Upload
buicong
View
220
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
i
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMA 8
SEMARANG TAHUN AJARAN 2009/2010
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Dalam Ilmu Tarbiyah
Oleh :
NUR ROFIQ NIM. 053111028
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
ii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka telp/ fax (024)7601295, 7615387
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tanggal Tanda Tangan
Drs. Widodo Supriyono, M. A Pembimbing I Drs. Abdul Wahid, M. Ag Pembimbing II
iii
KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Alamat: Jl. Prof. Dr. Hamka telp/ fax (024)7601295, 7615387
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) Eksemplar Semarang, 17 Juni 2010
Hal : Naskah Skripsi
An. Sdr. Nur Rofiq
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Setelah mengadakan koreksi dan perbaikan sepenuhnya, maka bersama ini
saya kirimkan naskah saudara:
NAMA : NUR ROFIQ
NIM : 053111028
JURUSAN : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JUDUL : Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang Tahun
Ajaran 2009/2010.
Dengan ini kami mohon agar skripsi saudara tersebut dapat diujikan. Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Pembimbing I Pembimbing II
Drs. Widodo Supriyono, M. A Drs. Abdul Wahid, M. Ag NIP. 19591025 198708 1 003 NIP. 19691114 199403 1 003
iv
v
MOTTO
﴾7: االنشراحفإذا فرغت فانصب ﴿
” Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan
sungguh-sungguh (urusan) yang lain1 ”
1Fadhal AR Bafadal, Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30, (Jakarta: C.V Pustaka Agung Harapan, 2006), hlm. 902.
vi
PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan untuk:
1. Ayahanda Muzamil dan Ibunda Rokhaniyah tercinta.
2. Drs. Widodo Supriyono, M.A dan Drs. Abdul Wahid, M. Ag yang telah
membimbing dan memberi motivasi yang luar biasa dari awal sampai
akhir.
3. Seorang yang sangat istimewa, Jita Risana yang telah memotivasi dan
menemaniku selama pembuatan skripsi
4. Keluarga besar Racana Walisongo IAIN Walisongo Semarang.
5. Teman-teman Tim Outbound Choleric Zone 907
6. Kakak-kakak Dewan Kerja Ranting (DKR) Kecamatan Ngaliyan.
7. Para pecinta ilmu pengetahuan yang budiman.
vii
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.
Semarang, 17 Juni 2010
Deklarator,
NUR ROFIQ NIM. 053111028
viii
ABSTRAKSI PENELITIAN Nur Rofiq (NIM. 053111028). Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi. Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2010. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang, bagaimana pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang, dan bagaimana implementasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif (Qualitative Research) dengan metode penelitian deskriptif, kemudian menggunakan triangulasi data untuk validasi.
Penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara, catatan lapangan, foto, dan dokumentasi untuk mengumpulkan data. Data yang terkumpul kemudian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif.
Pembahasan skripsi ini peneliti menggunakan pola fikir yang berangkat dari fakta-fakta yang sifatnya khusus kemudian digeneralisasikan kepada hal-hal yang bersifat umum. Hasil analisis tersebut berupa pemaparan mengenai nilai-nilai kepribadian meliputi: 1) Matin al-Khuluq yang meliputi kejujuran, amanah, kasih sayang, dan kedisiplinan. 2) Qodirun Ala al-Kasbi dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang dalam bentuk uraian naratif.
Hasil penelitian ini adalah nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang yaitu nilai-nilai pendidikan kepribadian yang meliputi: Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) dan Qodirun Ala Al-Kasbi (Kemampuan Untuk Berusaha Sendiri/Mandiri). Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang yang dilakukan di ruang Bimbingan dan Konseling. Implementasi dari nilai Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) ditekankan pada kejujuran, amanah, kasih sayang, dan kedisiplinan. Sedangkan implementasi dari Qodirun Ala Al-Kasbi (Kemampuan Untuk Berusaha Sendiri/Mandiri) penekananya pada kegiatan koperasi sekolah yang kemudian dikembangkan oleh peserta didik dengan berjualan pulsa dan berjualan di kelas.
Selanjutnya, semoga penelitian ini diharapkan menjadi khazanah dan masukan
bagi pengelola SMA Negeri 8 Semarang, bahan informasi sivitas akademika dan
semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang
ix
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah peneliti ucapkan atas segala nikmat dan karunia
Allah SWT yang telah diberikan kepada peneliti, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penelitian skripsi yang berjudul Implementasi Nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8
Semarang Tahun Ajaran 2009/2010 tanpa halangan sesuatu apapun.
Shalawat salam peneliti sanjungkan kepada Rasulullah Muhammad SAW.
Beliau adalah orang yang diutus untuk menyempurnakan akhlak. Mudah-mudahan
kita bisa mencontoh akhlak yang telah beliau praktikan. Semoga kita diakui
sebagai ummat yang akan mendapatkan syafaatnya di hari pembalasan.
Peneliti menyadari bahwa penelitian karya ilmiah bukanlah pekerjaan
yang mudah, tetapi merupakan pekerjaan yang menuntut keseriusan, kejelian,
pikiran, dan waktu yang cukup serta bantuan dari beberapa pihak yang bersifat
materil maupun spiritual.
Atas bantuan, bimbingan, dan kritik yang konstruktif yang telah diberikan,
Peneliti sampaikan terima kasih. Ucapan terima kasih peneliti sampaikan kepada:
1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang.
2. Drs. Widodo Supriyono,M.A dan Drs. Abdul Wahid, M.Ag selaku dosen
pembimbing skripsi yang telah mencurahkan tenaga dan pikiran serta waktu
luangnya untuk memberikan bimbingan, dan kritikan yang konstruktif demi
terselesaikanya karya ilmiah ini.
3. Drs. Haryoto,M. Ed selaku kepala SMA Negeri 8 Semarang yang telah
memberikan ijin kepada Peneliti untuk melakukan penelitian di SMA Negeri 8
Semarang.
4. Bapak Muzamil dan Ibu Rokhaniyah dan adikku Sohirin tercinta yang
senantiasa mendukung, membimbing, dan mendoakan selama masuk kuliah.
x
5. Kakak-kakak Dewan dan anggota Racana Walisongo IAIN Walisongo
Semarang, pengurus BIRAWA, teman-teman Choleric Zone 907, serta Dewan
Kerja Ranting Ngaliyan yang telah berpacu bersama dalam meraih cita-cita
dan membina tunas-tunas muda harapan bangsa.
6. Sahabat-sahabat yang telah membantu dan meluangkan waktunya untuk
sharing idea.
Tidak ada kata yang dapat peneliti ucapkan selain terima kasih atas
bantuan yang telah diberikan, semoga Allah SWT membalas jasa dan amalnya
dengan balasan yang setimpal.
Akhirnya, tiada gading yang tak retak, peneliti menyadari bahwa dalam
karya ilmiah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, saran dan kritik yang
konstruktif dari para pembaca senantiasa peneliti harapkan demi perbaikan dan
kebaikan. Semoga Allah SWT meridhai dan memberikan manfaat bagi peneliti
khususnya dan sivitas akademika pada umumnya. Terima kasih.
Semarang, 17 Juni 210
Peneliti
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii
HALAMAN SURAT PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................... iii
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi
DEKLARASI................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
ABSTRAKSI ................................................................................................. xiii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Penegasan Istilah ................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ................................................................. 6
D. Tujuan Penelitian .. ................................................................ 7
E. Kajian Pustaka ....................................................................... 7
F. Metode Penelitian .................................................................. 9
BAB II : NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam ..................................... 15
1. Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA.. 15
2. Dasar Pendidikan Agama Islam di SMA ........................ 17
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam di SMA .. ..................... 20
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMA ...................... 21
5. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA ................. 22
B. Bimbingan dan Konseling di SMA .. ..................................... 26
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling ............................. 26
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling di SMA ..................... 29
xii
3. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA ............ 31
4. Jenis Bimbingan dan Konseling di SMA ........................ 34
5. Bentuk Bimbingan dan Konseling di SMA ..................... 36
C. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam
Bimbingan dan Konseling di SMA ....................................... 36
1. Implementasi nilai kepribadian Muslim dalam Bimbingan
dan Konseling ................................................................. 37
2. Implementasi Qadirun Ala al-Kasbi (Memiliki
Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri) ............................. 41
BAB III: LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum SMA Negeri 8 Semarang ............................ 43
1. Letak Geografis ............................................................... 43
2. Tinjauan Historis ............................................................. 43
3. Struktur Organisasi .......................................................... 44
4. Keadaan Guru, Karyawan, dan Peserta Didik ................. 46
a. Keadaan Guru ............................................................ 46
b. Keadaan Karyawan ................................................... 46
c. Keadaan Peserta Didik .............................................. 47
5. Sarana dan Prasarana ....................................................... 47
B. Kondisi Khusus tentang Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam..48
1. Nilai Pendidikan Kepribadian Muslim ............................ 48
a. Matin al-Khuluq ........................................................ 48
b. Qadirun Ala al-Kasbi ................................................ 52
C. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8
Semarang ........ ....................................................................... . 53
D. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang ...... 57
1. Nilai Marin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) ................ 57
2. Nilai Qadirun ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha
Sendiri/Mandiri) ............................................................. 60
xiii
BAB IV: ANALISIS DATA
A. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam (Nilai Pendidikan
Kepribadian Muslim) di SMA Negeri 8 Semarang ............... 62
B. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8
Semarang ........ ....................................................................... 69
C. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang ....... 74
BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................... 76
B. Saran-saran ........................................................................... 77
C. Penutup .................................................................................. 78
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xiv
.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan cultural transition (transisi kebudayaan) yang
bersifat dinamis ke arah suatu perubahan secara continue (berkelanjutan) maka
pendidikan dianggap sebagai suatu jembatan yang sangat vital untuk
membangun kebudayaan dan peradaban bagi manusia. Sebagai proses
transformasi budaya, pendidikan diartikan sebagai kegiatan pewarisan budaya
dari satu generasi ke generasi yang lain.1
Pendidikan Islam adalah pendidikan yang melatih sensibilitas murid-
murid, sehingga dalam perilaku mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah
dan keputusan, begitu pula pendekatan mereka terhadap semua ilmu
pengetahuan, diatur oleh nilai-nilai etika Islam yang sangat dalam dirasakan.2
Menurut Ahmad D. Marimba, dalam bukunya Nur Uhbiyati dan Abu
Ahmadi mengatakan Pendidikan Agama Islam merupakan bimbingan jasmani,
rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya
kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian lain,
sering dikatakan oleh Ahmad D. Marimba dengan istilah “kepribadian
muslim”, yakni kepribadian yang memiliki nilai-nilai pendidikan Islam,
memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam.3
Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang di dalamnya ada
pembinaan, pengarahan, dan pengembangan pola pikir peserta didik, sehingga
terampil dalam memecahkan berbagai problematika yang dihadapinya. Oleh
karena itu, seorang pendidik harus bertanggung jawab penuh untuk memenuhi
1Umar Tirtarahardja dan La Sulo, Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi), (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2005), Cet. II, hlm. 33.
2Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006), Cet. 1, hlm. 29-30.
3Nur Uhbiyati dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam I (IPI), (Bandung: Pustaka Setia, 1997), Cet. I, hlm. 9.
2
seluruh kebutuhan para peserta didik, baik kebutuhan spiritual, intelektual,
moral, estetika maupun kebuhan fisik peserta didik.
Adanya Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 8 Semarang
diharapkan dapat menghasilkan peserta didik yang selalu berupaya
menyempurnakan iman, taqwa dan akhlak serta aktif membangun peradaban
dan keharmonisan kehidupan, khususnya dalam memajukan peradaban bangsa
yang bermartabat.
SMA Negeri 8 Semarang sebagai salah satu lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan formal mempunyai peranan yang sangat
penting dalam mewujudkan tujuan pendidikan. SMA Negeri 8 Semarang juga
merupakan tumpuan harapan para orang tua, peserta didik dan warga
masyarakat guna memperoleh pengetahuan, ketrampilan, sikap dan sifat-sifat
kepribadian utama sebagai sarana pengembangan karir, peningkatan status
sosial, dan bekal hidup lainya didunia dan akhirat.
Pendidikan yang baik dan ideal hendaknya mencakup 3 (tiga) bidang
dalam pendidikan sekolah, yaitu bidang pimpinan sekolah (kepala sekolah),
bidang pengajaran (guru bidang studi) dan bidang pendidik (guru bimbingan-
konseling). Ketiga bidang tersebut harus bekerja sama untuk mencapai tujuan
pendidikan sekolah.
Begitu juga yang dilakukan di SMA Negeri 8 Semarang, kepala
sekolah, guru bidang studi dan guru Bimbingan dan Konseling bekerja sama
untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah.
Guru mempunyai beberapa peran, yaitu: guru sebagai mediator
kebudayaan, guru sebagai mediator dalam belajar, guru sebagai pembimbing,
guru sebagai mediator antar sekolah dan masyarakat, guru sebagai penegak
disiplin, guru sebagai administrator dan pengelola kelas dan guru menjadi
anggota suatu profesi.4 Untuk melaksanakan tugas tersebut, guru tidak dapat
meninggalkan aspek bimbingan. Dengan demikian, pelayanan Bimbingan dan
4Eddy Hendrarno, SU,dkk., Bimbingan dan Konseling, (Semarang: Swadaya Manunggal Semarang,2003), Cet. III, hlm. 14
3
Konseling di sekolah bukanlah merupakan usaha yang dicari-cari, akan tetapi
merupakan kegiatan yang harus ada.
Guru Bimbingan dan Konseling hendaknya menguasai kompetensi
dasar yang meliputi pemahaman, penghayatan dan ketrampilan yang baik
dalam melaksanakan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) dalam
bidang Bimbingan dan Konseling di sekolah. Dalam melaksanakan program
bimbingan di sekolah terdapat berbagai komponen.
Komponen yang dimaksud adalah saluran-saluran untuk melayani
peserta didik, tenaga-tenaga bimbingan atau kependidikan lain, serta orang tua
peserta didik. Guru Bimbingan dan Konseling juga tidak boleh berperan
sebagai “polisi sekolah”, akan tetapi guru Bimbingan dan Konseling harus
tampil sebagai seorang teman yang siap membuka diri terhadap persoalan
peserta didik tanpa disertai prasangka negatif.
Dalam Bimbingan dan Konseling tersebut terdapat suatu proses yang
berkesinambungan, bukan kegiatan yang seketika atau kebetulan. Karena
bimbingan merupakan serangkaian tahapan kegiatan yang sistematis dan
terencana, yang terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan.
Pendidikan dapat dilaksanakan dalam kegiatan pembinaan peserta
didik, dalam hal ini Pendidikan Agama Islam dijadikan sebagai proses
pembentukan kepribadian peserta didik secara sitematis dan sistemik, salah
satunya yaitu dengan Bimbingan dan Konseling, baik di sekolah maupun di
luar sekolah. Bimbingan dan Konseling dapat dijadikan sebagai alat dalam
pembentukan moral peserta didik, karena didalam Bimbingan dan Konseling
terdapat nilai-nilai Pendidikan Agama Islam, yakni nilai-nilai pendidikan
keimanan, nilai pendidikan kepribadian, dan nilai-nilai pendidikan sosial.
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang juga
merupakan upaya guru Bimbingan dan Konseling untuk memberikan bantuan
atau pelayanan kepada peserta didik, khususnya yang mengalami kesulitan
belajar tanpa terlepas dari pengembangan potensi yang dimiliki peserta didik.
4
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang tahun ajaran
2009/2010 tidak dilakukan dalam pertemuan di kelas (pembelajaran), akan
tetapi dilakukan di ruang Bimbingan dan Konseling
Dipilihnya SMA Negeri 8 Semarang, selain letaknya yang berdekatan
dengan IAIN Walisongo Semarang, alasan lain karena di lembaga pendidikan
ini belum pernah ada yang meneliti tentang Implementasi nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling.
B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahan dan kekeliruan pengertian serta
memberikan gambaran yang jelas terhadap judul skripsi ini, maka perlu
adanya penegasan istilah atau pengertian, yakni sebagai berikut.
1. Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan, penerapan.5 Yakni,
pelaksanaan/penerapan nilai-nilai Pendidikan Agama Islam (nilai-nilai
pendidikan kepribadian Muslim) dalam melaksanakan kegiatan Bimbingan
dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang.
2. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
Menurut Sidi Gazalba yang dikutip oleh Chabib Thoha, Nilai adalah
sesuatu yang bersifat abstrak, ia ideal, nilai bukan benda kongkrit, bukan
fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian
empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki.6
Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam
menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam
dari sumber utamanya kitab suci al-Quran dan Hadits, melalui kegiatan
5Hoetomo, M.A., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelajar, 2005), hlm. 196
6Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 61
5
bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.7 Di SMA
Negeri 8 Semarang Pendidikan Agama Islam juga merupakan Mata
Pelajaran (Mapel) yang diberikan selama 2 jam pelajaran dalam satu
minggu.
Jadi, nilai-nilai Pendidikan Agama Islam adalah sifat-sifat atau hal-
hal yang melekat pada Pendidikan Agama Islam yang digunakan sebagai
dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup yaitu pengabdian diri kepada
Allah SWT.
3. Bimbingan dan Konseling
Menurut Donald G Mortensen dan Alan M. Schmuller, dalam
bukunya Achmad Juntika Nurihsan dikemukakan bahwa bimbingan adalah
pelayanan dari staf agar tiap-tiap individu dapat mengembangkan
sepenuhnya kemampuan-kemampuanya dan kapasitas-kapasitasnya dalam
kerangka gagasan demokratis.8
Prayitno dan Ernan Amti, mengemukakan bahwa konseling adalah
proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling
oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang
mengalami suatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya
masalah yang dihadapi.9
Jadi, Bimbingan dan Konseling adalah pelayanan bantuan untuk
peserta didik baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan
berkembang secara optimal, serta mengatasi masalah-masalah pribadi,
sosial, belajar dan karir, melalui berbagai jenis pelayanan dan kegiatan
pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku.
7Abdul Aziz, “Pendidikan Agama Islam Untuk Hidup Yang Lebih Bermakna”, http://islamblogku.blogspot.com/2009/07/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama_1274.html, hlm. 1
8Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung: PT. Refika aditama, 2007), cet II, hlm. 7.
9Eddy Hendrarno, dkk., Ibid., hlm. 25.
6
4. SMA Negeri 8 Semarang
SMA Negeri 8 Semarang adalah salah satu Sekolah Menengah Atas
(SMA) Negeri yang berdiri pada tanggal 3 September 1979 berdasarkan
surat keputusan menteri pendidikan Republik Indonesia No. 0188/0/1070
dengan No. Induk sekolah 530, nomor statistik 301036301008 dan
berlokasi di Kelurahan Tambak Aji, Kecamatan Ngaliyan, Semarang.
SMA Negeri 8 Semarang ini merupakan salah satu lembaga
pendidikan yang bernaung dibawah Depdiknas dan bukan termasuk
lembaga pendidikan yang bercorak agama, sehingga keberagamaan peserta
didik yang berada di SMA Negeri 8 Semarang berdasarkan agamanya
terbagi dalam beberapa komunitas yaitu Islam, Kristen, Katolik dan
Hindu.10 SMA ini Peneliti jadikan sebagai objek penelitian guna
melengkapi data dalam penyusunan skripsi.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengangkat judul
“Implementasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan
Konseling di SMA Negeri 8 Semarang Tahun Ajaran 2009/2010”, yang di
fokuskan pada nilai Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh), dan Qodirun
Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri).
C. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 8 Semarang?
2. Bagaimanakah pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8
Semarang?
3. Bagaimanakah implementasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang?
10Tim PPL SMA Negeri 8 Semarang, Laporan Praktik Pengalaman Lapangan Semester Gasal Tahun Akademik 2008/2009,(Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo semarang, 2009), hlm. 7.
7
D. Tujuan Penelitian
Mengacu kepada permasalahan yang ada dalam rumusan masalah,
maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 8
Semarang.
2. Mengetahui pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8
Semarang.
3. Mengetahui implementasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang.
E. Kajian Pustaka
Untuk menghindari terjadinya pengulangan hasil penelitian yang
dilakukan seseorang dalam bentuk karya ilmiah yang membahas persoalan
yang sama, maka sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini peneliti
perlu menampilkan beberapa penelitian yang telah dilakukan. Dari sini akan
peneliti jadikan sebagai sandaran teori dan sebagai perbandingan dalam
mengupas berbagai permasalahan. Sehingga memperoleh hasil penemuan baru
yang benar-benar otentik, diantaranya peneliti paparkan sebagai berikut:
Pertama, penelitian saudara Dwi Sulistyowati (3102131) ”Studi
tentang pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dan implikasinya terhadap
pemecahan masalah peserta didik di MAN Kendal”. Peneliti menyimpulkan
bahwa pelaksanaan Bimbingan dan Konseling merupakan salah satu bagian
dari tercapaianya tujuan pendidikan yang diinginkan. Begitu juga pelaksanaan
Bimbingan dan Konseling di MAN Kendal, membantu peserta didik dalam
membina kepribadian dan memecahkan masalah serta mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada
Alla SWT, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dengan
berlandaskan pada syariat Islam.11 Penelitian tersebut berfokus pada
11Dwi Sulistyowati (3102131), ”Studi tentang Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dan Implikasinya terhadap Pemecahan Masalah Peserta Didik di MAN Kendal”, skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2006)
8
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dan implikasinya terhadap pemecahan
masalah pribadi peserta didik di MAN Kendal.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh saudara Dwi Ayu Ningrum
(15.204.0784) ”Implementasi nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Bimbingan
dan Konseling (studi kasus pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam
mengatasi kesulitan belajar PAI siswa di SMA Islam Sultan Agung 3
Semarang)”, dalam analisisnya peneliti menyimpulkan bahwa nilai-nilai
Pendidikan Islam yang dapat dikembangkan melalui Bimbingan dan
Konseling yakni nilai-nilai pendidikan aqidah, nilai-nilai pendidikan akhlak,
dan nilai-nilai pendidikan ibadah.12 Bimbingan dan Konseling juga memiliki
fungsi membina peserta didik agar menjadi manusia yang berwatak dan
berbudi pekerti luhur, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Ketiga, penelitiaan yang dilakukan oleh Winarsih (3197014)
”Keaktifan konseli dalam Bimbingan dan Konseling pengaruhnya terhadap
kemampuan peserta didik dalam mengatasi masalah di SMU Negeri Subah
Batang”, dalam penelitian tersebut peneliti banyak menyoroti kinerja guru
Bimbingan dan Konseling dalam melaksanakan pelayanan terhadap peserta
didik.13
Penelitian yang dilakukan saudara Dwi Sulistyowati berfokus pada
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dan implikasinya terhadap pemecahan
masalah pribadi peserta didik di MAN Kendal. Penelitian saudara Dwi Ayu
Ningrum menghasilkan nilai-nilai pendidikan aqidah, nilai-nilai pendidikan
akhlak, dan nilai-nilai pendidikan ibadah. Sedangkan Penelitian yang
dilakukan saudara Winarsih berfokus pada kinerja guru Bimbingan dan
Konseling dalam melaksanakan pelayanan terhadap peserta didik.
12 Dwi Ayu Ningrum (15.204.0784) ”Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Bimbingan dan Konseling (Studi Kasus Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan Belajar PAI Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang)”, skripsi Fakultas Tarbiyah Universitas Sultan Agung, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah,2008).
13Winarsih (3197014), “Keaktifan Konseli dalam Bimbingan dan Konseling Pengaruhnya terhadap Kemampuan Peserta Didik dalam Mengatasi Masalah di SMU Negeri Subah Batang”, skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2001).
9
Penelitian ini akan berfokus pada nilai-nilai Pendidikan Agama Islam,
yakni nilai Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh), dan Qodirun Ala al-Kasbi
(Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri). Inilah yang membedakan
karya tersebut dengan skripsi ini, sehingga sekripsi ini perlu ditulis.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif (Qualitative
Research), yaitu penelitian yang mendiskripsikan dan menjelaskan suatu
fenomena, tingkah laku sosial, yang merupakan turunan filosofi
fenomenologi. Artinya, Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk
memperoleh data yang akurat serta objektif tentang nilai-nilai Pendidikan
Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8
Semarang.
Adapun objek dari penelitian ini yang pertama, SDM (Sumber
Daya Manusia) yang meliputi kepala sekolah, guru Pendidikan Agama
Islam (PAI), guru Bimbingan dan Konseling, dan peserta didik di SMA
Negeri 8 Semarang. Kedua, Sarana dan prasarana, yang meliputi bangunan
fisik dan fasilitas gedung SMA Negeri 8 Semarang.
2. Fokus Penelitian
a. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 8 Semarang
Berdasarkan Pra-riset pada hari Sabtu tanggal 23 Januari 2010,
nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling
yang ada di SMA Negeri 8 yaitu, nilai-nilai pendidikan kepribadian,
nilai pendidikan sosial dan nilai-nilai pendidikan karir14.
Dalam penelitian ini, peneliti akan berfokus pada nilai
pendidikan kepribadian Muslim yaitu: Matin al-Khuluq (Akhlak yang
14Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam (PAI), Ibu Maftuchah, sabtu, 23 Januari 2010 di ruang Guru.
10
Kokoh), dan Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha
Sendiri/Mandiri).15
b. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang tahun
ajaran 2009/2010 dilaksanakan di ruang Bimbingan dan Konseling.16
Peserta didik datang ke ruang Bimbingan dan Konseling
dengan kesadarannya sendiri untuk mengutarakan permasalahan yang
sedang dihadapinya ataupun mencari informasi yang dibutuhkannya.
Ada juga yang dipanggil oleh guru Bimbingan dan Konseling, karena
peserta didik tersebut melanggar peraturan sekolah atau tidak masuk
sekolah tanpa ada keterangan yang jelas.
3. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber
pertama.17 Data primer tersebut diperoleh melalui guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI), guru Bimbingan dan Konseling,
kepala sekolah, dan peserta didik18 mengenai:
1) Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 8 Semarang.
Yaitu tentang Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh), dan
Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha
Sendiri/Mandiri).
2) Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8
Semarang. Karena tahun ajaran 2009/2010 Bimbingan dan
Konseling di SMA Negeri 8 Semarang tidak dilaksanakan dalam
15Tim Dakwatuna, “Kepribadian Muslim”, http://www.dakwatuna.com/2007/kepribadian-muslim/, hlm. 1. diunduh pada tanggal 2 Mei 2010.
16Hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling, Ibu Ganeviani (Koord. Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang), sabtu, 23 Januari 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
17Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Rajawali Press, 1993), hlm. 93. 18Peserta yang dimaksud peneliti adalah peserta didik yang pernah menggunakan jasa
pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang pada tahun ajaran 2009/2010.
11
pertemuan di ruang kelas (pembelajaran), akan tetapi dilakukan di
ruang Bimbingan dan Konseling.
3) Implementasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang. Yakni
tentang implementasi nilai pendidikan kepribadian Muslim,
khususnya tentang Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh), dan
Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha
Sendiri/Mandiri).
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data penunjang dalam bentuk dokumen-
dokumen yang diperoleh dari tangan kedua.19 Data sekunder ini
berupa dokumen-dokumen dan monografi SMA Negeri 8 Semarang
yang akan diperoleh melalui wakil kepala sekolah SMA Negeri 8
Semarang.
4. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data, yaitu:
a. Metode Observasi
Observasi yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai
fenomena yang terjadi.20 Obsevasi adalah studi yang disengaja dan
sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan
pengamatan dan pencatatan. Tujuan dari observasi ini adalah mengerti
ciri-ciri dan interelasi tingkah laku manusia pada fenomena sosial yang
komplek.
Observasi partisipatif merupakan teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian kualitatif ini. Observasi berguna
dalam memahami dan memaknai atas suatu kejadian/fenomena pada
situasi yang tampak serta kemungkinan-kemungkinan yang ada dibalik
keadaan tersebut.
19Ibid., hlm. 93 20Margono, Metodologi Penelitian,(Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm. 10
12
Metode ini digunakan secara langsung untuk berinteraksi
dengan kegiatan dan peristiwa alami yang terjadi di SMA Negeri 8
Semarang yang berkaitan dengan nilai-nilai Kepribadian Muslim,
yakni Matin al-Khuluq dan Qodirun Ala al-Kasbi dalam Bimbingan
dan Konseling, serta untuk mengetahui keadaan fisik SMA Negeri 8
Semarang.
b. Metode Wawancara (interviu)
Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara
mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara
lisan.21 Ciri utama wawancara adalah kontak langsung dan tatap muka
antara pencari informasi dan sumber informasi.
Peneliti akan menggunakan wawancara terbuka yang mula-
mula menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah berstruktur
kemudian satu persatu diperjelas dalam mengorek keterangan lebih
lanjut, dengan demikian jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua
variable dengan keterangan yang lengkap dan mendalam.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data dan informasi
yang rinci tentang nilai pendidikan kepribadian Muslim khususnya
tentang Matin al Khuluq (Akhlak yang Kokoh), dan Qodirun Ala al-
Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri) dalam
Bimbingan dan Konseling secara lengkap dan mendalam.
c. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data yang berupa catatan,
buku, surat kabar, majalah, notulen, data peserta didik, agenda,
program Bimbingan dan Konseling dan sebagainya22.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data tentang
letak geografis, tinjauan historis, keadaan guru, keadaan karyawan,
21Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 236.
22Ibid., hlm. 236.
13
keadaan peserta didik, sarana dan prasarana sekolah serta data-data
lain yang bersifat dokumen.
5. Teknik Analisis Data
Analisis dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari
berbagai sumber, yaitu: wawancara, pengamatan yang sudah ditulis dalam
catatan lapangan, hasil rekaman dan hasil observasi.
Analisis data merupakan upaya mencari dan menata secara
sistematis catatan hasil wawancara, observasi dan data lain yang relevan
untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti.
Dalam menganalisis data, Peneliti menggunakan metode analisis
deskriptif23 tentang nilai-nilai Pendidikan kepribadian Muslim (Matin al-
Khuluq dan Qodirun Ala al-Kasbi) dalam Bimbingan dan Konseling di
SMA Negeri 8 Semarang, dengan demikian laporan penelitian ini akan
digambaran dalam bentuk kata-kata yang akhirnya dapat disimpulkan.
Setelah data terkumpul maka tiga komponen analisis (reduksi
data24, sajian data dan penarikan simpulan) berinteraksi. Data tersebut
berasal dari transkip interviu, hasil observasi, catatan lapangan, foto,
dokumentasi pribadi, dan dokumen resmi lainnya.25 Data yang diperoleh
dari penelitian sifatnya masih komplek dan rumit direduksi, maka peneliti
akan merangkum dan memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
penting, dan membuang hal-hal yang tidak perlu. Karena data yang akan
diinvestigasi itu merupakan fenomena yang sama dan bersifat kompleks
dan rumit, maka peneliti perlu menggunakan analisis triangulasi26 untuk
menganalisis seperangkat data yang sama untuk tujuan validasi.
23Metode Analisis Deskriptif yaitu dengan mendeskripsikan suatu gejalah, peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang atau memusatkan perhatian pada masalah-masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian dilaksanakan.
24Reduksi data adalah proses pemilihan atau pengurangan, penyederhanaan, dan pentransformasian data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan.
25Sudarwan Danim, Menjadi Peneliti Kualitatif Ancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-Ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora, (Bandung: Pustaka Setia, 2002), cet. I, hlm. 51.
26Triangulasi adalah aplikasi studi yang menggunakan multimetode untuk menelaah fenomena yang sama.
14
Data hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang berisi
tentang nilai pendidikan kepribadian Muslim (Matin al-Khuluq, dan
Qodirun Ala al-Kasbi) akan direduksi. Dari hasil reduksi akan disajikan
atau didisplay kedalam bentuk yang mudah dipahami, biasanya penyajian
ini berbentuk naratif, table, atau grafik.
Kemudian Peneliti menganalisis data tersebut dan menyusunya
dalam bentuk aslinya. Hal ini dilakukan untuk menelaah satu persatu
pertanyaan apa, dan bagaimana. Dengan demikian penelitian ini tidak
memandang sesuatu itu sudah demikian adanya27.
Untuk membuat kesimpulan, Peneliti menggunakan metode
induktif yaitu suatu metode pengambilan keputusan dengan menggunakan
pola fikir yang berangkat dari fakta-fakta yang sifatnya khusus kemudian
digeneralisasikan kepada hal-hal yang bersifat umum28. Hasil analisis
tersebut akan berupa pemaparan mengenai nilai-nilai kepribadian Muslim,
yakni Matin al-Khuluq, dan Qodirun Ala al-Kasbi dalam Bimbingan dan
Konseling di SMA Negeri 8 Semarang dalam bentuk uraian naratif.
27Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm.4.
28Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1997), Jilid I, hlm. 42.
15
BAB II
NILAI-NILAI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM
BIMBINGAN DAN KONSELING
A. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA
a. Pengertian Nilai
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa, nilai berarti
sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.1
Dalam hal ini adalah mutu seseorang setelah berproses dalam dunia
pendidikan. Khususnya yang berkaitan dengan kepribadian.
Kepribadian diartikan sebagai suatu organisasi yang dinamis didalam
individu dari sistem-sistem psikofisik yang menentukan penyesuaian-
penyesuaian yang unik terhadap lingkunganya.2
Menurut Milton Rokeach dan James Bank, nilai adalah suatu tipe
kepercayaan yang berada dalam lingkup sistem kepercayaan dimana
seseorang bertindak atau menghindari suatu tindakan, atau mengenai
sesuatu yang pantas atau tidak pantas dikerjakan.3
Jadi, dapat diketahui bahwa nilai adalah sesuatu yang bersifat
abstrak, bisa diukur akan tetapi tidak bisa tepat, merupakan sesuatu
yang bermanfaat bagi manusia sebagai acuan tingkah laku yang
bersumber pada hati (perasaan).
b. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003
tentang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) bahwa yang
dimaksud pendidikan adalah sebagai berikut.
1Dendy Sugono, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), cet. I, hlm. 963.
2Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984), hlm. 47.
3Ibid., hlm. 60.
16
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.4
Ahmad D. Marimba merumuskan pengertian Pendidikan Agama
Islam sebagai bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-
hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama
menurut ukuran-ukuran Islam.5 Dengan pengertian yang lain sering
kali beliau mengatakan kepribadian yang didalamnya terdapat nalai-
nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan
nilai-nilai Islam, dan bertanggung jawab sesuai dengan nilai-nilai
Islam. Kepribadian itu tidak hanya terdiri atas jasmani dan rohani saja,
akan tetapi mencakup semua kegiatan badan dan mental yang menyatu
kedalam kesatuan pribadi yang berbeda dalam individu.
Menurut Zakiyah Daradjat, Pendidikan Agama Islam adalah suatu
usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa
dapat memahami ajaran agama Islam secara komprehensif.6
Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan Agama Islam
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik agar memahami
ajaran agama Islam (knowing), terampil melakukan atau
mempraktekkan ajaran agama Islam (doing), dan mengamalkan ajaran
agama Islam dalam kehidupan sehari-hari (being).7
4Tim Redaksi Fokusmedia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nomor 20 Tahun 2003), (Bandung: Fokusmedia, 2003), cet. II, hlm. 3.
5Starawaji, “Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Berbagai Pakar”, http://starawaji.wordpress.com/2009/05/02/pengertian-pendidikan-agama-islam-menurut-berbagai-pakar/, hlm. 1. diambil pada tanggal, 1 Januari 2010.
6Ibid. 7Abdul aziz, “Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Islam”,
http://islamblogku.blogspot.com/2009/07/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama_1274.html, hlm. 1. diambil pada tanggal 1 Januari 2010.
17
Dari beberapa pengertian tersebut dapat penulis simpulkan bahwa
Pendidikan Agama Islam yaitu usaha sadar dan terencana yang
dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk
memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam secara menyeluruh
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah
ditentukan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.
Jadi, dapat dipahami bahwa nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
yaitu sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada Pendidikan Agama
Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan
hidup yaitu pengabdian diri kepada Allah SWT.
2. Dasar Pendidikan Agama Islam di SMA
Setiap usaha, kegiatan dan tindakan yang di sengaja untuk
mencapai suatu tujuan harus mempunyai landasan tempat berpijak yang
baik dan kuat. Oleh karena itu pendidikan agama Islam sebagai suatu
usaha membentuk manusia, harus mempunyai landasan bagi semua
kegiatan didalamya.
Dasar Pendidikan Agama Islam menurut Zuhairini, dkk. dapat
ditinjau dari berbagai segi, yaitu:
a. Segi Religius
Yang dimaksud dengan dasar religius agama dalam uraian ini,
adalah dasar pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMA yang
bersumber dari ajaran agama Islam.
1) Al-Qur’an
Secara lengkap al-Qur`an didefinisikan sebagai firman Allah
SWT yang diturunkan kepada Rasulullah, Muhammad SAW,
melalui ruh al-Amin (Jibril) dengan lafal-lafalnya yang berbahasa
arab dan maknanya yang benar, dijadikan sebagai undang-undang
bagi manusia dan memberi petunjuk kepada mereka, serta menjadi
18
sarana ibadah kepada Allah SWT bagi orang yang membacanya.8
Terhimpun dalam sebuah mushaf yang diawali dengan surat al-
Fatihah dan diakhiri dengan surat al-Naas, diturunkan dengan jalan
mutawatir baik secara lisan maupun tulisan dari generasi
kegenerasi, dan ia terpelihara dari berbagai perubahan atau
pergantian.
Dasar religius Pendidikan Agama Islam adalah sebagai berikut:
a) Dalam Q.S al-Nahl:125
ادع إلى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة وجادلهم بالتي هي أحسن إن ربك هو أعلم بمن ضل عن سبيله
وهو أعلم بالمهتدينArtinya:
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah9 dan pelajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat petunjuk.10
b) Dalam Q.S Ali Imran: 104
ولتكن منكم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر وأولئك هم المفلحون
Dan hendaknya di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menerus kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar: merekalah orang-orang yang beruntung.11
2) As-Sunnah
8Abu Aufa, “Mukhtashar Ulumil-Qur’an”, http://alilmu.wordpress.com/2007/04/13/mukhtashar-ulumil-quraan/, hlm. 1. diambil pada tanggal 3 Mei 2010.
9Dengan cara hikmah maksudnya yaitu dengan perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang haq dan yang batil.
10Fadhal AR Bafadal, Al-Qur’an dan Terjemahnya Jus 1-30, (Jakarta: C.V Pustaka Agung Harapan, 2006), hlm. 383.
11Ibid., hlm. 79.
19
As-Sunnah menurut istilah syari'at ialah segala sesuatu yang
bersumber dari Rosulullah Muhammad SAW dalam bentuk qaul
(ucapan), fi'il (perbuatan), taqrir (penetapan), sifat tubuh serta
akhlak yang dimaksudkan dengannya sebagai tasyri (pensyariatan)
bagi orang Islam.
Seperti Hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh
Imam Bukhari, dalam kitab Shahih Bukhari Juz III. بلغوا : قل وسلم عليه اهللا صلى النبى ان عمرو بن اهللا عبد عن
12)رى البخا رواه (اية ولو عنىDari Abdullah bin ‘Amr, sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sampaikanlah apa yang kamu dapat dari ku (ajaranku) kepada orang lain walapun hanya satu ayat.” (HR. Bukhari).
b. Dasar Yuridis/Hukum
1) Dasar ideal, yaitu Pancasila, sila pertama : Ketuhanan Yang Maha
Esa.
2) Dasar konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam Bab XI pasal 29 ayat
1 dan 2, yang berbunyi : 1). Negara berdasarkan atas ketuhanan
Yang Maha Esa; 2). Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah
menurut agama dan kepercayaan itu.13
3) Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2008 tentang standar kompetensi lulusan dan standar isi
Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah.14
c. Aspek Psikologis
12Imam Bukhari, Shahih Bukhari Juz III, (Birut Lebanon: Darul Kutub al Ilmiah, 1992), hlm. 500.
13Dedy GNR., UUD 1945 Amandemen Plus Profil Lembaga Pemerintah (MPR, DPR, DPD, BPK, MA, Kementerian, dll ), (Jakarta: Pustaka Widyatama, 2010), cet. I, hlm. 20-21.
14Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 2 tahun 2008 Tentang Standar kompetensi lulusan dan standar isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah, http://nhidayat62.files.wordpress.com/2009/08/permenag-no2-th2008.pdf., diunduh pada tanggal 11 Mei 2010.
20
Psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek
psikis/kejiwaan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Zuhairini dkk. Bahwa setiap
manusia membutuhkan adanya pegangan hidup, dalam hal ini adalah
agama. Mereka merasa bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang
mengakui adanya Dzat yang Maha Kuasa, tempat mereka
mengabdikan diri serta tempat mereka berlindung dan memohon
pertolongan-Nya.
3. Fungsi Pendidikan Agama Islam di SMA
Hasan Langgulung menyatakan bahwa Pendidikan Agama Islam
memiliki beberapa fungsi, yaitu:
a. Menyiapkan generasi muda untuk memegang peranan tertentu dalam
masyarakat pada masa yang akan datang.15 Peranan ini berkaitan erat
dengan kelanjutan hidup (survival) dalam bermasyarakat.
b. Memindahkan ilmu pengetahuan (transfer of knowledge) yang
bersangkutan dengan peranan-peranan tersebut dari generasi tua
kepada generasi muda.
c. Memindahkan nilai-nilai yang bertujuan memelihara keutuhan dan
kesatuan masyarakat yang menjadi syarat mutlak bagi kelanjutan hidup
(survival) suatu masyarakat peradaban.16
Dari beberapa fungsi tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa
fungsi dari Pendidikan Agama Islam adalah sebagai media untuk
mentransformasikan ilmu-ilmu Pendidikan Agama Islam kepada peserta
didik, agar dapat memegang peranan yang penting di masyarakat.
4. Tujuan Pendidikan Agama Islam di SMA
Dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar tingkat
SMA/MA/SMK/MAK disebutkan bahwa tujuan dari Pendidikan Agama
Islam yaitu pertama untuk menumbuhkembangkan akidah melalui pemberian,
15Haries, “Pendidikan Agama Islam”, http://haries3.wordpress.com/2009/12/10/pendidikan-agama-islam/, hlm. 1 diambil pada tanggal 7 April 2010.
16Ibid.
21
pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan,
pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang Agama Islam secara
menyeluruh sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang
keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT. Kedua, Mewujudkan
manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia
yang berpengetahuan, rajin beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis,
berdisiplin, bertoleransi (tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal
dan sosial serta mengembangkan budaya agama dalam komunitas sekolah.
Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah bertujuan untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan
pemupukan pengetahuan, pengamalan dan pengalaman peserta didik
tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang terus berkembang
dalam hal keimanan dan ketaqwaannya dalam berbangsa dan bernegara,
serta untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.17
Para ahli mengemukakan pendapatnya tentang tujuan Pendidikan
Agama Islam sebagai berikut: Imam al-Ghazali berpendapat bahwa tujuan
Pendidikan Agama Islam adalah membina insan paripurna yang
bertaqarrub kepada Allah SWT, sejahtera dalam kehidupan di dunia dan di
akhirat.18
Ahmad D. Marimba mengemukakan dua macam tujuan Pendidikan
Agama Islam, yaitu tujuan sementara dan tujuan akhir. Tujuan sementara,
yaitu sasaran sementara yang harus dicapai oleh peserta didik dalam
melaksanakan Pendidikan Agama Islam di sekolah. Berbagai kemampuan
seperti kecakapan jasmaniah, pengetahuan membaca, menulis, dan ilmu-
ilmu lainnya dapat dicapai. Tujuan akhir, yaitu terwujudnya kepribadian
Muslim yang mencakup aspek-aspeknya untuk merealisasikan atau
menceminkan ajaran agama Islam.
Sedangkan Zakiah Daradjat membagi tujuan Pendidikan Agama
Islam menjadi 4 (empat) macam. Pertama, tujuan umum yaitu tujuan yang
17Ibid. 18Starawaji, loc.cit.
22
akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan, baik dengan pengajaran
atau dengan cara lain. Kedua, tujuan akhir yaitu tercapainya wujud insan
kamil.19 Ketiga, tujuan sementara yaitu tujuan yang akan dicapai setelah
anak diberi sejumlah pengalaman dan pengetahuan tertentu yang
direncanakan dalam suatu kurikulum pendidikan formal. Keempat, tujuan
operasional yaitu tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah
kegiatan pendidikan tertentu.20
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa tujuan
Pendidikan Agama Islam disekolah adalah pertama, membina dan
memupuk akhlak al-Karimah. kedua, untuk menumbuhkan dan
meningkatkan keimanan peserta didik melalui pemberian pengetahuan,
pengamalan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam secara
komprehensif sehingga menjadi manusia yang terus berkembang dalam
hal keimanan dan ketaqwaannya kepada Allah SWT.
5. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA.
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, nilai berarti mutu.21 Dalam
hal ini adalah mutu seseorang setelah berproses dalam dunia pendidikan.
Khususnya yang berkaitan dengan kepribadian. Kepribadian diartikan
sebagai suatu organisasi yang dinamis didalam individu dari sistem-sistem
psikofisik yang menentukan penyesuaian-penyesuaian yang unik terhadap
lingkunganya.22
Nilai yang penulis maksud adalah nilai yang berkaitan dengan nilai
kepribadian Muslim. Nilai tersebut adalah ciri khas atau karakter pribadi
Muslim23 yaitu:
a. Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh)
19Yaitu orang yang telah mencapai ketakwaan dan menghadap Allah SWT dalam ketakwaannya.
20Starawaji, loc.cit. 21Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelajar, 2005), hlm.
349. 22Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah, (Jakarta: Ghalia Indonesia,
1984), hlm. 47. 23Ria Firdaus, “10 Karekter atau Ciri Khas Pribadi Muslim”,
http://Halaqah.Net/V10/Index.Php?Action=Printpage;Topic=3850.0, hlm. 1.
23
1) Pengertian akhlak
Secara etimologi, akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq
(khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau
tabiat.24 Akhlak juga disamakan dengan sopan santun.
Khuluq merupakan gambaran sifat batin manusia, gambaran
lahiriah manusia, seperti bentuk raut wajah, gerak anggota badan dan
seluruh tubuh. Akhlak juga diartikan sebagai ilmu tata krama, yaitu
ilmu yang berusaha untuk mengenal tingkah laku manusia,
kemudian memberi nilai kepada perbuatan baik atau buruk sesuai
dengan norma-norma yang berlaku.
Dari segi terminologi, banyak para ahli yang mendefinisikan
akhlak dengan definisi yang berbeda, akan tetapi esensi dari definisi
yang dikemukakan sama, yaitu tentang perilaku manusia. Menurut
Al-Ghazali, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa yang
menimbulkan bermacam-macam perbuatan dengan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Ibn Miskawaih dalam bukunya Yatimin Abdullah ”Studi
Akhlak Dalam Perspektif al-Quran” mendefinisikan akhlak sebagai
keadaan yang melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan
mudah, tanpa melalui proses pemikiran atau pertimbangan.25
Jadi, pada hakekatnya khuluq merupakan suatu kondisi atau
sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian.
Matin al-Khuluq merupakan sifat dan perilaku yang harus
dimiliki oleh setiap Muslim, baik dalam hubungan vertikal (kepada
Allah SWT) maupun hubungan horisontal (dengan para makhluk-
Nya). Seseorang akan bahagia dalam hidupnya, baik di dunia
maupun di akhirat. Karena akhlak yang mulia sangat penting bagi
kehidupan umat manusia.
24M. Yatimin Abdullah, Studi Akhlak dalam Perspektif al-Quran, (Jakarta: Amzah, 2007), hlm. 2.
25Ibid., hlm. 4.
24
Salah satu tugas diutusnya Rasulullah Muhammad SAW adalah
untuk memperbaiki akhlak manusia, beliau langsung mencontohkan
kepada ummatnya bagaimana keagungan akhlaknya sehingga
diabadikan oleh Allah SWT di dalam al-Qur’an sesuai firman-Nya
dalam surat al-Qalam ayat 4.
وإنك لعلى خلق عظيمDan sesungguhnya kamu benar-benar memiliki akhlak yang agung.26
2) Sumber ajaran akhlak
Sumber ajaran akhlak adalah al-Quran dan Hadits. Seperti yang
telah dijelaskan Allah SWT dalam QS. Al-Ahzab ayat 21.
رجو الله لقد آان لكم في رسول الله أسوة حسنة لمن آان ي واليوم الآخر وذآر الله آثيرا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rosulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharapkan rahmat Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.27
Dalam hadits Nabi Muhammad SAW juga disebutkan, yang
diriwayatkan oleh Abi Zar
آنت حيثما اهللا اتق وسلم عليه اهللا صلى اهللا رسول قال رقال ذ ابي عن
28حسن بخلق الناس وخالق تمحها الحسنة السيئة واتبع
Artinya:
Dari Abi Zar berkata, Rosulullah SAW bersabda: bertaqwalah kamu dimnapun kamu berada, ikutilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik (setelah perbuatan jelek ikuti dengan perbuatan baik) dan bergaulah dengan manusia dengan pergaulan (akhlak) yang baik.
3) Tujuan pembinaan akhlak
Tujuan dari pembinaan akhlak adalah untuk mencapai
kebahagiaan hidup di dunia maupun di akhirat. Sedangkan
26Fadhal AR Bafadal, loc.cit, hlm. 826. 27Ibid., hlm. 595. 28Al-Daarami, Sunan Al Daarami Juz II, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, TT), hlm. 323.
25
ketinggian akhlak terletak pada hati yang sejahtera (qalbun salim)
dan pada ketentraman hati.
b. Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri)
Qodirun Ala al-Kasbi merupakan ciri lain yang harus ada pada diri
seorang Muslim. Kepribadian ini merupakan sesuatu yang amat
diperlukan. Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya
baru bisa dilaksanakan manakala seseorang memiliki kemandirian
terutama dari segi ekonomi.
Kemandirian dan keahlian yang dimiliki menjadi sebab baginya
mendapat rizki dari Allah SWT. Rezeki yang telah Allah SWT sediakan
harus diambil, dan untuk mengambilnya diperlukan skill atau
ketrampilan.
Tidak sedikit orang yang mengorbankan prinsip yang telah
dianutnya karena tidak memiliki kemandirian dari segi ekonomi. Karena
pribadi Muslim tidaklah mesti miskin, seorang muslim boleh saja kaya
bahkan memang harus kaya agar dia bisa menunaikan ibadah haji dan
umroh, zakat, infaq, shadaqah dan mempersiapkan masa depan yang
baik.
Perintah untuk mencari nafkah banyak di dalam al-Qur’an maupun
Hadits dan hal itu memiliki keutamaan yang sangat tinggi. Oleh karene
itu seorang Muslim dituntut untuk memiliki keahlian yang baik, sesuai
dengan kemampuannya.
Penanaman nilai-nilai kemampuan untuk usaha sendiri perlu
diterapkan di lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Salah
satu kegiatan untuk menanamkan kemampuan untuk usaha madiri di
sekolah adalah dengan ’menghidupkan’ dan mengembangkan koperasi
sekolah, yang dikelola oleh para peserta didik.
B. Bimbingan dan Konseling di SMA
1. Pengertian Bimbingan dan Konseling
a) Pengertian Bimbingan
26
Istilah Bimbingan dan Konseling, sebagaimana digunakan
dalam literatur profesional di Indonesia, merupakan terjemahan dari
kata Guidance dan Counseling dalam bahasa Inggris.29
Kata “guidance” berasal dari kata “(to) guide”, yang berarti
menuntun, mempedomani, menjadi petunjuk jalan mengemudikan,30
Adapun pengertian bimbingan yang lebih formulatif adalah
bantuan yang diberikan kepada individu (dalam hal ini peserta didik),
agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan diri secara
optimal dengan jalan memahami diri, memahami lingkungan,
mengatasi hambatan guna menentukan rencana masa depan yang lebih
baik.
Bimbingan dalam arti umum, tidak dapat dipungkiri berada
dalam seluruh bentuk pendidikan. Pendidikan yang mengandung
layanan kepada siapa saja yang membutuhkan bantuan dan kepada
siapa saja yang dapat dibantu. Dalam konteks bimbingan dalam
lingkup sekolah, dengan sendirinya terdapat penyuluhan di dalamnya.
Hal ini didasari adanya pandangan bahwa konseling merupakan bagian
yang integral dari bimbingan.
Untuk dapat memperoleh pengertian yang lebih jelas, berikut
akan dikutip beberapa definisi Bimbingan. Donald G Mortensen dan
Alan M Schmuller, mengemukakan pengertian bimbingan sebagai
berikut.
Guidance may be defined as that part of the total educational program that helps provide the personal opportunities and specialized staff services by which each individual can develop to the fullest of his abilities and capacities in term of the democratic idea.31
29W.S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: Media Abadi, 2007), Cet. VII, hlm. 27.
30Abu Ahmadi dan M. Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: P.T. Rinneka cipta, t.th.), hlm. 1.
31Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung: PT. Refika aditama, 2007), cet II, hlm. 7.
27
Artinya, bimbingan dapat didefinisikan sebagai bagian dari
program pendidikan total yang membantu menyediakan kesempatan-
kesempatan personal dan pelayanan-pelayanan staff yang
dispesialisasikan agar masing-masing individu dapat mengembangkan
kemampuan-kemampuannya dan kapasitas-kapasitasnya secara
optimal dalam kerangka gagasan demokrasi.
William A. Yeagr, yang dikutip Ahmad Rohani memberikan
rumusan Pengertian bimbingan sebagai berikut.
“ Bimbingan sebagaimana layanan pendidikan, kesemuanya diselenggarakan mengandung berbagai perwujudan, kesemuanya diselenggarakan untuk membantu peserta didik ke arah perkembangan dini dan pertumbuhan individual, dan sering kali pula ke arah pencapaian suatu tujuan dan penyesuaian yang harmonis dengan lingkungan dan penuh keserasian dengan pandangan hidup demokratis.”32
Dengan demikian, dari pengertian-pengertian di atas dapat
diambil suatu kesimpulan bahwa pengertian bimbingan yaitu suatu
proses pemberian bantuan yang dilakukan secara sistematis, metodis,
dan demokratis dengan cara wawancara sesuai keadaan individu dari
seseorang yang memiliki kompetensi memadai dalam menerapkan
pendekatan metode dan teknik layanan pada individu (peserta didik)
sehingga seseorang dapat memahami dan menerima dirinya sendiri dan
memiliki kemampuan untuk mencapai penyesuaian-penyesuaian,
membuat pilihan serta memecahkan persoalan-persoalan yang
dihadapinya.
b) Pengertian Konseling
Secara etimologi, istilah konseling berasal dari bahasa Inggris
“counseling” atau memberi saran dan nasihat.33 Istilah konseling juga
berasal dari bahasa latin, yaitu “consilium” yang berarti “dengan” atau
32M. Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: P.T. Rinneka Cipta, t.th.), hlm. 5.
33John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, (Jakarta: PT. Gramedia, 2000), cet. XXIV, hlm. 150.
28
“bersama” yang dirangkai dengan “menerima” atau “memahami”.
Sedangkan dalam bahasa Anglo-Saxon, yaitu “sellan” yang berarti
“menyerahkan” atau “menyampaikan”.34
Dalam bukunya Robert L. Gibson dan Marianne H. Mitchell
menyebutkan bahwa counseling is a one-to-one helping relationship
which focuses upon the individuals growth and adjustment, problem
solving and decision making needs.35 Artinya konseling adalah
hubungan pertolongan antara orang perorang yang berfokus pada
perkembangan dan penyesuaian individu, pemecahan masalah dan
kebutuhan membuat keputusan.
Menurut Priyatno dan Erman Anti, konseling adalah proses
pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh
seorang ahli (konselor) kepada individu yang sedang mengalami
masalah (klien/konseli) yang bermuara pada teratasinya masalah yang
sedang dihadapi.36
Dari pengertian tersebut, dapat ditarik pemahaman bahwa
konseling adalah suatu proses bantuan yang dilakukan oleh seorang
konselor kepada konseli dalam wawancara konseling agar individu
tersebut dapat membuat keputusan dan memecahkan masalah-masalah
yang dihadapi, khususnya yang berhubungan dengan masalah pribadi,
social, karir, dan kependidikan.
Jadi, Bimbingan dan Konseling merupakan Proses bantuan
yang diberikan kepada seseorang agar seseorang tersebut mampu
mengembangkan (bakat, minat, dan kemampuannya) yang dimiliki
mengenai dirinya sendiri, mengatasi persoalan-persoalan, sehingga
34Priyatno dan Erman Anti, Dasa-Dasar Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1999), hlm. 99.
35Robert L. Gibson and Marianne H. Mitchell, Introduction to Guidance, (London: Collier Macmillan, TT), hlm. 27.
36Achmad Juntika Nurihsan, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, (Bandung: PT. Refika aditama, 2007), cet II, hlm. 10.
29
mereka dapat menentukan sendiri jalan hidupnya secara bertanggung
jawab tergantung pada orang lain.
2. Tujuan Bimbingan dan Konseling di SMA
a) Tujuan Bimbingan
Tujuan diberikannya layanan bimbingan di SMA ialah agar
peserta didik dapat:
1) Mengenal dan memahami dirinya sendiri termasuk kekuatan dan
kelemahannya.37
2) Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir,
serta kehidupanya pada masa yang akan datang.
3) Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya
seoptimal mungkin.
4) Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan
masyarakat, serta lingkungan kerjanya.
5) Mengatasi hambatan serta kesulitan yang dihadapi dalam studi,
penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan, masyarakat,
maupun lingkungan kerja.38
Dari penjelasan diatas penulis berpendapat bahwa layanan
Bimbingan dan Konseling di sekolah bertujuan untuk membantu
peserta didik agar aspek pribadi, sosial, belajar dan karier dapat
berkembang secara optimal. Bimbingan pribadi dimaksudkan untuk
mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi dalam mewujudkan
pribadi yang taqwa, mandiri, dan bertanggung jawab. Bimbingan
sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan
sosial. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan
tugas perkembangan pendidikan. Sedangkan bimbingan karier
dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang kreatif dan
produktif.
37Eddy Hendrarno, Bimbingan dan Konseling, (Semarang: Perc. Swadaya Manunggal, 2003), cet. III, hlm. 41.
38Achmad Juntika Nurihsan, op.cit, hlm. 8.
30
b) Tujuan Konseling
Tujuan konseling di SMA adalah sebagai berikut.
1) Penyelesaian masalah. Hal ini berdasar pada kenyataan, bahwa
individu (peserta didik) yang mempunyai masalah tidak mampu
menyelesaikan masalahnya sendiri. Disamping itu, peserta didik
biasanya datang kepada konselor karena ia percaya bahwa konselor
dapat membantu menyelesaikan masalahnya.
2) Membantu peserta didik menjadi lebih matang dan lebih
mengaktualisasikan dirinya.
3) Membantu peserta didik untuk lebih maju dengan cara yang positif.
4) Membantu dalam sosialisasi peserta didik dengan memanfaatkan
sumber-sumber dan potensinya sendiri.
5) Mengadakan perubahan perilaku pada diri klien sehingga
memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan.
6) Memelihara dan mencapai kesehatan mental yang positif.
7) Mencapai keefektivan pribadi. Blocher mengatakan, bahwa yang
dimaksud pribadi yang efektif adalah pribadi yang sanggup
memperhitungkan diri, waktu, dan tenaganya, serta bersedia
menanggung resiko-resiko ekonomi, psikologi, dan fisik.
8) Mendorong individu agar mampu mengambil keputusan yang
penting bagi dirinya.39
Mengacu pada tujuan yang telah disebutkan maka penulis,
dapat menyimpulkan bahwa tujuan layanan konseling di sekolah
adalah untuk membantu menuntaskan permasalahan (pribadi, sosial,
kependidikan, dan karir) yang dihadapi peserta didik, khususnya bagi
peserta didik yang tidak mampu menyelesaikan masalahnya sendiri.
Singkat kata, tujuan dari Bimbingan dan Konseling disekolah
adalah membantu mengentaskan permasalahan yang dihadapi oleh
39Ibid., hlm. 12-13.
31
peserta didik, dan membimbingnya agar peserta didik dapat
mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
3. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling sekolah di Indonesia dalam
perkembanganya dapat dikatakan cukup menggembirakan (mengalami
perkembangan yang signifikan). Pada umumnya sekolah-sekolah telah
menyadari akan pentingnya layanan Bimbingan dan Konseling.
Pelaksanaaan Bimbingan dan Konseling telah menuju pada tingkat
baku, terutama di SMP dan SMA/SMU. Buku-buku pedoman kurikulum
yang khusus mengatur pelaksanaan Bimbingan dan Konseling pada
sekolah-sekolah juga telah banyak yang dikeluarkan departemen
Pendidikan dan Kebudayaan.
Kegiatan Bimbingan dan Konseling telah menjadi bagian yang tak
terpisahkan dari program pendidikan yang lain. Layanan Bimbingan dan
Konseling sekolah merupakan komponen pendidikan yang integral,
merupakan kesatuan dengan komponen pendidikan lain, seperti
kurikulum, supervisi dan administrasi pendidikan.40
Dengan demikian Bimbingan dan Konseling sekolah telah
terprogramkan dan kegiatannya dilaksanakan secara sistematis oleh para
petugas bimbingan, baik oleh konselor sekolah, wali kelas maupun guru-
guru yang ada di institusi pendidikan tersebut.
Adapun layanan Bimbingan dan Konseling di SMA meliputi:
a) Layanan orientasi, yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik
memahami lingkunagan baru, terutama lingkungan sekolah.
b) Layanan informasi, yaitu merupakan layanan yang memungkinkan
peserta didik dapat menerima dan memahami berbagai informasi.
c) Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang
memungkinkan peserta didik memperoleh penempatan yang tepat.
40Eddy Hendrarno, op.cit, hlm. 7.
32
d) Layanan penguasaan konten, yaitu layanan yang memungkinkan
peserta didik dapat mengembangkan sikap dan kebiasaan yang baik
dalam menguasai materi yang sesuai dengan kemampuan dirinya.
e) Layanan bimbingan individual atau bimbingan perseorangan41, yaitu
layanan yang memungkinkan peserta didik mendapatkan layanan
langsung tatap muka untuk mengentaskan permasalahan.
f) Layanan Bimbingan kelompok, yaitu layanan yang memungkinkan
sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika
kelompok memperoleh bahan dan membahas topik-topik tertentu.
misalnya dibentuk kelompok kecil dalam rangka layanan konseling
(konseling kelompok), dibentuk kelompok diskusi, diberi bimbingan
karir kepada peserta didik yang tergabung dalam satu kesatua kelas di
SMA.
g) Layanan konseling kelompok, yaitu layanan memungkinkan peserta
didik masing-masing anggota kelompok memperoleh kesempatan
untuk membahas dan pengentasan permasalahan pribadi melalui
dinamika kelompok.42
h) Layanan konsultasi, yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik
memperoleh wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu
dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau permasalahan orang
lain yang menjadi kepeduliannya.43
Dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA, terdapat
beberapa tahapan dalam memberikan bimbingan penyuluhan terhadap
individu (peserta didik) yang mengalami berbagai persoalan, yaitu dengan:
a) Mengadakan penelitian terhadap diri individu (peserta didik) beserta
latar belakangnya sehingga akan mendapatkan data yang diperlukan.
41W.S Winkel SJ., loc.cit, hlm. 122. 42Ibid. 43Bandono, “Program Kerja Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam KTSP SMA Negeri
7 Yogyakarta”, http://bandono.web.id/2008/05/05/program-kerja-pelayanan-bimbingan-konseling-dalam-ktsp-sma-negeri-7-yogyakarta.php, hlm. 1.
33
b) Mengadakan temu wicara dengan individu yang bermasalah sehingga
individu pada akhirnya akan mengutarakan segala perasaannya.
c) Mengadakan home visit sehingga akan diperoleh keterangan tentang
situasi lingkungan.
d) Mengambil kesimpulan tentang jenis persoalan apa yang dihadapi
individu, sehingga akan menetapkan jenis bantuan apa yang akan
diberikan dan bagaimana cara untuk mengatasinya.44
Tahapan lain yang tidak kalah penting adalah Identifikasi Anak,
tahapan ini berguna untuk mengenal karekteristik anak beserta gejala-
gejala yang nampak dengan memilih akan yang perlu mendapat bimbingan
lebih dahulu. Dan Langkah Evaluasi45 yaitu tahapan terakhir yang
dimaksudkan untuk mengetahui kondisi peserta didik setelah diberi
(dibantu) layanan Bimbingan dan Konseling.
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang
(individu) atau sekelompok orang agar mereka dapat berkembang menjadi
pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian itu mencakup lima fungsi
pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: mengenali
diri sendiri dan lingkungannya, menerima diri sendiri dan lingkungan
secara positif dan dinamis, mengambil keputusan, mengarahkan diri, dan
mewujudkan diri, yang pada dasarnya agar mawas diri secara tulus hati,
baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap lingkungan, termasuk
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Sehingga dirinya akan mampu beradaptasi dan secara kreatif di dalam
menutupi kekurangan, termasuk dalam pengambilan keputusan terhadap
masalah yang dihadapi.
4. Jenis Bimbingan dan Konseling di SMA
44Abu Ahmadi dan M. Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, (Jakarta: P.T. Rinneka cipta, t.th.), hlm. 165-167.
45Ibid., hlm. 168.
34
Jenis-jenis bimbingan dapat dikelompokan berdasarkan masalah-
masalah yang dihadapi oleh individu (peserta didik). Jenis bimbingan di
sekolah dapat dikelompokan sebagai berikut.
a) Bimbingan Pengajaran/belajar (Instructional Guidance)
Jenis bimbingan ini memberikan bantuan kepada peserta didik
dalam memecahkan kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan
masalah belajar, baik di sekolah maupun diluar sekolah.46 Tujuan dari
bimbingan belajar ini adalah untuk membantu peserta didik agar
mendapat penyesuaian yang baik dalam situasi belajar.
b) Bimbingan Pendidikan (Educational Guidance)
Bimbingan pendidikan bertujuan untuk membantu peserta didik
dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam bidang
pendidikan pada khususnya.47
Bimbingan pendidikan memberikan bantuan kepada peserta didik
dalam hal pengenalan terhadap situasi pendidikan yang dihadapi,
pengenalan terhadap studi lanjutan, perencanaan pendidikan, dan
pemilihan spesialisasi.
c) Bimbingan Pekerjaan/jabatan (Vocational Guidance)
Kegiatan dalam vocational guidance adalah mengenal berbagai
jenis pekerjaan yang mungkin dapat dimasuki oleh tamatan pendidikan
tertentu, mengenal berbagai jenis pekerjaan dengan segala syarat-
syarat dan kondisinya, membantu dalam mendapatkan pekerjaan
sambilan bagi yang membutuhkannya.
Tujuan dari bimbingan ini adalah untuk membantu peserta didik
dalam mengatasi berbagai masalah yang berhubungan dengan
46Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV. Ilmu, 1975), hlm. 35. 47Ibid., hlm. 36.
35
pemilihan pekerjaan atau jabatan, dalam hak ini dimanfaatkan oleh
pesert didik kelas XII yang tidak melanjutkan kejenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
d) Bimbingan Sosial (Social Guidance)
Merupakan jenis bimbingan yang bertujuan untuk membantu
individu (peserta didik) dalam memecahkan dan mengatasi kesulitan-
kesulitan dalam masalah sosial, sehingga peserta didik mendapat
penyesuaian yang baik dalam lingkungannya.
e) Bimbingan dalam menggunakan waktu senggang (Leisure Time
Guidance)
Dengan bimbingan jenis ini diharapkan peserta didik mampu
memanfaatkan waktu senggang dengan kegiatan-kegiatan yang
produktif, belajar, bekerja atau rekreasi yang bermanfaat.
f) Bimbingan dalam masalah-masalah pribadi.48
Jenis bimbingan ini membantu peserta didik untuk mengatasi
masalah-masalah yang bersifat pribadi sebagai akibat kekurangan
peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan pribadinya sendiri,
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
5. Bentuk Bimbingan dan Konseling di SMA
Istilah bentuk bimbingan menunjuk pada jumlah orang yang diberi
pelayanan bimbingan. Apabila peserta didik yang dilayani hanya satu
orang, maka digunakan istilah bimbingan individual atau bimbingan
perseorangan. Apabila peserta didik yang dilayani lebih dari satu orang,
maka digunakan istilah bimbingan kelompok.49
Bimbingan individual disalurkan melalui layanan konseling,
apabila peserta didik berhadapan muka dengan konselor untuk
membicarakan suatu masalah. Bimbingan individual juga dapat
berlangsung di luar wawancara konseling. Misalnya, seorang peserta didik
48Ibid., hlm. 38. 49W.S Winkel SJ., loc.cit.
36
menanyakan cara mendaftarkan diri untuk ikut dalam Ujian Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).
Bimbingan kelompok dapat dilakukan dengan berbagai cara,
misalnya dibentuk kelompok kecil dalam rangka layanan konseling
(konseling kelompok), kelompok diskusi, dan kelompok bimbingan karir.
C. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan
Konseling di SMA
Bimbingan dan Konseling di sekolah merupakan salah satu disiplin
ilmu yang secara profesional memberikan pelayanan bimbingan kepada
peserta didik. Sebagai layanan profesional, Bimbingan dan Konseling tidak
bisa dilakukan secara asal-asalan, namun harus berangkat dan berpijak dari
suatu landasan yang kokoh, yang didasarkan pada hasil-hasil pemikiran dan
penelitian yang mendalam.
Dengan adanya pijakan yang jelas dan kokoh diharapkan
pengembangan layanan Bimbingan dan Konseling, baik dalam tataran teoritik
maupun praktek, dapat semakin lebih mantap dan bisa dipertanggungjawabkan
serta mampu memberikan manfaat besar bagi kehidupan, khususnya bagi para
peserta didik sebagai penerima jasa layanan (klien). Dengan pelayanan yang
baik akan tercipta suatu iklim yang kondusif serta menciptakan masyarakat
yang berakhlak dan bermoral.
1. Implementasi nilai kepribadian Muslim dalam Bimbingan dan Konseling
a. Implementasi Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh)
Dalam konsep agama Islam, akhlak yang kokoh merupakan sikap
dan perilaku yang sangat disitimewakan. Manusia yang mampu
mengoptimalkan sikap dan perilaku tersebut, maka kebahagiaan di
dunia maupun diakherat akan didapatnya.
Akhlak merupakan sesuatu yang dijadikan sebagai tolak ukur dari
suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang. Seseorang dikatakan
memiliki akhlak yang baik, jika hatinya bersih, dan tindakannya sesuai
37
dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dimana mereka
berada.
Akhlak dibagi menjadi dua, yaitu akhlak mahmudah dan akhlak
madzmumah. Akhlak mahmudah adalah akhlak yang baik yang sesuai
dengan ajaran agama Islam. Sedangkan akhlak madzmumah adalah
adalah akhlak yang jelek atau akhlak yang tidak sesuai dengan ajaran
agama Islam dan juga tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku
dalam masyarakat tertentu.
Pendidikan akhlak tidak hanya dikemukakan secara teoris,
melainkan disertai contoh-contoh yang konkret untuk dihayati
maknanya. Dalam al-Qur`an surat Luqman ayat 14 dijelaskan bahwa
penekanan utama dalam Pendidikan Agama Islam adalah pendidikan
akhlak dengan jalan melatih anak membiasakan hal-hal yang baik,
menghormati orang tua, bertingkah laku yang baik (sopan), dan
bertutur kata yang penuh hikmah.
Pendidikan akhlak juga dikembangkan melalui Bimbingan dan
Konseling. Hal ini diharapkan agar anak didik mampu membedakan
antara perbuatan-perbuatan yang perlu dan tidak perlu dilakukan, mana
yang baik dan mana yang buruk, serta mana yang salah dan mana yang
benar.
Pendidikan akhlak secara dini akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian anak yang bersangkutan.
Oleh karena itu, akhlak merupakan cermin dari kepribadian seseorang
dan perlu dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari. Keikutsertaan
Bimbingan dan Konseling dalam mengembangkan nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam membawa dampak yang positif bagi
perkembangan akhlak anak didik.
Adapun nilai-nilai Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) yang
dapat dikembangkan diantaranya:
1) Kejujuran
38
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, jujur berarti lurus
hati, tidak curang.50 Kata Jujur jika diartikan secara baku adalah
mengakui, berkata atau memberikan suatu informasi yang sesuai
kenyataan dan kebenaran.
2) Amanah
Amanah berasal dari bahasa arab ’amuuna’-’ya’munu’-
’amanah’ yang bermakna “yang harus ditepati” atau ”titipan yang
harus ditunaikan”. Jadi, apapun nikmat yang telah Allah SWT
anugerahkan kepada kita seperti harta, jabatan, keluarga, anak-anak
bahkan anggota tubuh seperti mata, telinga, kedua kaki dan kedua
tangan dan sebagainya adalah amanah. Maka semuanya akan
dimintakan pertanggungjawabannya di akhirat kelak.
Macam-macam amanah yang ada di SMA Negeri 8 Semarang
diantaranya:
a) Amanah terhadap Allah SWT dan Rasulullah Muhammad
SAW
Yaitu menjalankan tanggungjawab sebagai hamba dan
khalifah Allah SWT, sesuai dengan tujuan hidup manusia.
Amanah yang pertama ini merupakan amanah yang paling
utama. Pelaksanaan tanggungjawab sebagai hamba merupakan
pengukuhan hablumminallah (hubungan manusia dengan Allah
SWT). Dengan memelihara dan menghargai amanah Allah
SWT dan Rasulullah Muhammad SAW seseorang dapat
melahirkan suasana aman, tenteram dan penuh keharmonisan.
b) Amanah Terhadap Diri Sendiri.
Yaitu amanah terhadap dirinya sendiri, seperti anggota-
anggota jasadnya (mata, telinga, mulut, perut, tangan, kaki dan
50Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Surabaya: Mitra Pelajar,2005), hlm.224.
39
kemaluan) dan anggota-anggota batinnya (aqal, hati dan nafsu)
yang telah dikaruniakan Allah SWT.
c) Amanah Terhadap Masyarakat.
Amanah terhadap masyarakat timbul kerana sifat
masyarakat yang tidak bisa hidup sendiri. Orang kaya dan
orang miskin, penjual dan pembeli, pemimpin dan pengikut,
pegawai dan kakitangannya, pemerintah dan rakyat, dan
pendidik dengan peserta didik semuanya bergantung antara satu
dengan yang lain, karena pada dasarnya manusia adalah
makhluk sosial.
3) Kasih sayang
Kasih sayang dapat diartikan sebagai kecenderungan secara
total kepada sesuatu yang dicintai, kemudian rela mengorbankan
diri, nyawa dan hartamu demi dirinya, kemudian engkau
mengikutinya secara sembunyi atau terang-terangan.
Dalam hal ini adalah kasih sayang sesama manusia, yakni
kasih sayang guru dan karyawan kepada peserta didik, kasih
sayang antar sesama peserta didik dan cinta terhadap lingkungan
sekitar sekolah.
4) Kedisiplinan
Seorang peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar di
sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib
yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap peserta didik dituntut
untuk dapat berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang
yang berlaku di sekolahnya. Kepatuhan dan ketaatan peserta
didikterhadap berbagai aturan dan tata tertib yang yang berlaku di
sekolahnya itu biasa disebut disiplin peserta didik. Sedangkan
peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang
berupaya mengatur perilaku peserta didik disebut disiplin sekolah.
Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara
perilaku peserta didik agar tidak menyimpang dan dapat
40
mendorong peserta didik untuk berperilaku sesuai dengan norma,
peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.
Pengertian disiplin sekolah kadangkala diterapkan pula untuk
memberikan hukuman (sanksi) sebagai konsekuensi dari
pelanggaran terhadap aturan, meski kadangkala menjadi
kontroversi dalam menerapkan metode pendisiplinannya, sehingga
terjebak dalam bentuk kesalahan perlakuan fisik (physical
maltreatment) dan kesalahan perlakuan psikologis.
Disiplin merupakan istilah yang sudah memasyarakat di
berbagai instansi pemerintah maupun swasta. Kita mengenal
adanya disiplin kerja, disiplin lalu lintas, disiplin belajar dan
macam istilah disiplin yang lain. Dalam hal ini adalah
dititikberatkan pada kedisiplinan yang dilakukan peserta didik
dalam kegiatan belajarnya baik di rumah maupun di sekolah.
Seorang peserta didik yang bertindak disiplin karena ada
pengawasan dari pihak sekolah. Peserta didik akan bertindak
semaunya dalam proses belajarnya apabila tidak ada pengawasan
dari pihak keluarga dan sekolah. Karena itu kedisiplinan perlu
ditegakkan di sekolah berupa koreksi dan sanksi. Apabila
melanggar dapat dilakukan dua macam tindakan yaitu koreksi
untuk memperbaiki kesalahan dan berupa sanksi. Keduanya harus
dilaksanakan secara konsisten untuk mencegah terjadinya
penyimpangan dan pelanggaran terhadap norma dan kaidah yang
telah ditentukan.
Disiplin juga merupakan suatu kondisi yang tercipta dan
terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang
menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan
dan atau ketertiban. Nilai-nilai tersebut telah menjadi bagian
perilaku dalam kehidupannya. Perilaku tersebut tercipta melalui
proses binaan melalui keluarga, pendidikan dan pengalaman di
masyarakat. Sikap disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui
41
latihan, pendidikan atau penanaman kebiasaan dengan keteladanan
tertentu, yang harus dimulai sejak berada dalam lingkungan
keluarga, mulai masa kanak-kanak sampai tumbuh berkembang
dan menjadikannya bentuk disiplin yang semakin kuat.
b. Implementasi Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha
Sendiri/Mandiri).
Qodirun Ala al-Kasbi harus ditanamkan pada diri peserta didik
sejak dini. Kepribadian ini merupakan kepribadian yang diperlukan
dalam berinteraksi dengan lingkungan keluarga, sekolah maupun
masyarakat.
Mempertahankan kebenaran dan berjuang menegakkannya
dapat dilaksanakan dengan optimal ketika seseorang memiliki sikap
kemandirian terutama dari segi ekonomi.
Beberapa usaha yang dilakukan oleh sivitas akademika untuk
menanamkan kepribadian Qodirun Ala al-Kasbi kepada peserta didik
diantaranya, memotivasi dan menganjurkan peserta didik agar mandiri,
menganjurkan serta membimbing peserta didik untuk aktif dalam
kegiatan koperasi sekolah.
Dari pemaparan diatas dapat dikatahui bahwa hubungan kerjasama
antara Guru Bimbingan dan Konseling dengan Guru Pendidikan Agama Islam
harus terjalin dengan baik dan saling melengkapi, dengan menyadari dan
memahami fungsi dan perannya masing-masing. Dengan hubungan yang
saling melengkapi itulah nilai-nilai yang ada dalam Pendidikan Agama Islam
dapat diimplementsikan dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di
sekolah. .
Guru Bimbingan dan Konseling lebih banyak memberikan bimbingan
melalui pendekatan psikologis, sedangkan Guru Pendidikan Agama Islam
memberikan bimbingan/arahan melalui pendekatan keagamaan.
Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling
yang diinternalisasikan dianataranya adalah nilai-nilai aqidah, nilai-nilai yang
42
berhubungan dengan ibadah (baik yang sifatnya vertikal mapun horisontal),
nilai-nilai akhlak, nilai-nilai sosial, dan nilai-nilai pendidikan karir.
43
BAB III
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A. Kondisi Umum SMA Negeri 8 Semarang
1. Letak Geografis
SMA Negeri 8 Semarang terletak di Kelurahan Tambak Aji
Kecamatan Ngaliyan. Mempunyai lahan seluas ± 15.424 m² dengan luas
tanah yang sudah dibangun ± 8.000 m² dan hampir semua bangunan
dipagar permanen.1
SMA Negeri 8 Semarang dapat dijangkau dari semua jurusan,
karena berada dalam jalur pantura. Sehingga sekolah yang kaya akan
prestasi ini dapat diakses oleh berbagai kendaraan dan angkutan umum,
yang memudahkan transportasi peserta didik, guru dan karyawan.
SMA Negeri 8 Semarang berada di perbukitan yang lokasinya
berbatasan dengan:
a. Sebelah barat berbatasan dengan lahan kosong milik penduduk dan
pabrik yang jaraknya kurang lebih 15 meter.
b. Sebelah selatan berbatasan dengan tebing. Tinggi tebing kurang lebih
21 meter yang dimanfaatkan penduduk sekitar sebagai tempat
pemakaman.
c. Sebelah timur berbatasan dengan perumahan penduduk.
d. Sebelah utara berbatasan dengan perumahan penduduk, dan jalan raya
panturan, yang berjarak 100 meter dari SMA Negeri 8 Semarang.2
2. Tinjauan Historis
SMA Negeri 8 Semarang berdiri pada tanggal 3 September 1979
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Republik Indonesia No.
0188/0/1070 dengan Nomor Induk Sekolah (NIS) 530, dan nomor statistik
1Hasil dokumentasi SMA Negeri 8 Semarang, yang diperoleh dari Siti Chotijah, S. Pd
selaku Waka. Humas SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Selasa tanggal 27 April 2010 di ruang Wakil Kepala Sekolah.
2Hasil Observasi, pada hari Rabu tanggal 21 April 2010 di SMA Negeri 8 Semarang.
44
301036301008.3 Berlokasi di Karanganyar Kecamatan Tugu Semarang,
dan diberi nama SMA Negeri 8 Semarang yang berstatus Negeri.
Seleksi Penerimaan Siswa Baru (PSB) tahun 1979 tahun pelajaran
1979/1980 ditangani oleh Departemen Pendidikan dan Kebuyaan
Kecamatan Tugu Semarang dengan memakai sistem tes yang bertempat di
SD Karanganyar 1 Tugu. Dalam sejarah perkembangannya sejak berdiri
sampai sekarang 2009/2010 tercatat 11 kali periode kepemimpinan
sekolah. Adapun periode kepemimpinan kepala SMA Negeri 8 Semarang
sejak berdiri sampai sekarang 2009/2010 terlampir.
SMA Negeri 8 Semarang merupakan sebuah lembaga pendidikan
yang bernaung di bawah Depdiknas dan bukan termasuk lembaga
pendidikan yang bercorak agama, sehingga kominitas keberagamaan
peserta didik yang berada di SMA Negeri 8 Semarang beraneka ragam,
yanr terbagi dalam beberapa komunitas keberagamaan yaitu Islam,
Kristen, Katolik, dan Hindu.4
Demikian kondisi umum tentang sejarah ringkas SMA Negeri 8
Semarang yang berada di Kelurahan Tambak Aji, Kecamatan Ngaliyan,
Kota Semarang. Hingga saat ini SMA Negeri 8 Semarang berusaha untuk
meningkatkan mutu dan berusaha menciptakan sumber daya manusia yang
tangguh, berkompeten, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Struktur Organisasi
Sebagai lembaga pendidikan formal, SMA Negeri 8 Semarang
mempunyai banyak kegiatan yang harus dilaksanakan, dalam rangka
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk memudahkan pencapaian
tujuan tersebut, maka dibentuklah struktur organisasi sekolah yang terdiri
dari kepala sekolah, komite sekolah, kepala tata usaha, waka. kurikulum,
waka. kesiswaan, waka. sarpras, waka. humas, unit laboratorium, koord.
3Hasil dokumentasi SMA Negeri 8 Semarang, yang diperoleh dari Siti Chotijah, S. Pd
selaku Waka. Humas SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Selasa tanggal 27 April 2010 di ruang Wakil Kepala Sekolah.
4Hasil dokumentasi SMA Negeri 8 Semarang, yang diperoleh dari Siti Chotijah, S. Pd selaku Waka. Humas SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Selasa tanggal 27 April 2010 di ruang Wakil Kepala Sekolah.
45
Perpustakaan, dewan guru, dan peserta didik. Masing-masing mempunyai
fungsi dan tugas yang tersistem guna mewujudkan tujuan yang telah
ditentukan.
Kepala Sekolah berfungsi dan bertugas sebagai edukator, manajer,
administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator. Komite Sekolah
berfungsi untuk membina dan menghimpun potensi warga sekolah dalam
rangka mendukung penyelenggaraan sekolah yang berkualitas. Kepala
Tata Usaha bertugas menyusun program tata usaha sekolah, mengurus
administrasi ketenagakerjaan dan peserta didik, membina dan
pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah, menyusun administrasi
perlengkapan sekolah, menyusun dan penyajian data/statistik sekolah, dan
membuat laporan kegiatan tata usaha. Waka. Kurikulum bertugas
menyusun program pengajaran, pembagian tugas guru dan jadwal
pelajaran, jadwal ulangan/evaluasi,kriteria kenaikan/ ketidaknaikan/
kelulusan peserta didik, mengarahkan pembuatan satpel, membina lomba
akademis, dan MGMP. Waka. Kesiswaan bertugas menyusun program
pembinaan OSIS, melaksanakan pembimbingan dan pengarahan kegiatan
OSIS, pemilihan peserta didik teladan/penerima beasiswa, mutasi peserta
didik, program ekstra kurikuler, dan membuat laporan kegiatan kesiswaan
secara berkala. Waka. Sarana bertugas Menyusun rencana kebutuhan
sarana dan prasarana, mengkoordinasikan pendayagunaan sarana dan
prasarana, pengelola pembiayaan alat-alat pengajaran, dan menyusun
laporan pelaksanaan urusan sarana dan prasarana secara berkala. Waka.
Humas bertugas mengatur dan menyelenggarakan hubungan sekolah
dengan orang tua/wali peserta didik, membina hubungan antar sekolah,
komite sekolah, lembaga dan instansi terkait, dan membuat laporan
pelaksanaan hubungan masyarakat secara berkala.5
Dengan adanya pembagian fungsi dan tugas yang teratur maka
perkembangan sekolah akan lebih cepat dan tujuan sekolah maupun tujuan
5Hasil wawancara dengan Siti Chotijah, S. Pd selaku Waka. Humas SMA Negeri 8
Semarang, pada hari Selasa tanggal 27 April 2010 di ruang Wakil Kepala Sekolah.
46
pendidikan akan mudah untuk diwujudkan. Adapun struktur organisasi
SMA Negeri 8 Semarang terlampir.
4. Keadaan Guru, Karyawan, dan Peserta Didik
a. Keadaan Guru
Untuk menunjang proses kegiatan belajar-mengajar, SMA Negeri 8
Semarang mempunyai sumberdaya manusia berupa guru yang
berjumlah 72 orang. Yang terdiri dari, 62 orang sebagai guru tetap
(PNS), 9 orang guru bantu (belum diangkat PNS), dan 95 % guru
(pendidik) di SMA Negeri 8 Semarang adalah lulusan sarjana/S1 dari
beberapa perguruan tinggi yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan.6
Standar pendidikan dan tenaga kependidikan di SMA Negeri 8
Semarang sudah disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.7 Sehingga sudah sesuai dengan standar yang telah
ditentukan.
b. Keadaan Karyawan
Untuk mewujudkan tujuan sekolah yang telah ditentukan kepala
sekolah dibantu oleh 19 karyawan, yang bertugas sesuai dengan tugas
yang telah ditentukan. Karyawan SMA Negeri 8 Semarang terbagi
dalam 4 bagian yakni bagian keamanan (security) yang bertugas untuk
menjaga keamanan di lingkungan sekolah, petugas kebersihan/ tukang
kebun yang bertugas untuk menjaga kebersihan dan merawat
perkebunan dan taman sekolah, pembantu umum bertugas
mempersiapkan konsumsi bagi para guru dan karyawan dan tata
usaha/keadministrasian sekolah bertugas untuk membantu administrasi
6Hasil wawancara dengan Siti Chotijah, S. Pd selaku Waka. Humas SMA Negeri 8
Semarang, pada hari Selasa tanggal 27 April 2010 di ruang Wakil Kepala Sekolah. 7Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19
tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, (Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,2005), hlm. 27.
47
sekolah dan peserta didik. Dengan tugas yang telah tersusun rapi, maka
sekolah berstandar nasional dapat diwujudkan.
c. Keadaan Peserta Didik
Berdasarkan data yang diperoleh melalui Waka. Kesiswaan, Drs.
Yuwana, jumlah peserta didik tahun ajaran 2009/2010 mengalami
penurunan. Pada tahun ajaran 2008/2009 jumlah peserta didik dari
kelas XA sampai XII Bahasa mencapai 980 peserta didik. Sedangkan
tahun ajaran 2009/2010 jumlah peserta didik hanya 946 yang terdiri
dari kelas XA sampai kelas XII Bahasa. Adapun table jumlah peserta
didik tahun ajaran 2009/2010 terlampir.
Selama 3 tahun terakhir prestasi yang diperoleh dari beberapa
perlombaan yang diikuti, bisa dikatakan cukup bagus dan mengalami
peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Hal itu dikarenakan adanya
sarana dan prasarana yang memadahi dan adanya kesadaran serta
kerjasama dari kepala sekolah, guru/pelatih, guru Bimbingan dan
Konseling, dan peserta didik, sehingga dapat memperolah hasil yang
maksimal.8 Adapun prestasi peserta didik SMA Negeri 8 Semarang
selama 3 tahun terakhir terlampir.
5. Sarana dan Prasarana
Berdasarkan observasi yang sudah dilakukan pada hari Rabu dan
Kamis, tanggal 21 dan 22 April 2010 terdapat ruang kepala sekolah, ruang
wakil kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang guru, ruang bendahara,
kamar kecil kepala sekolah, kamar kecil guru, 27 ruang kelas yang terbagi
menjadi, kelas X terdiri dari 9 ruang (XA-XI) kelas XI terdiri dari 9 ruang
(XI IPA ada 4 ruang, XI IPS ada 4 ruang, XI Bahasa ada 1 ruang), dan
kelas XII terdiri dari 9 ruang (XII IPA ada 3 ruang, XII IPS ada 5 ruang,
XII Bahasa 1 ruang), juga terdapat 5 laboratorium yaitu, Lab. Kimia, Lab.
Biologi, Lab. Fisika, Lab. Bahasa, dan Lab. Komputer.9 Selain itu,
8Hasil dokumentasi SMA Negeri 8 Semarang, yang diperoleh melalui Bapak Drs.
Yuwana, selaku Waka. Kesiswaan SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Selasa tanggal 27 April 2010 di ruang Wakil Kepala Sekolah.
9Hasil observasi pada hari kamis tanggal 22 April 2010 di SMA Negeri 8 Semarang.
48
berdasarkan catatan lapangan peneliti, terdapat juga dapur sekolah dan pos
keamanan di SMA Negeri 8 Semarang sudah memenuhi standar sarana
dan prasarana.
Fasilitas–fasilitas lain yang menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan seperti ruang Bimbingan dan Konseling, ruang
UKS, ruang biro data dan evaluasi, ruang OSIS, 4 kantin, 2 mushola,
ruang multimedia, ruang band, ruang perpustakaan, ruang agama, ruang
internet, koperasi, 4 toilet putra dan 4 toilet putri.10
Berdasarkan hasil observasi secara umum keadaan fisik SMA
Negeri 8 Semarang bisa dikatakan baik, memadai dan fasilitas yang telah
ada difungsikan dengan baik dan maksimal. Sarana dan prasarana yang
ada di SMA Negeri 8 Semarang ini sudah memenuhi standar sarana dan
prasarana sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 19 tahun 2005
tentang standar nasional pendidikan.
B. Kondisi Khusus tentang Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
1. Nilai Pendidikan Kepribadian Muslim
a. Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh)
Pendidikan akhlak ditanamkan sejak penerimaan peserta didik tahun
ajaran baru. Akhlak tersebut dipraktekan oleh para guru dan karyawan ketika
bertatap muka dan berkomunikasi dengan wali murid ataupun dengan calon
peserta didik yang baru. Kemudian dikembangkan dalam setiap kegiatan yang
dilakukan dilingkungan sekolah, seperti proses pembelajaran, ekstra kurikuler,
dan interaksi dengan guru dan karyawan.
Di lingkunagan sekolah guru, karyawan, dan peserta didik harus bersikap
sesuai dengan aturan yang telah dibuat, seperti sikap memasuki ruang kelas,
ruang guru, ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, dan ruang Bimbingan dan
Konseling, sikap duduk di kelas, sikap terhadap kepala sekolah, guru, dan
karyawan, dan sikap terhadap sesama teman, cara berpakaian seragam sekolah,
sikap saat mengikuti upacara sekolah, sikap dilapangan dan sebagainya.
10Hasil observasi pada hari Rabu tanggal 21 April 2010 di SMA Negeri 8 Semarang.
49
Nilai-nilai Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) di SMA Negeri 8
Semarang yang diperolah dari Dra. Hj. Faricha selaku guru Pendidikan Agama
Islam diantaranaya:
1) Kejujuran
Di SMA Negeri 8 Semarang, kejujuran dijadikan prioritas yang
utama. Guru, karyawan, dan peserta didik diperintahkan untuk selalu
menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Kejujuran dilakukan oleh semua
sivitas akademika yang ada di SMA Negeri 8 Semarang dalam setiap
kegiatan di lingkungan sekolah, baik kegiatan harian, kegiatan mingguan
maupun dalam kegiatan tahunan. Termasuk dalam kegiatan ekstra kurikuler
yang ada di sekolah, misalnya saja dalam kegiatan ekstra pramuka, peserta
didik akan dipanggil oleh guru Bimbingan dan Konseling untuk dimintai
keterangan dan diberi sangsi apabila tidak masuk ekstra pramuka selama 4
kali berturut-turut.
Pada waktu proses pembelajaran, usaha yang dilakukan Guru
Pendidikan Agama Islam untuk menanamkan kejujuran diantaranya
memberikan tugas kepada peserta didik, memberikan tauladan yang
berkenaan dengan cara berpakaian, dan menceritakan kisah orang-orang
yang sukses karena kejujuran.
Pada waktu ulangan, guru membebaskan buku dan tas peserta didik
tetap disamping tempat duduk peserta didik. Hal itu dilakukan agar peserta
didik belajar untuk melatih kejujuran dalam setiap melakukan kegiatan,
termasuk juga dalam mengerjakan ulangan/semesteran.11
Berdasarkan hasil observasi dan catatan peneliti, kejujuran juga
terlihat dari aktivitas di kantin sekolah, pada waktu dikantin guru, karyawan
dan peserta didik mengambil dan membayar senilai dengan barang yang
diambil.
Ketika menggunakan jasa layanan Bimbingan dan Konseling,
peserta didik juga mengutarakan maksud/permasalahan sesuai dengan
11Hasil wawancara dengan guru Pendidikan Agama Islam, Dra. Hj. Faricha, pada hari
Kamis tanggal 22 April 2010 di ruang guru.
50
kebenaran/kenyataan. Misalnya, peserta didik mengungkapkan
kekecewaannya pada saat putus hubungan dengan orang yang dicintainya,
mengungkapkan kesulitannya dalam menerima pelajaran. Dalam hal ini
yang dilakukan guru Bimbingan dan Konseling yakni dengan memberikan
motivasi dan masukan-masukan agar peserta didik itu bisa mengambil
keputusan dan menyelesaikan permsalah yang dihadapi.
2) Amanah
Sifat amanah yang dikembangkan di SMA Negeri 8 Semarang yaitu:
a) Amanah terhadap Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW
Diwujudkan dalam kegiatan setiap kegiatan sekolah baik harian,
mingguan maupun tahunan. Memulai dan mengakhiri setiap kegiatan
dengan berdoa adalah tradisi yang sudah mengakar kuat di SMA Negeri
8. Sholat dhuhur berjamaah di musholah sekolah, walaupun tidak semua
peserta didik melakukanya, akan tetapi hampir 50 % dari peserta didik
(muslim) melakukanya. Sholat jum’at selama 2 minggu sekali yakni
pada minggu pertama dan ketiga, sholat tarawih, tadarus, dan buka
bersama bersama pada bulan Ramadhan.12
Berdasarkan catatan lapangan peneliti, dalam kegiatan ekstra
kurikuler sekolah, peserta didik diberi kesempatan untuk beribadah
sesuai dengan kepercayaannya masing-masing dengan alokasi waktu
yang telah dijadwalkan. Membaca asma al-husna juga dilakukan untuk
menentramkan hati peserta didik, yang dilakukan sebelum proses
kegiatan belajar mengajar dimulai terutama pada pelajaran Pendidikan
Agama Islam jam pertama.
b) Amanah terhadap Diri Sendiri
Amanah terhadap diri sendiri dilakukan dalam kegiatan sehari-hari
di lingkungan sekolah seperti menggunakan panca indra yang telah
dikaruniakan Allah SWT dengan baik, misalnya menggunakan tangan
untuk berkreativitas, menggunakan mata untuk melihat yang baik dan
12Hasil wawancara dengan Dra. Faricha selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri 8 Semarang, pada hari Kamis, 22 April 2010 di ruang guru.
51
berguna, memanfaatkan waktu luang untuk membaca di perpustakaan
sekolah. Dengan membaca di perpustakaan maka pikiran yang telah
dianugerahkan Allah akan digunakan untuk berfikir dan memahami,
mata untuk melihat tulisan yang bermanfaat, dan kaki yang melangkah
kearah kebaikan.
c) Amanah terhadap Masyarakat.
Yaitu menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar sekolah.
Misalnya tidak mendholimi para pedagang yang berdagang dikantin
sekolah, menghormati tamu dan orang yang lebih tua yang datang ke
sekolah, menebarkan senyum pada saat berpapasan dengan warga
masyarakat sekitar sekolah.
3) Kasih sayang
Kasih sayang ini diwujudkan dalam berinteraksi dengan semua
sivitas akademika sekolah. Misalnya, ketika ada peserta didik yang sakit
atau orang tua peserta didik yang meninggal dunia didoakan bersama-sama.
Selain didoakan, sekiranya diperlukan maka guru Bimbingan dan
Konseling, guru mata pelajaran, wali kelas dan peserta didik melakukan
kunjungan rumah.
Bentuk kasih sayang guru terhadap peserta didik adalah
membimbingnya agar berkembang, memiliki rasa tanggung jawab yang
tinggi terhadap diri sendiri dan orang lain, memiliki akhlak mulia, dan
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Sedangkan bentuk kasih sayang murid terhadap guru yaitu melaksanakan
perintah guru.
Setiap hari Jum’at, kegiatan ‘Jum’at Beramal’ juga sudah berjalan,
kemudian hasil dari amal tersebut diakumulasikan dan diberikan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan, mengadakan kegiatan bakti sosial, baik di
lingkungan sekolah maupun luar lingkungan sekolah misalnya di panti
asuhan terdekat.13 Berdasar pada observasi dan catatan lapangan, SMA yang
13Hasil wawancara dengan Dra. Faricha selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam di SMA Negeri 8 Semarang, pada tanggal 22 April 2010 di ruang guru.
52
kaya akan prestasi tersebut mengadakan kegiatan Jum’at bersih yang
dilakukan pada jumat minggu pertama sebagai bukti bahwa SMA Negeri 8
Semarang peduli terhadap kenyamanan dan keindahan sekolah.
4) Kedisiplinan
SMA Negeri 8 Semarang menanamkan kedisiplinan kepada peserta
didik dan guru serta karyawan yang ada disana dengan menaati setiap
peraturan yang telah dibuat, dan memberikan sangsi kepada pihak yang
melanggar aturan tersebut. Misalnya, memberikan sangsi kepada peserta
didik untuk membersihkan sebagian lingkungan sekolah bagi peserta didik
yang terlambat datang ke sekolah.
Guru Bimbingan dan Konseling berperan sebagai motivator yang
akan memotivasi dan membimbing serta memperingatkan peserta didik
yang melanggar aturan yang telah dibuat.
Kegiatan lain yang dilakukan yaitu dengan melaksanakan sholat
dhuhur berjamaah tepat waktu, dan menyelesaikan proses pembelajaran
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
b. Qadirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri)
Di SMA Negeri 8 Semarang Qadirun Ala al-Kasbi (Memiliki
Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri) diterapkan dalam beberapa kegiatan
diantaranya:
1) Kegiatan koperasi sekolah.
Untuk menanamkan nilai-nilai jiwa interpreneur pada diri peserta
didik, sekolah memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengaktualisasikan diri kedalam kegiatan koperasi sekolah. Peserta didik
diberi tanggung jawab untuk mengelola koperasi sekolah. Seperti,
menentukan harga jual barang, membelanjakan barang yang akan dijual,
dan memenejemen keuangan koperasi sekolah, kemudian dilaporkan
kepada pembina koperasi sekolah.14
14Hasil wawancara dengan Ibu Ganefiani selaku guru Bimbingan dan Konseling SMA
Negeri 8 Semarang, pada hari Jum’at tanggal 23 April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
53
2) Berjualan pulsa
Dari pelatihan dan pengalaman dari koperasi sekolah itu, peserta
didik dapat mengembangkan kemampuan yang telah dimilikinya untuk
mandiri yakni dengan berjualan pulsa kepada peserta didik maupun kepada
guru dan karyawan yang ada di SMA Negeri 8 Semarang. Mula-mula
berjualan pulsa dengan teman satu kelasnya, kemudian berkembang di
lingkungan sekolah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Siti Zulaekha, peserta didik
kelas XI IS 1, misalnya saja di kelas XI A 3 ada 1 peserta didik yang
berjualan pulsa yaitu Asasul Masfaroh, di kelas XI IS 1 yang berjualan
pulsa ada 3 orang yaitu Siti Zulaekha, Rifki Rahardwianto dan Miftahul
Jannah, sudah lebih dari 6 bulan mereka berjualan pulsa di sekolah,
bahkan Siti Zulaekha sendiri sudah 1 tahun berjualan pulsa, baik di rumah
maupun di sekolah.15
3) Berjualan di kelas
Peserta didik yang sejak dini sudah dikenalkan dunia interpreneur
oleh keluarganya, maka untuk membantu meringankan biaya sekolah dan
membantu keluarganya mereka berjualan dikelas. Bermacam-macam yang
dijual di kelas seperti pernik-pernik, jilbab, Pin, maupun makanan ringan.
Untuk memulainya membutuhkan mental yang kuat, akan tetapi setelah
melakukanya menjadi hal yang biasa16. Menjual pernik-pernik, pin,
makanan ringan dan jilbab kepada teman se kelas.
C. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang sudah berlangsung
sejak sekolahan itu berdiri, yakni pada tahun 1979. Sebelum tahun ajaran
2009/2010, Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang dilaksanakan
secara klasikal, yakni dengan mengadakan pertemuan selama satu jam selama satu
15Hasil wawancara dengan siti zulaekhah, peserta didik kelas XI IS 1, pada hari Jum’at,
23 April 2010 di depan kelas XI IS 1. 16Hasil wawancara dengan Ibu Ganefiani selaku guru Bimbingan dan Konseling SMA
Negeri 8 Semarang, pada hari Jum’at tanggal 23 April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
54
minggu (satu jam pelajaran). Bahkan pada tahun ajaran 2007/2008 Bimbingan dan
Konseling diberikan selama 2 jam pelajaran dalam satu minggu.
Pada tahun ajaran 2009/2010 pelaksanaan tidak lagi dilakukan secara
klasikal tetapi Bimbingan dan Konseling dilakukan di ruang Bimbingan dan
Konseling (BK). Hal itu dilakukan karena ada pemadatan materi untuk kelas XII.
Dengan kesadaranya sendiri peserta didik datang ke ruang Bimbingan dan
Konseling untuk memanfaatkan jasa layanan bimbingan. Bagi mereka yang
sedang ada masalah, mereka menemui guru Bimbingan dan Konseling di ruang
Bimbingan dan Konseling untuk mengutarakan segala permasalahan yang sedang
dialaminya. Dengan harapan, mereka dapat menerima, memahami dan
mengaktualisasikan dirinya, dapat mengambil keputusan dan dapat mengatasi
masalah yang sedang dialaminya, serta dapat mengembangkan segala potensi
yang dimilikinya secara optimal.
Bimbingan dan Konseling memberikan jalan pemecahan masalah pribadi,
sosial, kependidikan, dan karir melalui pengubahan orientasi pribadi, penguatan
mental/psikis, penguatan tingkah laku, pengubahan lingkungan, dan upaya-upaya
perbaikan.
Diantara permasalahan yang diutarakan oleh peserta didik pada tahun
ajaran 2009/2010 yaitu:
1. Masalah pribadi
Masalah yang diutarakan beraneka ragam yang menyangkut pribadi
peserta didik, seperti putus hubungan dengan orang yang pernah dicintainya,
hubungan yang kurang harmonis dengan keluarganya, dan masalah keuangan.
Peran guru Bimbingan dan Konseling dalam membantu mengentaskan
permasalahan pribadi ini dengan mengidentifikasi permasalahan yang sedang
dihadapai peserta didik, mengadakan temu wicara dengan peserta didik yang
bermasalah sehingga peserta didik dapat mengutarakan segala perasaannya,
mengadakan home visit untuk memperolah keterangan tentang situasi
lingkungan, dan bertindak sebagai motivator.
55
2. Masalah sosial
Peserta didik mengutarakan permasalahan tentang hubungan
persahabatan dengan peserta didik lain yang tidak nyaman, dan hubungan
yang kurang harmonis dengan pihak guru dan karyawan yang ada di SMA
Negeri 8 Semarang.
Untuk membantu memecahkan masalah sosial ini guru Bimbingan dan
Konseling mengadakan penelitian terhadap peserta didik yang bersangkutan
untuk mendapatkan data yang valid, kemudian mempertemukan kedua belah
pihak untuk klarifikasi tentang masalah yang sedang dihadapi. Kemudian,
guru Bimbingan dan Konseling memberikan masukan-masukan kepada
mereka yang sedang bermasalah, agar mereka bisa memahami dirinya dan
mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
3. Masalah kependidikan
Masalah kependidikan yang diutarakan peserta didik diantaranya
masalah kesulitan dalam menerima dan memahami pelajaran (materi) yang
disampaikan. Langkah yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling
diantaranya dengan mengadakan penelitian terhadap peserta didik yang
mengalami kesulitan dalam menerima dan memahai materi, untuk
mendapatkan informasi yang diperlukan.
Setelah diketahui penyebabnya, guru Bimbingan dan Konseling
memberikan motivasi dan beberapa saran yang konstruktif, dan memberikan
jalan pemecahan masalah melalui pengubahan orientasi peserta didik.
4. Masalah karir
Permasalahan peserta didik yang berusaha untuk berdikari di sekolah,
guna meringankan biaya pendidikan yang dikhawatirkan menggangu
aktifitasnya sebagai peserta didik. Misalnya, peserta didik prestasinya
menurun karena harus memikirkan usaha yang dilakukanya. Jika ditemukan
kasus semacam ini maka yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling
yaitu dengan memberikan solusi kongkrit untuk mengatasi permasalah itu,
yakni dengan menyuruhnya untuk bisa mengatur waktu seefektif mungkin,
serta memberikan motivasi agar peserta didik lebih semangat dalam belajar.
56
Sedangkan bagi mereka yang membutuhkan informasi yang terkait dengan
pribadi, sosial, kependidikan, maupun karir, mereka akan datang sendiri maupun
berkelompok untuk mendapat informasi yang mereka butuhkan. Misalnya,
peserta didik ingin mengetahui persyaratan dan cara masuk perguruan tinggi
negeri maupun swasta, ingin tahu informasi tentang kesehatan reproduksi (seks),
maupun cara untuk bersosialisasi secara baik di masyarakat.
Apabila peserta didik yang datang ke ruang Bimbingan dan Konseling satu
orang (sendiri) maka dinamakan layanan perseorangan, sedangkan yang datang ke
ruang Bimbingan dan Konsdeling dua orang atau lebih (berkelompok) maka
dinamakan layanan bimbingan kelompok.
Secara menyeluruh, kegiatan Bimbingann dan Konseling di SMA Negeri 8
Semarang meliputi bidang bimbingan, yang meliputi bimbingan pribadi,
bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karir.
Dalam melaksanakan keempat bimbingan tersebut, Bimbingann dan
Konseling (BK) di SMA Negeri 8 Semarang dengan memaksimalkan 9 layanan
yaitu layanan orientasi, layanan penyaluran/penempatan, layanan konseling
perseorangan, layanan konseling kelompok, layanan informasi, layanan
pembelajaran, layanan bimbingan kelompok, layanan konsultasi, dan layanan
mediasi.17
Sedangkan jenis kegiatan yang mendukung kesembilan layanan tersebut
adalah aplikasi instrumentasi Bimbingan dan Konseling, himpunan data,
konferensi kasus, kunjungan rumah, tampilan kepustakaan, dan alih tangan kasus.
Dalam pelaksanaannya, Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 8
Semarang mengacu pada visi dan misi Bimbingan dan Konseling yang sudah
ditetapkan, yaitu:
Visi: terwujudnya perkembangan diri dan kemandirian secara optimal
dengan hakekat kemanusiaanya sebagai hamba Tuhan Yang Maha Esa sebagai
makhluk individu dan makhluk sosial dalam perkembangan dengan manusia dan
alam semesta.
17Hasil dokumentasi yang diperolah melalui Ibu Ganefiani, pada hari Jumat tanggal 23
April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
57
Misi: menunjang perkembangan diri dan kemandirian siswa untuk dapat
menjalani kehidupannya sehari-hari sebagai peserta didik secara efektif, kreatif,
dan dinamis serta memiliki kecakapan hidup untuk masa depan karir dalam:
1. Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2. pemahaman perkembangan diri dan lingkungan
3. pengarahan diri kearah dimensi spiritual
4. pengambilan keputusan berdasarkan IQ, EQ, dan SQ
5. pengaktualisasian diri secara optimal.18
Berpedoman dengan Visi dan Misi yang telah ditentukan dan sembilan
layanan yang diberikan serta adanya kegiatan lain yang mendukung kesembilan
layanan tersebut, maka palaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8
Semarang sudah berjalan secara ideal dan maksimal.
D. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan
Konseling di SMA Negeri 8 Semarang
Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang diimplementasikan di SMA
Negeri 8 Semarang dalam Bimbingan dan Konseling yaitu Nilai pendidikan
Kepribadian yang meliputi Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) dan Qadirun
Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri). Adapun
implementasi dari nilai Matin al-Khuluq dan Qadirun Ala al-Kasbi sebagai
berikut.
1. Nilai Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh)
Nilai-nilai Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) di SMA Negeri 8
Semarang diterapkan yaitu:
a. Kejujuran
Kejujuran dilakukan oleh semua sivitas akademika yang ada di
SMA Negeri 8 Semarang dalam setiap kegiatan yang ada di SMA Negeri 8
Semarang. Penerapanya yaitu dengan membiasakan peserta didik untuk
berkata jujur dan bertutur kata santun pada saat memanfaatkan jasa
18Hasil dokumentasi yang diperolah melalui Ibu Ganefiani, pada hari Jumat tanggal 23
April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
58
layanan Bimbingan dan Konseling. Yakni peserta didik mengungkapkan
kekecewaannya pada saat putus hubungan dengan orang yang dicintainya,
mengungkapkan kesulitannya dalam menerima pelajaran.19 Berdasarkan
observasi dan catatan peneliti, guru memberikan tugas kepada peserta
didik, guru memberikan tauladan yang berkenaan dengan cara berpakaian,
dan bertutur kata dengan orang yang lebih tua. Serta pada saat membayar
di kantin sekolah yakni membayar senilai dengan barang yang diambil
pada saat makan di kantin sekolah.
b. Amanah
Implementasi dari sifat ini yakni membaca asmaul husna sebelum
pelajaran Pendidikan Agama Islam dimulai, khususnya pada jam pertama.
Memulai dan mengakhiri setiap kegiatan dengan berdoa. Melaksanakan
sholat dhuhur berjamaah di musholah sekolah. Menjalankan sholat jum’at
selama 2 minggu sekali yakni pada minggu pertama dan ketiga, sholat
tarawih, tadarus, dan buka bersama bersama pada bulan Ramadhan.
Peserta didik memanfaatkan waktu luangnya untuk membaca di
perpustakaan sekolah. Dengan membaca di perpustakaan, maka mata akan
tertuju pada hal-hal yang positif yakni tulisan, tangan akan menulis atau
membuat kreatifitas yang inovatif, dan pikiran akan berfikir.
Begitu juga dalam kegiatan ekstra kurikuler sekolah, misalnya pada
saat kegiatan pramuka di sekolah, dalam berkegiatan peserta didik diberi
kesempatan untuk beribadah sesuai dengan waktu yang telah dijadwalkan.
c. Kasih sayang
1) Kasih sayang sesama manusia
Kegiatan yang dilakukan di SMA Negeri 8 Semarang dalam
menanamkan dan menerapkan nilai-nilai kepribadian kasih sayang
terhadap sesama, diantaranya menyebarkan/membudayakan salam di
lingkungan sekolah, menutup keaiban/kejelekan saudaranya, empati
terhadap sesama, membiasakan kepada peserta didik untuk bersedekah
19Hasil wawancara dengan koordinator sekaligus guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang, Ibu Ganefiani, pada hari Selasa tanggal 27 April 2010, di ruang Bimbingan dan Konseling.
59
pada hari Jum’at yang diakumulasikan untuk diberikan kepada orang
yang membutuhkan, bakti sosial terhadap masyarakat setempat
maupun di panti asuhan setiap enam bulan sekali, dan saling
mendo’akan antar sesama.
Bagi guru, wujud kasih sayang terhadap peserta didik adalah
dengan memberikan bimbingan dan arahan yang positif. Dengan
harapan peserta didik tersebut dapat memiliki akhlak yang mulia,
kepribadian yang tangguh, keterampilan yang diperlukan dirinya, dan
masyarakat.
2) Cinta lingkungan
Penanaman dan pelaksanaan sikap cinta terhadap lingkungan
dilakukan setiap hari, yakni dengan tetap menjaga kebersihan dan
kenyamanan kelas.20 Kebiasaan untuk membuang sampah di tempat
yang telah disediakan, tidak merusak pekarangan dan tanaman yang
ada di sekolah, tidak membuang air kecil di tempat yang sering
digunakan untuk berkumpul, dan mengadakan reboisasi tanaman.
d. Kedisiplinan
Kedisiplinan diterapkan dalam hal berpakaian, yaitu harus sesuai
dengan standar berpakaian (standards of clothing) yang ditetapkan di
sekolah, mengerjakan tugas yang diberikan guru sesuai dengan waktu
yang ditentukan, mematuhi setiap peraturan yang telah dibuat sekolah, dan
memberikan sangsi kepada pihak yang melanggar aturan tersebut.
Misalnya, memberikan sangsi kepada peserta didik untuk membersihkan
sebagian lingkungan sekolah bagi peserta didik yang terlambat datang ke
sekolah, sholat dhuhur dengan berjamaah yang dilakukan oleh peserta
didik dan guru di mushalla sekolah juga bertujuan menanamkan nilai-nilai
kedisiplinan pada diri peserta didik sejak dini.
20Hasil wawancara dengan Ibu Ganefiani selaku guru Bimbingan dan Konseling SMA
Negeri 8 Semarang, pada hari Jum’at tanggal 23 April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
60
2. Nilai Qadirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri).
Implementasi dari nilai Qadirun Ala al-Kasbi yaitu:
a. Kegiatan Koperasi Sekolah
Peserta didik diberi kekuasaan untuk mengoperasikan koperasi sekolah
dengan semaksimal mungkin. Seperti, menentukan harga jual barang,
membelanjakan barang yang akan dijual, dan memenejemen keuangan
koperasi sekolah, dengan bimbingan dari para guru yang diberi tugas
kepala sekolah untuk mengurusi perpustakaan di SMA Negeri 8
Semarang. Peserta didik yang mengktualisasikan diri dalam koperasi
sekolah sekitar 5 % dari jumlah peserta didik yang ada di SMA Negeri 8
Semarang.
Peserta didik yang bertugas di koperasi sekolah, harus mempersiapkan
segala sesuatunya 5 menit sebelum waktu istirahat.21 Setiap harinya,
koperasi sekolah dijaga oleh peserta didik sesuai dengan jadwal yang telah
disepakati pengurus.
b. Jualan Pulsa
Banyak peserta didik di SMA Negeri 8 Semarang yang berjualan
pulsa. Seperti yang dikatakan oleh Ibu Ganefiani selaku koordinator guru
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang bahwa di kelas XI
A 3 ada 1 peserta didik yang berjualan pulsa yaitu Asasul Masfaroh, di
kelas XI IS 1 yang berjualan pulsa ada 3 orang yaitu Siti Zulaekha, Rifki
Rahardwianto dan Miftahul Jannah, sudah lebih dari 6 bulan mereka
berjualan pulsa di sekolah.22 Berdasarkan observasi, peneliti menemukan
ada salah satu guru dan karyawan di SMA Negeri 8 Semarang yang
berjualan pulsa elektrik.
c. Jualan di kelas
Selama tidak mengganggu proses pembelajaran, peserta didik
diperbolehkan untuk berdikari di sekolah. Peserta didik membawa barang
21Hasil wawancara dengan Ibu Ganefiani selaku guru Bimbingan dan Konseling SMA
Negeri 8 Semarang, pada hari Jum’at, 23 April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling. 22Hasil wawancara dengan Ibu Ganefiani selaku guru Bimbingan dan Konseling SMA
Negeri 8 Semarang, pada hari Jum’at, 23 April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
61
dagangan dari rumah, kemudian menjualnya pertama kepada teman
dekatnya kemudian kepada teman sekelasnya. Barang yang dijual di kelas
misalnya saja pernak-pernik, pin, jilbab, dan makanan ringan yang belum
ada di sekolah.23
Berdasarkan observasi, guru Bimbingan dan Konseling SMA Negeri 8
Semarang berperan sebagai motivator yang akan membantu mengembangkan
potensi dan usahan yang dilakukan oleh peserta didik, menganjurkan peserta
didik agar mandiri, menanamkan sifat pantang menyerah kepada semua
peserta didik. Kegiatan pameran keterampilan yang bertujuan untuk memacu
kreatifitas peserta didik juga dilakukan setiap satu semester sekali. Hal itu
dilakukan agar peserta didik benar-benar memiliki kepribadian Qadirun Ala
al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri).
23Hasil wawancara dengan Ibu Ganefiani selaku guru Bimbingan dan Konseling SMA
Negeri 8 Semarang, pada hari Jum’at, 23 April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling.
62
BAB IV
ANALISIS DATA
A. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam (Nilai Pendidikan Kepribadian
Muslim) di SMA Negeri 8 Semarang
Berdasarkan teori yang terdapat pada Bab II bahwa nilai-nilai
Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling serta uraian Bab
III, yang berisi tentang hasil penelitian, maka peneliti akan menyampaikan
analisis penelitian.
Analisis penelitian ini akan peneliti sajikan secara deskriptif kualitatif,
artinya gambaran tentang keadaan real di SMA Negeri 8 Semarang. Caranya,
setelah melakukan data collection (pengumpulan data), peneliti kemudian
mengelompokkan data-data yang sifatnya masih komplek dan rumit tersebut
sesuai dengan kerangka laporan penelitian, yang dijadikan sebagai data
pendukung.
Berdasarkan teori di Bab II, nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dapat
dikembangkan dalam berbagai macam aktivitas, baik dalam aktivitas
pembelajaran, aktivitas ekstra kurikuler, kegiatan harian selama di lingkungan
sekolah, termasuk dalam aktivitas Bimbingan dan Konseling yang ada di
sekolah. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang dikembangkan dalam
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang yaitu nilai pendidikan
kepribadian, nilai pendidikan sosial, dan nilai pendidikan karir.
Akan tetapi fokus peneliti pada nilai pendidikan kepribadian. Adapun
nilai-nilai pendidikan kepribadian (muslim) meliputi Matin al-Khuluq dan
Qadirun Ala al-Kasbi, sebagai berikut.
1. Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh)
a. Kejujuran
Memberikan informasi yang sesuai dengan kebenaran, agar dapat
memegang peranan yang penting di masyarakat, merupakan usahan
yang dilakukan sekolah untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan
63
kejujuran di sekolah. Kejujuran merupakan salah satu aspek dari
sekian banyak aspek pendidikan yang harus dimiliki dan dijalani oleh
guru dan peserta didik.1 Membiasakan peserta didik untuk berkata
jujur dalam setiap kegiatan yang dilakukan selama di sekolah, baik
dalam proses belajar mengajar, ulangan, pemberian tugas, ataupun
dalam berinteraksi selama di lingkungan sekolah. Guru juga
memberikan contoh-contoh kejujuran dalam setiap kegiatan yang
dilakukan selama di lingkungan sekolah. Menurut hemat Peneliti,
usaha yang dilakukan guru Pendidikan Agama Islam dan guru mata
pelajaran lain untuk menanamkan nilai-nilai kejujuran di lingkungan
sekolah sudah bagus dan sudah berjalan sesuai dengan teori yang ada
di bab II, hanya saja belum maksimal. Dengan membiasakan dan
melatih kejujuran peserta didik dalam setiap kegiatan, memberikan
tauladan yang baik, maka nilai-nilai kejujuran akan tetanam kuat pada
diri peserta didik.
SMA Negeri 8 Semarang menjadikan kejujuran sebagai prioritas
yang diutamakan. Pendidik, karyawan, dan peserta didik diperintahkan
untuk selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran. Setiap kegiatan
yang dilakukan di lingkungan sekolah, baik kegiatan harian, kegiatan
mingguan maupun dalam kegiatan tahunan nilai-nilai kejujuran itu
selalu ditanamkan. Kejujuran ditanamkan melalui proses
pembelajaran. Misalnya, seorang peserta didik terlambat masuk kelas,
dan guru bertanya kepada peserta didik tersebut, kenapa terlambat
masuk kelas padahal jadwal sudah terpampang bahkan bel masuk pun
telah dibunyikan. Peserta didik tersebut akan berkata jujur, kalau
kejujuran itu sudah mengakar kuat dalam dirinya, dan sebaliknya
peserta didik itu akan mencari banyak alasan kalau sifat jujur tersebut
belum tertanam dalam dirinya. Indikasi untuk mengetahui anak itu
jujur atau tidak bisa dilihat dari alasan dan ekspresi muka peserta
1Setyo Purnomo, ”Upaya Menanamkan Kejujuran dan Komunikasi yang Sehat”,
http://www.klubguru.com/index.php, hlm. 1. Diunduh pada tanggal 2 Mei 2010.
64
didik. Akan tetapi, tauladan yang dilakukan oleh guru itulah salah satu
cara yang digunakan untuk menanamkan nilai kejujuran kepada
peserta didik. Dengan membiasakan peserta didik untuk berkata atau
memberikan informasi sesuai dengan kebenaran, serta memeberikan
tauladan kejujuran dalam setiap kegiatan, maka peserta didik akan
menjadi pribadi yang berakhlak mulia.
Dalam pembayaran SPP sekolah, bagi peserta didik yang sudah 3
bulan tidak membayar SPP akan dipanggil ke ruang Bimbingan dan
Konseling untuk diklarifikasi. Guru Bimbingan dan Konseling akan
bertanya banyak hal kepada peserta didik tersebut. Kejujuran adalah
keterbukaan, jika peserta didik itu terbuka dan mengutarakan yang
sebenarnya maka kejujuran sudah tertanam dalam dirinya. Menurut
hemat Peneliti, yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling
tersebut sangat tepat dan sesuai dengan kode etik yang ada dalam
Bimbingan dan Konseling. Berdasarkan hasil observasi dan catatan
lapangan, Peneliti menemukan hubungan yang harmonis antara guru
Bimbingan dan Konseling dengan peserta didik, setelah diselidiki lebih
lanjut, ternyata itu adalah salah satu cara yang dipakai guru Bimbingan
dan Konseling untuk mendapatkan informasi dari peserta didik yang
bersangkutan.
b. Amanah
Sifat amanah yang telah dikembangkan di SMA Negeri 8
Semarang diantaranya:
a) Amanah terhadap Allah SWT dan Rasulullah Muhammad SAW
Menurut hemat Peneliti, kegiatan harian yang dilakukan di
SMA Negeri 8 Semarang untuk menanamkan nilai-nilai kepribadian
yang berhubungan dengan amanah sudah tepat dan sesuai dengan
ajaran agama Islam, seperti memulai dan mengakhiri setiap kegiatan
dengan berdoa. Membaca asma al-husna sebelum pelajaran
Pendidikan Agama Islam jam pertama dimulai. Shalat dhuhur
berjamaah di musholah sekolah, walaupun tidak semua peserta didik
65
melakukanya, akan tetapi berdasarkan hasil catatan lapangan selama
di SMA Negeri 8 Semarang, setiap hari aktif (senin, selasa, rabu,
kamis, dan sabtu) ada 4 kelas yang dijadwalkan untuk shalat dhuhur
berjama’ah. Masing-masing kelas, jumlah peserta didiknya rata-rata
34 peserta didik, baik putra maupun putri. Dari 136 peserta didik,
yang melakukan shalat berjamaah di sekolah hanya 40 peserta didik.
Menurut hemat Peneliti, berdasarkan observasi selama di SMA
Negeri 8 Semarang hanya 29,41 % yang melakukan shalat dhuhur
berjama’ah di sekolah. Dari jumlah yang cukup sedikit itu, peneliti
dapat mengatakan bahwa rutinitas shalat dhuhur berjamaah di SMA
Negeri 8 Semarang belum berjalan secara maksimal dan perlu
ditingkatkan lagi.
Rutinitas bershadaqah dengan sesama peserta didik, menolong
dan mengasihi sesama, serta menjaga lingkungan sekolah sudah
berjalan secara maksimal. Tidak hanya peserta didik, akan tetapi
pendidik dan karyawan yang ada di SMA Negeri 8 Semarang juga
melaksanakan titipan yang harus ditunaikan kepada dirinya baik
terhadap Allah SWT dan Rasul-Nya, maupun kepada sesama
manusia.
Kegiatan mingguan seperti shalat Jum’at di sekolah selama 2
minggu sekali yakni pada minggu pertama dan ketiga, tadarus
setelah pulang sekolah setiap hari selasa, dan bershadaqah untuk
kemanusiaan yang dilakukan pada hari Jum’at, hingga muncullah
istilah Jum’at beramal juga sudah berjalan, akan tetapi belum
maksimal. Menurut hemat Peneliti, penerapan nilai-nilai Pendidikan
Agama Islam, khususnya dalam menerapkan nilai-nilai amanah di
lingkungan sekolah sudah berjalan sebagaimana mestinya,
terprogram dalam setiap kegiatan yang dilakukan, akan tetapi
pelaksanaanya belum maksimal.
b) Amanah terhadap Diri Sendiri
66
Menurut hemat Peneliti, amanah terhadap diri sendiri yang
dilakukan di lingkungan sekolah yaitu dengan menggunakan panca
indra yang telah dikaruniakan Allah SWT dengan melakukan hal-hal
yang edukatif, kreatif, inovatif. Misalnya menggunakan tangan
untuk membuat hasta karya, untuk melukis/menulis di mading
sekolah, menggunakan mata untuk melihat yang baik dan berguna,
seperti membaca buku di perpustakaan, memanfaatkan waktu luang
untuk berdiskusi dengan guru. Menggunakan akal untuk berfikir
positif dan berusaha memahai dan mengagumi ciptaan-ciptaan Allah
SWT, menggunakan mata untuk melihat tulisan yang bermanfaat
atau hal-hal yang berdampak positif untuk perkembangan diri, dan
menggunakan kaki yang melangkah kearah kebaikan, seperti
berangkat ke sekolah, menuju ke Musholah untuk shalat berjamaah,
dan sebagainya. Begitu juga di SMA Negeri 8 Semarang,
penanaman nilai amanah terhadap diri sendiri tersebut belum
berjalan secara maksimal. Berdasarkan hasil observasi dan catatan
Peneliti selama penelitian di SMA Negeri 8 Semarang, tiap harinya
dari 946 peserta didik yang berkunjung ke perpustakaan sekolah
rata-rata hanya 60 peserta didik. Berarti dapat peneliti simpulkan
bahwa 6.34 % peserta didik di SMA Negeri 8 Semarang
menghabiskan waktu luangnya untuk berkunjung keperpustakaan,
dan 95.65 % menggunakan waktu luangnya untuk bermain dengan
teman, kongko di kantin sekolah, berdiskusi, dan aktivitas di kelas.2
c) Amanah terhadap Masyarakat.
Kegiatan yang dilakukan pihak sekolah untuk menjalin
hubungan baik dengan masyarakat sekitar sekolah sudah cukup baik.
Misalnya, menghormati tamu dan orang yang lebih tua yang datang
ke sekolah, menebarkan senyum pada saat berpapasan dengan warga
2Hasil observasi pada hari Jum’at, 23 April 2010 di SMA Negeri 8 Semarang.
67
masyarakat sekitar sekolah, tidak menyinggung dan menyakiti
perasaan orang lain, dan bakti sosial di masyarakat sekitar sekolah.
d) Kasih Sayang
Bentuk kasih sayang guru terhadap peserta didik diantaranya
memberikan penghargaan ketika peserta didik melakukan sesuatu
yang dianggap baik. Membimbing dan memotivasi peserta didik
ketika mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Membelikan
buku qiraati bagi peserta didik yang belum lancar membaca al-
Qur’an. Mendoakan peserta didik yang sedang sakit, serta
menjenguknya apabila diperlukan, ataupun yang akan berlomba
demi mengharumkan nama SMA Negeri 8 Semarang.
Bentuk kasih sayang yang dilakukan antar peserta didik yaitu
menjaga nama baik teman se kelasnya. Memberikan sesuatu yang
bermanfaat untuk peserta didik yang membutuhkanya. Bahkan ada
juga yang mengajari mengaji, agar teman yang belum lancar
membaca al-Qur’an cepat bisa membaca al-Qur’an dengan lancar
dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Kasih sayang di SMA yang bervisi luhur dalam berbudi dan
unggul dalam prestasi ini terlihat pada wujud kepedulian seluruh
pihak sekolah terhadap kebersihan sekolah. Kegiatan yang dilakukan
diantaranya menanam dan merawat tanaman di pekarangan sekolah,
baik tanaman jenis apotek hidup ataupun yang lainya, dan
membuang sampah pada tempat yang telah disediakan.
Menurut hemat Peneliti, Sesuai dengan kandungan isi yang
terdapat dalam QS. Ali Imran ayat 104, yakni amar makruf nahi
mungkar, SMA Negeri 8 Semarang dalam rangka menanamkan rasa
kasih sayang terhadap sesama manusia maupun lingkungan sudah
berjalan secara sistematis dan sesuai dengan ajaran agama Islam.
e) Kedisiplinan
68
Kedisiplinan sangat ditekankan di SMA yang berlokasi di
Kelurahan Tambak Aji Kecamatan Ngaliyan ini. Kedisiplinan
terlihat pada setiap kegiatan yang dilakukan di lingkungan sekolah.
Seperti, sekolah masuk (kegiatan belajar mengajar) dimulai pukul
07.00 WIB dan berakhir pada pukul 13.30 WIB. Apabila ada peserta
didik yang terlambat, maka pihak guru (Bimbingan dan Konseling
beserta stafnya) memberikan peringatan dan sanksi kepada peserta
didik yang bersangkutan. Sanksi yang diberikan bukanlah hukuman
fisik akan tetapi hukuman yang edukatif, seperti membersihkan
lingkungan sekolah yang masih kelihatan kotor. Pada saat
memberikan sanksi kepada peserta didik yang telambat, guru
Bimbingan dan Konseling beserta stafnya tidak bersikap seperti
‘polisi sekolah’, akan tetapi bersikap seperti teman.
Pergantian jam pelajaran juga sudah terjadwal secara teratur,
sehingga proses belajar mengajar berjalan secara lancar. Apabila ada
peserta didik yang terlambat masuk kelas setelah pergantian jam
pelajaran maka guru memberikan teguran kepada peserta didik yang
bersangkutan.
Pada saat melaksanakan rutinitas shalat dhuhur, guru (guru
Pendidikan Agama Islam) datang lebih awal untuk mempersiapkan
segala sesuatunya. Sedangkan melaksanakan shalat dhuhur sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan. Begitu juga peserta didik,
ketika mendengar seruan untuk shalat segera menuju ke mushalah
sekolah untuk menunaikan shalat dhuhur berjamaah.
Menurut hemat Peneliti, upayah yang dilakukan sekolah untuk
menanamkan kedisiplinan pada diri guru dan peserta didik sudah
baik dan perlu ditingkatkan lagi, terutama pada kegiatan shalat
dhuhur berjamaah yang diselenggarakan oleh sekolah.
2. Qadirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri)
Peserta didik diberi tanggung jawab untuk mengelola koperasi
sekolah semaksimal mungkin. Mulai dari penentuan harga jual barang,
69
membelanjakan barang yang akan dijual, membuat jadwal piket, dan
memenejemen keuangan. Guru pembimbing koperasi sekolah hanya
membimbing dan mengarahkan serta memotivasi peserta didik yang
mengaktualisasikan diri dalam dunia interpreneur sekolah.
Setelah mendapat bekal dan pengalaman yang cukup, baik dari
dalam dan luar sekolah, peserta didik mengembangkan diri dengan
mencoba berjualan pulsa. Misalnya, di kelas XI A 3 ada 1 peserta didik
yang berjualan pulsa yaitu Asasul Masfaroh, di kelas XI IS 1 yang
berjualan pulsa ada 3 orang yaitu Siti Zulaekha, Rifki Rahardwianto dan
Miftahul Jannah, sudah lebih dari 6 bulan mereka berjualan pulsa di
sekolah, bahkan Siti Zulaekha sendiri sudah 1 tahun berjualan pulsa, baik
di rumah maupun di sekolah. berjualan aksesoris handphone, berjualan
makanan ringan di kelas. Peserta didik membawa donat/kue/pernik-
pernik/pin, kemudian menjualnya kepada teman satu kelasnya.
Selain koperasi sekolah, kegiatan tahunan yang dilakukan yaitu
dengan mengadakan pelatihan jurnalistik dan kewirausahaan yang
diperuntukan bagi seluruh peserta didik yang ada di SMA Negeri 8
Semarang.
Menurut hemat Peneliti, penanaman Qadirun Ala al-Kasbi (Memiliki
Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri) melalui kegiatan koperasi sekolah
dan kegiatan lain seperti pelatihan jurnalistik merupakan langkah yang
tepat untuk mengembangkan potensi peserta didik dalam dunia
interpreneur. Koperasi sekolah dijadikan sebagai wadah bagi peserta didik
untuk berdikari, dan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai
kepribadian peserta didik.
B. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA 8 Semarang
Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling sekolah di Indonesia
mengalami perkembangan yang signifikan. Setidap sekolah menyadari akan
pentingnya layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah, termasuk sekolah
yang berada di Kelurahan Tambak Aji Kecamatan Ngaliyan. SMA Negeri 8
70
Semarang juga menyadari bahwa layanan Bimbingan dan Konseling sekolah
dijadikan sebagai salah satu bagian yang tak terpisahkan dari program
pendidikan yang lain, seperti kurikulum, supervisi dan administrasi sekolah.
Dengan dijadikannya Bimbingan dan Konseling sebagai salah satu bagian
yang tak terpisahkan dari program pendidikan, maka menurut hemat Peneliti
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang sudah
terprogram dengan baik dan kegiatan yang dilakukannya juga dilaksanakan
secara sistematis oleh para petugas bimbingan, baik oleh konselor dan staf-
stafnya,a wali kelas maupun guru Pendidikan Agama Islam yang ada di SMA
Negeri 8 Semarang.
Layanan Bimbingan dan Konseling yang diberikan diantaranya:
1. Layanan orientasi
Layanan ini dimanfaatkan peserta didik untuk dapat memahami
lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah. Guru Bimbingan dan
Konseling SMA Negeri 8 Semarang memberikan layanan ini pada saat
masa orientasi siswa (MOS). Menurut hemat peneliti, pelayanan yang
diberikan sangat tepat bagi peserta didik yang belum begitu tahu tentang
konsdisi lingkungan di SMA egeri 8 Semarang.
2. Layanan informasi
Layanan ini bertujuan agar peserta didik dapat menerima dan
memahami berbagai informasi yang dibutuhkan, misalnya saja informasi
tentang beasiswa, informasi tentang UMPTN, dan lain sebagainya.
Berdasarkan catatan lapangan pelayanan informasi yang diberikan
sangatlah bermanfaat bagi peserta didik.
3. Layanan penempatan dan penyaluran
Agar tidak terjadi kesalahan dalam penempatan kelas, guru Bimbingan
dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang memberikan layanan ini
kepada peserta didik di SMA Negeri 8 Semarang terutama peserta didik
yang akan naik ke kelas XI. Menurut hemat peneliti, layanan ini sangat
membantu peserta didik untuk menentukan pilihan yang tepat.
4. Layanan penguasaan konten
71
Menurut hemat peneliti, layanan ini diberikan sangat tepat diberikan
kepada peserta didik yang berusaha untuk mengembangkan sikap dan
kebiasaan yang baik dalam menguasai materi yang sesuai dengan
kemampuan dirinya. Misalnya saja pada saat inginn mengikuti
perlombaan, mengikuti tryout, dan ujian sekolah maupun ujian nasional.
5. Layanan bimbingan perseorangan
Layanan ini sudah berjalan maksimal. Berdasarkan observasi yang
telah dilakukan oleh peneliti, peserta didik mendapatkan layanan langsung
tatap muka untuk mendapatkan masukan-masukan dan motivasi dari guru
Bimbingan dan Konseling. Tujuan dari pelayanan ini yaitu agar peserta
didik dapat menerima dan memahami dirinya, mampu mengambil
keputusan, dan mengembangkan segala potensi yang dimilikinya.
6. Layanan bimbingan kelompok
Menurut peneliti layanan ini kurang efektif dilakukan, karena dengan
banyaknya peserta didik yang datang ke ruang Bimbingan dan Konseling
membuat ruang Bimbingan dan Konseling tersebut ramai, sesak dana
panas. Akibatnya, pelayanan tidak maksimal. Menurut hemat peneliti,
layanan ini akan efektif apabila dilakukan secara klasikal atau diluar kelas.
Dengan memberikan topik-topik tertentu kemudian membahasnya dengan
membentuk kelompok diskusi.
7. Layanan konsultasi
Layanan ini dimanfaatkan peserta didik untuk memperoleh wawasan,
pemahaman, dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani
kondisi dan atau permasalahan yang menyangkut dirinya sendiri maupun
orang lain. Menurut hemat peneliti, layanan ini tepat diberikan kepada
peserta didik agar kedewasaan peserta didik bisa bertambah.
Pelayanan yang dilakukan di SMA Negeri 8 Semarang juga sama
dengan layanan Bimbingan dan Konseling di tingkat SMA, yakni ada layanan
orientasi, layanan informasi, sampai layanan konsultasi. Hanya saja, dalam
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling tahun ajaran 2009/2010 di SMA
Negeri 8 Semarang dilakukan di ruang Bimbingan dan Konseling (BK).
72
Menurut hamat Peneliti, pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri
8 sudah bagus dan perlu ditingkatkan lagi. Walaupun pelayanan Bimbingan
dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang tidak dilakukan secara klasikal,
akan tetapi semua jenis layanan Bimbingan dan Konseling sudah dilakukan
dengan sistematis dan maksimal.
Peningkatan jumlah pengunjung juga salah satu indikasi bahwa
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA yang kaya akan prestasi ini
sudah berjalan dengan baik, tersistem, terprogram dan berjalan sebagaimana
mestinya Bimbingan dan Konseling di SMA.
Dengan kesadaran dan tanpa ada paksaan dari pihak manapun, peserta
didik datang ke ruang Bimbingan dan Konseling untuk berkonsultasi dan
memanfaatkan jasa layanan Bimbingan dan Konseling sekolah, walaupun ada
peserta didik yang datang ke ruang Bimbingan dan Konseling (BK) karena
dipanggil ke ruang Bimbingan dan Konseling karena sesuatu yang perlu
diklarifikasikan.
Walaupun sejak awal sudah ditekankan bahwa Bimbingan dan
Konseling (BK) disekolah bukanlah ‘polisi sekolah’, dan Bimbingan dan
Konseling di sekolah bertujuan untuk mengentaskan segala permasalah yang
dihadapi peserta didik yang menyangkut masalah pribadi, sosial, kependidikan
dan karir, tetap saja ada peserta didik yang masih beranggapan bahwa Guru
Bimbingan dan Konseling dijadikan sebagai ‘polisi sekolah’.
Bagi peserta didik yang sedang ada masalah, mereka menemui guru
Bimbingan dan Konseling di ruang Bimbingan dan Konseling untuk
mengutarakan segala permasalahan yang sedang dialaminya. Dengan harapan,
mereka dapat mengambil keputusan dan dapat mengatasi masalah yang sedang
dialaminya. Menurut hemat Peneliti, wawancara yang akan dilakukan
konselor dengan konseli merupakan layanan perseorangan. Tidak menutup
kemungkinan juga kalau Bimbingan dan Konseling itu dilakukan di ruang
UKS sekolah, tempat ibadah, teras sekolah, dan perpustakaan. Peserta didik
yang mencari informasi terkait dengan masalah pribadi, sosial, kependidikan,
maupun karir, mereka akan datang sendiri maupun berkelompok untuk
73
mendapat informasi yang mereka butuhkan. Apabila pelayana itu dilakukan
berkelompok maka dinamakan bimbingan kelompok, dan apabila yang datang
hanya seorang, maka dinamakan layanan atau bimbingan perseorangan.
Menurut Peneliti, pelaksanaan Bimbingan dan Konseling, dan jenis
Bimbingan dan Konseling SMA Negeri Semarang, seperti bimbingan
pendidikan, bimbingan pribadi, bimbingan sosial maupun karir pekerjaan
sudah bagus karena sudah dilakukan sesuai dengan teori yang ada di Bab II.
Layanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang
meliputi: layanan orientasi, yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik
memahami lingkunagan baru, terutama lingkungan sekolah, layanan
penyaluran/penempatan, yaitu layanan yang memungkinkan peserta didik
SMA Negeri 8 Semarang memperoleh penempatan yang tepat, setelah naik ke
kelas XI. Layanan konseling perseorangan, yaitu layanan yang memungkinkan
peserta didik SMA Negeri 8 Semarang mendapatkan layanan langsung, untuk
mengentaskan permasalahan yang dihadapinya. Layanan konseling kelompok,
yaitu layanan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-
sama. Layanan informasi, yaitu dengan memberikan beberapa informasi yang
dibutuhkan peserta didik yang ,menyangkut informasi akademik, karir, dan
sosial. Layanan pembelajaran, yaitu layanan yang digunakan untuk membantu
mengatasi problematika dalam pembelajaran. layanan konsultasi, yaitu
pelayanan untuk mengkonsultasikan segala permasalahan yang menyangkut
pribadi peserta didik, maupun hubungan sosial, termasuk juga tentang karir.
Peserta didik yang membutuhkan informasi yang terkait dengan
pribadi, sosial, kependidikan, maupun karir, mereka akan datang sendiri
maupun berkelompok untuk mendapat informasi yang mereka butuhkan.
Misalnya, peserta didik ingin mengetahui persyaratan dan cara masuk
perguruan tinggi negeri maupun swasta, ingin tahu informasi tentang
kesehatan reproduksi (seks), maupun cara untuk bersosialisasi secara baik di
masyarakat. Peneliti sependapat dengan apa yang telah dilaksanakan.
Banyaknya permasalah yang berhasil diselesaikan, seperti masalah
pribadi, sosial, karir dan kependidin. Banyaknya peserta didik yang
74
memaksimalkan jasa layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Apalagi
jenis-jenis layanan tersebut di dukung dengan kegiatan aplikasi dan
instrumentasi Bimbingan dan Konseling, kegiatan konferensi peserta didik.
Mengadakan penelitian terhadap diri peserta didik, beserta latar belakangnya.
Mengadakan temu wicara dengan individu yang bermasalah sehingga individu
pada akhirnya akan mengutarakan segala perasaannya. Mengadakan home
visit sehingga diperoleh keterangan tentang situasi lingkungan. Menurut hemat
Peneliti, perkembangan dan pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA
Negeri 8 Semarang mengalami perkembangan yang signifikan.
C. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan
Konseling di SMA Negeri 8 Semarang.
1. Implementasi Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh)
Implementasi nilai-nilai tersebut terlihat dalam setiap kegiatan
yang dilakukan sivitas akademika SMA Negeri 8 Semarang dalam
kegiatan sehari-hari, kegiatan mingguan, maupun kegiatan tahunan.
Implementasi dari Matin al-Khuluq itu dapat dilihat dari beberapa
sikap yang ditunjukan oleh peserta didik maupun guru, seperti:
a. Kejujuran peserta didik dalam berkata maupun bertindak
Implementasi kejujuran di SMA Negeri 8 Semarang sudah
dilakukan dalam berbagai kegiatan sekolah, diantaranya dalam proses
pembelajaran. Misalnya, guru memberikan tugas kepada peserta didik
dan dikumpulkan besok pagi. Keesokan harinya seorang guru akan
bertanya tentang tugas yang telah diberikanya. Dalam kegiatan ekstra
sekolah juga diterapkan nilai-nilai kejujuran seperti setoran hafalan
surat-surat pendek kepada guru Pendidikan Agama Islam.
Implementasi yang lain yaitu pada kegiatan tahunan, yaitu pada saat
peringatan Idul Adha (hari raya qurban). Peserta didik diperintahkan
untuk membayar iuran qurban. Peserta didik akan mengutarakan sesuai
dengan surat yang diberikan sekolah kepada orang tuanya tentang
jumlah nominal iuran qurban. Akan tetapi, kalau menyampaikan
kepada orang tua tidak sesuai dengan kenyataan, maka peserta didik
75
tidak jujur. Peserta didik yang belum lunas membayar iuran tersebut
akan dipanggil keruang Bimbingan dan Konseling untuk diklarifikasi.
Dalam proses Bimbingan dan Konseling ada istilah asas
keterbukaan. Seseorang akan berusaha untuk membuka diri apabila
dilayani dengan baik. Peran dari guru Bimbingan dan Konseling
sebagai mediator, motivator dan evaluator bagi peserta didik yang
bersangkutan. Sehingga peserta didik, dapat membuka diri dan bisa
mengambil keputusan-keputusan serta menyelesaikan permsalahan
yang dihadapi.
Peneliti sependapat bahwa kejujuran merupakan sikap dan perilaku
yang sangat diperlukan di lingkungan sekolah. Pendidikan kejujuran
yang praktikan sesuai dengan ajaran agama Islam, dan kejujuran tidak
hanya dikemukakan secara teoris, melainkan disertai contoh-contoh
yang konkret untuk dihayati maknanya. Penerapan nilai-nilai kejujuran
di SMA Negeri 8 Semarang sudah disesuaikan dengan ajaran agama
Islam, sesuai dengan hadits Nabi Muhammad SAW.
b. Amanah terhadap Allah SWT, rasul, orang lain dan diri sendiri.
Memulai dan mengakhiri setiap kegiatan dengan berdoa, membaca
asmaul husna sebelum pelajaran Pendidikan Agama Islam jam
pertama dimulai. Shalat dhuhur berjamaah di musholah sekolah. Setiap
hari ada 4 kelas yang dijadwalkan untuk shalat berjama’ah. Jumlah
peserta didik dari masing-masing kelas, rata-rata 34 peserta didik. Dari
4 kelas yang telah dijadwalkan sekitar 40 peserta didik yang shalat
dhuhur berjamaah di mushalah sekolah dan mayoritas jama’ah adalah
laki-laki. Menurut hemat Peneliti, berdasarkan observasi selama di
SMA Negeri 8 Semarang hanya 29.41 % peserta didik (muslim) yang
melakukan shalat dhuhur berjama’ah di sekolah. Dari angka tersebut
dapat Peneliti simpulkan bahwa pelaksanaan sholat dhuhur untuk
menanamkan nilai amanah terhadap Allah SWT belum berjalan secara
maksimal.
76
Rutinitas lain seperti bershadaqah dengan sesama peserta didik,
menolong dan mengasihi sesama, serta menjaga lingkungan sekolah
sudah berjalan akan tetapi belum maksimal. Shalat Jum’at di sekolah,
tadarus setelah pulang sekolah, dan bershadaqah untuk kemanusiaan
yang dilakukan pada hari jum’at, memberikan waktu yang cukup untuk
beribadah dalam setiap kegiatan ekstra kurikuler adalah wujud
implementasi dari nilai amanah yang telah dilakukan di SMA Negeri 8
Semarang. Menggunakan panca indra yang telah dikaruniakan Allah
SWT dengan melakukan hal-hal yang edukatif, kreatif, inovatif.
Misalnya menggunakan tangan untuk membuat hasta karya, untuk
melukis/menulis di mading sekolah, menggunakan mata untuk melihat
yang baik dan berguna, seperti membaca buku di perpustakaan,
memanfaatkan waktu luang untuk berdiskusi dengan guru.
Menggunakan akal untuk berfikir positif dan berusaha memahai dan
mengagumi ciptaan-ciptaan Allah SWT, menggunakan mata untuk
melihat tulisan yang bermanfaat atau hal-hal yang berdampak positif
untuk perkembangan diri, dan menggunakan kaki yang melangkah
kearah kebaikan, seperti berangkat ke sekolah, menuju ke Mushalah
untuk shalat berjamaah, dan sebagainya, hanya saja pelaksanaan dari
rutinitas mulya tersebut belum maksimal.
Menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar sekolah adalah
salah satu usaha yang dilakukan. Misalnya, menghormati tamu dan
orang yang lebih tua yang datang ke sekolah, menebarkan senyum
pada saat berpapasan dengan warga masyarakat sekitar sekolah. Tidak
menyinggung dan menyakiti perasaan orang lain, merupakan wujud
real dari amanah kepada orang lain.
Menurut hemat Peneliti, amanah terhadap diri sendiri yang
diterapkan di lingkungan sekolah sudah cukup bagus dan perlu
dimaksimalkan lagi.
c. Kasih Sayang
77
Penerapan kasih sayang ini terlihat dari hubungan yang saling
menghormati dan menghargai baik guru terhadap guru, guru terhadap
peserta didik, dan peserta didik dengan peserta didik. Diantaranya guru
memberikan penghargaan ketika peserta didik melakukan sesuatu yang
dianggap baik. Membimbing dan memotivasi peserta didik ketika
mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran. Membelikan buku
qiraati bagi peserta didik yang belum lancar membaca al-Qur’an.
Mendoakan peserta didik yang sedang sakit, serta menjenguknya
apabila diperlukan.
Berdasarkan observasi dan catatan lapangan selama penelitian,
bentuk kasih sayang yang dilakukan antar peserta didik yaitu menjaga
nama baik teman. Memberikan sesuatu yang bermanfaat untuk peserta
didik yang membutuhkanya. Bahkan ada juga yang mengajari mengaji,
agar teman yang belum lancar membaca al-Qur’an cepat bisa membaca
al-Qur’an dengan lancar dan benar sesuai dengan kaidah ilmu tajwid.
Kasih sayang di SMA yang bervisi luhur dalam berbudi dan unggul
dalam prestasi ini terlihat pada wujud kepedulian seluruh pihak
sekolah terhadap kebersihan sekolah. Kegiatan yang dilakukan
diantaranya menanam dan merawat tanaman di pekarangan sekolah,
baik tanaman jenis apotek hidup ataupun yang lainya, dan membuang
sampah pada tempat yang telah disediakan.
Guru Bimbingan dan Konseling harus tampil dengan paradigma
baru. Dengan semboyan Bimbingan dan Konseling peduli peserta
didik.yakni jika anak (peserta didik) dibesarkan dengan celaan, maka
ia belajar memaki. Jika dibesarkan dengan permusuhan, ia belajar
berkelahi, jika dibesarkan dengan cemoohan, ia belajar rendah diri,
jika dibesarkan dengan penghinaan, ia belajar menyesali diri, jika
dibesarkan dengan toleransi, ia belajar menahan diri,
jika dibesarkan dengan dorongan, ia belajar percaya diri, jika
dibesarkan dengan sebaik-baik perlakuan, ia belajar keadilan, jika
dengan pujian, ia belajar menghargai, jika dibesarkan dengan rasa
78
aman, ia belajar menaruh kepercayaan, jika dibesarkan dengan
dukungan, ia belajar menyenangi dirinya, dan jika seorang anak
dibesarkan dengan kasih sayang dan persahabatan, maka ia akan
belajar menemukan cinta dalam kehidupan.
Menurut hemat Peneliti, setiap kegiatan yang dilakukan di SMA
Negeri 8 Semarang sudah bagus sesuai dengan ajaran agama Islam,
yang telah diuraikan di bab II, dan usaha guru Bimbingan dan
Konseling untuk menerapkan nilai-nilai kasih sayang tersebut juga
sudah sesuai dengan teori yang ada dalam Bimbingan dan Konseling.
d. Kedisiplinan
Sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa disiplin sekolah untuk
memelihara peserta didik agar tidak menyimpang dari norma yang
berlaku. Peserta didik yang bertindak disiplin karena adanya
pengawasan dari pihak sekolah.
Kedisiplinan di SMA Negeri 8 Semarang dapat dilihat pada saat
masuk sekolah (kegiatan belajar mengajar) dimulai pukul 07.00 WIB
dan berakhir pada pukul 13.30 WIB. Apabila ada peserta didik yang
terlambat, maka pihak guru (Bimbingan dan Konseling beserta
stafnya) memberikan peringatan dan sanksi kepada peserta didik yang
bersangkutan. Sanksi yang diberikan bukanlah hukuman fisik akan
tetapi hukuman yang edukatif, seperti membersihkan lingkungan
sekolah yang masih kelihatan kotor. Dan pada saat memberikan sanksi
kepada peserta didik yang telambat, guru Bimbingan dan Konseling
beserta stafnya tidak bersikap seperti ‘polisi sekolah’, akan tetapi
bersikap seperti teman. Begitu juga apabila ada guru yang sering
terlambat juga ada peringatan dari kepala sekolah.
Pergantian jam pelajaran juga sudah terjadwal secara teratur,
sehingga proses belajar mengajar berjalan secara lancar. Apabila ada
peserta didik yang terlambat masuk kelas setelah pergantian jam
pelajaran maka guru memberikan teguran kepada peserta didik yang
bersangkutan.
79
Pada saat melaksanakan rutinitas shalat dhuhur, guru (guru
Pendidikan Agama Islam) datang lebih awal untuk mempersiapkan
segala sesuatunya. Sedangkan melaksanakan shalat dhuhur sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan. Begitu juga peserta didik, ketika
mendengar seruan untuk shalat segera menuju ke mushalah sekolah
untuk menunaikan shalat dhuhur berjamaah.
Menurut hemat Peneliti, implementasi dari nilai kedisiplinan di
SMA Negeri 8 Semarang yang dilaksanakan oleh sivitas akademika
sudah baik. Membina kedisiplinan peserta didik secara dini dengan
membiasakan dan memberikan tauladan kedisiplinan kepada peserta
dalam setiap kegiatan, sehingga kejujuran akan tertanam kuat dalam
diri peserta didik.
2. Nilai Qadirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha
Sendiri/Mandiri).
Kegiatan koperasi sekolah dijadikan sebagai wadah bagi peserta
didik untuk berdikari, dan dijadikan sebagai sarana untuk menanamkan
nilai-nilai kemandirian pada diri peserta didik. Peserta didik diberi
tanggung jawab untuk mengelola koperasi sekolah. Mulai dari penentuan
harga jual barang, membelanjakan barang yang akan dijual, membuat
jadwal piket, dan memenejemen keuangan. Dengan membiasakan
kemandirian tersebut, maka jiwa Qadirun Ala al-Kasbi peserta didik akan
cepat berkembang.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Siti Zulaekha, peserta didik
kelas XI IS 1 SMA Negeri 8 Semarang, berdikari lain yang dilakukan oleh
sebagian kecil peserta didik yaitu dengan mencoba berjualan pulsa,
misalnya saja di kelas XI A 3 ada 1 peserta didik yang berjualan pulsa
yaitu asasul masfaroh, di kelas XI IS 1 yang berjualan pulsa ada 3 orang
yaitu Siti Zulaekha, Rifki Rahardwianto dan Miftahul Jannah, sudah lebih
dari 6 bulan mereka berjualan pulsa di sekolah, bahkan Siti Zulaekha
sendiri sudah 1 tahun berjualan pulsa, baik di rumah maupun di sekolah.
80
Berjualan di kelas, selain jualan pulsa ada juga peserta didik yang
mencoba menjual donat ataupun pernik-pernik kepada teman se kelasnya.
Menurut hemat Peneliti, peran dari guru pembimbing koperasi
sekolah tidak hanya membimbing dan mengarahkan serta memotivasi
peserta didik yang mengaktualisasikan diri dalam dunia interpreneur
sekolah. Akan tetapi dengan memberikan contoh kongkrit kepada peserta
didik. Peran guru Bimbingan dan Konseling juga tidak cukup kalau hanya
sebagai pembimbing, motivator, dan mediator dalam mengembangkan
koperasi yang ada di sekolah, akan tetapi harus memberikan contoh
berdikari yang baik kepada peserta didik. Menurut Peneliti, penerapan
Qodirun Ala al-Kasbi melalui koperasi sekolah sangatlah tepat. Karena
koperasi sekolah merupakan media yang tepat untuk mengembangkan
potensi peserta didik dalam dunia interpreneur di sekolah.
81
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang ada di bab IV maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan Konseling
yang ada di SMA Negeri 8 Semarang yaitu nilai pendidikan
kepribadian yang meliputi nilai Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh)
dan nilai Qadirun Ala al-Kasbi (Kemampuan Untuk Berusaha
Sendiri/Mandiri).
2. Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang
dalam perkembanganya sampai tahun 2010 ini dapat dikatakan ideal,
tersistem dan berjalan sebagaiman yang ada dalam teori, serta
mengalami perkembangan yang signifikan. Hanya saja, pada tahun
ajaran 2009/2010 pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA
Negeri 8 Semarang dilaksanakan di ruang Bimbingan dan Konseling.
Sehingga untuk memanfaatkan jasa layanan Bimbingan dan Konseling
peserta didik harus datang ke ruang Bimbingan dan Konseling untuk
mengutarakan segala sesesuatu yang terkait dengan pribadi, sosial,
karir, maupun kependidikan. Karena tujuan adanya Bimbingan dan
Konseling di SMA Negeri 8 Semarang adalah untuk mengentaskan
segala permasalah yang dihadapi peserta didik dan mengembangkan
segala potensi yang dimiliki peserta didik secara optimal yang
menyangkut masalah pribadi, sosial, kependidikan dan karir.
3. Implementasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan
dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang selama tahun ajaran
2009/2010 sudah berjalan sebagaimana mestinya, dan di praktekan
dalam setiap kegiatan yang dilakukan. Nilai Matin al-Khuluq yang di
kembangkan yaitu kejujuran, amanah, kasih sayang dan kedisiplinan.
82
Sedangkan implementasi dari Qadirun Ala al-Kasbi yaitu dalam
kegiatan koperasi sekolah, berjualan pulsa, dan berjualan di kelas.
B. Saran-saran
Demi peningkatan mutu SMA Negeri 8 Semarang dan kemajuan
program Bimbingan dan Konseling yang ada di SMA Negeri 8 Semarang,
khususnya nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan
Konseling sebagai realisasi dari tujuan penyusunan skripsi ini, maka
peneliti sampaikan beberapa saran sebagai berikut.
1. Kepala SMA Negeri 8 Semarang hendaknya memberikan kebijakan
terkait dengan pelayanan Bimbingan dan Konseling. Sehingga
pelaksanaan Bimbingan dan Konseling tidak hanya dilakukan di ruang
Bimbingan dan konseling (BK), tetapi juga dilakukan dalam proses
pembelajaran di kelas atau bimbingan yang dilakukan secara klasikal.
2. Koordinator dan staf guru Bimbingan dan Konseling lebih
meningkatkan pelayanan Bimbingan dan Konseling kepada peserta
didik, baik yang bermasalah maupun peserta didik yang potensial di
SMA Negeri 8 Semarang.
3. Hendaknya dibuatkan ruang khusus Konseling, agar peserta didik
secara leluasa dapat mengungkapkan segala permasalahan yang
dihadapinya dan demi menjaga kerahasiaan klien (peserta didik).
4. Kepala sekolah, guru Bimbingan dan Konseling, guru pelajaran, dan
wali kelas, hendaknya lebih ditingkatkan lagi dan lebih aktif dalam
membina peserta didik agar menjadi manusia yang berkompeten,
berakhlak mulia dan percaya dengan kemampuan yang dimilikinya.
5. Kepada seluruh pesertra didik di SMA Negeri 8 Semarang, hendaknya
perilaku (akhlak) yang baik (sopan) baik terhadap teman lebih-lebih
terhadap guru yang ada di SMA Negeri 8 Semarang lebih ditingkatkan
lagi, selalu mengembangkan Matin al-Khuluq dan Qadirun Ala al-
Kasbi di lingkunagan sekolah, keluarga, maupun di lingkuangan
masyarakat.
83
C. Penutup
Demikian skripsi yang dapat disampaikan. Semoga bermanfaat,
khususnya di kalangan sivitas akademika IAIN Walisongo Semarang.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan ini masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang konstruktif guna
perbaikan skripsi ini Peneliti harapkan. Terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
, “Pengertian dan Tujuan Pendidikan Agama Islam”, http://islamblogku.blogspot.com/2009/07/pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama_1274.html, Januari 2010.
Abdullah, M. Yatimin, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al Quran, Jakarta: Amzah, 2007.
Ahmadi, Abu dan M. Ahmad Rohani, Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Jakarta: PT Rinneka cipta, t.th.
Al-Daarami, Sunan Al Daarami Juz II, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, TT), hlm. 323.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, 2002.
Aufa, Abu, “ MukhtasharUlumil-Qur’an ”, http://alilmu.wordpress.com/ 2007/ 04/ 13/ mukhtashar-ulumil-quraan/, 3 Mei 2010.
Aziz, Abdul, “Pendidikan Agama Islam Untuk Hidup Yang Lebih Bermakna”, http://islamblogku.blogspot.com/ 2009/ 07/ pengertian-dan-tujuan-pendidikan-agama_1274.html, Januari 2010.
Bafadal, Fadhal AR, Al-Qur’an dan Terjemahnya Jus 1-30, Jakarta: C.V Pustaka Agung Harapan, 2006.
Bandono, “Program Kerja Pelayanan Bimbingan Konseling Dalam KTSP SMA Negeri 7 Yogyakarta”, http://bandono.web.id/2008/05/05/program-kerja-pelayanan-bimbingan-konseling-dalam-ktsp-sma-negeri-7-yogyakarta.php, hlm. 1.
Bukhari, Imam, Shahih Bukhari Juz III, Birut Lebanon: Darul Kutub al-Ilmiah, 1992.
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif Ancangan Metodologi, Presentasi, dan Publikasi Hasil Penelitian untuk Mahasiswa dan Peneliti Pemula Bidang Ilmu-ilmu Sosial, Pendidikan, dan Humaniora, Bandung: Pustaka Setia, 2002.
Dedy, UUD 1945 Amandemen Plus Profil Lembaga Pemerintah (MPR, DPR, DPD, BPK, MA, Kementerianm dll ), Jakarta: Pustaka Widyatama, 2010.
Departemen Pendidikan Nasional, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,2005.
Djumhur, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bandung: CV. Ilmu, 1975.
Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia, Jakarta: PT Gramedia, 2000.
Firdaus, Ria, “10 Karekter atau Ciri Khas Pribadi Muslim”, http://Halaqah.Net/V10/Index.Php?Action=Printpage;Topic=3850.0, Mei 2010.
Gibson, Robert L. and Marianne H. Mitchell, Introduction to Guidance, London: Collier Macmillan, TT.
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1997.
Haries, “Pendidikan Agama Islam”, http://haries3.wordpress.com/ 2009/ 12/ 10/ pendidikan-agama-islam/, 7 April 2010.
Hendrarno, Eddy, dkk., Bimbingan dan Konseling, Semarang: Swadaya Manunggal Semarang,2003.
Hoetomo, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Mitra Pelajar, 2005.
Margono, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Moleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.
Ningrum, Dwi Ayu (15.204.0784), ”Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Bimbingan dan Konseling (Studi Kasus Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dalam Mengatasi Kesulitan Belajar PAI Siswa di SMA Islam Sultan Agung 3 Semarang)”, skripsi Fakultas Tarbiyah Universitas Sultan Agung, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah,2008.
Nurihsan, Achmad Juntika, Bimbingan dan Konseling dalam Berbagai Latar Kehidupan, Bandung: PT. Refika aditama, 2007.
Priyatno dan Erman Anti, Dasa-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999.
Starawaji, “Pengertian Pendidikan Agama Islam Menurut Berbagai Pakar”, http://starawaji.wordpress.com/2009/05/02/pengertian-pendidikan-agama-islam-menurut-berbagai-pakar/, Januari 2010.
Sugono, Dendy, Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Suharto, Toto, Filsafat Pendidikan Islam, Jogjakarta: Ar-Ruzz, 2006.
Sukardi, Dewa Ketut, Bimbingan Karir di Sekolah-Sekolah, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1984.
Sulistyowati, Dwi (3102131), ”Studi tentang Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling dan Implikasinya terhadap Pemecahan Masalah Peserta Didik di MAN Kendal”, skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2006.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Rajawali Press, 1993.
Thoha, Chabib, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996.
Tim Dakwatuna, “Kepribadian Muslim”, http://www.dakwatuna.com/ 2007/ kepribadian-muslim/, 2 Mei 2010.
Tim PPL SMA 8 Semarang, Laporan Praktik Pengalaman Lapangan Semester Gasal Tahun Akademik 2008/2009, Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang, 2009.
Tim Redaksi Fokusmedia, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (Nomor 20 Tahun 2003), Bandung: Fokusmedia, 2003.
Tirtarahardja, Umar dan La Sulo, Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi), Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005.
Uhbiyati, Nur dan Abu Ahmadi, Ilmu Pendidikan Islam I (IPI), Bandung: Pustaka Setia, 1997.
Walgito, Bimo, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset, 1993.
Winarsih (3197014), “Keaktifan Konseli dalam Bimbingan dan Konseling Pengaruhnya terhadap Kemampuan Peserta Didik dalam Mengatasi Masalah di SMU Negeri Subah Batang”, skripsi Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah, 2001.
Winkel, W.S. dan M. Sri Hastuti, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Yogyakarta: Media Abadi, 2007.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LEMBAR OBSERVASI
No Observasi Ada Tidak Keterangan 1 Ruang Kepala Sekolah V 1 ruang
2 Ruang Wakil Kepala Sekolah V 1 ruang
3 Ruang Tata Usaha V 1 ruang 4 Ruang Guru V 1 ruang 5 Ruang Bendahara V 1 ruang
6 Kamar Kecil Kepala Sekolah V 1 ruang
7 Kamar Kecil Guru V 1 ruang 8 Ruang Kelas V 27 ruang 9 LABORATORIUM V - 10 Lab. Kimia V 1 ruang 11 Lab. Biologi V 1 ruang 12 Lab. Fisika V 1 ruang 13 Lab. Bahasa V 1 ruang 14 Lab. Komputer V 1 ruang 15 Dapur Sekolah V 1 ruang 16 Pos Keamanan V 1 ruang
17 Ruang Bimbingan dan Konseling V 1 ruang
18 Ruang UKS V 1 ruang
19 Ruang Biro Data dan Evaluasi V 1 ruang
20 Ruang Osis V 1 ruang 21 Kantin V 4 ruang 22 Mushola V 2 ruang 23 Ruang Multimedia V 1 ruang 24 Ruang Band V 1 ruang 25 Ruang Perpustakaan V 1 ruang 26 Ruang Agama, V 1 ruang 27 Internet V 1 ruang 28 Koperasi V 1 ruang 29 Toilet Putra V 4 ruang 30 Toilet Putri V 4 ruang 31 Lapangan Olah Raga V 1 komplek 32 Apotek Hidup V 1 komplek
DAFTAR PRESTASI SMA NEGERI 8 SEMARANG
SELAMA 3 TAHUN TERAKHIR
No Jenis lomba Nama peserta Tanggal/ tahun Keterangan
1. KIR Dana, Willy, Nurul 13 Feb 2007 Juara III
2 Mapel Siswa Berprestasi Eni Putri 01 Des 2007 Juara III
3. Accounting Competition Plus VII
Endang Mujiarti Mufasiha 12 Maret 2007 Juara I
4. Sepak Bola Fernando, dkk (tim sepak bola SMA 8) Januari 2007 Juara I
5. LKTI Nasional Agus Nur Arifin 2 Mei 2007 -
6. Sekilah Sehat SMA N 8 Juli 2007 Juara II
7. Turnamen Futsal Tim Futsal SMA 8 2 Mei 2007 Juara II
8. Paskibra Paskib SMA 8 Agustus 2008 Juara I
9. Cerita Rakyat Agustia 2008 Juara II
10. Drama Bahasa Inggris Fernandus, dkk 14 Mei 2008
Juara II
11. Spec Contes Ana Fatimah 14 Mei 2008 Juara II
12. Lempar Lembing Fernandus 14 Mei 2008 Juara I
13. Lomba Pramuka Ana F 30 Maret 2008 Juara I
14. Lari 100 M Hamada 14 Mei 2008 Juara II
15. Lari 200 M Safril K. 14 Mei 2008 Juara II
16. Lomba Pramuka Ambalan ASRI 25 April 2010 Juara Favorit
PEDOMAN WAWANCARA Hasil wawancara dengan Ibu Ganefiani selaku Guru dan Koordinator Bimbingan dan Konseling (BK) di SMA Negeri 8 Semarang tahun ajaran 2009/2010. Pada hari Jum’at, 23 April 2010 di ruang Bimbingan dan Konseling. A. Tentang Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8
Semarang
1. Apa tujuan diadakannya Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI
8Semarang?
Tujuan diadakannya Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI 8ini tidak
lain adalah untuk membantu mengentaskan permasalahan peserta didik.
Dan berusaha untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh
peserta didik.
2. Kapan Bimbingan dan Konseling diadakan?
Sejak sekolahan ini berdiri, yakni pada tahun 1979. Pada waktu itu tenaga
yang membantu dalam pelaksanaan/pelayanan Bimbingan dan Konseling
sedikit. Sedangkan jam tatap mukanya juga tidak jelas.
3. Apa latar belakang diadakanya Bimbingan dan Konseling di SMA
NEGERI 8Semarang?
Latar belakang diadakanya Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI
8ini karena untuk membantu memecahkan permasalahan dikalangan
peserta didik. Mengingat peserta didik masih relatif muda, yang rawan
akan permasalahan, maka untuk menyelesaikan permasalahan tersebut
peserta didik membutuhkan bantuan dari tenaga ahli. Selain itu juga
menyesuaikan dengan isi kurikulum yang dipakai.
4. Bagaimana pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI
8Semarang?
Bimbingan dan Konseling ini sudah berjalan cukup lama. Pelaksanaanya
disesuaikan dengan Pola umum Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Pada tahun ajaran 2007/2008 Bimbingan dan Konseling ada jam tatap
muka (pertemuan dikelas/klasikal) yakni selama 2 jam pelajaran.
Sebelumnya juaga ada jam tatap muka, walaupun Cuma 1 jam pelajaran.
Akan tetapi, pada tahun ajaran 2009/2010 ini Bimbingan dan Konseling
tidak dilakukan dalam pertemuan di kelas, akan tetapi Bimbingan dan
Konseling dilakukan diruang Bimbingan dan Konseling (BK).
5. Metode apa yang dipakai dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di
SMA NEGERI 8Semarang?
Metode yang dipakai yaitu metode ceramah. Baik layanan bimbingan
maupun konseling. Selain cerama, dipakai juga metode wawancara,
metode ini dipakai dalam wancara bimbingan dan waancara konseling.
Baik dalam bentuk bimbingan perorangan maupun kelompok. Home visit
juga sering dilakukan manakalah ada peserta didik yang sering tidak
masuk atau lagi ada masalah yang sifatnya berat.
6. Apakah dalam Bimbingan dan Konseling telah dikembangkan nilai
pendidikan kepribadian, yakni Matin al Khuluq (akhlak yang kokoh), dan
Qodirun Ala al Kasbi (memiliki kemampuan usaha sendiri/mandiri).
Ya. Dalam pelaksanaan Bimbingan dan Konseling juga dikembangkan
nilai-nilai kepribadian, misalnya kejujuran, sopan santun, amanah, kasih
sayang, kedisiplinanl. Kemampuan untuk berusaha sendiri juga
dikembangkan, yakni dengan memberikan materi tentang kewirausahaan.
Dan memberikan tanggung jawab kepada peserta didik untuk mengelola
koperasi sekolah. Bahkan, ada peserta didik yang berjualan di kelas.
7. Kendala apa yang dihadapi ?
Ada beberapa kendala yang dihadapi, misalnya:
- Komunikasi dengan orang tua peserta didik, karena jarak yang cukup
jauh.
- Apa yang dikatakan oleh peserta didik kadang-kadang tidak sesuai
dengan kenyataan.
- Peserta didik tidak masuk sekolah karena tidak mempunyai transport
untuk berangkat ke sekolahan.
- Masih ada asumsi dari minoritas peserta didik yang menganggap
bahwa BK adalah ”polisi sekolah”. Ruang BK hanya untuk peserta
didik yang bermasalah, padahal kan tidak.
8. Implementasi nilai-nilai Pendidikan Agama Islam dalam Bimbingan dan
Konseling di SMA NEGERI 8Semarang, apa saja nilai-nilai Pendidikan
Agama Islam yang telah diterapkan?
Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam yang telah diterapkan yaitu niali-nilai
pendidikan akhlak. Akhlak itu dapat diketahui dari kejujuran peserta
didik, amanah baik kepada Tuhan YME, orang lain, maupun diri sendiri,
kasih sayang terhadap sesama dan lingkungan, disiplin dalam
melaksanakan tugas dan menaati peraturan sekolah, pendidikan sosial,
pendidikan karir, pendidikan kepribadian, dan nilai pendidikan keimanan.
Sedangkan penerapan pendidikan kepribadian itu melalui kejujuran,
amanah, kedisiplinan, dan kasih sayang. Semuanya itu ditanamkan dalam
setiap kegiatan yang dilakukan, seperti pembelajaran, pelayanan
bimbingan, iuaran peserta didik, ulangan, dll. Kalau yang berdikari itu
melalui koperasi sekolah. Ada juga yang berjualan pulsa di kelas XI IS 1
ada tiga, zuli, mifta, dan rifki.
Hasil wawancara dengan Dra. Hj. Faricha selaku Guru dan Koordinator Bimbingan dan Konseling (BK) di SMA Negeri 8 Semarang tahun ajaran 2009/2010. Pada hari Kamis, 22 April 2010 di ruang Guru. B. Tentang Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam
1. Apa saja nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA Negeri 8 Semarang ?
Nilai-nilai Pendidikan Agama Islam di SMA NEGERI 8Semarang ini
sesuai dengan kurikulum yang dipakai. Misalnya tentang pendidikan
akhlak, kejujuran, amanah, kasih sayang dan kedisiplinan. Seperti yang
disebutkan dalam al-Qur’an Surat An Nahl ayat 125, yang berisi tentang
menghargai karya orang lain, dan menghindari perbuatan dosa.
Dalam materi kelas XII juga diajarkan tentang Etos kerja, ikhtiar, doa, dan
rawakal. Misalnya usaha sendiri sesuai dengan kemampuanya.
2. Apakah nilai pendidikan Kepribadian Muslim diterapkan di SMA NEGERI
8Semarang? Yakni nilai Kepribadian Muslim yang meliputi Matin al-
Khuluq (Akhlak yang Kokoh), dan Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki
Kemampuan Usaha Sendiri/Mandiri).?
Ya. Misalnya menghormati guru, tegur sapa yang santun, salam dan
senyum ketika berjumpa, bagi peserta didik yang telambat datang, dihukum
dengan membuang sampah/ mengambil sampah yang ada di halaman
sekolah.
3. Bagaimana menerapkan nilai kepribadian muslim, yakni Matin al-Khuluq
(Akhlak yang Kokoh), dan Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan
Usaha Sendiri/Mandiri)?
Penerapanya ya dalam kegiatan belajar mengajar (proses pembelajaran),
kegiatan-kegiatan harian, seperti pemberian tugas kepada peserta didik,
membimbing peserta didik yang belum lancar membaca al-Qur’an,
membiasakan peserta didik untuk sholat dhuhur berjamaa’ah di musholah
sekolah. Kegiatan mingguan seperti mengajarkan dan membiasakan
sadaqah/beramal pada hari jumat, membudayakan jum’at bersih, dan
sholat jumat di sekolah, dan tahunan seperti iuran qurban, buka dan
tadarus bersama pada bulan ramadhan, semua kegiatan ditekankan pada
kepribadian peserta didik. Sedangkan tentang kemandirian diterapkan
dalam mengelolah koperasi sekolah, ada juga yang jualan pulsa, bahkan
jualan donat di kelas.
4. Bagaimana menerapkan Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) antara
peserta didik dengan Guru dan Karyawan di SMA Negeri 8 Semarang?
Dengan membiasakan diri untuk berbicara santun dan jujur kepada orang
yang lebih tua, dan sopan terhadap teman sebaya. Jujur dalam membayar
uang SPP. Membudayakan senyum salam sapa pada sesama sivitas
akademika SMA Negeri 8. menjaga lingkungan sekolah agar tetap bersih
dan asri. Tidak membuang sampah di lingkungan sekolah kecuali pada
tempat yang telah disediakan.
5. Bagaimana menerapkan Matin al-Khuluq (Akhlak yang Kokoh) antara
peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain di SMA NEGERI
8Semarang?
Sama mas, dengan membiasakan diri untuk menjadi pribadi yang islami.
Menjaga rahasia teman lain. Kadang-kadang ada yang mentraktir
temannya.
6. Bagaimana menanamkan Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan
Usaha Sendiri/Mandiri) kepada peserta didik di SMA Negeri 8 Semarang?
Dengan memberikan motivasi dan kesempatan serta tanggung jawab untuk
mengelola dan mengembangkan koperasi yang ada di sekolahan.
Memberikan pelatihan jurnalistik dan kewirausahaan kepada peserta didik,
guna menggalih potensi yang ada.
7. Apakah Qodirun Ala al-Kasbi (Memiliki Kemampuan Usaha
Sendiri/Mandiri) sudah diterapkan oleh peserta didik dan guru serta
karyawan di SMA Negeri 8 Semarang?
Sudah. Hal itu bisa dilihat dari beberapa aktifitas sehari-hari yang ada di
sekolah. Seperti pengelolaan koperasi sekolah, berjualan pulsa, ada yang
jualn di kelas juga, selama itu tidak mengganggu pembelajaran peserta
didik tidak dilarang.
Hasil wawancara dengan kepala sekolah yang di wakili oleh Siti Chotijah, S.Pd selaku Waka.Humas di SMA Negeri 8 Semarang tahun ajaran 2009/2010. Pada hari Selasa, 27 April 2010 di ruang wakil kepala sekolah. C. Tentang Profil Sekolah (kepada kepala sekolah)
1. Bagaimana Latar belakang berdirinya SMA NEGERI 8Semarang?
SMA Negeri 8 Semarang berdiri pada tanggal 3 September 1979
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan Republik Indonesia No.
0188/0/1070 dengan Nomor Induk Sekolah (NIS) 530, dan nomor statistik
301036301008 Berlokasi di Karanganyar Kecamatan Tugu Semarang, dan
diberi nama SMA Negeri 8 Semarang.
2. Bagaimana proses perkembangan sekolah sampai saat ini?
Dalam sejarah perkembangannya sejak berdiri sampai sekarang
2009/2010 tercatat 11 kali periode kepemimpinan sekolah. Dan mengalami
perkembangan yang sangat signifikan, baik dalam perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Tehnologiyan maupun perkembangan bangunannya.
3. Berapa jumlah tenaga guru, karyawan dan karyawati, serta siswa?
Guru SMA Negeri 8semarang berjumlah 72 orang. Yang terdiri dari, 62
orang sebagai guru tetap (PNS), 9 orang guru bantu (belum diangkat
PNS), 95 % lulusan sarjana/S1. dibantu oleh 19 karyawan, dan jumlah
peserta didik pada tahun ajaran 2009/2010 menurun dibanding tahun
kemarin yakni 946 yang terdiri dari kelas XA sampai kelas XII Bahasa,
yang kemarin lebih banyak sekitar 980 peserta didik.
4. Bagaimana fasilitas gedung SMA Negeri 8Semarang?
Fasilitas sudah meningkat dan ada juga yang tahap perbaikan. Dan
semuanya sudah dilaksanakan secara maksimal.
5. Bagaimana prestasi siswa/sekolah selama 3 tahun terakhir?
Dalam tiga tahun terakhir, Prestai guru, yakni beberapa guru menjadi
guru pemandu dalam MGMP. Sedangkan prestasi peserta didiknya banyak
sekali mas, misalnya Juara I lomba Pramuka, Juara II lomba lari 100
meter, dll. bisa dilihat di buku data peserta didik.
Hasil wawancara dengan sebagian peserta didik yang telah memanfaatkan jasa layanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang tahun ajaran 2009/2010. Dengan Siti Zulaekha, peserta didik kelas X I IS 1 Pada hari Jum’at, 23 April 2010 di depan kelas XI IS 1
D. Tentang Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (kepada peserta didik)
1. Sejauhmana pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8
Semarang?
Baik, dan teratur
2. Bagaimana pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8
Semarang,khususnya pada tahun ajaran 2009/2010?
Baik. Guru Bimbingan dan Konseling selalu membantu menyelesaikan
permasalahan yang dialami peserta didik. Selalu memotivasi untuk
belajar.
3. Apakah ada yang perlu ditingkatkan dalam melaksanakan Bimbingan dan
Konseling di SMA Negeri 8 Semarang?
Ya. Yang perlu ditingkatkan yaitu pelayanannya lebih ditambahkan lagi.
Seperti tahun sebelumnya, Bimbingan dan Konseling dilakukan didalam
kelas, ada pelajaran Bimbingan dan Konseling.
4. Pengaruh Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang terhadap
prestasi akademik kamu, seperti apa?
Pengaruhnya luar biasa. Saya dulu paling tidak suka dengan pelajaran
Pendidikan Agama Islam, selain materinya yang menjenuhkan, saya juga
paling tidak pahaman dengan materi pelajaran tersebut. Setelah dipanggil
ke ruang Bimbingan dan Konseling, saya di beri motivasi dan masukan-
masukan oleh guru BK, dan akhirnya karena motivasi dari guru BK
tersebut, saya berusaha untuk suka dengan pelajaran tersebut. Ternyata,
dari kesukaan itu, saya jadi lebih mudah untuk memehami. Dan ternyata,
Pendidikan Agama Islam itu sangat di perlukan di masyarakat.
5. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan kepribadian dalam
Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 8 Semarang?
Penerapanya, dalam proses pembelajaran. Misalnya pada waktu ulangan
peserta didik tidak diperkenankan untuk menyontek.
Guru memberi pengertian dan memberikan contoh-contoh dan tauladan
kepada peserta didik tentang kejujuran, kasih sayang, kedisiplinan. Guru
juga memberikan motivasi untuk menjadi seorang yang mempunyai
kepribadian yang luhur.
Kalau berusaha sendiri, guru menganjurkan peserta didik untuk
berwirausaha. Seperti peserta didik diberi tanggung jawab untuk
mengelola koperasi sekolah, berjualan pulsa, berjualan makanan ringan
yang dibawanya dari rumah, dan lain-lain.
Satu kelas, saya ada 3 anak yang jualan pulsa yaitu saya (Zuli), Rifki, dan
Mifta. Di kelas XI A 3 ada 1 anak yaitu Asasul
Wawancara dengan Anitha Witri Kusuma Sari, peserta didik kelas XII A 3 hari Rabu, 28 April 2010 di teras depan ruang Bimbingan dan Konseling.
E. Tentang Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling (kepada peserta didik)
1. Sejauhmana pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI
8Semarang?
Cukup menggembirakan. Sudah berjalan dengan lancar. Cuma pada
tahun 2009/2010 ini BK dilaksanakan hanya di ruang BK.
2. Bagaimana pelayanan Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI
8Semarang,khususnya pada tahun ajaran 2009/2010?
Baik. Setiap datang ke ruang Bimbingan dan Konseling pasti ada solusi
yang diberikan. Dan guru-guru BK tersebut juga merahasiakan apa yang
menjadi privasi klien.
3. Apakah ada yang perlu ditingkatkan dalam melaksanakan Bimbingan dan
Konseling di SMA NEGERI 8Semarang?
Ya. Ruangan BK perlu direnovasi lagi dan dibuatkan ruang khusus
konseling
4. Pengaruh Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI 8Semarang
terhadap prestasi akademik kamu, seperti apa?
Guru BK itu memberikan motivsi dan pengarahan serta membimbing
setiap peserta didik dan pengaruhnya dari motivasi dan masukan-
masukan dari guru BK itu dapat mengubah pola pikir saya. Dan
menjadikan saya lebih semangat dan lebih dewasa.
5. Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan kepribadian dalam
Bimbingan dan Konseling di SMA NEGERI 8Semarang?
Penerapanya, dalam kegiatan belajar mengajar di kelas. Misalnya pada
waktu ulangan peserta didik tidak diperkenankan untuk menyontek. Sholat
dhuhur berjamaah. Sadaqah pada hari jumat dan menjaga kebersihan.
Kalau berusaha sendiri, guru menganjurkan peserta didik untuk
berwirausaha. Seperti peserta didik diberi tanggung jawab untuk
mengelola koperasi sekolah Ada yang jualan pulsa juga.
LAMPIRAN PHOTO
Gedung SMA N 8 Semarang dari depan Ruang B & K tampak dari depan Viai dan Misi SMA N 8 Semarang Gedung Perpus dan rurang Guru
Salah satu layanan Bimbingan Kelompok Peserta Didik sedang memanfaatkan
jasa layanan Bimbingan dan Konseling Proses layanan Bimbingan Perseorangan Proses layanan Konseling di SMA N
8 Semarang
Prestasi yang pernah diraih Ruang Tunggu Tamu Pola Umum Bimbingan dan Konseling Peserta Didik berjabat tangan setiap SMA Negeri 8 Semarang bertemu dengan Guru
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap : NUR ROFIQ Nama Penggilan : OFI Alamat : Jl. Kauman RT 03 / III Desa Juwiring
Kec. Cepiring Kab. Kendal Tempat Tanggal Lahir : Kendal, 12 Mei 1986 Nomor Handphone : 08562785600 Nama Orangtua : Ayah : Muzamil Ibu : Rokhaniyah Anak ke : 1 dari 2 bersaudara Riwayat Pendidikan Formal :
SD Negeri 01 Juwiring lulus 1999 MTs NU 01 Cepiring lulus 2002 MA Negeri Kendal lulus 2005 IAIN Walisongo Semarang sekarang
Pengalaman Organisasi : Pengurus BIRAWA Racana Walisongo periode 2008-2009 Ketua Dewan Kerja Ranting Ngaliyan periode 2009-2012 Pengurus Tim OutBound Choleric Zone 907 periode 2009-
sekarang
Motto : Live is not only for bread Wisdom : 1000 sungai gunung turun ke laut