24

Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

  • Upload
    others

  • View
    28

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama
Page 2: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Implementasi Pendidikan Segregasi

Pelaksanaan layanan pendidikan segregasi atau

sekolah luar biasa, pada dasarnya dikembangkan

berlandaskan UUSPN no. 2/1989.

Bentuk pelaksanaannya diatur melalui pasal-pasal dari PP

No. 72/91. Pasal 4 menyebutkan bahwa Satuan Pendidikan

Dasar berupa:

- Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB)

- Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Luar Biasa (SLTPLB),

- Serta Satuan Pendidikan Menengah adalah Sekolah

Menengah Luar Biasa (SMLB).

- Berkenaan dengan lamanya pendidikan dari tiap-tiap

satuan pendidikan luar biasa sesuai dengan PP no. 72

pasal5, yaitu:

Page 3: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama
Page 4: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Dengan kata lain dapat diasumsikan bahwa TKLB, SDLB, SLTPLB, dan SMLB terdiri dari berbagai

jenis sesuai dengan kelainan masing-masng. Hal inidiperlukan untuk memudahkan program

pembelajaran. Jenis-jenis satuan pendidikan luarbiasa yang dimaksud , terdiri dari :

SLB A,B,C,D,E, dan G. Adapun banyaknya siswa dalam satu kelas dibatasi

antara 5 sampai 10 siswa. Kelas yang kecil jumlahnya dikarenakan setiapsiswa memerlukan program perorangan selain

program bersama.

Page 5: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Penddidikan segregasi ini (TKLB, SDLB, SLTPLB,

dan SMALB) dalam pelaksanaannya terbagi atas

dua jenis sesuai dengan kebutuhan dan kondisi

peserta didik, yaitu : Sekolah Khusus Harian atau

Special Day School dan Sekolah Khusus Berasrama

atau Residential School.

•Sekolah Khusus harian (Special Day School), yaitu

SLB (TKLB, SDLB, SLTPLB, dan SMALB) yang

dikunjungi anak setiap hari dari rumahnya masing-

masing selama jam sekolah penuh. Biasanya SLB ini

hanya menerima satu jenis kelainan dan semua

program dikembangkan oleh SLB yang

bersangkutan.

Page 6: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

•Sekolah khusus berasrama (Residential School), yaitu sekolah yang

menampung anak-anak terpisah selama 24 jam dari lingkungan

normal. Sistem lembaga ini merupakan sistem lembaga yang tertua

dari lembaga-lembaga pendidikan ABK.

•Dewasa ini sekolah khusus berasrama digunakan hanya bagi anak-

anak berkelainan yang berat. Anak-anak ini dapat mengunjungi

keluarganya pada saat libur,

• juga keluarga mereka dapat berkunjung pada waktu-waktu tertentu,

terutama waktu libur.

Page 7: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Ada dua jenis pelaksanaan pendidikan segregasi di Indonesia yaitu

Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus

Berasrama (Residential School)

Berdasarkan PP no. 27 tahun 1991, jenjang dan lama pendidikan

dalam satuan PLB sama dengan sekolah biasa. Kurikulum yang

dipakai, juga kurikulum biasa dengan penyesuaian keterbatasan

dan tingkat kelainan yang dimiliki anak.

Kurikulum yang digunakan di SLB yaitu kurikulum SLB tahun 1984

yang telah dibakukan dengan surat keputusan Menteri Pendidikan

dan Kebudayaan.

Page 8: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Sesuai dengan tuntutan masyarakat, perubahan kurikulumtelah terjadi beberapa kali yang akhirnya memunculkanUndang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional.

Dalam undang-undang tersebut Pasal 32 (!) dijelaskanbahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagipeserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalammengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, social, dan atau memililk potensikecerdasan dan bakat istimewa”.

Adapun tujuan pendidika khusus mengacu pada padatujuan pendidikan nasional yang tercantum dalamUndang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang SistemPendidikan Nasional.

Page 9: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Implementasi Undang-undang Nomor 20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasionaldijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antaralain PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang StandarNasional pendidikan.

Peraturan Pemerintah (PP) ini memberikanarahan tentang perlunya disusun dandilaksanakan delapan standar nasionalpendidikan, yaitu : standar isi, standar proses, standarkompetensi lulusan, standar pendidik dan tenagakependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, danstandar penilaian pendidikan.

Page 10: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Pada tanggal 23 Mei 2006, menteri Pendidikan Nasionalmenetapkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasionaltentan Standar Isi (SI) Nomor 22 Tahun 2006 dan StandarKompetensi Lulusan (SKL) Nomor 23 Tahun 2006 untukSatuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Kurikulum ini dikenal dengan Kurikulum Tingkat SatuanPendidikan Dasar dan Menengah (KTSP).

Untuk memenuhi tuntutan kebutuhan bagi pendidikankhusus, dikeluarkanlah Struktur Kurikulum SatuanPendidikan Khusus, yang dikembangkan denganmemperhatikan factor-faktor sebagai berikut:

Page 11: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Kurikulum untuk peserta didik berkelainan tanpa disertaidengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, menggunakan sebutan kurikulum SDLBA, B, D, E; SMPLBA, B, D, E; dan SMALBA, B, D, E (A = Tunanetra, B = Tunarungu, D = Tunadaksa ringan, E = Tunalaras).

Kurikulum untuk peserta didik berkelainan yang disertaidengan kemampuan intelektual di bawah rata-rata, menggunakan sebutan Kurikulum SDLBC, C1, D1, G; SMPBC, C1, D1, G; SMALBC, C1,

D1, G; (C = Tunagrahita ringan,C1 = Tunagrahita sedang, danD1 = Tunadaksa sedang, G = Tunaganda).

Page 12: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Kurikulum satuan pendidikan SDLB A, B, D, E, relative samadengan kurikulum SD umum.

Pada satuan pendidikan SMPLB A, B, D, E dan SMALB A, B, D, E dirancang untuk peserta didik yang tidak memungkinkandan/atau tidak berkeinginan untuk melanjutkan pendidikansampai ke jenjang pendidikan tinggi.

Proporsi muatan isi kurikulum satuan pendidikan SMPLB A, B , D, E, terdiri atas 60 %/70 % aspek akademik dan 40 %/30 % berisi aspek keterampilan. Muatan isi kurikulum satuanpendidikan SMALB A, B, D, E terdiri atas 40 %/50 % aspekakademik dan 60 %/50 % aspek keterampilan vokasional.

Page 13: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Kurikulum satuan pendidikan SDLB, SMPLB, SMALB C, C1, D1, dan G, dirancang sangat sederhana sesuai dengan batas-bataskemampuan peserta didik dan sifatnya lebih individual.

Pembelajaran untuk satuan pendidikan SDLB,SMPLB, dan SMALB C, C1, D1, dan G, menggunakan pendekatan tematik.

Standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) mata pelajaranumum SDLB, SMPLB, SMALB A, B, D, dan E mengacu kepada SK dan KD sekolah umum yang disesuaikan dengan kemampuan dankebutuhan khusus paserta didik, dikembangkan oleh BNSP, sedangkan SK dan KD untuk mata pelajaran program khusus, danketerampilan dikembangkan oleh satuan pendidikan khusus denganmemperhatikan jenjang dan jenis satuan pendidikan.

Page 14: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Pengembangan SK dan KD untuk semua mata pelajaran padaSDLB, SMPLB, dan SMALB C, C1, D1, G diserahkan kepadasatuan pendidikan khusus yang bersangkutan denganmempertimbangkan tingkat dan jenis satuan pendidikan.

Struktur kurikulum pada satuan pendidikan khusus SDLB danSMPLB mengacu pada struktur kurikulum SD dan SMP dengan penambahan program khusus sesuai jenis kelainan, dengan alokasi waktu 2 jam per minggu.

Untuk jenjang SMALB, program khusus bersifat kasuistiksesuai dengan kondisi dan kebutuhan peserta didik tertentudan tidak dihitung sebagai beban belajar.

Page 15: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Program khusus sesuai jenis kelainan peserta didik meliputisebagai berikut;

(a) Orientasi dan Mobilitas untuk peserta didik Tunanetra(b) Bina Komunikasi, Persepsi Bunyi dan Irama untuk pesertadidik Tunarungu(c) Bina Diri untuk peserta didik Tunagrahita Ringan danSedang(d) Bina Gerak untuk peserta didik Tunadaksa Ringan(e) Bina Pribadi dan Sosial untuk peserta didik tunalaras(f) Bina Diri dan Bina Gerak untuk peserta didik TunadaksaSedang dan Tunaganda.

Page 16: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Adapun begiatan pembelajaran dapat dilakukan secaraindinidual, kelompok, dan klasikal. Sistem pengajarannyamengarah pada individualisasi pengajaran (individualized instruction).

Sebelum individualisasi pengajaran dilaksanakan, terlebihdahulu dibuat rencana pengajaran yang diindividualisasikan(Individualized Education Plan).

Rencana pengajaran yang diindividualisasikan harus memuattujuan pembelajaran baik tujuan jangka pendek maupunjangka panjang.

Page 17: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Selain berisi tujuan, rencana program harus memuat

prosedur dan layanan khusus yang disediakan bagi anak,

disamping evaluasi keberhasilan program.

Program ini dikembangkan dan diperbaharui setiap tahun.

Rencana program dibuat oleh team multidisiplin. Para

professional yang terlibat selain ortopedagog yaitu; psikolog,

pediatris, optalmolog, neurolog, fisiatris, ortopedis,

occupational therapist, akhli terapi bicara, dan psikiater

anak.

Page 18: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Sebelum IEP dibuat, terlebih dahulu dilakukan assessmen yang

lengkap berkaitan dengan pendidikan.

Assessmen berkaitan dengan tingkat kemampuan kognitif

(IQ), emosi, dan adaptasi social bagi semua anak. Disamping

hal tersebut assessmen terhadap hal lain masih diperlukan,

sesuai dengan hambatan anak.

Sebagai contoh, assessmen untuk anak tunadaksa dilakukan

untuk melihat kemampuan fisik dan motoriknya. Untuk anak

tunanetra, selain hal yang umum juga yang khusus berkaitan

dengan sisa penglihatannya.

Begitu juga anak tunarungu, hal yang ingin diketahui berkaitan

dengan kemampuan mendengarnya. Hal yang sama juga

dilakukan pada mereka dengan kelainan yang lain.

Page 19: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

IEP merupakan rencana pembelajaran yang

diindividualkan , dibuat oleh team multi disiplin,

dengan assessmen sebelumnya sesuai dengan

kondisi dan kebutuhan anak.

Berkaitan dengan lingkungan belajar, walaupun layanan ini

sifatnya segregasi, namun telah menjadi bahan pemikiran bahwa

lingkungan yang terbatas harus diminimalisir (least restrictive

environment). Hal ini mengandung pengertian bahwa, jika anak

mampu menerima program pembelajaran pada kelas biasa

secara efektif maka anak harus ditempatkan di kelas biasa.

Secara spesifik lingkungan belajar yang dimaksud dapat dilihat

pada cascade berikut:

Page 20: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Number of Children

Reguler classroomTeacher consultant

Itinerant teacher

Resource room

Special class

Special school

Residentialinstitution

Page 21: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Dengan melihat cascade di atas maka jelaslah bahwa populasi yang paling sedikit ditempati oleh ana-anak yang memiliki kelainan berat. Kondisi anak yang berkelainan beratlah yang ada di sekolah khususberasrama.

Dengan kondisi sekolah khusus dan berasrama maka lingkunganbelajarnya menjadi terbatas. Bagi anak-anak yang memiliki kelainansedang, populasinya lebih banyak bila dibandingkan dengan anakberkelainan berat. Mereka ditempatkan di sekolah khusus dengantidak diasramakan.

Dengan kata lain, lingkungan belajar mereka tidak hanya terbataspada lingkungan sekolah dan asrama saja,tetapi dengan lingkunganmasyarakat sekitar anak berada. Populasi yang terbanyak didudukioleh anak-anak dengan kelainan yang ringan, mereka bisa sekolah disekolah biasa dengan kelas khusus.

Page 22: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Dengan adanya kelas khusus di sekolah biasa makalingkungan belajar anak menjadi lebih luas.

Variasi pergaulan sosial menjadi lebih beragam, baik denganteman kelas khususnya atau dengan teman satu sekolahnyaditambah dengan pergaulan lingkungan masyarakat sekitartempat tinggal anak.

Semakin ringan kelainan anak, maka kemungkinan anakbersekolah di sekolah biasa dengan guru pembimbingkhusus. Guru pembimbing khusus bisa yang menetap, atauyang tidak tetap (berkeliling) dari satu sekolah kesekolahyang lain.

Page 23: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama

Semakin ringan kelainan anak maka semakin

tidak terbataslah lingkungan pendidikan anak,

dalam arti tidak lagi membutuhkan sekolah

khusus.

Page 24: Implementasi Pendidikan Segregasifile.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195403101988032-MIMIN... · Sekolah Khusus Harian (Special Day School) dan Sekolah Khusus Berasrama