Upload
others
View
39
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Implementasi Metode Dual Stack IPv6
Menggunakan Router Mikrotik di Laboratorium Multimedia
Artikel Ilmiah
Peneliti:
Aisah Ika Wulandari (672015042)
Teguh Indra Bayu, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2019
Implementasi Metode Dual Stack IPv6
Menggunakan Router Mikrotik di Laboratorium Multimedia
Artikel Ilmiah
Diajukan Kepada
Fakultas Teknologi Informasi
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komputer
Peneliti:
Aisah Ika Wulandari (672015042)
Teguh Indra Bayu, S.Kom., M.Cs.
Program Studi Teknik Informatika
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
2019
1
Implementasi Metode Dual Stack IPv6
Menggunakan Router Mikrotik di Laboratorium Multimedia Aisah Ika Wulandari1 , Teguh Indra Bayu2
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50771, Indonesia
E-mail: [email protected] , [email protected]
Abstract
IPv6 is the new generation of internet protocol that replaces the previous version of the
protocol IPv4. IPv6 was developed by the Internet Enginnering Task Force (IETF) to
add IP Addressing. On the research IPv6 implemenation can use the Dual Stack method
which is one the network immigaration methods IPv4 to Ipv6, so one inferface can run
two IP addresses. upload and download testing using filezilla client connected local FTP
Server IPv4 and IPv6. Testing for streaming do by accessing a local web server which
already contains videos. From the result testing the dual stack by comparing results of
throughput not significantly affect on testing upload dan download files. On streaming
test results of throughput and delay significantly affect in IPv4 and IPv6.
Keyword : IPv6, IPv4, Dualstack, Throughput, Delay, Streaming.
Abstrak
IPv6 adalah protokol internet generasi baru yang akan menggantikan protokol
IPv4.Tujuan diciptakan IPv6 karena keterbatasan ruang alamat di IPv4 yang
hanya 32 bit. IPv6 sendiri dikembangkan oleh Internet Engineering Task Force
(IETF) untuk nenambah pengalamatan IP. Pada penelitian ini implementasi IPv6
menggunakan metode dual stack yang merupakan salah satu metode migrasi
jaringan IPv4 ke IPv6, sehingga satu interface dapat menjalankan 2 alamat IP
secara bersamaan. Pengujian upload dan download menggunakan filezilla client
yang terhubung FTP server lokal ipv4 dan ipv6. Pengujian streaming dilakukan
dengan mengakses web server lokal yang telah berisi video. Dari hasil pengujian
dual stack dengan membandingkan hasil throughput tidak berpengaruh signifikan
pada pengujian upload dan download file. Pada pengujian streaming hasil
throughput dan delay berpengaruh signifikan antara IPv4 dan IPv6.
Kata kunci : IPv6. IPv4, Dual Stack, Throughput, Delay, Streaming.
1. Pendahuluan
SMK Telekomunikasi Tunas Harapan merupakan sekolah menengah
kejuruan yang memiliki dua bidang keahlian yaitu Teknik Informatika dan Teknik
Mekanik Otomotif. Sebagai sekolah menengah kejuruan yang memanfaatkan
Teknologi Informasi dalam proses pembelajaran maka koneksi jaringan di SMK
Telekomunikasi Tunas Harapan sangatlah penting. Koneksi yang sering dan
paling banyak digunakan adalah download dan streaming ke server lokal sekolah.
Akses server lokal diakses tidak hanya guru dan karyawan tetapi juga juga siswa
2
siswi untuk mengambil atau mencari data yang dibutuhkan untuk menujang
pembelajaran. Peningkatan akses ke server lokal terjadi pada pukul 08.00 sampai dengan
pukul 12.00. Peningkatan akses terjadi karena pada jam - jam tersebut siswa mulai
melakukan download materi yang akan di pelajari sedangkan para guru
melakukan upload data materi yang akan disampaikan. Dengan adanya
peningkatan akses maka koneksi menjadi lambat dan kegiatan pembelajaran tidak
dapat berjalan dengan baik. Selain akses download dan upload materi koneksi
streaming video pembelajaran juga menjadi salah satu penyebab peningkatan
akses jaringan. Streming video menjadi salah satu cara yang digunakan dalam
pembelajaran Multimedia.
Dalam penelitian ini dilakukan pemisahan akses jaringan antara proses
upload, download dan streaming. Akses ke jaringan lokal server upload dan
download menggunakan Internet Protokol Versi 4 dan akses ke jaringan lokal
server streaming menggunakan Internet Protokol Versi 6. Proses pemisahan akses
jaringan akan menggunakan mikrotik sebagai hardware yang menjalankan
metode dual stack. Penggunaan metode dual stack tidak akan merubah topologi
jaringan Internet Protokol Versi 4 yang telah berjalan. Metode dual stack akan
menjalankan Intenet Protokol Veris 4 dan Internet Protokol Versi 6 pada interface
secara bersamaan. Pemisahan akses ke lokal server upload, download dan
streaming diharapakan dapat meringankan kinerja jaringan sehingga akses ke
lokal server tidak lambat. Dengan demikian proses pembelajaran dapat berjalan
dengan baik.
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa hal yang diteliti mencakup
bagaimana implementasi dual stack agar dapat berjalan dengan baik, menguji
kinerja dual stack apakah dapat meringankan beban trafik jaringan dan menilai
kinerja dari mikrotik apakah dapat menjalankan metode dual stack. Untuk
pengujian dilakukan dengan cara uji coba upload, download dan streaming. Dari
hasil pengujian yang akan dijadikan bahan penilian adalah hasil dari throughput
dan delay.
Dengan rancangan tersebut nantinya akan ada pengukuran dan pengambilan
data yang dilakukan dari sisi client. Hasil dari pengukuran dan pengambilan data
tersebut akan digunakan sebagai acuan pengembangan jaringan di SMK
Telekomunikasi Tunas Harapan.
2. Tinjuan Pustaka
Penelitian yang menggunakan metode Dual Stack cukup banyak dilakukan.
Antara lain penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Muji tahun 2013, yang
berjudul DualStack IPv6 menggunakan Cisco Router. Dalam penelitian ini yang
dilakukan adalah migrasi alamat IPv4 ke Ipv6. Proses migrasinya sendiri
menggunakan Dual Stack Tunneling bertujuan agar tidak mengubah jaringan yang
sudah ada. Hasil dari yang sudah dikerjakan dengan membandingkan Throughput
[1].
3
Dalam Penelitian lain yang berjudul Interkoneksi IPv6 dengan IPv4
menggunakan DSTM (Dual Stack Transition mechanism) yang dilakukan oleh
Dody setiawan, Rumani dan Nyoman. Dalam penelitian ini bertujuan agar host
yang berada pada jaringan IPv6 dapat terkoneksi dengan host IPv4 dan juga
sebaliknya. Pengukuran kinerja DSTM sendiri menggunakan ICMP, FTP dan
Iperf. Jaringan DSTM sendiri memiliki kinerja lebih rendah dari pada jaringan
IPv6 dan IPv4, karena waktu kirim paket yang butuhkan lebih lama. Untuk
aplikasi ICMP waktu kirim paket pada jaringan IPv6 lebih cepat dari pada IPv4.
Tetapi untuk FTP dan Ipref waktu kirim paket IPv6 lebih lama dari pada IPv4 [2].
Penelitian lain yang dilakukan oleh Andra Rizky Aquary tahun 2006, yang
berjudul Analisis Komparasi QoS IPv4 dan IPv6 pada Topologi Jaringan
Komputer di Lab CTC FTI-UKSW. Dalam penelitian ini juga mengalisa
perbandingan QoS (Quality of Service) koneksi dan interkoneksi IPv4 dan IPv6.
Koneksi dan satu contohnya adalah mennggunakan mekanisme NAT-PT
(Network Address Translation-Protocol Translation). Mekanisme ini bekerja
dengan cara menerjamahkan alamat dan paket-paket IP dari IPv4 ke IPv6 dan juga
sebaliknya. NAT (Network Address Translation) mengacu pada penerjamahan
dari alamat IPv4 dan IPv6, sedangkan PT (Protocol Translation) menyediakan
Penerjemahan Paket IPv4 menjadi paket yang secara semantic sama dengan paket
IPv6 dan sebaliknya [3].
Internet Protocol Version 4 (IPv4) adalah sebuah jenis pengamatan jaringan
yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol
IP versi 4. Panjang total adalah 32-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati
hingga 232 host komputer di dunia. Alamat IPv4 umumnya diekspresikan dalam
notasi desimal bertitik (dotted-decimal notation), yang dibagi kedalam empat buat
oktet berukuran 8-bit sehingga nilainya berkisar antara 0 hingga 255 [4].
Internet Protocol Version 6 (IPv6) yang dikenal juga dengan Internet
Protocol Next Generation (Ipng) memiliki panjang 128-bit dengan total alamat
yang dapat ditampung 2128 (3,4 * 1038) alamat. Total alamat yang sangat besar
ini bertujuan untuk menyediakan ruang alamat yang tidak akan habis dalam
beberapa masa kedepan, dan membentuk infstuktur routing yang disusun secara
hierarkis, sehingga mengurangi kompleksitas proses routing dalam tabel routing.
Sistem bacaan pengalamatan dipetakan setiap 16 bits lalu akan ditampilkan dalam
bentuk section hexadecimal 4 digit dengan dipisahkan oleh tanda baca titik dua (:)
[5].
Gambar 2. Stuktur Header Ipv6
Gambar 2 merupakan struktur header IPv6 yang memiliki pengertian sebagai
berikut : Version adalah Bagian version berukuran 4 bits berfungsi untuk
4
mengindikasikan versi dari IP yang digunakan yaitu 6. Traffic Class Bagian
Traffic Class berukuran 8 bits Fungsi dari Traffic Class adalah sebagai pendukung
Quality of Service (Qos) dengan memberikan prioritas bagi paket-paket data untuk
dikirimkan melalui router-router. Flow Label Bagian Flow Label berukuran 20
bits. Flow Label digunakan oleh pengirim untuk memberikan label-label pada
sekumpulan paket data agar masuk ke dalam flow yang sama sehingga
mendukung QoS pada data real time. Payload length Bagian Payload length
berukuran 16 bits merupakan pengganti dari bagian Total Length Struktur IP
header IPv4. Fungsi dari Payload length adalah untuk mengidentifikasikan
panjang dari muatan IPv6 di dalamnya mengandung extension headers dan juga
Packet Data Units (PDU) lapisan atas. Next Header Bagian Next Header
berukuran 8 bits. Fungsi dari Next Header adalah mengidenifikasikan protokol
apa yang ada pada header, apakah berupa extension header atau data protokol
PDU lapisan atas (TCP atau UDP) jika mencapai nilai 0 maka datagram akan
dibuang. Tujuannya adalah mencegah terjadinya routing loop pada datagram
tersebut. Source Address Bagian Source Address berukuran 128 bits berfungsi
mengidentifikasikan alamat pengirim datagram. Destination Address Bagian
Destination Address berukuran 128 bits berfungsi mengidentifikasikan alamat
penerima datagram [6]. Dual Stack Mekanisme dual stack ini memungkinkan baik
protocol IPv4 maupun IPv6 ada dalam device dan network yang sama. Host yang
menggunakan dual stack memiliki alamat IPv4 dan alamat IPv6 sehingga dapat
dijangkau oleh host IPv4 dan host IPv6 [7].
Gambar 3. TCP/IP Dual Stack
Gambar 3 menjelaskan cara kerja IPv4 dan IPv6 yang berjalan pada device
dan network yang sama serta dapat berkomunikasi menggunakan protokol TCP
maupun UDP. Dengan solusi tumpukan ganda, setiap perangkat jaringan, server,
sakelar, router, dan firewall di jaringan ISP akan dikonfigurasikan dengan
kemampuan konektivitas IPv4 dan IPv6. Dengan demikian koneksi yang terjalin
antar host akan menyesuaikan protokol yang digunakan
Wireshark merupakan salah satu network analysis tool, atau disebut juga
dengan protocol analysis tool atau packet sniffer. Wireshark dapat digunakan
untuk troubleshooting jaringan, analisis, pengembangan software dan protocol
serta untuk keperluan edukasi. Wireshark mampu menangkap paket-paket data
5
yang ada pada jaringan tersebut. Semua jenis paket informasi dalam berbagai
format protokol pun akan dengan mudah ditangkap dan dianalisa. Wireshark
dikenal dengan Ethereal [6].
Terdapat banyak hal yang bisa terjadi pada paket ketika ditransmisikan
dari asal ketujuan, yang mengakibatkan masalah-masalah dari sudut pandang
pengirim atau penerima dan sering disebut dengan parameter-parameter performa
jaringan. Throughput merupakan nilai besaran kecepatan rata-rata dari sebuah file
yang berhasil dikirimkan dari komputer server ke komputer client perdetiknya
biasanya mengunakan satuan bit per second. Pengambilan parameter throughput
dilakukan dengan cara download file dari server ke client, pada saat itu juga client
melakukan capture data di Wirehark melalui interface Ethernet, dan menghindari
masuknya paket-paket selain paket yang berasal dari FTP oleh karena itu akan
filtering pada saat capture data tersebut [5]. Delay (Latency) merupakan waktu
tunda yang diperlukan oleh paket data dari awal paket dikirimkan sampai hingga
paket sampai ketujuan. Parameter delay dihitungan dengan cara membagi transfer
time dengan jumlah bit data dengan rumus dibawah ini [5]. 𝐷𝑒𝑙𝑎𝑦 =𝑇𝑟𝑎𝑛𝑠𝑓𝑒𝑟 𝑇𝑖𝑚𝑒
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑏𝑖𝑡 Hasil pengambilan data secara keseluruhan untuk rata-rata
parameter delay dari hasil perhitungan transfer time dibagi dengan jumlah bit
yang terbaca melalui aplikasi Wireshark dan semakin kecil nilai dari delay baik
performa jaringan. Dalam beberapa aplikasi kebutuhan akan parameter performa
jaringan diatas berbeda-beda. Adapun table untuk menunjukan perbedaan –
perbedaan ini adalah
Tabel 1. Kebutuhan aplikasi terhadap parameter performa jaringan
Dari Tabel 1 bisa dilihat bahwa kebutuhan untuk e-mail sangat tinggi
terhadap reliability, namun untuk kebutuhan delay, jitter dan bandwidth rendah.
Begitu juga untuk File Transfer (FTP), Web Access dan Remote Login kebutuhan
reliability sangat tinggi. Tetapi untuk aplikasi semacam audio/video, telephony
dan video conferencing sangat sensitive terhadap jitter sehingga tidak menjamin
realiability data yang ditransmisikan.
3. Metode Perancangan Sistem
Sebelum melakukan penelitian, tahapan yang dilakukan adalah metode
peracangan sistem. Metode peracangan sistem dibuat untuk memudahakan
perancangan dalam mengembangkan ide rancangan. Gambar 4 merupakan metode
perancangan sistem yang akan digunakan.
6
Gambar 4. Metode perancangan sistem dual stack
Gambar 4 menunjukkan metode perancangan yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu: prepare, plan, design, dan implement. Langkah awal yang
dilakukan adalah prepare. Dalam tahapan prepare dilakukan pengumpulan data
yang bersumber dari studi literature dan pencarian informasi berdasarkan
wawancara dengan nara sumber dari SMK Telekomunikasi Tunas Harapan.
Setelah memperoleh inforasi awal dilanjutkan dengan tahapan kedua yaitu plan.
Tahapan plan berisi tentang rencana yang akan dilakukan untuk menyelesaikan
permasalahan dari hasi wawancara dengan narasumber. Dalam penelitian ini plan
yang akan di lakukan adalah membuat jaringan dual stack untuk menyelesaikan
permasalah akses jaringan yang lambat terutama untuk streaming. Langkah
selanjutnya adalah membuat design topologi jaringan dual stack yang akan di
implementasikan. Design topologi jaringan dual stack menyesuaikan topologi
jaringan yang sudah berjalan. Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah proses
Implement. Dalam proses Implement dilakukan instalasi jaringan dual stack yang
telah di design dan melakukan pengujian yang membuktikan bahwa jaringan dual
stack dapat berjalan. Proses implement meliputi konfigurasi alamat pengalamatan
IP dan proses routing.
8
Gambar 5 merupakan topologi yang berjalan di gedung A SMK
Telekomunikasi Tunas Harapan. Topologi yang berjalan saat ini menggunakan
konfigurasi Ipv4 pada semua jaringanya. Gedung A SMK Telekomunikasi Tunas
Harapan terdiri dari 3 lantai yang memilik 3 lab di setiap lantai nya, dengan
pembagian lantai 1 lab TKJ, lantai 2 lab RPL dan lantai 3 Lab Multimedia.
Masing – masing lantai memiliki router yang terhubung ke jaringan lab di lantai
tersebut.
Gambar 6. Desain Topologi Dua Stack yang dibangun
Gambar 6 merupakan desain topologi jaringan yang akan dibuat. Topologi
jaringan dual stack akan dijalankan pada Lab Multimedia dikarenakan
pembelajaran yang memanfaatkan media streaming paling banyak di Lab
Multimedia. Dari desain topologi tersebut Router Multimedia yang sebelumnya
hanya memiliki IPv4 akan di konfigurasi menjadi Router Dual Stack yang
memiliki 2 protokol IP yaitu IPv4 dan IPv6 pada interface yang terhubung.
Konfigurasi dual stack dilakukan pada router lab multimedia dan core router
untuk menghubungkan client dual stack dengan server upload/download dan
server streaming.
Tabel 2. IP Address Lab MM 1 dan Lab MM 2
Pada Tabel 2 perangkat Router Dual Stack memiliki IPv4 dan Ipv6.
Pemberian IPv4 bertujuan untuk menghubungkan dari router dual stack MM ke
core router dual stack sehingga bisa ke server. Konfigurasi pertama yang
dilakukan adalah melakukan enable paket IPv6 pada menu System – Packages.
Setelah IPv6 berhasil di enable kan selanjutnya konfigurasi IPv6 yang berada
9
pada menu IPv6 – address. Kode program 1 menunjukkan perintah konfigurasi
dari IPv6 yang dikonfig pada interface ether4 dan ether2.
Kode Program 1 konfigurasi IPv6 Router Server
Dari Kode Program 1 dapat diketahui bahwa IPv6 terpasang pada interface
ether2 yang mengarah ke Router Multimedia dan interface ether4 yang mengarah
ke Server. IPv6 yang terpasang pada interface ether2 yaitu 2001:c0a8:6400:1::1
dan IPv6 yang terpasang pada interface ether4 2001:c0a8:6400:2::1. Secara
default apabila paket IPv6 dienable kan maka akan muncul alamat Link Local
Address yang otomatis terpasang pada setiap interface. Langkah Selanjutnya
adalah konfigurasi parameter routing IPv6. Kode Program 2 menunjukan perintah
konfigurasi routing pada router server.
Kode Program 2 konfigurasi routing IPv6 Router Server
Berdasarkan Kode Program 2 dapat diambil informasi bahwa gateway
dikonfigurasi pada router server adalah 2001:c0a8:6400:2::2. Gateway tersebut
mengarah ke router multimedia.Pada router MM langkah awal sama seperti
router Server yaitu enable IPv6. Kode Program 3 menunjukkan konfigurasi IPv6
pada router lab multimedia yang di konfigurasi.
Kode Program 3 Konfigurasi IPv6 router Multimedia
Berdasarkan Kode Program 3 dapat diperoleh informasi bahwa untuk
terhubung ke Core Router menggunakan interface ether1 dengan alamat IPv6
2001:c0a8:6400:2::2 sedangkan untuk mengarah ke client lab MM menggunakan
10
interface ether2 dengan alamat IPv6 2001:c0a8:7000:1::1. Setelah konfigurasi
selesai selanjutnya konfigurasi routing IPv6 pada router MM yang ditunjukkan
pada gambar Kode Program 4. Pada router MM paramter routing yang dibuat
hanya default route, sehingga destination addressnya ::/0 dan gatewaynya
diarahkan ke IP router Server.
Kode Program 4 Konfigurasi Routing IPv6 Router Multimedia
.
Berdasarkan Kode Program 4 dapat diambil informasi bahwa gateway
dikonfigurasi pada router server adalah 2001:c0a8:6400:2::1. Gateway tersebut
mengarah ke router multimedia. Pada router MM langkah awal sama seperti
router Server yaitu enable IPv6.
Gambar 7. Detail Konfigurasi IP pada interface LAN.
Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa IPv4 dan IPv6 berjalan bersamaan dan
akan digunakan sesuai dengan kebutuhan. Apabila koneksi ke server IPv4 maka
IPv4 pada client yang digunakan. Begitu juga sebaliknya apabila akses server
IPv6 makan IPv6 pada client yang akan digunakan. Pengujian yang dilakukan
menggunakan perintah ping untuk menguji koneksi antar client dan client ke
server. Pada client lab MM akan melakukan ping ke sever. Untuk client di Lab
MM menggunakan IP yang satu dengan pengaturan router pada router Lab MM.
11
Gambar 8. Hasil Ping dari client MM ke Server.
Gambar 9. Hasil ping dari client MM ke Server.
Pada Gambar 8 diperoleh informasi keberhasilan ping dengan tingkat
keberhasilan 100%, jumlah paket yang dikirim 4 dan diterima 4 waktu yang
dibutuhkan 1ms. Pada Gambar 9. dipeoleh informasi keberhasilan ping dengan
tingkat keberhasilan 100%, jumlah paket yang dikirim 4 dan diterima 4 waktu
yang dibutuhkan 1ms.
Tabel 3. Hasil Ping antar client dan Server
12
Pada Tabel 3 maka dapat disimpulkan bahwa proses dual stack telah
berhasil dan jaringan dapat berjalan dengan baik.langkah selanjutnya adalah
melakukan pengujian akses ke server. Pengujian terakhir yang dilakukan adalah
mengakses service web server yang melayani streaming. Langkah selanjutnya
adalah melakukan pengujian akses web server. Pengujian dengan mengakses
service web server yang melayani streaming.
Gambar 10. Tampilan Halaman Web IPv4(atas) dan IPv6 (bawah)
Gambar 10 menunjukan hasil akses ke web server yang telah di konfigurasi
sehingga dapat berjalan pada IPv6. Konfigurasi web server dilakukan oleh pihak
sekolah sedangkan dalam penelitian ini hanya melakukan proses konfigurasi
jaringan IPv6 agar dapat saling terhubung. Dari gambar tersebut dapat di ambil
informasi bahwa server dapat berjalan dengan baik pada jaringan IPv6.
Setelah pengujian web server selesai langkah selanjutnya yang akan
dilakukan adalah pengujian terhadap performa jaringan. Pengujian performa
jaringan dilakukan dengan cara memonitoring hasil througput upload, download
dan streaming. Untuk pengujian streaming di lakukan penambahan kriteria
pengujian yaitu delay yang diperoleh.
13
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil Pengujian Upload dan Download. Tabel 6 adalah hasil throughput
upload dan download data client dual stack ke dan dari server lokal IPv4 dan IPv6
dengan ukuran 187 MB. Proses pengujian dilakukan sebanyak 5 kali dengan
ukuran data yang sama. Tabel 4. Hasil Throughput Upload dan Download Data
Sebesar 187 MB sebanyak 5 Kali.
Hasil dari Tabel 4 diketahui bahwa kinerja throughput upload dan download
IPv6 lebih unggul dari pada IPv4, karena hasil rata-rata throughput pada IPv6 98
Mbit/s yang lebih tinggi dari IPv4 rata-rata throughput 97 Mbit/s sehingga pada
saat upload dan download throughput pada IPv6 selalu stabil. Keunggulan lain
IPv6 dikarenakan pengguna IPv6 lebih sedikit daripada pengguna IPv4. Sehingga
trafik data yang menggunakan IPv6 lebih lancar. Proses pengujian di lakukan
sebanyak 5 kali dengan paket data yang sama.
Gambar 11. Hasil Throughput upload IPv4
14
Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 11, diperoleh hasil Throghput
upload sebesar 98 Mbit/s dari 118507 paket yang ditampilkan, dari total paket
yang tertangkap 131506 paket. Jarak antara paket pertama dan paket terakhir dari
hasil yang ditangkap 45.075s dan yang ditampilkan 14.584s. Rata-rata paket
2856.3/s yang ditampilkan 8125.5/s. Hasil throughput keseluruhan 3911 Kbyte/s
terpakai 12 Mbyte/s.Besaran throughput yang diperoleh akan dibandingkan
dengan besaran throughput pengujian IPv6.
Gambar 12. Hasil Throughput upload IPv6
Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 12, diperoleh hasil Throghput
upload sebesar 98 Mbit/s dari 120657paket yang ditampilkan, dari total paket
yang tertangkap 134056 paket. Jarak antara paket pertama dan paket terakhir dari
hasil yang ditangkap 29.988s dan yang ditampilkan 14.802s. Rata-rata paket
4470.6/s yang ditampilkan 8151.6/s. Hasil throughput keseluruhan 6100 Kbyte/s
terpakai 12 Mbyte/s. Besaran throughput yang diperoleh akan dibandingkan
dengan besaran throughput pengujian IPv4.
15
Gambar 13. Hasil throughput download Ipv4
Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 13, diperoleh hasil Throghput
download sebesar 96 Mbit/s dari 115846 paket yang ditampilkan, dari total paket
yang tertangkap 174940 paket. Jarak antara paket pertama dan paket terakhir dari
hasil yang ditangkap 35.952s dan yang ditampilkan 14.581s. Rata-rata paket
4864.6/s yang ditampilkan 7955.8/s. Hasil throughput keseluruhan 4986 Kbyte/s
terpakai 12 Mbytes.Besaran throughput yang diperoleh akan dibandingkan
dengan besaran throughput pengujian IPv6.
Gambar 14. Hasil Throughput download Ipv6
16
Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 14, diperoleh hasil Throghput
download sebesar 55 Mbit/s dari 119939 paket yang ditampilkan, dari total paket
yang tertangkap 181029 paket. Jarak antara paket pertama dan paket terakhir dari
hasil yang ditangkap 48.919s dan yang ditampilkan 26.334s. Rata-rata paket
3700.6/s yang ditampilkan 4553.7/s. Hasil throughput keseluruhan 3811 Kbyte/s
terpakai 6894 Kbyte/s.Besaran throughput yang diperoleh akan dibandingkan
dengan besaran throughput pengujian IPv4.
Tabel 7. Hasil Throughput dan Delay Pada Pengujian Streaming
Tabel 7 adalah hasil throughput dan delay pada pengujian Streaming pada
client dual stack ke dan dari server lokal IPv4 dan IPv6. Proses pengujian
dilakukan dengan streaming video dengan kualitas dan waktu yang berbeda.
Pengujian pertama streaming dengan kualitas 360p waktu 5 menit, pengujian
kedua dengan kualitas 480p waktu 7 menit dan pengujian ketiga kualitas video
720p dengan waktu 3 menit. Dari Hasil Pengujian dapat disimpulkan bahwa
throughput pada IPv6 lebih baik daripada IPv4 yang berdampak pada proses
streaming yang lebih cepat IPv6. Sehingga layanan streaming lebih baik
menggunakan IPv6. Untuk delay hasil persecond IPv6 lebih baik dari Ipv4.
Karena IPv6 angka delay lebih kecil.
Gambar 15. Hasil Throughput Streaming Ipv4
17
Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 15, diperoleh hasil Throghput
streaming sebesar 3190 Kbit/s dari 118364 paket yang ditampilkan, dari total
paket yang tertangkap 171892 paket. Jarak antara paket pertama dan paket
terakhir dari hasil yang ditangkap 490.188s dan yang ditampilkan 447.225s. Rata-
rata paket 350.7/s yang ditampilkan 264.7/s. Hasil throughput keseluruhan 370
Kbyte/s terpakai 398 Kbyte/s.Besaran throughput yang diperoleh akan
dibandingkan dengan besaran throughput pengujian IPv6. Streaming video
berdurasi 3 menit dengan kualitas video 720p.
Gambar 16. Hasil Delay Streaming Ipv4
Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 16, diperoleh hasil delay
streaming terbesar 5s dengan rata-rata delay 2s. Streaming video berdurasi 3
menit dengan kualitas video 720p. Semakin kecil delay yang diperoleh pada
pengujian yang dilakukan membuktikan bahwa semakin bagus kualitas streaming
yang didapat. Hasil delay streaming IPv4 akan dibandingkan dengan delay
streaming IPv6
Gambar 17. Hasil RTT Streaming Ipv4.
18
Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 17, diperoleh hasil RTT
streaming sebesar 0.0005s sampai 0.0037s. Streaming video berdurasi 3 menit
dengan kualitas video 720p. Jadi, waktu rata-rata yang diperlukan dalam jaringan
(Round Trip Time) dari user menuju server tujuan dipengaruhi oleh besar ukuran
paket data, kapasitas jalur atau bandwidth dan kondisi jalur atau trafik yang
dilalui.
Gambar 18. Hasil Throughput Streaming Ipv6
Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 18, diperoleh hasil Throghput
streaming sebesar 3215 Kbit/s dari 125253 paket yang ditampilkan, dari total
paket yang tertangkap 180727 paket. Jarak antara paket pertama dan paket
terakhir dari hasil yang ditangkap 487.320s dan yang ditampilkan 459.630s. Rata-
rata paket 370.9/s yang ditampilkan 266.7/s. Hasil throughput keseluruhan 395
Kbyte/s terpakai 401 Kbyte/s. Besaran throughput yang diperoleh akan
dibandingkan dengan besaran throughput pengujian IPv4. Streaming video
berdurasi 3 menit dengan kualitas video 720p.
Gambar 19. Hasil Delay Streaming Ipv6
19
Dari pengujian yang dilakukan pada Gambar 19, diperoleh hasil delay
streaming terbesar 10s dengan rata-rata delay 1s. Streaming video berdurasi 3
menit dengan kualitas video 720p. kualitas streaming dianggap lancar ketika tidak
ada delay selama proses streaming. Semakin kecil angka delay semakin baik
kualitas streaming. Hasil delay streaming IPv4 rata-rata delay 2 ms dan rata-rata
delay streaming IPv6 1 ms ini membuktikan bahwa streaming IPv6 lancar dan
baik untuk proses pembelajaran.
Gambar 20. Hasil RTT Streaming Ipv6
Dari pengujian yang dilakukan, diperoleh hasil RTT streaming sebesar
0.001s sampai 0.032s. Streaming video berdurasi 3 menit dengan kualitas video
720p. Jadi, waktu rata-rata yang diperlukan dalam jaringan (Round Trip Time)
dari user menuju server tujuan dipengaruhi oleh besar ukuran paket data,
kapasitas jalur atau bandwidth dan kondisi jalur atau trafik yang dilalui. Dari hasil
RTT IPv4 sebesar 0.0005s sampai 0.0037s dan RTT IPv6 sebesar 0.001s sampai
0.0032, membuktikan kecepatan paket data yang dikirim dari user ke server lebih
baik IPv6 karena proses kirim paket yang lebih cepat.
Dengan dilakukan penelitian ini SMK Telekomunikasi Tunas Harapan
memperoleh data perbandingan jaringan dual stack dan data jaringan awal. Hasil
dari pengujian menjadi tolak ukur pengembangan jaringan SMK Telekomunikasi
Tunas Harapan. Dengan hasil yang telah diperoleh membuktikan jaringan dual
stack yang dibangun memberikan efek positif terhadap akses ke lokal server
streaming sehingga akses streaming semakin lancar.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan dapat
diambil kesimpulan bahwa proses konfigurasi dual stack berhasil berjalan dengan
20
baik dibuktikan dengan koneksi antara server dan client. Implementasi dual stack
memeperingan kinerja dari jaringan lokal dikarenakan ada nya pembagian trafik
ke lokal server yang menuju server data untuk upload dan download
menggunakan IPv4 sedangakan akses ke server streaming video menggunakan
IPv6, dibuktikan dengan throughput yang diperoleh saat kedua jaringan berjalan
bersamaan throughput yang diperoleh tetap tinggi. Pemecahan akses upload dan
download menggunakan IPv4 dan streaming menggunakan IPv6 menjadikan
akases jaringan menjadi lancar.
Router mikrotik terbukti dapat menjalankan implementasi koneksi dual
stack dengan baik berdasarkan pengujian yang telah dilakukan. Kinerja router
mikrotik dalam menjalankan metode dual stack sangat baik, pembuktian kinerja
mikrotik berdasarkan hasil pengujian throughput trafik upload, download dan
streaming.
Hasil pengujian implementasi metode dual stack menjadi langkah awal
pengembangan jaringan di SMK Telekomunikasi Tunas Harapan. Berdsarkan
hasil pengujian yang baik maka seluruh jaringan lab di SMK Telekomunikasi
Tunas Harapan akan mengimplementasikan metode dual stack.
6. Daftar Pustaka.
[1] Wahyu Muji Listyorini. 2013. Dual Stack Menggunakan Cisco Router. FTI
UKSW : Salatiga.
[2] Dody Setiawan, R. Rumani M, Nyoman Bogi A.K. 2016. Interkoneksi IPv6
dengan IPv4 Menggunakan DSTM. Sekolah Tinggi Teknologi Telkom :
Bandung.
[3] Andra Rizky Aquary, 2006. Analisis Kinerja Interkoneksi IPv4 dan Ipv6
Menggunakan Mekanisme NAT-PT. Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor
: Bogor.
[4] Setiaji, Yohanes. 2013. Perbandingan IPv4 dan IPv6 Terhadap Pengaruh
Besar Paket dan Jumlah Hop pada Router Cisco 1941. Teknik Informatika
Universitas Santa Dharma : Yogyakarta.
[5] Rafiudin, Rahmar. 2005. IPv6 Addressing. PT Elex Media Komputindo :
Jakarta.
[7] Lestari, Renny Indah. 2011. Mengalisa Kinerja Antara Metode Tunneling 6to4
dengan Metode Dual Stack Berbasis Protokol Ipb6 Menggunakan Router
Mikrotik. Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer Amikom :
Yogjakarta.