162
IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE-KABUPATEN PATI SKRIPSI Disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Bimbingan dan Konseling Oleh Novi Nurfitasari 1301409021 JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2014

IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK

DI SMPN SE-KABUPATEN PATI

SKRIPSI

Disusun sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Bimbingan dan Konseling

Oleh

Novi Nurfitasari

1301409021

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2014

Page 2: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 3: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 4: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO:

“Cintailah dirimu seperti engkau mencintai pekerjaanmu dan bersungguh-sungguhlah karena ALLAH SWT akan senantiasa menunjukkan jalan-Nya”

PERSEMBAHAN:

Seiirng rasa syukur dan atas Ridho-Mu, skripsi ini kupersembahkan kepada:

Bapak dan Ibu yang senantiasa memberikan motivasi dan semangat serta perhatian yang untuk selalu berusaha dan tawakal.

Adikku Khoirul Fu’ad Yudha, yang selalu memberikan semangat

dan selalu berada disampingku Almamater

iv

Page 5: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kehadirat Allah SWT penulis panjatkan karena atas berkat

rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “

Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati”

dengan baik.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan

dan motivasi yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam

kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

2. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang, yang telah memberikan pembinaan dan motivasi dalam skripsi ini.

3. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd., Ketua Jurusan Bimbingan dan Konseling

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan motivasi, petunjuk dan

saran – saran kepada penulis.

4. Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons., Pembimbing I yang telah

banyak memberikan bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan.

5. Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd., Kons., Pembimbing II yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

6. Kepala Sekolah dan Konselor SMPN se-Kabupaten Pati yang telah membentu

memperlancar pelaksanaan penelitian.

v

Page 6: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan dorongan baik mental maupun

moral kepada penulis.

8. Semua pihak yang telah memberikan dukungan dan bantuannya sehingga

skripsi ini dapat selesai.

Semoga Allah SWT memberikan balasan rahmat sesuai dengan amal dan

kebaikan yang telah diberikan.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan

mahasiswa bimbingan dan konseling pada khususnya.

Semarang, Desember 2013

Penulis

vi

Page 7: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

ABSTRAK

Nurfitasari, Novi. 2013. Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN

se-Kabupaten Pati. Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri

Semarang. Dosen Pembimbing I Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons.

dan Pembimbing II Prof. Dr. DYP. Sugiharto, M.Pd., Kons..

Kata kunci: Implementasi, layanan konseling kelompok

Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas

penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau

masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk

pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang

dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Fenomena yang terjadi di

lapangan menunjukkan bahwa pelayanan konseling kelompok kurang optimal.

Perencanaan layanan layanan konseling kelompok kurang sesuai dengan standar

pelaksanaan layanan konseling kelompok, pembentukan kelompok yang tidak

sesuai dengan prosedur pembentukan kelompok, besarnya kelompok yang

melebihi batas maksimal pelaksanaan layanan konseling kelompok, peran

pemimpin kelompok yang kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban

profesionalnya, tahapan pelaksanaan terkadang melupakan tahap pembentukan

dan tahap peralihan, evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok

terkadang terlupakan oleh konselor. Tujuan penelitian untuk mendapatkan

informasi implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan

deskriptif. Populasi dalam penelitian adalah seluruh konselor di SMPN se-

Kabupaten Pati. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

metode purposive sampling. Penelitian mengambil sampel 40 dari keseluruhan

populasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Analisis

data menggunakan analisis deskriptif presentase.

Hasil analisis deskriptif presentase diperoleh data implementasi layanan

konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati termasuk dalam kategori baik

(73.3%). Pencapaian presentase pada sub variabel secara keseluruhan tergolong

baik yaitu Perencanaan (74.1%); Pelaksanaan (72.2%); Evaluasi (71.4%); Analisis

hasil evaluasi (75%); Tindak Lanjut (77.5%); Faktor Pendukung dan Faktor

Penghambat (76.3%).

Simpulan penelitian ini yakni konselor di SMPN se-Kabupaten Pati sudah

mengimplementasikan layanan konseling kelompok dengan kriteria baik. Adapun

saran yang diajukan kepada konselor untuk senantiasa meningkatkan kemampuan

professional khususnya dalam pelaksanaan dan evaluasi layanan konseling

kelompok dan kepada pihak sekolah untuk memfasilitasi dan mendorong guru BK

dalam mengikuti kegiatan-kegiatan ilmiah sehingga dapat meningkatkan kualitas

professional konselor dalam mengimplementasikan layanan konseling kelompok.

vii

Page 8: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

DAFTAR ISI

JUDUL .............................................................................................................. i

PENGESAHAN ............................................................................................... ii

PERNYATAAN ............................................................................................... iii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv

KATA PENGANTAR ...................................................................................... v

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI .................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ x

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 6

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Teoretis .................................................................................................. 7

1.4.2. Praktis .................................................................................................... 7

1.5 Garis Besar Sistematika Skripsi ................................................................... 8

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................... 10

2.2 Implementasi ................................................................................................ 12

2.2.1 Perencanaan ........................................................................................... 12

2.2.2 Pengorganisasian .................................................................................... 13

2.2.3 Pemimpin ............................................................................................... 13

2.2.4 Pengawasan ............................................................................................ 14

2.3 Layanan Konseling Kelompok ................................................................... 14

2.3.1 Pengertian Layanan Konseling Kelompok ............................................ 14

2.3.2 Tujuan Layanan Konseling Kelompok .................................................. 15

2.3.3 Etika dalam Layanan Konseling Kelompok ......................................... 17

2.3.4 Kelebihan Layanan Konseling Kelompok ............................................. 23

2.3.5 Pemimpin Kelompok ............................................................................. 25

2.3.5.1 Karakteristik Pemimpin Kelompok yang Efektif .................................... 25

2.3.5.2 Tugas Pemimpin Kelompok ................................................................... 27

2.3.5.3 Fungsi Pemimpin Kelompok ................................................................. 28

2.3.5.4 Ciri - Ciri Kepemimpinan Kelompok ..................................................... 29

2.3.6 Tahapan dalam Layanan Konseling Kelompok ..................................... 29

2.4 Implementasi Layanan Konseling Kelompok .............................................. 42

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................. 49

viii

Page 9: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

3.2 Variabel Penelitian… ................................................................................... 50

3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian .............................................................. 50

3.2.2 Definisi Operasional .............................................................................. 51

3.3 Populasi dan Sampel .................................................................................... 52

3.3.1 Populasi .................................................................................................. 52

3.3.2 Sampel .................................................................................................... 54

3.4 Prosedur Penyusunan Instrumen .................................................................. 55

3.5 Validitas dan Reliabilitas ............................................................................. 56

3.5.1 Validitas ................................................................................................. 56

3.5.2 Reliabilitas ............................................................................................. 57

3.6 Teknik Pengumpulan Data ........................................................................... 58

3.7 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ........................................................... 62

3.7.1 Hasil Uji Coba Validitas ........................................................................ 61

3.7.2 Hasil Uji Coba Reliabilitas .................................................................... 61

3.8 Teknik Analisis Data .................................................................................... 62

BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ............................................................................................ 65

41.1 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian Secara

Keseluruhan ........................................................................................... 65

41.2 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian pada

Sub Variabel ........................................................................................... 73

4.1.2.1 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel

Perencanaan Layanan Konseling Kelompok ......................................... 73

4.1.2.2 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel

Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok .......................................... 79

4.1.2.3 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel

Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ................................................ 83

4.1.2.4 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel

Analisis Hasil Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ........................ 86

4.1.2.5 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel

Tindak Lanjut Layanan Konseling Kelompok ....................................... 89

4.1.2.6 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung

dan Faktor Penghambat Layanan Konseling Kelompok ....................... 91

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ....................................................................... 93

4.3 Keterbatasan Peneliti ................................................................................. 100

BAB 5 PENUTUP

5.1 Simpulan ..................................................................................................... 102

5.2 Saran ........................................................................................................... 103

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 104

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... 106

ix

Page 10: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 SMPN se-Kabupaten Pati .................................................................. 53

Tabel 3.2 Sampel Penelitian di SMPN se-Kabupaten Pati ................................ 54

Tabel 3.3 Kategori Jawaban dan Cara Pemberian Skor Angket

Implementasi Layanan Konseling Kelompok .................................... 61

Tabel 3.4 Kriteria Implementasi Layanan Konseling Kelompok ...................... 64

Tabel 4.1 Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok

di SMPN se-Kabupaten Pati ............................................................. 66

Tabel 4.2 Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok

dengan Kriteria Cukup Baik dan Kurang Baik ................................. 68

Tabel 4.3 Presentase Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling

Kelompok .......................................................................................... 73

Tabel 4.4 Presentase Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling

Kelompok .......................................................................................... 79

Tabel 4.5 Presentase Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok ... 84

Tabel 4.6 Presentase Sub Variabel Analisis hasil Evaluasi Layanan

Konseling Kelompok ........................................................................ 87

Tabel 4.7 Presentase Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling

Kelompok .......................................................................................... 89

Tabel 4.8 Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor

Penghambat Layanan Konseling Kelompok ..................................... 91

x

Page 11: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 3.1 Bagan Prosedur Penyusunan Instrumen ........................................ 55

Gambar 4.1 Diagram Frekuensi Imlpementasi Layanan Konseling

Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati ....................................... 66

Gambar 4.2 Grafik Implementasi Layanan Konseling Kelompok

di SMPN se-Kabupaten Pati ......................................................... 67

Gambar 4.3 Grafik Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling

Kelompok ..................................................................................... 74

Gambar 4.4 Grafik Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling

Kelompok ..................................................................................... 79

Gambar 4.5 Grafik Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok .... 84

Gambar 4.6 Grafik Sub Variabel Analisis hasil Evaluasi Layanan

Konseling Kelompok ................................................................... 87

Gambar 4.7 Grafik e Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling

Kelompok ..................................................................................... 90

Gambar 4.8 Grafik Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor

Penghambat Layanan Konseling Kelompok ................................ 91

xi

Page 12: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1 Daftar konselor yang mengikuti try out ...................................... 106

Lampiran 2 Kisi – kisi dan angket implementasi layanan konseling

kelompok sebelum try out ............................................................ 107

Lampiran 3 Kisi – kisi dan angket implementasi layanan konseling

kelompok setelah try out .............................................................. 115

Lampiran 4 Hasil try out angket implementasi layanan konseling

kelompok ...................................................................................... 122

Lampiran 5 Perhitungan validitas angket implementasi layanan konseling

kelompok ...................................................................................... 126

Lampiran 6 Perhitungan reliabilitas angket implementasi layanan konseling

kelompok ...................................................................................... 127

Lampiran 7 Daftar konselor yang menjadi sampel penelitian ........................ 128

Lampiran 8 Analisis presentase implementasi layanan konseling

kelompok se-kabupaten Pati ....................................................... 129

Lampiran 9 Surat ijin penelitian dari Kantor Penelitian dan Pengembangan .. 134

Lampiran 10 Surat keterangan telah melakukan penelitian dari sekolah-

sekolah ......................................................................................... 135

xii

Page 13: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bimbingan dan konseling merupakan proses pemberian bantuan untuk

peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mampu mandiri dan

berkembang secara optimal dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi,

sosial, belajar dan karir melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung

berdasarkan norma yang berlaku.

Dalam pelayanan bimbingan dan konseling terdapat beberapa jenis

layanan, salah satunya adalah layanan konseling kelompok. Layanan konseling

kelompok merupakan upaya memberikan bantuan kepada individu dalam suasana

kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan dan diarahkan kepada

pemberian kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya

(Natawidjaya dalam Wibowo 2005: 32).

Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan

dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang bersifat pribadi dan

rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan pribadi,

pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing – masing

anggota kelompok. Sejumlah siswa yang tergabung dalam kelompok akan saling

memberikan bantuan secara psikologis.

Melalui layanan konseling kelompok, siswa akan mampu meningkatkan

1

Page 14: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

kemauan mengembangkan pribadi, mengatasi masalah – masalah pribadi, terampil

dalam mengambil alternatif dalam memecahkan masalah serta memberikan

kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan individu untuk melakukan

tindakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki secara maksimal. Tujuan yang

ingin dicapai dalam konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi,

pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing

anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan

cepat melalui bantuan anggota kelompok yang lain (Wibowo 2005: 20).

Konseling kelompok hanya dapat dilaksanakan oleh konselor sebagai

seorang profesional. Sebab untuk menjadi pemimpin kelompok haruslah seorang

yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan konseling profesional (Prayitno

2004: 4). Dalam konseling kelompok terdapat sosok seorang pemimpin kelompok

(konselor) yang sangat berperan atas keberhasilan layanan tersebut. Secara khusus

pemimpin kelompok diwajibkan untuk mampu menghidupkan dinamika

kelompok diantara anggota kelompok yang mampu mengarahkan tujuan umum

dan tujuan khusus yang hendak dicapai dalam layanan konseling kelompok.

Idealnya konselor mampu memberikan layanan konseling kelompok

secara optimal sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling kelompok

yang meliputi perencanaan, pembentukan kelompok, pemimpin kelompok,

pelaksanaan kegiatan, evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok.

Berdasarkan wawancara dan observasi di SMPN 1 Winong dan SMPN 2

Jakenan diperoleh informasi sebagai berikut : perencanaan layanan layanan

konseling kelompok kurang sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling

2

Page 15: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

kelompok, pembentukan kelompok yang tidak sesuai dengan prosedur

pembentukan kelompok, besarnya kelompok yang melebihi batas maksimal

pelaksanaan layanan konseling kelompok, peran pemimpin kelompok yang

kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban profesionalnya, tahapan pelaksanaan

layanan kelompok terkadang melupakan tahap pembentukan dan tahap peralihan,

evaluasi dan tindak lanjut layanan konseling kelompok terkadang terlupakan oleh

konselor sehingga layanan konseling kelompok kurang optimal.

Perencanaan layanan konseling kelompok yang kurang sesuai dengan

standar pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat dilihat dari sarana dan

prasarana serta janji kerahasiaan. Sarana dan prasarana untuk melaksanakan

layanan konseling kelompok kurang diperhatikan oleh konselor terutama dari

tempat pelaksanaan layanan konseling kelompok yang sebagian besar masih

menggunakan ruang kelas.

Mengikrarkan janji kerahasiaan merupakan hal yang sangat penting untuk

menjaga kerahasiaan dari masing – masing anggota kelompok yang sudah

menyampaikan masalah dan anggota kelompok yang masalahnya dibahas.

Konselor (pemimpin kelompok) terkadang mengabaikan janji kerahasiaan

tersebut karena sudah terbawa emosi dengan semangat anggota kelompok yang

bersedia menyampaikan masalah pribadinya untuk dibahas secara kelompok.

Proses pembentukan kelompok terkadang konselor (pemimpin kelompok)

kurang memenuhi syarat besarnya kelompok. Dalam perekrutan anggota

kelompok sebaiknya pemimpin kelompok hendaknya memberikan pengumuman

yang sederhana secara professional yang memberikan gambaran secara akurat

3

Page 16: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

tentang kelompok apa yang akan mereka masuki (Prayitno 1995: 32). Besarnya

kelompok sangat berpengaruh terhadap dinamika kelompok. Dinamika kelompok

merupakan suasana yang hidup, yang bergerak dan berkembang yang ditandai

dengan adanya interaksi antar sesama anggota kelompok.

Pelaksanaan layanan konseling kelompok yang melebihi batas maksimal

10 anggota kelompok ditemukan di sebagian besar SMPN. Di SMPN 1 Winong

dan SMPN 2 Jakenan, pelaksanaan layanan konseling kelompok lebih sering

dilaksanakan secara klasikal atas pertimbangan tidak ada kegiatan lain bagi siswa

yang tidak menjadi anggota kelompok dan keterbatasan pelaksanaan layanan

konseling kelompok pada jam pelajaran di kelas.

Dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan jumlah anggota

kelompok yang besarnya melebihi standar maksimal anggota kelompok sangat

mempengaruhi kerja dari kelompok tersebut. Anggota kelompok belum bisa

menjalankan perannya secara baik karena masih ada sebagian anggota kelompok

yang mendominasi sehingga tidak muncul dinamika kelompok.

Pelaksanaan layanan konseling kelompok sangat dipengaruhi oleh peranan

pemimpin kelompok atau konselor, dalam menjalankan peranannya sebagai

pemimpin kelompok kurang sesuai dengan tugas dan kewajiban profesionalnya

untuk melaksanakan layanan konseling kelompok. Pemimpin kelompok

hendaknya mampu menghidupkan dinamika kelompok yang kondusif dan mampu

mengarahkan kelompok untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai bersama.

Pada umumnya tiap layanan bimbingan dan konseling memiliki tahap-

tahap yang harus dijalankan, dalam layanan konseling kelompok terdapat

4

Page 17: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

beberapa tahapan antara lain tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap

pelaksanaan kegiatan dan tahap pengakhiran. Setiap tahapan dalam layanan

konseling kelompok sangat berpengaruh terhadap tahapan selanjutnya. Pemimpin

kelompok terkadang melupakan tahapan- tahapan dalam layanan konseling

kelompok terutama dalam tahap pembentukan dan tahap peralihan.

Selain itu ditemukan bahwa konselor terkadang melupakan evaluasi.

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan yang hendak dicapai

dalam kelompok dan memberikan umpan balik, apakah perlu mendapatkan

layanan konseling lanjutan atau tidak. Tidak adanya evaluasi dalam layanan

konseling kelompok sangat berpengaruh terhadap pemberian layanan selanjutnya,

karena dengan tidak adanya evaluasi maka tidak adapula tingkat ketercapaian

dalam mencapai tujuan kelompok dan tidak ada refleksi diri untuk konselor itu

sendiri serta tidak ada umpan balik untuk permasalahan anggota kelompok yang

dibahas dalam layanan konseling kelompok. Hal ini dapat menghambat

pertumbuhan dan perkembangan anggota kelompok yang masalahnya dibahas.

Permasalahan implementasi layanan konseling kelompok yang tidak

sesuai dengan standar pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat

mempengaruhi perkembangan layanan bimbingan dan konseling di sekolah yang

berdampak kurang baik karena tidak mendapatkan perhatian dan kepercayaan dari

siswa untuk terus memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

Berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan tersebut, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian yang berjudul “Implementasi Layanan Konseling

Kelompok di SMPN se – Kabupaten Pati”.

5

Page 18: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang muncul dalam penelitian ini

dapat dirumuskan masalah yaitu :

1. Bagaimana implementasi perencanaan layanan konseling kelompok di

SMPN se-Kabupaten Pati?

2. Bagaimana implementasi tahap - tahap layanan konseling kelompok di

SMPN se-Kabupaten Pati?

3. Bagaimana implementasi evaluasi layanan konseling kelompok di

SMPN se-Kabupaten Pati?

4. Bagaimana implementasi analisis hasil evaluasi layanan konseling

kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati?

5. Bagaimana implementasi tindak lanjut layanan konseling kelompok di

SMPN se-Kabupaten Pati?

6. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat layanan konseling

kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati?

1.3 Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini tujuan yang hendak dicapai adalah untuk memperoleh

data empiris tentang :

1. Perencanaan layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten

Pati.

2. Tahap-tahap layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.

3. Evaluasi layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.

6

Page 19: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

4. Analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok di SMPN se-

Kabupaten Pati.

5. Tindak lanjut layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten

Pati.

6. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam memberikan layanan

konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoretis

Diharapkan penelitian ini mampu memberikan sumbangan ilmu

pengetahuan dalam bidang pendidikan khususnya Bimbingan dan Konseling yaitu

implementasi layanan konseling kelompok.

1.4.2 Praktis

1. Konselor

Bagi konselor sekolah bermanfaat sebagai evaluasi diri terhadap kinerja

dalam memberikan layanan konseling kelompok dan mampu meningkatkan

kinerja konselor sekolah terutama kompetensi professional konselor sehingga

mampu memberikan layanan konseling kelompok di sekolah secara optimal.

2. Kepala Sekolah

Bagi kepala sekolah bermanfaat untuk meningkatkan kualitas kompetensi

sebagai kepala sekolah dalam memfasilitasi konselor dan pelayanan konseling

kelompok.

7

Page 20: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

3. Penulis

Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti untuk menambah khazanah

ilmu pengetahuan terutama dalam layanan konseling kelompok.

1.5 Garis Besar Sistematika Skripsi

Pada bagian skripsi terdapat lima bab yang terdiri dari pendahuluan,

tinjauan pustaka, metode penelitian, hasil penelitian dan pembahasannya serta

penutup.

Bab I Pendahuluan, berisi tentang tentang latar belakang masalah terkait

dengan fenomena yang terjadi pada objek penelitian, permasalahan yang ada,

tujuan diadakannya penelitian, manfaat yang diharapkan dari penelitian ini dan

garis besar sistematika skripsi.

BAB II Tinjauan Pustaka, dalam bab ini diuraikan tentang layanan

konseling kelompok yang meliputi(1) Implementasi, (2) Pengertian layanan

konseling kelompok, (3) Tujuan layanan konseling kelompok, (4) Etika dalam

layanan konseling kelompok, (5) Kelebihan layanan konseling kelompok, (6)

Pemimpin kelompok, (7) Tahapan dalam layanan konseling kelompok, (8)

Implementasi layanan konseling kelompok di sekolah.

Bab III Metode penelitian, Pada bab ini dijelaskan metode penelitian

antara lain meliputi: jenis penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel

serta teknik pengambilan sampel, prosedur penyusunan instrumen, validitas dan

reliabilitas, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

8

Page 21: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, bab ini berisi tentang hasil

penelitian, pembahasan, dan keterbatasan peneliti.

Bab V Penutup, dalam bab ini memuat penyajian simpulan dan penyajian

saran atas dasar temuan dan hasil penelitian.

9

Page 22: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang penelitian terdahulu sebelum membahas

lebih jauh tinjauan pustaka yang melandasi penelitian implementasi layanan

konseling kelompok di SMPN yang meliputi antara lain (1) Implementasi, (2)

Pengertian layanan konseling kelompok, (3) Tujuan layanan konseling kelompok,

(4) Etika dalam layanan konseling kelompok, (5) Kelebihan layanan konseling

kelompok, (6) Pemimpin kelompok, (7) Tahapan dalam layanan konseling

kelompok, (8) Implementasi layanan konseling kelompok di sekolah.

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan penelitian yang telah dilakukan

sebelumnya oleh peneliti dengan mendapatkan hasil yang empiris. Tujuannya

adalah sebagai bahan masukan bagi pemula dan untuk membandingkan antara

penelitian yang satu dengan penelitian yang lain. Dalam penelitian terdahulu akan

diuraikan pokok bahasan sebagai berikut :

Fatmawati, Dwi Arti (2010) tentang studi pelaksanaan layanan konseling

kelompok berdasarkan pendekatan sistem di SMP Negeri se-Kecamatan

Kalimanah Kabupaten Purbalingga dengan hasil penelitian yang menunjukkan

bahwa pelaksanaan layanan konseling kelompok pada sistem input tidak berjalan

secara berkesinambungan, untuk komponen proses tidak memenuhi aspek yang

10

Page 23: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

seharusnya ada dalam proses konseling kelompok, untuk output tidak memberikan

hasil pada siswa, sedangkan untuk komponen balikan tidak memberikan evaluasi

dan monitoring yang mendalam untuk seperangkat sistem dalam layanan

konseling kelompok. Berdasarkan hasil penelitian tersebut disimpulkan bahwa

pelaksanaan layanan konseling kelompok di SMP Negeri se-kecamatan

Kalimanah kabupaten Purbalingga tidak berjalan sesuai dengan layanan konseling

kelompok sebagai suatu sistem yang menjadi satu kesatuan yang

berkesinambungan untuk memperoleh keberhasilan dalam pelaksanaan konseling

kelompok secara optimal

Santoso, Eko (2012) tentang studi deskriptif pelaksanaan layanan

bimbingan dan konseling di SMA Negeri se-Kabupaten Batang dengan hasil

penelitian yang menunjukkan bahwa pelaksanaan layanan bimbingan dan

konseling di SMA Negeri se-Kabupaten Batang sudah terlaksana dengan baik

sesuai dengan operasionalisasi tahap pelaksanaan layanan dengan menunjukkan

hasil pelaksanaan layanan konseling kelompok memperoleh presentase 62%

dengan kategori baik.

Sutrisno (2012) tenatang evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan

konseling di SMA Negeri se-Kabupaten Pemalang dengan hasil penelitian yang

menunjukkan bahwa pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang

dilaksanakan di SMA Negeri di Kabupaten Pemalang secara umum sudah berjalan

dengan baik, lancar dan kondusif. Hal ini ditunjukkan dengan presentase rata –

rata pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di SMA

Negeri di Kabupaten Pemalang dalam kategori tinggi.

11

Page 24: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Dari berbagai penjelasan diatas merupakan suatu langkah awal untuk

diadakannya suatu penelitian tentang Implementasi Layanan Konseling Kelompok

di SMPN se-Kabupaten Pati.

2.2 Implementasi

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,

atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga berdampak, baik berupa

perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap (Mulyasa 2006:

93). Dalam proses penerapan terdapat suatu manajemen, manajemen sendiri

merupakan suatu proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan

mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspek agar tujuan organisasi dapat

tercapai secara efektif dan efisien (Fattah 2013: 1).

2.2.1 Perencanaan

Perencanaan merupakan suatu proses penentuan tujuan atau sasaran yang

hendak dicapai dan menetapakan jalan dan sumber yang diperlukan untuk

mencapai tujuan seefisien dan seefektif mungkin (Roger A. Kauffman dalam

Fattah 2013: 49). Perencanaan yang matang maka akan tujuan yang hendak

dicapai akan tercapai secara optimal. Dalam merencanakan program bimbingan

dan konseling, seorang konselor hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai

berikut (Sugiyo 2011: 36) :

a) Analisis kebutuhan/permasalahan siswa

b) Penentuan tujuan yang ingin dicapai

c) Analisis situasi dan kondisi sekolah

d) Penentuan jenis kegiatan yang akan dilakukan

e) Penentuan teknik dan strategi kegiatan

f) Penentuan personel-personel yang akan melaksanakan

12

Page 25: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

g) Perkiraan biaya dan fasilitas yang digunakan

h) Mengantisipasi kemungkinan hambatan dalam pelaksanaan

kegiatan bimbingan konseling

i) Waktu dan tempat artinya kapan kegiatan dilakukan dan

dimana kegiatan itu dilakukan

2.2.2 Pengorganisasian

Pengorganisasian merupakan suatu proses membagi kerja ke dalam tugas-

tugas yang lebih kecil, membebankan tugas-tugas kepada orang yang sesuai

dengan kemampuan, mengalokasikan sumber daya serta mengkoordinasikan

dalam rangka efektifitas pencapaian tujuan (Fattah 2013: 71). Dalam organisasi

dibentuk kelompok-kelompok dengan tujuan untuk mempermudah pencapaian

tujuan. Efektifitas suatu kelompok sangat bergantung pada individu dalam

kelompok tersebut.

2.2.3 Pemimpin

Pada hakikatnya pemimpin adalah seseorang yang mempunyai

kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain dalam kerjanya dengan

menggunakan kekuasaan. Menurut H. Jodeph Reitz (dalam Fattah 2013: 98)

terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas pemimpin, antara lain:

a. Kepribadian, pengalaman, masa lalu, dan harapan

b. Harapan dan perilaku atasan

c. Karakteristik, harapan, dan perilaku bawaan

d. Kebutuhan tugas

e. Iklim dan kebijakan organisasi

f. Harapan dan perilaku rekan

13

Page 26: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

2.2.4 Pengawasan

Menurut Mudick (dalam Fattah 2013: 101) pengawasan adalah suatu

proses dasar yang secara esensial tetap diperlukan bagaimanapun rumit dan

luasnya suatu organisasi. Proses pengawasan terdiri dari tiga tahap antara lain

(Fattah 2013: 101): (1) menetapkan standar pelaksanaan, (2) pengukuran

pelaksanaan pekerjaan dibandingkan dengan standar dan (3) menentukan

kesenjangan antara pelaksanaan dengan standar dan rencana.

2.3 Layanan Konseling Kelompok

2.3.1 Pengertian Layanan Konseling Kelompok

Konseling kelompok dikenal sebagai kelompok pemecahan masalah

antarpribadi untuk memecahkan masalah kehidupan yang umum melalui

dukungan antarpribadi dan pemecahan masalah (Gladding, Samuel T. 2012: 304).

Konseling kelompok merupakan proses interpersonal yang dinamis yang berpusat

pada kesadaran berpikir dan tingkah laku, melibatkan fungsi terapeutis,

berorientasi pada kenyataan, ada rasa saling percaya, mempercayai, ada

pengertian, penerimaan dan bantuan (Wibowo 2005: 18). Menurut Winkel, W.S.

dan M.M. Sri Hastuti (2007: 589), konseling kelompok merupakan wawancara

konseling antara konselor professional dengan beberapa orang sekaligus yang

tergabung dalam suatu kelompok kecil.

Gibson, Robert L dan Marianne H. Mitchell (2011: 275) mengemukakan

bahwa konseling kelompok mengacu pada penyesuaian rutin atau pengalaman

perkembangan dalam lingkup kelompok yang difokuskan untuk membantu

14

Page 27: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

konseli mengatasi problem mereka lewat penyesuaian diri dan perkembangan

kepribadian sehari – hari. Menurut Natawidjaya, konseling kelompok merupakan

upaya memberikan bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang

bersifat pencegahan dan penyembuhan dan diarahkan kepada pemberian

kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya (dalam Wibowo

2005: 32). Prayitno dan Erman Amti (2004: 311) mengemukakan bahwa

konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang

dilaksanakan dalam suasana kelompok.

Dari beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok

merupakan suatu proses pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan

topik atau masalah yang bersifat pribadi dan rahasia yang bertujuan untuk

pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang

dialami oleh masing – masing anggota kelompok.

2.3.2 Tujuan Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok bertujuan untuk membantu peserta

mengembangkan kemampuan yang sudah dimiliki dalam pemecahan masalah

antarpribadi sehingga peserta lebih mampu mengatasi masalah pribadinya di

kemudian hari (Gladding, Samuel T. 2012: 304). Prayitno mengemukakan bahwa

tujuan layanan konseling kelompok hampir sama dengan tujuan layanan

bimbingan kelompok yaitu ada tujuan umum dan ada tujuan khusus (2004: 2).

a. Tujuan umum

Tujuan umum dalam layanan konseling kelompok adalah berkembangnya

kemampuan sosialisasi siswa.

15

Page 28: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

b. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dalam layanan konseling kelompok adalah fokus

pada permasalahan pribadi anggota. Layanan konseling kelompok yang intensif

dalam upaya pemecahan masalah, anggota kelompok memperoleh dua tujuan

sekaligus yaitu :

1. Berkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan dan sikap

terarah kepada tingkah laku khususnya dalam bersosialisasi.

2. Terpecahkan masalah anggota kelompok yang masalahnya dibahas dan

bagi anggota kelompok yang memperoleh dampak positif dari

pemecahan masalah tersebut.

Menurut Gazda (dalam Wibowo 2005: 33) mengemukaan bahwa layanan

konseling kelompok dapat membantu individu dalam menyelesaikan tugas – tugas

perkembangan dalam tujug bidang antara lain psikososial, vokasional, kognitif,

fisik, seksual, moral dan afektif. Sedangkan Mahler ( dalam Wibowo 2005: 35)

mengemukakan tujuan konseling kelompok erat kaitannya dengan sejumlah

kemampuan yang dikembangkan yaitu :

1. Pemahaman tentang diri yang mendukung penerimaan diri dan

perasaan diri yang berharga.

2. Hubungan social khususnya hubungan antarpribadi serta menjadi

efektif untuk situasi – situasi sosial.

3. Pengambilan keputusan dan pengarahan diri.

4. Sensitivitas terhadap kebutuhan orang lain dan empati.

5. Perumusan komitmen dan upaya mewujudkannya.

16

Page 29: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui layanan konseling kelompok

dalam penelitian ini adalah memperoleh data empiris tentang implementasi

layanan konseling kelompok di SMPN.

2.3.3 Etika dalam Layanan Konseling Kelompok

“Etika kerja kelompok adalah etika – etika yang disetujui yang konsisten

dengan komitmen etika dalam arti yang lebih luas (politik, moral dan agama)

yang dianggap masuk akal dan yang bisa diterapkan oleh klien maupun pihak

pemberi bimbingan” (Wibowo 2005: 341). Etika dalam kelompok bersifat

fleksibel yang artinya bisa berubah sesuai dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Menurut Wibowo (2005: 342) etika dalam konseling

kelompok meliputi :

1) Kepemimpinan kelompok

a. Pemimpin Kelompok

Dalam memimpin suatu kelompok terdapat beberapa petunjuk yang dapat

membantu efektivitas kerja pemimpin kelompok dalam layanan konseling

kelompok, antara lain :

a) Pemimpin kelompok memiliki kode etik standar pelaksanaan layanan

konseling kelompok.

b) Pemimpin kelompok pernah mengikuti pelatihan kepemimpinan.

c) Pemimpin kelompok memiliki data keefektivan pelaksanaan layanan

konseling kelompok yang dilihat dari data sebelum diberikan layanan

konseling kelompok dengan data sesudah diberikan layanan konseling

kelompok.

17

Page 30: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

d) Pemimpin kelompok memiliki model secara konseptual untuk

melakukan perubahan tingkah laku.

e) Pemimpin kelompok memiliki sertifikat, surat ijin dan bukti yang

dapat diterima secara umum terkait dengan layanan konseling

kelompok.

f) Pemimpin kelompok yang tidak memiliki surat mandat kerja

melaksanakan tugas dibawah pengawasan (supervisi) seseorang yang

berkualitas dalam layanan konseling kelompok.

g) Pemimpin kelompok mengikuti pelatihan – pelatihan , lokakarya dan

sebagainya untuk meningkatkan keterampilan dan keahlian serta

mendapatkan evaluasi tentang keterampilan dan kerja.

h) Pemimpin kelompok memiliki serangkaian aturan dasar yang jelas

dalam melaksanakan layanan konseling kelompok.

i) Pemimpin kelompok sudah paham tentang undang – undang dan

hukum – hukum yang mengatur kerahasiaan.

j) Pemimpin kelompok bersikap adil dengan tidak memihak salah satu

anggota kelompok.

k) Pemimpin kelompok paham dengan jelas hak – hak dan kewajiban

anggota kelompok

l) Pemimpin kelompok menggali informasi terkait harapan dari masing –

masing anggota kelompok dan keiikutsertaan serta kerahasiaan dalam

kelompok.

18

Page 31: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

m) Pemimpin kelompok mengidentifikasi dan memberikan intervensi

dengan jelas sesuai dengan permasalahan.

b. Rekrutmen peserta kelompok

Berikut petunjuk rekrutmen peserta kelompok dengan latar belakang

institusi yang bersifat tidak begitu eksplisit :

a) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tujuan kelompok, jangka

dan panjang waktu serta jumlah peserta.

b) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tentang kualifikasi

pemimpin kelompok.

c) Pengumuman meliputi pernyataan eksplisit tentang honor pemimpin

dengan rician jasa kerja

d) Anggota kelompok dipaksa untuk masuk dalam suatu kelompok.

e) Pernyataan ketidakpuasan seharusnya tidak dibuat karena tidak dapat

dibuktikan secara ilmiah.

c. Penyaringan peserta kelompok

Prosedur penyaringan peserta kelompok dilakukan untuk menyeleksi calon

anggota kelompok, berikut petunjuk penyaringan peserta kelompok :

a) Calon anggota kelompok dihargai atas kemampuannya dan anggota

kelompok yang tidak potensial dalam kelompok lebih baik tidak

dimasukkan ke dalam kelompok tetapi dibentuk kelompok tersendiri.

b) Calon anggota kelompok diinformasikan bahwa keiikutsertaanya

bersifat sukarela.

19

Page 32: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

c) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang harapan, resiko dan

teknik yang digunakan pemimpin kelompok.

d) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa ada kebebasan untuk

keluar dari kelompok.

e) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa ada kebebasan untuk

menolak saran dari pemimpin dan anggota kelompok.

f) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa kerahasian merupakan

bagian dari syarat keanggotaan atau tidak.

g) Calon anggota kelompok diberitahukan secara jelas tentang hal – hal

apa yang pemimpin kelompok nyatakan sebagai hal yang tidak rahasia.

h) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang penelitian ang

dilakukan terhadap kelompok tersebut.

i) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang adanya perekaman.

j) Calon anggota kelompok seharusnya disangsikan untuk menentukan

apakah dalam perlakuan yang sama atau tidak.

k) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa pemimpin kelompok

dapat memindahkan anggota kelompok yang dianggap mengganggu ke

dalam kelompok yang lain.

l) Calon anggota kelompok diberitahukan bahwa pengelompokan

menyesuaikan dengan keadaan Calon anggota kelompok.

m) Calon anggota kelompok diberitahukan tentang kapan anggota

kelompok harus berkonsentrasi penuh untuk mencapai tujuan yang

diharapkan, mengenali resiko dan batasan – batasan.

20

Page 33: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

n) Kelompok dengan anggota yang belum dewasa memerlukan perhatian

yang khusus dan perlunya peranan orang tua.

2) Kerahasiaan

Kerahasiaan sebagai syarat pengembangan kepercayaan, kohesi dan kerja

produktif dalam konseling kelompok, berikut beberapa petunjuk umum tentang

kerahasiaan :

a. Pemimpin kelompok mampu menahan diri dan membuka data anggota

kelompok hanya dal kelompok tersebut.

b. Data yang diperoleh dari anggota kelompok untuk tujuan penelitian

harus mendapatkan ijin tertulis dari anggota kelompok.

c. Pemimpin kelompok menyamarkan semua data yang

mengidentifikasikan anggota kelompok .

d. Pemimpin kelompok secara berkala mengingatkan anggota kelompok

tentang pentingnya kerahasiaan .

e. Pemimpin kelompok menjelaskan batasan – batasan hukum

kerahasiaan pemimpin dan anggota kelompok.

f. Pemimpin kelompok bertanggungjawab penuh terhadap rekaman data.

g. Pemimpin kelompok memastikan anggota kelompok telah membuat

catatan secara tertulis dan prosedur apa yang digunakan konseli untuk

membuat catatan.

h. Catatan tidak disebarluaskan tanpa pemberitahuan dan ijin konseli.

i. Penyimpanan data dengan menggunakan teknologi misalnya

penggunaan komputer harus dijaga benar kerahasiaannya.

21

Page 34: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

j. Tidak memberikan informasi lengkap.

k. Pastikan untuk merusak atau menghapus auditape atau videotape.

l. Pemimpin kelompok memahami tingkat kerahasiaan yang dijanjikan

pada anak yang belum menginjak dewasa.

3) Penghentian dan tindak lanjut

Pentunjuk – petunjuk untuk penghentian dan tindak lanjut adalah sebgai

berikut :

a. Pemimpin kelompok merencanakan upaya tindak lanjut bagi kelompok

jangka pendek yang terbatas waktu.

b. Pemimpin kelompok mengetahui dan memiliki komitmen dari seorang

professional untuk mengarahkan anggota kelompok.

c. Anggota kelompok diberitahukan tentang narasumber yang

berkompeten sehingga mereka bisa datang kembali apabila mereka

membutuhkan bantuan.

4) Kelompok tanpa pemimpin

Liberman, Yalom, dan Miles (dalam Wibowo 2005:348) menyebutkan

bahwa kelompok tanpa pemimpin bisa efektif.

5) Prosedur umum untuk menangani tindakan yang tercela, yang tidak

sesuai dengan kode etik

Kode etik merupakan standar etika yang mengatur para professional untuk

mengetahui tanggungjawab etikanya dan menjalankan dengan baik. Secara umum,

seorang profesioanl menganggap konseli sebagai orang yang tidak bermasalah

dalam jangka waktu tertentu dan memberitahukan secara perlahan atas tindakan

22

Page 35: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

yang dianggap tidak etis dan diminta untuk memperbaikinya.

2.3.4 Kelebihan Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok merupakan suatu proses pemberian bantuan

yang sedang berkembang dan memiliki kelebihan – kelebihan yang tidak dimiliki

oleh layanan lain. Berikut beberapa kelebihan layanan konseling kelompok

menurut Wibowo (2005: 41) :

1) Konseling kelompok memiliki waktu yang realtif singkat untuk

memenuhi kebutuhan siswa dalam suasana kelompok yang berkaitan

dengan pencegahan, pengembangan pribadi dan pengentasan masalah.

2) Konseling kelompok merupakan mikrokosmik social yang artinya jika

seseorang mampu menunjukkan perubahan dalam kelompok maka

diharapkan dapat berubah pula di masyarakat, dalam suasana

kelompok dimanfaatkan untuk latihan pembentukan perilaku baru.

3) Konseling kelompok memungkinkan anggota kelompok

berkomunikasi aktif dengan anggota kelompok lainnya, dimana

anggota kelompok dapat mengekspresikan perasaan, memberikan

perhatian, berbagi pengalaman dan belajar untuk meningkatkan

kepercayaan diri.

4) Konseling kelompok memberikan kesempatan bagi anggota kelompok

untuk mempelajari keterampilan sosial, dimana anggota kelompok

akan meniru anggota kelompok yang lain yang sudah terampil, dapat

belajar memberikan umpan balik dan belajar memimpin kelompok.

23

Page 36: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

5) Konseling kelompok memberikan kesempatan untuk saling memberi

bantuan dan berempati dalam kelompok. Hal ini akan menumbuhkan

harga diri, keyakinan diri dan suasana positif dalam kelompok.

6) Dengan konseling kelompok mampu menumbuhkan motivasi dan

interaksi antar anggota kelompok.

7) Setiap usaha untuk mengubah perilaku manusia di luar lingkungan

dimana individu bekerja dan hidup sangat tergantung pada efektifitas

tingkat transfer pelatihan yaitu perilaku – perilaku baru, pemahaman

dan sikap yang baru ditransfer secara sukses dari setting konseling

kelompok.

8) Konseling kelompok sebagai miniature situasi social yang tidak hanya

mempelajari perilaku – perilaku baru tetapi bisa mencoba.

9) Dengan konseling kelompok individu – individu mencapai tujuannya

dan hubungan antar individu yang produktif dan inovatif (McClure

1990 dalam Wibowo 2005: 43).

10) Konseling kelompok lebih sesuai untuk siswa yang membutuhkan

belajar lebih memahami orang lain dan lebih menghargai kepribadian

orang lain, bertukar pikiran dan berbagi perasaan dengan orang lain.

11) Dalam konseling kelompok interaksi antar anggota kelompok

merupakan ciri khas dalam konseling kelompok.

12) Konseling kelompok merupakan daerah awal untuk anggota kelompok

memasuki konseling individual.

Kekuatan dalam konseling kelompok salah satunya adalah konseling

24

Page 37: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

kelompok memungkinkan anggota kelompok berkomunikasi aktif dengan anggota

kelompok lainnya mengenai segala kebutuhan yang terfokus pada pengembangan

diri, pencegahan, pengentasan masalah yang dialami oleh setiap anggota

kelompok sehingga mampu melatih anggota kelompok untuk dapat

mengekspresikan perasaan dan saling terbuka, memberikan perhatian, berbagi

pengalaman, belajar untuk meningkatkan kepercayaan diri dengan

mengungkapkan saran, ide maupun kritikan gunan membantu memecahkan

masalah yang sedang dihadapi oleh anggota kelompok

2.3.5 Pemimpin Kelompok

2.3.5.1 Karakteristik Pemimpin Kelompok yang Efektif

Pemimpin kelompok (PK) merupakan konselor yang terdidik, terlatih dan

berwenang untuk menyelenggarakan praktik konseling secara professional

(Prayitno 2004: 4). Dalam konseling kelompok, konselor bertindak sebagai

pemimpin kelompok yang tidak terlalu aktif hanya memberikan pengarahan

dalam pemecahan masalah yang sedang dialami oleh salah satu anggota

kelompok. Kemudian muncul komunikasi antar pribadi diantara anggota

kelompok serta menggali lebih dalam pribadi dari masing – masing anggota

kelompok. Pemimpin kelompok dilihat sebagai pribadi dan sebagai professional

dalam kelompok (Corey dalam Wibowo 2005: 110).

1. Kepribadian dan karakter

Corey (dalam Wibowo 2005: 118) mengemukakan bahwa ciri – ciri

pribadi sangat berhubungan dengan kepemimpinan kelompok yang efektif :

kehadiran, kekuatan pribadi, keberanian, kemauan untuk mengkonfrontasi diri

25

Page 38: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

sendiri, kesadaran diri, kesungguhan atau ketulusan, keaslian, mengerti identitas,

keyakinan atau kepercayaan dalam proses kelompok, kegairahan (antusiasme),

daya cipta dan kreativitas, daya tahan (stamina).

2. Pemimpin sebagai seorang professional

Syarat pemimpin kelompok akan dilihat dari keterampilan dalam

memimpin kelompok, dengan keterampilan akan terlihat keefektifannya sebagai

pemimpin, gaya kepemimpinan dan peranannya sebagai pemimpin kelompok.

Keterampilan dasar dalam konseling antara lain : aktif mendengar, refleksi,

menguraikan dan menjelaskan pertanyaan, meringkas, penjelasan singkat dan

pemberian informasi, mendorong dan mendukung, pengaturan nada suara,

pemberian model dan menyingkap diri, penggunaan mata (Wibowo 2005: 123).

Adapun karakteristik pemimpin kelompok dalam menjalankan tugas dan

kewajiban professional sebagai pemimpin kelompok, antara lain (Prayitno 2004:

5):

1. Mampu membentuk dan mengarahkan kelompok sehingga muncul

dinamika kelompok dengan interaksi antar anggota kelompok.

2. Berwawasan luas sehingga mampu menjembatani bahasan dalam

aktifitas kelompok.

3. Memiliki kemampuan hubungan antarpersonal.

Empat karakteristik pemimpin kelompok yang efektif menurut Yalom

(dalam Gladding, Samuel T. 2012:317), yaitu : (1) Perhatian, semakin banyak

perhatian semakin baik kelompok yang dipimpinnya; (2) Hubungan yang

bermakna termasuk penjelasan, klarifikasi dan memberikan kerangka kerja

26

Page 39: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

kognitif untuk perubahan perilaku; (3) Rangsangan emosional yang meliputi

aktifitas, tantangan, pengambilan resiko dan pengungkapan diri; (4) Fungsi

eksekutif meliputi pengembangan norma – norma, struktur dan prosedur.

Pemimpin kelompok mampu menempatkan diri antara dua kutup, antara

rangsangan emosional dan fungsi eksekutif sehingga dapat membantu

perkembangan optimal anggota kelompok. Pemimpin kelompok yang efektif

adalah pemimpin yang mampu memahami kekuatan kelompok, mengambil

langkah – langkah untuk mengelola kelompok dengan baik atas bantuan anggota

kelompok (Kottler dalam Gladding, Samuel T. 2012:318).

2.3.5.2 Tugas Pemimpin Kelompok

Pemimpin kelompok memiliki beberapa tugas dalam memimpin

kelompok, berikut tugas – tugas pemimpin kelompok menurut Yalom (dalam

Wibowo 2005: 107):

1. Membuat dan mempertahankan kelompok

Kelompok dibentuk melaui seleksi yang dilakukan oleh pemimpin

kelompok untuk menentukan anggota kelompok, setelah kelompok terbentuk

pemimpin kelompok harus memperhatikan hal – hal yang mempengaruhi

kohesivitas kelompok. Pemimpin kelompok harus mampu menciptakan sistem

social dan mampu mengambil keputusan yang tepat dalam kelompok.

2. Membentuk budaya dalam kelompok

Pemimpin kelompok memiliki tugas untuk membawa kelompok dari satu

faktor kuratif ke faktor kuratif yang lainnya melalui pembentukan budaya

kelompok.

27

Page 40: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

3. Membentuk norma – norma dalam kelompok

Norma – norma dalam kelompok dibentuk berdasarkan harapan – harapan

anggota kelompok. Pemimpin kelompok menjadi pusat perhatian dari anggota

kelompok yang mengharapkan adanya pengarahan.

2.3.5.3 Fungsi Pemimpin Kelompok

Menurut Bates (dalam Wibowo 2005: 154) mengemukakan bahwa ada

empat fungsi utama pemimpin kelompok, antara lain:

1. Sebagai pengatur lalu lintas

Pemimpin kelompok harus mampu mengatur jalannya konseling

kelompok, misalnya dalam memberikan kesempatan kepada anggota kelompok

untuk mengungkapkan pendapatnya.

2. Sebagai model perilaku yang sesuai

Pemimpin kelompok mampu menjadi teladan atau contoh perilaku yang

sesuai dengan norma – norma kehidupan bagi anggota kelompok yang

dipimpinnya sehingga tujuan dalam konseling kelompok dapat tercapai.

3. Sebagai katalisator interaksi

Pemimpin kelompok mampu menumbuhkan suasana dinamika kelompok

sehingga terjadi interaksi saling membantu untuk memecahkan masalah anggota

kelompok yang masalahnya dibahas.

4. Sebagai fasilitator komunikasi

Pemimpin kelompok mampu merangkum kembali pendapat dari masing –

masing anggota kelompok sehingga muncul pemahaman yang sama dalam

membantu mengentaskan masalah.

28

Page 41: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

2.3.5.4 Ciri-Ciri Kepemimpinan Kelompok

Ciri – ciri kepemimpinan kelompok sangat berpengaruh terhadap

kehidupan kelompok (Prayitno 1995: 37) :

1. Tut Wuri Handayani

Pemimpin kelompok bersifat tut wuri handayani adalah mengikuti

kegiatan dengan cermat, ikut serta dalam suasana kelompok dan memberikan

bantuan secara tepat sehingga tujuan konseling kelompok dalam mengentaskan

masalah anggota kelompok dapat optimal.

2. Mengayomi vs mengawasi

Mengayomi bukan berarti pemimpin berada diatas anggota kelompok

melainkan mengutamakan kepentingan anggota kelompok. Pemimpin kelompok

mampu masuk dalam suasana kelompok dan menjadi bagian dari kelompok serta

mampu menerima segala hal yang disampaikan oleh anggota kelompok.

3. Pemimpin kelompok sebagai tokoh

Pemimpin kelompok sangat berpengaruh terhadap proses, kegiatan,

suasana dan keberhasilan kelompok, sebagai pemimpin kelompok harus mampu

menjadi contoh yang baik bagi anggota kelompok.

2.3.6 Tahapan dalam Layanan Konseling Kelompok

Setiap layanan dalam bimbingan dan konseling terdapat tahap – tahap

yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai. Dalam layanan

konseling kelompok ada empat tahapan, yaitu:

a. Tahap Permulaan (Beginning Stage)

Pada tahap ini, pemimpin kelompok mempersiapkan upaya untuk

29

Page 42: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

menumbuhkan minat bagi terbentuknya kelompok yang meliputi pemberian

penjelasan tentang adanya layanan konseling kelompok bagi anggota kelompok,

penjelasan pengertian, tujuan dan kegunaan konseling kelompok (Wibowo 2005:

86). Dalam tahap pengenalan ini, umumnya para anggota saling memperkenalkan

diri. Pemimpin kelompok melakukan kesepakatan waktu, seberapa lama konseling

kelompok akan dilaksanakan sesuai dengan kesepakatan bersama.

Menurut Corey (dalam Wibowo 2005: 86), terdapat beberapa hal penting

yang perlu dibahas konselor untuk mempersiapkan anggota kelompok memasuki

kelompok, antara lain :

(1) Pernyataan yang jelas tentang tujuan kelompok

(2) Deskripsi tentang bentuk kelompok, prosedur dan peraturan

– peraturan mainnya

(3) Kecocokan proses kelompok dengan kebutuhan peserta

(4) Kesempatan mencari informasi tentang kelompok yang

akan dimasuki, mengajukan pertanyaan dan menjajagi hal

hal yangmenarik dalam kegiatan kelompok itu

(5) Pernyataan yang menjelaskan pendidikan, latihan, dan

kualifikasi pemimpin kelompok

(6) Informasi biaya yang harus ditanggung peserta dan apakah

biaya itu mencakup kegiatan lanjut, disamping juga

informasi tentang besarnya kelompok, banyaknya

pertemuan, lama pertemuan, arah pertemuan, serta teknik –

teknik yang digunakan

(7) Informasi tentang resiko psikologis dalam kegiatan

kelompok itu

(8) Pengetahuan tentang keterbatasan kerahasiaan dalam

kelompok yaitu pengetahuan tentang keadaan dimana

kerahasiaan itu harus dilanggar karena kepentingan

bersama dan karena alasan hokum, etis dan professional

(9) Penjelasan tentang layanan yang dapat diberikan dalam

kegiatan kelompok itu

(10) Bantuan dari pimpinan kelompok dalam mengembangkan

tujuan – tujuan pribadi peserta

(11) Pemahaman yang jelas mengenai pembagian

tanggungjawab antara pemimpin kelompok dan peserta dan

(12) Diskusi mengenai hak dan kewajiban anggota kelompok.

30

Page 43: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Setelah pembentukan, pemimpin kelompok melakukan hal – hal sebagai

berikut (Wibowo 2005: 88) :

1. Perkenalan

Hal pertama yang perlu dilakukan oleh pemimpin kelompok adalah

memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada anggota kelompok kemudian

pemimpin kelompok meminta masing – masing anggota kelompok untuk

memperkenalkan diri. Jika masing – masing anggota kelompok sudah saling

mengenal, pemimpin kelompok perlu meningkatkan kualitas hubungan antar

anggota kelompok sehingga muncul sikap saling percaya, saling menghargai,

saling menghormati, saling menghargai, saling mengerti dan rasa kebersamaan

dalam kelompok.

2. Pelibatan Diri

Pemimpin kelompok memunculkan dirinya sebagai seorang pemimpin

dalam kelompok yang mengandung penghormatan kepada anggota kelompok,

ketulusan hati, kehangatan dan empati. Pemimpin kelompok mampu

memunculkan keterlibatan anggota kelompok dalam suasana kelompok yang

diharapkan dan mampu mebangkitkan minat, kebutuhan dan rasa berkepentingan

anggota kelompok dalam mengikuti kegiatan kelompok.

3. Agenda

Setelah anggota kelompok mampu memasuki suasana kelompok,

pemimpin kelompok memberikan kesempatan pada anggota kelompok untuk

menentukan agenda. Agenda adalah tujuan yang hendak dicapai dalam kelompok.

Agenda dapat dibagi menjadi dua yaitu agenda jangka panjang dan agenda jangka

31

Page 44: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

pendek, aagenda jangka panjang yaitu tujuan yang hendak dicapai anggota

kelompok setelah kelompo selesai. Agenda jangka pendek yaitu agenda untuk

pertemuan hari itu juga.

4. Norma Kelompok

Norma kelompok pertama kali yang sangat penting adalah kerahasiaan.

Rochman Natawidjaya (dalam Wibowo 2005:89) mengemukakan bahwa

kerahasian merupakan persoalan pokok yang paling penting dalam konseling

kelompok. Selain itu kehadiran dan absensi merupakan hal yang sangat penting,

diharapkan setiap anggota kelompok memberikan informasi atas

ketidakhadirannya dalam kelompok.

5. Penggalian Ide dan Perasaan

Dalam pertemuan ini perlu digali lebih dalam terkait ide – ide dan

perasaan yang muncul sehingga perasaan yang mengganjal dapat terungkap

sebelum dilanjutkan pada tahap berikutnya. Pertemuan awal dapat digunakan

sebagai prediksi tentang komitmen dari masing – masing anggota kelompok.

b. Tahap Transisi (Transition Stage)

Tahap peralihan disebut juga tahap transisi (Transition Stage). Tahap

peralihan diawali dengan masa badai , dimana anggota kelompok bersaing dengan

yang lain untuk mendapatkan tempat dalam kelompok. Masa badai merupakan

masa munculnya suatu konflik dari ketegangan primer ke ketegangan sekunder

(Wibowo 2005: 90) Dalam tahap ini, terjadi awal pembentukan suatu hubungan

sosial yang dicirikan dengan adanya tanggapan yang negatif dan kritikan dari

anggota baik terhadap semua anggota maupun terhadap pemimpin kelompok.

32

Page 45: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Di tahap ini dimungkinkan anggota kelompok akan menolak untuk

mengekspresikan perasaan negatifnya karena belum terjadi saling hubungan satu

sama lain dan mungkin juga membentuk suatu kelompok lain yang disebut sub-

kelompok. Hal ini terjadi karena adanya reaksi negatif sehingga angota membuat

kesepakatan di luar kelompok dan mereka akan pasif dalam pertemuan kelompok

yang sedang di bangun. Tugas konselor atau pemimpin kelompok adalah

membentu anggota kelompok mengenal dan mengatasi halangan, kegelisahan,

keengganan, sikap mempertahankan diri dan tidak sabar (Gladding dalam

Wibowo 2005: 94).

Masa ini merupakan masa produktif bagi anggota kelompok untuk

memperbaiki sosialisasinya di masa lalu yang tidak produktif, membuat

pengalaman – pengalaman yang baru dan menetapkan tempatnya dalam kelompok

(Wibowo 2005:94). Dalam hal ini sangat diperlukan kepekaan pemimpin

kelompok untuk mengelola kelompok dan mengenali suasana kelompok, misalnya

kepekaan waktu dalam memberikan intervensi yang disertai dengan adanya

pengamatan yang akurat.

c. Tahap Kegiatan (Working Stage)

Wibowo (2005: 94) mengemukakan bahwa tahap kegiatan merupakan

tahap kehidupan konseling kelompok yang sebenarnya yaitu ketika anggota

kelompok memusatkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai dengan

mempelajari materi baru, berdiskusi berbagai topik, menyelesaikan tugas dan

mempraktekan perilaku baru. Anggota kelompk belajar hal – hal yang baru,

melakukan diskusi tentang berbagai topik atau saling berbagi pengalaman dan

33

Page 46: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

mengungkapkan diri serta masalah pribadinya. Kelompok benar – benar diarahkan

untuk pencapaian tujuan yaitu memecahkan masalah anggota kelompok yang

masalahnya dibahas.

Hal yang menjadi perhatian khusus dalam konseling kelompok adalah sifat

isi dari pembicaraan. Sebagaimana dalam konseling perorangan, konseling

kelompok menghendaki agar anggota kelompok mampu mengungkapkan

keadaan diri masing – masing secara terbuka. Sikap pemimpin kelompok dan

anggota kelompok serta suasana kelompok harus sejalan dengan asas kerahasiaan,

sehingga muncul kepercayaan bagi anggota kelompok untuk mengungkapkan hal

apa yang menjadi masalah dalam dirinya dan sedang dialami sekarang.

Santoso (2004: 5) mengemukakan bahwa dinamika kelompok adalah suatu

kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan

psikologis secara jelas antara anggota yang satu dengan yang lainnya. Dinamika

kelompok bermanfaat untuk mencapai tujuan konseling kelompok, dengan

dinamika kelompok mampu menciptakan hubungan interpersonal antar anggota

kelompok. Dinamika kelompok pada dasarnya sebagai upaya untuk meningkatkan

efisiensi dan efektivitas hubungan antar anggota kelompok untuk mencapai tujuan

kelompok (Wibowo 2005: 62).

Faktor – faktor dalam dinamika kelompok yang erat kaitannya dengan

konseling kelompok yaitu (Wibowo 2005: 65) :

a) Pembinaan harapan

Pembinaan harapan dalam konseling kelompok sangat penting untuk

menumbuhkan kepercayaan anggota kelompok. Semakin tinggi harapan dan

34

Page 47: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

kepercayaan akan keberhasilan maka akan semakin tinggi pula perubahan yang

akan terjadi, dalam hal ini perubahan yang positif.

b) Universalitas

Kesamaan masalah dan penerimaan yang penuh dari seluruh anggota

kelompok disertai dengan penerimaan secara emosional disebut universalitas.

Perasaan senasib yang dialami akan menumbuhkan rasa satu dan akan

meningkatkan kepercayaan terhadap kelompok.

c) Pemberian informasi

Pemberian informasi dalam kelompok bersifat dikdaktis yang dapat

diberikan oleh professional maupun anggota kelompok. Instruksi didaktis dapat

digunakan untuk emberikan informasi, menyusun kelompok, dan membentuk

norma.

d) Altruisme

Altruisme adalah rasa ingin membantu. Altruisme mendorong individu

untuk lebih menghargai dirinya sendiri dan bermanfaat untuk orang lain. Dalam

konseling kelompok hubungan antar anggota kelompok akan menimbulkan rasa

untuk saling membantu.

e) Pengulangan korektif keluarga awal

Konseling kelompok yang dalam akan menumbuhkan rasa persaudaraan

antar anggota kelompok sehingga menimbulkan susunan keluarga asal, dengan

susunan keluarga asal memberikan kesempatan bagi anggota kelompok untuk

mengulang konflik.

35

Page 48: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

d. Tahap Pengakhiran (Termination Stage)

Kegiatan dalam suatu kelompok tidak dapat berlangsung terus-menerus

tanpa berhenti. Setelah tahap ketiga di mana kegiatan kelompok memuncak,

kegiatan kelompok tersebut kemudian menurun, dan selanjutnya kelompok

mengakhiri kegiatannya pada saat yang dianggap tepat. Secara umum dikatakan

bahwa pengakhiran kegiatan konseling kelompok tepat dilakukan pada saat tujuan

individual anggota kelompok dan tujuan kelompok telah dicapai dan perilaku baru

dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari – hari diluar kelompok (Wibowo

2005: 99).

Peranan pemimpin kelompok di sini adalah memberikan penguatan

(reinforcement) terhadap hasil-hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu,

khususnya terhadap keikutsertaan secara aktif para anggota dan hasil-hasil yang

telah dicapai oleh masing-masing anggota kelompok. Terkadang dalam suatu

kelompok tertentu ada anggota kelompok yang keluar atau berhenti mengikuti

kegiatan kelompok sebelum kelompok tersebut secara keseluruhan menghentikan

kegiatan. Anggota-anggota yang berhenti sebelum waktunya, dapat menghentikan

berhasilnya kelompok. Dalam hal ini, pemimpin kelompok perlu memiliki

pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali (sejak awal) anggota-anggota

yang nantinya akan berhenti sebelum waktunya.

Pemimpin kelompok memberikan penguatan (reinforcement) terhadap

hasil – hasil yang telah dicapai oleh anggota kelompok khususny keikutsertaan

secara aktif anggota kelompok dan hasil – hasil yang telah dicapai masing –

masing anggota kelompok. Dapat dikatakan bahwa pemimpin kelompok dituntut

36

Page 49: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

agar menjadikan kelompoknya lebih menarik dan lebih bermanfaat bagi anggota

kelompok. Pada akhir kegiatan hendaknya para anggota kelompok merasa telah

memetik suatu hasil yang cukup berharga dari kegiatan kelompok tersebut.

Sedangkan menurut Winkel (2006: 614) mengemukakan bahwa ada lima

fase dalam layanan konseling kelompok, antara lain : (1) Pembukaan, dalam

kegiatan pembukaan ini adalah membangun hubungan pribadi konselor dengan

anggota kelompok; (2) Penjelasan masalah, dalam kegiatan ini pemimpin

kelompok menerima ungkapan masing – masing anggota kelompok, menunjukkan

penghayatan dan membantu mengungkapkan diri secara memadai; (3) Penggalian

latar belakang masalah, dalam kegiatan ini pemimpin kelompok membantu

mengungkakan latar belakang masalah yang dihadapi anggota kelompok; (4)

Penyelesaian masalah,dalam kegiatan ini pemimpin kelompok membantu anggota

kelompok dalam menentukan cara penyesuaian yang tepat; (5) Penutup, dalam

kegiatan ini pemimpin kelompok mengakhiri proses layanan konseling kelompok.

Tahap tahap pelaksanaan layanan konseling kelompok diatas didukung

oleh Prayitno (1995: 40) yang mengemukakan bahwa tahap layanan konseling

kelompok sebagai berikut :

a. Tahap awal (Pembentukan)

Dalam tahap awal ini, umumnya para anggota saling memperkenalkan

diri, melakukan orientasi dan penggalian meliputi penentuan struktur kelompok,

pengenalan dan penggalian harapan. Pemimpin kelompok melakukan kesepakatan

waktu, seberapa lama konseling kelompok akan dilaksanakan sesuai dengan

kesepakatan bersama. Peranan pemimpin kelompok pada tahap awal yaitu : (1)

37

Page 50: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Menampilakan diri secara utuh dan terbuka; (2) Menampilkan penghormatan

kepada orang lain , hangat, tulus, bersedia membantu dan penuh empati; (3)

Bertindak sebagai contoh.

Rekrutmen anggota kelompok dilakukan dengan pengumpulan individu

berdasarkan (Prayitno 2004: 16) :

1) Satu kelas dibagi ke dalam beberapa kelompok.

2) Kelas – kelas yang berbeda dijadikan satu kelompok.

3) Lokasi dan kondisi yang berbeda dikumpulkan menjadi satu kelompok.

b. Tahap kedua (Peralihan)

Dalam tahap ini, terjadi awal pembentukan suatu hubungan sosial yang

dicirikan dengan adanya tanggapan yang negatif dan kritikan dari anggota baik

terhadap semua anggota maupun terhadap pemimpin kelompok. Di tahap ini

dimungkinkan anggota kelompok akan menolak untuk mengekspresikan perasaan

negatifnya karena belum terjadi saling hubungan satu sama lain dan mungkin juga

membentuk suatu kelompok lain yang disebut sub-kelompok. Hal ini terjadi

karena adanya reaksi negatif sehingga angota membuat kesepakatan di luar

kelompok dan mereka akan pasif dalam pertemuan kelompok yang sedang di

bangun.

Peranan pemimpin kelompok pada tahap ini yaitu : (1) Menerima suasana

yang ada secara sabar dan terbuka; (2) Tidak mempergunakan cara – cara yang

bersifat langsung atau mengambil alih kekuasaannya; (3) Mendorong dibahasnya

suasana perasaan; (4) Membuka diri sebagai contoh dan empati.

38

Page 51: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

c. Tahap ketiga (Kegiatan)

Tahap ketiga merupakan tahap kegiatan atau ini dalam kegiatan layanan

konseling kelompok sehingga aspek isi yang menjadi pengiringnya cukup banyak.

Hal yang menjadi perhatian khusus dalam konseling kelompok adalah sifat isi dari

pembicaraan. Sebagaimana dalam konseling perorangan, konseling kelompok

menghendaki agar anggota kelompok mampu mengungkapkan keadaan diri

masing – masing secara terbuka. Sikap pemimpin kelompok dan anggota

kelompok serta suasana kelompok harus sejalan dengan asas kerahasiaan,

sehingga muncul kepercayaan bagi anggota kelompok untuk mengungkapkan hal

apa yang menjadi masalah dalam dirinya dan sedang dialami sekarang.

Anggota kelompok berperan aktif dalam proses konseling dalam

menyampaikan pendapatnya tentang solusi suatu masalah yang dibahas dalam

kelompok. Prayitno (1995: 32) menyebutkan bahwa ada beberapa peranan

anggota kelompok dalam menumbuhkan dinamika kelompok, antara lain :

1) Membantu terbinanya suasana keakraban dalam kelompok antar

anggota kelompok.

2) Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan

kelompok.

3) Berusaha agar yang dilakukannya untuk mencapai tujuan bersama.

4) Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhinya

dengan baik.

5) Benar – benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh

kegiatan kelompok.

39

Page 52: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

6) Mampu berkomunikasi secara terbuka.

7) Berusaha membantu anggota kelompok lain untuk mengentaskan

masalah yang sedang dihadapi.

8) Memberi kesempatan kepada anggota kelompok untuk

mengungkapkan pendapat.

9) Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu.

Peranan pemimpin kelompok pada tahap ini yaitu : (1) Sebagai pengatur

lalu lintas atas jalannya kegiatan secara sabar dan terbuka; (2) Aktif tetapi tidak

banyak cerita; (3) Memberikan dorongan serta penguatan dengan penuh empati.

d. Tahap keempat (Pengakhiran)

Kegiatan dalam suatu kelompok tidak dapat berlangsung terus-menerus

tanpa berhenti. Setelah tahap ketiga di mana kegiatan kelompok memuncak,

kegiatan kelompok tersebut kemudian menurun, dan selanjutnya kelompok

mengakhiri kegiatannya pada saat yang dianggap tepat. Peranan pemimpin

kelompok di sini adalah memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil-

hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu, khususnya terhadap keikutsertaan

secara aktif para anggota dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh masing-masing

anggota kelompok.

Terkadang dalam suatu kelompok tertentu ada anggota kelompok yang

keluar atau berhenti mengikuti kegiatan kelompok sebelum kelompok tersebut

secara keseluruhan menghentikan kegiatan. Anggota-anggota yang berhenti

sebelum waktunya, dapat menghentikan berhasilnya kelompok. Dalam hal ini,

pemimpin kelompok perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam

40

Page 53: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

mengenali (sejak awal) anggota-anggota yang nantinya akan berhenti sebelum

waktunya.

Pemimpin kelompok memberikan penguatan (reinforcement) terhadap

hasil – hasil yang telah dicapai oleh anggota kelompok khususnya keikutsertaan

secara aktif anggota kelompok dan hasil – hasil yang telah dicapai masing –

masing anggota kelompok. Dapat dikatakan bahwa pemimpin kelompok dituntut

agar menjadikan kelompoknya lebih menarik dan lebih bermanfaat bagi anggota

kelompok. Pada akhir kegiatan hendaknya para anggota kelompok merasa telah

memetik suatu hasil yang cukup berharga dari kegiatan kelompok tersebut.

Dari beberapa pendapat tentang tahapan dalam proses layanan konseling

kelompok dapat disimpulkan bahwa tahapan dalam layanan konseling kelompok

adalah sebagai berikut : (a) Tahap permulaan, tahap ini merupakan tahap

pengenalan , perlibatan diri atau memasukkan diri dalam suasana kelompok; (b)

Tahap transisi, dalam tahap ini pemimpin kelompok dituntut untuk memunculkan

dinamika kelompok yaitu menumbuhkembangkan hubungan antar anggota

kelompok; (3) Tahap kegiatan, tahap ini merupakan tahap inti dari proses kegiatan

layanan konseling kelompok yaitu mengentasakan permasalahan anggota

kelompok yang masalahnya dibahas; (4) Tahap pengakhiran, dalam tahap ini

pemimpin kelompok mengakhiri kegiatan konseling kelompok yang diawali

dengan pengungkapan pesan dan kesan dari tiap anggota kelompok selama

kegiatan berlangsung.

41

Page 54: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

2.4 Implementasi Layanan Konseling Kelompok di Sekolah

Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas

penerapan pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau

masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk

pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang

dialami oleh masing – masing anggota kelompok. Dalam Persiapan dan

pelaksanaan layanan konseling kelompok terdapat beberapa hal yang perlu

diperhatikan dan dipersiapkan meliputi perencanaan kegiatan, pelaksanaan

kegiatan meliputi (a) persiapan pelaksanaan; (b) pelaksanaan tahap kegiatan,

evaluasi kegiatan, analisis dan tindak lanjut (Prayitno 1995: 76).

(1) Perencanaan

Layanan konseling kelompok dapat terlaksana berdasarkan tahap

perencanaan yang matang. Perencanaan kegiatan layanan konseling

kelompok,meliputi :

a. Materi layanan

Materi layanan dalam layanan konseling kelompok menyesuaikan dengan

permasalahan anggota kelompok.

b. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok

Hal – hal yang sudah menjadi fokus utama dalam proses pemberian

layanan dan menyesuaikan dengan kebutuhan serta permasalahan dari anggota

kelompok yang masalahnya sedang dibahas.

c. Sasaran kegiatan yaitu kelompok yang dimaksud

Pengelompokan peserta menyesuaikan dengan kebutuhan dan masalah.

42

Page 55: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan dinamika kelompok dan komunikasi yang

efektif dalam kelompok.

d. Bahan atau sumber tertentu yang dipersiapkan oleh konselor

Materi layanan adalah suatu bahan pemberian layanan yang diambil dari

sumber – sumber yang dapat dipercaya, misalnya dari buku – buku yang

merupakan hasil dari penelitian.

e. Rencana penilaian

Perencanaan penilaian dilakukan dengan melihat aspek – aspek

pelaksanaan layanan konseling kelompok, misal dari keaktifan anggota kelompok,

dinamika kelompok yang muncul, dll.

f. Waktu dan tempat

Perencanaan waktu dan tempat harus dipersiapkan dengan baik, untuk

waktu pelaksanaan disesuaikan dengan kondisi konselor dan peserta atas

kesepakan bersama sedangkan untuk tempat layanan konseling kelompok

disediakan ruangan khusus yang kedap suara sehingga permasalahan yang sedang

dibahas dalam kelompok tidak terdengar dari luar.

(2) Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan meliputi persiapan pelaksanaan dan pelaksanaan

tahapan kegiatan layanan konseling kelompok.

a. Persiapan pelaksanaan

Persiapan pelaksanaan layanan konseling kelompok meliputi :

a) Persiapan Menyeluruh

1. Persiapan fisik meliputi tempat dan kelengkapan sarana dan prasarana

43

Page 56: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Persiapan fisik dilakukan untuk menyiapkan hal – hal yang menjadi

kelengkapan layanan konseling kelompok, seperti halnya penataan tata ruang

untuk layanan konseling kelompok.

2. Persiapan bahan atau sumber bahan tertentu

Persiapan bahan pemberian layanan konseling kelompok menyesuaikan

dengan kebutuhan dan permasalahan peserta.

3. Persiapan keterampilan

Persiapan keterampilan dilakukan untuk memberikan tanggapan yang

tepat dalam proses pemberian layanan konseling kelompok.

4. Persiapan administrasi meliputi daftar hadir, janji kerahasiaan,dll.

Persiapan administrasi sangat diperlukan untuk kelangsungan proses

pemberian layanan sehingga dapat berjalan dengan lancar dan efektif

b) Persiapan keterampilan

Persiapan dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok diharapkan

konselor mampu menerapkan teknik sebagai berikut :

1. Teknik umum :

1) “Tiga M” yaitu mendengarkan dengan baik, memahami secara utuh

dan memberikan respon secara tepat dan positif

2) Dorongan minimal

3) Penguatan

4) keruntutan

2. Keterampilan memberikan tanggapan :

1) Mengenal perasaan peserta

44

Page 57: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Konselor dituntut untuk mampu mengenali keadaan seluruh peserta

sehingga proses layanan konseling kelompok tidak hanya terfokus pada satu

peserta.

2) Mengungkapkan perasaan sendiri

Konselor mampu menyampaikan pendapat dengan jelas dan bisa dipahami

oleh seluruh peserta sehingga proses pemberian layanan dapat berjalan dengan

efektif.

3) Merefleksikan

Konselor mampu merasakan permasalahan yang sedang dibahas dalam

kelompok dan mampu membawa diri seperti masalah yang sedang dibahas.

3. Keterampilan memberikan pengarahan :

1) Memberikan informasi

2) Memberikan nasehat

3) Bertanya secara langsung dan terbuka

4) Memperngaruhi dan mengajak

5) Menggunakan contoh pribadi

6) Memberikan penafsiran

7) Mengkonfrontasikan

8) Mengupas masalah

9) Menyimpulkan

c) Asas Kerahasiaan

Segala sesuatu yang dibicarakan oleh anggota kelompok tidak boleh

disampaikan pada orang lain terlebih hal atau kepentingan yang tidak boleh atau

45

Page 58: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

tidak layak diketahui orang lain. Asas kerahasiaan merupakan kunci dalam

konseling kelompok agar pemimpin kelompok mendapat kepercayaan dari

anggota kelompok.

b. Pelaksanaan tahapan kegiatan

Pelaksanaan tahapan dalam layanan konseling kelompok adalah sebagai

berikut : (a) Tahap permulaan, tahap ini merupakan tahap pengenalan , perlibatan

diri atau memasukkan diri dalam suasana kelompok; (b) Tahap transisi, dalam

tahap ini pemimpin kelompok dituntut untuk memunculkan dinamika kelompok

yaitu menumbuhkembangkan hubungan antar anggota kelompok; (3) Tahap

kegiatan, tahap ini merupakan tahap inti dari proses kegiatan layanan konseling

kelompok yaitu mengentasakan permasalahan anggota kelompok yang

masalahnya dibahas; (4) Tahap pengakhiran, dalam tahap ini pemimpin kelompok

mengakhiri kegiatan konseling kelompok yang diawali dengan pengungkapan

pesan dan kesan dari tiap anggota kelompok selama kegiatan berlangsung.

(3) Evaluasi

Evaluasi atau penilaian layanan konseling kelompok dapat diarahkan

secara khusus pada anggota kelompok yang masalah yang dibahas. Penilaian

dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan, secara tertulis dapat dilakukan baik

menggunakan essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana sedangkan secara

lisan dapat dilakukan dengan anggota kelompok diminta untuk mengungkapkan

secara langsung hal-hal yang paling berharga atau kurang disenangi selama

kegiatan berlangsung.

46

Page 59: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Penilaian terhadap layanan konseling kelompok lebih bersifat penilaian

dalam proses yang dapat dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai

berikut:

1. Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan

berlangsung.

2. Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas.

3. Mengungkapkan manfaat layanan dan hasil dari keikutsertaan dalam

kelompok.

4. Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kegiatan lanjutan.

5. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana pelaksanaan kegiatan.

(4) Analisis

Dari hasil evaluasi atau penilaian perlu dilakukan analisis lebih mendalam

untuk mengetahui kemajuan anggota kelompok dan pelaksanaan kegiatan layanan

konseling kelompok. Konselor sebagai pemimpin kelompok perlu meninjau

kembali secara cermat tentang jalannya dinamika kelompok, peranan dan aktivitas

sebagai peserta, homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok, kedalam dan

keluasan pembahasan, kemungkian keterlaksanaan alternatif pemecahan masalah

yang muncul dalam kelompok, dampak pemakaian teknik oleh pemimpin

kelompok dan keyakinan pemakaian teknik baru, masalah waktu, tempat, bahan

acuan, narasumber dan sebagainya.

(5) Tindak Lanjut

Tindak lanjut mengikuti arah dan hasil analisis, tindak lanjut dapat

dilakukan melalui konseling kelompok lanjutan atau bentuk layanan lainnya.

47

Page 60: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Tindak lanjut yang berupa kegiatan layanan atau lainnya memerlukan

perencanaan dan persiapan tersendiri dengan mengikutsertakan secara aktif

anggota kelompok yang bersangkutan dan sumber-sumber lain yang diperlukan.

48

Page 61: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

BAB 3

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan langkah yang harus ditempuh dalam suatu

penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian

yang dilakukan yaitu dengan menggunakan teknik apa dan prosedurnya

bagaimana suatu penelitian itu dilakukan. Peneliti harus memahami dan

menguasai metode penelitian agar hasil dari penelitian tidak diragukan. Hal

terpenting yang perlu diperhatikan bagi peneliti adalah penggunaan metode yang

sesuai dengan obyek penelitian dan tujuan yang ingin dicapai agar penelitian

dapat berjalan dengan baik dan sistematis. Metode penelitian yang digunakan

harus tepat sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam metode penelitian ditetapkan langkah – langkah untuk

mengumpulkan data yang diperlukan untuk menganalisis data dan menyimpulkan.

Langkah – langkah yang digunakan adalah menetukan jenis penelitian,

menetapkan variabel yang akan diteliti, menentukan populasi dan sampel yang

akan digunakan, menentukan metode dan alat pengumpul data, perhitungan

validitas dan reliabilitas serta teknik analisis data. Langkah – langkah tersebut

akan diuraikan sebagai berikut :

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini berjudul “Implementasi Layanan Konseling Kelompok di

49

Page 62: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

SMPN se – Kabupaten Pati”. Berdasarkan judul tersebut, penelitian ini termasuk

penelitian deskriptif karena penelitian ini menggambarkan kenyataan atau

kejadian sebagaimana di lapangan. Penelitian deskriptif merupakan penelitian

yang menggambarkan, menjelaskan, atau meringkaskan, berbagai kondisi, situasi,

fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat alamiah maupun rekayasa

manusia (Sukmadinata 2009: 72).

Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk kuantitatif deskriptif

untuk memberikan gambaran tentang hasil penelitian yang diperoleh. Jenis

penelitian deskriptif pada penelitian ini berdasarkan pertimbangan tujuan

penelitian yaitu ingin mendapatkan data empiris tentang Implementasi Layanan

Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati.

3.2 Variabel Penelitian

3.2.1 Identifikasi Variabel Penelitian

Sutrisno Hadi (dalam Arikunto 2010: 159) mendefinisikan “variabel

sebagai gejala yang bervariasi” sedangkan menurut Sugiyono (2009 : 61),

“variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat nilai orang, obyek atau kegiatan

yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulan”. Gejala adalah objek penelitian, sehingga

variabel adalah objek penelitian yang bervariasi.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel merupakan salah

satu komponen penting dalam penelitian karena konsep-konsep dapat diteliti

secara empiris jika mereka dioperasionalisasikan menjadi sebuah variabel

50

Page 63: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

sehingga dapat diukur secara kuantitatif. Hasil pengukuran bisa konstan ataupun

berubah-ubah sesuai dengan situasi dan kondisi. Berhubung dalam penelitian ini

merupakan penelitian deskriptif, maka tidak terdapat variabel terikat dan variabel

bebas. Variabel penelitian ini adalah implementasi layanan konseling kelompok.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal sehingga tidak ada variabel

terikat maupun variabel bebas.

3.2.2 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional merupakan suatu definisi yang didasarkan atas sifat-

sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi). Definisi operasional

dalam penelitian ini adalah implementasi layanan konseling kelompok.

Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas penerapan

pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang

bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan

pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing –

masing anggota kelompok.

Implementasi layanan konseling kelompok meliputi :

(6) Perencanaan

g. Materi layanan

h. Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok

i. Sasaran kegiatan yaitu kelompok yang dimaksud

j. Bahan atau sumber tertentu yang dipersiapkan oleh konselor

k. Rencana penilaian

l. Waktu dan tempat

51

Page 64: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

(7) Pelaksanaan

c. Tahap permulaan

d. Tahap transisi

e. Tahap kegiatan

f. Tahap pengakhiran

(8) Evaluasi

a. Penilaian hasil

b. Penilaian proses

(9) Analisis Hasil Evaluasi

a. Diagnosis

b. Prognosis

(10) Tindak Lanjut

(11) Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

a. Komponen Sekolah

b. Fasilitas

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Menurut Azwar (2004:77), populasi adalah ialah keseluruhan individu atau

objek yang diteliti yang memiliki beberapa karakteristik yang sama yang hendak

dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi adalah seluruh objek penelitian

(Arikunto, 2010:173). Dari pengertian – pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa populasi merupakan keseluruhan subyek yang akan diteliti dengan sifat

52

Page 65: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

yang relatif sama. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konselor di SMPN

se – kabupaten Pati.

Tabel 3.1

SMPN se-Kabupaten Pati

No. Nama Sekolah Alamat Konselor

1. SMPN 1 Batangan Jl. Raya Batangan – Jaken Km 06 3

2. SMPN 2 Batangan Ds. Bumimulyo Kec. Batangan 2

3. SMPN 1 Cluwak Jl. Raya -Tayu Jepara Km.9 2

4. SMPN 1 Dukuhseti Ds. Alasdowo 2

5. SMPN 2 Dukuhseti Jl. Tpi Puncel 2

6. SMPN 1 Gabus Jl. Gabus Tologoayu Kec. Gabus 3

7. SMPN 2 Gabus Jl. Raya Pati – Gabus Km 05 2

8. SMPN 1 Gembong Jl. Raya Pati – Gembong Km 11 3

9. SMPN 1 Gunungwungkal Jl. Raya Gunungwungkal 3

10. SMPN 2 Gunungwungkal Jl. Raya Sumberejo 2

11. SMPN 1 Jaken Jl. Jakenan – Jaken Km 6 3

12. SMPN 2 Jaken Ds. Sidoluhur Kec. Jaken 2

13. SMPN 1 Jakenan Jl. Juana - Pucakwangi 4

14. SMPN 2 Jakenan Jl. Ds. Glonggong - Jakenan 3

15. SMPN 1 Juwana Jl. Silugonggo No. 46 Juwana 3

16. SMPN 2 Juwana Jl. Juwana – Tayu Km 02 Juwana 3

17. SMPN 3 Juwana Jl. Hangtuah Desa Kudukeras Kec.

Juwana

2

18. SMPN 4 Juwana Jl. Raya Tluwah - Juwana 2

19. SMPN 1 Kayen Jl. Raya Kayen - Pati 4

20. SMPN 2 Kayen Jl. Raya Pati – Kayen Km 14 2

21. SMPN 1 Margorejo Jl. Ds. Langenharjo 2

22. SMPN 2 Margorejo Jl. Ds. Badegan 3

23. SMPN 1 Margoyoso Jl. Kiai Cebolang 17 Margoyoso 3

24. SMPN 2 Margoyoso Jl. Tambakbuntu-Purworejo 2

25. SMPN 1 Pati Jl. Pemuda 287 Pati 4

26. SMPN 2 Pati Jl. Ronggowarsito Gang 7 Pati 4

27. SMPN 3 Pati Jl. Kol.R.Sugiyono No.17 Pati 4

28. SMPN 4 Pati Jl. P. Sudirman No. 18 Pati 4

29. SMPN 5 Pati Jl. P. Sudirman Pati 4

30. SMPN 6 Pati Jl. Kustin 3

31. SMPN 7 Pati Jl. Pati Tayu Km. 3 4

32. SMPN 8 Pati Jl. Ra. Kartini No. 1 Pati 4

33. SMPN 1 Pucakwangi Jl. Raya Pucakwangi No.7 3

34. SMPN 2 Pucakwangi Ds. Kepohkencono 2

35. SMPN 1 Sukolilo Jl. Sunan Prawoto No. 933 2

36. SMPN 2 Sukolilo Jl. Sunan Prawoto Km 06 2

37. SMPN 1 Tambakromo Jl. Raya Tambakromo – Pati 5

53

Page 66: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

38. SMPN 2 Tambakromo Jl. Tambakromo - Maitan Km.12 2

39. SMPN 3 Tambakromo Jl. Tambakromo - Kayen Km. 3 2

40. SMPN 1 Tayu Jl. Ra. Kartini 50 Tayu 3

41. SMPN 2 Tayu Jl. Luwang,Tayu 2

42. SMPN 1 Tlogowungu Pati - Gunungrowo 2

43. SMPN 2 Tlogowungu Jl. Lahar-Pasucen Ds. Lahar 2

44. SMPN 1 Trangkil Ds. Ketanen 3

45. SMPN 2 Trangkil Jl. Juwana-Tayu Km.11 2

46. SMPN 1 Wedarijaksa Jl.Lahar-Pasucen Ds. Lahar 5

47. SMPN 2 Wedarijaksa Ds. Kepoh 3

48. SMPN 1 Winong Jl. Winong-Gabus Km 0.5 5

49. SMPN 2 Winong Ds. Danyangmulyo Kec. Winong 3

Jumlah 141

Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Pati dan masing – masing SMPN

3.3.2 Sampel

Menurut Arikunto (2010: 174), sampel adalah sebagian objek penelitian

dari keseluruhan objek yang diteliti yang dianggap mewakili seluruh populasi

yang diteliti. Maka, sampel penelitian yang baik adalah sampel yang benar –

benar mampu mewakili sifat–sifat populasi. Semakin mendekati sifat populasi,

semakin baik sampel yang diambil sehingga hasil penelitian semakin akurat.

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh konselor di SMPN se – kabupaten

Pati. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling. Metode purposive sampling adalah pengambilan sampel dari

populasi dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono 2009: 124). Penelitian ini

mengambil sampel 40 konselor dari keseluruhan populasi.

Tabel 3.2

Sampel Penelitian di SMPN se – Kabupaten Pati

No. Nama Sekolah Alamat Konselor

1. SMPN 1 Pati Jl. Pemuda 287 Pati 4

2. SMPN 4 Pati Jl. P. Sudirman No. 18 Pati 4

3. SMPN 8 Pati Jl. RA. Kartini No. 1 Pati 4

54

Page 67: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

4. SMPN 1 Winong Jl. Winong-Gabus Km 0.5 5

5. SMPN 1 Tambakromo Jl. Raya Tambakromo - Pati 5

6. SMPN 1 Jakenan Jl. Juwana - Pucakwangi 4

7. SMPN 1 Wedarijaksa Jl.Lahar-Pasucen Ds. Lahar 5

8. SMPN 1 Jaken Jl. Jakenan – Jaken Km 6 3

9. SMPN 1 Kayen Jl. Raya Kayen - Pati 4

10. SMPN 1 Margorejo Jl. Ds. Langenharjo 2

Jumlah 40

Sumber : masing – masing SMPN

3.4 Prosedur Penyusunan Instrumen

Langkah – langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen penelitian

melalui beberapa tahap. Menurut Arikunto (2010: 1), prosedur yang ditempuh

adalah perencanaan, penulisan butir soal, penyuntingan, uji coba, analisis hasil,

revisi dan instrumen jadi. Sedangkan dalam penelitian ini, langkah – langkah yang

ditempuh oleh peneliti dalam pengadaan instrumen antara lain : membuat kisi –

kisi instrumen, kemudian dikonsultasikan, hasil konsultasi direvisi jika perlu,

instrumen yang telah direvisi diujicobakan kemudian direvisi dan instrumen jadi

yang siap disebarkan.

Untuk lebih jelasnya, langkah – langkah yang ditempuh oleh peneliti dapat

dilihat pada bagan berikut :

Gambar 3.1

Bagan Prosedur Penyusunan Instrumen

Teori Kisi – kisi Instrumen Instrumen

Uji Coba Instrumen Jadi Revisi

55

Page 68: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Langkah – langkah dalam menyusun instrumen dilakukan dalam beberapa

tahap. Dalam pembuatan maupun uji coba, peneliti menyusun kisi – kisi

pengembangan instrumen yang meliputi variabel, subvariabel, indikator,

deskriptor dan nomor item. Tahap pertama, instrumen diujicobakan kemudian

dioleh validitas dan reliabilitasnya. Setelah itu direvisi dan kemudian menjadi

hasil revisian yang siap untuk diberikan kepada konselor sekolah.

3.5 Validitas dan Reliabilitas

3.5.1 Validitas

Jenis validitas yang digunakan peneliti adalah jenis validitas konstruk.

Validitas konstruk merupakan suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu

instrumen mengukur trait atau konstruk teoritik yang hendak diukur (Allen&Yen

dalam Azwar 2012: 45). Uji validitas yang digunakan dalam uji validitas konstruk

menggunakan rumus product moment. Alasan penggunaan formula product

moment dalam pengujian validitas instrumen dikarenakan instrumen yang dibuat

berskala interval. Skala dikatakan valid jika rxy > rtabel dengan taraf signifikansi

sebesar 5 %.

Rumus Product Moment :

Keterangan :

rxy : Koefisien korelasi product moment

∑X : Jumlah skor seluruh responden

: Jumlah skor seluruh responden skala dikuadratkan

2222xy

Y)( - YN)X( XN

Y))( X( - XY N r

2X

56

Page 69: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

: Jumlah skor seluruh aitem skala

: Jumlah skor seluruh aitem skala dikuadratkan

: Jumlah skor seluruh responden dikalikan jumlah skor

seluruh aitem

N : Jumlah responden pengisi skala (Arikunto 2010: 213)

3.5.2 Reliabilitas

Reliabilitas dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability.

Jadi reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran tetap dipercaya.

Estimasi reliabilitas kedua skala dalam penelitian ini menggunakan pendekatan

konsistensi internal yang didasarkan pada data dari sekali pengenaan satu bentuk

alat ukur pada sekelompok subjek (Azwar 2004: 182).

Penghitungan reliabilitas dilakukan dengan formula Alpha. Data dalam

perhitungan koefisien reliabilitas Alpha diperoleh lewat pengujian satu bentuk

skala yang dikenakan hanya sekali saja pada kelompok responden. Perhitungan

dalam instrumen ini dilakukan dengan membelah data menjadi sebanyak jumlah

aitem.

Formula Alpha yang digunakan dalam pembelahan data adalah sebagai

berikut:

Keterangan :

r11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2

= Jumlah varian butir

Y

2Y

XY

r11 = (1k

k) ( 1 –

∑𝜎𝑏 ²

𝜎 ²𝑡)

57

Page 70: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Σ2

t = Varians total (Arikunto 2010: 239)

Alasan penggunaan Alpha dalam penghitungan reliabilitas instrumen ini

dikarenakan data yang dihasilkan memiliki ciri :

a. Data rating skala (1,2,3, dan 4 )

b. Bisa digunakan untuk jumlah item ganjil maupun genap

Besar kecilnya koefisien mengidentifikasikan kuat dan lemahnya

hubungan yang ada. rhitung yang besarnya lebih dari rtabel menunjukkan bahwa

instrumen semakin reliabel. Sedangkan jika rhitung < rtabel berarti instrumen semakin

berkurang reliabilitasnya.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah suatu langkah yang standar dan

sistematis untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dalam suatu

penelitian. Agar diperoleh data yang lengkap maka harus digunakan teknik

pengumpulan data yang tepat sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang tepat

dan dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan.

Metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian

ini yaitu menggunakan angket (kuesioner). Angket merupakan suatu teknik

pengumpulan data secara tidak langsung (Sukmadinata 2009: 219). Sedangkan

menurut Sutoyo (2009 : 167), “Angket atau kuesioner didefinisikan sebagai

sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data faktual atau opini yang

berkaitan dengan diri responden, yang dianggap fakta atau kebenaran yang

diketahui dan perlu dijawab oleh responden”.

58

Page 71: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Dilihat dari bentuknya angket ada dua yaitu angket tertutup dan angket

terbuka. Angket tertutup merupakan angket dengan pertanyaan tertutup dimana

responden tinggal memilih jawaban dari alternatif – alternatif jawaban yang telah

disediakan. Dengan demikian responden tinggal memilih jawaban yang ada

sehingga responden tidak bebas menjawab pertanyaan – pertanyaan. Angket

terbuka yaitu angket yang mengandung pertanyaan – pertanyaan yang sifatnya

terbuka dalam arti responden dapat menjawab dengan bebas pertanyaan yang ada

dalam angket tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan angket tertutup karena

jawabannya sudah ada dalam pertanyaan. Dilihat dari pelaksanaannya angket ada

dua macam yaitu angket langsung dan angket tidak langsung. Angket langsung

yaitu angket yang diberikan langsung kepada responden yang dikenainya tanpa

menggunakan perantara, sedangkan angket tidak langsung adalah angket yang

menggunakan perantara dalam menjawab sehingga jawaban tidak diperoleh dari

sumber yang pertama tetapi dari sumber kedua atau sumber perantara. Peneliti

menggunakan angket langsung dalam penelitian ini karena dapat dibagikan secara

serentak dan hasilnya dapat langsung diambil.

Kelebihan menggunakan metode pengumpulan data dengan angket yaitu

(Arikunto 2010: 195):

1. Tidak memerlukan hadirnya penelitti

2. Dapat dibagi serentak kepada seluruh responden

3. Dapat dijawab oleh responden menurut kecepatan dan waktu senggang

4. Dapat dibuat anonim sehingga responden bebas, jujur dalam menjawab

59

Page 72: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

5. Dapat dibuat terstandar sehingga semua responden dapat diberi

pertanyaan yang benar – benar sama.

Selain terdapat kelebihan menggunakan angket, terdapat pula kelemahan

menggunakan angket yaitu (Arikunto 2010: 195):

1. Sukar dicari validitasnya

2. Meskipun dibuat anonim, terkadang resonden tidak bisa menjawab

dengan jujur sesuai dengan keadaan diri responden

3. Sering tidak kembali terutama jika dikirim lewat pos

4. Waktu pengembalian tidak serempak sama

Untuk mengatasi kelemahan – kelemahan angket atau kuesioner di atas,

maka peneliti berusaha untuk menekan sekecil mungkin kelemahan – kelemahan

tersebut, antara lain :

1. Penyebaran dilaksanakan secara langsung dan peneliti diupayakan

hadir sehingga apabila ada kesulitan dari responden peneliti dapat

menjelaskan.

2. Menggunakan angket tertutup untuk menghindari jawaban responen

yang terlalu melebar

3. Memberikan penjelasan sebelum menyebarkan angket sehingga

responden bersedia mengisi angket tanpa adanya perasaan terpaksa.

4. Memberikan petunjuk – petunjuk dengan singkat dan lengkap untuk

menjelaskan segala sesuatu yang berhubungan dengan pengisian

angket agar responden dapat memberikan jawaban jujur.

5. Dalam penyusunan angket, peneliti melakukan uji validitas dengan

60

Page 73: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

cara melakukan uji coba (Try out)

6. Dalam uji coba (Try out) responden diberikan kesempatan untuk

memberikan saran – saran , perbaikan bagi angket yang diujicobakan.

7. Mengamati dan meneliti kembali jawaban yang telah diisi oleh

responden agar tidak ada pertanyaan yang terlewati atau belum

dijawab.

Dengan demikian pemilihan angket sebagai instrumen sangat membantu

peneliti dalam memperoleh data tentang implementasi layanan konseling

kelompok. Dalam menyusun angket menggunakan skala likert dengan interval

sebagai berikut:

Tabel 3.3

Kategori Jawaban dan Cara Pemberian Skor

Angket Implementasi Layanan Konseling Kelompok

No. Kategori Jawaban Positif Skor No. Kategori Jawaban Negatif Skor

1. Sangat Sesuai (SS) 4 1. Sangat Sesuai (SS) 1

2. Sesuai (S) 3 2. Sesuai (S) 2

3. Tidak Sesuai (TS) 2 3. Tidak Sesuai (TS) 3

4. Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4. Sangat Tidak Sesuai (STS) 4

Untuk mengatasi kecenderungan kebanyakan responden memilih jawaban

setuju, maka dalam penyusunan butir pernyataan dibuat pernyataan positif dan

pernyataan negatif.

3.7 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

3.7.1 Hasil Uji Coba Validitas

Sebuah instrumen dinyatakan valid apabila instrumen tersebut mampu

61

Page 74: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

mengukur data dari variabel secara tepa. Hasil uji coba dianalis validitasnya

dengan menggunakan rumus Product Moment. Butir angket dinyatakan valid jika

rxy ≥ rtabel. Dari 74 butir pernyataan, diperoleh 9 butir pernyataan yang tidak valid

yaitu nomor 10, 12, 16, 18, 23, 58, 62, 70, 74. Butir pernyataan tersebut memiliki

koefisien korelasi yang kurang dari rtabel pada α = 5% dengan n=20 yaitu 0.423.

Selanjutnya butir pernyataan yang tidak valid tidak dilakukan perbaikan, karena

dari 65 pernyataan yang valid sudah mewakili masing – masing indikator dari

variabel penelitian.

3.7.2 Hasil Uji Reliabilitas

Reliabilitas menunjukkan bahwa instrumen tersebut dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data, untuk mengetahui reliabilitas instrumen

digunakan formula Alpha dengan pertimbangan bahwa skor dalam penelitian ini

merupakan rentangan dari 1- 4. Hasil uji reliabilitas diperoleh koefisien

reliabilitas sebesar 0.8864 ≥ 0.423 (rtabel pada α = 5% dengan n=20), sehingga

dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel.

3.8 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah cara yang ditempuh untuk mengurai data

menurut unsur-unsur yang ada di dalamnya sehingga mudah dibaca dan

dipresentasikan. Data yang terkumpul perlu diolah untuk mengetahui kebenaran

sehingga diperoleh hasil yang meyakinkan. Analisis yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis data kuantitatif dengan deskriptif persentase.

Analisis data dalam penelitian ini memakai distribusi frekuensi yaitu

62

Page 75: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

menganilisis data dengan melihat jawaban responden dalam jawaban kuesioner.

Adapun rumus yang digunakan yaitu :

N = %100X

SI

SN

Keterangan:

N = Skor dalam presentase

SN = Jumlah skor nyata/ jawaban

SI = Jumlah skor ideal (Arikunto 2010: 286)

Dalam mendeskripsikan implementasi layanan konseling kelompok yang

memiliki rentangan skor 1 – 4, dibuat interval kriteria nilai implementasi yang

ditentukan dengan cara sebagai berikut :

1) Menghitung persentase maksimum

4

4 𝑥 100% = 100%

2) Menghitung persentase minimum

1

4 𝑥 100% = 25%

3) Menghitung range

= 100% - 25%

= 75%

4) Menentukan interval kelas persentase

= Range : Banyak kelas

= 75% : 4

= 18.75%

63

Page 76: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Berdasarkan panjang interval kelas tersebut maka kriteria tingkat

implementasi layanan konseling kelompok dapat disusun sebagai berikut :

Tabel 3.4

Kriteria Implementasi Layanan Konseling Kelompok

Interval Kriteria

81.25% ≤ % ≤ 100% Sangat Baik

62.25% ≤ % < 81.25% Baik

43.75% ≤ % < 62.25% Cukup Baik

% < 43.75 % Kurang Baik

64

Page 77: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini akan menguraikan penjelasan hasil penelitian yang telah

dilaksanakan disertai dengan analisis data secara deskriptif dan pembahasannya

tentang “Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten

Pati”.

4.1 Hasil Penelitian

Pada sub bab hasil penelitian ini akan diuraikan tentang hasil analisis

deskripstif presentase data penelitian secara keseluruhan dan hasil analisis

deskriptif presentase pada sub variabel.

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian Secara

Keseluruhan

Hasil analisis deskriptif presentase implementasi layanan konseling

kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati menggunakan kriteria presentase

instrumen angket. Hasil analisis data penelitian secara keseluruhan tentang

implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati

menunjukkan bahwa dari 40 responden diperoleh data 3 konselor (7.5%)

diantaranya memiliki tingkat implementasi layanan konseling kelompok pada

kriteria sangat baik. Sedangkan 37 konselor (92.5%) diantaranya memiliki tingkat

implementasi layanan konseling kelompok pada kriteria baik.

65

Page 78: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Berikut ini adalah diagram frekuensi hasil analisis data penelitian secara

keseluruhan:

Gambar 4.1

Diagram Frekuensi Imlpementasi Layanan Konseling Kelompok

di SMPN se-Kabupaten Pati

Secara keseluruhan hasil penelitian mengenai implementasi layanan

konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati dengan responden konselor

secara keseluruhan disajikan pada table berikut ini :

Tabel 4.1

Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok

di SMPN se-Kabupaten Pati

Responden Sub Variabel Skor % Kriteria

Konselor 1. Perencanaan 1185 74.1 Baik

2. Pelaksanaan 4041 72.2 Baik

3. Evaluasi 685 71.4 Baik

4. Analisis hasil evaluasi 360 75 Baik

5. Tindak Lanjut 372 77.5 Baik

6. Faktor Pendukung dan Faktor

Penghambat

976 76.3 Baik

Presentase rata-rata 7619 73.3 Baik

Sangat

Baik, 7.5%

(3 Orang)

Baik,

92.5%

(37 Orang)

66

Page 79: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Berikut grafik implementasi layanan konseling kelompok di SMPN se-

Kabupaten Pati:

Gambar 4.2

Grafik Implementasi Layanan Konseling Kelompok

di SMPN se-Kabupaten Pati

Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas penerapan

pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang

bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan

pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing –

masing anggota kelompok.

Berdasarkan tabel 4.1 hasil analisis deskriptif presentase implementasi

layanan konseling kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati secara keseluruhan

mendapatkan kriteria baik dengan hasil presentase sebesar 73.3%. Hal tersebut

74.10%

72.20%

71.40%

75%

77.50%

76.30%

73.30% 73.30% 73.30% 73.30% 73.30% 73.30%

68.00%

69.00%

70.00%

71.00%

72.00%

73.00%

74.00%

75.00%

76.00%

77.00%

78.00%

Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Analisis hasil

evaluasi

Tindak

Lanjut

Faktor

Pendukung

dan Faktor

Penghambat

Sub variabel Rata -rata

67

Page 80: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

menggambarkan bahwa konselor telah menjalankan perannya dalam implementasi

layanan konseling kelompok dengan kriteria baik, yang meliputi perencanaan,

pelaksanaan, evaluasi, analisis hasil evaluasi, tindak lanjut, faktor pendukung dan

faktor penghambat. Namun terdapat dua subvariabel yang berada dibawah rata-

rata dari keseluruhan subvariabel yaitu pelaksanaan dan evaluasi.

Meskipun hasil presentase untuk setiap sub variabel sudah menunjukkan

hasil baik, tetapi masih terdapat beberapa indikasi yang belum

mengimplementasikan layanan konseling kelompok dengan baik. Hal tersebut

dapat ditinjau dari hasil indikator:

Tabel 4.2

Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok

dengan Kriteria Cukup Baik dan Kurang Baik

Responden Indikator % Frekuensi Kriteria

Konselor 1. Materi layanan 2.5 1 Cukup Baik

2. Tujuan yang ingin dicapai - - -

3. Sasaran kegiatan 15 6 Cukup Baik

2.5 1 Kurang Baik

4. Bahan atau sumber tertentu 15 6 Cukup Baik

2.5 1 Kurang Baik

5. Rencana penilaian 5 2 Cukup Baik

6. Waktu dan tempat 5 2 Cukup Baik

2.5 1 Kurang Baik

7. Tahap permulaan - - -

8. Tahap transisi 22.5 9 Cukup Baik

9. Tahap kegiatan 2.5 1 Cukup Baik

10. Tahap pengakhiran - - -

11. Penilaian hasil 5 2 Cukup Baik

12. Penilaian proses 2.5 1 Cukup Baik

13. Diagnosis 5 2 Cukup Baik

14. Prognosis - - -

15. Tindak lanjut 5 2 Cukup Baik

16. Komponen sekolah - - -

17. Fasilitas 7.5 3 Cukup Baik

68

Page 81: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Dari hasil angket, untuk indikator materi layanan diperoleh presentase

sebesar 2.5% dengan kriteria cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

besar konselor sudah mengimplementasikan penentuan materi layanan dalam

layanan konseling kelompok dengan baik sehingga hanya diperlukan sedikit

perbaikan dan peningkatan pelaksanaan menjadi lebih baik.

Untuk indikator tujuan yang ingin dicapai tidak terdapat kriteria cukup

baik atau kurang baik. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa konselor sudah

menerapkan tujuan yang ingin dicapai dalam layanan konseling kelompok dengan

baik sehingga hanya perlu peningkatan kualitas konselor dalam menerapkan

tujuan layanan konseling kelompok.

Adapun indikator sasaran kegiatan diperoleh presentase sebesar 15%

dengan kriteria cukup baik dan 2.5% dengan kriteria kurang baik. Hal ini dapat

menggambarkan bahwa konselor masih belum sepenuhnya mampu menentukan

sasaran layanan konseling kelompok dengan baik. Berdasarkan hasil tersebut,

konselor diharapkan mendapatkan materi dan pelatihan kembali tentang layanan

konseling kelompok khususnya sasaran kegiatan layanan konseling kelompok.

Pada indikator bahan atau sumber tertentu diperoleh presentase sebesar

15% dengan kriteria cukup baik dan 2.5% dengan kriteria kurang baik. Dari hasil

tersebut dapat dideskripsikan bahwa konselor masih belum sepenuhnya siap untuk

melaksanakan layanan konseling kelompok dengan baik sehingga sehingga

diperlukan peningkatan pengetahuan cara mengatasi berbagai permasalahan

dalam kehidupan sehari – hari khususnya perkembangan masa remaja.

69

Page 82: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Untuk indikator rencana penilaian diperoleh presentase sebesar 5% dengan

kriteria cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah

mempersiapkan dengan sangat baik rencana penilaian layanan konseling

kelompok. sehingga perlu dipertahankan dan ditingkatkan kualitas perencanaan

penilaian layanan konseling kelompok.

Untuk indikator waktu dan tempat diperoleh presentase sebesar 5%

dengan kriteria cukup baik dan 2.5% dengan kriteria kurang baik. Hal ini

menggambarkan bahwa konselor sudah sangat baik dalam kesepakatan penentuan

waktu dan tempat pelaksanaan layanan konseling kelompok.

Pada indikator tahap permulaan tidak terdapat kriteria cukup baik atau

kurang baik. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa konselor sudah menerapkan

tahap permulaan dalam layanan konseling kelompok dengan baik sehingga hanya

perlu peningkatan kualitas konselor dalam menerapkan tahap permulaan layanan

konseling kelompok.

Adapun indikator tahap transisi diperoleh presentase sebesar 22.5%

dengan kriteria cukup baik. Hal ini dapat menggambarkan bahwa konselor masih

belum sepenuhnya menerapkan tahap transisi dengan baik. Berdasarkan hasil

tersebut, konselor diharapkan mendapatkan materi dan pelatihan kembali tentang

layanan konseling kelompok khususnya pentingnya tahap transisi dalam

pelaksanaan layanan konseling kelompok.

Kemudian pada indikator tahap kegiatan diperoleh presentase sebesar

2.5% dengan kriteria cukup baik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

konselor sudah melaksanakan dengan baik tahapan yang merupakan inti dari

70

Page 83: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

layanan konseling kelompok. sehingga perlu dipertahankan dan ditingkatkan

kualitas tahap kegiatan layanan konseling kelompok.

Untuk indikator tahap pengakhiran tidak terdapat kriteria cukup baik atau

kurang baik. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa konselor sudah menerapkan

dengan baik tahap pengakhiran dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok

sehingga perlu ditingkatkan untuk memberikan kesan yang baik terkait layanan

konseling kelompok.

Pada indikator penilaian hasil diperoleh presentase sebesar 5% dengan

kriteria cukup baik. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa konselor sudah

melaksanakan penilaian dengan baik terkait hasil pemecahan masalah dalam

kelompok. Dalam hal ini, konselor perlu meninjau kembali kesesuaian antara hasil

layanan konseling kelompok dengan permasalahan yang sedang dialami anggota

kelompok dan menyesuaikan dengan kondisi anggota kelompok yang masalahnya

dibahas.

Kemudian untuk indikator penilaian proses diperoleh presentase sebesar

2.5% dengan kriteria cukup baik. Hal ini dapat menggambarkan bahwa konselor

masih belum sepenuhnya melaksanakan penilaian proeses dengan baik.

Berdasarkan hasil tersebut, konselor diharapkan melaksanakan penilaian proses

setelah pelaksanaan layanan konseling kelompok.

Adapun dalam indikator diagnosis diperoleh presentase sebesar 5%

dengan kriteria cukup baik. Dari hasil tersebut dapat dideskripsikan bahwa

sebagian besar konselor sudah melaksanakan diagnosis berdasarkan hasil evaluasi

71

Page 84: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

pelaksanaan layanan konseling kelompok sehingga diharapkan konselor selalu

melakukan diagnosis hasil evaluasi.

Untuk indikator prognosis tidak terdapat kriteria cukup baik atau kurang

baik. Hal ini menunjukkan bahwa konselor sudah melaksanakan prognosis atau

perencanaan layanan lanjutan. Perencanaan layanan lanjutan sangat diperlukan

untuk pemecahan masalah secara tuntas sehingga siswa dapat berkembang secara

optimal sesuai masa perkembangannya.

Pada indikator tindak lanjut diperoleh presentase sebesar 5% dengan

kriteria cukup baik. Hal ini menggambarkan bahwa konselor sudah memberikan

layanan lanjutan sebagai tindak lanjut dari pemecahan masalah yang belum tuntas

ketika menggunakan layanan konseling kelompok.

Untuk indikator komponen sekolah tidak terdapat kriteria cukup baik atau

kurang baik. Berdasarkan hasil tersebut dapat dideskripsikan bahwa sebagian

besar komponen sekolah yang meliputi kepala sekolah, staff guru dan warga

sekolah lainnya mendukung pemberian layanan konseling kelompok. Dalam

layanan konseling kelompok diharapkan seluruh komponen sekolah memiliki

peran aktif untuk keberhasilan pemberian layanan konseling kelompok.

Kemudian indikator fasilitas diperoleh presentase sebesar.5% denagn

kriteria cukup baik. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar SMPN

sudah memenuhi syarat fasilitas pelaksanaan layanan konseling kelompok

sehingga diharapkan di setiap SMPN memiliki fasilitas baik untuk menunjang

pelaksanaan layanan konseling kelompok secara optimal.

72

Page 85: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

4.1.2 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Data Penelitian pada Sub Variabel

Penjelasan mengenai hasil analisis deskriptif presentase data penelitian

pada sub variabel meliputi: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan; 3) evaluasi; 4)

analisis hasil evaluasi; 5) tindak lanjut; 6) faktor pendukung dan faktor

penghambat.

4.1.2.1 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Perencanaan

Layanan Konseling Kelompok

Layanan konseling kelompok dapat terlaksana berdasarkan tahap

perencanaan yang matang. Seorang konselor hendaknya melakukan perencanaan

yang matang sebelum memberikan layanan konseling kelompok kepada siswa.

Hal ini erat keitannya dengan ketercapaian tujuan yang henak dicapai dengan

layanan tersebut. Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel

perencanaan layanan konseling kelompok terbagi ke dalam enam indikator yang

meliputi materi layanan, tujuan yang ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau

sumber tertentu, rencana penilaian, waktu dan tempat.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3

Presentase Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling Kelompok

Responden Indikator Skor % Kriteria

Konselor 1. Materi layanan 259 80.9 Baik

2. Tujuan yang ingin dicapai 248 77.5 Baik

3. Sasaran kegiatan 198 61.9 Cukup Baik

4. Bahan atau sumber tertentu 212 66.3 Baik

5. Rencana penilaian 134 83.8 Sangat Baik

6. Waktu dan tempat 134 83.8 Sangat Baik

Presentase rata - rata 1185 74.1 Baik

73

Page 86: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Berikut grafik subvariabel perencanaan layanan konseling kelompok:

Gambar 4.3

Grafik Sub Variabel Perencanaan Layanan Konseling Kelompok

Berdasarkan tabel 4.3 rata-rata hasil presentase menunjukkan hasil

presentase sebesar 74.1% dengan kriteria baik, yang menggambarkan konselor

menilai diri telah mengimplementasikan perencanaan layanan konseling

kelompok meliputi materi layanan, tujuan yang ingn dicapai, sasaran kegiatan,

bahan dan sumber tertentu, rencana penilaian, waktu dan tempat.

Berikut akan dijelaskan lebih lanjut terkait hasil analisis deskriptif

presentase data penelitian tiap indikator pada sub variabel perencanaan,

diantaranya sebagai berikut:

1) Materi layanan

Hasil analisis deskriptif presentase indikator materi layanan menunjukkan

presentase sebesar 80.9% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut dapat

80.90%77.50%

61.90%66%

83.80% 83.80%

74.10% 74.10% 74.10% 74.10% 74.10% 74.10%

0.00%

10.00%

20.00%

30.00%

40.00%

50.00%

60.00%

70.00%

80.00%

90.00%

Materi

layanan

Tujuan yang

ingin dicapai

Sasaran

kegiatan

Bahan atau

sumber

tertentu

Rencana

penilaian

Waktu dan

tempat

Indikator Rata -rata

74

Page 87: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

dideskripsikan bahwa konselor dapat mengeimplementasikan penentuan materi

layanan konseling kelompok dengan baik. Berdasarkan gambar 4.3 dalam grafik

menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator materi layanan

berada diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel perencanaan

layanan konseling kelompok. Materi dalam layanan konseling kelompok bersifat

pribadi dan berdasarkan kesepakatan bersama untuk mengangakat permasalahan

yang sedang dialami oleh salah satu anggota kelompok. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar konselor sudah mengimplementasikan penentuan materi

layanan dalam layanan konseling kelompok dengan baik sehingga diperlukan

sedikit perbaikan dan peningkatan pelaksanaan menjadi lebih baik.

2) Tujuan yang ingin dicapai

Hasil analisis deskriptif presentase indikator tujuan yang ingin dicapai

diperoleh presentase sebesar 77.5% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut dapat

diketahui bahwa konselor sudah mengimplementasikan tujuan yang hendak

dicapai dalam layanan konseling kelompok dengan baik. Tujuan yang ingin

dicapai dalam konseling kelompok menjadi fokus utama dalam proses pemberian

layanan dan menyesuaikan dengan kebutuhan serta permasalahan dari anggota

kelompok yang masalahnya sedang dibahas. Berdasarkan gambar 4.3 dalam

grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator tujuan

yang ingin dicapai berada diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam

subvariabel perencanaan layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan

bahwa sebagian besar konselor sudah mengimplementasikan tujuan yang ingin

dicapai dalam layanan konseling kelompok dengan baik yaitu membantu

75

Page 88: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

mengentaskan permasalahan pribadi siswa dengan suasana kelompok sehingga

perlu diperbaiki dan ditingkatkan pengetahuan tentang tujuan yang ingin dicapai

dengan layanan konseling kelompok.

3) Sasaran kegiatan

Hasil analisis deskriptif presentase indikator sasaran kegiatan

menunjukkan presentase sebesar 61.9% dengan kriteria cukup baik. Hal tersebut

menggambarkan bahwa dalam rekrutmen anggota kelompok kurang sesuai

dengan kriteria rekrutmen anggota kelompok dalam layanan konseling kelompok,

dalam rekrutmen anggota kelompok semestinya berdasarkan pada hasil

identifikasi kebutuhan siswa sehingga proses pelaksanaan layanan konseling

kelompok dapat berjalan dengan baik. Pengelompokan perserta menyesuaikan

dengan kebutuhan dan permasalahannya. Hal ini dilakukan untuk menumbuhkan

dinamika kelompok dan komunikasi yang efektif dalam kelompok. Berdasarkan

gambar 4.3 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase

indikator sasaran kegiatan berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator

dalam subvariabel perencanaan layanan konseling kelompok. Hal ini

menunjukkan bahwa masih terdapat konselor yang belum menerapkan sasaran

layanan konseling kelompok dengan baik. Ketidaksesuaian sasaran kegiatan

berawal dari pengelompokan atau perekrutan anggota kelompok yang tidak sesuai

dengan hasil identifkasi kebutuhan siswa sehingga berpengaruh terhadap

kelancaran proses pelaksanaan layanan konseling kelompok. Seyogyanya

konselor perlu mendalami tentang sasaran yang tepat dan sesuai dalam layanan

konseling kelompok.

76

Page 89: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

4) Bahan dan sumber tertentu

Hasil analisis deskriptif presentase indikator bahan dan sumber tertentu

menunjukkan presentase sebesar 66.3% dengan kriteria baik. Hal tersebut dapat

dideskripsikan bahwa sebelum memberikan layanan konseling kelompok pada

siswa, konselor sudah mempelajari permasalahan dalam kehidupan remaja.

Berdasarkan gambar 4.3 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis

deskriptif presentase indikator bahan dan sumber tertentu berada dibawah rata-

rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel perencanaan layanan konseling

kelompok. Hal ini disebabkan kurangnya partisipasi aktif konselor untuk

meningkatkan pengetahuan tentang permasalahan-permasalahan yang umum

dialami oleh siswa di era globalisasi dengan pesatnya kemajuan teknologi.

Seorang konselor hendaknya membaca referensi contoh permasalahan dalam

kehidupan remaja dan cara mengatasinya sehingga konselor dapat mengarahkan

kelompok dalam pemecahan masalah dengan baik.

5) Rencana penilaian

Hasil analisis deskriptif presentase indikator rencana penilaian

menunjukkan presentase sebesar 83.8% dengan kriteria sangat baik, dapat

dimaknai bahwa konselor telah sangat baik dalam merencanakan penilaian

layanan konseling kelompok. Berdasarkan gambar 4.3 dalam grafik menunjukkan

bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator rencana penilaian berada

diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel perencanaan layanan

konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah

mengimplementasikan perencanaan penilaian. Perencanaan penilaian dilakukan

77

Page 90: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

dengan melihat aspek-aspek pelaksanaan layanan konseling kelompok, misal

dari keaktifan anggota kelompok, dinamika kelompok yang muncul, dll. Melalui

perencanaan penilaian, konselor dapat mengetahui seberapa besar keberhasilan

pemberian layanan konseling kelompok terhadap masing-masing anggota

kelompok. Selain itu, konselor dapat mengetahui hambatan-hambatan dalam

pelaksanaan layanan konseling kelompok sehingga dapat segera ditindak lanjuti

dengan pemberian layanan yang sesuai dengan kebutuhan. Seyogyanya seorang

konselor senantiasa meningkatkan kualitas professional.

6) Waktu dan tempat

Hasil analisis deskriptif presentase indikator waktu dan tempat

menunjukkan presentase sebesar 83.8% dengan kriteria sangat baik. Dari hasil

tersebut dapat menggambarkan bahwa dalam perencanaan waktu dan tempat

pemberian layanan sudah sangat baik sesuai dengan layanan yang diberikan yaitu

layanan konseling kelompok. Berdasarkan gambar 4.3 dalam grafik menunjukkan

bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator waktu dan tempat berada

diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel perencanaan layanan

konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah

tepat dan sesuai dengan kriteria dalam perencanaan waktu sesuai dengan

kesepakan bersama dan tempat disediakan ruangan khusus yang kedap suara

sehingga permasalahan yang sedang dibahas dalam kelompok tidak terdengar

dari luar sehingga perlu ditingkatkan pengetahuan tentang perencanaan tempat

dan waktu dalam layanan konseling kelompok.

78

Page 91: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

4.1.2.2 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Pelaksanaan

Layanan Konseling Kelompok

Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel pelaksanaan layanan

konseling kelompok terbagi ke dalam empat indikator yang meliputi tahap

permulaan, tahap transisi, tahap kegiatan, tahap pengakhiran. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4

Presentase Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

Responden Indikator Skor % Kriteria

Konselor 1. Tahap permulaan 948 74 B

2. Tahap transisi 981 68 B

3. Tahap kegiatan 119 74 B

4. Tahap pengakhiran 933 73 B

Presentase rata-rata 4041 72 B

Berikut grafik subvariabel pelaksanaan layanan konseling kelompok:

Gambar 4.4

Grafik Sub Variabel Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

74.00%

68.00%

74%

73%

72.00% 72.00% 72.00% 72.00%

64.00%

65.00%

66.00%

67.00%

68.00%

69.00%

70.00%

71.00%

72.00%

73.00%

74.00%

75.00%

Tahap permulaan Tahap transisi Tahap kegiatan Tahap pengakhiran

Indikator Rata -rata

79

Page 92: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Berdasarkan tabel 4.4 rata – rata hasil presentase menunjukkan hasil

presentase sebesar 72% dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

pelaksanaan layanan konseling kelompok, sebagian besar konselor telah

mengimplementasikan dengan baik yang meliputi tahap permulaan, tahap transisi,

tahap kegiatan, tahap pengakhiran. Namun berdasarkan gambar 4.4 dalam grafik

menunjukkan bahwa terdapat satu indikator yaitu tahap transisi yang masih berada

dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan

layanan konseling kelompok, hal ini bisa disebabkan karena kurangnya

pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya tahap transisi untuk kelancaran

tahap selanjutnya.

Berikut akan dijelaskan lebih lanjut terkait hasil analisis deskriptif

presentase data penelitian tiap indikator pada sub variabel pelaksanaan,

diantaranya sebagai berikut:

1) Tahap permulaan

Hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap permulaan

menunjukkan presentase sebesar 74% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut

dapat dideskripsikan bahwa konselor dalam tahap permulaan telah melaksanakan

dengan baik yang meliputi mengungkapan pengertian dan tujuan layanan

konseling kelompok, tata cara dalam konseling kelompok, menggunakan teknik

khusus dan menggunakan permainan untuk lebih mengakrabkan diri dengan

anggota kelompok. Berdasarkan gambar 4.4 dalam grafik menunjukkan bahwa

hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap permulaan berada diatas rata-

rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling

80

Page 93: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah

mengimplementasikan tahap permulaan dengan baik sehingga untuk konselor

yang masih kurang baik perlu mempelajari dan memahami kembali hal-hal

penting yang perlu diperhatikan dalam tahap permulaan.

2) Tahap transisi

Hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap transisi menunjukkan

presentase sebesar 68% dengan kriteria baik. Hal tersebut menggambarkan bahwa

konselor sudah melaksanakan tahap transisi dalam pelaksanaan layanan konseling

kelompok dengan baik. Tahap transisi merupakan tahap dimana konselor sebagai

pemimpin kelompok menjelaskan tahapan selanjutnya, menawarkan dan

mengamati kesiapan anggota kelompok untuk tahap selanjutnya, menjelaskan

suasana kelompok dan meningkatkan kemampuan keiikutsertaan anggota

kelompok serta menjelaskan kembali aspek-aspek dalam tahap permulaan.

Berdasarkan gambar 4.4 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis

deskriptif presentase indikator tahap transisi berada dibawah rata-rata dari

keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling

kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat sebagian konselor yang

belum mengimplementasikan tahap transisi dengan baik, hal ini disebabkan

kurangnya pemahaman tentang pentingnya tahap transisi untuk kelancaran pada

tahap selanjutnya sehingga konselor perlu meningkatkan pengetahuan dan

pemahaman tentang pentingnya tahap transisi dalam layanan konseling kelompok.

3) Tahap kegiatan

Hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap kegiatan menunjukkan

81

Page 94: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

presentase sebesar 74% dengan kriteria baik. Hal tersebut dapat dideskripsikan

bahwa konselor dalam tahap kegiatan atau yang menjadi tahap inti layanan

kosneling kelompok telak dilaksanakan dengan baik. Konselor sudah dengan baik

memberikan kesempatan kepada masing – masing anggota kelompok untuk

mengemukakan masalah pribadi yang sedang dihadapi, kemudian dalam

penetapan masalah yang hendak dibahas berdasarkan atas kesepatan bersama,

memberikan kesempatan anggota kelompok yang masalahnya dibahas untuk

menggambarkan masalah yang dialami, membahas masalah dengan memberikan

kesempatan dan mengarahkan anggota kelompok yang lain untuk ikut aktif dalam

membantu pemecahan masalah anggota kelompok yang masalahnya dibahas.

Berdasarkan gambar 4.4 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis

deskriptif presentase indikator tahap kegiatan berada diatas rata-rata dari

keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling

kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah

mengimplementasikan tahap kegiatan dengan baik. Namun masih terdapat

beberapa konselor yang perlu meningkatkan pengetahuan dan pemahaman

mengenai implementasi tahap kegiatan dengan baik dalam layanan konseling

kelompok.

4) Tahap pengakhiran

Hasil analisis deskriptif presentase indikator tahap pengakhiran

menunjukkan presentase sebesar 73% dengan kriteria baik. Dari hal tersebut

menunjukkan bahwa dalam mengakhiri layanan konseling kelompok, refleksi

pengalaman, membahas kegiatan lajutan dan memberikan penguatan kepada

82

Page 95: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

anggota kelompok secara keseluruhan konselor sudah melaksanakan dengan baik.

Berdasarkan gambar 4.4 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis

deskriptif presentase indikator tahap pengakhiran berada diatas rata-rata dari

keseluruhan indikator dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling

kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar konselor sudah

mengimplementasikan tahap kegiatan dengan baik. Namun masih terdapat

beberapa konselor yang belum mengimplementasikan tahap pengakhiran dengan

baik. Hal ini disebabkan ada aspek-aspek dalam tahap pengakhiran yang

terlupakan sehingga akan berpengaruh terhadap pemberian layanan selanjutnya.

Konselor hendaknya senantiasa menambah wawasan pengetahuan tentang hal-hal

yang perlu diperhatikan dalam tahap pengakhiran dan kemudian

mengimplementasikannya dengan baik.

4.1.2.3 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Evaluasi Layanan

Konseling Kelompok

Evaluasi atau penilaian layanan konseling kelompok dapat dilakukan

secara tertulis maupun lisan, secara tertulis dapat dilakukan baik menggunakan

essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana sedangkan secara lisan dapat

dilakukan dengan anggota kelompok diminta untuk mengungkapkan secara

langsung hal – hal yang paling berharga atau kurang disenangi selama kegiatan

berlangsung. Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel pelaksanaan

layanan konseling kelompok terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi

penilaian hasil dan penilaian proses.

83

Page 96: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.5

Presentase Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok

Responden Indikator Skor % Kriteria

Konselor 1. Penilaian hasil 237 74.1 B

2. Penilaian proses 448 70 B

Presentase rata - rata 685 71.4 B

Berikut grafik subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok:

Gambar 4.5

Grafik Sub Variabel Evaluasi Layanan Konseling Kelompok

Berdasarkan tabel 4.5 rata – rata hasil presentase menunjukkan hasil

presentase sebesar 71.4% dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

melakukan evaluasi layanan konseling kelompok, sebagian besar konselor sudah

melaksanakan dengan baik meliputi penilaian hasil dan penilaian proses. Namun

berdasarkan gambar 4.5 dalam grafik masih terdapat indikator yang berada di

74.10%

70.00%

71.40% 71.40%

67.00%

68.00%

69.00%

70.00%

71.00%

72.00%

73.00%

74.00%

75.00%

Penilaian hasil Penilaian proses

Indikator Rata -rata

84

Page 97: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

bawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel evaluasi layanan

konseling kelompok yaitu penilaian proses.

Berikut akan dijelaskan lebih lanjut terkait hasil analisis deskriptif

presentase data penelitian tiap indikator pada sub variabel evaluasi, diantaranya

sebagai berikut:

1) Penilaian hasil

Hasil analisis deskriptif presentase indikator penilaian hasil menunjukkan

presentase sebesar 74.1% dengan kriteria baik. Penilaian hasil digunakan untuk

melihat sejauhmana keputusan pemecahan masalah dalam layanan konseling

kelompok sudah sesuai dan mampu membantu siswa mengentaskan

permasalahannya atau belum. Penilaian hasil sudah dilaksanakan dengan baik

oleh sebagian besar konselor. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis

deskriptif yang mendeskripsikan bahwa konselor dalam melakukan penilaian hasil

layanan konseling kelompok sudah dilaksanakan dengan baik. Berdasarkan

gambar 4.5 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase

indikator penilaian hasil berada diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam

subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa

sebagian besar konselor sudah mengimplementasikan penilaian hasil dengan baik

tetapi masih terdapat konselor yang belum mengimplementasikan dengan baik

sehingga perlu mendapatkan pengetahuan dan pelatihanlebih lanjut.

2) Penilaian proses

Hasil analisis deskriptif presentase indikator penilaian proses

menunjukkan presentase sebesar 70% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut

85

Page 98: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

dapat dideskripsikan bahwa konselor dalam penilaian proses telah melaksanakan

dengan baik. Penilaian proses digunakan untuk melihat apakah pelaksanaan

layanan konseling kelompok sudah berjalan dengan baik atau belum, yang

menyesuaikan dengan kondisi kelompok. Berdasarkan gambar 4.5 dalam grafik

menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator penilaian proses

berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel evaluasi

layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian

konselor yang belum melakukan penilaian proses. Hal tersebut bisa disebabkan

karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman konselor mengenai pentingnya

penilaian terhadap proses pelaksanaan layanan konseling kelompok.

4.1.2.4 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Analisis Hasil

Evaluasi Layanan Konseling Kelompok

Dari hasil evaluasi atau penilaian perlu dilakukan analisis lebih mendalam

untuk mengetahui kemajuan anggota kelompok dan pelaksanaan kegiatan layanan

konseling kelompok. Konselor sebagai pemimpin kelompok perlu meninjau

kembali secara cermat tentang jalannya dinamika kelompok, peranan dan aktivitas

sebagai peserta, homogenitas atau heterogenitas anggota kelompok, kedalam dan

keluasan pembahasan, kemungkian keterlaksanaan alternatif pemecahan masalah

yang muncul dalam kelompok, dampak pemakaian teknik oleh pemimpin

kelompok dan keyakinan pemakaian teknik baru, masalah waktu, tempat, bahan

acuan, narasumber dan sebagainya.

86

Page 99: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel analisis hasil evaluasi

layanan konseling kelompok terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi

diagnosis dan prognosis.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.6

Presentase Sub Variabel Analisis hasil Evaluasi

Layanan Konseling Kelompok

Responden Indikator Skor % Kriteria

Konselor 1. Diagnosis 124 77.5 B

2. Prognosis 236 73.8 B

Presentase rata - rata 360 75 B

Berikut grafik subvariabel analisis hasil evaluasi layanan konseling

kelompok:

Gambar 4.6

Grafik Sub Variabel Analisis Hasil Evaluasi Layanan Konseling Kelompok

Berdasarkan tabel 4.6 rata – rata hasil presentase menunjukkan hasil

presentase sebesar 75% dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

77.50%

73.80%

75.00% 75.00%

71.00%

72.00%

73.00%

74.00%

75.00%

76.00%

77.00%

78.00%

Diagnosis Prognosis

Indikator Rata -rata

87

Page 100: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok, sebagian besar konselor telah

mengimplementasikan dengan baik. Namun berdasarkan gambar 4.6 dalam grafik

masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari keseluruhan indikator

dalam subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok yaitu prognosis.

Berikut akan dijelaskan lebih lanjut terkait hasil analisis deskriptif

presentase data penelitian tiap indikator pada sub variabel analisis hasil evaluasi,

diantaranya sebagai berikut:

1) Diagnosis

Hasil analisis deskriptif presentase indikator diagnosis menunjukkan

presentase sebesar 77.5% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut dapat

menggambarkan bahwa konselor telah melakukan diagnosis dari hasil evaluasi

layanan konseling kelompok dengan baik. Berdasarkan gambar 4.6 dalam grafik

menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator diagnosis berada

diatas rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel analisis hasil

evaluasi layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar

konselor sudah melaksanakan diagnosis dengan baik. Diagnosis digunakan untuk

melakukan analisis sebab yang menjadi faktor keberhasilan atau ketidakberhasilan

pemberian layanan konseling kelompok.

2) Prognosis

Hasil analisis deskriptif presentase indikator prognosis menunjukkan

presentase sebesar 73.8% dengan kriteria baik. Hal tersebut dapat dideskripsikan

bahwa konselor sudah memprekdisikan layanan-layanan yang sesuai hasil

evaluasi dan diagnosis dengan baik. Berdasarkan gambar 4.6 dalam grafik

88

Page 101: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator prognosis

berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel analisis

hasil evaluasi layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian

konselor sudah mengimplementasikan prognosis dengan baik tetapi masih

terdapat konselor yang belum mengimplementasikan dengan baik. Hal tersebut

disebabkan karena kurangnya pengetahuan layanan konseling kelompok yang

hanya terbatas pada pelaksanaan. Prognosis dilaksanakan setelah proses

pelaksanaan selesai yang kemudian dilakukan evaluasi dan analisis hasil evaluasi

yang di dalamnya terdapat diagnosis dan prognosis. Prognosis merupakan prediksi

pemberian layanan lanjutan yang berdasarkan hasil evaluasi dan diagnosis

layanan koseling kelompok. Prognosis tidak selalu dilakukan melainkan

menyesuaikan dengan ketuntasan permasalahan siswa. Jika permasalahan siswa

sudah selesai dan tuntas dengan layanan konseling kelompok maka tidak ada

prediksi untuk layanan lanjutan.

4.1.2.5 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Tindak Lanjut

Layanan Konseling Kelompok

Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel pelaksanaan layanan

konseling kelompok terbagi ke dalam satu indikator yaitu tindak lanjut. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.7

Presentase Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling Kelompok

Responden Indikator Skor % Kriteria

Konselor 1. Tindak lanjut 372 77.5 B

Presentase rata - rata 372 77.5 B

89

Page 102: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Berikut grafik subvariabel tindak lanjut layanan konseling kelompok:

Gambar 4.7

Grafik Sub Variabel Tindak Lanjut Layanan Konseling Kelompok

Berdasarkan tabel 4.7 rata – rata hasil presentase menunjukkan hasil

presentase sebesar 77.5% dengan kriteria baik. Dari hasil indikator tindak lanjut,

dapat menggambarkan bahwa konselor telah melaksanakan tindak lanjut dari

analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok dengan baik. Pemecahan

permasalahan siswa terkadang tidak bisa diselesaikan dengan layanan konseling

kelompok melainkan harus menggunakan pendekatan individual karena setiap

siswa memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dalam memberikan layanan

tidak bisa disamaratakan. Tindak lanjut diberikan untuk membantu siswa yang

permasalahannya tidak teratasi dengan layanan konseling kelompok dan untuk

mengoptimalkan pemberian layanan Bimbingan dan Konseling sehingga siswa

dapat mencapai kehidupan efektif sehari – hari (KES). Tindak lanjut yang erat

kaitannya dengan layanan konseling kelompok adalah layanan konseling individu,

dimana konselor lebih memahami dan menyelami permasalahan yang sedang

dialami oleh siswa sehingga siswa menemukan titik pemecahan masalah yang

tepat dan sesuai dengan keadaan dan kemampuan diri.

77.50%77.50%

0.00%

20.00%

40.00%

60.00%

80.00%

100.00%

Tindak lanjut

Indikator Rata -rata

90

Page 103: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

4.1.2.6 Hasil Analisis Deskriptif Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung

dan Faktor Penghambat Layanan Konseling Kelompok

Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel faktor pendukung dan

faktor penghambat layanan konseling kelompok terbagi ke dalam dua indikator

yang meliputi komponen sekolah dan fasilitas. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut :

Tabel 4.8

Presentase Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

Layanan Konseling Kelompok

Responden Indikator Skor % Kriteria

Konselor 1. Komponen sekolah 509 79.5 B

2. Fasilitas 467 73 B

Presentase rata - rata 976 76.3 B

Berikut grafik subvariabel faktor pendukung dan faktor penghambat

layanan konseling kelompok:

Gambar 4.8

Grafik Sub Variabel Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat

Layanan Konseling Kelompok

79.50%

73.00%

76.30% 76.30%

68.00%

70.00%

72.00%

74.00%

76.00%

78.00%

80.00%

Komponen Sekolah Fasilitas

Indikator Rata -rata

91

Page 104: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Berdasarkan tabel 4.8 rata – rata hasil presentase menunjukkan hasil

presentase sebesar 76.3% dengan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

implementasi layanan konseling kelompok telah terlaksana dengan baik, yang

ditunjukkan dengan presentase faktor pendukung lebih besar dibandingkan

dengan presentase faktor penghambat sehingga pelaksanaan layanan konseling

kelompok dapat berjalan dengan baik. Namun berdasarkan gambar 4.8 dalam

grafik masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari keseluruhan

indikator dalam subvariabel faktor pendukung dan faktor penghambat layanan

konseling kelompok yaitu fasilitas.

Berikut akan dijelaskan lebih lanjut terkait hasil analisis deskriptif

presentase data penelitian tiap indikator pada sub variabel faktor pendukung dan

faktor penghambat, diantaranya sebagai berikut:

1) Komponen sekolah

Hasil analisis deskriptif presentase indikator komponen sekolah

menunjukkan presentase sebesar 79.5% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut

menggambarkan bahwa sebagian besar dari komponen sekolah memberikan

kontribusi dan dukungan yang besar dalam pelaksanaan layanan konseling

kelompok. Berdasarkan gambar 4.8 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil

analisis deskriptif presentase indikator komponen sekolah berada diatas rata-rata

dari keseluruhan indikator dalam subvariabel faktor pendukung dan faktor

penghambat layanan konseling kelompok. Hal ini menunjukkan bahwa komponen

sekolah yang meliputi: kepala sekolah, guru, staff TU dan warga sekolah lainnya

mendukung pelaksanaan layanan konseling kelompok. Hal tersebut bisa dilihat

92

Page 105: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

dari kebijakan kepala sekolah yang memberikan wewenang dan tanggungjawab

penuh untuk melaksanakan layanan konseling kelompok diluar jam pelajaran atau

setelah pulang sekolah. Sedangkan untuk guru mata pelajaran sangat mendukung

dan saling kerjasama untuk membantu mengentaskan permasalahan siswa.

2) Fasilitas

Hasil analisis deskriptif presentase indikator fasilitas menunjukkan

presentase sebesar 73% dengan kriteria baik. Dari hasil tersebut dapat

dideskripsikan bahwa fasilitas layanan konseling kelompok sudah tersedia dengan

baik. Sebagian besar sekolah, pelaksananan layanan konseling kelompok sudah

menggunakan fasilitas yang sesuai dengan kriteria fasilitas layanan konseling

kelompok sehingga mendukung keberhasilan dalam pelaksanaan layanan

konseling kelompok. Meskipun termasuk dalam kriteria baik, berdasarkan gambar

4.8 dalam grafik menunjukkan bahwa hasil analisis deskriptif presentase indikator

fasilitas berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator dalam subvariabel

faktor pendukung dan faktor penghambat layanan konseling kelompok. Hal

tersebut menunjukkan bahwa masih terdapat sekolah yang belum memfasilitasi

dengan baik untuk layanan konseling kelompok.

4.2 Pembahasan Hasil Penelitian

Pada hakikatnya manusia dan segenap dimensi kehidupannya perlu

dikembangkan yaitu dimensi kehidupan spiritual dan psikologis, sosio-emosional,

fisik serta segenap tujuan dan tugas kehidupan menjadi landasan layanan

konseling kelompok. Di sekolah siswa dihadapkan dengan banyak masalah yang

93

Page 106: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

perlu mendapatkan penanganan khusus. Layanan konseling kelompok merupakan

suatu proses pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau

masalah yang bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk

pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang

dialami oleh masing – masing anggota kelompok.

Gibson, Robert L dan Marianne H. Mitchell (2011: 275) mengemukakan

bahwa konseling kelompok mengacu pada penyesuaian rutin atau pengalaman

perkembangan dalam lingkup kelompok yang difokuskan untuk membantu

konseli mengatasi problem mereka lewat penyesuaian diri dan perkembangan

kepribadian sehari – hari. Melalui layanan konseling kelompok, siswa akan

mampu meningkatkan kemampuan mengembangkan pribadi, mengatasi masalah–

masalah pribadi, terampil dalam mengambil alternatif dalam memecahkan

masalah serta memberikan kemudahan dalam pertumbuhan dan perkembangan

individu untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

secara maksimal. Layanan konseling kelompok bertujuan untuk membantu

peserta mengembangkan kemampuan yang sudah dimiliki dalam pemecahan

masalah antarpribadi sehingga peserta lebih mampu mengatasi masalah

pribadinya di kemudian hari (Gladding, Samuel T. 2012: 304).

Layanan konseling kelompok hanya dapat dilaksanakan oleh konselor

sebagai seorang profesional. Sebab untuk menjadi pemimpin kelompok haruslah

seorang yang terlatih dan berwenang menyelenggarakan konseling profesional

(Prayitno 2004: 4). Dalam layanan konseling kelompok terdapat sosok seorang

pemimpin kelompok (konselor) yang sangat berperan atas keberhasilan layanan

94

Page 107: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

tersebut. Pemimpin kelompok (PK) merupakan konselor yang terdidik, terlatih

dan berwenang untuk menyelenggarakan praktik konseling secara professional

(Prayitno 2004: 4). Secara khusus pemimpin kelompok diwajibkan untuk mampu

menghidupkan dinamika kelompok diantara anggota kelompok yang mampu

mengarahkan tujuan umum dan tujuan khusus yang hendak dicapai dalam layanan

konseling kelompok.

Implementasi merupakan suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan,

atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga berdampak, baik berupa

perubahan pengetahuan, keterampilan maupun nilai dan sikap (Mulyasa 2006:

93). Implementasi layanan konseling kelompok adalah suatu aktivitas penerapan

pemberian bantuan dengan suasana kelompok dengan topik atau masalah yang

bersifat pribadi dan rahasia dalam kelompok yang bertujuan untuk pengembangan

pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing –

masing anggota kelompok. Dalam implementasi layanan konseling kelompok

terdapat beberapa subvariabel diantaranya perencanaan, pelaksanaan, evaluasi,

analisis hasil evaluasi, tindak lanjut, faktor pendukung dan faktor penghambat.

Layanan konseling kelompok dapat terlaksana berdasarkan tahap

perencanaan yang matang. Seorang konselor hendaknya melakukan perencanaan

yang matang sebelum memberikan layanan konseling kelompok kepada siswa.

Hal ini erat keitannya dengan ketercapaian tujuan yang henak dicapai dengan

layanan tersebut. Data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel

perencanaan layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik

yang terbagi ke dalam enam indikator yang meliputi materi layanan, tujuan yang

95

Page 108: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

ingin dicapai, sasaran kegiatan, bahan atau sumber tertentu, rencana penilaian,

waktu dan tempat.

Dalam subvariabel perencanaan masih terdapat dua indikator yang berada

dibawah rata-rata yaitu sasaran kegiatan dan bahan atau sumber tertentu. Hal ini

menunjukkan bahwa masih terdapat konselor yang belum menerapkan sasaran

layanan konseling kelompok dengan baik. Ketidaksesuaian sasaran kegiatan

berawal dari pengelompokan atau perekrutan anggota kelompok yang tidak sesuai

dengan hasil identifkasi kebutuhan siswa sehingga berpengaruh terhadap

kelancaran proses pelaksanaan layanan konseling kelompok. Seyogyanya

konselor perlu mendalami tentang sasaran yang tepat dan sesuai dalam layanan

konseling kelompok.

Sedangkan dalam indikator sumber dan bahan tertentu menunjukkan

bahwa konselor kurang aktif untuk meningkatkan pengetahuan tentang

permasalahan-permasalahan yang umum dialami oleh siswa di era globalisasi

dengan pesatnya kemajuan teknologi. Seorang konselor hendaknya membaca

referensi contoh permasalahan dalam kehidupan remaja dan cara mengatasinya

sehingga konselor dapat mengarahkan kelompok dalam pemecahan masalah

dengan baik.

Pelaksanaan tahapan dalam layanan konseling kelompok adalah sebagai

berikut : (a) Tahap permulaan, tahap ini merupakan tahap pengenalan , perlibatan

diri atau memasukkan diri dalam suasana kelompok; (b) Tahap transisi, dalam

tahap ini pemimpin kelompok dituntut untuk memunculkan dinamika kelompok

yaitu menumbuhkembangkan hubungan antar anggota kelompok; (3) Tahap

96

Page 109: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

kegiatan, tahap ini merupakan tahap inti dari proses kegiatan layanan konseling

kelompok yaitu mengentasakan permasalahan anggota kelompok yang

masalahnya dibahas; (4) Tahap pengakhiran, dalam tahap ini pemimpin kelompok

mengakhiri kegiatan konseling kelompok yang diawali dengan pengungkapan

pesan dan kesan dari tiap anggota kelompok selama kegiatan berlangsung.

Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel

pelaksanaan layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik

yang terbagi ke dalam empat indikator yang meliputi tahap permulaan, tahap

transisi, tahap kegiatan, tahap pengakhiran. Namun terdapat satu indikator yaitu

tahap transisi yang masih berada dibawah rata-rata dari keseluruhan indikator

dalam subvariabel pelaksanaan layanan konseling kelompok. Hal ini bisa

disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya

tahap transisi untuk kelancaran tahap selanjutnya sehingga konselor perlu

meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang pentingnya tahap transisi

dalam layanan konseling kelompok. Tahap peralihan disebut juga tahap transisi

(Transition Stage). Tahap peralihan diawali dengan masa badai , dimana anggota

kelompok bersaing dengan yang lain untuk mendapatkan tempat dalam kelompok.

Masa badai merupakan masa munculnya suatu konflik dari ketegangan primer ke

ketegangan sekunder (Wibowo 2005: 90).

Evaluasi atau penilaian layanan konseling kelompok dapat diarahkan

secara khusus pada anggota kelompok yang masalah yang dibahas. Penilaian

dapat dilakukan secara tertulis maupun lisan, secara tertulis dapat dilakukan baik

menggunakan essai, daftar cek, maupun daftar isian sederhana sedangkan secara

97

Page 110: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

lisan dapat dilakukan dengan anggota kelompok diminta untuk mengungkapkan

secara langsung hal – hal yang paling berharga atau kurang disenangi selama

kegiatan berlangsung. Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub

variabel evaluasi layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria

baik yang terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi penilaian hasil dan

penilaian proses.

Namun masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari

keseluruhan indikator dalam subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok

yaitu penilaian proses. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada sebagian konselor

yang belum melakukan penilaian proses. Hal tersebut bisa disebabkan karena

kurangnya pengetahuan dan pemahaman konselor mengenai pentingnya penilaian

terhadap proses pelaksanaan layanan konseling kelompok.

Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel analisis

hasil evaluasi layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria

baik yang terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi diagnosis dan prognosis..

Hal ini menunjukkan bahwa dalam analisis hasil evaluasi layanan konseling

kelompok, sebagian besar konselor telah mengimplementasikan dengan baik.

Namun masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari keseluruhan

indikator dalam subvariabel evaluasi layanan konseling kelompok yaitu

prognosis. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya pengetahuan layanan

konseling kelompok yang hanya terbatas pada pelaksanaan. Prognosis

dilaksanakan setelah proses pelaksanaan selesai yang kemudian dilakukan

evaluasi dan analisis hasil evaluasi yang di dalamnya terdapat diagnosis dan

98

Page 111: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

prognosis. Prognosis merupakan prediksi pemberian layanan lanjutan yang

berdasarkan hasil evaluasi dan diagnosis layanan koseling kelompok.

Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel tindak

lanjut layanan konseling kelompok menunjukkan hasil dengan kriteria baik yang

terbagi ke dalam satu indikator yaitu tindak lanjut. Pemecahan permasalahan

siswa terkadang tidak bisa diselesaikan dengan layanan konseling kelompok

melainkan harus menggunakan pendekatan individual karena setiap siswa

memiliki karakteristik yang berbeda sehingga dalam memberikan layanan tidak

bisa disamaratakan. Tindak lanjut diberikan untuk membantu siswa yang

permasalahannya tidak teratasi dengan layanan konseling kelompok dan untuk

mengoptimalkan pemberian layanan Bimbingan dan Konseling sehingga siswa

dapat mencapai kehidupan efektif sehari – hari (KES).

Berdasarkan data hasil analisis deskriptif presentase sub variabel faktor

pendukung dan faktor penghambat layanan konseling kelompok menunjukkan

hasil dengan kriteria baik yang terbagi ke dalam dua indikator yang meliputi

komponen sekolah dan fasilitas. Hal ini menunjukkan bahwa dalam implementasi

layanan konseling kelompok telah terlaksana dengan baik, yang ditunjukkan

dengan presentase faktor pendukung lebih besar dibandingkan dengan presentase

faktor penghambat sehingga pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat

berjalan dengan baik.

Namun masih terdapat indikator yang berada di bawah rata-rata dari

keseluruhan indikator dalam subvariabel faktor pendukung dan faktor penghambat

layanan konseling kelompok yaitu fasilitas. Hal tersebut menunjukkan bahwa

99

Page 112: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

masih terdapat sekolah yang belum memfasilitasi dengan baik sehingga perlu

adanya sosialisasi kepada kepala sekolah sebagai pihak yang memiliki wewenang

yang tingggi di sekolah tentang penting fasilitas untuk mendung pelaksanaan

layanan konseling kelompok.

Berdasarkan hasil penelitian implementasi layanan konseling kelompok di

SMPN se-Kabupaten Pati diperoleh hasil presentase deskriptif secara keseluruhan

menunjukkan kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa konselor sudah

mengimplementasikan layanan konseling kelompok dengan baik sesuai dengan

aturan dan kaidah – kaidah dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok.

Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 27 Tahun 2008 tentang

Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor sudah jelas disebutkan

bahwa untuk menjadi seorang konselor professional harus dapat memenuhu

standar kualifikasi dan kompetensi konselor. Ditinjau dari hasil penelitian dengan

kriteria baik menunjukkan bahwa konselor di SMPN se-Kabupaten Pati sudah

dapat memenuhi standar kualifikasi dan kompetensi profesi konselor khususnya

dalam mengimplementasikan layanan konseling kelompok.

4.3 Keterbatasan Peneliti

Penelitian ini telah dilaksanakan dengan sebaik mungkin, tetapi penelitian

ini memiliki keterbatasan dalam pengisian angket terdapat kemungkinan jawaban

yang tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan metode

pengumpulan data yang digunakan adalah angket tertutup dengan pernyataan

yang memiliki kemungkinan untuk bias karena adanya kecenderungan untuk

100

Page 113: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

menilai diri sendiri lebih baik dari kondisi sebenarnya, yang tidak sesuai dengan

keadaan diri sebenarnya. Meskipun demikian, peneliti sudah berupaya untuk

menjelaskan kepada responden dari sampel penelitian untuk jujur dalam

menjawab pernyataan yang sesuai dengan keadaan sebenarnya. Selain itu, dalam

penelitian ini terdapat kekurangan dalam pengumpulan data yang masih terbatas

pada penggunaan angket sehingga informasi yang diperoleh masih terbatas

presentase hasil. Dalam penelitian ini, peneliti sudah berupaya dengan maksimal

untuk mendeskripsikan hasil yang diperoleh dari penelitian di SMPN se-

Kabupaten Pati.

101

Page 114: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi layanan konseling

kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati dapat disimpulkan sebagai berikut:

5.1.1 Perencanaan layanan konseling kelompok sudah merencanakan layanan

konseling kelompok dengan baik.

5.1.2 Pelaksanaan layanan konseling kelompok sudah baik dan berjalan sesuai

dengan perencanaan layanan konseling kelompok.

5.1.3 Evaluasi layanan konseling kelompok sudah dilaksanakan dengan baik

dengan menilai hasil dan proses layanan konseling kelompok.

5.1.4 Analisis hasil evaluasi layanan konseling kelompok sudah terlaksana

dengan baik yaitu dengan melakukan diagnosis dan prognosis.

5.1.5 Tindak Lanjut layanan konseling kelompok sudah terlaksana dengan baik

yaitu dengan menggunakan pendekatan individual.

5.1.6 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat layanan konseling kelompok

sudah terlaksana dengan baik, yang ditunjukkan dengan besarnya faktor

pendukung dibandingkan dengan faktor penghambat sehingga pelaksanaan

layanan konseling kelompok dapat berjalan dengan baik.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa konselor di SMPN se-

Kabupaten Pati sudah mengimplementasikan layanan konseling kelompok dengan

102

Page 115: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

kriteria baik. Hal ini menunjukkan bahwa konselor SMPN se-Kabupaten Pati

berkompeten dalam memberikan layanan konseling kelompok yang optimal dan

berkualitas.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan maka disimpulkan saran bagi SMPN se-Kabupaten

Pati diantaranya:

5.2.1 Kepada konselor, untuk senantiasa meningkatkan kemampuan

professional dalam hal implementasi layanan konseling kelompok

khususnya dalam pelaksanaan dan evaluasi dengan mengikuti kegiatan –

kegiatan ilmiah workshop, pelatihan, pendidikan profesi konselor, dll.

5.2.2 Kepada kepala sekolah untuk memfasilitasi konselor dalam mengikuti

kegiatan – kegiatan ilmiah seperti workshop, pelatihan, pendidikan profesi

konselor, dll. serta menyediakan sarana dan prasarana layanan konseling

kelompok dapat meningkatkan kualitas professional konselor dalam

mengimplementasikan layanan konseling kelompok.

5.2.3 Kepada penulis untuk senantiasa melakukan penelitian yang berkelanjutan

guna menambah khazanah ilmu pengetahuan terutama dalam layanan

konseling kelompok.

103

Page 116: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

DAFTAR PUSTAKA

Adaptasi dari: Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 27 Tahun 2008

tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor

Azwar, Syaifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Azwar, Saifuddin. 2012. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik).

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Fatmawati, Dwi Arti. 2010. Studi Pelaksanaan Layanan Konseling Kelompok

Berdasarkan Pendekatan Sistem di SMP Negeri se-Kecamatan Kalimanah

Kabupaten Purbalingga. Skripsi. Semarang: Jurusan BK FIP UNNES

Fattah, Nanang. 2013. Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT Remaja

Rosdakarya

Gibson, Robert L. dan Marianne H. Mitchell. 2011. Bimbingan dan Konseling.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Gladding, Samuel T. 2012. Konseling “Profesi yang Menyeluruh” Edisi

keenam.Jakarta: PT. Indeks

Mulyasa. 2006. Stándar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung:Remaja

Rosda Karya

Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan Profil).

Jakarta: Ghalia Indonesia

Prayitno & Erman Amti. 2004. Dasar – Dasar Bimbingan dan konseling. Jakarta:

Rineka Cipta

104

Page 117: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling (seri layanan). Padang:

Universitas Negeri Padang

Santoso, Slamet. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: Bumi Aksara

Santoso, Eko. 2012. Studi Deskriptif Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan

Konseling di SMA Negeri se-Kabupaten Batang. Skripsi. Semarang: Jurusan

BK FIP UNNES

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D). Bandung: Alfabeta

Sugiyo. 2011. Manajemen Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Semarang:

Widya Karya

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Sukardi, Dewa ketut.2008. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan

Konseling di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Sutoyo, Anwar. 2009. Pemahaman Individu (Observasi, Checklist,

Kuesioner,&Sosiometri). Semarang: Widya Karya

Sutrisno. 2012. Evaluasi Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di SMA

Negeri se-Kabupaten Pemalang. Skripsi. Semarang: Jurusan BK FIP

UNNES

Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang:

UPT UNNES Press

Winkel, W.S. dan M.M. Sri Hastuti. 2007. Bimbingan dan Konseling di Institusi

Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi.

105

Page 118: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 119: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Lampiran 1

DAFTAR KONSELOR YANG MENGIKUTI TRY OUT

No. Nama Sekolah Alamat Konselor

1. SMPN 2 Winong Ds. Danyangmulyo Kec. Winong 3

2. SMPN 2 Pati Jl. Ronggowarsito Gang 7 Pati 2

3. SMPN 3 Pati Jl. Kol.R.Sugiyono No.17 Pati 4

4. SMPN 5 Pati Jl. P. Sudirman Pati 4

5. SMPN 6 Pati Jl. Kustin 3

6. SMPN 7 Pati Jl. Pati Tayu Km. 3 4

Jumlah 20

106

Page 120: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 121: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Lampiran 2

Kisi – Kisi Angket Implementasi Layanan Konseling Kelompok Sebelum Try Out

Variabel Subvariabel Indikator Deskriptor No. Item

+ -

Layanan

Konseling

Kelompok

Perencanaan Materi layanan

Materi layanan menyesuaikan

dengan permasalahan anggota

kelompok

1 2

Tujuan yang

ingin dicapai

Fokus utama pemberian layanan 3 4

Sasaran

kegiatan

Rekrutmen anggota kelompok 5 6

Bahan atau

sumber

tertentu

Menyiapkan sumber layanan dari

hasil penelitian terdahulu

7 8

Rencana

penilaian

Penilaian hasil dan penilaian

proses

9 10

Waktu dan

tempat

Merencanakan waktu dan tempat 11 12

Pelaksanaan Tahap

permulaan

Mengungkapkan pengertian dan

tujuan kegiatan kelompok

13 14

Menjelaskan tata cara dalam

kelompok

15 16

Menjelaskan asas- asas kegiatan

kelompok

17 18

Menggunakan teknik khusus 19 20

Permainan untuk pengakraban 21 22

Tahap transisi Menjelaskan kegiatan yang akan

ditempuh pada tahap selanjutnya

23 24

Menawarkan dan mengamati

kesiapan anggota kelompok untuk

tahap selanjutnya

25 26

Menjelaskan suasana yang terjadi 27 28

Meningkatkan kemampuan

keiikutsertaan anggota kelompok

29 30

Menjelaskan aspek – aspek dalam

tahap pertama

31 32

Tahap kegiatan Memberikan kesempatan anggota

kelompok untuk mengemukakan

masalah pribadi

33 34

Menetapkan masalah yang

hendak dibahas

35 36

Memberikan kesempatan anggota

kelompok yang masalahnya

dibahas untuk menggambarkan

masalah yang dialami

37 38

Membahas masalah melalui

berbagai cara

39 40

107

Page 122: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Variabel Subvariabel Indikator Deskriptor No. Item

+ -

Memberikan kesempatan untuk

merespon

41 42

Tahap

pengakhiran

Mengemukakan kegiatan akan

segera diakhiri

43 44

Merefleksikan pengalaman 45 46

Membahas kegiatan lanjutan 47 48

Memberikan penguatan 49 50

Evaluasi Penilaian hasil Melakukan penilaian secara lisan

atau instrumen

51 52

Penilaian

proses

Melakukan pengamatan 53 54

Membuat catatan pelaksanaan 55 56

Analisis

hasil

evaluasi

Diagnosis Melakukan diagnosis 57 58

Prognosis Memprediksikan layanan

selanjutnya

59 60

Tindak

Lanjut

Tindak Lanjut Memberikan informasi tindak

lanjut

61 62

Melakukan tindak lanjut 63 64

Faktor

Pendukung

dan Faktor

Penghambat

Komponen

Sekolah

Kepala Sekolah 65 66

Staff Guru 67 68

Fasilitas Ruang Konseling 69 70

Alat pengumpul data 71 72

Kepustakaan 73 74

108

Page 123: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

A. Pengantar

Dalam rangka menyusun skripsi, saya ingin mengetahui informasi tentang

Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se - Kabupaten Pati. Oleh karena itu

saya mengharapkan kesediaan bapak dan ibu untuk memberikan informasi. Saya ingin

mengetahui implementasi layanan konseling kelompok di sekolah menengah pertama negeri.

Di bawah ini tersedia 74 butir pernyataan, oleh karena itu bapak dan ibu dimohon

memberikan jawaban atas pernyataan tersebut. Jawaban bapak dan ibu bersifat pribadi dan

rahasia.

Atas perhatian, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, saya ucapkan

terimakasih.

Penulis

B. Petunjuk Pengisian

1. Isilah terlebih dahulu identitas Bapak/Ibu.

Nama :

Asal Sekolah :

Pendidikan terakhir :

2. Berilah jawaban dengan memberikan tanda cek (√) pada jawaban yang telah tersedia

sesuai pilihan bapak/ibu.

Keterangan :

SS : Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai anda lakukan (SS)

S : Jika pernyataan tersebut Sesuai anda lakukan (S)

TS : Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai anda lakukan ( TS )

STS : Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai anda lakukan ( STS )

Contoh :

No. Pernyataan SS S TS STS

1 Saya menyusun satuan layanan sebelum melaksanakan

layanan.

3. Jawablah pernyataan yang ada sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya bapak/ibu

lakukan.

Selamat Mengerjakan

109

Page 124: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

No. Pernyataan SS S TS STS

1 Materi layanan yang sedang dibahas menyesuaikan

dengan kebutuhan anggota kelompok.

2 Materi layanan sudah saya tentukan sebelum pemberian

layanan konseling kelompok.

3 Tujuan konseling kelompok adalah membantu

penyelesaian permasalahan pribadi.

4 Saya menetapkan permasalahan anggota kelompok yang

akan dibahas.

5 Jumlah anggota kelompok akan berpengaruh terhadap

kinerja kelompok.

6 Rekrutmen anggota kelompok dilakukan berdasarkan

hasil need assesment.

7 Saya membaca – baca kembali contoh masalah dan

pemecahannya dari penelitian terdahulu.

8 Pelaksanaan konseling kelompok berjalan apa adanya.

9 Saya menyiapkan rencana penilaian hasil dan penilaian

proses.

10 Saya membuat rencana penilaian jika ada pengawas.

11 Konseling kelompok dilaksanakan di ruang khusus untuk

pemberian layanan kelompok.

12 Saya yang menentukan waktu pelaksanaan konseling

kelompok.

13 Saya mengungkapkan tujuan pemberian layanan.

14 Saya mengungkapkan pengertian konseling kelompok

apabila ada yang bertanya.

15 Menjelaskan tata cara dalam kelompok berpengaruh

terhadap keberhasilan konseling kelompok.

16 Anggota kelompok berhak menyampaikan pendapat

sesuka hatinya.

17 Saya menjelaskan asas - asas dalam konseling kelompok.

18 Penjelasan asas dalam konseling kelompok sama dengan

bimbingan kelompok.

110

Page 125: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

No. Pernyataan SS S TS STS

19 Penggunaan teknik khusus sangat berperan untuk

keberhasilan konseling kelompok.

20 Konseling kelompok berlangsung sesuai dengan kondisi

kelompok.

21 Saya menggunakan permainan untuk menumbuhkan

dinamika kelompok.

22 Saya menggunakan permainan kelompok pada pertemuan

pertama.

23 Saya menjelaskan tahap kegiatan karena memiliki peran

pada keberhasilan tahap kegiatan.

24 Setelah tahap permulaan saya melanjutkan ke tahap

kegiatan.

25 Saya memasuki tahap kegiatan setelah tidak terjadi

resistensi.

26 Saya mengikutsertakan semua anggota kelompok untuk

tahap kegiatan.

27 Saya melakukan pengamatan dinamika kelompok.

28 Saya menjelaskan suasana kelompok jika kelompok

kurang kondusif.

29 Saya mendorong anggota kelompok untuk aktif dalam

mengeluarkan pendapat.

30 Saya menyamaratakan kemampuan anggota kelompok.

31 Saya mengamati anggota kelompok dalam memahami

aspek – aspek dalam tahap permulaan.

32 Saya berusaha mempersingkat waktu menuju tahap

kegiatan.

33 Saya ikut memberikan pemikiran pada waktu yang

diperlukan.

34 Saya memberikan kesempatan kepada anggota kelompok

yang saya kenal untuk mengungkapkan permasalahannya.

35 Penetapan permasalahan berdasarkan kesepakatan

bersama.

111

Page 126: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

No. Pernyataan SS S TS STS

36 Semua permasalahan yang diungkapkan anggota

kelompok akan dibahas dalam pertemuan tersebut.

37 Saya memberikan kesempatan anggota kelompok yang

permasalahannya dibahas untuk menceritakan

permasalahannya.

38 Saya menceritakan permasalahan anggota kelompok

berdasarkan hasil pengamatan di sekolah.

39 Saya memberikan kesempatan kepada anggota kelompok

yang lain untuk mencari tahu lebih dalam permasalahan

yang sedang dibahas.

40 Saya membatasi anggota kelompok yang lain untuk

membantu memecahkan permasalahan.

41 Saya memberikan kesempatan yang sama kepada setiap

anggota kelompok.

42 Saya mendominasi pembahasan permasalahan.

43 Saya menyampaikan kepada anggota kelompok untuk

menyimpulkan hasil pembahasan.

44 Saya mengakhiri konseling kelompok tanpa

pemberitahuan terlebih dahulu.

45 Saya memberikan kesempatan anggota kelompok yang

masalahnya dibahas untuk menyimpulkan hasil

pembahasan.

46 Saya menyimpulkan sendiri hasil pembahasan.

47 Saya menawarkan kepada anggota kelompok untuk

mengikuti kegiatan lanjutan.

48 Saya membahas kegiatan lanjutan jika dibutuhkan.

49 Saya memberikan kesempatan kepada semua anggota

kelompok untuk menyampaikan pesan dan harapannya.

50 Pesan dan harapan disampaikan oleh perwakilan anggota

kelompok.

51 Saya menggunakan laiseg (penilaian segera) untuk

penilaian hasil.

112

Page 127: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

No. Pernyataan SS S TS STS

52 Penilaian hasil dilakukan jika dirasa perlu.

53 Saya melakukan pengamatan kelancaran proses

pemecahan masalah.

54 Saya mengamati suasana kelompok jika kelompok kurang

kondusif.

55 Saya menyusun catatan hasil pengamatan.

56 Saya menyusun catatan hasil pengamatan jika belum

ditemukan hasil pembahasan dalam satu pertemuan.

57 Saya melakukan analisis sebab dari hasil evaluasi dalam

membantu memecahkan permasalahan.

58 Analisis sebab dilakukan ketika proses pemberian layanan

terjadi perselisihan.

59 Saya memprediksikan layanan selanjutnya berdasarkan

hasil evaluasi.

60 Prediksi layanan lanjutan digunakan sebagai formalitas

kerja.

61 Saya menyusun data siswa yang berhak mendapatkan

layanan lanjutan.

62 Saya melakukan tindak lanjut jika permasalahan siswa

sudah diketahui oleh kepala sekolah.

63 Saya mencari kesepakatan terkait tempat dan waktu

dengan siswa.

64 Saya membatasi siswa yang mendapatkan layanan

lanjutan.

65 Kepala sekolah mendukung pelaksanaan konseling

kelompok.

66 Kepala sekolah membatasi waktu pelaksanaan konseling

kelompok sampai jam pulang sekolah.

67 Wali kelas berkonsultasi tentang perkembangan anak

walinya.

68 Staff guru beranggapan bahwa konseling kelompok itu

kurang penting.

113

Page 128: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

No. Pernyataan SS S TS STS

69 Untuk layanan konseling kelompok sudah tersedia

ruangan khusus.

70 Ruang kelas dijadikan sebagai tempat yang cocok untuk

konseling kelompok.

71 Alat pengumpulan data menggunakan yang sudah teruji

validitasnya.

72 Alat pengumpulan data disusun secara manual.

73 Pihak sekolah memfasilitasi kelengkapan koleksi

perpustakaan tentang konseling kelompok.

74 Tersedia perpustakaan pribadi tentang konseling

kelompok.

Terimakasih atas Partisipasi Bapak dan Ibu.

114

Page 129: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Lampiran 3

Kisi – Kisi Angket Implementasi Layanan Konseling Kelompok Setelah Try Out

Variabel Subvariabel Indikator Deskriptor No. Item

+ -

Layanan

Konseling

Kelompok

Perencanaan Materi layanan

Materi layanan menyesuaikan

dengan permasalahan anggota

kelompok

1 2

Tujuan yang

ingin dicapai

Fokus utama pemberian layanan 3 4

Sasaran

kegiatan

Rekrutmen anggota kelompok 5 6

Bahan atau

sumber

tertentu

Menyiapkan sumber layanan dari

hasil penelitian terdahulu

7 8

Rencana

penilaian

Penilaian hasil dan penilaian

proses

9 -

Waktu dan

tempat

Merencanakan waktu dan tempat 10 -

Pelaksanaan Tahap

permulaan

Mengungkapkan pengertian dan

tujuan kegiatan kelompok

11 12

Menjelaskan tata cara dalam

kelompok

13 -

Menjelaskan asas- asas kegiatan

kelompok

14 -

Menggunakan teknik khusus 15 16

Permainan untuk pengakraban 17 18

Tahap transisi Menjelaskan kegiatan yang akan

ditempuh pada tahap selanjutnya

- 19

Menawarkan dan mengamati

kesiapan anggota kelompok untuk

tahap selanjutnya

20 21

Menjelaskan suasana yang terjadi 22 23

Meningkatkan kemampuan

keiikutsertaan anggota kelompok

24 25

Menjelaskan aspek – aspek dalam

tahap pertama

26 27

Tahap kegiatan Memberikan kesempatan anggota

kelompok untuk mengemukakan

masalah pribadi

28 29

Menetapkan masalah yang

hendak dibahas

30 31

Memberikan kesempatan anggota

kelompok yang masalahnya

dibahas untuk menggambarkan

masalah yang dialami

32 33

Membahas masalah melalui

berbagai cara

34 35

115

Page 130: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Variabel Subvariabel Indikator Deskriptor No. Item

+ -

Memberikan kesempatan untuk

merespon

36 37

Tahap

pengakhiran

Mengemukakan kegiatan akan

segera diakhiri

38 39

Merefleksikan pengalaman 40 41

Membahas kegiatan lanjutan 42 43

Memberikan penguatan 44 45

Evaluasi Penilaian hasil Melakukan penilaian secara lisan

atau instrumen

46 47

Penilaian

proses

Melakukan pengamatan 48 49

Membuat catatan pelaksanaan 50 51

Analisis

hasil

evaluasi

Diagnosis Melakukan diagnosis 52 -

Prognosis Memprediksikan layanan

selanjutnya

53 54

Tindak

Lanjut

Tindak Lanjut Memberikan informasi tindak

lanjut

- 55

Melakukan tindak lanjut 56 57

Faktor

Pendukung

dan Faktor

Penghambat

Komponen

Sekolah

Kepala Sekolah 58 59

Staff Guru 60 61

Fasilitas Ruang Konseling 62 -

Alat pengumpul data 63 64

Kepustakaan 65 -

116

Page 131: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

A. Pengantar

Dalam rangka menyusun skripsi, saya ingin mengetahui informasi tentang

Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se - Kabupaten Pati. Oleh karena itu

saya mengharapkan kesediaan bapak dan ibu untuk memberikan informasi. Saya ingin

mengetahui implementasi layanan konseling kelompok di sekolah menengah pertama negeri.

Di bawah ini tersedia 65 butir pernyataan, oleh karena itu bapak dan ibu dimohon

memberikan jawaban atas pernyataan tersebut. Jawaban bapak dan ibu bersifat pribadi dan

rahasia.

Atas perhatian, bantuan dan kerjasama yang telah diberikan, saya ucapkan

terimakasih.

Penulis

B. Petunjuk Pengisian

1. Isilah terlebih dahulu identitas Bapak/Ibu.

Nama :

Asal Sekolah :

Pendidikan terakhir :

2. Berilah jawaban dengan memberikan tanda cek (√) pada jawaban yang telah tersedia

sesuai pilihan bapak/ibu.

Keterangan :

SS : Jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai anda lakukan (SS)

S : Jika pernyataan tersebut Sesuai anda lakukan (S)

TS : Jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai anda lakukan ( TS )

STS : Jika pernyataan tersebut Sangat Tidak Sesuai anda lakukan ( STS )

Contoh :

No. Pernyataan SS S TS STS

1 Saya menyusun satuan layanan sebelum melaksanakan

layanan.

3. Jawablah pernyataan yang ada sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya bapak/ibu

lakukan.

Selamat Mengerjakan

117

Page 132: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

No. Pernyataan SS S TS STS

1 Materi layanan yang sedang dibahas menyesuaikan

dengan kebutuhan anggota kelompok.

2 Materi layanan sudah saya tentukan sebelum pemberian

layanan konseling kelompok.

3 Tujuan konseling kelompok adalah membantu

penyelesaian permasalahan pribadi.

4 Saya menetapkan permasalahan anggota kelompok yang

akan dibahas.

5 Jumlah anggota kelompok akan berpengaruh terhadap

kinerja kelompok.

6 Rekrutmen anggota kelompok dilakukan berdasarkan

hasil need assesment.

7 Saya membaca – baca kembali contoh masalah dan

pemecahannya dari penelitian terdahulu.

8 Pelaksanaan konseling kelompok berjalan apa adanya.

9 Saya menyiapkan rencana penilaian hasil dan penilaian

proses.

10 Konseling kelompok dilaksanakan di ruang khusus untuk

pemberian layanan kelompok.

11 Saya mengungkapkan tujuan pemberian layanan.

12 Saya mengungkapkan pengertian konseling kelompok

apabila ada yang bertanya.

13 Menjelaskan tata cara dalam kelompok berpengaruh

terhadap keberhasilan konseling kelompok.

14 Saya menjelaskan asas - asas dalam konseling kelompok.

15 Penggunaan teknik khusus sangat berperan untuk

keberhasilan konseling kelompok.

16 Konseling kelompok berlangsung sesuai dengan kondisi

kelompok.

17 Saya menggunakan permainan untuk menumbuhkan

dinamika kelompok.

118

Page 133: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

No. Pernyataan SS S TS STS

18 Saya menggunakan permainan kelompok pada pertemuan

pertama.

19 Setelah tahap permulaan saya melanjutkan ke tahap

kegiatan.

20 Saya memasuki tahap kegiatan setelah tidak terjadi

resistensi.

21 Saya mengikutsertakan semua anggota kelompok untuk

tahap kegiatan.

22 Saya melakukan pengamatan dinamika kelompok.

23 Saya menjelaskan suasana kelompok jika kelompok

kurang kondusif.

24 Saya mendorong anggota kelompok untuk aktif dalam

mengeluarkan pendapat.

25 Saya menyamaratakan kemampuan anggota kelompok.

26 Saya mengamati anggota kelompok dalam memahami

aspek – aspek dalam tahap permulaan.

27 Saya berusaha mempersingkat waktu menuju tahap

kegiatan.

28 Saya ikut memberikan kesempatan kepada anggota

kelompok untuk mengemukakan permasalahan secara

bebas.

29 Saya memberikan kesempatan kepada anggota kelompok

yang saya kenal untuk mengungkapkan permasalahannya.

30 Penetapan permasalahan berdasarkan kesepakatan

bersama.

31 Semua permasalahan yang diungkapkan anggota

kelompok akan dibahas dalam pertemuan tersebut.

32 Saya memberikan kesempatan anggota kelompok yang

permasalahannya dibahas untuk menceritakan

permasalahannya.

33 Saya menceritakan permasalahan anggota kelompok

berdasarkan hasil pengamatan di sekolah.

119

Page 134: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

No. Pernyataan SS S TS STS

34 Saya memberikan kesempatan kepada anggota kelompok

lain untuk ikut aktif terlibat dalam pembahasan masalah.

35 Saya membatasi anggota kelompok yang lain untuk

membantu memecahkan permasalahan.

36 Saya memberikan kesempatan yang sama kepada setiap

anggota kelompok.

37 Saya mendominasi pembahasan permasalahan.

38 Saya menyampaikan kepada anggota kelompok untuk

menyimpulkan hasil pembahasan.

39 Saya mengakhiri konseling kelompok tanpa

pemberitahuan terlebih dahulu.

40 Saya memberikan kesempatan anggota kelompok yang

masalahnya dibahas untuk menyimpulkan hasil

pembahasan.

41 Saya menyimpulkan sendiri hasil pembahasan.

42 Saya menawarkan kepada anggota kelompok untuk

mengikuti kegiatan lanjutan.

43 Saya membahas kegiatan lanjutan jika dibutuhkan.

44 Saya memberikan kesempatan kepada semua anggota

kelompok untuk menyampaikan pesan dan harapannya.

45 Pesan dan harapan disampaikan oleh perwakilan anggota

kelompok.

46 Saya menggunakan laiseg (penilaian segera) untuk

penilaian hasil.

47 Penilaian hasil dilakukan jika dirasa perlu.

48 Saya melakukan pengamatan kelancaran proses

pemecahan masalah.

49 Saya mengamati suasana kelompok jika kelompok kurang

kondusif.

50 Saya menyusun catatan hasil pengamatan.

51 Saya menyusun catatan hasil pengamatan jika belum

ditemukan hasil pembahasan dalam satu pertemuan.

120

Page 135: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

No. Pernyataan SS S TS STS

52 Saya melakukan analisis sebab dari hasil evaluasi dalam

membantu memecahkan permasalahan.

53 Saya memprediksikan layanan selanjutnya berdasarkan

hasil evaluasi.

54 Prediksi layanan lanjutan digunakan sebagai formalitas

kerja.

55 Saya melakukan tindak lanjut jika permasalahan siswa

sudah diketahui oleh kepala sekolah.

56 Saya mencari kesepakatan terkait tempat dan waktu

dengan siswa.

57 Saya membatasi siswa yang mendapatkan layanan

lanjutan.

58 Kepala sekolah mendukung pelaksanaan konseling

kelompok.

59 Kepala sekolah membatasi waktu pelaksanaan konseling

kelompok sampai jam pulang sekolah.

60 Wali kelas berkonsultasi tentang perkembangan anak

walinya.

61 Staff guru beranggapan bahwa konseling kelompok itu

kurang penting.

62 Untuk layanan konseling kelompok sudah tersedia

ruangan khusus.

63 Alat pengumpulan data menggunakan yang sudah teruji

validitasnya.

64 Alat pengumpulan data disusun secara manual.

65 Pihak sekolah memfasilitasi kelengkapan koleksi

perpustakaan tentang konseling kelompok.

Terimakasih atas Partisipasi Bapak dan Ibu.

121

Page 136: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 137: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Lampiran 4

122

Hasil Try Out Angket Implementasi Layanan Konseling Kelompok

No

Kode

Responden

Implementasi Layanan Konseling Kelompok

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22

1 UC-1 4 4 4 4 4 3 4 3 4 1 3 2 4 3 4 3 4 3 3 2 4 3

2 UC-2 1 4 3 4 2 3 3 4 3 4 3 3 3 4 4 1 4 2 3 4 4 3

3 UC-3 4 2 3 2 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3

4 UC-4 2 1 3 1 4 2 4 1 3 4 3 2 3 3 4 1 4 4 4 2 4 1

5 UC-5 1 2 1 2 3 4 3 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 2

6 UC-6 1 3 3 2 1 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 2 1 2 3 2

7 UC-7 3 4 4 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 3 3 2 3 2 3 2 4 2

8 UC-8 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4 3 2 4 3 4 2 4 2 3 4 4 3

9 UC-9 3 3 3 3 4 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2

10 UC-10 2 3 3 1 3 2 2 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2

11 UC-11 2 4 1 4 2 2 3 2 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 2

12 UC-12 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 2

13 UC-13 3 4 3 4 3 2 3 1 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 2

14 UC-14 2 3 2 3 4 2 3 1 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2

15 UC-15 4 4 4 4 4 2 1 2 4 3 4 2 4 4 4 3 3 2 3 4 4 2

16 UC-16 2 2 2 3 3 1 2 1 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 1 2 3 2

17 UC-17 4 3 4 3 2 2 1 3 4 3 3 1 4 2 4 3 4 1 2 1 3 2

18 UC-18 4 3 3 2 4 3 3 4 4 4 4 2 4 4 4 3 4 2 3 4 4 2

19 UC-19 3 3 3 2 2 2 3 1 4 3 3 2 4 2 3 3 3 3 3 3 4 2

20 UC-20 3 3 2 1 3 2 3 2 3 4 3 2 4 1 4 2 3 3 3 2 3 3

ƩΧ 56 62 57 55 61 47 58 46 69 66 62 51 65 58 68 48 66 52 55 51 68 44

ƩΧ² 180 206 179 173 201 119 182 128 243 230 198 139 219 178 236 126 222 144 163 147 236 102

ƩΧΥ 12101 13363 12272 11883 13133 10106 12486 9978 14767 14089 13284 10864 13954 12472 14563 10194 14128 11064 11842 11027 14590 9453

rxy 0.466 0.554 0.432 0.468 0.478 0.432 0.469 0.491 0.447 0.145 0.448 0.036 0.528 0.501 0.504 -0.086 0.483 -0.018 0.489 0.516 0.657 0.476

rtabel 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423

kriteria Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Tidak Valid Tidak Valid Valid Valid Valid

σb² 1.221 0.726 0.871 1.145 0.787 0.45 0.726 1.168 0.261 0.642 0.305 0.471 0.407 0.516 0.253 0.568 0.221 0.463 0.618 0.892 0.253 0.274

Page 138: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

123

Implementasi Layanan Konseling Kelompok

23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47

3 4 2 2 4 3 3 5 4 3 3 4 4 3 4 3 1 4 4 4 3 4 2 4 4

3 3 2 1 3 3 4 4 3 3 2 4 4 3 3 3 3 4 4 4 3 4 2 4 3

3 2 3 3 3 3 3 3 2 4 3 3 4 2 3 2 1 3 3 3 3 3 3 4 3

4 1 2 4 4 2 4 1 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 4 4 4

3 1 3 4 3 2 3 3 1 3 1 2 3 3 2 2 4 2 3 3 3 3 3 3 3

3 2 4 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2

1 2 3 1 3 2 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3

3 3 2 1 4 3 3 4 2 4 3 4 4 3 4 3 3 4 4 3 4 4 2 2 4

3 2 3 2 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4

1 1 4 4 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 3 3 4

3 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3

3 2 3 2 3 2 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 4 4

3 2 2 4 3 2 4 4 3 3 3 2 3 3 3 3 2 4 4 4 2 3 3 3 2

3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 3 4

4 3 1 1 3 2 4 3 4 3 3 2 4 4 3 4 2 4 3 3 4 3 3 3 4

3 3 2 2 3 2 1 3 3 2 1 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 2 2

4 2 3 1 1 2 1 2 1 3 3 1 3 2 3 2 4 3 3 3 2 3 3 3 3

4 4 1 1 3 2 4 3 4 4 3 2 4 4 3 4 2 4 3 4 3 4 3 4 3

4 2 3 2 4 2 4 3 3 3 1 2 4 1 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2 3

3 2 4 2 3 1 3 3 3 3 1 4 4 2 3 4 4 4 4 4 3 4 3 3 3

61 46 52 45 62 43 64 62 56 61 50 54 68 54 61 57 54 67 66 65 58 69 58 64 65

199 120 150 125 200 97 220 206 172 191 142 160 236 156 189 171 164 231 222 215 174 243 172 214 221

13008 9975 10913 9410 13294 9240 13799 13365 12075 13071 10806 11640 14584 11626 13068 12258 11283 14396 14126 13915 12431 14785 12256 13729 13950

0.083 0.604 -0.5 -

0.428 0.431 0.508 0.561 0.561 0.494 0.4851 0.491 0.4801 0.623 0.512 0.607 0.532 -0.612 0.653 0.478 0.51 0.441 0.5474 -

0.567 0.435 0.455

0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423

Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

0.682 0.747 0.779 1.25 0.411 0.239 0.8 0.726 0.8 0.2605 0.895 0.7474 0.253 0.537 0.155 0.45 0.9579 0.345 0.221 0.197 0.305 0.2605 0.2 0.484 0.513

Page 139: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

124

Implementasi Layanan Konseling Kelompok

48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72

2 4 2 4 4 3 4 3 4 4 3 2 4 3 4 4 4 4 3 4 4 1 2 4 3

2 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 2 3 3 2 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4

3 3 2 3 3 3 2 2 2 2 2 3 2 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 1

2 3 1 3 3 3 2 2 4 3 3 3 2 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 4 3

2 1 2 3 3 1 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2

3 3 2 3 3 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 2

2 3 4 3 3 4 3 4 2 3 3 2 2 3 4 3 3 4 4 4 4 3 3 3 4

1 3 2 4 3 4 3 4 3 3 2 3 3 3 4 4 4 4 3 4 4 1 3 4 2

1 4 2 3 3 3 2 3 2 4 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 4 2

4 3 1 3 3 3 2 3 2 1 3 3 2 3 2 3 3 1 3 2 3 3 3 1 1

4 3 2 3 2 3 2 4 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2

3 4 2 3 3 3 2 2 2 4 3 3 2 3 3 4 3 4 3 3 4 3 3 4 4

3 4 3 2 1 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3

4 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 4 3 3 4 3 3 4 1

1 3 2 3 4 3 3 2 3 4 2 2 4 2 4 4 4 3 3 3 3 1 3 3 2

3 1 1 2 2 3 3 1 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 2 2 3 3 3 1

2 4 2 3 3 1 2 2 2 2 2 4 1 3 3 3 3 4 2 3 3 4 2 3 1

1 3 4 2 4 3 3 3 3 3 2 2 4 2 4 4 4 4 3 3 3 2 3 3 4

2 4 3 2 3 4 2 2 2 4 2 3 3 3 3 3 3 1 2 4 4 4 1 3 1

2 4 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 1 2 4 3 3 3 3 4 4 2 3 2

47 64 44 59 60 59 50 54 50 60 52 56 54 56 59 65 66 66 59 63 68 54 51 63 45

129 220 110 181 190 187 134 158 136 192 140 162 158 162 187 217 222 234 179 207 238 162 137 211 125

9844 13777 9504 12661 12899 12706 10795 11631 10813 12908 11084 11796 11617 11890 12687 13935 14167 14205 12656 13546 14606 11342 10886 13550 9820

-0.46 0.491 0.472 0.483 0.501 0.509 0.63 0.486 0.637 0.489 0.089

-

0.671 0.436

-

0.161 0.443 0.515 0.718 0.483 0.545 0.578 0.628

-

0.467 0.144 0.491 0.614

0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423 0.423

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid Tidak Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tidak Valid Valid

0.976 0.8 0.695 0.366 0.526 0.682 0.474 0.6421 0.579 0.6316 0.253 0.274 0.642 0.274 0.682 0.303 0.221 0.853 0.261 0.45 0.358 0.853 0.366 0.661 1.25

Page 140: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Y Y²

73 74

4 2 246 60516

4 2 238 56644

3 2 213 45369

3 2 209 43681

3 2 189 35721

3 2 191 36481

3 2 221 48841

4 2 240 57600

3 4 217 47089

3 2 192 36864

2 3 208 43264

3 1 221 48841

2 3 214 45796

3 4 214 45796

2 3 224 50176

2 2 179 32041

3 2 189 35721

3 2 235 55225

3 2 206 42436

3 3 211 44521

59 47 4257 912623

181 121 Reliabel

12670 10012 k = 74

0.525 0.031 Ʃσ²b = 41.4447

0.423 0.423 σ²t = 343.187

Valid Tidak r₁₁ = 0.89128

0.366 0.555

125

Page 141: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 142: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Lampiran 5

Penghitungan Validitas Angket

Rumus :

Kriteria :

Butir aitem valid jika rxy > rtabel

Perhitungan :

Berikut ini contoh perhitungan validitas aitem pada butir no 1

No Kode X Y X2

Y2

XY

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

UC-1

UC-2

UC-3

UC-4

UC-5

UC-6

UC-7

UC-8

UC-9

UC-10

UC-11

UC-12

UC-13

UC-14

UC-15

UC-16

UC-17

UC-18

UC-19

UC-20

4

1

4

2

1

1

3

4

3

2

2

4

3

2

4

2

4

4

3

3

246

238

213

209

189

191

221

240

217

192

208

221

214

214

224

179

189

235

206

211

16

1

16

4

1

1

9

16

9

4

4

16

9

4

16

4

16

16

9

9

60516

56644

45369

43681

35721

36481

48841

57600

47089

36864

43264

48841

45796

45796

50176

32041

35721

55225

42436

44521

984

238

852

418

189

191

663

960

651

384

416

884

642

428

896

358

756

940

618

633

∑ 56 4257 180 912623 12101

Dengan menggunakan rumus tersebut diperoleh :

Padaα = 5 % dengan n = 20 diperoleh rtabel = 0.423.

Karena rxy > rtabel, maka butir no 1 tersebut valid.

xy

(4257)2 - 20 (56)

2 - (180) 20

(4257) (56) - (12101) 20 r

912623)

0.466

2 2 2 2 xy Y) ( - Y N ) X ( - X N

Y) )( X ( - XY N r

126

Page 143: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Lampiran 6

Penghitungan Reliabilitas Angket

Rumus :

Kriteria :

Apabila r11 > rtabel maka instrument tersebut reliable.

Perhitungan :

1. Varians total

2. Varians butir

∑𝜎𝑏² = 1.221 + 0.726 + 0.871 + … + 0.555

= 41.445

3. Koefisien reliabilitas

Padaα = 5 % dengan n = 20 diperoleh rtabel = 0.423.

Karena rxy > rtabel, maka dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut reliabel.

r11 = (1k

k ) ( 1 –∑𝜎𝑏 ²

𝜎 ²𝑡)

𝜎²𝑡 = ∑Y²−

(∑Y )²

N

N

σ²t =912623−

(4257 )²

20

20 = 343.19

𝜎²𝑏 = ∑X²−

(∑X )²

N

N

𝜎²𝑏₁ = 180−

(56)²

20

20 = 1.221

σ²𝑏₂= 206−

(62)²

20

20 = 0.726

σ²𝑏₃= 179−

(57)²

20

20 = 0.871

σ²𝑏₇₄ = 121−

(47)²

20

20 = 0.555

r11 = (174

74

) ( 1 –

41.445

343.19)

= 0.8913

127

Page 144: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Lampiran 7

DAFTAR KONSELOR YANG MENJADI SAMPEL PENELITIAN

No. Nama Sekolah Alamat Konselor

1. SMPN 1 Pati Jl. Pemuda 287 Pati 4

2. SMPN 4 Pati Jl. P. Sudirman No. 18 Pati 4

3. SMPN 8 Pati Jl. RA. Kartini No. 1 Pati 4

4. SMPN 1 Winong Jl. Winong-Gabus Km 0.5 5

5. SMPN 1 Tambakromo Jl. Raya Tambakromo - Pati 5

6. SMPN 1 Jakenan Jl. Juwana - Pucakwangi 4

7. SMPN 1 Wedarijaksa Jl.Lahar-Pasucen Ds. Lahar 5

8. SMPN 1 Jaken Jl. Jakenan – Jaken Km 6 3

9. SMPN 1 Kayen Jl. Raya Kayen - Pati 4

10. SMPN 1 Margorejo Jl. Ds. Langenharjo 2

Jumlah 40

128

Page 145: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 146: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

Lampiran 8

129 Analisis Presentase Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati

Responden Konselor

No Kode

Resp

Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati

Materi

layanan Skor % Kriteria

Tujuan yang

ingin dicapai Skor % Kriteria

Sasaran

Kegiatan Skor % Kriteria Bahan atau

sumber tertentu Skor % Kriteria

Rencana

penilaian Skor % Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 R-1 4 4 8 100 SB 4 4 8 100 SB 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 4 4 100 SB

2 R-2 3 4 7 87.5 SB 4 4 8 100 SB 3 2 5 62.5 B 4 2 6 75 B 3 3 75 B

3 R-3 3 3 6 75 B 4 3 7 87.5 SB 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 3 75 B

4 R-4 4 2 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 3 75 B

5 R-5 4 3 7 87.5 SB 2 3 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 3 6 75 B 3 3 75 B

6 R-6 3 3 6 75 B 4 2 6 75 B 3 1 4 50 CB 4 1 5 62.5 B 4 4 100 SB

7 R-7 4 3 7 87.5 SB 2 3 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 2 1 3 37.5 KB 3 3 75 B

8 R-8 4 3 7 87.5 SB 2 3 5 62.5 B 2 3 5 62.5 B 3 3 6 75 B 3 3 75 B

9 R-9 3 3 6 75 B 4 3 7 87.5 SB 4 2 6 75 B 3 3 6 75 B 4 4 100 SB

10 R-10 3 3 6 75 B 3 3 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 3 6 75 B 3 3 75 B

11 R-11 4 3 7 87.5 SB 3 3 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 3 6 75 B 2 2 50 CB

12 R-12 3 4 7 87.5 SB 4 4 8 100 SB 4 2 6 75 B 3 3 6 75 B 4 4 100 SB

13 R-13 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 3 75 B

14 R-14 4 3 7 87.5 SB 3 3 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 4 4 100 SB

15 R-15 4 4 8 100 SB 3 4 7 87.5 SB 3 2 5 62.5 B 3 3 6 75 B 3 3 75 B

16 R-16 3 4 7 87.5 SB 3 3 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 3 6 75 B 4 4 100 SB

17 R-17 4 4 8 100 SB 3 4 7 87.5 SB 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 4 4 100 SB

18 R-18 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 2 3 5 62.5 B 2 2 4 50 CB 3 3 75 B

19 R-19 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 2 3 5 62.5 B 2 3 5 62.5 B 2 2 50 CB

20 R-20 4 3 7 87.5 SB 3 3 6 75 B 3 2 5 62.5 B 4 2 6 75 B 4 4 100 SB

21 R-21 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 4 2 6 75 B 4 1 5 62.5 B 4 4 100 SB

22 R-22 4 4 8 100 SB 3 4 7 87.5 SB 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 4 4 100 SB

23 R-23 4 3 7 87.5 SB 4 3 7 87.5 SB 4 1 5 62.5 B 4 2 6 75 B 4 4 100 SB

24 R-24 4 3 7 87.5 SB 4 3 7 87.5 SB 4 1 5 62.5 B 4 2 6 75 B 4 4 100 SB

25 R-25 4 3 7 87.5 SB 4 3 7 87.5 SB 4 1 5 62.5 B 4 2 6 75 B 4 4 100 SB

26 R-26 4 3 7 87.5 SB 4 3 7 87.5 SB 3 3 6 75 B 3 3 6 75 B 4 4 100 SB

27 R-27 4 3 7 87.5 SB 4 3 7 87.5 SB 3 2 5 62.5 B 3 1 4 50 CB 3 3 75 B

28 R-28 3 3 6 75 B 3 3 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 3 75 B

29 R-29 3 1 4 50 CB 4 1 5 62.5 B 2 1 3 37.5 KB 3 1 4 50 CB 3 3 75 B

30 R-30 4 3 7 87.5 SB 3 3 6 75 B 3 1 4 50 CB 3 2 5 62.5 B 3 3 75 B

31 R-31 4 2 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 1 4 50 CB 3 1 4 50 CB 3 3 75 B

32 R-32 3 3 6 75 B 4 3 7 87.5 SB 3 1 4 50 CB 3 2 5 62.5 B 4 4 100 SB

33 R-33 4 3 7 87.5 SB 4 2 6 75 B 3 4 7 87.5 SB 4 4 8 100 SB 3 3 75 B

34 R-34 3 3 6 75 B 4 3 7 87.5 SB 3 2 5 62.5 B 4 3 7 87.5 SB 3 3 75 B

35 R-35 3 3 6 75 B 2 4 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 3 75 B

36 R-36 4 3 7 87.5 SB 3 3 6 75 B 2 2 4 50 CB 3 1 4 50 CB 3 3 75 B

37 R-37 4 4 8 100 SB 4 4 8 100 SB 3 1 4 50 CB 4 2 6 75 B 4 4 100 SB

38 R-38 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 3 75 B

39 R-39 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 2 2 4 50 CB 3 3 75 B

40 R-40 3 3 6 75 B 3 3 6 75 B 3 2 5 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 3 75 B

Jumlah 259 80.9 B 248 77.5 B 198 61.9 CB 212 66.3 B 134 83.8 SB

Page 147: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

No Kode

Resp

Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati

Waktu

dan

tempat Skor % Kriteria

Tahap permulaan Skor % Kriteria

Tahap transisi Skor % Kriteria

Tahap kegiatan

10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31

1 R-1 4 4 100 SB 4 4 3 3 2 2 4 3 25 78.1 B 4 3 2 3 2 4 3 3 3 27 75 B 4 4 4 3

2 R-2 3 3 75 B 4 4 4 4 4 2 2 3 27 84.4 SB 3 3 2 3 3 3 4 3 4 28 77.8 B 4 3 4 3

3 R-3 4 4 100 SB 4 4 3 3 3 3 4 3 27 84.4 SB 2 3 3 3 3 3 3 3 2 25 69.4 B 3 2 4 2

4 R-4 4 4 100 SB 4 1 3 3 4 2 3 2 22 68.8 B 2 3 2 3 2 3 2 3 2 22 61.1 CB 3 2 3 2

5 R-5 3 3 75 B 3 3 3 4 3 2 3 2 23 71.9 B 3 2 3 3 3 4 3 3 3 27 75 B 3 3 3 2

6 R-6 4 4 100 SB 4 3 4 4 4 2 4 2 27 84.4 SB 1 4 1 4 2 4 1 4 3 24 66.7 B 3 3 4 2

7 R-7 3 3 75 B 3 2 3 3 2 2 3 3 21 65.6 B 3 3 2 3 3 4 3 3 3 27 75 B 3 3 3 2

8 R-8 3 3 75 B 3 3 3 3 2 2 4 3 23 71.9 B 3 3 3 3 3 4 3 3 3 28 77.8 B 3 3 3 2

9 R-9 3 3 75 B 4 4 3 4 3 2 4 3 27 84.4 SB 3 3 1 4 3 4 2 3 3 26 72.2 B 3 2 3 3

10 R-10 3 3 75 B 3 2 3 3 3 3 3 2 22 68.8 B 2 3 1 4 1 3 1 4 2 21 58.3 CB 3 3 3 2

11 R-11 3 3 75 B 3 3 3 3 3 2 3 3 23 71.9 B 2 3 2 4 2 3 1 3 2 22 61.1 CB 4 4 4 3

12 R-12 3 3 75 B 4 4 3 4 3 2 4 3 27 84.4 SB 4 3 1 4 3 4 2 3 3 27 75 B 3 2 4 4

13 R-13 3 3 75 B 3 3 3 3 3 2 3 3 23 71.9 B 2 3 2 3 2 3 3 3 3 24 66.7 B 3 3 3 2

14 R-14 4 4 100 SB 4 1 4 4 4 1 4 2 24 75 B 1 4 1 4 1 4 1 4 3 23 63.9 B 4 3 4 3

15 R-15 4 4 100 SB 4 3 3 4 3 2 3 3 25 78.1 B 3 3 2 3 2 4 4 3 3 27 75 B 3 3 3 3

16 R-16 4 4 100 SB 4 3 3 4 3 2 3 3 25 78.1 B 2 3 2 3 2 4 4 3 3 26 72.2 B 3 3 4 3

17 R-17 3 3 75 B 4 1 4 4 4 1 4 3 25 78.1 B 3 3 2 3 2 4 1 3 3 24 66.7 B 4 3 4 3

18 R-18 3 3 75 B 3 3 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 2 2 2 3 2 3 2 3 3 22 61.1 CB 2 2 3 2

19 R-19 2 2 50 CB 3 2 3 3 2 3 3 2 21 65.6 B 2 2 2 3 3 3 3 3 3 24 66.7 B 3 2 3 2

20 R-20 4 4 100 SB 4 1 4 4 4 2 4 1 24 75 B 1 4 1 4 1 4 1 4 1 21 58.3 CB 4 3 4 4

21 R-21 3 3 75 B 3 2 3 4 4 2 3 2 23 71.9 B 2 2 2 3 3 3 3 3 3 24 66.7 B 3 2 3 2

22 R-22 1 1 25 KB 3 3 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 2 3 2 3 2 3 3 3 3 24 66.7 B 4 3 3 3

23 R-23 4 4 100 SB 4 3 3 4 4 2 4 2 26 81.3 SB 2 3 1 3 3 4 4 4 3 27 75 B 4 3 4 2

24 R-24 4 4 100 SB 4 3 3 4 4 2 4 2 26 81.3 SB 2 3 1 3 3 4 4 4 3 27 75 B 4 3 4 2

25 R-25 4 4 100 SB 4 3 3 4 4 2 4 2 26 81.3 SB 2 3 1 3 3 4 4 4 3 27 75 B 4 3 4 2

26 R-26 4 4 100 SB 4 3 3 4 3 2 3 2 24 75 B 2 3 1 4 3 4 3 4 3 27 75 B 4 3 4 3

27 R-27 3 3 75 B 3 3 3 4 3 2 3 2 23 71.9 B 2 3 2 3 3 4 3 3 3 26 72.2 B 3 3 4 2

28 R-28 4 4 100 SB 3 3 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 3 3 2 3 2 3 3 3 3 25 69.4 B 3 1 4 3

29 R-29 2 2 50 CB 3 4 1 4 4 1 4 2 23 71.9 B 1 3 1 3 2 3 1 3 3 20 55.6 CB 4 3 4 2

30 R-30 4 4 100 SB 3 2 4 4 4 2 4 2 25 78.1 B 2 3 2 4 1 4 3 3 3 25 69.4 B 3 2 4 3

31 R-31 3 3 75 B 4 3 4 3 4 2 3 2 25 78.1 B 2 2 2 3 1 3 3 3 3 22 61.1 CB 3 4 3 3

32 R-32 4 4 100 SB 4 2 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 2 3 2 3 1 4 3 3 3 24 66.7 B 3 3 4 3

33 R-33 3 3 75 B 3 2 4 4 3 2 4 1 23 71.9 B 2 3 2 4 2 3 2 3 2 23 63.9 B 3 3 3 2

34 R-34 4 4 100 SB 3 3 3 4 3 3 4 2 25 78.1 B 2 2 2 3 2 4 2 3 3 23 63.9 B 2 3 4 2

35 R-35 4 4 100 SB 3 2 3 3 3 2 3 3 22 68.8 B 2 3 2 3 2 3 3 3 3 24 66.7 B 3 3 3 2

36 R-36 3 3 75 B 3 3 3 3 2 2 3 2 21 65.6 B 2 3 2 3 2 3 3 3 3 24 66.7 B 3 3 3 2

37 R-37 4 4 100 SB 4 1 4 4 2 2 4 2 23 71.9 B 2 3 2 3 2 4 4 3 3 26 72.2 B 2 4 4 3

38 R-38 3 3 75 B 3 3 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 2 3 2 3 2 3 2 3 2 22 61.1 CB 3 3 3 2

39 R-39 3 3 75 B 3 3 2 3 3 2 3 2 21 65.6 B 2 3 2 3 2 3 2 3 2 22 61.1 CB 3 2 3 2

40 R-40 3 3 75 B 3 2 3 3 3 2 3 2 21 65.6 B 3 3 2 3 2 3 3 3 2 24 66.7 B 3 2 4 3

Jumlah 134 83.8 SB 948 74.1 B 981 68.1 B

130

Page 148: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

No Kode

Resp

Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati

Tahap kegiatan Skor % Kriteria

Tahap pengakhiran Skor % Kriteria

penilaian

hasil Skor % Kriteria penilaian proses

Skor %

32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51

1 R-1 3 3 1 2 3 4 31 77.5 B 3 4 3 3 3 2 4 3 25 78.1 B 4 3 7 87.5 SB 4 2 3 3 12 75

2 R-2 4 4 2 4 3 3 34 85 SB 3 3 4 4 3 2 4 3 26 81.3 SB 3 4 7 87.5 SB 3 1 3 1 8 50

3 R-3 4 4 1 3 3 4 30 75 B 3 3 3 3 3 2 3 3 23 71.9 B 3 3 6 75 B 3 3 3 3 12 75

4 R-4 3 2 3 2 3 2 25 62.5 B 3 2 3 2 3 2 3 2 20 62.5 B 3 2 5 62.5 B 3 2 3 2 10 63

5 R-5 3 2 2 3 3 3 27 67.5 B 4 3 3 3 3 3 3 3 25 78.1 B 3 2 5 62.5 B 3 3 3 3 12 75

6 R-6 4 2 4 1 4 3 30 75 B 3 3 2 3 3 3 4 3 24 75 B 4 3 7 87.5 SB 4 3 4 3 14 88

7 R-7 2 3 2 3 3 3 27 67.5 B 4 3 3 3 3 2 2 2 22 68.8 B 2 2 4 50 CB 3 3 3 3 12 75

8 R-8 2 2 2 3 3 3 26 65 B 4 3 3 3 3 2 3 2 23 71.9 B 2 2 4 50 CB 3 3 3 3 12 75

9 R-9 4 3 3 2 3 3 29 72.5 B 4 4 4 2 4 2 3 2 25 78.1 B 4 2 6 75 B 3 3 3 2 11 69

10 R-10 3 3 3 2 3 3 28 70 B 3 3 3 2 3 3 3 2 22 68.8 B 3 3 6 75 B 3 2 3 2 10 63

11 R-11 3 3 1 1 3 4 30 75 B 3 3 3 3 3 2 3 3 23 71.9 B 3 3 6 75 B 2 3 3 3 11 69

12 R-12 4 3 4 2 3 3 32 80 B 4 4 4 2 4 2 3 2 25 78.1 B 4 2 6 75 B 3 3 3 2 11 69

13 R-13 2 3 3 3 3 3 28 70 B 2 3 3 2 3 2 3 2 20 62.5 B 3 3 6 75 B 3 2 3 2 10 63

14 R-14 4 3 2 1 4 3 31 77.5 B 4 3 3 3 4 1 4 3 25 78.1 B 4 3 7 87.5 SB 4 1 4 3 12 75

15 R-15 3 2 2 2 3 2 26 65 B 4 3 3 3 3 2 3 2 23 71.9 B 3 3 6 75 B 3 2 3 2 10 63

16 R-16 3 2 2 2 3 2 27 67.5 B 3 2 3 3 3 2 3 2 21 65.6 B 3 3 6 75 B 3 2 3 2 10 63

17 R-17 3 2 2 2 3 2 28 70 B 4 3 3 2 4 2 3 2 23 71.9 B 4 3 7 87.5 SB 3 2 3 2 10 63

18 R-18 3 2 4 2 2 2 24 60 CB 3 3 3 3 3 3 3 2 23 71.9 B 3 3 6 75 B 3 2 3 3 11 69

19 R-19 3 2 2 3 3 2 25 62.5 B 3 2 3 2 3 2 3 3 21 65.6 B 3 2 5 62.5 B 3 2 3 2 10 63

20 R-20 4 3 1 4 4 3 34 85 SB 3 4 3 3 4 1 4 1 23 71.9 B 4 3 7 87.5 SB 4 1 4 3 12 75

21 R-21 3 2 3 3 4 3 28 70 B 4 4 3 2 3 2 4 2 24 75 B 3 3 6 75 B 3 2 3 2 10 63

22 R-22 3 2 3 2 4 4 31 77.5 B 3 4 3 2 2 3 3 2 22 68.8 B 4 3 7 87.5 SB 3 2 3 3 11 69

23 R-23 4 4 4 3 4 4 36 90 SB 3 3 3 3 4 3 3 2 24 75 B 2 4 6 75 B 3 3 4 3 13 81

23 R-23 4 4 4 3 4 4 36 90 SB 3 3 3 3 4 3 3 2 24 75 B 2 4 6 75 B 4 3 4 3 14 88

23 R-23 4 4 4 3 4 4 36 90 SB 3 3 3 3 4 3 3 2 24 75 B 2 4 6 75 B 3 3 4 3 13 81

26 R-26 4 3 3 3 4 4 35 87.5 SB 2 3 3 3 4 2 4 2 23 71.9 B 2 4 6 75 B 3 3 4 3 13 81

27 R-27 3 3 3 3 3 3 30 75 B 3 3 3 3 3 3 3 2 23 71.9 B 2 3 5 62.5 B 3 2 3 3 11 69

28 R-28 3 2 3 3 4 3 29 72.5 B 3 3 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 3 3 6 75 B 3 4 3 3 13 81

29 R-29 4 3 4 4 4 3 35 87.5 SB 4 4 3 3 4 2 4 3 27 84.4 SB 3 4 7 87.5 SB 3 2 4 2 11 69

30 R-30 4 2 2 2 3 3 28 70 B 4 3 3 3 4 2 4 2 25 78.1 B 3 2 5 62.5 B 4 3 3 2 12 75

31 R-31 3 3 2 2 3 4 30 75 B 4 4 3 3 3 2 4 2 25 78.1 B 3 3 6 75 B 3 3 3 3 12 75

32 R-32 3 3 2 2 2 3 28 70 B 2 4 3 3 3 2 3 1 21 65.6 B 3 3 6 75 B 3 3 3 3 12 75

33 R-33 3 2 3 3 4 3 29 72.5 B 3 3 3 3 3 2 4 3 24 75 B 3 2 5 62.5 B 3 2 4 2 11 69

34 R-34 3 2 2 3 3 2 26 65 B 3 3 3 3 3 3 4 2 24 75 B 4 3 7 87.5 SB 3 2 3 2 10 63

35 R-35 3 2 3 2 3 4 28 70 B 3 4 3 3 3 3 3 2 24 75 B 3 3 6 75 B 3 2 3 2 10 63

36 R-36 3 2 3 3 3 3 28 70 B 3 3 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 3 3 6 75 B 3 3 3 3 12 75

37 R-37 3 4 3 4 3 4 34 85 SB 4 4 2 3 3 3 4 3 26 81.3 SB 3 3 6 75 B 3 2 3 2 10 63

38 R-38 3 2 3 2 3 2 26 65 B 3 3 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 3 2 5 62.5 B 3 2 3 2 10 63

39 R-39 3 2 3 2 3 2 25 62.5 B 3 3 3 3 3 2 3 2 22 68.8 B 3 2 5 62.5 B 3 2 3 2 10 63

40 R-40 3 2 3 3 3 3 29 72.5 B 3 3 3 3 3 2 3 3 23 71.9 B 3 3 6 75 B 3 2 3 2 10 63

Jumlah 1179 73.7 B 933 72.9 B 237 74.1 B 448 70

131

Page 149: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

No Kode

Resp

Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati

Kriteria Diagnosis

Skor % Kriteria Prognosis

Skor % Kriteria Tindak lanjut

Skor % Kriteria Komponen sekolah

Skor % Kriteria Fasilitas

Skor % Kriteria

52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65

1 R-1 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 4 3 3 10 83.3 SB 4 3 3 4 14 87.5 SB 4 3 2 3 12 75 B

2 R-2 CB 4 4 100 SB 4 3 7 87.5 SB 2 3 3 8 66.7 B 4 4 4 4 16 100 SB 4 3 2 4 13 81.3 SB

3 R-3 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 4 3 10 83.3 SB 3 3 3 3 12 75 B 3 3 2 3 11 68.8 B

4 R-4 B 3 3 75 B 3 2 5 62.5 B 2 3 2 7 58.3 CB 3 2 3 2 10 62.5 B 3 3 2 3 11 68.8 B

5 R-5 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 3 9 75 B 3 4 3 3 13 81.3 SB 3 3 2 3 11 68.8 B

6 R-6 SB 4 4 100 SB 4 3 7 87.5 SB 3 4 3 10 83.3 SB 4 3 3 3 13 81.3 SB 4 4 3 4 15 93.8 SB

7 R-7 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 3 9 75 B 3 4 3 3 13 81.3 SB 3 3 2 3 11 68.8 B

8 R-8 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 3 9 75 B 3 4 3 3 13 81.3 SB 3 3 2 3 11 68.8 B

9 R-9 B 3 3 75 B 2 3 5 62.5 B 3 4 2 9 75 B 4 2 2 3 11 68.8 B 3 3 3 3 12 75 B

10 R-10 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 3 9 75 B 3 2 3 2 10 62.5 B 3 3 2 3 11 68.8 B

11 R-11 B 2 2 50 CB 3 2 5 62.5 B 3 3 4 10 83.3 SB 3 3 3 3 12 75 B 3 3 3 4 13 81.3 SB

12 R-12 B 3 3 75 B 2 3 5 62.5 B 4 4 3 11 91.7 SB 4 3 2 3 12 75 B 3 3 3 3 12 75 B

13 R-13 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 2 8 66.7 B 3 3 3 3 12 75 B 3 3 3 3 12 75 B

14 R-14 B 4 4 100 SB 3 3 6 75 B 3 4 3 10 83.3 SB 4 3 3 3 13 81.3 SB 3 4 2 3 12 75 B

15 R-15 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 3 9 75 B 3 3 3 3 12 75 B 2 3 2 3 10 62.5 B

16 R-16 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 2 3 3 8 66.7 B 3 3 3 2 11 68.8 B 2 3 2 3 10 62.5 B

17 R-17 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 4 3 10 83.3 SB 3 3 3 3 12 75 B 3 3 2 3 11 68.8 B

18 R-18 B 4 4 100 SB 3 3 6 75 B 4 2 3 9 75 B 4 2 3 2 11 68.8 B 4 4 2 4 14 87.5 SB

19 R-19 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 3 9 75 B 3 3 3 3 12 75 B 2 3 3 2 10 62.5 B

20 R-20 B 4 4 100 SB 3 3 6 75 B 3 4 3 10 83.3 SB 4 3 4 2 13 81.3 SB 2 3 3 2 10 62.5 B

21 R-21 B 3 3 75 B 3 2 5 62.5 B 3 3 3 9 75 B 4 3 3 3 13 81.3 SB 3 3 2 3 11 68.8 B

22 R-22 B 3 3 75 B 3 2 5 62.5 B 3 3 3 9 75 B 3 3 4 2 12 75 B 2 3 3 2 10 62.5 B

23 R-23 SB 3 3 75 B 3 4 7 87.5 SB 4 4 3 11 91.7 SB 4 4 3 4 15 93.8 SB 4 4 3 4 15 93.8 SB

23 R-23 SB 3 3 75 B 3 4 7 87.5 SB 4 4 3 11 91.7 SB 4 4 3 4 15 93.8 SB 4 4 3 4 15 93.8 SB

23 R-23 SB 3 3 75 B 3 4 7 87.5 SB 4 4 3 11 91.7 SB 4 4 3 4 15 93.8 SB 4 4 3 4 15 93.8 SB

26 R-26 SB 3 3 75 B 3 3 6 75 B 4 4 3 11 91.7 SB 4 3 4 3 14 87.5 SB 2 4 3 4 13 81.3 SB

27 R-27 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 4 3 3 10 83.3 SB 4 3 3 4 14 87.5 SB 3 3 3 4 13 81.3 SB

28 R-28 SB 2 2 50 CB 3 2 5 62.5 B 3 3 3 9 75 B 4 2 3 4 13 81.3 SB 4 3 2 3 12 75 B

29 R-29 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 4 4 4 12 100 SB 3 2 4 3 12 75 B 1 3 2 1 7 43.8 CB

30 R-30 B 4 4 100 SB 3 3 6 75 B 2 3 2 7 58.3 CB 4 2 3 3 12 75 B 2 3 2 3 10 62.5 B

31 R-31 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 4 3 2 9 75 B 2 4 4 4 14 87.5 SB 2 3 2 3 10 62.5 B

32 R-32 B 3 3 75 B 3 4 7 87.5 SB 3 4 3 10 83.3 SB 4 3 3 4 14 87.5 SB 4 4 2 3 13 81.3 SB

33 R-33 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 2 4 3 9 75 B 3 3 3 3 12 75 B 3 3 2 3 11 68.8 B

34 R-34 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 2 4 3 9 75 B 4 3 4 3 14 87.5 SB 4 4 3 4 15 93.8 SB

35 R-35 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 2 3 3 8 66.7 B 3 3 3 3 12 75 B 3 3 3 3 12 75 B

36 R-36 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 3 9 75 B 3 3 3 3 12 75 B 3 3 2 3 11 68.8 B

37 R-37 B 3 3 75 B 2 3 5 62.5 B 3 3 3 9 75 B 4 3 3 4 14 87.5 SB 3 4 3 3 13 81.3 SB

38 R-38 B 3 3 75 B 3 2 5 62.5 B 2 3 3 8 66.7 B 3 3 3 4 13 81.3 SB 3 3 3 3 12 75 B

39 R-39 B 3 3 75 B 3 2 5 62.5 B 2 3 3 8 66.7 B 3 3 3 3 12 75 B 2 3 2 2 9 56.3 CB

40 R-40 B 3 3 75 B 3 3 6 75 B 3 3 3 9 75 B 3 3 3 3 12 75 B 1 3 2 2 8 50 CB

Jumlah B 124 77.5 B 236 73.8 B 372 77.5 B 509 79.5 B 467 73 B

132

Page 150: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE

No Kode

Resp

Implementasi Layanan Konseling Kelompok di SMPN se-Kabupaten Pati

Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Analisis hasil evaluasi Tindak Lanjut Faktor Pendukung dan

Faktor Penghambat SKOR

TOTAL % Kriteria

Skor % Kriteria Skor % Kriteria Skor % Kriteria Skor % Kriteria Skor % Kriteria Skor % Kriteria

1 R-1 34 85 SB 108 77.1 B 19 79.2 B 9 75 B 10 83.3 SB 26 81.3 SB 206 79.23077 B

2 R-2 32 80 B 115 82.1 SB 15 62.5 B 11 91.7 SB 8 66.7 B 29 90.6 SB 210 80.76923 B

3 R-3 30 75 B 105 75 B 18 75 B 9 75 B 10 83.3 SB 23 71.9 B 195 75 B

4 R-4 28 70 B 89 63.6 B 15 62.5 B 8 66.7 B 7 58.3 CB 21 65.6 B 168 64.61538 B

5 R-5 29 72.5 B 102 72.9 B 17 70.8 B 9 75 B 9 75 B 24 75 B 190 73.07692 B

6 R-6 29 72.5 B 105 75 B 21 87.5 SB 11 91.7 SB 10 83.3 SB 28 87.5 SB 204 78.46154 B

7 R-7 26 65 B 97 69.3 B 16 66.7 B 9 75 B 9 75 B 24 75 B 181 69.61538 B

8 R-8 29 72.5 B 100 71.4 B 16 66.7 B 9 75 B 9 75 B 24 75 B 187 71.92308 B

9 R-9 32 80 B 107 76.4 B 17 70.8 B 8 66.7 B 9 75 B 23 71.9 B 196 75.38462 B

10 R-10 29 72.5 B 93 66.4 B 16 66.7 B 9 75 B 9 75 B 21 65.6 B 177 68.07692 B

11 R-11 29 72.5 B 98 70 B 17 70.8 B 7 58.3 CB 10 83.3 SB 25 78.1 B 186 71.53846 B

12 R-12 34 85 SB 111 79.3 B 17 70.8 B 8 66.7 B 11 91.7 SB 24 75 B 205 78.84615 B

13 R-13 26 65 B 95 67.9 B 16 66.7 B 9 75 B 8 66.7 B 24 75 B 178 68.46154 B

14 R-14 31 77.5 B 103 73.6 B 19 79.2 B 10 83.3 SB 10 83.3 SB 25 78.1 B 198 76.15385 B

15 R-15 33 82.5 SB 101 72.1 B 16 66.7 B 9 75 B 9 75 B 22 68.8 B 190 73.07692 B

16 R-16 32 80 B 99 70.7 B 16 66.7 B 9 75 B 8 66.7 B 21 65.6 B 185 71.15385 B

17 R-17 32 80 B 100 71.4 B 17 70.8 B 9 75 B 10 83.3 SB 23 71.9 B 191 73.46154 B

18 R-18 25 62.5 B 91 65 B 17 70.8 B 10 83.3 SB 9 75 B 25 78.1 B 177 68.07692 B

19 R-19 24 60 CB 91 65 B 15 62.5 B 9 75 B 9 75 B 22 68.8 B 170 65.38462 B

20 R-20 32 80 B 102 72.9 B 19 79.2 B 10 83.3 SB 10 83.3 SB 23 71.9 B 196 75.38462 B

21 R-21 28 70 B 99 70.7 B 16 66.7 B 8 66.7 B 9 75 B 24 75 B 184 70.76923 B

22 R-22 30 75 B 99 70.7 B 18 75 B 8 66.7 B 9 75 B 22 68.8 B 186 71.53846 B

23 R-23 33 82.5 SB 113 80.7 B 19 79.2 B 10 83.3 SB 11 91.7 SB 30 93.8 SB 216 83.07692 SB

24 R-24 33 82.5 SB 113 80.7 B 20 83.3 SB 10 83.3 SB 11 91.7 SB 30 93.8 SB 217 83.46154 SB

25 R-25 33 82.5 SB 113 80.7 B 19 79.2 B 10 83.3 SB 11 91.7 SB 30 93.8 SB 216 83.07692 SB

26 R-26 34 85 SB 109 77.9 B 19 79.2 B 9 75 B 11 91.7 SB 27 84.4 SB 209 80.38462 B

27 R-27 29 72.5 B 102 72.9 B 16 66.7 B 9 75 B 10 83.3 SB 27 84.4 SB 193 74.23077 B

28 R-28 29 72.5 B 98 70 B 19 79.2 B 7 58.3 CB 9 75 B 25 78.1 B 187 71.92308 B

29 R-29 21 52.5 CB 105 75 B 18 75 B 9 75 B 12 100 SB 19 59.4 CB 184 70.76923 B

30 R-30 29 72.5 B 103 73.6 B 17 70.8 B 10 83.3 SB 7 58.3 CB 22 68.8 B 188 72.30769 B

31 R-31 25 62.5 B 102 72.9 B 18 75 B 9 75 B 9 75 B 24 75 B 187 71.92308 B

32 R-32 30 75 B 95 67.9 B 18 75 B 10 83.3 SB 10 83.3 SB 27 84.4 SB 190 73.07692 B

33 R-33 34 85 SB 99 70.7 B 16 66.7 B 9 75 B 9 75 B 23 71.9 B 190 73.07692 B

34 R-34 32 80 B 98 70 B 17 70.8 B 9 75 B 9 75 B 29 90.6 SB 194 74.61538 B

35 R-35 29 72.5 B 98 70 B 16 66.7 B 9 75 B 8 66.7 B 24 75 B 184 70.76923 B

36 R-36 27 67.5 B 95 67.9 B 18 75 B 9 75 B 9 75 B 23 71.9 B 181 69.61538 B

37 R-37 34 85 SB 109 77.9 B 16 66.7 B 8 66.7 B 9 75 B 27 84.4 SB 203 78.07692 B

38 R-38 26 65 B 92 65.7 B 15 62.5 B 8 66.7 B 8 66.7 B 25 78.1 B 174 66.92308 B

39 R-39 25 62.5 B 90 64.3 B 15 62.5 B 8 66.7 B 8 66.7 B 21 65.6 B 167 64.23077 B

40 R-40 28 70 B 97 69.3 B 16 66.7 B 9 75 B 9 75 B 20 62.5 B 179 68.84615 B

Jumlah 1185 74.1 B 4041 72.2 B 685 71.4 B 360 75 B 372 77.5 B 976 76.3 B 7619 73.25962 B

133

Page 151: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 152: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 153: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 154: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 155: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 156: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 157: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 158: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 159: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 160: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 161: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE
Page 162: IMPLEMENTASI LAYANAN KONSELING KELOMPOK DI SMPN SE