188
i IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH INKLUSI SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN TAMANSISWA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh Nuhraini Palipung NIM 12110241055 PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SEPTEMBER 2016

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

  • Upload
    vulien

  • View
    262

  • Download
    6

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

i

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH

INKLUSI SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN TAMANSISWA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nuhraini Palipung

NIM 12110241055

PROGRAM STUDI KEBIJAKAN PENDIDIKAN

JURUSAN FILSAFAT DAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SEPTEMBER 2016

Page 2: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di
Page 3: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di
Page 4: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di
Page 5: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

v

“MOTTO”

“Keramahtamahan dalam perkataan menciptakan keyakinan, keramahtamahan

dalam pemikiran menciptakan kedamaian, keramahtamahan dalam memberi

menciptakan kasih” – Lao Tse

“Hasil tertinggi dari pendidikan adalah toleransi, semakin seseorang paham

tentang perbedaan, dia akan mengerti makna kebersamaan”

Page 6: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kesempatan,

kemampuan, dan petunjuk kepada saya dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi

ini. Tugas akhir skripsi ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Bapak Martinus Kendek dan Ibu Rusnawati,

yang selalu ingin saya bahagiakan dan menjadi motivasi saya dalam

menyelesaikan tugas akhir skripsi ini. Serta yang selalu mendoakan,

memberi semangat, perhatian, dan nasihat yang sangat berarti.

2. Almamater Universitas Negeri Yogyakarta.

Page 7: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

vii

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI SEKOLAH

INKLUSI SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN TAMANSISWA

YOGYAKARTA

Oleh

Nuhraini Palipung

NIM 12110241055

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang implementasi

pendidikan multikultural, faktor pendukung dan penghambat, serta upaya

mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Subjek penelitian adalah

Kepala Sekolah, Guru, dan Siswa. Objek penelitian berupa strategi implementasi

pendidikan multikultural di sekolah, serta faktor pendukung dan penghambatnya.

Setting penelitian bertempat di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

Yogyakarta. Pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dan

dokumentasi. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis

deskriptif dengan tiga langkah, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan strategi yang dilakukan sekolah dalam

mengimplementasikan pendidikan multikultural melalui, (1) integrasi kedalam

kegiatan pengembangan diri secara terprogram dan tidak terprogram. Kegiatan

pengembangan diri secara terprogram berupa ekstrakurikuler, dan kegiatan

pengembangan diri tidak terprogram terdiri dari kegiatan rutin yang dilakukan

secara terjadwal, kegiatan spontan dan kegiatan keteladanan. (2) integrasi

kedalam mata pelajaran PKn, IPS dan Ketamansiswaan. Pengintegrasian dalam

mata pelajaran dilakukan pada setiap pokok bahasan atau tema dalam

pembelajaran. Faktor pendukung yaitu iklim sekolah, kurikulum sekolah, sarana

dan prasarana, peran guru, program dan kegiatan sekolah, serta peserta didik.

Faktor penghambat yaitu sikap individu, kurangnya media keberagaman, poster-

poster tentang keberagaman dan nilai-nilai multikultural, dan kurangnya

sosialisasi. Selain itu pendidikan multikultural dalam bentuk kegiatan praktek di

luar sekolah secara khusus masih kurang dilakukan sekolah. Upaya untuk

mengatasi hambatan diantaranya dengan menekankan tentang nilai-nilai

menghargai, menghormati dan toleransi. Didukung dengan kebijakan sekolah

yang melaksanakan pendidikan budi pekerti luhur, menambah poster-poster

keberagaman, sosialisasi, melakukan kegiatan di luar sekolah dengan

mengikutsertkan siswa dalam berbagai kegiatan di luar sekolah.

Kata kunci : implementasi, pendidikan, multikultural

Page 8: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah Inklusi SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa Yogyakarta”. Penyusunan skripsi ini

dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan

di Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta. Penyusunan skripsi

ini tidak lepas dari partisipasi dan bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan izin

penelitian.

2. Bapak Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Pendidikan yang telah memberikan

izin penelitian.

3. Bapak Ketua Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Fakultas Ilmu

Pendidikan.

4. Bapak L. Hendrowibowo, M.Pd, sebagai dosen pembimbing skripsi yang

telah memberikan bimbingan, kritik, dan saran yang mendukung, serta

memberikan arahan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesian

tugas akhir skripsi ini.

5. Bapak Drs. Petrus Priyoyuwono, M.Pd sebagai dosen pembimbing

akademik yang telah membimbing dalam rencana studi selama

perkuliahan.

Page 9: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

ix

6. Bapak dan Ibu Dosen Filsafat dan Sosiologi Pendidikan yang telah

memberikan bekal ilmu dan pengetahuan kepada penulis.

7. Kepala Sekolah dan Bapak Ibu Guru SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan untuk

melakukan penelitian serta memberikan infomasi dan bantuan dalam

melaksanakan penelitian.

8. Seluruh Staf dan Siswa Siswi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa Yogyakarta.

9. Sahabat-sahabat tersayang, Farida Yuswardana, Alvira Pranata, Anggi

Wulandini, dan Asa Muharorroh, yang selalu mendukung dan memberi

semangat dalam menyusun tugas akhir skripsi ini.

10. Seluruh teman-teman Kebijakan Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Universitas Negeri Yogyakarta.

11. Semua pihak yang terlibat dalam penyusunan tugas akhir skripsi ini yang

belum disebutkan di atas.

Yogyakarta, 8 September 2016

Penulis,

Page 10: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

x

DAFTAR ISI

hal

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN .......................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv

MOTTO ............................................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi

ABSTRAK ....................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................. 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 9

C. Rumusan Masalah ..................................................................................... 10

D. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 10

E. Manfaat Penelitian .................................................................................... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Implementasi ............................................................................ 12

B. Pendidikan Multikultural ........................................................................... 13

1. Pendidikan .......................................................................................... 13

2. Pendidikan Multikultural ..................................................................... 16

3. Tujuan Pendidikan Multikultural ........................................................ 23

4. Pendidikan Multikultural dalam Dimensi Pendidikan Nasional ......... 29

5. Bentuk Pengembangan dan Pendekatan Pendidikan Nasional ........... 30

6. Program dan Dimensi Pendidikan Multikultural ................................. 33

a. Program Pendidikan Multikultural ................................................ 33

b. Dimensi Pendidikan Multikultural ................................................. 40

Page 11: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

xi

7. Konsep Pembelajaran Multikultural ................................................... 42

a. Pengertian Pembelajaran Multikultural ......................................... 42

b. Tujuan Pembelajaran Multikultural ............................................... 44

c. Dasar-dasar Pembelajaran Multikultural ....................................... 45

8. Peranan Guru dan Sekolah dalam Penerapan Pendidikan

Multikultural ........................................................................................ 46

C. Penelitian yang Relevan .............................................................................. 50

D. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 52

E. Pertanyaan Penelitian .................................................................................. 53

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ......................................................................................... 54

B. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 55

C. Instrumen Penelitian .................................................................................. 55

D. Subjek dan Objek Penelitian ..................................................................... 56

E. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................ 56

F. Teknik Analisis Data ................................................................................ 59

G. Keabsahan Data ........................................................................................ 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa ................................. 63

B. Hasil Penelitian .......................................................................................... 68

1. Implementasi Pendidikan Multikultural di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa ........................................................................ 68

a. Pemahaman Warga Sekolah tentang Pendidikan Multikultural .... 68

b. Interaksi Warga Sekolah ............................................................... 73

c. Nilai-nilai yang Ditanamkan dalam Implementasi Pendidikan

Multikultural ................................................................................. 78

d. Strategi Implementasi Pendidikan Multikultural ........................... 91

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan

Multikultural di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa ........ 100

a. Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Multikultural ........ 100

b. Faktor Penghambat Implementasi Pendidikan Multikultural ...... 105

Page 12: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

xii

C. Pembahasan ............................................................................................. 108

1. Implementasi Pendidikan Multikultural di SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Tamansiswa .............................................................. 108

a. Pemahaman Tentang Pendidikan Multikultural dan Interaksi

Warga Sekolah ............................................................................ 108

b. Integrasi Pendidikan Multikultural dalam Kegiatan

Pengembangan Diri..................................................................... 116

c. Integrasi Pendidikan Multikultural dalam Mata Pelajaran ......... 122

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan

Multikultural di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa ....... 129

a. Faktor Pendukung Implementasi ............................................... 129

b. Faktor Penghambat Implementasi .............................................. 133

3. Upaya Mengatasi Hambatan dalam Implementasi Pendidikan

Multikultural di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa ....... 135

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................. 138

B. Saran ....................................................................................................... 139

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 141

LAMPIRAN .................................................................................................... 143

Page 13: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

xiii

DAFTAR TABEL

hal

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi .............................................................. 57

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara ........................................................... 58

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Dokumentasi ........................................................ 59

Tabel 4. Rombongan Belajar ............................................................................ 65

Tabel 5. Jumlah Peserta Didik .......................................................................... 66

Tabel 6. Jumlah Tenaga Pendidik ..................................................................... 66

Tabel 7. Jumlah Tenaga Kependidikan ............................................................. 66

Tabel 8. Sarana dan Prasarana yang dimiliki Sekolah ..................................... 67

Tabel 9. Data Keragaman Siswa ....................................................................... 69

Page 14: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

hal

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ................................................................. 144

Lampiran 2. Pedoman Observasi .................................................................... 146

Lampiran 3. Pedoman Dokumentasi ............................................................... 147

Lampiran 4. Transkrip Wawancara ................................................................. 148

Lampiran 5. Catatan Lapangan ....................................................................... 164

Lampiran 6. Profil Sekolah ............................................................................. 171

Lampiran 7. Surat Izin Penelitian ................................................................... 180

Lampiran 8. Surat Keterangan Penelitian ....................................................... 181

Page 15: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Multikultural berasal dari adanya suatu kebudayaan. Secara etimologi,

multikultural terdiri dari multi yang berarti “banyak”, kultur yang berarti

“budaya”. Masyarakat multikultural adalah masyarakat yang terdiri atas banyak

struktur kebudayaan yang disebabkan oleh banyaknya suku bangsa yang memiliki

struktur budaya yang berbeda-beda. Namun pada kenyataannya kondisi demikian

tidak diiringi dengan keadaan sosial yang membaik. Bahkan banyak terjadinya

ketidak teraturan dalam kehidupan sosial di Indonesia pada saat ini yang

menyebabkan terjadinya berbagai ketegangan dan konflik. Terjadinya konflik

dalam negara yang majemuk atau multikultur merupakan hal yang tidak bisa

dipungkiri, karena dalam negara yang masyarakatnya multikultural pada satu sisi

menyimpan banyak kekuatan dari masing-masing kelompok, namun disisi lainnya

menyimpan benih perpecahan apabila tidak dikelola dengan baik dan rasional.

Sikap toleransi di Indonesia sebagai negara yang multikultural, dapat

terjadi jika terjalin komitmen untuk saling hidup rukun dan menghormati.

Penduduk Indonesia banyak yang belum sepenuhnya memiliki wawasan yang luas

tentang kebhinekaan di Indonesia sehingga gampang memunculkan konflik laten

yang dapat mengancam kehidupan berbangsa dan bernegara. Toleransi antar umat

beragama di masyarakat masih sangat minim, itulah fakta yang sekarang terjadi di

Indonesia. Sebuah ironi karena terjadi di negara yang dilandasi dengan

keberagaman, Bhinneka Tunggal Ika.

Page 16: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

2

Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural baik dari aspek suku, ras,

agama serta status sosial memberikan kontribusi yang luar biasa terhadap

perkembangan dan dinamika dalam masyarakat. Kondisi demikian

memungkinkan terjadinya benturan antar budaya, ras, etnik, agama dan nilai-nilai

yang berlaku dalam masyarakat. Kasus-kasus menunjukkan kepada kita terkait

permasalahan yang disebabkan oleh keragaman di Indonesia, apabila hal ini terus

dibiarkan maka sangat memungkinkan untuk terciptanya disintegrasi bangsa. Di

Indonesia, kemajemukan suku merupakan salah satu diri masyarakat Indonesia

yang sering dibanggakan. Banyak orang belum juga menyadari bahwa

kemajemukan tersebut juga menyimpan potensi konflik yang dapat mengancam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu, penting untuk menanamkan

nilai-nilai multikultural sejak awal pada masyarakat Indonesia agar mekanisme

dan nilai-nilai substantif dalam demokrasi memuat nilai humanisme

(kemanusiaan) seperti keadilan, empati, kebersamaan, dan mampu menerima

perbedaan.

Multikultural selalu ada didalam lingkungan masyarakat. Apalagi saat ini

teknologi transportasi dan teknologi informasi telah mencapai kemajuan yang

sangat pesat, kemajemukan merupakan inevitable destiny di tingkat global

maupun dalam suatu negara itu sendiri. “Secara teknis dan teknologis kita telah

mampu tinggal bersama dalam masyarakat majemuk, namun spiritual kita belum

memahami arti sesungguhnya dari hidup bersama dengan orang yang memiliki

perbedaan budaya, antara lain mencakup perbedaan agama, etnisitas dan kelas

sosial” (Khisbiyah, 2000 dalam Jurnal Ilmiah Farida Hanum). Seiring dengan

Page 17: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

3

perkembangan zaman yang dipengaruhi oleh adanya globalisasi banyak terjadi

krisis sosial-budaya terjadi di masyarakat. Misalnya seperti merosotnya

penghargaan dan kepatuhan terhadap hukum, etika, moral, dan kesantunan sosial.

Semakin luasnya penyebaran narkotika, maraknya tawuran antar pelajar, bullying,

kenakalan remaja, dan penyakit sosial lainnya.

Dilihat dari berbagai kondisi dan konflik yang banyak terjadi terkait

dengan keberagaman, idealnya negara harus memiliki komitmen untuk bertindak.

Namun seringkali negara melalui aparat yang berwenang dinilai selalu hadir

terlambat sehingga kekerasan demi kekerasan terus berlangsung tanpa ada upaya

untuk mencegah sejak dini. Dalam konteks demikian, dibutuhkan pemaknaan

secara utuh terhadap nilai-nilai multikultural sejak dini, sehingga generasi masa

depan negeri ini bisa memandang perbedaan sebagai sebuah kelebihan bahkan

keunggulan, melihat keberagaman sebagai pola perilaku khas di tengah-tengah

negeri yang memang telah ditakdirkan sebagai bangsa multibudaya.

Gelombang demokrasi menuntut pengakuan perbedaan dalam tubuh

bangsa Indonesia yang majemuk. Sampai kapan pun, akar kekerasan akan menjadi

ancaman laten selama nilai-nilai primordialisme dipahami secara naif dan sempit.

Salah satu upaya strategis yang bisa dilakukan untuk membangun generasi masa

depan yang sadar budaya semacam itu adalah penanaman nilai keberagaman

melalui pendidikan multikultural di sekolah. Perlu disadari bahwa proses

pendidikan adalah proses pembudayaan dan cita-cita persatuan bangsa merupakan

unsur budaya nasional. Pendidikan juga turut andil dalam pembentukan sikap

toleransi. Di tengah kompleksnya persoalan-persoalan pendidikan seperti saat ini,

Page 18: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

4

memang bukan hal mudah untuk merevitalisasi dan mengokohkan pendidikan

multikultural dalam dunia persekolahan.

Pendididikan multikultural menawarkan alternatif melalui penerapan

strategi dan konsep pendidikan berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di

masyarakat, khususnya yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya,

bahasa, agama, status sosial, gender, kemampuan, umur, dan ras. Pendekatan

melalui pendidikan multikultural yang terpenting, strategi pendidikan tidak hanya

bertujuan agar siswa mudah memahami pelajaran yang dipelajarinya, akan tetapi

juga untuk meningkatkan kesadaran siswa agar dapat menerima dan menghargai

perbedaan.

Pendidikan multikultural dapat dirumuskan sebagai wujud kesadaran

tentang keanekaragaman kultural, hak-hak asasi manusia serta pengurangan atau

penghapusan berbagai jenis prasangka atau prejudice untuk membangun suatu

kehidupan masyarakat yang adil dan maju. Pendidikan multikultural juga dapat

diartikan sebagai strategi untuk mengembangkan kesadaran atas kebanggaan

seseorang terhadap bangsanya (the pride in ones’s home nation). Penerapan

pendidikan multikultural sangat penting untuk meminimalisasi dan mencegah

terjadinya konflik di beberapa daerah. Melalui pendidikan multikultural, sikap dan

mindset (pemikiran) siswa akan lebih terbuka untuk memahami dan menghargai

keberagaman.

Pendidikan merupakan wahana paling tepat untuk membangun kesadaran

multikultural. Karena, dalam tataran ideal, pendidikan seharusnya berperan

sebagai “juru bicara” bagi terciptanya fundamen kehidupan multikultural yang

Page 19: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

5

terbebas dari kooptasi negara. Hal itu dapat berlangsung apabila ada perubahan

paradigma dalam pendidikan, yakni dimulai dari penyeragaman menuju identitas

tunggal, lalu kearah pengakuan dan penghargaan keragaman identitas dalam

kerangka penciptaan harmonisasi kehidupan.

Pendidikan multikultural di Indonesia relatif baru dikenal sebagai suatu

pendekatan yang dianggap lebih sesuai bagi masyarakat indonesia yang

heterogen, plural, terlebih pada masa otonomi dan desentralisasi yang baru

diberlakukan sejak 1999 lalu hingga saat ini. Pendidikan multikultural harus

dikembangkan di Indonesia sejalan dengan pengembangan demokrasi sebagai

penyangga kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah (Syafiq A. Mughni, 2014

: viii dalam Choirul Mahfud).

Sekolah merupakan lembaga yang tepat dalam membumikan pendidikan

multikultural ditengah-tengah kekhawatiran akan bahaya disintegrasi bangsa.

Dalam pendidikan multikultural yang diselenggarakan disekolah, seluruh elemen

sekolah memiliki peran sentral. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk

menguasai dan mampu secara profesional mengajarkan mata pelajaran yang

diajarkan. Lebih dari itu, seorang pendidik juga harus mampu menanamkan nilai-

nilai inti dari pendidikan multikultural seperti demokrasi, humanisme, dan

pluralisme atau menanamkan nilai-nilai keberagamaan yang inklusif pada siswa.

Selain guru, kepala sekolah juga mempunyai peranan cukup vital dalam

pendidikan multikultural dimana kebijakan-kebijakan yang dihasilkannya dapat

menuntun kedalam suatu kondisi yang sangat menuntut pemahaman kepada

perbedaan dan keragaman yang ada. Melalui pendidikan multikultural disekolah,

Page 20: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

6

subjek belajar dapat mencapai kesuksesan dalam mengurangi prasangka dan

diskriminasi.

Pada beberapa kondisi, sekolah belum mampu menerapkan pendidikan

multikultural dengan seutuhnya. Wulandari (2013), dalam desertasinya

menyimpulkan bahwa setelah menggali kehidupan di kedua sekolah dari

perspektif pendidikan multikultural, baik kepala sekolah, guru, siswa, dan

orangtua siswa diperoleh gambaran bahwa pihak-pihak tersebut pada dasarnya

telah memiliki kesadaran dan pemahaman akan perbedaan-perbedaan yang

dimiliki oleh setiap orang.

Pemikiran dan praktik kepala sekolah sudah sesuai dengan nilai-nilai

multikultural, namun terdapat beberapa hal yang praktiknya tidak sesuai,

diantaranya tidak menyediakan guru agama Katolik. Pemikiran dan praktik guru

tentang pendidikan multikultural sudah sesuai, namun pemikiran siswa tidak

sesuai dengan konsep pendidikan multikultural. Tetapi dalam kesehariannya

keduanya telah mampu untuk menerapkan nilai-nilai multikultural dalam praktik

kehidupan disekolah.

Mengenai fokus pendidikan multikultural, H.A.R Tilaar (2002 : 179)

mengungkapkan bahwa dalam program pendidikan multikultural, fokus tidak lagi

diarahkan semata-mata kepada kelompok sosial, agama, dan kultural mainstream.

Pendidikan multikultural sebenarnya merupakan sikap peduli dan mau mengerti

ataupun pengakuan terhadap orang lain yang berbeda. Dalam konteks itu,

pendidikan multikultural melihat masyarakat secara lebih luas.

Page 21: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

7

Berdasarkan pandangan dasar bahwa sikap indifference (ketidakacuhan)

dan non recognition (tiadanya pengakuan), tidak hanya berakar dari ketimpangan

struktur rasial, tetapi paradigma pendidikan multikultural mencakup subjek-subjek

mengenai ketidakadilan, kemiskinan, penindasan, dan keterbelakangan kelompok-

kelompok minoritas dalam berbagai bidang, baik itu sosial, ekonomi, budaya,

pendidikan, dan sebagainya.

Dalam konteks dekriptif, pendidikan multikultural seyogyanya berisikan

tentang tema-tema mengenai toleransi, perbedaan ethno-cultural dan agama,

bahaya diskriminasi, penyelesaian konflik dan mediasi, hak asasi manusia,

demokratisasi, pluralitas, kemanusiaan universal dan subjek-subjek lain yang

relevan. Adapun pelaksanaan pendidikan multikultural tidaklah harus mengubah

kurikulum. Pelajaran pendidikan multikultural dapat terintegrasi pada mata

pelajaran lainnya. Hanya saja diperlukan pedoman bagi guru untuk

menerapkannya. Utamanya kepada para siswa perlu diajari mengenai toleransi,

kebersamaan, HAM, demokratisasi, dan saling menghargai. Hal tersebut sangat

berharga bagi bekal hidup mereka di kemudian hari dan sangat penting untuk

tegaknya nilai-nilai kemanusiaan.

Sekolah memegang peranan penting dalam menerapkan nilai multikultural

pada siswa sejak dini. Bila sejak awal mereka telah memiliki nilai-nilai

kebersamaan, toleran, cinta damai, dan menghargai perbedaan, maka nilai-nilai

tersebut akan tercermin pada tingkah laku mereka sehari-hari karena terbentuk

pada kepribadiannya. Bila hal tersebut berhasil dimiliki para generasi muda kita,

Page 22: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

8

maka kehidupan mendatang dapat diprediksi akan relatif damai dan penuh

penghargaan antara sesama dapat terwujud.

Di Yogyakarta terdapat salah satu sekolah yaitu SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan. Sekolah ini termasuk sekolah inklusi yang memiliki beragam latar

belakang siswa dengan berbagai macam karakter anak, serta memiliki siswa

berkebutuhan khusus di dalamnya. SD Taman Muda Ibu Pawiyatan juga

merupakan sekolah yang berbasis seni dan budaya dan menerapkan pendidikan

budi pekerti luhur. Berdasarkan pemaparan latar belakang yang telah dijelaskan,

peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana implementasi pendidikan multikultural

di sekolah inklusi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa.

Page 23: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

9

B. Identifikasi Masalah

Dari pemaparan latar belakang di atas, dapat diidentifikasi beberapa

masalah, diantaranya :

1. Kondisi masyarakat Indonesia yang sangat plural memungkinkan terjadinya

benturan antar budaya, ras, etnik, agama dan nilai-nilai yang berlaku dalam

masyarakat.

2. Terjadinya konflik dalam negara yang majemuk atau multikultur merupakan

hal yang tidak bisa dipungkiri.

3. Banyak kasus-kasus yang menunjukkan terkait permasalahan yang

disebabkan oleh keragaman misalnya meluasnya penyebaran narkotika,

maraknya tawuran antar warga maupun pelajar, kasus-kasus bullying,

kenakalan remaja dan penyakit-penyakit sosial lainnya.

4. Seiring dengan perkembangan zaman yang dipengaruhi oleh adanya

globalisasi banyak terjadi krisis sosial-budaya yang terjadi di masyarakat.

5. Sekolah merupakan lembaga yang tepat dalam membumikan pendidikan

multikultural namun beberapa sekolah belum mampu menerapkan

pendidikan multikultural secara utuh.

Page 24: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

10

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan beberapa identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah

yang dipilih dan akan dikaji dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana implementasi pendidikan multikultural di Sekolah Inklusi SD

Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa?

2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pendidikan

multikultural di Sekolah Inklusi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa?

3. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan

multikultural di Sekolah Inklusi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendeskripsikan implementasi pendidikan multikultural di Sekolah Inklusi

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa.

2. Mendeskripsikan faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam

implementasi pendidikan multikultural di Sekolah Inklusi SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Tamansiswa.

3. Mendeskripsikan cara mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan

multikultural di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa.

Page 25: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

11

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang ingin diperoleh dari penelitian ini antara lain :

Manfaat Teoritis :

1. Berupa penambahan teori, pengembangan ide dan konsep-konsep dasar

tentang kebutuhan terkait implementasi pendidikan multikultural.

Manfaat Praktis :

1. Temuan penelitian ini, diharapkan dapat dijadikan bahan evaluasi bagi sekolah

dalam upaya penerapan pendidikan multikultural yang telah dilakukan

sekolah.

2. Menambah pengetahuan pendidik tentang cara mengembangkan ide dan

konsep yang sesuai dengan kebutuhan setiap peserta didik dalam proses

pembelajaran.

3. Hasil penelitian ini bisa juga dipergunakan sebagai referensi bagi peneliti lain

yang ingin mengadakan penelitian tentang pendidikan multikultural.

4. Secara khusus hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan dan referensi

teoritis-empiris bagi masyarakat dan pemerintah dalam mematangkan

kebijakan yang terkait dengan sosialisasi dan penyiapan pendidikan

multikultural di sekolah.

Page 26: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

12

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Implementasi

Menurut Nurdin Usman dalam bukunya yang berjudul Konteks

Implementasi Berbasis Kurikulum, “Implementasi adalah bermuara pada

aktivitas, aksi, tindakan, atau adanya mekanisme suatu sistem. Implementasi

bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan untuk mencapai

tujuan kegiatan” (Usman, 2002: 70). Pengertian implementasi yang dikemukakan

di atas, dapat dikatakan bahwa implementasi adalah bukan sekedar aktivitas,

tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh

berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena

itu implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh objek berikutnya.

Menurut Guntur Setiawan dalam bukunya yang berjudul Implementasi

Dalam Birokrasi Pembangunan, “Implementasi adalah perluasan aktivitas yang

saling menyesuaikan proses interaksi antara tujuan dan tindakan untuk

mencapainya serta memerlukan jaringan pelaksana, birokrasi yang efektif”

(Guntur Setiawan, 2004: 39). Pengertian implementasi yang dikemukakan di atas,

dapat dikatakan bahwa implementasi yaitu merupakan proses untuk melaksanakan

ide, proses atau seperangkat aktivitas baru dengan harapan orang lain dapat

menerima dan melakukan penyesuaian dalam tubuh birokrasi demi terciptanya

suatu tujuan yang bisa tercapai dengan jaringan pelaksana yang bisa dipercaya.

Dari pengertian-pengertian di atas memperlihatkan bahwa kata

implementasi bermuara pada mekanisme suatu sistem. Ungkapan mekanisme

Page 27: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

13

mengandung arti bahwa implementasi bukan sekadar aktivitas, tetapi suatu

kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sungguh-sungguh berdasarkan

acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan. Oleh karena itu,

implementasi tidak berdiri sendiri tetapi dipengaruhi oleh obyek berikutnya.

B. Pendidikan Multikultural

1. Pendidikan

Pendidikan berasal dari kata didik, mendidik berarti memelihara dan

membentuk latihan. Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia, “pendidikan diartikan

sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang

dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan”.

Poerbakawatja dan Harahap (Sugiyono, 2012: 3) menyatakan bahwa “pendidikan

merupakan usaha secara sengaja dari orang dewasa untuk meningkatkan

kedewasaan yang selalu diartikan sebagai kemampuan untuk bertanggung jawab

terhadap segala perbuatannya”.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

Negara.

T.Sulistyono dalam Dwi Siswoyo (2011: 1) menyatakan bahwa,

“pendidikan sebagai usaha sadar bagi pengembangan manusia dan masyarakat,

mendasarkan pada landasan pemikiran tertentu”. Dengan kata lain, upaya

memanusiakan manusia melalui pendidikan, didasarkan atas pandangan hidup

atau filsafat hidup, bahkan latar belakang sosiokultural tiap-tiap masyarakat, serta

Page 28: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

14

pemikiran-pemikiran psikologis tertentu. Dasar pendidikan adalah landasan

berpijak dan arah bagi pendidikan sebagai wahana pengembangan manusia dan

masyarakat. Walaupun pendidikan itu universal, namun bagi suatu masyarakat

pendidikan akan diselenggarakan berdasarkan filsafat dan atau pandangan hidup

serta berlangsung dalam latar belakang sosial budaya masyarakat tersebut.

Pendidikan dalam pengertian maha luas, tempat berlangsungnya tidak

hanya terbatas dalam satu jenis lingkungan hidup tertentu dalam bentuk sekolah.

Tetapi berlangsung dalam segala bentuk lingkungan hidup manusia. Pendidikan

sebagai pengalaman belajar berlangsung baik dalam lingkungan budaya,

masyarakat hasil rekayasa manusia, maupun dalam lingkungan alam yang terjadi

dengan sendirinya tanpa rekayasa manusia.

Sementara itu, dalam pengertian sempit, pendidikan adalah sekolah atau

persekolahan. Sekolah adalah lembaga pendidikan formal sebagai salah satu hasil

rekayasa peradaban manusia. Sekolah sebagai hasil rekayasa manusia diciptakan

untuk menyelenggarakan pendidikan; penciptaannya berkaitan erat dengan

penguasaan ilmu pengetahuan, juga dengan berkembang dan tumbuhnya

kesadaran masyarakat yang semakin lama semakin meningkat.

Fungsi pendidikan merupakan serangkaian tugas atau misi yang diemban

dan harus dilaksanakan oleh pendidikan (Dirto Hadisusanto, 1995: 57). Tugas

atau misi pendidikan itu dapat tertuju pada diri manusia yang di didik maupun

kepada masyarakat bangsa di tempat ia hidup. Bagi dirinya sendiri, pendidikan

berfungsi menyiapkan dirinya agar menjadi manusia secara utuh, sehingga ia

Page 29: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

15

dapat menunaikan tugas hidupnya secara baik dan dapat hidup wajar sebagai

manusia.

Fungsi pendidikan terhadap masyarakat setidaknya ada dua bagian besar,

yaitu fungsi preserveratif dan fungsi direktif. Fungsi preserveratif dilakukan

dengan melestarikan tata sosial dan tata nilai yang ada dalam masyarakat,

sedangkan fungsi direktif dilakukan oleh pendidikan sebagai agen pembaharuan

sosial, sehingga dapat mengantisipasi masa depan. Selain itu pendidikan

mempunyai fungsi (1) menyiapkan sebagai manusia, (2) menyiapkan tenaga kerja

dan (3) menyiapkan warga negara yang baik.

Ada bermacam-macam tujuan pendidikan menurut para ahli, M.J.

Langeveld (Dwi Siswoyo, 2011: 26) mengemukakan ada enam macam tujuan

pendidikan, yaitu:

a. Tujuan umum, total atau akhir, adalah tujuan paling akhir dan merupakan

keseluruhan/kebulatan tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan. Bagi

Lavengeld tujuan umum atau tujuan akhirnya adalah kedewasaan yang salah

satu cirinya adalah tetap hidup dengan pribadi mandiri.

b. Tujuan khusus, adalah pengkhususan tujuan umum atas dasar berbagai hal,

misalnya usia, jenis kelamin, intelegensi, bakat, minat, lingkungan sosial

budaya, tahap-tahap perkembangan, tuntutan persyaratan pekerjaan dan

sebagainya.

c. Tujuan tak lengkap, adalah tujuan yang hanya menyangkut sebagian aspek

kehidupan manusia. Misalnya aspek psikologis, biologis, dan sosiologis saja.

Salah satu aspek psikologis misalnya hanya mengembangkan emosi atau

pikirannya saja.

d. Tujuan sementara, adalah tujuan yang hanya dimaksudkan untuk sementara

saja, sedangkan kalau tujuan sementara itu sudah dicapai, lalu ditinggalkan

dan diganti dengan tujuan yang lain.

e. Tujuan intermedier, adalah tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang pokok.

f. Tujuan insidental, adalah tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu,

seketika, spontan.

Page 30: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

16

2. Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural (Multicultural Education) merupakan respon

terhadap perkembangan keragaman populasi sekolah, sebagaimana tuntutan

persamaan hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi lain, pendidikan

multikultural merupakan pengembangan kurikulum dan aktivitas pendidikan

untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi dan perhatian terhadap

orang-orang non Eropa. Sedangkan secara luas, pendidikan multikultural itu

mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompoknya seperti

gender, etnis, ras, budaya, strata sosial dan agama.

James Banks (Choirul Mahfud,1993: 3) mendefinisikan :

Pendidikan multikultural merupakan suatu rangkaian kepercayaan

(set of beliefs) dan penjelasan yang mengakui dan menilai

pentingnya keragaman budaya dan etnis dalam bentuk gaya hidup,

pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan pendidikan dari

individu, kelompok, ataupun negara.

Ia mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai ide, gerakan,

pembaharuan pendidikan, dan proses pendidikan yang tujuan utamanya adalah

untuk mengubah struktur lembaga pendidikan agar siswa laki-laki dan perempuan,

siswa berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok

ras, etnis, dan kultur yang bermacam-macam memiliki kesempatan yang sama

untuk mencapai prestasi akademis di sekolah.

Dalam pendidikan multikultural, dapat diidentifikasikan perkembangan

sikap seseorang dalam kaitannya dengan kebudayaan-kebudayaan lain dalam

masyarakat lokal sampai kepada masyarakat dunia global. James Banks (Choirul

Mahfud, 2014: 202) mengemukakan beberapa tipologi sikap seseorang terhadap

Page 31: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

17

identitas etnik atau cultural identity, yaitu:

a. Ethnic Psychological Captivity. Pada tingkat ini, seseorang masih

terperangkap dalam stereotipe kelompoknya sendiri, dan menunjukkan rasa

harga diri yang rendah. Sikap tersebut menunjukkan sikap kefanatikan

terhadap nilai-nilai budaya sendiri dan menganggap budaya lainnya inferior.

b. Ethnic Encapsulation. Pribadi demikian juga terperangkap dalam kapsul

kebudayaannya sendiri terpisah dari budaya lain. Sikap ini biasanya

mempunyai perkiraan bahwa hanya nilai-nilai budayanya sendiri yang

paling baik dan tinggi, dan biasanya mempunyai sikap curiga terhadap

budaya atau bangsa lain.

c. Ethnic Identifities Clarification. Pribadi macam ini mengembangkan

sikapnya yang positif terhadap budayanya sendiri dan menunjukkan sikap

menerima dan memberikan jawaban positif kepada budaya-budaya lainnya.

Untuk mengembangkan sikap yang demikian maka sesorang lebih dahulu

perlu mengetahui beberapa kelemahan budaya atau bangsanya sendiri.

d. The Ethnicity. Pribadi ini menunjukkan sikap yang menyenangkan terhadap

budaya yang datang dari etnis lain, seperti budayanya sendiri.

e. Multicultural Ethnicity. Pribadi ini menunjukkan sikap yang mendalam

dalam menghayati kebudayaan lain di lingkungan masyarakat bangsanya.

f. Globalism. Pribadi ini dapat menerima di berbagai jenis budaya dan bangsa

lain. Mereka dapat bergaul secara internasional dan mengembangkan

keseimbangan keterikatannya terhadap budaya bangsa dan budaya global.

Pendidikan multikultural memiliki beberapa dimensi yang saling berkaitan

satu dengan yang lain, yaitu : Pertama, Content Integration, yaitu

mengintegrasikan berbagai budaya dan kelompok untuk mengilustrasikan konsep

mendasar, generalisasi dan teori dalam mata pelajaran/disiplin ilmu. Kedua, the

knowledge construction process, yaitu membawa siswa untuk memahami

implikasi budaya ke dalam sebuah mata pelajaran (disiplin). Ketiga, an equity

paedagogy, yaitu menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar siswa

dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang beragam baik dari segi

ras, budaya, ataupun sosial. Keempat, prejudice reduction, yaitu mengidentifikasi

karakteristik ras siswa dan menentukan metode pengajaran mereka. Kemudian,

melatih kelompok untuk berpartisipasi dalam kegiatan olah raga, berinteraksi

Page 32: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

18

dengan seluruh staf dan siswa yang berbeda etnis dan ras dalam upaya

menciptakan budaya akademik yang toleran dan inklusif.

Trice dan Beyer (J.David Smith, 2015: 379) mengusulkan empat jenis

kebiasaan yang dapat membantu meningkatkan solidaritas kelompok dalam

sebuah organisasi yang dapat diterapkan dalam kelas. Inilah teknik yang dapat

membantu siswa merasa bersama yang dapat membentuk mereka satu kelompok,

meskipun setiap orang memiliki perbedaan khusus. Kebiasaan tersebut meliputi :

a. Rites of Enhancement: dikelas, kebiasaan ini dapat dicapai guru dan teman-

teman dengan mengenali pencapaian individu dan kelompok (misalnya,

mendorong siswa untuk memuji orang lain atas pekerjaan yang baik).

b. Rites of Conflict Reduction: temukan cara dalam mengatasi stres dan tekanan

serta aktivitas kelompok yang dapat dinikmati dan mendorong untuk tertawa.

c. Rites of Integration: aktivitas yang dapat membantu siswa belajar mengenai

nilai-nilai yang mereka bagi (misalnya, diskusi mengenai masalah-masalah

penting bagi kelompok seusianya, role-playing, membaca cerita, dan

menyuruh siswa mendiskusikan artinya).

d. Rites of Renewal: memberi bantuan siswa yang akan memotivasi mereka dan

membantu meningkatkan moral, misalnya tutorial satu per satu dengan materi-

materi yang sulit.

e. Rites of Passage: kelompok mengetahui hari ulang tahun dan peristiwa hidup

yang penting mengenai orang lain (misalnya, hari ulang tahun seseorang

saudara, prestasi di pramuka, dan sebagainya).

Page 33: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

19

Menurut Prof. HAR Tilaar (Choirul Mahfud, 2014: 178) :

Pendidikan multikultural berawal dari berkembangnya gagasan dan

kesadaran tentang “interkulturalisme” seusai Perang Dunia (PD) kedua.

Kemunculan gagasan dan kesadaran “interkulturalisme” ini, selain terkait

dengan perkembangan politik internasional menyangkut HAM,

kemerdekaan dari kolonialisme, dan diskriminasi rasial dan lain-lain, juga

karena meningkatnya pluralitas (keberagaman) di negara-negara barat

sendiri sebagai akibat dari peningkatan migrasi dari negara-negara baru

merdeka ke Amerika dan Eropa.

Azra (Yaya Suryana dan H.A Rusdiana, 2015: 197) menjelaskan:

Pendidikan multikultural sebagai pengganti dari pendidikan

interkultural diharapkan dapat menumbuhkan sikap peduli dan mau

mengerti atau adanya politik pengakuan terhadap kebudayaan kelompok

manusia, seperti toleransi, perbedaan etno-kultural dan agama,

diskriminasi, HAM, demokrasi dan pluralitas, kemanusiaan universal,

serta subjek-subjek lain yang relevan.

Pendidikan multikultural (multicultural education) tidak persis sama

dengan enkulturasi ganda (multiple enculturation). Sizemore (Yaya Suryana dan

H.A Rusdiana, 2015: 197) membedakan pendidikan multikultural dengan

enkulturasi ganda. Perbedaan tersebut antara lain sebagai berikut.

a. Enkulturasi lebih menekankan pada integrasi struktural yang mengaburkan

makna akulturasi dengan enkulturasi. Pendidikan multikultural merupakan

sebuah proses pemerolehan pengetahuan untuk dapat mengontrol orang lain

demi sebuah kehidupan (survival).

b. Pendidikan multikultural, sebenarnya merupakan sikap peduli dan mau

mengerti (difference) atau politics of recognition, politik pengakuan

terhadap orang-orang dari kelompok minoritas.

Secara operasional, pendidikan multikultural pada dasarnya adalah program

pendidikan yang menyediakan sumber belajar yang jamak bagi pembelajar

(multiple learning environments) dan yang sesuai dengan kebutuhan akademis

ataupun sosial anak didik.

Page 34: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

20

Adapun definisi pendidikan multikultural yang diadopsi dari Suzuki dan

Pramono (Yaya Suryana dan H.A Rusdiana, 2015: 198) didasarkan pada asumsi

awal bahwa sekolah dapat memainkan peran besar dalam mengubah struktur

sosial sebuah masyarakat. Hal ini tidak berarti bahwa sekolah satu-satunya

lembaga sosial yang dapat mengubah struktur sosial sebuah masyarakat, tetapi

sekolah dapat menjadi wahana atau alat bagi perubahan sosial dari masyarakat.

Berdasarkan pemahaman tersebut dapat dimaknai hal-hal sebagai berikut.

a. Guru-guru dapat membantu siswanya mengonseptualisasi dan menumbuhkan

aspirasi tentang struktur sosial alternatif serta memungkinkan siswa

memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk berubah. Definisi dan

tujuan inilah yang akan dikembangkan menjadi program pendidikan

multikultural di sekolah-sekolah yang memiliki latar belakang dan

kebhinnekaan sosio-historis, budaya, ekonomi dan psikologi.

b. Pendidikan multikulturalisme dalam konteks Indonesia penting untuk

dikembangkan. Hal ini mengingat faktor kebhinekaan bangsa Indonesia dan

faktor-faktor lain yang menjadi pengalaman bangsa Indonesia.

c. Terjadinya peristiwa disintegrasi sosial dan konflik selama ini, semakin perlu

untuk diantisipasi secara tepat. Hal yang paling memungkinkan adalah melalui

program pendidikan multikulturalisme.

d. Kesungguhan dalam merumuskan pendidikan multikulturalisme dalam

konteks Indonesia yang tepat semangat dan tepat tujuan (Yaya Suryana dan

H.A Rusdiana, 2015: 198).

Pendidikan multikultural (multicultural education) merupakan respon

terhadap perkembangan keragaman hak bagi setiap kelompok. Dalam dimensi

lain, pendidikan multikultural merupakan pengembangan kurikulum dan aktivitas

pendidikan untuk memasuki berbagai pandangan, sejarah, prestasi dan perhatian

terhadap orang-orang non-Eropa. Adapun secara luas, pendidikan multikultural

mencakup seluruh siswa tanpa membedakan kelompok-kelompoknya, seperti

gender, etnis, ras, budaya, strata sosial, dan agama.

Page 35: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

21

Pendidikan multikulturalisme biasanya mempunyai ciri-ciri :

a. Tujuannya membentuk “manusia budaya” dan menciptakan

“masyarakat berbudaya” (berperadaban).

b. Materinya mengajarkan nilai-nilai luhur kemanusiaan, nilai-nilai

bangsa, dan nilai-nilai kelompok etnis (kultural).

c. Metodenya demokratis, yang menghargai aspek-aspek perbedaaan dan

keberagaman budaya bangsa dan kelompok etnis (multikulturalis).

d. Evaluasinya ditentukan pada penilaian terhadap tingkah laku anak

didik yang meliputi persepsi, apresiasi, dan tindakan terhadap budaya

lainnya.

Mengenai fokusnya, fokus pendidikan multikultural tidak lagi diarahkan

hanya pada kelompok rasial, agama, dan kultural domain atau mainstream.

Pendidikan interkultural yang menekankan peningkatan pemahaman dan toleransi

individual yang berasal dari kelompok minoritas terhadap budaya mainstream

yang dominan, yang pada akhirnya menyebabkan orang-orang dari kelompok

minoritas terintegrasi ke dalam masyarakat mainstream.

Pendidikan multikultural sebenarnya merupakan sikap “peduli” dan mau

mengerti (difference) atau politics of recognition (politik pengakuan terhadap

orang-orang dari kelompok minoritas). Dalam konteks itu, pendidikan

multikultural melihat masyarakat secara lebih luas. Berdasarkan pandangan dasar

bahwa sikap “indifference” dan “non-recognition” tidak hanya berakar dari

ketimpangan struktur rasial, tetapi paradigma pendidikan multikultural mencakup

Page 36: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

22

subjek-subjek mengenai ketidakadilan, kemiskinan, penindasan dan

keterbelakangan kelompok-kelompok minoritas dalam berbagai bidang.

Apa yang dipikirkan oleh seseorang tentang dirinya berjalin dengan

penerimaan dan dukungan yang dirasakan dari orang lain. Kehidupan internal

seseorang tidak dapat dipisahkan dari lingkungan eksternal. Siccone (J.David

Smith, 2015: 379) membuat konsep interaksi antara diri sendiri dan orang lain

dengan dimensi-dimensi berikut ini :

a. Independence, ini adalah pengalaman menganggap dirinya berharga, ini

menyangkut perasaan bahwa seseorang adalah mandiri dan unik di dunia ini.

Meliputi persoalan siapa dan apa membuat saya istimewa.

b. Interdependence, inilah pengakuan bahwa saya perlu orang lain. Inilah rasa

yang dibutuhkan untuk dimiliki keluarga, komunitas, sekolah, dan masyarakat,

meliputi kebutuhan persahabatan, afiliasi, dan hubungan.

c. Personal Responsibility, inilah pengakuan untuk melakukan kontrol dalam

kehidupan seseorang. Menyangkut rasa, mampu meraih tujuan, pengarahan

diri, dan kemampuan.

d. Tanggung jawab Sosial, adalah kemampuan untuk bergerak pada kepentingan

sendiri dan mau menerima tanggung jawab kehidupan di sekitar. Ini

merupakan suatu keyakinan yang bukan saja pentingnya menerima orang lain,

tapi juga sanggup bahwa saya harus menolong orang lain.

Tilaar (Yaya Suryana dan H.A Rusdiana, 2015: 202) menegaskan

bahwa:

Pengertian tentang multikultural mencakup pertimbangan

terhadap kebijakan-kebijakan dan strategi-strategi pendidikan

dalam masyarakat multikultural harus mencakup subjek-subjek,

seperti toleransi, tema-tema tentang perbedaan etno-kultural dan

agama, bahaya diskriminasi, penyelesaian konflik dan mediasi, hak

asasi manusia, demokrasi dan pluralitas, multikulturalisme,

kemanusiaan universal, dan subjek-subjek lain yang relevan.

Dalam konteks teoritis, belajar dari model-model pendidikan multikultural

yang pernah ada dan sedang dikembangkan oleh negara-negara maju, ada

beberapa pendekatan yaitu :

Page 37: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

23

a. Pendidikan tentang perbedaan kebudayaan atau multikulturalisme

b. Pendidikan tentang perbedaan kebudayaan atau pemahaman kebudayaan

c. Pendidikan bagi pluralisme kebudayaan

d. Pendidikan dwi budaya

e. Pendidikan multikultural sebagai pengalaman moral manusia.

3. Tujuan Pendidikan Multikultural

Tujuan utama pendidikan multikultural adalah mengubah pendekatan

pelajaran dan pembelajaran ke arah memberikan peluang yang sama pada setiap

anak. Jadi, tidak ada yang dikorbankan demi persatuan. Untuk itu, kelompok-

kelompok harus damai, saling memahami, mengakhiri perbedaan, tetapi tetap

menekankan pada tujuan umum untuk mencapai persatuan. Siswa ditanamkan

pemikiran lateral, keanekaragaman dan keunikan itu dihargai. Hal ini berarti harus

ada perubahan sikap, perilaku, dan nilai-nilai khususnya civitas akademika

sekolah.

Tujuan pendidikan multikultural adalah untuk membantu siswa:

a. Memahami latar belakang diri dan kelompok dalam masyarakat;

b. Menghormati dan mengapresiasi kebhinnekaan budaya dan sosio-historis

etnik;

c. Menyelesaikan sikap-sikap yang terlalu etnosentris dan penuh purbasangka;

d. Memahami faktor-faktor sosial, ekonomis, psikologis, dan historis yang

menyebabkan terjadinya polarisasi etnik ketimpangan dan keterasingan etnik;

Page 38: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

24

e. Meningkatkan kemampuan menganalisis secara kritis masalah-masalah rutin

dan isu melalui proses demokratis melalui sebuah visi tentang masyarakat

yang lebih baik, adil dan bebas;

f. Mengembangkan jati diri yang bermakna bagi semua orang.

Perbedaan pada diri anak didik yang harus diakui dalam pendidikan

multikultural, antara lain mencakup penduduk minoritas etnis dan ras, kelompok

pemeluk agama, agama, jenis kelamin, kondisi ekonomi, daerah/asal-usul,

ketidakmampuan fisik dan mental, kelompok umur dan lain-lain (Baker, dalam

Yaya Suryana dan H.A Rusdiana, 2015: 199).

Pendidikan multikultural lebih tepat diarahkan sebagai advokasi untuk

menciptakan masyarakat yang toleran. Untuk mencapai sasaran tersebut,

diperlukan sejumlah pendekatan. Ada beberapa pendekatan dalam proses

pendidikan multikultural. Pertama, tidak lagi menyamakan pandangan pendidikan

(education) dengan persekolahan (schooling), atau pendidikan multikultural

dengan program-program sekolah formal.

Pandangan yang lebih luas mengenai pendidikan sebagai transmisi

kebudayaan membebaskan pendidik dari asumsi keliru bahwa tanggung jawab

primer mengembangkan kompetensi kebudayaan di kalangan anak didik semata-

mata berada di tangan mereka, tetapi justru semakin banyak pihak yang

bertanggung jawab, karena program-program sekolah seharusnya terkait dengan

pembelajaran informal diluar sekolah.

Kedua, menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan

kelompok etnik. Artinya, tidak perlu lagi mengasosiasikan kebudayaan semata-

mata dengan kelompok-kelompok etnik sebagaimana yang terjadi selama ini.

Secara tradisional, para pendidik lebih mengasosiasikan kebudayaan dengan

Page 39: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

25

kelompok-kelompok sosial yang relatif self sufficient, ketimbang dengan sejumlah

orang yang secara terus-menerus dan berulang-ulang terlibat satu sama lain dalam

satu atau lebih kegiatan.

Dalam konteks pendidikan multikultural, pendekatan ini diharapkan dapat

mengilhami para penyusun program pendidikan multikultural untuk melenyapkan

kecenderungan memandang anak didik secara stereotipe menurut identitas etnik

mereka, sebaliknya mereka akan meningkatkan eksplorasi pemahaman yang lebih

besar mengenai kesamaan dan perbedaan di kalangan anak didik dari berbagai

kelompok etnik.

Ketiga, karena pengembangan kompetensi alam suatu “kebudayaan baru”

biasanya membutuhkan interaksi inisiatif dengan orang-orang yang sudah

memiliki kompetensi, maka dapat dilihat lebih jelas bahwa upaya untuk

mendukung sekolah-sekolah yang terpisah secara etnik merupakan antitesis

terhadap tujuan pendidikan multikultural. Mempertahankan dan memperluas

solidaritas kelompok akan menghambat sosialisasi ke dalam kebudayaan baru.

Pendidikan bagi pluralisme budaya dan pendidikan multikultural tidak dapat

disamakan secara logis.

Keempat, pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam

beberapa kebudayaan. Kebudayaan mana yang akan diadopsi, itu ditentukan oleh

situasi dan kondisi secara proporsional. Kelima, kemungkinan bahwa pendidikan

(baik formal maupun non formal) meningkatkan kesadaran tentang kompetensi

dalam beberapa kebudayaan. Kesadaran seperti ini kemudian akan menjauhkan

kita dari konsep dwi budaya atau dikotomi antar pribumi dan non pribumi.

Page 40: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

26

Dikotomi semacam ini akan membatasi individu untuk sepenuhnya

mengekspresikan diversitas kebudayaan. Pendekatan ini meningkatkan kesadaran

akan multikulturalisme sebagai pengalaman normal manusia. Kesadaran ini

mengandung makna bahwa pendidikan multikultural berpotensi untuk

menghindari dikotomi dan mengambangkan apresiasi yang lebih baik melalui

kompetensi kebudayaan yang ada pada diri anak didik.

Dalam aktivitas pendidikan mana pun, peserta didik merupakan sasaran

(objek) sekaligus sebagai subjek pendidikan. Oleh sebab itu, dalam memahami

hakikat peserta didik, para pendidik perlu memahami ciri-ciri umum peserta didik,

antara lain:

a. Dalam keadaan sedang berdaya. Maksudnya, peserta didik dalam keadaan

berdaya untuk menggunakan kemampuan, kemauan dan sebagainya.

b. Memiliki keinginan untuk berkembang ke arah dewasa.

c. Memiliki latar belakang yang berbeda-beda.

d. Melakukan penjelajahan terhadap alam sekitarnya dengan potensi-potensi

dasar yang dimiliki secara individual.

Menurut Farida Hanum (Yaya Suryana dan H.A Rusdiana, 2015: 200),

nilai-nilai inti dari pendidikan multikulktural berupa demokratis, humanisme, dan

pluralisme.

a. Nilai Demokratisasi atau keadilan, merupakan sebuah istilah yang

menyeluruh dalam segala bentuk, baik keadilan budaya, politik, maupun

sosial. Keadilan merupakan bentuk bahwa setiap insan mendapatkan

sesuatu yang dibutuhkan, bukan yang diinginkan.

b. Nilai Humanisme atau kemanusiaan manusia pada dasarnya adalah

pengakuan akan pluralitas, heterogenitas, dan keragaman manusia.

Keragaman itu dapat berupa ideologi, agama, paradigma, suku bangsa, pola

pikir, kebutuhan, tingkat ekonomi dan sebagainya.

Page 41: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

27

c. Nilai Pluralisme bangsa, adalah pandangan yang mengakui adanya

keragaman dalam suatu bangsa, seperti yang ada di Indonesia. Istilah plural

mengandung arti berjenis-jenis, tetapi pluralisme bukan berarti sekedar

pengakuan terhadap hal-hal tersebut, melainkan memiliki implikasi-

implikasi politis, sosial, dan ekonomi. Oleh sebab itu, pluralisme berkaitan

dengan prinsip-prinsip demokrasi. Banyak negara yang menyatakan dirinya

sebagai negara demokrasi, tetapi tidak mengakui adanya pluralisme dalam

kehidupannya sehingga terjadi berbagai segregesi. Pluralisme berkenaan

dengan hak hidup kelompok-kelompok masyarakat yang ada dalam suatu

komunitas.

Ada tiga persepektif multikulturalisme dalam sistem pendidikan, yaitu

perspektif cultural assimilation, perspektif cultural pluralism, dan perspektif

cultural synthesis.

a. Perspektif Cultural Assimilation

Cultural assimilation merupakan model transisi dalam sistem pendidikan

yang menunjukkan proses asimilasi anak atau subjek didik dari berbagai

kebudayaan atau masyarakat subnasional ke dalam suatu “core society”.

b. Perspektif Cultural Pluralism

Cultural pluralism merupakan suatu sistem pendidikan yang menekankan

pada pentingnya hak bagi semua kebudayaan dan masyarakat subnasional

untuk memelihara dan mempertahankan identitas kultural masing-masing.

c. Perspektif Cultural Synthesis

Cultural synthesis merupakan sintesis dari perspektif asimilasionis dan

pluralis yang menekankan pentingnya proses terjadinya elektisisme dan

sintesis dalam diri anak atau subjek didik dan masyarakat serta terjadinya

perubahan dalam berbagai kebudayan dan masyarakat subnasional.

Page 42: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

28

Dalam mayarakat Indonesia yang sangat majemuk, diperlukan aplikasi

pilihan perspektif pendidikan yang ketiga. Perspektif pendidikan yang demikian

memberikan peran pada pendidikan multikultural sebagai instrumen bagi

pengembangan eksistensisme dan sintesis beragam kebudayaan subnasional pada

tingkat individual dan masyarakat serta bagi promosi terbentuknya suatu melting

pot dari beragam kebudayaan dan masyarakat subnasional.

“Pilihan perspektif pendidikan sintesis multicultural memiliki rasional

paling dasar dalam hakikat tujuan suatu pendidikan multikultural yang dapat

diidentifikasi melalui tiga tujuan ekstrand, yaitu tujuan attitudinal, tujuan kognitif,

dan tujuan instruksional”, Nasikun (Yaya Suryana dan H.A Rusdiana, 2015: 210).

a. Pada Tingkat Attitudinal

Pendidikan multikultural berfungsi untuk menyemai dan

mengembangkan sensitivitas kultural, toleransi kultural, penghormatan pada

identitas kultural, pengembangan sikap budaya responsif serta keahlian

untuk melakukan penolakan dan resolusi konflik.

b. Pada Tingkat Kognitif

Pendidikan multikultural memiliki tujuan bagi pencapaian kemampuan

akademis, pengembangan pengetahuan tentang kemajemukan kebudayan,

kompetensi untuk melakukan analisis dan interpretasi perilaku kultutral, dan

kemampuan membangun kesadaran kritis tentang kebudayaan sendiri.

c. Pada Tingkat Instruksional

Pendidikan multikultural bertujuan untuk mengembangkan kemampuan

melakukan koreksi atas distorsi-distorsi, stereotipe-stereotipe, peniadaan dan

mis-informasi tentang kelompok-kelompok etnis dan kultural yang dimuat

dalam buku dan media pembelajaran, menyediakan strategi-strategi untuk

melakukan hidup dalam pergaulan multikultural, mengembangkan

keterampilan komunikasi interpersonal, menyediakan teknik-teknik untuk

melakukan evaluasi dan membentuk menyediakan klarifikasi dan penjelasan

tentang dinamika perkembangan kebudayaan.

Page 43: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

29

4. Pendidikan Multikultural dalam Dimensi Pendidikan Nasional

Menurut Tilaar (2004) dan Benni (2006) (Yaya Suryana dan H.A

Rusdiana, 2015: 208), pendidikan multikultural memiliki dimensi sebagai berikut:

a. Right to culture dan identitas budaya lokal

Multikulturalisme didorong oleh pengakuan terhadap hak asasi

manusia. Akan tetapi, akibat globalisasi pengakuan tersebut diarahkan juga

pada hak-hak lain, yaitu hak akan kebudayaan (right to culture). Lahirnya

identitas kesukuan sebagai perkembangan budaya mikro di Indonesia

memerlukan masa transisi, yaitu seakan-akan menurunnya rasa kebangsaan

dan persatuan Indonesia. Hal ini dapat dimengerti karena yang disebut

budaya Indonesia sebagai budaya mainstream belum jelas bagi kita.

Identitasi budaya makro, yaitu budaya Indonesia yang sedang menjadi harus

terus-menerus dibangun atau merupakan proses yang tanpa ujung.

b. Kebudayaan indonesia yang menjadi

Maksud kebudayaan Indonesia yang menjadi adalah suatu pegangan

dari setiap insan dan setiap identitas budaya mikro Indonesia. Hal tersebut

merupakan sistem nilai baru yang kemudian memerlukan proses yang

perwujudannya melalui proses dalam pendidikan nasional. Oleh sebab itu, di

tengah-tengah maraknya identitas kesukuan, sekaligus ditekankan sistem

nilai baru yang akan diwujudkan, yaitu sistem nilai keindonesiaan. Hal

tersebut tidak mudah karena memerlukan paradigm shift dalam proses

pendidikan bangsa Indonesia.

c. Pendidikan multikultural yang normatif

Konsep pendidikan multikultural normatif adalah konsep yang dapat

dibunakan untuk mewujudkan cita-cita. Konsep pendidikan multikultural

normatif diharapkan mampu memperkuat identitas suatu suku yang

kemudian dapat menyumbangkan bagi terwujudnya kebudayaan Indonesia

yang dimiliki oleh seluruh bangsa Indonesia.

d. Pendidikan multikultural rekonstruksi sosial

Suatu rekonstruksi sosial, artinya upaya untuk melihat kembali

kehidupan sosial yang ada saat ini. Salah satu masalah yang timbul akibat

berkembangnya rasa kedaerahan, identitas kesukuan, dari perseorangan

ataupun suatu suku bangsa Indonesia telah menimbulkan rasa kelompok

yang berlebihan. Semua ini akan menyebabkan pergeseran-pergeseran

horizontal yang tidak dikenal sebelumnya.

e. Pendidikan multikultural di indonesia memerlukan pedagogik baru

Pedagogik tradisional membatasi proses pendidikan dalam ruangan

sekolah yang sarat dengan pendidikan intelektualistik. Adapun kehidupan

sosial-budaya di Indonesia menuntut pendidikan hati (pedagogy of heart),

yaitu diarahkan pada rasa persatuan dari bangsa Indonesia yang pluralistis.

Page 44: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

30

f. Pendidikan multikultural bertujuan untuk mewujudkan visi indonesia

masa depan serta etika berbangsa.

TAP/MPR RI Tahun 2001 No. VI dan VII mengenai visi Indonesia

masa depan serta etika kehidupan berbangsa perlu dijadikan pedoman yang

sangat berharga dalam pengembangan konsep Pendidikan Multikultural.

Dalam hal ini perlu dipertimbangkan menghidupkan kembali pendidikan

budi pekerti terutama ditingkat pendidikan dasar, melengkapi pendidikan

agama yang sudah ditangani dengan UU No. 20 Tahun 2003 (UUSPN

2003).

5. Bentuk Pengembangan dan Pendekatan Pendidikan Multikultural

Bentuk pengembangan pendidikan multikultural di setiap negara berbeda-

beda sesuai dengan permasalahan yang dihadapi setiap negara. Banks (1993)

(Yaya Suryana dan H.A Rusdiana, 2015: 211) mengemukakan empat pendekatan

yang mengintegrasikan materi pendidikan multikultural ke dalam kurikulum

ataupun pembelajaran di sekolah yang jika dicermati relevan untuk

diimplementasikan di Indonesia.

a. Pendekatan kontribusi (the contributions approach)

Level ini yang paling sering dilakukan dan paling luas digunakan dalam

fase pertama dari gerakan kebangkitan etnis. Cirinya adalah dengan

memasukkan pahlawan-pahlawan dari suku bangsa/etnis dan benda-benda

budaya ke dalam pelajaran yang sesuai. Hal inilah yang selama ini telah

dilakukan di Indonesia.

b. Pendekatan aditif (aditif approach)

Pada tahap ini dilakukan penambahan materi, konsep, tema, perspektif

terhadap kurikulum tanpa mengubah struktur, tujuan, dan karakteristik

dasarnya. Pendekatan aditif ini sering dilengkapi dengan buku, modul, atau

bidang bahasan terhadap kurikulum tanpa mengubah secara substansif.

Pendekatan aditif merupakan fase awal dalam melaksanakan pendidikan

multikultural karena belum menyentuh kurikulum utama.

c. Pendekatan transformasi (the transformation approach)

Pendekatan transformasi berbeda secara mendasar dengan pendekatan

kontribusi dan aditif. Pendekatan transformasi mengubah asumsi dasar

kurikulum dan menumbuhkan kompetensi dasar siswa dalam melihat

konsep, isu, tema, dan problem dari beberapa perspektif dan sudut pandang

etnis. Perspektif berpusat pada aliran utama yang mungkin dipaparkan

dalam materi pelajaran. Siswa boleh melihat dari perspektif yang lain.

Banks (1993) (Yaya Suryana dan H.A Rusdiana, 2015: 212), menyebut

ini sebagai proses multiple acculturation, sehingga rasa saling menghargai,

Page 45: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

31

kebersamaan, dan cinta sesama dapat dirasakan melalui pengalaman belajar.

Konsepsi akulturasi ganda (multiple acculturation conception) dari

masyarakat dan budaya negara mengarah pada perspektif bahwa

memandang peristiwa etnis, sastra, musik, seni, dan pengetahuan lainnya

sebagai bagian integral dari yang membentuk budaya secara umum. Budaya

kelompok dominan hanya dipandang sebagai bagian dari keseluruhan

budaya yang lebih besar.

d. Pendekatan aksi sosial (the social action approach)

Pendekatan aksi sosial mencakup semua elemen dari pendekatan

transformasi, tetapi menambah komponen yang mempersyaratkan siswa

membuat aksi yang berkaitan dengan konsep, isu, atau masalah yang

dipelajari dalam unit. Tujuan utama dari pembelajaran dan pendekatan ini

adalah mendidik siswa melakukan kritik sosial dan mengajarkan

keterampilan membuat keputusan untuk memperkuat siswa dan membantu

mereka memperoleh pendidikan politis, sekolah membantu siswa menjadi

kritikus sosial yang reflektif dan partisipan yang terlatih dalam perubahan

sosial. Siswa memperoleh pengetahuan, nilai, dan keterampilan yang

dibutuhkan untuk berpartisipasi dalam perubahan sosial sehingga kelompok-

kelompok etnis, ras dan golongan yang terabaikan dan menjadi korban dapat

berpartisipasi penuh dalam masyarakat.

“Peran pendidikan dalam multikulturalisme hanya dapat dimengerti dalam

kaitannya dengan falsafah hidup, kenyataan sosial, yang akan meliputi disiplin-

disiplin ilmu yang lain, seperti ilmu politik, filsafat, khususnya falsafah

posmodernisme, antropologi, dan sosiologi” (Dawam, Ainur Rafiq, dalam Yaya

Suryana dan H.A Rusdiana, 2015: 206).

Dalam hal ini dimaksudkan agar dalam perjalanan sejarah pendidikan

multikultural tidak akan kehilangan arah atau berlawanan dengan nilai-nilai dasar

multikulturalisme. Karena hegemoni bukan hanya di bidang politik, melainkan

juga dibidang pelayanan terhadap masyarakat.

Dengan demikian, orientasi yang seharusnya dibangun dan diperhatikan

antara lain meliputi hal-hal berikut.

Page 46: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

32

a. Orientasi Kemanusiaan

Kemanusiaan atau humanisme merupakan sebuah nilai kodrati yang

menjadi landasan sekaligus tujuan pendidikan. Kemanusiaan bersifat

universal, global, di atas semua suku, aliran, ras, golongan, dan agama.

b. Orientasi Kebersamaan

Kebersamaan atau kooperativisme merupakan sebuah nilai yang sangat

mulia dalam masyarakat yang plural dan heterogen. Kebersamaan yang hakiki

juga akan membawa pada kedamaian yang tidak ada batasannya.

Kebersamaan yang dibangun di sini adalah kebersamaan yang terlepas dari

unsur kolutif ataupun koruptif. Intinya kebersamaan yang dibangun adalah

kebersamaan yang masing-masing pihak tidak merasa dirugikan dirinya

sendiri, orang lain, lingkungan, serta negara.

c. Orientasi Kesejahteraan

Kesejahteraan atau welvarisme merupakan suatu kondisi sosial yang

menjadi harapan semua orang. Kesejahteraan selama ini hanya dijadikan

sebagai slogan kosong. Kesejahteraan sering diucapkan, tetapi tidak pernah

dijadikan orientasi oleh siapapun. Konsistensi terhadap sebuah orientasi harus

dibuktikan dengan perilaku menuju terciptanya kesejahteraan masyarakat.

d. Orientasi Profesional

Profesional merupakan sebuah nilai yang dipandang dari aspek apapun

adalah sangat tepat. Tepat landasan, tepat proses, tepat pelaku, tepat ruang,

tepat waktu, tepat anggaran, tepat kualitatif, tepat kuantitatif, dan tepat tujuan.

Page 47: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

33

e. Orientasi Mengakui Pluralitas dan Heterogenitas

Pluralitas dan heterogenitas merupakan kenyataan yang tidak mungkin

ditindas secara fasis dengan memunculkan sikap fanatisme terhadap

kebenaran yang diyakini oleh banyak orang.

f. Orientasi Anti Hegemoni dan Anti Dominasi

Hegemoni dan dominasi hegemoni adalah dua istilah yang sangat

populer bagi kaum tertindas. Akan tetapi, kedua istilah tersebut tidak pernah

digunakan, bahkan dihindari oleh para pengikut paham liberalis, kapitalis,

globalis, dan neoliberalis.

6. Program dan Dimensi Pendidikan Multikultural

a. Program Pendidikan Multikultural

1) berorientasi pada materi (content-oriented programs)

Berorientasi pada materi (content-oriented programs) merupakan

bentuk pendidikan multikultural yang paling umum dapat cepat dipahami.

Tujuan utamanya adalah memasukkan materi tentang kelompok budaya

yang berbeda dalam kurikulum dan materi pendidikan untuk meningkatkan

pengetahuan siswa tentang kelompok-kelompok tersebut.

Dalam bentuknya yang paling sederhana bentuk program ini

menambahkan aspek multikultural ke dalam kurikulum yang standar. Versi

yang lebih canggih dari bentuk ini, yaitu mengubah kurikulum secara aktif

dengan tiga tujuan berikut :

a) Mengembangkan muatan multikultural melalui berbagai disiplin.

b) Memasukkan sejenis sudut pandang dan perspektif yang berbeda

dalam kurikulum.

Page 48: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

34

c) Mengubah aturan, yang pada akhirnya mengembangkan paradigma

baru bagi kurikulum.

2) berorientasi pada siswa (student-oriented programs)

Program yang berorientasi pada siswa (student-oriented programs)

bertujuan untuk meningkatkan prestasi akademik kelompok siswa yang

berbeda meskipun pada saat itu tidak memberikan perubahan besar dalam

muatan kurikulum. Beberapa program ini tidak dirancang untuk mengubah

kurikulum atau konteks sosial pendidikan, tetapi membantu siswa dengan

budaya dan bahasa yang berbeda untuk menciptakan perubahan dalam

mainstream pendidikan. Terdapat beberapa kategori program yang khas:

a) Program yang menggunakan riset dalam model belajar yang berbasiskan

budaya (culturally-based learning styles) dalam menentukan gaya

mengajar yang digunakan pada kelompok siswa tertentu;

b) Program dua bahasa (bilingual) atau dua budaya (bicultural);

c) Program bahasa yang mengandalkan bahasa dan budaya sekelompok

siswa minoritas.

3) berorientasi sosial (sosially-oriented programs)

Program yang berorientasi sosial (sosially-oriented programs)

berupaya mereformasi pendidikan ataupun konteks politik dan budaya

pendidikan. Program ini bertujuan bukan untuk meningkatkan prestasi

akademis atau menambah sekumpulan pengetahuan multikultural,

melainkan memiliki pengaruh yang sangat signifikan dalam meningkatkan

toleransi budaya dan ras serta mengurangi bias.

Page 49: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

35

Kategori program ini juga tidak hanya meliputi program yang

dirancang untuk menstrukturkan kembali dan menyatukan sekolah, tetapi

juga program ini dirancang untuk meningkatkan semua bentuk hubungan di

kalangan kelompok etnik dan ras dalam program belajar bersama tanpa

membedakan perbedaan yang ada pada setiap individu. Bentuk pendidikan

multikultural ini menekankan “hubungan manusia” dalam semua bentuknya

dan menggabungkan beberapa karakteristik dua bentuk program lainnya,

yaitu program yang menuntut perbaikan kurikulum untuk menekankan

kontribusi sosial yang positif dari kelompok etnis dan budaya sambil

menggunakan riset tentang model belajar untuk meningkatkan prestasi siswa

dan mengurangi ketegangan dalam ruang kelas.

Selain program-program tersebut, menurut Iis Arifudin (2007: 220)

implementasi pendidikan multikultural dapat dilakukan di sekolah melalui

beberapa cara yaitu :

a. Implementasi pendidikan multikultural terintegrasi dengan mata

pelajaran

Pelaksanaan pendidikan multikultural tidaklah perlu mengubah

kurikulum, pelajaran pendidikan multikultural dapat terintegrasi pada

mata pelajaran yang lainnya. hanya saja diperlukan pedoman bagi guru

untuk menerapkannya. yang utama kepada para siswa perlu diajari

mengenai toleransi, kebersamaan, HAM, demokratisasi, dan saling

menghargai. Hal tersebut sangat berharga bagi bekal hidup mereka

Page 50: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

36

dikemudian hari dan sangat penting untuk tegaknya nilai-nilai

kemanusiaan.

Jadi implementasi dan pengembangan pendidikan multikultural

terintegrasi melalui mata pelajaran dapat dilakukan oleh perguruan

tinggi atau sekolah dasar dan menengah sebagai berikut, 1) perguruan

tinggi misalnya, dari segi substansi, pendidikan multikultural dapat

diintegrasikan misalnya melalui mata kuliah umum, seperti

kewarganegaraan, agama, dan bahasa. 2) tingkat SD, SLTP, atau

sekolah menengah (SMA), pendidikan multikultural dapat

diintegrasikan dalam mata pelajaran dan bahan ajar seperti agama,

sosiologi, dan antropologi, dan dapat melalui model pembelajaran

seperti diskusi kelompok atau kegiatan lainnya.

b. Implementasi pendidikan multikultural melalui kegiatan

pengembangan diri.

Pengembangan diri bertujuan memberikan kesempatan kepada

peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai

dengan kebutuhan, kemampuan, bakat, minat peserta didik, dan

kondisi sekolah.

1) Pengembangan diri terprogram

Pengembangan diri terprogram untuk pendidikan

multikultural dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan berikut

ini:

Page 51: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

37

a) kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler

Kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang ada di sekolah

meliputi Organisasi Siswa Intra Sekolah, Pramuka, Kegiatan

Olahraga dan lain-lain yang tentunya akan diikuti oleh siswa

yang berasal dari berbagai etnis, budaya. Dalam komposisi

kepengurusan OSIS juga melibatkan siswa dari berbagai unsur

etnis. Agar terjadi kontak fisik alamiah dan melahirkan

pemahaman yang baik antar sesama maka perlu diadakan

berbagai kegiatan yang berorientasi kelompok. Dimana tanpa

disadari kegiatan tersebut melibatkan berbagai etnis seperti tim

bola basket, voli, pentas drama, vokal grup, pramuka dan

sebagainya.

Kegiatan ekstrakurikuler hendaknya juga multinilai. Sikap

menghargai orang yang berbeda dari budaya lain akan lebih

berkembang bila siswa mempraktikkan dan mengalami sendiri,

maka model live-in, tinggal di tengah orang yang berbudaya

lain dapat membantu siswa menghargai budaya lain. Misalnya

siswa dari Bali ikut live-in satu minggu di tengah orang Sunda,

mereka akan dapat lebih menghargai budaya Sunda. Proyek

dan kepanitiaan di sekolah juga sebaiknya diatur dengan lebih

bervariasi dan beragam. Setiap panitia terdiri dari aneka macam

siswa dari berbagai suku, ras, agama, budaya, dan gender. Ini

Page 52: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

38

akan lebih menumbuhkan semangat kesatuan dalam perbedaan

yang ada.

b) layanan konseling

Pembina layanan konseling dalam melaksanakan

kegiatan tidak boleh bersikap diskriminatif pada peserta didik,

darimana pun asal usul peserta didik ketika mengalami

kesulitan dalam pengembangan diri, pengembangan sosial,

pengembangan kemampuan belajar dan pengembangan karir

harus dilayani secara optimal. Dengan demikian tindakan dan

sikap layanan konseling telah mencerminkan layanan yang

berbasis multikultural karena sesuai dengan fungsi layanan

konseling.

2) pengembangan diri tidak terprogram

Pengembangan diri tidak terprogram untuk pendidikan

multikultural dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan

pembiasan, spontanitas dan pembinaan disiplin seperti bersalam-

salaman antar siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan siswa

dengan tata usaha. Bentuk-bentuk keteladanan seperti sikap saling

menghormati yang ditunjukan oleh guru maupun warga sekolah

lainnya.

c. Implementasi pendidikan multikultural melalui muatan lokal

Muatan lokal merupakan mata pelajaran yang dikembangkan

sesuai dengan kebutuhan satuan pendidikan. Satuan pendidikan dapat

Page 53: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

39

menyelenggarakan satu mata pelajaran muatan lokal setiap semester.

Ini berarti bahwa dalam satu tahun pelajaran, satuan pendidikan dapat

menyelenggarakan lebih dari satu mata pelajaran muatan lokal untuk

setiap tingkat.

Implementasi pendidikan multikultural melalui muatan lokal

dapat dilakukan oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan

kaidah-kaidah pengembangan muatan lokal maksudnya muatan lokal

pendidikan multikultural disesuaikan dengan potensi daerah tempat

sekolah berada seperti keterkaitan muatan lokal dengan sumber daya

alam (SDA), keterkaitan muatan lokal dengan sumber daya manusia

(SDM), keterkaitan muatan lokal dengan geografis, keterkaitan muatan

lokal dengan budaya, dan keterkaitan muatan lokal dengan historis.

d. Implementasi pendidikan multikultural melalui pendidikan lingkungan

Pendidikan multikultural dapat diimplementasikan melalui

pendidikan lingkungan dengan maksud agar peserta didik lebih dekat

dengan keadaan lingkungan sebenarnya sehingga menumbuhkan rasa

memiliki lingkungan, mencintai lingkungan dan menghargai eksistensi

lingkungan yang juga bagian dari ekosistem dan mempengaruhi

kehidupan manusia.

Pelajaran yang terpenting yang dapat dimaknai peserta didik dari

pendidikan lingkungan, jika dikorelasikan dengan hakikat pendidikan

multikultural bahwa alam lingkungan tidak pernah melakukan

diskriminasi pada siapapun yang berinteraksi dengan alam seperti

Page 54: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

40

mengeluarkan oksigen untuk dihirup siapapun tanpa membedakan

suku, ras, agama dan budaya. Makna ini menjadi titik tolak bagi

peserta didik bahwa pendidikan multikultural melalui pendidikan

lingkungan dapat menjadi acuan dalam mengembangkan sikap-sikap

yang bernuansa multikulturalisme.

Pendidikan lingkungan hidup berupa “out door activities” yang

dikaitkan dengan penyadaran bahwa sesungguhnya alam juga tidak

pernah melakukan diskriminasi terhadap apapun. Pohon di hutan yang

senantiasa menghasilkan oksigen yang sama banyaknya untuk dihirup

oleh manusia dan hewan tanpa ada batasan dan diskriminasi. Lalu

mengapa manusia yang memiliki akal budi tidak melakukan hal yang

sama, memberi dan membantu tanpa ada diskriminasi dan pembedaan

antar satu dengan lainnya.

Pelajaran yang berharga dari perilaku dan interaksi lingkungan

menumbuhkan pikiran positif pada peserta didik dimana peserta didik

akan memiliki pikiran positif terhadap lingkungan maka rasa peduli

akan lingkungan yang lestari akan tertanam dan sikap selalu mencegah

agar lingkungan alam tetap lestari menjadi perhatian peserta didik.

b. Dimensi pendidikan multikultural

Dimensi–dimensi pendidikan berbasis multikultural Menurut Banks

(2002), pendidikan multikultural adalah cara memandang realitas, dan cara

berfikir, dan bukan hanya konten tentang beragam kelompok etnis, ras, dan

Page 55: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

41

budaya. Secara spesifik, Banks menyatakan bahwa pendidikan multikultural

dapat dikonsepsikan atas lima dimensi yaitu:

1) dimensi integrasi isi/materi (content integration)

Dimensi ini berkaitan dengan upaya untuk menghadirkan aspek

kultur yang ada ke ruang-ruang kelas. Seperti pakaian, tarian,

kebiasaan, sastra, bahasa, dan sebagainya. Dengan demikian,

diharapkan akan mampu mengembangkan kesadaran pada diri siswa

akan kultur milik kelompok lain. Konsep atau nilai-nilai tersebut dapat

diintegrasikan ke dalam materi-materi, metode pembelajaran, tugas

atau latihan, maupun evaluasi yang ada dalam buku pelajaran.

2) dimensi konstuksi pengetahuan (knowledge construction)

Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk

memahami dan merekonstruksi berbagai kultur yang ada. Pendidikan

multikultural merupakan pendidikan yang membantu siswa untuk

mengembangkan kemampuan mengenal, menerima, menghargai,dan

merayakan keragaman kultural.

3) dimensi pendidikan yang sama/adil (an equity paedagogy)

Dimensi ini menyesuaikan metode pengajaran dengan cara belajar

siswa dalam rangka memfasilitasi prestasi akademik siswa yang

beragam baik dari segi ras, budaya (culture) ataupun sosial (social).

4) dimensi pengurangan prasangka (prejudice reduction)

Dimensi ini sebagai upaya agar para siswa menghargai adanya

berbagai kultur dengan segala perbedaan yang menyertainya. Sangat

Page 56: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

42

penting adanya refleksi budaya, ras, seksualitas dan gender, etnisitas,

agama, status sosial ekonomi, dalam proses pendidikan multikultural.

5) dimensi pemberdayaan budaya sekolah dan stuktur sosial

(empowering school culture and social stucture)

Dimensi ini merupakan tahap dilakukannya rekonstruksi baik

struktur sekolah maupun kultur sekolah. Hal tersebut diperlukan untuk

memberikan jaminan kepada semua siswa dengan latar belakang yang

berbeda agar mereka merasa mendapatkan pengalaman dan perlakuan

yang setara dalam proses pembelajaran di sekolah. Dari paparan di atas

tentang dimensi-dimensi pendidikan berbasis multikultural dapat

disimpulkan, pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang

membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan mengenal,

menerima, menghargai, dan merayakan keragaman kultural dengan

segala perbedaan yang menyertainya setra perlakuan proses belajar

yang sama, sehingga diharapkan anak dapat memiliki karakter yang

baik saat dewasa nanti.

7. Konsep Pembelajaran Multikultural

a. Pengertian Pembelajaran Multikultural

“Pembelajaran multikultural adalah kebijakan dalam praktik pendidikan

dalam mengakui, menerima dan menegaskan perbedaan dan persamaan

manusia yang dikaitkan dengan gender, ras, dan kelas” (Sleeter dan Grant,

dalam Yaya Suryana dan H.A Rusdiana, 2015: 282). Pembelajaran

multikultural merupakan strategi pendidikan yang menfaatkan keberagaman

Page 57: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

43

latar belakang kebudayaan dari para peserta didik sebagai salah satu kekuatan

untuk membentuk sikap multikultural. Strategi ini sangat bermanfaat,

sekurang-kurangnya bagi sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat

membentuk pemahaman bersama atas konsep kebudayaan, perbedaan budaya,

keseimbangan, dan demokrasi dalam arti yang luas.

“Pembelajaran multikultural pada dasarnya merupakan program

pendidikan bangsa agar komunitas multikultural dapat berpartisipasi dalam

mewujudkan kehidupan demokrasi yang ideal bagi bangsanya” (Banks, dalam

Yaya Suryana dan H.A Rusdiana, 2015: 282). Dengan demikian,

pembelajaran multikultural adalah proses pendidikan yang dapat

membimbing, membentuk, dan mengondisikan siswa agar memiliki mental

atau karakteristik terbiasa hidup di tengah-tengah perbedaan yang sangat

kompleks, baik perbedaan ideologi, sosial, ekonomi maupun perbedaan

agama.

Syafiq A. Mughni (Yaya Suryana dan H.A Rusdiana, 2015: 282)

menjelaskan bahwa inti pembelajaran pendidikan multikultural, yaitu sebagai

berikut:

1) Adanya dialog secara aktif dan partisipatoris. Artinya, selama proses

pembelajaran harus dibiasakan berdialog secara intensif dan partisipatoris

sehingga siswa mampu mengembangkan pengetahuannya secara bebas

dan independen.

2) Adanya toleransi antar siswa, antara siswa dan guru, serta antar guru.

Toleransi ini bertujuan membudayakan sikap saling menghormati dan

menghargai perbedaan, baik perbedaan pendapat maupun ideologi yang

dilakukan oleh guru ataupun siswa.

Page 58: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

44

b. Tujuan Pembelajaran Multikultural

Berdasarkan tujuan pendidikan multikultural, terdapat tiga macam

tujuan, yaitu tujuan yang berkaitan dengan sikap, pengetahuan, dan

pembelajaran.

1) Aspek sikap, yaitu untuk mengembangkan kesadaran dan kepekaan

kultural, toleransi kultural, penghargaan terhadap identitas kultural, sikap

responsif terhadap budaya, keterampilan untuk menghindari dan

meresolusi konflik.

2) Aspek pengetahuan, yaitu untuk memperoleh pengetahuan tentang bahasa

dan budaya orang lain, dan kemampuan untuk menganalisis dan

menerjemahkan perilaku kultural, serta pengetahuan tentang kesadaran

perspektif kultural.

3) Aspek pembelajaran, yaitu untuk memperbaiki distorsi, stereotip, dan

kesalahpahaman tentang kelompok etnik dalam buku teks dan media

pembelajaran; memberikan berbagai strategi untuk mengarahkan

perbedaan di depan orang, memberikan alat-alat konseptual untuk

komunikasi antar budaya; mengembangkan keterampilan interpersonal;

memberikan teknik-teknik evaluasi; membantu klarifikasi nilai;

menjelaskan dinamika kultural (Lawrence J. Saha dalam Yaya Suryana

dan H.A Rusdiana, 2015: 283). Pendidikan multikultural membantu siswa

mengerti, menerima, dan menghargai orang dari suku, budaya, dan nilai

berbeda.

Page 59: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

45

c. Dasar-dasar Pembelajaran Multikultural

1) Unsur kebudayaan

Pembelajaran tidak terlepas dari usur kebudayaan karena :

a) Kebudayaan merupakan suatu keseluruhan yang kompleks

b) Kebudayaan merupakan prestasi manusia yang material

c) Kebudayaan dapat berbentuk fisik

d) Kebudayaan dapat berbentuk perilaku

e) Kebudayaan merupakan realitas yang objektif

f) Kebudayaan tidak terwujud dalam kehidupan manusia yang terasing.

Berdasarkan nilai-nilai kebudayaan yang beragam, kompleks dan

terintegrasi, proses pembelajaran harus menggunakan multidisipliner,

seperti filsafat, sosiologi, antropologi, biologi, psikologi, dan komunikasi.

2) Keanekaragaman budaya yang ada di masyarakat

Keanekaragaman budaya yang ada di masyarakat harus dijadikan

dasar pengayaan dalam pembelajaran sehingga guru harus menciptakan

“belajar untuk hidup bersama dalam damai dan harmoni” sesuai dengan

salah satu pilar belajar dan UNESCO, yaitu learning to live together.

3) Peran guru dalam menerapkan nilai-nilai sebagai inti kebudayaan

Peran guru dalam menerapkan nilai-nilai sebagai inti kebudayaan

adalah :

a) menjadi model,

b) menciptakan masyarakat bermoral,

c) mempraktikkan disiplin moral,

Page 60: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

46

d) menciptakan situasi demokrasi,

e) mewujudkan nilai-nilai melalui kurikulum,

f) menciptakan budaya kerjasama,

g) menumbuhkan kesadaran karya,

h) mengembangkan refleksi moral,

i) mengajarkan revolusi konflik.

8. Peranan Guru dan Sekolah dalam Penerapan Pendidikan Multikultural

Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan berfungsi menanamkan

kesadaran di kalangan generasi muda akan identitas dirinya, identitas kolektifnya,

serta menumbuhkan calon warga negara yang baik dan terpelajar dalam

masyarakat yang homogen atau mejemuk. Sementara itu, guru berfungsi untuk

melatih dan mendisiplinkan pikiran peserta didik, memberikan pendidikan moral

dan agama, menanamkan kesadaran nasionalisme dan patriotisme, menjadi warga

negara yang baik. Untuk itu, peran guru dan pihak sekolah diperlukan memenuhi

berbagai kebutuhan peserta didik, antara lain sebagai berikut:

a. Membangun Paradigma Keberagaman

Guru memiliki paradigma pemahaman keberagaman yang moderat

akan mampu mengajarkan dan mengimplementasikan nilai-nilai

keberagaman kepada peserta didik di sekolah. Peran guru dalam hal ini,

yaitu sebagai berikut:

1) Guru harus mampu bersikap demokratis. Artinya, dalam segala tingkah

lakunya, baik sikap maupun perkataannya tidak diskriminatif (bersikap

Page 61: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

47

tidak adil atau menyinggung) peserta didik yang menganut agama

yang berbeda dengannya.

2) Guru seharusnya memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kejadian-

kejadian tertentu yang berhubungan dengan agama.

b. Menghargai Keragaman Bahasa

Guru harus memiliki sikap menghargai “keragaman bahasa” dan

mempraktikkan nilai-nilai tersebut di sekolah sehingga dapat membangun

sikap peserta didik agar mereka selalu menghargai orang lain yang

memiliki bahasa, aksen, dan dialek yang berbeda. Oleh karena itu, guru

harus menunjukkan sikap dan tingkah laku yang selalu menghargai

perbedaan bahasa yang ada.

c. Membangun Sensitivitas Gender

Guru dituntut untuk memiliki peran dalam membangun kesadaran

peserta didik terhadap nilai-nilai kesadaran gender dan sikap anti

diskriminasi terhadap kaum perempuan di sekolah dengan cara berikut:

1) Guru harus memiliki wawasan yang cukup tentang kesetaraan gender.

2) Guru harus mampu mempraktikkan nilai-nilai keadilan gender secara

langsung di kelas atau di sekolah.

3) Sensitif terhadap permasalahan gender di dalam ataupun di luar kelas.

d. Membangun Sikap Kepedulian Sosial

Guru dan sekolah berperan mengembangkan sikap peduli dan kritis

siswa terhadap segala bentuk ketidakadilan sosial, ekonomi dan politik

yang ada di dalam maupun di luar lingkungan sekolah.

Page 62: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

48

1) Guru harus memiliki wawasan yang cukup tentang berbagai macam

fenomena sosial yang ada di lingkungan para peserta didiknya,

terutama yang berkaitan dengan masalah kemiskinan, pengangguran,

para siswa yang tidak dapat melanjutkan sekolah, korupsi,

penggusuran, dan lain-lain.

2) Guru dapat menerapkan sikap tersebut di sekolah atau di kelas, dengan

cara bersikap adil kepada seluruh siswa tanpa harus mengistimewakan

salah satu dari mereka meskipun latar belakang status sosial berbeda.

e. Membangun Sikap Anti Diskriminasi Etnis

Guru berperan dalam menumbuhkan sensitivitas anti diskriminasi

terhadap etnis lain di sekolah. Oleh sebab itu guru dituntut untuk :

1) Memiliki pemahaman dan wawasan yang cukup tentang sikap anti

diskriminasi etnis sehingga dapat memberikan contoh secara langsung

melalui sikap dan perilakunya.

2) Memberikan perlakuan adil terhadap seluruh peserta didik yang ada.

f. Membangun Sikap Anti Diskriminasi terhadap Perbedaan Kemampuan

Pada aspek ini guru sebagai penggerak utama kesadaran peserta

didik agar selalu menghindari sikap yang diskriminatif terhadap perbedaan

kemampuan peserta didik, baik di dalam maupun di luar kelas dengan

memberikan contoh langsung kepada peserta didik.

Demikian pula, sekolah harus mampu menjadi institusi yang

membangun sikap peserta didik yang selalu menghargai orang lain yang

memiliki kemampuan berbeda dengan cara:

Page 63: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

49

1) Membuat dan menerapkan peraturan sekolah yang menekankan

bahwa sekolah menerima para peserta didik yang “normal” dan

memiliki kemampuan berbeda.

2) Menyediakan pelayanan khusus, seperti guru dengan keterampilan

khusus untuk menangani peserta didik yang memiliki perbedaan

kemampuan dan menyediakan fasilitas khusus, seperti ruangan

khusus, tempat duduk khusus atau fasilitas khusus lainnya.

3) Memberikan pelatihan bagi guru-guru dan staf tentang cara bersikap

dan cara menghadapi peserta didik yang memiliki perbedaan

kemampuan di sekolah tersebut.

g. Membangun Sikap Anti Diskriminasi Umur

Sekolah seharusnya menerapkan peraturan yang intinya

menyatakan bahwa segala bentuk diskriminasi terhadap umur tentu

dilarang keras di sekolah dan mewajibkan kepada peserta didik untuk

selalu saling memahami dan menghormati perbedaan umur yang ada di

sekitar mereka. Sekolah sebaiknya tidak memberikan batasan umur

tertentu bagi seseorang yang akan masuk dan belajar di sekolah tersebut

apabila yang bersangkutan memiliki kemampuan dan kemauan seperti

yang telah diatur dalam undang-undang sekolah atau negara.

Page 64: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

50

C. Penelitian Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah pertama, penelitian

skripsi oleh Siti Rochmaniyah (2014) yang berjudul Implementasi Pendidikan

Multikultural di Sekolah Inklusi SMP Tumbuh Yogyakarta. Penelitian ini

merupakan penelitian lapangan dengan objek penelitian SMP Tumbuh

Yogyakarta. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan fenomenologi dengan

tujuan menyajikan kegiatan belajar mengajar di SMP Tumbuh Yogyakarta secara

komprehensif. Hasil penelitian menjelaskan tentang inovasi-kritis yang dilakukan

sekolah dalam mengimplementasi pendidikan multikultural, menjelaskan tentang

faktor-faktor pendukung implementasi, dan menjelaskan tentang sarana dan

prasarana di sekolah.

Kedua, penelitian oleh Ana Farkhana Laila Luthfiana (2014) yang berjudul

Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Pembelajaran IPS di SMP Budi

Mulia 2 Yogyakarta. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif naturalistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi

pendidikan multikultural dalam pembelajaran IPS di SMP Budi Mulia 2

Yogyakarta diawali dengan perencanaan, tujuan, materi, media, metode dan

evaluasi yang akan digunakan yang menghargai peserta didik karena berpusat

pada peserta didik. Pelaksanaan bersifat terbuka, demokratis, berpusat pada

peserta didik yang menekankan pada kesetaraan dan keadilan peserta didik serta

menghargai masing-masing individu dengan metode pembelajaran yang

bervariasi.

Page 65: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

51

Ketiga, penelitian oleh Nur Faiqoh (2015) yang berjudul Implementasi

Pendidikan Berbasis Multikultural Sebagai Upaya Penguatan Nilai Karakter

Kejujuran, Toleransi, dan Cinta Damai Pada Anak Usia Dini di Kiddy Care, Kota

Tegal. Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus. Penelitian

ini membahas tentang dasar acuan dalam implementasi pembelajaran berbasis

multikultural di lembaga Kiddy Care, serta hasil pengimplementasian pendidikan

berbasis multikultural dalam pembelajaran dan proses penanaman nilai-nilai

karakter pada anak kelas Kindy dan keterlibatan orang tua dalam pemantauan

perkembangan anak saat dirumah.

Dari beberapa penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam

mengimplementasikan pendidikan multikultural di sekolah di perlukan

perencanaan, tujuan, materi, media, metode dan evaluasi yang menghargai peserta

didik karena pendidikan harus berpusat pada peserta didik. Pelaksanaan

pendidikan harus bersifat terbuka, demokratis, berpusat pada peserta didik yang

menekankan pada kesetaraan dan keadilan peserta didik serta menghargai masing-

masing individu dengan metode pembelajaran yang bervariasi. Serta dibutuhkan

inovasi-inovasi kritis dan lingkungan yang mendukung dalam

mengimplementasikan pendidikan multikultural.

Pemaparan penelitian relevan dalam penelitian ini digunakan untuk

mencari persamaan dan perbedaan antara penelitian yang lain dengan penelitian

yang akan dilakukan. Persamaan penelitian ini dengan beberapa penelitian relevan

yang dipaparkan diatas adalah kesamaan variabel penelitian, yaitu terkait dengan

implementasi pendidikan multikultural di sekolah. Sedangkan perbedaannya

Page 66: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

52

terletak pada pendekatan penelitian yang digunakan, karena penelitian ini akan

menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Selain itu, penelitian yang relevan

yang disajikan dalam penelitian ini juga ditujukan agar dapat memberikan

gambaran yang lebih luas dan jelas bagi peneliti tentang variabel penelitian yang

ingin diteliti dalam penelitian ini.

D. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Implementasi Pendidikan Multikultural

Pendidikan

Multikultural

Kurikulum &

Proses

Pembelajaran

Program dan

Kegiatan Peran Guru dan

Sekolah

Faktor

Pendukung &

Penghambat

SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Taman Siswa

Page 67: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

53

E. Pertanyaan Penelitian

a. Upaya apa yang dilakukan sekolah dalam melaksanakan pendidikan

multikultural di sekolah ?

b. Program apa yang dilakukan sekolah dalam melaksanakan pendidikan

multikultural di sekolah ?

c. Kegiatan apa yang dilakukan sekolah dalam melaksanakan pendidikan

multikultural di sekolah ?

d. Apa saja faktor pendukung pelaksanaan pendidikan multikultural di

sekolah ?

e. Apa saja faktor penghambat pelaksanaan pendidikan multikultural di

sekolah ?

f. Bagaimana upaya mengatasi hambatan dalam pelaksanaan pendidikan

multikultural di sekolah ?

Page 68: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

54

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yaitu lebih

menekankan realitas sosial sebagai sesuatu yang utuh, kompleks, dinamis dan

bersifat interaktif untuk meneliti obyek yang alamiah. Penelitian ini

memanfaatkan paradigma penelitian interpretatif dengan tujuan membangun

makna berdasarkan data-data lapangan. Metode penelitian kualitatif dapat

diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

positivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah

dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci. Penelitian ini dikategorikan

penelitian lapangan (field research) yaitu prosedur penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-

orang dan perilaku yang dapat diamati (di observasi). Peneliti memilih jenis

penelitian ini karena peneliti beranggapan bahwa suatu penelitian atau suatu

keadaan dapat terlihat keasliannya ketika diamati dan dideskripsikan.

b. Pendekatan Penelitian

Adapun pendekatan yang digunakan oleh peneliti adalah pendekatan

deskriptif kualitatif. Pendekatan deskriptif kualitatif mempelajari masalah-

masalah yang ada serta tata cara kerja yang berlaku. Pendekatan deskriptif

kualitatif ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa yang saat ini berlaku.

Didalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat, analisis dan

menginterpretasikan kondisi yang ada atau sedang terjadi. Dengan kata lain

Page 69: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

55

penelitian deskriptif kualitatif bertujuan untuk memperoleh informasi-

informasi mengenai keadaan yang ada atau keadaan yang sementara

berlangsung. Dalam penelitian ini, pendekatan deskriptif kualitatif digunakan

untuk mengetahui bagaimana implementasi pendidikan multikultural di SD

Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tentang Implementasi Pendidikan Multikultural di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa yang terletak di Jalan Tamansiswa No.25,

Yogyakarta. SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa merupakan salah satu

sekolah yang termasuk sekolah inklusi dan memiliki berbagai macam latar

belakang siswa dan karakter anak, di sekolah tersebut juga memiliki siswa

berkebutuhan khusus maupun bertalenta. SD Taman Muda Ibu Pawiyatan juga

merupakan sekolah berbasis seni dan budaya dan menerapkan pendidikan budi

pekerti luhur. Oleh karena itu, peneliti tertarik memilih SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan sebagai lokasi penelitian. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan

April 2016 sampai dengan Juni 2016.

C. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan sebuah alat yang digunakan untuk

mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab

permasalahan penelitian. Instrumen dalam penelitian kualitatif merupakan peneliti

sendiri. Peneliti kualitatif berusaha berinteraksi dengan subjek penelitiannya

secara alamiah dan dengan cara tidak memaksa. Didalam penelitian ini, peneliti

sebagai instrumen penelitian berusaha mencari informasi dari subjek sebagai

orang yang dijakdikan informan.

Page 70: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

56

Peneliti sadar bahwa tujuan utama dalam penelitian adalah mencari

informasi bukan menilai suatu situasi. Sehingga, analisis datanya juga berupa

deskripsi tentang data yang diperoleh. Selain peneliti sebagai instrumen, dalam

pengumpulan data peneliti dibantu pedoman wawancara, pedoman observasi, tape

recorder/alat rekam, kamera dan alat tulis.

D. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian sangat penting karena pada subjek data terdapat data

tentang variabel yang akan diteliti. Untuk memperoleh data yang tepat maka perlu

ditemukan informan yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data

(purposive). Oleh karena itu peneliti memilih subjek dalam penelitian ini adalah

Kepala Sekolah, Guru dan Siswa di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

sebagai yang paling mengetahui tentang kondisi sekolah, interaksi yang terjadi di

sekolah dan yang melaksanakan kegiatan di sekolah.

Sedangkan objek penelitian merupakan situasi sosial penelitian yang ingin

diketahui. Pada obyek penelitian ini, peneliti mengamati secara mendalam

aktivitas orang-orang yang ada di tempat tertentu. Objek dari penelitian ini adalah

mengenai strategi implementasi pendidikan multikultural di sekolah serta faktor

pendukung dan faktor penghambatnya.

E. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Menurut Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2012: 203), “observasi

merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari

berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting

adalah proses-proses pengamatan dan ingatan”. Kegiatan observasi dalam

Page 71: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

57

penelitian ini yaitu kegiatan yang meliputi pencatatan secara sistematik,

kejadian-kejadian, perilaku, objek- objek yang dilihat dan hal lain yang

mendukung dalam penelitian. Observasi dalam penelitian ini melihat

secara langsung bagaimana implementasi pendidikan multikultural di

sekolah.

Kisi-kisi pedoman observasi yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Kisi-kisi Pedoman Observasi No. Aspek

yang

diamati

Indikator yang dicari Sumber

data

1.

2.

Observasi

fisik

sekolah

Observasi

kegiatan

a. Keadaan sekolah/lokasi

b. Sarana dan prasarana sekolah

c. Alat dan Kelengkapan Sekolah

d. Fasilitas penunjang

a. Pelaksanaan pembelajaran

b. Alat dan media pembelajaran

c. Aktivitas siswa

d. Interaksi antara guru dan siswa

e. Interaksi antar siswa

f. Interaksi antar guru

g. Kegiatan pendidikan multikultural di

sekolah

Lingkungan

sekolah

Lingkungan

sekolah dan

Kelas

2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang

mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau setidak-tidaknya

pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi. Wawancara berupa proses

percakapan yang bermaksud mengkonstruksikan mengenai orang,

kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan dan sebagainya yang

dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan

dengan yang diwawancarai berdasarkan tujuan tertentu.

Page 72: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

58

Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terpimpin,

dimana pewawancara terlebih dahulu mempersiapkan pertanyaan yang

diajukan kepada informan, tetapi penyampaian pertanyaan bisa secara

bebas. Informan dalam penelitian ini diantaranya kepala sekolah, wali

kelas, guru mata pelajaran, dan beberapa siswa kelas IV dan V.

Kisi-kisi pedoman wawancara yang digunakan adalah sebagai

berikut :

Tabel 2. Kisi-kisi Pedoman Wawancara No. Subjek Aspek Rincian

1. Kepala

Sekolah

Kegiatan

pendidikan

multikultural

di sekolah

1. Program pendidikan multikultural

2. Kegiatan pendidikan multikultural

3. Strategi pendidikan multicultural

2. Guru Implementasi

pendidikan

multikultural

di sekolah

1. Peran guru dalam implementasi

pendidikan multikultural

2. Proses belajar mengajar dengan

pendidikan multikultural

3. Strategi implementasi pendidikan

multikultural

3. Siswa Pemahaman

tentang

pendidikan

multikultural

1. Sikap dan pandangan terhadap perbedaan

2. Nilai-nilai multikultural yang dipelajari

3. Kegiatan pendidikan multikultural

3. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dalam

penelitian dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen

untuk memperoleh data-data yang bentuknya catatan, transkip, buku, surat

kabar, majalah, dokumen, peraturan, agenda, gambar dan data-data lain

yang dapat menguatkan hasil penelitian ini.

Page 73: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

59

Kisi-kisi pedoman analisis dokumen yang digunakan adalah

sebagai berikut :

Tabel 3. Kisi-kisi Pedoman Analisis Dokumen No Aspek Yang Dikaji Indikator yang Dicari Sumber Data

1. Profil Sekolah a. Visi dan Misi Sekolah

b. Sejarah Sekolah

c. Tenaga Pendidik dan

Kependidikan

d. Sarana dan Prasarana

sekolah

e. Kurikulum sekolah

f.

Administrasi

Sekolah

2. Strategi Pendidikan

Multikultural di

Sekolah, meliputi:

1. Cara

2. Teknik

3. Proses

a. Dokumen program dan

kegiatan terkait

pendidikan

multikultural dan

laporan pelaksanaanya.

b. Foto-Foto kegiatan

Kepala

Sekolah/ Wakil

Kepala Sekolah.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit,

melakukan sintesis, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan

yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan. Analisis data dalam penelitian

kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan dan

setelah selesai di lapangan. Menurut Nasution (Sugiyono, 2012: 336), “analisis

telah mulai dilakukan sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum

terjun ke lapangan dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian”.

Untuk menganalisis data yang diperoleh, peneliti menggunakan analisis

deskriptif yang dikembangkan oleh Miles dan Hubberman dengan tiga langkah

sebagai berikut :

Page 74: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

60

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan kegiatan pemilihan, penyederhanaan dan

transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan,

sehingga menjadi lebih fokus sesuai dengan objek penelitian. Reduksi data

dilakukan dengan merangkum maupun memilih hal-hal yang pokok,

kemudian memfokuskan pada hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Data yang telah direduksi memberi gambaran yang jelas dan

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data dan

mencarinya bila diperlukan. Reduksi data berlangsung selama proses

penelitian sampai tersusunnya laporan akhir penelitian.

b. Penyajian data

Penyajian data merupakan penyajian informasi untuk menarik

kesimpulan dalam pengambilan data. Dengan penyajian data, maka data

dapat terorganisasi dan dapat tersusun dalam pola dan dapat mudah

dipahami. Dalam penyajian data terdapat dua hal yang dilakukan, yaitu:

a. Transkripsi Data

Transkripsi data yaitu pengubahan data lisan menjadi

bentuk tulisan yang didapat dari hasil wawancara yang telah

dilakukan.

b. Interpretasi Data

Interpretasi data merupakan proses pemahaman makna dari

serangkaian data yang telah tersaji, lebih kepada memahami dan

menafsirkan mengenai apa yang tersirat di dalam data. Peneliti

Page 75: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

61

menyajikan data yang berupa proses implementasi pendidikan

multikultural di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa,

faktor pendukung dan penghambat, serta upaya mengatasinya.

c. Penarikan kesimpulan

Tahap ini merupakan penarikan kesimpulan dari data-data yang

telah dianalisis. Penarikan kesimpulan merupakan suatu kegiatan

konfigurasi yang utuh. Setelah analisis dilakukan maka peneliti dapat

menyimpulkan masalah yang telah ditetapkan. Pengumpulan data berakhir

saat peneliti sudah dapat menjawab rumusan masalah yang telah

dirumuskan kemudian membentuk pembahasan untuk menarik simpulan

dan sajian data.

Berikut adalah komponen-komponen dalam analisis data yang

digambarkan dalam siklus :

Gambar 2. Siklus Komponen Dalam Analisis Data

Pengumpulan

Data

Penarikan

Kesimpulan

Penyajian

Data

Reduksi

Data

Page 76: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

62

G. Pengujian Keabsahan Data

Uji keabsahan data dalam penelitian terkait dengan uji validitas dan

reliabilitas. Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang terjadi pada

objek penelitian dengan data yang dilaporkan oleh peneliti. Dengan demikian data

yang valid adalah data yang tidak berbeda antara data yang dilaporkan oleh

peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek penelitian. Dalam

penelitian ini teknik yang digunakan adalah triangulasi, yaitu triangulasi sumber

dan teknik pengumpulan data untuk menguji kredibilitas data.

a. Triangulasi sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui berbagai sumber.

Dalam hal ini peneliti melakukan triangulasi dengan narasumber-

narasumber yang di wawancarai yaitu kepala sekolah, wali kelas, guru

mata pelajaran dan beberapa siswa yang menjadi subjek penelitian. Data

yang telah dianalisis oleh peneliti hingga menghasilkan suatu kesimpulan

selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan berbagai sumber data tersebut.

b. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang

berbeda. Pertama menggunakan teknik observasi dan kedua menggunakan

teknik wawancara dan dokumentasi. Apabila menghasilkan data yang

berbeda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut dengan sumber data

yang bersangkutan, untuk memastikan mana yang dianggap benar.

Page 77: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

63

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

1. Deskripsi Lokasi

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa terletak di Jalan

Tamansiswa Nomor 25, Desa Wirogunan, Kecamatan Mergangsan,

Kotamadya Yogyakarta. Sekolah ini merupakan sekolah dasar swasta dari

yayasan Majelis Ibu Pawiyatan Tamansiswa yang telah berdiri sejak tahun

1922 dan mulai beroperasi pada tahun 1923. Sekolah ini berada pada

kawasan yang kental nuansa pendidikan dan seni budaya. SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa berada satu kompleks dengan Taman

Indriya (TK) dan Taman Madya (SMP) dari yayasan yang sama serta

gedung kuliah Jurusan Seni Rupa Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa.

Selain itu, di kompleks perguruan Tamansiswa ini juga terdapat Museum

Budaya Dewantara Kriti Griya dan Pendopo Agung Tamansiswa yang

biasa digunakan masyarakat umum.

Sekolah ini merupakan salah satu sekolah yang dibangun langsung

atas prakarsa Ki Hadjar Dewantara sebagai bapak pendidikan Indonesia

setelah pendirian Taman Indria Ibu Pawiyatan Tamansiswa (TK). Taman

Muda merupakan nama unik sekolah Tamansiswa yang merupakan

tingkatan sekolah dasar. Pendidikan dilaksanakan berdasarkan sistem

among berupa keseimbangan peran orang tua/keluarga, keguruan dan

masyarakat. Sistem among ini merupakan pendidikan yang berjiwa

Page 78: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

64

kekeluargaan dan bersendikan pada kodrat alam. Sekolah ini menerapkan

pembelajaran budi pekerti melalui olah rasa dan seni budaya. Meskipun

berstatus sebagai sekolah swasta, SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa ini merupakan salah satu sekolah swasta yang memiliki

akreditasi A sejak tahun 2009 dan memperhatikan kualitas peserta

didiknya terutama dalam hal budi pekerti dan nilai-nilai budaya.

2. Visi, Misi, dan Tujuan

Visi : Menjadi Sekolah Bermutu, Berbasis Seni Budaya Dan Pendidikan

Budi Pekerti Luhur

Misi :

1) Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif, efisien dan

terukur untuk mewujudkan pendidikan bermutu

2) Menyelenggarakan pendidikan kesenian dan penanaman nilai–nilai

budaya untuk mewujudkan pendidikan berbasis seni budaya

3) Menerapkan “sistem among” dengan tekanan keteladanan silih asah,

silih asih dan silih asuh untuk implementasi pendidikan budi pekerti

luhur

Tujuan:

1) Meningkatkan mutu pembelajaran dengan meningkatkan

kemampuan pamong, baik kompetensi akademik maupun

profesionalismenya, yang diharapkan pada gilirannya mampu

meningkatkan prestasi belajar siswa.

Page 79: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

65

2) Memenuhi 8 (delapan) aspek standar nasional pendidikan secara

bertahap, dengan tekanan melengkapi sarana dan prasarana

pendidikan, tersedianya dana operasional yang cukup, serta

membuka peluang peran serta masyarakat secara proporsional.

3) Implementasi secara intergral nilai-nilai budi pekerti luhur dan

konsep-konsep ketamansiswaan dalm pembelajaran khususnya, dan

pendidikan pada umumnya.

4) Menyiapkan peserta didik dengan bekal yang cukup untuk

melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

3. Sumber Daya yang Dimiliki SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa

a. Peserta didik

Tabel 4. Rombongan Belajar

NO Tahun

Pelajaran

Rombongan Belajar Kelas

1 2 3 4 5 6 Jumlah

1 2009/2010 2 1 1 1 1 1 7

2 2010/2011 1 2 1 1 1 1 7

3 2011/2012 1 1 2 1 1 1 7

4 2012/2013 1 1 1 1 1 1 6

5 2013/2014 1 1 1 1 1 1 6

6 2014/2015 1 1 1 1 1 1 6

7 2015/2016 1 1 1 1 1 1 6

Tabel 5. Jumlah Peserta Didik

NO Tahun

Pelajaran

Peserta Didik

1 2 3 4 5 6 Jumlah

1 2007/2008 18 28 18 17 24 37 142

2 2008/2009 21 15 24 18 17 25 120

3 2009/2010 37 20 17 26 17 18 135

4 2010/2011 11 30 24 16 26 16 123

5 2011/2012 10 9 31 25 17 27 119

6 2012/2013 17 12 12 34 26 20 121

7 2013/2014 20 17 15 12 34 29 127

8 2014/2015 22 23 16 15 15 34 125

9 2015/2016 10 23 26 17 17 16 109

Page 80: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

66

b. Tenaga pendidik dan kependidikan

Tabel 6. Jumlah Tenaga Pendidik

No Jabatan Status Pegawai

JUMLAH PNS GTY GTT

1 Kepala Sekolah 1 1

2 Guru Kelas 1 2 3 6

1. 3 Guru Agama 3 2 5

2. 4 Guru Penjas 1 1

3. 5 Guru Mulok 2 2 4

4. 6 Guru Inklusi 2 2

Jumlah 5 4 10 19

Tabel 7. Jumlah Tenaga Kependidikan

No Jabatan Status Pegawai

Jumlah PTY PTT

1 Administrasi 2 2

2 Bendahara Sekolah 1 1

3 Petugas Perpustakaan 1 1

4 Petugas Kebersihan /

Caraka

1 1 2

Jumlah 1 5 6

c. Sarana Prasarana

Tabel 8. Sarana Prasarana yang Dimiliki Sekolah

No. Jenis Ruang

Kondisi Sub

Jumlah Baik

Rusak

Ringan

Rusak

Berat

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Ruang Kelas

6 6

2. Ruang Perpustakaan

1 1

3. Laboratorium IPA

1 1

4. Ruang Kepala

Sekolah 1

1

5. Ruang Guru 1

1

6. Ruang Komputer 1

1

7. Tempat Ibadah 1

1

8

Ruang Kesehatan

(UKS) 1

1

9

Kamar Mandi / WC

Guru 1

1

10

Kamar Mandi / WC

Siswa 3

3

11 Gudang

1 1

12

Tempat Bermain /

Tempat Olahraga 1

1

Page 81: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

67

B. Hasil Penelitian

1. Implementasi Pendidikan Multikultural di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa

a. Pemahaman warga sekolah tentang pendidikan multikultural

Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang di

dalamnya memberikan nilai-nilai yang membina siswa untuk

berdampingan dengan keberagaman di dalamnya. Proses pendidikan

merupakan suatu kegiatan dalam rangka untuk membentuk perilaku

manusia dengan nilai yang berlaku. Pendidikan multikultural sebagai

upaya dalam menghadapi kondisi siswa yang beragam baik dari segi

suku, agama, dan budaya.

Pendidikan multikultural secara eksplisit mengakui dan

menyambut keragaman dari warisan etnik yang ditemukan dalam diri

setiap orang yang disebut “orang Indonesia” sehingga menolak

pandangan bahwa sekolah harus berupaya mencairkan perbedaan

kultural atau sebaiknya hanya menoleransi pluralism budaya.

Pendidikan multikultural mengakui pentingnya semua anak memiliki

banyak kesempatan untuk berinteraksi secara positif dan personal

dengan anak-anak dari berbagai latar belakang sosioekonomi dan

warisan budaya.

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa merupakan

sekolah yang terdiri dari peserta didik yang tidak hanya berasal dari

satu daerah. Peserta didik tersebut berasal dari agama, suku, daerah

asal dan latar belakang yang berbeda sehingga bahasa, budaya bahkan

Page 82: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

68

kemampuan peserta didik berbeda dan beragam. Apalagi SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa menerima Anak Berkebutuhan

Khusus (ABK). Berikut adalah gambaran keragaman siswa yang

digambarkan dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 9. Data Keragaman Siswa

Kela

s

Agama Daerah Asal

ABK

Jumlah

siswa

kelas Islam Krist

en

Katho

lik

Hindu Bud

ha

Jog

ja

Luar

Jogja

I 7 - 2 - 1 7 2 6 10

II 20 1 2 - - 18 4 11 23

III 22 1 2 1 - 22 4 11 26

IV 13 3 1 - - 12 5 5 17

V 14 2 - 1 - 13 4 6 17

VI 13 1 2 - - 13 3 10 16

Beberapa kekhasan sekolah yang peneliti temukan dalam

penelitian ini diantaranya iklim sekolah yang sangat kekeluargaan,

penerapan sistem among dengan keteladanan, dan implementasi

pendidikan budi pekerti luhur. Ketiga hal tersebut juga mendukung

implementasi pendidikan multikultural di sekolah. Iklim sekolah yang

kekeluargaan memudahkan untuk saling berinteraksi dengan akrab dan

mengaburkan perbedaan yang ada. Hubungan antara guru dengan

siswa, guru dengan guru, maupun dengan kepala sekolah, terjalin

sangat akrab dan kekeluargaan.

Kondisi sekolah yang multikultur dan merupakan sekolah

inklusi memiliki siswa dengan berbagai karakteristik dan kemampuan.

Namun sekolah mampu mengakomodir kebutuhan siswa, misalnya

tersedianya guru pendamping bagi siswa berkebutuhan khusus, dan

tersedianya guru pendamping untuk masing-masing lima agama yang

berbeda yaitu Islam, Kristen, Katholik, Hindu, dan Budha. Hal tersebut

Page 83: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

69

juga didukung dengan sikap siswa yang mampu menerima perbedaan

siswa berkebutuhan khusus. Dikarenakan sekolah selalu mengajarkan

dan menekankan nilai-nilai budi pekerti luhur yang juga terlaksana

melalui sistem among dengan keteladanan oleh guru/pamong.

Di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa, kebijakan

mengenai pendidikan multikultural diterapkan melalui kurikulum dan

dilakukan dengan penanaman nilai-nilai multikultural yang terintegrasi

di dalam pembelajaran. Pemahaman warga sekolah mengenai

pendidikan multikultural sangat diperlukan, hal ini untuk mengetahui

sejauh mana sekolah memahami apa yang dimaksud dengan

pendidikan multikultural. Berdasarkan hasil wawancara yang

dilakukan dengan kepala sekolah dan beberapa guru dan siswa di SD

Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa dapat diketahui mengenai

pemahaman warga sekolah tentang pendidikan multikultural,

pemahaman tentang pendidikan multikultural dapat dideskripsikan

sebagai berikut.

Kepala sekolah sendiri sudah memiliki pemahaman tentang

pendidikan multikultural. Pendidikan multikultural merupakan sebuah

keragaman yang bersifat plural dan dikemas menjadi satu dengan satu

tujuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan belajar bersama-sama

tanpa ada suatu perbedaan yang menjadi masalah. Sesuai dengan

pernyataan beliau mengenai pendidikan multikultural, beliau

mengatakan bahwa :

Page 84: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

70

“Pendidikan multikultural itu pendidikan yang bermacam-

macam dan bisa membaur anak-anak agar anak bisa mengetahui

pribadi-pribadi orang lain, dan anak itu “aku harus mengerti dari

anak-anak tersebut”. Dari bahasa, dari daerahnya, dari agamanya, dari

sosialnya itu anak bisa membaur, bisa menjadi satu” (AR,30/05/2016).

Begitu pula pernyataan narasumber berikut selaku wali kelas,

terkait pendidikan multikultural, beliau mengatakan :

“Pendidikan multikultural itu berbagai aspek, bisa dilihat dari

peserta didiknya, bisa dilihat dari keadaan sekolah itu sendiri, ataupun

alat-alat yang digunakan untuk mengajar siswa. Jadi misalnya

multikultural untuk kebudayaan itu juga bisa. Jadi peserta didiknya

tidak hanya asli dari jogja saja, tetapi ada yang dari sorong, ada yang

dari berbagai suku dijadiin satu, tetapi basicnya nanti dijadiin satu

tetapi pengembangannya dengan berbagai macam cara dan

pendekatan” (L,23/05/2016).

Keragaman yang ada di Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa baik agama, bahasa, suku, dan karakter maupun

kemampuan siswa sudah menjadi hal yang biasa. Semua warga

sekolah sudah terbiasa dan menerima keberagaman yang ada di

lingkungan sekolah, di dalam maupun diluar kelas. Kebiasaan dan

pemahaman mengenai pendidikan multikultural menjadikan warga

sekolah mampu berbaur menjadi satu dan bersikap positif menyikapi

keberagaman yang ada.

Selain pemahaman yang dimiliki tentang pendidikan

multikultural, sekolah juga mengupayakan mewujudkan keberagaman

yang ada menjadi suatu kebhinnekaan. Dengan kondisi yang

multikultural, sekolah mewujudkan kebhinnekaan yang sudah menjadi

semboyan negara Indonesia. Perwujudan pendidikan multikultural

dapat dilakukan dengan sikap saling menghargai, menghormati dan

Page 85: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

71

toleransi antar sesama. Pemahaman warga sekolah tentang pendidikan

multikultural juga dapat terlihat dari pemahaman guru-guru dan siswa

tentang bagaimana menyikapi perbedaan yang ada di lingkungan

sekolah. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan berikut :

“Kita disini saling mengerti tentang budaya anak, saling

mengerti agama, tidak membeda-bedakan, jadi anak-anak saling

berbagi” (AS,07/05/2016)

“Untuk kepedulian mereka dengan teman-temannya,

kekompakan mereka tanpa memandang apapun, agama apa

ataupun dari mana, sukunya apa, dia tipenya seperti apa, itu tidak.

Ya namanya anak-anak kalau kurang cocok biasa, tapi tidak terus

itu dibuat menjadi suatu masalah itu tidak seperti itu” (ESR,

11/05/2016).

“Kita harus menghargai, tidak mengejek sesama, antar suku,

tidak mengejek ras, agama” (EPN,10/05/2016).

Berdasarkan pada pemahaman kepala sekolah, guru-guru dan

beberapa siswa, dapat diketahui bahwa pendidikan multikultiral

merupakan sebuah pendidikan yang mengajarkan sikap toleransi,

menerima, dan menghargai terhadap perbedaan yang ada di dalam

lingkungan sekolah. Pendidikan multikultural juga mengandung nilai-

nilai yang ditanamkan dan membentuk perilaku siswanya.

Multikultural sendiri merupakan kondisi keberagaman yang tidak

menghiraukan perbedaan yang ada, melainkan terciptanya sikap saling

menghargai. Dalam upaya mewujudkan pendidikan multikultural

dilakukan penanaman nilai yang bersumber dari pancasila serta nilai-

nilai yang mendukung. Hal tersebut dilakukan untuk memberi batasan

pada siswa terhadap perilaku mereka kepada siswa lainnya yang

memiliki latar belakang yang berbeda-beda.

Page 86: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

72

Dalam mewujudkannya bukan hanya menjadi tanggung jawab

pihak sekolah saja, melainkan juga membutuhkan dukungan dari

berbagai pihak, misalnya lingkungan keluarga atau orangtua dan

masyarakat juga memberi pengaruh penting dalam membentuk

perilaku siswa. Sekolah merupakan bagian dari sarana yang

memberikan pemahaman serta penanaman nilai-nilai multikultural

kepada siswa yang kemudian didukung oleh lingkungan keluarga dan

masyarakat.

b. Interaksi

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, interaksi kepala

sekolah, interaksi antar siswa, interaksi antar guru, maupun interaksi

siswa dengan guru sangat baik, akrab, dan kekeluargaan, terkesan tidak

kaku dan menyenangkan. Terlihat sikap yang tidak membeda-bedakan

antar satu dengan yang lainnya. Hal tersebut juga sesuai dengan

pernyataan guru sebagai berikut :

“Dikalangan guru-guru, semua berbeda-beda tapi tetap jalan

satu misi, tetap akrab, karna satu tujuan. Kalau kebiasaan berbeda-

beda tapi semuanya maklum, yang penting saling memahami”

(AFH, 10/05/2016).

“Interaksi antara guru-guru baik, tidak ada masalah atau

kesulitan, baik komunikasi atau apa, kita semuanya sama, tidak ada

masalah, tidak ada perbedaan satu dengan yang lain. Kita saling

mendukung satu sama lain, terus teman-teman juga

seperti”(MCS,11/05/2016).

“Interaksinya bagus, termasuk diantaranya sini sudah bener-

bener termasuk berbaurnya luar biasa, anak-anak bisa menerima

bahwa dari anak tersebut itu berbeda sudah menerima dan tidak

ada kata-kata mengejek, tidak ada kata-kata tidak menerima anak

tersebut, dan juga anak-anak yang tau bahwa dia cacat, dia

langsung di rangkul diajak diambilkan minumnya, seperti itu, juga

temannya saling mengingatkan misalnya pelajaran agama, itu pada

Page 87: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

73

sholat. Itu diantara anak dengan anak. Kalau dengan guru-guru ya

luar biasa guru-guru disini otomatis sudah bisa untuk menjalankan

semua dari kegiatan tersebut sebagai pendamping iya seperti saya,

sebagai pelayan iya, sebagai teman juga iya, dia akrab untuk

sebagai orang tua juga” (AR,30/05/2016).

Begitu pula dengan pernyataan siswa berikut :

“Tidak ada saling membedakan, anggap teman aja. Sama

semuanya ya akrab, tidak ada tidak enak atau membuat malas

untuk berteman, semuanya akrab, biasa saja” (DAP, 10/05/2016).

Sesuai dengan kondisi sekolah yang merupakan sekolah inklusi,

di dalam kelas terdapat beberapa anak dengan kondisi berkebutuhan

khusus, sehingga membutuhkan penanganan lebih dari siswa lainnya.

Hal tersebut membuat sebuah perbedaan yang terlihat di dalam kelas.

Namun perbedaan tersebut tidak menghalangi seluruh siswa untuk

dapat berinteraksi, belajar bersama dan bermain bersama-sama. Siswa

yang lain memahami dan menghargai keadaan siswa yang

berkebutuhan khusus. Mereka tidak membeda-bedakan antara satu

dengan yang lainnya. Justru saling membantu apabila ada teman yang

membutuhkan bantuan (obs/28/04/2016). Sikap tersebut dibuktikan

dari observasi serta hasil wawancara dengan guru kelas sebagai

berikut:

“Di kelas IV sendiri kebetulan anak-anak sangat amat

menghargai tentang masalah perbedaan, mereka sudah terbiasa

memiliki teman yang seperti itu, ada yang ABK, ada yang jenis

temannya yang autis, mereka sangat menghargai, walaupun

bercanda biasa, tapi ketika diminta membantu mereka dengan

senang hati membantu” (ESR, 11/05/2016).

“Anak-anak bisa menerima bahwa dari anak tersebut itu

berbeda sudah menerima dan tidak ada kata-kata mengejek, tidak

ada kata-kata tidak menerima anak tersebut, dan juga anak-anak

yang tau bahwa dia cacat, dia langsung di rangkul diajak

diambilkan minumnya, seperti itu” (AR,30/05/2016).

Page 88: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

74

“Saya juga biasa meminta bantuan anak-anak untuk

mengajarkan anak yang berkebutuhan khusus, saya menawarkan

siapa yang mau jadi pamong cilik itu pasti anak-anak langsung

mengajukan diri” (AR,30/05/2016).

Begitu juga pernyataan dari siswa siswa sebagai berikut :

“Kita sering membantu teman yang ABK. Membantu

mereka, misalnya pelajaran kita membantu tentang caraya

gimana, terus biasanya kalo yang paling susah matematika”

(EPN, 10/05/2016).

“Menurut saya kepada teman yang ABK harus menasehati,

menghargai, harus menasehati dan sabar” (PAD, 10/05/2016).

Pernyataan tersebut diperkuat dengan observasi bahwa siswa

tidak memilih-milih dalam berteman. Hal tersebut dapat dibuktikan

bahwa selama observasi peneliti melihat siswa-siswa tersebut setiap

istirahat tidak hanya berkumpul dengan siswa yang sama setiap

harinya. Mereka dapat berkumpul dengan yang lainnya. Bahkan para

siswa juga bergaul dengan siswa ABK misalnya yang tunarungu,

tunagrahita ringan, maupun yang hiperaktif. Siswa non ABK mau

bergaul dengan siswa ABK dan apabila berpapasan di jalan juga saling

menyapa. Ketika jam istirahat mereka dapat makan bersama,

berkumpul dan bermain bersama (obs/02/05/2016).

Begitu pula dengan guru, guru pada saat mengajar di kelas juga

menerapkan pendidikan multikultural dengan membiasakan sikap

saling menghargai satu sama lain, menciptakan suasana kelas yang

demokratis, serta menanamkan secara rutin nilai-nilai multikultural.

Dalam kegiatan pembelajaran siswa dapat mengemukakan pendapat

secara bebas, semua siswa diperlakukan sama dan tidak ada yang

dibeda-bedakan. Guru mengajarkan kebiasaan-kebiasaan seperti

Page 89: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

75

menghargai pendapat, menghargai dan menghormati orang lain tanpa

membeda-bedakan (obs/05/05/2016). Guru memberi contoh dan

teladan kepada siswa. Sesuai dengan pernyataan guru sebagai berikut :

“Peran guru tentu memberikan contoh, jadi tidak membeda-

bedakan. Lebih kepada pemberian contoh, kalau guru tidak

langsung hanya memberi pengertian anak-anak multikultural itu

apa, jadi memberi contoh, karena kalau anak-anak SD harus diberi

contoh, jadi bagaimana memperlakukan anak satu dan lainnya,

menghormati agama, kebudayaan itu disitu diajarkan dengan

contoh” (AS, 07/05/2016).

“Kalau yang selalu ditanamkan, sikap selalu menghargai,

saling menghormati, kita tidak boleh meremehkan orang lain,

selalu saya tekankan dengan siapapun kita harus saling

menghormati, karena kita tidak tau kedepannya akan seperti apa,

apa yang terjadi” (ESR, 11/05/2016).

“Sebagai pendamping iya seperti saya, sebagai pelayan iya,

sebagai teman juga iya, dia akrab untuk sebagai orang tua juga iya,

kalau meluruskan anak-anak kalau dia berbuat tidak baik, atau ada

yang melenceng kata-katanya dan sebagainya, juga dia sebagai

orang tua menasehati dan yang memberi contoh dan sebagainya”

(AR,30/05/2016).

Serta pernyataan siswa seperti :

“Pernah sama bu Achib diajarin menghargai, menasehati.

Diajarin waktu pelajaran Kewarganegaraan atau IPS. Juga waktu

lagi kerja kelompok gak boleh bilang “aku mau aku mau”, harus

menghargai pendapatnya orang lain juga” (EPN,10/05/2016).

Berdasarkan observasi terlihat interaksi antara kepala sekolah

dan guru juga terjalin akrab, selalu bertegur sapa dan mengobrol setiap

ada kesempatan maupun keperluan. Interaksi antar guru terlihat akrab

dan tidak canggung ataupun kaku dan tidak ada pembedaan antara

guru yang satu dengan yang lainnya. Sesama guru saling berbagi

pengetahuan, mengingatkan dan membantu apabila ada yang

mengalami kesulitan (obs/05/05/2016). Hal tersebut juga di perkuat

oleh pernyataan guru pada saat wawancara sebagai berikut :

Page 90: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

76

“Karna saya baru disini, guru-guru disini itu mengajarkan

kepada saya, kalau misalnya mereka (siswa) seperti ini, caranya

seperti apa, seperti itu, kalau mereka bandel ya di tegur saja, kalau

kepala sekolah itu lebih banyak mengajarkan saya bagaimana

caranya menghadapi siswa” (D, 12/05/2016).

“Sebagai guru selain mengajarkan kita memberi contoh. Kita

pamongnya dari lima agama juga, itu kita juga memberi contoh,

bagaimana kita juga saling menghormati, jadi anak-anak juga akan

mencontoh kita, kalau kita pamongnya aja tidak rukun, anak-

anaknya juga tau, itu memberi pelajaran dengan memberi contoh,

juga lebih banyak saling komunikasi dan menyapa”

(CITR,12/05/2016).

Secara keseluruhan interaksi di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa dapat dikatakan komunikatif, karena seluruh warga

sekolah selalu interaktif satu sama lain dan bersikap tidak membeda-

bedakan dari segi apapun. Walaupun di lingkungan siswa dan guru

banyak yang berbeda-beda latar belakang, baik agama dan sukunya.

Namun semuanya menjalin hubungan yang baik, interaktif, dan saling

bekerja sama untuk menciptakan suasana yang kondusif di sekolah.

c. Nilai-nilai yang ditanamkan dalam implementasi pendidikan

multikultural

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan

peneliti, nilai-nilai pendidikan multikultural menjadi bagian penting

untuk ditanamkan kepada warga sekolah terutama siswa. Nilai-nilai

yang dikembangkan antara lain tanggung jawab, kedisiplinan,

toleransi, saling menghormati, peduli sesama, demokrasi, dan

kerjasama. Nilai-nilai tersebut tercermin dari kegiatan yang dilakukan

di sekolah dan beberapa poster yang dipasang di sekolah yang terlihat

pada saat observasi dilakukan.

Page 91: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

77

Di sekolah terlihat ada poster yang bertuliskan pembiasaan di SD

Taman Muda yang isinya antara lain adalah berbaris di depan kelas

sebelum masuk kelas yang menunjukkan kedisiplinan dan pembiasaan

peduli terhadap sesama yang menunjukkan nilai kepedulian. Selain itu

juga terdapat tulisan-tulisan di anak tangga yang ada di sekolah yang

menunjukkan penanaman nilai-nilai di atas, diantaranya toleransi dan

demokratis. Sementara nilai kerja sama, saling menghormati dan

toleransi juga tercermin dalam kegiatan pembelajaran dan aktivitas

siswa maupun guru (obs/27/04/2016).

Hal tersebut sesuai dengan pernyataan guru bahwa :

“Karena memang disini ada lima agama, sejak dini

memang anak-anaknya sudah diperkenalkan dengan itu, jadi

belajar untuk menerima perbedaan dari teman-teman yang lain.

Karena perbedaan-perbedaan yang ada kita juga menanamkan

kepada anak-anak bagaimana untuk saling menghargai,

toleransi, menghormati, seperti itu kalau masalah agama.

Kemudian, yang berbeda disini tidak hanya agama, suku-

sukunya juga, ada beberapa anak yang memang dari luar

daerah, itu juga awalnya kita minta teman-temannya membantu

dia untuk istilahnya merangkul dia dan juga membantu dia

kalau dia kesulitan dalam menggunakan bahasa jawa. Itu juga

kita menanamkan “temanmu kan dari luar jawa, tidak bisa

bahasa jawa, jadi kalau kamu bicara sama dia gunakan

bahasa Indonesia”, kemudian juga anak-anak yang tidak bisa

bahasa jawa kita beri pemahaman” (ESR,11/05/2016).

“Disini siswanya berbagai jenis, anak-anak harus mampu

berbaur dengan yang ABK, bisa menghargai, saling berbagi,

kalau saya mengajarkan seperti itu dan anak-anak tidak boleh

memandang jelek ABK, saya tidak mengajarkan seperti itu,

karena kita semua sama, hanya saja teman kita perlu bantuan,

misalnya seperti itu. Jadi anak-anak nanti sudah bisa membantu

teman-temannya yang kekurangan, maksudnya yang

kekurangan kemampuannya secara akademik ataupun yang

lain, nanti yang bisa itu membantu” (AS,07/05/2016).

Page 92: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

78

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa menyadari

pentingnya menerapkan pendidikan multikultural kepada siswa,

terutama sekolah tersebut merupakan sekolah inklusi yang berbasis

budaya dan pendidikan budi pekerti luhur. Sehingga penting bagi

siswa untuk memahami keberagaman dan bagaimana menyikapi

keberagaman tersebut. Ditambah lagi dengan kondisi siswa yang

heterogen, banyak memiliki keragaman mulai dari agama, suku,

budaya dan karakter maupun kemampuan siswa. Perlunya penanaman

nilai-nilai pendidikan multikultural di sekolah ini adalah untuk

membentuk perilaku siswanya sejak dini. Seperti yang dikatakan

dalam wawancara sebagai berikut :

“Pendidikan multikultural sangat bagus, karna semuanya

mengajarkan kebersamaan, untuk kebersamaan, jadi kita bisa

tidak memilah-milah yang lebih bagus atau yang bagaimana,

kita disini juga kan ada lima agama, jadi lima agama itu saling

“guyub”, itu sudah ditanamkan, juga sudah dari dulu seperti itu,

jadi tidak ada yang ini membedakan, begitu juga dengan guru-

gurunya” (MCS,11/05/2016).

“Di kelas itu multikultural lebih kepada kita berbaur dengan

berbagai macam karakter, kebudayaan, agama, budaya mereka

yang ada dirumah, tentunya di kelas pembelajarannya lebih

kepada saling bertukar pikiran, memberikan contoh yang baik,

lebih kepada menjaga sikap-sikap saja, jadi multikultural itu

diharapkan dapat menumbuhkan karakter yang baik, jadi

walaupun mereka itu berbeda dari segi agama, kebudayaan,

apapun, tapi diharapkan perbedaan itu menjadikan mereka itu

belajar, bahwa ternyata saya harus menghargai, menghormati,

seperti itu”(AS,07/05/2016).

Selain itu berdasarkan hasil observasi dari kegiatan pembelajaran

di kelas dan kegiatan pengembangan diri, terdapat nilai-nilai yang

dapat dijabarkan sebagai berikut:

Page 93: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

79

1) Tanggung Jawab

Di SD Taman Muda ditanamkan nilai tanggung jawab

melalui kegiatan, kegiatan tersebut berupa pemberian tugas-tugas

seperti pekerjaan rumah maupun tugas piket kelas dan

melaksanakan organisasi kelas, artinya mereka bertanggung jawab

pada apa yang menjadi kewajiban mereka. Siswa juga bertanggung

jawab untuk menaati peraturan kelas yang dibuat wali kelas dan

disetujui bersama. Selain itu di kelas juga ditanamkan nilai

tanggung jawab melalui materi dalam mata pelajaran

Kewarganegaraan dan mata pelajaran lainnya seperti memberikan

pekerjaan rumah ataupun tugas lainnya kepada siswa. Hal tersebut

akan membantu siswa untuk memiliki dan menanamkan sikap

tanggung jawab kepada siswa (obs/09/05/2016).

2) Kedisiplinan

Nilai kedisiplinan ditanamkan melalui proses pembelajaran

dengan materi kedisiplinan di mata pelajaran Kewarganegaraan,

dalam proses pembelajaran juga dilaksanakan dengan tepat waktu,

artinya guru memulai dan mengakhiri pembelajaran sesuai dengan

waktu yang ditentukan. Sekolah juga memiliki pembiasaan yaitu

berbaris didepan kelas sebelum masuk kelas. Selain itu dapat

dilihat juga dari aktivitas siswa, misalnya ketika bel masuk, siswa

langsung bergegas untuk masuk kelas dan mengikuti pembelajaran.

Meskipun pada saat jam belajar guru tidak bisa masuk kelas atau

Page 94: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

80

mengajar, siswa tetap tertib di dalam kelas dan tidak bermain-main

di luar kelas (obs/11/05/2016). Hal tersebut sudah menjadi

kebiasaan yang ditanamkan sekolah untuk selalu disiplin dan

memanfaatkan waktu dengan baik.

3) Kerjasama

Nilai kerjasama terlihat dalam berbagai aktivitas yang

dilakukan siswa baik di dalam kelas maupun diluar kelas, secara

terprogram maupun tidak. Salah satunya nilai kerja sama

ditanamkan dalam kegiatan pengembangan diri yaitu

ekstrakurikuler pramuka.

Untuk kegiatan yang tidak terprogram, contohnya pada saat

siswa melaksanakan piket kebersihan kelas di jam pulang sekolah,

mereka bekerja sama dan saling membantu membersihkan kelas.

Juga pada saat jam pelajaran kosong, semua siswa dalam satu kelas

melakukan latihan karawitan secara mandiri tanpa guru

pendamping, terlihat siswa bekerjasama dan saling membantu

siswa yang mengalami kesulitan memainkan alat sehingga dapat

memainkan tembang dengan baik secara mandiri (obs/03/05/2016).

Begitu pula yang dilakukan oleh guru-guru, mereka bekerjasama

memberi contoh dan teladan pada siswa, saling membantu dan

berbagi ilmu tentang bagaimana menghadapi siswa.

Page 95: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

81

4) Saling menghormati

Nilai saling menghormati ditanamkan melalui kegiatan

keteladan yang dilakukan di sekolah. Aktivitas yang

mencerminkan saling menghormati diantara sikap mendahulukan

yang lebih tua dan wanita, siswa menghormati guru dan bersikap

sopan terhadap guru, serta saling menghormati antar penganut

agama. Misalnya, saling menghormati pada saat siswa dan guru

yang beragama non muslim sedang beribadah begitu juga

sebaliknya, siswa dan guru yang beragama non muslim

menghargai yang muslim ketika sedang beribadah maupun pada

saat melakukan perayaan hari besar agamanya masing-masing.

“Kita mengajarkan tentang perbedaan seperti misalnya pada

pelajaran agama seperti ini, ada beberapa agama, selain Kristen

ada Hindu dan Katholik juga, kita mengajarkan bahwa kita

tidak boleh membeda-bedakan, jadi pada waktu ada hari raya

kita memberikan mereka selamat, terus misalnya yang Islam

ada kegiatan misalnya puasa, kita memberitahu mereka agar

mereka makannya tidak didekat yang berpuasa atau bisa di

ruang agama” (MCS,11/05/2016).

“Kita disini juga ada lima agama, jadi lima agama itu saling

“guyub”, kalau ada acara, apalagi saat misalnya kelas enam ada

acara doa bersama, semua kita melakukan, kita membuat

doanya masing-masing sesuai dengan agama masing-masing,

itu sudah ditanamkan, juga sudah dari dulu seperti itu, jadi

tidak ada yang ini membedakan. Seperti kita juga guru-gurunya

juga misalnya guru yang agama lain juga merayakan hari besar

agamanya, kita juga memberikan selamat seperti itu”

(MCS,11/05/2016).

5) Peduli sesama

Nilai kepedulian terhadap sesama ditunjukkan dengan

kegiatan spontan yang dilakukan, seperti pembiasaan senyum

Page 96: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

82

salam dan sapa, menolong orang dalam kesulitan baik diminta

ataupun tidak, melayat, mengunjungi orang sakit, mengunjungi

korban musibah, mengunjungi panti jompo/panti asuhan dan lain-

lain seperti yang tertera dalam kegiatan pengembangan diri secara

tidak terprogram dalam kurikulum sekolah. Dalam aktivitas di

kelas, sikap peduli terhadap sesama juga ditanamkan oleh guru

dengan mengingatkan siswa untuk membantu teman yang

berkebutuhan khusus agar dapat menyesuaikan pelajaran dan tidak

bersikap membeda-bedakan (obs/07/05/2016).

6) Demokrasi

Nilai demokrasi terlihat di dalam kelas pada saat setiap

pengambilan keputusan yang dilakukan dengan musyawarah,

misalnya pada saat pembagian kelompok dan tugas untuk

penampilan drama kelas IV. Guru menciptakan suasana kelas yang

demokratis dengan memberi kesempatan yang sama kepada

seluruh siswa, guru mendengarkan dan menerima pendapat siswa

dengan baik. Siswa juga dibiasakan untuk menghargai pendapat

orang lain, toleran terhadap perbedaan pendapat, menghargai

teman yang berprestasi, dan mendahulukan kepentingan bersama

daripada kepentingan pribadi dan kelompoknya (obs/03/05/2016).

7) Toleransi

Nilai toleransi adalah nilai yang paling penting ditanamkan

di sekolah ini, dengan adanya toleransi antar warga sekolah maka

Page 97: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

83

akan tercipta suasana yang harmonis di dalam keberagaman yang

ada. Nilai toleransi ditanamkan dimulai pada saat sebelum jam

belajar berlangsung, dimana masing-masing melakukan doa

sebelum belajar sesuai dengan agamanya masing-masing

(obs/28/04/2016).

Toleransi juga terlihat dari lingkungan sekolah yang

menyediakan ruang agama dan guru pendamping agama lain untuk

siswa yang beragama non muslim. Sehingga pada saat pelajaran

agama maupun kegiatan TPA, semua siswa dapat belajar sesuai

dengan agamanya masing-masing dengan guru pendamping

(obs/11/05/2016).

Selain itu, nilai toleransi juga ditanamkan melalui beberapa

mata pelajaran seperti Kewarganegaraan dan Agama, serta

kegiatan ekstrakurikuler pramuka. Dalam praktiknya sendiri nilai

toleransi di kelas juga terihat dari cara guru mengajar di kelas yang

siswanya memiliki kemampuan dan karakter yang berbeda-beda.

Guru mengajarkan kepada siswa sesuai dengan kemampuan siswa,

terutama kepada siswa yang berkebutuhan khusus, selain dibantu

oleh guru pendamping khusus, guru kelas juga membantu siswa

dan memberi pengertian khusus kepada siswa berkebutuhan khusus

dan siswa yang lainnya untuk membantu siswa yang berkebutuhan

khusus dalam memahami pelajaran.

Page 98: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

84

Seperti kutipan pernyataan dalam wawancara berikut :

“Di kelas sendiri ada beberapa anak yang ABK

dengan bermacam-macam jenis, tapi mereka dengan

adanya perbedaan seperti itu tidak digunakan untuk bahan

ejekan, seperti salah satu anak yang gangguan pendengaran,

kebetulan dia terpilih dengan anak yang satunya untuk

lomba menggambar, kemudian dari sekolah

memberitahukan ke anak yang satunya, latihan gambarnya

hari ini jam sekian, lalu dia memberitahukan kepada anak

yang gangguan pendengaran itu, karena kalau ngomong

biasa begini dia kurang jelas, jadi dia ngasih tau dengan

gerak mulutnya yang lebih jelas, kalau tidak dia tulis kalau

kira-kira temannya belum paham. Dia tanpa saya suruh,

sudah tau seperti itu, jadi sudah tau temannya

membutuhkan penanganan seperti apa, itu tanpa saya suruh

dia sudah tau seperti itu” (ESR,11/05/2016).

Selain nilai-nilai di atas, ada nilai-nilai multikultural yang

juga bersumber dari Pancasila dan merupakan nilai pokok yang

ditanamkan pada warga sekolah, berdasarkan hasil observasi nilai-

nilai yang ditanamkan adalah sebagai berikut :

1) Nilai Religius

Nilai religius yang ada di sekolah ini dilakukan dengan

kegiatan TPA yang menjadi kegiatan ekstrakurikuler sekolah

yang dilaksanakan oleh setiap kelas pada hari tertentu yang

sudah dijadwalkan. Sekolah memfasilitsi guru di masing-

masing agama untuk membimbing siswanya pada saat jam

TPA berlangsung. Dalam agama Islam satu guru ditugaskan

untuk mengampu satu kelas siswa dan pembelajaran dilakukan

di ruang kelas, kemudian bagi yang beragama Katholik,

Kristen, Hindu dan Budha masing-masing satu guru dan

Page 99: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

85

melakukan kegiatan di ruang agama ataupun diruangan yang

sedang kosong (obs/18/05/2016).

2) Nilai Kemanusiaan

Nilai kemanusiaan di SD Taman Muda ditanamkan dengan

menjunjung tinggi hak asasi manusia. Dibuktikan dengan hasil

observasi bahwa antar warga sekolah dapat berdampingan

dengan baik dan menghargai perbedaan yang ada, sehingga

tercipta kerukunan dan suasana sekolah yang kondusif. Selain

itu nilai kemanusiaan juga diajarkan dalam pembelajaran

Kewarganegaraan, siswa diajarkan untuk selalu menghargai

hak setiap orang.

3) Nilai Persatuan

Nilai persatuan timbul dengan sendirinya seiring dengan

kondisi sekolah yang terbiasa dan menerima keberagaman yang

ada. Warga sekolah berusaha untuk menjadi satu dan

membangun rasa kekeluargaan sehingga tidak memiliki

masalah yang terkait dengan perbedaan. Justru dengan adanya

perbedaan ataupun keberagaman menjadi kekuatan tersendiri

dalam mencapai tujuan pendidikan karena perbedaan tersebut

juga disatukan oleh satu tujuan yang sama. Seperti yang

diungkapkan oleh salah satu narasumber berikut:

“Dikalangan guru-guru, kita berbeda-beda tapi tetap

jalan satu misi, tetap akrab, karna satu tujuan. Kalau

kebiasaan berbeda-beda tapi semuanya maklum, yang

penting saling memahami” (AFH,10/05/2016).

Page 100: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

86

Selanjutnya, nilai persatuan juga ditanamkan di sekolah ini

dengan melakukan kegiatan rutin seperti upacara yang

dilakukan setiap hari-hari tertentu. Berdasarkan observasi, SD

Taman Muda melakukan upacara setiap hari senin di halaman

sekolah, hal itu berarti sekolah telah menanamkan jiwa

persatuan, nasionalisme kepada siswanya. Selain itu sekolah

juga memiliki kegiatan rutin seperti Kamis Pahing yang

mewajibkan semua guru-guru perempuan memakai kebaya dan

batik untuk guru laki-laki tanpa terkecuali (obs/19/05/2016).

4) Nilai Demokrasi

Nilai demokrasi ditanamkan di dalam kelas dengan cara

guru memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh siswa.

Contohnya ketika awal memasuki kelas seperti pemilihan ketua

kelas dengan cara musyawarah. Dengan begitu siswa juga

terlatih untuk selalu mengambil keputusan secara bersama-

sama dengan menerima pendapat atau masukan dari orang lain.

Guru juga membiasakan siswa bersikap terbuka dan

menghargai pendapat orang lain pada saat melakukan

musyawarah dan tidak mementingkan ataupun mengutamakan

pendapat pribadi. Seperti yang diungkapkan oleh narasumber

berikut :

“Pernah, sama bu Achib diajarkan menghargai,

menasehati. Diajarin waktu pelajaran Kewarganegaraan dan

IPS, sosial. Saat kerja kelompok tidak boleh bilang “aku

Page 101: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

87

mau aku mau”, tapi harus menghargai pendapatnya orang

lain juga” (PAD,10/05/2016).

Selanjutnya, ketika dalam pembelajaran di kelas, siswa

selalu diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapat,

bertanya serta menjawab pertanyaan.

5) Nilai Keadilan

Nilai keadilan juga ditanamkan kepada siswa. Saat

pembelajaran guru berlaku adil dengan siswa, tidak

membedakan antara yang satu dengan yang lain tidak ada yang

diperlakukan dengan istimewa. Namun ada pengecualian

terhadap siswa yang berkebutuhan khusus karena memang

siswa tersebut membutuhkan bantuan lebih dari guru.

Begitu pula dengan siswa, siswa yang satu dengan yang

lain berbaur bersama dan tidak terlihat bergerombol. Mereka

tidak memilih teman, hanya bersama-sama tidak peduli dengan

latar belakang, agama, suku, budaya dan kemampuan masing-

masing. Di dalam kelas guru menekankan kepada siswa untuk

berlaku adil kepada siapapun dan menghargai teman

bagaimanapun keadaannya. Seperti yang diungkapkan

narasumber dalam wawancara berikut:

“Di kelas sendiri kebetulan anak-anak sangat

menghargai perbedaan, mereka sudah terbiasa memiliki

teman yang seperti itu, ada yang ABK, ada yang jenis

temannya yang autis, mereka sangat menghargai, walaupun

bercanda biasa, tapi ketika diminta membantu mereka

dengan senang hati membantu. Kemudian untuk kepedulian

mereka dengan teman-temannya, kekompakan mereka

Page 102: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

88

tanpa memandang apapun, agama apa ataupun dari mana,

sukunya apa, dia tipenya seperti apa, itu tidak. Ya namanya

anak-anak kalau kurang cocok kan biasa, tapi tidak terus itu

dibuat menjadi suatu masalah itu tidak” (ESR,11/05/2016).

“Siswa berkebutuhan khusus yang kurang akrab

dengan anak-anak yang lain karena memiliki gangguan

emosi di kelas selalu saya ikutkan dalam berbagai

kelompok-kelompok, jadi anak yang tidak suka itu

walaupun tidak suka atau malas, di kelas itu semuanya

harus berkelompok apapun kalo sudah ditentukan dengan

kesepakatan dengan musyawarah maka tidak bisa tidak

setuju lagi, harus setuju semua. Kalau di kelas itu

multikultural lebih kepada kita berbaur dengan berbagai

macam karakter, kebudayaan, agama, budaya mereka yang

ada dirumah, tentunya di kelas pembelajarannya lebih

kepada saling bertukar pikiran, memberikan contoh yang

baik” (AS,07/05/2016).

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa SD

Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa sudah menanamkan

nilai-nilai multikultural yang meliputi tanggung jawab, disiplin,

toleransi, peduli sesama, demokrasi, kerjasama dan saling

menghormati. Selain itu juga ada nilai-nilai yang bersumber

dari pancasila diantaranya nilai religius, kemanusiaan,

persatuan, demokrasi dan keadilan. Selain melakukan kegiatan

atau aktivitas yang menanamkan nilai-nilai tersebut juga

ditanamkan melalui pembelajaran ketika di dalam kelas dan

kegiatan pengembangan diri baik secara terprogram maupun

yang tidak terprogram.

Page 103: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

89

d. Strategi implementasi pendidikan multikultural di SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Tamansiswa

Pendidikan multikultural merupakan pendidikan yang

menyediakan sumber belajar yang jamak bagi pembelajar dan yang

sesuai dengan kebutuhan akademis maupun sosial anak didik. Dengan

pendidikan multikultural peserta didik mampu menerima perbedaan,

kritik, dan memiliki rasa empati serta toleransi pada sesama tanpa

memandang golongan, status, gender, dan kemampuan akademis.

Tujuan utama pendidikan multikultural adalah mengubah

pendekatan pelajaran dan pembelajaran kearah memberikan peluang

yang sama pada setiap anak. Jadi, tidak ada yang dikorbankan demi

persatuan. Untuk itu, kelompok-kelompok harus damai, saling

memahami, mengakhiri perbedaan, tetapi tetap menekankan pada tujuan

umum untuk mencapai persatuan. Siswa ditanamkan pemikiran lateral,

keanekaragaman, dan keunikan itu dihargai. Hal ini berarti harus ada

perubahan sikap, perilaku, dan nilai-nilai, khususnya civitas akademika

sekolah. Ketika siswa berada di antara sesamanya yang berlatar belakang

berbeda, mereka harus belajar satu sama lain, berinteraksi, dan

berkomunikasi sehingga dapat menerima perbedaan diantara mereka

sebagai sesuatu yang memperkaya mereka.

Terkait dengan implementasi pendidikan multikultural di SD

Taman Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa berdasarkan observasi dan

studi dokumentasi, implementasi dilakukan dengan mengintegrasi nilai-

nilai multikultural kedalam kurikulum yang dilaksanakan dengan

Page 104: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

90

pembelajaran yang mengintegrasi, serta kedalam program dan kegiatan

di sekolah. Sekolah memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan

multikultural di sekolah mengingat peserta didiknya yang bersifat

heterogen.

Sesuai dengan visi sekolah untuk menjadi sekolah bermutu,

berbasis seni budaya dan pendidikan budi pekerti luhur, pendidikan

multikultural dilaksanakan agar siswa selain dapat memahami seni dan

budaya tapi juga mampu menerima dan menghargai kebudayaan yang

sangat beragam. Pendidikan budi pekerti luhur yang dilaksanakan di

sekolah juga mengandung implementasi pendidikan multikultural karena

mengajarkan nilai-nilai multikultural seperti menghargai dan

menghormati perbedaan dan bersikap adil, dan perduli terhadap sesama.

Berdasarkan data yang diperoleh dari observasi dan studi

dokumentsi, implementasi pendidikan multikultural di SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Tamansiswa ini dilakukan dengan cara pembiasaan yang

dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dan kegiatan pengembangan diri

yang dilakukan di sekolah. Sedangkan berdasarkan wawancara dengan

guru, diperoleh data bahwa cara lain yang dilakukan guru untuk

melaksanakan pendidikan multikultural adalah dengan mengintegrasikan

ke dalam mata pelajaran.

Pengintegrasian dalam mata pelajaran dilakukan di setiap pokok

bahasan atau tema dalam pembelajaran. Selain itu berdasarkan studi

dokumen pendidikan multikultural di sekolah dapat terlihat dalam

Page 105: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

91

struktur dan muatan kurikulum sekolah. Beberapa mata pelajaran dalam

muatan kurikulum yang mengintegrasi pendidikan multikultural yaitu

Ketamansiswaan, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Ilmu Pengetahuan

Sosial. Sedangkan untuk pendidikan multikultural di dalam kegiatan

pengembangan diri yang juga bentuk dari pendidikan multikultural di

sekolah adalah kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan sekolah.

Hal tersebut juga dijelaskan oleh narasumber dalam kutipan

wawancara berikut :

“Pembelajaran dan kegiatan yang khusus multikultural itu tidak

ada mata pelajarannya, jadi langsung terserap diberbagai mata

pelajaran, misalnya Kewarganegaraan, IPS dan Ketamansiswaan”

(AS,07/05/2016).

Pendidikan multikultural dalam pembelajaran Ketamansiswaan

mengintergrasikan pendidikan multikultural di dalamnya berdasarkan

studi dokumentasi, hal tersebut dapat dilihat di dalam tujuan

pendidikannya yaitu berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab,

dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara untuk mewujudkan masyarakat tertib damai dan manusia

salam bahagia. Salah satu narasumber juga mengatakan bahwa:

“Tamansiswa memang identik dengan kebudayaan, budaya

Jawanya, itu memang kita ada kurikulumnya sudah masuk kesitu,

untuk tentang kebudayaan memang sudah ada disitu, jadi

tamansiswa memang mendukung tentang multikultural, bagaimana

kita harus melestarikan kebudayaan yang ada, perbedaan yang ada,

kita tidak boleh menuntut semua harus sama, kita harus

menghormati perbedaan itu” (CITR,12/05/2016).

“Contohnya tembang dan sopan santun, misalnya kita

ngomong sama orang itu harus adabnya seperti apa, adab bertamu

itu juga ada disitu, terus untuk seorang guru itu didepan,

disamping, dibelakang itu perannya sebagai apa, banyak banget.

Page 106: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

92

Juga ada kata-kata semboyan yang nanti berguna bagi dunia

pendidikan juga” (L,23/05/2016).

“Misalnya sistem pamong itu ngemong anak itu kan ngemong

dari keseluruhan, tidak ada yang memilih-milih, dalam hal apapun

itu kan terkait. Namanya keluarga itu satu keluarga kalau di

tamansiswa adalah kekeluargaan yang nomer satu, itu ya otomatis

mau yang cacat, yang cantik, yang ganteng, yang pintar, semuanya

sama satu keluarga, yang penting kita melihat menganggapnya

sebagai anak. Tapi begitu dia punya keinginan kita rangkul dia

sebagai teman, kita rangkul dia supaya dia mencapai apa yang dia

inginkan, kita ikuti dia dari belakang, itulah yang tut wuri

handayani, dia terus kita dorong supaya bisa mencapai dari cita-

cita anak tersebut, itu kan menjadi satu dari kesatuan tamansiswa

seperti itu, makanya kenapa tamansiswa juga multikultural karena

dia sudah bersumber seperti itu dari ajaran Ki Hajar Dewantara,

jadi erat sekali ajaran damai di dalamnya” (AR,30/05/2016).

Implementasi pendidikan multikultural di dalam Pendidikan

Kewarganegaraan yang dilaksanakan sekolah dicerminkan dengan

kesesuaiannya dengan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang meliputi aspek-aspek diantaranya persatuan

bangsa yang meliputi hidup rukun dalam perbedaan, hidup gotong

royong, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat,

menghargai keputusan bersama.

Dalam praktiknya, integrasi pendidikan multikultural juga

didukung dengan sikap dan contoh-contoh yang diberikan guru secara

nyata sesuai dengan keadaan di lingkungan sekolah disertai dengan

pembiasaan yang dilakukan bersama dengan siswa di kelas, sesuai

dengan pernyataan narasumber dalam kutipan wawancara berikut :

“Di kelas menanamkan multikultural itu, kita beri contoh

yang real, yang simple saja, seperti antara laki-laki dan perempuan,

itu kan multikultural yang simple tidak usah sampai ke agama,

kalau ke agama nanti untuk ke anak-anak cukup beda cara

sembahyangnya, tapi untuk laki-laki dan perempuan kita harus

Page 107: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

93

saling menghormati, beda kekuatannya antara laki-laki dan

perempuan, contohnya seperti itu. Jadi kita berikan contoh-contoh

ke suatu yang real, sesuatu yang nyata, kita saling menghormati,

menghargai” (ESR,11/05/2016).

“Seorang guru biasanya mencontohkan realnya, suatu

realnya. Misalkan di dalam pembelajaran teorinya seperti ini,

karena di dalam teori hanya disebutkan ini contohnya, tetapi untuk

di kehidupan sehari-hari harus tau diterapkannya seperti apa atau

untuk apa, misalnya seperti itu. Jadi guru itu sebagai motornya”

(L,23/05/2016).

Sesuai dengan tujuannya, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

mengintegrasi pendidikan multikultural dengan pembelajaran-

pembelajaran terkait dengan sistem dan nilai-nilai sosial yang berlaku

dimasyarakat yang membantu siswa untuk memahami kehidupan di

lingkungan yang multikultural dan mampu menerima keberagaman.

Melalui pembelajaran tersebut siswa diharapkan memiliki komitmen dan

kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan mengenal

konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya.

Sekolah juga memiliki kegiatan pengembangan diri yang juga

mengintegrasi pendidikan multikultural di dalamnya. Kegiatan

pengembangan diri mencakup 2 (dua) program kegiatan, yaitu kegiatan

terprogram dan kegiatan tidak terprogram. Dalam kegiatan terprogram

terdapat kegiatan bimbingan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler

yang mengintegrasi pendidikan multikultural di dalamnya, sedangkan di

dalam kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram terdiri dari

Page 108: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

94

kegiatan rutin yang dilakukan secara terjadwal, kegiatan spontan dan

kegiatan keteladanan, dapat dijabarkan sebagai berikut.

Berdasarkan dokumentasi dan wawancara, pengembangan diri

terprogram yang dilakukan di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa yang mengintegrasi pendidikan multikultural adalah

bimbingan konseling dan kegiatan ekstrakurikuler. Hal tersebut sesuai

dengan kegiatan dan strategi yang dilakukan dalam pembentukan

karakter atau kepribadian yang dilakukan dalam kegiatan bimbingan dan

konseling, serta latihan kepemimpinan dan berorganisasi dalam kegiatan

ekstrakurikuler pramuka.

Di dalam tahapan-tahapan dalam kegiatan pramuka di sekolah

mengandung berbagai tujuan yang sesuai dengan pendidikan

multikultural, diantaranya pada bidang spiritual yaitu, memahami dan

melaksanakan aturan agama dan kepercayaan yang dianut dengan

toleransi, menghormati penganut agama lain, dan mampu hidup rukun

dalam keberagaman tanpa ada diskriminasi. Pada bidang sosial, yaitu

siswa diajarkan agar mampu mengetahui aturan sosial, menerima dan

mendorong orang lain untuk menaati norma-norma dan nilai-nilai yang

berada di masyarakat dan lingkungan.

Selain itu di dalam kurikulumnya, juga disebutkan beberapa nilai-

nilai yang ditanamkan di dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka, antara

lain disiplin, jujur, demokratis, peduli sosial dan lingkungan, kerjasama,

semangat kebangsaan, toleransi, cinta damai, kerja keras, tanggung

Page 109: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

95

jawab, tekun, dan sportif. Dilihat dari nilai-nilai tersebut, sebagian besar

sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan

multikultural, sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrakurikuler menjadi

strategi implementasi pendidikan multikultural di sekolah

(obs/21/05/2016).

Strategi yang dilakukan dalam bimbingan dan konseling berupa

pembentukan karakter dan kepribadian, pemberian motivasi dan layanan

konseling. Sedangkan strategi dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler

baik pramuka, olahraga dan seni budaya yaitu berupa latihan dan

pertandingan/perlombaan persahabatan, serta latihan dan pentas seni

baik perlombaan maupun unjuk kebolehan.

Sementara itu, berdasarkan hasil observasi, kegiatan

pengembangan diri secara tidak terprogram yang dilakukan sekolah yang

mengintegrasikan pendidikan multikultural dapat dibagi dalam tiga

kegiatan, yaitu kegiatan rutin yang dilakukan secara terjadwal, kegiatan

spontan yang tidak terjadwal dalam kejadian khusus dan keteladanan.

Kegiatan rutin yang dilakukan diantaranya upacara bendera setiap hari

senin dan hari-hari besar nasional, berbaris didepan kelas sebelum

masuk kelas, semutlis (sepuluh menit membersihkan lingkungan

sekolah), Java day dan English day, piket kelas, dan berdoa sebelum dan

sesudah pelajaran. Hal tersebut juga dinyatakan oleh salah satu

narasumber dalam kutipan wawancara berikut :

“Dengan upacara, sosialisasi, di kelas juga sudah jelas,

terus ditanamkan di tangga-tangga, terus gambar-gambar, terus kita

Page 110: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

96

ada lomba, ada peringatan agama, ada peringatan hari-hari daerah,

itu termasuk juga, antara lain itu dan masih banyak lagi”

(AR,30/05/2016).

“Contohnya bahasa, melalui bahasa. Misalnya anak-anak

dari rumah mungkin dengan bahasa masing-masing, contohnya

murid pindahan yang dari Kalimantan, NTB, tetapi nanti setiap

hari jumat diwajibkan menggunakan bahasa Jawa, karena disini

tamansiswa sekolahnya bertepatan kedudukannya di Jawa. Atau

nanti harus kita orang Jogja nanti dapat materi tari nya dari luar

daerah, itu juga sudah termasuk multikultural tetapi hanya dalam

satu aspek” (L,23/05/2016).

“Karena disini sekolahnya mengedepankan kebudayaan,

seperti kayak kamis pahing ini, kayak gitu kan kita juga

mengajarkan anak-anak bahwa misalnya kebudayaan Jogja itu

seperti apa, misalnya kalau Kartini-an ya pakai baju adat, kalau

misalnya kamis pahing ya seperti ini menggunakan kebaya Jogja,

seperti itu” (D,12/05/2016).

Kegiatan spontan yang dilakukan sebagai wujud implementasi

pendidikan multikultural di sekolah diantaranya pembiasaan senyum,

sapa, dan salam, meminta maaf, berterima kasih, peduli terhadap

sesama, dan menolong orang yang dalam kesulitan baik diminta atau

tidak. Sedangkan untuk kegiatan keteladan yang dilakukan sekolah

diantaranya mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan

diri dan kelompok, mendahulukan yang lebih tua, wanita dan anak-anak,

menghargai pendapat orang lain, toleran terhadap perbedaan pendapat,

santun dalam bertindak dan berbicara, dan menghargai orang lain.

Berdasarkan studi dokumentasi dan observasi yang dilakukan

peneliti, peneliti memperoleh data tentang strategi lain yang dilakukan

sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural, yaitu

dengan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Guru

Page 111: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

97

dan sekolah mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa

kedalam silabus dan RPP.

Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa mengandung

nilai-nilai yang terkait dengan multikultural diantaranya religius,

toleransi, demokratis, cinta tanah air, cinta damai,

bersahabat/komunikatif, peduli sosial, dan lain-lain. Penjelasan tersebut

diperoleh dari studi dokumentasi yang dilakukan, yaitu pada kurikulum

sekolah. Berdasarkan penjelasan di

atas dapat dilihat bahwa sekolah sudah menerapkan pendidikan

multikultural dengan metode pengintegrasian kedalam kegiatan sekolah

dan mata pelajaran serta pembiasaan-pembiasaan dalam proses

pembelajaran di kelas.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan

Multikultural di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

a. Faktor pendukung implementasi pendidikan multikultural

Pendidikan multikultural menjadi suatu strategi dalam

melaksanakan pembelajaran yang ada di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa, dikarenakan kondisi yKewarganegaraanang

beranekaragam di sekolah ini, mulai dari suku, agama, budaya, dan

karakter siswa. Dalam pelaksanaan pendidikan multikultural sekolah

selalu memfasilitasi apa yang dibutuhkan oleh siswanya baik dari

tenaga pendidik, sarana prasarana, dan kegiatan. Berdasarkan

wawancara dengan beberapa narasumber dapat diperoleh data terkait

Page 112: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

98

faktor pendukung implementasi pendidikan multikultural di sekolah,

sesuai dengan beberapa kutipan wawancara sebagai berikut :

“Faktor yang mendukung adalah kultur sekolah, juga pihak-

pihak sekolah mulai dari kepala sekolah sampai kebawah, sangat

mendukung untuk pendidikan multikultural” (AS,07/05/2016).

“Sarana prasarana, kalau untuk masjid kita ada, terus kita

agama ada lima itu ada ruangan khusus, di perpustakaan juga bisa

buat anak untuk multikultural, kita di lapangan-lapangan untuk

anak-anak bermain juga bisa untuk banyak hal, bisa berbaur, ada

pendopo, ada gedung, untuk lomba-lomba, tergantung

lombanya,nanti bisa di kelas juga” (AR,30/05/2016).

“Pendukungnya, sekolah sendiri. Sekolah itu menerapkan

sekolah yang menerima berbagai siswa, jadi anak-anak disini lebih

mudah untuk mengetahui bahwa ternyata selain saya masih ada

orang yang seperti itu, itu menyebabkan anak-anak mudah untuk

menghargai orang lain” (ESR,11/05/2016).

“Faktor pendukungnya, karna di sini ciri khasnya tamansiswa,

jadi sudah ada istilah menerima manusia seutuhnya, memanusiakan

manusia, jadi tidak hanya ajaran-ajaran Ki Hajar yang istilahnya

membebaskan. Selain itu lingkungan sekitar juga, lingkungan

disini sudah terbiasa untuk menerima perbedaan-perbedaan, itu

karena sudah terbiasa, kita kesulitan ada tapi saya lihat tidak

separah yang dialami di sekolah-sekolah negeri”

(CITR,12/05/2016).

Dari hasil wawancara di atas, dapat dideskripsikan bahwa sekolah

menjadi faktor pendukung yang banyak berpengaruh dalam

implementasi pendidikan multikultural di sekolah. Hal tersebut

dikarenakan sekolah memiliki iklim yang menerima dan menghargai

perbedaan, sehingga warga sekolah juga bersikap terbuka terhadap

perbedaan dan menjadi lebih mudah untuk terbiasa dengan

keberagaman yang ada di sekolah.

Selain itu, berdasarkan observasi dan studi dokumentasi, diperoleh

data bahwa sekolah juga menerapkan pendidikan multikultural di

sekolah dengan cara memfasilitasi atau memberikan sarana prasarana

Page 113: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

99

yang dibutuhkan dalam menunjang implementasi pendidikan

multikultural. Fasilitas dan sarana prasarana yang terdapat di sekolah

antara lain tersedianya guru pendamping untuk siswa berkebutuhan

khusus, tersedianya tulisan-tulisan yang menggambarkan keragaman

dan sikap menghargai keragaman, seperti poster-poster dengan tulisan

nilai-nilai seperti demokratis, semangat kebangsaan, kejujuran,

disiplin, tut wuri handayani, dan lain-lain. Maupun gambar-gambar

seperti tokoh pahlawan, tokoh pewayangan, rumah adat, simbol-simbol

keagamaan dan rumah ibadah untuk 5 (lima) agama, contoh kerukunan

dan toleransi dalam beragama, batik, ragam profesi, tersedianya ruang

agama untuk siswa beragama non muslim, dan guru pendamping

masing-masing untuk setiap agama yang mencakup agama Islam,

Kristen, Katholik, Hindu dan Budha (obs/04/05/2016).

Sekolah juga melaksanakan kegiatan-kegiatan mengintegrasi nilai-

nilai multikultural yang disesuaikan dengan minat dan bakat siswanya,

agar tidak terjadi diskriminasi antara siswa dengan disertai bimbingan

masing-masing kepada siswa. Program dan kegiatan sekolah

dilaksanakan dalam nuansa multikultural yang adil, setara dan

demokratis sehingga seluruh peserta didik dapat ikut andil dalam

program dan pendidikan tersebut.

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa memberikan

pelayanan kebutuhan dengan memberikan kebebasan peserta didiknya

untuk memilih satu bidang yang disukainya sesuai dengan

Page 114: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

100

kemampuannya. Bidang kegiatan tersebut disebut ekstrakurikuler.

Peserta didik bebas memilih minat bakat yang disukainya. SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa telah memiliki serangkaian kegiatan

sekolah dan program sekolah yang dapat memfasilitasi peserta

didiknya yang beragam.

Sekolah memiliki kegiatan pengembangan diri yang mencakup dua

program kegiatan, yaitu kegiatan terprogram dan tidak terprogram.

Kegiatan terprogram diantaranya bimbingan dan konseling, dan

ekstrakurikuler yang terdiri dari berbagai macam pelaksanaan seperti

Pramuka, TIK, Bahasa Inggris, Baca Tulis Huruf Al-Quran,

Menari/Dolanan anak, Drum Band/Essembel Musik, Bela Diri,

Sepakbola/Futsal, Vokal/Musik, Karawitan, dan PKS (Patroli

Keamanan Sekolah). Berbagai macam pelaksanaan tersebut mencakup

berbagai bidang yang dapat pilih siswa secara bebas sesuai

kemampuannya dan boleh diikuti seluruh siswa tanpa terkecuali.

“Ekstra-ekstra itu banyak yang mengandung pendidikan

multikultural, misalnya itu ada karawitan, dolanan anak, tari, kan

disini semua kebudayaan ada semua. Kalau dolanan anak itu

sendiri menggali pembelajaran yang terdahulu tetapi di aplikasikan

di dunia yang modern seperti ini. Jadi misalkan nilai

kebersamaannya yang diambil. Kalau untuk masa sekarang kan

anak-anak pintar, cerdas, tetapi untuk nilai sosialnya nol, tetapi

kalau kita ambil yang dulu di aplikasikan sekarang jadi di mix itu

lebih bagus lagi, jadi tradisional tetapi dikemas dalam

modern”(L,23/05/2016).

Kegiatan-kegiatan tersebut mengandung nilai-nilai diantaranya

yang berkaitan dengan pendidikan multikultural yaitu kerjasama,

demokratis, jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli sosial, toleransi,

Page 115: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

101

cinta damai, sportivitas, jujur, peduli budaya dan menghargai prestasi.

Strategi yang dilakukan dalam bimbingan dan konseling berupa

pembentukan karakter dan kepribadian, pemberian motivasi dan

layanan konseling. Sedangkan startegi dalam kegiatan ekstrakurikuler

berupa latihan dan pertandingan/perlombaan persahabatan, dan latihan

dan pentas seni baik perlombaan maupun unjuk kebolehan

(obs/23/05/2016).

Kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram yang

dilaksanakan sekolah terdiri dari kegiatan rutin yang contohnya

upacara bendera setiap hari senin dan hari-hari besar nasional, berbaris

didepan kelas sebelum masuk kelas, semutlis, Java day dan English

day, piket kelas, dan berdoa sebelum dan sesudah belajar. Selain itu

ada kegiatan spontan seperti mengunjungi korban musibah,

mengunjungi panti jompo/panti asuhan, dan kegiatan keteladanan

seperti mendahulukan kepentingan bersama, mendahulukan yang lebih

tua, wanita dan anak-anak, menghargai pendapat orang lain, toleran

terhadap perbedaan pendapat, santun dalam bertindak dan berbicara,

dan lain-lain.

Sekolah juga mengadakan beberapa kegiatan diluar sekolah

yang dapat membantu siswa untuk belajar tentang keberagaman, hal

tersebut diungkapkan oleh salah satu narasumber sebagai berikut :

“Kita ada lomba kalau seperti acara kedaerahan misalnya di

Jogja itu, berarti dia yang bukan orang jawa pun harus bisa nyanyi

jawa, itu sudah multi juga, terus kita ke museum-museum, terus

kita perjalanan rohani, perjalanan rohani itu kita tidak hanya ke

Page 116: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

102

masjid saja, tetapi di vihara di klenteng di gereja, tempat-tempat

ibadah keseluruhan, jadi tahu, oh berarti sama, kami menyembah

satu Tuhan, jadi seperti itu, banyak hal termasuk outbond, outday

dan sebagainya, itu bisa untuk satu pengetahuan bahwa kita itu

beragam dan bisa bersatu” (AR,30/05/2016).

Berdasarkan kegiatan keteladanan, terlihat juga bahwa peran

guru dan pamong yang di sekolah menjadi faktor pendukung lainnya

dalam implementasi pendidikan multikultural. Selain mengintegrasi

pendidikan multikultural dalam setiap proses pembelajaran guru juga

berperan aktif memberi teladan atau contoh kepada siswa untuk

menanamkan nilai-nilai multikultural. Hal tersebut juga didukung oleh

pernyataan narasumber dalam kutipan wawancara berikut :

“Peran guru tentu memberikan contoh, jadi tidak membeda-

bedakan. Lebih kepada pemberian contoh, kalo guru tidak

langsung hanya memberi pengertian anak-anak multikultural itu

apa, jadi memberi contoh, kalo anak-anak SD harus diberi contoh,

jadi bagaimana memperlakukan anak satu dan lainnya,

menghormati agama, kebudayaan itu disitu diajarkan dengan

contoh” (AS,07/05/2016).

“Selain mengajarkan, guru memberi contoh. Karena kita

pamongnya dari lima agama juga, itu kita juga memberi contoh,

bagaimana kita juga saling menghormati, jadi anak-anak juga akan

mencontoh kita” (CITR,12/05/2016).

b. Faktor penghambat implementasi pendidikan multikultural

Implementasi pendidikan multikultural di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa selain didukung oleh berbagai faktor juga

memiliki faktor-faktor yang menghambat, beberapa faktor tersebut

seperti yang dinyatakan oleh narasumber dalam kutipan wawancara

berikut :

“Kalau faktor penghambatnya, itu ya ada biasanya orang

tua, ya kalau orang tua kan biasanya membela anak yang benar ya,

itu ada, tapi ya tidak semuanya, karna kita disini sudah terbiasa

Page 117: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

103

dengan anak-anak yang seperti itu, jadi pada maklum, tapi kadang

juga kurang berkenan, kok anaknya seperti itu, nanti takut

mempengaruhi seperti itu juga ada, ya mungkin cuma itu aja

hambatannya, tidak ada, karna dari sekolah semua mendukung

sepenuhnya untuk hal multikultural” (ESR,11/05/2016).

“Faktor penghambat biasanya terhambat waktu dan biaya,

anggaran. Kalau kesulitan komunikasi tidak ada sama sekali”

(AFH,10/05/2016).

“Hambatannya itu kadang dari waktu. Kadang waktu kita

mengajari atau memberi contoh anak itu tidak harus dengan satu

kali atau dua kali, dan dengan kedisiplinan, berkali-kali dengan

kebiasaan, kalau sekali kadang tidak dengar,sudah dengan contoh,

sudah diberi nasehat, sudah di beri dengan kita melakukannya, itu

kan berproses, tidak hanya sekali dua kali, jadi waktu perlu proses

waktu itu dibutuhkan, tidak bisa langsung instan, langsung jadi

sempurna” (AR,30/05/2016).

“Faktor penghambatnya, kesempatan untuk lebih

memperkenalkan anak masih kurang misalnya, lebih kepada

mempraktikkan diluar, di lingkungan luar terkait pendidikan

multikultural” (AS,07/05/2016).

“Faktor penghambatnya, disini itu setau saya belum ada

sosialisasi tentang pendidikan multikultural itu sendiri untuk guru-

guru” (D,12/05/2016).

“Tetapi kalau penghambatnya itu tadi kita dari suku yang

berbeda, agama yang berbeda, manusia yang berbeda, ataupun

jenjang sosial yang berbeda, sehingga itu pasti ada ketidak

sinkronan, apalagi kalau kita sudah membuat satu kelompok yang

membedakan satu sama lain. Hambatannya lebih kepada

individunya masing-masing” (L,23/05/2016).

Berdasarkan beberapa pernyataan dalam wawancara di atas

terkait faktor penghambat dalam implementasi pendidikan

multikultural, dapat dideskripsikan bahwa yang menjadi faktor

penghambat salah satunya adalah masih kurangnya media yang

mendukung implementasi pendidikan multikultural, hal tersebut juga

sesuai dengan data yang diperoleh melalui observasi. Kekurangan

yang dimaksud seperti kurangnya media yang bisa digunakan untuk

Page 118: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

104

mengajarkan tentang keberagaman misalnya media yang dapat

digunakan untuk mengajarkan tentang budaya lain.

Media yang digunakan harus terdapat contoh-contoh media

baik berupa gambar, film, maupun video yang dipaparkan agar dapat

menambah wawasan peserta didik tentang keragaman. Sehingga

peserta didik akan lebih mudah mengetahui wujud dari keragaman

tersebut. Sekolah masih minim dengan ketersediaan media keragaman.

Faktor lain yang menjadi penghambat adalah sikap sebagian

individu baik dari siswa yang belum bisa menerima dan menyesuaikan

dengan baik perbedaan yang ada di lingkungan kelas maupun di

lingkungan sekolah. Serta dari pihak orang tua, masih ada yang belum

bisa memahami siswa lain terutama siswa yang berkebutuhan khusus

dengan alasan takut mempengaruhi anaknya, meskipun secara

keseluruhan lingkungan sekolah sudah mendukung terutama dari pihak

kepala sekolah dan guru-guru.

Faktor kurangnya waktu juga menjadi penghambat bagi

sekolah dikarenakan banyaknya kegiatan dan hari libur terkadang

membuat peserta didik kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran

dan waktu yang terbatas di sekolah juga belum cukup untuk dapat

melaksanakan sepenuhnya pendidikan multikultural kepada siswa.

Selain itu, faktor lain yang menjadi penghambat implementasi

pendidikan multikultural berikutnya menurut salah seorang guru

Page 119: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

105

adalah belum adanya sosialisasi untuk guru-guru secara langsung

terkait pendidikan multikultural di sekolah.

C. Pembahasan

1. Implementasi Pendidikan Multikultural di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa

a. Pemahaman tentang pendidikan multikultural dan interaksi warga

sekolah

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa merupakan sekolah

swasta dibawah yayasan Majelis Ibu Pawiyatan Tamansiswa. SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa merupakan sekolah yang memiliki

nuansa multikultural, dikarenakan siswanya sangat beragam mulai dari

latar belakang, suku, budaya, agama serta karakter, karena sekolah ini

juga merupakan sekolah inklusi yang menerima siswa berkebutuhan

khusus. Lingkungan sekolah yang multikultur seperti ini sangat

membutuhkan adanya pendidikan multikultural untuk membantu

mendorong siswa agar dapat membangun sikap toleransi dan menerima

segala perbedaan.

Pendidikan multikultural sendiri secara operasional merupakan

program pendidikan yang menyediakan sumber belajar yang jamak bagi

pembelajar (multiple learning environments) dan yang sesuai dengan

kebutuhan akademis maupun sosial anak didik. Pendidikan multikultural

sebenarnya merupakan sikap “peduli”, mau mengerti, dan pengakuan

terhadap orang-orang yang berasal dari kelompok minoritas.

Pelaksanaan pendidikan multikultural secara implisit sesuai dengan pasal

Page 120: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

106

4 UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam

pasal itu dijelaskan bahwa pendidikan diselenggarakan secara

demokratis, tidak diskriminatif, dengan menjunjung HAM, nilai

keagamaan, nilai multikultural, dan kemajemukan bangsa.

Berdasarkan hasil penelitian, SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa mengimplementasi pendidikan multikultural dengan cara

mengintegrasikan kedalam kurikulum sekolah dengan menanamkan

nilai-nilai multikultural baik dalam pembelajaran maupun kegiatan-

kegiatan sekolah. Hal tersebut juga didasarkan pada prinsip-prinsip

pengembangan kurikulum sekolah yang salah satunya adalah prinsip

beragam dan terpadu. Artinya, kurikulum dikembangkan dengan

memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah,

jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif

terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial

ekonomi dan gender.

Implementasi pendidikan multikultural di sekolah tentu

membutuhkan pemahaman warga sekolah terkait pendidikan

multikultural itu sendiri agar dapat berjalan sesuai dengan makna dan

tujuannya. Warga SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa sebagian

besar telah memahami tentang pendidikan multikultural. Pendidikan

multikultural merupakan sebuah keragaman yang bersifat plural dan

dikemas menjadi satu dengan satu tujuan untuk memperoleh ilmu

Page 121: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

107

pengetahuan dan belajar bersama-sama tanpa ada suatu perbedaan yang

menjadi masalah.

Para guru yang memberikan pendidikan multikultural harus

memiliki keyakinan bahwa perbedaan budaya memiliki kekuatan dan

nilai. Sekolah harus menjadi teladan untuk ekspresi hak-hak manusia

dan penghargaan untuk perbedaan budaya dan kelompok. Keadilan dan

kesetaraan sosial harus menjadi kepentingan utama dalam kurikulum.

Sekolah dapat menyediakan pengetahuan, keterampilan, dan karakter

yaitu nilai, sikap, dan komitmen untuk membantu siswa dari berbagai

latar belakang. Sekolah bersama keluarga dan komunitas dapat

menciptakan lingkungan yang mendukung multikultural.

Menurut Stephen Hill, pendidikan multikultural dikatakan berhasil

apabila prosesnya melibatkan semua elemen masyarakat. Hal itu

dikarenakan adanya multidimensi aspek kehidupan yang tercakup dalam

pendidikan multikultural. Penyelenggaraan pendidikan multikultural dari

aspek lain juga dapat dikatakan berhasil apabila terbentuk pada diri

setiap peserta didik sikap saling toleransi, tidak bermusuhan, dan tidak

berkonflik yang disebabkan oleh perbedaan budaya, suku, bahasa, dan

lain sebagainya. Hal itulah yang terjadi di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan, berdasarkan pengamatan dan hasil wawancara yang

dilakukan dengan siswa terkait dengan interaksi dan pandangan maupun

sikap siswa terhadap berbagai perbedaan yang ada di lingkungan

sekolah.

Page 122: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

108

Keragaman yang ada di Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

baik agama, bahasa, suku, dan karakter maupun kemampuan siswa

sudah menjadi hal yang biasa. Berdasarkan observasi dan wawancara,

sebagian besar warga sekolah sudah terbiasa dan menerima

keberagaman yang ada di lingkungan sekolah, di dalam maupun diluar

kelas. Kebiasaan dan pemahaman mengenai pendidikan multikultural

menjadikan warga sekolah mampu berbaur menjadi satu dan bersikap

positif menyikapi keberagaman yang ada.

Pemahaman warga sekolah tentang pendidikan multikultural juga

dapat terlihat dari pemahaman guru-guru dan siswa berdasarkan

wawancara yang dilakukan tentang bagaimana mereka menyikapi

perbedaan yang ada di lingkungan sekolah. Guru dan siswa sudah

mampu saling mengerti tentang perbedaan budaya, agama, tidak

membeda-bedakan, dan siswa juga mampu untuk saling berbagi. Sikap

kepedulian juga ditunjukkan oleh siswa satu dengan yang lainnya.

Kekompakan siswa tanpa memandang apapun, agama, suku

maupun asalnya, walaupun sesama siswa pernah terjadi kesalahpahaman

yang disebabkan adanya perbedaan namun tidak dijadikan

permasalahan. Sebagian besar siswa juga memahami sikap-sikap seperti

menghargai dan tidak mengejek antar sesama, antar suku, tidak

mengejek ras maupun agama.

Berdasarkan pada pemahaman kepala sekolah, guru-guru dan

beberapa siswa, dapat diketahui bahwa pendidikan multikultural

Page 123: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

109

merupakan sebuah pendidikan yang mengajarkan sikap toleransi,

menerima, dan menghargai terhadap perbedaan yang ada di dalam

lingkungan sekolah. Pendidikan multikultural juga mengandung nilai-

nilai yang ditanamkan dan membentuk perilaku siswanya. Multikultural

sendiri merupakan kondisi keberagaman yang tidak menghiraukan

perbedaan yang ada, melainkan terciptanya sikap saling menghargai.

Selain pemahaman yang dimiliki warga sekolah, interaksi yang

dibangun juga mempengaruhi implementasi pendidikan multikultural.

Interaksi di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa terbilang baik.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, tidak terlihat adanya

sikap saling membedakan antara satu dengan yang lain. Dikalangan

guru-guru dan kepala sekolah interaksinya terbilang baik, karena setiap

guru memahami dan menerima perbedaan yang ada diantara mereka, dan

menyadari peran mereka sebagai teladan bagi siswa dan memahami

bahwa mereka memiliki visi, misi dan tujuan yang sama di sekolah,

sehingga mampu berjalan bersama dan mengesampingkan perbedaan

yang ada.

Interaksi antara kepala sekolah dan guru juga terjalin akrab, selalu

bertegur sapa dan mengobrol setiap ada kesempatan maupun keperluan.

Interaksi antar guru terlihat akrab dan tidak canggung ataupun kaku dan

tidak ada pembedaan antara guru yang satu dengan yang lainnya. Kepala

sekolah dan guru juga saling membantu, saling berbagi pengetahuan, dan

Page 124: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

110

saling mengingatkan satu sama lain apabila mengalami kesulitan

terutama yang terkait dengan tugas-tugas.

Sesuai dengan kondisi sekolah yang merupakan sekolah inklusi, di

dalam kelas terdapat beberapa anak dengan kondisi berkebutuhan

khusus, sehingga membutuhkan penanganan lebih dari siswa lainnya.

Hal tersebut membuat sebuah perbedaan yang terlihat di dalam kelas.

Namun perbedaan dikalangan siswa tersebut tidak menghalangi seluruh

siswa untuk dapat berinteraksi, belajar bersama dan bermain bersama-

sama. Siswa yang lain memahami dan menghargai keadaan siswa yang

berkebutuhan khusus. Mereka tidak membeda-bedakan antara satu

dengan yang lainnya. Justru saling membantu apabila ada teman yang

membutuhkan bantuan.

Setiap jam istirahat siswa tidak hanya berkumpul dengan siswa

yang sama setiap harinya. Mereka dapat berkumpul dengan yang

lainnya. Bahkan para siswa juga bergaul dengan siswa berkebutuhan

khusus. Walaupun ada beberapa siswa berkebutuhan khusus yang lebih

suka bermain sendiri, karena siswa tersebut memiliki gangguan emosi,

dan hal tersebut membuat dia sulit untuk mudah berkomunikasi dan

bergaul dengan siswa lainnya.

Interaksi antara guru dengan siswa juga terbilang baik. Hal tersebut

terlihat pada saat guru mengajar di kelas. Guru menciptakan suasana

kelas yang demokratis, serta menanamkan secara rutin nilai-nilai

multikultural. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dapat mengemukakan

Page 125: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

111

pendapat secara bebas, semua siswa diperlakukan sama dan tidak ada

yang dibeda-bedakan. Begitu pula diluar kelas, interaksi antara guru

dengan siswa terlihat baik, antara guru dan siswa tidak ada jarak namun

dibatasi dengan sopan santun dan sikap siswa terhadap guru. Di dalam

kelas maupun diluar kelas, disetiap kesempatan guru mengajarkan

kebiasaan-kebiasaan seperti menghargai pendapat, menghargai dan

menghormati orang lain tanpa membeda-bedakan. Guru juga

menerapkan pendidikan multikultural dengan membiasakan sikap saling

menghargai satu sama lain dengan memberi contoh dan teladan kepada

siswa.

Pembahasan di atas sesuai dengan teori menurut Syafiq A. Mughni

(Yaya Suryana, 2015: 282) terkait dengan konsep pembelajaran

multikultural yang menjelaskan bahwa inti pembelajaran multikultural

adalah adanya dialog secara aktif dan partisipatoris. Artinya, selama

pembelajaran antara guru dan siswa harus dibiasakan berdialog secara

intensif dan partisipatoris sehingga siswa mampu mengembangkan

pengetahuannya secara bebas dan independen. Selain itu adanya

toleransi antarsiswa, antara siswa dan guru, serta antar guru juga menjadi

hal yang peru diperhatikan. Toleransi ini bertujuan membudayakan sikap

saling menghormati dan menghargai perbeaan, baik perbedaan pendapat

maupun ideologi yang dilakukan oleh guru maupun siswa.

Secara keseluruhan interaksi di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa tergolong komunikatif, karena seluruh warga sekolah selalu

Page 126: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

112

interaktif satu sama lain dan bersikap tidak membeda-bedakan dari segi

apapun. Walaupun di lingkungan siswa dan guru banyak yang berbeda-

beda latar belakang, baik agama dan sukunya. Namun semuanya

menjalin hubungan yang baik, interaktif, dan saling bekerja sama untuk

menciptakan suasana yang kondusif di sekolah.

Untuk menciptakan suasana yang harmonis dalam pelaksanaan

pendidikan multikultural ditanamkan juga nilai-nilai terkait dengan

multikultural. Nilai-nilai yang ditanamkan antara lain tanggung jawab,

kedisiplinan, toleransi, peduli sesama, demokrasi, kerjasama, dan saling

menghormati. Nilai-nilai tersebut selalu ditanamkan kepada siswa dalam

setiap kesempatan, baik di dalam proses pembelajaran di kelas ataupun

saat kegiatan diluar kelas. Disamping itu, terdapat pula nilai-nilai yang

ditanamkan yang bersumber dari Pancasila, seperti nilai religius,

kemanusiaan, persatuan, demokrasi, dan keadilan. Nilai-nilai tersebut

ditanamkan selain pada saat melakukan kegiatan atau aktivitas diluar

kelas, nilai-nilai tersebut juga ditanamkan melalui pembelajaran ketika

di dalam kelas dan kegiatan pengembangan diri baik secara terprogram

maupun yang tidak terprogram.

b. Integrasi pendidikan multikultural dalam kegiatan pengembangan

diri

Strategi implementasi pendidikan multikultural di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Taman Siswa dilakukan dengan pembiasaan-

pembiasaan dan mengintegrasi nilai-nilai multikultural kedalam

kurikulum yang dilaksanakan dengan pembelajaran, serta kedalam

Page 127: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

113

program dan kegiatan di sekolah. Sekolah memiliki kesadaran akan

pentingnya pendidikan multikultural di sekolah mengingat peserta

didiknya yang bersifat heterogen. Berdasarkan observasi dan studi

dokumentasi, pengembangan pembiasaan merupakan kegiatan yang

dilakukan secara terus-menerus dan ada dalam kehidupan sehari-hari,

sehingga menjadi kebiasaan yang baik.

Sesuai dengan teori menurut Gay, tentang bentuk pendidikan

multikultural yang mengatakan bahwa pendidikan multikultural harus

memiliki prinsip fleksibilitas. Ia mengatakan bahwa sangat keliru jika

melaksanakan pendidikan multikultural harus dalam bentuk mata

pelajaran yang terpisah atau monopolitik. Ia mengusulkan agar

pendidikan multikultural diperlakukan sebagai pendekatan untuk

memajukan pendidikan secara utuh dan menyeluruh. Sekolah harus

dipandang sebagai suatu masyarakat kecil. Artinya, yang ada di

masyarakat harus ada pula di sekolah. Perspektif sekolah sebagai

masyarakat kecil memiliki implikasi bahwa siswa dipandang sebagai

individu yang memiliki karakteristik yang terwujud dalam bakat dan

minat serta aspirasi yang menjadi hak siswa.

Berkaitan dengan itu, proses pembelajaran diarahkan pada

pengembangan individu secara utuh yang mencakup intelektual, sosial,

dan moral spiritual. Hal tersebut telah sesuai dengan strategi-strategi

yang dilakukan SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa dalam

melaksanakan pendidikan multikultural. Salah satunya adalah adanya

Page 128: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

114

kegiatan pengembangan diri yang juga mengintegrasi pendidikan

multikultural di dalamnya. Kegiatan pengembangan diri mencakup 2

(dua) program kegiatan, yaitu kegiatan terprogram dan kegiatan tidak

terprogram.

Dalam kegiatan terprogram terdapat kegiatan bimbingan konseling

dan ekstrakurikuler yang mengintegrasi pendidikan multikultural di

dalamnya, sedangkan di dalam kegiatan pengembangan diri secara tidak

terprogram terdiri dari kegiatan rutin yang dilakukan secara terjadwal,

kegiatan spontan dan kegiatan keteladanan. Jenis-jenis pengembangan

diri yang dilakukan sekolah antara lain Bimbingan dan Konseling,

Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka dan PKS, Kegiatan Ekstrakurikuler

Olahraga, dan Kegiatan Ekstrakurikuler Seni dan Budaya.

Apabila dikaitkan dengan teori implementasi multikultural yang

menjelaskan bahwa implementasi pendidikan multikultural dapat

dilakukan melalui kegiatan pengembangan diri. Pengembangan diri

terdiri dari pengembangan diri terprogram yang dapat dilakukan melalui

kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler, dan kegiatan layanan

Konseling. Seperti yang telah dilaksanakan oleh SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa. Pembina layanan konseling dalam

melaksanakan kegiatan tidak bersikap diskriminatif pada peserta didik,

darimana pun asal usul peserta didik ketika mengalami kesulitan dalam

pengembangan diri, pengembangan sosial, pengembangan kemampuan

belajar dan pengembangan karir, dan dilayani secara optimal. Dengan

Page 129: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

115

demikian tindakan dan sikap layanan konseling yang dilakukan sekolah

telah mencerminkan layanan yang berbasis multikultural karena sesuai

dengan fungsi layanan konseling.

Sedangkan untuk kegiatan pengembangan diri tidak terprogram

untuk pendidikan multikultural dapat dilakukan melalui kegiatan-

kegiatan pembiasan, spontanitas dan pembinaan disiplin seperti

bersalam-salaman antar siswa dengan guru, siswa dengan siswa dan

siswa dengan tata usaha. Bentuk-bentuk keteladanan seperti sikap saling

menghormati yang ditunjukan oleh guru maupun warga sekolah lainnya.

Hal tersebut sesuai dengan yang dilakukan di SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa.

Menurut teori Zamroni, sekolah harus berperan menanamkan

kesadaran hidup dalam masyarakat multikultural serta mengembangkan

sikap tenggang rasa dan toleransi untuk mewujudkan kebutuhan serta

kemampuan bekerja sama dengan segala perbedaan yang ada. Hal

tersebut sesuai dengan kegiatan dan strategi yang dilakukan dalam

pembentukan karakter atau kepribadian yang dilakukan dalam kegiatan

bimbingan dan konseling, serta latihan kepemimpinan dan berorganisasi

dalam kegiatan ekstrakurikuler.

Contohnya di dalam tahapan-tahapan dalam kegiatan pramuka di

sekolah mengandung berbagai tujuan yang sesuai dengan pendidikan

multikultural, diantaranya pada bidang spiritual yaitu memahami dan

melaksanakan aturan agama dan kepercayaan yang dianut dengan

Page 130: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

116

toleransi, menghormati penganut agama lain, dan mampu hidup rukun

dalam keberagaman tanpa ada diskriminasi. Pada bidang sosial, yaitu

siswa diajarkan agar mampu mengetahui aturan sosial, menerima dan

mendorong orang lain untuk menaati norma-norma dan nilai-nilai yang

berada di masyarakat dan lingkungan.

Selain itu di dalam kurikulumnya, juga disebutkan beberapa nilai-

nilai yang ditanamkan di dalam kegiatan ekstrakurikuler pramuka dan

PKS, antara lain disiplin, jujur, demokratis, peduli sosial dan

lingkungan, kerjasama, semangat kebangsaan, toleransi, cinta damai,

kerja keras, tanggung jawab, tekun, dan sportif. Dilihat dari nilai-nilai

tersebut, sebagian besar sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam

pendidikan multikultural, sehingga dapat dikatakan bahwa

ekstrakurikuler menjadi strategi implementasi pendidikan multikultural

di sekolah.

Strategi yang dilakukan dalam bimbingan dan konseling berupa

pembentukan karakter dan kepribadian, pemberian motivasi dan layanan

konseling. Sedangkan strategi dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler

baik pramuka, olahraga dan seni budaya yaitu berupa latihan dan

pertandingan/perlombaan persahabatan, serta latihan dan pentas seni

baik perlombaan maupun unjuk kebolehan.

Berbagai kegiatan tersebut tentunya dapat mewujudkan bakat dan

minat serta aspirasi sebagai hak dari siswa seperti teori yang

dikemukakan oleh Gay. Pada prinsipnya pendidikan harus dapat

Page 131: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

117

memenuhi kebutuhan siswa, antara lain kebutuhan perkembangan yang

berbeda-beda termasuk kebutuhan personal dan sosial, kebutuhan vokasi

dan karier, dan kebutuhan psikologi dan perkembangan moral spiritual.

Sekolah harus dapat dijadikan tempat yang aman, memiliki suasana

kekerabatan, dan terdapat semangat saling mendukung. Berdasarkan data

yang diperoleh melalui penelitian SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa sudah melaksanakan hal tersebut dengan memfasilitasi

segala kebutuhan siswa dengan berbagai kebutuhan.

Sementara itu, kegiatan pengembangan diri secara tidak terprogram

yang dilakukan sekolah yang mengintegrasikan pendidikan multikultural

dapat dibagi dalam tiga kegiatan, yaitu kegiatan rutin yang dilakukan

secara terjadwal, kegiatan spontan yang tidak terjadwal dalam kejadian

khusus dan keteladanan. Kegiatan tidak terprogram ini dapat

dilaksanakan sebagai pembiasaan yang berupa proses pembentukan,

penanaman, dan pengamalan nilai-nilai luhur untuk menuntun sikap dan

perilaku budi pekerti luhur. Hal tersebut sesuai dengan teori menurut

Wuryanano tentang pendidikan multikultural berbasis karakter. Ia

mengatakan bahwa karakter dapat dibentuk melalui tahap pembentukan

pola pikir, sikap, tindakan, dan pembiasaan.

Kegiatan rutin yang dilakukan diantaranya upacara bendera setiap

hari senin dan hari-hari besar nasional, berbaris didepan kelas sebelum

masuk kelas, semutlis (sepuluh menit membersihkan lingkungan

sekolah), Java day dan English day, piket kelas, dan berdoa sebelum dan

Page 132: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

118

sesudah pelajaran. Kegiatan spontan yang dilakukan sebagai wujud

implementasi pendidikan multikultural di sekolah diantaranya

pembiasaan senyum, sapa, dan salam, meminta maaf, berterima kasih,

peduli terhadap sesama, dan menolong orang yang dalam kesulitan baik

diminta atau tidak. Sedangkan untuk kegiatan keteladan yang dilakukan

sekolah diantaranya mendahulukan kepentingan bersama daripada

kepentingan diri dan kelompok, mendahulukan yang lebih tua, wanita

dan anak-anak, menghargai pendapat orang lain, toleran terhadap

perbedaan pendapat, santun dalam bertindak dan berbicara, dan

menghargai orang lain.

Seluruh kegiatan tersebut terdapat dalam kurikulum sekolah yang

memang bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik

untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai kebutuhan,

bakat dan minat. Hal tersebut sesuai dengan teori tentang strategi

implementasi pendidikan multikultural dan teori Zamroni yang

memandang sekolah sebagai masyarakat kecil dan berimplikasi bahwa

siswa dipandang sebagai individu yang memiliki karakteristik yang

terwujud dalam bakat, minat, dan aspirasi yang menjadi hak siswa.

Sehingga kegiatan-kegiatan tersebut dapat dikatakan sebagai strategi

sekolah dalam mengimplementasi pendidikan multikultural di sekolah,

dan kegiatan tersebut sudah terlaksana dengan baik.

Page 133: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

119

c. Integrasi pendidikan multikultural dalam mata pelajaran

Pengintegrasian dalam mata pelajaran dilakukan pada setiap pokok

bahasan atau tema dalam pembelajaran. Selain itu berdasarkan studi

dokumen pendidikan multikultural di sekolah dapat terlihat dalam

struktur dan muatan kurikulum sekolah. Beberapa mata pelajaran dalam

muatan kurikulum yang mengintegrasi pendidikan multikultural yaitu

Ketamansiswaan, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Ilmu Pengetahuan

Sosial.

Sesuai dengan tujuannya, mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

mengintegrasi pendidikan multikultural dengan pembelajaran-

pembelajaran terkait dengan sistem dan nilai-nilai sosial yang berlaku

dimasyarakat yang membantu siswa untuk memahami kehidupan di

lingkungan yang multikultural dan mampu menerima keberagaman.

Melalui pembelajaran tersebut siswa diharapkan memiliki komitmen dan

kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan mengenal

konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya. Pada mata pelajaran ini, guru dapat memanfaatkan

keberagaman yang ada atau masalah-masalah yang ada di lingkungan

sekitar kelas sebagai contoh nyata yang lebih mudah untuk dipahami

siswa, dan diikuti dengan menanamkan sikap untuk menerima,

menghormati, menghargai dan bertoleransi terhadap keragaman.

Penanaman tersebut dilakukan melalui pemberian nasihat saat

pembelajaran.

Page 134: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

120

Implementasi pendidikan multikultural di dalam Pendidikan

Kewarganegaraan yang dilaksanakan sekolah dicerminkan dengan

kesesuaiannya dengan ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang meliputi aspek-aspek diantaranya persatuan

bangsa yang meliputi hidup rukun dalam perbedaan, hidup gotong

royong, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat,

menghargai keputusan bersama. Implementasi juga didukung dengan

tujuan pembelajaran yang salah satunya adalah berkembang secara

positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-

karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-

bangsa lainnya. Dalam praktiknya, integrasi pendidikan multikultural

juga didukung dengan sikap dan contoh-contoh yang diberikan guru

secara nyata sesuai dengan keadaan di lingkungan sekolah disertai

dengan pembiasaan yang dilakukan bersama dengan siswa di kelas.

Pendidikan multikultural dalam pembelajaran Ketamansiswaan

mengintergrasikan pendidikan multikultural di dalamnya berdasarkan

studi dokumentasi, hal tersebut dapat dilihat di dalam tujuan

pendidikannya yaitu berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab,

dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara untuk mewujudkan masyarakat tertib damai dan manusia

salam bahagia, yang berarti Pendidikan Ketamansiswaan berusaha

mewujudkan pendidikan multikultural melalui upayanya mencapai

tujuan Ketamansiswaan yang salah satunya adalah untuk mewujudkan

Page 135: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

121

masyarakat tertib damai dan manusia salam bahagia, manusia salam

bahagia maksudnya disesuaikan dengan salam khas di sekolah yang

disebut salam bahagia.

Metode pengintergasian dalam mata pelajaran ini juga sesuai

dengan teori menurut Iis Arifudin yang mengatakan adapun pelaksanaan

pendidikan multikultural tidaklah perlu mengubah kurikulum, pelajaran

pendidikan multikultural dapat terintegrasi pada mata pelajaran yang

lainnya. Hanya saja diperlukan pedoman bagi guru untuk

menerapkannya. yang utama kepada para siswa perlu diajari mengenai

toleransi, kebersamaan, HAM, demokratisasi, dan saling menghargai.

Selain integrasi di dalam mata pelajaran yang disebutkan di atas, di

dalam proses pembelajaran juga terdapat nilai-nilai multikultural yang

ditanamkan oleh guru baik secara langsung maupun tidak langsung.

Diantaranya nilai demokrasi yang terlihat di dalam kelas pada saat setiap

pengambilan keputusan yang dilakukan dengan musyawarah, misalnya

pada saat pembagian kelompok dan tugas untuk penampilan drama

kelas. Guru mendengarkan dan menerima pendapat siswa dengan baik.

Siswa juga dibiasakan untuk menghargai pendapat orang lain, toleran

terhadap perbedaan pendapat, menghargai teman yang berprestasi, dan

mendahulukan kepentingan bersama daripada kepentingan pribadi dan

kelompoknya.

Selain itu nilai toleransi juga ditanamkan dalam pada saat proses

pembelajaran, dimulai pada saat sebelum jam belajar berlangsung,

Page 136: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

122

dimana masing-masing melakukan doa sebelum belajar sesuai dengan

agamanya masing-masing. Toleransi juga terlihat dari lingkungan

sekolah yang menyediakan ruang agama dan guru pendamping agama

lain untuk siswa yang beragama non muslim. Sehingga pada saat

pelajaran agama maupun kegiatan TPA, semua siswa dapat belajar

sesuai dengan agamanya masing-masing dengan guru pendamping.

Dalam praktiknya sendiri nilai toleransi di kelas juga terlihat dari

cara guru mengajar di kelas yang siswanya memiliki kemampuan dan

karakter yang berbeda-beda. Guru mengajarkan kepada siswa sesuai

dengan kemampuan siswa, terutama kepada siswa yang berkebutuhan

khusus, selain dibantu oleh guru pendamping khusus, guru kelas juga

membantu siswa dan memberi pengertian khusus kepada siswa

berkebutuhan khusus dan siswa yang lainnya untuk membantu siswa

yang berkebutuhan khusus dalam memahami pelajaran.

Nilai lain yang ditanamkan saat proses pembelajaran adalah nilai

keadilan, hal tersebut tercermin dari sikap guru saat pembelajaran

berlangsung, guru berlaku adil dengan siswa, tidak membedakan antara

yang satu dengan yang lain tidak ada yang diperlakukan dengan

istimewa. Namun ada pengecualian terhadap siswa yang berkebutuhan

khusus, karena memang siswa tersebut membutuhkan bantuan lebih dari

guru. Begitu pula dengan siswa, siswa yang satu dengan yang lain

berbaur bersama dan tidak terlihat bergerombol. Mereka tidak memilih

teman, hanya bersama-sama

Page 137: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

123

tidak peduli dengan latar belakang, agama, suku, budaya dan

kemampuan masing-masing. Di dalam kelas guru menekankan kepada

siswa untuk berlaku adil kepada siapapun dan menghargai teman

bagaimanapun keadaannya.

Metode pembelajaran merupakan salah satu kunci untuk mencapai

keberhasilan pembelajaran karena metode digunakan untuk membantu

pembelajaran mencapai tujuan pembelajaran. Metode yang dipilih

berdasarkan dinamika peserta didik, santai dan tidak menekan peserta

didik. Pada saat mengajar di kelas guru juga menerapkan pendidikan

multikultural dengan membiasakan sikap saling menghargai satu sama

lain, menciptakan suasana kelas yang demokratis, serta menanamkan

secara rutin nilai-nilai multikultural. Dalam kegiatan pembelajaran siswa

dapat mengemukakan pendapat secara bebas, semua siswa diperlakukan

sama dan tidak ada yang dibeda-bedakan. Guru mengajarkan kebiasaan-

kebiasaan seperti menghargai pendapat, menghargai dan menghormati

orang lain tanpa membeda-bedakan. Guru memberi contoh dan teladan

kepada siswa.

Berdasarkan studi dokumentasi dan observasi yang dilakukan

peneliti, peneliti memperoleh data tentang strategi lain yang dilakukan

sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan multikultural, yaitu

dengan pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Guru

dan sekolah mengintegrasikan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa

kedalam silabus

Page 138: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

124

dan RPP. Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa

mengandung nilai-nilai yang terkait dengan multikultural diantaranya

religius, toleransi, demokratis, cinta tanah air, cinta damai,

bersahabat/komunikatif, peduli sosial, dan lain-lain.

Pembelajaran pendidikan budaya dan karakter bangsa dilaksanakan

menggunakan pendekatan proses belajar aktif berpusat pada anak,

dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas, di sekolah, dan di

masyarakat. Di kelas dikembangkan melalui kegiatan belajar yang biasa

dilakukan guru dengan cara integrasi. Di sekolah dikembangkan dengan

upaya pengkondisian atau perencanaan sejak awal tahun pelajaran, dan

dimasukkan dalam kalender pendidikan dan perencanaan yang dilakukan

sehari-hari sebagai bagian dari budaya sekolah sehingga peserta didik

memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan

nilai-nilai budaya dan karakter bangsa.

Di masyarakat dikembangkan melalui kegiatan ekstrakurikuler

dengan melakukan kunjungan ke tempat-tempat yang menumbuhkan

rasa cinta tanah air dan melakukan pengabdian masyarakat untuk

menumbuhkan kepedulian dan kesetiakawanan sosial. Berdasarkan

penjelasan di atas dapat dilihat bahwa sekolah sudah menerapkan

pendidikan multikultural dengan metode pembiasaan dan juga

mengintegrasikan kedalam kegiatan sekolah dan juga pembelajaran di

kelas.

Page 139: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

125

Implementasi pendidikan multikultural dengan sistem integrasi ini

sesuai dengan teori prinsip dasar pengembangan model pembelajaran

berbasis pendidikan multikultural keindonesiaan, prinsip-prinsip tersebut

diantaranya adalah; pendidikan multikultural sebaiknya dimulai dari diri

sendiri, pendidikan multikultural hendaknya tidak mengembangkan

sikap etnosentris kesukuan, pendidikan multikultural dikembangkan

secara integratif, pendidikan multikultural harus menghasilkan

perubahan, dan pendidikan multikultural harus mencakup realitas sosial.

Dapat dikatakan bahwa implementasi pendidikan multikultural di SD

Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa sudah berjalan dengan baik

dan sesuai dengan tujuan serta prinsip-prinsip implementasi dan

pengembangan pendidikan multikultural.

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Pendidikan

Multikultural di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

a. Faktor Pendukung Implementasi Pendidikan Multikultural

Dengan adanya pendidikan multikultural, sekolah berusaha untuk

mewujudkan pendidikan yang selalu mengedepankan sikap toleransi,

sikap saling menghargai, dan menghormati satu sama lain. Dalam

pelaksanaan pendidikan multikultural, sekolah selalu memfasilitasi

segala kebutuhan siswa baik dari tenaga pendidikan, serta sarana

prasarana dan kegiatan yang diadakan sekolah.

Dalam pelaksanaannya tentu terdapat faktor-faktor yang menjadi

pendukung, berikut peneliti menjelaskan beberapa faktor-faktor

Page 140: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

126

pendukung dalam implementasi pendidikan multikultural di SD Taman

Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa:

1) iklim sekolah.

Sebagai sekolah yang menerapkan pendidikan budi pekerti luhur,

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa menekankan nilai-nilai

budi pekerti dan sopan santun kepada seluruh warga sekolah.

Sehingga iklim sekolah terbangun menjadi lingkungan yang

memiliki kesadaran dan mampu menerima segala perbedaan, saling

menghargai dan menghormati, dan bersikap toleransi terhadap

perbedaan yang ada, dengan rasa kekeluargaan yang dimiliki antar

warga sekolah.

2) kurikulum sekolah.

Sesuai dengan visinya yaitu menjadi sekolah bermutu, berbasis

seni budaya dan pendidikan budi pekerti luhur, SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan Tamansiswa menerapkan pendidikan konsep-konsep

ketamansiswaan dan nilai-nilai budi pekerti luhur secara integral

dalam pembelajaran khususnya dan pendidikan pada umunya. Selain

itu kurikulum SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

dikembangkan dengan prinsip beragam dan terpadu.

Kurikulum sekolah memperhatikan keragaman karakteristik

peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta

menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan agama, suku,

budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender. Kurikulum

Page 141: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

127

sekolah juga memuat pendidikan kecakapan hidup dan

pengembangan pendidikan budaya dan karakter. Muatan dalam

kurikulum sekolah tersebut memudahkan sekolah untuk

melaksanakan pendidikan dan menanamkan nilai-nilai multikultural.

3) sarana prasarana.

Sarana prasarana yang dimiliki SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa meskipun terbilang sederhana, tetapi sudah mampu

memenuhi dan memfasilitasi berbagai kebutuhan siswa serta

memfasilitasi perbedaan yang ada. Contohnya sekolah menyediakan

ruang agama dan guru pendamping untuk masing-masing agama lain

yang non muslim yaitu agama Kristen, Katholik, Hindu dan Budha,

dan sekolah juga menyediakan guru pendamping bagi siswa

berkebutuhan khusus. Selain itu, sekolah juga memiliki alat-alat

musik tradisional untuk pendidikan seni budaya dan berbagai

kebutuhan untuk olahraga dengan masing-masing guru

pembimbingnya.

4) peran guru.

Sekolah menerapkan sistem among dengan tekanan keteladanan

silih asah, silih asih, dan silih asuh untuk implementasi pendidikan

budi pekerti luhur. Sehingga seluruh guru memiliki kesadaran akan

perannya sebagai teladan dan contoh bagi siswa di sekolah dalam

menanamkan dan melaksanakan nilai-nilai pendidikan multikultural.

Page 142: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

128

Guru juga melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan

kebutuhan siswa, tanpa membeda-bedakan.

5) program dan kegiatan sekolah.

SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa telah memiliki

serangkaian kegiatan sekolah dan program sekolah yang dapat

memfasilitasi peserta didiknya yang beragam. Sekolah memiliki

kegiatan pengembangan diri dan ekstrakurikuler yang memberikan

kesempatan untuk siswa mengembangkan dan mengekspresikan diri

sesuai dengan kebutuhan, bakat dan minat, untuk seluruh siswa tanpa

terkecuali. Pada pelaksanaan kegiatan seperti latihan,

pertandingan/perlombaan, pentas seni maupun unjuk kebolehan

dapat diikuti oleh seluruh siswa tanpa terkecuali. Sekolah juga

memiliki kegiatan pembiasaan yang dijadikan proses pembentukan,

penanaman, dan pengamalan nilai-nilai budi pekerti luhur yang

tentunya juga mendukung penanaman nilai-nilai multikultural.

6) peserta didik.

Siswa sudah memiliki kesadaran dari dalam dirinya untuk

menghargai perbedaan yang ada disekitarnya. Semua siswa mampu

berbaur dengaan siswa yang lain tanpa ada masalah dengan

perbedaan yang ada, baik dari segi agama, suku, budaya sampai

dengan kemampuannya. Siswa memiliki kesadaran dan kemauan

untuk saling membantu teman yang memiliki kesulitan terutama

dalam pelajaran tanpa memilih-milih dan tanpa diperintah oleh guru.

Page 143: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

129

Sehingga sekolah terutama guru-guru lebih mudah untuk

mengarahkan dan menanamkan kepada siswa terkait nilai-nilai

dalam pendidikan multikultural.

b. Faktor penghambat implementasi pendidikan multikultural di SD

Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

1) sikap individu

Sikap individu merupakan salah satu masalah yang umum terjadi

dalam berbagai implementasi kebijakan. Dalam implementasi

pendidikan multikultural di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa faktor penghambat individu yang sering terjadi adalah

masih adanya beberapa siswa yang belum bisa berkomunikasi

dengan baik dengan siswa lain terutama siswa yang berkebutuhan

khusus, beberapa siswa juga kurang menghargai perbedaan pendapat

dan berdebat tentang perbedaan-perbedaan pendapat.

2) media keberagaman.

Media yang digunakan guru belum terdapat media yang

berwawasan keragaman. Guru kekurangan media tentang

keragaman, meskipun guru mengajarkan dengan memberikan

contoh-contoh yang nyata terutama yang ada di lingkungan sekitar.

Media yang digunakan harus terdapat contoh-contoh media baik

berupa gambar, film, maupun video yang dipaparkan agar dapat

menambah wawasan peserta didik tentang keragaman. Peserta didik

akan lebih mudah mengetahui wujud dari keragaman tersebut.

Sekolah masih minim dengan ketersediaan media keragaman.

Page 144: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

130

3) poster-poster tentang keberagaman

Di sekolah poster-poster, tulisan, maupun gambar yang

menunjukkan tentang keberagaman dan nilai-nilai multikultural

masih kurang. Media seperti tulisan dan gambar-gambar tersebut

juga dapat membantu pelaksanaan pendidikan multikultural dan

dapat membantu mengingatkan siswa tentang nilai-nilai

kebersamaan di dalam keberagaman.

4) belum ada sosialisasi dan kegiatan praktik diluar lingkungan sekolah

masih kurang

Sekolah belum mengadakan sosialisasi mengenai pendidikan

multikultural, terutama untuk guru-guru. Sosialisai dapat membantu

guru dapat lebih memahami pendidikan multikultural dan bagaimana

perannya sebagai guru dalam melaksanakan pendidikan

multikultural. Selain itu sarana untuk dapat lebih memperkenalkan

anak dengan lingkungan diluar sekolah dan praktik-praktik kegiatan

pendidikan multikultural secara langsung diluar sekolah masih

kurang.

3. Upaya Mengatasi Hambatan dalam Implementasi Pendidikan

Multikultural di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

Dari beberapa faktor penghambat yang ada dalam implementasi

pendidikan multikultural di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa,

maka upaya mengatasi hambatan yang dapat dilakukan sekolah adalah

sebagai berikut :

Page 145: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

131

1) Guru selalu berupaya untuk selalu mengingatkan dan menegur siswa

apabila ada siswa yang bersikap membeda-bedakan. Setiap guru juga

selalu menekankan tentang nilai-nilai kebaikan pada saat proses belajar

mengajar di kelas. Sehingga sikap siswa yang melanggar nilai, dalam hal

ini nilai-nilai terkait multikultural dapat di minimalisir sekecil mungkin.

Apalagi sekolah juga mengintegrasikan pendidikan budi pekerti luhur

yang membantu untuk menanamkan nilai-nilai karakter pada siswa.

Begitu pula dengan orang tua, guru selalu memberi pengertian

terhadap orang tua terkait dengan keberagaman siswa di kelas, terutama

tentang adanya siswa berkebutuhan khusus di kelas. Agar orang tua tidak

khawatir terhadap perkembangan anaknya. Masing-masing kelas di

sekolah juga memiliki paguyuban orang tua, sehingga memudahkan

komunikasi antara sekolah maupun guru dengan orang tua siswa.

2) Media keberagaman yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran

masih kurang dikarenakan keterbatasan biaya. Namun sekolah sudah

mengupayakan dengan menyediakan media yang sederhana melalui

masing-masing guru, semua tergantung pada kreatifitas guru dalam

mengembangkan media yang digunakan untuk pembelajaran.

3) Poster-poster keberagaman yang dipasang di sekolah masih minim,

namun sekolah berupaya menambah dengan cara memasang hasil-hasil

karya siswa, misalnya gambaran siswa. Siswa diberi tema-tema tertentu,

misalnya tema budaya dan keagamaan, lalu hasilnya di pasang di mading

sekolah maupun di dalam kelas.

Page 146: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

132

4) Sosialisasi dilakukan secara tidak langsung dengan memberikan

masukan dari kepala sekolah kepada guru-guru, misalnya tentang

bagaimana mengatasi dan menghadapi siswa dengan bermacam karakter

dan perbedaan. Selain itu juga dengan diskusi antar guru, saling berbagi

pengetahuan antar guru.

Kegiatan praktik di luar sekolah diupayakan sekolah melalui

mengikutsertkan siswa dalam berbagai kegiatan di luar sekolah seperti

perlombaan-perlombaan diluar sekolah, perjalanan rohani ke semua

tempat ibadah masing-masing agama, belajar ke museum-museum.

Sekolah mengikutsertakan siapapun siswa yang memiliki kemampuan,

dan tidak membedakan siswa yang berkebutuhan khusus selama siswa

tersebut bisa mengikuti, karena sekolah memfasilitasi guru pendamping.

Sekolah selalu mendukung kegiatan siswa, misalnya kelas mau

melakukan kegiatan atau program apapun yang berhubungan dengan

multikultural pasti selalu didukung hanya tinggal bagaimana

mengkoordinasikannya.

Page 147: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

133

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, dan pertanyaan penelitian yang

telah dibuat, kesimpulan penelitian yang dapat diambil adalah sebagai berikut:

1. Implementasi pendidikan multikultural di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan

Tamansiswa dilakukan dengan beberapa strategi, pertama, integrasi ke dalam

mata pelajaran Kewarganegaraan, Ilmu Pengetahuan Sosial, Ketamansiswaan

serta penanaman nilai-nilai dalam kegiatan pembelajaranya. Pengintegrasian

pada mata pelajaran dilakukan disetiap pokok bahasan atau tema dalam

pembelajaran. Kedua, integrasi kedalam kegiatan pengembangan diri secara

terprogram yaitu melalui ekstrakurikuler dan kegiatan yang tidak terprogram

atau pembiasaan terdiri dari kegiatan rutin yang dilakukan secara terjadwal,

kegiatan spontan dan kegiatan keteladanan. Kegiatan pembiasaan berupa

proses pembentukan, penanaman dan pengamalan nilai-nilai budi pekerti

luhur.

2. Faktor pendukung implementasi pendidikan multikultural di SD Taman Muda

Ibu Pawiyatan Tamansiswa adalah iklim sekolah, kurikulum sekolah, sarana

dan prasarana, peran guru, program dan kegiatan sekolah. Sedangkan faktor

penghambatnya diantaranya sikap individu kurang bisa menerima perbedaan,

kurangnya media pembelajaran tentang keberagaman, kurangnya poster-poster

yang menggambarkan tentang keberagaman dan nilai-nilai multikultural, dan

kurangnya sosialisasi terutama untuk guru-guru. Selain itu pendidikan

Page 148: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

134

multikultural dalam bentuk kegiatan praktik di luar sekolah secara khusus

masih kurang.

3. Upaya untuk mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan

multikultural di SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa diantaranya

guru selalu menekankan tentang nilai-nilai menghargai, menghormati dan

toleransi. Hal tersebut juga didukung dengan kebijakan sekolah yang

melaksanakan pendidikan budi pekerti luhur, menambah poster-poster

keberagaman yang dipasang disekolah dengan cara memasang hasil-hasil

karya siswa dengan tema budaya dan keagamaan, melakukan sosialisasi secara

tidak langsung melalui diskusi antar guru dan kepala sekolah, melakukan

kegiatan di luar sekolah dengan mengikutsertkan siswa dalam berbagai

kegiatan di luar sekolah seperti perlombaan-perlombaan diluar sekolah.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, maka dapat diberikan beberapa

saran, sebagai berikut:

1. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya lebih meningkatkan pemantauan pelaksanaan

pendidikan multikultural agar tercapai secara optimal. Sekolah juga

hendaknya memfasilitasi media-media yang berhubungan dengan keragaman,

menambah poster-poster tentang nilai-nilai dan keberagaman di lingkungan

sekolah, dan mengembangkan materi dan tema-tema tentang keberagaman di

sekolah, juga melengkapi sarana serta fasilitas yang masih belum ada tau

masih kurang. Selain itu hendaknya dalam melaksanakan pendidikan

multikultural, sekolah tidak hanya melaksanakan melalui interaksi dan nilai-

Page 149: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

135

nilai saja, namun juga memberikan pengertian secara langsung kepada siswa

agara siswa lebih memahami dan dapat melaksanakan, menjadikan kebiasaan

yang baik dengan kesadaran sendiri untuk memahami orang lain disekitarnya.

2. Bagi guru

Guru harus diberikan sosialisasi khusus mengenai pendidikan

multikultural agar guru lebih memahami tentang pendidikan multikultural dan

dapat menerapkan pembelajaran berbasis multikultural di kelas, juga agar guru

dapat mengintegrasikan pendidikan multikultural ke dalam semua mata

pelajaran dengan berbagai metode sehingga siswa lebih mudah menerima dan

memahami apa yang disampaikan oleh guru.

Page 150: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

136

DAFTAR PUSTAKA

Ana Farkhana. (2014). Implementasi Pendidikan Multikultural dalam

Pembelajaran IPS di SMP Budi Mulia 2 Yogyakarta. Skripsi. FIS UNY.

Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Arikunto, S. (1989). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

_________. (2006). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara

Choirul Mahfud. (2014). Pendidikan Multikultural. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dadang Garnida. (2015). Pengantar Pendidikan Inklusif. Bandung: Refika

Aditama.

Daniel P. Hallahan, dkk.(2009). Exceptional Learners: An Introduction to Special

Education. Boston: Pearson Education Inc, Cet ke-10.

Dirto Hadisusanto. (1995). Pengantar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Fakultas

Ilmu Pendidikan, IKIP Yogyakarta.

Dwi Siswoyo,dkk. (2011). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Farida Hanum. (2010). Pentingnya Pendidikan Multikultural Dalam Mewujudkan

Demokrasi di Indonesia. Artikel. Yogyakarta.

Guntur Setiawan. (2004). Implementasi Dalam Birokrasi Pembangunan.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Iis Arifudin. (2007). Urgensi Implementasi Pendidikan Multikultural di Sekolah.

Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan P3M STAIN Purwokerto

INSANIA/Vol. 12 No. 2. Jurnal. Purwokerto

J. David Smith. (2015). Sekolah Untuk Semua, Teori dan Implementasi Inklusi.

Bandung: Penerbit Nuansa Cendekia.

Lexi J. Moleong. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Moedjiono dan Moh. Dimyati. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka

Cipta.

Nazir. (1998). Metode Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Ngainun, dkk. (2008). Pendidikan Multikultural: Konsep dan Aplikasi.

Yogyakarta: Aruzz Nesia.

Nur Faiqoh. (2015). Implementasi Pendidikan Berbasis Multikultural Sebagai

Upaya Penguatan Nilai Karakter Kejujuran, Toleransi, dan Cinta Damai

pada Anak-anak Usia Dini di Kiddy Care, Kota Tegal. Skripsi. FIP

UNNES. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Page 151: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

137

Nurdin Usman. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum.Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Oemar Hamalik. (2007). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sanapiah. (1990). Penelitian Kualitatif: Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: YA3.

Sugihartono, dkk. (2012). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D, Cet. Ke-14. Bandung: Alfabeta.

Sukardi. (2003). Metodologi Penelitian Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Sumanto. (1990). Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Yogyakarta:

Andi Offset.

Tilaar.,H.A.R. (2002). Perubahan Sosial dan Pendidikan: Pengantar Paedagogik

Transformatif Untuk Indonesia. Jakarta: Grasindo.

__________. (2004). Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa

Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: PT. Gramedia

Widiasarana Indonesia.

__________. (2004). Pendidikan, Kebudayaan, dan Masyarakat Madani

Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Warnaen. (2002). Stereotip Etnis dalam Masyarakat Multietnis. Yogyakarta:

Matabangsa.

Wenni Wahyuandari Dan Desi Rahmawati. (2014). Pendidikan Multikultural

(Studi Kasus di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Di

Tulungagung). Jurnal. Universitas Tulungagung Bonorowo Vol. 2.No.1

Tahun 2014. Tulungagung.

Wertheim.,W.F. (1999). Masyarakat Indonesia dalam Transisi: Kajian

Perubahan Sosial. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Wildan Nurul Fajari dan Banani Ma’mur. (2015). Pelaksanaan Pendidikan

Multikultural Di Sekolah (Studi Deskriptif Di Sman 1 Purwokerto).

Purwokerto: Seminar Nasional Hasil - Hasil Penelitian dan Pengabdian.

LPPM Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Yaya Suryana dan H.A Rusdiana. (2015). Pendidikan Multikultural: Suatu Upaya

Penguatan Jati Diri Bangsa, Konsep, Prinsip, dan Implementasi.

Bandung: Pustaka Setia.

Page 152: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

138

LAMPIRAN

Page 153: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

139

PEDOMAN WAWANCARA

No. Subjek Aspek Rincian

1. Kepala Sekolah Pendidikan

multikultural di

sekolah

1. Upaya yang dilakukan sekolah dalam

melaksanakan pendidikan multikultural

2. Peran kepala sekolah dalam

implementasi pendidikan multikultural di

sekolah

3. Program yang dilakukan sekolah dalam

melaksanakan pendidikan multikultural

(program unggulan, strategi)

4. Kegiatan yang dilakukan sekolah dalam

melaksanakan pendidikan multikultural

5. Sarana yang mendukung pelaksanaan

pendidikan multikultural di sekolah

6. Faktor pendukung pelaksanaan

pendidikan multikultural di sekolah

7. Faktor penghambat pelaksanaan

pendidikan multikultural di sekolah

8. Upaya mengatasi hambatan pelaksanaan

pendidikan multikultural di sekolah

2. Guru Implementasi

pendidikan

multikultural di

sekolah

1. Peran guru dalam melaksanakan

pendidikan multikultural

2. Strategi pelaksanaan pendidikan

multikultural oleh guru

3. Proses belajar mengajar pendidikan

multikultural di kelas

4. Metode yang digunakan dalam

pembelajaran pendidikan multikultural

5. Faktor pendukung pelaksanaan

pendidikan multikultural di kelas

maupun sekolah

6. Faktor penghambat pelaksanaan

pendidikan multikultural di kelas

maupun sekolah

7. Upaya mengatasi hambatan pelaksanaan

pendidikan multikultural di kelas

maupun sekolah

3. Siswa Pemahaman

tentang

pendidikan

multikultural

1. Bagaimana siswa menyikapi perbedaan

agama, suku, dan kemampuan yang ada

diantara siswa

2. Apakah guru pernah mengajarkan

tentang multikultural

3. Kegiatan yang dilakukan untuk belajar

tentang budaya orang lain

4. Nilai-nilai yang dipahami terkait dengan

multikultural

Page 154: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

140

PEDOMAN OBSERVASI

No. Aspek yang

diamati

Indikator yang dicari Sumber data

1.

2.

Observasi fisik

sekolah

Observasi

kegiatan

c. Keadaan sekolah/lokasi

d. Sarana dan prasarana

sekolah

e. Alat dan Kelengkapan

Sekolah

f. Fasilitas penunjang

g. Pelaksanaan pembelajaran

h. Alat dan media

pembelajaran

a. Aktivitas siswa

b. Interaksi antara guru dan

siswa

c. Interaksi antar siswa

d. Interaksi antar guru

e. Pelaksanaan pendidikan

multikultural di sekolah

Lingkungan

sekolah

Lingkungan

sekolah dan

Kelas

Page 155: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

141

PEDOMAN DOKUMENTASI

No Aspek Yang Dikaji Indikator yang Dicari Sumber Data

1. Profil Sekolah a. Visi dan Misi Sekolah

b. Sejarah Sekolah

c. Tenaga Pendidik dan

Kependidikan

d. Sarana dan Prasarana

sekolah

e. Alat dan kelengkapan

sekolah

Administrasi

Sekolah

2. Strategi Pendidikan

Multikultural di

Sekolah

a. Dokumen program dan

kegiatan terkait pendidikan

multikultural dan laporan

pelaksanaanya.

b. Foto-Foto kegiatan

Kepala

Sekolah.

Page 156: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

142

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

Identitas Narasumber :

Nama : AR

Tempat,tanggal lahir : Yogyakarta, 08/04/1964

Alamat : Kumendaman

Agama : Katholik

1. Pertanyaan :

Apakah pengertian pendidikan multikultural menurut pandangan anda ?

Jawaban :

Pendidikan yang bermacam-macam dan bisa membaur anak-anak supaya

anak bisa mengetahui pribadi-pribadi orang lain, dan anak itu “aku harus

mengerti dari anak-anak tersebut”. Dari bahasa, dari daerahnya, dari

agamanya, dari sosialnya itu anak bisa membaur, bisa menjadi satu.

2. Pertanyaan :

Menurut anda, apakah pentingnya melaksanakan pendidikan multikultural

disekolah ?

Jawaban :

Penting banget,karena itu kita bisa membuat anak sederajat dan sama

menjadi satu kesatuan dari bangsa Indonesia yang benar-benar mentaati

pancasila.

3. Pertanyaan :

Bagaimana upaya yang dilakukan sekolah dalam mengimplementasi

pendidikan multikultural ?

Jawaban :

Dengan upacara, sosialisasi, dikelas juga sudah jelas, terus ditanamkan di

tangga-tangga, terus gambar-gambar, terus kita ada lomba, ada peringatan

agama, ada peringatan hari-hari daerah, itu termasuk juga, antara lain itu

dan masih banyak lagi. Sosialisasi dengan anak-anak misalnya pada waktu

upacara, anak-anak menjadi petugas, pada awalnya anak-anak protes,

memilih-milih mau berpasangan sama siapa, terus kita mengatasi dengan

cara kita, kita rangkul anak tersebut, terus kita ceritakan bahwa kita adalah

satu dari bangsa Indonesia, terutama kita adalah SD Taman Muda Ibu

Pawiyatan, SD pawiyatan itu adalah satu pokok dari tubuh kita, satu pokok

itu kan saling membutuhkan, kalo yang ini tidak membutuhkan berarti

yang lain membutuhkan, artinya saling membutuhkan. Jadi keluarga

disitu, kita bisa membuat anak berpikir bahwa dia sama dengan anak yang

lain dengan anak tersebut.

4. Pertanyaan :

Page 157: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

143

Bagaimana peran anda sebagai kepala sekolah dalam melaksanakan

pendidikan multikultural ?

Jawaban :

Saya sebagai ibu, sebagai teman, sebagai pembantu, sebagai yang

momong, sebagai pendidik, sebagai yang mendampingi, hampir semuanya

saya perankan.

5. Pertanyaan :

Adakah kegiatan sekolah yang dilakukan diluar sekolah atau di

masyarakat yang mendukung implementasi pendidikan multikultural ?

Jawaban :

Banyak, hampir semuanya. Kita ada lomba kalau seperti acara

kedaeraahan misalnya di Jogja itu, berarti dia yang bukan orang jawa pun

harus bisa nyanyi jawa, itu sudah multi juga, terus kita ke museum-

museum, terus kita perjalanan rohani, perjalanan rohani itu kita tidak

hanya ke masjid saja, tetapi di vihara di klenteng di gereja, tempat-tempat

ibadah keseluruhan, jadi tahu, oh berarti sama, kami menyembah satu

Tuhan, jadi seperti itu, banyak hal termasuk outbond, outday dan

sebagainya, itu bisa untuk satu pengetahuan bahwa kita itu beragam dan

bisa bersatu.

6. Pertanyaan :

Apa saja sarana prasarana yang dimiliki sekolah yang mendukung

implementasi pendidikan multikultural di sekolah ?

Jawaban :

Banyak, kalau untuk masjid kita ada, terus kita agama ada lima itu ada

ruangan khusus, di perpustakaan juga bisa buat anak untuk multikultural,

kita di lapangan-lapangan untuk anak-anak bermain juga bisa untuk

banyak hal, bisa berbaur, ada pendopo, ada gedung, untuk lomba-lomba,

tergantung lombanya,nanti bisa dikelas juga.

7. Pertanyaan :

Menurut pandangan anda saat ini bagaimana interaksi yang terjalin antara

guru, dan antara siswa ?

Jawaban :

Interaksinya bagus, termasuk diantaranya sini sudah bener-bener termasuk

berbaurnya luar biasa, anak-anak bisa menerima bahwa dari anak tersebut

itu berbeda sudah menerima dan tidak ada kata-kata mengejek, tidak ada

kata-kata tidak menerima anak tersebut, dan juga anak-anak yang tau

bahwa dia cacat, dia langsung di rangkul diajak diambilkan minumnya,

seperti itu, juga temannya saling mengingatkan misalnya pelajaran agama,

itu pada sholat. Saya juga biasa meminta bantuan anak-anak untuk

mengajarkan anak yang berkebutuhan khusus, saya menawarkan siapa

Page 158: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

144

yang mau jadi pamong cilik itu pasti anak-anak langsung mengajukan diri.

Itu diantara anak dengan anak. Kalau dengan guru-guru ya luar biasa guru-

guru disini otomatis sudah bisa untuk menjalankan semua dari kegiatan

tersebut sebagai pendamping iya seperti saya, sebagai pelayan iya, sebagai

teman juga iya, dia akrab untuk sebagai orang tua juga iya, kalau

meluruskan anak-anak kalau dia berbuat tidak baik, atau ada yang

melenceng kata-katanya dan sebagainya, juga dia sebagai orang tua

menasehati dan yang memberi contoh dan sebagainya.

8. Pertanyaan :

Apakah ada kaitan antara pedidikan ketamansiswaan yang diterapkan

sekolah dengan pelaksanaan pendidikan multikultural ?

Jawaban :

Ada, misalnya sistem pamong itu ngemong anak itu kan ngemong dari

keseluruhan, tidak ada yang memilih-milih, dalam hal apapun itu kan

terkait. Namanya keluarga itu satu keluarga kalau di tamansiswa adalah

kekeluargaan yang nomer satu, itu ya otomatis mau itu yang cacat, itu

yang cantik, itu yang ganteng, yang pintar, semuanya sama satu keluarga,

yang penting kita melihat menganggapnya sebagai anak. Tapi begitu dia

punya keinginan kita rangkul dia sebagai teman, kita rangkul dia supaya

dia mencapai apa yang dia inginkan, kita ikuti dia dari belakang, itulah

yang tut wuri handayani, dia terus kita dorong supaya bisa mencapai dari

cita-cita anak tersebut, itu kan menjadi satu dari kesatuan tamansiswa

seperti itu, makanya kenapa tamansiswa juga multikultural karena dia

sudah bersumber seperti itu dari ajaran Ki Hajar Dewantara, jadi erat

sekali ajaran damai didalamnya.

9. Pertanyaan :

Apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam

impelementasi pendidikan multikultural di sekolah ?

Jawaban :

Kalau pendukung hampir semuanya mendukung semuanya karena itu kan

pelaku ya. Hambatannya itu kadang dari waktu. Kadang waktu kita

mengajari atau memberi contoh anak itu tidak harus dengan satu kali atau

dua kali, dan dengan kedisiplinan, berkali-kali dengan kebiasaan, kalau

sekali kadang tidak dengar,sudah dengan contoh, sudah diberi nasehat,

sudah di beri dengan kita melakukannya, itu kan berproses, tidak hanya

sekali dua kali, jadi waktu perlu proses waktu itu dibutuhkan, tidak bisa

langsung instan, langsung jadi sempurna, jadi Indonesia yang hebat.

10. Pertanyaan :

Sejauh ini bagaimana upaya sekolah dalam mengatasi hambatan yang ada

dalam implementasi pendidikan multikultural ?

Page 159: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

145

Jawaban :

Otomatis kita harus sabar, dan harus telaten sebagai sikap keibuan. Kalau

tidak fokus-fokus banget kadang kita sering marah, sering tidak cocok,

kalau yang tidak terbiasa pasti ada yang tidak sesuai dan sebagainya, pasti

butuh kesabaran, ketelatenan, keibuan, yang paling penting cinta

kasih.kalau tidak seperti itu kita juga akan kesulitan sendiri, kalau hanya

dengan suara yang lantang, kita menasehati tetapi kita sendiri tidak

melakukan, itu kan akan sulit, seperti itu. Disini juga memang ada satu dua

yang belum baik, tapi untuk selama ini keseluruhan sudah melaksanakan

tugas dengan baik.

Page 160: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

146

TRANSKRIP HASIL WAWACARA

Identitas Narasumber :

Nama : CITR

Tempat,tanggal lahir : Yogyakarta, 22/06/1978

Alamat : Kadipaten Kulon KP I/308

Agama : Katholik

- Pertanyaan :

Bagaimana upaya sekolah dalam melaksanakan pendidikan multikultural

disekolah ?

Jawaban :

Kalau disini karna memang disini kan lima agama, sejak dini memang

anak-anaknya sudah diperkenalkan dengan itu, jadi belajar untuk

menerima perbedaan dari teman-teman yang lain. Jadi kalau kita awal

tahun ajaran baru, itu kita akan masuk ke kelas-kelas untuk

memperkenalkan guru-guru agama dan kita memberikan arahan-arahan.

Terus karena perbedaan-perbedaan yang ada kita juga menanamkan

kepada anak-anak bagaimana untuk saling menghargai, toleransi,

menghormati, jadi kalau bulan puasa gitu, anak-anak sudah tau, jadi kalau

makan itu larinya ke ruang agama,biar gak ada yang liat, seperti itu kalau

masalah agama.

Kemudian, kan yang berbeda disini gak hanya agama ya, suku-sukunya

juga, ada beberapa anak yang memang dari luar daerah, itu juga awalnya

kita minta teman-temannya itu membantu dia untuk istilahnya merangkul

dia dan juga membantu dia kalau dia kesulitan dalam menggunakan

bahasa jawa. Itu juga kita menanamkan “temanmu kan dari luar jawa,

tidak bisa bahasa jawa, jadi kalau kamu bicara sama dia gunakan bahasa

Indonesia”, kemudian juga anak-anak yang gak bisa bahasa jawa kita beri

pemahaman kalau ada teman-teman ngomong itu belum tentu

membicarakan kamu, kan kadang-kadang anak gak tau yang dibicarakan,

nah itu kita memberitahu kalau ada teman yang seperti itu, gunakan bahasa

Indonesia, sambil dia diajarin pelan-pelan.

- Pertanyaan :

Bagaimana peran anda sebagai guru dalam menanamkan pendidikan

multikultural disekolah ?

Jawaban :

Selain mengajarkan, memberi contoh. Kan kita pamongnya dari lima

agama juga, itu kita juga memberi contoh, bagaimana kita juga saling

menghormati, jadi anak-anak juga akan mencontoh kita, kalau kita

Page 161: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

147

pamongnya aja gak rukun ya anak-anaknya juga tau, itu kan memberi

pelajaran dengan memberi contoh, juga lebih banyak komunikasi,

menyapa seperti itu.

- Pertanyaan :

Menurut pandangan anda, sejauh ini bagaimana interaksi siswa satu sama

lain ?

Jawaban :

Kalau anak-anak kan sudah gaul ya, anak-anak sudah bergaul gak ada

batasan dintara anak-anak itu. Kalau anak-anak saya rasa gak ada problem.

Untuk komunikasi untuk mereka belajar bersama disini, hidup bersama,

gak ada masalah. Memang awal-awalnya kalau ada anak baru, terutama

yang pindahan ya, namanya juga anak baru, kalo yang anak lama kan

biasanya lebih “terpadu?”. Kalo anak baru yang dari luar daerah yang gak

bisa bahasa jawa itu kadang-kadang memang membutuhkan bantuan kita

supaya mengingatkan anak-anak supaya lebih menghormati.

- Pertanyaan :

Apakah ada hal khusus yang selalu ditanamkan atau ditekankan kepada

siswa dalam melaksanakan pendidikan multikultural ?

Jawaban :

Kalau saya, yang selalu saya tekankan ada dua, yang kesatu itu bahwa kita

semua berbeda,latar belakangnya, agamanya juga berbeda-beda, tapi kita

menyembah Tuhan yang sama, jadi semuanya agama mengajarkan

kebaikan, itu yang saya selalu tanamkan dengan anak-anak yang saya

dampingi. Kemudian yang kedua, karna kita sudah boleh bebas memilih

agama, kita juga harus saling menghormati, kalau saya gitu sih, dua itu,

pokoknya agama itu hak asasi, semuanya mengajarkan kebaikan, terus itu

saling menghormati tidak membeda-bedakan.

- Pertanyaan :

Apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam

implementasi pendidikan multikultural disekolah?

Jawaban :

Kalau saya melihat kesulitannya, gini, misalnya kalau masalah agama,

pihak agama, itu masalahnya adalah ada beberapa anak yang orang tuanya

beda agama, jadi bapaknya kristen ibunya katholik, anaknya bingung mau

masuk Kristen apa katholik, bapaknya islam ibunya Kristen, anaknya

kadang ikut pelajaran agama islam kadang ikut pelajaran agama Kristen,

jadi dua-duanya ikut, kadang kalo jumatan juga ikut. Seperti itu kita

ngasih taunya pelan-pelan dan harus hati-hati, karna itu agama masalah

yang kritis. Itu kita ngucapinnya pelan-pelan, udah sekarang agama ibu

bapak semuanya baik, kamu mau milih yang bapak apa ibu, itu juga kita

Page 162: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

148

tidak hanya tanya anak-anak, kita juga tanya orang tua, orang tua maunya

anak disekolah mengikuti pelajaran agama apa, dan kalau memang sudah

maunya ikut agama apa, kalo Kristen yasudah Kristen karena anak-anak

yang meminta, tinggal mereka harus tanda tangan diatas materai, agar

tidak mengikuti pelajaran agama yang lain. Itu kalau yang masalah agama

yang Kristen.

Kemudian yang budaya juga, kalau kita menanamkan kebudayaan-

kebudayaan itu, untuk saling menghargai seperti itu, kita menerangkan

semuanya adalah bangsa Indonesia, terus dari suku apapun kita tetap

warga negara Indonesia, kadang yang biasanya yang jadi ejekan itu kan

warna kulit, warna kulit, rambut, itu kan yang biasanya jadi ejekan, nah itu

biasanya yang coba kita uraikan perlahan-lahan biar anak-anak

mengetahui itu semua, dan saling menghormati antar suku yang ada. Tapi

biasanya itu cuma berjalan satu atau dua minggu awal saja, biasanya

setelah itu anak kan sudah membaur juga, cuma memang kadang-kadang

kita memang masih harus mengingatkan “ayo, gak bicara soal suku, gak

bicara soal agama”, biasanya kalau kita dengar sepintas anak-anak, kita

mengingatkan saja.

Kalau faktor pendukungnya, karna di sini ciri khasnya kan tamansiswa,

jadi sudah ada istilah menerima manusia seutuhnya, memanusiakan

manusia, jadi tidak hanya ajaran-ajaran ki hajar yang istilahnya

membebaskan. Selain itu ya lingkungan sekitar juga, lingkungan disini

sudah terbiasa untuk menerima perbedaan-perbedaan, itu karena sudah

terbiasa itu kita kesulitan ada tapi saya lihat tidak separah yang dialami di

sekolah-sekolah negeri, karena di sekolah negeri kan untuk ruangan

belajar yang non islam aja gak punya, seperti itu, tapi kalau disini kan

memang sudah disediakan. Dan untuk anak-anak yang disini memang ada

yang khusus dari jawa, karawitan, tembang, tetapi selain itu kalau ada

dolanan anak itu juga kita juga mengajarkan dolanan anak yang juga tidak

hanya khusus jawa, anak-anak juga dikenalkan dengan budaya lain.

- Pertanyaan :

Apakah ada kaitan antara pendidikan ketamansiswaan dengan pelaksanaan

pendidikan multikultural disekolah?

Jawaban :

Kalau tamansiswa kan memang identic dengan kebudayaan, budaya

jawanyanya, itu memang kita ada kurikulumnya sudah masuk kesitu,

untuk tentang kebudayaan memang sudah ada disitu, jadi tamansiswa

memang mendukung tentang multikultural, bagaimana kita harus

melestarikan kebudayaan yang ada, perbedaan yang ada, kita tidak boleh

menuntut semua harus sama, kita harus menghormati perbedaan itu, ada

Page 163: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

149

sih ajaran-ajaran ki hajar yang, tapi kalau saya gak hapal, ada tri dharma,

ada panca dharma, kayak gitu. Kalau untuk mendalami satu-persatu

memang gak hapal tapi memang disini itulah saling dukung itu ya, saling

mengerti saling mendukung.

Page 164: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

150

TRANSKRIP HASIL WAWACARA

Identitas Narasumber :

Nama : ESR

Tempat,tanggal lahir : Sleman, 14/10/1981

Alamat : Jalan Magelang Rogoyudan

Agama : Islam

- Pertanyaan :

Bagaimana upaya sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan

multikultural di sekolah ?

Jawaban :

Kalau untuk pendidikan multikulturalnya sendiri kami pamong berusaha

memahami karakter anak, jadi untuk anak yang satu dengan anak yang lain

berbeda. Seperti karena kita tinggal di jogja, kita mata pelajarannya bahasa

daerahnya jogja, jawa. Sementara ada anak pindahan dari luar, dia

mengalami kesulitan dalam hal bahasa jawa, saya memberikan batasan

untuk anak itu beda dengan anak-anak yang lainnya, sementara kelas iv

sudah harus bisa aksara jawa sedangkan dia tidak, jadi saya sesuaikan

dengan kemampuan anak itu sampai dimana, disesuaikan dengan

kemampuan anak saja, untuk anak ABK juga seperti itu, kita memberikan

sesuai dengan kemamppuan anak.

- Pertanyaan :

Bagaimana peran anda sebagai guru dalam melaksanakan pendidikan

multikultural ?

Jawaban :

Kalau dikelas menanamkan multikultural itu, kita beri contoh yang real,

yang simple saja, seperti antara laki-laki dan perempuan, itu kan

multikultural yang simple tidak usah sampai ke agama, kalau ke agama

kan nanti untuk ke anak-anak cukup beda cara sembahyangnya, tapi untuk

laki-laki dan perempuan kita harus saling menghormati, beda kekuatannya

antara laki-laki dan perempuan, contohnya seperti itu. Jadi kita berikan

contoh-contoh ke suatu yang real, sesuatu yang nyata, kita saling

menghormati, menghargai.

- Pertanyaan :

Apakah siswa diajarkan bertukar pengetahuan budaya antara siswa satu

dengan yang lain ?

Jawaban :

Kalau mengajari kebiasaan atau budaya itu biasanya yang dari daerah sini

mengajari yang dari luar tapi kalau yang dari luar kesini, itu sekedar cukup

tau saja, misalnya kalau kita ,kebiasaan budaya seperti upacara adat,

Page 165: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

151

misalnya ada orang Jakarta apa contohnya, kalau ditempat kita dikenalkan,

di Jogja seperti ini, hanya untuk mereka tau saja, tapi tidak terus dikupas

sampai detail, karna kita memang harus tau adat orang lain, tapi karna kita

orang jawa jadi anak-anak lebih ditekankan ke yang Jogja, untuk orang

yang dari luar jogja mereka saling membantu untuk mereka yang dari luar

jogja untuk memahami adatnya jogja seperti itu.

- Pertanyaan :

Bagaimana integrasi pendidikan multikultural dalam pembelajaran yang

dilakukan di sekolah? melalui pelajaran apa saja ?

Jawaban :

Semuanya ya, semuanya bisa. Kalau IPS jelas disitu ada, PKn juga bisa

kita terapkan, trus IPA juga bisa kita terapkan, misalnya kalau IPA itu

pemanfaatan SDA, misalnya kalau orang jogja itu biasa dengan padi orang

luar biasa dengan sagu, diberikan contoh-contoh dan alasannya kenapa,

dan seperti apa. Jadi semua pelajaran bisa diintegrasikan, bahasa Indonesia

juga jelas bisa.

- Pertanyaan :

Menurut pandangan anda sejauh ini bagaimana interaksi diantara siswa?

Jawaban :

Kalau dikelas IV sendiri kebetulan anak-anak sangat amat menghargai

tentang masalah perbedaan, mereka sudah terbiasa memiliki teman yang

seperti itu, ada yang ABK, ada yang jenis temannya yang autis, mereka

sangat menghargai, walaupun bercanda biasa, tapi ketika diminta

membantu mereka dengan senang hati membantu. Kemudian untuk

kepedulian mereka dengan teman-temannya, kekompakan mereka tanpa

memandang apapun, agama apa ataupun dari mana, sukunya apa, dia

tipenya seperti apa, itu tidak. Ya namanya anak-anak kalau kurang cocok

kan biasa, tapi tidak terus itu dibuat menjadi suatu masalah itu tidak.

Dikelas sendiri ada empat anak yang ABK dengan bermacam-macam

jenis, tapi mereka dengan adanya perbedaan seperti itu tidak digunakan

untuk bahan ejekan, seperti salah satu anak yang gangguan pendengaran,

kebetulan dia terpilih dengan anak yang satunya untuk lomba

menggambar, kemudian dari sekolahan memberitahukan ke anak yang

satunya, latihan gambarnya hari ini jam sekian, terus dia memberitahukan

ke anak yang gangguan pendengaran itu, karna kalau ngomong biasa

begini dia kurang jelas, jadi dia ngasih taunya pake gerak mulutnya yang

lebih jelas, kalau gak dia tulis kalau kira-kira temannya belum paham. Dia

tanpa saya suruh, sudah tau seperti itu, jadi sudah tau temannya

membutuhkan penanganan seperti apa, itu tanpa saya suruh dia sudah tau

seperti itu.

Page 166: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

152

- Pertanyaan :

Sebagai guru, adakah hal khusus yang selalu ditanamkan atau ditekankan

kepada siswa ?

Jawaban :

Kalau yang selalu ditanamkan, sikap selalu menghargai, saling

menghormati, kita tidak boleh meremehkan orang lain, selalu saya

tekankan dengan siapapun itu kita harus saling menghormati, karena kita

tidak tau kedepannya itu akan seperti apa, apa yang terjadi, mungkin

temanmu yang seperti ini kamu anggap anaknya kurang atau bagaimana,

belum tau besok dia lebih baik dari kita, suatu saat kita membutuhkan dia,

kalau kita bebuat baik kita tidak akan masalah, tapi kalau kita pernah tidak

menghargai atau pernah berbuat sesuatu pasti kita akan sungkan seperti

gak enak. Tapi kalau tidak ada apa-apa, baik dengan semua orang, ketika

kita membutuhkan dia, karna dulu anaknya seperti ini ternyata setelah

besar dia lebih sukses, dia lebih berhasil dengan kita, kita ketika

membutuhkan kita tidak sungkan atau istilahnya tidak ada rasa hutang

budi, kalau kita pernah berbuat baik ternyata dia jadi orang yang lebih

tinggi dari kita, kita akan rugi sendiri, selalu itu saya tekankan seperti itu,

tidak hanya dengan anak-anak tapi dengan siapapun, semua orang. Jangan

menganggap orang lain sepele, siapapun itu.

- Pertanyaan :

Apa sajakah yang menjadi faktor pendukung dan penghambat dalam

melaksanakan pendidikan multikultural di sekolah ?

Jawaban :

Pendukungnya, sekolah sendiri. Sekolah itu menerapkan sekolah yang

menerima berbagai siswa, jadi anak-anak disini lebih mudah untuk

mengetahui bahwa ternyata selain saya masih ada orang yang seperti itu,

itu menyebabkan anak-anak mudah untuk menghargai orang lain, apalagi

sudah terbiasa dari kelas I, kalau kelas I mungkin mereka belum begitu

tau,anak kelas I kan masih polos, misalnya seperti itu, nanti semakin besar

mereka semakin tau, semakin dewasa, beda kalau yang terbiasa dengan

teman yang “tidak apa-apa” apalagi dengan lingkungan yang sedikit-

sedikit ada yang kurang terus dikeluarkan nanti ketika dia di sekolah lain

atau di universitas atau ditempat lain melihat orang yang “kurang” atau

berbeda langsung keliatan jadi, ini kok orang kayak gini, padahal gak tau

bahwa dibagian lain itu banyak sekali orang-orang seperti itu, itu yang dari

sekolahan. Kemudian dari siswa-siswa mereka kebetulan disini siswa-

siswa diajarkan ketamansiswaan, jadi anak-anak mudah untuk

mengarahkan ke segi itu, jadi mereka itu di kasih tau, kecuali anak kelas 6,

kalau anak kelas 6 kan memang anaknya over gitu, karna anaknya seperti

Page 167: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

153

itu. Tapi kalau anak kelas I-V ini, kalau kita kasih tau sedikit aja,

contohnya nyentil masalah ibu aja mereka sudah bilang “bu jangan dong”

seperti itu, beda dengan sekolah lain, saya kan juga ngajar di sekolah lain,

itu biar dikasih tau gimana pun keliatannya seperti gak masalah, kalau

disini, diajarkan sedikit saja, karna diajarkan budi pekerti dan

ketamansiswaan, itu anaknya itu jadi enak diajak ke hal-hal seperti itu.

Terus yang lainnya ya temen-teman yang lain dengan mereka kita saling

membantu, misalnya ada anak yang seperti ini bagaimana cara

menanganinya, kita saling sharing aja.

Kalau faktor penghambatnya, itu ya ada biasanya orang tua, ya kalau

orang tua kan biasanya membela anak yang benar ya, itu ada, tapi ya tidak

semuanya, karna kita disini sudah terbiasa dengan anak-anak yang seperti

itu,jadi pada maklum, tapi kadang juga kurang berkenan, kok anaknya

seperti itu, nanti takut mempengaruhi seperti itu juga ada, ya mungkin

cuma itu aja hambatannya, tidak ada, karna dari sekolah semua

mendukung sepenuhnya untuk hal multikultural.

Page 168: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

154

TRANSKRIP HASIL WAWACARA

Identitas Narasumber :

Nama : AS

Tempat,tanggal lahir : Gunung Kidul, 21/06/1991

Alamat : Nglampar

Agama : Islam

1. Pertanyaan :

Bagaimana upaya sekolah dalam mengimplementasikan pendidikan

multikultural disekolah ?

Jawaban :

Kita disini saling mengerti tentang budaya anak, saling mengerti agama,

tidak membeda-bedakan , jadi anak-anak saling berbagi, orang jawa, yang

bukan orang jawa mengajari anak-anak budayanya mereka, kalo disini

biasanya yang mudah nyanyiannya, biasanya nyanyiannya, diajarkan. Kalo

yang asli jawa, mengajari yang luar jawa, jadi saling tukar-menukar.

2. Pertanyaan :

Bagaimana praktek pendidikan multikultural dalam pembelajaran ?

Jawaban :

Kalo pembelajaran multikultural itu tidak ada mata pelajaran nya, jadi

langsung terserap diberbagai mata pelajaran, misalnya PKn, sama IPS, dan

ketamansiswaan.

3. Pertanyaan :

Bagaimana anda mengimplementasikan pendidikan multikultural di dalam

kelas ?

Jawaban :

Kalau dikelas itu multikultural lebih kepada kita berbaur dengan berbagai

macam karakter, kebudayaan, agama, budaya mereka yang ada dirumah,

tentunya dikelas pembelajarannya lebih kepada saling bertukar pikiran,

memberikan contoh yang baik, lebih kepada menjaga sikap-sikap saja, jadi

multikultural itu diharapkan dapat menumbuhkan karakter yang baik, jadi

walaupun mereka itu berbeda dari segi agama, kebudayaan, apapun, tapi

diharapkan perbedaan itu menjadikan mereka itu belajar, bahwa ternyata

saya harus menghargai, menghormati, seperti itu.

4. Pertanyaan :

Adakah kegiatan khusus yang dilakukan sekolah sebagai bentuk

pelaksanaan pendidikan multikultural ?

Jawaban :

Kalo untuk kegiatan khususnya belum ada.

Page 169: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

155

5. Pertanyaan :

Bagaimana peran anda sebagai guru dalam melaksanakan pendidikan

multikultural ?

Jawaban :

Perannya tentu memberikan contoh, jadi tidak membeda-bedakan. Lebih

ke pemberian contoh, kalo guru kan tidak langsung hanya memberi

pengertian anak-anak multikultural itu apa, jadi memberi contoh, kalo

anak-anak SD kan harus diberi contoh, jadi bagaimana memperlakukan

anak satu dan lainnya, menghormati agama, kebudayaan itu disitu

diajarkan dengan contoh, jadi tidak langsung diajarkan ke materi.

6. Pertanyaan :

Menurut pandangan anda, sejauh ini bagaimana interaksi siswa antara satu

sama lain ?

Jawaban :

Semuanya sangat baik dan akrab, namun ada anak yang tidak akrab,

karena anak tersebut berkebutuhan khusus dalam hal emosi, jadi karena

dari kelas 1-kelas 5 emosinya itu emosi sekali, jadi anak-anak itu kurang

menyukai anak tersebut karena anak tersebut punya gangguan emosi, tapi

saya dikelas itu tetap ada apa, kalo bisa itu diikutkan dalam berbagai

kelompok-kelompok, jadi anak yang tidak suka itu walaupun tidak suka

atau malas, dikelas itu semuanya harus berkelompok apapun kalo sudah

ditentukan dengan kesepakatan dengan musyawarah maka tidak bisa tidak

setuju lagi, harus setuju semua.

7. Pertanyaan :

Apa sajakah kegiatan yang dilakukan sekolah yang mendukung

pelaksanaan pendidikan multikultural ?

Jawaban :

Misalnya terkait kebudayaan dan keagamaan, kalo kebudayaan disini

karena ada anak-anak yang dari luar jawa diajarkan tembang, itu kan

mereka sudah multikultural juga, kalo disini seperti itu. Kalo agamanya,

setiap pelajaran agama islam, yang agama berbeda belajar diruang agama

sendiri, ada pendampingnya masing-masing untuk mengajari agama

mereka. Kalo ABK tetap dikelas, karena inklusi jadi tidak boleh

dipisahkan atau dibedakan, jadi tetap berbaur disitu (dikelas) mereka

sama-sama. Jadi multikulturalnya disitu, kalo disini kan siswanya berbagai

jenis,anak-anak harus mampu berbaur dengan yang ABK, bisa

menghargai, saling berbagi , kalo saya mengajarkan seperti itu dan anak-

anak tidak boleh memandang jelak ABK, saya tidak mengajarkan seperti

itu, karena kita semua sama, hanya saja teman kita perlu bantuan, misalnya

seperti itu. Jadi anak-anak nanti sudah bisa membantu teman-temannya

Page 170: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

156

yang kekurangan, maksudnya yang kekurangan kemampuannya secara

akademik ataupun yang lain, nanti yang bisa itu, membantu. Kalau disini

ABK belum ada kelas khusus, disini ada istilahnya sistem full out. Full out

itu untuk siswa yang benar-benar tidak bisa diatur didalam kelas, itu ada

nanti sistem full out. Sistem full out itu ditaruh di ruangan sendiri itu nanti

untuk siswa yang memang perlu pembimbingan khusus, jadi kalau ada

siswa yg bermasalah biasannya dengan guru pendamping biasanya

diruangan agama atau diruangan yang tidak terpakai, itu nanti pendamping

memberikan masukan, motivasi, atau biasanya juga diruang guru. Dikelas

V sendiri ada 4 orang siswa, semuanya termasuk Slow Learner. Jadi lemah

dalam pelajaran akademik.

8. Pertanyaan :

Adakah kaitan antara pendidikan ketamansiswaan dengan pendidikan

multikultural ? contohnya seperti apa ?

Jawaban :

Itu tentang budaya tamansiswa, misalnya sopan santun, kalo taman siswa

itu salamnya seperti apa, nyanyiannya, lambangnya, kemudian bentuk-

bentuk kebudayaan, seperti memanggil pamong, kemudian wilayah-

wilayah taman muda dan lain-lain, seputar itu, karna anak SD, jadi belum

sampai ke sistem amongnya. Kan sistem among itu untuk pamong, kalo

siswa baru sekitar kayak nyanyian, lingkungan sekitar, kebudayaan jawa.

Sistem among, sistem yang diterapkan untuk pembelajaran, seperti siswa

yang aktif, guru mengikuti saja, cuma mengawasi saja, kalo misalnya anak

maunya seperti ini, guru memfasilitasi seperti itu.

9. Pertanyaan :

Bagaimana pendidikan budi pekerti luhur dilaksanakan di sekolah ?

Jawaban :

Budi pekerti luhur, menyapa, sapaan, salam sama pamong, mau ke kamar

mandi, ya seperti itu, kejujuran anak, kalau pas ulangan juga kejujuran

anak dengan tidak mencontek itu kan termasuk budi pekerti juga, hormat

pada guru,pada pamongnya, jadi lebih kepada contohnya. Jadi tidak dalam

bentuk pembelajaran, karena kalau dalam pembelajaran misalnya budi

pekerti itu apa, seperti itu, anak-anak akan bosan , jadi memberi

pengertian, nanti kalau misalnya ada anak yang melanggar peraturan,

dikasih pengertian bahwa ini baik atau tidak, mereka bisa menilai, berarti

kita gunakan contoh real, jadi anak-anak bisa mengerti budi pekerti itu

seperti ini. Jadi mereka mencontoh. Kalo ada anak-anak melakukan hal

yang tidak baik, kita memberi pengertian itu baik atau tidak, jadi kita

mencontohkan apa yang ada disekitar. Tidak langsung seperti budi pekerti

itu apa dan lain-lain.

Page 171: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

157

10. Pertanyaan :

Apa sajakah faktor pendukung dan penghambat dalam

mengimplementasikan pendidikan multikultural di sekolah ?

Jawaban :

Faktor yang mendukung adalah kultur sekolah, juga pihak-pihak sekolah

mulai dari kepala sekolah sampai kebawah, sangat mendukung untuk

pendidikan multikultural. Penghambatnya, sarana dan prasarana, masih

kurang, lebih memperkenalkan anak misalnya, lebih kepada

mempraktekkan diluar, di lingkungan luar terkait pendidikan

multikultural.

11. Pertanyaan :

Sampai saat ini bagaimana upaya sekolah dalam mengatasi hambatan

dalam melaksanakan pendidikan multikultural di sekolah ?

Jawaban :

Sekolah selalu mendukung kegiatan, misalnya kelas mau melakukan

kegiatan atau program apapun yang berhubungan dengan multikultural

pasti selalu didukung. Upayanya seperti itu, jadi tinggal bagaimana untuk

mengkoordinasikannya saja.

Page 172: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

158

CATATAN LAPANGAN I

Metode Pengumpulan Data: Wawancara

Hari/Tanggal : Sabtu, 07 Mei 2016

Lokasi : Ruang Guru SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

Sumber Data : Wali Kelas V

Deskripsi data :

Dari pertanyaan-pertanyaan yang peneliti tanyakan dalam wawancara,

menghasilkan jawaban sebagai berikut :

1. Mengimplementasikan dengan saling mengerti tentang budaya siswa,

saling mengerti agama, tidak membeda-bedakan, saling berbagi, yang

bukan orang jawa mengajari budayanya. Kalo yang asli jawa, mengajari

yang luar jawa, jadi saling tukar-menukar.

2. Pembelajaran multikultural langsung terserap diberbagai mata pelajaran,

misalnya PKn, IPS, dan Ketamansiswaan.

3. Di kelas multikultural dilakukan dengan berbaur dengan berbagai macam

karakter, kebudayaan, agama, budaya siswa yang ada dirumah,

pembelajaran dikelas dilkukan dengan saling bertukar pikiran,

memberikan contoh yang baik, dan menjaga sikap-sikap.

4. Peran guru yaitu memberikan contoh. Bersikap tidak membeda-bedakan

dalam memperlakukan siswa satu dan lainnya, menghormati agama, dan

kebudayaan siswa.

5. Interaksi siswa sangat baik dan akrab, namun ada siswa yang tidak akrab,

karena siswa tersebut berkebutuhan khusus dalam hal emosi.

6. Terkait kebudayaan dan keagamaan, siswa yang dari luar jawa diajarkan

tembang. Kalau agamanya, setiap pelajaran agama islam, yang agama

berbeda belajar diruang agama sendiri, dengan guru pendamping masing-

masing. Karena disekolah siswanya berbagai jenis, siswa harus mampu

berbaur dengan yang ABK, bisa menghargai, saling berbagi. Jadi siswa

sudah bisa membantu teman-temannya yang kekurangan kemampuannya

secara akademik.

7. Faktor yang mendukung adalah kultur sekolah, juga pihak-pihak sekolah

mulai dari kepala sekolah sampai kebawah, sangat mendukung untuk

pendidikan multikultural.

8. Penghambatnya, sarana untuk lebih memperkenalkan, mempraktekkan, di

lingkungan luar terkait pendidikan multikultural masih kurang.

Page 173: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

159

CATATAN LAPANGAN II

Metode Pengumpulan Data: Wawancara

Hari/Tanggal : Rabu, 11 Mei 2016

Lokasi : Ruang guru SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

Sumber Data : Wali Kelas IV

Deskripsi data :

Dari pertanyaan-pertanyaan yang peneliti tanyakan dalam wawancara,

menghasilkan jawaban sebagai berikut :

1. Pendidikan multikultural diwujudkan dengan sikap pamong yang berusaha

memahami karakter masing-masing anak.

2. Dikelas guru menanamkan multikultural dengan memberi contoh yang

nyata, seperti antara laki-laki dan perempuan saling menghormati dan

menghargai.

3. Siswa saling belajar tentang kebiasaan atau budaya jawa dan luar jawa.

Contohnya kebiasaan, budaya seperti upacara adat.

4. Semua mata pelajaran bisa diintegrasi. IPS, PKn, maupun IPA juga bisa

kita terapkan, misalnya IPA itu pemanfaatan SDA. Semua pelajaran bisa

diintegrasikan, termasuk Bahasa Indonesia.

5. Siswa sangat menghargai tentang masalah perbedaan, mereka sudah

terbiasa memiliki teman yang seperti berbeda-beda, siswa yang ABK,

maupun jenis teman yang autis, siswa sangat menghargai.

6. Guru selalu menanamkan sikap menghargai, saling menghormati, dan

tidak boleh meremehkan orang lain.

7. Faktor pendukung adalah sekolah sendiri. Sekolah menerapkan sekolah

yang menerima berbagai siswa, jadi siswa di sekolah lebih mudah untuk

menerima dan menghargai orang lain. Siswa juga diajarkan

ketamansiswaan sehingga lebih mudah untuk menanamkan nilai-nilai

multikultural.

8. Faktor penghambatnya adalah adanya sikap beberapa orang tua yang

khawatir dengan adanya siswa ABK didalam satu kelas.

Page 174: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

160

CATATAN LAPANGAN III

Metode Pengumpulan Data: Wawancara

Hari/Tanggal : Kamis, 12 Mei 2016

Lokasi : Ruang Guru SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

Sumber Data : Guru Agama Katholik

Deskripsi data :

Dari pertanyaan-pertanyaan yang peneliti tanyakan dalam wawancara,

menghasilkan jawaban sebagai berikut :

1. Siswa dikenalkan dengan lima agama yang ada di sekolah dan

diajarkan untuk menerima perbedaan dari teman-teman yang lain.

Sekolah juga menanamkan kepada anak-anak bagaimana untuk saling

menghargai, toleransi, menghormati, dan merangkul siswa yang

berasal dari luar jawa.

2. Peran guru adalah selain mengajarkan yaitu juga memberi contoh.

3. Interaksi siswa sudah baik, tidak ada batasan dintara siswa. Tidak ada

masalah dalam berkomunikasi dan belajar bersama.

4. Guru selalu menekankan bahwa semua berbeda latar belakangnya,

agamanya, tetapi semuanya mengajarkan kebaikan. Karena semua

sudah boleh bebas memilih agama sebagai hak asasi, maka siswa juga

harus saling menghormati.

5. Faktor penghambat, adanya siswa yang memiliki orang tua yang

berbeda agama, membuat siswa dan sekolah bingung untuk mengikuti

dan mengajarkan agama kepada siswa. Serta sikap beberapa siswa

yang membuat perbedaan suku menjadi bahan candaan.

6. Faktor pendukung adalah ciri khas sekolah yang bercirikan tamansiswa

yang sudah ada ajaran menerima manusia seutuhnya, memanusiakan

manusia, jadi tidak hanya ajaran-ajaran ki hajar yang istilahnya

membebaskan. Selain itu lingkungan sekolah yang sudah terbiasa

untuk menerima perbedaan-perbedaan.

7. Didalam ketamansiswaan yang identik dengan kebudayaan didalam

kurikulumnya sudah mendukung tentang multikultural, bagaimana

sekolah harus melestarikan kebudayaan yang ada, perbedaan yang ada,

tidak boleh menuntut semua harus sama, dan harus menghormati

perbedaan.

Page 175: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

161

CATATAN LAPANGAN IV

Metode Pengumpulan Data: Wawancara

Hari/Tanggal : Selasa, 10 Mei 2016

Lokasi : Ruang administrasi SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

Sumber Data : Kepala Sekolah

Deskripsi data :

Dari pertanyaan-pertanyaan yang peneliti tanyakan dalam wawancara,

menghasilkan jawaban sebagai berikut :

1. Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang bermacam-macam

bahasa, daerah, dan agama, dan bisa membaur agar bisa mengetahui

pribadi-pribadi orang lain.

2. Pendidikan multikultural sangat penting karena melalui pendidikan

multikultural dapat membuat anak sederajat dan sama menjadi satu

kesatuan dari bangsa Indonesia yang benar-benar mentaati pancasila.

3. Pendidikan multikultural di sekolah dilakukan dengan upacara, sosialisasi,

ditanamkan dan dijajarkan dikelas, ditanamkan melalui gambar-gambar

dan tulisan-tulisan di tangga-tangga, melalui lomba-lomba, peringatan hari

besar agama-agama, peringatan hari-hari daerah, dan lain-lain.

4. Peran kepala sekolah sebagai ibu, sebagai teman, sebagai pembantu,

sebagai yang momong, sebagai pendidik, sebagai yang mendampingi.

5. Kegiatan sekolah yang mendukung contohnya lomba-lomba seperti acara

kedaeraahan misalnya di Jogja, berarti siswa yang bukan orang jawa pun

harus bisa nyanyi jawa. Studi ke museum-museum, perjalanan rohani yang

tidak hanya ke masjid saja, tetapi ke Vihara, Klenteng, Gereja, tempat-

tempat ibadah keseluruhan. Kegiatan Outbond, Outday dan sebagainya,

untuk memberi pengetahuan bahwa walaupun beragam tetapi bisa bersatu.

6. Sarana yang mendukung antara lain masjid, untuk agama lain disediakan

ruangan khusus yaitu ruang agama, perpustakaan juga bisa untuk siswa

belajar multikultural, lapangan-lapangan untuk anak-anak bermain dan

berbaur, pendopo, dan gedung untuk kegiatan luar kelas dan lomba-lomba.

7. Interaksi diantara siswa sangat baik. Siswa sudah dapat berbaur, siswa bisa

menerima bahwa siswa yang lainnya berbeda dan tidak ada kata-kata

mengejek, tidak ada kata-kata tidak menerima anak tersebut, dan juga

anak-anak yang tau bahwa dia cacat langsung di rangkul dan diajak untuk

bersama-sama. Siswa juga saling mengingatkan misalnya pada pelajaran

agama, maupun saat ibadah. Kepala sekolah juga biasa meminta bantuan

anak-anak untuk mengajarkan anak yang berkebutuhan khusus untuk

menjadi pamong cilik dan antusias siswa sangat baik. Interaksi antara

Page 176: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

162

guru-guru juga sudah baik. Guru menjalankan tugas dengan baik sebagai

pendamping, sebagai pelayan, sebagai teman, sebagai orang tua juga,

meluruskan anak-anak yang berbuat tidak baik, menasehati dan memberi

contoh.

8. Kaitan pendidikan ketamansiswaan dengan pendidikan multikultural

misalnya sistem pamong yang membimbing anak dari keseluruhan, tidak

ada yang memilih-milih, dalam hal apapun. Di tamansiswa adalah

kekeluargaan yang utama. Bagaimanapun keadaan siswa adalah dianggap

anak. Pada saat siswa punya keinginan, siswa dirangkul sebagai teman

agar dapat mencapai apa yang dia inginkan, diikuti dari belakang, seperti

tut wuri handayani, dan sekolah terus mendorong agar bisa mencapai cita-

cita siswa. Ajaran Ki Hajar Dewantara dalam tamansiswa erat sekali

dengan ajaran damai dan persatuan didalamnya.

9. Hambatan terkadang adalah dari segi waktu. Perlu proses dan waktu untuk

mengajarkan kepada siswa tentang nilai-nilai multikultural.

10. Upaya mengatasi hambatan dengan kesabaran, dan harus telaten dengan

sikap keibuan. Karena untuk menanamkan kepada siswa butuh kesabaran,

ketelatenan, keibuan, dan yang paling penting cinta kasih.

Page 177: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

163

CATATAN LAPANGAN V

Metode Pengumpulan Data: Wawancara

Hari/Tanggal : Senin, 16 Mei 2016

Lokasi : Ruang guru SD Taman Muda Ibu Pawiyatan Tamansiswa

Sumber Data : Wali Kelas VI

Deskripsi data :

Dari pertanyaan-pertanyaan yang peneliti tanyakan dalam wawancara,

menghasilkan jawaban sebagai berikut :

1. Pendidikan multikultural dapat dilihat dengan berbagai aspek, peserta

didik, keadaan sekolah, maupun alat-alat yang digunakan untuk mengajar

siswa. multiku. Disekolah siswa dengan berbagai suku dijadikan satu,

tetapi dasar pengembangannya dengan berbagai macam cara dan

pendekatan.

2. Sekolah berupaya melaksanakan pendidikan multikultural misalnya

melalui bahasa. Contohnya siswa dari luar jawa setiap hari jumat

diwajibkan menggunakan bahasa Jawa dikarenakan sekolah dibawah

yayasan tamansiswa dan kedudukannya di Jawa. Juga siswa yang dari

jawa diajarkan materi tari dari luar daerah, itu adalah contoh multikultural

dari satu aspek.

3. Peran guru adalah sebagai penggerak dan memberikan contoh yang nyata.

4. Banyak kaitan antara pendidikan ketamansiswaan dengan pendidikan

multikultural, contohnya tembang dan materi-materi tentang sopan santun,

adab berbicara, adab bertamu, dan lain-lain. Terkait tentang peran guru,

yaitu didepan, disamping dan dibelakang.

5. Banyak ekstrakurikuler yang mengandung pendidikan multikultural,

misalnya itu ada karawitan, pramuka, dolanan anak, tari, dan lain-lain.

6. Interaksi guru sangat baik. Guru-guru saling berbagi apabila mendapat

sesuatu, dan kebersamaan dibangun agar bisa berjalan satu misi satu visi.

7. Sekolah menekankan sopan santun yang utama. Untuk membangun

kesadaran siswa, guru berusaha mengembangkan kemampuan dan

kepekaan siswa dengan menenkankan bahwa siswa adalah manusia sosial

yang membutuhkan orang lain.

8. Interaksinya baik, tetapi belum seratus persen seperti yang diharapkan,

karena disini sekolah inklusi. Kalau inklusi pasti ada perbedaan-

perbedaan. Sehingga pasti ada kendala yang dialami.

9. Faktor pendukungnya adalah implementasi dari guru ke siswa, kebiasaan,

penekanan, peraturan, yang sudah berjalan. Sarana yang dimiliki sekolah

Page 178: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

164

sudah banyak yang mendukung, dan fasilitas sudah termasuk lengkap,

walaupun masih sederhana.

10. Faktor yang menjadi penghambat adalah sikap individu masing-masing.

Upaya mengatasi hambatan yang ada dengan selalu mengumpulkan orang

tua, dan berdiskusi, melalu paguyuban orang tua yang ada disetiap kelas.

Page 179: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

165

PROFIL SEKOLAH

TAHUN PELAJARAN 2015/2016

A.

B.

C.

D.

E.

F.

G.

SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN TAMANSISWA

JL TAMANSISWA NO 25 WIROGUNAN MERGANGSAN

YOGYAKARTA

PROFIL SEKOLAH

SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN

Page 180: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

166

VISI

Menjadi Sekolah Bermutu, Berbasis Seni Budaya Dan Pendidikan Budi Pekerti Luhur

MISI

a. Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif, efisien dan terukur untuk

mewujudkan pendidikan bermutu

b. Menyelenggarakan pendidikan kesenian dan penanaman nilai – nilai budaya

untuk mewujudkan pendidikan berbasis seni budaya

c. Menerapkan “among system” dengan tekanan keteladanan silih asah, silih asih

dan silih asuh untuk implementasi pendidikan budi pekerti luhur

TUJUAN

1. Meningkatkan mutu pembelajaran dengan meningkatkan kemampuan pamong,

baik kompetensi akademik maupun profesionalismenya, yang diharapkan pada

gilirannya mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

2. Memenuhi 8 (delapan) aspek standar nasional pendidikan secara bertahap,

dengan tekanan melengkapi sarana dan prasarana pendidikan, tersedianya dana

operasional yang cukup, serta membuka peluang peran serta masyarakat secar

proporsional.

3. Implementasi secara intergral nilai-nilai budi pekerti luhur dan konsep-konsep

Ketamansiswaan dalm pembelajaran khususnya, dan pendidikan pada

umumnya.

4. Menyiapkan peserta didik dengan bekal yang cukup untuk melanjutkan

pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi.

Page 181: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

167

A. Identitas Sekolah

Nama : SD TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN TAMANSISWA

NSS : 102046012006

NPSN : 20403357

Status : Swasta

Jenjang akreditasi/tahun : A / 2009

Tahun berdiri : 1922

Tahun beroperasi : 1923

Alamat sekolah : Jl. Tamansiswa No 25 Yogyakarta 55151

No. Telp : ( 0274 ) 388546

E-mail : [email protected]

Desa / Kelurahan : Wirogunan

Kecamatan : Mergangsan

Kabupaten/kota : Yogyakarta

Propinsi : Daerah Istimewa Yogyakarta

B. Kepala Sekolah

Nama Lengkap : Nyi Anastasia Riatriasih, M.Pd

Tempat, Tanggal Lahir : Yogyakarta, 8 April 1964

Jenis Kelamin : Perempuan

Masa Kerja Menjadi Guru : 27 tahun

Pengalaman Sebagai Kepala Sekolah : 5 tahun

Pendidikan terakhir : S – 2

Jurusan / Program : Manajemen Pendidikan

Page 182: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

168

C. Yayasan

Nama Yayasan : Majelis Ibu Pawiyatan Tamansiswa

Ketua Yayasan : Ki H. Prof. Dr. Sri-Edi Swasono

Alamat : Jl. Rr. Mendut Wirogunan Mg. II/784 Yogyakarta 55151

Telp. : ( 0274 ) 385234

D. Keadaan Siswa

Jumlah Rombongan Belajar

NO Tahun

Pelajaran

Rombongan Belajar Kelas

1 2 3 4 5 6 Jumlah

1 2007/2008 1 1 1 1 1 1 6

2 2008/2009 1 1 1 1 1 1 6

3 2009/2010 2 1 1 1 1 1 7

4 2010/2011 1 2 1 1 1 1 7

5 2011/2012 1 1 2 1 1 1 7

6 2012/2013 1 1 1 1 1 1 6

7 2013/2014 1 1 1 1 1 1 6

8 2014/2015 1 1 1 1 1 1 6

9 2015/2016 1 1 1 1 1 1 6

Jumlah Peserta Didik

NO Tahun

Pelajaran

Peserta Didik

1 2 3 4 5 6 Jumlah

1 2007/2008 18 28 18 17 24 37 142

2 2008/2009 21 15 24 18 17 25 120

3 2009/2010 37 20 17 26 17 18 135

Page 183: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

169

4 2010/2011 11 30 24 16 26 16 123

5 2011/2012 10 9 31 25 17 27 119

6 2012/2013 17 12 12 34 26 20 121

7 2013/2014 20 17 15 12 34 29 127

8 2014/2015 22 23 16 15 15 34 125

9 2015/2016 10 23 26 17 17 16 109

E. Keadaan Pendidik

No Jabatan Status Pegawai

JUMLAH PNS GTY GTT

5. Kepala Sekolah 1 1

6. Guru Kelas 1 2 3 6

7. Guru Agama 3 2 5

8. Guru Penjas 1 1

9. Guru Mulok 2 2 4

10. Guru Inklusi 2 2

Jumlah 5 4 10 19

F. Keadaan Tenaga Kependidikan

No Jabatan Status Pegawai

Jumlah PTY PTT

1. Administrasi 2 2

2. Bendahara Sekolah 1 1

3. Petugas Perpustakaan 1 1

Page 184: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

170

4. Petugas Kebersihan / Caraka 1 1 2

Jumlah 1 5 6

G. Keadaan ruangan

No. Jenis Ruang

Milik

Baik Rusak Ringan

Rusak Berat

Sub-Jumlah

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Ruang Kelas 6 6

2. Ruang Perpustakaan 1 1

3. Laboratorium IPA 1 1

4. Ruang Kepala Sekolah 1 1

5. Ruang Guru 1 1

6. Ruang Komputer 1 1

7. Tempat Ibadah 1 1

8 Ruang Kesehatan (UKS) 1 1

9 Kamar Mandi / WC Guru 1 1

10 Kamar Mandi / WC Siswa 3 3

11 Gudang 1 1

12 Tempat Bermain / Tempat Olahraga 1 1

H. Angka Mengulang (Tidak Naik Kelas) Peserta Didik

No

Tahun Pelajaran

Jumlah Siswa Mengulang

Kelas I Kelas II Kelas III Kelas IV

Kelas V

Kelas VI

1 2006/2007 - - - - - -

2 2007/2008 - - - - - -

Page 185: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

171

3 2008/2009 - - - - - -

4 2009/2010 1 1 - - - -

5 2010/2011 - - - - - -

6 2011/2012 - - - - - -

7 2012/2013 - - - - - -

8 2013/2014 - - - - - -

9 2014/2015 - - 1 - - -

I. Kelulusan

Tahun Pelajaran

Jumlah Rata - rata UASBN/UN

Presentase Melanjutkan

Peserta Lulus Jumlah Target Jumlah Target

2008/2009 26 26 7,60 100 % 26 100 %

2009/2010 18 18 6,50 100 % 18 100 %

2010/2011 16 16 7,55 100 % 16 100 %

2011/2012 26 26 6,96 100 % 26 100 %

2012/2013 20 20 7,02 100% 20 100%

2013/2014 30 30 6,03 100% 30 100%

2014/2015 34 34 6,67 100% 34 100%

J. Prestasi Siswa

No. Tahun Jenis Kejuaraan Tingkat Juara ke-

1. 2008 Seni Suara Keagamaan (MTQ) Kota Juara III putri

2. 2008 Futsal Kota Harapan I, Juara III

3. 2008 POR Dini Kecamatan Juara I

4. 2008 Sepak takraw Kota Juara III

Page 186: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

172

5. 2008 Nyanyi tunggal Kota Harapan I

6. 2008 Cerita rakyat UPT Harapan II

7. 2008 Cerita rakyat bergambar Kecamatan Juara I

8. 2008 Hasta karya UPT Juara I

9. 2008 Seni suara (nyanyi tunggal) UPT Juara I

10. 2008 MTQ :

- Menyanyi - Seni Lukis - Adzan - Tartil

Kecamatan

- Juara I putri, Juara II putra

- Juara II putra

- Harapan I - Harapan I

11. 2008 Permainan rakyat :

- Lepetan - Benthik

Propinsi

- Juara III - Juara II

12. 2008 Langen carita Kota Harapan I

13. 2008 Transliterasi Kota Juara III

14. 2008 Panembromo Kota Juara I

15. 2008 Mocopat Kota Juara II

16. 2009 MTQ Kecamatan Juara III

17. 2009 Seni Musik Tradisional Propinsi Juara III

18. 2009 Lomba permainan rakyat ( Lomba lompatan

Propinsi Juara I

19. 2009 Lomba permainan rakyat ( Lomba lompatan

Propinsi Juara Harapan II

20. 2009 Lomba tari dolanan anak Propinsi Juara I

21. 2009 Pekan Etika Budaya Pelajar ( Macapat putra SD )

Kota Juara I

22. 2009 Pekan Etika Budaya Pelajar ( Panembromo )

Propinsi Juara III

23. 2010 Modelling Propinsi Juara I putri

Page 187: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

173

24. 2010 Drumband Propinsi Juara I Paramanandi

25. 2010 Drumband Propinsi Juara III

26. 2010 Modelling Kota Juara harapan I putra

27. 2010 Panembromo,macapat,pidato basa jawa

Kota Juara I panembromo

28. 2010 Lomba daur ulang Kota - Juara 2 (kelas I)

- Juara 3 (kelas II)

- Juara harapan I (kelas V)

29. 2011 Drumband Propinsi Juara harapan I

30. 2011 Menyanyi solo propinsi Juara I

31. 2011 Kria nusantara Nasional Juara II lomba bakiak

32. 2011 Dolanan anak Kota Juara II ( penyanyi terbaik II )

33. 2011 Macopat UPT Juara II

34. 2011 Pidato bahasa jawa UPT Juara I

35. 2011 Panembromo Kota Juara I

36. 2012 Perkusi Propinsi Juara I

37. 2012 Panembromo Kota Juara I

38. 2013 Festival Lomba Siswa Seni Nasional (FLS2N)

UPT Harapan II Pidato

39. 2013 Mocopat Kota Juara III

40. 2013 Panembromo Kota Juara III

41. 2013 Panembromo UPT Juara I

42. 2013 Mocopat putra UPT Juara II

Page 188: IMPLEMENTASI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DI …eprints.uny.ac.id/41591/1/Skripsi_Nuhraini Palipung_12110241055.pdf · mengatasi hambatan dalam implementasi pendidikan multikultural di

174

43. 2013 Pidato bahasa indonesia UPT Juara harapan II

44. 2013 Mocopat putri UPT Juara harapan I

45. 2013 Bercerita agama hindu Propinsi Juara I

46. 2014 Futsal dalam rangka HAORNAS Propinsi Juara III

47. 2014 MTQ Kecamatan Juara III Puitisasi

48. 2014 MTQ Kecamatan Harapan I Pildacil

49. 2014 MTQ Kecamatan Harapan 1 Tartil

50. 2015 Lomba CCA Agama kristen Kota Juara harapan I

51. 2015 Lomba menyanyi ( siswa ABK) Kota Juara II

K. KEGIATAN EKSTRAKURIKULER

1. Bahasa Inggris

2. Bahasa Jawa

3. Pramuka

4. Pencak silat

5. Drum band

6. Dolanan Anak

7. Pianika

8. Komputer

9. Seni lukis

10. TPA