Upload
others
View
11
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
IMPLEMENTASI NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DI
SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU (SDIT) AL AUFA
KOTA BENGKULU
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah Dan Tadris Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana
Dalam Bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Oleh:
PUTRI WULAN DARI
NIM. 1516240024
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI BENGKULU
TAHUN 2021
2
3
4
5
MOTTO
Jangan Menyesali Hal Yang Telah Terjadi, Jadikan Pelajaran Agar
Dimasa Depan Tidak Terulang Kembali
(Putri Wulan Dari)
6
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobbilalamin puji syukur kepada Allah SWT yang selalu
memberikan nikmat serta rahmat karunia-Nya sehingga hamba dapat
menyelesaikan skripsi ini. Ku persembahkan skripsi ini kepada orang-orang
terkasih yang selalu mendukung dan mendoakanku dalam menyelesaikan
pedidikan ku ini.
1. Teristimewa kedua orang tuaku yang tercinta dan tersayang, Ayahanda
Syamsul Ardi dan Ibunda Yusniati yang telah merawat, membesarkan,
mendidik, dan selalu mensuport serta mendoakan aku sehingga aku dapat
menyelesaikan pendidikanku ini. Hanya kata terima kasih yang mendalam
yang dapat aku berikan atas segala perjuangan dan pengorban ayah dan ibu.
2. Kakak dan Adik ku tercinta dan tersayang, Rahayu Pratiwi dan Kurniawan
serta kakak iparku Taufik Trisila, serta Keluarga besarku yang terkasih Jorong
Family yang tidak pernah lelah memberikan dukungan, semangat dan motivasi
serta doa untukku.
3. Sahabat-sahabatku Uni Elsi, Uniang Dila, Zufaiza. Terima kasih karena telah
mengingatkan, memotivasi dan membantuku.
4. Terima kasih kepada teman-teman PGMI C angkatan 2015
5. Almamaterku IAIN Bengkulu
7
Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) Al Aufa Kota Bengkulu
Putri Wulan Dari
Institut Agama Islam Negeri Bengkulu
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses implementasi nilai-
nilai pendidikan yang dilakukan guru di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu,
mengetahui nilai-nilai karakter yang menjadi prioritas di SDIT Al Aufa Kota
Begkulu, mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan nilai-
nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu, mengetahui solusi
yang diupayakan untuk menghadapi kendala dalam mengimplementasikan nilai-
nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
Metode yang digunkan yaitu metode kualitatif deskriptif, Teknik
pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, wawancara dan
dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan
penarikan kesimpulan/verifikasi. Subjek dalam penelitian ini yaitu kepala sekolah,
wakil kurikulum, guru kelas Iv dan kelas V, guru mata pelajaran tahsin, dan guru
ekstrakurikuler sains club dan TU di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Proses implementasi nilai-nilai
pendidikan karakter yang dilakukan oleh guru melalui kegiatan pembelajaran,
pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan
ekstrakurikuler seperti pramuka, taekwondo, renang, sains club, tahfiz, dai cilik,
dan english club melalui pengenalan nilai karakter itu sendiri kepada siswa,
memberikan pemahaman, pengarahan dan pengertian tentang perbuatan yang
baik, memberikan contoh teladan dan dilakukan melalui pengulangan atau
pembiasaan kepada siswa. (2) Nilai-nilai pendidikan karakter yang menjadi
prioritas yaitu nilai religius, jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu,
dan tanggung jawab. (3) kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan yaitu kurangnya kesadaran siswa, kesibukan orang tua, serta
sarana dan prasana yang masih terbatas. (4) Solusi yang diupayakan untuk
menghadapi kendala dalam mengimplementasika nilai-nilai pendidikan karakter
diantaranya memberikan arahan dan motivasi kepada siswa, memberikan
hukuman, membangun komunikasi dengan orang tua di rumah pemanggilan orang
tua oleh wali kelas.
Kata Kunci: Implementasi, Nilai-nilai Pendidikan Karakter, kendala, solusi.
8
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Al Aufa Kota Bengkulu.” Shalawat dan salam untuk Nabi besar
Muhammad SAW, yang telah berjuang untuk menyampaikan ajaran Islam
sehingga umat Islam mendapatkan petunjuk ke jalan yang lurus baik di dunia
maupun akhirat.
Dalam pembuatan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Sirajuddin, M, M.Ag, M.H, selaku Rektor IAIN Bengkulu
2. Bapak Dr. Zubaedi, M.Ag., M.Pd selaku Dekan Fakultas Tarbiyah Dan
Tadris IAIN Bengkulu.
3. Ibu Nurlaili, M.Pd selaku Ketua Jurusan Tarbiyah IAIN Bengkulu
4. Ibu Dra Aam Amaliyah, M.Pd selaku ketua Prodi PGMI
5. Bapak Dr. H. Mawardi Lubis, M.Pd selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, motivasi, semangat, dan arahan dengan penuh
kesabaran.
9
6. Ibu Beti Dian Wahyuni, M.Pd. Mat selaku Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan, sumbangan pikiran, motivasi semangat, dan arahan
dengan penuh kesabaran
7. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan pengalaman
yang telah membantu penulisan menyelesaikan skripsi ini.
8. Staff dan karyawan Perpustakaan yang telah menyediakan refrensi
9. Staff dan karyawan Fakultas Tarbiyah Dan Tadris IAIN Bengkulu yang telah
memberikan pelayanan dengan baik dalam hal administrasi.
10. Kepala Sekolah, seluruh guru dan staf serta siswa SDIT Al Aufa yang telah
banyak membantu penulis dalam kegiatan penelitian.
11. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Tadris IAIN Bengkulu
12. Semua pihak yang telah membantu dan bekerja sama dalam penulisan skripsi
ini.
Penulis menyadari bahwa dalam peulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis minta kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Atas kritik dan
sarannya penulis ucapakan terimakasih. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi
semua pihak khususnya pembaca.
Bengkulu, Desember 2020
Saya Yang Menyatakan
Putri Wulan Dari
NIM. 1516240024
10
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI ........................................... ii
NOTA PEMBIMBING ............................................................................ iii
SURAT KETERANGAN REVISI JUDUL SKRIPSI .......................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................. v
MOTTO .................................................................................................... vi
PERSEMBAHAN ..................................................................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................ viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. ix
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ........................................................... 8
C. Batasan Masalah ................................................................. 9
D. Rumusan Masalah .............................................................. 9
E. Tujuan Penelitian ................................................................ 10
F. Manfaat Penelitian .............................................................. 10
G. Sistematika Penulisan ......................................................... 11
BAB II KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Konseptual
1. Konsep Implementasi .................................................... 13
2. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter .................................... 14
B. Hasil Penelitian Yang Relavan ........................................... 34
C. Kerangka Berpikir .............................................................. 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................... 38
B. Setting Penelitian Penelitian ................................................. 38
C. Sumber Data ........................................................................ 39
11
D. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 39
E. Teknik Keabsahan Data ....................................................... 41
F. Teknik Analisis Data ........................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Sekolah ...................................................................... 44
B. Hasil Penelitian .................................................................... 51
C. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 67
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 74
B. Saran ..................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
12
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter ........................................ 33
4.1. Daftar Guru dan Karyawan ...................................................................... 48
4.2. Sarana dan Prasarana ................................................................................ 49
4.3 Data Siswa ................................................................................................. 50
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Instrumen Observasi dan Dokumentasi
Lampiran 2 Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah
Lampiran 3 Pedoman Wawancara dengan Wakil Kurikulum
Lampiran 4 Pedoman Wawancara dengan Guru Kelas dan Guru Mata Pelajaran
Lampiran 5 Pedoman Wawancara dengan Guru Ekstrakurikuler
Lampiran 6 Hasil Wawancara Peneliti dengan Informan
Lampiran 7 Dokumentasi PhotoKegiatan Penelitian
14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan proses membentuk sosok individu sebagai
sumber daya manusia yang berperan besar dalam proses pembangunan
berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, pendidikan merupakan kunci
utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas.1 Ki Hajar
Dewantara menyebutkan konsep pendidikan adalah sebagai daya upaya untuk
memberikan tuntunan pada segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak,
agar mereka baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir dan batin yang
setinggi-tingginya. Pendidikan di istilahkan sebagai to education yang berarti
memperbaiki moral dan melatih intelektual.2
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 2 tahun
1989, pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti
luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.3
1 Khairiah, Kesempatan Mendapatkan Pendidikan Dalam Kajian Tingkat Pendidikan Dan
Pendapatan Keluarga cet. 1, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2018), h. 1 2 Khairiah, Kesempatan Mendapatkan Pendidikan, h. 11
3 Khairiah, Kesempatan Mendapatkan Pendidikan,h. 21
15
Tujuan pendidikan nasional berdasarkan pancasila yaitu
meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas dan
terampil, mempertinggi budi pekerti, memperkuat kepribadian dan
mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat
menumbuhkan manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya sendiri
serta bertnggung jawab atas pembangunan bangsa.4
Tujuan pendidikan nasional tidak terlepas dari pembentukan karakter
siswa. Menurut Lickona inti karakter adalah tindakan. Karakter berkembang
ketika nilai-nilai diadaptasi menjadi keyakinan, dan digunakan untuk
merespon suatu kejadian agar sesuai dengan nilai-nilai moral yang baik.5
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia No 20. Tahun 2003
pasal 3 tentang sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
Berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.6
Pemerintah secara intensif dan berkesinambungan telah menebar
gagasan akan pentingnya pendidikan karakter di sekolah-sekolah yang selama
ini terabaikan. Ditandai dengan lunturnya karakter dan jati diri bangsa
sehingga dianggap sebagai tonggak kearah perubahan. Namun di sisi lain ada
keraguan jika nantinya pendidikan karakter hanya menjadi pengetahuan saja
tanpa adanya praktik nyata. Pendidikan berkarakter menyangkut berbagai
4 Khairiah, Kesempatan Mendapatkan Pendidikan,h. 22
5 Dyah Sriwilujeng, Panduan implementasi penguatan pendidikan karakter, (Jakarta:
Erlangga, 2017), h. 3 6 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
16
ranah yang sangat menentukan bagi berlangsungnya kehidupan bangsa di
benua mana pun, termasuk bangsa Indonesia. Hal ini penting sebab mengingat
bangsa akan terus membutuhkan bagimana karakter dipelajari, dibina, dan
dipertahankan sehingga melekat kuat pada pribadi anak bangsa dan akan
membawanya kelak sebagai tenaga pembangun dimasa mendatang. 7
Pendidikan karakter adalah sebuah sistem yang menanamkan nilai-
nilai karakter peserta didik, yang mengandung komponen pengetahuan,
kesadaran individu, tekad, serta adanya kemauan dan tindakan untuk
melaksanakan nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri,
sesama manusia, lingkungan, maupun bangsa, sehingga akan terwujud insan
kamil.8
Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu
penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada
pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh,
terpadu dan seimbang, sesuai dengan standar kompetensi lulusan. Melalui
pendidikan karakter diharapkan peserta didik mampu secara mandiri
meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan
menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia
sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari.9
Saat ini, bangsa Indonesia memiliki musuh besar, yaitu kemiskinan,
kebodohan, merajalelanya korupsi, kurangnya penegakan hukum, tawuran
7 Zainal Aqib, Pendidikan Karakter Di Sekolah; Membangun Karakter Dan Kepribadian
Anak, (Bandung: CV Yrama Widya, 2012), h. 63 8 Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah, h. 18
9 Sofan Amri, Dkk. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, (Jakarta:
Prestasi Pustaka, 2011), h. 31
17
pelajar, serta pragmatisme dan budaya instan yang semakin menguat.
Banyaknya penyimpangan dan prilaku negatif yang terjadi di lingkungan
masyarakat kita perlu dicermati secara bersama. Persoalan-persoalan tersebut
muncul karena lunturnya nilai-nilai karakter bangsa.10
Pendidikan di Indonesia
masih terfokus pada aspek-aspek kognitif atau akademik, sedangkan aspek
soft skills atau non-akademik yang merupakan unsur utama pendidikan
karakter selama ini masih kurang mendapatkan perhatian.11
Di Indonesia pelaksanaan pendidikan karakter saat ini memang
dirasakan mendesak. Gambaran situasi masyarakat bahkan situasi dunia
pendidikan di Indonesia menjadi motivasi pokok implementasi pendidikan
karakter di Indonesia. Pendidikan karakter di Indonesia dirasakan amat perlu
pengembangannya bila mengingat makin meningkatnya tawuran antar pelajar,
serta bentuk-bentuk kenakalan remaja lainnya terutama di kota-kota besar,
pemerasan/kekerasan (bullying), kecenderungan dominasi senior terhadap
yunior, penggunaan narkoba, dan lain-lain.12
Sementara itu, dalam dunia pendidikan kasus bertindak curang baik
berupa tindakan mencontek, mencontoh pekerjaan teman atau mencontoh dari
buku pelajaran seolah-olah merupakan kejadian sehari-hari. Bahkan dalam
pelaksanaan ujian akhir sekolah dibeberapa daerah ditegarai ada guru yang
10
Evinna Cinda Hendriana dan Arnold Jacobus, “Implementasi Pendidikan Karakter Di
Sekolah Melalui Keteladanan Dan Pembiasaan,” Jurnal Pendidikan Dasar Indonesia, Vol 1 No. 2
(September 2016): h. 25 11
Sri Judiani, “Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah DasarMelalui Penguatan
Pelaksanaan Kurikulum,” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol 16 No. 3 (Oktober 2010): h.
288 12
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2011), h. 2
18
memberikan kunci jawaban kepada siswa karena takut muridnya tidak lulus
sehingga mencoreng nama sekolah. Seakan-akan dalam dunia pendidikan
kejujuran menjadi barang yang langka, sebagai contoh hilangnya kejujuran
dimasyarakat Indonesia seperti maraknya korupsi dan kolusi sudah amat
banyak.13
Sejak tahun 2010, pemerintah Indonesia melalui Kementrian
Pendidikan Nasional mencanangkan penerapan pendidikan karakter bagi
semua tingkat pendidikan, baik di sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
Program ini dirancang karena selama ini dunia pendidikan dinilai kurang
berhasil dalam mengantarkan generasi bangsa menjadi pribadi-pribadi yang
bermatabat dan sesuai dengan tujuan dan fungsi pendidikan Nasional.14
Dunia pendidikan dinilai hanya mampu melahirkan lulusan-lulusan
manusia dengan tingkat intelektualitas yang memadai. Banyak dari lulusan
sekolah yang memiliki nilai tinggi (itu pun terkadang sebagian nilai diperoleh
dengan cara tidak murni), berotak cerdas, brilian, serta mampu menyelesaikan
berbagai soal mata pelajaran dengan sangat tepat. Namun sayangnya, tidak
sedikit pula diantara mereka yang cerdas itu jusrtu tidak memiliki perilaku
cerdas dan sikap yang brilian, serta kurang mempunyai mental kepribadian
yang baik, sebagaimana nilai akademik yang telah mereka raih di bangku-
bangku sekolah ataupun kuliah. Pada hakikatnya, pendidikan dilaksanakan
bukan sekedar untuk mengejar nilai-nilai, melainkan memberikan pengarahan
13
Muchlas Samani dan Hariyanto, Konsep dan Model Pendidikan Karakter, h. 2 14
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah Cet. 1,
(Jakarta, Laksana, 2011), h. 9
19
kepada setiap orang agar dapat bertindak dan bersikap benar sesuai dengan
kaidah-kaidah dan spirit keilmuan yang dipelajari.15
Selama ini, pendidikan informal terutama dalam lingkungan keluarga
belum memberikan kontribusi berarti dalam mendukung pencapaian
kompetensi dan pembentukan karakter peserta didik. Orang tua terlalu sibuk
dengan pekerjaannya sehingga kurang waktu dalam memperhatikan anaknya.
Baik itu sikap maupun sifat anaknya. Tak jarang pula orang tua yang
memaklumi sikap anaknya yang tidak baik seperti anak yang memukul
temannya. Bahkan banyak orang tua yang memberikan smartphone kepada
anaknya tanpa adanya pengontrolan dari orang tua seperti apa yang dilihat,
dibaca, ditonton, didengar dan diakses melalui smartphone sehingga hal-hal
tersebut mempengaruhi perkataan maupun perbuatan anak, seperti
mengucapkan kata-kata kasar dan tidak pantas akibat tontonan tersebut.
Bahkan sebagian orang tua tidak menegur dan mengedukasi anak mana sikap
dan perkataan yang baik mana yang tidak baik. 16
Kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi, kurangnya
pemahaman orang tua dalam mendidik anak di lingkungan keluarga, pengaruh
pergaulan di lingkungan sekitar dan media elektronik dapat berpengaruh
negatif terhadap perkembangan dan pencapaian hasil belajar peserta didik
terutama dalam pembentukan karakter peserta didik. maka dari itu, pentingnya
15
Nurla Isna Aunillah, Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di Sekolah Cet. 1,
(Jakarta, Laksana, 2011), h. 9-10 16
Sofan Amri, Dkk. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, h. 30
20
mengoptimalkan dan memadukan kegiatan pendidikan informal dengan
pendidikan formal. 17
Dari hasil penelitian Rosalin Helga Amazo (2016) proses
implementasi nilai-nilai karakter dilakukan melalui pembiasaan dalam
keseharian siswa. Nilai-nilai karakter yang menjadi prioritas sekolah yaitu
nilai religius, jujur, tekun, disiplin, dan peduli lingkungan, dan tanggung
jawab.
Fauzi Latifah (2017: 114-115) menyatakan bahwa ada 13 yaitu
religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa
ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial,
dan tanggung jawab. Pendidikan karakter dapat di imppementasikan melalui
proses pembelajaran, peraturan sekolah, ekstrakurikuler, dan kelas sore.
Metode yang digunakan dalam mengimplementasikan pendidikan karakter di
SD NU adalah dengan ceramah atau memberikan contohnya secara langsung.
Kendala-kendala mengimplementasikan pendidikan karakter di SD Nahdlatul
Ulama adalah permainan digital, lingkungan di rumah yang tidak bagus,
beberapa guru kurang menguasai anak, pengaruh tontonan TV, kurangnya
memahami karakter siswa.
Dari hasil penelitian Muhammad Arfin (2017) nilai-nilai pendidikan
karakter yang terintegrasi pada mata pelajaran yaitu nilai religius, disiplin,
tekun, rasa ingin tahu, peduli dan tanggung jawab. Implementasi nilai-nilai
17
Sofan Amri, Dkk. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam Pembelajaran, h. 30
21
pendidikan karakter pada kegiatan ekstrakurikuler adalah melalui kegiatan
drumband, seni tari, olahraga, dan pengayaan dengan memberikan motivasi,
pemahaman, teladan, nasihat, sangsi, dan hadiah. Hasil implemetasi nilai-nilai
pendidikan karakter adalah kepribadian yang mantap, integritas moral yang
tinggi, dan akhlak yang mulia.
Hasil penelitian Yulian Siska (2018:36) Proses implementasi nilai-
nilai pendidikan karakter direncanakan berdasarkan pedoman yang telah
dibuat Kemendikbud melalui Balitbang dan Puskur, yaitu melalui perencanaan
dan pelaksanaan. Pelaksanaan implementasi nilai-nilai pendidikan karakter
dilakukan melalui pembiasaan dan budaya sekolah.
Dalam penelitian ini membahas bagaimana proses implementasi nilai-
nilai pendidikan karakter yang dilakaukan oleh guru melalui strategi
pendidikan karakter di sekolah, nilai-nilai pendidikan karakter yang menjadi
prioritas sekolah, kendala yang dihadapi oleh guru dan solusi yang diupayakan
oleh guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di
Sekolah Islam Terpadu Al Aufa Kota Bengkulu.
Lembaga pendidikan di Indonesia, khususnya di Bengkulu mulai
memberikan respon positif terhadap tantangan dan tanggung jawab. Ditandai
dengan muculnya sistem pendidikan yang mengacu pada pendidikan
karakter,18
seperti yang diterapkan oleh Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Aufa
Kota Bengkulu. Berdasarkan hasil obseravsi yang dilakukan pada hari rabu
tanggal 19 Februari 2020, Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Aufa Kota
18
Kusnadi, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT)
Iqra’ 2 Kota Bengkulu,” Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah Dan Tadris, Institut Agama Islam Negeri
Bengkulu, 2018), h. 6
22
Bengkulu merupakan salah satu sekolah yang menerapkan pendidikan
karakter. Hal tersebut terintegrasi dalam misi sekolah nomor 4 yaitu
“menyelenggarakan pendidikan yang berkarakter”. Sekolah ini sangat
memperhatikan pendidikan akhlak atau karakter bagi anak didiknya.
Pendidikan karakter khususnya di SDIT Al Aufa tidak hanya dijadikan
sebagai wacana atau slogan saja, tetapi diterapkan melalui tindakan nyata
dalam kehidupan sehari-hari khususnya di lingkungan sekolah seperti shalat
dhuha setiap pagi, hafalan surah, tilawah Al-Qur’an dan shalat dzuhur
berjamaah. Berbagai kegiatan lainnya yang diadakan sekolah ini seperti
perayaan hari besar nasional dan perayaaan hari besar Islam. Penerapan
pendidikan karakter di sekolah ini dilakukan melalui pembiasaan-pembiasaan
kepada siswa, dan diintegrasikan melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler
seperti yang harus diikuti siswa seperti pramuka, taekwondo, renang, sains
club, tahfiz, dai cilik, dan english club.19
Berdasarkan hasil observasi diatas, maka penelitian ini mengkaji
tentang nilai-nilai pendidikan karakter dengan judul “Implementasi Nilai-Nilai
Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Aufa Kota
Bengkulu”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah
dalam penelitian ini yaitu:
19
Wawancara pribadi dengan Widya Puspitasari, Bengkulu, 19 Februari 2020
23
1. Kurangnya peranan orang tua dalam pembentukan karakter peserta didik
karena kesibukan dan aktivitas kerja orang tua yang relatif tinggi.
2. Pengaruh teknologi yang dapat mempengaruhi karakter anak.
3. Pengaruh pergaulan lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi karakter
anak.
4. Tingginya kecerdasan intelektual anak didik namun karakter anak didik
masih jauh dari tujuan pendidikan nasional.
5. Ipmlementasi nilai-nilai pendidikan karakter belum terlaksana dengan
maksimal
6. Terdapat berbagai kendala-kendala dalam mengimplementasikan nilai-
nilai pendidikan karakter.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka dalam penelitian ini
akan dibahas yaitu:
1. Proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang dilakukan guru di
SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
2. Nilai-nilai karakter yang menjadi prioritas di SDIT Al Aufa Kota Begkulu.
3. Kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai
pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
4. Solusi yang diupayakan untuk menghadapi kendala dalam
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa
Kota Bengkulu.
D. Rumusan Masalah
24
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang
dilakukan guru di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu?
2. Nilai-nilai karakter apa yang mejadi prioritas di SDIT Al Aufa Kota
Begkulu?
3. Apa kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai
pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu?
4. Bagaimana solusi yang diupayakan untuk menghadapi kendala dalam
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa
Kota Bengkulu?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk:
1. Untuk mengetahui proses implementasi nilai-nilai pendidikan yang
dilakukan guru di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai karakter yang menjadi prioritas di SDIT Al
Aufa Kota Begkulu.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
4. Untuk mengetahui solusi yang diupayakan untuk menghadapi kendala
dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al
Aufa Kota Bengkulu.
25
F. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka manfaat penelitian ini
yaitu:
1. Manfaat Teoritis
a. Penelitian ini mempunyai manfaat bagi pengembangan teori, hasil
penelitian ini diharapkan mampu memberikan wahana dan masukan
bagi perkembangan dan konsep pendidikan terutama pengetahuan
tentang implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa
Kota Bengkulu.
b. Dapat dijadikan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan pemikiran
tentang implementasi nilai-nilai pendidikan karakter khusunya di SDIT
Al Aufa Kota Bengkulu dan dapat menjadi acuan bagi keluarga dn
masyarakat untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter kepada
anak.
b. Bagi peneliti, penelitian ini dapat bermanfaat sebagai wacana untuk
memperdalam pemikiran dan pengetahuan, khusunya tentang
implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota
Bengkulu.
13
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Deskripsi Konseptual
1. Konsep Implementasi
Implementasi merupakan kegiatan untuk merealisasikan rencana menjadi
tindakan nyata dalam rangka mencapai tujuan secara efektif dan efisien
sehingga akan memiliki nilai.20
Implementasi merupakan suatu tindakan pada suatu rencana yang sudah
disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya dilakukan setelah
perencanaan sudah dianggap sempurna. Nurdin Usman berpendapat bahwa
implementasi bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme
suatu sistem. Implementasi bukan hanya sekedar aktivitas tetapi suatu kegiatan
yang terencana dan tersusun. 21
Menurut Prof Tachjan, implementasi merupakan suatu tindakan atau juga
kegiatan atau aktivitas yang dilakukan setelah adanya kebijakan. Menurut
Solichin Abdul Wahab, implementasi merupakan segala tindakan yang
dilakukan, baik individu maupun kelompok didalam pemerintah atau juga
swasta, yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah atau sudah
ditentukan dalam kebijakan. Menurut Pressman dan Wildavsky implementasi
20
Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni
2015): h. 10 21
Muhammad Arfin, “Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Pada SD Negeri
Mannuruki Makassar,” (Tesis S2 Pascasarjana Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar,
2017), h. 16
14
merupakan suatu tindakan untuk dapat melaksanakan, mewujudkan serta juga
menyelesaikan kewajiban atau juga kebijakan yang telah dirancang.22
Implementasi memiliki tujuan, adapun tujuan dari implementasi
diantaranya yaitu:
a. Untuk melaksanakan rencana yang telah atau sudah disusun dengan cermat,
baik itu oleh individu atau juga kelompok.
b. Untuk menguji serta juga mendokumentasikan suatu prosedur didalam
penerapan rencana tau juga kebijakan.
c. Untuk dapat mewujudkan tujuan-tujuan yang hendak akan dicapai didalam
perencanaan atau juga atau sudah dirancang.
d. Untuk dapat mengetahui kemampuan masyarakat didalam menerapkan
suatu kebijakan atau juga rencana sesuai dengan yang diharap
e. Untuk dapat mengetahui tingkat keberhasilan suatu kebijakan atau rencana
yang telah/sudah dirancang demi perbaikan atau peningkatan mutu.
2. Nilai-nilai Pendidikan Karakter
a. Pengertian Nilai
Nilai dalam bahasa Inggris yaitu Value sedangkan dalam bahasa
Latin yaitu velere yang berarti berguna, mampu, berdaya, berlaku dan
kuat.nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai,
diinginkan, berguna, dihargai, dan dapat menjadi objek kepentingan. Nilai
22
Parta Ibeng, “Pengertian Implementasi” diakses pada 12 Juli 2020 dari
https://pendidikan.co.id/implementasi-adalah/
15
merupakan dasar acuan dan motivasi dalam bertingkah laku di kehidupan
sehari-hari.23
Menurut Djahari, nilai adalah suatu jenis kepercayaan, yang letaknya
berpusat pada sistem kepercayaan seseorang, tentang bagaimana seseorang
sepatutnya, atau tidak sepatutnya daalam melakukan sesuatu, atau tentang
apa yang berharga dan yang tidak berharga untuk dicapai. Gordon Allfrot
seorang ahli psikologi kepribadian berpendapata bahwa nilai adalah
keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas pilihannya.24
Nilai merupakan sesuatu yang melekat pada diri manusia yang patut
untuk dijalankan dan dipertahankan, sebagai makhluk ciptan Tuhan yang
mempunyai karakter kas daripada makhluk lain. Menurut Mulyana, nilai
adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Nilai merupakan
sesuatu yang diinginkan sehingga melahirkan tindakan pada diri seseorang.
Menurut Frankel nilai adalah standar tingkah laku, keindahan, keadilan,
kebenaran dan efesiensi yang mengikat manusia dan sepatutnya untuk
dijalankan dan dipertahankan.25
Menurut Milton Roceach dan James Bank, nilai adalah suatu tipe
kepercayaan yang berada dalam ruang lingkup sistem kepercayaan, dimana
seseoranng harus bertindak atau menghindari tindakan, atau mengenai
sesuatu yang pantas atau tidak pantas untuk dilakukan, dimiliki dan
23
Mei Kusumawardani “Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Di Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Yogyakarta,” Skripsi S1 Fakultas Teknik, Universitas
Negeri Yogyakarta, 2013), h. 14 24
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h.31 25
Tri Sukitman, “Internalisasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran (Upaya Menciptakan
Sumber Daya Manusia yang Berkarakter),” JPSD: Jurnal Pendidikan Sekolah Dasar, Vol. 2 No 2
(Agustus 2016): h. 86-87
16
dipercayai. Ini berarti nilai itu merupakan sifat yang melekat pada sesuatu
yang berhubungan dengan subjek (manusia pemberi nilai). Selain itu,
Fraenkel mengartikan nilai itu adalah standar tingkah laku, keindahan,
keadilan, kebenaran, dan efisien yang mengikat manusia dan sudah
sepatutnya dijalankan dan dipertahankan. Sementara itu Sidi Gazalba
mengartikan nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak dan ideal. Nilai
bukan benda konkret (nyata), bukan fakta dan tidak hanya soal penghayatan
yang dikehendaki atau tidak dikehendaki, yang disenangi dan tidak
disenangi.26
b. Konsep pendidikan karakter
Sebelum mengetahui apa yang dimaksud dengan pendidikan
karakter, kita harus mengetahui apa itu karakter. Untuk mengetahui
pengertian karakter kita dapat lihat dari dua sisi, yakni kebahasaan dan
istilah, serta beberapa definisi dari beberapa ahli.
Menurut bahasa (etimologis), istilah karakter berasal dari bahasa
latin kharakter, kharassaein, dan kharax. Dalam bahasa Yunani character
dari kata charassein yang berarti membuat tajam dan membuat dalam.
Dalam bahasa Inggris, character dan dalam bahasa Indonesia lazim
digunakan dengan istilah karakter.27
Menurut istilah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter
merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
26
Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai Perkembangan Moral Keagamaan Mahasiswa
PTAIN Cet. 1, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2008), h. 16-17 27
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter-Konsep Dan Implementasi, (Bandung: Alfabeta,
2016), h. 1-2
17
seseorang dengan yang lain, atau bermakna bawaan hati, jiwa, kepribadian,
budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabiat, tempramen, dan watak.28
Adapun pengertian karakter menurut ahli telah banyak dikemukakan.
Diantaranya, Faisal Jalal menyebutkan bahwa karakter ialah nilai-nilai yang
khas-baik (tau nilai kebaikan, mau berbuat baik, nyata berkehidupan baik,
dan berdampak baik terhadap lingkungan) terpatri dalam diri dan terlihat
dalam perilaku. Selain itu, Simon Philip menjelaskan, karakter adalah
kumpulan tata nilai yang menuju pada suatu sistem, yang melandaskan
pemikiran, sikap, dan perilaku yang ditampilkan.29
Menurut Ki Hajar
Dewantara, karakter atau watak berarti panduan segala tabiat manusia yang
bersifat tetap sehingga menjadi tanda yang khusus untuk membedakan
orang yang satu dengan yang lainnya.30
Karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun
pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas (pewarisan)
maupun pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain,
serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-
hari.31
Dunia pendidikan di Indonesia saat ini tidak bisa lepas dari
pendidikan karakter. Pemerintah sudah mencanangkan pendidikan karakter
di lembaga-lembaga pendidikan mulai dari SD, SMP, SMA bahkan
28
Saptono, Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter, (Jakarta: Erlangga, 2011), h. 17 29
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter - Konsep Dan Implementasi, h. 2 30
Abdul Aqib, Pendidikan Karakter Di Sekolah, Membangun Karakter Dan Kepribadian
Anak, (Bandung: CV Yrama Widya, 2015) h. 64 31
Muchlas Samani &. Hariyanto, Konsep Dan Model Pendidikan Karakter, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2011), h. 43
18
Perguruan Tinggi. Berikut beberapa definisi pendidikan karakter yang
diungkapkan oleh para pakar pendidikan.
Pendidikan karakter menurut Ratna Megawangi yaitu sebuah usaha
untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak
dan mempraktikkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi positif kepada masyarakat. Sedangkan menurut
Fakry Gaffar, pendidikan karakter adalah sebuah transformasi nilai-nilai
kehidupan untuk ditumbuh-kembangkan dalam kepribadian seseorang
sehingga menjadi satu dalam kehidupan orang itu. Dalam definisi tersebut,
ada tiga pemikiran penting, yaitu proses transformasi, ditumbuh-
kembangkan dalam kepribadian, dan menjadi salah satu dalam perilaku.32
Pendidikan karakter menurut Thomas Lickona adalah pendidikan
untuk membentuk kepribadian yang hasilnya terlihat dalam tindakan nyata
seseorang melalui pendidikan budi pekerti yang hasilnya terlihat dalam
tindakan nyata seseorang, yaitu tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung
jawab, menghormati hak orang lain, kerja keras dan sebagainya. Aristoteles
berpendapat bahwa karakter itu erat kaitannya dengan kebiasaan yang kerap
dimanifestasikan dalam tingkah laku.33
Pendidikan karakter adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja
untuk mengembangkan karakter yang baik (good character) yang
32
Novan Ardy Wiyani, Konsep, Praktik, &Strategi Membumikan Pendidikan Karakter DI
SD, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 26 33
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter - Konsep Dan Implementasi, h. 23
19
berlandaskan kebajikan-kebajikan inti (core virtues) yang secara objektif
baik bagi individu maupun masyarakat.34
Pendidikan karakter diartikan sebagai usaha kita secara sengaja dari
seluruh dimensi kehidupan sekolah untuk membantu pengembangan
karakter dengan optimal. Hal ini berarti bahwa untuk mendukung
perkembangan karakter peserta didik harus melibatkan seluruh kompenen di
sekolah baik dari aspek isi kurikulum, proses pembelajaran, kualitas
hubungan, penanganan mata pelajaran pelaksanaan aktifitas ko-kurikuler,
serta etos seluruh lingkungan sekolah.35
Menurut Departemen Pendidikan Amerika Serikat, pendidikan
karakter didefinisikan sebagai proses belajar yang memungkinkan siswa dan
orang dewasa untuk memahami, peduli dan bertindak, pada nilai-nilai etika
inti, seperti rasa hormat, keadilan, kebajikan warga negara yang baik, dan
bertanggung jawab, pada diri sendiri dan orang lain.36
c. Tujuan Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter memiliki tujuan. Adapun tujuan pendidikan
karakter adalah:
1) Mendorong kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji sejaan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius.
2) Meningkatkan kemampuan untuk menghindari sifat-sifat tercela yang
dapat merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
34
Saptono, Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter, h. 23 35
Zubaedi, Desain Pendidikan karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), h.14 36
Barnawi & M. Arifin, Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan Karakter,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2016), h. 23
20
3) Memupuk ketegaran dan kepekaan peserta didik terhadap siswa
sekitarnya sehingga tidak terjerumus kedalam perilaku yang menyimpang
baik secara individual maupun sosial.
4) Menanmkan jiwa kepemimpinan dan tanggu jawab peserta didik sebagai
penerus bangsa.37
Pendidikan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang
tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong
royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semuanya dijiwai oleh iman dan takwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan pancasila.38
Menurut Said Hamid Hasan,dkk. pendidikan karakter secara perinci
memiliki lima tujuan diantaranya:
1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai
manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa.
2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan
sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang
religius.
3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik
sebagai generasi penerus bangsa.
4) Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang
mandiri, kreatif dan berwawasan kebangsaan.
37
Zainal Aqib, Pendidikan Karakter Di Sekolah, Membangun Karakter Dan Kepribadian
Anak,Cet. 1, (Bandung, CV Yrama Widya, 2012), h. 65 38
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter - Konsep Dan Implementasi, h. 30
21
5) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan
belajar yang aman, jujur, penuh kreatifitas dan persahabatan, dengan rasa
kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.39
d. Fungsi Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama, yaitu:
1) Fungsi pembentukan dan pengembangan potensi.
Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi
peserta didik agar berpikir baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai
dengan falsafah hidup pancasila.
2) Fungsi perbaikan dan penguatan
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran
keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk ikut
berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi
warga negara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju,
mandiri, dan sejahtera.
3) Fungsi penyaringan
Pendidikan karakter berfungsi memilah budaya bangsa sendiri dan
menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa yang bermatabat.
Ketiga fungsi tersebut dilakukan melalui pengukuhan pancasila
sebagai falsafah dan ideologi negara, pengukuhan nilai dan norman
konstitusional UUD 1945, penguatan komitmen kebangsaan Negara
39
Zubaedi, Desain Pendidikan karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan, h 18
22
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), penguatan nilai-nilai keberagaman
sesuai dengan konsepsi Bhineka Tunggal Ika, dan penguatan keunggulan
dan daya saing bangsa untuk keberkelanjutan kehidupan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara Indonesia dalam konteks global.40
Fungsi pendidikan karakter menurut Heri Gunawan dalam bukunya
yang berjudul Pendidikan Karakter - Konsep Dan Implementasi yaitu:
1) pengembangan potensi dasar agar berhati baik, berpikir baik dan
berprilaku baik.
2) Memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang multikural.
3) Meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan
dunia.41
e. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter
Manakala sekolah akan melaksanakan pendidikan karakter, pertama-
tama perlu memperhatikan prinsip-prinsip pendidikan karakter. Ada sebelas
prinsip pendidikan karakter, meliputi:
1) Sekolah harus berkomitmen pada nilai-nilai etis inti.
2) Karakter harus dipahami secara utuh mencakup pengetahuan atau
pemikiran, perasaan atau tindakan.
3) Sekolah harus bersikap proaktif dan bertindak sistematis dalam
pembelajaran karakter dan tidak sekedar menunggu datangnya
kesempatan.
40
Zubaedi, Desain Pendidikan karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan, h. 18-19 41
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter - Konsep Dan Implementasi, h. 30
23
4) Sekolah harus membangun suasana saling memperhatikan satu sama
lain dan menjadi dunia kecil (mikrokosmos) mengenai masyarakat yang
saling peduli.
5) Kesempatan unuk mempraktikan tindakan moral harus bervariasi dan
tersedia bagi semua.
6) Studi akademis harus menjadi hal utama.
7) Sekolah perlu mengembangkan cara-cara meningkatkan motivasi
imtrinsik siswa yang mencakup nilai-nilai inti.
8) Sekolah perlu bekerja bersama dan mendialogkan norma mengenai
pendidikan karakter.
9) Guru dan siswa harus berbagi dalam kepemimpinan moral di sekolah.
10) Orang tua dan masyarakat harus menjadi rekan kerja dalam pendidikan
karakter di sekolah.
11) Harus dilakukan evaluasi mengenai efektivitas pendidikan karakter di
sekolah, terutama terhadap guru dan karyawan serta siswa.42
Pendidikan karakter di sekolah akan terlaksana dengan lancar jika
guru dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan
karakter. Kemendiknas memberikan rekomendasi 11 prinsip untuk
mewujudkan pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut:
1) Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter.
2) Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku.
42
Saptono, Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter, h. 24
24
3) Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk
membangun karakter.
4) Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian.
5) Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku
yang baik.
6) Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan memantang
yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka,
dan membantu mereka untuk sukses.
7) Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik.
8) Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang
berbagi tanggung jawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai
dasar yang sama.
9) Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam
membangun inisiatif pendidikan karakter.
10) Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam
usaha membangun karakter.
11) Mengevaluasi pendidikan karakter, fungsi staf sekolah sebagai guru-
guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta
didik.43
Berdasarkan pada prinsip-prinsip yang direkomendasikan oleh
Kemendikanas diatas, Dasyim Budimansyah berpendapat bahwa program
43
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h. 35-36
25
pendidikan karakter di sekolah perlu dikembangkan dengan berlandaskan
pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
1) Pendidikan karakter di sekolah harus dilaksanakan secara berkelanjutan
(kontinitas). Hal ini berarti bahwa proses pengembangan nilai-nilai
karakter merupakan proses yang panjang, mulai sejak awal peserta
didiki masuk sekolah hingga mereka lulus sekolah pada satuan
pendidikan.
2) Pendidikan karakter hendaknya dikembangkan melalui semua mata
pelajaran (terintegrasi), melalui pengembangan diri, dan budaya suatu
satuan pendidikan. Pembinaan karakter bangsa dilakukan dengan
mengintegrasikan dalam seluruh mata pelajaran, dalam kegiatan
kurikuler mata pelajaran, sehingga semua mata pelajaran diarahkan
pada pengembangan nilai-nilai karakter tersebut. Nilai-nilai karakter
juga dapat dilakukan dengan melalui pengembangan diri, baik melalui
konseling maupun kegiatan ekstra kurikuler, seperti kepramukaan dan
lain sebagainya.
3) Sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan (dalam bentuk
pengetahuan), jika hal tersebut diintegrasikan dalam mata pelajaran.
Kecuali bila dalam bentuk mata pelajaran agama (yang di dalamnya
mengandung ajaran) maka tetap diajarkan dengan proses, pengetahuan
(knowing), melakukan (doing), dan akhirnya membiasakan (habit).
4) Proses pendidikan dilakukan peserta didik dengan secara aktif (active
learning) dan menyenangkan (enjoy full learning). Proses ini
26
menunjukkan bahwa proses pendidikan karakter dilakukan oleh peserta
didik bukan hanya oleh guru. Sedangkan guru menerapkan sistem “Tut
Wuri Handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan oleh agama.44
f. Strategi Pendidikan Karakter Di Sekolah
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah merupakan
suatu kesatuan dari program manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
yang terimplementasi dalam pengembangan. Pengembangan atau
pembentukan karakter peserta didik diyakini perlu dan penting dilakukan
oleh sekolah untuk menjadi pijakan dalam penyelenggaraan pendidikan
karakter di sekolah.
Kemendiknas menyebutkan bahwa strategi pelaksanaan pendidikan
karakter dikembangkan melalui tiga tahap, yaitu: pengetahuan (knowing),
pelaksanaan (acting), dan kebiasaan (habit). Seseorang yang memiliki
pengetahuan kebaikan belum tentu mampu bertindak sesuai
pengetahuannya, jika tidak terlatih (menjadi kebiasaan) untuk melakukan
kebaikan tersebut.45
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan
pada proses kegiatan pembelajaran, pengembangan budaya sekolah dan
pusat kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler atau kegiatan ekstrakurikuler,
serta koordinasi dengan keluarga untuk memantau kegiatan keseharian di
rumah dan di masyarakat.46
44
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h. 36 45
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h. 193 46
Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni
2015): h. 10
27
1) Kegiatan Pembelajaran
Pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah pada kegiatan
pembalajaran dapat dilaksanakan dengan Mengintegrasikan keseluruh
mata pelajaran, yaitu pengembangan nilai-nilai pendidikan budaya dan
karakter bangsa diintegrasikan kedalam setiap pokok bahasan dari setiap
mata pelajaran. Nilai-nilai tersebut di cantumkan dalam silabus dan RPP
dan mengintegrasikan ke dalam kegiatan sehari-hari.47
Pendidikan karakter pada pelaksanaan pembelajaran kegiatan
dalam rangka pengembangan karakter peserta didik dapat dilaksanakan
dengan menggunakan pendekatan konstektual sebagai konsep belajar dan
mengajar yang membantu guru dan peserta didik menghubungkan materi
yang dipelajari dengan kejadian nyata, harapannya siswa dapat mencari
dan menemukan hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapan pengetahuan tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
pendekatan itu, siswa lebih memiliki hasil yang komprehensif tidak
hanya pada tataran kognitif (olah pikir), tetapi pada tataran afektif (olah
hati, rasa dan karsa), serta psikomotor (olah raga).
Pembelajaran berbasis kontekstual mencakup beberapa strategi, yaitu:
a) pembelajaran berbasis masalah
b) pembelajaran kooperatif
c) pembelajaran berbasis proyek
d) pembelajaran pelayanan, dan
47
Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni
2015): h. 10
28
e) pembelajaran berbasis kerja.
Kelima strategi tersebut dapat memberikan efek kepada
pengembangan karakter siswa seperti, karakter cerdas, berpikir terbuka,
tanggung jawab dan rasa ingin tahu.
2) Pengembangan Budaya Sekolah dan Pusat Kegiatan Belajar.
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar
dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri yaitu kegiatan rutin,
kegiatan spontan, keteladanan, dan pengkondisian. Adapun hal-hal
tersebut adalah sebagai berikut :
a) Kegiatan rutin
Kegiatan rutin merupakan kegiatan yang rutin dilakukan setiap
saat. Kegiatan rutin dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan siswa
secara terus menerus dan konsisten setiap saat. Beberapa contoh
kegiatan rutin antara lain kegiatan upacara hari Senin, upacara besar
kenegaraan, pemeriksaan kebersihan badan, piket kelas, shalat
berjama’ah, berbaris ketika masuk kelas, berdoa sebelum pelajaran
dimulai dan diakhir pelajaran, serta mengucapkan salam apabila
bertemu guru.48
Nilai-nilai pendidikan karakter yang diharapkan dari
kegiatan rutin di sekolah adalah: religius, disiplin, peduli lingkungan,
peduli sosial, kejujuran, dan cinta tanah air.49
48
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h. 195 49
Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni
2015): h. 10
29
b) Kegiatan Spontan.
Kegiatan ini dilakukan secara spontan tanpa perencanaan
terlebih dahulu. Contoh kegiatan ini adalah mengumpulkan
sumbangan ketika ada teman yang terkena musibah atau sumbangan
untuk masyarakat ketika terjadi bencana.
c) Keteladanan.
Keteladanan merupakan sikap menjadi contoh. Sikap menjadi
contoh merupakan perilaku dan sikap guru dan tenaga kependidikan
dan siswa dalam memberikan contoh melalui tindakan-tindakan yang
baik sehingga diharapkan menjadi panutan bagi siswa lain. Contoh
kegiatan ini misalnya guru menjadi contoh pribadi yang bersih, rapi,
ramah dan supel.
d) Pengkondisian.
Pengkondisian berkaitan dengan upaya sekolah untuk menata
lingkungan fisik maupun non fisik dan terciptanya suasana
mendukung terlaksananya pendidikan karakter. kegiatan menata
lingkungan fisik misalnya adalah mengkondisikan toilet yang bersih,
tempat sampah, halaman yang hijau dengan pepohonan, poster
katakata bijak yang dipajang dilorong sekolah dan di dalam kelas.
Adapun pengkondisian lingkungan nonfisik misalnya mengelola
konflik antar guru supaya tidak menjurus kepada perpecahan atau
bahkan menghilangkan konflik tersebut.
30
3) Kegiatan Ko-Kurikuler atau Kegiatan Ekstrakurikuler
Kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler merupakan kegiatan
kegiatan di luar kegiatan pembelajaran. Meskipun di luar kegiatan
pembelajaran, guru dapat juga mengintegrasikannya dalam pembelajaran.
Kegiatan-kegiatan ini sebenarnya sudah mendukung pelaksanaan
pendidikan karakter. namun demikian, tetap diperlukan perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi yang baik atau merevitalisasi kegiatan-
kegiatan ko-kurikuler dan ekstrakurikuler tersebut agar dapat
melaksanakan pendidikan karakter kepada siswa.
4) Kegiatan Keseharian di Rumah Dan Masyarakat
Kegiatan ini merupakan kegiatan penunjang pendidikan karakter
yang ada di sekolah, rumah (keluarga), dan masyarakat merupakan
partner penting suksesnya pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah.
Pelaksanaan pendidikan karakter sebaik apa pun, kalau tidak didukung
oleh lingkungan keluarga dan masyarakat akan sia-sia. Dalam kegiatan
ini sekolah dapat mengupayakan terciptanya keselarasan antara karakter
yang dikembangkan di sekolah dengan pembiasaan di rumah dan di
masyarakat. 50
Kerjasama sekolah dengan orang tua merupakan peran penting agar
terwujudnya suasana yang kondusif dan tujuan dalam pendidikan
karakter itu dapat terwujud dengan baik. Sekolah perlu
mengkomunikasikan segala kebijakan dan pembiasaan yang
50
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h. 195-197
31
dilaksanakan di sekolah kepada orang tua/wali murid dan masyarakat
sekitar. Sehingga program pendidikan karakter tidak hanya terlaksana di
sekolah dan menjadi tanggung jawab satu-satunya. Dengan kerjasama
yang baik antara ligkungan tersebut maka akan berpengaruh kepada
pertumbuhan dan perkembangan karakter peserta didik lebih terkontrol.51
g. Langkah-langkah Pembentukan Karakter
Langkah artinya suatu usaha yang dilakukan untuk mendapatkan
suatu hasil. Langkah yang dimaksud disini adalah proses pembentukan
karakter pada peserta didik. adapun langkah-langkah pembentukan karakter
sebagai berikut:
1) Pengenalan
Seorang peserta didik diperkenalkan tentang hal-hal positif atau
hal-hal yang baik pada lingkungan maupun keluarga. Contohnya, anak
diajarkan tentang kejujuran, tengang rasa, atau saling menghormati,
gotong royong, bertanggung jawab dan sebagainya.
2) Pemahaman
Memberikan pengarahan atau pengertian tentang perbuatan baik
yang sudah dikenalkan kepada peserta didik. tujuannya agar dia tahu dan
mau melakukan hal tersebut pada keluarga, masyarakat dan sekolah.
3) Keteladanan
Memberikan contoh yang baik pada kehidupan sehari-hari terutama
lingkungan sekolah.
51
Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni
2015): h. 10
32
4) Pengulangan atau pembiasaan
Setelah peserta didik paham dan menerapkan perbuatan baik yang
telah dikenalkan, kemudian dilakukan pembiasaan dengan cara
melakukan perbuatan baik tersebut secara berulang-ulang agar peserta
didik terbiasa melakukan hal-hal yang baik.52
Berikut adalah langkah-langkah penerapan pendidikan karakter
untuk menjadi budaya sekolah:
1) Kesepakatan mengenai karakter yang hendak dicapai dan ditargetkan
disekolah. Karena tidak mungkin satu sekolah dapat menerapkan ke 18
karakter yang diterapkan oleh Kemendikbud.
2) Membangun pemahaman bahwa sekolah ingin membudayakan karakter
positif untuk seluruh warga sekolah dan ini membutuhkan sebuah proses.
3) Menyusun rencana menyeluruh untuk mengintensifkan pengembangan
dan pembelajaran mengenai karakter yanghendak dicapai atau
ditargetkan di sekolah.
4) Mengintegrasikan karakter yang sudah dipilih ke dalam pembelajaran di
seluruh kurikulum secaraterus-menerus.
5) Melalui suatu workshop, para guru harus menentukan pendekatan/
metode yang jelas terhadap mata pelajaran yang dapat digunakan untuk
menanamkan karakter yang sudah disepakati sekolah.
6) Sosialisasi karakter yang disepakati kepada seluruh warga sekolah.
52
Zubaedi, Desain Pendidikan karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan, h. 25
33
7) Mengembangkan moto/semboyan sekolah, yang bertumpu pada
karakter yang disepakati.
8) Menentukan indikator (petunjuk) terhadap keberhasilan program ini.
9) Melakukan evaluasi terhadap program karakter.
10) Memberikan apresiasi bagi warga sekolah yang menunjukkan
perubahan ke arah karakter yang dibudayakan.53
Pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan tentang pengetahuan
kepada peserta didik saja, akan tetapi pendidikan karakter merupakan suatu
proses mengimplementasikan nilai-nilai positif kepada peserta didik untuk
memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter. Ada 18 nilai-nilai pendidikan
karakter yang telah diidentifkasi oleh pemerintah yang bersumber pada
agama, budaya, falsafah, negara, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu:
religius, jujur, toleransi, disipin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi,
rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi,
gemar membaca, bersahabat/komunikatif, peduli ligkungan, peduli sosial,
dan tanggung jawab.54
Nilai tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Tabel 2.1
Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Karakter
No Nilai Deskripsi
1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh
dalam melaksanakan ajaran agama
53
Retno Listyarti, Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, (Jakarta:
Erlangga, 2012), h 10-11 54 Retno Listyarti, Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, h. 5-8
34
yang dianut, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah lainnya, dan
hidup rukun dengan pemeluk
agama lain.
2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada
upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan
pekerjaan.
3. Toleransi Sikap dan tindakan yang
menghargai perbedaan agam, suku,
etnis, pendapat, sikap, dan
tindakan orang lain yang berbeda
dari dirinya.
4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan
perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.
5. Kerja keras Perilaku yang menunjukkan upaya
sungguh-sungguh dalam mengatasi
berbagai hambatan belajar dan
tugas serta menyelesaikan.
6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu
untuk menghasilkan cara atau hasil
35
baru dari sesuatu yang telah
dimiliki.
7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak
mudah tergantung pada orang lain
dalam meyelesaikan tugas-tugas.
8. Demokratis Cara berpikir, bersikap dan
bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang
lain.
9. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui lebih
mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan
didengar.
10. Semangat kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan
berwawasan yang menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di
atas kepentingan diri dan
kelompoknya.
11. Cinta tanah air Cara berpikir, bersikap, dan
berubuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap
36
bahasa, lingkungan fisik, sosial,
budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.
12. Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang
berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati
keberhasilan orang lain.
13. Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan
rasa senang berbicara, bergaul, dan
bekerja sama dengan orang lain.
14. Cinta damai Sikap, perkataan, dan tindakan
yang menyebabkan orang lain
merasa senang dan aman atas
kehadiran dirinya.
15. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu
untuk membaca berbagai bacaan
yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.
16. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan
pada alam di sekitarnya, dan
37
mengembangkan upaya-upaya
untuk memperbaiki kerusakan
alam yang sudah terjadi.
17. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu
ingin memberi bantuan kepada
orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.
18. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang
untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya, yang seharusnya dia
lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam,
sosial, dan budaya), negara dan
Tuhan Yang Maha Esa. .55
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentukan karakter bangsa,
namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya.
Dalam implementasi pendidikan karakter, jumlah dan jenis karakter yang
dipilih tentu akan berbeda antara suatu daerah dengan daerah lain atau satu
sekolah dengan sekolah lain. Hal ini tergantung pada kepentingan dan
kondisi satuan pendidikan masing-masing.
55
Retno Listyarti, Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, h. 5-8
38
B. Hail Penelitian Yang Relevan
Adapun hasil penelitian yang relevan dalam penelitian ini diantaranya
yaitu:
1. Muhammad Arfin, Tesis Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, tahun
2017 yang berjudul “Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter pada SD
Negeri Mannuruki Makassar”. Hasil penelitian disimpulkan bahwa: nilai-nilai
pendidikan karakter yang terintegrasi pada mata pelajaran yaitu nilai religius,
disiplin, tekun, rasa ingin tahu, peduli dan tanggung jawab. Implementasi nilai-
nilai pendidikan karakter pada kegiatan ekstrakurikuler adalah melalui kegiatan
drumband, seni tari, olahraga, dan pengayaan dengan memberikan motivasi,
pemahaman, teladan, nasihat, sangsi, dan hadiah. Hasil implemetasi nilai-nilai
pendidikan karakter adalah kepribadian yang mantap, integritas moral yang
tinggi, dan akhlak yang mulia.
2. Fauzi Latifah, skripsi tahun 2017 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negri
Yogyakarta dengan judul “Implementasi pendidikan karakter di sekolah dasar
Nahdatul Ulama” hasil penelitian disimpulkan bahwa: nilai karakter yang
dikembangakan di SD Nahdlatul Ulama, Gampping, Sleman, Yogyakarta ada
13 yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat, cinta damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli
sosial, dan tanggung jawab. Pendidikan karakter dapat di implementasikan
melalui proses pembelajaran, peraturan sekolah, ekstrakurikuler, dan kelas
sore. Kendala- kendala mengimplementasikan pendidikan karakter di SD
39
Nahdlatul Ulama adalah permainan digital, lingkungan di rumah yang tidak
bagus, beberapa guru kurang menguasai anak, pengaruh tontonan TV,
kurangnya memahami karakter siswa.
3. Rosalin Helga Amazo, skripsi tahun 2016 yang berjudul “ Implementasi
pendidikan karakter di sekolah dasar islam terpadu Hidayatullah Yogyakarta”.
Hasil penelitian disimpulkan bahwa proses implementasi nilai-nilai karakter
dilakukan melalui pembiasaan dalam keseharian siswa. Nilai-nilai karakter
yang menjadi prioritas dekolah yaitu nilai religius, jujur, tekun, disiplin, dan
peduli lingkungan, dan tanggung jawab.
C. Kerangka Berpikir
Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang menyeluruh agar orang-orang
memahami, peduli, dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai etika dasar dengan
demikian, objek dari pendidikan karakter adalah nilai. Nilai-nilai yang
ditanamkan dalam mata pelajaran dapat merubah siswa kearah yang lebih baik,
misalnya dalam penampilan/berpakaian,bertutur kata, disiplin dan berperilaku
baik. Sekolah merupakan tempat untuk mendapatkan pendidikan secara formal
yang memiliki peran dan tanggungjawab dalam menghasilkan generasi muda
berkarakter, bermoral dan bersikap baik. Generasi tersebut diharapkan dapat
memperbaiki kondisi bangsa saat ini. Salah satu solusi untuk melahirkan generasi
muda tersebut melalui penerapan nilai-nilai karakter di sekolah.
Untuk mencapai tujuan pendidikan karakter tidak luput dari berbagai
kegiatan-kegiatan di sekolah. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
membangun karakter siswa agar memiliki watak, sikap, perilaku dan
40
menghormati nilai-nilai luhur serta dapat merealisasikannya didalam kehidupan
sehari-hari. Meskipun terdapat sekolah yang sudah menerapkan pendidikan
karakter, namun perlu diketahui lebih rinci mengenai pentingnya pendidikan
karakter di sekolah dasar. Hal ini diharapkan dapat menjadikan siswa berperilaku
baik terhadap guru, orangtua dan teman. Setelah mengetahui pentingnya
pendidikan karakter di sekolah dasar, diharapkan kepala sekolah, guru, tim serta
orangtua siswa bekerja sama dalam upaya membangun pendidikan karakter.
Terutama upaya yang dilakukan oleh guru kelas guna menerapkan pendidikan
karakter diusia dini dan lingkungan yang mendukung untuk menanamkan nilai
karakter kepada siswa dapat memberikan dampak positif terhadap siswa tersebut.
Gambar 2.1
Kerangka Penelitian
Budaya
Sekolah
Kegiatan
Ekstrakurikuler
Perilaku Berkarakter pada Siswa
Implementasi Pendidikan Karakter
Di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
Upaya yang dilaksanakan Sekolah
Kegiatan
Pembelajaran
41
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian
deskriptif kualitatif. Deskriptif berasal dari bahasa latin description yang
berarti goresan, bagan, sketsa, gambaran visual yang mencatat atau merekam
subjek penelitian. Menurut Sugiyono penelitian dekriptif adalah penelitian
yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, kejadian-
kejadian, secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat populasi atau daerah
tertentu.56
Dalam penelitian ini peneliti melakukan penelitian di lapangan untuk
memperoleh data dan informasi secara langsung dengan mendatangi lokasi
yang diambil oleh peneliti yaitu Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Aufa Kota
Bengkulu Tahun 2020, serta peneliti berupaya mengamati, menggambarkan,
menceritakan keseluruhan situasi sosial yang ada mulai dari tempat dan
implementasi pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
B. Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Pelaksanaan dari penelitian ini dilaksanakan di SDIT Al Aufa Kota
Bengkulu yang beralamat di Jl. Hibrida 13, RT 17/RW.04 Kel. Sumur
Dewa, Kec. Selebar, Kota Bengkulu.
56
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2011),
h.221.
42
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 16 Oktober sampai 25
November 2020.
C. Sumber Data
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari
pihak pertama atau responden. Sumber data terdiri dari kepala sekolah,
Wakil kurikulum, Guru kelas IV dan kelas V, serta guru pembina
ekstrakurikuler.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh tidak langsung kepada
responden. Data sekunder digunakan untuk memperoleh data tentang
sejarah berdirinya sekolah. Data ini peneliti peroleh dari staf tata usaha
SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui tekhnik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.57
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah kemampuan seseorang untuk
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja pancaindra mata serta
57
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif, dan R&D, h.224
43
dibantu dengan pancaindra lainnya. Metode observasi adalah metode
pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian
melalui pengamatan dan pengindraan.58
Menurut Trianto, dalam
menggunakan metode observasi cara yang paling efektif adalah
melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrument.
Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku
yang digambarkan akan terjadi. Peranan yang paling penting dalam
menggunakan metode observasi adalah pengamat. Pengamat harus jeli
dalam mengamati adalah menatap kejadian, gerak atau proses.59
2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan
itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan
pertayaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertayaan
itu.60
Menurut Sugiyono, Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
sinkontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.61
Dalam wawancara terlebih dahulu perlu dipersiapkan pedoman
wawancara, sesuai dengan tujuan penelitian. Tanpa pedoman, wawancara
tidak akan terarah. Adapun yang menjadi sumber data dalam penelitian ini
diantaranya:
58
Burhan Bungin, Penelitian kualitatif, (Jakarta: kencana prenada media group, 2012), h.18. 59
Trianto, Pengantar penelitian pendidikan bagi pengembangan profesi pendidikan tenaga
kependidikan, (Jakarta: Kencana Prenada Group, 2011), h.177. 60
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosda Karya, 2007),
h.186. 61
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R D, (Bandung: Alfabeta, 2014),
h.246.
44
a) Kepala sekolah SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
b) Wakil kurikulum SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
c) Guru kelas IV dan kelas V SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
d) Guru pembina ekstrakurikuler SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
3. Dokumentasi
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian,
sejarah kehidupan (life histories), biografi, peraturan dan kebijakan.
Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan
lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat
berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan observasi dan wawancara dalam penelitian
kualitatif.62
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data yang
bersumber dari arsip dokumentasi di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
E. Teknik Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik triangulasi, tringulasi diartikan sebagai teknik
pengumpulan data yang bersifat menggabungkan data dari berbagai teknik
pengumpulan data dan sumber data yang telah ada dalam bukunya sugiyono
62
Sugiyono, Metode Penelitian kombinasi (Mixed methods). (Bandung: Alfabeta, 2012),
h.240.
45
tringualasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: triangualasi teknik dan
triangulasi sumber.
1. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan
data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.
Peneliti menggunakan observasi partisipasif, wawancara mendalam, dan
dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak.
2. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber berarti untuk mendapatkan data dari sumber yang
berbeda-beda dengan teknik yang sama.63
F. Teknik Analisis Data
Analisis penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data
berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Pada saat wawancara, peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban
yang diwawancarai. Bila jawaban yang diwawancarai setelah dianalisis terasa
belum memuaskan, maka peneliti akan melanjutkan pertayaan lagi, sampai
tahap tertentu diperoleh data yang dianggap cukup.
Menurut Miles and Huberman dalam buku Sugiyono (2012),
mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga
63
Sugiyono, Metode Penelitian kombinasi (Mixed methods). (Bandung: Alfabeta, 2012), h.
327-328.
46
datanya sudah jenuh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data
display, data coclusion drawing/verification.64
Adapun langkah-langkah analisis data sebagai berikut:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dilapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
perlu dicatat secara rinci dan teliti. Seperti telah dikemukakan semakin
lama peneliti dilapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, komplek
dan rumit.
Dalam penelitian ini merangkum data-data yang direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk
mencari pengumpulan selanjutnya. Dalam pelaksanaan peneliti bisa
menggunakan media bantu elektronik dengan memberikan kode-kode pada
aspek tertentu.65
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi, maka data selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar katagori dan sejenisnya, yang
paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif
adalah dengan teks yang bersifat naratif.66
64
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R D, (Bandung: Alfabeta, 2014),
h.246. 65
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h.247. 66
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h.249.
47
3. Kesimpulan
Langkah ketiga dalam analisa data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan dan verikasi. Kesimpulan awal yang dikemukan masih bersifat
sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang valid
dan consistent saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan.
Kesimpulan dalam penelitian kualitatif bahwa masalah dan rumusan
masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan
berkembang setelah penelitian berada dilapangan.67
67
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D, (Bandung: Alfabeta,
2014), h.252-253.
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
1. Sejarah Singkat SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Aufa berdiri pada tahun
2011. Pada mulanya Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Al Aufa
berlokasi di Jalan Kapuas IV, Kelurahan Lingkar Barat Kecamatan Gading
Cempaka Kota Bengkulu. Pada saat itu Sekolah Dasar Islam Terpadu Al
Aufa kota Bengkulu baru didirikan dan berada di bawah yayasan Al Aufa
yang diketua oleh Dra. Alifah Wijayanti dan Andi Sujatmoko, M.Pd
sebagai kepala sekolahnya. Pada saat itu pula sekolah masih belum
memiliki bangunan, sehingga gedung sekolah masih menyatu dengan
SMPIT Khairunnas selama tiga tahun
Setelah itu SDIT Al Aufa Kota Bengkulu pindah dengan bangunan
milik sendiri di tempat saat ini yaitu beralamatkan di Jln. Hibrida 13 Rt.17
Rw. 04 Kel.Sumur Dewa Kec. Selebar Kota Bengkulu.
2. Profil Sekolah
Nama : SDIT AL AUFA
NPSN : 69756083
No Statistik Sekolah : 10-2-26-60-01-105
Bentuk Pendidikan : SD
Status Sekolah : Swasta
Kabupaten/Kota : Bengkulu
49
Provinsi : Bengkulu
Alamat : Hibrida 13
Nama Dusun : Sumur Dewa
Desa/ Kelurahan : Sumur Dewa
Kode Pos : 38211
Kecamatan : Selebar
Tahun Pendirian : 2011
Status Kepemilikan : Yayasan Al Aufa
SK Izin Operasional : 421.2/4254/IV.DIKNAS
Tanggal SK Izin Operasional : 10/10/2012
SK Akereditasi : -
Luas Tanah Milik (M2) : 1410 M²
Luas Bangunan : 7 x 6 meter
Luas Tanah Bukan Milik : -
Kontak Sekolah : 082112065493
E-Mail : [email protected]
Wilayah : Perkotaan
Daya Listrik : 2400
Akses Internet : Indihome
Waktu Penyelenggaraan : Full Day
3. Visi, Misi dan Tujuan SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
a. Visi
Menjadi lembaga pendidikan Islam yang profesional demi mewujudkan
50
generasi Qur’ani yang berkarakter.
b. Misi
1) Menyelenggarakan sistem pendidikan yang profesional.
2) Melaksanakan pembinaan tahsin dan tahfidzul Qur’an Secara
optimal.
3) Membentuk generasi yang tangguh, kreatif, dan mandiri.
4) Menerapkan pendidikan yang berkarakter.
5) Menerapkan pendidikan life skill secara optimal.
6) Meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan.
c. Tujuan
1) Untuk menyelenggarakan pendidikan yang islami, berkualitas,
dengan biaya terjangkau
2) Mewujudkan kepribadian yang berkarakter islami, berilmu
pengetahuan, mandiri dan terampil
3) Mewujudkan generasi yang berwawasan dunia akhirat
4. Struktur Organisasi
Sebagai suatu lembaga, SDIT Al Aufa Kota Bengkulu mempunyai
struktur organisasi yang dapat dilihat sebagai berikut:
51
52
5. Daftar Guru dan Karyawan
Tabel 4.1
Daftar Guru Dan Karyawan SDIT AL AUFA
Tahun Pelajaran 2020/2021
No Nama Guru Jabatan
1 Widya Puspitasari, S.Pd Kepala Sekolah
2 Endang Isturina, S.Pd.I Guru Bahasa Arab
3 Yusmareni, A.Md Bendahara
4 Efriadi, S.Kom.I Guru Tahsin & tahfidz Quran
5 Ardiyansyah, S.Pd Guru kelas & Waka Kurikulum
6 Yogie Sunawarman, S.Si Tata Usaha
7 Sihardin, S.P Guru Tahsin & tahfidz Quran
8 Eka Mahrani Putri, S.Pd Guru Tahsin & tahfidz Quran
9 Anton Putra Guru Tahsin & tahfidz Quran
10 Victoria Roberto, S.Pd Waka Sapras, Guru PJOK
11 Ilmi Nazarrotin, S.Pd Guru Kelas
12 Musriyati, S.Pd.SD Guru Kelas
13 Mega Asmara, A.Ma Guru Kelas
14 Sri Susanti, M.Pd Guru PAI
15 Wiwit Dwi Seplin, S.Pd Guru Kelas
16 Marlia Anggraini, S.Pd Guru Kelas
17 Ririn Rozzaqiyah, S.T Operator
18 Okteriani, S.Pd Guru Kelas
53
19 Radesi, S.Pd Guru Kelas
20 Ayu Wandira, S.E Guru Tahsin & tahfidz Quran
21 Aguslim Pahrevi, S.Pd.I Guru Tahsin & tahfidz Quran
22 Inggalis Ratnawati, S.Pd Guru Kelas
23 Sherli Utami, S.Pd Guru Tahsin & tahfidz Quran
24 Triyono Komawan, S.Kel Guru Tahsin &Tahfidz Quran
25 Suci Ayu Permata Sari, S.Pd Guru Tematik
26 Novi Zepri, S.Sos.I Guru Tahsin &Tahfidz Quran
Sumber Data: Dokumen SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
6. Sarana dan Prasarana
Tabel 4.2
Sarana dan Prasarana SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
No Nama Jumlah Keterangan
1 Kursi 181 Milik Sendiri
2 Meja Belajar 181 Milik Sendiri
3 Komputer 4 Milik Sendiri
4 Laptop 4 Milik Sendiri
5 Wireless 1 Milik Sendiri
6 Printer 4 Milik Sendiri
7 Kipas Angin 24 Milik Sendiri
8 Infocus 2 Milik Sendiri
9 Meja ½ Biro 5 Milik Sendiri
54
10 Speaker aktif 1 Milik Sendiri
11 Lemari Arsip 8 Milik Sendiri
12 Lemari Piala 2 Milik Sendiri
13 Ruang Kelas 8 Milik Sendiri (Semi Permanen)
14 Ruang Guru 1 Milik Sendiri (Semi Permanen)
15 Ruang Perpustakaan 1 Milik Sendiri (Semi Permanen)
16 WC/Kamar Mandi 5 Milik Sendiri (Semi Permanen)
17 Dapur 1 Milik Sendiri (Semi Permanen)
Sumber Data: Dokumen SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
7. Data Siswa
Siswa SDIT Al Aufa Kota Bengkulu berjumlah 184 orang. Laki-
laki berjumlah 114 dan perempuan berjumalah 70 orang. Lebih lengkapnya
lihat tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Data Siswa SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
No Kelas Laki-laki perempuan Jumlah
1 Kelas IA 9 10 19 Siswa
2 Kelas IB 10 8 18 Siswa
3 Kelas IIA 16 5 21 Siswa
4 Kelas IIB 13 8 21 Siswa
5 Kelas III 14 13 27 Siswa
6 Kelas IVA 13 8 21 Siswa
7 Kelas IVB 8 8 16 Siswa
55
8 Kelas V 18 0 18 Siswa
9 Kelas VI 13 10 23 Siswa
Jumlah 114 70 184 Siswa
Sumber Data: Dokumen SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
B. Hasil Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter, nilai-
nilai pendidikan karakter yang menjadi prioritas, kendala dan solusi yang
diupayakan dalam pengimplentasian nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT
Al Aufa Kota Bengkulu. Peneliti telah melakukan wawancara dengan Kepala
Sekolah, Wakil Kurikulum, Guru Kelas IV A, Wali Kelas IV B, Wali Kelas
V, Guru Tahsin, Guru ekstrakurikuler Sains Club di SDIT Al Aufa Kota
Bengkulu. Hasil penelitian tersebut sebagai berikut:
1. Proses Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter di SDIT Al Aufa
Kota Bengkulu
Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter memiliki strategi.
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada
proses kegiatan pembelajaran, pengembangan budaya sekolah dan pusat
kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler atau kegiatan ekstrakurikuler, serta
koordinasi dengan keluarga untuk memantau kegiatan keseharian di rumah
dan di masyarakat.68
Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan empat
strategi pengimplementasian nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al
68
Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni
2015): h. 10
56
Aufa Kota Bengkulu, yaitu melalui kegitian belajar, pengembangan
budaya sekolah, kegiatan ekstrakurikuler, dan koordinasi dengan
keluarga. Sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Widya Puspitasari,
S.Pd.I, selaku kepala sekolah beliau mengatakan:
“Dalam pengimplementasian nilai-nilai pendidikan karakter di
sekolah dilakukan melalui kegiatan pembelajaran, dimana dalam
pembelajaran itu guru dituntut tidak hanya memberikan materi pelajaran
saja tetapi juga harus menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa. Terus
kita juga ada kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, taekwondo,
memanah, renang, tahfiz, dai cilik, sains club dan english club. Disini
setiap kegiatan ekskul selain mengembangkan lifeskill anak tentunya juga
ada pengembangan karakter anak itu sendiri. Lalu ada juga namanya
kegiatan pagi, seperti shalat dhuha bersama, murojaah hafalan surah dan
hadits, shalat Dzuhur berjamaah. Dan juga tentunya pihak sekolah harus
bekerja sama dengan orang tua atau wali murid siswa melalui yang
namanya WA. Baik WA group maupun WA pribadi. Melalui itulah kita
membangun komunikasi dengan wali murid siswa.”69
Hal yang sama disampaikan oleh wakil kurikulum bapak
Ardiansyah, S.Pd beliau mengatakan:
“Kita kan menggunakan kurikulum nasional dan kurikulum sekolah
juga, kurikulum nasional itu yang kurikulum 2013. Kita ada yang namanya
PPK, pendidikan penguatan karakter. Jadi disini kita punya program baik
itu berskala kelas maupun berskala sekolah. Setiap pagi siswa melakukan
kegiatan pagi seperti shalat dhuha, murojaah hafalan surah dan hadits,
tilawah Al-Qur’an dzikir Al-Ma’tsurat untuk kelas 4, 5, dan 6 sampai jam
08.05 masuk kegiatan belajar mengajar, lalu shalat dzuhur berjama’ah.
setiap jumat kelas itu membaca surah Al-Waqiah dan Surah Al-Mulk. Lalu
ada juga kegiatan ekstrakurikuler. Ada pramuka, taekwondo, memanah,
sains club dan english club, memanah, tahfiz, dai, dan renang. Lalu dengan
orang tua siswa kita biasanya berkomunikasi melalui WA, baik Wa Group
maupun secara personil untuk kegiatan siswa dirumah.”70
Hal yang sama juga disampikan oleh ibu Okteriani, S.Pd selaku wali
kelas IV B, beliau mengatakan:
69
Wawancara Pribadi Dengan Ibu Widya Puspitasari, Bengkulu, 26 Oktober 2020 70
Wawancara Pribadi dengan Ardiansyah, Bengkulu, Bengkulu, 27 Oktober 2020
57
“Yang pertama tentu saja melalui kegiatan pembelajaran itu sendiri,
karena dalam proses belajar mengajar tidak hanya memberikan materi
kepada siswa, tetapi siswa juga mengembangkan nilai-nilai karakter
kepada siswa. Bisa kegiatan pagi seperti shalat dhuha, murojaah hafalan
surah dan hadits, berdoa sebelum belajar, shalat dzuhur berjamaah. Terus
juga kita sebagai guru juga memberikan contoh teladan yang baik,
bagaimana sikap berbicara kepada siswa, bagaimana menanggapi dan
menghormati pendapat anak ketika bertanya maupun memberikan
pendapat. Terus juga saat belajar itu kita gunakan metode-metode yang
tepat agar tujuan pembelajaran tercapai dan karakter yang hendak
dikembangkan itu terwujud dan tercapai.”71
Selanjutnya menurut bapak Triyono Komawan, S.Kel selaku guru
Tahsin, beliau mengatakan:
“Sebagai guru tahsin tentunya pengimplementasian nilai karakter
kepada siswa tentunya dilakukan selama kegiatan pembelajaran tahsin.
Ada yang dilakukan melalui pemberian tugas hafalan, ada juga
memberikan motivasi dan contoh yang baik kepada siswa, biasanya
sebelum masuk kelas itu saya mengucapkan salam, lalu mengajak siswa
untuk berdoa atau membaca basmallah maupun hamdallah sebelum dan
sesudah belajar, jika waktu shalat telah masuk tidak lupa mengingatkan
siswa untuk segera berwudhu dan shalat.”72
Selanjutnya menurut ibu Ayu Wandira, S.E selaku gulu kelas IV A,
beliau mengatakan:
“Awalnya kegiatan pagi, siswa wudhu, shalat dhuha berjamaah, lalu
doa setelah dhuha, terus murojaah hafalan surah maupun hadits, terus
sebulum belajar siswa itu berdoa terlebih dahulu. Barulah kegiatan
pembelajaran dilakukan. Didalam setiap kegiatan pembelajaran ini tentu
saja ada karakter siswa yang harus dikembangkan. Kadang kita juga
mengumpulkan uang kepada siswa seikhlasnya jika ada teman yang sakit,
atau ada anggota sekolah kita yang mengalami musibah. Terus kita sebagai
guru juga memberikan contoh teladan kepada siswa, seperti mengucapkan
salam sebelum masuk kelas agar siswa nantinya juga terbiasa demikian,
lalu juga melakukan pembiasaan-pembiasaan kepada siswa seperti
kegiatan pagi tadi, berdoa sebelum belajar, makan dan minum sambil
duduk. Terus juga kita tempel di dinding-dinding kelas kata-kata yang
berhubungan dengan nilai karakter itu sendiri”73
71
Wawancara Pribadi dengan Okteriani, Bengkulu, Bengkulu, 10 November 2020 72
Wawancara Pribadi dengan Triyono Kusnawan, Bengkulu, 11November 2020 73
Wawancara Pribadi dengan Ayu Wandira, Bengkulu, 12 November 2020
58
Selanjutnya menurut ibu Marlia Anggraini, S.Pd selaku wali kelas V,
beliau mengatakan:
“Melalui kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan sekolah, seperti
kegiatan pagi yang dilakukan sebelum pembelajaran berlangsung, shalat
dhuha, murojaah hafalan, dzikir, dsb. Bisa juga pengimplementasian nilai
karakter ini ketika pembelajaran berlangsung. Dalam pembelajaran ini kita
telah membuat RPP, dimana disana ada materi pelajaran, metode yang
digunakan maupun tujuan pembelajaran. Melalui kegiatan-kegiatan itulah
pelaksanaan nilai-nilai karakter itu dilakukan. Lalu tentu juga kita sebagai
guru juga harus memberikan contoh teladan kepada siswa, baik melalui
perkataan maupun perbuatan sendiri. Seperti mengucapkan terimakasih
jika ada siswa yang membantu misalnya menghapus papan tulis, menulis
di papan tulis, dan sebagainya. Lalu juga memberikan motivasi kepada
siswa juga. Lalu kita juga memiliki aturan kelas, seperti piket masuk kelas
tepat waktu. Dan juga disesuaikan dengan kondisi siswa, seperti
pemberian hukuman tentu saja berupa hukuman yang dapat membentuk
karakter siswa agar lebih baik lagi. Dan juga untuk kegiatan siswa dirumah
kita lakukan melalui wa, baik wa group atau wa pribadi dengan orang tua.
Melalui wa itulah kita berkomunikasi dan mengkoordinasikan kepada
orang tua mengenai tugas maupun hal-hal yang dirasa perlu.”74
Selanjutnya menurut ibu Marlia Anggraini, S.Pd selaku guru
ekstrakurikuler Sains Club, beliau mengatakan:
“Selama pandemi ini kita tidak ada melaksanakan ekstrakurikuler,
namun apabila kita mengacu kepada sebelum pandemi ini dimana
pembelajaran berlangsung secara normal, untuk pengimplementasi nilai
pendidikan karakter ini tentu ada. Pelaksanaannya itu dilakukan melalui
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sains club seperti pemberian latihan
yang akan membentuk karakter pantang menyerah bagi siswa, pemberian
PR juga, terus kita juga membagi kelompok-kelompok kecil sesuai dengan
kemampuan siswa, karena kan kemampuan mereka berbeda-beda terlebih
mereka dari kelas 4,5 dan 6 digabung, jadi dibentuk lagi kelompok
kecilnya.”75
Dari pernyataan wawancara di atas, bisa disimpulkan bahwa proses
implementasi nilai-nilai pendidikan karakter dilakukan melalui pada
proses kegiatan pembelajaran, pengembangan budaya sekolah dan pusat
74
Wawancara Pribadi dengan Marlia Anggraini, Bengkulu, 13 November 2020 75
Wawancara Pribadi dengan Marlia Anggraini, Bengkulu, 13 November 2020
59
kegiatan belajar seperti kegiatan rutin berupa kegiatan pagi, shalat dhuha,
murojaah hafalan surah dan hadits, berdoa sebelum belajar, shalat dzuhur
berjamaah, memberikan keteladan baik berupa perkataan maupun
perbuatan, kegiatan ko-kurikuler atau kegiatan ekstrakurikuler berupa
pramuka, taekwondo, memanah, renang, tahfiz, dai cilik, sains club dan
english club, serta koordinasi dengan keluarga untuk memantau kegiatan
keseharian di rumah melalui whatsapp
2. Nilai Karakter Yang Menjadi Prioritas Di SDIT Al Aufa Kota
Bengkulu
Pendidikan karakter merupakan suatu proses mengimplementasikan
nilai-nilai positif kepada peserta didik untuk memperkuat pelaksanaan
pendidikan karakter. Ada 18 nilai-nilai pendidikan karakter yang telah
diidentifkasi oleh pemerintah yang bersumber pada agama, budaya,
falsafah, negara, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: religius, jujur,
toleransi, disipin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu,
semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, gemar
membaca, bersahabat/komunikatif, peduli ligkungan, peduli sosial, dan
tanggung jawab.76
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentukan karakter
bangsa, namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas
pengembangannya. Dalam implementasi pendidikan karakter, jumlah dan
jenis karakter yang dipilih tentu akan berbeda antara satu sekolah dengan
76
Retno Listyarti, Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, h. 5-8
60
sekolah lainnya. Sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Widya
Puspitasari, S.Pd.I, selaku kepala sekolah, beliau mengatakan:
“Kita basicnya kan IT tentunya saja nilai karakter yang menjadi
prioritas itu nilai religius ya, melalui kegiatan-kegiatan tadi, seperti
kegiatan pagi, shalat dhuha dan sebagainya tadi. Namun selain itu ada juga
disiplin, bertanggung jawab, mandiri, jujur, rasa ingin tahu siswa,
nasionalismenya juga.”77
Hal yang sama disampaikan oleh wakil kurikulum bapak
Ardiyansyah, S.Pd beliau mengatakan:
“Akhlak, yang termasuk kedalam nilai religius, kemudian juga ada
namanya kesopanan, kedispilinan, bertanggung jawab, cinta tanah air, rasa
ingin tahu, mandiri, kreatif, saling menghargai baik sesama siswa keguru
maupun siswa ke siswa” 78
Selanjutnya menurut ibu Okteriani, S.Pd selaku wali kelas IV B,
beliau mengatakan:
“Disiplin, mandiri, jadi ketika shalat anak-anak ini tidak mesti
diingatkan lagi karena mereka kan sudah kelas atas, kemudian jujur,
religius, bertanggung jawab atas tugas mereka baik tugas sekolah, tugas
rumah, maupun piket, pantang menyerah seperti jika ada tugas yang sulit
siswa itu bertanya kepada saya, atau kalo dirumah mereka minta tolong
kepada orang tua atau kakaknya” 79
Selanjutnya menurut bapak Triyono Komawan, S.Kel selaku guru
Tahsin, beliau mengatakan:
“Nilai keagamaan, karena kan mereka belajar tentang bacaan Al-
Quran, hafalan dan sebagainya. Namun diluar itu ada juga bertanggung
jawab, seperti saat kita beri tugas hafalan dan saat waktu setoran hafalan
itu mereka hafal tidak disana akan terlihat bagaimana anak bertanggung
jawab atau tidak dengan tugas yang diberika, lalu ada juga disiplin, gemar
membaca dan juga mandiri.”80
77
Wawancara Pribadi Dengan Ibu Widya Puspitasari, 78
Wawancara Pribadi dengan Ardiansyah 79
Wawancara Pribadi dengan Okteriani 80
Wawancara Pribadi dengan Triyono Komawan
61
Selanjutnya menurut ibu Ayu Wandira, S.E selaku gulu kelas IV A,
beliau mengatakan:
“Pertama pastinya religius melalui kegiatan-kegiatan tadi ya, terus
kita terapkan juga nasionalismenya, tanggung jawab, displin,
kejujurannya, mandiri, rasa ingin tahu juga seperti saat belajar siswa kan
ada yang bertanya tentang materi pelajaran.”81
Selanjutnya menurut ibu Marlia Anggraini, S.Pd selaku wali kelas V,
beliau mengatakan:
“Kalo nilai-nilai pendidikan karakter alhamdulillah yang sudah
pertama itu nilai religius nya, lalu juga disiplin, bertanggung jawab seperti
pr yang mereka kerjakan, tugas yang diberikan disekolah juga mereka
kerjakan, kemudian sopan santun baik sesama teman maupun kepada
guru.”82
Selanjutnya menurut ibu Marlia Anggraini, S.Pd selaku guru
ekstrakurikuler sains club, beliau mengatakan:
“Disains club yang pertama karakter kerja keras dan teliti karena
disains club SD ini lebih kematematika dan ipa, matematika dalam ekskul
ini tentunya lebih sulit dibandingkan pembelajaran di kelas. Karena kalo
mereka tidak teliti dan tidak mau bekerja keras maka latihan yang kita
berikan tidak akan dapat diselesaikan dan tentunya mereka tidak akan
betah dan bertahan di sains club ini. Lalu secara tidak langsung ada juga
kejujuran dan mandiri. Saat mengerjakan soal latihan ini tentu dilakukan
oleh masing-masing siswa tanpa boleh mencontek maupun memberikan
contekan kepada temannya. Dan juga rasa ingin tahu, dimana saat kegiatan
ekskul kita tidak hanya memberikan materi kepada siswa saja, tetapi siswa
juga akan bertanya jika ada hal yang belum dipahami atau belum
dimengerti, atau terkadang diluar mereka ada mengetahui tentang suatu hal
yang berkaitan dengan sains ini, jadi mereka akan bertanya.”83
Dari pernyataan wawancara di atas, bisa disimpulkan bahwa nilai
karakter yang menjadi prioritas SDIT Al Aufa Kota Bengkulu yaitu: nilai
81
Wawancara Pribadi dengan Ayu Wandira 82
Wawancara Pribadi dengan Marlia Anggraini 83
Wawancara Pribadi dengan Marlia Anggraini
62
religius, jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, rasa ingin tahu, dan tanggung
jawab.
3. Kendala Yang Dihadapi Guru Dalam Mengimplementasikan Nilai-
Nilai Penidikan Karakter Di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu.
Dalam pengimplementasian nilai-nilai pendidikan karakter di
sekolah dasar tentunya memiliki kendala-kendala tertetu, begitupun
dengan SDIT Al Aufa kota bengkulu yang memiliki berbagai kendala
dalam pengimplementasian nilai-nilai pendidikan karakter. Sebagaimana
yang disampaikan oleh ibu Widya Puspitasari, S.Pd.I, selaku kepala
sekolah beliau mengatakan:
“Kalo kendala yang dihadapi pertama dari siswa itu sendiri, karena
siswa ini berbeda-beda, ada siswa yang lambat menerima apa yang kita
ajarkan terkhusus dalam pendidikan karakter ini, jika mereka salah lalu
kita arahkan agar diperbaiki tapi anak ini terkadang merasa tidak bersalah,
membenar sikap mereka yang salah tadi. Lalu juga dari orang tua, karena
kesibukan orang tua menyebabkan perhatian terhadap karakter di rumah
menjadi kurang diperhatikan. Lalu sarana dan prasana yang masih
terbatas.”84
Hal yang sama disampaikan oleh wakil kurikulum bapak
Ardiansyah, S.Pd beliau mengatakan:
“Pertama kurangnya kerja sama orang tua dengan sekolah. Ada
orang tua yang menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah. Jadi orang tua
berprinsip kita serahkan ke IT kita bayar lebih jadi anak kami serahkan
sepenuhnya ke sekolah untuk didik. padahal madrasah pertama anak ada di
rumah. Orang tua rata-rata karir semua dan sibuk sehingga ada anak yang
tidak terkondisikan dengan baik di rumahnya. Kedua dari segi siswa,
kurangnya motivasi siswa, jadi kita sebagai guru butuh kesabaran dalam
memberikan motivasi kepada siswa agar karakter siswa terbentuk sesuai
dengan keinginan kita.”85
84
Wawancara Pribadi Dengan Ibu Widya Puspitasari, 85
Wawancara Pribadi dengan Ardiansyah
63
Selanjutnya menurut ibu Okteriani, S.Pd selaku wali kelas IV B,
beliau mengatakan:
“Masih kurangnya kesadaran siswa akan perkataan maupun
perbuatan yang dilakukan ataupun diucapkannya itu tidak baik. Hal itu
terkadang terjadi karena lingkungan luar sekolahnya, baik itu teman
bermain maupun tayangan yang ditontonya dirumah, terkadang ada juga
orang tua yang kurang memprdulikan bagaimana karakter anak ini.
Mereka menyerahkan sepenuhnya kepada guru sekolah dan percaya bahwa
anaknya itu sudah baik. Lalu tayangan yang kurang mendidik baik tv
maupun youtube, kata-kata yang kasar itu mereka ucapkan kepada
temannya. Adegan yang menurut mereka keren padahal tidak baik mereka
praktikkan kepada temannya.”86
Selanjutnya menurut bapak Triyono Komawan, S.Kel selaku guru
Tahsin, beliau mengatakan:
“Terkadang ada siswa yang tidak bertanggung jawab akan tugas
yang diberikan seperti tugas hafalan tadi, sehingga saat setoran hafalan
mereka tidak setoran dan hafalannya jadi tertinggal dari temannya.
Alasannya karena lupa dan sebaginya.”87
Selanjutnya menurut Ayu Wandira, S.E selaku gulu kelas IV A,
beliau mengatakan:
“Masih ada anak yang berperilaku nyeleneh, seperti penerapan nilai
religius tadi, ada anak yang masih harus diingatkan untuk shalat, untuk
murojaah hafalan, shalatnya masih dianggap main-main, terkadang ada
juga anak yang bersikap maupun berbicara kurang sopan, ada juga
terkadang anak ini tidak mengerjakan pr yang diberikan dengan alasan
lupa. Lalu kadang kurangnya pengawasan dari orang tua di rumah juga
ada. Apalagi pandemi sekarang kan belajarnya lebih banyak dilakukan di
rumah. Jadi waktu kita mengawasi dan mendidik anak di sekolah lebih
minim dari biasanya dan butuh kerja sama dengan orang tua siswa.
Terkadang juga sikap dan perkataan anak itu juga mereka dapatkan dari
temannya diluar sekolah atau tayangan yang ditonton lalu di tirulah hal
tersebut tanpa tahu baik atau tidak hal tersebut.”88
86
Wawancara Pribadi dengan Okteriani 87
Wawancara Pribadi dengan Triyono Kusnawan 88
Wawancara Pribadi dengan Ayu Wandira
64
Selanjutnya menurut ibu Marlia Anggraini, S.Pd selaku wali kelas V,
beliau mengatakan:
“Pertama ananda itu memiliki kebiasaan yang berbeda dari
rumahnya. Terkadang ada orang tua yang kurang welcome dengan kami,
mereka menganggap perilaku anaknya ya memang sudah begitu. Jadi itu
merupakan hambatan bagi kami di sekolah dalam mengembangkan
karakter siswa. Padahal kita perlu kerjasama dengan orang tua. Pernah ada
anak itu bertanya lalu kita jawab kita arahkan, lalu anak itu
mematahkannya dengan mengemukakan pendapat dari orang tuanya
sehingga menimbulkan ambigu, anak ada mosi tidak percaya dengan guru
atau dengan orang tua. Lalu karena game atau tayangan yang ditonton
anak ditiru oleh mereka tanpa mereka ketahui artinya baik atau tidak.”89
Selanjutnya menurut ibu Marlia Anggraini, S.Pd selaku guru
ekstrakurikuler Sains Club, beliau mengatakan:
“Kendalanya itu lebih kemateri pembelajaran, karena materi
pembelajarannya lebih sulit daripada pembelajaran di kelas, jadi siswa di
tuntut untuk lebih giat lagi, padahal ananda memiliki batas tersendiri
sehingga terkadang ananda ada yang merasa jenuh.”90
Dari pernyataan wawancara di atas, bisa disimpulkan bahwa kendala
yang dihadapi oleh guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai
pendidikan karakter yaitu siswa yang karakternya telah terbentuk dari
sebelum sekolah sulit untuk diubahnya karena siswa tersebut sudah
terbiasa seperti itu. Kurangnya peranan orang tua dalam membimbing anak
di rumah dikarenakan kesibukan orang tua dalam bekerja, pemikiran orang
tua yang memaklumi perilaku anak apabila kurang baik. Lalu tayangan
yang ditonton oleh siswa baik perkataan maupun perbuatan yang kurang
baik ditiru oleh siswa. Serta sarana dan prasarana yang masih terbatas.
89
Wawancara Pribadi dengan Marlia Anggraini 90
Wawancara Pribadi dengan Marlia Anggraini
65
4. Solusi yang di upayakan untuk menghadapi kendala dalam
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT Al
Aufa
Dalam menghadapi kendala yang dialami oleh guru dalam
mengimplementasikan nilai-nilai karakter ada solusi yang diupayakan oleh
guru. Solusi yang diupayakan tersebut berbagaimana macam juga.
Sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Widya Puspitasari, S.Pd.I, selaku
kepala sekolah beliau mengatakan:
“Solusinya itu saling mengingatkan dan memberikan arahan untuk
memperbaiki karakter siswa yang kurang bagus. Selalu menjaga
komunikasi dengan orang tua. Apabila ada siswa yang bermasalah
biasanya kita panggil secara pribadi lalu kita bicarakan dengan oran
tuanya. Dan berusaha untuk memenuhi faasilitas sekolah.” 91
Hal yang sama disampaikan oleh wakil kurikulum bapak
Ardiansyah, S.Pd beliau mengatakan:
“Selalu memberikan motivasi kepada siswa. Mengingatkan siswa
jika melakukan pelanggaran sekolah. Lalu dengan orang tua kita selalu
membangun komunikasi melalui wa baik wa group maupun wa pribadi.
lalau ada juga pemanggilan orang tua baik secara pribadi maupun secara
resmi melalui surat dan membicarakan masalah yang di hadapi bersama.
Namun sejauh ini hanya sampai batas pemanggilan orang tua oleh wali
murid secara pribadi. Lalu kita juga membentuk komite kelas yang
menjadi wadah untuk bersosialisasi, berkomunikasi membangun kerja
sama wali murid dengan sekolah.”92
Selanjutnya menurut ibu Okteriani, S.Pd selaku wali kelas IV B,
beliau mengatakan:
“Pertama itu kita berikan peringatan, motivasi kepada siswa, lalu
juga bisa memberikan sangsi kepada siswa jika belum ada perubahan
seperti berucap kotor, maka siswa di berikan hukuman berupa
91
Wawancara Pribadi Dengan Ibu Widya Puspitasari, 92
Wawancara Pribadi dengan Ardiansyah
66
mengucapkan istighfar, kalo belum ada perubahan kita suruh tilawah saat
jam istirahat. Kalo memang tidak ada perubahan kita bicarakan dengan
orang tua siswa secara pribadi. Lalu kita juga membangun komunikasi
dengan orang tua siswa melalui wa. Ada wa group ada wa pribadii, jika
masalah personil siswa kita wa pribadi dengan orang tua atau kadang saat
siswa itu di jemput kita minta waktu orang tua untuk membicarakan
masalah siswa tadi secara pribadi.” 93
Selanjutnya menurut bapak Triyono Komawan, S.Kel selaku guru
Tahsin, beliau mengatakan:
“Mengingatkan siswa, memberikan teguran, melakukan komunikasi
dengan orang tua melalui group wa karena kita punya wa group masing-
masing kelas.”94
Selanjutnya menurut ibu Ayu Wandira, S.E selaku gulu kelas IV A,
beliau mengatakan:
“Kita tegur langsung, lalu juga bahas bersama-sama dengan siswa di
kelas mana yang baik mana yang tidak baik, karena kadang siswa ini
karena berbagai faktor tadi tidak sadar bahwa apa yang dilakukan ataupun
yang diucapkan itu kurang baik, jadi kita berikan arahan dan motivasi agar
siswa tidak lagi seperti itu. Lalu untuk orang tua kita membangun
komunikasi lewat wa group disana kita ingatkan orang tua juga kalo ada
tugas yang harus dikerjakan di rumah.”95
Selanjutnya menurut Marlia Anggraini, S.Pd selaku wali kelas V,
beliau mengatakan:
“Kalo solusi yang telah dilakukan menegur siswa yang bersangkutan
lalu memberikan arahan dan motivasi kepada siswa jika belum ada
perubahan biasanya kita berikan hukuman berupa hafalan atau berupa
tambahan tugas jika tidak mengerjakan pr. Lalu dengan orang tua kita
membangun komunikasi biasanya melalui wa group disana kita
informasikan kepada orang tua mengenai hal-hal penting, baik tugas atau
hal lainnya. Dan juga berkomunikasi melalui wa secara personil dengan
orang tua siswa. Lalu juga terkadang kita ketemu langsung dengan orang
tua siswa untuk membicarakan masalah yang di hadapi oleh siswa yang
bersangkutan dan mencari solusi bersama.”96
93
Wawancara Pribadi dengan Okteriani 94
Wawancara Pribadi dengan Triyono Kusnawan 95
Wawancara Pribadi dengan Ayu Wandira 96
Wawancara Pribadi dengan Marlia Anggraini
67
Selanjutnya menurut Marlia Anggraini, S.Pd selaku ekstrakurikuler
Sains Club, beliau mengatakan:
“Membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil lagi sesuai
dengan kemampuan siswa minimal 3 orang dalam kelompok kecil ini. Llu
memberikan soal latihan itu tidak disamaratakan tetapi disesuaikan dengan
kemampuan dan tingkatan kelas mereka agar yang kelas 6 atau kelas 5
tidak merasa soal terlalu mudah atau kelas 4 merasa soal terlalu susah.
Saat kita rasa ananda sudah mulai jenuh kita berikan istirahat sejenak. Jadi
ada waktu untuk serius ada waktu untuk santai.”97
Berdasarkan pernyataan wawancara di atas, dapat disimpulkan
bahwa solusi yang diupayakan oleh guru dalam menghadapi kendala
dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter diantaranya
yaitu memberikan arahan dan motivasi kepada siswa, memberikan
hukuman berupa pengucapan istighfar maupun hafalan dan memberikan
tugas tambahan, membangun komunikasi dengan orang tua di rumah
melalui wa group maupun wa secara pribadi/personil, dan pemanggilan
orang tua oleh wali kelas.
Hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa siswa datang tepat
waktu kesekolah dengan diantar oleh orang tua/wali murid, meskipun
demikian masih ada siswa yang terlihat datang setelah bel tanda masuk
berbunyi. Setiap pagi sebelum kegiatan pembelajaran dimulai seluruh siswa
terlebih dahulu shalat dhuha, lalu murojaah hafalan surah jus 30, dan berdoa
sebelum belajar. Semua siswa mengikuti kegiatan dengan baik. Setelah itu
baru dilanjutkan dengan kegiatan pembelajaran yang dimulai dari jam 08.05
WIB. Pada saat pembelajaran berlangsung siswa belajar dengan tekun dan
97
Wawancara Pribadi dengan Marlia Anggraini
68
tertib. Namun demikian masih masih terdapat siswa yang mengobrol bersama
temannya saat pembelajaran berlangsung, yang mana hal tersebut langsung
ditegur oleh guru agar fokus dalam pembelajaran. Pada saat kegiatan setoran
hafalan hadits dilakukan secara tertib, dimana siswa satu persatu maju
kedepan meja guru dan siswa lainnya menunggu giliran setoran dengan
duduk di kursi mereka sembari mengulangi/menghafal hafalan mereka. Siswa
juga belajar secara mandiri bersama temannya.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, selanjutnya peneliti melakukan
analisis terhadap hasil penelitian dalam bentuk deskriptif. Dari penelitian
yang telah peneliti lakukan, peneliti akan menganalis secara umum
bagaimana proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter, nilai
pendidikan karakter yang menjadi prioritas, kendala dan solusi yang
diupayakan dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di
SDIT Al Aufa Kota Bengkulu. Terdapat beberapa hasil penelitian yang telah
didapatkan. Berdasarkan data-data yang didapatkan dari hasil penelitian
lapangan peneliti menyimpulkan bahwa:
1. Proses Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter memiliki strategi.
Strategi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dasar dilakukan pada
proses kegiatan pembelajaran, pengembangan budaya sekolah dan pusat
kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler atau kegiatan ekstrakurikuler, serta
69
koordinasi dengan keluarga untuk memantau kegiatan keseharian di rumah
dan di masyarakat.98
Berdasarkan hasil observsi dan wawancara yang peneliti lakukan,
maka dapat disimpulkan bahwa proses implementasi nilai-nilai pendidikan
karakter dilakukan melalui:
a. Kegiatan pembelajaran
Implementasi nilai-nilai pendidikan karakter dilakukan selama
proses kegiatan pembelajaran. Selama kegiatan pembelajaran itulah
akan terbentuk karakter tertentu kepada siswa, baik secara langsung
maupun tidak langsung.
b. Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar
Pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar
dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri yaitu kegiatan rutin,
kegiatan spontan, keteladanan dan pengkondisian. Kegiatan rutin
berupa kegiatan berdoa sebelum belajar, membuang sampah pada
tempatnya dan shalat berjamaah. Kegiatan spontan berupa
mengumpulkan sumbangan bagi yang terkena musibah. Keteladanan
berupa guru mengucapkan terimakasih kepada siswa saat dibantu,
berpakaian rapi, berkata dengan baik. Pengkondisian berupa pemberian
tempat sampah, pemasangan poster kata bijak didalam kelas dan diluar
kelas.
c. Kegiatan ko-kurikuler atau kegiatan ekstrakurikuler
98
Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni
2015): h. 10
70
Adapun kegiatan ekstrakurikuler yang dilakukan yaitu Pramuka
taekwondo memanah renang tahfidz dai cilik sains club dan English
club
d. Kegiatan keseharian di masyarakat
Upaya yang dilakukan sekolah dalam mengimplementasikan nilai-nilai
pendidikan karakter terhadap siswa di rumah, guru melakukan
kerjasama dengan orang tua siswa melalui komunikasi dengan orang
tua siswa melalui wa grup maupun wa secara personil
Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Zulhijrah dalam
jurnal yang berjudul Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah
dijelaskan bahwa strategi pelaksanaan pendidikan karakter di sekolah dasar
dilakukan pada proses kegiatan pembelajaran, pengembangan budaya
sekolah dan pusat kegiatan belajar, kegiatan ko-kurikuler atau kegiatan
ekstrakurikuler, serta koordinasi dengan keluarga untuk memantau kegiatan
keseharian di rumah dan di masyarakat.99
Langkah yang dilakukan oleh guru dalam proses pembentukan
karakter yaitu berupa pengenalan tentang nilai-nilai karakter kepada siswa
baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, memberikan
pemahaman, pengarahan dan pengertian tentang perbuatan yang baik
kepada siswa, memberikan contoh teladan kepada siswa di kehidupan
sehari-hari terutama di lingkungan sekolah, serta melakukan pengulangan
99
Zulhijrah, “Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah,” Tadrib, Vol. 1 No. 1 (Juni
2015): h. 10
71
atau pembiasaan kepada siswa agar siswa terbiasa melakukan hal-hal yang
baik.
Hal tersebut sesuai dengan yang disampaikan oleh Zubaedi bahwa
langkah-langkah pembentukan karakter dilakukan melalui pengenalan,
pemahaman, keteladanan, dan pengulangan atau pembiasaan.100
2. Nilai-Nilai Karakter Yang Menjadi Prioritas Sekolah
Menurut Djahari, nilai adalah suatu jenis kepercayaan, yang letaknya
berpusat pada sistem kepercayaan seseorang tentang bagaimana seseorang
sepatutnya, atau tidak sepatutnya daalam melakukan sesuatu, atau tentang
apa yang berharga dan yang tidak berharga untuk dicapai. Gordon Allfrot
seorang ahli psikologi kepribadian berpendapata bahwa nilai adalah
keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas pilihannya.101
Ada 18 nilai-nilai pendidikan karakter yang telah diidentifkasi ole
pemerintah yang bersumber pada agama, budaya, falsafah, negara, dan
tujuan pendidikan nasional, yaitu: religius, jujur, toleransi, disipin, kerja
keras, kreatif, mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai prestasi, gemar membaca,
bersahabat/komunikatif, peduli ligkungan, peduli sosial, dan tanggung
jawab.102
Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentukan karakter bangsa,
namun satuan pendidikan dapat menentukan prioritas pengembangannya.
100
Zubaedi, Desain Pendidikan karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam Lembaga
Pendidikan, h. 25 101
Heri Gunawan, Pendidikan Karakter Konsep Dan Implementasi, h.31 102
Retno Listyarti, Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, h. 5-8
72
Dalam implementasi pendidikan karakter, jumlah dan jenis karakter yang
dipilih tentu akan berbeda antara satu sekolah dengan sekolah lain. Hal ini
tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing.
Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di
SDIT Al Aufa Kota Bengkulu, maka dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai
pendidikan karakter yang menjadi prioritas yaitu: religius seperti shalat
dhuha, shalat dzhuhur berjamaah, berdoa sebelum dan sesudah belajar.
Jujur, baik dalam perkataan maupun perbuatan seperti saat mengerjakan
ulangan tidak mencontek jawaban teman. Disiplin seperti datang tidak
terlambat ke sekolah. Kerja keras seperti berusaha dengan bersungguh-
sungguh dalam menyelesaikan tugas yag diberikan. Mandiri,
menyelesaikan tugas yang diberikan guru dengan sendiri tanpa bergantug
kepada teman. Rasa ingin tahu, seperti berupaya mengetahui lebih
mendalam akan materi pelajaran serta tidak malu untuk bertanya. Dan
tanggung jawab, seperti menyelesaikan tugas yang diberikan baik berupa
piket, maupun tugas atau pr yang diberikan guru.
Hal tersebut selaras dengan nilai-nilai karakter yang dicanangkan
oleh pemerintah yang dikemukakan oleh Retno Listyarti dalam bukunya
yang berjudul Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif, Inovatif, dan
Kreatif, yaitu: religius, jujur, toleransi, disipin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokrasi, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,
73
menghargai prestasi, gemar membaca, bersahabat/komunikatif, peduli
ligkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.103
3. Kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan niai-nilai
pendidikan karakter
Berdasarkan observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di
SDIT Al Aufa kota Bengkulu ada berbagai kendala yang dihadapi dalam
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter, yaitu: siswa yang
karakternya telah terbentuk dari sebelum sekolah sulit untuk diubahnya
karena siswa tersebut sudah terbiasa seperti itu. Kurangnya peranan orang
tua dalam membimbing anak di rumah dikarenakan kesibukan orang tua
dalam bekerja, pemikiran orang tua yang memaklumi perilaku anak
apabila kurang baik. Lalu tayangan yang ditonton oleh siswa baik
perkataan maupun perbuatan yang kurang baik ditiru oleh siswa. Serta
sarana dan prasarana yang masih terbatas.
4. Solusi yang diupayakan untuk menghadapi kendala dalam
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan di
SDIT Al Aufa Kota Bengkulu dapat disimpulkan bahwa bahwa solusi
yang diupayakan oleh guru dalam menghadapi kendala dalam
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter diantaranya:
memberikan arahan dan motivasi kepada siswa, memberikan hukuman
berupa pengucapan istighfar maupun hafalan dan memberikan tugas
103
Retno Listyarti, Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif, Inovatif, dan Kreatif, h. 5-8
74
tambahan, membangun komunikasi dengan orang tua di rumah melalui wa
group maupun wa secara pribadi/personil, dan pemanggilan orang tua oleh
wali kelas.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang implementasi nilai-nilai karakter
di SDIT Al Aufa Kota bengkulu, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter yang dilakukan oleh
guru di SDIT Al Aufa kota bengkulu dilakukan melalui kegiatan
pembelajaran, pengembangan budaya sekolah dan pusat kegiatan belajar,
kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka, taekwondo, renang, sains club,
tahfiz, dai cilik, dan english club yang dilakukan melalui pengenalan nilai
karakter itu sendiri kepada siswa, memberikan pemahaman, pengarahan
dan pengertian tentang perbuatan yang baik kepada siswa, memberikan
contoh teladan kepada siswa dan dilakukan melalui pengulangan atau
pembiasaan kepada siswa.
2. Nilai-nilai pendidikan karakter yang menjadi prioritas di SDIT Al Aufa
Kota Bengkulu yaitu nilai religius, jujur, disiplin, kerja keras, mandiri, rasa
ingin tahu, Toleransi dan tanggung jawab
3. Kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan nilai-nilai
pendidikan karakter di SDIT Al Aufa Kota Bengkulu yaitu siswa yang
karakternya telah terbentuk dari sebelum sekolah sulit untuk diubahnya
karena siswa tersebut sudah terbiasa seperti itu. Kurangnya peranan orang
tua dalam membimbing anak di rumah dikarenakan kesibukan orang tua
dalam bekerja, pemikiran orang tua yang memaklumi perilaku anak
76
apabila kurang baik. Lalu tayangan yang ditonton oleh siswa baik
perkataan maupun perbuatan yang kurang baik ditiru oleh siswa. Serta
sarana dan prasarana yang masih terbatas.
4. Solusi yang diupayakan untuk menghadapi kendala dalam
mengimplementasika nilai-nilai pendidikan karakter diantaranya
memberikan arahan dan motivasi kepada siswa, memberikan hukuman
berupa pengucapan istighfar maupun hafalan dan memberikan tugas
tambahan, membangun komunikasi dengan orang tua di rumah melalui wa
group maupun wa secara pribadi/personil, dan pemanggilan orang tua oleh
wali kelas.
B. Saran
Berdasarkan keimpulan di atas, peneliti memberikan saran kepada
pihak-pihak terkait sebagai berikut:
1. Bagi kepala sekolah dan guru, agar senantiasa mengawasi, memberi
contoh teladan kepada siswa. Serta selalu menjaga komunikasi dan bekerja
sama dengan orang tua dalam mengembangkan nilai karakter siswa
khususnya di rumah.
2. Bagi siswa, agar selalu mengikuti setiap aturan dan kegiatan dari sekolah
dan diharapkan dilakukan dengan kesadaran sendiri tanpa merasa terpaksa.
3. Bagi orang tua, diharapkan dapat bekerjasama dengan guru dan saling
mendukung pelaksanaan pendidikan karakter disekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, Sofan. Dkk. 2011. Implementasi Pendidikan Karakter Dalam
Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka
Aqib, Zainal. 2012. Pendidikan Karakter Di Sekolah Membangun Karakter Dan
Kepribadian Anak, Cet. 1. Bandung: CV Yrama Widya
Arfin, Muhammad. 2017. Implementasi Nilai-nilai Pendidikan Karakter Pada SD
Negeri Mannuruki Makassar. Tesis S2 Pascasarjana Universitas Islam
Negeri Alauddin Makassar
Aunillah, Nurla Isna. 2011. Panduan Menerapkan Pendidikan Karakter Di
Sekolah Cet. 1, Jakarta: Laksana
Barnawi & M. Arifin. 2016. Strategi & Kebijakan Pembelajaran Pendidikan
Karakter. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Bungin, Burhan. 2012. Penelitian kualitatif. Jakarta: kencana prenada media
group
Gunawan, Heri. 2016. Pendidikan Karakter-Konsep Dan Implementasi. Bandung:
Alfabeta
Ibeng, Parta. 2020. Pengertian Implementasi, (Online)
(https://pendidikan.co.id/implementasi-adalah/ diakses pada 12 Juli 2020)
Khairiah. 2018. Kesempatan Mendapatkan Pendidikan Dalam Kajian Tingkat
Pendidikan Dan Pendapatan Keluarga cet. 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Kusnadi. 2018. Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah Dasar Islam
Terpadu (SDIT) Iqra’ 2 Kota Bengkulu Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah Dan
Tadris Institut Agama Islam Negeri Bengkulu
Kusumawardani, Mei. 2013. Implementasi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Di
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 4 Yogyakarta. Skripsi S1
Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
Listyarti, Retno. 2012. Pendidikan Karakter Dalam Metode Aktif, Inovatif, dan
Kreatif. Jakarta: Erlangga
Lubis, Mawardi. 2008. Evaluasi Pendidikan Nilai Perkembangan Moral
Keagamaan Mahasiswa PTAIN. Cet. 1. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda Karya
Samani, Muchlas. & Hariyanto. 2011. Konsep Dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Saptono. 2011. Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter. Jakarta: Erlangga
Sriwilujeng, Dyah. 2017. Panduan implementasi penguatan pendidikan karakter.
Jakarta: Erlangga
Sukitman, Tri. 2016. Internalisasi Pendidikan Nilai dalam Pembelajaran (Upaya
Menciptakan Sumber Daya Manusia yang Berkarakter). JPSD: Jurnal
Pendidikan Sekolah Dasar, Vol. 2 No 2
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian kombinasi, Mixed methods. Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta
Trianto. 2011. Pengantar penelitian pendidikan bagi pengembangan profesi
pendidikan tenaga kependidikan. Jakarta: Kencana Prenada Group
Wiyani, Novan Ardy. 2013. Konsep, Praktik, & Strategi Membumikan Pendidikan
Karakter DI SD. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan karakter: Konsepsi Dan Aplikasinya Dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia Group
Zulhijrah. 2015. Implementasi Pendidikan Karakter Di Sekolah. Tadrib. Vol.1
No.1
Lampiran 1
INSTRUMEN PENELITIAN
Implementasi Nilai-Nilai Pendidika Karakter Di Sekolah Dasar Islam Terpadu
(SDIT) Al Aufa Kota Bengkulu
A. Pedoman Observasi
No Indikator Uraian Observasi
1 Profil sekolah a. Sejarah SDIT Al Aufa
b. Susunan Kepengurusan
c. Susunan Organisasi
d. Sarana dan Prasarana
e. Jumlah Siswa
2 Kegiatan Harian a. Proses Belajar Mengajar
b. Kegiatan Ekstrakurikuler
c. Kegiatan Tambahan
B. Pedoman Dokumentasi
1. Data tentang sejarah berdirinya Sekolah Dasar Islam Terpadu Al Aufa Kota
Bengkulu
2. Data tentang visi, misi dan tujuan SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
3. Data tentang struktur organisasi
4. Data tentang pendidik/guru
5. Data tentang peserta didik
6. Data tentang sarana dan prasarana
7. Data tentang pembelajaran dan ekstrakurikuler
Lampiran 2
Pedoman Wawancara dengan Kepala Sekolah
SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
Nama Informan :
Hari/Tanggal Wawancara :
Tempat Wawancara :
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di SDIT
Al Aufa?
2 Bagaimana perencanaan yang ibu lakukan sebagai kepala sekolah
dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter di
sekolah?
3 Program apa saja yang dilakukan dalam mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan karakter?
4 Siapa saja yang berperan dalam mengimplementasikan nilai-nilai
pendidikan karakter di SDIT Al Aufa ini?
5 Bagaimana peran pendidik dalam perencanaan dan pelaksanaan
program implementasi nilai-nilai pendidikan karakter ?
6 Kegiatan apa saja yang dilakukan pendidik dalam
mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter?
7 Bagaimana pengawasan ibu sebagai kepala sekolah dalam proses
mengimplentasikan nilai-nilai pendidikan karakter?
8 Nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang menjadi prioritas
sekolah?
9 Apa faktor penghambat dalam mengimplementasikan nilai-nilai
pendidikan karakter?
10 Bagaimana solusi yang diupayakan dari sekolah untuk menghadapi
kendala dalam mengimplemenasikan nilai-nilai pendidikan
karakter?
Lampiran 3
Pedoman wawancara dengan Wakil Kurikulum
SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
Nama Informan :
Hari/Tanggal Wawancara :
Tempat Wawancara :
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana implementasi nilai-nilai pendidikan karakter di
SDIT Al Aufa?
2 Bagaimana perencanaan yang dilakukan sebagai wakil
kurikulum dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan
karakter di sekolah?
4 Siapa saja yang berperan dalam mengimplementasikan nilai-
nilai pendidikan karakter di ADIT Al Aufa ini?
6 Nilai-nilai pendidikan karakter apa saja yang menjadi prioritas
sekolah?
7 Menurut bapak apakah implementasi nilai-nilai pendidikan
karakter sudah berjalan dengan baik?
8 Apa kendala yang dihadapi dalam mengimplementasikan nilai-
nilai pendidikan karakter?
9 Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menghadapi dan
mengatasi kendala dalam mengimplementasikan nilai-nilai
pendidikan karakter?
Lampiran 4
Pedoman wawancara dengan Guru kelas & Guru Matapelajaran
SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
Nama Informan :
Hari/Tanggal Wawancara :
Tempat Wawancara :
Jabatan :
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah bapak/ibu sebagai guru mengimplementasikan nilai-
nilai pendidikan karakter saat proses belajar mngajar?
2 Bagaimana proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter
didalam pembelajaran yang bapak/ibu berikan?
4 Nilai-nilai karakter apa saja yang biasanya bapak/ibu
implementasikan didalam proses belajar mengajar?
5 Apa kendala yang bapak/ibu hadapi dalam
mengimplementasikan nilai-nilai pendidkan karakter selama
proses belajar mengajar?
6 Bagaimana solusi yang bapak/ibu lakukan dalam menghadapi
kendala dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan
karakter selama proses belajar mengajar?
Lampiran 5
Pedoman wawancara dengan Guru Ekstrakurikuler
SDIT Al Aufa Kota Bengkulu
Nama Informan :
Hari/Tanggal Wawancara :
Tempat Wawancara :
Jabatan :
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah bapak/ibu sebagai guru mengimplementasikan nilai-nilai
pendidikan karakter saat kegiatan ekstrakurikuler?
2 Bagaimana proses implementasi nilai-nilai pendidikan karakter
didalam ekstrakurikuler yang bapak/ibu bimbing?
3 Nilai-nilai karakter apa saja yang biasanya bapak/ibu
implementasikan didalam kegiatan ekstrakurikuler?
4 Apa kendala yang bapak/ibu hadapi dalam
mengimplementasikan nilai-nilai pendidkan karakter selama
kegiatan ekstrakurikuler?
5 Bagaimana solusi yang bapak/ibu lakukan dalam menghadapi
kendala dalam mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan
karakter selama kegiatan ekstrakurikuler?
Lampiran 6
Hasil Wawancara Peneliti dengan Informan
Nama Informan : Widya Puspitasari, S.Pd.I
Jabatan : Kepala Sekolah
Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 26 Oktober 2020
Tempat Wawancara : Ruangan Kepala Sekolah
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana implementasi
nilai-nilai pendidikan
karakter di SDIT Al Aufa?
Dalam pengimplementasian nilai-nilai
pendidikan karakter di sekolah dilakukan
melalui kegiatan pembelajaran, dimana
dalam pembelajaran itu guru dituntut tidak
hanya memberikan materi pelajaran saja
tetapi juga harus menanamkan nilai-nilai
karakter kepada siswa. Terus kita juga ada
kegiatan ekstrakurikuler seperti pramuka,
taekwondo, memanah, renang, tahfiz, dai
cilik, sains club dan english club. Disini
setiap kegiatan ekskul selain mengembangkan
life skill anak tentunya juga ada
pengembangan karakter anak itu sendiri. Lalu
ada juga namanya kegiatan pagi, seperti
shalat dhuha bersama, murojaah hafalan
surah dan hadits, shalat dzuhur
berjamaah. Dan juga tentunya pihak sekolah
harus bekerja sama dengan orang tua atau
wali murid siswa melalui yang namanya WA.
Baik WA group maupun WA pribadi. Melalui
itulah kita membangun komunikasi dengan
wali murid siswa
2 Bagaimana perencanaan
sekolah dalam
mengimplementasikan nilai-
nilai pendidikan karakter di
sekolah?
Perencanaannya, kita tiap tahun kita ada
raker, yaitu rapat kerja. Disana juga
direncanakan melalui kaldik. Kan kita
berpedoman kepada kaldik dinas dan juga kita
mempunyai kaldik sekolah tersendiri.
Disanalah semuanya direncanakan, kegiatan
apa yang akan diadakan, dan tanggal berapa
akan diadakan. Baik itu ekskul maupun
kegiatan lainnya. Kemudian juga kita
berpedoman kepada kurikulum, baik itu
kurikulum nasional dan kurikulum yayasan.
kemudian baru kita rencanakan mata
pelajaran apa yang mencakup kurikulum tadi
3 Program apa saja yang
dilakukan sekolah dalam
mengimplementasikan nilai-
Programnya seperti yang saya sampaikan
sebelumnya, untuk programnya kita distruktur
ini kan ada kepala sekolah, waka kurikulum,
nilai pendidikan karakter? waka kesiswaan, kemudian ada KDDR
keagaam, T2Q, dan lain sebagainya. Nah
disana diturunkan, jadi kurikulum ada
programnya, waka kesiswaan ada
programnya, itu yang direncanakan. Melalui
program-program yang dibuat oleh wakil tadi,
maka itu baru ke guru-guru dan anak-
anaknya.
4 Siapa saja yang berperan
dalam mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan
karakter di SDIT Al Aufa ini?
Sebenarnya semuanya, kalo dari sekolah
semua komponen guru, baik guru-guru,
karyawan, dan murid-muridnya. Kalo dari
segi dirumah itu orang tuanya.
5 Bagaimana peran pendidik
dalam perencanaan dan
pelaksanaan program
implementasi nilai-nilai
pendidikan karakter ?
Sangat berperan sekali, karena anak-anak itu
mereka tidak hanya menerima apa yang
disampaikan oleh guru atau pendidiknya,
tetapi juga mencontoh. Karenanya pendidik
itu tidak hanya memberikan pelajaran,
tetapi juga pengajaran dan contoh yang
baik bagi muridnya
6 Kegiatan apa saja yang
dilakukan pendidik dalam
mengimplementasikan nilai-
nilai pendidikan karakter?
Yang sudah disusun dan direncanakan oleh
pihak sekolah melalui raker diawal tahun
pelajaran dan awal semester. Baik itu
kegiatan pembelajaran, kegiatan
ekstrakurikuler seperti pramuka, sains
club, taekwondo, renang, tahfiz, dai cilik,
maupun english club, dan juga ada
kegiatan pagi seperti shalat dhuha, hafalan
surah dan hadits yang dilaksanakan sebelum
kegiatan pembelajaran dimulai.
7 Bagaimana pengawasan
sekolah dalam proses
mengimplentasikan nilai-nilai
pendidikan karakter?
Kita ada supervisi.
Saya langsung turun ke kelas-kelas untuk
melihat dan meninjau kegiatan yang
diadakan.
8 Nilai-nilai pendidikan
karakter apa saja yang
menjadi prioritas sekolah?
Kita basicnya kan IT tentunya saja nilai
karakter yang menjadi prioritas itu nilai
religius ya, melalui kegiatan-kegiatan tadi,
seperti kegiatan pagi, shalat dhuha dan
sebagainya tadi. Namun selain itu ada juga
disiplin, bertanggung jawab, mandiri,
jujur, rasa ingin tahu siswa,
nasionalismenya juga
9 Apa kendala yang dihadapi
dalam mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan
karakter?
Kalo kendala yang dihadapi pertama dari
siswa itu sendiri, karena siswa ini berbeda-
beda, ada siswa yang lambat menerima apa
yang kita ajarkan terkhusus dalam
pendidikan karakter ini, jika mereka salah
lalu kita arahkan agar diperbaiki tapi anak ini
terkadang merasa tidak bersalah, membenar
sikap mereka yang salah tadi. Lalu juga dari
orang tua, karena kesibukan orang tua
menyebabkan perhatian terhadap karakter
di rumah menjadi kurang diperhatikan.
Lalu sarana dan prasana yang masih
terbatas.
10 Bagaimana solusi yang
diupayakan dari sekolah
untuk menghadapi kendala
dalam mengimplemenasikan
nilai-nilai pendidikan
karakter?
Solusimya itu saling mengingatkan dan
memberikan arahan untuk memperbaiki
karakter siswa yang kurang bagus. Selalu
menjaga komunikasi dengan orang tua.
Apabila ada siswa yang bermasalah
biasanya kita panggil secara pribadi lalu
kita bicarakan dengan oran tuanya. Dan
berusaha untuk memenuhi faasilitas
sekolah.
Lampiran 7
Hasil Wawancara Peneliti dengan Informan
Nama Informan : Ardiyansyah, S.Pd
Jabatan : Wakil Kurikulum
Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 27 Oktober 2020
Tempat Wawancara : Ruangan Kepala Sekolah
No Pertanyaan Jawaban
1 Bagaimana implementasi
nilai-nilai pendidikan
karakter di SDIT Al Aufa?
Religius, kemudian juga ada namanya
kesopanan, kedispilinan, bertanggung
jawab, cinta tanah air, rasa ingin tahu,
mandiri, kreatif, saling menghargai baik
sesama siswa keguru maupun siswa ke
siswa
2 Bagaimana perencanaan yang
dilakukan dalam
mengimplementasikan nilai-
nilai pendidikan karakter di
sekolah?
Kita ada yang namanya PPK, pendidikan
penguatan karakter, jadi disini kita punya
program baik itu berskala kelas maupun
berskala sekolah. Nah melalui program
inilah kita merencanakan kegiatan dan
nilai karakter apa yang ingin dicapai
nantinya.
4 Siapa saja yang berperan
dalam mengimplementasikan
Kalo di sekolah tentunya semua guru dan
siswa. Kalo dirumah tentu ada peranan
nilai-nilai pendidikan
karakter di ADIT Al Aufa
ini?
orang tua dan keluarga siswa.
6 Nilai-nilai pendidikan
karakter apa saja yang
menjadi prioritas sekolah?
Akhlak, yang termasuk kedalam nilai
religius, kemudian juga ada namanya
kesopanan, kedispilinan, bertanggung
jawab, cinta tanah air, rasa ingin tahu,
mandiri, kreatif, saling menghargai baik
sesama siswa keguru maupun siswa ke
siswa
7 Apa kendala yang dihadapi
dalam mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan
karakter?
Pertama kurangnya kerja sama orang
tua dengan sekolah. Ada orang tua yang
menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah.
Jadi orang tua berprinsip kita serahkan ke
IT kita bayar lebih jadi anak kami serahkan
sepenuhnya ke sekolah untuk didik.
padahal madrasah pertama anak ada di
rumah. Orang tua rata-rata karir semua dan
sibuk sehingga ada anak yang tidak
terkondisikan dengan baik di rumahnya.
“Pertama kurangnya kerja sama orang tua
dengan sekolah. Ada orang tua yang
menyerahkan sepenuhnya kepada sekolah.
Jadi orang tua berprinsip kita serahkan ke
IT kita bayar lebih jadi anak kami serahkan
sepenuhnya ke sekolah untuk didik.
padahal madrasah pertama anak ada di
rumah. Orang tua rata-rata karir semua dan
sibuk sehingga ada anak yang tidak
terkondisikan dengan baik di rumahnya.
Kedua dari segi siswa, kurangnya
motivasi siswa, jadi kita sebagai guru
butuh kesabaran dalam memberikan
motivasi kepada siswa agar karakter siswa
terbentuk sesuai dengan keinginan kita.
8 Bagaimana upaya yang
dilakukan untuk menghadapi
dan mengatasi kendala dalam
mengimplementasikan nilai-
nilai pendidikan karakter?
Selalu memberikan motivasi kepada
siswa. Mengingatkan siswa jika
melakukan pelanggaran sekolah. Lalu
dengan orang tua kita selalu
membangun komunikasi melalui wa baik
wa group maupun wa pribadi. lalau ada
juga pemanggilan orang tua baik secara
pribadi maupun secara resmi melalui surat
dan membicarakan masalah yang di hadapi
bersama. Namun sejauh ini hanya sampai
batas pemanggilan orang tua oleh wali
murid secara pribadi. Lalu kita juga
membentuk komite kelas yang menjadi
wadah untuk bersosialisasi,
berkomunikasi membangun kerja sama
wali murid dengan sekolah
Lampiran 8
Hasil Wawancara Peneliti dengan Informan
Nama Informan : Okteriani, S.Pd
Jabatan : Wali Klas IV B
Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 10 November 2020
Tempat Wawancara : Ruangan Kelas IV B
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah bapak/ibu
sebagai guru
mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan
karakter saat proses
belajar mngajar?
Pastinya ada. Baik secara langsung maupun
tidak langsung. Ada yang direncanakan seperti
yang dimuat didalam RPP, ada juga yang
spontan sesuai dengan keadaan dan kondisi saat
pembelajaran berlangsung
2 Bagaimana proses
implementasi nilai-nilai
pendidikan karakter
didalam pembelajaran
yang bapak/ibu berikan?
Yang pertama tentu saja melalui kegiatan
pembelajaran itu sendiri, karena dalam proses
belajar mengajar tidak hanya memberikan
materi kepada siswa, tetapi siswa juga
mengembangkan nilai-nilai karakter kepada
siswa. Bisa kegiatan pagi seperti shalat
dhuha, murojaah hafalan surah dan hadits,
berdoa sebelum belajar, shalat dzuhur
berjamaah. Terus juga kita sebagai guru
juga memberikan contoh teladan yang baik,
bagaimana sikap berbicara kepada siswa,
bagaimana menanggapi dan menghormati
pendapat anak ketika bertanya maupun
memberikan pendapat. Terus juga saat belajar
itu kita gunakan metode-metode yang tepat
agar tujuan pembelajaran tercapai dan karakter
yang hendak dikembangkan itu terwujud dan
tercapai
3 Nilai-nilai karakter apa
saja yang biasanya
bapak/ibu
implementasikan didalam
proses belajar mengajar?
Disiplin, mandiri, jadi ketika shalat anak-anak
ini tidak mesti diingatkan lagi karena mereka
kan sudah kelas atas, kemudian jujur, religius,
bertanggung jawab atas tugas mereka baik
tugas sekolah, tugas rumah, maupun piket,
pantang menyerah seperti jika ada tugas yang
sulit siswa itu bertanya kepada saya, atau kalo
dirumah mereka minta tolong kepada orang tua
atau kakaknya
3 Apa kendala yang
bapak/ibu hadapi dalam
mengimplementasikan
nilai-nilai pendidkan
karakter selama proses
Masih kurangnya kesadaran siswa akan
perkataan maupun perbuatan yang dilakukan
ataupun diucapkannya itu tidak baik. Hal itu
terkadang terjadi karena lingkungan luar
sekolahnya, baik itu teman bermain maupun
belajar mengajar? tayangan yang ditontonya dirumah, terkadang
ada juga orang tua yang kurang memperdulikan
bagaimana karakter anak ini. Mereka
menyerahkan sepenuhnya kepada guru sekolah
dan percaya bahwa anaknya itu sudah baik.
Lalu tayangan yang kurang mendidik baik tv
maupun youtube, kata-kata yang kasar itu
mereka ucapkan kepada temannya. Adegan
yang menurut mereka keren padahal tidak baik
mereka praktikkan kepada temannya
6 Bagaimana solusi yang
bapak/ibu lakukan dalam
menghadapi kendala
dalam
mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan
karakter selama proses
belajar mengajar?
Pertama itu kita berikan peringatan, motivasi
kepada siswa, lalu juga bisa memberikan sangsi
kepada siswa jika belum ada perubahan seperti
berucap kotor, maka siswa di berikan hukuman
berupa mengucapkan istighfar, kalo belum ada
perubahan kita suruh tilawah saat jam istirahat.
Kalo memang tidak ada perubahan kita
bicarakan dengan orang tua siswa secara
pribadi. Lalu kita juga membangun komunikasi
dengan orang tua siswa melalui wa. Ada wa
group ada wa pribadii, jika masalah personil
siswa kita wa pribadi dengan orang tua atau
kadang saat siswa itu di jemput kita minta
waktu orang tua untuk membicarakan masalah
siswa tadi secara pribadi
Lampiran 9
Hasil Wawancara Peneliti dengan Informan
Nama Informan : Triyono Kusnawan, S.Kel
Jabatan : Guru Tahsin
Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 10 November 2020
Tempat Wawancara : Ruangan Kelas IV A
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah bapak/ibu sebagai
guru mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan
karakter saat proses belajar
mngajar?
Secara langsung maupun tidak langsung
pasti ada. Ada yang direncanakan ada yang
spontan karena situasi dan kondisi.
2 Bagaimana proses
implementasi nilai-nilai
pendidikan karakter didalam
pembelajaran yang
bapak/ibu berikan?
Sebagai guru tahsin tentunya
pengimplementasian nilai karakter kepada
siswa tentunya dilakukan selama kegiatan
pembelajaran tahsin. Ada yang dilakukan
melalui pemberian tugas hafalan, ada juga
memberikan motivasi dan contoh yang
baik kepada siswa, biasanya sebelum
masuk kelas itu saya mengucapkan
salam, lalu mengajak siswa untuk berdoa
atau membaca basmallah maupun
hamdallah sebelum dan sesudah belajar,
jika waktu shalat telah masuk tidak lupa
mengingatkan siswa untuk segera
berwudhu dan shalat
3 Nilai-nilai karakter apa saja
yang biasanya bapak/ibu
implementasikan didalam
proses belajar mengajar?
Nilai keagamaan, karena kan mereka
belajar tentang bacaan Al-Quran, hafalan
dan sebagainya. Namun diluar itu ada juga
bertanggung jawab, seperti saat kita beri
tugas hafalan dan saat waktu setoran hafalan
itu mereka hafal tidak disana akan terlihat
bagaimana anak bertanggung jawab atau
tidak dengan tugas yang diberika, lalu ada
juga disiplin, gemar membaca dan juga
mandiri
4 Apa kendala yang bapak/ibu
hadapi dalam
mengimplementasikan nilai-
nilai pendidkan karakter
selama proses belajar
mengajar?
Terkadang ada siswa yang tidak
bertanggung jawab akan tugas yang
diberikan seperti tugas hafalan tadi,
sehingga saat setoran hafalan mereka tidak
setoran dan hafalannya jadi tertinggal dari
temannya. Alasannya karena lupa dan
sebaginya
5 Bagaimana solusi yang
bapak/ibu lakukan dalam
Mengingatkan siswa, memberikan
teguran, melakukan komunikasi dengan
menghadapi kendala dalam
mengimplementasikan nilai-
nilai pendidikan karakter
selama proses belajar
mengajar?
orang tua melalui group wa karena kita
punya wa group masing-masing kelas
Lampiran 10
Hasil Wawancara Peneliti dengan Informan
Nama Informan : Ayu Wandira, S.E
Jabatan : Guru kelas IV A
Hari/Tanggal Wawancara : Kamis, 12 November 2020
Tempat Wawancara : Ruangan Kelas IV A
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah bapak/ibu sebagai
guru mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan
karakter saat proses belajar
mengajar?
ya, tentu saja. Penilai dalam pembelajaran
tidak hanya kognitif anak saja, tetapi juga
sikap dan perilaku siswa.
2 Bagaimana proses
implementasi nilai-nilai
pendidikan karakter didalam
pembelajaran yang
bapak/ibu berikan?
Awalnya kegiatan pagi, siswa wudhu,
shalat dhuha berjamaah, lalu doa setelah
dhuha, terus murojaah hafalan surah
maupun hadits, terus sebulum belajar
siswa itu berdoa terlebih dahulu. Barulah
kegiatan pembelajaran dilakukan. Didalam
setiap kegiatan pembelajaran ini tentu saja
ada karakter siswa yang harus
dikembangkan. Kadang kita juga
mengumpulkan uang kepada siswa
seikhlasnya jika ada teman yang sakit, atau
ada anggota sekolah kita yang mengalami
musibah. Terus kita sebagai guru juga
memberikan contoh teladan kepada
siswa, seperti mengucapkan salam sebelum
masuk kelas agar siswa nantinya juga
terbiasa demikian, lalu juga melakukan
pembiasaan-pembiasaan kepada siswa
seperti kegiatan pagi tadi, berdoa sebelum
belajar, makan dan minum sambil duduk.
Terus juga kita tempel di dinding-dinding
kelas kata-kata yang berhubungan dengan
nilai karakter itu sendiri
3 Nilai-nilai karakter apa saja
yang biasanya bapak/ibu
implementasikan didalam
proses belajar mengajar?
Pertama pastinya religius melalui kegiatan-
kegiatan tadi ya, terus kita terapkan juga
nasionalismenya, tanggung jawab,
displin, kejujurannya, mandiri, rasa ingin
tahu juga seperti saat belajar siswa kan ada
yang bertanya tentang materi pelajaran
4 Apa kendala yang bapak/ibu
hadapi dalam
mengimplementasikan nilai-
nilai pendidkan karakter
Masih ada anak yang berperilaku
nyeleneh, seperti penerapan nilai religius
tadi, ada anak yang masih harus diingatkan
untuk shalat, untuk murojaah hafalan,
selama proses belajar
mengajar?
shalatnya masih dianggap main-main,
terkadang ada juga anak yang bersikap
maupun berbicara kurang sopan, ada
juga terkadang anak ini tidak
mengerjakan pr yang diberikan dengan
alasan lupa. Lalu kadang kurangnya
pengawasan dari orang tua di rumah
juga ada. Apalagi pandemi sekarang kan
belajarnya lebih banyak dilakukan di rumah.
Jadi waktu kita mengawasi dan mendidik
anak di sekolah lebih minim dari biasanya
dan butuh kerja sama dengan orang tua
siswa. Terkadang juga sikap dan
perkataan anak itu juga mereka
dapatkan dari temannya diluar sekolah
atau tayangan yang ditonton lalu di tirulah
hal tersebut tanpa tahu baik atau tidak hal
tersebut
5 Bagaimana solusi yang
bapak/ibu lakukan dalam
menghadapi kendala dalam
mengimplementasikan nilai-
nilai pendidikan karakter
Solusinya itu saling mengingatkan dan
memberikan arahan untuk memperbaiki
karakter siswa yang kurang bagus. Selalu
menjaga komunikasi dengan orang tua.
Apabila ada siswa yang bermasalah
selama proses belajar
mengajar?
biasanya kita panggil secara pribadi lalu
kita bicarakan dengan oran tuanya. Dan
berusaha untuk memenuhi faasilitas sekolah.
Lampiran 11
Hasil Wawancara Peneliti dengan Informan
Nama Informan : Marlia, Anggraini,S.Pd
Jabatan : Wali Kelas V
Hari/Tanggal Wawancara : Jumat, 13 November 2020
Tempat Wawancara : Ruanganan Kelas IV A
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah bapak/ibu
sebagai guru
mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan
karakter saat proses
belajar mengajar?
Tentu saja ada. Karena dalam proses belajar
mengajar itu tidak hanya memberikan materi
pelajaran kepada siswa, tetapi juga mendidik
siswa agar berakhlak baik, berperilaku baik, dan
berwatak baik.
2 Bagaimana proses
implementasi nilai-
nilai pendidikan
karakter didalam
pembelajaran yang
bapak/ibu berikan?
Melalui kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan
sekolah, seperti kegiatan pagi yang dilakukan
sebelum pembelajaran berlangsung, shalat dhuha,
murojaah hafalan, dzikir, dsb. Bisa juga
pengimplementasian nilai karakter ini ketika
pembelajaran berlangsung. Dalam pembelajaran
ini kita telah membuat RPP, dimana disana ada
materi pelajaran, metode yang digunakan maupun
tujuan pembelajaran. Melalui kegiatan-kegiatan
itulah pelaksanaan nilai-nilai karakter itu
dilakukan. Lalu tentu juga kita sebagai guru juga
harus memberikan contoh teladan kepada siswa,
baik melalui perkataan maupun perbuatan sendiri.
Seperti mengucapkan terimakasih jika ada siswa
yang membantu misalnya menghapus papan tulis,
menulis di papan tulis, dan sebagainya. Lalu juga
memberikan motivasi kepada siswa juga. Lalu kita
juga memiliki aturan kelas, seperti piket masuk
kelas tepat waktu. Dan juga disesuaikan dengan
kondisi siswa, seperti pemberian hukuman tentu
saja berupa hukuman yang dapat membentuk
karakter siswa agar lebih baik lagi. Dan juga untuk
kegiatan siswa dirumah kita lakukan melalui wa,
baik wa group atau wa pribadi dengan orang tua.
Melalui wa itulah kita berkomunikasi dan
mengkoordinasikan kepada orang tua mengenai
tugas maupun hal-hal yang dirasa perlu
3 Nilai-nilai karakter
apa saja yang biasanya
bapak/ibu
implementasikan
didalam proses belajar
Kalo nilai-nilai pendidikan karakter alhamdulillah
yang sudah pertama itu nilai religius nya, lalu juga
disiplin, bertanggung jawab seperti pr yang
mereka kerjakan, tugas yang diberikan disekolah
juga mereka kerjakan, kemudian sopan santun
mengajar? baik sesama teman maupun kepada guru.
4 Apa kendala yang
bapak/ibu hadapi
dalam
mengimplementasikan
nilai-nilai pendidkan
karakter selama proses
belajar mengajar?
Pertama ananda itu memiliki kebiasaan yang
berbeda dari rumahnya. Terkadang ada orang tua
yang kurang welcome dengan kami, mereka
menganggap perilaku anaknya ya memang sudah
begitu. Jadi itu merupakan hambatan bagi kami di
sekolah dalam mengembangkan karakter siswa.
Padahal kita perlu kerjasama dengan orang tua.
Pernah ada anak itu bertanya lalu kita jawab kita
arahkan, lalu anak itu mematahkannya dengan
mengemukakan pendapat dari orang tuanya
sehingga menimbulkan ambigu, anak ada mosi
tidak percaya dengan guru atau dengan orang tua.
Lalu karena game atau tayangan yang ditonton
anak ditiru oleh mereka tanpa mereka ketahui
artinya baik atau tidak.
5 Bagaimana solusi
yang bapak/ibu
lakukan dalam
menghadapi kendala
dalam
mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan
Kalo solusi yang telah dilakukan menegur siswa
yang bersangkutan lalu memberikan arahan dan
motivasi kepada siswa jika belum ada perubahan
biasanya kita berikan hukuman berupa hafalan
atau berupa tambahan tugas jika tidak
mengerjakan pr. Lalu dengan orang tua kita
membangun komunikasi biasanya melalui wa
karakter selama proses
belajar mengajar?
group disana kita informasikan kepada orang tua
mengenai hal-hal penting, baik tugas atau hal
lainnya. Dan juga berkomunikasi melalui wa
secara personil dengan orang tua siswa. Lalu juga
terkadang kita ketemu langsung dengan orang tua
siswa untuk membicarakan masalah yang di
hadapi oleh siswa yang bersangkutan dan mencari
solusi bersama.
Lampiran 12
Hasil Wawancara Peneliti dengan Informan
Nama Informan : Marlia, Anggraini,S.Pd
Jabatan : Pembina Ekstrakurikuler Sains Club
Hari/Tanggal Wawancara : Jumat, 13 November 2020
Tempat Wawancara : Ruangan Tata Usaha
No Pertanyaan Jawaban
1 Apakah bapak/ibu
sebagai guru
mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan
karakter saat kegiatan
ekstrakurikuler?
Secara langsung maupun tidak langsung pastinya
nilai karakter itu ada diimplementasikan kepada
siswa.
2 Bagaimana proses
implementasi nilai-nilai
pendidikan karakter
didalam ekstrakurikuler
yang bapak/ibu bimbing?
Selama pandemi ini kita tidak ada melaksanakan
ekstrakurikuler, namun apabila kita mengacu
kepada sebelum pandemi ini dimana
pembelajaran berlangsung secara normal, untuk
pengimplementasi nilai pendidikan karakter ini
tentu ada. Pelaksanaannya itu dilakukan melalui
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sains club
seperti pemberian latihan yang akan membentuk
karakter pantang menyerah bagi siswa,
pemberian PR juga, terus kita juga membagi
kelompok-kelompok kecil sesuai dengan
kemampuan siswa, karena kan kemampuan
mereka berbeda-beda terlebih mereka dari kelas
4,5 dan 6 digabung, jadi dibentuk lagi kelompok
kecilnya
3 Nilai-nilai karakter apa
saja yang biasanya
bapak/ibu
implementasikan didalam
kegiatan ekstrakurikuler?
Disains club yang pertama karakter kerja keras
dan teliti karena disains club SD ini lebih
kematematika dan ipa, matematika dalam ekskul
ini tentunya lebih sulit dibandingkan
pembelajaran di kelas. Karena kalo mereka tidak
teliti dan tidak mau bekerja keras maka latihan
yang kita berikan tidak akan dapat diselesaikan
dan tentunya mereka tidak akan betah dan
bertahan di sains club ini. Lalu secara tidak
langsung ada juga kejujuran dan mandiri. Saat
mengerjakan soal latihan ini tentu dilakukan oleh
masing-masing siswa tanpa boleh mencontek
maupun memberikan contekan kepada
temannya. Dan juga rasa ingin tahu, dimana saat
kegiatan ekskul kita tidak hanya memberikan
materi kepada siswa saja, tetapi siswa juga akan
bertanya jika ada hal yang belum dipahami atau
belum dimengerti, atau terkadang diluar mereka
ada mengetahui tentang suatu hal yang berkaitan
dengan sains ini, jadi mereka akan bertanya
4 Apa kendala yang
bapak/ibu hadapi dalam
mengimplementasikan
nilai-nilai pendidkan
karakter selama kegiatan
ekstrakurikuler?
Kendalanya itu lebih kemateri pembelajaran,
karena materi pembelajarannya lebih sulit
daripada pembelajaran di kelas, jadi siswa di
tuntut untuk lebih giat lagi, padahal ananda
memiliki batas tersendiri sehingga terkadang
ananda ada yang merasa jenuh
5 Bagaimana solusi yang
bapak/ibu lakukan dalam
menghadapi kendala
dalam
mengimplementasikan
nilai-nilai pendidikan
karakter selama kegiatan
ekstrakurikuler?
Membagi siswa dalam kelompok-kelompok
kecil lagi sesuai dengan kemampuan siswa
minimal 3 orang dalam kelompok kecil ini. Llu
memberikan soal latihan itu tidak disamaratakan
tetapi disesuaikan dengan kemampuan dan
tingkatan kelas mereka agar yang kelas 6 atau
kelas 5 tidak merasa soal terlalu mudah atau
kelas 4 merasa soal terlalu susah. Saat kita rasa
ananda sudah mulai jenuh kita berikan istirahat
sejenak. Jadi ada waktu untuk serius ada waktu
untuk santai
Lampiran 13
Dokumentasi Foto Kegiatan Penelitian
Wawancara Peneliti dengan Kepala Sekolah Ibu Widya Puspitasari, S.Pd.I
Wawancara Peneliti dengan Wakil Kurikulum Bapak Ardiansyah,S.Pd
Wawancara Peneliti dengan Wali Kelas IV B Ibu Okteriani, S.Pd
Wawancara Peneliti dengan Guru Tahsin Bapak Triyono Komawan, S.Kel
Wawancara Peneliti dengan Ibu Ayu Wandira, S.E Guru Kelas IV A
Wawancara Peneliti dengan Ibu Marlia Anggraini, S.Pd Selaku Wali Kelas V dan
Pembimbing Ekstrakurikuler Sains Club
Kegiatan Pagi, Shalat Dhuha didalam Kelas IV A
Kegiatan Berdoa Sebelum Belajar
Kegiatan Morojaah Hafalan Surah
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran, Setoran Hafalan Hadits