bahwa
konselor sudah melaksanakan tahap transisi dalam pelaksanaan layanan konseling
kelompok dengan baik. Tahap transisi merupakan tahap dimana konselor sebagai
pemimpin kelompok menjelaskan tahapan selanjutnya, menawarkan dan
mengamati kesiapan anggota kelompok untuk tahap selanjutnya, menjelaskan
suasana kelompok dan meningkatkan kemampuan keiikutsertaan anggota
kelompok serta menjelaskan kembali aspek-aspek dalam tahap permulaan.
Berdasarkan gambar 4.4 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis
deskriptif presentase indikator tahap transisi berada dibawah rata-rata dari
keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling
kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat sebagian konselor yang
belum mengimplementasikan tahap transisi dengan baik, hal ini disebabkan
kurangnya pemahaman tentang pentingnya tahap transisi untuk kelancaran pada
tahap selanjutnya sehingga konselor perlu meningkatkan pengetahuan dan
pemahaman tentang pentingnya tahap transisi dalam layanan konseling kelompok.
3) Tahap kegiatan
Hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap kegiatan menunjukkan
81
presentase sebesar 74% dengan kriteria baik. Hal tersebut dapat dideskripsikan
bahwa konselor dalam tahap kegiatan atau yang menjadi tahap inti layanan
kosneling kelompok telak dilaksanakan dengan baik. Konselor sudah dengan baik
memberikan kesempatan kepada masing – masing anggota kelompok untuk
mengemukakan masalah pribadi yang sedang dihadapi, kemudian dalam
penetapan masalah yang hendak dibahas berdasarkan atas kesepatan bersama,
memberikan kesempatan anggota kelompok yang masalahnya dibahas untuk
menggambarkan masalah yang dialami, membahas masalah dengan memberikan
kesempatan dan mengarahkan anggota kelompok yang lain untuk ikut aktif dalam
membantu pemecahan masalah anggota kelompok yang masalahnya dibahas.
Berdasarkan gambar 4.4 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis
deskriptif presentase indikator tahap kegiatan berada diatas rata-rata dari
keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling
kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah
mengimplementasikan tahap kegiatan dengan baik. Namun masih terdapat
beberapa konselor yang perlu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
mengenai implementasi tahap kegiatan dengan baik dalam layanan konseling
kelompok.
4) Tahap pengakhiran
Hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap pengakhiran
menunjukkan presentase sebesar 73% dengan kriteria baik. Dari hal tersebut
menunjukkan bahwa dalam mengakhiri layanan konseling kelompok, refleksi
pengalaman, membahas kegiatan lajutan dan memberikan penguatan kepada
82
anggota kelompok secara keseluruhan konselor sudah melaksanakan dengan baik.
Berdasarkan gambar 4.4 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis
deskriptif presentase indikator tahap pengakhiran berada diatas rata-rata dari
keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling
kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah
mengimplementasikan tahap kegiatan dengan baik. Namun masih terdapat
beberapa konselor yang belum mengimplementasikan tahap pengakhiran dengan
baik. Hal ini disebabkan ada aspek-aspek dalam tahap pengakhiran yang
terlupakan sehingga akan berpengaruh terhadap pemberian layanan selanjutnya.
Konselor hendaknya senantiasa menambah wawasan pengetahuan tentang hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam tahap pengakhiran dan kemudian
mengimplementasikannya dengan baik.
4.1.2.3 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Evaluasi Layanan
Konseling Kelompok
Evaluasi atau penilaian layanan konseling kelompok dapat dilakukan
secara tertulis maupun lisan, secara tertulis dapat dilakukan baik menggunakan
essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana sedangkan secara lisan dapat
dilakukan dengan anggota kelompok diminta untuk mengungkapkan secara
langsung hal – hal yang paling berharga atau kurang disenangi selama kegiatan
berlangsung. Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel pelaksanaan
layanan konseling kelompok terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi
penilaian hasil dan penilaian proses.
83
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.5
Presentase Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok
Responden Indikator Skor % Kriteria
Konselor 1. Penilaian hasil 237 74.1 B
2. Penilaian proses 448 70 B
Presentase rata - rata 685 71.4 B
Berikut grafik subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok:
Gambar 4.5
Grafik Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok
Berdasarkan tabel 4.5 rata – rata hasil presentase menunjukkan hasil
presentase sebesar 71.4% dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
melakukan evaluasi layanan konseling kelompok, sebagian besar konselor sudah
melaksanakan dengan baik meliputi penilaian hasil dan penilaian proses. Namun
berdasarkan gambar 4.5 dalam grafik masih terdapat indikator yang berada di
74.10%
70.00%
71.40% 71.40%
67.00%
68.00%
69.00%
70.00%
71.00%
72.00%
73.00%
74.00%
75.00%
Penilaian hasil Penilaian proses
Indikator Rata -rata
84
bawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel evaluasi layanan
konseling kelompok yaitu penilaian proses.
Berikut akan dijelaskan lebih lanjut terkait hasil analisis deskriptif
presentase data penelitian tiap indikator pada sub variabel evaluasi, diantaranya
sebagai berikut:
1) Penilaian hasil
Hasil analisis deskriptif presentase indikator penilaian hasil menunjukkan
presentase sebesar 74.1% dengan kriteria baik. Penilaian hasil digunakan untuk
melihat sejauhmana keputusan pemecahan masalah dalam layanan konseling
kelompok sudah sesuai dan mampu membantu siswa mengentaskan
permasalahannya atau belum. Penilaian hasil sudah dilaksanakan dengan baik
oleh sebagian besar konselor. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis
deskriptif yang mendeskripsikan bahwa konselor dalam melakukan penilaian hasil
layanan konseling kelompok sudah dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan
gambar 4.5 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase
indikator penilaian hasil berada diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam
subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar konselor sudah mengimplementasikan penilaian hasil dengan baik
tetapi masih terdapat konselor yang belum mengimplementasikan dengan baik
sehingga perlu mendapatkan pengetahuan dan pelatihanlebih lanjut.
2) Penilaian proses
Hasil analisis deskriptif presentase indikator penilaian proses
menunjukkan presentase sebesar 70% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut
85
dapat dideskripsikan bahwa konselor dalam penilaian proses telah melaksanakan
dengan baik. Penilaian proses digunakan untuk melihat apakah pelaksanaan
layanan konseling kelompok sudah berjalan dengan baik atau belum, yang
menyesuaikan dengan kondisi kelompok. Berdasarkan gambar 4.5 dalam grafik
menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator penilaian proses
berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel evaluasi
layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian
konselor yang belum melakukan penilaian proses. Hal tersebut bisa disebabkan
karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman konselor mengenai pentingnya
penilaian terhadap proses pelaksanaan layanan konseling kelompok.
4.1.2.4 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Analisis Hasil
Evaluasi Layanan Konseling Kelompok
Dari hasil evaluasi atau penilaian perlu dilakukan analisis lebih mendalam
untuk mengetahui kemajuan anggota kelompok dan pelaksanaan kegiatan layanan
konseling kelompok. Konselor sebagai pemimpin kelompok perlu meninjau
kembali secara cermat tentang jalannya dinamika kelompok, peranan dan aktivitas
sebagai peserta, homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok, kedalam dan
keluasan pembahasan, kemungkian keterlaksanaan alternatif pemecahan masalah
yang muncul dalam kelompok, dampak pemakaian teknik oleh pemimpin
kelompok dan keyakinan pemakaian teknik baru, masalah waktu, tempat, bahan
acuan, narasumber dan sebagainya.
86
Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel analisis hasil evaluasi
layanan konseling kelompok terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi
diagnosis dan prognosis.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.6
Presentase Sub Variabel Analisis hasil Evaluasi
Layanan Konseling Kelompok
Responden Indikator Skor % Kriteria
Konselor 1. Diagnosis 124 77.5 B
2. Prognosis 236 73.8 B
Presentase rata - rata 360 75 B
Berikut grafik subvariabel analisis hasil evaluasi layanan konseling
kelompok:
Gambar 4.6
Grafik Sub Variabel Analisis Hasil Evaluasi Layanan Konseling Kelompok
Berdasarkan tabel 4.6 rata – rata hasil presentase menunjukkan hasil
presentase sebesar 75% dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
77.50%
73.80%
75.00% 75.00%
71.00%
72.00%
73.00%
74.00%
75.00%
76.00%
77.00%
78.00%
Diagnosis Prognosis
Indikator Rata -rata
87
analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok, sebagian besar konselor telah
mengimplementasikan dengan baik. Namun berdasarkan gambar 4.6 dalam grafik
masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari keseluruhan indikator
dalam subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok yaitu prognosis.
Berikut akan dijelaskan lebih lanjut terkait hasil analisis deskriptif
presentase data penelitian tiap indikator pada sub variabel analisis hasil evaluasi,
diantaranya sebagai berikut:
1) Diagnosis
Hasil analisis deskriptif presentase indikator diagnosis menunjukkan
presentase sebesar 77.5% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut dapat
menggambarkan bahwa konselor telah melakukan diagnosis dari hasil evaluasi
layanan konseling kelompok dengan baik. Berdasarkan gambar 4.6 dalam grafik
menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator diagnosis berada
diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel analisis hasil
evaluasi layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar
konselor sudah melaksanakan diagnosis dengan baik. Diagnosis digunakan untuk
melakukan analisis sebab yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan
pemberian layanan konseling kelompok.
2) Prognosis
Hasil analisis deskriptif presentase indikator prognosis menunjukkan
presentase sebesar 73.8% dengan kriteria baik. Hal tersebut dapat dideskripsikan
bahwa konselor sudah memprekdisikan layanan-layanan yang sesuai hasil
evaluasi dan diagnosis dengan baik. Berdasarkan gambar 4.6 dalam grafik
88
menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator prognosis
berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel analisis
hasil evaluasi layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
konselor sudah mengimplementasikan prognosis dengan baik tetapi masih
terdapat konselor yang belum mengimplementasikan dengan baik. Hal tersebut
disebabkan karena kurangnya pengetahuan layanan konseling kelompok yang
hanya terbatas pada pelaksanaan. Prognosis dilaksanakan setelah proses
pelaksanaan selesai yang kemudian dilakukan evaluasi dan analisis hasil evaluasi
yang di dalamnya terdapat diagnosis dan prognosis. Prognosis merupakan prediksi
pemberian layanan lanjutan yang berdasarkan hasil evaluasi dan diagnosis
layanan koseling kelompok. Prognosis tidak selalu dilakukan melainkan
menyesuaikan dengan ketuntasan permasalahan siswa. Jika permasalahan siswa
sudah selesai dan tuntas dengan layanan konseling kelompok maka tidak ada
prediksi untuk layanan lanjutan.
4.1.2.5 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Tindak Lanjut
Layanan Konseling Kelompok
Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel pelaksanaan layanan
konseling kelompok terbagi ke dalam satu indikator yaitu tindak lanjut. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.7
Presentase Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling Kelompok
Responden Indikator Skor % Kriteria
Konselor 1. Tindak lanjut 372 77.5 B
Presentase rata - rata 372 77.5 B
89
Berikut grafik subvariabel tindak lanjut layanan konseling kelompok:
Gambar 4.7
Grafik Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling Kelompok
Berdasarkan tabel 4.7 rata – rata hasil presentase menunjukkan hasil
presentase sebesar 77.5% dengan kriteria baik. Dari hasil indikator tindak lanjut,
dapat menggambarkan bahwa konselor telah melaksanakan tindak lanjut dari
analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok dengan baik. Pemecahan
permasalahan siswa terkadang tidak bisa diselesaikan dengan layanan konseling
kelompok melainkan harus menggunakan pendekatan individual karena setiap
siswa memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dalam memberikan layanan
tidak bisa disamaratakan. Tindak lanjut diberikan untuk membantu siswa yang
permasalahannya tidak teratasi dengan layanan konseling kelompok dan untuk
mengoptimalkan pemberian layanan Bimbingan dan Konseling sehingga siswa
dapat mencapai kehidupan efektif sehari – hari (KES). Tindak lanjut yang erat
kaitannya dengan layanan konseling kelompok adalah layanan konseling individu,
dimana konselor lebih memahami dan menyelami permasalahan yang sedang
dialami oleh siswa sehingga siswa menemukan titik pemecahan masalah yang
tepat dan sesuai dengan keadaan dan kemampuan diri.
77.50%77.50%
0.00%
20.00%
40.00%
60.00%
80.00%
100.00%
Tindak lanjut
Indikator Rata -rata
90
4.1.2.6 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung
dan Faktor Penghambat Layanan Konseling Kelompok
Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel faktor pendukung dan
faktor penghambat layanan konseling kelompok terbagi ke dalam dua indikator
yang meliputi komponen sekolah dan fasilitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.8
Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Layanan Konseling Kelompok
Responden Indikator Skor % Kriteria
Konselor 1. Komponen sekolah 509 79.5 B
2. Fasilitas 467 73 B
Presentase rata - rata 976 76.3 B
Berikut grafik subvariabel faktor pendukung dan faktor penghambat
layanan konseling kelompok:
Gambar 4.8
Grafik Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Layanan Konseling Kelompok
79.50%
73.00%
76.30% 76.30%
68.00%
70.00%
72.00%
74.00%
76.00%
78.00%
80.00%
Komponen Sekolah Fasilitas
Indikator Rata -rata
91
Berdasarkan tabel 4.8 rata – rata hasil presentase menunjukkan hasil
presentase sebesar 76.3% dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam
implementasi layanan konseling kelompok telah terlaksana dengan baik, yang
ditunjukkan dengan presentase faktor pendukung lebih besar dibandingkan
dengan presentase faktor penghambat sehingga pelaksanaan layanan konseling
kelompok dapat berjalan dengan baik. Namun berdasarkan gambar 4.8 dalam
grafik masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari keseluruhan
indikator dalam subvariabel faktor pendukung dan faktor penghambat layanan
konseling kelompok yaitu fasilitas.
Berikut akan dijelaskan lebih lanjut terkait hasil analisis deskriptif
presentase data penelitian tiap indikator pada sub variabel faktor pendukung dan
faktor penghambat, diantaranya sebagai berikut:
1) Komponen sekolah
Hasil analisis deskriptif presentase indikator komponen sekolah
menunjukkan presentase sebesar 79.5% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut
menggambarkan bahwa sebagian besar dari komponen sekolah memberikan
kontribusi dan dukungan yang besar dalam pelaksanaan layanan konseling
kelompok. Berdasarkan gambar 4.8 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil
analisis deskriptif presentase indikator komponen sekolah berada diatas rata-rata
dari keseluruhan indikator dalam subvariabel faktor pendukung dan faktor
penghambat layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa komponen
sekolah yang meliputi: kepala sekolah, guru, staff TU dan warga sekolah lainnya
mendukung pelaksanaan layanan konseling kelompok. Hal tersebut bisa dilihat
92
dari kebijakan kepala sekolah yang memberikan wewenang dan tanggungjawab
penuh untuk melaksanakan layanan konseling kelompok diluar jam pelajaran atau
setelah pulang sekolah. Sedangkan untuk guru mata pelajaran sangat mendukung
dan saling kerjasama untuk membantu mengentaskan permasalahan siswa.
2) Fasilitas
Hasil analisis deskriptif presentase indikator fasilitas menunjukkan
presentase sebesar 73% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut dapat
dideskripsikan bahwa fasilitas layanan konseling kelompok sudah tersedia dengan
baik. Sebagian besar sekolah, pelaksananan layanan konseling kelompok sudah
menggunakan fasilitas yang sesuai dengan kriteria fasilitas layanan konseling
kelompok sehingga mendukung keberhasilan dalam pelaksanaan layanan
konseling kelompok. Meskipun termasuk dalam kriteria baik, berdasarkan gambar
4.8 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator
fasilitas berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel
faktor pendukung dan faktor penghambat layanan konseling kelompok. Hal
tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat sekolah yang belum memfasilitasi
dengan baik untuk layanan konseling kelompok.
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada hakikatnya manusia dan segenap dimensi kehidupannya perlu
dikembangkan yaitu dimensi kehidupan spiritual dan psikologis, sosio-emosional,
fisik serta segenap tujuan dan tugas kehidupan menjadi landasan layanan
konseling kelompok. Di sekolah siswa dihadapkan dengan banyak masalah yang
93
perlu mendapatkan penanganan khusus. Layanan konseling kelompok merupakan
suatu proses pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau
masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk
pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang
dialami oleh masing – masing anggota kelompok.
Gibson, Robert L dan Marianne H. Mitchell (2011: 275) mengemukakan
bahwa konseling kelompok mengacu pada penyesuaian rutin atau pengalaman
perkembangan dalam lingkup kelompok yang difokuskan untuk membantu
konseli mengatasi problem mereka lewat penyesuaian diri dan perkembangan
kepribadian sehari – hari. Melalui layanan konseling kelompok, siswa akan
mampu meningkatkan kemampuan mengembangkan pribadi, mengatasi masalah–
masalah pribadi, terampil dalam mengambil alternatif dalam memecahkan
masalah serta memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan
individu untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
secara maksimal. Layanan konseling kelompok bertujuan untuk membantu
peserta mengembangkan kemampuan yang sudah dimiliki dalam pemecahan
masalah antarpribadi sehingga peserta lebih mampu mengatasi masalah
pribadinya di kemudian hari (Gladding, Samuel T. 2012: 304).
Layanan konseling kelompok hanya dapat dilaksanakan oleh konselor
sebagai seorang profesional. Sebab untuk menjadi pemimpin kelompok haruslah
seorang yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan konseling profesional
(Prayitno 2004: 4). Dalam layanan konseling kelompok terdapat sosok seorang
pemimpin kelompok (konselor) yang sangat berperan atas keberhasilan layanan
94
tersebut. Pemimpin kelompok (PK) merupakan konselor yang terdidik, terlatih
dan berwenang untuk menyelenggarakan praktik konseling secara professional
(Prayitno 2004: 4). Secara khusus pemimpin kelompok diwajibkan untuk mampu
menghidupkan dinamika kelompok diantara anggota kelompok yang mampu
mengarahkan tujuan umum dan tujuan khusus yang hendak dicapai dalam layanan
konseling kelompok.
Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,
atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga berdampak, baik berupa
perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap (Mulyasa 2006:
93). Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas penerapan
pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang
bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan
pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing –
masing anggota kelompok. Dalam implementasi layanan konseling kelompok
terdapat beberapa subvariabel diantaranya perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,
analisis hasil evaluasi, tindak lanjut, faktor pendukung dan faktor penghambat.
Layanan konseling kelompok dapat terlaksana berdasarkan tahap
perencanaan yang matang. Seorang konselor hendaknya melakukan perencanaan
yang matang sebelum memberikan layanan konseling kelompok kepada siswa.
Hal ini erat keitannya dengan ketercapaian tujuan yang henak dicapai dengan
layanan tersebut. Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel
perencanaan layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik
yang terbagi ke dalam enam indikator yang meliputi materi layanan, tujuan yang
95
ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau sumber tertentu, rencana penilaian,
waktu dan tempat.
Dalam subvariabel perencanaan masih terdapat dua indikator yang berada
dibawah rata-rata yaitu sasaran kegiatan dan bahan atau sumber tertentu. Hal ini
menunjukkan bahwa masih terdapat konselor yang belum menerapkan sasaran
layanan konseling kelompok dengan baik. Ketidaksesuaian sasaran kegiatan
berawal dari pengelompokan atau perekrutan anggota kelompok yang tidak sesuai
dengan hasil identifkasi kebutuhan siswa sehingga berpengaruh terhadap
kelancaran proses pelaksanaan layanan konseling kelompok. Seyogyanya
konselor perlu mendalami tentang sasaran yang tepat dan sesuai dalam layanan
konseling kelompok.
Sedangkan dalam indikator sumber dan bahan tertentu menunjukkan
bahwa konselor kurang aktif untuk meningkatkan pengetahuan tentang
permasalahan-permasalahan yang umum dialami oleh siswa di era globalisasi
dengan pesatnya kemajuan teknologi. Seorang konselor hendaknya membaca
referensi contoh permasalahan dalam kehidupan remaja dan cara mengatasinya
sehingga konselor dapat mengarahkan kelompok dalam pemecahan masalah
dengan baik.
Pelaksanaan tahapan dalam layanan konseling kelompok adalah sebagai
berikut : (a) Tahap permulaan, tahap ini merupakan tahap pengenalan , perlibatan
diri atau memasukkan diri dalam suasana kelompok; (b) Tahap transisi, dalam
tahap ini pemimpin kelompok dituntut untuk memunculkan dinamika kelompok
yaitu menumbuhkembangkan hubungan antar anggota kelompok; (3) Tahap
96
kegiatan, tahap ini merupakan tahap inti dari proses kegiatan layanan konseling
kelompok yaitu mengentasakan permasalahan anggota kelompok yang
masalahnya dibahas; (4) Tahap pengakhiran, dalam tahap ini pemimpin kelompok
mengakhiri kegiatan konseling kelompok yang diawali dengan pengungkapan
pesan dan kesan dari tiap anggota kelompok selama kegiatan berlangsung.
Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel
pelaksanaan layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik
yang terbagi ke dalam empat indikator yang meliputi tahap permulaan, tahap
transisi, tahap kegiatan, tahap pengakhiran. Namun terdapat satu indikator yaitu
tahap transisi yang masih berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator
dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling kelompok. Hal ini bisa
disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya
tahap transisi untuk kelancaran tahap selanjutnya sehingga konselor perlu
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya tahap transisi
dalam layanan konseling kelompok. Tahap peralihan disebut juga tahap transisi
(Transition Stage). Tahap peralihan diawali dengan masa badai , dimana anggota
kelompok bersaing dengan yang lain untuk mendapatkan tempat dalam kelompok.
Masa badai merupakan masa munculnya suatu konflik dari ketegangan primer ke
ketegangan sekunder (Wibowo 2005: 90).
Evaluasi atau penilaian layanan konseling kelompok dapat diarahkan
secara khusus pada anggota kelompok yang masalah yang dibahas. Penilaian
dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan, secara tertulis dapat dilakukan baik
menggunakan essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana sedangkan secara
97
lisan dapat dilakukan dengan anggota kelompok diminta untuk mengungkapkan
secara langsung hal – hal yang paling berharga atau kurang disenangi selama
kegiatan berlangsung. Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub
variabel evaluasi layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria
baik yang terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi penilaian hasil dan
penilaian proses.
Namun masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari
keseluruhan indikator dalam subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok
yaitu penilaian proses. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian konselor
yang belum melakukan penilaian proses. Hal tersebut bisa disebabkan karena
kurangnya pengetahuan dan pemahaman konselor mengenai pentingnya penilaian
terhadap proses pelaksanaan layanan konseling kelompok.
Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel analisis
hasil evaluasi layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria
baik yang terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi diagnosis dan prognosis..
Hal ini menunjukkan bahwa dalam analisis hasil evaluasi layanan konseling
kelompok, sebagian besar konselor telah mengimplementasikan dengan baik.
Namun masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari keseluruhan
indikator dalam subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok yaitu
prognosis. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pengetahuan layanan
konseling kelompok yang hanya terbatas pada pelaksanaan. Prognosis
dilaksanakan setelah proses pelaksanaan selesai yang kemudian dilakukan
evaluasi dan analisis hasil evaluasi yang di dalamnya terdapat diagnosis dan
98
prognosis. Prognosis merupakan prediksi pemberian layanan lanjutan yang
berdasarkan hasil evaluasi dan diagnosis layanan koseling kelompok.
Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel tindak
lanjut layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik yang
terbagi ke dalam satu indikator yaitu tindak lanjut. Pemecahan permasalahan
siswa terkadang tidak bisa diselesaikan dengan layanan konseling kelompok
melainkan harus menggunakan pendekatan individual karena setiap siswa
memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dalam memberikan layanan tidak
bisa disamaratakan. Tindak lanjut diberikan untuk membantu siswa yang
permasalahannya tidak teratasi dengan layanan konseling kelompok dan untuk
mengoptimalkan pemberian layanan Bimbingan dan Konseling sehingga siswa
dapat mencapai kehidupan efektif sehari – hari (KES).
Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel faktor
pendukung dan faktor penghambat layanan konseling kelompok menunjukkan
hasil dengan kriteria baik yang terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi
komponen sekolah dan fasilitas. Hal ini menunjukkan bahwa dalam implementasi
layanan konseling kelompok telah terlaksana dengan baik, yang ditunjukkan
dengan presentase faktor pendukung lebih besar dibandingkan dengan presentase
faktor penghambat sehingga pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat
berjalan dengan baik.
Namun masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari
keseluruhan indikator dalam subvariabel faktor pendukung dan faktor penghambat
layanan konseling kelompok yaitu fasilitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa
99
masih terdapat sekolah yang belum memfasilitasi dengan baik sehingga perlu
adanya sosialisasi kepada kepala sekolah sebagai pihak yang memiliki wewenang
yang tingggi di sekolah tentang penting fasilitas untuk mendung pelaksanaan
layanan konseling kelompok.
Berdasarkan hasil penelitian implementasi layanan konseling kelompok di
SMPN se-Kabupaten Pati diperoleh hasil presentase deskriptif secara keseluruhan
menunjukkan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa konselor sudah
mengimplementasikan layanan konseling kelompok dengan baik sesuai dengan
aturan dan kaidah – kaidah dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 27 Tahun 2008 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor sudah jelas disebutkan
bahwa untuk menjadi seorang konselor professional harus dapat memenuhu
standar kualifikasi dan kompetensi konselor. Ditinjau dari hasil penelitian dengan
kriteria baik menunjukkan bahwa konselor di SMPN se-Kabupaten Pati sudah
dapat memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi profesi konselor khususnya
dalam mengimplementasikan layanan konseling kelompok.
4.3 Keterbatasan Peneliti
Penelitian ini telah dilaksanakan dengan sebaik mungkin, tetapi penelitian
ini memiliki keterbatasan dalam pengisian angket terdapat kemungkinan jawaban
yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan metode
pengumpulan data yang digunakan adalah angket tertutup dengan pernyataan
yang memiliki kemungkinan untuk bias karena adanya kecenderungan untuk
100
menilai diri sendiri lebih baik dari kondisi sebenarnya, yang tidak sesuai dengan
keadaan diri sebenarnya. Meskipun demikian, peneliti sudah berupaya untuk
menjelaskan kepada responden dari sampel penelitian untuk jujur dalam
menjawab pernyataan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Selain itu, dalam
penelitian ini terdapat kekurangan dalam pengumpulan data yang masih terbatas
pada penggunaan angket sehingga informasi yang diperoleh masih terbatas
presentase hasil. Dalam penelitian ini, peneliti sudah berupaya dengan maksimal
untuk mendeskripsikan hasil yang diperoleh dari penelitian di SMPN se-
Kabupaten Pati.
101
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi layanan konseling
kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati dapat disimpulkan sebagai berikut:
5.1.1 Perencanaan layanan konseling kelompok sudah merencanakan layanan
konseling kelompok dengan baik.
5.1.2 Pelaksanaan layanan konseling kelompok sudah baik dan berjalan sesuai
dengan perencanaan layanan konseling kelompok.
5.1.3 Evaluasi layanan konseling kelompok sudah dilaksanakan dengan baik
dengan menilai hasil dan proses layanan konseling kelompok.
5.1.4 Analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok sudah terlaksana
dengan baik yaitu dengan melakukan diagnosis dan prognosis.
5.1.5 Tindak Lanjut layanan konseling kelompok sudah terlaksana dengan baik
yaitu dengan menggunakan pendekatan individual.
5.1.6 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat layanan konseling kelompok
sudah terlaksana dengan baik, yang ditunjukkan dengan besarnya faktor
pendukung dibandingkan dengan faktor penghambat sehingga pelaksanaan
layanan konseling kelompok dapat berjalan dengan baik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konselor di SMPN se-
Kabupaten Pati sudah mengimplementasikan layanan konseling kelompok dengan
102
kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa konselor SMPN se-Kabupaten Pati
berkompeten dalam memberikan layanan konseling kelompok yang optimal dan
berkualitas.
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan maka disimpulkan saran bagi SMPN se-Kabupaten
Pati diantaranya:
5.2.1 Kepada konselor, untuk senantiasa meningkatkan kemampuan
professional dalam hal implementasi layanan konseling kelompok
khususnya dalam pelaksanaan dan evaluasi dengan mengikuti kegiatan –
kegiatan ilmiah workshop, pelatihan, pendidikan profesi konselor, dll.
5.2.2 Kepada kepala sekolah untuk memfasilitasi konselor dalam mengikuti
kegiatan – kegiatan ilmiah seperti workshop, pelatihan, pendidikan profesi
konselor, dll. serta menyediakan sarana dan prasarana layanan konseling
kelompok dapat meningkatkan kualitas professional konselor dalam
mengimplementasikan layanan konseling kelompok.
5.2.3 Kepada penulis untuk senantiasa melakukan penelitian yang berkelanjutan
guna menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam layanan
konseling kelompok.
103
DAFTAR PUSTAKA
Adaptasi dari: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 27 Tahun 2008
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor
Azwar, Syaifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Azwar, Saifuddin. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik).
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Fatmawati, Dwi Arti. 2010. Studi Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok
Berdasarkan Pendekatan Sistem di SMP Negeri se-Kecamatan Kalimanah
Kabupaten Purbalingga. Skripsi. Semarang: Jurusan BK FIP UNNES
Fattah, Nanang. 2013. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya
Gibson, Robert L. dan Marianne H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Gladding, Samuel T. 2012. Konseling “Profesi yang Menyeluruh” Edisi
keenam.Jakarta: PT. Indeks
Mulyasa. 2006. Stándar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung:Remaja
Rosda Karya
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).
Jakarta: Ghalia Indonesia
Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar – Dasar Bimbingan dan konseling. Jakarta:
Rineka Cipta
104
Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling (seri layanan). Padang:
Universitas Negeri Padang
Santoso, Slamet. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara
Santoso, Eko. 2012. Studi Deskriptif Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan
Konseling di SMA Negeri se-Kabupaten Batang. Skripsi. Semarang: Jurusan
BK FIP UNNES
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta
Sugiyo. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang:
Widya Karya
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sukardi, Dewa ketut.2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan
Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Sutoyo, Anwar. 2009. Pemahaman Individu (Observasi, Checklist,
Kuesioner,&Sosiometri). Semarang: Widya Karya
Sutrisno. 2012. Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di SMA
Negeri se-Kabupaten Pemalang. Skripsi. Semarang: Jurusan BK FIP
UNNES
Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang:
UPT UNNES Press
Winkel, W.S. dan M.M. Sri Hastuti. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.
105
Lampiran 1
DAFTAR KONSELOR YANG MENGIKUTI TRY OUT
No. Nama Sekolah Alamat Konselor
1. SMPN 2 Winong Ds. Danyangmulyo Kec. Winong 3
2. SMPN 2 Pati Jl. Ronggowarsito Gang 7 Pati 2
3. SMPN 3 Pati Jl. Kol.R.Sugiyono No.17 Pati 4
4. SMPN 5 Pati Jl. P. Sudirman Pati 4
5. SMPN 6 Pati Jl. Kustin 3
6. SMPN 7 Pati Jl. Pati Tayu Km. 3 4
Jumlah 20
106
Lampiran 2
Kisi – Kisi Angket Implementasi Layanan Konseling Kelompok Sebelum Try Out
Variabel Subvariabel Indikator Deskriptor No. Item
+ -
Layanan
Konseling
Kelompok
Perencanaan Materi layanan
Materi layanan menyesuaikan
dengan permasalahan anggota
kelompok
1 2
Tujuan yang
ingin dicapai
Fokus utama pemberian layanan 3 4
Sasaran
kegiatan
Rekrutmen anggota kelompok 5 6
Bahan atau
sumber
tertentu
Menyiapkan sumber layanan dari
hasil penelitian terdahulu
7 8
Rencana
penilaian
Penilaian hasil dan penilaian
proses
9 10
Waktu dan
tempat
Merencanakan waktu dan tempat 11 12
Pelaksanaan Tahap
permulaan
Mengungkapkan pengertian dan
tujuan kegiatan kelompok
13 14
Menjelaskan tata cara dalam
kelompok
15 16
Menjelaskan asas- asas kegiatan
kelompok
17 18
Menggunakan teknik khusus 19 20
Permainan untuk pengakraban 21 22
Tahap transisi Menjelaskan kegiatan yang akan
ditempuh pada tahap selanjutnya
23 24
Menawarkan dan mengamati
kesiapan anggota kelompok untuk
tahap selanjutnya
25 26
Menjelaskan suasana yang terjadi 27 28
Meningkatkan kemampuan
keiikutsertaan anggota kelompok
29 30
Menjelaskan aspek – aspek dalam
tahap pertama
31 32
Tahap kegiatan Memberikan kesempatan anggota
kelompok untuk mengemukakan
masalah pribadi
33 34
Menetapkan masalah yang
hendak dibahas
35 36
Memberikan kesempatan anggota
kelompok yang masalahnya
dibahas untuk menggambarkan
masalah yang dialami
37 38
Membahas masalah melalui
berbagai cara
39 40
107
Variabel Subvariabel Indikator Deskriptor No. Item
+ -
Memberikan kesempatan untuk
merespon
41 42
Tahap
pengakhiran
Mengemukakan kegiatan akan
segera diakhiri
43 44
Merefleksikan pengalaman 45 46
Membahas kegiatan lanjutan 47 48
Memberikan penguatan 49 50
Evaluasi Penilaian hasil Melakukan penilaian secara lisan
atau instrumen
51 52
Penilaian
proses
Melakukan pengamatan 53 54
Membuat catatan pelaksanaan 55 56
Analisis
hasil
evaluasi
Diagnosis Melakukan diagnosis 57 58
Prognosis Memprediksikan layanan
selanjutnya
59 60
Tindak
Lanjut
Tindak Lanjut Memberikan informasi tindak
lanjut
61 62
Melakukan tindak lanjut 63 64
Faktor
Pendukung
dan Faktor
Penghambat
Komponen
Sekolah
Kepala Sekolah 65 66
Staff Guru 67 68
Fasilitas Ruang Konseling 69 70
Alat pengumpul data 71 72
Kepustakaan 73 74
108
A. Pengantar
Dalam rangka menyusun skripsi, saya ingin mengetahui informasi tentang
Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se - Kabupaten Pati. Oleh karena itu
saya mengharapkan kesediaan bapak dan ibu untuk memberikan informasi. Saya ingin
mengetahui implementasi layanan konseling kelompok di sekolah menengah pertama negeri.
Di bawah ini tersedia 74 butir pernyataan, oleh karena itu bapak dan ibu dimohon
memberikan jawaban atas pernyataan tersebut. Jawaban bapak dan ibu bersifat pribadi dan
rahasia.
Atas perhatian, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, saya ucapkan
terimakasih.
Penulis
B. Petunjuk Pengisian
1. Isilah terlebih dahulu identitas Bapak/Ibu.
Nama :
Asal Sekolah :
Pendidikan terakhir :
2. Berilah jawaban dengan memberikan tanda cek (√) pada jawaban yang telah tersedia
sesuai pilihan bapak/ibu.
Keterangan :
SS : Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai anda lakukan (SS)
S : Jika pernyataan tersebut Sesuai anda lakukan (S)
TS : Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai anda lakukan ( TS )
STS : Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai anda lakukan ( STS )
Contoh :
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Saya menyusun satuan layanan sebelum melaksanakan
layanan.
√
3. Jawablah pernyataan yang ada sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya bapak/ibu
lakukan.
Selamat Mengerjakan
109
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Materi layanan yang sedang dibahas menyesuaikan
dengan kebutuhan anggota kelompok.
2 Materi layanan sudah saya tentukan sebelum pemberian
layanan konseling kelompok.
3 Tujuan konseling kelompok adalah membantu
penyelesaian permasalahan pribadi.
4 Saya menetapkan permasalahan anggota kelompok yang
akan dibahas.
5 Jumlah anggota kelompok akan berpengaruh terhadap
kinerja kelompok.
6 Rekrutmen anggota kelompok dilakukan berdasarkan
hasil need assesment.
7 Saya membaca – baca kembali contoh masalah dan
pemecahannya dari penelitian terdahulu.
8 Pelaksanaan konseling kelompok berjalan apa adanya.
9 Saya menyiapkan rencana penilaian hasil dan penilaian
proses.
10 Saya membuat rencana penilaian jika ada pengawas.
11 Konseling kelompok dilaksanakan di ruang khusus untuk
pemberian layanan kelompok.
12 Saya yang menentukan waktu pelaksanaan konseling
kelompok.
13 Saya mengungkapkan tujuan pemberian layanan.
14 Saya mengungkapkan pengertian konseling kelompok
apabila ada yang bertanya.
15 Menjelaskan tata cara dalam kelompok berpengaruh
terhadap keberhasilan konseling kelompok.
16 Anggota kelompok berhak menyampaikan pendapat
sesuka hatinya.
17 Saya menjelaskan asas - asas dalam konseling kelompok.
18 Penjelasan asas dalam konseling kelompok sama dengan
bimbingan kelompok.
110
No. Pernyataan SS S TS STS
19 Penggunaan teknik khusus sangat berperan untuk
keberhasilan konseling kelompok.
20 Konseling kelompok berlangsung sesuai dengan kondisi
kelompok.
21 Saya menggunakan permainan untuk menumbuhkan
dinamika kelompok.
22 Saya menggunakan permainan kelompok pada pertemuan
pertama.
23 Saya menjelaskan tahap kegiatan karena memiliki peran
pada keberhasilan tahap kegiatan.
24 Setelah tahap permulaan saya melanjutkan ke tahap
kegiatan.
25 Saya memasuki tahap kegiatan setelah tidak terjadi
resistensi.
26 Saya mengikutsertakan semua anggota kelompok untuk
tahap kegiatan.
27 Saya melakukan pengamatan dinamika kelompok.
28 Saya menjelaskan suasana kelompok jika kelompok
kurang kondusif.
29 Saya mendorong anggota kelompok untuk aktif dalam
mengeluarkan pendapat.
30 Saya menyamaratakan kemampuan anggota kelompok.
31 Saya mengamati anggota kelompok dalam memahami
aspek – aspek dalam tahap permulaan.
32 Saya berusaha mempersingkat waktu menuju tahap
kegiatan.
33 Saya ikut memberikan pemikiran pada waktu yang
diperlukan.
34 Saya memberikan kesempatan kepada anggota kelompok
yang saya kenal untuk mengungkapkan permasalahannya.
35 Penetapan permasalahan berdasarkan kesepakatan
bersama.
111
No. Pernyataan SS S TS STS
36 Semua permasalahan yang diungkapkan anggota
kelompok akan dibahas dalam pertemuan tersebut.
37 Saya memberikan kesempatan anggota kelompok yang
permasalahannya dibahas untuk menceritakan
permasalahannya.
38 Saya menceritakan permasalahan anggota kelompok
berdasarkan hasil pengamatan di sekolah.
39 Saya memberikan kesempatan kepada anggota kelompok
yang lain untuk mencari tahu lebih dalam permasalahan
yang sedang dibahas.
40 Saya membatasi anggota kelompok yang lain untuk
membantu memecahkan permasalahan.
41 Saya memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
anggota kelompok.
42 Saya mendominasi pembahasan permasalahan.
43 Saya menyampaikan kepada anggota kelompok untuk
menyimpulkan hasil pembahasan.
44 Saya mengakhiri konseling kelompok tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu.
45 Saya memberikan kesempatan anggota kelompok yang
masalahnya dibahas untuk menyimpulkan hasil
pembahasan.
46 Saya menyimpulkan sendiri hasil pembahasan.
47 Saya menawarkan kepada anggota kelompok untuk
mengikuti kegiatan lanjutan.
48 Saya membahas kegiatan lanjutan jika dibutuhkan.
49 Saya memberikan kesempatan kepada semua anggota
kelompok untuk menyampaikan pesan dan harapannya.
50 Pesan dan harapan disampaikan oleh perwakilan anggota
kelompok.
51 Saya menggunakan laiseg (penilaian segera) untuk
penilaian hasil.
112
No. Pernyataan SS S TS STS
52 Penilaian hasil dilakukan jika dirasa perlu.
53 Saya melakukan pengamatan kelancaran proses
pemecahan masalah.
54 Saya mengamati suasana kelompok jika kelompok kurang
kondusif.
55 Saya menyusun catatan hasil pengamatan.
56 Saya menyusun catatan hasil pengamatan jika belum
ditemukan hasil pembahasan dalam satu pertemuan.
57 Saya melakukan analisis sebab dari hasil evaluasi dalam
membantu memecahkan permasalahan.
58 Analisis sebab dilakukan ketika proses pemberian layanan
terjadi perselisihan.
59 Saya memprediksikan layanan selanjutnya berdasarkan
hasil evaluasi.
60 Prediksi layanan lanjutan digunakan sebagai formalitas
kerja.
61 Saya menyusun data siswa yang berhak mendapatkan
layanan lanjutan.
62 Saya melakukan tindak lanjut jika permasalahan siswa
sudah diketahui oleh kepala sekolah.
63 Saya mencari kesepakatan terkait tempat dan waktu
dengan siswa.
64 Saya membatasi siswa yang mendapatkan layanan
lanjutan.
65 Kepala sekolah mendukung pelaksanaan konseling
kelompok.
66 Kepala sekolah membatasi waktu pelaksanaan konseling
kelompok sampai jam pulang sekolah.
67 Wali kelas berkonsultasi tentang perkembangan anak
walinya.
68 Staff guru beranggapan bahwa konseling kelompok itu
kurang penting.
113
No. Pernyataan SS S TS STS
69 Untuk layanan konseling kelompok sudah tersedia
ruangan khusus.
70 Ruang kelas dijadikan sebagai tempat yang cocok untuk
konseling kelompok.
71 Alat pengumpulan data menggunakan yang sudah teruji
validitasnya.
72 Alat pengumpulan data disusun secara manual.
73 Pihak sekolah memfasilitasi kelengkapan koleksi
perpustakaan tentang konseling kelompok.
74 Tersedia perpustakaan pribadi tentang konseling
kelompok.
Terimakasih atas Partisipasi Bapak dan Ibu.
114
Lampiran 3
Kisi – Kisi Angket Implementasi Layanan Konseling Kelompok Setelah Try Out
Variabel Subvariabel Indikator Deskriptor No. Item
+ -
Layanan
Konseling
Kelompok
Perencanaan Materi layanan
Materi layanan menyesuaikan
dengan permasalahan anggota
kelompok
1 2
Tujuan yang
ingin dicapai
Fokus utama pemberian layanan 3 4
Sasaran
kegiatan
Rekrutmen anggota kelompok 5 6
Bahan atau
sumber
tertentu
Menyiapkan sumber layanan dari
hasil penelitian terdahulu
7 8
Rencana
penilaian
Penilaian hasil dan penilaian
proses
9 -
Waktu dan
tempat
Merencanakan waktu dan tempat 10 -
Pelaksanaan Tahap
permulaan
Mengungkapkan pengertian dan
tujuan kegiatan kelompok
11 12
Menjelaskan tata cara dalam
kelompok
13 -
Menjelaskan asas- asas kegiatan
kelompok
14 -
Menggunakan teknik khusus 15 16
Permainan untuk pengakraban 17 18
Tahap transisi Menjelaskan kegiatan yang akan
ditempuh pada tahap selanjutnya
- 19
Menawarkan dan mengamati
kesiapan anggota kelompok untuk
tahap selanjutnya
20 21
Menjelaskan suasana yang terjadi 22 23
Meningkatkan kemampuan
keiikutsertaan anggota kelompok
24 25
Menjelaskan aspek – aspek dalam
tahap pertama
26 27
Tahap kegiatan Memberikan kesempatan anggota
kelompok untuk mengemukakan
masalah pribadi
28 29
Menetapkan masalah yang
hendak dibahas
30 31
Memberikan kesempatan anggota
kelompok yang masalahnya
dibahas untuk menggambarkan
masalah yang dialami
32 33
Membahas masalah melalui
berbagai cara
34 35
115
Variabel Subvariabel Indikator Deskriptor No. Item
+ -
Memberikan kesempatan untuk
merespon
36 37
Tahap
pengakhiran
Mengemukakan kegiatan akan
segera diakhiri
38 39
Merefleksikan pengalaman 40 41
Membahas kegiatan lanjutan 42 43
Memberikan penguatan 44 45
Evaluasi Penilaian hasil Melakukan penilaian secara lisan
atau instrumen
46 47
Penilaian
proses
Melakukan pengamatan 48 49
Membuat catatan pelaksanaan 50 51
Analisis
hasil
evaluasi
Diagnosis Melakukan diagnosis 52 -
Prognosis Memprediksikan layanan
selanjutnya
53 54
Tindak
Lanjut
Tindak Lanjut Memberikan informasi tindak
lanjut
- 55
Melakukan tindak lanjut 56 57
Faktor
Pendukung
dan Faktor
Penghambat
Komponen
Sekolah
Kepala Sekolah 58 59
Staff Guru 60 61
Fasilitas Ruang Konseling 62 -
Alat pengumpul data 63 64
Kepustakaan 65 -
116
A. Pengantar
Dalam rangka menyusun skripsi, saya ingin mengetahui informasi tentang
Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se - Kabupaten Pati. Oleh karena itu
saya mengharapkan kesediaan bapak dan ibu untuk memberikan informasi. Saya ingin
mengetahui implementasi layanan konseling kelompok di sekolah menengah pertama negeri.
Di bawah ini tersedia 65 butir pernyataan, oleh karena itu bapak dan ibu dimohon
memberikan jawaban atas pernyataan tersebut. Jawaban bapak dan ibu bersifat pribadi dan
rahasia.
Atas perhatian, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, saya ucapkan
terimakasih.
Penulis
B. Petunjuk Pengisian
1. Isilah terlebih dahulu identitas Bapak/Ibu.
Nama :
Asal Sekolah :
Pendidikan terakhir :
2. Berilah jawaban dengan memberikan tanda cek (√) pada jawaban yang telah tersedia
sesuai pilihan bapak/ibu.
Keterangan :
SS : Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai anda lakukan (SS)
S : Jika pernyataan tersebut Sesuai anda lakukan (S)
TS : Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai anda lakukan ( TS )
STS : Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai anda lakukan ( STS )
Contoh :
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Saya menyusun satuan layanan sebelum melaksanakan
layanan.
√
3. Jawablah pernyataan yang ada sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya bapak/ibu
lakukan.
Selamat Mengerjakan
117
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Materi layanan yang sedang dibahas menyesuaikan
dengan kebutuhan anggota kelompok.
2 Materi layanan sudah saya tentukan sebelum pemberian
layanan konseling kelompok.
3 Tujuan konseling kelompok adalah membantu
penyelesaian permasalahan pribadi.
4 Saya menetapkan permasalahan anggota kelompok yang
akan dibahas.
5 Jumlah anggota kelompok akan berpengaruh terhadap
kinerja kelompok.
6 Rekrutmen anggota kelompok dilakukan berdasarkan
hasil need assesment.
7 Saya membaca – baca kembali contoh masalah dan
pemecahannya dari penelitian terdahulu.
8 Pelaksanaan konseling kelompok berjalan apa adanya.
9 Saya menyiapkan rencana penilaian hasil dan penilaian
proses.
10 Konseling kelompok dilaksanakan di ruang khusus untuk
pemberian layanan kelompok.
11 Saya mengungkapkan tujuan pemberian layanan.
12 Saya mengungkapkan pengertian konseling kelompok
apabila ada yang bertanya.
13 Menjelaskan tata cara dalam kelompok berpengaruh
terhadap keberhasilan konseling kelompok.
14 Saya menjelaskan asas - asas dalam konseling kelompok.
15 Penggunaan teknik khusus sangat berperan untuk
keberhasilan konseling kelompok.
16 Konseling kelompok berlangsung sesuai dengan kondisi
kelompok.
17 Saya menggunakan permainan untuk menumbuhkan
dinamika kelompok.
118
No. Pernyataan SS S TS STS
18 Saya menggunakan permainan kelompok pada pertemuan
pertama.
19 Setelah tahap permulaan saya melanjutkan ke tahap
kegiatan.
20 Saya memasuki tahap kegiatan setelah tidak terjadi
resistensi.
21 Saya mengikutsertakan semua anggota kelompok untuk
tahap kegiatan.
22 Saya melakukan pengamatan dinamika kelompok.
23 Saya menjelaskan suasana kelompok jika kelompok
kurang kondusif.
24 Saya mendorong anggota kelompok untuk aktif dalam
mengeluarkan pendapat.
25 Saya menyamaratakan kemampuan anggota kelompok.
26 Saya mengamati anggota kelompok dalam memahami
aspek – aspek dalam tahap permulaan.
27 Saya berusaha mempersingkat waktu menuju tahap
kegiatan.
28 Saya ikut memberikan kesempatan kepada anggota
kelompok untuk mengemukakan permasalahan secara
bebas.
29 Saya memberikan kesempatan kepada anggota kelompok
yang saya kenal untuk mengungkapkan permasalahannya.
30 Penetapan permasalahan berdasarkan kesepakatan
bersama.
31 Semua permasalahan yang diungkapkan anggota
kelompok akan dibahas dalam pertemuan tersebut.
32 Saya memberikan kesempatan anggota kelompok yang
permasalahannya dibahas untuk menceritakan
permasalahannya.
33 Saya menceritakan permasalahan anggota kelompok
berdasarkan hasil pengamatan di sekolah.
119
No. Pernyataan SS S TS STS
34 Saya memberikan kesempatan kepada anggota kelompok
lain untuk ikut aktif terlibat dalam pembahasan masalah.
35 Saya membatasi anggota kelompok yang lain untuk
membantu memecahkan permasalahan.
36 Saya memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
anggota kelompok.
37 Saya mendominasi pembahasan permasalahan.
38 Saya menyampaikan kepada anggota kelompok untuk
menyimpulkan hasil pembahasan.
39 Saya mengakhiri konseling kelompok tanpa
pemberitahuan terlebih dahulu.
40 Saya memberikan kesempatan anggota kelompok yang
masalahnya dibahas untuk menyimpulkan hasil
pembahasan.
41 Saya menyimpulkan sendiri hasil pembahasan.
42 Saya menawarkan kepada anggota kelompok untuk
mengikuti kegiatan lanjutan.
43 Saya membahas kegiatan lanjutan jika dibutuhkan.
44 Saya memberikan kesempatan kepada semua anggota
kelompok untuk menyampaikan pesan dan harapannya.
45 Pesan dan harapan disampaikan oleh perwakilan anggota
kelompok.
46 Saya menggunakan laiseg (penilaian segera) untuk
penilaian hasil.
47 Penilaian hasil dilakukan jika dirasa perlu.
48 Saya melakukan pengamatan kelancaran proses
pemecahan masalah.
49 Saya mengamati suasana kelompok jika kelompok kurang
kondusif.
50 Saya menyusun catatan hasil pengamatan.
51 Saya menyusun catatan hasil pengamatan jika belum
ditemukan hasil pembahasan dalam satu pertemuan.
120
No. Pernyataan SS S TS STS
52 Saya melakukan analisis sebab dari hasil evaluasi dalam
membantu memecahkan permasalahan.
53 Saya memprediksikan layanan selanjutnya berdasarkan
hasil evaluasi.
54 Prediksi layanan lanjutan digunakan sebagai formalitas
kerja.
55 Saya melakukan tindak lanjut jika permasalahan siswa
sudah diketahui oleh kepala sekolah.
56 Saya mencari kesepakatan terkait tempat dan waktu
dengan siswa.
57 Saya membatasi siswa yang mendapatkan layanan
lanjutan.
58 Kepala sekolah mendukung pelaksanaan konseling
kelompok.
59 Kepala sekolah membatasi waktu pelaksanaan konseling
kelompok sampai jam pulang sekolah.
60 Wali kelas berkonsultasi tentang perkembangan anak
walinya.
61 Staff guru beranggapan bahwa konseling kelompok itu
kurang penting.
62 Untuk layanan konseling kelompok sudah tersedia
ruangan khusus.
63 Alat pengumpulan data menggunakan yang sudah teruji
validitasnya.
64 Alat pengumpulan data disusun secara manual.
65 Pihak sekolah memfasilitasi kelengkapan koleksi
perpustakaan tentang konseling kelompok.
Terimakasih atas Partisipasi Bapak dan Ibu.
121
Lampiran 4
122
Hasil Try Out Angket Implementasi Layanan Konseling Kelompok
No
Kode
Responden
Implementasi Layanan Konseling Kelompok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 UC-1 4 4 4 4 4 3 4 3 4 1 3 2 4 3 4 3 4 3 3 2 4 3
2 UC-2 1 4 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 1 4 2 3 4 4 3
3 UC-3 4 2 3 2 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3
4 UC-4 2 1 3 1 4 2 4 1 3 4 3 2 3 3 4 1 4 4 4 2 4 1
5 UC-5 1 2 1 2 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2
6 UC-6 1 3 3 2 1 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 1 2 3 2
7 UC-7 3 4 4 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 2 3 2 4 2
8 UC-8 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 2 4 3 4 2 4 2 3 4 4 3
9 UC-9 3 3 3 3 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2
10 UC-10 2 3 3 1 3 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2
11 UC-11 2 4 1 4 2 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 2
12 UC-12 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2
13 UC-13 3 4 3 4 3 2 3 1 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2
14 UC-14 2 3 2 3 4 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2
15 UC-15 4 4 4 4 4 2 1 2 4 3 4 2 4 4 4 3 3 2 3 4 4 2
16 UC-16 2 2 2 3 3 1 2 1 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 1 2 3 2
17 UC-17 4 3 4 3 2 2 1 3 4 3 3 1 4 2 4 3 4 1 2 1 3 2
18 UC-18 4 3 3 2 4 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2
19 UC-19 3 3 3 2 2 2 3 1 4 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 4 2
20 UC-20 3 3 2 1 3 2 3 2 3 4 3 2 4 1 4 2 3 3 3 2 3 3
ƩΧ 56 62 57 55 61 47 58 46 69 66 62 51 65 58 68 48 66 52 55 51 68 44
ƩΧ² 180 206 179 173 201 119 182 128 243 230 198 139 219 178 236 126 222 144 163 147 236 102
ƩΧΥ 12101 13363 12272 11883 13133 10106 12486 9978 14767 14089 13284 10864 13954 12472 14563 10194 14128 11064 11842 11027 14590 9453
rxy 0.466 0.554 0.432 0.468 0.478 0.432 0.469 0.491 0.447 0.145 0.448 0.036 0.528 0.501 0.504 -0.086 0.483 -0.018 0.489 0.516 0.657 0.476
rtabel 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423
kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid
σb² 1.221 0.726 0.871 1.145 0.787 0.45 0.726 1.168 0.261 0.642 0.305 0.471 0.407 0.516 0.253 0.568 0.221 0.463 0.618 0.892 0.253 0.274
123
Implementasi Layanan Konseling Kelompok
23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47
3 4 2 2 4 3 3 5 4 3 3 4 4 3 4 3 1 4 4 4 3 4 2 4 4
3 3 2 1 3 3 4 4 3 3 2 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 2 4 3
3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 2 3 2 1 3 3 3 3 3 3 4 3
4 1 2 4 4 2 4 1 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 4 4 4
3 1 3 4 3 2 3 3 1 3 1 2 3 3 2 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3
3 2 4 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2
1 2 3 1 3 2 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3
3 3 2 1 4 3 3 4 2 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 2 2 4
3 2 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4
1 1 4 4 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 4
3 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3
3 2 3 2 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4
3 2 2 4 3 2 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 4 4 2 3 3 3 2
3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4
4 3 1 1 3 2 4 3 4 3 3 2 4 4 3 4 2 4 3 3 4 3 3 3 4
3 3 2 2 3 2 1 3 3 2 1 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2
4 2 3 1 1 2 1 2 1 3 3 1 3 2 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3
4 4 1 1 3 2 4 3 4 4 3 2 4 4 3 4 2 4 3 4 3 4 3 4 3
4 2 3 2 4 2 4 3 3 3 1 2 4 1 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3
3 2 4 2 3 1 3 3 3 3 1 4 4 2 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3
61 46 52 45 62 43 64 62 56 61 50 54 68 54 61 57 54 67 66 65 58 69 58 64 65
199 120 150 125 200 97 220 206 172 191 142 160 236 156 189 171 164 231 222 215 174 243 172 214 221
13008 9975 10913 9410 13294 9240 13799 13365 12075 13071 10806 11640 14584 11626 13068 12258 11283 14396 14126 13915 12431 14785 12256 13729 13950
0.083 0.604 -0.5 -
0.428 0.431 0.508 0.561 0.561 0.494 0.4851 0.491 0.4801 0.623 0.512 0.607 0.532 -0.612 0.653 0.478 0.51 0.441 0.5474 -
0.567 0.435 0.455
0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423
Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
0.682 0.747 0.779 1.25 0.411 0.239 0.8 0.726 0.8 0.2605 0.895 0.7474 0.253 0.537 0.155 0.45 0.9579 0.345 0.221 0.197 0.305 0.2605 0.2 0.484 0.513
124
Implementasi Layanan Konseling Kelompok
48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72
2 4 2 4 4 3 4 3 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 1 2 4 3
2 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 2 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4
3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 1
2 3 1 3 3 3 2 2 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3
2 1 2 3 3 1 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2
3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2
2 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 2 2 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4
1 3 2 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 1 3 4 2
1 4 2 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 4 2
4 3 1 3 3 3 2 3 2 1 3 3 2 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 1 1
4 3 2 3 2 3 2 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2
3 4 2 3 3 3 2 2 2 4 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4
3 4 3 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3
4 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 4 1
1 3 2 3 4 3 3 2 3 4 2 2 4 2 4 4 4 3 3 3 3 1 3 3 2
3 1 1 2 2 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1
2 4 2 3 3 1 2 2 2 2 2 4 1 3 3 3 3 4 2 3 3 4 2 3 1
1 3 4 2 4 3 3 3 3 3 2 2 4 2 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 4
2 4 3 2 3 4 2 2 2 4 2 3 3 3 3 3 3 1 2 4 4 4 1 3 1
2 4 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 1 2 4 3 3 3 3 4 4 2 3 2
47 64 44 59 60 59 50 54 50 60 52 56 54 56 59 65 66 66 59 63 68 54 51 63 45
129 220 110 181 190 187 134 158 136 192 140 162 158 162 187 217 222 234 179 207 238 162 137 211 125
9844 13777 9504 12661 12899 12706 10795 11631 10813 12908 11084 11796 11617 11890 12687 13935 14167 14205 12656 13546 14606 11342 10886 13550 9820
-0.46 0.491 0.472 0.483 0.501 0.509 0.63 0.486 0.637 0.489 0.089
-
0.671 0.436
-
0.161 0.443 0.515 0.718 0.483 0.545 0.578 0.628
-
0.467 0.144 0.491 0.614
0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid
0.976 0.8 0.695 0.366 0.526 0.682 0.474 0.6421 0.579 0.6316 0.253 0.274 0.642 0.274 0.682 0.303 0.221 0.853 0.261 0.45 0.358 0.853 0.366 0.661 1.25
Y Y²
73 74
4 2 246 60516
4 2 238 56644
3 2 213 45369
3 2 209 43681
3 2 189 35721
3 2 191 36481
3 2 221 48841
4 2 240 57600
3 4 217 47089
3 2 192 36864
2 3 208 43264
3 1 221 48841
2 3 214 45796
3 4 214 45796
2 3 224 50176
2 2 179 32041
3 2 189 35721
3 2 235 55225
3 2 206 42436
3 3 211 44521
59 47 4257 912623
181 121 Reliabel
12670 10012 k = 74
0.525 0.031 Ʃσ²b = 41.4447
0.423 0.423 σ²t = 343.187
Valid Tidak r₁₁ = 0.89128
0.366 0.555
125
Lampiran 5
Penghitungan Validitas Angket
Rumus :
Kriteria :
Butir aitem valid jika rxy > rtabel
Perhitungan :
Berikut ini contoh perhitungan validitas aitem pada butir no 1
No Kode X Y X2
Y2
XY
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
UC-1
UC-2
UC-3
UC-4
UC-5
UC-6
UC-7
UC-8
UC-9
UC-10
UC-11
UC-12
UC-13
UC-14
UC-15
UC-16
UC-17
UC-18
UC-19
UC-20
4
1
4
2
1
1
3
4
3
2
2
4
3
2
4
2
4
4
3
3
246
238
213
209
189
191
221
240
217
192
208
221
214
214
224
179
189
235
206
211
16
1
16
4
1
1
9
16
9
4
4
16
9
4
16
4
16
16
9
9
60516
56644
45369
43681
35721
36481
48841
57600
47089
36864
43264
48841
45796
45796
50176
32041
35721
55225
42436
44521
984
238
852
418
189
191
663
960
651
384
416
884
642
428
896
358
756
940
618
633
∑ 56 4257 180 912623 12101
Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh :
Padaα = 5 % dengan n = 20 diperoleh rtabel = 0.423.
Karena rxy > rtabel, maka butir no 1 tersebut valid.
xy
(4257)2 - 20 (56)
2 - (180) 20
(4257) (56) - (12101) 20 r
912623)
0.466
2 2 2 2 xy Y) ( - Y N ) X ( - X N
Y) )( X ( - XY N r
126
Lampiran 6
Penghitungan Reliabilitas Angket
Rumus :
Kriteria :
Apabila r11 > rtabel maka instrument tersebut reliable.
Perhitungan :
1. Varians total
2. Varians butir
∑𝜎𝑏² = 1.221 + 0.726 + 0.871 + … + 0.555
= 41.445
3. Koefisien reliabilitas
Padaα = 5 % dengan n = 20 diperoleh rtabel = 0.423.
Karena rxy > rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut reliabel.
r11 = (1k
k ) ( 1 –∑𝜎𝑏 ²
𝜎 ²𝑡)
𝜎²𝑡 = ∑Y²−
(∑Y )²
N
N
σ²t =912623−
(4257 )²
20
20 = 343.19
𝜎²𝑏 = ∑X²−
(∑X )²
N
N
𝜎²𝑏₁ = 180−
(56)²
20
20 = 1.221
σ²𝑏₂= 206−
(62)²
20
20 = 0.726
σ²𝑏₃= 179−
(57)²
20
20 = 0.871
σ²𝑏₇₄ = 121−
(47)²
20
20 = 0.555
r11 = (174
74
) ( 1 –
41.445
343.19)
= 0.8913
127
Lampiran 7
DAFTAR KONSELOR YANG MENJADI SAMPEL PENELITIAN
No. Nama Sekolah Alamat Konselor
1. SMPN 1 Pati Jl. Pemuda 287 Pati 4
2. SMPN 4 Pati Jl. P. Sudirman No. 18 Pati 4
3. SMPN 8 Pati Jl. RA. Kartini No. 1 Pati 4
4. SMPN 1 Winong Jl. Winong-Gabus Km 0.5 5
5. SMPN 1 Tambakromo Jl. Raya Tambakromo - Pati 5
6. SMPN 1 Jakenan Jl. Juwana - Pucakwangi 4
7. SMPN 1 Wedarijaksa Jl.Lahar-Pasucen Ds. Lahar 5
8. SMPN 1 Jaken Jl. Jakenan – Jaken Km 6 3
9. SMPN 1 Kayen Jl. Raya Kayen - Pati 4
10. SMPN 1 Margorejo Jl. Ds. Langenharjo 2
Jumlah 40
128
Lampiran 8
129 Analisis Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati
Responden Konselor
No Kode
Resp
Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati
Materi
layanan Skor % Kriteria
Tujuan yang
ingin dicapai Skor % Kriteria
Sasaran
Kegiatan Skor % Kriteria Bahan atau
sumber tertentu Skor % Kriteria
Rencana
penilaian Skor % Kriteria
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 R-1 4 4 8 100 SB 4 4 8 100 SB 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 4 4 100 SB
2 R-2 3 4 7 87.5 SB 4 4 8 100 SB 3 2 5 62.5 B 4 2 6 75 B 3 3 75 B
3 R-3 3 3 6 75 B 4 3 7 87.5 SB 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 3 75 B
4 R-4 4 2 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 3 75 B
5 R-5 4 3 7 87.5 SB 2 3 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 3 6 75 B 3 3 75 B
6 R-6 3 3 6 75 B 4 2 6 75 B 3 1 4 50 CB 4 1 5 62.5 B 4 4 100 SB
7 R-7 4 3 7 87.5 SB 2 3 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 2 1 3 37.5 KB 3 3 75 B
8 R-8 4 3 7 87.5 SB 2 3 5 62.5 B 2 3 5 62.5 B 3 3 6 75 B 3 3 75 B
9 R-9 3 3 6 75 B 4 3 7 87.5 SB 4 2 6 75 B 3 3 6 75 B 4 4 100 SB
10 R-10 3 3 6 75 B 3 3 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 3 6 75 B 3 3 75 B
11 R-11 4 3 7 87.5 SB 3 3 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 3 6 75 B 2 2 50 CB
12 R-12 3 4 7 87.5 SB 4 4 8 100 SB 4 2 6 75 B 3 3 6 75 B 4 4 100 SB
13 R-13 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 3 75 B
14 R-14 4 3 7 87.5 SB 3 3 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 4 4 100 SB
15 R-15 4 4 8 100 SB 3 4 7 87.5 SB 3 2 5 62.5 B 3 3 6 75 B 3 3 75 B
16 R-16 3 4 7 87.5 SB 3 3 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 3 6 75 B 4 4 100 SB
17 R-17 4 4 8 100 SB 3 4 7 87.5 SB 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 4 4 100 SB
18 R-18 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 2 3 5 62.5 B 2 2 4 50 CB 3 3 75 B
19 R-19 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 2 3 5 62.5 B 2 3 5 62.5 B 2 2 50 CB
20 R-20 4 3 7 87.5 SB 3 3 6 75 B 3 2 5 62.5 B 4 2 6 75 B 4 4 100 SB
21 R-21 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 4 2 6 75 B 4 1 5 62.5 B 4 4 100 SB
22 R-22 4 4 8 100 SB 3 4 7 87.5 SB 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 4 4 100 SB
23 R-23 4 3 7 87.5 SB 4 3 7 87.5 SB 4 1 5 62.5 B 4 2 6 75 B 4 4 100 SB
24 R-24 4 3 7 87.5 SB 4 3 7 87.5 SB 4 1 5 62.5 B 4 2 6 75 B 4 4 100 SB
25 R-25 4 3 7 87.5 SB 4 3 7 87.5 SB 4 1 5 62.5 B 4 2 6 75 B 4 4 100 SB
26 R-26 4 3 7 87.5 SB 4 3 7 87.5 SB 3 3 6 75 B 3 3 6 75 B 4 4 100 SB
27 R-27 4 3 7 87.5 SB 4 3 7 87.5 SB 3 2 5 62.5 B 3 1 4 50 CB 3 3 75 B
28 R-28 3 3 6 75 B 3 3 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 3 75 B
29 R-29 3 1 4 50 CB 4 1 5 62.5 B 2 1 3 37.5 KB 3 1 4 50 CB 3 3 75 B
30 R-30 4 3 7 87.5 SB 3 3 6 75 B 3 1 4 50 CB 3 2 5 62.5 B 3 3 75 B
31 R-31 4 2 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 1 4 50 CB 3 1 4 50 CB 3 3 75 B
32 R-32 3 3 6 75 B 4 3 7 87.5 SB 3 1 4 50 CB 3 2 5 62.5 B 4 4 100 SB
33 R-33 4 3 7 87.5 SB 4 2 6 75 B 3 4 7 87.5 SB 4 4 8 100 SB 3 3 75 B
34 R-34 3 3 6 75 B 4 3 7 87.5 SB 3 2 5 62.5 B 4 3 7 87.5 SB 3 3 75 B
35 R-35 3 3 6 75 B 2 4 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 3 75 B
36 R-36 4 3 7 87.5 SB 3 3 6 75 B 2 2 4 50 CB 3 1 4 50 CB 3 3 75 B
37 R-37 4 4 8 100 SB 4 4 8 100 SB 3 1 4 50 CB 4 2 6 75 B 4 4 100 SB
38 R-38 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 3 75 B
39 R-39 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 2 2 4 50 CB 3 3 75 B
40 R-40 3 3 6 75 B 3 3 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 3 75 B
Jumlah 259 80.9 B 248 77.5 B 198 61.9 CB 212 66.3 B 134 83.8 SB
No Kode
Resp
Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati
Waktu
dan
tempat Skor % Kriteria
Tahap permulaan Skor % Kriteria
Tahap transisi Skor % Kriteria
Tahap kegiatan
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 R-1 4 4 100 SB 4 4 3 3 2 2 4 3 25 78.1 B 4 3 2 3 2 4 3 3 3 27 75 B 4 4 4 3
2 R-2 3 3 75 B 4 4 4 4 4 2 2 3 27 84.4 SB 3 3 2 3 3 3 4 3 4 28 77.8 B 4 3 4 3
3 R-3 4 4 100 SB 4 4 3 3 3 3 4 3 27 84.4 SB 2 3 3 3 3 3 3 3 2 25 69.4 B 3 2 4 2
4 R-4 4 4 100 SB 4 1 3 3 4 2 3 2 22 68.8 B 2 3 2 3 2 3 2 3 2 22 61.1 CB 3 2 3 2
5 R-5 3 3 75 B 3 3 3 4 3 2 3 2 23 71.9 B 3 2 3 3 3 4 3 3 3 27 75 B 3 3 3 2
6 R-6 4 4 100 SB 4 3 4 4 4 2 4 2 27 84.4 SB 1 4 1 4 2 4 1 4 3 24 66.7 B 3 3 4 2
7 R-7 3 3 75 B 3 2 3 3 2 2 3 3 21 65.6 B 3 3 2 3 3 4 3 3 3 27 75 B 3 3 3 2
8 R-8 3 3 75 B 3 3 3 3 2 2 4 3 23 71.9 B 3 3 3 3 3 4 3 3 3 28 77.8 B 3 3 3 2
9 R-9 3 3 75 B 4 4 3 4 3 2 4 3 27 84.4 SB 3 3 1 4 3 4 2 3 3 26 72.2 B 3 2 3 3
10 R-10 3 3 75 B 3 2 3 3 3 3 3 2 22 68.8 B 2 3 1 4 1 3 1 4 2 21 58.3 CB 3 3 3 2
11 R-11 3 3 75 B 3 3 3 3 3 2 3 3 23 71.9 B 2 3 2 4 2 3 1 3 2 22 61.1 CB 4 4 4 3
12 R-12 3 3 75 B 4 4 3 4 3 2 4 3 27 84.4 SB 4 3 1 4 3 4 2 3 3 27 75 B 3 2 4 4
13 R-13 3 3 75 B 3 3 3 3 3 2 3 3 23 71.9 B 2 3 2 3 2 3 3 3 3 24 66.7 B 3 3 3 2
14 R-14 4 4 100 SB 4 1 4 4 4 1 4 2 24 75 B 1 4 1 4 1 4 1 4 3 23 63.9 B 4 3 4 3
15 R-15 4 4 100 SB 4 3 3 4 3 2 3 3 25 78.1 B 3 3 2 3 2 4 4 3 3 27 75 B 3 3 3 3
16 R-16 4 4 100 SB 4 3 3 4 3 2 3 3 25 78.1 B 2 3 2 3 2 4 4 3 3 26 72.2 B 3 3 4 3
17 R-17 3 3 75 B 4 1 4 4 4 1 4 3 25 78.1 B 3 3 2 3 2 4 1 3 3 24 66.7 B 4 3 4 3
18 R-18 3 3 75 B 3 3 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 2 2 2 3 2 3 2 3 3 22 61.1 CB 2 2 3 2
19 R-19 2 2 50 CB 3 2 3 3 2 3 3 2 21 65.6 B 2 2 2 3 3 3 3 3 3 24 66.7 B 3 2 3 2
20 R-20 4 4 100 SB 4 1 4 4 4 2 4 1 24 75 B 1 4 1 4 1 4 1 4 1 21 58.3 CB 4 3 4 4
21 R-21 3 3 75 B 3 2 3 4 4 2 3 2 23 71.9 B 2 2 2 3 3 3 3 3 3 24 66.7 B 3 2 3 2
22 R-22 1 1 25 KB 3 3 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 2 3 2 3 2 3 3 3 3 24 66.7 B 4 3 3 3
23 R-23 4 4 100 SB 4 3 3 4 4 2 4 2 26 81.3 SB 2 3 1 3 3 4 4 4 3 27 75 B 4 3 4 2
24 R-24 4 4 100 SB 4 3 3 4 4 2 4 2 26 81.3 SB 2 3 1 3 3 4 4 4 3 27 75 B 4 3 4 2
25 R-25 4 4 100 SB 4 3 3 4 4 2 4 2 26 81.3 SB 2 3 1 3 3 4 4 4 3 27 75 B 4 3 4 2
26 R-26 4 4 100 SB 4 3 3 4 3 2 3 2 24 75 B 2 3 1 4 3 4 3 4 3 27 75 B 4 3 4 3
27 R-27 3 3 75 B 3 3 3 4 3 2 3 2 23 71.9 B 2 3 2 3 3 4 3 3 3 26 72.2 B 3 3 4 2
28 R-28 4 4 100 SB 3 3 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 3 3 2 3 2 3 3 3 3 25 69.4 B 3 1 4 3
29 R-29 2 2 50 CB 3 4 1 4 4 1 4 2 23 71.9 B 1 3 1 3 2 3 1 3 3 20 55.6 CB 4 3 4 2
30 R-30 4 4 100 SB 3 2 4 4 4 2 4 2 25 78.1 B 2 3 2 4 1 4 3 3 3 25 69.4 B 3 2 4 3
31 R-31 3 3 75 B 4 3 4 3 4 2 3 2 25 78.1 B 2 2 2 3 1 3 3 3 3 22 61.1 CB 3 4 3 3
32 R-32 4 4 100 SB 4 2 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 2 3 2 3 1 4 3 3 3 24 66.7 B 3 3 4 3
33 R-33 3 3 75 B 3 2 4 4 3 2 4 1 23 71.9 B 2 3 2 4 2 3 2 3 2 23 63.9 B 3 3 3 2
34 R-34 4 4 100 SB 3 3 3 4 3 3 4 2 25 78.1 B 2 2 2 3 2 4 2 3 3 23 63.9 B 2 3 4 2
35 R-35 4 4 100 SB 3 2 3 3 3 2 3 3 22 68.8 B 2 3 2 3 2 3 3 3 3 24 66.7 B 3 3 3 2
36 R-36 3 3 75 B 3 3 3 3 2 2 3 2 21 65.6 B 2 3 2 3 2 3 3 3 3 24 66.7 B 3 3 3 2
37 R-37 4 4 100 SB 4 1 4 4 2 2 4 2 23 71.9 B 2 3 2 3 2 4 4 3 3 26 72.2 B 2 4 4 3
38 R-38 3 3 75 B 3 3 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 2 3 2 3 2 3 2 3 2 22 61.1 CB 3 3 3 2
39 R-39 3 3 75 B 3 3 2 3 3 2 3 2 21 65.6 B 2 3 2 3 2 3 2 3 2 22 61.1 CB 3 2 3 2
40 R-40 3 3 75 B 3 2 3 3 3 2 3 2 21 65.6 B 3 3 2 3 2 3 3 3 2 24 66.7 B 3 2 4 3
Jumlah 134 83.8 SB 948 74.1 B 981 68.1 B
130
No Kode
Resp
Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati
Tahap kegiatan Skor % Kriteria
Tahap pengakhiran Skor % Kriteria
penilaian
hasil Skor % Kriteria penilaian proses
Skor %
32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51
1 R-1 3 3 1 2 3 4 31 77.5 B 3 4 3 3 3 2 4 3 25 78.1 B 4 3 7 87.5 SB 4 2 3 3 12 75
2 R-2 4 4 2 4 3 3 34 85 SB 3 3 4 4 3 2 4 3 26 81.3 SB 3 4 7 87.5 SB 3 1 3 1 8 50
3 R-3 4 4 1 3 3 4 30 75 B 3 3 3 3 3 2 3 3 23 71.9 B 3 3 6 75 B 3 3 3 3 12 75
4 R-4 3 2 3 2 3 2 25 62.5 B 3 2 3 2 3 2 3 2 20 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 2 3 2 10 63
5 R-5 3 2 2 3 3 3 27 67.5 B 4 3 3 3 3 3 3 3 25 78.1 B 3 2 5 62.5 B 3 3 3 3 12 75
6 R-6 4 2 4 1 4 3 30 75 B 3 3 2 3 3 3 4 3 24 75 B 4 3 7 87.5 SB 4 3 4 3 14 88
7 R-7 2 3 2 3 3 3 27 67.5 B 4 3 3 3 3 2 2 2 22 68.8 B 2 2 4 50 CB 3 3 3 3 12 75
8 R-8 2 2 2 3 3 3 26 65 B 4 3 3 3 3 2 3 2 23 71.9 B 2 2 4 50 CB 3 3 3 3 12 75
9 R-9 4 3 3 2 3 3 29 72.5 B 4 4 4 2 4 2 3 2 25 78.1 B 4 2 6 75 B 3 3 3 2 11 69
10 R-10 3 3 3 2 3 3 28 70 B 3 3 3 2 3 3 3 2 22 68.8 B 3 3 6 75 B 3 2 3 2 10 63
11 R-11 3 3 1 1 3 4 30 75 B 3 3 3 3 3 2 3 3 23 71.9 B 3 3 6 75 B 2 3 3 3 11 69
12 R-12 4 3 4 2 3 3 32 80 B 4 4 4 2 4 2 3 2 25 78.1 B 4 2 6 75 B 3 3 3 2 11 69
13 R-13 2 3 3 3 3 3 28 70 B 2 3 3 2 3 2 3 2 20 62.5 B 3 3 6 75 B 3 2 3 2 10 63
14 R-14 4 3 2 1 4 3 31 77.5 B 4 3 3 3 4 1 4 3 25 78.1 B 4 3 7 87.5 SB 4 1 4 3 12 75
15 R-15 3 2 2 2 3 2 26 65 B 4 3 3 3 3 2 3 2 23 71.9 B 3 3 6 75 B 3 2 3 2 10 63
16 R-16 3 2 2 2 3 2 27 67.5 B 3 2 3 3 3 2 3 2 21 65.6 B 3 3 6 75 B 3 2 3 2 10 63
17 R-17 3 2 2 2 3 2 28 70 B 4 3 3 2 4 2 3 2 23 71.9 B 4 3 7 87.5 SB 3 2 3 2 10 63
18 R-18 3 2 4 2 2 2 24 60 CB 3 3 3 3 3 3 3 2 23 71.9 B 3 3 6 75 B 3 2 3 3 11 69
19 R-19 3 2 2 3 3 2 25 62.5 B 3 2 3 2 3 2 3 3 21 65.6 B 3 2 5 62.5 B 3 2 3 2 10 63
20 R-20 4 3 1 4 4 3 34 85 SB 3 4 3 3 4 1 4 1 23 71.9 B 4 3 7 87.5 SB 4 1 4 3 12 75
21 R-21 3 2 3 3 4 3 28 70 B 4 4 3 2 3 2 4 2 24 75 B 3 3 6 75 B 3 2 3 2 10 63
22 R-22 3 2 3 2 4 4 31 77.5 B 3 4 3 2 2 3 3 2 22 68.8 B 4 3 7 87.5 SB 3 2 3 3 11 69
23 R-23 4 4 4 3 4 4 36 90 SB 3 3 3 3 4 3 3 2 24 75 B 2 4 6 75 B 3 3 4 3 13 81
23 R-23 4 4 4 3 4 4 36 90 SB 3 3 3 3 4 3 3 2 24 75 B 2 4 6 75 B 4 3 4 3 14 88
23 R-23 4 4 4 3 4 4 36 90 SB 3 3 3 3 4 3 3 2 24 75 B 2 4 6 75 B 3 3 4 3 13 81
26 R-26 4 3 3 3 4 4 35 87.5 SB 2 3 3 3 4 2 4 2 23 71.9 B 2 4 6 75 B 3 3 4 3 13 81
27 R-27 3 3 3 3 3 3 30 75 B 3 3 3 3 3 3 3 2 23 71.9 B 2 3 5 62.5 B 3 2 3 3 11 69
28 R-28 3 2 3 3 4 3 29 72.5 B 3 3 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 3 3 6 75 B 3 4 3 3 13 81
29 R-29 4 3 4 4 4 3 35 87.5 SB 4 4 3 3 4 2 4 3 27 84.4 SB 3 4 7 87.5 SB 3 2 4 2 11 69
30 R-30 4 2 2 2 3 3 28 70 B 4 3 3 3 4 2 4 2 25 78.1 B 3 2 5 62.5 B 4 3 3 2 12 75
31 R-31 3 3 2 2 3 4 30 75 B 4 4 3 3 3 2 4 2 25 78.1 B 3 3 6 75 B 3 3 3 3 12 75
32 R-32 3 3 2 2 2 3 28 70 B 2 4 3 3 3 2 3 1 21 65.6 B 3 3 6 75 B 3 3 3 3 12 75
33 R-33 3 2 3 3 4 3 29 72.5 B 3 3 3 3 3 2 4 3 24 75 B 3 2 5 62.5 B 3 2 4 2 11 69
34 R-34 3 2 2 3 3 2 26 65 B 3 3 3 3 3 3 4 2 24 75 B 4 3 7 87.5 SB 3 2 3 2 10 63
35 R-35 3 2 3 2 3 4 28 70 B 3 4 3 3 3 3 3 2 24 75 B 3 3 6 75 B 3 2 3 2 10 63
36 R-36 3 2 3 3 3 3 28 70 B 3 3 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 3 3 6 75 B 3 3 3 3 12 75
37 R-37 3 4 3 4 3 4 34 85 SB 4 4 2 3 3 3 4 3 26 81.3 SB 3 3 6 75 B 3 2 3 2 10 63
38 R-38 3 2 3 2 3 2 26 65 B 3 3 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 3 2 5 62.5 B 3 2 3 2 10 63
39 R-39 3 2 3 2 3 2 25 62.5 B 3 3 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 3 2 5 62.5 B 3 2 3 2 10 63
40 R-40 3 2 3 3 3 3 29 72.5 B 3 3 3 3 3 2 3 3 23 71.9 B 3 3 6 75 B 3 2 3 2 10 63
Jumlah 1179 73.7 B 933 72.9 B 237 74.1 B 448 70
131
No Kode
Resp
Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati
Kriteria Diagnosis
Skor % Kriteria Prognosis
Skor % Kriteria Tindak lanjut
Skor % Kriteria Komponen sekolah
Skor % Kriteria Fasilitas
Skor % Kriteria
52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65
1 R-1 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 4 3 3 10 83.3 SB 4 3 3 4 14 87.5 SB 4 3 2 3 12 75 B
2 R-2 CB 4 4 100 SB 4 3 7 87.5 SB 2 3 3 8 66.7 B 4 4 4 4 16 100 SB 4 3 2 4 13 81.3 SB
3 R-3 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 4 3 10 83.3 SB 3 3 3 3 12 75 B 3 3 2 3 11 68.8 B
4 R-4 B 3 3 75 B 3 2 5 62.5 B 2 3 2 7 58.3 CB 3 2 3 2 10 62.5 B 3 3 2 3 11 68.8 B
5 R-5 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 3 9 75 B 3 4 3 3 13 81.3 SB 3 3 2 3 11 68.8 B
6 R-6 SB 4 4 100 SB 4 3 7 87.5 SB 3 4 3 10 83.3 SB 4 3 3 3 13 81.3 SB 4 4 3 4 15 93.8 SB
7 R-7 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 3 9 75 B 3 4 3 3 13 81.3 SB 3 3 2 3 11 68.8 B
8 R-8 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 3 9 75 B 3 4 3 3 13 81.3 SB 3 3 2 3 11 68.8 B
9 R-9 B 3 3 75 B 2 3 5 62.5 B 3 4 2 9 75 B 4 2 2 3 11 68.8 B 3 3 3 3 12 75 B
10 R-10 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 3 9 75 B 3 2 3 2 10 62.5 B 3 3 2 3 11 68.8 B
11 R-11 B 2 2 50 CB 3 2 5 62.5 B 3 3 4 10 83.3 SB 3 3 3 3 12 75 B 3 3 3 4 13 81.3 SB
12 R-12 B 3 3 75 B 2 3 5 62.5 B 4 4 3 11 91.7 SB 4 3 2 3 12 75 B 3 3 3 3 12 75 B
13 R-13 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 2 8 66.7 B 3 3 3 3 12 75 B 3 3 3 3 12 75 B
14 R-14 B 4 4 100 SB 3 3 6 75 B 3 4 3 10 83.3 SB 4 3 3 3 13 81.3 SB 3 4 2 3 12 75 B
15 R-15 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 3 9 75 B 3 3 3 3 12 75 B 2 3 2 3 10 62.5 B
16 R-16 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 2 3 3 8 66.7 B 3 3 3 2 11 68.8 B 2 3 2 3 10 62.5 B
17 R-17 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 4 3 10 83.3 SB 3 3 3 3 12 75 B 3 3 2 3 11 68.8 B
18 R-18 B 4 4 100 SB 3 3 6 75 B 4 2 3 9 75 B 4 2 3 2 11 68.8 B 4 4 2 4 14 87.5 SB
19 R-19 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 3 9 75 B 3 3 3 3 12 75 B 2 3 3 2 10 62.5 B
20 R-20 B 4 4 100 SB 3 3 6 75 B 3 4 3 10 83.3 SB 4 3 4 2 13 81.3 SB 2 3 3 2 10 62.5 B
21 R-21 B 3 3 75 B 3 2 5 62.5 B 3 3 3 9 75 B 4 3 3 3 13 81.3 SB 3 3 2 3 11 68.8 B
22 R-22 B 3 3 75 B 3 2 5 62.5 B 3 3 3 9 75 B 3 3 4 2 12 75 B 2 3 3 2 10 62.5 B
23 R-23 SB 3 3 75 B 3 4 7 87.5 SB 4 4 3 11 91.7 SB 4 4 3 4 15 93.8 SB 4 4 3 4 15 93.8 SB
23 R-23 SB 3 3 75 B 3 4 7 87.5 SB 4 4 3 11 91.7 SB 4 4 3 4 15 93.8 SB 4 4 3 4 15 93.8 SB
23 R-23 SB 3 3 75 B 3 4 7 87.5 SB 4 4 3 11 91.7 SB 4 4 3 4 15 93.8 SB 4 4 3 4 15 93.8 SB
26 R-26 SB 3 3 75 B 3 3 6 75 B 4 4 3 11 91.7 SB 4 3 4 3 14 87.5 SB 2 4 3 4 13 81.3 SB
27 R-27 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 4 3 3 10 83.3 SB 4 3 3 4 14 87.5 SB 3 3 3 4 13 81.3 SB
28 R-28 SB 2 2 50 CB 3 2 5 62.5 B 3 3 3 9 75 B 4 2 3 4 13 81.3 SB 4 3 2 3 12 75 B
29 R-29 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 4 4 4 12 100 SB 3 2 4 3 12 75 B 1 3 2 1 7 43.8 CB
30 R-30 B 4 4 100 SB 3 3 6 75 B 2 3 2 7 58.3 CB 4 2 3 3 12 75 B 2 3 2 3 10 62.5 B
31 R-31 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 4 3 2 9 75 B 2 4 4 4 14 87.5 SB 2 3 2 3 10 62.5 B
32 R-32 B 3 3 75 B 3 4 7 87.5 SB 3 4 3 10 83.3 SB 4 3 3 4 14 87.5 SB 4 4 2 3 13 81.3 SB
33 R-33 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 2 4 3 9 75 B 3 3 3 3 12 75 B 3 3 2 3 11 68.8 B
34 R-34 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 2 4 3 9 75 B 4 3 4 3 14 87.5 SB 4 4 3 4 15 93.8 SB
35 R-35 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 2 3 3 8 66.7 B 3 3 3 3 12 75 B 3 3 3 3 12 75 B
36 R-36 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 3 9 75 B 3 3 3 3 12 75 B 3 3 2 3 11 68.8 B
37 R-37 B 3 3 75 B 2 3 5 62.5 B 3 3 3 9 75 B 4 3 3 4 14 87.5 SB 3 4 3 3 13 81.3 SB
38 R-38 B 3 3 75 B 3 2 5 62.5 B 2 3 3 8 66.7 B 3 3 3 4 13 81.3 SB 3 3 3 3 12 75 B
39 R-39 B 3 3 75 B 3 2 5 62.5 B 2 3 3 8 66.7 B 3 3 3 3 12 75 B 2 3 2 2 9 56.3 CB
40 R-40 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 3 9 75 B 3 3 3 3 12 75 B 1 3 2 2 8 50 CB
Jumlah B 124 77.5 B 236 73.8 B 372 77.5 B 509 79.5 B 467 73 B
132
No Kode
Resp
Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati
Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Analisis hasil evaluasi Tindak Lanjut Faktor Pendukung dan
Faktor Penghambat SKOR
TOTAL % Kriteria
Skor % Kriteria Skor % Kriteria Skor % Kriteria Skor % Kriteria Skor % Kriteria Skor % Kriteria
1 R-1 34 85 SB 108 77.1 B 19 79.2 B 9 75 B 10 83.3 SB 26 81.3 SB 206 79.23077 B
2 R-2 32 80 B 115 82.1 SB 15 62.5 B 11 91.7 SB 8 66.7 B 29 90.6 SB 210 80.76923 B
3 R-3 30 75 B 105 75 B 18 75 B 9 75 B 10 83.3 SB 23 71.9 B 195 75 B
4 R-4 28 70 B 89 63.6 B 15 62.5 B 8 66.7 B 7 58.3 CB 21 65.6 B 168 64.61538 B
5 R-5 29 72.5 B 102 72.9 B 17 70.8 B 9 75 B 9 75 B 24 75 B 190 73.07692 B
6 R-6 29 72.5 B 105 75 B 21 87.5 SB 11 91.7 SB 10 83.3 SB 28 87.5 SB 204 78.46154 B
7 R-7 26 65 B 97 69.3 B 16 66.7 B 9 75 B 9 75 B 24 75 B 181 69.61538 B
8 R-8 29 72.5 B 100 71.4 B 16 66.7 B 9 75 B 9 75 B 24 75 B 187 71.92308 B
9 R-9 32 80 B 107 76.4 B 17 70.8 B 8 66.7 B 9 75 B 23 71.9 B 196 75.38462 B
10 R-10 29 72.5 B 93 66.4 B 16 66.7 B 9 75 B 9 75 B 21 65.6 B 177 68.07692 B
11 R-11 29 72.5 B 98 70 B 17 70.8 B 7 58.3 CB 10 83.3 SB 25 78.1 B 186 71.53846 B
12 R-12 34 85 SB 111 79.3 B 17 70.8 B 8 66.7 B 11 91.7 SB 24 75 B 205 78.84615 B
13 R-13 26 65 B 95 67.9 B 16 66.7 B 9 75 B 8 66.7 B 24 75 B 178 68.46154 B
14 R-14 31 77.5 B 103 73.6 B 19 79.2 B 10 83.3 SB 10 83.3 SB 25 78.1 B 198 76.15385 B
15 R-15 33 82.5 SB 101 72.1 B 16 66.7 B 9 75 B 9 75 B 22 68.8 B 190 73.07692 B
16 R-16 32 80 B 99 70.7 B 16 66.7 B 9 75 B 8 66.7 B 21 65.6 B 185 71.15385 B
17 R-17 32 80 B 100 71.4 B 17 70.8 B 9 75 B 10 83.3 SB 23 71.9 B 191 73.46154 B
18 R-18 25 62.5 B 91 65 B 17 70.8 B 10 83.3 SB 9 75 B 25 78.1 B 177 68.07692 B
19 R-19 24 60 CB 91 65 B 15 62.5 B 9 75 B 9 75 B 22 68.8 B 170 65.38462 B
20 R-20 32 80 B 102 72.9 B 19 79.2 B 10 83.3 SB 10 83.3 SB 23 71.9 B 196 75.38462 B
21 R-21 28 70 B 99 70.7 B 16 66.7 B 8 66.7 B 9 75 B 24 75 B 184 70.76923 B
22 R-22 30 75 B 99 70.7 B 18 75 B 8 66.7 B 9 75 B 22 68.8 B 186 71.53846 B
23 R-23 33 82.5 SB 113 80.7 B 19 79.2 B 10 83.3 SB 11 91.7 SB 30 93.8 SB 216 83.07692 SB
24 R-24 33 82.5 SB 113 80.7 B 20 83.3 SB 10 83.3 SB 11 91.7 SB 30 93.8 SB 217 83.46154 SB
25 R-25 33 82.5 SB 113 80.7 B 19 79.2 B 10 83.3 SB 11 91.7 SB 30 93.8 SB 216 83.07692 SB
26 R-26 34 85 SB 109 77.9 B 19 79.2 B 9 75 B 11 91.7 SB 27 84.4 SB 209 80.38462 B
27 R-27 29 72.5 B 102 72.9 B 16 66.7 B 9 75 B 10 83.3 SB 27 84.4 SB 193 74.23077 B
28 R-28 29 72.5 B 98 70 B 19 79.2 B 7 58.3 CB 9 75 B 25 78.1 B 187 71.92308 B
29 R-29 21 52.5 CB 105 75 B 18 75 B 9 75 B 12 100 SB 19 59.4 CB 184 70.76923 B
30 R-30 29 72.5 B 103 73.6 B 17 70.8 B 10 83.3 SB 7 58.3 CB 22 68.8 B 188 72.30769 B
31 R-31 25 62.5 B 102 72.9 B 18 75 B 9 75 B 9 75 B 24 75 B 187 71.92308 B
32 R-32 30 75 B 95 67.9 B 18 75 B 10 83.3 SB 10 83.3 SB 27 84.4 SB 190 73.07692 B
33 R-33 34 85 SB 99 70.7 B 16 66.7 B 9 75 B 9 75 B 23 71.9 B 190 73.07692 B
34 R-34 32 80 B 98 70 B 17 70.8 B 9 75 B 9 75 B 29 90.6 SB 194 74.61538 B
35 R-35 29 72.5 B 98 70 B 16 66.7 B 9 75 B 8 66.7 B 24 75 B 184 70.76923 B
36 R-36 27 67.5 B 95 67.9 B 18 75 B 9 75 B 9 75 B 23 71.9 B 181 69.61538 B
37 R-37 34 85 SB 109 77.9 B 16 66.7 B 8 66.7 B 9 75 B 27 84.4 SB 203 78.07692 B
38 R-38 26 65 B 92 65.7 B 15 62.5 B 8 66.7 B 8 66.7 B 25 78.1 B 174 66.92308 B
39 R-39 25 62.5 B 90 64.3 B 15 62.5 B 8 66.7 B 8 66.7 B 21 65.6 B 167 64.23077 B
40 R-40 28 70 B 97 69.3 B 16 66.7 B 9 75 B 9 75 B 20 62.5 B 179 68.84615 B
Jumlah 1185 74.1 B 4041 72.2 B 685 71.4 B 360 75 B 372 77.5 B 976 76.3 B 7619 73.25962 B
133